presus kulit uc
Post on 13-Dec-2014
56 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
ERISIPELAS DENGAN KOMPLIKASI ABSES
Penbimbing : dr. Ismiralda Oke Putrianti, Sp.KK
Disusun oleh :
Yusi Nurmalisa G1A211026
JURUSAN KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANSMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
2012
PRESENTASI KASUS
ERISIPELAS DENGAN KOMPLIKASI ABSES
Disusun Oleh:
Yusi Nurmalisa G1A211026
Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti
tugas stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RS Margono Soekarjo
Purwokerto
Disetujui dan disahkan
Pada tanggal April 2012
Pembimbing
dr. Ismiralda Oke Putrianti, Sp.KK
BAB I
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. RK
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang Becak
Alamat : Kebanggan RT 03/ RW 03, Sumbang
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Tanggal masuk : 19 Maret 2012
Tanggal periksa : 21 Maret 2012
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : tungkai kiri terasa nyeri, panas dan gatal
serta bengkak
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : Dua minggu yang lalu
Lokasi : kaki kiri
Faktor Memperberat : setelah pulang menarik becak
Faktor Memperingan :-
Kronologi : Pasien mengaku sejak 5 tahun yang lalu tungkai
sebelah kiri dekat pergelangan kakinya sering
terasa gatal dan bewarna kemerahan yang lama-
kelamaan berubah menjadi bintik-bintik
kehitaman. Pasien sudah sering berobat, namun
keluhan tersebut sering kambuh-kambuhan.
Apabila terasa gatal, pasien sering menggaruk
tungkai sebelah kirinya. Keluhan ini terasa
memberat setelah pasien pulang menarik becak.
Empat belas hari SMRS pasien mengeluhkan
demam dan lemas serta tungkai sebelah kiri terasa
nyeri, panas, gatal, bengkak dan berwarna
kemerahan yang menyebar secara cepat ke bagian
atas tungkai, lalu pasien pergi berobat ke
Puskesmas dan mendapatkan obat jalan.
Sebelumnya keluhan yang dirasakan pasien tidak
pernah separah ini. Tujuh hari SMRS, setelah
obat dari Puskesmas habis, pasien merasa
keluhan pada tungkainya tidak berkurang,
meskipun sudah tidak demam dan tidak lemas.
Tungkai sebelah kiri masih terasa nyeri, panas,
dan gatal. Selain itu, kemerahan pada kaki kiri
bagian bawah semakin meluas keatas dan
sebagian berubah menjadi kehitaman, serta
terdapat benjolan kecil pada bagian tengah kaki
kiri. Lalu pasien berobat ke Poli Penyakit Dalam
RSUD Margono Soekarjo dan mendapatkan obat
jalan. Hari Masuk Rumah Sakit pada tanggal 19
Maret 2012 pasien datang kembali ke poli
Penyakit Dalam dengan keluhan yang sama
disertai dengan adanya benjolan yang makin
membesar dan bewarna kemerahan pada tungkai
sebelah kiri, lalu pasien dirawat inap. Pada
tanggal 21 Maret 2012 pasien dirawat alih oleh
Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin dengan
keluhan tungkai kiri terasa nyeri, panas, dan gatal
serta bengkak dan sebagian bewarna kehitaman,
selain itu pada tungkai kiri juga terdapat benjolan
bewarna merah yang mengeluarkan cairan seperti
nanah.
Gejala penyerta : -
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat menderita keluhan yang sama : -
Riwayat batuk pilek dalam 1 bulan terakhir : -
Riwayat hipertensi : -
Riwayat diabetes : -
Riwayat penyakit jantung : -
Riwayat penyakit ginjal : -
Riwayat alergi makanan : -
Riwayat alergi obat : -
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat menderita keluhan yang sama : -
Riwayat hipertensi : -
Riwayat diabetes : -
Riwayat penyakit jantung :-
Riwayat alergi : tidak diketahui
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal hanya bersama istri dan kedua anaknya di daerah pedesaan
yaitu di kebanggan RT 03/ RW 03, Sumbang. Pasiem bekerja sebagai
tukang becak dan istri pasien seorang ibu rumah tangga, pendidikan akhir
pasien adalah SD. Status ekonomi pasien menegah ke bawah.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaram : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respiration rate : 20 x/menit
Suhu : -
Kesan gizi : cukup
Status Generalis
Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (-)
Status Lokalis
Thorax : tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : tidak dilakukan pemeriksaan
Status Dermatologikus
Lokasi : cruris sinistra
Efloresensi : makula eritematosa numular hingga plakat dengan batas
tegas, hiperpigmentasi, erosi, skuama, edematosa dan abses serta nyeri
tekan.
Gambar 1.1 Tungkai kiri pasien
Lokasi : maleolus medial pedis sinistra
Efloresensi : varises, hiperpigmentasi
Gambar 1.2 Kaki kiri pasien
D. RESUME
Pasien dirawat alih oleh Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin dengan keluhan
tungkai kiri terasa nyeri, panas, dan gatal serta bengkak dan sebagian bewarna
kehitaman, selain itu pada tungkai kiri juga terdapat benjolan bewarna merah
yang mengeluarkan cairan seperti nanah. Keluhan ini dirasakan pasien sejak
14 hari SMRS. Sejak 5 tahun yang lalu pasien sering mengeluhkan kaki kiri
dekat pergelangan kakinya sering terasa gatal dan bewarna kemerahan yang
lama-kelamaan berubah menjadi bintik-bintik kehitaman. Keluhan ini terasa
memberat setelah pasien pulang menarik becak. Pasien sudah sering berobat,
namun keluhan tersebut sering kambuh-kambuhan, tetapi pasien mengaku
keadaannya tidak pernah separah ini.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin
2. Pemeriksaan gram bakteri
G. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Banding
a. Selulitis
b. Dermatitis Stasis
2. Diagnosis Kerja : Erisipelas dengan Komplikasi Abses
A. PENATALAKSANAAN
1. Non-Medikamentosa
a. Istirahat dengan elevasi tungkai hingga sedikit lebih tinggi dari
posisi jantung.
b. Kompres dengan air hangat 3-4 x/hari.
2. Medikamentosa
a. Antibiotik : Injeksi ceftriaxone 2x1 gram (i.v) selama 5 hari
b. Analgetik : Asam Mefenamat 3x1 tab (p.o)
c. Antihistamin : Loratadine 1x1 tab (p.o)
d. Antiinflamasi : desoximethasone + Natrium Fusidat + Vas albumin
(topikal)
3. Konsul ke bagian Bedah untuk penanganan abses lebih lanjut.
B. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanasionam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut pada kulit (selulitis superfisial)
yang biasanya disebabkan oleh bakteri Streptococcus ß hemoliticus.1,2
B. Etiologi
Streptococcus adalah penyebab utama erisipelas. Sebagian besar infeksi
erysipelas pada wajah disebabkan oleh streptokokus grup A, sedangkan
infeksi erysipelas pada ekstrimitas bawah lebih banyak disebabkan oleh
steptococcus non-A. Toksin streptococcus ini diperkirakan berkontribusi
terhadap terjadinya peradangan yang cepat yang merupakan tanda
patognomik pada infeksi ini. Baru-baru ini, bentuk atipikal dilaporkan
telah disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumoniae,
Haemophilus influenzae, enterocolitica Yersinia, dan spesies Moraxella.3
C. Epidemiologi
Erisipelas dapat terjadi pada semua usia dan semua bangsa atau ras, namun
paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia lanjut. Angka kejadian
erisipelas mengalami penurunan sejak pertengahan abad ke-20, hal ini
mungkin berhungan dengan perkembangan dari antibiotik, sanitasi yang
baik dan penurunan dari virulensi kuman penyebab. Namun, distribusi dari
predileksi erisipelas mengalami perubahan yaitu dari muka menjadi
ektremitas bawah. Hal ini mungkin mungkin berhubungan dengan faktor
risiko adanya limfedem. Sehingga sekitar 85 % kasus erisipelas terjadi
pada ekstremitas bagian bawah.3
D. Faktor Predisposisi
Masuknya bakteri pada kulit yang trauma merupakan tahap awal
perkembangan erisipelas. Selain itu, faktor lokal seperti insufisiensi vena,
ulkus stasis, inflamasi pada kulit, infeksi pada kulit, digigit serangga, dan
luka bedah merupakan hal yang berperan terhadap port the entry dari
kuman streptokokus. Pada sepertiga kasus, sumber penularan bakteri
biasanya berasal dari bagian nasofaring host, yang memiliki
riwayatfaringitis streptokokal sebelumnya. Faktor predisposisi lainnya
adalah orang dengan penyakit diabetes, HIV, sindroma nefrotik dan
keadaan immunocompromise lainnya.3,4
E. Manifestasi Klinik
Erisipelas pada umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu
panas, menggigil, sakit kepala, nyeri sendi, muntah dan rasa lemah. Pada
kulit nampak kemerahan, berbatas tegas dengan bagian tepi meninggi,
pinggircepat meluas. Daerah yang terkena terasa panas, sakit dan bengkak,
kadang-kadang terdapat indurasi dan sewaktu-waktu timbul bula
superfisial yang berisi cairan kekuningan (seropurulen). Muka dan
ekstremitas bawah merupakan tempat umum erisipelas non-bedah. Faktor
predisposisinya adalah obstruksi limfatik kronik dan daya tahan penderita
yang berkurang akibat penyakit berat yang menahun.1,2,3
F. Differential Diagnosis
1. Selulitis
Selulitis merupakan peradangan menjalar dan akut pada kulit,
terutama mengenai jaringan subkutan yang lebih dalam. Penyebab
yang paling sering adalah streptokok group A dan Staphylococcus
aureus, bakteri lain yang dapat menyebabkan selulitis adalah
pneumokok.4
Selulitis timbul biasanya didahului oleh lesi-lesi sebelumnya,
seperti ulkus stasis, luka tusuk, satu atau dua hari setelah timbul eritem
lokal dan rasa sakit. Gejala sistemik yang muncul dapat berupa
malaise, demam dan menggigil. Eritem pada tempat infeksi cepat
bertambah merah dan menjalar. Rasa sakit setempat terasa sekali.4,5
Daerah kulit yang terkena merupakan infiltrat edematosus yang
teraba panas, merah dan luas. pinggir lesi tidak menimbul atau
batasnya tidak tegas. Terdapat limfadenopati setempat yang disertai
limfangitis yang menjalar kearah proksimal. Vesikula permukaan dapat
terjadi dan mudah pecah. Abses lokal dapat terbentuk dengan nekrosis
kulit diatasnya.4,5
2. Dermatitis Stasis
Dermatitis stasis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya
gangguan darah vena di tungkai bawah. Hal ini terjadi akibat adanya
gangguan pada katub vena sehingga tekanan kapiler meningkat dan
terjadi kerusakan kapiler yang menyebabkan edema dan timbul
ekstravasasi sel darah merah karena kapiler rusak. Selanjutnya timbul
stasis yang ireversibel.6
Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi
pelebaran vena atau varises dan edema. Lambat laun kulit bewarna
merah kehitaman dan timbul purpura (karena ekstravasasi sel darah
merah ke dalam dermis) dan hemosiderosis. Edema dan varises mudah
terlihat bila penderita lama berdiri. Kelainan ini dimulai dari tungkai
bawah bagian medial atau lateral maleolus. Kemudian secara bertahap
akan meluas keatas samapai di bawah lutut, dan ke bawah sampai
punggung kaki. Selanjutnya, akan terjadi perubahan ekzematosa
berupa eritema, skuama, kadang eksudasi dan gatal. Bila telah
berlangsung lama kulit akan menjaadi tebal dan fibrotik, meliputi
sepertiga tungkai bawah, sehingga tampak seperti botol yang terbalik.
Keadaan ini disebut lipodermasklerosis.1 Vena varikose tampak
bertonjol-tonjol dan disertai edema di ekstremitas bawah. Bila tidak
diobati akan terjdi infeksi, kemudian nekrosis, dan ulkus yang disebut
ulkus varikosus.6
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada dasarnya, tak ada satu pun pemeriksaan penunjang yang
dianjurkan untuk menegakan diagnosis ataupun membantu pengobatan
erisipelas. Pemeriksaan darah rutin dan kultur jaringan tidaklah cost-
effectivve karena hasil pemeriksaan ini hanya memiliki sedikit dampak
dalam penanganan erisipelas.3
Pada pemeriksaan darah rutin akan didapatkan leukositosis dan
pada pemeriksaan gram bakteri akan ditemukan streptokok dengan ciri
bentuk coccus seperti rantai, gram negatif.2,4
H. Penatalaksanaan
Erisipelas yang ringan biasanya dapat diatasi dengan penisilin V
per oral, sefalosperin, atau eritromisin. Erisipelas yang lebih luas dan
parah membutuhkan hospitalisasi dan antibiotik intravena.3
Erisipelas paling banyak disebabkan oleh streptokokus, penisilin
merupakan lini pertama dalam pengobatan erisiplas. Penisilin diberikan
secara peroral ataupun intramuskular selama 10-20 hari. Jika pasien alergi
terhadap penisilin, maka dapat diganti dengan cefalosporin generasi
pertama. Namun, sefalosporin terkadang memiliki efek reaksi silang
terhadap penisilin, sehingga pasien yang pernah syak anafilaktik pada
pemberian penisilin tidak diperbolehkan diberi sefalosporin.3 Untuk
pengobatan topikal, pada lesi yang kering dapat diberikan salep
kortikosteroid.4
Istirahat baring dengan meninggikan tungkai dan kompres panas
akan menambah kenyamanan penderita dan mempercepat penyembuhan
penyakit.1,2,3
I. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada erisipelas adalah terbentuknya
abses, ganggren dan tromboflebitis.2 Abses merupakan infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah yang biasanya
disebabkan oleh streptokokus ataupun stafilokokus.4 Komplikasi erisipelas
yang jarang terjadi adalah glomerulonefritis akut, endokarditis, septikemia
dan streptococcal toksix shock syndrom.2
Bila erisipelas telah terjadi, kekambuhan dapat mengikutinya. Tiap
kekambuhan itu akan merusak saluran limfatik dan menimbulkan
pembengkakan dan limfedem. Selanjutnya kedua hal ini mempermudah
episode erisipelas selanjutnya. Erisipelas yang berulang-ulang sering
menimbulkan pembengkakan sisa (elefantiasis) di daerah yang terkena.1,2
J. Prognosis
Prognosis pasien dengan erisipelas adalah baik. Komplikasi akibat
infeksi yang ditimbulkan biasanya tidak mengancam jiwa, dan sebagian
pasien membaik dengan pemberian antibiotik tanpa menimbulkan sequel.
Namun, angka kekambuhan pada pasien erisipelas mencapai hingga 20%
pada pasien yang memiliki faktor predisposisi.3
A.
III. PEMBAHASAN
Sejak 5 tahun yang lalu pasien sering mengeluh kaki kiri dekat
pergelangan kakinya terasa gatal, bewarna kemerahan yang lama-kelamaan
menjadi bintik-bintik kehitaman. Keluhan ini terasa semakin memberat saat
pasien pulang dari menarik becak. Selain itu, pada kaki kiri pasien juga ditemukan
adanya tonjolan-tonjolan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok, menurut
pasien tonjolan tersebut sudah ada sejak 7 tahun yang lalu. Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan tanda dan gejala tersebut
menunjukan adanya riwayat dermatitis stasis kronik yang berulang. Faktor
predisposisi yang ada pada pasien adalah pekerjaan pasien sebagai tukang becak
yang menyebabkan kaki pasien sering tergantung dan usia pasien adalah 50 tahun
yang merupakan usia tua. Kedua faktor predisposisi ini berperan terhadap
timbulnya dermatitis stasis karena dapat menyebabkan insufisiensi katup vena
pada ekstremitas bawah.
Dermatitis stasis terjadi akibat adanya gangguan darah vena di tungkai
bawah. Hal ini terjadi akibat adanya gangguan pada katub vena sehingga tekanan
kapiler meningkat dan terjadi kerusakan kapiler yang menyebabkan edema dan
timbul ekstravasasi sel darah merah karena kapiler rusak. Selanjutnya timbul
stasis yang ireversibel.6,7 Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai
bawah, akan terjadi pelebaran vena atau varises dan edema. Lambat laun kulit
bewarna merah kehitaman dan timbul purpura (karena ekstravasasi sel darah
merah ke dalam dermis) dan hemosiderosis. Edema dan varises mudah terlihat
bila penderita lama berdiri. Kelainan ini dimulai dari tungkai bawah bagian
medial atau lateral maleolus. Kemudian secara bertahap akan meluas keatas
samapai di bawah lutut, dan ke bawah sampai punggung kaki.1 Teori ini sesuai
dengan gejala yang dialami pasien.
Sejak 14 hari SMRS, pasien merasa demam dan lemas serta tungkai
sebelah kiri terasa nyeri, panas, gatal, bengkak dan berwarna kemerahan yang
menyebar secara cepat ke bagian atas tungkai. Tujuh hari SMRS, tungkai sebelah
kiri masih terasa nyeri, panas, dan gatal. Selain itu, kemerahan pada kaki kiri
bagian bawah semakin meluas keatas dan sebagian berubah menjadi kehitaman,
serta terdapat benjolan kecil pada bagian tengah kaki kiri. Pada hari masuk rumah
sakit, keluhan pada tungkai kiri masih terasa nyeri, panas, dan gatal serta bengkak
dan sebagian bewarna kehitaman, selain itu pada tungkai kiri juga terdapat
benjolan bewarna merah yang mengeluarkan cairan seperti nanah. Pada
pemeriksaan dermatologikum, didapatkan eflorosensi berupa makula eritematosa
numular hingga plakat dengan batas tegas, hiperpigmentasi, erosi, skuama,
edematosa dan abses serta nyeri tekan pada regio cruris. Berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, gejala dan tanda pada pasien sesuai dengan
teori erisipelas.
Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut pada kulit (selulitis superfisial)
yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus ß hemoliticus.1,2 Erisipelas pada
umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu panas, menggigil, sakit
kepala, nyeri sendi, muntah dan malaise. Pada kulit nampak kemerahan, berbatas
tegas dengan bagian tepi meninggi dan pinggir cepat meluas. Daerah yang terkena
terasa panas, sakit dan bengkak, kadang-kadang terdapat indurasi dan sewaktu-
waktu timbul bula superfisial yang berisi cairan kekuningan (seropurulen).1,2,3
Erisipelas yang terjadi pada pasien ini mungkin disebabkan oleh adanya
dermatitis statis kronik yang berulang. Insufisiensi katup vena merupakan salah
satu faktor predisposisi yang dapat menimbulkan erisipelas ataupun membantu
perkembangan erisipelas karena aliran balik darah akan terganggu sehingga
memudahkan perkembangan bakteri. Selain itu, rasa gatal yang ditimbulkan pada
dermatitis stasis dapat menimbulkan mikrolesi akibat garukan yang dilakukan.
Mikrolesi akibat garukan ini dapat menjadi port the entry dari bakteri yang dapat
menyebabkan timbulnya erisipelas. Masuknya bakteri melalui kulit yang trauma
merupakan tahap awal perkembangan erisipelas.3
IV. KESIMPULAN
1. Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut pada kulit (selulitis superfisial)
yang biasanya disebabkan oleh bakteri Streptococcus ß hemoliticus.
2. Erisipelas pada umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu
panas, menggigil, malaise. Pada kulit nampak kemerahan, berbatas tegas
dengan bagian tepi meninggi, pinggircepat meluas, terasa panas, sakit dan
bengkak, kadang-kadang terdapat indurasi dan sewaktu-waktu timbul bula
superfisial yang berisi cairan kekuningan (seropurulen).
3. Diagnosis banding erisipelas adalah selulitis dan dermatitis satsis.
4. Pengobatan erisipelas secara non-medikamentosa adalah Istirahat dengan
elevasi tungkai hingga sedikit lebih tinggi dari posisi jantung dan kompres
dengan air hangat 3-4 x/hari.
5. Pengobatan erisipelas secara medikamentosa antibiotik, analgetik,
antihistamin, dan antiinflamasi
6.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosasih A, Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SL. Penyakit Kulit. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI; 2007.h. 60-61; 150-151.
2. Amiruddin MD. Infeksi Bakteri Stafilokok dan Streptokok. Dalam: Harahap M, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000.h. 57-58.
3. Davis, L. Erysipelas Follow-up . Diunduh dari http://www.emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 22 Maret 2012
4. Siregar RS. Penyakit Kulit karena Infeksi Bakteri. Dalam: Hartanto H, editor. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Jakarta: EGC; 2004.h. 57-60.
5. Daili ESS, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia. Jakarta : Medical Multimedia Indonesia; 2005.h. 20; 44. (online)
6. ......................... Ekzema dan Dermatitis. Dalam: Harahap M, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000.h. 17-18.
7. Flugman, SL. Stasis Dermatitis. Diunduh dari http://www.emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 22 Maret 2012
top related