presus kulit uc

26
PRESENTASI KASUS ERISIPELAS DENGAN KOMPLIKASI ABSES Penbimbing : dr. Ismiralda Oke Putrianti, Sp.KK Disusun oleh : Yusi Nurmalisa G1A211026 JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

Upload: yoelia

Post on 13-Dec-2014

56 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

presus ddd

TRANSCRIPT

Page 1: Presus Kulit UC

PRESENTASI KASUS

ERISIPELAS DENGAN KOMPLIKASI ABSES

Penbimbing : dr. Ismiralda Oke Putrianti, Sp.KK

Disusun oleh :

Yusi Nurmalisa G1A211026

JURUSAN KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANSMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

2012

Page 2: Presus Kulit UC

PRESENTASI KASUS

ERISIPELAS DENGAN KOMPLIKASI ABSES

Disusun Oleh:

Yusi Nurmalisa G1A211026

Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti

tugas stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

RS Margono Soekarjo

Purwokerto

Disetujui dan disahkan

Pada tanggal April 2012

Pembimbing

dr. Ismiralda Oke Putrianti, Sp.KK

Page 3: Presus Kulit UC

BAB I

STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. RK

Umur : 50 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Tukang Becak

Alamat : Kebanggan RT 03/ RW 03, Sumbang

Suku : Jawa

Kewarganegaraan : Indonesia

Tanggal masuk : 19 Maret 2012

Tanggal periksa : 21 Maret 2012

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : tungkai kiri terasa nyeri, panas dan gatal

serta bengkak

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Onset : Dua minggu yang lalu

Lokasi : kaki kiri

Faktor Memperberat : setelah pulang menarik becak

Faktor Memperingan :-

Kronologi : Pasien mengaku sejak 5 tahun yang lalu tungkai

sebelah kiri dekat pergelangan kakinya sering

terasa gatal dan bewarna kemerahan yang lama-

kelamaan berubah menjadi bintik-bintik

kehitaman. Pasien sudah sering berobat, namun

keluhan tersebut sering kambuh-kambuhan.

Apabila terasa gatal, pasien sering menggaruk

tungkai sebelah kirinya. Keluhan ini terasa

memberat setelah pasien pulang menarik becak.

Page 4: Presus Kulit UC

Empat belas hari SMRS pasien mengeluhkan

demam dan lemas serta tungkai sebelah kiri terasa

nyeri, panas, gatal, bengkak dan berwarna

kemerahan yang menyebar secara cepat ke bagian

atas tungkai, lalu pasien pergi berobat ke

Puskesmas dan mendapatkan obat jalan.

Sebelumnya keluhan yang dirasakan pasien tidak

pernah separah ini. Tujuh hari SMRS, setelah

obat dari Puskesmas habis, pasien merasa

keluhan pada tungkainya tidak berkurang,

meskipun sudah tidak demam dan tidak lemas.

Tungkai sebelah kiri masih terasa nyeri, panas,

dan gatal. Selain itu, kemerahan pada kaki kiri

bagian bawah semakin meluas keatas dan

sebagian berubah menjadi kehitaman, serta

terdapat benjolan kecil pada bagian tengah kaki

kiri. Lalu pasien berobat ke Poli Penyakit Dalam

RSUD Margono Soekarjo dan mendapatkan obat

jalan. Hari Masuk Rumah Sakit pada tanggal 19

Maret 2012 pasien datang kembali ke poli

Penyakit Dalam dengan keluhan yang sama

disertai dengan adanya benjolan yang makin

membesar dan bewarna kemerahan pada tungkai

sebelah kiri, lalu pasien dirawat inap. Pada

tanggal 21 Maret 2012 pasien dirawat alih oleh

Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin dengan

keluhan tungkai kiri terasa nyeri, panas, dan gatal

serta bengkak dan sebagian bewarna kehitaman,

selain itu pada tungkai kiri juga terdapat benjolan

bewarna merah yang mengeluarkan cairan seperti

nanah.

Gejala penyerta : -

Page 5: Presus Kulit UC

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat menderita keluhan yang sama : -

Riwayat batuk pilek dalam 1 bulan terakhir : -

Riwayat hipertensi : -

Riwayat diabetes : -

Riwayat penyakit jantung : -

Riwayat penyakit ginjal : -

Riwayat alergi makanan : -

Riwayat alergi obat : -

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat menderita keluhan yang sama : -

Riwayat hipertensi : -

Riwayat diabetes : -

Riwayat penyakit jantung :-

Riwayat alergi : tidak diketahui

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal hanya bersama istri dan kedua anaknya di daerah pedesaan

yaitu di kebanggan RT 03/ RW 03, Sumbang. Pasiem bekerja sebagai

tukang becak dan istri pasien seorang ibu rumah tangga, pendidikan akhir

pasien adalah SD. Status ekonomi pasien menegah ke bawah.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaram : compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respiration rate : 20 x/menit

Suhu : -

Kesan gizi : cukup

Page 6: Presus Kulit UC

Status Generalis

Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)

Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)

Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)

Leher : Deviasi trakhea (-)

Status Lokalis

Thorax : tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologikus

Lokasi : cruris sinistra

Efloresensi : makula eritematosa numular hingga plakat dengan batas

tegas, hiperpigmentasi, erosi, skuama, edematosa dan abses serta nyeri

tekan.

Gambar 1.1 Tungkai kiri pasien

Page 7: Presus Kulit UC

Lokasi : maleolus medial pedis sinistra

Efloresensi : varises, hiperpigmentasi

Gambar 1.2 Kaki kiri pasien

D. RESUME

Pasien dirawat alih oleh Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin dengan keluhan

tungkai kiri terasa nyeri, panas, dan gatal serta bengkak dan sebagian bewarna

kehitaman, selain itu pada tungkai kiri juga terdapat benjolan bewarna merah

yang mengeluarkan cairan seperti nanah. Keluhan ini dirasakan pasien sejak

14 hari SMRS. Sejak 5 tahun yang lalu pasien sering mengeluhkan kaki kiri

dekat pergelangan kakinya sering terasa gatal dan bewarna kemerahan yang

lama-kelamaan berubah menjadi bintik-bintik kehitaman. Keluhan ini terasa

memberat setelah pasien pulang menarik becak. Pasien sudah sering berobat,

namun keluhan tersebut sering kambuh-kambuhan, tetapi pasien mengaku

keadaannya tidak pernah separah ini.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah rutin

2. Pemeriksaan gram bakteri

Page 8: Presus Kulit UC

G. DIAGNOSIS

1. Diagnosis Banding

a. Selulitis

b. Dermatitis Stasis

2. Diagnosis Kerja : Erisipelas dengan Komplikasi Abses

A. PENATALAKSANAAN

1. Non-Medikamentosa

a. Istirahat dengan elevasi tungkai hingga sedikit lebih tinggi dari

posisi jantung.

b. Kompres dengan air hangat 3-4 x/hari.

2. Medikamentosa

a. Antibiotik : Injeksi ceftriaxone 2x1 gram (i.v) selama 5 hari

b. Analgetik : Asam Mefenamat 3x1 tab (p.o)

c. Antihistamin : Loratadine 1x1 tab (p.o)

d. Antiinflamasi : desoximethasone + Natrium Fusidat + Vas albumin

(topikal)

3. Konsul ke bagian Bedah untuk penanganan abses lebih lanjut.

B. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad sanasionam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : ad bonam

Page 9: Presus Kulit UC

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut pada kulit (selulitis superfisial)

yang biasanya disebabkan oleh bakteri Streptococcus ß hemoliticus.1,2

B. Etiologi

Streptococcus adalah penyebab utama erisipelas. Sebagian besar infeksi

erysipelas pada wajah disebabkan oleh streptokokus grup A, sedangkan

infeksi erysipelas pada ekstrimitas bawah lebih banyak disebabkan oleh

steptococcus non-A. Toksin streptococcus ini diperkirakan berkontribusi

terhadap terjadinya peradangan yang cepat yang merupakan tanda

patognomik pada infeksi ini. Baru-baru ini, bentuk atipikal dilaporkan

telah disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumoniae,

Haemophilus influenzae, enterocolitica Yersinia, dan spesies Moraxella.3

C. Epidemiologi

Erisipelas dapat terjadi pada semua usia dan semua bangsa atau ras, namun

paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia lanjut. Angka kejadian

erisipelas mengalami penurunan sejak pertengahan abad ke-20, hal ini

mungkin berhungan dengan perkembangan dari antibiotik, sanitasi yang

baik dan penurunan dari virulensi kuman penyebab. Namun, distribusi dari

predileksi erisipelas mengalami perubahan yaitu dari muka menjadi

ektremitas bawah. Hal ini mungkin mungkin berhubungan dengan faktor

risiko adanya limfedem. Sehingga sekitar 85 % kasus erisipelas terjadi

pada ekstremitas bagian bawah.3

D. Faktor Predisposisi

Masuknya bakteri pada kulit yang trauma merupakan tahap awal

perkembangan erisipelas. Selain itu, faktor lokal seperti insufisiensi vena,

ulkus stasis, inflamasi pada kulit, infeksi pada kulit, digigit serangga, dan

luka bedah merupakan hal yang berperan terhadap port the entry dari

kuman streptokokus. Pada sepertiga kasus, sumber penularan bakteri

Page 10: Presus Kulit UC

biasanya berasal dari bagian nasofaring host, yang memiliki

riwayatfaringitis streptokokal sebelumnya. Faktor predisposisi lainnya

adalah orang dengan penyakit diabetes, HIV, sindroma nefrotik dan

keadaan immunocompromise lainnya.3,4

E. Manifestasi Klinik

Erisipelas pada umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu

panas, menggigil, sakit kepala, nyeri sendi, muntah dan rasa lemah. Pada

kulit nampak kemerahan, berbatas tegas dengan bagian tepi meninggi,

pinggircepat meluas. Daerah yang terkena terasa panas, sakit dan bengkak,

kadang-kadang terdapat indurasi dan sewaktu-waktu timbul bula

superfisial yang berisi cairan kekuningan (seropurulen). Muka dan

ekstremitas bawah merupakan tempat umum erisipelas non-bedah. Faktor

predisposisinya adalah obstruksi limfatik kronik dan daya tahan penderita

yang berkurang akibat penyakit berat yang menahun.1,2,3

F. Differential Diagnosis

1. Selulitis

Selulitis merupakan peradangan menjalar dan akut pada kulit,

terutama mengenai jaringan subkutan yang lebih dalam. Penyebab

yang paling sering adalah streptokok group A dan Staphylococcus

aureus, bakteri lain yang dapat menyebabkan selulitis adalah

pneumokok.4

Selulitis timbul biasanya didahului oleh lesi-lesi sebelumnya,

seperti ulkus stasis, luka tusuk, satu atau dua hari setelah timbul eritem

lokal dan rasa sakit. Gejala sistemik yang muncul dapat berupa

malaise, demam dan menggigil. Eritem pada tempat infeksi cepat

bertambah merah dan menjalar. Rasa sakit setempat terasa sekali.4,5

Daerah kulit yang terkena merupakan infiltrat edematosus yang

teraba panas, merah dan luas. pinggir lesi tidak menimbul atau

batasnya tidak tegas. Terdapat limfadenopati setempat yang disertai

limfangitis yang menjalar kearah proksimal. Vesikula permukaan dapat

terjadi dan mudah pecah. Abses lokal dapat terbentuk dengan nekrosis

kulit diatasnya.4,5

Page 11: Presus Kulit UC

2. Dermatitis Stasis

Dermatitis stasis adalah dermatitis yang terjadi akibat adanya

gangguan darah vena di tungkai bawah. Hal ini terjadi akibat adanya

gangguan pada katub vena sehingga tekanan kapiler meningkat dan

terjadi kerusakan kapiler yang menyebabkan edema dan timbul

ekstravasasi sel darah merah karena kapiler rusak. Selanjutnya timbul

stasis yang ireversibel.6

Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai bawah, akan terjadi

pelebaran vena atau varises dan edema. Lambat laun kulit bewarna

merah kehitaman dan timbul purpura (karena ekstravasasi sel darah

merah ke dalam dermis) dan hemosiderosis. Edema dan varises mudah

terlihat bila penderita lama berdiri. Kelainan ini dimulai dari tungkai

bawah bagian medial atau lateral maleolus. Kemudian secara bertahap

akan meluas keatas samapai di bawah lutut, dan ke bawah sampai

punggung kaki. Selanjutnya, akan terjadi perubahan ekzematosa

berupa eritema, skuama, kadang eksudasi dan gatal. Bila telah

berlangsung lama kulit akan menjaadi tebal dan fibrotik, meliputi

sepertiga tungkai bawah, sehingga tampak seperti botol yang terbalik.

Keadaan ini disebut lipodermasklerosis.1 Vena varikose tampak

bertonjol-tonjol dan disertai edema di ekstremitas bawah. Bila tidak

diobati akan terjdi infeksi, kemudian nekrosis, dan ulkus yang disebut

ulkus varikosus.6

G. Pemeriksaan Penunjang

Pada dasarnya, tak ada satu pun pemeriksaan penunjang yang

dianjurkan untuk menegakan diagnosis ataupun membantu pengobatan

erisipelas. Pemeriksaan darah rutin dan kultur jaringan tidaklah cost-

effectivve karena hasil pemeriksaan ini hanya memiliki sedikit dampak

dalam penanganan erisipelas.3

Pada pemeriksaan darah rutin akan didapatkan leukositosis dan

pada pemeriksaan gram bakteri akan ditemukan streptokok dengan ciri

bentuk coccus seperti rantai, gram negatif.2,4

Page 12: Presus Kulit UC

H. Penatalaksanaan

Erisipelas yang ringan biasanya dapat diatasi dengan penisilin V

per oral, sefalosperin, atau eritromisin. Erisipelas yang lebih luas dan

parah membutuhkan hospitalisasi dan antibiotik intravena.3

Erisipelas paling banyak disebabkan oleh streptokokus, penisilin

merupakan lini pertama dalam pengobatan erisiplas. Penisilin diberikan

secara peroral ataupun intramuskular selama 10-20 hari. Jika pasien alergi

terhadap penisilin, maka dapat diganti dengan cefalosporin generasi

pertama. Namun, sefalosporin terkadang memiliki efek reaksi silang

terhadap penisilin, sehingga pasien yang pernah syak anafilaktik pada

pemberian penisilin tidak diperbolehkan diberi sefalosporin.3 Untuk

pengobatan topikal, pada lesi yang kering dapat diberikan salep

kortikosteroid.4

Istirahat baring dengan meninggikan tungkai dan kompres panas

akan menambah kenyamanan penderita dan mempercepat penyembuhan

penyakit.1,2,3

I. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada erisipelas adalah terbentuknya

abses, ganggren dan tromboflebitis.2 Abses merupakan infeksi kulit dan

subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah yang biasanya

disebabkan oleh streptokokus ataupun stafilokokus.4 Komplikasi erisipelas

yang jarang terjadi adalah glomerulonefritis akut, endokarditis, septikemia

dan streptococcal toksix shock syndrom.2

Bila erisipelas telah terjadi, kekambuhan dapat mengikutinya. Tiap

kekambuhan itu akan merusak saluran limfatik dan menimbulkan

pembengkakan dan limfedem. Selanjutnya kedua hal ini mempermudah

episode erisipelas selanjutnya. Erisipelas yang berulang-ulang sering

menimbulkan pembengkakan sisa (elefantiasis) di daerah yang terkena.1,2

J. Prognosis

Prognosis pasien dengan erisipelas adalah baik. Komplikasi akibat

infeksi yang ditimbulkan biasanya tidak mengancam jiwa, dan sebagian

pasien membaik dengan pemberian antibiotik tanpa menimbulkan sequel.

Page 13: Presus Kulit UC

Namun, angka kekambuhan pada pasien erisipelas mencapai hingga 20%

pada pasien yang memiliki faktor predisposisi.3

A.

Page 14: Presus Kulit UC

III. PEMBAHASAN

Sejak 5 tahun yang lalu pasien sering mengeluh kaki kiri dekat

pergelangan kakinya terasa gatal, bewarna kemerahan yang lama-kelamaan

menjadi bintik-bintik kehitaman. Keluhan ini terasa semakin memberat saat

pasien pulang dari menarik becak. Selain itu, pada kaki kiri pasien juga ditemukan

adanya tonjolan-tonjolan pembuluh darah yang terlihat berkelok-kelok, menurut

pasien tonjolan tersebut sudah ada sejak 7 tahun yang lalu. Berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan tanda dan gejala tersebut

menunjukan adanya riwayat dermatitis stasis kronik yang berulang. Faktor

predisposisi yang ada pada pasien adalah pekerjaan pasien sebagai tukang becak

yang menyebabkan kaki pasien sering tergantung dan usia pasien adalah 50 tahun

yang merupakan usia tua. Kedua faktor predisposisi ini berperan terhadap

timbulnya dermatitis stasis karena dapat menyebabkan insufisiensi katup vena

pada ekstremitas bawah.

Dermatitis stasis terjadi akibat adanya gangguan darah vena di tungkai

bawah. Hal ini terjadi akibat adanya gangguan pada katub vena sehingga tekanan

kapiler meningkat dan terjadi kerusakan kapiler yang menyebabkan edema dan

timbul ekstravasasi sel darah merah karena kapiler rusak. Selanjutnya timbul

stasis yang ireversibel.6,7 Akibat tekanan vena yang meningkat pada tungkai

bawah, akan terjadi pelebaran vena atau varises dan edema. Lambat laun kulit

bewarna merah kehitaman dan timbul purpura (karena ekstravasasi sel darah

merah ke dalam dermis) dan hemosiderosis. Edema dan varises mudah terlihat

bila penderita lama berdiri. Kelainan ini dimulai dari tungkai bawah bagian

medial atau lateral maleolus. Kemudian secara bertahap akan meluas keatas

samapai di bawah lutut, dan ke bawah sampai punggung kaki.1 Teori ini sesuai

dengan gejala yang dialami pasien.

Sejak 14 hari SMRS, pasien merasa demam dan lemas serta tungkai

sebelah kiri terasa nyeri, panas, gatal, bengkak dan berwarna kemerahan yang

menyebar secara cepat ke bagian atas tungkai. Tujuh hari SMRS, tungkai sebelah

kiri masih terasa nyeri, panas, dan gatal. Selain itu, kemerahan pada kaki kiri

bagian bawah semakin meluas keatas dan sebagian berubah menjadi kehitaman,

Page 15: Presus Kulit UC

serta terdapat benjolan kecil pada bagian tengah kaki kiri. Pada hari masuk rumah

sakit, keluhan pada tungkai kiri masih terasa nyeri, panas, dan gatal serta bengkak

dan sebagian bewarna kehitaman, selain itu pada tungkai kiri juga terdapat

benjolan bewarna merah yang mengeluarkan cairan seperti nanah. Pada

pemeriksaan dermatologikum, didapatkan eflorosensi berupa makula eritematosa

numular hingga plakat dengan batas tegas, hiperpigmentasi, erosi, skuama,

edematosa dan abses serta nyeri tekan pada regio cruris. Berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, gejala dan tanda pada pasien sesuai dengan

teori erisipelas.

Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut pada kulit (selulitis superfisial)

yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus ß hemoliticus.1,2 Erisipelas pada

umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu panas, menggigil, sakit

kepala, nyeri sendi, muntah dan malaise. Pada kulit nampak kemerahan, berbatas

tegas dengan bagian tepi meninggi dan pinggir cepat meluas. Daerah yang terkena

terasa panas, sakit dan bengkak, kadang-kadang terdapat indurasi dan sewaktu-

waktu timbul bula superfisial yang berisi cairan kekuningan (seropurulen).1,2,3

Erisipelas yang terjadi pada pasien ini mungkin disebabkan oleh adanya

dermatitis statis kronik yang berulang. Insufisiensi katup vena merupakan salah

satu faktor predisposisi yang dapat menimbulkan erisipelas ataupun membantu

perkembangan erisipelas karena aliran balik darah akan terganggu sehingga

memudahkan perkembangan bakteri. Selain itu, rasa gatal yang ditimbulkan pada

dermatitis stasis dapat menimbulkan mikrolesi akibat garukan yang dilakukan.

Mikrolesi akibat garukan ini dapat menjadi port the entry dari bakteri yang dapat

menyebabkan timbulnya erisipelas. Masuknya bakteri melalui kulit yang trauma

merupakan tahap awal perkembangan erisipelas.3

Page 16: Presus Kulit UC

IV. KESIMPULAN

1. Erisipelas merupakan penyakit infeksi akut pada kulit (selulitis superfisial)

yang biasanya disebabkan oleh bakteri Streptococcus ß hemoliticus.

2. Erisipelas pada umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu

panas, menggigil, malaise. Pada kulit nampak kemerahan, berbatas tegas

dengan bagian tepi meninggi, pinggircepat meluas, terasa panas, sakit dan

bengkak, kadang-kadang terdapat indurasi dan sewaktu-waktu timbul bula

superfisial yang berisi cairan kekuningan (seropurulen).

3. Diagnosis banding erisipelas adalah selulitis dan dermatitis satsis.

4. Pengobatan erisipelas secara non-medikamentosa adalah Istirahat dengan

elevasi tungkai hingga sedikit lebih tinggi dari posisi jantung dan kompres

dengan air hangat 3-4 x/hari.

5. Pengobatan erisipelas secara medikamentosa antibiotik, analgetik,

antihistamin, dan antiinflamasi

6.

Page 17: Presus Kulit UC

DAFTAR PUSTAKA

1. Kosasih A, Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SL. Penyakit Kulit. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: FKUI; 2007.h. 60-61; 150-151.

2. Amiruddin MD. Infeksi Bakteri Stafilokok dan Streptokok. Dalam: Harahap M, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000.h. 57-58.

3. Davis, L. Erysipelas Follow-up . Diunduh dari http://www.emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 22 Maret 2012

4. Siregar RS. Penyakit Kulit karena Infeksi Bakteri. Dalam: Hartanto H, editor. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Jakarta: EGC; 2004.h. 57-60.

5. Daili ESS, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia. Jakarta : Medical Multimedia Indonesia; 2005.h. 20; 44. (online)

6. ......................... Ekzema dan Dermatitis. Dalam: Harahap M, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000.h. 17-18.

7. Flugman, SL. Stasis Dermatitis. Diunduh dari http://www.emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 22 Maret 2012