presus ikk paulinam22.docx
Post on 07-Feb-2016
50 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
presentasi kasus ini dengan judul “Vertigo Sentral Pada Janda Paruh Baya
Dengan Status Gizi Berlebih Tidak Bekerja Dengan Status Sosial Ekonomi
Rendah Serta Fungsi Keluarga Kurang Sehat Dalam Rumah Tangga Tidak
Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat”.
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga di
Puskesmas Wirobrajan.
Banyak hambatan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat dukungan
dari banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kepaniteraan
klinik kedokteran keluarga ini. Penulis menyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama ini
dalam penulisan presentasi kasus ini, antara lain:
1. dr. Iva Kusdyarini, selaku kepala Pusekesmas Wirobrajan Yogyakarta
yang telah bersedia memberi kami kesempatan untuk belajar banyak di
puskesmas ini.
2. dr. Nurzammi dan dr. Nurwahyuningsih selaku dokter pembimbing
puskesmas yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dari mulai
persiapan, penyusunan hingga penulisan presentasi kasus ini selesai.
3. dr. Oryzati Hilman, selaku dokter pembimbing klinik di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan stase Ilmu Kedokteran Keluarga yang
1
telah memberi banyak masukan untuk menyempurnakan penulisan
presentasi kasus ini.
4. Seluruh dokter Puskesmas Wirobrajan dan seluruh dosen Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang selama ini telah memberikan ilmu
dan nasehat.
5. Seluruh karyawan Puskesmas Wirobrajan dan karyawan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah membantu kelancaran dalam
penulisan presentasi kasus ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan
presentasi kasus ini dan dicatat sebagai amal sholeh.
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini.
Semoga laporan kepaniteraan klinik kedokteran keluarga ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, Desember 2014Penyusun
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
A.LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................5
B. PROFIL PUSKESMAS..................................................................................6
C. RUMUSAN MASALAH................................................................................7
D. TUJUAN PENULISAN .................................................................................8
E. MANFAAT PENULISAN..............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................9
1. VERTIGO
A. DEFINISI VERTIGO.....................................................................................9
B. EPIDEMIOLOGI............................................................................................9
C. ETIOLOGI....................................................................................................10
D. KLASIFIKASI..............................................................................................13
E. GEJALA KLINIS..........................................................................................17
F. PATOFISIOLOGI.........................................................................................22
G. PEMERIKSAAN FISIK PADA VERTIGO.................................................24
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................34
I. PENATALAKSANAAN VERTIGO.............................................................35
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................40
A. IDENTITAS.................................................................................................40
B. ANAMNESIS...........................................................................................…40
C. PEMERIKSAAN FISIK...............................................................................44
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................46
E. DIAGNOSIS KERJA...................................................................................46
G. PENATALAKSANAAN.............................................................................46
3
BAB IV..................................................................................................................50
PEMBAHASAN....................................................................................................50
A. ANALISIS KASUS......................................................................................50
B. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH..........................................................50
C. FAMILY ASSESSMENT TOOLS...............................................................57
D. DIAGNOSIS HOLISTIK.............................................................................63
E. MANAGEMENT KOMPREHENSIF.........................................................63
BAB V PENUTUP................................................................................................65
A. KESMPULAN..............................................................................................65
B. SARAN........................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................66
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien.1
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan
prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20 - 30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness
vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria
(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 2
Terdapat empat tipe dizziness yaitu vertigo, lightheadedness, presyncope, dan
disequilibrium. Yang paling sering adalah vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan
dizziness yang dilaporkan pada primary care.2
Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari
system saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan
kondisi lain. 93% pasien pada primary care mengalami BPPV, acute vestibular
neuronitis, atau menire disease.2
Karena pasien dengan dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala
mereka, menetukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah
pendekatan menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan temuan radiologis akan membantu dokter unutk menegakkan diagnosis dan
member terapi yang tepat untuk pasien.3
5
B. PROFIL PUSKESMAS
Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di
wilayah kerja Kecamatan Wirobrajan. Unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan
adalah unit yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja
puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Di Kecamatan Wirobrajan terdapat satu puskesmas induk yaitu Puskesmas
Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu Tegalmulyo. Puskesmas Wirobrajan
terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah
utara adalah Kecamatan Tegalrejo, sebelah timur adalah Kecamata Ngampilan
dan Kecamatan Matrijeron, sebelah selatan dan barat adalah Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul.
Luas wilayah Kecamatan Wirobrajan adalah 1,78 km2 dengan pembagian
kelurahan menjadi tiga kelurahan yang terdiri dari: Kelurahan Pakuncen yang
terletak di bagian utara dengan 58 RT dan 12 RW, Kelurahan Wirobrajan terletak
di bagian tengah dengan 56 RT dan 12 RW, Kelurahan Patang puluhan terletak di
bagian selatah dengan 51 RT dan 10 RW.
Jumlah penduduk Kecamatan Wirobrajan adalah 28.152 jiwa dengan jumlah
kepala keluarga 8.592 dan terdiri dari 165 RT, 34 RW, serta 36 posyandu. Sasaran
kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan yang mengacu pada Indikator
Indonesia Sehat 2010 dan Standar Pelayanan Medik seperti derajat kesehatan,
keadaan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pelayanan
kesehatan, dan perbaikan gizi masyarakat.
Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi dengan fasilitas rawat inap namun
sudah terdapat fasilitas ambulans dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang pada
saat jam kerja dapat digunakan. Kegiatan pelayanan umum meliputi balai
pengobatan umum (BPU), balai pengobatan gigi (BPG), balai kesehatan ibu dan
anak/ keluarga berencana (BKIA/ KB), unit farmasi, unit kesehatan sekolah
(UKS), konseling gizi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan dan poli lanjut
6
usia (lansia), konseling PHBS, konseling psikologi, dan konseling berhenti
merokok.
Tabel 1. Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas
Periode 1 – 30 November 2014
NO.KODE DIAGNOSIS
NAMA JUMLAH
1 I10 Hipertensi Primer 456
2 J00 Nasopharingitis Akut (common cold) 222
3 E11 Type 2: Non insulin dependen DM 290
4 M13 Arthritis tdk spesifik 72
5 M25.5 Arthralgia 80
6 J02 Pharingitis 44
7 K30 Dyspepsia 62
8 J06.9 Ispa, infeksi saluran pernafasan atas 40
9 H81.4 Vertigo of central origin 58
10 R42 Pusing kepala dan kepeningan 101
11 R50 Demam yang sebabnya tak diketahui 75
12 M79.1 Myalgia 60
13 K29 Gastritis 59
14 M19.9 Osteoartritis/OA 55
15 K00.6 Disturbances in tooth eruption 54
16 K04.6 Periapical abscess with sinus 49
17 M54.5 Low back pain 44
18 J06.9 Diare dan Gastroentritis non spesifik 43
19 Z34 Pengawasan kehamilan normal 38
20 E78Gangguan metabolisme lipoprotein dan lipidal urin lain
37
Sumber : Puskesmas Wirobrajan (Diunduh pada 1 september 2014)
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat
dirumuskan adalah:
1. Apa saja faktor risiko yang ditemukan pada pasien ini?
7
2. Bagaimana family assessment tools pada pasien ini?
3. Bagaimana manajemen komprehensif pada pasien ini?
D. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan umum
Presentasi Kasus ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti
ujian kepaniteraan klinik program pendidikan profesi di bagian Ilmu
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu
KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakartadi Puskesmas
Wirobrajan Yogyakarta.
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi dan faktor
resiko, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari
vertigo sentral pada pasien dengan sosial ekonomi rendah serta fungsi
keluarga kurang sehat dalam rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih
dan sehat. Serta mampu memberikan manajemen penatalaksanaan
komprehensif pada pasien sesuai dengan disease dan ilnessnya.
E. MANFAAT PENULISAN
Berikut adalah beberapa manfaat penulisan laporan kasus kepaniteraan
klinik ilmu kedokteran keluarga mengenai penyakit vertigo sentral kronik :
1. Manfaat untuk puskesmas
Sebagai sarana kerja sama yang saling menguntungkan untuk dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapat
umpan balik dari hasil evaluasi dokter muda dalam rangka
mengoptimalkan peran puskesmas
2. Manfaat untuk mahasiswa
Sebagai sarana keterampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan
kesehatan dengan menerapkan prinsip kedokteran keluarga.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Vertigo
A. Definisi Vertigo
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan
lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,
disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri). 1
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. 3
B. Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan
prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki
epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness.
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness
vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi
mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria
(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 2
Frekuensi Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke
setiap tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan
1,5% diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum
dibandingkan dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10%
dari pasien infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan
9
ketidakseimbangan. Insidens sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/ 100.000
per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di
Amerika Serikat.
Jenis kelamin pada insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi
pada pria dibandingkan wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum,
rasio antara penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis multiple dua
kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria.
Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya
faktor resiko yang berkaitan, diantaranya hipetensi, diabetes melitus,
atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65
tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun.
Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun.
Cedera vaskular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan
kerusakan yang permanen dan kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi pada
vertigo perifer akut tidak dapat diharapkan pada vertigo sentral.
Dalam satu seri, infark serebelum memiliki tingkat kematian sebesar 7%
dan 17% dengan distribusi arteri superior serebelar dan arteri posterior inferior
serebelar. Infark di daerah yang disuplai oleh arteri posterior inferior serebelar
sering terkait dengan efek massa dan penekanan batang otak dan ventrikel ke
empat, oleh karena itu, membutuhkan manajemen medis dan bedah saraf yang
agresif. Dalam satu rangkaian 94 pasien, 20 diantaranya datang dengan Glasgow
Coma Scale (GCS) 8 yang mengindikasikan adanya penurunan kesadaran yang
signifikan. Tingkat kematian pasien lainnya, yaitu yang GCSnya lebih dari 8,
adalah 20%.
Neuroma akustik memiliki tingkat kematian yang rendah jika dapat
didiagnosis dengan cepat. Tumor dapat diangkat tanpa mengganggu N VII, namun
gangguan pendengaran unilateral dapat terjadi.
C. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
10
sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi
dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di
telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.5
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo:6
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di
dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional
4. infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere,
5. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada
arteri vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai
ke korteks.
Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab
vertigo serta lokasi lesi :7
Labirin, telinga dalam
- vertigo posisional paroksisimal benigna
- pasca trauma
- penyakit menierre
- labirinitis (viral, bakteri)
11
- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
- oklusi peredaran darah di labirin
- fistula labirin
Saraf otak ke VIII
- neuritis iskemik (misalnya pada DM)
- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
- neuritis vestibular
- neuroma akustikus
- tumor lain di sudut serebelo-pontin
Telinga luar dan tengah
- Otitis media
- Tumor
SENTRAL
Supratentorial
- Trauma
- Epilepsi
Infratentorial
- Insufisiensi vertebrobasiler
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus
dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung
platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;
sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,
asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat
bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak
dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat
penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan
keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.8
12
D. Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau
otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).7
1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi
dari sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik
berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :
a. Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual
surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk
gerakan akan sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan
gerakan badan. Keadaan yang memperovokasi antara lain duduk di jok
belakang mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.
b. Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat
(weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari
keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.
c. Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan
lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang
gejala-gejala vegetatif.
2. Patologik :
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :2
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak
atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam
atau nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII)
13
Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah , gula
darah yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau
infeksi sistemik.
Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda
batang otak lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan temuan
neurologis lainnya misalnya trigeminal sensory loss pada infark arteri cebellar
postero inferior. Pada pasien seperti ini perlu cepat dirujuk dan diinvestigasi. Red
flag pada pasien dengan vertigo meliputi :7
Sakit kepala
Gejala neurologis
Tanda neurologis
Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik.
Vertigo akut biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo
kronik memiliki mekanisme multifaktorial. Dizziness yang kronik lebih sering
terjadi pada usia tua karena insiden penyakit komorbid yang lebih besar. 7
Tabel 1. Perbedaan umum Vertigo perifer dan Vertigo sentral
Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentralLesi Sistem vestibuler (telinga dalam,
saraf perifer)Sistem vertebrobasiler dan gangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal jinak (BPPV), penyakit maniere, neuronitis vestibuler, labirintis, neuroma akustik, trauma
iskemik batang otak, vertebrobasiler insufisiensi, neoplasma, migren basiler
Gejala gangguan SSP
Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi, gangguan sensibilitas dan fungsi motorik, disartria, gangguan serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Habituasi Ya Tidak
Jadi cape Ya Tidak
Intensitas vertigo Berat Ringan
14
Telinga berdenging dan atau tuli
Kadang-kadang Tidak ada
Nistagmus spontan
+ -
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala
lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.5
Vertigo perifer memiliki beberapa episode berdasarkan lama waktu
berlangsungnya serangan vertigo :9
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan
oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian
mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat
juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh
neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara
spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit
darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
Tabel 2. klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral
Perifer SentralBangkitan vertigo Mendadak LambatDerajat vertigo Berat Ringan
15
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)Gejala otonom (++) (-)Gangguan pendengaran (+) (-)
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan
nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya nvolunter, bolak
balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari
refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis
atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu
seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi
netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.
Tabel 3. Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut :
No. Nystagmus Vertigo Sentral Vertigo Perifer1. Arah Berubah-ubah Horizontal /
horizontal rotatoar 2. Sifat Unilateral / bilateral Bilateral 3. Test Posisional
- Latensi - Durasi - Intensitas - Sifat
Singkat Lama Sedang Susah ditimbulkan
Lebih lama Singkat Larut/sedangMudah ditimbulkan
4. Test dengan rangsang (kursi putar, irigasi telinga)
Dominasi arah jarang ditemukan
Sering ditemukan
5. Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai
beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring
diam, tetapi vertigobisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama
sekali. Sesuai kejadiannya,
vertigo ada beberapa macam yaitu :
Vertigo spontan
Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari
Penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan
16
Endolimfa yang meninggi. Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah
ke jurusan lirikan kedua bola mata.
Vertigo posisi
Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena
perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada
kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis
semi-sirkularis.
Vertigo kalori
Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting
ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan
perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama,
maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda,
maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.7
E. Gejala Klinis
Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala
primer, sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh
gangguan pada sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia,
ataxia, gejala pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputa. Vertigo
dapat horizontal, vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang paling
sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan
nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi pergerakan dari sisi yang
berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika
sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya
berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau
ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan. Jika
sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh
sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus. 10
Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan
sebagai sensais didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi
apparatus otolitik pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit 10
17
Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan
kepala. Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua
matanya. Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh
dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami
gangguan. 10
Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasnaya universal pada pasien
dengan vertigo otologik dan sentral.11 Gejala pendengaran biasanya berupa
tinnitus, pengurangan pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh di
telinga.12Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala,
dan sensiivitas visual. 10
Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak
terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang dignkan pada pasien
dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada pasien vertigo yang
berhubungan dengan problem medic. 10
Suatu informasi penting yang didapatkna dari anamnesis dapat digunakan
untuk membedakan perifer atau sentral meliputi:2
Karekteristk dizziness
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi
berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau
hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan).
Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute
vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam
beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease, pada awalnya keparahan
biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan
pasien mengeluh vertigo ynag menetap dan konstan mungkin memilki
penyebab psikologis. 3
onset dan durasi vertigo
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin
lama durasi vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral menjadi
18
lebih besar. Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan
vertigo sentral kecuali pada cerebrovascular attack. Perbedaan onset dan
durasi maisng-masing penyebab vertigo dapat dilihat pada table 4. 2
Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo
sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya
menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan
ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau
torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.
Tabel 4. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab verigo
Durasi episode Kmeungkinan DiagnosisBeberapa detik
Detik sampai menit
Beberapa menit sampai satu jam
Beberapa jam
Beberapa hari
Beberapa minggu
Peripheral cause: unilateral loss of vestibularfunction; late stages of acute vestibularneuronitis
Benign paroxysmal positional vertigo;perilymphatic fistula
Posterior transient ischemic attack;perilymphatic fistula
Ménière’s disease; perilymphatic fistula fromtrauma or surgery; migraine; acoustic neuroma
Early acute vestibular neuronitis*; stroke;migraine; multiple sclerosis
Psychogenic
Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada
vertigo vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi,
penyebab yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada
saluran pernapasan atas kemungkinan berhubungan dnegan acute vestibular
neutritis atau acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine dapat
menyebabkan vertigo jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine.
Vertigo dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat
19
disebabkn oleh trauma baik langsung ataupun barotraumas, mengejan.
Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga ke bawah akan
memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik. Adanya
fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara bising
pada frekuensi tertentu) mengarah kepada penyebab perifer.
Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan
tentang stress psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada
anamsesis tidak cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun. 3
Tabel : Perbandingan Faktor Pencetus dari masing-masing penyebab Vertigo
Faktor pencetus Kemungkinan diagnosisPerubahan posisi kepala
Spontaneous episodes(i.e., no consistentprovoking factors)
Recent upper respiratoryviral illness
Stress
Immunosuppression(e.g., immunosuppressivemedications, advancedage, stress)
Changes in ear pressure, head trauma, loud noises
Acute labyrinthitis; benign positional paroxysmal vertigo; cerebellopontineangle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula
Acute vestibular neuronitis; cerebrovasculardisease (stroke or transient ischemicattack); Ménière’s disease; migraine;multiple sclerosis
Acute vestibular neuronitis
Psychiatric or psychological causes; migraine
Herpes zoster oticus
Perilymphatic fistula
Gejala Penyerta
Gejala penyerta berupa penurunan pendnegaran, nyeri, mual, muntah
dan gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis peneybab
20
vertigo. Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran
berasal dari perifer, kecuali pada penyakit serebrovaskular yang mengenai
arteri auditorius interna atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang
menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga
tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atau iritasi meningeal.
Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual pada acute vestibular
neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan BPPV.
Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala
neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan
pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain
pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo
sentral misalnya penyakit cererovascular, neoplasma, atau multiple
sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang
berhubungan dengan migraine misalnya sakit kepala yang tipikal
(throbbing, unilateral, kadnag disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan
fonofobia. 21-35 persen pasien dengan migraine mengeluhkan vertigo. 3
Tabel. Gejala penyerta untuk berbagai penyebab vertigo
Gejala Kemungikanan diagnosis
Sensasi penuh di telinga
Nyeri telinga atau mastoid
Kelmahan wajah
Temuan deficit neurologis fokal
Sakit kepala
Tuli
Acoustic neuroma; Ménière’s disease
Acoustic neuroma; acute middle ear disease (e.g., otitis media, herpes zoster oticus)
Acoustic neuroma; herpes zoster oticus
Cerebellopontine angle tumor; cerebrovascular disease; multiple sclerosis (especially findings not explained by single neurologic lesion)
Acoustic neuroma; migraine
Ménière’s disease; perilymphatic fistula; acoustic neuroma; cholesteatoma; otosclerosis; transient ischemic attack or stroke involving anterior inferior cerebellar artery; herpes zoster oticus
21
Imbalans
Nistagmus
Fonofobia,fotofobia
Tinnitus
Acute vestibular neuronitis (usually moderate); cerebellopontine angle tumor (usually severe)
Peripheral or central vertigo
Migraine
Acute labyrinthitis; acoustic neuroma; Ménière’s disease
F. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat
kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan
vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.9
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga
muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat
berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.12
22
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian
ketidakseimbangan tubuh :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan
menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi
kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan
sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus
(usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler,
serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan
gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini
otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga
jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola
gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika
pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi
mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis
terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan
23
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang
menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan
stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor),
peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat
di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang
menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat
dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
G. Pemeriksaan Fisik Pada vertigo
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan kepala dan
leher serta system cardiovascular.
i. Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologic meliputi :
pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli
sensorineural, nistagmus. 2
Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis
cerebellar. Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus
rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.
ii. Gait test
1. Romberg’s sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan
namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral
memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan.
walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau
24
propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada
sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak
berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya
erbatas pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia,
atau cerebrovascular event3.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita
akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata
terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler
badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.
Gambar : Uji Romberg
2. Unterberger's stepping test1
Pasien disuruh untuk berjalan ditempat dengan mata tertutup – jika
pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada
sisi tersebut.2
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan
di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
25
menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan
bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang
lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah
lesi.
3. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
Pemeriksaan untuk menentukan letak lesi di sentral atau perifer.
Test Fungsi Vestibuler
- Dix-Hallpike manoeuvre 1
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah
garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri.
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini
dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit,
akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali
26
(fatigue). Sentral : tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-
langsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula
(non-fatigue).
Gambar : Dix hallpike mhnuever
iii. Test hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya
normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu
diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut
menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa
nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus
terjadi setelah hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII. 5
iv. Tes Kalori
Rangsangan kalori adalah suatu tes yang menggunakan perbedaan
temperatur untuk mendiagnosa adanya kerusakan saraf ke delapan yang
menyebabkan vertigo.(caloric stimulation-internet). Dengan tes ini dapat
ditentukan adanya kanal paresis atau directional preponderance ke kiri atau
ke kanan.Kanal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga,
baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional
preponderance ialah jika abnormalitas pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga.Kanal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin
atau N.VIII, sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi
27
sentral.(vertigo, cermin dunia kedokteran)Pada tes ini, subyek ditempatkan
sedemikian rupa sehingga bidang salah satu kanalis semisirkularis (biasanya
horisontal) menjadi sejajar dengan suatu bidang yang vertikal terhadap bumi
yaitu dengan cara posisi pasien tidur terlentang, dengan kepala fleksi 30º,
atau duduk dengan kepala ekstensi 60º. Tes ini terdiri dari dua cara, yaitu tes
kalori cara Kobrak dan tes kalori bitermal.3,5
v. Tes Kobrak
Digunakan spuit 5 atau 10 mL, ujung jarum disambung dengan kateter.
Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air es (0ºC), sebanyak 5 mL
selama 20 detik ke dalam liang telinga. Sebagai akibatnya terjadi transfer
panas dari telinga dalam yang menimbulkan suatu arus konveksi dalam
endolimfe.
vi. Tes Bitermal
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick & Hallpike. Pada cara ini dipakai 2
macam air, dingin dan panas.Suhu air dingin adalah 30ºC, sedangkan suhu
air panas adalah 44ºC. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga
masing-masing 250 mL, dalam waktu 40 detik.Setelah air dialirkan, dicatat
lama nistagmus yang timbul. Setelah liang telinga kiri diperiksa dengan air
dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin jugakemudian telinga kiri
dialirkan air panas, lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan
(telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan
selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).3,5
Langkah Telinga Suhu air Arah Nistagmus Waktu
Nistagmus
Pertama Kiri 30oC Kanan kanan a........detik
Kedua Kanan 30oC Kanan kanan b.......detik
Ketiga Kiri 44oC Kanan kanan c.......detik
Keempat Kanan 44oC Kanan kanan d.......detik
28
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin
normal hipoaktif atau tidak berfungsi. Pemeriksaan ini juga dapat ditinjau
dengan melakukan tes elektronistagmogram dan posturografi.
vii. Tes Nistagmus
a) Tes Nistagmus Spontan
Nylen memberikan kriteria dalam menentukan kuatnya nistagmus
ini. Bila nistagmus spontan ini hanya timbul ketika mata melirik searah
dengan nistagmusnya, maka kekuatan nistagmus itu sama dengan Nylen 1.
Bila nistagmus timbul sewaktu mata melihat ke depan, maka disebut
Nylen 2, dan bila nistagmus tetap ada meskipun mata melirik berlawanan
arah nistagmus, maka kekuatannya disebut Nylen 3.
Bila terdapat nistagmus spontan, maka harus dilakukan tes
hiperventilasi. Caranya ialah pasien diminta mengambil nafas cepat dan
dalam selama satu menit, dan sejak mulai setengah menit terakhir
direkam.Bila terdapat perbedaan 7º per detik maka berarti tes
hiperventilasi positif.Tes valsava caranya adalah dengan menahan nafas
selama 30 detik, dan sejak mulai menahan nafas itu direkam, dan
interpretasi sama dengan hiperventilasi.3,5,9
b) Tes Nistagmus Posisi
Tes nistagmus posisi ini dianjurkan oleh Hallpike dan cara ini
disebut Perasat Hallpike. Caranya adalah, mula-mula pasien duduk,
kemudian tidur terlentang sampai kepala menggantung di pinggir meja
periksa, lalu kepala diputar ke kiri, dan setelah itu kepala diputar ke kanan.
29
Gambar 10 . Perasat Hallpike
Pada setiap posisi nistagmus diperhatikan, terutama pada posisi
akhir. Nistagmus yang terjadi dicatat masa laten, dan intensitasnya. Juga
ditanyakan kekuatan vertigonya secara subyektif. Tes posisi ini dilakukan
berkali – kali dan diperhatikan ada tidaknya kelelahan. Dengan tes posisi
ini dapat diketahui kelainan sentral atau perifer. Pada kelainan perifer akan
ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan dan vertigo biasanya tersasa
berat.Pada kelainan sentral sebaliknya, yaitu tidak ada masa laten, tidak
ada kelelahan dan vertigo ringan saja.3,9
Nistagmus posisi yang berasal dari perifer dapat dibedakan dari
nistagmus yang disebabkan oleh debris (nistagmus paroksismal tipe jinak),
atau oleh kelainan servikal, atau kedua-duanya (kombinasi).
Tanda yang kita ketahui Kelainan Sentral Kelainan Perifer
1. Nistagmus Spontan Vertikal Horizontal/rotatoir
2. Nistagmus Posisi Tidak ada kelelahan Ada kelelahan
3. Nistagmus Kalori Normal/
preponderance
Paresis
Tabel Macam-macam Nistagmus
30
viii. Tes Rotasi
Penderita didudukkan di atas kursi yang diletakkan pada pusat aksis rotasi
dari suatu motor torque dan mempunyai perlengkapan untuk menjaga
kepala dan kaki.Kursi khusus ini dikenal dengan kursi Barany, yang khusus
dibuatuntuk tes ini.Bila subyek duduk tegak dengan memiringkan kepala
30º ke bawah, maka kanalis horisontalis dapat dirangsang secara
maksimum.Gerakan leher dicegah sehingga rotasi akan menggerakkan
tubuh dan kepala bersamaan.Rotasi dilakukan dengan mata tertutup, dalam
satu arah dengan percepatan konstan dalam waktu singkat (mis. 20 detik)
atau secara osilatorik (mis. Sinusoid).Untuk percepatan konstan dilakukan
pengukuran amplitudo dan lamanya respon, sedangkan untuk rotasi sinusoid
diukur fase serta hasil yang didapat.
Pada akhir putaran (rotasi) dihentikan mendadak dan penderita langsung
disuruh melihat jari pemeriksa yang dilakukan di depan penderita dan
terhadap telinga yang diperiksa.Pada tes ini dicatat waktu dalam detik, lama
pasca nistagmus, dan pada orang normal akan hilang kurang lebih 25
sampai 35-40 detik.3,5,9
ix. Posturografi
Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara
obyektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang.
Untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan
karena gangguan vestibuler, maka input visual diganggu dengan menutup
mata dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri diatas alas tumpuan
yang tidak stabil. Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat
ayun tubuh berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu
berpegangan.
Pemeriksaan Posturografi dilakukan dengan menggunakan alat yang
terdiri dari alas sebagai dasar tumpuan yang disebut Force platform,
komputer graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm, untuk mengganggu
input proprioseptif, disket data digunakan untuk menyimpan data hasil
pengukuran.
31
x. Elektronistagmografi (ENG)
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menetukan apakah gangguan keseimbangan tersebut disebabkan oleh
penyakit di telinga dalam atau tidak.3,5,9
Ada empat bagian utama tes dari elektronistagmografi:
1. Tes kalibrasi berguna untuk mengevaluasi rapid eye movements.
2. Tracking test mengevaluasi pergerakan dari mata selama mengikuti gerakan dari benda target.
3. Tes posisi mengukur nistagmus yang diukurposisikepala.4. Tes kalori mengukur respon terhadap air panas dan dingin
yang dimasukkan ke dalam liang telinga.
xi. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala: Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli
konduktif dan tuli perseptif
b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone
Decay.
xii. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :
1. pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya
herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma (Sura
et Newell, 2010).
2. Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong
tragus dan meatus akustikus eksternus pada siis yang bermasalah)
mengindikasikan fistula perikimfatik .2
3. Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk
meningkat tekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat
menyebabkan vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik atau
32
dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic
berdasarkan klinis ini masih terbatas. 3
4. Head impulses test
Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan
diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan
kepala pasien. Dimulai dengan pemeriksa menolehkan kepala pasien ke
salah satu sisi pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan kepala pasien
sisi lainnya horizontal 20 o dengan cepat. Pada orang yang normal tidak
ada saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika
ada sakade setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada
vestibular perifer pada siis itu (Allen, 2008).
Gambar 11. Head impulses test
xiii. Pemeriksaan Cardiovascular
Perubahan orthostatic pada tekanan darah sistolik (misalnya turun 20 mmHg
atau lebih) dan nadi (misalnya meningkat 10 denyutan per menit) pada
pasien dengan vertigo dapat menentukan masalah dehidrasi dan disfungsi
otonom.
33
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular
testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis.
Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien
mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak jelas maka
dapat dilakukan audiometric pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan
gangguan pendengaran.
Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan
dizziness . Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas.
Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, funsi
thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen pasien. 11
Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo
yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya
CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan
integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan
kompleks nervus VIII. 11
I. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20-
40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada
pasien.
J. Diagnosis Banding
Dianosis banding dari vertigo dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 9. Diagnosis Banding Vertigo
Vertigo dengan tuli Vertigo tanpa tuli Vertigo dengan tanda
intracranial
Ménière’s disease Vestibular neuritis Tumor Cerebellopontine angle
Labyrinthitis Benign positional
vertigo
Vertebrobasilar insufficiency
dan thromboembolism
Labyrinthine trauma Acute vestiblar Tumor otak
34
dysfunction
Misalnya, epyndimoma atau
metastasis pada ventrikel
keempat
Acoustic neuroma Medication induced
vertigo e.g
aminoglycosides
Migraine
Acute cochleo-
vestibular
dysfunction
Cervical spondylosis Multiple sklerosis
Syphilis (rare) Following flexion-
extension injury
Aura epileptic attack-terutama
temporal lobe epilepsy
Obat-obatan- misalnya,
phenytoin, barbiturate
Syringobulosa
K. Penatalaksanaan Vertigo
1) Prinsip umum medikasi terapi Vertigo
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus
terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering
digunakan :
a. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin
yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,
meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki
aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik
ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping
yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat
35
efek samping ini memberikan dampak yang positif. Beberapa antihistamin yang
digunakan adalah :
1. Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali
“rash” di kulit.
- Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
- Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi
dalam beberapa dosis.
2. Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg
– 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.
3. Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.
b. Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan
obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak
terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain
seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini
berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
- Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons
terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3
kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk
36
(sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di
kulit.
c. Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh
bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
- Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo.
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –
25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah
sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit
disbanding obat Fenotiazine lainnya.
- Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan
akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan
intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50
mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).
d. Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.
- Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali
sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti
vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi)
dan menjadi gelisah – gugup.
e. Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan
yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut
kering dan penglihatan menjadi kabur.
37
- Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg
- Diazepam
Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.
f. Obat Anti Kholinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem
vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan
mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 –
4 kali sehari.
2) Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita
yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan
oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem
visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu,
sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi
gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan
keseimbangan.12
Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak
miring).
38
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan
mata tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.
3) Terapi Fisik Brand-Darrof
Ada berbagai
macam latihan fisik,
salah satunya adalah
latihan Brand-
Darrof.12
Gambar 12. Gerakan Brand-Darrof
Keterangan Gambar:
1. Ambil posisi duduk.
1. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik
posisi duduk.
39
2. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing
gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali.
3. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. E
Usia : 55 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Kuncen
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : Tamatan SMA
Jaminan Kesehatan : JAMKESMAS
Kunjungan Puskesmas : 11 Desember 2014
Kunjungan Rumah : 12 Desember 2014
B. Autoanamnesis
Anamnesis disease:
1. Keluhan Utama: Kepala terasa pusing berputar - putar
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak +/- 4 hari yang lalu pasien mengeluh pusing berputar – putar, kadang
terasa lemas seperti ingin pingsan. Pusing hilang timbul, dengan frekuensi
sering dalam sehari. Keluhan bertambah berat ketika pasien beraktivitas,
dan keluhan berkurang ketika pasien istirahat, tidur dan minum air putih
hangat. Menurut keterangan pasien, ia memiliki riwayat vertigo yang sering
kambuh – kambuhan. Pasien sudah +/- 37 tahun menderita vertigo dan
sering kambuh – kambuhan hingga sekarang. Namun +/- 1 tahun ini pasien
40
sudah jarang merasakan keluhan pusing berputar seperti yang dirasakan
sekarang. Pasien juga mengeluh badan terasa pegal, kadang – kadang nyeri
pada persendian dan tangan terasa agak kaku.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat opname : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat kelahiran : pasien lahir cukup bulan dengan
persalinan normal dan BBL 2000gr.
Riwayat demam tinggi dan kejang pada waktu umur sekitar < 2
tahun.
Menurut keterangan pasien, saat pasien berumur sekitar 12 tahun,
pasien pernah mengalami trauma terjatuh dari sepeda dan tidak
sadarkan diri sekitar lebih dari 3 jam.
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Hipertensi : Ibu pasien (+)
Riwayat Penyakit jantung : Ayah pasien (+)
Riwayat Diabetes mellitus : disangkal
Riwayat kelainan kelenjar getah bening : Kakak pertama (+).
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat Hepatitis : Kakak kedua (+)
Riwayat Vertigo : Adik terakhir (+)
Riwayat asma dan alergi di keluarga disangkal.
5. Riwayat Personal Sosial:
Pendidikan
Pasien merupakan tamatan SMA, tidak melanjutkan ke jenjang
selanjutnya karena faktor ekonomi.
Pekerjaan
41
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Sehari - hari pasien mengurus
rumah dan anak – anaknya dan membantu anaknya berjualan pakaian
dan jilbab di rumahnya. Pasien memenuhi kebutuhan sehari-hari
dengan mengandalkan dari penghasilan penjualan barang tersebut.
Penghasilan yang didapat tidak tentu. Penghasilan rata-rata perbulan
500.000 – 1.000.000/bulan. Pasien merasa penghasilan keluarganya
kurang untuk kebutuhan sehari – hari dan pasien hampir tak bisa
menabung untuk kebutuhan lainnya.
Perkawinan
Pasien menikah ± tahun 1984 saat pasien berusia 24 tahun. Dari hasil
perkawinan pasien dikaruniai 4 orang anak. Suami pasien telah
meninggal dunia pada tahun 2007 karena stroke dan DM. Hubungan
pasien dengan anak – anaknya baik, namun pasien sering konflik
dengan anak pertamanya.
Sosialisasi
Pasien tidak terlalu suka bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya,
karena merasa tidak nyaman dan sering berkonflik dengan
tetangganya. Pasien menutup diri dari aktivitas masyarakat. Tetapi
kadang – kadang pasien mengikuti pengajian dan senam lansia
bersama di lingkungan sekitar rumah.
Gaya Hidup
Pasien biasa makan 2x-3x sehari. Setiap hari pasien memiliki
kebiasaan makan nasi dan sayur dengan porsi secukupnya. Biasanya
pasien masak sekali sehari yaitu pada pagi hari, dan makanan untuk
persedian pagi hingga malam. Pasien tidak merokok, tidak minum
minuman beralkohol serta tidak mengkonsumsi obat terlarang. Setiap
hari pasien selalu beristirahat tidur siang sekitar 1 jam, sedangkan
malam hari, pasien beristirahat hingga 7 jam. Pasien kadang
berolahraga 2x seminggu dengan mengikuti senam lansia. Pasien lebih
banyak menghabiskan waktu untuk duduk dan beristirahat sambil
membaca buku. Saat stress, pasien mengurangi stress dengan cara
42
lebih banyak beribadah dan membaca Al – Qur’an. Pasien sering cepat
cemas dan khawatir dengan masalah – masalah yang kadang terjadi di
keluarganya.
Pengobatan
Pasien lebih sering beristirahat jika penyakitnya kambuh, dan baru
berobat jika penyakitnya semakin parah hingga membuat ia hampir
pingsan.
Anamnesis illness
Perasaan
Pasien terkadang khawatir dan cemas jika penyakitnya kembali
kambuh. Namun sekarang pasien pasrah dengan penyakitnya ini, ia
merasa sudah berusaha untuk selalu sehat dan yakin bahwa
penyakitnya ini dari Tuhan dan pasti bisa sembuh.
Ide-ide
Menurut pasien penyakit Vertigonya ini tidak terlalu berbahaya
dan dengan istirahat penyakitnya ini dapat diatasi tanpa harus
berobat.
Harapan pasien
Pasien ingin selalu dalam keadaan sehat dan ingin penyakit
vertigonya ini tidak kambuh – kambuhan agar aktivitasnya tidak
terganggu.
Efek terhadap fungsi social dan ekonomi
Semenjak mengidap penyakit vertigo, pasien mengaku lebih
berhati – hati dalam beraktivitas karena kadang – kadang ketika
kambuh pasien tidak kuat dan pingsan. Pasien sering mual dan
lebih banyak istirahat. Pasien mengaku penyakitnya terkadang
sangat mengganggu sehingga pekerjaan rumah sering terbengkalai.
6. Review Anamnesis Sistem:
Kepala/leher: Penglihatan kabur (+) rw. miopi.
Sistem pernapasan: Tak ada keluhan.
43
Sistem peredaran darah dan jantung: Tak ada keluhan.
Sistem pencernaan: Tak ada keluhan.
Sistem saluran kencing dan kelamin: Tak ada keluhan
Sistem tulang dan otot : Sering pegal – pegal.
Sistem persarafan: Sering pusing berputar.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan dan Keadaan Umum: Compos Mentis, baik
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 66 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Suhu badan : 36,6°C
Pernapasan : 21 x/menit
3. Antropometri
Tinggi Badan : 152 cm
Berat Badan : 54 kg
Indeks Massa Tubuh: 23,47
Lingkar perut : 90 cm
Lingkar lengan atas : 31 cm
4. Status Gizi: overweight
5. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala : Simetris,mesosefal
Rambut : Lurus, warna putih.
6. Pemeriksaan Mata
Bulu mata : Dalam batas normal
Konjungtiva
Bulbi : Injeksi (-/-)
Palpebra : Hiperemis (-/-)
Kornea : Arcus senilis (-/-)
Bilik mata depan : Dalam, jernih/dalam, jernih
Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor
44
Lensa : Jernih/jernih
Visus : Tidak dilakukan
Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan
7. Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), nyeri tekan (-/-), serumen (-/-)
8. Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)
9. Pemeriksaan Leher
Kelenjar tiroid : Tidak membesar
Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)
JVP : Tidak meningkat
10. Pemeriksaan Dada
Pulmo:
Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-), retraksi
(-)
Palpasi: simetris, ketertinggalan gerak (-), vokal fremitus normal
Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor:
Inspeksi: ictus cordis tak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi: batas jantung kanan atas: SIC II parasternal dextra.
Kanan bawah: SIC IV parasternal dextra. Kiri atas: SIC II
parasternal sinistra. Kiri bawah: SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi: S1-S2 reguler, bising (-)
11. Pemeriksaan Abdomen:
Inspeksi: datar, jejas (-)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba, massa (-), ascites (-)
Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut
12. Pemeriksaan Ekstrimitas:
13. Tabel 6. Pemeriksaan Ekstremitas
Tungkai Lengan
45
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan
Tonus
Trofi
Edema
Akral
Nyeri
Pembengkakan
sendi
Kekuatan
Tremor
Luka
Clavus
Pale
Pulsatil
Nadi
Bebas
Normal
Eutrofi
-
Hangat
-
-
+5
-
-
-
-
Normal
Reguler
Bebas
Normal
Eutrofi
-
Hangat
-
-
+5
-
-
-
-
Normal
Reguler
Bebas
Normal
Eutrofi
-
Hangat
-
-
+5
-
-
-
-
Normal
Reguler
Bebas
Normal
Eutrofi
-
Hangat
-
-
+5
-
-
-
-
Normal
Reguler
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
Disarankan dilakukan : pemeriksaan romberg tes, tes audiometric, vestibular
testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis.
E. Diagnosis Banding
Vertigo Sentral
Vertigo Perifer
F. Diagnosis Kerja
Vertigo Sentral
G. Penatalaksanaan
Farmakologis
Betahistine 2 x 1
Bioneuron 1 x 1
46
Non farmakologis
- Edukasi, meliputi :
a. Penyakit yang diderita pasien : penyebab, gejala, komplikasi dan
pengelolaannya.
b. Modifikasi gaya hidup sehat
Menjaga pola hidup sehat untuk mendapatkan kualitas hidup yang
baik
Perbanyak makan buah dan sayur setiap hari
Menjaga berat badan ideal
Melakukan aktivitas fisik seperti bersepeda, jalan kaki, aerobic.
Dilakukan 3-5 kali seminggu dengan durasi 30 menit
Mengatur pola istirahat, yaitu istirahat cukup 6 – 8 jam / hari
Mengelola stress
Terapi Nutrisi Medis
Perhitungan kalori: metode perhitungan kebutuhan kalori harian istirahat atau
BMR (basal metabolic rate) menggunakan rumus Harris – Benedict.
Rumus BMR wanita = 655 + (9,6 x bb dalam kg) + (1,8 x tb dalam cm) – (4,7 x
umur dalam tahun)
Kebutuhan kalori basal per hari :655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
655 +(9,6 x 54) + (1,8 x 152) – (4,7 x 55)
1188.5 kkalori= 1189 kkalori
Kebutuhan kalori per hari : AMB x aktivitas fisik
1189 x 1,55 = 1843 kkalori – 500 kkalori (overweigh)
= 1343 kkalori
Kebutuhan karbohidrat : 60 % x 1343 = 805,8 kkalori
= 201.45 gram
Kebutuhan protein : 20 % x 1343 = 268.6 kkalori
= 67.15 gram
Kebutuhan lemak : 20 % x 1343 = 268.6 kkalori
= 368.6/9 = 29.84 gram
47
Kebutuhan kalori dibagi 6x sehari: sarapan 20%, snack pagi10%, makan siang
30%, snack sore10% , makan malam 20%, snack malam 10%.
Waktu Menu Bahan Berat
(gr)
Kalori
(kkal)
Lemak
(gr)
Protein
(gr)
Karbohidrat
(gr)
Sarapan
(07.00)
Nasi putih
oseng telur
wortel
Sayur bening
bayam dan
jagung
Perkedel
tempe
Jeruk manis
2 buah
Nasi Putih
Telor ayam
Wortel
Minyak sawit
Bayam
Jagung
Tempe
Jeruk
100
50
50
5
100
50
50
110
175
50
25
50
25
25
75
50
-
7
0,5
-
1
1
3
-
4
2
-
5
-
-
5
-
40
-
2,5
-
5
5
7
6
Selingan
I
(10.00)
Pisang
Bayam
Pisang
Bayam
150
100
50
25
-
1
-
-
12
5
Makan
siang
(13.00)
Nasi putih
Sop
Tempe
Apel
Beras
Makroni
Bakso
Wortel
Kol
Tahu
Apel
100
50
170
50
5
110
85
175
175
50
25
50
75
50
-
-
2
-
-
3
-
4
4
7
1
1
5
-
40
40
-
5
5
7
12
Selingan
II
(16.00)
Sawi rebus
Jeruk manis
2 buah
Sawi
Jeruk
100
110
25
50
-
-
1
-
5
12
Makan Nasi putih Beras 100 175 - 4 40
48
malam
(19.00) Sayur labu
Telur dadar
Oseng tempe
Apel
Labu siam
Telur ayam
Minyak sawit
Tempe
Jambu Air
50
50
50
50
110
25
50
50
75
50
-
7
-
5
-
1
2
5
3
-
5
-
-
7
12
Selingan
III
(21.00)
Pisang rebus
Pepaya
Pisang
Apel
150
85
50
50
-
-
-
-
12
12
Konsumsi air putih 8 – 10 gelas per hari
Tabel . Menu makanan sehari-hari
49
BAB IV
PEMBAHASAN
A. ANALISIS KASUS
Diagnosis klinis pada pasien ini adalah vertigo sentral. Diagnosis tersebut
didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, yang mengarah
pada vertigo sentral. Berdasarkan anamnesis pasien menderita vertigo sejak
37 tahun yang lalu. Pasien sering mengeluh pusing berputar – putar, kadang
terasa lemas seperti ingin pingsan, bahkan kadang sampai pingsan. Riwayat
trauma kepala yang pernah dialami pasien ketika usia 12 tahun menjadi
salah satu faktor resiko vertigo sentral.
B. ANALISIS KUNJUNGAN RUMAH
1. Kondisi Pasien
Kunjungan ke rumah dilakukan pada tanggal 13 Desember 2014.
Pada saat kunjungan, keadaan umum pasien tampak baik. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 105/70 mmHg, nadi
76x/menit, frekuensi pernafasan 21x/menit, dan suhu 36,5˚C.
2. Keadaan Rumah
a) Lokasi : Rumah pasien terletak di Kuncen
wirobrajan 1 RT 21 RW 05 No 458, kelurahan Wirobrajan,
kecamatan Wirobrajan, Yogyakarta. Rumah tersebut terletak di
kawasan padat penduduk, tidak berlokasi di tempat yang berbahaya
dan cukup jauh dari sungai.
50
U
Masjid Kuncen Rumah
Pasien
b) Kondisi rumah : bangunan permanen, berdinding tembok,
lantai keramik, atap dari genting ada langit-langit. Ventilasi udara
kurang dan sinar matahari kurang masuk ke dalam rumah
c) Luas : luas rumah 6 m x 8 m = 48 m2, jumlah
penghuni dalam satu rumah ada lima orang
d) Lantai Rumah : lantai keramik kurang bersih.
e) Pembagian ruangan : rumah terdiri atas satu ruang untuk ruang
tamu menjadi satu dengan ruang usaha, ruang makan, kamar tidur
terpisah dengan sekat permanen, ruang keluarga diisi oleh televisi
yang berada di atas lemari kecil, satu kamar mandi, dan satu dapur.
f) Pencahayaan : Cahaya yang masuk ke ruangan kurang,
jendela ruang tamu jarang dibuka, pasien jarang menyalakan lampu
pada siang hari.
g) Sanitasi Dasar : Kebutuhan air untuk sehari – hari
menggunakan air PAM, di dalam rumah terdapat satu jamban.
Sampah dikumpulkan disatu tempat pada halaman depan.
h) Kebersihan dan tata letak barang dalam ruangan: Kebersihan
rumah tampak kurang bersih dan kurang rapi.
i) Kepemilikan : rumah dan tanah merupakan milik orang tua
51
J
KT
D+ RM
RK
RT + RU
Denah rumah Ny. E dibuat 12 Desember 2014
Skala 1: 100
3. Lingkungan Sekitar
a. Halaman : Rumah pasien. memiliki halaman yang dipisahkan oleh pagar,
disamping rumah pasien langsung berhubungan dengan rumah tetangga
yang saling berdempetan hanya terpisah oleh tembok.
b. Pengolahan Limbah : Air limbah langsung mengalir ke selokan tertutup
(saluran kota) untuk diolah lebih lanjut. Untuk penampungan sampah,
dikumpulkan satu tempat di halaman, tempat sampah tidak tertutup.
c. Rumah Tetangga : Rumah pasien dan tetangga saling berdekatan,
dipisahkan oleh tembok rumah masing-masing.
52
Utara
Keterangan :
RT : ruang tamu
RU : ruang usaha
RK : ruang keluarga
KT Kamar tidur
J : Jamban
D : Dapur
RM : Ruang makan
Pedoman Umum Gizi Sehari-hari (PUGS)
No
.
PUGS Jawaba
n
Sko
r
1 Makan beraneka ragam makanan. Ya 1
2 Makan makanan untuk memenuhi kecukupan
energi.
Ya 1
3 Makan sumber karbohidrat setengah dari
kebutuhan energi.
Tidak 0
4 Batasi konsumsi lemak dan minyak
seperempat dari kebutuhan energi.
Tidak 0
5 Gunakan garam beryodium Ya 1
6 Makanlah makanan sumber zat besi. Tidak 0
7 Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI
Eksklusif) sampai bayi umur 6 bulan
Tidak 0
8 Biasakan makan pagi. Ya 1
9 Minumlah air bersih dan aman yang cukup. Ya 1
10 Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara
teratur.
Tidak 0
11 Hindari minum minuman berakohol. Ya 1
12 Makanlah makanan yang aman bagi
kesehatan.
Ya 1
13 Bacalah label pada makanan yang dikemas. Tidak 0
TOTAL 7
Interpretasi :
Nilai PUGS keluarga <60%
Keluarga tidak menerapkan pedoman umum gizi seimbang
Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
No Indikator / Pertanyaan Jawaban Skor
53
.
1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan - -
2 Pemberian Asi eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan - -
3 Menimbang berat badan balita setiap bulan - -
4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat
kesehatanYa 1
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya 1
6 Menggunakan jamban sehat Ya 1
7 Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di
rumah dan lingkungannya sekali semingguYa 1
8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Tidak 0
9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Tidak 0
10 Tidak Merokok Ya 1
Karena terdapat 2 jawaban Tidak, maka pasien termasuk kategori
tidak berperilaku hidup bersih dan sehat
Indikator Penilaian Rumah Sehat
Tabel. Penilaian Rumah Sehat
NO KOMPONEN
RUMAH YG KRITERIA NILAI BOBOT
DINILAI
J U M L A H J I W A 4
J U M L A H KK 1
I KOMPONEN 31
RUMAH
1 Langit-langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan 1
Kecelakaan
c. Ada, bersih dan tdk rawan kecelakaan 2 62
2 Dinding a. Bukan tembok(terbuat dr anyaman 1
bambu/ilalang)
54
b. Semi permanen/setengah tembok/pasa- 2
ngan batu /bata yg tidak diplester/papan
yang tidak kedap air.
c. Permanen (tembok/pasangan batu bata 3 93
yg diplester) papan kedap air.
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat dngn 1
tanah / Plesteran yang retak dan berdebu
c. Diplester/Ubin/Keramik/papan (rumah 2 62
panggung)
4 Jendela a. Tidak ada 0 0
kamar tidur b. Ada 1
5 Jendela ruang a. Tidak ada 0 31
keluarga b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, luas ventilasi permanen <10% dari 1 31
luas lantai
c. Ada, luas ventilasi permanen >10% dari 2
luas lantai
7 Lubang asap a. Tidak ada 0 0
dapur b. Ada, lubang ventilasi dapur < 10 % dari 1
luas lantai dapur
c. Ada, lubang ventilasi > 10 % dari luas 2
lantai dapur (asap keluar dengan sempurna.
8 Pencahayaan a. Tidak terang, tidak dpt dpergunakan untuk 0
Membaca
b. Kurang terang, sehingga kurang jelas untuk 1
membaca dengan normal.
c. Terang dan tidak silau sehingga dapat diper- 2 31
gunakan untuk membaca dengan normal.
II SARANA 25
SANITASI
1 Sarana Air Jenis sarana
bersih (SGL/ a. Tidak ada 0
55
SPT/PP/KU/ b. Ada, bukan milik sendiri dan tidak memenuhi 1
PAH) syarat kesehatan.
1 = SGL c. Ada, milik sendiri dan tidak memenuhi syarat 2 125
2= PAM Kesehatan
3= SPT d. Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi 3
syarat kesehatan.
e. Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 4
kesehatan.
2 Jamban
(Sarana Jenis sarana
pembuangan a. Tidak ada 0
kotoran) b. Ada, bukan leher angsa, tdk ada tutup 1
1= LEHER disalurkan ke sungai/kolam.
ANGSA c. Ada, bukan leher angsa dan di titutup (leher 2
2=
CEMPLUNG angsa), disalurkan kesungai/kolam
3= CUBLUK d. Ada, bukan leher angsa ada tutup, septic 3
Tank
e. Ada, leher angsa, septic tank. 4 75
3 Sarana a. Tidak ada, sehngga tergenang tidak teratur 0
Pembuangan dihalaman rumah.
Air Limbah b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber 1
(SPAL) air (jarak dng sumur kurang dari 10 m)
c. Ada, dialirkan keselokan terbuka. 2
d. Ada, dialirkan ke selokan tertutup (saluran 3 75
kota) untuk diolah lebih lanjut.
4 Sarana a. Tidak ada. 0
Pembuangan b. Ada, tetai tidak kedap air dan tidak ada tutup 1
Sampah c. Ada, kedap air dan tidak tertutup 2 50
(Tempat d. Ada, kedap air dan tertutup. 3
sampah)
56
HT 90th 2012Jantung 44th 1982
III PERILAKU 44
PENGHUNI
1 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0
Jendela kamar b. Kadang-kadang 1
c. Setiap hari dibuka. 2 0
2 Membuka a. Tidak pernah dibuka 0
Jendela ruang b. Kadang-kadang 1
keluarga c. Setiap hari dibuka. 2 44
3 Membersihkan a. Tidak pernah dibuka 0
rumah dan ha- b. Kadang-kadang 1 88
laman c. Setiap hari. 2
4 Membuanga. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun
dll) 0
tinja bayi dan b. Kadang-kadang ke jamban 1
balita ke
jamban c. Setiap hari dibuang ke jamban. 2 88
5
Membuang
sam-a. Dibuang sembarangan (sungai, Kolam/kebun
dll) 0
pah pada
tempat b. Kadang-kadang ke tempat sampah 1
sampah c. Setiap hari dibuang ke tempat sampah 2 88
TOTAL HASIL PENILAIAN 943
STATUS RUMAH SEHAT Rumah tidak sehat
Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut :
Cara menghitung hasil penilaian = nilai x bobot
Rumah sehat : 1.068 s.d 1200
Rumah tidak sehat : < 1.068
Pada pasien termasuk kedalam kategori rumah tidak sehat
C. FAMILY ASSESSMENT TOOLS
1. Family Genogram
Keluarga Bp. S Dibuat tanggal 12 Desember 2014
57
Keterangan :
: pasien
: meninggal
DM : Diabetes mellitus
C : care giver
D : Decision maker
JT : Jantung
Anggota keluarga dalam satu rumah
Nama Kedudukan Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan
Ny. E
(pasien
)
Ibu P SMA Ibu rumah tangga
Nn. R Anak 1 P SMA Wirausaha
A.M Anak 2 P S1 Mahasiswi
R.A Anak 2 L S1 Mahasiswa
A.L Anak 3 P SMA Pelajar
2. Family Map
58
Anak 1
Anak 3
: Laki-laki
: Perempuan
B : Breadwinner
------ : Tinggal satu rumah
HT : hipertensi GB : Getah bening
Keterangan : : Fungsional
: disfungsional
---------- : acuh tak acuh
: Pasien
Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan anak pertama, pasien
sering berselisih paham dengan anaknya. Hubungan dengan anak ke 2, 3
dan 4 baik.
3. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga pasien adalah keluarga orang tua tunggal (single parent
family).
4. Nilai APGAR
APGAR keluarga merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengukur sehat/tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen,
Geyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat
kesehatan keluarga.
KRITERIA PERTANYAAN HAMPIR
SELALU (2)
KADANG-
KADANG
(1)
TIDAK
ADA (0)
ADAPTASI “Bagaimana anggota keluarga
saling membantu satu sama lain
disaat membutuhkan
sesuatu?”Apakah pasien puas
dengan keluarga karena masing-
√
59
Anak 2Anak 4
masing anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya?
PARTNERSHIP “Bagaimana anggota keluarga
berkomunikasi satu sama lain
tentang masalah-masalah tertentu
seperti liburan, finansial,
pengeluaran yang besar dan
masalah pribadi?” Apakah pasien
puas dengan keluarga karena
dapat membantu memberikan
solusi terhadap permasalahan
yang dihadapi ?
√
PERTUMBUHAN “Bagaimana perubahan anggota
keluarga selama tahun-tahun
terakhir, apakah pasien diberi
kebebasan untuk
mengembangkan diri? “
Apakah pasien puas dengan
kebebasan yang diberikan
keluarga untuk mengembangkan
kemampuan pasien miliki?
√
KASIH SAYANG ”Apakah jika pasien sakit,
keluarganya memberi perhatian,
perduli, dan menunjukkan kasih
sayangnya dengan
merawat?”Apakah pasien puas
dengan kehangatan yang
diberikan keluarga?
√
KEBERSAMAAN “Bagaimana anggota Keluarga
anda berbagi waktu, ruang, dan
√
60
uang?”
Apakah pasien puas dengan
waktu yang disediakan keluarga
untuk menjalin kebersamaan
TOTAL 7
Skor klasifikasi APGAR :
8-10 Fungsi keluarga baik
4-7 Disfungsi keluarga sedang
0-3 Disfungsi keluarga berat
Berdasarkan hasil penilaian APGAR kesimpulannya fungsi keluarga
kurang sehat / disfungsi keluarga sedang .
5. FAMILY SCREEM
ASPEK SUMBER DAYA PATOLOGI
SOCIAL Pasien sering konflik dengan
anak pertamanya. Pasien tidak
terlalu suka bersosialisasi
dengan tetangga –
tetangganya, karena merasa
tidak nyaman dan sering
berkonflik dengan
tetangganya
CULTURAL Pasien dan keluarga tidak
mempercayai mitos-mitos
kesehatan yang tidak jelas
kebenarannya. Pasien dan
keluarga memahami bahwa
penyakitnya bukan karena
pengaruh hal gaib.
61
RELIGIUS Keluarga pasien beragama
islam dan taat beribadah
ECONOMY Untuk memenuhi kebutuhan
makan sehari – hari pasien
hanya bergantung dari hasil
kerja berjualan anak
pertamanya yang
penghasilannya tidak tentu
setiap bulannya. Penghasilan
500.000 -1.000.000 tersebut
dirasa kurang cukup untuk
kebutuhan sehari-hari. Pasien
hampir tak bisa menabung
untuk kebutuhan lainnya.
EDUCATION Pasien adalah lulusan
SMA. Pemahaman pasien
terhadap penyakitnya baik.
MEDICAL Jika sakit pasien langsung
ke puskesmas, letaknya
yang sangat dekat dan
aksesnya mudah. Pasien
memiliki jaminan
kesehatan
6. FAMILY LIFE CYCLE
Family life cycle perlu diketahui untuk mengetahui rangkaian kejadian pada
kehidupan keluarga yang berurutan, yang terorientasi secara kronologis dan
terprediksi. Terdapat 6 tahap siklus hidup keluarga :
Dewasa dan belum menikah
Tahap awal perkawinan
62
Tahap keluarga dengan anak-anak
Tahap keluarga dengan anak-anak dewasa
Tahap keluarga dengan anak-anak meninggalkan rumah
Tahap keluarga usia lanjut
Siklus keluarga pada pasien ini termasuk tahapan keempat yakni tahap
keluarga dengan anak-anak dewasa.
7. Family life line
Tahun Usia Life event/crisis Severity of
illness
1972 12 th Trauma kepala Stresor
psikologis
1982 17 th Terdiagnosis Vertigo
1982 22 th Ayah meninggal
1984 24 th Menikah -
1985 25 th Anak pertama lahir -
1992 32 th Anak kedua lahir -
1993 33 th Anak ketiga lahir -
1996 36 th Anak keempat lahir -
2007 48 th Suami meninggal
2012 53 th Ibu meninggal
D. DIAGNOSIS HOLISTIK:
Vertigo sentral pada janda paruh baya dengan status gizi berlebih tidak bekerja status dengan sosial ekonomi rendah serta fungsi keluarga kurang sehat dalam rumah tangga tidak berperilaku hidup bersih dan sehat
E. MANAGEMENT KOMPREHENSIF
1. Promotif
63
Edukasi pada pasien dan anggota keluarga pasien (melibatkan minimal 1
anggota keluarga) tentang :
a. Penyakitnya : penyebab, gejala, komplikasi dan pengelolaan
penyakitnya
b. Pentingnya modifikasi gaya hidup dalam pengelolaan
penyakitnya dan untuk menurunkan berat badan
c. Perlunya dukungan keluarga kepada pasien dalam menghadapi
penyakitnya dan mendukung pengobatan pasien
2. Preventif
a. Pentingnya melakukan Perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Pengaturan gaya hidup, pola makan dengan mengkonsumsi sayur –
sayuran dan buah – buahan tiap harinya.
c. Mengatur aktivitas fisik/ olahraga teratur yaitu aerobic ringan
seperti berjalan (+/- 30 menit/hari, 4 – 5 hari seminggu)
d. Mengatur pola istirahat, yaitu istirahat yang cukup 6 – 8 jam/hari.
e. Manajemen stress yang baik
f. Melakukan latihan – latihan ringan untuk mengatasi dan
mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan sehingga
dapat melatih meningkaykan kemampuan keseimbangan. Contoh
lahitannya :
a. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata
ditutup
b. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakkan rotasi,
fleksi, ekstensi, gerak miring)
c. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
3. Kuratif
Pada pasien ini diberikan obat Betahistine 2 x 1, yaitu merupakan
antihistamin yang memiliki antivertigo juga memiliki aktivitas
antikholinergik.
64
4. Rehabilitatif
Tidak dilakukan pada pasien ini
5. Palliatif
Belum perlu dilakukan pada pasien ini
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil laporan kasus, analisis catatan medis, dan kunjungan
rumah dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis holistik pasien yaitu
Vertigo sentral pada janda paruh baya dengan status gizi berlebih
tidak bekerja dengan status dengan sosial ekonomi rendah serta fungsi
keluarga kurang sehat dalam rumah tangga tidak berperilaku hidup
bersih dan sehatterhadap penyakitnya.
2. Penyakit vertigo yang dialami oleh pasien dapat mengganggu fungsi
pasien dalam keluarga.
3. Dokter keluarga melalui puskesmas dapat menjadi salah satu bagian
yang berperan dalam menangani kasus vertigo sentral secara holistik,
mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa
a. Berusaha lebih memperdalam dan menerapkan ilmu-ilmu kedokteran
65
keluarga dalam menganalisis pasien maupun keluarga pasien.
b. Meningkatkan profesionalisme dalam menjalankan tugas sebagai
pengalaman sebelum terjun secara langsung ke dalam masyarakat.
2. Bagi puskesmas
a. Terus melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
menyeluruh dengan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
b. Terus melakukan kerja sama dalam bidang pendidikan ilmu
kesehatan dengan instansi-instansi pendidikan agar terdapat kerja
sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
66
DAFTAR PUSTAKA
1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care, Journal : BJMP
2010;3(4):a351.
2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine.
Journa l of Nerology 2009:25:333-338.
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo . Journal : American Family Physician
January 15, 2006 , Volume 73, Number 2.
4. Wibowo, Daniel S. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. .Singapore : Elsevier.
5. Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung tenggorokan
Kepal & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
6. Marril, KA. Central Vertigo. WebMD LLC. 21 Januari 2011. Diunduh tanggal 13 Desember
2014. http://emedicine.medscape.com/article/794789-clinical#a0217.
7. Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that Needed for
establish of Vetigo. The Practitioner Journal September 2010 - 254 (1732): 19-23.
8. Mark, A. 2008. Symposium on Clinical Emergencies: Vertigo Clinical Assesment and Diagnosis.
British Journal of Hospital Medicine, June 2008, Vol 69, No 6.
9. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign
10. Paroxysmal Positional Vertigo . Journal Gerontological of Nursing. December:2006 .
11. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo. WebMD LLC. 10 September 2009. Diunduh tanggal 13
Desember 2014. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104.
12. Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizziness and
Vertigo. Illnois Journal :Wolter kluwerlippincot William and wilkins.
67
13. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo. Journal of American Family Physician
March 15,2005:71:6.
68
top related