presentasi teknik penulisan-cerpen3

Post on 29-Jun-2015

1.077 Views

Category:

Technology

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Teknik Penulisan Cerpen

Teknik Penulisan Cerpen

Teknik Penulisan Teknik Penulisan Cerpen Cerpen

Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen.

1. Teknik penulisan.

2. Apa yang akan ditulis.

Teknik Penulisan

Judul

Judul yang bagus adalah...

Menarik perhatian dan mengundang rasa penasaran bagi yang membacanya.

Menyiratkan isi.

Ditulis dengan ejaan yang benar.

Beberapa contohnya....

Jerit Sunyi Bidadari

Ijinkan Bunda Menangis

Benggel

Katastrofa Cinta

Keluhan di Ujung Maut

Sepasang Mata yang Menatap Beku

Kupas

Tuntas

Ejaan

Kutipan 1 :“Ayah sudah pergi....,” suara ibu

serupa desahan mengalun lembut di telingaku. Aku tatap mata teduhnya. Mendadak, aku didekapnya erat. Tangis ibu tumpah. Aku pun tak kuasa menahan air mataku.

Kutipan 2 :“Apa? Ayah sudah pergi?” Tanya

Andy serasa tak percaya mendengar apa yang baru saja di katakan Arman. Arman hanya mengangguk pelan. Lalu, pandangannya tertuju pada deretan bunga yang ada didekatnya. Gegas, Andypun segera masuk ke dalam rumah.

Kutipan 1 : “Apa kamu sudah makan?” tanya Rika.

“Sudah,” jawab Santi datar. Lalu, Rika segera mengemasi makanan yang tersaji di meja makan.

Kutipan 2 : “Apa kamu sudah makan?” tanya

Rika. “Sudah,” jawab Santi datar. Lalu, Rika segera mengemasi makanan

yang tersaji di meja makan.

Kutipan 1 :“Kejam!”“Lalu harus bagaimana? Aku tak kuasa

menentang kehendak orang tuamu.” “Orang tuaku bukan menolakmu, mereka

hanya tidak mengijinkan jika kita segera menikah.”

“Tapi, kita tentu sadar, apa artinya jika kita tetap menjalin percintaan, dan tidak segera menikah bukan?”

Ada mendung dari kedua bening matanya. “Apa maksudmu, Mas?” “Apa aku harus mengatakan sesuatu yang

sebenarnya kamu sudah memahaminya, Meta?”

Mendung itu kini berubah menjadi rinai gerimis. Ada bulir bening menetes dari kedua matanya.

Penulisan judul

Surat Untuk Ayahku Di penjara

Yang Muda Yang Berjaya

Dan Malaikatpun Sujud

Surat untuk Ibu

Yang Memanggilku Putri

Duku di Situ Gintung

Ada Apa dengan Clara?

Kupas

Tuntas

Bahasa

Contoh kata-kata yang biasa :Aku rindu padamu

Kata-kata dalam Karya Sastra yang mempunyai rasa bahasa berbeda :“Degup ini tak pernah menjumpa kata akhir sebelum engkau hadir.”

Kata-kata tak biasa dari novel Dr. Zhivago karya Boris

Pasternak:

““Aku melihat ladang-Aku melihat ladang-ladang itu, seperti ladang itu, seperti

Tuhan baru Tuhan baru menciptakannya hari menciptakannya hari

ini untukku.”ini untukku.”

Contoh Aplikasi dalam Cerpen

Kata-kata biasa:“Anak kurang ajar. Pergiii!!!” kata ibu

dengan suara keras.

Kata-kata tidak biasa yang mempunyai efek berbeda :

“Jangan panggil aku ibu! Aku bukan ibumu. Pergiii!!!” kali ini suara ibu serupa petir menggelegar dengar keras, merangsek paksa ke gendang telingaku.

Kutipan 1 :

Namun, tiba-tiba ada suara lain yang

aku terlambat mengenalinya, suara klakson

dan rem mobil yang dipaksa menjerit di

telingaku. Aku tertegun. Dan sekonyong-

konyong tubuhku dihantam sesuatu, sangat

cepat, sangat keras, membuat aku melayang

terpental sesaat, lalu mendarat jatuh dengan

begitu keras, di tepi sebuah parit yang

lamat-lamat tercium bau lumut. Semua itu

terjadi terlalu terbirit, tanpa sempat

hadirkan tanya, sekadar kata permisi, atau

sepenggal ucap sapa. Lalu segalanya tiba-

tiba menjadi pudar. (Aku Ingin Melukis

Wajahmu, Rista Rifia Libiana)

Kupas

Tuntas

Teknik Pembuka

Rata-rata karya penulis pemula:

Kutipan 1. Matahari begitu garang menyinari

bumi. Suasana yang begitu terik membuat banyak orang malas untuk keluar rumah. Mereka memilih mendekam di dalam rumah daripada harus merasakan sengatan panas yang serasa membakar kepala. Ditambah lagi debu-ebu yang liar beterbangan kadang memerahkan mata dan membuat sesak pernapasan. Belum lagi asap-asap kendaraan bermotor yang mengepul hitam. Sungguh siang yang tak bersahabat.

Kutipan 2.

Sore hari yang sedikit mendung. Angin yang beberapa waktu lalu bertiup kencang, sekarang sudah mereda. Suasana di rumahku masih terlihat ramai. Beberapa orang yang tidak aku kenali dengan pasti masih berlalu lalang di depan rumah. Sementara Narti, istriku itu masih berada di dalam kamar. Di sana ada Joko, Anakku. Anak yang begitu aku banggakan karena beberapa waktu ini membuat keluargaku terkenal sampai ke pelosok desa. Namun, kini dia sedang sakit. Aku kasihan melihat dia. Melihat tanganya yang terus membengkak. Ah, aku sendiri tidak tahu, ada apa sebenarnya dengan tangan anakku itu. Padahal sebelumnya tangan itu juga baik-baik saja.

Istriku menangis tidak karuan. Istriku sangat mengkhawatirkan kondisi anak kami. Aku sendiri bingung harus melakukan apa. Aku benar-benar tidak tahu, mengapa anakku bisa sakit, padahal bukankah batu ajaib yang selalu ada digenggaman tangannya itu bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tampaknya, keraguanku akan khasiat batu itu kini mulai terbukti. Ah, aku pusing.

Bandingkan dengan yang ini!

Terlambat, Joko Sakit. Sudah dua hari berlalu dan Joko tak kunjung sembuh.

Narti terus menemaninya di kamar dan berdoa seperti orang kesetanan. Berdoa sambil mengelus tangan Joko yang kian hari terus membengkak. Di tangan itu masih tergenggam batu yang belakangan ini terkenal sampai ke pelosok desa. Orang yang lalu lalang di kamar tidak ia pedulikan, hanya dianggapnya menghina.

“Mereka datang hanya untuk mengolok-olok kita. Meskipun wajah mereka sok sedih, tetapi sebenarnya mereka senang Joko sakit.”

Aku memandang hampa wajah istriku itu. Meskipun tidak setuju dengan ucapannya, aku diam saja. Joko mengerang kesakitan. Lagi, untuk kesekian kali dalam satu jam ini. Narti kian menggerung-gerung. Aku tertunduk lemas di tempatku berdiri. Aku terlambat.

Kutipan 1.Matahari bersinar cerah. Sinarnya

menyentuh daun-daun. Pagi telah datang. Dia duduk di depan sebuah rumah yang mungil. Dia adalah seorang gadis bernama Andini. Andini telah dua bulan ini bersedih karena ayahnya memaksanya untuk tidak melanjutkan sekolah. Andini baru saja menyelesaikan SMU-nya dengan nilai yang bagus. Tapi semuanya itu tidak berarti, sebab semalam ayahnya memaksanya untuk segera menikah dengan juragan Darmo.

Kutipan 2Matahari pagi menyentuh pipi

Andini. Cahayanya pucat, seperti juga daun-daun. Sepi. Jari-jari Andini mengetuk-ngetuk kursi dengan malas. Napasnya berat, ada bening tiba-tiba mengalir di pipi. Ingin ia bangkit dan menangis dengan suara parau kepada ayahnya. Ingin ia berteriak sambil protes dan bertanya dengan sedih: lalu apa gunanya lulus SMU dengan nilai bagus. Tapi langit terlampau sempit bagi Andini. Tak ada bangku kuliah, tak ada harapan, dan tak ada lagi pertanyaan.

“Minggu depan juragan Darmo akan melamarmu!” begitu kata ayahnya tadi malam.

Kutipan 1 Hari masih terlalu pagi tetapi

kesibukan mencetak mimpi sudah dimulai, tubuh tua itu baru saja menjeda udara subuh yang menusuk lewat pertemuan yang agung dengan pemilik waktu. Seperti biasa, Pak Harjo pemilik tubuh tua itu sudah siap dengan korannya dan kaca mata bacanya di taman depan rumah. Pak Ming, pelayan setianya itu sudah mulai memberi makan ikan hias di kolam, tampak beberapa ikan berlompatan saling berebut makanan. Dari arah dapur terdengar suara istrinya yang membahana seperti lonceng pagi yang berdentang, memerintah para pelayan untuk menyiapkan aneka hidangan, maklum hari itu mereka akan kedatangan tamu agung apalagi kalau bukan calon besan.

Kutipan 2 Pagi yang cerah. Mendadak jantung

Pak Harjo berdegup, saat hendak mendudukkan tubuh rentanya di kursi depan rumah terdengar teriakan istrinya dari dalam rumah.Teriakan bernada perintah pada pembantunya yang hampir setiap hari didengarnya.

“Pagi Tuan...” sapaan hangat Pak Miing, salah satu pelayan yang tengah memberi makan ikan di kolam, membuat pak Harjo tersenyum. Sebentar saja, lalu asyik dengan koran dan kaca mata bacanya.

Beda antara cerpen dan novel

Talk (menyebutkan):Dewi seketika menangis tak terkendali

ketika mendengar kucing kesayangannya digilas buldoser.

Show (memperlihatkan): Tetes demi tetes air bening membulir

di pipi Dewi, disambung dengan isakan tertahan dan gerungan menyayat ketika tiba-tiba suara serak ibunya merasuk ke dalam gendang telinganya, “Pussie baru saja digilas buldoser, ibu belum berani

mendekatinya.”

Kupas

Tuntas

Sudut Pandang

Sudut pandang orang pertama.Sudut pandang orang ke tiga.Sudut pandangan campuran

Sudut pandang orang pertama

Sudut pandang orang pertama pelaku utama.

Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan.

Orang pertama pelaku utama

Aku tak mungkin lupa apa yang sudah dilakukan Rangga padaku tadi siang. Dari kejadian itu, aku tahu kalau Rangga sebenarnya tak pernah mencintaiku. Lebih baik, aku memang harus menjauh dari Rangga, jika aku tidak mau terluka lagi.

Orang pertama pelaku sampingan

Tengah malam, Cinta menelponku. Diiringi derai tangis, dia menceritakan apa yang sudah menimpanya. Rangga memakinya di depan gerbang sekolah. Aku sendiri tidak bisa berbuat banyak.

Sudut pandang orang ke tiga

Malam telah sempurna terlumuri warna hitam. Tak ada bias cahaya rembulan atau bintang menghiasinya. Kelam. Begitu juga dengan apa yang kini Arman rasakan. Beban berat yang harus ditanggungnya serasa menikam dada. Dia berhadapan dengan dua pilihan: Ibu dan istrinya.

“Mau ke rumah sakit lagi, Man?” suara lembut Ibu Ani membuat Arman sejenak menghentikan aktivitasnya menata barang-barang ke dalam tasnya.

Campuran: pertama dan ke tiga

Sampai larut malam Dhimas dan Ruben masih asyik menulis cerita berdua.

*** Dhimas, tidakkah kamu

tahu apa yang kini aku rasa? Aku ingin, apa yang kita tulis ini, bukan kisah fiktif semata. Tetapi kisah kita berdua: aku dan kamu.

Sudut pandang......Mata teduh itu menatapku lekat.

Ada bilur mulai keluar dari kedua ujungnya. Aku ingin menghapusnya, menenggelamkan kedukaan yang mungkin saja menyelindap di baliknya, menggantikannya dengan serangkum bahgia. Aku mendekatinya. Ingin aku segera mendekapnya. Menumpahkan rindu rendam yang sekian lama menggelora di dalam dada. Memohon berjuta maaf kepadanya. Mengurai beragam kata yang tentu tak pernah cukup untuk melukiskan segala gulana di dalam jiwa.

Kupas

Tuntas

Latar/Setting

Latar Tempat.Latar Waktu.Latar Suasana.

Ketika langit jingga menyemburat di ufuk barat, seorang gadis tengah duduk menyendiri dengan air mata berderai di atas sebuah batu, di tepi pantai yang sepi.

Mataku takjub menatap bangunan megah yang berdiri di depanku. Sekilas memandang, memberikan kesan menyenangkan dan menyejukkan. Dinding-dindingnya merupakan paduan tembok dan kayu yang tersusun indah. Beberapa jendela dibiarkan terbuka lebar, membuat udara begitu leluasa masuk ke dalamnya, tentu sangat segar. Tirai yang terbuat dari kain coklat muda dengan hiasan sulaman bunga-bunga kecil di bawahnya membuat semakin indah. Menari tertiup angin di tubuh jendela-jendela itu. Aneka bunga dan tanaman hijau di sekitarnya sungguh menawan, semuanya tampak segar dan tertata rapi, menandakan villa ini benar-benar terjaga kebersihannya dan dirawat dengan baik.

Malam merambat, memagutku dalam sepi tanpa gairah. Angin Kemukus mulai nakal meniup rambutku yang panjang tergerai. Mataku jalang menusuk rembulan yang merekah. Purnama yang jumawa. Namun, indah purnama serasa tak berdaya merayuku dalam kilaunya. Aku hanya diam, bergayut di daun jendela. Mengedarkan pandang ke luar. Pada semburat cahaya yang memancar dari kedai-kedai yang berjajar di sepanjang kanan kiri jalan.

Kupas

Tuntas

Ide Cerita

Dekat dengan dunia pembaca.

Perlu untuk dibaca.

Tidak sekadar berupa curahan hati penulis, tetapi bermanfaat juga bagi pembaca.

Tema yang menarik untuk saat ini...

Mengandung kritik sosial.

Mengangkat warna lokal.

Jika ingin yang religius, sekalian saja, tidak tanggung.

Contoh..... Saat aku tengah mengajar di depan

kelas, mendadak aku dikejutkan oleh dering dari HP yang ada di dalam saku celanaku. Sial, aku lupa belum mengubah deringnya menjadi getar. Hingga, dalam ketergesaan aku sempat melihat beberapa mahasiswa yang meringis mendengar nada dering di HP-ku yang jadul habis.

Aku sedikit malu untuk mengambil HP. Bagaimana tidak, HP yang aku miliki saat ini adalah HP kuno yang aku beli lima tahun lalu. Sementara, rata-rata mahasiswaku memakai HP yang saat ini tengah digandrungi, Blackberry.

Kupas TuntasEnding

Lampu menyala begitu terang, menyorot tajam ke arah Mbak Sumi yang pasrah. Detik-detik selanjutnya begitu mencekam. Batinku ingin berteriak, jangan bunuh sahabatku! Namun, ketika belum usai aku meredam gundah, mendadak suara keras tembakan merangsek paksa ke gendang teliingaku. Aku terkejut, beberapa detik selanjutnya mencoba memberanikan diri mengangkat wajahku.

Dan... kulihat baju putih Mbak Sumi bersimbah darah di bagian depan. Merah menyala berlatar warna putih bersih.Kepalanya kini lunglai menunduk. Mulutku seperti terkunci. Bulu kudukku berdiri. Gemuruh di dada kian menjadi. Air mata mendadak menderas membasahi pipi. Sahabatku itu kini sudah benar-benar pergi menghadap Illahi.

Latihan 1 Bapak tidak bisa menahan amarahnya saat mendengar

pengakuan Mbak Laras. Semua orang yang ada di ruang tamu ini sama-sama mengekspresikan keterkejutan. Aku sendiri juga hampir tidak percaya ketika tahu bahwa ternyata Mbak Laras memang benar-benar hamil di luar nikah. Lalu harus bagaimana, semua sudah terjadi?

Tangis Mbak Laras ternyata tak cukup untuk membuat bapak maklum. Sungguh di luar yang aku kira: bapak mengusir Mbak Laras. Meskipun ibu mengiba pada bapak untuk tidak mengusir Mbak Laras, tetapi semua tak membuahkan hasil. Aku sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Dan, aku hanya bisa menangis saat melihat kakakku yang sangat aku sayangi itu mengemasi barang-barangnya untuk dibawa pergi.

Jelajahi dunia dan akhirat dengan membaca, lalu ikat ilmu yang didapat dengan menuliskannya!

top related