presentasi jiwaa 1

Post on 23-Dec-2015

16 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

fgdgsd

TRANSCRIPT

PRESENTASI

GANGGUAN MENTAL AKIBAT ZAT

Oleh:RINI TRIYULIAN DITA

Pasien yang mengalami intoksikasi atau putus zat yang disertai dengan gejala psikiatrik tapi tidak memenuhi kriteria untuk pola sindrom spesifik (seperti depresi) maka akan didiagnosis sebagai intoksikasi zat, putus zat atau bersama sama dengan ketergantungan atau penyalahgunaan zat.

Ketergantungan zat memiliki dua konsep, yaitu ketergantungan psikologis dan ketergantungan fisik.ketergantungan psikologis atau habituasi ditandai oleh adanya kecanduan zat yang kontinyu atau intermitten.Sedangkan ketergantungan fisik akan dijelaskan dalam kriteria diagnostik untuk ketergantungan zat.

Kriteria diagnostik untuk ketergantungan fisik akibat zat :

Merupakan suatu pola pemakaian zat maladaptif, menyebabkan gangguan klinis yang dapat terjadi setiap saat dalam 1 tahun terakhir.Seperti yang dimanifestasikan oleh 3 atau lebih hal berikut :1. Toleransi, seperti yang didefinisikan sebagai berikut :

a. kebutuhan untuk meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk mencapai intoksikasi atau efek yang

diinginkan b. penurunan efek yang bermakna pada pemakaian

berlanjut dengan jumlah zat yang sama 2. Putus, seperti yang didefinisikan sebagai berikut :

a. sindroma putus yang karakteristik bagi zat b. zat yang sama digunakan untuk menghilangkan gejala putus obat

3. Zat seringkali digunakan dalam jumlah yang lebih besar atau selama periode yang lebih lama dari yang diinginkan 4. Terdapat keinginan terus menerus atau usaha yang

gagal untuk menghentikan atau mengendalikan penggunaan zat

5. Dihabiskan banyak waktu dalam aktifitas untuk mendapatkan zat, menggunakan zat, atau pulih dari efeknya

6. Aktifitas sosial, pekerjaan atau rekreasional yang penting dihentikan atau dikurangi karena penggunaan zat

7. Pemakaian zat dilanjutkan walaupun diketahui memiliki masalah fisik atau psikologis yang menetap atau rekurent yang mungkin disebabkan oleh zat.

Penyalahgunaan Zat

Kriteria diagnosis untuk penyalahgunaan zat :A.Pola penggunaan zat maladaptif yang menyebabkan gangguan

klinis yang terjadi selama 12 bulan.Sseperti yang ditunjukan oleh satu atau lebih hal berikut :1. penggunaan zat berulang yang menyebabkan kegagalan untuk memenuhi kewajiban utama dalam pekerjaan, sekolah atau rumah2. penggunaan zat rekuren dalam situasi yang berbahaya

secara fisik3. masalah hukum yang berhubungan dengan zat 4. pemakaian zat yang diteruskan walaupun memiliki masalah sosial atau interpersonal yang menetap atau rekuren karena efek zat

B.Gejala diatas tidak pernah memenuhi kriteria ketergantungan zat untuk kelas zat ini.

Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol seringkali disebut sebagai alkoholisme, tetapi karena alkoholisme tidak memiliki definisi yang spesifik maka istilah ini tidak lagi digunakan.

Efek yang ditimbulkan akibat penggunaan alkohol pada perilakunya yaitu, pertimbangan buruk, banyak bicara, agresi, gangguan atensi dan amnesia.sedangkan efek pada fisiknya berupa nistagmus, muka kemerahan, ataksia dan bicara cadel.

Etiologi :◦ Riwayat masa anak-anak◦ Faktor Psikoanalitik◦ Faktor sosial dan kultural◦ Faktor perilaku dan pelajaran◦ Faktor genetika dan biologi lainnya

Gangguan yang berhubungan dengan penggunaan alkohol

1. Ketergantungan alkohol dan penyalahgunaan alkohol2. Intoksikasi alkohol3. Putus alkohol4. Delirium (akibat putus maupun intoksikasi alkohol)5. Demensia menetap akibat alkohol6. Gangguan amnestik menetap akibat alkohol7. Gangguan psikotik akibat alkohol (dengan waham ataupun halusinasi)8. Gangguan mood akibat alkohol9. Gangguan kecemasan akibat alkohol10. Gangguan sensual akibat alkohol11. Gangguan tidur akibat alkohol

INTOKSIKASI ALKOHOLKriteria diagnosis :◦ Baru saja menggunakan alkohol◦ Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang

bermakna secara klinis yang berkembang selama, atau segera setelah ingesti alkohol.

◦ Satu atau lebih tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian alkohol : bicara cadel, inkoordinasi, gaya berjalan tidak mantap, nistagmus, gangguan atensi atau daya ingat, stupor/koma.

◦ Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak disebabkan gangguan mental lain.

PUTUS ALKOHOLKriteria diagnosis :

Penghentian pemakaian alkohol yang lama dan berat Dua atau lebih tanda berikut ini yang berkembang dalam

beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria diatas :1. hiperaktifitas otonomik2. peningkatan tremor tangan3. insomnia4. mual atau muntah5. halusinasi atau ilusi6. agitasi psikomotor7. kecemasan8. kejang grand mal

Gejala dalam kriteria diatas menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak disebabkan gangguan mental lain

Terapi obat untuk intoksikasi dan putus alkohol Gemetaran dan agitasi ringan sampai sedang

chlordiazepoxide 25-100mg tiap 4-6 jam Halusinasi dan agitasi parah

Diazepam (5-20 mg tiap 4-6 jam)Lorazepam (2-10 mg tiap 4-6 jam)Chlordiazepoxide (0,5 mg/kg pada 12,5 mg/mnit)

Kejang putusDiazepam (0,15 mg/kg pada 2,5 mg/mnt)

Delirium Lorazepam (0,1 mg/kg pada 2 mg/mnt)

PENGOBATAN 1. PSIKOTERAPI2. MEDIKASI

A. DisulfiramB. Psikotropika

3. TERAPI PERILAKUTerapi perilaku dilakukan dengan mengajarkan

latihan relaksasi, latihan ketegasan, keterampilan mengendalikan diri, dan strategi baru untuk menguasai lingkungan.

Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada jenis amfetamin, jumlah yang digunakan, dan cara menggunakannya. Dosis kecil semua jenis amfetamin akan meningkatkan tekanan darah, mempercepat denyut nadi, melebarkan bronkus, meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan euforia, menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan rasa lelah dan rasa lapar, meningkatkan aktivitas motorik, banyak bicara, dan merasa kuat.

Penggunaan amfetamin berjangka waktu lama dengan dosis tinggi dapat menimbulkan perilaku stereotipikal, yaitu perbuatan yang diulang terus-menerus tanpa mempunyai tujuan, tiba-tiba agresif, melakukan tindakan kekerasan, waham curiga, dan anoneksia yang berat.

Gangguan yang berhubungan dengan amfetamin1. Ketergantungan dan penyalahgunaan amfetamin2. Intoksikasi amfetamin3. Putus amfetamin4. Delirium intoksikasi amfetamin5. Gangguan psikotik akibat amfetamin (dengan waham dan

halusinasi)6. Gangguan mood akibat amfetamin7. Gangguan kecemasan akibat amfetamin8. Disfungsi seksual akibat amfetamin9. Gangguan tidur akibat amfetamin

lntoksikasi dan Putus Amfetamin lntoksikasi amfetamin ditandai dengan:

Pamakaian amfetamin yang belum lama terjadi Takikandia atau bradikardia Perubahan perilaku maladaptif yang bermakna secara klinis Dilatasi pupil Peninggian atau penurunan tekanan darah Berkeringat atau menggigil Mual atau muntah Tanda-tanda penurunan berat badan Agitasi atau retardasi psikomotor Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada, atau

aritmia jantung Konvulsi, kejang, diskinesia, distonia, atau koma

Gejaia putus amfetamin ditandai dengan: Penghentian (atau penurunan) amfetamin yang telah lama

atau berat Depresi Keleiahan Mimpi yang gamblang dan tidak menyenangkan Insomnia atau hipersomnia Peningkatan nafsu makan Retardasi atau agitasi psikomotor

Penatalaksanaan lntoksikasi dan Putus Amfetamin Penatalaksanaan intoksikasi amfetamin: Bila suhu badan naik, berikan kompres dingin, minum air dingin, atau

selimut hipotermik. Bila kejang, berikan diazepam 10-30 mg per oral atau parenteral; atau

klordiazepoksid 10-25 mg per oral secara perlahan-lahan dan dapat diulang setiap 15-20 menit.

Bila tekanan darah naik, berikan obat anti hipertensi. Bila terjadi takikardma, berikan beta-blocker, seperti propanolol, yang

sekaligus juga untuk menurunkan tekanan darah. Untuk mempercepat ekskresi amfetamin, lakukan asidifikasi air seni

dengan memberi amonium klorida 500 mg per oral setiap 3-4 jam. Bilatimbul gejala psikosis atau agitasi, beri halopendol 3 kali 2-5 mg.

Penatalaksanaan putus amfetamin: Rawat di tempat yang tenang dan biarkan pasien tidur dan makan

sepuasnya. Waspada terhadap kemungkinan timbulnya depresi dengan ide bunuh

diri. Dapat diberikan anti depresi.

Selain mempunyai khasiat analgesik (menghilangkan rasa sakit), opioida juga mempunyal khasiat hipnotik (menidurkan) dan eufona (menimbuikan rasa gembira dan sejahtera). Penggunaan opioida berulang kali dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Biia sudah terjadi ketergantungan terhadap oploida, lalu jumlah penggunaan dikurangi atau dihentikan, maka akan timbul gejala putus zat (withdrawal).

Etiologi : Faktor sosial dan kultural Faktor biologis dan genetika Teori psikoanalitik

Gangguan yang berhubungan dengan opioid1. Ketergantungan dan penyalahgunaan opioid2. Intoksikasi opioid3. Putus opiod4. Delirium intoksikasi opiod5. Gangguan psikotik akibat opioid (dengan waham dan

halusinasi)6. Gangguan mood akibat opioid7. Gangguan kecemasan akibat opioid8. Disfungsi seksual akibat opioid9. Gangguan tidur akibat opioid

 lntoksikasi opioida ditandai dengan: Pamakaian opioida yang belum lama terjadi Perubahan perilaku maladaptif yang bermakna secara klinis Perubahan mood Retardasi psikomotor Mengantuk Bicara cadel (slurred speech) Gangguan daya ingat dan perhatian

Penatalaksanaan intoksikasi opioida: Beri nalokson HCI (Narcan) sebanyak 0,2-0,4 mg atau 0,01 mg/kg

berat badan secara intravena, intermuskular, atau subkutan. Bila belum berhasil, dapat diulang sesudah 3-10 menit sampai 2-3

kali. Oleh karena narcan mempunyai jangka waktu kerja hanya 2-3 jam,

sebaiknya pasien tetap dipantau selama sekurang-kurangnya 24 jam bila pasien menggunakan heroin dan 72 jam bila pasien menggunakan metadon.

Waspada terhadap kemungkinan timbulnya gejala putus opioida akibat pemberian narcan.

Gejala overdosis opioida ditandai dengan: Hilangnya responsivitas yang nyata Koma Pin point pupil Depresi pernafasan Hipotermia Hipotensi Bradikardia

Penatalaksanaan overdosis opmoida: Pastikan jalan nafas yang terbuka. Jaga tanda vital. Usahakan peredaran darah berjalan lancar: bila jantung

berhenti berdenyut, lakukan masase jantung ekstemal dan berikan adrenalin intrakardial; bila terjadi fibrilasi, gunakan defifrilator; bila sirkulasi darah tidak memadai, beri infus 50 cc sodium bikarbonat (3,75 gr)guna mengatasi asidosis.

Bila tekanan darah tidak kunjung naik menjadi normal, pertimbangkan untuk memberi plasma expander atau vasopresor.

Beri antagonis opiat, nalokson: 0,4 mg intravena. Dosis tersebut dapat diulang empat sampai lima kali dalam 30 sampai 45 menit pertama sampai menunjukkan respons yang adekuat.

Observasi ketat dan awasi kemungkinan relaps ke keadaan semikoma dalam empat sampai lima jam.

Putus Oploida Gejala putus opioida ditandai dengan: Penghentian (atau penurunan) opioida yang telah lama

atau berat Mood disforik Mual atau muntah Nyeri otot Lakrimasi atau rinorea Dilatasi pupil, piloreksi, atau berkeringat Diare Menguap Demam Insomnia

Penatalaksanaan putus opioida dapat ditempuh melalui beberapa cara antara lain:

Terapi putus opioida seketika (abrupt withdrawal), yaitu tanpa memberi obat apa pun. Pasien merasakan semua gejala putus opiolda. Terapi ini diberikan dengan harapan pasien akan jera dan tidak akan menggunakan opiolda lagi. Cara ini tidak disukai pasien, tidak efektif, dan hampir tidak pernah dilakukan lagi di fasilitas kesehatan.  

Terapi putus opioida dengan terapi simtomatik: untuk menghilangkan rasa nyeri berikan analgetik yang kuat; untuk gelisah berikan tranquilizer, untuk mual dan muntah berikan antiemetik; untuk kolik berikan spasmolitik; untuk rinore berikan dekongestan; untuk insomnia berikan hipnotik; untuk memperbaiki kondisi badan dapat ditambahkan vitamin. ]

Terapi putus opioida bertahap (gradual withdrawal): dengan memberikan opioida yang secara hukum boleh digunakan untuk pengobatan,misalnya morfin, petidin, kodein, atau metadon.

Kebanyakan metadon digunakan secana oral. Biasanya diberikan dosis awal 10-40 mg, bergantung pada berat ringannya ketergantungan pasien terhadap opioida, diberikan dalam dosis terbagi (start low go slow). Pada hari kedua dan seterusnya, dosis dikurangi 10 mg setiap hari sampai jumlah dosis sehari 10 mg. Sesudah itu, diturunkan menjadi 5 mg sehari selama 1-3 hari Buprenorfin juga dapat dipakai untuk detoksiflkasi dengan cara yang sama dengan metadon, dengan dosis awal 4-8 mg. Dapat pula dipakai kodein dengan dosis 3-4 kali sehari @ 60-100 mg. Dosis diturunkan 5-10 mg tiap hari menjadi 3-4 kali sehari @ 55mg dan seterusnya.

Terapi putus opioida bertahap dengan substitut non-opioida, misalnya klonidin. Dosis yang diberikan 0,01 - 0,3 mg tiga atau empat kali sehari atau 17 mikrogram per kg berat badan per hari dibagi dalam tiga atau empat kali pemberian.

Terapi dengan memberikan antagonis opioida di bawah anestesi umum (rapid detoxification). Gejala putus zat timbul dalam waktu pendek dan hebat, tetapi pasien tidak merasakan karena pasien dalam keadaan terbius. Keadaan ini hanya berlangsung sekitar enam jam dan perlu dirawat satu sampai dua hari.

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya.Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.

Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia, peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif.

Gangguan yang berhubungan dengan kokain1. Ketergantungan dan penyalahgunaan kokain2. Intoksikasi kokain3. Putus kokain4. Delirium intoksikasi kokain5. Gangguan psikotik akibat kokain (dengan waham dan

halusinasi)6. Gangguan mood akibat kokain7. Gangguan kecemasan akibat kokain8. Disfungsi seksual akibat kokain9. Gangguan tidur akibat kokain

INTOKSIKASI KOKAINkriteria diagnosis :◦ Baru saja menggunakan alkohol◦ Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang

bermakna secara klinis yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian kokain.

◦ Dua atau lebih tanda berikut ini, yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian alkohol :1. takikardi atau bradikardi2. dilatasi pupil3. peninggian atau penurunan tekanan darah4. berkeringat atau menggigil5. mual atau muntah6. tanda-tanda penurunan berat badan

7. agitasi atau retardasi psikomotorik8. Kelemahan otot, depresi napas, nyeri dada, atau aritmia jantung9. konfusi, kejang, diskinesia, distonia atau koma

◦ Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak disebabkan gangguan mental lain.

PUTUS KOKAINKriteria diagnosis:

Penghentian pemakaian kokain yang lama dan berat Mood disforik dan dua atau lebih perubahan fisiologis

berikut ini yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria diatas :1. kelelahan2. mimpi yang gamblang3. insomnia atau hiperinsomnia4. peningkatan nafsu makan5. retardasi atau agitasi psikomotor

Gejala dalam kriteria diatas menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak disebabkan gangguan mental lain

PENGOBATAN

Untuk mendapatkan abstinensia dari kokain, dokter harus menerapkan perawatan lengkap atau parsial untuk memisahkan pasien dari lingkungan sosial yang biasa menggunakan kokain.

Intervensi psikologis biasanya melibatkan modalitas individual, kelompok dan keluarga.

Strategi farmakologis digunakan untuk menahan pemakaian kokain.Ada dua jenis obat yang paling berguna, yaitu suatu agonis dopamin dan obat trisiklik.agonis dopamin yang paling sering digunakan adalah amantadine dan bromocriptine

top related