praktikum paspan mentimun
Post on 08-Jul-2015
509 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman terutama sayuran setelah dipanen masih tetap mengalami proses hidup, dalam arti
masih berlangsungnya respirasi, menyerap oksigen (O2) serta memproduksi CO2 dan gas
ethylene. Respirasi sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat kesegaran, sehingga akan
mempengaruhi atau menyebabkan penurunan kualitas sayuran. Proses respirasi ini ada yang
berjalan lambat seperti bawang, kentang, ubi jalar; ada yang berjalan sedang seperti kol/kubis,
tomat, kentang muda, mentimun; ada yang berjalan cepat seperti buncis; dan ada yang berjalan
sangat cepat seperti jagung manis.
Kualitas suatu sayuran tidak dapat ditingkatkan atau diperbaiki setelah dipanen, akan tetapi
hanya dapat dipertahankan. Cara untuk dapat mempertahankan kualitas tersebut antara lain
dengan melakukan:
1. Penanganan pasca panen secara baik
2. Penyimpanan di tempat yang cocok/ideal
3. Pengemasan yang benar.
Beberapa kerugian yang diakibatkan oleh penanganan pasca panen yang kurang benar antara lain
:
1. Penurunan bobot berat
2. Mechanical injury :
- Memar yang menyebabkan penurunan mutu
- Goresan pada lapisan pelindung kulit yang bisa menyebabkan masuknya bakteri.
3. Mempercepat kematangan sehingga menurunkan shelf life
4. Perubahan warna
5. Penampilan dari sayuran tersebut kurang menarik :
- Layu
- Keriput
Jika hasil panen akan disimpan, sangatlah penting untuk memulai dengan produk berkualitas
tinggi. Hasil panen harus tidak mengandung unit yang rusak atau berpenyakit, dan wadah atau
kontainer harus berventilasi dengan baik dan kuat untuk menahan tumpukan. Pada umumnya,
praktek penyimpanan yg baik termasuk pengontrolan suhu, pengontrolan kelembaban nisbi,
perputaran udara dan pengaturan tempat antara kontainer untuk ventilas yg memadai, dan
menghindari pencampuran produk yg bertentangan atau tidak kompatibel.
Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah
“rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-
perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan, seperti pertumbuhan tunas,
pertumbuhan akar, batang bengkok, buah keriput, polong alot, ubi berwarna hijau (greening),
terlalu matang, dll. Perlakuan dapat berupa: pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi,
grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.
BAB II
PENANGANGAN PASCAPANEN PADA MENTIMUN (Cucumis sativus)
Pada praktikum penanganan pasca panen pada mentimun dilakuakn delapan perlakuan
pada mentimun. Tujuannya untuk melihat seberapa besar kerusakan yang terjadi akibat
perlakuan-perlakuan tersebut dan mengetahui kerusakan apa saja yang ditimbulkan akibat
perlakuan yang diberikan pada mentimun yang telah dipanen tersebut.
A. Kegiatan
Perlakuan :
mentimun tidak diberi perlakuan sebagai kontrol (disimpan dalam box
styrofoam dengan hati-hati
mentimun dijatuhkan dari ketinggian 0,5m sabanyak 2 kali
mentimun dicuci dengan air bersih dan dibersihkan duri-durinya
mentimun langsung dikemas dalam plastic
mentimun langsung dikemas dalam plastic wrap
mentimun digores kulitnya
mentimun disimpan dalam lemari es
Menimbang bobot mentimun dan kemasannya (masing-masing perlakuan) sebelum
dan selama penyimpanan.
Simpan masing-masing mentimun yang telah diberi perlakuan di dalam box Styrofoam
dan letakan dalam laci penyimpanan yang telah disediakan.
Pengamatan dilakukan pada 1 hsp, 4 hsp, 5 hsp, dan 6 hsp.
Faktor yang diamati adalah : susut bobot, kerusakan fisik, mekanik, dan biologis dari
masing-masing perlakuan selama penyimpanan.
B. Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan selama 1, 4, 5, dan 6 hsp
1 HST 4 HST 5 HST 6 HST 1 HST 4 HST 5 HST 6 HST 1 HST 4 HST 5 HST 6 HST 1 HST 4 HST 5 HST 6 HST
1 Kontrol 0 7.595 7.8 12.15 1 1 1.5 1.5 1 2.5 2 2.5 1 1 1 1
2 Jatuh 0 4.805 5.81 11.265 2 1.5 2.5 2.5 1.5 2.5 0 3.5 1 1 1.5 1.5
3 Jemur 5.5 4.02 5.05 5.15 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2
4 Cuci 4.045 0.155 0.525 2.8 1 1 2 1.5 1 1 2 1.5 1 1 1.5 1.5
5 Kemas kt plastik 0.2 0.995 1.955 2.22 1 1 1.5 1.5 1 1 1.5 2 1 1.5 2 1.5
6 Kemas Wrapp pls 0.545 1.385 1.055 1.4 1 1 1 1 1 1.5 1.5 1.5 1 1 1 1
7 Gores 0 1.3 1.3 1.3 1.5 2 2 2 1.5 2 2 3 1 2 2 2
8 Penyimpanan dingin 1.32 3.18 3.735 3.735 1 1 1 1 1 1 1 1.5 1 1 1 1
Skor Kerusakan BiologisNo Perlakuan Susut Bobot (%) Kerusakan Mekanis Kerusakan Fisik
Grafik 1 : susut bobot mentimun 1-6hsp
Grafik 2 : Kerusakan mekanis akibat perlakuan yang diberikan pada mentimun
0
2
4
6
8
10
12
14
1 HST 4 HST 5 HST 6 HST
Susut Bobot (%)
1 Kontrol
2 Jatuh
3 Jemur
4 Cuci
5 Kemas kt plastik
6 Kemas Wrapp pls
7 Gores
8 Penyimpanan dingin
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
1 HST 4 HST 5 HST 6 HST
Kerusakan Mekanis
1 Kontrol
2 Jatuh
3 Jemur
4 Cuci
5 Kemas kt plastik
6 Kemas Wrapp pls
7 Gores
8 Penyimpanan dingin
Grafik 3 : scoring kerusakan biologis
Grafik 4 : Kerusakan fisik
0
0.5
1
1.5
2
2.5
1 HST 4 HST 5 HST 6 HST
Skor Kerusakan Biologis
1 Kontrol
2 Jatuh
3 Jemur
4 Cuci
5 Kemas kt plastik
6 Kemas Wrapp pls
7 Gores
8 Penyimpanan dingin
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
1 HST 4 HST 5 HST 6 HST
Kerusakan Fisik
1 Kontrol
2 Jatuh
3 Jemur
4 Cuci
5 Kemas kt plastik
6 Kemas Wrapp pls
7 Gores
8 Penyimpanan dingin
Dari hasil pengamatan dari 1 hsp – 6 hsp untuk pengamatan nilai susut bobot terbesar
adalah pada mentimun yang diberi perlakuan dijatuhkan dari ketinggian 0,5m sebanyak 2 kali
yaitu 11,265%. Untuk kerusakan mekanis dan fisik terbesar juga pada perlakuan yang sama yaitu
mentimun dijatuhkan sebanyak 2 kali dari ketinggian 0,5m sedangkan untuk kerusakan biologis
terbesar pada perlakuan kemas dalam plastic.
Kerusakan biologis timbul karena pengaruh etilen atau pun gangguan OPT saat pasca
panen. Hal yang mempengaruhi kerusakan biologis antara lain adalah kelembaban yang tinggi
dan kurangnya cahaya matahari sehingga memudahkan munculnya OPT terutama penyakit.
Kerusakan mekanik disebabkan oleh benturan, gesekan, tekanan, tusukan, baik antar hasil
tanaman tersebut atau dengan benda lain. Kerusakan ini umumnya disebabkan tindakan manusia
yang dengan sengaja atau tidak sengaja dilakukan. Atau karena kondisi hasil tanaman tersebut
(permukaan tidak halus atau merata, berduri, bersisik, bentuk tidak beraturan, bobot tinggi, kulit
tipis, dll.). Pada praktikum ini kerusakan mekanik timbul akibat luka yang timbul akibat gesekan
dan benturan. Kerusakan mekanik tersebut member efek terhadap kondisi produk tersebut.
Produk yang diberi perlakuan dengan sengaja dijatuhkan menyebabkan mentimun berbenturan
dan bergesekan dengan lantai sehingga timbul luka yang menyebabkan peningkatan respirasi.
Hal tersebut menyebabkan susut bobot mentimun dari 1 hsp – 6 hsp sebesar 11, 265%.
Kerusakan fisik merupakan kerusakan yang terjadi karena proses fisiologi (hidup) yang
terlihat sebagai perubahan fisiknya seperti perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak, keras, alot,
keriput, dll. Juga bisa terjadi timbul aroma, perubahan rasa, peningkatan zat-zat tertentu dalam
hasil tanaman tersebut. Kerusakan fisik yang terlihat pada hasil pengamatan selama 6 hari
tersebut antara lain mentimun berubah menjadi keriput dan terdapat bagian yang melunak. Selain
itu terjadi pula perubahan warna (semburat) menjadi kekuningan pada beberapa mentimun.
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dari 1 hsp – 6 hsp untuk pengamatan nilai susut bobot terbesar
adalah pada mentimun yang diberi perlakuan dijatuhkan dari ketinggian 0,5m sebanyak 2 kali
yaitu 11,265%. Untuk kerusakan mekanis dan fisik terbesar juga pada perlakuan yang sama yaitu
mentimun dijatuhkan sebanyak 2 kali dari ketinggian 0,5m sedangkan untuk kerusakan biologis
terbesar pada perlakuan kemas dalam plastic.
Kerusakan biologi nampak dengan timbulnya penyakit pada mentimun yang diberi
perlakuan dibungkus dalam plastic. Kerusakan mekanik terjadi pada seluruh mentimun yang
dijadikan bahan percobaan. Kerusakan fisik tersebut berupa perubahan bentuk mentimun
menjadi keriput dan terdapat bagian yang lunak. Kerusakan mekanik yang terjadi disebabkan
oleh perlakuan yang diberikan saatp percobaan dilakukan. Kerusakan mekanik tersebut
menyebakan susut bobot mentimun selama masa penyimpananan.
DAFTAR PUSTAKA
Mutirawati, Tino. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran (Disampaikan pada: WORKSHOP PEMANDU LAPANGAN I (PL-1) SEKOLAH LAPANGAN
PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN (SL-PPHP). Dep. Pertanian, 2007)
Kitinoja, Lisa dan Adel A. Kader. Praktik-praktik Penanganan Pascapanen Skala Kecil: Manual
untuk Produk Hortikultura (Edisi ke 4). University of California, Davis Postharvest Technology
Research and Information Center. Diterjemahkan oleh: I Made S. Utama. Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Udayana
Darsana, Linayanti., dkk. PENGARUH SAAT PANEN DAN SUHU PENYIMPANAN
TERHADAP UMUR SIMPAN DAN KUALITAS MENTIMUN JEPANG (Cucumis sativus L.).
Agrosains Volume 5 No 1, 2003
Teknologi Pascapanen
Laporan Praktikum Perlakuan Pascapanen pada Buah Mentimun (Cucumis
sativus)
Diajukan untuk memenuhi laporan praktikum mata kuliah Teknologi Pascapanen
Disusun oleh
Kelompok 4 :
Rizky Hadi Rahmannia 150110080211
Mayang Winoti 150110080216
Annisa Handayani 150110080217
Redy Aditya P. 150110080220
Rizqi Laila Annisa 150110080221
Agroteknologi F
Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
2011
top related