prakata penulis - dspace.hangtuah.ac.id
Post on 19-Oct-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
iii
Prakata Penulis...
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya pene-
litian hibah bersaing tentang “Pengelolaan Keuangan di Desa
Pesisir Berdasarkan Asas Partisipasi Dalam Undang-Undang No-
mor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagai Upaya Akuntabilitas
Publik di Kabupaten Gresik” dapat berjalan dengan lancar, mulai
penyusunan proposal, pencarian data di lapangan, analisa data
dan pembuatan laporan kemajuan.
Sampai pada tahap ini, penelitian berhasil mengidentifikasi
lokasi penelitian, identifikasi peraturan perundang-undangan,
menentukan informan, mengumpulkan data tentang Alokasi Dana
Desa, serta model laporan keuangan desa yang dibuat masing-
masing desa. Hasilnya, model pengelolaan keuangan di Desa
Pangkahkulon, Desa Banyuurip dan Desa Campurejo belum mak-
simal mengikuti tahapan-tahapan yang ada dalam peraturan per-
undang-undangan, khususnya pada Peraturan Menteri Dalam Ne-
geri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Format yang digunakan belum seragam.
Langkah berikutnya adalah melakukan Focus Group Discussion
(FGD) untuk mengklarifikasi temuan yang dihasilkan guna mem-
berikan arahan dan petunjuk mengenai pengelolaan keuangan
desa yang akuntabel, transparan dan partisipatif. Dengan bentuk
pendampingan terhadap perangkat desa khususnya pada Kepala
Urusan Keuangan Desa dan Bendahara Desa.
Kami berharap penelitian bisa berjalan dengan lancar sehingga
bisa memberi manfaat dan mencapai luaran seperti yang diren-
canakan semula. Kami menerima saran dan masukan yang sifatnya
membangun untuk perbaikan penelitian ini di masa mendatang.
Surabaya, 25 Juni 2015
Penulis
iv
Prakata Penulis __iii
Daftar Isi __iv
Daftar Tabel __v
Daftar Gambar __vi
Bab I PENDAHULUAN __1
Bab II KERANGKA KONSEPTUAL __6
Bab III METODE PENELITIAN __16
Bab IV HASIL YANG DICAPAI __20
Bab V RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA __40
Bab VII PENUTUP __41
Daftar Pustaka__43
Daftar Lampiran __49
v
Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Desa Pangkahkulon.
Tabel 2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Pangkahkulon.
Tabel 3 Mata Pencaharian dan Jumlahnya di Desa Pangkahkulon.
Tabel 4 Nama Pejabat Pemerintah Desa Pangkahkulon.
Tabel 5 Nama Badan Permusyawaratan Desa Pangkahkulon.
Tabel 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Banyuurip.
Tabel 7 Tamatan Sekolah di Desa Banyuurip.
Tabel 8 Mata Pencaharian dan Jumlahnya di Desa Banyuurip.
Tabel 9 Nama Pejabat Pemerintah Desa Banyuurip.
Tabel 10 Nama Anggota Badan Permusyawaratan Desa Banyuurip.
Tabel 11 Jumlah Penduduk di Desa Campurejo.
Tabel 12 Batas-batas Wilayah Desa Campurejo.
Tabel 13 Jenis Mata Pencaharian di Desa Campurejo
vi
Gambar 1 tentang Kerangka Pemecahan Masalah
Gambar 2 tentang Alur Tahapan Penelitian
Gambar 3 Struktur Pemerintahan Desa Pangkahkulon
Gambar 4 Struktur Pemerintahan Desa Banyuurip
Gambar 5 Struktur Pemerintahan Desa Campurejo
1
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai. Hampir
sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik yakni sepanjang
140 km berada di wilayah pesisir. Wilayah pesisir itu meliputi
Kecamatan Kebomas, sebagian Kecamatan Gresik, Kecamatan
Bungah dan Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu dan Panceng me-
rupakan wilayah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan di
daerah pesisir.
Secara administratif pemerintahan di wilayah Kabupaten
Gresik terdiri dari 18 Kecamatan, 330 Desa, dan 26 Kelurahan. Luas
wilayah Gresik seluruhnya 1.192,25 km2 terdiri dari 996,14 Km2
luas daratan ditambah sekita 196,11 Km2 luas Pulau Bawean.
Sedangkan luas wilayah perairan adalah 5.773,80 Km2.
Luas wilayah perairan di Kabupaten Gresik yang cukup besar
memberikan kontribusi positif bagi investasi, perdagangan baik
lokal, regional dan nasional. Hal ini seharusnya berbanding lurus
dengan peningkatan kesejahteraan, kemampuan pendidikan bagi
masyarakat yang tinggal di desa pesisir. Namun, realitasnya justru
berbanding terbalik. Masyarakat di desa pesisir di Kabupaten
Gresik mayoritas masih menggantungkan hidupnya sebagai nela-
yan. Mereka juga memiliki karakter yang keras, heterogen dan
memiliki nilai-nilai religius tinggi. Sebagai sebuah entitas sosial,
masyarakat nelayan memiliki sistem budaya yang tersendiri dan
berbeda dengan masyarakat lain yang hidup di daerah pegu-
BAB I
2
nungan, lembaga atau dataran rendah, dan perkotaan.(Kusnadi:
2009)
Kondisi sumber daya manusia di desa pesisir sebagai komu-
nitas masyarakat juga belum bisa dikatakan bermutu. Tingkat
pendidikan umumnya masih sebatas sekolah menengah atas.
Sedangkan penduduk yang berpendidikan akademi atau univer-
sitas masih sangat sedikit. Hal ini berbanding lurus dengan
penelitian Kusnadi yang mengungkapkan bahwa masyarakat di
Desa Pesisir menghadapi berbagai persoalan, mulai dari masalah
sosial, politik, dan ekonomi yang kompleks. Lebih rinci Kusnadi
memaparkan masalah tersebut diantaranya adalah: (1) kemiskinan,
kesenjangan sosial, dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang
setiap saat; (2) keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar,
sehingga mempengaruhi dinamika usaha; (3) kelemahan fungsi
kelembagaan sosial ekonomi yang ada; (4) kualitas SDM yang
rendah sebagai akibat keterbatasan akses penddiikan, kesehatan
dan pelayanan publik; (5) degradasi sumberdaya lingkungan, baik
di kawasan pesisir, laut maupun pulau-pulau kecil; (6) belum
kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai
pilar utama dalam pembangunan nasional.(Kusnadi: 2006)
Rendahnya kemampuan sumber daya manusia yang ada di
Desa Pesisir perlu menjadi perhatian tersendiri. Mengingat di
dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(selanjutnya disebut UU Desa), pemerintah telah mengalokasikan
dana desa yang nilainya cukup besar. Pasal 72 ayat (4) UU Desa
menyebutkan bahwa Desa akan memperoleh dana paling sedikit
10 persen dari dana transfer daerah dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Anggaran ini masih ditambah dengan
dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, serta Anggaran Penda-
patan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota. Dengan alokasi ini,
setiap desa diperkirakan akan mendapatkan anggaran Rp. 800.000.000
(delapan ratus juta rupiah) – Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).
3
Adanya amanat dari UU Desa ini memberi konsekuensi
kepada pemerintahan pemerintah daerah dan khususnya peme-
rintahan desa untuk melakukan pengelolaan keuangan yang baik.
Konsekuensi logis dari amanat UU Desa adalah Pemerintahan
Desa akan menjadi obyek audit dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Hal inilah yang dikhawatirkan oleh sejumlah pihak terkait
pengelolaan keuangan bagi desa, khususnya daerah desa pesisir.
Jangan sampai, alokasi dana desa yang cukup besar tersebut justru
menumbuhkan penyimpangan dan bermunculan kasus korupsi
baru di tingkat desa. Untuk itu, pengelolaan keuangan yang baik
di Desa Pesisir, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban, hingga pengawasan perlu diteliti dan dikaji
secara komprehensif.
Sidarto Danusubroto dalam artikelnya berjudul Implikasi Un-
dang-Undang Desa Baru memberikan empat perspektif yang harus
dipersiapkan dalam mengimplementasikan Undang -Undang
Nomor 6 Tahun 2014 agar dapat memberikan manfaat yang besar
bagi masyarakat di pedesaan. Pertama, adalah Perencanaan dan
Penganggaran. Kedua, Kebijakan Desa. Ketiga, Kepemimpinan
Kepala Desa. Keempat, Manajemen Pelayanan Desa.
Dari empat perspektif ini, titik tekannya dari masing-masing
perspektif tersebut adalah pemahaman terhadap peraturan perun-
dang-undangan dan kompetensi dari aparatur desa dalam pem-
buatan kebijakan. Dalam konteks inilah, peneliti yang memi-liki
keilmuan di bidang hukum mempunyai tanggung jawab untuk
mengabdikan keilmuannya kepada masyarakat dengan berusaha
memberikan pencerahan, gagasan, dan model pengelolaan yang
akuntabel berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan keuangan di Desa Pesisir berdasarkan
4
Asas Partisipasi yang ada di Kabupaten Gresik?
2. Model pengawasan apa yang tepat dalam pengelolaan ke-
uangan di Desa Pesisir yang ada di Kabupaten Gresik?
1.3 Urgensi Penelitian
1. Penelitian mengenai pengelolaan keuangan di Desa Pesisir ini
perlu dilakukan sebagai upaya peningkatan kapasitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa khususnya dalam penge-
lolaan keuangan yang akuntabel di Desa Pesisir. Jika upaya
peningkatan kapasitas terhadap pemerintahan di Desa Pesisir
dalam pengelolaan keuangan ini tidak dilakukan, maka dikha-
watirkan Kepala Desa dan Perangkat Desa bisa berurusan de-
ngan persoalan-persoalan hukum.
2. Penelitian ini berusaha untuk mempersiapkan beberapa hal
yang harus dipahami oleh aparat desa. Pertama, tata kelola
pemerintahan desa perlu di persiapkan dengan matang. Kedua,
mekanisme pertanggung jawaban penggunaan anggaran desa
yang disederhanakan dengan tidak meninggalkan aturan yang
ada. Ketiga, penguatan kapasitas aparat desa (pamong).
3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memecahkan masalah yang
ada dalam pengelolaan keuangan yang akuntabel di Desa
Pesisir di wilayah lain di Indonesia.
1.4 Luaran Penelitian
1. Profil pengelolaan keuangan di Desa Pesisir yang berbasis
partisipasi di Kabupaten Gresik.
2. Model pengawasan keuangan di Desa Pesisir yang berbasis
partisipasi di Kabupaten Gresik.
3. Jurnal Perspektif Hukum Fakultas Hukum Universitas Hang
Tuah Surabaya.
4. Jurnal Terakreditasi
Kerangka pemecahan masalahnya dapat digambarkan sebagai
berikut :
5
Undang-Undang Desa Alokasi Dana Desa 10%
APBD Desa
Pengelolaan Desa Pesisir di Kabupaten
Gresik
BPD Pemerintahan Desa Kepala Desa & Aparatur
Desa
Karakteristik masyarakat di Desa
Pesisir yang berbeda dengan masyarakat di
daerah agraris
Produk Kebijakan Kab. Gresik & Kondisi
Kelembagaan di Desa Pesisir
Model Partisipasi Masyarakat
Model Pengawasan
Tata Kelola Pemerintahan
Desa yang baik
Mekanisme Pertanggungjawaban
Penguatan kapasitas
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa
6
1.1 Studi Terdahulu
Agus Subroto (2009) meneliti tentang ‚Akuntabilitas Penge-
lolaan Dana Desa (Studi Kasus Pengelolaan Dana Desa di Desa-
desa Dalam Wilayah Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Te-
manggung Tahun 2008)‛, dengan tujuan mendeskripsikan sistem
akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa serta apa yang
menjadi penyebab pengelola ADD dalam pengelolaan administrasi
keuangan belum memenuhi ketentuan yang berlaku. Metode
penelitiannya deskriptif kualitatif. Hasilnya, dalam hal pertang-
gungjawaban keuangan kompetensi sumber daya manusia penge-
lola menjadi kendala utama sehingga membutuhkan pendam-
pingan dari Pemerintah Daerah.
Mahfudz (2009) meneliti tentang ‚Analisis Dampak Alokasi
Dana Desa (ADD) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat dan
Kelembagaan Desa‛, dengan tujuan menganalisis efektivitas
pengalokasian, pengelolaan dan penggunaan ADD di Kabupaten
‘X’. Metode penelitian kualitatif. Hasilnya, dari aspek pengaloka-
sian ADD, sebagian besar penggunaan ADD lebih banyak diarah-
kan pada kegiatan fisik, disusul kemudian untuk penambahan
kesejahteraan perangkat desa dalam bentuk purna bakti, tunjangan
dan sejenisnya.
Paulus Israwan Setyoko (2011), ‚Akuntabilitas Administrasi
Keuangan Program Alokasi Dana Desa (ADD)‛, dengan tujuan
mengevaluasi praktik akuntabilitas administrasi keuangan ADD di
Kabupaten Purbalingga. Metode penelitian yang digunakan adalah
BAB II
7
kualitatif. Hasilnya, sebagian besar desa dari 224 desa gagal
memberikan laporan keuangan secara tepat waktu, bahkan ada
yang menyeahkan setelah tahun anggaran. Hal ini disebabkan oleh
tidak tersedanya bukti laporan penggunaan anggaran kegiatan
secara lengkap.
Agus Hadiawan, dkk (2012), ‚Penyuluhan Meningkatkan Pe-
ngetahuan Kepala Desa dan BPD tentang Manajemen Pengelolaan
dan Pengawasan Keuangan Desa di Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan‛, dengan tujuan untuk mengukur tingkat pe-
ngetahuan dan sikap (awal dan akhir) kepala desa dan BPD me-
ngenai pedoman pengelolaan keuangan desa sebagaimana diatur
dalam Permendagri 37 Tahun 2007. Hasilnya, ada peningkatan
pengetahuan tentang pengelolaan keuangan desa setelah adanya
pendampingan dan penyuluhan.
Datuk Juliansyah (2013), ‚Studi tentang Pengelolaan Alokasi
Dana Desa di Desa Salimbatu Kecamatan Tanjung Palas Tengah
Kabupaten Bulungan, dengan tujuan menggambarkan bagaimana
pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dilaksanakan di Desa
Salimbatu, apakah sudah sesuai dengan prosesur dan aturan yang
berlaku. Hasilnya, pengelolaan ADD di Desa Salimbatu Kabupaten
Bulungan masih kurang efektif, hal ini dibuktikan dengan masih
adanya kegiatan proses pengeloaan yang belum dilaksanakan
sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku, yaitu pada pro-
ses penyusunan rencana program/kegiatan, dan pertanggung-
jawaban.
1.2 Otonomi Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesa-
tuan Republik Indonesia.
8
Menurut H.A.W. Widjaja, desa merupakan Self Community
yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri (Widjaja, 2003: 3).
Dengan pemahaman bahwa Desa memiliki kewenangan untuk
mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai
dengan kondisi sosial dan budaya setempat, maka posisi Desa
memiliki otonomi asli yang strategis sehingga memerlukan per-
hatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah.
Pasal 19 UU Desa menyebutkan Kewenangan yang dimiliki
Desa meliputi :
a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
b. Kewenangan lokal berskala desa;
c. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
dan
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemertah, Peme-
rintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/
Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan
kemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna
dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masya-
rakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan
pembangunan.
1.3 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat terdiri atas dua kata yaitu partisipasi
dan masyarakat. partisipasi dalam bahasa Inggris yaitu partici-
pation yang artinya pengambilan bagian dan pengikutsertaan. Se-
dangkan masyarakat dalam Bahasa Inggris yaitu society yang ber-
arti perkumpulan, perhimpunan dan lembaga. Ini berarti partisi-
pasi masyarakat yaitu mengikutsertakan banyak orang atau per-
kumpulan.
Ditinjau dari optik politik hukum, istilah partisipasi masya-
rakat di Indonesia dikenal sebagai ‚peran serta‛. Menurut Muin
9
Fahmai (2006: 172), peran serta merupakan suatu pengertan yang
seringkali dipertukarkan dengan istilah ‚partisipasi‛. Dalam
keputstakaan Belanda, peran serta (inspraak), merupakan salah satu
bentuk dari partisipasi. Unsur-unsur dari peran serta yaitu: (1)
tersedianya suatu kesempatan (yang diorganisir) bagi masyarakat
untuk mengemukakan pendapat dan pemikirannya terhadap po-
kok-pokok kebijaksanaan pemerintah; (2) adanya kesempatan bagi
masyarakat untuk melakukan diskusi dengan pemerintah; dan (3)
dalam batas-batas yang wajar, diharapkan bahwa hasil diskusi
tersebut dapat mempengaruhi pengambilan keputusan (Arif
Hidayat: 2011).
Pambudhi, P. Agung (2006:42) menyebutkan bahwa peran
serta merupakan hal untuk ikut memutus. Partisipasi masyarakat
di suatu daerah dalam sistem penganggaran daerah dan penyu-
sunan rencana pembangunan daerah seyogyanya dapat menjadi
salah satu tolak ukur sejauh mana daerah tersebut mengem-
bangkan nilai-nilai tata kelola pemerintahan yang baik dalam roda
pemerintahannya. Keterlibatan masyarakat dalam arti luas harus
didorong baik melalui regulasi maupun penciptaan iklim
demokratisasi yang ideal di daerah.
Ada beberapa tahapan dari partisipasi masyarakat, yaitu
(Lince Magriasti, 2011: 2)
a. Tahap Partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Dalam tahap ini, partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan
berupa forum diskusi ataupun bentuk lain yang memung-
kinkan masyarat untuk berpartisipasi langsung di dalam
proses pengambilan keputusan tentang program-program
pembangunan di tingkat lokal.
b. Tahap partisipasi dalam perencanaan pembangunan.
Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan
yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keter-
libatannya. Dalam tahap perencanaan, orang sekaligus diajak
untuk ikut membuat keputusan yang mencakup merumuskan
10
tujuan, maksud dan target.
c. Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan.
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan pembangunan diartikan
sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk
tenaga, kerja, uang tunai, dan atau bentuk lainnya yang sepa-
dan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang
bersangkutan.
d. Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan.
Pada tahapan ini dimaksudkan bukan hanya tercapainya
tujuan, tetapi juga diperlukan untuk mendapatkan umpan
balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul
dalam pelaksanaan pembangunan. Partisipasi masyarakat
dalam mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan
perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan
sangat diperlukan.
e. Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan.
Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan merupa-
kan hal penting namun sering terlupakan. Padahal tujuan dari
pelaksanaan pembangunan adalah memperbaiki mutu hidup
masyarakat sehingga pemerataan hasil pembangunan merupa-
kan tujuan utama.
1.4 Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah dapat diartikan semua hak dan kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang, juga segala satuan, baik berupa
uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah
sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang
lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/peraturan
perundang yang berlaku.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah di Pasal 1 ayat 5, keuangan daerah
adalah semua hak dan kewajiban daerhah dalam rangka penye-
lenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,
11
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 66
ayat 1, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, trans-
paran dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Oleh karena itu,
pendekatan kinerja yang berorientasi pada output dengan meng-
gunakan konsep nilai uang (value for money) serta prinsip tata
pemerintahan yang baik (good government governance)
1.5 Good Governance Dalam Pengelolaan Anggaran
Pelaksanaan otonomi daerah memiliki kaitan yang erat
dengan tuntutan dilakukannya good governance di Indonesia. Arti
good dalam good governance mengandung dua pengertian. Pertama
adalah menunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat dan nilai-
nilai yang mampu meningkatkan kemampuan rakyat dalam
pencapaian tujuan kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan
keadilan sosial. Kedua, merupakan aspek-aspek fungsional dari
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Adapun prinsip dasar good
governance adalah sebagai berikut: (Abdul Halim, dkk: 2007)
a. Public participation.
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi
institusi terlegitimasi yang mewakili kepentingannya.
b. Rule of law
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang
bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia.
c. Transparancy
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
Proses, lembaga, dan informasi secara langsun dapat diterima
12
oleh pihak-pihak yang membutuhkan.
d. Responsiveness
Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk
melayani setiap stake holders
e. Consensus Orientation
Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda
untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih
luas dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
f. Equity
Semua warga negara mempunyai kesempatan untuk mening-
katkan atau menjaga kesejahteraan mereka
g. Effectiveness and Efficiency
Proses dan lembaga menghasilkan public goods dan services
sesuai dengan apa yang digariskan dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin
2.6. Pengelolaan Keuangan Desa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, Desa mempunyai sumber pendapatan berupa pendapatan
asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabu-
paten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, alokasi anggaran dari
APBN, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan APBD
kabupaten/kota, serta hibah dan sumbangan yang tidak mengikat
dari pihak ketiga.
Sumber pendapatan Desa tersebut secara keseluruhan
digunakan untuk mendanai seluruh kewenangan yang menjadi
tanggung jawab Desa. Dana tersebut digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan kewenangan Desa yang mencakup penyeleng-
garaan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat,
dan kemasyarakatan. Dengan demikian, pendapatan Desa yang
bersumber dari APBN juga digunakan untuk mendanai kewe-
nangan tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
13
Desa, Desa diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kewenangannya sesuai dengan kebutuhan dan prioritas Desa. Hal
itu berarti Dana Desa akan digunakan untuk mendanai kese-
luruhan kewenangan Desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
Dana Desa tersebut. Namun, mengingat Dana Desa bersumber dari
Belanja Pusat, untuk mengoptimalkan penggunaan Dana Desa,
Pemerintah diberikan kewenangan untuk menetapkan prioritas
penggunaan Dana Desa untuk mendukung program pembangun-
an Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. Penetapan prioritas
penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang
menjadi tanggung jawab Desa.
Desa memiliki kewajiban untuk menyusun RAPB Desa
yang meliputi sumber pendapatan desa, penggunaan anggaran
dan pertanggungjawabannya. Desa harus memahami secara tepat
mengenai penetapan prioritas penggunaan anggaran desa, sebagai-
mana diatur dalam PP No 22 Tahun 2015 tentang perubahan dari
PP No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang bersumber dari
APBN. Prioritas penggunaannya adalah untuk program pem-
bangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa sehingga desa
dapat berkembang maju dan masyarakat lebih sejahtera.
Adapun pembangunan Desa meliputi :
a. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrasruktur dan
lingkungan Desa antara lain:
1. tambatan perahu;
2. jalan pemukiman;
3. jalan Desa antar permukiman ke wilayah pertanian;
4. pembangkit listrik tenaga mikrohidro ;
5. lingkungan permukiman masyarakat Desa; dan
6. infrastruktur Desa lainnya sesuai kondisi Desa.
b. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana kesehatan antara lain:
1. air bersih berskala Desa;
2. sanitasi lingkungan;
14
3. pelayanan kesehatan Desa seperti posyandu; dan
4. sarana dan prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi Desa.
c. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain:
1. taman bacaan masyarakat;
2. pendidikan anak usia dini;
3. balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat;
4. pengembangan dan pembinaan sanggar seni; dan
5. sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya
sesuai kondisi Desa.
d. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi
antara lain:
1. pasar Desa;
2. pembentukan dan pengembangan BUM Desa;
3. penguatan permodalan BUM Desa;
4. pembibitan tanaman pangan;
5. penggilingan padi;
6. lumbung Desa;
7. pembukaan lahan pertanian;
8. pengelolaan usaha hutan Desa;
9. kolam ikan dan pembenihan ikan;
10. kapal penangkap ikan;
11. cold storage (gudang pendingin);
12. tempat pelelangan ikan;
13. tambak garam;
14. kandang ternak;
15. instalasi biogas;
16. mesin pakan ternak;
17. sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi
Desa.
e. Pelestarian lingkungan hidup antara lain:
1. penghijauan;
15
2. pembuatan terasering;
3. pemeliharaan hutan bakau;
4. perlindungan mata air;
5. pembersihan daerah aliran sungai;
6. perlindungan terumbu karang; dan
7. kegiatanlainnya sesuai kondisi Desa.
f. Bidang Pemberdayaan masyarakat desa meliputi :
a. pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan dan
perdagangan;
b. pelatihan teknologi tepat guna;
c. pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi kepala Desa,
perangkat Desa, dan Badan Pemusyawaratan Desa;
d. peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain:
1) kader pemberdayaan masyarakat Desa;
2) kelompok usaha ekonomi produktif;
3) kelompok perempuan,
4) kelompok tani,
5) kelompok masyarakat miskin,
6) kelompok nelayan,
7) kelompok pengrajin,
8) kelompok pemerhati dan perlindungan anak,
9) Kelompok Pemuda
16
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian deskriptif
kualitatif. Tipe penelitian ini berusaha mendeskripsikan fenomena
yang lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan
berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Dalam penelitian
kualitatif, penentuan fokus didasarkan pada tingkat kebaruan
informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).
Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara
lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial yang diteliti
(Sugiono, 2009).
Dalam tipe penelitian kualitatif ini, metodologi yang digu-
nakan adalah PAR (Partisipation Action Research). Metode ini mene-
kankan pada penentuan sasaran dan penerapan program dilaku-
kan dengan bekerja sama bersama kelompok sasaran. Dalam
konteks ini, ada unsur ada pendidikan dan pemberdayaan
masyarakat.
Penelitian ini terbagi dalam 3 tahapan yaitu :
1. Tahap pertama : Prelimentary Study (survey pendahuluan,
kompilasi data, pengumpulan isu yang relevan, studi literature)
2. Tahap kedua : Assessment (kegiatan lapangan untuk mengenali
kebutuhan bagi aparatur desa) dengan pendampingan melalui
metode Participatory Action Research (Alice Mcintyre, 2008).
BAB III
17
3. Tahap ketiga : penulisan hasil penelitian dengan menggunakan
Analisis deskriptif kualitatif (menganalisa permasalahan,
menggali/ mengkaji secara mendalam) dengan penyajian secara
induktif (dari yang khusus ke yang umum) (Jacques M
Chevalier, 2013) sehingga dari penelitian ini dapat dihasilkan
action plan bagi penguatan pemerintahan desa pesisir untuk
ditindak lanjuti.
Gambar 2
Gambaran Alur Pikir sesuai Tahapan Penelitian di Jelaskan dalam
Tabel di bawah ini:
Tahun Ke Satu Tahun Ke Dua
Metode Penelitian Tahun Pertama
Tujuan :
Kajian Terhadap :
Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan keuangan yang akuntabel dan berbasis partisipasi di Desa Pesisir
Profil partisipasi masyarakat di Desa Pesisir dalam Pengelolaan
Keuangan
Kajian Terhadap :
Kebijakan Pemkab Gresik terhadap pengelolaan keuangan di desa Pesisir
Kebijakan Pemkab Gresik terhadap pengelolaan keuangan di Desa Pesisir.
Peran serta Pemkab Gresik sehubungan dengan pengelolaan keuangan di Desa Pesisir
Profil Pengelolaan Keuangan di Desa Pesisir Kabupaten Gresik:
Profil Kebijakan
Profil Peran Serta PemDa & Dinas
Terkait
Profil Karakteristik Lingkungan
Potensi dan Permasalahan dari
karakteristik fisik dan sosial
Model Partisipasi Masyarakat dan Pengawasan Keuangan di Desa Pesisir Kabupaten Gresik.
18
Metode Penelitian Tahun Pertama
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Secara geografis, lokasi penelitian dilaksanakan di Desa pesisir
yang berada di wilayah Kabupaten Gresik. Desa yang menjadi
obyek penelitian adalah dilaksanakan di Desa Banyuurip, Desa
Pangkahkulon dan Desa Campurejo di Kabupaten Gresik. Tiga
desa yang menjadi obyek penelitian ini merupakan desa-desa yang
wilayahnya berdekatan dengan pantai, berada di daerah pesisir
dan ketiga desa secara kelembagaan ini sudah memiliki embrio
dalam konteks pemerintahan desa.
Adapun waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2015
sampai dengan bulan Oktober 2017.
1.3 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini membutuhkan data primer dan data sekunder.
Data primer yang dibutuhkan adalah data tentang alokasi dana
desa yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Gresik terhadap
Desa Pesisir, data tentang persepsi masyarakat (pengurus Badan
Permusyawaratan Desa) terhadap manfaat, mekanisme penyaluran
dana serta data tentang pengelolaan/penggunaan dana desa. Data
ini bersumber dari responden yang terpilih sebagai sampel
penelitian. Seperti misalnya, kepala desa, perangkat desa, aparat
desa, badan permusyawaratan desa, pengurus Lembaga
Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), pengurus Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK), pengurus Karang Taruna.
Data sekunder adalah data dan informasi yang dikumpulkan
oleh pihak lain, sebagai bahan masukan dan informasi akurat
dalam pengolahan analisis data (Mahfudz, 2009). Data sekunder
yang diperlukan adalah data makro dan data teknis yang berkaitan
dengan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Gresik (antara
lain data tentang kebijakan Pemerintah Kabupaten Gresik tentang
ADD, berbagai peraturan daerah di Kabupaten Gresik yang
mengatur ADD, serta pola penyaluran, pelaksanaan dan
19
pertanggungjawaban ADD. Data ini diperoleh dari Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Gresik yang berkompeten
dan berwenang dalam Pengelolaan ADD. Data sekunder diperoleh
dengan teknik studi kepustakaan serta wawancara mendalam dan
terarah kepada para pimpinan SKPD di Kabupaten Gresik yang
berwenang mengurusi masalah ADD serta para tokoh masyarakat.
20
TAHAP PERTAMA
Sebagaimana tercantum dalam penelitian ini, ada beberapa
tahapan penelitian terkait fokus penelitian ini. Untuk laporan
kemajuan ini, tahapan yang sudah peneliti lakukan adalah pada
Tahapan Pertama (Prelimentary Study). Tahapan ini meliputi survey
pendahuluan, kompilasi data, pengumpulan isu yang relevan,
studi literature termasuk peraturan perundang-undangan.
Sedangkan untuk Tahap Kedua (Assesment) yang berupa kegiatan
lapangan telah kami lakukan, meskipun belum semua aspek dari
tahapan kedua selesai dikerjakan.
Untuk itulah, pada laporan kemajuan ini peneliti akan
melaporkan beberapa hasil yang dicapai antara lain
5.1 Teridentifikasinya Peraturan Perundang-undangan
Salah satu prinsip dalam pengelolaan keuangan, baik di
tingkat nasional dan daerah, adalah harus taat pada peraturan
perundang-undangan. Pengelolaan Keuangan Desa yang menjadi
fokus dari penelitian ini juga tetap harus merujuk pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini, ada beberapa
peraturan perundang-undangan yang bisa dijadikan landasannya,
antara lain:
BAB IV
21
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ini
memberikan beberapa pengaturan mengenai hal ikhwal Desa,
antara lain:
1) Penambahan Keuangan Desa.
Berlakunya UU Desa memberikan peluang, harapan, dan
tantangan bagi Desa untuk mengelola dana desa. Sebab, dana desa
yang akan dikucurkan oleh pemerintah pusat melalui APBN
nilainya cukup besar. Pasal 72 ayat (1) menyebutkan beberapa
sumber pendapatan desa antara lain:
a. Pendapatan Asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil asset,
swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain
pendapatan asli Desa;
b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
kabupaten/kota;
d. Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana
perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota;
e. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga;
dan
g. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.
Hal ini dipertegas lagi melalui Pasal 72 ayat (4) bahwa Alokasi
dana desa itu paling sediki 10% (sepuluh perseratus) dari dana
perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi
Khusus. Dengan asumsi tersebut, maka potensi pendapatan setiap
Desa yang diterima setiap tahunnya bisa mencapai antara Rp. 800
juta – Rp. 1 Milyar.
2) Kewenangan Kepala Desa
22
UU Desa mengamanatkan adanya pembagian kewenangan
tambahan dari pemerintah daerah yang merupakan kewenangan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara
mengatur penerimaan yang merupakan pendapatan Desa. Dalam
hal ini kepala desa mempunyai kewenangan penuh dalam
mengatur dan mengelola keuangan sendiri. Hal ini otomatis kepala
desa mempunyai tanggung jawab lebih
mempertanggungjawabkan semua pendapatan dan pengeluaran
desa yang dilakukannya.
Kepala desa juga memperoleh gaji dan penghasilan tetap
setiap bulan. Pasal 66 UU Desa menyebutkan penghasilkan tetap
kepala desa dan perangkat desa bersumber dari dana perimbangan
dalam APBN yang diterima oleh Kabupaten/Kota ditetapkan oleh
APBD. Kepala desa juga memperoleh jaminan kesehatan dan
penerimaan lain yang sah.
3) Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Diperkuat
Adanya penguatan fungsi Badan Permusyawaratan Desa
yakni melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa sebagaimana
diatur di Pasal 55 UU Desa, antara lain:
a. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa
bersama Kepala Desa;
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa;
dan
c. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (selanjutnya disebut PP No 43 Tahun 2014) juga
mengatur berkaitan dengan keuangan dan kekayaan desa.
Ketentuan itu antara lain mengatur tentang Alokasi Dana Desa
23
(ADD) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten/Kota, bagian dari hasil pajak dan retribusi
daerah kabupaten/kota, penyaluran bantuan keuangan yang
bersumber dari APBD provinsi atau APBD kabupaten/kota ke Desa
serta penggunaan belanja desa, penyusunan APB Desa, pelaporan
dan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa, dan
pengelolaan kekayaan Desa.
Di Pasal 93 ayat (1) PP No 43 Tahun 2014 menjelaskan
mengenai Pengelolaan Keuangan Desa meliputi : (a) perencanaan;
(b) pelaksanaan; (c) penatausahaan; (d) pelaporan; dan (e)
pertanggungjawaban.
Amanah PP No 43 Tahun 2014 adalah mengamanahkan
pemerintah kabupaten/kota untuk mengalokasikan ADD di APBD
setiap tahun anggaran. Pengalokasian ini mempertimbangkan
kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa; dan
jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas wilayah desa
dan tingkat kesulitan geografis Desa.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana
Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (selanjutnya disebut PP No 60 Tahun 2014) mengatur
besaran sumber dana Desa. Sumber dana Desa itu diusulkan oleh
kementerian/lembaga yang ditetapkan oleh Menteri dan
dimasukkan dalam cadangan Dana Desa. Setelah mendapat
persetujuan dari DPR, akan ditetapkan sebagai Dana Desa yang
merupakan bagian dari Anggaran Transfer ke Daerah dan Desa.
Besaran dana desa yang telah ditetapkan dalam APBN
dialokasikan ke Desa dalam dua tahap. Tahap pertama, menteri
mengalokasikan Dana Desa kepada kabupaten/kota sesuai dengan
jumlah Desa berdasarkan variable jumlah penduduk, luas wilayah,
24
dan angka kemiskinan dalam bobot tertentu. Tahap kedua,
berdasarkan besaran Dana Desa setiap kabupaten/kota,
bupati/walikota mengalokasikan Dana Desa untuk setiap desa.
Bupati/walikota diberikan kewenangan untuk menentukan bobot
perhitungan sesuai dengan karakteristik daerahnya.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (selanjutnya disebut PP No 22 Tahun 2015)
memberikan gambaran skema penyaluran dana desa yang lebih
sederhana daripada aturan sebelumnya. Dalam pengalokasian
Dana Desa ini dilakukan secara berkeadilan berdasarkan alokasi
dasar dan jumlah penduduk, angka kemiskinan luas wilayah, dan
tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota yang
bersumber dari kementerian yang berwenang dan/atau lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statitistik.
5. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi No 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2015.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 (selanjutnya disebut
Permendes No 5 Tahun 2015) memberikan acuan penggunaan
prioritas dana desa. Dana Desa harus diprioritaskan untuk
membiayai belanja pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa. Untuk pembangunan desa, Dana Desa digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana
Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal dan pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
25
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan ini memberikan pedoman secara teknismengenai
pengelolaan keuangan desa yang harus berlandaskan pada asas
transparan, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin
anggaran.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa.
Peraturan ini memberikan landasan dasar mengenai
penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayan
masyarakat Desa. Termasuk mengatur mengenai perencanaan
pembangunan Desa melalui Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa, Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau biasa
disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa.
5.2. Teridentifikasinya Lokasi Penelitian
5.2.1. Desa Pangkahkulon Kecamatan Ujung Pangkah
Secara geografis Desa Pangkahkulon terletak pada posisi 7°21’-
7°31’ Lintang Selatan dan 110°10’ - 111°40’Bujur Timur. Topografi
ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 156
m di atas permukaan air laut.
Visi dari Desa Pangkahkulon adalah “Terdepan dalam
Pelayanan menuju Desa Pangkahkulon yang dinamis, aman dan
sejahtera”. Sedangkan misi Desa Pangkahkulon adalah :
1. Mewujudkan pelayanan masyarakat 24 jam;
2. Mewujudkan Desa Pangkahkulon yang lebih baik;
3. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan.
Secara administratif, Desa Pangkahkulon terletak di wilayah
Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik dengan posisi
dibatasi oleh wilayah-wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah Barat berbatasan dengan
26
Desa Banyuurip, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Kebunagung dan Desa Karangrejo, sedangkan di sisi Timur
berbatasan dengan Desa Pangkawetan.
Dari aspek demografi, berdasarkan data administrasi
Pemerintahan Desa tahun 2013, jumlah penduduk Desa
Pangkahkulon adalah terdiri 2.190 Kepala Keluarga dengan jumlah
total 8.305 jiwa, dengan rincian 4.260 laki-laki dan 4.045
perempuan sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini
Tabel 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No Usia Laki-
laki
Perempuan Jumlah Prosentase
1 0-4 255 263 518 orang 6,3 %
2 5-9 376 335 711 orang 8,7 %
3 10-14 403 363 766 orang 9,2 %
4 15-19 417 380 797 orang 9,6 %
5 20-24 399 346 745 orang 9,0 %
6 25-29 447 407 854 orang 10,3 %
7 30-34 413 357 770 orang 9,3 %
8 35-39 380 366 746 orang 9,0 %
9 40-44 333 306 639 orang 7,7 %
10 45-49 264 274 538 orang 6,5 %
11 50-54 217 199 416 orang 5,0 %
12 55-58 153 144 297 orang 3,6 %
13 >59 203 279 482 orang 5,8 %
Jumlah Total 4260 4045 8305
orang
100%
27
Kondisi Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Pangkahkulon sebagai
berikut :
Tabel 2
Tabel Tingkat Pendidikan Masyarakat
No Keterangan Jumlah Prosentase
1. Buta huruf Usia 10
tahun ke atas
- 0
2 Usia Pra-Sekolah 589 8
3 Sedang SD 963 12,5
4 Tidak Tamat SD 246 3
5 Tamat SD 2101 27
6 Tamat SMP 1548 20
7 Tamat SMA 1772 23
8 Tamat PT/akademi 503 6,5
Jumlah Total 8305 100
1.2.1.1. Keadaan Ekonomi
Secara umum mata pencaharian masyarakat Desa
Pangkakulon dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu
nelayan, pertanian, jasa/perdagangan, industri dan lain-lain.
Dengan rincian sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Tabel 3
Mata Pencaharian dan Jumlahnya
No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase
1 Nelayan 1.071 orang 38
2 Pertanian 326 orang 12
3 Jasa/Perdagangan
a. Jasa Pemerintahan
b. Jasa Perdagangan
c. Jasa Angkutan
57 orang
138 orang
33 orang
2
5
1
28
d. Jasa Ketrampilan 12 orang 0,5
4 Sektor Industri 35 orang 1
5 Sektor lain 974 orang 34,5
Jumlah 2.811 orang 100
5.2.1.3 Kondisi Pemerintahan Desa
Wilayah desa Pangkahkulon terdiri dari 4 dusun yaitu :
Dusun Krajan I, Dusun Krajan II, Dusun Kalinagpuri, dan dusun
Druju yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala dusun.
Dalam rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap
masyarakat, dari keempat dusun tersebut terbagi menjadi 11
Rukun Warga (RW) dan 42 Rukun Tetangga (RT).
Gambar 3.
Struktur Pemerintahan Desa Pangkahkulon
BPD
Kadus Krajan I
Kasi Ekonomi dan
Pembangunan
Kadus Krajan II
Kepala Desa
Kasi Kesejahteraan
Rakyat
Sekretaris Desa
Kaur Keuangan
Kaur Umum
Kasi Pemerintahan
Kasi Trantib
Kadus Kalingapuri
Kadus Druju
29
Tabel 4
Nama Pejabat Pemerintah Desa Pangkahkulon
No Nama Jabatan
1 Ahmad Fauron, S.Sos.I Kepala Desa
2 Darnah, SH. M.Kn,
M.Si
Sekretaris Desa
3 Fasihah, S.Pd Kaur Pemerintahan
4 Nahwan, S.Ip Kaur Umum
5 Hayan Hadi, S.Pd,
I.MM
Kasi Ekobang
6 Fathur Rozi, S.Ip Kaur Keuangan
7 Illiyah, S.Ip Seksi Kesra
8 Riyadlus Sholihin Kasi Trantib
9 H. Abdul Wahib Kasun Krajan I
10 Syaiful Arif Kasun Krajan II
12 H. Asikin Kasun Kalingapuri
13 H. Agus Sumarno Kasun Druju
Tabel 5
Nama Badan Permusyawaratan Desa Pangkahkulon
No Nama Jabatan
1 Fathur Rohman, S.PdI,
M.PdI
Ketua
2 Abdul Hanif Wakil Ketua
3 Moh. Afif, S.Pd.I, M.Si Sekretaris
4 Moh. Zaini, S.Pd, I Anggota
5 Drs. Maftuhin Anggota
6 Syaifuddn, S.Pd, I Anggota
7 Askin Anggota
8 Abdul Muiz, S.Kes Anggota
9 Fathoni Anggota
10 Tathmainul Qulub Anggota
11 Faizin Anggota
30
5.2.2. Desa Banyu Urip
Sejarah Desa Banyuurip tidak terlepas dari sejarah Masyarakat
Ujungpangkah di Kabupaten Gresik. Desa ini awalnya bernama
desa Kaklak dengan lurah bernama Sepo yang menjabat selama 2
Tahun pada jaman penjajahan Belanda , kemudian di gantikan oleh
kepala Desa yang bernama Kutung. Kutung adalah Kepala Desa
yang dermawan, karena sangat terpengaruh oleh gaya kehidupan
masyarakat wilayah Ujungpangkah.
Karena adanya semangat perubahan maka desa ini pada tahun
1952 diubah namanya menjadi Banyuurip Nama Banyuurip
didasarkan pada banyaknya sumber air bening yang ada di desa
ini.
Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun
2010, jumlah penduduk Desa 6.339 adalah terdiri dari 1.529 KK,
dengan jumlah total 6.339 jiwa, dengan rincian 3.182 laki-laki dan
3.157 perempuan sebagaimana tertera dalam Tabel di bawah ini
Tabel 6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
No Usia Laki-
laki perempuan Jumlah Prosentase
1 0-4 499 515 1.014 orang 15.99 %
2 5-9 445 442 887 orang 13.99 %
3 10-14 63 63 316 orang 9.71 %
4 15-19 181 199 380 orang 5,99 %
5 20-24 285 285 570 orang 8.99 %
6 25-29 254 252 507 orang 7.99 %
7 30-34 209 209 418 orang 6,59 %
8 35-39 210 217 427 orang 6.73 %
9 40-44 177 177 354 orang 5,58 %
10 45-49 292 294 410 orang 6,46 %
11 50-54 198 198 396 orang 6,24 %
12 55-58 154 154 308 orang 4,85 %
13 >59 175 177 352 orang 5,55 %
Jumlah Total 3.157 3.182 6.339 orang 100,00%
31
Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia produktif
pada usia 20-49 tahun
Tingkat kemiskinan di Desa Banyuurip termasuk sedang. Dari
jumlah 6.339 orang di atas, sejumlah 430 tercatat sebagai Pra
Sejahtera; 461 tercatat Keluarga Sejahtera I; 123 tercatat Keluarga
Sejahtera II; 153 tercatat Keluarga Sejahtera III; 105 sebagai
sejahtera III plus. Jika golongan Pra-sejahtera dan golongan I
digolongkan sebagai golongan miskin, maka lebih 25 % orang Desa
Banyuurip adalah keluarga miskin.
Secara geografis Desa Banyuurip terletak pada posisi 06°59'-
45,8' Lintang Utara dan 112°31'-48.0°’ Lintang Selatan. Topografi
ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 23
M di atas permukaan air laut.
Secara administratif, Desa Banyuurip terletak di wilayah
Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik dengan posisi
dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara
berbatasan dengan Laut Jawa, Di sebelah Barat berbatasan dengan
Desa Ngimbo Kecamatan Ujungpangkah Di sisi Selatan
berbatasan dengan Desa Gosari Kecamatan Ujungpangkah ,
sedangkan di sisi timur berbatasan dengan Desa Pangkah Wetan
Kecamatan Ujungpangkah.
Mengenai tingkat pendidikan di Desa Banyuurip dapat dilihat
pada tabel berikut ini
Tabel 7
Tamatan Sekolah
No Keterangan Jumlah Prosentase
1 Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas 102 1,60 %
2 Usia Pra-Sekolah 776 12,24 %
3 Tidak Tamat SD 848 13,37 %
4 Tamat Sekolah SD 1.457 22,98 %
5 Tamat Sekolah SMP 1.494 23,56 %
6 Tamat Sekolah SMA 1.467 23,14 %
7 Tamat Sekolah PT/ Akademi 443 6,98 %
Jumlah Total 6.339 100 %
32
Dari data di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk
Desa Banyuurip hanya mampu menyelesaikan sekolah di jenjang
pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD dan SMP). Dalam hal
kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadahi dan
mumpuni, keadaan ini merupakan tantangan tersendiri.
Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Banyuurip Rp.
500.000,- Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa
Banyuurip dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu
nelayan, pertanian, jasa/perdagangan, industri dan lain-lain.
Berdasarkan data yang ada, masyarakat yang bekerja di sektor
Nelayan berjumlah 567 orang, pertanian berjumlah 1.114 orang,
yang bekerja disektor jasa berjumlah 300 orang, yang bekerja di
sektor industri 85 orang, dan bekerja di sektor lain-lain 2.127
orang. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata
pencaharian berjumlah 3.794 orang. Berikut ini adalah tabel jumlah
penduduk berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 8
Mata Pencaharian dan Jumlahnya
No Mata Pencaharian Jumlah Prosentase
1 Pertanian 1.114 orang 17,57 %
2 Nelayan 767 Orang 12,09 %
3 Jasa/ Perdagangan
1. Jasa
Pemerintahan
2. Jasa Perdagangan
3. Jasa Angkutan
4. Jasa Ketrampilan
5. Jasa lainnya
263 orang
287 orang
135 orang
123 orang
313 orang
4,14 %
4,52 %
2,12 %
1,94 %
4,93 %
4 Sektor Industri 85 orang 1,34 %
4 Sektor lain 2.127 orang 17,71 %
6 TKI 1.120 Orang 17,66 %
Jumlah 6.339 orang 100 %
Dengan melihat data di atas maka angka pengangguran di
33
Desa Banyuurip masih cukup rendah. Berdasarkan data lain
dinyatakan bahwa jumlah penduduk usia 20-55 yang belum
bekerja berjumlah 434 orang dari jumlah angkatan kerja sekitar
3.082 orang. Angka-angka inilah yang merupakan kisaran angka
pengangguran di Desa Banyuurip
Mengenai pemerintahan desa, wilayah Desa Banyuurip
terdiri dari 5 Dusun yaitu : Bondot I, Kaklak II, Banyulegi III,
Mulyosari IV, Bangsalsari, yang masing-masing dipimpin oleh
seorang Kepala Dusun. Posisi Kasun menjadi sangat strategis
seiring banyaknya limpahan tugas desa kepada aparat ini. Dalam
rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat di
Desa Banyuurip, dari kelima dusun tersebut terbagi menjadi 11
Rukun Warga (RW) dan 35 Rukun Tetangga (RT).
Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan
Desa Banyuurip tidak bisa lepas dari strukur administratif
pemerintahan pada level di atasnya. Hal ini dapat dilihat dalam
bagan berikut ini :
Gambar 4
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan
Desa Banyuurip
BPD
Kasun
Staf
Kasun Kasun
Seksi
Kep. Seksi Umum
Kep. Seksi Pemerintah
an
Sekretaris Desa
Kep. Seksi Ekobang
Kepala Desa
Kasun Kasun
Kasi
34
Tabel 9
Nama Pejabat Pemerintah Desa Banyuurip
No Nama Jabatan
1 Ihsanul Haris, S.Pd Kepala Desa
2 M. Bisrul khafid, S.IP Sekretaris Desa
3 M. Bisrul Khafid, S.IP Staf Urusan Pemerintahan
4 Winda Nur Hidayati Staf Urusan Umum
5 Aliman Seksi Kesra
6 Ah. Fatich,.s Kasun Bondot
7 Fauzi Kasun Kaklak
8 Moh. Khizam, S.Pd Kasun Banyulegi
9 Aship Kasun Mulyosari
10 Wantiono Kasun Bangsalsari
Tabel 10
Nama Badan Permusyawaratan Desa Banyuurip
No Nama Jabatan
1 Ir. Ahmad Munir Ketua
2 Moh. Djunaidi A,Ma Wakil Ketua
3 Shohihur Rijal, S.Pd.i Sekretaris
4 Fathullah Ilman, S.Pd.I Anggota
5 Ghoniyul Ulum, S.Sos Anggota
6 Taufiq Ardad, S.Pd Anggota
7 Suzadi Anggota
8 Erna Wahyuni, S.Pd.I Anggota
9 Khoirul Anam, S.PdI Anggota
10 Idham Kholid, S.Pd.i Anggota
11 Tahlis Al Qulubi, S.Pd Anggota
35
Desa Campurejo
Desa Campurejo sebelumnya bernama Desa Nyamploeng
(kecemplung) yang memiliki arti “mudah tertarik”, kemudian
diganti dengan nama Desa Campurejo (berasal dari kata campur
dan rejo) yang mempunyai arti Campur : bergabung dan rejo: jaya,
jadi kata Campurejo mempunyai arti yang bergabung akan
merasakan kejayaan. Seiring dengan perkembangan zaman maka
masyarakat Desa Campurejo melakukan pembenahan dalam
proses pemekaran wilayah, yang sebelumnya hanya terdiri dari
dua dusun yaitu Dusun Rejodadi (Dusun Mojosir) dan Dusun
Karang Tumpuk maka saat ini Desa Campurejo mempunyai 3
(tiga) dusun, yaitu : (1) Dusun Rejodadi (Mojosir); (2) Dusun
Sidorejo (Mojokopek); (3) Dusun Karang Tumpuk.
Jumlah penduduk Desa Campurejo tersebar di 32 Rukun
Tetangga dan 9 Rukun Warga. Secara detail, jumlah penduduknya
adalah sebagai berikut
Tabel 11
Jumlah Penduduk
No. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki – Laki 4.894 Orang
2 Perempuan 5.939 Orang
3 Kepala Keluarga 2.832 KK
Desa Campurejo ini mempunyai visi “Campurejo yang
Agamis, Sejahtera, dan Partisipatif dengan Kehidupan yang
Berkualitas”. Sedangkan untuk Misi dari Desa Campurejo ini
antara lain :
1. Mendorong tumbuhnya perilaku masyarakat yang sejuk,
santun dan saling menghormati dilandasi oleh nilai-nilai
agama.
2. Meningkatkan kehidupan individu dan masyarakat yang
terpenuhi kebutuhannya dengan pelayanan yang adil dan
36
merata kepada masyarakat melalui tata kelola kepemerintahan
yang baik.
3. Meningkatkan kesadaran aparatur pemerintahan desa dan
masyarakat dalam keterlibatan mental dan emosi serta fisik
dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang
dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan
dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.
4. Mendorong pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat secara merata melalui pengembangan
ekonomi lokal, konsep ekonomi kerakyatan dan pembangunan
yang berwawasan lingkungan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
Secara geografis, kondisi umum Desa Campurejo merupakan
salah satu dari 14 desa di wilayah Kecamatan Panceng, yang
terletak 4 Km ke arah Barat dari kecamatan, Desa Campurejo
mempunyai luas wilayah 407,830 Ha. Dengan rincian sebagai
berikut :
- Tanah Sawah : 210,012 Ha.
- Tanah Tegalan : 83,100 Ha.
- Pekarangan : 86,947 Ha.
- Waduk : 1,200 Ha.
- Kuburan : 2,300 Ha.
- Lapangan : 2,500 Ha.
- Jalan/Kali Desa : 21,771 Ha.
37
Adapun batas-batas wilayah Desa Campurejo adalah :
Tabel 12
Batas-batas Wilayah
BATAS DESA
Sebelah Utara Desa Warulor Kec. Paciran
Sebelah Selatan Desa Banyutengah, Desa Ketanen, Desa
Prupuh
Sebelah Timur Desa Ngimboh Kec. Ujung Pangkah
Sebelah Barat Desa Telogo Sadang, Desa Sidokelar
Desa Campurejo merupakan desa pesisir yang sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan sebagaimana
terlihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 13
Jenis Mata Pencaharian
Jenis Mata Pencaharian Jumlah
PNS 36 Orang
TNI/Polri 3 Orang
Karyawan Swasta 112 Orang
Wiraswasta/Pedagang 1.297 Orang
Tani 518 Orang
Pertukangan 89 Orang
Pensiunan 15 Orang
Nelayan 3.446 Orang
Jasa 62 Orang
TKI 2.255 Orang
38
Gambar 5
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa (SOPD)
Desa Campurejo
Kasun. Karang Tumpuk
MOH. KHOZIN
Anggota BPD
Kepala Desa
AMINUDDIN AZIZ
Ketua BPD
H. SULTHONI, M.Pd
Kaur Umum
H. MUNTHAHA
Plt. Sek. Desa
MOHAMMAD ZAIM
Kaur Pemerintahan
MOHAMMAD ZAIM
Kasi Trantib
SUJA’I SM.
Kasi Kesra
MOH. SYUHUDI
Kasi Ekobang
MOH. KHOLIS F.
Plt. Kasun Sidorejo
H. MUNTHAHA
Kasun Rejodadi
ZAINUL ARIFIN
Kaur Keuangan
ILMA HADIYAH
39
Organisasi Desa
1. Aparat Pemerintah Desa
a. Jumlah Personil : 15 Orang
Kepala Desa : 1 Orang
Sekdes, Kasi, dan Kaur : 6 Orang
Kepala Dusun : 2 Orang
Staf Kasi dan Kaur : 6 Orang
b. Tingkat Pendidikan : S1. : 6 Orang
SLTA : 7 Orang
SLTP : 2 Orang
c. Jenis kelamin : Laki-laki : 14 Orang
Perempuan : 1 Orang
2. BPD
a. Jumlah Personil : 11 Orang
b. Tingkat Pendidikan : S1. : 10 Orang
SLTA : 1 Orang
SLTP : - Orang
c. Jenis kelamin : Laki-laki : 11 Orang
Perempuan : -
40
Di dalam penelitian ini rencana tahapan berikutnya adalah:
Pertama, Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk
mengklarifikasi temuan dan hasil yang diperoleh pada saat
assessment lapangan sehingga bisa ditarik kesimpulan yang tepat
mengenai pengelolaan keuangan desa yang akuntabel, transparan
dan partisipatif. Bentuknya melalui pendampingan terhadap
perangkat desa khususnya pada Kepala Urusan Keuangan Desa dan
Bendahara Desa.
Kedua, melakukan analisis terhadap hasil dari Focus Group
Discussion (FGD).
Ketiga, menghasilkan pengelolaan keuangan berbasis web
sebagai wujud transparansi keuangan desa kepada masyarakat.
Keempat, mengikuti seminar sebagai upaya publikasi hasil
penelitian dan memasukkan hasil penelitian dalam jurnal .
Kelima, apabila penelitian ini dilanjutkan di Tahun II maka
tahapan berikutnya adalah melaksanakan model partisipasi
perwakilan atau representative participation yang meliputi hak
masyarakat untuk mempengaruhi pengambilan keputusan,
partisipasi dalam penetapan kebijakan, rencana dan program
pembangunan, dan partisipasi dalam bentuk pengawasan. Partisipasi
ini dilakukan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
rangka penguatan fungsi dan kelembagaannya.
BAB V
41
7.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa terhadap pengelolaan keuangan di tiga desa
pesisir tersebut, yakni Desa Pangkahkulon, Desa Banyuurip dan Desa
Campurejo menunjukkan masih belum maksimalnya tahapan-
tahapan dalam pengelolaan keuangan. Sebagaimana ada dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa pengelolaan keuangan Desa itu
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan Desa. Dari aspek perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, ketiga desa tersebut masih belum
optimal dalam menjalankan sesuai peraturan perundang-undangan.
Sebab fokus perencanaan lebih banyak pada pembangunan fisik,
daripada pemberdayaan masyarakat. Termasuk dari hasil pelaporan
keuangan Desa, hanya Desa Pangkahkulon yang menggunakan
model pelaporan yang sesuai peraturan perundang-undangan.
Sedangkan untuk Desa Banyuurip dan Desa Campurejo masih belum
menggunakan format sebagaimana diatur Permendagri No. 113
Tahun 2014.
Mengenai partisipasi masyarakat dalam pengelolaan keuangan,
di tiga desa tersebut mekanisme partisipasi masyarakat diwujudkan
melalui partisipasi keterwakilan dalam bentuk adanya Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). BPD inilah yang berperan dalam
mengawasi pertanggungjawaban keuangan Desa. Dalam konteks ini,
penguatan terhadap fungsi dari BPD masih belum optimal terutama
dalam melakukan legislasi mulai dari penyusunan sampai ke
pengawasan peraturan desa. BPD masih memaknai tugas dan
fungsinya sebagai oposisi Pemerintah Desa daripada sebagai mitra
BAB VI
42
Pemerintah Desa dalam melaksanakan proses pembangunan desa.
7.2 Saran
Penelitian ini menyarankan; pertama, menerapkan mekanisme
pengelolaan keuangan Desa sesuai tahapan yang diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan.
Kedua, memperkuat dan meningkatkan kapasitas birokrasi Desa
dalam mendorong terjadinya transparansi pengelolaan keuangan
Desa melalui mekanisme perencanaan, pelaporan dan pengawasan
keuangan yang berbasis computerized.
Ketiga, memberikan keleluasaan akses informasi terhadap
masyarakat atas kegiatan-kegiatan yang akan direncanakan dan
pertanggungjawaban keuangan atas apa yang sudah dilakukan.
Keempat, perlu adanya peraturan mengenai transparansi public
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan pokok-pokok
pengelolaan keuangan desa serta adanya pendampingan dan
pelatihan penyusunan APB Desa.
43
Atmadja, Arifin P. Soeria, 2005, Kewenangan Negara Dalam Perspektif
Hukum, Teori, Praktik dan Kritik, Badan Penerbit Fakultas
Hukum UI, Jakarta.
Bungin, Burhan, 2007, Penelitan Kualitatif, Prenada Meda Group,
Jakarta.
Chevalier and Daniel J. Buckles, 2013, Participatory Action Research,
Theory and Methods, Routledge, USA.
Haryanto, Sahmuddin, dan Arifuddin, 2007, Akuntansi Sektor Publik.
Edisi Pertama: Universitas Diponegoro. Semarang.
Hartono, Eko Budi 2008, “ Pembangunan Partisipatif Masyarakat
Desa Implementasinya dalam Program Alokasi Dana Desa”,
Tesis S-2 Sekolah Pascasarjana UNSOED Purwokerto (tidak
dipublikasikan).
Hadiawan, Agus, dkk, 2012, Penyuluhan Meningkatkan Pengetahuan
Kepala Desa dan BPD tentang Manajemen Pengelolan dan
Pengawasan Keuangan Desa di Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan, Prosiding Seminar hasil-hasil Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, Dies Natalis Fisip Unila Tahun
2012.
Hudayana, Bambang, 2005, “Peluang Pengembangan Partisipasi
Masyarakat melalui Kebijakan Alokasi Dana Desa, Pengalaman
44
Enam Kabupaten”, Makalah disampaikan pada Pertemuan Forum
Pengembangan Partisipasi Masyarakat (FPPM) di Lombok Barat 27-
29 Januari 2005.
Kecamatan Tlogomulyo Dalam Angka 2008, Kerja sama BAPPEDA
dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung Laporan
Hasil Pemeriksaan Badan Pengawas Kabupaten Temanggung ,
bulan Maret dan April tahun 2009.
Mahfudz, 2009, Analisis Dampak Alokasi Dana Desa (ADD)
Terhadap Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan Desa,
Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume 5, Nomor 1, Maret
2009
Makawimbang, Hernold Ferry, 2014, Kerugian Keuangan Negara dalam
Tindak Pidana Korupsi, Suatu Pendekatan Hukum Progresif, Thafa
Media, Yogyakarta.
Mashuri, Maschab, 2013, Politik Pemerintahan Desa di Indonesia, Polgov,
Yogyakarta.
Mcintyre, Alice, 2008, Participatory Action Research, Asage Publication
United Kingdom.
Nurick, Robert, 2014, Participatory Action Research Guide for Failitators,
Research Program on Aquatic Agricultural System, CEAR
Publishing Malaysia.
Juliansyah, Datuk, 2013, Studi tentang Pengelolaan Alokasi Dana
Desa di Desa Salimbatu Kecamatan Tanjung Palas Tengah
Kabupaten Bulungan, eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 1,
Nomor 2
45
Satria, Arif ed., 2011, Menuju Desa 2030, Crestpent Press,Yogyakarta.
Sahdi, Muhammad Djafar, 2008, Hukum Keuangan Negara, Rajawali
Pers, Malang.
Setyoko, Paulus Israwan, 2011, Akuntabilitas Administrasi Keuangan
Program Alokasi Dana Desa (ADD), Jurnal Ilmu Administrasi
Negara, Volume 11, Nomor 1, Januari 2011.
Soekarwo, 2014, Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan
Prinsip Good Financial Governance, Erlanggara University Press,
Surabaya.
Suhana, 2010, “ Media Penguatan Demokrasi Lokal ” Vol. 6 No.2/2010
Jurnal Trasisi.
Subroto, 2009, Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa (Studi Kasus
Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa-Desa Dalam Wilayah
Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung Tahun 2008,
Tesis di Program Studi Magister Sains Akuntansi Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Sugiono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Alfabet,
Bandung.
Sutedi, 2010, Hukum Keuangan Negara, Bumi Aksara, Bandung.
Sulaiman, Alfin, 2011, Keuangan Negara pada Badan Usaha Milik Negara
Dalam Perspektif Hukum, Alumni, Jakarta
Wahjudin, Sumpeno, 2011, Perencanaan Desa Terpadu, Banda Aceh.
Widjaja, HAW., 2004, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Bulat
46
dan Utuh, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495).
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 123 dan Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539).
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 168
dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5558).
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 88
dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5694).
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian
Dalam Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 12).
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa
47
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13).
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi No 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan
Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
158).
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi No 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib
dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159).
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi No 3 Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160)
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi No 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan
dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296).
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi No 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 297).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Peraturan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
48
Tahun 2014 Nomor 2093).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094).
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.07/2014 tentang
Pengalokasian Transfer ke Daerah dan Dana Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1981)
49
Lampiran 1.
PANDUAN DEEP INTERVIEW
PENGELOLAAN KEUANGAN DI DESA PESISIR
BERDASARKAN ASAS PARTISIPASI DALAM UNDANG-
UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
SEBAGAI UPAYA AKUNTABILITAS PUBLIK DI KABUPATEN
GRESIK
INFORMASI UMUM
Peneliti mengharapkan kesediaan bapak/ibu/saudara/I, berkenan
untuk menjawab pertanyaan yang dibuat peneliti, dalam rangka
penelitian hibah bersaing. Mohon jawaban atas pertanyaan ini diisi
dengan benar dan sejujurnya. Terima kasih atas partisipasi anda
dalam menjawab pertanyaan yang ada. Apabila terdapat keluhan,
kritik dan saran, maka Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menghubungi
Nama : Dr. Chomariyah, S.H., M.H
Jabatan : Ketua Peneliti
Institusi : Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya
Alamat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 150 Surabaya
No Telp : 081235903285
50
A. Identitas Informan
Nama : ……………………………………………….
Usia : ……………………………………………….
Alamat : ……………………………………………….
Jabatan : ……………………………………………….
B. Isi Wawancara
1. Profil Desa dan Alokasi Dana Desa
a. Apa karakteristik dari desa yang anda tinggali ?
b. Berapa jumlah penduduk di Desa saudara ?
c. Apa mata pencaharian penduduk di Desa Saudara?
d. Bagaimana tingkat pendidikan penduduk di Desa
Saudara?
e. Berapa luas Desa yang saudara tinggali ?
f. Berapa banyak ADD yang anda terima setiap tahunnya
?
g. Bisa disebutkan komposisi dari APBN, APBD, dan
lainnya ?
2. Kelembagaan Desa
a. Sejak kapan kelembagaan desa ini mulai terbentuk?
b. Bagaimana bentuk struktur kelembagaan di Desa ini?
c. Apakah struktur kelembagaan desa pernah mengalami
perubahan?
d. Berapa jumlah sumber daya yang menjalankan
pemerintahan desa?
e. Apakah sumber daya manusia yang ada sudah sesuai
dengan kemampuan yang anda harapkan?
f. Bagaimana tingkat pendidikan sumber daya manusia
yang ada di pemerintahan desa? Berapa banyak yang
sudah lulus S1, dan lainnya?
g. Apakah anda mengetahui adanya perubahan dalam
kelembagaan desa seiring dengan berlakunya UU Desa
?
51
h. Sejauh mana peran Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) di Desa ini ?
i. Bagaimana tingkat pendidikan SDM di BPD ?
3. Regulasi UU Desa
a. Apakah saudara mengetahui tentang UU No 6/2014
tentang Desa ?
b. Apakah saudara sudah membaca poin-point tentang
UU Desa ?
c. Apakah saudara mengetahui adanya penambahan
terhadap alokasi dana desa seiring dengan berlakunya
UU Desa?
d. Adakah perbedaan yang anda ketahui dengan Aturan
yang lama tentang Desa?
e. Apakah anda mengetahui atau membaca mengenai
aturan-aturan di bawah UU yang menyangkut tentang
Desa ? (Peraturan Pemerintah, Permendagri atau
lainnya).
4. Pengelolaan Keuangan Desa
a. Apakah saudara memahami mengenai pengelolaan
keuangan desa ?
b. Apa saja bentuk pengelolaan keuangan desa itu ?
c. Apa saja pemasukan yang diterima oleh Desa?
d. Apa saja pengeluaran yang digunakan oleh Desa?
e. Apakah anda mengetahui dasar hukum yang
digunakan untuk pengelolaan keuangan desa?
f. Apa dasar yang digunakan Desa untuk mengeluarkan
kebutuhan-kebutuhan Desa?
g. Bagaimana struktur APBDesa yang anda gunakan ?
h. Pengeluaran apa yang lebih banyak dalam APBDesa
tersebut ?
i. Bagaimana penyusunan APBDesa yang selama ini
52
dilakukan di Desa ?
j. Dalam hal perencanaan keuangan desa, mekanisme
apa yang anda lakukan?
k. Dalam hal penganggaran keuangan desa, hal-hal apa
yang anda butuhkan ?
l. Ada dua model mekanisme pengelolaan anggaran
yakni ada anggaran yang tidak melalui rekening desa
dan ada anggaran yang melalui rekening desa?
Bagaimana pelaporan, pengawasan dan
pertanggungjawabannya?
m. Dalam pembangunan desa, hal-hal apa saja yang harus
anda perhatikan?
n. Apakah setiap penggunaan APBDesa harus ada
Peraturan Desa?
5. Pelaporan Keuangan Desa
a. Bagaimana bentuk pelaporan keuangan desa selama ini
?
b. Apakah ada panduan mengenai pelaporan keuangan
desa?
c. Berapa periodic pelaporan itu dilakukan ?
d. Apakah ada mekanisme pelaporan ke masyarakat desa
?
6. Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Desa
a. Siapakah yang brtanggung jawab dalam pengelolaan
keuangan desa?
b. Siapa yang melakukan pengawasan terhadp keuangan
desa ?
c. Unsur-unsur apa yang harus dipertanggungjawabkan
dalam keuangan desa?
d. Apakah ada audit keuangan yang dilakukan terhadap
pemerintahan desa?
53
7. Asas Partispasi dan Akuntabilitas Publik
a. Menurut anda, partisipasi apa yang harus dilakukan
masyarakat desa terhadap pengelolaan keuangan desa?
b. Adakah hal yang baru yang pernah diterapkan dalam
pengelolaan keuangan Desa?
c. Apakah saudara pernah diberi pelatihan oleh
pemerintah daerah dalam hal keuangan desa yang
akuntabel?
d. Hal apa yang menurut anda harus dibekali oleh
masyarakat desa dalam pengelolaan keuangan desa?
54
Lampiran 2
Hasil dari Deep Interview terhadap Aparatur Desa di
Desa Pangkah Kulon, Desa Banyuurip, Desa Campurejo.
Desa Pangkah Kulon
Informan 1
Nama : Bapak Ahmad Fauron, S.Sos.I
Tempat Tgl Lahir : Gresik, 10 Juni 1981
Alamat : Tegal Sari RT.003. RW 011 Desa Pangkah
Kulon
Pekerjaan : Kepala Desa Pangkah Kulon
Hasil Wawancara :
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Fauron,
S.Sos.I (Kepala Desa Pangkah Kulon bahwa anggaran pendapatan
dan belanja desa pada tahun 2015 sebesar Rp. 1.258.366.320,- yang
pada tahun 2014 sebesar Rp. 2.198. 073.036,- . Sumber pendapatan
antara lain dari Pendapatan Asli Desa, meliputi pendapatan dari
Tanah Kas Desa sebesar Rp. 27.500.000,- Pasar Desa Rp.
25.000.000,- Swadaya , Partisipasi dan gotong royong sebesar Rp.
12.500.000,- dan pendapatan dari APBD meliputi Dana Desa
sebesar Rp. 325.091.805,- pendapatan dari Bagian dari hasil pajak &
retribusi daerah kabupaten sebesar Rp. 112.055.416,- pendapatan
dari Alokasi Dana Desa sebesar Rp. 743.032.031,- serta pendapatan
lain-lain berupa Hibah dan sumbangan dari pihak ke-3 yang tidak
mengikat sebesar Rp. 150.500.000,-.
Informan 2
Nama : Bapak Darnah
Tempat Tgl Lahir : Lamongan , 3 Januari 1964
Alamat : Tegal Sari Desa Pangkah Kulon
Pekerjaan : Sekretaris Desa
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Darnah (Sekretaris Desa
Pangkah Kulon) menyampaikan bahwa penggunaan APB Desa
lebih banyak untuk Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
55
berupa pavingisasi dan pengadaan lampu jalan Umum.
Informan 3
Nama : Bapak Hayan Hadi
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 10 Desember 1965
Alamat : Desa Pangkah Kulon
Pekerjaan : Kepala Seksi Ek.Bang
Menurut Bapak Hayan Hadi, wilayah Desa Pangkah terdiri dari 4
Dusun yaitu Dususn Krajan I, Dususn Krajan II, Dususn
Kalinagpuri, dan Dususn Druju, yang masing-masing dipimpin
oleh seorang Kepala Dususn. Dalam rangka mengoptimalkan
fungsi pelayaan terhadap masyarakat di Desa Pangkah Kulon
maka dari keempat dususn tersebut terbagi menjadi 11 Rukun
Warga dan 42 Rukun Tetangga.
Informan 4
Nama : Ibu Illiyah
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 20 Juli 1982
Alamat : Tegal Sari Desa Pangkah Kulon
Pekerjaan : Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat
Lebih lanjut disampaikan oleh Ibu Iliyah (Kepala Seksi
Kesejahteraan Masyarakat) bahwa di Pangkah Kulon terdapat dua
perusahaan yang ikut memberikan bantuan sebesar Rp.
150.000.000.- yaitu perusahaan PT Polowijo Gosari group yang
bergerak di bidang tambang dolomit dan produk industri pupuk
dan perusahaan PT Saka Energi Indonesia (SEI) bergerak dibidang
eksplorasi minyak dan gas bumi yang merupakan anak
perusahaan Hess Corporation.
Informan 5
Nama : Bapak Fathur Rozi, S.IP
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 21 Desemberi 1967
Alamat : Desa Pangkah Kulon
Pekerjaan : KepALA Urusan Keuangan dan Bendahara
Desa Nelayan
56
Hasil wawancara dengan Bapak Fathur Rozi, S.IP., ( Kepala Urusan
Keuangan dan Bandahara Desa Pangkah Kulon ) menyampaikan
bahwa pada tahun 2015 ini ada bantuan bagi Usaha Kecil dan
Rumah Tangga Miskin sebesar Rp. 6.000.000,- setat guna
peningkatan Gizi Keluarga, Balita dan Lansia sebesar Rp
8.300.000,-
Informan 6
Nama : Bapak Muhammad Afif, S.Pd.I, M.Si
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 27 Pebruari 1965
Alamat : Pangkah Kulon
Pekerjaan : Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa
Hasil Wawancara dengan Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa
Pangkah Kulon Bapak Muhammad Afif, S.Pd.I, M.Si
menyampaikan bahwa penetapan Rancangan Perdes APBDes
Tahun 2015 ini disepakati pada tanggal 9 April 2015 yang dihadiri
oleh 22 aparat selain Kepala Desa dan anggota BPD dan
ditetapkan dalam Peraturan Desa Pangkah Kulon No. 1 Tahun
2015 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Tahun
Anggaran 2015.
Desa Banyu Urip
Informan 7
Nama : Bapak Ihsanul Haris S.Pd
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 14 Agustus 1978
Alamat : Dusun Banyulegi, RT 002, RW. 004
Pekerjaan : Kepala Desa Banyuurip
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ihsanul Haris S.Pd
(Kepala Desa Banyu Urip) bahwa anggaran pendapatan dan
belanja desa pada tahun 2015 Rp. 1.515.486.596,- Sumber
pendapatan antara lain dari Pendapatan Asli Desa, meliputi
pendapatan dari Hasil Pelayananan Administrasi sebesar Rp.
27.543.896,- dan pendapatan dari APBD meliputi Alokasi Dana
Desa sebesar Rp. 132.801.900,- pendapatan PNPM Program
Saranaq Prasarana sebesar Rp 113.922.800,- PNPM Program
PMTAS sebesar Rp 124.332.500,- berupa Hibah dan sumbangan
57
dari pihak ke-3 yang tidak mengikat sebesar Rp. 245.605.000,-.
Informan 8
Nama : Ibu Winda Nur Hidayati
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 11 April 1979
Alamat : Desa Banyuurip
Pekerjaan : Kepala Urusan Keuangan Desa Banyu Urip
Lebih lanjut berdasarkan wawancara dengan Ibu Winda Nur
Hidayati (Kepala Urusan Keuangan Desa Banyu Urip)
menyampaikan bahwa sumbangan dari pihak ke-3 yaitu dari PT.
SAKA Ind. Pangkah Ltd. Digunakan untuk Posyandu dan
Pavingisasi Jalan Lingkungan sedangkan dari PT Polowijo Gosari
berupa kompensasi sebesar Rp 54.000.000,- Penggunaan APB desa
digunakan untuk kegiatan pembangunan drainase, kegiatan
penanaman tanaman toga dan pembangunan pagar makam dan
pavingisasi. Khusus untuk bidang Pemberdayaan Masyarakat
Desa, di Desa Banyu Urip terdapat kegiatan Pelatihan perangkat
desa dan peningkatan gizi keluarga, Balita dan Lansia, sera
penanggulangan Wabah penyakit.
Informan 9
Nama : Bapak M. Bisrul Khafid, S.IP.
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 24 MEI 1978
Alamat : Desa Banyuurip
Pekerjaan : Sekretaris Desa dan Staf Urusan
Pemerintahan Desa Banyu Urip
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Desa dan Staf
Urusan Pemerintahan Desa , bahwa wilayah Desa Banyuurip
terdiri dari 5 Dusun yaitu : Bondot I, Kaklak II, Banyulegi III,
Mulyosari IV, Bangsalsari, yang masing-masing dipimpin oleh
seorang Kepala Dusun. Posisi Kasun menjadi sangat strategis
seiring banyaknya limpahan tugas desa kepada aparat ini. Dalam
rangka memaksimalkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat di
Desa Banyuurip, dari kelima dusun tersebut terbagi menjadi 11
Rukun Warga (RW) dan 35 Rukun Tetangga (RT).
58
Informan 10
Nama : Bapak Aliman
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 28 Januari 1968
Alamat : Desa Banyuurip
Pekerjaan : Seksi Kesra Desa Banyu Urip
Desa Campurejo
Informan 11
Nama : Bapak Aminuddin Aziz
Tempat Tgl Lahir : Gresik ,
Alamat : Jalan Gelora no 14 Desa Campurejo
Pekerjaan : Kepala Desa Campurejo
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Aminuddin Aziz
Kepala Desa Campurejo bahwa anggaran pendapatan dan belanja
desa pada tahun 2015 mengalami kenaikan yaitu total anggran
sebesar Rp. 1.258.366.320,- yang pada tahun 2014 sebesar Rp.
1.034.786.200,- . Sumber pendapatan antara lain dari Pendapatan
Asli Desa, meliputi pendapatan dari Pasar Desa sebesar Rp.
270.000.000,- Ponten Rp. 2.400.000,- Registrasi Pasar Desa sebesar
Rp. 9.000.000,- Parkir sebesar Rp. 3.600.000,- dan pendapatan dari
APBD meliputi Dana Desa sebesar Rp. 331.604.551,- pendapatan
dari Bagian dari hasil pajak & retribusi daerah kabupaten sebesar
Rp. 112.055.415,- pendapatan dari Alokasi Dana Desa sebesar Rp.
525.706.353,- serta pendapatan lain-lain berupa Hibah dan
sumbangan dari pihak ke-3 yang tidak mengikat sebesar Rp.
4.000.000,-.
Informan 12
Nama : Bapak Mohammad Zaim, S. Ag
Tempat Tgl Lahir : Gresik, 8 Desember 1977
Usia : 36 Tahun
Alamat : Desa Campurejo
Pekerjaan : Pelaksana tetap (Plt.) Sekretaris Desa dan
Kepala Urusan
Pemerintahan
Lebih lanjut berdasarkan wawancara dengan Bapak Mohammad
59
Zaim, S. Ag (Plt.) Sekretaris Desa dan Kepala Urusan
Pemerintahan Desa Campurejo) menyampaikan bahwa
penggunaan APB Desa untuk kegiatan belanja aparatur dan
operasional pemerintah desa berupa kegiatan: 1) Biaya operasional
pemerintah desa yang meliputi : a. Biaya Perjalanan Dinas
Dipergunakan untuk biaya perjalanan rapat dari desa ke
kecamatan yang peruntukannya bagi Kepala Desa dan Perangkat
Desa. b. Biaya Rapat – rapat Dipergunakan untuk biaya
penyelenggaraan rapat. Dalam hali ini dipergunakan untuk
konsumsi peserta rapat. c. Biaya Alat Tulis Kantor Dipergunakan
untuk penunjang pemerintahan desa dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat di Desa Campurejo. d.Biaya listrik,
air, telepon, kantor desa Dipergunakan untul membiayai listrik, air
dan telepon kantor desa. Biaya Operasional BPD, Biaya
penyusunan pelaporan dipergunakan untuk pembuatan dan
penyusunan pelaporan LPPDesa, LKPJ Desa dan
Pertanggungjawaban Keuangan Desa.
Informan 13
Nama : Ibu Ilma Hadiyah
Tempat Tgl Lahir : Gresik, 7 April 1979
Alamat : RT. 013. RW 004 Desa Campurejo
Pekerjaan : Kepala Urusan Keuangan dan Bendahara
Desa
Campurejo
Hasil wawancara dengan Kepala Urusan Keuangan dan
Bendahara Desa Campurejo menyampaikan bahwa pendapatan
dana desa Campurejo meliputi Alokasi Dana Desa (ADD), Pajak
dan Retribusi Daerah serta Dana Desa. Penggunaanya ADD
prioritas untuk Penghasilan Tetap, sedang sisinya untuk
pemerintahan desa dan pembinaan kemasyarakatan desa.
Pendapatan dari Pajak dan Retribusi Daerah penggunaannya
prioritas untuk semua kegiatan namun tidak utnuk penghasilan
tetap. Dana Desa penggunaaannya prioritas untuk pembangunan
desa dan pemberdayaan desa
60
Informan 14
Nama : Bapak H. Imam Hambali
Tempat Tgl Lahir : Gresik, 1 Maret 1961
Alamat : RT. 008 RW 002 Desa Campurejo
Pekerjaan : Ketua RW 002 Desa Campurejo
Informan 15
Nama : Bapak H. Muntaha
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 25 Mei 1964
Alamat : RT. 013. RW 004 Desa Campurejo
Pekerjaan : Kepala Urusan Umum
Desa Campurejo sebelumnya bernama Desa Nyamploeng
(kecemplung) yang memiliki arti “mudah tertarik”, kemudian
diganti dengan nama Desa Campurejo (berasal dari kata campur
dan rejo) yang mempunyai arti Campur : bergabung dan rejo: jaya,
jadi kata Campurejo mempunyai arti yang bergabung akan
merasakan kejayaan. Seiring dengan perkembangan zaman maka
masyarakat Desa Campurejo melakukan pembenahan dalam
proses pemekaran wilayah, yang sebelumnya hanya terdiri dari
dua dusun yaitu Dusun Rejodadi (Dusun Mojosir) dan Dusun
Karang Tumpuk maka saat ini Desa Campurejo mempunyai 3
(tiga) dusun, yaitu : (1) Dusun Rejodadi (Mojosir); (2) Dusun
Sidorejo (Mojokopek); (3) Dusun Karang Tumpuk.
Informan 14
Nama : Bapak Moh. Suhudi Fahmi
Tempat Tgl Lahir : Gresik , 7 September 1966
Alamat : RT. 013. RW 004 Desa Campurejo
Pekerjaan : Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat
Desa Campurejo tersebar di 32 Rukun Tetangga dan 9 Rukun
Warga.
Penggunaan dana ADD yang ditetapkan dalam APBDesa akan
digunakan untuk pembangunan Pasar desa yang meliputi Upah
kerja dan pembelian meterial pembangunan talang pasar, dan
pembangunan prasarana makam. Dan pembangunan gapura desa
serta gedung olah raga.
61
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan
Dr. Chomariyah (kiri) sedang mewancarai Illiyah, S.Ip, Seksi Kesra
Desa Pangkahkulon
Tim Peneliti sedang menemui Kepala Desa Pangkah Kulon Ahmad
Fauron (baju hitam)
62
Tim Peneliti berfoto bersama dengan perangkat desa
Pangkahkulon
63
Dr. Chomariyah menyerahkan materi deep interview kepada
Bapak Hayan Hadi, Kasi Ekobang Desa Pangkahkulon
Peneliti sedang mewancarai Kepala Desa Banyuurip Ihsanul Haris,
Sp.D
64
Berfoto bersama dengan aparatur desa Banyuurip
65
Peneliti berada di Desa Campurejo, Kabupaten Gresik
66
Lampiran 4. Surat Perizinan
67
68
69
Lampiran 5. Peta Lokasi 1. Lokasi Kecamatan Ujungpangkah Desa Pangkahkulon dan
Banyuurip
70
2. Lokasi Kecamatan Panceng Desa Campurejo
top related