ppt kasus 2 mtht (1)
Post on 10-Jul-2016
27 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS II MTHTJudul : Hidung tersumbat
Kelompok III
Nama Anggota
0302012147 Laras Hanum Istiningtias0302012149 Limastani Febriana Fitria0302012155 Marhani0302012165 Megawati0302012184 Nadya Akbarina0302012220 Rahmawati Fina Putri0302012238 RizkyYhulianti Safitri0302012255 Sheila Sesarya Junya0302012258 Silviana Wulandika0302012260 Sri Wisnu Wardana0302012264 Sundari Lovea Nuranti0302012274 Vero Dwinta Aditiur
Skenario kasus
Hidung tersumbatPasien laki-laki usia 17 tahun datang kepoliklinik dengan keluhan hidung tersumbat dan keluar ingus (rinore) putih bening. Hampir tiap pagi pasien bersin-bersin. Keluhan dirasakan sejak 1,5 bulan yang lalu, dan memberat selam 1 minggu selama 1 minggu terakhir. Akhir-akhir ini pasien juga merasa sulit tidur dan suka terbangun dari tidur.Keyword : Rinore, hidung tersumbat, gangguan tidur
Terminologi
Rinore : keluarnya cairan dari hidung yang salah satunya disebabkan oleh adanya suatu proses inflamasi atau iritasi. Cairan yang keluar dapat bewarna jernih, hijauataupun coklat.
Hidung tersumbat : penyumbatan saluran hidung akibat peradangan pada lapisan hidung.
Gangguan tidur : kelainan yang bisa menyebabkan masalah pada pola, baik karena tidak bisa tertidur, sering terbangun pada malam hari, atau ketidakmampuan untuk kembali tidur setelah terbangun.
• Warna, konsentrasi, bau• Mekanisme inflamasi ->
rinore• Kemungkinan penyakit• Trauma, peradangan
• Anatomi hidung• Etiologi hidung tersumbat• Kemungkinan penyakit• Histologi & fisiologi
hidung• Mekanisme inflamasi ->
hidung tersumbat
• Mekanisme bersin
Sulit tidur & terbangun dari tidur
Bersin dipagihari
Rinore bening
Hidung tersumbat
Laki-laki 17 tahun
• Anamnesis tambahan
• Hipotesis & DD• Tatalaksana• Komplikasi• Prognosis
Mind Map
Anatomi
Histologi
Fisiologi hidung 1 Sebagai indera penghidu
Hidung memiliki sel olfaktorius yang berfungsi untuk menerima rangsang berupa bau
2 Menyaring (filtrasi)Parrtikel-partikel besar seperti partikel debu kasar disaring oleh vibrisae. Partikel-partikel yang tidak bisa disaring oleh vibrisae dijerat oleh mukus hidung. Gerakan silia dari sel epitel respiratorik mendorong lapisan mukus tersebut ke posterior hidung dan ke superior sistem pernafasan bawah menuju faring. Kemudian, mukus akan dikeluarkan dengan cara dibatukkan atau ditelan.
3 Sebagai jalan nafas4 Sebagai resonansi suara5 Membantu proses bicara (M, N, Ng)6 Pengatur kondisi udara 7 Refleks nasal
Mekanisme Rinore
Terjadi inflamasi pada mukosa
Sel goblet menghasilkan
mukus >>
Penimbunan mukus di kavum nasi
Sekret berwarna serosa
(mula-mula)
Hipotesis
• Rinitis alergiHipotesis
• Renitis vasomotor• Renitis
medikamentosa• Rinosinusistis• Trauma (LCS)
Diagnosis banding
Definisi
Menurut WHO ARIA, 2001
Rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin – bersin , rinore , rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai IgE
Etiologi
• Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
• Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang.
• Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah.
• Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:
Klasifikasi Rinitis Alergi klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2000, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :1. Intermiten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.2. Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:1. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.2. Sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas
Patofisiologi Rinitis Alergi alergen Kontak
tubuh dgn alergen
Limfosit B aktif
Menghasilkan
IgE
IgE mengikat alergen
Histamin terlepas
Histamin merangsang
reseptor
Bersin bersin
Gatal pada hidung
Hipersekresi mukus
Sekresi >> di hidungKongesti
rinore
Hidung tersumbat
Lendir jatuh ke tenggorokan ( post
nasal drip)
Kesulitan bernafas saat
tidur
Gangguan pola tidur
Adanya lendir pada saluran
napas
Obstruksi saluran napas
Anamnesis tambahan
riwayat alergi?riwayat trauma?riwayat pengobatan?apa pekerjaannya?ada perdarahan atau tidak?ada ganguan penghidu?kluarnya cairan dari 1sisi atau 2sisi?jika dilingkungan kotor atau berdebu, bersin bersin? apa ada sumbatan hidung pada 1sisi atau 2 sisi?apakah ada riwayat nyeri pada bagian wajah?• apa ada demam atau tidak?
Pemeriksaan fisik
• Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan dan Allergic Shinner : bayangan gelap dibawah mata karena statis vena sekunder akibat obstruksi hidung.
• Allergic Crease : garis melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah, garis ini timbul akibat hidung sering digosok-gosokan oleh punggung tangan (allergic salut).
• Pemeriksaan rinoskopi anterior : tampak mukosa basah, bewarna pucat atau livid disertai sekret encer dan banyak.
• Pemeriksaan rinoskopi posterior : untuk melihat keadaan nasofaring
Pemeriksaan penunjang
• Hitung eosinofil : darah tepi, sekret• Ig E• Skin prick test
Penatalaksanaan
Lanjutan
• Hindari kontak langsung dengan alergen• Untuk gatal / bersin berikan anti histamin• Gen 1 (Sedatif) : Difenhidramin, Klorfeniramin, Prometasin,
Siproheptadin• Gen 2 (Non sedatif) : Loratadin, Setirisin, Fexofenadin,
Desloratadin
• Untuk rinorea berikan anti kolinergik : Ipratropium Bromide
• Untuk hidung tersumbat berikan dekongestan : Pseudoephedrine HCL
Komplikasi
Polip hidungOtitis mediaSinusitis paranasal
Prognosis
Ad vitam : ad bonam Ad functionam : ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam
Terima kasih
top related