pola respirasi dan berbagai perlakuan
Post on 14-Aug-2015
76 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Lilis Sulastri240210100032
1
VI. PEMBAHASAN
Respirasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh organisme hidup. Zat
yang digunakan dalam respirasi yaitu glukosa (C6H12O6) dan oksigen yang
selanjutnya dihasilkan CO2, H2O dan energi (Miranti, 2009). Respirasi adalah
proses utama dan penting yang terjadi pada hampir semua makluk hidup, seperti
halnya buah. Proses respirasi pada buah sangat bermanfaat untuk melangsungkan
proses kehidupannya. Proses respirasi ini tidak hanya terjadi pada waktu buah
masih berada di pohon, akan tetapi setelah dipanen buah-buahan juga masih
melangsungkan proses respirasi. Respirasi adalah proses biologis. Dalam proses
ini oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran yang menghasilkan
energi dan diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO2 dan air.
Contoh reaksi yang terjadi pada proses respirasi sebagai berikut (Dwiari, 2008):
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + energi
Pada gambar berikut tersaji kurva hubungan antara pertumbuhan buah
dengan jumlah CO2 yang dikeluakan selama respirasi (Dwiari, 2008).
Gambar 1. Skema (kurva) hubungan antara proses pertumbuhan dengan jumlahCO2 yang dikeluarkan (Syarief H., dkk. , 1977)
Pada gambar tersebut terlihat bahwa jumlah CO2 yang dikeluarkan akan
terus menurun, kemudian pada saat mendekati “senescene” produksi CO2 kembali
meningkat, dan selanjutnya menurun lagi. Buah-buahan yang melakukan respirasi
semacam itu disebut buah klimaterik, sedangkan buah-buahan yang jumlah CO2
yang dihasilkannya terus menurun secara perlahan sampai pada saat senescene
disebut buah non klimaterik. Pada buah klimaterik di samping terjadi kenaikan
respirasi juga terjadi kenaikan kadar etilen selama proses pematangan. Sedangkan
pada buah non klimaterik, proses pematangan tidak berkaitan dengan kenaikan
respirasi dan kenaikan kadar etilen. Perbedaan antara buah klimaterik dan non
Lilis Sulastri240210100032
2
klimaterik yaitu adanya perlakuan etilen terhadap buah klimaterik yang akan
menstimulir baik pada proses respirasi maupun pembentukan etilen secara
autokatalitik sedangkan pada buah nonklimaterik hanya terdapat perlakuan yang
akan menstimulir proses respirasi saja. Pada praktikum menentukan pola respirasi,
sampel yang digunakan adalah jeruk, timun, tomat dan apel. Apel dan tomat
merupakan buah klimakterik, sedangkan jeruk dan timun merupakan buah non
klimakterik. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menetukan pola respirasi ini
diantaranya dengan menggunakan 5 buah bejana berupa topless. Topless pertama
berisi larutan CaCO3 jenuh dan topless ke dua berisi larutan NaOH 0,1 N.
Penggunaan CaCO3 bertujuan untuk mengikat gas CO2 yang terkandung dalam
udara yang dialirkan melalui aerator. Topless ke tiga berisi sampel buah yang
akan melakukan respirasi, sedangkan toples ke empat dan ke lima berisi NaOH
0,1 N. Setelah aerator dinyalakan selama 1 jam, NaOH yang terdapat pada toples
ke empat dan ke lima dicampurkan untuk selanjutnya dilakukan titrasi terhadap
HCl dengan menggunakan indikator phenolphthalein (PP), sehingga satuan dari
laju respirasi adalah mg CO2/kg/jam.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pola Respirasi pada Sampel Jeruk
Hari
Wsampel
(gram)
Warna
Aroma
Tekstur
VHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 527
Hijau kekuni-ngan
+
Segar+
Keras ++
24,8 -7,51
1 530
Hijau kekuni-ngan
+
Segar +
Keras +
28 -20,75
2 500
Hijau kekuni-ngan
+
Segar +
Keras +
28,35
-23,54
3 500
Hijau kekuni-ngan
+
Segar +
Keras +
20,15
12,54
4 500 Hijau kekun
Segar +
Keras +
23,7 -3,08
Lilis Sulastri240210100032
3
i-ngan +
Keterangan : Volume Blanko = 23 ml
1 2 3 4 5
-30
-20
-10
0
10
20
Laju Respirasi Jeruk terhadap Waktu
Gambar 2. Grafik Laju Respirasi Jeruk
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pola Respirasi Apel
Hari
Wsampel
(gram)
Warna
Aroma
Tekstur
VHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 614Merah hati +
Segar +
Keras ++++
26,6 -12,89
1 650Merah hati +
+
Segar +
Keras ++++
29 -20,30
2 600Merah hati +
+
Segar +
Keras +++
27,5 -16,5
3 610Merah hati +
+
Segar +
Keras++
33,2 -36,78
4 600Merah hati +
+
Segar +
Keras +
22,85 0,55
Keterangan : Volume Blanko = 23 ml
1 2 3 4 5
-40
-30
-20
-10
0
10
Laju Respirasi Apel terhadap Waktu
Gambar 3. Grafik Laju Respirasi Apel
Lilis Sulastri240210100032
4
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pola Respirasi Tomat
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 576,33Orange semburat hijau
Khas tomat segar
Lunak+
25,4 14,12
1 560Orange semburat hijau
Khas tomat
Lunak 25,1 15,71
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
2 550 OrangeKhas tomat
Lunak 24,2 19,6
3 495 OrangeKhas tomat
Lunak 23,6 24,4
4 445 OrangeKhas tomat
Lunak 23,0 29,5
Keterangan : Volume blanko = 29,1 ml
0 1 2 3 40
10
20
30
Laju Respirasi Tomat terhadap Waktu
Gambar 4. Grafik Laju Respirasi Tomat
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pola Respirasi Timun
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekstu
rVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0486,7
4Hijau segar
Khas timun
Keras ++++
+28,2 4,06
1 480Hijau
semburat putih
Khas timun
Keras ++++
26,1 13,75
2 475 Hijau sembur
Khas timun
Keras +++
26,3 12,96
Lilis Sulastri240210100032
5
at putih
3 487,5Hijau
semburat putih
Khas timun
Keras++
24,7 19,85
4 490Hijau
semburat putih
Khas timun
Keras+
22,6 29,18
Keterangan : Vblanko = 29,1 ml
0 1 2 3 40
10203040
Laju Respirasi Timun terhadap Waktu
Gambar 5. Grafik Laju Respirasi Timun
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa setiap hari buah mengalami
perubahan. Baik perubahan warna, aroma, teksur, maupun berat. Proses ini
disebut sebagai proses pematangan. Proses pematangan diartikan sebagai suatu
fase akhir dari proses penguraian substrat dan merupakan suatu proses yang
dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesis enzim-enzim yang spesifik yang
diantaranya digunakan dalam proses kelayuan. Perubahan yang secara umum
mudah diamati dalam proses pematangan ini di antaranya berubahnya warna kulit
yang tadinya berwarna hijau menjadi kuning, buah yang tadinya bercita rasa asam
menjadi manis, tekstur yang tadinya keras menjadi lunak, serta timbulnya aroma
khas karena terbentuknya senyawa-senyawa volatil atau senyawa-senyawa yang
mudah menguap. Selain mengalami, pematangan, setelah pemanenan buah-
buahan pun mengalami laju respirasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam bahan (buah dan
sayur), meliputi tingkat perkembangan organ (ukuran buah, buah kamba,
klimakterik, rippening dan puncak klimakterik), komposisi kimia jaringan (jenis
jaringan), ukuran produk, pelapisan alami. Apabila suatu buah telah matang, maka
laju respirasinya akan turun. Buah yang berukuran besar akan memiliki laju
respirasi yang besar pula dan hasil titrasi yang kecil. Sedangkan untuk buah yang
Lilis Sulastri240210100032
6
memiliki densitas kamba maka akan terbentuk rongga-rongga sehingga
menyebabkan laju respirasi per unit turun. Komposisi jaringan mempengaruhi
kelarutan O2. Dalam faktor internal, laju respirasi dapat diukur dengan
Respiratory Quotient (RQ) =CO2 dihasilkan
O 2 konsumsi. Jika suatu buah memiliki RQ <1
maka memiliki substrat respirasi berupa asam lemak, jika RQ = 1 maka substrat
adalah gula, dan jika RQ > 1 maka substrat merupakan asam-asam organik.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekeliling
bahan, meliputi suhu, etilen, ketersediaan oksigen, karbon dioksida, dan luka pada
bahan. Laju respirasi berbanding terbalik dengan lama hidup. Semakin tinggi
respirasinya maka semakin pendek hidupnya. Berbagai faktor lingkungan dapat
mempengaruhi laju respirasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ketersediaan substrat
2. Ketersediaan oksigen
3. Suhu
4. Jenis dan umur tumbuhan
Pada praktikum pengukuran laju respirasi, faktor lingkungan yang
diperhatikan adalah suhu dengan sampel yang digunakan adalah jeruk, apel, timun
dan tomat. Tomat dan apel merupakan buah klimakterik, sedangkan timun dan
jeruk merupakan buah non klimakterik. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pengaruh suhu terhadap laju respirasi ini sama dengan prosedur pada saat
menentukan pola respirasi. Hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap laju
respirasi dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Ruang terhadap Laju Respirasi Jeruk
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 556,76
Hijau sembur
at kuning
Khas jeruk
Keras+
22,8 4,35
1 550
Hijau sembur
at kuning
Khas jeruk
Keras 21,5 9,6
Lilis Sulastri240210100032
7
2 567,23
Hijau sembur
at kuning
++
Khas jeruk
Keras 23 3,429
3 563,77
Hijau sembur
at kuning
Khas jeruk
Keras 24 3,51
4 550
Hijau sembur
at kuning
Khas jeruk
Keras+
22,6 5,2
Keterangan : Vblanko = 23,9 ml
Tabel 6. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Refrigerasi Terhadap Laju Respirasi Jeruk
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 550
Hijau Sedikit Kekuni-ngan
Khas Jeruk
Keras Agak Lunak
22,6 26
1 500Hijau
Kekuni-ngan
Khas Jeruk
Keras Agak Lunak
21,5 33,44
2 550
Hijau Sedikit Kekuni-ngan
Khas Jeruk
(-)Lunak
23,65
21,88
3 500
Hijau Kekuni-ngan (+)
Khas Jeruk
Keras Agak Lunak
(+)
23,10
26,4
4 500
Hijau Kekuni-ngan (+)
Khas Jeruk
(-)Keras 23,5 24,64
Keterangan : Vblanko = 29,1 ml
Lilis Sulastri240210100032
8
0 1 2 3 40
20
40
60
Laju Respirasi Jeruk terhadap Waktu
T Dingin
T Ruang
HariL
aju
res
pir
asi
Gambar 6. Grafik Laju Respirasi Jeruk
Tabel 7. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Ruang Terhadap Laju Respirasi Apel
Hari
Wsampel
(gram)Warn
aArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 481,92Hijau muda
Khas apel
Keras ++++
+22,7 5,48
1 500Hijau muda
Khas apel
Keras ++++
+22,7 5,28
2 480,75Hijau muda
Khas apel
Keras +++
22,9 4,58
Hari
Wsampel
(gram)Warn
aArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
3479,632
5Hijau muda
Khas apel
Keras ++
23,01
4,08
4 450Hijau muda
Khas apel
Keras 22,3 7,82
Keterangan : Vblanko = 23,9 ml
Tabel 8. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Refrigerasi Terhadap Laju Respirasi Apel
HariWsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 500Hijau Muda
Khas Apel
Keras 23,4 25,08
1 500Hijau Muda (+)
Khas Apel(-)
Keras 23,7 23,76
2 500 Hijau Khas Keras 24,3 21,12
Lilis Sulastri240210100032
9
Muda Sedikit Kuning
(+)
Apel(-)
3 500Hijau Muda
Khas Apel
Keras 23 26,84
4 500
Hijau Muda
Sedikit Kuning
Khas Apel(-)
Keras 21,65 32,78
Keterangan : Vblanko = 29,1 ml
0 1 2 3 40
10203040
Laju Respirasi Apel terhadap wWaktu
T Dingin
T Ruang
Hari
La
ju r
esp
ira
si
Gambar 7. Grafik Laju Respirasi Apel
Tabel 9. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Ruang Terhadap Laju Respirasi Tomat
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 600Merah kehijau
an
Segar +++
+
Keras ++
23 4,4
1 500Merah kehijau
an
Segar ++
+
Keras +
22,8 6,16
2 500Merah kehijau
an
Segar ++
Keras +
21,8 10,56
3 500Merah kehijau
an
Segar ++
+
Keras+
21,85
11,22
4 550Merah kehijau
an
Segar ++
+
Keras +
21,7 10
Lilis Sulastri240210100032
10
Keterangan : Vblanko = 24,2 ml
Tabel 10. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Refrigerasi Terhadap Laju Respirasi Tomat
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 518Merah Kehijau
an
Khas Tomat (++
+)
Keras 22,7 1,698
1 518Merah Kehijau
an
Khas Tomat (++)
Keras21,8
55,31
2 518,6
Merah 95%
Oranye5%
Khas Tomat (++)
Keras22,5
52,333
3 518,8
Merah 95%
Oranye5%
Khas Tomat (+)
Agak Keras
22,5 2,54
4 520Merah Gelap
Khas Toma
t
Lembek
22,15
4,019
a. T Ruang b. T
Dingin Gambar 8. Grafik Laju Respirasi Tomat
Tabel 11. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Ruang Terhadap Laju Respirasi Timun
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 1 2 3 402468
1012
Laju Respirasi Tomat terhadap Waktu
0 1 2 3 40123456
Laju Respirasi Tomat terhadap Waktu
Lilis Sulastri240210100032
11
0 600 HijauSegar +++
+
Keras+
22,2 7,33
1 600 HijauSegar +++
Keras ++
23,5 2,6
2 600Hijau muda
Segar +++
Keras+
24,9 2,57
3 540Hijau
keputihan
Segar +++
Keras+
20 15,66
4 600Hijau
keputihan
Segar +++
Keras+
19,9 15,76
Keterangan : Vblanko = 24,2 ml
Tabel 12. Hasil Pengamatan Pengaruh Suhu Refrigerasi Terhadap Laju Respirasi Timun
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 450 g
Hijau 80% Putih 20%
Khas Timun (+++)
Keras (++)
25,2 -10,267
1 448 g
Hijau 80% Putih 20%
Khas Timun
Keras20,02
515,1
2 445 g
Hijau 80% Putih 20%
Khas Timun
Keras 22,7 1,978
Hari
Wsampel
(gram)
WarnaArom
aTekst
urVHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
3 430 g
Hijau 80% Putih 20%
Khas Timun
Agak Keras
22 5,63
4 440 g
Hijau 80% Putih 12%
Khas Timun Berk
u-rang
Lunak 23,05 0,25
Lilis Sulastri240210100032
12
a. T Ruang b. T
DinginGambar 9. Grafik Laju Respirasi Timun
Laju respirasi lebih cepat jika suhu penyimpanan tinggi,
umur panen muda, ukuran buah lebih besar, adanya luka pada
buah dan kandungan gula awal yang tinggi pada produk
(Winarno dan Aman, 1981). Metode yang umum digunakan untuk
menurunkan laju respirasi buah-buahan segar adalah
pengontrolan suhu ruang penyimpanan. Pengontrolan suhu
untuk mengendalikan laju respirasi produk hasil pertanian sangat
penting artinya dalam usaha memperpanjang umur simpan
produk tersebut. Metode yang umum digunakan adalah
penyimpanan dengan pendinginan karena sederhana dan efektif.
Menurut Broto (2003), prinsip penyimpanan dengan pendinginan
adalah mendinginkan lingkungan secara mekanis dengan
penguapan gas cair bertekanan (refrigerant) dalam sistem
tertutup.
Menurut Kays (1991), untuk beberapa produk hasil
pertanian, dengan kenaikan suhu penyimpanan sebesar 100C
akan mengakibatkan naiknya laju respirasi sebesar 2 sampai 2,5
kali, tetapi di atas suhu 350C laju respirasi akan menurun karena
aktivitas enzim terganggu yang menyebabkan terhambatnya
difusi oksigen. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan
sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar
10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing
0 1 2 3 40
5
10
15
20
Laju Respirasi Timun terhadap Waktu
0 1 2 3 4
-15-10
-505
101520
Laju Respirasi Timun terhadap Waktu
Lilis Sulastri240210100032
13
spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies
tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2 sampai 2,5 pada suhu
antara 5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30
atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi
Q10 mulai menurun. Penjelasan tentang penurunan Q10 pada
suhu yang tinggi ini adalah bahwa laju penetrasi O2 ke dalam sel
lewat kutikula atau periderma mulai menghambat respirasi saat
reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Difusi O2 dan CO2 juga
dipercepat dengan peningkatan suhu, tapi Q10 untuk proses
fisika ini hanya 1,1. Jadi suhu tidak mempercepat secara nyata
difusi larutan lewat air.
Peningkatan suhu sampai 40°C atau lebih, laju respirasi
menurun, khususnya bila tumbuhan berada pada keadaan ini
dalam jangka waktu yang lama. Nampaknya enzim yang
diperlukan mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu
yang tinggi, mencegah peningkatan metabolik yang semestinya
terjadi. (Salisbury & Ross, 1995). Faktor lain yang dapat
mempengaruhi laju respirasi adalah luka memar. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam praktikum ini hampir sama
dengan pada praktikum sebelumnya dan dengan sampel yang
sama pula. Jika pada praktikum sebelumnya buah yang disimpan
pada toples ke 3 diisi dengan es, pada praktikum kali ini buah
yang akan diukur laju respirasinya dilukai atau dimemarkan
terlebih dahulu. Adapun hasil pengamatan pengaruh luka/memar
terhadap laju respirasi dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Hasil Pengamatan Pengaruh Luka/ Memar Terhadap Laju Respirasi pada Sampel Apel
Pengamatan/Hari ke-
1 2 3 4 5
WarnaHijau
kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemerahan
Hijau kemera
h-an
AromaSegar
+4Segar
+2Segar
+2Segar
+2Segar
+Tekstur Keras Keras Keras Keras Keras
Lilis Sulastri240210100032
14
+2 +2 +2 +2 +2Berat (kg) 0,5 0,48 0,48 0,47 0,45Volume Titrasi (ml)
20,5 21,1 20,7 22 19,7
Laju respirasi 10,12 7,79 9,62 3,74 15,15
Tabel 14. Hasil Pengamatan Pengaruh Luka/ Memar Terhadap Laju Respirasi pada Sampel Jeruk
Pengamatan/ Hari ke-
1 2 3 4 5
Warna Hijau kekuni-ngan
Hijau kekuni-ngan
Hijau kekuni-ngan
Hijau kekuni-ngan
Hijau kekuning-an
Aroma Segar +4
Segar +4
Segar +3
Segar +3
Segar +3
Tekstur Lunak +3
Lunak +3
Lunak +3
Lunak +3
Lunak +3
Berat (kg) 0,5 0,48 0,48 0,47 0,45Volume Titrasi (ml)
18,1 18,6 21,2 20 19,2
Laju respirasi 20,68 19,25 7,33 13,10 17,6Keterangan : Volume Blanko = 22,8 ml
Tabel 15. Hasil Pengamatan Pengaruh Luka/Memar Terhadap Laju Respirasi Timun
Hari
Wsampel
(gram)
Warna
Aroma
Tekstur
VHCl
(ml)
Laju Respirasi
(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 550
Hijau sembu
rat putih
Khas timun
Keras 22,3 6,4
1 540
Hijau sembu
rat putih
Khas timun
Keras 18,8 20,78
2 540
Hijau sembu
rat putih
Khas timun
Keras 18,2 23,22
3 550
Hijau sembu
rat putih
Khas timun
Keras 19,9 16
4 530 Hijau Khas Keras 18 24,45
Lilis Sulastri240210100032
15
semburat
putihtimun
Keterangan : Vblanko = 23,9 ml
Tabel 16. Hasil Pengamatan Pengaruh Luka/Memar Terhadap Laju Respirasi Tomat
Hari
Wsampel
(gram)
Warna
Aroma
Tekstur
VHCl
(ml)
Laju Respirasi(mg CO2/ kg buah/ jam)
0 470
Orange
semburat
hijau
Khas tomat
Lunak 23 4,21
1 470
Orange
semburat
hijau
Khas tomat
Lunak 20,3 16,85
Hari
Wsampel
(gram)
Warna
Aroma
Tekstur
VHCl
(ml)
Laju Respirasi(mg CO2/ kg buah/ jam)
2 490
Orange
semburat
hijau
Khas tomat
Lunak 20,3 16,16
3 450
Orange
semburat
hijau
Khas tomat
Lunak 19,1 23,46
4 451
Orange
semburat
hijau
Khas tomat
Lunak 19,7 20,49
Keterangan : Vblanko = 23,9 ml
Lilis Sulastri240210100032
16
0 1 2 3 40
5
10
15
20
25
30
6.4
20.7823.22
16
24.45
4.21
16.85 16.16
23.46
20.49
Kurva Pengaruh Luka/Memar terhadap Laju Respirasi
timuntomatApelJeruk
laju
resp
iras
i
Gambar 10. Grafik Pengaruh Luka/ Memar terhadap Laju Respirasi
Luka mekanis biasanya menyebabkan sementara terjadi
kenaikan respirasi
dan pembelahan sel pada lokasi luka itu. Jaringan protektif yang
baru kemungkinan terbentuk yang akan dapat mencegah
desikasi dan mencegah masuknya mikroorganisme pada jaringan
yang luka terjadi sintesis mRNA yang berakibat naiknya kadar
polisom dan sintesa protein. Dalam beberapa hal, jaringan
mempunyai kemampuan untuk membentuk senyawa fungitoksik
sebagai respon terhadap luka atau invasi patogen. Senyawa ini
disebut fitoaleksin. Aktivitas dari enzim-enzim yang menyangkut
respon terhadap luka dipengaruhi oleh hormon sitokinin, auksin
dan etilen. Warna cokelat yang terbentuk pada bagian komoditi
yang terpotong atau memar adalah akibat oksidasi senyawa
fenol seperti asam klorogenat oleh enzim polifenoloksidase
menjadi produk akhir yang disebut melanoidin (Taranggono,
1989). Selain itu, Luka pada buah akan mempercepat laju
respirasi sehingga mempercepat proses pembusukan karena
etilen akan menstimulir reaksi enzimatis dalam buah-buahan.
Lilis Sulastri240210100032
17
Kerusakan pada jaringan buah-buahan akan menaikkan laju
respirasi sedangkan pembentukan etilen terhambat.
Berdasarkan hasil praktikum, buah yang mengalami luka
memar jika dibandingkan dengan buah yang disimpan dengan es
selama 5 hari akan mengalami proses kebusukan yang lebih
cepat. Hal ini terjadi karena pada buah yang mengalami luka
memudahkan mikroorganisme untuk masuk ke dalam buah
tersebut. Sedangkan buah yang disimpan pada suhu dingin atau
es lebih segar karena mikroorganisme tidak tahan pada suhu
dingin, hanya mikroorganisme tertentu saja yang tahan terhadap
suhu dingin. Pengaruh lain terhadap laju respirasi yang dilakukan
dalam praktikum ini selain suhu dan luka memar adalah etilen.
Sampel buah-buahan yang digunakan masih sama dengan
praktikum sebelumnya yaitu jeruk, tomat, timun dan apel.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini
diantaranya 1 sendok karbit dituangkan ke dalam sehelai kain
kemudian kain tersebut diikat dan
diperciki air lalu bersama-sama dengan sampel buah dimasukkan
ke dalam kantong plastik berwarna gelap. Selanjutnya disimpan
sehari kemudian dilakukan pengamatan yang sama seperti
halnya pada praktikum pengaruh suhu yaitu dengan melakukan
aerasi. Adapun hasil dari pengamatan pengaruh etilen terhadap
laju respirasi dapat dilihat pada tabel 17 .
Tabel 17. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Pada Sampel Timun (Penyimpanan Tanpa Karbit)
Hari
ke-
VHCl
Lajurespiras
i
Berat samp
el
Perlakuan
Warna AromaTekst
ur
0 - -569,41 gram
Hijau Kekuningan
Khas Timun Keras
1 17,9 ml
13,28561,41 gram
Hijau 80%Kuning
20%Khas Timun
Keras (+++++)
Lilis Sulastri240210100032
18
2 22,95 ml
-8,64420
gram
Hijau 75 % Kuning
25%Khas Timun
Keras (+++++)
Hari
ke-
VHCl
Lajurespiras
i
Berat samp
el
Perlakuan
Warna AromaTekst
ur
3 20,3 ml
4,783460
gramHijau 70%
kuning 30%Khas Timun
Keras (+++)
4 22,5 ml
-6,6400
gram
Hijau 70%Kuning
30%Khas Timun
Keras(+++)
Keterangan : volume Blanko = 21,3 ml
Tabel 18. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Pada Sampel Tomat (Penyimpanan Tanpa Karbit)
Hari ke-
VHCl
Lajurespir
asi
Berat samp
el
Perlakuan
WarnaArom
aTekstur
0 - - 529,26 gram
Merah Kekuningan
Khas Tomat
Keras
1 17,1 ml 17,46 529,26 gram
Merah 90%Kuning 10%
Khas Tomat
Keras (+++++)
2 21,5 ml -0,86 510 gram
Merah 86 % Kuning 14%
Khas Tomat
Keras (++++)
3 21,2 ml 0,431 510 gram
Merah 80%Kuning 20%
Khas Tomat
Keras (+++)
4 23,8 ml -11 500 gram
Merah 80%Kuning 20%
Khas Tomat
Keras (+++)
Keterangan : Volume Blanko = 21,3 ml
Lilis Sulastri240210100032
19
1 2 3 4
-15-10
-505
101520
13.28
-8.64
4.78
-6.6
17.46
-0.860000000
0000010.43
-11
Grafik Laju Respirasi Timun dan Tomat (penyimpanan tanpa karbit)
TimunTomat
Laju
Res
pira
si
Gambar 11. Grafik Pengaruh Etilen terhadap Laju Respirasi Tomat dan Timun dengan Perlakuan
Penyimpanan Tanpa Karbit
Tabel 19. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Pada Sampel Jeruk (Penyimpanan Tanpa Karbit)
Hari
Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl(ml)
Laju Respirasi
0Hijau
Kekuningan
Khas jeruk segar
Keras 550 gram - -
1Hijau
KekuninganKhas
jeruk (-)Keras 550 gram 19,8 ml 12
2Hijau
KekuninganKhas jeruk
Keras 550 gram 22,5 ml 1,2
3Hijau
KekuninganKhas
jeruk (-)Keras 550 gram 20 ml 11,2
4Hijau
KekuninganKhas
jeruk (-)Keras 550 gram 23,5 ml -2,8
Keterangan : VBlanko = 22,8 ml
Tabel 20. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Pada Sampel Apel (Penyimpanan Tanpa Karbit)
Hari
Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)
Laju Respirasi
0Hijau
Kemerahan
Khas Apel segar
Keras 500 gram - -
1 Hijau Khas Keras 500 gram 21 ml 7,92
Lilis Sulastri240210100032
20
KemerahanApel segar
2Hijau
KemerahanKhas Apel
Keras 500 gram 22 ml 3,52
3Hijau
Kemerahan (++)
Khas Apel
Keras 500 gram 20,8 ml 8,8
4Hijau
KemerahanKhas
Apel (-)Keras 500 gram 21,5 ml 5,72
Keterangan : VBlanko = 22,8 ml
1 2 3 40
5
10
15
20
25
7.92
3.52
8.8
5.72
12
1.2
11.2
-2.8
Grafik Laju Respirasi Apel dan Jeruk (Penyimpanan tanpa karbit)
jerukapel
Laju
Res
pira
si
Gambar 12. Grafik Pengaruh Etilen terhadap Laju Respirasi Apel dan Jeruk dengan Perlakuan Penyimpanan
Tanpa Karbit
Tabel 21. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Apel (Penyimpanan dengan Karbit)
Hari Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)
Laju Respirasi
0Hijau
semburat merah
Khas apel
Keras 500 gram - -
1Hijau
semburat merah
Khas apel
Keras 500 gram 21,3 ml 1,76
2Hijau
semburat merah
Khas apel
Keras 500 gram 22,5 ml -3,52
3Hijau
semburat merah
Khas apel
Keras 500 gram 20,1 ml 7,04
4 Hijau semburat
Khas apel
Keras 500 gram 20,2 ml 6,6
Lilis Sulastri240210100032
21
merahKeterangan : VBlanko = 21,7 ml
Tabel 22. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Jeruk (Penyimpanan dengan Karbit)
Hari Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)
Laju Respirasi
0Hijau
semburat kuning
Khas jeruk
Keras 480 gram - -
1Hijau
semburatKhas jeruk
Keras 457 gram 21,6 ml 0,481
Hari Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)
Laju Respirasi
2Hijau
semburat kuning
Khas jeruk
Keras 495 gram 23 ml -2,86
3Hijau
semburat kuning
Khas jeruk
Keras 470 gram 21,2 ml 2,34
4Hijau
semburat kuning
Khas jeruk
Keras 450 gram 21,1 ml 2,93
Keternagan : VBlanko = 21,7 ml
0 1 2 3 4
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
1.76
-3.52
7.04 6.6
0.481
-2.86
2.34 2.93
Grafik Laju Respirasi Apel dan Jeruk (Penyimpanan dengan Karbit)
apeljeruk
Laju
Res
pira
si
Gambar 13. Grafik Pengaruh Etilen terhadap Laju Respirasi Apel dan Jeruk dengan Perlakuan Penyimpanan
Menggunakan Karbit
Tabel 23. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Timun (Penyimpanan dengan Karbit)
Hari Warna Aroma Tekstur Berat (g) V HCl Laju
Lilis Sulastri240210100032
22
(ml) Respirasi
0Hijau
Keputihan
Khas Timun
Lunak 500 gram - -
1Hijau
Keputihan
Khas Timun
Lunak 500 gram17,13
ml24,95
2Hijau
Keputihan
Khas Timun
Lunak 500 gram 17,5 ml 23,32
3Hijau
Keputihan
SegarLunak (++
++)500 gram 18,4 ml 19,36
4Hijau
Keputihan
Bau Busuk
Lunak (+++++)
500 gram 14,2 ml 37,84
Keterangan : VBlanko = 22,8 ml
Tabel 24 . Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Tomat (Penyimpanan dengan Karbit)
Hari
Warna Aroma Tekstur Berat (g)V HCl (ml)
Laju Respirasi
0Merah
KekuninganKhas
TomatLunak 550 gram - -
1Merah
KekuninganKhas
TomatLunak 550 gram 18 ml 19,2
2Merah
KekuninganKhas
TomatLunak 550 gram 18,9 ml 17,16
3Merah
KekuninganSegar
Lunak (+++)
550 gram 20,3 ml 3,03
4 MerahSedikit berbau karbit
Keras (++)
550 gram 20 ml 11,2
Keterangan : VBlanko = 22,8 ml
Tabel 25 . Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Laju Respirasi Timun (Penyimpanan Tanpa Karbit)
Hari
Warna Aroma Tekstur Berat (g) V HCl (ml)
Laju Respirasi
0 Hijau Kekuningan
Khas Timun
Keras 569,41 gram
- -
1 Hijau 80%Kuning 20%
Khas Timun
Keras (+++++)
561,41 gram
17,9 ml 13,28
2 Hijau 75 % Kuning 25%
Khas Timun
Keras (+++++)
420 gram 22,95 ml -8,64
Lilis Sulastri240210100032
23
3 Hijau 70% kuning 30%
Khas Timun
Keras (+++)
460 Gram 20,3 ml 4,783
4 Hijau 70%Kuning 30%
Khas Timun
Keras (+++)
400 gram 22,5 ml -6,6
Keterangan : VBlanko = 21,3 ml
1 2 3 4
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
13.28
-8.64
4.78
-6.6
17.46
-0.860000000000001 0.43
-11
Grafik Laju Respirasi Timun dan Tomat (penyimpanan dengan karbit)
TimunTomat
Laju
Res
pira
si
Gambar 14. Grafik Pengaruh Etilen terhadap Laju Respirasi Timun dan Tomat dengan Perlakuan
Penyimpanan Menggunakan Karbit
Mekanisme kerja etilen dalam hunungannya dengan permeabilitas sel ialah
karena etilen adalah senyawa yang larut di dalam lemak sedangkan memban dari
sel terdiri dari senyawa lemak. Oleh karena itu etilen dapat larut dan menembus
ke dalam membran mitokondria. Apabila mitokondria pada fase pra klimakterik
diekraksi kemdian ditambah etilen, ternyata terjadi pengembangan volume yang
akan meningkatkan permeablitas sel sehingga bahan-bahan dari luar mitokondria
akan dapat masuk. Dengan perubahan-perubahan permeabilitas sel akan
memungkinkan interaksi yang lebih besar antara substrat buah dengan enzim-
enzim pematangan. Dengan kata lain etilen dapat menginduksi perubahan
permeabilitas membran mitokondria, jadi memberikan kesempatan perpindahan
ATP dan oleh sebab itu mendorong berlangsungnya klimakterik dan juga berbagai
reaksi sintesa lainnnya (Tranggono, 1989).
Selama produksi etilen berlangsung bersamaan dengan kenaikan
klimakterik proses penuaan buah, maka kedua proses tersebut saling berkaitan
satu sama lain. Namun demikian, ada kemungkinan terdapatnya proses
penghambatan pada salah satu dari dua proses tersebut tanpa mempengaruhi
Lilis Sulastri240210100032
24
proses lainnya. Produksi etilen juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen.
Suhu rendah maupun suhu tinggi dapat menekan produksi etilen. Pada kadar
oksigen di bawah sekitar 2 % tidak terbentuk etilen, Pada 400C produk etilen
dapat dihentikan, sementara itu proses respirasi masih tetap aktif. Hal ini
menunjukkan bahawa produksi etilen dapat dihambat dengan tanpa
mempengaruhi kecepatan laju respirasi, sedangkan proses sebaliknya adalah tidak
mungkin (Tranggono, 1989). Etilen selain dapat memulai klimakterik, juga dapat
mempercepat terjadinya klimakterik terutama pada buah-buahan yang mempunyai
pola respirasi klimakterik. Sedangkan pada buah-buahan yang tergolong non
klimakterik dengan penambahan etilen pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan
perubahan pola respirasi.
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum dapat disimpulkan bahwa
etilen dan luka memar dapat memeprcepat laju reaksi dan luka memar dapat
mempercepat kebusukan pada buah. Sedangkan suhu rendah atau es dapat
menghambat pembusukan dan laju respirasi. Respirasi membutuhkan O2 dan
menghasilkan zat sisa metabolisme berupa uap air, CO2 dan panas sebagai entropi
(energi panas yang tidak termanfaatkan). Bila respirasi berjalan sempurna, dari
pembakaram substrat (karbohidrat, lipida, atau protein) akan dihasilkan rasio
CO2/O2 tertentu yang disebut dengan “Respiratory quotient” [RQ]. Respirasi
dengan substrat lipida akan diperoleh RQ<1, dan RQ=1 untuk substrat glukosa.
(Suyitno, 2007). Dengan kata lain, perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan
dan jumlah O2 yang digunakan dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory
Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk
respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi
lainnya (Simbolon, 1989).
Tergantung pada bahan yang digunakan, maka jumlah mol CO2 yang
dilepaskan dan jumlah mol O2 yang diperlukan tidak selalu sama. Diketahui nilai
RQ untuk karbohidrat = 1, protein < 1 (= 0,8 – 0,9), lemak <1 (= 0,7) dan asam
organik > 1 (1,33). Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk
respirasi dan sempuran tidaknya proses respirasi dan kondisi lainnya (Krisdianto
dkk, 2005).
Lilis Sulastri240210100032
25
top related