pola interkasi gay
Post on 30-Nov-2015
330 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita hanya dengan melihat genital
fisiknya manusia dapat mengetahui dengan jelas identitas gendernya sebagai pria
atau wanita. Identitas gender (gender identity) adalah kesadaran terhadap diri
sendiri sebagai laki-laki atau perempuan yang telah tertanam sejak dini.
Pengertian gender yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat
dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa
gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan distinction
dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki
dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Dalam buku Sex and Gender
yang ditulis oleh Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-harapan
budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Hal ini yang membedakan diri individu
perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan.
Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa.1
Namun terdapat sekelompok manusia yang merasa genital fisiknya salah,
dikarenakan sekelompok manusia tersebut merasa sebagai anggota jenis kelamin
yang berlawanan dengan genital fisiknya, seperti ketika seorang pria merasa
terperangkap dalam tubuh wanita. Sehingga transeksual menjadi identitas gender,
yaitu kesadaran mental yang dimiliki sesesorang tentang jenis kelaminnya,
1 Sarwono, Sarlito Wirawan, 2005.Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan(cetakan ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Hal 8-9
2
tentang apakah dirinya pria atau wanita. Trans seksual memiliki identitas gender
yang berlawanan dengan jenis kelamin seseorang yang dimiliki genital fisiknya.2
Banyaknya kasus penyimpangan identitas gender bukanlah menjadi hal
yang tabu lagi dalam masyarakat seperti kelainan dalam diri pria yang disebut
kaum homoseksual (gay) adanya ketertarikan antara individu pria dengan individu
pria, begitupun dengan kaum lesbian yang menyukai sesama jenis perempuan,
ketertarikan dalam hubungan sesama jenis sudah menjadi penyimpangan identitas
gender antara pria dan wanita. Seorang dokter Hongaria bernama Karoly Maria
Benkert yang telah mengubah namanya menjadi Kertbeny pada tahun 1848
pertama kalinya menemukan istilah “homoseksual” pada tahun 1869. Seperti yang
dikutip oleh Colin Spencer dalam buku “Histoire de I’homosexualité: De
I’antiquité à nos jours” dengan judul buku edisi bahasa Indonesianya, “Sejarah
Homoseksualitas: dari Zaman Kuno hingga Sekarang”, mengatakan bahwa:
“Selain hasrat laki-laki dan perempuan yang normal, alam dengan segenap kekuasaannya telah memberi beberapa orang lelaki dan perempuan-perempuan tertentu suatu hasrat homoseksual, dengan demikian menempatkan mereka dalam perbudakan seksual yang secara fisik dan psikis menjadikan mereka tidak berdaya, meskipun besar keinginan untuk ereksi secara normal. Hasrat yang lebih dahulu (sebelumnya) menciptakan rasa ngeri yang nyata dari jenis seks lawannya.” 3
Istilah homoseksual dapat diterapkan pada laki-laki maupun perempuan,
karena istilah ini secara umum ditujukan untuk kesamaan jenis kelamin.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Atkinson, Atkinson, Smith dan Bern (2000)
yang dikutip oleh Koeswinarno mengatakan bahwa,
2 SigitIrawan, 2008. Skripsi :FenomenaHomoseksual (Gay) ditinjau Dari Proses Komunikasi Dan Eksistensinya Di Bandung. Unikom Bandung
3 Stokes, Jane. 2006. How To Do Media and Cultural Studies. Yogyakarta: PT.BentangPustaka. Hal : 346
3
“Individu dianggap homoseksual apabila mereka secara seksual tertarik terutama kepada individu berjenis kelamin sama.”.4
Disini dapat dilihat bahwa homoseksual berbeda dengan homoseksualitas
dalam pengartiannya. Perilaku homoseksual, dan lesbian merupakan kegiatan
seksual dengan sesama jenisnya yang ditujukan kepada individu yang memiliki
ketertarikan secara perasaan ataupun secara erotis dengan melakukan hubungan
fisik ataupun tanpa melakukan hubungan fisik.
Dalam melihat persoalan ini bukanlah menjadi perbincangan yang terus
berlarut karena kaum homoseksual mencoba membuka dirinya untuk bisa eksis
kedalam lingkungan masyarakat seperti ngamen, ludruk, atau berprofesi pada
dunia kecantikan dan kosmetik. Melihat dari berbagai profesi yang mereka
jalankan, telah memberikan persfektif yang positif dalam lingkungan masyarakat,
sehingga kaum homoseksual dapat mudah membangun sosialitasnya.
Karakteristik manusia dalam upaya membangun sosial mempunyai
perbedaan masing-masing untuk bisa beradaptasi dengan lingkungannya sehingga
keberadaanya dapat diterima, karena itu perlunya pondasi sehingga peran
komunikasi menjadi jembatan interaksi antara satu individu ke individu lainnya.
Seperti yang dikutip Jalaludin Rakhmat dalam bukunya “Psikologi Komunikasi”,
interaksi sosial harus didahului oleh kontak komunikasi, sehingga untuk
mengaktualisasikan ekistensinya kaum gay dibutuhkan keterampilan komunikasi
karena dalam berkomunikasi sesuatu hal yang penting yang dilakukan oleh setiap
manusia dalam menjalani kehidupannya, proses komunikasi dilakukan dengan
menggunakan media atau pun secara tatap muka (face to face) sehingga akan
4 Koeswinarno, 2004. Hidup Sebagai Waria, Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara. Hal : 35
4
terjalin interaksi dimana informasi atau pesan-pesan yang disampaikan akan
kembali menimbulkan efek.
Seperti yang dikutip Deddy Mulyana dalam buku suatu pengantar
komunikasi, yang di kemukakan oleh Carl I. Hovland bahwa komunikasi adalah
proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. Fungsi
komunikasi yaitu untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk
keberlansungan hidup, untuk memperoleh kebahagian hidup, dan terhindar dari
tekanan dan ketegangan.5
Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita
semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.
Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai dengan cara
yang kompleks. Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka
melainkan bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang
membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, perhatian yang mendukung
diterimanya pengertian, sikap dan peraaan yang sama. Diterimanya pengertian
yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi.
Pertanyaan besar kemudian mucul sebagai bentuk efek dari aroganisme
yang individualis, untuk berada dalam masyarakat perlu adanya eksistensi, yang
berarti keberadaan diri sosialnya dapat diakui. Sebagai bentuk eksistensi kaum
homoseksualitas khususnya komunitas Gay di kota Cilegon mencoba mengadopsi
pola interaksi mereka dengan cara pribadinya masing-masing, dalam hal ini
5 Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal : 62
5
bahasa merupakan bagian dari komunikasi yang mereka gunakan untuk
berinteraksi dengan sesama kaum gay, dan masyarakat pada umumnya.
Bahasa komunitas gay digunakan untuk berkomunikasi yaitu bahasa gaul
prokem khusus kaum gay, sama halnya yang digunakan oleh artis lawakan betawi
Debby Sahertian memberikan pengapresisian lewat lawakannya serta membuat
kamus gaul “Edisi Litonga Ketigana” yang menggunakan bahasa gaul prokem
dengan gaya bahasa komunikasi pada umumnya, bahasa “Prokem berasal dari
kata preman, yang kemudian disisipi -ok menjadi pr(ok)eman dan kemudian agar
singkat dan mudah dibaca, dihilangkanlah suku kata terakhir, yaitu man, sehingga
menjadi prokem”.
Sehingga dalam hal ini peranan bahasa tidak luput dari komunikasi, karena
bahasa merupakan hasil dari sebuah kreatifitas, sehingga untuk mencapai
komunikasi yang efektif terjadi apabila individu mencapai pemahaman bersama,
merangsang pihak lain melakukan tindakan, dan mendorong orang untuk berpikir
dengan cara baru. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif akan
menambah produktifitas baik secara individu. Namun peran komunikasi ditunjang
dengan arus pola komunikasi, karena tanpa adanya pola komunikasi yang
terstruktur penyampaian pesan pun tidak akan tersampaikan dengan baik.
Pengertian pola Interaksi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan
dari satu orang ke orang lain.
Gay melakukan suatu pola interaksi untuk bisa di akui dan menjalin
hubungan yang baik dan bisa eksis dalam ruang lingkup sesama gay maupun
masyarakat kota Cilegon pada umumnya. Pola interaksi yang dilakukan gay
6
dengan menggunakan bahasa verbal dan nonverbal. Dalam buku suatu
“Pengantar Ilmu Komunikasi” menurut definisinya bahwa komunikasi dengan
menggunakan bahasa verbal adalah sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan
dan maksud kita dengan menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai
aspek realitas individual. Sedangkan komunikasi yang menggunakan bahasa
nonverbal yaitu komunikasi dengan menggunakan isyarat-isyarat seperti gerak
tubuh, intonasi suara, sikap dan sebagainya yang memungkinkan seseorang untuk
berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata.
Permasalahan yang timbul kemudian menunjukan bahwa tidak semua
orang mengetahui pola interaksi yang dilakukan oleh gay, sehingga esensi dari
pesan yang disampaikan tersebut tidak sepenuhnya dapat dipahami. Pemahaman
pola interaksi, seperti halnya penggunaan bahasa, dapat memberikan pemahaman
yang lebih dalam memaknai apa yang menjadi isi pola interaksi di antara gay.
Pola interaksi yang ditunjukan tersebut akan memberikan kesempatan bagi
peneliti untuk lebih dapat memberikan wacana yang lebih dalam mengenai
keberadaan gay.
Kesempatan penelitian ini dalam mengangkat permasalahan pola interaksi
gay, akan memberikan pemahaman yang lebih kepada masyarakat tentang
keberadaan gay yang senantiasa ada sebagai bagian dari sosialitas juga. Hal ini
penting untuk dapat dipahami, karena dari komunikasi yang dilakukan tersebut
akan memberikan pemahaman mengenai hal-hal yang dijadikan sebagai alasan
eksistensi gay tersebut. Lantas permasalahan yang timbul kemudian merujuk pada
ketidak pahaman masyarakat dalam mengartikan pola interaksi gay, karena pola
7
interaksi ini hanya tumbuh dan berkembang dalam sosialitas mereka semata,
tetapi bukan berarti pola interaksi tersebut tidak dapat dipahami. Pemahaman yang
lebih baik mengenai pola interaksi tersebut, akan memberikan wacana yang baru
dalam memaknai keberadaan gay sebagai bagain dari masyarakat itu sendiri.
Kemunculan gay dikota Cilegon pada dasarnya tidak selalu menimbulkan
pandangan yang negatif yang beranggapan bahwa gay kerap kali berperilaku tidak
senonoh dan menjajakan dirinya untuk membiayai kehidupannya karena
diskriminasi terhadap kelompok seperti mereka, sehingga memaksa mereka untuk
bekerja dengan jalan tersebut.
Dalam pandangan positif masyarakat bisa melihat banyak gay yang
bekerja dengan halal seperti menjadi perias di salon-salon ataupun bekerja di
dunia hiburan sebagai seorang figuran dalam sinetron-sinetron di layar televisi
untuk menghibur kita dan banyak dari mereka juga yang mengikuti kegiatan-
kegiatan sosial untuk membantu sesama manusia walaupun kadang banyak
cercaan serta hinaan yang mereka dapatkan.
Tidak hanya itu saja adapun gay yang didaulat oleh lembaga Family
Health International-Aksi Stop AIDS (FHI/ASA) tertentu untuk meng-kampanye-
kan tentang bahaya penularan penyakit HIV/AIDS terutama bagi mereka para
LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender) yang bekerja sebagai seorang PSK
yang selalu berganti-ganti pasangan.6
Namun eksistesi Gay di Indonesia khusunya di kota Cilegon sendiri masih
belum diakui oleh Negara, hanya saja beberapa pihak seperti LSM, ORSOS serta
badan HAM menganggap gay merupakan bagian dari hak asasi manusia (HAM)
6 http://srikandisejati.wordpress.com/kegiatan/
8
dengan landasan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi
Manusia, yang keberadaanya harus diperhatikan layaknya manusia ciptaan Tuhan.
Keterbukaan gay dalam lingkungan masyarakat menjadi tolak ukur untuk tetap
eksis, untuk mengubah berbagai stigma buruk yang selama ini dipandang sebelah
mata, menjadikan dorongan kepada hal yang lebih baik sebagai bentuk eksistensi
diri mereka. 7
Peneliti mengambil gay sebagai objek penelitian ini, karena gay
merupakan bagian dari masyarakat yang terasingkan, namun banyak orang yang
kurang memperhatikan dan mengannggap bahwasannya kaum gay merupakan
kaum marginal yang dianggap menyimpang dari koridor masyarakat pada
umumnya. Banyaknya gay di Kota Cilegon menjadi salah satu objek yang
menarik untuk dikaji karena dilihat dari latar belakang masalah yang ada, karena
gay bukanlah sesuatu yang harus ditakuti melainkan harus kita akui
keberadaannya sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan. Maka penulis dalam
penelitiannya akan memberikan uraian mengenai pola interaksi komunitas gay
yang mewakili interaksi yang ada dan terjalin sebagai upaya untuk bisa
mengeksistensikan dirinya dalam berbagai bentuk apresiasi.
Maka peneliti menilai bahwa penelitian gay ini merupakan hal yang
menarik untuk diteliti, karena dapat mengetahui pola interaksi yang mereka
gunkan dalam lingkungan masyarakat yang belum kita ketahui. Penelitian ini akan
memberikan wacana baru bagi masyarakat dalam memandang gay sebagai bagian
langsung dari masyarakat, karena pemahaman yang lebih baik mengenai pola
7 http://srikandisejati.wordpress.com/kegiatan- (Diunduhpada 06 April 2013- Jam 17.40 WIB
9
interaksi tersebut memberikan kesempatan yang lebih baik untuk lebih mengenal
dan memahami gay dan keberadaannya. Oleh sebab itu peneliti mengambil judul
yaitu: Pola Interaksi Komunitas Gay di Kota Cilegon
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan oleh peneliti, maka telah
ditetapkan rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
Bagaimana Pola Komunikasi Komunitas Gay Di Kota Cilegon?
1.3 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana kebiasaan gay dilingkungan masyarakat kota Cilegon ?
2. Bagaimana pertukaran informasi gay dilingkungan masyarakat kota
Cilegon ?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kebiasaan gay dilingkungan masyarakat kota Cilegon.
2. Untuk mengkaji pertukaran informasi gay dilingkungan masyarakat kota
Cilegon.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan Teoritis
10
Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan
pengembangan ilmiah terutama bagi ilmu komunikasi khususnya mengenai pola
interkasi gay.
1.5.2 Kegunaan Praktis
1. Untuk Peneliti
Kegunaan penelitian bagi penulis yakni, memberikan pengetahuan
mengenai osialisasi dan interaksi dikalangan gay dilingkungan mayarakat kota
Cilegon khususnya dalam pola interkasi dan juga sebagai bentuk eksistensi diri.
enelitian ini memberikan wawasan baru bagi penulis dengan pengaplikasian nyata
mengenai penerapan pola interkasi. Penelitian ini juga memberikan wacana akan
wawasan penulis terhadap penerapan ilmu - ilmu komunikasi secara umum dalam
memahami permasalahan sosial.
2. Untuk Masyarakat
Kegunaan ini bagi masyarakat umum yakni, ingin memberikan informasi
serta penguraian tentang pola interaksi yang biasa digunakan para gay untuk
berinteraksi sebagai wujud eksistensinya dikalangan masyarakat kota Cilegon.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana pola pikir yang
objektif dari sosialitas terhadap keberadaan kaum gay di kota Cilegon. Penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi, sehingga kita dapat
menempatkan penilaian terhadap kaum gay pada posisi yang seharusnya dengan
melihat dari kacamata kita sebagai masyarakat Kota Cilegon.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
11
2.1 Pola Interaksi
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa tidak akan bisa lepas dari
proses komunikasi, baik verbal maupun non verbal, disadari maupun tidak
disadari. Dalam proses komunikasi/interaksi tersebut, masing-masing individu,
masing-masing tempat tidak sama. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan
lambang yang mengandung arti/makna. Arti ini perlu dipahami bersama oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan komunikasi.8
Komunikasi juga bisa didefinisikan sebagai hubungan kontak antar dan
antara individu maupun kelompok, dalam kehidupan sehari-hari disadari atau
tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak
sejak ia dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannnya.9
Dalam bukunya Managing Organizational Behavior, John R.
Schemerhon10 menyatakan bahwa :
“Komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.”
Komunikasi selain merupakan kegiatan pengoperan dan penerimaan
lambang atau keinginan mengubah pendapat orang lain, juga merupakan suatu
usaha untuk mengadakan hubungan sosial. Hal ini dilakukan dengan jalan
komunikasi yang serasi.
Dalam sistem sosial komunikasi berfungsi sebagai berikut :11
8 Astrid S. Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, Binacipta Bandung, 1985, hal. 1.9 A. W. Widjaja, Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara
Jakarta, 1993, hal. 1.10 A. W. Widjaja, Op cit, hal. 8.
12
1. Informasi
Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data,
gambar, pesan opini, dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan
dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sosialisasi
Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap
dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar
akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.
3. Motivasi
Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka
panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya,
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama
yang akan dikejar.
4. Perdebatan dan diskusi
Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat
mengenai masalah publik.
5. Pendidikan
11 A. W. Widjaja, Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara Jakarta, 1993, hal. 3.
13
Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, pembentuk watak dan pendidikan ketrampilan dan kemahiran
yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6. Memajukan kebudayaan
Penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan
warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas
horizon seseorang, membangun imajinasi, dan mendorong kreativitas
estetikanya.
7. Hiburan
Penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan image dari drama, kesenian,
kesusastraan, olahraga dan musik baik kelompok maupun individu.
8. Integrasi
Menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk
memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat
saling kenal, mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan
orang lain.
Kegiatan komunikasi merupakan kunci awal untuk membentuk sebuah
pola interkasi. Wilbur Schramm12 menyatakankan bahwa komunikasi akan
berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan
kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian
(collection of experiences and meaning) yang pernah diperoleh komunikan.
12 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2001, hal.13.
14
Dalam proses komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi
interaksi, komunikator memproduksi (encode) suatu pesan, lalu
menyampaikannya kepada komunikan dan komunikan menerima (decode) pesan
tersebut.
Model komunikasi Wilbur Schramm13 ini disebut sebagai model sirkular.
Gambar 1.1
Model Sirkular Osgood dan Schramm
Model sirkular Wilbur Schramm menitikberatkan perhatian langsung
kepada saluran yang menghubungkan komunikator dan komunikan serta perilaku
pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi. Jika bidang pengalaman
komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan
berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan
pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.
13 Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti Bandung, 1993, hal. 258.
Message
Encoder
Interpreter
Decoder
Decoder
Interpreter
Encoder
Message
15
Seperti yang telah dikatakan diatas bahwa dalam berkomunikasi setiap
orang, setiap tempat mempunyai gaya yang berbeda. Hal ini kemudian akan
mempengaruhi pola interaksi yang terbangun dalam satu komunitas masyarakat
tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi, seperti pergaulan, budaya yang
disepakati, dan sistem kepercayaan/agama sehingga bisa dikatakan bahwa pola
interaksi tidak berbentuk baku tetapi fleksibel.
Pola adalah sebuah sistem maupun cara kerja sesuatu yang memiliki
bentuk dan struktur tetap. Pada tingkat masyarakat, interaksi biasanya berpola
dalam bentuk-bentuk fungsi, kategori ujaran dan sikap konsepsi tentang bahasa
dan penutur. Interaksi berpola menurut peran tertentu dan kelompok tertentu
dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan, wilayah geografis, dan ciri-ciri
organisasi sosial lainnya. Pada tingkat individual, komunikasi berpola pada
tingkat ekspresi dan interpretasi kepribadian. Dalam bentuk fungsi, bahasa
ditunjukkan lewat cara –dalam kasus ini- gay menyampaikan perasaan atau
emosinya (ekspresif), memohon atau memerintah (direktif), beragumen
(referensial), menunjukkan empati dan solidaritas (fatik) dan mereferensi pada
bahasa itu sendiri (metalinguistik).14
Pola Interkasi yang kemudian dimaksud dalam penelitian ini adalah
kebiasaan dari suatu kelompok dan pertukaran informasi yang terjadi pada
komunitas gay di Kota Cilegon dalam jangka waktu tertentu.
Pola Interkasi yang terbentuk dalam komunitas gay secara tidak langsung
ada dua, yaitu :
14 Abd. Syukur Ibrahim, 1994, Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi, Surabaya: Usaha Nasional, hal. 15.
16
1. Pola Interkasi Formal berkaitan dengan kegiatan gay yang lebih bersifat
resmi
2. Pola interkasi informal adalah interaksi yang terjadi antar gay dalam
berbagai kegiatan sehari-hari.
Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah
mengadakan hubungan tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan
menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan
mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengkataan apabila
muncul. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, opini, ide,
konsepsi, pengetahuan, perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada
sesamanya secara timbal balik, baik sebagai penyampai maupun penerima
komunikasi.
2.2 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang digunakan di
dalam komunitas gay. Komunikasi interpersonal menunjuk kepada komunikasi
dengan orang lain. Komunikasi interpersonal juga sering disebut sebagai
komunikasi diadik. Komunikasi diadik15 merupakan komunikasi antarpribadi yang
berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang
menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Dalam
15 Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti Bandung, 1993, hal.62.
17
bukunya yang berjudul Manajemen, William F. Glueck16 menyatakan bahwa
komunikasi interpersonal adalah:
“Interpersonal communications, yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 (dua) orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia.”
Komunikasi interpersonal pada dasarnya merupakan jalinan hubungan
interaktif antara seorang individu dan individu lain dimana lambang-lambang
pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa17. Jarang sekali
orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini menurut Onong18
disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (symbol) beserta (content) – yakni
pikiran atau perasaan- yang dibawanya menjadi totalitas pesan yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai media primer atau lambang yang paling banyak digunakan
dalam komunikasi, bahasa memerankan banyak fungsi komunikatif.
Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi
sudah jelas, mengingat hanya bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran
seseorang kepada orang lain, baik gesture, gambar, warna, dan media primer lain
kesulitan buat menerjemahkannya.
Perbedaan latar belakang kadang menimbulkan konflik baik antar individu
maupun individu dengan masyarakat. Namun apabila ditemukan suatu
pemahaman dan jalinan komunikasi yang baik, maka konflik tersebut dapat
16 A. W. Widjaja, Komunikasi:Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara Jakarta, 1993, hal.8.
17 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, PT. LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta,2007, hal.2.18 Onong Uchjana, 2001, Ilmu Komunikasi:Teori dan Praktek, Bandung : Remaja
Rosdakarya, hal.11.
18
dihindari. Konsep jalinan hubungan (relationship) sangat penting dalam
komunikasi interpersonal. Jalinan hubungan merupakan seperangkat harapan yang
ada pada partisipan yang dengan itu mereka menunjukkan perilaku tertentu di
dalam berkomunikasi. Jalinan hubungan antar individu hampir senantiasa melatar
belakangi pola-pola interaksi di antara partisipan dalam komunikasi
interpersonal.19
Dalam proses komunikasi, komunikasi interpersonal efektivitasnya paling
tinggi karena komunikasinya timbal balik dan terkonsentrasi. Komunikator
mengetahui pasti apakah komunikannya itu menanggapi dengan positif atau
negatif, berhasil atau tidak. Pentingnya situasi seperti ini bagi komunikator adalah
karena ia dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya dan yang
penting artinya untuk mengubah sikap, pendapat atau perilakunya. Dengan
demikian komunikator dapat mengarahkan ke suatu tujuan sebagaimana ia
inginkan.
Joseph A. Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication
Book20 menerangkan bahwa :
”Komunikasi Interpersoanl merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Kita bisa berkomunikasi secara verbal (lisan dan terrtulis) dan non verbal (tanpa kata).
19 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, PT. LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta,2007, hal.3.20 Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti Bandung,
1993, hal. 59-60.
19
Hubungan dalam komunikasi interpersonal terbina melalui tahap-tahap.
Kita menumbuhkan keakraban secara bertahap, melalui langkah atau tahap.
Kelima tahap ini adalah kontak, keterlibatan, keakraban, perusakan, dan
pemutusan tahap-tahap ini menggambarkan hubungan seperti apa adanya. Tahap-
tahap ini tidak mengevaluasi atau menguraikan bagaimana seharusnya hubungan
itu berlangsung.21 Tahap-tahap itu antara lain :
1. Kontak
Pada tahap pertama gay membuat kontak. Ada beberapa macam persepsi
alat indra (melihat, mendengar, dan membaui seseorang). Menurut
beberapa riset selama tahap inilah dalam empat menit pertama interaksi
awal. Pada tahap ini penampilan fisik begitu penting karena dimensi fisik
paling terbuka untuk diamati secara mudah. Namun demikian, kualitas-
kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan dan
dinamisme juga terungkap pada tahap ini. Jika anda menyukai orang ini
dan ingin melanjutkan hubungan maka akan beranjak ke tahap kedua.
2. Keterlibatan
Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika gay
mengikatkan diri nya untuk mengenal masyarakat atau gay yang lainnya
dan juga mengungkapkan diri nya sendiri. Jika ini adalah hubungan yang
romantik, maka ini disebut tahap kencan.
3. Keakraban
Pada tahap keakraban, gay mengikat diri lebih jauh dengan masyarakat
atau dengan sesama gay. Hubungan dalam keakraban disebut sebagai
21 Ibid, hal.233-235.
20
hubungan primer (primary relationship), dimana orang menjadi sahabat
baik atau kekasih.
4. Perusakan
Pada tahap perusakan mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah
sepenting apa yang dipikirkan sebelumnya. Hubungan akan semakin jauh.
Makin sedikit waktu senggang yang dilalui bersama dan bila bertemu
maka akan berdiam diri, tidak lagi banyak mengungkapkan diri. Jika tahap
perusakan ini berlanjut maka memasuki tahap pemutusan.
5. Pemutusan
Tahap pemutusan adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua
pihak. Jika bentuk ikatan itu adalah perkawinan, pemutusan hubungan
dilambangkan dengan perceraian, walaupun pemutusan hubungan aktual
dapat berupa hidup berpisah. Adakalanya terjadi peredaan, kadang-kadang
ketegangan dan keresahan makin meningkat, saling tuduh dan
permusuhan.
Pentingnya komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi dialogis adalah bentuk
komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang
terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi
pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis
nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian
bersama (mutual understanding) dan empati.
21
Walaupun demikian derajat keakraban dalam komunikasi interpersonal
dialogis pada situasi tertentu bisa berbeda. Komunikasi horizontal selalu
menimbulkan derajat keakraban yang lebih tinggi ketimbang komunikasi vertikal.
Yang dimaksudkan horizontal adalah komunikasi antara orang-orang yang
memiliki kesamaan dalam apa yang disebut Wilbur Schramm, frame of reference
(kerangka referensi) yang kadang-kadang dinamakan juga field of experience
(bidang pengalaman). Para pelaku komunikasi yang mempunyai kesamaan dalam
frame of reference/field of experience itu adalah mereka yang sama atau hampir
sama dalam tingkat pendidikan, jenis profesi atau pekerjaan, agama, bangsa, hobi,
ideologi, dan lain sebagainya.22
Komunikasi interpersonal yang terjadi antara gay satu dengan gay lainya
bertujuan untuk menciptakan suasana yang baik dan maksimal. Artinya, setiap
individu yang terlibat didalamnya membutuhkan komunikasi interpersonal yang
baik untuk membina suatu hubungan yang harmonis. Menurut Joseph A.Devito,
komunikasi interpersonal yang efektif dimulai dengan lima kualitas umum yang
perlu dipertimbangkan, yaitu :23
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus
terbuka pada orang yang diajak berinteraksi. Sebaliknya, harus ada
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya
22 Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, PT Citra Aditya Bakti Bandung, 1993, hal. 61.
23 Joseph A.Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books Jakarta, 1997, hal.259.
22
disembunyikan. Kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk
bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam,
tidak kritis dan tanggap merupakan peserta percakapan yang menjemukan.
Kita ingin setiap orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita
ucapkan. Aspek ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan hati dan
pikiran. Terbuka dalam arti ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang kita lontarkan adalah milik kita dan kita bertanggungjawab
atasnya.
2. Empati
Henry Backrack, dalam Devito mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang
lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu. Pengertian empati itu akan membuat seseorang
lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. Langkah pertama dalam
mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai,
menafsirkan dan mengkritik. Bukan karena reaksi ini salah, tetapi
seringkali menghambat pemahaman. Langkah kedua, semakin banyak
anda mengenal seseorang-keinginannya, pengalamannya, kemampuannya,
ketakutannya, dan sebagainya, maka anda akan mampu melihat apa yang
dilihat dan dirasakan orang itu.
3. Sikap mendukung
Sikap mendukung adalah pandangan yang mendukung, membantu
bersamasama. Sebuah bentuk hubungan interpersonal yang efektif adalah
23
sebuah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness).
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak mendukung.
4. Sikap positif
Sikap positif mengacu pada dua aspek komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikasi interpersonal terbina jika orang memiliki sikap positif
terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif mengisyaratkan
perasaan ini ke orang lain dan selanjutnya merefleksikan perasaan positif
ini. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya
sangat penting untuk interaksi yang positif. Tidak ada hal yang lebih
menyenangkan ketimbang berkomunikasi dengan orang yang tidak
menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap
situasi interaksi.
5. Kesetaraan
Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidak-setaraan salah seorang
lebih pandai, lebih kaya, atau lebih cantik. Tidak pernah ada dua orang
yang benarbenar setara dalam segala hal. Komunikasi interpersonal akan
lebih efektif bila suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan diam-
diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan.
24
Komunikasi interpersonal berperan dalam mentransfer pesan/informasi
dari seseorang kepada orang lain berupa ide, fakta, pemikiran serta perasaan. Oleh
karena itu, komunikasi interpersonal merupakan suatu jembatan bagi setiap
individu, dimana mereka dapat bebas berbagi rasa, pengetahuan serta mempererat
hubungan antara sesama individu pada masyarakat dilingkungannya sehingga
tidak akan timbul suatu pemaksaan kehendak antara pihak satu dengan yang
lainnya. Jadi komunikasi interpersonal selalu menimbulkan saling pengertian atau
saling mempengaruhi antara seseorang dengan orang lain. Dari semua komponen
tindak komunikasi yang paling penting adalah diri (self)24. Siapa anda dan
bagaimana anda mempersepsikan diri sendiri dan orang lain akan mempengaruhi
komunikasi anda dan tanggapan anda terhadap komunikasi orang lain. Kesadaran
diri menempati prioritas paling tinggi, kita semua ingin mengenal diri sendiri
secara lebih baik karena kita mengendalikan pikiran dan perilaku kita sebagian
besar sampai batas kita memahami diri sendiri sebatas kita menyadari siapa diri
kita.
Kesadaran diri merupakan landasan bagi semua bentuk dan fungsi
komunikasi. Ini dapat dijelaskan melalui Jendela Johari (Johari Window)25, dibagi
menjadi empat daerah kuadran pokok, yang masing-masing berisi diri (self) yang
berbeda. Empat kuadran pokok itu adalah :
1. Daerah terbuka (open self), berisikan semua informasi, perilaku, sikap,
perasaan, keinginan, motivasi, gagasan, dan sebagainya yang diketahui
24 Joseph A.Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books Jakarta, 1997, hal.56.
25 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication;Konteks-Konteks Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1996, hal.13.
25
oleh diri sendiri dan oleh orang lain. Besarnya daerah terbuka juga
berbeda-beda dari satu orang ke orang lain. Sebagian orang cenderung
mengungkapkan keinginan dan perasaan mereka yang paling dalam.
Lainnya lebih suka berdiam diri baik dalam hal yang penting maupun
tidak penting.
2. Daerah buta (blind self), berisikan informasi tentang diri kita yang
diketahui orang lain tetapi kita sendiri tidak mengetahuinya. Sebagian
orang mempunyai daerah buta yang luas dan tampaknya tidak menyadari
berbagai kekeliruan yang dibuatnya.
3. Daerah gelap (unknown self), adalah bagian dari diri kita yang tidak
diketahui baik oleh kita sendiri maupun oleh orang lain. Ini adalah
informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput
dari perhatian.
4. Daerah tertutup (hidden self), mengandung semua hal yang anda ketahui
tentang diri sendiri dan tentang orang lain tetapi anda simpan hanya untuk
anda sendiri. Ini adalah daerah tempat anda merahasiakan segala sesuatu
tentang diri sendiri dan tentang orang lain. Pada ujung-ujung ekstrim,
terdapat mereka yang terlalu terbuka (overdiscloser) dan mereka yang
terlalu tertutup (underdiscloser). Mereka yang terlalu terbuka
menceritakan segalanya dan mereka yang terlalu tertutup tidak mau
mengatakan apa-apa.
2.3 Komunikasi Kelompok Kecil
26
Dalam komunitas gay di Kota Cilegon, komunikasi interpersonal dapat
dikatakan sukses apabila dalam interaksi sosial didalamnya terdapat aturan-aturan
dan harapan-harapan yang mengatur hubungan mereka. Sejalan dengan
perkembangan hubungan antar gay, mereka juga mengembangkan sejenis
masyarakat miniatur dan suatu sistem sosial kelompok kecil yang dilengkapi
dengan harapan dan aturan yang berlaku didalamnya.
Kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang
masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai
derajat organisasi tertentu diantara mereka26. Pada umumnya kelompok
mengembangkan norma atau peraturan mengenai perilaku yang diinginkan.
Norma adalah aturan, implisit maupun eksplisit mengenai perilaku. Terlepas dari
apakah peraturan itu dinyatakan secara eksplisit maupun implisit, peraturan itu
merupakan kekuatan yang mengatur perilaku para anggotanya27. Norma ini
berlaku bagi anggota perorangan maupun kelompok secara keseluruhan dan
tentunya akan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya. Norma
muncul dalam sejumlah tingkat sosial dan kadang norma di setiap masyarakat itu
berbeda. Dalam suatu budaya tertentu, beberapa norma berlaku bagi semua
anggota budaya itu dan norma-norma lainnya berlaku hanya bagi sebagian
anggotanya. Di dalam sebuah norma terdapat sebuah peranan. Peranan secara
sederhana merupakan seperangkat norma yang berlaku bagi subkelas tertentu
dalam masyarakat28. Komunitas gay khususnya di Kota Cilegon secara tidak
26Joseph A.Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books Jakarta, 1997, hal.303.27 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication;Konteks-Konteks
Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1996, hal.3.28 Ibid, hal.6.
27
langsung juga terbentuk sebuah peranan yang dimiliki oleh setiap individunya.
Kualitas hubungan akan efektif jika setiap individu memahami akan perannya
dalam sistem sosial tersebut.
2.4. Jaringan atau Pola Interkasi
Dalam sebuah kelompok kecil seperti halnya pada komunitas Gay di Kota
Cilegon terdapat sebuah jaringan komunikasi yang dapat membentuk pola-pola
interaksi. Yang dimaksud jaringan di sini adalah saluran yang digunakan untuk
meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dengan
dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumber daya yang
dimilikinya akan mengembangkan pola interkasi yang menggabungkan beberapa
struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan
sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam
mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi
ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh
organisasi sebagai sarana organisasi29.
Townsend30 berbicara mengenai jaringan komunikasi yang merupakan pola
interaksi manusia. Berikut merupakan lima jaringan komunikasi :
1. Jaringan roda, struktur roda mempunyai pemimpin yang jelas, yaitu yang
posisinya dipusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim
dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang
29 Joseph A.Devito, Komunikasi Antar Manusia, Professional Books Jakarta, 1997, hal.344.30 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication;Konteks-Konteks
Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1996, hal.90-91.
28
anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain maka pesannya harus
disampaikan melalui pemimpinnya.
2. Jaringan rantai, keadaan terpusat. Orang yang paling ujung hanya dapat
berkomunikasi dengan satu orang saja. Orang yang ditengah lebih
berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada diposisi lain.
3. Jaringan Y, struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan
struktur roda, tetapi lebih tersentraliasasi dibanding dengan pola lainnya.
Pemimpin jelas tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua.
Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang
lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu
orang lainnya.
4. Jaringan lingkaran, struktur ini tidak memiliki pemimpin yang jelas yaitu
yang posisinya dipusat. Semua memiliki wewenang dan kekuatan yang
sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi
dengan dua anggota lain disisinya.
5. Jaringan semua saluran, struktur semua saluran hampir sama dengan
struktur lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya
juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya.
Akan tetapi, dalam struktur semua saluran setiap anggota bisa
berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan
adanya partisipasi anggota secara optimum. Oleh karena itu, banyak
kelompok kecil memilih struktur ini.
29
Komunitas gay di Kota cilegon masuk ke dalam kategori kelompok kecil
dimana mereka tidak terikat oleh adanya struktur. Mereka berkumpul berdasarkan
kesamaan status saja yaitu sebagai gay. Maka, pola atau jaringan interkasi yang
cocok adalah jaringan semua saluran, dimana jaringan ini memnugkinan setiap
gay di kota Cilegon memiliki kekuatan yang sama untuk saling berkomunikasi
dan mempengaruhi.
2.5 Tinjauan Mengenai Gay
Berdasarkan hasil sebuah riset ilmiah, setiap individu mempunyai potensi
menjadi seorang homoseksual. Namun tingkatannya berbeda satu sama
lainnya.Sebagian besar dari kita mungkin akan terkejut ketika ternyata, dari salah
satu penelitian yang dilakukan hampir semuanya mengacu bahwa gen ternyata
berperan sangat penting dalam orientasi seksual seseorang.31
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selama berada dalam kandungan,
ketika bayi terpapar testosteron (hormon pria), lebih banyak, maka jari manis akan
tumbuh lebih cepat. Dari dasar penelitian inilah, maka salah satu peneliti lain
(yang juga tidak pernah disebutkan namanya, dan dibahas dalam nymags.com)
memiliki hipotesis. Ia berpendapat bahwa panjang relatif jari manis dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah seseorang memiliki
kecenderungan menjadi gay atau tidak.32
Dalam sebuah situs internet dilihat dari jenisnya, penyebab homoseksual
dapat dibagi dalam beberapa kategori.
31 http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2011/07/29/apakah-ada-orang-terlahir-sebagai-gay/ DI akses pada tanggal 05 Desember 2012 pada pukul 17.36
32 http://lifestyle.fajar.co.id/read/95434/93/iklan/index.php/ Diakses pada hariRabu tanggal 05 Desember 2012 pada pukul 17.37
30
1. Biogenik, yaitu homoseksual yang disebabkan oleh kelainan di otak atau
kelainan genetik. Biasanya homoseks yang disebabkan oleh faktor ini
dapat dilihat sejak ia masih kecil. Seorang pria akan terlihat lebih feminim,
lebih suka bergaul dengan wanita daripada pria, perasaannyapun
cenderung lebih sensitif.
2. Psikogenetik, yaitu homoseksual yang disebabkan oleh kesalahan dalam
pola asuh atau pengalaman dalam hidupnya yang mempengaruhi orientasi
seksualnya di kemudian hari. Biasanya homoseks dengan faktor ini terjadi
ketika ia menginjak masa remaja atau dewasa. Seperti terjadinya kasus
sodomi pada anak di bawah umur.
3. Sosiogenetik, yaitu orientasi seksual yang dipengaruhi oleh faktor sosial-
budaya.Pada masa ini ketika seseorang mengalami keadaan yang memicu
(seperti: pergaulan sejenis, lingkungan yang abnorman, dan sebagainya)
maka dia akan segera mengalami perilaku homoseks secara perlahan.33
Homoseks telah dapat dipahami sebagai manifestasi seksualitas manusia
yang pada dasarnya adalah suatu kontinum dengan berbagai gradasi kelabu.
Kontinum seksualitas manusia menurut Kinsey dibagi 7 gradasi, mulai dari angka
0 sampai dengan angka 6.34
Tabel 2.2
Tabel Tingkatan Orientasi Seksual Skala Kinsey
33 http://gayindonesiaforum.com/informasi/memahami-orientasi-seksual-dan-homoseksualitas-secara-lebih-t422.html/ Diakses pada hariRabu tanggal 05 Desember 2012 pada pukul 17.37
34 http://lipsus.kompas.com/aff2012/read/2009/11/09/0848226/memahami.seksualitas.diri/ Diakses pada hariRabu tanggal 05 Desember 2012 pada pukul 17.37
31
No GRADASI ORIENTASI SEKSUAL
1 0 Heteroseksual eksklusif
2 1 Heterosek lebih menonjol, homoseks hanya
kadang-kadang atau gradasinya sedikit saja
3 2 Heteroseks lebih menonjol dan homoseks lebih
sering
4 3 Heteroseks dan homoseks gradasinya sama
5 4 Homoseks lebih menonjol, heteroseks lebih
sering
6 5 Homoseks lebih menonjol dan heteroseks hanya
kadang- kadang
7 6 Homoseksual eksklusif (semata-mata/tulen)
Sumber: lipsus.kompas.com
Homoseksual dapat digolongkan ke dalam tiga ketegori, yakni:
1. Golongan yang secara aktif mencari mitra kencan di tempat-tempat
tertentu, misalnya: bar-bar homoseksual.
2. Golongan pasif, artinya yang menunggu.
3. Golongan situasional yang mungkin bersikap pasif atau melakukan
tindakan-tindakan tertentu. 35
Sebenarnya perundang-undangan yang berlaku di Amerika Serikat tidak
secara langsung mengatur masalah-masalah homoseksual. Tujuan utama dari
perundang-undangan itu pada dasarnya adalah:
1. Melindungi manusia terhadap agresifitas seksual.
35 Ibid.
32
2. Melindungi anak-anak atau orang di bawah umur terhadap
eksploitasi seksual.
3. Melindungi warga masyarakat terhadap ekspose seksual yang
mempunyai pengaruh negatif (yakni dampak). 36
Bagaimanapun persoalan homoseksual ini masih menjadi persinggungan
di kalangan masyarakat. Adapun yang menyebutkan bahwa homoseksual
merupakan pilihan hidup seseorangm namun hal tersebut bukan lantas dijadikan
alasan untuk mendiskreditkan mereka.
2.5.1 Homoseksual di Barat
Penggunaan pertama istilah homoseksual yang tercatat dalam sejarah
adalah pada tahun 1869 oleh Karl-Maria Kertbeny, dan kemudian dipopulerkan
penggunaannya oleh Richard Freiherr von Krafft-Ebing pada bukunya
Psychopathia Sexualis. Istilah „homo‟ berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“sama” dan “seks” yang berarti “jenis kelamin”. Pada abad ke 20 semakin banyak
homo atau bahasa gaulnya Maho-maho bermunculan, sehingga munculnya
komunitas homoseksual di kota-kota besar di Hinda-Belanda sekitar pada tahun
1920an.
Sekitar tahun 1968 mulai dikenal isitilah wadam yang diambil dari kata
hawa dan adam. Kata wadam menunjukkan seseorang pria yang mempunyai
prilaku menyimpang yang bersikap seperti perempuan, yang pada jaman sekarang
lebih dikenal dengan istilah banci atau bencong. Pada tahun 1969 tepatnya bulan
Juni di New York, Amerika berlangsung Huru-hara Stonewall ketika kaum waria
36 Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. 2005. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Hal : 382
33
dan gay melawan represi polisi yang khususnya terjadi pada sebuah bar bernama
Stonewall Inn. Perlawanan ini merupakan langkah awal dari Waria dan Gay,
dalam mempublikasikan keberadaan mereka. Sejak itu kaum waria atau gay sering
mengadakan pawai dan acara-acara lainnya termasuk di Israel, Amerika Latin,
Jepang, bahkan Indonesia.
Munculnya gejala penyakit baru yang kemudian dinamakan AIDS.
Penyakit ini pertama kali ditemukan di kalangangay di kota-kota besar Amerika
Serikat, Kemudian diketahui bahwa HIV adalah virus penyebab AIDS. Penularan
HIV / AIDS pertama kali ditularkan melalui hubungan seks anal antara laki laki.
Secara sosiologis, homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan
orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual. Homoseksuaitas sudah
dikenal sejak lama, salah satunya terjadi pada massa Yunani Kuno. Di Inggris
homoseksual ini mulai terjadi pada akhir abad ke-17.
Homoseksualitas lazim terjadi antara tentara yang terlibat dalam perang
saudara di Amerika Serikat, dan ada kelompok pria tuna susila yang mengikutinya
di medan perang. Di Amerika serikat homoseksualitas dianggap sebagai tingkah
laku seksual antara dua orang yang berjenis kelamin sama. Tingkah laku itu
mencakup saling memegang, mencium, melakukan hubungan seksual, dan
seterusnya. Pada tahun 1994 Afrika Selatan menjadi Negara pertama yang
menjamin non-diskriminasi berdasarkan orientasi seksual dalam UUD-nya. Pada
bulan April 2001 Negeria Belanda menjadi negeri pertama yang mengesahkan
pernikahan untuk warganya (termasuk gay dan lesbian). Tetapi salah seorang dari
pasangan yang menikah itu haruslah warga atau penduduk tetap Belanda.
34
Homoseksualitas adalah pasangan yang tidak dapat dielakan dari
heteroseksual. Sejarah peradaban dibentuk antara pemikiran kaum homoseksual
dan heteroseksual yang saling melengkapi.jika dicermati banyak bangsawan,
pimikir, dan seniman besar datang dari kalangan gay. Misalnya saja Julius Caesar
yang biseksual, komponis Tchaikovsky, John Maynard Keynes seorang ekonom
yang turut meletakan dasar kapitalisme, Iskandar Zulkarnaen (Alezander the
great) Raja Macedonia yang gemar menaklikana bangsa-bangsa lain adalah juga
seorang gay.
Di luar negeri, kaum homoseks sering kali melakukan karnaval sebagai
bentuk untuk mendapatkan pengakuan atas eksistensi mereka. Di Berlin, sebuah
kota dengan komunitas gay terbesar di Eropa, ada perayaan Christopher Street
Day alias hari kaum gay. Di Amsterdam-Belanda, yang dijuluki Gay Capital of
The World (Ibukota Dunia Gay), terdapat Gay Pride Amsterdam.
2.5.2 Homoseksual di Indonesia
Menurut Dede Oetomo dalam sebuah koran menyebutkan bahwa
keberadaan gay dan lesbian di Indonesia belangsung sejak ratusan tahun silam.
Bahkan di beberapa daerah, perilaku homoseks malah menjadi semacam tradisi.
Perilaku homoseksual ini tidak hanya dibatasi oleh suatu daerah yang mempunyai
keadaan religiusitas yang tinggi.
Di kota Aceh dan Jawa timur saja yang dikenal dengan daerah yang
mempunyai religious tinggi praktek homoseksual tetap saja ada. Hal ini
dibuktikan dalam buku The Achehnesekarya Snouck Hurgronje.Dalam buku ini,
Snouck melaporkan, lelaki Aceh pada abad ke-19 mempunyai kebiasaan berkasih-
35
kasihan dengan anak muda sejenis. Eksistensi homoseksual di Aceh tertuang
dalam kesenian roteb sadati. Tarian ini disebut dalem atau aduen, umumnya tarian
ini dimainkan oleh pria dewasa yang berjumlah 15 – 20 orang. Dalam tarian
tersebut bukan hanya melibatkan pria dewasa saja akan tetapi menyertakan
seorang anak laki-laki kecil. Anak laki-laki kecil ini kemudian didandani mirip
perempuan dan disebut dengan sadati. Mereka yang melakukan tarian ini
umumnya berasal dari Aceh pegunungan atau Nias. Menurut Prof. Dr. T. Ibrahim
Alfian, guru besar ilmu budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Fenomena
homoseksual Aceh masa lampau itu muncul karena ketatnya norma yang
membatasi pergaulan antara laki-laki dan perempuan lajang.
Kegiatan homoseks juga terjadi di ligkungan dayah atau pesantren. Pada
masa lampau anak laki-laki di Aceh yang sudah menginjak tujuh belas tahun
sering tidur di meunasah (surau), anak baru ini sering disebut anekeh. Di
lingkungan pesantren di Jawa pun tedapat praktek homoseks. Sebelum tahun
1970-an, di pesantren muncul istilah mairil di kalangan sejumlah santri. Istilah
mairil atau amrot-amrotan merupakan kebiasaan beberapa santri senior yang
gemar tidur dalam satu ranjang bersama santri cilik berwajah manis.
Pada jaman dahulu, perilaku homoseks juga mewarnai kehidupan para
warok dalam kesenian reog di ponorogo, Jawa Timur.Gemblak yang artinya anak
laki-laki pilihan warok dipinang dengan mas kawin beberapa ekor sapi betina dan
sebidang tanah. Gemblak tersebut akan dipenuhi kebutuhannya dan diperlakukan
layaknya seorang “istri” selain istrinya yang asli. Sang warok percaya apabila ia
berhubungan seks dengan wanita, apalagi wanita yang bukan istrinya maka
36
kesaktian warok tersebut akan hilang. Dalam seni reog, gemblak juga mempunyai
peran sebagai penari jaranan atau jathilan yang didandani menyerrupai
wanita.Namun, saat ini kebiasaan tersebut sudah luntur. Tari jaranan dalam grup-
grup reog dimainkan oleh perempuan tulen.
Homoseksual memang sudah terjadi pada kehidupan masyrakat tradisional
di Indonesia. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Jaleswari
Pramodhawardani. Pada masa lampau di suku Asmat di Papua ada ttradisi
menyodomi anak laki-laki yang baru menginjak dewasa. Suku Asmat ini
mempercayai bahwa anak membawa sifat wanita karena anak tersebut selalu
mendapatkan cairan ibu dari sejak berada di rahim hingga menyusui. Agar anak
tersebut menjadi jantan, sang anak harus diberi cairan laki-laki dengan melakukan
ritual sodomi, tetapi tindakan sodomi tersebut bukan dilakukan oleh ayah
kandungnya melainkan oleh pria seangkatan ayahnya
Dari uraian kisah-kisah diatas, ini menyiratkan bahwa praktek homoseks
di Indonesia telah ada sejak jaman dahulu.Akan tetapi, sampai saat ini masyarakat
umum Indonesia belum sepenuhnya menerima perilaku homoseks. Namun
beberapa tahun belakangan ini kaum homoseks mulai memberanikan diri
menunjukan eksistensinya.
2.5.3 Organisasi Homoseksual di Indonesia
Pada tahun 1969 di Indonesia dibentuk sebuah organisasi wadam pertama
yang diberi nama HIWAD (Himpunan Wadam Djakarta). Organisasi ini
difasilitasi oleh Gubenur DKI Jakarta Raya yang pada waktu itu menjabat yaitu
Ali Sadikin. Namun pada tahun 1980 kata wadam diganti menjadi kata waria,
37
disebabkan adanya keberata dari sebagian pimpinan Islam, karena wadam
mengandung nama dari seorang Nabi, yakni Nabi Adam a.s. Di kota-kota besar di
Indonesia, kaum gay sudah terang-terangan memunculkan identitasnya dan
melakukan kegiatan rutin di berbagai tempat umum sepeti mall, café, diskotek,
taman, dan tempat-tempat lainnya. Sebagai tindakan nyata untuk menampung
kebebasan kaum gay yang semakin menjamur, maka dibentuklah organisasi-
organisasi sebagai wadah bagi mereka untuk mengekspoitasi dirinya sebagai
seorang gay.
Pada tanggal 1 Maret 1982 dibentuklah organisasi gay yang pertama di
Indonesia dan Asia yaitu organisasi Lamda Indonesia yang bersekretariat di Solo.
Kini ada Ikatan Persaudaraan Orang-orang Sehati yang berpusat di Jakarta, Gaya
Dewata yang berlokasi di Bali, Komunitas Pelangi di Yogyakarta, Gaya Priangan
di Kota Cilegon, atau GAYa Nusantara di Surabaya. Pada organisasi GAYa
Nusantara terdapat media untuk mewadahi kegiatan yang diselenggarakan oleh
komunitas gay, lesbian, biseksual dan waria.Kegiatan utama di GNCC saat ini
antara lain adalah:
1. Pusat Informasi,
Yaitu pelayanan informasi seputar komunitas LGBT (Lesbian, Gay,
Bisexual, Transgender) kepada semua orang yang membutuhkannya, baik
itu gay, lesbian, biseksual dan waria atau orang umum lainnya. Informasi
yang diberikan meliputi masalah Kesehatan Seksual (HIV & AIDS dan
IMS), masalah Perkawanan dan berbagai informasi mengenai lokasi
ngeber (cruising), acara-acara komunitas LGBT dan informasi-informasi
38
lainnya. Pelayanan informasi ini disampaikan melalui media telepon dan
internet, selama jam kerja.
2. Media Konseling,
Yaitu pelayanan konsultasi, curhat ataupun sharing untuk masalah pribadi,
dari, oleh dan untuk kaumgay, lesbian, biseksual dan transgender. Baik
untuk masalah kesehatan fisik maupun kesehatan psikologis seperti
masalah-masalah tentang asmara, seksualitas, jati diri dan sebagainya.
GNCC ini merupakan tempat yang cukup efektif untuk bertemu dan saling
berkenalan antara kawan.
2.6 Teori Interaksi Simbolik
Sistem sosial merupakan terdapatnya unsur-unsur yang saling berkaitan
atau berhubungan dalam satu kesatuan, terdapatnya himpunan bagian-bagian yang
saling berkaitan dimana bagian masing-masing bekerja secara mandiri dan
bersama-sama, satu sama lain saling dukung dan semuanya ditujukan pada
pencapaian tujuan bersama atau tujuan sistem37. Menurut Alvin L. Betrand38
bahwa di dalam sistem sosial, paling tidak harus terdapat dua orang atau lebih dan
terjadi interaksi antara mereka, memiliki struktur, simbol, harapanharapan dan
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan bersama. Sehingga apabila pihak satu
bereaksi, maka pihak lain pun akan bereaksi pula, yang pada akhirnya
menimbulkan hubungan timbal balik yang disebut dengan interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah sebuah interaksi antar pelaku dan bukan antar faktor-faktor
37 Dr. H. R. Riyadi Soeprapto, M. S, Interaksionisme simbolik ; Perspektif Sosiologi Modern, Averroes Press, Malang, 2002, hal.30.
38 Ibid, hal.31.
39
yang menghubungkan mereka atau yang membuat mereka berinteraksi. Teori
interaksionisme simbolis melihat pentingnya interaksi sosial sebagai sebuah
sarana ataupun sebagai sebuah penyebab ekspresi tingkah laku manusia.39
Interaksi simbolik merupakan sebuah teori yang berusaha menjelaskan
tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan makna melalui simbol-simbol yang
nampak. Esensi dari interaksi sendiri adalah proses pemindahan diri pelaku yang
terlibat secara mental ke dalam posisi orang lain melalui simbol yang diberi
makna40. Simbol atau lambang yang digunakan merupakan hasil kesepakatan
bersama untuk menunjukkan sesuatu, misalnya kata “Lekong” bagi kaum gay kata
itu mempunyai arti yang sama dengan kata laki-laki. Simbol-simbol ini pun tidak
hanya berupa perkataan saja tetapi juga meliputi benda dan perilaku.
Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya
adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol41. Pernyataan
tersebut sesuai dengan kenyataan. Karena dalam setiap kita berinteraksi disadari
maupun tidak, tersirat simbol-simbol yang mewakili diri kita. Seperti cara
berbicara, dialek yang digunakan, intonasi dalam menekankan kata yang
diucapkan dan gaya berpakaian. Ini semua dapat merepresentasikan apa yang
dimaksud oleh seorang komunikator. Interaksi simbolik mengakui bahwa
interaksi adalah suatu proses interpretif dua arah. Salah satu fokus interaksi
39 Ibid, hal.143.40 Onong Uchjana, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Adtya Bakti Bandung,
2000, hal.395.41 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif ; Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi Dan
Ilmu Sosial Lainnya, PT. Remaja Rosdakarya Bandung, 2004, hal.71.
40
simbolik adalah efek dari interpretasi terhadap orang yang tindakannya sedang
diinterpretasikan42.
Prinsip-prinsip teori interaksi simbolik oleh George Ritzer, dalam Deddy
Mulayana43 diantaranya adalah :
1. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan
berpikir.
2. Kemampuan berpikir itu dibentuk oleh interaksi sosial.
3. Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang
memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai
manusia, yakni berpikir.
4. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan dan
interaksi yang khas manusia.
5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang
mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi
mereka atas situasi.
6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan karena, antara lain,
kemampuan mereka berinteraksi dengan dirinya sendiri, yang
memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai
keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya.
7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin-menjalin ini membetuk
kelompok dan masyarakat.
42 Ibid, hal.105.43 Ibid, hal.73.
41
Berdasarkan pada prinsip-prinsip tersebut, maka sangat mungkin satu
simbol mempunyai makna yang beraneka ragam. Tergantung kepada interpretasi
masing-masing individu, situasi yang mendukung saat simbol tersebut muncul dan
juga latar belakang individu yang bersangkutan.
Dalam kaitannya dengan penelitian mengenai pola interkasi Gay di kota
Cilegon, peneliti ingin menganalisis bagaimana kebiasaan dan pertukaran
informasi sebagai bagian dari pola interaksi pada komunitas gay di Kota Cilegon.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait pola komunikasi ataupun pola interkasi gay, sebenarnya
sudah dilakukan penelitian oleh beberapa oran, diantaranya :
1. Priyo Dwi Utomo pada tahun 2010 dengan judul Pola Komunikasi
dan Interaksi Kaum Gay dalam Masyarakat (Studi Kasus di
Yogyakarta)”.
Dalam kehidupan masyarakat setiap manusia sebagai mahluk
sosial selalu terlibat dalam interaksi. Begitu halnya dengan kaum minoritas
gay yang keberadaannya sampai saat ini belum mendapat tempat
dimasyarakat. Agar keberadaan mereka bisa diterima dilingkungan
masyarakat, maka perlu adanya pengungkapan diri. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi dan interaksi kaum
gay dalam masyarakat Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan studi
kasus deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, observasi dan studi pustaka. Sedangkan pengujian validitas
42
data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data, data yang
diperoleh disesuaikan atau dikroscek dengan sumberdata lainnya. Adapun
teori yang digunakan adalah interkasionalisme simbolik.
Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa kaum
gay terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan terbuka dan golongan
tertutup. Kaum gay terbuka lebih mudah berkomunikasi dan berinteraksi
dilingkungan masyarakat dibanding kaum gay tertutup. Saat
berkomunikasi dan berinteraksi kaum gay kota Yogyakarta belum bisa
secara langsung berterus terang. Pro kontra membuat kaum gay sulit
berkomunikasi dan berinteraksi di lingkungan masyarakat. Hal ini
membuat kaum gay tidak menjadi dirinya sendiri. Saat berkomunikasi
dengan masyarakat hetroseksual, mereka akan menjaga sikap dan
menjalankan norma-norma yang ada serta mengikuti aturan-aturan yang
ada di masyarakat. Belum adanya undang-undang yang tegas membuat
agama sebagai landasan hukum saat berbicara fenomena homoseksual.
Sehingga masih banyak oknum-oknum yang mengatas namakan agama
melakukan kekerasan terhadap kaum gay.
2. Mega Tarigan pada tahun 2011 dengan judul Pola Komunikasi
Interpersonal Kaum Gay Di Pontianak
Gay merupakan suatu fenomena sosial yang tidak mampu lagi
disangkal. Keberadaannya disadari sebagai sebuah realita didalam
masyarakat dan menimbulkan berbagai macam reaksi oleh lingkungan
sekitar. Penolakan dari lingkungan sekitar dan lingkup luas membuat
43
kaum gay terhimpit rasa takut, ragu, bahkan malu untuk menunjukkan
identitas seksual mereka yang sebenarnya. Hal ini menjadi penghambat
untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi yang terjalin antara
kaum gay dengan masyarakat tidaklah mudah, dibutuhkan proses agar
komunikasi itu dapat terjalin dan pada akhirnya keberadaan kaum lesbian
dapat diterima atau diakui oleh masyarakat sekitar sehingga terjalin bentuk
komunikasi yang mutual understanding (komunikasi dua arah).
Untuk mendapatkan pengakuan atas keberadaan dari identitasnya
sebagai gay dari masyarakat sekitar, kaum gay harus melibatkan diri dalam
proses komunikasi interpersonal. Ketika kaum gay menyatakan diri dan
berinteraksi melalui komunikasi interpersonal pasti ada tekanan-tekanan
tertentu yang dirasakan untuk memutuskan apa yang akan diungkapkan
dan apa yang harus dirahasiakan. Lebih jauh lagi, teori Pengaturan Privasi
Komunikasi/ Communication Privacy Management (CPM) menyatakan
pasti ada resiko dan penghargaan yang dihasilkan oleh keputusan yang
dibuat bagi masyarakat dengan siapa kaum lesbian berinteraksi.
Penelitian mengenai komunikasi interpersonal kaum gay di
Pontianak Kalimantan Barat merupakan penelitian dengan jenis deskriptif
kualitatif. Proses dalam melakukan penelitian merupakan penekanan
dalam riset kualitatif. Agar bisa dilakukan lebih mendalam, penelitian ini
difokuskan pada interaksi simbolik yang dilakukan oleh kaum gay dalam
komunikasi interpersonal. Penelitian ini mengamati bagaimana kaum gay
tentang diri mereka kemudian mengamati bagaimana kaum gay
44
berinteraksi dengan masyarakat disekitar komunitas mereka yang
terbentuk dalam komunikasi interpersonalnya melalui metode penelitian
sosiokultural yang lebih menekankan pada observasi partisipan. Penelitian
ini menggunakan metode wawancara dan studi pustaka, dimana pengujian
validitas datanya menggunakan triangulasi data yaitu data yang satu
dibandingkan dengan data yang lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa kaum gay dapat
menyatakan dirinya pada masyarakat melalui interaksi simboliknya. Gay
yang memiliki pemahaman konsep diri positif lebih mudah untuk
membuka diri atau melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat.
Dengan membuka batasan informasi privat yang mereka miliki melalui
berbagai cara dalam komunikasi interpersonalnya, kaum gay berharap
masyarakat dapat menembus batasan informasi privat dan berada dalam
batasan kolektif (collective boundry) mereka dapat diterima dan dihargai.
Disisi lain ada kaum gay yang terpengaruh oleh hambatan-
hambatan yang terjadi dalam berkomunikasi, yaitu karena masing-masing
kepentingan, motivasi dan prasangka sehingga memilih untuk tertutup
sehingga mereka tidak menyatakan interaksi simboliknya pada masyarakat
sekitar, artinya mereka lebih menetapkan informasi privat mereka pada
batasan personal (personal boundry) saja.
3. Ilham Akbar pada tahun 2011 dengan judul Pola Komunikasi
Interpesonal kaum gay di Kota Serang
45
Gay merupakan bagian dari kehidupan sosia yang tidak dapat
dipisahkan keberadaanya. Untuk itu maka perlu adanya sebuah
komunikasi aktif dari komunitas gay itu sendiri agar keberadaanya bisa
diterima di masyarakat.
Penelitian dengan mengambil judul pola komunikasi gay di kota
Serang merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini
hanya mendeskripsikan bagaimana kaum gay mengolah komunikasinya
baik itu di masyarakat maupun di kalangan sesame gay. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan studi pustaka, adapaun
untuk menguji validitas data maka dilakukan triangulasi data dimana data
yang satu dibandingkan dengan data yang lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Gay di Kota Serang
memiliki kecenderungan untuk melakukan komunikasi aktif dengan
masyarakat namun masih tetap menyembunyikan identitasnya. Artinya,
mereka ada dan hidup di masyarakat namun tidak membuka identitas
aslnya. Identitas Gay hanya di buka pada kalangan sesama gay saja.
2.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan alur pikir yang dijadikan sebagai skema
pemikiran atau dasar-dasar pemikiran untuk memperkuat indikator yang melatar
belakangi penelitian ini. Dalam kerangka pemikiran ini peneliti akan mencoba
menjelaskan masalah pokok penelitian. Penjelasan yang disusun akan
menggabungkan antara teori dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
46
2.8.1 Kerangka Konseptual
Kaum gay merupakan bagian dari kelompok minoritas yang berada dalam
mastarakat, keberadaanya yang termarjinalkan memberikan sedikit ruang gerak
untuk sosialitasnya. Interaksi merupakan bagian dari proses komunikasi yang
meliputi pola-pola didalamya.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang dilakukan kumpulan gay
yang mempunyai tujuan bersama, dengan berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan bersama (adanya saling ketergantungan), mengenal satu sama
lainnya, dan memandang komunitas gay sebagai bagian dari kelompok tersebut,
meskipun setiap anggota gay boleh jadi punya peran berbeda.
Sedangkan komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antar gay dengan gay secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
gay menangkap reaksi dari orang lain, secara langsung, baik verbal ataupun non
verbal”
Dalam penelitian ini peneliti berusaha menjelaskan tentang pola interaksi
komunitas gay dilingkungan masyarakat Kota Cilegon, dalam sub fokus di atas
peneliti mengaplikasikan kedalam bentuk nyata diantaranya, Kebiasaan dan
pertukaran informasi yang digunakan gay sebagai cara untuk berinteraksi yang
merupakan konsep dalam penelitian ini. Seperti yang sudah dijelaskan diatas
tentang Kebiasaan dan pertukaran informasi yang digunakan maka peneliti akan
mengaitkan dengan konsep atau judul yang telah dibuat.
1. Kebiasaan
47
Yang dimaksud kebiasaan dalam hal ini yaitu dimana setiap
kegiatan-kegiatan rutin kalangan gay yang sering dilakukan tiap harinya
baik itu pekerjaan maupun perilaku mereka sehari-harinya. Serta tentang
bagaimana pola pikir mereka dalam menghadapi kesehariannya. Seperti
hal tentang bagaimana mereka melakukan interaksi dengan masyarakat
dalam aktivitas yang selalu mereka lakukan.
2. Pertukaran Informasi
Yaitu dimana para gay melakukan suatu interaksi atau komunikasi
serta pertukaran pesan baik dengan sesamanya maupun orang lain untuk
mendapatkan informasi yang diinginkan dengan menggunakan komunikasi
verbal serta media yang digunakannya. Dimana pertukaran informasi tidak
hanya bertukar informasi tetapi juga bisa bertukar pesan ataupun pikiran
ataupun timbal balik yang positif dari proses tersebut. Pertukaran
informasi akan memberikan pengetahuan yakni bagaimana seorang gay
mengetahui tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat
agar mendapatkan respon yang positif.
GAMBAR 2.2
Kerangka berpikir
Pola Interkasi komunitas Gay di Cilegon
Komunitas Gay di Kota Cilegon
Pola Interaksi
Kebiasaan
Pertukaran InformasiTeori Interaksi Simbolik
48
BAB III
Metodologi Penelitian
3.1 Metode Penelitian
Pada metode penelitian ini, peneliti melakukan suatu penelitian dengan
pendekatan secara Kualitatif deskriftip dimana untuk mengetahui dan mengamati
segala hal yang menjadi ciri sesuatu hal. Metode ini diambil untuk medapatkan
data penelitian secara menyeluruh terkait dengan pola interkasi yang digunakan
oleh komunitas gay di Kota Cilegon. Metode penelitian kualitatif akan didukung
dengan tekhnik pengambilan data melalui tekhnik wawancara dan observasi
langsung kepada subjek penelitian.
49
Menurut David Williams (1995) dalam buku Lexy Moleong menyatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah,
dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti
yang tertarik secara alamiah”.44
3.2 Subjek dan Informan Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
Menurut Sugiyono bahwa subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang,
benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya ( atributt -nya) akan
diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya
melekat atau terkandung objek penelitian45
Subjek dalam Penelitian ini adalah kaum gay di Kota Cilegon.
3.2.2 Informan Penelitian
Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling. Menurut Sugiyono teknik purposive sampling adalah
“Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”46
Beberapa riset kualitatif sering menggunakan teknik ini dalam penelitian
observasi eksploratoris atau wawancara mendalam. Biasanya teknik ini dipilih
untuk penelitian yang lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk tujuan
representatif yang dapat digeneralisasikan”47
44 Moleong, J. Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Hal.5
45 Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alphabeta. Hal 30046 Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta
47 Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal. 154-155
50
Adapun informan penelitian ini adalah sebagaimana bisa dilihat dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian
n= 5
No Nama Lokasi Pekerjaan1. Novan Zulfikar KR Cilegon2. Aldy KFC Cilegon 3. Erbi Syah KR Cilegon 4. Adi Hamid Super Mall Cilegon 5 Denis KFC Cilegon
Informan ini diambil dari berbagai profesi yang ada di Kota Cilegon. Baik
itu profesi yang biasanya di identifikasi sebagai ruang kerja gay seperti salon dan
lain-lain, mapun profess-profesi yang menjadi ruang kerja pria pada umumnya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sebagai bentuk penunjang dari penelitian yang valid tidak hanya
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, melainkan informasi-informasi dalam
bentuk data yang relevan dan dijadikan bahan-bahan penelitian untuk di analisis
pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut:
1. Wawancara
Dalam penelitian perlu adanya data-data yang relevan untuk dijadikan
sebagai penunjang dalam penelitian yang berlangsung, salah satunya adalah
melalui wawancara. Menurut Berger dalam buku Rachmat Kriyantoro,
menyatakan Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang
51
berharap mendapatkan informasi dan informan-seseorang uang diasumsikan
mempunyai informasi paling penting tentang suatu objek.48
Wawancara dibagi dua :
a. Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara
mendalam (depth interview)
b. Wawancara secara intensif (intensive interview) dan kebanyakan tak
berstruktur. Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang
mendalam.49
Maka, dalam hal ini peneliti pun mengumpulkan data-data dengan salah
satu caranya melalui wawancara untuk mendapatkan informasi yang benar-benar
relevan dari narasumber terkait dalam hal ini dilakukan kepada gay-gay terpilih
sebagai informan dengan itu semua mengetahui kebenaran dan menjadikan
keyakinan bagi peneliti.
Beberapa hal yang akan menjadi tema wawancara dengan komunitas gay di
kota cilegon tentu saja yang berkaitan dengan bagaiaman pola interkasi yang
terjadi, melalui indicator kebiasaan yang dilakukan serta pertukaran informasi
yang terjadi di komunitas gay kota Cilegon.
2. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat
atau mengamati individu atau kelompok secara langsung”50
48 Kriyantoro, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal. 11
49 Ibid. Hal 9650 http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-observasi-dan-
kedudukannya.html /dikutip pada hari Senin, 7 Juni 2010/20:43 WIB
52
Dalam observasi ini, tidak hanya melihat apa yang informan lakukan atau
sampaikan. Melainkan dari definisi diatas adalah menganalisis, mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan merekam keadaan
yang ada atau menggunakan catatan lapangan, mengamati individu atau kelompok
tersebut. Sehingga dengan ini, informasi-informasi yang diperoleh pun relevan.
Observasi yang dilakukan kepada subjek penelitian yaitu berupa
kebiasaan-kebiasaan dari masing-masing individu subjek penelitian dan juga
pertukaran informasi yang dilakukan oleh masing-masing subjek. Sebagaimana
yang dijelaskan di atas bahwa observasi terkait kebiasaan dan pertukaran
informasi ini akan menghasilkan data berupa catatan penelitian tentang subjek
penelitian.
3.4 Teknik Analisa Data
Menurut Jonathan Sarwono dalam bukunya metode penelitian kuantitatif
dan kualitatif, menyatakan Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat
induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-
pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dan model
analisis kualitatif ialah analisis domain, analisis taksonomi, analisis kompesional,
analisis tema kultural, dan analisis komparasi konstan (Grounded theory
research)”.51
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
51 Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal. 261
53
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Tahapan-tahapan analisis data di lapangan menurut Miles & Huberman
(1984) dalam buku Sugiyono, yaitu bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction,
data display, dan conclusion drawing atau verification”52
Langkah-langkah analisis data ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.1Komponen dalam analisis data (flow model)
Periode pengumpulan|………………………………………..|
Reduksi Data|___________|_______________________________|Antisipasi Selama Setelah
Display data|_______________________________|Selama Setelah
Kesimpulan/verifikasi|_________________________________| Selama Setelah
Sumber : Sugiyono, 2009: 246
1. Reduksi data (Reduction)
52 Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Hal. 246
ANALISIS
54
Reduksi data yakni memilah data yang didapat untuk dijadikan sebagai
bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai
dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai
hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan
dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang
dianggap layak sangat dibutuhkan. Ada[un data yang akan di reduksi dalam
penelitian ini yaitu berupa kebiasaan dan pertukaran informasi dai rubjek
penelitian
2. Display data
DIsplay data yakni mengkatagorikan data yang diperoleh berdasarkan
bagian-bagian penelitian yang telah diterapkan. Klasifikasi data ini dilakukan
untuk memberikan batasan pembahasan dan berusaha untuk menyusun
laporannya secara tersistematis menurut klasifikasinya. Display ini juga
membantu penulis dalam memberikan penjelasan secara lebih detail dan jelas.
Data akan di Display ke dalam 2 kategori yaitu kebiasaan dan pertukaran
informasi subjek penelitian.
3. Merumuskan hasil penelitian (Conclusion Drawing)
Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut
pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini
memaparkan beragam hasil yang didapat dilapangan dan berusaha untuk
menjelaskannya dalam bentuk laporan yang terarah dan tersistematis.
55
4. Menganalisa/Memverifikasi hasil penelitian (Verification)
Tahap yang akhir adalah menganalisa/verifikasi hasil penelitian yang
diperoleh dan berusaha membandingkannya dengan berbagai teori atau
penelitian sejenis lainnya dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan.
Menganalisa hasil penelitian dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban atas
penelitian yang dilakukan dan berusaha untuk membuahkan suatu kerangka
pikir atau menguatkan yang ada.
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini memiliki lokasi yang menjadi lapangan penelitian dari
penulis serta waktu berlangsungnya penelitian ini, adapun lokasi dan waktunya
sebagai berikut :
3.5.1 Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memilih tempat penelitian di kota Cilegon.
3.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh peneliti dengan
menggunakan kurun waktu penelitian selama 2 (dua) bulan terhitung mulai bulan
Desember 2012 sampai September April, dengan time schedule waktu penelitian
sebagai berikut :
top related