pertumbuhan dan kelulusan hidup benihrepository.utu.ac.id/661/1/bab i_v.pdf · 2017. 9. 23. ·...
Post on 06-Sep-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH FAKTOR PREDIPOSING, REINFORCING, DAN ENABLING
TERHADAP PRILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN
INSTITUSI PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 LABUHAN HAJI BARAT
KABUPATEN ACEH SELATAN
SKRIPSI
OLEH:
SALMANIDAR
NIM: 09C10104117
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2013
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMBERIAN VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR
DI PUSKESMAS BLANG KEUJEUREN
KECAMATAN LABUHAN HAJI BARAT
KABUPATEN ACEH SELATAN
SKRIPSI
OLEH:
ROSMAWAR
NIM: 09C10104117
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2013
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMBERIAN VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR
DI PUSKESMAS BLANG KEUJEUREN KECAMATAN
LABUHAN HAJI BARAT KABUPATEN ACEH
SELATAN
Nama : ROSMAWAR
NIM : 09C10104117
Prodi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Ketua
Evi Darni, S.kep, MKM
NIDN : 0126067306
Pembimbing Anggota
Hj. Afifah, SKM, M.Kes
NIDN : 0111126501
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Sufyan Anwar, SKM, MARS
NIDN : 0121067602
Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Marniati SKM, M.Kes
NIDN. 0104097801
ii
ABSTRAK
Rosmawar. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Vitamin K Pada
Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat
Kabupaten Aceh Selatan. Di bawah bimbingan Evi Darni, S.kep, MKM dan Hj.
Afifah, SKM, M. Kes
Kasus kematian pada bayi yang disebabkan oleh devisiensi vitamin K sangat
mengkhawatirkan. Maka dari itu, pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dianggap
penting sebagai tindakan pencegahan terhadap efek buruk dari yang ditimbulkan
akibat kekurangan vitamin K. Hal ini tergambar dari data yang di input oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Aceh pada tahun 2012 bahwa dari 96.212 bayi yang lahir, hanya
42.621 atau 44.3% bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K (Depkes RI, 2012).
Begitu juga halnya pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir di Kabupaten
Aceh Selatan juga masih rendah, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan bahwa pada Tahun 2012 terdapat 3.406 bayi
yang lahir, dari jumlah tersebut hanya 5.8 atau 0.2 % bayi yang mendapatkan injeksi
vitamin K.
Jenis penelitian bersifat analitik dengan desain Crossectional. Lokasi penelitian
dilakukan di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten
Aceh Selatan. Penelitian ini di laksanakan bulan September tahun 2013. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua bidan yang pernah menolong kelahiran berjumlah
30 orang, sedangkan sampelnya adalah 30 orang. Pengolahan data dilakukan secara
komputerisasi. Hasil penelitian di peroleh tidak ada hubungan antara pengetahuan
bidan dengan pelaksanan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir (p value =
1,000> 0,05), tidak ada hubungan antara pendidikan bidan pemberian vitamin K pada
bayi baru lahir (p value = 1,000 > 0,05), tidak ada hubungan antara pelatihan dengan
pelaksanaan bidan dengan pelaksanan pemberian vitamin K pada bayi (p value =
0,743 > 0,05), ada hubungan antara sikap bidan dengan pelaksanan pemberian
vitamin K pada bayi (p value = 0,003 > 0,05). Tidak ada hubungan antara fasiitas
dengan pemberian Vitamin K pada bayi baru lahir . Diharapkan bagi institusi yang
terkait masalah pemberian injeksi vitamin K pada bayi baru lahir agar dapat
bekerjasama dengan instansi terkait seperti puskesmas untuk melaksanakan
pemberian injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.
Kata Kunci: Vitamin K, Bayi Baru Lahir,
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada beberapa dekade terakhir ini, tingkat kepedulian masyarakat
terhadap kesehatan sudah mulai meningkat, terutama kepedulian terhadap akan
pentingnya zat – zat gizi seperti : karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Namun terdapat beberapa zat – zat gizi yang luput dari perhatian masyarakat,
padahal fungsinya sangat esensial bagi tubuh, salah satunya adalah vitamin K
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2012).
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak yang berperan penting
dalam mengaktifkan zat – zat pada proses pembekuan darah. Vitamin ini sangat
dibutuhkan oleh tubuh, terutama pada bayi yang baru lahir, karena dalam keadaan
normal bayi yang baru lahir relatif mengalami kekurangan vitamin K. Hal ini
disebabkan karena cadangan vitamin K pada bayi yang didapat dari ibu sangat
terbatas, selain itu sumber vitamin K yang didapat dari ASI (air susu ibu) hanya
mengandung vitamin K dalam kadar rendah (Almatsier, 2009).
Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam saluran
pencernaan, akan tetapi kondisi saluran pencernaan pada bayi baru lahir masih
dalam keadaan steril (tidak terdapat bakteri usus) sehingga vitamin K belum dapat
diproduksi, begitu juga dengan fungsi organ hati sebagai tempat methabolisme
vitamin K juga belum berfungsi secara matang, terutama pada bayi yang lahir
prematur. Kurangnya kadar vitamin K inilah yang menyebabkan bayi baru lahir
memiliki resiko untuk mengalami gangguan perdarahan. Dimana perdarahan
1
2
dapat terjadi pada kulit, hidung, mata dan saluran pencernaan yang ditandai
dengan muntah atau tinja berwarna agak hitam, bayi terlihat pucat, perdarahan
dapat terjadi secara terus menerus melalui bekas tusukan jarum suntik, bahkan
kekurangan vitamin K yang akut dapat mengakibatkan perdarahan pada otak
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2012).
Mengingat bahaya dari defisiensi vitamin K pada bayi yang sangat
mengkhawatirkan, maka dari itu pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
dianggap penting sebagai tindakan pencegahan terhadap efek buruk dari yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K. Terdapat beberapa jenis vitamin K
yaitu: (1) Vitamin K1 (phytomenadione) yang tedapat pada sayuran hijau, (2)
Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat disintesis oleh flora usus normal seperti
Bacteriodes fragilis dan beberapa strain Escherichia coli, (3) Vitamin K3
(menadione). Jenis vitamin K yang diberikan pada bayi yang baru lahir adalah
vitamin K1 (Sandjaja 2009).
Di Indonesia pada tahun 2012 terdapat 4,5 juta bayi yang baru lahir, dari
jumlah tersebut, hanya 2,6 juta atau 57,8% bayi yang mendapatkan injeksi vitamin
K. Provinsi Aceh termasuk salah satu provinsi yang masih rendah dalam hal
pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir. Hal ini tergambar dari data yang
di input oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh pada tahun 2012 bahwa dari 96.212
bayi yang lahir, hanya 42.621 atau 44.3% bayi yang mendapatkan injeksi vitamin
K (Depkes RI, 2012). Begitu juga halnya pemberian vitamin K pada bayi yang
baru lahir di Kabupaten Aceh Selatan juga masih rendah, berdasarkan data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan bahwa pada Tahun 2012
terdapat 3.406 bayi yang lahir, dari jumlah tersebut hanya 5.8 atau 0.2 % bayi
3
yang mendapatkan injeksi vitamin K. Gambaran yang lebih memprihatinkan
terhadap pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir terjadi di Kecamatan
Labuhan Haji Barat, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Blang Keujeren,
berdasarkan data dari Puskesmas tersebut pada tahun 2012 terdapat 271 ibu yang
melahirkan, jumlah ibu yang melahirkan dengan bantuan medis 239 orang
sedangkan dengan bantuan non medis 32 orang. Jumlah bayi yang lahir 271 bayi,
270 bayi yang lahir dengan selamat, dari jumlah tersebut tidak ada satupun bayi
yang mendapatkan injeksi vitamin K. Walaupun angka kejadian Perdarahan akibat
Defisiensi Vitamin K (PDVK) masih sedikit, tetapi jika dilihat dampaknya terhadap
kelangsungan hidup dan kualitas anak maka perlu dilakukan pencegahan PDVK
dapat terjadi spontan atau perdarahan karena proses lain. Berdasarkan uraian diatas,
maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor – faktor
yang berhubungan dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di
Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh
Selatan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
Bagaimana hubungan pemberian vitamin K terhadap bayi baru lahir di Puskesmas
Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan
Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.
4
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan bidan terhadap pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan bidan dengan pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir.
3. Untuk mengetahui hubungan pelatihan bidan dengan pemberian vitamin K
pada bayi baru lahir.
4. Untuk mengetahui sikap bidan dalam melakukan pemberian vitamin K
terhadap bayi baru lahir .
5. Untuk mengetahui hubungan fasilitas yang tersedia di puskesmas blang
keujeuren dalam melaksanakan pemberian vitamin K terhadap bayi baru
lahir.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1.Manfaat Teoritis
a. Dapat dijadikan acuan pembelajaran bagi mahasiswa mengenai masalah
yang relevan.
b. Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
1. Manfaat Praktis:
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian
tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin K pada
bayi yang baru lahir di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji
Barat Kabupaten Aceh Selatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vitamin K
2.1.1. Definisi dan bentuk vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam proses pembekuan darah, seperti prothrombin, proconvertin,
komponen thromboplastin plasma, dan Stuart-Power Factor. Vitamin K juga
adalah sekelompok senyawa kimia yang terdiri atas filokuinon yang terdapat
dalam tumbuh-tumbuhan dan menakuinon yang terdapat dalam minyak ikan dan
daging. Menakuinon juga dapat disintesis oleh bakteri di dalam usus halus
manusia (Sandjaja 2009).
Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu: (1) Vitamin K1 (phytomenadione)
yang tedapat pada sayuran hijau, (2) Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat
disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain
Escherichia coli, (3) Vitamin K3 (menadione) merupakan vitamin K sintetis yang
sekarang jarang diberikan pada bayi yang baru lahir (neonatus) karena dilaporkan
dapat menyebabkan anemia hemolitik. Vitamin K3 ini bersifat larut dalam air,
digunakan untuk penderita yang mengalami gangguan penyerapan vitamin K
dari makanan (Sandjaja 2009).
Nama kimia dari vitamin K1 adalah 2-metil-3fitil-1,4-naftokuinon.
Produk sintesis vitamin K3 (menadion atau 2-metil-1,4-naftokuinon) memiliki
kekuatan tiga kali dibanding vitamin K. Dukimarol adalah senyawa antagonik
terhadap vitamin K (Winarno 1986). 5
6
Menadion (vitamin K3), yaitu senyawa induk seri vitamin K, tidak
ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in vivo senyawa ini
akan mengalami alkilasi menjadi salah satu menakuinon (vitamin K2). Filokuinon
(vitamin K1) merupakan bentuk utama vitamin K yang ada dalam tanaman.
Menakuinon–7 merupakan salah satu dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid
dari vitamin K yang ditemukan dalam jaringan binatang dan disintesis oleh
bakteri dalam intestinum(Sandjaja 2009).
2.1.2 Sifat Vitamin K
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh
radiasi, asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk,
keduanya terdiri atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1
mempunyai rantai samping fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang
rantai sampingnya terdiri atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping
dengan 14 unit). Vitamin K3 terdiri atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh
karena itu mempunyai sifat larut air. Vitamin K atau metadion baru aktif secara
biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh (Almatsier, 2006).
2.1.3. Fungsi Vitamin K
Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein
termasuk dalam pembekuan darah. Disebut juga vitamin koagulasi, vitamin ini
bertugas menjaga konsistensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan.
Vitamin yang larut dalam lemak ini juga berperan penting dalam pembentukan
tulang dan pemeliharaan ginjal. Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini
juga penting untuk pembentukan tulang terutama jenis K1. Vitamin K1 diperlukan
supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal (Winarno 1986).
7
Vitamin K diperlukan untuk proses karboksilasi-gama pada residu
glutamate untuk membentuk tiga protein kunci yang terdapat dalam tulang,
termasuk osteokalsin, yang memiliki aktifitas tinggi dalam mengikat kalsium.
Telah dilaporkan bahwa pada orang usia lanjut status vitamin K berbanding
terbalik dengan resiko fraktur (Barasi, 2007).
Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah
residu protein berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla).
Protein-protein ini dinamakan protein-tergantung vitamin K atau gla-protein.
Enzim karboksilase yang menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di
dalam membran hati dan tulang dan sedikit di lain jaringan. Gla-protein dengan
mudah dapat mengikat ion kalsium. Kemampuan inilah yang merupakan aktivitas
biologik vitamin K (Winarno, 1986).
Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar
protombin yang tinggi didalam darah merupakan indikasi baiknya daya
penggumpalan darah. Pada proses pembekuan darah, gama-karboksilasis terjadi di
dalam hati pada residu asam glutamate yang terdapat pada berbagai faktor
pembekuan darah, seperti factor II (Protrombin), VII, VIII, IX, dan X (Almatsier
2006).
Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah
essensial dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu mengikat ion
kalsium terdapat di dalam jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan
gla-protein matriks. Kedua jenis gla-protein ini mengikat hidroksiapatit yang
diperlukan dalam pembentukan tulang. Tanpa vitamin K, tulang memproduksi
protein yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat mineral-mineral yang
8
diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla protein juga ditemukan pada jaringan
tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa, paru-paru, dan endapan aterosklerotik
namun fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla protein di dalam otak diduga
berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk perkembangan otak
(Almatsier 2006).
Air Susu Ibu (ASI) tidak banyak mengandung vitamin K, sedangkan
bakteri yang dapat mensintesis vitamin K tidak segera tersedia di dalam saluran
cerna bayi. Untuk mencegah terjadinya gangguan penggumpalan darah yang dapat
menyebabkan perdarahan, bayi baru lahir dianjurkan mendapat vitamin K melalui
mulut atau injeksi intramuscular. Susu formula bayi sebaiknya difortifikasi dengan
vitamin K (Almatsier 2006).
2.2. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk vitamin K
Menurut standar RDA (Recommended Dietary Allowance), kebutuhan
vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya. Untuk dewasa, setidaknya
membutuhkan 1 mikrogram setiap hari per kg berat badan. Jadi, kalau berat badan
50 kg maka kebutuhan perharinya mencapai 50 mikrogram (Almatsier 2006).
Angka kecukupan vitamin K yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan
jenis kelamin di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
9
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin K
Golongan umur AKG (mkg)
0-6 bulan 5
7-12 bulan 10
1-3 tahun 15
4-9 tahun 20
Pria
10-12 tahun 45
13-15 tahun 65
16-19 tahun 70
≥ 20 tahun 80
Wanita
10-12 tahun 45
13-15 tahun 55
16-19 tahun 60
≥ 20 tahun 65
Hamil 65
Menyusui 0-6 bln 65
Menyusui 7-12 bln 65
Sumber: Wilson dan Gracia (2001)
2.3. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K
Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal,
sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi perdarahan. Kekurangan vitamin
K karena makanan jarang terjadi, sebab vitamin K terdapat secara luas dalam
makanan. Kekurangan vitamin K terjadi bila ada gangguan absorpsi lemak (bila
produksi empedu kurang atau pada diare). Kekurangan vitamin K bisa juga terjadi
bila seorang mendapat antibiotika sedangkan tubuhnya kurang mendapat vitamin
K dari makanan. Antibiotika membunuh bakteri di dalam usus yang membentuk
vitamin K. Oleh karena itu, sebelum operasi biasanya diperiksa terlebih dahulu
kemampuan darah untuk menggumpal dan sebagai pencegahan diberi suntikan
vitamin K. Vitamin K biasanya diberikan sebelum operasi untuk mencegah
perdarahan berlebihan (Almatsier 2006).
10
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku.
Hal ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemorrhargia. Bagaimanapun,
kekurangan vitamin K jarang terjadi karena hampir semua orang
memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari makanan. Namun kekurangan
bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak
mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu
mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah
vitamin K saat lahir (Rahayu, 2008).
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena sedikitnya konsumsi
sayuran atau mengonsumsi anti biotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh
bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang
kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan
dan kurangnya garam empedu (Purwanto, 2002).
Aspirin berlebihan dapat mencegah pembekuan darah normal dengan
mengganggu pembentukan platelet dan faktor-faktor tergantung vitamin K.
Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain
hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam
darah. Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler (Almatsier
2006).
Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam
bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Gejala kelebihan vitamin
K adalah anemia hemolisis, hiperbilirubinemia, kernikterus, sakit kuning
(jaundice) dan kerusakan pada otak (Almatsier 2006).
11
2.4. Pendarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)
Menurut Purwanto (2000) PDVK dapat dibagi berdasarkan waktu
terjadinya antara lain :
1. PDVK Dini - terjadi pada < 24 jam pertama setelah kelahiran.
Keadaan ini dapat dicegah dengan pemberian suntikan vitamin K pada
bayi baru lahir.
2. PDVK Klasik – terajadi pada minggu pertama kehidupan.
Bentuk yang paling umum, disebabkan oleh asupan vitamin K yang tidak
adekuat dan tidak diberikannya suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.
3. PDVK Lambat – terjadi pada bayi usia 2 minggu-6 bulan.
Sangat jarang terjadi akan tetapi sangat serius menyebabkan kerusakan
otak permanen bahkan kematian
Untuk mengetahui adanya PDVK perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan faktor-faktor pembekuan, sementara untuk pemeriksaan
kemungkinan perdarahan otak dapat dilakukan USG atau CT Scan. Karena gejala
kekurangan vitamin K tidak selalu terlihat dengan jelas, sekitar 1/3 kasus terjadi
tanpa adanya gejala maupun faktor risiko yang jelas. Oleh karena itu, pemberian
suntikan vitamin K perlu dilakukan pada setiap bayi baru lahir sebagai tindakan
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir
(Almatsier, 2006).
2.5. Prosedur pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir
Jenis vitamin K yang diberikan pada bayi baru lahir adalah vitamin K1.
Vitamin ini diberikan pada saat bayi baru lahir sampai usia 2 minggu karena
resiko terjadinya perdarahan bertambah terutama pada usia 1-2 minggu dan
12
menurun menjelang usia 6 bulan setelah bayi mulai dapat memproduksi vitamin K
sendiri (Almatsier, 2006).
Cara pemberian dapat dilakukan baik secara suntikan di otot (intra
muskular) ataupun di minum (oral) suntikan di otot, dengan dosis tunggal 1 mg
pada setiap bayi baru lahir diminum, dengan dosis tunggal 2 mg diberikan tiga
kali, yaitu pada saat bayi baru lahir, pada umur 3-7 hari, dan pada umur 4-8
minggu (Rahayu, 2008).
Pada bayi yang terlambat mendapat vitamin K dan mengalami perdarahan
akibat kekurangan vitamin K, dokter akan memberikan pengobatan berupa
suntikan vitamin K dan transfusi darah. Pemberian vitamin K tidak perlu
dilakukan ulangan, karena semakin bertambah umur bayi, semakin baik
kemampuan tubuhnya untuk menghasilkan vitamin K dan semakin bervariasi
asupan makanan yang didapatkan (Depkes RI, 2012).
2.6. Faktor – Faktor Pemberian Vitamin K pada Bayi yang Baru Lahir.
Menurut Heird (1995) terdapat beberapa faktor pemberian vitamin K
pada bayi yang baru lahir antara lain : akibat rendahnya cadangan vitamin K pada
bayi yang baru lahir, prematuritas, kadar vitamin K yang rendah pada air susu ibu
(ASI), Terlambatnya kolonisasi bakteri usus yang disebabkan oleh terlambatnya
pemberian makanan, ASI eksklusif, diare berat, pemberian antibiotik.
2.6.1. Rendahnya Cadangan Vitamin K Pada Bayi Yang Baru Lahir
Ibu yang baru melahirkan dan mengalami pendarahan sudah sering kita
dengar. Bagaimana bayi yang baru lahir? Ternyata bayi baru lahir atau neonatus
juga rawan pendarahan. Malah kondisi itu dapat menyebabkan anak kekurangan
darah. Dalam keadaan normal, bayi baru lahir relatif mengalami kekurangan
13
vitamin K. Hal ini disebabkan karena kondisi saluran cerna masih dalam keadaan
steril (tidak ada bakteri normal usus) sehingga vitamin K tidak dapat diproduksi.
Selain itu fungsi organ hati sebagai tempat metabolisme vitamin K juga belum
dapat berfungsi secara matang terutama pada bayi kurang bulan.
Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam saluran cerna, akan
tetapi pada bayi baru lahir kurangnya kadar vitamin K inilah yang dapat
menyebabkan bayi baru lahir memiliki resiko untuk mengalami gangguan
perdarahan. Menurut ...bayi yang baru lahir rawan terjadi pendarahan. Pendarahan
yang biasanya terjadi adalah pendarahan tali pusat, pendarahan yang terlihat di kulit,
buang air besar (BAB) berdarah, hingga muntah darah. ―Dalam istilah medis
disebut hemorrhagic disease of the newborn (HDN). Umumnya HDN disebabkan
kekurangan vitamin K, khususnya vitamin K1. HDN bisa diklasifikasi menjadi tiga.
Pertama, HDN klasik yang terjadi pada usia 1-7 hari. Gejala itu timbul karena
kekurangan vitamin K, khususnya karena hati bayi yang belum matang untuk
membentuk vitamin K. Untuk itu, setiap bayi yang baru lahir harus diberikan
suntikan vitamin K1 untuk mencegah HDN. ―Ini wajib, baik yang dilahirkan di
rumah sakit maupun dengan tenaga kesehatan lainnya.
2.6.2. Prematuritas
Prematuritas adalah suatu keadaan yang belum matang yang ditemukan pada
bayi yang lahir pada usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Prematuritas
(terutama premturitas yang ekstrim) merupakan penyebab utama dari kelainan dan
kematian pada bayi baru lahir. Beberapa organ dalam bayi mungkin belum
berkembang sepenuhnya sehingga bayi memiliki resiko tinggi menderita penyakit
14
tertentu (Hermaya, 1992).
Menurut Almatsier (2006) Bayi dengan kondisi tertentu memiliki faktor risiko
lebih besar untuk terjadinya perdarahan, di antaranya bayi kurang bulan atau bayi
prematur. Oleh karena itu, bayi yang lahir prematur dianjurkan mendapat injeksi
vitamin K untuk mengurangi resiko pendarahan.
2.6.3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama
pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi
untuk membangun dan menyediakan energi. ASI cukup mengandung seluruh zat
gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI ―dibekali‖ enzim
pencerna susu sehingga organ pencerna bayi mudah mencerna dan me-nyerap gizi
ASI. (Nurhaieni Arif, 2009). ASI Ekslusif adalah perilaku dimana kepada bayi
sampai umur 4 (empat) bulan hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa
makanan dan atau minuman lain kecuali sirup obat (Depkes RI, 1997).
ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang, sehingga ASI merupakan makanan yang sempurna
baik kualitas maupun kwantitasnya. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
yaitu merupakan cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.
ASI mengandung beberapa jenis vitamin, yaitu antara lain; vitamin A,
Karotin, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K, Vitamin C (asam askorbat), biotin
kolin Asam Folat, Inositol, asam nikotinat (niasin), asam panthotenat, pridoksin
(vitamin B3), riboflavin (B2), thiamin (vitamin B1) dan sianokobalamin (vitamin
B12). Namun vitamin K yang didapat dari ASI hanya dalam kadar rendah
15
(sedikit). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Amatsier (2009) bahwa ASI
tidak banyak mengandung vitamin K. Oleh karena itu pada bayi yang mendapat
ASI secara eksklusif memiliki risiko terjadinya perdarahan, akan tetapi manfaat
pemberian ASI jauh lebih besar sehingga ASI tetap pilihan yang terbaik bagi bayi
(Dinkes RI, 2012).
2.7. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Vitamin K pada Bayi
yang Baru Lahir.
2.7.1. Pengetahuan bidan terhadap pentingnya pemberian vitamin K pada
bayi baru lahir
Pengetahuan merupakan hasil dari ―tahu‖ dan terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan
telinga (Notoatmojo, 2003).
Pengetahuan berhubungan dengan informasi yang di miliki seseorang,
semakin banyak yang di miliki seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan
seseorang, pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
obyek tertentu, kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut
memperkaya kehidupan kita dan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang
muncul dalam kehidupan (Alimul Hidayat, 2007).
Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan prilaku yang diambilnya
karena dengan pengetahuan, tersebut seseorang memiliki alasan dan landasan
untuk menentukan suatu pilihan. Kekurangan pengetahuan bidan tentang
pentingnya pemberian vitamin K pada bayi, mengakibatkan bayi yang seharusnya
mendapatkan injeksi vitamin K akan dan beresiko bayi tersebut mengalami
16
pendarahan dan efek lain yang timbul akibat defisiensi vitamin K (Notoatmodjo,
2007).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007) :
a.Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
d. Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen – komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dan formulasi-formulasi yang lain.
17
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau mengunakan
kriteria–kriteria yang telah ada. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa
pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden.
Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkat-tingkat tersebut di atas sedangkan kualitas pengetahuan pada
masing-masing tingkat pengetahuan dapat di lakukan dengan skoring sebagai
berikut :
a) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76% – 100%.
b) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56% – 75%.
c) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40% – 55%.
d) Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.
2.7.2. Tindakan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir
Tingkatan-tingkatan praktek antara lain persepsi, respon terpimpin,
mekanisme serta adaptasi. Dalam persepsi (perception), mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil merupakan
praktek tingkat pertama, sedangkan respon terpimpin (guid a respon) dapat
melakukan tindakan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator
praktek tingkat dua. Untuk mekanisme (mechanism) artinya apabila seorang bidan
telah melakukan injeksi vitamin K dengan benar maka sudah mencapai praktik
tingkat ketiga, sedangkan adaptasi (adaptation) adalah suatu praktik (tindakan)
yang sudah berkembang dengan baru artinya sesuatu itu sudah dan telah di
18
modifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
2.7.3. Pendidikan atau pelatihan yang didapat oleh bidan tentang vitamin K
Pendidikan bidan merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang akan
mempengaruhi kualitas pelayanan bidan tersebut, terutama pada penanganan ibu
melahirkan dan bayinya yang menjadi pasien dari bidan tersebut. Semakin sering
bidan tersebut mengikuti pendidikan berupa pelatihan tentang informasi dan
mengikuti perkembangan terbaru dalam ilmu kebidanan, maka semakin
meningkat keterampilan bidan tersebut dalam menangani permasalahan yang
terjadi terhadap pasien yang ditanganinya, terutama mengenai pentingnya
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir (Hidayat, 2007).
2.7.4. Karakteristik Individu Bidan
1. Jenis Kelamin
Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa jenis kelamin merupakan bagian
identitas yang sangat berarti bagi individu, karena dengan jenis kelamin dapat di
ketahui apakah seseorang digolongkan sebagai laki-laki atau perempuan. Jenis
kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang di
tentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Jenis kelamin
merupakan aspek identitas yang sangat berarti, wanita dan pria mempunyai
pengalaman yang berbeda tentang pembentukan identitas jenis kelamin. Identitas
jenis kelamin terbentuk sekitar usia tiga tahun. Anak laki-laki dan perempuan
mulai mengenal tingkah laku dan ciri-ciri kepribadian yang sesuai bagi
masing-masing jenis kelaminnya. Jenis kelamin tidak banyak mempengaruhi
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir (Hidayat,2007).
19
Wanita dan pria mempunyai perbedaan secara psikologis dimana wanita
lebih emosional daripada pria karena wanita lebih mudah tersinggung, mudah
terpengaruh, sangat peka, menonjolkan perasaan, dan mudah meluapkan perasaan.
Sementara pria tidak emosional, sangat objektif, tidak mudah terpengaruh, mudah
memisahkan antara pikiran dan perasaan sehingga terkadang kurang pekadan
mampu memendam perasaannya.
2. Umur
Umur adalah usia yang secara garis besar menjadi indikator dalam
kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap
pengalamannya. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis (Notoatmodjo, 2007).
Seperti yang di katakan bahwa semakin tinggi umur maka tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang lebih di percaya. Semakin tua umur seseorang, makin
konstruktif dalam menganalisis terhadap masalah yang di hadapi. Pengalaman dan
kematangan jiwa seseorang di sebabkan semakin cukupnya umur dan kedewasaan
dalam berfikir dan bekerja (Notoadmodjo, 2003). Sesuai dengan yang dinyatakan
oleh Hidayat (2007) bahwa tingkat pengalaman bidan berbanding lurus dengan
umur, dimana semakin bertambah umur beraarti pengalaman semakin banyak,
sehingga keterampilan semakin meningkat.
2.7.5. Fasilitas di Puskesmas
Fasilitas merupakan salah satu faktor penunjang dalam pemberian
vitamin K pada bayi yang baru lahir, seperti ketersediaan peralatan yang
mendukung untuk pelaksanaan injeksi pada bayi yang baru lahir meliputi vitamin
K, alat suntik dan lain –lainnya. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa yang
20
menyebabkan seseorang berperilaku ada tiga alasan di antaranya adalah sumber
daya (resource) meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga
(Notoatmodjo, 2003).
2.8. Kerangka teori
Sumber : Hidayat (2007) dan Notoatmodjo (2003;2007)
Gambar 2.1. Kerangka Teori
2.9. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hidayat (2007) dan Notoatmodjo
(2003), maka penulis mengangkat beberapa variabel saja untuk penelitian.
Adapun kerangka konsepyang diteliti adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Pelatihan
4. Sikap
5. Fasilitas
Pengetahuan
Pendidikan
INJEKSI VITAMIN K PADA
BAYI BARU LAHIR
Sikap
PEMBERIAN
VITAMIN K PADA
BAYI BARU
LAHIR
Fasilitas (Logistik)
Pelatihan
21
2.10 Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara Pengetahuan bidan dengan pemberian vitamin K pada
bayi Baru lahir
2. Ada hubungan antara Pendidikan bidan dengan pemberian vitamin K pada
bayi Baru lahir
3. Ada hubungan antara Pelatihan yang diikuti bidan dengan pemberian vitamin
K pada bayi Baru lahir
4. Ada hubungan antara sikap bidan dalam pemberian vitamin K dengan
pemberian vitamin K pada bayi Baru lahir
5. Ada hubungan antara fasilitas yang tersedia di puskesmas dengan pemberian
vitamin K pada bayi Baru lahir
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan
metode cross sectional, untuk melihat hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen tentang fakto-faktor yang berhubungan dengan
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Puskesmas Blang Keujeren
Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan
Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan Di puskesmas Blang Keujeren Kecamatan
Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan Pada Tanggal 23 Sampai 30
September 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah pengambilan keseluruhan subyek/obyek penelitian yang
mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan (Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah bidan
yang pernah menolong kelahiran di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan
23
Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan selama tahun 2012 yang berjumlah
30 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi untuk dijadikan sebagai sumber data. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode non probability sampling dengan tehnik
purposive sampling yaitu menetapkan sampel dari populasi secara sengaja dan
tersedia disuatu tempat sesuai dengan pertimbangan dan kriteria yang dikehendaki
peneliti (Notoatmodjo, 2010).
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan memakai rumus
Arikunto (2006), yang menjelaskan bahwa apabila subjek kurang dari 100 lebih
baik diambil semua dan apabila lebih dari 100 maka dapat diambil sampel
10-15%. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari
populasi yang diambil sebanyak 30 sampel.
3.4. Metode pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung melalui responden meliputi : pengetahuan,
pendidikan, pelatihan, sikap dan fasilitas.
3.4.2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan Tahun
2012, data dari Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012, dan data dari berbagai referensi dari buku
perpustakaan dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
24
3.5. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah perumusan pengertian variabel yang akan di pakai
sebagai pegangan dalam mengumpulkan data. Ini juga bermanfaat untuk
mengarahkan kepada pengukur atau pengamatan terhadap variabelvariabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrument.
Tabel 3.1. Definisi Operasional.
No
1
Variabel Independen
Variabel Pengetahuan
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
:
:
:
:
:
Hasil tahu responden tentang pemberian vitamin
K pada bayi yang baru lahir
Wawancara
Kuesioner
– Tahu
– Tidak tahu
Ordinal
2 Variabel Pendidikan
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
:
:
:
:
:
Ada atau tidaknya bidan yang bertugas di
Puskesmas Blang Keujeuren Kabupaten Aceh
Selatan mengikuti pendidikan tentang vitamin
K.
Wawancara
Kuesioner
– Pernah
– Tidak pernah
Ordinal
3 Variabel Pelatihan
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
:
:
:
:
:
Ada atau tidaknya bidan yang bertugas di
Puskesmas Blang Keujeuren Kabupaten Aceh
Selatan mengikuti pelatihan tentang vitamin K.
Wawancara
Kuesioner
– Pernah
– Tidak pernah
Ordinal
25
3.6. Aspek Pengukuran
Aspek pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Guttman (Ridwan, 2006) dengan ketentuan sebagai berikut:
3.6.1. Variabel Independen
1. Pengetahuan
- Tahu : Apabila nilai jawaban ≥ 15
- Tidak tahu : Apabila nilai jawaban < 15
4 Variabel Fasilitas
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
:
:
:
:
:
Ada tidaknya faktor penunjang dalam
pemberian vitamin K di Puskesmas Blang
Keujeuren Kabupaten Aceh Selatan.
Wawancara
Kuesioner
– Ada
– Tidak
Ordinal
5 Variabel Sikap
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
:
:
:
:
:
Kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dalam
penatalaksanaan pemberian vitamin K pada bayi
baru lahir.
Wawancara
Kuesioner
– Ada
– Tidak
Ordinal
No Variabel Dependen
1 Variabel Bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
:
:
:
:
:
Ada tidaknya injeksi vitamin K pada bayi yang
baru lahir di Puskesmas Blang Keujeuren
Kabupaten Aceh Selatan.
Berdasarkan jumlah bayi yang mendapatkan
injeksi vitamin K.
Data dari Puskesmas Blang Keujeuren
– Ada
– Tidak
Ordinal
26
2. Pendidikan
- Pernah : Apabila nilai jawaban ≥ 4.5
- Tidak pernah : Apabila nilai jawaban < 4.5
3. Pelatihan
- Pernah : Apabila nilai jawaban ≥ 4.5
- Tidak Pernah : Apabila nilai jawaban < 4.5
4. Sikap
- Ada : Apabila nilai jawaban ≥ 9
- Tidak : Apabila nilai jawaban < 9
5. Fasilitas
- Ada : Apabila nilai jawaban ≥ 7.5
- Tidak : Apabila nilai jawaban < 7.5
6. Injeksi vitamin K pada bayi baru lahir
- Ada : Apabila nilai jawaban ≥ 10.5
- Tidak : Apabila nilai jawaban < 10.5
3.6.2. Variabel Dependen
1. Bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Blang Keujeren
Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian dari suatu penelitian, dimana tujuan dari
analisis data adalah agar diperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti.
Adapun metode analisis datanya mengunakan Analisis Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel, analisis data
27
dilanjutkan dengan tingkat analisis bivariat terhadap dua variabel yaitu tiap-tiap
variabel independen mempunyai hubungan dengan satu variabel dependen. Dalam
penelitian ini digunakan uji Chi-Square untuk menghubungkan variabel bebas dan
variabel terikat pada tingkat kemaknaan 95% (α : 0,005) dengan rumus sebagai
berikut :
X2
= ∑
X2 : Nilai Chi-Square
∑ : Jumlah
fo : Frekuensi harapan
fe : Frekuensi pengamatan/diperoleh
Pada kegiatan analisis uji Chi Squere dilakukan dengan menggunakan
program komputerisasi.
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dari tanggal 23 s\d 30
september 2013 di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat
Kabupaten Aceh Selatan. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini
adalah 30 orang bidan yang pernah menolong kelahiran di Puskesmas Blang
Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan. Tehnik
pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket yang terdiri dari 33
item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala ordinal. Angket tersebut
mengukur variabel pengetahuan, pendidikan, pelatihan, sikap, fasilitas, dan injeksi
vitamin K pada bayi baru lahir.
4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
4.1.1.1 Letak Geografis
Kecamatan Labuhan Haji Barat terletak kurang lebih 25 Km sebelah Barat
Tapaktuan ibu kota Kabupaten Aceh Selatan yang terdiri atas wilayah pantai dan
pegunungan, hampir semua desa dialiri sungai besar maupun kecil dengan area
persawahan. Luas wilayah kecamatan Labuhan Haji barat 130 Km2 dengan batas
wilayah sebagai berikut:
– Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten. Aceh Tenggara
– Sebelah Selatan berbatas dengan Samudra Hindia
– Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Aceh Barat Daya
– Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Labuhan Haji.
29
4.1.1.2 Data Demografi
Wilayah kerja Puskesmas Blang Keujeuren mencakup 13 Gampong dalam 3
Kemukiman, yaitu Kemukiman Tengah Baru (4 Gampong), Kemukiman Padang
Baru (6 Gampong), dan Kemukiman Lembah Baru (3 Gampong) dengan jumlah
penduduk 1.630 jiwa yang terdiri dari 713 penduduk dengan jenis kelamin
laki-laki dan 917 penduduk perempuan. Sedang jumlah masyarakat miskin
sebanyak 1.343 jiwa.
4.1.1.3 Tenaga Kesehatan
Tabel 4.1 Distribusi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Blang Keujeuren
Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Dokter umum
Dokter gigi
SKM
Perawat
Bidan
Farmasi
Tenaga gizi
Analisis kesehatan
Sanitarian
Fisioterapi
2
-
4
25
30
-
3
-
3
-
Sumber data primer 2013 (diolah)
4.1.2. Analisis Univariat
4.1.2.1 Pengetahuan Bidan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Bidan
Terhadap Pemberian Vitamin k Kepada Bayi Baru Lahir Di
Puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013
No Pengetahuan bidan Frekuensi %
1 Tahu 30 100%
2 Tidak tahu 0 0
Jumlah 30 100
Sumber data primer 2013 (diolah)
30
Dari tabel diatas didapatkan bahwa pengetahuan bidan di Puskesmas Blang
Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan tentang
pemberian Vitamin K semuanya yaitu (100%) mengetahui apa itu Vitamin K dan
peranannya pada bayi baru lahir.
4.1.2.2 Pendidikan Bidan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Bidan
Terhadap Pemberian Vitamin k Kepada Bayi Baru Lahir Di
Puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Bara
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013
No Pendidikan bidan Frekuensi %
1 Pernah 19 63.3
2 Tidak pernah 11 36.7
Jumlah 30 100
Sumber data primer 2013 (diolah)
Dari tabel diatas didapatkan bahwa pendidikan bidan di Puskesmas Blang
Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan tentang
pemberian Vitamin K pada bayi baru lahir mayoritas pernah mengikuti pendidikan
mengenai vitamin K yaitu (63.3%) 19 orang bidan dari 30 bidan yang diteliti, dan
bidan yang tidak pernah mengikuti pendidikan mengenai vitamin K yaitu (36.7%)
dari 11 orang bidan dari 30 bidan yang diteliti.
4.1.2.3 Pelatihan Bidan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelatihan Bidan
Terhadap Pemberian Vitamin K Kepada Bayi Baru Lahir Di
Puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013
No Pelatihan bidan Frekuensi %
1 Pernah 28 93.3
2 Tidak pernah 2 6.7
Jumlah 30 100
Sumber data primer 2013 (diolah)
31
Dari tabel diatas didapatkan bahwa pendidikan bidan di Puskesmas Blang
Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan tentang
pemberian Vitamin K pada bayi baru lahir mayoritas pernah mengikuti pelatihan
mengenai vitamin K yaitu (93.3%) 28 orang bidan dari 30 bidan yang diteliti, dan
2 orang bidan tidak pernah mengikuti pelatihan mengenai vitamin K yaitu (6.7%).
4.1.2.4 Sikap Bidan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Bidan
Terhadap Pemberian Vitamin k Kepada Bayi Baru Lahir Di
Puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013
No Sikap bidan Frekuensi %
1 Ada 10 33.3
2 Tidak 20 66.7
Jumlah 30 100
Sumber data primer 2013 (diolah)
Dari tabel diatas didapatkan bahwa sikap bidan di Puskesmas Blang
Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan tentang
pemberian Vitamin K pada bayi baru lahir mayoritas tidak bersikap sempurna
yaitu (66.7%) 20 orang bidan dari 30 bidan yang diteliti, dan 10 orang bidan
bersikap sempurna yaitu (33.3%) dari 30 orang bidan yang diteliti mengetahui
apa itu Vitamin K dan peranannya pada bayi baru lahir.
4.1.2.5 Fasilitas Puskesmas
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fasilitas Dalam
Pemberian Vitamin K Kepada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas
Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten
Aceh Selatan Tahun 2013
No Fasilitas Puskesmas Frekuensi %
1 Ada 30 100
2 Tidak ada 0 0
Jumlah 30 100
Sumber data primer 2013 (diolah)
32
Dari tabel diatas didapatkan bahwa fasilitas dalam pemberian vitamin K di
Puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh
Selatan dari 30 bidan yang ditelit semua bidan menjawab bahwa fasilitas yang
menunjang dalam pemberian vitamin K ada yaitu (100%) hanya vitamin K saja
yang tidak tersedia di puskesmas Blang Keujeuren.
4.1.2.6 Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Injeksi Vitamin K
Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Blang Keujeuren
Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan Tahun
2013
No Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Frekuensi %
1 Ada 5 16.7
2 Tidak Ada 25 83.3
Jumlah 30 100
Sumber data primer 2013 (diolah)
Dari tabel diatas didapatkan bahwa Perlakuan injeksi vitamin K di
Puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh
Selatan mayoritas tidak dilakukan yaitu (83.3%) 25 orang bidan dari 30 bidan
yang diteliti, dan 5 orang bidan mengatakan bahwa ada dilakukan injeksi vitamin
K yaitu (16.7%) dari 30 orang bidan yang diteliti.
4.1.3 Analisis Bivariat
4.1.3.1 Pengetahuan Bidan
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hubungan Pengetahuan Bidan
Dengan Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas
Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh
Selatan Tahun 2013
No Pengetahuan
Injeksi Vitamin K Jumlah P
Value α
Tidak ada Ada
n % n % F % - 0.05
Tahu 25 83.3 5 16.7 30 100
Tidak Tahu 0 0 0 0 0 0
Jumlah 25 5 30 100
33
Dari tabel di atas diketahui bahwa dari 30 orang bidan yang berpengetahuan
baik, terdapat 25 (83.3%) orang bidan yang menyatakan tidak dilakukan
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir. Sedangkan 5 (16.7%) bidan
diantaranya yang berpengetahuan baik menyatakan bahwa ada dilaksanakan
pemberian vitamin K.
Hasil analisa statistik dengan mengunakan chi-square pada derajat
kepercayaan 95% (α = 0.05) diketahui bahwa bidan yang pernah menolong
kelahiran di puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat
memiliki pengetahuan yang baik secara constant tentang vitamin K.
4.1.3.2 Pendidikan Bidan
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Hubungan Pendidikan Bidan
Dengan Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas
Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh
Selatan Tahun 2013
No Pendidikan Injeksi Vitamin K Jumlah
P
Value α
Tidak ada Ada
N % n % f %
Tidak Pernah 9 30 2 6.7 11 36.7 1.000 0.05
Pernah 16 53.3 3 10 19 63.3
Total 25 5 30 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 19 orang yang pernah mengikuti
pendidikan mengenai vitamin K, terdapat 16 bidan yang pernah menolong
kelahiran yaitu (53.3%) menyatakan bahwa tidak terdapat pemberian vitamin K
pada bayi baru lahir, dan 3 bidan lainnya yaitu ( 10%) menyatakan ada dilakukan
injeksi vitamin K pada bayi baru lahir. Serta dari 11 bidan yang pernah menolong
kelahiran dan tidak pernah mengikuti pendidikan mengenai vitamin K, terdapat 9
bidan yaitu (30%) menyatakan bahwa tidak ada dilakukan pemberian itamin K
34
pada bayi baru lahir, dan 2 bidan lainnya yaitu (6.7%) menyatakan ada dilakukan
injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.
Hasil analisa statistik dengan mengunakan chi-square pada derajat
kepercayaan 95% (α = 0.05) diketahui bahwa p value = 1.000 > 0.05 artinya Ho
diterima, jadi tidak ada hubungan antara pendidikan bidan dengan pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir. Bila dilihat dari nilai OR yaitu 0.84 (0.1 - 6.03)
artinya bidan yang tidak pernah mengikuti pendidikan tentang vitamin K 0.84 kali
menyatakan pernah dilakukan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di
bandingkan bidan yang pernah mengikuti pendidikan mengenai vitamin K.
4.1.3.3 Pelatihan Bidan
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hubungan Pelatihan Bidan
Dengan Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di
Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013
No Pelatihan Injeksi Vitamin K Jumlah
P
Value α
Tidak ada Ada
n % n % F %
Tidak Pernah 1 3.33 1 3.33 2 6.7 0.743 0.05
Pernah 24 80 4 13.3 28 93.3
Total 25 5 30 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 28 bidan yang pernah mengikuti
pelatihan mengenai vitamin K, terdapat 24 bidan yang pernah menolong kelahiran
yaitu (80%) menyatakan bahwa tidak terdapat pemberian vitamin K pada bayi
baru lahir, dan 4 bidan lainnya yaitu ( 13.3%) menyatakan ada dilakukan injeksi
vitamin K pada bayi baru lahir. Serta dari 2 bidan yang pernah menolong
kelahiran dan tidak pernah mengikuti pelatihan mengenai vitamin K, terdapat 1
bidan yaitu (3.33%) menyatakan bahwa tidak ada dilakukan pemberian vitamin K
35
pada bayi baru lahir, dan 1 bidan lainnya yaitu (3.33%) menyatakan ada dilakukan
injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.
Hasil analisa statistik dengan mengunakan chi-square pada derajat
kepercayaan 95% (α = 0.05) diketahui bahwa p value = 0.743 > 0.05 artinya Ho
diterima, jadi tidak ada hubungan antara pelatihan bidan dengan pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir. Bila dilihat dari nilai OR yaitu 0.17 (0.009 - 3.2)
artinya bidan yang tidak pernah mengikuti pelatihan tentang vitamin K 0.17 kali
menyatakan pernah dilakukan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di
bandingkan bidan yang pernah mengikuti pelatihan mengenai vitamin K.
4.1.3.4 Sikap Bidan
Tabel 4.11 Distribusi frekuensi Dan Persentase Hubungan Sikap Bidan
Dengan Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di
Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013
No Sikap Injeksi Vitamin K Jumlah
P
Value α
Tidak ada Ada
n % n % F %
Tidak 20 66.7 0 0 20 66.7 0.003 0.05
Ada 5 16.7 5 16.7 10 33.3
Total 25 5 30 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 30 bidan yang diteliti terdapat 10
bidan yang sikap sempurna, dan terdapat 5 bidan yang pernah menolong kelahiran
yaitu (16.7%) menyatakan bahwa tidak terdapat pemberian vitamin K pada bayi
baru lahir, dan 5 bidan lainnya yaitu ( 16.7%) menyatakan ada dilakukan injeksi
vitamin K pada bayi baru lahir. Serta dari 20 bidan yang pernah menolong
kelahiran dan tidak bersikap sempurna, terdapat 20 bidan yaitu (66.7%)
menyatakan bahwa tidak ada dilakukan pemberian itamin K pada bayi baru lahir,
36
Hasil analisa statistik dengan mengunakan chi-square pada derajat
kepercayaan 95% (α = 0.05) diketahui bahwa p value = 0.003 > 0.05 artinya Ho
ditolak, jadi ada hubungan antara sikap bidan dengan pemberian vitamin K pada
bayi baru lahir. Bila dilihat dari nilai OR yaitu 2 (1.076 - 3.71) artinya bidan yang
tidak pernah mengikuti pendidikan tentang vitamin K 2 kali menyatakan pernah
dilakukan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di bandingkan bidan yang
pernah mengikuti pendidikan mengenai vitamin K.
4.1.3.5 Fasilitas Puskesmas
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hubungan Fasilitas
Puskesmas Dengan Pemberian Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat
Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013
No Fasilitas Injeksi Vitamin K Jumlah
P
Value α
Tidak ada Ada
n % n % F %
Ada 25 83.3 5 16.7 30 100 - 0.05
Tidak Ada 0 0 0
Total 25 5 30 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 30 orang bidan yang pernah menolong
kelahiran, terdapat 25 (83.3%) orang bidan yang menyatakan terdapat fasilitas di
puskesmas Blang Keujeren namun tidak dilakukan Injeksi Vitamin K dikarenakan
vitamin K nya tidak tersedia. Sedangkan 5 (16.7%) bidan diantaranya yang
menyatakan terdapat fasilitas dan ada dilakukannya injeksi vitamin K pada bayi
baru lahir.
Hasil analisa statistik dengan mengunakan chi-square pada derajat
kepercayaan 95% (α = 0.05) diketahui bahwa bidan yang pernah menolong
kelahiran di puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat
37
menyatakan secara constant bahwa fasilias di puskesmas Blang Keujeren terdapat
fasilitas yang mendukung namun vitamin K tidak tersedia.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Pengetahuan Bidan Yang Pernah Menolong Kelahiran
Dengan Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Bidan yang pernah menolong kelahiran di puskesman Blang Keujeuren
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pemberian vitamin K pada bayi baru
lahir. Hal ini dapat dilihat dari informasi yang dimiliki seseorang, semakin banyak
yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang,
pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek
tertentu, kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut
memperkaya kehidupan kita dan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang
muncul dalam kehidupan (Alimul Hidayat, 2007).
Berdasarkan Pada penelitian ini, dari responden yang berjumlah 30 orang
yaitu bidan yang pernah menolong kelahiran di puskesmas Blang Keujeuren
didapatkan bahwa terdapat 25 (83.3%) orang bidan yang mengetahui dengan pasti
apa itu vitamin K, dan peranannya pada bayi baru lahir. Sedangkan 5 (16.7%)
bidan diantaranya yang berpengetahuan baik tidak mengetahui dengan pasti
tentang vitamin K.
Hasil analisa statistik dengan diketahui bahwa bidan yang pernah menolong
kelahiran di Puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat
memiliki pengetahuan yang baik secara constant tentang vitamin K.
Dari data di atas dapat diketahui bahwasannya tidak ada hubungan
pengetahuan bidan dengan pelaksanaan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
38
Meski pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang diambilnya
karena dengan pengetahuan, tersebut seseorang memiliki alasan dan landasan
untuk menentukan suatu pilihan (Notoatmodjo, 2007). Namun, tidak adanya
perintah dari pusat dan tidak tersedianya vitamin K di Puskesmas menjadi alasan
untuk tidak di berikan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.
Tidak adanya perintah dari pusat untuk menberikan vitamin K pada bayi
baru lahir, dan tidak tersedianya vitamin K di puskesmas mengakibatkan bayi
yang seharusnya mendapatkan injeksi vitamin K akan dan beresiko bayi tersebut
mengalami pendarahan dan efek lain yang timbul akibat defisiensi vitamin K.
4.2.2 Hubungan Pendidikan Bidan Yang Pernah Menolong Kelahiran
Dengan Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Pendidikan bidan merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang akan
mempengaruhi kualitas pelayanan bidan tersebut, terutama pada penanganan ibu
melahirkan dan bayinya yang menjadi pasien dari bidan tersebut (Hidayat 2007).
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa dari 19 orang yang pernah
mengikuti pendidikan mengenai vitamin K, terdapat 16 bidan yang pernah
menolong kelahiran yaitu (53.3%) menyatakan bahwa tidak terdapat pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir, dan 3 bidan lainnya yaitu ( 10%) menyatakan ada
dilakukan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir. Serta dari 11 bidan yang pernah
menolong kelahiran dan tidak pernah mengikuti pendidikan mengenai vitamin K,
terdapat 9 bidan yaitu (30%) menyatakan bahwa tidak ada dilakukan pemberian
itamin K pada bayi baru lahir, dan 2 bidan lainnya yaitu (6.7%) menyatakan ada
dilakukan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir. Hasil analisa statistik diketahui
39
bahwa p value = 1.000 > 0.05 artinya Ho diterima, jadi tidak ada hubungan antara
pendidikan bidan dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
Dari data diatas diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan bidan dengan pelaksanaan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
Hal ini dapat dilihat dari 19 orang bidan yang pernah menolong kelahiran dan
memiliki pendidikan mengenai vitamin K hanya 3 saja yang menyatakan ada
dilakukan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir, sedangkan sisanya mengaku
tidak diberikan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.
4.2.3 Hubungan Pelatihan Bidan Yang Pernah Menolong Kelahiran Dengan
Injeksi Vitamin k Pada Bayi Baru Lahir
Pendidikan bidan merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang akan
mempengaruhi kualitas pelayanan bidan tersebut, Semakin sering bidan tersebut
mengikuti pelatihan tentang informasi dan mengikuti perkembangan terbaru
dalam ilmu kebidanan, maka semakin meningkat keterampilan bidan tersebut
dalam menangani permasalahan yang terjadi terhadap pasien yang ditanganinya,
terutama mengenai pentingnya pemberian vitamin K pada bayi baru lahir (Hidayat,
2007).
Namun demikian hal itu tidak berlaku dalam hal ini, pendidikan dan
pelatihan yang pernah diikuti bidan tidak lantas membuat bidan sadar akan
pentingnya pemberian injeksi vitamin K pada bayi baru lahir. Bidan lebih
cenderung menunggu perintah dari pusat dan juga bidan lebih cenderung
mengandalkan ketiadaan stock vitamin K di puskesmas sebagai kambing hitam
dari ketiadaan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir. Hal ini dapat dilihat dari
data berikut: dari 28 bidan yang pernah mengikuti pelatihan mengenai vitamin K,
40
terdapat 24 bidan yang pernah menolong kelahiran yaitu (80%) menyatakan
bahwa tidak terdapat pemberian vitamin K pada bayi baru lahir, dan 4 bidan
lainnya yaitu ( 13.3%) menyatakan ada dilakukan injeksi vitamin K pada bayi
baru lahir. Serta dari 2 bidan yang pernah menolong kelahiran dan tidak pernah
mengikuti pelatihan mengenai vitamin K, terdapat 1 bidan yaitu (3.33%)
menyatakan bahwa tidak ada dilakukan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir,
dan 1 bidan lainnya yaitu (3.33%) menyatakan ada dilakukan injeksi vitamin K
pada bayi baru lahir.
Hasil analisa statistik diketahui bahwa p value = 0.743 > 0.05 artinya Ho
diterima, jadi tidak ada hubungan antara pelatihan bidan dengan pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir.
Dari data diatas tampak jelas bahwasannya tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pelatihan yang pernah diikuti bidan dengan pelaksanaan
pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
4.2.4 Hubungan Sikap Bidan Yang Pernah Menolong Kelahiran Dengan
Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
Dari tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa dari 30 bidan yang diteliti
terdapat 10 bidan yang sikap sempurna, dan terdapat 5 bidan yang pernah
menolong kelahiran yaitu (16.7%) menyatakan bahwa tidak terdapat pemberian
vitamin K pada bayi baru lahir, dan 5 bidan lainnya yaitu ( 16.7%) menyatakan
ada dilakukan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir. Serta dari 20 bidan yang
pernah menolong kelahiran dan tidak bersikap sempurna, terdapat 20 bidan yaitu
(66.7%) menyatakan bahwa tidak ada dilakukan pemberian vitamin K pada bayi
baru lahir. Hasil analisa statistik diketahui bahwa p value = 0.003 > 0.05 artinya
41
Ho ditolak, jadi ada hubungan antara sikap bidan dengan pemberian vitamin K
pada bayi baru lahir.
Hubungan antara sikap dengan pelaksanaan pemberian vitamin K pada bayi
baru lahir setengan dari bidan yang bersikap sempurna yaitu 5 orang (16.7%)
menyatakan mereka melaksanakan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
Namun demikian vitamin K yang diberikan pada bayi baru lahir bukan berasal
dari puskesmas blang Keujeuren melainkan dari tempet praktek mereka
masing-masing. Dan 5 orang lainnya menyatakan tidak melakukan injeksi vitamin
K pada bayi baru lahir. Sedangkan 20 bidan yang tidak bersikap sempurna
menyatakan bahwa tidak dilakukan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
dikarenakan tidak adanya persediaan di puskesmas tersebut.
Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada
seseorang akan memberikan corak tingkah laku pada seseorang. Berdasarkan pada
sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaimana respon atau tindakan yang
akan diambil oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang
dihadapinya. Terutaman dalam hal pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
(Hariyadi.2003)
4.2.5 Hubungan Fasilitas Puskesmas Dengan Injeksi Vitamin k Pada Bayi
Baru Lahir
Dari tabel 4.12 diketahui bahwa dari 30 orang bidan yang pernah menolong
kelahiran, terdapat 25 (83.3%) orang bidan yang menyatakan terdapat fasilitas di
puskesmas Blang Keujeren namun tidak dilakukan Injeksi Vitamin K dikarenakan
vitamin K nya tidak tersedia. Sedangkan 5 (16.7%) bidan diantaranya yang
menyatakan terdapat fasilitas dan ada dilakukannya injeksi vitamin K pada bayi
42
baru lahir. Hasil analisa statistik diketahui bahwa bidan yang pernah menolong
kelahiran di puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat
menyatakan secara constant bahwa fasilias di puskesmas Blang Keujeren terdapat
fasilitas yang mendukung namun vitamin K tidak tersedia.
Dari data diatas diketahui bahwa fasilitas merupakan salah satu faktor
penunjang dalam pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir, seperti
ketersediaan peralatan yang mendukung untuk pelaksanaan injeksi pada bayi yang
baru lahir meliputi vitamin K, alat suntik dan lain –lainnya. Notoatmodjo (2003)
menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku ada tiga alasan di
antaranya adalah sumber daya (resource) meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan
dan pendapatan keluarga (Notoatmodjo, 2003).
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan maka dapat di
ambil kesimpulan yaitu :
1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwasanya tidak ada hubungan antara,
pengetahuan bidan dengan pelaksanaan pemberian vitamin K pada bayi baru
lahir ( p value = 1,000 > 0,05).
2. Dari hasil penelitian didapatkan bahwasanya tidak ada hubungan antara
pendidikan bidan dengan pelaksanaan pemberian vitamin K pada bayi baru
lahir ( p value = 1,000 > 0,05).
3. Dari hasil penelitian didapatkan bahwasanya tidak ada hubungan antara
pelatihan bidan dengan pelaksanaan pemberian vitamin K pada bayi baru
lahir ( p value = 0.743 > 0.05).
4. Dari hasil penelitian didapatkan bahwasanya ada hubungan antara sikap bidan
dengan pelaksanaan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir ( p value =
0.743 > 0.05).
5. Dari hasil penelitian didapatkan bahwasanya ada hubungan antara Fasilitas
puskesmas dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
6. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 30 orang bidan yang pernah
menolong kelahiran, terdapat 25 (83.3%) orang bidan yang menyatakan
terdapat fasilitas di puskesmas Blang Keujeren namun tidak dilakukan Injeksi
vitamin K dan 5 diantaranya menyatakan ada dilakukan injeksi vitamin K.
44
5.2 Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan agar dapat memberikan perintah kepada
puskesmas-puskesmas di aceh selatan khususnya puskesmas Blang
Keujeuren agar puskesmas tersebut melaksanakan pemberian vitamin K pada
bayi baru lahir.
2. Kepada puskesmas agar menyediakan vitamin K yang cukup untuk
penatalaksanaan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.
3. Untuk bidan yang bertugas membantu kelahiran agar dapat memberikan
injeksi vitamin K pada bayi baru lahir guna mengurangi resiko defisiensi
vitamin K.
4. Kepada ibu hendaknya ia menanyakan kepada bidan yang membantu
kelahiran mengenai pemberian vitamin K pada bayinya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia. Pustaka
Utama.
Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi ed. 2.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Barasi, M. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: PenerbitErlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Pedoman Teknis Pemberian
Injeksi Vitamin K1 Profilaksis pada bayi Baru Lahir. Jakarta ; Kemenkes
Republik Indonesia.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2012. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Heird WC. Vitamin deficiencies and excesses. Dalam: Behrman RE, Kliegman
Lanzkowsky P. Manual of pediatric hematology and oncology. Edisi ke-2.
New York: Churchill livingstone; 1995.h.239-49.
Hermaya, T. 1992. Ensiklopedi Kesehatan. Jakarta: PT.CiptaAdiKusuma
Hidayat, Alimul, A. 2007. Metode Penelitian kebidanan Teknis Analisis Data.
Yogyakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Notoadmojo, 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmojo, 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Prilaku, Jakarta : Rineka Cipta.
Notoadmoo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Purwanto. 2000. Data Obat di Indonesia. Jakarta :Grafidian
Rahayu. 2008. Vitamin K. Malang :UniversitasMuhammadiyah Malang.
Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara :PenerbitUniversitas Sumatera Utara.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: PenerbitBukuKompas.
Sugeng, Hariyadi. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT. UNNES Press.
Wilson, E.D., K.H. Fisher dan P.A. Gracia. 2001. Principle of Nutrition. New York:
John Wiley &Son,ed
Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.GramediaPustakaUtama.
46
Lampiran 1.
Kuisioner Penilitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian
Vitamin k Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Blang Keujeuren
Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.
Tahun 2013
Nama.Responden : ··························································
Umur : ··························································
Pendidikan terakhir : ··························································
Lama berkerja : ··························································
I. Pengetahuan
1. Tahukah anda apa itu vitamin K?
a. Tahu
b. Tidak tahu
2. Ada berapa jenis vitamin K?
a. Tahu
b. Tidak tahu
3. Mengapa vitamin K diberikan kepada bayi yang baru lahir?
a. Tahu
b. Tidak tahu
4. Kapan waktu yang tepat untuk memberikan vitamin K kepada bayi yang baru
lahir?
a. Tahu
b. Tidak tahu
47
5. Jenis vitamin K apa yang diberikan kepada bayi baru lahir?
a. Tahu
b. Tidak tahu
6. Berapa angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk pemberian vitamin K
pada bayi?
a. Tahu
b. Tidak tahu
7. Apa yang akan terjadi jika bayi kekurangan vitamin K?
a. Tahu
b. Tidak tahu
8. Apa yang akan terjadi jika bayi kelebihan vitamin K?
a. Tahu
b. Tidak tahu
9. Apa yang menyebab kan bayi kekurangan vitamin K?
a. Tahu
b. Tidak tahu
10. Apa yang menyebabkan terjadinya PDVK pada bayi?
a. Tahu
b. Tidak tahu
48
II. Pendidikan
1. Adakah bidan atau tenaga medis lainnya mengambil jenjang pendidikan lanjut?
a. Pernah
b. Tidak
2. Pernahkah bidan atau tenaga medis lainnya mengikuti magang di rumah sakit?
a. Pernah
b. Tidak pernah
3. Pernahkah bidan atau tenaga kesehatan mengikuti study banding!
a. Pernah
b. Tidak pernah
III. Pelatihan
1. Pernahkan bidan atau tenaga kesehatan lainnya mengikuti pelatihan tentang
vitamin K?
a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Pernahkah tenaga ahli datang dan memberikan penyuluhan mengenai vitamin
K?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
3. Pernahkan bidan atau tenaga kesehatan lainnya mencari tahu lebih lanjut
mengenai viamin K?
a. Pernah
b. Tidak pernah
49
IV. Sikap
1.Adakah anda mendokumentasikan pemberian vitamin K dibuku catatan?
a. Ada
b. Tidak
2.Apakah anda memcuci tangan dengan laruan karolin setelah melakukan
penyuntikan?
a. Ada
b. Tidak
3.Adakah anda mengamati kembali reaksi bayi pasca penyuntikan vitamin K?
a. Ada
b. Tidak
4.Sebelum memberikan vitamin K kepada bayi apakah anda melakukan
pengecekan ulang terhadap kualitas vitamin K?
a. Ada
b.Tidak
5. Apakah anda memberitahukan kepada ibu reaksi yang akan ditimbulkan sibayi
setelah diulakukan penyuntikan?
a. Ada
b. Tidak
6. Ketika memberikan injeksi vitamin K kepada bayi, apakah anda ada memakai
sarung tangan?
a. Ada
b. Tidak
50
V. Fasilitas
1. Apakah puskesmas memiliki stok alat suntik?
a. . Ada
b. Tidak
2. Apakah puskesmas memiliki persediaan vitamin k?
a. Ada
b. Tidak
3. Apakah puskesmas memiliki perlengkapan sarung tanggan?
a. Ada
b. Tidak
4. Apakah dipuskesmas tersedia alkohol?
a. Ada
b. Tidak
5. Apakah di puskesmas tersedia larutan karolin?
a. Ada
b. Tidak
V. Injeksi Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir
1. Apakah di puskesmas Blang Keujeuren ini ada dilakukan pemberian vitamin K
terhadap bayi baru lahir?
a. Ada
b.Tidak
2. Saat menarik vitamin K dengan mengunakan sepuit, apakah ada gelembung
udara yang tertinggal?
a. Ada
b. Tidak
51
3. Jika ada apakah anda terlebih dahulu mengeluarkan gelembung udara itu?
a. Ada
b. Tidak
4. Saat melakukan penyuntikan vitamin K, apakah anda terlebih dahulu
menegakkan kulit bayi dan memasukkan jarum suntik membentuk sudut 50o?
a. Ada
b. Tidak
5.Setelah melakukan penyuntikan, adakah anda melakukan desinfeksitempet
penyuntikan?
a. Ada
b. Tidak
6.Adakah anda memasukkan sepuit ke dalam larutan DTT setelah melakukan
penyuntikan?
a. Ada
b. Tidak
52
Lampiran 2.
No Variabel yang diteliti Nomor Urut
Pertanyaan
Skor
Jawaban Rentang / Interval
A B
1 Pengetahuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10 — 20
152
1020
Tahu > 15
Tidak Tahu ≤ 15
2 Pendidikan
1
2
3
2
2
2
1
1
1
3 — 6
5.42
36
Tahu > 4.5
Tidak Tahu ≤ 4.5
3 Pelatihan
1
2
3
2
2
2
1
1
1
3 — 6
5.42
36
Pernah > 4.5
Tidak penah ≤ 4.5
4 Sikap
1
2
3
4
5
6
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
6 — 12
92
612
Ada > 9
Tidak ≤ 9
5 Fasilitas
1
2
3
4
5
2
2
2
2
2`
1
1
1
1
1
5 — 10
5.72
510
Ada > 7.5
Tidak ≤ 7.5
6 Injeksi Vitamin K
Pada Bayi Baru Lahir
1
2
3
4
5
6
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
1
6 — 12
92
612
Ada > 9
Tidak ≤ 9
top related