permasalahan kpf
Post on 22-Dec-2015
30 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KERTAS KERJA PERSEORANGAN
(KKP)
RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA
PELAYANAN PENCATATAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA
PADA BIDANG PELAYANAN HUKUM KANTOR WILAYAH
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DKI JAKARTA
OLEH :
MUHAMMAD RAMDAN
NIP. 19740909199403 1 001
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA R.I
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN
HAM BEKERJA SAMA DENGAN
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA R.I
DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN III
ANGKATAN XLVIII
DEPOK, 10 DESEMBER TAHUN 2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
kasih dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan Kertas Kerja Perseorangan
(KKP) ini tepat pada waktunya. Adapun judul Kertas Kerja Perseorangan ini
adalah : “RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA PELAYANAN
PENCATATAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA PADA BIDANG
PELAYANAN HUKUM KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN
HAM DKI JAKARTA ”.
Kertas kerja perseorangan merupakan salah ssatu tugas untuk
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat III yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM RI bekerjasama dengan Lembaga
Administrasi Negara RI dengan tema : “PENINGKATAN KOMPETENSI
KEPEMIMPINAN APARATUR DALAM RANGKA OPTIMALISASI KUALITAS
PENATAAN PROGRAM PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI”.
Penulis sangat menyadari, bahwa kertas kerja ini dapat terselesaikan
dengan bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Segala bantuan, budi
baik dan uluran tangan berbagai pihak yang telah penulis terima baik dalam
pembelajaran maupun dari tahap persiapan penulisan sampai kertas kerja ini
terwujud.
i
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat
dan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III
dan proses penulisan kertas kerja ini, antara lain kepada :
1. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Kementerian Hukum dan HAM RI;
2. Widyaiswara dan fasilitator, yang telah banyak membantu proses belajar
mengajar peserta DIKLAT PIM TK. III angkatan XLVIII
3. Kepala Bidang Penyelenggara dan seluruh Panitia Diklat kepemimpinan
Tingkat III Angkatan XLVIII tahun 2013
4. Seluruh Peserta Diklat kepemimpinan Tingkat III Angkatan XLVIII tahun
2013.
Harapan penulis, semoga Kertas Kerja Perseorangan ini dapat
bermanfaat untuk organisasi, pimpinan dan rekan-rekan seangkatan maupun
sebagai referensi bagi penulisan Kertas Kerja Perseorangan angkatan yang
akan datang.
Pada akhirnya penulis berharap agar kertas kerja perseorangan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 10 Desember 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL & GAMBAR............................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................ 1
B. Isu Aktual........................................................................ 5
C. Lokus dan Lingkup Bahasan........................................... 5
BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JAMINAN FIDUSIA,
PELAYANAN PRIMA, KINERJA, SUMBER DAYA MANUSIA
A. Konsep Dasar Tentang Jaminan Fidusia........................ 6
B. Konsep Tentang Pelayanan Prima.................................. 8
C. Teori Kinerja.................................................................... 14
........................................................................................
D. Sumber Daya Manusia.................................................... 16
BAB III GAMBARAN UMUM KEADAAN BIDANG PELAYANAN
HUKUM KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM DKI
JAKARTA............................................................................ 18
A. Keadaan Sekarang......................................................... 18
1. Data........................................................................... 18
2. Visi dan Misi............................................................... 25
3. Tugas Pokok dan Fungsi........................................... 25
4. Isu Aktual................................................................... 26
5. Sasaran..................................................................... 26
6. Fakta.......................................................................... 27
B. Keadaan Yang Diinginkan............................................... 29
1. Gambaran Keadaan Yang Diinginkan....................... 29
iii
2. Tujuan dan Sasaran................................................... 30
3. Tingkat Kinerja Yang Akan Datang............................ 32
BAB IV ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGI DAN PEMECAHAN
MASALAH............................................................................ 35
A. Pokok Masalah................................................................ 35
B. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal........................ 35
C. Komparasi Faktor Internal dan Eksternal........................ 42
D. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal............................ 47
E. Peta Posisi Kekuatan Organisasi.................................... 49
F. Formulasi Strategi SWOT............................................... 50
G. Rencana Kegiatan Tahun 2013....................................... 52
BAB V PENUTUP............................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 56
iv
HALAMAN PENGESAHAN I
JUDUL : RENCANA KERJA PENINGKATAN
KINERJA PELAYANAN PENCATATAN
PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA
PADA BIDANG PELAYANAN HUKUM
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN
HUKUM DAN HAM DKI JAKARTA
PENYUSUN : MUHAMMAD RAMDAN
NIP 19740909199403 1 001
Depok, 10 Desember 2013
Telah diperiksa dan disetujui
PEMBIMBING PENYUSUN,
NIP…………………………………
MUHAMMAD RAMDAN
NIP. 177409091994031001
v
DAFTAR TABEL & GAMBAR
Tabel III 1. Sumber Daya Manusia..................................................
Tabel III 2. Rekapitulasi Pendaftaran Jaminan Fidusia....................
Tabel III 3. Pengukuran Pencapaian Sasaran.................................
Tabel III 4. Tingkat Kinerja Sekarang dan Akan Datang..................
Tabel III 5. Tingkat Kinerja Pegawai................................................
Tabel IV 6. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal.......................
Tabel IV 7. Komparasi Urgensi Faktor Internal dan Eksternal.........
Tabel IV 8. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal..........................
Tabel IV 9. Faktor Kunci Keberhasilan............................................
Tabel IV 10. Evaluasi Faktor Pendorong dan Penghambat...............
Tabel IV 11. Peta Kekuatan Organisasi.............................................
Tabel IV 12. Formulasi Strategi SWOT..............................................
Tabel IV 13. Rencana Kegiatan 2013................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kantor Wilayah adalah Instansi vertikal kementerian yang
berkedudukan di Propinsi dan bertanggungjawab kepada Menteri.
Adapun salah satu tugas Kantor Wilayah adalah menyelenggarakan
fungsi Administrasi Hukum Umum dan Pelayanan Hukum berdasarkan
Kebijakan Menteri Hukum dan HAM RI dan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, selanjutnya dalam melaksanakan fungsinya
sebagai perpanjangan tangan di daerah, pada setiap Kanwil dibentuk
4 (empat) Divisi yang membantu sebagian tugas Kepala Kantor
Wilayah dan salah satunya adalah Divisi Pelayanan Hukum dan HAM
yang memiliki salah satu fungsi, yaitu menyelengarakan fungsi
Administrasi Hukum Umum dan Pelayanan Hukum dan di
Implementasikan tugas tersebut kepada Bidang Pelayanan hukum dan
Subbidang Pelayanan Hukum Umum. Hal ini diatur dalam Peraturan
Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.M-01.PR.07.10 Tahun 2005
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM RI dimana disebutkan bahwa tugas Divisi Pelayanan
Hukum dan Ham adalah membantu Kepala Kantor Wilayah dibidang
pelayanan hukum dan HAM berdasarkan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal/Kepala Badan terkait.
Berbicara mengenai pelaksanakaan tugas yang berkaitan
dengan peraturan perundang-undangan maka pada tanggal 30
1
September 1999 telah diundangkan Undang-Undang No.42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia (untuk selanjutnya disingkat dengan
UUJF), guna menjawab kebutuhan yang sangat besar dan terus
meningkat dalam dunia usaha yang memerlukan dana sehingga
dipandang perlu diatur dalam ketentuan hukum yang jelas dan lengkap
mengenai lembaga Jaminan.
Berdasarkan ketentuan pasal 11 UU UUJF disebutkan bahwa
“Benda yang di bebani dengan Jaminan Fidusia Wajib di daftarkan”.
Dan selanjutnya dalam Pasal 12 UUJF mengatur bahwa untuk
pertama kalinya KPF didirikan di Jakarta dengan Wilayah Kerja
mencakup seluruh wilayah Negara RI yang berada dalam lingkup tugas
Departemen Kehakiman pada waktu itu atau Kementerian Hukum dan
HAM RI saat ini (Ditjen Administrasi Hukum Umum) untuk memperoses
Jaminan Fidusia pada masa transisi (NSTD) sebelum dibentuknya
Kantor Pendaftaran Fidusia di Daerah dan selanjutnya diatur lebih
lanjut melalui Keputusan Presiden No. 139 Tahun 2000 Tentang
Pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap Ibukota Propinsi di
wilayah RI dengan lingkup kerjanya meliputi wilayah kerja Kantor
Wilayah di setiap Daerah di Indonesia.
Atas dasar uraian tersebut diatas, maka Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta secara efektif menerima
permohonan Pendaftaran Jaminan Fidusia terhitung sejak Tanggal 1
April 2001 sampai dengan sekarang.
Sejalan dengan perkembangannya pada tahun 2013 tepatnya
pada tanggal 4 Pebruari 2013 telah dikeluarkan Surat Edaran Direktur
2
Jenderal Administrasi Hukum Umum No. AHU.OT.03.01-01 Tahun
2013 Tentang Proses Permohonan Jaminan Fidusia pada Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM yang mengatur secara teknis
tehadap proses permohonan Jaminan Fidusia, dari yang selama ini
diproses dan diproduksi oleh Kantor Wilayah.
Selanjutnya pada tanggal 5 Maret 2013 dikeluarkan kembali
Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum No. AHU-
06.OT.03.01 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan Sistem Administrasi
Pendaftaran Jaminan Secara Elektronik (Online System) yang
menetapkan bahwa Kantor Wilayah tidak lagi menerima permohonan
secara manual akan tetapi permohonan diajukan melalui online sytem
oleh para pemohon atau yang dikenal dengan Fidusia Online.
Kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan tersebut diatas,
merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk terwujudnya pencapaian
kinerja secara optimal dalam penyelenggaraan fungsi di bidang
Administrasi Hukum Umum dan Pelayanan Hukum pada umumnya
sehingga melalui kebijakan tersebut diharapkan pelayanan organisasi
dapat berperan secara efektif dan efisien dengan hasil produktifitas
yang cepat, tepat dan biaya ringan. Namun demikian dilain pihak
proses perubahan pelayanan dari manual kepada online system
hendaknya juga diikuti dengan pengaturan manajemen yang terarah
dan mengakomodir permasalahan yang ada sebelum diberlakukannya
Jaminan Fidusia Online, sehingga kualitas pelayanan yang dilakukan
mengarah kepada kepuasan pelanggan.
3
Adapun hal yang dirasakan terkendala dan menjadi isu terkait
diberlakukannya Jaminan Fidusia online, antara lain meliputi :
1. Dasar Hukum pengaturan Fidusia Online;
2. Loket Layanan Bersama menjadi tidak berfungsi;
3. Belum tersedia database register jaminan fidusia yang valid
dalam rangka mewujudkan kepastian hukum Jaminan Fidusia
untuk memenuhi asas publisitas bagi masyarakat;
4. Peran Kewenangan Kanwil sebagai KPF tidak berfungsi
sebagaimana ketentuan UUJF;
5. Tempat dan ruang Penyimpanan Arsip Jaminan Fidusia manual
memerlukan penanganan khusus untuk pengaturan dan
perawatannya.
Sebagai langkah untuk mengatasi isu tersebut, Organisasi
dituntut untuk terus melakukan upaya peningkatan kualitas layanan dan
terus dilakukan pembenahan melalui berbagai inovasi, kreatifitas yang
mengarahkan pada kepuasan pelanggan. Peran Kepemimpinan pada
level eselon III dituntut memiliki kompetensi untuk mengelola organisasi
dengan baik melalui perencanaan stratejik, melakukan pengorganisasi
dengan baik, melakukan pengarahan kepada bawahan agar dapat
bekerja dengan baik, dan yang tidak kalah pentingnya memiliki
kemampuan pengawasan sekaligus melakukan evaluasi pengukuran
kinerja pegawai, hal ini dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan
terlaksana sesuai dengan yang direncanakan sesuai dengan regulasi
yang ada serta meminimalisir terjadinya devisa. Kebijakan stratejik ini
sebagai upaya mendukung terwujudnya kepemerintahan yang baik
4
(Good Governance), dengan menerapkan pelayanan prima pada
masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin membahas
permasalahan dimaksud dalam bentuk Kertas Kerja Perorangan (KKP)
dengan judul : “RENCANA KERJA PENINGKATAN KINERJA
PELAYANAN PENCATATAN JAMINAN FIDUSIA PADA BIDANG
PELAYANAN HUKUM KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM
DAN HAM RI DKI JAKARTA”.
B. Isu Aktual
Salah satu komponen penyebab rendahnya kualitas pelayanan
Kantor Pendaftaran Fidusia dalam melaksanakan tugas pokok maupun
fungsinya adalah “BELUM OPTIMALNYA PENCATATAN
PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA”. Isu aktual tersebut memuat
unsur subjektif, yaitu isu petugas atau pegawai, predikatnya isu Kinerja
dan objek yaitu isu Pencatatan Pendaftaran Jaminan Fidusia.
C. Lingkup Bahasan
Pembahasan materi Kertas Kerja Perseorangan ini dibatasi
mengenai Peningkatan Kinerja Pegawai Pelayanan Pencatatan
Pendaftaran Jaminan Fidusia Bidang Pelayanan Hukum dan Divisi
Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM RI DKI Jakarta.
5
BAB II
KONSEP DASAR TENTANG JAMINAN FIDUSIA, PELAYANAN PRIMA
DAN PEMERINTAHAN YANG BAIK
A. Konsep Dasar Tentang Jaminan Fidusia
Fidusia sebagai suatu lembaga jaminan, umurnya sudah sangat
tua dan dikenal serta digunakan dalam masyarakat hukum Romawi.
Lembaga Jaminan Fidusia dalam hukum romawi dikenal dengan nama
fiducia cum creditore contracto, artinya janji yang kepercayaan yang
dibuat dengan kreditor. Adapun mengenai isi janji yang dibuat antara
debitor dengan kreditornya, bahwa debitor akan mengalihkan
kepemilikan atas suatu benda keapda kreditornya sebagai jaminan
utanya dengan kesepakatan bahwa debitor tetap akan menguasai
secara fisik benda tersebut dan kreditor akan mengalihkan kembai
kepemilikan atas benda tersebut kepada debitornya apabila utangnya
sudah dibayar lunas. Hal ini berbeda dengan pignus (gadai), dimana
mengharuskan adanya penyerahan secara fisik benda yang
digadaikan. Dalam hal fiducia cum creditore pemberi fidusia tetap
menguasai suatu benda yang menjadi objek fidusia untuk dapat
digunakan dalam menjalankan usahanya.
Dalam perkembangan mengenai jaminan fidusia bahwa
penerima fidusia (kreditur) perlu mendapat perlindungan dan kepastian
hukum, hal ini sebagai upaya yang dapat dilakukan oleh kreditur
terhadap debitur, bila debitur janji untuk menjual objek yang menjadi
jaminan fidusia atas kuasanya sendiri (debitur) dan pemberi fidusia
6
(kreditur) dilarang mengalihkan benda yang dijadikan objek jaminan
fidusia kepada pihak lain tanpa sepengetahuan penerima fidusia.
Fungsi pendaftaran Jaminan Fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia
untuk memperoleh sertifikat jaminan fidusia yang memiliki kekuatan
eksekutorial (sama kuatnya dengan putusan pengadilan) dan
Prereveren hak didahulukan terhadap kreditur lain.
Jaminan fidusia secara lengkap diatur dalam Undang-undang
Nomor 42 Tahun 1999. Pengertian fidusia menurut Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap berada dalam penguasaan
pemilik benda. Sedangkan pengertian jaminan fidusia itu sendiri adalah
hak jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak, berwujud
maupun yang tidak berwujud dan untuk benda bergerak dan tidak
bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani dengan hak
tanggungan yang keberadaannya dalam penguasaan pemberi fidusia
sebagai anggunan bagi pelunsan hutang dan memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.
Kewenangan Kantor Pendaftaran Fidusia, sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia dan Peraturan Pelaksanaannya, sebagai berikut :
1. Menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia, mencatat
jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia pada tanggal yang
sama tanggal penerimaan permohonan pendaftaran,
menerbitkan dan menyerahkan Sertifikat Jaminan Fidusia pada
7
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan
pendaftaran.
2. Menerima pendaftaran atas perubahan mengenai hal-hal yang
tercantum dalam Sertifikat Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar
Fidusia, Menerbitkan pernyataan perubahan yang merupakan
bagian tak terpisakan dari Sertifikat Jaminan Fidusia, sesuai dengan
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan.
3. Menerima pemberitahuan mengenai hapusnya jaminan fidusia,
mencoret pencatatan jaminan fidusia dari buku daftar fidusia;
Kewenangan tersebut di atas pada dasarnya berlaku untuk seluruh
Kantor Pendaftaran Fidusia di lingkungan Kementerian Hukum dan
HAM RI.
Selanjutnya berdasarkan Surat Edaran Administrasi Hukum
Umum No. AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan
Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik
(Online System), Kantor Wilayah dalam menjalankan tugas dan
fungsinya tidak lagi menerima permohonan pendaftaran jaminan
fidusia secara manual namun dilakukan secara elektronik atau
online.
B. Konsep Tentang Pelayanan Prima dan Kepemerintahan Yang Baik
(Good Governance)
1. Konsep Dasar Tentang Pelayanan Prima
Dalam sebuah organisasi negara memiliki sesuatu tujuan
diantaranya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dan
8
mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam hal ini yang berkaitan
dengan perlindungan, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab
pemerintah. Peran pemerintah untuk mencapai tujuan dimaksud
dilaksanakan oleh aparatur Negara dalam hal ini adalah pegawai
negeri sipil di pusat maupun di daerah dan memiliki kewajiban
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara baik dan benar
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan layanan kepada
masyarakat dalam bentuk pelayanan publik. Sedangkan pengertian
pelayanan itu sendiri menurut Lembaga Administrasi Negara adalah
suatu alat untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang
dibutuhkan pelanggan (2008;5). Bila dilihat dari pengertian
pelayanan itu sendiri berarti suatu kegiatan yang ditawarkan oleh
organisasi kepada pelanggan (customer) dalam bentuk barang
berwujud maupun tidak berwujud. Yang dikatakan barang berwujud
menuju pada suatu objek benda namun ada pelayanan yang tidak
berwujud yaitu dalam bentuk perasaan. Kepuasan atau tidak puas
terhadap suatu pelayanan.
Sebagai pelayan yang baik Pegawai Negeri Sipil memiliki
kewajiban melayani masyarakat dengan baik yang lebih popular
saat ini dengan istilah pelayanan prima dan dilaksanakan sesuai
dengan kewenangannya yang diperintahkan oleh peraturan
perundang-undangan.
9
Pelayanan prima akan terwujud apabila diimplementasikan
dengan kualitas layanan yang baik dan mampu memberikan
kepuasan kepada para pelanggan. Kinerja pelayanan public yang
dilakukan aparatur pegawai sipil akan menjadi tolak ukur bagi
keberhasilan kinerja pemerintah, karena fungsi pemerintah bersama
aparatur sebagai pelayan publik (public servest). Hal ini sesuai
dengan cita-cita Reformasi Birokrasi di Indonesia. Pelayanan prima
dan dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya yang
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pelayanan prima akan terwujud apabila diimplementasikan
dengan kualitas layanan yang baik dan mampu memberikan
kepuasan kepada para pelanggan. Kinerja pelayanan public yang
diakukan aparatur pegawai negeri sipil akan menjadi tolak ukur bagi
keberhasilan kinerja pemerintah, karena fungsi pemerintah bersama
aparaturnya sebagai pelayan publik (public servest). Hal ini sesuai
dengan cita-cita reformasi birokrasi di Indonesia. Harapan
terwujudnya reformasi birokrasi mampu menepis paradigma lama
bahwa aparatur pemerintah khususnya pegawai negeri sipil
cenderung minta dilayani bukannya melayani.
Era reformasi birokrasi menuju manajemen perubahan
aparatur pemerintah dituntut manajemen perubahan aparatur
pemerintah dituntut melayani yang berorientasi pada kepusanan
pelanggan. Perubahan paradigma ini perlu menjadi komitmen
bersama untuk diimplementasikan. Mendukung pendapat Lembaga
Administrasi Negara bahwa pelayanan publik harus diartikan
10
sebagai kewajiban yang diamanatkan oleh konstitusi untuk
dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka memenuhi hak-hak
warga masyarakat, sedangkan menurut Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara pelayan publik (masyarakat)
dalam bentuk barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan bentuk
karakteristik pelayanan antara lain sebagai berikut :
a. Memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaranya;
b. Memiliki kelompok kepentingan yang kuat termasuk kelompok
sasaran yang ingin dilayani (wide stakeholders);
c. Memiliki tujuan social;
d. Dituntut untuk akuntable kepada publik;
e. Memiliki konfigurasi indicator kinerja yang perlu kelugasan
(complex and debated performance indicator);
f. Seringkali menjadi sasaran itu positif.
Dari ke enam karakter diatas dapat dijadikan acuan bagi
aparatur pemerintah dalam melaksankan tugas pelayanan secara
prima, sebagaimana ditegaskan oleh Ovan and Lindsay
sebagaimana ditulis dalam modul pengembangan pelayanan prima
(2008) pelayanan prima adalah pelayanan yang berkualitas
dihubungkan dengan yang baik/prima (excellent) sesuai dengan
keinginan pelanggan, berdampak positif terhadap kinerja
pelayanan. Pelanggan adalah mitra, dengan membangun kesan
yang baik terhadap pelanggan berdampak sebagai berikut :
11
a. Dapat menimbulkan citra positif cimata pelanggan. Karena jasa
pelayanan yang diberikan dengan kualitas layanan dan biaya
yang sesuai peraturan yang berlaku;
b. Pelanggan termotivasi untuk bekerjasama (berperan aktif) dalam
pelaksanaan pelayanan prima;
c. Menghilangkan (menepis) anggapan miring pelanggan bahwa
pelayanan publik cenderung membebani dan menyusahkan
masyarakat dari segi financial, proses dan waktu penyelesaian.
Dalam hal ini pencapaian tujuan pelayanan sebagaimana
diuraikan diatas perlu didukung kemampuan sumber daya mansia
yang berkualitas dan professional berpedoman pada 9 (sembilan)
prinsip layanan publik antara lain :
a. Membuat seperangkat standar pelayanan;
b. Terbuka dan menyediakan informasi yang lengkap;
c. Melibatkan dan melakukan konsultasi dengan masyarakat;
d. Memberikan kemudahan dalam mengakses pelayanan dan
menyediakan pilihan;
e. Memberikan pelayanan yang adil;
f. Melakukan perbaikan sesuatu ketika terjadi kesalahan;
g. Efektif dalam mempergunakan sumber-sumber daya;
h. Melakukan perbaikan dan;
i. Bekerjasama dengan Unit-Unit Pelayanan Lain (LAN, 2008).
Sebagai standar pelayanan public ke 9 kriteria diatas tidak
dapat diabaikan dan perlu dijadikan acuan kerja dalam mencapai
kinerja yang baik, melalui standar pelayanan yang jelas sekaligus
12
dapat menentukan prodak pelayanan. Hal ini didukung Keputusan
Menpan Nomor 25 Tahun 2005 tentang Pedoman Umum
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Sedangkan faktor
lain yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung kinerja
pelayanan yang beroreintasi kepuasan pelanggan adalah faktor
keramahan, penampilan, dan keanggapan/kepedulian terhadap
pelanggan, serta adanya sarana dan prasarana seperti gedung,
ruang tunggu dan fasilitas kenyamanan lainnya yang membuat
pelanggan merasa betah dan dihargai. Mengutamakan pelanggan
itu suatu keharusan dalam pelayanan prima karena ada pendapat
umum bahwa pelanggan adalah raja.
2. Teori Tentang Kepemimpinan
Kata “Pemimpin” terjemahan dari bahasa Inggris
“Leadership” yang diartikan sebagai hubungan yang erat seorang
dan kelompok manusia, karena ada kepentingan bersama,
hubungan tersebut ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan
terbimbing dari pemimpin dan yang dipimpin.
Selain itu juga pengertian seorang pemimpin adalah seorang
yang memiliki ketrampilan untuk mempengaruhi atau
menggerakkan perilaku orang lain, mampu bekerja secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi, ini berarti bahwa
seorang pemimpin dituntut untuk memahami perilaku-perilaku orang
lain yang menjadi wewenang dan menggerakkan sesuai dengan visi
dan misi organisasi.
13
Seorang pemimpin dituntut agar dapat memenuhi suatu
persyaratan dalam melaksanakan suatu kegiatan organisasi, baik
organisasi pemerintah maupun swasta, selanjutnya pemimpin
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan
bawahannya, berdedikasi baik, serta pengalaman yang luas. Oleh
sebab itu pemimpin mempunyai perilaku yang dapat diterima oleh
bawahan dan lingkungan.
Selain masalah tersebut diatas, masalah lemahnya
pendidikan juga sangat berpengaruh pada kemampuan dan perilaku
kepemimpinan, sebab seorang pemimpin yang memiliki pendidikan
merupakan usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur
hidup dalam rangka pengalihan pengetahuan seseorang kepada
orang lain (bawahan) yang bersifat formal maupun informal.
C. Konsep Dasar Tentang Kinerja
Berdasarkan uraian di atas tentang pelayanan prima dalam
rangka mewujudkan konsepsi tentang pemerintahan yang baik (good
govemance) yang berorientasi pada pelayanan masyarakat. Untuk
mencapai hal di atas tidak dapat dipisahkan dari kinerja aparatur
pemerintahan khususnya pegawai negeri sipil.
Dengan mempedomani Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No. SE.31/M.P.PAN/12/2004, bahwa Instansi
pemerintah diharuskan membuat penerapan kinerja berupa rencana
kerja yang akan dicapai. Tujuan penentuan kinerja adalah agar sumber
daya manusia yang ada dapat bekerja secara optimal dan bertanggung
14
jawab selanjutnya kinerja dapat dilakukan secara efektif dan efisien,
yang akhirnya akan bermuara kepada pelayanan publik yang baik.
Kinerja yang baik adalah dilakukan dengan penuh tanggung
jawab dan sesuai dengan prosedur. Pengertian kinerja itu sendiri dalam
arti sempit adalah unjuk kerja atau kemampuan kerja baik secara
individu maupun kelompok sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Untuk mencapai kinerja yang baik perlu adanya perencanaan
strategic. Perencanaan strategik organisasi adalah alat manajemen
yang dapat menentukan kemana sebuah organisasi akan menuju dan
dalam waktu beberapa tahun kedepan. Selanjutnya bagaimana cara
kita mengetahui telah sampai atau belum dalam arah tersebut. Hal ini
perlu ditetapkan melalui analisa lingkungan strategik. Perencanaan
kinerja yang baik maka akan menghantarkan sumber daya manusia
pelaksana di lapangan kea rah yang baik pula dalam rangka
tercapainya manajemen perubahan kea rah yang lebih baik.
Analisa lingkungan strategik akan menghasilkan perencanaan
strategik yang baik dan berdampak positif terhadap kinerja seperti :
1. Akan terwujudnya perencanaan perubahan dalam lingkungan yang
semakin komplek.
2. Dapat mengelola keberhasilan;
3. Memberikan orientasi pada pelayanan prima (service of excellence);
4. Menjamin efektifitas penggunaan sumber-sumber organisasi;
5. Meningkatkan produktifitas.
Sebagai langkah lanjutan perlu dilakukan evaluasi apakah
kinerja organisasi telah sesuai dengan yang direncanakan dan
mendukung kebijakan pemerintah. Disinilah diperlukan evaluasi kinerja
15
melalui pengukuran kinerja sebagai dasar untuk menilai keberhasilan
dan kegagalan apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan
yang direncanakan.
D. Sumber Daya Manusia
Untuk memahami pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
sebaiknya diawali dengan kata kuncinya dahulu yaitu : Daya (energi).
Daya konteks SDM adalah “Daya yang bersumber dari manusia berupa
tenaga/kekuatan yang ada pada diri manusia itu sendiri, yang
digambarkan dengan memiliki/mempunyai kemampuan (competency)
untuk membangun, artinya untuk bisa maju positif dalam setiap
kegiatan usaha/organisasi”.
Membangun atau melakukan kegiatan pembangunan, adalah
suatu proses kegiatan yang sistematik, terencana, terpadu dan
berkelanjutan untuk tercapainya keadaan (manfaat) positif yang lebih
baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, baik bagi diri manusia
itu sendiri, bagi institusinya di mana ia berkarya maupun bagi
masyarakat lingkungan dimana kemampuan manusia tersebut
dilaksanakan. Mampu membangun berarti “Daya” (energi dan power)
dan adanya kemampuan untuk bekerja dengan sebaik-baiknya
profesional dan penuh tanggung jawab.
Nawawi mengatakan ada tiga pengertian Sumber Daya
Manusia, yaitu :
1. Sumber Daya Manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan
suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau
karyawan);
16
2. Sumber Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
3. Sumber Daya Manusia adalah potensi yang merupakan aset,
berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam
organisasi bisnis yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata
(real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi.
17
BAB III
GAMBARAN UMUM PADA BIDANG PELAYANAN HUKUM KANTOR
WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
DKI JAKARTA
A. Keadaan Sekarang
1. Data
Kantor Wilayah Departemen Kehakiman DKI Jakarta pertama
kali dibentuk pada tahun 1982 yang keberadaannya diatur
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor:
M.01.03.PR07.10 Tahun 1982 yang kemudian diperbaharui dengan
Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M-03.PR-07.10 Tahun
1992.
Kantor Wilayah pada saat itu meliputi wilayah Tangerang
dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) terdiri dari Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dan
Rumah Tahanan Negara (RUTAN). Kemudian untuk Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Wilayah Tangerang diserahkan kepada Kantor
Wilayah Jawa Barat dan kemudian dibentuk pula Rumah
Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN) yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI
Nomor: A.325.KP.04.04 Tahun 2001 tanggal 1 Maret 2001
Kepala Kantor Wilayah dibantu para koordinator yaitu
Koordinator Administrasi Koordinator Pemasyarakatan dan
Koordinator Keimigrasian. Pada saat ini berdasarkan Peraturan
18
Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: M.01.PR.07.10 Tahun 2005
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM istilah Koordinator dirubah menjadi Divisi masing-
masing divisi dpimpin oleh seorang Kepala Divisi. Divisi-divisi
tersebut terdiri dari:
1. Divisi Administrasi, yang mempunyai tugas membantu Kepala
Kantor Wilayah dalam melaksanakan pembinaan teknis di
wilayah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Sekretaris Jenderal;
2. Divisi Pemasyarakatan, yang bertugas membantu Kepala Kantor
Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah di
bidang Pemasyarakatan berdasarkan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan;
3. Divisi Keimigrasian, yang bertugas membantu Kepala Kantor
Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas Kantor Wilayah di
bidang keimigrasian berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Imigrasi;
4. Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, yang bertugas membantu
Kepala Kantor Wilayah dalam melaksanakan sebagian tugas
Kantor Wilayah di bidang Pelayanan Hukum dan HAM
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kantor Wilayah DKI Jakarta membawahi sebanyak 27 (dua
puluh tujuh) Unit Pelaksana Teknis yang terdiri dari 4 (empat)
19
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS), 3 (tiga) Rumah Tahanan
(RUTAN) 4 (empat) Balai Pemasyarakatan (BAPAS), 5 (lima)
Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN), 7 (tujuh)
Kantor Imigrasi (KANIM) dan 1 (satu) Rumah Detensi Imigrasi
(RUDENIM) dan 1 (satu) Rumah Sakit.
Kantor Wilayah DKI Jakarta sebelumnya juga membawahi
ruang lingkup PERADILAN se-DKI Jakarta (Pengadilan Negeri,
Pengadilan Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara,Pengadilan
Tinggi, Pengadilan Tinggi Agama, dan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara), dan pada tahun 1998 dikeluarkan TAP
MPR/X/1998 yang menetapkan kekuasaan kehakiman harus bebas
dan terpisah dari kekuasaan eksekutif. Kebijakan bahwa Peradilan
harus berada satu atap dengan Mahkamah Agung (MA) kemudian
diatur dan dijabarkan dalam UU Nomor 35/1999 tentang perubahan
UU Nomor 14 Tahun 1970, undang-undang tersebut telah dicabut
serta dinyatakan tidak berlaku oleh UU Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman. Adapun tentang Mahkamah Agung
yang membawahi peradilan diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 2004
tentang Perubahan atas UU Nomor 14 Tahun 1985. Selanjutnya
dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Pengalihan Urusan Organisasi Administrasi dan
Finansial Lembaga Peradilan dari Departemen Hukum dan HAM RI
ke Mahkamah Agung.
Sejalan dengan perubahan nomenklatur tersebut, Bidang
Pelayanan Hukum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
20
DKI Jakarta mempunyai salah satu tugas yaitu melakukan
penerimaan permohonan Pendaftaran Jaminan Fidusia yang efektif
pelaksanaannya terhitung mulai tanggal 1 April 2001, untuk
melaksanakan amanah Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia. Bidang Pelayanan Hukum dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya didukung dengan sumber
daya manusia (SDM) dan sarana prasarana sebagai berikut :
a. Sumber Daya Manusia
Jumlah Pegawai Bidang Pelayanan Hukum ada 31
(tiga puluh satu) orang yang terdiri dari :
1) Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 15 orang
Perempuan 16 orang
Jumlah 31 orang
2) Pejabat Struktural berjumlah 3 (tiga) orang :
- Kepala Bidang Pelayanan Hukum : 1 orang
- Kepala Sub Bidang Pelayanan Hukum
Umum : 1 orang
- Kepala Sub Bidang Penyuluhan dan
Bantuan Hukum : 1 orang
3) Fungsional Umum berjumlah 28 (dua puluh delapan) orang
yaitu :
- Staf Sub Bidang Pelayanan Hukum
Umum : 22 orang
21
- Staf Sub Bidang Penyuluhan dan
Bantuan Hukum : 6 orang
4) Tingkat Pendidikan Pegawai
- Strata 2 (Magister) : 4 orang
- Strata 1 (Sarjana) : 27 orang
- SLTA : - orang
5) Pangkat Golongan Ruang Pegawai :
- Golongan IV : - orang
- Golongan III : 31 orang
- Golongan II : - orang
TABEL 1
SUMBER DAYA MANUSIA
NO SASARAN JUMLAH
1 Menurut Jabatan
- Kepala Bidang 1
- Kasubbid 2
- Staf 28
2 Berdasarkan Golongan/Pangkat
- Penata Tk. I / III d 2
- Penata / III c 4
- Penata Muda Tk. I / III b 8
- Penata Muda / III a 13
3 Berdasarkan Jenis Kelamin
- Pria 11
- Wanita 17
4 Berdasarkan Pendidikan Formal
22
- S2 (Strata 2) 4
- S1 (Strata 1) 24
- D3 (Diploma Tiga) -
- SLTA -
6) Struktur Organisasi Bidang Pelayanan Hukum sebagai
berikut :
Gambar 1
Struktur Organisasi Bidang Pelayanan Hukum
b. Sarana dan Prasarana
1) Ruang Divisi Pelayanan Hukum dan HAM terbagi atas
beberapa ruang kerja, yaitu ruang lantai 1 untuk loket
pelayanan bersama dan ruang lantai 3 untuk Ruang Kadiv,
Kabid, Kasubbid berserta staf, dengan rincian sebagai
berikut :
a) Ruang Kepala Bidang Pelayanan Hukum : 4 x 4 M2
KEPALA BIDANG PELAYANAN HUKUM
KEPALA SUB BIDANG PENYULUHAN DAN BANTUAN HUKUM
KEPALA SUB BIDANG PELAYANAN BANTUAN HUKUM
STAF SUB BIDANG PENYULUHAN DAN BANTUAN HUKUM BERJUMLAH
6 (ENAM) ORANG
STAF SUB BIDANG PELAYANAN HUKUM UMUM BERJUMLAH 22
(DUA PULUH DUA ORANG)
23
b) Ruang Kepala Sub Bidang Pelayanan : 3 x 3 M2
c) Ruang Loket Pelayanan : 2 x 10 M2
d) Ruang Korektor : 5 x 4 M2
e) Ruang Scanner : 3 x 4 M2
f) Ruang Registrasi Kewarganegaraan, Notariat
dan HAKI : 10 x 4 M2
2) Prasarana / Peralatan Kantor meliputi :
- Komputer : 13 unit
- Server (HKI) : 1 set
- Scanner : 4 buah
- Printer : 9 buah
- lemari : 12 buah
- Lemari Kayu : 12 buah
- Telepon : -
c. Jumlah Pendaftaran Fidusia
Sejak dibukanya Kantor Pendaftara Fidusia Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta, yaitu TMT 1
April 2001 hingga saat ini kurang lebih telah menerima berkas
permohonan sebanyak 5 juta permohonan, untuk jumlah
permohonan 3 tahun terakhir tahun 2011 s/d 2013 ( Maret 2013)
diperoleh data yaitu :
Tabel 2
24
Rekapitulasi Pendaftaran Jaminan Fidusia
NO TAHUNJAMINAN FIDUSIA
KETERANGANPENDAFTARAN PERUBAHAN PENGHAPUSAN
1. 2011 65.805 7000 200 -
2. 2012 80.600 9000 354 -
3. 2013 50.982 4000 225 Maret 2013
JUMLAH 197.387 20.000 779
2. Visi dan Misi
Visi
“Masyarakat memperoleh Kepastian Hukum”
Misi
“Perlindungan Hak Asasi Manusia”
3. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok dan fungsi Bidang Pelayanan Hukum diatur
dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor:
M.01.PR.07.10 Tahun 2005 Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Bidang Pelayanan Hukum mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan di bidang pelayanan penerimaan Permohonan Pendaftaran,
Letigasi dan Sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual, Penyuluhan
Hukum, Konsultasi dan Bantuan Hukum serta Pelayanan
Administrasi Hukum Umum lainnya.
Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Pelayanan Hukum
menyelenggarakan fungsi :
25
- Pelaksanaan pelayanan permohonan
pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual;
- Pelaksanaan pelayanan administrasi hukum
umum dan jasa hukum lainnya;
- Pelaksanaan penyuluhan hukum, konsultasi
hukum dan bantuan hukum;
- Pelaksanaan legitasi dan sosialisasi hak
kekayaan intelektual.
4. Isu Aktual
Adalah sesuatu yang akan dicapai atau menghasilkan
pelayanan yang prima dalam jangka waktu 1 (satu) tahunan
kedepan, ini ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi
dan misi serta berdasarkan pada isu-isu dan analisis strategik.
Bertitik tolak dari isu aktual dan fungsi serta permasalahan
yang dihadapi, maka untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil
guna atas pelaksanaan tugas tersebut perlu ditetapkan tujuan yang
ingin dicapai Bidang Pelayanan Hukum Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta yaitu meningkatkan
kinerja Bidang Pelayanan Hukum dalam rangka melakukan
Pencatatan Pendaftaran Jaminan Fidusia.
5. Sasaran
Sasaran adalah hasil akan dicapai secara nyata oleh instansi
pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur dalam kurun
waktu 1 (satu) tahun atau yang lebih pendek dari tujuan yaitu
26
Terwujudnya Pelaksanaan Pencatatan Pendaftaran Jaminan
Fidusia.
6. Fakta
Fakta yang ada pada Bidang Pelayanan Hukum Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta diperjelas
dengan keadaan sebagai berikut :
1) Kurangnya kinerja petugas yang menangani Pencatatan
Jaminan Fidusia yang sesuai dengan kopetensinya, seperti latar
belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan fungsinya,
sementara jumlah petugas JFU sebanyak 28 (dua puluh dua)
orang pegawai pada Bidang Pelayanan Hukum yang bertugas
sebagai staf Sub Bidang Pelayanan Umum berjumlah 22 (dua
puluh dua) orang dengan latar belakang pendidikan Strata satu
(S1) Adapun pembagian tugas staf atau Jabatan Fungsional
Umum (JFU) adalah sebagai berikut :
(1) 8 (delapan) orang staf JFU bertugas pada layanan loket
bersama dan sekaligus berfungsi sebagai korektor
Pendaftaran Jaminan Fidusia;
(2) 2 (dua) orang staf JFU bertugas memberikan penomeran
Pendaftaran Jaminan Fidusia;
(3) 2 (dua) orang staf JFU bertugas sebagai staf Kepala Divisi
Pelayanan Hukum dan HAM DKI Jakarta;
(4) 2 (dua) orang staf JFU bertugas menangani permohonan
HKI;
27
(5) 3 (tiga) orang staf JFU bertugas melakukan proses produksi
pencetakan buku daftar fidusia dan sertifikat fidusia
sekaligus melakukan input atau entry data jaminan fidusia;
(6) 2 (dua) orang staf JFU bertugas melakukan pemeriksaan
terhadap buku daftar fidusia dan sertifikat Fidusia dan
melakukan pemilahan dan penyatuan berkas lampiran
dalam Buku daftar dan sertifikat Fidusia;
(7) 2 (dua) orang staf JFU bertugas menerima permohonan
Perubahan dan Penghapusan Jaminan Fidusia;
(8) 1 (satu) orang staf JFU bertugas menangani urusan
Kenotariatan, Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan serta
pelayanan informasi database pendaftaran Jaminan
Fidusia.
2) Kompetensi petugas dalam menangani meningkatnya
permohonan Pendaftaran Jaminan Fidusia.
- Jumlah staf Sub Bidang Pelayanan Hukum Umum cukup
banyak dan proporsional dengan jumlah pegawai sebanyak
22 (dua puluh dua) orang dan saat ini belum pernah
mendapatkan diklat teknis fidusia, kemampuan dan
keterampilan petugas pelayanan diperoleh hanya melalui
pembinaan dan bimbingan dari Kepala Sub Bidang
Pelayanan Hukum Umum maupun Kepala Bidang Pelayanan
Hukum dengan tingkat pendidikan rata-rata S1 dan S2
Hukum dan dengan kemampuan penguasan IT yang kurang
memadai.
28
3) Pencatatan Jaminan Fidusia
Dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat, baik kreditur maupun debitur atau pihak yang
berkepentingan, maka setiap pendaftaran Jaminan Fidusia
dicatat dlm buku register Pendaftaran Fidusia yang
dipergunakan sebagai pemenuhan asas publisitas bagi
masyarakat yang memerlukan informasi terkait dengan objek
Jaminan Fidusia.
Memperhatikan pelaksanaan pencatatan register selama ini
masih jauh tertinggal prosesnya dari jumlah permohonan, maka
pencatatan dilakukan melalui entry data yang kemudian diproses
menjadi database register pendaftaran Jaminan Fidusia agar
dapat lebih cepat, tepat dan efisien dalam pencariannya.
B. Keadaan Yang Diinginkan
1. Gambaran Keadaan Yang Diinginkan
Keadaan yang diinginkan yaitu tercapainya sasaran seperti
yang ditetapkan, hal tersebut berdasarkan faktor-faktor yang
mendukung keberhasilan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun
mendatang dengan indikator-indikator meliputi pertama
meningkatnya Kinerja Petugas Operator dalam melakukan entry
data Pendaftaran Jaminan Fidusia yang perlu didukung jumlah
pegawai yang semula 4 (empat) orang staf, idealnya ditambah
menjadi 10 (sepuluh) staf dengan latar belakang pendidikan SMU
plus Komputer untuk melakukan entry data Jaminan fidusia, kedua
29
meningkatnya kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan
melalui Diklat Teknis yang dilaksanakan oleh BPSDM maupun
Ditjen AHU atau megirimkan tenaga Oprator untuk mengikuti
pendidikan pada lembaga pendidikan computer. Ketiga dari kedua
factor diatas maka diharapkan akan meningkatnya pemberian
Informasi Pencatatan Jaminan Fidusia kepada masyarakat.
2. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan
Tujuan organisasi merupakan pernyataan umum yang
menggambarkan suatu rumusan keingingan yang hendak
dicapai dalam waktu yang akan datang dan bersifat jangka
panjang yaitu 5 (lima) tahun. Agar tujuan tersebut dapat dicapai
secara bertahap maka perlu dijabarkan ke dalam sasaran
tahunan, yang dapat dicapai dalam waktu 1 (satu) tahun.
Adapun tujuan yang ingin dicapai Rencana Kerja Bidang
Pelayanan Hukum adalah Terwujudnya Pelaksanaan
Pencatatan Pendaftaran Jaminan fidusia pada Bidang
Pelayanan Hukum dalam memberikan Pelayanan Pendaftaran
Jaminan Fidusia.
b. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya Pelayanan
Pendaftaran Jaminan Fidusia yang prima, oleh karena itu untuk
30
mengukur tingkat pencapaian sasaran, akan digambarkan dalam
tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3
Pengukuran Pencapaian Sasaran Tahun 2013
SasaranIndikator
Sasaran
Rencana Tingkat Capaian (Target)
Realisasi
Prosentase Tingkat
Pencapaian Rencana Tingkat
Capaian
Keterangan
Terwujudnya Pencatatan Pendaftaran Jaminan Fidusia yang prima kepada masyarakat
- Meningkatnya kinerja petugas operator dalam melakukan entry data pendaftaran Jaminan Fidusia
90% 75% 75% Penambahan petugas entry data 10 orang
Pendidikan SMU plus Computer
- Meningkatnya kompetensi/ kemampuan petugas terhadap IT
90% 75% 75% Petugas mampu secara optimal memanfaatkan IT
- Meningkatnya pemberian Informasi Pencatatan Jaminan Fidusia kepada Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia.
100% 50% 50% Adanya kepastian waktu
Dengan sasaran terwujudnya Pencatatan Pendaftaran
Jaminan Fidusia yang prima kepada masyarakat, terdapat
indikator sasaran yang ingin dicapai, yaitu :
31
o Untuk indikator sasaran berupa meningkatnya kinerja
petugas Operator dalam melakukan entry data Pendaftaran
Jaminan Fidusia tingkat capaian yang diinginkan pada tahun
2013 diharapkan 90%, karena petugas yang ada hanya 4
(empat) orang, dan akan diupayakan penambahan sebanyak
6 (enam) orang menjadi 10 (sepuluh) orang petugas dengan
latar belakang pendidikan SMU plus Komputer untuk
melakukan Entry data Jaminan Fidusia.
o Untuk indikator kompetensi atau kemampuan petugas
pelayanan pendaftaran tingkat capaian 90% karena staf yang
belum mendapatkan pendidikan teknis komputer, akan
segera diikutkan untuk mengikuti Dikat Teknis komputer di
BPSDM maupun Ditjen AHU atau mengikut sertakan
pertugas operator untuk mengikuti pendidikan pada lembaga
pendidikan Komputer dengan menggunakan anggaran
PNBP.
o Untuk indikator Meningkatnya pemberian Informasi
Pencatatan Jaminan Fidusia kepada masyarakat maka penyajian
data manual akan diubah menjadi database jaminan fidusia
yang kemudian akan dimasukan dalam website, personal
computer (PC) yang ditempatkan pada lantai 1 loket
pelayanan.
3. Tingkat Kinerja Yang Akan Datang
32
Pengukuran kinerja dimulai dengan penetapan tujuan dan
sasaran yang prioritas beserta indikator dan satuan ukurannya.
Sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya Pelaksanaan
Pencatatan Pendaftaran Jaminan Fidusia, adapun indikatornya
adalah :
a. Meningkatnya Kinerja Petugas Operator dalam melakukan entry
data Jaminan Fidusia, salah satunya upaya pengadaan Jasa
Entry data dengan menggunakan anggaran PNBP Kanwil dan
Penambahan Petugas Operator dengan Pendidikan SMU plus
Komputer dari 4 menjadi 10 orang Operator.
b. Meningkatnya kompetensi/kemampuan petugas, hal ini melalui
pengiriman petugas Operator untuk mengikuti Diklat Teknis
Komputer baik melalui BPSDM, Ditjen AHU atau mengirimkan
petugas Operator untuk mengikuti Pelatihan Komputer pada
Lembaga Pendidikan Komputer.
c. Meningkatnya pemberian Informasi Pencatatan Jaminan Fidusia
kepada Masyarakat dalam bentuk menampilkan Database
Jaminan Fidusia melalui Website Kanwil dan Menyediakan data
dalam personal Komputer Petugas yang ada pada Loket
Pelayanan .
Untuk pengukuran tingkat kinerja petugas dapat diperjelas
pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4Kinerja Sekarang dan Akan Datang
SASARAN INDIKATOR SATUAN UKUR KINERJA
33
SKR
YANG AKAN DATANG
3 BLN
6 BLN
9 BLN
12 BLN
Terwujudnya Pencatatan Pendaftaran
Jaminan Fidusia yang prima kepada masyarakat
- Tersedianya Operator entry data
Orang 4 6 8 10 12
- Peningkatan pemahaman Petugas terhadap IT
Orang 4 4 4 - 4
- Peningkatan pemberian Informasi Pencatatan Jaminan Fidusia
% 50 70 80 90 100
Untuk mewujudkan sasaran yang diinginkan yaitu
terwujudnya kemampuan dan keterampilan petugas dalam
melakukan pencatatan pendaftaran Jaminan Fidusia yang prima,
maka perlu dibuat program penambahan petugas Operator,
mengadakan diklat teknis Komputer, dan melakukan implementasi
dengan cara menampilkan database melaui Website dan Personal
Computer (PC) pada loket pelayanan sehingga dapat meningkatkan
kualitas pelayanan yang cepat, tepat dan akurat sebagai wujud
pelayanan prima.
34
BAB IV
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGI DAN RENCANA KERJA
A. Pokok Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang
perlu mendapatkan perhatian dalam memberikan pelayanan hukum
adalah masih lemahnya pelayanan untuk memenuhi tuntutan
masyarakat yaitu pelayanan yang cepat, tepat dan biaya yang ringan,
sehubungan dengan hal tersebut rumusan pokok masalah adalah :
“Bagaimana meningkatkan kinerja Bidang Pelayanan Hukum dalam
rangka terwujudnya Pencatatan Pendaftaran Jaminan Fidusia yang
prima di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta .
B. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Setiap organisasi pada dasarnya mempunyai tujuan yang ingin
dicapai, namun dalam mewujudkan tujuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor yang bersumber dari lingkungan
internal dan faktor dari luar yaitu faktor eksternal. Oleh karena itu
eksistensi seorang pemimpin dalam organisasi dituntut untuk mampu
mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh tersebut terhadap
35
jalannya roda organisasi tersebut sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai.
Untuk mengetahui faktor-faktor tersebut, maka perlu dilakukan
Teknis Analisis Manajemen (TAM) dengan menggunakan analisis
SWOT yaitu analisis dengan menggali kekuatan (strenghts),
kelemahan (weaknesess), peluang (opportunities) maupun ancaman
(treaths).
Dari SWOT tersebut terbagi menjadi 2 (dua) faktor yaitu faktor
internal itu sendiri dapat berupa kekuatan (strenghts) dan kelemahan
(weaknesess), sedangkan faktor eksternal dapat berupa peluang
(opportunities) maupun ancaman (threaths).
Identifikasi Faktor Internal dilakukan untuk mengidentifikasi
sejumlah kemampuan dan Sumber Daya Internal yang dapat
diandalkan dalam mencapai tujuan dan sasaran. Kemampuan dan
sumber daya yang baik akan dapat dijadikan sebagai Kekuatan
(Strenghts). Sebaliknya kemampuan dan sumber daya yang rendah
akan dapat dijadikan sebagai Kelemahan (Weaknesess).
Identifikasi Faktor Eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi
input atau masukan terhadap organisasi. Kebutuhan, keinginan dan
harapan lingkungan organisasi merupakan input yang harus diolah dan
mendatangkan suatu keuntungan atau manfaat yang besar sehingga
mendukung kegiatan organisasi dikategorikan sebagai Peluang
(Opportunity). Sebaliknya Faktor Eksternal yang dinilai tidak
mendatangkan manfaat bagi organisasi dapat dikategorikan sebagai
Ancaman (Threaths).
36
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diidentifikasi Faktor
Internal dan Eksternal sebagai berikut :
1. Faktor Internal
a. Faktor Kekuatan (Strenghts)
1) Adanya Tugas dan Fungsi yang Jelas
Tugas dan fungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Tugas dan fungsi tersebut memberikan kepastian
atau keterukuran penganalisaan lebih pasti.
Dalam melaksanakan organisasi tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) merupakan acuan kerja yang berisi tugas
dan uraian fungsi dan masing-masing pegawai.
Tugas dan Fungsi yang jelas akan dapat membantu
pegawai dalam merencanakan dan melaksanakan tujuan
kinerjanya. Dengan tupoksi yang jelas akan dapat diketahui
dengan jelas apa yang harus direncanakan dan yang harus
dikerjakan. Dengan demikian secara legalitas ada kepastian
hukum untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi dengan
baik. Kejelasan tugas dan fungsi akan menjadi Kekuatan
(Strenghts) yang mendukung tercapainya suatu kinerja.
2) Adanya Anggaran yang memadai
Tersedianya anggaran bagi Satker merupakan hal
penting bagi organisasi sebagai bentuk pertanggungjawaban
pemerintah kepada masyarakat, guna mengarahkan
pembangunan dengan tujuan untuk menaikan tingkat kualitas
hidup masyarakat melalui pelayanan yang diberikan wujud
37
komitmen pemerintah kepada masyarakat khususnya dalam
penyediaan pelayanan public yang berpihak kepada
masyarakat.
3) Adanya Pendelegasian Wewenang
Dalam penandatanganan Jaminan Fidusia merupakan
sebuah kekuatan selain dapat mengatur teknis pelayanan
juga dapat memberikan motivasi kepada petugas untuk
dapat mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat, hal
ini bertujuan untuk mempermudah pembagian kerja
sekaligus mengontrol untuk mempermudah pembagian kerja
sekaligus mengontrol tanggung jawab yang diberikan,
sehingga dapat mendukung kelancaran pelaksanaan tugas
Pelayanan Pendaftaran Jaminan Fidusia.
b. Faktor Kelemahan (Weaknesess)
Adapun faktor internal yang berupa kelemahan
(weaknesess) adalah :
1) Kurangnya Tenaga Operator yang melakukan entry data
Jaminan Fidusia
Jumlah Tenaga Operator yang melakukan entry data
Jaminan Fidusia jika dilihat dari segi kuantitas belum
memadai, selain itu tenaga operator yang ada berpendidikan
sarjana (S1) hukum sehingga pelaksanaan entry data dirasa
belum optimal. Padahal idealnya petugas operator adalah
38
cukup dilakukan oleh pegawai yang memiliki pendidikan
SMU plus Komputer sehingga dapat menunjang kegiatan
Entry data Jaminan Fidusia yang permohonannya mengalami
kenaikan pada tiap harinya. Adapun jumlah petugas
operator yang ada saat ini berjumlah 4 (empat) orang
Sarjana Hukum yang tidak didukung dengan keterampilan
Komputer.
2) Kurangnya Dukungan Pimpinan
Sebagaimana kita ketahui bahwa Pemimpin sangat
diperlukan untuk dapat menggerakan organisasi, termasuk
dalam memberikan dukungan terhadap penataan Sumber
Daya Manusia yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi dan penempatannya disesuaikan dengan
kompetensi SDM yang bersangkutan.
3) Kurangnya System Aplikasi database
System Informasi dalam bentuk aplikasi diperlukan untuk
mempermudah suatu proses pengolahan data dan informasi
sehingga data yang ada tersebut dapat dibuat sedemikian
rupa menjadi suatu informasi yang berguna untuk
kepentingan organisasi maupun pihak-pihak yang
memerlukannya.
2. Faktor Eksternal
Hasil identifikasi faktor eksternal yang berupa peluang
(opportunities) adalah :
39
a. Peluang (Opportunities)
1) Adanya Dukungan Masyarakat
Dengan meningkatnya jumlah permohonan pendaftaran
Jaminan Fidusia pada akhir-akhir ini menunjukkan adanya
kesadaran hukum dari masyarakat bahwa dalam melakukan
perjanjian perikatan dengan para pihak terutama dalam hal
perkreditan dia masih memiliki hak dan kewajiban apabila
salah satu pihak melakukan cedera janji seperti yang
tertuang dalam UU Jaminan Fidusia No. 42/Tahun 1999.
2) Adanya Tawaran untuk Mengikuti Diklat Teknis Fidusia
Di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Hukum dan HAM menyelenggarakan berbagai jenis diklat
baik yang berupa diklat penjenjangan maupun diklat teknis.
Untuk diklat Teknis Jaminan Fidusia dapat mengikuti diklat
Pelayanan Jasa Hukum, salah satu materinya adalah
mengenai Pelayanan Pendaftaran Jaminan Fidusia. Adanya
diklat teknis tersebut sangat memberikan manfaat untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas
Pendaftaran Jaminan Fidusia, oleh karena perlu mengirimkan
petugas pelayanan untuk mengikuti Diklat Teknis Fidusia
tersebut.
3) Adanya Kerjasama dari Notaris dan Kreditur
Dalam memberikan Pelayanan Fidusia sangat
dibutuhkan adanya kerjasama yang kepada Notaris selaku
Kuasa dari kreditur ataupun kerjasama kepada kreditur
40
sebagai pihak yang memiliki kepentingan langsung terhadap
pendaftaran Jaminan Fidusia.
b. Ancaman (Threaths)
Identifikasi faktor eksternal berupa ancaman (threaths) adalah :
1) Adanya permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Pemberi
Fidusia dan Penerima Fidusia kepada Kanwil selaku Kantor
Pendaftaran Fidusia terkait dengan Jaminan Kebendaan;
2) Adanya gugatan dari para pihak yang berkepentingan,
adalah para pihak yang ada di dalam akta jaminan fidusia
yang membuat perjanjian pembiayaan atau pengakuan
hutang dengan menjaminkan benda miliknya namun
kewajibannya baik sebagai Debitur maupun Kreditur tidak
dapat mereka lakukan dengan sempurna.
3) Adanya Pemanggilan Saksi Ahli dari Penyidik dan
Pengadilan, Tidak Jarang pihak penyidik maupun Pengadilan
memanggil Kantor Pendaftaran Fidusia untuk hadir guna
memberikan keterangan atau saksi terkait dengan Jaminan
Fidusia yang telah didaftarkan.
Dari uraian tersebut diatas, mengenai faktor internal dan
eksternal dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
FAKTOR INTERNAL
STRENGTHS (KEKUATAN) WEAKNESSES (KELEMAHAN)
S1 Adanya Tupoksi yang jelas W1 Kurangnya tenaga Operator ITS2 Adanya anggaran yang memadai W2 Kurangnya dukungan PimpinanS3 Adanya pendelegasian penanda W3 kurangnya system aplikasi database
41
tanganan Jaminan FidusiaFAKTOR EKSTERNAL
OPPORTUNITIES (PELUANG) THREATS (ANCAMAN)
O1 Adanya dukungan masyarakat. T1 Adanya permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Pemberi Fidusia dan Penerima fidusia
O2 Adanya tawaran mengikuti Diklat Teknis Fidusia.
T2 Adanya gugatan dari para pihak yang berkempentingan
O3Adanya kerjasama dari Notaris dan Kreditur
T3 Adanya pemanggilan saksi ahli dari Penyidik dan Pengadilan
C. Komprasai Faktor Internal Dengan Eksternal
Langkah berikutnya dalam analisa SWOT adalah
membandingkan mana yang lebih penting (urgen) diantara Indikator
Faktor Internal a dengan a, b, c, d, e, f mana yang lebih urgen
kemudian cantumkan pada kolom sebelah kanan faktor intenral. Begitu
juga sebaliknya bandingkan Faktor Internal b dengan a, c, d, f mana
yang lebih urgen kemudian cantumkan pada kolom sebelah kanan
Faktor Internal dan seterusnya. Demikian juga pada Faktor Eksternal
lakukan hal yang sama seperti proses membandingkan indikator pada
Faktor Internal tersebut di atas. Setelah hasil membandingkan selesai,
jumlahkan (hanya faktor terbanyak) dan cantumkan pada kolom NF
dan jumlahkan seluruh NF (Nilai Faktor). Setelah NF dijumlahkan
berikutnya adalah mengisi BF (Bobot Faktor) dengan rumus :
Hasil matrik urgensi menunjukkan bahwa pada Faktor Internal :
Indikator : “Adanya Anggaran yang Memadai”, menempati urutan
tertinggi sebagai faktor yang terurgen (terpenting) diantara Faktor
42
Internal. Sementara pada Faktor Eksternal menunjukkan bahwa :
“Adanya dukungan masyarakat” menempati urutan tertinggi sebagai
faktor yang terurgen / terpenting diantara Faktor Eksternal.
Sejauh mana pentingnya masing-masing faktor-faktor yang
teridentifikasi secara internal dan eksternal dan ditindak lanjuti dengan
melakukan komparasi antar faktor sebagaimana dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 7
Komparasi Faktor Internal Dengan Eksternal
NO FAKTOR INTERNAL a b c d E F NF BF
A Adanya Tupoksi yang jelas b a a a f 3 0,20
B Adanya anggaran yang memadai b b b b b 5 0,33
C Adanya pendelegasian penanda tanganan Jaminan Fidusia
a b c c f 5 0,13
D Kurangnya tenaga Operator a b c d d 2 0,13
E Kurangnya dukungan Pimpinan a b c d e 1 0,06
F Kurangnya system aplikasi database f b f d e 2 0,13
JUMLAH 15 100
NO FAKTOR EKSTERNAL a b c d e f NF BF
A Adanya dukungan masyarakat a a a a a 5 0,33
B Adanya tawaran mengikuti Diklat Teknis Fidusia.
a b d b f 2 0,13
C Adanya kerjasama dari notaris dan Kreditur
a b d c c 2 0,13
D Adanya permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia
a d d d f 3 0,20
E Adanya gugatan dari para pihak yang berkepentingan
a b c d e 1 0,16
F Adanya pemanggilan saksi ahli dari a f c f e 2 0,13
43
Penyidik dan Pengadilan
JUMLAH 15 100
Dari tabel 7 Komprasi Urgensi Faktor Internal dan Eksternal
dapat dijabarkan sebagai berikut :
Berdasarkan faktor-faktor yang menjadi peluang dan
penghambat dan system internal dan eksternal, untuk menentukan
sejauh mana pentingnya faktor yang telah teridentifikasi secara internal
dan eksternal dengan melakukan komporasi antar faktor. Komporasi
antar faktor menunjukkan seberapa penting kekuatan dengan
menggunakan peluang yang ada dan seberapa besar bahaya menjadi
ancaman bagi suatu organisasi tersebut.
Dari hasil komporasi dapat dilihat bahwa faktor internal yaitu
kekuatan (S) adalah adanya anggaran yang memadai dan faktor
eksternal yaitu peluang (O) adanya dukungan dari masyarakat,
mempunyai urgensi tertinggi yaitu 0,33%, berarti kedua tersebut
urgensi sangat besar dari pada nilai faktor lainnya dan penting dalam
memberikan pelayanan pendaftaran Jaminan Fidusia, apabila ada
dukungan yang baik dari pimpinan dalam hal ini Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta , upaya tersebut diharapkan
dapat memenuhi tuntutan masyarakat terutama bagi pemohon untuk
mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum dalam masyarakat.
D. Evaluasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
44
Berdasarkan jumlah faktor internal dan eksternal yang telah
diidentifikasi dan dikomparasikan maka faktor-faktor tersebut dievaluasi
dengan cara menentukan nilai keterkaitan masing-masing faktor yaitu :
1. Tiap faktor yang telah diketahui bobot tingkat urgensinya,
dinyatakan dalam Bobot Faktor (BF) dan satuan ukurannya
prosentase (%) (NU : Total NU) x 100%.
2. Nilai Dukungan Faktor (NDF) tiap faktor atau elemen kerja
berpotensi sebagai unggulan organisasi dalam meraih sukses yang
lebih besar untuk itu ditentukan nilai dukungan setiap faktor dengan
skala 1 : 5 dengan menetapkan Nilai Dukungan (ND) berdasarkan
profesional judgement untuk setiap unsur dengan menggunakan
nilai 1-5 sebagai berikut :
a. Angka 5, menyatakan sangat besar dukungannya.
b. Angka 4, menyatakan besar dukungannya.
c. Angka 3, menyatakan cukup dukungannya.
d. Angka 2, menyatakan kurang dukungannya.
e. Angka 1, menyatakan sangat kurang dukungannya.
3. Nilai Keterkaitan (NK) dan Nilai Rata-rata Keterkaitan (NRK),
keterkaitan tiap faktor satu sama lain dinilai dengan skala 0-5
kemudian dibuat nilai rata-rata keterkaitan tiap faktor dengan cara
menjumlah nilai keterkaitan masing-masing faktor dengan cara
menjumlah nilai keterkaitan masing-masing faktor kemudian dibagi
11.
a. Angka 5, menyatakan sangat besar kaitannya.
b. Angka 4, menyatan besar kaitannya.
45
c. Angka 3, menyatakan cukup kaitannya.
d. Angka 2, menyatakan kurang kaitannya.
e. Angka 1, menyatakan sangat kurang kaitannya.
f. Angka 0, menyatakan tidak ada kaitannya.
4. Nilai Bobot Keterkaitan (NBK), yaitu menghitung Nilai Bobot
Keterkaitan (NBK) dengan cara mengalikan nilai NRK dibagi 11
(NRK : 11).
5. Menetapkan Nilai Bobot Dukungan (NDB) dengan mempertimbangkan
prosentase ND x BF
Jadi Total Nilai Urgency (TNU) = 15
BF ditentukan berdasarkan rumus
Menentukan NK
Tiap faktor ditentukan dengan menggunakan skala nilai 0.5, faktor yang
tidak ada keterkaitan diberi 0 kalau ada diberi nilai 1-5.
Untuk menentukan NRK ditentukan dengan rumus =
Setelah diketahui dan dipahami identifikasi permasalahan baik
hambatan-hambatan maupun faktor kunci keberhasilan, kemudian
dianalisi dengan alternatif analisis yang tepat dan sesuai yaitu analisis
(SWOT).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi organisasi, analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan
peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
dan ancaman seperti pada matrik di bawah ini :
46
TABEL 8 EVALUASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
NO FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL BF ND NBDNilai Keterkaitan
NRK NBK TNB1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12FAKTOR INTERNAL
KEKUATAN (S)1. Adanya tugas dan fungsi yang jelas 0,2 4 0,8 4 2 3 3 3 4 2 2 3 1 3 3 0,16 1,42. Adanya anggaran yang memadai 0,33 5 1,65 4 2 5 4 5 5 5 3 2 2 2 4 1,32 2,973. Adanya pendelegasian wewenang penanda tangan
Jaminan Fidusia0,13 3 0,39 2 2 3 2 2 4 1 3 3 3 2 2 0,26 0,65
5,02KELEMAHAN (W)
4. Kurangnya tenaga Oprator 0,13 4 0,52 4 2 3 4 2 3 4 1 3 1 1 3 0,39 0,915. Kurangnya Dukungan Pimpinan 0,06 2 0,12 3 4 2 4 5 1 1 1 2 1 1 2 0,12 0,24
6. Minimnya sytem aplikasi database 0,13 2 0,26 3 5 2 2 5 2 2 2 5 1 1 3 0,39 0,651,8
FAKTOR EKSTERNALPELUANG (O)
7. Adanya dukungan dari masyarakat 0,33 5 1,65 4 5 4 3 2 2 2 3 4 3 3 3 0,99 2,648. Adanya tawaran mengikuti Diklat Teknis Fidusia 0,13 3 0,39 2 3 1 4 1 2 2 1 2 1 1 2 0,26 0,659. Adanya kerjasama dari Notaris dan Kreditur 0,13 3 0,39 1 3 3 1 1 1 2 1 3 1 1 2 0,26 0,65
3,94ANCAMAN (T)
10. Adanya permintaan Informasi Jaminan fidusia dari Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia
0,2 3 0,6 4 2 3 3 3 2 5 1 3 2 3 3 0,12 0,72
11. Adanya gugatan dari pihak yang berkepentingan 0,6 3 0,14 2 2 2 4 1 1 2 1 1 2 2 2 0,12 0,2612. Adanya pemanggilan saksi dari Penyidik dan
Pengadilan0,2 2 0,04 4 2 2 2 1 1 1 3 1 3 2 2 0,24 0,28
JUMLAH 100 1,26
47
Dari tabel 8 tersebut diatas, sebagai contoh adanya Dukungan
pimpinan dalam pelayanan Pendaftaran Jaminan Fidusia yang
memperoleh Nilai Faktor (NF) 5 x 100% : 15 = 33%, nilai akan
dijadikan dasar dalam penghitungan Nilai Bobot Dukungan (NBD)
karena Nilai Dukungan (ND) dinilai angka 5, maka 33 x 5 : 100% =
1,65 selanjutnya untuk menentukan Nilai Rata-rata Keterkaitan (NRK)
dengan menjumlah seluruh hasil nilai keterkaitan dibagi 11 maka
hasilnya 4, kemudian untuk menentukan Nilai Bobot Keterkaitan
diperoleh (NBK) ditambah Nilai Bobot Dominan (NBD) atau 1,32 + 1,65
= 2,90 jadi hasil Total Nilai Bobot (TNB) adalah 2,97.
E. Peta Posisi Kekuatan Organisasi
Untuk memilik dan menetapkan kunci keberhasilan prioritas
terlebih dahulu mengadakan evaluasi terhadap faktor internal dan
eksternal, dimana akan tampak dan dapat dihitung Total Nilai Bobot
(TNB), dengan jalan menjumlahkan Nilai Bobot Dukungan (NBD)
dengan Nilai Bobot Keterkaitan atau TNB = NBK + NBD.
Faktor kunci keberhasilan tersebut akan didapat dari TNB yang
mempunyai nilai tertinggi yang dipilih berdasarkan analisis SWOT.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11.
Faktor kunci keberhasilan atau disebut juga faktor kunci
strategis, untuk kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam
menentukan arah kebijaksanaan, dapat dilihat dari tabel diatas dengan
pedoman sebagai berikut :
- FKK dipilih dari TNB yang terbesar.
48
- Kalau TNB bernilai sama, pilih NBD yang
terbesar.
- Kalau NBD sama, pilih NBK yang terbesar.
- Kalau BF sama. Pilih berdasarkan pengalaman
dan pertimbangan rasional.
Sedangkan untuk memilih dan menetapkan kunci keberhasilan
prioritas, terlebih dahulu dapat diketahui pada kekuatan organisai
dengan cara membandingkan Total Nilai Bobot (TNB);
- Strenghts (S) = 5,01
- Weaknesess (W) = 1,8
- Opportunities (O) = 3,94
- Threaths (T) = 1,26
Dari perbandingan tersebut diperoleh perhitungan kekuatan
organisasi sebagai berikut :
S – W = 5,02 – 1,8 = 3,22
O – T = 3,94 – 1,26 = 2,68
Sehingga posisi berada pada kuadran I yaitu pada titik (3,22 : 2,68).
Dari uraian tersebut di atas dapat diperoleh gambaran peta
kekuatan organisasi sebagai berikut :
Tabel 9Peta Kekuatan OrganisasiS = 5,02
S – W = 5,02 – 1, 8 = 3,22
3,22
O – T = 3,94 – 1,26 = 2,68
O = 3,94T = 1,26
W = 1, 8
2,68
49
Berdasarkan gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa TNB
Strengths (S) S, 02; TNB Weaknesess (W) 1,8; TNB Opportunities (O)
3,94; S – W = 3,22 dan O – T – 2,68. Sesuai hasil perhitungan tersebut
peta posisi kekuatan organisasi berada pada kuadran I, artinya unit
kerja ini memiliki kemampuan yang dapat diunggulkan untuk dapat
melakukan perubahan terkait dengan sasaran yang akan dicapai yaitu
peningkatan kinerja pelayanan.
H. Formulasi Strategi SWOT
Menganalisis formulasi strategi pada Kertas Kerja Perorangan
ini dilakukan dengan memakai strategi matriks SWOT yaitu
penyusunan strategi didasarkan pada prinsip pemberdayaan Sumber
Daya Manusia (SDM) dengan mengintegrasikan atau memadukan
antar kekuatan kunci keberhasilan, kemudian dari hasil perpaduan
tersebut akan menghasilkan suatu sinergi dalam mencapai tujuan yaitu
meningkatkan kinerja Bidang Pelayanan Hukum dan HAM Nusa
Tenggara Barat, dapat dilihat dalam tabel 13 sebagai berikut :
Tabel 10Formulasi Strategi SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
STRENGTH (S) KEKUATANWEAKNESESS (W)
KELEMAHAN
1. Adanya Tupoksi yang jelas;2. Adanya Anggaran yang
memadai;3. Adanya Pendelegasian
1. Kurangnya Tenaga Operator IT;
2. Kurangnya dukungan Pimpinan;
50
penandatanganan Jaminana Fidusia
3. Kurangnya System Aplikasi Database.
OPPORTUNITIES (O) PELUANG
STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Adanya dukungan dari masyarakat;
2. Adanya Tawaran Mengikuti Diklat Teknis Fidusia;
3 Adanya kerjasama dari Notaris .
Gunakan anggaran yang memadai melalui melalui
dukungan masyarakat
Maksimalkan Tenaga Operator yang ada dengan memanfaatkan
dukungan masyarakat
THREATS
(ANCAMAN)STRATEGI ST STRATEGI WT
1. Adanya permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia;
2. Adanya gugatan dari Pihak yang berkepentingan;
3. Adanya pemanggilan Saksi ahli dari Penyidik dan Pengadilan
Gunakan anggaran yang memadai untuk
mengantisipasi Adanya permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Pemberi Fidusia
dan Penerima Fidusia
Maksimalkan Tenaga Operator untuk mengantisdanya
permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Debitur dan kreditur
Dari tabel formulasi SWOT tersebut diatas, dapat dijelaskan
bahwa dalam mengintegrasikan faktor-faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhi peningkatan kinerja petugas pada Bidang
Pelayanan Hukum, maka strategi disusun sebagai berikut :
- Strategi SO diperoleh integrasi yaitu :
Gunakan anggaran yang memadai melalui melalui dukungan
masyarakat.
- Strategi ST diperoleh integrasi yaitu :
Gunakan anggaran yang memadai untuk mengantisipasi Adanya
permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Pemberi Fidusia dan
Penerima Fidusia.
51
- Strategi WO diperoleh integrasi yaitu :
Maksimalkan sumber daya manusia yang ada untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan dengan memanfaatkan dukungan masyarakat.
Strategi WT diperoleh integrasi yaitu :
o Maksimalkan Tenaga Operator untuk mengantisipasi adanya
permintaan Informasi Jaminan Fidusia dariPemberi Fidusia dan
Penerima Fidusia.
I. Rencana Kegiatan 2014
Setelah dilakukan formulasi strategi SWOT, maka dapat dibuat
Renca Maksimalkan Tenaga Operator untuk mengantisi adanya
permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Pemberi Fidusia dan
Penerima Fidusia Kegiatan pada tahun 2014 sebagaimana dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 14Rencana Kegiatan Bidang Pelayanan Hukum Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM DKI JakartaJanuari 2014 – Desember 2014
SASARAN DAN INDIKATOR
STRATEGI (PROGRAM)
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
PENANGGUNG JAWAB WAKTU BIAYA KINERJA
52
Terwujudnya Pencatatan Pendaftaran Jaminan Fidusia yang Prima kepada MasyarakatIndikator :1. Meningkatnya
Kinerja Petugas Operator dalam melakukan entry data Jaminan Fidusia;
2. Meningkatnya Kompetensi /kemampuan petugas thd IT;
3. Meningkatnya pemberian Informasi Jaminan Fidusia kepada Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia.
1. Gunakan anggaran yang memadai melalui dukungan masyarakat;
2. Maksimalkan Tenaga Operator yang ada dengan memanfaatkan dukungan masyarakat;
3. Gunakan anggaran yang memadai untuk mengantisipasi banyaknya permintaan Informasi dari Masyarakat;
4. Maksimalkan Tenaga Operator untuk mengantisipasi banyaknya permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia.
1. Mengusulkan penggunaan PNBP Kanwil kepada Ditjen AHU melalui pengadaan kegiatan entry data Jaminan Fidusia;
2. mengirimkan Tenaga Operator mengikuti Pelatihan IT;
3. Membangun system IT untuk mempermudah entry data.
4. menampilkan database Jaminan Fidusia melalui Website dan PC yang ada diloket Pelayanan.
Kakanwil/Kadiv Yankum;
Kadiv Administrasi/ Kadiv Yankum
Kadiv Yankum/ PPK
Kabid Yankum
Maret 2013
Mei 2013
Juni 2013
Juli s/d desember 2013
300.000.000
45.560.000
150.000.000
15.000.000,-
Diharapkan adanya pening-katan setiap saat
53
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
A. Bahwa pelayanan Bidang Pelayanan Hukum dalam memberikan
pelayanan Pencatatan Pendaftaran Jaminan Fidusia pada Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta belum
dilaksanakan sesuai Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, yang mengharuskan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM melakukan pencatatan atas Pendaftaran Jaminan
Fidusia sebagai perwujudan terpenuhinya Asas Publisitas kepada
masyarakat.
B. Bahwa berdasarkan hasil identifikasi faktor internal dan eksternal yang
merupakan faktor kelemahan (W) sebagai penghambat, kinerja Bidang
Pelayanan Hukum dalam memberikan pelayanan Pencatatan
Pendaftaran Jaminan Fidusia disebabkan masih kurangnya jumlah
petugas yang melakukan entry data Jaminan Fidusia. Sedangkan
faktor eksternal berupa ancaman (T) adanya tuntutan berupa banyaknya
permintaan Informasi Jaminan Fidusia dari Pemberi Fidusia dan
Penerima Fidusia.
C. Bahwa dari hasil identifikasi faktor internal dan eksternal yang
merupakan faktor kekuatan (S) sebagai pendorong, yaitu adanya
54
Anggaran yang memadai, sedangkan dari peluang (O) adanya
dukungan dari masyarakat, kemudian adanya mengikuti Diklat Teknis
Komputer yang diselenggarakan oleh BPSDM maupun dari Ditjen AHU
atau mengirimkan petugas untuk mengikuti pelatihan pada lebaga
pendidikan Komputer, sehingga diharapkan mendorong bagi bidang
pelayanan hukum untuk melakukan perubahan dan menangani
masalah terhadap tercatatnya secara akurat database Jaminan untuk
memenuhi asas publisitas yang diatur oleh UUJF.
55
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Buku
Davis Keith, 1985, Human Behaviour at Work : Organizational Behaviour. New York : Mc-Graw Hill.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2008. AKIP dan Pengukuran Kinerja. Modul Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III. Jakarta: LAN-RI.
Lembaga Administrasi Negara RI 2008. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Modul Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III. Jakarta: LAN-RI.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Modul Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III. Jakarta : LAN-RI.
Salam, Dharma Setyawan. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta : Djambatan.
Alex S. Nitisemito. 1996. Manajemen Personalia. Jakarta : Bumi Aksara.
Notoatmojo, Soekijo. 1998. Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta : Gramedia.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH-01.PR.01.01 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAK Republik Indonesia.
Keputusan Kepala LAN No. 1594/IX/6/4/1997 tentang Pedoman Penyusunan Kebutuhan Diklat PNS.
56
top related