perjuangan dakwah fethullah gÜlen di turki (1956...
Post on 03-Mar-2019
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERJUANGAN DAKWAH FETHULLAH GÜLEN DI TURKI
(1956-1976)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
MUHAMAD MULKI MULYADI NOOR
NIM: 1111022000013
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
i
ii
KATA PENGANTAR
Bismihi subhanah wa in kullu syai’in illa yusabbihu bihamdih. Penulis
panjatkan puji serta syukur ke hadirat Ilahi Rabbi, Tuhan semesta alam yang
karena syukur kepadaNya akan menambah nikmatNya. Tak lupa pula sholawat
serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, Sahabat dan Tabiin yang
selalu membimbing umat manusia kepada agama yang lurus. Amma Ba’du.
Skripsi yang berjudul “Perjuangan Dakwah Fethullah Gülen di Turki (1956-
1976)” di tulis dalam konteks untuk menyelesaikan studi strata (S1) pada fakultas
Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari, bahwa studi ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak mengandung kelemahan. Maka dari itu perlu adanya kritik dan saran serta
pengembangan lebih lanjut kajian ini kedepannya. Demikianlah, semoga studi ini
bisa memberikan tambahan khazanah sejarah khususnya yang berkaitan dengan
kajian Timur Tengah pada umumnya dan wilayah Turki pada khususnya.
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Penghujung tahun 2014 dan awal tahun 2015 adalah awal mula lembar
lembar-lembar naskah ini di tulis. Dengan berbekal semangat untuk mencapai
gelar sarjana serta motivasi dari orang-orang terdekat, siang dan malam penulis
melanjutkan kata demi kata, paragraf demi paragraf dan bab demi bab, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini pada bulan Ramadhan yang
mulia.
Karena itu tidak lengkap rasanya jika tidak menghaturkan ribuan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang menjadi
penyemangat penulis dalam penulisan skripsi ini. Kepada Ayah dan Bundaku di
Kendari: Sahrun Hi Noor dan Misatiti yang dengan nasehat-nasehat “SUPER” dan
support yang tiada batas dari mereka telah membakar semangat penulis untuk
terus belajar dan berkarya. Duo saudariku yang imut dan lucu-lucu penawar hati
dari berbagai masalah: Nurul Chairunnisa dan Khoiriyah Rahmantini.
Kepada semua Abiler rumah belajar (Dershane) yang telah penulis anggap
sebagai keluarga di rantau yang jauh ini, khususnya teman-teman Abiler Cirendeu
dan Cempaka yang telah berbagi suka dan duka bersama; Ade Abi, Dede Abi,
Khusnus Abi, Aziz Abi, Arof Abi, Rudi Abi, Husni Abi, Kevin Abi dan Hasan
Abi. Tanpa kebersamaan dan motivasi dari Abiler sekalian, skripsi ini tak akan
pernah tuntas. Kepada Jefri Abi yang telah memberikan masukan bagi tema yang
akan penulis ambil, Ozi Abi, Muftadin Abi, Nurullah Abi dan Yusuf Abi yang
telah membantu penulis dengan sumber dan data, termasuk penerjemahan dari
bahasa Turki ke bahasa Indonesia. Juga teman-teman SKI 2011 yang menjadi
iv
teman diskusi di kala buntu, teman bercanda di kala jenuh, dan teman berbagi di
kala sedih, khususnya grup SEKOTENG (Sejarah Konsentrasi Timur Tengah),
yang mau bersusah payah meladeni penulis hingga mendapatkan ispirasi-inspirasi
baru: Sufyan, Husen, Alan, Zikrul, Maya, Ismawati, Yeni, Wilda, Indi, Ulfa,
Wira, Nabilah, dan Silpia. Terima kasih semuanya.
Tak lupa pula penulis mengucap banyak terimakasih kepada Prof. Dr.
Azyumardi Azra, MA dan Saiful Umam, MA, P.h.D yang di tengah kesibukan
mereka telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis, mengoreksi dan
merevisi banyak hal sampai sedetail mungkin sehingga skripsi ini ada dalam
kondisi terbaik. Juga ucapan trimakasih kepada Prof. Dr. Didin Saepudin, MA
selaku penguji I dan Drs. Azhar Saleh, M.Ag selaku penguji II. Juga kepada H.
Nurhasan, MA dan Sholikatus Sa’diyah M.Pd sebagai ketua dan sekertaris
Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang telah memberi arahan dan bimbingan
secara teknis dan administratif sehingga proses penulisan skripsi ini berjalan
lancar sebagaimana semestinya.
Akhir kata, penulis ingin mengutip sebuah ayat suci “Kullu Syai’in Halikun illa
wajhah” segala sesuatu akan binasa kecuali wajahNya. Makhluk yang fana tak
pantas bersombong diri di depan sang Maha Kekal. Semoga kita semua menjadi
hamba-hamba Allah yang selalu bersyukur kepadaNya. Amin.
Sekian.
Mulki Mulyadi
v
ABSTRAK
Studi ini ingin menjelaskan tentang sejarah perjuangan dakwah Fethullah Gülen di
Turki dengan menggunakan metode dan pendekatan historis untuk merekonstruksi
kembali secara komprehensif kehidupan dan aktivitas dakwah Fethullah Gülen
dari tahun 1956 hingga 1976. Fethullah Gülen adalah seorang Sufi, ulama Sunni-
Hanafi, pemikir, penulis dan penyair yang lahir di Turki, yang kini tinggal di
Pennsylvania Amerika Serikat. Studi ini menemukan bahwa Gülen memulai karir
dakwahnya dengan dengan cara ceramah dan berdiskusi kepada banyak orang di
segala lapisan masyarakat Turki. Gülen juga menggagas satu model pendidikan
yang mulai dicanangkannya selama periode Izmir sehingga dengan bantuan
masyarakat yang percaya padanya, ia mendirikan asrama dan kursus untuk pelajar
dan mahasiswa serta mengadakan kegiatan-kegiatan untuk menginternalisasikan
ajaran Islam kepada generasi muda. Dakwahnya yang santun dan sosoknya yang
kharismatis membuat orang-orang yang terinspirasi olehnya mendirikan sebuah
gerakan yang telah dimulai dari tahun 1966. Pemikiran dan gerakan Gülen yang
sangat fenomenal dan telah menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan sejenis di
tempat lain.
Keyword: Fethullah Gülen, Dakwah, Turki
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... I
KATA PENGANTAR .......................................................................................... II
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. III
ABSTRAK ............................................................................................................. V
DAFTAR ISI ........................................................................................................ VI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 8
E. Metode Penelitian ........................................................... 9
F. Teori dan Konsep ........................................................... 10
1. Dakwah sebagai proses interaksi sosial .................................... 10
2. Dakwah transformatif ............................................................... 11
G. Tinjauan Pustaka ............................................................ 13
H. Sistematika Penulisan .................................................... 16
BAB II KONDISI MASYARAKAT TURKI AWAL ABAD 20 ..................... 17
A. Sosial-Politik............................................................................. 17
B. Pendidikan ................................................................................. 24
A. Keagamaan ................................................................................ 28
BAB III BIOGRAFI DAN AKTIVITAS DAKWAH FETHULLAH GÜLEN
............................................................................................................... 33
A. Kehidupan Gülen ........................................................... 33
B. Pendidikan Gülen ........................................................... 37
1. Pendidikan Agama .................................................................... 37
vii
2. Pendidikan Umum ................................................................... 40
C. Kegiatan Dakwah Gülen di Turki (1956-1976) ............. 41
1. Dasar Inspirasi Dakwah ............................................................ 42
2. Periode Edirne .......................................................................... 43
3. Periode Izmir ............................................................................ 47
BAB IV HASIL DAKWAH GÜLEN ................................................................ 54
A. Media dan Sasaran Dakwah .................................................. 54
B. Asrama dan Kursus ................................................................. 55
C. Ceramah dan Khutbah ............................................................ 57
D. Diskusi Ilmiah .......................................................................... 58
E. Karya Tulis ................................................................................ 59
F. Kaderisasi .................................................................................. 59
G. Embrio Sebuah Pergerakan ................................................... 60
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 63
A. Kesimpulan ............................................................................... 63
B. Saran ........................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
LAMPIRAN ..............................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Turki, dalam kajian sejarah dakwah Islam selalu menjadi objek
pembahasan yang menarik bagi para sejarawan Muslim maupun orientalis Barat.
Dengan diproklamasikannya Republik Turki oleh Mustafa Kemal Atatürk pada
tahun 1923, Turki secara bertahap mulai kehilangan kebudayaan aslinya yang
identik dengan Islam. Kebijakan Atatürk yang bertujuan untuk menghilangkan
segala sesuatu yang berbau Islam dari ranah publik dan politik serta menyiapkan
langkah-langkah sekularisasi dan westernisasi. Menurut B.R. Wilson, sekularisme
terjadi ketika fungsi-fungsi lembaga agama telah hilang; yaitu institusi yang
melakukan berbagai kegiatan sosial seperti diplomasi, pendidikan dan pengaturan
perdagangan, maka otoritas sipil (non agama) akan memperoleh kekuatan dan
tidak memerlukan lagi institusi agama.1 Kemudian untuk mendukung gerakan
perubahan ini, pemerintah Republik membuat lembaga yang mengakuisisi
kebudayaan Barat ke dalam masyarakat Turki secara membabi-buta dengan
membuang unsur-unsur Islam.2 Meskipun gerakan menuju ke arah sekularisme
tersebut sebenarnya telah dilakukan abad sebelumnya pada era Tanzimat3.
1 B.R. Wilson, “Agama Dalam Masyarakat Sekuler”, Roland Robertson (ed), Agama:
Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis, (Jakarta: Rajawali, 1988), h. 184 2 Jenny B. White, “Islam and Politics in Contemporary Turkey”, Reşad Kasaba (ed),
Cambridge History of Turkey, Vol. 4, (Cambridge: Cambridge University Press, 2008), h. 357 3Tanzimat secara etimologi berarti reorganisasi atau pembaharuan kembali. Dalam dinasti
Ottoman periode Tanzimat berlangsung dari tahun 1839 dan berakhir dengan dimulainya era
konstitusi pertama (First Constitutional Era) pada tahun 1876. Istilah Tanzimat Hayriye (reformasi
yang bermaslahat) dipakai ketika kerajaan memerintahkan pembentukan dewan tinggi untuk
regulasi yudisial pada tahun 1838. Inspirasi untuk mengusung ide tentang Tanzimat ini bukanlah
dari sultan melainkan dari para birokrat Ottoman yang pernah belajar di Perancis dan menyerap
ide-ide dari mereka. Program Tanzimat adalah contoh nyata tentang kelanjutan dari reformasi dan
modernisasi yang bersifat sekuler yang digalang oleh Sultan Mahmud II. Lihat: William L.
2
Sekularisme di Turki tergolong unik dan berbeda dengan sekularisme versi
Amerika dan Eropa. Jika negara Barat pada umumnya menjadikan agama hanya
berada pada ruang privat tanpa mempengaruhi bentuknya secara radikal, Republik
Turki yang sekuler mengambil alih pengawasan atas agama untuk memastikan
tidak ada pergesekan antara lembaga-lembaga agama dengan birokrasi
pemerintahan. Sebagai contoh setelah lembaga Khilafah dan Kantor Urusan
Agama dihapuskan, Majelis Agung Nasional (Grand National Assembly)
membentuk Direktorat Urusan Agama (Diyanet Isleri Başkanlığı) yang berada di
bawah pengawasan langsung Perdana Menteri.4
Tiga dasar reformasi yang dilakukan Atatürk (1923-1938) untuk
memisahkan Islam dengan Turki adalah Nasionalisme, Sekularisme dan
Westernisasi.5 Langkah-langkah reformasi tersebut dapat dirangkum sebagai
berikut:
1. Berdasarkan dekrit (Heyeti Umumiye Kararı) yang diputuskan oleh
Majelis Agung Nasional, Kesultanan dihapuskan pada tahun 1922,
Perjanjian Laussane6 ditandatangani pada tahun 1923 yang membatasi
Cleveland & Martin Bunton, A History of the Modern Middle East, (Westview Press, 2009), hal.
82. Lihat juga: Stanford J. Shaw & Ezel Kural Shaw, History of Ottoman Empire and Modern
Turkey, Vol 2, (Camrigde: Cambrigde University Press, 1977), h. 55, dan Erik J. Zurcher, Sejarah
Modern Turki, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 57 4 Banu Eligur, The Mobilization of Political Islam in Turkey, (New York: Cambrigde
University Press, 2010), h. 1 5 Şerif Mardin “Religion and Secularism in Turkey”, Albert Hourani dkk (ed), The Modern
Middle East, (New York: IB. Tauris, 2009), h. 366-370. Lihat juga: Jenny B. White, “Islam and
Politics in Contemporary Turkey”, Reşad Kasaba (ed), Cambridge History of Turkey, Vol. 4,
(Cambridge: Cambridge University Press, 2008), h. 539, dan Feroz Ahmad, The Making of
Modern Turkey, (New York: Routledge, 1994), h. 15 6 Perjanjian Laussane atau The Treaty of Laussane adalah perjanjian mengenai batas
teritorial antara Republik Turki yang diwakili oleh Ismet Pasha sebagai Menteri Luar Negeri
dengan Sekutu (Allies). Isi perjanjian Laussane adalah: Tapal batas Turki dengan Yunani adalah
sungai Maritsa, batas dengan Irak akan dibicakaran kemudian dengan Inggris, Komunitas Turki di
Yunani akan berpindah ke Turki dan begitu pula sebaliknya, kecuali etnis Yunani di Istanbul dan
etnis Turki di wilayah Thrace Barat, wilayah Gallipoli dikembalikan kepada Turki namun
keseluruhan selat akan didemilitarisasi, dan segala kontrak perjanjian antara Turki Usmani dan
3
Republik Turki hanya dalam wilayah yang mayoritas penduduknya
berbahasa Turki. Selanjutnya pada tahun 1924, Lembaga
Kekhalifahan, Kantor Kepala Keagamaan Negara, Lembaga Şeyhül-
İslam, dan Pengadilan Syariah juga dihapuskan.
2. Melalui Undang-undang unifikasi pendidikan (Tevhid-I Tedrisat
Kanunu) pada tahun 1924, semua sekolah dibuat menjadi sekuler dan
menghapuskan semua sekolah tradisional Islam (Medrese) di Turki.
3. Alphabet Latin, penanggalan Gregorian, dan pemakaian baju ala Barat
diadopsi pada tahun 1925.
4. Pasal Konstitusi Republik yang mengadopsi Islam sebagai agama
negara dibatalkan pada tahun 1928.
5. Hukum Islam dihapuskan, UU Sipil Swiss, UU Pidana Italia dan UU
Perdagangan Jerman diadopsi antara tahun 1926-1930.
6. Jaminan atas hak-hak perempuan diadopsi pada tahun 1934 dan
akhinya Konstitusi Republik Turki menjadi sepenuhnya sekuler pada
tahun 1937.7
Suasana perpolitikan di Turki dengan rezim satu partai berlanjut hingga
tahun 1950. Selanjutnya sistem ini mengalami perubahan ketika rezim satu partai
yang diktator mengizinkan adanya partai oposisi dalam pemerintahan. Pemilihan
umum untuk yang pertama kalinya pun digelar. Partai Demokrat yang belum lama
dibentuk memenangkan pemilu secara mengejutkan dengan meraih 53,4 persen
suara dengan 408 kursi di parlemen dan mengalahkan Partai Republik yang hanya
negara Eropa terdahulu (capitulation) dihapuskan. Lihat: Phillip K. Hitti, The Near East in
History: A 5000 Year Story, (Canada: D. Van Nostrand Company, 1961), h. 368 7 Sena Karasipahi, Muslims in Modern Turkey, (New York: I.B Taurus, 2009), hal. 22.
Lihat juga: Banu Eligur, The Mobilization of Political Islam in Turkey, h. 43, dan Binnaz Toprak,
Islam and Political Development in Turkey, (Leiden: E. J. Brill, 1981), h. 44-45
4
mendapatkan 39,8 persen suara dengan 69 kursi di parlemen. Kemenangan Partai
Demokrat ini disambut dengan penuh suka cita di seluruh penjuru negeri itu.8
Kemenangan ini memberikan harapan baru bagi Islam dan pendukungnya di
Turki. Kemenangan Partai Demokrat dikarenakan partai ini menjalin hubungan
baik dengan gerakan dakwah Islam seperti Nurcu (Gerakan Nur) dan Tarekat
Nakşibendi sebagai basis dukungan mereka. Bahkan Said Nursi sebagai pendiri
gerakan Nurcu mendukung partai ini dan memerintahkan pengikutnya untuk
memilih Demokrat dengan tujuan untuk berdakwah dan menunjukkan kepada
para politisi jalan yang benar dan mengarahkan mereka untuk mengadakan
pelayanan terhadap agama.9
Perkembangan dakwah Islam di Turki antara tahun 1950 hingga 1970
terbilang sangat pesat. Ada dua macam gerakan dakwah yang eksis di Turki.
Pertama adalah Tarekat Sufi dan kedua adalah kelompok komunitas Islam yang
biasa disebut dengan cemaat (Jamaah). Meskipun kelompok-kelompok Tarekat
telah dibubarkan pada tahun 1925, kelompok Tarekat Nakşibendi tetap
menyelenggarakan aktifitas mereka di masjid dan rumah-rumah. Setelah tahun
1960-an Tarekat Nakşibendi yang dipimpin oleh ulama kharismatik Syekh
Mehmed Zahid Kotku (1897-1980) dan Muhammed Raşid Erol (1929-1996),
berhasil mengembangkan pengaruh mereka di masyarakat dan pemeritahan.
Pengaruh Tarekat ini mencakup kalangan menengah keatas yang berpendidikan
hingga kalangan elite pemerintahan seperti Presiden Turgut Ozal, Perdana
Menteri Necmettin Erbakan, hingga Recep Tayyip Erdogan.
8 Erik J. Zürcher, Sejarah Modern Turki, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 285
9 Banu Eligur, The Mobilization of Political Islam in Turkey, h. 57
5
Salah satu cemaat yang berpengaruh luas di Turki adalah Süleymanlı (atau
Süleymancı) yang dinamakan berdasarkan nama pendirinya yaitu Süleyman Hilmi
Tunahan (1888-1959), seorang ulama pada masa akhir periode Usmani. Ketika
pemerintah sekuler membuat kebijakan untuk menggantikan huruf Arab dengan
Alphabet Latin, Tunahan melancarkan misi untuk mengajarkan Al-Qur’an dan
bahasa Arab. Süleymanlı menggunakan elemen dari tradisi Sufi seperti dzikir
jamaah dan mengkhususkan diri pada pengajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah
secara tradisional. Cemaat ini memiliki sekitar 4 juta pengikut di Turki.
Cemaat lain yang berpengaruh adalah Nurcu (Gerakan Nur atau Nur
Movement), sebuah gerakan yang didirikan oleh Bediuzzaman Said Nursi (1876-
1960)10
. Gerakan ini mulai melebarkan pengaruhnya ke seluruh Turki dengan
mencetak naskah-naskah Risalah Nur karya Said Nursi serta mengadakan
perkumpulan rahasia guna mempelajari Islam lewat karya-karya tersebut. Gerakan
ini mempunyai pengikut sekitar 2 hingga 6 juta orang. Setelah wafatnya Nursi
pada tahun 1960, para pengikutnya terbagi ke dalam beberapa kelompok yang
memainkan peranan penting dalam dakwah Islam di berbagai bidang yang
mencakup politik, pendidikan, penerbitan, dan media sehingga dapat
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat di Turki.11
Muhammed Çetin menyebutkan bahwa pada periode ini kebanyakan
keluarga di Turki, masih tetap menjaga tradisi Islam dengan memastikan anak-
anak mereka belajar Al-Qur’an dan praktik dasar agama termasuk Shalat. Mereka
10
Mengenai sosok Badi’uzzaman Said Nursi dapat dibaca selengkapnya dalam dua buku
berikut: Sukran Vahide, Islam Modern Turkey: an Intelectual Biography of Bediuzzaman Said
Nursi, (New York: State University of New York Press, 2005) dan Ihsan Kasim Salih, Said Nursi:
Pemikir dan Sufī Besar Abad 20: membebaskan agama dari dogmatisme dan sekularisme,
(Jakarta: Gramedia, 2003) 11
Ahmet Yükleyen, “Sufism and Islamic Groups in Contemporary Turkey”, Reşad Kasaba
(ed), Cambridge History of Turkey, Vol. 4, (Cambridge: Cambridge University Press, 2008), h.
384-385
6
menghindari konfrontasi dengan rezim yang berkuasa dengan merahasiakan fakta
bahwa mereka mengajarkan dasar-dasar Islam kepada anak-anak dan tetangga
mereka.12
Dalam keluarga seperti yang tersebut di atas pada tahun 1941 lahir
Fethullah Gülen. Setelah dewasa Gülen memulai karirnya sebagai pendakwah di
seluruh wilayah Turki. Pada masa itu, tantangan bagi dakwah Gülen adalah
keadaan negara Turki yang terbelenggu dalam paham Sekularisme, tekanan rezim
pemerintah penerus ajaran Mustafa Kemal Atatürk terhadap gerakan agama
sangat kuat dan keberadaan Medrese sebagai pusat keilmuan Islam banyak yang
ditutup oleh pemerintah. Tapi Gülen tidak pesimis melihat kondisi umat Islam
Turki saat itu, ia bahkan memegang prinsip bahwa Turki yang sekuler tidak boleh
menghalangi kemajuan umat Islam. Hal lain yang membuat Gülen prihatin adalah
realitas yang dialami Turki saat itu yang mayoritas penduduknya beragama Islam
namun digerogoti oleh kebodohan dan kemiskinan. Kondisi tersebut ia lihat sejak
kecil hingga dewasa. Karena itu, menurut Gülen salah satu kunci untuk mencapai
kemajuan tersebut adalah pendidikan. Perhatiannya pada pendidikan dan
kesejahteraan umat diwujudkan dengan usaha kerasnya membangun berbagai
lembaga pendidikan di seluruh penjuru Turki.13
Fethullah Gülen adalah seorang ulama Islam Sunni, pemikir, filosof dan
penulis produktif sekaligus penyair yang sangat terkenal dan dihormati di Turki
saat ini.14
Ia juga adalah seorang cendikiawan, sufi sekaligus imam kharismatik
12
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. (terj) Pipin Sophian
dkk, (Jakarta: UI-Press, 2013), h. 25 13
Zulfahmi, Fethullah Gülen, Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki,
(Jakarta: UI-Press, 2014), h. 61 14
Fethullah Gülen, Essays, Perspectives, Oppinions M. Fethullah Gülen, (Clifton: Tughra
Books, 2010), h. 10
7
yang kini tinggal di pegunungan Pocono, Pennsylvania Amerika Serikat.
Fethullah Gülen dalam pemikirannya menggabungkan spiritualitas tradisional
Islam dengan humanisme. Tulisannya sangat menarik bagi kebanyakan filosof
karena menangani masalah-masalah moralitas, toleransi, pelayanan kepada umat
manusia dan Islam.15
Tak hanya itu Fethullah Gülen juga seorang aktivis pendidikan yang
mendukung terwujudnya dialog antar agama dan budaya, ilmu pengetahuan,
demokrasi dan spiritualitas, menentang berbagai tindak kekerasan atas nama
agama. Fathullah Gülen juga giat mempromosikan terjalinnya dialog menuju
sebuah peradaban dunia yang damai, sebagai bentuk oposisi dari perselisihan dan
pertentangan di dunia.16
Sehingga majalah Time pada tahun 2013 menobatkan
Gülen sebagai salah satu dari 100 orang yang paling berpengaruh di dunia.17
Hasil
dakwahnya yang terkenal pada masa kini telah menjelma sebagai sebuah gerakan
transnasional yang dinamakan sendiri oleh Gülen sebagai Hizmet (Pelayanan) atau
yang disebut oleh Çetin sebagai Gülen Movement.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, menarik untuk dikaji perjuangan Fethullah Gülen
dalam memulai gerakan dakwahnya di Turki yang masih sangat sekuler. Maka
dari itu penulis ingin mengkaji tentang dakwah Fethullah Gülen di Turki
khususnya antara tahun 1956-1976 dilihat dari perspektif sosial. Masalah pokok
pada pembahasan ini adalah bagaimana perkembangan dan perjuangan dakwah
15
Erkan M. Kurt, “So That Other May Live: A Fethullah Gülen Reader”, Review by:
Muhammed Hassanali, Library Journal, Vol. 138, No. 2, (November, 2013), h. 106 16
“Mengenal Fathullah Gülen”, http://fGülen.com/id/profil/tentang-fethullah-Gülen/35008-
mengenal-fethullah-Gülen, (diakses tanggal 7 Desember 2014) 17
“The 2013 Time 100”, http://time100.time.com/2013/04/18/time-100/slide/fethullah-
Gülen/ (diakses tanggal 18 Desember 2014)
8
Fethullah Gülen di Turki. Alasan penulis membatasi pembahasan ini dalam
rentang waktu 1956-1976 karena secara kronologis pada rentang tahun tersebut
Gülen memulai karirnya sebagai dai secara informal hingga ia berhasil
membangun dasar bagi pergerakannya di kota Izmir.
Dari masalah pokok di atas, beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi sosial-politik, pendidikan dan keagamaan masyarakat
Turki pada masa ketika Gülen berdakwah?
2. Bagaimana sejarah kehidupan, aktifitas dakwah serta dasar yang menjadi
inspirasi dakwah Fethullah Gülen di Turki antara tahun 1956-1976?
3. Bagaimana hasil dari dakwah Fethullah Gülen pada masyarakat Turki?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana lazimnya sebuah penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui lebih jauh tentang perjuangan dakwah Fethullah Gülen di Turki
antara tahun 1958 hingga 1976.
Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk:
1. Mengetahui kondisi sosial-politik, pendidikan dan keagamaan masyarakat
Turki pada masa itu.
2. Mengetahui riwayat hidup, kegiatan dakwah serta apa yang menjadi dasar
inspirasi dakwah Fethullah Gülen di Turki (1956-1976).
3. Mengetahui hasil dari dakwah Fethullah Gülen pada masyarakat Turki.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga diharapkan memiliki manfaat untuk:
9
1. Menambah wawasan kesejarahan, yang terkait dengan biografi tokoh dan
sejarah perjuangan dakwah para ulama khususnya dakwah Fethullah
Gülen di Turki, negara yang mengalami sekularisasi di segala bidang.
2. Memberikan sumbangan hasil karya penelitian bagi UIN Syarif
Hidayatullah pada umumnya dan Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan
Sejarah Kebudayaan Islam khususnya. Apalagi dewasa ini, sangat minim
penelitian-penelitian mengenai sejarah dakwah para ulama Turki.
3. Bermanfaat bagi pecinta Ilmu pengetahuan sejarah.
E. Metode Penelitian
Metode Penelitian Sejarah yang digunakan adalah metode deskriptif-
analisis dengan pendekatan historis. Metode ini merupakan proses menguji dan
menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau yang berupa
teks tertulis. Lalu, poin-poin penting yang telah dianalisa, kemudian ditulis atau
dipaparkan sesuai dengan bentuk, kejadian, suasana dan masa berlangsungnya
topik penelitian sejarah yang berkaitan.18
Dalam Metode Penelitian Sejarah terdapat beberapa prasyarat sebagai
sebuah prosedur yang harus diikuti oleh para peneliti sejarah. Adapun, prosedur
yang penulis gunakan untuk penelitian skripsi ini adalah Heuristik, Verifikasi,
Interpretasi, dan Historiografi. Pengumpulan data yang penulis lakukan pertama,
menggunakan metode kepustakaan (Library Research) dengan mengakses
sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, jurnal serta situs internet. Kedua,
menggunakan metode lapangan (Field Research) yaitu dengan melakukan
18
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (terj) Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI-Press,
1983), h. 3.
10
wawancara secara langsung terhadap sumber yang terkait dengan kajian ini.19
Adapun sumber yang penulis wawancarai adalah Dr. Ali Ünsal sebagai direktur
Fethullah Gülen Chair UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Teori dan Konsep
1. Dakwah Sebagai Proses Interaksi Sosial
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup
mandiri dan pasti membutuhkan orang lain untuk mengatasi kendala dalam
hidupnya. Maka dari itu manusia membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan
manusia lain dalam kehidupannya. Proses sosial yang menunjuk pada hubungan-
hubungan sosial yang dinamis disebut interaksi sosial. Interaksi sosial adalah
syarat utama terjadinya aktivitas sosial, aktivitas-aktivitas ini saling
mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan.20
H. Bonner mendefinisikan
interaksi sosial sebagai hubungan antara dua individu atau lebih yang saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Gillin & Gillin mendefinisikannya sebagai
hubngan-hubungan antara dua individu, antar kelompok, dan antara individu dan
kelopok.21
Komunikasi dan kontak sosial merupakan syarat penting terciptanya
interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Salah satu arti penting dari
komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran terhadap perilaku orang
lain yang berupa sikap, gerak-gerik maupun pembicaraan, dan perasaan yang
ingin disampaikan orang tersebut, karenanya timbul reaksi yang ingin
disampaikan pula kepada orang lain. Dengan demikian terjadi proses timbal balik
19
M. Dien Madjid & Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 219-223 20
Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 90 21
Elly M. Setiadi, Ibid, h. 91
11
dan saling menyesuaikan satu sama lain dengan tindakan yang akan dilakukan.
Dalam konteks ini definisi interaksi sosial itu sangat erat kaitannya dengan
dakwah. Istilah “general approach” atau dakwah secara umum adalah istilah
saling pengaruh mempengaruhi antara dai dan mad’u dalam kelompok sosial.22
Dalam hal ini terjadi proses interaksi sosial yang saling mempengaruhi antara
Fethullah Gülen sebagai dai dengan masyarakat Turki sebagai mad’u maupun
sebaliknya.
2. Dakwah Transformatif
Islam sejak awal sesungguhnya menjadi bagian dari upaya perubahan
sosial ketika terjadi penindasan, kesewenang-wenangan, kezaliman dan segala
macam perilaku sosial yang tidak adil. Disini penulis mendasari kajian pada
model dakwah trasformatif. Khamami Zada menyebutkan bahwa dakwah
trasformatif merupakan model dakwah yang tidak hanya mengandalkan dakwah
verbal (Konvensional) untuk memberikan materi-materi keagamaan kepada
masyarakat, yang memposisikan dai sebagai penyebar pesan-pesan keagamaan
semata, tetapi menginternalisasikan pesan-pesan keagamaan ke dalam kehidupan
riil masyarakat dengan cara melakukan pendampingan masyarakat secara
langsung.
Dengan demikian dakwah tidak hanya memperkuat basis religiusitas
dalam masyarakat, namun juga memperkukuh basis sosial untuk mewujudkan
sebuah transformasi sosial. Dengan dakwah ini, seorang dai memiliki fungsi
ganda, yakni melakukan aktivitas penyebaran materi keagamaan sekaligus
22
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Rosdakarya, 2010), h. 131-134
12
menjadi penjaga moral masyarakat dan sebagai pengawal dalam memahami serta
menjabarkan kepada masyarakat berbagai isu-isu sosial, politik dan budaya.23
Dalam “Bangkitnya Spiritualitas Islam” Fethullah Gülen mengangkat
istilah “arsitek rohani” untuk para dai yang dapat menggerakkan perubahan. Para
arsitek rohani menurut Gülen adalah orang-orang yang memiliki kedalaman
spiritual yang tidak memiliki tendensi individual dalam apa pun yang mereka
lakukan dan menganggap bahwa keselamatan diri mereka bergantung pada upaya
mereka untuk menyelamatkan orang lain.24
Dengan kata lain sikap mental dan
spiritual para dai diperlukan dalam mendampingi komunikannya dalam mencerna
nilai-nilai Islam serta bersikap seperti “pemadam kebakaran” dalam lingkungan
sosialnya, sehingga memudahkan transformasi sosial dan keagamaan dalam
masyarakat.
Dakwah Transformatif ini tidak akan bisa disebut transformatif apabila
tidak memenuhi setidaknya lima indikator, yaitu:
1. Perubahan materi dakwah dari yang bersifat ubudiyah ke materi sosial.
2. Perubahan materi dakwah dari eksklusif ke inklusif.
3. Perubahan dari aspek metodologi, dari model monolog ke dialog.
4. Menggunakan institusi yang bisa diajak bersama dalam aksi dakwah.
Hal ini dilakukan agar para dai mendapatkan legitimasi yang kuat
dalam dakwahnya.
23
Abdullah Kholis Hafidz dkk, Dakwah Transformatif, (Jakarta: PP LAKPESDAM NU,
2006), h. 4 24
Muhammad Fethullan Gülen, Bangkitnya Spiritual Islam, (Jakarta: Republika, 2012), h.
148
13
5. Melakukan advokasi dan pengorganisasian masyarakat terhadap suatu
kasus yang terjadi agar kaum yang terzalimi mendapatkan
pendampingan.25
Dalam hal ini Fethullah Gülen sebagai juru dakwah selain mengadakan
dakwah secara verbal dengan kajian, ceramah, khutbah, seminar dan diskusi, dia
juga melakukan dialog dan pembinaan kepada seluruh lapisan masyarakat salah
satu contohnya dengan berusaha memahamkan masyarakat akan bahaya
komunisme yang sedang melakukan infiltrasi ke dalam tatanan sosial masyarakat
Turki. Selain itu Gülen juga ikut andil dalam pembinaan terhadap pelajar dan
mahasiswa dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk
menginternalisasikan nilai-nilai keislaman pada generasi muda Turki.
Dalam dakwahnya Gülen juga menggunakan institusi pemerintah untuk
menjadi juru dakwah yang legal di Turki. Ia juga telah menginspirasi banyak
orang dengan mendirikan sebuah gerakan yang memperkuat legitimasi
dakwahnya dengan mengedepankan konsep pelayanan, dialog, cinta, dan toleransi
kepada masyarakat Turki hingga menembus batas-batas ras dan budaya. Karena
itu menurut penulis, Gülen telah mencapai lima indikator dakwah transformatif
yang telah disebutkan sebelumnya.
G. Tinjauan Pustaka
Tema dan judul penelitian yang penulis ajukan ini. “Perjuangan Dakwah
Fethullah Gülen di Turki (1956-1976)”. Dalam pencarian di Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora,
dan Perpustakaan Fethullah Gülen Chair serta browsing ke beberapa situs internet
25
Abdullah Kholis Hafidz dkk, Dakwah Transformatif, h. 13-15
14
yang terpercaya, penulis menemukan beberapa sumber mengenai tema dan judul
diatas. Di antara sumber-sumber tersebut ialah:
Zulfahmi, dengan karyanya Fethullah Gülen, Sang Inspirator Gerakan
Damai Masyarakat Sipil di Turki, menguraikan tentang sosok dan pemikiran
Fethullah Gülen dalam hubungannya dengan masyarakat Turki. Pemikiran Gullen
dipandang sebagai solusi dari permasalahan masyarakat Turki yang berkontribusi
dalam menghadapi kemiskinan dan kebodohan sehingga mereka seperti
menemukan kembali jalan keislaman mereka dengan damai tanpa harus
berhadapan dengan pemerintahan rezim sekuler.
Muhammed Çetin, dengan karyanya The Gülen Movement, menjelaskan
perkembangan gerakan Gülen dari awal terbentuknya hingga sekarang serta
memberi pemahaman tentang pemikiran Fethullah Gülen secara lebih
komprehensif. Gerakan Gülen yang diprakarsai ulama besar Turki yaitu Fethullah
Gülen ini adalah suatu gerakan transnasional agama, sosial dan politik. Gerakan
ini adalah gerakan damai yang pengaruhnya tidak hanya terasa di Turki, tetapi
juga di dunia internasional. Berkat gerakan ini, telah berdiri lebih dari 1000
sekolah di lebih dari 100 negara di dunia, enam buah rumah sakit umum, beberapa
media cetak dan elektronik, universitas, organisasi bantuan sosial internasional,
serta organisasi dialog antar agama internasional. Karya ini mengurai apa rahasia
di balik kesuksesan Gülen dan para pengikutnya, bagaimana mereka dapat
bertahan di tengah rezim yang kurang bersahabat serta apa saja yang mereka
tawarkan sehingga dapat diterima dunia internasional.
Skripsi Savira Rahmayani, Fethullah Gülen sebagai tokoh sentral dalam
gerakan Fethullah Gülen yang diujikan di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
15
Indonesia. Skripsi ini membahas peranan sentral Gülen dalam membangun dan
mengembangkan pergerakannya dalam kajian sosial dan pendidikan.
Skripsi Farhan Taufik, Dimensi Dakwah Fethullah Gülen di Indonesia,
yang diujikan oleh Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Karya ini memfokuskan kajian tentang dakwah Fethullah
Gülen di Indonesia dalam aspek sosial agama, budaya dan ekonomi.
Skripsi Ali Sahin, Pemikiran M. Fethullah Gülen Dalam Pendidikan
Islam, yang diujikan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas pemikiran Gülen dalam konteks
pendidikan Islam, dimana Sahin secara gamblang menjelaskan tentang konsep
pendidikan yang berperan sebagai penyempurnaan dalam hidup untuk meraih
dimensi spiritual, intelektual dan fisikal kemanusiaan.
Salah satu artikel dalam jurnal yang menarik adalah karya Salih Yucel,
“Fethullah Gülen, Spiritual Leader in a Global Islamic Context” yang diterbitkan
dalam Journal of Religion and Society. Dalam tulisannya ini Yucel menjelaskan
pengaruh Fethullah Gülen sebagai intelektual Muslim yang dapat menggabungkan
antara Islam dan modernitas disertai dengan beberapa konsep pemikiran Gülen.
Dalam semua kajian yang disebutkan diatas masih secara umum
menyinggung tentang biografi Fethullah Gülen namun tidak mengkaji secara lebih
khusus dan kronologis kehidupan dan perjalanan dakwah Gülen sendiri ditinjau
dari aspek sosial-historis, serta kondisi masyarakat Turki pada masa awal Gülen
berdakwah. Karena itu penulis ingin mengkaji kembali secara historis dan
komprehensif awal perjuangan dakwah Fethullah Gülen selama dua puluh tahun
di Turki (1956-1976) dengan melihat aspek sosial yang ada di dalamnya.
16
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima Bab pembahasan.
Bab pertama membahas tentang latar belakang tema yang diangkat,
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, teori dan konsep, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan. Bab
kedua membahas tentang keadaan sosial-politik, pendidikan dan keagamaan
masyarakat Turki. Bab ketiga membahas mengenai sejarah hidup dan kegiatan
dakwah Gülen di Turki antara tahun 1956 hingga 1976. Bab keempat membahas
mengenai hasil dari dakwah Gülen terhadap masyarakat Turki. Bab kelima, berisi
kesimpulan dan saran penulis kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka dan
daftar lampiran.
17
BAB II
KONDISI MASYARAKAT TURKI AWAL ABAD 20
Bab ini menguraikan tentang kondisi masyarakat Turki pada awal abad ke-
20. Terciptanya negara-negara baru dari hasil reruntuhan Turki Usmani
menghasilkan perubahan yang sangat besar yang mencakup bidang sosial, politik,
pendidikan bahkan agama. Bahasan ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman secara mendalam terhadap dakwah Fethullah Gülen berdasarkan
kondisi masyarakat Turki pada masanya. Dinamika masyarakat Turki pada saat
itu sedikit banyak mempengaruhi perjuangan dan strategi dakwah Gülen.
A. Sosial-Politik
Republik Turki yang baru dibentuk lebih bersifat homogen dalam
kebangsaan, bahasa dan agama. Karena itu dalam perjanjian Laussane tahun 1923,
bangsa Turki pimpinan Atatürk melepaskan diri dari sisa-sisa warisan Dinasti
Usmani yang dahulunya berkuasa di sepanjang wilayah Balkan, Anatolia,
Mesopotamia, Syria, Lebanon, Palestina, semenanjung Arabia hingga Afrika
Utara, dan membatasi diri dalam wilayah yang mayoritas penduduknya berbahasa
Turki. Negara yang baru dibentuk ini kemudian menghadapi problem baru dalam
bidang pendidikan, institusi sosial dan modal dibandingkan dengan kekurangan
sumber daya alam. Terjadinya migrasi dari wilayah timur Anatolia yang kondisi
ekonominya lebih terbelakang menyebabkan terjadinya perubahan sosial yang
masif di kota-kota sebelah barat Turki dan kemudian menyebar di wilayah-
wilayah sekitarnya.1
1 Irene B. Taeuber, “Population dan Modernization in Turkey”, Population Index, Vol. 24,
No. 2, (April, 1958), h. 101
18
Menurut Lapidus, sejarah Turki modern dibedakan menjadi dua fase.
Periode pertama antara 1921 hingga 1950, dan periode kedua dari 1950 hingga
sekarang.2 Periode pertama ditandai dengan fase kediktatoran presidensial,
reformasi agama, dan tahap program industrialisasi. Setelah perubahan dari
Kesultanan menjadi Republik, Turki menerapkan sistem satu partai yaitu Partai
Republik (RPP). Partai ini berkomitmen untuk sejalan dengan prinsip-prinsip
revolusi yang dikobarkan oleh Atatürk yang bertujuan membangkitkan kehidupan
nasional Turki ke puncak tertinggi peradaban sebuah bangsa.3 Pada awal
kebijakannya, Partai tidak menghendaki adanya oposisi dalam pemerintahan.
Rezim Republik menggunakan lembaga negara sebagai alat untuk menyebarkan
informasi tentang kemajuan pertanian, mengorganisir program pendidikan baru,
serta mengajarkan ideologi nasional dan sekuler kepada masyarakat. Dalam setiap
propagandanya rezim Republik selalu berbicara atas nama rakyat Turki, namun
tidak berupaya untuk menjalin hubungan dekat dengan mereka.
Golongan Kemalis adalah sebutan bagi pendukung setia Mustafa Kemal
Atatürk. Mereka memiliki tujuan utama untuk menciptakan pembangunan
ekonomi nasional dan modernisasi kultural. Mereka berusaha meningkatkan
produksi pertanian dengan mereduksi pajak dan berinvestasi dalam proyek jalan
dan lintasan kereta api. Pembangunan di segala bidang dimantapkan sehingga
dalam tempo sepuluh tahun rezim yang berkuasa telah menyiapkan dasar-dasar
bagi kelahiran ekonomi industri modern. Adapun kebijakan paling penting dari
kaum Kemalis dengan Partai Republik sebagai corongnya adalah revolusi kultural
2 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (terj) Ghufron A. Mas’adi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1999), h. 88 3 Donald E. Webster, “State Control of Social Change in Republican Turkey”, American
Sociologi Review, Vol. 4, No. 2, (April 1939), h. 247
19
yang merenggangkan hubungan antara masyarakat dengan agama serta nilai-nilai
tradisional dengan jargon kemajuan dan kemoderenan.4
Untuk tujuan tersebut, Lembaga Desa (Village Institute) kemudian
didirikan untuk memudahkan pengembangan loyalitas masyarakat dan untuk
berkomunikasi dengan warga negara agar sesuai dengan misi dan nilai yang telah
diformulasikan oleh rezim Republik Turki. Meskipun begitu, lembaga ini secara
luas dibenci oleh rakyat. Mereka menduga dalang di balik pendirian lembaga-
lembaga tersebut adalah pendukung Komunis dan Ateis. Mereka juga meyakini
bahwa lembaga tersebut hanya sebagai kontrol negara dan telah gagal
mewujudkan retribusi tanah serta melepaskan rakyat dari kekuasaan tuan tanah.5
Sekalipun beberapa kebijakan ekonomi dan kultural rezim Kemalis bersifat
radikal, rezim ini bukanlah rezim revolusioner. Tidak ada upaya untuk
memobilisasi kaum petani seperti halnya rezim Komunis. Perpaduan antara
kebijakan kultural yang radikal dengan kebijakan sosial politik yang konservatif
menjadikan Republik Turki sebagai model baru Negara-Bangsa yang pertama di
Asia.6
Fase kedua yang dimulai dari tahun 1950 hingga sekarang ditandai dengan
kekuasaan multi partai, berkembangnya perbedaan sosial, perubahan ekonomi
yang pesat dan berkecamuknya konflik ideologis. Pada tahun 1945, Partai
Republik memperkenalkan sistem multi partai dengan memperbolehkan
berdirinya Partai Demokrat. Sejak itu kekuasaan pemerintahan beralih dari
kediktatoran ke sebuah pemerintahan demokrasi yang terpilih dengan banyak
4 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 89
5 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. (terj) Pipin Sophian
dkk, (Jakarta: UI-Press, 2013), h. 22 6 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 92
20
partai di dalamnya. Partai Demokrat memenangkan pemilihan umum dan
melancarkan kebijakan-kebijakan ekonomi baru. Salah satu kebijakan Partai
Demokrat tentang mekanisasi di bidang pertanian menyebabkan banyak
pengangguran dan memaksa buruh di bidang tersebut berimigrasi ke kota untuk
mencari pekerjaan. Pedagang dan usahawan mengakumulasi kekayaan dan
dengan pengaruh politik yang kuat menyerukan stabilitas ekonomi mereka. Asal-
usul konglomerat industri berskala besar di Turki sekarang berasal dari masa ini.
Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi yang cepat menimbulkan
konsekuensi sosial yang tinggi. Bergabungnya para pedagang dalam aktivitas
politik bersama dengan Partai Demokrat menimbulkan kecemburuan politik dari
pihak-pihak yang merasa terancam. Kekacauan ini menimbulkan kebencian dari
kalangan birokrasi dan elite intelektual “Rezim Republik” terhadap pemerintah.
Hal ini disebabkan karena kebijakan Partai Demokrat yang berorientasi
demokratis serta toleran terhadap Islam dianggap mencederai semangat revolusi
Atatürk. Kemudian akibat kondisi ekonomi yang sulit, usahawan dan akademisi
yang tidak puas memutuskan untuk menarik dukungan terhadap Partai Demokrat,
mengakibatkan mobilisasi mahasiswa untuk melakukan demonstrasi di jalan-
jalan.
Selain itu ketidakpuasan terhadap pemerintah juga datang dari dalam
tubuh militer. Sejak berakhirnya perang dunia kedua, prestise karir militer di
Turki menurun drastis. Demokratisasi telah memarginalkan peran mereka yang
biasa memainkan kontrol utama dalam masalah-masalah negara, sehingga
sejumlah perwira militer membentuk gerakan oposisi terhadap pemerintah dan
21
memasukkan ideologi revolusioner ke dalam pelatihan taruna dan perwira junior. 7
Kemudian dengan alasan kemerosotan ekonomi, sebuah kudeta militer yang
dilancarkan pada tanggal 27 Mei 1960 berhasil menggulingkan pemerintahan
Demokrat. Kudeta ini didalangi oleh kubu militer yang bersekutu dengan elite
birokrat dan pelajar. Rezim militer kemudian membentuk National Unity
Committee yang bertahan hanya satu tahun, namun berhasil membubarkan Partai
Demokrat, menangkap pemimpinnya, dan memberlakukan sebuah konstitusi dan
parlemen baru.8
Setelah kudeta militer tahun 1960, Zürcher membagi periode Republik
menjadi dua yaitu periode Republik Turki kedua (1960-1979), dan periode
Republik Turki ketiga yang bermula sejak tahun 1980.9 Periode Republik Turki
kedua ditandai dengan terbentuknya partai-partai sayap kanan maupun kiri,
bangkitnya kembali sistem demokrasi, dan kudeta militer. Instabilitas politik yang
terjadi mampu diredam sebentar ketika Suleyman Demirel berkuasa dari tahun
1965, namun memburuknya ekonomi, perubahan sosial dan hilangnya
kepercayaan publik terhadap negara menggoyahkan pemerintahan. Disamping itu
pertentangan antara golongan kiri dan kanan semakin menajam. Partai Nasional
Republik Petani (RPNP) mewakili golongan kanan yang radikal, sedangkan
golongan kiri membentuk Confederation of Revolutionary Workers’ Unions
(DISK). Aktifitas dan kegiatan kelompok ekstremis dan fundamentalis ini
menarik para mahasiswa dan pemuda untuk bergabung sehingga memperparah
kondisi dalam negeri Turki. Salah satu kelompok ekstremis kiri paling terkenal
7 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 27-29
8 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 96
9 Eric J. Zürcher, Sejarah Modern Turki, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 318-
370
22
yang muncul dari kegiatan diskusi kampus adalah Revolutionary Youth (Dev-
Genç). Kelompok ini berada di bawah pengaruh paham Marxis dan menyerukan
masyarakat untuk menjatuhkan pemerintahan dengan cara kekerasan. Mereka
pada umumnya anti pada imperialisme Barat khususnya Amerika Serikat.
Sedangkan kelompok kanan yang bersatu dalam sikap anti-komunisme tidak
menyukai kelompok kiri. Mereka mendukung nilai-nilai kesalehan Islam
konservatif sebagai norma masyarakat Turki meskipun kerap dimanipulasi demi
kepentingan politik semata. Kerusuhan ini terjadi sehingga Demirel terpaksa
mengundurkan diri pada tahun 1970 dan militer segera mengambil alih negara
pada 12 Maret 1971. Kudeta ini dilancarkan dengan alasan krisis di parlemen dan
kurang kompetennya pemerintahan yang menyebabkan bentrokan di jalan-jalan
dan di kampus antara kelompok komunis dan ultranasionalis yang melibatkan
pasukan keamanan. Alasan ini berulang kali dikatakan ketika pihak militer
mengambil alih kekuasaan untuk membenarkan tindakan tersebut.10
Militer kemudian memberlakukan kembali sebuah pemerintahan sipil.
Namun, koalisi pemerintahan yang bergantian berkuasa umumnya lemah dan
mengalami jalan buntu akibat bergantungnya industri baru terhadap barang impor
dan turunnya nilai investasi dalam negeri, hal ini mempengaruhi kegelisahan
sosial dan melumpuhkan pemerintahan di akhir tahun 70-an. sehingga konflik
yang terjadi sepanjang tahun 70-an seakan meneruskan konflik yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya. Akhirnya militer kembali mendapatkan kesempatan
untuk melakukan kudeta yang mengakhiri periode Republik kedua.11
10
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 38-41 11
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 96
23
Kembalinya militer ke tampuk kekuasaan untuk ketiga kalinya pada
September 1980 disebut sebagai awal periode Republik ketiga. Ketakutan akan
ancaman fundamentalisme pada umumnya dipandang sebagai penyebab utama
kembalinya intervensi militer yang mengakhiri Republik kedua. Perbedaan kudeta
ini dengan dua kudeta yang terjadi sebelumnya adalah, militer tidak saja
mengambil alih pemerintahan namun membubarkan semua partai politik,
menangkap para pemimpin politik, menyita aset mereka dan memusnahkan segala
sesuatu termasuk arsip-arsip yang terkait dengan masa lalu partai-partai di Turki.
Jenderal Kenan Evren yang berkuasa menjelaskan bahwa kelak di Turki sama
sekali tidak ada tempat bagi mantan politikus terdahulu. Semua struktur
pemerintahan diisi dan dikendalikan penuh oleh rezim militer. Rezim militer
mempunyai kekuasaan luas dan menangani urusan pendidikan, pers, kamar
dagang, dan serikat kerja, dan kemudian mengarah kepada penutupan sejumlah
surat kabar terkemuka. Junta militer juga memberangus kalangan fundamentalis
sehingga keberadaan mereka selama masa tersebut menjadi berkurang.12
Tiga kudeta militer dan pertikaian-pertikaian antara berbagai partai politik
di Turki mempengaruhi kehidupan masyarakat secara signifikan. Kekerasan dan
demonstrasi di jalan-jalan menjadi hal yang biasa. Kekayaan yang meningkat di
tahun 1960-an dan awal 1970-an, diikuti dengan kekurangan bahan pangan serta
kenaikan harga setelah masa itu, industrialisasi serta kurangnya peluang pertanian
dan daya pikat industri-industri baru yang telah dimulai sejak tahun 1950-an
menjadi penyebab perpindahan orang-orang dari desa ke kota-kota besar.
Perpindahan ini menimbulkan pembangunan pemukiman padat di pinggiran kota
12
Eric J. Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 370
24
yang disebut gecekondu, rumah yang dibangun sangat kecil dan bergaya lama,
mirip dengan kebanyakan rumah umumnya di desa yang dilengkapi dengan kebun
atau taman kecil. Meskipun terkesan kumuh, penduduk gecekondu sebenarnya
masih terhubung erat dengan desa asal mereka dan sering kembali untuk sekedar
merayakan hasil panen di desa.
Pembangunan gecekondu lama-kelamaan semakin bertambah banyak,
hingga mencapai separuh pemukiman yang dibangun di Ankara dan kurang lebih
separuh dari penduduk Turki adalah penghuni gecekondu. Pada mulanya
gecekondu tidak dilengkapi dengan infrastruktur seperti listrik, bus dan pos.
Namun lambat laun akibat perebutan suara dari kalangan parlemen yang bertumpu
pada masyarakat yang tinggal di daerah gecekondu, pemukiman pinggiran
tersebut secara bertahap dihubungkan dengan jalur listrik, suplai air, sistem jalan
dan saluran pembuangan air. Penduduk yang berpindah ini umumnya sulit
mendapatkan pekerjaan reguler di industri baru yang sedang berkembang, namun
dapat bekerja secara temporer sebagai buruh harian, pembantu rumah tangga,
pedagang keliling, pembersih kantor dan terkadang beberapa anggota dalam satu
keluarga berkontribusi dalam pendapatan keluarga.13
Hingga dapat dikatakan
bahwa perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Turki modern
sangat berkaitan dengan dinamika politik yang terjadi pada rentang masa tersebut.
B. Pendidikan
Sistem pendidikan di Turki pada masa akhir Turki Usmani masih
berkarakter abad pertengahan. Pendidikan ala Eropa cenderung dijauhi karena
dicurigai melawan negara serta dianggap tidak sesuai dengan kultur Islam. Satu-
13
Eric J. Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 358-359
25
satunya bentuk sekolah yang ada hanyalah Medrese yang biasanya melekat pada
Masjid dan hanya mengajarkan Al-Qur’an dan Ilmu-ilmu Islam. Untuk orang-
orang kaya Usmani biasanya menyewa tutor untuk mengajari anak-anak mereka
sastra Arab dan Persia. Pendidikan dalam arti luas tidak ada setidaknya sampai
pada peristiwa Tanzimat. Sepanjang periode Tanzimat, upaya untuk melepaskan
diri dari sistem pendidikan lama dimulai dari sekolah menengah guru yang
diinstruksikan untuk membuka mata pelajaran sekuler. Sultan Abdul Mecid
berperan aktif dalam pembentukan sekolah-sekolah tersebut. Sekitar dua puluh
lima sekolah menengah telah dibuka pada tahun 1853.14
Periode akhir Usmani adalah periode pertarungan antara berbagai aliran
pemikiran, di mana program Tanzimat dianggap sebagai kebijakan penting yang
membuka jalan bagi munculnya sejumlah tokoh intelektual baru yang berafiliasi
dengan gerakan Turki Muda (Young Turks) dan kemudian mendominasi
kehidupan politik dan intelektual Usmani setelah tahun 1908. Mereka kemudian
berperan besar pada masa pembentukan Turki modern dan menjadi pengusung
ideologi nasionalisme meskipun mendapat kecaman dari golongan Islamis dan
Usmanis. Golongan yang disebut belakangan sebagai kaum Kemalis berasal dari
masa ini. Tokoh intelektual utama dari periode Republik seperti Ahmed Riza,
Ziya Gokalp, Besir Fuad, Baha Tevfik dan Abdullah Cevdet sebagian besar
dipengaruhi oleh aliran positivisme Perancis dan paham materialisme. Pandangan-
pandangan mereka berpengaruh luas di kalangan intelektual lainnya di Turki
14
T. Verschoyle, “Education in Turkey”, International Affairs (Royal Institute of
International Affairs 1944), Vol. 26, No. 1, (January, 1950), h. 59
26
sehingga juga berdampak pada bidang agama, filsafat, seni dan sastra Turki
Modern.15
Terciptanya negara-bangsa dari sisa reruntuhan Turki Usmani merupakan
langkah penting dalam mewujudkan transformasi masyarakat Turki terutama
dalam bidang pendidikan untuk mengikuti model Eropa. Enam doktrin Mustafa
Kemal yaitu Republikanisme, Sekularisme, Nasionalisme, Populisme, Statisme
(seluruh pengaturan berpusat kepada negara) dan Revolusionisme16
merupakan
ideologi negara Kemalis yang dituangkan dalam konstitusi Turki 1937 dan
merupakan basis bagi indoktrinasi di sekolah-sekolah, media massa, dan angkatan
bersenjata. Pendidikan pada masa Republik bersifat sentralistik dan ketat karena
semua jenis pendidikan dan lembaga ilmiah berada di bawah kontrol Departemen
Pendidikan Nasional, begitu pula dengan sekolah-sekolah asing dan milik kaum
minoritas berada dalam kontrol negara. Dengan demikian diharapkan bahwa
pendidikan dapat menjadi agen perubahan sosial, nilai-nilai dan tatanan lama
dalam masyarakat Turki modern.17
Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah sekuler untuk membangun
tatanan pendidikan baru, di antaranya adalah dengan mendirikan Lembaga
Masyarakat Bahasa Turki pada tahun 1923 yang bertujuan untuk menghilangkan
kerak-kerak bahasa Arab dan Persia dari bahasa Turki. Untuk itu dibuatlah sebuah
teori yang dinamakan “Teori Bahasa Matahari” yang menyatakan bahwa bahasa
Turki adalah asal-muasal bagi bahasa bangsa-bangsa di dunia. Akibatnya kata-
15
Elizabeth Özdalga (ed), “Late Ottoman Society: The Intelectual Legacy”, Reviewed by:
Tahsin Özcan, Insight Turkey, Vol. 15, No. 3 (2013), h. 197 16
William Ochsenwald & Sidney Nettleton Fisher, The Middle East: A History, (New
York: Mcgraw-Hill, 2004), h. 396-401. Lihat juga: Feroz Ahmad, The Making of Modern Turkey,
(New Yotk: Routledge, 1994), h. 63 17
Fatma Gök, “The History and Develompent of Turkish Education”, Marie Carlson dkk
(ed), Education in Multicultural Societies: Turkish and Swedish Perspectives, Vol. 18,
(Stockholm: Swedish Research Institute in Istanbul, Transaction, , 2007), h. 247
27
kata yang bukan Turki disingkirkan dan dari 80 persen kata-kata dengan asal-usul
bahasa Arab dan Persia pada tahun 1920, yang tersisa hanya tinggal 10 persen saja
pada tahun 1980. Kebijakan tersebut dilanjutkan dengan mengubah aksara Arab-
Persia menjadi aksara latin pada tahun 1928 dengan alasan meningkatkan melek
huruf.18
Kemudian diambil sebuah kebijakan unifikasi pendidikan (Tevhid-I
Tedrisat Kanunu) pada tahun 1924. Kebijakan ini menghapuskan dualitas
pendidikan pada periode Usmani yang mengajarkan pendidikan agama dan
sekuler. Kemudian sistem pendidikan baru dibentuk sesuai dengan model
pendidikan di Eropa Barat khususnya sistem Perancis. Sekolah Galatasaray
(Galatasaray Lycee) contohnya yang didirikan pada tahun 1868 sebagai hasil dari
perjanjian antara Usmani dengan Perancis, dijadikan sebagai model untuk sekolah
tingkat menengah. Tahun 1933, Universitas Darülfünun diberi sebuah anggaran
dasar baru dan direkonstruksikan menjadi Universitas Istanbul. Perubahan besar
ini mengakibatkan dua pertiga dari pengajarnya diberhentikan dan yang masih
dipertahankan adalah pengikut Kemalis yang paling dipercaya.19
Kemudian
sejarah revolusi Turki menjadi mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah pada
tahun 1934 dan berfokus secara luar biasa kepada kisah kepahlawanan dan sosok
Mustafa Kemal Atatürk sehingga hampir mencapai tahap pengkultusan.20
Jadi, masyarakat Turki dalam bidang intelektual telah berkembang
menjadi masyarakat sekuler dengan pengaruh dari pemikiran-pemikiran para
intelektual baru Usmani yang mendukung nasionalisme Turki, sehingga dapat
dengan mudah menerapkan sekularisasi dalam bidang pendidikan. Dengan
18
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 18-20 19
Eric J. Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 234 20
Eric J. Zürcher, Ibid., h. 236
28
kebijakan pendidikan yang baru, kalangan Kemalis telah berhasil menjadikan
Turki sebagai negara mayoritas muslim yang berpendidikan Barat serta
melahirkan generasi-generasi baru yang menggantikan generasi lama hasil
pendidikan di masa Turki Usmani.
C. Keagamaan
Menurut sensus tahun 1950 populasi penduduk Turki kurang lebih 21 juta
jiwa dan bertambah menjadi 43 juta jiwa pada tahun 1980.21
Mayoritas penduduk
Turki adalah Muslim Sunni-Hanafi yang mencapai 85 persen dari seluruh
populasi Turki, 15 hingga 20 persen sisanya adalah sekte Alevi yang merupakan
sekte non Sunni terbesar. Sekte ini dianut oleh sebagian etnis Turki dan juga
Kurdi. Sekitar 55 juta etnis Turki dan 15 juta etnis Kurdi hidup di wilayah
Anatolia dan Thrace Timur.22
Dalam masyarakat Turki Usmani, Islam menjadi penghubung antara
kekuatan sosial lokal dengan struktur politik,23
dimana kultur Islam dan ketaatan
kepada agama sangat penting secara sosial dan telah berabad-abad menjadi bagian
integral dari kebudayaan dan kehidupan individual di Turki.24
Namun akibat
dibentuknya Masyarakat Sejarah Turki (Turkish Historical Society) oleh rezim
Atatürk, kebanyakan orang Turki sekarang lebih suka membanggakan asal muasal
mereka sejak Pra-Islam di Asia tengah ketimbang pada periode kejayaan Islam.25
21
“Turkey, General Information”, http://www.geohive.com/cntry/turkey.aspx (diakses pada
tanggal 24 Juni 2015) 22
Cemal Karakas, Turkey: Islam and Laicism Between the Interest of State, Politics, and
Society, (Frankfurt: Peace Research Institute Frankfurt, 2007), h. 5 23
Serif A. Mardin, “Ideology and Religion in the Turkish Revolution”, International
Journal of Middle East Studies, Vol. 2, No. 3, (July, 1971), h. 205 24
Paul B. Henze, Turkey: Toward the Twenty-First Century, (Santa Monica: RAND, 1992),
h. 6 -7 25
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 19
29
Sejak itu Islam hanya menjadi rutinitas dan tidak lagi menjadi satu aspek yang
luar biasa bagi sejarah masyarakat Turki modern.
Setahun setelah proklamasi kemerdekaan Turki pada tahun 1923,
dibentuklah Kementrian Agama (Diyanet Isleri Başkanlığı) yang dimaksudkan
untuk melakukan reformasi terhadap agama sekaligus depolitisasi terhadap
mayoritas umat Islam Sunni. Kontrol ketat pemerintah terhadap aktifitas
keagamaan diwujudkan dengan pembubaran tarekat-tarekat sufi pada Oktober
1925, melarang aktifitas keagamaan dan kurikulum agama di sekolah-sekolah,
mengganti Adzan Arab dengan Adzan Turki, mengambil alih semua institusi-
institusi agama dan menyatukannya ke dalam proyek pembangunan Turki
modern. Meski menghadapi tekanan seperti itu, Islam tetap menjadi bagian yang
kuat dari kehidupan masyarakat Muslim. Golongan tarekat tetap aktif berdakwah
secara sembunyi-sembunyi dengan tetap memainkan fungsi-fungsi religius dan
sosial dalam masyarakat. Tarekat Nakşibendi adalah salah satu gerakan tarekat
yang telah menyebarkan pengaruhnya hingga ke pemerintahan. Tarekat ini
melakukan gerakan yang fleksibel untuk menolak manipulasi agama oleh rezim
sekuler.26
Penindasan terhadap agama seperti yang dilakukan oleh pemerintahan
sekuler ternyata menimbulkan gerakan-gerakan Islam baru yang bernuansa
modernis. Gerakan Nurcu adalah salah satu gerakan Islam modernis yang paling
penting di Turki. Gerakan ini timbul dari keprihatinan Said Nursi terhadap kondisi
umat Islam yang telah jauh dari ajaran agama. Kondisi Nursi yang diasingkan dan
dipenjara selama puluhan tahun oleh rezim sekuler tidak menghalanginya untuk
26
Cihan Tuğal, “Islamism in Turkey: Beyond Instrument and Meaning”, Economy and
Society, Vol. 31, No. 1, (February, 2002), h. 93
30
membuat pergerakan. Bediuzzaman Said Nursi dengan karyanya Risale-I Nur
(Surat-surat cahaya) menganjurkan kaum muslim untuk menjadikan tauhid
sebagai asas hidup mereka dan untuk mempelajari sains dan teknologi modern
serta menggunakannya demi kepentingan Islam. Karya Nursi ini telah dilarang
pada masa Atatürk namun tetap disalin dengan tangan secara luas oleh para
pengikutnya.27
Menjelang pemilihan umum 1950, pengganti Atatürk yaitu Ismet Inönü
sedikit lebih moderat dalam hal agama ketimbang pendahulunya.28
Partai
Republik pimpinan Inönü yang khawatir dengan perkembangan Partai Demokrat
mengambil kebijakan yang lebih toleran kepada agama demi tujuan politis. Di
antara kebijakan tersebut adalah dibukanya Fakultas Agama (İlahiyat Fakültesi)
di Universitas Istanbul dan diadakan kembali kursus Imam dan Khatib (İmam-
Hatip Kursları). Selain itu parlemen juga kembali membolehkan perjalanan Haji
ke Mekkah dan membuka kembali makam para Wali.29
Kebijakan ini dilanjutkan
oleh Partai Demokrat yang mengembalikan adzan dengan bahasa Arab yang
sebelumnya dikumandangkan dengan bahasa Turki pada 17 Juni 1950, materi
agama kemudian ditambahkan ke dalam kurikulum sekolah dan lembaga desa
(Village Institutes), dan pada Maret 1952 bacaan Al-Qur’an juga mulai
diperdengarkan di radio milik pemerintah.30
Rezim Demokrat juga membuka
lebih banyak sekolah pendidikan Imam dan khatib (İmam-Hatip Okulları),
27
Eric J. Zürcher, Sejarah Modern Turki, h. 250-251 28
Howard A. Reed, “Revival Islam in Secular Turkey”, Middle East Journal, Vol. 8, No. 3,
(Summer, 1954), h. 270 29
Binnaz Toprak, Islam and Political Development in Turkey, (Leiden: E. J. Brill, 1981), h.
78 30
G. L. Lewis, Nations of Modern World: Turkey, (New York: Frederick A. Praeger, 1955),
h. 131
31
meningkatkan pembangunan dan renovasi Masjid, dan memperbolehkan kembali
penjualan literatur-literatur Islam.31
Dengan demikian beragam pembaharuan dalam masyarakat Turki adalah
hasil dari program sekularisasi dalam bidang politik dan sosial. Kediktatoran
presidensial yang terjadi sepanjang fase pertama Turki modern menghendaki
adanya modernisasi serta revolusi kultural dengan jargon kemajuan bangsa Turki.
Fase ini bertujuan untuk meruntuhkan tatanan lama yang telah di bangun sejak
masa Usmani. Berbeda dengan fase pertama, fase kedua dari Turki modern
menunjukkan semangat demokrasi dengan adanya pemilihan umum. Kebijakan
ekonomi baru yang diadopsi oleh Partai yang berkuasa menimbulkan elite-elite
baru di bidang ekonomi. Meskipun begitu muncul banyak oposisi terhadap
pemerintah terutama berasal dari kalangan militer sehingga berakhir dengan
kudeta militer.
Setelah periode tersebut, seakan kudeta militer menjadi salah satu tradisi
sepuluh tahunan bagi kalan militer dengan alasan menyelamatkan negara. Tiga
kudeta militer yang terjadi antara tahun 1960-1980 menimbulkan instabilitas
politik dan kekacauan di jalan-jalan. Hal ini diperparah dengan lahirnya partai-
partai dari golongan kanan dan kiri yang ekstrem dan radikal. Golongan radikal
ini masuk ke kampus-kampus, mempengaruhi mahasiswa serta menyerukan
kekerasan. Akhirnya situasi sosial dan ekonomi di masyarakat menjadi tidak
menentu. Lapangan pekerjaan menjadi sulit dan memaksa orang-orang pindah
dari desa ke kota. Perpindahan ini membentuk perkampungan padat penduduk
dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah.
31
Jenny B. White, “Islam and Politics in Contemporary Turkey”, Reşad Kasaba (ed),
Cambridge History of Turkey, Vol. 4, (Cambridge: Cambridge University Press, 2008), h. 361
32
Salah satu cara pemerintah sekuler dalam menggalang revolusi kultural
adalah dengan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Dualitas pendidikan yang
mengajarkan pelajaran agama dan umum yang sudah ada sejak masa Usmani
dihapuskan dan diganti dengan sistem pendidikan Eropa. Dengan begitu terlahir
elite intelektual baru yang mendukung program-program sekularisasi pemerintah.
Dalam bidang keagamaan pemerintahan melakukan kontrol ketat terhadap
aktifitas keagamaan dan mengakibatkan pudarnya peran agama dalam kehidupan
sosial masyarakat. Meskipun begitu, komunitas agama seperti Tarekat dan
kalangan modernis secara fleksibel tetap aktif dan berperan penting dalam
menyelamatkan nilai-nilai Islam sunni dalam masyarakat Turki.
33
BAB III
BIOGRAFI DAN AKTIFITAS DAKWAH FETHULLAH
GÜLEN
Bab ini membahas masa kecil Fethullah Gülen dari sanak keluarga hingga
pendidikan dan guru-gurunya, kemudian dilanjutkan dengan jabatannya sebagai
Imam dan khatib resmi pemerintah Turki beserta aktifitas dakwahnya di dua kota
yang berbeda, yaitu Edirne dan Izmir.
A. Kehidupan Gülen
Muhammad Fethullah Gülen, tercatat secara resmi lahir pada 27 April
19411 di Korucuk, sebuah desa kecil yang berpenduduk hanya sekitar 50-60
kepala keluarga. Desa ini termasuk distrik Hasankale (Pasinler) dalam wilayah
provinsi Erzurum2, Anatolia Timur.
3 Fethullah Gülen adalah anak ketiga dari
sebelas bersaudara; ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga besar yang taat
1 Muhammad Fethullah Gülen sebenarnya dilahirkan pada 11 November 1938. Ketika itu
registrasi kependudukan diperlukan untuk mendapatkan keuntungan administratif, namun ayah
Gülen (Ramiz) gagal mendaftarkan nama Fethullah Gülen ketika mendatangi kantor
kependudukan di Hasankale untuk pertama kali setelah ia lahir. Kemudian setelah itu Ramiz Gülen
ditunjuk untuk menjadi kepala desa dan membuatnya sibuk sehingga baru bisa mendaftarkan nama
Fethullah Gülen dua setengah tahun kemudian bersamaan dengan kelahiran adiknya Sıbgatullah
pada tahun 1942. Jadi, Gülen meskipun lahir pada tahun 1938, tercatat secara resmi dalam dinas
kependudukan Turki lahir pada tahun 1941. Lihat. “1941-1959 Hayat Kronolojisi”,
http://tr.fgülen.com/content/view/3502/128/ (diakses tanggal 14 Januari 2015) 2 Erzurum merupakan kota yang berada di bagian timur Anatolia Tengah. Dahulunya
Erzurum merupakan wilayah perbatasan paling timur Turki Usmani yang menjadi zona konflik
antara kerajaan Rusia, Iran dan Usmani. Selain itu banyak penduduk di wilayah ini terdiri dari para
pengungsi dan imigran yang melarikan diri dari Kaukasus setelah perang dengan Kekaisaran Rusia
pada tahun 1878. Daerah ini juga mengalami konflik paling berdarah dalam sejarah, yaitu konflik
antara Kristen Armenia dengan Muslim yang terjadi pada tahun 1877 dan 1920. Erzurum dikenal
sebagai daerah yang sebagaian penduduknya adalah orang-orang saleh dan taat beragama. Lihat
Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement: A Sociological Analysis of A Civic Movement Rooted
in moderate Islam, (New York: Springer, 2010), h. 181 3 “A Different Home”, http://en.fgulen.com/fethullah-gulen-biography/749-a-different-
home (diakses tanggal 23 Januari 2015)
34
beragama. Ayah Gülen, Ramiz Gülen, dalam kesehariannya dikenal sebagai
pribadi yang berpengetahuan tinggi, mencintai ilmu pengetahuan, taat, cerdas, dan
selalu menggunakan waktu luangnya untuk sesuatu yang bermanfaat. Selain itu,
dia juga masyhur dengan kemurahan hati dan kedermawanannya. Ramiz juga
sering mengundang para ulama ke rumahnya, karena itulah sejak kecil Fethullah
Gülen menjadi terbiasa berkumpul dengan para ulama. Ibunda Gülen bernama
Refia Hanım. Dia adalah seorang pengajar Al-Qur’an bagi kaum wanita dan anak-
anak di desanya. Refia terkenal dengan perangainya yang sopan dan menyukai
kebaikan.
Nenek Gülen dari pihak ayah bernama Munise Hanım dan dari pihak ibu
bernama Hatice Hanım. Munise dikenal sebagai tokoh wanita yang sangat saleh
yang tercermin dari kehidupannya sehari-hari. Sedangkan Hatice Hanım berasal
dari kalangan bangsawan yang terkenal dengan kelembutan dan kesantunannya.
Sedangkan kakeknya dari ayah bernama Syamil Agha dan kakeknya dari ibu
bernama Ahmed, keduanya juga adalah sosok saleh dan taat dalam beragama.
Kakek dan nenek Fethullah Gülen mempunyai hubungan yang erat dengan
cucunya sehingga ia sangat mencintai mereka.4
Singkatnya, Gülen dibesarkan oleh keluarga yang religius yang
mendukung anak mereka dalam mendapatkan pendidikan agama yang baik dan
berpengaruh bagi hidup Fethullah Gülen pada masa yang akan datang. Sedari
kecil Gülen telah dibimbing dalam nuansa spiritual yang kental. Dari keluarganya
4 Muhammad Fethullah Gülen, Bangkitnya Spiritualitas Islam, (Jakarta: Republika, 2012),
h. X. Lihat Juga: Muhammad Fethullah Gülen, Membangun Peradaban Kita, ( Jakarta: Republika,
2013), h. XII, dan Latif Erdoğan, Kücük Dünyam: Fethullah Gülen, (Istanbul: Ufuk Kitap, 2006),
h. 20-32
35
pula Gülen mendapatkan pandangan yang mendasar bagi kebutuhan manusia
modern akan pendidikan keagamaan sejak dini tanpa menjauh dari realitas
kehidupan serta tanpa rasa takut dan khawatir pada masa yang akan datang.5
Selain itu Fethullah Gülen mempunyai kepribadian yang santun dan selalu
menjaga hubungan baik dengan kerabat dan keluarganya. Ia juga memiliki energi
yang luar biasa, sangat aktif, pemberani, berpandangan tajam terhadap sejarah,
sekaligus memiliki semangat yang tak pernah padam. Itu karena ia dibesarkan di
tengah kondisi dan lingkungan yang sangat kondusif dan berpengaruh bagi
perkembangan kepribadiannya.6 Salah satu kejadian yang amat berpengaruh
dalam kehidupan Fethullah Gülen adalah ketika pada 10 Januari 1954 kakek dan
nenek yang sangat dicintainya meninggal dunia.7 Saat itu Gülen sedang
menempuh pendidikan dasarnya di Erzurum. Ia mengenang kejadian tersebut
dalam kata-katanya:
Dunia seakan runtuh bagiku, aku sangat terguncang, setelah kelas berakhir
aku keluar, tentu saja, aku tak bisa hadir ke upacara pemakaman mereka.
Aku menangis berhari-hari. Aku berdoa siang dan malam dengan
mengatakan, ‘ya Allah ambilah juga nyawaku, agar aku dapat bergabung
dengan kakek dan nenekku.’ Aku benar-benar tidak bisa menerima kematian
mereka. 8
Ketika Gülen beranjak dewasa dan telah menyelesaikan pendidikan
agamanya hingga mendapatkan ijazah tradisional, ia kemudian tinggal di Kota
Edirne sebagai Imam dan Khatib. Di Edirne, Gülen mempunyai gaya hidup yang
sangat sederhana namun tetap bergaul dengan anggota masyarakat yang memiliki
5 Doğu Ergil, Fethullah Gülen and the Gülen Movement in 100 Question, (New York, Blue
Dome Press, 2012), h. 5 6 Muhammad Fethullah Gülen, Bangkitnya Spiritualitas Islam, h. XII
7 “1941-1959 Hayat Kronolojisi”, http://tr.fgülen.com/content/view/3502/128/ (diakses
tanggal 19 Januari 2015) 8 Latif Erdoğan, Kücük Dünyam: Fethullah Gülen, (Istanbul: Ufuk Kitap, 2006), h. 38
36
hubungan baik dengan otoritas sipil dan militer yang ia temui dalam menjalankan
tugasnya.9 Begitu pula saat menjalani wajib militer di Ankara dan Iskenderun,
Gülen terus menjalankan gaya hidup wara’ dan sederhana sembari memberikan
ceramah kepada para tentara tentang moralitas dan kepercayaan Islam.
Keberanian Gülen dalam menyampaikan perilaku Islam yang positif dan
bertanggung jawab banyak memberikan pencerahan terhadap lingkungan
masyarakat tempat ia berdakwah.10
Menurut Dr. Ali Ünsal (salah seorang murid Gülen), Fethullah Gülen
memiliki sifat rendah hati, kasih sayang yang amat besar terhadap seluruh
makhluk hidup, kharismatis, memiliki kesetiaan (loyality), istiqamah dan sensitif
terhadap hak-hak manusia. Fethullah Gülen akan tersinggung bila ada yang
memujinya berlebihan misalnya sebagai alim, ulama besar, mujtahid atau
semacamnya. Gülen lebih suka hanya dipandang sebagai hamba dan muslim
biasa. Ia juga sangat penyayang bukan hanya kepada sesama manusia tapi juga
kepada seluruh makhluk hidup. Dalam hal ini Ünsal menuturkan satu kisah pada
tahun 70-an ketika Gülen dan teman-temannya mengalami kecelakan mobil di
sebuah kota. Mobil yang ia tumpangi menabrak sebatang pohon dan susah
dikeluarkan karena salah satu cabang pohon tersebut menembus badan mobil.
Salah seorang temannya mengatakan bahwa ia akan memperbaiki mobil tersebut
dengan memotong pohonnya. Namun Gülen bersikeras bagaimana caranya untuk
menyelamatkan mobil dan pohonnya sekaligus. Karena desakan Gülen yang
kasihan kepada pohon tersebut, akhirnya mereka pun memutuskan untuk
9 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. (terj) Pipin Sophian
dkk, (Jakarta: UI-Press, 2013), h. 31 10
Muhammed Çetin, Ibid., h. 39
37
memotong mobilnya untuk menyelamatkan pohon tersebut. Hal yang menarik dari
cerita di atas adalah ternyata ia tidak melupakan kejadian tersebut hingga sebulan
kemudian dan bertanya kembali tentang kabar pohon tersebut kepada temannya.
Dalam hal kesetiaan, Gülen selalu ingat kepada teman dan sahabatnya
meskipun mereka telah melupakannya, menanyakan kabar mereka, mengunjungi
mereka dan memberi mereka hadiah-hadiah. Ia juga selalu istiqamah dalam
menjalan sesuatu khususnya ibadah. Ia beranggapan bahwa dakwah harus dimulai
dari diri sendiri lalu kepada sekitarnya. Segala perkataannya ia tepati hingga
sedetail apa pun. Ini dibuktikan dengan sensitifitasnya terhadap hak-hak manusia.
Selama bertugas di sekolah Al-Qur’an ia tidak pernah mengambil gaji, tidak
pernah memakai barang milik murid-muridnya dan selalu membayar apa yang ia
gunakan dan apa yang ia makan. Sensitifitasnya dan keistiqamahannya ini yang
membawanya menjadi dai yang paling berpengaruh di Turki.11
B. Pendidikan Gülen
1. Pendidikan Agama
Fethullah Gülen menyelesaikan pendidikan agamanya di bawah
bimbingan sejumlah ulama terkemuka dan sufi, serta memperoleh ijazah Islam
tradisional (lisensi untuk mengajar). Pendidikan agama ini diberikan hampir
seluruhnya dalam sistem informal. Sebenarnya sistem ini diabaikan dan tidak
diakui oleh negara meskipun tetap berjalan beriringan dengan sistem pendidikan
formal. Ketika itu rezim Republik memperbolehkan shalat di masjid secara
berjamaah, tetapi seluruh bentuk ajaran dan praktik agama dilarang. Meskipun
11
Wawancara dengan Dr. Ali Ünsal, Direktur Fethullah Gülen Chair pada tanggal 26 Mei
2015
38
begitu, kedua orang tua Gülen seperti masyarakat Turki lainnya pada umumnya
tetap menjaga tradisi Islam warisan Turki Usmani dan memastikan anak-anak
mereka mendapatkan pelajaran Al-Qur’an dan praktik dasar agama termasuk
shalat sembari menghindari konfrontasi dengan penguasa rezim sekuler.12
Kedua orang tua Gülen mendidik sendiri pendidikan dini dan ajaran agama
anaknya. Itulah sebabnya Gülen pertama kali mendapatkan pengajaran membaca
Al-Qur’an langsung dari ibundanya. Pada tahun 1945 ketika usianya baru
menginjak empat tahun, Fethullah Gülen telah mampu mengkhatamkan Al-
Qur’an hanya dalam waktu satu bulan. Hal itu dikarenakan setiap tengah malam
ibundanya membangunkan Gülen dan menyampaikan nasehat serta mengajari
Gülen bacaan Al-Qur’an.13
Dalam buku “Contemporary Islamic Conversation”
Gülen mengungkapkan kekaguman dan kebanggaannya terhadap ibunya tersebut
dalam kata-katanya.
I was nine or ten, I was completing my memorization of the Qur’an and the
same time I used to help my mother. I used to help her make dough, cook,
wash the dishes and clothes. Of course she still had a lots of thing left to do.
She also milked the sheep and the cows. For the reason, my mother’s life
was a hardship on whole. Despite all this, she is struggle to rise us.14
Saat saya berusia sembilan atau sepuluh tahun, saya telah menyelesaikan
hafalan Al-Qu’an saya dan dalam waktu yang sama saya juga membantu ibu
saya. Saya membantunya membuat adonan, memasak dan mencuci piring
dan pakaian. Tentu saja ibu saya masih mempunyai banyak pekerjaan lain
yang harus dilakukan. Dia juga memerah susu kambing dan sapi. Untuk
alasan ini, secara keseluruhan hidup ibu saya begitu berat. Meskipun
demikian dia tetap berjuang untuk membesarkan kami.
12
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 25 13
Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 28 14
Nevval Sevendi, Contemporary Islamic Conversation: M Fethullah Gülen on Turkey,
Islam and The West, (New York: States University of New York Press, 2008), h. 16. Lihat juga:
Latif Erdoğan, Kücük Dünyam: Fethullah Gülen, (Istanbul: Ufuk Kitap, 2006), h. 29
39
Fethullah Gülen mendapatkan pendidikan bahasa Arab dan Persia
langsung dari Ayahnya sebagai bekal memasuki pelajaran di Medrese pada tahun
1951.15
Itu karena Gülen tidak dapat mengenyam pendidikan menengah
disebabkan tugas ayahnya di sebuah desa yang tidak mempunyai sekolah
menengah. Ramiz Gülen menekankan kepada anaknya tentang kecintaan kepada
Rasulullah dan para Sahabatnya, karena itu Gülen mendapati rumahnya dipenuhi
buku-buku tentang sejarah hidup Rasulullah yang lusuh karena sering dibaca.16
Berkat pengajaran dari ayahnya inilah, ketika Fethullah Gülen dewasa ia banyak
menulis buku dan berceramah tentang sejarah dan kehidupan Rasulullah beserta
Sahabat beliau.
Pada tahun 1952 Gülen belajar Ilmu tajwid dari Haji Sıtkı Efendi di
Hasankale yang ia lakukan dengan berjalan kaki setiap pagi sekitar 7 hingga 8
kilometer dari desanya dan kembali pada sore hari dengan jarak yang sama.17
Dari
sekian banyak guru-gurunya, yang paling berpengaruh adalah Muhammed Lutfi
Efendi seorang Imam di desa Alvar. Mengenai Lutfi Efendi Gülen berkomentar
bahwa “Seakan-akan kata-kata beliau adalah ilham yang datang dari alam lain.”
Pernyataan ini dilontarkan Gülen karena ia sangat menghormati dan mencermati
setiap kata-kata yang didengarnya dari gurunya tersebut. Di lain kesempatan
Gülen juga mengatakan. “Saya dapat mengatakan bahwa saya telah berutang
banyak kepada beliau (Lutfi Efendi) atas semua yang telah beliau ajarkan dan
15
“1941-1959 Hayat Kronolojisi”, http://tr.fgülen.com/content/view/3502/128/ (diakses
tanggal 19 Januari 2015) 16
Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 27 17
Doğu Ergil, Fethullah Gülen and the Gülen Movement in 100 Question, h. 4
40
membentuk karakter serta kepribadian saya”.18
Namun Gülen tidak sempat belajar
banyak dari gurunya tersebut karena Lutfi Effendi wafat pada tahun 1956.19
Selain belajar dari Haji Sıtkı Efendi dan Lufti Efendi, Gülen juga menimba
ilmu di sebuah sekolah tradisional yang bernama Erzurum Kurşunlu Camii20
. Di
sana Gülen belajar agama dan bahasa dari Sadi Efendi, cucu Lutfi Efendi. Di
sekolah ini Gülen berhasil menguasai kitab-kitab seperti Emsile dan Bina21
dan
membacanya kata demi kata sampai pada tahapan Izhari (mantap).22
Pada tahun
1956 setelah menyelesaikan studinya, Gülen melakukan perjalanan ke Tesmescit
dan belajar kepada Usman Bektaş. Dari Usman Bektaş Gülen mempelajari ilmu
nahwu, balaghah, fikih, ushul fikih, dan aqaid. Pada masa belajar tersebut Gülen
mulai berkenalan dengan Bediuzzaman Said Nursi lewat karya-karyanya dan
gerakan yang dilakukan oleh murid-muridnya.23
Antara tahun 1958-1959, Gülen
mengikuti ujian negara dan lulus sebagai imam dan khatib. Berdasarkan ujian ini
dia ditugaskan untuk menempati posisi yang prestisius di Edirne.24
2. Pendidikan Umum
Satu-satunya pendidikan resmi Fethullah Gülen adalah sekolah dasar milik
pemerintah. Sedangkan pendidikan sekuler tingkat menengahnya ia selesaikan
melalui ujian eksternal. Fethullah Gülen dimasukkan oleh kedua orang tuanya ke
18
“A Different Home”, http://en.fgulen.com/fethullah-gulen-biography/749-a-different-
home (diakses pada tanggal 23 Januari 2015) 19
Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 39 20
Erzurum Kurşunlu Camii adalah sebuah Masjid tempat berlangsungnya pengajaran Islami
secara tradisional (Medrese) yang terletak di Erzurum. 21
Kitab-kitab ini secara tradisional di Turki dipakai untuk mempelajari ilmu Sharaf
(gramatika bahasa Arab). 22
Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 40 23
“1941-1959 Hayat Kronolojisi”, http://tr.fgülen.com/content/view/3502/128/ (diakses
tanggal 19 Januari 2015) 24
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen., h. 31
41
sekolah dasar negeri yang terdekat selama tiga tahun. Sekolah ini tidak memiliki
kelas pada awalnya dan menggunakan gedung bekas Medrese (Madrasah) yang
dekat dengan Masjid sebagai tempat belajar membaca dan menulis. Sekolah dasar
ini mengajar anak-anak pada pagi hari dan orang tua pada malam hari. Pada waktu
itu ada salah seorang guru yang anti Islam memanggil Gülen dengan sebutan
Mullah hanya karena ia sering beribadah pada jam-jam istirahat.25
Ketika Gülen telah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ramiz Gülen
ditugaskan oleh negara untuk menjabat sebagai khatib dan imam di desa Alvar
yang tidak memiliki sekolah menengah, sehingga Gülen tidak dapat melanjutkan
pendidikannya di sekolah menengah.26
Meskipun begitu Gülen tetap dapat
mempelajari ilmu-ilmu umum secara otodidak seperti kimia, fisika, astronomi dan
biologi. Ketekunannya dalam bidang sains membuat Gülen memiliki wawasan
yang sangat luas dalam ilmu-ilmu tersebut. Gülen juga gemar membaca buku-
buku tulisan Albert Camus, Jean Paul Sartre, Herbert Marcuse, dan berbagai karya
filsuf eksistensialisme lainnya. Buku-buku tersebut adalah referensi utama para
filsuf Barat dan Timur. Percampuran atara pengetahuan barat dan Islam itu
kemudian membentuk karakter Fethullah Gülen di tengah masyarakat Turki.
Pertemuannya dengan karya-karya klasik tersebut tidak lepas dari aktivitasnya
pada saat wajib militer di Ankara, ketika itu komandan divisi yang terkesan akan
ilmunya bersikeras bahwa Gülen harus membaca buku-buku Barat sama
banyaknya dengan membaca buku-buku agama dan tasawuf.27
C. Kegiatan Dakwah Gülen di Turki (1956-1976)
25
Doğu Ergil, Fethullah Gülen and the Gülen Movement in 100 Question, h. 3 26
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 25 27
Muhammad Fethullah Gülen, Bangkitnya Spiritualitas Islam, h. XIII
42
1. Dasar Inspirasi Dakwah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Fethullah Gülen adalah murid
yang pandai dan serius dalam belajar ilmu-ilmu agama dan umum. Selain itu
Gülen yang terbiasa dengan lingkungan yang religius juga tumbuh menjadi
seorang yang saleh dan taat mengikuti kedua orang tua dan guru-gurunya. Pada
tahun 1956 Gülen sudah mulai menyampaikan ceramah-ceramahnya secara
informal dari masjid ke masjid saat tinggal di Tesmescid. Maka tahun dimana
Gülen mulai berdakwah tersebut penulis anggap sebagai tonggak awal dakwah
Fethullah Gülen kepada masyarakat di Turki.
Adapun inspirasi Gülen tentang bentuk dakwah yang tersendiri bermula
dari pertemuannya dengan murid dari Bediuzzaman Said Nursi yang bernama
Muzaffer Arslan pada tahun 1957. Pada tahun itu Nursi mengutus Arslan ke Kota
Erzurum untuk menyampaikan dakwah. Pada malam pertama Arslan
membacakan Hücumat-I sitte (enam serangan) karya Nursi. Ia tinggal di Erzurum
selama lima belas hari dan setiap malam membacakan serta menjelaskan Risalah
Nur kepada penduduk Erzurum. Ketika itu Gülen terkesan dengan kepribadian
Muzaffer Arslan yang sederhana dan kemudian menjadi inspirasi baginya. Meski
Gülen belum pernah bertemu langsung dengan Nursi, ia sangat senang karena
setelah kejadian tersebut Nursi mengirim surat ucapan terima kasih kepada
masyarakat di Erzurum dan khususnya kepada Fethullah Gülen.28
Bediuzzaman Said Nursi merupakan ulama kharismatik yang memiliki
banyak pengikut di Turki. Nursi memandang bahwa jihad yang paling relevan
pada masa sekarang adalah manevi cihad yaitu jihad secara maknawi dan bukan
28
Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 47
43
jihad secara fisik, diantaranya adalah jihad melalui tulisan, sehingga wajar jika
Nursi merupakan penulis yang produktif meskipun kebanyakan karya-karyanya ia
tulis saat berada dalam penjara dan pengasingan.29
Dalam karya-karyanya Nursi
mengajarkan bahwa umat Islam tidak harus menolak modernitas, tapi mendorong
untuk menemukan inspirasi dari teks-teks suci (Al-Qur’an dan Hadits) untuk
diimplementasikan dalam kehidupan modern. Nursi mengembangkan ide Islam
modern yang menekankan bahwa agama perlu menjadi bagian dalam kehidupan
publik sembari merangkul ilmu pengetahuan dan teknologi secara bersamaan.
Said Nursi juga menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan ilmu pengetahuan
modern dan rasionalitas. Tujuan dari gerakan Nursi (Nurcu) yang menginspirasi
tulisan-tulisan yang pemikiran dakwah Fethullah Gülen di antaranya adalah:
a. Sintesis antara Islam dan Ilmu pengetahuan.
b. Penerimaan Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan terbaik saat ini
dalam aturan hukum.
c. Meningkatkan kesadaran umat Islam dengan penjelasan mengenai
hubungan akal dan wahyu.
d. Mencapai keselamatan duniawi dan ukhrawi dengan adanya pasar
bebas dan melalui pendidikan yang berkualitas.30
2. Periode Edirne
Ketika Gülen menginjak usia dua puluh tahun, ia meninggalkan kota
kelahirannya, Erzurum yang berada di ujung timur Turki, untuk menjadi Imam
29
Zulfahmi, Fethullah Gülen: Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki,
(Jakarta: UI-Press, 2014), h. 61 30
Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement: A Sociological Analysis of A Civic Movement
Rooted in moderate Islam, (New York: Springer, 2010), h. 25
44
negara di Masjid Üç Şerefeli yang terletak di kota Edirne selama dua tahun
sebelum mengikuti wajib militer. Di Edirne ia tinggal bersama atasannya Suat
Yıldırım yang menjadi Mufti di sana.31
Gülen melewati waktunya selama dua
tahun di Masjid tersebut dalam kezuhudan dan riyadhah batin dan Gülen hampir
tidak pernah keluar dari Masjid kecuali dalam keadaan terpaksa. Pada saat itu
tidak ada tempat khusus di dalam Masjid yang dapat ditinggalinya sehingga Gülen
terpaksa tidur hanya dengan beralaskan kasur tipis di bawah jendela besar di salah
satu sudut Masjid.32
Fase ini cukup singkat namun telah memberi kesan
mendalam bagi masyarakat di sekitarnya karena Gülen memiliki hubungan baik
dengan mereka baik dari kalangan sipil maupun militer, selama menjalankan
tugasnya.
Di Edirne Gülen melihat banyak anak muda yang tertarik dengan ideologi
radikal sehingga Gülen berusaha menjauhkan mereka dari ideologi tersebut
melalui dakwahnya. Gülen juga menggunakan hartanya sendiri untuk menerbitkan
dan mendistribusikan sejumlah materi tulisan untuk menentang ateisme dan
komunisme yang agresif. Gülen juga membeli buku-buku dan untuk diberikan
kepada orang lain sebagai hadiah, karenanya ia terkadang mengalami masalah
finansial. Dia menuturkan, “I invested my money in books that I considered
beneficial, and would give books and magazines to other as gifts. For this reason,
31
“Edirne, Kırklareli, dan akhirnya Izmir”,
http://www.fgulenchair.org/index.php?option=com_content&view=article&id=169:edirne-
krklareli-dan-akhirnya-zmir&catid=14:biografi&Itemid=30 (diakses pada tanggal 7 Februari
2015) 32
Booklet Fethullah Gülen Chair, Mengenal Sosok Fethullah Gülen, (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2013), h. 11
45
I often had financial problems”33
. Dia melihat bahwa kerusakan nilai-nilai moral
tradisional di kalangan pemuda dan kaum terdidik masyarakat Turki telah
mendorong terjadinya kriminalitas dan konflik sosial-politik di negeri itu.
Pengalaman ini sangat mempengaruhi kepemimpinan intelektual dan
komunitasnya serta memperkuat kepercayaannya terhadap makna dan nilai-nilai
kemanusiaan serta kehidupan.34
Yucel mengutip komentar Profesor Yildirim (kolega Gülen) ketika
menggambarkan kehidupan Gülen di Edirne sebagai berikut:
I have known Gülen since he was an imam in Edirne at the beginning of
1959. He is very intellectual and devoted to education. He read Eastern and
Western classics. This is Gülen’s defining characteristic that set him apart
from the contemporary imams and religious leaders. With a greater part of
his salary, he would buy books and journals, read them, and then give them
to others to read. He would spend a portion of his time daily in Edirne’s
library, where he would read old history books. He had and still has an
ascetic life; he would eat little, sleep only a few hours, and spent a great
part of his day in worship.35
Saya telah mengenal Gülen sejak ia menjadi Imam di Edirne pada awal
tahun 1959. Dia benar-benar adalah seorang intelektual dan mengkhususkan
diri dalam bidang pendidikan. Dia membaca buku-buku klasik Timur dan
Barat. Ini adalah karakteristik Gülen yang menjadikan ia bagian dari para
Imam kontemporer dan pemimpin agama. Sebagian besar gajinya digunakan
untuk membeli buku dan jurnal, membacanya, dan memberikannya kepada
yang lain untuk dibaca. Dia akan menghabiskan sebagian besar waktunya di
Perpustakaan Edirne, dimana ia membaca buku-buku sejarah lama. Dia telah
dan masih menjalankan kehidupan yang zuhud; dia makan sedikit, tidur
hanya beberapa jam, dan menghabiskan sebagian besar harinya dalam
ibadah.
Gülen mulai menjalankan wajib militernya di Ankara pada tahun 1961
kemudian dipindah ke Iskenderun untuk menyelesaikan wajib militer. Di daerah
33
Cemen Polat, “Searching for The Source of The Mill Stream”, International Fethullah
Gülen Conference, The Significance of Education for The Future: The Gülen Model of Education,
(Jakarta: Fethullah Gülen Chair UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 71 34
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 31 35
Salih Yucel, “Fethullah Gülen: Spiritual Leader in A Global Islamic Context”, Journal of
Religion and Society, Vol. 12 (2010), h. 2-3
46
ini Gülen memberi khutbah kepada para tentara tentang kepercayaan kepada Allah
dan moralitas. Para tentara termasuk komandan divisi Gülen mengakui kapasitas
intelektual Gülen dan memberinya banyak buku-buku klasik barat untuk dibaca.
Selama berada di kamp militer ini kehidupan Gülen tetap seperti sediakala yaitu
hidup wara’ dan sederhana.36
Tentang bagaimana ia dapat mengakses buku-buku klasik Barat tersebut,
Gülen menceritakan satu kisah yang unik:
One day we were training during military service. The commander of the
division called me and said ‘Are you the Hodja?’ I said, ‘Yes.’ He added:
‘My wife is sick. Let me bring her here so you can pray for her!’ I said, ‘I
don’t know any prayers like that. If you believe that praying will be
effective, it would be appropriate for you to pray yourself.’ He was actually
testing me, and I received a reward for my consistency.37
Suatu hari kami sedang latihan selama dinas militer. Seorang komandan
divisi memanggil saya dan mengatakan “Apakah anda Hoca38
?” Aku
berkata “Ya” Dia menambahkan, “Istri saya sedang sakit. Biarkan aku
membawanya kesini agar anda dapat berdoa untuknya.” Kataku, “Aku tidak
tahu doa seperti itu. Jika anda yakin doa itu akan efektif, akan lebih pas jika
anda berdoa sendiri.” Dia benar-benar menguji saya, dan saya menerima
hadiah untuk konsistensi saya.
Setelah selesai wajib militer, Fethullah Gülen kembali menjalani
aktifitasnya di Edirne sebagai Imam dan Khatib sekaligus menjadi guru Al-
Qur’an. İa juga memberi serangkaian khutbah di Erzurum tentang Maulana
Jalaluddin Rumi dan mendirikan perhimpunan anti komunis di sana. Dalam hal ini
dia memulai diskusi malam tentang berbagai masalah moral. Jika di Edirne ia
dipanggil dengan sebutan “Ulama Erzurumlu”, maka ketika berceramah di
Erzurum, ia dipanggil dengan sebutan “Ulama Edirneli”. Di Edirne dia menjadi
sangat berpengaruh diantara intelektual muda dan anggota masyarakat, sehingga
36
Muhammed Çetin, Ibid., h. 39 37
Nevval Sevendi, Contemporary Islamic Conversation, h. 18 38
Hoca adalah sebutan di Turki untuk Ustadz atau guru agama.
47
banyak yang tidak suka dengan pengaruhnya tersebut termasuk pihak berwenang;
mereka menghendaki agar dia dipindahkan. Namun sebelum mereka
memindahkannya, Gülen
meminta terlebih dahulu kepada mereka agar
dipindahkan ke kota lain yaitu Kırklareli pada tahun 1965. Di Kırlareli ia tetap
mengorganisir kegiatan ceramah dan diskusi malam selepas waktu kerja. Dalam
fase ini Gülen tidak pernah berkecimpung dalam partai politik manapun dan fokus
mengajarkan nilai-nilai moral dalam masalah-masalah pribadi maupun kolektif
umat.39
3. Periode Izmir
Menurut Ali Ünsal periode Izmir adalah periode paling penting dalam
kehidupan Fethullah Gülen dimana ia berhasil menuai hasil dakwahnya.40
Periode
ini ditandai dengan matangnya gagasan Gülen tentang pendidikan dan pelayanan
masyarakat. Permulaan dari apa yang disebut sebagai sebuah gerakan civil society
yang terinspirasi dari pemikiran dan gagasannya yang berupa solusi atas masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat Turki pada umumnya yaitu kebodohan
dan kemiskinan. Di kota ini pula Fethullah Gülen mendapatkan julukannya
sebagai Fethullah Hocaefendi41
. Bermula pada tahun 1966 ketika Yaşar Tunagür
yang mengenal Gülen dari awal karirnya diangkat menjadi wakil kepala presiden
urusan agama. Tunagür menugaskan Gülen untuk mengisi posisi yang telah ia
kosongkan di Izmir. Di sana Gülen bertanggung jawab mengenai manajerial
kegiatan masjid, kajian mahasiswa, pesantren, dan kegiatan khotbah di wilayah
39
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 40 40
Wawancara dengan Dr. Ali Ünsal, Direktur Fethullah Gülen Chair pada tanggal 26 Mei
2015 41
Hocaefendi secara etimologi berasal dari gabungan bahasa Persia dan Yunani, yaitu Hoca
yang berarti guru, ustadz, atau penasehat, dan Efendi yang berarti orang yang mempunyai ilmu,
dihormati dan ahli agama.
48
Aegean. Selama lima tahun dia tinggal di sebuah rumah kecil dekat
Kestanepazarı42
sembari melakukan pembinaan terhadap siswa yang tinggal di
sana. Dia sama sekali tidak mengambil gaji dari apa yang telah ia lakukan.43
Tentang ini Gülen berkomentar, “Most Student in Kestanepazarı were talented. I
was not being paid there, because I did not want any payment fot what I was
doing (not to spoil my sincerity)”.44
Dr. Ismail Buyukcelebi, yang mengenal dekat Fethullah Gülen dari awal
karirnya di lembaga Kestanepazarı berkata tentang Gülen dan aktifitasnya di
Izmir:
I have been with Fethullah Gülen since middle school. He used to preach in
Izmir and teach my peers and I at Kestanepazarı Qur’anic boarding school.
He would not only teach us, but also mentored us. He himself would live in a
closed-sized room next the school building. He lived a very simple life and
spent most of his salary providing for the poor students. His inspirational
speeches and intelectual approach attracted many university students, the
middle class business community, and congregation in the mosques. He used
his influence to encourage individuals to open dormitories, college
preparation courses, start media and publishing companies, and build
community centers. He would spend his efforts in worship and education
and avoid meaningless or fruitless activities and politics.45
Saya telah bersama dengan Fethullah Gülen sejak di sekolah menengah. Dia
berceramah di Izmir sekaligus mengajar rekan-rekan saya dan juga saya di
Sekolah Asrama Al-Qur’an Kestanepazarı. Dia tidak hanya mengajar kami,
tapi juga membimbing kami. Dia sendiri tinggal di sebuah ruangan kecil dan
tertutup di samping gedung sekolah. Ia hidup sangat sederhana dan
menghabiskan sebagian besar gajinya untuk menyediakan (beasiswa) bagi
siswa miskin. Pidatonya yang menginspirasi dan pendekatan intelektualnya
menarik banyak mahasiswa, komunitas bisnis kelas menengah dan jamaah
42
Kestanepazarı adalah sebuah asrama sekaligus sekolah Al-Qur’an dimana para siswa
menerima pelajaran umum dengan tambahan baca tulis Al-Qur’an dan ilmu-ilmu keislaman. Lihat:
Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement: A Sociological Analysis of A Civic Movement Rooted
in moderate Islam, (New York: Springer, 2010), h. 26 43
Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 120 44
Cemen Polat, “Searching for The Source of The Mill Stream”, International Fethullah
Gülen Conference, The Significance of Education for The Future: The Gülen Model of Education,
h. 71 45
Salih Yucel, “Fethullah Gülen: Spiritual Leader in A Global Islamic Context”, Journal of
Religion and Society, Vol. 12 (2010), h. 3
49
Masjid. Dia menggunakan pengaruhnya untuk mendorong individu untuk
membuka asrama, kursus persiapan masuk perguruan tinggi, memulai
(pendirian) media dan perusahaan penerbitan, dan mendirikan pusat-pusat
komunitas. Dia akan menghabiskan usahanya dalam ibadah dan pendidikan
dan menghindari kegiatan yang tidak bermakna atau sia-sia dan politik.
Dalam lembaga Kestanepazarı tersebut Fethullah Gülen bersama-sama
dengan para pengurus mengorganisir kemah musim panas (Summer Camp) untuk
siswa SMP dan SMA serta mahasiswa dengan bantuan dana dari para pengusaha
lokal. Kemah-kemah musim panas ini adalah salah satu cara untuk mengajarkan
iman dan prinsi-prinsip Islam kepada para pemuda karena di lembaga pendidikan
formal sama sekali tidak diajarkan pelajaran agama. Dalam kegiatan ini selain
diajarkan kursus pelajaran sains yang sekuler seperti fisika dan biologi, diajarkan
pula diskusi tentang agama yang menyangkut peran Islam dalam wilayah publik.
Dalam diskusi tersebut Gülen memberikan ceramah tentang kehidupan Nabi
Muhammad dan sejarah Turki Usmani abad pertengahan yang menyimbolkan
kejayaan dan kesetiaan terhadap Islam. Gülen berpendapat bahwa jika Turki ingin
sekali lagi menjadi bangsa yang besar, maka setiap orang harus setia kepada Islam
dan mengakui Allah dalam setiap lembaga negara.46
Selanjutnya pada tahun 1968
untuk pertama kalinya Gülen melakukan perjalanan ibadah Haji ke Tanah suci
Makkah. Menurutnya ibadah tersebut mendatangkan berkah baginya karena ia
bisa tekun beribadah dan mendekatkan diri pada Allah.47
Sepulangnya dari tanah
suci pada tahun selanjutnya dia menyelenggarakan berbagai pertemuan di kedai
kopi dan memberikan ceramah di seluruh wilayah Aegean dan Antalya.48
46
Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement, h. 27 47
Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 117 48
Latif Erdoğan, Ibid., h. 97
50
Pada 1 Mei 1970 sejumlah tokoh Muslim termasuk Fethullah Gülen yang
telah mendukung Kestanepazarı dan kegiatan yang terencana bagi para pemuda di
wilayah itu ditangkap sebagai akibat dari kudeta militer tanggal 12 Maret. Gülen
bersama rekan-rekannya ditahan selama 6 bulan tanpa tuduhan hingga ia
dilepaskan pada tanggal 9 November, padahal dia tidak memberikan banyak
ceramah ketika itu. Kejadian yang aneh ini ternyata adalah akal-akalan dari pihak
yang berwenang yang telah menangkap orang-orang dari kelompok kiri dan
bahwa mereka juga harus menahan beberapa tokoh muslim agar tidak dianggap
curang.49
Setelah kejadian itu pada tahun 1971 Gülen meninggalkan jabatannya di
Kestanepazarı tetapi tetap menjalani statusnya sebagai seorang dai negara. Dia
mulai berceramah dan sekaligus mengorganisir berbagai kajian mahasiswa dan
boarding-hall di wilayah Aegean dan Marmara hingga tahun 1975; ia juga
kemudian ditugaskan di beberapa kota seperti Edremit, Manisa dan Bornova.
Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk menyebarkan gagasannya mengenai
pendidikan dan etika Islam yang dia telah kembangkan. Adapun pendanaan atas
berbagai kegiatan ini berasal dari pengusaha dan penduduk setempat.50
Kelompok
pertama orang-orang yang berkumpul di bawah ajaran Gülen beserta pendengar-
pendengar ceramahnya pun mulai membentuk sebuah cemaat (Jamaah) yang
mirip dengan gerakan Nurcu. Kelompok baru ini terdiri dari kalangan menengah
keatas dan mahasiswa. Gülen juga membantu para pelajar dan mahasiswa dengan
menyediakan asrama, mengikuti ide dari gerakan Nurcu tentang Dershane
(Rumah Belajar) atau İşik Evler (Rumah cahaya) dimana pendidikan dan etika
49
Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 122 50
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 41
51
Islam beserta karya-karya Nursi diajarkan. Asrama-asrama ini yang menjadi basis
bagi kader-kader pendidik yang nantinya membangun sekolah-sekolah yang
terinspirasi dari ajaran-ajaran Fethullah Gülen.51
Pada masa ini kesempatan pendidikan masih langka bagi orang biasa di
Anatolia. Sebagian besar akomodasi pelajar dan mahasiswa di kota-kota besar
dikontrol atau diinfiltrasi oleh kelompok kiri dan kanan yang ekstrem yang
memanaskan susasana perpolitikan di Turki. Orang tua pelajar di daerah-daerah
menghadapi dilema antara harus memilih apakah menyerahkan pengasuhan anak
mereka kepada ideologi tertentu atau tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi dan tinggal di rumah. Karena itu asrama yang disediakan oleh Gülen
dan rekan-rekannya memberikan alternatif dan ketenangan pada orang tua yang
khawatir akan dampak lingkungan politik yang berlebihan. Untuk mendukung
upaya pendidikan ini, para simpatisan yang sering mendatangi ceramah-ceramah
Gülen mulai memberikan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa. Pendanaan ini
memberi ruang bagi penyebaran gagasan Gülen secara lebih luas di masyarakat.52
Pada tahun 1974, pelatihan persiapan masuk perguruan tinggi pertama
dibentuk di kota Manisa dimana Gülen ditugaskan sebagai penceramah. Para
mahasiswa baru tersebut sebagian besar berasal dari keluarga kaya dan terpandang
serta memiliki akses ke perguruan tinggi. Pelatihan ini memberikan harapan lebih
baik bagi anak-anak dari kalangan keluarga biasa di Anatolia, karena mereka
dapat memperoleh kesempatan belajar di perguruan tinggi. Mobilisasi terhadap
ajaran-ajaran Fethullah Gülen dilakukan untuk membentengi dampak negatif
51
Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement, h. 27 52
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 43
52
ideologi kekerasan terhadap anak-anak mereka. Keberhasilan-keberhasilan yang
dicapai oleh para pendukung Gülen tentang pendidikan mengakibatkan ia
diundang untuk berbicara dalam seri kuliah di seluruh Turki. Sejak saat itu
dukungan terus mengalir kepada model pendidikan yang diajarkannya. Banyak di
antara para pendukung ajaran Gülen secara sukarela membagi pengalaman dan
ilmunya kepada orang di kota dan desa sekitarnya. Mereka secara sadar
menyebarkan ajaran Gülen kepada orang yang mereka kenal. Rekaman ceramah-
ceramah-ceramahnya kemudian tersebar luas melalui jaringan yang sudah ada ke
seluruh negeri.53
Pada tahun 1976, Direktorat Urusan Agama menempatkan Gülen ke
Bornova, Izmir, tempat beberapa perguruan tinggi terkemuka di Turki berada
dengan populasi mahasiswa yang paling besar dan banyak kegiatan aktivis militan
di perguruan-perguruan tinggi pada tahun 1970-an. Di sana Gülen memberikan
perhatian khusus terhadap kelompok-kelompok ekstrim kiri yang melakukan
kerusuhan dan menarik uang keamanan dari para pengusaha kecil dan penjaga
toko serta mengganggu kegiatan usaha dan kehidupan sosial. Para pemeras ini
telah membunuh sejumlah korban. Namun dalam khutbahnya Gülen berbicara dan
mendorong mereka yang terancam untuk tidak membalas dengan melakukan
kekerasan yang sama, ia menganjurkan kepada mereka untuk melaporkan setiap
kejahatan kepada pihak yang berwenang sehingga proses hukum dapat dilakukan.
Pada waktu yang bersamaan ia menantang mahasiswa kiri dan kanan
untuk datang ke Masjid dan membahas gagasan mereka dengannya dan
menawarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang sekularitas dan agama.
53
Muhammed Çetin, Ibid., h. 44
53
Banyak mahasiswa menerima tawaran ini. Dengan demikian, selain kewajibannya
memberikan pengajaran dan khutbah agama, Gülen juga menyediakan waktu
setiap minggu malam untuk sesi diskusi ini.54
54
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 47
54
BAB IV
HASIL DAKWAH GÜLEN
A. Media dan Sasaran Dakwah
Media dakwah didefinisikan sebagai sarana yang digunakan dai untuk
memudahkan penyampaian materi kepada mad’u (komunikan) dalam suatu
kegiatan dakwah.1 Media dakwah dapat merujuk kepada alat maupun pesan, baik
verbal maupun non verbal, seperti cahaya dan suara. Sering pula disebut bahwa
apa yang dikategorikan sebagai media disebut juga sebagai cara atau metode.2
Dakwah yang dilakukan Fethullah Gülen di Turki hingga tahun 1976
menggunakan media diantaranya berbentuk lisan, tulisan dan rekaman. Selain itu
akhlak dan perilaku yang baik (uswah hasanah) juga menjadi media pendorong
kesuksesan dakwahnya. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa Fethullah
Gülen memiliki sifat-sifat yang luhur, rendah hati, penyayang, loyalitas dan
sensitif terhadap hak-hak manusia. Ia juga memiliki kepribadian dan akhlak yang
amat santun, jujur, aktif, berani dan tidak egois. Ia tidak segan berkorban untuk
orang lain dan melayani mereka. Kehidupannya ia jalani dengan berusaha
mencontoh Rasulullah SAW dan Sahabat-sahabatnya. Selama berdakwah Gülen
sangat wara’ dan sederhana sehingga banyak orang yang percaya sekaligus
terinspirasi dengan pemikiran-pemikirannya.3 Ia memulai dakwahnya dari masjid
ke masjid dengan berbagai ceramah, khutbah, diskusi ilmiah, dan pengajian.
1 M. Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 32
2Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah: Respon Da’i Terhadap Dinamika
Kehidupan Beragama di Kaki Ciremai, (Jakarta: Rosdakarya, 2011), h. 13 3 Wawancara dengan Dr. Ali Ünsal, Direktur Fethullah Gülen Chair pada tanggal 26 Mei
2015
55
Berdasarkan aktifitas ceramah dan kajiannya yang semakin banyak, dia kemudian
menggunakan media rekaman untuk menyebarkan dakwahnya. Rekaman diskusi
dan kuliahnya telah beredar sejak tahun 1966 ke seluruh wilayah Turki melalui
pihak ketiga4, rekaman ceramah dan khutbahnya sejak awal dipublikasikan oleh
Nil Production.5
Adapun sasaran dakwah Fethullah Gülen adalah merangkul semua lapisan
masyarakat di seluruh wilayah Turki utamanya para generasi muda yang
merupakan masa depan sebuah bangsa. Gülen melihat ada dua permasalahan yang
dialami oleh rakyat Turki yaitu kebodohan dan kemiskinan. Menurutnya
pendidikan merupakan syarat untuk modernisasi sosial, ekonomi dan politik.
Pendidikan agama dan sains adalah dua macam pendidikan yang saling
memperkuat satu sama lain dan akan berperan besar dalam realitas sosial,
intelektual dan etika.6 Karena itu Gülen berusaha mendidik generasi muda agar
memiliki kepribadian yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan Ilmu
pengetahuan modern. Disini terlihat pengaruh dari ajaran-ajaran Said Nursi yang
berusaha memadukan antara ilmu agama dan sains.
B. Asrama dan Kursus
Dalam bidang pendidikan Fethullah Gülen menyelenggarakan berbagai
kegiatan, yaitu dengan mengadakan kemah musim panas (Summer Camp) untuk
mengajarkan nilai-nilai keislaman, mengadakan diskusi-diskusi malam, membina
dan mendirikan asrama bagi para pelajar dan mahasiswa. Kemudian untuk
4 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. (terj) Pipin Sophian
dkk, (Jakarta: UI-Press, 2013), h. 43 5
M. Fethullah Gülen, Vaaz Külliyatı: Vaazlar, Hutbeler, Soru-Cevablar, Sohbetler,
Konferanslar, Fihrist, (Istanbul: Nil Production, 2013), h. 5 6 Helen Rose Ebaugh, Ibid, h. 35
56
pertama kalinya pada tahun 1974 ia berhasil mendirikan lembaga kursus persiapan
masuk ke universitas di kota Manisa bagi para mahasiswa yang datang dari
seluruh penjuru wilayah Turki.7
Bahkan, Fethullah Gülen berhasil mengispirasi banyak orang untuk
mengikuti gagasan-gagasannya di bidang tersebut, sehingga memudahkan
penyebaran dakwahnya ke seluruh wilayah Turki serta pendanaan bagi seluruh
kegiatan-kegiatannya. Ketika itu terjadi banyak konflik di Turki antara paham kiri
(Komunisme) dan kanan (Nasionalisme) sehingga menyebabkan jatuhnya banyak
korban. Masalah ekonomi juga makin memperburuk suasana dan meningkatkan
pengangguran dan kekacauan di jalan-jalan. Situasi ini menimbulkan keengganan
bagi para orang tua untuk meyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih
tinggi di kota. Mereka takut anak-anak mereka menjadi korban dari konflik politik
dan sosial yang tengah berlangsung.
Namun Fethullah Gülen dengan pengaruhnya yang luas mendorong para
orang tua untuk tetap memasukkan anak-anak mereka ke universitas agar orang-
orang Komunis dan Ateis tidak menguasai negeri Turki di masa depan. Kemudian
karena keberhasilannya meyakinkan masyarakat akan kelebihan sistem
pendidikan yang ia kembangkan, para orang tua yang menitipkan anak mereka
tidak khawatir lagi anak-anak mereka akan terjerumus kepada ideologi yang salah
bila melanjutkan pendidikan mereka ke Universitas. Ia juga mendorong orang-
orang yang setia mendengarkan pidato-pidatonya untuk mendirikan asrama-
7 Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement: A Sociological Analysis of a Civil Movement
Rooted in Moderate Islam, (New York: Springer, 2010), h. 27. Lihat juga: Muhammed Çetin,
Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. (terj) Pipin Sophian dkk, (Jakarta: UI-Press,
2013), h. 43-47
57
asrama bagi para pelajar dan mahasiswa serta berkorban harta untuk memberi
bantuan berupa beasiswa dan lain-lain untuk menjaga agar mereka terhindar dari
ideologi yang menyimpang.8
C. Ceramah dan Khutbah
Fethullah Gülen telah memberikan banyak sekali ceramah9 dan khutbah di
berbagai Masjid. Ia adalah juru dakwah yang pertama kali menggunakan rekaman
dan kaset video di Turki.10
Dalam bahasan ini penulis menemukan dua sumber
yang mencatat daftar ceramah dan khutbah Fethullah Gülen, yang pertama yaitu
yang diterbitkan oleh Nil Production dalam buku kumpulan rekaman ceramah
Gülen “Vaaz Külliyatı” dan yang kedua yaitu situs resmi Fethullah Gülen
http://tr.fgulen.com. Tercatat dari tahun 1966 hingga 2010, Nil Production telah
merekam 187 ceramah (vaaz), 121 khutbah (hutbe), 403 tanya jawab (soru-
cevaplar), 228 halaqah (Sohbet), dan lima konferensi.11
Namun ceramah dan
khutbah yang telah penulis rangkum dalam kumpulan rekaman tersebut secara
kronologis dalam rentang tahun 1973-1976 berjumlah 42 ceramah dan khutbah,
dengan rincian 18 khutbah dan 24 ceramah.12
Adapun daftar ceramah (non
rekaman) yang penulis dapatkan dalam situs http://tr.fgulen.com dimulai dari
8 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 43
9 Sebagian besar ceramah yang disampaikan oleh Fethullah Gülen adalah ceramah yang
dilakukan sebelum dimulainya khutbah jum’at. Sebagaimana kebiasaan di masjid-masjid Turki
yang umumnya menyelenggarakan ceramah sebelum khutbah jum’at sembari menunggu
masuknya waktu shalat. 10
Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement, h. 29 11
M. Fethullah Gülen, Vaaz Külliyatı, h. 5 12
Lihat Lampiran I.
58
tahun 1967 hingga tahun 1976. Ceramah-ceramah ini diselenggarakan di beberapa
kota diantaranya Izmir, Edremit, Manisa, Kahramanmaraş dll.13
D. Diskusi Ilmiah
Fethullah Gülen telah berulang kali diundang untuk mengisi kajian dalam
berbagai diskusi, tanya jawab, maupun konferensi ilmiah di beberapa wilayah
Turki. Ia memulai kuliah dan diskusi malam tentang berbagai masalah moral di
Erzurum pada tahun 1963, di Kırklareli pada tahun 1965 dan pada tahun 1969 ia
juga menyelenggarakan pertemuan di kedai-kedai kopi untuk memberikan
ceramah sekaligus berdiskusi tentang masalah-masalah agama.14
Ada pun sesi
tanya jawab (Sorular ve Çikiş Yolları) dilakukan Gülen setiap minggu malam di
Bornova dengan mengundang para mahasiswa yang terpengaruh oleh golongan
kiri maupun kanan. Sesi tanya jawab ini yang terekam sebanyak 15 sesi sepanjang
tahun 1976 dari bulan Oktober hingga Desember.15
Sedangkan ide untuk menyelenggarakan sebuah konferensi ilmiah datang
dari kebutuhan untuk menjangkau orang-orang yang tidak hadir di masjid. Acara
ini bertujuan untuk memberikan ide-ide baru dan menunjukkan beberapa fakta
dalam hal keilmuan khususnya dalam bidang agama dan spiritualitas. Konferensi
ini dilaksanakan di beberapa kota pada tahun 1976.16
Berikut penulis tampilkan
daftar konferensi yang diadakan oleh Fethullah Gülen:
Tahun Tempat Tema
13
Lihat Lampiran II, III, IV, V. 14
Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 40 15
M. Fethullah Gülen, Vaaz Külliyatı, h. 200-204 16
M. Fethullah Gülen, Ibid, h. 247-250. Lihat Juga: “1976 Yılı Vaaz ve Konferansları”,
http://tr.fGülen.com/content/view/3587/107/ (diakses pada tanggal 24 Mei 2015)
59
1976 Bornova Sains Modern dan Al-Qur’an
1976 Izmir dan Ankara Darwinisme
1976
Istanbul, Corum, Malatya,
Istanbul, Diyarbakir, Erzurum,
Konya
Generasi Emas
E. Karya Tulis
Karya-karya tulis Fethullah Gülen hingga tahun 1976 sangat sedikit dan
terbatas. Hanya beberapa artikel yang di tulis ketika dia masih mengajar di
Kestanepazarı. Berikut penulis tampilkan daftar tulisannya yang terdapat pada
majalah kerinduan (Gurbet Dergisi)17
:
Tanggal Vol. Judul
01/04/1966 09 Kerinduan (Gurbet)18
01/07/1966 10 Apakah kita percaya? (İnaniyor muyuz?)
01/10/1966 11 Saya tidak bisa mengerti anda (Seni Anlayamadık)
01/01/1967 12 Kami datang menuju pintu (Kapına Geldik)
F. Kaderisasi
Salah satu kesuksesan dakwah Fethullah Gülen di Turki adalah
keberhasilannya penciptakan kader-kader penerus dakwahnya, yaitu orang-orang
yang siap mengimplementasikan gagasan dakwah Gülen secara totalitas. Pada
tahun 1970-an sebuah kelompok khusus terbentuk dan terdiri dari sekitar seratus
orang. Mereka mulai terlihat sebagai kelompok dai yang mengikuti ajaran
17
“Mart Gurbetleri” http://tr.fGülen.com/content/view/9863/13/ (diakses pada tanggal 23
April 2015) 18
Lihat Lampiran VII
60
Fethullah Gülen. Kelompok ini terdiri dari para pengusaha berpenghasilan rendah,
beberapa orang kaya dan juga mahasiswa.19
Posisi Gülen di Kestanepazari memberikannya inspirasi tentang
bagaimana bekerja dalam kelompok untuk dakwah yang lebih luas, terencana dan
terukur. Menurutnya dengan bekerja secara berjamaah dapat memberikan
pelayanan yang lebih besar lagi kepada masyarakat. Karena itu ia menyiapkan
murid-muridnya sebagai kader yang siap untuk melakukan pelayanan kepada
masyarakat. Asrama mahasiswa yang didirikan Gülen beserta pengikutnya adalah
tempat mendidik kader-kader tersebut. Asrama mahasiswa ini disebut dengan
istilah ışık evler (Houses of Light) atau Dershane (House of Study). Asrama ini
berfungsi selain sebagai sarana belajar dan tempat tinggal, juga sebagai sarana
mengembangkan rasa bangga terhadap identitas keislaman dan saling melindungi
dari efek sekularisme Turki. Setiap asrama biasanya dihuni oleh lima sampai
enam mahasiswa, mereka ditanamkan nilai-nilai persaudaraan sesama Muslim,
saling bantu membantu dalam mengatasi masalah masing-masing, terutama
masalah studi. Biasanya setiap asrama akan ditunjuk sebagai seorang pemimpin
asrama yang dipanggil dengan sebutan imam.20
Selain itu para pemuda yang akan menjadi kader dianjurkan oleh Gülen
supaya masuk ke fakultas pendidikan agar nantinya dapat menjadi guru bagi
generasi mendatang. Gagasan Gülen ini mulanya dianggap berat oleh para orang
tua, selain karena profesi guru sangat tidak populer ketika itu, juga karena para
orang tua merasa anak-anak mereka yang cerdas dapat masuk ke fakultas lain
19
Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement, h. 27 20
Zulfahmi, Fethullah Gülen, Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki,
(Jakarta: UI-Press, 2014), h. 89
61
yang lebih menjanjikan. Namun karena penghormatan dan kepercayaan mereka
kepada Gülen, para orang tua tetap memasukkan anak-anak mereka ke Fakultas
pendidikan sesuai anjuran Gülen. Langkah ini belakangan dianggap sangat tepat
karena setelah lulus, anak-anak yang cerdas ini menjadi kader sekaligus guru yang
terbaik, bertalenta dan berdedikasi tinggi terhadap pelayanan masyarakat.21
G. Embrio Sebuah Pergerakan
Menurut Dr. Ali Ünsal, Fethullah Gülen, dengan kepribadiannya yang
rendah hati, kemampuannya dalam berbicara serta profilnya yang kharismatis,
menjadikannya semakin populer di kalangan masyarakat umum sehingga jamaah
yang ingin mendengarkan ceramahnya menjadi semakin banyak dan pengaruhnya
semakin luas. Ia sering disebut sebagai Genç Hoca (ustadz muda) atau Hocaefendi
serta mendapatkan perhatian dari media massa. Namun metode dakwahnya yang
paling penting adalah mendidik secara personal dan private (khusus) anak-anak
muda dengan contoh dari Rasulullah SAW dan para Sahabatnya serta
mengamalkannya secara langsung sehingga sangat berkesan di hati para murid
yang mengikutinya. Metode ini menurut para ulama sangat sulit, tidak terlihat
serta menyita waktu sehingga jarang ada yang mempraktekkannya.
Orang-orang yang terinspirasi oleh sosok Fethullah Gülen memandangnya
sebagai salah satu teladan yang hidup pada abad ini. Sosok Gülen di mata para
pengagumnya menurut Ali Ünsal seperti sebuah kaca bening yang dengannya
mereka dapat melihat kepribadian Rasulullah dan Sahabatnya secara langsung,
bukan hanya dari buku-buku. Akhlak dan perilaku yang ia terapkan dalam
21
Wawancara dengan Dr. Ali Ünsal, Direktur Fethullah Gülen Chair pada tanggal 26 Mei
2015
62
kehidupan sehari-hari diusahakan untuk sesuai dengan akhlak Rasulullah SAW
dan para Sahabatnya. Bahkan Gülen menyebut dirinya sendiri sebagai “Anjing
Sahabat Rasulullah SAW” yang berarti pelayan dan hamba bagi mereka. Karena
sikap yang baik, keikhlasan, pelayanan, kerendahan hati dan teladan yang ia
berikan itulah mengapa para pengikut yang terinspirasi olehnya kemudian
berlomba-lomba untuk mengikuti setiap instruksi dan ajakannya.22
Gerakan awal
yang telah digagas sejak tahun 1966 ini merupakan sebuah embrio bagi lahirnya
sebuah gerakan besar non politik (Hizmet Movement) yang tujuannya adalah
melayani masyarakat Turki dan segenap masyarakat dunia dalam bidang sosial
dan pendidikan serta perlahan mempromosikan Islam yang damai dan toleran
sebagai tolak ukur dalam kehidupan sehari-hari.23
22
Wawancara dengan Dr. Ali Ünsal, Direktur Fethullah Gülen Chair pada tanggal 26 Mei
2015 23
Selengkapnya dapat dilihat dalam Tesis Zulfahmi, Fethullah Gülen, Sang Inspirator
Gerakan Damai Masyarakat Sipil di Turki, (Jakarta: UI-Press, 2014)
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan tentang perjuangan dakwah Fethullah Gülen ini
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu:
1. Sekularisme dan instabilitas politik yang terjadi di Turki memberikan
dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat Turki dalam bidang
ekonomi, sosial, pedidikan dan agama. Munculnya ideologi-ideologi
ekstrem kanan dan kiri yang menancapkan taringnya di berbagai institusi
pemerintah maupun pendidikan menimbulkan kekacauan dalam
masyarakat serta menjauhkannya dari pengaruh agama. Karena itu
dibutuhkan sosok-sosok seperti Fethullah Gülen yang mempunyai strategi
dakwah yang jitu sehingga dapat memberi perubahan bagi masyarakat
Turki ketika itu.
2. Fethullah Gülen (Hocaefendi) dididik dalam lingkungan keluarga yang
religius sehingga sangat berpengaruh dalam kehidupan dan
kepribadiannya. Karena pendidikan dari keluarganya itu pula ia dapat
menghafalkan Al-Qur’an di usia yang masih sangat muda. Ia juga adalah
seorang murid yang bersungguh-sungguh dalam belajar ilmu-ilmu agama
dan umum sehingga ia berhasil menyandang predikat ulama Islam Sunni,
pemikir, filosof dan penulis produktif sekaligus penyair yang sangat
terkenal dan dihormati di Turki. Ia adalah sosok yang sangat kharismatis
dan memiliki kepribadian yang santun, aktif dan energik. Ia juga rendah
hati, sensitif terhadap hak-hak manusia, istiqamah, memiliki loyalitas serta
64
kasih sayang terhadap makhluk hidup. Kehidupannya dalam berdakwah
sangat sederhana dan wara’ sehingga banyak disukai dan dijadikan sebagai
panutan oleh kaum muslimin di Turki. Karir dakwah Gülen dimulai pada
tahun 1956 ketika ia memberikan ceramah secara informal di Temescid,
kemudian ia diterima menjadi Imam negara di Edirne dan kemudian Izmir.
Sedangkan dasar inspirasi dakwahnya ia dapatkan dari pertemuannya
dengan salah seorang murid dari Bediuzzaman Said Nursi pada tahun
1957. Gülen sangat terkesan dengan pemikiran dan ajaran Said Nursi
terutama tentang penyatuan antara ilmu agama dan sains. Periode Izmir
adalah periode penting dimana gagasan-gagasannya yang komprehensif
tentang dakwah timbul setelah ia menjadi direktur di lembaga Al-Qur’an
Kestanepazarı. Dengan sosoknya yang kharismatis ditambah dengan
pidato-pidato yang menyentuh, ia berhasil membentuk sebuah kelompok
jamaah yang terinspirasi oleh pemikiran-pemikirannya dan tumbuh
menjadi sebuah gerakan. Gerakan yang disebutnya sebagai Hizmet
(pelayanan) telah dimulai pembentukannya pada tahun 1966.
3. Fethullah Gülen menggunakan media rekaman (pertama kali di Turki),
kajian ilmiah dan tulisan untuk menyebarkan pemikiran dan gagasannya.
Keberhasilan dakwahnya ditandai dengan munculnya kader-kader penerus
yang terinspirasi olehnya. Selain itu ia juga mendorong para pengikutnya
membangun asrama-asrama belajar (dershane) untuk pelajar dan
mahasiswa. Asrama-asrama ini kemudian menjadi basis bagi kaderisasi
tersebut. Para anak muda ini dididik tentang spiritual dan akhlak Islam.
Sehingga para orang tua tidak khawatir anak-anak mereka terjerumus oleh
65
paham-paham radikal. Metode dakwah Gülen tidak hanya sekedar tabligh
(penyampaian) namun dimulai dari diri sendiri sehingga dapat menjadi
contoh bagi yang lain. Ketika ulama yang lain sibuk mengajar di masjid-
masjid dan Madrasah, Gülen hanya sibuk mengurusi murid-muridnya
secara personal satu persatu dengan memberikan teladan yang baik (uswah
hasanah) sehingga lebih efektif. Meskipun terkesan lamban dan menguras
waktu, metode ini memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan
dengan metode lainnya. Selain itu Gülen menyadari bahwa dakwah secara
pribadi saja tidak cukup, karena itu diperlukan kerjasama tim (jamaah)
sehingga hasilnya pun lebih maksimal.
B. Saran
Republik Turki adalah negara yang dahulunya bagian dari wilayah
Kekhalifahan Turki Usmani yang membentang dari Balkan hingga Afrika Utara.
Tentunya banyak lahir ulama-ulama yang berperan besar dalam kemajuan dakwah
Islam di berbagai wilayah. Namun sejarah dan peran ulama-ulama Turki pada
masa Turki Usmani maupun Turki Modern belum terekspos secara adil dalam
wacana keilmuan sejarah maupun keagamaan di Indonesia. Masyarakat maupun
akademisi banyak mengenal ulama-ulama dari Timur Tengah saja, padahal semua
ulama harus diperlakukan sama dalam kajian keislaman maupun kesejarahan
Islam. Maka dari itu penulis memberikan beberapa saran untuk tema penelitian ini
yaitu:
1. Wacana untuk meningkatkan kembali penelitian keagamaan maupun
kesejarahan mengenai ulama-ulama Islam khususnya di wilayah Turki.
66
Kajian ini penting untuk terus dilakukan mengingat banyaknya khazanah
kesejarahan Islam di negeri eks-khilafah tersebut.
2. Penulis menyarankan agar mata kuliah bahasa Turki dapat diajarkan pada
Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam sehingga dapat memudahkan
penelitian mengenai tema yang telah penulis sebutkan di atas.
3. Penelitian yang penulis lakukan ini sangat mungkin sekali berubah
mengingat tokoh yang menjadi tema pembahasan masih hidup. Perlu
dilakukan penelitian lanjutan di tahun-tahun setelahnya dalam konteks
kesejarahan untuk mengoreksi perubahan-perubahan yang terjadi.
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmad, Feroz, The Making of Modern Turkey, (New York: Routledge, 1994)
Aripudin, Acep, Pengembangan Metode Dakwah: Respon Da’i Terhadap
Dinamika Kehidupan Beragama di Kaki Ciremai, (Jakarta: Rosdakarya,
2011)
B. Henze, Paul, Turkey: Toward the Twenty-First Century, (Santa Monica:
RAND, 1992)
B. White, Jenny, “Islam and Politics in Contemporary Turkey”, Reşad Kasaba
(ed), Cambridge History of Turkey, Vol. 4, (Cambridge: Cambridge
University Press, 2008)
Booklet Fethullah Gülen Chair, Mengenal Sosok Fethullah Gülen, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2013)
Çetin, Muhammed, Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. (terj) Pipin
Sophian dkk, (Jakarta: UI-Press, 2013)
Eligur, Banu, The Mobilization of Political Islam in Turkey, (New York:
Cambrigde University Press, 2010)
Erdoğan, Latif, Kücük Dünyam: Fethullah Gülen, (Istanbul: Ufuk Kitap, 2006)
Ergil, Doğu, Fethullah Gülen and the Gülen Movement in 100 Question, (New
York, Blue Dome Press, 2012)
Fethullah Gülen, Muhammad, Membangun Peradaban Kita, ( Jakarta: Republika,
2013)
Fethullan Gülen, Muhammad, Bangkitnya Spiritual Islam, (Jakarta: Republika,
2012)
68
Gök, Fatma, “The History and Develompent of Turkish Education”, Marie
Carlson dkk (ed), Education in Multicultural Societies: Turkish and
Swedish Perspectives, (Stockholm: Swedish Research Institute in Istanbul,
Transaction, Vol 18, 2007)
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, (terj) Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI-
Press, 1983)
Gülen, Fethullah, Essays, Perspectives, Oppinions M. Fethullah Gülen, (Clifton:
Tughra Books, 2010)
Gülen, M. Fethullah, Vaaz Külliyatı: Vaazlar, Hutbeler, Soru-Cevablar,
Sohbetler, Konferanslar, Fihrist, (Istanbul: Nil Production, 2013)
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Rosdakarya, 2010)
J. Shaw, Stanford & Kural Shaw, Ezel, History of Ottoman Empire and Modern
Turkey, Vol 2, (Camrigde: Cambrigde University Press, 1977)
J. Zurcher, Erik, Sejarah Modern Turki, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003)
K. Hitti, Phillip, The Near East in History: A 5000 Year Story, (Canada: D. Van
Nostrand Company, 1961)
Karakas, Cemal, Turkey: Islam and Laicism Between the Interest of State,
Politics, and Society, (Frankfurt: Peace Research Institute Frankfurt, 2007)
Karasipahi, Sena, Muslims in Modern Turkey, (New York: I.B Taurus, 2009)
Kasim Salih, Ihsan, Said Nursi: Pemikir dan Sufī Besar Abad 20: membebaskan
agama dari dogmatisme dan sekularisme, (Jakarta: Gramedia, 2003)
Kholis Hafidz, Abdullah dkk, Dakwah Transformatif, (Jakarta: PP LAKPESDAM
NU, 2006)
69
L. Cleveland, William & Bunton, Martin, A History of the Modern Middle East,
(Westview Press, 2009)
Lewis, G. L, Nations of Modern World: Turkey, (New York: Frederick A.
Praeger, 1955)
M. Kurt, Erkan, “So That Other May Live: A Fethullah Gülen Reader”, Review
by: Muhammed Hassanali, Library Journal, Vol. 138, No. 2, (November,
2013)
M. Lapidus, Ira, Sejarah Sosial Ummat Islam, (terj) Ghufron A. Mas’adi, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1999)
M. Setiadi, Elly, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008)
Madjid, M. Dien & Wahyudhi, Johan, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar, (Jakarta:
Kencana, 2014)
Mardin, Şerif, “Religion and Secularism in Turkey”, Albert Hourani dkk (ed), The
Modern Middle East, (New York: IB. Tauris, 2009)
Ochsenwald, William & Fisher, Sidney Nettleton, The Middle East: A History,
(New York: Mcgraw-Hill, 2004)
Polat, Cemen, “Searching for The Source of The Mill Stream”, International
Fethullah Gülen Conference, The Significance of Education for The
Future: The Gülen Model of Education, (Jakarta: Fethullah Gülen Chair
UIN Syarif Hidayatullah, 2010)
Robertson, Roland (ed), Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis,
(Jakarta: Rajawali, 1988)
Rose Ebaugh, Helen, The Gülen Movement: A Sociological Analysis of A Civic
Movement Rooted in moderate Islam, (New York: Springer, 2010)
70
Sevendi, Nevval, Contemporary Islamic Conversation: M Fethullah Gülen on
Turkey, Islam and The West, (New York: States University of New York
Press, 2008)
Toprak, Binnaz, Islam and Political Development in Turkey, (Leiden: E. J. Brill,
1981)
Vahide, Sukran, Islam Modern Turkey: an Intelectual Biography of Bediuzzaman
Said Nursi, (New York: State University of New York Press, 2005)
Yükleyen, Ahmet, “Sufism and Islamic Groups in Contemporary Turkey”, Reşad
Kasaba (ed), Cambridge History of Turkey, Vol. 4, (Cambridge:
Cambridge University Press, 2008)
Zulfahmi, Fethullah Gülen, Sang Inspirator Gerakan Damai Masyarakat Sipil di
Turki, (Jakarta: UI-Press, 2014)
Skripsi
Rahmayani, Savira, Fethullah Gülen sebagai tokoh sentral dalam gerakan
Fethullah Gülen (Skripsi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia
Press, 2011)
Sahin, Ali, Pemikiran M. Fethullah Gülen Dalam Pendidikan Islam, (Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014)
Taufik, Farhan, Dimensi Dakwah Fethullah Gülen di Indonesia, (Skripsi Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013)
Artikel dari Jurnal
A. Mardin, Serif, “Ideology and Religion in the Turkish Revolution”,
International Journal of Middle East Studies, Vol. 2, No. 3, (July, 1971)
71
A. Reed, Howard, “Revival Islam in Secular Turkey”, Middle East Journal, Vol.
8, No. 3, (Summer, 1954)
B. Taeuber, Irene, “Population dan Modernization in Turkey”, Population Index,
Vol. 24, No. 2, (April, 1958)
E. Webster, Donald, “State Control of Social Change in Republican Turkey”,
American Sociologi Review, Vol. 4, No. 2, (April 1939)
Özdalga, Elizabeth (ed), “Late Ottoman Society: The Intelectual Legacy”,
Reviewed by: Tahsin Özcan, Insight Turkey, Vol. 15, No. 3 (2013)
T. Verschoyle, “Education in Turkey”, International Affairs (Royal Institute of
International Affairs 1944), Vol. 26, No. 1, (January, 1950)
Tuğal, Cihan, “Islamism in Turkey: Beyond Instrument and Meaning”, Economy
and Society, Vol. 31, No. 1, (February, 2002)
Yucel, Salih, “Fethullah Gülen: Spiritual Leader in A Global Islamic Context”,
Journal of Religion and Society, Vol. 12 (2010)
Artikel dari Website
“1941-1959 Hayat Kronolojisi”, http://tr.fgülen.com/content/view/3502/128/
(diakses tanggal 19 Januari 2015)
“1966-1973 Yıllarındaki Vaaz ve Sohbetleri”,
http://tr.fGülen.com/content/view/3577/107/ (diakses pada tanggal 20
April 2015)
“1974 Yılı Vaazları”, http://tr.fGülen.com/content/view/3585/107/ (diakses pada
tanggal 20 April 2015)
“1975 Yılı Vaazları”, http://tr.fGülen.com/content/view/3586/107/ (diakses pada
tanggal 20 April 2015)
72
“1976 Yılı Vaaz ve Konferansları”, http://tr.fGülen.com/content/view/3587/107/
(Diakses pada tanggal 20 April 2015)
“A Different Home”, http://en.fgulen.com/fethullah-gulen-biography/749-a-
different-home (diakses pada tanggal 23 Januari 2015)
“Edirne, Kırklareli, dan akhirnya Izmir”,
http://www.fgulenchair.org/index.php?option=com_content&view=article
&id=169:edirne-krklareli-dan-akhirnya-
zmir&catid=14:biografi&Itemid=30 (diakses pada tanggal 7 Februari
2015)
“Mengenal Fathullah Gülen”, http://fGülen.com/id/profil/tentang-fethullah-
Gülen/35008-mengenal-fethullah-Gülen, (diakses tanggal 7 Desember
2014)
“The 2013 Time 100”, http://time100.time.com/2013/04/18/time-
100/slide/fethullah-Gülen/ (diakses tanggal 18 Desember 2014)
“Turkey, General Information”, http://www.geohive.com/cntry/turkey.aspx
(diakses pada tanggal 24 Juni 2015)
LAMPIRAN I
Tabel daftar rekaman ceramah dan khutbah Fethullah Gülen tahun 1973-1976.1
No Tanggal Tempat Tipe Judul
1 27/07/1973 Edremit Ceramah dan
Khutbah
Salah satu doaku
untuk orang mukmin.
2 28/10/1973 Edremit Ceramah dan
Khutbah
Hari-hari penuh
rahmat.
3 28/06/1974 Edremit Ceramah dan
Khutbah Akhlak Islami.
4 02/08/1974 Edremit Ceramah dan
Khutbah
Taat kepada Allah dan
Rasul-Nya.
5 13/10/1974 Edremit Ceramah
Anatolia
Malam Lailatul
Qadar.
6 07/02/1975 Manisa Ceramah dan
Khutbah
Bergabunglah dengan
kami atas nama Islam.
7 11/07/1975 Manisa Ceramah dan
Khutbah
Pentingnya mengikuti
Rasulullah.
8 18/07/1975 Manisa Ceramah dan
Khutbah Hakikat Rasulullah.
9 25/07/1975 Manisa Ceramah dan
Khutbah
Kebenaran dalam
kesetiaan kepada
Nabi.
10 01/08/1975 Manisa Ceramah dan
Khutbah
Pentingnya
pengabdian kita
kepada Nabi.
11 08/08/1975 Manisa Ceramah dan
Khutbah Ibadah Rasulullah
12 15/08/1975 Manisa Ceramah dan
Khutbah
Sifat zuhud dan
tawadhu Nabi.
13 22/08/1975 Manisa Ceramah dan Sikap terhadap
1Lihat selengkapnya dalam buku: M. Fethullah Gülen, Vaaz Külliyatı: Vaazlar, Hutbeler,
Soru-Cevablar, Sohbetler, Konferanslar, Fihrist, (Istanbul: Nil Production, 2013)
Khutbah kekafiran pada Allah
dan ketaatan kepada
Nabi.
14 29/08/1975 Manisa Ceramah dan
Khutbah
Sifat Tabligh
Rasulullah.
15 02/10/1975 Manisa Ceramah Kelicikan Dunia.
16 06/10/1975 Manisa Ceramah Keseimbangan antara
takut dan harap.
17 13/12/1975 Manisa Ceramah Hati yang pemurah
18 07/02/1976 Manisa Ceramah
Usaha dakwah Nabi
dan kesulitan yang
dihadapi oleh beliau.
19 27/02/1976 Kahramanmaraş Ceramah Cinta kepada Allah
dan Rasul-Nya.
20 29/08/1976 Izmir Ceramah Arti Basmalah.
21 05/09/1976 Izmir Ceramah
Islam sebagai jalan
pembebasan dari
penghambaan kepada
sesama makhluk.
22 17/10/1976 Manisa Ceramah Penghormatan
terhadap Allah.
23 19/10/1976 Izmir Ceramah dan
Khutbah
Ketabahan dan
keteguhan.
24 02/12/1976 Izmir Ceramah Kedatangan rahmat
Ilahi.
LAMPIRAN II
Ceramah tahun 1967-1973.2
No Tanggal Tempat Deskripsi Tema
1 17/06/1967 Kestanepazarı Hak Lingkungan. Berbagai
ceramah
2 17/12/1968 Kestanepazarı Pentingnya malam dan
hari yang berkah.
Lailatul
Qadar
3
15/01/1973 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Idul adha dan
pentingnya berqurban.
Idul Adha
4
04/05/1973 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Akhlak mulia
Rasulullah sebagai
uswah hasanah.
Ibadah dan
doa
5
11/05/1973 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Penjelasan Rasulullah
tentang tujuan
penciptaan manusia.
Ibadah dan
doa
6
27/07/1973 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Shalat dasar semua
Ibadah.
Ibadah dan
doa
7
28/10/1973 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Ramadhan dan Idul
Fitri.
Idul Fitri
2 “1966-1973 Yıllarındaki Vaaz ve Sohbetleri”,http://tr.fGülen.com/content/view/3577/107/
(diakses pada tanggal 20 April 2015)
LAMPIRAN III
Ceramah tahun 1974.3
No Tanggal Tempat Deskripsi Tema
1
05/04/1974 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Muslimin dari bangsa-
bangsa yang berbeda.
Perbedaaan
Muslim
2
12/04/1974 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Perbedaan sebuah
komunitas dari
masyarakat Muslim
lainnya dalam segala
aspek.
Perbedaan
Muslim
3
19/04/1974 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Perbedaan mimpi,
pikiran, hidup, rumah,
jalan, pasar, bahkan
kopi orang-orang
Mu’min.
Perbedaan
Muslim
4
21/06/1974 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Kewajiban moral anak
terhadap kedua orang
tua.
Hak orang
tua
5
28/06/1974 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Etika bisnis qur’ani
dalam Islam.
Etika
profesional
6
02/08/1974 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Taatilah Allah dan
Rasulnya.
Perbedaan
Muslim
7
09/08/1974 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Hak dan tanggung
jawab kepada Allah
SWT.
Etika
profesional
8 16/08/1974 Masjid Sırönü
Alemizade
Masyarakat Muslim
lebih utama
Perbedaan
Muslim
3“1974 Yılı Vaazları”, http://tr.fGülen.com/content/view/3585/107/ (diakses pada tanggal
20 April 2015)
Edremit memberikan bantuan
kemanusiaan daripada
negara lain.
9
02/10/1974 Masjid Sırönü
Alemizade
Edremit
Bagaimana seharusnya
menghidupkan malam
lailatul qadar.
Lailatul
Qadar
10
17/10/1974 Masjid
Muradiye
Manisa
Keadaan Kaum
Muslimin saat Idul
Fitri.
Idul Fitri
11
25/10/1974 Masjid Edremit
Alemizade
Sırönü
Menjadi hamba Allah. Ibadah
LAMPIRAN IV
Ceramah tahun 1975.4
No Tanggal Tempat Deskripsi Tema
1 31/01/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Amar makruf nahi munkar. Bermacam-
macam
2 07/02/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Apa yang menyebabkan
kita jauh dari Islam.
Bermacam-
macam
3 14/02/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Jalan yang mengarah
kepada kekafiran, keras
kepala, rasa takut,
menyimpang, arogansi dan
kekejaman.
Bukti
Tauhid
4 21/02/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Hukum Termodinamika,
Alam raya, dan bukti
keberadaan akhirat.
Bukti
Tauhid
5 28/02/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Sel dan Protein: Bukti sifat
Iradah Allah.
Bukti
Tauhid
6 07/03/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Sifat Allah “Al-Hayy”
(Yang Maha Hidup).
Bukti
Tauhid
7 14/03/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Sifat kehidupan abadi:
pembatalan teori evolusi.
Bukti
Tauhid
8 21/03/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Sifat dan tugas manusia.
Adam makhluk yang
diciptakan secara tiba-tiba.
Bukti
Tauhid
9 28/03/1975 Masjid Nama Allah “Alhaadi” Bukti
4“1975 Yılı Vaazları”,http://tr.fGülen.com/content/view/3586/107/ (diakses pada tanggal 20
April 2015)
Muradiye
Manisa
(Maha pemberi petunjuk)
dan jalan menuju Hidayah.
Tauhid
10 04/04/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Keindahan dan bukti
kebijaksanaan (Allah).
Bukti
Tauhid
11 11/04/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Dalil kebijaksanaan Allah
yang terus menerus.
Bukti
Tauhid
12 18/04/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Bukti kasih dan karunia
Allah.
Bukti
Tauhid
13 25/04/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Pertolongan Allah yang
berkesinambungan.
Bukti
Tauhid
14 02/05/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Ketentuan dan hukum yang
ada di Alam semesta diatur
oleh sesuatu yang Satu/Esa
Bukti
Tauhid
15 09/05/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Tidak ada yang tidak dapat
dikaitkan dengan
penyebabnya.
Bukti
Tauhid
16 16/05/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Kita perlu mengetahui
seperti apa (sifat-sifat)
Allah.
Bukti
Tauhid
17 27/06/1975 Kırkağaç Muhasabah dan
ketenangan dunia-akhirat.
Bermacam-
macam
18 11/07/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Sebuah pengantar
mengenai subjek
Kenabian.
Kenabian
19 18/07/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Keluhuran dan
kedermawanan Rasulullah.
Kenabian
20 25/07/1975 Masjid Muhammad SAW dan Kenabian
Muradiye
Manisa
kebenaran saksi para
Sahabat maupun
musuhnya.
21 01/08/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Kebenaran kesaksian
Sahabat Rasulullah SAW.
Kenabian
22 08/08/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Ibadah, doa, dan munajat
dari Rasulullah.
Kenabian
23 15/08/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Kebijaksanaan Rasulullah
dan akhlak beliau yang
bercahaya kepada manusia.
Kenabian
24 22/08/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Rasulullah, kemarahan dan
ketegasannya terhadap
kekufuran.
Kenabian
25 29/08/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Keseriusan dan
kesungguhan dalam
dakwah.
Kenabian
26 05/09/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Dakwah yang terus
menerus.
Kenabian
27 12/09/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Sifat Fathanah Rasulullah. Kenabian
28 19/09/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Kesabaran, kebijaksanaan,
dan pemahaman Nabi
SAW.
Kenabian
29 26/09/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Kelembutan, kemurahan
hati dan kerendahan hati.
Kenabian
30 02/10/1975 Masjid
Muradiye
Pentingnya malam suci. Lailatul
Qadar
Manisa
31 03/10/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Rasulullah sebagai ayah
dan kakek.
Kenabian
32 06/10/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Khutbah Idul Fitri. Idul Fitri
33 17/10/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Istri-istri suci Nabi SAW,
kebijaksanaan banyak
wanita untuk menikah.
Kenabian
34 24/10/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Rasulullah sebagai
pendidik dan pengajar.
Kenabian
35 31/10/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Rasulullah sebagai
pendidik dan pengajar.
Kenabian
36 07/12/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Rasulullah sebagai
pendidik dan pengajar.
Kenabian
37 13/12/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Khutbah Idul Adha. Idul Adha
38 19/12/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Kepemimpinan politik dan
militer.
Kenabian
39 26/12/1975 Masjid
Muradiye
Manisa
Membangun dan membina
masyarakat yang percaya
kepada hari akhir.
Kenabian
LAMPIRAN V
Ceramah tahun 1976.5
No Tanggal Tempat Penjelasan Tema
1 02/01/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Sudut pandang Nabi
dalam memberikan
keputusan yang akurat.
Kenabian
2 09/01/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Strategi militer
Rasulullah SAW yang
luar biasa.
Kenabian
3 16/01/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Mukjizat Rasulullah
SAW.
Kenabian
4 23/01/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Makbulnya Doa
Rasulullah dan adab
menrima tamu.
Kenabian
5 30/01/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Mukjizat Rasulullah
SAW.
Kenabian
6 06/02/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Keberkahan dan
kemaksuman Rasulullah
SAW.
Kenabian
7 13/02/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Mukjizat Isra Mi’raj
Rasulullah SAW.
Kenabian
8 20/02/1976 Kahramanmaraş Rasulullah SAW sebagai
kekasih Allah.
Bermacam-
macam.
9 27/02/1976 Masjid Agung
Bursa
Kerusakan akibat hidup
tanpa kontrol.
Bermacam-
macam.
10 05/03/1976 Masjid
Muradiye
Berita yang disampaikan
oleh Nabi.
Kenabian
5“1976 Yılı Vaaz ve Konferansları”,http://tr.fGülen.com/content/view/3587/107/ (diakses
pada tanggal 20 April 2015)
Manisa
11 12/03/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Abad kita yang dikuasai
oleh masalah-masalah
dan isu-isu.
Kenabian
12 19/03/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Hasil pengajaran Nabi
SAW: Mengesakan
Allah.
Kenabian
13 02/04/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Kebangkitan setelah
mati, hasil dari keadilan
dan kebenaran.
Kenabian
14 09/04/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Satu-satunya manusia
yang berusaha.
Kenabian
15 16/04/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Rasa tanggung jawab
dalam diri.
Kenabian
16 23/04/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Buah dari ketaatan
kepada Allah.
Kenabian
17 30/04/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Hasil dari amar makruf
nahi munkar.
Kenabian
18 27/05/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Kabar gembira akan
kedatangan Nabi SAW:
tanda-tanda datangnya
zaman kebahagiaan.
Kenabian
19 04/06/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Kedatangan Nabi SAW
yang termaktub dalam
Kitab-kitab lain.
Kenabian
20 11/06/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Kedatangan Nabi SAW
yang termaktub dalam
Kitab-kitab lain.
Kenabian
21 18/06/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Peramalan datangnya
Rasulullah dalam Injil
Barnabas.
Kenabian
22 25/06/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Pengantar bagi kajian
Al-Qur’an.
Al-Qur’an
23 02/07/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Pemahaman Al-Qur’an
Nabi SAW, Sahabat dan
Tabiin.
Al-Qur’an
24 09/07/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Kemuliaan kalimat dan
keindahan kata-kata
dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an
25 16/07/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Pemahaman orang-
orang tentang Al-Qur’an
dari berbagai periode.
Al-Qur’an
26 23/07/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Pengaturan dan tata
letak Ayat dalam Al-
Qur’an.
Al-Qur’an
27 30/07/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Al-Qur’an turun selama
23 tahun tidak satu pun
ayat yang di kurangi
maupun di tambah.
Al-Qur’an
28 06/08/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Aturan dalam Al-Qur’an
sebagai pemecah
masalah..
Al-Qur’an
29 13/08/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Keunggulan Al-Qur’an
dalam menggambarkan
peristiwa dari umat
sebelumnya.
Al-Qur’an
30 20/08/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Penggambaran tentang
hari kebangkitan.
Al-Qur’an
31 28/08/1976 Masjid Bornova
Izmir
Makna Basmalah. Bermacam-
macam
32 03/09/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Kesimpulan dari kajian
tentang Al-Qur’an.
Al-Qur’an
33 05/09/1976 Masjid Hisar
Izmir
Jihad dengan kasih
sayang menjadi faktor
kebangkitan umat.
Bermacam-
macam
34 10/09/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Penggambaran sastra
dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an
35 12/09/1976 Masjid Hisar
Izmir
Pentingnya menciptakan
perubahan.
Bermacam-
macam
36 17/09/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Keunggulan Al-Qur’an
dari tata bahasa dan
makna.
Al-Qur’an
37 19/09/1976 Masjid Hisar
Izmir
Niat dan Ikhlas. Bermacam-
macam
38 24/09/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Nada dari Al-Qur’an. Al-Qur’an
39 25/09/1976 Masjid
Muradiye
Manisa
Khutbah Idul Fitri. Idul Fitri
40 08/10/1976 Masjid Agung
Bornova
Membahas Al-Qur’an
dari segi ilmu Kalam
dan Psikologi.
Al-Qur’an
42 15/10/1976 Menemen/Izmir Kitab Injil, Di zaman
sekarang siapa yang
melawan agama, dia lah
pemilik dunia.
Bermacam-
macam
43 22/10/1976 Masjid Agung Penjelasan Ilmu laduni: Al-Qur’an
Bornova yaitu manusia yang
menerima Ilmu dan
kebenaran langsung dari
Allah.
44 29/10/1976 Masjid Agung
Bornova
Manusia penuh dosa
yang mendapatkan
rahmat Allah.
Al-Qur’an
45 05/11/1976 Masjid Agung
Bornova
Berbagai karater yang
muncul dalam ujian
Allah.
Al-Qur’an
46 12/11/1976 Masjid Agung
Bornova
Mereka yang melihat
bahwa bencana adalah
ujian.
Al-Qur’an
47 19/11/1876 Masjid Agung
Bornova
Kabar gaib dari
Rasulullah.
Al-Qur’an
48 26/11/1976 Masjid Agung
Bornova
Kabar tentang peristiwa
di masa depan.
Al-Qur’an
49 02/12/1976 Masjid Agung
Bornova
Khutbah Idul Adha. Idul Adha
50 03/12/1976 Masjid Agung
Bornova
Kabar tentang peristiwa
di masa depan.
Al-Qur’an
51 17/12/1976 Masjid Agung
Bornova
Bekerja keras demi
kemanusiaan merupakan
manifestasi dari rahmat
Ilahi di alam semesta
dan merupakan ilmu
positif Al-Qur’an yang
terlihat.
Al-Qur’an
52 24/12/1976 Masjid Agung
Bornova
Ilmu positif dan tanda-
tanda kebesaran Allah.
Al-Qur’an
53 31/12/1976 Masjid Agung
Bornova
Ilmu positif sebagai
tempat berlabuhnya
Al-Qur’an
kebesaran Allah.
54 1976 Elazığ Rasa tanggung jawab. Bermacam-
macam
55 1976 İneğol/Bursa Cinta kepada
Rasulullah.
Bermacam-
macam
LAMPIRAN VI
Hasil Wawancara Skripsi
Narasumber: Dr. Ali Ünsal
Jabatan: Direktur Fethullah Gülen Chair
Waktu: 26 Mei 2015
Tempat: Fethullah Gülen Chair UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Jelaskan mengenai kehidupan dan kepribadian Fethullah Gülen ?
Oke, Audzubillahi minassyaithonirrajim... Bismillahirrohmanirrohim...
Alhamdulillahi robbil ‘alamin wassholatu wassalamu ala nabiyyina muhammadin
wa ala alihi wa sohbihi ajma’in. Hhh... e... tapi bahasa saya kurang, abi nanti insya
allah tambah ya, karena ini e... ini summary e.. apa.. pendek. (Fethullah Gülen)
Hodjaefendi kehidupannya gimana.. tapi Hodjaefendi kehidupannya ikut jalan
Rasulullah SAW, e... kalau lihat hidupnya dia fokus hidup e... (untuk)
menghidupkan seperti Rasulullah SAW dan Sahabat-sahabatnya, selalu
harakatnya, amalnya, semua amalnya.. harakatnya... apa namanya e... ikut contoh
yang terbaik Rasulullah SAW. Apa itu.. kalau anda tanya dengan satu kata atau
kalimat gimana anda bisa jelas e... Rasul, e... bisa jelas maaf e... Fethullah Gülen
Hodjaefendi, saya bisa jelas ini (adalah) e.. salah satu gimana e... Iman!! kalau
iman jadi satu badan, anda bisa lihat salah satu orang seperti Hodjaefendi. Gimana
ini, kalau lihat hidupnya, Hodjaefendi selalu lihat e.. apa itu.. stamp atau e.. nama
Allah apa pun jadi atau diciptakan atau di.. apa pun terjadi ya.. misalnya e..
gempa, televisi-televisi, orang-orang semua berbicara tentang apa namanya.. ada
disini.. khatt atau.. e... ya apa itu? lempeng! dari sana ada syakk (retakan) e.. dua
jalan begitu begitu.. tidak berbicara ini dari Allah. Ck.. Hodjaefendi waktu dengar
ini dari berita-berita atau orang-orang muslim berbicara begitu.. sedikit marah,
kenapa anda tidak lihat ini apa namanya.. di tangga (takdir) Allah. Kalau
lempengnya Allah kasih e.. bikin lempengnya di sini bisa ganti ke arah yang lain..
apa artinya? Apa manfaatnya ini?... dengan iman ini.. ada e.. pasti e.. harus siap e..
untuk apa.. e.. musibah.. tapi kalau misalnya besar anda tidak bisa bersiap.. gempa
atau yang lain-lainnya, anda e.. harus tahu ini ujian dari Allah, bersabar dan apa..
e.. ada banyak hikmah dari gempa ini e.. tapi ini tidak artinya e.. tidak bisa
melakukan apa-apa persiapan untuk musibah, misalnya... seperti Jepang bikin apa
namanya.. gedung yang baik atau e... balance atau e... apa itu.. siap untuk gempa.
Ini... Hodjaefendi O.. sangat intelektual orang intelektual e.. kalau anda bisa apa
pun, e.. maaf ya e... siap bikin gedungnya kuat, baik.. yang lain-lain tapi pasti juga
harus lihat ini dari Allah. Ada misalnya nikmat, dia cepat lihat.. ini dari Allah.
Tidak apa namanya lihat e.. wasilah-wasilah banyak. Apa artinya e.. hubungannya
dengan Allah sangat kuat. Misal, teman-temannya duduk bersama kalau bicara
dengan topik-topik yang yang lain… dia sedikit sedih, kenapa anda berkumpul di
sini tapi tidak berbicara dengan Allah, eh maaf.. tentang Allah. Harus dulu
berbicara tentang Allah SWT, nikmat-nikmatNya, jalanNya, dakwahNya, yang
lain-lainnya, ya.. apa artinya.. dia (Hodjaefendi) hidup.. semua hidup beliau, e...
fokus di jalan Allah.. dakwah Allah, yang kedua... dia berkurban sendiri.. dan
filsafatnya begitu, hidup (untuk) menghidupkan orang yang lain. Kalau anda
hidup untuk sendiri.. ini.. selfishness e.. tidak baik e.. ada sumbernya (semua) ini?
Ada! Dari Rasulullah SAW.
Kalau lihat hidup Rasulullah SAW, beliau mengajar ummatnya begitu, dia
naik.. isra’ mi’raj.. apa namanya... ke.. e.. apa.. e.. sidratul muntaha.. nanti masuk
Jannah (surga) nanti (setelah itu) kembali, kenapa? Untuk ummatnya... (beliau)
berkurban sendiri. Ada e.. apa namanya.. promise.. apa itu promise? e.. Janji
Allah, kalau satu orang masuk Jannah, tidak keluar lagi. Rasulullah SAW masuk
dan dia sendiri minta e.. kembali ke ummatnya. Ini... (pem)belajar(an) untuk kita..
kami harus belajar dari e.. apa namanya.. e.. hidup Rasulullah SAW. Hodjaefendi
e.. uda belajar ini.. nanti mengajar(kan lagi) e.. apa... (ke) sahabat-sahabatnya,
teman-temannya. Kami.. kita harus juga e.. berkurban sendiri untuk orang yang
lain. Hidupnya (Hodjaefendi) begitu, hidupnya yang.. e.. sangat sederhana, dia
tidak suka mewah, misalnya.. kira-kira.. e.. lima puluh tahun, dia tidur sangat
sederhana tempat tidur.. tidak ada apa namanya.. bed besar, yang kecil atau yang..
e.. seperti karpet, kami (orang Turki) bilang Hasır... Hasır itu seperti karpet aja,
tapi sekarang (dia sudah) jadi orang tua... dokter-dokternya bilang harus sedikit..
apa namanya.. tebal.. karena e.. akan jadi sakit, jadi sekarang sedikit tebal e.. tidak
seperti tempat tidur kami. Makan minumnya sangat sederhana dan dia sangat
sensitif untuk hak-hak manusia, dia sangat sensitif hak Allah SWT... apa artinya..
dia sangat sensitif untuk melakukan wajib-wajib, jauh dari haram, ini hak Allah,
Hak manusia juga dia sangat sensitif.. misalnya, waktu dia ketua e.. kepala
sekolah e.. kursus Al-Qur’an e.. Kestanepazarı, ia tidak pakai sandal murid-
muridnya, dia tidak makan dengan makan mereka, dia misalnya tidak pakai
airnya, listriknya. Kalau dia misalnya pakai.. langsung bayar. Masih.. sekarang
kira-kira empat puluh lima tahun.. lima puluh tahun kemudian, sekarang juga dia
tinggal di Amerika, dia bayar ruangnya sewanya. Dia tinggal di satu ruang..
dimana... di.. e.. gedung wakaf, dia bayar kepada wakaf untuk apa namanya...
untuk ruang itu, seperti sewa ya... orang-orang Hizmet e... ambil inspirasinya dari
Fethullah Gülen, mereka juga berkurban sendiri, mereka tidak minta uang dari
beliau tapi dirinya (Gülen) sendiri sangat sensitif. Dia beli.. apa namanya..
makanannya.. minumannya.. sendiri, tidak campur dengan yang lain. Sangat
sensitif hak-hak, kalau dia (Gülen) bilang.. saya ambil uang saya dari copyright
buku-buku.. apa itu.. penerbit e.. ada uang dari sana. Karena sekarang dia punya
77 buku, satu bukunya kadang di penerbit ya.. kira-kira satu juta, dua juta.. uang
datang dari sana. Dia ambil apa pun dia perlu, yang lainnya.. misal.. muridnya
datang, dia kasih apa.. e.. paket, uang paket.. e.. uang dompet e.. atau satu misal..
asrama.. orang datang e.. kami perlu.. belum selesai asrama e... kami, dia kalau
punya uang.. bantu sendiri. Dia juga misalnya e.. tamu-tamu datang untuk
mengunjungi beliau, mereka pakai ruang besar di gedung wakaf itu, dia juga
bayar untuk itu kepada wakaf.. karena dia bilang, mereka datang untuk
mengunjungi saya karena itu saya bayar untuk itu. E.. hidupnya begitu.. sangat
sederhana, sangat sensitif untuk hak-hak, karena dia bilang.. Islam... artinya
mu’amalat, ha.. ibadat ini empat persen atau lima persen aja e.. di.. apa.. Islam,
yang lainnya mu’amalat, hubungan dengan manusia, hubungan dengan
keluarganya, hubungan dengan e.. di dalam bussinees, dengan yang lain-lainnya..
semua... yakni hidup! Semua, e.. kepribadian beliau saya bilang ini sangat
sederhana, mutawadhi’, e.. rendah hati, sangat sensitif, karena itu dia selalu nangis
e.. karena sensitif apa itu e.. ada marhamet atau mercy di hatinya. Kalau dia bilang
satu semut e.. jatuh di dalam toilet.. dia coba ambil itu dari toiletnya, selama tiga
puluh menit, e.. apa.. ambil.. e.. selamat(kan) (semut) itu dari toilet itu.
Kalau misal.. dia e.. waktu orang muda dengan teman-temannya juga dia...
Hodjaefendi waktu itu kharismatik, semua menghormati kepada beliau.. tapi
mereka punya car accident e.. mereka.. apa itu.. e.. mobilnya kecelakaan ke pohon
tapi masuk ke mobil.. teman-temannya datang Hodjaefendi tapi lihat.. gimana bisa
e.. selamat mobil ini dan pohon ini juga. Temannya bilang, hocam! Saya akan
insya allah selamatkan semua, gimana anda selamatkan? (jawabnya) saya akan
potong pohon ini. (jawab Hodjaefendi) kalau begitu saya juga bisa, saya tidak
mau potong pohon ini. Hocam! Jangan khawatir, saya insya Allah... e.. anda
adalah korban accident e.. kecelakaan, istirahat dulu! Saya akan laporkan. Nanti
dia potong mobil, e... bukan pohon.. ambil mobilnya dan dia e... periksa ya.. e..
taking care of.. e.. obati pohon itu, begitu.. periksa e.. nanti pohonnya jadi sakit.
Nanti beberapa bulan kemudian Hodjaefendi jadi tanya, gimana e.. pohon kita.
Oo.. Hocam, selamatkan insya Allah e... pohon masih hidup, nanti beberapa bulan
lagi dia tanyakan lagi... hatinya begitu, hatinya dengan.. apa namanya.. makhluk
e.. sangat sensitif, sangat mercyfull. Ini saya nonton dari documentary kira-kira di
tujuh puluhan ya.. awal tujuh puluhan. Hidupnya saya bilang sangat sederhana,
dia orang (yang) loyality e.. apa itu.. wafa’.. tau wafa’ apa? e.. ini penting Abi.. e..
kesetiaan. Hatinya ada kesetiaan sangat kuat, misal anda jadi teman dengan
Hodjaefendi, selalu dia e.. ambil laporannya.. gimana sehatnya.. dia menelepon,
kalau dia (teman) datang mengunjungi dia (Hadojaefendi) menghormati kepada
tamunya, kasih hadiah-hadiah. Anda lupa sendiri.. dia tidak lupa anda.. begitu.
Menurut saya ini akhlak Rasulullah SAW, ini.. kalau lihat hidup Rasulullah SAW
kira-kira sama e... Hodjaefendi ikut itu, e.. hidup Rasulullah SAW, dia
(Hodjaefendi) bilang.. saya Anjing Sahabat Rasulullah SAW.. hatinya begitu.
Misalnya anda kalau bilang, O.. Hocam, anda Alim Ulama Besar.. dia marah,
tidak suka. Kalau anda bilang misalnya, O.. Hocam, Fethullah Gülen
Hodjaefendi.. anda mujtahid, anda mehdi, anda.. apa namanya... Mesih.. (dia)
sangat marah. Dia bilang saya orang muslim yang biasa, ini cukup... ini cukup
untuk darajat. Darajat besar ini... mu’min, muslim ini darajat besar.. Abd (hamba),
karena di kalimat syahadah ada asyhadu an lailaha illallah wa asyhadu anna
muhammadan abduhu wa rasuluhu, yang pertama abduhu (hambaNya), ini cukup
untuk kita... dia (Hodjaefendi) bilang. Ini.. apa namanya.. selalu dia mengajar
murid-muridnya harus sederhana, harus mutawadhi’ di e.. dalam manusia, di
depan Allah juga.. e.. apa lagi. Loyality, sadakat juga penting (sifat) Hodjaefendi
e.. di daerahnya e... di sekitarnya ada beberapa orang kira-kira empat puluh lima
atau empat puluh tahun bersama, ini sadakat, Sodiiq (sahabat/teman) yakni
bersama-sama. Dia juga bilang, yang paling besar Karamah itu Istiqamah, harus
Istiqamah dan sadakat bersama. Hodjaefendi cinta Allah, cinta Rasulullah SAW
dan cinta Sahabatnya.. tidak mengeritik Sahabatnya.. tidak suka mengeritiknya,
bisa ambil pelajaran dari hidup mereka, tapi dengan hormat. Ini metodologi
beliau, juga Alim ulama dia menghormati, seperti Imam A’dzom, imam Malik,
Imam Syafii.. dia selalu meminta dari murid-muridnya harus menghormati
mufassirin, mujtahidin, muhadditsin, Fuqaha.. semua Salafussalihin.. harus
menghormati e.. tapi panjang. Tapi sekarang insya Allah cukup ya.
2. Jelaskan bagaimana Gülen berdakwah? Media apa saja yang
dipakai?
Tapi Hodjaefendi mulai, apa pun kesempatan..dia punya. Dulu dia jadi
orang penceramah, nanti di kesempatan ini e… sangat bagus. Dia dididik sendiri
dulu, dia misalnya ambil pendidikannya dari madrasah ibtidaiyah dulu nanti dia
sendiri baca banyak..nanti, dia mengajar.. mulai mengajar. Tapi mengajar tidak
cukup, hidup juga.. praktek juga.. dia jadi contoh untuk murid-muridnya, teman-
temannya e.. dia mulai dakwahnya dengan hidup sendiri dulu nanti kasih tahu..
menunjukkan e..contohnya di hidup sendiri. Misalnya di buku-buku ada hidup
Sahabat Rasulullah SAW, hidup alim ulama, mujtahidin idzom, mufassirin kirom,
yang lain-lainnya tapi di dalam buku, gimana praktisnya di abad ini dengan
syarat-syarat ini. Dia coba dan apa namanya..kerja sendiri untuk hidup ini.. bukan
untuk show.. ikhlas ini, dia bilang ada satu kata ustadz Badiuzzaman dia ambil e..
sebagai prinsip ini.
Kalau Badiuzzaman bilang, kalau kita praktis (mengamalkan) nilai-nilai
Islam di hidup kita, prinsip-prinsip agama kita di hidup kita yang apa..orang-orang
e.. di agama-agama yang lain atau orang-orang yang lain di negara-negara yang
lain, semua akan masuk Islam. Apa artinya..tamsil.. praktis menunjukkan nilai-
nilai Islam di hidup anda.. ini paling bagus metodologi di dakwah.. paling bagus.
Karena itu dia mulai dari sendiri..nanti dia bilang kalau mau dakwah bukan..
sendiri tidak cukup harus bersama.. Tim!.Darimana?Dia mulai dengan anak kecil
SMP, SMA.Dia selalu e… mengajar prinsip-prinsip Islam tapi dengan contoh-
contoh. Nanti e..kasih tahu.. menunjukkan di hidupnya kepada muridnya.. lihat
ada di buku.. nanti cek di apa namanya.. e.. Al-Qur’an dan Hadist ada, praktisnya
dimana… praktisnya juga ada di sini! Oo... bisa ini! O..!!Sahabat-sahabat
Rasulullah SAW bukan Malaikat tapi manusia.O.. kalau mereka bisa, kami juga
bisa. Bukan mungkin sama… tapi mirip! Boleh..boleh… ini e.. harapan.
Hodjaefendi selalu kasih harapan, kami harus ikut, kami tidak bisa mungkin
(menjadi seperti) Sahabat Rasulullah SAW tapi kami bisa (menjadi) murid
mereka..begitu. Nanti e.. Alhamdulillah dia mulai satu-persatu e..dia tidak berfikir
kalau mengajar dari televisi langsung atau dari ceramah dari masjid itu.. ini ada di
bahasa Turki e.. apa namanya.. e.. General pendidikan atau umum.. harus fokus
satu persatu, apa namanya.. detail, apa namanya.. lebihprivate, lebih swasta.
Kalau mengajar di Masjid itu umum, tapi ini..harus khusus, jalan khusus lebih
baik. Tapi alim ulama yang lain-lainnya misalnya metodologinya mungkin
beda..mengeritik. Karena ini..susah, karena ini ambil waktunya… karena ini tidak
anda bisa lihat.. tidak bisa lihat luarnya. Karena itu banyak alim ulama tidak suka
ini tapi yang paling aman dan paling bagusnya ini. Paling aman, paling bagus!
karena ini.. satu kata, anda kalau mau misal berpikir di belakang.. satu tahun..
oke.. e.. apa itu plant! e.. menanam biji apa.. e.. corn dengan yang lain-lainnya.
Corn apa? e.. jagung. Kalau anda berpikir sepuluh tahun kemudian, anda plant
pohon. E.. apa itu.. pohon apa? ya, menanam pohon. Kalau anda berpikir seratus
tahun kemudian.. (harus) mendidik generasi.
Ini sangat penting e.. Fethullah Gülen Hodjaefendi mulai satu persatu,
nanti tapi.. abad kita.. abad teknologi, abad telekomunikasi, abad e.. modern, e..
Hodjaefendi bilang anda harus pakai semua wasilah.. satu persatu, nanti dengan
buku-buku, nanti dengan kaset CD, nanti dengan televisi, radio, newspaper... e...
ada satu kata Sayyid Qutb dia bilang kalau Islam dihidupkan dengan semua
aspek-aspek hidup... ini bisa hidup Islam. Kalau tidak bisa maka tidak bisa.
Hodjaefendi berpikirnya sama (dengan Sayyid Qutb) karena itu dia bilang social
life.. hidup sosial harus bantu kepada anda.. untuk itu e.. apa itu, anda harus
bersiap media anda, anda harus bersiap sekolah-sekolah anda, anda harus bersiap
e.. televisi, radio dan yang lain-lainnya, dan buku-bukunya juga. Misalnya anda
tidak bisa e... hubungan dengan orang yang tinggal jauh misalnya, tapi televisi
bisa menghubungkan, atau buku anda bisa. Anda bisa dakwah satu persatu,
macam-macam.. dengan buku-buku, dengan CD, dengan apa-apa...
Alhamdulillah karena prinsip-prinsip Islam, nilai-nilai Islam, dakwah
Islam e.. tidak (jangan) shamefull e.. tidak malu dengan ini (Islam), bangga! harus
bangga!, karena ini nilai-nilai Islam.. tambah kepada manusia hal positif, apa
namanya e... selalu menambah, bukan e.. mengurangi. Tambah apa.. tambah
positif. Positif pikir, positif amal, positif niat, positif... apa pun positif.
Hodjaefendi karena itu dia bilang e.. tapi.. ada satu poin, kalau anda misalnya
dakwah dengan (berkata) “saya orang muslim, ini nilai islam, ini apa namanya..
ayo semua dengar ini dan (harus) setuju” begitu... dunia ini tidak siap untuk ini
(nilai Islam). Oke.. begitu. Anda mempersilahkan nilai-nilai Islam seperti apa..
nilai-nilai manusia e.. apa universal, tetapi anda (tetap) orang muslim. Tidak tutup
ini.. saya punya identity ini (islam) jelas dan transparan. Tapi kalau anda.. “Ini
syariah, harus setuju semua kalau tidak setuju tidak ikut.. tidak beriman Ilaa
Jahannama Zumaro (ke Jahannam tempatnya), tidak metodologi ini. Yassiru wala
Tu’assiru, bassyiru walaa tunaffiru. Apa namanya e... dengan damai, dengan e...
Yusr (mudah) apa namanya e.. jelas. Dia (Gülen) bilang apa.. tamsil,
mempraktekkan lebih baik daripada tabligh (memberi tahu). Harakat, amal,
praktis, lebih penting.. karena itu dia bilang telinga-telinga semua full, mata-mata
semua.. lapar. Apa artinya.. orang banyak e.. ada banyak orang berbicara-
berbicara tapi praktis, masyarakat, manusia mau lihat praktisnya.. contohnya, ini
tantangan dan tanggung jawab kita ini.
3. Bagaimana kondisi sosial-politik di Turki dan bagaimana respon
Gülen terhadap situasi tersebut?
Waktu itu ada beberapa masalah politik e… misalnya pada 1960 terjadi
kudeta militer dan mereka e… apa namanya, bunuh… bunuh ya… perdana
menteri Turki… dua menteri, dan sangat keras. Mereka semua e..pensiunkan dua
ratus lebih jenderal dalam satu hari, ada sangat besar konflik e.. dan masalah
politik waktu itu, ekonomi juga tidak baik waktu itu e… setelah 60-an kira-kira di
akhir 60-an di Turki jadi konflik juga dengan komunisme. Konflik dengan orang
kiri dengan orang kanan.orang kanan orang nasionalis, orang kiri orang
komunis… di universitas-universitas dan di jalan-jalan juga terjadi konflik e…
banyak anak muda yang di bunuh.. banyak!. Karena itu e..masyarakat khususnya
masyarakat muslim takut… tidak mau kirim anak-anaknya ke universitas-
universitas. Tapi Hodjaefendi waktu itu mendorong masyarakat di masjid-masjid
besar e… ayo kirim anaknya ke sekolah-sekolah, jangan takut dan jangan
khawatir. Apa ketakutan mereka? Karena ada contoh begitu, ada beberapa anak
jadi komunis, ayahnya orang beragama tapi anaknya masuk komunis di
universitas, nanti contoh jadi banyak di Turki dan masyarakat muslim khawatir…
jadi takut. Hodjaefendi mendorong mereka, jangan! Kalau anak-anak anda tidak
pergi… anak-anak komunis dan ateis akan lulus dari universitas-universitas itu
dan anda tidak akan dapat bernafas di negara sendiri selama 30 tahun, 60 tahun.
Karena kekuasaan berada di tangan orang ateis dan komunis.
Ya, Turki hidup seperti itu e..pengalaman e.. misalnya thoriqat-thariqat,
jamaah-jamaah selalu di press dan ditekan sampai waktu Turgut Ozal tahun 1983.
Dia orang beragama tapi demokrat, dia buka jalan-jalan atau dia e… dia berizin
untuk semua. Semua dia bilang..orang komunisme juga bebas, orang muslim,
orang thariqat semuanya bebas.. oke.. jangan konflik. Dia persiapkan atmosfir
Turki lebih bagus, dia kerjanya lebih bagus.
Respon Hodjaefendi tapi e… waktu Hodjaefendi berbicara dan e… apa
itu..menggambarkan hidup yang lain misalnya generasi emas dan masa depan
Turki. Tapi masyarakat seperti melihat mimpi karena tidak ada wawasan, tidak
ada matahari..gelap sekali waktu itu. Mereka bilang Hodjaefendi mungkin mimpi
aja, pikiran-pikirannya mungkin tidak bisa praktisnya.Mereka berpikir begitu tapi
tetap menghormati kepada beliau.Mereka lihat hidup Hodjaefendi sangat bagus,
bisa ambil contoh lalu mereka lebih menghormati dan mengikuti pikiran-pikiran
Hodjaefendi. Kepala mereka atau akal mereka tidak setuju tapi hatinya setuju,
mereka setuju Hodjaefendi, ikut dan bekerja bersama mendidik generasi baru
Oo..mereka jadi sangat sukses, Oo.. harapan datang, semua punya harapan yang
baru dan mereka Alhamdulillah lihat buah-buahnya di Turki ada Alhamdulillah
dididik generasi baru, sangat bagus dan sukses Alhamdulillah. Jadi contoh untuk
seluruh dunia bukan Turki aja Alhamdulillah.
4. Kapan Hizmet terbentuk dan apa saja persiapan-persiapannya?
Saya bisa bilang e..setelah perode Izmir, 1966 mulai setelah Hodjaefendi
pergi ke Kestanepazarı sebagai guru dan direkturnya. Dia mulai mendidik
generasi baru, genarsi emas dari sana satu persatu. Nanti dia keliling-keliling di
daerah Izmir, nanti dia keliling-keliling di Turki semua, tapi dia mulai mendorong
masyarakat ayo kirim anak-anaknya nanti buka asrama bersama, tapi pemiliknya
bukan Hodjaefendi, dia mendorong masyarakat dan masyarakat sendiri (yang
membangun). Mereka kumpul sendiri uangnya, beli tanah dan bangun asrama.Ini
satu contoh anak-anak jadi sukses dari asrama itu.beberapa asrama jadi sekolah
nanti. Selain mendorong anak-anak menjadi dermawan dan jurusan bisnis, ia juga
mendorong anak-anak ke jurusan pendidikan. Karena kita perlu guru dulu, guru
sangat penting.Nanti anak-anak pintar yang bisa jadi hakim, dokter, insinyur tapi
mereka semua pergi ke universitas dan fakultas pendidikan. Lulus dari sana,
mereka sangat pintar, sangat talented dan mereka jadi guru di sekolah-sekolah ini,
anak-anak muncul dan jadi sukses karena gurunya sangat dedicated, berkurban
sendiri, sangat dididik bagus, mereka lulus dari universitas yang derajatnya tinggi
tapi jadi guru. Nah waktu itu ada beberapa masalah pada kaluarga-keluarga
mereka tidak setuju karena anaknya pintar bisa jadi hakim, gubernur dan bisa jadi
apa-apa, karena jabatan tersebut di Turki berasal dari universitas dan bukan
dipilih. Anak saya lebih pintar e… waktu itu guru tidak populer e..gajinya tidak
tinggi dan keluarganya tidak suka. Tapi mereka percaya pada Hodjaefendi dan
ikut pikiran-pikirannya, anak-anak dulu yang ikut kemudian keluarganya Nanti
Hodjaefendi tapi dia selalu hidupnya sederhana tidak punya target harta, tahta dan
wanita.Mereka lihat selama 50 tahun atau 60 tahun begitu, jadi masyarakat
percaya.Mereka lalu berlomba-lomba di Turki untuk membuka sekolah-sekolah di
Izmir dan di Istanbul.Mayarakat yang terinspirasi dari Fethullah Gülen, kami
sebut orang Hizmet.
Hizmet di mulai dari Izmir, nanti selama sepuluh hingga lima belas tahun
menyebar hingga ke seluruh Turki. Karena kenapa mungkin mereka lihat, ikhlas
di apa.. Hizmet ini e… ada orang-orang pengusaha hidupnya seperti Sahabat Abu
Bakar atau Abdurrahman bin Auf, sangat berkurban sendiri bukan dengan Zakat
atau sedekah aja, 50 persen sampai 60 persen misalnya. Nanti orang e..pendidikan
juga berkurban sendiri e.. dua-duanya ikhlas dan masyarakat percaya
Alhamdulillah. Sekarang ada ribuan sekolah di Turki dan ribuan sekolah di luar
negeri. Tapi Hodjaefendi minta dari pengikutnya tolong hidup untuk
menghidupkan orang lain, kalau jadi sukses tolong jangan bilang saya yang
melakukan, kesuksesan datang dari Allah, kami e..kita kerja aja. Hodjaefendi
mendorong orang Hizmet kerja begitu dan dia juga bilang semua harus legal, buka
yayasan, buka sekolah dan asrama.Salah satu syarat yang besar adalah ikut
undang-undang negara apapun anda hidup, tidak punya undang-undang sendiri.
Artinya Hizmet di seluruh dunia adalah legal karena itu pemerintah dan
masyarakat dari Jepang sampai Amerika dan Rusia sampai Afrika Selatan suka
orang Hizmet seperti saudara, walaupun misalnya agamanya beda mereka suka
seperti teman, gimana..karena orang Hizmet jujur, tertib, bersih, akhlakul
karimah. Semua suka ini, orang Budha suka, Hindu juga suka, orang Kristen juga
suka karena ini nilai-nilai yang diperlukan oleh semua, ini perlu semua. Begitu…
5. Apakah ada tulisan-tulisan Fethullah Gülen hingga tahun 1976?
Hodjaefendi tulis puisi-puisi dan makalah-makalah di majalah aja dan
bukan buku.Saya tidak tahu semua… mungkin ada di dalam websitenya
Hodjaefendi. Salah satunya ada di majalah Gurbet, isinya tentang kami di dalam
kerinduan akan surga, karena kita dulu tinggal di surga dekat dengan Allah dan
sekarang di dunia, jauh dari Allah. Ada sebuah tulisannya Hodjaefendi yang
berjudul “ke surga kita yang hilang” berdasarkan kisah Adam yang berasal dari
Surga. Kita sekarang berada di apa..e… di pengasingan karena surga adalah
tempat kita yang sebenarnya.
Jakarta, 24 Juni 2015
Narasumber
LAMPIRAN VII
Tulisan Fethullah Gülen dalam majalah Gurbet (Kerinduan) pada tahun 1966.
Sumber: http://tr.fgulen.com/images/article/a13125.jpg
top related