perbedaan minat membuat perencanaan keuangan...
Post on 31-Mar-2019
252 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN MINAT MEMBUAT PERENCANAAN KEUANGAN SYARIAH
BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN
STATUS MARITAL WANITA KARIR
(Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
MEGA RESTI WULANDARI
NIM : 107046102150
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Ciputat, 17 Agustus 2011 M
17 Ramadhan 1432 H
Mega Resti Wulandari
ABSTRAK
“Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah
Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada
Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)”. Strata satu (S1) Konsentrasi
Perbankan Syariah Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat dalam
membuat perencanaan keuangan syariah oleh wanita karir yang bekerja pada instansi
pemerintah daerah Kota Palangkaraya berdasarkan status marital dan tingkat
pendidikannya.
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan minat dalam
membuat perencanaan keuangan syariah antara wanita karir yang sudah menikah
dengan wanita karir yang belum menikah. Wanita karir yang sudah menikah lebih
berminat untuk membuat perencanaan keuangan syariah dibandingkan wanita karir
yang belum menikah. Terdapat perbedaan minat membuat perencanaan keuangan
syariah pada tiap karakteristik tingkat pendidikan wanita karir. Semakin tinggi tingkat
pendidikan wanita karir, semakin besar minatnya dalam membuat perencanaan
keuangan syariah.
Key Word : Perbedaan Minat, Perencanaan Keuangan Syariah, Tingkat Pendidikan,
Status Marital, Wanita Karir
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Berdasarkan
Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada Instansi
Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)” sebagai bagian dari tugas akademis di
Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam semoga selalu
terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat
manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman
nanti.
Penulis menyadari bahwa terselesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan yang tidak
terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mencurahkan baktinnya kepada kami, selaku Mahasiswa Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Mu’min Rauf M.Ag,
selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan pengarahan dan
membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Iwan Prijono Pontjowinoto, MM, CFP selaku pembimbing skripsi yang
selalu dapat meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan
dan nasehat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya
kepada penulis selama di bangku kuliah.
5. Wanita karir yang bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya
yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi yang
penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Rasa Ta’zim dan terima kasih yang tak terhingga kepada ibu dan bapak tercinta
yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik,
perhatian serta cinta dan kasih sayang yang tak pernah habis. Setiap untaian do’a
yang beliau panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani
hidup dan mencapai masa depan.
7. Keluargaku tercinta dan tersayang, Mbak Elsye, Mbak Arie, Mas Aam, Mas Budi,
Chippa, dan Nayya yang telah banyak meluangkan waktunya untuk menemani
dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sepupuku Riska, Pretty
dan keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan menghiasi hari-hari
penulis dengan keceriaan, canda, dan tawa. Suster Dolly yang selalu menamani
iii
dan menjaga penulis di Rumah Sakit, di kampus maupun di rumah, suster yang
selalu memarahi pasiennya yang bandel ini kalau malas minum obat, suster yang
selalu ada di saat sehat maupun sakit. Terima kasih untuk semua cinta yang kalian
berikan.
8. GCku tersayang: williboi, dotty, cindai, nyaiboi, Idhaho. Temen-temen kosan
Krustee Crab: Vna, Memsky, Mbak Syifa yang selalu berbagi dalam suka dan
duka, yang setia mendengarkan keluh kesah penulis dan selalu siap membantu
penulis ketika dalam kesulitan, selalu memberikan kebersamaan, canda tawa yang
akan selalu berbekas di hatiku dan akan selalu kurindukan. Teman-teman
Perbankan Syariah angkatan 2007 khususnya kelas B, terima kasih atas do’a dan
semangat yang diberikan kepada penulis.
Semoga amal dan jasa yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima
disisi Allah SWT dan dibalas-Nya dengan pahala yang berlimpah. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
umumnya.
Jakarta, 17 Agustus 2011 M
17 Ramadhan 1432 H
Mega Resti Wulandari
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8
D. Review Studi Terdahulu ................................................................ 9
E. Kerangka Berpikir ........................................................................ 14
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Minat Perencanaan Keuangan ....................................................... 19
B. Perencanaan Keuangan Syariah .................................................... 21
1. Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan
Syariah .................................................................................... 23
2. Hal-hal Utama dalam Perencanaan Keuangan Syariah ........... 35
3. Tahapan Proses Perencanaan Keuangan ................................. 36
4. Mengelola Kekayaan ............................................................... 39
v
C. Tingkat Pendidikan dan Status Marital ........................................ 40
1. Tingkat Pendidikan ............................................................... 40
2. Status Marital .......................................................................... 43
D. Wanita Karir dan Ciri Wanita Karir ............................................. 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 46
1. Pendekatan Penelitian ............................................................. 46
2. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 47
B. Populasi dan Sampel .................................................................... 47
1. Populasi ................................................................................. 47
2. Sampel ................................................................................... 47
3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 48
C. Pengumpulan Data ........................................................................ 50
1. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 50
2. Teknik Uji Instrumen Penelitian ........................................... 51
3. Teknik Analisa Data .............................................................. 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 53
1. Landasan Syariah .................................................................. 53
2. Kebutuhan Hidup .................................................................. 55
3. Siklus Hidup .......................................................................... 56
4. Kenyataan Hidup ................................................................... 58
vi
5. Dunia Keuangan .................................................................... 59
B. Gambaran Umum Responden ...................................................... 61
1. Responden Berdasarkan Usia ................................................ 61
2. Responden Berdasarkan Status Marital ................................. 62
3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........................ 63
C. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Secara Teori ................ 64
D. Analisis Data ................................................................................ 65
1. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut
Landasan Syariah .................................................................. 66
2. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut
Kebutuhan Hidup .................................................................. 81
3. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Siklus
Hidup ..................................................................................... 94
4. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut
Kenyataan Hidup ................................................................... 106
5. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Dunia
Keuangan ............................................................................... 118
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 132
B. Saran .............................................................................................. 133
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 135
LAMPIRAN ........................................................................................................ 138
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kesimpulan Review Terdahulu ............................................... 12
Tabel 2.1 Perubahan Kondisi Ekonomi terhadap Keputusan Keuangan . 31
Tabel 3.1 Daftar Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya ........... 49
Tabel 3.2 Format Respon Wanita Karier untuk Pernyataan Positif ......... 51
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Landasan
Syariah ...................................................................................... 54
Tabel 4.2 Reliability Statistics Dimensi Landasan Syariah ..................... 54
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kebutuhan
Hidup ........................................................................................ 55
Tabel 4.4 Reliability Statistics Dimensi Kebutuhan Hidup ..................... 56
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Siklus
Hidup ....................................................................................... 57
Tabel 4.6 Reliability Statistics Dimensi Siklus Hidup ............................. 57
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kenyataan
Hidup ....................................................................................... 58
Tabel 4.8 Reliability Statistics Dimensi Kenyataan Hidup ...................... 59
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Dunia
Keuangan ................................................................................. 60
Tabel 4.10 Reliability Statistics Dimensi Dunia Keuangan ....................... 60
viii
Tabel 4.11 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ...................................... 61
Tabel 4.12 Jumlah Responden Berdasarkan Status Marital ...................... 62
Tabel 4.13 Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............. 63
Tabel 4.14 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Status
Marital Wanita Karir ................................................................ 65
Tabel 4.15 Mengetahui dengan Jelas Perintah Allah untuk Berzakat ....... 66
Tabel 4.16 Setiap Penghasilan yang Diperoleh telah Dikeluarkan
Zakatnya .................................................................................. 67
Tabel 4.17 Mengetahui Perintah Allah untuk tidak Hidup Berlebih-
lebihan ...................................................................................... 69
Tabel 4.18 Hanya Membelanjakan Uang Saya pada Hal-hal yang tidak
Bertentangan dengan Syariah Islam ........................................ 70
Tabel 4.19 Dengan Hidup Sederhana Berarti telah Melakukan
Perencanaan Keuangan yang Sesuai Syariah .......................... 72
Tabel 4.20 Mengetahui Pentingnya Merencanakan Keuangan ................. 73
Tabel 4.21 Tertarik Berinvestasi pada Produk Keuangan Syariah karena
Mengetahui dengan Jelas Perintah Allah SWT untuk
Melakukan Perencanaan Termasuk dalam Merencanakan
Keuangan ................................................................................. 75
Tabel 4.22 Hanya Berminat Berinvestasi pada Hal-hal yang tidak
Bertentangan dengan Syariat Islam ......................................... 77
ix
Tabel 4.23 Tertarik Menabung di Bank Syariah karena Menabung adalah
Salah Satu Cara untuk Hidup Hemat ....................................... 78
Tabel 4.24 Tertarik Berinvestasi di Bank Syariah karena Bank Syariah
Jauh dari Unsur Riba ............................................................... 80
Tabel 4.25 Hanya Membeli Hal-hal yang Memang Benar-benar
Dibutuhkan .............................................................................. 81
Tabel 4.26 Tidak Menyukai Gaya Hidup Berlebihan, maka Kelebihan
Dana Biasanya Ditempatkan pada Produk Tabungan Syariah 83
Tabel 4.27 Menabung di Bank Syariah agar Memiliki Kemudahan dalam
Bertransaksi ............................................................................. 84
Tabel 4.28 Untuk Kebutuhan tidak Terduga Menyisihkan Dana Darurat
yang Diinvestasikan pada Bank Syariah .................................. 86
Tabel 4.29 Tertarik Menggunakan Produk Tabungan Haji di Bank
Syariah untuk Memenuhi Rencana Naik Haji ......................... 87
Tabel 4.30 Tertarik Menabung di Bank Syariah untuk Berjaga-jaga
apabila ada Keluarga yang Sakit .............................................. 89
Tabel 4.31 Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Asuransi Syariah
untuk Keperluan Proteksi Diri ................................................. 90
Tabel 4.32 Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah
untuk Biaya Hidup di Hari Tua Nanti ...................................... 92
Tabel 4.33 Tertarik Berinvestasi di Pasar Uang Syariah untuk
Mendapatkan Gaya Hidup yang Layak Nantinya .................... 93
x
Tabel 4.34 Suka Menabung ....................................................................... 94
Tabel 4.35 Tertarik Menabung di Bank Syariah karena Mengetahui
Pentingnya Menabung Sejak Kecil .......................................... 96
Tabel 4.36 Tertarik Menggunakan Tabungan Syariah Sejak Pertama
Bekerja untuk Membantu Merencanakan Keuangan ............... 97
Tabel 4.37 Menabung di Bank Syariah untuk Meminimalisasi Resiko
yang Timbul di Masa Mendatang ............................................ 98
Tabel 4.38 Mengikuti Program Asuransi Syariah untuk Melindungi dari
Kerugian di Masa Mendatang .................................................. 100
Tabel 4.39 Mempersiapkan Dana Pendidikan saat Memiliki Anak agar
Pendidikannya Terjamin .......................................................... 101
Tabel 4.40 Menempatkan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah untuk
Mempertahankan Gaya Hidup yang Layak di Hari Tua Nanti . 103
Tabel 4.41 Perencanaan Warisan Secara Syariah Penting Dimiliki saat
Berkeluarga .............................................................................. 104
Tabel 4.42 Merencanakan Keuangan dengan Lebih Matang untuk
Menghindari Resiko saat Terkena PHK .................................. 106
Tabel 4.43 Berinvestasi untuk Menghindari Naiknya Harga Barang-
barang di Masa yang akan Datang ........................................... 107
Tabel 4.44 Harga Barang yang Terus Meningkat, Menuntut Perhatian
Lebih pada Keuangan Pribadi dan Keluarga ........................... 109
xi
Tabel 4.45 Tidak Berminat Menempatkan Dana pada Sektor Keuangan
karena Imbal Hasil yang Rendah ............................................. 110
Tabel 4.46 Mengantisipasi Kenaikan Harga Bahan Pokok yang Terus
Meningkat dengan Mengatur Kembali Anggaran Belanja ...... 111
Tabel 4.47 Lebih Selektif Untuk Berinvestasi karena Krisis Ekonomi
yang Melanda Indonesia .......................................................... 113
Tabel 4.48 Lebih Memperhatikan Keuangan Pribadi karena Nilai Tukar
Rupiah atas Mata Uang Asing yang Fluktuatif ........................ 114
Tabel 4.49 Tertarik Berinvestasi pada Pasar Modal Syariah karena Imbal
Hasil Obligasi Syariah yang Tinggi ......................................... 115
Tabel 4.50 Tertarik Membuat Perencanaan Pendidikan Bagi Anak Saya
karena Biaya Pendidikan dari Tahun ke Tahun yang Terus
Meningkat ................................................................................ 117
Tabel 4.51 Tertarik untuk Berinvestasi karena Produk-produk Keuangan
Syariah yang Beragam ............................................................. 118
Tabel 4.52 Menabung karena Merupakan Salah Satu Cara untuk
Merencanakan Keuangan ......................................................... 120
Tabel 4.53 Berminat Memiliki Produk Asuransi karena Manfaatnya
Sangat Banyak ......................................................................... 122
Tabel 5.54 Tertarik Berinvestasi pada Komoditas Emas karena Harganya
terus Naik dari Waktu ke Waktu ............................................. 123
xii
Tabel 5.55 Tingkat Resiko yang Tinggi tidak Menjadi Penghalang untuk
Tetap Berinvestasi ................................................................... 125
Tabel 5.56 Tertarik Memiliki Tabungan di Bank Syariah karena
Aksesnya Mudah ..................................................................... 126
Tabel 5.57 Dunia Bisnis yang Semakin Modern Menuntut untuk
Menggunakan Salah Satu Layanan Perbankan Termasuk
Perbankan Syariah ................................................................... 127
Tabel 5.58 Tertarik Menyimpan Uang pada Produk Deposito Syariah
untuk Investasi Jangka Pendek ................................................ 129
Tabel 5.59 Tertarik Menempatkan Dana pada Reksadana Syariah untuk
Investasi Jangka Panjang ......................................................... 130
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Banyaknya PNS/CPNS Menurut Jenis Kelamin dan Golongan
Kepangkatan ............................................................................ 5
Gambar 1.2 Kerangka Berpikir ................................................................... 16
Gambar 2.1 Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan
Syariah ..................................................................................... 23
Gambar 4.1 Karakteristik Usia .................................................................... 61
Gambar 4.2 Karakteristik Status Marital ..................................................... 62
Gambar 4.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan ............................................ 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT memerintahkan kita untuk berbekal dalam menghadapi suatu
perjalanan atau suatu tindakan. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu
perbuatan atau tindakan itu haruslah dimulai dengan suatu perencanaan yang
konkrit, guna menghindari kekeliruan yang dapat merugikan. Dengan
perencanaan yang baik dan matang, maka diharapkan manusia dapat memperbaiki
kehidupannya di masa yang akan datang menjadi lebih baik.
Pada dasarnya, perencanaan keuangan adalah disiplin menajemen
kekayaan yang berlaku dengan kebutuhan unik dan keprihatinan individu masing-
masing.1 Secara sederhana, perencanaan keuangan didefinisikan sebagai suatu
proses untuk mencapai tujuan hidup melalui pengaturan keuangan yang sesuai.2
Financial Planning can be defined as the careful preparation and coordination
of plans necessary to prepare for future financial needs and goals. It is not
investment analisys. It involves mapping strategies to achieve your defined
goals.3 Personal Financial Planning is the process of managing your money to
achieve personal economic satisfaction.4
1 Agustianto Mingka dan Lutfi T. Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, Jakarta,
MudaMapan Publishing, 2010, h.13. 2 Adler H. Manurung dan Lutfi T. Rizky. Successful Financial Planner a Complete Guide.
Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009, h.1. 3 Bertisch (1994) dalam Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan
Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Kristen Petra, 2009), h.57. 4 Jack R. Kapoor, dkk, Personal Finance Seventh Edition, New York, America, McGraw-Hill
Companies, 2004, h.4.
2
Perencanaan keuangan juga didefinisikan sebagai proses merencanakan
keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.5 Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses dalam merencanakan
keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi perencanaan, pemilihan
pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar dapat mencapai tujuan
jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Hakikatnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa
dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah
tidak hanya sekedar proses akuisisi dan pengumpulan kekayaan saja, tetapi
memiliki definisi yang luas berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifah
untuk memanfaatkan nikmat Allah SWT di muka bumi mengikuti aturan-aturan
syariah Islam.
Maka perencanaan keuangan syariah dapat didefinisikan sebagai proses
perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan,
pemilihan, serta pengelolaan kekayaan dan keuangan dalam kehidupan untuk
mencapai tujuan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang baik di dunia
maupun di akhirat.
Tujuan hidup manusia itu sendiri sangat beragam, misalnya membeli
mobil, rumah, tabungan pendidikan anak, asuransi jiwa, perencanaan dana
pensiun, dan lain-lain. Perencanaan keuangan merupakan salah satu solusi untuk
5 Safir Senduk. Seri Perencanaan Keuangan, Mengelola Keuangan Keluarga, Jakarta, PT.
Elex Media Komputindo, 2009, h.3.
3
memecahkan masalah keuangan seseorang. Dengan memaksimalkan dana dari
penghasilan kita setiap tahunnya untuk mencapai kemandirian secara finansial.
Perencanaan keuangan juga dapat membantu kita mengenal sejauh mana
tujuan finansial yang dibuat akan mempengaruhi aspek-aspek keuangan lainnya.6
Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai tujuan untuk memiliki sebuah rumah,
dengan membeli sebuah produk investasi yang memberikan hasil investasi yang
cukup tinggi, mungkin saja hasil investasinya dapat membantu orang tersebut
untuk melunasi cicilan pembiayaan rumahnya dengan lebih cepat. Jadi, dengan
melihat setiap tujuan keuangan sebagai suatu kesatuan, maka tujuan hidup jangka
pendek, menengah, maupun jangka panjang akan lebih tertata dengan baik.
Islam mengajarkan untuk selektif dalam membelanjakan harta. Dalam
pengeluaran, yang perlu diperhatikan seseorang adalah prioritas, bukan
berdasarkan keinginan, tetapi berdasarkan kebutuhan, baik itu jangka pendek,
menengah, maupun jangka panjang. Selain itu, pengeluaran juga harus
memperhatikan aspek keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Karena
untuk mencapai kehidupan akhirat yang baik, kita juga harus mempunyai
kehidupan dunia yang baik.7
Dewasa ini, banyak sekali produk-produk keuangan yang ditawarkan oleh
berbagai lembaga keuangan baik itu syariah maupun konvensional. Banyaknya
6 Manurung, Successful Financial Planner a Complete Guide, h.2.
7 Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan
Keluarga Perspektif Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Ciputat)”. (Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.3.
4
pilihan tersebut membuat seseorang harus melakukan perencanaan untuk dapat
mengetahui jenis dan produk mana yang memang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan agar seseorang tidak banyak menghamburkan uang karena membeli
produk yang salah.
Untuk bisa mengatur masalah keuangan keluarga, diperlukan pengetahuan
yang baik mengenai seluk beluk masalah keuangan pribadi (self finance) maupun
keuangan keluarga (family finance). Wanita umumnya memiliki perhatian yang
lebih terhadap dirinya maupun keluarganya terutama dalam masalah keuangan.
Sebuah studi di Amerika Serikat menguak fakta bahwa rasio perempuan menikah
yang memiliki kontrol atas pembelian rumah tangga jumlahnya 2:1. Bahkan lebih
dari 80% konsumsi rumah tangga dibuat oleh perempuan. Perempuan bukan
hanya meningkatkan angka belanja, tetapi juga angka penghasilan. Data statistik
menyebutkan 60 persen dari 85,4 juta tenaga kerja di sektor UKM adalah
perempuan.8
Dari kutipan yang ditulis oleh Ubaidillah Nugraha dari a women financial
converence, March 2005, held by American University of Paris, menyatakan
bahwa, “60% keputusan keuangan keluarga dilakukan oleh wanita. Tetapi hanya
12% perempuan bertanggung jawab untuk perencanaan uang mereka. Sedangkan
rata-rata wanita hidup lebih lama dibandingkan laki-laki, karena itu wanita
8 Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam sambutan Peringatan Hari Ibu ke-80 dan
Perancangan Tahun Indonesia Kreatif 2009 di Jakarta Convention Centre, Senin 22 Desember 2008.
5
membutuhkan 20% lebih banyak uang untuk pensiun daripada laki-laki. Dan
hampir 25% bangkrut dalam waktu 2 tahun setelah pasangan meninggal dunia.”9
Penulis memilih lokasi penelitian di Palangkaraya yang merupakan
ibukota Propinsi Kalimantan Tengah. Mayoritas masyarakat di Kota
Palangkaraya berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan jumlah 6.145
pegawai.10
Di Palangkaraya, terdapat 2 (dua) Bank Umum Syariah, yaitu Bank
Muamalat, Tbk dan Bank Syariah Mandiri dan 3 (tiga) Baitul Maal Wat Tamwil,
yaitu BMT Kubu Sejahtera, BMT Attoybah, dan BMT Aisyiah sehingga
memungkinkan masyarakat di Palangkaraya mempunyai pengetahuan yang baik
mengenai perencanaan keuangan secara syariah.
Gambar 1.1
Banyaknya PNS/CPNS Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Kepangkatan
Sumber: Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Palangkaraya
Wanita karir yang menjadi objek penelitian penulis adalah Pegawai Negeri
Sipil yang bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya. Wanita
9 Ubaidillah Nugraha, Wealth Management, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.
14. 10
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan dalam Kota Palangkaraya dalam Angka,
Badan Pusat Statistik Kota Palangkaraya, 2009, h. 29.
6
yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil juga tergolong sebagai wanita karir
karena mereka bekerja, memiliki jabatan, sehingga memiliki kemajuan dalam hal
pekerjaan. Mereka bekerja menggunakan keahlian tertentu yang diperoleh dari
bangku sekolah maupun bangku kuliah. Sebelumnya belum ada penelitian
mengenai minat membuat perencanaan keuangan syariah pada wanita karir
khususnya yang bekerja di Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya.
Dengan mengetahui bagaimana minat wanita karir di Palangkaraya dalam
membuat perencanaan keuangan syariah, maka akan diperoleh gambaran umum
perekonomian wanita karir terutama mengenai tujuan hidup mereka serta
bagaimana cara mereka mewujudkan tujuan tersebut. Tingkat pendidikan serta
status marital yang berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan ketertarikan
wanita karir pada perencanaan keuangan syariah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang akan dibuat dalam bentuk skripsi dengan judul “Perbedaan
Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Berdasarkan Tingkat
Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir (Studi pada Instansi
Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya).”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya penelitian sehingga lebih terarah pada
minat membuat perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat
7
pendidikan dan status marital wanita karir, pada penelitian ini penulis
membatasi masalah pada bagaimana minat seseorang dalam membuat
perencanaan keuangan syariah berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan
dan status maritalnya secara teori untuk kemudian dibandingkan dengan minat
wanita karir yang bekerja pada Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya dalam
dalam menempatkan dananya pada instrumen keuangan syariah menurut
tingkat pendidikan dan status marital wanita karir tersebut. Instrumen
keuangan syariah yang dimaksud meliputi produk tabungan, iB deposito, iB
tabungan perencanaan seperti iB tabungan pendidikan, iB tabungan Haji dan
Umrah, iB Pensiun, dan instrumen unit link syariah. Area penelitian yaitu
pada instansi-instansi pemerintah Daerah Kota Palangkaraya dengan alasan
bahwa wanita karir tersebut telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
instrumen keuangan syariah. Adapun wanita karir yang dimaksud adalah
wanita karir Muslim yang bekerja pada Dinas Pemerintah Daerah Kota
Palangkaraya dengan kharakteristik tingkat pendidikan SMA, Diploma 3, S1,
dan S2, serta status marital belum menikah dan sudah menikah.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa pokok masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana secara teori minat perencanaan keuangan syariah berdasarkan
tingkat pendidikan dan status marital seseorang?
8
b. Bagaimana minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan
berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana secara teori pengaruh tingkat pendidikan
dan status marital seseorang terhadap minat membuat perencanaan
keuangan syariah, serta
b. Bagaimana minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan
syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya.
2. Manfaat Penelitian
a. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang
permasalahan ekonomi dan keuangan syariah dalam hal ini yang berkaitan
dengan perencanaan keuangan syariah pada wanita karir, khususnya yang
bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya.
b. Sebagai bahan masukan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
tentang perencanaan keuangan syariah.
c. Sebagai gambaran perekonomian wanita karir di Palangkaraya dalam
merencanakan keuangannya.
9
D. Review Studi Terdahulu
Penelitian tentang perencanaan keuangan telah banyak dilakukan di
masyarakat, di antaranya yaitu:
1. Skripsi Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam
Perencanaan Keuangan Keluarga Perspektif Islam (Studi Pada Masyarakat
Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat)” tahun 2010. Membahas tentang
pemahaman masyarakat Kecamatan Ciputat Kelurahan Cempaka Putih
tentang instrumen keuangan, perencanaan keuangan, dan hubungannya
dengan tingkat kesadaran masyarakatnya dalam melakukan perencanaan
keuangan dengan mengalokasikan dananya pada berbagai instrumen keuangan
syariah. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa tingkat pemahaman
masyarakat Kecamatan Ciputat Kelurahan Cempaka Putih tentang instrumen
keuangan, perencanaan keuangan, dan hubungannya dengan tingkat kesadaran
masyarakatnya dalam melakukan perencanaan keuangan dengan
mengalokasikan dananya pada instrumen keuangan syariah tergolong tinggi.11
2. Jurnal Penelitian yang ditulis oleh Yohnson. “Peran Universitas di Surabaya
dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya (Seri Penelitian
Keuangan Keluarga)” tahun 2009. Kesimpulan dari penulisan ini adalah
impian setiap keluarga adalah menjadi keluarga yang mapan. Untuk mencapai
impian tersebut setiap keluarga harus mau memulai untuk merencanakan
11
Rahmawati Dian Pratiwi. “Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan Keuangan
Keluarga Perspektif Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan Cempaka Putih Ciputat)”. (Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
10
keuangannya sejak dini. Perencanaan keuangan yang baik harus dilakukan
dengan pandangan tentang perencanaan keuangan yang benar (money-saving
mindset) dan menaruh uang dengan tepat baik dalam bentuk investasi,
proteksi dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan keluarga. Di sini diperlukan
peranan universitas di Surabaya dalam memberikan pelatihan perencanaan
keuangan yang tepat sehingga dapat dicapai hasil yang maksimal dari
perencanaan keuangan yang dibuat oleh keluarga di Surabaya.12
3. Skripsi yang ditulis oleh Meilyanti Tanoto dan Henny Gunawan. “Analisis
Perbedaan Minat Membuat Perencanaan Keuangan Keluarga Menurut
Karakteristik Keluarga di Surabaya” tahun 2004. Dari hasil penelitian
keuangan keluarga yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi minat perencanaan keuangan keluarga adalah faktor
pendidikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga di
Surabaya yang sudah mengenyam pendidikan tinggi setara S1 lebih berminat
melakukan perencanaan keuangan keluarga dibandingkan dengan pendidikan
menengah setara SMU, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor pendidikan
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan minat perencanaan
keuangan keluarga.13
12
Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan
di Surabaya (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen
Petra, 2009). 13
Meilyanti Tanoto dan Henny Gunawan. “Analisis perbedaan minat membuat perencanaan
keuangan keluarga menurut karakteristik keluarga di Surabaya.” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi,
Universitas Kristen Petra, Surabaya 2004).
11
4. “The Impact of Financial Literacy Education on Subsequent Financial
Behavior” oleh Lewis Mandell dan Linda Schmid Klein tahun 2009. Jurnal ini
membahas tentang perbedaan Siswa Menengah Atas yang mengikuti kursus
manajemen dengan yang tidak mengikuti kursus dalam aplikasi perencanaan
keuangan pribadinya. Populasi berjumlah 400 orang dan sampel yang diambil
sebanyak 79 orang dengan menggunakan alat uji regresi. Hasilnya tidak
terdapat perbedaan dampak dari kursus secara signifikan, karena responden
yang mengikuti kursus tidak lebih sadar untuk menabung dibandingkan
dengan responden yang tidak mengikuti kursus.14
5. “The Effectiveness of Youth Financial Education”: A Review of the Literature
oleh Martha Henn McCormick, 2009. Jurnal ini membahas tentang efektifitas
pendidikan pada usia remaja karena remaja paling sering merasakan dampak
kompleksitas keuangan keluarga. Oleh karena itu, sejak dini remaja harus
mempelajari tentang pengelolaan keuangan pribadi. Studi ini berusaha
menggambarkan pendidikan keuangan pada generasi muda saat ini dan
memberikan arah ke depannya. Pengelolaan keuangan pribadi harus
diterapkan mulai anak usia sekolah agar ketika dewasa dapat membuat
keputusan finansial yang tepat.15
14
Lewis Mandell, The Impact of Financial Literacy Education on Subsequent Financial
Behavior, 2009. 15
Martha Henn McCormick, The Effectiveness of Youth Financial Education, Journal of
Financial and Counselling Planning, Vol. 20, Issuue 1, 2009.
12
Tabel 1.1
Kesimpulan Review Terdahulu
N
o
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti Populasi Sampel
Alat
Statistik Tahun Hasil Temuan
1. Tingkat
Kesadaran
Masyarakat
dalam
Perencanaan
Keuangan
Keluarga
Perspektif
Ekonomi
Islam (Studi
pada
Masyarakat
Kelurahan
Cempaka
Putih, Ciputat)
Rahmawati
Dian
Pratiwi
4.573 187 Analisis
Deskriptif
2010 Pengetahuan,
pemahaman, dan
aplikasi
masyarakat
Cempaka Putih,
Ciputat pada
instrumen
keuangan syariah
tergolong tinggi
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
masyarakat
Cempaka Putih
telah sadar akan
pentingnya
perencanaan
keuangan syariah
Perbedaan Penelitian tersebut membahas tentang tingkat kesadaran masyarakat yang
berdomisili di Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat akan perencanaan keuangan
syariah sedangkan penelitian yang dilakukan penulis hanya fokus perbedaan
secara teori dan keyataan di lapangan mengenai minat wanita karir terhadap
perencanaan keuangan syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital
wanita karir tersebut.
2. Peran
Universitas di
Surabaya
dalam
Meningkatkan
Jumlah
Keluarga
Mapan di
Surabaya (Seri
Penelitian
Yohnson - - - 2009 Universitas
memiliki peran
yang sangat penting
dalam memberikan
pelatihan
perencanaan
keuangan yang
benar untuk
mendukung
mensejahterakan
13
Keuangan
Keluarga)
masyarakat dalam
pengelolaan
keuangannya
Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Yohnson terfokus pada peran universitas dalam
memberikan pelatihan perencanaan keuangan keluarga dan pemberian financial
planner karena universitas adalah salah satu pusat studi bagi masyarakat. Ternyata
peran tersebut sangat besar pengaruhnya untuk mendukung kesejahteraan
masyarakat. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan masalahnya terletak pada
ada atau tidaknya perbedaan minat wanita karir dalam membuat perencanaan
keuangan syariah secara teori dan praktek ditinjau dari karakteristik tingkat
pendidikan dan status marital wanita karir yang beragam
3. Analisis
Perbedaan
Minat
Membuat
Perencanaan
Keuangan
Keluarga
Menurut
Karakteristik
Keluarga di
Surabaya
Meilyanti
Tanoto dan
Henny
Gunawan
225.302 303 Uji t-test
dan Chi
Square
2004 Ibu rumah tangga
S1 lebih
memikirkan untuk
merencanakan
keuangan keluarga
mereka dibanding
ibu rumah tangga
SMU
Perbedaan Objek penelitan tersebut adalah ibu rumah tangga dengan karakteristik pendidikan
S1 dan SMA sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil objek
wanita karir dengan karakteristik tingkat pendidikan (SMA, Diploma, S1, dan S2)
dan status marital (belum menikah dan sudah menikah). Selain itu penelitian di
atas dilakukan di Surabaya, sedangkan penulis memilih area penelitian di
Palangkaraya. Perbedaan selanjutnya terletak pada minat membuat perencanaan
keuangan, untuk penelitian yang dilakukan Meilyanti dan Henny hanya pada
minat membuat perencanaan keuangan biasa, sedangkan penulis lebih terarah
kepada minat membuat perencanaan keuangan syariah. Alat uji statistik yang
digunakan juga berbeda. Penelitian sebelumnya menggunakan uji t-test dan Chi
Square, sedangkan penulis menggunakan analisa deskriptif
4. The Impact of
Financial
Literacy
Education on
Lewis
Mandell
dan Linda
Schmid
400 79 Regresi 2009 Tidak ada
perbedaan dampak
dari kursus
keuangan secara
14
Subsequent
Financial
Behavior
Klein signifikan, karena
yang mengikuti
kursus tidak lebih
sadar dan lebih
ingin menabung
dibandingkan
dengan yang tidak
mengikuti kursus
Perbedaan Perbedaannya terletak pada alat uji statistik yang digunakan. Penelitian yang
dilakukan oleh Lewis Mandell menggunakan uji regresi, sedangkan penulis
menggunakan uji deskriptif-analisis. Selain itu masalah yang diangkat di atas
mengacu pada beda kesadaran orang yang mengikuti kursus dengan yang tidak
mengikuti kursus dalam menabung, sedangkan penulis mengangkat masalah beda
minat membuat perencanaan keuangan syariah oleh wanita karir berdasarkan
tingkat pendidikan dan status maritalnya secara teori dan praktek.
5. The
Effectiveness
of Youth
Financial
Education: A
Review of the
Literature
Martha
Henn
McCormick
- - - 2009 Pengelolaan
keuangan pribadi
harus diterapkan
mulai anak usia
sekolah agar ketika
dewasa dapat
membuat keputusan
finansial yang tepat
Perbedaan Penelitian yang dilakukan oleh Martha mengacu pada pendidikan keuangan
remaja saat ini serta memberikan arah ke depannya. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh penulis memilih objek wanita karir yang telah mandiri secara
finansial serta dapat membuat keputusan keuangan mereka sendiri untuk
kemudian dikaji perbedaan minat wanita karir tersebut dalam menempatkan
income yang diperolehnya pada instrumen keuangan syariah
E. Kerangka Pemikiran
Untuk memudahkan penulis dalam menyelesaikan masalah pada
penelitian ini, langkah pertama adalah mengobservasi masalah, kemudian
membuat perumusan dari permasalahan tersebut serta penentuan metode dan
15
teknis analisis data. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, maka diperlukan adanya pengumpulan data. Data yang penulis
kumpulkan merupakan data kuantitatif dengan media berupa kuesioner atau
angket untuk mengetahui minat membuat perencanaan keuangan syariah pada
wanita karir yang bekerja pada instansi pemerintah daerah Kota Palangkaraya.
Kemudian diuji validitas dan reliabilitas dari angket yang diisi oleh para
responden terpilih dan data yang diambil dipersentasekan untuk memperoleh
gambaran bagaimana minat wanita karir dalam membuat perencanaan keuangan
syariah berdasarkan tingkat pendidikan dan status maritalnya.
Setelah hasilnya diketahui, penulis akan menarik kesimpulan dan
memberikan saran baik untuk penulis sendiri, maupun untuk peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perencanaan keuangan syariah.
16
Selesai
Analisis
Data
Interpretasi Output:
Menarik
Kesimpulan dan
Memberikan Saran
Gambar 1.2
Kerangka Pemikiran
Uji Kualitas Data:
Uji Validitas dan
Reliabilitas
Mulai Observasi Masalah
Perumusan Masalah
Penentuan Metode
dan Teknis Analisis
data
Pengumpulan Data
Data Kuantitatif:
Kuesioner
17
F. Sistematika Penulisan
Dalam hal penulisan, penulis mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” tahun
2007.
Bahasan-bahasan dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan dari tiap
bab tersebut terdiri dari sub bab dengan penjelasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi
terdahulu, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini, penulis membahas tentang kerangka teori yang bersifat
umum, yaitu minat membuat perencanaan keuangan, perencanaan
keuangan syariah, tingkat pendidikan dan status marital, serta wanita
karir dan ciri wanita karir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu jenis penelitian, subjek
penelitian, pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah dan sub rumusan
masalah, untuk itu perlu dilakukan pembahasan penelitian dengan
pembagian sebagai berikut: uji validitas dan reliabilitas, gambaran
18
umum responden, teori minat perencanaan berdasarkan tingkat
pendidikan dan status marital seseorang, serta uraian, deskripsi, dan
analisis data mengenai minat membuat perencanaan keuangan syariah
berdasarkan tingkat pendidikan dan status marital wanita karir.
BAB V PENUTUP
Bab ini meliputi kesimpulan dan saran.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Minat Membuat Perencanaan Keuangan
Dalam kamus psikologi, minat diartikan sebagai perasaan yang
menyatakan bahwa suatu aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga atau berarti
bagi individu dan suatu keadaan motivasi yang menuntun tingkah laku menuju
satu arah atau sasaran tertentu. Menurut Gregory (1992), “interest is a preference
for particular ideas, activities, and objects; value involves the importance or
worth attached to those ideas, activities and objects”.1
Menurut Winkel (1986), minat adalah ”Kecenderungan yang menetap
dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa
senang berkecimpung dalam bidang itu”.2 Walgito (1985) mengatakan bahwa
perhatian seseorang terhadap suatu aktivitas ini juga disertai keinginan untuk
mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut tentang sesuatu
itu. Dan menurut pendapat dari Mappiare (1983) bagi seseorang yang memiliki
minat yang kuat terhadap sesuatu namun tidak berhasil melaksanakan atau
1 Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga Mapan
di Surabaya (Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen
Petra, 2009), h.60. 2 Ibid, h. 60.
20
mendapatkan minat tersebut maka besar kemungkinan seseorang tersebut merasa
kekecewaan yang besar.3
Menurut Syaiful B. Djamarah, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas secara konsisten tanpa ada yang
menyuruh.4 Sedangkan menurut Hurlock, minat merupakan sumber motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan apa yang diinginkan bila bebas memilih.
Minat adalah kecenderunagan yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang-
bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.5
Sedangkan Suryabrata menyatakan bahwa minat adalah sebagai pemusat
tenaga psikis yang tertuju pada suatu objek yang meliputi banyak sedikitnya
kesadaran yang menyertai suatu kegiatan yang dilakukannya, di mana disertai
dengan perasaan senang atau tidak senang individu terhadap suatu objek atau
situasi tertentu.6
Pendapat lain disampaikan oleh Muhibbin Syah yang mengartikan minat
sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.7
3 Ibid, h. 60.
4 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 23.
5 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 32.
6 Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.
45.
7 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h. 35.
21
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia membuat adalah menciptakan,
menjadikan, menghasilkan, melakukan, mengerjakan, menggunakan,
menyebabkan dan mendatangkan.8
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat membuat
perencanaan keuangan adalah ketertarikan atau perasaan suka yang dimiliki
seseorang terhadap perencanaan keuangan yang mendorong seseorang untuk
mengetahui, mempelajari lebih dalam, dan melakukannya.
B. Perencanaan Keuangan Syariah
Perencanaan keuangan adalah disiplin menajemen kekayaan yang berlaku
dengan kebutuhan unik dan keprihatinan individu masing-masing.9 Secara
sederhana, perencanaan keuangan didefinisikan sebagai suatu proses untuk
mencapai tujuan hidup melalui pengaturan keuangan yang sesuai.10
Financial Planning can be defined as the careful preparation and coordination
of plans necessary to prepare for future financial needs and goals. It is not
investment analisys. It involves mapping strategies to achieve your defined
goals.11
Personal Financial Planning is the process of managing your money to
achieve personal economic satisfaction.12
8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4, (Jakarta, PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 213. 9 Agustianto Mingka dan Lutfi Trisandi Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah,
(Jakarta, Muda Mapan Publishing, 2010), h.13. 10
Ibid., h.1 11
Bertisch (1994) dalam Yohnshon, Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan
Jumlah Keluarga Mapan di Surabaya, h.57. 12
Jack R. Kapoor, Personal Finance Seventh Edition, ( New York, America: McGraw-Hill
Companies, 2004), h.4.
22
Perencanaan keuangan juga didefinisikan sebagai proses merencanakan
keuangan untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.13
Jadi, perencanaan keuangan adalah suatu proses dalam merencanakan
keuangan pribadi untuk dapat memberikan solusi perencanaan, pemilihan
pengelolaan keuangan, kekayaan atau investasi agar dapat mencapai tujuan
jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.
Hakikatnya, tidak ada perbedaan antara perencanaan keuangan biasa
dengan perencanaan keuangan syariah. Namun, perencanaan keuangan syariah
tidak hanya sekedar proses akuisisi dan pengumpulan kekayaan saja, tetapi
memiliki definisi yang luas berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifah
untuk memanfaatkan nikmat Allah SWT di muka bumi mengikuti aturan-aturan
syariah Islam.
Maka perencanaan keuangan syariah dapat didefinisikan sebagai proses
perancangan suatu kehidupan yang lebih baik dengan melakukan perencanaan,
pemilihan, serta pengelolaan kekayaan dan keuangan dalam kehidupan untuk
mencapai tujuan hidup jangka pendek, menengah, dan panjang baik di dunia
maupun di akhirat.
Perencanaan keuangan syariah membantu seseorang untuk mendapatkan
gambaran apa yang benar-benar diinginkan di dalam ataupun di luar setiap
tahapan kehidupan, melindungi aset-aset yang dimiliki, mempergunakan utang
13
Safir Senduk. Seri Perencanaan Keuangan, Mengelola Keuangan Keluarga, (Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2009), h.3.
23
secara hati-hati, melakukan manajemen risiko dan melatih seseorang untuk
mengatur risiko investasi dengan baik, menentukan asuransi perlindungan yang
tepat baik untuk jiwa, kesehatan, dan harta kepemilikan, meningkatkan kekayaan,
serta mengontrol pengeluaran dan biaya-biaya.
1. Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah
Gambar 2.1
Hal-hal yang Berkaitan dengan Perencanaan Keuangan Syariah
a. Landasan Syariah
Allah SWT melalui firman-Nya dalam kitab suci (QS 02: 172).
Allah memerintahkan kepada semua orang yang beriman untuk hanya
mengambil yang thoyib (baik). Jika itu diwujudkan, Allah SWT akan
memberikan rezeki kepada mereka. Manusia juga diperintahkan untuk
bersyukur, berterima kasih kepada-Nya, dan hanya kepada-Nya mereka
Syariah
Kebutuhan
Hidup
Kenyataan
Siklus Hidup
Dunia Keuangan
Perencanaan
24
mengabdi. Maka, sebaik-baik manusia adalah mereka yang senantiasa
berzikir dan banyak-banyak mengingat Allah SWT. Melalui firman-Nya
dalan Kitab Suci (QS 62: 10), diperintahkan juga kepada manusia untuk
bertebaran di muka bumi setelah selesai menjalankan ibadah salat Jumat,
guna mencari fadhilah atau kelebihan dari Allah SWT.
Meskipun sesungguhnya manusia tidak akan memperoleh kecuali
apa yang diusahakannya, tetapi karena Allah Mahakarya dan Mahakuasa,
maka Dia dapat memberikan tambahan balasan kepada manusia sesuai
kehendak-Nya. Oleh karena itu, dalam Kitab Suci (QS 14:07), Allah
SWT telah menyampaikan bahwa jika manusia bersyukur atau berterima
kasih atas nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya, maka Dia akan
menambahkan nikmat-Nya. Namun, jika manusia mengingkari bahwa
nikmat itu berasal dari-Nya, sesungguhnya Allah SWT akan menurunkan
azab-Nya yang sangat pedih.
Di samping semata-mata hidup untuk mengabdi kepada Tuhan,
selalu ingat kepada-Nya, dan berterima kasih atas segala balasan-Nya,
manusia juga diingatkan untuk menggunakan rezeki yang diterimanya
untuk kebaikan. Dalam Kitab Suci (QS 24:22), telah diperingatkan
kepada orang-orang yang mempunyai fadhil (kelebihan) dan sa’at
(kelapangan) agar jangan bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi
bantuan kepada kerabatnya, kepada orang-orang miskin, maupun kepada
orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Bila orang-orang yang
25
mempunyai kelebihan dan kelapangan itu memberi bantuan, maka dosa
mereka akan diampuni. Allah SWT telah menegaskan bahwa Dia adalah
Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Jadi, kekayaan yang manusia terima sebenarnya adalah amanah
yang harus digunakan atau dinafkahkan sesuai dengan ketentuan-Nya
karena setiap manusia nantinya akan ditanya tentang hartanya, dengan
cara apa dia memperolehnya dan bagaimana dia manfkahkannya.
Kemampuan yang diberikan kepada manusia tidak dapat
menjangkau hal-hal yang belum terjadi. Allah tidak memberikan
kemampuan tersebut kepada manusia. Kemampuan yang diberikan
kepada manusia hanya sebatas memprediksikan dan merencanakan
(planning) sesuatu yang belum terjadi serta memproteksi segala sesuatu
yang dirasa akan dialami oleh setiap manusia. Dalam hal ini manusia
ditugaskan hanya mengatur bagaimana cara mengelola kehidupannya agar
mendapatkan kebahagiaan di dunia akhirat.
Adapun salah satu caranya adalah dengan menyiapkan bekal
(proteksi) di masa datang agar segala sesuatu yang bernilai negatif, baik
dalam bentuk musibah, kecelakaan, kebakaran ataupun kematian dapat
diminimalisir kerugiannya. Hal semacam ini telah dicontohkan oleh nabi
Yusuf secara jelas dalam menakwilkan mimpi Raja Mesir tentang tujuh
ekor sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus dalam surat
Yusuf: 46-49.
26
Ayat tersebut memberikan pelajaran bagi manusia pada saat ini
yang secara ekonomi dituntut agar mengadakan persiapan secara matang
untuk menghadapi masa yang sulit jikalau menimpanya pada waktu yang
akan datang.14
b. Kebutuhan Hidup Manusia
Beberapa tingkatan kebutuhan manusia menurut Firman Allah
SWT dan ajaran Rasulullah SAW dapat diuraikan sebagai berikut.
Pertama, dengan memakai istilah tajuu’a, terkait dengan kecukupan
makanan yang dibutuhkan manusia sebagai makhluk untuk hidup. Kedua,
dengan menggunakan istilah ta’roo, terkait kebutuhan yang membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya, yaitu kebutuhan sebagai
makhluk hidup sosial untuk menutup aurat dan tampil menarik. Ketiga,
dengan memakai istilah tazhma’u, terkait dengan memenuhi dahaga atau
dapat disebut sebagai kepuasan, yaitu sesuatu yang membuat manusia
ingin mendapat lebih. Keempat, atau yang terakhir, dengan istilah
tadhhaa, yang memakai panas sinar matahari sebagai analogi. Dalam
jumlah yang cukup, panas sinar matahari akan sangat berguna dan
menyehatkan. Tetapi bila terlalu banyak atau berlebihan, bisa membakar
kulit dan menimbulkan masalah.15
14
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis,
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 102-104. 15
Iwan P. Pontjowinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah, (Jakarta, PT. Mizan Publika,
2010), h. 9.
27
Dengan demikian, manusia seharusnya dapat memahami bahwa
Allah SWT telah menunjukkan adanya pembedaan (differentiation) atas
semua hal yang diperlukan dalam hidup manusia. Menurut pembeda itu,
hal-hal yang diperlukan dalam hidup manusia dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
Keperluan (darurat), dalam konteks kebutuhan, adalah segala
sesuatu yang diperlukan manusia sebagai makhluk untuk tetap hidup.
Sebut saja air, oksigen, dan makanan. Bila kebutuhan yang termasuk
dalam golongan darurat tidak terpenuhi, manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sebagai makhluk, yang digambarkan dengan istilah tidak
cukup makan (tajuu’a).
Kebutuhan (haajat), dalam konteks kebutuhan, adalah segala
sesuatu yang secara mendasar harus dipenuhi untuk mencapai fitrah
sebagai manusia. Di antaranya, kebutuhan untuk berpakaian,
berkomunikasi, berkeluarga, punya tempat tinggal yang layak, dan
kebutuhan lainnya. Kebutuhan-kebutuhan ini digambarkan dengan istilah
tidak berpakaian atau ta’roo.
Keinginan (raghbat), yaitu keinginan yang diharapkan dipenuhi
untuk mencapai kepuasan yang lebih luas dari kebutuhan dasar, yang
digolongkan sebagai darurat dan haajat. Keinginan ini layak menjadi
motivasi untuk mencari fadhilah, kelebihan dari Alah SWT, sehingga
manusia tidak melupakan haknya atas nikmat dunia, sesuai dengan
28
ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan-Nya. Keinginan jenis ini
digambarkan sebagai dahaga atau tazhma’u.
Hasrat (syahwat), yaitu keinginan atau raghbat yang sebenarnya
tidak diperlukan. Sehingga bila dipenuhi, manfaatnya sangat kecil atau
bahkan tidak ada, sedangkan mudharatnya lebih besar. Dalam hal ini,
yang dimaksud dengan syahwat bukanlah semata-mata berkaitan dengan
masalah seksual, tetapi segala macam bentuk rangsangan atau hasrat
untuk segera memenuhi keinginan. Sesuatu yang sebenarnya tidak
diperlukan, atau belum saatnya untuk dipenuhi, sehingga menjadi
kelebihan yang merugikan (tadhdha).
Masalah utama dalam syahwat adalah bila manusia menyegerakan
sesuatu yang dianggapnya sebagai kebutuhan, padahal sebenarnya tidak
pernah menjadi haknya. Contoh paling sederhana adalah makan
berlebihan hingga jatuh sakit, bahkan mungkin meninggal dunia. Contoh
lainnya adalah keinginan untuk memiliki barang mewah yang berada di
luar jangkauan kemampuan, baik kemampuan saat ini maupun di masa
mendatang. Syahwat semacam ini sangat berbahaya, karena bisa memicu
timbulnya pikiran “liar” seperti menipu, mencuri, atau korupsi untuk
memenuhinya.
Syahwat atau rangsangan untuk segera memenuhi keinginan yang
mungkin belum menjadi kebutuhan atau tidak pernah menjadi kebutuhan
terbukti telah menimbulkan berbagai kerusakan di muka bumi. Bukan
29
hanya memicu timbulnya peperangan, tetapi juga dapat menjerumuskan
manusia ke dalam khamar seperti narkoba, maysir seperti judi maupun
spekulasi, hingga transaksi riba yang terbukti telah menciptakan resesi
akibat krisis keuangan dunia.16
c. Siklus Hidup
Konsumsi orang yang berumur 20 tahun tentu sangat berbeda
dengan orang yang berumur 50 tahun. Faktor internal seperti umur,
besarnya penghasilan, jumlah anggota keluarga, dan gaya hidup turut
mempengaruhi seseorang dalam menghabiskan uang dan berinvestasi.17
Rencana-rencana keuangan akan berubah tergantung pada umur
dan kondisi. Beberapa taraf atau tingkatan dalam siklus hidup untuk
perencanaan keuangan pribadi adalah sebagai berikut.18
1) Dewasa belum menikah. Perencanaan terfokus pada memiliki
asuransi yang sesuai, akumulasi tabungan dan kekayaan, pendidikan
untuk pengembangan karir.
2) Pasangan muda yang baru menikah. Perencanaannya meliputi
perhitungan mengenai apabila pasangan ingin mempunyai anak.
Untuk keluarga yang lebih besar, lebih membutuhkan rumah yang
tentu saja memerlukan persyaratan tertentu untuk bisa mendapatkan
16
Ibid., h. 11 17
Kapoor, Personal Finance Seventh Edition, h. 13. 18
Adler H. Manurung dan Lutfi T. Rizky. Successful Financial Planner a Complete Guide.
(Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009), h.9.
30
Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Kebutuhan untuk asuransi
kesehatan dan asuransi jiwa akan meningkat. Sebuah surat wasiat dan
perencanaan warisan menjadi penting dan harus dimiliki.
3) Orang tua baru. Perencanaannya lebih cenderung untuk
mempersiapkan kebutuhan anak dan menyediakan dana pendidikan
anak.
4) Orang tua yang baru bercerai. Salah satu dari mantan pasangan ini
(biasanya ayah) memiliki kewajiban membayar tunjangan hidup
kepada mantan istri (alimony) dan anaknya (child support).
Kebutuhan keuangan akan meningkat karena (dari sisi sang ayah)
harus mencukupi kebutuhan dua keluarga (keluarga baru bila ada dan
kewajiban kepada yang diceraikan). Meskipun suami dan istri di
keluarga baru keduanya bekerja, biaya-biaya hidup akan tetap
meningkat.
5) Orang tua dengan anak-anak yang sudah lebih dewasa. Perencanaan
warisan akan mendapatkan perhatian yang lebih penting. Program
asuransi yang lebih baik dan cukup mungkin dibutuhkan. Kelebihan
dana lebih baik diinvestasikan. Taraf awal perencanaan pensiunan
akan dimulai.
6) Anak telah pindah dan keluar dari rumah. Orang tua bisa
mempertimbangkan untuk pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil
31
atau tempat yang lebih dekat dengan anak. Perencanaan pensiunan
harus direncanakan menjadi lebih serius.
7) Memasuki masa pensiunan. Sangat penting untuk meninjau ulang
(review) asuransi dan program tunjangan hidup. Pensiunan akan
membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
kebutuhan pribadi lainnya semasa pensiun, seperti bepergian atau
berjalan-jalan.
d. Kenyataan Hidup
Kenyataan hidup atau yang lebih dikenal dengan faktor ekonomi
juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan
keuangan seseorang. Perubahan kondisi ekonomi terhadap keputusan
keuangan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Perubahan Kondisi Ekonomi terhadap Keputusan Keuangan
Barometer
Perekonomian
Indikator
Perekonomian
Hal yang menjadi
tolak ukur
Pengaruhnya terhadap perencanaan
keuangan
Indikator
perekonomian
terdepan
Indeks indikator
perekonomian
ke depan
Adanya tanda
pertumbuhan
ekonomi yang sehat
Cenderung terjadi perubahan
perekonomian dalam 6-9 bulan ke
depan. Peningkatan indeks yang
berkesinambungan akan berdampak
lebih terbukanya lapangan kerja dan
kesempatan untuk meningkatkan
pendapatan perorangan
Pendapatan
perkapita
(GDP)
Tingkat
pemesanan
produk dalam
perusahaan,
tingkat produksi,
indeks
pembelian
Total produksi
barang dan jasa
yang dihasilkan di
sebuah Negara
Indikasi kondisi perekonomian yang
sehat, pertumbuhan pendapatan
perkapita yang berkesinambungan,
mengakibatkan terbukanya lapangan
pekerjaan dan peningkatan pendapatan
perorangan.
32
PHK Tingkat PHK,
lamanya
menganggur,
indeks bantuan
pemerintah,
klaim PHK
Jumlah
pengangguran yang
masih mempunyai
kemauan dan
kemampuan untuk
bekerja
Perlu adanya pengurangan dana atas
biaya hidup pengangguran, mereka
yang menganggur seharusnya kembali
bekerja untuk mengurangi utang.
Tingginya tingkat pengangguran akan
menghambat tingkat konsumsi
Inflasi Indeks harga
konsumen
(CPI), indeks
harga produsen
(PPI), deflasi
terhadap
pendapatan
perkapita,
indeks biaya
gaji,
produktivitas
Ukuran dari biaya
hidup dan daya beli
terhadap rupiah
Mempengaruhi kemampuan untuk
membeli barang dan jasa. Harga
konsumen yang tinggi serta inflasi
akan menaikkan tingkat suku bunga
Pembelanjaan
konsumen
Indeks harapan
konsumen,
indeks
kepercayaan
produsen
Permintaan
konsumen atas
barang dan jasa
Peningkatan pembelanjaan konsumen
akan menciptakan lapangan pekerjaan.
Tingkat pembelanjaan dan
peminjaman yang tinggi akan memicu
timbulnya inflasi dan tingkat suku
bunga
Penjualan
eceran
Penjualan
eceran
Estimasi total
penjualan pada
tingkat penjualan
eceran
Merupakan dasar perencanaan bagi
kondisi perekonomian di masa depan.
Tingkat penjualan yang menurun akan
mengurangi tingkat produksi dan
lapangan pekerjaan
Suku bunga Potongan, suku
bunga pokok,
saham dan
obligasi
Suku bunga
pinjaman, tingkat
pengembalian dari
hasil tabungan dan
investasi
Semakin tinggi suku bunga maka
pembelian dalam bentuk kredit akan
semakin mahal sementara investasi
akan sangat menarik dan tingkat
pinjaman akan menurun. Perubahan
tingkat suku bunga pokok akan
mempengaruhi bunga pinjaman dan
penjualan perumahan akan lebih
meingkat
Ketersediaan
dana
M1, M2, M3 Mata uang rupiah
mampu memenuhi
pembelanjaan di
dalam
perekonomian
Indonesia
Suku bunga akan menurun apabila
semakin banyak orang menabung atau
berinvestasi. Apabila jumlah tabungan
semakin banyak maka tingkat
pembelanjaan semakin berkurang yang
akan berdampak berkurangnya jumlah
produksi yang berarti berkurang juga
lapangan pekerjaan
33
Perumahan Perumahan,
pembelanjaan
bidang
konstruksi
Jumlah perumahan
yang sedang
dibangun
Meningkatnya pembangunan
perumahan akan berdampak
terciptanya lebih banyak lapangan
pekerjaan, pendapatan lebih tinggi,
lebih banyak pembelanjaan dan
pertumbuhan perekonomian yang
pesat di segala bidang
Keseimbangan
perdagangan
Keseimbangan
tingkat
pembayaran
pemerintah
Indonesia, nilai
rupiah
Selisih nilai ekspor
dan impor dalam
suatu Negara
Apabila terjadi defisit perdagangan,
suku bunga akan meningkat dan
barang-barang impor serta perjalanan
ke luar negeri akan jauh lebih mahal
Sumber: Adler H. Manurung, Successful Financial Planner a Complete Guide
e. Dunia Keuangan
Saat ini banyak sekali produk-produk keuangan yang ditawarkan
oleh berbagai lembaga keuangan baik itu syariah maupun konvensional.
Banyaknya pilihan tersebut membuat seseorang harus melakukan
perencanaan untuk dapat mengetahui jenis dan produk mana yang
memang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan agar seseorang tidak banyak
menghamburkan uang karena membeli produk yang salah.
Setiap investasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri, seperti
tingkat pengembalian (return), tingkat risiko (risk), status hukum dan
aturan serta tingkat pajak atas hasil yang diperoleh. Secara fundamental,
investasi dapat dibagi ke dalam lima kelas harta investasi. Beragam
pilihan yang tersedia saat ini, merupakan turunan atau kombinasi dari
beberapa kelas tersebut.
34
Kelas 1, simpanan untuk menampung dana dalam bentuk kas,
seperti rekening giro, tabungan, deposito, dan reksa dana pasar uang.
Kelas 2, surat berharga yang menyatakan adanya pinjaman yang
diberikan investor kepada pemerintah maupun korporasi, seperti Surat
Utang Negara, obligasi korporasi, obligasi ritel Indonesia, sukuk ritel,
reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana terproteksi pendapatan tetap.
Kelas 3, yaitu komoditas, seperti emas, permata, perak, logam mulia lain,
kelapa sawit, lukisan, batik kuno, dan barang koleksi lainnya. Kelas 4,
properti, seperti rumah, apartemen, tanah, gedung perkantoran, ruko, dan
rukan. Kelas 5, surat berharga yang menyatakan adanya porsi
kepemilikan investor di sebuah perusahaan atau organisasi, seperti saham
atas perusahaan publik, saham atas perusahaan tertutup, penyertaan modal
di sebuah bisnis baik yang dijalankan sendiri maupun orang lain, reksa
dana saham, reksa dana campuran, dan reksa dana indeks.19
Daftar di atas tidak berhenti sampai di situ. Setiap tahun, akan
muncul berbagai inovasi-inovasi baru yang ditawarkan industri keuangan.
Semakin tinggi potensi tingkat imbal hasil suatu investasi, maka risiko
yang menyertaipun akan semakin besar. Kombinasi kelas harta investasi
yang dimiliki investor disebut portofolio investasi.
19
Prita H. Ghozie. Menjadi Cantik, Gaya dan Tetap Kaya. (Jakarta, PT. Elex Media
Komputindo, 2010), h. 163.
35
Sebuah portofolio investasi adalah kumpulan jenis-jenis investasi
yang dimiliki oleh seorang investor. Sering kali dikenal dengan nama
keranjang investasi. Seorang investor memiliki portofolio investasi untuk
memenuhi tujuan investasi baik itu untuk dana pensiun, dana pendidikan,
atau lainnya yang telah ditetapkan sebelumnya dengan variasi investasi
yang beragam sesuai dengan kebutuhannya.
2. Hal-hal Utama dalam Perencanaan Keuangan Syariah
Hal-hal utama yang termasuk dalam perencanaan keuangan syariah
adalah sebagai berikut.20
a. Zakat. Di dalam semua pendapatan dan harta yang diperoleh terdapat hak
milik orang lain. Maka perlu adanya pembersihan bagian tersebut dalam
bentuk zakat, infak, sumbangan, sedekah, ataupun wakaf. Secara luas,
konsep memberikan bagian yang bukan menjadi hak kita dapat digunakan
oleh masyarakat, tidak terbatas bagi kaum Muslim saja.
b. Assurance. Dalam perencanaan hidup, diharuskan adanya alokasi
pendapatan untuk kebutuhan yang sifatnya tidak terduga. Uang uang
diperoleh harus dapat disisihkan dalam bentuk dana darurat dan
pembayaran premi asuransi syariah.
c. Present consumption. Pendapatan yang diperoleh harus dapat disisihkan
untuk kebutuhan hidup saat ini secara wajar. Artinya, kita diharuskan
20
Ibid, h. 78
36
memiliki sejumlah uang untuk membeli makanan, pakaian, dan sarana
hidup utama lainnya.
d. Future spending. Cara terbaik untuk memperoleh berbagai keinginan
dalam hidup adalah melalui konsep menabung. Menabung secara harfiah
disebutkan sebagai menyisihkan sebagian pendapatan untuk keperluan
konsumsi di masa mendatang. Tabungan yang dibentuk akan digunakan
untuk keperluan hidup jangka waktu di bawah 5 tahun.
e. Investment. Investasi mutlak dilakukan sebagai sarana untuk memenuhi
keperluan jangka panjang atau pada masa sudah tidak produktif lagi baik
itu karena faktor usia maupun faktor kesehatan. Investasi yang dimaksud
di sini adalah menempatkan sebagian harta yang merupakan sisa hasil
penyisihan pendapatan dan akumulasi harta pada suatu kegiatan ekonomi
dengan tujuan mendapatkan tambahan nilai di masa datang tanpa
mengabaikan nilai-nilai syariah.
Perencanaan keuangan syariah tidak meletakkan prioritas pada
kepentingan dunia tetapi juga akhirat karena perencanaan keuangan syariah
meletakkan prioritas pada kewajiban agama. Perencanaan keuangan syariah
tidak membenarkan berinvestasi hanya dengan melihat pada keuntungan
semata dengan mengabaikan nilai-nilai syariah.21
21
Sri Khurniatun, Perencanaan Keuangan Syariah Vs Konvensional, artikel ini
diakses pada tanggal 22 September 2011 pukul 02.13 p.m. dari
http://srikhurniatun.blogspot.com/2008/07/perencana-keuangan-syariah-vs.html
37
3. Tahapan Proses Perencanaan Keuangan
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam melakukan perencanaan
keuangan yang efektif, yaitu22
:
a. Memeriksa kondisi keuangan saat ini
Mulailah memeriksa kondisi keuangan saat ini dengan sangat
memperhatikan pendapatan, tabungan, biaya hidup, dan utang. Untuk itu
dibutuhkan banyak informasi khusus yang akurat mengenai investasi
yang sedang berkembang pesat saat ini, kebijakan-kebijakan baru dalam
dunia asuransi, keuntungan program pensiun dan informasi mengenai
bagaimana aturan perpajakan yang berlaku dapat mempengaruhi semua
program maupun produk investasi itu.
b. Tetapkan tujuan-tujuan hidup dan keuangan
Tujuan hidup dan keuangan yang spesifik sangat penting dalam
sebuah perencanaan keuangan. Tujuan-tujuan keuangan sangatlah
beragam, tujuan keuangan bisa saja seperti bagaimana kita
membelanjakan seluruh pendapatan kita atau mulai merencanakan untuk
menabung dan berinvestasi demi kemapanan keuangan di masa yang akan
datang. Tujuan-tujuan tersebut harus berdasarkan pada kondisi pekerjaan,
nilai-nilai dan kondisi keuangan saat ini.
Dengan menetapkan tujuan-tujuan keuangan, maka akan diketahui
seberapa besar risiko yang akan dihadapi. Cara terbaik untuk
22
Manurung. Successful Financial Planner a Complete Guide, h. 26
38
mempertimbangkan risiko adalah menyatukan informasi berdasarkan
pengalaman-pengalaman pribadi maupun orang lain yang dapat
ditemukan dalam sumber perencanaan keuangan. Tujuan-tujuan jangka
pendek adalah hal-hal yang bisa dicapai dalam jangka waktu satu tahun,
seperti tabungan untuk rencana liburan atau pembayaran utang dengan
skala kecil. Tujuan-tujuan jangka menengah berkisar antara dua sampai
lima tahun. Sementara tujuan-tujuan jangka panjang dapat dicapai dalam
kurun waktu lima tahun atau lebih, contohnya mempersiapkan dana
pensiun, dana untuk pendidikan anak pada perguruan tinggi, atau
pembelian sebuah vila untuk berlibur.
c. Analisis dan identifikasi langkah-langkah alternatif yang bisa diambil
Analisis dan identifikasi langkah-langkah alternatif adalah hal
penting untuk membuat keputusan keuangan yang baik. Setelah seluruh
data, baik keuangan maupun non-keuangan diperoleh, maka analisis harus
dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tujuan hidup dan investasi.
d. Membuat perencanaan dan mengevaluasi alternatif-alternatif
Hal ini meliputi juga dengan memprediksi kondisi keuangan pada
saat ini. Dalam proses ini jangan hanya melihat pada kondisi
perekonomian saat ini saja tetapi juga konsekuensi dan risiko yang harus
dihadapi pada tiap alternatif pengelolaan dan investasi yang dibuat. Hidup
ini penuh dengan pilihan dan setiap pilihan dalam hidup mempunyai efek
positif maupun negatif. Setiap keputusan yang diambil mempunyai
39
konsekuensi tertentu, misalnya jika kita memutuskan untuk berinvestasi
dalam bentuk saham artinya kebutuhan liburan dalam jangka pendek pasti
akan tertunda. Maka pemahaman mengenai efek yang akan terjadi dari
keputusan keuangan yang diambil terhadap bagian dari kehidupan
menjadi penting.
e. Merumuskan dan melaksanakan tujuan-tujuan keuangan
Contohnya yaitu, tabungan dapat ditambah dengan cara
mengurangi pengeluaran atau menambah pendapatan dengan mengambil
kerja lembur atau mencari pekerjaan lain yang lebih besar.
f. Memeriksa dan memperbaiki rencana secara berkala
Perencanaan keuangan adalah proses yang dinamik dan tidak ada
akhirnya. Predikat keuangan individu ditentukan secara tetap dengan
kondisi saat ini yang belum tentu akan bertahan untuk kondisi beberapa
tahun mendatang. Oleh karena itu, perlu diadakan pemeriksaan atau
review yang lengkap terhadap keuangan sekali dalam setahun. Praktik
yang dilakukan secara umum adalah dengan melakukan pemeriksaan
minimum setidak-tidaknya setiap enam bulan sekali. Tujuan-tujuan bisa
membutuhkan sebuah perubahan karena perubahan gaya hidup atau
keadaan sekitar, seperti warisan, perkawinan, kelahiran, pembelian
rumah, atau perubahan status pekerjaan. Peristiwa di luar kendali seperti
inflasi atau perubahan pasar saham juga dapat mempengaruhi
perencanaan keuangan.
40
4. Mengelola Kekayaan
Kekayaan yang dilimpahkan kepada kita bukanlah semata-mata untuk
diri kita sendiri. Dalam kekayaan juga terdapat amanah berupa hak pihak lain
yang diberikan melalui kita manusia. Amanah tersebut adalah amanah untuk
orang lain, untuk masa kini, untuk masa sulit, untuk masa depan, serta amanah
untuk masyarakat yang harus dikelola.23
Pertama, hal yang penting dilakukan dalam mengelola harta adalah
membersihkan harta dengan mengeluarkan zakat, infaq, dan sedekah. Kedua,
menafkahkan harta untuk hidup masa kini sesuai dengan keleluasaan atau
kesempitan, serta tidak melupakan hak atas kenikmatan yang halal di dunia.
Ketiga, membelanjakan harta dengan hemat dan menyisihkan kelebihan
untuk masa-masa sulit. Keempat, mempersiapkan untuk masa depan agar
dapat hidup bahagia setelah tidak produktif, serta dapat meninggalkan
keturunan dalam keadaan sehat dan kaya. Kelima, atau yang terakhir,
mengembangkan harta untuk meningkatkan penyebarluasan kemaslahatan
bagi masyarakat.
C. Tingkat Pendidikan dan Status Marital
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
23 Pontjowinoto, Kaya dan Bahagia Cara Syariah. h. 73.
41
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.24
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran. Pendidikan pada
dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia dilakukan
secara sistematis, pragmatis, dan berjenjang agar menghasilkan manusia-
manusia yang berkualitas yang dapat memberikan manfaat dan sekaligus
harkat dan martabatnya.25
Hakikat pendidikan merupakan usaha mengembangkan kepribadian
dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Usaha-
usaha tersebut diselenggarakan dalam berbagai macam bentuk sebagai
berikut26
:
a. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana,
terarah, dan sistematis melalui suatu lembaga disebut pendidikan formal.
24
Irmayanti Meliono dkk, MPKT Modul I, (Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2007), artikel
ini diakses tanggal 24 Juni 2011 pukul 02.03 p.m. dari http://www.id.wikipedia.org. 25
Aditya Dwi Purwoko, Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Kualitas Pelayanan
KPP, dan Tingkat Pendidikan terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban Pajak, Skripsi
UIN, Jakarta, 2008. 26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 1997),
h. 10.
42
b. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi tidak
berencana dan tidak sistematis di lingkungan keluarga disebut pendidikan
informal.
c. Usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana
tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan lembaga
pendidikan formal disebut pendidikan nonformal.
Peningkatan kualitas diri manusia yang dicapai melalui pendidikan
mencakup beberapa aspek yaitu27
:
a. Peningkatan kualitas berpikir (kecerdasan, kemampuan analisis,
kreatifitas, dan visioner).
b. Peningkatan kualitas moral (ketakwaan, kejujuran, ketabahan, keadilan,
dan tanggung jawab).
c. Peningkatan kualitas kerja (keterampilan, profesional, dan efisien).
d. Peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan materi dan rohani,
ketenteraman dari terlindungnya martabat dan harga diri).
e. Peningkatan kualitas pengabdian (semangat berprestasi, sadar,
pengorbanan, dan kebanggaan terhadap tugas).
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan dengan
pendidikan, tidak hanya pendidikan dalam arti sempit sekolah tetapi juga
dalam arti luas mencakup pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. Karena
27
M. Tholhah Hasan. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantabora Press,
2005), h. 136.
43
pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pembudayaan sikap,
watak, dan perilaku yang berlangsung sejak dini. Melalui pendidikan sebagai
proses budaya akan tumbuh dan berkembang nilai-nilai dasar yang harus
dimiliki oleh setiap manusia seperti kelakuan, keimanan, disipllin, akhlak, dan
etos kerja serta nilai-nilai instrumen seperti penguasaan iptek dan kemampuan
berkomunikasi yang merupakan unsur pembentuk kemajuan dan kemandirian
bangsa.
2. Status Marital
Status adalah keadaan atau kedudukan orang, badan, dan sebagainya
berhubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. Sedangkan marital adalah
sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan atau kedudukan perkawinan.
Pernikahan itu sendiri adalah bentukan kata benda dari kata dasar nikah; kata
itu berasal dari Bahasa Arab yaitu kata nikkah (bahasa Arab: النكاح ) yang
berarti perjanjian perkawinan; berikutnya kata itu berasal dari kata lain dalam
Bahasa Arab yaitu kata nikah (bahasa Arab: نكاح) yang berarti persetubuhan.
D. Wanita Karir dan Ciri Wanita Karir
Wanita karir terdiri dari dua kata, yaitu wanita dan karir. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia, kata “wanita” berarti perempuan dewasa.28
Sedangkan
28 WJS Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h.
447.
44
“karir” berarti perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan pekerjaan dengan
jabatan dan sebagainya.29
Menurut Hafiz Anshory wanita karir adalah wanita yang menekuni salah
satu atau beberapa pekerjaan dengan keahlian tertentu yang dimiliki atau untuk
mencapai kemajuan hidup, pekerjaan, atau jabatan.30
Wanita karir juga
didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan profesi seperti
bidang usaha, perkantoran dan sebagainya dilandasi pendidikan keahlian seperti
keterampilan, kejujuran dan sebagainya yang menjanjikan untuk mencapai
kemajuan.31
Karir dapat juga diartikan sebagai urutan-urutan status yang diiringi oleh
peningkatan prestasi seseorang. Wanita yang berkarir adalah wanita yang bekerja
untuk mengembangkan karir. Pada umumnya wanita karir adalah wanita yang
berpendidikan cukup tinggi dalam pekerjaannya, yang cukup berhasil dalam
berkarya.32
Jadi, suatu pekerjaan baru dapat dikatakan karir apabila pekerjaan itu
diperoleh berdasarkan pendidikan khusus atau keterampilan dan merupakan
suatu program tetap yang membutuhkan keseriusan dan pengembangannya. Di
sini yang paling menentukan adalah adanya keahlian tertentu yang dimiliki dan
29 Anton M. Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1989), h. 207.
30
Hafiz Anshory AZ, Ihdad Wanita Karir dan Problematika Hukum Islam Kontemporer,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 2.
31
Siti Muri’ah, Wanita Karir dalam Bingkai Islam. (Bandung: Angkasa), h. 29.
32
Atho Mudzar, dkk. Wanita dalam Masyarakat Indonesia, (Yogyakarta: Sunan Kalijaga
Press, 2001), h. 302.
45
tidak bersifat sampingan, yakni merupakan pekerjaan tetap dan memiliki ambisi
maju dalam pekerjaannya.
Berdasarkan uraian di atas, wanita karir mempunyai gambaran tersendiri
seperti yang diungkapkan Hafiz Anshory, bahwa wanita karir memiliki ciri-ciri
sebagai berikut33
:
a. Wanita yang aktif untuk melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.
b. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan profesional sesuai
dengan bidang yang ditekuninya, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, ilmu
pengetahuan, ketentaraan, pendidikan maupun pendidikan lainnya.
c. Bidang-bidang yang ditekuni wanita karir dapat mendatangkan kemajuan
dalam kehidupan, pekerjaan atau jabatan dan sebagainya.
33 Muri’ah, Wanita Karir dalam Bingkai Islam, h. 31.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah field research dan
library research. Field research adalah pengumpulan data dilakukan secara
langsung untuk memperoleh data yang diperlukan. Library research adalah
pengumpulan data dengan memberikan teori mengenai konsep-konsep yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Penulis mengumpulkan artikel-artikel
ilmiah dan buku-buku yang relevan untuk menunjang penelitian yang penulis
lakukan.
1. Pendekatan Penelitian
Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif pada penelitian ini. Data
kuantitatif adalah data dalam bentuk angka.1 Penggunaan angka ini mulai dari
penafsiran, penampilan serta hasil penelitiannya. Bentuk penelitian ini adalah
deskriptif, yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi dan situasi
yang terjadi di masyarakat.
1 Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Yogyakarta, PT.
Rajawali Pers, 2008), h. 100.
47
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data primer.
Penulis mengumpulkan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang relevan
dengan permasalahan yang penulis angkat pada penelitian ini.
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber asli di
lokasi penelitian atau objek penelitian.2
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan orang atau objek yang memiliki
kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok
dalam suatu penelitian.3 Populasi dalam penelitian ini merupakan populasi
terbatas, yaitu wanita karir yang bekerja pada instansi pemerintah daerah Kota
Palangkaraya yang memeluk agama Islam berjumlah 825 pegawai. (Sumber:
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Kota Palangkaraya per April
2011).
2. Sampel
Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil
dari suatu populasi dan diteliti secara rinci.4 Sehingga sampel dalam
2 Ibid., h. 103
3 Ibid., h. 161
4 Ibid., h. 162
48
1,96 [0,5 (1-0,5)] . 825
1,96 [0,5(1-0,5)] + (825 – 1) . 0,052
n =
penelitian ini adalah wanita karir yang bekerja pada instansi pemerintah
daerah Kota Palangkaraya.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
probabilitas random sampling, artinya semua orang mempunyai peluang yang
sama untuk terpilih menjadi anggota sampel dengan peluang yang sama dan
menggunakan rumus, yaitu:
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = error (kesalahan yang diterima)
P = (1-P) Variasi populasi
Z = Mengacu pada nilai Z (tingkat kepercayaan)
n = 159 orang
Z2 . [P (1-P)] . N
Z2 . [P (1-P)] + (N-1) . e
2
n =
49
Tabel 3.1
Daftar Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya
No Nama Instansi Alamat/Telepon
1 Dinas Pemuda dan Olahraga Jl. Brigjen Katamso
2 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jl. Cilik Riwut Km. 5,5/
(0536) 3231110
3 Dinas Kehutanan
Jl. Imam Bonjol/
(0536) 3238420, 3221834,
3221192
4 Dinas Perikanan dan Kelautan Jl. Brigjen Katamso/
(0536) 3229663
5 Dinas Kesehatan Jl. Yos Sudarso/
(0536) 3221767
6 Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
Jl. Wiliem AS/(0536) 3224058
7 Dinas Pekerjaan Umum Jl. S. Parman/
(0536) 3224655, 3225335
8 Dinas Pendapatan Daerah Jl. RTA Milono/(0536) 3226694
9 Dinas Pendidikan
Jl. DI Panjaitan/
(0536) 3221295, 3229335,
3221664
10 Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan
Informatika
Jl. S. Parman/(0536) 3221090
11 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jl. Yos Sudarso/(0536) 3229819
12 Dinas Perkebunan Jl. Sudirman/(0536) 3224763
13 Dinas Pertambangan dan Energi Jl. Cilik Riwut Km 3,5/(0536)
3224103, 3223642, 3221946
14 Dinas Pertanian dan Peternakan Jl. Wiliem AS/
(0536) 3223483, 3221602
15 Dinas Sosial Jl. DI Panjaitan/(0536) 3221582
16 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jl. Wiliem AS /(0536) 3224642,
3238333, 3236229
17 Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah
Jl. Diponegoro/(0536) 3221715,
3224360, 3221645
Sumber: www.kalteng.go.id
50
C. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan
mencari keterangan secara faktual, penulis menggunakan angket sebagai
media untuk mengumpulkan data.
Angket ialah daftar pertanyaan yang dikirimkan kepada responden,
baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara).5
Angket juga merupakan sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk
memperoleh data dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal lain yang diketahuinya.6
Penulis menggunakan skala Likert pada penelitian ini. Karena skala
Likert paling sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
responden terhadap suatu objek. Pembuatannya relatif mudah dan tingkat
reliabilitasnya tinggi.
Bentuk standar skala Likert adalah 1 sampai 5, dengan alternatif
jawaban yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak
setuju.7
5 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial: Edisi kedua,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, h. 57. 6 Burhanuddin Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2006), h.58.
7 Usman, Metodologi Penelitian Sosial, h.65.
51
Tabel 3.2
Format Respon Wanita Karier untuk Pernyataan Positif
Jawaban Bobot
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Ragu-ragu (R) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Eti Rochaety, Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS
2. Teknik Uji Instrumen Penelitian
Peneliti melakukan uji instrumen penelitian sebelum penelitian
dilakukan dengan total 50 item pertanyaan, masing-masing 10 item untuk
landasan syariah, 10 item untuk kebutuhan hidup, 10 item untuk siklus
hidup, 10 item untuk kenyataan hidup, dan 10 item untuk dunia keuangan.
Uji instrumen ini dilakukan terhadap 30 orang wanita karir di Palangkaraya.
Adapun tujuan dari pelaksanaan uji instrumen ini adalah:
1) Mengetahui validitas instrumen, di mana skor setiap item dikorelasikan
dengan skor total.
2) Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
Validitas adalah ukuran yang sebenarnya, untuk mengukur apa yang
akan diukur, yaitu ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan fungsi
pengukurannya.8
8 Eti Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2007), h. 57.
52
Setelah uji validitas, dilanjutkan dengan uji reliabilitas yaitu indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan, dengan menggunakan rumus alpha cronbanch
perhitungan statistik menggunakan alat SPSS.
3. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data menggunakan analisis bersifat deskriptif yaitu
teknik yang memberikan gambaran atau lukisan secara sistematis, fluktual,
dan akurat mengenai fakta-fakta yang terkait dengan pembahasan. Teknik
ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai kondisi, situasi, atau berbagai
variabel yang timbul di masyarakat.
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum kuesioner disebarkan, penulis melakukan pengujian validitas
dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel, di mana df = n - 2. Dalam hal ini, n adalah jumlah sampel atau
responden. Pada penelitian pengukuran minat membuat perencanaan keuangan
syariah pada wanita karir ini jumlah sampel (n) = 30, maka besarnya df = 30 – 2 =
28, dengan alpha = 0.05. Maka diperoleh nilai r tabel = 0.3610. Pengambilan
keputusan adalah jika r hasil hitung positif dan serta r hasil hitung lebih besar dari
r tabel maka item tersebut valid. Sebaliknya, jika r hasil hitung lebih kecil dari r
tabel maka item tersebut tidak valid. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas
akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Landasan Syariah
Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka tidak ada
butir yang dianggap tidak valid. Seluruh item dikatakan valid karena
menghasilkan hasil perhitungan di atas r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu
sebesar 0.3610.
54
Tabel 4.1
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Landasan Syariah
Item Corrected Item-Total
Correlation Kriteria
A1 .374 Valid
A2 .745 Valid
A3 .800 Valid
A4 .832 Valid
A5 .802 Valid
A6 .705 Valid
A7 .646 Valid
A8 .832 Valid
A9 .815 Valid
A10 .709 Valid
Sumber: data diolah
Tabel 4.2
Reliability Statistics Dimensi Landasan Syariah
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.918 .932 10
Sumber: data diolah
Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai
Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk
dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.932 > 0.7,
sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi landasan syariah adalah reliabel.
55
2. Kebutuhan Hidup
Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka butir yang
dianggap tidak valid adalah butir nomor 5. Sisanya dianggap sebagai
instrumen yang valid. Item dikatakan tidak valid karena menghasilkan hasil
perhitungan di bawah r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0.3610.
Artinya item pertanyaan yang valid adalah item yang menghasilkan hasil
perhitungan di atas taraf signifikan 0.3610. Dengan demikian, semua
instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
mengukur besarnya minat membuat perencanaan keuangan syariah.
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kebutuhan Hidup
Item Corrected Item-Total
Correlation Kriteria
B1 .453 Valid
B2 .708 Valid
B3 .799 Valid
B4 .724 Valid
B5 -.224 Tidak Valid
B6 .631 Valid
B7 .743 Valid
B8 .711 Valid
B9 .863 Valid
B10 .781 Valid
Sumber: data diolah
56
Tabel 4.4
Reliability Statistics Dimensi Kebutuhan Hidup
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
.881 .877 10
Sumber: data diolah
Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai
Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk
dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.877 > 0.7,
sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi kebutuhan hidup adalah reliabel.
3. Siklus Hidup
Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka butir yang
dianggap tidak valid adalah butir nomor 1dan 7. Sisanya dianggap sebagai
instrumen yang valid. Item dikatakan tidak valid karena menghasilkan hasil
perhitungan di bawah r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0.3610.
Artinya item pertanyaan yang valid adalah item yang menghasilkan hasil
perhitungan di atas taraf signifikan 0.3610. Dengan demikian, semua
instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
mengukur besarnya minat membuat perencanaan keuangan syariah.
57
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Siklus Hidup
Item Corrected Item-Total
Correlation Kriteria
C1 .132 Tidak Valid
C2 .402 Valid
C3 .748 Valid
C4 .709 Valid
C5 .738 Valid
C6 .766 Valid
C7 .241 Tidak Valid
C8 .796 Valid
C9 .803 Valid
C10 .764 Valid
Sumber: data diolah
Tabel 4.6
Reliability Statistics Dimensi Siklus Hidup
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.887 .873 10
Sumber: data diolah
Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai
Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk
dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.873 > 0.7,
sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi siklus hidup adalah reliabel.
58
4. Kenyataan Hidup
Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka butir yang
dianggap tidak valid adalah butir nomor 3. Sisanya dianggap sebagai
instrumen yang valid. Item dikatakan tidak valid karena menghasilkan hasil
perhitungan di bawah r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0.3610.
Artinya item pertanyaan yang valid adalah item yang menghasilkan hasil
perhitungan di atas taraf signifikan 0.3610. Dengan demikian, semua
instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
mengukur besarnya minat membuat perencanaan keuangan syariah.
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Kenyataan Hidup
Item Corrected Item-Total
Correlation Kriteria
D1 .682 Valid
D2 .658 Valid
D3 .339 Tidak Valid
D4 .718 Valid
D5 .459 Valid
D6 .793 Valid
D7 .741 Valid
D8 .660 Valid
D9 .576 Valid
D10 .376 Valid
Sumber: data diolah
59
Tabel 4.8
Reliability Statistics Dimensi Kenyataan Hidup
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.858 .880 10
Sumber: data diolah
Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai
Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk
dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.880 > 0.7,
sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi kenyataan hidup adalah reliabel.
5. Dunia Keuangan
Dari 10 (sepuluh) item pertanyaan yang telah dibuat, maka butir yang
dianggap tidak valid adalah butir nomor 1. Sisanya dianggap sebagai
instrumen yang valid. Item dikatakan tidak valid karena menghasilkan hasil
perhitungan di bawah r tabel pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0.3610.
Artinya item pertanyaan yang valid adalah item yang menghasilkan hasil
perhitungan di atas taraf signifikan 0.3610. Dengan demikian, semua
instrumen yang tidak valid tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk
mengukur besarnya minat membuat perencanaan keuangan syariah.
60
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Dimensi Dunia Keuangan
Item Corrected Item-Total
Correlation Kriteria
E1 .209 Tidak Valid
E2 .728 Valid
E3 .854 Valid
E4 .781 Valid
E5 .539 Valid
E6 .364 Valid
E7 .466 Valid
E8 .591 Valid
E9 .808 Valid
E10 .209 Valid
Sumber: data diolah
Tabel 4.10
Reliability Statistics Dimensi Dunia Keuangan
Cronbach's
Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.886 .874 10
Sumber: data diolah
Output hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai
Alpha Cronbach’s. Jika nilai alpha lebih besar dari 0.7 maka suatu konstruk
dikatakan reliabel. Dari hasil output diperoleh nilai alpha 0.874 > 0.7,
sehingga dapat disimpulkan untuk dimensi dunia keuangan adalah reliabel.
61
B. Gambaran Umum Responden
Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen
penelitian, kemudian kuesioner disebarkan. Maka diperoleh gambaran umum
responden penelitian yang akan diuraikan secara rinci di bawah ini, yaitu berupa
gambaran umum berdasarkan frekuensi dari usia, status marital, dan tingkat
pendidikan responden.
1. Responden Berdasarkan Usia
Gambaran umum responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel
dan diagram berikut ini:
Tabel 4.11
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi (Orang)
< 24 tahun 12
25-29 tahun 31
30-39 tahun 35
40-49 tahun 59
> 50 tahun 22
Total 159
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Gambar 4.1
Karakteristik Usia
Sumber: kuesioner diolah, 2011
62
Tabel dan diagram di atas menunjukkan adanya keragaman usia
responden. Dari 159 orang, 12 orang berusia < 24 tahun (8%), 31 orang
berusia 25 – 29 tahun (19%), 35 orang berusia 30 – 39 tahun (22%), 59 orang
berusia 40 – 49 tahun (37%), dan 22 orang berusia > 50 tahun (14%).
2. Responden Berdasarkan Status Marital
Gambaran umum responden berdasarkan status marital dapat dilihat
pada tabel dan diagram berikut ini:
Tabel 4.12
Jumlah Responden Berdasarkan Status Marital
Status Marital Frekuensi (Orang)
Belum menikah 21
Menikah 138
Total 159
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Gambar 4.2
Karakteristik Status Marital
Sumber: kuesioner diolah, 2011
63
Tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa responden ini
berjumlah 159 orang, yang terdiri dari 21 orang memiliki satus belum
menikah (13%) dan 138 orang memiliki status sudah menikah (87%).
3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambaran umum responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel dan diagram berikut ini:
Tabel 4.13
Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi
SLTA 43
Diploma 3 19
S1 86
S2 11
Total 159
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Gambar 4.3
Karakteristik Tingkat Pendidikan
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Tabel dan diagram di atas menunjukkan gambaran responden
berdasarkan tingkat pendidikan terakhirnya. Dari 159 responden, 43 orang
64
(27%) memiliki tingkat pendidikan terakhir setara SLTA, 19 orang (12%)
memiliki tingkat pendidikan terakhir setara Diploma 3, 86 orang (54%)
memiliki tingkat pendidikan terakhir setara S1, dan 11 orang (7%) memiliki
tingkat pendidikan terakhir setara S2.
C. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Secara Teori
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, maka
semakin tinggi pula minatnya untuk membuat perencanaan keuangan. Karena
seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi, biasanya lebih terbuka terhadap
kemajuan teknologi dan inovasi-inovasi baru termasuk inovasi di bidang keuangan.
Maka orang tersebut lebih sadar akan pentingnya perencanaan keuangan dan lebih
berminat untuk membuat perencanaan keuangan dirinya maupun keluarganya.
Seseorang yang menyandang status menikah biasanya akan lebih peduli
dengan keuangan keluarganya karena orang tersebut telah memiliki tanggungan dan
tanggung jawab termasuk dalam hal keuangan. Seseorang yang sudah menikah juga
memiliki kebutuhan dan keinginan yang banyak. Dengan perencanaan keuangan, hal
tersebut dapat diwujudkan dengan tepat waktu. Maka orang yang sudah menikah
biasanya lebih berminat untuk memiliki perencanaan dalam hal finansial dibanding
orang yang belum menikah.
Seseorang yang belum menikah, kebutuhannya jauh lebih sedikit dibanding
orang yang sudah menikah, namun biasanya orang yang belum menikah cenderung
akan menghabiskan pendapatan yang mereka peroleh untuk bersenang-senang,
65
mewujudkan keinginan mereka walaupun hal tersebut kurang penting. Mereka
kurang memperhatikan masa depan mereka khususnya di bidang finansial, sehingga
cenderung tidak memiliki perencanaan keuangan pribadi.
D. Analisis Data
Tabel 4.14
Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan
dan Status Marital Wanita Karir
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Berdasarkan Status Marital
Belum Menikah (orang) Menikah (orang)
SLTA 4 39
Diploma 3 4 15
S1 13 73
S2 0 11
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Dari tabel di atas, terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden
dengan tingkat pendidikan terakhir S1 dengan status marital menikah yaitu sebanyak
73 orang (49,91%), kemudian responden dengan tingkat pendidikan terakhir SLTA
berstatus menikah sebanyak 39 orang (24,53%), setelah itu responden dengan tingkat
pendidikan terakhir Diploma 3 berstatus menikah sebanyak 15 orang (9,43%),
responden dengan tingkat pendidikan terakhir S1 dengan status belum menikah
sebanyak 13 orang (8,18%), responden dengan tingkat pendidikan terakhir S2
berstatus menikah sebanyak 11 orang (6,92%), dan yang terakhir responden dengan
jumlah yang sama yaitu 4 orang (2,51%) dengan karakterisik tingkat pendidikan
66
terakhir SLTA dan Diploma dengan status belum menikah. Dalam penelitian ini tidak
terdapat responden berstatus belum menikah dengan tingkat pendidikan terakhir S2.
1. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Landasan
Syariah
Tabel 4.15
Mengetahui dengan Jelas Perintah Allah untuk Berzakat
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 75% 25% 0 0 0
Menikah 76,92% 23,08% 0 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 100% 0 0 0 0
Menikah 66,67% 26,67% 6,67% 0 0
S1 Belum Menikah 100% 0 0 0 0
Menikah 72,60% 26,03% 1,37% 0 0
S2 Menikah 72,73% 27,27% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa pada tingkat pendidikan
SLTA dengan status marital belum menikah yang persentase wanita karir yang
menyatakan sangat setuju telah mengetahui dengan jelas perintah Allah SWT
untuk berzakat sebesar 75% dan sisanya 25% menyatakan setuju. Sedangkan
pada status marital sudah menikah 76,92% wanita karir menyatakan sangat setuju
dan 23,08% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan
status marital belum menikah 100% menyatakan sangat setuju. Sedangkan pada
status marital sudah menikah 66,6% menyatakan sangat setuju dan 26,67%
menyatakan setuju dan 6,67% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1
dengan marital status belum menikah 100% wanita karir menyatakan sangat
67
setuju. Sedangkan pada status sudah menikah 72,60% menyatakan sangat setuju,
26,03% menyatakan setuju, dan 1,73% menyatakan ragu. Pada tingkat pendiikan
S2 dengan status marital sudah menikah 72,73% wanita karir menyatakan sangat
setuju dan 27,27% menyatakan setuju. Maka dapat diambil sebuah kesimpulan
bahwa mayoritas responden sudah mengetahui dengan jelas tentang perintah
Allah untuk berzakat hal ini bisa dilihat dari hasil responden yang mayoritas
menyatakan sangat setuju dan setuju.
Tabel 4.16
Setiap Penghasilan yang Diperoleh telah Dikeluarkan Zakatnya
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 75% 25% 0 0 0
Menikah 38,46% 53,85% 7,69% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 75% 25% 0 0 0
Menikah 33,3% 46,67% 20% 0 0
S1 Belum Menikah 46,15% 46,15% 7,69% 0 0
Menikah 50,68% 48,83% 5,48% 0 0
S2 Menikah 54,54% 45,45% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Mengenai zakat yang dikeluarkan oleh responden dari penghasilan yang
mereka dapatkan, pada tingkat pendidikan SLTA dengan status marital belum
menikah 75% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 25% menyatakan
setuju. Sedangkan pada status sudah menikah 38,46% menyatakan sangat setuju,
53,85% menyatakan setuju, dan 7,69 menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
Diploma 3 dengan status marital belum menikah 75% wanita karir menyatakan
sangat setuju dan 25% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah
68
menikah 33,33% menyatakan sangat setuju, 46,67% menyatakan setuju, dan 20%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status marital belum
menikah 46,15% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,15% menyatakan
setuju, dan 7,69% menyatakan ragu. Sedangkan pada status sudah menikah
50,68% menyatakan sangat setuju, 48,83% menyatakan setuju, dan 5,48%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah
menikah 54,54% menyatakan sangat setuju dan 45,45% menyatakan setuju. Dari
pertanyaan ini didapatkan mayoritas responden dari segi pendidikan SLTA,
Diploma 3, S1 dan S2 dengan marital status belum menikah dan sudah menikah
memberikan jawaban positif yaitu sangat setuju atau setuju tentang zakat yang
telah mereka keluarkan dari penghasilan yang mereka peroleh baik zakat. Dari
hasil ini dapat disimpulkan bahwa responden hampir seluruhnya menyadari akan
pentingnya zakat yang harus dikeluarkan dari setiap penghasilan yang mereka
peroleh walaupun masih ada sebagian kecil responden yang menyatakan ragu
tentang hal ini.
69
Tabel 4.17
Mengetahui Perintah Allah untuk tidak Hidup Berlebih-lebihan
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 48,72% 48,72% 2,56% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 50% 50% 0 0 0
Menikah 53,33% 46,67% 0 0 0
S1 Belum Menikah 61,54% 38,46% 0 0 0
Menikah 57,53% 42,47% 0 0 0
S2 Menikah 45,45% 45,45% 9,1% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Allah melarang hamba-Nya untuk hidup berlebih-lebihan sebagaimana
diterangkan dalam Al-Quran surat Al-Furqan ayat 67. Dari pertanyaan yang
diberikan kepada responden didapatkan hasil dari tingkat pendidikan SLTA
dengan status marital belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju
dan 75% menyatakan setuju, dengan status marital sudah menikah 48,72%
menyatakan sangat setuju, 48,72% menyatakan setuju, dan 2,56% menyatakan
ragu-ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status marital belum
menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan
setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 53,33% menyatakan sangat
setuju dan 46,67% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status
marital belum menikah 61,54% wanita karir menyatakan sangat setuju dan
38,46% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah
57,53% menyatakan sangat setuju dan 42,47% menyatakan setuju. Pada tingkat
pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 45,45% wanita karir
70
menyatakan sangat setuju, 45,45% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan
ragu. Dari hasil diatas didapat bahwa mayoritas responden tingkat pendidikan
SLTA, Diploma 3, S1 dan S2 dengan marital status belum menikah dan sudah
menikah memberikan jawaban yang positif tentang pengetahuan mengenai
perintah Allah untuk tidak hidup berlebih-lebihan meskipun dari tingkat
pendidikan SLTA dengan marital status sudah menikah ada 2,56% menyatakan
ragu dan dari S2 dengan marital status sudah menikah 9,1% juga menyatakan
ragu. Namun secara keseluruhan mayoritas dari responden memberikan jawaban
yang positif yaitu sangat setuju dan setuju.
Tabel 4.18
Hanya Membelanjakan Uang Saya pada Hal-hal yang tidak Bertentangan
dengan Syariah Islam
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 35,9% 61,5% 0 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 50% 25% 25% 0 0
Menikah 26,7% 40% 33,3% 0 0
S1 Belum Menikah 61,5% 38,5% 0 0 0
Menikah 41,1% 53,4% 5,5% 0 0
S2 Menikah 45,5% 45,5% 0 9,1% 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status marital belum menikah 25%
wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju.Sedangkan
pada status marital sudah menikah 35,9%, 61,5% menyatakan setuju, dan 2,6%
menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status
71
marital belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25%
menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Seangkan pada status marital
sudah menikah 26,7% menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan setuju, dan
33,3% menyatakan ragu. Tingkat pendidikan S1 dengan marital status belum
menikah 61,5% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 38,5% menyatakan
setuju. Sendangkan pada status sudah menikah 41,1% menyatakan sangat setuju,
53,4% menyatakan setuju, dan 5,5% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
S2 dengan status marital sudah menikah 45,5% wanita karir menyatakan sangat
setuju, 45,5% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan tidak setuju. Dari hasil
diatas terdapat 2,6% dari tingkat pendidikan SLTA dengan marital status sudah
menikah dan 9,1% dari tingkat pendidikan S2 dengan marital status sudah
menikah menyatakan tidak setuju. Hal ini agak sedikit menyimpang dengan
pertanyaan sebelumnya tentang mengetahui perintah Allah untuk tidak hidup
berlebih-lebihan dimana tidak ada satu responden pun yang menjawab tidak
setuju. karena sikap untuk tidak hidup berlebih-lebihan dan hanya
membelanjakan uang pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariah Islam
merupakan perintah Allah SWT yang wajib diikuti oleh setiap umat Islam.
72
Tabel 4.19
Dengan Hidup Sederhana Berarti telah Melakukan Perencanaan Keuangan
yang Sesuai Syariah
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 38,5% 59% 2,6% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 50% 50% 0 0 0
Menikah 40% 40% 20% 0 0
S1 Belum Menikah 46,2% 23,1% 30,8% 0 0
Menikah 43,8% 52,1% 2,7% 1,4% 0
S2 Menikah 54,5% 45,5% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan marital status belum menikah 25%
wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan
pada status marital sudah menikah 38,5% menyatakan sangat setuju, 59%
menyatakan setuju, dan 2,6% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
Diploma 3 dengan marital status belum menikah 50% wanita karir menyatakan
sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah
menikah 40% menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan setuju, dan 20%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan marital status belum
menikah 46,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 23,1% menyatakan
setuju, dan 30,8% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah
menikah 43,8% menyatakan sangat setuju, 52,1% menyatakan setuju, 2,7%
menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2
dengan status marital sudah menikah 54,5% wanita karir menyatakan sangat
setuju dan 45,5% menyatakan setuju. Dari data tersebut diperoleh gambaran
73
bahwa mayoritas responden menyadari bahwa hidup hemat itu bagian dari
merencanakan keuangan yang sesuai dengan nilai-nilai syariah, walaupun ada
responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Persentase di atas
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin besar
nilai persentasenya. Wanita karir yang sudah menikah memiliki nilai persentase
yang lebih besar dalam menjawab pertanyaan ini dibandingkan yang belum
menikah. Maka terbukti bahwa semakin tingkat pendidikan wanita karir semakin
sadar dan berminatlah wanita karir tersebut pada perencanaan keuangan syariah,
demikian pula halnya dengan wanita karir yang sudah menikah.
Tabel 4.20
Mengetahui Pentingnya Merencanakan Keuangan
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 46,2% 48,7% 5,1% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 46,7% 46,7% 6,7% 0 0
S1 Belum Menikah 53,8% 46,2% 0 0 0
Menikah 53,4% 43,8% 2,7% 0 0
S2 Menikah 72,7% 27,3% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status marital belum menikah 25%
wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan
pada status marital sudah menikah 46,2% menyatakan sangat setuju, 48,7%
menyatakan setuju, dan 5,1% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat
74
setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah
menikah 46,7% menyatakan sangat setuju, 46,7% menyatakan setuju, dan 6,7%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah
53,8% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 46,2% menyatakan setuju.
Sedangkan pada status marital sudah menikah 53,4% menyatakan sangat setuju,
43,8% menyatakan setuju, dan 2,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
S2 dengan status sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan sangat setuju
dan 27,3% menyatakan setuju. Persentase responden yang sangat mengetahui
pentingnya perencanaan keuangan semakin ke bawah (semakin tinggi tingkat
pendidikannya) menunjukkan persentase yang semakin besar. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir semakin sadar mereka akan
pentingnya perencanaan keuangan, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan
wanita karir tersebut, semakin berminat pula mereka terhadap perencanaan
keuangan. Secara absolut wanita karir yang sudah menikah untuk tiap jenjang
pendidikan menunjukkan persentase yang besar dibandingkan wanita karir yang
belum menikah. Maka dapat disimpulkan bahwa wanita karir dengan status
menikah lebih sadar akan pentingnya perencanaan keuangan daripada wanita
karir yang belum menikah.
75
Tabel 4.21
Tertarik Berinvestasi pada Produk Keuangan Syariah karena Mengetahui
dengan Jelas Perintah Allah SWT untuk Melakukan Perencanaan Termasuk
dalam Merencanakan Keuangan
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 33,5% 53,8% 12,8% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 50% 50% 0 0 0
Menikah 33,3% 46,7% 20% 0 0
S1 Belum Menikah 38,5% 53,8% 7,7% 0 0
Menikah 28,8% 65,8% 2,7% 2,7% 0
S2 Menikah 45,5% 27,3% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada
status marital sudah menikah 33,5% menyatakan sangat setuju, 53,8%
menyatakan setuju, dan 12,8% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat
setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah
menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 46,7% menyatakan setuju, dan 20%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah
38,5% wanita karir menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan setuju, dan
7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 28,8%
menyatakan sangat setuju, 65,8% menyatakan setuju, 2,7% menyatakan ragu,
dan 2,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
marital sudah menikah 45,5% wanita karir menyatakan sangat setuju, 27,3%
76
menyatakan setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Mayoritas responden menjawab
setuju dan sangat setuju bahwa mereka tertarik berinvestasi pada produk
keuangan syariah karena mereka menyadari dengan jelas perintah Allah SWT
untuk melakukan perencanaan, termasuk dalam merencanakan keuangan. Hanya
sebagian kecil yang menjawab ragu-ragu dan hanya 2,7% wanita karir dengan
tingkat pendidikan S1 sudah menikah yang menjawab tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan SLTA, persentase wanita karir menikah yang menjawab sangat setuju
lebih besar dibandingkan persentase wanita karir yang belum menikah. Namun,
pada tingkat pendidikan Diploma persentase wanita karir menikah yang
menjawab sangat setuju hanya 33,3% lebih kecil dibandingkan persentase wanita
karir belum menikah yang menjawab sangat setuju yaitu sebesar 50%. Bahkan
wanita karir Diploma yang belum menikah tidak ada yang ragu dengan
pernyataan ini. Demikian pula halnya dengan wanita karir S1 menikah,
persentase yang menjawab sangat setuju lebih kecil dibandingkan persentasi
wanita karir S1 belum menikah. Bahkan 2,7% wanita karir S1 belum menikah
tidak setuju dengan pernyataan ini. Namun, secara umum semakin tinggi tingkat
pendidikan wanita karir, semakin besar persentase yang menjawab setuju, maka
semakin tertarik ia untuk berinvestasi pada produk keuangan syariah.
77
Tabel 4.22
Hanya Berminat Berinvestasi pada Hal-hal yang tidak Bertentangan
dengan Syariat Islam
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 41% 59% 0 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 50% 50% 0 0 0
Menikah 20% 60% 20% 0 0
S1 Belum Menikah 61,5% 38,5% 0 0 0
Menikah 37% 58,9% 4,1% 0 0
S2 Menikah 36,4% 63,6% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan dengan
status marital sudah menikah 41% menyatakan sangat setuju dan 59%
menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum
menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% wanita karir
menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20%
menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 20% menyatakan ragu.
Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 61,5% wanita karir
menyatakan sangat setuju dan 38,5% menyatakan setuju. Sedangkan pada status
marital sudah menikah 37% menyatakan sangat setuju, 58,9% menyatakan
setuju, dan 4,1% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
marital sudah menikah 36,4% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 63,6%
menyatakan setuju. Dalam perencanaan keuangan syariah penting untuk
melakukan investasi pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.
78
Dari hasil penelitan terhadap wanita karir di Palangkaraya, mayoritas wanita
karir menjawab sangat setuju dan setuju dengan pernyataan tersebut walaupun
ada sebagian kecil yang menjawab ragu-ragu, namun tidak ada wanita karir yang
tidak setuju apalagi sangat tidak setuju terhadap pernyataan tersebut.
Tabel 4.23
Tertarik Menabung di Bank Syariah karena Menabung adalah Salah Satu Cara
untuk Hidup Hemat
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 38,5% 48,7% 12,8% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 75% 25% 0 0 0
Menikah 33,3% 53,3% 13,3% 0 0
S1 Belum Menikah 38,5% 46,2% 15,4% 0 0
Menikah 27,4% 58,9% 13,7% 0 0
S2 Menikah 36,4% 36,4% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan dengan
status marital sudah menikah 38,5% menyatakan sangat setuju, 48,7%
menyatakan setuju, dan 12,8% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
Diploma 3 dengan status belum menikah 75% wanita karir menyatakan sangat
setuju dan 25% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 53,3% wanita karir menyatakan
setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status
belum menikah 38,5% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2%
79
menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 27,4% menyatakan sangat setuju, 58,9% menyatakan setuju, dan
13,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah
menikah 36,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 36,4% menyatakan
setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Setiap muslim diperintahkan Allah SWT
untuk mengamalkan hidup hemat dalam kehidupan sehari-harinya. Menyisihkan
sebagian pendapatan dengan menabung itu termasuk salah satu cara hidup hemat.
Sebagai seorang muslim kita tidak diperbolehkan untuk mengambil riba.
Menabung di Bank Syariah adalah salah satu cara menghindari riba. Responden
yang masih ragu dengan hal tersebut jumlahnya sebanyak 21 orang. Jumlah ini
masih lebih kecil dibandingkan jumlah responden yang setuju bahkan sangat
setuju untuk menabung di Bank Syariah karena ingin hidup hemat. Hal ini berarti
mayoritas wanita karir sadar akan pentingnya menempatkan sejumlah dana
dalam hal ini pada Bank Syariah untuk kemudian dikelola sedemikian rupa
sesuai dengan nilai-nilai syariah. Responden SLTA menikah yang menjawab
sangat setuju persentasenya lebih besar dibandingkan yang belum menikah
(38,5% > 25%). Namun tidak demikian dengan responden dengan tingkat
pendidikan terakhir Diploma 3 menikah. persentase yang menjawab sangat setuju
jumlahnya lebih kecil dibandingkan yang belum menikah (33,3% < 75%). Untuk
responden S1 menikahpun demikian. Persentasenya lebih kecil dibandingkan
persentase responden S1 belum menikah yang menjawab sangat setuju (27,4% <
38,5%).
80
Tabel 4.24
Tertarik Berinvestasi di Bank Syariah
karena Bank Syariah Jauh dari Unsur Riba
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 33,3% 51,3% 15,4% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 50% 50% 0 0 0
Menikah 33,3% 40% 26,7% 0 0
S1 Belum Menikah 46,2% 46,2% 7,7% 0 0
Menikah 27,4% 58,9% 11% 2,7% 0
S2 Menikah 36,4% 36,4% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan dengan
status marital sudah menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 51,3%
menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir menyatakan sangat
setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah
menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan setuju, dan 26,7%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah
46,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2% menyatakan setuju, dan
7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 27,4%
menyatakan sangat setuju, 58,9% menyatakan setuju, 11% menyatakan ragu, dan
2,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital
sudah menikah 36,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 36,4% menyatakan
setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Sebagai umat muslim kita diharuskan
81
menjauhi hal-hal yang mengandung unsur riba. Berinvestasi di Bank Syariah
merupakan salah satu cara untuk menghindari riba. Namun, tidak seluruh
responden yang setuju dengan pernyataan ini. Berberapa masih meragukan hal
tersebut, bahkan dari hasil penelitian terhadap wanita karir di Palangkaraya,
masih terdapat responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini, jumlahnya
2,7% berasal dari wanita karir dengan tingkat pendidikan S1 dengan status sudah
menikah.
2. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kebutuhan
Hidup
Tabel 4.25
Hanya Membeli Hal-hal yang Memang Benar-benar Dibutuhkan
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 25% 50% 0 0
Menikah 28,2% 64,1% 7,7% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 0 75% 25% 0 0
Menikah 26,7% 53,3% 20% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 76,9% 15,4% 0 0
Menikah 24,7% 57,5% 16,4% 1,4% 0
S2 Menikah 45,5% 54,5% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan
ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 28,2% menyatakan sangat
setuju, 64,1% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Pada tingkat
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 75% wanita karir
menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
82
sudah menikah 26,7% menyatakan sangat setuju, 53,3% menyatakan setuju, dan
20% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah
7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9% menyatakan setuju, dan
15,4% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 24,7%
menyatakan sangat setuju, 57,5% menyatakan setuju, 16,4% menyatakan ragu,
dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
marital sudah menikah 45,5% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 54,5%
menyatakan setuju. Tidak semua responden sangat setuju dan menyatakan bahwa
mereka hanya membeli hal-hal yang benar-benar mereka butuhkan. Kebanyakan
responden menyatakan setuju dan masih banyak pula yang menyatakan ragu-
ragu, bahkan ada 1,4% wanita karir berpendidikan S1 dengan status sudah
menikah menyatakan tidak setuju bahwa dirinya hanya membeli hal-hal yang
benar-benar ia butuhkan. Persentase responden dengan tingkat pendidikan SLTA
menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan responden
SLTA belum menikah. Begitu pula dengan persentase responden Diploma dan
S1 menikah yang menjawab sangat setuju, jumlahnya lebih besar dibandingkan
persentase responden Diploma dan S1 yang belum menikah. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih memperhatikan
pengeluarannya secara teliti, tidak berbelanja hal-hal yang tidak penting
dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan
wanita karir secara keseluruhan, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir,
persentase yang menjawab sangat setuju semakin besar. Hal ini berarti tingkat
83
pendidikan juga mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang dalam
membelanjakan hartanya.
Tabel 4.26
Tidak Menyukai Gaya Hidup Berlebihan, maka Kelebihan Dana Biasanya
Ditempatkan pada Produk Tabungan Syariah
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 50% 50% 0 0
Menikah 20,5% 59% 17,9% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 6,7% 86,7% 6,7% 0 0
S1 Belum Menikah 15,4% 69,2% 15,4% 0 0
Menikah 8,2% 76,7% 11% 4,1% 0
S2 Menikah 18,2% 54,5% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Gaya hidup seseorang cenderung memperlihatkan kepribadiannya.
Wanita karir dengan tingkat pendidikan SLTA berstatus belum menikah setuju
dengan pernyataan tidak menyukai gaya hidup berlebih-lebihan dan lebih
memilih menempatkan kelebihan dana yang dimilikinya untuk ditabung
persentasenya sebanyak 50% dan sisanya menjawab bahwa mereka ragu dengan
pernyataan tersebut. Sedangkan untuk wanita karir SLTA yang sudah menikah,
persentase yang menjawab sangat setuju sebanyak 20,5% kemudian 59%
menjawab setuju dan sisanya menjawab ragu-ragu dan tidak setuju. Bisa saja
yang menjawab ragu-ragu tersebut tidak setuju dengan gaya hidup berlebihan
namun tidak juga menabung untuk menyimpan kelebihan dana yang dimilikinya
atau sebaliknya. Pada tingkat pendidikan Diploma belum menikah persentase
84
responden yang menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan persentase
responden Diploma menikah (25% > 6,7%). Namun, banyak juga responden
Diploma menikah yang menjawab setuju yaitu sebesar 86,7%. Jumlahnya lebih
besar daripada persentase responden Diploma belum menikah yaitu sebesar 75%.
Untuk tingkat pendidikan S1, persentase responden belum menikah yang
menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan yang sudah menikah.
Tabel 4.27
Menabung di Bank Syariah agar Memiliki Kemudahan dalam Bertransaksi
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 50% 50% 0 0
Menikah 10,3% 66,7% 20,5% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 13,3% 86,7% 0 0 0
S1 Belum Menikah 15,4% 61,5% 23,1% 0 0
Menikah 12,3% 69,9% 15,1% 2,7% 0
S2 Menikah 9,1% 72,7% 18,2% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita
karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status
marital sudah menikah 10,3% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan
setuju, 20,5% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir
menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status
marital sudah menikah 13,3% menyatakan sangat setuju dan 86,7% menyatakan
setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4% wanita
85
karir menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, dan 15,4%
menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 8,2%
menyatakan sangat setuju, 76,7% menyatakan setuju, 11% menyatakan ragu, dan
4,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital
sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 54,5% menyatakan
setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Kebutuhan akan kemudahan bertransaksi
menjadi perlu dimiliki oleh seorang wanita karir. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh penulis, mayoritas setuju dengan menabung di Bank Syariah akan
memberikan kemudahan dalam bertransaksi. Namun, tidak semua menyetujui hal
tersebut karena sebagian kecil menyatakan ragu bahkan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan SLTA, responden menikah yang menyatakan sangat setuju
persentasenya lebih besar dibandingkan persentase responden yang belum
menikah. Kemudian pada tingkat pendidikan Diploma, persentase responden
belum menikah yang menjawab sangat setuju lebih besar daripada responden
yang sudah menikah, begitu pula pada tingkat pendidikan S1.
86
Tabel 4.28
Untuk Kebutuhan tidak Terduga Menyisihkan Dana Darurat yang
Diinvestasikan pada Bank Syariah
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 50% 50% 0 0
Menikah 12,8% 61,5% 20,5% 5,1% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 6,7% 80% 13,3% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 61,5% 30,8% 0 0
Menikah 8,2% 72,6% 16,4% 2,7% 0
S2 Menikah 9,1% 63,6% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Dana darurat adalah suatu dana yang dialokasikan atau dipersiapkan pada
rekening yang terpisah atau tidak dicampur dengan rekening lainnya, terutama
rekening investasi, untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya sangat darurat saja.
Pada tingkat pendidikan SLTA, responden yang belum menikah tidak satupun
yang menjawab sangat setuju dengan pernyataan ini, sedangkan untuk responden
yang sudah menikah 12,8% menyatakan sangat setuju. Pada tingkat pendidikan
Diploma, responden yang yang menikah mayoritas menjawab setuju untuk
menempatkan sejumlah dana darurat untuk kebutuhan yang tidak terduga
jumlahnya lebih besar dibandingkan responden yang belum menikah. Kemudian
pada tingkat pendidikan S1, responden menikah yang menjawab sangat setuju
persentasenya juga lebih besar daripada yang belum menikah. Maka dapat
disimpulkan bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih berminat untuk
menempatkan sejumlah dana darurat (emergency fund) dibanding wanita karir
87
yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan secara umum, semakin tinggi
tingkat pendidikan terakhir wanita karir, persentasenya cenderung semakin besar
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pula tingkat pendidikan
seseorang, semakin berminat pula ia pada perencanaan keuangan dalam hal ini
yaitu persiapan dana darurat.
Tabel 4.29
Tertarik Menggunakan Produk Tabungan Haji di Bank Syariah untuk
Memenuhi Rencana Naik Haji
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 25% 75% 0 0
Menikah 23,1% 66,7% 10,3% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 13,3% 60% 26,7% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 61,5% 30,8% 0 0
Menikah 24,7% 64,4% 9,6% 1,4% 0
S2 Menikah 27,3% 54,5% 18,2% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan setuju dan 75% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status
marital sudah menikah 23,1% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan
setuju, dan 10,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan
status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75%
menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 13,3%
menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 26,7% menyatakan ragu.
Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir
88
menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 30,8% menyatakan
ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 24,7% menyatakan sangat
setuju, 64,4% menyatakan setuju, 9,6% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan
tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah
27,3% wanita karir menyatakan sangat setuju, 54,4% menyatakan setuju, dan
18,2% menyatakan ragu. Setiap muslim pasti memiliki keinginan untuk naik haji,
karena naik haji adalah salah satu rukun Islam. Namun tidak semua menjawab
sangat setuju untuk menggunakan tabungan haji dalam mewujudkan rencana
tersebut. Pada tingkat pendidikan SLTA, Diploma, S1, dan S2, responden yang
sudah menikah persentase minatnya (menjawab sangat setuju) lebih besar
dibandingkan responden yang belum menikah. Untuk karakteristik tingkat
pendidikan wanita karir, semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir semakin
besar nilai persentasenya, maka semakin berminat pula orang tersebut pada
perencanaan keuangan dalam hal ini yaitu naik haji.
89
Tabel 4.30
Tertarik Menabung di Bank Syariah untuk Berjaga-jaga
apabila ada Keluarga yang Sakit
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 12,8% 59% 25,6% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 13,3% 80% 6,7% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 61,5% 30,8% 0 0
Menikah 20,5% 63% 13,7% 2,7% 0
S2 Menikah 9,1% 63,6% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
12,8% menyatakan sangat setuju, 59% menyatakan setuju, 25,6% menyatakan
ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3
dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan
pada status marital sudah menikah 13,3% menyatakan sangat setuju, 80%
menyatakan setuju, dan 6,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1
dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju,
61,5% menyatakan setuju, dan 30,8% menyatakan ragu. Sedangkan pada status
marital sudah menikah 20,5% menyatakan sangat setuju, 63% menyatakan
setuju, 13,7% menyatakan ragu, dan 2,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 9,1% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, dan 27,3% menyatakan
ragu. Tabungan untuk berjaga-jaga juga disebut dana darurat (emergency fund).
90
Tabungan yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk memenuhi kebutuhan
tidak terduga termasuk saat ada keluarga yang sakit. Pada tingkat pendidikan
SLTA, Diploma, S1, dan S2, persentase wanita karir yang memikirkan
pentingnya kebutuhan akan dana darurat lebih besar dimiliki oleh wanita karir
yang sudah menikah. Hal ini disebabkan wanita karir yang belum menikah belum
memiliki tanggung jawab atas keluarga, berbeda dengan wanita karir yang sudah
menikah. Sedangkan pada untuk tingkat pendidikan wanita karir, semakin tinggi
tingkat pendidikan wanita karir semakin sadar ia akan pentingnya pemilikan dana
darurat untuk memenuhi kebutuhan mendesak.
Tabel 4.31
Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Asuransi Syariah
untuk Keperluan Proteksi Diri
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 50% 50% 0 0
Menikah 7,7% 61,5% 28,2% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 50% 25% 25% 0 0
Menikah 0 53,3% 46,7% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 61,5% 30,8% 0 0
Menikah 5,5% 64,4% 24,7% 2,7% 2,7%
S2 Menikah 0 63,3% 36,4% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita
karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status
marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan
setuju, 28,2% menyatakan ragu, dan 2,6 menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
91
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu.
Sedangkan pada status marital sudah menikah 53,3% menyatakan setuju dan
46,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum
menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju,
dan 30,8% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 5,5%
menyatakan sangat setuju, 64,4% menyatakan setuju, 24,7% menyatakan ragu,
2,7% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada
tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 63,3% wanita karir
menyatakan setuju dan 36,4% menyatakan ragu. Salah satu cara merencanakan
keuangan adalah dengan memiliki asuransi karena asuransi memiliki manfaat
yang sangat banyak, salah satunya adalah memberikan rasa aman dan
perlindungan. Namun, dari hasil penelitian yang dilakukan pada wanita karir di
Palangkaraya, tidak semua setuju untuk berinvestasi pada asuransi syariah.
Bahkan terlihat dengan jelas responden yang belum menikah hanya sebagian
kecil yang setuju untuk memiliki asuransi dan sisanya masih ragu-ragu. Hal ini
membuktikan bahwa wanita karir yang belum menikah tidak terlalu memikirkan
resiko di masa yang akan datang sehingga belum memiliki minat untuk
melakukan perencanaan asuransi, tidak demikian dengan responden yang sudah
menikah.
92
Tabel 4.32
Menginvestasikan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah
untuk Biaya Hidup di Hari Tua Nanti
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 5,1% 61,4% 28,2% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 0 40% 60% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 46,2% 46,2% 0 0
Menikah 12,3% 58,9% 24,7% 1,4% 2,7%
S2 Menikah 0 63,3% 36,4% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Banyak sekali cara untuk berinvestasi jangka panjang, salah satunya yaitu
berinvestasi pada reksadana syariah. Dari tabel di atas, terlihat bahwa tanggapan
wanita karir beragam terhadap reksadana syariah. Pada tingkat pendidikan
SLTA, persentase responden belum menikah yang menjawab sangat setuju untuk
berinvestasi pada reksadanya syariah sebesar 0%, sisanya 100% menjawab
setuju. Sedangkan untuk responden yang sudah menikah mayoritas menjawab
setuju 61,4%. Untuk tingkat pendidikan Diploma, responden belum menikah
mayoritas menjawab setuju 50% dan responden yang sudah menikah mayoritas
menjawab setuju 60% untuk berinvestasi jangka panjang pada reksadana syariah.
Kemudian pada tingkat pendidikan S1, responden yang belum menikah
mayoritas menjawab setuju dan juga ragu-ragu 46,2% sedangkan untuk
responden S1 yang sudah menikah mayoritas menjawab setuju 58,9%. Pada
tingkat pendidikan S2, mayoritas responden menjawab setuju pula yaitu sebesar
63,3%.
93
Tabel 4.33
Tertarik Berinvestasi di Pasar Uang Syariah
untuk Mendapatkan Gaya Hidup yang Layak Nantinya
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 2,6% 69,2% 25,6% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 6,7% 60% 33,3% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 61,5% 23,1% 7,7% 0
Menikah 5,5% 68,5% 19,2% 4,1% 2,7%
S2 Menikah 0 72,7% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju Sedangkan dengan status marital sudah menikah
2,6% menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, 25,6% menyatakan
ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3
dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan
75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7%
menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 33,3% menyatakan ragu.
Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, 23,1% menyatakan ragu,
dan 7,7% menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah
5,5% menyatakan sangat setuju, 68,5% menyatakan setuju, 19,2% menyatakan
ragu, 4,1% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju.
Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita
karir menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu. Selain berinvestasi pada
94
reksadana, ada juga investasi jangka pendek pada pasar uang seperti deposito.
Dari data di atas diperoleh gambaran jawaban yang beragam dari wanita karir.
Mayoritas wanita karir menjawab setuju untuk berinvestasi pada pada pasar uang
syariah. Terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir,
cenderung semakin besar persentase yang menjawab setuju atas pernyataan
tersebut. Begitu pula dengan status marital wanita karir. Wanita karir yang sudah
menikah lebih memikirkan investasi untuk masa depan, sehingga mereka tertarik
pula untuk berinvestasi pada pasar uang syariah.
3. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Siklus Hidup
Tabel 4.34
Suka Menabung
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 35,9% 56,4% 7,7% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 20% 80% 0 0 0
S1 Belum Menikah 30,8% 69,2% 0 0 0
Menikah 31,5% 65,8% 2,7% 0 0
S2 Menikah 27,3% 72,7% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan
ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 35,9% menyatakan sangat
setuju, 56,4% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Pada tingkat
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir
95
menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu.
Sedangkan pada status marital sudah menikah 20% menyatakan sangat setuju
dan 80% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum
menikah 30,8% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 69,2% menyatakan
setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 31,5% menyatakan sangat
setuju, 65,8% menyatakan setuju dan 2,7% menyatakan ragu. Pada tingkat
pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 27,3% wanita karir
menyatakan sangat setuju dan 72,7% menyatakan setuju. Terlihat bahwa seluruh
responden menyukai menabung, hanya sebagian kecil saja yang menjawab ragu,
dan tidak ada responden yang menyatakan tidak suka menabung. Namun, dari
data di atas terlihat perbedaan bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih
menyukai menabung dibandingkan wanita karir yang belum menikah. dan untuk
tingkat pendidikan terdapat perbedaan minat menabung pada tiap-tiap
karakteristik tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir,
semakin berminat pula ia menempatkan sejumlah dana dalam bentuk tabungan
yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekaran (present consumption)
maupun kebutuhan yang akan datang (future consumption).
96
Tabel 4.35
Tertarik Menabung di Bank Syariah karena Mengetahui Pentingnya
Menabung Sejak Kecil
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 25% 25% 50% 0 0
Menikah 12,8% 66,7% 15,4% 5,1% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 13,3% 73,3% 13,3% 0 0
S1 Belum Menikah 23,1% 69,2% 7,7% 0 0
Menikah 16,4% 68,5% 13,7% 1,4% 0
S2 Menikah 18,2% 63,6% 18,2% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan
ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 12,8% menyatakan sangat
setuju, 66,7% menyatakan setuju, 15,4% menyatakan ragu, dan 5,1%
menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status
belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan
setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah
13,3% menyatakan sangat setuju, 73,3% menyatakan setuju, dan 7,7%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah
23,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, dan
7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 16,4%
menyatakan sangat setuju, 68,5% menyatakan setuju, 13,7% menyatakan ragu,
dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6%
97
menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan ragu. Terlihat bahwa kesadaran
menabung tersebut sebagian besar telah dimiliki wanita karir sejak mereka kecil.
Hanya sebagian kecil yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Untuk
tingkat pendidikan SLTA, Diploma, dan S1 belum menikah persentasenya lebih
besar dibandingkan yang sudah menikah. Hal ini karena penanaman kesadaran
seseorang tentang pentingnya menabung sejak kecil tiap orang berbeda-beda.
Namun, untuk tingkat pendidikan secara absolut terlihat bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan wanita karir semakin besar persentase yang menjawab sangat
setuju dan sadar akan pentingnya menabung sejak kecil.
Tabel 4.36
Tertarik Menggunakan Tabungan Syariah Sejak Pertama Bekerja untuk
Membantu Merencanakan Keuangan
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 50% 50% 0 0 0
Menikah 7,7% 66,7% 20,5% 5,1% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 0 60% 40% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 53,8% 35,8% 0 0
Menikah 12,3% 60,3% 21,9% 5,5% 0
S2 Menikah 0 72,7% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita
karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan dengan
status marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan
setuju, 20,5% menyatakan ragu, dan 5,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
98
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir
menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status
marital sudah menikah 60% menyatakan setuju dan 40% menyatakan ragu. Pada
tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan setuju, dan 35,8% menyatakan
ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 12,3% menyatakan sangat
setuju, 60,3% menyatakan setuju, 21,9% menyatakan ragu, dan 5,5%
menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah
menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu.
Saat seseorang sudah memiliki pekerjaan, biasanya seseorang membutuhkan
instrumen tabungan. Mayoritas responden menyetujui pernyataan ini. Karena
perubahan siklus hidup seseorang membuat orang tersebut membutuhkan sesuatu
perencanaan yang semakin banyak termasuk perencanaan tabungan.
Tabel 4.37
Menabung di Bank Syariah untuk Meminimalisasi Resiko
yang Timbul di Masa Mendatang
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 5,1% 64,1% 30,8% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 6,7% 93,3% 0 0 0
S1 Belum Menikah 30,8% 30,8% 38,5% 0 0
Menikah 11% 74% 11% 4,1% 0
S2 Menikah 0 72,7% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
99
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
5,1% menyatakan sangat setuju, 64,1% menyatakan setuju, dan 40,8%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum
menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan
sangat setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan
sangat setuju dan 93,3% menyatakan setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan
status belum menikah 30,8% wanita karir menyatakan sangat setuju, 30,8%
menyatakan setuju, dan 38,5% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 11% menyatakan sangat setuju, 74% menyatakan setuju, 11%
menyatakan ragu, dan 4,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2
dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan
27,3% menyatakan ragu. Mayoritas responden menjawab setuju akan perlunya
memiliki emergency fund dan tertarik untuk menempatkannya pada bank syariah
untuk dikelola secara syariah. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang
mayoritas menjawab setuju dan sangat setuju akan perlunya kepemilikan dana
darurat bagi pemenuhan kebutuhan yang tidak terduga dan sifatnya mendesak.
100
Tabel 4.38
Mengikuti Program Asuransi Syariah untuk Melindungi dari Kerugian
di Masa Mendatang
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 5,1% 69,2% 20,5% 5,1% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 0 73,3% 26,7% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 30,8% 61,5% 0 0
Menikah 8,2% 64,4% 20.5% 4,1% 2,7%
S2 Menikah 0 81,8% 18,2% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
5,1% menyatakan sangat setuju, 60,2% menyatakan setuju, 20,5% menyatakan
ragu, dan 5,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3
dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50%
menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 73,3% menyatakan setuju, dan 26,7% menyatakan ragu. Pada
tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 30,8% menyatakan setuju, dan 61,5% menyatakan
ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 8,2% menyatakan sangat
setuju, 64.4% menyatakan setuju, 20,5% menyatakan ragu, 4,1% menyatakan
tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan
S2 dengan status marital sudah menikah 81,8% wanita karir menyatakan setuju
dan 18,2% menyatakan ragu. Asuransi juga memiliki fungsi untuk melindungi
101
kerugian yang akan timbul di masa mendatang, misalnya resiko bencana alam.
Mayoritas responden wanita karir menjawab setuju akan pentingnya memiliki
polis asuransi kerugian. Pada tingkat pendidikan SLTA, wanita karir yang sudah
menikah lebih tertarik untuk memiliki asuransi daripada yang belum menikah.
Namun tidak demikian dengan wanita karir Diploma yang sudah menikah,
karena persentasenya lebih kecil dibandingkan wanita karir yang belum menikah.
Kemudian pada tingkat pendidikan S1, persentase wanita karir menikah
menjawab sangat setuju lebih besar dibandingkan persentase wanita karir S1
yang belum menikah. Maka dapat disimpulkan bahwa secara absolut status
marital mempengaruhi minat wanita karir untuk berasuransi. Secara umum juga
diperoleh gambaran bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir,
semakin besar juga minatnya untuk memiliki asuransi syariah.
Tabel 4.39
Mempersiapkan Dana Pendidikan saat Memiliki Anak
agar Pendidikannya Terjamin
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 10,3% 71,8% 17,9% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 0 75% 25% 0 0
Menikah 0 73,3% 26,7% 0 0
S1 Belum Menikah 23,1% 38,5% 30,8% 7,7% 0
Menikah 16,4% 60,3% 17,8% 2,7% 2,7%
S2 Menikah 0 81,8% 18,2% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
102
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
10,3% menyatakan sangat setuju, 71,8% menyatakan setuju dan 17,9%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum
menikah 75% wanita karir menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu.
Sedangkan pada status marital sudah menikah 73,3% menyatakan setuju dan
26,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum
menikah 23,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan
setuju, 30,8% menyatakan ragu, dan 7,7% menyatakan setuju. Sedangkan pada
status marital sudah menikah 16,4% menyatakan sangat setuju, 60,3%
menyatakan setuju, 17,8% menyatakan ragu, 2,7% menyatakan tidak setuju, dan
2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
marital sudah menikah 81,8% menyatakan setuju dan 18,2% menyatakan ragu.
Saat seseorang memiliki anak, seharusnya orang tersebut lebih memperhatikan
pendidikannya termasuk dalam hal biaya pendidikan. Terlihat bahwa wanita
karir yang sudah menikah lebih memikirkan pendidikan anak mereka saat
mereka memiliki anak dibanding yang belum menikah, karena wanita karir yang
sudah menikah telah memiliki pengalaman dalam hal pendidikan anak. Mereka
lebih sadar bahwa pendidikan bagi anak itu penting termasuk dalam penyediaan
dana pendidikan agar pendidikan anak mereka terjamin.
103
Tabel 4.40
Menempatkan Sejumlah Dana pada Reksadana Syariah untuk
Mempertahankan Gaya Hidup yang Layak di Hari Tua Nanti
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 75% 25% 0 0
Menikah 5,1% 61,5% 30,8% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 0 75% 25% 0 0
Menikah 0 60% 40% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 53,8% 38,5% 0 0
Menikah 8,2% 56,2% 27,4% 5,5% 2,7%
S2 Menikah 0 72,7% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75%
menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital
sudah menikah 5,1% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju,
30,8% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 75% wanita karir
menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 60% menyatakan setuju dan 40% menyatakan ragu. Pada tingkat
pendidikan S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan
sangat setuju, 60% menyatakan setuju, dan 40% menyatakan ragu. Sedangkan
pada status marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 53,8%
menyatakan setuju dan 38,5% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S2
dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan
27,3% menyatakan ragu. Terlihat bahwa wanita karir yang sudah menikah lebih
tertarik untuk berinvestasi pada reksadana syariah dibandingkan wanita karir
104
yang belum menikah. Sedangkan untuk tingkat pendidikan wanita karir, semakin
tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin berminat pula ia untuk
berinvestasi pada reksadana syariah karena mereka lebih sadar pentingnya
merencanakan keuangan bagi hari tua kelak.
Tabel 4.41
Perencanaan Warisan Secara Syariah Penting Dimiliki saat Berkeluarga
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 75% 25% 0 0
Menikah 12,8% 61,5% 23,1% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 50% 50% 0 0 0
Menikah 6,7% 80% 13,3% 0 0
S1 Belum Menikah 15,4% 61,5% 23,1% 0 0
Menikah 12,3% 64,4% 17,8% 5,5% 0
S2 Menikah 9,1% 63,6% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75% wanita
karir menyatakan dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital
sudah menikah 12,8% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju,
23,1% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 50% wanita karir
menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan pada status
marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 80% menyatakan setuju,
dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum
menikah 15,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan
setuju, dan 23,1% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah
105
menikah 12,3% menyatakan sangat setuju, 64,4% menyatakan setuju, 17,8%
menyatakan ragu, dan 5,5% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2
dengan status marital sudah menikah 9,1% wanita karir menyatakan sangat
setuju, 63,6% menyatakan setuju, dan 27,3% menyatakan ragu. Saat siklus hidup
seseorang berubah dari lajang menjadi berkeluarga, orang tersebut membutuhkan
perencanaan warisan yang sesuai syariah. Dari tabel di atas, secara absolut
wanita karir yang sudah menikah memiliki kesadaran dan minat yang lebih tinggi
akan perencanaan warisan dibandingkan wanita karir yang belum menikah.
Begitu pula dengan tingkat pendidikan wanita karir. Semakin tinggi tingkat
pendidikan wanita karir, semakin besar pula minatnya akan perencanaan warisan
saat ia telah berkeluarga. Perencanaan warisan memiliki fungsi utama untuk
menjauhkan sifat serakah. Maka perencanaan ini penting untuk dimiliki setiap
orang saat berkeluarga.
106
4. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Kenyataan
Hidup
Tabel 4.42
Merencanakan Keuangan dengan Lebih Matang
untuk Menghindari Resiko saat Terkena PHK
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 75% 25% 0 0 0
Menikah 33,3% 61,5% 2,6% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 26,7% 60% 13,3% 0 0
S1 Belum Menikah 46,2% 53,8% 0 0 0
Menikah 31,5% 61,6% 2,7% 4,1% 0
S2 Menikah 18,2% 81,8% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75% wanita
karir menyatakan sangat setuju dan 25% menyatakan setuju. Sedangkan dengan
status marital sudah menikah 33,3% menyatakan sangat setuju, 61,5%
menyatakan setuju, 2,6% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju.
Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada
status marital sudah menikah 26,7% menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan
setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status
belum menikah 46,2% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 53,8%
menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 31,5%
menyatakan sangat setuju, 61,6% menyatakan setuju, 2,7% menyatakan ragu,
dan 4,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
107
marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 81,8%
menyatakan setuju. Resiko saat bekerja salah satunya adalah PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja), maka perlu adanya perencanaan keuangan yang lebih matang
seperti pengurangan biaya hidup. Seluruh responden wanita karir bekerja sebagai
pegawai negeri sipil sehingga kemungkinan besar terhindar dari resiko PHK.
Namun, mayoritas responden menjawab sangat setuju dan menyadari akan
perlunya perencanaan keuangan yang lebih matang saat tidak memiliki pekerjaan
lagi.
Tabel 4.43
Berinvestasi untuk Menghindari Naiknya Harga Barang-barang
di Masa yang akan Datang
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 50% 50% 0 0 0
Menikah 10,3% 76,9% 12,8% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 26,7% 46,7% 36,7% 0 0
S1 Belum Menikah 15,4% 76,9% 7,7% 0 0
Menikah 21,9% 67,1% 11% 0 0
S2 Menikah 0 100% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita
karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan setuju. Sedangkan dengan
status marital sudah menikah 10,3% menyatakan sangat setuju, 76,9%
menyatakan setuju dan 12,8% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat
108
setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah
menikah 26,7% menyatakan sangat setuju, 46,7% menyatakan setuju, dan 7,7%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah
15,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9% menyatakan setuju, dan
7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 21,9%
menyatakan sangat setuju, 67,1% menyatakan setuju dan 11% menyatakan ragu.
Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 100% wanita
karir menyatakan setuju. Inflasi yang terus meningkat tiap tahunnya membuat
seseorang harus berinvestasi untuk mengurangi resiko tersebut. Dari tabel di atas,
untuk tingkat pendidikan SLTA, Diploma, dan S1 persentase responden wanita
karir menikah yang menjawab sangat setuju akan pernyataan ini lebih besar
daripada persentase wanita karir yang belum menikah. Dan secara absolut pada
karakteristik tingkat pendidikan wanita karir, semakin tinggi tingkat pendidikan
wanita karir tersebut, semakin besar persentase yang menjawab setuju. Maka
dapat disimpulkan bahwa wanita karir yang sudah menikah dan wanita karir yang
tingkat pendidikannya tinggi lebih sadar akan pentingnya berinvestasi untuk
mengantisipasi resiko inflasi pada harga barang-barang di masa yang akan
datang.
109
Tabel 4.44
Harga Barang yang Terus Meningkat, Menuntut Perhatian Lebih pada
Keuangan Pribadi dan Keluarga
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA
Belum Menikah 0 75% 25% 0 0
Menikah 12
(30,8%) 66,7% 2,6% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 13,3% 66,7% 20% 0 0
S1 Belum Menikah 15,4% 76,9% 7,7% 0 0
Menikah 27,4% 65,8% 5,5% 1,4% 0
S2 Menikah 9,1% 72,7% 18,2% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75% wanita
karir menyatakan dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status marital
sudah menikah 30,8% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju dan
2,6% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum
menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 13,3% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan setuju, dan
20% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah
15,4% wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9% menyatakan setuju, dan
7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 27,4%
menyatakan sangat setuju, 65,8% menyatakan setuju, 5,5% menyatakan ragu,
dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
marital sudah menikah 9,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 72,7%
menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan ragu. Terlihat bahwa wanita karir
110
yang sudah menikah untuk seluruh karakteristik tingkat pendidikan memiliki
perhatian yang lebih besar pada keuangan keluarganya untuk mengantisipasi
harga barang yang terus meningkat dari waktu ke waktu dari pada wanita karir
yang belum menikah. Pada tingkat pendidikan wanita karir, secara umum terlihat
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka akan semakin besar pula
minatnya dalam merencanakan keuangan untuk menghindari inflasi.
Tabel 4.45
Tidak Berminat Menempatkan Dana pada Sektor Keuangan karena Imbal
Hasil yang Rendah
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 0 25% 75% 0
Menikah 7,7% 30,8% 48,7% 12,8% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 25% 50% 0 0
Menikah 0 20% 46,7% 33,3% 0
S1 Belum Menikah 0 23,1% 53,8% 23,1% 0
Menikah 6,8% 20,5% 52,1% 20,5% 0
S2 Menikah 0 18,2% 63,6% 18,2% 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan ragu dan 75% menyatakan tidak setuju. Sedangkan dengan
status marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 30,8% menyatakan
setuju, 48,7% menyatakan ragu, dan 12,8% menyatakan tidak setuju. Pada
tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan ragu.
Sedangkan pada status marital sudah menikah 20% menyatakan setuju, 46,7%
111
menyatakan ragu, dan 33,3% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan
S1 dengan status belum menikah 23,1% wanita karir menyatakan setuju, 53,8%
menyatakan ragu, dan 23,1% menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada status
marital sudah menikah 6,8% menyatakan sangat setuju, 20,5% menyatakan
setuju, 52,1% menyatakan ragu, dan 20,5% menyatakan tidak setuju. Pada
tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir
menyatakan setuju, 63,3% menyatakan ragu, dan 18,2% menyatakan tidak setuju.
Terlihat bahwa mayoritas wanita karir menjawab ragu-ragu bahkan tidak setuju
atas pernyataan tidak berminat menempatkan dana pada sektor keuangan karena
imbal hasil yang rendah. Ini berarti wanita karir tidak peduli akan imbal hasil
yang besar dalam hal berinvestasi. Mereka tidak hanya mengejar keuntungan
atau profit semata.
Tabel 4.46
Mengantisipasi Kenaikan Harga Bahan Pokok yang Terus Meningkat
dengan Mengatur Kembali Anggaran Belanja
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 25,6% 69,2% 2,6% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 20% 73,3% 6,7% 0 0
S1 Belum Menikah 30,8% 61,5% 7,7% 0 0
Menikah 23,3% 69,9% 6,8% 0 0
S2 Menikah 9,1% 81,8% 9,1% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
112
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
25,6% menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, 2,6% menyatakan
ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3
dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan
75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 30,8%
menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan
ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 23,3% wanita
karir menyatakan sangat setuju, 69,9% menyatakan setuju, dan 6,8% menyatakan
ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 9,1% menyatakan sangat
setuju, 81,8% menyatakan setuju dan 9,1% menyatakan ragu. Pada tingkat
pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan
ragu. Terlihat bahwa wanita karir untuk seluruh karakteristik tingkat pendidikan
yang berbeda-beda yang berstatus sudah menikah memiliki perhatian yang lebih
pada kenaikan harga bahan pokok sehingga lebih berminat untuk mengatur
kembali anggaran belanjanya dibandingkan wanita karir yang belum menikah.
113
Tabel 4.47
Lebih Selektif Untuk Berinvestasi
karena Krisis Ekonomi yang Melanda Indonesia
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 23,1% 61,5% 15,4% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 20% 66,7% 13,3% 0 0
S1 Belum Menikah 30,8% 61,5% 7,7% 0 0
Menikah 19,2% 68,5% 11% 1,4% 0
S2 Menikah 18,2% 81,8% 0 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
23,1% menyatakan sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju dan 15,4%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum
menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan
setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20% menyatakan sangat
setuju, 66,7% menyatakan setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat
pendidikan S1 dengan status belum menikah 30,8% wanita karir menyatakan
sangat setuju, 61,5% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan
pada status marital sudah menikah 19,2% menyatakan sangat setuju, 68,5%
menyatakan setuju, 11% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju.
Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita
karir menyatakan sangat setuju dan 81,8% menyatakan setuju. Krisis ekonomi
yang melanda Indonesia menuntut sikap yang selektif dalam berinvestasi. Dari
114
tabel di atas, mayoritas wanita karir setuju dengan pernyataan tersebut. Maka
dapat disimpulkan seluruh responden wanita karir menyadari dan berminat untuk
melakukan perencanaan dalam hal investasi untuk menghindari resiko krisis
ekonomi.
Tabel 4.48
Lebih Memperhatikan Keuangan Pribadi
karena Nilai Tukar Rupiah atas Mata Uang Asing yang Fluktuatif
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 10,3% 71,8% 12,8% 5,1% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 13,3% 60% 26,7% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 76,9% 15,4% 0 0
Menikah 17,8% 64,4% 17,8% 0 0
S2 Menikah 9,1% 63,6% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju, 25% menyatakan setuju, dan 50% menyatakan
ragu. Sedangkan dengan status marital sudah menikah 12,8% menyatakan sangat
setuju, 66,7% menyatakan setuju, 15,4% menyatakan ragu, dan 5,1%
menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status
belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan
setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah
13,3% menyatakan sangat setuju, 73,3% menyatakan setuju, dan 7,7%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah
115
23,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, dan
7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 16,4%
menyatakan sangat setuju, 68,5% menyatakan setuju, 13,7% menyatakan ragu,
dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
marital sudah menikah 18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 63,6%
menyatakan setuju, dan 18,2% menyatakan ragu. Nilai tukar rupiah atas mata
uang asing yang fluktuatif juga menuntut perhatian lebih pada keuangan pribadi
wanita karir. Dari tabel di atas, terlihat bahwa persentase wanita karir yang sudah
menikah untuk seluruh karakteristik tingkat pendidikan yang menjawab sangat
setuju secara umum menunjukkan angka yang lebih besar daripada persentase
wanita karir yang belum menikah. Dan terlihat perbedaan persentase minat pada
tiap karakteristik pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir,
semakin peduli mereka terhadap keuangan pribadi maupun keluarganya.
Tabel 4.49
Tertarik Berinvestasi pada Pasar Modal Syariah karena Imbal Hasil
Obligasi Syariah yang Tinggi
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 2,6% 53,8% 28,2% 15,4% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 6,7% 46,7% 46,7% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 30,8% 53,8% 7,7% 0
Menikah 6,8% 56,2% 30,1% 4,1% 2,7%
S2 Menikah 0 45,5% 45,5% 9,1% 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
116
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
2,6% menyatakan sangat setuju, 53,3% menyatakan setuju, 28,2% menyatakan
ragu, dan 15,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3
dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50%
menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 46,7% menyatakan setuju, dan
46,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum
menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 30,8% menyatakan setuju,
53,8% menyatakan ragu, dan 7,7% menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada
status marital sudah menikah 6,8% menyatakan sangat setuju, 56,2% menyatakan
setuju, 30,1% menyatakan ragu, 4,1% menyatakan tidak setuju, dan 2,7%
menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status
marital sudah menikah 45,5% wanita karir menyatakan setuju, 45,5%
menyatakan ragu, dan 9,1% menyatakan tidak setuju. Dari tabel di atas mayoritas
menjawab setuju dan ragu-ragu. Ini berarti wanita karir tidak peduli akan imbal
hasil yang besar dalam hal berinvestasi. Mereka tidak hanya mengejar
keuntungan atau profit semata. Dalam perencanaan keuangan syariah, tidak
diperkenankan hanya mengejar profit, tetapi yang paling penting adalah
berinvestasi pada sektor yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.
117
Tabel 4.50
Tertarik Membuat Perencanaan Pendidikan Bagi Anak Saya karena Biaya
Pendidikan dari Tahun ke Tahun yang Terus Meningkat
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 25,6% 71,8% 2,6% 0 0
Diploma 3 Belum Menikah 50% 50% 0 0 0
Menikah 26,7% 60% 13,3% 0 0
S1 Belum Menikah 38,5% 46,2% 15,4% 0 0
Menikah 35,6% 57,5% 4,1% 2,7% 0
S2 Menikah 27,3% 54,5% 18,2% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
25,6% menyatakan sangat setuju, 71,8% menyatakan setuju, dan 2,6%
menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum
menikah 50% wanita karir menyatakan sangat setuju dan 50% menyatakan
setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 26,7% menyatakan sangat
setuju, 60% menyatakan setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat
pendidikan S1 dengan status belum menikah 38,5% wanita karir menyatakan
sangat setuju, 46,2% menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu.
Sedangkan pada status marital sudah menikah 35,6% menyatakan sangat setuju,
57,5% menyatakan setuju, 4,1 % menyatakan ragu, dan 2,7% menyatakan tidak
setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 27,3%
wanita karir menyatakan sangat setuju, 54,5% menyatakan setuju, dan 18,2%
menyatakan ragu. Inflasi bukan hanya meningkatkan harga barang-barang, tetapi
118
juga biaya pendidikan. Untuk mengantisipasinya, diperlukan adanya perencanaan
pendidikan agar pendidikan anak menjadi terjamin. Dari tabel di atas, secara
umum diperoleh gambaran bahwa wanita karir yang belum menikah untuk setiap
karakteristik tingkat pendidikan belum terlalu memperhatikan perencanaan
pendidikan bagi anaknya karena mereka belum memiliki anak. Berbeda dengan
yang sudah menikah, mereka sangat setuju dan sadar akan pentingnya
perencanaan pendidikan bagi anak-anak mereka karena naiknya biaya pendidikan
dari tahun ke tahun.
5. Minat Membuat Perencanaan Keuangan Syariah Menurut Dunia Keuangan
Tabel 4.51
Tertarik untuk Berinvestasi
karena Produk-produk Keuangan Syariah yang Beragam
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 50% 50% 0 0
Menikah 5,1% 64,1% 28,2% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 6,7% 66,7% 26,7% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 76,9% 15,4% 0 0
Menikah 8,2% 69,9% 15,1% 4,1% 2,7%
S2 Menikah 9,1% 81,8% 9,1% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita
karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status
marital sudah menikah 5,1% menyatakan sangat setuju, 64,1% menyatakan
setuju, 28,2% menyatakan ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir
119
menyatakan sangat setuju dan 75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status
marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 66,7% menyatakan
setuju, dan 26,7% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status
belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 76,9% menyatakan
setuju, dan 15,4% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah
menikah 8,2% menyatakan sangat setuju, 69,9% menyatakan setuju, 15,1%
menyatakan ragu, 4,1% menyatakan tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat
tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah
9,1% wanita karir menyatakan sangat setuju, 81,8% menyatakan setuju, dan
9,1% menyatakan ragu. Dunia keuangan saat ini menawarkan beragam produk
keuangan baik itu syariah maupun konvensional. Maka perlu adanya pemilihan
jenis dan produk mana yang benar-benar dibutuhkan agar tidak membuang-
buang uang karena membeli produk yang salah. Dari tabel di atas dapat kita
ketahui bahwa mayoritas responden saat ditanyai pendapat bahwa mereka tertarik
berinvestasi karena produk-produk keuangan syariah yang beragam dan
mayoritas menjawab setuju dengan pembagian sebagai berikut. Pada tingkat
pendidikan SLTA dan S1, persentase responden menikah yang menjawab sangat
setuju lebih besar daripada persentase responden yang belum menikah. berbeda
halnya dengan responden dengan tingkat pendidikan Diploma yang sudah
menikah, persentase jawaban sangat setujunya lebih kecil dibandingkan yang
belum menikah. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa responden yang
sudah menikah untuk tiap-tiap karakteristik tingkat pendidikan lebih tertarik
120
berinvestasi karena produk keuangan syariah yang beragam daripada responden
wanita karir yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan secara umum,
terlihat persentase yang meningkat untuk tingkat pendidikan yang semakin
tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin terbuka orang tersebut akan perkembangan zaman termasuk
perkembangan dalam bidang keuangan.
Tabel 4.52
Menabung karena Merupakan Salah Satu Cara
untuk Merencanakan Keuangan
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 17,9% 61,5% 15,4% 2,6% 2,6%
Diploma 3 Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 20% 73,3% 6,7% 0 0
S1 Belum Menikah 38,5% 46,2% 15,4% 0 0
Menikah 20,5% 71,2% 5,5% 0 2,7%
S2 Menikah 18,2% 72,7% 9,1% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
17,9% menyatakan sangat setuju, 61,9% menyatakan setuju, 15,4% menyatakan
ragu, 2,6% menyatakan tidak setuju, dan 2,6% menyatakan sangat tidak setuju.
Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan
ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 20% menyatakan sangat
121
setuju, 73,3% menyatakan setuju, dan 6,7% menyatakan ragu. Pada tingkat
pendidikan S1 dengan status belum menikah 38,5% wanita karir menyatakan
sangat setuju, 46,2% menyatakan setuju, dan 15,4% menyatakan ragu.
Sedangkan pada status marital sudah menikah 20,5% menyatakan sangat setuju,
71,2% menyatakan setuju, 5,5% menyatakan ragu, dan 2,7% menyatakan sangat
tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah
18,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 72,7% menyatakan setuju, dan
9,1% menyatakan ragu. Salah satu instrumen perencanaan keuangan baik itu
syariah maupun konvensional adalah tabungan. Dari tabel di atas diperoleh
gambaran bahwa mayoritas wanita karir setuju dengan pernyataan tersebut,
walaupun ada sebagian kecil yang menjawab ragu dan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan SLTA, persentase responden menikah yang menjawab sangat setuju
lebih besar daripada persentase responden yang belum menikah. Namun berbeda
halnya dengan responden menikah dengan tingkat pendidikan Diploma dan S1,
karena persentasenya lebih kecil dibandingkan yang belum menikah.
122
Tabel 4.53
Berminat Memiliki Produk Asuransi karena Manfaatnya Sangat Banyak
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 15,4% 56,4% 25,6% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 6,7% 73,3% 13,3% 6,7% 0
S1 Belum Menikah 23,1% 38,5% 38,5% 0 0
Menikah 19,2% 61,6% 12,3% 4,1% 2,7%
S2 Menikah 0 90,9% 9,1% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
15,4% menyatakan sangat setuju, 56,4% menyatakan setuju, 25,6% menyatakan
ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3
dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan
pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 73,3%
menyatakan setuju, 13,3% menyatakan ragu, dan 6,7% menyatakan tidak setuju.
Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 23,1% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, dan 38,5% menyatakan
ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 19,2% menyatakan sangat
setuju, 61,6% menyatakan setuju, 12,3% menyatakan ragu, 4,1% menyatakan
tidak setuju, dan 2,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan
S2 dengan status marital sudah menikah 90,9% wanita karir menyatakan setuju
dan 9,1% menyatakan ragu. Seperti pernyataan sebelumnya bahwa produk
123
asuransi memiliki manfaat yang sangat banyak. Responden kembali ditanyakan
hal yang sama dan mereka menunjukkan kekonsistenan dalam menjawab. Dapat
kita lihat bahwa responden yang belum menikah secara umum kurang berminat
untuk memiliki produk asuransi dibandingkan responden wanita karir yang sudah
menikah karena mereka merasa belum membutuhkan proteksi diri dan lain-lain.
Tabel 4.54
Tertarik Berinvestasi pada Komoditas Emas
karena Harganya terus Naik dari Waktu ke Waktu
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 75% 25% 0 0
Menikah 10,3% 53,8% 23,1% 12,8% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 6,7% 53,3% 33,3% 6,7% 0
S1 Belum Menikah 15,4% 46,2% 38,5% 0 0
Menikah 11% 64,4% 16,4% 8,2% 0
S2 Menikah 0 72,7% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 75% wanita
karir menyatakan setuju dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status
marital sudah menikah 10,3% menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan
setuju, 23,1% menyatakan ragu, dan 12,8% menyatakan tidak setuju. Pada
tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum menikah 25% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 25% menyatakan ragu.
Sedangkan pada status marital sudah menikah 15,4% menyatakan sangat setuju,
46,2% menyatakan setuju, dan 38,5% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan
124
S1 dengan status belum menikah 15,4% wanita karir menyatakan sangat setuju,
46,2% menyatakan setuju, dan 38,5% menyatakan ragu. Sedangkan pada status
marital sudah menikah 11% menyatakan sangat setuju, 64,4% menyatakan
setuju, 16,4% menyatakan ragu, dan 8,2% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 72,7% wanita karir
menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu. Sekarang ini investasi dalam
bentuk emas sangat diminati oleh masyarakat terutama wanita karena harganya
yang cenderung untuk naik dari waktu ke waktu. Dari tabel di atas diperoleh
gambaran bahwa wanita karir mayoritas menjawab setuju dengan hal tersebut.
Untuk tingkat pendidikan SLTA, Diploma, dan S1 dengan status marital wanita
karir sudah menikah, persentase yang menjawab sangat setuju dan setuju lebih
besar dibandingkan wanita karir yang belum menikah. Untuk tingkat pendidikan
wanita karir secara umum terdapat peningkatan persentase untuk tiap kenaikan
tingkat pendidikan wanita karir.
125
Tabel 4.55
Tingkat Resiko yang Tinggi tidak Menjadi Penghalang
untuk Tetap Berinvestasi
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 25% 75% 0 0
Menikah 7,7% 38,5% 43,6% 7,7% 2,6%
Diploma 3 Belum Menikah 25% 25% 50% 0 0
Menikah 6,7% 40% 53,3% 0 0
S1 Belum Menikah 7,7% 15,4% 69,2% 7,7% 0
Menikah 1,4% 42,5% 45,2% 11% 0
S2 Menikah 0 36,4% 54,5% 9,1% 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 25% wanita
karir menyatakan setuju dan 75% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status
marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan
setuju, 43,6% menyatakan ragu, 7,7% menyatakan tidak setuju, dan 2,6%
menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan
status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25%
menyatakan setuju, dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 40% menyatakan setuju, dan
53,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum
menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju, 15,4% menyatakan setuju,
69,2% menyatakan ragu, dan 7,7% menyatakan tidak setuju. Sedangkan pada
status marital sudah menikah 1,4% menyatakan sangat setuju, 42,5% menyatakan
setuju, 45,2% menyatakan ragu, dan 11% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 36,4% wanita karir
126
menyatakan setuju, 54,5% menyatakan ragu, dan 9,1% menyatakan tidak setuju.
Semua bentuk investasi memiliki resikonya masing-masing. Semakin tinggi
kemungkinan keuntungan yang akan diperoleh semakin tinggi pula resikonya
(high risk high gain). Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa mayoritas
wanita karir tidak menyukai dan takut akan resiko berinvestasi. Tidak banyak
yang menjawab sangat setuju atau setuju pada pernyataan di atas. Antara wanita
yang belum dan sudah menikah memiliki jawaban yang hampir sama.
Tabel 4.56
Tertarik Memiliki Tabungan di Bank Syariah karena Aksesnya Mudah
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 12,8% 69,2% 15,4% 2,6% 0
Diploma 3 Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 6,7% 73,3% 13,3% 6,7% 0
S1 Belum Menikah 30,8% 61,5% 7,7% 0 0
Menikah 6,8% 67,1% 17,8% 8,2% 0
S2 Menikah 27,3% 63,% 9,1% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
12,8% menyatakan sangat setuju, 69,2% menyatakan setuju, 15,4% menyatakan
ragu, dan 2,6% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3
dengan status belum menikah 100% wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan
pada status marital sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 73,3%
menyatakan setuju, dan 13,3% menyatakan ragu. Pada tingkat pendidikan S1
127
dengan status belum menikah 30,8% wanita karir menyatakan sangat setuju,
61,5% menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status
marital sudah menikah 6,8% menyatakan sangat setuju, 67,1% menyatakan
setuju, 17,8% menyatakan ragu, dan 8,2% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 27,3% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 63,6% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan
ragu. Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa fasilitas yang menunjang
kemudahan nasabah dalam transaksi menjadi penting untuk dimiliki oleh tiap
produk keuangan. Terbukti dari respon wanita karir di atas, mayoritas menjawab
setuju bahwa akses mudah membuat mereka tertarik untuk menggunakan salah
satu produk keuangan.
Tabel 4.57
Dunia Bisnis yang Semakin Modern Menuntut untuk Menggunakan Salah
Satu Layanan Perbankan Termasuk Perbankan Syariah
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 100% 0 0 0
Menikah 7,7% 74,4% 12,8% 5,1% 0
Diploma 3 Belum Menikah 25% 75% 0 0 0
Menikah 6,7% 73,3% 13,3% 6,7% 0
S1 Belum Menikah 46,2% 46,2% 7,7% 0 0
Menikah 12,3% 78,1% 8,2% 1,4% 0
S2 Menikah 18,2% 72,7% 9,1% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 100%
wanita karir menyatakan setuju. Sedangkan dengan status marital sudah menikah
128
7,7% menyatakan sangat setuju, 74,4% menyatakan setuju, 12,8% menyatakan
ragu, dan 5,1% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3
dengan status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju dan
75% menyatakan setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,7%
menyatakan sangat setuju, 73,3% menyatakan setuju, 13,3% menyatakan ragu,
dan 6,7% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status
belum menikah 46,2% wanita karir menyatakan sangat setuju, 46,2%
menyatakan setuju, dan 7,7% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 12,3% menyatakan sangat setuju, 78,1% menyatakan setuju,
8,2% menyatakan ragu, dan 1,4% menyatakan tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 18,2% wanita karir
menyatakan sangat setuju, 72,7% menyatakan setuju, dan 9,1% menyatakan
ragu. Dunia bisnis yang semakin modern dan berkembang menuntut seseorang
untuk memiliki berbagai layanan perbankan salah satunya perbankan syariah.
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa mayoritas wanita karir setuju pada
pernyataan tersebut.
129
Tabel 4.58
Tertarik Menyimpan Uang pada Produk Deposito Syariah untuk
Investasi Jangka Pendek
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 50% 50% 0 0
Menikah 7,7% 53,8% 23,1% 12,8% 2,6%
Diploma 3 Belum Menikah 25% 25% 50% 0 0
Menikah 6,7% 60% 13,3% 13,3% 6,7%
S1 Belum Menikah 15,4% 38,5% 30,8% 7,7% 7,7%
Menikah 6,8% 47,9% 28,8% 12,3% 4,1%
S2 Menikah 0 83,6% 36,4% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita
karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status
marital sudah menikah 7,7% menyatakan sangat setuju, 53,8% menyatakan
setuju, 23,1% menyatakan ragu, 12,8% menyatakan tidak setuju, dan 2,6%
menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan
status belum menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 25%
menyatakan setuju, dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 6,7% menyatakan sangat setuju, 60% menyatakan setuju, 13,3%
menyatakan ragu, 13,3% menyatakan tidak setuju, dan 6,7% menyatakan sangat
tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S1 dengan status belum menikah 15,4%
wanita karir menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, 30,8%
menyatakan ragu, 7,7% menyatakan tidak setuju, dan 7,7% menyatakan sangat
tidak setuju. Sedangkan pada status marital sudah menikah 6,8% menyatakan
sangat setuju, 47,9% menyatakan setuju, 28,8% menyatakan ragu, 12,3%
130
menyatakan tidak setuju, 4,1% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat
pendidikan S2 dengan status marital sudah menikah 83,6% wanita karir
menyatakan setuju dan 36,4% menyatakan ragu. Investasi jangka pendek dalam
bentuk deposito menjadi salah satu alternatif dalam berinvestasi. Dari tabel di
atas diperoleh jawaban responden yang beragam. Mayoritas menjawab setuju dan
sebagian kecil ada yang menjawab tidak setuju bahkan sangat tidak setuju.
Tabel 4.59
Tertarik Menempatkan Dana pada Reksadana Syariah
untuk Investasi Jangka Panjang
Tingkat
Pendidikan Status Marital SS S R TS STS
SLTA Belum Menikah 0 50% 50% 0 0
Menikah 5,1% 59% 25,6% 7,7% 2,6%
Diploma 3 Belum Menikah 25% 50% 25% 0 0
Menikah 0 33,3% 46,7% 13,3% 6,7%
S1 Belum Menikah 7,7% 30,8% 46,2% 7,7% 7,7%
Menikah 8,2% 50,7% 24,7% 12,3% 4,1%
S2 Menikah 0 72,7% 27,3% 0 0
Sumber: kuesioner diolah, 2011
Pada tingkat pendidikan SLTA dengan status belum menikah 50% wanita
karir menyatakan setuju dan 50% menyatakan ragu. Sedangkan dengan status
marital sudah menikah 5,1% menyatakan sangat setuju, 59% menyatakan setuju,
25,6% menyatakan ragu, 7,7% menyatakan tidak setuju, dan 2,6% menyatakan
sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan Diploma 3 dengan status belum
menikah 25% wanita karir menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju,
dan 25% menyatakan ragu. Sedangkan pada status marital sudah menikah 33,3%
131
wanita karir menyatakan setuju, 46,7% menyatakan ragu, 13,3% menyatakan
tidak setuju, dan 6,7% menyatakan sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan
S1 dengan status belum menikah 7,7% wanita karir menyatakan sangat setuju,
30,8% menyatakan setuju, 46,2% menyatakan ragu, 7,7% menyatakan tidak
setuju, dan 7,7% menyatakan sangat tidak setuju. Sedangkan pada status marital
sudah menikah 8,2% menyatakan sangat setuju, 50,7% menyatakan setuju,
24,7% menyatakan ragu, 12,3% menyatakan tidak setuju, 4,1% menyatakan
sangat tidak setuju. Pada tingkat pendidikan S2 dengan status marital sudah
menikah 72,7% wanita karir menyatakan setuju dan 27,3% menyatakan ragu.
Reksadana syariah juga menjadi salah satu alternatif dalam berinvestasi. Dari
tabel di atas, jawaban responden juga beragam. Mayotitas menjawab setuju atas
pernyataan tersebut. Pada tingkat pendidikan SLTA dan S1, persentase
responden wanita karir yang sudah menikah yang menjawab sangat setuju
jumlahnya lebih besar daripada persentase wanita karir yang belum menikah.
Sedangkan untuk tingkat pendidikan Diploma, persentase wanita karir yang
sudah menikah yang menjawab sangat setuju lebih kecil dibandingkan persentase
wanita karir yang belum menikah. Namun secara umum status marital wanita
karir yang sudah menikah memiliki minat yang lebih besar dalam berinvestasi
jangka pendek pada reksadana syariah dibandingkan wanita karir yang belum
menikah. Secara umum juga semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir
semakin tinggi pula persentase yang menjawab setuju akan pentingnya investasi
jangka panjang pada reksadana syariah.
132
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Secara teori, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin berminat
pula ia untuk membuat perencanaan yang sesuai dengan syariah. Status
marital yang berbeda-beda juga menimbulkan perbedaan dalam membuat
perencanaan keuangan syariah. Seseorang yang sudah menikah lebih berminat
untuk membuat perencanaan keuangan syariah dibandingkan seseorang yang
belum menikah.
2. Terdapat perbedaan minat membuat perencanaan keuangan syariah antara
wanita karir yang berstatus belum menikah dengan wanita karir yang berstatus
sudah menikah. Wanita karir yang sudah menikah lebih berminat untuk
membuat perencanaan keuangan keluarganya dibandingkan wanita karir yang
belum menikah. Terdapat perbedaan minat membuat perencanaan keuangan
syariah pada masing-masing karakteristik tingkat pendidikan wanita karir.
Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita karir, semakin besar minatnya
dalam membuat perencanaan keuangan syariah bagi dirinya maupun bagi
keluarganya. Produk keuangan yang paling banyak dipilih oleh wanita karir
berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan dan status maritalnya antara lain:
wanita karir dengan tingkat pendidikan SMA belum menikah paling banyak
133
memilih produk tabungan syariah, sedangkan yang sudah menikah paling
banyak memilih produk tabungan haji, wanita karir dengan tingkat pendidikan
Diploma 3 belum menikah paling banyak memilih asuransi jiwa, sedangkan
yang sudah menikah paling banyak memilih tabungan haji dan asuransi
syariah, wanita karir dengan tingkat pendidikan S1 belum menikah paling
banyak memilih produk tabungan syariah, sedangkan yang sudah menikah
paling banyak memilih tabungan haji, dan wanita karir dengan tingkat
pendidikan S2 dengan status menikah paling banyak memilih tabungan haji
dalam merencanakan keuangannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran diharapkan dapat bermanfaat
dan menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca di antaranya:
1. Wanita karir yang sudah menikah lebih berminat untuk melakukan
perencanaan keuangan syariah dibandingkan yang belum menikah. Padahal
perencanaan keuangan sangat penting bagi semua orang terutama termasuk
yang belum berumah tangga. Maka diperlukan adanya sosialisasi mengenai
pentingnya merencanakan keuangan pribadi pada wanita karir.
2. Wanita karir yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (Sarjana) lebih berminat
untuk melakukan perencanaan keuangan dibandingkan dengan yang
pendidikannya belum sarjana. Maka di sini diperlukan pula peran pemerintah
134
maupun mahasiswa untuk menyadarkan wanita karir betapa pentingnya
merencanakan keuangan baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor lain selain
status marital dan tingkat pendidikan wanita karir yang mempengaruhi minat
membuat perencanaan keuangan syariah. Faktor tersebut di antaranya:
a. Kepribadian seseorang
Wanita karir yang mempunyai sifat hemat, disiplin, hati-hati dan terencana
lebih berminat untuk membuat perencanaan keuangan pribadi maupun
keluarga.
b. Usia
Wanita karir yang usianya lebih matang biasanya lebih berminat dalam
merencanakan keuangan keluarga.
c. Pendapatan.
Wanita karir yang pendapatannya maupun keluarganya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, kurang tertarik untuk membuat
perencanaan keuangan jangka panjang, karena para responden wanita karir
cenderung untuk lebih memikirkan mengatur keuangan sehari-harinya dan
kurang memikirkan untuk merencanakan keuangan masa yang akan
datang.
d. Pola pikir
Wanita karir yang mempunyai pemikiran berorientasi pada masa depan,
cenderung untuk tertarik membuat perencanaan keuangan keluarga.
135
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim dan Terjemahannya. 2007. Departemen Agama.
Ali, AM Hasan. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, dan Praktis. 2004. Jakarta: Prenada Media.
Anshory, Hafiz. Ihdad Wanita Karir dan Problematika Hukum Islam Kontemporer.
1996. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Badan Pusat Statistik Kota Palangkaraya. Palangkaraya dalam Angka. 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4. 2008.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dewi, Herlina P. Mengelola Keuangan Pribadi Untuk Perempuan Lajang dan
Menikah. 2009. Yogyakarta: Stiletto Book.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. 2002. Jakarta: Rineka Cipta.
Fakultas Syariah dan Hukum. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. 2007. Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ghozie, Prita Hapsari. Menjadi Cantik, Gaya, dan Tetap Kaya. 2010. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Hasan, M. Tholhah. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia. 2005. Jakarta:
Lantabora Press.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan.1980. Jakarta: Erlangga.
Kapoor, Jack R., dkk. Personal Finance Seventh Edition. 2004. New York, America:
McGraw-Hill Companies.
Mandell, Lewis. The Impact of Financial Literacy Education on Subsequent
Financial Behavior. 2009.
Manurung, Adler H dan Lutfi T. Rizky. Successful Financial Planner a Complete
Guide. 2009. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
136
McCormick, Martha Henn. The Effectiveness of Youth Financial Education, Journal
of Financial and Counselling Planning. Vol. 20. Issuue 1. 2009.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam sambutan Peringatan Hari Ibu ke-80
dan Perancangan Tahun Indonesia Kreatif 2009 di Jakarta Convention Centre,
Senin 22 Desember 2008.
Mingka, Agustianto dan Lutfi Trisandi Rizki. Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah.
2010. Jakarta: MudaMapan Publishing.
Moelyono, Anton M. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Mudzar, Atho. Wanita dalam Masyarakat Indonesia. 2001. Yogyakarta: Sunan
Kalijaga Press.
Muhammad. Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif. 2008.
Yogyakarta: PT. Rajawali Pers.
___________ Metodologi Penelitian Pemikiran Ekonomi Islam. 2004. Yogyakarta:
Ekonisia.
Muri’ah, Siti. Wanita Karir dalam Bingkai Islam. Bandung: Angkasa.
Nugraha, Ubaidillah. Wealth Management. 2008. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Pratiwi, Rahmawati Dian. Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam Perencanaan
Keuangan Keluarga Perspektif Islam (Studi pada Masyarakat Kelurahan
Cempaka Putih Ciputat. 2010. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Poerwadarminta, WJS. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1987. Jakarta: Balai Pustaka.
Pontjowinoto, Iwan P. Kaya dan Bahagia Cara Syariah. 2010. Jakarta, PT. Mizan
Publika.
Purwoko, Aditya Dwi. Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Kualitas
Pelayanan KPP, dan Tingkat Pendidikan terhadap Motivasi Wajib Pajak
Memenuhi Kewajiban Pajak. 2008. Skripsi UIN Jakarta.
Rochaety, Ety. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. 2007. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
137
Santoso, Singgih. Bank Soal Statistik dengan SPSS. 2005. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Senduk, Safir. Seri Perencanaan Keuangan, Mengelola Keuangan Keluarga. 2009
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sumadi, Suryabrata. Psikologi Pendidikan, 2001. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. 1997. Bandung:
Rosda.
______________ Psikologi Belajar. 2004. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial: Edisi
kedua. 2009. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Yohnshon. Peran Universitas di Surabaya dalam Meningkatkan Jumlah Keluarga
Mapan di Surabaya. 2009. Jurnal Penelitian Jurusan Ekonomi Manajemen,
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
Internet:
http://kalteng.go.id/viewcat.asp?id=80
Irmayanti Meliono dkk, MPKT Modul I. 2007. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.
Artikel ini diakses tanggal 24 Juni 2011 pukul 02.03 p.m. dari
http://www.id.wikipedia.org.
Sri Khurniatun, Perencanaan Keuangan Syariah Vs Konvensional, artikel ini diakses
pada tanggal 22 September 2011 pukul 02.13 p.m. dari
http://srikhurniatun.blogspot.com/2008/07/perencana-keuangan-syariah-vs.html
LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner
Untuk Wanita Karir Muslim yang Bekerja pada Instansi Pemerintah Daerah
Kota Palangkaraya sebagai Responden
PENGANTAR
Kuesioner ini ditujukan untuk memperoleh data dan informasi yang terkait dengan permasalahan
yang diteliti dalam bentuk skripsi dengan judul “Perbedaan Minat Membuat Perencanaan
Keuangan Syariah Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Marital Wanita Karir
(Studi pada Instansi Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya)”. Peneliti berharap kepada
responden yang terpilih sebagai responden dalam penelitian ini dapat bekerja sama dalam
memberikan informasi serta jawaban atas pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ini secara
benar, jujur, dan objektif.
Atas bantuan dan kerjasamanya, peneliti mengucapkan terima kasih.
Jakarta, Juni 2011
Peneliti,
Mega Resti Wulandari
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama responden/inisial :
2. Usia :
a. < 24 Tahun
b. 25 – 29 Tahun
c. 30 – 39 Tahun
d. 40 – 49 Tahun
e. > 50 Tahun
3. Status pernikahan :
a. Belum Menikah
b. Menikah
4. Tingkat pendidikan terakhir :
a. SLTA/MA
b. Diploma 3
c. Sarjana S1
d. Sarjana S2
e. Lainnya…..
PETUNJUK PENGISIAN:
Jawab pertanyaan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang telah tersedia
Contoh pengisian kuesioner:
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 Saya adalah Pegawai Negeri Sipil √
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu-ragu
TS = Tidak setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
A. LANDASAN SYARIAH
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 Saya mengetahui dengan jelas perintah Allah untuk
berzakat
2 Setiap penghasilan yang saya peroleh telah saya
keluarkan zakatnya
3 Saya mengetahui perintah Allah untuk tidak hidup
berlebih-lebihan (hemat)
4 Saya hanya membelanjakan uang saya pada hal-hal
yang tidak bertentangan dengan syariah Islam
5 Dengan hidup sederhana berarti saya telah
melakukan perencanaan keuangan yang sesuai
syariah
6 Saya mengetahui pentingnya merencanakan keuangan
7 Saya tertarik untuk berinvestasi pada produk
keuangan syariah karena saya mengetahui dengan jelas
perintah Allah SWT untuk melakukan perencanaan
termasuk dalam merencanakan keuangan
8 Saya hanya berminat untuk berinvestasi pada hal-hal
yang tidak bertentangan dengan syariat Islam
No Pertanyaan SS S R TS STS
9 Saya tertarik untuk menabung di Bank Syariah karena
menabung adalah salah satu cara untuk hidup hemat
10 Saya tertarik untuk berinvestasi di Bank Syariah
karena Bank Syariah jauh dari unsur riba
B. KEBUTUHAN HIDUP
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 Saya hanya membeli hal-hal yang memang benar-
benar saya butuhkan
2 Saya tidak menyukai gaya hidup berlebihan, maka
kelebihan dana biasanya saya tempatkan pada produk
tabungan di Bank Syariah
3 Saya ingin menabung di Bank Syariah agar memiliki
kemudahan dalam bertransaksi
4 Untuk kebutuhan tidak terduga saya akan menyisihkan
dana darurat yang saya investasikan pada bank
syariah
5 Untuk memenuhi rencana saya naik haji, saya tertarik
untuk menggunakan produk tabungan haji di Bank
Syariah
6 Saya tertarik menabung di Bank Syariah untuk
berjaga-jaga agar tersedianya dana apabila ada
keluarga yang sakit
7 Untuk keperluan proteksi diri, saya akan
menginvestasikan sejumlah dana pada asuransi
syariah
8 Saya berminat menginvestasikan sejumlah dana pada
reksadana syariah untuk biaya hidup di hari tua nanti
No Pertanyaan SS S R TS STS
9 Saya tertarik berinvestasi pada pasar uang syariah
untuk mendapatkan gaya hidup yang layak nantinya
C. SIKLUS HIDUP
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 Saya suka menabung
2 Saya tertarik untuk menabung di Bank Syariah karena
saya mengetahui pentingnya menabung sejak kecil
3 Sejak saya pertama bekerja saya tertarik untuk
menggunakan instrumen keuangan tabungan syariah
untuk membantu merencanakan keuangan saya
4 Saya ingin menabung di bank syariah untuk
meminimalisasi resiko yang timbul di masa yang akan
datang
5 Untuk melindungi dari kerugian di masa yang akan
datang, saya akan mengikuti program asuransi syariah
6 Saat memiliki anak, agar pendidikannya terjamin, saya
ingin mempersiapkan dana pendidikan dengan cara
menempatkannya pada asuransi syariah
7 Untuk mempertahankan gaya hidup yang layak di
hari tua nanti, saya ingin menempatkan sejumlah dana
reksadana syariah
8 Menurut saya perencanaan warisan secara syariah
menjadi penting untuk dimiliki saat saya berkeluarga
D. KENYATAAN HIDUP
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 Untuk menghindari terjadinya resiko saat terkena
PHK, saya akan merencanakan keuangan saya dengan
lebih matang
2 Untuk menghindari naiknya harga barang-barang di
masa yang akan datang saya akan mulai berinvestasi
3 Harga barang yang terus meningkat, menuntut saya
untuk lebih memperhatikan keuangan saya
4 Imbal hasil yang rendah membuat saya tidak
berminat untuk menempatkan dana pada sektor
keuangan
5 Saya mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok yang
terus meningkat dengan cara mengatur kembali
anggaran belanja saya
6 Krisis ekonomi yang melanda Indonesia membuat saya
lebih selektif untuk berinvestasi
7 Nilai tukar rupiah atas mata uang asing yang fluktuatif
membuat saya lebih memperhatikan keuangan
pribadi saya
8 Imbal hasil Obligasi syariah yang tinggi membuat saya
tertarik untuk berinvestasi di pasar modal syariah
9 Naiknya biaya pendidikan dari tahun ke tahun
membuat saya tertarik untuk membuat perencanaan
pendidikan bagi anak saya
E. DUNIA KEUANGAN
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 Produk-produk keuangan syariah yang beragam
membuat saya tertarik untuk berinvestasi
2 Saya mengetahui bahwa menabung menggunakan
produk keuangan merupakan salah satu cara
merencanakan keuangan
3 Saya berminat untuk memiliki produk asuransi, karena
manfaatnya sangat banyak
4 Naiknya harga emas dari waktu ke waktu membuat
saya tertarik untuk berinvestasi pada komoditas
tersebut
5 Tingkat resiko yang tinggi tidak menjadi penghalang
bagi saya untuk tetap berinvestasi
6 Saya tertarik untuk memiliki tabungan di Bank
Syariah karena aksesnya mudah
7 Dunia bisnis yang semakin modern menuntut saya
untuk menggunakan salah satu layanan perbankan
termasuk perbankan syariah
8 Untuk investasi jangka pendek saya tertarik untuk
menyimpan uang saya pada produk deposito syariah
9 Untuk investasi jangka panjang saya tertarik untuk
menempatkan sejumlah dana pada reksadana syariah
Lampiran 2
Skor Kuesioner
A
1
A
2
A
3
A
4
A
5
A
6
A
7
A
8
A
9
A
1
0
B
1
B
2
B
3
B
4
B
5
B
6
B
7
B
8
B
9
C
1
C
2
C
3
C
4
C
5
C
6
C
7
C
8
D
1
D
2
D
3
D
4
D
5
D
6
D
7
D
8
D
9
E
1
E
2
E
3
E
4
E
5
E
6
E
7
E
8
E
9
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 3 1 1
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 3 5 5 5
5 3 4 4 3 5 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 4 3 3 3 3 3 3 5 4 4 2 4 4 4 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 2 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5
5 3 4 4 3 5 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 4 4 4 3 5 4 3 3 3 3 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3
5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 3 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3
5 5 5 5 5 5 2 5 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 4 3 3 2 1 1 1 2 4 3 4 2 4 3 3 1 5 1 1 1 2 2 3 4 2 2
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 5 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 3 4 3 3 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 2 5 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 1 4 3 3 2 1 1 1 2 4 3 4 2 4 3 3 1 5 1 1 1 2 2 3 4 2 2
4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 3 4 4 4 4 5 5 3 3 3 4 5 4 5 4 5 3 3 3 5 3 3 3 3 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 5 4 4 3 5 5 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5
5 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3
5 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3
4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 2
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3
3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 2 4 2 2 2 2
5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3
5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4
5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 2 5 5 5 4 5 3 5 4 5 3 4 4 4 3
5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 5 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 4 2 4 2 4 4 2 2
4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 3 3 3 4 3 3 3 4 4 5 4 3 4 4 3
5 5 4 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5
5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3
5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3
5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 3 3 5 5 5 3 5 3 3 3 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 1 1
5 4 5 5 5 5 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 5 5 4 5 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4
5 5 5 4 4 5 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 2 2 3 2 3 3 2 5 5 5 3 4 4 5 2 5 2 5 5 3 2 4 2 2 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4
5 4 5 5 3 4 4 5 5 5 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 5 4 4 3 5 5 4 3 5 4 4 3 5 4 5 5 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2
5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2
5 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 3 4 4 5 5 5 4
4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3
5 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4
5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 1
5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 3 3
4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3
4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3
5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 5 5 4 5 4 5 5 4 3 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 5 5 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3
5 5 4 4 5 3 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 5 3 4 5 4 5 5
4 4 5 3 5 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4 4 3 3 3 5 5 5 4 4 5 3 3 5 5 5 3 5 5 3 2 5 2 4 4 2 3 2 4 3 4
5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4
5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1
5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4
5 5 5 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1
5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 5 4 3 3 3 4 3 5 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 2 2 4 4 2 4
5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1
4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4
5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3
5 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3
5 5 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 5 4 4 3 5 4 5 5 4 4 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 2 5 5 4 2 4 5 5 4 3 3 4 4 4 4
5 5 5 5 4 4 3 5 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 5 5 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3
5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 5 5 4 2 4 4 4 2 5 4 4 2 5 4 2 2 2 2
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 3 2 2 4 3 3 3 2 2 4 4 3 3
5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 3 3 3 5 5 4 5 3 3 3 4 5 3 4 3 4 5 4 2 3 4 5 3 3 3 4 5 5 3
4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 2 3 4 4 4 2 2 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 3 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 5 4 4 3 3 3 3 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 2 4 5 2 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4
4 5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 2 5 5 5 3 4 3 5 4 3 3 3 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5
5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 3 4 3 3 5 5 3 4 3 3 3 3 5 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 2 3 2 2
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3
5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3
5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 2 2 5 4 2 2 4 5 4 3 2 3 4 4 2 4 4 4 4 5
5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 5 3 3 3 4 4 4
5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4
5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 5 5 4 4 5 3 5 4 4 4
5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
4 4 3 2 4 5 3 4 3 3 5 3 4 3 5 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4
4 4 3 2 4 5 3 4 3 3 5 3 4 3 5 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4
5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 5 5 5 3 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4
5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 2 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 4 5 5 2 5 5 2 4 3 4 4 5 4 5 3 5 2
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 4 1 4 3 4 4 4 2 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 3 4 3 4 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4
5 3 5 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3
4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 3 4 5 3 4 4 5 3 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
5 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 5 4 3 5 4 5 4 4 2 4 4 4 4
4 4 4 4 2 5 4 5 4 4 2 2 3 2 5 3 3 4 4 5 4 3 4 3 3 4 4 5 5 4 2 4 5 5 4 4 4 5 5 5 3 4 3 3 3
5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 5 4 4 4 4 3 4 3 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3
5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 5 4 4 4 3 3 4 4 4 3
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 2
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4
5 3 5 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 5 5 4 4
5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5
5 4 4 4 3 4 5 5 4 5 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 3 4 3 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4
5 4 4 5 3 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 3 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 3 5 5 4 4
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 3 3 5 4 3 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 4 3 4 2 4 4 2 4 2 4 3 4 2 4 2 4 2 2 4 2 2
5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 3 5 4 5 5 4 2 5 4 4 3
5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
Lampiran 3
Uji Validitas dan Reliabilitas
A. Landasan Syariah
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
.918 .932 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
a1 4.7667 .56832 30
a2 4.4333 .72793 30
a3 4.6333 .49013 30
a4 4.5333 .50742 30
a5 4.5000 .62972 30
a6 4.6333 .49013 30
a7 4.1667 .91287 30
a8 4.5333 .50742 30
a9 3.9333 .82768 30
a10 3.9667 .92786 30
Inter-Item Correlation Matrix
a1 a2 a3 a4 a5 a6 a7 a8 a9 a10
a1 1.000 .169 .425 .327 .241 .425 .144 .327 .406 .377
a2 .169 1.000 .751 .846 .865 .557 .458 .846 .565 .431
a3 .425 .751 1.000 .813 .838 .713 .450 .813 .533 .503
a4 .327 .846 .813 1.000 .863 .813 .471 1.000 .580 .405
a5 .241 .865 .838 .863 1.000 .614 .510 .863 .595 .443
a6 .425 .557 .713 .813 .614 1.000 .295 .813 .618 .427
a7 .144 .458 .450 .471 .510 .295 1.000 .471 .700 .821
a8 .327 .846 .813 1.000 .863 .813 .471 1.000 .580 .405
a9 .406 .565 .533 .580 .595 .618 .700 .580 1.000 .895
a10 .377 .431 .503 .405 .443 .427 .821 .405 .895 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
a1 39.3333 24.230 .374 . .925
a2 39.6667 21.126 .745 . .907
a3 39.4667 22.671 .800 . .907
a4 39.5667 22.392 .832 . .906
a5 39.6000 21.559 .802 . .904
a6 39.4667 23.085 .705 . .911
a7 39.9333 20.478 .646 . .917
a8 39.5667 22.392 .832 . .906
a9 40.1667 19.937 .815 . .903
a10 40.1333 19.913 .709 . .912
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
44.1000 26.645 5.16186 10
B. Kebutuhan Hidup
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
.881 .877 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
b1 4.0333 .61495 30
b2 3.7333 .52083 30
b3 3.7667 .72793 30
b4 3.7333 .52083 30
b5 4.5000 .57235 30
b6 3.7333 .44978 30
b7 3.7000 .70221 30
b8 3.4000 .81368 30
b9 3.3667 .85029 30
b10 3.3333 .88409 30
Inter-Item Correlation Matrix
b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 b8 b9 b10
b1 1.000 .459 .480 .352 .343 .033 .184 .386 .372 .296
b2 .459 1.000 .740 .873 -.116 .569 .528 .423 .540 .499
b3 .480 .740 1.000 .740 -.041 .435 .870 .396 .644 .661
b4 .352 .873 .740 1.000 -.231 .569 .622 .423 .618 .574
b5 .343 -.116 -.041 -.231 1.000 -.268 -.214 -.222 -.248 -.477
b6 .033 .569 .435 .569 -.268 1.000 .611 .678 .625 .578
b7 .184 .528 .870 .622 -.214 .611 1.000 .459 .710 .722
b8 .386 .423 .396 .423 -.222 .678 .459 1.000 .877 .815
b9 .372 .540 .644 .618 -.248 .625 .710 .877 1.000 .887
b10 .296 .499 .661 .574 -.477 .578 .722 .815 .887 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
b1 33.2667 19.582 .453 .691 .880
b2 33.5667 18.944 .708 .904 .866
b3 33.5333 17.085 .799 .962 .854
b4 33.5667 18.875 .724 .840 .865
b5 32.8000 23.338 -.224 .694 .917
b6 33.5667 19.702 .631 .902 .872
b7 33.6000 17.559 .743 .960 .859
b8 33.9000 16.990 .711 .957 .862
b9 33.9333 15.857 .863 .942 .847
b10 33.9667 16.102 .781 .934 .855
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
37.3000 22.424 4.73541 10
C. Siklus Hidup
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
.887 .873 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
c1 4.4333 .50401 30
c2 4.1667 .53067 30
c3 3.8000 .66436 30
c4 3.7000 .59596 30
c5 3.6000 .72397 30
c6 3.4333 .81720 30
c7 4.0667 .44978 30
c8 3.6000 .89443 30
c9 3.3333 .80230 30
c10 3.6000 .67466 30
Inter-Item Correlation Matrix
c1 c2 c3 c4 c5 c6 c7 c8 c9 c10
c1 1.000 .365 .268 .218 .113 .031 .172 .015 -.028 -.081
c2 .365 1.000 .685 .273 .269 .305 -.048 .363 .270 .096
c3 .268 .685 1.000 .627 .617 .483 .277 .615 .582 .508
c4 .218 .273 .627 1.000 .751 .489 .206 .414 .577 .806
c5 .113 .269 .617 .751 1.000 .594 .191 .596 .594 .720
c6 .031 .305 .483 .489 .594 1.000 .106 .859 .824 .700
c7 .172 -.048 .277 .206 .191 .106 1.000 .240 .127 .318
c8 .015 .363 .615 .414 .596 .859 .240 1.000 .865 .640
c9 -.028 .270 .582 .577 .594 .824 .127 .865 1.000 .764
c10 -.081 .096 .508 .806 .720 .700 .318 .640 .764 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
c1 33.3000 22.079 .132 .404 .902
c2 33.5667 20.737 .402 .650 .889
c3 33.9333 18.271 .748 .803 .867
c4 34.0333 18.930 .709 .860 .871
c5 34.1333 17.913 .738 .699 .867
c6 34.3000 17.114 .766 .822 .865
c7 33.6667 21.747 .241 .448 .896
c8 34.1333 16.395 .796 .893 .863
c9 34.4000 17.007 .803 .863 .862
c10 34.1333 18.120 .764 .889 .866
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
37.7333 22.961 4.79176 10
D. Kenyataan Hidup
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
.858 .880 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
d1 4.1333 .57135 30
d2 3.7333 .58329 30
d3 3.2667 .63968 30
d4 4.0333 .49013 30
d5 3.2000 .76112 30
d6 4.0667 .44978 30
d7 3.9000 .54772 30
d8 3.7667 .62606 30
d9 3.4000 .93218 30
d10 4.0667 .78492 30
Inter-Item Correlation Matrix
d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10
d1 1.000 .628 .371 .722 .174 .769 .485 .476 .220 .595
d2 .628 1.000 .290 .515 .435 .596 .561 .485 .457 .191
d3 .371 .290 1.000 .301 .170 .296 .177 .161 .278 .169
d4 .722 .515 .301 1.000 .259 .928 .527 .588 .272 .532
d5 .174 .435 .170 .259 1.000 .363 .380 .318 .661 .035
d6 .769 .596 .296 .928 .363 1.000 .588 .547 .345 .573
d7 .485 .561 .177 .527 .380 .588 1.000 .835 .689 .257
d8 .476 .485 .161 .588 .318 .547 .835 1.000 .520 .243
d9 .220 .457 .278 .272 .661 .345 .689 .520 1.000 .104
d10 .595 .191 .169 .532 .035 .573 .257 .243 .104 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
d1 33.4333 15.357 .682 .739 .836
d2 33.8333 15.385 .658 .589 .837
d3 34.3000 16.562 .339 .235 .862
d4 33.5333 15.706 .718 .901 .836
d5 34.3667 15.413 .459 .571 .855
d6 33.5000 15.707 .793 .924 .833
d7 33.6667 15.264 .741 .846 .832
d8 33.8000 15.131 .660 .778 .836
d9 34.1667 13.868 .576 .724 .849
d10 33.5000 15.776 .376 .484 .864
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
37.5667 18.737 4.32860 10
E. Dunia Keuangan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items N of Items
.886 .874 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
e1 3.7667 .67891 30
e2 3.6000 .89443 30
e3 3.7000 .98786 30
e4 3.5667 .97143 30
e5 3.5333 .68145 30
e6 3.1000 .48066 30
e7 3.6667 .66089 30
e8 3.9333 .69149 30
e9 3.4667 1.00801 30
e10 3.3000 .98786 30
Inter-Item Correlation Matrix
e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8 e9 e10
e1 1.000 .239 .252 .155 -.094 .074 -.026 .186 .215 .262
e2 .239 1.000 .874 .786 .475 .497 .350 .234 .520 .453
e3 .252 .874 1.000 .794 .604 .574 .370 .374 .665 .625
e4 .155 .786 .794 1.000 .674 .244 .412 .418 .601 .571
e5 -.094 .475 .604 .674 1.000 .147 .408 .298 .428 .318
e6 .074 .497 .574 .244 .147 1.000 .000 -.083 .327 .370
e7 -.026 .350 .370 .412 .408 .000 1.000 .629 .397 .370
e8 .186 .234 .374 .418 .298 -.083 .629 1.000 .739 .737
e9 .215 .520 .665 .601 .428 .327 .397 .739 1.000 .928
e10 .262 .453 .625 .571 .318 .370 .370 .737 .928 1.000
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
e1 31.8667 31.430 .209 .239 .899
e2 32.0333 26.033 .728 .860 .866
e3 31.9333 24.202 .854 .892 .855
e4 32.0667 24.961 .781 .822 .862
e5 32.1000 29.059 .539 .654 .880
e6 32.5333 31.292 .364 .656 .889
e7 31.9667 29.689 .466 .565 .885
e8 31.7000 28.631 .591 .820 .877
e9 32.1667 24.420 .808 .902 .859
e10 32.3333 24.920 .769 .915 .863
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
35.6333 33.482 5.78633 10
top related