peran komunikasi interpersonal sebagai...
Post on 01-Jul-2019
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SEBAGAI PENDORONG
KEBERHASILAN DALAM PENDIDIKAN
(Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah
Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017)
Skripsi ini disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
SKRIPSI
OLEH
PUJI LESTARI
NIM. 11714009
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
iii
v
vi
vii
MOTTO
ا" لف الله ن افسا إل وسعاها (286:البقره( "لا يكاArtinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya
Ketahuilah kelak lukamu ini akan jadi obat bagimu
(Jalaludin Rumi)
Muliakanlah orang tuamu maka Allah akan memuliakanmu
(Arifin Ilham)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karuniaNya, Skripsi
ini dipersembahkan untuk:
1. Bapak dan ibu tercinta , Ponijan alm dan Wagirah yang tak henti menjaga,
membimbing, memberi kepercayaan dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Saudara tercinta, Andri Yono, Kristina Eka Wati, Andika, Sukarman atas segala
dukungan, doa dan motivasi yang sangat luar biasa.
3. Keluarga besar Wahyu Widodo dan Ibu Fahmay yang telah menjadi keluarga
dan memberikan banyak kebahagiaan.
4. Keluarga besar Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta (YKUY) yang telah
membiayai dan menfasilitasi pendidikan saya selama ini.
5. Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran, pembimbing akademik sekaligus
Pembimbing Skripsi Dra. Maryatin, M.Pd.
6. Sahabat dan teman-teman tercinta yang telah memberi banyak warna dalam
kehidupanku. Terkhusus untuk Zainuar Sutanto, Ulfa Nurmala, Puput Novia dan
Babar Lestari yang banyak membantu banyak hal.
7. Teman-temanku yang memberi inspirasi, , Anggraini Putri, Siti Lestari,
Aminatun Zahra, Ahmad Luqman Najid dan Aisya Zudhiana.
ix
8. Keluarga besar dan santri Pondok Pesantren Al furqon Sanden Bantul, tekhusus
untuk M. Hamid Luthfafi, Dedey Erwanda dan Zazid Mustaqim yang memberi
banyak inspirasi dan berbagi ilmu.
9. Para guru SD 3 Donorejo, SMP 3 Girilmulya dan SMK IT Al Furqon Sanden
Bantul.
10. Sahabat seperjuanganku angkatan 2014 khususnya jurusan KPI.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat dan kasih
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad Saw
kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi suri tauladan bagi
kita.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bp. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Dakwah Bp. Dr. Mukti Ali, M.Hum
3. Ketua jurusan KPI IAIN Salatiga, Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. yang telah membimbing
dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga
skripsi ini terselesaikan.
4. Para dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan
IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat program studi Komunikasi Penyiaran Islam
IAIN Salatiga angkatan 2014 yang sudah selalu memberi dukungan dan motivasi
dalam penulisan skripsi ini.
xi
xi
ABSTRAK
Lestari, Puji. 2017. Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong
Keberhasilan Dalam Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra
Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017). Skripsi,
Salatiga: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
Kata Kunci: Peran Komunikasi Interpersonal, Pendorong Keberhasilan Pendidikan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana cara
komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) dengan anak sebagai pendorong
keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan
Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017). 2) Bagaimana peran orang
tua (tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada
Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).
Jenis penelitian ini adalah penelitan kualitatif menggunakan pendekatan field
research yaitu dengan mengamati secara langsung, ikut serta dengan subjek
penelitian dan mencari data secara apa adanya. Sumber data dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder, metode pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara, dan dokumentasi, hasil data dianalisis menggunakan model
Miles dan Huberman, kemudian ditariklah kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Cara komunikasi interpersonal orang
tua (tunanetra) dengan anak sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi
Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta
Tahun 2017) menggunakan dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi verbal; berupa
komunikasi secara langsung saling berbincang-bincang satu dengan yang lainnya, dan
komunikasi non verbal; menggunakan kode dan sentuhan, proses komunikasi
dilakukan dengan santai, adil, terbuka dan tidak membedakan antara status orang tua
dan anak, dengan demikian peran dari komunikasi interpersonal yang baik dari orang
tua dengan anak dapat mendorong keberhasilan pendidikan. 2) Peran orang tua
(tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada
Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).
orang tua (tunanetra) mempunyai peran penting dalam mendorong keberhasilan
pendidikan bagi anaknya dengan mendoakan keberhasilan anak dan memberikan
fasilitas pendidikan sesuai kemampuan yang dimiliki, pemberian perhatian dan
harapan kehidupan yang lebih baik merupakan keinginan orang tua (tunanetra)
kepada anaknya, melihat perjuangan dan keinginan orang tua yang begitu besar
membuat anak terdorong untuk mendapatkan keberhasilan pendidikan agar dapat
mengangkat derajat orang tua, membahagiakan orang tua dan memperoleh masa
depan yang lebih baik, dengan demikian peran dari orang tua terbukti berhasil dalam
mendorong keberhasilan pendidikan bagi anak.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LOGO INSTITUT ............................................................................................................. ii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................... iii
PENGESAHAN ...................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................... v
MOTTO.................................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ...................................................................................... 6
F. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 6
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 8
xiii
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 10
B. Landasan Teori .................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ........................................................... 32
B. Lokasi Penelitian ................................................................................. 32
C. Sumber Data dan Jenis Data ................................................................. 32
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................ 33
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 34
F. Teknik Validitas Data ........................................................................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 36
B. Pembahasan ......................................................................................... 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan seseorang memang tidak terlepas bagaimana ia
berusaha. Usaha yang sunguh-sungguh tentunya mempengaruhi hasil yang
didapat. Ketetapan hati dan keyakinan yang kuat akan mendorong seseorang
untuk mencari upaya agar apa yang ia inginkan dapat tercapai. Tak heran
orang yang selalu bekerja keras dalam usahanya akan mendapatkan apa
yang ia inginkan sesuai apa yang telah ia usahakan, disamping usaha yang
dilakukan sangatlah sunguh-sunguh, seseorang yang ingin mencapai sesuatu
yang diinginkan haruslah disertai dengan doa sebagai penyempurna
usahanya.
Berbicara mengenai usaha (ikhtiar) tidak terlepas dengan
bagaimana cara kita berpasrah diri kepada Sang Pencipta atas usaha yang
kita lakukan lewat doa. Kekuatan dari doa dan disertai usaha telah ada pada
Firman Allah dalam Qur’an Surat Al Baqarah 186 berikut ini:
اع إذا دعان وإذا سألك عبادي عني فإني قريب أجيب دعوة الد (١٨٦ا لبقره (فف ي يبوا وليف وا ل يفر دون
Artinya:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran (Q.S Al Baqarah 186)
2
Bukti bahwa doa juga sebagai media meraih sesuatu yang diinginkan
adalah dengan belajar mengingat kisah Ibnu Mubarak yang memiliki doa
mujarab. Ketika suatu hari melewati seorang buta, orang itu minta didoakan
agar matanya sembuh. Lalu ibnu Mubarak berdoa untuknya dan dengan izin
Allah orang itu dapat sembuh. Jadi bersuguh-sungguhlah dalam usaha
kemudian berdoa dan berserah diri kepada Allah atas apa yang telah kita
usahakan (Sa’adah, 2016: 28).
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan
akan selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Manusia akan selalu
mempunyai keinginan untuk berbicara, mengeluarkan gagasan/ide, saling
bertukar informasi, kerjasama dengan orang lain untuk saling menguntungkan
dan memenuhan kebutuhan hidup. Seiring dengan perkembangan zaman yang
semakain canggih dan teknologi komunikasi sudah menjadi bagian penting
dalam berinteraksi, menegaskan bahwa manusia akan selalu berkomunikasi
satu dengan yang lainya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pencapaian keberhasilan seseorang tentu membutuhkan peran
keluarga sebagai pendukungnya, komunikasi yang baik akan mendukung
proses tercapainya kesuksesan keluarga. Keterbukaan dalam berkomunikasi
inilah yang biasanya menciptakan keberhasilan pada keluarga. Bagaimana
seseorang berkomunikasi antar anggotanya akan menghasilkan rasa saling
memahami serta membetuk rasa percaya diri agar kedepanya menjadi pribadi
yang lebih baik. Pada dasarnya didalam suatu keluarga akan ada aktivitas
antar anggotanya yang berhubungan dengan adanya dorongan, alasan atau
3
kemauan. Begitu pula kehendak untuk membina dan menjalin hubungan
interpersonal juga dilandasi oleh adanya dorongan tertentu. Dorongan, alasan
dan kemauan yang ada di dalam diri seseorang disebut dengan motif. Setelah
adanya motif-motif yang ada akan menimbulkan suatu motivasi. Motif dapat
disebut motivasi apabila sudah menjadi kekuatan yang bersifat aktif. Menurut
Sondang P. Siagian (1995:138) Apabila dicermati, pada umumnya seseorang
beraktivitas dan bekerja adalah karena dorongan untuk memenuhi
kebutuhannya, dengan demikian aktivitas membina hubungan interpersonal
juga dilandasi oleh adanya dorongan untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan.
Berdasarkan paparan diatas dalam penelitian ini berfokus pada satu
keluarga tunanetra yang digolongkan kurang mampu (miskin) akan tetapi
kedua anak dari tiga bersaudara dapat masuk kesebuah perguruan tinggi dan
mengambil jurusan kebidanan, satu diantara dua anak ini bahkan telah bekerja
disalah satu instansi kesehatan di Yogyakarta. Fakta ini pada akhirnya
membuat rasa ingin tahu tentang bagaimana cara komunikasi antara orang tua
yang berkebutuhan khusus (tunanetra) dan anaknya sehingga dapat
menghasilakan motivasi yang sangat besar pada diri anak-anaknya untuk
mengangkat derajat orang tuanya melalui pendidian. Keluarga ini yang
akhirnya meyakinkan peneliti bahwa pola komunikasi yang dilakukan dalam
keluarga ini sangatlah luar biasa dan mendapat hasil yang menakjubkan.
Motivasi yang dimiliki anak dari pasangan tunanetra ini membuka mata
bahwa keterbatasan apapun yang dimiliki dalam keluarga ini tidak
4
menyurutkan cita-cita yang ingin terwujud. Dorongan yang dimiliki tidak
lepas dari bagaimana didikan orang tua terhadap anak dan pemberian motivasi
yang dapat mereka lakukan, dengan demikian peneliti menjadikan keluarga
tunanetra ini subjek penelitian yang difokuskan pada bagaimana Peran
Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan dalam Pendidikan
(Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo
Yogyakarta Tahun 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra)
dengan anak sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi
Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo
Yogyakarta Tahun 2017).
2. Bagaimana peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong
keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra
Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra)
dengan anak sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi
Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo
Yogyakarta Tahun 2017).
5
2. Mendiskripsikan peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong
keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra
Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan mengembangkan
keilmuan dalam bidang komunikasi, khususnya yang terkait dengan
Komunikasi Interpersonal pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
IAIN Salatiga.
2. Secara praktis
Manfaat secara praktis antara lain :
a. Bagi lembaga penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa
komunikasi Interpersonal dapat memotivasi seseorang untuk meraih
masa depan yang cerah, salah satunya melalui jalur pendidikan.
b. Bagi masyarakat penelitian ini dapat dijadikan suri tauladan untuk
senantiasa bersyukur dan meyakini bahwa keberhasilam seseorang
tidak dipandang dari kaya atau tidaknya, sempurna atau tidak
sempurnaya fisik yang dimiliki, akan tetapi dari bagaimana seseorang
berdoa dan berikhtiar.
c. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai pemberi motivasi dan suri
tauladan bahwa kurang sempurnanya fisik tak menghalangi rasa
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya untuk menjadikan anak-
anaknya meraih kesuksesan dan cita-cita yang diinginkan.
6
E. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami judul penelitian tentang
“Komunikasi Interpersonal Sebagai Motivasi Keberhasilan dalam
Pendidikan Keluarga (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan
Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017)”, maka peneliti
perlu memberikan penegasan dan penjelasan seperlunya sebagai berikut:
1. Peran Komunikasi interpersonal berarti proses penyampaian pesan
yang dilakukan antar individu sebagai bentuk keikutsertaan untuk
pencapaian sesuatu.
2. Pendorong Keberhasilan Pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu
upaya atau dorongan yang ditujukan untuk memberi arahan dalam
mencapai keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan
Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah
Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017) adalah proses penyampaian pesan
yang dilakukan antar individu sebagai bentuk keikutsertaan untuk
pencapaian keberhasilan dalam pendidikan pada keluarga tunanetra di
Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017.
F. Kerangka Berfikir
Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan
Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo
Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017) merupakan salah satu cara
7
mengantarkan kesuksesan pendidikan seorang anak dari orang tua yang
berkebutuhan khusus (tunanetra), melalui Komunikasi Interpersonal ini,
akhirnya terciptalah hubungan yang lebih dekat antar anggota keluarga.
Selama ini kita tahu bahwa kesuksesas pendidikan seorang anak tidak
terlepas dari bagaimana orang tua mendidiknya, dengan mengedepankan
saling keterbukaan dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi yang
sifatnya interpersonal maka akan menciptakan motivasi yang lebih besar
kepada anak untuk mewujudkan apa yang dikehendaki orang tuanya,
dalam hal ini adalah kesuksesan sang anak dalam pendidikan. Berikut
merupakan alur kerangka berfikir dari teori yang ditetapkan oleh peneliti.
Orang Tua (tunanetra) Anak
Peran Komunikasi Interpersonal
D orongan
Keberhasilan Pendidikan
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Peran Komunikasi interpersonal adalah penyampaian dan penerimaan
pesan antara pengirim pesan dengan penerima yang mempunyai peranan
mencapai sesuatu. Tujuan komunikasi interpersonal antara lain mengenl diri
sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan memelihara
hubungan yang bermakna, mengubah sikap dan perilaku orang lain, bermain
dan mencari hiburan dan membantu orang lain. Tujuan komunikasi
8
interpersonal dalam konteks penelitian ini ditekankan pada memelihara
hubungan yang bermakna, mengubah sikap agar melakukan sesuatu yang
lebih baik dan tergerak untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
Komunikasi interpersonal sering dianggap mudah, akan tetapi terkadang
juga terdapat noise yang menghalanginya.
Pendorong Keberhasilan Pendidikan adalah upaya untuk
mengarahkan, memberi motivasi untuk mencapai keberhasilan dalam
bidang pendidikan yang dilakukan oleh orang tua (tunanetra) kepada
anaknya.
Berdasarkan gambar di atas, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah komunikasi interpersonal antara orang tua yang
berkebutuhan khusus (tunanetra) dengan anaknya dapat menciptakan
dorongan untuk meraih keberhasilan pendidikan dalam keluarga tersebut.
Tentunya dorongan tersebut dapat tercipta melalui interaksi antar
sesamanya, dengan demikian proses komunikasi yang baik dan terbuka ini
yang akan membentuk suatu motivasi kepada anak untuk lebih baik dari
orang tuanya terutama pada bidang pendidikan.
G. Sistematika Penulisan.
Untuk memudahkan dalam pembahasan, penulis mencoba menyusun
penelitian ini secara sistematis. Pembahasan penelitian terdiri dari 5 bab,
masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, bagian pendahuluan menjelaskan kepada
pembaca mengapa dan bagaimana penulisan skripsi itu dikerjakan, dan
9
berfungsi sebagai petunjuk kerja, yang isinya terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan
istilah, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI, kajian pustaka
menjelaskan penelitian-penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan
penelitian yang akan dilakukan , sedangkan landasan teori memuat definisi
tentang Komunikasi Interpersonal, Motivasi Pendidikan, dan Keluarga
Tunanetra..
BAB III METODE PENELITIAN, bab ini menjelaskan mengenai jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan
data, teknik analisis data, dan teknik validitas data.
BAB IV HASI DAN PEMBAHASAN, bab ini berisi hasil temuan dan
pembahasan dari penelitian yang sudah dilakukan yakni tentang
Komunikasi Interpersonal Sebagai Motivasi Keberhasilan dalam
Pendidikan Keluarga (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Kelurahan
Botikan Desa Jatirejo Kec. Lendah Kab. Kulon Progo Yogyakarta Tahun
2017).
BAB V PENUTUP, bab ini memuat kesimpulan uraian yang telah
dipaparkan sebelumnya terutama temuan hasil penelitian untuk kemudian
diajukan saran-saran.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah melakukan penelusuran
dan kajian dari berbagai sumber atau referensi yang memiliki kesamaan topik
atau relevansi terhadap penelitian ini. Berikut adalah karya tulis ilmiah yang
relevan dengan penelitian ini:
Skripsi A.M.S Nurhidayah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2013 yang berjudul
Peran Komunikasi Interpersonal Wali Kelas VI di MI Darul Huda Ngaglik
Sleman. Skripsi ini berisi adanya hubungan Komunikasi Interpersonal dan
Motivasi belajar siswa, dimana Komunikasi Interpersoanal wali kelas berperan
melakukan keterbukaan, empati, dukungan untuk mendorong minat belajar dari
siswa kelas VI. Faktor yang mendukung terciptanya situasi belajar yang kondusif
adalah wali kelas yang mampu menerapkan sikap-sikap positif kepada siswa,
siswa juga dapat merespon pada yang disampakan wali kelas dan pesan yang
disampaikan dengan metode cerita dan tanya jawab. Sedangkan hambatan yang
ada adalah bagaimana wali kelas kurang menguasai keadaan ketika terjadi
keramaian di kelas dan kurangnya keaktifan dari siswa dalam berkomunikasi
dengan wali kelas. Penelitian ini mempunyai beberapa kesamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Kesamaan pada penelitian ini
11
terdapat pada bagaimana komunikasi interpersonal mempunyai peran
menghasilkan motivasi belajar pada diri seseorang. Sedangkan perbedaanya
terdapat pada proses komunikasi interpersonal yang dilakukan, jika pada
penelitian ini komunikasi interpersonal terbatas pada ruang dan waktu biasanya
hanya dilakukan di Sekolah saja, akan tetapi penelitian yang akan peneliti
lakukan dimana komunikasi interpersonal komunikasi interpersonal lebih luas
jangkauanya karena terdapat pada satu keluarga.
Skripsi Jenny Widiya Casih Purba Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau dengan judul Pola Asuh Orang tua
Tunanetra Terhadap Anak Normal di Pekanbaru Tahun 2014. Skripsi ini berisi
bagaiman orang tua yang berkebutuhan khusus mendidik anaknya, orang tua
tunanetra tidak dapat secara penuh melakukan fungsi pengawasan dan kontrol
terhadap perilaku anak, termasuk melakukan evaluasi dari hasil penanaman nilai-
nilai pendidikan terhadap anak. Pada keluarga ini anak harus berprinsip untuk
selalu mendengarkan nasihat-nasihat yang diberikan orang tua kepadanya,
dengan demikian orang tua akan memberikan kepercayaan penuh terhadap
anaknya. Pola didikan yang dilakukan oleh orang tua adalah pola asuh
demokratis, pola asuh demokratis ini memberikan kesempatan bagi setiap
anggota keluarga untuk mengutarakan pendapat tanpa adanya intervensi.
Penelitian ini mempunyai beberapa kesamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan. Kesamaan pada penelitian ini terdapat pada
12
bagaimana orang tua yang berkebutuhan khusus (tuananetra) berinteraksi dengan
anaknya yang normal. Sedangkan perbedaanya adalah jika dalam penelitian ini
pendekatan yang dilakukan orang tua kepada anak dengan memberikan segala
sesuatu yang dilakukan anak maka ia harus bertanggung jawab, sedangkan pada
penelitian yang akan dilakukan berfokus pada interaksi yang sifatnya lebih dekat
menggunakan teori komunikasi interpersonal.
Skripsi Rahmat Aulia Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP,
Universitas Syiah Kuala Lumpur Malaysia dengan judul Strategi Komunikasi
Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Anak Penyandang Disabilitas Tahun 2016. Skripsi ini berisi tentang strategi
komunikasi interpersonal orang tua dalam meningkatkan rasa percaya diri anak
penyandang disabilitas kategori Tunagrahita, kepercayaan diri ini perlu
ditingkatkan sebagai benteng menghadapi beberapa masyarakat yang dengan
tingkat pemahaman yang rendah terhadap penyandang disabilitas. Efek jangka
panjang yang ditimbulkan dari hujatan yang terus menerus adalah menurunnya
rasa percaya diri anak hingga yang lebih parah menyebabkan anak jadi enggan
bersosialisasi dengan masyarakat nantinya. Penelitian ini mempunyai beberapa
kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan.
Kesamaan pada penelitian ini terdapat pada bagaimana komunikasi interpersonal
menjadi salah satu strategi meningkatkan kepercayaan diri untuk anak.
Sedangkan perbedaanya adalah jika penelitian ini yang berkebutuhan khusus
13
adalah anak, namun dalam penelitian yang akan dilakukan orangtualah yang
berkebutuhan khusus.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini mempunyai perbedaan yang
nyata dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu pada penelitan yang telah
dilakukan berfokus pada komunikasi interpersonal untuk memotivasi kerja dari
atasan dan bawahan, komunikasi menumbuhkan motivasi dari guru ke anak
didik, dan lain sebagainya. Sedangkan pada penelitian ini berfokus pada
komunikasi yang diberikan orang tua yang berkebutuhan khusus (tunanetra)
kepada anaknya untuk meraih kesuksesan lewat pendidikan. Kesamaan pada
penelitian ini terletak pada komunikasi interpersonal sebagai salah satu media
untuk memotivasi seseorang agar lebih baik dari sebelumnya.
B. Landasan Teori
1. Peran Komunikasi interpersonal
Peran dapat diartikan sesuatu yang menjadi bagian
(Poerwantadarminta. 2006: 870). Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan
dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran merupakan aspek
yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang
bersangkutan menjalankan suatu peranan.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris communicatio, secara
etimologis atau menurut kata usulnya berasal dari bahasa latin comunicare
14
means to make common berarti kesamaan pengertian, kesamaan persepsi,
dalam ilmu komunikasi, komunikasi didefinisikan sebagai suatu transaksi
manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainya, sengaja
atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan
bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan
teknologi (Cangara, 2014, 23). Sedangkan menurut Holtzman dalam buku
Teori Komunikai mengatakan bahwa komunikasi, pada dasarnya
merupakan gambaran anda tentang stimulasi dalam pikiran orang lain atas
kesadaran, pemahaman, dan perasaaan anda akan pentingnya peristiwa,
perasaan, fakta, opini atau situasi (Santoso, 2012, 6). Mulyana
mendefinisikan komunikasi adalah usaha utuk membangun kebersamaan
pikiran tentang suatu makna atau pesan yang dianut secara bersama. Usaha
manusia menyampaikan isi pertanyaan atau pesan kepada manusia lain
(Dasrun, 2012, 22).
Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku
baik langsung maupun tidak langsung agar mempunyai kesamaan persepsi
tentang suatu makna atau pesen. Hakikat komunikasi adalah proses
pernyataan antar manusia yang dinyatakan dalam pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat
penyalurnya. Pernyataan dinamakan pesan, orang yang menyampaikan
15
pesan disebut komunikator. Sedangkan orang yang menerima pernyataan
diberi nama komunikan. Jika dianalisis, pesan komunikasi terdiri dari isi
pesan dan lambang. Pesan yang disampaikan menggunakan kata-kata,
entah lisan maupun tulisan dinamaikan pesan verbal sedangkan, pesan yang
disampaikan dengan lambang seperti bahasa tubuh, tanda,
tindakan/perbuatan, objek dan lain sebagainya disebut komunikasi
nonverbal. Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human
Communicatio mengguraikan ada tiga model komunikasi (Dasrun,
2012:36). Berikut tiga model komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan
Sylvia Moss:
a. Model komunikasi linear, dalam model ini komunikator memberikan
suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa
mengadakan seleksi dan interprestasi. Komunikasi bersifat menolong.
b. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang
pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik.
Komunikasi yang berlangsung ini bersifat dua arah dan ada dialog,
dimana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu
saat bertindak sebagai komuikator, pada saat yang lain bertindak
sebagai komunikan.
c. Model komunikasi transaksional, komunikasi hanya dapat dipahami
melalui konteks hubungan anatara dua orang atau lebih. Pandangan ini
menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif.
16
Melakukan komunikasi secara efektif memang tidaklah mudah,
bahkan ada beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin
seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada
banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi, diantaranya gangguan
semantic; gangguan yang berkaitan dengan pesan komunikasi yang
pengertianya rusak. Gangguana semantic ini biasanya yang berbentuk
bahasa.
Interpersonal berasal dari kata inter dan personal. Dalam Kamus
Inggris Indonesia Inter diartikan sebagai antara, sedangkan personal berarti
bersifat pribadi (Echols, John M. 328: 2007). Interpersonal berarti antar
pribadi. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara individu-
individu. Menurut Barlund komunikasi interpersonal selalu dihubungkan
pertemuan antara dua, tiga atau empat yang terjadi secara spontan dan tidak
bersetruktu. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi
interpersonal adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara
pengirim pesan dengan penerima pesan baik secara langsung (tatap muka)
maupun tidak langsung yang dilakukan antara individu untuk menyamakan
suatu ide atau pikiran/ gagasan menjadi sebuah makna.
Tujuan komunikasi interpersonal antara lain mengenal diri sendiri
dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan dan memelihara
hubungan yang bermakna, mengubah sikap dan perilaku orang lain,
bermain dan mencari hiburan dan membantu orang lain.
17
Komunikasi interpersonal layaknya komunikasi-komunikasi yang
lain, ia mempunyai karakteristik di dalamnya. Komunikasi interpersonal
mempunyai sifat dialogis yang berarti komunikasi ini dilakukan dengan
bertatap muka, sehingga respon yang diterima langsung dapat diketahui
oleh si pengirim. Selain itu jumlah orang yang melakukanya terbatas,
jumlah orang yang terbatas ini akan mendorong terjadinya ikatan secara
intim. Biasanya komunikasi ini terjadi secara spontan. Komunikasi
interpersonal di era modern seperti ini dapat dilakukan menggunakan
media, meski hal ini menjadi perdebatan akan tetapi hal ini sudah banyak
terjadi dan sudah diangap komunikasi interpersonal. Keterbukaan dan rasa
empati dalam berkomunikasi juga menjadi salah satu keunggulan dalam
komunikasi interpersonal, dan biasanya komunikasi ini bersifat dukungan
atau membangun secara positif. Kesetaraan dan kesamaan juga sangat
dijunjung tinggi dalam komunikasi ini, yang dimaksud disini adalah
pengakuan dalam menghargai orang lain dan merasa sama dengan orang
lain menjadi awal yang bagus dalam melakukan komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal mempunyai keunikan karena selalu
dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis dan sifat psikologis
selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Secara sederhana dapat
dikemukakan suatu asumsi bahwa proses komunikasi interpersonal 'akan
terjadi apabila ada pengirim menyampaikan informasi berupa lambang
verbal maupun non verbal kepada penerima dengan menggunakan
18
medium human voice, maupun medium tulisan. Berdasarkan asumsi ini
maka dapat dikatakan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal
terdapat komponen-komponen komunikasi yang secara integrative saling
berperan sesuai dengan karakteristik komponen itu sendiri (AW. Suranto,
2012, 7). Komponen-komponen komunikasi interpersonal sebagai berikut:
a. Sumber/komunikator.
Komunikator dalam konteks komunikasi interpersonal individu yang
menciptakan, memformulasikan dan menyampaikan pesan.
b. Encoding
Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran ke dalam
simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainyan sehingga komunikator
merasa yakin dengan pesan yang disusun dan bagaimana cara harus
menyampaikannya.
c. Pesan
Pesan merupakan hasil dari encoding, pesan adalah seperangkat
simbol-simbol baik verbal maupun non verbal atau gabungan
keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator kepada pihak
lain.
d. Saluran
Merupakan sarana/media penyampaian pesan dari suber ke penerima,
dalam konteks komunikasi interpersonal saluran digunakan karena
kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan tatatp muka.
19
e. Penerima/komunikan
Penerima adalah orang yang menerima, memahami dan
menginterprestasi pesan. Penerima dalam komunikasi interpersonal
penerima bersifat aktif dan juga melakukan umpan balik.
f. Decoding
Decoding adalah proses pengolahan informasi/pesan menjadi lebih
bermakna, dimulai dari indra menangkap stimui kemudian diolah
menjadi sebuah pesan yang bermakna.
g. Respon
Respon adalah sesuatu yang sudah di putuskan oleh penerima pesan
untuk dijadikan bahan untuk menaggapi sebuah informasi atau pesan.
Respon dapat bersifat positif, netral maupun negative.
h. Gangguan
Gangguan merupakan segala ganggun atau membuat kekacauan
penyampaian dan penerimaan pesan.
i. Konteks komunikasi
Komunkasi selalu terjadi dalam sebuah konteks tertentu. Paling tidak
ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu dan nilai.
Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
peran komunikasi interpersoanal adalah bagaimana proses penyampaian
pesan yang dilakukan antar pribadi untuk menghasilkan makna yang
20
sama, komunikasi interpersonal berperan dalam pencapaian sesuatu yang
dituju oleh seseorang.
2. Pendorong Keberhasilan Pendidikan
a. Pendorong
Kata pendorong berasal dari kata dorong dengan imbuhan pen
yang berarti menganjurkan, mendesak dan lain sebagianya. Berbagai hal
yang biasanya terkandung dalam berbagai definisi tentang dorongan
antara lain keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan inisiatif
(Sondang. 2004, 142). Robbins mengemukakan dorongan didefinisikan
sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk
tujuan-tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
untuk memenuhi sesuatu kebutuhan tertentu (Ridwan, 2015, 144).
Menurut Djamarah mendefiniskan dorongan sebagai perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feelling dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi
dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan
fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dan aktivitasnya,
maka seseorang mempunyai dorongan yang kuat untuk mencapainya (Ali,
2016: 207). Dorongan ini akan menyebabkan seseorang atau kelompok
orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu
tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan
perbuatanya.
21
Dorongan dari sudut pandang berbeda dapat menjadikan definisi
dan makna yang berbeda pula. Berbagai pandangan terhadap motivasi
diantaranya:
1) Dorongan menurut pandangan behaviorisme
Menurut paham behaviorisme, motivasi merupakan faktor eksternal
yang perlu didesain untuk mengubah perilaku individu sesuai dengan
perilaku yang diharapkan dengan jalan melakukan modivikasi perilaku
yang diterapkan dengan mengaplikasi konsekuensi dari perilakaku
yang ditampilkan individu reinforcement dan punishement. Oleh
sebab itu semua faktor yang berkaitan dengan hal tersebut perlu
disediakan agar individu termotivasi untuk melakukan kegiatan yang
ditunjukan pada perubahan perilaku yang diharapkan. Reinforcement
merupakan faktor penguat yang diberikan terhadap perilaku yang
diingikan. Reinforcement dapat dilakukan melalui pujian, hadiah dan
hal-hal penguat lainya, atau dapat pula menunda sesuatu yang
diinginkan individu sebelum iamenunjukkan perilaku yang diharapkan.
Sedangkan punishement merupakan bentuk hukuman yang diberikan
kepada individu apabila ia tidak melakukan tindakan seperti yang
diharapkan.
2) Dorongan menurut pandangan kognitivisme
Pandangan kognitivisme terhadap dorongan ditekankan pada
keyakinan para ahli kognitivisme tentang manusia sebagai makhluk
22
berfikir. Dorongan menurut paham kognitivsme merupakan faktor
yang datang dari dalam diri manusia yang berkaitan dengan pilihan,
keputusan, rencana, minat, dan tujuan berbagai perhitungan yang
berkaitan dengan keuntungan dan kerugian yang akan dialami
individu. Secara ringkas dorongan disini adalah motivasi yang
dihasilkan dari dalam diri.
3) Dorongan menurut pandangan teori maslow
Menurut Maslow kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan
merupakan dasar dari motivasi melakukan berbagai kegiatan.
4) Dorongan menurut teori herzberg
Herzberg mengatakan bahwa teori motivasi berdasarkan usaha
manusia untuk memenuhi kepuasan dalam mencukupi hidupnya. Teori
ini banyak dilakukan dalam lingkungan bisnis, namun ada pula yang
diterapkan dalam dunia pendidikan.
5) Dorongan menurut teori Mc Clelland
Mc Clelland meyakini bahwa prestasi dan motivasi mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kesuksesan individu dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkanya.
6) Dorongan Menurut Teori Pencapaian Tujuan
Teori Pencapaian tujuan dijelaskan Teori Pencapaian Tujuan bahwa
tujuan yang akan dicapai merupakan faktor yang dominan dalam
meningkatkan motivasi dan kinerja individu.
23
7) Dorongan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Dorongan merupakan faktor penting dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu menetapkan model penerapan
dorongan yang dapat meyakinkan bahwa peserta didik memiliki
kesempatan untuk mencapai kesuksesan pendidikan dan pembelajaran
tersebut.
Pada dasarnya setiap aktivitas manusia selalu berhubungan
dengan adanya dorongan, alasan ataupun kemauan. Dorongan, alasan dan
kemauan yang ada di dalam diri orang disebut motif, dari motif-motif
yang ada kan menimbulkan suatu motivasi. Apabila dicermati, pada
umumya seseorang beraktifitas dan bekerja adalah karena dorongan
untuk memenuhi kebutuhanya. Untuk memenuhi kebutuhanya seseorang
harus berhubungan dengan orang lain. Abraham Maslow menguraikan
kebutuhan-kebutuhan manusia yang tersusun secara herarki sebagai
berikut:
1) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling dasar yang dimiliki
oleh manusia, contohnya kebutuhan untuk sandang, pangan dan
papan. Setiap manusia akan melakukan segala kemampuanya untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis ini.
24
2) Kebutuhan rasa aman
Manusia yang hidup di dunia ini memerlukan rasa aman, apabila rasa
aman itu sudah hilang maka seseorang akan berusaha untuk
mengembalikan rasa aman yang telah hilang itu.
3) Kebutuhan sosial
Makna kebutuhan sosial sudah sangat sering didengar dikalangan
kita, bahwa manusia itu tidak dapat hidup tanpa orang lain, akan
tetapi perlu bekarjasama dalam lingkungan pergaulan social. Dalam
kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat juga ingin
diterima dalam lingkungan sosial, dapat diterima masyarakat. Selain
itu manusia juga memerlukan kasih sayang, persahabatan, dan
sebagainya. Bisa jadi komunikasi interpersonal ini juga salah satu
upaya memenuhi kebutuhan sosial.
4) Kebutuhan penghargaan
Kebutuhan penghargaan secara mudah dapat disaksikan dalam hidup
sehari-hari, bahwa setiap orang pada dasarnya hargai embutuhkan
suasana saling menghormati dan menghargai. Kecenderungan umun
bagi semua orang adalah keinginan mereka untuk berprestasi,
mendapatkan status, menduduki jabatan tertentu dsb. Unttuk
mewujudkan tercapainya keinginan itu, ia memerlukan dukungan
orang lain, sehingga hubungan interpersonal menjadi sangat penting.
25
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Menurut Maslow kebutuhan ini merupaka puncak kebutuhan
manusia. Maksudnya adalah apabila kebutuhan yang lain terpenuhi
maka akan muncul kebutuhan ini. Kebutuhan aktualisasi diri ialah
dorongan untuk menjadi apa yang ia rasa mampu. Sebagian besar
manusia akan berusaha sekuat kemampuan untuk menunjukan
saluran potensi yang dimilikinya.orang akan merasa puas apabila
sudah dapat bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlian
maksimal.
Hierarki kebutuhan yang sangat popular ini mendapat kritikan
dikalangan masyarakat. Misalnya, terdapat kritik yang pada intinya
mempersoalkan bahwa timbulnya kebutuhan pada tingkat yang lebih
tinggi bukan semata-mata bukan disebabkan oleh terpenuhinya
kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah, melainkan disebabkan oleh
meningkatnya karier atau kedudukan seseorang dalam lingkungan
tempat kerja dan masyarakat. Kebutuhan ini sifatnya elastis dan tak
terhingga. Manusia tidak pernah puas dalam memenuhi kebutuhan.
Meskipun terdapat banyak kritik mengenai teori ini, tetapi teori ini
sangat berguna untuk menjelaskan mekanisme motivasi dalam menjalin
hibungan interpersonal. Berikut apa yang bia dilakukan masyarakat
untuk menerapkan teori ini.
26
1) Untuk memenuhi kebutuhan fisiologis masyarakat (pemerintah)
memberlakukan ketentuan upah atau gaji yang cukup.
2) Kebutuhan akan rasa dipenuhi dengan mengkondisikan suasana
suasana hidup bermasyarakat dalam situasi yang aman secara fisik,
social, politik hukum, dan sebagainya misalnya, lembaga
memeberikan perlindungan hukum, jaminan kesehatan dan jaminan
hari tua.
3) Kebutuhan sosial dipenuhi dengan memberikan kesempatan dan
keleluasan dalam berinteraksi. Contoh masyarakat memberi
kesempatan kepada segenap warganya untuk membentuk sarana
berinteraksi seperti kelompok arisan, koperasi kerja bakti, dsb.
4) Kebutuhan penghargaan dapat dilakukan degan pemilihan anggota
masyarakat yang di tokohkan, diteladani, dan di hormati.
5) Kebutuhan aktualisasi diri dapat ditempuh dengan memberikan
kesempatan kepada semua orang untuk berekspresi sesuai dengan
tingkat kreaktivitas yang dimilikinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
orang pasti memiliki kebutuhan dan dorongan. Dorongan adalah
sesuatu yang mengarahkan perilaku manusia untuk mencapai tujuan
yang akan dicapainya, dengan kalimat lain bahwa motivasi adalah
suatu kekuatan atau tenaga yang membuat individu bergerak dan
27
memilih untuk memilih untuk melakukan kegiatan tersebut ke arah
tujuan yang akan dicapainya. Terbuka kemungkinan motivasi antara
satu orang berbeda dengan yang lainya. Disinilah terjadi hubungan
interpersonal menjadi penting, masing-masing pihak senantiasa dapat
menghormati perbedaan-perbedaan itu.
b. Keberhasilan Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik
dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.
Proses belajar mengajar merupakan proses yang terpenting karena dari
sinilah terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik. Di
sini pula campur tangan langsung antara pendidik dan peserta didik
berlangsung sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan sangat
tergantung dari perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Dengan
demikian dapat diyakini bahwa perubahan hanya akan terjadi jika terjadi
perubahan perilaku pendidik dan peserta didik. Dengan demikian posisi
pengajar dan peserta didik memiliki posisi strategis dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran (Surakhmad, 2000: 31).
Keberhasilan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil yang
dicapai setelah melakukan proses belajar. Jika diartikan menurut
kosakatanya, yaitu keberhasilan dan pendidikan, maka dapat difahami
28
suatu pengertian keberhasilan pendidikan ialah suatu hasil yang dicapai
setelah melakukan aktifitas yang membawa pada perubahan individu atau
suatu hasil yang dicapai setelah melakukan aktifitas belajar.
Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti memelihara dan
memberi latihan tentan akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan makna
pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan dalam artian
luas merupakan segala sesuatu dalam kehidupan yang memengaruhi
pembentukan berfikir dan bertindak individu (Soyomukti, 2010, 29).
Disisi lain pendidikan juga dapat diartikan usaha yang dilakukan secara
sadar dalam rangka membimbing dan mengarahkan perkembangan anak
ke arah dewasa. Dewasa artinya bertangung jawab terhadap dirinya,
keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Kemudian, mulai
bertanggung jawab terhadap segala resiko dari sesuatu yang telah menjadi
pilihanya (Martini, 2013:2)
Pendidikan merupakan suatu yang selalu mendapat perhatian oleh
seluruh bangsa dan negara di dunia. Hal ini disebabkan karena maju atau
mundurnya suatu bangsa dan negaranya dipengaruhi oleh kualitas sumber
daya manusia yang menjadi tulang punggung negara tersebut. Tidak bisa
dipungkiri bahwa sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
suatu proses pendidikan. Pendidikan merupakan proses untuk
29
mendewasakan manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan
suatu upaya untuk “memanusiakan” manusia . melalui pendidikan
manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar sehingga ia dapat
melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan dapat mengubah
manusia dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
baik kemudian menjadi baik.
Pendidikan paling dasar pastilah tumbuh dalam lingkungan
keluarga, inilah didikan yang menjadi pondasi awal sebelum pendidikan
yang selanjutnya. Pendidikan itu tidak berhenti begitu saja, pendidikan itu
berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak lahir. Untuk lebih
mempermudah proses perkembanganya, manusia memerlukan
pendidikan. Melalui proses ini manusia berkembang dengan baik karena
lingkungan memberikan bantuan dalam perkembangan manusia. Secara
alami, manusia meginginkan kebaikan, mereka membuat sesuatu lebih
baik bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk orang lain dan untuk
kemanusiaan. Oleh sebab itu ia menciptakan lingkungan yang baik bagi
pendidikan. Lingkungan pendidikan tersebuat dapat ditemukan di rumah,
di sekolah, dan di masyaraka serta lingkungan sekitarnya.
Jadi pendidikan dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang
timbul pada diri seseorang untuk mengubah sikap atau tingkah laku
melalui pengajaran dan latihan. Pendidikan akan membantu seseorang
dalam berkembang menuju proses kedewasaan yang nantinya akan
30
berguna di masa depan sebagai salah satu cara untuk pemenuhan
kebutuhan kelangsungan hidup seseorang.
c. Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan dalam
Pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo
Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017)
Peran Komunikasi Interpersonal Sebagai Pendorong Keberhasilan dalam
Pendidikan Keluarga (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo
Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017) adalah proses penyampaian
dan penerimaan pesan antara pengirim pesan dengan penerima baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk mencapai sesuatu dalam kumpulan
yang sedarah yang dilakukan orang tua (tunanetra) dengan anak untuk
mendorong keberhasilan pendidikan pada keluarga di Botokan Jatirejo Lendah
Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017 ,komunikasi Interpersonal dalam
keluarga ini mempunyai efek memotivasi anak dalam meraih keberhasilan
pendidikan. Berikut beberapa cara komunikasi interpersonal orang tua
(tunanetra) untuk mendorong keberhasian pendidikan anak:
a. Menanamkan pada diri anak akan pentingnya pendidikan.
b. Menjalin hubungan lebih dekat dengan anak agar terjalin rasa saling
membutuhkan satu sama lainya. Hal ini akan membuat anak merasa
diperhatikan dan mengikuti nasihat dari orang tua.
c. Tidak memaksa anak untuk selalu mendapatkan kesempurnaan dalam
semua hal, akan tetapi memaksimalkan potensi diri dari anak.
31
d. Memberikan perhatian lebih ketika anak sedang belajar.
e. Memberikan kepercayaan penuh pada anak bahwa setiap manusia mampu
untuk meraih kesuksesan.
f. Memberi teladan yang baik untuk anak.
g. Mensyukuri setiap apa yang diberikan Allah adalah yang terbaik baginya.
h. Meyakini bahwa keterbatasan orang tua bukan menjadi penghalang
memberikan pendidikan yang terbaik buat anak.
Komunikasi interpersonal yang baik akan menimbulkan hububungan
yang lebih dekat antar anggota keluarga. Peran dari komunikasi interpersonal
dapat mendorong anak untuk tidak mengecewakan orang tua sehingga rasa
tanggung jawab untuk memberikan hasil yang terbaik khususnya dalam hal
pendidikan.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan pendekatan
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, data yang disampaikan dalam
bentuk verbal yang lebih menekankan pada persoalan kontekstual dan tidak
terikat dengan perhitungan angka-angka. Umumnya data diperoleh melalui
wawancara, observasi, rekaman, dan lain sebagainya dan biasanya diamati
dengan menggunakan logika ilmiah (Azwar, 2014: 5). Penelitian ini dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
mendiskripsikan keadaan subjek penelitian baik itu seseorang, lembaga,
masyarakat dan lain-lain.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research
yaitu dengan mengamati secara langsung, ikut serta dengan subjek penelitian dan
mencari data secara apa adanya, hal ini dipilih karena dapat mengidentifikasi
tentang suatu fenomena tertentu. Peneliti mengkaji subjek dengan terlibat
langsung untuk mengembangkan pola dan relevansi yang bermakna.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada pada satu keluarga yang tinggal di daerah Botokan
Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta.
C. Sumber dan jenis data
1. Data primer
33
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan subjek penelitian
dan beberapa orang terdekat dari subjek penelitian. Observasi peneliti
lakukan dengan cara mengamati secara langsung sebagaimana adanya data
yang ada dilapangan, peneliti akan memasuki lapangan, berhubungan
langsung dengan situasi dan orang yang deselidiki, kemudian mencari tahu
bagaimana komunikasi interpersonal sebagai motivasi keberhasilan
pendidikan yang dilakukan oleh orang tua (tunanetra) kepada anaknya.
2. Data sekunder
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh melalui arsip-arsip, dokumen,
kepustakaan yang digunakan untuk mendukung penelitian yang sedang
dilakukan.
D. Prosedur pengumpulan data
1. Observasi
Pengambilan data dengan observasi pada penelitian ini dilakukan dengan
mengamati bagaimana pola komunikasi interpersonal yang dilakukan subjek
yang diteliti kemudian mencatatnya dan medokumentasikannya. Pengamatan
ini dilakukan pada keluarga yang berkebutuhan khusus (tunanetra), yang
berfokus pada cara berkomunikasi interpersonal antara orang tua
berkebutuhan khusus (tunanetra) dengan anaknya untuk mendorong
keberhasilan dalam pendidikan. Untuk lebih mendapatkan data yang real
peneliti akan tinggal untuk sementara waktu sampai data terpenuhi.
34
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan seluruh anggota keluarga subjek yang diteliti.
Wawancara pada penelitian ini mengambil narasumber utama yaitu bapak dan
ibu sebagai orang tua yang berkebutuhan khusus (tunanetra) dan anak-
anaknya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini mengacu pada foto-foto dan hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian.
E. Teknik analisis data
Analisis data adalah upaya menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data
berarti menggolongkannya dalam tema atau katagori (Nasution, 2003: 126).
Setelah data di lapangan dikumpulkan, selanjutnya hal yang diakukan peneliti
adalah melakukan analisis data, dengan melakukan pemilahan data dalam bentuk
lebih sederhana sehingga dapat diambil kesimpulan. Teknik analisis data pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman. teknik
analisis ini adalah teknik analisis yang bertujuan mendeskripsikan data yang
telah terkumpul tanpa melakukan generelisasi.
F. Teknik Validitas Data
Demi terjaminya keakuratan data, maka peneliti akan melakukakan validitas
data. Data yang salah akan menghasilkan hasil penelitian yang salah, demikian
pula sebaliknya, data yang nyata akan menghasilkan hasil penelitian yang
akurat. Validitas data berisikan sejauh mana kepercayaan dapat diberikan pada
35
kesimpulan penelitian (Aswar, 105: 2014). Pada penelitian ini didasarkan atas
kriteria credibility. Untuk menguji tingkat kepercayaan pada penelitian ini,
maka peniliti melakukanya dengan cara melakukan analisis data menggunakan
triangulasi data berdasarkan sumber.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Subjek peneletian
Keluarga merupakan sekolah pendidikan pertama bagi anak dalam
kehidupan ini, kemana kita berada pasti tak akan lepas dari hubungan
keluarga. Sebagai lingkungan paling kecil dalam organisasi, keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan masa depan anak.
Setiap orang tua pasti menginginkan kesuksesan selalu berpihak pada
anaknya, tak pernah ada dalam sejarah orang tua menginginkan keburukan
terjadi kepada anaknya. Kasih sayang orang tua yang besar menjadikan anak
merasa dimiliki, begitu sebaliknya. Menjalani kehidupan ini tak selamaya
menjadi apa yang kita inginkan, kesenjangan sosial terkadang membuat
manusia merasa bahwa kehidupan yang diberikan Tuhan tidaklah adil.
Manusia memang tergolong sebagai makhluk yang tak pernah puas dengan
apa yang telah didapat, hal ini akan membuat manusia lupa bersyukur dengan
nikmat yang sudah ada dan menjadi rahmat dari Tuhan. Salah satu
kenikmatan yang telah diberikan Allah kepada setiap manusia adalah nikmat
mempunyai keluarga yang saling mengasihi satu dengan yang lainya.
Beberapa manusia sulit untuk bersyukur terhadap apa yang didapat
namun tidak bagi pasangan suami istri (tunanetra) dengan ketiga anaknya di
dusun Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo. Dusun Botokan merupakan
37
salah satu dusun yang berada di desa Jatirejo kecamatan Lendah kabupaten
Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Secara geografis, letak
dusun Botokan Jatirejo berada disebelah utara desa Srikayangan kecamatan
Sentolo dan desa Sidorejo kecamatan Lendah, sebelah selatan bersebelahan
dengan desa Brosot dan desa Pandowan Kecamatan Galur, sebelah barat
bersebelahan dengan desa Bumirejo kecamatan Lendah, dan sebelah timur
bersebelahan dengan desa Brosot Kecamatan Galur serta sungai Progo.
Luasnya mencapai 635,894 ha dengan pemukiman mencapai 431 ha,
pertanian sawah 113 ha, ladang/tegalan 46 ha, hutan 6 ha, perkantoran 0,5 ha,
sekolah 4,8 ha, jalan 5,6 ha, dan lapangan sepak bola 0,5 ha. Jarak ke Ibu kota
kecamatan terdekat yaitu 0,5 KM, lama jarak tempuh ke Ibukota kecamatan 5
menit, jarak ke Ibu kota Kabupaten 15 KM, lama jarak tepuh ke Ibukota
Kabupaten 20 menit. Berikut peta dusun Botokan Jatirejo.
Gambar 2.
Peta dusun Botokan Jatirejo
38
Hidup dengan keterbatasan tak dapat melihat dan dengan
perekonomian rendah selalu mereka syukuri dengan rasa ikhlas. Rasa syukur
inilah yang menjadikan keluarga ini mampu melewati pahit getirnya hidup
meskipun dengan keterbatasa tidak bisa melihat. Keterbatasan tidak dapat
melihat ini merka alami sejak lahir. Sebagai kepala keluarga, BW memenuhi
kebutuhan keluarganya dengan menjadi seorang tukang pijat, ia mengatakan
bahwa memang keahlianya inilah yang dapat ia manfaatkan, sedangkan
istrinya menjadi ibu rumah tangga. Meski hidup dalam keterbatasan,
pasangan suami istri ini tak mau bergantung pada keluarganya, awalnya
mereka berasal dari desa Pereng, Bumirejo kemudian pindah ke desa
Botokan karena tak ingin merepotkan keluarganya. Rumah yang mereka
tinggali sekarang berada di tanah kas desa milik pemerintah desa Botokan,
jadi sewaktu-waktu tanah yang mereka tempati akan digunakan oleh
pemerintah desa, maka mereka juga harus meninggalkan desa ini.
Keterbatasan yang dimiliki suami istri ini tak menghalangi kewajiban mereka
untuk memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Prinsip
yang mereka pegang memberikan pendidikan semampu yang mereka bisa
untuk bekal masa depan anaknya. Pemenuhan rasa tanggung jawab terhadap
pendidikan anak, mereka buktikan dengan memberikan pendidikan formal
kepada anaknya sampai jenjang SMA.
39
Terlahir dari orang tua yang berkebutuhan khusus tak membuat dua
dari ketiga anak pasangan tunanetra ini patah semangat menggapai
pendidikan yang dicita-citakan. Anak pertama mencapai pendidikan hanya
sampai kelas 4 SD, sedangkan anak kedua dan ketiga inilah yang membuat
peneliti terkesima dengan keluarga ini. Walaupun hidup dalam keterbatasan
namun semangat mereka patut untuk kita ikuti dan dijadikan pesan kehidupan
ini, anak kedua kini sudah lulus D3 dari Akademi Kebidanan Yogyakarta
pada tahun 2017 dengan IPK 3,72. Untuk mencapai Akademi Kebidanan
Yogyakarta ini bukanlah perkara mudah bagi anak kedua yang menjadi
kebangkitan dari keluarga ini, pada saat itu bapak hanya dapat membiayai
pendidikan sampai SMA dan untuk mewujudkan cita-citanya ini kemudian ia
memutuskan bekerja selama satu tahun untuk mengumpulkan dana guna
melanjutkan pendidikan yang diinginkan. Hingga pada akhirnya Allah
membuka dengan diperolehnya beasiswa dari AKBIDYO, beasiswa juga
diperoleh dari yayasan kemaslahatan umat Yogyakarta untuk membantu
meringankan biaya pendidikan di Akademi Kebidanan Yogyakarta, yayasan
ini memberikan beasiswa diperuntukkan bagi anak yang yatim, yatim piatu
dan dhuafa melanjutkan pendidikan baik tingkat SMK/SMA maupun
perguruan tinggi. Setelah ia lulus dari Akademi Kebidanan Yogyakarta ia
kemudian bekerja sebagai Staf Laboraturium Akademi Kebidanan
Yogyakarta pada Juli-Oktober 2017, kemudian pada bulan November
sampai saat ini menjadi Staff Badan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
40
Akademi Kebidanan Yogyakarta. Mengikuti jejak kakaknya, anak ketiga dari
pasangan tunanetra ini juga mengambil jurusan kebidanan di Akademi
Kebidanan Yogyakarta, tahun 2018 ini akan diwisuda.
2. Temuan penelitian
Fokus pada penelitian ini adalah bagaimana komunikasi interpersonal sebagai
motivasi keberhasilan pendidikan keluarga (keluarga tunanetra di Botokan
Jatirejo Lendah Kulon Progo). Setelah melakukan penelitian dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi berikut hasil
wawancara dan observasi yang telah didapatkan:
a. Cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) dengan anak sebagai
pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga
Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun
2017).
Komunikasi interpersonal yang dilakukan orang tua kepada
anaknya dilakukan dengan dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi yang
bersifat verbal dan komunikasi yang bersifat non verbal. Komunikasi
yang bersifat verbal dilakukan dengan cara lisan seperti sering melakukan
perbincangan kepada anak dengan cara yang santai tanpa membedakan
status antara orang tua dan anak.
“ Ya saya, sering ngobrol sama anak nggak boleh canggung
karena bagi saya bagaimana hubungan baik itu tercipta
ketika orang tua dan anak dapat berhubungan dekat tanpa
canggung. Ora usah boso, nek boso malah ora iso gawe
41
akrab lan guyonan”. (Wawancara B.W, 27 Desember 2017
Pukul 13.15 WIB)
Hal serupa juga diungkapkan anak kedua dari pasangan suami istri
(tunanetra) ini.
“Saya tahu bagaimana adab anak terhadap orang tua, kalau
dalam bahasa Jawa itu dinamakan boso. Akan tetapi ketika
hal ini saya lakukan komunikasi yang saya dapat sedikit
canggung dan akhirnya hanya memperoleh feed back yang
sederhana. Sedangkan pada kesehariannya komunikasi yang
kami lakukan akan menimbulkan canda tawa secara terus
menerus tanpa terhenti disatu titik pembahasan”. (
wawancara, RPA, 10 Mei 2018,Pukul 13.10 WIB)
Komunikasi non verbal merupakan proses komunikasi dimana
pesan tidak disampaikan menggunakan kata-kata, misalnya gerak isyarat,
bahasa tubuh, ekspresi wajah dan simbol-simbol. Komunikasi non verbal
yang dilakukan orang tua (tunanetra) dengan anaknya dalam keluarga ini
dilakukan berupa kode dan juga sentuhan dikarena keterbatasan tidak
mampu melihat.
“Saya tidak bisa melihat sejak lahir ke dunia, jadi saya sudah
terbiasa melakukan sesuatu itu dengan cara meraba dan niteni
apapun itu. Ketika mengurus anak saya juga hanya
mengandalkan sentuhan tangan, misalnya dalam
memandikannya, ketika mereka merasakan demam maka saya
mengetahuinya melalui sentuhan tangan saat mendekapnya”.
(wawancara S.M 27 Desember 2017 )
Bentuk komunikasi non verbal juga diterapkan melalui bahasa kode
melalui media handphone ketika melakukan komunikasi jarak jauh yaitu
ketika anak pertama menghubungi orang tua, maka dering dari handphone
42
berbunyi satu kali, ketika anak kedua menghubungi orang tua maka dering
dari handphone berbunyi dua kali, dan ketika anak ketiga menghubungi
orang tuanya maka dering dari handphone berbunyi tiga kali.
“Jadi dirumah itu ada satu handphone ketika saya menelpon
maka dering yang berbunyi dua kali, kalau mbak Yuli yang
telpon deringnya satu kali, sedangkan adik yang telpon maka
deringnya tiga kali. Ini salah satu cara agar bapak dan ibu
megetahui siapa yang menelpon karena mereka tidak bisa
melihat dan di handphone itu hanya ada tiga nomer itu saja”.
(wawancara, RPA, 10 Mei 2018 Pukul 13.00 WIB
Proses komunikasi interpersonal yang dilakukan dalam keluarga ini
bersifat terbuka, adil, akrab, sejajar, dan adanya toleransi. Bersifat terbuka
peneliti dapatkan melalui observasi dimana segala sesuatu yang dilakukan
anak dalam kesehariannya akan orang tua ketahui karena sang anak selalu
menceritakan apapun yang terjadi pada hari itu. Anak ketiga mengatakan
bahwasanya ibu dan bapak mengetahui apa yang dilakukan karena adanya
sifat keterbukaan anak dan orang tua, hal ini dilakukan karena orang tua
nantinya dapat memantau aktivitas anak meski tidak secara langsung.
Secara tidak sengaja disini juga dijelaskan bahwa orang tua memberikan
tanggung jawab kepada anaknya dan percaya bahwa anak mampu
bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan.
“Saya berkomunikasi dengan orang tua saya bawakan
dengan santai. Ketika berada di Rumah pasti saya selalu
membawakan cerita, seperti pengalaman saya, orang-orang
terdekat saya, teman-teman saya, dll”.(Wawancara, TW)
43
Komunikasi yang bersifat adil pada keluarga ini diterapkan ketika
berbeda pendapat antara orang tua dan anak, kedua belah pihak tidak boleh
keras kepala menegaskan bahwa pendapat yang dikemukakan itu benar dan
menganggap pendapat yang lain itu salah. Jalan tengahnya adalah mencari
solusi yang terbaik dari pendapat kedua belah pihak. Adil dalam
berkomunikasi juga dapat diartikan bagaimana toleransi harus dipegang
erat di dalam keluarga ini, menghargai pendapat yang satu dengan yang
lainnya tanpa menganggap pendapat orang lain itu salah.
Telah disebutkan di atas bahwa keakraban komunikasi interpersonal
akan tercipta ketika tidak ada perbedaan kedudukan antara orang tua
dengan anak. Hal ini menegaskan bahwa keakraban antara orang tua dan
anak terjalin begitu baik apabila dikemas dengan cara sederhana, sederhana
yang dimaksud adalah membuat suasana yang senyaman mungkin, tidak
ada ketegangan antara yang satu dan yang lainnya, komunikasi juga
dilakukan tanpa suasana teggang, berartti suasana dibuat santai dan
diselingi humor.
Komunikasi interpersonal tidak semuanya berjalan dengan baik.
Meski segala upaya untuk terciptanya komunikasi interpersonal sudah
dilakukan, tidak dapat dipungkiri bahwa hambatan dalam berkomuniksi
interpersonal juga selalu terjadi. Begitu pula dengan komunikasi pada
keluarga tunanetra ini. Salah satu hambatan dalam berkomunikasi
44
interpersonal adalah ketidaksamaan sudut pandang pemikiran antara orang
tua dan anak.
“biasanya kesalahpahaman itu terjadi ketika apa yang kita
mau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan mamak. Saya
inginya ini, nanti mamak inginya itu. Nah disini harus ada
orang ketika sebagai penengah dan biasanya bapaklah yang
mencari jalan tengah atas perbedaan pendapat antar mamak
dan saya. Pikiran mamak selalu mengatakan kamu harus gini,
sedangkan bagi saya apa yang saya ingin lakukan itu
berdasarkan pikiran. Tapi saya juga tak lantas membantah apa
yang dikatakan mamak. (wawancara RPA, 10 Mei 2018, Pukul
13.12 WIB)
Selain perbedaan sudut pandang pemikiran antara orang tua dan
anak hambatan yang ditemui ketika berkomunikasi dalam keluarga ini
adalah adanya perbedaan generasi. Perbedaan generasi ini biasanya akan
menimbulkan perbedaan pendapat juga perbedaan pemikiran. Generasi
yang berbeda tentunya akan menimbulkan tingkah laku, gaya hidup, dan
lingkungan yang bereda. Hambatan yang lainnya adalah faktor
kepribadian dan keterbatasan pengetahuan. Faktor kepribadian menjadi
hambatan pada keluarga ini ketika berkomunikasi secara interpersonal
dikarenakan orang tua hanya berbaur dengan satu lingkup lingkungan
masyarakat, sedangkan anak berbaur dengan masyarakat yang lebih luas
dan banyak tempat, sehingga menciptakan kepribadian yang berbeda dari
orang tua yang hanya berbaur pada satu lingkup masyarakat. Secara
otomatis proses membaur dengan masyarakat yang lebih banyak dan
didukung dengan pendidikan yang berbeda akan menimbulkan perbedaan
45
pengetahuan yang dimiliki, sehingga biasanya perbedaan keterbatasan
pengetahuan akan memicu terjadinya miscommunication. Meskipun
pengetahuan anak lebih banyak dibandingkan kedua orang tuanya, mereka
tidak lantas menyalahkan pendapat dari orang tua dan mereka tidak
memungkiri bahwa dulu mereka juga berasal dari lingkungan tersebut. Ini
merupakan salah satu cara anak menjaga hati kedua orang tua agar tidak
tersinggung
b. Peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam
pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo
Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).
Keberhasilan pendidikan yang diperoleh anak kedua dalam
menggapai pendidikan yang tinggi tak lepas dari motivasi yang diberikan
orang tua kepadanya. Meskipun berlatar belakang kurang mampu dan
memiliki keterbatasan dalam penglihatan tidak menghalangi tanggung
jawab orang tua untuk menjadikan anak sebagai orang yang berhasil
dalam pendidikannya. Motivasi terbesar dari anak kedua untuk berhasil
dalam pendidikannya adalah keinginannya untuk mengangkat derajat
orang tua di mata masyarakat dalam lingkungannya yang menganggap
bahwa anak dari sepasang tunanetra mana mungkin bisa sukses.
“Karena orang tua saya tidak bisa melihat, jadi mereka tidak
mengetahui bagaimana orang-orang membicarakan tentang
keluarga saya. Saya tahu betul bagaimana orang-orang
46
menganggap remeh keluarga saya bahkan ketika saya akan
masuk ke sekolah menengah pertama (SMP) di sekolah favorit
banyak orang meremehkan kemampuan saya, dan
membicarakan apakah orang tua saya mampu untuk
memberikan segala perlengkapan untuk menunjang pendidikan
saya di sekolah tersebut. Hal ini lah yang menjadi motivasi saya
untuk semangat dalam belajar dan membuktikan kepada mereka
bahwa kesuksesan itu bukan hanya milik orang-orang yang
memiliki harta berlimpah, akan tetapi kesuksesan dalam
pendidikan itu juga bisa diperoleh oleh anak-anak dari keluarga
yang memiliki keterbatasan ekonomi bahkan anak seorang
tunanetra yang hanya tinggal di rumah sederhana di tanah kas
milik desa”. (Wawancara, RPA, 10 Mei 2018, Pukul 13.07 WIB)
Komunikasi interpersonal mampu untuk mendorong keberhasilan
pendidikan anak dibuktikan dengan bagaimana orang tua memberikan
arahan kepada anak untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada dan
melakukannya dengan sebaik mungkin. Kedekatan emosional antara
orang tua dalam memberikan arahan kepada anak mampu mendorong
anak untuk lebih semangat dan meningkatkan hubungan yang lebih baik
dengan orang tuanya. Karena kedekatan ini lah yang akhirnya mendorong
anak untuk mewujudkan apa yang diinginkan orang tua dan
merealisasikan arahan yang positif dari orang tua dalam pendidikan. Hal
yang selalu dilakukan orang tua (tunanetra) untuk mendorong pendidikan
anaknya adalah dengan memberikan dukungan dan sebisa mungkin
memenuhi kebutuhan dalam menunjang pendidikan yang ditempuh oleh
anak, walaupun tidak semuanya dapat terpenuhi dengan sempurna.
“Pekerjaan saya sehari-hari sebagai tukang pijat dan
serabutan kalau ada orang yang suruh mijit kadang di jemput
47
kalau jauh. Tapi kalau deket ya jalan kaki, ya sebisa mungkin
saya harus memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-
anak saya dalam artian ya sebisa dan semampu saya, pada
dasarnya saya hanya mampu menyekolahkan anak setinggi-
tingginya hanya sampai tingkatan Sekolah Menengah Atas
(SMA) selebihnya saya serahkan kepada anak saya
bagaimana mereka akan menentukan jalan hidupnya. Ketika
mereka ingin kuliah ya monggo bagaimana caranya yang
pasti saya hanya mampu sampai SMA saja”. (Wawancara,
BW 27 Desember 2017, Pukul 13.13 WIB )
Tidak hanya berwujud dukungan secara fisik saja namun hal yang
dilakukan orang tua dalam memotivasi keberhasilan pendidikan anak juga
dilakukan dalam bentuk perkataan yang dituangkan dalam doa disetiap
sujud dalam sholatnya. Doa dapat dikatakan dorongan karena melalui doa
orang tua berharap agar anak dapat mencapai keberhasilan dan Allah
mempermudahkannya melalui doa pula kekuatan spiritual antara orang
tua dan anak akan semakin kuat dan akhirnya membuat anak termotivasi
untuk memberikan yang terbaik kepada orang tuanya.
“Saya sebagai ibu yang hanya mengurus rumah tangga dan
anak, yang bisa saya lakukan hanyalah memberikan kasih
sayang yang terbaik untuk suami dan anak saya serta
mendo’akan keberhasilan untuk anak-anak saya semoga
mereka sukses dalam pendidikannya, sukses dalam
kehidupannya, dan mampu memberikan perubahan baik
dalam perekonomian maupun nasib yang lebih baik
dibandingkan sekarang”. (Wawancara, SM 27 Desember
2017, Pukul 16.08 WIB)
Dorongan atau motivasi dihasilkan ketika adanya desakan yang
dialami seseorang untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup dan
merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup. Tidak
48
dipungkiri bahwa dorongan yang selalu diberikan orang tua kepada
anaknya dalam hal pendidikan bertujuan agar di masa depan anak-
anaknya dapat memperoleh kehidupan yang baik dan menjadi orang
sukses. Anak akan selalu ingin kehidupannya nanti lebih baik
dibandingkan sekarang, sehingga ia akan bekerja keras untuk dsapat
memperoleh hal tersebut, disinilah peran motivasi terimplementasikan
dalam kehidupan.
“Dorongan terbesar saya ya agar nantinya dimasa depan saya
dapat menjadi pribadi yang lebih baik, dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup yang tercukupi. Kemudian saya
mampu membahagiakan kedua orang tua saya da membawanya
kekehidupan yang lebih baik”. (Wawancara, TW)
Komunikasi interpersonal dapat menciptakan dorongan
keberhasilan pendidikan anak pada keluarga BW biasanya dimulai saat
anak-anak akan berangkat sekolah dimana seluruh anggota akan
berkumpul bersama didepan rumah, kemudian saling mengeluarkan
pemikiran-pemikiran yang ada pada diri masing-masing kemudian
mereka saling menanggapi apa yang sedang dibicarakan dan orang tua
mereka selalu memberikan motivasi, semangat, dan juga nasihat-nasihat
untuk anak-anaknya. Pada kesempatan inilah komunikasi interpersonal
mempunyai peran menciptakan dorongan kepada anak untuk menjalani
kegiatan dihari itu dipenuhi semangat dan memotivasi anak untuk tidak
mengeluh maupun berputus asa dalam segala hal.
49
“Biasanya kita ada waktu tertentu dimana kita saling
mencurahkan isi hati, mengeluarkan unek-unek, biaanya waktu
tersebut setiap pagi sebelum kita berangkat ke sekolah, di waktu
inilah orang tua saya mengetahui segalanya tentang aktivitas
saya dan orang-orang yang saya temui dihari kemarin serta apa
yang akan saya lakukan dalam sehari ini, hal ini juga berlaku
bagi adik saya jadi orang tua saya akan mengetahui apapun
yang saya lakukan lewat perbincangan di pagi sebelum
berangkat sekolah”. (Wawancara, RPA, 27 Desember 2017,
Pukul 13.07 WIB)
Komunikasi interpersonal yang dilakukan keluarga bapak bisa
dilakukan kapan saja, akan tetapi karena kesibukan dari anaknya maka
agar dapat selalu berkumpul dan bercerita dengan anggota keluarga
dipilihlah waktu pagi hari karena fikiran masih fresh dan suasananya
masih nyaman sehingga akan menghasilkan kehangatan dalam membaur
bersama anggota keluarga.
“Biasanya pagi setelah subuh dan anak-anak sudah siap
berangkat sekolah kita berkumpul dan bercengkrama secara
santai, ya biasanya ya seperti itu. Karena di pagi hari kami tidak
banyak melakukan aktivitas suasananya pun masih segar”.
(Wawancara. BP, 27 Desember 2017, Pukul 13.10 WIB)
B. Pembahasan
1. Cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) dengan anak sebagai
pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga
Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017).
Kesuksesan pendidikan anak tak akan terlepas dari bagaimana
hubungan orang tua dengan anaknya pada suatu keluarga. Pada keluarga ini
komunikasi interpersonal berlangsung secara langsung yang melibatkan
ibu, bapak dan anak. Komunikasi yang dilakukan menggunakan dua bentuk
50
komunikasi yakni komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal
dilakukan secara lisan berupa percakapan sedangkan komunikasi non
verbal dilakukan denggan menggunakan kode dan sentuhan, seperti
mengenggam tangan dan kode ketika handphone . Komunikasi yang
keluarga ini lakukan merupakan tipe komunikasi kelompok kecil yang
melibatkan antar tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-
anggotanya saling berinteraksi satu sama lainya.
Pada dasarya komunikasi interpersonal yang dilakukan anak kepada
orang tua haruslah menerapkan tentang bagaimana etika komunikasi yang
baik, dalam bahasa jawa etika berbicara anak kepada orang yang lebih tua
adalah dengan boso karma, akan tetapi dilapangan peneliti menemukan
bahwa etika ini tak berlaku bagi keluarga tunanetra ini. Penyebab kenapa
anak tidak menerapkan etika berkomunikasi yang sering orang Jawa
lakukan adalah untuk lebih terjalin kedekatan yang lebih intim antar
sesama anggota keluarga. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam keluarga
tidak membedakan mana yang tua dan mana yang muda, semua anggota
bebas menggunakan bahasa, gaya dan cara berkomunikasi yang
menurutnya memang baik dan efektif dilakukan. Pada prakteknya anak
tahu bagaimana harus beretika ketika berkomunikasi dengan orang tua,
akan tetapi ketika hal ini dipraktekan komunikai tidak dapat berlangsung
efektif seperti biasanya. Maka demi kenyamanan dan keefektifan dalm
51
berkomunikasi pada keluarga ini maka etika berkomunikasi tak
diberlakukan.
Proses komunikasi yang dilakukan oleh keluarga ini sudah
memenuhi komponen-komponen yang harus dimiliki untuk menciptakan
komunikasi interpersonal yang baik. Seperti komunikator, komunikan,
pesan maupun feed back yang dihasilkan. Untuk mendukung terciptanya
komunikasi interpersonal yang baik dalam keluarga ini maka sikap
keterbukaan juga amat penting dimiliki oleh setiap anggota keluarga ini,
dengan keterbatasan penglihatan tentunya menjadi salah satu kendala yang
dialami orang tua dalam mengawasi setiap aktifitas sang anak. Maka harus
ada kesadaraan dari anak untuk memiliki keterbukaan kepada orang tuanya
tentang aktifitas yang sehari-hari dilakukan. Sehari-harinya sikap
keterbukaan antar anggota keluarga sangat diutamakan, akan tetapi jika
masalahnya memang hanya beberapa saja yang harus mau maka anggota
yang lain tidak keberatan menerimanya. Sikap keterbukaan antar anggota
keluarga ini biasanya diutarakan setiap pagi sebelum anak-anaknya
meninggalkan rumah, yakni dengan duduk bersama di serambi rumah
kemudian berbincang-bincang tentang apa yang dilakukan dan apa yang
akan dilakukan seharian yang akan dijalani. Cara ini terbukti dapat
mempererat hubungan antar anggota keluarga dan menciptakan
kepercayaan yang lebih kuat antar orang tua (tunanetra) dengan anaknya
begitupun sebaliknya, dari sini orang tua kemudian memberikan
52
kepercayaan dan tanggung jawab penuh kepada anaknya untuk menjaga
dirinya dimana ia berada walau tanpa pengawasan dari orang tua.
Hubungan yang baik antar anggota keluarga akan senantiasa menjadi tolak
ukur keberhasilan orang tua (tunanetra) dalam menciptakan susana
kekeluargan yang harmonis, setelah keharmonisan tercipta maka akan
tumbuh keberhasilan pendidikan bagi anak-anak karena lingkungan
keluarga mendukung diri sang anak. Dukungan dari keluarga merupakan
kekuatan terbesar meningkatkan kepercayaan diri dari anak untuk tidak
merasa pesimis dalam menggapai sesuatu yang diinginkan. Selain
keterbukaan dan rasa kepercayaan antar sesama anggota keluarga berikut
beberapa faktor yang menjadikan hubungan antar orang tua (tunanetra)
dengan anak dapat terjalin dengan baik:
a. Toleransi
Setiap manusia tidaklah sama pendapatnya mengenai suatu hal. Begitu
pula dalam hubungan antar orang tua dengan anak tak jarang perbedaan
pendapat ini memicu perdebatan. Maka sikap toleransi harus di junjung
tinggi, hal ini yang diterapkan dikeluarga bapak Wakijo dimana
perbedaan pendapat harus dihargai dan dicari solusi terbaik tanpa harus
terjadi perdebatan.
b. Kesempatan-kesempatan yang seimbang
Kesempatan yang sama dalam berpendapat dalam komunikasi menjadi
hal yang harus adil. Orang tua selalu memberikan kesempatan bagi
53
anak untuk mengutarakan apa yang anak ingin utarakan, dan sebaliknya
anak akan selalu memberikan kesempatan bagi orang tuanyanya
memberikan feed back terhadap pendapat yang diutarakan. Kesempatan
yang seimbang ini akan mempertahankan kebersamaan dan kedua belah
pihak sama-sama puas dalam menyampaikan pendapatnya.
c. Sikap medukung
Sikap mendukung menjadi sifat yang dimiliki orang tua (tunanetra)
terhadap apapun yang dilakukan oleh anak selama apa yang dilakukan
itu kearah positif.
d. Keakraban
Untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kedekatan dan
kehangatan antar orang tua (tunanetra) dan anak selalu melengkapi satu
dengan yang lain sehingga suasana keluarga akan terbangun lebih baik
lagi.
e. Kesejajaran
Telah disebutkan diatas bahwa dalam kesejajaran yang dilakukan orang
tua (tunanetra) dan anak disamaratakan dalam keluarga, sehingga
komunikasi yang terjadi akan lebih dapat efektif.
f. Kontrol
Pengawasan yang dilakukan oleh orang tua (tunanetra) terhadap
anaknya adalah dengan selalu menayakan apa yang dilakukan anak
dalam kesehariannya. Selain itu karena keterbatasa yang di miliki
54
orang tua (tunanetra) dalam pengawasan terhadap anaknya maka
pemberian kepercayaan dan rasa tanggung jawab untuk menjaga diri
menjadi satu cara pengontrolan yang dilakukan oleh orang tua
(tunanetra) terhadap anaknya.
2. Peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan
(Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo
Yogyakarta Tahun 2017).
Sudah sewajarnya dan wajib bagi orang tua untuk memberikan
pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, bagaimana itu wujudnya tentu
orang tua akan memberikan yang terbaik. Ditakdirkan menjadi sepasang
suami istri tunanetra dengan tiga anak, tak menghalangi peran mereka
untuk mendidik anak-anaknya menjadi anak yang lebih baik nasibnya dari
pada nasib orang tuanya. Telah disebutkan diatas bahwa keterbatasan tidak
bisa melihat dan hanya sebagai seorang tukang pijat harus membiayai
ketiga anak dan satu orang istri menjadi satu kendala yang dihadapi BW
sebagai kepala rumah tangga. Namun semangatnya untuk tetap berjuang
dan menyukuri apa yang ada membuatnya tetap kuat dalam menjalani
kehidupan. Melalui wawancara yang peneliti lakukan kepada
BWmengatakan bahwa ia tak pernah menyesal dengan apa yang telah
Allah berikan kepadanya. Ia mengibaratkan bahwa hidup sejatinya sudah
ada yang mengatur ibaratnya manusia adalah wayang dimana sudah ada
dalang yang memainkanya. ungkapan BW ini menimbulkan pertanyaan
55
dari peneliti kenapa ada hal semacam itu? Hasilnya peneliti memperoleh
jawaban yang kasusnya sama dengan apa yang diungkapankan BW berikut
jawaban yang peneliti dapatkan dari buku kumpulan Materi Kompetensi
Dasar Keislaman (KOMDAIS)
Lalu timbul suatu kejanggalan dengan adanya pendapat
bahwa manusia Ini bagaikan wayang kulit yang semata-
mata menyerah dan pasrah saja dengan dalangnya,
sehingga ini akan mematikan gerak utuh berusaha dan
mematahkan semangat unuk berikhtiar. Memang pikiran
itu tidak sepenuhnya dikatakan salah, tetapi perlu diingat
bahwa Allah SWT melengkapi organ manusia dengan otak
yang gunanya untuk berfkir, dan menyempurnakanya
dengan hati yang dapat menimbulkan kehendak. Lalu
kehendak itu dapat diproses oleh akal pikiran, sehingga
dapat dibedakan kehendak yang dapat membawa
kebaikan dengan kehendak yang menimbulkan
kejahatan.dengan cara seperti ini akal pikiran manusia
tidak dibelenggu oleh ikatan temali qadar itu. Selain itu
bagian-bagian dari kehendaknya dapat ditentukan dengan
cara yang bijaksana dan inilah yang dinamakan usaha dan
ikhtiar, sekalipun kita mempercayai bahwa ikhtiar itu
sendiri tidak memberikan bekas suatu apapun, serta
hakikatnya ikhtiar atau usaha itu sendiri adalah termasuk
bagian qadar.
Apa yang dikatakan BW tidak sepenuhnya salah, karna
berpendapat tidaklah salah, dan bagi peneliti perkataan BW merupakan
dasar hidup dari sudut pandang beliau. Sebagai ibu rumah tangga ibu SM
selalu menerima apa yang telah Allah berikan kepadanya dan kepada
keluarganya. Ia dengan setia menemani perjuagan suami meski ia juga tak
bisa berbuat banyak dan mengandalkan suaminya untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Merawat suami serta ketiga anaknya selama ini tak
56
pernah putus asa, ia menikmati peranya sebagi istri juga sebagai ibu bagi
anak-anak, ia mengatakan untuk merawat anaknya ia tak pernah dibantu
oleh tetangga atau dari pihak keluarga. Bagi bapak dan ibu pendidikan
bagi anak adalah sangatlah penting, terlebih pendidikan akhlak, mereka
memberikan pendidikan akhlak sepengetahuan mereka dan memberikan
pendidikan umum di sekolah. Sistem pengajaran ataupun pendidikan yang
diberikan orang tua terhadap anak di lingkungan keluarga berupa nasihat,
tindakan juga betukar pikiran antar anggota keluarga. Berdasarkan hal ini
maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan sehari-hari yang orang
tua berikan kepada anak sebagian besar melalu nasihat. Nasihat-nasihat
itu diantaranya:
a. Selalu menjalankan ibadah kepada Allah
Nasihat ini yang selalu mereka berikan kepada anak-anaknya, mereka
mengetahui bahwa dengan selalu melakukan hal-hal yang
diperintahkan Allah khususnya Sholat maka dengan keterbatasan
apapun Allah akan memberi jalan dan mencukupkan segalanya.
b. Menjaga diri
Menjaga diri merupakan nasihat yang senantiasa diberikan orang tua
dan anak dimanapun mereka berada, hal ini mereka utamakan karna
tak dapat berbuat banyak ketika terjadi sesuatu pada sang anak.
57
c. Menjaga kehormatan keluarga
Menjaga kehormatan disini adalah bagaimana dalam melakukan
sesuatu tindakan tidak membuat malu keluarga begitupula dalam hal
pendidikan. Orang tua tidak pernah menuntut nilai harus sempurna.
Akan tetapi nilai yang didapatkan tidak boleh orang tua dan keluarga
malu.
Sedangkan sistem pendidikan melalui tindakan yang orang tua
berikan kepada anak diantaranya:
a. Melakukan pekerjaan tidak dengan mengeluh
Salah satu cara orang tua mendidik anak adalah dengan tindakan
adalah memberi contoh ketika melalkukan pekerjaan orang tua selalu
melakukannya dengan senang hati tanpa mengeluh dan mencintai
pekerjaan yang ada.
b. Melakukan ibadah dengan ikhlas
Selain dengan nasihat untuk selalu beribadah kepada Allah, orang tua
juga memberikan contoh nyata dengan merealisasikan nasihatnya yang
diberikannya..
Untuk mendapatkan kesuksesan di dunia tentunya juga harus
dibekali dengan pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah. Untuk itu
orang tua memberikan anak pendidikan juga dibangku sekolahah,
58
kemampuan anak yang berprestasi ikut meringankan beban orang tua
dalam memasukan ke sekolah formal. Terbukti setelah lulus SMA anak
mencari beasiswa guna melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan
mengakat derajat orang tua. Secara rasional keluarga yang memiliki
keterbatasan ekonomi dengan orang tua mengalami masalah dalam
penglihatan mampu menyekolahkan dua anaknya sampai bangku SMA
merupkan suri tauladan yang sangat harus kita hargai. Ketulusan doa yang
selalu dipanjatkan oleh ibu dan bapak merupakan wujud tertinggi
dukungan dan harapan terhadap kesuksesan pendidikan bagi anak.
Tidak banyak yang dapat dilakukan orang tua untuk memotivasi
anak kecuali dengan selalu berdoa agar Allah memberikan kesuksesan
yang terbaik untuk pendidikan anaknya serta mengarahkan anak dengan
segala kemampuan yang dimiliki. Memberikan nasehat agar anak mampu
menjadi anak mandiri dan bertangung jawab dengan apa yang telah
mereka pilih. Dorongan dari orang tua ini akhirnya menghasilkan suatu
dorongan luar biasa kepada anak untuk mencapai tujuan yang ingin diraih
pada hal ini adalah kesuksesan dalam pendidikan. Tujuan utama dorongan
yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk keberhasilan pendidikan
tidak lain agar di masa depan anak dapat memperoleh kehidupan yang
lebih baik, sehingga mampu mencukupi segala kebutuhan yang harus
terpenuhi tidak sesulit yang orang tua rasakan. hal yang demikian juga
disepakati oleh guru Bimbingan Konseling SMP 1 Lendah sekaligus orang
59
tua asuh RPA dan TW dari yang mengatakan bahwa bagaimana dorongan
yang dilakukan orang tua kepada anak merupakan daya dorong terbesar
bagi keberhasilan anak di masa depan.
“kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak akan
membuat anak merasa bahwa pendidikan sangat penting
bagi cerah tidaknya masa depan yang akan diperoleh.
Motivasi yang selalu orang tua berikan kepada anak akan
mempengaruhi anak untuk sebaik mungkin dalam belajar dan
selalu melakukan segala sesuatu dengan hasil terbaik”
(Wawancara, WW, Salatiga, 22 Juni 2018 Pukul 18.30 WIB).
Inilah fungsi komunikasi interpersonal yang menghasilkan
dorongan, dorongan keberhasilan pendidikan nantinya akan berdampak
pada tindakan untuk menciptakan masa depan yang cerah dan mampu
mengangkat derajat orang tua serta membuktikan bahwa kesuksesan bukan
hanya milik orang yang mempunyai jabatan ataupun kekuasaan. Akan
tetapi juga dapat diperoleh orang yang sederhana tetapi mempunyai
semangat juang yang tinggi, tidak putus asa dan percaya bahwa Allah
selalu meberi jalan yang terbaik untuk hamba-Nya.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penelitian skripsi ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut
1. Cara komunikasi interpersonal orang tua (tunanetra) dengan anak sebagai
pendorong keberhasilan dalam pendidikan (Studi Kasus Pada Keluarga
Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2017)
menggunakan dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi verbal; berupa
komunikasi secara langsung saling berbincang-bincang satu dengan yang
lainnya, dan komunikasi non verbal; menggunakan kode dan sentuhan,
proses komunikasi dilakukan dengan santai, adil, terbuka dan tidak
membedakan antara status orang tua dan anak, dengan demikian peran dari
komunikasi interpersonal yang baik dari orang tua dengan anak dapat
mendorong keberhasilan pendidikan.
2. Peran orang tua (tunanetra) sebagai pendorong keberhasilan dalam pendidikan
(Studi Kasus Pada Keluarga Tunanetra Botokan Jatirejo Lendah Kulon
Progo Yogyakarta Tahun 2017). orang tua (tunanetra) mempunyai peran
penting dalam mendorong keberhasilan pendidikan bagi anaknya dengan
mendoakan keberhasilan anak dan memberikan fasilitas pendidikan sesuai
kemampuan yang dimiliki, pemberian perhatian dan harapan kehidupan yang
lebih baik merupakan keinginan orang tua (tunanetra) kepada anaknya,
61
melihat perjuangan dan keinginan orang tua yang begitu besar membuat
anak terdorong untuk mendapatkan keberhasilan pendidikan agar dapat
mengangkat derajat orang tua, membahagiakan orang tua dan memperoleh
masa depan yang lebih baik, dengan demikian peran dari orang tua terbukti
berhasil dalam mendorong keberhasilan pendidikan bagi anak.
B. Saran
Pada kesempataan ini penulis memberikan saran yang ditujukan kepada
masyarakat luas, terutama bagi para orang tua adalah:
1. Hendaknya para orang tua memberikan perhatian yang lebih besar kepada
anak, khususnya dibidang pendidikan. Wujud perhatian yang diberikan dapat
dilakukan dengan pemenuhan fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar dan
perhahatian yang sifatnya membangun semangat anak untuk belajar.
2. Untuk mendidik akhlak bagi anak, ajarkan anak melakukan kebaikan-
kebaikan kecil seeperti tidak boleh mengangap remeh orang lain,
menghormati hak-hak orang lain dan peduli dengan orang-orang yang
membutuhkan.
3. Wujud dukungan secara psikologis orang tua kepada anak dapat dilakukan
dengan komunikasi yang baik dan transparan. Salah satu bentuk komunikasi
yang baik diterapkan orang tua kepada anaknya adalah komunikasi yang
sifatnya interpersonal.
4. Agar hubungan orang tua dengan anak dekat, sebaiknya melakukan
komunikasi yang sifatnya aktif dan membanggun. Umpan balik dari kedua
62
belah pihak akan menciptakan hubungan yang semakin dekat sehingga anak
merasa nyaman dan terbuka kepada keluarga terutama kepada orang tua
5. Untuk mengantisipasi hambatan perbedaan pemikiran antara orang tua dan
anak, cari solusi terbaik dari setiap permasalahan yang ada kemudian jelaskan
alasan terhadap setiap pendapat yang dikemukan baik dari anak maupun dari
orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Surat Al Baqarah Ayat 286.
Ali, Mukti. 2016. Eager Expectation dan Motivasi Mahasiswa Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam IAIN Salatiga. Vol. 1.http://e-
journal.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/651/492 (diakses 3
Juli 2018 Pukul 14.25 WIB)
Aswar, Saifuddin. 2014. MetodePenelitian. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Aulia, Rahmat. 2016. Strategi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Anak Penyandang Disabilitas. FISIP,
Malaysia: Universitas Syiah.
AW, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu
Basrowi&Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Kedua). Jakarta: Raja
Grafinda Persada.
Daru suprapta. 2006. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama Medika.
Echols, John M. 2007. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Erawati, Muna dkk. 2015. Kumpulan Materi Kompetensi Dasar Keislaman
(KOMDAIS). Salatiga: Laboraturium Fakda IAIN Salatiga.
Fajrie, Mahfudlah. 2018. Gaya Komunikasi Masyarakat Pesisir Wedung Jawa
Tengah. Fakultas Dakwah IAIN Salatiga. Vol.2. http://e-
journal.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/article/view/1208 (diakses pada
tanggal 3 juli 2017 Pukul 14.21 WIB)
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antar pribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Jauhari, Muchtar. 2008. Fiqih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2002. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Nurhidayat. 2013. Peran Komunikasi Interpersonal Wali Kelas VI di MI Darul Huda
Ngaglik Sleman. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga : Yogyakarta.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Purba, Jenny WidiyaCasih. 2014. Pola Asuh Orang tua Tunanetra Terhadap Anak
Normal di Pekanbaru. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas : Riau.
Riadi, 2012,www.kajianpustaka.com (diakses pada tanggal 28 November 2017 pukul
21.15 WIB)
Santoso, Edi & Setiansyah, Mite. 2012. Teori Komunikasi (edisi pertama) .
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smart, Aqila. 2010.Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran & Terapi Untuk
Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kata Hati.
Sondang. P, Siagan. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya..
Zumrotus, Sa’adah. 2016.Apotik Rabbani. Solo: Tinta Medina.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman wawancara
A. Pedoman wawancara dengan orang tua (tunanetra)
1. Sedekat apa hubungan bapak/ibu dengan anak dan apa pekerjaan
bapak/ibu, sehingga dapat menyekolahkan anak-anak sampai perguruan
tinggi?
2. Bagaimana cara bapak/ibu dalam memotivasi anak untuk meraih masa
depan dan bagaimana bentuknya?
3. Jika ada masalah dalam keluarga, apakah diselesaikan bersama dan
diketahui seluruh anggota keluarga atau bagaimana, Pernahkan bapak/ibu
merasa putus asa dalam menjalani kehidupan ini?
4. Sebagai kepala keluarga, bagaimana bapak menguatkan anggota keluarga
untuk tetap bersyukur dan selama ini adakah kendala bapak/ibu dalam
mengasuh anak?
5. Dalam sehari-hari adakah waktu khusus untuk bertemu bersama keluarga.
lantas dengan keterbatasan kemampuan bapak, apa yang bapak sampaikan
kepada ibu dan anak-anak?
B. Pedoman wawancara dengan Anak.
1. Seberapa sering anda berkomunikasi dengan orang tua dan bagaimana
bagaimana cara berkomunikasinya?
2. Bagaimana cara berkomunikasi anda dengan orang tua secara terbuka (jika
ada masalah)
3. Bagaimana cara orang tua memberi motivasi kepada anda dalam hal
pendidikan, dan seberapa besar pengaruh keluarga terhadap keberhasilan
pendidikan anda?
4. Bagaimana cara anda dapat menyelesaikan pendidikan sampai perguruan
tinggi dan apa motivasi terbesar dari anda sampai saat ini?
5. Apa yang diajarkan keluarga anda, sehingga anda dapat meraih
kesuksesan dalam pendidikan, serta wujud motivasi yang seperti apa yang
diberikan orang tua kepada anda?
Hasil Wawancara
Nama : Retno Puji Astuti
Tanggal : 27 Desember 2017
Waktu : 13.10 WIB
Tempat : Rumah Bapak Wakijo dan Balai Pertanian
1. Sering sekali lah
2. Ya biasanya sih bincang-bincang, ngobrol ya layaknya orang tua dan anak lah.
Kalau gak ya lewat telepon. Jadi dirumah itu ada satu handphone ketika saya
menelpon maka dering yang berbunyi dua kali, kalau mbak Yuli yang telpon
deringnya satu kali, sedangkan adik yang telpon maka deringnya tiga kali. Ini
salah satu cara agar bapak dan ibu megetahui siapa yang menelpon karena
mereka tidak bisa melihat dan di handphone itu hanya ada tiga nomer itu saja
3. Ya mereka selalu mendorong saya untuk belajar lebih baik, agar bisa merubah
nasib keluarga ini. Membuktikan kepada orang-orang yang meremehkan saya.
Doa dan biaya pendidikan itu juga motivasi yang diberikan mereka kepada saya.
4. Bapak hanya bisa menyekolahkan saya sampai SMA, saya kemudian mengikutu
D1 keperwatan dan setelah itu bekerja selama satu tahun disebuah klinik yang
ada dijakarta. Kemauan untuk melanjutkan sekolah kejenjang lebih tinggi masih
menjadi keinginan saya. Jadi saya kumpulkan gaji saya itu kemudian saya
belikan leptop dan kendaraan serta saya gunakan untuk mendaftar kepergiruan
AKBIDYO, selain itu saya juga memperoleh beasiswa. Tak berapa lama saya
juga mendapatkan beasiswa dari yayasan kemaslahatan umat Yogyakarta untuk
keperluan hidup sehari-hari saya.
5. Pastinya orang tua dan saudara-saudara saya. Kemudian omongan-omongan
orang-orang yang merendahkan saya menjadi cambuk untuk memberikan yang
terbaik dipendidikan saya. Karena orang tua saya tidak bisa melihat, jadi mereka
tidak mengetahui bagaimana orang-orang membicarakan tentang keluarga saya.
Saya tahu betul bagaimana orang-orang menganggap remeh keluarga saya
bahkan ketika saya akan masuk ke sekolah menengah pertama (SMP) di sekolah
favorit banyak orang meremehkan kemampuan saya, dan membicarakan apakah
orang tua saya mampu untuk memberikan segala perlengkapan untuk menunjang
pendidikan saya di sekolah tersebut. Hal ini lah yang menjadi motivasi saya
untuk semangat dalam belajar dan membuktikan kepada mereka bahwa
kesuksesan itu bukan hanya milik orang-orang yang memiliki harta berlimpah,
akan tetapi kesuksesan dalam pendidikan itu juga bisa diperoleh oleh anak-anak
dari keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi bahkan anak seorang
tunanetra yang hanya tinggal di rumah sederhana di tanah kas milik desa
6. Besar sekali, karena merekalah motivasi terbesar saya
7. Bersyukur dengan apa yang ada serta terus berusaha menjadi lebih baik.
Menjalankan perintah Allah dan belajar sebaik mungkin, manfaatkan peluang
yang ada.
8. Sejak kecil saya tidak mempermasalahkan,itu pas mau masuk kuliah tapi gak
bisa langsung tapi saya pernah merasa kok andai saya tidak terlahir dari keluarga
ini pasti bisa langsung kuliah, he. Tapi itu pada saat itu. Dan akhirnya saya
mengerti bahwa saya terlahir dari keluarga yang memang sudah dipilihkan Allah
untuk saya.
9. Terbuka sekali, Biasanya kita ada waktu tertentu dimana kita saling mencurahkan
isi hati, mengeluarkan unek-unek, biaanya waktu tersebut setiap pagi sebelum
kita berangkat ke sekolah, di waktu inilah orang tua saya mengetahui segalanya
tentang aktivitas saya dan orang-orang yang saya temui dihari kemarin serta apa
yang akan saya lakukan dalam sehari ini, hal ini juga berlaku bagi adik saya jadi
orang tua saya akan mengetahui apapun yang saya lakukan lewat perbincangan di
pagi sebelum berangkat sekola
10. Kalau itu memang bersifat untuk kebaiakan bersama ya dibicarakan bersama,
tapi missal hanya saya dengan bapak, ya hanya saya dengan bapak lah yang perlu
tahu yang lain tidak.
11. Saya tahu bagaimana adab anak terhadap orang tua, kalau dalam bahasa Jawa itu
dinamakan boso. Akan tetapi ketika hal ini saya lakukan komunikasi yang saya
dapat sedikit canggung dan akhirnya hanya memperoleh feedback yang
sederhana. Sedangkan pada kesehariannya komunikasi yang kami lakukan akan
menimbulkan canda tawa secara terus menerus tanpa terhenti disatu titik
pembahasan
12. Biasanya kesalahpahaman itu terjadi ketika apa yang kita mau tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan mamak. Saya inginya ini, nanti mamak inginya itu.
Nah disini harus ada orang ketika sebagai penengah dan biasanya bapaklah yang
mencari jalan tengah atas perbedaan pendapat antar mamak dan saya. Pikiran
mamak selalu mengatakan kamu harus gini, sedangkan bagi saya apa yang saya
ingin lakukan itu berdasarkan pikiran. Tapi saya juga tak lantas membantah apa
yang dikatakan mamak.
Nama : Tri Widarti
Tanggal : 27 Desember 2017
Waktu : 14.00 WIB
Tempat : Rumah Bapak Wakijo
1. Saya berkomunikasi dengan orangtua sering sekali, ketika di Rumah seperti hal
umumnya, yaitu bercanda, bercerita, dll. Ketika berada di Asrama saya
menyempatkan waktu untuk menelefon kedua orangtua saya minimal 1x
walaupun hanya sekedar menanyakan kabar dan meminta doa restu agar dalam
menjalani kuliah lancar.
2. Saya berkomunikasi dengan orangtua saya bawakan dengan santai. Ketika berada
di Rumah pasti saya selalu membawakan cerita, seperti pengalaman saya, orang-
orang terdekat saya, teman-teman saya, dan biasanya saya lakukan dipagi hari.
3. Kedua orangtua juga selalu mengingatkan saya untuk terus belajar dan tidak lupa
untuk berdoa, dan beliau mengatakan bahwa hanya bisa memberikan motivasi
serta mendoakan kepada saya, karena saya yang menjalaninya. Beliau tidak
mengharuskan saya untuk mendapatkan nilai yang tertinggi diantara teman-
teman saya, namun juga tidak yang paling rendah, sehingga minimal mencapai
nilai di atas rata-rata.
4. Saya dengan belajar dan memiliki keinginan yang kuat dalam hal menyelesaikan
pendidikan, karena saya semenjak kecil sudah berlatih mandiri untuk belajar
sendiri tanpa bantuan dari orang tua, dan hanya mengikuti les dari pihak sekolah.
5. Pengaruh keluarga terhadap pendidikan saya sangatlah besar, karena dalam
kondisi kedua orangtua saya tunanetra, mejadi motivasi saya tersendiri untuk
harus bisa memberikan yang terbaik, berbakti kepada orangtua, mengangkat
derajat orangtua, dan saya ingin sekali menunjukkan kepada orangtua bahwa
saya bisa serta kelak bisa membawa kesuksesan di dalam keluarga saya.Doa dan
biaya pendidikan itu juga motivasi yang diberikan mereka kepada saya
6. Orangtua mengajarkan kepada saya untuk bersikap tegar, bijaksana, dan yang
paling penting adalah kejujuran.
7. Saya masih bersyukur kepada Allah SWT, karena saya masih dipertemukan
dengan orangtua walaupun dengan kondisi kedua orangtua saya tunanetra.
8. Saya ketika berkomunikasi dengan orangtua sangatlah terbuka, karena bagi saya
orangtua adalah tempat curhatan saya dan pihak orangtua juga memberikan
respon positif terhadap saya, sehingga saya selalu mencurahkan semua isi hati
saya walaupun sekecil apapun. Misalnya, ketika saya bercerita tentang teman-
teman saya, saya pun menyebutkan namanya walaupun kedua orangtua saya
belum pernah menjumpainya, sehingga ketika bercerita di lain waktu orangtua
saya menyambung dengan cerita yang saya bawakan.
9. Ketika topik masalah dari keduanya, saya biasanya tidak ikut campur. Tetapi jika
topik masalah bukan tentang keduanya saya membantu menyelesaikannya.
10. Motivasi terbesar saya ya agar nantinya dimasa depan saya dapat menjadi pribadi
yang lebih baik, dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang tercukupi.
Kemudian saya mampu membahagiakan kedua orang tua saya dapat
membawanya kekehidupan yang lebih baik.
Nama : Wakijo
Tanggal : 10 Mei 2018
Waktu : 13.10 WIB
Tempat : Rumah Bapak Wakijo
1. Sangat dekat, ya dekat sekali. Ya saya, sering ngobrol sama anak nggak boleh
canggung karena bagi saya bagaimana hubungan baik itu tercipta ketika orang
tua dan anak dapat berhubungan dekat tanpa canggung. Ora usah boso, nek boso
malah ora iso gawe akrab lan guyonan. Biasanya pagi setelah subuh dan anak-
anak sudah siap berangkat sekolah kita berkumpul dan bercengkrama secara
santai, ya biasanya ya seperti itu. Karena di pagi hari kami tidak banyak
melakukan aktivitas suasananya pun masih segar.
2. Ya kalau sehari-hari saya sekarang tukang pijit, kalau ada orang yang suruh mijit
kadang di jemput kalau jauh. Tapi kalau deket ya jalan kaki. Tapi kalau deket ya
jalan kaki, ya sebisa mungkin saya harus memberikan pendidikan yang terbaik
untuk anak-anak saya dalam artian ya sebisa dan semampu saya, pada dasarnya
saya hanya mampu menyekolahkan anak setinggi-tingginya hanya sampai
tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA) selebihnya saya serahkan kepada anak
saya bagaimana mereka akan menentukan jalan hidupnya. Ketika mereka ingin
kuliah ya monggo bagaimana caranya yang pasti saya hanya mampu sampai
SMA saja.
3. Ya berbekal niat aja mb, sama semangat dari anak-anak. , ya sebisa mungkin
saya harus memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak saya dalam
artian ya sebisa dan semampu saya, pada dasarnya saya hanya mampu
menyekolahkan anak setinggi-tingginya hanya sampai tingkatan Sekolah
Menengah Atas (SMA) selebihnya saya serahkan kepada anak saya bagaimana
mereka akan menentukan jalan hidupnya. Ketika mereka ingin kuliah ya monggo
bagaimana caranya yang pasti saya hanya mampu sampai SMA saja.
4. Sangat penting sekali, apalagi buat anak-anak itu buat bekal mereka dimasa
depan. Agar nasibnya gak seperi saya.
5. Saya selama ini gak pernah ngasih hadiah biasaya ya ucapan terimakasih karna
gak malu-maluin keluarga.
6. Ia saya bersyukur dengan kehidupan saya saat ini, barangkali diluar sana masih
ada yang lebih buruk dari kehidupan saya. Ya saya mengatakan kepada mereka
untuk menerima apa yang ada .karenahidup ini sudah ada yang atur ibarat
wayang wus ono dalang e. kita sebagai wayang dan Allah sebagai dalang.
7. Ya saya suruh mereka belajar sebaik mungkin, mendoakan yang terbaik bagi
mereka. Berharap suatu saat nanti mereka sukses dan menjadi orang yang dapat
merubah nasib.
8. Wajarnya anak-anak yang pernah melakukan kesalahan, ya biasanya saya
nasihatin, sesok ojo ngono kwi meneh. Sung uwes yo uwis ojo dibaleni.
9. Kalau sayanya putus asa, bagaimana dengan anak-anak dan istri saya.pastinya
gak boleh putus asa. Keluarga kan tempat dimana kasih sayag dibangun dan
tempat kembalinya semua orang ketika pergi.
10. Tergantung, biasanya ya dibicarakan bareng-bareng. Tapi jika memang hanya
untuk beberapa anggota juga adanya rahasia. haha
11. Ya bersyukur saja, sambil terus berusaha menjadi yang lebih baik lagi.
Nama : Supreh Mulyani
Tanggal : 10 Mei 2018
Waktu : 14.20 WIB
Tempat : Rumah Bapak Wakijo
1. Ya dekat sekali saya mb puji.
2. Kendalanya ya paling kalau anak butuh sesuatu lagi gak pegang uang. Kalau
masalah mengasuh dari kecil sampai sekarang gak ada si mb.
3. Ya itu tadi mb, nek misal mboten gadah arto wau, di ekonomi lah mb kendalan e.
4. Saya sebagai ibu yang hanya mengurus rumah tangga dan anak, yang bisa saya
lakukan hanyalah memberikan kasih sayang yang terbaik untuk suami dan anak
saya serta mendo’akan keberhasilan untuk anak-anak saya semoga mereka sukses
dalam pendidikannya, sukses dalam kehidupannya, dan mampu memberikan
perubahan baik dalam perekonomian maupun nasib yang lebih baik
dibandingkan sekarang
5. Ya saya menasihatinya supaya belajar dengan baik, ojo neko-neko. Kadang saya
temani saat ia belajar dirumah, ya gitu aja mb, anak-anak sudah bisa mandiri dari
kecil.
6. Ya biasanya pagi sebelum anak berangat sekolah kami ngobrol, lah mau ngapain
lagi kalau udah gak ada yang mau dikerjain.
7. Ya, nung endi wae niku kudu rendah hati. Kalau bisa ya ampun sumeh. Mugo-
mugo saget merubah nasib keluarga niki.
8. Ya kalau mereka sukses saya senang sekali. Niko retno wisuda ngeh seneng
mboten pernah nyongko mb.
9. Semoga keluarga ini biasa lebih baik kedepanya, anak-anak juga semoga sukses,
ndang nikah dan berumah tangga dengan baik jangan sampai nasibnya kaya
orangtuanya.
10. Saya tidak bisa melihat sejak lahir kedunia, jadi saya sudah terbiasa melakukan
sesuatu itu dengan cara meraba dan niteni apapun itu. Ketika mengurus anak saya
juga hanya mengandalkan sentuhan tangan, misalnya dalam memandikannya,
ketika mereka merasakan demam maka saya mengetahuinya melalui sentuhan
tangan saat mendekapnya.
REDUKSI DATA
No Rumusan masalah Daftar pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana cara
komunikasi
interpersonal orang
tua (tunanetra) dan
anak sebagai
pendorong dalam
keberhasilan
pendidikan?
Sedekat apa
hubungan bapak
dengan anak?
Sangat dekat, ya dekat sekali. Ya saya,
sering ngobrol sama anak nggak boleh
canggung karena bagi saya bagaimana
hubungan baik itu tercipta ketika orang
tua dan anak dapat berhubungan dekat
tanpa canggung. Ora usah boso, nek
boso malah ora iso gawe akrab lan
guyonan. Biasanya pagi setelah subuh
dan anak-anak sudah siap berangkat
sekolah kita berkumpul dan
bercengkrama secara santai, ya biasanya
ya seperti itu. Karena di pagi hari kami
tidak banyak melakukan aktivitas
suasananya pun masih segar (BW)
Seberarapa sering
anda berkomunikasi
dengan orang tua
anda dan bagaimana
cara anda
berkomunikasi
dengan orang tua
dan sedekat apa anda
dengan orang tua
anda?
Sering sekali lah, Ya biasanya sih
bincang-bincang, ngobrol ya lakyaknya
orang tua dan anak lah. Kalau gak ya
lewat telepon. Jadi dirumah itu ada satu
handphone ketika saya menelpon maka
dering yang berbunyi dua kali, kalau
mbak Yuli yang telpon deringnya satu
kali, sedangkan adik yang telpon maka
deringnya tiga kali. Ini salah satu cara
agar bapak dan ibu megetahui siapa
yang menelpon karena mereka tidak bisa
melihat dan di handphone itu hanya ada
tiga nomer itu saja (RPA)
Seberapa dekat ibu
dengan anak?
Dekat sekali mb puji, Ya biasanya pagi
sebelum anak berangat sekolah kami
ngobrol, lah mau ngapain lagi kalau
udah gak ada yang mau dikerjain(SM)
Seberapa sering anda
berkomunikasi
Saya berkomunikasi dengan orangtua
sering sekali, ketika di Rumah seperti
dengan orang tua
anda?
hal umumnya, yaitu bercanda, bercerita,
dll. Ketika berada di Asrama saya
menyempatkan waktu untuk menelefon
kedua orangtua saya minimal 1x
walaupun hanya sekedar menanyakan
kabar dan meminta doa restu agar dalam
menjalani kuliah lancar(TW)
Bagaimana cara
anda berkomunikasi
dengan orang tua
dan sedekat apa anda
dengan orang tua
anda?
Saya berkomunikasi dengan orangtua
saya bawakan dengan santai. Ketika
berada di Rumah pasti saya selalu
membawakan cerita, seperti pengalaman
saya, orang-orang terdekat saya, teman-
teman saya, dll(TW)
Seterbuka apa anda
dalam
berkomunikasi
dengan orang tua?
Terbuka sekali, Biasanya kita ada waktu
tertentu dimana kita saling mencurahkan
isi hati, mengeluarkan unek-unek,
biaanya waktu tersebut setiap pagi
sebelum kita berangkat ke sekolah, di
waktu inilah orang tua saya mengetahui
segalanya tentang aktivitas saya dan
orang-orang yang saya temui dihari
kemarin serta apa yang akan saya
lakukan dalam sehari ini, hal ini juga
berlaku bagi adik saya jadi orang tua
saya akan mengetahui apapun yang saya
lakukan lewat perbincangan di pagi
sebelum berangkat sekola(RPA)
2 Bagaimana peran
orang tua (tunanetra)
dalam mendorong
keberhasilan
pendidikan anak?
Bagaimana cara
orang tua memberi
motivasi kepada
anda dalam hal
pendidikan?
Ya mereka selalu mendorong saya untuk
belajar lebih baik, agar bisa merubah
nasib keluarga ini. Membuktikan kepada
orang-orang yang meremehkan saya.
Doa dan biaya pendidikan itu juga
motivasi yang diberikan mereka kepada
saya (RPA)
Siapakah orang
dibalik anda yang
menghantarkan anda
Pastinya orang tua dan saudara-saudara
saya. Kemudian omongan-omongan
orang-orang yang merendahkan saya
sampai bisa lulus
dengan predikat
coumloud?
menjadi cambuk untuk memberikan
yang terbaik dipendidikan saya. Karena
orang tua saya tidak bisa melihat, jadi
mereka tidak mengetahui bagaimana
orang-orang membicarakan tentang
keluarga saya. Saya tahu betul
bagaimana orang-orang menganggap
remeh keluarga saya bahkan ketika saya
akan masuk ke sekolah menengah
pertama (SMP) di sekolah favorit
banyak orang meremehkan kemampuan
saya, dan membicarakan apakah orang
tua saya mampu untuk memberikan
segala perlengkapan untuk menunjang
pendidikan saya di sekolah tersebut. Hal
ini lah yang menjadi motivasi saya untuk
semangat dalam belajar dan
membuktikan kepada mereka bahwa
kesuksesan itu bukan hanya milik orang-
orang yang memiliki harta berlimpah,
akan tetapi kesuksesan dalam
pendidikan itu juga bisa diperoleh oleh
anak-anak dari keluarga yang memiliki
keterbatasan ekonomi bahkan anak
seorang tunanetra yang hanya tinggal di
rumah sederhana di tanah kas milik
desa(RPA)
Bagaimana cara
orang tua memberi
motivasi kepada
anda dalam hal
pendidikan?
Kedua orangtua juga selalu
mengingatkan saya untuk terus belajar
dan tidak lupa untuk berdoa, dan beliau
mengatakan bahwa hanya bisa
memberikan motivasi serta mendoakan
kepada saya, karena saya yang
menjalaninya. Beliau tidak
mengharuskan saya untuk mendapatkan
nilai yang tertinggi diantara teman-
teman saya, namun juga tidak yang
paling rendah, sehingga minimal
mencapai nilai di atas rata-rata(TW)
Dalam kondisi
perekonomian yang
sangat kurang,
bagaimana bapak
dapat
menyekolahkan
anak-anak bapak?
Ya berbekal niat aja mb, sama semangat
dari anak-anak. , ya sebisa mungkin saya
harus memberikan pendidikan yang
terbaik untuk anak-anak saya dalam
artian ya sebisa dan semampu saya, pada
dasarnya saya hanya mampu
menyekolahkan anak setinggi-tingginya
hanya sampai tingkatan Sekolah
Menengah Atas (SMA) selebihnya saya
serahkan kepada anak saya bagaimana
mereka akan menentukan jalan
hidupnya. Ketika mereka ingin kuliah ya
monggo bagaimana caranya yang pasti
saya hanya mampu sampai SMA
saja(BW)
Seberapa penting
pendidikan bagi
bapak?
Sangat penting sekali, apalagi buat anak-
anak itu buat bekal mereka dimasa
depan. Agar nasibnya gak seperi
saya(BW)
TRIANGULASI DATA
No Rumusan
masalah
Daftar
pertanyaan Jawaban Kesimpulan
1 Bagaimana
cara
komunikasi
interpersonal
orang tua
dengan anak
(tunanetra)
Sebagai
pendorong
keberhasilan
pendidikan?
Sedekat apa
hubungan bapak
dengan anak?
Sangat dekat, ya
dekat sekali(BW)
Hubungan antara
Orang tua dan anak
sangat dekat.
Seberapa dekat
ibu dengan
anak?
Ya dekat sekali saya
mb puji(SM)
Sedekat apa
hubungan bapak
dengan anak?
Ya saya, sering
ngobrol sama anak
nggak boleh
canggung karena
bagi saya bagaimana
hubungan baik itu
tercipta ketika orang
tua dan anak dapat
berhubungan dekat
tanpa canggung(BW)
Komunikasi
interpersonal yang
digunakan bersifat
terbuka antar
anggota keluarga
Seterbuka apa
anda dalam
berkomunikasi
dengan orang
tua?
Terbuka sekali,
Biasanya kita ada
waktu tertentu
dimana kita saling
mencurahkan isi hati,
mengeluarkan unek-
unek (RPM)
Bagaimana cara
anda
Saya berkomunikasi
dengan orang tua
berkomunikasi
dengan orang tua
dan sedekat apa
anda dengan
orang tua anda?
saya bawakan
dengan santai.
Ketika berada di
Rumah pasti saya
selalu membawakan
cerita, seperti
pengalaman saya,
orang-orang terdekat
saya, teman-teman
saya, dan biasanya
saya lakukan dipagi
hari(TW)
Sedekat apa
hubungan bapak
dengan anak?
Ora usah boso, nek
boso malah ora iso
gawe akrab lan
guyonan”(BW)
Bagaimana cara
anda
berkomunikasi
dengan orang tua
anda?
Saya tahu bagaimana
adab anak terhadap
orang tua, kalau
dalam bahasa Jawa
itu dinamakan boso.
Akan tetapi ketika
hal ini saya lakukan
komunikasi yang
saya dapat sedikit
canggung dan
akhirnya hanya
memperoleh
feedback yang
sederhana(RPM)
Cara berkomunikasi
antara orang tua
(tunanetra) dengan
anak dilakukan
tanpa membedakan
status, sehingga
tidak ada jarak antar
satu dengan yang
lain
2 Bagaimana
peran c orang
tua
(tunanetra)
dalam
mendorong
keberhasilan
Bagaimana cara
bapak untuk
memotivasi anak
untuk meraih
masa depan yang
cerah?
Ya saya suruh
mereka belajar
sebaik mungkin,
mendoakan yang
terbaik bagi mereka.
Berharap suatu saat
nanti mereka sukses
Kepedulian orang
tua (tunanetra)
kepada pendidikan
bagi anaknya sangat
tinggi
pendidikan
anak?
dan menjadi orang
yang dapat merubah
nasib(BW)
Bagaimana ibu
memotivasi anak
agar giat dalam
belajar?
Saya lakukan
hanyalah
memberikan kasih
sayang yang terbaik
untuk suami dan
anak saya serta
mendo’akan
keberhasilan untuk
anak-anak saya
semoga mereka
sukses dalam
pendidikannya,
sukses dalam
kehidupannya(SM)
Siapakah orang
dibalik anda
yang
menghantarkan
anda sampai bisa
lulus dengan
predikat
coumloud?
Pastinya orang tua
dan saudara-saudara
saya. Kemudian
omongan-omongan
orang-orang yang
merendahkan saya
menjadi cambuk
untuk memberikan
yang terbaik
dipendidikan
saya(RPM)
Motivasi
keberhasilan
pendidikan anak
adalah keinginan
memberikan
kehidupan yang
layak bagi orangtua
dan membuktikan
bahwa kesuksesan
bukan hanya untuk
kalangan atas tapi
bagi orang-orang
yang mempunyai
niat dan semangat
yang tinggi.
Seberapa besar
pengaruh
keluarga anda
dengan
kesuksesan
pendidikan anda
serta motivasi
apa yang
diberikan orang
Pengaruh keluarga
terhadap pendidikan
saya sangatlah besar,
karena dalam kondisi
kedua orangtua saya
tunanetra, mejadi
motivasi saya
tersendiri untuk
harus bisa
tua kepada anda? memberikan yang
terbaik, berbakti
kepada orangtua,
mengangkat derajat
orangtua, dan saya
ingin sekali
menunjukkan kepada
orangtua bahwa saya
bisa serta kelak bisa
membawa
kesuksesan di dalam
keluarga saya. Doa
dan biaya pendidikan
itu juga motivasi
yang diberikan
mereka kepada saya
(TW)
Dalam sehari-
hari adakah
waktu khusus
bersama
keluarga untuk
mencurahkan
hati?
Ya biasanya pagi
sebelum anak
berangat sekolah
kami ngobrol, lah
mau ngapain lagi
kalau udah gak ada
yang mau
dikerjain(SM) Pagi hari sebelum
anak-anak memulai
menuntut ilmu
adalah waktu luang
yang dikhususkan
untuk komunikasi
Bagaimana cara
anda
berkomunikasi
dengan orang tua
dan sedekat apa
anda dengan
orang tua anda?
Saya berkomunikasi
dengan orang tua
saya bawakan
dengan santai.
Ketika berada di
Rumah pasti saya
selalu membawakan
cerita, seperti
pengalaman saya,
orang-orang terdekat
saya, teman-teman
saya, dan biasanya
saya lakukan dipagi
hari (TW)
Gambar 1. Wawancara dengan Retno Puji Astuti
Gambar 2 Pasangan tunanetra
Bapak Wakijo dan Ibu Suprih Mulyani
Gambar 3.
Wawancara dengan Ibu Suprih Mulyani
Gambar 4.
Wawancara dengan Bapak Wakijo
Gambar 5.
Tempat berkumpul dan berbincang Santai
Gambar 6.
Kondisi tempat tidur
Gambar 7.
Salah satu proses Komunikasi Interpersonal
Orang tua dan anak
Gambar 8.
Tri Widarti Anak Ketiga
Gambar 9.
Wisuda Retno Puji Astuti
Gambar 10.
Tri Widarti dalam Salah Satu Program dari
Kampus AKABIDYO
Gambar 11.
Wisuda Retno Puji Astuti
Gambar 12.
Transkrip nilai Retno Puji Astuti
CURRICULUM VITAE
Nama : Puji Lestari
Tempat, Tanggal lahir : Purworejo, 01 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Donorejo, Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Tinggi Badan : 152 cm
E-mail : Pujil377@gmail.com
No.Hp : 081215231207
RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
2001 s/d 2002 TK 2 Donorejo Kaligesing Purworejo
2002 s/d 2008 SD N 3 Donorejo Kaligesing Purworejo
2008 s/d 2011 SMP N 3 Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta
2011 s/d 2014 SMK IT Al Furqon Sanden Bantul Yogyakarta
2014 s/d 2018 IAIN Salatiga
Pendidikan Non Formal
PP Al Furqon Sanden Bantul Yogyakarta
Pengalaman Organisasi
OSIS SMK IT Al Furqon Sanden Bantul Yogyakarta
IPPNU Kab Bantul Yogyakarta
top related