peningkatan hasil belajar ipa materi perubahan...
Post on 05-Jun-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI
PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT
MENGGUNAKAN MEDIA MAKET PADA SISWA KELAS IV
MI TARBIYATUL ULUM JEMBRAK
KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Eva Eliftyana Dewi
11514163
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI
PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT
MENGGUNAKAN MEDIA MAKET PADA SISWA KELAS IV
MI TARBIYATUL ULUM JEMBRAK
KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Eva Eliftyana Dewi
11514163
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang
yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan (Mario Teguh).
Persembahan
1. Kepada kedua orang tuaku, Bapakku (Sutiyo) dan Mamakku (Hidayati) yang
selalu mendo’akanku, memberi dukungan, serta mencurahkan segala kasih
sayang sedari aku masih bayi hingga kini. Terimakasih, aku sangat bahagia
menjadi putri kalian.
2. Adikku tersayang Evi Luthfiana Zahra yang selalu menghiburku di kala lelah.
3. Kakek dan nenek yang selalu menyayangiku.
4. Dosen pembimbing skripsiku, Bapak Dr. Budiyono Saputro, M.Pd.
Terimaksih telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing saya
sampai skripsi ini selesai.
5. Sahabat-sahabatku tercinta Siti Suhani, Dyah Ayu Dwi Jayanti, Laili Maulida
Ali, Umi Maftuhah, Inta Nur Muakidah, Luluk Sidatun M. Terimakaisih sudah
menjadi salah satu bagian terbesar dalam aku menjalani kuliah selama ini.
6. Untuk Eka Herwanda Orzi Terimakasih, karena tiada hentinya memberikan
semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.
7. Keluarga KKN Posko 37 Ds. Mejing Kec. Candimulyo Kab. Magelang tahun
2018 terimakasih untuk 45 hari yang sangat indah.
8. Keluarga PPL MI Tarbiyatul Aulad Jombor Kec. Tuntang. Terimakasih untuk
pelajaran berharga bersama kalian selama 2 bulan.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung
Muhammad SAW yang senantiasa dinanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulisan skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi
Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit Menggunakan Media Maket
pada Siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 207/2018.” ini, untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar akademik Sarjana Pendidikan di Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan
baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI, serta sebagai dosen
pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dari semester awal
sampai saat ini.
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, memberikan arahan, dan bimbingan hingga skripsi ini
selesai.
viii
ABSTRAK
Dewi, Eva Eliftyana. 2018. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Perubahan
Kenampakan Bumi dan Benda Langit Menggunakan Media Maket
Pada Siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr.
Budiyono Saputro, M.Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar dan Media Maket.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan media maket dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan kenampakan bumi dan benda
langit pada siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak yang terdiri dari 19 siswa
laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama
1 bulan, yaitu pada bulan April 2018.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2
siklus yang setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing
terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi,
tes, dan dokumentasi. Analis data yang digunakan peneliti adalah membandingkan
pencapaian nilai dengan Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) dan ditandai
dengan peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada setiap siklusnya.
Data yang diperoleh pada tahap pra siklus dari 31 siswa dengan KKM yang
ditentukan oleh sekolah sebesar 65 diketahui hanya 10 (32,26%) siswa yang
tuntas. Kemudian pada siklus I meningkat menjadi 21 (67,74%) siswa yang
tuntas. Pada siklus II mengalami peningkatan kembali yaitu sebanyak 28
(90,32%) siswa yang tuntas. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan siswa
pada siklus II telah mencapai Kriteria Ketuntasan Klasikal yang telah ditentukan
yaitu sebesar 85%. Serta adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal pada
setiap tahapnya, dari tahap pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar
35,48% dan dari tahap siklus I ke siklus II sebesar 22,58%. Hal ini menunjukkan
bahwa pengunaan media maket dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi
perubahan kenampakan bumi dan benda langit pada siswa kelas IV MI Tarbiyatul
Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018.
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR BERLOGO
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
F. Definisi Operasional............................................................................. 9
1. Hasil Belajar ................................................................................... 9
x
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ....................................................... 10
3. Media Maket .................................................................................. 10
G. Metodologi Penelitian .......................................................................... 10
1. Rencana Penelitian ......................................................................... 10
2. Subjek Penelitian ............................................................................ 10
3. Langkah-langkah Penelitian ........................................................... 11
4. Instrumen Penelitian....................................................................... 15
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 16
6. Analisis Data .................................................................................. 17
H. Sistematika Penulisan........................................................................... 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori ......................................................................................... 19
1. Hasil belajar ................................................................................... 18
a. Hasil Belajar ............................................................................. 19
b. Macam-Macam Hasil Belajar .................................................. 20
c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............................... 22
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Perubahan Kenampakan Bumi
dan Benda Langit ........................................................................... 25
a. Hakikat IPA ............................................................................ 25
b. Tujuan IPA ............................................................................. 26
c. Cara Berpikir IPA .................................................................. 27
d. Cara Penyelidikan IPA ........................................................... 28
e. Materi Kenampakan Bumi dan Benda Langit ........................ 29
xi
3. Media Pembelajaran.........................................................................44
4. Maket (Model) ............................................................................... 46
a. Pengertian Maket ........................................................................ 46
b. Tujuan dan Fungsi Maket ........................................................... 47
c. Jenis-Jenis Maket ........................................................................ 47
B. Kajian Pustaka ..................................................................................... 54
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 58
1. Letak Geografis dan Sejarah MI Tarbiyatul Ulum ........................ 58
2. Identitas Sekolah ............................................................................ 58
3. Visi & Misi MI Tarbiyatul Ulum ................................................... 59
4. Data Pendidik MI Tarbiyatul Ulum ............................................... 59
5. Data Siswa MI Tarbiyatul Ulum .................................................... 60
6. Subyek Penelitian ........................................................................... 60
7. Kolabolator Penelitian .................................................................... 61
8. Waktu Penelitian ............................................................................ 62
B. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 62
1. Deskripsi Awal (Pra Siklus) ........................................................... 62
2. Deskripsi Siklus I ........................................................................... 63
a. Perencanaan .............................................................................. 63
b. Pelaksanaan .............................................................................. 64
c. Pengamatan ............................................................................... 67
d. Refleksi ..................................................................................... 67
xii
3. Deskripsi Siklus II .......................................................................... 68
a. Perencanaan .............................................................................. 68
b. Pelaksanaan .............................................................................. 69
c. Pengamatan ............................................................................... 71
d. Refleksi ..................................................................................... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 73
1. Deskripsi Data Pra Siklus............................................................... 73
2. Deskripsi Siklus I ........................................................................... 75
3. Deskripsi Siklus II .......................................................................... 81
B. Pembahasan .......................................................................................... 86
1. Prasiklus ......................................................................................... 86
2. Siklus I ........................................................................................... 87
3. Siklus II .......................................................................................... 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 95
B. Saran ..................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97
LAMPIRAN ..................................................................................................... 99
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Identitas Sekolah .............................................................................. 58
Tabel 3.2 Data pendidik MI Tarbiyatul Ulum ................................................. 59
Tabel 3.3 Data Siswa MI Tarbiyatul Ulum ...................................................... 60
Tabel 3.4 Data Siswa Kelas IV MI tarbiyatul Ulum ........................................ 60
Tabel 3.5 Jadwal Pe;aksanaan Penelitian Tindakan Kelas............................... 62
Tabel 3.6 Nilai Siswa Pada Pra Siklus ............................................................. 62
Tabel 4.1 Nilai Siswa Pada Pra Siklus ............................................................. 74
Tabel 4.2 Hasil Nilai Siklus I ........................................................................... 75
Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Guru Siklus I .................................................. 77
Tabel 4.4 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ................................................. 79
Tabel 4.5 Hasil Nilai Siklus II.......................................................................... 82
Tabel 4.6 Lembar Pengamatan Guru Siklus II ................................................. 83
Tabel 4.7 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I ................................................. 85
Tabel 4.8 Ketuntasan Nilai Siswa pada Tahap Prasiklus ................................. 87
Tabel 4.9 Ketuntasan Nilai Siswa pada Tahap Siklus I ................................... 88
Tabel 4.10 Ketuntasan Nilai Siswa pada Tahap Siklus II ................................ 89
Tabel 4.11 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar Persiklus ......................... 91
Tabel 4.12 Sebaran Nilai Siswa Persiklus........................................................ 92
Tabel 4.13 Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Persiklus ...................................... 93
Tabel 4.14 Rekapitulasi Peningkatan Persentase Ketuntasan Siswa ...............93
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Empat Langkah Tindakan PTK .................................................... 12
Gambar 2.1 Pasang dan Surut Air Laut ........................................................... 31
Gambar 2.2 Erosi Tanah .................................................................................. 33
Gambar 2.3 Abrasi Laut ................................................................................... 34
Gambar 2.4 Badai............................................................................................. 35
Gambar 2.5 Kebakaran Hutan dan Dampaknya ............................................... 38
Gambar 2.6 Kenampakan Matahari ................................................................. 40
Gambar 2.7 Abrasi Fase-fase Bulan................................................................. 41
Gambar 2.8 Kenampakan Bintang ................................................................... 43
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Pra Siklus ..................... 87
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Siklus I ......................... 88
Gambar 4.3 Diagram Pengamatan Siswa pada Tahap Siklus I ........................ 89
Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Siklus II ........................ 90
Gambar 4.5 Diagram Pengamatan Siswa pada Tahap Siklus II....................... 91
Gambar 4.6 Diagram Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa................ 93
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I................................ 100
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .............................. 109
Lampiran 3 Dokumentasi Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus I ..................... 116
Lampiran 4 Dokumentasi Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus II .................... 118
Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus I ................................................................... 120
Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus II .................................................................. 123
Lampiran 7 Jawaban Soal Evaluasi Siklus I .................................................... 126
Lampiran 8 Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ................................................... 127
Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus I .................................................. 128
Lampiran 10 Lembar Observasi Guru Siklus II ............................................... 130
Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa Siklus I ............................................... 132
Lampiran 12 Lembar Observasi Siswa Siklus II.............................................. 134
Lampiran 13 SK Dosen Pembimbing .............................................................. 136
Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 137
Lampiran 15 Surat Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 138
Lampiran 16 Lembar Konsultasi Skripsi ......................................................... 139
Lampiran 17 Daftar Nilai SKK ........................................................................ 144
Lampiran 18 Daftar Riwayat Hidup ................................................................. 147
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif antara antara sesorang dengan lingkungan, dan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas
(Susanto, 2013: 1-4).
Secara sederhana, belajar dapat diartikan proses memperoleh
pengalaman baru yang lebih baik, bersifat terus-menerus sehingga
mempengaruhi pola pikir seseorang dalam waktu yang relatif lama.
Disepanjang kehidupan manusia sudah pasti mengalami proses belajar,
karena sejatinya manusia memiliki rasa ingin tau tentang sebuah
kebenaran.
Berbicara tentang belajar tentunya tidak akan lepas dari dunia
pendidikan. Pendidikan merupakan potensi nurani maupun potensi
kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin
penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan
dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah untuk menghadapi kehidupan sehari-hari saat ini
maupun mendatang (Trianto, 2009: 2).
2
Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan di Indonesia sudah ditekankan untuk semua warga
Negara, hal ini sesuai dengan ajaran Islam bahwasanya setiap manusia
diwajibkan untuk belajar atau menuntut ilmu. Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11:
لكم يا أيها الذيه آمىىا إذا قيل لكم تفسحىا في المجالس ف افسحىا يفسح للا
الذيه آمىىا مىكم والذيه أوتىا العلم در وإذا قيل اوشزوا فاوشزوا يزفع للا
بما تعملىن خبيز (11)جات وللا
3
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan (QS. Al-Mujadilah: 11) (Kemenag RI, 2017: 795)
Dalil Al-Qur’an tersebut dapat dipahami betapa pentingnya
pendidikan, karena dalam pendidikan akan tercipta ilmu pengetahuan.
Proses pendidikan yang berjalan menciptakan proses pembelajaran.
Bagian terpenting dari pendidikan adalah proses pembelajaran,
karena proses pembelajaran memiliki peran penting dalam terciptanya
sebuah hasil belajar siswa. Umunya siswa akan mendapat hasil belajar
yang baik jika proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Hasil belajar
yang diukur di dalam institusi sekolah meliputi tiga aspek yaitu aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Salah satu pelajaran yang ada di sekolah adalah ilmu pengetahuan
alam atau (IPA). Ilmu pengetahuan alam sangat penting untuk dipelajari
karena didalamnya membahas tentang hal-hal yang berhubungan langsung
dalam kehidupan manusia. Meliputi manusia itu sendiri, hewan,
tumbuhan, lingkungan sekitar dan pengaruhnya.
IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada
perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan tidak terpisah
dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang merupakan
4
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA
sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. Saat ini objek kajian IPA menjadi
semakin luas, meliputi konsep IPA, proses, nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi
IPA dalam kehidupan sehari-hari, dan kreativitas (Kemendiknas, 2011).
Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 9 Maret 2018
kepada guru kelas IV mata pelajaran IPA yaitu Ibu Dra. Husnul
Dwiyatiningsih mengatakan bahwa hasil belajar IPA masih tergolong
rendah. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai murni ulangan harian
siswa banyak yang belum mencapai KKM. Hal ini disebabkan kerena
siswa banyak yang kurang memperhatikan guru, sehingga materi yang
diterima siswa tidak optimal dan berpengaruh langusng terhadap nilai atau
hasil belajar siswa. Minimnya perhatian siswa terhadap guru juga dapat
disebabkan karena guru kurang bervariasi dalam menggunakan media
maupun metode pembelajaran, media dan metode dapat menunjang
perhatian siswa terhadap guru.
Data yang diperoleh dari hasil observasi di MI Tarbiyatul Ulum
Jembrak nilai rata-rata ulangan harian semseter 1 IPA kelas IV masih
sangat rendah, KKM yang ditetapkan sekolah adalah 65 dan dari 31 siswa
hanya 10 siswa yang sudah mencapai KKM dan sisanya belum mencapai
KKM yaitu 21 siswa. Atau siswa yang mencapai ketuntasan baru sekitar
32.26% dan yang belum mencapai ketuntasan adalah 67,74%. Hal ini
menandakan tingkat hasil belajar siswa masih rendah.
5
IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat objektif
tentang alam sekitar beserta isinya, penggambaran secara konkrit sangat
perlu dilakukan untuk memperjelas materi pembelajaran IPA. Di dalam
proses pembelajaran IPA guru memerlukan media yang tepat dalam
pembelajaran, karena pelajaran IPA banyak membahas hal-hal abstrak
yang akan sulit dipahami oleh siswa. Saat ini guru cenderung kurang
berinovasi dalam pembelajaran IPA yang mengakibatkan kurang
optimalnya hasil belajar siswa. Untuk memperjelas materi IPA secara
konkrit perlu digunakannya alat bantu dalam pembelajaran yaitu media
pembelajaran.
Media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang
dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk
mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.
Dalam pengertian yang lebih luas, media pembelajaran adalah alat, metode
dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran
dikelas. Oemar Hamalik dalam (AH Sanaky, 2013: 4).
Media sangat perlu digunakan karena keterbatasan banyak hal
untuk memperlihatkan perubahan kenampakan bumi dan benda lagit
secara langsung. Maka media yang cocok digunakan adalah media tiga
dimensi yaitu maket.
Maket atau sering disebut juga dengan istilah Model adalah tiruan
tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh,
6
terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa
kedalam kelas dan dipelajari siswa dalam bentuk aslinya (Sudjana dan
Rivai, 2002: 156).
Maket dipilih karena efisiensinya yang dapat menggambarkan
objek-objek terlalu besar, sehingga cocok diterapkan dalam materi
perubahan kenampakan bumi dan benda langit.
Berdasarkan uraian yang yang dikemukakan diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tindakan kelas tentang: Peningkatan Hasil
Belajar IPA Materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit
Menggunakan Media Maket Pada Siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum
Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan rumusan masalah: “Apakah penggunaan media maket dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan kenampakan bumi dan
benda langit pada kelas IV di MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
IPA materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit menggunakan
media meket pada kelas IV di MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.
7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Menurut Suharsimi Arikunto hipotesis adalah jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti
melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110).
Dengan kata lain hipotesis adalah pernyataan sementara dalam suatu
penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah diatas hipotesis dalam penelitian ini
adalah penggunaan media maket dapat meningkatkan hasil belajar IPA
materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit pada kelas IV di
MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Indikator Keberhasilan
Penggunaan media maket dikatakan efektif apabila indikator yang
diharapkan tercapai. Adapun indikator yang telah dirumuskan penulis
adalah sebagai berikut:
a. Secara Individu
Siswa mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM yang telah
ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥ 65 pada mata pelajaran IPA materi
perubahan kenampakan bumi dan benda langit.
8
b. Secara Klasikal
Adanya peningkatan hasil belajar pada tes siswa secara
berkelanjutan dari siklus I ke siklus II, dan berhenti apabila ≥ 85%
dari total siswa dalam satu kelas mendapat nilai ≥ 65 (Trianto,
2009: 21).
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan membawa manfaat yang positif terhadap
semua pihak yang terkait, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun
manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap
pengembangan pendidikan, dan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam mengatasi masalah-masalah khususnya pada pembelajaran IPA.
Terutama dalam hal meningkatkan hasil belajar IPA materi
kenampakan bumi dan benda langit.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi Guru
1) Penelitian ini bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru.
2) Menambah wawasan dan kertampilan dalam pembelajaran
yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, serta
meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Manfaat bagi Siswa
9
1) Dapat meningkatkan hasil belajar materi kenampaakan bumi
dan benda langit.
2) Siswa mendapatkan pelajaran yang lebih menarik,
menyenangkan serta mudah dipahami. Juga akan merasakan
pembelajaran yang lebih bermakna karena siswa dapat secara
langsung mengamati dan ikut serta dalm mendemonstrasikan
mediayang digunakan.
c. Manfaat bagi Sekolah
1) Memberikan inovasi baru dalam yang dapat menjadi acuan
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
2) sebagai masukan atau saran bagi kepala sekolah dalam
pengambilan kebijakan untuk mengarahkan guru-guru agar
mencoba menerapkan model-model pembelajaran untuk
membantu peningkatan hasil belajar siswa.
d. Manfaat bagi peneliti
1) Dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman dalam
melakukan penelitian.
2) Mengembangkan teori-teori yang telah dipelajari.
F. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu
10
proses dari sesorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perilaku yang relatif menetap (Susanto 2013: 5).
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA atau disebut Ilmu Pengetahuan Alam merupakan Ilmu
Pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta,
termasuk dimuka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan prinsip
(Maslikah dan Susapti, 2009 : 04).
3. Media Maket
Maket (model) dikenal sebagai media tiga dimensi yang digunakan
dalam pembelajaran. Maket adalah tiruan tiga dimensi dari beberapa
objek yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal,
terlalu jarang, atau terlalu ruwet, unruk dibawa kedalam kelas dan
dipelajari siswa dalam wujud aslinya (Sudjana dan Rivai, 2002: 156).
G. Metodologi Penelitian
1. Rencana Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classrom Action Research dan
di indonesia dikenal dengan sebutan PTK. Penelitian Tindakan Kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama-sama (Arikunto, 2007: 3).
11
Alasan peneliti menggunakan jenis PTK adalah untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas dengan menerapkan penggunaan media maket
sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat terutama pada
mata pelajaran IPA materi perubahan kenampakan Bumi dan Benda
Langit. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis
kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat.
Adapun gambaran tahap penelitian adalah sebagai berikut:
2. Subjek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang yang berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 19
siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan dengan fokus penelitian
pada peningkatan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA.
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Tarbiyatul Ulum
yang beralamat di Dusun Tegalsale RT 03/RW 02 Desa Jembrak,
Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang kode pos 50771.
c. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada akhir bulan Maret 2018
sampai akhir bulan April 2018 dari tahap pra survei hingga
dilaksanakannya tindakan.
12
3. Langkah-langkah Penelitian
Menurut Arikunto dkk (2008: 16) mengemukakan terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui yaitu, (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun bagan dan penjelasan masing-
masing tahap sebagai berikut.
Gambar 1.1 Bagan Empat Langkah Tindakan PTK
Arikunto dkk (2008: 16)
Untuk lebih jelasnya tahapan-tahapan dalam gambar bagan tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang
13
mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah
penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya
untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu
kecermatan amatan yang dilakukan (Arikunto, dkk, 2014: 17).
Dalam tahapan perencanaan, hal-hal yang harus
dipersiapkan adalah:
1) Menyiapkan perencanaan pembelajaran IPA dengan
menggunaan media maket
2) Menyiapkan materi dan sumber belajar.
3) Menyiapkan perlengkapan media maket yang akan
digunakan.
4) Menyusun lembar pengamatan pembelajaran untuk
siswa.
5) Menyusun lembar pengamatan kegiatan guru selama
pembelajaran berlangsung.
6) Menyusun tes formatif untuk evaluasi siswa
b. Tindakan (action)
Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau
penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal
yang perlu diingat pada tahap ini adalah bahwa pelaksana guru
harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat
(Arikunto, dkk, 2014: 18).
14
Salam penelitian ini tindakan merupakan pelaksanaan RPP
yang sesuai dengan tahapan perencanaan.
c. Pengamatan (observation)
Tahap pengamatan sebenarnya berjalan bersamaan dengan
tahap pelaksanaan tindakan. Pengamat melakukan pengamatan dan
mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi atau evaluasi
yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat berupa data
kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, dll) dan data
kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa
dalam pembelajaran, dan lain-lain (Daryanto, 2011: 27).
Pada tahap ini segala aktivitas guru dan siswa dalam proses
pembelajaraan diamati, dan dinilai oleh peneliti mulai dari
penyajian materi oleh guru dan penggunaan media maket, dan
penyerapan siswa terhadap materi yang disampaikan tersebut.
d. Refleksi (reflektion)
Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata
bahasa Inggris reflection, yang artinya pemantulan. Kegiatan
refleksi sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai
melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk
15
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Arikunto, 2014:
19-20).
Pada tahap ini hasil dari pengamatan dianalisis dan dilihat
keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan penelitian.
Selanjutnya akan ditindaklanjuti pada perubahan siklus
selanjutnya.
4. Instrumen Penelitian
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP merupakan
instrumen yang digunakan peneliti dalam merencanakan
pembelajaran di kelas dan digunakan oleh kolaborator atau guru
untuk melakukan pembelajaran dengan penggunaan media maket
materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit.
b. Pedoman Pengamatan
Pedoman pengamatan digunakan untuk mengamati segala
aktivitas kegiatan guru dan siswa selama penelitian pembelajaran
berlangsung.
c. Soal tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media
maket materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit. Soal
tes berisi pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan materi
perubahan kenampakan bumi dan benda langit.
16
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi secara langsung antara yang
mewawancarai dengan yang diwawancarai (Djamarah, 2000: 220).
Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran
awal hasil pembelajaran IPA dan untuk mendapatkan informasi
mengenai media yang biasa digunakan oleh guru sebelum
menerapkan media maket.
b. Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang
berhubungan dengan kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan media maket. Teknik ini akan
akan dipandu dengan lembar pengamatan yang dilakukan oleh
bantuan rekan sejawat (guru lain) untuk memperoleh data.
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi
guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru disusun
untuk mencatat perkembangan dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Dan
lembar observasi siswa digunakan untuk mencatat seluruh kegiatan
siswa saat pembelajaran berlangsung terutama kaitanya dengan
penggunaan media dan keaktivan siswa.
17
c. Tes
Dalam teknik pengumpulan data melalui tes, peneliti
membuat dan menggunakan lembar tes tertulis guna mengetahui
sejauh mana siswa menguasai materi.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan
data. Dokumentasi digunakan dengan cara memotret menggunakan
alat berupa kamera, untuk melihat gambaran suasana kelas saat
proses penelitian berlangsung.
6. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian
untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Analisis data
dilakukan dalam setiap siklusnya dengan cara memberikan soal tes
formatif pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran. Data yang
terkumpul dianalisis per siklus untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar yang dicapai siswa. Hal ini untuk membuktikan hipotesis
tindakan maka hasil penelitian dianalisis menggunakan statistik untuk
menghitung ketuntasan klasikal. Apabila hasil belajar siswa secara
klasikal mencapai ≥ 85% maka siklus dihentikan. Rumus untuk
menghitung persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut:
18
× 100% (Daryanto, 2011: 192)
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan penelitian tindakan kelas ini
dimulai dengan halaman judul, nota pembimbing, lembar pengesahan,
pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, abstrak, kata pengantar,
daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran, dilanjutkan dengan bab-bab
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, pada bab ini akan membahas tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis
penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Kajian pustaka, pada bab ini akan menjelaskan tentang
belajar dan hasil belajar, media maket, hakikat pembelajaran IPA dan
materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit.
BAB III Pelaksanaan penelitian, pada bab ini memuat tentang
gambaran umun MI Tarbiyatul Ulum dan pelaksanaan penelitian.
BAB IV Hasill penelitian, bab ini memuat tentang deskripsi hasil
penelitian persiklus beserta pembhasanya.
BAB V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
a. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari sesorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru
menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar
adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
tujuan instruksional. (Susanto 2013: 5).
Nawawi dalam Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa hasil
belajar dapat diartikan sebgai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pembelajaran tertentu.
20
Dari beberapa uraian di atas secara sederhana hasil belajar
merupakan perubahan yang diperoleh oleh siswa setelah
melakukan proses belajar.
b. Macam-Macam Hasil Belajar
Macam-macam hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu
pemahaman konsep (aspek kognitif), ketrampilan proses ( aspek
psikomotorik), dan sikap siswa (aspek afektif)
1) Pemahaman Konsep (Aspek Kognitif)
Pengertian pemahaman menurut Bloom dalam (Susanto
2013: 6) pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.
Pemahaman menurut bloom ini adalah seberapa besar siswa
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang
telah diberikanoleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa
dapat memahami serta mngerti apa yang ia baca, yang dilihat,
yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau
observasi langsung yang ia lakukan.
Sedangkan pengertian konsep menurut Dorothy J. Skeel
dalam (Susanto 2013: 8) konsep merupakan sesuatu yang
tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran, gagasan, atau suatu
pengertian.
21
Dari dua pendapat tersebut pemahaman konsep secara
sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap
arti dari sebuah pengertian. Dalam dunia pendidikan
pemahaman konsep atau ranah kognitif masih relatif dinilai
menjadi hasil utama dalam sebuah proses pembelajaran, karena
kejelasan ukuran dalam proses penilaian membuat hasil belajar
ini masih mendominasi.
2) Keterampilan Proses (aspek psikomotorik)
Selain pemahaman konsep, hasil belajar juga dinilai dari
segi keterampilan proses. Menurut usman dan setiawati (1993:
77) keterampilan proses merupakan keterampilan yang
mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan
sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang
lebih tinggi dalam diri individu siswa.
Secara sederhana keterampilan proses berarti kemampuan
menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitasnya.
3) Sikap (aspek afektif)
Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu
dengan cara, metode, pola dan teknik tertentu terhadap dunia
sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek
22
tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, dan tindakan
seseorang (Sardiman 1996: 275).
Dalam hubungannya sebagai hasil belajar, secara sederhana
sikap merupakan pembiasaan yang muncul, atau diciptakan
dengan proses yang terus menerus dan konsisten agar menjadi
pembiasaan yang baik dan melekat dalam diri siswa.
c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
a) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor
ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan
tonus jasmani yang pada umumnya sangat memengaruhi
aktivitas belajar seseorang. Kedua, keadaan fungsi
23
jasmani/fisiologis yang sangat memengaruhi hasil belajar,
terutama panca indera.
b) Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat,
sikap, dan bakat.
2) Faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
a) Lingkungan sosial terdiri dari:
(1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis anatara ketiganya dapat
menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik
di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi
teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi
pendorong bagi siswa untuk belajar.
(2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi
balajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh,
24
banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling
tidaksiswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
(3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga,
sifat-sifat orang tua atau saudara, demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak,
kakak, atau adik yang harmonis akan membantu
siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
b) Lingkungan nonsosial terdiri dari:
(1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu slaiu/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah
tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat
memengaruhia aktivitas belajar siswa. Sebaliknya,
bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,
proses belajar siswa akan terhambat.
25
(2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang
dapat digolongkan dua . pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,
dan lain sebagainya.
(3) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa, begitu juga dengan metode
mengajar guru disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap
aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai
materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang
dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa
(Baharuddin, dan Wahyuni, 2008: 19-28).
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Perubahan Kenampakan
Bumi dan Benda Langit
a. Hakikat IPA
IPA atau yang disebut dengan ilmu pengetahuan alam
merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum
pendidikan termasuk pada jenjang sekolah dasar. Ilmu
Pengetahuan Alam adalah usaha manusia dalam memahami alam
26
semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta
menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2013: 165-167).
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai
“pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku
umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen”. Merujuk pada definisi Carin dan Sund tersebut maka
IPA memiliki empat unsur utama, yaitu:
1) Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.
Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan
prosedur yang bersifat open ended.
2) Proses: proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan
adanya prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode
ilmiah. Metode ilmiah melalui penyusunan hipotesis,
perancangan ekperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran,
dan penarikan kesimpulan.
3) Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori,
dan hukum.
4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan IPA
27
Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam
Badan Nasional Standar Pendidikan (dalam Susanto, 2013: 171)
dimaksudkan untuk :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman-pemahaman
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar
IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meninkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keturunannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
c. Cara Berpikir IPA
1) Percaya (Believe)
28
Kecenderungan para ilmuwan melakukan penelitian
terhadap masalah gejala alam dimotivasi oleh kepercayaan
bahwa hukum alam dapat dikonstruksi dari observasi dan
diterangkan dengan pemikiran dan penalaran.
2) Rasa ingin tahu (curiosity)
Kepercayaan bahwa alam dapat dimengerti didorong oleh
rasa ingin tahu untuk menemukannya.
3) Imajinasi (imagination)
Para ilmuwan sangat mengandalkan kemampuan
imajinasinya dalam memecahkan masalah gejala alam.
4) Penalaran (reasoning)
Penalaran setingkat dengan imajinasi. Para imluwan juga
mengandalkan penalaran dalm memecahkan masalah gejala
alam.
5) Koreksi diri (self examination)
Pemikiran ilmiah adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada
sekedar suatu usaha untuk mengerti tentang alam. Pemikiran
ilmiah juga merupakan sarana untuk memahami dirinya, untuk
melihat seberapa jauh para ahli sampai pada kesimpulan
tentang alam.
d. Cara Penyelidikan IPA
1) Observasi (observation)
29
Para ahli yang ingin mengerti alam dan menemukan hokum
alam harus mempelajari objek-objek dan kajian-kajian melalui
observasi. Dari observasi diperoleh fakta dan rekaman fakta
merupakan data, yang selanjutnya diolah menjadi hasil
observasi.
2) Eksperimen (experimentation)
Eksperimen merupakan hal yang sangat penting dalam
metode ilmiah untuk menguak rahasia gejala alam. Eksperimen
harus diikuti observasi yang teliti dan cermat agar diperoleh
data yang akurat.
3) Matematika (mathematic)
Matematika sangat diperlukan untuk menyatakan hubungan
antar variabel dalam hokum dan teori. Matematika juga penting
untuk membangun suatu model.
4) Objek atau bidang kajian IPA
Batang tubuh IPA (science body of knowledge) yang
dihasilkan dari disiplin keilmuan menunjukkan hasil-hasil
kreatif penemuan umat manusia selama berabad-abad. Batang
tubuh IPA berisi tiga dimensi pengetahuan, yaitu pengetahuan
faktual (fakta), pengetahuan konseptuan (konsep), pengetahuan
procedural (prinsip, hukum, hipotesis, teori, dan model). Saat
ini, ada dimensi pengetahuan IPA keempat, yaitu pengetahuan
metakognitif.
30
e. Materi Kenampakan Bumi dan Benda Langit
1) Perubahan Kenampakan Bumi
Perputaran bumi mengelilingi matahari dapat menyebabkan
perubahan siang dan malam di bumi. Bagian bumi yang
menghadap ke matahari mengalami terang sehingga bagian
bumi yang membelakangi matahari mengalami gelap yang
disebut malam hari. Perputaran bumi pada porosnya disebut
rotasi bumi. Sedangkan perputaran bumi mengelilingi Matahari
disebut Revolusi bumi. Bulan ternyata juga mempunyai
pengaruh yang lain bagi penampakan bumi. Bulan dapat
mempengaruhi terjadinya pasang naik dan pasang surut air laut.
a) Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Pasang Surut Air
Laut
Bentuk daratan dan lautan dapat mengalami
perubahan. Pertemuan antara daratan dan lautan disebut
garis pantai. Garis ini berubah-ubah berdasarkan tinggi
rendahnya permukaan air laut. Pengaruh pasang surut air
laut terhadap pantai adalah yaitu ketika terjadi pasang,
bagian pantai yang terendam oleh air menjadi semakin
luas. Batas daratan dan laut dapat mengalami abrasii
(pengikisan pantai oleh air laut yang terjadi saat air laut
pasang). Akibatnya, luas daratan di pantai semakin
31
berkurang dan menimbulkan cekungan atau pantai curam.
Dalam sehari pasang surut terjadi dua kali.
Naik turunnya air laut disebabkan karena gaya
gravitasi bulan dan matahari. Namun pengaruh gaya
gravitasi gaya gravitasi matahari tidak terlalu besar, karena
jaraknya lebih jauh daripada jarak bulan dengan bumi.
Bagian bumi yang menghadap ke bulan akan tertarik oleh
gaya gravitasi bulan, sehingga air laut akan pasang. Ketika
bumi berputar, bagian bumi yang menghadap ke bulan
akan berputar dan menjauhi bulan. Hal ini mengakibatkan
gaya gravitasi bulan berkurang sehingga air menjadi surut
atau terjadinya pasang surut.
Gambar 2.1 Pasang naik dan pasang surut air laut
(Sumber www.thecoltslockroom.com(Online))
Peristiwa pasang dan surut dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Contoh keuntungan adanya peristiwa pasang
surut adalah sebagai sarana berlabuh dan berlayar kapal
pada dermaga yang agak dangkal. Untuk bahan membuat
garam. Saat terjadi pasang, air laut mengisi petakpetak
32
tempat pembuatan garam. Setelah surut, air laut yang
mengandung garam tertinggal dalam petak-petak tersebut.
Untuk lahan persawahan pasang surut. Di persawahan
tersebut digali saluran untuk menampung air laut sewaktu
terjadi pasang. Hal ini bertujuan agar air laut tidak
menggenangi persawahan. Negara kita telah
memanfaatkan persawahan pasang surut. Tahukah kamu,
di manakah tempat tersebut berada? Untuk pembangkit
listrik tenaga pasang surut. Beda ketinggian antara pasang
dan surut menghasilkan energi potensial yang dapat
diubah menjadi energi untuk menggerakkan generator.
(Budi & Setya, 2008: 114)
b) Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Erosi
Erosi adalah perubahan kenampakan bumi yang
terjadi karena pengikisan tanah. Erosi terjadi disebabkan
karena banyaknya hutan yang gundul akibat penebangan
liar. Hujan yang cukup besar di daerah yang tanahnya
gundul akan mengakibatkan terjadinya longsor. Erosi atau
pengikisan tanah menyebabkan tanah yang mengandung
humus akan kehilangan lapisan humusnya karena terbawa
oleh air dan tanah longsor.
Hal ini tentu sangat merugikan makhluk hidup. Tanah
yang pada awalnya subur akibat erosi menjadi hilang
33
kesuburannya, sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh
dengan baik bahkan mati. Apabila tumbuhan mati, maka
makhluk hidup yang memanfaatkan tumbuhan sebagai
bahan makanannyapun akan terancam kelangsungan
hidupnya.
Untuk menanggulangi erosi tanah dapat dilakukan
banyak hal, seperti melakukan penghijaukan kembali
lahan-lahan kritis. Lahan-lahan yang kritis atau lahan yang
gundul ditanami dengan lanam-tanaman keras, seperti
pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti
dan lain-lain.
Untuk daerah-daerah yang miring, pengolahan lahan
dilakukan dengan sistem sengkedan atau terassering. Pada
setiap pematang yang ada di sawah sengkedan usahakan
ditanami tanam-tanaman keras seperti pohon kelapa, turi,
munggur dan lain-lain. Jenis tanaman keras seperti pohon
kelapa disamping dapat dimanfaatkan kayu, buah dan
daunnya; akar-akarnya juga berfungsi untuk menahan
pematang dari bahaya longsor.
34
Gambar 2.2 Erosi Tanah
(Sumber dooonn.blogspot.co.id(Online))
Air laut juga dapat menyebabkan terjadinya erosi.
Erosi yang disebabkan oleh air laut disebut abrasi. Abrasi
biasanya terjadi di pantai dan menyebabkan pantai
semakin lebar.
Untuk menghindari terjadinya abrasi pada bibir
pantai, maka pada bibir pantai hendaknya dihutankan
dengan tanaman bakau (mangrove). Hutan bakau yang ada
di daerah pantai disamping dapat mencegah terjadinya
erosi pada bibir pantai juga bermanfaat bagi kehidupan
beraneka satwa. Contohnya akar pohon bakau yang
malang melintang di bawah permukaan air sangat
bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai jenis ikan.
Sedangkan dedaunan yang tumbuh rimbun pada
bagian batang dan ranting-rantingnya sangat cocok untuk
perkembangbiakan berbagai jenis burung, monyet, ular
pohon dan lain-lain.
Pada daerah – daerah pantai yang tebingnya curam,
maka di depan bibir pantai dapat dibuat bangunan-
35
bangunan pemecah ombak. Dengan adanya bangunan
pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju pantai
dipecah terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan
demikian kekuatan ombak yang akan menerpa dinding
pantai menjadi lemah. Dengan demikian bibir pantai dapat
dilindungi dari bahaya erosi akibat hantaman gelombang
pasang air laut.
Gambar 2.3 Abrasi Laut
(Sumber dooonn.blogspot.co.id(Online))
c) Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Badai
Badai dapat disebabkan oleh angin kencang. Badai
yang menerjang pohon dapat mengakibatkan kerusakan
dan menimbulkan korban jiwa. Badai dapat merusak
daratan, sumbar daya alam, dan terganggunya kehidupan.
Badai dapat mengikis daratan dan menghancurkan apa
saja yang ada di permukaan tanah. Pohon yang besarpun
bisa tumbang karena badai. Bangunan rumah hancur,
genting-genting rumah beterbangan dan lahan pertanian
akan rusak.
36
Gambar 2.4 Badai
(Sumber www.sketsanews.com(Online))
Badai dapat mengikis daratan dan menghancurkan apa
saja yang ada di permukaan tanah. Pohon yang besarpun
bisa tumbang karena badai. Bangunan rumah hancur,
genting-genting rumah beterbangan dan lahan pertanian
akan rusak. Berikut ini merupakan beberapa sebab
terjadinya badai:
(1) Tingginya suhu permukaan air laut
Penyebab terjadinya badai yang paling umum
adalah tingginya suhu pada permukaan air laut.
Permukaan laut yang memiliki suhu yang tinggi akan
kontras dengan suhu yang ada di bawah permukaan
laut atau suhu di dalam air. Hal inilah yang akan
memicu terjadinya badai. Seperti pada kasus
penyebab terjadinya angin topan.
(2) Perubahan yang terjadi di atmosfer bumi
37
Sebenarnya peristiwa terjadinya perubahan di at
mosfer bumi ini merupakan lanjutan dari tingginya
suhu permukaan air laut. Suhu permukaan air laut
yang tinggi ini dapat mengakibatkan perubahan yang
terjadi di lapisan atmosfer bumi. Lalu, perubahan di
atmosfer bumi ini menghasilkan energi yang
diantaranya adalah kemunculan petir dan juga badai.
ketika terjadi gejala badai ditandai dengan munculnya
angin besar yang mempunyai kekuatan sangat
kencang, yakni mencapa 250 km/ jam.
d) Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Kebakaran
Kebakaran hutan dapat mempengaruhi bentuk
daratan. kemarau yang cukup panjang mengakibatkan
rantingranting dan daun kering mudah sekali terbakar.
Kebakaran hutan juga mengakibatkan terganggunya
berbagai jenis hewan yang tinggal di dalan hutan. Daratan
yang semula hijau menjadi daerah yang hitam kelam
karena bekas-bekas kebakaran. Kebakaran hutan dapat
menyebabkan hutan menjadi gersang, rumput sebagai
makanan hewan musnah, pohon-pohon tempat berlindung
hewan juga mati, dan udara menjadi tidak sejuk karena
asap.
38
Hutan menyediakan banyak kebutuhan manusia.
Misalnya, sebagai sumber air, sumber bahan bangunan,
dan sumber pangan. Kebakaran adalah salah satu bencana
yang terjadi karena adanya kobaran api di suatu tempat.
Bencana ini dapat berakibat musnahnya harta benda dan
lingkungan sekitarnya.
Pada musim kemarau panjang, banyak pohon yang
meranggas. Ranting dan daunnya yang kering banyak
yang berguguran di tanah. Jika hal ini terjadi di suatu
hutan, maka panas matahari yang terik dapat
menyebabkan kebakaran. Kebakaran hutan juga dapat
disebabkan oleh manusia. Misalnya, ada orang yang
membuang puntung rokok atau meninggalkan perapian
yang masih menyala di hutan. Itulah sebabnya kamu
dilarang meninggalkan api unggun dalam keadaan
menyala saat berkemah di hutan.
Pembakaran hutan untuk lahan pertanian juga
merupakan kebakaran yang disebabkan manusia. Jenis
kebakaran ini banyak terjadi di Indonesia. Kebakaran
hutan dapat memengaruhi bentuk daratan. Daratan yang
pada mulanya menghijau karena ditumbuhi pepohonan
akan menjadi hitam kelam karena bekas-bekas kebakaran.
(Budi & Setya, 2008: 114)
39
Gambar 2.5 Kebakaran Hutan dan Dmpaknya
(Sumber agroteknologi.web.id (Online))
2) Perubahan Kenampakan Benda Langit
Pada materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit
di dalamnya tidak hanya mengandung unsur ilmu pengetahuan,
tetapi juga mengandung unsur keagamaan yaitu tentang
penciptaan dan kebesaran Allah SWT dalam mengatur hal
tersebut, seperti yang tertulis dalam Al-Qur’an surat Ibrahim
ayat 33:
ز لكم الليل والىهار ز لكم الشمس والقمز دائبيه وسخ (33)وسخ
Artinya “Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam
orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.”
(QS. Ibrahim: 33) (Kemenag RI, 2017: 350)
Pada materi ini akan menjelaskan tentang bagaimana
terjadinya siang dan malam, posisi bulan, dan kenampakan
benda-benda langit diantaranya:
a) Kenampakan Matahari
Matahari merupakan sebuah bintang. Bintang adalah
benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.
Cahaya matahari berasal dari seluruh permukaan matahari
40
yang berpijar. Matahari tersusun dari gas yang amat panas.
Karena amat panasnya, gas itu tampak berpijar dan
mengeluarkan cahaya terang benderang. Cahaya itulah yang
menerangi bumi pada siang hari. Matahari tampak paling
terang karena letak matahari paling dekat ke bumi
dibanding bintang lain. Ukuran matahari jauh lebih besar
daripada bumi. Akan tetapi, letak matahari sangat jauh
sehingga tampak kecil dilihat dari bumi. (Haryanto, 2012:
184).
Negara kita termasuk negara tropis. Artinya, matahari
terbit setiap hari. Matahari terbit dari arah timur dan
terbenam di arah barat. Di Indonesia bagian timur, matahari
akan terbit lebih dulu daripada di Indonesia bagian tengah
dan Indonesia bagian barat. Demikian pula saat matahari
terbenam. (Budi & Setya, 2008: 116)
Gambar 2.6 Kenampakan Matahari
(Sumber merdeka.com (Online))
b) Kenampakan Bulan
Perhatikan langit yang cerah pada malam hari. Ada
benda langit yang tampak terang, namun tidak seterang
41
matahari. Benda tersebut adalah bulan. Sesungguhnya
bulan berbentuk bulat. Jarak bulan ke bumi lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi. Cahaya bulan tidak dapat
menerangi bumi seperti cahaya matahari ke bumi pada
siang hari, karena sesungguhnya bulan tidak dapat
memancarkan cahaya sendiri. Bulan hanya memantulkan
cahaya matahari. Oleh karena itu, bulan bukan merupakan
bintang. Bentuk bulan berubah-ubah selama 29 ½ hari.
Seperti matahari, bulan juga tampak muncul dari bagian
timur dan tenggelam di bagian barat. Cahaya yang di
pantulkan bulan dari matahari membuat bulan tampak jelas
pada malam hari. (Haryanto, 2012: 184).
42
Gambar 2.7 Fase-fase Bulan
(Sumber www.pakmono.com (Online))
Berikut ini adalah penjelasan dari gambar di atas:
(1) Pada kedudukan 1, bulan terletak di antara matahari
dan bumi. Akibatnya, permukaan bulan yang
mendapat sinar matahari membelakangi bumi.
Sehingga kita tidak dapat melihat Bulan. Kedudukan
ini disebut bulan baru atau bulan muda.
(2) Pada kedudukan 2, separuh bagian bulan yang
menghadap bumi kira-kira hanya seperempatnya yang
43
terkena sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan
sabit.
(3) Pada kedudukan 3, bulan bergeser hingga
kedudukannya terhadap matahari dan bumi
membentuk sudut 90°. Dari separuh bagian bulan
yang menghadap Bumi, hanya seperempat bagian
bulan yang terkena sinar matahari. Sehingga bentuk
bulan yang terlihat adalah setengah lingkaran.
Kedudukan ini disebut bulan separuh.
(4) Pada kedudukan 4, dari separuh bagian bulan yang
menghadap bumi kira-kira tiga perempatnya terkena
sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan
cembung.
(5) Pada kedudukan 5, separuh permukaan bulan
memantulkan cahaya matahari ke bumi. Akibatnya,
kita melihat bulan purnama yang terjadi pada hari ke-
14 atau ke-15 setiap bulan dari tahun komariah.
Bulan sebenarnya tidak mengalami perubahan bentuk.
Bentuk bulan tetap bulat. Bulan tampak berubah bentuk
karena bulan mengelilingi bumi. Akibatnya, bagian bulan
yang memperoleh cahaya matahari menjadi berubah-ubah
pula. Karena kamu hanya dapat melihat bagian bulan yang
44
terkena cahaya matahari, maka bentuk bulan terlihat selalu
berubah-ubah. (Budi & Setya, 2008: 117)
c) Kenampakan Bintang
Saat langit cerah pada malam hari, benda langit yang
paling banyak terlihat adalah bintang. Bintang hanya
terlihat saat malam hari, karena letak bintang amat sangat
jauh. Pada siang hari, cahaya bintang itu kalah kuat di
banding cahaya bintang yang paling dekat degan bumi,
yaitu matahari. Bintang tampak amat kecil karena letaknya
yang sangat jauh. Sesungguhnya bintang ada yang sebesar
atau lebih besar daripada matahari. Ukuran bintang
bervariasi, dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar.
Bintang tersusun dari gas yang amat panas. Bintang juga
melepaskan cahaya panas seperti matahari. Bintang yang
paling panas tampak berwarna biru. Bintang bersuhu paling
rendah tampak berwarna merah (Haryanto, 2012: 185).
Gambar 2.8 Kenampakan Bintang (Sumber www.nasa.gov (Online))
45
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berari “perantara
atau pengantar” dengan demikian media meruppakan wahana
penyalur informasi belajar atau penyalur pesan (Djamarah, 2006:
120).
Menurut Yusuf Hadi Miarso dalam (AH Sanaky, 2013: 4)
mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
disgunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan siswa sehungga dapat mendorong terjadinya proses
belajar pada diri pembelajar.
Menurut Oemar Hamalik dalam (AH Sanaky, 2013: 4) Media
pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat
digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk
mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan
pengajaran. Dalam pengertian yang lebih luas, media pembelajaran
adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pengajar dan
pembelajar dalam proses pembelajaran dikelas.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah sarana untuk mempermudah interaksi antara
guru dengan siswa. Penggunaan media menjadi sangat penting
46
dalam pembelajaran karena media sebagai perantara materi yang
bersifat abstrak akan nampak menjadi konkrit bagi siswa dan
mudah dipahami.
b. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
1) Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran
untuk:
a) Mempermudah proses pembelajaran dikelas.
b) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran
c) Menjaga relevansi antara materi pelajaran denga tujuan
belajar
d) Membeantu konsentrasi pembelajar dalam proses
pembelajaran (AH Sanaky, 2013: 5).
2) Manfaat Media Pembelajaran
Beberapa manfaat media pembelajaran yaitu:
a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar, sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga
dapat lebih difahami pembelajar, serta memungkinkan
pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya
komunikasi verbal melaui penuturan kata-kata lisan
47
pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak
kehabisan tenaga.
d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab
tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja,
tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti:
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain
(Sudjana & Rivai 1991: 2).
4. Maket (Model)
a. Pengertian Maket
Maket atau sering disebut juga dengan istilah Model adalah
tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu
besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau
terlalu ruwet untuk dibawa kedalam kelas dan dipelajari siswa
dalam bentuk aslinya (Sudjana dan Rivai, 2002: 156).
Maket sebagai bahan ajar tiga dimensi adalah tiruan benda
nyata untuk menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui,
apabila menghadirkan objek atau benda tersebut langsung di dalam
kelas. Dengan demikian, nuansa asli dari benda tersebut masih bisa
dirasakan oleh peserta didik, tanpa mengurangi struktur aslinya,
sehingga pembelajaran lebih bermakana (Prastowo, 2014: 228).
Secara sederhana maket adalah tiruan tiga dimensi yang
menyerupai wujud asli dari sebuah benda, kejadian atau peristiwa.
48
b. Tujuan dan Fungsi Maket
Pembuatan media maket memiliki beberapa tujuan yaitu:
1) Menyederhanakan objek atau benda yang terlalu sulit, terlalu
besar, terlalu jarang, terlalu kecil, atau terlalu mahal jika jika
dihadirkan di kelas secara langsung dalam bentuk aslinya.
2) Memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik terhadap
suatu objek atau benda, meskipun hanya dalam bentuk
tiruannya.
3) Memudahkan penjelasan tentang suatu objek atau benda
dengan menunjukkan tiruan benda aslinya.
Sementara itu, fungsi media maket dalam kegiatan
pembelajaran antara lain menjadi tiruan objel atau benda aslinya
dalam bentuk tiga dimensi, serta menjembatani kesulitan-kesulitan
yang mungkin timbul jika objek atau benda asli didatangkan ke
kelas untuk diobservasi peserta didik (Prastowo, 2014: 238).
c. Jenis-Jenis Maket
Bahan ajar model (maket) dapat dikelompokkan kedalam enam
kategori yang masing-masing model (maket) tersebut mempunyai
ukuran yang persis sama dengan ukuran aslinya, atau mungkin
dengan skala yang lebih besar atau lebih kecil dari objek yang
sesungguhnya.
49
1) Model Padat (Solid Model)
Model padat merupakan jenis model yang memperlihatkan
bagian permukaan luar dari objek (benda). Contohnya,
miniatur binatang dengan lilin, boneka dengan baju adat,
miniatur rumah adat, miniatur pesawat, dan sebagainya.
Contohnya miniatur binatang dengan lilin, boneka dengan baju
adat, miniatur rumah adat, miniatur pesawat, dan sebagainya.
Adapun contoh-contoh benda untuk membuat model padat
diantaranya sebagai berikut:
a) Bentuk boneka, semisal dari beberapa negara atau pakaian
macam-macam bangsa.
b) Berbagai bendera, semisal dari beberapa negara ASEAN,
Eropa, Afrika, dan sebagainya.
c) Berbagai macam-macam makanan, semisal sepotong
daging, sayur mayur, dan sebagainya.
d) Peralatan dan perkakas rumah tangga, semisal dari zaman
yang berbeda dan tempat yang berlainan (singgasana raja-
raja, tempat tidur berkaki empat,cerek untuk memasak,
bajak, dan sebagainya).
e) Bentuk geometris, semisal kerucut, bola, kubus, polihedron,
dan sebagainya.
f) Tongak-tongak sejarah, semisal monumen, menara,
piramida, dan sebagainya.
50
g) Sejarah persenjataan, semisal senapan, meriam, kapak,
batu, lembing, tombak, panah, pedang perang, dan
sebagainya.
h) Anatomi manusia dan binatang, semisal tengkorak, otak,
hati, bola, mata, tulang rusuk, sederet gigi, dan sebagainya.
i) Aneka ragam alat angkutan, semisal pedati, perahu atau
kapal api, kereta api, pesawat udara, dan sebagainya.
j) Lapisan tanah, semisal jenis bukit, erosi, delta, muara
sungai, permukaan jalan, dan sebagainya.
2) Model Penampang
Model penampang adalah jenis model yang
memperlihatkan bagaimana suatu objek itu terlihat, jika bagian
permukaan diangkat untuk mengetahui susunan bagian
dalamnya.model ini ada sebagian yang menamakannya dengan
model X – ray atau cross section, yaitu model penampang yang
memotong. Contohnya, model mola mata yang dibesarkan,
model torso separuh badan, model jantung, model lapisan
bumi, dan sebagainya. Contohnya model bola mata yang
dibesarkan, model torsa separuh badan, model jantung, model
lapisan bumi, dan sebagainya.
Adapun contoh-contoh untuk model penampang melintang
lainnya sebagai berikut:
51
a) Bangunan, semisal tempat tinggal, gedung pencakar
langit, bangunan industri, gereja bersejarah, dan
sebagainya.
b) Lapisan bumi semisal lapisan bawah sumur minyak,
daerah pegunungan, daerah gempa, daerah pertambangan,
daerah berfosil, dan sebagainya.
c) Mesin-mesin, semisal pompa bensin, mesin gas, mesin
uap, motor listrik, generator, unit tenaga atom dan lain
sebagainya.
d) Anatomi tubuh manusia dan hewan, semisal, mata,
susunan gigi, kepala, otak, torso, tulang belulang, jantung,
paru-paru ginjal, dan sebagainya.
e) Ragam transportasi, misalnya kapal selam. kapal
penumpang, kapal barang, pewawat terbang, mobil, truk,
roda pedati dan lain sebagainya.
f) Kehidupan tumbuh-tumbuhan, semisal daun batang,
tangkai, akar, biji, tunas bunga buah-buahan dan
sebagainnya.
3) Model Susun (Built-up Model)
Model susun adalah jenis model yang terdiri atas beberapa
bagian objek (benda) yang lengkap atau sedikitnya suatu
bagian pokok dari objek tersebut. Contohnya model torso
untuk memahami anatomi tubuh. Contoh lainnya bentuk
52
geometris, seperti memperlihatkan pecahan dari bagian atau
ukuran isi serta mesin atau peralatan, seperti senapan, tabung,
vakum, pompa, dan sebagainya.
4) Model Kerja (Working Sheet)
Model kerja adalah jenis model yang berupa tiruan dari
suatu objek (benda) yang memperlihatkan bagian luar dari
objek asli (sebenarnya), dan mempunyai beberapa bagian dari
yang sesungguhnya. Contohnya, yaitu mobil-mobilan, kereta
api yang diputar, kereta listrik, alat perlengkapan untuk
pembuatan jalan dan sebagainya. Adapun contoh model kerja
ini, jika dikelompokkan sebagai berikut:
a) Penemuan-penemuan, semisal telegraf, telepon kapal api,
dan sebagainya.
b) Alat-alat matematika, semisal mistar sorong, busur derajat,
protaktor, dan sebagainya.
c) Alat-alat angkutan dan mesin-mesin, semisal perahu
dayung, kapal layar, gerobak, pesawat udara mesin gas,
mesin pengeruk tanah yang dijalankan menggunakan katrol
dan sebagainnya.
d) Alat musik semisal biola, seruling, gitar, harpa, drum, dan
sebagainya.
e) Alat-alat mikroskopis, semisal mikroskop, transit surveyor,
periskop, dan sebagainya.
53
f) Bagian mekanik, gedung dan bangunan, semisal jembatan
gantung, tiang-tiang bendera, pintu air, jendela dan pintu
terbuka pada bangunan, lampu mercusuar, landasan
pesawat terbang, dan sebagainya.
5) Mock-ups
Mock-ups adalah jenis model yang berupa suatu
penyederhanaan susunan bagian pokok dari suatu proses atau
sistem yang lebih ruwet. Susunan nyata dari bagian utama
diubah, sehingga aspek-aspek utama dari suatu proses mudah
dipahami oleh siswa. Contohnya mock-ups untuk berlatih
mengendarai mobil atau biasa disebut drivotrainer,mock-ups
untuk menjelaskan tentang kontruksi radio serta cara kerjanya.
Adapun contoh model Mock-ups ini, adalah sebagai berikut:
a) Prinsip-prinsip, semisal tenaga pemecah nuklir,
penggunaan susunan perangkap tikustenaga dorong jet,
penggunaan sebuah balon udara, dan sebagainya.
b) Sistem-sistem, semisal sistem bahan bakar untuk mesin gas,
sistem telepon, jaringan listrik untuk bangunan, atau rumah,
sistem pemasangan pipa air, ledeng untuk tanaman kota,
dan sebagainya.
6) Diorama
Diorama adalah jenis model berupa sebuah pemandangan
tiga dimensi mini untuk menggambarkan pemandangan yang
54
sebenarnya. Contonya ilmu bumi semisal interior pada gua,
pemndangan atau padang pasir, hutang belantara dengan
binatang, tiruan dari pemandangan sebuah hutan, tiruan dari
pemandangan sebuah desa di pegunungan dan lain sebagainya.
Adapun contoh-contoh Diorama adalah sebagai berikut:
a) Peristiwa bersejarah, mosalnya ditemukannya beberapa
negara maju, ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan,
pertempuran-pertempurab besar, peristiwa politik yang
penting, sejarah kehidupan sastrawan, artis serta pemusik,
dan sebagainya.
b) Ilmu bumi, semisal interior pada gua, pemandangan suatu
padang pasir, hutan belantara dengan binatang, tiruan dari
pemandangan sebuah hutan, tiruan dari pemandangan
sebuah desa di pegunungan dan sebagainya.
c) Ilmu produksi pabrik dan perindustrian, semisal roda baja,
penggergajian, pabrik gelas, penyaringan minyak, pabrik
kaleng, industri pembuatan mobil, dan sebagainya.
d) Adegan cerita. Peristiwa pokok dari suatu cerita 4atau
sandiwra yang menggambarkan urutan kejadian dari cerita,
misalnya, bisa digambarkan dalam satu diorama, untuk itu
kita bisa menyediakan benda-benda mini guna menciptakan
berbagai adegan orang-orang penghuni perkampungan
55
Minangkabau, kutub utara, Suku Badui, Suku Asmat, dan
sebagainya (Prastowo, 2014: 228-235).
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam penelitian ini berisi tentang penelitian yang
relevan dari peneliti-peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Wulandari (2012) untuk
meningkatkan pengusaan konsep IPA materi energi alternatif dengan
pemanfaatan media maket pada siswa kelas IV. Peningkatan konsep IPA
materi energi alternatif mengalami peningkatan. Rata-rata kelas hasil
belajar siswa pada siklus I sebesar 70,42 dan siklus II sebesar 76,07.
Sedangkan untuk ketuntasan kelas pada siklus I 66,67% dan siklus II
sebesar 75%. Persentase peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I
dan siklus II, masing-masing 80,84% dan 100%. Sedangkan pada siklus II
persentase aktivitas belajar kelompok telah mencapai 100%. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media maket dapat meningkatkan
pengusaan konsep IPA.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Wulandari memiliki kesamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, yaitu penggunaan media
maket untuk meningkatkan hasil belajar IPA, perbedaanya adalah pada
materi yang di ajarkan.
Penelitian yang dilakukan suciati (2016) pengembangan media maket
alam kincir air dan pembangkit listrik dalam pembelajaran tematik untuk
kelas IV. Hasil penelitian menujukkan bahwa media yang dikembangkan
56
dinyatakan layak berdasarkan uji kelayakan (validasi) menurut ahli materi
dengan persentase total 100% kualifikasi sangat baik. Ahli media dengan
persentase total 90,76% kualifikasi sangat baik, ahli pembelajaran tematik
82% dan 98% dengan kualifikasi sangat baik. Hasil uji coba produk
kelompok kecil pada 12 siswa kelas IV dengan respon poditif sebanyak
98,3% sedangkan uji coba kelompok besar pada siswa kelas IV dengan 55
siswa menunjukkan persentase sebesar 93,15%. Berdasarkan hasil
keseluruhan tersebut dapat disimpulkan media maket alam kincir air dan
pembangkit listrik dalam pembelajaran tematik dapat dijadikan sebagai
alternatif media pembelajaran tematik di kelas IV SD.
Penelitian yang dilakukan oleh suciati juga memiliki kesamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu penggunaan media
maket perbedaannya adalah pada penelitian suciati media maket tersebut
dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar, dan pada penelitian yang
akan dilakukan peneliti, media hanya digunakan digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar
Penelitian yang dilakukan Mar’atus Sholihah (2013) penggunaan
media maket untuk meningkatkan ketrampilan berbicara dalam
pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV. Hasil yang diperoleh dari
penelitian tersebut pada tahap pratindakan tidak ada siswa yang mendapat
nilai di atas 75 dalam ketrampilan berbicara, sehingga persentase
ketuntasannya 0%. Pada siklus I siswa yang mencapai nilai diatas 75
adalah 7 siswa dari 20 siswa, persentase ketuntasannya 35%. Dan pada
sisklus II ada 16 siswa dari 20 yang telah mencapai nilai 75 atau
persentase ketuntasannya sebanyak 80%. Dapat disimpulkan penggunaan
57
media meket dapat meningkatkan ketrampilan berbicara anak dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Penelitian yang dilakukan Mar’atus Sholihah media maket digunakan
untuk meningkatkan ketrampilan berbicara, sedangkan pada penelitian ini,
media maket digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan Yoga Krestama (2013) penggunaan media
diorama untuk meningkatkan hasil belajar pelajaran IPS materi arah dan
letak rumah pada siswa kelas I. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 23 siswa atau
sebanyak 72% mencapai ketuntasan dan 9 siswa atau sebanyak 28% tidak
mencapai ketuntasan. Sedangkan pada siklus II terdapat 28 siswa atau
sebanyak 87,5% mencapai ketuntasan dan 4 siswa atau sebanyak 12,5%
tidak mencapai ketuntasan dalam materi arah dan letak rumah. Hal ini
membuktikan bahwa pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dengan
penggunaan media Diorama dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi
arah dan letak rumah pada siswa 1.
Penelitian yang dilakukan Yoga Krestama memiliki kesamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, penggunaan salah satu jenis
maket yaitu diorama dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan Iswardani Rusdi (2015) peningkatan kualitas
pembelajaran IPA melalui model Take and Give berbantuan media maket
pada siswa kelas V. Hasil penelitian melalui model Take and Give
berbantuan media Maket menunjukkan bahwa (1) Keterampilan guru
meningkat pada siklus I memiliki rata-rata 29 skor (baik), kemudian pada
58
siklus II meningkat menjadi 33 skor (sangat baik) dan pada siklus terakhir
keterampilan guru meningkat menjadi 38 skor (sangat baik). (2) Aktivitas
siswa pada siklus I memperoleh rata-rata 22,05 (baik), kemudian siklus II
rata-rata meningkat menjadi 24,94 (baik) dan pada siklus III rata-rata
aktivitas siswa meningkat menjadi 27,02 (sangat baik). (3) Hasil belajar
siswa pada siklus I menunjukkan persentase ketuntasan 52,90%. Pada
siklus II ketuntasan belajar meningkat mencapai 67,70% dan pada siklus
III meningkat sebanyak 17,5% sehingga hasil belajar siswa menjadi
85,20%. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui model Take and Give
berbantuan media Maket dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas
siswa dan hasil belajar siswa.
Dalam penelitian Iswardani Rusdi maket digunakan sebagai media
pendamping dalam penggunaan metode take and give dalam
meningkatkan hasil belajar IPA.
Penelitian yang dilakukan beberapa peneliti di atas memiliki kesamaan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu penggunaan
media maket dan diorama (salah satu jenis dari media maket) sebagai
peningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaanya terdapat pada
subjek, materi pelajaran, tempat, dan waktu pelaksanaan penelitian.
59
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis dan Sejarah MI Tarbiyatul Ulum
MI Tarbiyatul Ulum terletak di Dsn. Tegalsale RT 03/ RW 02 Ds.
Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Kode Pos 50771.
Lokasi ini sangat strategis dan sangat nyaman untuk melakukan proses
belajar mengajar, dikarenakan lokasi ini jauh dari keramaian dan
mudah dijangkau.
MI Tarbiyatul Ulum didirikan pada tanggal 1 April 1966.
Berdasarkan surat dari Departemen Agama dengan No:
Lk/3.c/202/Pem.MI/1978, dikeluarkan oleh Menteri Agama pada
tanggal 2 Januari 1978. Madarasah ini diresmikan dan dikelola oleh
Yayasan Al-Ma‟arif dan memiliki luas ± 1145 m².
2. Identitas Sekolah
Tabel 3.1 Identitas Sekolah
No Identitas Keterangan
1. Nama Sekolah MI Tarbiyatul Ulum
2. NSM 111233220062
3. NPSN 60712814
4. Status Madrasah Swasta
5. Yayasan Pendidikan Ma’arif
6. NPWP 82.445.300.5.505.000
7. Akreditasi A (Nomor SK 220/BAP-SM/X/2016) (Sumber: Administrasi Sekolah)
60
3. Visi & Misi MI Tarbiyatul Ulum
a. Visi
Terwujudnya lulusan yang Beriman, Bertaqwa,
Berakhlaqul Karimah, Berpengetahuan dan Terampil.
b. Misi
1) Memberikan pendidikan keagaamaan secara optimal dengan
pendekatan kesadaran.
2) Membudayakan kedisiplinan.
3) Menanamkan kesadaran menuntut ilmu sebagai cerminan
generasi Islami.
4) Membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan yang
berguna di masyarakat.
5) Mendidik siswa kreatif dalam berfikir dan bekerja untuk masa
depan.
6) Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan
lingkungan.
4. Data Pendidik MI Tarbiyatul Ulum
Data tenaga pendidik di MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang dapat dilihat pada tabel 3.2:
Tabel 3.2 Data Pendidik MI Tarbiyatul Ulum
NO Pendidik Jabatan
1. Sriyanto S.Pd.I Kepala Sekolah
2. Dra. Husnul Dwiyatiningsih Wali Kelas V1
3. Ani Maslihatul M. S.Pd.I Wali Kelas V
4. Tri Wijayanti S.Pd Wali Kelas IV
5. Atik Muzdalifiati, S.Pd.I Wali Kelas III
6. Siti Kholidah S.Pd.I Wali Kelas II
7. Sri Wahyuningsih S.Pd.I Wali Kelas I
8. Sukron Hakim, S.H.I Guru Mapel Agama
61
5. Data Siswa MI Tarbiyatul Ulum
Berikut ini adalah tabel jumlah keseluruhan dan rincian siswa MI
Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
tahun pelajaran 2017/2018
Tabel 3.3 Data Siswa MI Tarbiyatul Ulum
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Siswa
Laki-Laki Perempuan
1. I 16 11 27
2. II 16 13 29
3. III 12 6 18
4. IV 19 12 31
5. V 9 12 21
6. VI 13 7 20
Jumlah 146
6. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV di MI Tarbiyatul
Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun
pelajaran 2017/2018. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini
berjumlah 31 (tiga puluh satu) siswa, terdiri dari 18 laki-laki dan 13
perempuan.
Tabel 3.4 Data siswa kelas IV di MI Tarbiyatul Ulum
No Nama Siswa Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1 Ahmad Nurkholis √
2 Ainun Tri Kusuma √
3 Alif Niswatul H √
4 Alivia Eka Pratiwi √
5 Arga Saputra √
6 Arscal Agustira H √
7 Chandra Kurnia Devy √
8 Diaz Izza R √
9 Dirga Arya Pratama √
62
10 Fadhilah Meila Viany √
11 Farhana Muhibudin √
12 Hafidz Nur Rohman √
13 Ibda Shadiq H √
14 Ibnu Mas’ud √
15 Ida Hariyanti √
16 Kanaya F √
17 Latifah Tri Utami √
18 M. Alfa Romadhani √
19 M. Rizky Akbar M. √
20 M. Rizky Nur F √
21 Naura Rahyana S. √
22 Radit Febriansa √
23 Rifki Priambudi √
24 Risky Alfiansyah √
25 Safriko √
26 Salman Efendi √
27 Siska Andriyani √
28 Surya Johan P √
29 Syfana Amelia S. √
30 Wahid Putra Dirta √
31 Yunita Sari Devi √
Jumlah 19 12
7. Kolaborator Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan jenis penelitian
kolaboratif. Guru mapel yang melakukan kegiatan proses pembelajaran
dan diamati serta dinilai oleh teman sejawat guru. Dalam penelitian ini
peneliti berperan sebagai pengamat pembantu, untuk membantu guru
dalam menyiapkan media pembelajaran dan serta menyiapkan lembar
observasi yang akan di isi oleh teman sejawat guru.
63
8. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan (2 siklus) di MI
Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan. Waktu pelaksanaan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.5:
Tabel 3.5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
No. Siklus Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus I Senin, 02 April 2018
2. Siklus II Jum’at, 06 April 2018
(Sumber: Data Primer)
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Awal (Pra Siklus)
Pada tahap ini peneliti menggunakan rata-rata nilai ulangan harian
mata pelajaran IPA untuk memperoleh gambaran awal kemampuan
siswa Kelas IV MI Tarbiyatul Ulum. Berikut ini nilai ulangan harian
mata pelajaran IPA sebelum menggunakan media maket:
Tabel 3.6 Nilai Siswa Pada Pra Siklus NO Nama KKM Nilai Keterangan
Tuntas Tidak
Tuntas
1 Ahmad Nurkholis 65 35 √
2 Ainun Tri Kusuma 65 55 √
3 Alif Niswatul H 65 60 √
4 Alivia Eka Pratiwi 65 65 √
5 Arga Saputra 65 45 √
6 Arscal Agustira H 65 50 √
7 Chandra Kurnia Devy 65 35 √
8 Diaz Izza R 65 60 √
9 Dirga Arya Pratama 65 70 √
10 Fadhilah Meila Viany 65 65 √
11 Farhana Muhibudin 65 70 √
12 Hafidz Nur Rohman 65 60 √
13 Ibda Shadiq H 65 75 √
64
14 Ibnu Mas’ud 65 60 √
15 Ida Hariyanti 65 70 √
16 Kanaya F 65 65 √
17 Latifah Tri Utami 65 60 √
18 M. Alfa Romadhani 65 50 √
19 M. Rizky Akbar M. 65 45 √
20 M. Rizky Nur F 65 45 √
21 Naura Rahyana S. 65 65 √
22 Radit Febriansa 65 65 √
23 Rifki Priambudi 65 40 √
24 Risky Alfiansyah 65 70 √
25 Safriko 65 40 √
26 Salman Efendi 65 35 √
27 Siska Andriyani 65 50 √
28 Surya Johan P 65 35 √
29 Syfana Amelia S. 65 45 √
30 Wahid Putra Dirta 65 30 √
31 Yunita Sari Devi 65 40 √
Jumlah 1655 10 21
Nilai Rata-rata 53
Persentase 32,26% 67,74%
2. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan
tindakan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata
pelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi dengan
penggunaan media maket,
2) Menyiapkan media pembelajaran yaitu maket,
3) Menyiapkan soal tes evaluasi,
4) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa.
65
b. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan pada hari
Senin 02 April 2018 pukul 08.00 sampai 09.10 WIB di ruang kelas
IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak dengan jumlah siswa sebanyak 31
siswa dan seluruh siswa hadir. Penelitian ini berlangsung selama
satu kali tatap muka (2 x 35 menit). Materi yang diajarkan pada
tahap ini adalah materi perubahan kenampakan bumi. Berikut
adalah langkah-langkah pelaksanaan siklus I:
1) Kegiatan Awal (10 menit)
Pembukaan
a) Berdoa
b) Memeriksa kerapian siswa
c) Memeriksa kesiapan ruang, media, dan lainnya
d) Menyampaikan Kompetensi Dasar
e) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
f) Guru bertanya jawab kepada siswa tentang materi
sebelumnya.
2) Kegiatan Inti (50 menit)
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru:
(1) Memberikan penjelasan tentang perubahan
kenampakan bumi akibat pengaruh air, udara, dan
kebakaran.
66
(2) Bertanya jawab dengan siswa tentang beberapa contoh
perubahan kenampakan bumi akibat pengaruh air,
udara, dan kebakaran.
b) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi guru:
(1) Guru menjalaskan perubahan kenampakan bumi
disebabkan oleh matahari yang mengakibatkan bumi
terang pada siang hari dan gelap pada malam hari.
(2) Guru mempersilahkan siswa mengamati maket yang
telah disiapkan
(3) Dengan bantuan media maket guru menjalaskan
perubahan kenampakan bumi akibat terjadinya
gravitasi bulan terjadinya pasang naik dan pasang surut
air laut.
(4) Guru menjelaskan akibat dari pasang surut adalah
terjadinya peristiwa abrasi (Pengikisan pasir pantai)
(5) Dengan bantuan media maket guru menjalaskan
perubahan kenampakan bumi yaitu terjadinya erosi
tanah.
(6) Guru mengajak siswa berpartisipasi dalam menuangkan
air pada maket tanah yang memperlihatkan pengikisan
tanah (erosi)
(7) Guru menjelaskan penyebab dari erosi.
67
(8) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan
perubahan kenampakan bumi disebabkan oleh udara
yang mengakibatkan terjadinya angin besar (badai)
(9) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan
perubahan kenampakan bumi disebabkan oleh
kebakaran hutan dan pengarunya terhadap lingkungan
sekitar.
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru:
(1) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa
(2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan
3) Kegiatan Penutup (10 menit)
a) Guru melakukan evaluasi pembelajaran.
b) Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang
telah dibahas yaitu tentang perubahan kenampkan bumi.
c) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan yang akan datang yaitu tentang perubahan
kenampakan benda langit.
d) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.
c. Pengamatan
68
Selama proses pembelajaran siklus I, teman sejawat guru
yang bertindak sebagai observer melakukan pengamatan selama
jalanya pembelajaran. Mencakup pengamatan terhadap siswa juga
guru saat proses pembelajaran berlangsung.
Peneliti secara langsung juga melakukan pengamatan dan
melihat bagaimana proses pembelajaran berlangsung. peneliti
menuliskan kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses
pembelajaran.
d. Refleksi
Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus I dapat dilakukan
refleksi untuk mengetahui kelemahan kegiatan yang dilakukan
guru dengan siswa sehingga dapat digunakan untuk perbaikan pada
siklus berikutnyauntuk mencapai indikator keberhasilan belajar.
Kelemahan-kelemahan yang dihadap iyaitu:
1) Guru belum sepenuhnya bisa mengondisikan keadaan kelas.
2) Anak-anak terlalu antusias melihat penggunaan media sehingga
mempengaruhi kondisi kelas menjadi tidak kondusif.
3) Kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya sesuai dengan
rencana peneliti.
Cara mengatasi kendala pada siklus I peneliti bersama guru
melakukan diskusi untuk merencanakan perbaikan pada siklus
berikutnya pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan
69
supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kelemahan yang
sama. Rencana perbaikan tersebut yaitu:
1) Guru lebih memberi ketegasan pada siswa dalam pengondisian
kelas.
2) Guru lebih bisa mengontrol perhatian siswa, memporsikan
perhatian siswa terhadap media dan materi secara berimbang.
3) Guru lebih teliti dalam melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran, sehingga tidak ada bagian materi yang terlewat.
Kelemahan-kelemahan tersebut merupakan salah satu
komponen yang menyebabkan indikator keberhasilan belum
terpenuhi, untuk itu pada siklus II diharapkan adanya peningkatan
proses pembelajaran yang lebih baik. Sehingga hasil belajar siswa
dapat meningkat sesuai harapan peneliti.
3. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata
pelajaran IPA materi perubahan kenampakan benda langit
dengan penggunaan media maket,
2) Menyiapkan media pembelajaran yaitu maket,
3) Menyiapkan soal tes evaluasi,
4) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa
70
b. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari
Jum,at 06 April 2018 pukul 09.30 sampai 10.40 WIB di ruang
kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak dengan jumlah siswa
sebanyak 31 siswa dan seluruh siswa hadir. Penelitian ini
berlangsung selama satu kali tatap muka (2 x 35 menit). Materi
yang diajarkan pada tahap ini adalah materi perubahan
kenampakan benda langit. Berikut adalah langkah-langkah
pelaksanaan siklus I:
1) Kegiatan Awal (10 menit)
Pembukaan
a) Berdoa
b) Memeriksa kerapian siswa
c) Memeriksa kesiapan ruang, media, dan lainnya
d) Menyampaikan Kompetensi Dasar
e) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
f) Guru bertanya jawab kepada siswa tentang materi
sebelumnya.
2) Kegiatan Inti (50 menit)
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru:
(1) Bertanya jawab dengan siswa tentang kenampakan
benda langit, seperti matahari terlihat di siang hari,
sedangkan bulan dan bintang terlighat pada malam hari.
71
(2) Memberikan penjelasan bahwa semua benda langit dan
bumi mengalami pergerakan.
b) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi guru:
(1) Guru menjalaskan perubahan kenampakan benda langit
dan memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa
semua benda langit dan bumi mengalami pergerakan
(rotasi dan revolusi).
(2) Guru menjelaskan benda langit yang dapat
memancarkan cahaya sendiri.
(3) Guru menjelaskan benda langit yang tidak dapat
memancarkan cahaya sendiri.
(4) Mempersilahkan siswa mengamati maket yang telah
disiapkan.
(5) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan proses
terjadinya siang dan malam.
(6) Dengan bantuan media maket Guru menjelaskan
perubahan bentuk bulan selama 1 bulan (29 ½ hari)
(7) Guru menjelaskan bahwa terdapat benda langit yang
lainya yaitu bintang.
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru:
(1) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui
siswa
(2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
72
4) Kegiatan Penutup (10 menit)
a) Guru melakukan evaluasi pembelajaran.
b) Guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi yang
telah dibahas yaitu tentang perubahan kenampkan benda
langit.
c) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam penutup.
c. Pengamatan
Sebagaimana proses pengamatan yang suda berlangsung pada
siklus I, pengamatan pada siklus II ini, teman sejawat guru yang
bertindak sebagai observer melakukan pengamatan selama jalanya
pembelajaran. Mencakup pengamatan terhadap siswa juga guru
saat proses pembelajaran berlangsung.
Peneliti secara langsung juga melakukan pengamatan dan
melihat bagaimana proses pembelajaran berlangsung. peneliti
menuliskan kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses
pembelajaran.
d. Refleksi
Pelaksanaan siklus II ini guru dapat mengatasi kelemahan-
kelemahan pada proses pembelajaran. Guru melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan yang di rencanakan siswa mengikuti
pembelajaran dengan baik, bahkan antusias siswa pada siklus II ini
menunjukkan bahwa mereka ingin mendapatkan hasil belajar yang
73
bagus sehingga siswa benar-benar memperhatikan. Keaktifan siswa
juga mengalami peningkatan menjadi lebih terarah.
Dilihat dari evaluasi yang telah dikerjakan, banyak siswa
yang sudah mencapai KKM yaitu 65 dan hanya ada tiga siswa
yang belum mencapai ketuntasan. Karena siklus II sudah
menncapai kriteria ketuntasan klasikal melebihi 85%, maka siklus
ini berhenti sampai siklus II.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Pra Siklus
Peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa
kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang dengan menggunakan media maket. Maket merupakan
media pembelajaran tiga dimensi untuk mempermudah siswa dalam
memahami materi tentang perubahan kenampakan bumi dan benda
langit.
Peneliti menggunakan indikator keberhasilan yakni menggunakan
acuan KKM mata pelajaran IPA MI Tarbiyatul Ulum Jembrak
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang sebesar 65, serta
menggunakan Kriteria Ketuntasan Klasikal (KKL) yakni sebesar 85%.
Dalam penelitian siklus I dan II, peneliti menggunakan soal evaluasi
setiap akhir pelaksanaan pembelajaran, Sedangkan untuk Pra siklus
peneliti menggunakan data nilai rata-rata ulangan harian siswa mata
pelajaran IPA.
Di bawah ini adalah data nilai rata-rata ulangan harian murni mata
pelajaran IPA siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang sebelum menggunakan media maket.
75
Tabel 4.1 Data pra siklus (rata-rata nilai ulangan harian murni)
No Nama KKM Nilai Keterangan
Tuntas Tidak
Tuntas
1 Ahmad Nurkholis 65 35 √
2 Ainun Tri Kusuma 65 55 √
3 Alif Niswatul H 65 60 √
4 Alivia Eka Pratiwi 65 65 √
5 Arga Saputra 65 45 √
6 Arscal Agustira H 65 50 √
7 Chandra Kurnia Devy 65 35 √
8 Diaz Izza R 65 60 √
9 Dirga Arya Pratama 65 70 √
10 Fadhilah Meila Viany 65 65 √
11 Farhana Muhibudin 65 70 √
12 Hafidz Nur Rohman 65 60 √
13 Ibda Shadiq H 65 75 √
14 Ibnu Mas’ud 65 60 √
15 Ida Hariyanti 65 70 √
16 Kanaya F 65 65 √
17 Latifah Tri Utami 65 60 √
18 M. Alfa Romadhani 65 50 √
19 M. Rizky Akbar M. 65 45 √
20 M. Rizky Nur F 65 45 √
21 Naura Rahyana S. 65 65 √
22 Radit Febriansa 65 65 √
23 Rifki Priambudi 65 40 √
24 Risky Alfiansyah 65 70 √
25 Safriko 65 40 √
26 Salman Efendi 65 35 √
27 Siska Andriyani 65 50 √
28 Surya Johan P 65 35 √
29 Syfana Amelia S. 65 45 √
30 Wahid Putra Dirta 65 30 √
31 Yunita Sari Devi 65 40 √
Jumlah 1655 10 21
Nilai Rata-rata 53,38
Persentase 32,26% 67,74%
76
Dari tabel rata-rata nilai ulangan harian murni (pra siklus) di atas
menunjukkan bahwa persentase ketuntasan hanya 32,26% saja siswa
yang tuntas denga rincian dari 31 siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum
Jembrak dengan nilai standar KKM 65, hanya 10 siswa yang tuntas
sedangkan 21 siswa lainya tidak tuntas.
2. Deskripsi Siklus I
Pada proses pembelajaran siklus I melalui penggunaan media
maket, sudah ada peningkatan hasil belajar siswa walaupun belum
memenuhi target yang ditentukan peneliti.
a. Hasil Tes
Adapun rincian data nilai siswa mata pelajaran IPA materi
perubahan kenampakan bumi dan benda langit dengan
menggunakan media maket pada proses siklus I adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Hasil nilai siklus I
NO Nama KKM Nilai Keterangan
Tuntas Tidak
Tuntas
1 Ahmad Nurkholis 65 53 √
2 Ainun Tri Kusuma 65 67 √
3 Alif Niswatul H 65 73 √
4 Alivia Eka Pratiwi 65 73 √
5 Arga Saputra 65 53 √
6 Arscal Agustira H 65 67 √
7 Chandra Kurnia Devy 65 47 √
8 Diaz Izza R 65 73 √
9 Dirga Arya Pratama 65 73 √
10 Fadhilah Meila Viany 65 80 √
11 Farhana Muhibudin 65 73 √
12 Hafidz Nur Rohman 65 67 √
77
13 Ibda Shadiq H 65 87 √
14 Ibnu Mas’ud 65 73 √
15 Ida Hariyanti 65 80 √
16 Kanaya F 65 67 √
17 Latifah Tri Utami 65 67 √
18 M. Alfa Romadhani 65 73 √
19 M. Rizky Akbar M. 65 60 √
20 M. Rizky Nur F 65 73 √
21 Naura Rahyana S. 65 80 √
22 Radit Febriansa 65 67 √
23 Rifki Priambudi 65 53 √
24 Risky Alfiansyah 65 73 √
25 Safriko 65 60 √
26 Salman Efendi 65 53 √
27 Siska Andriyani 65 73 √
28 Surya Johan P 65 47 √
29 Syfana Amelia S. 65 73 √
30 Wahid Putra Dirta 65 47 √
31 Yunita Sari Devi 65 53 √
Jumlah 2058 21 10
Nilai Rata-rata 66,38
Persentase 67,74% 32,26%
Nilai rata-rata diperoleh berdasarkan rumus berikut:
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
= 67,74%
Keterangan:
M =Nilai rata-rata
∑X = Jumlah Nilai
N =Jumlah Siswa
78
Berdasarkan hasil pada siklus I diperoleh data seperti pada
tabel diatas. Siswa yang tuntas sebanyak 21 orang atau 67,74% dan
siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa atau sebanyak 32,26%
dengan nilai rata-rata 66,38. Dibandingkan dengan data nilai pra
siklus, pada siklus I ini sebenarnya sudah mengalami peningkatan.
Rata-rata KKM individu sudah mencapai batas rata-rata KKM
sekolah yaitu lebih dari atau sama dengan 65. Namun, Persentase
ketuntasan belum mencapai batas ketuntasan yang diharapkan yaitu
85%. Maka dari itu, peneliti harus melanjutkan penelitian ke siklus
II.
b. Lembar Pengamatan Guru Siklus I
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus 1 No Aspek yang diamati Nilai
K C B
A Kemampuan guru dalam membuka pelajaran
1 Menarik perhatian siswa √
2 Memberikan motivasi awal dan apersepsi (berkaitan
dengan materi)
√
3 Menyampaikan tujuan pembelajaran √
B Sikap guru dalam proses pembelajaran
1 Kejelasan artikulasi suara √
2 Variasi gerakan tidak mengganggu perhatian siswa √
3 Antusiasme dalam penampilan mengajar √
C Penguasaan bahan ajar
1 Bahan ajar disampaikan sesuai dengan langkah-
langkah dalam RPP
√
2 Kejelasan dalam menjelaskan materi √
3 Kejelasan dalam memberikan contoh √
4 Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan
bahan ajar
√
79
D Kegiatan belajar mengajar
1 Metode yang dipakai sesuai dengan RPP √
2 Penyajian bahan ajar sesuai dengan indikator dan
tujuan yang telah ditetapkan
√
3 Merespon pertanyaan siswa √
4 Ketepatan penggunaan alokasi waktu √
E Kemampuan menggunakan media pembelajaran
1 Pemahaman terhadap media yang telah disiapkan √
2 Menggunakan media secara efektif dan efisien √
3 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media √
F Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran
1 Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya √
2 Melakukan evaluasi pembelajaran sesuai dengan
RPP
√
3 Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √
JUMLAH 1 8 11
Total Skor 50
Kategori Baik
Keterangan:
K = 1 (Kurang)
C = 2 (Cukup)
B = 3 (Baik)
Rentang Kategori:
Sangat Kurang :Jika total perolehan skor 1 - 15
Kurang :Jika total perolehan skor 16 - 30
Cukup :Jika total perolehan skor 31 - 45
Baik :Jika total perolehan skor 46 - 60
Setelah pembelajaran siklus I selesai, didapat hasil pengamatan
aktivitas guru. Hasilnya adalah dari 20 kriteria yang dinilai terdapat
80
1 poin dengan kriteria kurang, 8 poin dengan kriteria cukup, dan 11
poin dengan kriteria baik. Total skor yang diperoleh guru mencapai
50 dan masuk dalam kategori baik. Namun harus tetap ditingkatkan
pada siklus selanjutnya agar hasilnya lebih optimal.
c. Lembar Pengamatan siswa siklus I
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan terhadap Siswa pada Siklus I
No Nama Siswa Aspek yang diamati* Pengetahuan Keaktifan Perhatian
K C B K C B K C B 1 Ahmad Nurkholis √ √ √ 2 Ainun Tri Kusuma √ √ √ 3 Alif Niswatul H √ √ √ 4 Alivia Eka Pratiwi √ √ √ 5 Arga Saputra √ √ √ 6 Arscal Agustira H √ √ √ 7 Chandra Kurnia Devy √ √ √ 8 Diaz Izza R √ √ √ 9 Dirga Arya Pratama √ √ √ 10 Fadhilah Meila Viany √ √ √ 11 Farhana Muhibudin √ √ √ 12 Hafidz Nur Rohman √ √ √ 13 Ibda Shadiq H √ √ √ 14 Ibnu Mas’ud √ √ √ 15 Ida Hariyanti √ √ √ 16 Kanaya F √ √ √ 17 Latifah Tri Utami √ √ √ 18 M. Alfa Romadhani √ √ √ 19 M. Rizky Akbar M. √ √ √ 20 M. Rizky Nur F √ √ √ 21 Naura Rahyana S. √ √ √ 22 Radit Febriansa √ √ √ 23 Rifki Priambudi √ √ √ 24 Risky Alfiansyah √ √ √ 25 Safriko √ √ √ 26 Salman Efendi √ √ √ 27 Siska Andriyani √ √ √ 28 Surya Johan P √ √ √ 29 Syfana Amelia S. √ √ √ 30 Wahid Putra Dirta √ √ √ 31 Yunita Sari Devi √ √ √
81
Jumlah 8 7 16 10 8 13 9 8 14
Skor Total 70 65 67
Persentase 75,26% 69,89% 72,04%
Kategori Cukup Cukup Cukup
Keterangan:
K = 1 (Kurang)
C = 2 (Cukup)
B = 3 (Baik)
Rentang Kategori:
Sangat Kurang :Jika Persentase Mencapai 0%-25%
Kurang :Jika Persentase Mencapai 26%-50%
Cukup :Jika Persentase Mencapai 51%-75%
Baik :Jika Persentase Mencapai 76%-100%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ranah pengetahuan,
keaktifan, dan perhatian dalam kegiatan pembelajaran siklus I
sudah tergolong bagus, dapat dilihat dari perolehan total skor pada
masing-masing aspek yang telah mencapai kategori cukup. Namun
harus tetap ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya yaitu siklus II
agar lebih optimal.
d. Hasil pengamatan guru dan siswa pada siklus I
Hasil pengamatan guru dan siswa pada siklus I didasarkan pada
pengamatan pembelajaran siklus I terhadap kegiatan guru dan
siswa. Peneliti menemukan adanya hambatan yang dihadapi ketika
proses pembelajaran berlangsung. Hambatan-hambatan tersebut
meliputi:
82
1) Guru belum sepenuhnya bisa mengondisikan keadaan kelas.
2) Anak-anak terlalu antusias melihat penggunaan media sehingga
mempengaruhi kondisi kelas menjadi tidak kondusif.
3) Kegiatan belajar mengajar belum sepenuhnya sesuai dengan
rencana peneliti.
Berdasarkan hambatan-hambatan diatas, maka peneliti
melakukan rencana perbaikan sebagai berikut:
4) Guru lebih memberi ketegasan pada siswa dalam pengondisian
kelas.
5) Guru lebih bisa mengontrol perhatian siswa, memporsikan
perhatian siswa terhadap media dan materi secara berimbang.
6) Guru lebih teliti dalam melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran, sehingga tidak ada bagian materi yang terlewat.
3. Deskripsi Siklus II
Pada siklus II, peneliti telah menyiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiridari rencana pelaksanaan pembelajaran siklus
II, media pembelajaran, soal evaluasi, dan lembar pengamatan untuk
guru dan siswa.
Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada
siklus II. Hasil pengamatan pada siklus II, peneliti mendapat gambaran
bahwa guru mampu mengatasi kelemahan kelemahan pada siklus I
bahkan guru mampu menguasai siswa dan menguasai kelas. Sehingga
siswa menjadi lebih antusias dan tertib dalam proses pembelajaran.
83
a. Hasil tes
Tabel 4.5 Hasil nilai siklus II
NO Nama KKM Nilai Keterangan
Tuntas Tidak
Tuntas
1 Ahmad Nurkholis 65 53 √
2 Ainun Tri Kusuma 65 73 √
3 Alif Niswatul H 65 100 √
4 Alivia Eka Pratiwi 65 80 √
5 Arga Saputra 65 73 √
6 Arscal Agustira H 65 73 √
7 Chandra Kurnia Devy 65 73 √
8 Diaz Izza R 65 80 √
9 Dirga Arya Pratama 65 73 √
10 Fadhilah Meila Viany 65 80 √
11 Farhana Muhibudin 65 100 √
12 Hafidz Nur Rohman 65 87 √
13 Ibda Shadiq H 65 100 √
14 Ibnu Mas’ud 65 93 √
15 Ida Hariyanti 65 93 √
16 Kanaya F 65 87 √
17 Latifah Tri Utami 65 80 √
18 M. Alfa Romadhani 65 87 √
19 M. Rizky Akbar M. 65 87 √
20 M. Rizky Nur F 65 73 √
21 Naura Rahyana S. 65 87 √
22 Radit Febriansa 65 80 √
23 Rifki Priambudi 65 67 √
24 Risky Alfiansyah 65 87 √
25 Safriko 65 87 √
26 Salman Efendi 65 60 √
27 Siska Andriyani 65 87 √
28 Surya Johan P 65 67 √
29 Syfana Amelia S. 65 100 √
30 Wahid Putra Dirta 65 53 √
31 Yunita Sari Devi 65 73 √
Jumlah 2493 28 3
Nilai Rata-rata 80, 41
Persentase 90,32% 9,68%
84
Nilai rata-rata diperoleh berdasarkan rumus berikut:
Persentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:
= 90,32%
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa dari 31 siswa
telah tuntas 28 siswa dengan persentase mencapai 90,32%. Dan rata-
rata nilai yang diperoleh adalah 80,41. Hal ini menunjukkan bahwa
dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan hasil belajar.
b. Lembar pengamatan guru siklus II
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan terhadap Guru pada Siklus II No Aspek yang diamati Nilai
K C B
A Kemampuan guru dalam membuka pelajaran
1 Menarik perhatian siswa √
2 Memberikan motivasi awal dan apersepsi (berkaitan
dengan materi)
√
3 Menyampaikan tujuan pembelajaran √
B Sikap guru dalam proses pembelajaran
1 Kejelasan artikulasi suara √
2 Variasi gerakan tidak mengganggu perhatian siswa √
3 Antusiasme dalam penampilan mengajar √
Keterangan:
M =Nilai rata-rata
∑X = Jumlah Nilai
N =Jumlah Siswa
85
C Penguasaan bahan ajar
1 Bahan ajar disampaikan sesuai dengan langkah-
langkah dalam RPP
√
2 Kejelasan dalam menjelaskan materi √
3 Kejelasan dalam memberikan contoh √
4 Memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan
bahan ajar
√
D Kegiatan belajar mengajar
1 Metode yang dipakai sesuai dengan RPP √
2 Penyajian bahan ajar sesuai dengan indikator dan
tujuan yang telah ditetapkan
√
3 Merespon pertanyaan siswa √
4 Ketepatan penggunaan alokasi waktu √
E Kemampuan menggunakan media pembelajaran
1 Pemahaman terhadap media yang telah disiapkan √
2 Menggunakan media secara efektif dan efisien √
3 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media √
F Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran
1 Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya √
2 Melakukan evaluasi pembelajaran sesuai dengan
RPP
√
3 Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran √
JUMLAH 0 5 15
Total Skor 55
Kategori Baik
Keterangan:
K = 1 (Kurang)
C = 2 (Cukup)
B = 3 (Baik)
Rentang Kategori:
Sangat Kurang :Jika total perolehan skor 1 - 15
Kurang :Jika total perolehan skor 16 - 30
Cukup :Jika total perolehan skor 31 - 45
Baik :Jika total perolehan skor 46 - 60
86
c. Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan terhadap Siswa pada Siklus II
No Nama Siswa Aspek yang diamati*
Pengetahu
-an Keaktifan Perhatian
K C B K C B K C B 1 Ahmad Nurkholis √ √ √ 2 Ainun Tri Kusuma √ √ √ 3 Alif Niswatul H √ √ √ 4 Alivia Eka Pratiwi √ √ √ 5 Arga Saputra √ √ √ 6 Arscal Agustira H √ √ √ 7 Chandra Kurnia Devy √ √ √ 8 Diaz Izza R √ √ √ 9 Dirga Arya Pratama √ √ √ 10 Fadhilah Meila Viany √ √ √ 11 Farhana Muhibudin √ √ √ 12 Hafidz Nur Rohman √ √ √ 13 Ibda Shadiq H √ √ √ 14 Ibnu Mas’ud √ √ √ 15 Ida Hariyanti √ √ √ 16 Kanaya F √ √ √ 17 Latifah Tri Utami √ √ √ 18 M. Alfa Romadhani √ √ √ 19 M. Rizky Akbar M. √ √ √ 20 M. Rizky Nur F √ √ √ 21 Naura Rahyana S. √ √ √ 22 Radit Febriansa √ √ √ 23 Rifki Priambudi √ √ √ 24 Risky Alfiansyah √ √ √ 25 Safriko √ √ √ 26 Salman Efendi √ √ √ 27 Siska Andriyani √ √ √ 28 Surya Johan P √ √ √ 29 Syfana Amelia S. √ √ √ 30 Wahid Putra Dirta √ √ √ 31 Yunita Sari Devi √ √ √
Jumlah 3 4 24 1 11 19 3 6 22
Skor Total 83 80 81
Persentase 89,24% 86,02% 87,09%
Kategori Baik Baik Baik
87
Keterangan:
K = 1 (Kurang)
C = 2 (Cukup)
B = 3 (Baik)
Rentang Kategori:
Sangat Kurang :Jika Persentase Mencapai 0%-25%
Kurang :Jika Persentase Mencapai 26%-50%
Cukup :Jika Persentase Mencapai 51%-75%
Baik :Jika Persentase Mencapai 76%-100%
Pada siklus II ini kegiatan belajar siswa dalam pembelajaran
mengalami peningkatan yang cukup baik dibandingkan siklus
sebelumnya, hal ini nampak pada jumlah perolehan skot total yang
meningkat dari pada siklus sebelumya. banyaknya siswa yang telah
mencapai kriteria baik semakin banyak. Hal ini menandakan bahwa
pembelajaran sudah berjalan baik atau sesuai rencana peneliti.
B. Pembahasan
1. Prasiklus
Pada tahap ini peneliti memperoleh data nilai rata-rata ulangan
harian siswa mata pelajaran IPA yang masih sangat rendah. Hal ini
terbukti pada Persentase siswa yang sudah tuntas atau mencapai KKM
masih tergolong rendah yaitu 32,26% dan bahkan belum mencapai
separuh dari seluruh jumlah siswa di kelas. Hal ini dapat dilihat pada
tabel dan diagram ketuntasan sebagai berikut.
88
Tabel 4.8 Ketuntasan Nilai siswa pada tahap prasiklus
No Ketuntasan Jumlah
siswa
Persentase
Angka Ketuntasan
1 <65 Tidak Tuntas 21 67,74%
2 ≥65 Tuntas 10 32,26%
Jumlah 31 100%
Atau dalam diagram dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Prasiklus
2. Siklus I
a. Hasil Nilai Tes
Hasil belajar pada siklus I belum maksimal baik hasil tes
maupun pengamatan siswa. Pada hasil tes diketahui siswa yang
tuntas sebnyak 21 Orang atau 67,74% dan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 10 orang atau 32,26%. Walaupun tingkat ketuntasan
mengalami kenaikan dibandingkan dengan nilai prasiklus, namun
ketuntasan klasikal belum mencapai 85% seperti yang diharapkan
peneliti. Hasil ketuntasan siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Diagram Ketuntasan Pra Siklus
TUNTAS 32,26%
TIDAK TUNTAS 67,7 4%
89
. Tabel 4.9 Ketuntasan Nilai siswa pada tahap siklus I
No Ketuntasan Jumlah
siswa
Persentase
Angka Ketuntasan
1 <65 Tidak Tuntas 10 32,26%
2 ≥65 Tuntas 21 67,74%
Jumlah 31 100%
Tabel diatas dapat pula dilihat dengan diagram sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Siklus I
b. Hasil Pengamatan Siswa
Selain nilai tes, didapat pula data mengenai pengamatan
terhadap siswa. Hasil pengamatan pada aspek pengetahuan
memperoleh skor total sebanyak 70 dengan persentase 75,26% dan
masuk dalam kategori cukup. Pada aspek keaktifan memperoleh
skor total sebanyak 65 dengan persentase 69,89% dan masuk
dalam kategori cukup. pada aspek perhatian memperoleh skor total
sebanyak 67 dengan persentase 72,04% dan masuk dalam kategori
Diagram Ketuntasan Siklus I
TUNTAS 67,74%
TIDAK TUNTAS 32,26 %
90
cukup dengan kategori cukup. Secara umum pada ketiga aspek
tersebut masih dalam kategori cukup.
Gambar 4.3 Diagram Pengamatan Siswa pada Tahap Siklus I
3. Siklus II
a. Hasil Nilai Tes
Pada siklus II ini, siswa lebih terlihat antusias dan lebih teratur
dalam memperhatikan pelajaran sehingga kondisi kelas menjadi
terkendali. Hasil pembelajaran pun mengalami peningktan yang
sangat bagus. Rata rata kelas meningkat dari 66,38 menjadi 80,41.
Ketuntasan hasil belajar siklus II dapat dilihat melalui tabel
berikut.
Tabel 4.10 Ketuntasan Nilai siswa pada tahap siklus II
No Ketuntasan Jumlah
siswa
Persentase
Angka Ketuntasan
1 <65 Tidak Tuntas 3 9.68%
2 ≥65 Tuntas 28 90,32%
Jumlah 31 100%
62
64
66
68
70
PengetahuanKeaktifanPerhatian
Skor Total Hasil Pengamatan Siswa Pada Siklus I
91
Tabel diatas dapat pula dilihat dengan diagram sebagai berikut:
Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Siswa pada Tahap Siklus II
b. Hasil Pengamatan Siswa
Hasil pengamatan terhadap siswa juga mengalami peningkatan
yang sangat memuaskan. Hampir semua siswa memperoleh kriteria
baik, sehingga skor total dan persentase juga masuk dalam kategori
baik. pada aspek pengetahuan memperoleh skor total sebanyak 83
dengan persentase 89,24% dan masuk dalam kategori baik. Pada
aspek keaktifan memperoleh skor total sebanyak 80 dengan
persentase 86,02% dan masuk dalam kategori baik. pada aspek
perhatian memperoleh skor total sebanyak 81 dengan persentase
87,09% dan masuk dalam kategori baik. Ketiga aspek tersebut
sama-sama mengalami peningkatan yang cukup bagus, semula
pada siklus I ketiga aspek tersebut masih dalam kategori cukup
namun pada siklus II ini semuanya meningkat menjadi baik. Hasil
Diagram Ketuntasan Siklus I
TUNTAS 90,32%
TIDAK TUNTAS 9,68 %
92
Pengamatan siswa pada siklus II dapat dilihat pada diagram
dibawah ini.
Gambar 4.5 Diagram Pengamatan Siswa pada Tahap Siklus II
4. Rekapitulasi Pra Silkus, Siklus I, dan Siklus II
Melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan didapat
rekapitulasi atau sebaran nilai hasil tes maupun hasil pengamatan pada
siswa. Data sebaran nilai rekapitulasi tersebut dapat dilihat melalui
tabel di bawah ini.
Tabel 4.11 Rekapitulasi peningkatan hasil belajar persiklus
No. Siklus Nilai Peningkatan Nilai
1. Prasiklus 53
2. Siklus I 66,38 13,38
3. Siklus II 80,41 14,03
Hasil rata rata nilai siswa mengalami peningkatan yang sangat
bagus, terbukti bahwa terdapat kenaikan pada setiap siklusnya.
Persebaran nilai siswa dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus II
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
78
79
80
81
82
83
PengetahuanKeaktifanPerhatian
Skor Total Hasil Pengamatan Siswa Pada Siklus II
93
Tabel 4.12 Sebaran Nilai Siswa Persiklus
No Nama KKM Prasiklus Siklus
I
Siklus
II
1 Ahmad Nurkholis 65 35 53 53
2 Ainun Tri Kusuma 65 55 67 73
3 Alif Niswatul H 65 60 73 100
4 Alivia Eka Pratiwi 65 65 73 80
5 Arga Saputra 65 45 53 73
6 Arscal Agustira H 65 50 67 73
7 Chandra Kurnia Devy 65 35 47 73
8 Diaz Izza R 65 60 73 80
9 Dirga Arya Pratama 65 70 73 73
10 Fadhilah Meila Viany 65 65 80 80
11 Farhana Muhibudin 65 70 73 100
12 Hafidz Nur Rohman 65 60 67 87
13 Ibda Shadiq H 65 75 87 100
14 Ibnu Mas’ud 65 60 73 93
15 Ida Hariyanti 65 70 80 93
16 Kanaya F 65 65 67 87
17 Latifah Tri Utami 65 60 67 80
18 M. Alfa Romadhani 65 50 73 87
19 M. Rizky Akbar M. 65 45 60 87
20 M. Rizky Nur F 65 45 73 73
21 Naura Rahyana S. 65 65 80 87
22 Radit Febriansa 65 65 67 80
23 Rifki Priambudi 65 40 53 67
24 Risky Alfiansyah 65 70 73 87
25 Safriko 65 40 60 87
26 Salman Efendi 65 35 53 60
27 Siska Andriyani 65 50 73 87
28 Surya Johan P 65 35 47 67
29 Syfana Amelia S. 65 45 73 100
30 Wahid Putra Dirta 65 30 47 53
31 Yunita Sari Devi 65 40 53 73
Jumlah 1655 2058 2493
Nilai Rata-rata 53 66,38 80,41
94
Rekapitulasi ketuntasan siswa dari tahap pra siklus, siklus I dan
siklus II dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.13 Rakapitulasi Ketuntasan Siswa Persiklus
Siklus Kategori Jumlah Persentase
Pra Siklus Tuntas 10 32,26%
Tidak Tuntas 21 67,74%
Siklus I Tuntas 21 67,74%
Tidak Tuntas 10 32,26%
Siklus II Tuntas 28 90,32%
Tidak Tuntas 3 9,68%
Gambar 4.6 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa hasil belajar IPA materi perubahan
kenampakan bumi dan benda langit mengalami peningkatan dengan
menggunakan media maket. Pada pra siklus jumlah siswa yang tuntas
adalah 10 siswa, lalu pada siklus I setelah penggunaan media maket
siswa yang tuntas adalah 21 siswa dan pada siklus II siswa yang tuntas
meningkat kembali menjadi 28 siswa.
Tabel 4.14 Rakapitulasi Peningkatan Persentase Ketuntasan Siswa
No. Siklus Persentase
Ketuntasan
Peningkatan
Persentase Ketuntasan
1. Prasiklus 32,26%
2. Siklus I 67,74% 35,48%
3. Siklus II 90,32% 22,58%
0
5
10
15
20
25
30
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah…
95
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
kelas IV MI Tarbiyatul Ulum Jembrak Pabelan Kabupaten Semarang
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I hasil
belajar mengalami peningkatan sebesar 35,48% dari Persentase
ketuntasan sebelumnya pada tahap prasiklus sebesar 32,26% menjadi
67,74% pada siklus I. Dan pada siklus II mengalami peningktan lagi
sebesar 22,58% dari Persentase ketuntasan sebelumnya pada siklus I
sebesar 67,74% menjadi 90,32% pada siklus II.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di MI
Tarbiyatul Ulum Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dapat
disimpulkan bahwa penggunaan media maket dapat meningkatkan hasil
belajar IPA materi perubahan kenampakan bumi dan benda langit.
Hal tersebut terbukti pada pra siklus dengan nilai KKM yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 65, dari 31 siswa diketahui hanya 10
(32,26%) siswa yang tuntas dan 21 (67,74%) belum tuntas dengan nilai rata-
rata 53. Kemudian pada siklus I meningkat menjadi 21 (67,74%) siswa yang
tuntas dan 10 siswa (32,26%) yang belum tuntas, dengan nilai rata-rata 66,38.
Pada siklus II mengalami peningkatan kembali yaitu sebanyak 28 (90,32%)
siswa tuntas dan 3 siswa (9,68%) yang belum tuntas dengan nilai rata-rata
80,41.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan siswa pada siklus II telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Klasikal yang telah ditentukan yaitu sebesar
85% untuk standar minimal kelas. Dengan demikian, Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan menggunakan media maket pada materi perubahan
kenampakan bumi dan benda langit pada siswa kelas IV MI Tarbiyatul Ulum
Jembrak Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018
dinyatakan berhasil.
97
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang perlu diperhatikan
sebagai berikut:
1. Guru
a. Hendaknya guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
pembelajaran. Agar siswa tidak mudah bosan pada saat pembelajaran
berlangsung.
b. Guru juga hendaknya memanfaatkan penggunaan media pembelajaran
agar siswa dapat menerima materi dengan lebih mudah.
c. Untuk menindaklanjuti siswa yang belum mencapai KKM sampai
dengan siklus II selesai, sebaiknya guru memberikan pendampingan
pelajaran terhadap siswa tersebut. Atau menyarankan siswa tersebut
mengikuti bimbingan belajar dirumah.
2. Siswa
Siswa diharapkan untuk memperhatikan proses pembelajaran dan
lebih aktif secara terarah pada materi pelajaran. Untuk mendapatkan hasil
belajar yang optimal.
3. Sekolah
Pihak sekolah sebaiknya mengadakan pembinaan terhadap guru
untuk melatih guru supaya lebih kreatif dan inovatif. Agar guru bisa terus
ber inovasi dalam pembelajaran. Sekolah juga harus memfasilitasi guru
dalam pembuatan serta penggunaan media pembelajaran untuk
memperjelas materi yang disampaiakan.
98
DAFTAR PUSTAKA
AH Sanaky, Hujair. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta:
Kaukaba Dipantara.
Al Qur’an dan Terjemahannya. 2017. Kementrian Agama Republik Indonesia.
Jakarta. Unit Percetakan Al-Qur,an (UPQ) Bogor.
Anurrahman. 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi, Suharjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasarEvaluasi Pendidikan. Jakarta:
BumiAksara.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2008. Teori Belajar& Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Devi, Poppy K dan Sri Anggraeni. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan
MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Haryanto. 2004. Sainsuntuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga.
Hasnida, 2015. Media Pembelajaran Kreatiif. Jakarta: PT Luxima Metro Media.
Kastolani, 2014. Model Pembelajaran Inovatif. Salatiga: STAIN Salatiga Press
Kresatama, Yoga. 2013. Penggunaan media Diorama untuk meningkatkan hasil
belajar IPS materi arah dan letak rumah pada siswa 1A SD
Muhammadiyah 9 Malang. Skripsi. Malang: Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Malang.
99
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Perdana Media Group.
Susilo. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press
Rusdi, Riswandari. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model
Take and Give Berbantuan Media Maket pada Siswa Kelas VD SD Islam
Hidayatullah Semarang. Skripsi. Semarang: Jurusan Pendidikan Sekolah
Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNNES.
Sholihah, Mar’atus. 2013. Penggunaan Media Maket untuk Meningkatkan
Kertampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa
Kelas IV SDN Kauman 2 Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Skripsi.
Malang: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
Suciati. 2016. Pengembangan Media Maket Alam Kincapelik (Kincir Air
Pembangkit Listrik) dalam Pembelajaran Tematik untuk Kelas IV SD.
Skripsi. Malang: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhamadiyah Malang.
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Grroup.
Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmawati. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk
SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Wisudawati, Asih dan Eka Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA.
Jakarta: Paragonatama Jaya.
Wulandari, Fitria. 2012. Pemanfaatan Media Maket Energi Alternatif Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep IPA Pada Siswa Kelas IV B SDN
Talun 02 Blitar. Skripsi. Malang: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
101
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) SIKLUS 1
Sekolah :MI Tarbiyatul Ulum
Mata Pelajaran :IPA
Kelas / Semester :IV / 2
Materi :Perubahan Kenampakan Bumi
Alokasi Waktu :(2 x 35 menit)
Hari, tanggal :Senin, 02 April 2018
A. Standar Kompetensi
9. Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit
B. Kompetensi Dasar
9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi
C. Indikator
1. Menjelaskan peristiwa perubahan kenampakan bumi
2. Menyebutkan contoh-contoh peristiwa perubahan kenampakan bumi
3. Menyebutkan penyebab terjadinya perubahan kenampakan bumi
4. Menjelaskan dampak akibat terjadinya perubahan kenampakan bumi
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat:
1. Menjelaskan peristiwa perubahan kenampakan bumi
2. Menyebutkan contoh-contoh peristiwa perubahan kenampakan bumi
3. Menyebutkan penyebab terjadinya perubahan kenampakan bumi
4. Menjelaskan dampak akibat terjadinya perubahan kenampakan bumi
E. Materi
1. Perubahan Kenampakan Bumi
Perputaran bumi mengelilingi matahari dapat menyebabkan perubahan
siang dan malam di bumi.Bagian bumi yang menghadap ke matahari
mengalami terang sehingga bagian bumi yang membelakangi matahari
mengalami gelap yang disebut malam hari.Perputaran bumi pada porosnya
disebut rotasi bumi.Sedangkan perputaran bumi mengelilingi Matahari
102
disebut Revolusi bumi. Bulan ternyata juga mempunyai pengaruh yang lain
bagi penampakan bumi. Bulan dapat mempengaruhi terjadinya pasang naik
dan pasang surut air laut.
a. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Pasang Surut Air Laut
Bentuk daratan dan lautan dapat mengalami perubahan.Pertemuan
antara daratan dan lautan disebut garis pantai.Garis ini berubah-ubah
berdasarkan tinggi rendahnya permukaan air laut.Pengaruh pasang surut
air laut terhadap pantai adalah yaitu ketika terjadi pasang, bagian pantai
yang terendam oleh air menjadi semakin luas.Batas daratan dan laut
dapat mengalami abrasii (pengikisan pantai oleh air laut yang terjadi saat
air laut pasang).Akibatnya, luas daratan di pantai semakin berkurang dan
menimbulkan cekungan atau pantai curam.Dalam sehari pasang surut
terjadi dua kali.
Naik turunnya air laut disebabkan karena gaya gravitasi bulan dan
matahari. Namun pengaruh gaya gravitasi gaya gravitasi matahari tidak
terlalu besar, karena jaraknya lebih jauh daripada jarak bulan dengan
bumi. Bagian bumi yang menghadap ke bulan akan tertarik oleh gaya
gravitasi bulan, sehingga air laut akan pasang. Ketika bumi berputar,
bagian bumi yang menghadap ke bulan akan berputar dan menjauhi
bulan. Hal ini mengakibatkan gaya gravitasi bulan berkurang sehingga
air menjadi surut atau terjadinya pasang surut.
Gambar 2.1 Pasang naik dan pasang surut air laut
(Sumber www.thecoltslockroom.com(Online))
Peristiwa pasang dan surut dapat dimanfaatkan oleh manusia.Contoh
keuntungan adanya peristiwa pasang surut adalah sebagai sarana berlabuh
dan berlayar kapal pada dermaga yang agak dangkal.Untuk bahan
103
membuat garam.Saat terjadi pasang, air laut mengisi petakpetak tempat
pembuatan garam.Setelah surut, air laut yang mengandung garam
tertinggal dalam petak-petak tersebut.
Untuk lahan persawahan pasang surut.Di persawahan tersebut digali
saluran untuk menampung air laut sewaktu terjadi pasang.Hal ini
bertujuan agar air laut tidak menggenangi persawahan.Negara kita telah
memanfaatkan persawahan pasang surut.Tahukah kamu, di manakah
tempat tersebut berada?Untuk pembangkit listrik tenaga pasang
surut.Beda ketinggian antara pasang dan surut menghasilkan energi
potensial yang dapat diubah menjadi energi untuk menggerakkan
generator. (Budi & Setya, 2008: 114)
b. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Erosi
Erosi adalah perubahan kenampakan bumi yang terjadi karena
pengikisan tanah.Erosi terjadi disebabkan karena banyaknya hutan yang
gundul akibat penebangan liar. Hujan yang cukup besar di daerah yang
tanahnya gundul akan mengakibatkan terjadinya longsor. Erosi atau
pengikisan tanah menyebabkan tanah yang mengandung humus akan
kehilangan lapisan humusnya karena terbawa oleh air dan tanah longsor.
Hal ini tentu sangat merugikan makhluk hidup.Tanah yang pada
awalnya subur akibat erosi menjadi hilang kesuburannya, sehingga
tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan mati. Apabila
tumbuhan mati, maka makhluk hidup yang memanfaatkan tumbuhan
sebagai bahan makanannyapun akan terancam kelangsungan hidupnya.
Untuk menanggulangi erosi tanah dapat dilakukan banyak hal,
seperti melakukan penghijaukan kembali lahan-lahan kritis.Lahan-lahan
yang kritis atau lahan yang gundul ditanami dengan lanam-tanaman
keras, seperti pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti
dan lain-lain.
Untuk daerah-daerah yang miring, pengolahan lahan dilakukan
dengan sistem sengkedan atau terassering.Pada setiap pematang yang ada
di sawah sengkedan usahakan ditanami tanam-tanaman keras seperti
pohon kelapa, turi, munggur dan lain-lain.Jenis tanaman keras seperti
pohon kelapa disamping dapat dimanfaatkan kayu, buah dan daunnya;
104
akar-akarnya juga berfungsi untuk menahan pematang dari bahaya
longsor.
Gambar 2.2 Erosi Tanah
(Sumber dooonn.blogspot.co.id(Online))
Air laut juga dapat menyebabkan terjadinya erosi.Erosi yang
disebabkan oleh air laut disebut abrasi.Abrasibiasanya terjadi di pantai
dan menyebabkan pantai semakin lebar.
Untuk menghindari terjadinya abrasi pada bibir pantai, maka pada
bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau
(mangrove).Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan
bibir pantai merupakan pohon api-api.Hutan bakau atau api-api yang ada
di daerah pantai disamping dapat mencegah terjadinya erosi pada bibir
pantai juga bermanfaat bagi kehidupan beraneka satwa. Contohnya akar
pohon bakau atau api-api yang malang melintang di bawah permukaan air
sangat bermanfaat bagi perkembangbiakan berbagai jenis ikan.
Sedangkan dedaunan yang tumbuh rimbun pada bagian batang dan
ranting-rantingnya sangat cocok untuk perkembangbiakan berbagai jenis
burung, monyet, ular pohon dan lain-lain.
Pada daerah – daerah pantai yang tebingnya curam, maka di depan
bibir pantai dapat dibuat bangunan-bangunan pemecah ombak. Dengan
adanya bangunan pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju
pantai dipecah terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan demikian
kekuatan ombak yang akan menerpa dinding pantai menjadi lemah.
Dengan demikian bibir pantai dapat dilindungi dari bahaya erosi akibat
hantaman gelombang pasang air laut.
105
Gambar 2.3 Abrasi Laut
(Sumber dooonn.blogspot.co.id(Online))
c. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Badai
Badai dapat disebabkan oleh angin kencang.Badai yang menerjang
pohon dapat mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan korban
jiwa.Badai dapat merusak daratan, sumbar daya alam, dan terganggunya
kehidupan.
Badai dapat mengikis daratan dan menghancurkan apa saja yang ada
di permukaan tanah. Pohon yang besarpun bisa tumbang karena badai.
Bangunan rumah hancur, genting-genting rumah beterbangan dan lahan
pertanian akan rusak.
Gambar 2.4 Badai
(Sumber www.sketsanews.com(Online))
Badai dapat mengikis daratan dan menghancurkan apa saja yang ada
di permukaan tanah. Pohon yang besarpun bisa tumbang karena badai.
Bangunan rumah hancur, genting-genting rumah beterbangan dan lahan
pertanian akanrusak. Berikut ini merupakan beberapa sebab terjadinya
badai.
1) Tingginya suhu permukaan air laut
106
Penyebab terjadinya badai yang paling umum adalah tingginya
suhu pada permukaan air laut. Permukaan laut yang memiliki suhu
yang tinggi akan kontras dengan suhu yang ada di bawah permukaan
laut atau suhu di dalam air. Hal inilah yang akan memicu terjadinya
badai. Seperti pada kasus penyebab terjadinya angin topan.
2) Perubahan yang terjadi di atmosfer bumi
Sebenarnya peristiwa terjadinya perubahan di at mosfer bumi ini
merupakan lanjutan dari tingginya suhu permukaan air laut.Suhu
permukaan air laut yang tinggi ini dapat mengakibatkan perubahan
yang terjadi di lapisan atmosfer bumi.Lalu, perubahan di atmosfer
bumi ini menghasilkan energi yang diantaranya adalah kemunculan
petir dan juga badai.ketika terjadi gejala badai ditandai dengan
munculnya angin besar yang mempunyai kekuatan sangat kencang,
yakni mencapa 250 km/ jam.
d. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Kebakaran
Kebakaran hutan dapat mempengaruhi bentuk daratan.kemarau
yang cukup panjang mengakibatkan rantingranting dan daun kering
mudah sekali terbakar. Kebakaran hutan juga mengakibatkan
terganggunya berbagai jenis hewan yang tinggal di dalan
hutan.Daratan yang semula hijau menjadi daerah yang hitam kelam
karena bekas-bekas kebakaran. Kebakaran hutan dapat menyebabkan
hutan menjadi gersang, rumput sebagai makanan hewan musnah,
pohon-pohon tempat berlindung hewan juga mati, dan udara menjadi
tidak sejuk karena asap.
Hutan menyediakan banyak kebutuhan manusia.Misalnya,
sebagai sumber air, sumber bahan bangunan, dan sumber pangan.
Kebakaran adalah salah satu bencana yang terjadi karena adanya
kobaran api di suatu tempat. Bencana ini dapat berakibat musnahnya
harta benda dan lingkungan sekitarnya.
Pada musim kemarau panjang, banyak pohon yang
meranggas.Ranting dan daunnya yang kering banyak yang
berguguran di tanah.Jika hal ini terjadi di suatu hutan, maka panas
matahari yang terik dapat menyebabkan kebakaran.Kebakaran hutan
juga dapat disebabkan oleh manusia.Misalnya, ada orang yang
107
membuang puntung rokok atau meninggalkan perapian yang masih
menyala di hutan. Itulah sebabnya kamu dilarang meninggalkan api
unggun dalam keadaan menyala saat berkemah di hutan.
Pembakaran hutan untuk lahan pertanian juga merupakan
kebakaran yang disebabkan manusia.Jenis kebakaran ini banyak
terjadi di Indonesia.Kebakaran hutan dapat memengaruhi bentuk
daratan. Daratan yang pada mulanya menghijau karena ditumbuhi
pepohonan akan menjadi hitam kelam karena bekas-bekas kebakaran.
(Budi & Setya, 2008: 114)
Gambar 2.5 Kebakaran Hutan dan Dmpaknya
(Sumber agroteknologi.web.id(Online))
F. Sumber Belajar
Haryanto. 2004. Sains untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga.
Devi, Poppy K dan Sri Anggraeni. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan
MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmawati. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk
SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
LKS IPA Permata untuk Kelas IV Semester II
G. Media Pembelajaran
Maket perubahan kenampakan alam
Meliputi:
a. Maket pantai yang menggambarkan pasang surut air laut.
b. Maket kenampakan bukit yang mengalami erosi (pengikisan tanah).
c. Maket kerusakan alam setelah terjadi angin besar (badai).
d. Maket kebakaran hutan.
H. Metode
Demonstrasi
Ceramah
Tanya jawab
108
I. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Pembukaan
a. Berdoa
b. Memeriksa kerapian siswa
c. Memeriksa kesiapan ruang, media, dan lainnya
d. Menyampaikan Kompetensi Dasar
e. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
f. Apersepsi
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru:
1) Memberikan penjelasan tentang perubahan kenampakan bumi akibat
pengaruh air, udara, dan kebakaran.
2) Bertanya jawab dengan siswa tentang beberapa contoh perubahan
kenampakan bumi akibat pengaruh air, udara, dan kebakaran.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi guru:
1) Guru menjalaskan perubahan kenampakan bumi disebabkan oleh
matahari yang mengakibatkan bumi terang pada siang hari dan gelap
pada malam hari.
2) Guru mempersilahkan siswa mengamati maket yang telah disiapkan
3) Dengan bantuan media maket guru menjalaskan perubahan
kenampakan bumi akibat terjadinya gravitasi bulan terjadinya pasang
naik dan pasang surut air laut.
4) Guru menjelaskan akibat dari pasang surut adalah terjadinya
peristiwa abrasi (Pengikisan pasir pantai)
5) Dengan bantuan media maket guru menjalaskan perubahan
kenampakan bumi yaitu terjadinya erosi tanah.
6) Guru mengajak siswa berpartisipasi dalam menuangkan air pada
maket tanah yang memperlihatkan pengikisan tanah (erosi)
7) Guru menjelaskan penyebab dari erosi.
109
8) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan perubahan
kenampakan bumi disebabkan oleh udara yang mengakibatkan
terjadinya angin besar (badai)
9) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan perubahan
kenampakan bumi disebabkan oleh kebakaran hutan dan pengarunya
terhadap lingkungan sekitar.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru:
111
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) SIKLUS II
Sekolah :MITarbiyatul Ulum
Mata Pelajaran :IPA
Kelas / Semester :IV / 2
Materi :Perubahan kenampakan benda langit
Alokasi Waktu :(2 x 35 menit)
Hari, tanggal :Jum’at, 6 April 2018
A. Standar Kompetensi
9. Memahami perubahan kenampakan bumi dan benda langit
B. Kompetensi Dasar
9.2 Mendiskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari
C. Indikator
1. Menjelaskan perubahan benda langit berkaitan dengan rotasi dan revolusi.
2. Menjelaskan proses terjadinya siang dan malam.
3. Menyebutkan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.
4. Menyebutkan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.
5. Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakannya dari hari ke hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran, siswa dapat:
1. Menjelaskan perubahan benda langit berkaitan dengan rotasi dan revolusi.
2. Menyebutkan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.
3. Menyebutkan benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri.
4. Menjelaskan proses terjadinya siang dan malam.
5. Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakannya dari hari ke hari.
E. Materi
1. Perubahan Kenampakan Benda Langit
a. Kenampakan Matahari
Matahari merupakan sebuah bintang.Bintang adalah benda langit
yang dapat memancarkan cahaya sendiri.Cahaya matahari berasal dari
112
seluruh permukaan matahari yang berpijar.Matahari tersusun dari gas
yang amat panas.Karena amat panasnya, gas itu tampak berpijar dan
mengeluarkan cahaya terang benderang.Cahaya itulah yang menerangi
bumi pada siang hari. Matahari tampak paling terang karena letak
matahari paling dekat ke bumi dibanding bintang lain. Ukuran matahari
jauh lebih besar daripada bumi.Akan tetapi, letak matahari sangat jauh
sehingga tampak kecil dilihat dari bumi. (Haryanto, 2012: 184).
Negara kita termasuk negara tropis.Artinya, matahari terbit setiap
hari.Matahari terbit dari arah timur dan terbenam di arah barat. Di
Indonesia bagian timur, matahari akan terbit lebih dulu daripada di
Indonesia bagian tengah dan Indonesia bagian barat. Demikian pula saat
matahari terbenam. (Budi & Setya, 2008: 116)
Gambar 2.6 Kenampakan Matahari
(Sumber merdeka.com (Online))
b. Kenampakan Bulan
Perhatikan langit yang cerah pada malam hari.Ada benda langit
yang tampak terang, namun tidak seterang matahari.Benda tersebut
adalah bulan.Sesungguhnya bulan berbentuk bulat.Jarak bulan ke bumi
lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.Cahaya bulan tidak dapat
menerangi bumi seperti cahaya matahari ke bumi pada siang hari, karena
sesungguhnya bulan tidak dapat memancarkan cahaya sendiri.Bulan
hanya memantulkan cahaya matahari.Oleh karena itu, bulan bukan
merupakan bintang.Bentuk bulan berubah-ubah selama 29 ½ hari.Seperti
matahari, bulan juga tampak muncul dari bagian timur dan tenggelam di
bagian barat.Cahaya yang di pantulkan bulan dari matahari membuat
bulan tampak jelas pada malam hari. (Haryanto, 2012: 184).
113
Gambar 2.7 Fase-fase Bulan
(Sumber www.pakmono.com(Online))
Berikut ini adalah penjelasan dari gambar di atas:
(6) Pada kedudukan 1, bulan terletak di antara matahari dan bumi.
Akibatnya, permukaan bulan yang mendapat sinar matahari
membelakangi bumi. Sehingga kita tidak dapat melihat Bulan.
Kedudukan ini disebut bulan baru atau bulan muda.
(7) Pada kedudukan 2, separuh bagian bulan yang menghadap bumi
kira-kira hanya seperempatnya yang terkena sinar matahari.
Akibatnya, kita melihat bulan sabit.
(8) Pada kedudukan 3, bulan bergeser hinggakedudukannya terhadap
matahari dan bumimembentuk sudut 90°. Dari separuh bagian bulan
yang menghadap Bumi, hanya seperempat bagian bulan yang
terkena sinar matahari. Sehingga bentuk bulan yang terlihat adalah
setengah lingkaran. Kedudukan ini disebut bulan separuh.
114
(9) Pada kedudukan 4, dari separuh bagian bulan yang menghadap bumi
kira-kira tiga perempatnya terkena sinar matahari. Akibatnya, kita
melihat bulan cembung.
(10) Pada kedudukan 5, separuh permukaan bulan memantulkan cahaya
matahari ke bumi. Akibatnya, kita melihat bulan purnama yang
terjadi pada hari ke-14 atau ke-15 setiap bulan dari tahun komariah.
Bulan sebenarnya tidak mengalami perubahan bentuk.Bentuk
bulan tetap bulat.Bulan tampak berubah bentuk karena bulan
mengelilingi bumi.Akibatnya, bagian bulan yang memperoleh cahaya
matahari menjadi berubah-ubah pula.Karena kamu hanya dapat melihat
bagian bulan yang terkena cahaya matahari, maka bentuk bulan terlihat
selalu berubah-ubah. (Budi & Setya, 2008: 117)
c. Kenampakan Bintang
Saat langit cerah pada malam hari, benda langit yang paling
banyak terlihat adalah bintang.Bintang hanya terlihat saat malam hari,
karena letak bintang amat sangat jauh.Pada siang hari, cahaya bintang itu
kalah kuat di banding cahaya bintang yang paling dekat degan bumi,
yaitu matahari.Bintang tampak amat kecil karena letaknya yang sangat
jauh.Sesungguhnya bintang ada yang sebesar atau lebih besar daripada
matahari.Ukuran bintang bervariasi, dari yang sangat kecil hingga yang
sangat besar.Bintang tersusun dari gas yang amat panas.Bintang juga
melepaskan cahaya panas seperti matahari.Bintang yang paling panas
tampak berwarna biru.Bintang bersuhu paling rendah tampak berwarna
merah (Haryanto, 2012: 185).
Gambar 2.8Kenampakan Bintang (Sumber www.nasa.gov(Online))
115
F. Sumber Belajar
Haryanto. 2004. Sains untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga.
Devi, Poppy K dan Sri Anggraeni. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan
MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmawati. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk
SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
LKS IPA Permata untuk Kelas IV Semester II
G. Media Pembelajaran
Maket kenampakan matahari, bumi dan bulan
H. Metode
1. Demonstrasi
2. Ceramah
3. Tanya jawab
I. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (10 menit)
Pembukaan
a. Berdoa
b. Memeriksa kerapian siswa
c. Memeriksa kesiapan ruang, media, dan lainnya
d. Menyampaikan Kompetensi Dasar
e. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
f. Apersepsi
2. Kegiatan Inti (50 menit)
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi guru:
1) Bertanya jawab dengan siswa tentang kenampakan benda langit,
seperti matahari terlihat di siang hari, sedangkan bulan dan bintang
terlighat pada malam hari.
2) Memberikan penjelasan bahwa semua benda langit dan bumi
mengalami pergerakan.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi guru:
1) Guru menjalaskan perubahan kenampakan benda langit dan
memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa semua benda langit
dan bumi mengalami pergerakan (rotasi dan revolusi).
116
2) Guru menjelaskan benda langit yang dapat memancarkan cahaya
sendiri.
3) Guru menjelaskan benda langit yang tidak dapat memancarkan
cahaya sendiri.
4) Mempersilahkan siswa mengamati maket yang telah disiapkan.
5) Dengan bantuan media maket Guru menjalaskan proses terjadinya
siang dan malam.
6) Dengan bantuan media maket Guru menjelaskan perubahan bentuk
bulan selama 1 bulan (29 ½ hari)
7) Guru menjelaskan bahwa terdapat benda langit yang lainya yaitu
bintang.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi guru:
1) Guru bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Evaluasi
b. Kesimpulan
c. Berdoa
118
Lampiran 3. Dokumentasi Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus I
1. Guru sedang menjelaskan peristiwa pasang surut air laut menggunakan media maket.
2. Siswa sedang mendemonstrasikan peristiwa erosi tanah menggunakan media maket.
119
3. Siswa secara bergantian mendemonstrasikan kembali terjadinya proses perubahan
kenampakan bumi.
120
Lampiran 4. Foto Pelaksanaan Penelitian Siklus II
1. Guru sedang mendemonstrasikan proses terjadinya siang dan malam dengan
menggunakan media maket.
2. Siswa sedang mendemonstrasikan proses dari perubahan fase-fase bulan dengan
media maket.
122
Lampiran 5. Soal Evaluasi Siklus I
Soal Evaluasi Siklus I
Nama :
Nomer Absen :
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling tepat!
1. Keadaan permukaan air laut yang naik sehingga air laut tampak bertambah
banyak disebut....
a. Pasang surut
b. Pasang air
c. Pasang naik
d. Angin
2. Pasang surut disebabkan karena adanya...
a. Gravitasi bulan
b. Gravitasi bumi
c. Gravitasi matahari
d. Gravitasi planet
3. Pasang naik air laut dimanfaatkan oleh manusia untuk...
a. Pengairan sawah
b. Menanam padi
c. Merapatkan kapal ke dermaga
d. Menentukan cuaca
4. Pengikisan pasir pantai yang disebabkan karena adanya pasang surut disebut...
a. Erosi
b. Abrasi
c. Korosi
d. Banjir
5. Tanaman yang berfungsi untuk mencecah abrasi adalah...
a. Jati
b. Pinus
c. Kelapa
d. Bakau
6. Keadaan permukaan air laut yang turun sehingga air laut tampak surut atau
berkurang disebut....
a. Pasang surut
b. Pasang air
c. Pasang naik
d. Angin
7. Daratan dapat berubah karena angin yang cukup kencang dan dapat
menghancurkan bangunan disebut...
a. Banjir
123
b. Tanah longsor
c. Radiasi
d. Badai
8. Saat sedang terjadi badai sebaiknya kita...
a. Keluar rumah
b. Berlindung di samping pohon
c. Mencari tempat berlindung
d. Berlarian di lapangan
9. Penebangan hutan secara liar dan tidak bertanggung jawab dapat
mengakibatkan...
a. Gempa bumi
b. Angin topan
c. Tsunami
d. Erosi
10. Permukaan tanah yang tidak terlindung oleh tanaman dan pepohonan akan...
a. Sulit terkikis air
b. Mudah terkikis air
c. Mudah digenangi air
d. Sulit digenangi air
11. Cara terbaik untuk mencegah erosi tanah adalah...
a. Menanam pohon
b. Membuat tanggul
c. Membangun jembatan
d. Membuat sungai buatan
12. Akibat erosi, tanah menjadi tandus karena...
a. Humusnya terbawa air
b. Tanahnya panas
c. Airnya tergenang
d. Pohonnya mati
13. Daerah pegunungan yang memiliki sedikit pohon bisa mudah terjadi...
a. Tsunami
b. Gampa bumi
c. Tanah longsor
d. Abrasi
14. Selain karena ulah manusia, kebakaran hutan dapat terjadi karena...
a. Penebangan hutan
b. Kemarau berkepanjangan
c. Hutan gundul
d. Badai
15. Jika kebakaran hutan terjadi terus menerus asap dari kebakaran akan berpengaruh
langsung pada kesehatan manusia yaitu menyebabkan...
a. Batuk dan sesak nafas
b. Diare
c. Gatal-gatal
124
d. Penglihatan terganggu
Kunci Jawaban
1. C 6. A 11. A
2. A 7. D 12. A
3. C 8. C 13. C
4. B 9. D 14. B
5. D 10. B 15. A
125
Lampiran 6. Soal Evaluasi Siklus II
Soal Evaluasi Siklus II
Nama :
Nomer Absen :
4. Pada siang hati bumi tampak terang karena...
a. Bumi dekat dengan bulan
b. Bumi mendapat cahaya dari matahari
c. Bumi dekat dengan bintang
d. Bumi mendapat cahaya bulan
5. Proses bumi mengelilingi matahari disebut...
a. Rotasi bumi
b. Revolusi bumi
c. Rotasi bulan
d. Revolusi planet
6. Bumi berputar pada porosnya disebut juga dengan istilah...
a. Revolusi bumi
b. Abrasi
c. Rotasi bumi
d. Erosi
7. Matahari tampak terbit dari sebelah...
a. Timur
b. Barat
c. Utara
d. Selatan
8. Bulan tidak memancarkan cahaya sendiri, melainkan memantulkan cahaya dari....
a. Satelit
b. Planet
c. Matahari
d. Meteor
9. Bulan dan bintang dapat kita lihat pada waktu...
a. Siang
b. Malam
c. Pagi
126
d. Sore
10. Benda langit berikut yang bergerak mengitari bumi adalah...
a. Bulan
b. Bintang
c. Planet
d. Matahari
11. Bentuk bulan akan terlihat penuh pada fase...
a. Bulan sabit
b. Bulan bungkuk
c. Bulan purnama
d. Bulan separuh
12. Fase bulan seperti pada gambar dibawah ini adalah....
a. Bulam purnama
b. Bulan setengah
c. Bulan sabit
d. Bulan redup
13. Benda langit yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut....
a. Bulan
b. Satelit
c. Planet
d. Bintang
14. Bintang terlihat kecil dari penglihatan manusia karena karena....
a. Bintang lebih kecil daripada matahari
b. Bumi lebih jauh dari bintang
c. Bintang letahnya sangat jauh dari bumi
d. Bintang bentuknya kecil
15. Matahari dapat memancarkan cahaya sendiri, maka matahari bisa disebut juga
dengan...
a. Bumi
b. Bulan
c. Planet
d. Bintang
16. Bumi tidak dapat memancarkan cahaya sendiri, maka bumi bisa disebut juga
dengan....
127
a. Planet
b. Meteor
c. Bintang
d. Bulan
17. Saat malam hari bumi gelap karena....
a. Bumi menjauhi matahari
b. Bumi menjauhi bulan
c. Bumi tidak mendapatkan cahaya bulan
d. Bumi tidak mendapatkan cahaya matahari
18. Bintang tersusun dari...
a. Tanah
b. Gas
c. Air
d. Batuan
Kunci Jawaban
1. B 6. B11. C
2. B 7. A 12. D
3. C 8. C 13. A
4. A 9. C 14. D
5. C 10. D 15. B
145
Lampiran 17. Daftar Nilai Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Eva Eliftyana Dewi
NIM : 115-14- 163
Fakultas/Jurusan : FTIK/PGMI
Dosen PA : Peni Susapti, M.Si.
NO JENIS KEGIATAN PELAKSANAAN STATUS SKOR
1. OPAK STAIN SALATIGA 2014
denganTema: “aktualisasi gerakan
mahasiswa yang beretika, disiplin, dan
berfikir ”
18-19 Agustus 2014 Peserta 3
2. OPAK TARBIYAH 2014 dengan
tema: “Aktualisasi pendidikan karakter
sebagai pembentuk generasi yang
religius, educative, dan humanis”
20-21 Agustus 2014 Peserta 3
3. Orientasi Dasar Keislaman (ODK)
dengan tema “ Pemahaman islam
rahmatan lil alamin sebagai langkah
awal menjadi mahasiswa berkarakter”
21 Agustus 2014 Peserta 2
4. PENGAKRABAN MAHASISWA
BARU PGMI STAIN SALATIGA 27 Agustus 2014 Peserta 2
5. LIBRARY USER EDUCATION
(PendidikanPemustaka) UPT
PERPUSTAKAAN STAIN Salatiga
28 Agustus 2014 Peserta 2
6. Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP) XXIV
dengan tema “PLCPP Sebagai
Langkah Rekonstruktif Karakter
Pandega dalam Membangun Racana
yang Loyal dan Bermartabat”
26-29 September 2014 Peserta 3
7. SEMINAR NASIONAL dengan tema
“Berkontribusi Untuk Negri Melalui
Televisi (TV)”
05 November 2014 Peserta 8
8. SEMINAR NASIONAL
ENTREPRENEURSHIP 16 November 2014 Peserta 8
146
9. SEMINAR NASIONAL dengan tema
“Cegah Kanker Serviks Sebagai
Pembunuh No.1 Wanita Indonesia”
16 November 2014 Peserta 8
10. SEMINAR NASIONAL dengan tema
“Pemberdayaan Perempuan;
Mengembalikan Peran Perempuan
dalam Ranah Domestik dan Publik”
05 Januari 2015 Peserta 8
11. SEMINAR NASIONAL dengan tema
“Pemuda, Peradaban Islam, dan
Kemandirian”
2 September 2015 Peserta 8
12. TRAINING KEPEMIMPINAN
TINGKAT NASIONAL Dengan Tema
“Membumikan Kepemimpinan
Profetik; Transformasi Spirit
Kenabian”
7-9 September 2015 Peserta 8
13. PIAGAM PENGHARGAAN oleh
TPQ Darul Amal Kota Salatiga 5 Mei 2016 Panitia 3
14. SEMINAR NASIONAL dengan tema
“Indonesia Budayaku Indonesia
Warisanku (Salatiga Kota Pusaka)”
02 Juni 2016 Peserta 8
15. SEMINAR NASIONAL dan
LAUNCHING MAJALAH LPM
DINAMIKA dengan tema
“Hedonisme”
4 Maret 2017 Peserta 8
16. PIAGAM PENGHARGAAN oleh
TPQ Darul Amal Kota Salatiga 24 April 2017 Panitia 3
17. SEMINAR ONLINE dengan tema
“Tips and Tricks Student Exchange” 14 Oktober 2017 Peserta 2
18. SEMINAR NASIONAL dengan tema
“Peluang Mahasiswa dalam
Berinvestasi Menuju Kemandirian
Ekonomi”
8 November 2017 Peserta 8
19. SEMINAR NASIONAL dengan tema
“Inovasi 11 November 2017 Peserta 8
148
Lampiran 18. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Eva Eliftyana Dewi
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat,Tanggal Lahir : Kab. Semarang 04 Desember 1996
Agama : Islam
Nama Ayah : Sutiyo
Nama Ibu : Hidayati
Alamat :Dsn. Tegalsale RT 01 RW 02 Ds. Jembrak Kec. Pabelan
Kab. Semarang.
Riwayat Pendidikan :
1. RA Tarbiyatul Ulum Pabelan (2000-2002)
2. MI Tarbiyatul Ulum Pabelan (2002-2008)
3. SMP N 2 Pabelan (2008-2011)
4. MAN Salatiga (2011-2014)
5. S1 Jurusan PGMI, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam
Negeri Salatiga (2014-sekarang)
Demikian riwayat hidup penulis, dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 14 Mei 2018
Penulis,
Eva Eliftyana Dewi
NIM: 115-14-163
top related