penilaian hasil terjemahan dari aspek kebahasaan dalam...
Post on 27-Apr-2018
269 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek Kebahasaan
dalam Kitab Risălatul Mudzăkarah
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh
MAKHFIYYAH MUTHI’AH NIM: 1110024000001
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M/1435 H
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah
dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya bukan hasil karya asli atau
jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah.
Ciputat, 11 Maret 2014
Makhfiyyah Muthi’ah
NIM: 1110024000001
ii
Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek Kebahasaan
dalam Kitab Risălatul Mudzăkarah
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh :
MAKHFIYYAH MUTHI’AH
1110024000001
Dosen Pembimbing
Dr. Abdullah, M. Ag. Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. NIP: 19610825-199303-1-022 NIP: 19791229-200501-1-004
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M/1435 H
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek Kebahasaan dalam
Kitab Risālatul Mudzākarah” yang ditulis oleh MAKHFIYYAH MUTHI’AH,
NIM 1110024000001 telah diujikan dalam Sidang munaqasyah di Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah pada tanggal 25 September 2014. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra
(S.S) pada program studi Tarjamah.
Ciputat, 25 September 2014
Sidang Munaqasyah
TIM PENGUJI TANDA TANGAN
Dr. TB Ade Asnawi, MA ( ) (Ketua Sidang) Tgl. Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum ( ) (Sekretaris Sidang) Tgl. Dr. Abdullah, M.Ag ( ) (Pembimbing 1) Tgl. Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum ( ) (Pembimbing 2) Tgl.
Dr. Darsita Suparno, M. Hum ( ) (Penguji 1) Tgl. Drs. Ikhwan Azizi, MA ( ) (Penguji 2) Tgl.
iv
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis junjungkan pada
baginda Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita sebagai umat-Nya
mampu mengenal, mencari, dan menegakkan syari’at Islam.
Dalam hal ini, penulis menyadari skripsi yang penulis karyakan masih jauh
dari sempurna. Proses penulisannya pun tidak terjadi secara instan begitu saja,
butuh proses panjang dalam menyelesaikannya. Skripsi ini merupakan sebuah
karya penulisan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
penerbit dan penerjemah Kitab Risālatul Mudzākarah karena telah memberikan
informasi mengenai biografi penerjemah Kitab Risālatul Mudzākarah. Kemudian
kepada penerjemah, Bapak Zainal Arifin Yahya terima kasih karena telah
mempercayakan penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini dan memberikan
informasi mengenai biografinya.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan dan
Pengurus Ar-Rabithah ‘Alawiyah karena telah memberikan dukungan dan
bantuan kepada penulis. Sehingga penulis bisa menjalankan proses perkuliahan
dari awal masuk sampai pada akhirnya selesai dan berjalan dengan lancar.
Tidak lupa penulis juga ucapkan terima kasih kepada seluruh civitas
akademika UIN Syarif Hidayatullah, kepada: Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA
v
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman Faturrahman,
M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Akhmad Saehudin,
M.Ag selaku Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. TB Ade Asnawi,
MA selaku Ketua Jurusan Tarjamah, dan Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum
selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah. Serta seluruh dosen-dosen jurusan Tarjamah
terima kasih atas segala ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama ini kepada
penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan menjadi bekal bagi penulis
dimasa depan.
Secara khusus kepada Bapak Dr. Abdullah, M.Ag dan Bapak Dr. Moch.
Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi, serta Ibu Dr.
Darsita Suparno, M.Hum dan Bapak Drs. Ikhwan Azizi, MA selaku dosen
penguji sidang skripsi, penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga atas
kesediaannya meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membaca,
mengoreksi, dan memberikan referensi, serta memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penghormatan serta salam cinta penulis haturkan kepada sosok yang sangat
berjasa selama nafas ini berhembus; kedua orangtuaku, Fatich Alfais Yahya dan
Mira Sulastri Z. Terima kasih Abah dan Mamih selalu menjadi orangtua
terhebat untukku, sehingga dengan kekuatan doa, dukungan, dan motivasi
penulisan skripsi ini berjalan lancar dan selesai tepat waktu. Tak lupa penulis
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Adik penulis, Syarief Muhammad
Syafiq yang telah mendukung dan menghibur penulis.
Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Ahmad
Abdul Aziz, sosok guru yang telah membantu dan mengajarkan penulis untuk
vi
memperdalam ilmu tentang Nahwu dan Sharaf. Sehingga proses analisis dalam
penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.
Kepada sahabat-sahabat terbaik penulis; Ahmad Farhan, Kholis Alhasan,
Imam Arifin, Humairoh, Novi Aryanita, Siti Nur Asiah, dan Hanni Nuraeni.
Terima kasih telah membuat hidup ini menjadi lebih berwarna. Kebersamaan,
tawa canda, suka duka, dukungan, motivasi, serta doa dari kalian sangatlah
berarti untukku. Kemudian kepada kerabat seperjuangan, Tarjamah 2010 terima
kasih untuk kebersamaannya selama 4 tahun kita berjuang, jatuh bangun, pahit
manis kita rasakan bersama-sama. Serta adik-adik penulis; Dalipah, Regi,
Wardah, Aldi, Annida, Amel, dan Riyanti. Terima kasih atas semangat dan
dukungan dari kalian semua.
Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini bisa memberikan
manfaat bagi siapa saja terutama yang tertarik dengan dunia penerjemahan.Saran
dan kritik membangun penulis harapkan guna untuk perbaikan skripsi ini.
Ciputat, 11 Maret 2014
Makhfiyyah Muthi’ah
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….… i
PERNYATAAN ……………………………………………………...……….... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ……………………………….. iv
PRAKATA ………………………………………………………………………. v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ……………………………... xiii
SINGKATAN……………………………………………………………………. xviii
ABSTRAK ……………………………………………………………………….. xix
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah ………….……………………………….…. 1
B Batasan dan Rumusan Masalah …………………………………….. 5
C Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………………… 6
D Tinjauan Pustaka ……………….…………………………………… 6
E Metode Penelitian ……………..…………………………………….. 10
F Sistematika Penulisan ………….……………………………………. 12
BAB II TEORI TERKAIT PENILAIAN PENERJEMAHAN
A. Pengantar …………………….…………………………………….... 14
B. Penilaian Penerjemahan …………………………………………….. 17
1. Aspek Penilaian ………..…………………………………..…… 18
2. Model Penilaian ………………………………………………… 19
3. Strategi Penilaian ……………………………………………...… 23
viii
C. Pedoman Penilaian Penerjemahan …………………………………… 24
1. Benny Hoedoro Hoed …………………………………………… 25
2. Moch. Syarif Hidayatullah ……………………………………… 29
3. Nababan …………………………………………………………. 30
4. Rochayah Machali … ……………………………………………. 33
5. Tim Gunadarma …..……………………………………………. 39
D. Sintesis Pustaka ……………………………………………………... 48
BAB III GAMBARAN UMUM RISĀLATUL MUDZĀKARAH
A. Pengantar ……………………………………………………………... 49
B. Tentang Penulis ………………………………………………………. 49
1. Riwayat Hidup Abdullah Haddad (Shohibul Ratib ……………… 49
2. Karier Abdullah Haddad (Shohibul Ratib) ……………………… 52
3. Karya-karya Abdullah Haddad (Shohibul Ratib) ………………... 55
C. Tentang Penerjemah ………………………………………………….. 58
1. Riwayat Hidup Zainal Arifin Yahya …………………………….. 58
2. Karier Zainal Arifin Yahya ……………………………………… 59
3. Karya-karya Zainal Arifin Yahya ……………………………….. 59
BAB VI PENILAIAN ATAS TERJEMAHAN KITAB RISĀLATUL
MUDZĀKARAH
A. Pengantar ……………………………………………………………... 61
B. Analisis Penilaian Atas Terjemahan Kitab Risălatul Mudzăkarah dari
Aspek Kebahasaan ……….………………………………………….. 61
ix
C. Hasil dan Presentase Penilaian Terjemahan Kitab Risălatul
Mudzăkarah dari Aspek Kebahasaan……..………….……………….. 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………... 92
B. Saran-saran ……………………………………………….………….. 93
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….………..……………… 95
LAMPIRAN ……………………………………………………………………... 98
x
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Keterangan Halaman
1. 1 Proses Penerjemahan menurut Nida dan Taber.
15
3. 3 Proses Penerjemahan menurut Hidayatullah
16
4. 4 Continuum Peran Pribadi Penerjemah 28
xi
DAFTAR TABEL
No Tabel Keterangan Halaman
1. 1 Perbandingan Model-model Penilaian Terjemahan. 21
2. 2 Kelemahan Model-model Penilaian Terjemahan 22
3. 3 Evaluasi Naskah Terjemahan 24 4. 4 Contoh Pemberian Nilai 28 5. 5 Pedoman Penilaian Terjemahan. 29 6. 6 Kriteria Penilaian 36 7. 7 Rambu-rambu Penilaian 37
8. 8 Hasil Penilaian Terjemahan Kitab Risălatul Mudzăkarah 78
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini merujuk
pada pedoman transliterasi arab-latin yang ditetapkan berdasarkan keputusan dari
Kementrian Agama Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987. Berikut
pedoman transliterasi yang digunakan tersebut.
1. Konsonan
No Huruf Arab Huruf Latin No Huruf Arab Huruf Latin
ṭ ط Tak berlambang 16 ا 1
ẓ ظ b 17 ب 2
‘ ع t 18 ت 3
g غ ś 19 ث 4
f ف j 20 ج 5
q ق ḥ 21 ح 6
k ك kh 22 خ 7
l ل d 23 ذ 8
m م ż 24 ذ 9
n ن r 25 ر 10
h ھـ z 26 ز 11
w و s 27 س 12
‘ ء sy 28 ش 13
y ي ṣ 29 ص 14
ḍ ض 15
xiii
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab sama seperti vokal pada bahasa Indonesia. Vokal
bahasa Arab terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong.
a. Vokal Tunggal (monoftong)
Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harokat yang
transliterasinya dapat diuraikan sebagai berikut:
TANDA NAMA HURUF LATIN NAMA
Fathah a a ــــ
Kasrah i i ــــ
Dhammah u u ـــــ
Contoh:
sabbuurah : سبورة kataba : كتـب
yadzhabu : یذھـب mimsahah : ممسحة
b. Vokal Rangkap (diftong)
Vokal rangkap bahasa Arab lambangnya berupa gabungan antara harokat
dengan huruf, transliterasinya sebagai berikut:
TANDA NAMA HURUF LATIN NAMA
Fathahdengan Ya ai a dan i ــــ ي
Fathah dengan Wau au a dan u ــــ و
Contoh:
kaifa : كیف
haula : ھول
xiv
3. Maddah (Vokal Panjang)
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harokat dan huruf,
transliterasinya adalah sebagai berikut:
TANDA NAMA HURUF LATIN NAMA
Fathah dengan Alif a a ــــ ا
Kasrah dengan Ya i i ــــ ي
Dhammah dengan Wau u u ـــــ و
Contoh:
yaquulu : یقول faa’ala : فاعـل
kariim : كریم
4. Ta’ marbuthah
Ada dua macam transliterasi untuk ta’ marbuthah, yaitu:
a. Ta’ marbuthah hidup
Ta’ marbuthah yang hidup atau yang mendapat harokat fathah, kasrah,
dan dhammah, maka transliterasinya adalah (t).
b. Ta’ marbuthah mati
Ta’ marbuthah yang mati atau mendapat harokat sukun dibelakangnya,
transliterasinya adalah (h).
Contoh :
thalhah : طلحة
xv
c. Jika pada kata terakhir dengan ta’ marbuthah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang “al” serta bacaan yang kedua terpisah, maka
ta’ marbuthah itu ditransliterasikan menjadi (h).
Contoh:
raudhatul jannah : روضة الجنة
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan bahasa Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda syaddah. Dalam transliterasi tanda syaddah dilambangkan
dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:
rabbanaa :ربـنا
rabbi : ربى
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem bahasa Arab dilambangkan dengan huruf “al”
baik diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qomariyah.Penulisannya ditulis
secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan hubungkan dengan tanda (-).
Contoh:
Al-rajulu :الرجل
Al-ma’un : المائن
xvi
7. Hamzah
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, hamzah ditransliterasikan
dengan spostrof.Tetapi itu hanya berlaku bagi hamzah yang diletaknya ditengah
dan diakhir kata.Apabila letaknya diawal kata, maka hamzah tidak
dilambangkan. Karena dalam tulisan arab berupa alif.
Contoh:
syai’un : شـیئ
umirtu : أمرت
xvii
SINGKATAN
BSa : Bahasa Sasaran
BSu : Bahasa Sumber
TSa : Teks Sasaran
TSu : Teks Sumber
TBp : Teks Bahasa Penerima
NBSa : Naskah Bahasa Sasaran
NBSu : Naskah Bahasa Sumber
SL : Source Language
TL : Target Language
EYD : Ejaan Yang Disempurnakan
xviii
ABSTRAK
MAKHFIYYAH MUTHI’AH Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek Kebahasaan dalam Kitab Risālatul Mudzākarah Menilai terjemahan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh makna yang disampaikan dalam pesan tersebut dapat mudah dipahami atau tidak, baik dari segi keakuratan, kejelasan, dan ketepatan. Dalam melakukan proses penilaian terjemahan, yang dinilai adalah produk atau hasil dari terjemahan tersebut, bukan dari proses penerjemahannya. Sehingga yang akan diberikan penilaian dalam kitab Risālatul Mudzākarah adalah terjemahannya bukan prosesnya. Pada kesempatan kali ini penulis melakukan penelitian mengenai penilaian yang ditinjau dari aspek kebahasaannya yang meliputi leksikon, morfologi, dan sintaksis.Penelitian ini penulis lakukan untuk mengetahui sejauh mana kebahasaan yang dilakukan oleh penerjemah dalam melakukan penerjemahannya. Baik dari segi leksikon yang meliputi kosakata, kemudian segi morfologi yang meliputi makna dalam kata, dan sintaksis yang meliputi pola antara frasa, klausa, dan kalimat. Kemudian setelah dilakukan penelitian dengan menganalisis terjemahan demi terjemahan yang terdapat dalam kitab Risālatul Mudzākarah, menurut penulis terjemahannya tidak terlalu buruk dan juga tidak terlalu bagus. Karena jika terjemahan tersebut dikonsumsi oleh khalayak masyarakat yang awam tentang tasawuf maka akan sulit memahami apa makna dari terjemahan kitab tersebut.
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerjemahan adalah usaha mereproduksi pesan dari bahasa sumber (BSu) ke
dalam bahasa sasaran (BSa) dengan hasil semirip mungkin, baik dalam makna
maupun gaya bahasanya. Sebuah karya terjemahan harus mempengaruhi pembaca
dengan cara yang sama seperti karya aslinya. Seorang penerjemah harus bisa
menjamin bahwa apa yang disampaikan kepada pembacanya adalah benar-benar
seperti apa yang dimaksudkan penulis asli. Tentunya ini bukan persoalan mudah,
apalagi menerjemahkan teks dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam buku Pedoman bagi Penerjemah, Rochayah Machali mengemukakan
bahwa Catford menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan
penerjemahan, dan ia mendefinisikannya sebagai "the replacement of textual
material in one language (SL) by equivalent textual material in another language
(TL)" mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang
sepadan dalam bahasa sasaran. Kemudian Newmark juga memberikan definisi
serupa, namun lebih jelas lagi: "rendering the meaning of a text into another
language in the way that the author intented the text" menerjemahkan makna
suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang.1
Kegiatan penerjemahan dilakukan untuk membantu orang-orang yang tidak
bisa memahami pesan secara langsung dari bahasa sumbernya. Esensi
1 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 25
1
penerjemahan sesungguhnya adalah menyampaikan amanat (gagasan, pemikiran,
perasaan) dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.2
Menerjemahkan bukan saja menuliskan pikiran-pikirannya sendiri dan bukan
pula menyadur, dengan pengertian menyadur sebagai pengungkapan kembali
amanat dari suatu karya terjemahan dengan meninggalkan detail-detailnya tanpa
mempertahankan gaya bahasanya dan tidak harus ke dalam bahasa lain. Selain
memahami apa itu menerjemahkan dan apa yang harus dihasilkan dalam
terjemahannya, seorang penerjemah hendaknya mengetahui bahwa kegiatan
menerjemahkan itu kompleks, merupakan suatu proses.3
Dewasa ini sudah banyak hasil karya terjemahan dari satu bahasa ke dalam
bahasa lain. Di Indonesia juga sudah banyak hasil karya penulis yang
diterjemahkan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia. Hasil karya terjemahan
bentuknya beragam seperti buku, majalah, buletin, surat-surat berharga, dan lain
sebagainya.
Namun, sebagai sebuah hasil karya terjemahan kita perlu menilai dan
menganalisis apakah terjemahan itu sudah benar sesuai dengan kaidah
penerjemahan. Nida dan Taber mengemukakan bahwa penerjemahan yang benar
(correct translation) bergantung pada untuk siapa penerjemahan itu dilakukan,
yakni siapa calon pembaca terjemahan kita. Benny H. Hoed menambahkan bahwa
benar tidaknya suatu terjemahan (correctness in translation) bergantung juga pada
untuk tujuan apa penerjemahan itu dilakukan. 4
2 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 3
3 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 14 4 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 13
2
Menilai kualitas terjemahan adalah salah satu aktivitas penting dalam
penerjemahan. Penilaian terhadap kualitas terjemahan selain dapat dilakukan
secara langsung dengan mengamati dan membaca secara cermat, juga dapat
dilakukan dengan cara memberi penilaian secara matematis.5
Meskipun penilaian terhadap hasil terjemahan itu terbilang bersifat subjektif-
relatif, tetapi penilaian secara matematis perlu dilakukan. Penilaian ini juga biasa
dilakukan oleh penerbit untuk menilai apakah suatu terjemahan itu layak untuk
dikonsumsi atau tidak.
Hasil terjemahan yang baik pasti harus melalui proses panjang. Salah satunya
ialah membiasakan menyunting dan menganalisis kembali hasil terjemahan
tersebut yang dihasilkan, tujuannya untuk menguji apakah hasil terjemahan
tersebut sudah bagus atau belum.6 Terjemahan yang bagus adalah terjemahan
yang isi penyampaian pesannya dapat tersampaikan oleh si pembaca.
Bisa dipastikan, teks sumber dan teks sasaran mempunyai warna budaya dan
bahasa yang berbeda. Oleh karena itu produk terjemahan sudah seharusnya
dibingkai dalam nuansa budaya dan situasi bahasa target. Jika tidak,
terjemahannya hanya akan dirasa sebagai sebuah bacaan yang tidak wajar dan
tidak berterima. Kewajaran suatu teks terjemahan dapat dihadirkan jika
penerjemah menguasai bahasa sumber dengan baik, dan menguasai bahasa
sasaran dengan lebih baik lagi.7
Dalam buku Pedoman bagi Penerjemah, Rochayah Machali memaparkan
proses penilaian terhadap suatu terjemahan terbagi menjadi dua, yaitu: Penilaian
5 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 71 6 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 73 7 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), h. 4
3
Umum Terjemahan dan Penilaian Khusus Terjemahan. Proses Penilaian Umum
Terjemahan terdapat beberapa aspek yang ditinjau dari pemadanannya, yaitu dari
aspek pemadanan linguistis (struktur gramatika), aspek padanan semantik, dan
aspek lainnya yaitu penyampaian gaya bahasanya.8
Jika ditinjau dari aspek pemadanan linguistik yang berkaitan dengan aspek
kebahasaannya, unsur-unsur yang meliputi dalam penerjemahan yaitu: makna
kamus (leksikon atau kosakata), makna morfologis (transposisi atau struktur kata),
makna sintaksis (modulasi atau struktur kalimat), dan makna retoris (unsur ini
terkait dengan majaz atau metafora, alegori, dan idiom.9
Dalam kajian linguistik, makna kamus (leksikon atau kosakata) adalah kata
atau frasa yang merupakan satuan makna.10 Kemudian makna morfologis
(transposisi atau struktur kata) adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari
bentuk-bentuk kata dan segala hal serta proses pembentukannya.11 Makna
sintaksis (modulasi atau struktur kalimat) adalah cabang linguistik yang mengkaji
susunan kata dalam kalimat yang mempelajari hubungan antara kata, frasa, klausa
kalimat yang satu dengan kata, frasa, klausa kalimat lainnya.12
Kitab Risālatul Mudzākarah merupakan salah satu kitab klasik terkenal karya
ulama besar Al-Habib As-Sayyid Abdullah bin ‘Alawiy Al-Haddad yang disusun
lebih dari empat abad yang lalu. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa
8 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 116 9 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 17 10 Moch. Syarif Hidayatullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 92 11 Moch. Syarif Hidayatullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 59 12 Moch. Syarif Hidayatullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 99
4
Indonesia oleh Zainal Arifin Yahya dan diterbitkan oleh penerbit Pustaka Mampir
Jakarta.
Kitab ini dari segi penyajiannya sangat menarik, karena antara teks Arab
(TSu) dan terjemahan teks Indonesia-nya (TSa) disajikan secara berdampingan.
Sehingga memudahkan pembaca untuk membacanya. Namun, dari segi isi atau
pembahasannya kitab ini perlu dikaji lagi, apakah terjemahan kitab ini sudah
memenuhi aspek kebahasaannya atau belum, baik dari makna kamus, morfologis,
dan sintaksisnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik
untuk menulis skripsi dengan judul; Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek
Kebahasaan dalam Kitab Risālatul Mudzākarah.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan dalam kitab Risālatul
Mudzākarah yaitu pada masalah aspek kebahasan yang meliputi segi leksikon,
morfologis, dan sintaksis. Selanjutnya, peneliti hanya mengambil beberapa
halaman untuk dijadikan bahan dalam melakukan penelitian. Yaitu pada bab
Mukmin sejati.
Dalam hal ini, peneliti memilih bab Mukmin Sejati sebagai bahan penelitian
dalam penulisan skripsi karena bab ini menjelaskan tentang tasawuf. Selain itu
dari segi terjemahannya kurang dipahami dan pesan tidak tersampaikan, terutama
bagi kalangan awam. Karena hanya kalangan tertentu saja yang bisa memahami
makna dari terjemahan tersebut. Kemudian dalam proses terjemahannya
menggunakan kalimat perumpamaan seperti majaz dan makna kiasan, sehingga
5
makna dari isi pesan dalam terjemahannya kurang untuk dipahami. Oleh karena
itu, bab Mukmin Sejati sangat menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.
Kemudian dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
dapat merumuskannya dalam bentuk pertanyaan:
1. Bagaimana aspek kebahasaan dalam terjemahan kitab Risālatul Mudzākarah
jika dilihat dari segi leksikon, morfologis, dan sintaksis?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui keakuratan dalam penyampaian pesan dari aspek kebahasaan
yang meliputi segi leksikon, morfologis, dan sintaksisnya dalam terjemahan
kitab Risālatul Mudzākarah.
Sedangkan kegunaan dari penelitian dalam skripsi ini adalah :
1. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan dan pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya bidang penerjemahan.
2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi lembaga penerbit hasil karya
terjemahan.
3. Sebagai wacana keilmuan dan pengalaman bagi penulis.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti mencari dan menelaah berbagai karya-karya ilmiah baik
melalui perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun perpustakaan UIN
6
Syarif Hidayatullah Jakarta, sepengetahuan peneliti ada beberapa kajian skripsi
yang memiliki kesamaan substansi dengan penelitian yang peneliti lakukan.
Pertama Tatam, menulis tentang “Kritik Atas Terjemahan Hadits” (Studi
Kasus Terjemahan Mukhtashar Shahih Al-Bukhari). Batasan permasalahan yang
diteliti oleh peneliti hanya terfokus pada bab Zakat saja. Sementara yang menjadi
salah satu pertimbangan mengapa pada bab Zakat yang dipilih oleh peneliti
sebagai sasaran utamanya karena sering dijumpai kata إنفــاق, تصــدق, زكــاة
yang pada kesemuanya memiliki arti yang sama dan serupa, yaitu; zakat. Jika
seorang penerjemah tidak mampu dan hati-hati dalam memahami konteks pada
BSu maka akan terjadi kekeliruan dalam menerjemahkan.
Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang kritik atas terjemahan yang
dibagi dari dua segi, yaitu kritik internal dan kritik eksternal. Kritik internal hanya
fokus pada isi atau materi terjemahan kitab Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî
dengan melakukan kritik juga penilaian secara objektif terhadap terjemahan
tersebut. Sedangkan kritik eksternal hanya fokus kepada penyajian hasil buku
terjemahan kitab Mukhtashar Shahîh Al-Bukhârî dari segi artistic dan grafis.
Peneliti merujuk pada teori yang dikemukakan Moch. Syarif Hidayatullah.
Alasannya, teori ini dianggap lebih mudah untuk memperoleh nilai secara
matematis.
Kedua Amir Hamzah, menulis tentang “Penilaian Kualitas Terjemahan
(Studi Kasus Kitab Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh Karya Wahbah Al-Zuhaili).”
Batasan masalah dalam penulisan skripsi yang ditulis oleh peneliti hanya fokus
pada bab Salat saja. Sedangkan rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti
adalah ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dalam mengalihkan pesan.
7
Dalam penelitiannya, peneliti merujuk pada teori yang dikemukakan
Rochayah Machali. Kriteria yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan
proses penilaian adalah pokok-pokok penilaian dan struktur gramatika. Struktur
gramatika tertuju pada pembahasan tentang morfologis dan sintaksis. Kedua
bidang tersebut memang berbeda, tetapi keduanya adalah bidang tataran linguistik
yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika.13
Sintaksis dan morfologis sangat berpengaruh terhadap proses penerjemahan.
Apabila terjadi kesalahan dalam pengalihan makna, maka akan berpengaruh
terhadap makna yang dihasilkan. Sedangkan morfologis padanannya sesuai tetapi
tidak merubahan nilai rasa. Dalam kajian linguistik morfologis adalah ilmu yang
membicarakan struktur internal kata, sedangkan sintaksis adalah ilmu yang
membicarakan kata dengan hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain
sebagai satuan ujaran.14
Pembahasan dalam penulisan skripsi ini memiliki kesamaan dengan skripsi
yang akan peneliti (saya) kaji, yaitu mengenai penilaian terhadap suatu
terjemahan, yang berbeda hanya dari segi objeknya saja. Teori yang digunakan
sama, yaitu teori yang dikemukakan oleh Rochayah Machali.
Ketiga Siti Hamidah, menulis tentang “Peribahasa Arab dalam Buku Bahasa
Gaul Ikhwan Akhwat” (Pendekatan Penilaian Penerjemahan). Batasan masalah
dalam penelitian ini adalah penerjemahan peribahasa arab. Sedangkan rumusan
masalahnya adalah mengetahui jenis peribahasa yang menjadi karakteristik buku
tersebut, metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah, dan mengetahui
bagaimana hasil penerjemahan tersebut setelah dilakukan penilaian.
13 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 206 14 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 206
8
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian
adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan penilaian
penerjemahan berdasarkan analisis deskriptif. Dalam pembahasannya, peneliti
menjelaskan mengenai teori-teori apa saja yang meliputi tentang peribahasa.
Yaitu; definisi dan macam-macam peribahasa baik dari segi bahasa arab dan
Indonesia.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori penerjemahan yang
dikemukakan oleh Newmark; 1979, bahwasanya Newmark memandang metode
dalam penerjemahan dapat ditilik dari segi penekanannya terhadap BSu dan BSa.
Yaitu; penerjemahan kata per kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan semantis,
penerjemahan setia, penerjemahan adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan
idiom, dan penerjemahan komunikatif. Sedangkan teori penilaian penerjemahan
yang digunakan peneliti adalah teori penilaian yang dikemukakan oleh Mildred L.
Larson; 1989. Dalam bukunya Mildred L. Larson menjelaskan bahwa dalam
melakukan proses penilaian terjemahan ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan yaitu; ketepatan, kejelasan, dan kewajaran.
Selanjutnya, dari ketiga sumber tinjauan pustaka yang peneliti paparkan di
atas, terdapat kesamaan teori penilaian yang digunakan, yaitu teori yang
dikemukakan oleh Rochayah Machali. Teori tersebut telah digunakan oleh Amir
Hamzah dalam penelitian skripsinya, hanya saja disini terdapat perbedaan antara
penelitian yang dilakukan penulis dengan Amir Hamzah. Segi objek tidak ada
kesamaan, karena kitab yang digunakan sebagai bahan penelitian berbeda.
Kemudian perbedaan selanjutnya terletak pada judul penulisan skripsi, judul
skripsi yang peneliti angkat mengenai penilaian dari aspek kebahasaan yang
9
meliputi leksikon, morfologi, dan sintaksis. Sedangkan Amir Hamzah
mengangkat judul mengenai penilaian kualitas terjemahan terkaitan dengan
ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dalam mengalihkan pesan.
E. Metode Penelitian
a. Sumber Data
Sumber data yang peneliti gunakan sebagai bahan utama dalam penelitian
skripsi ini adalah kitab Risālatul Mudzākarah yang merupakan karya As-Sayyid
Al-Habib Al-‘Arif billah Syekh Abdullah bin ‘Alawiy Al-Haddad. Kitab ini
merupakan risalah yang termuat dalam satu kitab karya beliau yang popular
dengan judul Ad-Da’wah At-Tammah wa Al-Tadzkirah Al-‘Ammah. Kitab ini
telah diterjemahkan oleh Zainal Arifin Yahya dan diterbitkan melalui penerbit
Pustaka Mampir.
Kitab Risālatul Mudzākarah cukup menarik untuk dikaji serta banyak
diminati oleh para pembaca. Selain dari pembahasannya yang membahas
mengenai risalah diskusi, kitab ini dari tampilan design-nya juga memudahkan
pembaca karena antara teks Arab (TSu) dan teks Indonesianya (TSa) diletakkan
secara berdampingan.
b. Tahapan Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan menginventarisasi teks-teks arab
dan teks-teks terjemahan bab Mukmin Sejati yang terdapat dalam kitab Risālatul
Mudzākarah. Setelah itu, peneliti melakukan analisis dengan menerapkan teori
10
penilaian yang digunakan, sehingga ditemukan data yang tepat untuk bahan
analisis dan penilaian.
c. Analisis Data
Metode yang peneliti gunakan adalah metode campuran atau mix method.
Dalam hal ini, peneliti menganalisis dengan membagi kedua metode tersebut,
metode kualitatif peneliti gunakan untuk yaitu mengamati dan menganalisis teks-
teks yaitu TSu dan TSa pada Bab Mukmin Sejati dalam kitab Risălatul
Mudzăkarah. Kemudian peneliti menjelaskan secara terperinci dengan
mengeksplorasi leksikon, morfologis, dan sintaksis.15
Selanjutnya, metode kuantitatif peneliti gunakan untuk data statistik berupa
tabel dari hasil penelitian tersebut. Setelah itu hasil perolehan dari analisis tersebut
dimasukkan kedalam hitungan matematis untuk memperoleh prosentase penilaian
terjemahan.
d. Teknik Pengambilan Data
Data yang diambil oleh peneliti dalam melakukan proses penelitian berupa
teks-teks arab yang terdapat dalam kitab Risălatul Mudzăkarah pada bab Mukmin
Sejati. Kemudian setelah data sudah terkumpul, proses penelitian dilakukan
dengan mencari dan mencatat beberapa kesalahan yang terdapat pada TSu dan
TSa. Selanjutnya, hasil tersebut dimasukan kedalam perhitungan matematis.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan teori penilaian yang dikemukakan oleh
Rochayah Machali sebagai rujukan utama dalam proses penelitian. Peneliti juga
15 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 20
11
menggunakan kajian pustaka (library research). Secara teknis penulisan skripsi
ini didasarkan pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan
disertasi) yang berlaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
diterbitkan oleh Center Of Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian skripsi akan disajikan dalam lima bab,
yaitu pendahuluan, kerangka teori, gambaran umum, analisis, dan kesimpulan.
Tujuannya adalah untuk mendapat pemahaman dan komprehensif dalam
pembahasan masalah dalam penelitian skripsi ini, maka dari itu peneliti
memaparkan sistematika penulisannya sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini merupakan awal atau pembukaan, pada bab ini
dijelaskan mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta sistematika
penulisan skripsi.
Bab II Teori Terkait Penilaian Terjemahan. Bab ini membahas mengenai
segala yang berhubungan dengan proses menilai suatu terjemahan. Kemudian
pada bab ini peneliti juga membahas mengenai pedoman teori-teori penilaian
terjemahan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh.
Bab III Gambaran Umum. Bab ini merupakan gambaran mengenai biografi,
riwayat hidup, karier, serta karya-karya penulis dan penerjemah Kitab Risālatul
Mudzākarah.
12
Bab IV Analisis. Bab ini merupakan analisis penilaian terhadap terjemahan
Kitab Risālatul Mudzākarah yang peneliti lakukan ditinjau dari perspektif aspek
kebahasaan terjemahannya yang meliputi segi leksikon, morfologis, dan sintaksis.
Dalam bab ini akan dideskripsikan juga bagaimana hasil terjemahan Kitab
Risālatul Mudzākarah secara objektif. Selain itu juga diberikan alternatif
terjemahan jika ditemukan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baku.
Bab V Penutup. Bab ini merupakan hasil dari analisis penilaian yang peneliti
lakukan. Terdiri dari kesimpulan dan saran-saran yang peneliti berikan untuk
penerjemah dan penerbit guna sebagai masukan untuk edisi selanjutnya.
13
BAB II
TEORI TERKAIT PENILAIAN PENERJEMAHAN
A. Pengantar
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab I bahwa penerjemahan adalah usaha
mereproduksi pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa)
dengan hasil semirip mungkin, baik dalam makna maupun gaya bahasanya.
Sebuah karya terjemahan harus mempengaruhi pembaca dengan cara yang sama
seperti karya aslinya. Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah diambil dari
bahasa Arab, tarjamah. Bahasa Arab sendiri mengambil istilah tersebut dari
bahasa Armenia, turjuman. Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman yang
berarti seseorang yang mengalihkan tuturan dari bahasa satu ke bahasa lain.16
Menerjemahkan sebuah teks bukan hanya sekedar mengalihkan kata demi
kata, kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Tetapi
menerjemahkan juga berarti merakit dan mengungkapkan kembali gagasan
naratif sebuah teks sumber (TSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa).17
Dalam proses penerjemahan, penerjemah diharuskan melakukan rangkaian
tindakan, seperti kebiasaan untuk mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran. Dilihat dari prosesnya, menurut Nida dan Taber
penerjemahan yang baik harus mengikuti suatu proses yang bertahap, yaitu:18
16 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 7
17 M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 123 18 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:
Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 20
14
1. Analisis; Penerjemah harus mempelajari teks BSu dari segi bentuk dan isi
serta harus memperhatikan hubungan makna antar kata dan gabungan kata.
2. Pengalihan; Penerjemah mulai menerjemahkan dengan melakukan alih
bahasa setelah menganalisis secara lengkap yang mencakup aspek
gramatikal dan semantik.
3. Penyerasian; Penerjemah menyusun kembali teks dengan ragam yang
sesuai dan gaya bahasa yang wajar.
Proses penerjemahan yang telah dipaparkan di atas dapat digambarkan seperti
di bawah ini :
A (Source) B (Receptor)
ANALISIS PENYERASIAN
X PENGALIHAN Y
Gambar 1. Proses Penerjemahan
Gambaran tentang proses penerjemahan di atas, bahwa analisis – pengalihan
– penyerasian tidak terjadi sekali saja, melainkan berulangkali. Penerjemah harus
melakukan secara berulang dari analisis ke penyerasian, dan dari penyerasian ke
analisis lalu ke penyerasian, kembali ke analisis dan seterusnya sampai diperoleh
hasil terjemahan yang baik.19
19 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 21
15
Untuk menghasilkan suatu pesan teks BSa yang sesuai dengan pesan yang
terdapat pada teks BSu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses
penerjemahan yang dirumuskan oleh Hidayatullah20, yaitu:
Struktur Luar Pemadanan Pemadanan TSu Leksikal TSu Morfologis TSu
Pemahaman Struktur Batin Pemadanan Leksikal TSu TSu dan TSa Sintaksis TSu Pemahaman Pemahaman Pemadanan Morfologis TSu Pragmatis TSu Semantis TSu Pemahaman Pemahaman Pemadanan Struktur Sintaksis TSu Semantis TSu Pragmatis TSu Luar TSa
Gambar 2. Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan pada gambar diatas melalui 13 proses dimulai dari
struktur luar TSu dan berakhir pada struktur TSa. Struktur luar TSu maksudnya
teks tersebut masih dalam berupa teks asli. Kemudian Pemahaman Leksikal TSu
mengharuskan seorang penerjemah untuk lebih memiliki kepekaasn terhadap
leksikal, supaya dia bisa memahami kosakata yang ada pada TSu. Pemahaman
Morfologis TSu mengharuskan penerjemah memahami segala bentuk morfologis
kosakata pada TSu, sehingga dia mengetahui perubahan kosakata manasaja yang
mengalami perubahan makna. Pemahaman Sintaksis TSu mengharuskan
penerjemah memahami pola kalimat yang ada dalam TSu. Pemahaman Semantis
TSu mengharuskan penerjemah memahami pemaknaan yang ada pada TSu.
Pemahaman Pragmatis TSu mengharuskan penerjemah memahami pemahaman
20 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Jakarta: Dikara, 2010), h. 13
16
yang dikaitkan dengan konteks yang ada pada TSu. Pada struktur batin TSu dan
TSa terjadi transformasi pada penerjemah untuk menyesuaikan pemahaman TSu
ke dalam pemadanan TSa. Pemadanan Leksikal TSa mengharuskan penerjemah
memilih padanan yang tepat untuk kata yang ditemui pada TSu. Pemadanan
Morfologis TSa mengharuskan penerjemah memiliki pengetahuan tentang
padanan yang tepat setelah kata tersebut mengalami perubahan bentuk.
Pemadanan Sintaksis TSa mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan makna
pada tiap kalimat yang ada. Pemadanan Semantis TSa berhubungan dengan
pemadanan sintaksis TSa. Pemadanan Pragmatis TSa adalah hasil dari
pemahaman konstektual TSu, sehingga penerjemah dapat menerjemahkan dengan
konteks yang tepat. Setelah melalui semua proses tersebut kemudian
menghasilkan suatu Struktur Luar TSa yang layak untuk dikonsumsi.21
B. Penilaian Terjemahan
Seperti halnya seorang penulis yang perlu mengembangkan teknik dalam
menulisya, tidak bisa dipungkiri bahwa seorang penerjemah juga perlu
mengembangkan kualitas terjemahannya. Seorang penerjemah tidak hanya
bertanggung jawab dalam mengalihbahasakan suatu naskah, tetapi juga perlu
berperan sebagai pengamat yang mengevaluasi hasil terjemahannya. Hanya saja,
penerjemah biasanya merasakan kesulitan untuk melakukan penilaian terhadap
terjemahannya sendiri, karena secara psikologis mungkin dia beranggapan bahwa
terjemahannya sudah bagus dan tidak perlu dilakukan penilaian lagi.22
21 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Jakarta: Dikara, 2010), h. 14 22 Truly Almendo Pasaribu, Menilai Kualitas Terjemahan (Diakses 2/3/2014, 19.30 wib),
http://pelitaku.sabda.org/menilai_kualitas_terjemahan
17
Menilai suatu terjemahan tentunya didasarkan pada kriteria-kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu, supaya terjemahan tersebut dapat dikatakan baik
karena telah memenuhi seluruh kriteria tersebut. Penilaian terhadap suatu
terjemahan dapat ditujukan kepada makna atau isi kemudian kewajaran menurut
BSa. Selain apa yang harus dinilai atau diperhatikan, perlu juga diketahui
bagaimana cara melakukan penilaian.23
Dalam penilaian pada isi teks, hal yang harus diperhatikan adalah apakah isi
dalam teks terjemahan tersebut telah akurat atau belum. Kemudian sejauh mana
makna yang terdapat di dalam TSu dapat dialihkan secara akurat ke dalam teks
terjemahan. Pedoman yang harus diperhatikan adalah apakah ada yang ditambah
atau dikurangi setelah dilakukan penilaian apabila teks terjemahan tersebut tidak
mengungkapkan seluruh makna yang terdapat pada teks sumber.24
1. Aspek Penilaian
Penilaian terjemahan merupakan bagian terpenting dalam konsep teori
penerjemahan. Oleh karenanya kriteria/aspek penilaian terjemahan membawa
pada konsep terjemahan dan penilaian yang berbeda-beda. Maka dari itu,
diharapkan penilaian yang diberikan dapat menilai suatu terjemahan dengan baik
karena untuk menentukan kualitas terjemahan.25
Dalam kriteria penilaian penerjemahan ini, ditentukan aspek yang dinilai
mencakup; kesepadanan makna pada aspek linguistis, semantik dan pragmatis,
23 Maurits D. S. Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000), h. 130
24 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 131
25 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 145
18
tingkat kewajaran, penggunaan gaya bahasa, peristilahan khusus, penggunaan
ejaan baku, dan kesepadanan teks.26
2. Model Penilaian
Teori yang mendasari pengembangan model dalam penilaian terjemahan ini
adalah teori tentang penerjemahan, teks, penilaian/ukuran. Oleh karena itu, dalam
merumuskan suatu model penilaian harus berlandaskan dengan teori-teori ini, dan
model penilaian ini harus signifikan dengan teori tersebut, supaya model penilaian
terjemahan yang dihasilkan dapat memiliki keterandalan yang tinggi.27
Model penilaian terjemahan memiliki ciri umum yaitu pengkategorian
kesalahan pada setiap pendekatan yang berbeda berdasarkan ada atau tidaknya
pengukuran kuantitatif. Williams membagi dua kelompok model penilaian, yaitu;
Model Penilaian Kuantitatif dan Model Penilaian Kualitatif. 28
Model-model penilaian yang termasuk dalam kategori model penilaian
kuantitatif:29
1. Canadian Language Quality Measurement Sistem (Sical)
Model penilaian ini dikembangkan oleh Kantor Penerjemahan Pemerintahan
Kanada yang digunakan sebagai alat ujian maupun untuk membantu menilai
kualitas 300 juta kata terjemahan instrumental setiap tahunnya.
26 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 147
27 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 150
28 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008),, h. 150
29 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008),h. 150
19
2. The Council of Translator and Interpreter of Canada (CTIC)
Model penilaian ini menggunakan perbandingan dengan model penilaian
lainnya sebagai ujian sertifikasi penerjemah. Setiap jenis kesalahan pada
penerjemahan diberi nilai kuantitatif.
3. Analisis Wacana oleh Bensoussan dan Rosenhouse
Model penilaian ini dicetuskan oleh Bensoussan dan Rosenhouse gunanya
untuk mengevaluasi terjemahan siswa dan digunakan untuk menilai pemahaman
bahasa inggris dalam konteks TEFL.
4. Tekstologi oleh Larose
Model penilaian ini berupa kisi-kisi bersusun yang terdiri dari faktor mikro
struktur, makro struktur, superstruktur, peritekstual atau ekstrakstual, dan lainnya.
Terjemahan dievaluasi lalu dibandingkan dengan setiap kriteria kualitas secara
terpisah dan nilai ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
Selanjutnya model-model penilaian yang termasuk dalam kategori model
penilaian kualitatif:30
1. Model Skopostheory
Model penilaian ini berdasarkan fungsi dan tujuan TSa dapat diaplikasikan
secara pragmatik seperti dokumen sastra. Dalam model penilaian ini analisis
kesalahan tidak begitu diperlukan, hanya saja harus mengukur kualitas suatu
terjemahan berdasarkan teks BSa.
30 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 152
20
2. Model Penjelasan Deskriptif (Descriptive Explanatory)
Model penilaian ini dihadirkan oleh House dengan menggunakan teks
fungsional yang dieksplorasi oleh Haliday, Crystal, dan Davey. Mereka menolak
bahwa penilaian secara alami terlalu subjektif.
Selanjutnya di bawah ini akan digambarkan bagaimana perbandingan antara
model-model penilaian dengan cara menilai, kegunaan, dan kriteria teks
terjemahannya.
Tabel 1. Perbandingan Model-model Penilaian Terjemahan
No. Model Cara Menilai Kegunaan Kriteria Teks Terjemahan
A Model Kuantitatif
1 Sical
Melihat jumlah kesalahan mayor dan minor dalam 400 kata suatu teks.
- Alat uji - Membantu menilai
kualitas 300 juta kata terjemahan instrumental setiap tahun.
- Berterima; hanya 12 kesalahan transfer tanpa kesalahan mayor (dalam 400 kata)
- Dapat direvisi - Tidak berterima
2 CTIC
Setiap jenis kesalahan diberi nilai kuantitatif, seperti; -10, -5 lalu jumlah kesalahan total dikurangi 100
- Ujian sertifikasi penerjemah Lulus; nilai 75%
3 Bensoussan dan Rosenhouse
- Penilaian berdasarkan kesetiaan pada tingkat linguistik dan tingkat cultural. Nilai berdasarkan pada terjemahan yang benar pada setiap unit.
- Evaluasi terjemahan siswa
- Menilai pemahaman dalam konteks TEFL
- Membuat tabel frekuensi kesalahan pada setiap kriteria.
Tidak ada kriteria standar.
4 Tekstologi
- Penilaian ditetapkan berdasarkan kesepakatan, skala 1-5 yang akan ditambahkan dengan faktor yang memberatkan
- Berupa kisi-kisi untuk analisis multikriteria.
Terjemahan terbaik yang mempunyai nilai kumulatif tertinggi.
B Model Kualitatif
21
1 Skopostheory
- Tidak perlu analisis kesalahan
- Teks sasaran sebagai tolak ukur penilaian terjemahan
2 Penjelasan deskriptif
- Penilaian dilakukan secara alami. - Tidak ada standar
kualitas khusus.
C Perpaduan kuantitatif
dan kualitatif
Argumentasi Williams
- Membandingkan keberadaan keenam elemen dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran
Menilai terjemahan profesional dan mahasiswa
- Standar tinggi - Standar rendah
Model-model penilaian yang telah digambarkan dalam sebuah tabel di atas
tentunya memiliki kelemahan-kelemahan. Seperti yang dikemukakan oleh
Williams.
Tabel 2. Kelemahan Model-model Penilaian Terjemahan
No Jenis Model Kelemahan
1 Kuantitatif
- Karena keterbatasan waktu, hanya dapat menilai probabilitas statistik dasar dan tidak dapat menilai hasil terjemahan seluruhnya.
- Analisis mikrorekstual tidak dapat menghindari beberapa penilaian serius terhadap kandungan makrostruktur terjemahan.
- Adanya ambang keberterimaan berdasarkan jumlah kesalahan khusus tidak dapat dikritisi baik dengan teori.
2 Kualitatif - Tidak dapat menawarkan ambang keberterimaan yang
meyakinkan, diperkirakan karena model penilaian ini tidak dapat mengajukan bobot kesalahan dan hitungan untuk teks individu.
Model-model penilaian tersebut sebagian besar diaplikasikan pada teks
pendek bahkan hanya dalam bentuk kalimat-kalimat.31 Para peneliti membuat
model-model penilaian untuk digunakan dalam pengaplikasian pada karya sastra,
iklan, teks jurnalistik, dan lainnya.
31 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 155
22
3. Strategi Penilaian
Pembahasan mengenai hasil suatu terjemahan sulit untuk lepas dari aspek
mutu terjemahan. Ada berbagai macam cara untuk menilai kualitas hasil
terjemahan, seperti yang dikemukakan oleh Nababan, yaitu; Teknik cloze (Cloze
Technique), Teknik membaca dengan suara nyaring (Reading-Aloud technique),
Uji pengetahuan, Uji performansi (Performance Test), Terjemahan balik (Back
translation), Pendekatan berdasarkan padanan (Equivalence-based Approach) dan
Instrumen penilaian (Accuracy and readibility-rating instrument).32 Dalam hal ini
pembahasan mengenai strategi penilaian yang dikemukakan oleh Nababan akan
lebih diperjelas oleh peneliti pada bagian pedoman penilaian penerjemahan.
Selain itu, tiga hal pokok yang harus diperhatikan oleh seorang penerjemah
dalam melakukan penilaian.33 Yaitu:
1. Keakuratan
Keakuratan makna referensial harus menjadi pembatas antara “benar-salah”.
Dalam makna tersebut terdapat maksud dan tujuan penulis. Oleh karena itu sangat
dilarang jika penerjemah dalam melakukan penerjemahannya, maknanya
menyimpang dari yang dimaksudkan penulis.
2. Kewajaran
Kewajaran juga berperan penting dalam sebuah hasil terjemahan. Jika
seorang penerjemah dalam menerjemahkan bisa mengikuti gaya bahasa penulis,
maka penyampaian maknanya terasa wajar. Tetapi jika sebaliknya, maka harus
dilakukan perombakan ulang supaya makna tersebut terlihat wajar.
32 Kuliah, Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan (diakses pada 2/3/2014, 19.33 wib), http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/05/startegi-penilaian-kualitas-terjemahan-444110.html
33 Truly Almendo Pasaribu, Menilai Kualitas Terjemahan (diakses 2/3/2014, 19.30 wib), http://pelitaku.sabda.org/menilai_kualitas_terjemahan
23
3. Keterbacaan Bahasa Terjemahan
Kandungan makna dari sebuah isi naskah terjemahan memang sangatlah
penting. Tetapi jangan jadikan alasan untuk mengacaukan bahasa terjemahan kita,
yaitu dari aspek keterbacaannya. Jika menerjemahkan sebuah artikel formal atau
resmi ke dalam bahasa Indonesia, kita wajib mengikuti aturan EYD.
Ketiga poin di atas dapat dibuat kolom evaluasi terhadap hasil naskah
terjemahan.34
Tabel 3. Evaluasi Naskah Terjemahan
No. Pokok Penilaian Hasil Evaluasi 1 Keakuratan Menyimpang/tidak menyimpang 2 Kewajaran Wajar/kaku 3 Keterbacaan Bahasa Baku/tidak baku
Seorang penerjemah dalam melakukan evaluasi terhadap terjemahannya yaitu
dengan cara menghitung frekuensi kesalahan-kesalahannya dari naskah
terjemahannya. Semakin sering seorang penerjemah melakukan evaluasi, maka
semakin peka untuk melihat seberapa banyak kesalahan yang diperoleh.
C. Pedoman Penilaian Penerjemahan
Dalam penjelasan ini peneliti membahas mengenai pedoman penilaian
penerjemahan yang dikemukakan oleh para tokoh serta teori-teorinya. Yaitu;
Benny Hoedoro Hoed, Moch. Syarif Hidayatullah, Nababan, Rochayah Machali,
dan Tim Guna Dharma.
34 Truly Almendo Pasaribu, Menilai Kualitas Terjemahan (diakses 2/3/2014, 19.30 wib), http://pelitaku.sabda.org/menilai_kualitas_terjemahan
24
1. Benny Hoedoro Hoed
Hoed mengemukakan bahwa proses penerjemahan betul-salah bersifat relatif.
Oleh karena itu sangat sulit bagi kita untuk menilai suatu terjemahan jika betul-
salah itu sifatnya relatif. Hoed mengutip sebuah pernyataan yang dikemukakan
oleh Newmark mengenai proses menilai suatu terjemahan.35 Yaitu;
a. Translation as a science. Maksudnya adalah kita melihat dan menilai dari
segi kebahasaannya saja. Yakni menilai betul-salahnya berdasarkan segi
kebahasaannya.
Contoh: (a1) Passengers can enjoy a comfortable ride from the airport to
any hotel in the city.
(a2) Para penumpang dapat menikmati perjalanan yang
menyenangkan dari Bandar udara ke setiap hotel di dalam
kota.
(Catatan: Teks (a1) diambil dari sebagian Pocket Guide: Welcome to Singapore. Singapore
Changi Airport. Teks (a2) terjemahan menurut Hoed).36
Bagian teks (a1) diterjemahkan dengan memperhatikan konteksnya. Sehingga
dapat dinilai sebagai padanan kata/frase dalam teks (a2). Perhatikan kata-kata
yang dicetak miring.
- comfortable ride: perjalanan yang menyenangkan
- in the city: di dalam kota
Penjelasannya, kata setiap hotel tidak dikatakan sebagai terjemahan yang
tepat dari kata any hotel. Karena arti sebenarnya any hotel adalah hotel manapun
35 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 91 36 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 92
25
atau hotel apapun. Namun jika disesuaikan dengan konteks terjemahan kata any
hotel lebih tepat diterjemahkan menjadi setiap hotel.
b. Translation as a craft. Maksudnya adalah terjemahan dipandang sebagai
suatu kiat, yaitu upaya dalam menerjemahkan guna untuk mencapai padanan
yang cocok dan memenuhi aspek kewajaran dalam BSa.
Contoh: (b1) Passengers can enjoy ride on the 6-seater MaxiCab taxis from
the airport to any hotel in Singapore (…) and anyhere within
the Central Business District.
(b2) Para penumpang dapat menikmati perjalanan yang nyaman
dalam taksi MaxiCab yang berkapasitas 6 penumpang dari
pelabuhan udara ke hotel mana saja di Singapore (…) dan
kemana saja dalam Daerah Pusat Bisnis (Central Business
District).
Dalam teks (b1) ada upaya untuk menerjemahkan secara benar untuk
menghasilkan suatu terjemahan yang komunikatif. Upaya tersebut terlihat dari
hasil “restrukturisasi” yang wujudnya dalam bahasa Indonesia terlepas dari
baying-bayang bahasa Inggrisnya.37
- Passengers can enjoy ride: Para penumpang dapat menikmati perjalanan
- 6-seater MaxiCab taxis: Taksi MaxiCab yang berkapasitas 6 penumpang
Kata passengers (bentuk jamak) diterjemahkan para penumpang (bukan
dalam arti sebenarnya penumpang-penumpang). Kemudian kata ride
diterjemahkan perjalanan. Sedangkan 6-seater MaxiCab taxis diterjemahkan
37 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 94
26
Taksi MaxiCab yang berkapasitas 6 penumpang. Ketiga upaya diatas bukan
hanya sekedar dalam mengalihkan kebahasaannya, tetapi juga suatu kiat supaya
hasil terjemahannya dapat diterima oleh pembaca sebagai bahasa Indonesia yang
wajar.38
c. Translation as an art. Dalam hal ini penerjemahannya menyangkut hal
estetis. Maksudnya adalah apabila penerjemahannya tidak hanya melalui
proses pengalihan pesan. Tetapi juga penciptaannya, biasanya hal ini terjadi
pada penerjemahan teks sastra.39
Contoh: - Bagian dari sebuah puisi; Present I feel you, absent you’re near,
- Seorang penerjemah bahasa Perancis menerjemahkannya;
Presente je vous fuis – absente je vous trouve.
Kalimat you’re near jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (engkau
berada di dekatku) dalam bahasa Perancis diterjemahkan menjadi je vous trouve
dan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (aku menemukanmu). Hal ini
merupakan suatu penciptaan baru.40
d. Translation as a taste. Hal ini menyangkut dalam pilihan penerjemahan yang
bersifat pribadi. Yaitu apabila pilihan terjemahan merupakan hasil dari
penimbangan secara selera.
Contoh: - Kata however dapat diterjemahkan menjadi namun atau akan tetapi
sesuai selera penerjemah.
Keempat macam cara menilai terjemahan diatas dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk membantu para mahasiswa terjemah dalam melakukan penilaian
38 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 94 39 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 94 40 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 94
27
terjemahan. Keempat macam cara tersebut dapat digambarkan dalam sebuah
continuum yang berkisar dari “non-pribadi A” sampai “pribadi B”.
“Sangat Kecil” “Sangat Besar”
A Pesan pribadi penerjemah dalam memilih padanan B “science” “craft” “art” “taste”
[kebahasaan murni] [ retorika bahasa ]
Bagan di atas menjelaskan bahwa peran penerjemah sebagai pribadi sangat
kecil, terlihat pada titik A (“science”) dibandingkan dengan titik B (“taste”).
Dalam hal ini “craft” dan “art” berada diantaranya. Oleh karena itu konsep
betul-salah hanya berlaku pada kutub A (“science”). Continuum di atas
mempengaruhi cara kita memberikan nilai kepada hasil pekerjaan penerjemah.
Salah satu cara yang diharapkan dapat memberi penilaian yang adil adalah sebagai
berikut:41
Tabel 4. Contoh Pemberian Nilai
“science” “craft” “art” “taste” Hasil Perhitungan 1 2 3 4
Contoh: Contoh: Contoh: Contoh:
80 x 6 = 480 75 x 3 = 225 80 x 2 = 160 50 x 1 = 50 915 = 228,75 = 76,25 4 3
Tabel di atas menjelaskan bahwa pemberian nilai dilakukan dengan
membedakan empat tolok ukur, yaitu melihat posisi penerjemahan berperan
sebagai science, craft, art, dan taste. Diharapkan kita dapat memberikan penilaian
berdasarkan objektivitas atau mengurangi subjektivitas dalam melakukan
penilaian suatu terjemahan.
41 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 97
Gambar 3. Continuum peran pribadi penerjemah
28
2. Moch. Syarif Hidayatullah
Menilai kualitas suatu terjemahan merupakan salah satu aktivitas penting
dalam melakukan proses penerjemahan. Alasan seorang penerjemah menilai suatu
terjemahan yaitu: melihat keakuratan, mengukur kejelasan, dan menimbang
kewajaran.42
Menurut Hidayatullah dalam bukunya, menilai kualitas suatu terjemahan
selain dilakukan dengan cara membaca cermat juga dapat dilakukan dengan cara
perhitungan matematis. Hal ini dikarenakan penilaian terhadap suatu terjemahan
perlu dilakukan secara matematis walaupun penilaian tersebut bersifat subjektif-
relatif. 43 Berikut tabel pedoman penilaian yang ditawarkan oleh Hidayatullah.
Tabel 5. Pedoman Penilaian Terjemahan
No Penilaian Poin yang diberikan
1 Klausa atau kalimat yang tidak diterjemahkan 10 poin 2 Terjemahan salah pesan 5 poin 3 Frasa, diksi, kolokasi, konstruksi atau komposisi, serta tata
bahasa tidak dialihkan secara tepat 2 poin
4 Kesalahan ejaan dan tanda baca 1 poin
Untuk menggunakan pedoman penilaian tersebut, seorang penerjemah harus
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut;44
a. Penilaian terhadap hasil terjemahan yang sudah berbentuk buku dapat
dilakukan dengan cara mengambil beberapa halaman pada buku tersebut.
b. Setiap halamannya diberi skor awal sebanyak 100 poin.
c. Mulai menghitung kesalahan-kesalahan dan memberikan nilai sesuai dengan
yang tertera pada pedoman diatas.
42 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 71 43 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 71 44 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 71
29
d. Semua skor yang telah hitung pada setiap halaman yang telah diberi nilai
dijumlahkan.
e. Pada setiap halaman yang diberikan skor awal 100 poin tadi kemudian
dikurangi dengan jumlah skor kesalahan setiap halamannya.
f. Skor setiap halaman yang telah dikurangi tadi dijumlahkan semuanya lalu
dibagi dengan jumlah halaman.
g. Hasil dari skor tersebut menjadi nilai akhir dari terjemahan yang dinilai.
h. Karakter yang diberikan dari setiap skor; terjemahan istimewa jumlah skor
yang didapat adalah 90-100, terjemahan sangat baik jumlah skor 80-89,
terjemahan baik jumlah skor 70-79, kemudian terjemahan sedang jumlah skor
60-69, terjemahan kurangjumlah skor 50-59, dan terjemahan buruk jumlah
skor 0-49.
3. Nababan
Menilai kualitas suatu terjemahan berarti mengkritik sebuah karya
terjemahan. Mengkritik terjemahan merupakan tugas yang sulit, karena
dibutuhkan kemampuan yang lebih dalam melakukannya.45
Fungsi dari seorang kritik terjemah ialah untuk memastikan apakah hasil
terjemahan itu sudah bagus dan layak atau tidak untuk disebarluaskan ke
masyarakat. Oleh karena itu, sangatlah berat tanggung jawab seorang kritik
terjemah karena hasil kritikannya itu harus dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah dan masuk akal. 46
45 M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 83
46 M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 83
30
Dengan demikian, melakukan kritik terhadap suatu terjemahan akan
memberikan keuntungan kepada tiga pihak, yaitu; penerjemah, penerbit, pembaca.
Penerjemah merasa sangat diuntungkan karena hasil dari kritikan tersebut
merupakan masukan yang sangat berharga dan sebagai acuan untuk memperbaiki
terjemahannya. Bagi penerbit, kritikan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan apakah hasil karya terjemahan ini dapat disebarluaskan ke
masyarakat atau tidak. Kemudian bagi pembaca juga merasa diuntungkan karena
uang yang telah mereka sisihkan untuk membeli karya terjemahan tersebut tidak
terbuang percuma.47 Selanjutnya, cara penilaian yang dikemukakan oleh Nababan
yaitu;
a. Teknik Cloze (Cloze Technique)
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan tingkat keterpahaman pembaca
terhadap teks sasaran sebagai indikator kualitas terjemahan. Hal ini dilakukan oleh
pembaca dengan cara menebak atau memprediksi kata-kata yang dihapus dari teks
terjemahan. Namun, teknik ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu; (1) Tidak
mengukur seberapa akurat pesan BSu yang dialihkan ke BSa, (2) Tidak
mempertimbangkan kompetensi pembaca sasaran, (3) Seandainya terjawab tidak
bisa dijadikan jaminan bahwa teks tersebut sudah akurat.
b. Teknik membaca dengan suara nyaring (Reading-Aloud technique)
Teknik ini seperti halnya teknik cloze, yaitu dengan melibatkan pembaca
dalam menentukan kualitas terjemahan. Teknik ini dilakukan dengan meminta
pembaca untuk membaca hasil terjemahan, apabila tidak lancar maka bisa
47 M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 85
31
diasumsikan bahwa penerjemahan kurang berkualitas. Hal ini tentu saja kurang
relevan, karena tidak menjamin jika lancar membacanya maka kualitasnya pun
baik. Selain itu, kelancaran membaca berkaitan pula dengan faktor-faktor
psikologis, sehingga sulit menemukan korelasi langsung antara kelancaran
membaca dan kualitas hasil terjemahan.
c. Uji Pengetahuan
Teknik ini dilakukan dengan menguji pengetahuan pembaca tentang isi teks
BSa. Pertama, pembaca teks BSa diminta untuk membaca suatu teks terjemahan,
kemudian menjawab pertanyaan yang telah disiapkan oleh penilai. Jika pembaca
Bsa dapat menjawab sejumlah pertanyaan dengan benar dan sama banyaknya
dengan pembaca BSu, maka hal tersebut mengindikasikan tingkat kualitas
terjemahan. Namun lebih lanjut Nababan menjabarkan kelemahan teknik ini yaitu,
(1) Diasumsikan pembaca dibolehkan membaca teks terjemahan selama
menjawab pertanyaan, sehingga hal tersebut belum mampu digunakan sebagai alat
ukur kualitas terjemahan, (2) Sulit untuk membandingkan pembaca BSa dan
pembaca BSu terlebih berkaitan dengan interpretasi; banyak hal yang harus
dilibatkan seperti, kompetensi tiap-tiap pembaca danlatar belakang budayanya.
d. Terjemahan balik (Back translation)
Teknik penilaian terjemahan balik (Back Translation) misalnya adalah, teks
Bahasa Inggris (teks A) diterjemahkan ke dalam teks Bahasa Indonesia (teks B)
kemudian hasil terjemahan tersebut diterjemahkan kembali ke dalam teks Bahasa
Inggris (A’). Selanjutnya, teks A dibandingkan dengan A’ apabila kedua teks
tersebut sama, maka hasil terjemahan teks B semakin akurat.
32
e. Pendekatan berdasarkan padanan (Equivalence-based Approach)
Pendekatan berdasarkan padanan (Equivalence-based Approach)
menggunakan strategi hubungan antara padanan BSu dan BSa sebagai kriteria
penentuan kualitas terjemahan. Berdasarkan strategi ini, hal-hal yang perlu
dibandingkan ialah; (1) tipe teks, (2) ciri kebahasaan yang digunakan, (3) faktor
ekstra-linguistik.
Tipe teks merujuk pada fungsi utama bahasa dalam suatu teks. Ciri
kebahasaan merujuk pada ciri semantik, gramatikal dan stilistik. Kemudian, faktor
ekstra-linguitik merujuk pada dampak pada strategi verbalisasi, pemahaman yang
berbeda terhadap suatu isi teks, persepsi yang berbeda terhadap suatu fenomena
tertentu.
f. Instrument Penilaian
Strategi ini pertama kali dikemukakan oleh Nagao, Tsuji dan Nakamura
kemudian diadaptasi oleh Nababan. Strategi ini menggunakan penilaian angka
skala 1-4. Yang dibagi menjadi sangat akurat, akurat, kurang akurat, dan tidak
akurat. Begitu pula dalam penilaian keterbacaan yaitu, sangat mudah, mudah,
sulit, dan sangat sulit. Angka-angka yang digunakan dalam instrumen ini ialah
sebagai nilai kecenderungan untuk menilai suatu teks terjemahan.
4. Rochayah Machali
Penilaian terhadap suatu terjemahan sangat penting untuk dilakukan.
Alasannya, hal ini disebabkan oleh dua tujuan yaitu; untuk menciptakan hubungan
dialektik dan untuk kepentingan kriteria dari standar dalam menilai kompetensi
penerjemahan.
33
Machali membahas tiga pokok terpenting dalam melakukan proses penilaian.
Yaitu segi-segi yang perlu diperhatikan dalam penilaian penerjemahan, kriteria
penilaian, dan cara penilaian.48 Disamping itu, Newmark mengemukakan bahwa
konsep dalam penilaian Machali berupa penilaian umum yang dirangkai dengan
menggunakan kerangka metode semantik dan komunikatif. Kemudian penilaian
khusus yang juga menggunakan metode penilaian khusus.49
Penilaian Umum Terjemahan
1. Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam proses penilaian
Perlu diperhatikan dalam setiap melakukan proses penilaian bukan hanya
sekedar melihat dari benar-salah, baik-buruk, dan harfiah-bebas saja. Tetapi ada
beberapa segi yang harus diperhatikan dalam melakukan proses penilaian. Sebagai
bahan perbandingan, berikut contoh beberapa versi teks50:
- TSu:
Some focal points of crises in the present day world are of a longstanding
nature.
- TSa (Terjemahan Autentik):
a. Beberapa persoalan krisis penting yang ditemukan di dunia saat ini sudah
bersifat kronis.
b. Beberapa persoalan krisis utama di dunia pada saat ini sebetulnya
merupakan masalah lama.
c. Beberapa hal penting yang merupakan krisis dunia dewasa ini adalah
mengenai pelestarian alam.
48 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 143 49 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 143 50 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 145
34
Dari tiga hasil terjemahan diatas, ada beberapa hal yang menunjukkan adanya
pembanding. Pada Tsa, dari segi ketepatan pemadanannya terdapat aspek
linguistik yaitu semantik dan pragmatik. 51
Aspek pemadanan linguistik (struktur gramatika) dari ketiga versi terjemahan
diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan dari kadar ketepatannya dalam
menyatakan kembali makna yang terkandung dalam Bsu.52 Kemudian perbedaan
prosedur transposisi yang mendasar pada teks C yaitu kata world sebagai frasa
dari kata in the world menjadi frasa nominal yang disatukan dengan kata crises.
Sehingga seolah-olah teks aslinya berubah menjadi crises.53
Kemudian aspek semantiknya, terdapat penyimpangan yang mendasar pada
teks C. Yaitu pada frasa pelestarian alam yang menunjukkan adanya distorsi
makna referensial. Sehingga seolah-olah kata nature pada tataran kalimatnya
dipadankan dengan alam.
Apabila dari ketiga versi terjemahan diatas dibandingkan dari segi gaya
bahasanya, maka penerjemahan pada teks A harus berupaya untuk mereproduksi
gaya bertenaga tersebut dengan menggunakan kata penting dan kronis. Dan
penerjemahan pada teks B berubah menjadi gaya bahasa yang biasa atau netral.54
2. Kriteria Penilaian
Suatu penilaian harus mengikuti prinsip validitas dan reliabilitas. Tetapi
dalam proses penilaian terjemahan sifatnya relatif. Maka validitas penilaiannya
dipandang dari aspek content validity dan face validity. Alasannya karena menilai
51 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 145 52 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 145 53 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 146 54 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 147
35
suatu terjemahan berarti melihat aspek atau content sekaligus melihat aspek yang
menyangkut tentang keterbacaan seperti ejaaan atau face.55
Perlu diperhatikan, yang menjadi pembatas dalam kriteria dasar adalah
terjemahan yang salah (tidak berterima) dan terjemahan yang berterima. Kriteria
pertama adalah; tidak boleh ada penyimpangan makna referensial yang
menyangkut maksud dari penulis aslinya. Kriteria lain menyangkut segi-segi
ketepatan pemadanan linguistik, semantik dan pragmatik. Kemudian segi
kewajaran dalam pengungkapan dan ejaan.56
Tabel 6. Kriteria Penilaian
55 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 151 56 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 152
Segi dan Aspek Kriteria
A. Ketepatan Reproduksi Makna
1. Aspek Linguistik
a. Transposisi
b. Modulasi
c. Leksikon (kosakata)
d. Idiom
2. Aspek semantis
a. Makna referensial
b. Makana interpersonal
- Gaya bahasa
- Aspek interpersonal lain (misal:
konotatif dan denotatif)
3. Aspek pragmatis
a. Pemadanan jenis teks (termasuk
maksud/tujuan penulis).
b. Keruntutan makna pada tataran kalimat
dengan tataran teks.
Benar, jelas, wajar.
Menyimpang?
(lokal/total)
Berubah?
(lokal/total)
Menyimpang?
(lokal/total)
Tidak runtut?
(lokal/total)
A. Kewajaran Ungkapan Wajar dan/atau harfiah? (dalam arti kaku)
B. Peristilahan Benar, baku, jelas
C. Ejaan Benar, baku
36
Catatan untuk tabel kriteria penilaian:57
1. ”Lokal” maksudnya adalah menyangkut beberapa kalimat dalam
perbandingannya dengan jumlah kalimat seluruh teks (persentase).
2. ”Total” maksudnya adalah menyangkur 75% atau lebih apabila dibandingkan
dengan jumlah kalimat seluruh teks.
3. ”Runtut” maksudnya adalah sesuai/cocok dalam hal makna.
4. ”Wajar” maksudnya adalah alami, tidak kaku.
5. ”Penyimpangan maksudnya adalah selalu menyiratkan kesalahan, dan tidak
demikian halnya untuk ”perubahan”.
3. Cara Penilaian
Ada dua cara dalam melakukan proses penilaian yaitu cara umum dan cara
khusus. Cara umum, secara relatif bisa digunakan pada setiap jenis teks
terjemahan, sedangkan cara khusus hanya bisa digunakan khusus untuk teks
terjemahan tertentu. Misalnya; teks hukum, teks-teks yang bersifat estetis.58
Tabel 7. Rambu-rambu Penilaian
Kategori Nilai Indikator
Terjemahan hampir sempurna
86-90 (A)
Penyampaian wajar, hampir tidak terasa seperti terjemahan, tidak ada kesalahan ejaan, tidak ada penyimpangan tata bahasa, dan tidak ada kekeliruan penggunaan istilah.
Terjemahan sangat bagus
76-85 (B)
Tidak ada distorsi makna, tidak ada terjemahan harfiah yang kaku, tidak ada kekeliruan penggunaan istilah, terdapat satu atau dua kesalahan tata bahasa/ejaan (untuk bahasa arab tidak boleh ada kesalahan ejaan).
Terjemahan baik 61-75 (C)
Tidak ada distorsi makna, ada terjemahan harfiah yang kaku tetapi tidak relatif lebih dari 15% dari keseluruhan teks sehingga tidak terasa seperti terjemahan, terdapat kesalahan tata bahasa dan idiom yang relatif tidak lebih dari 15% dari keseluruhan teks, ada satu atau dua kesalahan ejaan.
Terjemahan cukup 46-60 (D)
Terasa seperti terjemahan, ada distorsi makna, terdapat beberapa terjemahan harfiah yang kaku relatif tidak melebihi
57 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 154 58 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 154
37
25% keseluruhan teks, ada beberapa kesalahan idiom dan tata bahasa tetapi tidak lebih dari 25% teks keseluruhan, ada satu atau dua penggunaan istilah yang tidak baku/tidak umum/kurang jelas.
Terjemahan buruk 20-45 (E)
Sangat terasa seperti terjemahan, terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku, distorsi makna dan kekeliruan dalam penggunaan istilah lebih dari 25% dari keseluruhan teks.
Namun, penting untuk diingat bahwa rambu-rambu bukan harga mati hanya
sebagai pedoman saja. Oleh karena itu ada tahap-tahap yang perlu diperhatikan
sebelum penerjemah ingin melakukan proses penilaian.59 Yaitu:
1. Penilaian fungsional, maksudnya kesan umum untuk melihat apakah tujuan
umum dari penulisan menyimpang. Apabila tidak maka proses penilaian
dilanjutkan.
2. Penilaian terperinci, maksudnya berdasarkan segi-segi dan kriteria yang
sudah dibahas sebelumnya pada bagian kriteria penilaian.
3. Penilaian terperinci tersebut digolongkan dalam suatu skala/continuum
sehingga dapat diubah menjadi suatu nilai seperti yang tertera pada tabel
rambu-rambu penilaian diatas.
Penilaian Khusus
Penilaian khusus berhubungan dengan teks-teks khusus baik dalam hal
jenisnya, seperti puisi dan dokumen hukum. Kemudian dalam hal fungsinya
seperti eksprensif dan vokatif.60
Dokumen hukum yang berbentuk akta tentu akan berbeda bentuk dengan
dokumen yang berisikan tentang kontrak. Misalnya, dalam suatu akta notaris
biasanya pada awal kalimat diawali dengan ”Hari ini telah datang menghadap
saya...”. Maka bentuknya pun harus dipertahankan dalam penerjemahan. Hal yang
59 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 155 60 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 157
38
sama berlaku juga untuk puisi. Misalnya suatu puisi berima estetik tertentu tidak
bisa sekedar diterjemahkan menjadi puisi tanpa rima.61
Fungsi teks-teks dalam golongan tersebut harus diperhatikan sebagai teks
yang sifatnya juga bentuknya khusus. Oleh karena itu, fungsinya pun juga
tentunya khusus. Dengan demikian dalam proses penilaian teks-teks khusus ini
harus diikut sertakan segi-segi penilaian yaitu; bentuk, sifat, dan fungsi. 62
5. Tim Gunadarma
Berkualitas atau tidaknya suatu karya terjemahan dapat dilihat dari tiga sudut
yaitu keakuratan, kejelasan, kewajaran. Keakuratan berarti sejauhmana pesan
dalam teks BSu tersampaikan dengan benar dalam teks BSa. Kejelasan berarti
sejauhmana pesan yang dikomunikasikan dalam teks BSu dapat dengan mudah
dipahami oleh pembaca BSa. Dan kewajaran berarti sejauhmana pesan yang
dikomunikasi termasuk dalam bentuk yang lazim, sehingga pembaca teks BSu
merasa bahwa naskah yang ia baca adalah naskah asli yang ditulis dalam
bahasanya sendiri.63
1. Tujuan Penilaian
Menurut Larson; 1989, ada tiga alasan mengapa seseorang hendak melakukan
penilaian terhadap suatu terjemahan. Yaitu;
- Pertama, penerjemah ingin meyakini bahwa terjemahannya akurat.
Terjemahannya mengkomunikasikan makna yang sama dengan makna dalam
61 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 158 62 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 158 63 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib),
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
39
teks BSu. Makna yang ditangkap pembaca teks BSu sama dengan makna
yang ditangkap pembaca teks bahasa penerima.
- Kedua, penerjemah ingin mengetahui bahwa terjemahannya jelas. Maksudnya
pembaca sasaran dapat memahami terjemahannya tersebut. Dan bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang sederhana mudah dipahami serta sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar.
- Ketiga, penerjemah ingin menguji apakah terjemahannya wajar. Maksudnya
terjemahannya mudah dibaca dan menggunakan tata bahasa dan gaya bahasa
yang wajar atau lazim.
2. Teknik Menilai Terjemahan
Beberapa teknik dalam menilai suatu terjemahan yaitu;64
a. Uji Keakuratan
Menguji keakuratan maksudnya mengecek kembali apakah makna yang
dialihkan dari teks BSu sama dengan teks bahasa penerima. Teknik terbaik dalam
melakukan uji keakuratan adalah dengan mengedit draf, dianjurkan dalam
pengetikannya diberi dua spasi dan margin lebar supaya mempermudah untuk
menulis perbaikan. Tetapi bukan dengan melakukan uji seperti berarti merubah
naskah aslinya secara keseluruhan, hanya saja untuk mengecek kembali apakah
makna dalam teks tersebut sudah benar-benar dikomunikasikan dengan baik atau
belum dalam penerjemahan.
Untuk menghasilkan terjemahan yang memiliki makna yang sama dengan
naskah aslinya, terjemahan tersebut harus wajar dan mudah dipahami. Sehingga
64 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
40
masyarakat lebih mudah untuk menangkap informasi yang terdapat dalam pesan
tersebut.
Contoh:
- TBsu:
Bila seorang gadis berkenan di hati seorang pemuda, maka ia memberitahu
orang-tuanya untuk melamar pujaan hatinya itu. Orang tua si jejaka
kemudian mengadakan lamaran kepada orang tua si gadis. Upacara ini
disebut mepadik.
- TBp:
When a young girl fall in love with a young man, then she informs her
parents about the marriage proposal to the idol of her heart. This
ceremony is called mepadik.
Dari teks BSu diatas jelas bahwa pria menempati posisi yang sangat aktif atau
pengambil inisiatif: “Ia memberitahu orang-tuanya untuk melamar pujaan
hatinya”, sedangkan wanita menempati posisi pasif, pasrah dan menunggu untuk
segera dilamar. Hal ini sangat berbeda dengan teks bahasa penerimanya. Dalam
teks bahasa penerima, jelas bahwa wanita adalah pengambil inisiatif: “falls in
love; she informs her parents about the marriage proposal to the idol of her
heart”. Di sini penerjemah dalam terjemahannya tampak dipengaruhi oleh
liberalisasi wanita Barat. Dengan demikian, dalam terjemahan ini terjadi distorsi
makna. Selain itu, dinamika naskah asli tidak dipertahankan.65
Lain halnya dengan terjemahan berikut:
65 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
41
- TBp:
When a youth has his heart set on a girl, he then informs his parents to
express the intentions of his heart. The bachelor’s parents then deliver a
proposal to the girl’s parents. This ceremony is called mepadik.
Di sini terlihat terjemahan kedua benar-benar mempertahankan makna, yaitu
makna sosio-kultural. Penerjemah mempertahankan kesan pembaca BSu yang
memposisikan pria sebagai posisi aktif atau pengambil inisiatif: “he then informs
his parents the intentions of his heart”, sedangkan wanita dalam posisi pasif.
Terjemahan kedua dapat dikategorikan sebagai terjemahan yang
mengkomunikasikan makna secara akurat dan mempertahankan dinamika naskah
asli.
b. Uji Keterbacaan
Keterbacaan atau dalam bahasa Inggris disebut readability, menyatakan
derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dipahami maksudnya. Tulisan yang
tinggi keterbacaannya maka akan lebih mudah dipahami daripada yang rendah.
Tetapi sebaliknya, tulisan yang lebih rendah keterbacaannya lebih sukar untuk
dibaca.66
Uji keterbacaan dilakukan dengan meminta seseorang untuk membaca
sebagian naskah terjemahan dengan keras. Naskah itu harus lengkap, yaitu satu
unit. Begitu dia membaca, penilai memperhatikan di mana letak pembaca merasa
66 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
42
bimbang. Jika ia berhenti dan membaca ulang kalimat itu, maka harus dicatat
bahwa ada masalah keterbacaan.
Contoh:
- TBp:
Ia tidak baik memiliki maupun memerlukan sebuah kamus.
- TBSu:
He neither had nor cared for a dictionary.
Terjemahan di atas sulit dipahami. Tampaknya penerjemah sangat terikat
pada struktur kalimat TBsu, sehingga selain menyebabkan ketidakterbacaan, juga
tidak terpahami. Penerjemah tampak memahami makna kalimat dalam BSu, tetapi
gagal mengungkapkannya dengan jelas dalam BSa. Struktur kalimatnya tampak
aneh, sehingga menyebabkan perubahan makna.
c. Uji Kewajaran
Beekman dan Callow mengemukakan, “dalam penerjemahan idiomatik,
penerjemah berusaha menyampaikan makna teks Bsu kepada pembaca BSa
dengan menggunakan bentuk gramatika dan kosa kata yang wajar.”Jadi
penerjemah hanya boleh terikat pada makna atau pesan. Dia tidak boleh terikat
pada bentuk. Penerjemahan idiomatik juga telah dikenal secara luas dengan
penerjemahan padanan dinamis yang juga dikemukakan oleh Nida. Penerjemahan
padanan dinamis bertujuan untuk menghasilkan terjemahan yang diterima secara
wajar oleh pembaca BSa baik dari sudut linguistik maupun nonlinguistik.67
67 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
43
Contoh:
- TBSu:
“…the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent
textual material in another language (TL)”
- TBp:
“… mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang
sepadan dalam bahasa penerima ”
Dalam terjemahan ini tampak jelas penerjemah melepaskan diri dari struktur
bahasa teks BSu. Ia menangkap maknanya lalu merumuskannya dalam BSa. Kata
replacement (kata benda) dalam teks BSu diterjemahkan dengan mengganti (kata
kerja). Dalam terjemahan itu, bentuk teks BSu tidak dipaksakan. One language
tidak diterjemahkan dengan satu bahasa dan another language dengan bahasa
lain. Penerjemah justru menerjemahkan singkatan kata yang ada di dalam kurung,
yaitu “(SL)” dengan bahasa sumber dan “(TL)” dengan bahasa penerima .
Maksud uji kewajaran adalah melihat apakah bentuk dan gaya bahasa
terjemahan dapat diterima dengan wajar oleh pembaca sasaran. Pembaca tidak
merasa “asing” ketika membacanya. Pengujian ini harus dilakukan oleh penilai
yang sudah menghabiskan waktunya untuk membaca seluruh terjemahan dan
membuat komentar dan saran-saran yang diperlukan. Akan lebih baik jika
penilaian dilakukan oleh orang yang memiliki keterampilan menulis yang baik
dalam bahasa penerima.68
68 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
44
d. Uji Keterpahaman
Keterpahaman atau dalam bahasa Inggris disebut comprehensibility. Artinya
terjemahan yang dihasilkan mudah untuk dimengerti oleh penutur BSa atau tidak.
Uji keterpahaman ini memiliki keterkaitan dengan masalah kesalahan referensial
yang mungkin dilakukan oleh penerjemah.69
Uji jenis ini dilakukan dengan meminta seseorang untuk menceritakan ulang isi
dari terjemahannya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
mengenai terjemahan itu. Uji keterpahaman menyangkut pengujian terhadap teks
Bahasa Penerima, bukan pengujian terhadap responden.70
Uji keterpahaman dapat dilakukan oleh penerjemah sendiri atau orang yang
dilatih secara khusus. Namun, jika penerjemah itu sendiri yang melakukan
penilaian, dia tidak boleh bersikap difensif terhadap pekerjaanya, tetapi benar-
benar ingin mengetahui apakah pesan yang dikomunikasikan dapat ia pahami
dengan benar atau tidak. Langkah yang ditempuh dalam melakukan uji ini
adalah:71
1. Overviu. Responden diminta untuk menceritakan ulang isi naskah yang
dibacanya. Tujuannya adalah untuk melihat apakah alur dalam tema dan
kejadian yang terdapat dalam naskah tersebut sudah jelas atau belum.
69 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
70 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
71 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
45
2. Membuat pertanyaan. Maksudnya adalah sebelum menguji dianjurkan untuk
membuat pertanyaan terlebih dahulu sehingga tidak mengajukan pertanyaan
secara tiba-tiba.
e. Terjemahan Balik
Tujuan utama terjemahan balik adalah untuk mengetahui apakah makna yang
dikomunikasikan sepadan dengan makna dalam TBsu atau tidak, bukan pada
kewajaran terjemahan.Teknik menilai dengan terjemahan balik adalah meminta
orang lain yang menguasai BSu dan BSa menerjemahkan balik naskah terjemahan
ke dalam BSu. Terjemahan balik tidak menilai kewajaran, akan tetapi pada
kesepadanan makna.
Dua puluh sembilan tahun silam sajak Rendra diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris. Dua bait di antaranya diterjemahkan sebagai berikut:72
- TBSu :
“… wahai dik Narti/kupinang kau menjadi istriku”
- TBp:
“… hei little sister Narti/want you for my wife.”
… wahai kecil saudara perempuan Narti/ mau engkau untuk istriku
- Terjemahkan balik:
“ … wahai adik (perempuan) Narti/ maukah engkau menjadi istriku”.
Dari contoh terjemahan sajak diatas, terlihat bahwa penerjemah tidak
mengindahkan kebudayaan Indonesia. Sebutan “dik” yang digunakan Rendra
adalah panggilan seorang kekasih, bukan saudara perempuan. Melalui terjemahan
72 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
46
balik di atas, dapat dipahami bahwa terjemahan dik, yaitu little sister tidak tepat,
bahkan terjadi distorsi makna.
Dengan melalui terjemahan balik, penerjemah dapat membuat perbandingan
cermat dengan teks BSu, mencari perbedaan dan ketidaksepadanan makna, dan
ketidakmemadaian aplikasi prinsip penerjemahan.
f. Uji Kekonsistenan
Uji kekonsistenan sangat diperlukan dalam hal-hal yang bersifat teknis. Duff
mengemukakan bahwa tidak ada aturan baku mengenai bagaimana cara yang
terbaik menyatakan ungkapan BSu. Namun, dapat dicatat bahwa ada beberapa
kelemahan yang harus dihindari. Salah satu kelemahan itu adalah
ketidakkonsistenan.73
Pada akhir pekerjaannya, seorang penerjemah perlu melakukan pengecekan
terhadap hal tersebut. Hal ini biasanya terjadi pada dokumen tertentu, seperti
politik, teknik, ekonomi, hukum, pendidikan, atau agama. Sebagai contoh istilah
“exposure” dalam pengajaran bahasa diterjemahkan menjadi “eksposur” atau
“pajanan”. 74
Kekonsistenan dalam pengeditan membutuhkan perhatian cermat.
Kekonsistenan dalam hal ejaan nama orang dan tempat amat diperlukan. Kata-
kata asing yang dipinjam yang terjadi beberapa kali harus diperiksa kekonsistenan
ejaannya. Penggunaan tanda baca, huruf kapital harus diperiksa secara
cermat.Pada pengecekan akhir, format naskah dan materi pelengkap lainnya
73 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
74 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
47
seperti catatan kaki, glosarium, indeks, daftar isi harus diperiksa kembali secara
cermat.75
D. Sintesis Pustaka
Dari penjelasan pustaka di atas, dapat diketahui bahwa setiap tokoh
penerjemah memiliki cara yang berbeda dalam melakukan proses menilai suatu
terjemahan. Tetapi, dari setiap proses tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk menilai kualitas suatu terjemahan. Dari setiap tokoh tersebut dalam proses
penilaiannya ada yang melakukan secara matematis dan ada juga yang tidak.
Penilaian secara matematis dilakukan oleh Benny Hoedoro Hoed, Moch.
Syarif Hidayatullah, dan Rochayah Machali. Sedangkan penilaian tidak secara
matematis dilakukan oleh Nababan dan Tim Guna Darma.
Dalam hal ini peneliti memilih untuk menggunakan teori yang dikemukakan
oleh Rochayah Machali. Karena selain proses penilaiannya dilakukan secara
matematis, juga lebih mudah dalam melakukan penilaiannya.
75 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
48
BAB III
GAMBARAN UMUM RISĀLATUL MUDZĀKARAH
A. Pengantar
Risālatul Mudzākarah, kitab ini ditulis oleh Al-Imam Abdullah Al-Haddad
dan diterjemahkan oleh Zainal Arifin Yahya. Pada bab ini peneliti akan
membahas mengenai gambaran umum kitab Risālatul Mudzākarah serta
memaparkan biografi riwayat hidup, karir, dan karya-karya penulis dan
penerjemah.
Kitab Risālatul Mudzākarah karya As-Sayyid Al-Habib Al-‘Arif billah,
Syekh Abdullah bin ‘Alawiy Al-Haddad merupakan risalah khusus yang termuat
dalam satu kitab karyanya yang mulanya lebih popular dikenal dengan nama Ad-
Da’wah At-Tammah wa At-Tadzkirah Al-‘Ammah. Kitab ini membahas risalah
diskusi mengenai tasawuf yaitu tentang Hakekat Taqwa, Mukmin Sejati, serta
Keduniawian dan Zuhud.
B. Tentang Penulis
1. Riwayat Hidup Abdullah Al-Haddad
Abdullah Al-Haddad, dilahirkan dan diasuh sejak kecil oleh kedua
orangtuanya. Dia lahir di kota Tarim wilayah Hadhromaut desa Sabir, Yaman
pada hari Rabu malam Kamis, 5 Shafar 1044 H.76
76 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib)
49
Nasabnya Imam Al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alwy al-Haddad bin
Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin
Abu Bakar Al–Thowil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-
Faqih bin Abdurrohman bin Alwy bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’
Qosam bin Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin
Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali Al-Uraidhi
bin Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin
Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib
suami Az-Zahro Fathimah Al-Batul binti Rosulullah Muhammad SAW.77
Ayahnya, Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad dikenal sebagai seorang
yang saleh. Ibunya, Syarifah Salwa dikenal sebagai wanita ahli ma’rifah. Kakek
dari sisi ibunya adalah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar Ba ‘Alawy termasuk
ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna.78
Sejak kecil, Abdullah Al-Haddad sudah menjaga pandangannya dari segala
yang diharamkan. Penglihatan lahiriahnya diambil oleh Allah dan digantikan oleh
penglihatan batinnya. Hal itu merupakan salah satu pendorong Abdullah Al-
Haddad untuk lebih giat dan tekun dalam mencari cahaya Allah yaitu menuntut
ilmu agama.79
Pada usia 4 tahun dia terkena penyakit cacar sehingga menyebabkannya
kebutaan. Cacat yang dideritanya telah membawa hikmah, sebab dia tidak
77 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib)
78 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib)
79 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib)
50
bermain sebagaimana anak kecil sebayanya. Abdullah Al-Haddad menghabiskan
waktunya hanya dengan menghafal Al-Quran dan mencari ilmu.
Abdullah Al-Haddad memiliki perwatakan badan yang tinggi, berdada
bidang, tidak terlalu gempal, serta berkulit putih. Wajahnya senantiasa terlihat
manis dan menggembirakan orang lain ketika di dalam majlisnya. Tertawanya
hanya sekadar senyuman manis, apabila dia gembira dan girang, wajahnya
bercahaya bagaikan bulan.80
Abdullah Al-Haddad adalah contoh bagi setiap insan dalam mencerminkan
semangat yang tinggi dan azam yang kuat dalam hal keagamaan. Dia juga
senantiasa menangani segala urusan dengan penuh keadilan serta menghindari
pujian atau keutamaan dari orang lain. Selain itu dia juga memiliki hati yang amat
suci, dan penyabar. Karena segala urusan hidupnya berlandaskan sunnah.81
Diantara sifat Abdullah Al-Haddad yang paling menonjol adalah tawaddu’
(merendah diri). Hal ini terbukti pada perkataan, syair-syair dan tulisannya. Suatu
hari dia pernah mengutus Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Aydrus kemudian
berkata: “Do’ailah untuk saudaramu ini yang lemah semoga diampuni Allah”
Abdullah Al-Haddad wafat pada hari Senin malam Selasa, 7 Dzulqo’dah
1132 H. Mulanya dia sakit sejak hari Kamis 27 Ramadhan 1132 H dan sakitnya
berlanjut selama 40 hari, hingga akhirnya pada malam Selasa, 7 Dzulqo’dah 1132
H (bersamaan dengan 10 September 1720 M) Abdullah Al-Haddad dijemput
Allah Swt pada usia 89 tahun. Dia disemayamkan di pemakaman Zambal, Kota
80 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib)
81 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib)
51
Tarim, Hadhromaut, Yaman. Semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada
ruhnya dan memberi manfaat kepada kita dengan ilmu-ilmunya.82
2. Karier Abdullah Haddad
Berkat ketekunan yang dimiliki, Abdullah Al-Haddad pada usianya yang
masih sangat dini dinobatkan oleh guru-gurunya sebagai da’i. Hal ini membuat
namanya harum di penjuru wilayah Hadhromaut serta mengundang datangnya
para murid yang berminat untuk mencari ilmu. Selain mengkader pakar-pakar
ilmu agama, Abdullah Al-Haddad juga mencetak generasi unggulan yang
diharapkan mampu melanjutkan perjuangan datuknya, Rosullullah SAW.
Abdullah Al-Haddad juga aktif merangkum dan menyusun buku-buku nasihat
baik dalam bentuk kitab, koresponden (surat-menyurat), dan atau dalam bentuk
syair. Banyak buku-bukunya yang terbit dan dicetak untuk dipelajari, diajarkan,
dan dibaca serta dialihbahasakan. Lebih dari itu, Abdullah Al-Haddad juga
menyusun wirid-wirid yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
bermanfaat untuk agama, dunia dan akhirat. Salah satunya yang terkenal adalah
Rotib Haddad. Rotib ini disusun oleh Abdullah Al-Haddad pada malam Lailatul
Qodar tahun 1071 H.83
Semasa hidupnya, Abdullah Haddad banyak menimba ilmu dengan guru-
gurunya.84 Yaitu:
1. Al-Habib Muhammad bin ‘Alawi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar
bin ‘Abdurrahman al-Saqqaf (1002 – 1071H).
82 14.00 wib. al-fanshuri-kenaliulama.blogspot.com, (diakses 15/02/2014) 83 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-
biografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib) 84 al-fanshuri-kenaliulama.blogspot.com, (diakses 15/02/2014, 14.00 wib)
52
2. Syaikh Abu Bakar bin bin Imam ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Abu Bakar bin
Syaikh ‘Abdurrahman al-Saqqaf.
3. Al-Habib ‘Aqil bin ‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Aqil bin
Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin ‘Abdurrahman al-Saqqaf.
4. Al-Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman al-‘Atthas bin Aqil bin Salim bin
Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman al-Saqqaf
(wafat:1072H).
5. Al-Habib ‘Abdurrahman bin Syaikh Maula ‘Aidid Ba’alawi (wafat: 1068H).
6. Sayyid Syaikhan bin Imam al-Hussein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.
7. Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu
Bakar bin Salim.
8. Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin
Syaikh Al-‘Arif Billah.
9. Ahmad bin Syaikh al-Hussein bin Syaikh al-Quthb al-Rabbani Abu Bakar bin
Abdullah al-‘Aydrus (1035-1112H).
10. Sayyid al-Faqih al-Shufi Abdullah bin Ahmad Ba`alawi al-Asqa’
11. Sayyid Syaikh al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Qusyasyi (wafat 1071H).
Abdullah Al-Haddad juga menerima khirqah sufiyyah, diantaranya dari:
1. Al-Habib ‘Aqil bin ‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Aqil bin
Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin ‘Abdurrahman al-Saqqaf,
2. Al-Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman al-‘Atthas bin Aqil bin Salim bin
Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman al-Saqqaf
(wafat:1072H),
53
3. Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu
Bakar bin Salim,
4. Al-‘Arif billah Syaikh Muhammad bin ‘Alawi as-Saqqaf al-Makki. Dia
adalah merupakan Quthub al-Aqtab pada zamannya. Dan ada ulama
mengatakan bahwa beliau رضي هللا عنھ menduduki makam tersebut hampir 60
tahun.
Abdullah Haddad selain berguru kepada para ulama besar, dia juga memiliki
murid-murid yang berguru padanya85. Diantaranya:
1. Al-Habib Hasan bin ‘Abdullah al-Haddad (putranya sendiri).
2. Al-Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.
3. Al-Habib ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah Balfaqih.
4. Al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith.
5. Al-Habib ‘Umar bin Zein bin Smith.
6. Al-Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman al-Bar.
7. Al-Habib ‘Ali bin ‘Abdullah bin Abdurrahman al-Saqqaf.
8. Al-Habib Muhammad bin ‘Umar bin Thoha ash-Shafi al-Saqqaf.
9. Syaikh Ahmad bin Abdul Karim al-Hasawi asy-Syajjar
10. Al-Faqih Bajubair – Dia adalah guru Al-Imam Abdullah Al-Haddad dalam
kajian ilmu fiqh. Namun dia juga belajar Kitab Ihya kepada Al-Imam
Abdullah Al-Haddad.
Al-Imam Abdullah Al-Haddad berkata: “Setelah kembali ke Hadhramaut
(dari India) dia belajar Ihya kepadaku. Aneh sekali! Dahulu aku belajar fiqh
kepadanya, namun sekarang dia belajar Ihya kepadaku.”
85 al-fanshuri-kenaliulama.blogspot.com, (diakses 15/02/2014, 14.00 wib)
54
3. Karya-karya Abdullah Haddad
Abdullah Al-Haddad mulai menulis ketika berumur 25 tahun. Karya
terakhirnya ditulis ketika usianya 86 tahun. Karya-karya yang pernah ditulis oleh
Abdullah Al-Haddad86 di antaranya:
1. Risalah al-Mudzaakarah Ma’a Al-Ikhwan Al-Muhibbin Min Ahl Al-Khair Wa
Ad-Din (رسالة المذاكرة مع اإلخوان المحبیــن من أھل الخیر والــدین) - Kitab ini
selesai ditulis pada hari Ahad sebelum datang waktu Dzuhur, akhir bulan
Jumadil Awwal 1069 H.
2. Risalah Al-Mu’aawanah Wa Al-Muzhaaharah Wa Al-Mu`aazirah Li Ar-
Raghibin Minal Mu’minin Fi Suluki Thoriqil Akhirah رسالة المعاونة)
Kitab – والمظاھرة والمؤازرة الـــراغبین من المؤمنین فــي ســلوك طــریق األخرة)
ini selesai ditulis pada tahun 1069 H sewaktu dia berusia 26 tahun. Kitab ini
ditulis atas permintaan Habib Ahmad bin Hasyim Al-Habsyi.
3. Risalah Adab Suluk Al-Murid (رســلة آداب ســلوك المریــد) – Kitab ini selesai
ditulis oleh Abdullah Al-Haddad antara tanggal 7 atau 8 Ramadhan tahun
1071H.
4. Ithaf As-Saail Bi Jawaab Al-Masaail (إتحـــاف الســـائل بجــواب المســائل) –
Kitab ini merupakan kumpulan jawaban atas pelbagai persoalan yang
diajukan Syaikh ‘Abdurrahman Ba’Abbad asy-Syibaami kepada Abdullah Al-
Haddad. Dan ditulis sewaktu dia berkunjung ke Dau’an pada tahun 1072H.
Kitab ini mengandungi 15 pertanyaan yang disertai jawaban dengan ulasan
86 al-fanshuri-kenaliulama.blogspot.com, (diakses 15/02/2014, 14.00 wib)
55
yang mendalam darinya, dan selesai ditulis pada hari Jum’at, 15 Muharram
1072.
5. An-Nashaih Ad-Diniyah Wa Al-Washaya Al-Imaniyah النصـــائح الدینیــــة)
Abdullah Al-Haddad menulis kitab ini pada usia 45 – والوصـــایا اإلیمـانیـــة)
tahun. Kitab ini selesai ditulis pada hari Ahad, 22 Sya’ban 1089H. Kitab ini
mendapat pujian dari para ulama karena merupakan suatu ringkasan daripada
Ihya. Kata-kata di dalam kitab ini mudah, kalimatnya jelas, dan
peribahasannya sederhana disertai dengan dalil yang kuat. Kitab ini sangat
sesuai untuk dibaca oleh kalangan orang awam.
6. Sabil Al-Iddikar Wa Al-I’tibaar Bima Yamurru Bi Al-Insan Wa Yanqadhi
Lahu Min Al-’A’maar ســـبیل اإلدكــار واإلعتبــار بمــا یمــر باإلنســان وینقضــى)
-Terdapat perbedaan pendapat mengenai usia Abdullah Al – لــھ من األعمار)
Haddad saat menulis kitab ini. Ada yang mengatakan bahwa kitab ini ditulis
ketika Abdullah Al-Haddad berusia 60 tahun (1104H) dan ada juga yang
mengatakan ketika usia 63 tahun (1107H). Kitab ini selesai pada hari Ahad 29
Sya’ban 1110H. Kitab ini membahas mengenai fase-fase hidup manusia.
7. Ad-Da’wah At-Tammah Wa At-Tadzkirah Al-‘Ammah الــدعوة التامـــة)
Kitab ini diselesaikan oleh Abdullah Al-Haddad ketika – والتــذكرة العامــة)
berumur 70 tahun dan selesai ditulis pada hari Jum’at 28 Muharram 1114 H.
8. An-Nafais Al-‘Uluwiyyah Fi Al-Masaail As-Shufiyyah النفـــائس العلویــة فــي)
Kitab ini selesai ditulis pada hari Kamis bulan – المســائل الصــوفیة)
Dzulqo’dah 1125 H saat Abdullah Al-Haddad berusia 81 tahun. Kitab ini
membahas tentang permasalahan yang berkaitan dengan shufi.
56
9. Al-Fushul Al-‘Ilmiyyah Wa Al-Ushul Al-Hikamiyah (الفصــول العلمیـــة
Kitab ini selesai ditulis pada tanggal 12 Shafar 1130H – واألصــول الحكمیــة)
saat Abdullah Al-Haddad berumur 86 tahun yaitu 3 tahun sebelum
kewafatannya.
10. Kitab Al-Hikam (كتــاب الحكــم)
11. Mukhatabat Wa Washaya (مخـاطبـــات و وصــایا)
12. Wasilah Al-‘Ibaad Ila Zaad Al-Ma’aad (وســـیلة العبــاد إلـى زاد المعــاد)
13. Ad-Durr Al-Munzhum Li Dzawil ‘Uqul Wa Al-Fuhuum الــدر المنظــوم لذوي)
العقــول والمفھــوم)
14. Tastbitul Fuad (تثبیــــت الفـــؤاد) - Kitab ini dikumpulkan oleh murid Abdullah
Al-Haddad yaitu Syaikh Ahmad bin Abdul Karim al-Hasawi asy-Syajjar.
Kebanyakkan dari karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris,
Perancis, Indonesia dan Malaysia. Selain karya-karya di atas, Abdullah Al-
Haddad juga menyusun do’a serta dzikir yang disusun dalam satu kitab, yaitu
Ratib Haddad. Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang Termasyhur)
disusun berdasarkan inspirasi Abdullah Al-Haddad pada malam Lailatul Qadar 27
Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661).
Keberkahan dari Ratib Haddad ialah siapa yang senatiasa membaca Ratib
Haddad, insya Allah ia akan dikaruniai Husnul Khatimah. Syaikh ‘Abdullah bin
Muhammad Syarah bil Al-Asyram dalam tulisannya mengenai manaqib (Kisah
kebajikan orang-orang yang telah wafat). Pada pembicaraannya tentang Ratib
Haddad mengatakan “Aku mendengar bahwa penyusun ratib (Abdullah Al-
57
Haddad) pernah berkata, “Barangsiapa yang membiasakan diri membaca ratib ini
(Ratib Haddad) ia akan dikaruniai Husnul Khatimah.”
C. Tentang Penerjemah
1. Riwayat Hidup Zainal Arifin Yahya
Zainal Arifin Yahya, lahir di Jakarta tanggal 5 Mei !975 M. Dia tinggal di
daerah kawasan Jakarta tepatnya di Jl. H. Rausin No. 59 Rt.005/008, Kelapa Dua,
Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Zainal Arifin Yahya sejak kecil dididik oleh orangtuanya dengan agama
secara baik, sehingga pendidikannya pun juga berbasis Islam. Pada tahun 1983-
1989 dia menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di SDI Al-Falah Jakarta,
kemudian tahun 1989-1992 menyelesaikan pendidikan menengah pertamanya di
MTS Al-Falah Jakarta, dan pada tahun 1992-1995 dia menyelesaikan pendidikan
menengah atas di MGS Sarang Rembang Jawa Tengah.
Setelah selesai dari pendidikan menengah akhirnya, Zainal Arifin Yahya
melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren. Tahun 1992-1995 selain
menyelesaikan pendidikan akhirnya dia juga belajar di Pondok Pesantren Al-
Anwar Sarang Rembang Jawa Tengah. Kemudian tahun 1995-1998 Zainal Arifin
Yahya belajar di Pondok Pesantren Al-Amin Rembang Jawa Tengah, dan pada
tahun 1998-2000 dia mengabdikan dirinya di Pesantren Luhur Al-Izhar
Tasikmalaya Jawa Barat.
b. Karier Zainal Arifin Yahya
58
Zainal Arifin Yahya selain berprofesi sebagai seorang penerjemah, dia juga
berprofesi sebagai guru. Selain itu, Zainal Arifin Yahya juga seorang wirausaha,
salah satu kegiatan wirausahanya yaitu dengan berdagang kitab-kitab dan lain
sebagainya.
c. Karya-karya Zainal Arifin Yahya
Selain menerjemahkan kitab Risālatul Mudzākarah, Zainal Arifin Yahya juga
banyak menerjemahkan kitab-kitab lainnya. Diantara karya-karya terjemahan
Zainal Arifin Yahya ini adalah sebagai berikut:
1. Bahjatul Wasail, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2005.
2. Tafsir Yasin, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2008.
3. Futuhatul Madaniyah, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2006.
4. Minahus Saniyah, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2008.
5. Sullamun Al Munajat, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2004.
6. Salalimul Fudhola, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2006.
7. Sulamut Taufiq, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2010.
8. Riyadul Badhiah, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2009.
9. Fathus Shomadil ‘Alim, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2007.
10. Kasyifatus Saja, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2013.
11. Minhajul Abidin, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2010.
12. Qothrul Ghoits, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2007.
13. Tanqihul Qoul, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2012.
59
BAB IV
Penilaian Atas Terjemahan Kitab Risālatul Mudzākarah
A. Pengantar
Dalam pembahasan ini, peneliti akan menganalisis serta menjabarkan hasil
penilaian terjemahan dari aspek kebahasaannya. Analisis yang peneliti lakukan
berpedoman pada teori penilaian penerjemahan yang dikemukakan oleh Rochayah
Machali. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan cara mengindetifikasi setiap
terjemahannya dari segi leksikon atau kosakata, kemudian dari segi morfologis
atau makna kata dan makna kiasan, serta dari segi sintaksisnya atau struktur
kalimat yang meliputi; subjek, objek, predikat, frasa nomina, dan frasa adjektiva.
B. Analisis Penilaian Atas Terjemahan kitab Risalatul Mudzakarah dari
Aspek Kebahasaan
Berikut ini beberapa ayat dan terjemahan dalam pada bab Mukmin Sejati
yang akan peneliti analisis:
(فصل) قال رسـول اهللا صلى اهللا عليه وسلم من سرته حسنته وساءته سيئته .(1)
bersabda Rasulullah SAW “Siapa saja yang dibuat senang (FASAL)فهو مؤمن
oleh perbuatan baiknya, dan dibuat susah oleh perbuatan jeleknya, maka ia
adalah orang beriman.” 86F
87
87 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 22
60
Kata فصل pada TSu diterjemahkan kembali oleh penerjemah menjadi fasal.
Sebenarnya dalam bahasa Indonesia kata fasal itu sendiri berasal dari bahasa
Arab. Namun, kata tersebut telah mengalami pergeseran makna. Jika dilihat pada
kamus, kata فصل adalah bab, fasal (dalam konteks buku/kitab). Makna dari fasal
atau bab sebenarnya adalah suatu makna kata yang menunjukkan tentang hal
pertama/utama. Jika digunakan dalam kitab atau buku kata فصل sebaiknya
diterjemahkan menjadi bab atau pembukaan.
Kemudian kata سرتھ pada TSu merupakan فعـل ماض (kata kerja), asal
katanya dalam kamus berarti menyenangkan. Tetapi dalam TSa penerjemah سر
menerjemahkannya dibuat senang, karena sebelum kata سرتھ ada kata من siapa
saja kemudian setelah kata سرتھ ada kata حسنـتھ perbuatan baiknya, sehingga
oleh penerjemah diterjemahkan menjadi dibuat senang.
Selanjutnya, kata حسنـتھ pada TSu merupakan asal kata ,(adjektiva) صفة
dari حـسنة dalam kamus berarti baik. Dalam hal ini kata حسنـتھ diterjemahkan
oleh penerjemah menjadi perbuatan baiknya, terjemahan tersebut sudah tepat.
Kemudian kata ساءتھ pada TSu merupakan فعـل ماض asal kata dari ساء pada
TSa penerjemah menerjemahkannya dibuat susah, sedangkan dalam kamus
diterjemahkan sedih. Terjemahan tersebut kurang tepat karena jika disesuaikan
dengan konteksnya, yaitu سیئتھ perbuatan buruknya maka terjemahan yang tepat
adalah merasa sedih.
61
Pada pengalihan pesan TSa yang dilakukan oleh penerjemah, terjemahannya
sudah tepat, hanya saja ada beberapa kata yang masih diterjemahkan secara
harfiah, sehingga adanya distorsi makna dalam penyampaian pesannya kepada
pembaca. Oleh karena itu, perlu ada sedikit perbaikan pada TSa, maka alternatif
terjemahan yang tepat menurut peneliti ialah:
Rasulullah SAW Bersabda: “Siapa saja yang senang melakukan kebaikan dan
sedih melakukan keburukan, maka ia termasuk orang beriman.”
ىفـإذا وفقـك اهللا أيها المؤمن للعمل بطاعـته فليعظم فرحك بذلك التبالغ ف .(2)
الذى أكرمك بخدمته واختارك لمعاملته شكر
Maka apabila Allah telah menolongmu, wahai orang beriman, untuk beramal
dengan mentaati-Nya, maka besarkan kegembiraan dirimu dengan sebab
pencapaian hal itu dalam bentuk syukur kepada Zat yang telah memuliakan
dirimu dengan ber-khidmat kepada-Nya dan telah memilih dirimu untuk
berhubungan dengan-Nya.88
Kata وفقـك pada TSa merupakan فعـل ماض penerjemah menerjemahkan
menjadi menolongmu. Jika dilihat pada kamus artinya taufik. Kata وفقـك asal
katanya dari یوفق - توفیقا - وفقك Dalam kasus ini kata .ثالثى مزید merupakan وفق
88 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 23
62
terjadi adanya perubahan derivasi, atau dalam bahasa Arab biasa disebut dengan
اصطالحيتصریف .
Alasan terjemahan pada TSa yang diterjemahkan oleh penerjemah menjadi
menolongmu, karena secara harfiah kata وفقك artinya ialah memberikan taufik.
Seperti pada ayat yang terdapat dalam Kitab Sulamul At-Taufik karya Syech
Nawawi Al-Bantani, yang menjelaskan mengenai definisi taufik.
وتسهـيل سبيل الخير إليه جعل قدرة الطاعة للعبد
“Menjadikan hamba-Nya taat beribadah serta dimudahkan jalan kebaikannya.”89
Maksud dari TSa tersebut adalah Allah memberikan pertolongan berupa taufik
bagi hamba-Nya yang taat kepada-Nya.
Kemudian kata فلیعظم فرحك pada TSu terjadi kesalahan penulisan.
Alasannya, kata فلیعظم merupakan فعل مضارع, tetapi pada penulisannya terjadi
kesalahan, karena setelah kata فلیعظم ada kata فرحك yang merupakan dhommir
dari Kamu, sedangkan فلیعظم merupakan dhommir untuk Dia. Jadi seharusnya
penulisan yang tepat adalah عظم فرحكتفل , karena kata عظمتفل adalah pronomina
yang digunakan untuk dhommir Kamu. Pada TSa penerjemah menerjemahkannya
sudah tepat yaitu maka besarkan kegembiraan dirimu, karena arti sebenarnya
dari .ialah besarkan, yang ditujukan untuk kamu/dirimu عظمت
89 Syekh Muhammad bin Salim bin Sa’id, Matan Sulamul At-Taufiq (Indonesia: Daar Al-Hiya Al-Kitab Al-‘Arobiyah), h. 13
63
Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa yang dilakukan oleh penerjemah
sudah tepat, tetapi terjemahannya masih terlihat seperti terjemahan asli. Sehingga
mungkin saja akan kesulitan memahami isi dari pesan tersebut, maka alternatif
terjemahan yang peneliti berikan adalah:
Allah swt akan memberikan pertolongan berupa taufik pada hamba-Nya yang taat
beriman dan selalu bersyukur.
واسأله أن يقبل منك بفضله ما يسره عليك من صالح العمل .(3)
Dan mohonlah kepada-Nya, agar Dia mau menerima darimu, dengan kebaikan-
Nya, akan sesuatu yang Dia telah mempermudahnya atas dirimu, yaitu berupa
amal soleh.90
Kata واسألھ pada TSu merupakan فعل ألمر asal katanya ialah سأل pada
kamus artinya meminta, momohon. Kemudian kata منك pada یقبل منك
diterjemahkan menjadi mau menerima darimu. Maksud dari menerima darimu
adalah Allah menerima amal soleh yang kita lakukan, hal ini disebabkan karena
kembali pada konteksnya yaitu من صالح العمل.
Kemudian kata یسـره terjadi kesalahan penulisan pada TSu. Karena pada TSa
diterjemahkannya menjadi mempermudahnya atas dirimu. Oleh karena itu,
seharusnya kata yang tepat digunakan pada TSu adalah ییسر, kata ییسر merupakan
90 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 23
64
dalam kamus berarti -ییسر - یسر تیسیر asal katanya dari فعـل ماض
mempermudah.
Pengalihan pesan pada TSa adanya pemborosan kata. Oleh karena itu, supaya
pesannya tersampaikan dan mudah untuk dipahami oleh pembaca, maka alternatif
terjemahan yang tepat menurut peneliti adalah;
Mohonlah kepada Allah supaya dengan kebaikan-Nya menerimamu, yaitu dengan
melakukan sesuatu yang telah dipermudah oleh-Nya berupa amal soleh.
فإنه ال يقل أهم منكم بالعملقال على كرم اهللا وجهه: كونوا بقبول العمل .(4)
عمل مقبول
Berkata Sayyidina Ali karamallahu wajhah: “Jadilah kalian dengan diterimanya
amal [ibadah] itu sebagai hal yang paling diinginkan oleh diri kalian dalam
beramal. Karena sesungguhnya amal yang diterima itu tidaklah sedikit.”91
Pada TSu قال على كرم هللا وجھھ penerjemah menerjemahkan berkata
Sayyidina Ali karamallahu wajhah, terjemahannya sudah tepat. Tetapi pada kata
penerjemah menerjemahkannya kembali seperti TSu. Dalam hal كرم هللا وجھھ
ini, Karamallahu Wajhah merupakan sebutan bagi sahabat Nabi tetapi hanya
dikhususkan untuk Ali saja. Lain halnya dengan Radhiyallahu ‘Anh.
91 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 23
65
Karamallahu Wajhah jika diterjemahkan secara harfiah artinya adalah
semoga Allah memberikan kemuliaan pada dirimu. Kemudian Radhiyallahu ‘Anh
secara harfiah berarti semoga Allah meridhoimu.
Selanjutnya, kata قال على pada TSu penerjemah menerjemahkan Berkata
Sayyidina Ali, padahal jika diterjemahkan secara kata perkata cukup
diterjemahkan dengan Ali berkata. Permasalahan dalam hal ini adalah penyebutan
gelar pada sebuah nama, ketika dalam teks terjemahan terdapat nama dari salah
seorang sahabat Nabi, maka perlu diterjemahkan secara lengkap dengan
menggunakan gelarnya seperti Sayyidina. Kata Sayyidina dalam bahasa Indonesia
merupakan istilah khusus yang diberikan kepada para sahabat dan keluarga Nabi.
Istilah khusus dalam hal ini maksudnya adalah istilah yang pemakaiannya hanya
ditujukan untuk kalangan atau bidang tertentu.92
Kemudian kata أھم merupakan إسم تفضل asal katanya adalah ھام, dalam
hal ini أھم memiliki dua arti yaitu ھمة dalam kamus berarti penting dan ھموم
dalam kamus berarti gelisah. Oleh karena itu, kata أھم harus disesuaikan terlebih
dahulu dengan konteksnya. Dalam hal ini, kata أھم juga merupakan فعل تفضل
maksudnya adalah sesuatu yang lebih dan paling, sehingga pada TSa oleh
penerjemah diterjemahkan menjadi hal yang paling diinginkan.
Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa peneliti tidak mempermasalahkan
terjemahannya. Karena isi pesan dari terjemahan tersebut sudah tersampaikan,
sehingga tidak perlu adanya alternatif terjemahan.
92 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h. 57
66
وال تزال معترفا بتقصيرك عن القيام بواجب حق ربك عليك وإن عظم فى .(5)
طاعته جدك وتشميرك فإن حقه عليك عظيم
Dan senantiasakan diri mengenal kekurangan dirimu dari melaksanakan hak
yang telah diwajibkan Tuhanmu kepada dirimu, meskipun telah besar dalam
mentaati-Nya, bergiatnya dirimu dan keseriusan dirimu, karena sesungguhnya
hak-Nya terhadap dirimu itu lebih besar.93
Kata معترفا pada TSu merupakan اسم فاعل dari ثالثى مزید بحرفین asal katanya
ialah .yang artinya adalah pengakuan إعـترف - معترف – إعترافا –یعترف
Kemudian kata عـظم pada TSu adalah sebagai فعل yang artinya agung atau besar.
Dan kata جدك pada TSu adalah sebagai فاعل asal katanya ialah جد. Dalam hal ini,
kata جد memiliki arti bermacam-macam yaitu kakek, sungguh-sungguh, dan
pemberian; Tetapi jika dilihat .(dalam sebuah wirid) ال ینفع ذا الجد منك الجد
kembali pada konteksnya yaitu وإن عظم فى طاعتھ جدك وتشمیرك maka terjemahan
yang tepat adalah kesungguhan dan kesigapan.
Menurut peneliti pesan yang disampaikan pada TSa tersebut kurang tepat,
maka alternatif terjemahan yang peneliti berikan adalah sebagai berikut:
Meskipun kesungguhan dan kesigapanmu telah besar dalam melaksanakan
apapun yang diwajibkan oleh Tuhan-Mu, tetapi kamu senantiasa mengakui
kekuranganmu.
93 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 23
67
(6). أوجدك من العدم وأسبغ عليك النعم وعاملك بالفضل والكرم
Allah telah mewujudkanmu dari ketiadaan dan telah menyempurnakan atas
dirimu suatu kenikmatan, dan Dia telah memperlakukan dirimu dengan anugerah
kemuliaan.94
Kata أوجدك pada TSu adalah sebagai فعـل ماض asal katanya یوجد - –أوجد
pada أسـبغ pada kamus berarti mewujudkan, menciptakan. Kemudian kata إیجاد
TSu adalah sebagai فعـل ماض asal katanya ialah یسبغ - إسباغا–سبغ أ merupakan
.pada kamus berarti menyempurnakan ثالثى مزید بحرف
Selanjutnya, kata النعم merupakan bentuk jamak dari kata نعمة yang artinya
berbagai kenikmatan. Tetapi pada TSa penerjemahkan menjadi suatu kenikmatan,
terjemahannya kurang tepat. Seharusnya diterjemahkan menjadi berbagai
kenikmatan, karena kata النعم bentuk jamak dari kata نعمة.
Kemudian pengalihan pesan pada TSa di atas peneliti tidak menemukan
permasalahan dalam penerjemahan. Tetapi supaya isi pesan pada TSa
tersampaikan dan mudah untuk dipahami oleh pembaca, maka alternatif
terjemahan yang peneliti berikan adalah;
Allah telah memberikanmu berbagai kenikmatan dan telah memperlakukanmu
dengan penuh kemuliaan.
94 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 23
68
وبحوله وقوته أطعته وبتوفيقه ورحمته عبدته .(7)
Dan dengan daya-Nya dan kekuatan-Nya maka engkau bisa mentaati-Nya, dan dengan
sebab pertolongan-Nya dan kasih sayang-Nya, maka engkau bisa beribadah kepada-
Nya.95
Kata بحولھ pada TSu jika dijabarkan, maka ب adalah jar. Kemudian kata
asal katanya yaitu فعـل ماض dan sebagai ثالثى مزید pada TSu merupakan أطعتھ
وقوتھ dalam kamus berarti mentaati. Selanjutnya, antara یطیع - إطاعة–أطاعة
dengan أطعتھ ada hubungan keterkaitan, dalam bahasa Arab ini biasa disebut
dengan .juga ada keterkaitan وبتوفیقھ ورحمت Kemudian pada kalimat .متعلق
Adanya keterkaitan pada kalimat tersebut gunanya sebagai penghubung supaya
makna keduanya mudah dipahami.
Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa yang diterjemahkan oleh penerjemah
tidak ada permasalahan. Pesan yang disampaikan mudah untuk dipahami oleh
pembaca. Tetapi, isi pesan tersebut menurut peneliti perlu diperingkas lagi supaya
tidak adanya pemborosan kata, yaitu;
Ketaatan seseorang karena daya dan kekuatan yang diberikan Allah swt, serta
ibadah seseorang karena adanya pertolongan dan kasih sayang Allah swt.
وإياك أن تدنس قميص إيمانك وتسود وجه قلبك بـإتيان ما نهاك عنه موالك .(8)
95 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 23
69
Berhati-hatilah engkau mengotori jubah keimananmu, dan kau hitami wajah
hatimu, dengan sebab melakukan hal yang Tuhanmu telah melarangmu.96
Kata وإیاك pada TSu kedudukannya adalah sebagai اسم الفعل bukan kata kerja
dan termasuk توكید atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai penegas. Penegas
maksudnya adalah penekanan supaya tidak melakukan hal tersebut. Dalam bahasa
Arab توكید adalah sebuah isim tabi’ yang menghilangkan adanya kemungkinan
lain dari yang dimaksud.97 Kemudian dikatakan sebagai توكید karena وإیاك
merupakan pengganti dari إخـدار yang berarti takut. Dalam hal ini kata وإیاك
berperan sebagai kalimat perintah, karena termasuk dalam توكید pada TSa
seharusnya وإیاك diterjemahkan menjadi takut. Apabila hanya diterjemahkan
berhati-hatilah kurang tepat, karena pada umumnya manusia masih dalam
kebimbangan sehingga perlu adanya penegasan.
Selanjutnya, pada TSa terdapat kalimat yang diterjemahkan secara majaz
yang diterjemahkan menjadi mengotori jubah تدنس قمیص إیمانك yaitu kata (مجاز)
keimananmu . Dalam bahasa Arab مجاز menurut istilah ilmu balaghah adalah kata
yang digunakan bukan pada tempatnya karena adanya ‘alaqah serta qarinah
yang mencegah dari arti yang sebenarnya. 97 F
98
Pada terjemahan disini terdapat مجازلغوي yang mana kata iman diserupakan
dengan sebuah jubah, maksudnya fungsi dari jubah tersebut adalah untuk
96 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 23
97 Chatibul Umami, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu (Jakarta: Darul Ulum Press, 1987), h. 171 98 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan)
(Jakarta: Adabia Press, 2012), h. 48
70
menutupi tubuh kita, hal ini serupa dengan iman yang berfungsi untuk menutupi
zhohir bathin kita. Oleh karena itu, jika kita mengotori jubah kita dengan kotoran
maka tubuh kita ikut kotor, begitupun dengan iman kita, jika kita mengotori iman
kita dengan berbuat maksiat maka zhohir bathin kita juga ikut kotor.
Hal serupa terjadi pada kalimat وتسود وجھ قلبك yang diterjemahkan menjadi
kau hitami wajah hatimu, maksud dari terjemahan tersebut adalah jika kau
enggan menghitami wajahmu sendiri, maka jangan kau hitami hatimu dengan
kemaksiatan.
Dalam hal ini dikatakan sebagai مجاز لغوي karena dalam bahasa Arab
merupakan lafal yang digunakan dalam makna yang bukan seharusnya karena
adanya hubungan disertai karinah yang menghalangi pemberian makna hakiki.
Hubungan antara makna hakiki dan makna majazi itu karena terkadang adanya
keserupaan dan lainnya.98F
99
Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa terjemahan sudah tepat. Hanya saja
dalam hal ini penerjemah menerjemahkannya menggunakan penerjemahan idiom,
sehingga terjemahan tersebut seperti makna kiasan. Apabila terjemahan ini
dikonsumsi oleh masyarakat kalangan bawah atau awam, maka mereka akan
mengalami kesulitan dalam memahami isi pesannya. Oleh karena itu, peneliti
akan memberikan alternatif terjemahan supaya isi pesan tersampaikan dan makna
dari pesan tersebut dapat dipahami.
Janganlah kau kotori keimananmu dan kau hitami hatimu dengan hal-hal yang
dilarang Tuhanmu.
99 Ali Al-Jarim, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), h. 95
71
ومهما وقع منك ذنب على سبيل الندور فعليك أن تبادر بالتوبة وتحسن .(9)
األوبة وتكثر الندم واإلستغفار
Dan bilamana tertimpa pada dirimu dosa secara jarang-jarang, maka mestikan
dirimu menyegerakan diri untuk bertaubat, dan engkau bagusi pertaubatan itu,
dan engkau memperbanyak penyesalan dan mohon ampun.100
Kata وقع pada TSu merupakan فعل ماض, yaitu وقعة –یقع – وقع dalam kamus
artinya terjadi, berlangsung, sedangkan pada TSa diterjemahkan tertimpa,
sehingga adanya kesalahan pada terjemahan. Jika diperhatikan pada TSa, tertimpa
tidak cocok digunakan untuk terjemahan tersebut karena makna dari tertimpa
adalah sesuatu yang terjadi secara tidak sengaja. Sedangkan pada konteksnya
menjelaskan mengenai dosa. Jadi terjemahan yang tepat pada TSa adalah terjadi.
Kemudian فعلیك pada TSu adalah sebagai إلزام atau إسم فعل yaitu فعل ألمر.
Dalam terjemahannya penerjemah menerjemahkannya menjadi mestikan. Kata
merupakan suatu perintah atau keharusan yang harus dilakukan. Karena فعلیك
pada konteks selanjutnya terdapat kata بالتوبة untuk bertaubat.
Selanjutnya, kata وتحسن pada TSu diterjemahkan oleh penerjemah pada TSa
yaitu dibagusi. Terjemahannya kurang tepat, karena وتحسن arti sebenarnya
menurut kamus adalah membaguskan, sehingga kurang tepat jika
diterjemahkannya menjadi dibagusi.
100 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 24
72
Pengalihan pesan pada TSa yang dilakukan oleh penerjemah kurang tepat,
karena ada beberapa kata yang diterjemahkan tidak sesuai dengan kamus sehingga
terjadi distorsi makna. Oleh karena itu, peneliti memberikan alternatif terjemahan
supaya isi dari pesan tersebut tersampaikan. Terjemahan alternatifnya adalah
sebagai berikut:
Meskipun kamu jarang melakukan dosa, tetapi kamu tetap menyegerakan diri
untuk bertaubat dan mohon ampun pada-Nya dengan penuh penyesalan.
وال تزال خائفا وجال فـإن المؤمن ال يزال في غاية من الخوف والوجل .(10)
وإن أخلص الطاعة وأحسن المعاملة
Dan kau senantiasakan diri sebagai orang yang khawatir lagi takut, karena
sesungguhnya orang beriman itu senantiasa berada di ambang rasa khawatir dan
takut, meskipun ia telah memurnikan ketaatan dan telah membaguskan hubungan
dengan Allah.101
Kata خائفا pada TSu merupakan إسم فاعل dan sebagai توكید (penegas) dan asal
katanya خائفا– خوفا – یخاف –خاف merupakan ثالثى مجرد باب الثانى. Dalam hal
ini kata خائفا merupakan توكید معنوى yang dikuatkan oleh وجال (takut). Kata وجال
asal katanya .ثالثى مجرد باب الثانى merupakan وجل – جلة – یجل – وجل
Selanjutnya, dikatakan sebagai توكید karena arti sebenarnya dari kedua kata
101 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 24
73
tersebut adalah takut, tetapi sebagai penegas supaya manusia melakukannya
bersungguh-sungguh maka diberikan penekanan yaitu khawatir lagi takut.
Kemudian hal yang sama terjadi pada kata الخوف والوجل keduanya sebagai
Pada TSa terjemahannya sudah tepat, oleh penerjemah .توكید merupakan مصدر
diterjemahkan menjadi rasa khawatir dan takut.
Pengalihan pesan pada TSa yang dilakukan oleh penerjemah, tidak ditemukan
permasalahan. Pesan yang disampaikan cukup dipahami, sehingga peneliti tidak
perlu memberikan alternatif terjemahan karena isi pesannya tersampaikan dan
mudah dipahami.
وأنت تعلم ما كانت عليـه األنبياء مع عصمتهم واألولياء مع حفظهم من .(11)
الحوف واألشفاق مع صالح أعمالهم, وقلة ذنوبهم أو عدمها
Dan engkau telah mengetahui mengenai hal yang terdapat pada para Nabi,
disertai dengan terpelihara diri mereka [dari segala salah dan dosa], dan para
wali yang disertai dengan terjaga diri mereka dari rasa khawatir, dan para
penyayang yang disertai dengan kesholehan amal-amal mereka, dan sedikitnya
dosa-dosa mereka, atau tanpa dosa.102
Kata األنبیاء pada TSu merupakan bentuk jamak, asal katanya (غیر أصل) نبي
–نبیو pada TSu merupakan bentuk األولیاء Sama halnya dengan kata .(أصل)
102 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 24
74
jamak, asal katanya adalah غیر أصل) - (ولوي أصل)( ولي . Jika diterjemahkan
kedua kata tersebut adalah para nabi dan para wali. Terjemahan pada TSa sudah
tepat.
Kemudian pengalihan pesan pada TSa di atas peneliti tidak menemukan
permasalahan dalam penyampaian pesannya. Dalam hal ini peneliti akan
menjelaskan maksud dari pesan yang dialihkan oleh penerjemah supaya pembaca
khususnya bagi pembaca kalangan awam mudah untuk memahami, yaitu;
Kita mengetahui para Nabi saja yang amal ke shalihannya sudah dijamin oleh
Allah swt mereka tetap memelihara dan menjaga diri mereka dari segala dosa.
Begitu juga dengan para wali ulama yang selalu berada dalam lindungan Allah
dan penjagaan-Nya, mereka tetap berusaha untuk tetap bisa berada di jalan Allah
swt.
فأنت بذلك أولى وأحرى, فلقد كانوا أعرف مـنك بسعة رحمة اهللا وأحسن .(12)
منك ظنـا باهللا
Lalu [apakah] dirimu dengan semua hal itu lebih utama dan lebih pantas, karena
sesungguhnya mereka itu lebih mengerti dibandingkan dirimu, dalam hal
keluasan rahmat Allah dan mereka lebih bagus daripada dirimu dalam
berprasangka kepada Allah.103
103 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 24
75
Kata فأنت pada TSu jika dijabarkan ف merupakan cabang dari kata یعرف asal
katanya adalah عرف yaitu mengetahui. Pada TSu digunakan kata فأنت karena
disesuaikan dengan konteks selanjutnya yaitu بذلك أولى وأحرى yang artinya
dengan semua hal itu. Terjemahan pada kalimat tersebut merupakan kalimat
pertanyaan, yaitu apakah kamu mengetahui dengan semua hal itu? Pada kalimat
dikatakan sebagai kalimat pertanyaan karena terjemahan ini فأنت بذلك أولى وأحرى
merupakan lanjutan dari terjemahan pada ayat sebelumnya.
Kemudian kata وأحسن pada TSu penerjemah menerjemahkan pada TSa
menjadi lebih bagus. Menurut peneliti kurang tepat, karena dalam hal ini kata
merupakan suatu hal yang dilebihkan dan ditujukan untuk para nabi dan وأحسن
para wali. Sehingga terjemahan yang tepat untuk kata وأحسن adalah lebih pantas.
Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa peneliti tidak menemukan
permasalahan. Hanya saja peneliti ingin memperingkas isi dari pesan tersebut
supaya lebih mudah dipahami dan isi pesan tersampaikan.
Lalu apakah kamu mengetahui bahwa kamu lebih baik daripada mereka? Karena
sesungguhnya mereka lebih mengerti daripada kamu dan mereka lebih pantas
untuk mendapatkan karunia-Nya.
وأصـدق منك طمعا فى عفوه وأعظم منك رجاء فى كرمه وفضل .(13)
76
Dan mereka lebih benar dibandingkan dalam hal sangat menginginkan ampunan
Allah, dan mereka lebih besar dibandingkan dirimu dalam hal berharap kepada
kemurahan Allah dan Anugerah-Nya.104
Kata أصدق pada TSu merupakan إسم تفضل asal katanya یصدق – صدق –
pada TSu أعظم yang artinya kebenaran. Sama halnya dengan kata صدقا
merupakan yang artinya lebih besar عظمة – یعظم –عظم asal katanya إسم تفضل
dan lebih agung.
Kemudian pengalihan pesan pada TSa tidak ada permasalahan dari
terjemahannya. Pesan yang disampaikan mudah dipahami dan tersampaikan
kepada pembaca, sehingga tidak perlu adanya alternatit terjemahan.
فاقتد بآثارهم تنج وتسلم واتبع سبيلهم تفز وتغنم واعتصم باهللا .(14)
Maka ikutlah kepada jejak perilaku mereka, maka engkau bisa selamat dan
diselamatkan, dan turuti jalan mereka, maka engkau bisa beroleh kemenangan
dan kesuksesan, dan berpeganglah kepada Allah.105
Kata فاقتد pada TSu merupakan فعل ألمر asal katanya یقتدى - اقتداء –اقتدى
yang artinya mengikuti. Kemudian kata تنج وتسلم merupakan فعل مضارع للمجھول
104 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 24
105 Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h. 24
77
pada TSa diterjemahkan selamat dan diselamatkan, sedangkan pada kamus
artinya diselamatkan. Jadi kata تنج وتسلم cukup diterjemahkan menjadi
diselamatkan saja. Selanjutnya, kata تفز pada TSa diterjemahkan kemenangan
sedangkan dalam kamus adalah bahagia, maka terjemahan yang tepat untuk
digunakan pada kata تفز ialah akan bahagia. Kemudian hal serupa terjadi pada
kata تغنم pada TSa diterjemahkan kesuksesan, sedangkan dalam kamus berarti
beruntung, maka terjemahan yang tepat untuk digunakan pada kata تغنم adalah
akan beruntung.
Pengalihan pesan pada TSa menurut peneliti kurang tepat, karena terdapat
beberapa kata yang diterjemahkannya tidak sesuai dengan kamus sehingga
terjadinya distorsi makna. Oleh karena itu, peneliti memberikan alternatif
terjemahan sebagai berikut:
Ikutilah jejak perilaku mereka (Rasulullah dan para Wali) maka kamu akan
selamatkan, dan turuti jalan mereka maka kamu akan bahagia dan bernntung.
Kedua ayat pada TSu tersebut merupakan (نتیجة) kesimpulan yang ada pada
Bab Mukmin Sejati ini, yaitu; rasa takut kita kepada Allah swt dengan mengikuti
jejak para Nabi dan ulama. Kita mengikuti jejak para Nabi dan ulama maka kita
akan terselamatkan dan diselamatkan oleh Allah swt dari segala siksaan-Nya.
Kemudian kita akan mendapat kemenangan dan kesuksesan jika terus berada
dijalan-Nya.
78
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan
kepada kamu, dan RasulNya berada ditengah-tengah kamu? Barangsiapa yang
berpegang teguh pada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. [QS: Al-‘Imran/101]106
Pada TSu di atas merupakan ayat Alqur’an yaitu QS. Al-Imran: 101. Kata
ھــدي Kata .ھــدى dari kata للمجھولفعـل مـاض pada TSu adalah sebagai ھــدي
disini berarti telah diberikan sedangkan dalam kamus adalah menunjukkan jalan,
keduanya makna dari artinya sama saja.
Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa menurut peneliti sudah tepat
sehingga tidak perlu adanya alternatif terjemahan.
C. Hasil dan Presentase Penilaian Terjemahan Kitab Risălatul Mudzăkarah
Setelah peneliti menganalisis teks Arab dan terjemahannya, maka peneliti
akan menjabarkan lebih jelas lagi hasil dan prosentase penilaiannya secara
keseluruhan dengan menggunakan tabel perhitungan matematis.
106 http://www.alquran-digital.com
79
Tabel 8. Hasil Presentase Penilaian Terjemahan dari Aspek Kebahasaan
No. Aspek Kebahasaan
Data Korpus Prosentase
Jumlah Tidak Akurat 1 Leksikon 200 10 5%
2 Morfologi 10 2 20%
3 Sintaksis 15 1 7%
TOTAL: 32%
1. Leksikon
Selanjutnya, peneliti akan memaparkan data-data dari analisis peneliti
mengenai leksikon yang disajikan dalam bentuk tabel serta kesalahan-
kesalahannya. Dalam hal ini, leksikon diperoleh peneliti dari hasil analisis adalah
sebanyak 200 kosa kata, sedangkan kesalahannya diperoleh sebanyak 10 kosa
kata. Jadi presentase perhitungan matematis pada aspek leksikon adalah sebagai
berikut;
10 200
Berikut ini tabel leksikon serta kesalahan-kesalahannya yang penulis sajikan
dalam bentuk tabel;
x 100 = 5% Prosentase Kesalahan pada Aspek Leksikon
80
Tabel 9. Data Leksikon
1 Fasal (فصل) 24 Memilih واختارك 2 Berkata 25 قال Berhubungan dengan-Nya لمعاملته 3 Siapa? 26 من Dan mohonlah! واسأله 4 Dibuat senang 27 سرته Agar أن 5 Perbuatan baiknya 28 حسنته Menerima يقبل 6 Dibuat susah 29 ساءته Darimu منك 7 Perbuatan jeleknya 30 سيئته Dengan kebaikan-Nya بفضله 8 Maka ia 31 فهو Apa-apa ما 9 Orang yang beriman 32 مؤمن Mempermudah يسره 10 Maka apabila 33 فـإذا Atas dirimu عليك 11 Menolongmu 34 وفقـك Berupa من 12 Allah 35 اهللا Sholeh صالح 13 Wahai 36 أيها Amal العمل 14 Orang yang beriman 37 المؤمن Berkata قال 15 Untuk beramal 38 للعمل Karamallahu Wajhah كرم اهللا وجهه 16 Mentaati 39 طاعـته Jadilah كونوا 17 Besarkan 40 يعظم Diterimanya بقبول 18 Kegembiraan 41 فرحك Amal [ibadah] العمل 19 Pencapaian 42 التبالغ Yang paling أهم 20 Syukur 43 شكر Oleh kalian منكم 21 Kepada 44 الذى Karena فإنه 22 Memuliakan 45 أكرمك Tidak ال 23 Berkhidmat 46 خدمته Sedikit يقل
81
47 Diterima 70 مقبول Atas dirimu عليك 48 Senantiasa 71 تزال Kenikmatan النعم 49 Mengenal 72 معترفا Memperlakukan عاملك 50 Kekurangan 73 تقصيرك Dengan anugerah بالفضل 51 Dari 74 عن Kemuliaan الكرم 52 Melaksanakan 75 القيام Dengan daya-Nya بحوله 53 Diwajibkan 76 بواجب Kekuatan-Nya قوته 54 Hak 77 حق Mentaati-Nya أطعته 55 Tuhanmu 78 ربك Dengan pertolongan_Nya بتوفيقه 56 Kepadamu 79 عليك Kasih sayang-Nya رحمته 57 Meskipun 80 وإن Ibadah kepada-Nya عبدته 58 Besar 81 عظم Berhati-hatilah وإياك 59 Mentaati 82 طاعته Engkau أن 60 Sungguh-sungguh 83 جدك Mengotori تدنس 61 Keseriusanmu 84 تشميرك Jubah قميص 62 Karena 85 فإن Keimanan إيمانك 63 Hak-Nya 86 حقه Kau hitami تسود 64 Terhadapmu 87 عليك Wajahmu وجه 65 Besar 88 عظيم Hatimu قلبك 66 Mewujudkan 89 أوجدك Dengan sebab بـإتيان 67 Dari 90 من Melarangmu موالك 68 Ketiadaan 91 العدم Dan bilamana ومهما 69 Menyempurnakan 92 وأسبغ Terjadi وقع
82
93 Pada dirimu 117 منك Dari من 94 Dosa 118 ذنب Rasa khawatir الخوف 95 Atas 119 على Rasa takut والوجل 96 Cara 120 سبيل Dan sesungguhnya وإن 97 Jarang-jarang 121 الندور Memurnikan أخلص 98 Mestikan dirimu 122 عليك Ketaatan الطاعة 99 Untuk 123 أن Membaguskan وأحسن 100 Menyegerakan 124 تبادر Hubungan dengan-Nya المعاملة 102 Bertaubat 125 بالتوبة Dan engkau وأنت 103 Baguskan 126 وتحسن Mengetahui تعلم 104 Pertaubatan 127 األوبة Mengenai كانت 105 Memperbanyak 128 وتكثر Yang terdapat عليـه 106 Penyesalan 129 الندم Para nabi األنبياء 107 Memohon ampunan 130 واإلستغفار Dengan مع 108 Senantiasakan 131 تزال Terpelihara عصمتهم 109 Khawatir 132 خائفا Para wali واألولياء 110 Takut 133 وجال Dengan مع 111 Karena 134 فـإن Terjaga حفظهم 112 Orang beriman 135 المؤمن Rasa khawatir الحوف 113 Tidak 136 ال Para penyayang واألشفاق 114 Senantiasa 137 يزال Dengan مع 115 Di 138 في Keshalihan-nya صالح 116 Perasaan 139 غاية Amal-amal mereka أعمالهم
83
140 Sedikitnya 163 وقلة Lebih besar وأعظم 141 Dosa-dosa mereka 164 ذنوبهم Daripada منك 142 Atau 165 أو Berharap رجاء 143 Tanpa dosa 166 عدمها Di فى 144 Lalu kamu 167 فأنت Kasih sayang كرمه 145 Dengan semua itu 168 بذلك Anugerah وفضل 146 Lebih utama 169 أولى Maka ikutilah فاقتد 147 Lebih pantas 170 وأحرى Jejak بآثارهم 148 Karena 171 فلقد Selamat تنج 149 Sesungguhnya 172 كانوا Selamat وتسلم 150 Lebih mengerti 173 أعرف Turuti واتبع 151 Daripada dirimu 174 مـنك Jalan mereka سبيلهم 152 Dalam hal 175 بسعة Bahagia تفز 153 Kasih sayang Allah 176 رحمة اهللا Beruntung وتغنم 154 Dan lebih baik 177 وأحسن Kepada واعتصم 155 Daripada dirimu 178 منك Allah باهللا 156 Berprasangka 179 ظنـا Dan و 157 Pada Allah 180 باهللا Bagaimana كيف 158 Lebih benar 181 وأصـدق Kafir تكفرون 159 Daripada 182 منك Dan و 160 Mengharapkan 183 طمعا Kamu انتم 161 Di 184 فى Menjadi تتلى 162 Ampunan 185 عفوه Pada dirimu عليكم
84
186 Ayat-ayat 194 ءايت Dibacakan 187 Allah 195 اهللا Maka فقد 188 Dan 196 و Petunjuk هدي 189 Berada 197 فيكم Ditengah-tengah 190 Rasul-Nya 198 رسوله Kepada الى 191 Dan siapa 199 ومن Jalan صراط 192 Berpegang 200 يعتصيم Yang lurus مستقيم 193 Kepada Allah باهللا
Kesalahan-kesalahan yang Terdapat pada Aspek Leksikon;
1. Kata فلیعظم فرحك pada TSu terjadi kesalahan penulisan. Kata فلیعظم
merupakan فعل مضارع, tetapi pada penulisannya terjadi kesalahan, karena
setelah kata فلیعظم ada kata فرحك yang merupakan dhommir dari Kamu,
sedangkan kata فلیعظم merupakan dhommir untuk Dia. Jadi seharusnya
penulisan yang tepat adalah عظم فرحكتفل , karena kata عظمتفل adalah
pronomina yang digunakan untuk dhommir Kamu.
2. Kata یسـره terjadi kesalahan penulisan pada TSu. Karena pada TSa
diterjemahkannya menjadi mempermudahnya atas dirimu sedangkan kata
,jika diterjemahkan artinya adalah menggembirakan. Oleh karena itu یسـره
seharusnya kata yang tepat digunakan pada TSu adalah ییسر, kata ییسر
85
merupakan فعـل ماض asal katanya dari ییسر - یسر تیسیر- dalam kamus
berarti mempermudah.
3. Kata وتشمیرك pada TSa diterjemahkan keseriusan, sedangkan dalam kamus
artinya adalah kesigapan. Sehingga jika dilihat kembali pada konteksnya
yaitu وإن عظم فى طاعتھ جدك وتشمیرك maka terjemahan yang tepat adalah
kesungguhan dan kesigapan.
4. Kata النعم merupakan bentuk jamak dari kata نعمة yang artinya berbagai
kenikmatan. Tetapi pada TSa penerjemahkan menjadi suatu kenikmatan,
terjemahannya kurang tepat. Seharusnya diterjemahkan menjadi berbagai
kenikmatan, karena kata النعم bentuk jamak dari kata نعمة.
5. Kata وقع pada TSu merupakan فعل ماض, yaitu وقعة –یقع – وقع dalam kamus
artinya terjadi, berlangsung. Sedangkan pada TSa diterjemahkan tertimpa,
sehingga adanya kesalahan pada terjemahan. Jika diperhatikan pada TSa,
tertimpa tidak cocok digunakan untuk terjemahan tersebut karena makna dari
tertimpa adalah sesuatu yang terjadi secara tidak sengaja. Sedangkan pada
konteksnya menjelaskan mengenai dosa. Jadi terjemahan yang tepat pada TSa
adalah terjadi.
6. Kata وتحسن pada TSu diterjemahkan oleh penerjemah pada TSa yaitu
dibagusi. Terjemahannya kurang tepat, karena وتحسن arti sebenarnya
menurut kamus adalah membaguskan, sehingga kurang tepat jika
diterjemahkannya menjadi dibagusi.
7. Kata وأحسن pada TSu penerjemah menerjemahkan pada TSa menjadi lebih
bagus. Menurut peneliti kurang tepat, karena dalam hal ini kata وأحسن
86
merupakan suatu hal yang dilebihkan dan ditujukan untuk para nabi dan para
wali. Sehingga terjemahan yang tepat untuk kata وأحسن adalah lebih pantas.
8. kata تنج وتسلم merupakan فعل مضارع للمجھول pada TSa diterjemahkan
selamat dan diselamatkan, sedangkan pada kamus artinya diselamatkan. Jadi
kata تنج وتسلم cukup diterjemahkan menjadi diselamatkan saja.
9. Kata تفز pada TSa diterjemahkan kemenangan sedangkan dalam kamus
adalah bahagia, maka terjemahan yang tepat untuk digunakan pada kata تفز
ialah akan bahagia.
10. Kata تغنم pada TSa diterjemahkan kesuksesan, sedangkan dalam kamus
berarti beruntung, maka terjemahan yang tepat untuk digunakan pada kata
.adalah akan beruntung تغنم
2. Morfologi
Pada morfologi hasil yang diperoleh peneliti adalah sebanyak 10 struktur kata
(morfologi), sedangkan kesalahannya sebanyak 2 kata. Jadi presentase
perhitungan matematis pada aspek morfologis adalah sebagai berikut:
2 10
Berikut ini tabel morfologi serta kesalahan-kesalahannya yang penulis sajikan
dalam bentuk tabel;
x 100 = 20% Prosentase Kesalahan pada Aspek Morfologis
87
Tabel 10. Data Morfologi
1 Besarkan 6 فليعظم Secara الندور 2 Menolongmu 7 وفقـك Pertaubatan األوبة 3 Pengakuan 8 معترفا Mestikan فعليك
4 Ketiadaan 9 العدم Lalu [apakah] kamu فأنت
5 Kenikmatan 10 النعم Mewujudkan أوجدك
Kesalahan-kesalahan yang terdapat pada Aspek Morfologi;
1. Kata النعم merupakan bentuk jamak dari kata نعمة yang artinya berbagai
kenikmatan. Tetapi pada TSa penerjemahkan menjadi suatu kenikmatan,
terjemahannya kurang tepat. Seharusnya diterjemahkan menjadi berbagai
kenikmatan, karena kata النعم bentuk jamak dari kata نعمة.
2. Kata فلیعظم فرحك pada TSu terjadi kesalahan penulisan. Kata فلیعظم
merupakan فعل مضارع, tetapi pada penulisannya terjadi kesalahan, karena
setelah kata فلیعظم ada kata فرحك yang merupakan dhommir dari Kamu,
sedangkan kata فلیعظم merupakan dhommir untuk Dia. Jadi seharusnya
penulisan yang tepat adalah عظم فرحكتفل , karena kata عظمتفل adalah
pronomina yang digunakan untuk dhommir Kamu.
88
3. Sintaksis
Selanjutnya, pada sintaksis hasil yang diperoleh peneliti adalah sebanyak 15
dan kesalahan yang diperoleh adalah 1. Jadi presentase perhitungan matematis
pada aspek sintaksis adalah sebagai berikut:
1 15
Kesalahan yang terdapat pada Aspek Sintaksis;
وإياك أن تدنس قميص إيمانك وتسود وجه قلبك بـإتيان ما نهاك عنه موالك
pada TSa terdapat kalimat yang diterjemahkan secara majaz (مجاز) yaitu kata
.yang diterjemahkan menjadi mengotori jubah keimananmu تدنس قمیص إیمانك
Pada terjemahan disini terdapat مجازلغوي yang mana kata iman diserupakan
dengan sebuah jubah, maksudnya fungsi dari jubah tersebut adalah untuk
menutupi tubuh kita, hal ini serupa dengan iman yang berfungsi untuk menutupi
zhohir bathin kita. Oleh karena itu, jika kita mengotori jubah kita dengan kotoran
maka tubuh kita ikut kotor, begitupun dengan iman kita, jika kita mengotori iman
kita dengan berbuat maksiat maka zhohir bathin kita juga ikut kotor.
Hal serupa terjadi pada kalimat وتسود وجھ قلبك yang diterjemahkan menjadi
kau hitami wajah hatimu, maksud dari terjemahan tersebut adalah jika kau
enggan menghitami wajahmu sendiri, maka jangan kau hitami hatimu dengan
kemaksiatan.
x 100 = 7% Prosentase Kesalahan pada Aspek Sintaksis
89
Selanjutnya, apabila terjemahan ini dikonsumsi oleh masyarakat kalangan
bawah atau awam, mereka akan mengalami kesulitan dalam memahami isi
pesannya. Oleh karena itu, terjemahan yang tepat supaya isi pesan tersampaikan
dan maknanya dapat dipahami adalah:
Janganlah kau kotori keimananmu dan kau hitami hatimu dengan hal-hal yang
dilarang Tuhanmu.
Ketiga hasil perhitungan di atas dari tiap aspek yang diperoleh, maka peneliti
dapat menyimpulkan presentase kesalahan adalah 32%. Selanjutnya, presentase
perolehan hasil penilaian dari penelitian dan analisis pada Kitab Risălatul
Mudzăkarah adalah sebesar 67%.
Hasil penilaian tersebut jika disesuaikan dengan pedoman teori Rochayah
Machali termasuk dalam kategori terjemahan baik. Hal ini dikarenakan terdapat
terjemahan yang dilakukan secara harfiah walaupun tidak terlalu banyak.
Kemudian ada satu atau dua kesalahan tata ejaan, dan kesalahan tata bahasa.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti melakukan analisis sebanyak tiga halaman pada buku
terjemahan Risālatul Mudzākarah bab Mukmin Sejati yang dijadikan sebagai
objek utama dalam melakukan penelitian, maka diperoleh 15 korpus data
terjemahan. Selanjutnya, peneliti dapat memberikan jawaban dari hasil analisis
dan penilaian pada perumusan masalah yang ada di pendahuluan bab 1.
Segi leksikon, peneliti menemukan 10 permasalahan kosakata yang
mengalami kesalahan dari jumlah 200 kosakata. Hal ini disebabkan penerjemahan
kosakata yang dilakukan oleh penerjemah tidak sesuai dengan kamus dan terdapat
pula beberapa yang tidak sesuai dengan konteksnya, maka presentase kesalahan
yang diperoleh adalah 5% kesalahan dari keseluruhannya.
Kemudian segi morfologis, peneliti menemukan 2 permasalahan dalam
penulisannya, serta dari maknanya tersebut. Sehingga terdapat pergeseran makna
yang maknanya tidak sesuai. Dalam hal ini, peneliti menemukan 10 morfologis
dari total keseluruhan, maka presentase kesalahan yang ditemukan adalah 20%
dari prosentase keseluruhan.
Selanjutnya, segi sintaksis penerjemah melakukan proses melakukan
pengalihan pesan sudah cukup baik. Tetapi ada 1 kesalahan yang peneliti
temukan, sehingga presentase kesalahan yang diperoleh adalah 7% kesalahan
secara keseluruhannya.
91
Setelah dianalisis dari hasil terjemahan tersebut, penulis akan memberikan
penilaian menurut teori penilaian yang dikemukakan oleh Machali. Jumlah
keseluruhan penilaian terdapat 32% kesalahan pada terjemahan kitab Risālatul
Mudzākarah. Jadi penilaian yang diberikan adalah sebanyak 67% jika disesuaikan
dengan kategori penilaian menurut Machali termasuk dalam kategori terjemahan
baik.
Kitab Risālatul Mudzākarah ini sangat bagus untuk dikaji dan dikonsumsi
oleh para pembaca. Karena pembahasannya yang cukup menarik yaitu tentang
Risalah Diskusi mengenai Akhlak Tasawuf. Hanya saja gaya bahasa dalam
terjemahan kitab ini masih cukup tinggi sehingga hanya kalangan tertentu yang
mampu memahami isi dari kitab ini. Maka dari itu perlu ada sedikit perbaikan
dalam terjemahannya supaya kalangan awam bisa untuk membacanya juga.
B. Saran-saran
Saran-saran yang ingin penulis berikan tentang terjemahan kitab Risālatul
Mudzākarah ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam terjemahannya perlu adanya dilakukan perbaikan yaitu dengan diberi
penjelasan secara rinci, yaitu tentang maknanya supaya bisa dipahami
terutama untuk kalangan masyarakat umum. Kemudian pada teks Arabnya
perlu ada perbaikan karena adanya penulisan ayat yang salah, sehingga fatal
akibatnya ketika orang lain tidak memahami arti atau makna dari ayat dan
terjemahannya.
92
2. Jika kitab ini digunakan sebagai bahan untuk pengajaran, maka pengajar
sebelumnya harus menguasai tentang bidang atau pengetahuan yang ada pada
kitab tersebut, karena kitab ini membahas tentang akhlak tasawuf. Jadi
seorang pengajar jika ingin mengajarkan kitab ini harus mengetahui tentang
seluk beluk ilmu tasawuf.
3. Kemudian penjelasan dalam terjemahan kitab Risalatul Mudzakarah harus
lebih spesifik lagi dan diuraikan. Karena dalam terjemahannya terdapat
majaz, sehingga harus diperjelas.
93
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Nahwu dan Sintaksis Fungsional. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Alhabsyi, Ahmad bin Zein. Riwayat Hidup Para Wali & Shalihin. Surabaya: Cahaya Ilmu Publisher, 2008.
Alhaddad, Sayyid Abdulloh. Risalatul Mudzakarah. Surabaya: Pustaka Mampir, 2008.
Ali, Atabik. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2004.
Alwi, Hasan dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Al-Jarim, Ali. Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Chaer, Abdul. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Hidayatullah, Moch Syarif.Pengantar Linguistik Arab Klasik-Modern. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Hidayatullah, Moch Syarif. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab – Indonesia. Tangerang: Dikara, 2010.
Hoed, H. Benny. Penerjemahan dan Kebudayaan. Bandung: Pustaka Jaya, 2006.
Keraf, Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah, 1994.
Kridalaksana, Harimurti. Pembentukkan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama: 2007.
Machali, Rochayah. Pedoman bagi Penerjemahan. Bandung: Kaifa, 2009.
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Munip, Abdul. Transimisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010.
Nababan, Rudolf. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003.
94
Nasanius, Yassir. Pertemuan Linguistik Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya Kedelapan Belas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: CeQDA, 2007.
Parera, J. D. Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga, 2009.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan. Surabaya: Citra Media Press, 2010.
Putrayasa, Ida Bagus. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama, 2007.
Rahardi, Kunjana. Dimensi-dimensi Kebahasaan Aneka Masalah Bahasa Indonesia Terkini. Jakarta: Erlangga, 2006.
Sayogi, Frans, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008.
Simatupang, D. S. Maurits. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000.
Sudaryanto. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1983.
Sugihastuti.Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Syatibi,Ahmad. Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan). Jakarta: Adabia Press, 2012.
Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: Humaniora, 2005.
Umam,Chatibul. Pedoman Dasar Ilmu Nahwu . Jakarta: Darul Ulum Press, 1987.
Widyamartaya, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Zaka, Al Farisi M. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011
Rujukan Internet
Truly Almendo Pasaribu, Menilai Kualitas Terjemahan, http://pelitaku.sabda.org/menilai_kualitas_terjemahan
Kuliah, Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan, http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/05/startegi-penilaian-kualitas-terjemahan-444110.html
95
Mashadi Said, Menilai Terjemahan, http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib
http://www.alquran-digital.com
96
top related