pengusahaan sumberdaya
Post on 18-Jan-2016
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Prosedur Analisis Keuangan
Prosedur yang akan digunakan dalam melakukan analisis keuangan (finansial
analysis) dalam rangka kajian ekonomi pada rencana investasi proyek tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan Parameter Dasar
Sebagai titik tolak analisis keuangan pada rencana investasi adalahhasil kajian teknis
dan pemasaran dari studi kelayakan dalam penambangan batubara. Kajian teknis
penambangan batubara menghasilkan parameter dasar yang melandasi perhitungan nilai-
nilai investasi dari proyek tersebut, seperti :
a. Jumlah cadangan batubara tertambang (mineable reserve);
b. Kapasitas produksi batubara;
c. Jenis dan jumlah peralatan utama operasi penambangan;
d. Jenis dan jumlah peralatan pendukung;
e. Infrastuktur dalam dan luar tambang;
f. Segmen pasar batubara;
g. Harga jual batubara, dan lain-lain.
2. Menghitung Proyeksi Pendapatan (Revenue)
Perhitungan proyeksi pendapatan (revenue) adalah perkiraan dana yang masuk atau
diterima oleh suatu perusahaan sebagai hasil penjualan (sales) produksi batubara yang
dihasilkan sesuai dengan skenario produksi dan harga batubara yang direncanakan.
3. Menghitung Ongkos Produksi (Production Cost)
Perhitungan ongkos produksi (production cost) adalah perkiraan dana yang
dikeluarkan suatu perusahaan sebagai akibat dari kegiatan operasi untuk menghasilkan
produk batubara bersih yang siap dijual ke pasar. Dalam kegiatan memproduksi
batubara bersih sampai siap menjualnya ada keterkaitan dengan kegiatan operasi utama
atau kegiatan yang sifatnya mendukung kegiatan produksi. Untuk itu, beberapa komponen
biaya operasi yang perlu dimasukkan dalam perhitungan ongkos produksi yaitu antara lain :
1) Ongkos operasi penambangan batubara, yang terdiri dari :
a. Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil
b. Ongkos penggalian dan pemindahan overburden
c. Ongkos penggalian dan pemindahan batubara;
d. Ongkos operasi pendukung penambangan (mining suport);
e. Ongkos overhead operasi penambangan.
2) Ongkos operasi pengolahan batubara, yang terdiri dari :
a. Ongkos pemindahan batubara
b. Ongkos proses pengolahan batubara
c. Ongkos operasi pendukung pengolahan (crushing plant support)
d. Ongkos overhead operasi pengolahan.
Menghitung Biaya Investasi
Perhitungan biaya investasi adalah meliputi dana yang dikeluarkan
perusahaan sebagai akibat realisasi kegiatan dalam masa pra penambangan yang mencakup
kegiatan studi eksplorasi, studi kelayakan, studi AMDAL, biaya ganti rugi lahan, biaya
persiapan pengembangan daerah (development), biaya konstruksi infrastruktur baru,
pembelian atau pengadaan peralatan, dan lain-lain sampai kegiatan proyek penambangan
batubara tersebut siap dilakukan. Untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan, maka
biaya-biaya investasi ini dikelompokan menjadi :
1) Biaya investasi peralatan, yang terdiri atas :
a. Investasi peralatan pengupasan tanah penutup;
b. Investasi peralatan operasi penambangan;
c. Investasi peralatan pendukung operasi penambangan;
d. Investasi peralatan operasi pengolahan;
e. Investasi peralatan lain-lain.
2) Biaya investasi eksplorasi, yang terdiri atas :
a. Biaya Ijin Prinsip;
b. Biaya pemboran dan eksplorasi;
c. Biaya studi kelayakan;
d. Biaya studi AMDAL.
3) Biaya investasi pengembangan (development), yang terdiri atas biaya konstruksi
infrastruktur baru meliputi : jalan, kantor, perumahan, bengkel, gudang, stockpile,
crushing plant, dan lain-lain.
4) Biaya investasi penggantian (replacement), yaitu biaya ganti rugi lahan tambang;
prasarana tambang, dan sebagainya.
5) Biaya modal kerja (working capital)
Modal kerja (working capital) adalah dana yang dikeluarkan perusahaan sebagai
akibat keharusan pemenuhan biaya operasi penambangan sebelum diproduksi dan dijual
produk batubaranya.
5. Membuat Model Cash Flow
Model analisis yang digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial investasi proyek
penambangan batubara adalah model aliran kas (cash-flow) proyek selama produksi
penambangan batubara dilakukan. Aliran kas tersebut dikelompokkan menjadi aliran kas
pada titik awal proyek, selama tahap operasional dan pada tahap akhir proyek. Dalam
perhitungan aliran kas ini juga memasukkan faktor perhitungan depresiasi, amortisasi,
pengembalian cicilan pokok dan bunga pinjaman dana investasi, faktor ekshalasi, dan lain-
lain.
6. Menghitung Depresiasi dan Amortisasi
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun aliran kas tersebut adalah
depresiasi dan amortisasi. Depresiasi dan amortisasi bukanlah pengeluran kas tetapi suatu
metode perhitungan akutansi yang bermaksud membebankan biaya perolehan asset berwujud
dan asset tidak berwujud dengan mendistribusikan selama periode tertentu, dimana asset
tersebut masih berfungsi. Menurut peraturan, depresiasi dan amortisasi dianggap sebagi suatu
pengeluaran yang dapat dipotong dari bagian yang akan dikenakan pajak. Untuk itu, maka
perlu diupayakan untuk mendepresiasikan asset dalam periode sesingkat mungkin dan
diizinkan oleh peraturan yang ada. Dengan upaya itu, maka diharapkan akan mengurangi
jumlah pajak yang harus dibayar pada tahun-tahun awal operasi, sehingga dapat
meningkatkan aliran kas masuk dan mempercepat pengembalian (recovery) biaya
perolehan asset.
Dari beberapa metode depresiasi yang ada tersebut dipilih metode depresiasi garis
lurus (straight line depreciation) yaitu dengan melakukan depresiasi merata sepanjang
periode asset masih berfungsi. Dalam melakukan perhitungan depresiasi terlebih dahulu perlu
diketahui halhal sebagai berikut :
a. Basis atau biaya pertama
Biaya ini adalah nilai yang sesuai dengan prosedur pajak untuk suatu asset tertentu.
Umumnya terdiri dari harga perolehan ditambah dengan pengeluaran yang dikapitalkan.
Misalnya : biaya pengangkutan dan pemasangan alat sampai siap pakai.
b. Periode recovery
Periode recovery atau umur depresiasi adalah masa di mana asset diperkirakan
masih dapat beroperasi pada tingkat efisiensi yang diharapkan. Setelah masa umur itu,
asset dihapuskan dalam perhitungan akutansi tetapi mungkin saja aset tersebut masih laku
dijual di pasar bebas.
c. Kecepatan atau laju depresiasi
Adalah jumlah (dalam %) dari suatu asset yang harus didepresiasikan atau dikeluarkan
dari nilai buku perusahaan per tahun.
d. Nilai Sisa atau salvage value
Adalah nilai penjualan aset pada akhir umur depresiasi. Umumnya untuk memudahkan
perhitungan nilai sisa dianggap nol, tetapi bila kemudian asset pada akhir umur
depresiasi masih laku terjual maka pajak penjualan yang bersangkutan harus
diperhitungkan. Dalam beberapa hal, saat membuat perkiraan aliran kas diasumsikan
bahwa asset tersebut pada saat dihapus ternyata masih memiliki nilai sisa ( salvage value).
Dalam hal ini aturan dasar yang menentukan nilai dan waktu depresiasi tidak berkurang
dengan adanya perkiraan nilai sisa. Hanya saja perlu diperhatikan bila ternyata asset
tersebut mempunyai realistis harga penjualan lebih tinggi dari nilai buku, maka
selisihnya harus dikenakan pajak sesuai besarnya persentase pajak pendapatan
perusahaan tersebut. Namun bila harga penjualannya lebih rendah akan berakibat adanya
penghematan pajak.
7. Menyusun Kriteria Penilaian Finansial
Kaidah pokok yang digunakan dalam perhitungan biaya dan analisis keuangan ini
mengacu pada konsep ekuivalen, yang pada dasarnya memberikan bobot parameter waktu
terhadap nilai uang yang diinvestasikan, seperti suku bunga (interest) dan laju
pengembalian (rate of return).
Pemahaman konsep ekuivalen ini diperlukan pemahaman sebelum lebih lanjut
melakukan penyusunan kriteria penilaian finansial. Kriteria penilaian finansial merupakan
alat bantu bagi manajemen untuk membandingkan dan memilih alternatif investasi yang
akan dilakukan. Ada beberapa macam kriteria penilaian finansial yang dianggap baku, yang
mana diantaranya memperhitungkan konsep ekuivalen seperti Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR). Sedangkan kriteria penilaian yang tidak memperhitungkan
konsep ekuivalen yang digunakan adalah metode periode pengembalian (Payback Period).
7.1. Nilai Sekarang Bersih/Net Present Value (NPV)
Kriteria nilai sekarang bersih (net present value) didasarkan pada konsep
mendiskonto seluruh aliran kas (cash flow) ke nilai sekarang (present value). Dengan
mendiskontokan semua aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow)
selama umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung nilai sekarang
bersih dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga saat ini. Dengan demikian dalam
kriteria penilai NPV memperhatikan dua hal sekaligus, yaitu faktor nilai waktu dari uang dan
selisih besarnya aliran kas masuk dan kas keluar. Dengan kata lain NPV dapat menunjukan
jumlah (lumpsum) dengan arus diskonto tertentu dan memberikan berapa besar uang pada
saat ini.
Pada aliran kas proyek investasi penambangan batubara, untuk memperhitungkan
NPV yang akan dikaji yaitu meliputi seluruh aspek penerimaan kas dan seluruh aspek
pengeluaran kas, yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
NPV =∑t−0
n (C ) t(1+i)t
−∑t=0
n (CO) t(1+i)t
dimana :
NPV = nilai sekarang bersih;
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t;
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t;
n = umur investasi (tahun);
i = arus pengembalian (rate of return);
t = tahun.
Dengan menggunakan kriteria penilaian NPV dalam analisis finansial ini akan diperoleh
beberapa kelebihan, yaitu :
a. Telah memasukkan faktor nilai waktu dari uang;
b. Telah mempertimbangkan semua aspek aliran kas proyek;
c. Dilakukan perhitungan besaran absolut (bukan relatif).
7.2. Laju Pengembalian Internal(Internal Rate of Return/IRR)
Merupakan kriteria penilaian lain yang digunakan dalam analisis finansial dengan
tujuan untuk menjelaskan apakah rencana proyek investasi penambangan batubara yang
dilakukan perusahaan cukup menarik bila dilihat dari laju pengembalian yang telah
ditentukan.
Laju pengembalian internal adalah laju pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas
masuk sama dengan NPV aliran kas keluar. Pada metoda NPV, analisis dilakukan dengan
menentukan terlebih dahulu besarnya laju pengembalian (diskonto(i)), kemudian dihitung
nilai sekarang bersih (NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Besarnya IRR atau
laju pengembalian (diskonto(i)) yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV = 0
Pengertian di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
∑t=0
n (C ) t(1+ i)t =∑
t=0
n (Co ) t(1+i)t
dimana:
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t;
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t;
i = arus pengembalian (diskonto);
n = umur investasi;
t = tahun.
Karena aliran kas keluar proyek umumnya merupakan biaya pertama (Cf) maka persamaan di
atas disederhanakan menjadi :
∑t=0
n (C ) t(1+ i)t −(Cf )=0
Dalam melakukan analisis investasi dengan IRR ini ditentukan aturan sebagai berikut :
a. IRR > (lebih besar) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required
rate of return- ROR), maka proyek investasi diterima.
b. IRR < (lebih kecil) daripada laju pengembalian (i) yang diinginkan (required
rate of return- ROR), maka proyek investasi ditolak.
7.3. Periode Pengembalian (Payback Period)
Periode pengembalian atau payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih. Aliran kas bersih
adalah selisih pendapatan (revenue) terhadap pengeluran (expenses) per tahun. Dalam
melakukan analisis periode pengembalian juga dapat dimasukkan faktor-faktor seperti
modal kerja, depresiasi, dan atau pajak. Hal ini akan menghasilkan angka yang lebih
realistis. Tetapi banyak pihak berpendapat bahwa langkah demikian akan mengurangi
kesederhanaan dan kemudahan periode pengembalian sebagai alat analisis pendahuluan.
Keuntungan dari metoda pay-back period ini adalah :
a. Sederhana, menghitungnya tidak sulit, dan memberikan pengertian yang mudah
tentang waktu pengembalian modal (capital recovery).
b. Bagi proyek yang memiliki resiko makin lama makin tinggi, atau proyek yang peka
terhadap masalah likuidasi pada masa awal investasi, dengan mengetahui kapan
pengembalian modal selesai, akan amat membantu untuk memutuskan disetujui
tidaknya proyek tersebut. Jadi berlaku seperti indeks bagi investor.
c. Investasi yang menghasilkan produk dengan model yang relatif cepat berubah atau
usang. Perlu diketahui kapan dicapai periode pengembalian.
Adapun keterbatasan dari metode ini adalah :
a. Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesudah periode
pengembalian selesai;
b. Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari uang, berarti tidak mengikuti prinsip dasar
analisis aspek ekonomi-finansial dalam mengkaji kelayakan suatu proyek (investasi);
c. Tidak memberikan indikasi profitabilitas dari unit usaha hasil proyek.
Meskipun banyak kelemahan, tetapi dalam kenyataannya periode pengembalian
masih digunakan secara luas, terutama disebabkan oleh perhitungannya yang mudah
dan cepat untuk menggali informasi perihal resiko, yang kebanyakan investor akan segera
mendapatkan jawabannya.
Kriteria ini memberikan indikasi atau petunjuk bahwa proyek investasi dengan
periode pengembalian yang lebih cepat akan lebih dipilih. Dalam memakai kriteria ini
perusahaan yang bersangkutan perlu menentukan batasan maksimum waktu pengembalian,
berarti lewat waktu tersebut proyek investasi tidak dipertimbangkan.
Untuk pengembalian keputusan pada suatu proyek investasi, dilakukan perbandingan
antara payback period maksimum yang ditetapkan dengan payback periodinvestasi yang
akan dilaksanakan. Apabila payback period investasi yang akan dilaksanakan lebih singkat
waktunya dibanding payback maksimum yang akan disyaratkan, maka investasi itu akan
dilaksanakan, tetapi sebelumnya apabila lebih lama waktunya dibanding
paybackmaksimum yang disyaratkan maka investasi itu akan ditolak.
Dengan demikian dalam penyusunan penilaian analisis keuangan pada investasi
proyek penambangan batubara yang dilakukan ditentukan kriteria penilaian sebagai berikut
:
a. Payback Period
b. Net Present Value(NPV)
c. Internal Rate of Return(IRR).
8. Biaya Modal
Biaya modal (coc) merupakan biaya yang harus dikeluarkan atau dibayar oleh perusahaan
untuk mendapatkan modal yang diguna-kan untuk investasi perusahaan. Biaya Modal terdiri
atas :
1. Hutang Obligasi.
2. Saham Preferen.
3. Saham Biasa.
4. Laba ditahan.
Konsep biaya modal penting dalam pembelanjaan perusahaan, karena dapat dipakai untuk
menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahan untuk
memperoleh modal dari berbagai sumber.
Konsep perhitungan biaya modal dapat dilakukan dengan menggunakan konsep rata-rata
tertimbang (wacc) dari keseluru-han modal yang digunakan didalam perusahaan.
WACC sifatnya “explicit”, sama dengan “discount rate” yang dapat menjadikan PV dari
modal neto yang diterima perusahaan sama dengan PV dari semua biaya yang harus
dibayarkan karena penggunaan modal tersebut.
Biaya yang harus dibayar :
1. Pembayaran Bunga.
2. Pembayaran dividen.
3. Pembayaran angsuran pokok pinjaman atau “principal”.
Biaya modal dapat diukur dengan “rate of return” minimum dari investasi baru yang
dikeluarkan perusahaan, dengan asumsi bahwa tingkat risiko dari investasi baru sama dengan
risiko dari aktiva yang dimiliki saat ini.
1. Biaya Produksi
Biaya produksi dalam Diktum Kesatu ditetapkan dengan mempertimbangkan
perkembangan kondisi teknis penambangan dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi
biaya produksi rata-rata nasional, antara lain:
a. Biaya pengupan overburden
b. Penggalian batubara
c. Pengangkutan batubara dari lokasi tambang sampai lokasi pengolahan
d. Pengolahan batubara
e. Pemantauan dan pengelolaan lingkungan
f. Reklamasi dan pasca tambang
g. Keselamatan dan kesehatan kerja
h. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
i. Pembebasan dan penggantian tanah
j. Overhead
k. Depresiasi dan amortissi
l. Iuran tetap dan atau iuran produksi/ royalti
Acuan Biaya Produksi Batubara Pada Sistem Penambangan Batubara
No Jenis Biaya Satuan Biaya
Biaya Produksi Langsung
1. Pengupasan Overburden USD/BCM/km 2,41
2. Penggalian Batubara USD/ton 1,70
3. Pengangkutan Batubara dari lokasi tambang sampai
lokasi pengolahan
USD/ton/km 0,28
Biaya Produksi Tak Langsung
4. Pengolahan Batubara USD/ton 1,98
5. Amortisasi dan Depresiasi USD/ton 1,17
Biaya Umum dan Administrasi
Pemantauan dan Pengelolaan
6. Lingkungan, Reklamasi, dan Pasca Tambang USD/ton 0,27
7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja USD/ton 0,07
8. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat USD/ton 0,21
9. Pembebasan/Penggantian Tanah USD/ton 2,07
10 Overhead USD/ton 2,07
11 Iuran Tetap USD/ton 0,11
12 Iurn Produksi/Royalti (asumsi) USD/ton 16,9%
13 Margin USD/ton 25%
Keterangan:
a. Besaran biaya pengupasan overburden adalah biaya acuan (USD/BCM/km) yang
terlebih dahulu disesuaikan dengan jarak angkut overburden dan kemudian dikalikan
dengan stripping ratio (nisbah kupas).
Penyesuaian biaya acuan pengupasan overburden terhadap jarak angkut: 2,41 + (JOB-
1) x 0,7985)
Dimana:
JOB : jarak angkut overburden rata-rata pada perencanaan tambang
b. Besaran biaya pengangkutan batubara dari lokasi tambang ke lokasi pengolahan
adalah biaya acuan (USD/ton/km) dikalikan dengan jarak angkut batubara.
c. Besaran Iuran Produksi adalah 16,9% dari jumlah biaya butir 1 s/d 11, yang
merupakan asumsi awal iuran produksi.
d. Besaran Margin adalah 25% dari jumlah biaya butir 1 s/d 12.
Studi Kasus
Diketahui Pak Midin memiliki Kebun Karet ukuran 500 m x 500 m, bermimpi jika tanah
tersebut semuanya mengandung reserve batubara antrasit dengan tebal 50 meter. Kemudian
dari mimpi tersebut dia memprediksi jika SR kumulatifnya 4:1. Setelah terbangun Pak Midin
mengecek di Website ESDM, untuk HBA tipikal antrasit (kalori 7500 kkal/kg) adalah
$100/ton. Kemudian Pak Midin berfikir untuk menjual aja tanah tersebut beserta deposit
batubara yang ada dibawah tanah tersebut, kira-kira berapa harga yang pantas ditawarkan ke
investor jika Pak Midin meminta cash pembayaran tersebut?
Economic Input
Fixed Asset 250.000 m2
25 Ha
Non-Current Asset
Reserve Batubara 15.625.000 MT
Mineable Reserve (10% loss) 14.062.500 MT
Sale Price 100 $/ton
Net Free Cash Flow Method
Cost Benchmark
Infrastruktur USD/ton (reserve) 10
Distance Overburden Km 1
Distance Coal Km 10
OB Rate USD/bcm 2,41
Coal Rate USD/ton 1,7
Hauling Rate USD/ton/km 0,28
CPP USD/ton 1,98
Rehabilitation USD/ton 0,27
HSE USD/ton 0,07
CSR USD/ton 0,21
Land Compenstion USD/ton 1,99
Overhead Cost USD/ton 2,07
Depreciation and Amortisation USD/ton 0,3
Dead Rent USD/ton 0,11
Rotalty % 16,9
Earning % 25
PLAN
Distance Overburden Km 1,5
Distance Coal Km 20
Production Overburden BCM 56.250.000
Production Coal MT 14.062.500
SR 4
Financial Model
Total Revenue USD 1.406.250.000
Operating Cost
OB Rate USD -203.343.750
Coal Rate USD -23.906.250
Hauling Rate USD -7.875.000
CPP USD -27.843.750
Rehabilitation USD -3.796.875
HSE USD -984.375
CSR USD -2.953.125
Land Compensation USD -27.984.375
Overhead Cost USD -29.109.375
Depreciation and Amortisation USD -4.218.750
Dead Rent USD -1.546.875
Sub-Total USD -333.562.500
EBITDA USD 1.076.906.250
EBITDA per-ton 76,58
EBT 1.072.687.500
Tax 30% -321.806.250
EAT 750.881.250
EAT per-ton 53,396
EAT margin % 53,4%
Infrastructure USD -140.625.000
Add back depreciation &
amortisasi
USD 4.218.750
EAT USD 750.881.250
Net Free Cash Flow (NFC) 614.475.000
Discounted Cash Flow 13% 451.158.568
IRR 133%
Skema yang bisa ditawarkan oleh Pak Midin kepada Bayer adalah:
DCF = 451,158,567.624 Pak Midin Buyer
25%
112.7
89.642
338.36
8.926
50%
225.579.
283,81
225.57
9.284
75%
338.368.
925,72
112.78
9.642
DCF = 451,158,567.624 Pak Midin Buyer
33%
150.386.
038,82
300.77
2.529
67%
300.772.
077,64
150.38
6.490
top related