penggunaan metode time token arends terhadap...
Post on 03-Nov-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN METODE TIME TOKEN ARENDS
TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA DEBAT SISWA
KELAS X MAN 1 KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
oleh
Dhea Endah Judhanti
NIM 11150130000062
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Dhea Endah Judhanti. 11150130000062. Skripsi. Penggunaan Metode Time
Token Arends Terhadap Keterampilan Berbicara Debat Kelas X MAN 1 Kota
Tangerang Selatan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing Dra.
Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd. Tahun 2019.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses belajar praktik debat
dengan menggunakan metode Time Token Arends. Objek penelitian ini adalah peserta
didik kelas X MIPA 1 sedangkan, subjek penelitian ini adalah metode Time Token
Arends. Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, Praktik berdebat, wawancara,
dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2018 hingga
Oktober 2019. Hasil penelitian ini adalah keterampilan berbicara debat peserta didik
di kelas X MIPA 1 di MAN 1 Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan metode
Time Token Arends adalah semua peserta didik dapat berbicara dalam praktik debat
dan tidak adanya peserta didik yang mendominasi kelas.
Berdasarkan hasil analisis individu peserta didik, maka diperoleh nilai
tertinggi yaitu 94,28 dengan interpretasi baik sedangkan nilai terendah yaitu 50. Rata-
rata yang diperoleh sebelum menggunakan keterampilan berbicara yaitu 58,36
sedangkan sesudah menggunakan metode Time Token Arends yaitu 75.24 dengan
interpretasi cukup. Penggunaan metode Time Token Arends dapat membuat seluruh
peserta didik mengasah kemampuan berbicara berupa menyampaikan pendapatnya
khususnya dalam pembelajaran praktik debat.
Kata kunci: Metode Pembelajaran Time Token Arends, Keterampilan Berbicara,
Debat
ii
ABSTRACT
Dhea Endah Judhanti. 11150130000062. Essay. The Use of Time Token Arends
Method on Class X Debate Speaking Skills MAN 1 Kota Tangerang Selatan.
Indonesian Language and Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and
Teacher Training. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Supervisor Dra. Mahmudah
Fitriyah, M. Pd
The purpose of this study was to determine the process of learning the
practice of debate by using the Time Token Arends method. The object of this
research is the students of class X MIPA 1 whereas, the subject of this research is the
Time Token Arends method. The research method used is descriptive qualitative
method. Data collection used is observation, debating practices, interviews, and
documentation. This research was conducted from December 2018 to October 2019.
The result of this study are students debating speaking skills in class X MIPA 1 in
MAN 1 Kota Tangerang Selatan by using the Time Token Arends method that all
students can speak in debate practice and no students dominate the class.
Based on the analysis of individual students, the highest value in 94,28 with
good interpretation while the lowest value is 50. The average obtained before using
speaking skills is 58, 36 while after using the Time Token Arends method can make
all student hone the ability to speak in the form of expressing their opinions,
expecially in learning debate practice.
Keywords: Time Token Arends Learning Method, Speaking
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan diberikan
kesehatan. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya yang
diharapkan akan mendapatkan syafaatnya di dunia maupun akhirat.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
pendidikan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Tabiyah dan Keguruan. Skripsi yang dibuat penulis tidak luput dari kesalahan,
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Namum karena motivasi dan
dorongan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum., selaku ketua Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi izin atas
penyusunan skripsi.
3. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan kepada penulis selama
proses pembuatan skripsi.
4. Dr. Hindun, M. Pd. dan Didah Nurhamidah, M. Pd., selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan membenarkan kesalahan tulisan penulis.
5. Novi Diah Haryanti, M. Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik yang sudah
seperti ibu bagi penulis dan kelas PBSI B angkatan 2015 dan juga selaku
Sekertaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
membantu dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
7. Drs. H. Ridwan Fahmi Lubis, selaku Kepala MAN 1 Kota Tangerang Selatan
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
iv
8. Nurul Rahmadini, S. Pd., selaku Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia yang
telah membantu penulis serta memberikan saran kepada penulis selama
penelitian di sekolah.
9. Orang tuaku terhebat, tercinta, dan tersayang, Mamah Hayanah dan Bapak
Juhaeni. Mereka yang tidak henti-hentinya selalu mendoakan, memberikan
kasih sayang, semangat, memotivasi, wejangan-wejangan. Mereka motivasi
terbesar penulis sehinga skripsi ini dapat terselesaikan. Kata terima kasih saja
tidak akan bisa membalas semua yang telah diberikan oleh kedua orang tua
penulis. Semoga penulis dapat diberi kesempatan untuk bisa membahagiakan
Mamah dan Bapak.
10. Adik-adikku, Adjuardi Jafar Sidik, Farhan Julhaq, dan Dita Natasya Bachtiar
yang selalu mendukung, memotivasi, dan mendoakan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan Dinita Ayu Novela, Anisa, Aida Nur fadhilah,
Siti Fatimah Nur Azmah, yang telah menemani penulis dari semester satu
hingga saat ini dan insyaAllah sampai menua.
12. Ardiansyah Saputra yang selalu memotivasi dan menyemangati penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
13. Eneng Saripah selaku karib penulis yang telah berjuang bersama untuk
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sudah mau berjuang bersama dan
memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabat kecil penulis, Siti Ulpiyah dan Vidya Fitri Handayani yang
telah menemani penulis untuk mengerjakan skripsi ini.
15. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan
2015 yang selalu saling membantu dalam proses belajar di kampus.
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan-
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.
Aamiin.
Penulis
Dhea Endah Judhanti
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ................................................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................................ 8
A. Landasan Teori .............................................................................................................. 8
1. Metode Pembelajaran ................................................................................................ 8
2. Metode Pembelajaran Kooperatif ........................................................................... 12
3. Metode Pembelajaran Kooperatif Time Token Arends ........................................... 16
4. Keterampilan Berbicara .......................................................................................... 20
5. Debat ....................................................................................................................... 23
6. Penelitian Relevan .................................................................................................. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 29
B. Metode Penelitian ....................................................................................................... 29
C. Subjek dan Objek Penelitian ....................................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 30
E. Teknik Analisis Data ................................................................................................... 32
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 43
A. Deskripsi Data ............................................................................................................. 43
1. Profil Sekolah .......................................................................................................... 43
2. Visi dan Misi MAN 1 Kota Tangerang Selatan ...................................................... 43
3. Guru dan Tenaga Kependidikan ............................................................................. 44
B. Pembahasan ................................................................................................................. 47
1. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................................... 47
2. Analisis Data ........................................................................................................... 49
3. Deskripsi Hasil Analisis ........................................................................................ 117
BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 122
A. Simpulan ................................................................................................................... 122
B. Saran ......................................................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 124
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Format Penilaian Keterampilan Berbicara Debat 34
Tabel 3.2 Penilaian Aspek Keakuran dan Keaslian Gagasan 35
Tabel 3.3 Penilaian Aspek Kemampuan Berargumentasi 36
Tabel 3.4 Penilaian Aspek Keruntutan Penyampaian Gagasan 37
Tabel 3.5 Penilaian Aspek Pemahaman 38
Tabel 3.6 Penilaian Aspek Ketepatan Kata 39
Tabel 3.7 Penilaian Aspek Ketepatan Kalimat 40
Tabel 3.8 Penilaian Aspek Kelancaran 41
Tabel 3.9 Penentuan Kriteria dengan Perhitungan untuk Skala Empat 42
Tabel 4.1 Guru dan Tenaga Pendidik di MAN 1 Tangerang Selatan 44
Tabel 4.2 Staff MAN 1 Tangerang Selatan 45
Tabel 4.3 Data Siswa Kelas X-XII 46
Tabel 4.4 Absensi Peserta didik Kelas X MIPA 1 47
Tabel 4.5.1 Analisis Data Peserta Didik No. 1 (ANF) 49
Tabel 4.5.2 Analisis Data Peserta Didik No. 2 (AAA) 52
Tabel 4.5.3 Analisis Data Peserta Didik No. 3 (ASP) 55
Tabel 4.5.4 Analisis Data Peserta Didik No. 4 (ARO) 57
Tabel 4.5.5 Analisis Data Peserta Didik No. 5 (BKR) 60
Tabel 4.5. 6 Analisis Data Peserta Didik No. 6 (BRP) 63
ix
Tabel 4.5.7 Analisis Data Peserta Didik No. 8 (DSP) 65
Tabel 4.5.8 Analisis Data Peserta Didik No. 9 (DSA) 67
Tabel 4.5.9 Analisis Data Peserta Didik No. 10 (DIA) 68
Tabel 4.5.10 Analisis Data Peserta Didik No. 11 (DAA) 71
Tabel 4.5.11 Analisis Data Peserta Didik No. 12 (FKN) 74
Tabel 4.5.12 Analisis Data Peserta Didik No. 13 (FJH) 76
Tabel 4.5.13 Analisis Data Peserta Didik No. 15 (HNA) 79
Tabel 4.5.14 Analisis Data Peserta Didik No. 16 (IAS) 81
Tabel 4.5.15 Analisis Data Peserta Didik No. 17 (IJK) 83
Tabel 4.5.16 Analisis Data Peserta Didik No. 18 (IPI) 85
Tabel 4.5.17 Analisis Data Peserta Didik No. 19 (IWS) 88
Tabel 4.5.18 Analisis Data Peserta Didik No. 20 (KHA) 90
Tabel 4.5.19 Analisis Data Peserta Didik No. 21 (MRF) 93
Tabel 4.5.20 Analisis Data Peserta Didik No. 22 (MGM) 94
Tabel 4.5.21 Analisis Data Peserta Didik No. 23 (NNA) 97
Tabel 4.5.22 Analisis Data Peserta Didik No. 24 (NAD) 99
Tabel 4.5.23 Analisis Data Peserta Didik No. 25 (NFF) 102
Tabel 4.5.24 Analisis Data Peserta Didik No. 26 (OFR) 104
Tabel 4.5.25 Analisis Data Peserta Didik No. 27 (OAO) 106
Tabel 4.5.26 Analisis Data Peserta Didik No. 28 (RNH) 107
x
Tabel 4.5.27 Analisis Data Peserta Didik No. 29 (RTS) 108
Tabel 4.5.28 Analisis Data Peserta Didik No. 31 (TRO) 109
Tabel 4.5.29 Analisis Data Peserta Didik No. 32 (TSP) 110
Tabel 4.5.30 Analisis Data Peserta Didik No. 33 (WNA) 112
Tabel 4.6 Data Hasil Tes Sebelum Menggunakan Metode Time Token Arends
115
Tabel 4.7 Data Hasil Tes Sesudah Menggunakan Metode Time Token Arends
116
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2 Transkip Hasil Praktik Debat Peserta Didik Kelas X MIPA 1
Lampiran 3 Dokumentasi Belajar Mengajar
Lampiran 4 Transkip Wawancara Guru dan Peserta Didik
Lampiran 5 Uji Referensi
Lampiran 6 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Jurusan
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari Pihak Sekolah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang
sudah semakin canggih. Kepesatan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat
manusia semakin berkembang pola pikir, kemampuan, dan keterampilannya.
Setiap manusia dituntut untuk mengembangkan segala kemampuan dan
keterampilannya agar dapat mengikuti perjembangan zaman. Manusia harus
berpikir secara inovatif agar dapat mengembangkan dirinya untuk memilki
suatu keterampilan.
Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena
bahasa merupakan alat komunikasi. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak
dapat menerima dan memberikan informasi kepada sesama manusia karena
bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi,
mengungkapkan pesan dan perasaan. Manusia menggunakan bahasa sebagai
alat berkomunikasi berupa lisan maupun tulisan. Bahasa digunakan berbagai
aktivitas manusia. Semakin tinggi kemampuan berbahasa semakin baik pula
penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Jadi, menguasai keempat
keterampilan berbahasa sangatlah penting bagi seseorang dalam
berkehidupan.
Keterampilan berbahasa ada empat yaitu keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa harus
dikuasai oleh peserta didik. Salah satunya keterampilan berbicara haruslah
dikuasi peserta didik karena keterampilan berbicara seseorang mampu
menentukan kesuksesannya dalam berkarir nantinya.
Keterampilan berbicara penting dipelajari dan dibiasakan guna untuk
mempermudah komunikasi dengan orang lain. Jika keterampilan berbicara
peserta didik buruk, maka akan menganggu keberlangsungan komunikasinya
2
dengan orang lain. Karena fungsi keterampilan dalam bersosial sangatlah
penting. Kemampuan berbicara seseorang mampu untuk mempersatukan
suatu kelompok-kelompok dalam masyarakat. Begitu pula di dalam kelas.
Peserta didik yang memiliki keterampilan berbicara baik, maka ia akan
memiliki banyak teman di kelasnya maupun di luar kelas.
Melatih kemampuan berbicara perlu ada usaha untuk melakukannya.
Kemampuan berbicara harus sering dilatih agar kemampuan berbicara
seseorang dapat meningkat dengan pesat. Saat pembelajaran di dalam kelas,
seorang guru harus membiasakan peserta didik untuk berlatih keterampilan
berbicara. Peserta didik yang berlatih kemampuan berbicaranya maka ia akan
meningkat rasa percaya diri. Biasanya di dalam kelas peserta didik yang aktif
berbicara hanya beberapa orang saja dan cenderung mendominasi kelas.
Salah satu keterampilan berbicara yang diajarkan di kelas yaitu debat.
Kemampuan debat merupakan salah satu jenis keterampilan berbicara. Debat
merupakan adu argumen antara dua kelompok yang dibagi menjadi kelompok
pro dan kontra atas sebuah masalah atau mosi. Praktik debat ini sangat
melatih keterampilan peserta didik dengan mengungkapkan argumen-argumen
dalam bentuk kata-kata di depan semua peserta didik. Sayangnya, dalam
praktik debat hanya beberapa peserta didik saja yang aktif atau sering
mengungkapkan pendapatnya. Peserta didik yang lainnya hanya pasif atau
hanya diam saja saat praktik debat berlangsung.
Banyak peserta didik yang menganggap bahwa praktik debat menjadi
momok yang menakutkan dan mereka enggan untuk berbicara di depan kelas.
Peran guru sangatlah penting guna melatih keterampilan berbicara peserta
didik secara keseluruhan. Penggunaan metode yang tepat dapat digunakan
oleh guru dalam pembelajaran agar semua peserta didik dapat aktif untuk
mengungkapkan pendapatnya. Guru harus cerdas dalam memilih metode yang
cocok dengan materi yang ingin disampaikan. Dengan demikian, materi yang
ingin disampaikan dalam proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
3
Salah satu metode yang dapat guru gunakan dalam pembelajaran debat
yaitu metode Time Token Arends. Metode ini dapat membuat semua peserta
didik aktif mengeluarkan pendapatnya dalam praktik berbicara debat. Oleh
karena itu, penulis ingin meneliti dengan menggunakan metode Time Token
Arends pada pembelajaran debat. Peneliti ingin mengetahui apakah metode
Time Token Arends dapat membuat semua peserta didik menjadi aktif
berbicara di depan kelas atau tidak.
Peneliti mengetahui informasi dari hasil wawancara dengan guru
bahasa Indonesia di MAN 1 kota Tangerang Selatan bahwa kelemahan peserta
didik dalam praktik debat yaitu peserta didik yang aktif berbicara hanya
beberapa orang saja. Peserta didik yang berbicara hanya itu-itu saja dan
mendominasi di dalam kelas. Peserta didik lain hanya diam saja dari awal
hingga akhir pembelajaran.
Debat adalah adu argumentasi antara tim afirmasi (tim pro) dan tim
oposisi (tim kontra). Dua kelompok ini harus beradu argumentasi berdasarkan
mosi yang sedang dibahas saat debat. Membutuhkan pengetahuan,
keterampilan berbicara yang baik serta kepercayaan diri untuk berdebat.
Peneliti menggunakan metode Time Token Arends dalam penelitian ini.
Metode Time Token Arends merupakan contoh kecil pembelajaran
demokratis di sekolah. Peserta didik menjadi subjek. Tujuan metode ini untuk
menghindari peserta didik yang mendominasi atau peserta didik yang diam
sama sekali serta peserta didik dapat saling membantu dalam kelompoknya.
Dari penjelasan tersebut peneliti melihat kecocokan antara metode Time
Token Arends dengan pembelajaran debat.
Metode Time Token Arends dirancang untuk melatih peserta didik agar
lebih tanggap menerima pesan dan menyampaikan kepada orang lain dengan
baik. Metode Time Token Arends ini menggunakan undian kupon yang berisi
waktu kurang lebih 30 detik dalam menyampaikan pendapatnya kepada
temannya saat praktik debat. Hal ini berguna agar semua peserta didik dapat
menyampaikan pendapatnya sesuai dengan undian kupon dan waktu yang
4
sama rata. Jadi, semua peserta didik dapat aktif dan adil dalam menyampaikan
pendapatnya.
Penggunaan metode Time Token Arends di penelitian ini, peneliti
berharap kepada semua peserta didik dapat berbicara mengeluarkan
pendapatnya saat praktik debat selama 30 detik. Jadi tidak hanya beberapa
peserta didik yang mengeluarkan pendapatnya dan jika hal seperti ini masih
terjadi maka hanya beberapa peserta didik saja yang berkembang
keterampilan berbicara dan kepercayaan dirinya sedangkan peserta didik yang
diam sama sekali tidak dapat berkembang keterampilan berbiacaranya.
Banyak sekali manfaat bagi peserta didik dan guru dalam penggunaan
metode Time Token Arends. Manfaat bagi peserta didik yaitu mendorong
peserta didik meningkatkan inisiatif dan partisipasi, menghindari dominasi
peserta didik yang pandai berbicara, dan masih banyak lagi. Manfaat bagi
guru yaitu mempermudah guru untuk mengajarkan keterampilan sosial dan
berbicara peserta didik. Tujuan pembelajaran di dalam kelas menjadi tercapai.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan tersebut, maka peneliti
ingin melakukan penelitian mengenai Penggunaan Metode Time Token
Arends terhadap Keterampilan Berbicara Debat Siswa Kelas X MAN 1
Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Banyak peserta didik yang belum aktif berbicara untuk
mengeluarkan pendapat-pendapatnya dalam praktik debat.
2. Beberapa peserta didik lebih mendominasi dalam berbicara.
3. Peserta didik memerlukan metode-metode yang membantu peserta
didik untuk aktif berbicara dalam praktik debat.
4. Guru masih kurang inovatif dan variatif dalam menggunakan
metode untuk pembelajaran berbicara.
5
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, peneliti membatasi
permasalahan pada: Keterampilan berbicara peserta didik dalam praktik debat
dengan mosi “peraturan sekolah membuat siswa disiplin atau terkekang” di
kelas X MIPA 1 dan penggunaan metode Time Token Arends untuk
pembelajaran praktik debat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah penggunaan metode Time
Token Arends dalam keterampilan berbicara debat di kelas X MAN 1 Kota
Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui penggunaan metode Time Token Arends dalam
keterampilan berbicara debat. Menggunakan metode Time Token Arends
peserta didik lebih tertarik pada pembelajaran bahasa Indonesia dan semua
peserta didik dapat berpartisipasi dalam mengeluarkan pendapat-pendapatnya
saat praktik debat.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut,
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, manfaat dalam penelitian ini adalah untuk
memberikan kontribusi konkret dalam pelaksanaan belajar mengajar
bahasa Indonesia dengan inovasi penggunaan pembelajaran sebagai salah
satu wujud nyata keseriusan dalam memberikan kemudahan pada
pembelajaran bahasa Indonesia kepada peserta didik.
6
Di samping itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pijakan
untuk mendukung, memperkuat, juga melakukan pengembangan pada
penelitian lanjutan, khususnya yang berkaitan dengan keterampilan
berbicara debat dengan menggunakan metode Time Token Arends.
2. Manfaat Praktis
a. Pendidik (guru)
Para guru, khususnya guru bahasa dan sastra Indonesia, dapat
menjadikan penelitian ini sebagai:
1. Arahan yang jelas bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan berjalannya proses belajar mengajar.
2. Referensi guru dalam memilih metode yang tepat untuk
pembelajaran khususnya pembelajaran berdebat yang lebih
inovatif dan bervariatif.
b. Peserta didik
1. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang bermakna dan
berkesan dalam pembelajaran praktik debat dengan metode
metode Time Token Arends.
2. Dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk lebih aktif
berbicara di depan kelas, mengeluarkan pendapat-pendapat,
serta menerapkan keterampilan berbicara yang baik dalam
praktik debat maupun pembelajaran lainnya yang
mengembangkan keterampilan berbicara peserta didik.
3. Semua peserta didik aktif berbicara di depan kelas dan tidak
ada yang mendominasi di kelas atau sama sekali diam.
7
c. Mahasiswa
1. Dapat menjadikan bahan rujukan dan pengembangan penelitian
bagi mahasiswa yang hendak meneliti.
2. Dapat memperkaya pengetahuan mengenai metode yang
infovatif dalam mengajar
3. Hasil peneltian ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan
belajar mengajar yang baik di sekolah tempat tugasnya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode
Metode (Yunani: methodos=jalan, cara), dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa suatu hal
menurut rencana tertentu.1 Metode adalah cara yang digunakan untuk
menginformasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti, metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah diterapkan.2
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru, dan penggunaannya pun bervariasi sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Kedudukan metode sebagai alat motivasi
sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru,
sehingga dalam menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi pelaksanaan sesungguhnya, metode
dan teknik memiliki perbedaan. Metode pembelajaran lebih bersifat
prosedural yang berisi tahapan-tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah
cara yang digunakan dan bersifat implementatif.3 Metode merupakan
1 M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai Pendekatan,
Metode Teknik, dan Media Pengajaran, (Bandung:Pustaka Setia, 2011), h. 20. 2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenada Media, 2011), h. 147. 3 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor:Ghalia
Indonesia,2010),h.80.
9
fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam upaya mencapai
tujuan. Oleh karena itu, bahan pelajaran yang disampaikan tanpa
memerhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit guru dalam
mencapai tujuan pengajaran.4
Dapat disumpulkan dari beberapa pengertian tentang metode di
atas, bahwa metode merupakan suatu yang harus dilakukan guna untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah guru rencanakan. Apabila guru
tidak menggunakan metode dalam pengajarannya, maka akan mempersulit
guru dalam mengajarkan materi kepada peserta didiknya. Metode
digunakan guru untuk mendapat kemudahan dalam kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas. metode yang dipakai guru merupakan cara untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar mengajar.
Metode apa pun yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh
terhadap prinsip-prinsip KBM. Prinsip-prinsip KBM yaitu pertama,
berpusat kepada anak-anak. Kedua, belajar dengan melakukan. Ketiga,
mengembangkan kemampuan sosial. Keempat, mengembangkan
keingintahuan dan imajinasi. Kelima, mengembangkan krativitas dan
keterampilan.5 Jadi, apa pun metode yang digunakan, guru harus
memperhatikan kelima prinsip-prinsip dalam kegiatan belajar mengajar
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Pengertian Pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata belajar mendapat awalan
“pem” dan akhiran “an” menunjukan bahwa ada unsur dari luar yang
bersifat “investasi” agar terjadi proses belajar. Jadi, pembelajaran
4 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika
Aditama, 2007), h. 59 5 Abdul Majid, Perencanaan Pengajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 136-137.
10
merupakan upaya yang dilakukan oleh faktor eksternal agar terjadi
proses belajar pada diri individu yang belajar.6 Pembelajaran pada
dasarnya merupakan kegiatan guru menciptakan suatu situasi agar
siswa belajar. Jadi tujuan utama pembelajaran adalah agar siswa
belajar.7
Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan yang mengemukakan
bahwa pembelajaran adalah pengembangan dan penyampaian
informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi
pencapaian tujuan yang spesifik.8 Gagne, Briggs, dan Veger,
berpendapat bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut Winkel, pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang
dirancang untuk mendukung proses belajar mengajar peserta didik,
dengan memperhitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung di
dalam peserta didik.9 Menurut Hamalik, pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran.10
Menurut Winataputra, pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi,
dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta
didik.11
Dari banyak pendapat tentang pengertian pembelajaran di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian
6 Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber
Belajar, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 19-20. 7 Nana Sy. Sukmadinata dan Erliany Syaodik, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi,
(Bandung: Reika Aditama, 2012), h. 103. 8 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), hlm 9.
9 M. Sobry Sutikno, Metode dan Model-model Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2014), h.
11-12. 10
Oeman Hamalik, Kurikulum dan Pembelejaran, (Jakarta: Bumi Aksa11ra, 2012), h. 57. 11
Udin. S. Winataputra, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), h. 1.18.
11
kegiatan proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik. Istilah
pembelajaran mengacu kepada segala kegiatan yang berkenaan dengan
proses berlangsungnya kegiatan belajar pada peserta didik. Kegiatan
pembelajaran ini berguna untuk meningkatkan kualitas belajar peserta
didik.
“Gagne (1970) has distinguished between the external
conditions of learning and the internal conditions of learning.
The external conditions of learning refer to those aspects of the
learning situation which are outsite the learner, that is, in the
learner’s environment. These conditions would include such
things as the amount of practice, the complexity of the
stimulus, the amount of time between the occurrence of a
respons and the onset of some type of reinforcement, etc. The
internal conditions of learning refer to such things as the
previous learning of the individual, his level of physiological
development, motivation, etc.”12
Paragraf di atas menjelaskan bahwa Gagne telah membedakan
antara kondisi pembelajaran eksternal dan kondisi pembelajaran
internal. Kondisi ekternal mengacu pada aspek-aspek situasi belajar
yang berada di luar pembelajar, yaitu di lingkungan pelajar sedangkan
kondisi internal pembelajaran berkaitan dengan hal-hal seperti
pembelajaran individu, tingkat perkembangan fisik, motovasi, dan
lainnya.
c. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah seperangkat komponen yang telah
dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran.13
Metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan
pelajaran kepada siswa.14
Metode pembelajaran merupakan cara yang
digunakan oleh guru atau insruktur untuk menyampaikan isi atau
12
Thomas J. Ahuell, Learning and Instruction, (Belmont: Wadsworth Publishing Company,
1971), h. 10. 13
Tukiran Taniredja, Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 1. 14
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011). h. 80.
12
materi pembelajaran secara spesifik.15
. Metode Pembelajaran adalah
cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi
tertentu.16
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat tentang definisi
metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
mengoptimalkan kualitas pembelajaran di kelas. Harapan penggunaan
metode pembelajaran yaitu agar tujuan pembelajaran tercapai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Seorang guru
harus berfikir kreatif untuk membuat pembelajaran di dalam kelas
berjalan dengan baik dan tidak membuat peserta didik bosan. Performa
guru di dalam kelas merupakan hal yang paling penting. Seorang guru
harus menguasai kelas yang sedang ia ajar. Jika guru dapat
menerapkan metode pembelajaran maka seorang guru akan
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan kepada peserta
didiknya. Peserta didik dapat maksimal menyerap apa yang diajarkan
oleh guru. Tujuan pembelajaran akan dicapai jika guru cerdas dalam
menggunakan dan memilih metode pembelajaran yang tepat dalam
setiap materi yang akan di ajarkan di kelas.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif dalam bahasa Inggris disebut dengan “cooperate”
yaitu bekerja sama. Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas
falsafah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia
adalah makluk sosial.17
Menurut Sunal dan Hans mengemukakan
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau
15
Benny A. Pribadi, Model Assure untuk Medesain Pembelajaran Sukses, (Jakarta: Dian
Rakyat, 2011), h. 80. 16
Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta :Prestasi
Pustaka, 2011), h. 101. 17
Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran, (Bandung: Pustaka
Setia, 2017), h. 292.
13
serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan
kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.18
Menurut Woolfolk mendefinisikan pembelajaran kooperatif
adalah suatu pengaturan yang memungkinkan para siswa bekerja sama
dalam suatu kelompok campuran dengan kecakapan yang berbeda-
beda, dan akan memperoleh penghargaan jika kelompoknya mencapai
suatu keberhasilan.19
Menurut Anita Lie, menyebutkan istilah
pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berkerja sama dengan siswa
lain dalam tugas yang terstruktur.20
Menurut Muclich menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah belajar dalam bentuk berbagai
informasi dan pengalaman, saling merespon, dan saling
berkomunikasi.21
Slavin, one of the founders of cooperative learning, believes
that the group focus of cooperative learning can change the norms of
youth culture and make it more acceptable to excel to academic
learning tasks.22
Pemaparann tersebut menjelaskan tentang salah satu
pendiri pembelajaran kooperatif yaitu Slavin yang percaya bahwa
fokus kelompok pembelajaran kooperatif dapat mengubah norma-
norma budaya remaja dan membuatnya lebih dapat diterima untuk
unggul dalam tugas-tugas pembelajaran akademik.
Dari definisi-definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah metode yang digunakan oleh guru
yang membentuk peserta didik dalam kelompok-kelompok besar
18
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta
Didik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 15. 19
Warsono dan Haryanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm . 20
Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok,
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 16. 21
Donni Juni Priansa, Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran, (Bandung: Pustaka
Setia, 2017), h. 293. 22
Richard I Arends, Learning to Teach, (New York: The McGraw-Hill Companies, 2007),
h.345.
14
maupun kecil. Pembelajaran kooperatif ini diterapkan guru untuk
mengembangkan kecerdasan sosial peserta didik. Peserta didik dapat
berinteraksi dengan baik antara satu dengan lainya. Pembelajaran
kooperatif ini memberikan dampak yang baik yaitu peserta didik
termotivasi untuk berani mengemukakan pendapatnya dan saling
menghargai pendapat. Selain itu, peserta didik mampu berfikir kritis
dalam mengahadapi persoalan dan bersama-sama memecahkan
persoalan tersebut.
Cooperative learning refers to variety of teaching
methods in which student work ini small groups to help one
another learn academic content. In cooperative classrooms,
student are expected to help each other, to discuss and argue
with each other, to assess each other’s current knowledge and
fill in gaps in each order’s understanding. Cooperative work
rarely replace teacher in struction, but rather replace
individual seatwork, individual study, and individual drill.
When properly organized, studendsin cooperative groups work
with each other to make certain that everyone in the group has
mastered the concepts being taugh.23
Paragraf di atas menjelaskan pembelajaran kooperatif mengacu
pada berbagai metode pengajaran di mana siswa bekerja dalam
kelompok kecil untuk saling membantu mempelajari konten akademik.
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif, peserta didik diharapkan
untuk saling membantu, berdiskusi, dan berdebat satu sama lain, untuk
menilai pengetahuan masing-masing saat ini dan mengisi kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing. Pekerjaan kooperatif jarang
menggantikan instruksi guru, tetapi menggantikan kursi kerja individu,
pembelajaran individu, dan latihan individu. Ketika diorganisasi
dengan baik, siswa dalam kelompok bekerja sama untuk memastikan
bahwa setiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep yang
diajarkan.
23
Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (United States of America: Allyn & Bacon, 1995),
h. 2
15
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar
pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka
secara berkelompok.24
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik
pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin adalah
penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan
kesempatan yang sama untuk berhasil
a) Penghargaan Kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan
kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok.
Penghargaan ini diperoleh jika kelompok mencapai skor di
atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota
kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal
yang saling mendukung, membantu, dan peduli.
b) Pertanggungjawaban Individu
Keberhasilan kelompok bergantung pada
pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.
pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.
Adanya pertanggujawaban secara individu juga
menajadikan setiap anggota kelompok siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri
tanpa bantuan teman sekelompoknya.
24
Isjoni, op. cit., h. 21-21.
16
c) Kesempatan yang Sama untuk Mencapai Keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode
penskoran yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan
peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu. Dengan menggunakan metode penskoran ini
siswa yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-
sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.25
3. Metode Pembelajaran Kooperatif Time Token Arends
a. Pengertian Metode Pembelajaran Time Token Arends
Metode pembelajaran time token merupakan salah satu contoh
kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Proses
pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang
menempatkan siswa sebagai subjek. Sepanjang proses belajar,
aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka
selalu dilibatkan secara aktif. Guru berperan mengajak siswa mencari
solusi bersama terhadap masalah yang ditemui.26
Time Token adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif.
Siswa dibentuk dalam kelompok belajar. Menurut Rahmat Widodo,
model pembelajaran time token sangat tepat untuk pembelajaran
struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial,
untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali. Model pembelajaran ini mengajak siswa aktif sehingga tepat
digunakan dalam pembelajaran berbicara di mana pembelajaran ini
benar-benar mengajak siswa untuk aktif dan belajar berbicara di depan
25
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 32. 26
Miftahul Huda, Model-model pengajaran dan pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka pelajar,
2013), h. 239.
17
umum, mengungkapkan pendapatnya tanpa harus merasa takut dan
malu.27
Guru memberi sejumlah kupon bicara dengan waktu kurang
lebih 30 detik perkupon pada setiap siswa. Sebelum bicara, siswa
menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Satu kupon adalah
untuk satu kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah
bergiliran dengan siswa lainnya. siswa yang telah habis kuponnya
tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus
bicara sampai semua kuponnya habis.28
b. Langkah-langkah Metode Time Token Arends
Metode Pembelajaran Time Token Arends ini digunakan untuk
melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak
mendominasi pembicara atau diam sama sekali. Adapun sintak atau
langkah-langkah dari metode pembelajaran Time Token Arends adalah:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
dasar
2) Guru mengondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi
klasikal
3) Guru memberi tugas kepada siswa
4) Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu
kurang lebih 30 detik per kupon pada tiap siswa.
5) Guru meminta siswa meyerahkan kupon terlebih dahulu
sebelum berbicara atau memberi komentar. Satu kupon
untuk satu kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah
27
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inivatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2014), h. 216. 28
Miftahul Huda, op. cit, h. 239-240.
18
habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. Siswa yang
masih memegang kupon harus berbicara sampai semua
kuponnya habis.
6) Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang
digunakan tiap siswa dalam berbicara.29
Menurut Agus, langkah-langkah metode Time Token Arends sebagai
berikut:
a. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning/CL).
b. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu kurang lebih 30
detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang
dipergunakan.
c. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan.
Setiap berbicara satu kupon.
d. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang
masih pegang kupon harus berbicara sampai kuponnya habis.
e. Dan seterusnya.30
Jadi, metode Time Token Arends merupakan metode
pembelajaran berbasis kelompok diskusi. Peserta didik dibagi menjadi
beberapa kelompok dan kemudian berdiskusi. Aturan main metode
Time Token Arends yaitu setiap peserta didik diberikan satu kupon
yang berisi waktu kesempatan berbicara. Setiap peserta didik harus
mengutarakan pendapatnya di depan kelas. Jika kupon sudah terpakai,
maka peserta didik yang sudah berbicara tidak boleh berbicara lagi dan
memberikan kesempatan kepada peserta didik yang masih memegang
kupon untuk berbicara. Jadi semua peserta didik harus menggunakan
29
Miftahul Huda, ibid, h. 240-241. 30
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,2009),h.153.
19
kupon yang sudah diberikan untuk mengutarakan pendapatnya di
depan kelas.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Metode pemelajaran Time Token Arends memiliki kelebihan dan
kekurangan, diantaranya yaitu:
1) Kelebihan metode pembelajaran Time Token Arends :
a) Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi
b) Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang
tidak berbicara sama sekali
c) Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek
berbicara)
e) Melatih siswa untuk pendapat
f) Menumbuhkan kebiasaaan pada siswa untuk saling
mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan memilih
keterbukaan terhadap kritik
g) Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
h) Mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap
permasalahan yang dihadapi.
i) Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
2) Kekurangan metode pembelajaran Time Token Arends:
a) Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
b) Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya
banyak.
c) Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses
pembelajaran, karena semua siswa harus bicara satu persatu
sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
20
d) Kecenderungan untuk sedikit menekan siswa yang pasif dan
membiarkan siswa yang aktif untuk berpartisipasi lebih
banyak di kelas.31
Dalam setiap metode pembelajaran yang digunakan guru
dalam pembelajaran pasti memiliki kekurangan maupun kelebihan.
Tetapi dengan menggunakan metode pembelajaran, seorang guru akan
lebih mudah dalam mengelola kelas. Suasana yang tercipta di kelas
akan lebih kondusif dan peserta didik akan lebih aktif. Peserta didik
pun belajar dengan menyenangkan. Dengan adanya kekurangan,
seorang guru haruslah meminimalisir kekurangan yang dapat terjadi di
dalam metode yang digunakan seorang guru guna untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik.
4. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan proses berbahasa lisan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan, merefleksikan pengalaman,
dan berbagi informasi.32
Menurut H.G Tarigan Berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan,
dan perasaan.33
Djago Tarigan menyatakan bahwa berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui lisan. Kaitannya antara
pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat.
Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetap
dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba
mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk
31
Miftahul Huda, op. cit, hlm 241. 32
Novi Resmini dan Dandan Juanda, Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi,
(Bandung: UPI Press, 2007), h. 50. 33
Henry Guntur Tarigan, Bebicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2015), h. 16.
21
semula. Arsjad dan Mukti U. S menyatakan bahwa kemampuan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan.34
Berbicara secara umum dapat diartikan sutau penyampaian
maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami
oleh orang lain.35
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditegaskan
bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang dimiliki
seseorang untuk menyampaikan ide, perasaan, maupun gagasan
kepada orang lain secara lisan. Jadi, berbicara itu bukan hanya
kemampuan untuk mengeluarkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja
melainkan kemampuan untuk berkomunikasi.
b. Tujuan Keterampilan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara harus
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.
Pembicara harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap
pendengar dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan untuk mengontrol
diri, apakah sudah mempunyai kesanggupan mengucapkan bunyi-
bunyi bahasa dengan tepat, mengungkapkan fakta-fakta dengan
spontan, dan menerapkan kaidah-kaidah bahasa yang benar secara
otomatis.36
Pada dasarnya berbicara memiliki tiga tujuan umum, yaitu
sebagai berikut.
34
Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI Press,
2007), h. 60. 35
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), h. 158. 36
Kundhuru Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia
Teori dan Aplikasi, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 37)
22
1. Memberitahukan, melaporkan (to inform).
2. Menjamu, menghibur (to entertain).
3. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).37
c. Jenis-jenis Berbicara
Berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan kata-kata ataupun
kalimat. Namun ada ragam-ragam seni dalam berbicara. Tarigan
mengemukakan bahwa secara garis besar, berbicara (speaking) dapat
dibagi, sebagai berikut.
1. Berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking)
mencakup empat jenis, yaitu :
a. berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan
atau melaporkan; yang bersifat informatif (informative
speaking),
b. berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan,
persahabatan (fellowship speaking),
c. berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk,
mengajak, mendesak, dan meyakinkan (persuasive speaking),
d. berbicara pada situasi-situasi yang bersifat merundingkan
dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking).
2. Berbicara pada konferensi (conference speaking) yang meliputi :
a. Diskusi kelompok (group discussion) yang dapat dibedakan atas:
1) Tidak resmi (informal), diperinci lagi atas :
a) kelompok studi (study groups),
b) kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making groups),
c) komik.
2) Resmi (formal) yang mecakup :
37
Hendri Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan, (Bandung: Angkasa
Bandung, 2015), hlm 16-17.
23
a) konferensi,
b) diskusi panel,
c) simposium.
b. Prosedur parlementer (parliamentary prosedure).
c. Debat 38
5. Debat
a. Pengertian Debat
Debat merupakan adu argumen untuk menentukan baik
tidaknya suatu hal tertentu yang didukung oleh satu pihak yang
pendukung dan disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal.39
Pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktik
persengketaan atau kontroversi. Debat merupakan suatu argumen
untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung
oleh satu pihak yang disebut pendukung atau afirmatif, dan ditolak,
disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negatif.40
Jadi
debat merupakan adu argumentasi atau pendapat antara dua kelompok.
Kelompok pertama merupakan tim yang mendukung masalah yang
diperdebatkan sedangkan kelompok kedua merupakan tim yang
menyangkal masalah yang sedang diperdebatkan.
a. Penggunaan Debat
Apabila suatu usul diajukan dan oposisi terhadap usul itu
dikemukakan maka suatu debat pun berangsung. Debat memegang
peranan penting dalam perundang-undangan, dalam politik, dalam
perusahaan (bisnis), dalam hukum dan dalam pedidikan. Berikut ini
kita bicarakan masing-masing secara singkat.
38
Ibid, h. 24-25. 39
M. Subanan dan Sunarti Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai
Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran, (Bandung:Pustaka Setia, 2000), h. 220. 40
Henry Guntur Tarigan, Beribicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, (Bandung:
Angkasa Bandung, 1979), h. 92.
24
Perundang-undangan. Apabila suatu rancangan undang-
undang atau status diperkenalkan dalam suatu badan legislatif, maka
penganjur (proponen) berbicara berdasarkan undang-undang, dan para
penyanggah (oponen) berbicara menentangnya. Amandemen-
amandemen akan diketengahkan, dan debat mengenai perlu tidaknya
amandemen-amandemen akan mendahului tindakan yang akan diambil
terhadapnya. Apabila ternyata bahwa amandemen-amandemen itu
diterima, maka selanjutnya rancangan undang-undang yang telah
diamandemen itu menjadi bahan/masalah perdebatan.
Politik. Selama kampanye-kampanye politik berlangsung,
debat-debat bersama memudahkan para pemilih atau pemberi suara
mendengarkan para calon yang bertentangan saling mempertahankan
pedapat dan menyerang kelemahan lawan. Pendeknya, para pemilih
dapat mengetahui rencana kerja para calon, menuntungkan atau tidak,
kalau kelak dia terpilih menjadi pimpinan.
Bisnis (perusahaan niaga). Dewan pimpinan dan komite-
komite eksekutif dalam suatu perusahaan, di samping diskusi,
mempergunakan juga debat untuk memperoleh keputusan dalam
berbagai kebijaksanaan. Setelah mereka mendiskusikan serta menolak
segala penyelesaian yang mungkin diadakan, tetapi terdapat satu yang
disetujui oleh suara mayoritas, maka suatu debat dapat terjadi antara
golongan mayoritas dan golongan minoritas. Hal itu dilakukan untuk
menentukan apakah penerimaan pemecahan masalah itu lebih baik
daripada tidak ada tindakan sama sekali.
Hukum. Dalam kantor-kantor pengadilan, kehidupan seseorang
seringkali bergantung pada debat yang terjadi antara pihak penuntut
dan pembela, di muka dewan juri atau hakim. Hak-hak milik, hak-hak
penduduk, tuntutan-tuntutan kerugian, dan banyak lagi masalah
25
kewarganegaraan yang membutuhkan keputusan hakim atau
pengadilan. Para pengacara atau advokat bagi penggugat dan bagi
pembela mengemukakan masalah-masalah, fakta-fakta dan penalaran
atau pemikiran dalam debat-debat yang sah.
Pendidikan. Pada beberapa kampus perguruan tinggi di
universitas, debat telah menjadi suatu sarana penting untuk
memperkenalkan komunitas atau masyarakat tesebut dengan masalah-
masalah yang sedang hangat diperbincangkan dalam kehidupan sehari-
hari. Debat yang sedemikian rupa terutama sekali bermanfaat apabila
dibarengi oleh komentar-komentar yang terperinci, yang analitis oleh
suatu panel yang terdiri dari tiga atau empat orang ahli, dan juga
dilanjutkan dengan suatu forum tanya jawab.41
Jadi, debat sering
digunakan dalam masyarakat demokratis di banyak bidang. Debat
digunakan untuk menyelesaikan masalah atau perbedaan pendapat
antara dua kelompok atau lebih.
b. Jenis-Jenis Debat
Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya maka debat dapat
dikasifikasikan atas tipe-tipe atau kategori, yaitu:
1) Debat parlementer/majelis
Adapun maksud dan tujuan debat majelis ialah untuk memberi
dan menambah dukungan bagi undang-undang tertentu dan semua
anggota yang ingin menyatakan pandangan atau pendapatnya;
berbicara mendukung atau menentang usul tersebut setelah
mendapat izin dari majelis.
2) Debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui kebenaran
pemeriksaan terdahulu
41
Ibid, h. 93-95.
26
Minat orang kerap kali bertambah besar terhadap
perdebatan apabila teknik perdebatan cross examination
dipergunakan. Ini merupakan suatu bentuk perdebatan yang lebih
sulit dan menuntut persiapan yang lebih matang dari gaya
perdebatan formal. Adapun maksud dan tujuannya adalah
mengajukan serangkaian pertanyaan yang satu dan lainnya
berhubungan erat, yang menyebabkan para individu yang ditanya
menunjang posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh
sang penanya.
3) Debat formal, konvensioal, atau debat pendidikan
Tujuan debat formal adalah memberi kesempatan bagi dua
tim pembicara untuk mengemukakan kepada para pendengar
sejumlah argumen yang menunjang atau yang membantah suatu
usul. Setiap pihak diberi jangka waktu yang sama bagi pembicara-
pembicara konstruktif dan batahan.42
6. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah pertama
skripsi yang ditulis oleh Husnul Ma’ab yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Metode Time Token Arends terhadap Hasil Belajar PKn
Siswa kelas VI SDN Pisangan 03”. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan teknik pengambilan
data purposive sampling. Teknik pengumpulan data antara lain dnegan
menggunakan tes (pilihan ganda) yang berjumlah 25 soal. Tujuan
penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh penerapan metode
pembelajaran Time Token Arends terhadap hasil belajar PKn siswa
kelas IV SDN Pisangan 03. Hasil penelitian berdasarkan penguji dua
sempel menggunakan uji-t didapat bahwa thitung>ttabel
42
Ibid. h. 95-98.
27
(2,558>2,004) pada taraf signifikasi 0,005. Perbedaan penelitian
Husnul Ma’ab dengan penelitian ini adalah tahun penelitian. Penelitian
Husnul Ma’ab dilakukan pada tahun 2015 sedangkan penelitian ini
dilakukan pada tahun 2019. Perbedaan lain yaitu penelitian Husnul
Ma’ab dilakukan pada jenjang SD sedangkan penelitian ini dilakukan
pada jenjang MA. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
Husnul Ma’ab adalah quasi eksperimen sedangkan penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian berjudul
“Keefektifan Strategi Time Token Arends Terhadap Kemampuan
Menyimak Laporan Perjalanan Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1
Wonosari Gunungkidul” yang diteliti oleh Novia Yeni Fatmawati.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain
penelitian eksperimen. Model desain penelitiannya menggunakan tes
awal dan tes akhir kelompok acak (The Randomized Pretest-Posttest
Group Design). Variabel dalam penelitian ini adalah varibel bebas
yang berupa strategi Time Token Arends dan variabel terikat yang
berupa kemampuan siswa menyimak laporan perjalanan. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA-VIIIG. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling dengan cara
pengundian. Perbedaan penelitian Novia Yeni Fatmawati dengan
penelitian ini adalah tahun penelitian. Penelitian Novia Yeni
Fatmawati dilakukan pada tahun 2011 sedangkan penelitian ini tahun
2019. Perbedaan lain yaitu penelitian Novia Yeni Fatmawati
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
eksperimen sedangkan penelitian ini menggunakan metode metode
kualitatif deskriptif.
Penelitian relevan yang ketiga adalah “Peningkatan
Ketrampilan Berbicara Melalui Metode Time Token Arends dengan
Menggunakan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
28
Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Dukuh Mulyo Kabupaten Pati
Tahun Ajaran 2011/2012” yang diteliti oleh Imam Prayogo. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan berbicara melalui
metode Time Token Arends dengan menggunakan media gambar pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD 02 Negeri
Dukuhmulyo Kabupaten Pati tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam 2
siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
observasi, hasil evaluasi belajar, dan refleksi. Metode pengumpulan
data yang digunakan observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi.
Data dianalisis dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Subyek penelitian siswa kelas IV SD
Negeri 02 Dukuhmulyo, dengan banyak siswa 22 orang. Perbedaan
penelitian Imam Prayogo dengan penelitian ini adalah tahun
penelitian. Tahun penelitian Imam Prayogo yaitu tahun 2012
sedangkan penelitian ini tahun 2019. Perbedaan lain yaitu penelitian
Imam Prayogo menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) sedangkan penelitian ini menggunakan metode metode
kualitatif deskriptif.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Kota Tangerang Selatan yang
terletak di Desa Kademangan RT.03/03 Kecamatan Setu, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten. Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Desember 2018 hingga Oktober 2019.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif. Menurut Bogdan dan Guba, penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1 Menurut Moleong,
penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya pelaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lainnya secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.2 Penelitian
kualitatif sifatnya analisis deskriptif. Data yang diperoleh seperti hasil
pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan
lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk
dan angka.3 Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang berhubungan
dengan upaya menjawab masalah-masalah yang ada sekarang dan
1 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan,
(Bandung:Refika Aditama, 2012), h. 181. 2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 6. 3 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 87.
30
memaparkan berdasarkan data yang ditemukan.4 Penelitian deskriptif dalam
bidang penelitian dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup
penting, mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan,
pembelajaran, implementasi kurikulum, pada berbagai jenis, jenjang, dan
satuan pendidikan.5
Dapat disimpulkan bahwan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
tujuannya untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang
diteliti oleh peneliti terhadap objek penelitian. Peneliti menggunakan
penelitian deskriptif yaitu menyajikan data melalui gambaran untuk meneliti
objek dan penelitian deskriptif menyelidiki objek tidak menggunakan angka-
angka. Penelitian menggunkan metode desktiptif kualitatif ini berpusat pada
penggunaan metede Time Token Arends dalam keterampilam berbicara debat
di kelas X MIPA 1 MAN 1 Kota Tangerang Selatan.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah metode Time Token Arends. Adapun
objek penelitian ini ialah siswa kelas X MIPA 1 MAN 1 Kota Tangerang
Selatan yang berjumlah 33 orang, yang terdiri dari 19 perempuan dan 14 laki-
laki. Alasan peneliti menjadikan kelas X MIPA 1 sebagai objek penelitiannya
karena saran dari kelas yang sangat aktif dibandingkan kelas X lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.6 Pengumpulan data
dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan,
kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya.7 Penggunaan
4 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta: Kencana,
2013), h. 66. 55
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 72. 6 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 99. 7 Sudaryono, Metode Penelitian, (Depok: Rajawali Pers, 2018), h. 205.
31
teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya
data yang objektif.8 Pengumpulan data sangatlah penting bagi suatu
penelitian, sebab teknik pengumpulan data mendukung keberhasilan dalam
suatu penelitian. Adapun teknik yang digunakan adalah:
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan
dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama berada
bersama objek yang diselidiki disebut observasi langsung. Sedangkan
observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada
saat berlangsungnya suatu peritiwa yang akan diselidiki.9 Penelitian ini
menggunakan observasi secara langsung karena peneliti langsung meneliti
di sekolah yang diteliti. Peneliti melakukan pengamatan dengan
mengunjungi langsung MAN 1 Kota Tangerang Selatan guna mengetahui
secara langsung keadaan objektif dari sekolah.
b. Praktik Debat
Menggunakan teknik ini, peserta didik sebagai subjek tes diharuskan
memiliki keterampilan berbicara dalam praktik berdebat dengan
menggunakan metode Time Token Arends. Ketika peserta didik sudah
mengetahui mosi atau masalah yang sudah disiapkan oleh guru maka
peserta didik masing-masing harus mengeluarkan argumentasi atau saling
beradu pendapat antara dua kelompok. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berupa hasil dari praktik keterampilan berbicara peserta
didik saat berdebat dengan menggunakan kaidah berbahasa yang baik dan
benar secara lisan.
8 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 158.
9 Ibid, h. 158-159.
32
c. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini
digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam serta jumlah responden sedikit.10
Dalam kebanyakan studi yang
berhubungan dengan ilmu humaniora, peneliti dapat menemukan bahwa
teknik wawancara pribadi merupakan instrumen yang paling baik untuk
memperoleh informasi.11
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah wawancara dengan beberapa peserta didik di kelas X MIPA 1 dan
guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas yang diteliti. Wawancara
pertama yang peneliti lakukan sebelum penelitian di kelas berlangsung
yaitu dengan guru bahasa Indonesia di kelas X MIPA 1 untuk mengetahui
latar belakang guru dan peserta didik di kelas yang ingin diteliti.
Wawancara yang kedua yaitu wawancara dengan beberapa peserta didik di
kelas X MIPA 1.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan
penelitian.12
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
sekolah, seperti profil guru, sejarah sekolah, profil sekolah, data guru dan
siswa, foto, dan lainnya.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu fase penelitian kualitatif yang sangat
penting karena melalui analisis data inilah peneliti dapat memperoleh wujud
dari penelitian yang dilakukannya.13
Jika data yang ada adalah kualitatif,
maka deskripsi data ini dilakukan dengan cara menyusun dan
10
Sudaryono, op.cit, h. 212. 11
Emzir, Analisis Data, (Jakarta: Raja Garafindo Persada), h. 50. 12
Ibid, h. 219 13
Djam’an Satori, Penelitian Metode Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 97.
33
mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata
terhadap respoden.14
Dalam melaksanakan penelitian yang menggunakan
metode peneliatian kualitatif ini, peneliti mempersiapkan segala macam yang
dibutuhkan yaitu mengembangkan alat-alat pengumpulan data, mencari dan
mendapatkan data sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Hari pertama
penelitian, data berupa praktik berbicara debat diambil dengan merekam serta
menilai keterampilan berbicara debat peserta didik tanpa menggunakan
metode penelitian. Hari kedua data diambil dari praktik berbicara peserta
didik menggunakan metode Time Token Arends yang sebelum pembelajaran
berlangsung guru menjelaskan aturan main metode tersebut. Data
dikumpulkan dengan cara observasi, teknik tes (praktik berbicara debat), serta
wawancara. Setelah data dikumpulkan, peneliti mengolah data dengan
mengunakan metode penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Analisis data observasi, yaitu data diperoleh berdasarkan
kunjungan langsung di lokasi penelitian kemudian data yang
didapat dianalisis sehingga diperoleh data yang asli dan akurat.
2. Analisis data tes, Teknik tes ini bertujuan untuk mengetahui
keterampilan berbicara peserta didik saat debat. Teknik ini
diambil saat peserta didik sedang melakukan praktik berbicara
debat. Peneliti ingin mengetahui apakah metode Time Token
Arends dapat membuat semua peserta didik mampu mengeluarkan
pendapatnya saat debat. Data analisis ini yang menjadi objek
penelitian adalah peserta didik kelas MIPA 1 di MAN 1 Kota
Tangerang Selatan.
3. Analisis data hasil wawancara. Wawancara dilakukan secara
tertulis dan dijawab oleh seluruh peserta didik di kelas MIPA 1.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui perasaan atau kesan
14
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h. 86.
34
peserta didik setalah praktik berbicara debat dengan menggunakan
metode Time Token Arends dan tidak.
4. Dokumentasi, teknik ini bertujuan untuk mengambil data sekolah,
seperti profil guru, sejarah sekolah, profil sekolah, data guru dan
siswa, foto, dan lainnya.
Tabel 3.1
Format Penilaian Keterampilan Berbicara Debat15
NO Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1 Keakuran dan keaslian gagasan
2 Kemampuan berargumentasi
3 Keruntutan penyampaian
gagasan
4 Pemahaman
5 Ketepatan kata
6 Ketepatan kalimat
7 Kelancaran
Jumlah skor:
Keterangan:
Skor 1: sangat kurang, tidak ada unsur benar
Skor 2: Kurang, ada sedikit unsur benar
Skor 3: cukup, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang
Skor 4: baik, ketetapan dengan sedikit kesalahan
Skor 5: sangat baik, tanpa atau hampir tanpa kesalahan
Nilai seorang peserta uji diperoleh dengan cara: jumlah skor dibagi
skor maksimal kali seratus. Misalnya, jumlah skor 28 dan skor tertinggi
untuk contoh di atas 35, maka nilai adalah 28:35×100 = 80.16
15
Burhan Nugiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi Edisi Kedua,
(Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta, 2014), h. 461.
35
Tebel 3.2
Penilaian Aspek Keakuran dan Keaslian Gagasan
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian keakuran dan
keaslian gagasan yang telah
ditentukan, berikut aspek yang
dinilai:
a. Gagasan yang
diutarakan oleh peserta
didik sesuai dengan
mosi debat.
b. Gagasan yang
diutarakan oleh peserta
didik tidak membahas
hal-hal lain selain
mosi.
c. Gagasan yang
diutarakan peserta
didik asli hasil
pemikiran peserta
didik tersebut.
Sangat baik: apabila peserta didik dapat
berpendapat sesuai dengan mosi debat,
tidak membahas hal-hal lain selain mosi,
dan asli hasil pemikiran peserta didik
tersebut secara detail dan rinci.
5
Baik: apabila peserta didik dapat
berpendapat sesuai dengan mosi debat,
tidak membahas hal-hal lain selain mosi,
dan asli hasil pemikiran peserta didik
tersebut.
4
Cukup: apabila peserta didik dapat
berpendapat sesuai dengan mosi debat,
asli hasil pemikiran peserta didik tersebut,
tetapi masih sedikit membahas hal-hal di
luar mosi.
3
Kurang: apabila peserta didik
berpendapat asli hasil pemikiran peserta
didik tersebut, tetapi tidak sesuai dengan
mosi dan masih membahas hal-hal di luar
mosi debat.
2
Sangat Kurang: apabila peserta didik
mampu berpendapat, tetapi tidak sesuai
dengan mosi, masih membahas hal-hal di
luar mosi, dan tidak asli hasil pemikiran
peserta didik terebut.
1
16
Ibid., 390-391.
36
Tabel 3.3
Penilaian Aspek Kemampuan Berargumentasi
Aspek yang Diamati Kriteria Skor
Penilaian kemampuan
berargumentasi yang telah
ditentukan, berikut aspek yang
dinilai:
a. Penguasaan mosi yang
dipaparkan saat
berargumentasi.
b. Pemaparan pendapat
dilakukan dengan
percaya diri
Sangat Baik: apabila peserta didik
dapat menguasai mosi yang dipaparkan
saat berargumentasi dengan rinci serta
memaparkan pendapat dengan percaya
diri.
5
Baik: apabila peserta didik menguasai
mosi debat yang dipaparkan saat
berargumentasi serta memaparkan
pendapat dengan percaya diri.
4
Cukup: apabila peserta didik cukup
menguasai mosi debat yang dipaparkan
saat berargumentasi serta memaparkan
pendapat dengan cukup percaya diri.
3
Kurang: apabila peserta didik kurang
menguasai mosi debat yang dipaparkan
saat berargumentasi serta memaparkan
pendapat dengan kurang percaya diri.
2
Sangat Kurang: apabila peserta didik
tidak menguasai mosi debat yang
dipaparkan saat berargumentasi serta
memaparkan pendapat dengan tidak
percaya diri.
1
37
Tabel 3.4
Penilaian Keruntutan Penyampaian Gagasan
Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
Penilaian keruntutan
penyampaian gagasan yang
telah ditentukan, berikut
aspek yang dinilai:
a. Gagasan disampaikan
dengan runtut
b. Keterkaitan antara
gagasan satu dengan
gagasan lainnya.
Sangat Baik: apabila gagasan yang
disampaikan peserta didik disampaikan
dengan sangat runtut dan gagasan satu
dengan gagasan lain sangat berkaitan.
5
Baik: apabila gagasan yang disampaikan
peserta didik disampaikan dengan runtut
dan gagasan satu dengan gagasan lain
berkaitan.
4
Cukup: apabila gagasan yang
disampaikan peserta didik disampaikan
dengan cukup runtut dan gagasan satu
dengan gagasan lain berkaitan.
3
Kurang: apabila gagasan yang
disampaikan peserta didik disampaikan
dengan kurang runtut dan gagasan satu
dengan gagasan lain kurang berkaitan.
2
Sangat Kurang: apabila gagasan yang
disampaikan peserta didik disampaikan
dengan tidak runtut dan gagasan satu
dengan gagasan lain tidak saling
berkaitan.
1
38
Tabel 3. 5
Penilaian Aspek Pemahaman
Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
Penilaian aspek pemahaman
telah ditentukan, berikut
aspek yang dinilai:
Pemahaman peserta didik
mengenai mosi debat.
Baik Sekali: apabila peserta didik
memahami mosi yang sedang
diperdebatkan dengan sangat baik dan
detail.
5
Baik: apabila peserta didik memahami
mosi yang sedang diperdebatkan dengan
baik.
4
Cukup: apabila peserta didik memahami
mosi yang sedang diperdebatkan dengan
cukup baik.
3
Kurang: apabila peserta didik kurang
memahami mosi yang sedang
diperdebatkan.
2
Kurang Sekali: apabila peserta didik
tidak memahami mosi yang sedang
diperdebatkan.
1
39
Tabel 3.6
Penilaian Aspek Ketepatan Kata
Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
Penilaian aspek ketepatan kata
telah ditentukan, berikut
aspek yang dinilai:
a. Penggunaan kata baku
saat berargumentasi
b. Penggunaan kata-kata
yang sopan dan santun
Baik Sekali: apabila peserta didik
menggunakan kata baku serta
menggunakan kata-kata yang sopan dan
santun dengan sangat baik.
5
Baik: apabila peserta didik
menggunakan kata baku serta
menggunakan kata-kata yang sopan dan
santun dengan baik.
4
Cukup: apabila peserta didik
menggunakan kata baku serta
menggunakan kata-kata yang sopan dan
santun dengan cukup.
3
Kurang: apabila peserta didik kurang
menggunakan kata baku serta kurang
menggunakan kata-kata yang sopan dan
santun.
2
Kurang Sekali: apabila peserta didik
tidak menggunakan kata baku serta tidak
menggunakan kata-kata yang sopan dan
santun.
1
40
Tabel 3.7
Penilaian Aspek Ketepatan Kalimat
Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
Penilaian aspek ketepatan
kalimat telah ditentukan,
berikut aspek yang dinilai:
Penggunaan kalimat yang
efektif.
Kesatuan kalimat
Kehematan kalimat
Kelogisan kalimat
Koherensi kalimat
Ketepatan kalimat
Baik Sekali: apabila peserta didik
menggunakan kalimat efektif dengan
sangat baik
5
Baik: apabila peserta didik
menggunakan kalimat efektif dengan
baik
4
Cukup: apabila peserta didik
menggunakan kalimat efektif dengan
cukup
3
Kurang: apabila peserta didik
menggunakan kalimat efektif dengan
kurang
2
Kurang Sekali: apabila peserta didik
menggunakan kalimat efektif dengan
kurang
1
41
Tabel 3.8
Penilaian Kelancaran
Aspek yang Dinilai Kriteria Skor
Penilaian aspek kelancaran
telah ditentukan, berikut
aspek yang dinilai:
a. berargumentasi
dengan lancar
b. berargumen dengan
tidak tersendat-sendat
c. penempatan jeda
Baik Sekali: apabila peserta didik
berargumen dengan sangat lancar, tidak
tersendat-sendat, dan penempatan jeda
dengan sangat baik.
5
Baik: apabila peserta didik berargumen
dengan lancar, tidak tersendat-sendat, dan
penempatan jeda dengan baik.
4
Cukup: apabila peserta didik
berargumen dengan cukup lancar, tidak
tersendat-sendat, dan penempatan jeda
dengan cukup baik.
3
Kurang: apabila peserta didik
berargumen dengan kurang lancar,
tersendat-sendat, dan penempatan jeda
dengan kurang baik.
2
Kurang Sekali: apabila peserta didik
berargumen tidak lancar, tersendat-
sendat, dan penempatan jeda tidak tepat.
1
Rumus untuk menghitung persen adalah:
X = Nilai Rata-rata
X =Jumlah Nilai
N = Jumlah Siswa17
17
Ibid., h. 243.
42
Tabel 3.9
Penentuan Kriteria dengan Perhitungan untuk Skala Empat18
Interval Presentase
Tingkat Penguasaan
Nilai Ubahan Skala Keterangan
1-4 D-A
86-100 4 A Baik Sekali
76-85 3 B Baik
56-75 2 C Cukup
10-55 1 D Kurang
18 Ibid., h. 277.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Sekolah
MAN 1 Kota Tangerang Selatan berdiri sejak tahun 1997. Sekolah ini
merupakan pengalihan menjadi negeri dari Madrasah Aliyah Swasta
Tarbiyah Islamiyah melalui SK Menteri Agama No. 107 tanggal 17 Maret
1997 dengan berlokasi di Desa Serpong Kecamatan Serpong Kota
Tangerang Selatan. Tahun 2000, MAN Serpong berpindah lokasi dan
membangun gedung baru di Desa Kademangan RT.03/03 Kecamatan Setu
(dahulu: Serpong) Kota Tangerang Selatan (dahulu: Kabupaten
Tangerang) Provinsi Banten.
MAN 1 Kota Tangerang Selatan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar mulai dari pukul 06.40 s.d. 16.00 WIB dengan menggunakan
kurikulum dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan IMTAQ
dan IPTEK. MAN 1 Kota Tangerang Selatan memperoleh akreditasi A.
Siswa/siswi MAN 1 Kota Tangerang Selatan aktif dari berbagai ajang
lomba yang diselenggarakan antarsekolah maupun kota Tangerang Selatan
mulai dari tingkat kota hingga tingkat nasional.
2. Visi dan Misi MAN 1 Kota Tangerang Selatan
Visi MAN 1 Kota Tangerang Selatan
Unggul dalam Prestasi, Kreatif, Sehat dan Islami
Misi MAN 1 Kota Tangerang Selatan
44
a. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta Keimanan dan
Ketaqwaan (IMTAQ) yang tinggi.
b. Mendidik siswa agar mampu berfikir kritis, aktif, dan kreatif, agar
mampu mengatasi tantangan hidupnya masa kini dan masa depan.
c. Membangun generasi masa depan yang sehat jasmani dan rohani.
d. Menyiapakan generasi muda Islam yang berakhlak mulia, serat
mampu mengaktualisasi diri dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
3. Guru dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.1
Guru dan Tenaga Pendidik di MAN 1 Tangerang Selatan
No Pendidik
Status Guru Mata Pelajaran Kode Nama Guru
1 RF Drs. H. Ridwan Fahmi Lubis PNS Al-qur’an Hadits
2 SF Safriati, S.Si PNS Matematika
3 SI Susi Indaharini, S.Pd. PNS Kimia
4 AN Ai Nuraeni, S.Ag. PNS Fiqih
5 SH Suhada, S.Pd PNS PKN
6 AY Agung Yudi S, S.Pd. PNS Ekonomi
7 TR Taroni, S.Pd PNS Ekonomi
8 SA Sulhah Amaliyah, S.Pd. PNS Biologi
9 JN Jaeni, MJ. S.Pd.I PNS Sejarah
Kebudayaan Islam
10 AK Abdul Khodir, S.Ag. PNS Akidah
11 HW Drs. H. Harwanto, MH. PNS PKN
12 SN Sunarna, S.Ag PNS Bahasa Indonesia
13 NA Ninuk Aminul U, ST PNS Fisika
14 SW Sri Wardani, S.Pd. PNS Bahasa Inggris
15 MN Mas’ani, S.Ag. PNS Qurdits
16 MD Mahmudi, S.Ag, M.Pd PNS Bahasa Indonesia
17 HD Hilda Wiryantini, M.Pd. PNS Matematika
18 SR Sri Irawati, S.Pd PNS Sosiologi
19 UM Ummu Athiyah, S.Pd. PNS BK
20 ZD Drs. Zaenudin, MPd. PNS BK
45
Tabel 4.2
Staff MAN 1 Tangerang Selatan
No. Pendidik Status
Guru Bidang Tugas
Nama Guru
1 H. Ade PNS Tata Usaha
2 Agung Wiliyanto, S. Ab PNS Tata Usaha
3 Muvida Fadilla Pati PNS Tata Usaha
4 Fadlulloh, S.Pd.I PNS Tata Usaha
5 Sohibuddin, S.E Non PNS Tata Usaha
6 Erni Non PNS Tata Usaha
7 Romli Non PNS Perpustakaan
8 Nur Lela Non PNS Kebersihan/Dapur
9 Rudi Non PNS Kebersihan
10 Jono Non PNS Keamanan
Jumlah guru yang mengajar di MAN 1 Kota Tangerng Selatan berjumlah 34
guru yang terdiri dari 18 guru laki-laki dan 16 guru perempuan. Sementara itu,
21 ND M. Nurdin, M.Pd PNS Bahasa Arab
22 US Ulan Safitri R, S.Pd. Non PNS Geografi
23 IN Isnawati, S.Pd. Non PNS Bahasa Inggris
24 NN Nanang, S.Kom Non PNS TIK
25 KF Khalifah, S.Pd. Non PNS Matematika
26 MW Muawanah, S.Pd.I Non PNS Bahasa arab
27 FH Fuji Astuti Non PNS Sejarah
28 FV Fenny Vitaria, S.Psi Non PNS BK
29 NR Nurul Rahmadani, S.Pd. Non PNS Bahasa Indonesia
30 RA M. Rizki Awaluddin, S.Pd. Non PNS Sejarah
31 AR Arie Rachman, S.Pd. Non PNS P. Seni
32 YP Yudi Permana W., M.Kom. Non PNS LM2/IT
33 LU Lutfi Utama, S.Pd. Non PNS Penjaskes/OR
34 KK Khairul Kodri, S.Pd. Non PNS Penjaskes/OR
46
wakil kepala madrasah berjumlah 4 orang, kepala unit berjumlah 6 orang yang
berperan sebagai kepala laboratorium dan juga perpustakaan. Selain itu, guru
piket berjumlah 5 orang, dan guru pembina sebanyak 12 orang. Di MAN 1 Kota
Tangerang Selatan, yang memangku jabatan seperti yang disebutkan diatas
dipegang oleh guru yang mengajar di MAN 1 Kota Tangerang Selatan
Tabel 4.3
Data Siswa Kelas X-XII
No. Kelas L P Jumlah
1 X MIPA 1 14 19 33
2 X MIPA 2 16 19 35
JUMLAH X MIPA 30 38 68
3 X IPS 1 15 20 35
4 X IPS 2 13 22 35
5 X IPS 3 13 22 35
6 X IPS 4 22 13 35
JUMLAH X IPS 63 77 140
JUMLAH KELAS X 93 115 208
7 XI MIPA 1 13 20 33
8 XI MIPA 2 19 12 31
JUMLAH XI MIPA 32 32 64
9 XI IPS 1 12 20 32
10 XI IPS 2 16 16 32
11 XI IPS 3 18 14 32
JUMLAH XI IPS 46 50 106
JUMLAH KELAS XI 78 82 170
12 XII MIPA 1 15 22 37
13 XII MIPA 2 15 23 38
JULMAH XII MIPA 30 45 75
14 XII/IPS.1 14 19 33
47
15 XII/IPS.2 13 20 33
16 XII/IPS.3 14 18 32
JUMLAH XII IPS 41 57 98
JUMLAH KELAS XII 71 102 173
TOTAL 242 299 551
B. Pembahasan
1. Deskripsi Hasil Penelitian
Data penelitian ini berupa hasil praktik debat. Data diambil dua kali
dengan tanpa metode Time Token Arends dan menggunakan metode Time
Token Arends. Untuk memperoleh data tentang keterampilan dalam berbicara
pada praktik debat, peneliti mengadakan tes kepada peserta didik kelas X
MIPA 1 di MAN 1 Kota Tangerang Selatan pada 29 dan 30 April 2019.
Berikut ini peneliti menyajikan absensi peserta didik di kelas X MIPA 1.
Tabel 4.4
Absensi Peserta didik Kelas X MIPA 1 MAN 1 Kota Tangerang Selatan
No Nama Peserta Didik Koding Jenis Kelamin
1. Aisha Nafa Firdaus ANF P
2. Akram Abdalla AAA L
3. Andhika Syah Putra ASP L
4. Anjelia Ratu Oasis ARO P
5. Bagas Kurnia Ramadhan BKR L
6. Bintang Rizki Pasha BRP L
7. Dea Avrelia Listi DAI P
8. Deni Suryo Pratama DSP L
9. Desira Salsa Aulia DSA P
10. Dina Intan Azzahra DIA P
11. Dinar Aulia DAA P
48
L = 14
P = 19
Jumlah = 33
12. Fathan Khanifadin FKN L
13. Fridakhul Jannah FJH P
14. Haidhar Ali Faqih HAF L
15. Hidayah Nur Amalina HNA P
16. Ilham Ariq Saputra IAS L
17. Inez Jade Kayla IJK P
18. Ira Permatasari IPI P
19. Islamiati Wulan Sari IWS P
20. Kayla Hijrianisa KHA P
21. Muhammad Rauzan Fadhila MRF L
22. Mokhamad Ghufron Musyaf MGM L
23. Nadine Nabila Agnasta NNA P
24. Nayla Azzahra Djaya NAD P
25. Nur Fadila Fari NFF P
26. Oase Fattan Rabbani OFR L
27. Oktavittho Angkhoso OAO L
28. Riefqa Naufalia Hanifah RNH P
29. Roihan Thoriq Syabaan RTS L
30 Salsabila Aziza Azzahra SAA P
31. Taufan Ridho TRO L
32. Tiara Cahyaning Sukma Putri TSP P
33. Wafiq Nur Azizah WNA P
49
2. Analisis Data
Jumlah peserta didik di kelas X MIPA 1 adalah 33 orang. Hari
pertama ada 33 peserta didik yang masuk. Sejumlah 32 peserta didik yang
menjadi peserta debat dan 1 peserta didik menjadi moderator praktik debat.
Jadi, peneliti hanya mengambil 32 data saja. Di hari ke dua penelitian, ada 4
peserta didik yang tidak masuk. Jadi, peneliti hanya mengambil 28 data saja
karena 4 peserta didik tidak masuk dan 1 peserta didik menjadi moderator
debat. Data penelitian yang ada selanjutnya dianalisis.
Analisis data ini berbentuk tabel yang terdiri dari 7 aspek penilaian.
Setiap aspek yang dinilai memiliki bobot nilai 1 sampai 5. Peneliti menganalisis
dengan menilai praktik berbicara debat peserta didik di kelas X MIPA 1, tanpa
metode dan menggunakan metode Time Token Arends.
Berdasarkan langkah-langkah analisis data, berikut ini peneliti sajikan
analisis data dari setiap peserta didik untuk menggambarkan keterampilan
berbicara dalam praktik debat secara individu.
Tabel 4. 5. 1
Analisis Data Peserta Didik No. 1 (ANF)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 22
Nilai 0
×100 = 62,85
Interpretasi - Cukup
50
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik ANF mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik ANF sama
sekali tidak mengeluarkan pendapatnya. Tetapi peserta ANF mendapat nilai 50
karena sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah menggunakan
metode Time Token Arends, peserta didik ANF mendapatkan nilai 62,85 dan
interpretasi cukup. Menggunakan metode Time Token Arends membuat peserta didik
ANF aktif mengikuti kegiatan debat. Nilainya pun menjadi lebih baik dari 50 menjadi
62,85.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, peserta didik ANF memperoleh nilai 62,85 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 yang ditunjukan dengan kalimat: kan kita sekolah udah setiap hari
sampe jam 4 tuh biasanya. Peserta didik ANF dapat berpendapat sesuai dengan mosi
debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik
tersebut secara detail dan rinci. Peserta didik ANF membahas mengenai peraturan
sekolah yang pulang jam 4 sore itu memberatkan siswa.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik ANF mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik ANF cukup menguasai mosi debat
dan memaparkannya dengan cukup percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik ANF
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. peserta didik ANF dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik ANF awalnya mengemukakan pendapat mengenai peraturan sekolah yang
pulang jam 4 selanjutnya ia membicarakan ulangan dan PR banyak yang membuat
51
peserta didik terbebani. Jadi, gagasan yang dikemukakan oleh peserta didik ANF
runtut dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik ANF mendapat skor
3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik ANF memahami mosi dengan cukup baik.
peserta didik ANF memahami mosi dengan mengungkapkan peraturan sekolah yang
pulang jam 4 dan guru memberikan banyak PR dan ulangan dadakan kepada peserta
didik.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik ANF mendapat
skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik ANF masih menggunakan kata tidak
baku. Contoh kata tidak baku yang diucapkan yaitu sampe yang seharusnya sampai,
kata abis seharusnya habis. Peserta didik masih menggunakan kata tidak baku maka
diberi nilai 2 dengan interpretasi kurang.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik ANF mendapat
skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik ANF kurang menggunakan kalimat
dengan efektif. Hal ini dapat diperkuat dengan kalimat: kan kita sekolah udah setiap
hari sampe jam 4 tuh biasanya. Seharusnya kalimat yang benar adalah biasanya, kita
sekolah sudah setiap hari sampai jam 4. Peserta didik ANF tidak menghemat
kalimat.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik ANF mendapat skor 3
dengan interpretasi cukup. Peserta ANF berargumentasi dengan cukup lancar, tidak
tersendat-sendat, dan penempatan jeda dengan cukup.
Saat praktik debat dengan menggunakan metode Time Token Arends, Peserta
didik ANF mendapat nilai terendah pada aspek ketepatan kata dan kalimat dengan
skor 2. Hal ini dapat diperkuat dengan kalimat: kan kita sekolah udah setiap hari
sampe jam 4 tuh biasanya. Peserta didik mendapat nilai tertinggi pada aspek
keakuran dan keaslian gagasan seperti pada kalimat dengan skor 5: kan kita sekolah
udah setiap hari sampe jam 4 tuh biasanya. Jadi, gagasan yang diutarakan oleh
52
peserta didik ANF sesuai dengan mosi yaitu tentang peraturan sekolah yang pulang
jam 4 setiap hari yang menyulitkan peserta didik.
Tabel 4. 5. 2
Analisis Data Peserta Didik No. 2 (AAA)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 23
Nilai 0
100 = 65,71
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik AAA mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Time Token Arends. Peserta didik AAA sama
sekali tidak mengeluarkan pendapatnya. Tetapi peserta AAA mendapat nilai 50 karna
sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah menggunakan metode
Time Token Arends, peserta didik AAA mendapatkan nilai 65,71 dan interpretasi
cukup. Menggunakan metode Time Token Arends membuat peserta didik AAA aktif
mengikuti kegiatan debat. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu dari 50 menjadi
65,71.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, peserta didik AAA memperoleh nilai 65,71 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
53
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 4 yang ditunjukan dengan kalimat: Jadi itu mungkin kita mendapatkan
nilai jelek itu tidak apa-apa tapi mungkin kita tuh harus dikembangkannya lagi
mencapai kita hasil itu yang maksimal. Peserta didik AAA dapat berpendapat sesuai
dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran
peserta didik tersebut. Peserta didik AAA menanggapi temannya yang membicarakan
kertas ujian tidak menentukan masa depan, ia memberikan masukan mendapat nilai
jelek tidak apa-apa tetapi harus ada usaha untuk mencapai hasil yang maksimal.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik AAA mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik AAA cukup menguasai mosi debat
dan memaparkannya dengan cukup percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik AAA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik AAA dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik AAA awalnya menanggapi pendapat temannya tentang kertas ujian menentukan
kemudian ia menambahkan pendapat ia bahwa mendapat nilai jelek tidak apa-apa
tetapi harus ada usaha untuk mencapai hasil yang maksimal. Jadi, gagasan yang
dikemukakan oleh peserta didik AAA runtut dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik AAA mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik AAA memahami mosi dengan baik.
Peserta didik AAA memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi pendapat
dari temannya.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik AAA mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik AAA masih ada kata yang tidak baku
dalam berpendapat. Contoh kata tidak baku yang diucapkan yaitu apa tuh yang
seharusnya apa.
54
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. peserta didik AAA
mendapat skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik AAA kurang
menggunakan kalimat dengan efektif. Hal ini dapat diperkuat dengan kalimat: saya
akan menanggapi tadi tentang tadi dari saudara Vito kertas ujian itu tidak
menentukan hasil kita di apatuh masa depan. Seharusnya kalimat yang benar adalah
saya akan menanggapi pendapat saudara Vito mengenai kertas ujiam itu tidak
menentukan hasil di masa depan. Peserta didik AAA boros kata dengan
menggunakan kata tadi dua kali di satu kalimat.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik AAA mendapat skor 3
dengan interpretasi cukup. Peserta AAA berargumentasi dengan cukup lancar, tidak
tersendat-sendat, dan penempatan jeda dengan cukup.
Praktik debat dengan menggunakan metode Time Token Arends, Peserta didik
AAA mendapat nilai terendah pada aspek ketepatan kalimat dengan skor 2. Hal ini
dapat diperkuat dengan kalimat: saya akan menanggapi tadi tentang tadi dari
saudara Vito kertas ujian itu tidak menentukan hasil kita di apatuh masa depan.
Sedangkan, peserta didik AAA mendapat nilai tertinggi pada aspek keakuran dan
keaslian gagasan, keruntutan penyampaian gagasan, dan pemahaman dengan skor 4.
Contoh kalimat yang membuktikan aspek pemahaman adalah Jadi itu mungkin kita
mendapatkan nilai jelek itu tidak apa-apa tapi mungkin kita tuh harus
dikembangkannya lagi mencapai kita hasil itu yang maksimal. Jadi, peserta didik
AAA memahami apa topik yang sebelumnya dipaparkan oleh temannya. Peserta
AAA menanggapi dengan baik pendapat temannya.
55
Tabel 4. 5. 3
Analisis Data Peserta Didik No. 3 (ASP)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 26
Nilai 0
74,28
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik ASP mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Time Token Arends. Peserta didik ASP tidak
mengeluarkan pendapatnya pada saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta ASP
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik ASP mendapatkan nilai
74,28 dan interpretasi cukup. Menggunakan metode Time Token Arends membuat
peserta didik ASP aktif mengikuti kegiatan debat. Nilainya pun menjadi lebih baik
yaitu dari 50 menjadi 74,28.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, peserta didik ASP memperoleh nilai 74,28 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 4 yang ditunjukan dengan kalimat:. Sabar ya. Kita harus banyak
56
bersabar karena selalu banyak pr juga kan. Peserta didik ASP dapat berpendapat
sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil
pemikiran peserta didik tersebut. Peserta didik ASP menanggapi temannya yang
membicarakan PR sekolah yang selalu banyak.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik ASP mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik ASP cukup menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan cukup percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik ASP
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik ASP dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik ASP. Jadi, gagasan yang dikemukakan oleh peserta didik ASP runtut dan saling
berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik ASP mendapat skor
3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik ASP memahami mosi dengan cukup.
Peserta didik ASP memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi pendapat
dari temannya. Peserta didik ASP menanggapi pendapat temannya yang berpendapat
bahwa kurikulum 2013 yang harus bersabar.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik ASP mendapat
skor 5 dengan interpretasi baik sekali. Peserta didik ASP menggunakan kata baku
serta menggunakan kata-kata yang santun dengan sangat baik.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik ASP mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik ASP menggunakan kalimat efektif
dengan baik.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik ASP mendapat skor 3
dengan interpretasi cukup. Peserta ASP berargumentasi dengan cukup lancar, tidak
tersendat-sendat, dan penempatan jeda dengan cukup.
57
Praktik debat menggunakan metode Time Token Arend peserta didik ASP
mendapat nilai tertinggi pada aspek ketepatan kata. Sedangkan nilai terendah yang
didapat oleh peserta didik ASP terdapat pada aspek pemahaman, kemampuan
argumentasi, dan kelancaran.
Tabel 4. 5. 4
Analisis Data Peserta Didik No. 4 (ARO)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 27
Nilai 0
77, 14
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik ARO mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik ARO tidak
mengeluarkan pendapatnya pada saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta ARO
mendapat nilai 50 karena sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan
sesudah menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik ARO mendapatkan
nilai 77,14 dan interpretasi baik. Menggunakan metode Time Token Arends membuat
peserta didik ARO aktif mengikuti kegiatan debat. Nilainya pun menjadi lebih baik
yaitu dari 50 menjadi 77,14.
58
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, peserta didik ARO memperoleh nilai 77,14 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat: kan
tadi katanya kalau misalnya kita ngerjain tugas sampe malem terus katanya nanti
kita terlambat nah abis itu kan kita bisa ngatur waktunya kita sendiri. Peserta didik
ARO dapat berpendapat sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain
selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Peserta didik ARO berpendapat tentang mengatur waktu untuk mengerjakan tugas
agar besoknya tidak terlambat masuk sekolah.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik ARO mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik ARO dapat menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik ARO
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik ARO dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik ARO. Jadi, gagasan yang dikemukakan oleh peserta didik ARO runtut dan
saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik ARO mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik ARO memahami mosi dengan baik.
Peserta didik ARO memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi pendapat
dari temannya. Peserta didik ARO mengungkapkan pendapatnya mengenai cara
mengatur waktu.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik ARO mendapat
skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik ARO tidak menggunakan kata baku.
59
Contohnya pada kata malem yang seharusnya malam, ngatur seharusnya mengatur,
dan maen seharusnya main.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik ARO
mendapat skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik ARO tidak menggunakan
kalimat efektif.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik ARO mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta ARO berargumentasi dengan lancar, tidak tersendat-
sendat, dan penempatan jeda dengan baik.
Praktik debat dengan menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik
ARO mendapat nilai terendah pada aspek ketepatan kalimat dan kata. Contoh kalimat
yaitu: misalnya besok hari senin ada pr itu hari selasa nah hari libur kita kerjain,
trus kaya kan misalnya ada gangguan atau misalnya hp disingkirin dulu jangan kaya
terpengaruh gitu nah ngajemin waktu, waktu ngerjain PR PR. Peserta didik ARO
mendapat nilai tertinggi pada aspek keakuran dan keaslian gagasan. Contoh kalimat
yaitu: kan tadi katanya kalau misalnya kita ngerjain tugas sampe malem terus
katanya nanti kita terlambat nah abis itu kan kita bisa ngatur waktunya kita sendiri.
Pendapat dari peserta didik ARO sesuai dengan mosi debat. Peserta didik
membicarakan tentang keterlambatan datang ke sekolah karna banyak PR. Ia
menyarankan kepada peserta didik untuk kejam dengan waktu untuk mengerjakan
PR.
60
Tabel 4. 5. 5
Analisis Data Peserta Didik No. 5 (BKR)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 27
Nilai 0
77,14
Interpretasi - Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik BKR mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik BKR tidak
mengeluarkan pendapatnya pada saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta BKR
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik BKR mendapatkan nilai
77,14 dan interpretasi baik. Menggunakan metode Time Token Arends membuat
peserta didik BKR aktif mengikuti kegiatan debat. Nilainya pun menjadi lebih baik
yaitu dari 50 menjadi 77,14.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, peserta didik BKR memperoleh nilai 77,14 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat:
61
sedangkan guru aja kalau dateng kadang cuma ngasih tugas tapi tanpa
mengajarinya. Peserta didik BKR dapat berpendapat sesuai dengan mosi debat, tidak
membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik tersebut
dengan rinci dan detail. Peserta didik BKR menanggapi pendapat bahwa siswa
merasa terkekang bahwa kebanyakan guru hanya memberikan tugas tanpa mengajari.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik BKR mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik BKR dapat menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik BKR
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik BKR dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik BKR awalnya menanggapi pendapat temannya bahwa nilai itu tidak
menentukan masa depan. Kemudian ia menjelaskan mengenai orang tua yang akan
memarahi anaknya jika nilainya turun serta guru yang memberikan nilai rendah
padahal guru itu sendiri hanya memberi tugas saja kepada siswa. Jadi, peserta didik
BKR menyampaikan gagasannya dengan runtut dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik BKR mendapat skor
4 dengan interpretasi baik. Peserta didik BKR memahami mosi dengan baik. Peserta
didik BKR memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi pendapat dari
temannya. Peserta didik BKR mengungkapkan pendapatnya mengenai nilai itu tidak
menentukan masa depan.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik BKR mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik BKR ada beberapa masih
menggunakan kata tidak baku. Contohnya pada kata kalo seharusnya kalau.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik BKR
mendapat skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik BKR masih menggunakan
kalimat tidak efektif seperti pada kalimat Saya ingin menanggapi dari tadi Akram ya
62
kan memang ya misalkan nilai itu tidak menentukan masa depan. Seharusnya, saya
ingin menanggapi pendapat Akram mengenai nilai tidak menentukan masa depan. Ini
merupakan contoh kalimat yang tidak mengehemat kalimat.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik BKR mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta BKR berargumentasi dengan lancar, tidak tersendat-
sendat, dan penempatan jeda dengan baik.
Praktik debat dengan menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik
BKR mendapat nilai terendah pada aspek ketepatan kalimat dan kata. Contoh kalimat
yaitu: Nah kan kalau misalkan kita bagi orang tua nilai turun itu diomelin tapi kita
gimana bagi guru kan guru aja kalo misalkan nilai kita rendah pasti dikasih tugas
mulu dikasih remed terus. Peserta didik BKR menggunakan kata tidak baku seperti
“diomelin”. Kalimat yang diucapkan oleh peserta BKR tidak efektif. Peserta didik
BKR mendapatkan nilai tertinggi pada aspek keakuran dan keaslian gagasan. Contoh
kalimat yaitu: sedangkan guru aja kalau dateng kadang cuma ngasih tugas tapi tanpa
mengajarinya. Peserta didik BKR menanggapi pendapat bahwa siswa merasa
terkekang bahwa kebanyakan guru hanya memberikan tugas tanpa mengajari.
63
Tabel 4. 5. 6
Analisis Data Peserta Didik No. 6 (BRP)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √ √
2. Kemampuan berargumentasi √ √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √ √
4. Pemahaman √ √
5. Ketepatan kata √ √
6. Ketepatan kalimat √ √
7. Kelancaran √ √
Jumlah Skor 33 33
Nilai
94,28
94,28
Interpretasi Baik Sekali Baik Sekali
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat sebelum dan sesudah menggunakan
metode Time Token Arends, peserta didik BRP mendapatkan nilai yang sama yaitu
94,28 dan interpretasi yaitu baik sekali. Peserta didik BRP sangat pandai
berargumentasi. Nilai tertinggi sebelum dan sesudah menggunakan metode Time
Token Arends yaitu pada aspek keakuran dan keaslian gagasan, Kemampuan
berargumentasi, keruntutan penyampaian gagasan, pemahaman, dan kelancaran.
Contoh kalimat saat sebelum menggunakan metode Time Token Arends aspek
pemahaman yaitu: Jadi kalau ada peraturan kita harus menjalankan dengan ikhlas.
Jika kita menjalankan dengan ikhlas maka seterusnya kita menajalankan dengan
tulus dan ikhlas. Sedangkan contoh kalimat Contoh kalimat sebelum menggunakan
metode Time Token Arends aspek pemahaman yaitu: sesuai dengan pendapat kalian
itu, sebenarnya intinya adalah mengeluh, jadi kalau kita mengeluh terus dalam hidup
ini kapan kita mampunya gitu. Dari kedua contoh kalimat yang dituturkan oleh
peserta didik BRP bahwa ia paham mengenai mosi yaitu peraturan sekolah akan
64
membuat siswa disiplin atau terkekang. Ia juga dapat menyimpulkan bahwa
pendapat-pendapat peserta didik hanyalah mengeluh.
Nilai terendah peserta didik BRP sebelum dan sesudah menggunakan metode
Time Token Arends yaitu pada aspek ketepatan kata dan kalimat. Contoh kalimat
sebelum menggunakan metode Time Token Arends aspek ketepatan kata yaitu dan
kalau rambut tebel itu kalau panas dikit langsung gerah jadi badan itu langsung bau.
Peserta didik BRP masih menggunakan kata yang tidak baku dalam menyampaikan
pendapatnya tetapi tidak sering. Sedangkan contoh kalimat Contoh kalimat sesudah
menggunakan metode Time Token Arends aspek ketepatan kata yaitu: jadi kalau kita
mengeluh terus dalam hidup ini kapan kita mampunya gitu. Peserta didik BRP masih
menggunakan kata tidak baku.
Hasil yang didapat oleh peserta didik BRP sesuai dengan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti. Peserta didik BRP menyukai menggunakan metode Time
Token Arends dibandingkan tidak menggunakan metode dibuktikan dengan kutipan
menggunakan metode Time Token Arends karena dengan menggunakan itu seluruh
siswa dapat bagian bicara bukan satu atau dua orang saja, dan di akhir
pembelajaran mendapat hikmahnya. Menurut peserta didik BRP menggunakan
metode Time Token Arends kadang-kadang menjadi lebih mudah terbukti pada
kutipan kadang-kadang menjadi mudah, karena dengan menggunakan metode Time
Token Arends seluruh siswa dapat melatih berbicara dan dalam praktiknya dapat
melatih berbicara bahasa Indonesia. Tetapi peserta didik BRP merasa waktunya
dibatasi dengan menggunakan metode Time Token Arends terbukti pada kutipan
berbicara sama dengan menggunakan metode tetapi untuk waktu tidak enak karena
dibatasi.
65
Tabel 4. 5. 7
Analisis Data Peserta Didik No. 8 (DSP)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 22
Nilai 0
62,85
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik DSP mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Time Token Arends. Peserta didik DSP tidak
mengeluarkan pendapatnya pada saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta DSP
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik DSP mendapatkan nilai
62,85 dan interpretasi baik. Menggunakan metode Time Token Arends membuat
peserta didik DSP aktif mengikuti kegiatan debat. Nilainya pun menjadi lebih baik
yaitu dari 50 menjadi 62,85.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, peserta didik DSP memperoleh nilai 62,85 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat:
66
guru ngasih tugas banyak buat murid supaya murid lebih banyak melakukan evaluasi
agar nilainya lebih bertambah. Peserta didik DSP dapat berpendapat sesuai dengan
mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta
didik tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik DSP mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DSP dapat cukup menguasai mosi
debat dan memaparkannya dengan cukup percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik DSP
mendapat skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DSP dapat menyampaikan
gagasan dengan cukup runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik DSP mendapat skor
3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DSP memahami mosi dengan cukup baik.
Peserta didik DSP memahami mosi dalam perdebatan dengan berpendapat guru
memberikan tugas kepada siswa untuk bahan evaluasi.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik DSP mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DSP ada beberapa masih
menggunakan kata tidak baku. Contohnya pada kata ngasih seharusnya memberikan.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik DSP mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DSP masih menggunakan kalimat
tidak efektif.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik DSP mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta DSP berargumentasi dengan lancar, tidak tersendat-
sendat, dan penempatan jeda dengan baik.
Praktik debat dengan menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik
DSP mendapat nilai terendah pada aspek ketepatan kata dan kalimat. Nilai tertinggi
terletak pada aspek keakuran dan keaslian gagasan. Contoh kalimat yaitu: Jadi guru
67
ngasih tugas banyak buat murid supaya murid lebih banyak melakukan evaluasi agar
nilainya lebih bertambah. Peserta didik DSP masih menggunakan kata yang tidak
baku.
Tabel 4. 5. 8
Analisis Data Peserta Didik No. 9 (DSA)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √ √
2. Kemampuan berargumentasi √ √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √ √
4. Pemahaman √ √
5. Ketepatan kata √ √
6. Ketepatan kalimat √ √
7. Kelancaran √ √
Jumlah Skor 23 24
Nilai
65,71
68,57
Interpretasi Cukup Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat sebelum menggunakan metode
Time Token Arends peserta didik DSA mendapat nilai 65,71 dan interpretasi cukup.
Peserta didik DSA mendapat nilai tertinggi pada aspek keakuran dan keaslian
gagasan. Contoh kalimat yaitu: menurut saya jam 6:45 menit itu terlalu pagi karena
kalau dibandingkan dengan sekolah lain. Pendapat tersebut sangat berkaitan dengan
mosi yaitu membicarakan peraturan sekolah yang masuk jam 6.45 WIB. Jadi antara
pendapat peserta didik DSA dengan mosi sinkron. Sedangkan nilai terendah yaitu
pada aspek ketepatan kata dan kalimat. Contoh kalimat aspek ketepatan kata yaitu:
Oke bisa diterima tetapi saya kurang setuju kenapa itungannya mandi itu dua puluh
menit maksudnya buat bersiap itu buat siap itu tidak cukup dengan waktu setengah
68
jam apalagi rumahnya seperti temen saya yang di Gunung Sindur. Peserta didik DSA
menggunakan bahasa yang tidak baku dan kalimat tidak efektif.
Berbeda hasil praktik berbicara peserta didik DSA menggunakan metode Time
Token Arends, nilai yang didapat peserta didik DSA mengalami perbaikan yaitu dari
nilai 65,71 menjadi 68,57. Nilai tertinggi sesudah menggunakan metode Time Token
Arends yaitu pada aspek keakuran dan keaslian gagasan. Contoh kalimat yaitu:
tadikan katanya peraturan itu eeee apa ya dengan pembiasaan. Pada kalimat
tersebut sesuai dengan mosi yang dibicarakan. Kalimat tersebut juga membuktikan
bahwa nilai peserta didik DSA yang terendah adalah kelancaran. Peserta didik DSA
terbata-bata dalam menyampaikan pendapatnya.
Tabel 4. 5. 9
Analisis Data Peserta Didik No. 10 (DIA)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 20
Nilai 0
57,14
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik DIA mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Time Token Arends. Peserta didik DIA tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta DIA
69
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik DIA mencoba mengeluarkan
pendapatnya dan mendapatkan nilai 57, 14 dan interpretasi cukup. Menggunakan
metode Time Token Arends membuat peserta didik DIA aktif mengikuti kegiatan
debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan berbicara peserta didik dan
kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu dari 50 menjadi 57,14.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, peserta didik DIA memperoleh nilai 57,14 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat:
Saya mau menanggapi kalau misalnya kan peraturan dibikin buat biar kita menjadi
lebih baik gitu bukannya gamau naatin. Peserta didik DIA dapat berpendapat sesuai
dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran
peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik DIA mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DIA dapat cukup menguasai mosi
debat dan memaparkannya dengan cukup percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik DIA
mendapat skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DIA dapat menyampaikan
gagasan dengan cukup runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik DIA mendapat skor
3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DIA memahami mosi dengan cukup baik.
Peserta didik DIA memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi temannya
yang berbicara mengenai peraturan sekolah dibuat agar siswa menjadi lebih baik.
70
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik DIA mendapat skor
1 dengan interpretasi kurang sekali. Peserta didik DIA tidak menggunakan kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata lu seharusnya kamu.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik DIA mendapat
skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik DIA masih menggunakan kalimat
tidak efektif.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik DIA mendapat skor 3
dengan interpretasi baik. Peserta DIA berargumentasi dengan cukup lancar.
Sesudah menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik mendapat
nilai tertinggi pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5. Sedangkan
nilai terendah pada aspek ketepatan kata dengan skor sangat rendah yaitu 1. Contoh
kalimat yaitu: saya mau menanggapi kalau misalnya kan peraturan dibikin buat biar
kita menjadi lebih baik gitu bukannya gamau naatin yaitu dari diri lu sendiri gitu
harus diubah niatnya gitu mau maju kagak. Peserta didik DIA menggunakan kata
tidak baku.
Hasil yang didapat oleh peserta didik DIA sesuai dengan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti. Peserta didik DIA merasa kurang percaya diri saat berdebat
terbukti dengan kutipan kalau pake metode Time Tiken Arends deg-degan soalnya
disuruh ngomong. Kalau ga pake biasa aja. Peserta didik DIA lumayan menyukai
menggunakan metode Time Token Arends terbukti dengan kutipan wawancara peserta
didik DIA lumayan, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk berbicara dan
akhirnya ikut berfikir tentang materinya juga. Tetapi walaupun kurang percaya diri
peserta didik DIA lebih memilih menggunakan metode Time Token Arends terbukti
dengan kutipan pake metode Time Token Arends karena bagus bisa bikin siswa lebih
berani mengungkapkan pendapat dan jadi terbiasa.
71
Tabel 4. 5. 10
Analisis Data Peserta Didik No. 11 (DAA)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 27
Nilai 0
77,14
Interpretasi - Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik DAA mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Time Token Arends. Peserta didik DAA tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta DAA
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik DAA mencoba
mengeluarkan pendapatnya dan mendapatkan nilai 77,14 dan interpretasi baik.
Menggunakan metode Time Token Arends membuat peserta didik DAA aktif
mengikuti kegiatan debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan
berbicara peserta didik dan kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu
dari 50 menjadi 77,14.
72
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends , peserta didik DAA memperoleh nilai 77,14 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat:
terus ingin menanggapi dari saudara Ira dan Ilham juga, kata Ira buat apa sekolah
kalau misalkan ngeluh mulu itu wajar justru dari banyaknya kita mengeluh tuh malah
makin banyak motivasi untuk belajarnya kan. Peserta didik DAA dapat berpendapat
sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil
pemikiran peserta didik tersebut dengan rinci dan detail. Peserta didik DAA
menaggapi temannya bahwa mengeluh itu wajar pada peraturan sekolah.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik DAA mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DAA dapat cukup menguasai mosi
debat dan memaparkannya dengan cukup percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik DAA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik DAA dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik DAA awalnya menanggapi pendapat temannya bahwa mengeluh dengan
peraturan wajar kemudian ia berpendapat bahwa mengeluh dapat menjadikan
motivasi untuk belajar. Jadi, peserta didik DAA menyampaikan gagasannya dengan
runtut dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik DAA mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik DAA memahami mosi dengan baik.
Peserta didik DAA memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi temannya
yang berbicara mengenai wajarnya mengeluh kepada peraturan sekolah dan orang
disiplin akan diterima di perguruan tinggi negeri.
73
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik DAA mendapat
skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik DAA tidak menggunakan kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata gak seharusnya tidak, bakal seharusnya akan.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik DAA
mendapat skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik DAA masih menggunakan
kalimat tidak efektif da nada pula yang efekif.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik DAA mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta DAA berargumentasi dengan lancar.
Sesudah menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik mendapat
nilai tertinggi pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5. Contoh
kalimat yaitu: terus ingin menanggapi dari saudara Ira dan Ilham juga, kata Ira buat
apa sekolah kalau misalkan ngeluh mulu itu wajar justru dari banyaknya kita
mengeluh tuh malah makin banyak motivasi untuk belajarnya kan. Tuturan peserta
didik DAA berhubungan dengan mosi. Nilai terendah terdapat pada aspek ketepatan
kata dengan skor 2 seperti pada kalimat: terus dari pendapat Ilham, apakah orang
disiplin itu bakal keterima di perguruan tinggi negeri sedangkan sekarang apa sih
banyak fakta yang membuktikan bahwa orang yang sering ngeluh gitu kan justru dia
yang gak disiplin. Peserta didik DAA masih menggunakan kata yang tidak baku.
74
Tabel 4. 5. 11
Analisis Data Peserta Didik No. 12 (FKN)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 25
Nilai 0
71,42
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik FKN mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Time Token Arends. Peserta didik FKN tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta FKN
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat.Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik FKN mencoba
mengeluarkan pendapatnya dan mendapatkan nilai 71,42 dan interpretasi cukup.
Menggunakan metode Time Token Arends membuat peserta didik FKN aktif
mengikuti kegiatan debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan
berbicara peserta didik dan kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu
dari 50 menjadi 71,42.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, peserta didik FKN memperoleh nilai 71,42 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
75
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat:
Gini sebenarnya tuh ada cara bagaimana untuk membagikan waktu setelah pulang,
istirahat, dan solat juga pasti perlu. Peserta didik FKN dapat berpendapat sesuai
dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran
peserta didik tersebut dengan rinci dan detail. Peserta didik FKN menanggapi
temannya mengenai cara membagi waktu dan jangan mengeluh dengan peraturan
kurikulum 2013.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik FKN mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik FKN menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik FKN
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik FKN dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik FKN awalnya menanggapi pendapat temannya bahwa banyak mengeluh kita
termotivasi kemudian ia memberikan masukan hasru membagi waktu setelah pulang,
istirahat, dan solat. Jadi, peserta didik FKN menyampaikan gagasannya dengan runtut
dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik FKN mendapat skor
4 dengan interpretasi baik. Peserta didik FKN memahami mosi dengan baik. Peserta
didik FKN memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi temannya yang
berbicara mengenai membagi waktu.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik FKN mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik FKN masih menggunakan kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata gak seharusnya tidak.
76
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik FKN mendapat
skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik FKN masih kurang menggunakan
kalimat efektif.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik FKN mendapat skor 3
dengan interpretasi cukup. Peserta FKN berargumentasi dengan cukup lancar.
Sesudah menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik mendapat
nilai tertinggi pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5. Contoh
kalimat yaitu: intinya tuh kalau untuk K13 ini kita harus bersabar saja, jangan
kebanyakan ngeluh. Pendapat peserta didik FKN sesuai dengan mosi praktik debat.
Peserta didik FKN membicarakan peraturan yang digunakan sekolah berdasarkan
kurikulum 2013 yang menyulitkan peserta didik tetapi jangan mengelh dna harus
bersabar. Nilai terendah yang terdapat pada aspek ketepatan kalimat seperti pada
contoh kalimat: dan apabila kita kalau kebanyakan mengeluh ya mungkin gak terlalu
termotivasi mungkin kita mungkin banyak.
Tabel 4. 5. 12
Analisis Data Peserta Didik No. 13 (FJH)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 27
Nilai 0
77,14
Interpretasi - Baik
77
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik FJH mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik FJH tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta FJH
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat.Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik FJH mencoba mengeluarkan
pendapatnya dan mendapatkan nilai 77,14 dan interpretasi baik. Menggunakan
metode Time Token Arends membuat peserta didik FJH aktif mengikuti kegiatan
debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan berbicara peserta didik dan
kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu dari 50 menjadi 77,14.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik FJH memperoleh nilai 77,14 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat:.
Jam istirahat cuma 15 menit terus sama sholat zuhur doang terus itukan kita udah
seharian di sekolah itu belajar itu udah banyak banget mata pelajarannya. Peserta
didik FJH dapat berpendapat sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain
selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Peserta didik FJH menaggapi temannya yang berpendapat bahwa sekolah dari pagi
sampai sore, senin sampai jumat tetapi istirahat cuma 15 menit dan PR banyak.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik FJH mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik FJH menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik FJH
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik FJH dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut serta gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
78
didik FJH berpendapat dengan berkaitan membicarakan peraturan sekolah pulang
sore, senin sampai jumat dan membicarakan istirahat yang sebentar serta PR yang
banyak. Jadi, peserta didik FJH menyampaikan gagasannya dengan runtut dan saling
berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik FJH mendapat skor
4 dengan interpretasi baik. Peserta didik FJH memahami mosi dengan baik. Peserta
didik FJH memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi temannya yang
berbicara waktu sekolah dan PR banyak dengan baik.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik FJH mendapat skor
3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik FJH masih menggunakan sedikit kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata nanggepin seharusnya menanggapi.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik FJH mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik FJH cukup menggunakan kalimat
efektif.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik FJH mendapat skor 3
dengan interpretasi cukup. Peserta FJH berargumentasi dengan cukup lancar.
Sesudah menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik FJH
mendapat nilai tertinggi pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5.
Contoh kalimat yaitu: jam istirahat cuma 15 menit terus sama sholat zuhur doang
terus itukan kita udah seharian di sekolah itu belajar itu udah banyak banget mata
pelajarannya. Peserta didik FJH berpendapat sesuai dengan mosi yaitu ia
membicarakan tentang peraturan sekolah yang memberikan jam untuk istirahat hanya
15 menit sedangkan sekolah sudah seharian penuh. Sedangkan nilai terendah yaitu
aspek ketepatan kata dan kalimat dengan skor 3. Contoh kalimat yaitu: terus
ditambah lagi PR kan tambah berat ya kaya pulang harusnya dinginin otak terus
malah jadi tidur terus nanti malah ngerjain pr belum lagi kalau ada ulangan nanti
79
kalau belajar mulu bisa jadi gila. Makasih. Peserta didik FJH masih menggunakan
kata tidak baku tetapi tidak semua. Maka ia mendapat skor 3.
Tabel 4. 5. 13
Analisis Data Peserta Didik No. 15 (HNA)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 27
Nilai 0
77,14
Interpretasi - Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik HNA mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik HNA tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta HNA
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat.Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik HNA mencoba
mengeluarkan pendapatnya dan mendapatkan nilai 77,14 dan interpretasi baik.
Menggunakan metode Time Token Arends membuat peserta didik HNA aktif
mengikuti kegiatan debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan
berbicara peserta didik dan kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu
dari 50 menjadi 77,14.
80
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik HNA memperoleh nilai 77,14 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat:
saya di sini ingin menanggapi bagaimana kita tuh gak banyak ngeluh sementara PR
atau tugas ini tuh banyak banget. Peserta didik HNA berpendapat bahwa jangan
pernah mengeluh dengan tugas sekolah yang banyak. Peserta didik HNA dapat
berpendapat sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan
asli hasil pemikiran peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik HNA mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik HNA menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik HNA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik HNA dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik HNA berpendapat dengan berkaitan membicarakan tugas banyak dan
dikumpilkan dengan cepat selanjutnya ia membicarakan dampak kesehatan dari
banyaknya PR. Jadi, peserta didik HNA menyampaikan gagasannya dengan runtut
dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik HNA mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik HNA memahami mosi dengan baik.
Peserta didik HNA memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi temannya
yang berbicara mengeluh karena banyak PR.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik HNA mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik HNA masih menggunakan sedikit
kata yang tidak baku. Contohnya pada kata ampe seharusnya sampai.
81
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik HNA
mendapat skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik HNA cukup menggunakan
kalimat efektif.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik HNA mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta HNA berargumentasi dengan lancar.
Sesudah menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik HNA
mendapat nilai tertinggi pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5.
Contoh kalimat yaitu: saya di sini ingin menanggapi bagaimana kita tuh gak banyak
ngeluh sementara PR atau tugas ini tuh banyak banget. Peserta didik HNA
berpendapat bahwa jangan pernah mengeluh dengan tugas sekolah yang banyak.
Pendapat peserta didik HNA berhubungan dengan mosi debat. Sementara nilai
terendah yaitu pada aspek ketepatan dan kalimat dengan skor 3. Contoh kalimat yaitu:
Otomatis kita bisa begadang sementara begadang itu kan gak baik buat kesehatan
sekian terima kasih. Peserta didik HNA masih menggunakan kata yang tidak baku.
Tabel 4. 5. 14
Analisis Data Peserta Didik No. 16 (IAS)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √ √
2. Kemampuan berargumentasi √ √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √ √
4. Pemahaman √ √
5. Ketepatan kata √ √
6. Ketepatan kalimat √ √
7. Kelancaran √ √
Jumlah Skor 26 28
Nilai
77,14
= 80
Interpretasi Baik Baik
82
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat sebelum dan sesudah menggunakan
metode Time Token Arends peserta didik IAS mengalami perbaikan nilai dari 77,14
menjadi 80 dan berinterpretasi baik. Sebelum menggunakan metode Time Token
Arends nilai tertinggi yaitu pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5.
Contoh kalimat yaitu: intiya kita suka ga suka harus mematuhi peraturan-peraturan
sekolah. Sekolah membuat peraturan itu supaya kita disiplin. Peserta didik IAS
membicarakan peraturan sekolah yang harus dipatuhi siswa jadi gagasan sesuai
dengan mosi debat. Sementara nilai terendah yaitu pada aspek ketepatan kata dan
kalimat dengan skor 3. Contoh kalimat yaitu: jadi suka ga suka kita harus mematuhi
peraturan sekolah. peserta didik IAS masih menggunakan kata tidak baku.
Hasil praktik berbicara debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends nilai tertinggi yaitu pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5.
Sedangkan nilai terendah yaitu ada aspek ketepatan kalimat. Contoh kalimat yaitu:
kita sering mengeluh, kita sering apa ya kaya mengeluh itu ini itu, sering mengeluh
kalo ahhh ini pelajarnya gini gini yaudah sip. Berdasarkan kalimat tersebut, peserta
didik IAS berpendapat sesuai dengan mosi dan kalimat yang diungkapkan tidak
efektif.
83
Tabel 4. 5. 15
Analisis Data Peserta Didik No. 17 (IJK)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 28
Nilai 0
80
Interpretasi - Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik IJK mendapatkan nilai
0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik IJK tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta IJK
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat.Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik IJK mencoba mengeluarkan
pendapatnya dan mendapatkan nilai 80 dan interpretasi baik. Menggunakan metode
Time Token Arends membuat peserta didik IJK aktif mengikuti kegiatan debat. Tidak
hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan berbicara peserta didik dan kepercayaan
diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu dari 50 menjadi 80.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik IJK memperoleh nilai 80 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
84
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
IJK mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat:
Kan kita sekolah itu udah full day terus tadi bilang kita ngeluh juga gara-gara
banyak beban dari sekolah kalau misalnya tadi katanya kita mau ngelanjutin ke PTN
yang bagus. Peserta didik IJK dapat berpendapat sesuai dengan mosi debat, tidak
membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik tersebut
dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik IJK mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik IJK menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik IJK
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik IJK dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik IJK berpendapat dengan berkaitan membicarakan sekolah full day yang menjadi
beban siswa. Jadi, peserta didik IJK menyampaikan gagasannya dengan runtut dan
saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik IJK mendapat skor
4 dengan interpretasi baik. Peserta didik IJK memahami mosi dengan baik. Peserta
didik IJK memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi temannya yang
berbicara sekolah yang full day.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik IJK mendapat skor
4 dengan interpretasi baik. Peserta didik IJK masih menggunakan sedikit kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata ngeluh seahrusnya mengeluh.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik IJK mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik IJK cukup menggunakan kalimat
efektif.
85
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik IJK mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta IJK berargumentasi dengan lancar.
Hasil praktik berbicara debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends nilai tertinggi yaitu pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5
seperti pada kalimat: kan kita sekolah itu udah full day terus tadi bilang kita ngeluh
juga gara-gara banyak beban dari sekolah kalau misalnya tadi katanya kita mau
ngelanjutin ke PTN yang bagus. Pendapat peserta didik IJK sesuai dengan mosi
debat. Nilai terendah yaitu pada aspek ketepatan kalimat. Contoh kalimat yaitu: nah
kita juga minimlah gitu minimal sekolah nya jangan terlalu sore atau gak tugasnya
jangan diperbanyak. kalimat yang dituturkan peserta didik IJK tidak efektif.
Tabel 4. 5. 16
Analisis Data Peserta Didik No. 18 (IPI)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 27
Nilai 0
77,14
Interpretasi - Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik IPI mendapatkan nilai
0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik IPI tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta IPI
86
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat.Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik IPI mencoba mengeluarkan
pendapatnya dan mendapatkan nilai 77,14 dan interpretasi baik. Menggunakan
metode Time Token Arends membuat peserta didik IPI aktif mengikuti kegiatan
debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan berbicara peserta didik dan
kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu dari 0 menjadi 77,14.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik IPI memperoleh nilai 77,14 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
IPI mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat:
saya ingin menambahin tadi dari Nayla jadi tuh tadi kata Nadine kalau misalnya kita
seminggu dari hari senin sampe hari jumat belajar terus kan sampe sore. Peserta
didik IPI dapat berpendapat sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain
selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik IPI mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik IPI menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik IPI
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik IPI dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik IPI berpendapat dengan berkaitan membicarakan mengatur waktu. Jadi, peserta
didik IPI menyampaikan gagasannya dengan runtut dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik IPI mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta didik IPI memahami mosi dengan baik. Peserta
didik IPI memahami mosi dalam perdebatan dengan menanggapi temannya yang
berbicara sekolah sampai .
87
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik IPI mendapat skor
2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik IPI masih menggunakan kata yang tidak
baku. Contohnya pada kata gak seharusnya tidak.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik IPI mendapat
skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik IPI kurang menggunakan kalimat
efektif.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik IPI mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta IPI berargumentasi dengan lancar.
Hasil praktik berbicara debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends nilai tertinggi yaitu pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5
seperti pada kalimat: saya ingin menambahin tadi dari Nayla jadi tuh tadi kata
Nadine kalau misalnya kita seminggu dari hari senin sampe hari jumat belajar terus
kan sampe sore. Pendapat yang disampaikan oleh peserta didik IPI sesuai dengan
mosi. Nilai terendah yaitu pada aspek ketepatan kata dan kalimat dengan skor 2.
Contoh kalimat yaitu: terus buat apa kita sekolah kan emang tugas kita itu belajar
kita jadi siswa. Terus buat apa kalau kita gak belajar kata orang tua tuh jadi kaya
sia-sia gitu. Peserta didik IPI masih menggunakan kata tidak baku.
88
Tabel 4. 5. 17
Analisis Data Peserta Didik No. 19 (IWS)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 22
Nilai 0
62,85
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik IWS mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik IWS tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta IWS
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik IWS mencoba mengeluarkan
pendapatnya dan mendapatkan nilai 62,85 dan interpretasi cukup. Menggunakan
metode Time Token Arends membuat peserta didik IWS aktif mengikuti kegiatan
debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan berbicara peserta didik dan
kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu dari 50 menjadi 62,85.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik IWS memperoleh nilai 62,85 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
89
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
IWS mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan
kalimat: kan kita udah K 13 ya, terus kan kita pulang sore banget kan tuh. Terus kaya
masih banyak PR yang harus dikerjain. Peserta didik IWS berpendapat mengenai
peraturan kurikulum 2013. Peserta didik IWS dapat berpendapat sesuai dengan mosi
debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik
tersebut dengan rinci dan detail. Karena itu, peneliti memberikan nilai 5 dengan
interpretasi baik sekali.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik IWS mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik IWS cukup menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik IWS
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik IWS dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik IWS berpendapat dengan berpendapat mengenai kurikulum 2013, ia
menjelaskan pulang sore dan banyak PR. Jadi, peserta didik IWS menyampaikan
gagasannya dengan runtut dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik IWS mendapat skor
3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik IWS memahami mosi dengan cukup baik.
Peserta didik IWS cukup memahami mosi dalam perdebatan.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik IWS mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik IWS masih menggunakan kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata banget seharusnya sangat. .
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik IWS mendapat
skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik IWS kurang menggunakan kalimat
efektif.
90
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik IWS mendapat skor 2
dengan interpretasi kurang. Peserta IWS berargumentasi dengan kurang lancar, maka
peneliti memberikan nilai 2.
Hasil praktik berbicara debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends nilai tertinggi yaitu pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5
seperti pada kalimat: kan kita udah K 13 ya, terus kan kita pulang sore banget kan
tuh. Terus kaya masih banyak PR yang harus dikerjain. Pendapat peserta didik IWS
sesuai dengan mosi maka diberi skor 5. Nilai terendah yaitu aspek kelancaran dan
ketepatan kalimat dengan skor 2. Contoh kalimat askpek kelancaran yaitu: terus kalo
seandainya apa namanya malem-malem kita ngerjain pr terus sampe malem banget
terus nanti kita telat nanti kita kena poin lagi juga kena apa inian peraturan sekolah
juga. Peserta didik IWS menyampaikan pendapat dengan tidak lancar maka diberi
nilai 2.
Tabel 4. 5. 18
Analisis Data Peserta Didik No. 20 (KHA)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 31
Nilai 0
88,57
Interpretasi - Baik Sekali
91
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik KHA mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik KHA tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta KHA
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat.Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik KHA mencoba
mengeluarkan pendapatnya dan mendapatkan nilai 88,57 dan interpretasi baik sekali.
Menggunakan metode Time Token Arends membuat peserta didik KHA aktif
mengikuti kegiatan debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan
berbicara peserta didik dan kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu
dari 50 menjadi 88,57.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik KHA memperoleh nilai 88,57 dengan interpretasi baik sekali.
Nilai tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
KHA mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan
kalimat:.kan katanya tadi pembiasaan itu memberatkan tidak sesuai sama diri sendiri
itu memberatkan yaitu tergantung sama diri kalian kalau menurut kalian itu berat ya
bakal jadi berat kalau menurut kalian itu mudah pasti bakal jadi mudah. Peserta
didik KHA membicarakan mengenai pembiasaan dalam disiplin. Peserta didik KHA
dapat berpendapat sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain
mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik KHA mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik KHA menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik KHA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik KHA dapat menyampaikan
92
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik KHA berpendapat dengan berkaitan membicarakan perlunya pembiasaan untuk
disiplin. Jadi, peserta didik KHA menyampaikan gagasannya dengan runtut dan
saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik KHA mendapat
skor 5 dengan interpretasi baik sekali. Peserta didik KHA memahami mosi dengan
baik sekali. Peserta didik KHA memahami sangat mosi dalam perdebatan dengan
memaparkan perlunya pembiasaan untuk disiplin mematuhi peraturan sekolah.
Karena peserta didik memahami mosi dengan baik sekali maka peneliti memberikan
nilai 5.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik KHA mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik KHA masih menggunakan sedikit
kata yang tidak baku. Contohnya pada kata bakal seharusnya akan.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik KHA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik KHA menggunakan kalimat
efektif dengan baik.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik KHA mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta KHA berargumentasi dengan lancar.
Hasil praktik berbicara debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends nilai tertinggi yaitu pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dan
pemahaman dengan skor 5 seperti pada kalimat: kan katanya tadi pembiasaan itu
memberatkan tidak sesuai sama diri sendiri itu memberatkan yaitu tergantung sama
diri kalian kalau menurut kalian itu berat ya bakal jadi berat kalau menurut kalian
itu mudah pasti bakal jadi mudah. Pemahaman peserta didik KHA bagus terhadap
mosi. Pendapatnya pun sesuain dengan mosi debat maka peserta didik KHA
mendapat skor 5. Nilai terendah peserta didik KHA pada aspek ketepatan kata dengan
skor 3. Contoh kalimat yaitu: di sini kan disebutnya pembiasaan berarti gak harus
93
langsung jadi mudah emang awalnya berat tapi lama-lama jadi mudah.peserta didik
KHA masih menggunakan kata tidak baku.
Tabel 4. 5. 19
Analisis Data Peserta Didik No. 21 (MRF)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √ √
2. Kemampuan berargumentasi √ √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √ √
4. Pemahaman √ √
5. Ketepatan kata √ √
6. Ketepatan kalimat √ √
7. Kelancaran √ √
Jumlah Skor 27 29
Nilai
77,14
82,85
Interpretasi Baik Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat sebelum menggunakan metode
Timen Token Arends peserta didik MRF mendapatkan nilai 77,14. Nilai tertinggi
terdapat pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5. Contoh kalimat
yaitu: saya mendapatkan banyak sekali unek-unek dari para siswa-siswi karena apa
karena bagi mereka peraturan sekolah itu harusnya bukan mengekang. Jadi sekolah
itu terlalu mengekang. Pendapat peserta didik sesuai dengan mosi debat. Nilai
terendah terdapat pada aspek ketepatan kata yang terdapat pada kalimat: nah itu kan
bisa ngeberatin kita di rumah belom lagi kalau pakean kita hari senen dan kamis itu
warna putih. Peserta didik MRF masih menggunakan kata yang tidak baku. Nilai
peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan metode Time Token Arends
mengalami perbaikan dari nilai 77,14 menjadi 82,85.
94
Berdasarkan hasil praktik debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends peserta MRF mendapat nilai 82,85. Nilai tertinggi yang didapatkan dengan
skor 5 yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Seperti pada kalimat: di sini kita
itu bukannya ngeluh atau apa tapi emang ini itu kita capek sewajarnya manusia itu
juga orang butuh istirahat kan kita bukannya buat belajar doang. Nilai terendah
yang didapat peserta didik MRF yaitu pada aspek ketepatan kata seperti pada contoh:
saya mau ngebales dari Bintang dan Tuan Ilham. Peserta didik MRF masih
menggunakan kata tidak baku.
Tabel 4. 5. 20
Analisis Data Peserta Didik No. 22 (MGM)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 25
Nilai 0
71,42
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik MGM mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Time Token Arends. Peserta didik MGM tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta MGM
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik MGM mencoba
95
mengeluarkan pendapatnya dan mendapatkan nilai 71,42 dan interpretasi cukup.
Menggunakan metode Time Token Arends membuat peserta didik MGM aktif
mengikuti kegiatan debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan
berbicara peserta didik dan kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu
dari 50 menjadi 71, 42.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik MGM memperoleh nilai 71,42 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
MGM mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan
kalimat: di sini saya cuma kaya sedikit aja kan sekolah itu membuat peraturan yang
pastinya itu, sekolah itu membuat peraturan pasti dipertimbangin sebaik-baiknya.
Peserta didik MGM membicarakan mengenai peraturan sekolah dibuat atas
pertimbangan yang sebaik-baiknya. Peserta didik MGM dapat berpendapat sesuai
dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran
peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik MGM
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik MGM menguasai mosi debat
dan memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik MGM
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik MGM dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik MGM berpendapat dengan runtut menjelaskan peraturan sekolah. Jadi, peserta
didik MGM menyampaikan gagasannya dengan runtut dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik MGM mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik MGM memahami mosi dengan baik.
Peserta didik MGM memahami mosi dalam perdebatan dengan memaparkan
96
peraturan sekolah dibuat dengan pertimbangan sebaik-baiknya. Karena peserta didik
memahami mosi dengan baik maka peneliti memberikan nilai 4.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik MGM mendapat
skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik MGM masih menggunakan kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata enggaknya seharusnya tidaknya.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik MGM
mendapat skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik MGM kurang
menggunakan kalimat efektif dengan baik.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik MGM mendapat skor
4 dengan interpretasi baik. Peserta MGM berargumentasi dengan lancar.
Berdasarkan hasil praktik debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends peserta MGM mendapat nilai 71,42. Nilai tertinggi yang didapatkan dengan
skor 5 yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Seperti pada kalimat: di sini saya
cuma kaya sedikit aja kan sekolah itu membuat peraturan yang pastinya itu, sekolah
itu membuat peraturan pasti dipertimbangin sebaik-baiknya. Pendapat peserta didik
MGM sesuai dengan mosi debat. Nilai terendah yaitu pada aspek ketepatan kata dna
kalimat dengan skor 2. Contoh kalimat yaitu: nah itu juga balik kepada diri kita
masing-masing gimana kita mau ngejalaninnya atau enggaknya apa wajar sih kalau
kita ngeluh sama kaya saya pasti ngeluh. Peserta didik MGM masih menggunakan
kata yang tidak baku dan kalimat yang tidak efektif.
97
Tabel 4. 5. 21
Analisis Data Peserta Didik No. 23 (NNA)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 27
Nilai 0
80
Interpretasi - Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik NNA mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Time Token Arends. Peserta didik NNA tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta NNA
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik NNA mencoba
mengeluarkan pendapatnya dan mendapatkan nilai 80 dan interpretasi cukup.
Menggunakan metode Time Token Arends membuat peserta didik NNA aktif
mengikuti kegiatan debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan
berbicara peserta didik dan kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu
dari 50 menjadi 80.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik NNA memperoleh nilai 80 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
98
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat: kan
ngatur waktu juga katanya kalau PR bisa dikerjain hari minggu. Peserta didik NNA
membicarakan mengenai mengatur waktu. Peserta didik NNA dapat berpendapat
sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil
pemikiran peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik NNA mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik NNA menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik NNA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik NNA dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik NNA berpendapat dengan runtut menjelaskan cara mengatur waktu. Jadi,
peserta didik NNA menyampaikan gagasannya dengan runtut dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik NNA mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik NNA memahami mosi dengan baik.
Peserta didik NNA memahami mosi dalam perdebatan dengan memaparkan
mengenai mengatur waktu. Karena peserta didik memahami mosi dengan baik maka
peneliti memberikan nilai 4.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik NNA mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik NNA masih menggunakan kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata ampe seharusnya sampai.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik NNA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik NNA menggunakan kalimat
efektif dengan baik.
99
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik NNA mendapat skor 4
dengan interpretasi baik. Peserta NNA berargumentasi dengan lancar.
Berdasarkan hasil praktik debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends peserta NNA mendapat nilai 80. Nilai tertinggi yang didapatkan dengan skor
5 yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Seperti pada kalimat: sekolah juga udah
sampe sore kadang ampe magrib pulangnya gara-gara ada eskul juga trus masih ada
banyak PR lagi. Peserta didik NNA berpendapat berhubungan dengan mosi. Nilai
terendah peserta didik NNA dengan skor 3 yaitu pada aspek ketepatan kata seperti
kalimat: hari minggu kan hari libur masalahnya kan hari minggu ngerjain PR belajar
terus dong gak ada liburnya. Peserta didik NNA masih masih menggunakan kata
yang tidak baku.
Tabel 4. 5. 22
Analisis Data Peserta Didik No. 24 (NAD)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 22
Nilai 0
62,85
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik NAD mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik NAD tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta didik NAD
100
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik NAD mencoba
mengeluarkan pendapatnya dan mendapatkan nilai 62,85 dan interpretasi cukup.
Menggunakan metode Time Token Arends membuat peserta didik NAD aktif
mengikuti kegiatan debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan
berbicara peserta didik dan kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu
dari 50 menjadi 62, 85.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik NAD memperoleh nilai 62,85 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik yang ditunjukan dengan kalimat: ingin
memberi pendapat dari Nadine jadi kita kan bisa apa ngatur apa ngerjain pr sendiri
maksudnya kaya hari minggu. Peserta didik NAD membicarakan mengenai mengatur
waktu. Peserta didik NAD dapat berpendapat sesuai dengan mosi debat, tidak
membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik tersebut
dengan baik.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik NAD mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik cukup NAD menguasai mosi debat
dan memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik NAD
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik NAD dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik NAD berpendapat dengan runtut menanggapi temannya mengatur waktu. Jadi,
peserta didik NAD menyampaikan gagasannya dengan runtut dan saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik NAD mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik NAD memahami mosi dengan cukup
101
baik. Peserta didik NAD cukup memahami mosi dalam perdebatan dengan
memaparkan mengenai mengatur waktu. Peserta didik cukup memahami mosi dengan
baik maka peneliti memberikan nilai 3.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik NAD mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik NAD masih menggunakan kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata gak seharusnya tidak.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik NAD
mendapat skor 2 dengan interpretasi kurang. Peserta didik NAD menggunakan
kalimat kurang efektif.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik NAD mendapat skor 3
dengan interpretasi cukup baik. Peserta NAD berargumentasi dengan cukup lancar.
Berdasarkan hasil praktik debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends peserta NAD mendapat nilai 62,85. Nilai tertinggi yang didapatkan dengan
skor 5 yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Nilai terendah yaitu ketepatan
kalimat dengan skor 2. Contoh pada kalimat: ingin memberi pendapat dari Nadine
jadi kita kan bisa apa ngatur apa ngerjain pr sendiri maksudnya kaya hari minggu.
Peserta didik NAD menggunakan kalimat yang tidak efektif.
102
Tabel 4. 5. 23
Analisis Data Peserta Didik No. 25 (NFF)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 22
Nilai 0
62,85
Interpretasi - Cukup
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik NFF mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Time Token Arends. Peserta didik NFF tidak
mengeluarkan pendapatnya saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta didik NFF
mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan sesudah
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik NFF mencoba mengeluarkan
pendapatnya dan mendapatkan nilai 62,85 dan interpretasi cukup. Menggunakan
metode Time Token Arends membuat peserta didik NFF aktif mengikuti kegiatan
debat. Tidak hanya aktif tetapi dapat melatih kemampuan berbicara peserta didik dan
kepercayaan diri. Nilainya pun menjadi lebih baik yaitu dari 50 menjadi 62,85.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik NFF memperoleh nilai 62,85 dengan interpretasi cukup. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
103
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan kalimat: Jadi
sekolah kan inian tadi kita udah full day ditambah eskul yang lain gitu. Peserta didik
NFF membicarakan mengenai perturan sekolah full day. Peserta didik NFF dapat
berpendapat sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan
asli hasil pemikiran peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik NFF mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik NFF menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan cukup percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik NFF
mendapat skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik NFF dapat menyampaikan
gagasan dengan cukup runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan.
Peserta didik NFF berpendapat dengan cukup runtut menjelaskan peraturan sekolah
full day. Jadi, peserta didik NFF menyampaikan gagasannya dengan cukup runtut dan
saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik NFF mendapat skor
3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik NFF memahami mosi dengan cukup baik.
Peserta didik NFF cukup memahami mosi dalam perdebatan dengan memaparkan
mengenai full day. Karena peserta didik memahami mosi dengan cukup baik maka
peneliti memberikan nilai 3.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik NFF mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik NFF masih menggunakan kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata emang seharusnya memang.
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik NFF mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik NFF menggunakan kalimat efektif
dengan cukup.
104
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik NFF mendapat skor 3
dengan interpretasi kurang sekali. Peserta NFF berargumentasi dengan kurang lancar.
Berdasarkan hasil praktik debat sesudah menggunakan metode Time Token
Arends peserta NFF mendapat nilai 62,85. Nilai tertinggi yang didapatkan dengan
skor 5 yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Contoh kalimat yaitu: jadi sekolah
kan inian tadi kita udah full day ditambah eskul yang lain gitu. Pendapat peserta
didik NFF sesuai dengan mosi debat. Nilai terendah yaitu kelancaran dengan skor 2.
Contoh kalimat yaitu: jadi e ka ee eh sekolah. Saya Nur Fadila dari tim oposisi.
Peserta didik NFF menyampaikan pendapat dengan tidak lancar.
Tabel 4. 5. 24
Analisis Data Peserta Didik No. 26 (OFR)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √ √
2. Kemampuan berargumentasi √ √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √ √
4. Pemahaman √ √
5. Ketepatan kata √ √
6. Ketepatan kalimat √ √
7. Kelancaran √ √
Jumlah Skor 31 33
Nilai
88,57
94, 28
Interpretasi Baik Sekali Baik Sekali
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat sebelum menggunakan metode
Time Token Arends peserta didik OFR mendapatkan nilai 88,57. Nilai terendah pada
aspek keruntutan penyampaian gagasan, pemahaman, ketepatan kata, ketepatan
kalimat, kelancaran dengan skor yang berkatagori tinggi yaitu 4. Contoh kalimat
105
yaitu: saya menaggapi dari pertanyataan-pernyataan dari saudara semua yang
ujung-ujungnya itu ingin kabur dan mencari alesan dari peraturan sekolah. Nilai
tertinggi yaitu pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dan kelancaran dengan skor
5. Contoh kalimat yaitu: seperti masuk jam 6.45 yang dikatakan Riefka di sekolah
lain yang bukan madrasah tidak ada kegiatan seperti solat duha bersama, baca
alquran selain itu sekolah mencoba metode mendisiplinkan sekolah ini dengan
metode pembiasaan yang tidak bisa dengan sekali dua kali tiga kali itu langsung bisa
terbiasa jadi harus sering. Peserta didik OFR sangat lancar berpendapat dan sesuai
dengan mosi debat. Hasil praktik debat sebelum dan sesudah menggunakan metode
Time Token Arends peserta didik OFR membaik dari nilai 88, 57 menjadi 91,42.
Berdasarkan hasil praktik berbicara sesudah menggunakan metode Time
Token Arends peserta didik OFR mendapat nilai 91, 42. Peserta didik OFR mendapat
nilai tertinggi pada aspek keakuran dan keaslian gagasan, kemampuan
berargumentasi, pemahaman, dan kelancaran seperti pada contoh kalimat: menurut
aku sih ya sekolah itu memang mendisiplinkan, walaupun bagi kita semua awalnya
terasa sangat sulit karena kita semua belum terbiasa. Peserta didik OFR memiliki
pemahaman yang baik, menggunakan kata baku, lancar dalam berpendapat,
kemampuan argumentasi yang bagus, dan pendapat yang disampaikan sesuai dengan
mosi debat.
106
Tabel 4. 5. 25
Analisis Data Peserta Didik No. 27 (OAO)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √ √
2. Kemampuan berargumentasi √ √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √ √
4. Pemahaman √ √
5. Ketepatan kata √ √
6. Ketepatan kalimat √ √
7. Kelancaran √ √
Jumlah Skor 27 28
Nilai
77,14
80
Interpretasi Baik Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat sebelum menggunakan metode
Time Token Arends peserta didik OAO mendapatkan nilai 77,14. Nilai tertinggi yaitu
pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5. Contoh kalimat yaitu: jam
istirahat di sini tuh paling 15 menit itu juga ga kerasa. Peserta didik OAO
berpendapat sesuai dengan mosi. Nilai terendah yaitu pada aspek ketepatan kata dan
kalimat. contoh kalimat yaitu: Seperti rumah saya di Melati Mas nah itu dari sini ke
sana kira-kira 30 menit. Sampai rumah jam setengah 5 belom mandi belom makan
belom apa tiba-tiba ngerjain PR lagi terus tidur besoknya berangkat lagi nah itu
gimana tuh. Peserta didik OAO menggunaka kata tidak baku dan kalimat yang tidak
efektif. Nilai sebelum dan sesudah menggunakan metode Time Token Arends
mengalami perbaikan dari 77, 14 hingga 80 dengan interpretasi baik.
Berdasarkan hasil berbicara debat sesudah menggunakan menggunakan
metode Time Token Arends, peserta didik OAO mendapat nilai 80. Nilai tertinggi
107
yaitu aspek kekauran dan keaslian gagasan dan kemampuan berargumentasi. Contoh
kalimat yaitu: jadi gini ya ini bukan dari sekolah doang nih pertama dari orang tua
pernah gak kalian denger misalkan orang tua kalian, pak mah nilai aku, aku dapet 50
nih, pasti diomelinkan. Nilai terendah yaitu aspek ketepatan kata dan kalimat seperti
pada kalimat di atas.
Tabel 4. 5. 26
Analisis Data Peserta Didik No. 28 (RNH)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 31 0
Nilai
88,57 0
Interpretasi Baik Sekali -
Deskripsi penilaian
Peserta didik RNH tidak masuk ketika penelitian di hari kerdua. Ia hanya
masuk di penelitian hari pertama. Berdasarkan hasil praktik berbicara debat sebelum
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik RNH mendapat nilai 88, 57
dengan interpretasi baik sekali. Nilai tertinggi yaitu pada aspek keakuran dan keaslian
gagasan, kemampuan argumentasi, pemahaman, dan ketepatan kalimat contoh
kalimat yaitu: menurut saya peraturan di sekolah itu membuat siswa menjadi disiplin.
contoh peraturan yang membuat siswa disiplin yaitu masuk sekolah tepat waktu
karena itu membuat siswa menjadi disiplin dan menghargai waktu. Nilai terendah
108
yaitu aspek keruntutan, menyampaikan gagasan, ketepatan kata, dan kelancaran.
Contoh kalimat yaitu: kan katanya pulangnya lama terus nanti ngerjain tugas segala
macem. Belum nanti di dunia kuliah lebih padet lagi aktivitasnya.
Tabel 4. 5. 27
Analisis Data Peserta Didik No. 29 (RTS)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 28 0
Nilai
80 0
Interpretasi Baik -
Deskripsi penilaian
Peserta didik RTS tidak masuk ketika penelitian di hari kerdua. Ia hanya
masuk di penelitian hari pertama. Berdasarkan hasil praktik berbicara debat sebelum
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik RTS mendapat nilai 77,14
dengan interpretasi baik. nilai tertinggi adalah keakuran dan keaslian gagasan seperti
pada contoh kalimat: Saya ingin menambahkan dari bapak Rauzan kalau kita disiplin
sekolah itu kita masuknya 6:45 ya. Ya menurut saya itu terlalu pagi karena setiap
orang punya urusan sendiri-sendiri. Nilai terendah yaitu pada aspek ketepatan
kalimat seperti pada contoh kalimat: Sedangkan anak-anak yang rumahnya jauh. Di
sepanjang ada saja masalah dan kadang-kadang sekolah tidak mau mengampuni.
109
Tabel 4. 5. 28
Analisis Data Peserta Didik No. 31 (TRO)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √ √
2. Kemampuan berargumentasi √ √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √ √
4. Pemahaman √ √
5. Ketepatan kata √ √
6. Ketepatan kalimat √ √
7. Kelancaran √ √
Jumlah Skor 27 29
Nilai
77,14
82,85
Interpretasi Baik Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat sebelum menggunakan metode
Time Token Arends peserta didik TRO mendapatkan nilai 77,14. Nilai tertinggi yaitu
pada aspek keakuran dan keaslian gagasan dengan skor 5 seperti kalimat: Saya ingin
menanggapi pendapat dari saudara Ilham Ariq nah soal bangun pagi ya sedangkan
kita di sekolah pasti ada saja gitu halangannya datang sekolah misalnya di jalan.
Nilai terendah yaitu pada aspek ketepatan kata dan kalimat terdapat pada kalimat: Di
jalan gatau kan ada apa misalnya ban betus, kecelakaan, kemacetan. Kita gatau kan
apa yang akan terjadi pas di jalan.
Berdasarkan hasil berbicara debat sesudah menggunakan menggunakan
metode Time Token Arends, peserta didik TRO mendapat nilai 82,85. Nilai tertinggi
yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan, pemahaman dan kemampuan
berargumentasi. Contoh kalimat yaitu: jadi peraturan malah mengekang kita buat
bukan kita sendiri. Nilai terendah yaitu aspek ketepatan kata dan kalimat seperti pada
110
kalimat: nih kita kan dikasih tugas banyak misalkan ya kita dikasih tugas banyak
pernah gak sih ngerasain kita kerjain sampe malem larut malem terus juga kita
harus bangun pagi.
Tabel 4. 5. 29
Analisis Data Peserta Didik No. 32 (TSP)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 29
Nilai 0
82,85
Interpretasi - Baik
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik TSP mendapatkan
nilai 0 sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik TSP tidak
mengeluarkan pendapatnya pada saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta didik
TSP mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan
sesudah menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik TSP mendapatkan
nilai 82,85 dan interpretasi baik. Menggunakan metode Time Token Arends membuat
peserta didik TSP aktif mengikuti kegiatan debat. Nilainya pun menjadi lebih baik
yaitu dari 50 menjadi 82,85.
111
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik TSP memperoleh nilai 82,85 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
TSP mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan
kalimat: menanggapi yang Wafi tadi kan katanya yang disiplin itu, gimana bisa
disiplin kalau itu menyusahin kita sendiri. Peserta didik TSP membicarakan
mengenai disiplin itu perlu adanya pembiasaan. Peserta didik TSP dapat berpendapat
sesuai dengan mosi debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil
pemikiran peserta didik tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik TSP mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik TSP menguasai mosi debat dan
memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik TSP
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik TSP dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik TSP berpendapat dengan runtut menjelaskan disiplin itu tidak susah jika ada
pembiasaan. Jadi, peserta didik TSP menyampaikan gagasannya dengan runtut dan
saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik TSP mendapat skor
5 dengan interpretasi baik sekali. Peserta didik TSP memahami mosi dengan sangat
baik. Peserta didik TSP sangat memahami mosi dalam perdebatan dengan
memaparkan disiplin itu tidak sulit jika adanya pembiasaan. Karena peserta didik
memahami mosi dengan sangat baik maka peneliti memberikan nilai 5.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik TSP mendapat skor
3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik TSP masih menggunakan kata yang tidak
baku. Contohnya pada kata menyusahin seharusnya menyusahkan.
112
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik TSP mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik TSP menggunakan kalimat efektif
dengan cukup.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik TSP mendapat skor 5
dengan interpretasi baik sekali. Peserta TSP berargumentasi dengan sangat lancar.
Berdasarkan hasil berbicara debat sesudah menggunakan menggunakan
metode Time Token Arends, peserta didik TSP mendapat nilai 82,85. Nilai tertinggi
yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan dan kemampuan berargumentasi. Contoh
kalimat yaitu: Menanggapi yang Wafi tadi kan katanya yang disiplin itu, gimana bisa
disiplin kalau itu menyusahin kita sendiri. Nilai terendah yaitu aspek ketepatan kata
dan ketepatan kalimat seperti pada kalimat: Itu tuh susah karena kita baru
ngelakuinnya tapi kalau kita udah terbiasa itu gak bakal susah.
Tabel 4. 5. 30
Analisis Data Peserta Didik No. 33 (WNA)
No Aspek yang Dinilai
Sebelum Sesudah
Tingkat Capaian
Kinerja
Tingkat Capaian
Kinerja
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Keakuran dan keaslian gagasan √
2. Kemampuan berargumentasi √
3. Keruntutan penyampaian gagasan √
4. Pemahaman √
5. Ketepatan kata √
6. Ketepatan kalimat √
7. Kelancaran √
Jumlah Skor 0 27
Nilai 0
80
Interpretasi - Baik
113
Deskripsi penilaian
Berdasarkan hasil praktik berbicara debat peserta didik mendapatkan nilai 0
sebelum menggunakan metode Timen Token Arends. Peserta didik WNA tidak
mengeluarkan pendapatnya pada saat praktik debat berlangsung. Tetapi peserta didik
WNA mendapat nilai 50 karna sudah bekerja sama untuk berdebat. Berbeda dengan
sesudah menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik WNA mendapatkan
nilai 80 dan interpretasi baik. Menggunakan metode Time Token Arends membuat
peserta didik WNA aktif mengikuti kegiatan debat. Nilainya pun menjadi lebih baik
yaitu dari 50 menjadi 80.
Berdasarkan hasil penilaian praktik debat menggunakan metode Time Token
Arends, Peserta didik WNA memperoleh nilai 80 dengan interpretasi baik. Nilai
tersebut dapat dibuktikan dari aspek penilaian debat sebagai berikut:
Penilaian pertama yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik
WNA mendapat skor 5 dengan interpretasi baik sekali yang ditunjukan dengan
kalimat: kan tadi dibilang kalau peraturan sekolah itu membuat kita disiplin kita
harus terbiasa. Peserta didik WNA membicarakan mengenai peraturan sekolah harus
dibiasakan oleh siswa. Peserta didik WNA dapat berpendapat sesuai dengan mosi
debat, tidak membahas hal-hal lain selain mosi, dan asli hasil pemikiran peserta didik
tersebut dengan rinci dan detail.
Penilaian kedua yaitu kemampuan argumentasi. Peserta didik WNA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik WNA menguasai mosi debat
dan memaparkannya dengan percaya diri.
Penilaian ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik WNA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik WNA dapat menyampaikan
gagasan dengan runtut dan gagasan satu dengan lainnya saling berkaitan. Peserta
didik TSP berpendapat dengan runtut menjelaskan peraturan sekolah perlu adanya
pembiasaan dari siswa dan menjelaskan antara satu kalimat ke kalimat lain saling
114
berhibungan. Jadi, peserta didik WNA menyampaikan gagasannya dengan runtut dan
saling berkaitan.
Penilaian keempat yaitu aspek pemahaman. Peserta didik WNA mendapat
skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik WNA memahami mosi dengan baik.
Peserta didik WNA sangat memahami mosi dalam perdebatan dengan memaparkan
disiplin itu tidak sulit jika adanya pembiasaan. Karena peserta didik memahami mosi
dengan baik maka peneliti memberikan nilai 4.
Penilaian kelima yaitu aspek ketepatan kata. Peserta didik WNA mendapat
skor 3 dengan interpretasi cukup. Peserta didik WNA masih menggunakan kata yang
tidak baku. Contohnya pada kata kaya seharusnya seperti .
Penilaian keenam yaitu aspek ketepatan kalimat. Peserta didik WNA
mendapat skor 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik WNA menggunakan kalimat
efektif dengan baik.
Penilaian ketujuh yaitu aspek kelancaran. Peserta didik WNA mendapat skor
4 dengan interpretasi baik. Peserta WNA berargumentasi dengan lancar.
Berdasarkan hasil berbicara debat sesudah menggunakan menggunakan
metode Time Token Arends, peserta didik WNA mendapat nilai 0. Nilai tertinggi
yaitu aspek keakuran dan keaslian gagasan dan kemampuan berargumentasi. Contoh
kalimat yaitu:. Saya ingin menanggapi yang tadi pendapat Oase, kan tadi dibilang
kalau peraturan sekolah itu membuat kita disiplin kita harus terbiasa. Nilai terendah
yaitu aspek ketepatan kata dan ketepatan kata dan kalimat seperti pada kalimat:. Tapi
bagaimana caranya kita bisa terbiasa kalau misalkan peraturan itu menyulitkan kita
sendiri, kaya misalkan yang peraturan-peraturan kaya kaos kaki, sendal itu kan
menyulitkan gitu itu gimana kalau misalkan kita harus terbiasa tapi itu sendiri bikin
kita sulit.
115
4. Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Debat dengan Menggunakan
Metode Time Token Arends
Tabel 4.6
Data Hasil Tes Sebelum Menggunakan Metode Time Token Arends
No Nama Peserta Didik Nilai Interpretasi
1. Aisha Nafa Firdaus 50 Kurang
2. Akram Abdalla 50 Kurang
3. Andhika Syah Putra 50 Kurang
4. Anjelia Ratu Oasis 50 Kurang
5. Bagas Kurnia Ramadhan 50 Kurang
6. Bintang Rizki Pasha 94,28 Baik Sekali
7. Dea Avrelia Listi 50 Kurang
8. Deni Suryo Pratama 65,71 Cukup
9. Desira Salsa Aulia 50 Kurang
10. Dina Intan Azzahra 50 Kurang
11. Dinar Aulia 50 Kurang
12. Fathan Khanifadin 50 Kurang
13. Fridakhul Jannah 50 Kurang
14. Haidhar Ali Faqih 50 Kurang
15. Hidayah Nur Amalina 50 Kurang
16. Ilham Ariq Saputra 77,14 Baik
17. Inez Jade Kayla 50 Kurang
18. Ira Permatasari 50 Kurang
19. Islamiati Wulan Sari 50 Kurang
20. Kayla Hijrianisa 50 Kurang
21. Muhammad Rauzan Fadhila 77,14 Baik
22. Mokhamad Ghufron Musyaf 50 Kurang
23. Nadine Nabila Agnasta 50 Kurang
116
Tabel 4.7
Data Hasil Tes Sesudah Menggunakan Metode Time Token Arends
24. Nayla Azzahra Djaya 50 Kurang
25. Nur Fadila Fari 50 Kurang
26. Oase Fattan Rabbani 88,57 Baik Sekali
27. Oktavittho Angkhoso 77,14 Baik
28. Riefqa Naufalia Hanifah 88,57 Baik Sekali
29. Roihan Thoriq Syabaan 80 Baik
30 Salsabila Aziza Azzahra 50 Kurang
31. Taufan Ridho 77,14 Baik
32. Tiara Cahyaning Sukma Putri 50 Kurang
33. Wafiq Nur Azizah 50 Kurang
No Nama Peserta Didik Nilai Interpretasi Keterangan
1. Aisha Nafa Firdaus 62,85 Cukup
2. Akram Abdalla 65,71 Cukup
3. Andhika Syah Putra 60 Cukup
4. Anjelia Ratu Oasis 77,14 Baik
5. Bagas Kurnia
Ramadhan
77,14 Baik
6. Bintang Rizki Pasha 94,28 Baik sekali
7. Dea Avrelia Listi - - Tidak Masuk
8. Deni Suryo Pratama 62,85 Cukup
9. Desira Salsa Aulia 68,57 Cukup
10. Dina Intan Azzahra 57,14 Cukup
11. Dinar Aulia 77,14 Baik
12. Fathan Khanifadin 71,42 Cukup
13. Fridakhul Jannah 77,14 Baik
117
3. Deskripsi Hasil Analisis
Berdasarkan kedua tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai tertinggi
diperoleh peserta didik adalah 94,28 dengan interpretasi baik sekali sedangkan
nilai terendah yang diperoleh peserta didik adalah 50. Nilai keterampilan
berbicara debat didapat dari analisis praktik debat dengan menilai dari instrumen
penilaian. Ada delapan aspek dalam instrumen penilaian tersebut. Data dapat
14. Haidhar Ali Faqih 85 Baik Moderator
15. Hidayah Nur Amalina 77,14 Baik sekali
16. Ilham Ariq Saputra 80 Baik sekali
17. Inez Jade Kayla 80 Baik sekali
18. Ira Permatasari 77,14 Baik sekali
19. Islamiati Wulan Sari 62,85 Cukup
20. Kayla Hijrianisa 88,57 Baik sekali
21. Muhammad Rauzan
Fadhila
82,85 Baik
22. Mokhamad Ghufron
Musyaf
71,42 Baik
23. Nadine Nabila Agnasta 80 Baik
24. Nayla Azzahra Djaya 62,85 Cukup
25. Nur Fadila Fari 62,85 Cukup
26. Oase Fattan Rabbani 94,28 Baik sekali
27. Oktavittho Angkhoso 80 Baik
28. Riefqa Naufalia Hanifah - - Tidak masuk
29. Roihan Thoriq Syabaan - - Tidak masuk
30 Salsabila Aziza Azzahra - - Tidak masuk
31. Taufan Ridho 82,85 Baik
32. Tiara Cahyaning Sukma
Putri
82,85 Baik
33. Wafiq Nur Azizah 80 baik
118
disajikan dengan tabel instrumen penilaian sebelum dan sesudah menggunakan
metode Time Token Arends. Nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik sesudah
menggunakan metode Time Token Arends adalah 75.24 dengan interpretasi
cukup.
Penggunakan metode Time Token Arends membantu seluruh peserta
didik di dalam kelas untuk mengembangkan ide dan berani mengeluarkan
pendapatnya dalam praktik debat. Hal ini terlihat dari nilai peserta didik yang
mengalami peningkatan. Nilai rata-rata peserta didik sebelum menggunakan
metode Time Token Arends yaitu 58,36 dengan interpretasi cukup. Praktik debat
sebelum menggunakan metode Time Token Arends hanya sembilan orang yang
megeluarkan pendapatnya dan dua puluh empat orang nilainya tidak berbicara
sama sekali tetapi masih bekerja sama dan mendapat nilai 50.
Keterampilan berbicara peserta didik di MAN 1 Kota Tangerang Selatan
kelas X MIPA 1 mengalami peningkatan dari sebelumnya. Peserta didik mampu
memberanikan diri berbicara di depan kelas khususnya dalam praktik debat. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menggunakan metode Time
Token Arends yang dapat meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara
peserta didik. Penggunaan metode Time Token Arends mampu membuat peserta
didik mengeluarkan pendapatnya dalam berdebat karena biasanya dalam
pembelajaran debat hanya beberapa peserta didik saja yang mengeluarkan
pendapatnya dan peserta didik lainnya cenderung hanya menonton jalannya
debat. Tetapi dengan menggunakan metode Time Token Arends semua peserta
didik mengeluarkan pendapatnya.
Dari tujuh aspek penilaian dapat ditarik kesimpulan bahwa: aspek
pertama, yaitu keakuran dan keaslian gagasan. Peserta didik banyak mendapat
nilai 5 dengan interpretasi baik sekali. Peserta didik berbicara mengenai
peraturan sekolah dengan segala kesulitan-kesulitan yang dikemukakan
berdasarkan pengalaman dan pengamatan saat di sekolah. Peserta didik mampu
119
berargumentasi sesuai dengan mosi yang diajukan oleh guru, tidak membahas
hal-hal lain selain mosi, dan benar-benar asli pemikiran dari peserta didik.
Aspek kedua yaitu aspek kemampuan berargumentasi. Kemampuan
berargumentasi peserta didik banyak mendapat nilai 4 dengan interpretasi baik.
Peserta didik mampu menguasai mosi debat dan dipaparkan dengan percaya diri.
Aspek ketiga yaitu keruntutan penyampaian gagasan. Peserta didik
banyak mendapat nilai 4 dengan interpretasi baik. peserta didik mampu
menyampaikan gagasan dengan runtut dan antar gagasan saling berkaitan.
Aspek keempat yaitu pemahaman. Peserta didik banyak mendapat nilai 4
dengan interpretasi baik. Peserta didik mampu memahami mosi yang sedang
diperdebatkan dengan baik. dibuktikan dengan lancarnya jalannya debat dan
peserta didik saling berargumen serta menggapi pendapat dari temannya. Tetapi
ada beberapa peserta didik yang masih tidak paham mengenai mosi terbukti
dengan hanya sedikit memaparkan pendapatnya.
Aspek kelima yaitu ketepatan kata. Peserta didik banyak mendapat nilai 2
dengan interpretasi kurang. Peserta didik kurang menggunakan kata yang tidak
baku. Peserta didik dalam berdebat masih menggunakan kata yang tidak baku.
Seharusnya peserta didik menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam berdebat. Contoh kata tidak baku yang sering digunakan peserta didik
yaitu kata gak seharusnya tidak, emang seahrusya memang, dan masih banyak
lagi kata yang tidak baku yang digunakan peserta didik dalam berpendapat.
Aspek keenam yaitu ketepatan kalimat. Peserta didik banyak mendpat
nilai 2 dengan intepretasi kurang baik. Peserta didik kurang mennggunakan
kalimat yang tidak efektif. Seringnya peserta didik tidak menghemat kata.
Terdapat pada contoh kalimat: saya akan menanggapi tadi tentang tadi dari
saudara Vito kertas ujian itu tidak menentukan hasil kita di apatuh masa depan.
120
Seharusnya kalimat yang benar adalah saya akan menanggapi pendapat saudara
Vito mengenai kertas ujiam itu tidak menentukan hasil di masa depan.
Aspek ketujuh yaitu kelancaran. Pada aspek ini peserta didik banyak
mendapat nilai 4 dengan interpretasi baik. Peserta didik mampu berpendapat
dengan lancar, tidak tersendat-sendat, dan menempatan jeda dengan baik. Tetapi
ada beberapa peserta didik yang masih tidak lancar dikarenakan rasa percaya diri
saat berbicara di depan kelas.
Jika dilihat dari tabel analisis individu peserta didik, dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai tertinggi terbanyak adalah pada aspek keakuran dan
keaslian gagasan. Peserta didik berargumen sesuai dengan mosi debat yaitu
tentang “peraturan sekolah membuat peserta didik disiplin atau terkekang”.
Contoh kalimat salah satu peserta didik adalah: menurut saya peraturan di
sekolah itu membuat siswa menjadi disiplin. contoh peraturan yang membuat
siswa disiplin yaitu masuk sekolah tepat waktu karena itu membuat siswa
menjadi disiplin dan menghargai waktu. Berbeda dengan nilai terendah
terbanyak terdapat pada aspek ketepatan kata dan ketepatan kalimat. peserta
didik banyak menggunakan kalimat yang tidak efektif. Contoh ketidaktepatan
penggunaan kalimat: Nah kan kalau misalkan kita bagi orang tua nilai turun itu
diomelin tapi kita gimana bagi guru kan guru aja kalo misalkan nilai kita
rendah pasti dikasih tugas mulu dikasih remed terus. Contoh kalimat yang
menunjukan ketidaktepatan penggunaan kata: saya mau menanggapi kalau
misalnya kan peraturan dibikin buat biar kita menjadi lebih baik gitu bukannya
gamau naatin yaitu dari diri lu sendiri gitu harus diubah niatnya gitu mau maju
kagak. Dari kalimat tersebut dapat dilihat bahwa peserta didik tidak
menggunakan kata baku dalam berargumentasi.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan peserta didik DIA yang
mendapat nilai rendah dibandingkan peserta didik yang berpendapat. Peserta
didik DIA merasa kurang percaya diri saat berdebat terbukti dengan kutipan
121
kalau pake metode Time Tiken Arends deg-degan soalnya disuruh ngomong.
Kalau ga pake biasa aja. Peserta didik DIA lumayan menyukai menggunakan
metode Time Token Arends terbukti dengan kutipan wawancara peserta didik
DIA lumayan, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk berbicara dan
akhirnya ikut berfikir tentang materinya juga. Tetapi walaupun kurang percaya
diri peserta didik DIA lebih memilih menggunakan metode Time Token Arends
terbukti dengan kutipan pake metode Time Token Arends karena bagus bisa
bikin siswa lebih berani mengungkapkan pendapat dan jadi terbiasa.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan peserta
didik BRP yang mendapat nilai tinggi dibandingkan peserta didik yang
berpendapat. Peserta didik BRP menyukai menggunakan metode Time Token
Arends dibandingkan tidak menggunakan metode dibuktikan dengan kutipan
menggunakan metode Time Token Arends karena dengan menggunakan itu
seluruh siswa dapat bagian bicara bukan satu atau dua orang saja, dan di akhir
pembelajaran mendapat hikmahnya. Menurut peserta didik BRP menggunakan
metode Time Token Arends kadang-kadang menjadi lebih mudah terbukti pada
kutipan kadang-kadang menjadi mudah, karena dengan menggunakan metode
Time Token Arends seluruh siswa dapat melatih berbicara dan dalam
praktiknya dapat melatih berbicara bahasa Indonesia. Tetapi peserta didik BRP
merasa waktunya dibatasi dengan menggunakan metode Time Token Arends
terbukti pada kutipan berbicara sama dengan menggunakan metode tetapi untuk
waktu tidak enak karena dibatasi.
122
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berbicara debat peserta didik dengan menggunakan
metode Time Token Arends di kelas X MIPA 1 di MAN 1 Kota Tangerang
Selatan yaitu semua peserta didik dapat berbicara dalam praktik debat dan
tidak adanya peserta didik yang mendominasi kelas. Seluruh peserta didik
dapat mengeluarkan pendapatnya saat praktik berdebat. Peserta didik dapat
percaya diri berbicara di dalam pembelajaran praktik debat. Dengan
menggunakan metode Time Token Arends, peserta didik mampu
mengembangkan keterampilan dalam berbicara khususnya dalam berbicara
dalam praktik debat.
Berdasarkan hasil analisis individu peserta didik, maka diperoleh nilai
tertinggi yaitu 94,28 dengan interpretasi baik sedangkan nilai terendah yaitu
50. Rata-rata yang diperoleh sebelum menggunakan keterampilan berbicara
yaitu 58,36 sedangkan sesudah menggunakan metode Time Token Arends
yaitu 74,67 dengan interpretasi cukup. Penggunaan metode Time Token
Arends dapat membuat seluruh peserta didik mengasah kemampuan berbicara
dengan menyampaikan pendapatnya khususnya dalam pembelajaran praktik
debat.
123
B. Saran
Berdasarkan penelitian ini yang dilakukan di MAN 1 Kota Tangerang
Selatan bahwa keterampilan berbicara dalam praktik debat dengan
menggunakan metode Time Token Arends dapat dijadikan alternatif dalam
proses pembelajaran. Adapun beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan
diantaranya sebagai berikut:
1. Guru
Dalam pembelajaran berbicara, guru hendaknya menggunakan metode
yang tepat agar materi yang disampaikan dapat mempermudah untuk
dipahami oleh peserta didik.
2. Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan melatih kemampuan
peserta didik. Sekolah juga dapat mengadakan kegiatan seperti lomba
yang dapat mengembangkan keterampilan berbicara peserta didik.
3. Peneliti Sebidang
Penggunaan metode Time Token Arends ini baik diterapkan kepada
peserta didik karena melihat keberhasilan peserta didik dalam berbicara
khususnya praktik debat. Peneliti juga berharap bahwa penggunaan
metode Time Token Arends tidak hanya baik untuk pembelajaran debat
saja tetapi pada materi yang lainnya.
124
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Iif Khoiru dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta :Prestasi
Pustaka. 2011.
Ahuell, Thomas J. Learning and Instruction. Belmont: Wadsworth Publishing
Company. 1971.
Arends, Richard I. Learning to Teach. New York: The McGraw-Hill Companies.
2007.
Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung: UPI
Press. 2007.
Emzir. Analisis Data. Jakarta: Raja Garafindo Persada.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. Strategi Belajar Mengajar-Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum
dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama. 2007.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik.
Jakarta:BumiAksara. 2013.
Hamalik, Oeman. Kurikulum dan Pembelejaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2012.
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
Huda, Miftahul. Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
pelajar, 2013.
Isjoni. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok.
Bandung: Alfabeta. 2009a.
-------.Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar
Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009b.
Karwono dan Mularsih, Heni. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber
Belajar. Depok: Rajawali Pers. 2017.
Majid, Abdul. Perencanaan Pengajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.
125
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2016.
Nugiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi Edisi
Kedua. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta. 2014.
Pribadi, Benny A. Model Assure untuk Medesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: Dian
Rakyat. 2011.
--------------------. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat 2009.
Priansa, Donni Juni. Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran. Bandung:
Pustaka Setia. 2017.
Resmini, Novi dan Juanda, Dandan. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi.
Bandung: UPI Press. 2007.
Ridwanudin, Dindin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press. 2015.
Saddhono, Kundhuru dan Slamet, St. Y. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia Teori dan Aplikasi. Bandung: Karya Putra Darwati. 2012.
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:
Kencana. 2013.
------------------.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta: Prenada Media. 2011.
Satori, Djam’an. Penelitian Metode Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2013.
Shoimin, Aris. 68 Model Pembelajaran Inivatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014.
Siregar, Eveline dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2010.
Slavin, Robert E. Cooperative Learning. United States of America: Allyn & Bacon.
1995.
Subana, M dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai
Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.
2011.
126
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung:Refika Aditama. 2012.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2017.
Sukmadinata, Nana Sy dan Erliany Syaodik. Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: Reika Aditama. 2012.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
Suprijono, Agus Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2009.
Sutikno, M. Sobry. Metode dan Model-model Pembelajaran. Lombok: Holistica.
2014.
Taniredja, Tukiran. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung:
Alfabeta, 2013.
Tarigan, Henry Guntur. Bebicara sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa. 2015.
Warsono dan Haryanto. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2013.
Winataputra, Udin. S. dkk. Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Universitas
Terbuka. 2007.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : MAN 1 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X MIPA 1 / Genap
Materi Pokok : Debat
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit
A. Kompetensi Inti
KI-1 dan KI-2:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab,
responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional”.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Indikator
Kompetensi Dasar Pengetahuan Kompetensi Dasar Keterampilan
3.12. Menghubungkan permasalahan/
isu, sudut pandang dan argumen
beberapa pihak dan simpulan
dari debat untuk menemukan
esensi dari debat.
4.12. Mengonstruksi
permasalahan/isu, sudut
pandang dan argumen
beberapa pihak, dan
simpulan dari debat secara
lisan untuk menunjukkan
esensi dari debat.
IPK Pengetahuan IPK Keterampilan
3.12.1. Mendefinisikan tentang
Debat:esensi debat;mosi
(permasalahan yang
didebatkan);argumen untuk
menguatkan pendapat sesuai
dengan sudut pandang yang
diambil; dantanggapan
(mendukung dan menolak
pendapat disertai argumen).
4.12.2. Melaksanakan debat
4.12.3. Mengevaluasi pelaksanaan
debat.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, peserta didik dapat:
1. Menghayati dan mengamalkan materi debat sebagai bentuk penghayatan dan
pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menguasai materi debat dengan menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong), kerja sama, toleran, damai), santun,
responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Mengidentifikasi tentang Debat: esensi debat;mosi (permasalahan yang
didebatkan);argumen untuk menguatkan pendapat sesuai dengan sudut
pandang yang diambil; dantanggapan (mendukung dan menolak pendapat
disertai argumen).
4. Melaksanakan debat dengan baik dan benar.
5. Mengevaluasi pelaksanaan debat.
D. Materi pembelajaran
Debat:
esensi debat;
mosi (permasalahan yang didebatkan);
argumen untuk menguatkan pendapat sesuai dengan sudut pandang yang
diambil; dan
tanggapan (mendukung dan menolak pendapat disertai argumen).
Fakta : Debat
Konsep : Mosi, Argumen, dan Tanggapan
Prinsip : Esesnsi Debat
Prosedur : Mosi (permasalahan yang didebatkan);
argumen untuk menguatkan pendapat sesuai dengan sudut pandang
yang diambil; dan tanggapan (mendukung dan menolak pendapat
disertai argumen).
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan: Saintifik
Metode Pembelajaran : Cooperative Learning (pembelajaran dengan bekerja
sama).
F. Media/alat, Bahan
Media :
Lembar kerja siswa atau worksheet
Lembar penilaian
Papan tulis
G. Sumber Belajar
Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia, Kelas X,
Kemendikbud, tahun 2016
Pengalaman peserta didik dan guru.
Internet: https://www.pelajaran.co.id/2019/19/pengertian-debat.html
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi
waktu
Kegiatan Pendahuluan 15
menit
Stimulasi atau pemberian rangsangan
Orientasi
Guru melakukan pembukaan dengan salam
pembuka dan bersama-sama membaca basmalah.
Memeriksa kehadiran peserta didik.
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
Menanyakan materi sebelumnya yaitu materi
debat.
Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya
dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Memberikan motivasi belajar dengan mengaitkan
materi debat dengan kegiatan di dalam kegiatan
sehari-hari agar peseta didik dapat termotivasi
pentingnya materi ini di dalam kehidupan nyata.
Motivasi
Kegiatan inti 60 menit
Mengamati
Guru melakukan pengulasan materi debat
Menanyakan kepada peserta didik terkait apa yang
sudah mereka mengerti di materi debat ini.
Guru membagi peserta didik menjadi dua
kelompok berdasarkan absen. Kelompok satu
ganjil dan kelompok dua genap. Setelah itu,
perwakilan kedua kelompok suit untuk mengambil
bagian menjadi tim afirmasi dan oposisi dalam
diskusi.
Guru memberikan mosi debat yaitu “peraturan
Menanya
Mengeksplorasi
sekolah membuat siswa disiplin atau terkekang”
Moderator memulai debat dan menjadi pemimpin
berjalannya debat.
Moderator memberikan waktu lima menit untuk
berdiskusi terkait mosi
Kedua tim kelompok secara bergantian beradu
argumentasi tentang mosi tersebut.
Kedua tim kelompok saling melemparkan
tanggapan berupa pertanyaa, kritik, dukungan
maupun sanggahan
Moderator terus mengomunikasikan tata tertib
debat jika ada yang melanggar tata tertib yang
sudah disebutkan di awal debat.
Setelah debat selesai, guru memberikan tanggapan
terkait jalannya debat
Mengasosiasi
Mengomunikasikan
Kegiatan Penutup
15 Menit
Kegiatan Penutup Guru mengarahkan peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari
ini.
Guru memberikan penghargaan berupa tepuk
tangan untuk mengapresiasi peserta didik dalam
melakukan pembelajaran hari ini.
Guru memberikan tugas evaluasi untuk membuat
teks debat di buku tugas.
Guru menutup/mengakhiri pembelajaran dengan
membaca doa.
Guru memberikan salam kepada peserta didik
sebelum meninggalkan kelas.
I. Penilaian
1. Penilaian Sikap
LEMBAR PENILAIAN SIKAP - JURNAL
Nama Siswa : ………………..
Kelas : ………………
No. Hari/Tanggal Sikap/Perilaku
Keterangan Positif Negatif
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………
…………
Penilaian Sikap – Jurnal
Nama Peserta Didik : …………...........................................……..
Kelas : …………...........................................……..
Aspek yang diamati : …………...........................................……..
No Hari/tanggal Kejadian Keterangan /
Tindak Lanjut
1
….
Nilai jurnal menggunakan skala Sangat Baik (SB)= 100, Baik (B) = 75, Cukup (C) =
50, dan Kurang (K) = 25
2. Penilaian Keterampilan
- Penilaian Presentasi kelompok
Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen
penilaian ujian keterampilan berbicara sebagai berikut:
Instrumen Penilaian
Tabel Penilaian Praktik Berbicara Debat
NO Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
Skor 1 2 3 4 5
1 Keakuran dan keaslian gagasan
2 Kemampuan berargumentasi
3 Keruntutan penyampaian
gagasan
4 Pemahaman
5 Ketepatan kata
6 Ketepatan kalimat
7. Kelancaran
Jumlah skor:
Nilai akhir
Keterangan:
1. Kurang sekali, tidak ada unsur benar
2. Kurang, ada sedikit unsur benar
3. Sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang
4. Baik, ketetapan dengan sedikit kesalahan
5. Baik sekali, tanpa atau hampir tanpa kesalahan
Nilai seorang peserta uji diperoleh dengan cara: jumlah skor dibagi
skor maksimal kali seratus. Misalnya, jumlah skor 28 dan skor tertinggi untuk
contoh di atas 35, maka nilai adalah 28:35×100 = 80.
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial 1) Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
KKM maupun kepada peserta didik yang sudah melampui KKM.
Remedial terdiri atas dua bagian : remedial karena belum mencapai
KKM dan remedial karena belum mencapai Kompetensi Dasar
2) Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas
bagi peserta didik yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal), misalnya sebagai berikut.
Menuliskan teks debat dengan mosi “penggunaan ponsel lebih
banyak keuntungan atau kerugian”
b. Pengayaan
1. Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik
mengenai materi pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta
didik yang telah tuntas mencapai KKM atau mencapai Kompetensi
Dasar.
2. Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan
dengan peserta didik.
3. Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang
membutuhkan pengembangan lebih luas misalnya
Menjawab soal: pengertian debat, unsur-unsur debat, dan langkah-
langkah debat.
Kamis, 23 April 2019
Kepala MAN 1 Kota Tangerang Selatan Peneliti
Dra H. Ridwan Fahmi Lubis Dhea Endah
Judhanti
NIP 19660707 200003 1 001 NIM
11150130000062
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : MAN 1 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X MIPA 1 / Genap
Materi Pokok : Debat
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit
J. Kompetensi Inti
KI-1 dan KI-2:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab,
responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional”.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan
K. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Indikator
Kompetensi Dasar Pengetahuan Kompetensi Dasar Keterampilan
3.12. Menghubungkan permasalahan/
isu, sudut pandang dan argumen
beberapa pihak dan simpulan
dari debat untuk menemukan
esensi dari debat.
4.12. Mengonstruksi
permasalahan/isu, sudut
pandang dan argumen
beberapa pihak, dan
simpulan dari debat secara
lisan untuk menunjukkan
esensi dari debat.
IPK Pengetahuan IPK Keterampilan
3.12.1. Mendefinisikan tentang
Debat:esensi debat;mosi
(permasalahan yang
didebatkan);argumen untuk
menguatkan pendapat sesuai
dengan sudut pandang yang
diambil; dantanggapan
(mendukung dan menolak
pendapat disertai argumen).
4.12.2. Melaksanakan debat
4.12.3. Mengevaluasi pelaksanaan
debat.
L. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, peserta didik dapat:
6. Menghayati dan mengamalkan materi debat sebagai bentuk penghayatan dan
pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
7. Menguasai materi debat dengan menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong), kerja sama, toleran, damai), santun,
responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
8. Mengidentifikasi tentang Debat: esensi debat;mosi (permasalahan yang
didebatkan);argumen untuk menguatkan pendapat sesuai dengan sudut
pandang yang diambil; dantanggapan (mendukung dan menolak pendapat
disertai argumen).
9. Melaksanakan debat dengan baik dan benar.
10. Mengevaluasi pelaksanaan debat.
M. Materi pembelajaran
Debat:
esensi debat;
mosi (permasalahan yang didebatkan);
argumen untuk menguatkan pendapat sesuai dengan sudut pandang yang
diambil; dan
tanggapan (mendukung dan menolak pendapat disertai argumen).
Fakta : Debat
Konsep : Mosi, Argumen, dan Tanggapan
Prinsip : Esesnsi Debat
Prosedur : Mosi (permasalahan yang didebatkan);
argumen untuk menguatkan pendapat sesuai dengan sudut pandang
yang diambil; dan
tanggapan (mendukung dan menolak pendapat disertai argumen).
N. Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran :
Cooperative Learning (pembelajaran dengan bekerja sama)
Time Token Arends
O. Media/alat, Bahan
Media :
Lembar kerja siswa atau worksheet
Lembar penilaian
Papan tulis
Media kotak suara dan kupon suara
P. Sumber Belajar
Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia, Kelas X,
Kemendikbud, tahun 2016
Pengalaman peserta didik dan guru.
Internet: https://www.pelajaran.co.id/2019/19/pengertian-debat.html
Q. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 2
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi
waktu
Kegiatan Pendahuluan 15
menit
Stimulasi atau pemberian rangsangan
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka
dan bersama-sama membaca basmalah.
Memeriksa kehadiran peserta didik.
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
Menanyakan materi sebelumnya yaitu materi
debat.
Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya
dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Memberikan motivasi belajar dengan mengaitkan
materi debat dengan kegiatan di dalam kegiatan
sehari-hari agar peseta didik dapat termotivasi
pentingnya materi ini di dalam kehidupa nyata.
Motivasi
Kegiatan inti 60 menit
Mengamati
Guru melakukan pengulasan materi debat
Menanyakan kepada peserta didik terkait apa yang
sudah mereka mengerti di materi debat ini.
Guru membagi peserta didik menjadi dua
kelompok berdasarkan absen. Kelompok satu
ganjil dan kelompok dua genap. Setelah itu,
perwakilan kedua kelompok suit untuk mengambil
bagian menjadi tim afirmasi dan oposisi dalam
diskusi.
Guru menjelaskan cara penggunaan metode Time
Menanya
Mengeksplorasi
Token Arends kepada seluruh peserta didik.
Guru memberikan mosi debat yaitu “peraturan
sekolah membuat disiplin atau terkekang”
Moderator memulai debat dan menjadi pemimpin
berjalannya debat.
Moderator memberikan waktu lima menit untuk
berdiskusi terkait mosi
Kedua tim kelompok secara bergantian beradu
argumentasi tentang mosi tersebut. Setiap satu
peserta debat diberikan satu kupon waktu untuk
berbicara. Semua peserta didik harus berbicara
sesuai kupon yang diberikan. Jika satu peserta
didik telah menggunakan kuponnya maka ia tidak
bisa berbicara lagi saat debat. Kesempatan
berbicara diberikan kepada yang belum berbicara
saat debat.
Kedua tim kelompok saling melemparkan
tanggapan berupa pertanyaa, kritik, dukungan
maupun sanggahan
Moderator terus mengomunikasikan tata tertib
debat jika ada yang melanggar tata tertib dan
aturan main metode Time Token Arends yang
sudah disebutkan di awal debat.
Mengasosiasi
Mengomunikasikan
Setelah debat selesai, guru memberikan tanggapan
terkait jalannya debat
Kegiatan Penutup
15 Menit
Kegiatan Penutup Guru mengarahkan peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari
ini.
Guru memberikan penghargaan berupa tepuk
tangan untuk mengapresiasi peserta didik dalam
melakukan pembelajaran hari ini.
Guru memberikan tugas evaluasi untuk membuat
teks debat di buku tugas.
Guru menutup/mengakhiri pembelajaran dengan
membaca doa.
Guru memberikan salam kepada peserta didik
sebelum meninggalkan kelas.
R. Penilaian
4. Penilaian Sikap
LEMBAR PENILAIAN SIKAP - JURNAL
Nama Siswa : ………………..
Kelas : ………………
No. Hari/Tanggal Sikap/Perilaku
Keterangan Positif Negatif
Kesimpulan :
…………………………………………………………………………………………
…………
Penilaian Sikap – Jurnal
Nama Peserta Didik : …………...........................................……..
Kelas : …………...........................................……..
Aspek yang diamati : …………...........................................……..
No Hari/tanggal Kejadian Keterangan /
Tindak Lanjut
1
….
Nilai jurnal menggunakan skala Sangat Baik (SB)= 100, Baik (B) = 75, Cukup (C) =
50, dan Kurang (K) = 25
5. Penilaian Keterampilan
- Penilaian Presentasi kelompok
Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen
penilaian ujian keterampilan berbicara sebagai berikut:
Instrumen Penilaian
Tabel Penilaian Praktik Berbicara Debat
NO Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
Skor 1 2 3 4 5
1 Keakuran dan keaslian gagasan
2 Kemampuan berargumentasi
3 Keruntutan penyampaian
gagasan
4 Pemahaman
5 Ketepatan kata
6 Ketepatan kalimat
7. Kelancaran
Jumlah skor:
Nilai akhir
Keterangan:
6. Kurang sekali, tidak ada unsur benar
7. Kurang, ada sedikit unsur benar
8. Sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang
9. Baik, ketetapan dengan sedikit kesalahan
10. Baik sekali, tanpa atau hampir tanpa kesalahan
Nilai seorang peserta uji diperoleh dengan cara: jumlah skor dibagi
skor maksimal kali seratus. Misalnya, jumlah skor 28 dan skor
tertinggi untuk contoh di atas 35, maka nilai adalah 28:35×100 = 80.
6. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
c. Remedial 3) Remedial dapat diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
KKM maupun kepada peserta didik yang sudah melampui KKM.
Remedial terdiri atas dua bagian : remedial karena belum mencapai
KKM dan remedial karena belum mencapai Kompetensi Dasar
4) Guru memberi semangat kepada peserta didik yang belum mencapai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Guru akan memberikan tugas
bagi peserta didik yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal), misalnya sebagai berikut.
Menuliskan teks debat dengan mosi “penggunaan ponsel lebih
banyak keuntungan atau kerugian”
d. Pengayaan
1. Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik
mengenai materi pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta
didik yang telah tuntas mencapai KKM atau mencapai Kompetensi
Dasar.
2. Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan
dengan peserta didik.
3. Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang
membutuhkan pengembangan lebih luas misalnya
Menjawab soal: pengertian debat, unsur-unsur debat, dan langkah-
langkah debat.
Kamis, 23 April 2019
Kepala MAN 1 Kota Tangerang Selatan Peneliti
Dra H. Ridwan Fahmi Lubis Dhea Endah Judhanti
NIP 19660707 200003 1 001 NIM 11150130000062
Transkrip Praktik Berbicara Debat Tanpa Menggunakan Metode Time
Token Arends
Mosi: Peraturan sekolah membuat siswa disiplin atau terkekang
Riefqa Naufalia Hanifah (tim afirmatif)
Menurut saya peraturan di sekolah itu membuat siswa mejadi disiplin. Contoh
peraturan yang membuat siswa disiplin yaitu masuk sekolah tepat waktu karena itu
membuat siswa menjadi disiplin dan menghargai waktu. Terus untut hukuman akibat
keterlambatan siswa bisa membuat siswa menjadi bertanggung jawab atas apa yang
telah ia lakukan. Terima kasih.
Muhammad Rauzan Fadhilah (tim oposisi)
Dari banyak data yang saya temukan dan dari banyak sekolah-sekolah yang
saya kunjungi . Saya mendapatkan banyak sekali unek-unek dari para siswa siswi
karena apa karena bagi mereka peraturan sekolah itu harusnya bukan mengekang.
Jadi sekolah itu terlalu mengekang. Contohnya yaitu seperti datang harus tepat waktu.
Jadi jangan kaya gitulah. Karena perbuatan yang baik itu berawal dari niat yang baik.
Datang harus ada niat jadi kita bisa belajar. Jadi berdasarkan data-data yang saya
kumpulkan jadi anak-anak terlalu dikekang.
Roihan Thoriq Syabaan (tim oposisi)
Saya ingin menambahkan dari bapak Rauzan kalau kita disiplin sekolah itu
kita masuknya 6:45 ya. Ya menurut saya itu terlalu pagi karena setiap orang punya
urusan sendiri-sendiri . Sedangkan anak-anak yang rumahnya jauh. Di sepanjang ada
saja masalah dan kadang-kadang sekolah tidak mau mengampuni. Sekolah ini terlalu
melebih-lebihkan. Pasnya masuk jam 7.15 merupakan waktu yang cukup bagi anak-
anak.
Ilham Ariq Saputra (tim afirmatif)
Memang 6.:45 itu mungkin menurut bapak Roy itu terlalu pagi tapi biasanya
karna sekolah tidak mengampuni atau tidak mengampuni kenapa dia bisa telat
mungkin disebabkan karna dia terlalu sering telat. Berarti dia sering telat di pagi hari
jadi menyebabkan sekolah itu tidak mengampuni . mungkin kalau dia hanya sekali
telat itu masih bisa diampuni. Tapi menurut saya jam 6:45 sudah cukup tidak terlalu
pagi. Biasanya saya berangkat dari rumah sampai sini suka masih pagi. Semuanya itu
tergantung kedisiplinan kita. Kita bangun pagi. Rasulullah kan mengajarkan kita
untuk bangun pagi. Bangun di pagi hari itu bisa membuat kita menjadi lebih fresh.
Banyak yang bilang bangun pagi itu membuat fresh memang betul fresh yang lebih
tepat itu bukan masalah berangkat paginya atau datang pagi-pagi tapi pulangnya
kesorean.
Taufan Ridho (tim oposisi)
Saya ingin menanggapi pendapat dari saudara Ilham Ariq nah soal bangun
pagi ya sedangkan kita di sekolah pasti ada saja gitu halangannya datang sekolah
misalnya di jalam. Di jalan gatau kan ada apa misalnya ban betus, kecelakaan,
kemacetan. Kita gatau kan apa yang akan terjadi pas di jalan. Nah sekolah itu
harusnya memberikan keringan kalau sampai kaya gitu apalagi yang rumahnya jauh.
Ya sekian dari saya.
Desira Salsa Aulia (tim oposisi)
Saya ingin melanjutkan masalah bangun pagi. Sekarang subuh itu jam lima
kurang 15 menit itu baru bangun abis itu wudhu solat. Oke bisa diterima tetapi saya
kurang setuju kenapa itungannya mandi itu dua puluh menit maksudnya buat bersiap
itu buat siap itu tidak cukup dengan waktu setengah jam apalagi rumahnya seperti
temen saya yang di Gunung Sindur. Dari rumah dia ke sini itu 45 menit itupun belom
ditambah macet itu tidak cukup 45 menit bisa sampai 1 jam. Menurut saya jam 6:45
menit itu terlalu pagi karena kalau dibandingkan dengan sekolah lain. Di sekolah lain
dia masuk jam 7. Itupun belnya tapi jam 7:15 siswa itu masih diperbolehkan
masukakan tetapi peraturan di sini itu menurut saya itun mengekang siswa karena jam
6:45 bel dan gerbang itu sudah ditutup. Terima kasih.
Riefqa Naufalia Hanifah (tim afirmatif)
Saya ingin menanggapi dari saudara Rauzan yang bilang kalau perbuatan
yang baik itu harus diawali dengan niat. Sebenarnya perbuatan itu berasal dari niat
Cuma harus didukung dengan pembiasaan bukan hanya berdasarkan niat saja. Jadi,
mungkin yang awalnya niatnya ke sekolah dengan berbagai macam pembisaan
peraturan datang pagi insyaAllah niatnya bakal tulus ke sekolah. terus untuk
tanggapan dari saudara taufan. Tadi katanya minta diberi keringanan. Sekolah sudah
memberkan keringanan kan kalau telat hukumannya itu dipulangkan kembali ke
rumah tapi diberi keringanan membersihkan lapangan atau nyabutin rumput atau
misalnya disuruh push up atau segala macem. Lalu untuk saudari Dinar kenapa di
sekolah ini masuk jam 6:45 bukan jam 7 karena ini adalah saudara madrasah. Kita
diharuskan solat duha dulu tadarusan dulu. Kalau di sekolah lain jam 7 baru bel karna
di sana tidak ada anggeda seperti itu. Terima kasih.
Muhammad Rauzan Fadhilah (tim oposisi)
Menurut saya dan kawan-kawan saya semuanya jadi, peraturan sekolah yang
membuat kita keberatan itu ke sekolah harus pake kaos kaki putih setiap hari yang
hitam hanya di hari rabu. Gimana kalau kita pake kaos kaki putih tetapi
lingkungannya itu kadang suka becek dan kotor. Nah itu kan bisa ngeberatin kita di
rumah belom lagi kalau pakean kita hari senen dan kamis itu warna putih. Ya jadi itu
sangat memberatkan. Sekian, terima kasih.
Oktavittho Angkhoso (tim oposisi)
Ada lagi kaya jam itirahat. Jam istirahat di sini tuh paling 15 menit itu juga ga
kerasa. Mau yang istirahat yang pertama atau yang kedua itu sama-sama ga kerasa
jadi kalau istirahat kedua itu kepotong sama waktu zuhur yang istirahat itu gatau ga
jelas. Nah itu menurut saya memberatkan siswa karena istirahat waktu untuk
meresapi pelajaran. Ya satu lagi sama jam pulang di sekolah ini kan jam 15:40 nah itu
menurut saya juga memberatkan siswa karena rata-rata siswa MAN itu rumahnya
jauh-jauh. Seperti rumah saya di Melati Mas nah itu dari sini ke sana kira-kira 30
menit. Sampai rumah jam setengah 5 belom mandi belom makan belom apa tiba-tiba
ngerjain PR lagi terus tidur besoknya berangkat lagi nah itu gimana tuh? Sekian dari
saya Wasssalamualaikum.
Oase Fattan Rabbani (tim Afirmasi)
Saya menaggapi dari pertanyataan-pernyataan dari saudara semua yang ujung-
ujungnya itu ingin kabur dan mencari alesan dari peraturan sekolah. Seperti masuk
jam 6.45 yang dikatakan Riefka di sekolah lain yang bukan madrasah tidak ada
kegiatan seperti solat duha bersama, baca alquran selain itu sekolah mencoba metode
mendisiplinkan sekolah ini dengan metode pembiasaan yang tidak bisa dengan sekali
dua kali tiga kali itu langsung bisa terbiasa jadi harus sering. Orang tua kita itu liat
sekolah ini dengan bagusnya. Masalahnya dengan kita menjalaninya. Masalah
bagusnya bagaimana kita bisa menjalaninya yang kita dapat di sekolah ini itu yang
mau dari dulu sebelum kita masuk sekolah ini. masalah waktu untuk pergi ke sekolah
bangun pagi. Masuk jam 6:45 sedangkan saya dari rumah ke sekolah itu satu jam
bukan 30 menit bukan 45 menit. Yang kita lakukan itu bukan berarti 6.45 masuk kita
berangkat jam 6 pas. Kita gataunkalau di jalan itu ada gangguan. Yang kita lakukan
adalah mengantisipasi seperti berangkat jam setengah 6 dari rumah speerti saya ini
yang berangkat darin rumah jam 5 seperempat. Yang terpenting adalah bagaimana
kita tulus menjalaninya dan memanage waktu dengan baik dengan itu bisa berjalan
dengan lancar bukan berarti kita bisa lari atau kabur dari peraturan-peraturan sekolah.
yang sebenarnya itu baik untuk kita semua.
Muhammad Rauzan Fadhilah (tim oposisi)
Itu kan kamu ya kamu. Jangan paksa kita untuk menjadi kamu. Jadi kalau
Oase kaya gitu ya kita ga bisa kaya gitu. Karna ininkita bukan Oase. Jadi bukan
berarti kita ga baik. kita mau berusaha tapi kita beda berusahanya. Jadi itu Oase ya ini
kita. Jadi jangan paksa kita untuk jadi Oase.
Oktavittho Angkhoso (tim oposisi)
Jadi sekarang beda topik yaitu tentang rambut. Rambut itu kan ga ada
hubungannya dengan pelajaran. Bukan berarti rambut panjanh bisa mengganggu
masuknya pelajaran ke otak. Jadi ga masuk akal ya. Jadi rambut itu kaya nyawa kalo
ga ada rambut itu gimana gitu. Jadi saya pernah denger istilah apakah rambut panjang
dan tebal dapat membuat kabur masa depan yang cerah.
Riefqa Naufalia Hanifah (tim afirmatif)
Jadi saya akan menanggapi dari saudara Rauzan tadi kan katanya berusaha
untuk menjadi lebih baik. berusaha menajdi lebih baik itu ada langkah-langkahnya
salah satu lanhgkahnya yaitu tadi pembiasaan. Kalau mau bersaha menjadi lebih baik
tapi ga ada pembiasaannya ya percuma aja. Mau lebih baik dengan datangnya tepat
waktu tapi kalau tidak dibiasain ya percuma aja. Terus untuk saudara oktavito. Jadi
peraturan di sini itu untukmembiasakan, men didik seseorang untuk membaisakan
seseroang mengahadapi dunia kerja nanti. Kan katanya pulangnya lama terus nanti
ngerjain tugas segala macem. Belum nanti di dunia kuliah lebih padet lagi
aktivitasnya. Atau lagi nanti padetnta dunia kerja nanti kalau ngurus rumah tangga
gimana jadi harus dibiasain sejak dini. Terus kalau soal rambut. Ya tadin sifat
peraturan ini untuk mendidik dan melatih agar siswa lebih disiplin. Jadi peraturan
dbuat agar siswanya menaatinya. Jadi siswa dilatih untuk menaati peraturan. Terus
misalnya cba kalau di sekolah-sekolah militeran mereka dibotakin kok tapi mereka ga
masalah dan protes kaya gini, sekian terima kasih.
Bintang Rizki Pasha (tim afirmatif)
Saya ingin menambahkan pendapat teman saya Riefka. Jadi untuk rambut.
Ada sekolah yang menerapkan peraturan rambut dan ada yang tidak itu semua
berdasarkan sekolahnya. Jadi kalau ada peraturan kita harus menjalankan dengan
ikhlas. Jika kita menjalankan dengan ikhlas maka seterusnya kita menajalankan
dengan tulus dan ikhlas. Kalau rambut itu sebenarnya tidak masalah. Sesuai dengan
orangnya jika rambut itu ingin dirapihkan itu tidak apa semua itu berdasarkan
sekolahnya juga dan untuk datang ke sekolah pagi-pagi kan susah jadi kita harus
mengambil survei dari kita berangkat. Kita berangkat satu tahun bersekolah. Satu
tahun itu kita berangkat dari pagi. Satu tahun itu kita berangkat beribu-ribu berangkat.
Dan dengan beribu-ribu berangkat itu kita mendapatkan data dan dari data itu kita
harus menganalisis. Dari seperti saya dari lampu merah pertama. Lampu merah
pertama itu sangat cepat jadi kita harus cepat dan membutuhkan waktu 5 menit dan
ke sekolah itu saya waktukan 30 menit dan saya ceroboh ya tadi pagi saya bangun
jam 6 . Untuk menambahkan rambut kalau rambut itu kalau botak ya karena kalau
botak itu adem si bagi saya karena kalau adem itu belajar itu enak. Dan kalau rambut
tebel itu kalau panas dikit langsung gerah jadi badan itu langsung bau. sekian. Terima
kasih dari saya.
Desira Salsa Aulia (tim oposisi)
Saya ingin menanggapi pendapat saudara Riefka. Katanya kita sekolah
madrasah. Ada solat duha dan baca Alquran. Akan tetapi kenapa kita tidak
diperbolehkan memakai kaos kaki jempol. Sedangkan memakai kaos kaki jempol itu
tetap menutup aurat. Kenapa setiap kita oakai kaos kaki jempol itu ditahan. Dan yang
kedua kita ka cuaca ga selamanya panas kan ujan pasti ada. Terus kenapa tidak
diperbolehkan memakai kaos kaki hitam ketika latar sekolahnya itu kotor. Terus jika
saudara Riefka itu tidak menyetujui apakah ada saran tentang itu. Terima kasih.
Oktavittho Angkhoso (tim oposisi)
Jadi saya mau bahas yang lain juga nih tentang kurikulum 2013 di k 13 revisi
ini kan PR itu akan dihilangkan kan nak tapi kenapa di sekolah madrasah ini yang
namanya PR itu masih ada. Terus ada guru-guru itu kalau ngasih PR itu ga kira-kira
banyak. Menurut saya kurkulum 2013 revisi ini itu kurikulum gagal. Kenapa saya
bilang gagal karena rata-rata itu materinya berbeda jauh dari yang pernah di pelajari
di kurukum 2006 KTSP. Saya juga pernah denger dari para guru yang jengah dengan
k13. Sekian. Terima kasih.
Riefqa Naufalia Hanifah (tim afirmatif)
Saya akan menanggapi dari saudari Dinar. Kan tadi katanya kenapa ga boleh
memakai kaos kaki jempol. Kan aurat perempuan itu seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan. Kalau misalnya pakenya kaos kaki jempol berarti sama aja nampilin
aurat dong. Kan kalau misalya kenapa ga boleh pake kaos kaki selaon warna putih
gitu. Kan sebelum masuk sini kita dikasih surat pernyataan untuk menyetujui tata
tertib. Kalau gamau menaati tata terbib kenapa tanda yangan suratnya. Terus tadi kan
katanya PR itu adalah kewajiban untuk mengerjakannya tapi sebenernya disitu ada
hak siswa juga untuk meminta keringanan terhadap guru. Kalau misalnya PRnya
terlalu berat bisa minta keringan dari guru. Kalo engga misalnya gurunya ga beri
keringanan kita bisa protes sama guru dengan cara misalnya ngerjain soalnya karna
terlalu banyak ya gausah semuanya. Misalnya ngumpulinnya ga di hari itu juga. Di
sini belom ada kok kejadian yang misalnya kita ga ngumpulin tugas pada hari itu
juga terus nilai di buku siswanya itu dikasih nilai 0 itu ga ada. Guru pasti menerima
tugasnya walau pun ngumpulinnya ga di hari itu juga. Terima kasih.
Wafiq Nur Azizah (tim oposisi)
Assalamualaikum warormatullahi wabarokatu
Saya ingin menanggapi dari Riefka tadi bilang soal PR keberatan atau
kebanyakan itu bisa nawar kan kenyataannya ga kaya gitu. Kenyataannya tugas itu
harus kita selesaiin tepat waktu. Sama yang tentang kaos kaki. Kenapa kalau kita
pakai kaos kaki putih padahal ujan di depan sini becek banget kita juga gaboleh pake
sandal kenapa gitu ga kaos kaki item. Kenapa peraturan sekolah membuat kita berat.
Kan kalaun oake kaos kaki putih dan kotor pulang-pulang yang diomelim siapa ya
pasti kita. Dan tentang kaos kaki jempol gadi bilangnya umbar aurat ya tapi kan
bukannya itu udah ditutup ya. Dan pake kaos kaki jempol juga kenapa gitu. Emang
jempol tuh bikin kenapa. Sekian dari saya wasakamualaikum.
Desira Salsa Aulia (tim oposisi)
Ada apa dengan jempol gitu kan. Lahian orang buat mandang kaki orang lain
pun udah jijik gitu. Kenapa ga boleh. Terus menurut anda sendiri lebih baik kaos kaki
yang membentuk jempol atau yang kaos kakinya pendek. Lebih membuka aurat yang
mana. Banyak temen-temen saya dia itu bilang kenapa sih kaos kaki jempol itu ga
boleh. Sedangkan orang yang pake kaos kaki pendek itu ga di sita. Sedangkan yang
ga menutup aurat itu dibiarin aja. Terima kasih.
Riefqa Naufalia Hanifah (tim afirmatif)
Saya ingin menanggapi dari saudara Dinar yang membandingkan kaos kaki
jempol dan pendek. Kalau misalnya ada rajia bukan kaos kaki jempol aja yang akan
dirajia tapi kaos kaki pendek juga bakal kena rajia tadi kan cuma membahas kaos
kaki jempol kenapa ga dibolehin di sini terus akhirnya jawabnya tentang aurat ya
bener dong. Terus kalau misalnya tentang peraturan yang ga boleh pake kaos kaki
jempol dang a boleh pake kaos kaki pendek. Kalo dirajia pasti dua-duanya kena rajia.
Terus yang tadi masalah pake kaos kaki putih. Jadi kan peraturan itu untuk
membiasakan siswanya rapid dan kalau ujan dan becek siswa bisa melepas kaos
kakinya. Jadi di sini bagaimana caranya agar siswa menaati peraturan tersebut dengan
senang hati maka kita juga ga akan merasa keberatan walaupun sebenarnya
jalaninnya itu berat. Terima kasih
Wafiq Nur Azizah (tim oposisi)
Saya ingin menanggapi pernyataan Riefka yang bilang kalau hujan terus di
depan kotor disuruh ngelepas kaos kakinya. Kan kaki aurat katanya kalau misalnya
lepas berarti auratnya kemana-mana juga dong
Ilham Ariq Saputra (tim afirmatif)
Intiya kita suka ga suka harus mematuhi peraturan-peraturan sekolah. sekolah
membuat peraturan itu supaya kita disiplin. Jadi suka ga suka kita harus mematuhi
peraturan sekolah.
Muhammad Rauzan Fadhilah (tim oposisi)
Kesimpulanya adalah kami sebagai pelajar tidak suka untuk dikekang. Kita
semua yang memberikan pendapat itu merasa terbebani sama peraturan sekolah dan
menurut saya suka ga suka harunya itu apa pun yang kita suka kita lakuin yang kita
ga suka kita jauhin. Jadi kita sebagai pelajar harus mengikuti apa yang kita mau
Transkip Praktik Berbicara Debat Menggunakan Metode Time Token Arends
Mosi: Peraturan sekolah membuat siswa disiplin atau terkekang
Oase Fattan Rabbani (tim afirmatif)
Assalamualikum warahmatullahi wabarokatu. Nama saya Oase dari
kelompok afirmatif. Menurut aku sih ya sekolah itu memang mendisiplinkan,
walaupun bagi kita semua awalnya terasa sangat sulit karena kita semua
belum terbiasa. Metode sekolah untuk mendisiplinkan anak-anak itu adalah
dengan cara pembiasaan. Kenapa pada saat awal-awal kita semua tidak bisa,
karena kan kita itu belum terbiasa. Kenapa kerasa tidak nyaman? Karena
memang untuk bisa terbiasa menjadi orang yang disiplin tidak ada cara yang
mudah.
Wafiq Nur Azizah (tim oposisi)
Saya ingin menanggapi yang tadi pendapat Oase, kan tadi dibilang
kalau peraturan sekolah itu membuat kita disiplin kita harus terbiasa. Tapi
bagaimana caranya kita bisa terbiasa kalau misalkan peraturan itu
menyulitkan kita sendiri, kaya misalkan yang peraturan-peraturan kaya kaos
kaki, sendal itu kan menyulitkan gitu itu gimana kalau misalkan kita harus
terbiasa tapi itu sendiri bikin kita sulit.
Tiara Cahyaning Sukma Putri (tim afirmatif)
Nama saya Tiara dari tim afirmatif. Menanggapi yang Wafi tadi kan
katanya yang disiplin itu, gimana bisa disiplin kalau itu menyusahin kita
sendiri. Itu tuh susah karena kita baru ngelakuinnya tapi kalau kita udah
terbiasa itu gak bakal susah. Kan kadang yang baik buat kita itu eh yang jelek
menurut kita jelek itu belum tentu jelek. Yang menurut kita jelek itu belum
tentu jelek buat kita.
Islamiati Wulan Sari
Kan kita udah K 13 ya, terus kan kita pulang sore banget kan tuh.
Terus kaya masih banyak PR yang harus dikerjain. Terus kalo seandainya apa
namanya malem-malem kita ngerjain pr terus sampe malem banget terus nanti
kita telat nanti kita kena poin lagi juga kena apa inian peraturan sekolah juga.
Kalo peraturan sekolah itu menyulitkan.
Anjelia Ratu Oasis (tim afirmatif)
Assalamualaikumwarohmatullahi wabarokatu. Saya Anjelia dari tim
afirmatif. Kan tadi katanya kalau misalnya kita ngerjain tugas sampe malem
terus katanya nanti kita terlambat nah abis itu kan kita bisa ngatur waktunya
kita sendiri. Misalnya besok hari senin ada pr itu hari selasa nah hari libur kita
kerjain, trus kaya kan misalnya ada gangguan atau misalnya hp disingkirin
dulu jangan kaya terpengaruh gitu nah ngejemin waktu, waktu ngerjain PR
PR. Jangan ada maen hp dulu gitu.
Nadine Nabila Agnasta (tim oposisi)
Assalamualaikumwarohmatullahi wabarokatu. Nama saya Nadine dari
tim oposisi. Menanggapi Angel tadi kan katanya bisa ngatur waktu. kan
ngatur waktu juga katanya kalau PR bisa dikerjain hari minggu. Hari minggu
kan hari libur masalahnya kan hari minggu ngerjain PR belajar terus dong gak
ada liburnya. Sekolah juga udah sampe sore kadang ampe magrib pulangnya
gara-gara ada eskul juga trus masih ada banyak pr lagi.
Nayla Azzahra Djaya (tim afirmatif)
Assalamualaikumwarohmatullahi wabarokatuh. Saya Nayla dari tim
apa? afrimatif. Ingin memberi pendapat dari Nadine jadi kita kan bisa apa
ngatur apa ngerjain pr sendiri maksudnya kaya hari minggu. Gak setiap jam
gak setiap seharian itu ngerjain PR doang, jadi kalau cape bisa istirahat dulu
kaya gitu.
Ira Permatasari (tim afirmatif)
Assalamualaikumwarohmatullahi wabarokatu. Saya Ira Permatasari
dari tim afrimatif. Saya ingin menambahin tadi dari Nayla jadi tuh tadi kata
Nadine kalau misalnya kita seminggu dari hari senin sampe hari jumat belajar
terus kan sampe sore. Terus juga hari sabtunya misalkan eskul. Terus sisanya
istirahat cuma hari minggu. Terus tapi harus ngerjain PR lagi kalau misalkan
kita gamau ngerjain PR. Terus buat apa kita sekolah kan emang tugas kita itu
belajar kita jadi siswa terus buat apa kalau kita gak belajar kata orang tua tuh
jadi kaya sia-sia gitu.
Fridakhul Jannah (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Saya Frida dari tim
oposisi Mau nanggepin tadi dari Nayla sama Ira kan kita sekolah dari pagi
sampe sore itu dari senin sampe jumat belajar. Jam istirahat cuma 15 menit
terus sama sholat zuhur doang terus itukan kita udah seharian di sekolah itu
belajar itu udah banyak banget mata pelajarannya. Terus ditambah lagi PR kan
tambah berat ya kaya pulang harusnya dinginin otak terus malah jadi tidur
terus nanti malah ngerjain PR belum lagi kalau ada ulangan nanti kalau belajar
mulu bisa jadi gila. Makasih.
Bintang Rizki Pasha (tim afirmatif)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Nama saya Rizki
Pasha dari kelas 10.1. Saya akan menjawab pendapat dari tim oposisi. secara
keseluruhan. Sesuai dengan pendapat kalian itu sebenarnya intinya itu adalah
mengeluh, jadi kalau kita mengeluh terus dalam hidup ini kapan kita
mampunya gitu. Kalau kita mengeluh ini tidak akan menambah kemampuan
kita sehingga menurunkan motivasi kita dan dalam pelajaran.
Ilham Ariq Saputra (tim afirmatif)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Nama saya Ilham Ariq
Saputra dari kelas IPA 1 ya. Tim Afirmatif. Saya ingin menambahkan
pendapat dari Bapak Bintang tadi memang betul buat apa sekolah kita sudah
dibiayain oleh orang tua kita masih mengeluh ini itu ini itu. Sedangkan kita
kemauan kita ingin mendapatkan universitas yang bagus yang sesuai dengan
kita itu universitas negeri tapi kita tidak ada usaha, doa, dan upayanya untuk
masuk ke universitas tersebut. Kita sering mengeluh, kita sering apa ya kaya
mengeluh itu ini itu, sering mengeluh kalo ahhh ini pelajarnya gini gini
yaudah sip.
M. Rauzan Fadhila (tim oposisi)
Assalamualikum warohmatullahi wabarokatuh. Nama saya
Muhammad Rauzan Fadhila. Saya dari tim oposisi. Saya mau ngebales dari
Bintang dan tuan Ilham. Jadi di sini tuh kalau anda bilang kita males-malesan
lalu dari Senin sampe Sabtu atau Minggu ada yang bimbel lalu kalian bilang
itu apa maen cupang? Disini kita itu bukannya ngeluh atau apa tapi emang ini
itu kita capek sewajarnya manusia itu juga orang butuh istirahat kan kita
bukannya buat belajar doang. Allah juga harus kita liat juga buat beribadah.
Inez Jade Kayla (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Nama saya Inez dari
tim oposisi akan mengganggapi eh akan melanjutkan dari Rauzan tadi. Kan
kita sekolah itu udah full day terus tadi bilang kita ngeluh juga gara-gara
banyak beban dari sekolah kalau misalnya tadi katanya kita mau ngelanjutin
ke PTN yang bagus. Nah kita juga minimlah gitu minimal sekolah nya jangan
terlalu sore atau gak tugasnya jangan diperbanyak terus K13 juga katanya
menuntut siswa untuk lebih aktif untuk lebih aktif dari gurunya segala macem
itu udah cukup beban buat kita. Jadi itu kita wajar untuk ngeluh buat
semuanya.
Dinar Aulia (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Nama saya Dinar
Aulia dari tim oposisi. Terus ingin menanggapi dari saudara Ira dan Ilham
juga, kata Ira buat apa sekolah kalau misalkan ngeluh mulu itu wajar justru
dari banyaknya kita mengeluh tuh malah makin banyak motivasi untuk
belajarnya kan. Maksudnya disini tuh gak ada cara lain selain gak sekolah.
Terus dari pendapat Ilham, apakah orang disiplin itu bakal keterima di
perguruan tinggi negeri sedangkan sekarang apa sih banyak fakta yang
membuktikan bahwa orang yang sering ngeluh gitu kan justru dia yang gak
disiplin. Dia yang ngeluh itu kebanyakan ke perguruan tinggi negri.
Fathan Khanifadin (tim afirmatif)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Nama saya Fathan
Khanifadin. Dari tim afirmatif. Ingin menanggapi sebuah pendapat dari tim
oposisi. Jadi kata saudari Dinar kita banyak mengeluh kita termotivasi. Gini
sebenarnya tuh ada cara bagaimana untuk membagikan waktu setelah pulang,
istirahat, dan solat juga pasti perlu. Dan apabila kita kalau kebanyakan
mengeluh ya mungkin gak terlalu termotivasi mungkin kita mungkin banyak.
Jadi lebih terjatuh. Mungkin, mungkin iya. Intinya tuh kalau untuk K13 ini
kita harus bersabar saja, jangan kebanyakan ngeluh.
Andhika Syah Putra (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Saya Andhika dari
tim oposisi. Saya mau menanggapi pendapat dari saudara Fatah. Sabar ya.
Kita harus banyak bersabar karena selalu banyak PR juga kan. Sekolah
standar nasional tapi otak nasional.
Hidayah Nur Amalina (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Nama saya Hidayah
Nur Amalina dari tim oposisi. Saya di sini ingin menanggapi bagaimana kita
tuh gak banyak ngeluh sementara PR atau tugas ini tuh banyak banget. Belum
lagi waktu deadline nya tuh cepet banget. Nah belum lagi juga kalo misalnya
ada tugas dadakan misalnya ngirim via WA kan itu bikin panik banget dong
terus abis itu belum lagi ngumpulinnya besok terus kalau besok ada ulangan
tuh kan kita belajar ampe tengah malem banget. Otomatis kita bisa begadang
sementara begadang itu kan gak baik buat kesehatan sekian terima kasih.
Mokhamad Ghufron Musyaf (tim afirmatif)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Saya Ghufron dari tim
afirmatif. Di sini saya cuma kaya sedikit aja kan sekolah itu membuat
peraturan yang pastinya itu, sekolah itu membuat peraturan pasti
dipertimbangin sebaik-baiknya. Nah itu juga balik kepada diri kita masing-
masing gimana kita mau ngejalaninnya atau enggaknya apa wajar sih kalau
kita ngeluh sama kaya saya pasti ngeluh. Gimana dari diri kita sendiri mau
ngejalaninya atau enggaknya karna peraturan itu juga yang akan membuat kita
lebih baik kedepannya gitu.
Oktavittho Angkhoso (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Ya, nama saya
Oktavito Angkoso. Jadi gini ya ini bukan dari sekolah doang nih pertama dari
orang tua pernah gak kalian denger misalkan orang tua kalian, pak mah nilai
aku, aku dapet 50 nih, pasti diomelinkan. Pernah ga kaya gitu? Engga pernah
kan? Terus bilang ih bagus, tingkatin lagi ya. Ga pernah kan? Jadi pendidikan
di indonesia itu kurang mensupport. Jadi kata Topan lembar kertas ujian tidak
menentukan masa depanmu.
Aisha Nafa Firdaus (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Nama saya Aisha Nafa
Firdaus dari kelompok oposisi. Kan kita sekolah udah setiap hari sampe jam 4
tuh biasanya. Terus abis itukan biasanya di hari itu kan banyak pr trus ada
ulangan juga eh tiba-tiba lagi pusing sama pr dan ulangan lagi eh tiba-tiba ada
ulangan dadakan. Kan jadinya kita mikirin ulangan yang lain.
Taufan Ridho (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Nama saya taufan
Ridho dari tim oposisi. Saya mau bicara jadi gini ya. Nih kita kan dikasih
tugas banyak misalkan ya kita dikasih tugas banyak pernah gak sih ngerasain
kita kerjain sampe malem larut malem terus juga kita harus bangun pagi, abis
itu masuk jam 06:45 abis itu disuruh sholat dhuha sebelum sholat dhuha di
suruh push up dulu kan tau kan rasanya. Jadi peraturan malah mengekang kita
buat bukan kita sendiri. Udah wasalamualaikum.
Akram Abdalla(tim afirmatif)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Saya akan menanggapi
tadi tentang tadi dari saudara Vito kertas ujian itu tidak menentukan hasil kita
di apatuh masa depan. Tapi bukan dilihat dari kertasnya tapi dari niatnya dari
usaha kita dalam mengerjakannya. Jadi itu mungkin kita mendapatkan nilai
jelek itu tidak apa-apa tapi mungkin kita tuh harus dikembangkannya lagi
mencapai kita hasil itu yang maksimal.
Bagas Kurnia Ramadhan (tim oposisi)
Ya assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Nama saya Kurnia
Bagus Ramadhan dari tim oposisi. Saya ingin menanggapi dari tadi Akram ya
kan memang ya misalkan nilai itu tidak menentukan masa depan. Nah kan
kalau misalkan kita bagi orang tua nilai turun itu diomelin tapi kita gimana
bagi guru kan guru aja kalo misalkan nilai kita rendah pasti dikasih tugas
mulu dikasih remed terus. Sedangkan guru aja kalau dateng kadang cuma
ngasih tugas tapi tanpa mengajarinya. Kadang guru suka tidak
memikirkannya. Guru tidak peduli dan hanya memberi tugas kepada
siswanya.
Deni Suryo Pratama ( tim afirmatif)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Jadi guru ngasih tugas
banyak buat murid supaya murid lebih banyak melakukan evaluasi agar
nilainya lebih bertambah. Sekian wasaalamualaikum.
Desira Salsa Aulia (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Nama saya Desira
Salsa dari tim oposisi. Tadikan katanya peraturan itu eeee apa ya dengan
pembiasaan. Tapi kalau misalnya ngeberatin pastikan banyak yang enggak
mau ngikutin terus nanti pas udah lulusnya juga gak bakal berubah juga
kecuali yang datengnya dari diri sendiri itu pasti bakal berubah.
Kayla Hijrianisa (tim afirmatif)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Saya Kayla Hijrianisa
dari tim afirmatif. Kan katanya tadi pembiasaan itu memberatkan tidak sesuai
sama diri sendiri itu memberatkan yaitu tergantung sama diri kalian kalau
menurut kalian itu berat ya bakal jadi berat kalau menurut kalian itu mudah
pasti bakal jadi mudah. Di sini kan disebutnya pembiasaan berarti gak harus
langsung jadi mudah emang awalnya berat tapi lama-lama jadi mudah.
Pokoknya intinya semuanya tentang mindset kalian apakah disekolah itu
kalian ingin jadi mudah atau jadi sulit sekian terima kasih.
Nur Fadila Fari (tim oposisi)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu. Jadi e ka ee eh
sekolah. Saya Nur Fadila dari tim oposisi. Jadi sekolah kan inian tadi kita
udah full day ditambah eskul yang lain gitu. Terus jadi sama ditambah sama
peraturan di sekolah yang emang kita gimana ya emang memberatkan. Jadi
peraturan di sekolah bikin kita makin terkekang gitu.
Dina Intan Azzahra (tim afirmatif)
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. Nama saya Intan dari
tim afirmatif. Saya mau menanggapi kalau misalnya kan peraturan dibikin
buat biar kita menjadi lebih baik gitu bukannya gamau naatin yaitu dari diri lu
sendiri gitu harus diubah niatnya gitu mau maju kagak.
Dokumentasi Belajar Mengajar
WAWANCARA GURU
Pewawancara : Peneliti
Narasumber :Ibu Nurul (guru bahasa Indonesia kelas X)
Pertanyaan wawancara
1. Berapa lama Ibu mengajar di MAN 1 Kota Tangerang Selatan?
2. Berapa lama Ibu mengajar di kelas X?
3. Berapa jumlah siswa yang belajar di kelas X?
4. Metode pembelajaran apa yang sering Ibu gunakan ketika pembelajaran
bahasa Indonesia?
5. Metode pembelajaran apa yang Ibu gunakan ketika pembelajaran berbicara?
6. Apakah siswa antuasias ketika ibu menerapkan model pembelajaran terebut?
7. Metode pembelajaran apa yang Ibu gunakan dalam materi debat?
8. Apakah Ibu pernah menerapkan metode pembelajaran Time Token Arends
dalam pembelajaran debat?
9. Bagaimana keadaan siswa siswi di kelas yang Ibu ajarkan? Apakah aktif atau
pasif?
10. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran debat?
TRANSKIP WAWANCARA GURU
Pewawancara :Assalamualaikum
Narasumber :waalaikumsalam
Pewawancara :Bu, saya ingin mewawancarai Ibu mengenai Ibu mengajar di sekolah
ini
Narasumber :Iya, silakan
Pewawancara :Berapa jumlah peserta didik yang belajar di kelas X?
Narasumber :Kurang lebih ada 207 dari 6 kelas. Saya kebetulan mengajar 5 kelas di
kelas X IPA 1, IPS 1, IPS 2, IPS 4, dan IPS 4. Kelas IPA 2 dipegang oleh guru lain.
Pewawancara :Berapa lama Ibu mengajar di MAN 1 Kota Tangerang Selatan?
Narasumber :dari tahun 2016 sekitar 3 tahun lebih.
Pewawancara :Berapa lama Ibu mengajar di kelas X?
Narasumber :baru di semester ini karna pertama masuk MAN itu nagajar di kelas
XI
Pewawancara :Apa saja model yang biasa Ibu sampaikan ketika di kelas?
Narasumber :Biasanya menggunakan metode ceramah, kelompok juga iya, tanya
jawab biasa gitu.
Pewawancara :Metode pembelajaran yang paling sering Ibu gunakan di kelas?
Narasumber :yang sering Ibu gunakann yaitu kelompok
Pewawancara :Apa metode pembelajaran yang Ibu gunakan saat praktik berbicara?
Narasumber :belajarnya misalnya saya sedang membahas apa terus saya tulis dulu
di papan tulis. Anak-anak harus aktif tanya jawab. Seperti itu saja. Jadi maksudnya
menggunakan cara-cara tertentu itu tidak. Jadi seperti lebih dibebaskan mau tanya
apa.
Pewawancara :Apakah peserta didik antusias Ibu menerapkan metode yang seperti
itu?
Narasumber : iya antusias terutama dalam materi negosiasi, debat. Mereka antusias
tetapi kurang aktif. Tapi tergantung kelasnya.
Pewawancara: Mana kelas yang paling aktif saat pembelajaran berbicara?
Narasumber :X IPA 1. Itu yang paling lumayan aktif. Kelas lainnya cenderung
lebih pasif.
Pewawancara :mana kelas yang paling pasif saat pembelajaran berbicara?
Narasumber :semuanya standar tidak ada kelas yang paling pasif.
Pewawancara :model pembelajaran apa yang Ibu gunakan saat pembelajaran debat?
Narasumber :hanya pembagian kelompok menjadi itim afirmasi dan oposisi. Hanya
seperti itu saja.
Pewawancara :apakah Ibu pernah menerapkan metode pembelajaran Time Token
Arends dalam pembelajaran debat?
Narasumber :belum pernah. Tapi memang di pembelajaran debat hanya beberapa
saja yang berbicara untuk berpendapat.
Pewawancara :bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran debat?
Narasumber :bagus tetapi kelemahannya apalagi di pembelajaran debat. Siswa yang
berbicara hanya itu lagi itu lagi. Jadi yang aktif hanya beberapa siswa saja. Dan siswa
yang pasif hanya diam saja. Tapi di kelas IPS 1 itu anak yang pasif, anak yang
banyak bercanda ketika pembelajaran debat aktif malah. Jadi ternyata anak yang diam
saja saat debat banyak berbicara.
WAWANCARA SISWA
PERTANYAAN
1. Apakah siswa mempunyai kesulitan dalam mempelajari materi Debat dan
praktiknya?
2. Apakah siswa menyukai metode Time Token Areds pada pembelajaran Debat?
3. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran Time Token Arends siswa
dapat lebih mudah mempelajari pembelajaran Debat? Jelaskan!
4. Apa yang kamu rasakan ketika berdebat mengunakan metode Time Token
Arends dengan tidak menggunakan metode tersebut?
5. Apa yang siswa pilih antara pembelajaran menggunakan metode Time Token
Arends dengan tidak menggunakan metode tersebut? Jelaskan!
Transkip Wawancara Peserta Didik dengan Nilai Tertinggi
Nama Peserta didik: Bintang Rizqi Pasha
Peneliti :Apakah kamu mempunyai kesulitan dalam mempelajari materi
Debat dan praktiknya?
Peserta didik :kadang-kadang
Peneliti :Apakah kamu menyukai metode Time Token Areds pada
pembelajaran debat?
Peserta didik : Iya.
Peneliti :Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran Time
Token Arends kamu dapat lebih mudah mempelajari
pembelajaran debat?
Peserta didik :kadang-kadang menjadi mudah, karena dengan menggunakan
metode Time Token Arends seluruh siswa dapat melatih
berbicara dan dalam praktiknya dapat melatih berbicara bahasa
Indonesia.
Peneliti :Apa yang kamu rasakan ketika berdebat mengunakan metode
Time Token Arends dengan tidak menggunakan metode
tersebut?
Peserta didik :berbicara sama dengan menggunakan metode tetapi untuk
waktu tidak enak karena dibatasi
Peneliti :Apa yang kamu pilih antara pembelajaran menggunakan
metode Time Token Arends dengan tidak menggunakan metode
tersebut?
Peserta didik :menggunakan metode Time Token Arends karena dengan
menggunakan itu seluruh siswa dapat bagian bicara bukan satu
atau dua orang saja, dan di akhir pembelajaran mendapat
hikmahnya.
Transkip Wawancara Peserta Didik dengan Nilai Terendah
Nama Peserta didik: Dina Intan A.
Peneliti :Apakah kamu mempunyai kesulitan dalam mempelajari materi
Debat dan praktiknya?
Peserta didik :iya.
Peneliti :Apakah kamu menyukai metode Time Token Areds pada
pembelajaran debat?
Peserta didik : lumayan.
Peneliti :Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran Time
Token Arends kamu dapat lebih mudah mempelajari
pembelajaran debat?
Peserta didik :lumayan, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk
berbicara dan akhirnya ikut berfikir tentang materinya juga.
Peneliti :Apa yang kamu rasakan ketika berdebat mengunakan metode
Time Token Arends dengan tidak menggunakan metode
tersebut?
Peserta didik :kalau pake metode Time Tiken Arends deg-degan soalnya
disuruh ngomong. Kalau ga pake biasa aja.
Peneliti :Apa yang kamu pilih antara pembelajaran menggunakan
metode Time Token Arends dengan tidak menggunakan metode
tersebut?
Peserta didik :pake metode Time Token Arends karena bagus bisa bikin
siswa lebih berani mengungkapkan pendapat dan jadi terbiasa.
RIWAYAT PENULIS
Dhea Endah Judhanti dilahirkan di Jakarta,
pada 3 Februari 1997. Anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Juhaeni dan Hayanah. Penulis
tinggal di jl. Lingkar Selatan Kp. Baru Asih RT 08 RW
03, Kelurahan Muncul, Kecamatan Setu, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Penulis menempuh
pendidikan di TK Nurul Hikmah (2002-2003), SDN
Setu II (2003-2009), SMPN 8 Tangerang Selatan
(2009-2012), MAN 1 Kota Tangerang Selatan (2012-
2015), dan melanjutkan S1 tahun 2015 pada jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Riwayat
organisasi penulis selama kuliah yaitu pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan PBSI
tahun 2016 dan 2017, Teater Syahid tahun 2017 dan 2018. Judul skripsi penulis
berjudul Penggunaan Metode Time Token Arends Terhadap Kemampuan Berbicara
Debat Siswa kelas X MAN 1 Kota Tangerang Selatan. Alamat email penulis yaitu
dheajudhanti@gmail.com.
top related