penggunaan metode master dalam menghafal al...
Post on 10-Apr-2019
247 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN METODE MASTER DALAM MENGHAFAL
AL-QUR’AN DI YAYASAN ASKAR KAUNY
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh:
Ahmad Iqbal
1113034000056
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
iii
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah diuji sidang terbuka pada:
Hari, tanggal : Senin, 27 Agustus 2018
Waktu : 13.00 WIB
Pembimbing : Dr. Eva Nugraha, M. Ag.
Ketua sidang : Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M. Ag.
Sekretaris : Dr. Banun Binaningrum, M. Pd.
Penguji 1 : Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M. Ag.
Penguji 2 : Drs. Hasanuddin Sinaga, MA.
v
ABSTRAK
Ahmad Iqbal
Penggunaan Metode MASTER Dalam Menghafal Al-Qur’an di Yayasan Askar
Kauny
Metode MASTER (Menghafal Al-Qur‟an Semudah Tersenyum) adalah
sebuah metode baru yang menawarkan kemudahan dalam menghafalkan al-Qur‟an.
Metode ini dicetuskan dan dikembangkan oleh ustadz Bobby Herwibowo sejak tahun
2011. Melalui yayasan Askar Kauny yang didirikannya, ia berusaha untuk
memperkenalkan dan memasyarakatkan metode ini untuk semua kalangan. Melalui
yayasan ini pula, ia mendirikan banyak pesantren penghafal al-Qur‟an yang tersebar
di banyak daerah di Indonesia, dan menjadikan metode MASTER sebagai metode
yang digunakan dalam menghafal al-Qur‟an.
Hal yang membuat metode MASTER ini berbeda dari metode yang lain
adalah penggunaan gerakan beberapa anggota badan ketika menghafal. Gerakan
anggota badan tersebut sebenarnya merupakan visualisasi atau gambaran dari arti
kosakata ayat yang sedang dihafalkan. Sehingga, melalui metode ini, seseorang yang
menghafalkan al-Qur‟an tidak hanya hafal Arab-nya saja, namun juga hafal arti atau
makna dari ayat yang dihafalkannya.
Penelitian ini mengambil lokasi di Ma’had Askar Kauny Cijulang, sebuah
pesantren penghafal al-Qur‟an berskala kecil milik yayasan Askar Kauny, yang
berada di Cisarua, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan untuk mempelajari
bagaimana penggunaan sekaligus penerapan metode MASTER oleh para santri dan
pengajar di Ma’had Askar kauny Cijulang.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, melalui proses observasi lapangan,
wawancara, dan pengisian kuisioner, ditemukan beberapa fakta menarik. Selain
memudahkan para santri dalam menghafal, metode ini menjadikan kegiatan
menghafal al-Qur‟an menjadi sesuatu yang menyenangkan dan jauh dari rasa bosan.
Para santri dapat bergerak secara aktif dengan gerakan tangan atau badan mereka
ketika menghafal. Hal ini menjadikan metode MASTER sebagai sebuah metode yang
menggabungkan antara fungsi otak kiri –yakni kegiatan menghafal– dengan fungsi
otak kanan –yakni gerakan badan–. Adapun beberapa hambatan santri dalam
menghafal, tercatat faktor utamanya dimulai dari rasa malas, godaan penggunaan
gadget, kosakata yang sulit dihafal, dan banyak main.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah ‘azza wa jalla, Rabb semesta alam, Dzat yang
telah menjadikan al-Qur‟an yang mulia sebagai petunjuk dan pedoman hidup
manusia, agar selamat dalam menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, manusia paling mulia yang menjadi utusan-Nya, dan yang paling
patut untuk diteladani seluk beluk kehidupannya.
Alhamdulillah, atas izin dan rahmat dari Allah ‘azza wa jalla penulis bisa
menyelesaikan skripsi S1 ini pada program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, dengan
judul “Penggunaan Metode MASTER Dalam Menghafal Al-Qur‟an di Yayasan
Askar Kauny”. Skripsi ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan
dalam memperoleh gelar akademik Sarjana Agama (S. Ag.).
Melalui kata pengantar ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya, sekaligus penghargaan dan penghormatan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Bapak Eva Nugraha selaku dosen pembimbing skripsi penulis. Tak hanya itu,
beliau juga merupakan dosen pembimbing akademik penulis sejak penulis menjadi
mahasiswa. Telah banyak hal yang belaiu luangkan untuk penulis, dan penulis
banyak mengambil pelajaran dari beliau.
2. Seluruh sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada
Prof. Dr. Dede Rosyada selaku rektor UIN Jakarta beserta jajaran, Prof. Dr. Masri
Mansoer, MA. selaku dekan fakultas Ushuluddin beserta jajaran, dan Dr. Lilik
Ummi Kalsum, MA. selaku ketua program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
beserta jajaran.
3. Seluruh dosen pada program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang telah
memberikan banyak ilmu dan pelajaran kepada penulis selama masa studi. Tak
lupa juga kepada para staf di lingkungan program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
vii
yang telah memudahkan dan membantu penulis dalam mengurus keperluan
administrasi.
4. Pihak yayasan Askar Kauny, khususnya kepada ustadz Habiburahim yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian mengenai metode MASTER.
Tak lupa juga kepada para pengasuh ma’had Askar Kauny Cijulang, yaitu ustadz
Ahmad Ceger, ustadz Sholeh, dan ustadz Sufyan Anwar, beserta para pengajar
para santri, dan para pegawai yang telah meluangkan waktunya dalam membantu
penulis dalam proses pengumpulan data di sana.
5. Orang tua, kakek, nenek, dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan
dukungan dan dorongan agar segera menyelesaikan skripsi ini. Khususnya untuk
ibu, tanpa doa dari beliau penulis bukanlah apa-apa.
6. Seluruh rekan penulis di program studi Tafsir-Hadis angkatan 2013, rekan-rekan
Ikatan Alumni Darul „Amal se-Jabodetabek, rekan-rekan di Lembaga Dakwah
Kampus, dan yang lainnya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.
7. Pengurus DKM Masjid Ar-Rahmah Rempoa Ciputat, yang telah banyak
membantu penulis, baik dari sisi materi maupun non-materi, khususnya kepada
bapak Syahbudin Kadir, bapak Untung Basiran (alm.), bapak Tejo Sutejo, bapak
Iyos, bapak Slamet Sangidi (alm.), bapak Bukhari, ustadz Jumaidi, ustadz M.
Syukrin Mukhtar, dan yang lainnya.
Akhirul kalam, penulis memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar
menetapkan kita semua di atas keimanan dan ketakwaan. Semoga, tulisan ini
bermanfaat, baik bagi diri penulis sendiri maupun bagi para pembaca.
Ciputat, 1 Juli 2018
Penulis
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah kata-kata berbahasa Arab yang digunakan dalam
penyusunan skripsi ini. Pedoman yang penulis gunakan adalah buku Pedoman
Akademik pada tahun 2013 sebagai berikut:
HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN
Tidak dilambangkan - ا
B Be ب
T te dan es ت
Ts te dan es ث
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D Da د
Dz de dan zat ذ
R Er ر
Z Zet ز
S Es س
ix
Sy es dan ya ش
S es dengan garis di bawah ص
D de dengan garis di bawah ض
T te dengan garis di bawah ط
Z zet dengan garis di bawah ظ
„ عkoma terbalik di atas
hadap kanan
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ل
M Em م
N En ن
W We و
H Ha ه
Apostrof ' ء
x
Y Ya ي
Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN
A Fathah
I Kasrah
ۥ U Ḏammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN
ي ـــــ Ai a dan i
Au a dan u ــــو
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN
 a dengan topi di atas ـا
Î i dengan topi di atas ـي
xi
Û u dengan topi di atas ـو
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf/I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf
qamariyyah. Contoh: al-rijâl, al-dîwân, bukan ad- dîwân.
Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda ( dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan , (ـ
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku
jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الض ورة tidak ditulis ad-ḏarûrah
melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.
Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini,jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/.Hal yang
sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t). Namun,jika
huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka harus tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/.
Contoh:
NO KATA ARAB ALIH AKSARA
ṯarîqah طريقة 1
al-jâmi‟ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2
waḫdat al-wujûd وحدة الوجود 3
xii
Huruf Kapital
Meskipun dalam siistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia,antara lain untuk
menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan
lain-lain. Penting untuk diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Ḫâmid al-Ghazâlî bukan Abû Ḫâmid
Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf (ḫarf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contohnya:
NO KATA ARAB ALIH AKSARA
dzahaba al-ustâdzu ذحب األستاد 1
Tsabata al-ajru ثـبت األجر 2
Maulânâ Malik al-Ṣâliḫ موالنا ملك الصالح 3
Yu‟atstsirukum Allâh يـؤثركم الله 4
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. ii
TIM PENGUJI SKRIPSI ................................................................................ iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI .....................................................................viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ............................................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 5
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
E. Metodologi Penelitian .......................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 10
BAB II METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN
A. Definisi Metode dan Menghafal ..........................................................15
B. Ragam Metode Menghafal Al-Qur‟an .................................................16
C. Fungsi Otak Dalam Menghafal ............................................................20
D. Fungsi Hati Dalam Menghafal .............................................................27
BAB III SEPUTAR ASKAR KAUNY
A. Yayasan Askar Kauny
Profil .....................................................................................................30
Sejarah...................................................................................................30
Program Kerja .......................................................................................31
xiv
B. Bobby Herwibowo ...............................................................................34
C. Ma’had Askar Kauny
Pengertian Ma’had ................................................................................35
Profil Ma’had Askar Kauny..................................................................36
Ma;had Askar Kauny Cijulang .............................................................37
BAB IV IMPLEMENTASI METODE MASTER
A. Konsep Metode ....................................................................................44
B. Sebelum Menghafal .............................................................................46
C. Proses Menghafal .................................................................................47
D. Menjaga Hafalan ..................................................................................60
E. Hambatan Menghafal ............................................................................62
F. Pandangan Penulis .................................................................................63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................65
B. Saran .....................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1: Daftar Santri MAK Cijulang .......................................................... 38
2. Tabel 4.1: Potongan ayat dan contoh gerakan surat Yusuf ayat 50 ................ 46
3. Tabel 4.2: Potongan ayat dan contoh gerakan surat Yusuf ayat 51 ................ 47
4. Tabel 4.3: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-Mulk ayat 1 ............... 50
5. Tabel 4.4: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-Mulk ayat 2 ............... 51
6. Tabel 4.5: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-Mulk ayat 3 ............... 51
7. Tabel 4.6: Potongan ayat dan contoh gerakan surat as-Sajadah ayat 11 ......... 54
8. Tabel 4.7: Potongan ayat dan contoh gerakan surat as-Sajadah ayat 12 ......... 55
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: MAK Cijulang tampak depan .......................................................37
Gambar 3.2: Ruang belajar santri .......................................................................37
Gambar 3.3: Ruang tidur santri ..........................................................................37
Gambar 3.4: Ruang shalat sekaligus perpustakaan ............................................37
Gambar 4.1: Suasana menghafal ........................................................................48
Gambar 4.2: Suasana menghafal ........................................................................53
Gambar 4.3: Suasana menghafal ........................................................................56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghafal al-Qur‟an adalah salah satu kegiatan yang saat ini banyak
dilakukan oleh kaum muslimin. Mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa,
hingga yang lanjut usia, semuanya ikut dalam kegiatan menghafal al-Qur‟an, baik
yang dilakukan secara individu ataupun secara bersama-sama. Baik di wilayah
perkotaan maupun pedesaan, dapat kita temui adanya kegiatan menghafal al-
Qur‟an.1
Kegiatan menghafal al-Qur‟an sangat erat kaitannya dengan metode, yaitu
metode menghafal al-Qur‟an. Pengertian sederhana mengenai apa itu metode
adalah cara atau jalan untuk mencapai maksud dan tujuan yang diinginkan.2
Dalam kaitannya dengan menghafal al-Qur‟an, metode dapat disejajarkan dengan
strategi, yakni cara-cara tertentu yang mesti dilakukan agar dapat mencapai target,
yakni hafal al-Qur‟an. Ini berarti, metode menghafal al-Qur‟an adalah hal yang
penting dalam proses menghafal, karena menjadi salah satu faktor yang ikut
menentukan keberhasilan dalam menghafal.
Membicarakan soal metode menghafal al-Qur‟an, penulis teringat pada
suatu waktu di awal tahun 2015, di mana saat itu penulis sering mengikuti
kegiatan car free day (CFD) yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi DKI
Jakarta setiap hari Minggu pagi. Kegiatan ini berlangsung di sepanjang Jalan
Jendral Sudirman hingga Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, mulai pukul 05.00
pagi hingga pukul 12.00 siang.
Pada sebuah kesempatan di acara CFD tersebut, penulis melihat ada
sebuah booth yang di depannya terdapat stand banner dengan tulisan “Menghafal
Al-Qur‟an Semudah Tersenyum”. Ketika penulis dekati booth tersebut, ternyata
itu adalah kegiatan sosialisasi atau pengenalan sebuah metode dalam menghafal
al-Qur‟an, yang dinamakan metode MASTER. Penulis sempat melihat dan
1 Ahmad Atabik, “The Living Qur‟an: Potret Budaya Tahfizh Al-Qur‟an di Nusantara”,
Jurnal Penelitian, Februari 2014, h. 163. 2 Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2011), h. 767.
2
memerhatikan bagaimana metode tersebut dipakai dalam menghafal al-Qur‟an, di
mana ada beberapa masyarakat yang ikut mencoba langsung metode tersebut.
Waktu itu, penulis melihat bagaimana mereka menghafal beberapa ayat al-Qur‟an
dengan menggunakan gerakan tangan, yang mana menurut si pelatih, bahwa
gerakan itu adalah menunjukkan arti dari ayat yang sedang dihafal.
Pada masa-masa perkuliahan, penulis pernah aktif di salah satu Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus. Penulis pernah diamanatkan untuk
menjadi ketua panitia dalam sebuah agenda tahunan. Dari hasil musyawarah
dengan rekan-rekan, muncullah ide untuk mengadakan talk show mengenai
menghafal al-Qur‟an. Ide itu muncul karena pada saat itu trend menghafal al-
Qur‟an sedang “naik daun”, ditandai oleh banyaknya event dan perlombaan
menghafal al-Qur‟an yang di antaranya diadakan oleh beberapa stasiun televisi
swasta.
Dalam talk show tersebut, salah satu sesinya adalah pengenalan metode
MASTER dalam menghafal al-Qur‟an, yang mana waktu itu penulis mengundang
ustadz Bobby Herwibowo selaku penemu dan penggagas metode tersebut untuk
menjadi pembicara di acara tersebut. Ide untuk memperkenalkan metode
MASTER adalah terinspirasi dari salah satu program televisi swasta dalam
perlombaan menghafal al-Qur‟an yang mana ada beberapa peserta yang memakai
gerakan badan ketika menghafal.
Kapasitas ruangan yang digunakan dalam talk show tersebut sekitar 600
orang. Namun, saat kegiatan berlangsung jumlah peserta terus bertambah hingga
panitia harus menyediakan karpet sebagai alas duduk peserta yang tidak
mendapatkan tempat duduk. Berdasarkan data list kehadiran peserta waktu itu,
jumlah pesertanya mencapai hampir 1000 orang. Itu pun, pihak panitia masih
harus memberikan pengertian kepada mereka yang ingin masuk ke acara, namun
kapasitas ruangan sudah tidak memungkinkan untuk terus diisi. Penulis
berpendapat, bahwa hal ini merupakan salah satu bukti bahwa trend menghafal al-
Qur‟an memang sedang “naik daun”.
Dalam pembahasan mengenai metode menghafal al-Qur‟an, rumus yang
berlaku adalah keberagaman, bukan keseragaman. Maksudnya, antara satu dan
lain orang berlaku metode yang tidak sama, tergantung pada karakter, daya serap,
3
dan daya ingat masing-masing individu. Metode yang terbukti jitu bagi seseorang
belum tentu jitu pula bagi orang lain. Oleh sebab itu, dalam menghafal al-Qur‟an
tersedia banyak pilihan metode yang bisa digunakan. Kesemuanya tentu memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun tetap pada tujuan utama, yakni
bagaimana bisa menghafalkan al-Qur‟an secara efektif (sesuai dengan target) dan
efisien (sesuai dengan jangka waktu yang direncanakan).
Saat ini, telah banyak tersedia metode dalam menghafal al-Qur‟an. Metode
yang paling dikenal –khususnya oleh para pegiat al-Qur‟an– adalah metode
talaqqi, sebuah metode dalam menghafal al-Qur‟an yang dipraktikkan langsung
oleh Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Seperti yang dicontohkan oleh
beliau bersama Malaikat Jibril „alaihissalam ketika menerima wahyu, dimana
Jibril „alaihissalam membacakan dan memperdengarkan wahyu dari Allah „azza
wa jalla beberapa ayat al-Qur‟an kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam,
kemudian beliau mengikutinya sampai hafal. Mengenai hal ini, Allah „azza wa
jalla berfirman,
“Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah
bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamah : 18).
Dalam praktikknya, cara kerja metode ini adalah, sang guru/ustadz terlebih
dahulu membacakan ayat yang akan dihafal, sambil diperdengarkan kepada sang
murid/santri. Kemudian, secara perlahan-lahan dan tidak terburu-buru,
murid/santri itu mengikutinya sampai benar-benar hafal. Demikianlah metode
talaqqi yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
dan para sahabatnya radhiyallahu „anhum. Selain metode talaqqi, ada banyak
metode lain dalam menghafal, seperti metode lauh,3 metode pisah-sambung,
metode S, metode B,4 dan lain-lain.
5 Keberadaan berbagai macam metode dalam
3 Dalam bahasa Arab, kata “lauh” berarti papan. Singkatnya, metode ini menggunakan
media papan –atau bisa juga dengan kertas– sebagai alat bantu dalam proses menghafal. Metode
ini mengharuskan santri untuk menulis terlebih dahulu sebuah ayat atau lebih yang didiktekan oleh
ustadznya di atas papan atau kertas. Setelah ditulis dan dinyatakan benar tulisannya oleh sang
ustadz, kemudian santri akan menghafal ayat tersebut. Jika telah hafal, maka santri wajib
menuliskan kembali ayat tersebut, guna mengecek kebenaran dan kekuatan hafalannya. Lihat:
Ikfina Kamalia Rizqi, “Efektifitas Metode Al-Kitabah Terhadap Kemampuan Menghafal Al-
Qur‟an Siswa Kelas VII SMP Takhassus Al-Qur‟an Bulakwaru Kec. Tarub Kab. Tegal Tahun
2013/2014”, (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri
Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, 2014), hal. 7. 4 Metode S (seluruhnya) adalah sebuah metode dalam menghafal al-Qur‟an, yang
tahapannya adalah dengan membaca terlebih dahulu satu halaman dari al-Qur‟an, dari baris
4
menghafal al-Qur‟an saat ini, sebagiannya merupakan hasil pengembangan dari
metode yang sudah ada, dan sebagiannya merupakan temuan yang sifatnya baru.
MASTER, sebagai sebuah metode baru dalam menghafal al-Qur‟an
merupakan singkatan dari Menghafal Al-Qur‟an Semudah Tersenyum, sebuah
metode yang diperkenalkan oleh ustadz Bobby Herwibowo pada tahun 2011.
Metode ini memadukan antara gerakan badan –yang merupakan visualisasi dari
arti ayat yang dihafal– yang dimotori oleh otak kanan, dengan kegiatan menghafal
yang dimotori oleh otak kiri. Melalui metode ini, diharapkan proses menghafal al-
Qur‟an menjadi lebih asyik dan tidak membosankan, serta bisa digunakan oleh
semua orang.
Alasan yang melatarbelakangi munculnya metode ini adalah (1)
banyaknya keluhan dari umat Islam yang merasa kesulitan dalam menghafal al-
Qur‟an dan merasa cepat lupa, (2) kesadaran dan kebutuhan umat Islam untuk
belajar menghafal al-Qur‟an semakin meningkat, dan (3) ingin memasyarakatkan
slogan bahwa menghafal al-Qur‟an itu mudah, praktis, dan menyenangkan.6
Dalam keberlanjutannya, ustadz Bobby Herwibowo mendirikan sebuah
yayasan yang bernama Askar Kauny –sebelumnya bernama Kauny Center–,
sebuah lembaga non-profit yang bergerak di bidang sosial-pendidikan dan
memfokuskan diri pada pembinaan dan pengembangan ilmu al-Qur‟an, khususnya
tahfizhul Qur‟an. Di bawah naungan yayasan tersebut, ustadz Bobby Herwibowo
telah mendirikan banyak ma‟had tahfizhul Qur‟an7 yang tersebar di beberapa
daerah. Melalui ma‟had-ma‟had tersebut, ia memperkenalkan dan mempraktikkan
metode MASTER kepada para santrinya dalam menghafal al-Qur‟an. Berdasarkan
hasil pengamatan penulis, dalam praktiknya, metode MASTER ini menawarkan
pertama hingga baris terakhir secara berulang-ulang sampai hafal. Metode B (bagian) adalah
sebuah metode dalam menghafal al-Qur‟an yang sedikit berbeda dari metode S di atas. Kalau
metode S menghafal secara penuh satu halaman, maka metode B hanya membaca dan menghafal
sebanyak 1 ayat saja, atau disesuaikan dengan pembahasan tertentu. 5 Beberapa metode lainnya akan penulis paparkan pada bab 2.
6 Bobby Herwibowo, Menghafal Al-Qur‟an Semudah Tersenyum (Sukoharjo: CV.
Farishma Indonesia, 2014), h. 7. 7 Ma‟had tahfizhul Qur‟an dalam bahasa Indonesia biasa diartikan sebagai pondok
pesantren tempat menghafal al-Qur‟an. Pada pesantren model ini, kegiatan menghafal al-Qur‟an
adalah yang utama. Ada beberapa pesantren yang di dalamnya terdapat pembelajaran ilmu-ilmu
agama dan umum, namun ada juga yang hanya menghafal al-Qur‟an.
5
kegiatan menghafal al-Qur‟an yang aktif dan mengasyikkan, sekaligus dapat
memahami langsung arti dari ayat yang dihafal.
Melihat dari antusiasme peserta dalam talk show yang pernah penulis
adakan, juga dari keunikan metode ini, dan masih sangat sedikitnya tulisan yang
membahas mengenai penerapan metode ini dalam menghafal al-Qur‟an, maka
penulis menjadikan “Penggunaan Metode MASTER Dalam Menghafal Al-Qur‟an
di Yayasan Askar Kauny” sebagai judul dalam skripsi ini. Adapun lokasi yang
penulis pilih dalam melakukan penelitian terhadap metode ini adalah di ma‟had
Askar Kauny Cijulang, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, sebuah ma‟had penghafal al-
Qur‟an yang pertama milik yayasan Askar Kauny.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan beberapa
masalah yang ada sebagai berikut,
1. Bagaimana sejarah kelahiran dan kemunculan metode MASTER?
2. Bagaimana penerapan metode MASTER dalam aktifitas menghafal al-
Qur‟an?
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak terarah, maka
penulis membatasi masalah yang ada, yakni pada aspek teoritis dan
implementasinya di ma‟had Askar Kauny Cijulang.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini, yakni:
1. Menjelaskan tentang metode MASTER, baik dari segi teori maupun aplikasi.
2. Memperkenalkan tentang yayasan Askar Kauny dan ma‟had Askar Kauny.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk melengkapi tulisan-tulisan yang ada mengenai metode menghafal al-
Qur‟an.
2. Untuk memperluas cakupan penelitian yang lahir dari program studi Ilmu Al-
Qur‟an dan Tafsir, karena sepanjang penelusuran penulis, para mahasiswa atau
6
peneliti dari program studi ini kebanyakan hanya memfokuskan diri pada
kajian atas teks dan tafsir semata.
3. Untuk memperkenalkan yayasan Askar Kauny sekaligus metode MASTER
kepada publik secara ilmiah, karena sepanjang penelusuran penulis dalam
situs Google Scholar dengan menggunakan kata kunci “Yayasan Askar
Kauny” dan “Kauny Quantum Memory”, masih sangat sedikit yang meneliti
secara mendalam mengenai hal ini.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk memastikan bahwa penelitian yang akan penulis lakukan ini
berbeda dari penelitian yang lain, maka penulis melakukan penelusuran terhadap
sejumlah tulisan terkait metode menghafal al-Qur‟an.
Pada tahun 2004, Ahmad Atabik menulis sebuah artikel yang isinya
membahas mengenai fenomena menghafal al-Qur‟an di Nusantara yang ia sebut
sebagai bagian dari living Qur‟an. Living Qur‟an sendiri merupakan kajian atau
penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran atau
keberadaan al-Qur‟an pada sebuah komunitas muslim tertentu.8
Pada tahun 2009, Wiyoto menulis sebuah skripsi yang isinya membahas
tentang bagaimana penerapan dan apa saja faktor pendukung dan penghambat
dalam menerapkan metode TASMUR di SDIT Al-Kautsar. Kata „TASMUR”
sendiri merupakan singkatan dari metode-metode dasar dalam menghafal dan
menjaga hafalan al-Qur‟an, yaitu talqin, setoran, dan muraja‟ah.9
Pada tahun 2009, M. Syatibi AH. dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur‟an, menulis sebuah jurnal yang isinya merupakan hasil penelitian terhadap 20
pondok pesantren yang tersebar di pulau Jawa, Madura, dan Bali. Penelitian
tersebut mengkaji soal sejarah kelembagaan, sanad atau silsilah hafalan al-Qur‟an
8 Ahmad Atabik, “The Living Qur‟an: Potret Budaya Tahfizh Al-Qur‟an di Nusantara”,
Jurnal Penelitian, Februari 2004. 9 Metode talqin adalah dimana guru membacakan ayat beberapa kali kepada murid untuk
dihafal. Dalam posisi ini, guru dalam keadaan sudah hafal terhadap ayat yang dibacakannya.
Ketika murid salah membaca, maka guru bisa langsung membetulkannya. Adapun metode setoran
adalah dimana murid menyetorkan hafalan ayat yang baru di depan guru. Sementara metode
muraja‟ah adalah guru mengecek hafalan murid secara menyeluruh. (Wiyoto, “Penerapan Metode
“Tasmur” Pada Pembelajaran Tahfizhul Qur‟an d SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura
Tahun Ajaran 2009/2010” (Skrpsi S1 Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2009) h. 8).
7
yang dimiliki oleh para kyai atau tokoh, metode yang digunakan dalam
menghafal, dan kurikulum yang digunakan.10
Pada tahun 2010, Uun Yusufa menulis sebuah skripsi yang isinya
membahas metode yang digunakan dalam menghafal al-Qur‟an di dua pondok
pesantren yang berbeda, yaitu Pondok Pesantren Al-Munawwir Sunan Pandan
Aran dan Pondok Pesantren Nurul Ummah, Yogyakarta.11
Pada tahun 2010, Ilyas Husti menulis sebuah tesis yang isinya membahas
tentang sejarah, keunikan, dan persebaran penggunaan metode Usmani dalam
menghafal al-Qur‟an di yayasan Sulaimaniye, Istambul, Turki.12
Pada tahun 2013, Siti Syarifah Alawiyah menulis sebuah sebuah skripsi
yang isinya membahas mengenai metode yang digunakan dalam menghafal al-
Qur‟an pada dua pondok pesantren yang berbeda, yaitu pesantren Darussafa‟at
dan pesantren Miftahul „Ulum.13
Pada tahun 2016, Ita Nurjannah menulis sebuah skripsi yang isinya
membahas tentang bagaimana metode pembelajaran tahfizhul Qur‟an untuk dapat
meningkatkan hafalan siswa kelas VIII di pondok pesantren Imam Bukhari,
Karanganyar, dan melihat apa saja faktor pendukung dan penghambatnya. Pada
hasilnya, ia menyimpulkan bahwa metode talaqqi, metode kitabah, metode
wahdah, dan metode muraja‟ah sebagai metode yang digunakan untuk
meningkatkan hafalan siswa. Adapun yang menjadi faktor pendukung adalah
nasihat dan motivasi dari para guru saat para murid dalam titik jenuh atau malas
dalam mengulang hafalan. Sementara itu, banyaknya kegiatan dan tugas sekolah,
serta lingkungan yang kurang mendukung, dinilai sebagai faktor penghambat.14
10
M. Syatibi AH, “Potret Lembaga Tahfizh Al-Qur‟an di Indonesia: Studi Tradisi
Pembelajaran Tahfizh”, Suhuf, Maret 2008. 11
Uun Yusufa, “Tradisi Tahfizh Al-Qur‟an dan Kajian Al-Qur‟an di Indonesia: Studi Kasus
Pondok Pesantren Al-Munawwir Sunan Pandan Aran dan Pondok Pesantren Nurul Ummah
Yogyakarta”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010). 12
Ilyas Husti, “Metode Tahfizh Al-Qur‟an Ala Turki Usmani: Kajian Terhadap Peranan
Tahfizh Al-Qur‟an Pada Yayasan Sulaimaniye Istanbul Turki”, (Tesis S2 Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2010). 13
Siti Syarifah Alawiyah, “Metode Tahfidz Al-Qur‟an di Pesantren: Studi Komparatif
Pesantren Darusafa‟at dan Pesantren Miftahul Ulum”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013). 14
Ita Nurjannah, “Metode Pembelajaran Tahfizh Al-Qur‟an Dalam Meningkatkan Hafalan
Siswa Kelas VIII di Pondok Pesantren Imam Bukhari Selokaten, Gondangrejo, Karanganyar”,
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016).
8
Pada tahun 2017, Ainul Churria Almalachim menulis sebuah tesis yang
isinya membahas tentang metode apa saja yang digunakan dalam menghafal al-
Qur‟an di lima pondok pesantren yang berbeda. Kemudian, ia mencari kelebihan
dan kekurangan dari masing-masing metode tersebut, dan memilih metode mana
yang paling efektif dalam menghafalkan al-Qur‟an.15
Terakhir, pada tahun 2013, Afrilia Pratiwi menulis sebuah skripsi yang
isinya membahas mengenai metode pembelajaran menghafal al-Qur‟an yang
diterapakan di Panti Asuhan Yatim-Piatu Al-Amin, Banyumas. Hasilnya, ia
mengatakan bahwa pembelajaran menghafal al-Qur‟an di sana lebih menekankan
pada target yang telah disepakati bersama antara guru dengan murid. Target akan
dapat dicapai dengan baik apabila ada kerjasama yang baik pula antara guru
dengan murid.16
Demikianlah sejumlah tulisan yang ada terkait metode menghafal al-
Qur‟an. Selain sebagai pembeda terhadap penelitian yang akan penulis lakukan,
beberapa penelitian tersebut juga penulis jadikan sebagai referensi, baik banyak
maupun sedikit.
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini berjenis field research. Pengertian yang biasa diberikan
kepada field research adalah penelitian lapangan atau penelitian di lapangan. Ada
juga yang menamakan dengan penelitian empiris atau penelitian induksi.17
Intinya, penelitian ini berusaha untuk melihat fakta-fakta yang ada secara nyata
dan langsung.
Jika dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian jenis ini termasuk
dalam penelitian kualitatif, yang lebih menekankan analisisnya pada proses
penyimpulan induktif, serta analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena
yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.
15
Ainul Churria Almalachim, “Implementasi Metode Menghafal Al-Qur‟an: Studi Kasus di
Lima Peantren Tahfizh Al-Qur‟an Kabupaten Jember”, (Tesis S2 Sekolah Pascasarjana,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2017). 16
Afrilia Pratiwi, “Metode Pembelajaran Tahfizh Al-Qur‟an di Panti Asuhan Yatim-Piatu
Al-Amin Kabupaten Banyumas”, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan, Institut
Agama Islam Negeri Purwokerto, 2017). 17
Bungaran Antonius Simanjuntak dan Soedjito Sosrodiharjo, Metode Penelitian Sosial
(Jakarta: Bina Media Perintis Medan, 2014) h. 12
9
Sedangkan dari kedalaman analisisnya, penelitian ini adalah penelitian
deskriptif, yang mana analisis hanya dilakukan sampai taraf pendeskripsian, yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis dengan tujuan agar mudah
dipahami dan disimpulkan.
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan cara-cara berikut.
1. Observasi
Observasi menyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis mengenai
sebuah peristiwa, artefak-artefak, dan perilaku-perilaku informan yang terjadi
dalam situasi tertentu, bukan seperti yang belakangan mereka ingat,
diceritakan kembali, dan digeneralisasikan oleh partisipan itu sendiri. Metode
observasi ini jarang digunakan sendiri, tapi sering dikaitkan dengan
wawancara.18
Dengan demikian, penelitian ini akan melihat dan mencatat
berbagai kegiatan santri dalam melaksanakan program hafalan al-Qur‟an
menggunakan metode MASTER di ma‟had Askar Kauny Cijulang, sehingga
akan mendapatkan data yang akurat guna mendukung proses penelitian ini.
2. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung anatara peneliti dan
responden. Komunikasi berlangsung dalam tanya-jawab secara tatap-muka,
sehingga gerak dan mimik responden yang merupakan pola media dapat
melengkapi kata-kata verbal. Karena itu, wawancara tidak hanya menangkap
soal pemahaman dan ide, tetapi juga menangkap perasaan, pengalaman,
emosi, dan motif yang dimiliki oleh informan.19
Dalam penelitian ini, penulis
mewawancarai sejumlah orang yang dianggap penting dalam penelitian ini,
seperti para pengasuh dan pengajar di ma‟had Askar Kauny Cijulang.
3. Dokumentasi
Dalam buku Pendidikan Islam Perspektif, disebutkan bahwa metode
dokumentasi adalah metode yang dipergunakan dalam mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, dan
sebagainya.20
Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan media
18
Christine Daymon dan Immy Holloway, Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public
Relation & Marketing Communication. Penerjemah Cahya Wiratama (Bandung: Penerbit Bentang,
2008), h. 321. 19
W Gulo, Metodologi Penelitian (T.tp.: Grasindo, t.t.) h. 119. 20
Faisol, Pendidikan Perspektif Islam (Jakarta: Guepedia, t.t) h. 110
10
kuisioner dalam menggali beberapa informasi mengenai santri di sana.
Nantinya, berbagai jawaban dalam kuisioner tersebut akan digunakan sebagai
acuan untuk mengambil kesimpulan.
Setelah data-data dikumpulkan, selanjutnya adalah proses analisis data.
Analisis data adalah upaya untuk mengorganisasikan, memilah, dan menemukan
apa yang penting, untuk selanjutnya disampaikan atau layak diterima oleh orang
lain. Dalam penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisis
menggunakan metode analisis kategori, dengan memperhatikan tahapan reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dengan model interaktif. Adapun
deskripsi data, nantinya akan disajikan secara naratif untuk menggambarkan
seluruh kegiatan yang diteliti.
F. Sistematika Penulisan
Mengenai sistematika skripsi ini, penulis membaginya menjadi 4 bab, dan
di setiap bab dibagi lagi menjadi beberapa poin.
BAB I (Pendahuluan) terdiri dari:
a) Latar Belakang.
Poin ini mejelaskan tentang latar belakang atau alasan mengapa, “Penggunaan
Metode MASTER Dalam Menghafal Al-Qur‟an di Yayasan Askar Kauny”
dijadikan judul utama dalam skripsi ini. Alasan mengapa penulis membahas
metode MASTER dalam menghafal al-Qur‟an adalah (1) karena metode
MASTER dapat dikatakan sebagai metode menghafal al-Qur‟an yang unik,
karena metode ini memadukan antara kegiatan menghafal dengan gerakan
tangan atau badan yang merupakan visualisasi atau gambaran dari makna ayat
yang sedang dihafal; (2) karena tulisan yang membahas mengenai metode
MASTER masih sangat sedikit; dan (3) untuk memperkaya dan memperluas
cakupan tulisan-tulisan yang lahir dari program studi Ilmu Al-Qur‟an dan
Tafsir.
b) Rumusan dan Batasan Masalah.
Poin ini menjelaskan tentang berbagai masalah yang muncul dari paparan
mengenai latar belakang masalah. Masalah-masalah yang ada, kemudian
ditulis pada sejumlah poin yang dinamakan dengan rumusan masalah. Karena
11
rumusan masalah yang ada cukup banyak dan terbilang luas, maka dipilihlah
salah satu dari beberapa rumusan masalah itu untuk dijadikan fokus kajian
atau penelitian. Dalam hal ini, penulis memfokuskan kajian atau penelitian
pada aspek teoritis dan implementasi metode MASTER dalam menghafal al-
Qur‟an di Ma‟had Askar Kauny Cijulang, Bogor.
c) Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Poin ini menjelaskan tentang apa saja yang menjadi tujuan dan manfaat
penelitian. Antara tujuan dan manfaat mungkin terdengar sama pada awalnya,
namun kenyataannya tidak. Tujuan penelitian merupakan pernyataan tentang
hasil yang ingin diperoleh dari kegiatan penelitian, sementara manfaat
penelitian merupakan pernyataan bahwa penelitian yang dilakukan memiliki
nilai guna, baik dari sisi akademis maupun untuk kegunaan praktis.21
d) Tinjauan Pustaka.
Poin ini berisi sejumlah kajian atau penelitian ilmiah yang telah dilakukan
terkait masalah yang diangkat dalam skripsi ini. Kajian atau penelitian ilmiah
tersebut dapat berbentuk artikel, jurnal, skripsi, tesis, atau disertasi. Turut
disebutkan pula siapa penulisnya, di mana dan kapan diterbitkan, serta
kesimpulan ringkas mengenai hasil peneltian atau kajian tersebut. Dalam hal
ini, penulis telah memaparkan sebanyak sembilan kajian atau penelitian ilmiah
terkait dengan kajian atau penelitian yang penulis akan lakukan. Tujuan
adanya poin tinjauan pustaka ini adalah sebagai pembeda antara penelitian
yang sedang dikaji dengan penelitian orang lain, sehingga tidak ada kesamaan
secara keseluruhan. Selain itu, kajian atau penelitian orang tersebut dapat
dijadikan referensi atau rujukan bagi penelitian penulis.
e) Metodologi Penelitian.
Poin ini menjelaskan tentang bagaimana dan melalui pendekatan apa terhadap
penelitian yang akan dilakukan. Kesalahan dalam penggunaan metode dalam
melakukan peneltian, dapat berakibat pada hasil penelitian yang tidak valid
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.22
Adapun jenis
21
Pedoman Akademik Program Strata I 2013/2014 (Jakarta: Biro Administrasi
Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013), h. 374. 22
Ibid, h. 375.
12
penelitian yang akan penulis lakukan ini adalah berjenis field research atau
penelitian lapangan, yakni penelitian yang berusaha melihat fakta-fakta yang
ada secara nyata dan langsung. Jika dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian
jenis ini termasuk dalam penelitian kualitatif, yang lebih menekankan analisisnya
pada proses penyimpulan induktif, serta analisis terhadap dinamika hubungan antara
fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Sementara dalam
pengumpulan data, penulis menggunakan langkah metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
f) Sistematika Penulisan.
Poin ini berisi tentang pembagian bab secara keseluruhan, disertai dengan inti
dari bab dan poin-poin yang dibahas.
BAB II (Metode Menghafal Al-Qur‟an) terdiri dari:
a) Definisi Metode dan Menghafal.
Poin ini menjelaskan tentang definisi atau pengertian dari kata “metode” dan
“menghafal”. Dikhususkannya dua kata tersebut untuk didefiniskan secara
rinci, dikarenakan keduanya adalah kata kunci dalam skripsi ini. Penulis
mencukupkan diri pada definisi yang berbahasa Indonesia untuk kedua kata
tersebut.
b) Ragam Metode Menghafal Al-Qur‟an.
Poin ini berisi tentang beberapa metode menghafal al-Qur‟an yang dapat
ditemui dan digunakan. Jumlah metode yang penulis paparkan ada delapan
metode, yang kesemuanya diambil dari hasil penelitian atau kajian yang telah
dilakukan.
c) Fungsi Otak Dalam Menghafal.
Poin ini menjelaskan tentang anatomi otak, mulai dari pembagiannya dan
struktrunya, serta fungsinya masing-masing. Di sini dijelaskan pula mengenai
bagaimana cara kerja otak dalam menerima informasi dan mengingatnya. Hal-
hal ini perlu disampaikan, karena salah satu keunggulan dari metode
MASTER adalah menggabungkan antara fungsi otak kiri dan otak kanan
secara bersamaan ketika menghafal al-Qur‟an.
d) Fungsi Hati Dalam Menghafal.
Poin ini menjelaskan tentang hubungan dan fungsi kebersihan hati dalam
menghafal. Hal ini perlu dibahas, mengingat faktor kebersihan hati –
13
maksdunya bersih dari sifat-sifat buruk– berperan penting dalam keberhasilan
menghafal. Mengenai hal ini, akan dipaparkan pada poin ini nanti.
BAB III (Seputar Askar Kauny) terdiri dari:
a) Profil Yayasan Askar Kauny.
Poin ini menjelaskan tentang profil yayasan Askar Kauny, dimulai dari sejarah
berdirinya hingga berbagai program kerjanya. Profil yayasan Askar Kauny
penting untuk dibahas, karena pembahasan soal metode MASTER dan lokasi
penelitian penulis, tidak bisa terlepas dari yayasan ini sendiri.
b) Profil Ma‟had Askar Kauny.
Poin ini menjelaskan tentang ma‟had Askar Kauny secara khusus, dimulai
dari penjelasan istilah ma‟had atau pesantren beserta klasifikasinya, dan
diakhiri dengan pengenalan serta terhadap ma‟had Askar Kauny.
c) Pengasuh, Pengajar, dan Murid.
Poin ini dibagi menjadi 3 sub poin, yang mana pada masing-masing sub poin
menjelaskan tentang apa dan bagaimana pengasuh, pengajar, dan murid di
ma‟had Askar Kauny secara umum.
d) Ma‟had Askar Kauny (MAK) Cijulang.
Poin ini khusus memperkenalkan sekaligus menjelaskan tentang MAK
Cijulang, lokasi yang penulis jadikan tempat penelitian. Di sini pula, penulis
mengamati bagaimana penerapan metode MASTER dalam menghafal al-
Qur‟an yang dipakai oleh para ustadz dan santri.
BAB IV (Implementasi) terdiri dari:
a) Konsep.
Poin ini menjelaskan tentang konsep dari metode MASTER. Dimulai dari
definisinya, kemiripannya dengan metode quantum learning beserta
alasannya, dan diakhiri dengan sekilas gambarannya.
b) Implementasi Metode MASTER.
Poin ini merupakan pembahasan paling utama dari skripsi ini. Sebagian besar
hasil observasi lapangan dipaparkan di dalam poin ini.
BAB V (Penutup) terdiri dari:
a) Kesimpulan
14
Poin ini adalah jawaban dari rumusan masalah yang diajukan pada bagian
pendahuluan. Pada poin ini, tidak menambahkan data-data atau fakta-fakta
baru, sehingga isinya adalah kesimpulan dari apa yang telah dipaparkan pada
bagian-bagian terdahulu. Kesimpulan dibuat dalam bentuk poin-poin.
b) Saran
Poin ini berisi tentang berbagai saran atau rekomendasi yang diberikan kepada
pihak yayasan Askar Kauny sebagai bahan perbaikan dan pertimbangan, dan
juga kepada penelitian selanjutnya yang serupa. Saran atau rekomendasi
tersebut didasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian
berlangsung.
15
BAB II
METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN
A. Definisi Metode dan Menghafal
Menghafal al-Qur‟an adalah sebuah proses yang cukup panjang. Selain
butuh waktu yang relatif lama, dikatakan demikian karena di dalamnya terdapat
tahapan-tahapan tertentu dan cara-cara tertentu untuk bisa sampai kepada tujuan
utama, yakni hafal al-Qur‟an. Dalam kaitannya mengenai cara-cara dalam
menghafal al-Qur‟an, di sini akan digunakan istilah “metode”.
Kata “metode” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos yang
berarti cara atau jalan yang ditempuh. McLeod dan Schell mengatakan bahwa
metode adalah cara untuk melakukan sesuatu.23
Djamaluddin dan Abdullah Ali
mengatakan bahwa kata metode berasal dari kata meta yang berarti melalui dan
hodos yang berarti jalan.24
Departemen Agama Republik Indonesia dalam buku
Metodologi Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. WJS. Poerwadarminta mengatakan bahwa
metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud. Senn mengatakan bahwa metode adalah suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu.25
Wina Senjaya mengatakan bahwa metode adalah a way in
achieving something.26
Adapun fungsi metode itu sendiri adalah sebagai alat
untuk mencapai tujuan.27
Dari sejumlah definisi di atas –dan dikaitkan dengan menghafal al-
Qur‟an–, maka dapat disimpulkan bahwa metode menghafal al-Qur‟an adalah
langkah-langkah yang mesti ditempuh untuk bisa hafal al-Qur‟an.
23
Sri Mulyani, Metode Analisis dan Perancangan Sistem (Bandung: Abdi Sistematika,
2006), h. 24. 24
H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika
Belajar Siswa (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2012), h. 175. 25
Suryani dan Hendriyadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Pada Penelitian
Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2015), h. 41. 26
Ahmad Sudrajat, “Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model
Pembelajaran”, artikel diakses pada 20 Maret 2018 dari
http://103.23.244.11/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/197012101998022
IIP_SARIPAH/Pengertian_Pendekatanx.pdf 27
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 26.
16
Sementara itu, kata “menghafal” adalah bentuk kata kerja, yang berakar
pada kata “hafal”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menghafal
didefinisikan sebagai usaha untuk meresapkan ke dalam pikiran agar selalu
ingat.28
Dalam keterangan lainnya, disebutkan bahwa menghafal merupakan suatu
proses belajar atau mempelajari sesuatu dan mencoba menyimpannya di dalam
ingatan.29
Menghafal juga dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh
pikiran agar selalu ingat terhadap materi pelajaran yang diterima.30
Sementara
dalam ilmu psikologi, menghafal dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara tepat dan sesuai
dengan tanggapan-tanggapan yang diterimanya.31
Dari beberapa definisi di atas,
penulis menyimpulkan bahwa menghafal merupakan sebuah proses untuk
mengingat, menyimpan, atau meresapi sesuatu ke dalam ingatan.
Dari paparan ringkas yang telah penulis kemukakan mengenai definisi
metode dan menghafal, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa metode menghafal
al-Qur‟an adalah langkah-langkah yang mesti ditempuh untuk dapat meningat,
menyimpan, dan meresapi ayat-ayat al-Qur‟an ke dalam ingatan.
B. Ragam Metode Menghafal Al-Qur’an
Dalam pembahasan mengenai metode menghafal al-Qur‟an, rumus yang
berlaku adalah keberagaman, bukan keseragaman. Maksudnya, antara satu dan
lain orang berlaku metode yang tidak sama, tergantung pada karakter, daya serap,
dan daya ingat masing-masing individu. Metode yang terbukti jitu bagi seseorang
belum tentu jitu pula bagi orang lain. Oleh sebab itu, dalam menghafal al-Qur‟an
tersedia banyak pilihan metode yang bisa digunakan. Kesemuanya tentu memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Namun tetap pada tujuan utama, yakni
bagaimana bisa menghafalkan al-Qur‟an secara efektif (sesuai dengan target) dan
efisien (tidak memakan waktu yang lama).
28
Tim Pustaka Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gita Media Press, tt), h.
307. 29
Baidudu J.S. dan Zain Sutan Mohammad, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994), h. 30. 30
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 31. 31
Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2003), h. 25.
17
Berkaitan dengan hal ini, sebagian orang ada yang dapat menemukan
sendiri metode yang tepat bagi dirinya. Tetapi, tidak sedikit pula orang yang
bingung dan perlu menimba pengalaman dari orang lain serta perlu bimbingan
guru untuk bisa menemukan metode yang tepat bagi dirinya.
Berdasarkan tulisan/kajian sejumlah orang terkait hal ini, terdapat
beberapa ragam metode dalam menghafalkan al-Qur‟an, yang di antaranya
sebagai berikut:
1. Metode talaqqi
Di kalangan kaum muslimin, khususnya pegiat al-Qur‟an, kata talaqqi
mungkin bukanlah kata yang asing untuk didengar. Ia adalah nama dari
sebuah metode dalam menghafalkan al-Qur‟an yang biasa digunakan oleh
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu
„anhum.
Cara kerja metode ini adalah –sebagaimana yang dipraktikkan oleh
Malaikat Jibril „alaihissalam bersama Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam saat wahyu turun kepada beliau– Jibril „alaihissalam terlebih dahulu
membacakan wahyu/ayat kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam di
hadapannya, kemudian secara perlahan Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam mengikutinya sampai hafal. Hal ini sebagaimana yang diebutkan oleh
Allah „azza wa jalla dalam firman-Nya,
“Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah
bacaannya itu” (QS. Al-Qiyamah (75) : 18).
Metode ini adalah metode yang banyak digunakan oleh para penghafal al-
Qur‟an, terutama di pesantren-pesantren penghafal al-Qur‟an. Dengan
memakai metode ini, guru/ustadz akan dapat langsung menilai kualitas hafalan
daqn bacaan murid/santri, atau mengoreksi hafalan mereka jika ada yang
salah.
2. Metode Lauh
Dalam bahasa Arab, kata “lauh” berarti papan. Ringkasnya, metode ini
menggunakan media papan –atau bisa juga dengan kertas– sebagai alat bantu
dalam proses menghafal. Metode ini mengharuskan murid/santri untuk
menulis terlebih dahulu sebuah ayat atau lebih yang didiktekan oleh
18
guru/ustadz di atas papan atau di atas kertas. Setelah ditulis dan dinyatakan
benar tulisannya oleh sang guru/ustadz, kemudian murid/santri akan
menghafal ayat tersebut. Jika telah hafal, maka murid/santri wajib menuliskan
kembali ayat tersebut, guna mengecek kebenaran dan kekuatan hafalannya.
Salah satu pondok pesantren yang menggunakan metode ini adalah Pondok
Pesantren Tahfizhul Qur‟an Al-Hikmah di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.32
3. Metode Turki Utsmani
Metode ini merupakan salah satu metode menghafal al-Qur‟an yang sudah
diterapkan sejak kekhalifahan Turki Utsmani. Tidak heran, jika metode ini
berkembang pesat dan banyak dipakai di kawasan Daulah Utsmaniyah.
Sampai sekarang, metode Turki Utsmani sudah menyebar luas hingga ke
seluruh dunia.
Metode ini punya karakteristik unik dalam menghafal al-Qur‟an yang
disebut urut-mundur. Cara kerjanya adalah dengan membagi setiap juz al-
Qur‟an menjadi masing-masing 20 halaman, yang setiap halaman terdiri dari
15 baris. Halaman yang pertama kali dihafal adalah halaman ke-20 dari setiap
juz. Misalnya, pada bulan pertama, di hari pertama menghafal halaman ke-20
dari juz pertama, hari kedua menghafal halaman ke-20 dari juz kedua, hari
ketiga menghafal halaman ke-20 dari juz ketiga, dan seterusnya, hingga dalam
sebulan pertama hafal seluruh halaman 20 dari setiap juz. Kemudian di bulan
kedua, pada hari pertama menghafal halaman ke-29 dari juz pertama, hari
kedua menghafal halaman ke-29 dari juz kedua, hari ketiga menghafal
halaman ke-29 dari juz ketiga, dan seterusnya, hingga pada bulan kedua
mampu menghafal seluruh halaman 29 dari setiap juz. Begitulah seterusnya,
hingga selesai hafalan 30 juz.33
4. Metode Al-Qasimi
Metode ini ditemukan oleh Abu Hurri Al-Qasimi dari Solo, Jawa Tengah.
Kaidah utama metode ini adalah “sesuatu yang banyak dibaca dan dilihat tentu
32
Ikfina Kamalia Rizqi, “Efektifitas Metode Al-Kitabah Terhadap Kemampuan
Menghafal Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMP Takhassus Al-Qur‟an Bulakwaru Kec. Tarub Kab.
Tegal Tahun 2013/2014” (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam
Negeri Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, 2014), h. 7. 33
Hervina Kusumawati, “Implementasi Model Turki Utsmani Dalam Menghafal Al-
Qur‟an di Yayasan Tahfizhul Qur‟an Sulaimaniyah Jawa Timur” (Skripsi S1, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018), h. 71.
19
akan lebih mudah pula untuk dihafal”. Cara kerja metode ini adalah dengan
membaca ayat yang akan dihafal sebanyak 20-40 kali sebelum dihafal.
Kemudian, diulang-ulang hafalan itu sebanyak 20-40 sebelum disetorkan
kepada guru/ustadz.34
5. Metode Wahdah
Kata “wahdah” diambil dari kata yang berbahasa Arab, yaitu wahid yang
artinya satu. Oleh sebab itu, metode ini bekerja dengan cara menghafal satu-
persatu ayat yang akan dihafal. Setiap ayat dibaca secara berulang-ulang
sebanyak 10 sampai 20 kali, guna membentuk pola dalam bayangannya.35
6. Metode Hanifida
Sesuai dengan namanya, metode ini diprakarsai oleh pasangan suami-istri
asal Jombang, Jawa Timur, yaitu Hanifudin Mahadun dan Khoirotul Idawati
Mahmud. Dalam prakteknya, metode ini menggunakan model penghafalan al-
Qur‟an dengan sistem asosiasi, yaitu objek yang dihafal dihubungkan dengan
kata atau kalimat yang mudah dan akrab di telinga atau pikiran. Biasanya,
dalam bentuk cerita yang mudah diingat atau berupa visualisasi (gambar) dari
makna ayat yang sedang dihafal. Metode ini mengaktifkan otak kiri dan otak
kanan yang berbeda fungsinya secara bersamaan.36
7. Metode S
Metode S (seluruhnya) adalah sebuah metode dalam menghafal al-Qur‟an,
yang tahapannya adalah dengan membaca terlebih dahulu 1 (satu) halaman
dari al-Qur‟an, dari baris pertama hingga baris terakhir secara berulang-ulang
sampai hafal. Metode ini dipakai oleh para mahasiswa-mahasiswi penghafal
al-Qur‟an di lingkungan institusi PTIQ dan IIQ Jakarta.37
34
Hanan Putra, “Jariqu Gelar Seminar Menghafal Al-Qur‟an Metode Al-Qasimi”, artikel
diakses pada 24 Maret 2018 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-
jumat/16/01/22/o1ce461-jariqu-gelar-seminar-menghafal-alquran-metode-alqosimi 35
Tutik Khoirunisa, “Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan Al-
Qur‟an Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga” (Skripsi S1,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2016), h. 32. 36
Zuhrotul Cahayati, “Efektifitas Metode HANIFIDA Dalam Menghafal Surat Al-Ma‟un
Beserta Arti dan Nomor Ayatanya Pada Santri Pondok Pesantren Tahfizhul Qur‟an Al-Muntaha
Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017” (Skripsi S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017), h. 41. 37
PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an) dan IIQ (Institut Ilmu Al-Qur‟an) adalah dua
institusi perguruan tinggi swasta yang memadukan antara pendidikan tinggi agama Islam dengan
program menghafal al-Qur‟an. Bedanya, PTIQ dikhususkan untuk mahasiswa (laki-laki),
sementara IIQ dikhususkan untuk mahasiswi (perempuan).
20
8. Metode B
Metode B (bagian) adalah sebuah metode dalam menghafal al-Qur‟an
yang sedikit berbeda dari metode S di atas. Kalau metode S menghafal secara
penuh 1 halaman, maka metode B hanya membaca dan menghafal sebanyak 1
ayat saja, atau disesuaikan dengan tema pembahasan tertentu, sehingga 1 tema
bisa terdiri dari 1 ayat, 2 ayat, 3 ayat, 4 ayat, atau lebih. Metode ini juga
dipakai oleh para mahasiswa-mahasiswi penghafal al-Qur‟an di lingkungan
institusi PTIQ dan IIQ Jakarta.
C. Fungsi Otak Dalam Menghafal
Kegiatan menghafal al-Qur‟an erat kaitannya dengan otak, yang mana ia
merupakan pusat kendali aktifitas manusia. Otak manusia memiliki kemampuan
yang luar biasa, yang terdiri dari triliunan sel otak, dan setiap sel otak tampak
seperti gurita kecil yang begitu kompleks. Sel otak memiliki sebuah pusat dengan
banyak cabang dan setiap cabangnya memiliki banyak koneksi. Setiap sel tersebut
berhubungan dengan ratusan ribu sel lain dan mereka saling bertukar informasi.
Dari triliunan sel otak tersebut, sekitar sepersepuluhnya berisi neuron atau sel
saraf aktif yang mampu membuat hingga 20 ribu koneksi yang berbeda dengan
sel-sel lain.38
Oleh sebab itu, kesehatan atau terganggunya fungsi otak dapat
memengaruhi kondisi mental dan intelektual seseorang. Sebagai pelengkap,
berikut adalah beberapa penyakit yang berhubungan dengan terganggunya fungsi
otak yang patut kita waspadai.39
a) Skizofrenia, adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya
mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. Kondisi
yang biasanya berlangsung lama ini sering diartikan sebagai gangguan mental
mengingat sulitnya penderita membedakan antara kenyataan dengan pikiran
sendiri.
b) Alzheimer, adalah kondisi kelainan yang ditandai dengan penurunan daya
ingat, penurunan kemampuan berpikir dan berbicara, serta perubahan perilaku
38
Isniatun Munawaroh dan Haryanto, “Neuroscience Dalam Pembelajaran”, Majalah
Ilmiah Pembelajaran, Vol. 1 (Mei 2005), h. 117. 39
I. Harjadi Widjaja, Anatomi Abdomen (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007),
h. 76.
21
pada penderita akibat gangguan di dalam otak yang sifatnya progresif atau
perlahan-lahan.
c) Demensia, adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan
kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat, menurunnya
kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan pertimbangan dan
memahami bahasa, serta menurunnya kecerdasan mental.
d) Amnesia, adalah gangguan yang menyebabkan seseorang tidak bisa
mengingat informasi, pengalaman, atau kejadian yang pernah dialami. Selain
itu, penderita amnesia juga akan kesulitan dalam membentuk ingatan baru.
e) Parkinson, adalah degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah
yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak diketahui
orang dari penyakit ini adalah terjadinya tremor atau gemetaran. Sedangkan
gejala awalnya biasanya sulit dikenali.
Selain merupakan organ tubuh yang paling penting, otak juga merupakan
organ tubuh yang paling rumit. Sehingga, membahas tentang anatomi dan fungsi
otak secara detail bisa memakan waktu berhari-hari. Namun, mengingat kaitan
yang begitu erat antara fungsi otak dalam mengahafal, maka penulis akan
membahas mengenai anatomi dan fungsi otak secara garis besarnya saja.
1. Otak Besar (Cerebrum)40
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama cerebral cortex, forebrain, atau otak depan. Cerebrum merupakan
bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum terbagi
lagi menjadi 4 bagian, yaitu
a. Lobus frontal, berada di bagian paling depan dari otak besar, berhubungan
dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi,
perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreatifitas, kontrol
perasaan, kontrol perilaku seksual, dan kemampuan bahasa secara umum.
b. Lobus parietal, berada di bagian tengah dari otak besar, berhubungan
dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
40
Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 25.
22
c. Lobus temporal, berada di bagian bawah dari otak besar, berhubungan
dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.
d. Lobus occpital, berada di bagian paling belakang dari otak besar,
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.
Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih
dikenal dengan otak kiri dan otak kanan. Masing-masing belahan mempunyai
fungsi yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan
dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta pusat
matematika. Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat
Intelligence Quotient (IQ). Sementara itu, otak kanan berfungsi dalam
perkembangan Emotional Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi,
interaksi dengan manusia lain, serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini
pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan
ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis, dan segala jenis kegiatan
kreatif lainnya.41
2. Otak Kecil (Cerebellum)42
Otak kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
di antaranya mengatur sikap dan posisi tubuh, mengontrol keseimbangan,
koordinasi otot, dan gerakan tubuh. Otak kecil juga menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu,
dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan
gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke
dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
41
I. Harjadi Widjaja, Anatomi Abdomen (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007),
h. 78. 42
Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 26
23
3. Batang Otak (Brainstem)43
Batang otak atau brainstem berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum
tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia, termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses
pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight
(lawan atau lari) saat datangnya bahaya. Batang otak dijumpai juga pada
hewan seperti kadal dan buaya. Oleh sebab itu, batang otak sering juga disebut
dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting
primitif. Contohnya, perasaan tidak nyaman atau terancam ketika ada orang
yang tidak dikenal terlalu dekat dengan kita. Batang otak terdiri dari 3 (tiga)
bagian,44
a. Mesencephalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil.
Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan
mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh, dan pendengaran.
b. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah,
pernafasan, dan pencernaan.
c. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita
terjaga atau tertidur.
4. Sistem Limbik (Limbic System)45
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak
ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan
otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala,
hipocampus, dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan
43
Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 26. 44
Alex Iskandar dan Endi Novianto, Mediate & Grow Rich: Sehat, Kaya, dan Bahagia
Duniawi-Spiritual (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), h. 30. 45
Daniel S. Wibowo, Anatomi Tubuh Manusia (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 27.
24
perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa
lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka
panjang. Bagian terpenting dari sistem limbik adalah hipotalamus yang salah
satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat
perhatian dan mana yang tidak. Misalnya, kita lebih memerhatikan anak kita
sendiri dibanding dengan anak orang lain. Mengapa? Karena kita punya
hubungan emosional yang kuat dengan anak kita. Begitu juga ketika kita
mencintai seseorang, kita akan lebih sering memperhatikan orang tersebut.
Hal ini terjadi karena kita punya hubungan emosional yang kuat dengan orang
yang kita cintai itu. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak
tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau
tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav
Jung menyebutnya sebagai alam bawah sadar atau ketidaksadaran kolektif,
yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku
tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk
bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan, dan
kejujuran.
Seperti yang telah penulis katakan di awal pembahasan ini –yakni
mengenai fungsi otak dalam menghafal–, bahwa kegiatan menghafal al-Qur‟an
erat kaitannya dengan salah satu organ tubuh vital manusia, yakni otak.
Pertanyaan selanjutnya adalah, di manakah dan bagaimanakah letak keterkaitan
antara menghafal dan otak?
Proses menghafal atau mengingat dapat dijabarkan sebagai sebuah proses
perekaman objek ke dalam ingatan atau memori.46
Hafalan atau ingatan itu akan
terbentuk melalui 2 tahapan,
1. Tahap belajar, yaitu proses dimana informasi diterima oleh indera tubuh.
Tahapan ini erat kaitannya dengan apa yang disebut sebagai gaya belajar.
Menurut Sidjabat –sebagaimana yang dikutip oleh M. Nur Ghufron dan Rini–
gaya belajar adalah cara pandang setiap individu dalam melihat dan
46
Memori hakikatnya adalah daya ingat atau kemampuan mengingat. Secara fisiologis,
adalah hasil dari perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya,
sebagai akibat dari aktifitas neural sebelumnya. Lihat: John E. Hall, Guyton dan Hall: Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, penerjemah Ernita Ibrahim Ilyas (Jakarta: EGC, 2008), h. 81.
25
mengalami suatu peristiwa.47
Sementara itu, menurut Keefe –sebagaimana
yang juga dikutip oleh M. Nur Ghufron dan Rini– gaya belajar adalah suatu
karakteristik kognitif,48
afektif,49
dan perilaku psikomotorik50
sebagai
indikator yang bersifat relatif stabil untuk pembelajar saling berhubungan dan
bereaksi terhadap lingkungan belajar.51
Definisi lain menyebutkan bahwa gaya
belajar adalah pola pikir yang spesifik pada individu dalam proses menerima
informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru.52
Dari beberapa
definisi di atas, dapat terlihat bahwa gaya belajar merupakan hal yang sifatnya
individual. Artinya, setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Para ahli telah membagi gaya belajar kepada beberapa macam gaya, namun
pembagian yang banyak dipakai adalah yang bertitik tolak pada modalitas
indera, yaitu,
a. Visual
Individu dengan gaya belajar visual akan lebih cepat belajar dengan cara
melihat. Misalnya dengan membaca buku, melihat dan mengamati
demonstrasi, atau melihat materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk
video.
b. Auditorial
Individu dengan gaya belajar audio cenderung akan lebih mudah dalam
belajar dengan cara mendengarkan. Misalnya, mereka lebih suka model
pembelajaran ceramah, diskusi, dan tanya jawab.
c. Kinestetik
47
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati, Gaya Belajar: Kajian Teoritik (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2012), h. 10. 48
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. 49
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. 50
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar
psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif. Ranah
psikomotor adalah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, seperti berlari, melompat, menari,
memukul, dan sebagainya. 51
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati, Gaya Belajar: Kajian Teoritik (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2012), h. 11. 52
Mohammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi
Dalam Proses Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 98.
26
Individu dengan gaya belajar kinestetik akan belajar dengan lebih baik bila
disertai dengan gerakan-gerakan fisik. Misalnya, belajar sambil berjalan-
jalan, menggerakkan kaki atau tangan, serta bentuk pembelajaran yang
memerlukan aktifitas fisik.
2. Tahap retensi, yaitu proses informasi diterima oleh otak. Definisi yang
diberikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terhadap retensi adalah
penyimpanan atau penahanan.53
Definisi lain menyebutkan bahwa retensi
adalah bertahannya materi yang dipelajari di dalam memori dan tidak
dilupakan.54
Proses ini berlangsung dengan sebuah mekanisme teratur, dan di
sinilah sel saraf aktif atau neuron memainkan peranannya. Ketika ada
informasi masuk ke otak, maka akan terbentuk sinaps atau hubungan/jaringan
antar neuron. Semakin banyak informasi yang masuk, maka akan semakin
banyak pula sinapsis atau jaringan yang terbentuk. Lalu, bagaimana agar
hafalan atau ingatan itu tidak cepat hilang? Caranya adalah dengan
mengulang-ulangnya, yang dalam pembahasan tentang menghafal al-Qur‟an
disebut dengan muraja‟ah. Secara ringkas, dapat dijelaskan bahwa sel saraf
merupakan sebuah struktur yang memiliki banyak bagian, salah satunya
adalah selubung mielin. Selubung mielin merupakan materi isolator55
yang
berfungsi untuk meningkatkan kecepatan pengiriman pesan berupa gelombang
elektromagnetik atau impuls ke saraf lainnya. Semakin sering hafalan diulang,
maka selubung mielin akan semakin tebal. Semakin tebal selubung mielin,
maka pengiriman pesan atau impuls yang berupa rangsangan atau tanggapan
akan semakin cepat.56
Dari paparan ringkas di atas, maka terjawab sudah dimana dan bagaimana
letak keterkaitan yang erat antara menghafal dan otak. Otak yang begitu
sempurna, yang telah Allah „azza wa jalla anugerahkan, hendaknya dimanfaatkan
sebaik-baiknya selama masih sehat dan aktif. Karena, sedetik saja otak berhenti
53
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 953. 54
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011),
h. 124. 55
Isolator adalah benda atau materi yang baik dalam hal penghantaran arus listrik, dan
impuls itu sendiri adalah berupa gelombang elektromagnetik. Penghantaran ini sendiri terjadi di
akson, suatu bagian yang ada di dalam selubung mielin. 56
Wawancara pribadi dengan M. Iqbalulloh M.K. (mahasiswa Fakultas Kedokteran,
Universitas Padjajaran), Jakarta, 27 Maret 2018.
27
beroperasi, maka dapat dipastikan seluruh tubuh akan berhenti bekerja dan tidak
ada lagi kehidupan.
D. Fungsi Hati Dalam Menghafal
Dalam pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan tentang keterkaitan yang
erat antara kegiatan menghafal –dalam hal ini tentunya menghafal al-Qur‟an– dan
otak manusia sebagai pusat kendali aktifitas. Lalu, apakah cukup untuk hanya
mengandalkan otak dalam menghafalkan al-Qur‟an? Faktanya, hati berperan
penting terhadap proses menghafal –bahkan menjaga hafalan– al-Qur‟an. Hati
yang dimaksud di sini bukanlah hati yang merupakan salah satu organ vital
manusia, yang letaknya di bagian kanan atas rongga perut, di bawah diafragma.
Namun, hati yang dimaksud di sini adalah hati yang dalam kajian psikologi
dikenal dengan jiwa. Hati manusia dapat berfungsi dengan baik dan maksimal
sebagaimana hakikatnya apabila ia bersih alias tidak kotor.
Kebersihan hati dalam Islam diistilahkan dengan tazkiyatun nufus
(tazkiyah al-nafs). Kata tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzakki yang artinya
menyucikan, memperbaiki, tumbuh, dan berkembang.57
Sedangkan kata al-nafs
memiliki banyak arti, salah satunya adalah hati atau jiwa.58
Para ahli tasawuf59
mengartikan nafs sebagai sesuatu yang melahirkan sifat tercela. Imam Al-Ghazali
menyebut nafs sebagai pusat potensi marah dan syahwat pada manusia.60
Demikian pula di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata nafs
diartikan sebagai dorongan jiwa yang kuat untuk berbuat kurang baik.61
Namun,
pada hakikatnya hati manusia itu bersih, suci, dan patuh pada hukum-hukum
Allah „azza wa jalla. Selain itu, hati juga merupakan tempat menerima hidayah
dari Allah „azza wa jalla, sebagaimana firman-Nya,
57
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, h. 577. 58
Bahasa Arab memakai istilah nafs untuk menyebut banyak hal, seperti roh, diri
manusia, hakikat sesuatu, dara, saudara kepunyaan, ke-ghaib-an, ukuran samakan kulit, jasad,
kedekatan, zat, mata, kebesaran, dan perhatian. Lihat: Ibnu Manzur, Lisan Al-Arab (Qahirah:
Darul Hadis, 2003), jilid IV, h. 4500-4501. 59
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari cara atau jalan bagaimana seseorang berada
sedekat mungkin dengan Allah. Lihat: Fahrudin, “Tasawuf Sebagai Usaha Membersihkan Hati
Guna Mencapai Kedekatan Dengan Allah” Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 14, No. 1 –
2016, h. 66. 60
Imam Al-Ghazali, Ihya „Ulum Al-Din (Beirut, Dar Al-Fikr, 1995), juz 2, h. 1345. 61
Depdikbud, Kamus Besar Bahaas Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994) h. 679.
28
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang belakang anak-
cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh
mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami) kami bersaksi.” ....” (QS. Al-A‟raf
(7) : 172).
Kebersihan hati dalam menghafal al-Qur‟an dapat dijelaskan sebagai suatu
kondisi hati manusia yang bersih dari segala penyakit hati, seperti takabbur
(sombong), „ujub (berbangga diri), riya‟ (kebaikan yang ingin dilihat oleh orang
lain), sum‟ah (kebaikan yang ingin didengar oleh orang lain), hasad (dengki/iri
hati), dan sebagainya.
Untuk mencapai hati yang bersih, perlu dilakukan berbagai macam latihan
dan pembiasaan dalam mengelola hati, misalnya dengan memperbanyak amal
ibadah dan ketaatan, baik yang sifatnya berhubungan langsung dengan Allah
„azza wa jalla (ibadah mahdhah), maupun yang sifatnya berhubungan dengan
manusia dan lingkungan sekitar (ibadah ghairu mahdhah). Pembiasaan dan
latihan ini harus terus dilakukan secara istiqamah, yaitu kontinyu, konsisten, dan
konsekuen. Bersamaan dengan memperbanyak ibadah, hal yang juga harus
dilakukan adalah dengan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga diri –
termasuk hati– dari berbagai macam bentuk kemaksiatan yang berujung pada
timbulnya dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil.
Hati yang bersih adalah kunci utama suksesnya seseorang dalam
menghafalkan al-Qur‟an. Bukan hanya sekedar menghafal teksnya saja, namun
juga dapat memahami dan mengamalkan isi kandungan dari al-Qur‟an itu sendiri.
Hal ini dapat dilihat dari faktor keikhlasan62
yang menempati poin pertama dalam
kaidah-kaidah menghafal al-Qur‟an.63
Bahkan, faktor keikhlasan ini merupakan
syarat utama dan pertama dalam melakukan setiap kebaikan.
62
Ikhlas secara bahasa berarti bersih, suci, dan murni. Secara istilah berarti memurnikan
ketaatan hanya kepada Allah „azza wa jalla. 63
Lihat –sekedar contoh: Arif Rahman (1/2 Sehari Bisa Baca & Hafal Al-Qur‟an),
Ridhoul Wahidi (Hafal Al-Qur‟an Meski Sibuk Sekolah), Sa‟dulloh (9 Cara Praktis Menghafal Al-
Qur‟an), Abdul Aziz Abu Jawrah (Hafal Al-Qur‟an dan Lancar Seumur Hidup), dan sebagainya.
29
BAB III
SEPUTAR ASKAR KAUNY
A. Yayasan Askar Kauny
a. Profil
Yayasan Askar Kauny adalah sebuah yayasan non-profit yang
bergerak di bidang sosial dan pendidikan, serta memfokuskan diri pada
pembinaan dan pengembangan ilmu al-Qur‟an, khususnya dalam
menghafal al-Qur‟an. Sebagai sebuah lembaga yang berkonsentrasi pada
dunia al-Qur‟an, yayasan Askar Kauny memiliki sebuah visi, yakni
membangun masyarakat muslim yang Ahlul Quran dan mencintai al-
Qur‟an. Adapun misinya adalah menjadikan al-Qur‟an sebagai budaya
masyarakat dengan gerakan “Menghafal Al-Quran Semudah Tersenyum”
dan menjadikan Indonesia bebas buta al-Qur‟an. Saat ini, yayasan Askar
Kauny memiliki kantor pusat yang beralamat di Jalan Setu Raya, nomor
63, Cipayung, Jakarta Timur, dengan nomor telepon 0878 7722 1200.
Adapun website resmi yayasan Askar Kauny adalah https://kauny.com/.
b. Sejarah
Sejarah berdirinya yayasan ini bermula pada tahun 2011, yang
mana ketika itu Bobby Herwibowo –yang juga seorang da‟i– mulai
mengajarkan teknik Menghafal Al-Quran Semudah Tersenyum atau yang
disingkat menjadi MASTER, Metode ini menggunakan media visual atau
gambar, yakni dengan cara menggambar arti atau makna dari ayat yang
sedang dihafal di papan tulis atau media lainnya. Pelatihan ini pertama kali
dilakukan di kantor yang dipimpinnya, yakni PT. Kauny Quantum
Memory, sebuah lembaga yang bergerak di bidang pelatihan menghafal al-
Qur‟an. Kantor tersebut berlokasi di Bambu Apus, Jakarta Timur. Saat itu,
antusiasme para karyawan sangat tinggi. Hal ini tergambar dari banyaknya
karyawan yang mengikuti pelatihan ini. Kemudian, dicobalah untuk
menyebarluaskan informasi tentang adanya pelatihan menghafal al-Qur‟an
semudah tersenyum ini melalui media sosial Facebook. Ternyata,
30
peminatnya cukup banyak. Akhirnya, diadakanlah pelatihan rutin yang
bertempat di Hotel Bidakara, Jakarta.
Pada tahun 2014, sebagai respon atas makin tingginya minat orang-
orang dalam menghafal al-Qur‟an, maka dibukalah sebuah pesantren
penghafal al-Qur‟an, yang waktu itu baru berbentuk rumah tahfizh yang
santrinya pulang-pergi alias tidak mondok. Rumah tahfizh ini sendiri
berada di kantor PT. Kauny Quantum Memory, dan kegiatannya
berlangsung setiap sore. Lalu pada akhir tahun 2014, PT. Kauny Quantum
Memory mendapatkan sebuah rumah hibah dari bapak Fahmi Askar di
Desa Cijulang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.64
Beliau ingin agar rumahnya tersebut dimanfaatkan sebagai pesantren
penghafal al-Qur‟an. Kemudian, pesantren yang sebelumnya bertempat di
Bambu Apus tersebut, pindah ke rumah hibah ini. Untuk pertama kali,
santri yang mengisi di pesantren ini adalah anak-anak dari ustadz Bobby
Herwibowo sendiri, serta 3 orang santri dari rumah tahfizh yang ada di
kantor PT. Kauny Quantum Memory. Lama kelamaan, santri di pesantren
ini pun bertambah banyak. Baru kemudian, dibentuklah sebuah yayasan
non-profit yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan, serta
memfokuskan diri pada pembinaan dan pengembangan ilmu al-Qur‟an,
khususnya dalam menghafal al-Qur‟an. Yayasan tersebut diberi nama
Yayasan Askar Kauny. Untuk menghormati bapak Fahmi Askar tadi,
maka nama beliau disisipkan ke dalam nama yayasan ini.65
c. Program Kerja
Dalam mewujudkan visi dan misinya, yayasan Askar Kauny
memiliki beberapa program kerja sebagai berikut:
1. Orang Tua Asuh
Yayasan Askar Kauny melihat bahwa ada banyak sekali anak-
anak dari kalangan dhu‟afa dan yatim-piatu yang tidak bisa
mendapatkan akses pendidikan. Hal ini terutama sekali dari faktor
ekonomi atau ketiadaan biaya. Untuk membantu pemerintah dalam
64
Pesantren ini merupakan pesantren pertama milik yayasan Askar Kauny. Mereka
menyebutnya dengan ma‟had Askar Kauny. 65
Wawancara pribadi dengan ustadz Habiburrahim, 3 Januari 2018.
31
menanggulangi permasalahan ini, yayasan Askar Kauny membuat
sebuah program yang menghubungkan antara anak-anak yang tidak
bisa mendapatkan akses pendidikan tadi dengan orang-orang yang
memiliki kemampuan secara finansial, yang bernama program orang
tua asuh. Program ini memberikan kesempatan kepada orang-orang
yang mampu secara ekonomi untuk menjadi orang tua “kedua” bagi
anak-anak yang tergolong yatim-piatu dan dhu‟afa. Para orang tua
asuh ini nantinya akan memberikan bantuan berupa biaya hidup bagi
anak-anak tadi, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan yang
lainnya. Melalui program ini, yayasan Askar Kauny berharap akan ada
banyak anak-anak yang bisa mendapatkan akses pendidikan, layaknya
anak-anak yang lainnya. Melalui program ini, setiap anak yang ingin
menjadi santri di Askar Kauny dan mau menghafalkan al-Qur‟an,
namun tidak memiliki biaya, bisa menjadi santri di Ma‟had Askar
Kauny.
2. Guru Ngaji
Yayasan Askar Kauny memandang bahwa ketersediaan guru
mengaji (guru yang mengajarkan membaca al-Qur‟an) di beberapa
daerah dianggap kurang, terutama di daerah yang jauh dari pusat kota.
Sementara orang-orang yang sudah bisa membaca al-Qur‟an dengan
baik dan benar serta mampu untuk mengajarkannya kepada orang lain,
keberadaan mereka seperti “menumpuk” di kota besar saja. Untuk
mengatasi masalah ini, yayasan Askar Kauny membuat sebuah
program yang diberi nama “guru ngaji”. Guru ngaji adalah program
yang menghubungkan antara mereka yang membutuhkan guru ngaji
(guru untuk belajar membaca al-Qur‟an) dengan mereka yang mampu
untuk mengajarkan membaca al-Qur‟an secara baik dan benar.
Melalui program ini, diharapkan kurangnya ketersediaan guru ngaji di
beberapa daerah dapat teratasi dengan baik.
3. Wakaf Sejuta Qur‟an
Ketersediaan mushaf al-Qur‟an yang layak baca –terutama di
banyak masjid dan mushalla– bisa dibilang belum terpenuhi dengan
32
baik. Yayasan Askar Kauny melihat bahwa masih banyak masjid dan
mushalla yang tidak memiliki mushaf al-Qur‟an yang layak untuk
dibaca. Bahkan, banyak juga masjid dan mushalla yang tidak memiliki
mushaf al-Qur‟an sama sekali. Untuk mengatasi masalah ini, yayasan
Askar Kauny membuat sebuah program yang diberi nama program
“wakaf sejuta Qur‟an”. Program ini bertujuan untuk memenuhi
ketersediaan mushaf al-Qur‟an yang layak baca di banyak masjid dan
banyak mushalla di Indonesia.
4. Hafizh On The Street
Pada tahun 2014, yayasan Askar Kauny sudah mulai
memperkenalkan metode menghafal al-Qur‟an ala mereka yang
dikenal dengan metode MASTER kepada publik. Salah satu cara yang
ditempuh adalah dengan mengikuti kegiatan car free day atau hari
bebas kendaraan bermotor yang berlangsung di sepanjang jalan
Sudirman - MH. Thamrin setiap hari Minggu. Di sana, yayasan Askar
Kauny memperkenalkan kepada masyarakat mengenai metode
MASTER, sekaligus mempraktekkannya langsung bersama
masyarakat. Setelah berjalan kurang lebih 4 bulan, ternyata
antusiasme dan respon masyarakat sangat baik dan mereka tertarik
untuk mengenal lebih dekat dan menggunakan metode MASTER
dalam menghafalkan al-Qur‟an. Sampai saat ini, program hafizh on
the street sendiri telah tersebar di berbagai kota di Indonesia, yang
mana para pesertanya tergabung dalam bentuk komunitas, dan mereka
rutin secara terus-menerus memperkenalkan dan menyebarkan metode
MASTER ini kepada publik.
5. Hafizh 1000 Hadits
Metode MASTER yang diprakarsai oleh ustadz Bobby
Herwibowo ini, belakangan tidak hanya diterapkan pada proses
penghafalan al-Qur‟an, namun juga diterapkan pada proses menghafal
hadits-hadits Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Ini dapat
dilihat dari sebuah program yang diberi nama program “hafizh 1000
hadits”. Saat ini, program menghafal 1000 hadits ini hanya
33
diperuntukkan bagi santri dan santriwati di seluruh MAK. Adapun
pemilihan atau penentuan hadits-hadits mana saja yang akan dihafal,
dirumuskan oleh pihak internal yayasan, yang mana dalam hal ini
ustadz Bobby Herwibowo ikut terlibat di dalamnya.
6. Ma‟had Askar Kauny
Guna memfasilitasi dan mewadahi anak-anak yang memiliki
semangat dan kemauan dalam menghafal al-Qur‟an, yayasan Askar
Kauny membuat sebuah program pendidikan berupa pesantren
penghafal al-Qur‟an yang diberi nama Ma‟had Askar Kauny atau
yang disingkat dengan MAK. Untuk paparan yang lebih rinci, penulis
akan jelaskan pada pembahasan tersendiri.
Selain keenam program besar di atas, masih banyak lagi program
kerja yang dimiliki oleh yayasan Askar Kauny dalam usahanya
mewujudkan visi dan misi yang telah dicanangkan, seperti diadakannya
berbagai program pelatihan menghafal al-Quran semudah tersenyum,
seminar menghafal al-Qur‟an, dan yang lain sebagainya.
B. Bobby Herwibowo
Membicarakan sosok Bobby Herwibowo sangat terkait dengan bahasan
seputar Askar Kauny dan metode MASTER. Bobby Herwibowo lahir di Jakarta,
11 Mei 1997. Ia menamatkan studi sarjananya di fakultas syari‟ah Universitas Al-
Azhar, Kairo, Mesir. Sebelum Askar Kauny berdiri, dulunya ia adalah seorang
trainer dalam bidang kemampuan menghafal di perusahaannya sendiri, yaitu PT.
Kauny Quantum Memory. Tak hanya itu, ia juga seorang pembina pada lembaga
kemanusiaan ACT (Aksi Cepat Tanggap).
Berkat temuannya berupa metode MASTER dalam menghafal al-Qur‟an,
kini ia banyak menjadi pembicara sekaligus trainer dalam program menghafal al-
Qur‟an yang diselenggarakan di beberapa stasiun televisi. Tak sedikit pula ia
mengisi berbagai seminar, talk show, dan yang semisal dengannya.
Tak ketinggalan, ia juga telah menulis beberapa buku yang dapat dengan
mudah kita jumpai di pasaran, diantaranya KQM: Menghafal Al-Qur‟an Semudah
Tersenyum; Teknik Quantum Rasulullah; 7 Password Pembuka Rezeki; Al-
34
Qur‟an Membuat Mereka Tersenyum; Rezeki Rumah Miring; Meraih Rezeki Tak
Terduga; The Power of Akhlaq: Menjadi Hamba Kesayangan Allah SWT; 11
Langkah Meraih Kemabruran; Cahaya Langit “Inspiring Stories”; dan lain
sebagainya.66
C. Ma’had Askar Kauny
a. Pengertian Ma’had
Ma‟had atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
pesantren, adalah sebuah institusi pendidikan yang berada di bawah
pimpinan seorang atau beberapa kyai dan dibantu oleh sejumlah santri
senior serta beberapa anggota keluarganya.67
Sebuah institusi dikatakan
pesantren, jika ia memiliki 4 unsur di dalamnya. Unsur yang pertama
adalah kyai sebagai pengasuh, pemilik, dan pengendali pesantren. Ia
adalah orang yang paling bertanggungjawab meletakkan sistem yang ada
di dalam pesantren, sekaligus menentukan maju dan tidaknya sebuah
pesantren. Unsur yang kedua adalah santri, yaitu murid yang belajar
keilmuan Islam kepada kyai. Santri adalah sumber daya manusia yang
tidak saja mendukung keberadaan pesantren, tetapi juga menopang
intensitas pengaruh kyai dalam masyarakat. Unsur yang ketiga adalah
pondok atau asrama sebagai tempat tinggal para santri selama mereka
menuntut ilmu. Unsur yang keempat atau yang terakhir adalah adanya
kitab atau buku berbahasa Arab tentang berbagai disiplin ilmu agama
Islam yang dipelajari santri.68
Secara model, pesantren terbagi dalam 2 kategori, yakni pesantren
tradisional atau salaf, dan pesantren modern atau khalaf. Perbedaan dari
kedua model ini tidaklah mendasar. Artinya, secara substansi keduanya
sama-sama memiliki unsur-unsur pesantren di atas. Perbedaan keduanya
hanya terletak dari model belajar yang diterapkan, sarana dan pra-sarana
yang ada, dan pola lingkungan pesantren itu sendiri.
66
Bobby Herwibowo, Teknik Quantum Rasulullah: Fun dan Cepat Menghafal Al-
Qur‟an, (Jakarta: Noura Books, 2014), h. 170 67
Abdurahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren (Jakarta: Dharma Bakti, 1978), h. 67. 68
Ali Maschan Moesa, Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama
(Yogyakarta: LKiS, 2007), h. 94-95.
35
b. Profil Ma’had Askar Kauny
Dalam hal ini, yayasan Askar Kauny menerapkan model pesantren
yang cenderung modern. Pesantren ini dinamakan Ma‟had Askar Kauny
atau disingkat dengan MAK. Di MAK, setiap santri diwajibkan untuk
tinggal di dalamnya dalam beberapa waktu, sesuai dengan kontrak masa
menghafal al-Qur‟an yang ditetapkan. Di MAK tidak hanya diisi dengan
kegiatan menghafal al-Qur‟an, tetapi juga diisi dengan materi belajar
lainnya, seperti bahasa Arab, bahasa Inggris, sejarah Nabi, dan yang
lainnya. Selain itu, diajarkan juga keterampilan khusus, seperti belajar
berkuda, memanah, menjahit, dan berbagai keterampilan lainnya. Ini
dikarenakan, MAK tidak menyediakan sekolah formal –seperti SD, SMP,
atau SMA– di dalamnya, sehingga dengan adanya bidang keterampilan ini,
diharapkan para santri yang telah lulus nantinya dapat berbaur dengan
masyarakat sekaligus memiliki bekal keterampilan.. Di MAK, secara
umum santri dibebaskan dari segala macam biaya, seperti uang
pendaftaran, uang pangkal, uang bulanan, dan lain-lain. Justru mereka
diberikan uang saku dari yayasan tiap bulannya. Hal ini tentu saja
membuka peluang seluas-luasnya bagi anak-anak yang kurang mampu
secara ekonomi untuk bisa menghafal al-Qur‟an. Namun, pihak yayasan
tidak menutup jalan bagi para orang tua santri yang mampu secara
ekonomi jika mau membayar secara normal biaya pendidikan di MAK dan
memberikan uang bulanan kepada anak-anaknya.
Saat ini, yayasan Askar Kauny telah memiliki 16 MAK yang
tersebar di beberapa daerah di Indonesia (Cisarua 1, Cisarua 2, Cikarang 1,
Cikarang 2, Depok 1, Depok 2, Bojonggede, Bekasi, Semarang, Cinere,
Cikeas, Pasuruan, Banyuwangi, Sukabumi, Cibinong, dan Bukittinggi) dan
1 MAK yang berlokasi di Mesir. Seluruh MAK yang ada, bangunannya
merupakan pemberian (hibah) dari pemiliknya kepada yayasan Askar
Kauny untuk dikelola menjadi pesantren penghafal al-Qur‟an. Setiap
36
MAK mempekerjakan masyarakat di sekitarnya untuk menjadi pegawai,
seperti untuk cuci pakaian, bagian kebersihan, dan bagian keamanan.69
Untuk mendukung kelancaran dan kefektifan dalam proses
menghafal al-Qur‟an, setiap MAK hanya dikhususkan untuk santri putra
saja atau untuk santri putri saja. Adapun MAK Cisarua 1 atau yang lebih
dikenal dengan MAK Cijulang adalah MAK khusus putra, yang
merupakan lokasi penelitian yang penulis pilih untuk skripsi ini.
c. Ma’had Askar Kauny Cijulang
1. Profil
MAK Cijulang merupakan MAK pertama yang dimiliki oleh
yayasan Askar Kauny. Mulai dibuka pada tahun 2011, tempat ini pada
awalnya adalah milik bapak Fahmi Askar. Kemudian, beliau meng-
hibah-kan bangunan ini kepada ustadz Bobby Herwibowo untuk
dikelola dan dijadikan pesantren penghafal al-Qur‟an.
Bangunan utama MAK ini terdiri dari 3 lantai berbentuk huruf
“U”. Lantai pertama terdiri dari 4 kamar pribadi para ustadz, 8 kamar
mandi santri, 1 ruang cuci dan setrika pakaian para santri dan ustadz, 1
ruang makan, 1 ruang masak (dapur) dan 1 ruang shalat sekaligus
perpustakaan. Lantai kedua terdiri dari 5 ruang tidur santri, 2 ruang
belajar, dan 1 ruang barang-barang milik santri. Lantai ketiga hanya
diperuntukkan untuk menjemur pakaian para santri dan ustadz, serta
sebagai balkon.
Gambar 3.1: MAK Cijulang tampak depan.
69
Hasil observasi tanggal 11 Januari 2018.
37
Gambar 3.2: Ruang belajar santri.
Gambar 3.3: Ruang tidur santri.
Gambar 3.4: Ruang shalat sekaligus perpustakaan.
Ma‟had Askar Kauny Cijulang terletak Kampung Cijulang,
Desa Kopo, RT. 03, RW. 05, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat, 16750.
2. Pengasuh
Dalam dunia pesantren, istilah pengasuh atau pengasuhan secara
umum adalah pihak yang bertugas untuk mengasuh dan mengurus
santri dan/atau pesantren. Setiap pesantren memiliki perbedaan
mengenai tugas dan fungsi pengasuh. Misalnya, di pesantren tempat
dulu penulis mondok yang bercorak pesantren modern, istilah
pengasuh adalah para ustadz yang diberikan amanah oleh pihak
38
pesantren untuk mengawasi, mengatur, dan menjaga kebersihan,
kenyamanan, dan keamanan asrama dan santri secara umum. Sistem
pengasuh atau pengasuhan ini terpisah antara putra dan putri.
Sementara di MAK Cijulang –lokasi penelitian penulis–, pengasuh
adalah seorang ustadz yang diberikan amanah oleh pihak yayasan
Askar Kauny untuk menjadi penanggungjawab berjalannya kegiatan
di MAK, atau dapat pula dikatakan pengasuh adalah otoritas tertinggi
di sebuah MAK.
Setiap pengasuh di MAK adalah pilihan langsung dari ustadz
Bobby Herwibowo sendiri. Beliau memilih dan mengangkat seorang
pengasuh berdasarkan kredibilitasnya untuk mengurus sebuah ma‟had
tahfizhul Qur‟an. Penggantian pengasuh di MAK dilakukan
berdasarkan waktu tertentu, atau bisa juga sesuai kondisi yang ada.
Setiap pengasuh di MAK memiliki seorang staf yang berfungsi
sebagai wakil pengasuh, menggantikan posisi pengasuh jika ia sedang
berhalangan ketika bertugas di MAK, seperti saat sakit, pulang ke
rumah, atau keluar dalam jangka waktu pendek atau panjang. Tugas
dan kewajiban pengasuh dan staf adalah sama dalam hal mengajar.
3. Pengajar
Pengajar adalah orang yang tugasnya mengajar, atau biasa
disebut guru. Dalam mencari calon pengajar atau ustadz yang akan
ditugaskan di MAK, ada dua cara yang biasa dilakukan, yaitu melalui
penerimaan pendaftaran sebagai pengajar atau atas pilihan langsung
dari ustadz Bobby Herwibowo atau ustadz Habiburrahim.70
Jika
melalui jalur pendaftaran, maka setiap orang yang ingin menjadi
pengajar harus mendaftarkan dirinya ke kantor yayasan Askar Kauny.
Setelah mendaftar, calon pengajar akan mengikuti tes seleksi, berupa
seleksi administrasi berupa penyerahan fotokopi KTP, fotokopi KK,
surat keterangan sehat dari dokter, SKCK, dan fotokopi ijazah S1
70
Kedekatan antara ustadz Bobby Herwibowo dengan ustadz Habiburrahim sudah terjalin
sejak lama. Saat ini, ustadz Habiburrahim menjabat sebagai sekretaris di yayasan Askar Kauny.
Beliau juga sering menjadi trainer dalam setiap pelatihan menghafal al-Qur‟an bersama ustadz
Bobby Herwibowo yang diselenggarakan oleh yayasan Askar Kauny. Wawancara pribadi dengan
ustadz Habiburrahim, 3 Januari 2018.
39
sebagai ijazah minimal. Kemudian, seleksi tertulis berupa tes
pengetahuan agama sebanyak 50 soal dan tes potensi akademik
sebanyak 50 soal. Terakhir, adalah seleksi wawancara sekaligus tes
hafalan al-Qur‟an. Jumlah hafalan yang mesti dimiliki para pengajar
adalah minimal 20 juz. Seluruh tes dilakukan di kantor yayasan Askar
Kauny. Adapun jika atas pilihan atau bawaan langsung dari ustadz
Bobby Herwibowo atau ustadz Habiburrahim, maka biasanya orang
tersebut dapat langsung mengikuti pelatihan penggunaan metode
MASTER, tanpa harus mengikuti seleksi persyaratan sebagaimana
yang berlaku bagi para pendaftar pengajar.71
Setelah para calon
penajar mengikuti pelatihan metode MASTER selama 1 bulan,
mereka akan langsung ditempatkan di berbagai cabang MAK yang
ada.
Selanjutnya, setiap ustadz yang akan diberikan amanah untuk
membimbing para santri di MAK Cijulang –termasuk di Ma‟had
Askar Kauny yang lainnya– diperkenalkan dengan metode MASTER.
Perkenalan tersebut terdiri dari pengenalan akan teori dasar metode
dan sejarah singkat lahirnya metode. Selanjutnya, diperkenalkan juga
dari segi aplikasinya, yaitu bagaimana penggunaan metode tersebut
dalam menghafal al-Qur‟an, serta penerapannya kepada para santri.
Perkenalan ini dibimbing langsung ustadz Bobby Herwibowo dan
ustadz Habiburrahim di kantor yayasan Askar Kauny yang berlokasi
di Cipayung, Jakarta Timur.
Setelah tahap perkenalan dengan metode ini dianggap cukup –
maksudnya sampai para calon ustadz di MAK paham dengan metode
MASTER–, tahap berikutnya adalah mengirimkan para ustadz
tersebut ke MAK yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia.
Pengiriman dan pembagian lokasi MAK didasarkan pada kebutuhan
setiap MAK yang berbeda-beda satu sama lain, yakni dari aspek
jumlah santri dan kemampuan menghafal santri secara umum.
71
Wawancara pribadi dengan ustadz Sholeh, 11 Januari 2018.
40
Mengenai jumlah pengajar disana, sampai kunjungan penulis
yang terakhir, terdapat 4 orang pengajar disana, yaitu ustadz Sufyan
Anwar (beliau merangkap sebagai pengasuh MAK Cijulang), ustadz
Ali Arifin (beliau merangkap sebagai staf pengasuh), ustadz Jumaidi,
dan ustadz Muhammad Syukrin Mukhtar.72
4. Murid
Pada dasarnya, setiap anak yang berusia di bawah 13 tahun
dapat mendaftar menjadi murid atau santri di ma‟had Askar Kauny.
Proses pendaftaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
datang langsung ke kantor yayasan Askar Kauny yang berlokasi di
Cipayung, Jakarta Timur, atau mendaftar secara online melaui situs
https://kauny.com/penerimaan-santri-dan-santriwati-barumahad-askar-
kauny/. Persyaratan utama untuk bisa menjadi santri di ma‟had Askar
Kauny adalah bisa membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar, yang
mana ini diketahui melalui tes membaca al-Qur‟an di kantor yayasan
Askar Kauny. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan
mempercepat proses menghafal santri ketika di ma‟had nanti, dimana
santri tidak perlu lagi diajarkan cara membaca al-Qur‟an.
Jumlah murid atau santri di setiap MAK berbeda-beda,
tergantung pada kapastitas tempat. MAK Cikarang adalah MAK yang
paling besar kapasitasnya, dapat menampung hingga 100 santri.
Sementara MAK Cijulang dapat menampung hingga 45 santri.73
Jumlah ini terbilang kecil untuk kategori sebuah pesantren atau
ma‟had. Hal ini disebabkan seluruh MAK yang ada adalah bangunan
rumah yang di-hibah-kan sang pemilik untuk dimanfaatkan sebagai
tempat menghafal al-Qur‟an, yang pengelolaannya diserahkan
seutuhnya kepada pihak yayasan Askar Kauny. Semua santri di MAK
hanya fokus pada hafalan al-Qur‟an dan belajar, baik berupa
pembelajaran beberapa mata pelajaran sekolah (misalnya mata
pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, matematika,
72
Hasil observasi tanggal 15 Maret 2018. 73
Wawancara pribadi dengan ustadz Sholeh, 11 Januari 2018.
41
IPA, dan IPS) maupun berupa keterampilan praktis (misalnya
berkuda, memanah, berenang, menjahit, dan lain-lain).
MAK Cijulang dikhususkan untuk santri putra dan dapat
menampung hingga 45 santri. Namun, saat penulis melakukan
kunjungan terakhir kesana pada pertengahan Maret 2018, santri yang
ada berjumlah 33 orang. Saat itu, santri yang paling dewasa berusia 15
tahun, dan yang paling muda berusia 10 tahun. Para santri itu datang
dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Aceh, Palembang Lampung,
Tangerang, Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok, Bandung, hingga Sulawesi
Selatan. Berikut adalah daftar santri MAK Cijulang sampai dengan 15
Maret 2018:
Tabel 3.1: Daftar santri MAK Cijulang
No. Nama Usia Asal Daerah
1. Abdullah Umar Ibrahim 15 tahun Jakarta
2. Ahmad Al-Laibi Nashrullah 12 tahun Jakarta
3. Ahmad Ghazy 13 tahun Jakarta
4. Ahmad Syakil Mubarak 12 tahun Aceh
5. Akmal Nur Hakim 13 tahun Bogor
6. Aling Muhammad Kayyis 13 tahun Tangerang Selatan
7. Andi Harun Yahya 13 tahun Sulawesi Selatan
8. Bayu Segara Putra 13 tahun Bogor
9. Fajar Muhammad Arifin 11 tahun Bandung
10. Faris Maulana Dzulfikar 13 tahun Jakarta
11. Fityan Ahmad Al-Ghifari 13 tahun Jakarta
12. Ghaza Fauzi Ridwan 10 tahun Sukabumi
13. Hadji Akbar Revaldo 14 tahun Bekasi
14. Hilmi Mubarak 13 tahun Bekasi
15. Ilham Fathani 12 tahun Bogor
16. Irwansyah Dasuki 13 tahun Lampung
17. Joadim Sabhi Gosianes 13 tahun Bogor
18. Julian Sidqi Gosianes 10 tahun Bogor
42
19. Muhammad Azma Fathurrahman 14 tahun Depok
20. Muhammad Chaidir Rabbani 14 tahun Bogor
21. Muhammad Fikri 13 tahun Jakarta
22. Muhammad Hafizhurrahman 13 tahun Jakarta
23. Muhammad Jundi Ramadhan 14 tahun Depok
24. Muhammad Miftahul Hidayat 15 tahun Bogor
25. Muhammad Rasya Ramadhan Haryanto 13 tahun Bekasi
26. Muhammad Rizki Darto 14 tahun Bogor
27. Muhammad Syauqi Rijal 12 tahun Bekasi
28. Rizki Muhammad Dahlan 11 tahun Bandung
29. Salman Al-Farisi 13 tahun Jakarta
30. Umar Abdul Nashir 12 tahun Tangerang
31. Viqih Nurizam 13 tahun Palembang
32. Zaki Ibadurrahman 12 tahun Bekasi
33. Zulfadhli Malik Muhammad 12 tahun Depok
Di MAK Cijulang –sebagaimana juga di MAK lainnya– tidak
hanya diisi dengan kegiatan menghafal al-Qur‟an, namun juga diisi
oleh kegiatan belajar mengajar dari beberapa mata pelajaran pilihan,
atau mata pelajaran yang termasuk dalam ujian nasional. Nantinya,
para santri akan diberikan kebebasan untuk memilih, apakah ingin
mengikuti ujian nasional paket C untuk mendapatkan ijazah sekolah
atau tidak. Selain itu, di MAK Cijulang juga diisi dengan berbagai
kegiatan di luar ruangan, seperti olahraga, berenang, dan yang lainnya.
43
BAB IV
IMPLEMENTASI METODE MASTER
A. Konsep METODE
Metode MASTER (Menghafal Al-Qur‟an Semudah Tersenyum) adalah
sebuah metode dalam menghafal al-Qur‟an yang memadukan antara fungsi otak
kiri (yakni kegiatan menghafal) dan fungsi otak kanan (yakni gerakan tangan atau
badan). Perpaduan kedua fungsi otak tersebut menghasilkan kegiatan menghafal
al-Qur‟an yang bukan hanya hafal teks arabnya saja, namun juga paham makna
atau arti ayatnya. Metode ini sendiri ditemukan dan dikembangkan oleh ustadz
Bobby Herwibowo yang dimulai pada tahun 2011. Ia sendiri adalah seorang da‟i
yang memfokuskan dirinya pada bidang penghafalan al-Qur‟an. Melalui metode
ini, diharapkan semakin banyak orang yang tertarik untuk menghafal al-Qur‟an.74
Metode ini menjadikan para penghafal tidak hanya sekedar menghafal teks
Arabnya saja, namun juga paham arti atau makna dari ayat-ayat yang dihafal.
Selain itu, kebosanan dan kejemuan yang biasanya melanda seseorang saat
menghafal al-Qur‟an, dapat diatasi dengan metode ini. Hal tersebut dapat
diketahui dari cara kerja metode ini yang akan dijelaskan nanti.
Menurut penulis, konsep dasar dari metode MASTER ini mirip dengan
konsep belajar Quantum Learning, yakni sebuah metode pembelajaran yang dapat
mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat proses belajar menjadi
suatu hal yang menyenangkan dan bermanfaat. Lebih lanjut, Quantum Learning
merupakan gabungan bermacam-macam interaksi di dalam proses belajar, yang
mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang
menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Kemiripan
antara konsep metode MASTER dengan konsep belajar Quantum Learning
setidaknya penulis sandarkan pada dua hal:
Pertama, metode MASTER dan Quantum Learning sama-sama
mengupayakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan ketajaman
pemahaman dan daya ingat. Upaya meningkatkan ketajaman pemahaman dan
74
Bobby Herwibowo, Teknik Quantum Rasulullah: Fun dan Cepat Menghafal Al-
Qur‟an, (Jakarta: Noura Books, 2014), h. 16.
44
daya ingat tersebut dapat dilakukan dengan beragam cara. Misalnya dalam metode
MASTER, adanya gerakan tangan atau badan yang merupakan visualisasi dari
makna ayat yang sedang dihafal, dapat membantu seseorang dalam menghafal
sesuatu yang secara kebahasaan adalah asing baginya. Bayangkan kalau kita
menghafal sesuatu tanpa tahu makna dan tujuannya, maka perasaan ngambang
akan muncul di benak kita. Sedangkan jika kita menghafalkan sesuatu yang kita
paham makna dan tujuannya, tentunya ini akan lebih mudah untuk diingat dan
tidak cepat lupa.
Kedua, metode MASTER dan Quantum Learning sama-sama menjadikan
proses pembelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Dalam
mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan dibutuhkan strategi khusus,
seperti aktif, komunikatif, dan patisipatif. Berdasarkan hasil pengamatan penulis
di MAK Cijulang, tampak bahwa metode MASTER ini memang menjadikan
proses menghafal al-Qur‟an sebagai sesuatu yang menyenangkan. Hal ini terlihat
ketika proses menghafal berlangsung, para santri tampak antusias dan
bersemangat dalam mengikuti gerakan yang dicontohkan sang ustadz. Kadang
kala, dalam proses menghafal tersebut diselingi dengan tawa ringan, disebabkan
beberapa gerakan yang dianggap lucu oleh para santri. Hal seperti ini belum
pernah penulis temui dalam kegiatan hafalan al-Qur‟an di tempat lain, yang
biasanya tampak serius dan kaku, sehingga lebih cepat jenuh dan ngantuk.75
Seperti yang penulis katakan sebelumnya, bahwa metode MASTER ini
adalah metode menghafal al-Qur‟an yang memiliki konsep memadukan antara
fungsi otak kiri dan otak kanan. Sebelumnya, pada BAB II penulis sengaja
uraikan secara cukup panjang mengenai anatomi otak dan ditutup dengan fungsi
otak dalam menghafal, dimana proses menghafal ini berlangsung dengan sebuah
mekanisme teratur, dan di sini sel saraf aktif atau neuron memainkan peranannya.
Ketika ada informasi masuk ke otak, maka akan terbentuk sinaps atau
hubungan/jaringan antar neuron. Semakin banyak informasi yang masuk, maka
akan semakin banyak pula sinapsis atau jaringan yang terbentuk.
Pada dasarnya, tidak ada gerakan atau aturan baku dalam
memvisualisasikan makna ayat yang sedang dihafal. Untuk menentukan gerakan
75
Bobby Herwibowo, Teknik Quantum Rasulullah: Fun dan Cepat Menghafal Al-
Qur‟an, (Jakarta: Noura Books, 2014), h. 123
45
mana yang “enak” dipakai dalam memvisualisasikan makna ayat, semuanya
tergantung pada selera masing-masing, atau tergantung pada kesepakatan antara
murid dengan guru. Hal ini penulis pahami dari beberapa kali pengamatan yang
penulis lakukan ketika proses menghafal sedang berlangsung.
Misalnya, saat kedatangan penulis pada tanggal 15 Maret 2018, saat itu,
salah satu ayat sedang dihafal dengan menggunakan gerakan adalah surat Yusuf
ayat 50. Pada ayat tersebut, terdapat kata al-malik yang berarti raja pada permulan
ayatnya. Dalam memeragakan makna dari kata “raja” itu, mereka memeragakan
kedua tangan yang di letakkan di kedua pinnggang, seperti seorang yang hebat
dan pemberani. Lain lagi ketika kedatangan penulis tanggal 21 Maret 2018, saat
itu, salah satu ayat yang sedang dihafal adalah surat al-Mulk ayat 1 yang di
dalamnya juga terdapat kata al-mulk yang berarti raja. Dalam memeragakan
makna dari kata “raja” itu, mereka memeragakan kedua tangan yang di letakkan di
atas kepala seolah-olah terdapat mahkota. Hal demikian juga penulis dapatkan
dari keterangan yang diberikan oleh ustadz Sholeh, bahwa gerakan apa ang
digunakan dalam memvisualisasikan makna ayat adalah hasil kesapakatan antara
murid dengan guru.76
Menurut penulis, hal semacam ini dapat memberikan
kemudahan dalam menghafal, karena si penghafal bisa dengan leluasa memilih
gerakan yang pas dan nyaman buat dirinya.
B. Sebelum menghafal
Untuk bisa menjadi santri di Ma‟had Askar Kauny –di mana pun itu–,
mereka mesti mendaftar terlebih dahulu, baik via online melalui website resmi
Askar Kauny, maupun datang langsung ke kantor pusat yang berada di bilangan
Cipayung, Jakarta Timur. Kemudian, calon santri akan melalui tahap seleksi
pemberkasan dan kelayakan. Jika telah dinyatakan lulus, mereka akan
ditempatkan di MAK yang telah ditentukan oleh pihak yayasan Askar Kauny.
Pada dasarnya, setiap santri yang ingin mondok di Askar Kauny,
diwajibkan untuk bisa membaca al-Qur‟an terlebih dahulu secara baik dan benar.
Hal ini guna mempermudah proses dan mempercepat waktu menghafal mereka
untuk dapat selesai hafalan 30 juz. Namun ternyata, ada juga beberapa santri yang
76
Wawancara pribadi dengan ustadz Sholeh, 11 Januari 2018.
46
penulis temukan belum begitu lancar dalam membaca al-Qur‟an, yang salah
satunya berinisial GFR yang berusia 10 tahun.77
Ketika hal ini penulis tanyakan
kepada ustadz Sholeh selaku pengasuh di sana, beliau menjelaskan bahwa,
“memang ada beberapa santri yang belum lancar baca al-Qur‟an-nya, dan dia bisa
mondok di sini (MAK Cijulang –pen), asalkan dia punya kemauan yang kuat dan
sungguh-sungguh untuk ngafalin al-Qur‟an”.78
Sebelum mulai menghafal, para santri ini akan diperkenalkan terlebih
dahulu mengenai metode MASTER. Mulai dari awal mula kemunculannya,
hingga bagaimana nilai lebihnya dibanding metode yang lain. Biasanya,
pengenalan ini berlangsung selama 1 hari saja.
Para santri yang baru itu, tidak semuanya belum memiliki hafalan.
Sebagian dari mereka ada yang sudah punya modal hafalan dari luar. Untuk
menghadapi perbedaan ini, nantinya para santri akan ditempatkan pada level kelas
yang berbeda-beda. Penempatan itu didasarkan pada kemampuan santri dalam
menghafal dan banyaknya hafalan. Jadi, antara santri yang sudah punya hafalan
dari luar akan berbeda kelasnya dengan mereka yang belum punya hafalan. Begitu
juga terhadap kemampuan menghafal, antara santri yang mampu menghafal 5
baris per hari akan berbeda kelasnya dengan yang sudah mampu menghafal
setengah halaman per hari.
C. Proses menghafal
Kegiatan menghafal al-Qur‟an di MAK Cijulang dilakukan setiap hari
Senin sampai hari Sabtu, sejak selesai shalat shubuh berjam‟ah hingga pukul
07.30 pagi. Secara keseluruhan, penulis telah melakukan pengamatan dalam
proses menghafal sebanyak tiga kali, yakni pada tanggal 15 Maret 2018, 21 Maret
2018, dan 28 Maret 2018.
Hari Kamis, 15 Maret 2018 adalah hari pertama kunjungan penulis ke
ma‟had Askar Kauny Cijulang. Sesampainya di sana, penulis pun diajak oleh
ustadz Sufyan Anwar –selaku pengasuh ma‟had– untuk beristirahat sejenak di
salah satu kamar kosong yang ada. Tak berapa lama, adzan shubuh pun
berkumandang dan penulis bergegas mengambil air wudhu untuk kemudian
77
Catatan observasi tanggal 15 Maret 2018. 78
Wawancara pribadi dengan ustadz Sholeh, 11 Januari 2018.
47
melaksanakan shalat shubuh berjam‟ah. Kali ini, shalat shubuh diimami oleh
Muhammad Azma Fathurrahman, salah seorang santri asal Depok yang berusia 14
tahun. Shalat berjama‟ah diikuti oleh seluruh santri dan ustadz yang ada, hingga
membentuk 5 barisan shalat. Selesai shalat berjama‟ah yang dilakukan di ruang
shalat sekaligus ruang perpustakaan itu, dilanjutkan dengan dzikir dan wirid
hingga sekitar 15 menit. Baru setelah itu, kegiatan menghafal dan setoran hafalan
dimulai.
Sebelum kegiatan menghafal dimulai, terlebih dahulu para santri
merapikan kembali barisan mereka seperti semula. Lalu, ustadz Jumaidi yang
merupakan salah satu pengajar di MAK Cijulang maju ke depan dan duduk di
tempat imam. Tampak ada meja kecil di depannya dan sebuah mushaf di atasnya.
Setelah membaca salam, ustadz Jumaidi pun memberitahukan kepada para santri
bahwa, “oke, pagi ini Insya Allah kita akan menghafal surat Yusuf ayat 50 sampai
51 ya”.79
Diawali dengan membaca ta‟awudz dan basmalah secara bersama-sama,
sambil memakai gerakan. Lalu, dilanjutkan dengan proses menghafal melalui
tahapan-tahapan berikut:
1. Ustadz membacakan terlebih dahulu secara keseluruhan ayat ke-50 sebanyak
satu kali tanpa gerakan, sementara santri diam menyimak dan mendengarkan.
2. Santri membaca secara bersama-sama ayat ke-50 secara keseluruhan dengan
melihat pada mushaf tanpa disertai gerakan.
3. Ustadz membacakan ayat ke-50 dengan sistem membaca perkata disertai arti
dan gerakannya, sambil santri mengikutinya secara seksama, hingga selsesai
ayat ke-50.
4. Ustadz dan santri membaca keseluruhan ayat ke-50 secara bersama-sama
disertai gerakannya. Tahapan ini diulangi sebanyak tiga kali.
Setelah tahapan-tahapan tadi selesai, dilanjutkan dengan menghafal ayat
ke-51 dari surat Yusuf. Sama seperti pada ayat ke-50, menghafal pada ayat ke-51
ini juga melalui tahapan-tahapan seperti yang sudah disebutkan di atas. Untuk
lebih jelasnya, berikut akan penulis uraikan secara rinci bagaimana gambaran
visualisasi makna yang diaplikasikan dalam surat Yusuf ayat 50-51 melalui tabel.
Ayat 50:
79
Catatan observasi tanggal 15 Maret 2018.
48
ة ل قال ازجع إن زبك فاسأن ما بال انىس س ا جاء ي انس فهم وي ب قال انمهك ائت
ه عهيم تي قطعه أيديه إن زبي بكيد انل
“Dan raja berkata, „bawalah dia kepadakau!‟. Ketika utusan itu datang
kepadanya, dia (Yusuf) berkata, „kembalilah kepada tuanmu dan tanyakan
kepadanya bagaimana halnya perempuan-perempuan yang telah melukai
tangannya. Sungguh, Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya mereka‟”.
Tabel 4.1: Potongan ayat dan contoh gerakan surat Yusuf ayat 50
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
قال Dan dia berkata Kedua jari telunjuk menunjuk ke arah
mulut
Raja Kedua tangan berada di pinggang انمهك
وي ب Bawalah dia ائت
kepadaku
Kedua tangan melambai ke arah dada
ا Maka ketika Jari telunjuk tangan kana menunjuk فهم
ke arah depan
Telah datang جاء ي
kepadanya
Jari telunjuk dan jari tengah seperti
kaki yang sedang berjalan
ل س Rasul itu Jari telunjuk bergerak turun dari arah انس
atas kea rah bawah
Dia berkata Kedua jari telunjuk menunjuk ke arah قال
mulut
Kembalilah engkau Jari telunjuk tangan kanan mengarah ازجع
ke arah kanan dengan gerakan cepat
Kepada Jari telunjuk tangan kanan mengarah إن
ke arah kanan dengan gerakan cepat
Tuanmu Kedua tangan seperti sedang berdoa زبك
Maka tanyakanlah فاسأن
kepadanya
Jari telunjuk tangan kana membentuk
sombol tanda tanya
Bagimana halnya Kedua tangan diangkat ke arah ما بال
samping
ة -Perempuan انىس
perempuan itu
Kedua tangan membentuk gambaran
rambut panjang
تي قطعه Yang mereka انل
melukai
Jari telunjuk tangan kanan seperti
menyayat tangan kiri
Tangan-tangan أيديه
mereka
Kedua tangan di angkat ke depan dan
digerak-gerakkan
-Sesungguhnya Jari telunjuk tangan kanan menunjuk إن
nunjuk ke arah atas
Tuhanku Kedua tangan seperti sedang berdoa زبي
ه Terhadap tipu daya بكيد
mereka
Jari telunjuk tangan kanan digerak-
gerakkan ke kiri dan ke kanan
Maha Mengetahui Kedua jari telunjuk meunjuk ke arah عهيم
kepala/otak
49
Ayat 51:
ء مه س ما عهمىا عهي قهه حاش لل سف عه وفس دته ي قال ما خطبكه إذ زا
ادق نمه انص إو دت عه وفس يه قانت امسأت انعزيز األن حصحص انحق أوا ز
“Dia (raja) berkata (kepada perempuan-perempuan itu), begaimana keadaanmu
ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya?‟. Mereka berkata,
„Maha Sempurna Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukan darinya.‟ Istri
al-Aziz berkata, „sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggoda dan
yang merayunya, dan sesungguhnya dia termasuk orang yang benar.‟”
Tabel 4.2: Potongan ayat dan contoh gerakan surat Yusuf ayat 51
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
Dia berkata Kedua jari telunjuk menunjuk ke arah قال
mulut
Bagaimana keadaan ما خطبكه
kalian
Kedua tangan diangkat ke arah
samping
دته Ketika kalian إذ زا
menggoda
Sedikit menggoyang-goyangkan
badan
سف Yusuf Jari telunjuk dan jari jemol tangan ي
kanan diletakkan di bawah dagu
Dari dirinya Jari telunjuk tangan kanan menunjuk عه وفس
ke arah dada
Mereka berkata Kedua jari telunjuk menunjuk ke arah قهه
mulut, lalu digerakkan ke arah kiri
dan ke arah kanan bersamaan
Maha Sempurna حاش لل
Allah
Kedua tangan membentuk lingkaran
besar
Tidaklah Telapak tangan kanan digoyangkan ما
ke kiri dan ke kanan
Kami mengetahui Kedua telunjuk menunjuk ke arah عهمىا
kepala/otak
-Atasnya Jari telunjuk tangan kanan menunjuk عهي
nunjuk ke arah kanan
ء Dari keburukan Kedua jempol menunjuk ke arah مه س
bawah
Dia berkata Kedua jari telunjuk menunjuk ke arah قانت
mulut
Istri al-Aziz Kedua tangan mengarah ke arah kiri امسأت انعزيز
depan
Sekarang Jari telunjuk tangan kanan menunjuk األن
ke arah bawah
Telah tampak حصحص انحق
kebenaran
Kedua tangan bergerak bersamaan ke
arah kiri dan ke arah kanan
Akulah Kedua jari telunjuk menunjuk ke arah أوا
dada
50
دت Yang menggodanya Sedikit menggoyang-goyangkan ز
badan
-Dari dirinya Jari telunjuk tangan kanan menunjuk عه وفس
nunjuk ke arah kanan
إو Dan sesungguhnya
dia
Jari telunjuk kanan menunjuk ke arah
kanan depan
ادقيه Termasuk orang نمه انص
yang benar
Kedua jempol diangkat ke depan
Para santri diberi waktu selama 20 menit untuk menghafal. Pada proses
ini, santri diberikan kebebasan untuk mencari posisi dan tempat yang nyaman buat
mereka. Di antara mereka, ada yang menghafal secara indvidu atau masing-
masing sambil duduk di ruangan, berjalan-jalan, atau duduk di teras depan. Ada
juga di antara mereka yang satu sama lain saling mendengarkan hafalan bersama
temannya. Mereka semua memgang mushaf-nya masing-masing. Sementara
ustadz Jumaidi dan ustadz Syukrin memantau mereka saja di dalam ruangan.
Gambar 4.1: seorang santri maju ke depan guna memperdengarkan
hafalannya.
Setelah waktu menghafal selesai, selanjutnya adalah waktu para santri
untuk setoran hafalan kepada para asatidz.80
Setoran hafalan dilakukan dengan
meminta kepada para santri untuk maju ke depan guna memperdengarkan hafalan
mereka disertai gerakan secara bergantian. Seperti terlihat pada gambar di atas,
tampak seorang santri mau ke depan guna memperdengarkan hafalnnya kepada
asatidz yang ada dan para santri lainnya. Setoran hafalan dilakukan sebayak 2
kali. Pertama, santri terlebih dahulu memperdengarkan hafalan ayat secara
keseluruhan. Kedua, santri memperdengarkan hafalan ayat per kata disertai arti
dan gerakannya. Terlihat juga ia didampingi oleh ustadz Jumaidi, sementara
80
Kata “asatidz” adalah bentuk jamak dari kata ustadz.
51
ustadz Syukrin duduk bersama para santri sambil memperhatikan serta melakukan
penilaian pada buku penilaian. Namun, tak semua santri berani untuk maju ke
depan. Mereka yang tak berani ini adalah yang belum sempurna hafalannya,
sehingga ada rasa malu di hadapan teman-temannya. Terhitung hanya ada 26
santri yang mau maju ke depan. Proses setoran hafalan ini berlangsung selama
kurang lebih 20 menit.81
Selanjutnya, hari Rabu, 21 Maret 2018 adalah kali kedua penulis
melakukan pengamatan terhadap kegiatan menghafal di MAK Cijulang. Pada
Rabu dini hari sekitar pukul 02.30, penulis tiba di sana, dan beristirahat sejenak
hingga menjelang waktu shubuh. Lalu, waktu shubuh pun tiba. Terdengar adzan
berkumandang dari beberapa masjid dan mushalla yang ada di sekitaran ma‟had.
Penulis pun bergegas mengambil air wudhu untuk bergabung bersama para santri
dan asatidz melaksanakan shalat shubuh berjama‟ah. Adapun yang memimpin
shalat shubuh berjam‟ah adalah Irwansyah Dasuki, santri asal Lampung yang
berusia 13 tahun. Selesai shalat shubuh berjama‟ah, dilanjutkan dengan wirid dan
dzikir pagi. Setelah selesai, para santri tetap duduk di tempatnya masing-masing,
untuk selanjutnya masuk dalam sesi menghafal. Kali ini ayat yang dihafal adalah
surat al-Mulk ayat 1-3. Seperti biasa, proses menghafal berlangsung di ruang
shalat yang sekaligus berfungsi sebagai perpustakaan. Kegiatan ini dibimbing oleh
ustadz Syukrin, dimana beliau maju ke depan untuk mempraktekkan gerakan arti
ayat sebelum para santri menghafalnya. Adapun ustadz Jumaidi dan ustadz Ali
Arifin yang juga pengajar, duduk bergabung di barisan santri. Saat itu, terdapat 31
santri yang mengikuti kegiatan menghafal, sementara 2 santri lainnya sedang sakit
dan beristirahat di kamarnya. Dimulai dengan membaca ta‟awudz dan basmalah
secara bersama-sama, sambil memakai gerakan. Lalu, dilanjutkan dengan
menghafal tiga ayat pertama dari surat al-Mulk, dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Ustadz membacakan terlebih dahulu secara keseluruhan ayat pertama
sebanyak satu kali tanpa gerakan, sementara santri diam menyimak dan
mendengarkan.
81
Catatan observasi lapangan tanggal 15 Maret 2018.
52
2. Santri membaca secara bersama-sama ayat pertama secara keseluruhan dengan
melihat pada mushaf tanpa disertai gerakan.
3. Ustadz membacakan ayat pertama dengan sistem membaca perkata disertai
arti dan gerakannya, sambil santri mengikutinya secara seksama, hingga
selsesai ayat pertama.
4. Ustadz dan santri membaca keseluruhan ayat pertama secara bersama-sama
disertai gerakannya. Tahapan ini diulangi sebanyak tiga kali.
Setelah tahapan-tahapan tadi selesai, dilanjutkan dengan menghafal ayat
kedua dari surat al-Mulk, lalu berakhir dengan menghafal ayat ketiganya. Sama
seperti pada ayat pertama, proses menghafal ayat kedua dan ketiga juga melalui
tahapan-tahapan seperti yang sudah disebutkan di atas. Untuk lebih jelasnya,
berikut akan penulis uraikan secara rinci bagaimana gambaran visualisasi makna
yang diaplikasikan dalam surat al-Mulk ayat 1-3 melalui tabel.
Ayat 1 ت بارك الذي بيده الملك و هو على كل شيء قدي ر
“Maha Suci Allah yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”
Tabel 4.3: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-Mulk ayat 1
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
Maha Suci Kedua tangan menengadah ke atas ت بارك
Yang Menunjuk-nunjuk ke depan dengan الذي
tangan kanan
di tangan-Nya Mengangkat tangan kanan sambil بيده
mengepalkannya
Kerajaan Meletakkan kedua tangan di kepala الملك
membentuk mahkota
dan Dia Menunjuk dengan telunjuk ke arah و هو
depan dengan tangan kanan
شيء على كل atas segala sesuatu Tangan kanan dan tangan kiri seperti
sedang menghitung
Maha Kuasa Mengepalkan kedua tangan ke depan قدي ر
seperti menunjukkan orang yang kuat
Ayat 2
لوكم أيكم أحسن عمل و هو العزي ز الغفور الذى خلق الموت و اليوة ليب
53
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun”
Tabel 4.4: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-Mulk ayat 2
Potongan Ayat Potongan Arti Geakan
Yang Menunjuk-nunjuk الذى
telunjuk tangan kanan ke
depan
Menciptakan Kedua tangan membentuk خلق
bulat, seperti membuat
sesuatu
Kematian Tangan kanan direbahkan الموت
ke tangan kiri
Kehidupan Tangan kanan و اليوة
dibangunkan dari tangan
kiri
لوكم untuk menguji Tangan kanan seperti ليب
sedang menulis di atas
tangan kiri
siapakah di antara kalian Telunjuk tangan kanan أيكم
menunjuk ke dapan
yang lebih baik Tangan kanan dan kiri أحسن
mengacungkan kedua
jempol ke depan
Amalnya Tangan kanan seperti عمل
sedang bersedekah
dan Dia Tangan kanan menunjuk و هو
ke atas
Maha Perkasa Kedua tangan dikepalkan العزي ز
ke depan
Maha Pengampun Kedua tangan dirapatkan الغفور
seperti sedang meminta
maaf
Ayat 3
طور الذى خلق سبع سوت طباقا ما ت رى ف خلق الرحن من ت فوت فارجع البصر هل ت رى من ف
“Yang menciptakan tujuh lapis langit. Kamu tidak akan melihat sesuatu yang
tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang maha Pengasih. Maka, lihatlah sekali
lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?”
Tabel 4.5: Potongan ayat dan contoh gerakan surat al-Mulk ayat 3
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
Yang Tekunjuk tangan kanan الذى
menunjuk-nunjuk ke
depan
54
Menciptakan Kedua tangan خلق
membentuk bulat seperti
membuat sesuatu
Tujuh Kedua tangan سبع
membentuk angka tujuh
Langit Kedua tangan سوت
membentuk sesuatu yang
terkesan luas
Berlapis Kedua tangan طباقا
membentuk gerakan
bertingkat
ت رىما kamu tidak melihat Kedua jari jemari tangan
membentuk lingkaran di
bola mata seperti
meneropong, lalu
memberi isyarat tidak
dengan lambaian tangan
pada penciptaan Kedua tangan ف خلق
membentuk bulat seperti
membuat sesuatu
Yang Maha Pengasih Gerakan seperti orang الرحن
sedang memberi sesuatu
Dari Telunjuk kanan من
menunjuk ke depan
Ketidakseimbangan Kedua tangan ت فوت
memperagakan alat
timbang yang tidak
seimbang
maka kembalilah Kedua telapak tangan فارجع
seolah memanggil
kembali
Pandangan Kedua tangan seperti البصر
membentuk teropong di
kedua bola mata
Apakah Telunjuk kanan هل
menunjuk ke depan
kamu melihat Kedua tangan seperti ت رى
membentuk teropong di
kedua bola mata
yang cacat Kedua tangan seperti من فطور
tangan orang yang cacat
55
Gambar 4.2: suasana setoran hafalan.
Setelah diberi waktu sekitar 20 menit untuk menghafal, selanjutnya para
santri menyetorkan hafalan mereka. Seperti tampak pada gambar di atas, metode
yang digunakan kali ini dalam setoran hafalan adalah salah satu santri
memperdengarkan hafalannya ke santri yang lainnya, dan ini dilakukan secara
bergantian. Tidak hanya memperdengarkan hafalannya, namun juga disertai
gerakan beserta artinya secara per kata. Ada 2 tahapan dalam setoran hafalan ini.
Pertama, santri terlebih dahulu memperdengarkan hafalan ayat secara
keseluruhan. Kedua, santri memperdengarkan hafalan ayat per kata disertai arti
dan gerakannya. Adapun ustadz Jumaidi dan ustadz Syukrin, mereka duduk di
belakang sambil menyimak hafalan santri sambil mencatat hal-hal penting pada
buku penilaian. Sekitar 15 menit, setoran hafalan ini pun selesai.82
Observasi lapangan yang penulis lakukan berakhir di hari Rabu, 28 Maret
2018. Sama seperti 2 kali observasi sebelumnya, penulis berangkat dari Jakarta
pada malam hari sebelumnya, dan tiba pada waktu dini hari. Shalat shubuh
berjama‟ah kali ini dipimpin oleh Ahmad Syakil Mubarak, santri usia 12 tahun
asal Aceh. Selesai shalat shubuh berjama‟ah, wirid, dan dzikir pagi, dilanjutkan
dengan proses menghafal. Ayat yang dihafal kali ini adalah surat as-Sajadah ayat
11-12. Proses menghafal berlangsung di ruang shalat yang sekaligus berfungsi
sebagai perpustakaan. Kegiatan ini berlangsung mulai sejak setelah shalat shubuh
berjama‟ah hingga pukul 07.30 pagi, dibimbing oleh ustadz M. Syukrin Mukhtar.
Suasana pagi itu lebih dingin dari biasanya, karena sejak dini hari Cijulang sudah
diguyur oleh gerimis. Saat itu, terdapat 33 santri yang mengikuti kegiatan
menghafal. Seperti biasa mereka duduk rapi membentuk barisan shalat. Dimulai
82
Catatan observasi lapangan tanggal 21 Maret 2018.
56
dengan membaca ta‟awudz dan basmalah secara bersama-sama, sambil memakai
gerakan. Lalu, dilanjutkan proses menghafal dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Ustadz membacakan terlebih dahulu secara keseluruhan ayat ke-11 sebanyak
satu kali tanpa gerakan, sementara santri diam menyimak dan mendengarkan.
2. Santri membaca secara bersama-sama ayat ke-11 secara keseluruhan dengan
melihat pada mushaf tanpa disertai gerakan.
3. Ustadz membacakan ayat ke-11 dengan sistem membaca perkata disertai arti
dan gerakannya, sambil santri mengikutinya secara seksama, hingga selsesai
ayat ke-11.
4. Ustadz dan santri membaca keseluruhan ayat ke-11 secara bersama-sama
disertai gerakannya. Tahapan ini diulangi sebanyak tiga kali.
Setelah tahapan-tahapan tadi selesai, dilanjutkan dengan menghafal ayat
ke-12 dari surat as-Sajadah. Sama seperti pada ayat ke-11, menghafal pada ayat
ke-12 ini juga melalui tahapan-tahapan seperti yang sudah disebutkan di atas.
Untuk lebih jelasnya, berikut akan penulis uraikan secara rinci bagaimana
gambaran visualisasi makna yang diaplikasikan dalam surat as-Sajadah ayat 11-12
melalui tabel.
Ayat 11
ن م بكم ثم إن زبكم تسجع ك ت انر هك انم فاكم م قم يت
“Katakanlah, „Malaikat Maut yang diserahi tugas untuk (mencabut nyawa)mu
akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan.‟”
Tabel 4.6: Potongan ayat dan contoh gerakan surat as-Sajadah ayat 11
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
Katakanlah Kedua telunjuk menunjuk ke arah قم
mulut
فاكم Dia yang mematikan يت
kalian
Telunjuk kanan menunjuk ke depan,
lalu telapak tangan bergerak menutup
di atas telapak tangan kiri
ت هك انم ,Malaikat Maut Telunjuk kanan menunjuk ke atas م
lalu tangan kanan seperti mencabut
nyawa dari dada
Yang Telunjuk kanan menunjuk ke depan انر
م ك بكم Ditugaskan bagi kalian Kedua tangan seperti sedang menulis
Kemudian Telunjuk kanan diputar ke depan ثم
57
Kepada Telunjuk kanan menunjuk ke atas إن
Tuhan kalian Kedua tangan seperti sedang berdoa زبكم
ن Kalian dikembalikan Kedua tangan digerakkan ke atas تسجع
Ayat 12
سمعىا فازجعىا م زبىا أبصسوا م عىد زب س ن واكس زء تس إذ انمجسم ن
ن قى وعمم صانحا إوا م
“Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang
berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata, „ya
Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke
dunia), niscaya kami adalah orang-orang yang yakin.‟”
Tabel 4.7: Potongan ayat dan contoh gerakan surat as-Sajadah ayat 12
Potongan Ayat Potongan Arti Gerakan
ن Dan sekiranya Kedua tangan membuka ke depan
,Kamu melihat Kedua telunjuk menunjuk ke depan تس
lalu menunjuk mata
ن Orang-orang yang إذ انمجسم
berdosa itu
Telunjuk kanan menunjuk seperti ke
banyak orang, lalu kedua jempol ke
bawah
م س Mereka menundukkan واكس زء
kepala mereka
Kepala menunduk
م Di sisi Tuhan mereka Kedua tangan disilangkan di dada عىد زب
Ya Tuhan kami Kedua tangan seperti berdoa زبىا
Kami melihat Kedua telunjuk menunjuk mata أبصسوا
سمعىا Dan kami mendengar Kedua telunjuk menunjuk telinga
Maka kembalikanlah فازجعىا
kami
Kedua tangan berayun dari arah
depan ke arah dada
Kami akan berbuat Menggerak-gerakkan jari-jemari وعمم
Kebaikan Kedua jempol diangkat صانحا
Sesungguhnya kami Kedua tangan di dada إوا
ن قى Termasuk orang-orang م
yang yakin
Kedua tangan di dada dengan dikepal
58
Gambar 4.3: suasana menghafal
Waktu untuk menghafal diberikan selama 20 menit. Tampak pada gambar
di atas suasana menghafal, dimana ada sebagian santri yang menghafal, dan
sebagian lainnya mengerjakan shalat sunnah terbitnya matahari. Setelah waktu
menghafal selesai, mereka menyetorkan hafalan mereka pada para asatidz yang
hadir, yaitu ustadz Jumaidi, ustadz Syukrin, dan ustadz Sufyan. Setoran dilakukan
secara berkelompok, yang mana masing-masing kelompok berjumlah 3 santri.
Sekitar 15 menit, setoran hafalan pun selesai.83
Dari sejumlah tabel ayat di atas, kita bisa lihat bahwa gerakan tangan atau
badan yang digunakan sebagai media visualisasi arti dari ayat yang sedang dihafal
adalah tidak baku sifatnya. Artinya, tidak ada ketentuan apakah gerakan yang
menunjukkan kata “raja” –misalnya– harus ditunjukkan dengan gerakan seolah-
olah ada mahkota di atas kepala. Terkadang, gerakan meletakkan kedua tangan di
kedua pinggang adalah yang dipakai dalam menunjukkan arti dari kata “raja”
tersebut. Jadi, gerakan mana yang dipakai sebagai visualisasi arti adalah
tergantung dari bagaimana keinginan si pemakai, yang dalam hal ini adalah
kesepakatan dan kompromi antara ustadz dengan santri.
Penting untuk diketahui, bahwasanya menggunakan gerakan tangan
ataupun badan dalam menghafal, tidak dilakukan secara terus-menerus. Seperti
yang dikatakan oleh ustadz Habiburrahim, bahwa, “Penggunaan gerakan itu hanya
dilakukan pada awal-awal ketika seseorang mulai menghafalkan al-Qur‟an,
fungsinya untuk memberikan stimulus kepada otak, agar ketika nanti menghafal,
makna ayat itu dapat dengan sendirinya tergambar atau tervisualisasi di dalam
otak tanpa harus disertai dengan gerakan”.84
Secara umum, tidak ada batasan
sampai berapa kali atau berapa lama seseorang menggunakan gerakan dalam
83
Catatan observasi lapangan tanggal 28 Maret 2018. 84
Wawancara pribadi dengan ustadz Habiburrahim, 3 Januari 2018.
59
menghafal. Hal itu tergantung pada pribadi masing-masing. Jika gambaran atau
visualisasi dari makna ayat yang dihafal muncul dengan sendirinya di otak tanpa
gerakan, maka di saat itu ia tidak mesti menggunakan gerakan lagi di dalam
menghafal. Namun, khusus di MAK Cijulang, gerakan tangan atau badan
digunakan oleh para santri hingga mereka mampu menghafal setengah halaman
perhari.
Dalam pembahasan sebelumnya, penulis pernah katakan bahwa metode
MASTER ini menjadikan proses menghafal itu menyenangkan dan
mengasyikkan. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan gambaran suasana
ketika proses menghafal berlangsung. Selama tiga kali kunjungan penulis ke
MAK Cijulang, penulis melakukan pengamatan terhadap kegiatan menghafal
yang dilakukan di sana. Secara umum, penulis mengamati bahwa tidak ada rasa
bosan atau jenuh di kalangan santri. Hal itu tergambar dari bagaimana
semangatnya mereka dalam menghafal dan menggerak-gerakkan tangan atau
badan mereka. Hampir seluruh santri yang ada ikut aktif dalam menghafal.
Terkadang, ketika menghafal sedang berlangsung, diselingi oleh tawa kecil,
karena ada beberapa gerakan yang mereka anggap lucu. Suasana menghafal yang
demikian itu, didukung juga oleh lokasi MAK yang jauh dari keramaian. Selain
itu, hawa yang dingin dan sejuk menambah kenyamanan ketika menghafal. Itu
karena lokasi MAK berada di sekitaran pegunungan.85
D. Menjaga hafalan
Satu hal yang tidak kalah penting dan selalu terkait dengan menghafal
adalah menjaga hafalan. Menjaga hafalan menjadi suatu hal yang mesti dilakukan,
karena dengan proses ini hafalan yang sebelumnya sudah dihafal menjadi tidak
mudah hilang atau lupa. Berdasarkan hasi kuisioner yang penulis ajukan kepada
sejumlah santri, para santri di MAK Cijulang punya beberapa cara dalam menjaga
hafalan mereka, diantaranya,
Mengulang di waktu shalat.86
85
Hasil observasi lapangan. 86
Hasil kuisioner tanggal 8 Maret 2018
60
Cara ini mereka lakukan dengan membaca ayat-ayat yang telah mereka hafal
di dalam shalat mereka, baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Khusus di
dalam shalat wajib yang di-jahr-kan bacaannya –seperti shalat shubuh,
maghrib, dan „isya–, ketika ada bacaan imam yang salah, maka bisa langsung
dibetulkan oleh ustadz atau santri lainnya yang berposisi sebagai makmum. Di
antara para santri, ada juga mereka yang mengulang hafalan 1 halaman –
misalnya– setiap akan masuk waktu shalat dan setiap sesudah shalat.
Mengulang dengan gerakan.87
Cara ini mereka lakukan dengan metode MASTER. Biasanya, mereka
mengulang hafalan dengan cara ini ketika mereka sedang punya waktu luang,
dan cara ini bisa mereka lakukan kapan saja dan di mana saja, seperti di
balkon lantai tiga, yang merupakan tempat favorit mereka. Dengan cara ini,
mereka tidak merasa jenuh saat mengulang hafalannya.
Mengulang dengan cara menuliskannya.88
Cara ini mereka lakukan dengan menuliskan ayat-ayat yang telah mereka
hafal. Biasanya, hal ini mereka lakukan secara otodidak dan mandiri, sekedar
mengisi waktu luang. Jika mereka telah selesai, mereka akan mengecek
sendiri kebenaran tulisannya pada mushaf, atau meminta koreksian dari ustadz
atau dari teman mereka yang lebih pandai.
Mengulang bersama teman.89
Cara ini mereka lakukan secara bersama-sama, minimal dua orang, atau secara
berkelompok dengan jumlah yang tak terbatas. Teknisnya adalah salah satu
dari mereka akan mengulang ayat yang telah dihafalnya, sementara temannya
yang lain menyimak dengan seksama, baik mendengarkan saja atau sambil
melihat mushaf. Pengulangan bersama ini biasanya tidak memakai gerakan,
karena tujuannya hanya unuk menjaga hafalan. Jika ada bacaan yang salah,
maka bisa langsung dibetulkan. Begitu seterusnya, hingga semua santri dalam
kelompok itu telah sama-sama memperdengarkan hafalannya.
87
Hasil kuisioner tanggal 8 Maret 2018. 88
Hasil kuisioner tanggal 8 Maret 2018. 89
Hasil kuisioner tanggal 8 Maret 2018.
61
E. Hambatan menghafal
Setiap pekerjaan yang kita lakukan, pasti memliki hambatan, atau bisa
juga disebut rintangan atau halangan. Begitu juga di dalam menghafal al-Qur‟an,
setiap orang pasti memiliki beragam hambatan tersendiri. Berdasarkan hasil
pengisian kuisioner yang penulis ajukan kepada beberapa santri, berikut adalah di
antara hal yang paling banyak menjadi hambatan mereka dalam menghafal al-
Qur‟an.
Malas.90
Dari total 33 santri, sebanyak 21 santri atau sekitar 63% menjawab malas
sebagai faktor penghambat dalam menghafal. Malas adalah salah satu sifat
yang buruk dan menjangkiti banyak orang. Sifat ini menjadikan pelakunya
enggan untuk melakukan sesuatu, khususnya sesuatu yang bermanfaat. Sifat
malas ini juga banyak mengjangkiti para santri di MAK Cijulang. Rasa malas
ini timbul bukan dengan sendirinya, namun ada hal lain yang
melatarbelakanginya, seperti rasa jenuh dan bosan, rasa rindu pada keluarga,
rasa ingin bebas di luar lingkungan ma‟had, dan lainnya.
Handphone.91
Dari total 33 santri, sebanyak 19 santri di antaranya atau sekitar 57%
menjawab penggunaan handphone sebagai faktor penghambat dalam
menghafal. Keberadaan alat komunikasi yang satu ini memang tidak mengenal
batasan. Siapa pun, kapan pun, dan di mana pun, dapat dengan mudah ditemui
orang-orang yang sibuk dengan gadget-nya. Kini, barang yang juga dikenal
dengan smartphone ini sudah menjadi gaya hidup hampir setiap orang.
Bahkan, anak-anak di bawah usia 12 tahun pun sudah banyak yang mahir dan
rutin menggunakannya. Padahal, para ahli kesehatan dan psikologi telah
melarang penggunaan gadget bagi anak di bawah usia 12 tahun, karena
banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan.92
Dalam kaitannya dengan
hambatan dalam menghafal, handphone/gadget/smartphone ini menjadi salah
90
Hasil kuisioner tanggal 8 Maret 2018. 91
Hasil kuisioner tanggal 8 Maret 2018. 92
Irma Gustiana, “Aturan Anak Pakai Gadget”, artikel diakses pada 22 Mei 2018 dari
http://www.parenting.co.id/keluarga/aturan-anak-pakai-gadget
62
satu hal yang dapat menghambat kelancaran proses menghafal. Hal ini
disebabkan, penggunaan gadget yang sering kali lupa waktu, sehingga waktu
yang seharusnya digunakan untuk menghafal atau mengulang hafalan, justru
terbuang atau terpakai oleh penggunaan gadget. Tentu saja, hal ini parah
terjadi dikala para santri pulang ke rumah mereka masing-masing.
Kosakata yang sulit diingat.93
Dari total 33 santri, sebanyak 18 santri di antaranya atau sekitar 54%
menjawab sulitnya beberapa kosakata di dalam al-Qur‟an menjadi faktor
penghambat mereka dalam menghafal al-Qur‟an. Di dalam al-Qur‟an, terdapat
ratusan ribu kosakata yang sudah pasti berbahasa Arab. Ketika menghafal al-
Qur‟an, pada saat yang sama para santri harus menghafal ratusan ribu
kosakata yang ada. Dari sekian banyak kosakata yang ada, ada banyak
kosakata yang sulit mereka ingat, dan ada banyak juga kosakata yang mudah
mereka ingat. Sekian banyak kosakata yang sulit diingat inilah yang menjadi
hambatan mereka dalam menghafal al-Qur‟an. Sehingga, banyak di antara
mereka yang harus mengulang-ulang pengucapan kosakata yang sulit itu
hingga lebih dari sepuluh kali, agar bisa diingat dengan baik.
Banyak main.94
Dari total 33 santri, sebanyak 15 santri di antaranya atau sekitar 45%
menjawab bahwa banyak main adalah godaan buat mereka, sehingga
menghambat proses menghafal dengan cepat. Para santri di MAK Cijulang
rata-rata berusia antara 10 hingga 15 tahun. Rentang usia tersebut masuk
dalam kategori masa remaja awal. Pada masa inilah mereka mengalami
perubahan kondisi fisik, emosi, dan psikis. Itulah sebabnya pada masa ini juga
dikenal dengan masa transisi, yakni masa peralihan dari masa anak-anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini pula, mereka biasanya akan banyak
mencoba hal-hal baru, yang sebenarnya itu merupakan bahan pembelajaran
buat mereka. Dalam kaitannya dengan banyak main sebagai hambatan dalam
menghafal, masa usia 10-15 tahun ini akan dipenuhi oleh banyak aktifitas,
termasuk bermain dengan teman-teman mereka. Rasa solidaritas yang tinggi
93
Hasil kuisioner tanggal 8 Maret 2018. 94
Hasil kuisioner tanggal 8 Maret 2018.
63
pada masa ini, membuat mereka merasa lebih nyaman untuk banyak
berinteraksi dan melakukan berbagai kegiatan bersama teman-temannya.95
Namun, jika hal ini tidak dikontrol alias sampai berlebihan, maka inilah yang
menjadi hambatan mereka dalam proses menghafal.
F. Pandangan Penulis
Hadirnya metode MASTER di kalangan kaum muslimin -khususnya bagi
para penghafal al-Qur‟an- dapat dianggap sebagai alternatif baru dalam metode
menghafal al-Qur‟an. Metode ini muncul di tengah semaraknya usaha
memperkenalkan metode menghafal al-Qur‟an dan perlombaan menghafal al-
Qur‟an.
Sejumlah temuan dari hasil penelitian terhadap penggunaan metode
MASTER di ma‟had Askar Kauny Cijulang telah penulis paparkan. Berbagai
temuan yang ada adalah berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melakukan
penelitian. Dalam poin ini, penulis akan menyampaikan beberapa pandangan
terkait metode MASTER dan penggunaannya di ma‟had Askar Kauny Cijulang.
Setelah melakukan penelitian dan pengamatan terhadap metode MASTER,
penulis menemukan beberapa hal yang perlu dikomentari. Pertama, metode
MASTER yang menekankan pada gerakan badan sebagai simbol makna ayat yang
sedang dihafal ternyata tidak memiliki aturan yang baku. Masalah itu muncul
ketika ada satu kosakata dalam al-Qur‟an yang artinya dapat disimbolkan dengan
berbagai gerakan. Misalnya, kata yang berarti “raja”, dapat disimbolkan dengan
gerakan kedua tangan yang menunjukkan seolah-olah ada mahkota di atas kepala
atau gerakan tangan yang bersikap “tolak pinggang” seperti orang yang berkuasa.
Ketidakkonsistenan gerakan itu akan menjadi hal yang rumit ketika seorang
penghafal belajar atau dibimbing oleh lebih dari satu pengajar yang berbeda.
Kedua, ketidakkonsistenan gerakan juga bermasalah pada simbol arti
kosakata al-Qur‟an yang menunjukkan nama orang, seprti nama-nama Nabi.
Bagaimana simbol gerakan nama Muhammad, Isa, Musa, Ibrahim, dan yang
lainnya masih rancu dan tidak memiliki aturan baku.
95
Herlina, Bibliotheraphy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja (Bandung: Pustaka
Cendekia Utama, 2013), h. 21.
64
Ketiga, penggunaan gerakan yang tidak terus-menerus -maksudnya hanya
dilakukan ketika awal-awal menghafal saja- seperti keterangan ustadz Sholeh96
memberikan kesan bahwa MASTER hanya merupakan jargon dalam memotivasi
seseorang untuk menghafalkan al-Qur‟an, bukan sebuah metode. Hal ini
dikarenakan, bahwa metode menghafal al-Qur‟an yang lainnya menerapkan
penggunaan metode tersebut sepanjang seseorang menghafalkan al-Qur‟an.
Misalnya, metode Wahdah yang hanya menghafalkan satu ayat dalam sekali
menghafal, digunakan secara terus-menerus, atau metode Lauh yang mana ayat
yang telah dihafalkan ditulis pada media papan atau kertas yang juga diteruskan
penggunaannya seterusnya.
96
Lihat pada halaman 45.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejumlah paparan teoritis dan hasil observasi lapangan terkait penggunaan
metode MASTER dalam menghafal al-Qur‟an di ma‟had Askar Kauny Cijulang,
Bogor, telah penulis sampaikan pada bab-bab sebelumnya. Sehingga, pada bagian
ini akan penulis sampaikan kesimpulan dari semua yang telah penulis paparkan di
atas. Kesimpulan ini pada intinya adalah jawaban atas rumusan masalah yang ada,
yakni soal bagaimana kelahiran sekaligus kemunculan metode MASTER dan
bagaimana penerapannya dalam menghafal al-Qur‟an di Ma‟had Askar Kauny
Cijulang. Kesimpulan yang didapat terangkum dalam poin-poin berikut:
1. Metode MASTER muncul pada tahun 2011 di tengah-tengah umat Islam,
sebagai sebuah tawaran baru dalam metode menghafal al-Qur‟an. Metode ini
menawarkan cara menghafalkan al-Qur‟an yang menyenangkan dan
mencerdaskan, memadukan antara kegiatan menghafal dengan gerakan tangan
atau badan, sebagai sebuah visualisasi atau gambaran makna dari ayat yang
sedang dihafalkan. Metode ini dicetuskan oleh ustadz Bobby Herwibowo,
yang kemudian mendirikan sebuah yayasan non-profit yang bergerak di
bidang ilmu al-Qur‟an, khususnya bidang menghafal al-Qur‟an, dengan nama
yayasan Askar Kauny. Melalui yayasan inilah, ustadz Bobby Herwibowo
mendirikan banyak pesantren penghafal al-Qur‟an atau ma‟had Askar Kauny
(MAK) yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia, guna menyemarakkan
dan mengajak umat Islam untuk gemar menghafal al-Qur‟an. Di MAK-MAK
itulah, metode MASTER yang dicetuskannya, digunakan oleh para santri
untuk menghafalkan al-Qur‟an.
2. MAK Cijulang, yang terletak di kecamatan Cisarua, Bogor, adalah lokasi yang
penulis jadikan tempat penelitian. Di sinilah pesantren pertama milik yayasan
Askar Kauny berdiri, tepatnya sejak tahun 2014. Di tempat inilah penulis
melakukan pengamatan terhadap implementasi metode MASTER dalam
menghafal al-Qur‟an di kalangan para santri. Metode MASTER digunakan
66
dalam menghafal al-Qur‟an oleh para santri. Dalam prakteknya, metode ini
dipakai guna membantu santri dalam mempermudah menghafal arti ayat.
Namun, penggunaan gerakan alam metode MASTER ini tidak dipakai secara
terus-menerus. Penggunaan gerakan hanya dipakai pada awal-awal masa
menghafal, sampai ketika santri dapat menghafal setengah halaman per hari.
Penulis dapat melihat bahwa susasana menghafal menjadi asyik dan
cenderung tidak membosankan ketika memakai metode MASTER. Hal itu
dapat terlihat dari bagaimana suasana ketika santri sedang menghafal.
B. Saran
Sebagai bagian akhir dari penelitian ini, penulis akan sampaikan beberapa
hal sebagai rekomendasi atau saran, baik kepada pihak yayasan Askar Kauny
maupun bagi siapa saja yang nantinya akan melakukan penelitian serupa. Seluruh
saran atau rekomendasi ini didasarkan atas temuan-temuan yang ada di lapangan
selama penelitan berlangsung.
Pertama, bagi pihak yayasan Askar Kauny.
1. Sebagai sebuah metode yang terbilang baru dalam menghafal al-Qur‟an, buku-
buku mengenai metode MASTER ini dapat dikatakan jarang dan sulit ditemui
dipasaran, terutama di toko-toko buku ternama, seperti –hanya untuk
menyebut beberapa nama– Gramedia dan Gunung Agung. Memang, pernah
ada buku yang ditulis oleh ustadz Bobby Herwibowo tentang metode
MASTER. Namun kini, keberadaannya tidak mudah untuk ditemukan.
Sebagai saran, agar pihak yayasan Askar Kauny mengupayakan kembali
penulisan sekaligus penerbitan buku-buku yang terkait dengan metode
MASTER, agar metode ini dapat lebih luas dan mudah diterima dan diketahui
oleh masyarakat. Selain itu, dengan adanya buku-buku tersebut, dapat
mempermudah sekaligus membantu para peneliti dalam mencari referensi,
terutama bagi yang ingin melakukan penelitian mengenai metode MASTER.
2. Salah satu media atau sarana penghubung antara pihak yayasan dengan
masyarakat adalah website. Sejatinya, website atau situs mestinya bersifat
informatif dan up to date terhadap hal-hal yang perlu diketahui oleh
masyarakat. Namun sayangnya, website atau situs milik yayasan Askar Kauny
67
kurang infirmatif dan up to date. Seperti misalnya pada bulan Desember 2017,
penulis mencoba mencari-cari informasi mengenai berapa jumlah ma‟had
yang dimiliki oleh yayasan Askar Kauny. Pencarian ini sendiri penulis
lakukan sebelum tanggal 3 Januari 2018, hari dimana penulis melakukan
wawancara dengan ustadz Habiburrahim selaku bendahara yayasan sekaligus
teman dekat ustadz Bobby Herwibowo. Dalam pencarian di situs milik
yayasan, di situ tertera hanya ada 6 lokasi MAK. Sementara hasil dari
wawancara penulis dengan ustadz Habiburrahim, ternyata ada 16 MAK.
Sebagai saran, agar pihak yayasan Askar Kauny mengupayakan penggunaan
website yayasan semaksimal mungkin, yaitu website yang bersifat informatif
dan up to date.
Kedua, bagi penelitan selanjutnya.
Sepanjang penelusuran penulis melalui mesin pencari google cendekia
mengenai kajian orang atas metode MASTER, hanya terdapat tiga tulisan ilmiah
berupa skripsi. Itu artinya, masih terdapat sangat banyak “lahan kosong” yang
bisa digarap dari metode MASTER ini. Dalam penelitian ini, penulis hanya
memfokuskan diri pada pembahasan tentang kemunculan metode MASTER dan
penerapan metode MASTER dalam menghafal al-Qur‟an di MAK Cijulang.
Masih banyak hal lain yang bisa diangkat oleh penelitian selanjutnya, seperti,
Analisis konsep metode MASTER.
Perbandingan antara metode MASTER dengan quantum learning.
Perbandingan antara metode MASTER dengan metode lainnya dalam
menghafal al-Qur‟an.
Mengupas sisi psikologi dalam metode MASTER.
Mengupas sisi kesehatan dalam metode MASTER.
Efektifitas metode MASTER dalam menghafal al-Qur‟an.
Studi kasus metode MASTER di MAK-MAK yang lainnya.
Studi penggunaan metode MASTER dalam program hafizh on the street.
Filosofi metode MASTER.
Dan yang lainnya.
68
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, Siti Syarifah. “Metode Tahfidz Al-Qur‟an di Pesantren: Studi
Komparatif Pesantren Darusafa‟at dan Pesantren Miftahul Ulum”. Skripsi
S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2013.
Almalachim, Ainul Churria. “Implementasi Metode Menghafal Al-Qur‟an: Studi
Kasus di Lima Peantren Tahfizh Al-Qur‟an Kabupaten Jember”. Tesis S2
Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,
2017.
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Atabik, Ahmad. “The Living Qur‟an: Potret Budaya Tahfizh Al-Qur‟an di
Nusantara”, Jurnal Penelitian, (Februari 2014): h. 163.
Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Akademik Program
Strata I 2013/2014. Jakarta, 2013.
Cahayati, Zuhrotul. “Efektifitas Metode HANIFIDA Dalam Menghafal Surat Al-
Ma‟un Beserta Arti dan Nomor Ayatanya Pada Santri Pondok Pesantren
Tahfizhul Qur‟an Al-Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017”. Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017.
Dahar, Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga,
2011.
Darmadi, H. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika
Belajar Siswa. Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2012.
Daymon, Christine dan Holloway, Immy. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam
Public Relation & Marketing Communication. Penerjemah Cahya
Wiratama. Bandung: Penerbit Bentang, 2008.
69
Fahrudin. “Tasawuf Sebagai Usaha Membersihkan Hati Guna Mencapai
Kedekatan Dengan Allah”. Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 14, No. 1
– 2016.
Faisol, Ahmad. Pendidikan Perspektif Islam. Jakarta: Guepedia, t.t.
Ghazali, Imam. Ihya „Ulum Al-Din. Beirut, Dar Al-Fikr, 1995.
Ghufron, M. Nur. dan Risnawati, Rini. Gaya Belajar: Kajian Teoritik. Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2012.
Gulo, W. Metodologi Penelitian. T.tp.: Grasindo, t.t.
Gustiana, Irma. “Aturan Anak Pakai Gadget”. Artikel diakses pada 22 Mei 2018
dari http://www.parenting.co.id/keluarga/aturan-anak-pakai-gadget
Hall, John E, dkk. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, penerjemah Ernita Ibrahim
Ilyas. Jakarta: EGC, 2008.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Herlina. Bibliotheraphy: Mengatasi Masalah Anak dan Remaja. Bandung: Pustaka
Cendekia Utama, 2013.
Herwibowo, Bobby. Menghafal Al-Qur‟an Semudah Tersenyum. Sukoharjo: CV.
Farishma Indonesia, 2014.
Herwibowo, Bobby. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Mizan Pustaka, 2010.
Husti, Ilyas. “Metode Tahfizh Al-Qur‟an Ala Turki Usmani: Kajian Terhadap
Peranan Tahfizh Al-Qur‟an Pada Yayasan Sulaimaniye Istanbul Turki”.
.Tesis S2 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2010.
Irham, Mohammad. dan Wiyani, Novan Ardy. Psikologi Pendidikan: Teori dan
Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
70
Iskandar, Alex dan Novianto, Endi. Mediate & Grow Rich: Sehat, Kaya, dan
Bahagia Duniawi-Spiritual. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008.
J.S., Baidudu dan Mohammad, Zain Sutan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Khoirunisa, Tutik. “Penerapan Metode Wahdah Dalam Meningkatkan Hafalan Al-
Qur‟an Santri Pondok Pesantren Al-Muntaha Cebongan Argomulyo
Salatiga”. Skripsi S1, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut
Agama Islam Negeri Salatiga, 2016.
Kusumawati, Hervina. “Implementasi Model Turki Utsmani Dalam Menghafal
Al-Qur‟an di Yayasan Tahfizhul Qur‟an Sulaimaniyah Jawa Timur”.
Skripsi S1, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2018.
Manzur, Ibnu. Lisan Al-„Arab. Qahirah: Darul Hadis, 2003.
Moesa, Ali Maschan. Nasionalisme Kiai: Konstruksi Sosial Berbasis Agama.
Yogyakarta: LKiS, 2007.
Mudhakarah, Harfiyatun. “Quantum Learning”. Sripsi S1 Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Univeritas Muhammadiyah Magelang, 2013.
Mulyani, Sri. Metode Analisis dan Perancangan Sistem. Bandung: Abdi
Sistematika, 2006.
Munawaroh, Isniatun dan Haryanto, “Neuroscience Dalam Pembelajaran”,
Majalah Ilmiah Pembelajaran, Vol. 1, Mei 2005.
Nurjannah, Ita. “Metode Pembelajaran Tahfizh Al-Qur‟an Dalam Meningkatkan
Hafalan Siswa Kelas VIII di Pondok Pesantren Imam Bukhari Selokaten,
Gondangrejo, Karanganyar”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.
Poerwadarmita. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2011.
71
Pratiwi, Afrilia. “Metode Pembelajaran Tahfizh Al-Qur‟an di Panti Asuhan
Yatim-Piatu Al-Amin Kabupaten Banyumas”. Skripsi S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,
2017.
Putra, Hanan. “Jariqu Gelar Seminar Menghafal Al-Qur‟an Metode Al-Qasimi”.
Artikel diakses pada 24 Maret 2018 dari
http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/16/01/22/o1ce461-
jariqu-gelar-seminar-menghafal-alquran-metode-alqosimi
Rizqi, Ikfina Kamalia. “Efektifitas Metode Al-Kitabah Terhadap Kemampuan
Menghafal Al-Qur‟an Siswa Kelas VII SMP Takhassus Al-Qur‟an
Bulakwaru Kec. Tarub Kab. Tegal Tahun 2013/2014”. Skripsi S1.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Intitut Agama Islam Negeri
Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, 2014.
Simanjuntak, Bungaran Antonius dan Sosrodiharjo, Soedjito. Metode Penelitian
Sosial. Jakarta: Bina Media Perintis Medan, 2014.
Sobur, Alex. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2003.
Sudrajat, Ahmad. “Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan
Model Pembelajaran”. Artikel diakses pada 20 Maret 2018 dari
http://103.23.244.11/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/197
012101998022 IIP_SARIPAH/Pengertian_Pendekatanx.pdf
Suryani dan Hendriyadi. Metode Riset Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana,
2015.
Syatibi, Muhammad “Potret Lembaga Tahfizh Al-Qur‟an di Indonesia: Studi
Tradisi Pembelajaran Tahfizh”. Suhuf, Maret 2008.
Tim Pustaka Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita Media Press, tt.
Wahid, Abdurahman. Bunga Rampai Pesantren. Jakarta: Dharma Bakti, 1978.
72
Wibowo, Daniel S. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo, 2013.
Widjaja, I. Harjadi. Anatomi Abdomen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2007.
Wiyoto, “Penerapan Metode “Tasmur” Pada Pembelajaran Tahfizhul Qur‟an d
SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura Tahun Ajaran 2009/2010”.
Skrpsi S1 Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2009.
Yusufa, Uun. “Tradisi Tahfizh Al-Qur‟an dan Kajian Al-Qur‟an di Indonesia:
Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Munawwir Sunan Pandan Aran dan
Pondok Pesantren Nurul Ummah Yogyakarta”. Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
top related