pengembangan sistem bantu komputer untuk … · perguruan silat tapak suci; kang ade ... 11....
Post on 08-Mar-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK
PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI
KOMODITAS HORTIKULTURA
Oleh :
SUPRIYADI F14102123
2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Supriyadi. F14102123. Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura. Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si. 2006.
RINGKASAN
Distribusi komoditas diperlukan untuk memberi nilai tambah dengan cara menjual ke konsumen yang membutuhkan. Komoditi sayur segar dan buah–buahan merupakan produk hortikultura yang memiliki pangsa pasar cukup besar, baik di dalam maupun di luar negeri.
Pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan kemasan-kemasan yang dirancang dengan baik untuk melindungi produk dari kememaran akibat dari getaran, dan tekanan yang diakibatkan oleh tumpukan kemasan yang ada diatasnya. Telah dikembangkan sistem bantu komputer yang berfungsi membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan perancangan kemasan transportasi. Beberapa kelemahan dari sistem yang ada perlu diperbaiki dan dikembangkan agar hasil luaran lebih mendekati keadaan dilapangan.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada sistem tersebut, maka penelitian dilakukan untuk mengembangkan program perancangan kemasan yang dapat mensimulasikan dua buah jenis bentuk produk pertanian yaitu produk berbentuk bola (spheroidal) dan produk berbentuk elips (elipsoidal) untuk kemasan karton dan kayu. Untuk kedua kemasan kayu dan karton gelombang diperlukan perbaikan desain kemasan terpilih. Adapun perbaikan yang diperlukan meliputi konstruksi (tipe kemasan) dan ventilasi. Data-data untuk perbaikan desain digunakan data sekunder dari hasil penelitian Dwipuspa (2006) dan Aspihani (2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program komputer yang dapat membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan perancangan kemasan untuk distribusi produk hortikultura yang berbentuk bola (spheroidal) dan elipsoidal yang akan menghasilkan keluaran dimensi kemasan dan desain ventilasi kemasan berdasarkan tipe kemasan, pengaturan produk dalam kemasan, pengaturan kemasan pada palet/bak truk, kekuatan dan kemasan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2006 berlokasi di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian. Sistem yang dikembangkan diberi nama PDS III, dibuat dengan menggunakan bahasa program Visual Basic 6.0. Dalam program ini terdiri dari dua form utama yaitu form input dan form output. Form input merupakan form isian data-data yang diperlukan untuk penentuan dimensi kemasan terpilih. Data input tersebut diantaranya adalah ukuran komoditas dan berat komoditas, berat isi kemasan yang diinginkan, tinggi susunan dala ruang penyimpanan, kelas jalan dan jarak tempuh. Form output merupakan form hasil keluaran yang berupa tampilan-tampilan seperti gambar desain kemasan, susunan buah dan susunan kemasan dalam ruang penyimpanan atau ruang penyimpanan serta informasi yang diperlukan oleh pengguna untuk memudahkan dalam melakukan perancangan kemasan.
Pada perhitungan kekuatan kemasan terdapat faktor koreksi yang mempengaruhi nilai kekuatan kemasan. Faktor koreksi didapat dengan melakukan perbandingan antara nilai compression strength dari kemasan tanpa ventilasi
dengan kemasan yang dilengkapi dengan ventilasi dengan tipe yang sama. Hal ini berlaku juga untuk tipe sambungan paku pada kemasan kayu. Pada kemasan karton faktor koreksi didapatkan dengan membandingkan hasil teoritis dengan hasil uji.
Dari hasil simulasi berdasarkan diameter yang berbeda dalam selang 60-70 mm untuk diameter major dan 50-60 mm untuk diameter minor dapat dilihat bahwa kenaikan besarnya diameter buah dapat mempengaruhi dimensi dalam ,dimensi luar kemasan, jumlah buah dan jumlah susunan buah. Hasil simulasi ini akan menentukan range dari diameter major dan minor yang dapat dijadikan batasan dari input yang akan menghasilkan output (jumlah buah dan jumlah susunan buah) yang hampir sama.
Nilai dari diameter buah dan berat rata-rata individu buah mempengaruhi nilai compression strength. Karena pada range diameter yang berbeda yaitu antara 61-68 mm dihasilkan dimensi kemasan yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan konstruksi kemasan, perbedaan konstruksi inilah yang mengakibatkan perubahan nilai dari compression strength. Selain perbedaan konstruksi kemasan (dimensi kemasan) terlihat bahwa perubahan berat individu buah juga mempengaruhi nilai dari compression strength.
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK
PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI
KOMODITAS HORTIKULTURA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SUPRIYADI
F14102123
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK
PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI
KOMODITAS HORTIKULTURA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SUPRIYADI
F14102123
Dilahirkan pada tanggal 23 September 1984
di Bekasi, Jawa Barat
Tanggal Lulus :
Menyetujui,
Bogor, Januari 2007
Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Wawan Hermawan, M.S. Ketua Departemen Teknik Pertanian
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 September 1984 di Bekasi.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
Namat dan Hadijah.
Memasuki usia enam tahun, Penulis menempuh pendidikan dasar
di SDN Pondok Ranggon I Bekasi, dari tahun 1990-1996. Setelah
itu Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 192 Jakarta dan menyelesaikan
pendidikan pada tahun 1999. Pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan
pendidikan ke SMU Negeri 113 Jakarta.
Tahun 2002, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Memasuki semester lima, Penulis
diterima di laboratorium Sistem Manajemen dan Mekanisasi Pertanian sub
program studi Sistem Manajemen dan Informasi Pertanian.
Penulis melakukan praktek lapangan di PT Perkebunan Tambi, Wonosobo,
Jawa Tengah. Topik yang dipelajari adalah Studi Tentang Sistem Manajemen
Produksi di PT Perkebunan Tambi. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknologi Pertanian, Penulis melakukan penelitian dengan judul
”Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan
Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura” di bawah bimbingan Dr. Ir.
Emmy Darmawati, M.Si.
Selama perkuliahan Penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan
kepanitiaan. Pada tahun 2004-2005 Penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa
Gema Almamater, penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Merpati
Putih.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi
ini, dan juga karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan skripsi ini dapat
selesai sesuai dengan rencana. Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai
syarat kelulusan menjadi Sarjana Teknologi Pertanian. Adapun judul skripsi ini
adalah “Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan
Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura”. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
Penulis menyadari adanya keterbatasan di dalam skripsi ini, namun penulis
senantiasa mengharapkan masukan dan saran yang dapat menambah
kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan yang
diberikan oleh berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Bogor, Januari 2007
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan
Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi
Komoditas Hortikultura” Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah,
nabi besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kami kepada :
1. Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan kepada penulis.
2. Dr.Ir. Suroso, M.Agr., selaku dosen penguji.
3. Dr.Ir. Lilik Pujiantoro Eko Nugroho, M.Agr., selaku dosen penguji.
4. Ayahanda dan ibunda tercinta serta kakak dan adik-adikku yang selalu ada
disaat semua telah pergi, memberikan kasih sayang yang tulus tiada henti
dan memberikan semangat kepada penulis.
5. Ignore Band; Indriawan W. Utama (AQ), Ari Hidayat (Ibliz), Yanuar
Mulyawan (Yance), Deni Y. Irawan (Ndutz) thanks for all the joys...and
for the gathering.
6. Sahabat setiaku di Jakarta, Rendezvous dan Garis Creative; Yasri
Sulaiman H, Febrians Trinanda, Triantoro, Yulyanto, Akbi, Risma, Halim
Adiem EA, Gandang, Handrian, Samsul dan semua anak-anak Vegaz
angkatan 10 yang solid and keren-keren.
7. Teman-teman TEP 39, SMIP n R Society; Hanhan A S. (Thank you so
much for the discussion and for all the lessons that has given to me),
Hilaliyah Aspihani (Thanks Liyah buat data skripsinya n
semangatnya...cheers...), Christo, Bgon, Agus, Bagdo, Titin, Dudunk,
Anjar, Chumi, Kiki, Bajay.
8. Teman-teman THP 38; Idjob, Bandel, Indro, Suminto, Ojan, Cendol,
Abie, Shanti, Kirik, Nuno, Konde, Harso, Bang Hary, Heidi, Ariyani,
Reki...teman-teman BDP 39; Denden, Dali, Aray, Kadek, Leli, Ayu,
Widya (mbok), Jabir, Wisnu, Teguh, Pocil.
9. Ajipadma DK ; terima kasih atas semangat, doa, kasih sayang dan
perhatiannya selama ini.
10. Guru dan pelatihku Mas Agan, teman-teman seperguruan Merpati Putih;
De Hikmah, Putra, Teta, Ade Murni, Ersa, Imam Robul, Shanti (sancay),
Retno, Melanie, Dita, Mahar, Widi, Ismi, Risma (Rierie), Ilham, Vio.
Perguruan Silat Tapak Suci; Kang Ade...makasih...
11. Anak-anak Wisma Alma; Pak Abas, Lukman, Dasep, Wawan, Iqbal, Jofy,
Pimen, Panji, Mustian, Widi Martes, Ucup Senior, Carloz Umam, Rauf,
Pampam...Nice living out there...n Teman-teman La Sapienza.
12. Keluarga Rina Esminingtyas, Pak Suprapto dan Bu Yuli, Keluarga Pak
Wijonarto di Wonosobo.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh
penulis demi kelengkapan skripsi ini.
Bogor, Januari 2007
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
A. Pengemasan ........................................................................... 4
B. Kemasan Karton .................................................................... 5
C. Kemasan Kayu ...................................................................... 8
D. Kayu Sebagai Bahan Kemasan ............................................. 9
1. Sengon/Jeungjing ........................................................... 10
2. Tusam ............................................................................. 11
3. Agathis ............................................................................ 11
E. Paku sebagai alat sambung.................................................... 12
F. Desain Kemasan .................................................................... 13
1. Dimensi Kemasan ........................................................... 13
2. Tipe Kemasan ................................................................. 14
3. Ventilasi .......................................................................... 16
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 18
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ 18
B. Bahan dan Alat ...................................................................... 18
C. Metode Penelitian ................................................................. 18
1. Pembangunan Program Komputer (Software) ............... 20
2. Perancangan Kemasan ..................................................... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 27
A. Program Simulasi Komputer Untuk Perancangan Kemasan 27
1. Desain Program .............................................................. 27
a. Form input ................................................................ 29
ii
b. Form Output .............................................................. 34
2. Desain Proses ................................................................. 40
a. Kemasan Kayu .......................................................... 40
b. Kemasan Karton ....................................................... 41
B. Simulasi Pengaruh Dimensi Kemasan dan Berat Rata-rata Komoditas ............................ 42
1. Komoditas Spheroidal (bola) .......................................... 42
2. Komoditas Elipsoidal ..................................................... 44
3. Pengaruh Luasan Ventilasi Terhadap Nilai Compression Strength ........................... 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 50
A. Kesimpulan .......................................................................... 49
B. Saran ..................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 51
LAMPIRAN ......................................................................................... 54
iii
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Tipe kemasan karton untuk distribusi
(A) RSC, (B) HTC, dan (C) FTC. ........................................................... 7
2. Tipe kemasan karton dengan ventilasi oblong (a). Tipe FTC (b). Tipe RSC .................................................................. 8
3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994) ............................................... 15
4. Faktor yang berpengaruh pada pemilihan dimensi dan material kemasan ................................................................ 19
5. Diagram alir program ............................................................................. 21
6. Form start up (judul) program PDS III........................................ ........... 28
7. Form pilihan bentuk komoditas dan jenis kemasan ................................ 29
8. Tampilan form isian data; a. Form isian untuk jenis kemasan kayu, b. Form isian untuk jenis kemasan karton gelombang ........................... 30
9. Tampilan form desain kemasan pada pilihan jenis kemasan kayu ........... 33
10. Form desain kemasan karton ................................................................... 34
11. Form susunan buah. ................................................................................ 35
12. Form data pengangkutan...................... ................................................... 36
13. Form susunan kemasan........................................ ................................... 37
iv
DAFTAR TABEL No. Teks Halaman
1. Susunan flute pada karton gelombang komersial....................... ............. 6
2. Nilai faktor koreksi terhadap penambahan
ventilasi pada kemasan karton gelombang........................... ................... 24
3. Nilai faktor koreksi terhadap tipe kemasan, penambahan ventilasi pada
kemasan dan tipe sambungan pada kemasan kayu................ ................. 24
4. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III untuk
kemasan kayu dengan komoditas spheroidal. ......................................... 28
5. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III
untuk kemasan karton dengan komoditas elipsoidal .............................. 28
6. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan
kayu dengan komoditas spheroidal ........................................................ 28
7. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan
karton dengan komoditas elipsoidal ....................................................... 29
8. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan diameter antara 60-70 mm untuk
komoditas spheroidal................ .............................................................. 42
9. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan berat antara 100-110 gram untuk
komoditas spheroidal................ .............................................................. 44
10. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan diameter major 60-70 mm untuk
komoditas elipsoidal.............. ................................................................. 45
11. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan diameter minor 50-60 mm untuk
komoditas elipsoidal.............. ................................................................. 45
12. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan berat 100-110 gram pada komoditas
elipsoidal.............. ................................................................................... 47
v
13. Pengaruh luasan ventilasi terhadap nilai compression strength
pada kemasan karton. ....... ..................................................................... 48
vi
DARTAR LAMPIRAN No. Teks Halaman
1. Penggalan syntax programming untuk perhitungan kemasan kayu .......................................................................................... 55
2. Penggalan syntax programming untuk perhitungan kemasan karton ........................................................................................ 60 3. Form hasil rancangan berdasarkan jenis kemasan dan bahan yang dipilih ...................................................................................................... 65
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditi sayur segar dan buah–buahan merupakan produk hortikultura
yang memiliki pangsa pasar cukup besar baik di dalam maupun di luar negeri.
Pembagian pasar untuk produk hortikultura didasarkan pada kualitas dan mutu
produk yang diinginkan. Pasar tujuan dalam negeri dapat dibedakan menjadi dua
yaitu pasar tradisional dan pasar institusi. Produk buah – buahan dan sayuran yang
ditujukan untuk pasar institusi harus memenuhi kualitas yang diinginkan,
diantaranya bersih dan menarik. Syarat bersih meliputi bersih secara fisik (kulit
mulus, tekstur baik, tidak terluka atau tergores) dan bersih dari bahan – bahan
berbahaya. Sedangkan syarat menarik adalah memiliki penampilan yang menarik,
baik karena bentuk, warna, kesegaran atau tekstur produk itu sendiri dan atau
karena kemasan produk yang digunakan.
Transportasi dan distribusi merupakan bagian dari kegiatan pemasaran
yang sangat penting dan sangat rawan akan kerusakan. Pada kegiatan ini terjadi
kerusakan yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 30% - 50% bahkan untuk
sayuran tertentu mencapai 60%. Banyak faktor yang menjadi penyebab dari
kerusakan ini salah satu diantaranya adalah pengemasan.
Transportasi komoditas hortikultura segar memerlukan kemasan-kemasan
yang dirancang dengan baik untuk melindungi produk dari kememaran akibat dari
getaran, dan tekanan akibat tumpukan kemasan-kemasan diatasnya. Kemasan
yang ideal meliputi pengisian yang padat namun rata, wadahnya tertutup dan
mempunyai kekuatan yang cukup untuk melindungi isinya dalam berbagai
keadaan penanganan. Tiap kemasan untuk transportasi harus dirancang untuk
memenuhi persyaratan khusus bagi buah atau sayuran yang bersangkutan.
Kemasan-kemasan dari kayu merupakan kemasan pengiriman yang paling
kuat dan kokoh tetapi kekuatannya bergantung pada jenis dan tebalnya bahan
yang digunakan. Jenis kemasan yang biasa digunakan meliputi : peti-peti dan krat-
krat kayu yang dipaku, peti-peti dan krat-krat yang diikat dengan kawat, peti-peti
tripleks, peti curah, peti palet dan palet-palet kayu.
Kemasan karton (corrugated box) merupakan kemasan distribusi yang
sedang populer digunakan, kemasan karton dibuat dari karton gelombang.
2
Dibanding dengan peti kayu, kemasan karton memiliki kelebihan antara lain; (1)
mempunyai berat yang lebih ringan untuk material dengan kekuatan yang sama,
(2) mempunyai permukaan yang halus, (3) mempunyai sifat meredam getaran
yang baik, (4) mudah untuk dicetak dan diberikan label, (5) mudah untuk dirakit
dan ringkas dalam penyimpanan, dan (6) mudah untuk didaur ulang. Sedangkan
kelemahan kemasan karton adalah kurangnya ventilasi dan pada kondisi lembab
kekuatannya berkurang.
Pada umumnya bentuk buah-buahan adalah bola (spheroid) dan elipsoidal
(elipsoid) yang merupakan bentuk khusus dari spheroid. Bentuk buah-buahan
yang geometris menjadi kendala dalam menata buah-buahan kedalam kemasan
yang berbentuk persegi sehingga diperlukan model matematis untuk menganalisa
hubungan antara bentuk buah dan dimensi kemasan agar diperoleh model
penataan buah dalam kemasan yang efisien.
Hasil penelitian oleh Afriansyah (2005) dan Kuntadi (2005) berupa sistem
bantu komputer untuk perancangan kemasan yang diberi nama PDS II (Packaging
Design System II) untuk distribusi produk pertanian, yaitu perancangan kemasan
kayu dengan komoditas spheroidal dan kemasan karton dengan komoditas
elipsoidal. Kedua program tersebut masih dalam keadaan terpisah, maka perlu
dilakukan penggabungan. Selain penggabungan program perlu dilakukan
pengembangan. Dengan menambahkan data-data kayu yang terkait dengan tipe
kemasan, ketebalan bahan dan ventilasi output yang dihasilkan oleh sistem lebih
baik, sehingga sistem dapat digunakan untuk perancangan kemasan yang lebih
bervariasi sesuai dengan kondisi di lapang.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut maka penelitian dilakukan
untuk mengembangkan program perancangan kemasan yang dapat
mensimulasikan dua buah jenis bentuk produk pertanian yaitu produk berbentuk
bola (spheroidal) dan produk berbentuk elips (elipsoidal) untuk kemasan karton
dan kayu.
Untuk kedua kemasan kayu dan karton gelombang diperlukan perbaikan
desain kemasan terpilih. Adapun perbaikan yang diperlukan meliputi konstruksi
(tipe kemasan) bahan kemasan dan ventilasi. Data-data untuk perbaikan desain
3
digunakan data sekunder dari hasil penelitian Dwipuspa (2006) dan Aspihani
(2006).
B. Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membangun program
komputer yang dapat membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan
perancangan kemasan untuk distribusi produk hortikultura yang berbentuk bola
(spheroidal) dan elips (elipsoidal).
Secara khusus, penelitian ini bertujuan mengembangkan sistem bantu
komputer untuk perancangan kemasan dari kayu dan karton yang akan
menghasilkan keluaran dimensi kemasan dan desain ventilasi kemasan
berdasarkan tipe kemasan, pengaturan produk dalam kemasan, pengaturan
kemasan pada palet/bak truk.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengemasan
Dalam pengertian khusus, kemasan adalah wadah yang digunakan untuk
mengemas suatu produk, dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang
menjelaskan tentang isi, kegunaan, dan lain-lainnya yang perlu ditampilkan dalam
kemasan. Tulisan atau label tersebut merupakan informasi yang perlu
disampaikan kepada orang yang menanganinya atau konsumen (Wiraatmadja et
al., 1991). Peningkatan dalam biaya, energi dan bahan-bahan material
menyebabkan para produsen memilih sistem pengemasan yang memiliki biaya
murah. Pemilihan media pengemasan yang baik dan benar untuk produk dan pasar
menjadi sangat penting.
Pengemasan adalah usaha untuk melindungi suatu produk dari kerusakan
dengan menggunakan berbagai bahan kemasan. Bahan kemasan tersebut dapat
dibuat dari berbagai macam bahan contohnya dari logam, kaca, kayu, bambu,
kertas karton gelombang, triplek dan sebagainya. Penggunaan bahan kemasan
sangat tergantung pada jenis produk yang dikemas, tujuan pengemasan, serta
pertimbangan-pertimbangan teknis, estetika, dan ekonomis.
Menurut Sacharow dan Griffin (1980), tujuan dari pengemasan adalah
untuk :
1. Mempermudah dan meningkatkan keamanan produk selama pengangkutan.
2. Melindungi produk dari pencemaran dan kehilangan.
3. Melindungi produk dari kerusakan atau penurunan mutu.
4. Memberikan kemudahan menggunakan produk yang dikemas.
Berdasarkan kegunaannya kemasan dibagi menjadi dua, yaitu kemasan
untuk transportasi/distribusi (shipping containers) dengan fungsi utama
melindungi produk dari kerusakan selama proses distribusi dan transportasi
berlangsung dan kemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail
package) dengan fungsi utama untuk menarik konsumen. Bahan material utama
yang digunakan untuk kemasan transportasi (shipping container) adalah kayu,
fibreboard dan besi (Paine, 1977).
Menurut Paine (1977), tujuan utama dari pengemasan untuk distribusi
adalah mengikuti aturan seperti tertulis sebagai berikut:
5
1. Kemasan harus terisi oleh produk secara efisien selama perjalanan.
2. Kemasan harus melindungi produk dari gangguan iklim dan kontaminasi.
3. Kemasan tersebut harus kompatibel dengan produknya.
4. Kemasan tersebut mudah dan efisien dalam pengisian dan penutupan.
5. Kemasan tersebut harus mudah ditangani oleh pengguna atau operator lainnya.
6. Kemasan tersebut harus dapat mengkomunikasikan kepada pelanggan,
distributor, pengecer dan pemasok tentang informasi yang harus diketahui
berkenaan dengan produk dan tujuannya.
7. Ketika produk itu berbahaya atau memiliki potensi bahaya (seperti bahan
kimia dan asam-asam) kemasan harus tidak dapat pecah secara virtual.
B. Kemasan Karton
Karton gelombang adalah karton yang dibuat dari satu atau beberapa
lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas liner sebagai penyekat dan
pelapisnya. Karton gelombang yang digunakan untuk kemasan karton terbuat dari
paperboard. Paperboard merupakan kertas dengan ketebalan kurang lebih 0.20
mm. Paperboard yang digunakan untuk membuat karton gelombang biasanya
dibuat dengan proses Kraft. Terdapat dua lapisan pada paperboard, yaitu lapisan
utama (primary layer) dan lapisan pendukung (secondary layer). Primary layer
terdiri dari serat kasar yang kuat sedangkan secondary layer tersusun dari serat
yang telah diberi perlakuan. Secondary layer menyebabkan permukaan
paperboard menjadi halus, sedangkan primary layer memberikan kekuatan
(Peleg, 1985).
Karton gelombang pertama kali diciptakan di Inggris pada tahun 1986,
sedangkan di Amerika Serikat ditemukan pertama kali oleh A. L. Jones pada
tahun 1871 untuk mengemas corong lampu dan bahan rapuh yang terbuat dari
kaca lainnya (Anonim, 1994). Terdapat tiga daya tahan yang dimiliki oleh
kemasan karton, yaitu ketahanan jebol, daya tahan susun, dan daya tahan air.
Menurut Federasi Pengemasan Indonesia (1983), Ketahanan jebol dan daya tahan
susun dari kemasan karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang digunakan.
Peleg (1985) mengklasifikasikan karton gelombang berdasarkan lapisan
kertas (flat sheet) dan flute yang menyusunnya. Karton gelombang
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu single wall board (flute terletak
6
ditengah-tengah flat sheet), double wall board ( dua lapis single wall board yang
saling berhadapan satu sama lain), dan triple wall board (terdiri dari tiga flute dan
empat flat sheet).
Struktur flute yang digunakan pada karton gelombang komersial terdiri
atas 4 ukuran, yaitu A (coarse), B (fine), C (medium), dan E (very fine), (Lott,
1977). Flute pada karton gelombang tipe A, B, dan C banyak digunakan untuk
keperluan industri, misalnya untuk keperluan transportasi.
Menurut Jaswin (1999), flute A memiliki sifat bantalan (cushioning) yang
baik karena ketebalannya dapat meredam daya tekan yang terjadi pada saat
kemasan ditumpuk. Flute B memiliki bantalan yang tidak terlalu tinggi sehingga
cocok untuk produk yang sebelumnya telah dikemas dalam kaleng, namun flute B
memiliki ketahanan tekan datar (flat crush resistant) yang paling baik. Flute C
dibuat dengan karakteristik berada diantara flute A dan B dengan harga lebih
murah, memiliki daya bantalan yang tinggi seperti flute A dan memiliki ketahanan
tekan datar yang baik seperti flute B. Sedangkan flute E banyak digunakan untuk
kemasan display dengan dinding luar terbuat dari white kraft sebagai karton
printed. Tabel 1 menunjukkan susunan flute pada karton gelombang.
Tabel 1. Susunan flute pada karton gelombang komersial
Flute configuration
Number of flutes per meter
Flute height (mm) Minimum flat crush (Nm-2)
A (coarse) 104-125 4.5-4.7 140 B (fine) 150-184 2.1-2.9 180
C (medium) 120-145 3.5-3.7 165 E (very fine) 275-310 1.15-1.65 185
Sumber : Lott, di dalam Paine, F. A. The Packaging Media (1977)
Karton gelombang memiliki banyak tipe kemasan. Terdapat tiga tipe
umum yang digunakan, yaitu Regular Slotted Container (RSC), Half Telescopic
Container (HTC), dan Full Telescopic Container (FTC). Dari ketiga tipe tersebut
RSC dan FTC paling banyak digunakan sebagai kemasan distribusi produk
hortikultura yang ada di Indonesia. Bahan kemasan dari karton gelombang
merupakan bahan kemasan hasil industri kertas sehingga jenis dan tipenya telah
memiliki standar. Hal ini menyebabkan pemilihan bahan kemasan lebih mudah
dibandingkan dengan kayu. Faktor yang menentukan ketebalan bahan karton
7
gelombang adalah tipe flute. Tipe kemasan karton gelombang dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Tipe kemasan karton untuk distribusi (A) RSC, (B) HTC, dan (C)
FTC.
Tipe kemasan RSC dan FTC banyak digunakan sebagai kemasan
distribusi produk hortikultura. Perbedaan desain, bentuk, dan ukuran dari lubang
ventilasi biasanya disesuaikan dengan tipe produk, penyimpanan, dan moda
transportasi. Biasanya pemotongan lubang ventilasi untuk kemasan distribusi
banyak dilakukan dibagian samping kemasan dan bukan di bagian atas (penutup)
kemasan, padahal pemotongan ventilasi di bagian samping dapat mengurangi
kekuatan kemasan yang lebih besar daripada pemotongan di bagian atas dan
bawah kemasan peti karton (Peleg, 1985).
McDonald, et al. (1979) mempelajari tentang kekuatan dan ventilasi pada
kemasan untuk transportasi jeruk, dengan perbandingan ventilasi vertikal dan
horizontal. McDonald menggunakan 8 lubang ventilasi dengan ukuran 25 x 76
mm pada bagian atas dan bawah kemasan. Walaupun persentase ventilasi
ditingkatkan dari 2% sampai 4.5% tetap tidak mengurangi kekuatan kemasan.
Ukuran, bentuk, dan posisi lubang ventilasi pada kemasan peti karton
sangat bervariasi, terutama untuk kemasan distribusi buah dan sayur. Buah nanas
biasanya dikemas dengan berat bersih antara 10-15 kg (22-23 lb). Kemasan yang
biasa digunakan adalah kemasan karton gelombang tipe FTC dengan karton
pembagi diantara buah nanas, kekuatan tekan kemasan sebesar 275 lb/in2.
8
Ventilasi dibuat di bagian top dan bottom kemasan, dengan tambahan di bagian
samping kemasan jika dibutuhkan, biasanya digunakan untuk pengangkutan via
angkutan laut (Isabellefruits, 2004).
(a) (b) Gambar 2. Tipe kemasan karton dengan ventilasi oblong (a). Tipe FTC (b).
Tipe RSC.
C. Kemasan Kayu
Kemasan pertama dalam distribusi adalah karung dan tong dari kayu dibuat
untuk memudahkan penanganan (Rawson, 1977). Semenjak revolusi industri dan
perkembangan dalam transportasi seperti pembangunan rel kereta dan jalan yang
lebih baik mendorong pembuatan peti kayu dan krat-krat kayu sebagai kemasan
distribusi modern yang pertama. Mengingat hasil kayu melimpah dan tidak mahal
menyebabkan permintaan akan kemasan kayu meningkat dan tidak
memperdulikan kerendahan mutu dari material tersebut.
Pada saat ini penggunaan kemasan kayu hanya dilakukan ketika kekuatan
dan karakteristik dari kemasan tersebut dibutuhkan untuk mengantarkan produk
tersebut dengan aman sampai ke tujuan, atau ketika produk tersebut bernilai tinggi
dan membutuhkan perlindungan ekstra.
Ukuran kemasan kayu (peti kayu) bervariasi sangat tergantung pada
ukuran dan berat individu komoditas. Kemasan dengan ukuran panjang 57 cm,
lebar 38 cm, dan tinggi 30 cm dapat memuat buah apel 25 kg atau buah peer
sebanyak 29 kg. Peti kayu dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 30 cm, dan tinggi
22 cm dapat memuat buah apel 19 kg atau buah peer sebanyak 22 kg. Peti kayu
9
dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 25 cm dapat memuat apel
sebanyak 22 kg atau buah peer sebanyak 25 kg (Poernomo, 1982).
D. Kayu Sebagai Bahan Kemasan
Harvey (1986) menerangkan bahwa, pilihan jenis kayu ditentukan
berdasarkan jumlah yang tersedia dan harganya. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam menentukan jenis kayu yang cocok untuk kemasan yaitu
densitas kayu, kemudahan pemakuan serta ukuran yang memadai. Jenis kayu yang
cocok untuk pengemasan adalah jenis kayu lunak (softwood) seperti Tusam sp.
Atau Agathis sp. Dengan densitas antara 270-700 kg/m3. Menurut Anonim (1988),
kayu untuk bahan pengemas sebaiknya bersifat lentur, misalnya seperti kayu
Kenanga, kayu Teki dan kayu Jeungjing.
Menurut JSA (1984), Kadar air kayu untuk bahan kemasan tidak boleh
lebih dari 20 persen. Kayu yang akan digunakan juga tidak boleh mengandung
cacat seperti mata atau gabungan mata (knot cluster) yang diameternya lebih dari
sepertiga papan yang digunakan, keretakan atau pecah, busuk, namun retak atau
belah (split) pada kayu yang tidak mempengaruhi penancapan paku pada saat
penggabungan dapat diabaikan.
Harvey (1986) menyatakan bahwa karakteristik suatu kemasan sangat
dipengaruhi oleh jenis kayu yang digunakan mutu kayu, desain kemasan (tipe
kemasan), cara pengerjaan dalam konstruksi dan perakitan kemasan. Perbedaan
jenis kayu dapat menyebabkan perbedaan dalam kemudahan pengerjaan, kekuatan
lengkung (bending strength), kekuatan tekan (compressive strength), daya
cengkeram paku (nail holding power), ketahanan terhadap kikisan (resistance of
abrassion) dan ketahanan terhadap kerusakan atau kebusukan.
Desain peti kayu yang hendak dirancang harus dapat memberikan
perlindungan yang cukup dengan memberikan kemudahan penanganan yang
maksimum sedangkan dalam hubungannya dengan produk yang dikemas ada
sepuluh faktor yang berpengaruh yaitu :
1. Sifat dan berat produk yang dikemas.
2. Model peti dan palet.
3. Bahan konstruksi dan kekuatan penggabungannya.
4. Dimensi keseluruhan peti.
10
5. Berat kosong.
6. Metoda dan kekuatan pada penanganan selama perjalanan.
7. Ketentuan dari negara pengimpor.
8. Urgensi pengiriman.
9. Kemampuan berada ditempat terbuka selama dibongkar.
10. Kemampuan kemasan untuk digunakan kembali.
1. Sengon/Jeungjing
Jeungjing atau sengon laut (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen syn.),
termasuk dalam famili Fabaceae. Kayu ini merupakan kayu cepat tumbuh dan
banyak ditanam masyarakat sebagai hutan rakyat. Pohon ini pada umur 10 tahun
sudah masak tebang. Daerah penyebaran kayu ini di Indonesia adalah di daerah
seluruh pulau Jawa, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Irian Jaya. Kayu jeungjing
banyak digunakan untuk bahan perumahan, peti, venir, pulp, papan semen wol
kayu, papan serat, dan sebagainya. Pohon ini memiliki panjang bebas cabang 10-
30 cm sampai 80 cm.
Ciri umum kayu jeungjing adalah sebagai berikut :
a. Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda
b. Tekstur kayu agak kasar dan merata
c. Arah serat lurus, bergelombang lebar, atau berpadu
d. Permukaan kayu agak licin atau licin serta mengkilap
e. Kayu yang masih segar berbau petai, yang lambat laun hilang jika kayunya
menjadi kering.
Kayu jeungjing mempunyai berat jenis rata-rata 0.33 dengan kisaran 0.24 – 0.49
sehingga termasuk kayu ringan, kelas kuat IV-V dan kelas awet IV-V.
Penyusutan kayu sampai kering tanur sebesar 2.5 persen dalam arah radial dan 5.2
persen dalam arah tangensial. Keawetan kayu jeungjing termasuk dalam kelas
sedang. Mempunyai nilai keteguhan belah sebesar 33.6 kg/cm dalam arah radial
dan 36.4 kg/cm dalam arah tangensial (Martawijaya et al., 1989).
11
2. Tusam
Tusam (Pinus merkusii Jungh) merupakan kayu ringan memiliki berat
jenis 0.59 sehingga dimasukkan dalam kelas kekuatan II-III dan keawetannya
sedang termasuk dalam kelas III-V, memiliki keteguhan belah sebesar 42.6 kg/cm
dalam arah tangensial. Kayu ini baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan
dibawah atap dan umumnya digunakan untuk korek api. Memiliki serat kayu yang
panjang sehingga kayu yang masih muda baik untuk dijadikan bubur kayu untuk
kertas atau pulp.
Kayu Tusam banyak ditemukan di daerah Sumatera. Kayu ini tumbuh pada
ketinggian 500-2000 m dpl. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan pionir, dapat
ditanam dengan baik di padang ilalang ataupun di belukar dan tahan akan
kekurangan zat asam. Pohonnya dapat mencapai tinggi 70 m dan diameter lebih
dari 100 cm, dengan batang bebas sekitar 70% dari tinggi pohon.
Ciri umum kayu Tusam adalah sebagai berikut :
a. Umumnya batang berbentuk bulat dan lurus kadang-kadang memilin.
b. Kulitnya berwarna cokelat tua agak kelabu, permukaan kulit kasar dan beralur
dalam.
c. Tekstur kayu halus, arah serat lurus, kesan raba permukaan licin.
d. Kayu yang mengandung damar terasa seperti berlemak.
e. Tebal pepagan pohon tua bisa mencapai 12 cm.
f. Daunnya berbentuk seperti jarum, tersusun dalam berkas-berkas yang masing-
masing terdiri atas dua daun.
g. Buahnya berbentuk kerucut yang terdiri atas sisik-sisik.
3. Agathis
Agathis ( Agathis loranthifolia) dikenal dengan nama umumnya damar
banyak ditemukan tersebar di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan
Tengah, Sulawesi, Maluku dan Irian. Pohon Agathis dapat tumbuh sampai
ketinggian sampai 65 m, dengan diameter batang mencapai 150 cm. Kayu agathis
memiliki berat jenis 0.47 dan berada dalam kelas kekuatan III. Tajuk berbentuk
kerucut dan berwarna hijau dengan percabangan mendatar melingkari batang.
Kulit luar berwarna kelabu sampai cokelat tua, mengelupas kecil-kecil berbentuk
12
bundar atau bulat telur. Pohon tidak berbanir, mengeluarkan damar yang lazim
disebut kopal. Memiliki nilai keteguhan belah sebesar 26.6 kg/cm.
Agathis memiliki ciri umum sebagai berikut :
a. Batangnya berbentuk silindris dan lurus.
b. Kayunya berwarna putih kadang agak kekuning-kuningan, tidak berpori.
c. Permukaan kulitnya berbintik-bintik cokelat pada bidang radial.
d. Tekstur kayu halus dan merata.
e. Memiliki arah serat lurus kadang terpilin.
E. Paku sebagai alat sambung
Sambungan merupakan titik terlemah dalam suatu konstruksi. Jika
kekuatan kayu tanpa sambungan dianggap sama dengan 100 % maka penggunaan
alat sambung berikut ini dalam suatu sambungan kayu mengakibatkan (Yap,
1984) :
a. 30 % apabila menggunakan alat sambung baut
b. 50% apabila menggunakan alat sambung paku
c. 60% apabila menggunakan alat sambung pasak
d. 100% apabila menggunakan alat sambung berupa perekat
Dalam Wirjomartono (1977), alat sambung yang digunakan dalam konstruksi
kayu dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu :
a. Paku, baut, dan sekrup
b. Pasak-pasak kayu keras
c. Alat-alat sambung modern (kokot, bulldog, cincin belah, dan lain-lain)
d. Perekat
Fungsi alat sambung adalah penyambung dan penghantar gaya yang
bekerja pada satu bagian ke bagian lain dari sambungan. Satu bagian ke bagian
lain tersebut masing-masing merupakan satu kesatuan
Paku adalah alat sambung mekanik yang paling umum dan familiar
digunakan masyarakat. Paku sering digunakan untuk alat sambung pada
konstruksi bangunan kuda-kuda. Walaupun daya dukungnya kecil ternyata
sambungan dengan paku adalah kaku, karena sasarannya sangat kecil terutama
jika dibandingkan dengan sambungan yang menggunakan baut (Yap, 1984).
13
Kekuatan paku tergantung pada bahan penyusunnya (besi, baja, seng atau
alumunium). Menurut Witjomartono (1977), paku biasanya dibuat dari baja
Thomas yang mempunyai kokoh desak maksimum 600-800 kg/cm2 dan tegangan
lentur maksimum 8000-12000 kg/cm2. Walaupun sambungan paku merupakan
tipe sambungan yang paling mudah, tetapi tidak semua kayu dapat dengan mudah
untuk dipaku. Pembelahan dan pembengkokan paku bisa diminimumkan dengan
menggunakan jarak spasi minimum atau perlakuan awal yaitu dilakukan
pengeboran lubang paku terlebih dahulu dengan catatan besar lubang tidak boleh
melebihi diameter paku yang akan digunakan.
F. Desain Kemasan
Menurut Renggo (1990), perancangan kemasan untuk transportasi dan
distribusi diutamakan pada penentuan dimensi pengemas yang dinyatakan dalam
ketiga macam dimensi. Ketiga macam dimensi tersebut adalah dimensi dalam
(inner dimension), dimensi pola (pattern dimension), dan dimensi luar (outer
dimension).
1. Dimensi Kemasan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan dimensi kemasan ,
faktor tersebut antara lain:
a. Susunan buah dalam kemasan
Pola susunan buah dalam kemasan menentukan dimensi dalam kemasan.
Menurut Peleg (1985) terdapat dua model penyusunan buah dalam kemasan yaitu
kemasan acak (jumble pack) dan kemasan terpola (placed pack). Kemasan acak
digunakan untuk pengemasan buah-buahan bernilai ekonomi rendah sedangkan
kemasan terpola digunakan untuk buah-buahan bernilai ekonomi tinggi, biasanya
untuk keperluan ekspor.
Kemasan terpola terdiri dari tiga macam pola penyusunan teratur untuk
buah-buahan yang biasa dikemas menggunakan kemasan berbentuk persegi atau
persegi panjang. Ketiga macam pola penyusunan tersebut adalah :
1. Pattern pack region I, dengan 1.46b ≥ Δx ≥ 0.82a, 0 ≤ Δy ≤ 0.82b dan 1.46b ≥
Δz ≥ 0.82a.
2. Pattern pack region II, dengan 0.82a ≥ Δx ≥ 0, 0.82b ≤ Δy ≤ 1.46b, dan 0.82b
≥ Δz ≥ 1.46b.
14
3. Pattern pack FCC (Face Cubic Center), dengan Δz = Δy = 0.82b dan Δx =
0.82a.
b. Standar berat tiap kemasan
Standar berat ditentukan berdasarkan sistem penanganan yang akan
digunakan pada pengangkutan dan distribusi. Ada dua sistem penanganan yaitu
penanganan berdasarkan kemampuan manusia dengan berat antara 15 kg sampai
25 kg dan kemampuan penanganan dengan kemampuan mesin dengan berat antara
200 kg sampai 500 kg (Peleg, 1985).
c. Susunan kemasan dalam ruang angkut
Penentuan dimensi kemasan distribusi harus memperhatikan efisiensi
pemakaian ruang angkut. Efisiensi pemakaian ruang angkut selain ditentukan oleh
dimensi kemasan juga dipengaruhi oleh pola penyusunan kemasan dalam ruang
angkut (Peleg, 1985). Pola penyusunan kemasan dalam ruang angkut yang paling
mudah dan banyak digunakan adalah row pattern, trivial pattern dan peripheral
pattern.
2. Tipe Kemasan
Selain bahan kemasan dan dimensi kemasan, tipe kemasan juga
mempengaruhi kekuatan kemasan baik pada kemasan kayu maupun pada kemasan
karton gelombang. Pada kemasan kayu tipe kemasan dilihat dari pemasangan
batten atau pengikat papan, bisa disebut juga sebagai rangka yang berfungsi
sebagai penguat konstruksi kemasan kayu. Tipe kemasan kayu memiliki berbagai
macam tipe diantaranya adalah Batten-free wooden box, End vertical batten
wooden box, End horizontal batten wooden box, Inside batten wooden box dan
Butt-joint full cleat wooden box, macam-macam tipe kemasan tersebut dapat
dilihat pada Gambar 3.
15
Gambar 3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994)
1. Batten-free wooden box
2. End vertical batten wooden box
3. End horizontal batten wooden box
16
Gambar 3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994) (lanjutan).
3. Ventilasi
Menurut Pantastico (1975), buah-buahan terbagi menjadi dua berdasarkan
jenis respirasinya, yaitu buah klimakterik dan non klimaterik. Buah klimakterik
merupakan buah-buahan yang terus melakukan respirasi, sedangkan buah non
klimakterik merupakan buah yang berhenti melakukan proses respirasi bila telah
matang. Dalam desain kemasan perlu diperhatikan ventilasi yang baik agar produk
4. Inside batten wooden box
5. Butt-join full cleat wooden box
17
yang dikemas terutama produk hortikultura yang memiliki sifat klimakterik
mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
Desain ventilasi juga harus memperhatikan letak atau posisi ventilasi serta
luasan ventilasi agar tercapai kekuatan kemasan yang optimal. Menurut hasil
penelitian Aspihani (2006), Semakin besar luasan ventilasi yang diberikan kepada
peti karton maka semakin kecil compression strength peti karton tersebut. Sama
halnya dengan peti karton, ventilasi pada peti kayu pun dapat mengurangi
compression strength peti kayu tersebut.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Peneletian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2006 berlokasi
di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian , Institut Pertanian Bogor.
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data sekunder hasil penelitian Afriansyah (2005), Kuntadi (2005), Dwipuspa
(2006) dan Aspihani (2006).
b. Program PDS II
Alat-alat yang digunakan :
Komputer dengan procesor Pentium® 4 (1.7 GHz) dan menggunakan software
Visual Basic 6.0.
C. Metode Penelitian
Desain dan pemilihan kemasan memiliki beberapa faktor yang terkait
yaitu dimensi kemasan dan berat kemasan, sedangkan faktor-faktor yang terkait
dalam sistem distribusi adalah standar berat kemasan, sistem penanganan palet,
sistem pengangkutan dan kondisi lingkungan. Pemilihan kemasan didasarkan
pada compression strength kemasan yang mampu menyangga compression force
yang terjadi dalam proses distribusi komoditas dengan biaya material/bahan yang
paling murah Faktor-faktor yang terkait dengan bahan kemasan adalah tipe
kemasan dan compression strength. Tipe kemasan yang digunakan dibatasi hanya
tiga tipe, yaitu tipe “end vertical batten wooden box”, tipe “end horizontal batten
wooden box”, dan tipe “butt-joint full cleat wooden box”.
Pemilihan kemasan didasarkan pada kemampuan bahan kemasan untuk
menahan beban tekan yang terjadi dalam proses distribusi suatu produk.
Hubungan berbagai faktor dalam proses perancangan dan pemilihan bahan
kemasan dapat dilihat pada Gambar 4.
19
Gambar 4. Faktor yang berpengaruh pada pemilihan dimensi dan material kemasan.
Sistem penanganan
Standar berat
Sifat buah : -Ukuran -Berat -Bentuk
Pola penyusunan buah dan jumlah buah dalam
kemasan
Dimensi kemasan
Bahan (material) kemasan
Tipe kemasan
Dimensi palet/Alat angkut
Efisiensi palet
Pola susunan kemasan pada palet
Berat kemasan
Compression strength material
Material, desain dan dimensi
kemasan terpilih
Evaluasi kekuatan
biaya Material
Compression force
Posisi dan Luasan Ventilasi
Kondisi lingkungan
20
1. Pembangunan Program Komputer (software)
Pembangunan program untuk perancangan kemasan distribusi
menggunakan software pendukung Visual Basic 6.0. Program ini merupakan
pengembangan dari program PSD I(Packaging Design System I) yang dibuat oleh
Darmawati (1994) dan PSD II yang dibangun oleh Afriansyah (2005) dan Kuntadi
(2005). Diagram alir program dapat dilihat pada Gambar 5. Tahapan yang
dilakukan dalam pembangunan program adalah :
a. Penggabungan program PDS IIa dan PDS IIb
PDS IIa adalah program pemilihan kemasan karton gelombang untuk
komoditas berdimensi elipsoidal, sedang PDS IIb adalah program pemilihan
kemasan kayu untuk komoditas berdimensi bola (spheroidal). Pengabungan
dilakukan dengan penambahan program pemilihan kemasan karton gelombang
untuk komoditas berdimensi spheroidal dan program pemilihan kemasan kayu
untuk komoditas berdimensi elipsoidal. Dengan penggabungan dan penambahan
ini maka pengguna dapat memilih dua jenis bahan kemasan dan dua bentuk
dimensi komoditas sesuai dengan kebutuhan dalam satu program.
b. Perbaikan dan penambahan model perhitungan kekuatan kemasan.
Pada PDS II, perhitungan kemasan didasarkan pada perhitungan teoritis.
Hasil telaah pustaka menginformasikan bahwa kekuatan kemasan sangat
dipengaruhi oleh konstruksi, cara penyambungan, luasan dan posisi ventilasi.
Berdasarkan kajian tersebut maka pada bagian sub program yang berfungsi
menghitung kekuatan kemasan akan ditambahkan model-model hasil penelitian
yang memasukkan faktor konstruksi, cara penyambungan, luasan dan posisi
ventilasi terhadap kekuatan kemasan.
c. Penambahan model optimasi pemilihan kemasan
Pada PDS II, pemilihan kemasan hanya menggunakan satu parameter saja,
yaitu compression strength dan compression force dimana kemasan yang dipilih
mempunyai kekuatan yang mampu menahan gaya yang akan terjadi dalam proses
transportasi. Pengaruh konstruksi, cara penyambungan, luasan dan posisi
ventilasi berdampak pada kekuatan suatu kemasan. Kekuatan yang memadai
menjadi faktor penting dalam memilih kemasan agar mampu melindungi produk
21
dari kerusakan, oleh karenanya pada PDS II perlu ditambahkan sub program yang
bertugas melakukan simulasi pemilihan kemasan dengan memperhatikan
konstruksi (tipe) dan ventilasi.
Gambar 5. Diagram alir program.
Data produk (berat, dimensi)
Syarat maks. dan min. (panjang, lebar dan tinggi)
Jumlah buah dalam kemasan
Pola susunan buah dalam kemasan
Dimensi dalam (panjang, lebar, tinggi)
Dimensi dalam sesuai
persyaratan A
MULAI
Y T
Batas atas dan batas bawah berat kemasan sebesar 5%
22
Gambar 5. Diagram alir program (lanjutan).
T
Y
Y
A
C
Dimensi kemasan -dimensi desain -dimensi sheet -dimensi luar
Kekuatan kemasan (Compression strength)
Dimensi ruang angkut/container
Pola susunan kemasan dalam ruang angkut/container
Efisiensi tertinggi
Tinggi susunan kemasan dalam ruang angkut/container
B
B
Faktor keamanan
Compression force
CS>CF C
-Dimensi kemasan terpilih -Jenis bahan terpilih
Susunan buah didalam pengemas
Desain kemasan dengan ventilasi
Susunan kemasan dalam ruang angkut atau dalam ruang penyimpanan
STOP
T
23
2. Perancangan Kemasan
Pada program ini terdapat parameter dan asumsi dasar untuk perhitungan
nilai kekuatan dari kemasan. Ukuran kemasan terbatas pada standar ukuran yang
umum digunakan. Asumsi dasar terletak pada nilai kecepatan pada masing-masing
kelas jalan, frekuensi pada kelas jalan dan amplitudo pada masing-masing kelas
jalan.
Parameter yang dihitung oleh program adalah dimensi dalam kemasan,
dimensi luar kemasan, pola susunan buah dalam kemasan, nilai compression
force, nilai compression strength dan susunan kemasan serta efisensi kemasan
dalam ruang angkut.
Tahapan yang dilakukan dalam perancangan kemasan sebagai berikut :
a. Menentukan jumlah buah dalam kemasan
Dari data dimensi, berat individu buah dan berat standar yang diinginkan
dalam satu kotak kemasan dihitung jumlah buah dalam kemasan dengan
persamaan sebagai berikut:
N = Berat standar tiap kemasan/ berat individu buah ..................................... (1)
b. Menentukan nilai faktor koreksi
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Dwipuspa (2006) dan
Aspihani (2006), dijelaskan bahwa kekuatan kemasan dapat mengalami beberapa
perubahan akibat perubahan desain kemasan baik dari segi konstruksi maupun
ventilasi. Dari perubahan tersebut dapat diketahui bilangan yang dapat dijadikan
sebagai faktor koreksi untuk menghitung kekuatan kemasan.
Faktor koreksi ini didapat dengan melakukan perbandingan antara nilai
compression strength dari kemasan tanpa ventilasi dengan kemasan yang
dilengkapi dengan ventilasi dengan tipe yang sama. Hal ini berlaku juga untuk
tipe sambungan paku pada kemasan kayu. Pada kemasan karton faktor koreksi
didapatkan dengan membandingkan hasil teoritis dengan hasil uji. Data faktor
koreksi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Pada kemasan kayu perhitungan faktor koreksi menggunakan nilai
compression strength teoritis awal sebesar 3940.47 kgf sebagai patokan atau
pembagi untuk mengetahui nilai faktor koreksi pada kemasan yang menggunakan
24
perlakuan lain. Untuk menghitung nilai faktor koreksi nilai compression strength
akhir debagi dengan nilai compression strength awal. Pada perhitungan nilai
faktor koreksi Dwipuspa (2006) menggunakan kemasan tipe III sebagai patokan
awal sehingga untuk menghitung nilai faktor koreksi akibat penambahan ventilasi
nilai compression strength yang dipakai sebagai pembagi adalah sebesar 2327.5
kgf.
Tabel 2. Nilai faktor koreksi terhadap penambahan ventilasi pada kemasan karton gelombang.
No. Perlakuan Varian Faktor koreksi
1 Tipe Kemasan RSC 1 FTC 1.85
2
Jenis Ventilasi Persentase luasan ventilasi
Oblong ventilation 1% 0.8399 3% 0.7011 5% 0.6982
Posisi ventilasi Samping 1
Atas 0.96
Circle ventilation 1% 0.9255 2% 0.8317 3% 0.7277
Keterangan : Posisi ventilasi hanya ada pada ventilasi jenis oblong
Tabel 3. Nilai faktor koreksi terhadap tipe kemasan, penambahan ventilasi
pada kemasan dan tipe sambungan pada kemasan kayu.
No. Perlakuan Varian Faktor Koreksi
1 Tipe Kemasan Tipe I 0.429771 Tipe II 0.439541 Tipe III 0.590665
2 Luasan Ventilasi
0% 1 5% 0.829215 10% 0.780665 15% 0.700322
3 Tipe Sambungan Sambungan 2 Paku 1 Sambungan 3 Paku 1.007076
25
c. Menentukan dimensi dalam kemasan
Jumlah buah dalam kotak kemasan digunakan untuk menghitung dimensi
dalam kemasan dengan persamaan sebagai berikut :
Panjang = 2a + (KA – 1)(0.5Δx + a)
Lebar = 2b + (KB – 1)(0.5Δy + b) ................................................................. (2)
Tinggi = 2b + (KC – 1)(0.5Δz + b)
Untuk symmetric layer, nilai KA, KB, KC adalah :
N = (KA x KB x KC)/2 ................................................................................... (3)
Variabel a dan b adalah ukuran dimensi buah, sedangkan Δx, Δy, Δz
adalah jarak antar buah pada dimensi panjang, lebar dan tinggi.
d. Menentukan Compression strength
Pada setiap kemasan baik dari jenis kayu dan karton gelombang masing-
masing memiliki kekuatan yang berbeda tergantung dari jenis bahan, tipe kemasan
dimensi dan penambahan ventilasi. Nilai Compression strength dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan :
zhPmP ×××= 82.1 ................................................................................ (4)
P = Compression strength (kgf)
Pm = keteguhan (kgf/cm)
h = Tebal (mm)
z = Perimeter keliling (cm)
Pada kemasan kayu Pm adalah nilai keteguhan belah yang memiliki satuan kgf/cm
namun pada kemasan karton gelombang Pm adalah kekuatan sudut tergantung
dari tipe flute. Karena kemasan yang akan disimulasikan meliputi penambahan
ventilasi dan tipe kemasan maka terdapat faktor koreksi yang mempengaruhi nilai
compression strength teoritis, sehingga persamaannya menjadi :
P FkPreal ×= ............................................................................................... (6)
Fk = Faktor koreksi (Tabel 2 dan Tabel 3)
e. Menentukan pola susunan kemasan pada palet
Pada sistem distribusi yang menggunakan palet, maka dimensi kemasan
disesuaikan dengan dimensi palet. Pola susunan dipilih berdasarkan dimensi luar
kemasan dan dimensi palet yang memberi efisiensi pemakaian palet tertinggi. Pola
26
susunan kemasan pada palet yang dipilih adalah pola baris, pola trivial, dan pola
pheriperal.
f. Menentukan Compression Force
Tinggi penyusunan kemasan pada ruang angkut akan memberikan tekanan
pada kemasan yang ada disusunan terbawah. Selain karena gaya tekan yang
berasal dari tinggi susunan kemasan, juga diperhitungkan kondisi yang
diperkirakan terjadi pada proses distribusi. Faktor tersebut dinyatakan sebagai
faktor keamanan sehingga untuk menghitung compression force digunakan
persamaan :
WnFstatis ×−= )1( ........................................................................................ (7)
t = (s / v) x 3600 .............................................................................................. (8)
f××=7222ω ................................................................................................ (9)
)(sin)1( 2 tynWFdinamis ××××−×= ωω ................................................... (10)
dt = Fstatis / Fdinamis ............................................................................... .... (11)
fk = 1 / dt ........................................................................................................ (12)
CF = Mx (n-1) x fk............................................................................................. (13)
Dimana :
CF = Compression force (kgf)
M = berat kotor per kemasan (kg)
n = jumlah susunan kemasan
Fk = faktor keamanan
W = berat kemasan (kg)
t = waktu tempuh (s)
s = jarak tempuh (km)
v = kecepatan (km/jam)
ω= kecepatan tangensial (rad/s)
y = amplitudo (cm)
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Program Simulasi Komputer untuk Perancangan Kemasan
1. Desain Program
Program simulasi komputer merupakan pengembangan dari program
simulasi sebelumnya yaitu Packaging Design System I dan Packaging Design
System II yang kemudian diberi nama Packaging Design System II (PDS III). PDS
III dibuat dengan menggunakan bahasa program Visual Basic 6.0, yang terdiri
dari dua form utama yaitu form input dan form output. Form input merupakan
form isian data-data yang diperlukan untuk penentuan dimensi kemasan terpilih.
Form output merupakan form hasil keluaran yang berupa tampilan-tampilan
seperti gambar desain kemasan, susunan buah dalam kemasan dan susunan
kemasan dalam ruang pengangkutan atau ruang penyimpanan serta informasi yang
diperlukan oleh pengguna untuk memudahkan dalam melakukan perancangan
kemasan.
Desain program yang interaktif dan user friendly menjadikan program
PDS III mudah untuk digunakan. Sasaran utama pengguna program ini adalah
produsen kemasan atau desainer kemasan. Selain produsen kemasan, petani pun
dapat menjalankan program ini dengan mudah. Pada program ini terdapat pilihan
dan bantuan gambar agar dapat memudahkan pengguna dalam menjalankan fungsi
program ini.
Terdapat beberapa perubahan pada proses perhitungan Program PDS III
yang mengakibatkan perbedaan hasil keluaran. Perubahan tersebut adalah
perubahan nilai batasan pada iterasi awal yang menentukan dimensi dalam dan
penambahan faktor koreksi yang mengakibatkan iterasi pada perhitungan kemasan
pun berbeda dengan PDS II. Perbedaan proses perhitungan mengakibatkan
perbedaan pada nilai output. Untuk mengetahui perbedaan tersebut maka
dimasukkan nilai input yang sama seperti pada Tabel 4 dan Tabel 5. Hasil
keluaran output dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
28
Tabel 4. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III untuk kemasan kayu dengan komoditas spheroidal.
Input Berat buah (gr) 101 Diameter buah (mm) 63Kelas jalan Jalan berbatu (aspal) Berat per kemasan (kg) 16 Jarak tempuh (km) 100 Panjang bak truk (mm) 3000 Lebar bak truk (mm) 1750 Tinggi bak truk (mm) 2000
Tabel 5. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III untuk kemasan karton dengan komoditas elipsoidal.
Input Berat buah (gr) 119.69
Diameter major (mm) 71.91 Diameter minor (mm) 54.3
Berat per kemasan (kg) 9 kelas jalan Jalan berbatu (aspal)
jarak tempuh (km) 85 Ventilasi (%) 0%
Panjang bak truk (mm) 3000 Lebar bak truk (mm) 1750 Tinggi bak truk (mm) 1000
Tabel 6. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan kayu dengan komoditas spheroidal.
output PDS II PDSIII
Dimensi dalam
Panjang (mm) 418.32 463 Lebar (mm) 329.49 374 Tinggi (mm) 240.66 196
Dimensi luar
Panjang (mm) 438.32 483 Lebar (mm) 349.49 394 Tinggi (mm) 260.66 216
Jenis kayu Jeungjing Agathis Compression strength (kgf) 96958.34 383 jumlah lapisan buah 5 4 jumlah buah 157 160 Tipe Susunan kemasan Row pattern Row pattern Effisiensi (%) 87.09 91 jumlah susunan 33 25 tinggi susunan 8 9 Compression force (kgf) 1247.55 250
29
Tabel 7. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan karton dengan komoditas elipsoidal.
output PDS II PDSIII
Dimensi dalam
Panjang (mm) 275 579 Lebar (mm) 246 306 Tinggi (mm) 207 96
Dimensi luar
Panjang (mm) 281 611 Lebar (mm) 252 337 Tinggi (mm) 213 128
Tipe flute B A Compression strength (kgf) 205.05 106 jumlah lapisan buah 5 2 jumlah buah 75 77 Tipe Susunan kemasan Row pattern Peripheral pattern Effisiensi (%) 89.02 86 jumlah susunan 66 22 tinggi susunan 3 8 Compression force (kgf) 45.75 105
Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan yang sangat mencolok terlihat
pada nilai kekuatan kemasan. Pada kemasan kayu nilai yang sama hanya terdapat
pada tipe susunan kemasan yaitu menghasilkan tipe susunan Row Pattern. Jumlah
buah yang dihasilkan oleh kedua program memiliki selisih tiga untuk kemasan
kayu dan dua buah untuk kemasan karton.
Penambahan beberapa faktor terhadap kemasan seperti pada tipe kemasan
dan ventilasi kemasan mengakibatkan nilai kekuatan kemasan berkurang sesuai
dengan faktor koreksi. Selain itu pendekatan dengan mengganti nilai Pm dengan
keteguhan belah mengakibatkan nilai kekuatan kemasan pada PDS II berbeda
dengan PDS III.
Perbedaan nilai kekuatan terjadi juga karena batasan pada proses iterasi
untuk menghitung dimensi dalam kemasan program PDS III berbeda dengan PDS
II. Pada PDS II batasan yang digunakan adalah L < P , L ≥ 0.5P dan T ≤ P,
sehingga dimensi kemasan dalam yang terpilih oleh batasan tersebut lebih sedikit
dan mengakibatkan nilai kekuatan yang tidak dimunculkan dalam program.
30
a. Form input
Form input terdiri dari tiga buah form yaitu form pilihan jenis kemasan
dan bentuk komoditas, form data komoditas, transportasi serta kemasan dan form
isian data dimensi alat transportasi atau ruang penyimpanan. Sebelum mengisi
ketiga buah form tersebut, pengguna akan disuguhkan form start up atau form
judul program yang berisi tentang judul program serta pengembang dari program
PDS III. Tampilan form judul dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Form start up (judul) program PDS III.
a.1. Form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas
Dalam form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas, bentuk
komoditas yang dapat dipilih ada dua yaitu bentuk bola dan elipsoidal, sedangkan
jenis kemasan terdiri dari karton gelombang dan kayu. Dalam program PDS III ini
pengguna dapat memilih bentuk buah dan jenis kemasan yang diinginkan secara
simultan, artinya pengguna dapat memilih kombinasi dari kedua pasang pilihan
tersebut.
Alasan dipilihnya bentuk buah yaitu bola dan elipsoidal karena bentuk ini
merupakan bentuk umum dari produk buah-buahan. Jenis bahan kemasan karton
gelombang dan kayu dipilih karena merupakan bahan kemasan yang paling sering
digunakan untuk transportasi dan distribusi.
31
Kemasan karton gelombang umumnya merupakan kemasan yang
digunakan untuk pasar insitusi dan luar negeri karena kemasan karton gelombang
terlihat lebih mewah dan lebih mudah dalam pemberian label. Kemasan kayu
masih digunakan karena kekuatannya terhadap perlakuan-perlakuan kasar dan
harganya relatif lebih murah, umumnya digunakan untuk pasar-pasar lokal
(tradisional). Form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Form pilihan bentuk komoditas dan jenis kemasan
a.2. Form data komoditas, transportasi serta kemasan
Ketika pengguna telah menentukan pilihan bentuk komoditas dan jenis
kemasan, maka akan ditampilkan form isian data ukuran dan berat individu
komoditas yang ingin dikemas. Isian data transportasi dibutuhkan untuk
memperkirakan nilai compression force yang akan terjadi dalam transportasi.
Dalam form input isian data ini terdapat empat form yang berbeda, masing masing
untuk komoditas bola dengan kemasan karton gelombang, komoditas bentuk bola
dengan kemasan kayu, komoditas elips dengan kemasan karton gelombang dan
komoditas bentuk elipsoidal dengan kemasan kayu.
Alasan membuat form yang berbeda untuk masing-masing jenis kemasan
dan bentuk komoditas adalah data isian yang dibutuhkan untuk masing-masing
jenis kemasan dan bentuk komoditas berbeda-beda. Perbedaannya adalah dalam
32
data ukuran diameter buah dan jenis ventilasi. Pada bentuk komoditas bola data
diameter buah yang dibutuhkan hanya satu (diameter tunggal) sedangkan pada
bentuk komoditas elipsoidal terdapat dua data diameter buah yang dibutuhkan
yaitu diameter major dan minor. Pada jenis kemasan kayu data ventilasi hanya
terdapat pilihan luasan ventilasi, sedangkan pada kemasan karton gelombang
terdapat pilihan jenis ventilasi dan luasan ventilsai. Perbedaan perhitungan nilai
compression force dengan variabel yang berbeda juga merupakan alasan
membedakan form-form tersebut. Dalam form isian tersebut terdapat empat
kelompok isian yaitu data komoditas, data kemasan, kondisi transportasi dan
ventilasi.
Data komoditas terdiri dari berat individu buah dalam gram dan diameter
buah dalam milimeter, pada bentuk elipsoidal dimeter buah terdiri dari diameter
major dan minor. Data kemasan terdiri dari berat isi kemasan dalam kilogram dan
tinggi susunan atau tumpukan. Kondisi transportasi terdiri dari kelas jalan dan
jarak tempuh dalam km, dan data ventilasi adalah isian dalam bentuk option
button atau pilihan prosentase ventilasi per luasan kemasan. Bentuk form data
isian dapat dilihat pada Gambar 8.
(a)
Gambar 8. Tampilan form isian data; a. Form isian untuk jenis kemasan kayu, b. Form isian untuk jenis kemasan karton gelombang.
33
(b) Gambar 8. Tampilan form isian data; a. Form isian untuk jenis kemasan kayu,
b. Form isian untuk jenis kemasan karton gelombang (lanjutan).
Tinggi susunan dipilih sebagai data masukkan merujuk pada kondisi
penyusunan pada truk angkut dan penyusunan pada gudang penyimpanan, satuan
data tersebut adalah meter. Tinggi susunan tersebut akan berpengaruh pada nilai
compression force. Kelas jalan pada kondisi transportasi disajikan dalam bentuk
combo box, yang terdiri dari tiga kelas jalan yaitu jalan dalam kota, jalan luar kota
dan jalan berbatu (aspal). Kelas jalan menggambarkan kondisi jalan pada saat
transportasi. Masing-masing kelas jalan memiliki nilai frekuensi, kecepatan dan
amplitudo yang berbeda, nilai tersebut berdasarkan penelitian dari Lembaga Uji
Konstruksi (1986). Selain itu data yang harus diisi adalah jarak tempuh, sebagai
nilai untuk menghitung Fdinamis yang selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung compression force.
Ventilasi pada kemasan karton gelombang terdiri atas dua tipe pilihan
yaitu circle dan oblong. Pada ventilasi circle prosentase luasannya adalah sebesar
34
satu persen, dua persen dan tiga persen per luasan kemasan. Pada tipe oblong
prosentasenya adalah satu persen, tiga persen dan lima persen. Pada ventilasi
oblong juga diberikan pilihan untuk memilih letak atau posisi ventilasi, pada sisi
atas (top) atau sisi samping (side). Pilihan tipe ventilasi ini disajikan dengan
bentuk optional button dan check box. Ketika pengguna memilih tipe ventilasi
oblong maka akan muncul frame pilihan yang hanya menampilkan pilihan luasan
ventilasi oblong dan posisi ventilasi oblong. Jika pengguna memilih tipe ventilasi
circle maka akan muncul frame yang hanya menampilkan luasan ventilasi circle
saja.
Pada program PDS II baik PDS IIA maupun PDS IIB isian data berat
bersih kemasan dinyatakan dalam bentuk combo box yang berupa daftar nilai
berat yaitu 9 kg, 16 kg, 23 kg, 29 kg, 36 kg, 43 kg, 54 kg, 63 kg, 72 kg dan 81 kg.
Kelemahan dari penyajian isian data berat dengan combo box pengguna tidak
dapat memasukkan data berat diluar pilihan tersebut.
Berbeda dengan program PDS II, pada program PDS III data berat
kemasan tidak berupa combo box melainkan dalam bentuk text box. Perubahan ini
dimaksudkan agar pengguna lebih mudah menentukan berat isi kemasan sesuai
dengan yang dikehendaki. Berat kemasan akan digunakan untuk menghitung gaya
statik yang kemudian dapat digunakan sebagai salah satu variabel untuk
menghitung compression force dari kemasan tersebut.
b. Form output
b.1. Form desain kemasan
Pada form output terdapat tiga jenis form yaitu form desain kemasan, form
susunan buah, dan form susunan kemasan dalam ruang angkut. Form desain
kemasan menampilkan dimensi dalam dan luar kemasan dalam satuan milimeter.
Dalam form ini ditampilkan beberapa keterangan, pada jenis kemasan kayu
keterangan yang ditampilkan meliputi jenis kayu, tipe kemasan, tipe sambungan,
persentase luasan ventilasi dan juga nilai compression strength dari kemasan
tersebut. Selain itu ditampilkan juga gambar desain kemasan dalam picture box
dalam bentuk yang sederhana sehingga pengguna mendapatkan gambaran tentang
kemasan yang akan dibuat. Desain gambar dilengkapi dengan skala dan
konstruksi ventilasi yang proporsional sesuai dengan pilihan luasan ventilasi yang
35
dipilih oleh pengguna. Tampilan form output untuk desain kemasan kayu dapat
dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tampilan form desain kemasan pada pilihan jenis kemasan kayu.
Pada desain kemasan karton sama halnya dengan desain kemasan kayu
terdapat beberapa informasi yang ditampilkan seperti dimensi kemasan meliputi
dimensi dalam dan luar kemasan. Pada form ini juga ditampilkan data kemasan
yang meliputi tipe kemasan, jenis flute, tipe dan luasan ventilasi serta nilai
compression strength kemasan. Desain gambar telah dilengkapi dengan dimensi
dan juga dilengkapi dengan ventilasi. Ukuran ventilasi belum bisa ditentukan
secara mutlak hanya berdasarkan luasan dan proporsi dari kemasan. Form desain
kemasan karton dapat dilihat pada Gambar 11.
37
b.2. Form susunan Buah
Setelah pengguna memasukkan data dan dihasilkan dimensi kemasan
terpilih, pengguna dapat melihat susunan buah dengan cara mengklik pilihan lihat
yang ada pada menubar lalu pilih susunan buah. Akan tampil sebuah form yang
menggambarkan pola susunan buah disertai informasi lain seperti berat rata-rata
buah, diameter buah, jumlah buah dalam kemasan dan jumlah lapisan buah dalam
kemasan Form yang menampilkan susunan buah dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Form susunan buah.
Data yang dimasukkan kedalam program untuk penentuan penyusunan
buah merupakan data tunggal yaitu data diameter buah dan berat individu buah,
pada program ini dipilih penyusunan buah dengan menggunakan pola FCC (Face-
Centered Cubic), karena pola ini merupakan pola yang paling efisien daripada
kedua pola yang lain. Tujuan dari penyusunan buah secara FCC adalah
meminimalisir ruang antar buah sehingga benturan buah pada saat transportasi
dapat dihindari.
b.3. Form susunan kemasan dalam ruang angkut
Jika pengguna ingin melihat susunan kemasan dalam alat angkut atau
ruang simpan, pengguna dapat memilih lihat lalu klik susunan kemasan pada
38
menubar. Sebelum melihat tampilan susunan kemasan pengguna akan
dihadapkan dengan data pengangkutan yang ditampilkan pada form data
pengangkutan. Pengguna dapat memilih jenis pengangkutan menggunakan palet
atau tanpa palet. Jika pengguna memilih untuk tidak menggunakan palet maka
data masukan untuk dimensi palet akan disembunyikan, agar pengguna hanya
terfokus pada data masukan untuk bak truk. Form tampilan data pengangkutan
dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Form data pengangkutan
Setelah pengguna mengisi data pengangkutan maka akan muncul form
susunan kemasan. Dalam form susunan kemasan ditampilkan informasi tentang
gambar susunan kemasan, jenis pola susunan, efisiensi susunan, data palet (jika
pengguna menggunakan palet) dan data bak truk. Form susunan kemasan dapat
dilihat pada Gambar 14.
39
Gambar 14. Form susunan kemasan
Gambar pola susunan kemasan pada ruang merupakan gambaran/kondisi
tentang penyusunan kemasan dalam ruang angkut atau ruang simpan jika dilihat
dari atas, yang memiliki tujuan untuk mempermudah proses penyusunan kemasan,
ruang yang berwarna hitam merupakan space kosong yang tidak dapat dimasuki
kemasan.
Didalam gambar tersebut terdapat keterangan-keterangan yang dapat
memperjelas pengguna dalam melakukan penyusunan. Nilai K1 merupakan nilai
yang menunjukan jumlah kemasan kayu yang dapat disusun dengan panjang
sejajar sumbu X dan lebar sejajar sumbu Y. Nilai K2 menunjukan jumlah
kemasan kayu yang dapat disusun dengan panjang sejajar sumbu Y dan lebar
sejajar dengan sumbu X. Nilai K3 merupakan nilai yang menunjukan jumlah
kemasan kayu yang dapat disusun dengan panjang sejajar sumbu X dan lebar
sejajar sumbu Y. Nilai K4 menunjukan jumlah kemasan kayu yang dapat disusun
dengan panjang sejajar sumbu Y dan lebar sejajar dengan sumbu X.
40
2. Desain Proses
a. Kemasan kayu
Proses perhitungan pada PDS III hampir sama dengan PDS II. Data yang
dimasukkan merupakan data fisik dari komoditas yaitu berat dan diameternya,
data kemasan yang diinginkan berupa berat bersih (isi) kemasan, tinggi susunan
kemasan dan ventilasi kemasan serta data transportasi berupa kelas jalan dan jarak
tempuh. Ada beberapa data yang merupakan data asumsi diantaranya yaitu
frekuensi dan amplitudo dari kelas jalan.
Proses perhitungan dimensi kemasan merupakan proses iterasi dengan
mengkombinasikan dimensi panjang, lebar dan tinggi kemasan dengan jumlah
buah yang memungkinkan. Dalam proses perhitungan ini dipakai persamaan (2)
untuk mencari dimensi kemasan yang memenuhi batasan dimensi yaitu 400 mm ≤
panjang ≤ 600 mm, 300 mm ≤ lebar ≤ 400 mm, dan tinggi < 600 mm (Sjaifullah
dan Soedibyo, 1976). Setelah menemukan pasangan-pasangan dimensi kemasan
yang memenuhi persyaratan maka langkah selanjutnya adalah menentukan
kekuatan dari kemasan.
Kekuatan kemasan dinyatakan dengan nilai compression strength. Nilai
compression strength tersebut didapat dari persamaan (4) yang diiterasikan
dengan kombinasi dari jenis kayu dan tipe ventilasi. Penentuan dimensi kemasan,
jenis kayu, tipe kemasan dan luasan ventilasi yang optimum berdasarkan nilai
compression strength yang maksimal atau yang mendekati nilai compression
force selama kegiatan transportasi berlangsung.
Pengembangan program yang dilakukan PDS III terhadap PDS II adalah
menambah faktor-faktor koreksi yang mempengaruhi kekuatan kemasan yaitu
konstruksi kemasan atau tipe kemasan, jenis bahan kemasan dan luasan ventilasi
pada kemasan. Agar nilai compression strength dari simulasi program mendekati
kenyataan dan pengguna dapat mendesain kemasan sesuai dengan yang
diinginkan. Selain itu pengembangan yang dilakukan terhadap program yaitu
menyajikan konstruksi desain kemasan secara orthogonal (tiga dimensi)
dilengkapi dengan gambaran konstruksi kemasan meliputi luasan ventilasi yang
proporsional dengan desain kemasan walaupun belum dilengkapi dengan ukuran
ventilasi yang presisi.
41
b. Kemasan karton
Pada kemasan karton sama halnya dengan kemasan kayu untuk
menentukan dimensi dalam kemasan merupakan hasil iterasi yang memiliki
batasan yaitu, 400 mm ≤ panjang ≤ 600 mm, 300 mm ≤ lebar ≤ 400 mm, dan
tinggi < 600 mm. Perbedaan antara kemasan karton dan kemasan kayu terletak
pada iterasi untuk menghitung dimensi luar kemasan. Pada program untuk
kemasan karton terdapat banyak controll array yang berfungsi untuk menyimpan
variabel, dikarenakan kombinasi yang dihasilkan cukup banyak. Perhitungan
dimensi luar untuk kemasan karton sedikit berbeda dengan kemasan kayu,
terutama pada tipe FTC karena FTC memiliki ketebalan dua kali dari kemasan
karton RSC.
Pengembangan program yang dilakukan PDS III terhadap PDS II adalah
menambah faktor-faktor koreksi yang mempengaruhi kekuatan kemasan yaitu
konstruksi kemasan atau tipe kemasan, jenis bahan kemasan dan luasan ventilasi
pada kemasan. Agar nilai compression strength dari simulasi program mendekati
kenyataan. Tipe kemasan karton yang diterasikan yaitu tipe FTC dan RSC dan
masing-masing dari tipe ini akan dikombinasikan dengan jenis flute yang
memiliki ketebalan berbeda dengan faktor koreksi masing-masing flute dan
dengan tipe ventilasi. Dari hasil iterasi tersebut akan terpilih desain dimensi
kemasan yang meliputi tipe kemasan, flute dan ventilasi. Dalam kasus ini jenis
ventilasi merupakan pilihan bagi pengguna.
Dalam desain kemasan pengembangan yang dilakukan adalah
melengkapi kemasan dengan jenis ventilasi dan luasan yang diinginkan. Ventilasi
dalam desain belum memiliki ukuran yang presisi namun letak dan ukuran yang
terdapat dalam desain program telah diproporsikan dengan dimensi kemasan dan
letaknya pun telah disesuaikan dengan konstruksi yang sebenarnya.
42
B. Simulasi Pengaruh Dimensi Kemasan dan Berat Rata-rata Komoditas
Untuk mengetahui range atau kisaran dari diameter buah dan berat
individu buah yang dapat dijadikan referensi untuk data input maka dilakukan
simulasi. Hasil dari simulasi ini menunjukan range data input dari komoditas yang
memiliki nilai output dimensi kemasan yang sama dan nilai compression strength
yang mendekati kebenaran.
1. Komoditas spheroidal (bola)
a. Ukuran komoditas (diameter)
Ukuran komoditas merupakan data input yang sangat menentukan
besarnya dimensi dalam kemasan. Ukuran pada komoditas berbentuk spheroid
yang dijadikan data input adalah diameter buah. Ukuran diameter buah sangat
beragam, namun menurut penelitian yang dilakukan Afriansyah (2005)
dimasukkan diameter buah dengan range 60-65 mm. Dalam simulasi ini akan
dimasukkan diameter buah dengan range 60-70 mm agar hasil dari simulasi dapat
terlihat lebih jelas.
Untuk melihat range akibat perubahan diameter antara 60-70 mm maka
diperlukan data masukkan lainnya yaitu, berat rata-rata individu buah 105 gr,
berat isi kemasan 16 kg.
Tabel 8. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam
kemasan hasil simulasi paket program dengan diameter antara 60-70 mm untuk
komoditas spheroidal.
No. Diameter
(mm)
Dimensi dalam (mm) Dimensi luar (mm)
Ka Kb Kc NP L T P L T1 60 483 314 187 503 334 207 11 7 4 1542 61 448 362 190 468 382 210 10 8 4 1603 62 455 368 193 475 388 213 10 8 4 1604 63 463 374 196 483 394 216 10 8 4 1605 64 515 290 244 535 310 264 11 6 5 1656 65 523 294 248 543 314 268 11 6 5 1657 66 531 299 252 551 319 272 11 6 5 1658 67 539 303 256 559 323 276 11 6 5 1659 68 547 308 260 567 328 280 11 6 5 16510 69 555 312 264 575 332 284 11 6 5 16511 70 564 317 267 584 337 287 11 6 5 165
43
Berdasarkan hasil simulasi diperoleh dimensi dalam yang beragam. Dari
input diameter yang berbeda dalam range 60-70 mm terdapat hasil keluaran pola
susunan buah dan jumlah buah yang sama yaitu dalam range antara 61-63 mm dan
64-70 mm. Dari hasil simulasi tersebut didapat pola penyusunan buah dan jumlah
buah yang sama meskipun dimensi dalam kemasan berbeda-beda. Pada range
diameter antara 61-63 mm nilai Ka, Kb dan Kc masing-masing adalah 10, 8 dan 4
dengan jumlah buah dalam kemasan sebanyak 160 buah Pada range diameter
antara 64-70 mm nilai Ka, Kb dan Kc masing-masing adalah 11, 6 dan 5 dengan
jumlah buah dalam kemasan sebanyak 165 buah.
Range 64-70 mm akan menjadi rujukan awal dalam menentukan diameter
buah yang dapat dipakai oleh pengguna sebagai data input. Alasan memilih range
tersebut adalah pada range 64-70 mm dihasilkan dimensi kemasan yang beragam
namun nilainya tidak berbeda jauh dan pola susunan buah serta jumlah buah yang
sama. Pengguna masih bisa mengemas dengan pola susunan yang sama dengan
memakai diameter antara 64-70 mm.
b. Berat komoditas
Berat komoditas tidak berpengaruh dalam perhitungan dimensi dalam
kemasan, namun bepengaruh dalam proses perhitungan compression force yang
selanjutnya dijadikan dasar penentuan nilai compression strength. Secara tidak
langsung berat komoditas menentukan pasangan dmensi terpilih.
Ukuran diameter buah yang dimasukkan dalam simulasi program ini
adalah 65 mm dengan berat individu 100 – 110 gram, berat isi kemasan 15 kg,
tinggi susunan 2 m, kelas jalan dalam kota dengan jarak tempuh 100 km dan
luasan ventilasi sebesar 10% (kemasan kayu). Hasil simulasi tersebut disajikan
pada Tabel 9.
44
Tabel 9. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan hasil simulasi paket program dengan berat antara 100-110 gram untuk komoditas spheroidal.
No. Berat (gr)
Dimensi dalam (mm) Dimensi luar (mm) Ka Kb Kc N P L T P L T
1 100 523 294 248 543 314 268 11 6 5 165 2 101 523 294 248 543 314 268 11 6 5 165 3 102 477 294 248 497 314 268 10 6 5 150 4 103 477 294 248 497 314 268 10 6 5 150 5 104 477 294 248 497 314 268 10 6 5 150 6 105 523 294 248 543 314 268 11 6 5 165 7 106 523 340 202 543 360 222 11 7 4 154 8 107 523 340 202 543 360 222 11 7 4 154 9 108 523 340 202 543 360 222 11 7 4 154
10 109 477 340 202 497 360 222 10 7 4 140 11 110 477 340 202 497 360 222 10 7 4 140
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada perubahan berat komoditas tidak
berpengaruh terhadap dimensi kemasan. Dimensi dalam dan dimensi luar dari
kemasan sedikit mengalami perubahan dan cenderung sama pada beberapa range.
Perubahan yang terjadi diakibatkan oleh perubahan dari iterasi karena batasan
iterasi berubah. Pada range berat antara 100-101 gram dihasilkan dimensi
kemasan yang sama dan pola penyusunan buah yang sama serta jumlah buah yang
sama. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa range berat yang memungkinkan
untuk dipakai oleh pengguna adalah komoditas yang memiliki berat antara 100-
101 gram.
2. Komoditas elipsoidal
a. Ukuran komoditas (diameter)
Berbeda dengan komoditas spheroidal pada komoditas elipsoidal memiliki
dua buah diameter yaitu diameter major dan minor. Kedua nilai diameter ini
mempengaruhi perhitungan dimensi kemasan dan kekuatan kemasan. Diameter
major merupakan diameter yang memiliki nilai lebih besar daripada diameter
minor.
Untuk melihat range akibat perubahan diameter antara 60-70 mm untuk
diameter major dan 50-60 untuk diameter minor maka masukkannya adalah, berat
rata-rata individu buah 105 gr, berat isi kemasan 16 kg, tinggi susunan 2 m, kelas
jalan dalam kota dengan jarak tempuh 100 km dan luasan ventilasi sebesar 10
45
persen. Untuk mencari range pada berat rata-rata individu buah antara 100-110
gram dilakukan hal yang sama dengan menggunakan masukan data diameter
major 65 mm dan diameter minor 55 mm, berat isi kemasan 15 kg, tinggi susunan
2 m, kelas jalan dalam kota dengan jarak tempuh 100 km dan luasan ventilasi
sebesar 10 persen.
Tabel 10. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan hasil simulasi paket program dengan diameter major 60-70 mm untuk komoditas elipsoidal.
No. Diameter (mm) Dimensi dalam (mm) Dimensi luar (mm) Ka Kb Kc N Major Minor P L T P L T
1 60 55 356 294 219 376 314 239 8 7 5 140 2 61 55 405 335 181 425 355 201 9 8 4 144 3 62 55 412 336 183 432 356 203 9 8 4 144 4 63 55 418 338 184 438 358 204 9 8 4 144 5 64 55 425 339 186 445 359 206 9 8 4 144 6 65 55 432 341 187 452 361 207 9 8 4 144 7 66 55 485 301 189 505 321 209 10 7 4 140 8 67 55 492 302 191 512 322 211 10 7 4 140 9 68 55 499 304 192 519 324 212 10 7 4 140
10 69 55 458 347 194 478 367 214 9 8 4 144 11 70 55 465 348 196 485 368 216 9 8 4 144
Tabel 11. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan hasil simulasi paket program dengan diameter minor 50-60 mm untuk komoditas elipsoidal.
No. Diameter
(mm) Dimensi dalam
(mm) Dimensi luar (mm) Ka Kb Kc N Major Minor P L T P L T
1 65 50 432 318 180 452 338 200 9 8 4 144 2 65 51 432 343 201 452 363 221 9 8 4 144 3 65 52 432 327 183 452 347 203 9 8 4 144 4 65 53 432 332 184 452 352 204 9 8 4 144 5 65 54 432 336 186 452 356 206 9 8 4 144 6 65 55 432 341 187 452 361 207 9 8 4 144 7 65 56 477 304 189 497 324 209 10 7 4 140 8 65 57 477 308 190 497 328 210 10 7 4 140 9 65 58 477 312 192 497 332 212 10 7 4 140
10 65 59 432 359 193 452 379 213 9 8 4 144 11 65 60 432 363 195 452 383 215 9 8 4 144
Dari hasil simulasi berdasarkan diameter yang berbeda dalam selang 60-
70 mm untuk diameter major dan 50-60 mm untuk diameter minor dapat dilihat
bahwa kenaikan besarnya diameter buah dapat mempengaruhi dimensi dalam,
46
dimensi luar kemasan, jumlah buah dan jumlah susunan buah. Hasil simulasi ini
akan menentukan range dari diameter major dan minor yang dapat dijadikan
batasan dari input yang akan menghasilkan output (jumlah buah dan jumlah
susunan buah) yang hampir sama.
Dapat dilihat pada Tabel 10, range diameter yang menghasilkan jumlah
buah dan susunan buah yang sama adalah 61-65 mm untuk diameter major. Pada
range tersebut dihasilkan pola penyusunan dengan nilai Ka = 9, Kb = 8 dan Kc =
4 dan jumlah buah sebanyak 144 buah. Pada Tabel 7, range diameter yang
menghasilkan pola susunan buah dan jumlah buah yang sama adalah pada range
antara 50-55 mm untuk diameter minor. Pada range tersebut juga dihasilkan pola
penyusunan dengan nilai Ka = 9, Kb = 8 dan Kc = 4 dan jumlah buah sebanyak
144 buah.
Range diameter yang dapat dijadikan referensi oleh pengguna pada
komoditas elipsoidal untuk jenis kemasan kayu adalah antara 61-65 mm untuk
diameter major dan 50-55 mm untuk diameter minor. Kedua range tersebut
menghasilkan pola penyusuanan buah yang sama dan dimensi kemasan yang
memiliki selisih nilai 1-30 mm.
b. Berat komoditas
Sama halnya dengan simulasi pada komoditas berbentuk spheroidal
simulasi untuk range berat yaitu antara 100-110 gram. Dengan data masukan lain
yaitu diameter major 65 mm, diameter minor 55 mm, berat kemasan 15 kg, tinggi
susunan 2 m, kelas jalan dalam kota dengan jarak tempuh 100 km dan luasan
ventilasi sebesar 10 persen. Hasil simulasi dapat dilihat pada Tabel 12.
47
Tabel 12. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan hasil simulasi paket program dengan berat 100-110 gram pada komoditas elipsoidal.
No. Berat (gr)
Dimensi dalam (mm) Dimensi luar (mm) Ka Kb Kc N P L T P L T
1 100 432 341 187 452 361 207 9 8 4 144 2 101 432 341 187 452 361 207 9 8 4 144 3 102 432 341 187 452 361 207 9 8 4 144 4 103 432 341 187 452 361 207 9 8 4 144 5 104 432 341 187 452 361 207 9 8 4 144 6 105 432 341 187 452 361 207 9 8 4 144 7 106 523 382 147 543 402 167 11 9 3 148 8 107 432 341 187 452 361 207 9 8 4 144 9 108 477 382 147 497 402 167 10 9 3 135 10 109 477 382 147 497 402 167 10 9 3 135 11 110 432 259 228 452 279 248 9 6 5 135
Berdasarkan hasil simulasi pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada range
100-105 gram tidak terjadi perubahan dimensi kemasan maupun pola susunan
buah. Dimensi dalam pada range tersebut adalah 432 x 341 x 187 mm dan
dimensi luar sebesar 452 x 361 x 207. Nilai Ka, Kb, Kc dan jumlah buah adalah
sembilan, delapan, empat dan jumlah buah sebanyak 144 buah. Range berat ini
dapat dijadikan referensi dalam memasukan data input agar menghasilkan output
yang memiliki nilai yang sama.
3. Pengaruh luasan ventilasi terhadap nilai compression strength
Untuk mengetahui pengaruh ventilasi terhadap nilai kekuatan kemasan
maka diambil satu hasil simulasi (seperti pada Gambar 10) yang menghasilkan
dimensi luar kemasan yaitu 534 x 346 x 223 mm, dengan tipe kemasan tipe satu,
tipe sambungan dua paku dan luas ventilasi sebesar sepuluh persen dihasilkan
nilai kekuatan kemasan (compression strength) sebesar 298 kgf. Dengan
menggunakan perhitungan menggunakan persamaan 4, data input yang sama dan
luasan ventilasi sebesar 15 persen dihasilkan nilai kekuatan kemasan sebesar
285.25 kgf.
Nilai compression force yang dihasilkan pada simulasi tersebut yaitu
sebesar 177 kgf. Dapat dikatakan pada kemasan kayu dengan menggunakan
luasan ventilasi seluas 15 persen masih dapat menahan kemasan dari kerusakan
akibat compression force yang terjadi karena proses transportasi.
48
Pada kemasan karton pengaruh luasan ventilasi yang berbeda dapat dilihat
pada Tabel 13. Masukkan pada simulasi tersebut adalah diameter buah sebesar 70
mm, berat buah 105 gram, berat kemasan 16 kg, tinggi susunan 2 m, kelas jalan
dalam kota dengan jarak tempuh 100 km dihasilkan dimensi luar kemasan 595 x
398 x 250 mm, tipe flute A dan tipe kemasan FTC. Nilai compression force dari
masukkan tersebut adalah 122 kgf.
Tabel 13. Pengaruh luasan ventilasi terhadap nilai compression strength pada
kemasan karton.
luasan ventilasi Compression Strength (kgf)
oblong samping oblong atas circle 1% 141 143 153 3% 129.14 123.97 133.12
Pada tabel diatas pada luasan ventilasi satu persen adalah hasil dari
simulasi program sedangkan pada luasan tiga persen adalah hasil perhitungan
dengan menggunakan persamaan 4. Dengan luasan ventilasi sebesar tiga persen
baik untuk tipe ventilasi oblong maupun circle masih menghasilkan nilai
compression strength diatas nilai compression force, sehingga dapat dikatakan
kemasan tersebut masih layak untuk dipakai.
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Packaging Design System ( PDS ) III merupakan pengembangan dari PDS I
dan PDS II. PDS III memiliki kelebihan dibandingkan dengan PDS II,
program ini dapat mensimulasikan dua buah jenis kemasan dengan dua buah
bentuk buah secara simultan. Pengguna dapat mensimulasikan jenis kemasan
dengan bahan kayu dengan bentuk elipsoidal maupun bola begitu juga dengan
kemasan karton dapat disimulasikan dengan bentuk elipsoidal dan bola.
2. Program PDS III memiliki dua jenis form yaitu form input dan form output
dengan tampilan yang lebih menarik. Data input yang dimasukkan pada form
input adalah data individu buah, data kemasan dan data transportasi. Data
individu buah terdiri dari berat rata-rata individu buah dalam satuan gram dan
diameter buah dalam satuan mm. Data kemasan terdiri dari berat isi kemasan
dalam satuan kg dan tinggi susunan kemasan dalam ruang angkut atau ruang
simpan dalam satuan meter. Form output menampilkan desain kemasan,
susunan buah dalam kemasan dan susunan kemasan dalam ruang angkut.
3. Berdasarkan simulasi untuk komoditas spheroidal pada kemasan kayu range
yang dapat digunakan sebagai data input memiliki kombinasi dengan diameter
yaitu antara 64-70 mm dan berat antara 100-101 gram. Kombinasi range ini
dapat dijadikan sebagai referensi oleh pengguna agar dapat menyusun buah
dalam kemasan dengan pola susunan yang sama.
4. Simulasi untuk komoditas elipsoidal pada kemasan kayu menghasilkan range
yang dapat digunakan sebagai data input yaitu diameter antara 61-65 mm
untuk diameter major, 50-55 untuk diameter minor dan berat antara 100-105
gram. Kombinasi range ini dapat dijadikan sebagai referensi oleh pengguna
agar dapat menyusun buah dalam kemasan dengan pola susunan yang sama.
B. Saran
1. Untuk menyempurnakan paket program Packaging Design System diperlukan
perhitungan tentang biaya yang diperlukan untuk merancang kemasan,
50
sehingga pemilihan kemasan oleh program adalah kemasan terbaik dari segi
kekuatan, efisiensi ruang angkut atau ruang simpan dan efisiensi biaya.
2. Dalam pembangunan program juga memiliki beberapa keterbatasan dalam
perhitungan faktor koreksi pada kemasan kayu, diperlukan faktor koreksi yang
lebih akurat sehingga output yang dihasilkan lebih akurat lagi.
3. Pada program untuk kemasan kayu perlu ditambahkan lagi jenis kayu untuk
kemasan agar kemasan yang dihasilkan lebih variatif lagi sehingga pengguna
memiliki banyak alternatif pilihan jenis kayu yang akan digunakan. Pada
program ini juga perlu ditambahkan tipe kemasan kayu agar tipe kemasan
lebih bervariasi lagi.
4. Kelas jalan yang dipakai dalam program masih terbatas pada beberapa asumsi,
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan amplitudo dan frekuensi
yang akan dipakai agar kelas jalan mendekati dengan keadaan yang
sebenarnya.
51
DAFTAR PUSTAKA
Afriansyah, Andreas A. 2005. Pengembangan Sistem Perancangan Kemasan Kayu Untuk Distribusi Produk Pertanian (Studi Kasus Produk Pertanian Berbentuk Bulat). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Anonim. 1982. Paper, Paper Converting, Plastics and Other Packaging Industry. Small Business Publication, New York, USA.
Darmawati, E. 1994. Simulasi Komputer untuk Perancangan Kemasan Karton Gelombang dalam Pengangkutan Buah-buahan. Tesis. Program Studi Keteknikan Pertanian, IPB, Bogor.
Griffin, R. C. Dan S. Sacharow. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut.
Harvey, J.D. 1986. Manual on Wooden Packaging : Special Programme for Export Packaging. International Trade Centre UNCTAD/GATT, Geneva.
Japanese Standards Association. 1984. Japanese Industrial Standards : Wooden Box for Export Packaging. JIS z 1402-1984
Kuntadi, Panca R. 2005. Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan Kemasan Karton untuk Distribusi Produk Hortikultura (Studi Kasus produk Pertanian Berbentuk elips (Tomat gondol)). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Lott, A. R. 1977. Solid and Corrugated Fibreboard Cases. Di dalam Paine, F. A. 1977. The Packaging Media. Blackie&Son Ltd, London, Inggris.
Martawijaya, Abdurahim. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Departemen Kehutanan. Bogor.
Paine, F. A. Dan H. Y. Paine. 1983. A Handbook of Food Packaging. Leonard Hill, London.
Peleg, K. 1985. Produce Handling, Packaging, and Distribution. AVI Publishing Company, Inc., Westport, Connecticut, USA.
Poernomo. 1978. Masalah Pengepakan dalam Pemasaran Hasil Hortikultura.
Hortikultura, No.5 5 : 107-111.
52
Rawson, M. 1977. Timber and Plywood Cases and Crates-The Packaging Media.Blackie & Son Ltd. London
Wiraatmadja. Sutedja, Agus Herindajanto, Lien Herlina. 1991. Standarisasi Kemasan Komoditas Hortikultura Ekonomi Tinggi Dalam Rangka Meningkatkan Efisiensi Penanganan pasca Panen dan Ekspor Non Migas. Laporan Penelitian. Fakultas teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
55
Lampiran 1. Penggalan syntax programming untuk perhitungan kemasan kayu.
Private Sub CmdLanjut_Click() Dim dimensimax(0 To 9), Jalan(0 To 3) Dim Pluar(100), Lluar(100), Tluar(100), beratPak1(100) Dim BrhK(50), BrhI(50), cs(100), cf(100), tumpuk(50), susun(50) As Integer Dim i, h, Brt, j, fk, vol, Brj, kec, s, syarat, palet Dim a, b, batasAtas, batasBawah, DeltaX, DeltaY, DeltaZ, sum, jkc, jkb, luasL, luasD, luas Dim jka, NProduk1, berat1, l1, w1, d1, aman, dt, g, Fstatis, Fdinamis, M, w, Y, qq Dim sy, pilih, susun2, cs2, cf2, ka2, kb2, kc2, nproduk2, t, f, DB, SS, AB, Pm(3), k Dim panjang2, lebar2, tinggi2, Pdsg2, Ldsg2, Tdsg2, Pluar2, Lluar2, Tluar2 Dim BrhK2, BrhI2, tumpuk2, beratpak12, hkayu Dim Panjang(500), Lebar(500), Tinggi(500) Dim ka(50), kb(50), kc(50), NProduk(50) Dim Panjang1(50, 50), Lebar1(50, 50), Tinggi1(50, 50) Dim Pluar1(50, 50), Lluar1(50, 50), Tluar1(50, 50) Dim cs1(50, 50), cf1(50, 50), ka1(50, 50), kb1(50, 50), kc1(50, 50) Dim BrhK1(50, 50), BrhI1(50, 50), nproduk3(50, 50) Dim beratpak11(50, 50), hNProduk Dim h1susun(200), h1cs(200), h1cf(200), h1ka(200), h1kb(200), h1kc(200), h1NProduk(200) Dim h1Panjang(200), h1Lebar(200), h1Tinggi(200), kayu(200) Dim h1Pluar(200), h1Lluar(200), h1Tluar(200), h1BrhK(200), h1BrhI(200), h1tumpuk(200), h1beratpak1(200) Dim beratkem, z(100), Fkt(100), Fks(100), omega, Nbest Dim Error, cssim(10, 10, 3, 2), Pmbest, Zbest, Tkembest, Tsambest, csteori(100, 100), Diameter, kabest, kbbest, kcbest Dim Vent As Single h = 10 'mm g = 9.8 'mm/s^2 berat = Val(TxtBrtBuah.Text) a = Val(TxtDmBuah.Text) / 2 'mm b = Val(TxtDmBuah.Text) / 2 'mm beratkem = Val(TxtBrtKem.Text) Diameter = Val(TxtDmBuah.Text) DeltaX = 0.82 * a DeltaY = 0.82 * b DeltaZ = DeltaY batasAtas = (beratkem * 1000) + (0.05 * (beratkem * 1000)) batasBawah = (beratkem * 1000) - (0.05 * (beratkem * 1000)) sum = 0
56
For jkc = 1 To 30 For jkb = 2 To 30 For jka = 2 To 30 If (jkc < jka) Or (jkc < jkb) Then NProduk1 = Int((jka * jkb * jkc) / 2) berat1 = NProduk1 * berat If berat1 > batasBawah And berat1 < batasAtas Then l1 = (2 * a) + ((jka - 1) * ((0.5 * DeltaX) + a)) w1 = (2 * b) + ((jkb - 1) * ((0.5 * DeltaX) + b)) d1 = (2 * b) + ((jkc - 1) * ((0.5 * DeltaX) + b)) If (w1 < l1 And w1 >= 0.5 * l1) And (d1 <= l1) Then If (l1 > 400 And l1 < 600) And (w1 > 300 And w1 < 400) Or (d1 >= 200 And d1 < 600) Then sum = sum + 1 Panjang(sum) = l1 Lebar(sum) = w1 Tinggi(sum) = d1 ka(sum) = jka kb(sum) = jkb kc(sum) = jkc NProduk(sum) = NProduk1 beratPak1(sum) = berat1 'cxcxzp = MsgBox("P=" & Panjang(sum) & "L=" & Lebar(sum) & "T=" & Tinggi(sum)) End If End If End If End If Next jka Next jkb Next jkc 'dimensi design,luar, dan dalam For i = 1 To sum Pluar(i) = Panjang(i) + (2 * h) Lluar(i) = Lebar(i) + (2 * h) Tluar(i) = Tinggi(i) + (2 * h) z(i) = 2 * (Pluar(i) + Lluar(i)) / 10 Next i 'Faktor koreksi If Option1.Value = True Then Fkv = 1 If Option2.Value = True Then Fkv = 0.829216 If Option3.Value = True Then Fkv = 0.780666
57
If Option4.Value = True Then Fkv = 0.700322 'Faktor koreksi Tipe kemasan 'originalFkt(1) = 0.429771 ' Fkt(2) = 0.439541 ' Fkt(3) = 0.590666 Fkt(1) = 0.629771 Fkt(2) = 0.739541 Fkt(3) = 0.790666 'Faktor koreksi Sambungan pada kemasan Fks(1) = 1 Fks(2) = 1.007077 'nilai Y If Combo2.Text = "Jalan Dalam Kota" Then Y = 0.01296: kec = 60: f = 6 ElseIf Combo2.Text = "Jalan Luar Kota" Then Y = 0.01742: kec = 60: f = 3 Else: Combo2.Text = "Jalan Berbatu (Aspal)" Y = 0.01709: kec = 40: f = 4 End If 'Menghitung cf For i = 1 To sum s = Val(TxtJrkTempuh.Text) tumpukan = Val(tumpukan.Text) n = (tumpukan * 100) / (CInt(Tluar(i)) / 10) Fstatis = (n - 1) * beratkem t = (s / kec) * 3600 omega = 2 * ((22 / 7) * f) qq = Sin(omega * t) Fdinamis = beratkem * (n - 1) * (omega ^ 2) * Y * qq dt = Fstatis / Fdinamis fk = 1 / dt cf(i) = beratkem * (n - 1) * fk If cf(i) > cfbest Then cfbest = cf(i) Next i Pm(1) = 33.6 '(Jeungjing) Pm(2) = 42.6 '(Tusam) Pm(3) = 26.6 '(Aghatis) Error = 100000 For i = 1 To 3 For j = 1 To 5 For k = 1 To 3 For l = 1 To 2
58
csteori(i, j) = 1.82 * Pm(i) * Sqr(h / 10) * Sqr(z(j)) cssim(i, j, k, l) = csteori(i, j) * Fkt(k) * Fks(l) * Fkv If cssim(i, j, k, l) >= cfbest Then If Abs(cssim(i, j, k, l) - cfbest) < Error Then Error = Abs(cssim(i, j, k, l) - cfbest) csimbest = cssim(i, j, k, l) Pmbest = Pm(i) Zbest = z(j) Pbest = Pluar(i) Lbest = Lluar(i) Tbest = Tluar(i) Pjgbest = Panjang(i) Lbrbest = Lebar(i) Tgbest = Tinggi(i) Tkembest = Fkt(k) Tsambest = Fks(l) kabest = ka(i) kbbest = kb(i) kcbest = kc(i) Nbest = NProduk(i) End If End If Next l Next k Next j Next i 'vnnv = MsgBox("ka = " & kabest & "kb = " & kbbest & "kc = " & kcbest & "N = " & Nbest) 'mvmv = MsgBox(cfbest) If Pmbest = Pm(1) Then Jky = "Jeungjing" ElseIf Pmbest = Pm(2) Then Jky = "Tusam" Else: Jky = "Aghatis" End If If Tkembest = Fkt(1) Then Tkem = "Tipe 1" ElseIf Tkembest = Fkt(2) Then Tkem = "Tipe 2" Else: Tkem = "Tipe 3" End If If Tsambest = Fks(1) Then Tsam = "Sambungan 2 paku" Else: Tsam = "Sambungan 3 paku" End If
59
If Fkv = 1 Then Ven = "0%": Vent = 0 If Fkv = 0.829216 Then Ven = "5%": Vent = 0.05 If Fkv = 0.780666 Then Ven = "10%": Vent = 0.1 If Fkv = 0.700322 Then Ven = "15%": Vent = 0.15
60
Lampiran 2. Penggalan syntax programming untuk perhitungan kemasan karton.
Dim Pluar(100, 2), Lluar(100, 2), Tluar(100, 2), beratPak1(100) Dim BrhK(3), BrhI(3), cs(100), cf(100), tumpuk(50), susun(50) As Integer Dim i, Brt, j, fk, vol, Brj, kec, s, syarat, palet Dim a, b, batasAtas, batasBawah, DeltaX, DeltaY, DeltaZ, sum, jkc, jkb, luasL, luasD, luas Dim jka, NProduk1, berat1, l1, w1, d1, aman, dt, g, Fstatis, Fdinamis, M, w, Y, qq Dim sy, pilih, susun2, cs2, cf2, ka2, kb2, kc2, nproduk2, t, f, DB, SS, AB, Pm(3), k Dim panjang2, lebar2, tinggi2, Pdsg2, Ldsg2, Tdsg2, Pluar2, Lluar2, Tluar2 Dim BrhK2, BrhI2, tumpuk2, beratpak12, hkayu Dim Panjang(500), Lebar(500), Tinggi(500) Dim ka(50), kb(50), kc(50), NProduk(50) Dim Panjang1(50, 50), Lebar1(50, 50), Tinggi1(50, 50) Dim Pluar1(50, 50), Lluar1(50, 50), Tluar1(50, 50) Dim cs1(50, 50), cf1(50, 50), ka1(50, 50), kb1(50, 50), kc1(50, 50) Dim BrhK1(50, 50), BrhI1(50, 50), nproduk3(50, 50) Dim beratpak11(50, 50), hNProduk Dim h1susun(200), h1cs(200), h1cf(200), h1ka(200), h1kb(200), h1kc(200), h1NProduk(200) Dim h1Pluar(20), h1Lluar(20), h1Tluar(200), h1BrhK(200), h1BrhI(200), h1tumpuk(200), h1beratpak1(200) Dim beratkem, z(50, 2), Fkt(2), Fkf(3), omega, Fkv Dim Error, cssim, Pmbest, Zbest, Tkembest, Tsambest, csteori, h(3), Pdsg(20), Ldsg(20), Tdsg(20), flap(20), Psheet(20) Dim Lsheet(20), Psheetbest, Lsheetbest, Flapbest g = 9.8 'mm/s^2 berat = Val(TxtBrtBuah.Text) a = Val(TxtDmBuah.Text) / 2 'mm b = Val(TxtDmBuah.Text) / 2 'mm beratkem = Val(TxtBrtKem.Text) DeltaX = 0.82 * a DeltaY = 0.82 * b DeltaZ = DeltaY batasAtas = (beratkem * 1000) + (0.05 * (beratkem * 1000)) batasBawah = (beratkem * 1000) - (0.05 * (beratkem * 1000)) sum = 0 For jkc = 1 To 30 For jkb = 2 To 30 For jka = 2 To 30
61
If (jkc < jka) Or (jkc < jkb) Then NProduk1 = Int((jka * jkb * jkc) / 2) berat1 = NProduk1 * berat If berat1 > batasBawah And berat1 < batasAtas Then l1 = (2 * a) + ((jka - 1) * ((0.5 * DeltaX) + a)) w1 = (2 * b) + ((jkb - 1) * ((0.5 * DeltaX) + b)) d1 = (2 * b) + ((jkc - 1) * ((0.5 * DeltaX) + b)) If (w1 < l1 And w1 >= 0.5 * l1) And (d1 <= l1) Then If (l1 > 400 And l1 < 600) And (w1 > 300 And w1 < 400) Then sum = sum + 1 Panjang(sum) = l1 Lebar(sum) = w1 Tinggi(sum) = d1 ka(sum) = jka kb(sum) = jkb kc(sum) = jkc NProduk(sum) = NProduk1 beratPak1(sum) = berat1 End If End If End If End If Next jka Next jkb Next jkc 'desain dimensi luar 'Thickness dari masing2 flute h(1) = 5.12 'flute A (mm) h(2) = 3.13 'flute B (mm) h(3) = 7.93 'flute AB (mm) 'ECT dari tiap flute (kgf/cm) Pm(1) = 7.8783 'flute A Pm(2) = 6.0775 'flute B Pm(3) = 11.1067 'flute AB 'Faktor koreksi akibat flute Fkf(1) = 0.7 'flute A Fkf(2) = 0.66 'flute B Fkf(3) = 0.47 'flute AB 'Faktor koreksi akibat tipe Fkt(1) = 1 'RSC Fkt(2) = 1.85 'FTC
62
'Faktor koreksi akibat Ventilasi If Option1.Value = True Then Fkv = 0.9255 If Option2.Value = True Then Fkv = 0.8317 If Option3.Value = True Then Fkv = 0.7277 'nilai Y If Combo2.Text = "Jalan Dalam Kota" Then Y = 0.01296: kec = 60: f = 6 ElseIf Combo2.Text = "Jalan Luar Kota" Then Y = 0.01742: kec = 60: f = 3 Else: Combo2.Text = "Jalan Berbatu (Aspal)" Y = 0.01709: kec = 40: f = 4 End If 'Menghitung P,cs dan dimensi terpilih aman = 2 For i = 1 To sum For t = 1 To 2 For r = 1 To 3 If t = 1 Then Pluar(i, t) = Panjang(i) + (2 * h(r)) Lluar(i, t) = Lebar(i) + (2 * h(r)) Tluar(i, t) = Tinggi(i) + (2 * h(r)) z(i, t) = 2 * (Pluar(i, t) + Lluar(i, t)) / 10 Pdsg(i, t) = (Panjang(i) + 6) + aman Ldsg(i, t) = (Lebar(i) + 6) + aman Tdsg(i, t) = (Tinggi(i) + 9) flap(i, t) = ((Ldsg(i) + 5) / 2) Psheet(i, t) = jf + (2 * Pdsg(i)) + Ldsg(i) + (Ldsg(i) - 3) Lsheet(i, t) = (2 * flap(i)) + Tdsg(i) Else Pluar(i, t) = Panjang(i) + (4 * h(r)) Lluar(i, t) = Lebar(i) + (4 * h(r)) Tluar(i, t) = Tinggi(i) + (4 * h(r)) z(i, t) = 2 * (Pluar(i, t) + Lluar(i, t)) / 10 Pdsg(i) = (Panjang(i) + 6) + aman Ldsg(i) = (Lebar(i) + 6) + aman Tdsg(i) = (Tinggi(i) + 9) flap(i) = ((Ldsg(i) + 5) / 2) Psheet(i) = jf + (2 * Pdsg(i)) + Ldsg(i) + (Ldsg(i) - 3) Lsheet(i) = (2 * flap(i)) + Tdsg(i) End If Next r Next t Next i
63
For i = 1 To sum For t = 1 To 2 s = Val(TxtJrkTempuh.Text) tumpukan = Val(TxtTumpukan.Text) n = (tumpukan * 100) / (Tluar(i, t) / 10) Fstatis = (n - 1) * beratkem t = (s / kec) * 3600 omega = 2 * ((22 / 7) * f) qq = Sin(omega * t) Fdinamis = beratkem * (n - 1) * (omega ^ 2) * Y * qq dt = Fstatis / Fdinamis fk = 1 / dt cf(i) = beratkem * (n - 1) * fk If cf(i) > cfbest Then cfbest = cf(i) Next t Next i Error = 100000 For i = 1 To sum For r = 1 To 3 For t = 1 To 2 csteori = 1.82 * Pm(r) * Sqr(h(r) / 10) * Sqr(z(i, t)) cssim = csteori * Fkt(t) * Fkf(r) * Fkv 'If cssim >= cfbest Then If Abs(cssim - cfbest) < Error Then Error = Abs(cssim - cfbest) csimbest = cssim Pmbest = Pm(r) Zbest = z(i, t) Pbest = Pluar(i, t) Lbest = Lluar(i, t) Tbest = Tluar(i, t) Pjgbest = Panjang(i) Lbrbest = Lebar(i) Tgbest = Tinggi(i) Tkembest = Fkt(t) TFlutebest = Fkf(r) Psheetbest = Psheet(i) Lsheetbest = Lsheet(i) Flapbest = flap(i) Nbest = NProduk(i) End If 'End If Next t Next r Next i
64
If Tkembest = 1 Then Tkem = "RSC" If Tkembest = 1.85 Then Tkem = "FTC" If TFlutebest = 0.7 Then TFlute = "flute A" If TFlutebest = 0.66 Then TFlute = "flute B" If TFlutebest = 0.47 Then TFlute = "flute AB" Load Form9 Form9.Show Unload Form4 End Sub Private Sub OptOblong_Click() Option4.Visible = True: Option5.Visible = True: Option6.Visible = True: Check1.Visible = True: Check2.Visible = True Label13.Visible = True:: Label15.Visible = True Option1.Visible = False: Option2.Visible = False: Option3.Visible = False Label14.Visible = False End Sub Private Sub OptCircle_Click() Option1.Visible = True: Option2.Visible = True: Option3.Visible = True Label14.Visible = True Option4.Visible = False: Option5.Visible = False: Option6.Visible = False: Check1.Visible = False: Check2.Visible = False Label13.Visible = False:: Label15.Visible = False End Sub Public Sub form_load() With Combo2 .AddItem "Jalan Dalam Kota" .AddItem "Jalan Luar Kota" .AddItem "Jalan Berbatu" End With
65
Lampiran 3. Form hasil rancangan berdasarkan jenis kemasan dan bahan yang dipilih.
a. Desain kemasan kayu untuk komoditas elipsoidal
top related