pengelolaan agroekosistem lahan sawah bahan kajian mk. manajemen agroekosistem fpub juli 2011
Post on 12-Jan-2016
203 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN AGROEKOSISTEM LAHAN
SAWAH
Bahan kajian MK. Manajemen Agroekosistem FPUB Juli 2011Diabstraksikan oleh
Prof Dr Ir Soemarno MSDosen Jur Tanah FPUB
SAWAH
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik permukaan BIDANG OLAHNYA rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat
ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya.
Biasanya sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena
padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem irigasi
dari mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang airnya berasal dari hujan dikenal sebagai sawah tadah
hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (lowland
rice).
EKOSISTEM SWAHDalam usaha budidaya padi harus diketahui faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara ekologi, baik faktor biotik dan abiotik di lingkungan
tumbuh tanaman tersebut.
Pertanaman padi sawah adalah monokultur, selain itu terdapat beberapa flora dan fauna di sekitar pertanaman yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi.
Organisme yang ada di sekitar tanaman padi adalah mikrofauna dalam tanah, mesofauna, makrofauna dan
vegetasi (gulma) yang ada di sekitar persawahan.
BUDIDAYA PADI SAWAH
Sawah merupakan suatu sistem budidaya tanaman yang khas dilihat dari sudut kekhususan pertanaman yaitu
padi, penyiapan tanah, pengelolaan air dan dampaknya atas lingkungan.
Lahan sawah perlu diperhatikan secara khusus dalam penatagunaan lahan.
Meskipun di lahan sawah dapat diadakan pergiliran berbagai tanaman, namun pertanaman pokok selalu padi.
Jadi, kajian tentang sawah tentu berkaitan dengan produksi padi dan beras.
Interaction of the social system with agricultural ecosystems after the Industrial Revolution
Interaction, coevolution and coadaptation of the human social system with the ecosystem Source: Adapted from Rambo, A and Sajise, T (1985) An Introduction to Human Ecology Research on Agricultural Systems in Southeast Asia, University of the Philippines, Los Banos, Philippines
Coadaptation of modern social sytems and ecosystems
BUDIDAYA PADI
Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.
Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan.
Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses
diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat.
Teknologi budidaya
Bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau penanaman, pemeliharaan
(termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen.
Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi adalah
pemilihan kultivar, pemrosesan gabah dan penyimpanan beras.
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
S R I ( SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)
Suatu cara budidaya tanaman padi yang efesien dengan proses manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan air, tanah, dan tanaman
SRI berasal dari Madagascar dikembangkan sejak sekitar 1980-an oleh Fr. Henri de Laulanié, SJ (biarawan asal
Perancis) dan berkembang ke sekitar 24 negara sejak sekitar 1993
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
PERMASALAHAN BUDIDAYA TANAMAN PADI
1. Penurunan kesehatan dan kesuburan tanah 2. Kecenderungan potensi padi untuk berproduksi
lebih tinggi mandeg 3. Penggunaan unsur kimia anorganik dan
pestisida sintesis meningkat 4. Perilaku petani sudah jauh dari kearifan dalam
memanfaatkan potensi lokal
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
DASAR PEMIKIRAN METODE SRI
1. Tanaman Padi mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam taraf tinggi
2. Dapat dicapai dengan terpenuhinya kondisi yang optimal 3. Dicapai melalui proses pengelolaan tanah, tanaman dan
air serta unsur agroekosistemnya 4. Terjadi kecenderungan penurunan produksi5. Padi bukan tanaman air, tetapi padi tanaman yang
membutuhkan air6. Pada kondisi tanah tidak tergenang, akar akan tumbuh
subur dan besar, sehingga dapat menyerap nutrisi yang banyak, sertra mendorong tumbuhnya ANAKAN yang optimal.
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN PRODUKSI PADI1. Penurunan kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk
dan pestisida anorganik 2. Mikroba dalam tanah tidak bisa berfungsi 3. Aliran energi dari bawah ke atas permukaan tanah tidak
seimbang 4. Suplay nutrisi dari tanah sangat kurang 5. Tanaman menunggu suplay makanan dari luar berupa
pupuk sintesis 6. Penggunaan pupuk dan pestisida sintesis yang
berlebihan mengakibatkan rantai makanan terputus 7. Musuh Alami hanya menunggu makanan dari keberadaan
hama 8. Jenjang hirerkis Musuh Alami lebih tinggi maka hama
akan berkembang lebih pesat
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
CARA PANDANG KURANG ARIF
1. Orang beranggapan di sawah hanya ada tanaman dan hama
2. Untuk memenangkan persaingan hama harus dibunuh 3. Pestisida yang berkuasa untuk memusnahkan hama 4. Pestisida tidak bisa mengentaskan masalah karena hama 5. Hama menjadi kebal 6. Terjadi peledakan hama 7. Pencemaran lingkungan 8. Terbunuhnya jasad non sasaran 9. Pengurangan keragaman unsur hayati 10.Gangguan terhadap kesehatan manusia .
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
SRI Di Indonesia antara lain oleh Pak Engkus Kuswara dan Pak Alik Sutaryat (Tahun 1999)
Yang mereka terapkan adalah :
• Tanam Tunggal Dan Dangkal• Umur Semai Kurang 15 Hari
• Penanaman cepat kurang 15 Menit• Pupuk Organik
BUDIDAYA PADI SECARA INTENSIF
METODOLOGI SRI ADALAH :1. Tanaman Hemat Air (Max 2 Cm = Macak-macak
dan juga ada periode pengeringan sampai tanah pecah-pecah)
2. Hemat Biaya (butuh bibit 5 Kg/Ha, Tidak butuh biaya Pencabutan, Pemindahan, Irit tenaga tanam, dll)
3. Hemat Waktu (bibit ditanam muda 3 - 10 HSS dengan jarak tanam lebar dan Panen lebih awal sekitar 10 – 14 hari)
4. Produksi Bisa Mencapai 7 - 14 Ton/Ha.
PENGARUH PENGGENANGAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN PADI
1. Merangsang pertumbuhan memanjang tanaman, menghasilkan lebih banyak jerami
2. Menghambat pertumbuhan anakan/tunas3. Tanaman kurang dapat mengambil unsur hara
yang dibutuhkan4. Penggenangan yang terlalu dalam dan lama
dapat merubah sifat-sifat kimia tanah sawah, antara lain : kandungan O2 yang sedikit, kandungan CO2 yang berlebihan, terjadi akumulasi H2S, yang dapat meracuni tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil
PRINSIP SRI
1. Pengolahan tanah dan pemupukan kompos organik
2. Benih bermutu dan ditanam muda3. Benih ditanam tunggal dan langsung4. Jarak tanam Lebar5. Pemupukan tidak dengan pupuk sintesis6. Pengelolaan air yang macak-macak dan
bersamaan dengan penyiangan7. PHT tidak memakai pestisida sintesis
UJI BENIH BERMUTU DENGAN LARUTAN GARAM
Caranya :1. Siapkan ember atau panci atau wadah lain beriisi air2. Masukan garam aduk-aduk sampai larut, 3. Masukan telur ayam mentah kedalam larutan garam
tersebut, bila telur masih tenggelam maka perlu penambahan garam.
4. Pemberian garam dianggap cukup apabila telur sudah mengapung.
5. Masukan benih yang sudah disiapkan kedalam larutan tersebut.
6. Benih yang tenggelam yang digunakan sebagai benih yang akan ditanam.
PERENDAMAN DAN PEMERAMAN BENIH
1. BENIH DIRENDAM, Setelah diuji, benih direndam dengan mempergunakan air bersih dengan tujuan mempercepat perkecambahan selama 24 – 48 jam.
2. BENIH DIPERAM, Benih yang telah direndam kemudian diangkat ke dalam tempat tertentu yang telah dilapisi dengan daun pisang dengan tujuan untuk memberikan udara masuk / penganginan / ngamut selama 24 jam.
CARA MEMBUAT PERSEMAIAN
1. Campurkan Tanah dan kompos 1 : 1
2. Masukan campuran tanah dan kompos ke dalam baki atau pipiti yang dilapisi daun pisang
3. Taburkan benih ke dalam nampan
4. Tutup dengan jerami atau kompos Persemaian padi dengan Menggunakan Pupuk
HOSC sebagai pupuk Semai , menunjukkan pertumbuhan yang bagus dan perkembangan akar yang sempurna pada usia 9 hari, dan pada usia 13
hari benih padi
CARA PENANAMAN BENIH
Tanam benih berusia muda antara 3 - 10 hari (maksimal berdaun 2), usahakan di bawah 8 hari setelah semai.
Tanam hanya 1 (satu) benih per lubang dengan jarak tanam 30x30 cm atau 35x35 cm
Bibit ditanam dangkal 1 – 1,5 cm dengan perakaran seperti huruf L.
Pindah tanam (transplanting) harus segera (kurang dari 15 menit) secara hati-hati
Petak sawah tidak selalu tergenang, kondisi air hanya ‘macak-macak’ (1-2 cm) dan pada periode tertentu harus dikeringkan sampai retak
(intermittent irrigation)
Penyiangan dilakukan lebih awal pada 10 hst diulang 3 s/d 4 kali dengan
interval waktu setiap 10 hari ( mengunkan tenaga manusia/lalandak )
KETERBATASAN S R I
1. Membutuhkan tenaga kerja lebih banyak (pada awalnya)
2. Perlu drainase untuk membuang kelebihan air3. Lebih banyak waktu untuk untuk mengatur pengairan4. Lebih banyak waktu dan tenaga kerja untuk
penyiangan5. Pembuatan kompos
Hama-hama penting tanaman padi
Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata) Penggerek batang padi kuning (S. incertulas) Wereng batang punggung putih (Sogatella furcifera) Wereng coklat (Nilaparvata lugens) Wereng hijau (Nephotettix impicticeps) Lembing hijau (Nezara viridula) Walang sangit (Leptocorisa oratorius) Ganjur (Pachydiplosis oryzae) Lalat bibit (Arterigona exigua) Ulat tentara/Ulat grayak (Spodoptera litura dan S. exigua) Tikus sawah (Rattus argentiventer)
Penyakit-penyakit penting
1. Blas (Pyricularia oryzae, P. grisea) 2. Hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv.
oryzae)
3. Bercak coklat daun (Helmintosporium oryzae).4. Garis coklat daun (Cercospora oryzae)5. Busuk pelepah daun (Rhizoctonia sp)6. Penyakit fusarium (Fusarium moniliforme)7. Penyakit noda (Ustilaginoidea virens)8. Hawar daun (Xanthomonas campestris)9. Penyakit bakteri daun bergaris (Translucens)10.Penyakit kerdil (Nilaparvata lugens)11.Penyakit tungro (Nephotettix impicticeps)
PENGOLAHAN TANAH SAWAH SECARA TRADISIONAL
Lahan sawah digarap untuk
menanam padi.
Musim tanam padi dalam setahun bisa
dilakukan 3 kali tanam, hal ini dikarenakan
pasokan air yang cukup untuk area
pesawahan.
HUBUNGAN AIR-TANAH-TANAMAN
PEMBUATAN & PEMELIHARAAN PESEMAIAN
Cara pengolahan sawah hampir tak
berubah dari abad ke abad. Peralatan yang dipakai hampir sama
dengan peralatan yang dipakai nenek moyang
mereka.
Ada beberapa proses pengolahan sawah, seperti menyemai,
membajak, meratakan dan menanam.
PENYIANGAN TANAMAN PADI MUDA
Apa tujuan penyiangan
tanaman padi sawah ini?
PENGELOLAAN AIR PADA TANAH SAWAH
Produksi padi sawah akan menurun jika tanaman padi menderita cekaman air (water stress). Gejala umum akibat kekurangan air
antara lain daun padi menggulung, daun terbakar (leaf scorching), anakan padi berkurang, tanaman kerdil, pembungaan tertunda,
dan biji hampa. Tanaman padi membutuhkan air yang volumenya berbeda untuk setiap fase pertumbuhannya. Variasi kebutuhan air tergantung juga pada varietas padi dan sistem pengelolaan lahan sawah.
Pengaturan air untuk sistem mina-padi berbeda dengan sistem sawah tanpa ikan. Ini berarti bahwa pengelolaan air di lahan sawah tidak hanya menyangkut sistem irigasi, tetapi juga sistem drainase
pada saat tertentu dibutuhkan, baik untuk mengurangi kuantitas air maupun untuk mengganti air yang lama dengan air irigasi baru
sehingga memberikan peluang terjadinya sirkulasi oksigen dan hara.
Di Indonesia, sawah sering dikategorikan menjadi tiga yaitu (a) sawah beririgasi;
(b) sawah tadah hujan; dan (c) sawah rawa (lebak dan pasang surut).
Sistem pengelolaan air pada ketiga macam sawah tersebut sangat berbeda, karena perbedaan kondisi hidrologi dan kebutuhan
air.
Teknik pengelolaan air lahan sawah yang diuraikan dalam bab ini selain didasarkan pada kebutuhan air untuk tanaman (baik padi
maupun palawija) juga didasarkan pada sistem pengelolaan lahan sawah.
Hidrologi lahan sawah
Pengetahuan tentang hidrologi lahan sawah sangat diperlukan dalam merancang strategi pengelolaan air.
Karakteristik hidrologi lahan sawah sangat ditentukan oleh kondisi biofisik lahan.
Hidrologi sawah beririgasi berbeda dengan sawah tadah hujan maupun sawah rawa. Oleh karena itu strategi
pengelolaan air pada lahan sawah beririgasi akan berbeda dengan pada lahan sawah tadah hujan maupun sawah
rawa.
Karakteristik hidrologi lahan sawah
Lahan sawah Pluvial
1. Sumber air berasal dari air hujan
2. Kelebihan air hilang melalui perkolasi dan aliran permukaan
3. Terdapat di daerah landai sampai lereng curam
4. Air tanah dalam, drainase baik, tidak ada gejala jenuh air dalam profil tanah
5. Padi ditanam sebagai padi gogo
Karakteristik hidrologi lahan sawah
Lahan sawah Phreatik
1. Sumber air berasal dari air hujan dan air tanah
2. Air tanah (phreatic) dangkal, paling tidak pada waktu musim tanam
3. Kelebihan air hilang melalui aliran permukaan
4. Tidak pernah tergenang lebih dari beberapa jam
5. Dalam profil tanah ada gejala jenuh air (gley motting)
6. Bila tanpa perataan (leveling) dan pembuatan pematang, akan lebih baik ditanami padi gogo
7. Bila dengan perataan dan pembuatan pematang dapat dikembangkan untuk padi sawah
Karakteristik hidrologi lahan sawah
Lahan sawah fluxial
1. Sumber air seluruhnya atau sebagian berasal dari aliran permukaan, air sungai dan air hujan langsung
2. Dalam keadaan alami tergenang air selama beberapa bulan yaitu selama padi ditanam
3. Terdapat di daerah lembah, dataran aluvial sungai dan sebagainya
4. Drainase permukaan dan drainase dalam (perkolasi) lambat sehingga genangan air mudah terjadi
5. Padi ditanam sebagai padi sawah
.
IRIGASI
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian.
Ada banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia.
Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut
ke lahan pertanian. Irigasi juga dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada
tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air
langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun
melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan
pertanian.
Dalam irigasi dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan
dengan pintu air.
Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air
lebih dulu.
Bangunan irigasi untuk menyalurkan air irigasi ke swah intensif di Kab.
Jember
Irigasi Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan
cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi,
di mana lahan yang tinggi mendapat air
lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya
terbatas sekali atau secara lokal.
Irigasi dengan Penyemprotan(irigasi curah)
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air
atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air
dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian diteruskan sampai ke
akar.
Full range of 40 mm to 140 mm Sprinkler PipeNozzle Materials - Brass and Plastic
Different types of Nozzle available suitable for crops like sugarcane etcUniform water distribution to every corner of field
Creating Rainy atmosphere
Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara
perorangan yang banyak sekali.
Di samping itu juga pemborosan tenaga
kerja yang harus menenteng ember.
Irigasi Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui
pompa air, kemudian dialirkan dengan
berbagai cara, misalnya dengan pipa
atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus
mengairi sawah.Sistem irigasi dengan “pompa” untuk
mendistribusikan air
Irigasi Pasang-Surut di Sumatera, Kalimantan, dan Papua
Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua dikenal apa yang dinamakan Irigasi Pasang-Surat (Tidal Irrigation).
Teknologi yang diterapkan di sini adalah: pemanfaatan lahan pertanian di dataran rendah dan daerah rawa-
rawa, di mana air diperoleh dari sungai pasang-surut di mana pada waktu pasang air dimanfaatkan.
Di sini dalam dua minggu diperoleh 4 sampai 5 waktu pada air pasang.
Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes
Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan
berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.
Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:(1) irigasi tetes (drip irrigation), (2) irigasi curah (sprinkler irrigation), (3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan (4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).
Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes [3] merupakan salah satu alternatif. Misal sistem irigasi tetes adalah pada tanaman cabai.
SISTEM TANAH-AIR-TANAMAN
PADI SAWAH
TRANSPOR AIR: Tanah – Tanaman - Atmosfir
Air bergerak dari tanah, melalui akar, batang, daun, memasuki atmosfer
Laju aliran air ini merupakan fungsiF (selisih potensial, resistensi)
Potential unit name Corresponding value
Water height (cm) 1 10 100 1000 15850
pF (-) 0 1 2 3 4.2
Bar (bar) 0.001 0.01 0.1 1 15.85
Pascal (Pa) 100 1000 10000 10000 1585000
Kilo Pascal (kPa) 0.1 1 10 100 1585
Mega Pascal (MPa) 0.0001 0.001 0.01 0.1 1.585
Potential air bernilai positif dalam kondisi “free liquid water”
Potential dalam sistem tanah-tanaman-atmosfir bernilai negatif
(dalam tanah sawah tergenang, potential air positif)
Air bergerak dari potential tinggi (top of hill) menuju ke potential rendah (bottom of hill)
Tegangan adalah – potential: air bergerak dari tegangan rendah menuju tegangan tinggi
Potential = 0
Potential is +
Potential = -
Potential = 0
Potential = +
-140
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
-60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60
ponded water
muddy suspension
impermeable layer
subsoil
ground water table
Pressure head (cm)
Depth (cm)
Water potential in the flooded rice soil
The unsaturated soil“pulls” at the water andpotential is negative
When a paddy rice field falls dry, the soil water potential becomes negative and decreases
Positive water potential Negative water potential
Potential during the growing season in an aerobic soil(aerobic rice, Changping, China, 2002)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
175 200 225 250 275 300Day number
Soil moisture tension (kPa)
Panicle initiation Flowering Harvest
Each soil type has a specific relationship between the content and the potential of water: the pF curve
0
1
2
3
4
5
6
7
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Soil water tension (pF= log(h))
Soil water content (cm 3 cm-3)
Clay
Sand
Tension (pF)
Content (cm3 water cm-3 soil)
0.560.46Saturation
(pF = 0)
0.480.30Field capacity
(pF = 2)
0.340.03Wilting point
(pF = 4.2)
0.220.001Air dry
(pF = 7)
ClaySand
0.560.46Saturation
(pF = 0)
0.480.30Field capacity
(pF = 2)
0.340.03Wilting point
(pF = 4.2)
0.220.001Air dry
(pF = 7)
ClaySand
Tanah liat mampu menyimpan banyak air, tetapi dengan tegangan yang tinggi, sehingga akar tanaman sulit
menyerapnya
Tanah berpasir menyimpan sedikit air , tetapi dengan tegangan rendah , sehingga akar tanaman mudah
menyerapnya
A medium-textured, loamy soil, holds intermediate levels of water at intermediate tensions, so there is relatively much
water for extraction by roots
Tidak ada masalah pada tanah sawah tergenang, tetapi menjadi masalah serius kalau tanah mengering selama
periode kering
Leaf
Stem
Root
Example of potentials in soil-plant-atmosphere systemPotentials drop with each added resistance
Potential air di atmosphere (di atas tajuk daun) mendorong laju transpirasi potensial, yang merupakan fungsi dari: F (radiation, wind speed, vapor pressure, temperature).
Siang hari yang cerah dan panas => menarik dengan kuat air dari tubuh tanaman
Potential air dalam tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah dan kadar air tanah: Tanah liat mengikat kuat air • Tanah pasir mengikat longgar air • Banyak air tanah : Potensial tinggi• Air sedikit : Potensial rendah
Tanah liat yang kering mengikat kuat air (Air tanah sulit diserap akartanaman)
When the soil is too dry (high soil water tension), it becomes too difficult for roots to take up water and water flow in the plant gets reduced:
• Reduksi transpirasi• Reduksi photosynthesis• Reduksi luas daun• Daun menggulung• Percepatan kematian daun• Gabah hampa
Dampak KEKERINGAN
Reduksi transpirasi sbg fungsi tegangan lengas tanah (IR72)
leaf (Tact/Tpot)
Soil water tension
Hubungan antara transpirasi dan photosynthesis
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1 10 100 1000 10000
Leaf rolling factor (-)
Soil water tension (kPa)
Rolled leaves => less canopy photosynthesis
Leaf rolling
Sterilitas Gabah
Turner (1986): relationship between leaf rolling –
increased canopy temperature
Spikelet sterility
Less grains
Less yield
Mempercepat kematian daun
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1 10 100 1000 10000
Drought-induced leaf death factor factor (-)
Soil water tension (kPa)
Daun mati => fotosintesis berkurang
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1 10 100 1000 10000
Reduction factor (-)
Soil water tension (kPa)
Leaf expansion,
Leaf death
Leaf rolling,Spikelet sterility
Leaf photosynthesis,transpiration
Pengaruh tenganan lengas tanah IR72
photosynthesis
EFEK KEKERINGAN
Less leaves
Reduced leaf expansion
Less canopy photosynthesis
Less biomas
sReduced partitioning to shoot
Reduced leaf photosynthesis, transpiration
Leaf rolling Less light interception
Spikelet sterility
Less grainsLess yield
Accelerated leaf death
Soil moisture tension
Less canopy transpiration
Efek waktu terjadinya kekeringan: Paling peka saat pembungaan
O’Toole, 1984
Moderate drought in early growth stages
Daun-daun tanaman padi menggulung akibat kekeringan
Dampak kekeringan pada tanaman padi
muda
Dampak kekeringan parah padi sawah Oct. 2004
SMJ RD15
Dampak kekeringan parah pada tanaman padi sawah
PENANAMAN PADI SISTEM LEGOWO
Pola TanamPada areal beririgasi, lahan dapat
ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan
pergiliran tanaman dengan palawija.
Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya
setelah satu tahun menanam padi.Untuk meningkatkan produktivitas
lahan, seringkali dilakukan tumpang sari dengan tanaman semusim
lainnya, misalnya padi gogodengan jagung atau padi gogo di
antara ubi kayu dan kacang tanah.
Pada pertanaman padi sawah, tanaman tumpang sari ditanam
di pematang sawah, biasanya berupa kacang-kacangan.
top related