pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran
Post on 27-Oct-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |143
Pengaruh Strategi Pembel Ajaran disertai Peta Pikiran
Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA Kelas X Semester I T.P.
2011/2012
Betty M.Turnip
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar siswa
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif disertai peta pikiran pada materi pokok
hukum Newton kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012 dan untuk
mengetahui aktivitas belajar siswa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah quasi eksperimen, sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
SMA Negeri 21 Medan T.P 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar
dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 pilihan jawaban. Uji normalitas
kelas eksperimen dengan Lhitung = 0,1056, Ltabel= 0,1401, dan kelas kontrol dengan Lhitung =
0,1056 , Ltabel 0,1401 , Lhitung< Ltabel, maka dikatakan sampel berdistribusi normal.
Berdasarkan analisis data pada kelas eksperimen diperoleh rata-rata nilai pretes 37,25
dengan standart deviasi 10,19, untuk rata-rata nilai postes 76,125 dengan standart deviasi
10,35. Untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai pretes 36,75 dengan standart deviasi
10,04, untuk rata-rata nilai postes 69,875 dengan standart deviasi 9,77. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji t nilai kedua sample diperoleh thitung = 2,778 pada taraf
signifikan α = 0.05 dan dk = 78 dan harga ttabel = 1.994. dengan membandingkan antara thitung
dan ttabel diperoleh thitung> ttabel atau 2,778 >1,994, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar siswa akibat pengaruh menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif disertai peta pikiran dengan konvensional pada materi pokok hukum newton di
kelas X semester I SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012
Kata Kunci: Strategi pembelajaran , kooperatif, hasil belajar
PENDAHULUAN
Kualitas mutu pendidikan di Indonesia
menjadi issu hangat dibicarakan dan di
arahkan kepada lembaga pendidikan yang
berperan melaksanakan pendidikan di
sekolah. Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan Nasional selalu berupaya untuk
meningkatkan kualitas mutu pendidikan,
antara lain peningkatan kualitas tenaga –
tenaga kependidikan melalui sertifikasi
guru – guru, peningkatan jenjang
pendidikan, mengadakan pelatihan,
penataran, pengadaan buku ajar,
penyempurnaan kurikulum serta
kelengkapan fasilitas pembelajaran.
Namun kenyataannya kualitas mutu
pendidikan masih rendah, dibandingkan
dengan negara – negara ASEAN , mutu
pendidikan di Indonesia masih rendah
seperti dilaporkan Human Development
Index ( HDI ), Laporan HDI tahun 2003
menunjukkan Indonesia pada urutan ke –
112 ( 0,682 ) dari 175 negara. Banyak
faktor yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan kita di antaranya terkait dengan
(1) kualitas guru dan tenaga kependidikan
(Kepala Sekolah, Pengawas dan Penilik),
(2) kurikulum, (3) metode pembelajaran,
(4) bahan ajar, (5) media pembelajaran dan
(6) manajemen sekolah. Ke enam elemen
ini saling berkaitan dalam upaya
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
yang berpuncak pada peningkatan mutu
pendidikan. Peningkatan kualitas mutu
pembelajaran di sekolah dapat di awali dari
rancangan skenario pembelajaran. Proses
pembelajaran yang di rancang dengan baik
akan meningkatkan kualitas hasil belajar.
Pada dasarnya kegiatan guru saat proses
pembelajaran berlangsung terdiri dari dua
kegiatan pokok, yakni (1) pengelolaan
betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012
144|Semirata 2013 FMIPA Unila
proses pembelajaran dan (2) pengelolaan
kelas. Pengelolaan proses pembelajaran
menyangkut kegiatan secara langsung
materi pokok, metode pembelajaran, media
dan usaha untuk mencapai tujuan
pembelajaran, sedangkan pengelolaan kelas
menyangkut kegiatan menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang
memungkinkan terjadinya interaksi aktif
dalam pembelajaran dan pada akhirnya
dapat meningkatkan hasil belajar.
Secara umum ada tiga aspek yang
membedakan siswa yang satu dengan yang
lainnya yaitu (1) aspek intelektual, (2)
aspek psikologis dan (3) aspek biologi.
Ketiga aspek tersebut melahirkan perbedaan
dalam kemampuan, sikap dan tingkah laku,
oleh sebab itu pendidik harus mampu
memilih dan menerapkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan
perbedaan karakteristik siswa untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Fisika merupakan pendidikan yang
mengembangkan cara berpikir kritis,
sistematis, logis dan kreatif dalam
membentuk manusia yang handal dan
berkompeten secara global, dan pada
dasarnya Fisika sebagai ilmu pengetahuan
yang menarik, karena mempelajari gejala –
gejala atau fenomena – fenomena alam
serta berusaha untuk mengungkap segala
rahasia dan hukum semesta yang terjadi
dalam kehidupan sehari – hari dan yang
menjadi objek Fisika meliputi pembelajaran
karakter gejala dan peristiwa yang terjadi
dalam benda – benda mati. Untuk itu siswa
perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan
dan dilatih keterampilan yang ada pada
materi pokok Fisika.
Namun kenyataannya ditemukan bahwa
sebagain besar siswa belum berhasil
menguasai pengetahuan, keterampilan
khususnya pemahaman konsep – konsep
Fisika maupun aplikasinya dalam
kehidupan sehari – hari, hal ini tergambar
rata – rata di setiap sekolah nilai Fisika
masih rendah dibandingkan dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sebesar 67. Berdasarkan
pengalaman peneliti ketika membimbing
mahasiswa dalam melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT)
dan wawancara terhadap guru dan siswa
dapat diperoleh beberapa faktor yang
menjadi penyebab rendahnya nilai Fisika.
Faktor penyebabnya antara lain (1) metode
atau strategi pembelajaran kurang tepat dan
kurang bervariasi, pendidik dominan
metode ceramah menyuruh siswa
mengerjakan soal –soal Fisika secara
individual, sehingga siswa yang kurang
mampu akan tetap ketinggalan, (2) tidak
adanya media yang dapat mendukung siswa
dalam memahami konsep – konsep Fisika ,
atau mendemonstrasikan salah satu media
di depan kelas, ironisnya pendidik tersebut
sudah memperoleh sertifikat sebagai guru
profesional namun tidak menerapkan ilmu
yang diperoleh ketika mengikuti PLPG, (3)
siswa kurang aktif, kurang berminat
cenderung siswa mengatakan Fisika adalah
pelajaran yang sangat sulit, banyak rumus,
membosankan dengan mengerjakan soal –
soal, karena pembelajaran Fisika yang
disajikan pendidik masih kurang
melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran, oleh sebab itu harus dicari
upaya untuk mengatasi masalah tersebut
sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan
yang diharapkan.
Berdasarkan masalah yang di
kemukakan di atas, maka perlu dipilih
strategi yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa melalui penerapan proses
pembelajaran yang aktif, menyenangkan,
bekerja sama, saling membantu, saling
tukar pengetahuan, interaksi dengan
pendidik dalam mengerjakan tugas
merupakan strategi pokok dalam
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif terjadi ketika siswa bekerja sama
dalam kelompok kecil (kelompok belajar)
untuk saling membantu dalam belajar yang
terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat
tetapi sederajat tetapi heterogen,
kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |145
satu sama lain saling membantu teman
sekelompoknya sesuai dengan tugas yang
diberikan pendidik, (Sherman, 2001),
seperti halnya belajar Fisika siswa akan
lebih mengerti konsep – konsep Fisika jika
belajar bersama dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif bertitik tolak
dari pandangan John Dewey dan Herbert
Thelan (dalam Trianto,2007 : 45) yang
menyatakan pendidikan dalam masyarakat
yang demokratis seyogianya mengajarkan
proses demokrasi secara langsung, dan
sekolah dipandang sebagai laboratorium
untuk mengembangkan tingkah laku
demokrasi. Proses demokrasi dan peran
aktif merupakan ciri yang khas dari
lingkungan pembelajaran kooperatif, dan
guru tidak dibenarkan mengelola tingkah
laku siswa dalam kelompok secara ketat
dan siswa memiliki ruang dan peluang
untuk secara bebas mengendalikan aktivitas
– aktivitas di dalam kelompoknya (Ibrahim,
dkk, 2000: Menurut teori yang mendasari
strategi pembelajaran kooperatif,
ketergantungan sosial terdiri dari
ketergantungan positif dan ketergantungan
sosial negatif. Kedua jenis ketergantungan
ini berdampak pada proses psikologis
individu ketika individu tersebut melakukan
kegiatan belajar.
Menurut Muslimin, 2000: 16
menyatakan berdasarkan hasil – hasil
penelitian yang telah ditelaah oleh Slavin
yang menunjukkan bahwa strategi
pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam
meningkatkan hasil belajar dibandingkan
dengan pengalaman individual.
Menurut Buzan, 2004 tujuh langkah
membuat peta pikiran, yaitu: (1) Mulai dari
bagian tengah secarik kertas kosong yang
diletakkan dalam posisi memanjang, (2)
Gunakan sebuah gambar untuk gagasan
sentral, (3) Gunakan warna pada seluruh
peta pikiran, (4) Hubungkan cabang-cabang
utama ke sentral, dan hubungkan cabang
tingkat pertama , kedua, dan seterusnya, (5)
Buat cabang peta pikiran berbentuk
melengkung, bukan lurus, (6) Gunakan satu
kata kunci per baris, dan (7) Gunakan
gambar diseluruh peta pikiran.
Menurut Johnson (2008) Strategi
pembelajaran kooperatif, didasarkan pada
teori ketergantungan sosial (social
interdependence theory). Pada awalnya,
teori ketergatungan sosial menyatakan
bahwa tindakan seseorang terdorong oleh
keinginan untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan. Kemudian teori ini
menklaim bahwa ketergantungan sosial
terjadi bila pencapaian tujuan setiap
individu tergantung pada tindakan individu
lainnya. Dari kedua temuan ini terlihat
bahwa keinginan mencapai tujuan
merupakan faktor utama pendorong
tindakan manusia. Dalam upaya mencapai
tujuan yang diinginkan tersebut tindakan
seseorang bisa jadi tergantung pada
tindakan orang lain. Dalam kondisi seperti
ini, seseorang harus bekerja sama atau
berkompetisi dengan orang lain untuk
mencapai tujuannya. Oleh karena itu,
ketergantungan sosial dapat dibagi menjadi
dua bagian. Yang pertama adalah
ketergantungan sosial yang positif (positive
social interdependence), yang kedua adalah
ketergantungan sosial negatif (negative
social interdependence).
Yang pertama ketergantungan ini terjadi
ketika seseorang memandang bahwa dia
hanya mungkin mencapai tujuan yang
diinginkannya jika dan hanya jika dia
bekerjasama dengan orang lain. Kondisi
seperti ini mendorong setiap orang untuk
saling menolong dan saling mendorong
untuk mencapai tujuan yang dinginkannya.
Jenis kedua adalah ketergantungan sosial
negatif (negative social intedependence).
Kondisi ini terjadi ketika seseorang
menganggap bahwa keberhasilannya
mencapai tujuannya tergantung pada
kemampuannya bersaing(competitively)
atau menggagalkan orang untuk mencapai
tujuannya. Kedua jenis ketergantungan ini
berpengaruh pada proses psikologis
individu.
betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012
146|Semirata 2013 FMIPA Unila
Menurut teori yang mendasari strategi
pembelajaran kooperatif, ketergantungan
sosial terdiri dari ketergantungan positif dan
ketergantungan sosial negatif. Kedua jenis
ketergantungan ini berdampak pada proses
psikologis individu ketika individu tersebut
melakukan kegiatan belajar.
Belajar adalah berubah, dalam hal ini
berarti usaha mengubah tingkah laku,
perubahan tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak, dan
penyesuaian diri (Sardiman,
2007:21).Kemp, Morrison, and M.Ross
(1994: 120) mengatakan bahwa belajar
adalah suatu proses yang aktif membentuk
kebermaknaan antara pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki
oleh siswa. Hasil belajar berdasarkan
taksonomi bloom adalah kognitif, afektif,
dan psikomotorik (Merril, 2009 : 64), maka
hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
setelah mengalami proses pembelajaran
berupa kemampuan – kemampuan dan nilai.
Untuk mencapai hasil belajar yang optimal
diperlukan strategi pembelajaran. Menurut
Miarso (2004:530), strategi pembelajaran
adalah pendekatan menyeluruh
pembelajaran dalam suatu sistem
pembelajaran yang berupa suatu pedoman
umum dan kerangka kegiatan untuk
mencapai tujuan umum pembelajaran, yang
dijabarkan dari pandangan falsafah dan
teori belajar tertent
Penelitian terhadap pengaruh pencapaian
pembelajaran kooperatif secara substansial
telah mengalami kemajuan (Slavin, 1990).
Penelitian terhadap pembelajaran kooperatif
sangat luar biasa, tetapi masih banyak yang
harus dipelajari mengenai bagaimana,
mengapa dan dalam kondisi seperti apa
pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan pencapaian siswa, tetapi
yang jelas dalam keadaan yang ditetapkan
dengan baik pembelajaran kooperatif dapat
memberikan pengaruh yang penting
terhadap pembelajaran. Untuk mendukung
pernyataan di atas penelitian yang telah
dilakukan adalah Handayani (2006)
terdapat perbedaan secara signifikan hasil
belajar siswa SMP sebelum diberi
perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan
dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif, Ansari (2007) ada perbedaan
hasil belajar siswa SMA antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan
menggunakan peta pikiran, Betty (2006)
hasil belajar mahasiswa Fisika meningkat
dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif dibuktikan dari hasil DPNA.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas
dan fakta hasil penelitian, maka melalui
penelitian ini akan dikaji : Apakah strategi
pembelajaran disertai peta pikiran
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 21 Medan tahun pembelajaran
2011/2012 semester ganjil yang dimulai
dari bulan September sampai November.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X SMA Negeri 21 Medan Tahun
Pembelajaran 2011/2012. Sampel diambil
secara random sebanyak 2 kelas, dimana
satu kelas eksperimen dan satu kelas
kontrol.
Jenis penelitian adalah quasi
eksperimen, yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu
yang dikenakan pada subjek didik yaitu
siswa. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini dibagi dalam dua kelas yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol dimana
kedua kelas ini mendapat perlakuan yang
berbeda. Kelas eksperimen diberikan
strategi pembelajaran kooperatif disertai
peta pikiran, sedangkan kelas kontrol
diberikan pembelajaran konvensional.
Desain penelitian yang digunakan adalah
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |147
desain yang menggunakan Two group pre
test post test design.
Untuk memperoleh hasil belajar siswa,
siswa diberi instrument berupa tes tertulis.
Test tersebut berbentuk pilihan berganda
yang terdiri dari 20 soal dengan 5 option.
Salah satu option merupakan kunci
jawaban, sedangkan 4 option lainnya adalah
pengecoh. Dimana jawaban benar diberi
skor 1 (satu) dan jawaban salah diberi skor
0 (nol). Soal-soal tes tersebut disusun sesuai
dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran
Hukum Newton yang telah ditentukan. Tes
hasil belajar digunakan untuk mengukur
penguasaan kognitif siswa pada materi
pokok Bunyi. Tes disusun berdasarkan
taksonomi Bloom dalam ranah kognitif,
yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2),
aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5)
dan evaluasi (C6) ( Arikunto, 2009).
Observasi yang dilakukan bersifat
langsung dan dilakukan dengan bantuan 2
orang pengamat yang dilengkapi dengan
pedoman observasi aktivitas belajar siswa.
Pada observasi ini diharapkan kelas yang
diberikan perlakuan lebih aktif mengerjakan
LKS daripada menulis dan melakukan hal
yang tidak relevan dengan kegiatan proses
pembelajaran. Untuk memudahkan
pengamatan, siswa diberikan nomor
didalam kelompok sehingga pengamat
memberikan penilaian dengan menandai
pada nomor siswa yang beraktivitas.
Pengamat memberikan skor untuk setiap
aktivitas yang muncul untuk setiap
kategori.
TEKNIK ANALISIS DATA
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan
analisis data , dalam hal ini dilakukan uji
normalitas dan yang dipakai adalah uji
Lilliefors. Kriteria pengujian : pada taraf
signifikan α = 0,05, jika dengan kriteria
pengujian: jika Lo<Ltab. maka sampel
berdistribusi normal dan jika Lo>Ltab.
maka sampel tidak terdistribusi normal.
Untuk mengetahui apakah kedua data
homogen atau tidak maka digunakan uji
homogenitas (Sudjana, 2005: 249). Untuk
menguji homogenitas varians sampel
dengan menggunakan uji F dengan rumus:
F = iliansterkec
ariansterbes
var
var
Kriteria pengujian :
Jika Fhit Ftab maka maka Ho ditolak
yang berarti kedua kelompok mempunyai
varians berbeda . Dimana Ftabel = 2
1F
(V1,V2), dengan V1 = N1-1, V2= N2-1.
Sedangkan derajat kebebasan V1dan V2
masing-masing dengan dk pembilang dan
penyebutdalam rumus di atas. Jadi, Ftabel =
2
1F ( N1-1, N2-1.) dengan 10,0
UJI HIPOTESIS
Bila suatu data telah berdistribusi normal
dan homogen, maka dalam menguji
hipotesis digunakan uji beda atau uji-t
dengan rumus sebagai berikut:
t =
21
21
11
nnS
XX
Dengan:
S2 =
2
11
21
2
22
2
11
nn
SnSn
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika
t1-1/2α<t< t1-1/2α dimana t1-1/2α didapat dari
daftar distribusi tersebut dengan dk =
n1+n2-2 dan peluang (1-1/2α) dengan α =
0,05. Untuk harga t lainnya Ho di tolak.
Dimana : 1n = ukuran sampel kelas
eksperimen, 2n = ukuran sampel kelas
control.
betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012
148|Semirata 2013 FMIPA Unila
HASIL DAN PEMBAHASAN
DATA HASIL PENELITIAN PRETES
KELAS EKPERIMEN DAN KELAS
KONTROL
Penelitian ini merupakan penelitian
quasi eksperimen yang melibatkan dua
kelas yang diberi model pembelajaran yang
berbeda yaitu kelas eksperimen diajar
dengan strategi pembelajaran kooperatif
disertai peta pikiran dan kelas kontrol diajar
dengan pembelajaran konvensional. Oleh
karena itu, sebelum kedua kelas diterapkan
perlakuan yang berbeda, maka pada kedua
kelas terlebih dahulu diberikan pretes yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan
awal belajar siswa pada masing-masing
kelas. Seperti tertera pada tabel 1 dibawah
ini:
Nilai rata-rata pretes kelas eksperimen
yaitu 37,25 dengan nilai tertinggi 50 dan
terendah 15 serta standart deviasinya adalah
10,19 Untuk kelas kontrol nilai rata-rata
adalah 36,75 dengan nilai tertinggi 50 dan
nilai terendah 15 serta dengan standart
deviasi 10,04.
Tabel 1. Data nilai pretes kelas eksperimen dan kelas control
No Nilai Pretes kelas eksperimen Pretes kelas kontrol
f __
X SD f
__
X SD
1 15 1
37.25 10,19
2
36.75
10,04
2 20 3 2
3 25 4 5
4 30 5 3
5 35 6 6
6 40 6 8
7 45 7 9
8 50 8 5
Jumlah 40 40
Untuk melihat secara rinci hasil pretes kedua kelas dapat dilihat pada diagram batang
berikut :
Gambar 1. Diagram batang data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
0123456789
10
15 20 25 30 35 40 45 50
Kelas EksperimenKelas Kontrol
Nilai Pretes
Fre
kue
nsi
Keterangan :
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |149
Tabel 2. Hasil Analisis Uji Normalitas Pretes Kedua Kelompok Sampel
No Data Kelas Lhitung Ltabel Kesimpulan
1 Pretes Eksperimen 0,1056 0,1401 Normal
2 Pretes Kontrol 0,1040 0,1401 Normal
Untuk sampel yang diberi strategi
pembelajaran kooperatif diperoleh Lhitung =
0,1056 dan Ltabel = 0,1401 dan untuk
sampel yang diberi pembelajaran
konvensional diperoleh Lhitung = 0,1040 dan
Ltabel = 0,1401 seperti tersaji di dalam tabel
2 di bawah ini.
Berdasarkan kriteria pengujian yaitu
menerima sampel dari populasi yang
berdistribusi normal dengan syarat Lhitung <
Ltabel dan menolak kriteria pengujian jika
syarat tidak dipenuhi. Dari tabel di atas
dapat dilihat bahwa syarat kriteria
pengujian diterima, dan hal ini menyatakan
bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Pengujian homogenitas data dilakukan
untuk mengetahui apakah sampel yang
digunakan dalam penelitian homogen atau
tidak, artinya apakah sampel yang
digunakan dapat mewakili seluruh populasi
yang ada. Masing-masing data pretes dari
kedua kelompok sampel diperoleh Fhitung <
Ftabel. seperti tertera pada tabel 3 di bawah
ini : Dapat dilihat bahwa syarat Fhitung <
Ftabel dipenuhi, maka dapat dikatakan bahwa
sampel penelitian adalah homogen,
sehingga dapat digunakan untuk mewakili
seluruh populasi.
Observasi ini dilakukan selama kegiatan
proses pembelajaran berlangsung oleh 2
orang pengamat yang telah dilengkapi
dengan lembar observasi. Adapun jenis
aktivitas yang diamati pada kelas
eksperimen adalah : (1) menulis, (2)
mengajukan pertanyaan, (3) mengerjakan
LKS, (4) bertanya kepada teman kelompok,
dan (5) kegiatan yang tidak relevan dengan
kegiatan proses pembelajaran. Sedangkan
pada kelas kontrol, jenis aktivitas yang
diamati adalah : (1) menulis, (2)
mendengarkan/memperhatikan, (3)
menjawab pertanyaan, (4) pemberian tugas,
(5) yang tidak relevan dengan KBM.
Aspek-aspek tersebut diberi skor 1 sampai
3 dengan berpedoman pada penskoran
observasi aktivitas siswa seperti pada tabel
4.
Tabel 3. Hasil Analisis Uji Homogenitas Pretes Kedua Kelompok Sampel
No Data Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan
1 Pretes K. Eksperimen 103,78 1,03 1,77
Homogen
2 Pretes K. Kontrol 100,71
Tabel 4. Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa kelas eksperimen
No Jumlah
pertemuan
Nilai rata-rata
setiap pertemuan Keterangan
Rata-rata semua
nilai aktivitas
1 I 58.25 Cukup aktif
61.33 2 II 61.65 Aktif
3 III 64.225 Aktif
Keterangan Aktif
betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012
150|Semirata 2013 FMIPA Unila
Tabel 5.Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa kelas control
Tabel 6. Data nilai postes kelas eksperimen dan kelas control
Nilai Postes kelas eksperimen Postes kelas kontrol
f Tuantas
individu
Tuntas
Klasikal
__
X SD f Tuntas
individu
Tuntas
klasikal
__
X
S
D
55 2 - -
76,1
25
10,3
5
5 - -
69,875
9,
7
7
60 2 - - 5 - -
65 5 5 12,5 % 6 6 15 %
70 6 6 15 % 9 9 22,5 %
75 6 6 15 % 7 7 17,5 %
80 6 6 15 % 3 3 7,5 %
85 6 6 15 % 3 3 7,5 %
90 7 7 17,5% 2 2 5 %
Jumla
h
4
0 36 90 %
4
0 30 75 %
Gambar 2. Diagram batang data postes kelas eksperimen dan kelas control
No Jumlah
pertemuan
Nilai rata-rata setiap
pertemuan Keterangan
Rata-rata semua
nilai aktivitas
1 I 56.725 Cukup aktif
58.741 2 II 58.625 Cukup aktif
3 III 60.875 Aktif
Keterangan Cukup aktif
0123456789
10
55 60 65 70 75 80 85 90
Kelas EksperimenKelas Kontrol
Nilai Postes
Fre
kue
nsi
Keterangan :
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |151
Dari Tabel 4. di atas, terdapat rata-rata
aktivitas siswa mulai dari pertemuan I
sampai dengan III adalah 58.25, 61.65, dan
64.225. Kemudian setelah ketiga nilai
pertemuan itu dirata-ratakan, maka
diperoleh rata-rata 61.33 dengan kategori
aktif. Skor aktivitas belajar dapat dilihat
pada tabel 5 di bawah ini:
Dari Tabel 5. terdapat rata-rata aktivitas
siswa mulai dari pertemuan I sampai
dengan III adalah 56.725, 58.625 dan
60.875. Kemudian, setelah ketiga nilai
dirata-ratakan, diperoleh rata-rata 58.741
dengan kategori cukup aktif.
Setelah pada sampel diterapkan
pembelajaran yang berbeda dimana kelas
eksperimen diterapkan strategi
pembelajaran kooperatif disertai peta
pikiran dan kelas kontrol diterapkan
pembelajaran konvensional seperti pada
tabel 6. di bawah ini. Dari daftar tabel
terlihat bahwa skor rata-rata di kelas
eksperimen lebih tinggi daripada skor rata-
rata dikelas kontrol.
Uji normalitas menggunakan uji
Lilliefors dari postes kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Uji normalitas dimaksudkan
untuk mengetahui apakah data kedua
sampel berdistribusi normal atau tidak
dengan harga-harga L untuk uji Lilliefors
dengan α = 0,05. Hasil analisis uji
normalitas postes kedua kelompok sampel
disajikan pada tabel 7.
Dari tabel 7 tersebut menunjukkan
bahwa data-data nilai hasil belajar siswa,
dinyatakan memiliki sebaran data yang
berdistribusi normal pada taraf signifikansi
α = 0,05 dan n = 40 untuk kelas eksperimen
dan n = 40 untuk kelas postes yaitu Lhitung <
Ltabel , sekaligus berarti bahwa data nilai
hasil belajar siswa melalui strategi
pembelajaran kooperatif dan melalui
pembelajaran konvensional berdistibusi
normal.
Pengujian homogenitas dilakukan
dengan menggunakan uji F untuk
mengetahui apakah kelompok sampel
berasal dari populasi yang homogen atau
tidak. Secara ringkas hasil perhitungan uji
homogenitas data pretes dan data postes
kedua kelas ditunjukkan pada tabel dibawah
ini.
Dari tabel 8 diketahui bahwa sampel
yang berupa kelas eksperimen dan kelas
kontrol berasal dari populasi yang
homogen. Hal ini terlihat dari harga Fhitung
tidak melebihi Ftabel yang mengindikasikan
bahwa sampel berasal dari populasi yang
homogen.
Berdasarkan hasil uji normalitas data tes
akhir ternyata kedua sampel berdistribusi
normal dan mempunyai varians yang
homogen, maka untuk menguji hipotesis
digunakan uji kesamaan rata-rata dengan uji
t. Kriteria pengujiannya adalah : Ho
diterima jika –t (1-1/2α) < thitung < t (1-
1/2α).
Tabel 7. Hasil Analisis Uji Normalitas Postes Kedua Kelompok Sampel
No Data Kelas Lhitung Ltabel Kesimpulan
1 Postes Eksperimen 0,0974 0,1401 Normal
2 Postes Kontrol 0,1210 0,1401 Normal
Tabel 8. Hasil Analisis Uji Homogenitas Pretes Kedua Kelompok Sampel
No Data Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan
1 Postes K. Eksperimen 107,04 1,12 1,774 Homogen
2 Postes K. Kontrol 95,50
betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012
152|Semirata 2013 FMIPA Unila
Tabel 9. Uji Hipotesis Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol
No Data Nilai
rata-rata thitung ttabel Kesimpulan
2
Postes Eksperimen 76,125
2,778 1,994
Ada perbedaan yang
signifikan Postes Kontrol 69,875
Data selanjutnya dapat dilihat pada tabel
9 Uji hipotesis dengan uji beda (uji t)
sebagai berikut :
Setelah diberi perlakuan, hasil postes kelas
eksperimen diperoleh nilai rata-rata =
76,125 dan dan hasil postes kelas kontrol =
69,875. Dari perhitungan uji perbedaan
nilai rata-rata postes untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh
thitung = 2,778 > ttabel = 1,994. Hasil
penelitian menunjukkan ada perbedaan
antara rata-rata postes pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan
hasil belajar siswa akibat pengaruh
penggunaan strategi pembelajaran
kooperatif disertai peta pikiran dan
pembelajaran konvensional pada materi
pokok Hukum Newton di kelas X semester
I SMA Negeri 21 Medan.
PEMBAHASAN
Penelitian ini diawali dengan
memberikan pretes terhadap kedua kelas
sampel dengan THB ada 20 item dalam
bentuk pilihan ganda dengan 5 option yaitu
pada kelas eksperimen dan kontrol. Pada
kelas kelas eksperimen sebelum diberikan
perlakuan nilai rata-rata pretes 37,25 dan
nilai rata-rata pretes pada kelas kontrol
36,75. Setelah memperoleh nilai pretes,
maka nilai tersebut dianalisis. Pertama
dengan melakukan uji normalitas untuk
mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal. Pada kelas eksperimen
didapat Lhitung = 0,1056 dan Ltabel = 0,1401
dan untuk kelas kontrol diperoleh Lhitung =
0,1040 dan Ltabel = 0,1401. Sesuai dengan
statistika Lhitung < Ltabel, maka data
berdistribusi normal.
Tahap selanjutnya dianalisis dengan uji
homogenitas untuk mengetahui apakah
kedua sampel tersebut homogen atau tidak.
Ketika dilakukan uji homogenitas, maka
diperoleh Fhitung 1,03 dan Ftabel 1,77. Sesuai
dengan statistika, jika Fhitung < Ftabel maka
data tersebut homogen. Tahapan
selanjutnya, data tersebut dianalisis dengan
uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji
t dua pihak untuk melihat kemampuan awal
kedua sampel sebelum diberi perlakuan.
Dari uji hipotesis tersebut diperoleh thitung =
0,221 dan ttabel = 1,994. Sesuai dengan
statistika jika thitung < ttabel maka tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara
kemampuan awal kedua kelompok sampel.
Dari hasil pengujian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengambilan data dapat
dilanjutkan.
Setelah diberi perlakuan yang berbeda
pada kedua kelas sampel,diperoleh nilai
rata-rata dikelas eksperimen 76,125
sedangkan dikelas kontrol 69,875 . Hal ini
memperlihatkan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan keterampilan
proses memberikan hasil belajar fisika yang
lebih baik dari pada menerapkan
pembelajaran konvensional. Kembali
dilakukan uji normalitas data dan diperoleh
pada kelas eksperimen Lhitung = 0,0974 dan
Ltabel = 0,1401, dan pada kelas kontol
terdapat Lhitung = 0,1210 dan Ltabel = 0,140.
Maka dapat disimpulkan kedua sampel
tersebut berdistribusi normal. Selanjutnya
dilakukan kembali uji homogenitas postes
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |153
kedua sampel, maka diperoleh Fhitung = 1,12
dan Ftabel 1,774 dan dapat disimpulkan
bahwa data kedua kelompok sampel
homogen.
Selanjutnya untuk membuktikan apakah
benar-benar ada perbedaan yang signifikan
secara statistik, maka dilakukan pengujian
terhadap hipotesis. Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis pada lampiran yang
menggunakan uji t dan diperoleh thitung =
2,778 > ttabel = 1,994, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil
belajar yang signifikan akibat pengaruh
penggunaan strategi pembelajaran
kooperatif dengan konvensional pada
materi pokok Hukum Newton di kelas X
SMA Negeri 21 Medan T.P. 2011/2012
Dalam penelitian ini, tugas-tugas yang
diberikan guru menuntut siswa untuk saling
bekerja sama serta bertanggung jawab
dengan kelompok, dan memelihara
hubungan kerja sama yang efektif, keadaan
ini juga terjadi ketika guru membimbing
kelompok bekerja dan belajar. Dari
hasil pengamatan diketahui bahwasannya
aktivitas siswa mengalami peningkatan
yang positif pada kelas eksperimen pada
pertemuan I sampai pertemuan III yaitu
dengan nilai rata – rata 61,33 dengan
kriteria baik hal ini dikarenakan strategi
pembelajaran kooperatif membuat siswa
itu sendiri aktif dan mampu memecahkan
suatu masalah yang diajukan dan hampir
seluruh siswa aktif dalam mengajukan
pertanyaan. Pada kelas kontrol pada
pertemuan I sampai pertemuan III yaitu
dengan nilai rata – rata 58,741 dengan
kriteria cukup, hal ini dikarenakan
pembelajaran yang monoton yang berpusat
pada guru, dan siswa malas bertanya
ataupun menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
Keuntungan dari menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif adalah bagi siswa
yang kemampuannya lebih rendah maupun
siswa yang kemampuannya lebih tinggi
dapat bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas-tugas. Hal ini disebabkan siswa yang
kemampuannya lebih tinggi dapat
membantu teman-temannya, dan siswa
yang kemampuannya lebih rendah dapat
menerima pengetahuan/informasi dari siswa
yang kemampuannya lebih tinggi.
Pembelajaran ini juga melibatkan siswa
lebih banyak siswa untuk menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran
tersebut, kondisi ini terjadi pada saat siswa
bekerja dan belajar di dalam kelompok.
Namun dalam penelitian ini masih
terdapat kendala-kendala yang ditemukan
peneliti di lapangan, yaitu keterbatasan
waktu, keterbatasan waktu pada saat
mengajukan hasil diskusi
(mempresentasikan) sehingga tidak semua
kelompok dapat mengajukan hasil diskusi
mereka dan kerja sama kelompok sering
kali hanya melibatkan yang mampu , sebab
mereka dapat mengarahkan siswa yang
kurang mampu. Di samping itu, peneliti
sudah berusaha mengatur waktu sesuai
dengan yang direncanakan dalam RPP,
namun dalam pelaksanaan pembelajaran di
dalam kelas, peneliti masih menemukan
kekurangan waktu dikarenakan di dalam
pelaksaan diskusi memerlukan waktu yang
lama khususnya pada saat penggunaan
media pembelajaran. Maka dalam hal ini
penggunaan waktu sangat penting untuk
diperhatikan oleh guru di dalam
pembelajaran sehingga dapat
memaksimalkan pencapaian hasil belajar.
KESIMPULAN
Aktivitas siswa pada kelas eksperimen
adalah 63,40 dengan kategori aktif
sedangkan aktivitas kelas kontrol adalah
59,8 dengan kategori cukup aktif yang
berarti siswa di kelas eksperimen lebih aktif
daripada di kelas kontrol.
Dengan menggunakan uji t diketahui
bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar siswa yang diajar
dengan strategi pembelajaran kooperatif
dan pembelajaran konvensional pada materi
betty m.turnip: pengaruh strategi pembel ajaran disertai peta pikiran terhadap hasil belajar fisika sma kelas x semester i t.p. 2011/2012
154|Semirata 2013 FMIPA Unila
pokok Hukum Newton di Kelas X SMA
Negeri 21 Medan Tahun Pembelajaran
2011/2012.
SARAN
Pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran kooperatif dapat
digunakan sebagai alternatif dalam
pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar fisika siswa.
Diharapkan bagi guru yang ingin
menerapkan pembelajaran dengan strategi
pembelajaran kooperatif dapat
menggunakan waktu sesuai yang sudah
direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Alokasi yang
digunakan harus benar-benar di sesuaikan
dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat.
Untuk peneliti selanjutnya yang akan
menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif ini disarankan untuk lebih
memperhatikan kekondusifan siswa ketika
melakukan percobaan, karena pada saat
peneliti menerapkan pendekatan ini, masih
banyak siswa yang ribut ketika melakukan
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Larin, W. Dan Krathwohl, David
R., (editors), 2001, A Taxonomy For
Learning Teaching And Assessing A
Revision of Bloom’s Taxonomy of
Education Objectives, New York :
Addison Wesley Longman, Inc
Frey, N., Fisher, D. Dan Everlove, S. 2009.
Productive Group: How to Engage
Students, Build Team Work, and
Promote Understanding. Alexandria:
ASCD
Ibrahim, M. Rachmadiarti, F. Nur, M dan
Ismono, 2000, Pembelajaran Kooperatif,
Surabaya : University Press
Johnson. D.W. dan Johnson, R.T. 2008. The
Teacher’s Role in Implementing
Cooperative Learning in the Classroom.
New York: Springer.
Miarso, Yusufhadi, 2004,Menyemai Benih
Teknologi Pendidikan, Jakarta : Prenada
Kencana
Merrill, M. David, 2009, First Principles of
Instruction Dalam Charles M. Reigeluth,
Instructional Design Theories and
Models, Volume III Building a Common
Knowledge Base, New York and London
: Taylor and Francis Publishers
Kanginan, M, 2004, Fisika untuk SMA
Kelas XI, Jakarta : Erlangga
Kolb, A.Y dan Kolb, A.D. 2005. The Kolb
Learning Style Inventory – Version 3.1.
Technical Specification, Experience
Based Learning Systems. Englewood
Cliffs, NJ.: Hay Group.
Sardiman, A.M., 2007, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Sudjana, M.A., 2005. Metode Stastika,
Bandung : Tarsito
Slavin, R.E. 1983. When Does Cooperative
Learning Increase Student Achievement.
Psychological Bulletin. Vol. 94 No. 3
(429-445). New York: APA
Sardiman, A.M., 2007, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Sherman, L.W, 2001. Cooperative learning
and computer – supported learning
experiences, In C.R. Wolfe (Ed),
Learning and Teaching on the World
Wide Web, San Diego : Academic Press
Santrock, John, W., 2008, Psikologi
Pendidikan, Alih Bahasa Tri Wibowo,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Trianto, 2007, Model – model
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Bermaknativistik, Jakarta
top related