pengaruh penggunaan model quantum learning/pengaruh... · adalah dengan uji t. simpulan penelitian...
Post on 07-Jan-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL QUANTUM LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-DABIN I POLOKARTO
KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
Indah Dwi Hastuti
K7108159
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL QUANTUM LEARNING TERHADAP
HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI SE-DABIN I POLOKARTO KABUPATEN
SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh :
INDAH DWI HASTUTI
K7108159
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ABSTRAK
Indah Dwi Hastuti. PENGARUH PENGGUNAAN MODEL QUANTUM
LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-DABIN
I POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN
2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
yang berarti dari penggunaan model quantum learning terhadap hasil belajar
Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri Se-Dabin I
Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif dengan pendekatan eksperimental.
Desain penelitiannya adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Se-Dabin I Polokarto
Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012. Teknik Pengambilan sampel
dilakukan dengan Cluster Random Sampling. Teknik Cluster Random Sampling
digunakan untuk memilih sekolah secara acak yang berfungsi sebagai kelompok
kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Kelas eksperimen dalam penelitian
ini adalah kelas V SD Negeri Polokarto 03 dan kelas kontrol adalah kelas V SD
Negeri Mranggen 03. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode
tes, observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan
adalah dengan uji t.
Simpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh postif yang signifikan
dari penggunaan model quantum learning terhadap hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri Se-Dabin I Polokarto Kabupaten
Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dengan nilai rerata pada
kelas eksperimen 75,17 sedangkan rerata pada kelas kontrol 69,12 selain itu hasil
perhitungan dengan uji t diperoleh harga statistik thitung = 2,251 dengan daerah
kritik DK = {t | t < -2,021 atau t > 2,021}, karena thitung = 2,251 Є DK maka H0
ditolak, berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi model
quantum learning dengan siswa yang diberi pembelajaran langsung.
Kata kunci : Model Quantum Learning, Pendidikan Kewarganegaraan dan
Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
ABSTRACT
Indah Dwi Hastuti. THE INFLUENCE OF THE QUANTUM LEARNING
MODEL USING FOR THE RESULT OF LEARNING CIVICS
EDUCATION FOR THE 5TH
GRADERS OF SD NEGERI SE-DABIN I
POLOKARTO, SUKOHARJO REGENCY ACADEMIC YEAR OF
2011/2012. Thesis, Faculty of Education Sebelas Maret University, Juni 2012.
The objective of this research is to know how much the influence of the
quantum learning model using for the result of learning civics education of the 5th
graders of SD Negeri Se-Dabin I Polokarto, Sukoharjo regency academic year of
2011/2012.
This research is quantitative research by experimental approach. The
design of this research is Pretest-Posttest Control Group Design. The population
of this research is all of the 5th
graders of SD Negeri Se-Dabin I Polokarto,
Sukoharjo regency academic year of 2011/2012. The technique of sample taking
is using Cluster Random Sampling. Cluster Random Sampling technique is used
to choose the school randomly which is functioned as the experiment class group
and control class group. The experiment class of this research is the 5th
graders of
SD Negeri Polokarto 03 and the control class is SD Negeri Mranggen 03. Data
collection techniques are; test method, the observation, documentation and
interview. Data analysis technique is t-test.
The result of this research is there is a positive and significant influence
from the using quantum learning model for the result of learning civics education
of the 5th
graders of SD Negeri Se-Dabin I Polokarto, Sukoharjo regency
academic year 2011/2012. It is proven by the average mark of the experiment
class is 75,17 meanwhile the average mark of the control class is 69,12, besides
the calculation result by t test is statistic price thitung = 2,251 with the critic area
DK = {t | t < -2,021 atau t > 2,021}, because of thitung = 2,251 Є DK, therefore H0
is rejected, it means that there is a different of learning result from the students
with quantum learning model and the students which is given the material
directly.
Key words : Quantum Learning model, The Civics Education and learning
result of Civics Education
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
MOTTO
“Cari kebenaran, dengarkan kebenaran, ajarkan kebenaran, cintai kebenaran,
patuhi kebenaran, dan pertahankan kebenaran sampai pada kematian”
“Terima apa yang terjadi dengan rasa ikhlas, dengan keikhlasan hidup akan
terasa lebih indah”
“Tidak ada kata terlambat untuk belajar, dengan belajar kita akan lebih
mudah memahami arti hidup yang sesungguhnya”
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“ Bapak dan Ibu”
Terima kasih untuk semua do’amu yang tiada terputus, teladan yang telah
engkau berikan, kerja keras tiada henti dan kasih sayang yang tiada
terbatas. semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan kemuliaan di
dunia dan akhirat.
“Keluarga Besar”
Terima kasih untuk semua do’a dorongan dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini
“Al-Esa Hanafi”
Terima kasih yang senantiasa memberikan motivasi dan dorongan dengan
penuh perhatian dan semangat.
“Teman-temanku”
Terima kasih untuk Eky, Rimba, Ina, Mbk.Ya, Jon, Mi2 dll yang telah
memberi motivasi dan semangat.
“ Teman-Teman Kelas C PGSD Angkatan 2008”
Terima kasih atas dukungan dan do’anya.
“Almamater”
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas
rahmat dan karunia-Nya, taufiq dan hidayahNya, Sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: PENGARUH PENGGUNAAN
MODEL QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS V SD
NEGERI SE-DABIN I POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN
AJARAN 2011/2012. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk dapat memulai penyusunan
skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan
yang baik dalam pengurusan surat-surat untuk kelancaran penelitian dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan
kelancaran dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Sadiman, M.Pd selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan motivasi kepada penulis.
5. Drs. Chumdari, M.Pd selaku pembimbing I yang selalu memberikan
arahan dan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
6. Idam Ragil, M.Si selaku pembimbing II yang selalu sabar dalam
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
7. Kepala sekolah SD Negeri Polokarto 03, SD Negeri Mranggen 03, dan
sekolah SD Negeri Jatisobo 03 yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian.
8. Guru kelas V di SD Negeri Polokarto 03, SD Negeri Mranggen 03, dan
sekolah SD Negeri Jatisobo 03 yang telah membantu untuk kelancaran
dalam penelitian ini.
9. Siswa kelas SD Negeri Polokarto 03, SD Negeri Mranggen 03, dan
sekolah SD Negeri Jatisobo 03.
10. Almamater PGSD Uns angkatan 2008 yang telah memberikan motivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini
11. Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi majunya ilmu pendidikan di sekitar kita, khususnya
bagi kemajuan Pendidikan Kewarganegaraan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
Indah Dwi Hastuti
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACK .................................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... . xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 3
C. Pembatasan Masalah........................................................................ 4
D. Perumusan Masalah ......................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 7
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ............................. 7
1. Hakikat Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan ................. 7
a. Pengertian Belajar .................................................................. 7
b. Pengertian Hasil Belajar ......................................................... 8
c. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan .............................. 8
d. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD ..... 9
e. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.................................... 10
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
f. Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V SD ................. 11
g. Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan .............. 13
h. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan .......... 15
i. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan .......................... 17
2. Hakikat Model Quantum Learning ............................................. 17
a. Pengertian Model Pembelajaran ............................................ 17
b. Macam – Macam Model Pembelajaran.................................. 19
c. Pengertian Quantum Learning ............................................... 20
d. Prinsip Quantum Learning ..................................................... 22
e. Karakteristik Quantum Learning ........................................... 23
f. Kerangka Perencanaan Quantum Learning ........................... 25
g. Model Quantum Learning dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan ................................................ 26
3. Hakikat Model Pembelajaran Langsung .................................... 27
a. Pengertian Model Pengajaran Langsung ................................ 27
b. Tahap – Tahap Pengajaran Langsung .................................... 28
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pengajaran Langsung ..... 29
d. Model Pengajaran Langsung dalam Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan ................................................ 30
e. Perbedaan Model Quantum Learning dan
Model Pengajaran Langsung .................................................. 31
4. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................... 33
B. Kerangka Berpikir ........................................................................... 35
C. Hipotesis .......................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 37
1. Tempat penelitian ...................................................................... 37
2. Waktu penelitian ........................................................................ 37
B. Rancangan Penelitian....................................................................... 37
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 39
D. Teknik Pengambilan sampel ............................................................ 39
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 40
1. Oservasi ..................................................................................... 40
2. Tes ............................................................................................ 40
3. Wawancara ................................................................................ 41
4. Dokumentasi.............................................................................. 41
F. Validasi Instrumen Penelitian .......................................................... 42
1. Uji Validitas Instrumen ............................................................ 42
2. Uji Reliabilitas ........................................................................... 43
3. Uji Daya Beda ........................................................................... 44
4. Uji Tingkat Kesukaran............................................................... 45
G. Analisis Data ................................................................................... 46
1. Uji Prasyarat Analisis Data ......................................................... 46
a. Uji Normalitas ........................................................................ 46
b. Uji Homogenitas .................................................................... 47
2. Uji Keseimbangan ....................................................................... 48
3. Uji Hipotesis ............................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 51
A. Deskripsi Data ................................................................................. 51
1. Penyajian Data Hasil Pre-test Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol .............................................................................. 51
2. Penyajian Data Hasil Post-test Kelas Eksperiman dan
Kelas Kontrol.............................................................................. 53
B. Pengujian Keseimbangan Kemampuan Awal ................................. 62
1. Uji Prasyarat Awal
a. Uji Normalitas Kemampuan Awal (Pre-test)......................... 62
b. Uji Homogenitas Kemampuan Awal (Pre-test) ...................... 63
2. Uji Keseimbangan ....................................................................... 64
C. Uji Prasyarat Hipotesis................................................................ ... 64
1. Uji Prasyarat Hipotesis
a. Uji Normalitas Hasil Belajar (Post-test)................................ . 64
b. Uji Homogenitas Hasil Belajar (Post-test)............................. 65
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. Uji Hipotesis........................................................................... ..... 65
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 66
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................... 68
A. Simpulan .......................................................................................... 68
B. Implikasi .......................................................................................... 68
1. Implikasi Teoritis ........................................................................ 68
2. Implikasi Praktis ......................................................................... 69
C. Saran ............................................................................................... 70
1. Kepada Pihak Guru ..................................................................... 70
2. Kepada Pihak Sekolah ................................................................ 70
3. Kepada Pihak Siswa.................................................................... 70
4. Kepada Peneliti Lain................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72
LAMPIRAN ..................................................................................................... 75
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Semester II ........................ 10
Tabel 2.2 Alur Pengajaran Model Pengajaran Langsung dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan................................... 31
Tabel 2.3 Perbedaan Model Quantum Learning dan
Model Pengajaran Langsung ........................................................... 32
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian.............................................................................. 75
Tabel 3.2 Pola Rancangan Penelitian ............................................................... 38
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas Eksperimen ............................................................................ 51
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas Kontrol................................................................................... 52
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas Eksperimen............................................................................. 57
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas Kontrol............................................... .................................... 61
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pre-test................................................... 63
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test.......................... .................... 63
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Post-test.............................................. ... 64
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Post-test............................................. 65
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji t........................................................................... 65
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran yang Dikembangkan ................................... 36
Gambar 4.1 Histogram Nilai Pre-test Kelas Eksperimen dan Kontrol ............ 53
Gambar 4.2 Histogram Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol........... 62
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Tabel Jadwal Penelitian ............................................................... 75
Lampiran 2. Silabus Sekolah Dasar Kelas V .................................................. 76
Lampiran 3. RPP Kelas Eksperiman dan Kelas Kontrol ................................. 86
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa .................................................................... 153
Lampiran 5. Kisi-Kisi Pre-test ......................................................................... 187
Lampiran 6. Soal Pre-test ................................................................................ 189
Lampiran 7. Uji Validitas Pre-test ................................................................... 198
Lampiran 8. Kisi-Kisi Post-test ....................................................................... 202
Lampiran 9. Soal Post-test ............................................................................... 204
Lampiran 10. Uji Validitas Post-test ............................................................... 213
Lampiran 11. Analisis Butir Soal dan Uji Reliabilitas Soal Pre-test ............... 217
Lampiran 12. Analisis Butir Soal dan Uji Reliabilitas Soal Post-test ............. 227
Lampiran 13. Data Nilai Pre-test ..................................................................... 237
Lampiran 14. Uji Normalitas Data Pre-test ..................................................... 238
Lampiran 15. Uji Homogenitas Data Pre-test ................................................. 240
Lampiran 16. Uji Keseimbangan ..................................................................... 242
Lampiran 17. Data Nilai Post-test .................................................................... 243
Lampiran 18. Uji Normalitas Data Post-test .................................................... 244
Lampiran 19. Uji Homogenitas Data Post-test ................................................ 246
Lampiran 20. Uji Hipotesis .............................................................................. 248
Lampiran 21. Hasil Wawancara ....................................................................... 250
Lampiran 22. Hasil Observasi .......................................................................... 261
Lampiran 23. Foto Dokumentasi....................................................................... 267
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan kewarganegaraan memegang peran yang sangat strategis
dalam upaya mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Sebab tujuan
pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membentuk warga negara yang baik
yaitu yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sesuai UUD 1945. Oleh karena itu, pendidikan nilai,
moral, dan norma perlu ditanamkan secara terus menerus melalui mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga warga negara yang baik lekas terwujud.
Terlebih jika mengingat bahwa bangsa Indonesia sekarang sedang mengalami
krisis jati diri, sehingga nilai moral dan norma menjadi hal yang penting untuk
membentengi kekrisisan jati diri bangsa ini.
Dilihat dari peranan pelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam upaya
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sudah seharusnya kita sebagai
calon guru memberikan perhatian lebih. Permasalahan pendidikan di sekolah
khususnya yang berhubungan dengan proses pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan pada dasarnya ada dua faktor yaitu yang berhubungan dengan
siswa dan yang berhubungan dengan pengajaran atau guru.
Terdapat beberapa permasalahan yang muncul pada mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang berhubungan dengan siswa. Masalah tersebut
antara lain: (1) siswa jika mengikuti proses belajar mengajar kurang konsentrasi,
(2) tidak semua anak memiliki buku penunjang, (3) jika diberi pertanyaan hanya
beberapa siswa yang mampu menjawab, (4) jika diberi kesempatan bertanya tidak
ada yang angkat tangan.
Masalah tersebut muncul dikarenakan guru dalam menyampaikan materi
masih menggunakan metode konvensional yang minim variasi. Maksud dari
pembelajaran yang konvensional tersebut antara lain: (1) menyandarkan pada
hafalan, (2) siswa secara pasif menerima informasi dari guru, (3) pembelajaran
sangat abstrak dan teoritis, (4) waktu belajar siswa hanya mendengarkan ceramah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
mencatat setelah itu siswa mengerjakan buku tugas dan diberi latihan soal, (5)
kurang optimalnya penggunaan media dalam pembelajaran.
Permasalahan tersebut mengakibatkan hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan siswa kurang memuaskan. Hal ini nampak pada hasil tes awal
(lampiran 13 hlm. 237) yang dilaksanakan tanggal 10 Maret 2012 dan 19 Maret
2012, masih terdapat beberapa siswa yang nilainya dibawah KKM. Dari hasil tes
awal tersebut menyatakan bahwa siswa kelas V SD Negeri 03 Polokarto terdapat
10 dari 23 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, artinya hampir 44 % dari
jumlah siswa tersebut yang belum menguasai mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan sehingga hasil belajarnya rendah. Sedangkan hasil tes awal
siswa kelas V SD Negeri 03 Mranggen terdapat 12 dari 25 siswa yang nilainya
dibawah KKM, artinya 48% dari keseluruhan siswa kelas V SD Negeri 03
Mranggen belum menguasai mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang
diajarkan oleh guru. Kriteria ketuntasan minimum mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan untuk kedua sekolah tersebut adalah 65.
Tugas guru selain menyampaikan materi juga menciptakan suasana belajar
yang kondusif serta menarik bagi siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti
proses pembelajaran. Guru perlu menerapkan model pembelajaran yang baik dan
tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Penelitian menunjukkan bahwa
lingkungan sosial atau suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang
mempengaruhi belajar akademis (Walberg dan Greenberg, 1997, dalam DePorter,
Reardon, & Nourie 2005: 19).
Model quantum learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
dilakukan dengan adanya penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di
dalam dan di sekitar situasi belajar antara lain dengan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga dapat merangsang minat siswa.
Kemampuan atau keterampilan baru akan berkembang jika diberikan lingkungan
model yang sesuai (Gazzaniga, 1992, dalam Deporter, Reardon, & Nourie 2005:
11). Selain itu quantum learning juga memiliki juga memiliki lima prinsip utama
dalam pembelajarannya. Lima prinsip utama itu antara lain segalanya berbicara,
segalanya bertujuan, pengalaman mendahului penanaman, akuilah setiap usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
yang dilakukan dalam pembelajaran, sesuatu yang layak dipelajari layak pula
dirayakan. Kelebihan dari model ini adalah pendidik mampu menyatu dan
membaur pada dunia peserta didik sehingga pendidik bisa lebih memahami
peserta didik dan ini menjadi modal utama untuk mewujudkan proses belajar-
mengajar yang lebih menyenangkan. Selain itu Penyajian materi pelajarannya
yang secara alami merupakan proses belajar yang paling baik yaitu terjadi ketika
siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa
yang mereka pelajari. Tetapi selain kelebihan yang dimiliki oleh model quantum
learning tersebut, model ini juga menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih
khusus. Selain itu memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran
yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik. Maka dari itu
diperlukan guru yang profesional dan sebelum mengajar guru harus benar-benar
menguasai materi serta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam
pembelajaran dengan matang.
Dengan penggunaan model quantum learning yang memadukan metode
pembelajaran yang variatif serta pengkondisian suasana belajar yang
menyenangkan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan akan dapat
merangsang minat dan kecerdasan emosi siswa. Dengan demikian setelah
diterapkan model quantum learning hasil belajar siswa akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penggunaan model quantum learning terhadap hasil belajar
pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri se-Dabin I Polokarto
Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa masih kurang memenuhi
harapan.
2. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran masih menggunakan model
konvensional yang kurang menarik perhatian siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Belum digunakannya model pembelajaran yang dapat mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan
yang mampu meningkatkan keaktifan siswa.
4. Partisipasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan belum aktif.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti dalam hal
ini membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah quantum
learning yang merupakan salah satu model pembelajaran yang dilakukan
dengan adanya penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam
dan di sekitar situasi belajar antara lain dengan menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan sehingga dapat merangsang minat siswa.
2. Materi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang digunakan dalam
penelitian ini dibatasi pada materi kebebasan berorganisasi dan mengahargai
keputusan bersama kelas V semester II.
3. Hasil belajar pendidikan kewarganegaraan yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hasil belajar pendidikan kewarganegaraan materi kebebasan
berorganisasi dan menghargai keputusan bersama siswa kelas V SD Negeri se-
Dabin I Polokarto dengan skala penilaian 0 – 100.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh
penggunaan model quantum learning terhadap hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri Se-Dabin I Pololokarto
Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penggunaan model quantum learning terhadap hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri se-Dabin I Polokarto Kabupaten
Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bersifat teoritis
maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pendidikan mengenai upaya
peningkatan hasil belajar siswa dengan digunakannya beberapa model
pembelajaran, salah satunya model quantum learning.
b. Mendorong adanya penelitian lanjutan guna pengembangan konsep dan
teori tentang pembelajaran dengan model quantum learning.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan ketertarikan siswa mengikuti pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan sehingga tercipta rasa senang dalam mengikuti
proses pembelajaran.
2) Memotivasi siswa untuk belajar lebih giat sehingga hasil belajar
Pendidikan Kewarganegaraan terutama materi mengenai kebebasan
berorganisasi dan mengahargai keputusan bersama meningkat.
b. Bagi Guru
1) Memberikan alternatif model pembelajaran yang mampu
meningkatkan minat belajar pada siswa, sehingga akan tercipta proses
pembelajaran yang aktif, kreatif dan efektif.
2) Meningkatkan kualitas komunikasi dengan siswa dalam proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3) Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan guru dalam
mengajarkan pendidikan kewarganegaraan.
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dengan peningkatan mutu
pendidikan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui penggunaan model quantum learning.
2) Untuk mendorong sekolah melaksanakan pembelajaran yang inovatif
salah satunya dengan menggunakan model quantum learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Hakikat Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Belajar
Banyak sekali definisi yang dapat ditemukan tentang belajar.
“Learning is a change in organism due to experience which can affect the
organism’s behavior” (Hintzman, 1978 dalam Muhibbin Syah, 2010: 88).
Artinya belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
(manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Slavin (1997: 151) “learning is a change in an individual that
results from experience”. Artinya belajar adalah suatu perubahan individu
yang berasal dari sebuah pengalaman.
Belajar merupakan usaha yang dilakukan untuk merubah perilaku
pada individu yang belajar (Purwanto, 2008: 44). Hal ini diperkuat dengan
pendapat Muhibbin Syah (2010: 68) yang menjelaskan belajar sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Martinis Yamin (2010: 96) mengemukakan belajar merupakan
proses seseorang memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap pada
individu. Belajar merupakan proses yang berlangsung seumur hidup
manusia mulai dari kecil hingga akhir hayat. Belajar dimulai sejak kecil
agar kelak dewasa mampu hidup mandiri dan mengembangkan dirinya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses perubahan pada diri seseorang yang relatif positif
ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, kecakapan dan kebiasaan sebagai hasil dari
latihan dan pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dari proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diukur untuk
mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar harus
sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar diklasifikasikan menjadi
tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor
(Bloom dalam Sudjana 2005: 22). Hasil belajar dapat diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, perubahan yang lebih
baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari bodoh menjadi pintar, dari
tidak bisa menjadi bisa (Martinis Yamin, 2008: 168).
Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo (2010: 75) berpendapat
“hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator
tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran dengan kondisi yang
berbeda”. Sedangkan Purwanto (2011: 46) mengemukakan hasil belajar
merupakan perubahan perilaku pada individu yang terjadi setelah
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk pencapaian
perubahan perilaku yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
akibat dari proses belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar
mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan.
c. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu mata pelajaran yang
diajarkan dari SD sampai Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan pelajaran
pendidikan kewarganegaraan dirasa sangat penting untuk diajarkan.
Pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut kurikulum pendidikan
dasar adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-
hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat, warga negara dan makluk ciptaan TuhanYang Maha
Esa (1993: 1).
Arnie Fajar (2002: 141) menjelaskan mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan memfokuskan pada pembentukan diri baik dari segi
sosiokultural, agama, bahasa, suku bangsa maupun usia untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan dalam pancasila dan UUD 1945. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan pendidikan yang menyangkut status formal
warga negara yang diatur dalam UU No. 2 th. 1949 (Ruminiati, 2008: 1-
25).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia seperti budi pekerti luhur, pengetahuan dan kemampuan dasar
tentang hubungan antara warga negara dan negara serta menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara sehingga dalam
pergaulan antar bangsa akan nampak ciri khas bangsa Indonesia.
d. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Sekolah Dasar
Kompetensi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berkaitan
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Dari kompetensi rumpun mata
pelajaran ini kemudian dijabarkan menjadi kompetensi yang lebih
operasional dan lebih mencerminkan aspek-aspek khusus pencapai tujuan
mata pelajaran. Menurut kurikulum KTSP, pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan memiliki ruang lingkup dan tujuan yang harus tercapai.
Ruang lingkup materi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan SD
kelas V semester II berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi
dasarnya dapat dilihat pada tabel 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 2.1: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Semester II
Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Memahami kebebasan
organisasi
3.1 Mendiskripsikan pengertian
Organisasi
3.2 Menyebutkan contoh organisasi di
sekolah dan masyarakat
3.3 Menampilkan peran serta dalam
pemilihan organisasi di sekolah
4. Menghargai keputusan
bersama
4.1 Mengenal bentuk keputusan bersama
4.2 Mematuhi keputusan bersama
e. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut kurikulum pendidikan dasar (1993: 2) tujuan mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang harus tercapai yaitu :
1) Siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila dalam rangka
pembentukan sikap dan perilaku sebagai pribadi, anggota
masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab.
2) Memberi bekal kemampuan pada siswa untuk mengikuti pendidikan
di jenjang pendidikan menengah.
Sedangkan Arnie Fajar (2002: 143) menyebutkan tujuan mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai berikut:
1) Siswa mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan.
2) Siswa mampu berpartisipasi pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan secara berkualitas dan bertanggung jawab, serta
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
3) Siswa mampu berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat
Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
4) Siswa mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam
percaturan dunia baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan adalah mengembangkan potensi siswa agar
dapat berpikir kritis dan siswa dapat berpartisispasi secara cerdas dan
bertanggung jawab terhadap nilai dan norma yang brelaku.
f. Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Sekolah Dasar
Materi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk kelas V
sekolah dasar terdiri dari empat materi pokok antara lain: (1) Keutuhan
nagara kesatuan republik Indonesia meliputi pengertian negara kesatuan
republik Indonesia, pentingnya keutuhan negara kesatuan republik
Indonesia, upaya-upaya dalam menjaga keutuhan negara kesatuan
republik Indonesia; (2) Peraturan perundang-undangan meliputi
pengertian perundang-undangan, sumber hukum peraturan perundang-
undangan, tata urutan peraturan perundang-undangan, peraturan pusat,
peraturan daerah, pelaksanaan peraturan; (3) Kebebasan berorganisasi
meliputi pengertian organisasi, organisasi di lingkungan sekolah dan
masyarakat, kebebasan berorganisasi; (4) Keputusan bersama meliputi
pengertian keputusan bersama, bentuk-bentuk keputusan bersama, cara
pengambilan keputusan bersama, melaksanakan hasil keputusan bersama.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi tentang kebebasan
berorganisasi dan keputusan bersama. Materi pertama adalah kebebasan
berorganisasi. Organisasi adalah sekelompok manusia yang diatur untuk
bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (Setiati Widihastuti
dan Fajar Rahayu Ningsih, 2008: 57). Begitu juga dengan Ikhwan Sapto
Darmono dan Sudarsih (2008: 71) menyatakan organisasi adalah tempat
berkumpulnya orang-orang demi tujuan tertentu. Organisasi merupakan
bentuk perkumpulan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan bersama (Najib Sulhan, Nafich, Yamini
dan Asmunah, 2008: 64).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Adapun unsur-unsur yang membentuk organisasi (Ikhwan Sapto
Darmono dan Sudarsih, 2008: 71): (1) Adanya tujuan bersama; (2)
Adanya kerjasama diantara orang-orang yang bekerja; (3) Adanya
pembagian tugas sekelompok orang. Sedangkan menurut Najib Sulhan,
Nafich, Yamini dan Asmunah (2008: 65) unsur-unsur dari suatu
organisasi adalah sebagai berikut: (1) Adanya anggota: (2) Adanya
tempat; (3) Adanya tujuan; (4) Adanya tugas; (5) Adanya struktur
organisasi
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan organisasi adalah suatu
perkumpulan yang anggotanya terdiri atas beberapa orang untuk
melakukan kerja sama dalam upaya mencapai tujuan bersama.
Materi kedua dalam penelitian ini keputusan bersama. Keputusan
adalah segala putusan yang sudah ditetapkan berdasarkan pertimbangan,
pemikiran, dan penelitian yang matang (Ikhwan Sapto Darmono dan
Sudarsih 2008: 71). Sedangkan menurut Najib Sulhan, Nafich, Yamini
dan Asmunah (2008: 65) Keputusan adalah pilihan yang diambil
seseorang untuk dilaksanakan. Keputusan merupakan pedoman dalam
menentukan langkah-langkah berikutnya.
Menurut Setiati Widihastuti dan Fajar Rahayu Ningsih (2008: 81)
ada 3 bentuk keputusan bersama:
1) Musyawarah untuk Mufakat
Musyawarah dilakukan dengan cara mempertemukan semua
pendapat yang berbeda-beda. Setelah pendapat didengar dan
ditampung, pendapat yang paling baik akan disepakati bersama.
2) Pemungutan Suara
Pemungutan suara atau voting dilakukan setelah cara musyawarah
untuk mufakat gagal menghasilkan keputusan. Dalam voting,
pendapat yang memperoleh suara terbanyak menjadi keputusan
bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3) Aklamasi
Aklamasi adalah pernyataan setuju secara lisan dari seluruh anggota
kelompok. Pernyataan setuju dilakukan untuk melahirkan keputusan
bersama.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan keputusan bersama
adalah segala putusan atau pilihan yang ditetapkan atas dasar
persetujuan atau kesepakatan.
g. Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Peningkatan hasil belajar juga didukung oleh penggunaan media
pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran adalah suatu sarana
penghubung untuk menyampaikan materi pembelajaran dari guru kepada
siswa. Media pembelajaran itu bermacam-macam jenisnya. Menurut Sri
Anitah (2009: 128), jenis-jenis media pembelajaran antara lain :
1) Media Visual yang Tidak Diproyeksikan
Jenis media ini tidak memerlukan proyektor untuk melihatnya. Yang
termasuk media visual yang tidak diproyeksikan adalah gambar diam,
ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, peta datar, model
dan realita.
2) Media Visual yang Diproyeksikan
Media visual yang diproyeksikan adalah jenis media yang terdiri dari
dua macam yaitu media proyeksi yang tidak bergerak dan media
proyeksi yang bergerak. Media proyeksi yang tidak dapat bergerak
antara lain slide, film strip, OHP, opaque peojector, dan micro
projection. Sedangkan media proyeksi yang bergerak antara lain: film,
televisi, video tape recorder.
3) Media Audio
Media audio adalah media yang bisa di dengar melalui suara-suara.
Media audio juga merupakan bentuk atau cara perekaman dan
transmisi suara (manusia dan suara lainnya) untuk kepentingan tujuan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
4) Sistem Multi Media
Sistem multi media adalah kombinasi dari media dasar audio visual
dan visual yang dipergunakan untuk tujuan pembelajaran. Bentuk-
bentuk system multi media yang banyak digunakan di sekolah adalah
kombinasi slide suara, kombinasi system audio kaset dan kit
(peralatan) multi media.
Sedangkan menurut Rudi Susilana (2007: 13) media pembelajaran
dapat dikelompokkan menjadi tujuh, antara lain:
1) Media Grafis, Bahan Cetak dan Gambar Diam
Media grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau
gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dam
simbol/gambar. Media bahan cetak adalah media visual yang
pembuatannya melalui proses pencetakan /printing. Sedangakn media
gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang
dihasilkan melalui proses fotografi.
2) Media Proyeksi Diam
Media proyeksi diam adalah media visual yang diproyeksikan atau
media yang memproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya tidak
bergerak atau memiliki sedikit unsur gerakan. Jenis media ini antara
lain: OHP, slide, opaque projector, dan film-strip.
3) Media Audio
Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat
diterima oleh indera pendengaran. Jenis media ini antara lain: radio,
kaset tape recorder.
4) Media Audio Visual Diam
Media audio proyeksi diam adalah media yang penyampaian pesannya
dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan
tetapi gambar yang dihasilkannya adalah gambar diam atau sedikit
memiliki unsur gerak. Jenis media ini antara lain: slide suara, film-
strip bersuara dan halaman bersuara.
5) Media Gambar Hidup atau Film
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Film adalah serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan
diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Ada
beberapa jenis film antara lain: film bisu, film bersuara dan film
gelang.
6) Media Televisi
Televisi adalah media yang dapat menampilkan pesan secara audio
visual dan gerak. Jenis dari media ini antara lain: televisi terbuka,
televisi siaran terbatas, video cassette recorder.
7) Multi Media
Multi media merupakan suatu sistem penyampaian dengan
menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu
unit atau paket.
Dengan demikian, media pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan antara lain (1) media
yang tidak dapat diproyeksikan meliputi media grafis, bahan cetak dan
gambar diam, (2) media yang dapat diproyeksikan meliputi media
proyeksi diam dan media proyeksi bergerak, (3) media audio, dan (4)
multimedia.
h. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan.
Untuk itu, hasil belajar juga memerlukan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan
sebagai cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah
tercapai. Selain itu, untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar
telah berlangsung efektif dan memperoleh hasil belajar yang baik.
Teknik penilaian untuk menilai hasil belajar siswa harus
disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah dibuat oleh guru. Hasil belajar siswa dapat
diukur dengan menggunakan tes yang diselenggarakan oleh guru sendiri
pada setiap akhir pertemuan pelajaran ataupun yang berupa ujian akhir
nasional. Menurut Endang Poerwanti (2008: 1-5), tes adalah seperangkat
tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya
terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan
pengajaran tertentu. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang
telah berlangsung, diperlukan tes pengukur keberhasilan.
Nurgiyantoro dalam Sarwiji Suwandi (2009:44) menjelaskan
bahwa tes itu meliputi (1) tes kemampuan awal, (2) tes diagnostik, (3) tes
formatif, dan (4) tes sumatif. Tes kemampuan awal dimaksudkan sebagai
tes yang dilakukan sebelum siswa mengalami proses belajar mengajar.
Yang termasuk tes kemampuan awal adalah pre- test, tes prasyarat dan tes
penempatan. Sedangkan tes diagnostik adalah tes yang dilakukan sebelum
atau sesudah berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Tes diagnostik ini
dimaksudkan untuk menemukan bahan-bahan pelajaran tertentu yang
masih menyulitkan siswa. Kemudian untuk mengukur keberhasilan
kemampuan siswa juga bisa menggunakan tes formatif dan sumatif. Tes
formatif dilakukan selama kegiatan belajar mengajar masih berlangsung,
pada setiap akhir suatu satuan bahasan. Tes formatif dilakukan beberapa
kali dalam satu semester. Informasi yang diperoleh dari tes formatif
merupakan masukan yang berguna untuk menilai efektifitas kegiatan
pengajaran yang dilakukan. Sedangkan tes sumatif dilakukan setelah
selesai semua kegiatan belajar mengajar atau seluruh program yang
direncanakan. Tes sumatif lazimnya dilaksanakan pada akhir semester
yang biasa disebut dengan ulangan harian. Tes sumatif lebih dimaksudkan
untuk mencapai tujuan umum pengajaran. Tujuan umum yang dimaksud
telah secara jelas tertera dalam silabus.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
setiap pembelajaran memerlukan suatu alat ukur atau evaluasi. Dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan ini evaluasi pembelajaran bisa
menggunakan tes, baik itu tes awal maupun tes akhir setelah selesai
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
i. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
Kegiatan belajar dapat diketahui hasilnya dengan alat ukur yang
tepat. Hasil belajar biasanya ditentukan dengan memberikan nilai atau
penghargaan. Nilai hasil belajar dapat berupa angka-angka (kuantitatif)
juga dapat diberikan secara kualitatif. Untuk menentukan hasil belajar
seseorang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membandingkan
hasil belajar sesorang dengan orang lain atau dengan membandingkan
hasil belajar dengan pathokan standar yang telah ditetapkan.
Peserta didik dikatakan berhasil dalam belajar apabila mampu
menguasai kompetensi belajar yang ditetapkan dalam batas waktu tertentu.
Apabila dalam batas waktu tersebut peserta didik tidak mampu
menyelesaikan beban belajarnya, dikatakan peserta didik tersebut
mengalami kegagalan. Hasil belajar pendidikan kewarganegaraan diartikan
sebagai hasil belajar yang telah mencapai ketuntasan belajar dan dikuasai
peserta didik dalam standar kompetensi mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
pendidikan kewarganegaraan adalah hasil belajar yang diperoleh dari
berbagai kegiatan dengan menggunakan keterampilan proses untuk
mencapai ketuntasan belajar dan mampu dikuasai peserta didik dalam
standar kompetensi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan baik
secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, untuk
mengukur hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dapat dilakukan
dalam bentuk tes atau evaluasi.
2. Hakikat Model Quantum Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran
Agar siswa dapat mencapai tujuan belajar secara efektif dan efisien,
guru harus memiliki Model tertentu. Salah satu langkahnya adalah
penguasaan terhadap Model pembelajaran. Model pembelajaran
merupakan pengetahuan tentang cara mengajar yang digunakan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Nana Sudjana (2005: 76) mengemukakan model pembelajaran adalah
suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh
seorang guru atau instruktur. Model pembelajaran juga merupakan cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pengajaran.
Ada delapan prinsip dalam memilih model pembelajaran yaitu : (1)
memperhatikan aspek individual siswa, (2) menimbulkan proses belajar
yang menyenangkan, (3) berorientasi pada tujuan, (4) mendorong proses
interaksi, (5) menantang siswa untuk berpikir, (6) menimbulkan inspirasi
siswa untuk siswa untuk berbuat dan menguji, (7) mendorong aktivitas
siswa, (8) mampu memotivasi siswa belajar lebih baik (Killen, 1998 dan
Depdiknas, 2005 dalam Sugiyanto 2009: 4).
Triyanto (2007: 1) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan guru sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan Arends (2007: 4)
mengemukakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
model pembelajaran, yaitu: (1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (2)
sifat atau materi ajar, (3) kondisi siswa, (4) ketersediaan sarana-prasarana
(Sugiyanto, 2009: 3).
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu perencanaan sistematis yang digunakan
oleh guru yang mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan seperti tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran,
lingkungan belajar dan pengelolaan kelas untuk menimbulkan hasil belajar
pada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. Macam-Macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran terbagi menjadi bebagai macam, Sri Anitah
(2009: 47), menyebutkan macam-macam model pembelajaran terdiri dari:
1) Model pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran yang
melibatkan dua orang atau lebih untuk bekerjasama dalam belajar.
2) Model pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk memperkuat, memperluas, dan
menerapkan pengetahuan maupun keterampilan akademiknya dalam
berbagai lingkungan baik di dalam maupun di luar kelas.
3) Problem solving dan discovery inquiry, diajarkan dengan tujuan
menyiapkan peserta didik untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui penemuan, peserta didik belajar secara
intensif dengan mengikuti metode investigasi ilmiah di bawah supervisi
guru.
4) Experiental learning, peserta didik belajar denagn mencocokkan
pengetahuan dan pengalaman baru, dengan mengganti dan memperluas
pengatahuan lama.
5) Model pembelajaran terpadu adalah pengintegrasian beberapa mata
pelajaran dan digunakan secara bermakna untuk menginvestigasi dan
mengembangkan konsep tertentu di dalam suatu topik.
6) Model quantum learning merupakan model pembelajaran yang
menciptakan pembelajaran yang bergairah dan menyenangkan.
7) Resource-based learning merupakan belajar terbuka, jarak jauh dan
fleksibel.
Sedangkan Sugiyanto (2009: 3) menyebutkan macam-macam
model pembelajaran terdiri dari:
1) Model pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan
dan situasi dunia nyata siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2) Model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran yang bertujuan
untuk mengembangkan aspek keterampilan sosial sekaligus aspek
kognitif dan aspek sikap siswa.
3) Model pembelajaran kuantum, model ini disajikan sebagai salah satu
model yang dapat dipilih guru agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara menyenangkan.
4) Model pembelajaran terpadu merupakan kegiatan mengajar dengan
memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu tema.
5) Model Problem Based Learning (PBL), disini guru lebih harus sering
memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa
dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada berbagai
macam model pembelajaran inovatif, diantaranya adalah model
pembelajaran berbasis masalah, kooperatif atau kolaboratif, quantum
learning, pembelajaran terpadu, pembelajaran kontekstual, Problem
solving dan discovery inquiry, Experiental learning, Resource-based
learning, dan Problem Based Learning (PBL).
c. Pengertian Quantum Learning
Deporter & Hernacki (2002: 16) mendefinisikan quantum learning
sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.”
Mereka mengamsusikan kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap
interaksi manusia. Mengutip rumus klasik E = mc2, mereka mengalihkan
energi itu ke dalam analogi tubuh manusia. “Sebagai pelajar, tujuan kita
adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi
agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, quantum learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP
dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu.
Sugesti dapat mempengaruhi hasil situasi belajar dan setiap detail
apapun memberikan sugesti positif atau negatif merupakan salah satu
prinsip dari quantum learning. Quantum learning mencakup aspek-aspek
penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti
hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk
menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Semua ini dapat pula
menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang
(DePorter & Hernacki, 2002: 16).
Kata quantum sebenarnya tema yang dipinjam dari istilah Fisika
yang berarti paket energi yang dpendidikan kewarganegaraanncarkan oleh
benda panas. Seperti makna asalnya, energi yang dipancarkan oleh
quantum learning diharapkan dapat menumbuhkan zest of study yang
maksimal bagi peserta didik dalam semua tahap usia di mana pun
(Baharuddin & Moh. Makin, 2007: 230).
Agus Nggermanto (2007) dalam Sri Anitah (2009: 75) mengatakan
bahwa quantum learning menjelaskan bagaimana cara belajar efektif
sehingga mendapatkan hasil yang sama dengan kecepatan cahaya.
Sedangkan menurut Sri Anitah (2009:75), pembelajaran kuantum adalah
suatu pembelajaran yang dilaksanakan dengan meriah dan segala nuansa
yang mengedepankan unsur-unsur kebebasan, santai, menakjubkan,
menyenangkan dan menggairahkan. Pembelajaran ini dikembangkan
berdasarkan indikator keberhasilan peserta didik sejahtera.
Katherine J. Janzen, Beth Perry dan Margaret Edwards (2011)
menjelaskan “the quantum perspective of learning provides an opportunity
to view learning, learners, and learning environments in a new way. The
quantum perspective of learning may provide a bridge to understanding
more fully how we learn”. Yang artinya Perspektif pembelajaran kuantum
memberikan kesempatan untuk melihat pembelajaran, peserta didik, dan
lingkungan belajar dengan cara yang baru. Perspektif pembelajaran
kuantum dapat memberikan jembatan untuk memahami secara lebih
lengkap bagaimana kita belajar.
Kusno & Joko Purwanto (2011) mengemukakan:
Quantum learning can make students active and thus reducing
teacher’s dominance. Therefore, there is opportunity for discussion
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
among students and between students and teacher. Based on the
students’ response, the new (85%) and pleasant classroom
atmosphere (90%) can improve enthusiasm so that the silent
students had the courage and will to ask questions and present
ideas.
Yang artinya Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas siswa
selama proses belajar diperoleh rata-rata aktivitas siswa untuk
menunjukkan (berkomunikasi ide-ide) adalah 23,69%. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran kuantum dapat membuat siswa aktif
sehingga mengurangi dominasi guru. Oleh karena itu, ada kesempatan
untuk diskusi antara siswa dan antara siswa dengan guru. Berdasarkan
respon siswa, suasana ruang kelas baru (85%) dan menyenangkan (90%)
dapat meningkatkan minat sehingga siswa memiliki keberanian untuk
bertanya dan mengeluarkan ide.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa quantum
learning adalah cara baru yang memudahkan proses belajar dengan
penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya sehingga
membuat siswa nyaman dan tertarik dalam mengikuti proses
pembelajaran.
d. Prinsip Quantum Learning
Menurut DePorter, Reardon & Nourie (2005: 7) dan Sri Anitah
(2009: 77) dalam quantum learning ada lima prinsip utama, yaitu: (1)
segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman mendahului
penanaman, (4) akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran,
(5) sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan.
Berikut penjabaran dari kelima prinsip quantum learning tersebut:
1) Segalanya Berbicara
segala sesuatu di lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari
kertas yang dibagikan sampai rancangan pelajaran, semuanya mengirim
pesan tentang belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2) Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan.
Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan.
3) Pengalaman Mendahului Penanaman
Proses belajar paling baik terjadi ketika peserta didik telah mengalami
informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka
pelajari.
4) Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran
Pada saat siswa belajar mereka patut mendapat pengakuan atas
kecakapan dan kepercayaan dirinya karena belajar mengandung resiko
besar. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan.
5) Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan
Perayaan memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar dan
mengingatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajaran.
e. Karakteritik Quantum Learning
Quantum learning memiliki beberapa karakteristik umum yang
dapat menguatkan model quantum learning. Menurut Sugiyanto (2009: 73)
ada beberapa karakteristik quantum learning sebagai berikut:
1) Berpangkal pada Psikologi Kognitif
Quantum learning dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif
yang erat kaitannya tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar.
2) Lebih Bersifat Humanistis
Potensi diri, daya motivasi, kemampuan pikiran, dan sebagainya yang
ada pada diri siswa diyakini dapat berkembang secara maksimal.
Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi.
3) Lebih Bersifat Konstruktivis(tis).
Pembelajaran kuantum menekankan pentingnya peranan lingkungan
dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal serta
memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
4) Memusatkan Perhatian pada Interaksi yang Bermutu dan
Bermakna
Quantum learning memberikan tekanan pada pentingnya interaksi,
frekuensi dan akumulasi yang bermutu dan bermakna. Interaksi dalam
proses pembelajaran menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam
pembelajaran.
5) Menekankan pada Pemercepatan Pembelajaran dengan Taraf
Keberhasilan Tinggi
Segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus
dihilangkan dan segala sesuatu yang mendukung pemercepatan
pembelajaran harus diciptakan.
6) Menekankan Kealamiahan dan Kewajaran Proses Pembelajaran
Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, santai dan
menyenangkan. Denagn begitu para perancang dan pelaksana
pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif.
7) Menekankan Kebermaknaan dan Kebermutuan Proses
Pembelajaran
Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu
menyebabkan kegagalan. Untuk itu perlu dihadirkan pengalaman yang
dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar.
8) Memadukan Konteks dan Isi Pembelajaran
Konteks dan isi pembelajaran tidak dapat dipisahkan dan saling
mendukung. Kepaduan dan kesesuaian keduanya akan membuahkan
keberhasilan pembelajaran yang tinggi.
9) Memusatkan Pembentukan Keterampilan Akademis, Hidup, dan
Prestasi Klasikal
Pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan
akademis namun lebih pentingnya lagi adalah terbentuknya
keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu diperlukan kurikulum harus
disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis
antara keterampilan akademis, hidup, dan prestasi klasikal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
10) Nilai dan Keyakinan Penting dalam Proses Pembelajaran
Nilai-nilai merupakan kacamata untuk memandang dunia. Kita
mengevaluasi, menetapkan prioritas, menilai, dan bertingkah laku
berdasarkan cara kita memandang kehidupan melalui kacamata ini.
11) Mengutamakan Keberagaman dan Kebebasan
Di sini keragaman gaya belajar siswa, dikembangkannya aktivitas-
aktivitas siswa yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam
kiat dan metode pembelajaran. Karena itu dalam pembelajaran kuantum
berkembang ucapan: “Selamat datang keberagaman dan kebebasan,
selamat tinggal keseragaman”.
12) Mengintegrasikan Totalitas Tubuh dan Pikiran
Aktivitas total antara tubuh dan dan pikiran membuat pembelajaran bisa
berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
f. Kerangka Perencanaan Quantum Learning
Menurut DePorter, Reardon & Nourie (2005) untuk mempermudah
mengingat dan untuk keperluan operasional quantum learning dikenalkan
dengan konsep TANDUR. Kerangka perancangan TANDUR adalah
sebagai berikut:
1) Tumbuhkan
Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingin tahuan mereka.
Buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang kita
ajarkan.
2) Alami
Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk
mengetahui.
3) Namai
Berikan data tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep-konsep
pokok dari materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
4) Demonstrasikan
Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman
dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya
sebagai pengalaman pribadi.
5) Ulangi
Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan melalui
pertanyaan postest, ataupun penugasan, atau membuat ikhtisar hasil
belajar.
6) Rayakan
Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Perayaan
menambahkan belajar dengan asosiasi positif.
g. Model Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
Penggunaan model quantum learning dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan akan membantu siswa untuk lebih paham dan
menguasai materi. Hal ini dapat diketahui apabila hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan tinggi serta peran aktif siswa dalam mengutarakan secara
lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Sehingga dengan
proses pembelajaran yang menarik dan mebuat siswa nyaman siswa akan
lebih menguasai materi yang diajarkan. Dengan adanya penerapan model
quantum learning dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
diharapkan :
1) Proses pembelajaran tidak didominasi oleh guru sehingga siswa bisa
aktif dalam KBM.
2) Proses pembelajaran berlangsung secara menyenangkan sehingga siswa
tidak merasa bosan.
3) Pengetahuan yang siswa peroleh bukan hanya sekedar ingatan atau
hafalan sehingga pelajaran lebih bermakna.
4) Sebisa mungkin guru bisa lebih akrab dengan siswa dengan begitu
siswa tidak merasa takut dan mereka bisa bebas mengurakan pendapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Mengingat ilmu pendidikan kewarganegaraan adalah wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia seperti budi pekerti luhur, pengetahuan dan
kemampuan dasar tentang hubungan antara warga negara dan negara.
Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan tidak saja pengembangan aspek
kognitif saja tetapi harus mampu membentuk sikap dan karakter siswa baik
kognitif, afektif maupun psikomotor. Maka apabila dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan menggunakan model quantum learning dapat
memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa.
3. Hakikat Model Pengajaran Langsung
a. Pengertian Model Pengajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan
sebutan active teaching. Hal ini mengacu kepada gaya mengajar dimana
guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan
mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Menurut Slavin
(1997: 231), direct instruction approach to teaching in which lessons are
goal-oriented and structured by the teacher. Artinya pembelajaran langsung
adalah cara mengajar suatu pelajaran yang tujuan dan susunannya dirancang
sendiri oleh guru. Hal ini diperkuat oleh pendapat Arends (1997: 67),
“direct instruction is a teacher-centered model that has five steps: set
induction, demonstration, guided practice, feedback, and extended
practice”. Artinya pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang
berpusat pada guru memiliki lima tahap pembelajaran yaitu: mengatur
kondisi pembelajaran, demonstrasi, praktik terbimbing, timbal balik dan
praktik mandiri.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengajaran langsung merupakan gaya mengajar guru yang berfokus pada
interaksi antara guru dan siswa dimana guru terlibat aktif dalam mengusung
pelajaran. Selain itu guru juga mengajarkannya secara langsung didalam
kelas. Dalam proses pembelajaran guru masih mendominasi jalannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kegiatan pembelajaran (active teaching), sehingga siswa tidak diberikan
kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri.
b. Tahap – Tahap Pengajaran Langsung
Menurut David A. Jacobsen, Paul Eggen, dan Donald Kauchak
(2009: 203) ada empat tahap dalam pengajaran langsung yaitu: pengenalan
dan review, pengembangan pemahaman,praktik terbimbing, dan praktik
mandiri. Berikut merupakan penjelasan dari keempat tahap tersebut:
1) Tahap pengenalan dan review adalah tahap untuk menarik perhatian
siswa, mendorong mereka masuk ke dalam pelajaran, dan mengingatkan
mereka tentang konten yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah itu guru
meminta siswa untuk mereview istilah-istilah dalam persamaan.
2) Pengembangan pemahaman merupakan segmen dari pengajaran langsung
dimana guru menjelaskan konten baru. Sayangnya guru sering
melakukan dengan kurang baik. Daripada bekerja untuk mengembangkan
pemahaman siswa, mereka justru lebih sering menekankan hafalan, gagal
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cukup, atau terlalu cepat
berpindah pada praktik.
3) Praktik terbimbing menyediakan kesempatan-kesempatan pada siswa
untuk mencoba keterampilan baru dan untuk guru, praktik terbimbing ini
menyediakan kesempatan dalam memberikan umpan balik tentang
kemajuan pembelajaran.
4) Praktik mandiri, dari siswa bekerja di bawah bimbingan guru menuju
bekerja secara mandiri.
Sedangkan menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2009)
mengemukakan model pengajaran langsung terditi dari lima tahap aktivitas,
yaitu orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik dibawah
bimbingan dan praktik mandiri. Tahap orientasi, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, kemudian menjelaskan tugas-tugas yang ada dalam
pembelajaran. Siswa mengerjakan tugas dari guru dengan penuh tanggung
jawab. Kemudian dilanjutkan dengan tahap presentasi. Dalam tahapan ini
guru menjelaskan konsep atau skill baru yang ada dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pendidikan kewarganegaraan dan memberikan pemeragaan contoh. Setelah
itu, guru melakukan praktik yang terstruktur. Peran guru adalah fasilitator,
mendesign pembelajaran, mengontrol dan mengarahkan jalannya praktik.
Setelah siswa dianggap sudah mandiri, guru memberikan tugas.
Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam pelaksanaan pengajaran langsung terjadi secara tatap muka antara
guru dan siswa dalam satu ruang kelas. Guru menyiapkan rencana
pembelajaran dan materi pelajaran yang akan disajikan, kemudian guru
menyajikan materi yang akan diajarkan sesuai dengan silabus. Metode
penyajian dalam pembelajaran langsung dapat berupa metode bercerita,
metode pemecahan masalah bersama, metode tanya jawab, dan metode
penugasan disesuaikan dengan tuntutan isi materi pelajaran. Guru menilai
tingkat pemahaman siswa dengan cara mengadakan evaluasi pada akhir
pembelajaran yang disebut tes formatif.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pengajaran Langsung
Terdapat beberapa kelebihan dan kelamahan dalam model
pengajaran langsung. Kelebihan model pengajaran langsung antara lain: 1)
tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam hal tenaga, biaya, dan waktu 2)
dapat mengimplementasi sejumlah langkah instruksional, seperti
menunjukkan unsur-unsur yang relevan dalam materi pelajaran, 3) materi
pembelajaran dapat tersampaikan secara tuntas kepada siswa sesuai dengan
program pembelajaran yang telah dirancang. Menurut Joyce, Weil dan
Calhoun (2009) keunggulan terpenting pengajaran langsung adalah adanya
focus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi terhadap
perkembangan siswa, sistem menejemen waktu, dan atmosfer akademik
yang cukup netral.
Kelemahan penggunaan pembelajaran ini antara lain: 1) efisien
memang tercapai tetapi sulit diketahui secara pasti apakah semua siswa
melakukan persepsi yang telah diajarkan dengan baik, 2) kurangnya
kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bakatnya yang akan
menampakkan hasil belajarnya, 3) kurang dapat membuktikan tercapainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
tujuan instruksional khusus, 4) sulit menentukan pemberian umpan balik
yang sesuai dan cocok kepada masing-masing siswa. Joyce, Weil dan
Calhoun (2009) mengemukakan beberapa kekurangan tentang model
pengajaran langsung ini antara lain: 1) selama aktivitas pengajaran
akademik berlangsung, penggunaan perangkat akademik seperti mainan dan
teka-teki, tidak terlalu ditekankan atau bahkan ditiadakan, seperti halnya
interaksi guru-siswa yang tidak berorientasi akademik, seperti diskusi
masalah pribadi 2) siswa sering diminta untuk bekerja dari teks atau buku
pelajarannya tanpa sedikitpun diberi penjelasan dari atau oleh arahan guru.
d. Model Pengajaran Langsung dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
Penggunaan model pengajaran langsung dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan mengacu pada gaya mengajar dimana guru
terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran pendidikan kewarganegaraan
kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh
kelas. Menurut Arends (1997:67), direct instruction is a teacher-centered
model that has five steps: set induction, demonstration, guided practice,
feedback, and extended practice. Artinya pembelajaran langsung adalah
model pembelajaran yang berpusat pada guru memiliki lima tahap
pembelajaran yaitu: mengatur kondisi pembelajaran, demonstrasi, praktik
terbimbing, timbal balik dan praktik mandiri. Adapun penjelasan alur model
pengajaran langsung seperti ditunjukkan tabel 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 2.2: Alur Pengajaran Model Pengajaran Langsung dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Fase Peran guru
Fase 1 Provide objective
and Establishing Set
Menyampaikan tujuan dan
menyiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, memberikan informasi
latar belakang pelajaran, dan
menjelaskan pentingnya pelajaran.
Kemudian guru mempersiapkan
siswa untuk belajar.
Fase 2 Demonstrate
knowledge or skill
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan
keterampilan
Guru mendemonstrasikan
keterampilan dengan benar, atau
menyajikan informasi tahap demi
tahap.
Fase 3 Guided Practice
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberikan
bimbingan pelatihan awal.
Fase 4 Feed Back
Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah
berhasil melakukan tugas dengan
baik, memberi umpan balik
Fase 5 Extended Practice
Memberikan kesempatan
untuk pelatihan lanjutan dan
penerapan.
Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan,
dengan perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih
kompleks dalam kehidupan sehari-
hari
e. Perbedaan Model Quantum Learning dan Model Pengajaran Langsung
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan
menggunakan model pembelajaran langsung berbeda dengan model
quantum learning. Model quantum learning merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan proses keaktifan serta kenyamanan siswa
dalam mengikuti proses KBM. Sedangkan model pengajaran langsung
semua desain pembelajaran dibuat oleh guru. Perbedaan model quantum
learning dan pembelajaran langsung dapat dilihat pada tabel 2. 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 2.3: Perbedaan Model Quantum Learning dan Model Pengajaran
Langsung
Model Quantum Learning Model Pengajaran Langsung
1. Proses belajar berlangsung
secara menyenangkan dan
efektif.
Proses belajar hanya
menggunakan metode ceramah
yang monoton dan membosankan.
2. Terjadi komunikasi secara
efektif, menjalin hubungan
dengan orang lain, berlatih
mendengarkan atau menghargai
pendapat orang lain dan belajar
memecahkan masalah.
Terjadi komunikasi satu arah
yaitu dari guru kepada siswa.
3. Diajarkan tiga hal sekaligus
yaitu keterampilan akademis,
prestasi fisik dan keterampilan
hidup.
Mengutamakan keterampilan
akademis.
4. Menumbuhkan sikap dan cara
berpikir yang kreatif pada siswa
Kurang menumbuhkan sikap dan
cara berpikir yang kreatif pada
diri siswa.
5. Mengutamakan pemahaman
siswa.
Mengutamakan daya ingat dan
hafalan.
6. Penyajian materi berkaitan
dengan kehidupan nyata dan
masalah yang disimulasikan.
Penyajian disajikan berdasarkan
teoritis, abstrak, kaku dan
berpegang teguh pada buku teks.
7. Selalu mengaitkan informasi
dengan pengetahuan yang telah
dimiliki peserta didik.
Memberikan berupa informasi
kepada peserta didik samppai
saatnya diperlukan.
8. Pengetahuan dibangun
berdasarkan kemampuan
peserdik dan atas kemauan
sendiri.
Pengetahuan dibangun
berdasarkan kebiasaan
(behavioristik) dan terikat dengan
“kata dosen/guru.”
9. Peserta didik tidak melakukan
sesuatu yang buruk karena
sadar hal tersebut dapat
merugikan dirinya.
Peserta didik tidak melakukan
sesuatu yang buruk karena takut
akan hukuman.
10. Bahasa yang dipergunakan
dalam proses pembelajaran
adalah bahasa komunikatif,
peserta didik diajak
menggunakan bahasa konteks
nyata.
Bahasa yang diperlukan dalam
proses pembelajaran adalah
struktural; rumus diterangkan
sampai paham, kemudian dilatih
(drill).
11. Pembelajaran menciptakan
peserta didik menjadi dirinya
sendiri, berbuat, untuk tahu, dan
hidup dengan masyarakat lain.
Pembelajaran adalah menciptakan
peserta didik berprestasi di
sekolah dan mendapat nilai tinggi
di rapor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
12. Mendorong pembelajaran aktif
dan pembelajaran berpusat pada
peserta didik(students
centered).
Mengupayakan peserta didik
menerima materi yang
disampaikan oleh pembelajar
(teacher centered).
4. Penelitian yang Relevan
Penelitian Gino (2007) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Learning, Cooperative Learning dan Ekspositorik Terhadap
Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau Dari Tingkat Intelegensi
Siswa SMP Di Kecamatan Jatisrono Wonogiri, menyimpulkan (1) ada
pengaruh yang signifikan model pembelajaran terhadap prestasi belajar
Pendidikan Kewarganegaraan (Fhit = 11,45 > Ftab = 3,09), (2) ada pengaruh
yang signifikan tingkat intelegensi siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan (Fhit = 88,99 > Ftab = 3,75), (3) ada interaksi pengaruh
yang signifikan antara model pembelajaran dan tingkat intelegensi siswa
terhadap prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan (Fhit = 12,24 > Ftab =
3,09). Persamaan penelitian Gino (2007) dengan penelitian ini adalah hasil
belajar pendidikan kewarganegaraan dan jenis penelitiannya yaitu kuantitatif
eksperimen. Perbedaan penelitian Gino (2007) dengan penelitian ini adalah
model pembelajaran Problem Based Learning, Cooperative Learning dan
Ekspositorik, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan model quantum
learning.
Penelitian Endah Kristianan Widhiastuti (2011) dengan judul
Penerapan Model Pembelajarn Kuantum untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri I Pekunden Kutowinangun Kebumen
Tahun 2010/2011, menyimpulkan pembelajaran matematika melalui model
pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi
siswa. Hal ini dapat dilihat penelitian pada kondisi awal pra siklus hasil
belajar matematika nilai rata-rata 63,3 dengan ketuntasan klasikal 61,1%.
Pada siklus I nilai rata-rata siswa 68,3 dengan ketuntasan klasikal 65,2%.
Siklus II nilai rata-rata siswa 78,89 dengan ketuntasan klasikal 88,89%.
Persamaan penelitian Endah Kristianan Widhiastuti (2011) dengan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
ini adalah model pembelajaran kuantum. Perbedaan penelitian Endah
Kristianan Widhiastuti (2011) dengan penelitian ini adalah hasil belajar
matematika dan jenis penelitian PTK, sedangkan dalam penelitian ini adalah
hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dan jenis penelitian kuantitatif
eksperimen.
Penelitian Agus Wahyudi (2011) dengan judul Penerapan Metode
Quantum Learning Dengan Media Suara Gitar Pada Pembelajaran Kimia
Pokok Bahasan Larutan Penyangga Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Pondok Kelapa, menyimpulkan hasil belajar siswa pada kelas yang
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode quantum learning
dengan media suara gitar ditunjukan dengan nilai rata‐rata tes di pertemuan
terakhir yaitu 82,50 dan pada kelas kontrol nilai rata‐rata tes akhir yaitu
76,18. Diperoleh suatu pembuktian hipotesis dengan uji‐t. Uji‐t kedua kelas
sampel dengan α = 0.01 pada pertemuan terakhir diperoleh t-hit= 3,48
sedangkan t-tab (0.99)(64)= 2,39 berarti t-hit>t-tab. Persamaan penelitian
Agus Wahyudi (2011) dengan penelitian ini adalah Metode Quantum
Learning dan jenis penelitian kuantitatif eksperimen. Perbedaan penelitian
Agus Wahyudi (2011) dengan penelitian ini adalah pembelajaran kimia
pokok bahasan larutan penyangga, sedangkan dalam penelitian ini adalah
hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.
Penelitian Puji Auliyah (2011) dengan judul Efektivitas Penggunaan
Model Pembelajaran Quantum Learning Tipe Kinesthetic untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Algoritma dan
Pemrograman, menyimpulkan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran quantum learning tipe kinesthetic lebih baik dari siswa yang
mengunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan pengujian statistik dengan menggunakan uji-t diperoleh t-hit =
19,16 dan t-tab = 1,69. Ini berarti bahwa H1 diterima. Persamaan penelitian
Puji Auliyah (2011) dengan penelitian ini adalah model quantum learning
dan jenis penelitian kuantitatif eksperimen. Perbedaan penelitian Puji Auliyah
(2011) dengan penelitian ini adalah pembelajaran mata diklat algoritma dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pemrograman, sedangkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan.
B. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, guru masih menggunakan model konvensional dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Model pembelajaran konvensional
memang mudah untuk digunakan, tetapi hendaknya perlu diperhatikan bahwa
tidak semua materi pelajaran akan sesuai bila diterapkan model ini. Penerapan
model pembelajaran langsung atau konvensional dalam pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan kurang menumbuhkan keaktifan siswa, karena guru sangat
mendominasi dalam kegiatan pembelajaran, dan siswa cenderung pasif dan
mereka tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasikan pengetahuannya
sendiri selama proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat
tercapai secara maksimal. Hal ini berakibat pemahaman dan hasil belajar
pendidikan kewarganegaraan siswa menjadi rendah. Keberhasilan proses belajar
mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar
siswa yang tinggi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru perlu menerapkan model
pembelajaran yang bervariasi dan tepat serta sesuai dengan materi yang akan
diajarakan. Salah satu model yang dapat digunakan adalah quantum learning.
Penggunaan model quantum learning pada pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan dimungkinkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Pemaknaan quantum learning meliputi kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat
belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model quantum learning akan berpengaruh terhadap prestasi belajar
pendidikan kewarganegaraan siswa. Untuk memperjelas kerangka pemikiran
tersebut, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran pada gambar 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran yang Dikembangkan
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis
ada dua macam yaitu hipotesis kinerja (H1) kemudian diturunkan menjadi
hipotesis nihil (H0). Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas,
hipotesis dari penelitian ini adalah:
H1 : Terdapat pengaruh penggunaan model quantum learning terhadap hasil
belajar pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri Se-
Dabin I Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
H0 : Tidak terdapat pengaruh penggunaan model quantum learning terhadap hasil
belajar pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri Se-
Dabin I Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
Siswa
Kelompok Eksperimen
(E)
Model Quantum Learning
(X1)
Model Konvensional
(X2)
Pre-test (01) Pre-test (02)
0
Kelompok Kontrol
(K)
Post-test (Y1) Post-test (Y2)
Hasil belajar PKn tinggi Hasil belajar PKn
rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian. Tempat yang digunakan untuk penelitian ini yaitu
SD Negeri se-Dabin I Polokarto Kabupaten Sukoharjo yang diberi nama dabin
Kartini dan terdiri dari 8 SD. Alasan memilih SD Negeri se-Dabin I Polokarto
karena karena data yang diperlukan untuk penelitian tersedia, adanya
keterbukaan dari pihak tempat penelitian dalam memberikan informasi yang
membantu pelaksanaan penelitian. Selain itu SD Negeri se-Dabin I Polokarto
Kabupaten Sukoharjo dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga
memudahkan peneliti untuk mendapatkan data agar dapat menghemat waktu,
dana, serta tenaga peneliti dalam melaksanakan penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2011/2012
selama enam bulan. Penyusunan dan pengajuan proposal dilakukan selama dua
bulan yaitu bulan Januari-Februari, pada bulan Maret minggu pertama
mengurus perizinan. Setelah perijinan selesai peneliti mengadakan penelitian
eksperimen selama kurang lebih dua bulan yaitu awal bulan Maret-April.
Bulan Mei-Juni penyusunan laporan dan sidang skripsi. Tabel jadwal penelitian
ditunjukkan pada lampiran 1 hlm 75.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain pretest- posttest control group design.
Dalam rancangan ini, dua kelompok yang dipilih secara random kemudian diberi
pre-test untuk mengetahui keadaan awal siswa yaitu adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol serta post-test sebagai langkah
akhirnya. Untuk pola rancangan penelitian dapat dilihat pada tabel 3. 2
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 3. 2 Pola Rancangan Penelitian
Kelompok Pre-tes Perlakuan Post-tes
E O1 X1 Y1
K O2 X2 Y2
Keterangan :
O₁ = Hasil pre-test kelompok eksperimen
O₂ = Hasil pre-test kelompok kontrol
Y1 = Hasil post-test kelompok eksperimen
Y2 = Hasil post-test kelompok kontrol
X1 = Perlakuan kelompok eksperimen dengan model quantum learning
X2 = Perlakuan kelompok kontrol dengan model pembelajaran langsung
E = Kelompok eksperimen (model quantum learning)
K = Kelompok kontrol (model pembelajaran langsung)
(Sugiyono, 2009: 112)
Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian ini
menggunakan model pembelajaran yang berbeda. Pada kelompok eksperimen
pengajaran dengan menggunakan model quantum learning dan pada kelompok
kontrol pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Sebagai
langkah awal diadakan pre-tes untuk mengetahui kemampuan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang berbeda diadakan post-tes untuk
mengetahui hasil belajar belajar masing-masing kelompok.
Variabel penelitian ini ada dua macam yaitu variabel bebas (independent
variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebas (independent
variabel) berupa model quantum learning dan variabel terikat (dependent
variabel) berupa hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas V SD
Negeri se-Dabin I Polokarto kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas V semester II SD Negeri
Se-Dabin I Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012. Adapun
jumlah populasi seluruhnya ada 234 siswa terdiri dari 124 siswa laki-laki dan 110
siswa perempuan yang berada di 8 kelas di SD Negeri Se-Dabin I Polokarto yaitu
SD Negeri Polokarto 01 berakreditasi A, SD Negeri Mranggen 01 berakreditasi A,
SD Negeri Polokarto 03 berakreditasi B, SD Negeri Polokarto 04 berakreditasi B,
SD Negeri Mranggen 02 berakreditasi B, SD Negeri Mranggen 03 berakreditasi
B, SD Negeri Mranggen 04 berakreditasi B, SD Negeri Mranggen 05
berakreditasi B.
Sampel penelitian ini dua sekolah dasar yaitu siswa kelas V SD Negeri 03
Polokarto dan siswa kelas V SD Negeri 03 Mranggen. Sebagai kelompok
eksperimen siswa kelas V SD Negeri 03 Polokarto dengan jumlah siswa 23,
terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Sebagai kelompok kontrol
siswa kelas V SD Negeri 03 Mranggen dengan jumlah siswa 25, terdiri dari 17
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Dalam penelitian ini kelompok
eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model quantum learning,
sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang peneliti lakukan adalah dengan cluster
random sampling. Dalam cluster random sampling, satuan-satuan sampel tidak
terdiri dari individu-individu melainkan dari kelompok-kelompok individu. Dalam
penelitian ini, sampel akan diambil dua kelas secara acak dengan asumsi bahwa
tidak adanya kebijakan pihak sekolah dalam pengelompokan siswa dalam kelas
unggulan serta adanya kebijakan pemerataan tinggat kemampuan siswa, sehingga
nilai rata-rata, khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak jauh
berbeda, sehingga populasi dianggap homogen. Adapun langkahnya dilakukan
dengan:
1. Prosedur yang digunakan yaitu dengan menggunakan undian yang sudah diisi
dengan nama-nama SD Negeri se-Dabin I Polokarto Kabupaten Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2. Dari 8 Sekolah Dasar Negeri se-Dabin I Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Tahun Ajaran 2011/2012 peneliti mengambil kelas V, untuk penentuan SD
dilakukan secara cluster random sampling maksudnya dalam menentukan
anggota sampel dilakukan secara acak, dengan cara setiap populasi diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian.
3. Kemudian mengundinya dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama untuk
menentukan sampel sekolah dan yang kedua untuk menentukan kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
4. Untuk mendapatkan kelas yang benar-benar homogen setiap undian diisi dua
nama SD yang memiliki karakteristik atau akreditasi yang sama. Setelah
didapatkan sampel sekolah, kemudian dari sampel sekolah tadi dilakukan
pengundian lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencarai tujuan penelitian. Metode pengumpulan data
yang akan dipilih untuk penelitian ini adalah observasi, tes, wawancara dan
dokumentasi.
1. Observasi
Observasi merupakan metode atau cara-cara mengumpulkan dan
mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan
melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Pengumpulan data metode observasi ini pada dasarnya digunakan untuk
mengumpulkan bahan-bahan berupa keterangan yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan dalam proses
pembelajaran secara langsung hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 22
hlm 261.
2. Tes
Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan
data tingkat penguasaan siswa tentang hasil belajar siswa kelas eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dan kelas kontrol dengan serentetan pertanyaan atau latihan. Tes ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan awal (pre-test) dengan materi
kebebasan berorganisasi dan menghargai keputusan bersama dan digunakan
sebagai tes akhir (post-test) sesudah diberi perlakuan.
Tipe tes yang digunakan adalah tes objektif, dengan bentuk pilihan
ganda dengan pertimbangan bahwa dengan tes pilihan ganda dapat
menghindari pengaruh subjektif. Jawaban yang benar mendapat nilai 1 dan
jawaban yang salah mendapat nilai 0. Materi yang digunakan untuk
menyusun tes ini adalah kebebasan berorganisasi dan menghargai keputusan
bersama.
3. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau
self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi,
hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 21 hlm 250.
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Data yang diperlukan dalam
dokumentasi terdiri dari:
1) Buku laporan (raport) atau daftar nilai digunakan untuk mengetahui
keadaan awal siswa dalam belajar pendidikan kewarganegaraan.
2) Data ulangan harian pendidikan kewarganegaraan sesuai subjek penelitian.
Dalam hal ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan
data yang sudah ada yaitu tentang hasil belajar siswa yang diperoleh dari
Buku laporan (raport) dan data ulangan harian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
F. Validasi Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Instrumen
Sebelum tes kemampuan awal diberikan kepada siswa terlebih dahulu
dilakukan validasi isi melalui Content Validity yaitu penilaian yang dilakukan
oleh para ahli. Dalam penelitian ini butir instrumen akan dikatakan valid
menurut validitas isi jika validator setuju dengan semua kriteria yang
ditentukan sehingga butir telah sesuai dengan semua kriteria yang ditentukan.
Kriteria yang dimaksud meliputi: kesesuaian butir soal dengan materi,
kesesuaian butir soal dengan kisi-kisi, soal tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar, kalimat soal mudah dipahami, dan item soal tidak menimbulkan
interpretasi ganda. Pengajuan validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan rancangan yang telah
ditetapkan. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen.
Uji validitas instrumen pre-test ini dilakukan oleh Sri Kustini S.Pd
selaku guru kelas V SD Negeri 02 Jatisobo . Hasil validasi isi menunjukan
bahwa instrumen penelitian yang berupa tes uji coba kemampuan awal yang
berbentuk pilihan ganda sebanyak 60 butir soal telah dipenuhi karena adanya
kesesuaian antara kisi-kisi yang dibuat (lampiran 5 hlm 187) dengan butir
soal yang dipakai (lampiran 6 hlm 189). Hasil penilaian validitas isi
selengkapnya ditunjukkan pada lampiran 7 hlm 198. Berdasarkan uji validasi
di atas dinyatakan bahwa instrumen tes kemampuan awal tersebut dinyatakan
valid.
Uji validitas instrumen post-test juga dilakukan oleh oleh Sri Kustini
S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri 02 Jatisobo. Hasil validasi isi
menunjukan bahwa instrumen penelitian yang berupa tes uji coba hasil
belajar pendidikan kewarganegaran yang berbentuk pilihan ganda sebanyak
60 butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara kisi-kisi yang
dibuat (lampiran 8 hlm 202) dengan butir soal yang dipakai (lampiran 9 hlm.
204). Hasil penilaian validitas isi selengkapnya ditunjukkan pada lampiran 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
hlm 213. Setelah dilakukan uji validasi soal kemudian dilanjutkan uji coba
instrumen tes.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu tes yang mempunyai keterandaian
bilamana tes tersebut dipakai untuk mengukur berulang-ulang dan hasilnya
relatif sama. Dengan demikian reliabilitas dapat diartikan sebagai keajekan
atau stabilitas.
Untuk mengetahui uji reliabilitas menggunakan rumus K-R20 sebagai
berikut :
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
= varians total
= proporsi subjek yang menjawab betul pada sesuatu butir (proporsi subjek
yang mendapat skor 1)
p =
q =
(Suharsimi Arikunto, 2010 : 231)
Jika ri ≥ rtabel instrumen dikatakan reliabel dan jika ri ≤ rtabel instrumen
dikatakan tidak reliabel
Berdasarkan uji Reliabilitas pada soal pre-test, maka diperoleh indeks
reliabilitas soal yaitu 0,779. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen reliabel
dan ajeg karena nilainya lebih besar dari 0,70. Dengan demikian soal tersebut
reliabel. Perhitungan hasil uji reliabilitas ini dapat dilihat pada lampiran 11
hlm 217.
Untuk reliabilitas pada soal post-test, maka diperoleh indeks
reliabilitas soal yaitu 0,767. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen reliabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dan ajeg karena nilainya lebih besar dari 0,70. Dengan demikian soal-soal
tersebut reliabel. Perhitungan hasil uji reliabilitas ini dapat dilihat pada
lampiran 12 hlm 227.
3. Uji Daya Beda
Daya pembeda soal dari item-item soal digunakan dengan tujuan
untuk mengetahui kesanggupan soal tersebut dalam membedakan siswa yang
pandai dengan siswa yang tidak pandai. Untuk mengetahui daya pembeda
butir soal digunakan rumus sebagai berikut:
Dengan:
D: indeks daya beda
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA : banyaknya kelompok atas
JB : banyaknya kelompok bawah
Dengan ketentuan:
D ≤ 0,00 : sangat jelek
0,00 < D ≤ 0,20 : jelek
0,21 < D ≤ 0,70 : baik
0,70 < D ≤ 1,00 : baik sekali
Klasifikasi daya beda yang digunakan pada penelitian ini adalah ≥ 0,2.
(Suharsimi Arikunto, 2001:218)
Daya pembeda masing-masing butir soal dilihat dari perbedaan rata-
rata (mean) antara rata-rata dari kelas atas dengan rata-rata dari kelas bawah
untuk tiap-tiap item. Dalam penelitian ini soal dianggap mempunyai daya
beda yang memadai jika memiliki daya beda cukup, yang ditunjukkan dengan
D > 0,20, dimana D adalah indeks daya beda. Berdasarkan hasil uji coba 60
butir soal pre-test menunjukkan bahwa 25 item soal mempunyai daya beda
yang kurang memadai yaitu no 3, 6, 7, 11, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 29,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
35, 36, 38, 39, 41, 43, 44, 46, 48, 50, 52, dan 58. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 11 hlm 217.
Untuk perhitungan daya pembeda pada soal post-test terdapat 23 item
soal mempunyai daya beda yang kurang memadai yaitu soal nomor 1, 3, 4, 6,
7, 8, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 22, 30, 36, 37, 44, 46, 48, 50, dan 52.
Selanjutnya diperoleh 37 item soal yang mewakili semua indikator yang akan
digunakan untuk menentukan hasil belajar siswa. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 12 hlm 227.
4. Uji Tingkat Kesukaran
Butir soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran
yang memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk
menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
Js : Jumlah seluruh peserta tes
Kriteria taraf kesukaran tolok ukur sebagai berikut:
0 < P ≤ 0,30 : sukar
0,30 < P ≤ 0,70 : sedang
0,70 < P ≤ 1,00 : mudah
Dalam penelitian ini, kriteria yang dipakai adalah 0,30 < P ≤ 0,70
kriteria sedang.
(Suharsimi Arikunto, 2003: 207)
Berdasarkan hasil uji indeks kesukaran terhadap 35 soal pre-test,
maka diperoleh 4 soal dalam kategori sukar, 24 soal dalam kategori sedang
dan 7 soal dalam kategori mudah. Hasil analisis indeks kesukaran soal dapat
dilihat pada lampiran 11 hlm 217.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Untuk hasil uji indeks kesukaran soal post-test terhadap 37 soal, maka
diperoleh 6 soal dalam kategori sukar, 24 soal dalam kategori sedang dan 7
soal yang masuk kategori mudah. Hasil analisis indeks kesukaran soal dapat
dilihat pada lampiran 227.
G. Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis Data
Membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan maka data yang
terkumpul dilakukan uji statistik, sebagai syarat uji tersebut yaitu:
a) Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui suatu sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk mendapatkan uji
normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors sebagai berikut :
1) Hipotesis :
(a) : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
(b) : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Taraf signifikansi (
3) Statistik uji yang digunakan :
Dengan:
F = P ; Z N ;
S = proporsi cacah Z terhadap seluruh
4) Daerah Kritis = dengan n adalah ukuran sampel
5) Keputusan Uji
ditolak jika terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
(a) Berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika tidak ditolak
(b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
ditolak
(Sudjana, 2005: 466)
Lhitung = Maks =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b) Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk mendapatkan uji
homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett sebagai berikut :
1) Hipotesis
: = (variansi populasi homogen)
: (variansi populasi tidak homogen)
2) Statistik Uji
=
Dengan
= dan B =
Keterangan:
= variansi gabungan
= banyaknya anggota sampel ke-i
= variansi sampel ke-i
3) Taraf signifikansi ( )
4) Daerah Kritik (dk) = (k-1) dan peluang (1- )
5) Keputusan Uji
= ditolak jika
6) Kesimpulan
a) Populasi-populasi homogen jika tidak ditolak
b) Populasi-populasi tidak homogen jika ditolak
(Sudjana, 2005: 263)
2. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah hasil belajar
siswa dari kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dalam keadaan seimbang atau tidak, sebelum kelompok eksperimen mendapat
perlakuan. Secara statistik uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
perbedaan mean yang berarti (signifikan) dari dua sampel yang independen.
Statistik uji yang diigunakan adalah uji t.
a) Hipotesis :
1) : = (kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang
sama).
2) : (kedua kelompok mempunyai kemampuan awal tidak
sama).
b) Taraf signifikansi ( )
c) Statistik Uji
Dengan :
s = standar deviasi
Keterangan:
= rata-rata kelompok eksperimen
= rata-rata kelompok kontrol
= simpangan baku kelompok eksperimen
= simpangan baku kelompok kontrol
= jumlah sampel kelompok eksperimen
= jumlah sampel kelompok kontrol
d) Daerah Kritik (dk) = ( dan peluang (1- )
e) Keputusan Uji
= diterima jika < t <
f) Kesimpulan
Kemampuan awal kelompok sama jika diterima.
Kemampuan awal kelompok tidak sama jika ditolak.
(Sudjana, 2005 : 239)
t =
=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Uji Hipotesis
Setelah data terkumpul, baik data sebelum diadakan perlakuan
maupun data setelah diadakan perlakuan dengan menggunakan metode
pembelajaran diuji prasyaratnya maka kedua data tersebut dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik t-test sebagai berikut:
a) Hipotesis :
: = (tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang
diajar menggunakan model quantum learning dibanding menggunakan
model pembelajaran langsung)
: (terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar
menggunakan model quantum learning dibanding menggunakan model
pembelajaran langsung)
b) Taraf signifikansi ( )
c) Statistik Uji
Dengan :
s = standar deviasi
Keterangan:
= rata-rata kelompok eksperimen
= rata-rata kelompok kontrol
= simpangan baku kelompok eksperimen
= simpangan baku kelompok kontrol
= jumlah sampel kelompok eksperimen
= jumlah sampel kelompok kontrol
t =
=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
d) Daerah Kritik (dk) = ( dan peluang (1- )
e) Keputusan Uji
= diterima jika – < t <
f) Kesimpulan
1) Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
model Quantum Learning dibanding menggunakan model
konvensional jika diterima.
2) Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan
model Quantum Learning dibanding menggunakan model
pembelajaran langsung jika ditolak.
(Sudjana, 2005: 239)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pada penelitian ini mengambil dua sampel yaitu SD Negeri 03 Polokarto
sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 03 Mranggen sebagai kelompok
kontrol. Jumlah siswa pada kelompok eksperimen berjumlah 23 siswa sedangkan
pada kelompok kontrol berjumlah 25 siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan pada
SD eksperimen adalah model quantum learning, sedangkan pada SD kontrol
menerapkan model pembelajaran langsung. Untuk penyajian data selanjutnya
akan dijelaskan melalui bantuan tabel dan grafik.
Berikut ini disajikan secara berurut-urut gambaran deskripsi mengenai:
data kemampuan awal siswa (sebelum diberi perlakuan) dan data hasil belajar
(hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan).
1. Penyajian Data Hasil Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pada penelitian ini, berdasarkan uji keseimbangan kedua sampel sudah
memiliki kemampuan awal yang sama/seimbang. Untuk melakukan uji
keseimbangan, peneliti menggunakan data nilai pre-test pendidikan
kewarganegaraan (lampiran 13 hlm. 237) pada siswa kelas V dari masing-
masing kelas baik kelas eksperimen maupun kontrol. Tes pre-test ini
digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum menerima
materi pembelajaran dari guru. Hasil nilai pre-test pendidikan
kewarganegaraan pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.1.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas Eksperimen
Interval Xi Fi fkum Frekuensi relatif
51 – 60 55,5 9 9 40%
61 – 70 65,5 4 13 17%
71 – 80 75,5 6 19 26%
80 – 90 85,5 4 23 17%
Jumlah 23 100%
Sumber : Data Nilai Pre-test Pendidikan Kewarganegaraan Kelas Eksperimen
(lampiran 13 hlm 237)
Berdasarkan data nilai pre-test (lampiran 13 hlm. 237), dapat
dijelaskan bahwa hasil nilai pre-test pendidikan kewarganegaraan untuk
siswa kelompok eksperimen nilai tertingginya sebesar 86, nilai terendah 51,
rerata 68,43 dan standar deviasinya 11,095. Sedangkan berdasarkan tabel 4.1
siswa yang mendapatkan nilai 51-60 sebanyak 9 siswa dengan prosentase
sebesar 40%. Siswa yang mendapatkan nilai 61-70 sebanyak 4 siswa dengan
prosentase 17%, sedangkan yang memperoleh nilai 71-80 sebanyak 6 siswa
dengan prosentase sebesar 26% dan siswa yang mendapatkan nilai 81-90
sebanyak 4 siswa dengan prosentase sebesar 17%.
Data yang dikumpulkan mengenai kemampuan awal siswa kelas
kontrol pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu, nilai terendah
pre-test siswa adalah 51 dan nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 89.
Untuk hasil belajar pre-test pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel
4.2.
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas Kontrol
Interval xi fi fkum Frekuensi relatif
51 – 60 55,5 7 7 28%
61 – 70 65,5 5 12 20%
71 – 80 75,5 10 22 40%
81 – 90 85,5 3 25 12%
Jumlah 25 100%
Sumber : Data Nilai Pre-test Pendidikan Kewarganegaraan Kelas Kontrol
(lampiran 13 hlm. 237)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Berdasarkan tabel 4.2, siswa yang mendapatkan nilai 51-60 sebanyak
7 siswa dengan prosentase sebesar 28%. Siswa yang mendapatkan nilai 61-70
sebanyak 5 siswa dengan prosentase sebesar 20%. Sedangkan yang
memperoleh nilai 71-80 sebanyak 10 siswa dengan prosentase sebesar 40%.
Siswa yang mendapatkan nilai 81-90 sebanyak 3 siswa dengan prosentase
sebesar 12%. Nilai rata-rata hasil belajar Pre-test pendidikan
kewarganegaraan kelas kontrol ini sebesar 68,63.
Penyebaran distribusi kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas
kontrol siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1: Histogram Nilai Pre-test Kelas Eksperimen dan Kontrol
2. Penyajian Data Hasil Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
a. Kelas Eksperimen
Sebelum post-test diberikan pada kelas eksperiman siswa diberi
perlakuan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi
dengan guru menerapkan model quantum learning. Di sini guru
pendidikan kewarganegaraan berperan langsung sebagai guru yang
melaksanakan pembelajaran, sedangkan peneliti berperan sebagai
observer. Penelitian ini dilaksanakan dalam 8 kali pertemuan sebagai
berikut:
0
2
4
6
8
10
51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90
Fre
kue
nsi
Interval
kelas eksperimen
kelas kontrol
40%
28%
17%20%
26%
40%
17%12%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pertemuan pertama
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa siapa ketua kelas di kelas V ini? (tumbuhkan)
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang pengertian organisasi dan keikutsertaan siswa dalam organisasi
(alami). Siswa mengidentifikasi unsur-unsur dalam organisasi (namai).
Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dan mengerjakan lembar
kerja kelompok setelah itu perwakilan setiap kelompok mempresentasikan
hasilnya (demonstrasi).
Selanjutnya pada tahap penutup guru mengulangi materi yang
belum dimengerti (ulangi). Guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik (rayakan).
Pertemuan kedua
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya,apa pengertian dari organisasi?
(tumbuhkan)
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang pengalaman siswa tentang keikutsertaannya dalam organisasi
(alami). Siswa dan guru bertanya jawab tentang ciri-ciri organisasi
(namai). Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dan mengerjakan
lembar kerja kelompok setelah itu perwakilan setiap kelompok
mempresentasikan hasilnya (demonstrasi).
Selanjutnya pada tahap penutup guru mengulangi materi yang
belum dimengerti (ulangi). Guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik (rayakan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pertemuan ketiga
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya,apa pengertian dari organisasi dan ciri-
ciri dari organisasi ? (tumbuhkan)
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang macam-macam organisasi yang ada di lingkungan sekolahnya
(alami). Siswa mengidentifikasi tujuan dan tata tertib dari organisasi
sekolah (namai). Siswa berdiskusi dengan teman sebangku dan
mengerjakan lembar kerja kelompok setelah itu perwakilan setiap meja
untuk mempresentasikan hasilnya (demonstrasi).
Selanjutnya pada tahap penutup guru mengulangi materi yang
belum dimengerti (ulangi). Guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik (rayakan).
Pertemuan keempat
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya,apa saja organisasi yang ada di sekolah ?
(tumbuhkan)
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang macam-macam organisasi yang ada di lingkungan masyarakatnya
(alami). Siswa maju ke depan kelas untuk mengidentifikasi organisasi
yang ada di lingkungan masyarakat (namai). Siswa berdiskusi dengan
teman sebangku dan mengerjakan lembar kerja kelompok setelah itu
perwakilan setiap meja untuk mempresentasikan hasilnya (demonstrasi).
Selanjutnya pada tahap penutup guru mengulangi materi yang
belum dimengerti (ulangi). Guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik (rayakan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pertemuan kelima
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya,apa saja organisasi yang ada di sekolah
dan di masyarakat ? (tumbuhkan)
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang pengalamannya dalam memilih pengurus organisasi di sekolah
(alami). guru membegi siswa menjadi dua kelompok, masing-masing
kelompok mendiskusikan tata cara pemilihan pengurus kelas (namai).
Setiap kelompok mempraktekkan cara pemilihan pengurus kelas
(demonstrasi).
Selanjutnya pada tahap penutup guru mengulangi materi yang
belum dimengerti (ulangi). Guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik (rayakan).
Pertemuan keenam
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu, setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa bagaimana cara pemilihan ketua di kelas V ini ?
(tumbuhkan)
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang pengalaman siswa dalam memilih ketua atau pengurus di kelas V
yang pernah dilakukan (alami). Siswa mengidentifikasi cirri-ciri
musyawarah mufakat dan voting (namai). siswa maju ke depan untuk
mengidentifikasi kegiatan yang dilakukan dengan musyawarah mufakat
dan voting (namai). siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok,dengan
diiringi musik setiap kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok,
setelah itu perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasilnya
(demonstrasi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Selanjutnya pada tahap penutup guru mengulangi materi yang
belum dimengerti (ulangi). Guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik (rayakan).
Pertemuan ketujuh
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu, setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa apa yang dimaksud dengan keputusan bersama?
(tumbuhkan)
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang keikutsertaannya dalam mengambil keputusan bersama (alami).
siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Dengan diiringi musik setiap
kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok dengan mengidentifikasi
hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan bersama
(namai). siswa maju ke depan untuk mengidentifikasi kegiatan yang
dilakukan dengan musyawarah mufakat dan voting (namai). Perwakilan
setiap kelompok untuk mempresentasikan hasilnya (demonstrasi).
Selanjutnya pada tahap penutup guru mengulangi materi yang
belum dimengerti (ulangi). Guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik (rayakan).
Pertemuan kedelapan
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu, setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan
bersama? (tumbuhkan).
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang bagaimana cara pemilihan ketua RT di desanya (alami). Siswa
mengidentifikasi manfaat dari keputusan bersama (namai). Siswa dibagi
menjadi dua kelompok. Setiap kelompok mendiskusikan tata cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
mengambil keputusan bersama (namai). Setiap kelompok mempraktekkan
tata cara mengambil keputusan bersama (demonstrasi).
Selanjutnya pada tahap penutup guru mengulangi materi yang
belum dimengerti (ulangi). Guru memberikan penghargaan pada kelompok
terbaik (rayakan).
Hasil belajar yang telah dilaksanakan juga memerlukan evaluasi.
Evaluasi hasil belajar ini bisa dilakukan dengan tes. Tes yang dilaksanakan
setelah semua materi dijelaskan adalah tes akhir (post-test). Tes akhir
(post-tes) merupakan tes yang bertujuan untuk mengetahui apakah semua
materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan baik
oleh peserta didik. Berdasarkan hasil belajar post-tes pendidikan
kewarganegaraan, maka nilai hasil belajar pendidikan kewarganegaraan
kelas eksperimen disajikan dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Post-Test Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas Eksperimen
Interval xi fi fkum Frekuensi relatif
60 – 69 64,5 6 6 26%
70 – 79 74,5 9 15 39%
80 – 89 84,5 6 21 26%
90 – 99 94,5 2 23 9%
Jumlah 23 100%
Sumber: Data Hasil Belajar Post-Test Pendidikan Kewarganegaraan Kelas
Eksperimen (lampiran 17 hlm. 243)
Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa pada kelas eksperimen yang
mendapatkan nilai 60-69 ada 6 siswa dengan prosentase 26%. Siswa yang
mendapatkan nilai 70-79 ada 9 siswa dengan prosentase 39%. Siswa yang
mendapatkan nilai 80-89 ada 6 siswa dengan prosentase sebesar 26%, dan
siswa yang mendapatkan nilai 90-99 ada 2 siswa dengan prosentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
sebesar 9%. Nilai rata-rata hasil belajar post-test pendidikan
kewarganegaraan kelas eksperimen ini sebesar 75,174. Berdasarkan
gambar 4.3 terlihat bahwa terdapat banyak siswa yang mendapatkan nilai
70-79.
b. Kelas Kontrol
Sebelum post-test diberikan pada kelas kontrol terlebih dahulu
siswa diberi perlakuan dengan model pengajaran langsung. Dalam
penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas menerapkan model
pengajaran langsung. Di sini guru kelas berperan langsung sebagai guru
yang melaksanakan pembelajaran, sedangkan peneliti berperan sebagai
observer. Penelitian ini dilaksanakan dalam 8 kali pertemuan sebagai
berikut:
Pertemuan pertama
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa siapa ketua kelas di kelas V ini?
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi. Guru
menunjukkan gambar tentang macam-macam organisasi. Siswa
mengerjakan lembar kerja dengan teman sebangku. Setelah selesai siswa
mengumpulkan lembar kerja tersebut.
Selanjutnya pada tahap penutup guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
Pertemuan kedua
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya,apa pengertian dari organisasi?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Kegiatan inti diawali dengan guru memberikan penjelasan tentang
ciri-ciri organisasi. Tanya jawab antara siswa dengan guru tentang manfaat
organisasi. Siswa mengerjakan lembar kerja dengan teman sebangku.
Setelah selesai siswa mengumpulkan lembar kerja tersebut.
Selanjutnya pada tahap penutup guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
Pertemuan ketiga
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya,apa pengertian dari kebebasan
berorganisasi dan ciri-ciri dari organisasi ?
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang macam-macam organisasi yang ada di lingkungan sekolah. Siswa
mengerjakan lembar keja siswa secara individu. Guru memberikan umpan
balik terhadap hasil kerja siswa.
Selanjutnya pada tahap penutup guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
Pertemuan keempat
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya.
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang macam-macam organisasi yang ada di lingkungan masyarakatnya.
Guru memberikan penjelasan tentang organisasi yang ada di lingkungan
masyarakat. Siswa berdiskusi dengan teman sebangku dan mengerjakan
lembar kerja kelompok setelah itu perwakilan setiap meja untuk
mempresentasikan hasilnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Selanjutnya pada tahap penutup guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
Pertemuan kelima
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya,apa saja organisasi yang ada di sekolah
dan di masyarakat ?
Kegiatan inti diawali dengan guru memberikan penjelasan tentang
tata cara pemilihan pengurus kelas. Dengan bimbingan guru siswa
mempraktekkan tata cara pemilihan pengurus kelas. Guru memberikan
konfirmasi terhadap penampilan siswa.
Selanjutnya pada tahap penutup guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
Pertemuan keenam
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya.
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan
bersama. Guru memberikan lembar kerja pada tiap bangku. Siswa
berdiskusi dengan teman sebangku tentang perbedaan musyawarah
mufakat dan voting. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil
pekerjaan siswa.
Selanjutnya pada tahap penutup guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Pertemuan ketujuh
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya.
Kegiatan inti diawali dengan tanya jawab antara siswa dengan guru
tentang apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan dalam
mengambil keputusan bersama. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok,
setiap kelompok mengerjakan lembar kerja kelompok. Guru memberikan
umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa.
Selanjutnya pada tahap penutup guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
Pertemuan kedelapan
Pada tahap pendahuluan pertama-tama guru mengkondisikan kelas
terlebih dahulu. Setelah itu guru memberikan apersepsi, dengan bertanya
kepada siswa materi sebelumnya.
Kegiatan inti diawali dengan guru memberikan penjelasan tentang
pentingnya dalam mengambil keputusan bersama. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok, setiap kelompok mengerjakan lembar kerja
kelompok. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa.
Selanjutnya pada tahap penutup guru menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal evaluasi.
Data yang dikumpulkan mengenai hasil belajar siswa kelas kontrol
pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu, nilai terendah
Post-test siswa adalah 54 dan nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 88.
Untuk hasil belajar Post-test pada kelompok kontrol dapat dilihat pada
tabel 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.4: Distribusi Frekuensi Nilai Post-test Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas Kontrol
Interval xi fi fkum Frekuensi relatif
50 – 59 54,5 4 4 16%
60 – 69 64,5 9 13 36%
70 – 79 74,5 7 20 28%
80 – 89 84,5 5 25 20%
Jumlah 25 100%
Sumber: Data Hasil Post-test Pendidikan Kewarganegaraan Kelas Kontrol
(lampiran 17 hlm. 243)
Berdasarkan tabel 4.4 Untuk kelas kontrol dapat dijelaskan bahwa
yang mendapatkan nilai 50-59 ada 4 siswa dengan prosentase 16%. Siswa
yang mendapatkan nilai 60-69 ada 9 siswa dengan prosentase sebanyak 36%.
Siswa yang mendapatkan nilai 70-79 ada 7 siswa dengan prosentase sebesar
28%, dan siswa yang mendapatkan nilai 80-89 ada 5 siswa dengan
prosentase sebesar 20%. Nilai rata-rata hasil belajar Post-test pendidikan
kewarganegaraan kelas eksperimen ini sebesar 69,12.Berdasarkan tabel 4.4
terlihat bahwa terdapat banyak siswa yang mendapatkan nilai 60-69 sebanyak
9 siswa.
Penyebaran distribusi hasil belajar kelas eksperimen dan kelas
kontrol siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2: Histogram Nilai Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol
0
2
4
6
8
10
50 - 59 60 - 69 70 - 79 80 - 89 90 - 99
Fre
kue
nsi
Interval
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
0%
16%
26%
36% 39%
28%26%
20%
9%
0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
B. Pengujian Keseimbangan Kemampuan Awal
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas Kemampuan Awal (Pre-test)
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang telah
terkumpul berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada
lampiran 14. Berikut disajikan tabel hasil uji normalitas kemampuan awal
(pre-test) pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal
Kemampuan Awal N Lmax L0.05;n Kesimpulan
Kelas eksperimen 23 0,1674 0,190 Berdistribusi normal
Kelas kontrol 25 0,1570 0,173 Berdistribusi normal
Sumber: Hasil Uji Normalitas Soal Pre-test (lampiran 14 hlm. 238)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Ltabel kelas eksperimen
adalah 0.1900 dan kelas kontrol 0,1730. H0 diterima jika Lhitung terletak
di daerah kritik. Hasil uji normalitas kemampuan awal pada kelompok
eksperimen Lhitung diperoleh hasil 0,1674 dan pada kelompok kontrol
Lhitung diperoleh hasil 0.1570. Berdasarkan hasil uji normalitas
kemampuan awal Lhitung eksperimen < Ltabel (0.1674 < 0.1900) dan
Lhitung kontrol < Ltabel (0.1570 < 0.1674), maka H0 diterima atau dapat
disimpulkan bahwa data kemampuan awal kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Kemampuan Awal (Pre-test)
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan metode Bartlett.
Hasil uji homogenitas kemampuan awal dapat dilihat pada tabel 4.6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal (Pre-test)
Sampel fj SSj Sj2
log Sj2
fj log Sj2
I 22 2831,652 123,115 2,090 45,980
II 24 2819,760 112,790 2,052 49,248
Jumlah 46 5651,412 235,905 4,142 95,228
Sumber : Hasil Uji Homogenitas Soal Pre-test (lampiran 15 hlm. 240)
Berdasarkan uji homogenitas, untuk varians nilai pre-test kelas
eksperimen adalah 123,115 dan varians nilai Pre-test kelas kontrol adalah
112,790. Dari hasil analisis diperoleh < atau < 3,841.
Hal ini menunjukkan kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang
bervarian homogen. Oleh karena itu, kedua sampel ini telah memenuhi
syarat homogenitas (lampiran 15 hlm 240).
2. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan ini menggunakan uji t. Berdasarkan perhitungan
diperoleh thitung= 0,2467 dengan t0,05;46 = . DK =
. Ho diterima karena thitung bukan anggota
daerah kritik. Hal ini menujukkan bahwa kedua kelompok tersebut mempunyai
kemampuan awal yang sama. Dengan demikian kedua sampel (eksperimen dan
kontrol) tersebut mempunyai kemampuan awal yang sama. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 16 hlm 242.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Prasyarat Hipotesis
a. Uji Normalitas Hasil Belajar (Post-test)
Hasil uji normalitas hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 18 hlm
244. Berikut disajikan tabel hasil uji normalitas hasil belajar (post-test)
dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar (Post-test)
Kemampuan Awal N Lmax L0.05;n Kesimpulan
Kelas eksperimen 23 0,0816 0,1900 Berdistribusi normal
Kelas kontrol 25 0,1389 0,1730 Berdistribusi normal
Sumber: Hasil Uji Normalitas Soal Post-test (lampiran 18 hlm. 244)
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui Ltabel kelas eksperimen adalah
0,1900 dan Ltabel kelas kontrol adalah 0,1730 . H0 ditolak jika Lhitung
terletak di daerah kritik. Hasil uji normalitas hasil belajar pada kelas
eksperimen Lhitung diperoleh hasil 0,0816 dan pada kelas kontrol Lhitung
diperoleh hasil 0,1389. Berdasarkan hasil uji normalitas kemampuan awal
Lhitung eksperimen < Ltabel (0,0816 < 0,1900) dan Lhitung kontrol <
Ltabel (0,1389 < 0,1730), maka H0 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa
data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Hasil Belajar (Post-test)
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan metode Bartlett.
Hasil uji homogenitas kemampuan awal dapat dilihat pada tabel 4.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar (Post-test)
Sampel fj SSj Sj2
log Sj2
fj log Sj2
I 22 1887,304 82,057 1,914 42,108
II 24 2272,640 90,906 1,959 47,016
Jumlah 46 4159,944 172,963 3,873 89,124
Sumber : Hasil Uji Homogenitas Soal Post-test (lampiran 19 hlm 246)
Berdasarkan uji homogenitas, untuk varians nilai Post-test kelas
eksperimen adalah 1887,304 dan varians nilai Post-test kelas kontrol
adalah 2272,640. Dari hasil analisis diperoleh < atau
1,9204< 3,841. Hal ini menunjukkan kedua sampel tersebut berasal dari
populasi yang bervarian homogen. Oleh karena itu, kedua sampel ini telah
memenuhi syarat homogenitas. Untuk lebih jelasnya perhitungan uji
homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat pada
lampiran 19 hlm 246.
2. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat terpenuhi, selanjutnya diadakan pengujian
hipotesis. Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Analisis data yang digunakan adalah uji t. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.9.
Tabel 4.9: Hasil Analisis Uji t
Hasil
Belajar
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
thitung ttabel
Mean SD Mean SD
Post-
test 75,174 9,058 69,120 9,534 2,021
Sumber : Data Hasil Analisis Uji Hipotesis (lampiran 20 hlm 248)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Keputusan hasil analisis data uji t diperoleh thitung = sedangkan
dengan taraf signifikan 5% dan db = 46 ttabel sebesar 2,021. Dengan demikian
harga thitung lebih besar dari harga ttabel ( > 2,021). Ini berarti keputusan
uji menolak H0 dan menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh penerapan model quantum learning terhadap hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Oleh karena
itu, penerapan model quantum learning memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa kelas V
SD Negeri Se-Dabin I Polokarto Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Quantum learning merupakan salah satu model pembelajaran yang
dilakukan dengan adanya penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di
dalam dan di sekitar situasi belajar antara lain dengan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga dapat merangsang minat siswa. Penerapan
model quantum learning pendidik mampu menyatu dan membaur pada dunia
peserta didik sehingga pendidik bisa lebih memahami peserta didik dan ini
menjadi modal utama untuk mewujudkan proses belajar-mengajar yang lebih
menyenangkan dan siswa lebih mudah dalam memahami materi. Pembelajaran
kuantum dapat membuat siswa aktif sehingga mengurangi dominasi guru. Pada
pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning siswa diberikan
kesempatan untuk berdiskusi antar siswa maupun dengan guru. Berdasarkan
respon siswa, suasana menyenangkan mencapai 90% dapat meningkatkan minat
sehingga siswa memiliki keberanian untuk bertanya dan mengeluarkan ide (Kusno
& Purwanto, 2011: 87). Quantum learning berlandaskan pada lima prinsip utama,
antara lain: segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman mendahului
penanaman, akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran, sesuatu
yang layak dipelajari layak pula dirayakan. Siswa belajar tidak hanya bersumber
pada guru, akan tetapi dari teman sebaya atau orang yang lebih berkompeten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Siswa dituntut bertanggung jawab secara pribadi maupun kelas untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa tidak hanya
menjadi pendengar, melainkan siswa terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Peran guru adalah sebagai fasilitator, motivator dan model/contoh
bagi siswanya di kelas. Rasa ingin tahu muncul berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan yang dikembangkan oleh guru, sehingga pengetahuan siswa menjadi
meningkat.
Siswa yang mendapatkan perlakuan dengan model pengajaran langsung
cenderung tenang dan kurang begitu aktif. Selain itu, sulit mengetahui secara pasti
apakah semua siswa telah menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan
oleh guru. Siswa belum mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan
bakat/keterampilannya karena pembelajaran yang disampaikan masih secara
klasikal.
Suasana pembelajaran yang terjadi pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen berbeda. Pada kelas eksperimen, pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru menyenangkan, mengutamakan proses keaktifan serta kenyamanan
siswa dalam mengikuti proses KBM. Belajar menjadi lebih terasa bermakna,
karena pengetahuan yang diperoleh siswa dibangun berdasarkan kemauan oleh
siswa itu sendiri. Kemampuan atau keterampilan baru akan berkembang jika
diberikan lingkungan model yang sesuai (Gazzaniga, 1992, dalam Deporter,
Reardon, & Nourie 2005: 11).
Hipotesis dalam penelitian ini mengatakan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan model quantum learning terhadap hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan siswa pada kelas V SD Negeri Se-Dabin I Polokarto Kabupaten
Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil uji t diperoleh harga
statistik uji thitung = 2,251 dengan daerah kritik DK = {t | t < -2,021 atau t >
2,021}, karena thitung = 2,251 DK maka H0 ditolak, berarti terdapat pengaruh
penggunaan model quantum learning terhadap hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan siswa pada kelas V.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan dari penggunaan model quantum learning
terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan pada siswa kelas V SD Negeri
Se-Dabin I Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012. Adanya
pengaruh model quantum learning terhadap hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan tersebut diketahui berdasarkan hasil uji t diperoleh harga
statistik (thitung = 2,251 > ttabel = 2,021), karena thitung lebih besar dari pada harga
ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Bukti yang kedua yaitu dari rerata hasil
belajar pendidikan kewarganegaraan dengan menggunakan model quantum
learning diperoleh nilai 75,17 sedangkan rerata hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan dengan model pembelajaran langsung diperoleh nilai 69,12 .
Tampak bahwa rerata prestasi belajar dengan model quantum learning lebih tinggi
daripada rerata hasil belajar dengan model pembelajaran langsung. Hal ini berarti
model quantum learning dapat menghasilkan hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan yang lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada
siswa kelas V untuk materi kebebasan berorganisasi dan menghargai keputusan
bersama.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian terdapat pengaruh penggunaan model
quantum learning terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan siswa pada
kelas V SD Negeri Se-Dabin I Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran
2011/2012, maka implikasi penelitian ini sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan model quantum learning terhadap hasil belajar pendidikan
kewarganegaraan siswa. Hal itu dapat ditinjau dari hal-hal berikut:
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Dalam menyajikan materi pembelajaran, guru harus memmilih media
pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat menguasai konsep-konsep
dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran melalui model quantum
learning memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik
dan peserta didik dengan peserta didik, suasana dalam proses pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan dan pembelajaran menjadi lebih bermakna
karena sesuai dengan realitas kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik
tidak merasa bosan belajar pendidikan kewarganegaraan.
Pentingnya penggunaan model pembelajaran quantum learning dalam
pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan dan suasana kelas menjadi lebih hidup sehingga terjalin
hubungan yang hangat dan bersahabat antara peserta didik dengan guru. Selain
itu melalui model quantum learning dapat meningkatkan keaktifan dan
kreativitas. Sehingga siswa lebih dapat menangkap materi yang dipelajarinya
sehingga dengan menerapkan model pembelajaran ini anak memiliki minat
belajar dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya yang
meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan kualitas
pembelajaran dengan mempertahankan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran yaitu: penggunaan model, metode dan media pembelajaran yang
tepat, efektif dan efisien.
Model pembelajaran quantum learning sangat efektif digunakan dalam
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Guru menghadirkan model
didalam pembelajaran sehingga siswa menjadi paham dan menjadi lebih
mudah didalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru. Proses
pembelajaran menjadi lebih bermakna, karena siswa dituntut untuk aktif dan
kreatif. Model quantum learning dapat digunakan dan dikembangkan oleh
guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis yang pada umumnya
dimiliki oleh peserta didik, misalnya mengatasi rendahnya hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pendidikan kewarganegaraan siswa. Oleh karena itu, semua aspek baik dari
guru maupun siswa harus diperhatikan agar mendukung keberhasilan suatu
pembelajaran.
C. Saran
1. Bagi Guru
a. Guru hendaknya tidak membiasakan siswa untuk sekedar menghafal saja,
tetapi siswa diharapkan dapat memahami materi yang disampaikan, salah
satunya dengan menerapkan model quantum learning.
b. Guru hendaknya membuka wawasan tentang perkembangan model
pembelajaran, sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa, salah satunya adalah model quantum learning.
c. Dalam memilih model pembelajaran hendaknya guru memperhatikan
kondisi psikis siswa dan melihat karakteristik materi yang akan
disampaikan, jadi tidak hanya menggunakan model konvensional saja.
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya terbiasa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
b. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya ke dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Bagi Sekolah
Penggunaan model quantum learning sebagai salah satu alternatif
media dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dengan materi yang sesuai. Penggunaan model quantum
learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar, mengaktifkan
siswa, dan memperbaiki aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Bagi para calon peneliti untuk meneliti lebih lanjut penggunaan model
quantum learning pada materi lain yang mempunyai karakteristik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
serupa dengan materi kebebasan berorganisasi dan menghargai keputusan
bersama.
b. Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel
lain dan memperluas area populasi, agar hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada lingkup yang lebih luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Arends, R. I. (1998). Learning To Teach. Singapore.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
(2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Baharuddin & Makin, M. (2007). Pendidikan Humanistik. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Budiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Darmono, I. S & Sudarsih. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
DePorter, B & Mike Hernacki. (1999). Quantum Learning. Terj. Alwiyan
Abdurrahman. Bandung: PT Mizan Pustaka. (Buku asli diterbitkan 1992).
DePorter, B, Reardon, & Nourie. (2005). Quantum Teaching. Terj. Ari
Nulandari. Bandung: Kaifa. (Buku asli diterbitkan 1999)
Depdiknas. (2005). Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Dikdasmen.
Fajar, A. (2009). Portofolio. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Harsanto, R. (2005). Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Jakarta: Kanisius.
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ruminiati. (2007). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Surakarta:
UNS Press.
Slavin, R. E.1997. Educational Psychology. United States of America
Sudjana. (2005). Metoda Statiska. Bandung: Tarsito
Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensido
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS Press.
Sulhan N, Nafich, Yamini dan Asmunah. (2008). Mari Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tim UNS, (2007). Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Uno, H.B & Lamatenggo, N. (2010). Teknologi Komunikasi dan Informasi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yamin, M. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: GP Press.
Auliyah Puji. (2011). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Quantum
Learning Tipe Kinesthetic untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Mata Diklat Algoritma dan Pemrograman. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
FPMIPA UPI.
Gino. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning,
Cooperative Learning dan Ekspositorik Terhadap Prestasi Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau Dari Tingkat Intelegensi Siswa
SMP Di Kecamatan Jatisrono Wonogiri. Tesis Tidak Dipublikasikan.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Wahyudi, A. (2011). Penerapan Metode Quantum Learning Dengan Media
Suara Gitar Pada Pembelajaran Kimia Pokok Bahasan Larutan
Penyangga Pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 1 Pondok Kelapa.
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Widhiastuti, E.K. (2011). Penerapan Model Pembelajarn Kuantum untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri I
Pekunden Kutowinangun Kebumen Tahun 2010/2011. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Janzen, K.J., Perry, B., & Edwards, M. (2011). Aligning the Quantum
Perspective of Learning to Instructional Design: Exploring the Seven
Definitive Questions. Diperoleh 21 April 2012 dari http://journals.
Cluteonline.com/index.php/IBER/article/view/3787.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Kusno & Purwanto, J. (2011). Effectiveness of Quantum Learning for Teaching
Linear Program at the Muhammadiyah Senior High School of Purwokerto
in Central Java, Indonesia. Diperoleh 20 April 2012 dari
http://www.educare-ijes.com/educarefiles/File/07.kusno.joko.ump.id.pdf.
top related