pengaruh pendidikan informal terhadap...
Post on 25-May-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PENDIDIKAN INFORMAL TERHADAP
KECERDASAN EMOSIONAL
(Studi Pada Siswa Kelas V SD Al-Zahra Indonesia Pamulang)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Aci Sutanti
NIM. 1112018300042
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
i
PENGARUH PENDIDIKAN INFORMAL TERHADAP
KECERDASAN EMOSIONAL
(Studi Pada Siswa Kelas V SD Al-Zahra Indonesia Pamulang)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Aci Sutanti
NIM. 1112018300042
Mengetahui,
Pembimbing
Dr. Fidrayani, M.Pd.
NIP. 19760207 201503 2 001
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul Pengaruh Pendidikan Informal Terhadap Kecerdasan
Emosional (Studi pada siswa kelas V SD Al-Zahra Indonesia Pamulang),
disusun oleh Aci Sutanti, NIM. 1112018300042, Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiah yang berhak diujikan pada sidang munaqasah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 27 November 2018
Yang mengesahkan,
Pembimbing
Dr. Fidrayani, M.Pd.
NIP. 19760207 201503 2 001
iii
iv
v
ABSTRAK
Aci Sutanti, NIM. 1112018300042, “Pengaruh Pendidikan Informal
Terhadap Kecerdasan Emosional (Studi pada siswa kelas V SD Al-Zahra
Indonesia Pamulang)” Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Kata Kunci: Pendidikan Informal, Kecerdasan Emosional
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan mencari data empirik
pengaruh pendidikan informal terhadap kecerdasan emosional siswa kelas V SD.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan di SD Al-Zahra Indonesia Pamulang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner yang diberikan ada dua jenis, yaitu untuk mengetahui pendidikan
informal yang didapatkan siswa dan kecerdasan emosional yang dimiliki siswa.
Kuesioner kecerdasan emosional mewakili indikator menurut teori Daniel
Goleman. Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung = 0,662 dan ttabel = 0,294 dengan
taraf signifikan (α) = 0,05. Karena thitung > ttabel (0,662 > 0,294), maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan, terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara pendidikan informal terhadap kecerdasan emosional siswa.
vi
ABSTRACT
Aci Sutanti, NIM. 1112018300042. “The Effect of Informal Education
in Emotional Intelligence (Study on 5th Grade Students of Al-Zahra Indonesia
Elementary School Pamulang)” Teaching Education of Madrasah Ibtidaiyah
Department Thesis, Faculty of Tarbiyah and Teacherships. Islamic State
University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Key Words: Informal Education, Emotional Intelligence
The purpose of this research is to prove and looking for empirical data
about influence of informal education in emotional intelligence 5th grade students.
The method of this research is quantitative. This research did in Al-Zahra
Indonesia elementary school Pamulang. Technic sampling used in this research is
simple random sampling. The instrument used in this research is questionnaire.
The questionnaire provided is of two types, namely to find out the informal
education that students get and the emotional intelligence students have.
Questionnaire of emotional intelligence represent to indicator emotional
intelligence of Goleman. Based on t-test obtained tvalue = 0,662 and ttable = 0,294
with significance level (α) = 0,05. Because tvalue > ttable (0,662 > 0,294), then H0 is
rejected and Ha is accepted. This shown that there is effect between informal
education with emotional intelligence students.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan rasa syukur penulis sampaikan kepada
hadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kesehatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga,
para sahabatnya, dan umat Islam yang mengikutinya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari dalam penulisan ini banyak rintangan dan hambatan
yang dihadapi. Namun, berkat curahan karunia Allah SWT, dan siraman doa restu
dari berbagai pihak yang telah ikhlas memberikan dukungan dan bimbingan
secara moril dan materiil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, dengan segala ketulusan hati, penulis mempersembahkan rasa terima kasih
yang mendalam kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus merangkap
sebagai dosen pembimbing akademik yang tidak ada lelahnya memberikan
semangat.
3. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Fidrayani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu dalam
pembuatan skripsi, serta memberikan semangat dan motivasi.
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Kepala, guru, dan staff SD Al-Zahra Indonesia, Pamulang, Tangerang Selatan,
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD Al-Zahra
Indonesia.
7. Keluarga tersayang, terutama Bapak Suparno, Ibu Watik, Mas Adi Sutikno,
Alvin Romadhoni Setiawan, dan Aprilleo Ilham Santoso, yang telah
viii
8. memberikan dukungan dalam bentuk apapun, yang telah sabar menunggu
penulis menyelesaikan studinya.
9. Calon suami tercinta, Mas Tri Rochmadi, yang telah memberikan segala
sesuatu yang penulis butuhkan, yang telah sabar menunggu penulis
menyelesaikan studinya untuk segera meminang.
10. Mamih, Iah, Lina, sahabat yang tak henti-hentinya mengolok penulis karena
paling lambat mengerjakan skripsi, yang memicu penulis juga untuk segera
wisuda.
11. YOUDAH (Yolanda, Ociana, Uul, Dita, Aci, Halimah), sahabat angkatan
yang terus memberikan doa yang tulus.
12. Arina Taruli Sitorus, kakak sekaligus pembimbing skripsi yang mengajarkan
bahwa orang jujur itu tidak akan disalahkan.
13. Amaliatun Hikmah, adik angkatan serasa seumuran, yang telah menemani
penulis di masa-masa sulit.
14. Sonya Octavia, teman kantor yang memberikan semangat pada penulis untuk
segera wisuda.
15. Keluarga besar PGMI 2012, yang telah mengisi hari-hari penulis di awal-awal
semester.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-
mudahan bimbingan, dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan menjadi
pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan umumnya. Aamiin.
Jakarta, 29 Oktober 2018
Penulis
Aci Sutanti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ILMIAH .............................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .............................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8
A. Kecerdasan Emosional ............................................................................ 8
1. Pengertian Kecerdasan Emosional ................................................... 8
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ............................................... 12
3. Faktor-faktor Kecerdasan Emosional ............................................... 13
4. Karakteristik Kecerdasan Emosional ............................................... 14
B. Pendidikan Informal ................................................................................ 15
1. Pengertian Pendidikan ...................................................................... 15
2. Faktor-faktor Pendidikan.................................................................. 17
3. Pendidikan Informal ......................................................................... 18
4. Pendidikan Keluarga ........................................................................ 19
x
5. Fungsi Keluarga ............................................................................... 21
6. Materi Pendidikan Keluarga............................................................. 24
C. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................. 25
D. Kerangka Teoritik ................................................................................... 26
E. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 29
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................. 29
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 30
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 32
E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 32
1. Instrumen Variabel Y (Kecerdasan Emosional)............................... 34
2. Instrumen Variabel X (Pendidikan Informal) .................................. 35
F. Uji Instrumen ........................................................................................... 37
1. Uji Validitas ..................................................................................... 37
2. Uji Reliabilitas.................................................................................. 38
G. Uji Prasyarat Analisis .............................................................................. 39
1. Uji Normalitas .................................................................................. 39
2. Uji Homogenitas .............................................................................. 39
H. Uji Hipotesis ............................................................................................ 40
I. Hipotesis Statistik .................................................................................... 42
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 43
A. Deskripsi Data ......................................................................................... 43
1. Data Hasil Penelitian Variabel X (Pendidikan Informal)................. 43
2. Data Hasil Penelitian Variabel Y (Kecerdasan Emosional) ............. 45
B. Uji Instrumen ........................................................................................... 47
1. Uji Validitas ..................................................................................... 47
2. Uji Reliabilitas.................................................................................. 48
C. Uji Prasyarat Analisis .............................................................................. 50
1. Uji Normalitas .................................................................................. 50
xi
2. Uji Homogenitas .............................................................................. 50
3. Uji Linieritas .................................................................................... 51
D. Uji Hipotesis ............................................................................................ 52
1. Uji Analisis Regresi Sederhana ........................................................ 52
2. Analisis Korelasi Sederhana............................................................. 54
3. Uji Koefisien Determinasi ................................................................ 54
E. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 55
F. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 56
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 57
A. Kesimpulan .............................................................................................. 57
B. Saran ........................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
LAMPIRAN ....................................................................................................... 61
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................................ 29
Tabel 3.2. Distribusi Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ............................ 31
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Skala Likert ........................................................... 33
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Variabel Y (Kecerdasan Emosional).................. 35
Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Variabel X (Pendidikan Informal) ..................... 36
Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi ........................................................... 40
Tabel 4.1. Deskripsi Data .................................................................................... 43
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel X (Pendidikan Informal) .................... 44
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Y (Kecerdasan Emosional) ................ 46
Tabel 4.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X (Pendidikan Informal) ..... 47
Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Kecerdasan Emosional) . 48
Tabel 4.6. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Pendidikan Informal)................... 49
Tabel 4.7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Kecerdasan Emosional) ............... 49
Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 50
Tabel 4.9. Hasil Uji Homogenitas ....................................................................... 51
Tabel 4.10. Hasil Uji Linieritas ........................................................................... 51
Tabel 4.11. Hasil Uji Koefisien Regresi Sederhana ............................................ 53
Tabel 4.12. Hasil Uji Analisis Korelasi .............................................................. 54
Tabel 4.13. Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teoritik .......................................................................... 29
Gambar 3.1 Bagan Desain Penelitian ................................................................ 30
Gambar 4.1. Grafik Histogram Variabel X (Pendidikan Informal) .................... 45
Gambar 4.2. Grafik Histogram Variabel Y (Kecerdasan Emosional) ................ 46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel r Product Moment .................................................................. 62
Lampiran 2 Tabel t .............................................................................................. 63
Lampiran 3 Angket Instrumen Penelitian Variabel X (Pendidikan Informal) .... 64
Lampiran 4 Angket Instrumen Penelitian Variabel Y (Kecerdasan
Emosional) ....................................................................................... 66
Lampiran 5 Data Mentah Variabel X (Pendidikan Informal) ............................. 69
Lampiran 6 Data Mentah Variabel Y (Kecerdasan Emosional) ......................... 70
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Variabel X (Pendidikan Informal) .................... 71
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kecerdasan Emosional) ................ 72
Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................... 73
Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................. 74
Lampiran 11 Surat Bimbingan Skripsi ................................................................ 75
Lampiran 12 Catatan Lapangan .......................................................................... 76
Lampiran 13 Lembar Uji Referensi .................................................................... 77
Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jalur pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Hal tersebut tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dijelaskan lebih lengkap pada PP
No. 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Pada UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 Ayat 1 dikemukakan, ketiga
jalur tersebut saling melengkapi dan memperkaya.1 Hal itu disebabkan.
pendidikan melalui ketiga jalur tersebut berlangsung bersama-sama namun
mengkaji aspek yang berlainan. Dengan demikian, akan menjadi studi yang
lengkap tentang pendidikan.
Dari ketiga jalur tersebut, yang paling banyak mendapat perhatian
dari masyarakat maupun pemerintah adalah pendidikan formal. Hal ini
dikarenakan, pendidikan formal dijadikan tumpuan utama untuk
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang, yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.2 Wajar saja jika pendidikan formal dijadikan acuan karena
pelaksanaannya pun berkelanjutan dan dijadikan syarat untuk mendapatkan
pekerjaan yang baik, sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup seseorang.
Lain pendidikan formal lain pendidikan nonformal. Pendidikan
nonformal lebih berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.3
Misalnya, orangtua meminta anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar. Hal
itu bertujuan untuk mendukung prestasi anak di sekolah.
1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 13
Ayat 1. 2 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Ayat 11. 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26
Ayat 1.
2
Selain itu, jika seseorang tidak dapat menempuh pendidikan formal,
maka orang tersebut bisa mengikuti program pendidikan nonformal yang
relevan. Seperti Paket A untuk SD, Paket B untuk SLTP, serta Paket C untuk
SLTA dan selanjutnya mengikuti penilaian penyetaraan yang diselenggarakan
oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah.
Beda dengan dua jalur pendidikan yang sudah dijelaskan
sebelumnya, pendidikan informal jarang diperhatikan oleh khalayak ramai.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.4 Itu berarti, pendidikan informal
diselenggarakan secara terpisah, sepenuhnya merupakan tanggung jawab
keluarga, dan peserta didiknya pun adalah individu bukan dalam bentuk
kelompok.5
Keluarga, khususnya orangtua, berperan menjadi pendidik utama
dalam pendidikan informal. Oleh karena itu, orangtua harus memperhatikan
materi yang akan diajarkan. Selain itu, materinya pun harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan itu sendiri.
Menurut Helmawati, asas atau dasar materi pendidikan yang akan
diberikan kepada anak hendaknya berdasarkan pada asas agama, asas falsafah,
asas psikologi, dan asas sosial.6 Hal itu bertujuan agar anak memiliki nilai
hidup jasmani, nilai estetis, nilai kebenaran, nilai moral, dan nilai keagamaan,
serta bertindak sesuai dengan nilai tersebut.7
Menurut Laela Maghfiroh, pola asuh orangtua mempengaruhi
kecerdasan emosional anak sebesar 8,8% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain.8 Goleman juga berpendapat sama. Ia mengatakan, kehidupan keluarga
4 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 27
Ayat 1. 5 Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan: Analisis Sosiologi Tentang Praksis
Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), h. 153. 6 Helmawati, Pendidikan Keluarga: Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 53. 7 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), h.
23. 8 Laela Maghfiroh, Pengaruh Pola Asuh Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas
IV SDN Grogol Selatan 01, Kearsipan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, September 2017, h. 67.
3
merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi. Artinya, bagaimana
seseorang merasakan perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memilih
tindakan yang tepat terhadap suatu peristiwa, dan mengungkapkan harapan
serta rasa takut.9
Tim dari University of Washington telah menemukan, orangtua yang
terampil secara emosional memiliki anak-anak yang pergaulannya lebih baik
dan memperlihatkan lebih banyak kasih sayang kepada orangtuanya. Selain
itu, anak-anak ini juga lebih pintar menangani emosinya, dan lebih efektif
menenangkan diri saat marah.10
Namun, sekolah dan budaya lebih menitikberatkan pada kemampuan
akademis dan mengabaikan kecerdasan emosional. Sebab masih banyak
keluarga yang sangat memprioritaskan kecerdasan intelektual (IQ) semata.11
Hal tersebut diperkuat oleh Yuli Setyowati yang menyatakan,
pemahaman dan kesadaran keluarga mengenai pentingnya komunikasi
keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak masih
tergolong rendah.12 Padahal, kecerdasan emosi harus dipupuk dan diperkuat
dalam diri setiap anak. Pasalnya, kecerdasan emosi sangat erat kaitannya
dengan kecerdasan-kecerdasan lain, seperti kecerdasan sosial, moral,
interpersonal, dan spiritual.
Sebagaimana fakta, kecerdasan intelektual bukan merupakan satu-
satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, sebab masih ada
faktor lain yang mempengaruhi. Di antaranya adalah kecerdasan emosional
yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol
desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati, serta kemampuan
bekerja sama.13
9 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia, 2009), h. 268. 10 Ibid., h. 271. 11 Ibid., h. 47. 12 Yuli Setyowati, Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak (Studi
Kasus Penerapan Pola Komunikasi Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Emosi
Anak pada Keluarga Jawa), Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 2 No. 1, Juni 2005, h. 67-78. 13 Jassin Tuloli dan Dian Ekawaty Ismail, Pendidikan Karakter: Menjadikan Manusia
Berkarakter Unggul, (Yogyakarta: UII Press, 2016), h. 122-124.
4
Menurut Goleman, kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan
persiapan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Tak hanya itu, IQ
yang tinggi pun tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan
hidup.14
Senada dengan hal tersebut, Eva Nauli Thaib dalam penelitiannya
menyatakan, kecerdasan emosional dapat dinyatakan sebagai salah satu faktor
yang penting jika siswa memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar
yang lebih baik di sekolah serta menyiapkan mereka menghadapi dunia
nyata.15 Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional merupakan unitas.
Artinya, satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam
mengukir kesuksesan.16
Pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi di SD Al-Zahra
Indonesia Pamulang, terdapat 5-6 siswa di masing-masing kelas VA, VB, dan
VC membutuhkan bimbingan khusus. Para siswa tersebut tidak fokus saat
proses belajar mengajar, kesulitan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
guru, tidak berbaur dengan teman saat diskusi, mudah marah saat tugasnya
tidak terselesaikan, serta mudah mengganggu teman sekelas saat
pembelajaran.17 Kasus-kasus tersebut secara umum disebabkan oleh
rendahnya kapasitas kecerdasan emosional siswa.18
Dalam pandangan Islam, emosi identik dengan nafsu yang
dianugrahkan oleh Allah SWT. Nafsu inilah yang akan membawanya menjadi
baik atau jelek, budiman atau preman, pemurah atau pemarah, dan lain
sebagainya. Keberadaan nafsu dalam diri manusia ini harus dikelola dengan
baik agar mencapai perbuatan-perbuatan yang baik. Sebab pada dasarnya
kecerdasan dalam Islam adalah kemampuan mengelola atau mengendalikan
emosi dan perilakunya.19
14 Daniel Goleman, Op.Cit., h. 47. 15 Eva Nauli Thaib, Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Kecerdasan Emosional,
Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 13 No. 2, Februari 2013, h. 398. 16 Jassin Tuloli dan Dian Ekawaty Ismail, Op.Cit., h. 121. 17 CL 01. 18 Jassin Tuloli dan Dian Ekawaty Ismail, Op.Cit., h. 122-124. 19 Muallifah, Pshyco Islamic Smart Parenting, (Yogyakarta: Diva Press, 2009), h. 129.
5
Dasar pengendalian emosi terdapat pada al-Qur’an surat Al-Hadid
ayat 22-23 berikut ini:
ل يحب كله مختال ف خور لكيل تأسوا على ما فاتكم ول تفرحوا بما آتاكم وللاه
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu
gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”20
Ayat di atas secara spesifik menggambarkan bahwa Allah
memerintahkan kepada manusia agar tidak berlebihan ketika menghadapi
sesuatu. Dengan kata lain ayat di atas memerintahkan agar manusia mampu
mengendalikan diri.
Pengendalian diri dalam Islam juga tercermin dalam hadis Nabi
sebagai berikut:
د با لصر عن ابى هريره رضى للا عنه ان رسو للا صلى للا عليه وسلم قال: ليس السدي
عة انما الشديدالذى يملك نفسه عند الغيب
“Darinya (Abu Hurairah) Radhiyallahu Anhu, ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda, “Orang kuat itu bukanlah orang yang jago bergulat.
Akan tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika
marah.” [shahih, Al-Bukhari (6114) dan Muslim (2609)]21
Hadis di atas sangat jelas, perasaan marah bukan untuk ditunjukkan
atau dilampiaskan sesuka hati. Akan tetapi terdapat anjuran untuk menguasai
nafsunya, dalam hal ini berarti anjuran untuk mengontrol emosinya.
Dalam Islam, bentuk nyata dari kecerdasan emosi adalah akhlakul
karimah atau budi pekerti yang baik. Akhlakul karimah merupakan perbuatan
baik dilakukan oleh seseorang yang muncul atas kemampuan seseorang
memahami nafsu dalam dirinya. Untuk mewujudkan budi pekerti yang baik
tersebut perlu ada kecakapan pengelolaan emosi, meliputi istiqomah
20 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Bumi Restu, 1976),
h. 537. 21 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim,
(Sukoharjo: Insan Kamil).
6
(konsistensi), rendah hati (tawadhu), tulus atau ikhlas, totalitas, seimbang, dan
integritas (membaur).22
Dari permasalahan-permasalahan yang sudah dipaparkan di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Pendidikan Informal Terhadap Kecerdasan Emosional (Studi pada siswa
kelas V SD Al-Zahra Indonesia Pamulang)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya kecerdasan emosional siswa.
2. Kurangnya kesadaran orangtua tentang pentingnya kecerdasan emosional
bagi perkembangan siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini
dibatasi pada pengaruh pendidikan informal terhadap kecerdasan emosional
siswa SD Al-Zahra Indonesia Pamulang yang meliputi:
1. Pendidikan informal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendidikan keluarga.
2. Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa
memiliki self awareness (kesadaran diri), self regulation (mengatur), self
motivation (motivasi), social awareness (kesadaran sosial), dan social
skills (kemampuan bersosial).
3. Siswa yang menjadi responden penelitian ini berjumlah 45 siswa yang
terdiri dari masing-masing kelas V-A, V-B, dan V-C SD Al-Zahra
Indonesia Pamulang.
4. Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus hingga November 2018.
22 Ary Agustian Ginanjar, ESQ; Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual Berdasarkan Islam, (Jakarta: Arga, 2006), h. 208.
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “Adakah
pengaruh dan seberapa besar pengaruh pendidikan informal terhadap
kecerdasan emosional (studi pada siswa SD Al-Zahra Indonesia Pamulang)?”.
E. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan atau
menemukan data empirik tentang pengaruh pendidikan informal terhadap
kecerdasan emosional siswa kelas V SD Al-Zahra Indonesia, Pamulang.
F. Kegunaan Penelitian
1. Bagi individu; sebagai penambahan wawasan serta prasyarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bagi lembaga; penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi maupun
evaluasi dalam meningkatkan kecerdasan emosional maupun
menambahkan bentuk pendidikan informal di SD Al-Zahra Indonesia,
Pamulang.
3. Bagi ilmu pengetahuan; penelitian ini diharapkan dapat menambah
kekayaan keilmuan serta memperkaya hasil penelitian sebelumnya terkait
pendidikan informal dan kecerdasan emosional.
4. Bagi kampus; sebagai tambahan kepustakaan dan referensi penelitian
terkait pendidikan informal maupun kecerdasan emosional.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Menyoal kecerdasan, khalayak ramai memahaminya sebagai
kecakapan seseorang untuk menyelesaikan sebuah masalah yang sedang
dihadapi dan mencari solusi atas semua itu. Definisi intelegensi yang
dituliskan oleh beberapa ahli dalam Wowo Sunaryo Kusnawa menjelaskan
bahwa:
Inteligensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri (Tyler,1956;
Wechsler,1958; Sorenson,1977), inteligensi juga sebagai
kemampuan untuk belajar (Freeman,1971), inteligensi sebagai
kemampuan untuk berfikir abstrak (Mehrens,1973; Terman dalam
Crider, 1983, inteligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik
yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan
seseorang. Binet, 1857-1931 menyatakan bahwa inteligensi
berfungsi sebagai: (1) direction (kemampuan untuk memusatkan
pada suatu masalah yang harus dipecahkan); (2) adaptation
(kemampuan untuk menandakan adaptasi terhadap masalah yang
dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah); (3) criticism
(kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang
dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri), inteligensi sebagai
kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan:
mengandung kesukaran, kompleks, abstrak dan diarahkan pada
tujuan (George D. Stoddard, 1941), serta Whitherington juga
mengemumukan inteligensi adalah “kelakuan cerdas”.23
Bertolak dari beberapa defenisi yang dituliskan para ahli
tersebut, maka dapat ditsimpulkan bahwa, inteligensi (kecerdasan)
merupakan kemampuan mengelola atau mengendalikan stimulus dari luar
diri dengan cara bijaksana sehingga efek atau responnya bersifat positif.
Efek positif mengandung dua pengertian. Pertama, responnya bersifat
efektif maksudnya dimana responnya tepat sesuai dengan yang diharapkan
dan kedua, responnya bersifat produktif, artinya yang dihasilkan
23 Wowo Sunaryo Kuswana, Biopsikologi (Pembelajaran Perilaku), (Bandung:
Alfabeta, 2014), h. 149.
9
maksimal.
Emosi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
didefinisikan sebagai (1) luapan perasaan yang berkembang dan surut
dalam waktu singkat; (2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis.24
Emosi jarang muncul sendiri, mereka tidak berdiri sendiri, tapi
berinteraksi dengan emosi lainnya. Umumnya beberapa emosi muncul dan
pudar bersamaan. Dan yang lebih sering terjadi adalah satu emosi muncul
terlebih dahulu lalu memicu emosi lainnya sambil emosi pertama ini
memudar atau hilang.
Menurut Goleman, emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah
ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar kata emosi
adalah movere, kata kerja dalam Bahasa Latin adalah menggerakkan
atau bergerak. Kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak
dalam emosi. Bahwasanya emosi memancing tindakan, emosi
menjadi akar dorongan untuk bertindak terpisah dari reaksi-reaksi
yang tampak di mata.25
Emosi dapat digambarkan sebagai proses biologis dan hasil
evolusi karena mereka memberikan solusi yang baik untuk pemecahan
suatu masalah berulang seperti yang dihadapi nenek moyang kita
terdahulu. Menurut Wowo Sunaryo Kuswana emosi dapat dibedakan dari
sejumlah konstruksi serupa dalam bidang neuroscience afektif yaitu:
a. Perasaan yang terbaik dipahami sebagai representasi subjektif
dari emosi bagi individu yang mengalaminya.
b. Moods suatu pernyataan afektif difus yang biasanya
berlangsung selama jangka waktu yang lebih lama daripada
emosi, dan juga biasanya kurang intens dibandingkan emosi.
c. Hal yang mempengaruhi untuk topik emosi, perasaan, dan
suasana hati bersama-sama, meskipun biasanya digunakan
bergantian dengan emosi.26
24 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/emosi pada tanggal 1 November 2018 pukul 12:00
WIB. 25 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2007), h. 7. 26 Wowo Sunaryo Kuswana, Opcit., h. 214.
10
Penelitian pada emosi sosial berfokus pada penampilan fisik
emosi termasuk bahasa tubuh manusia (mempengaruhi penampilan).
Sebagai contoh, meskipun tampaknya melawan individu tetapi dapat
membangun reputasi seseorang sebagai seseorang yang harus ditakuti.
Malu dan kebanggaan dapat memotivasi perilaku yang membantu
seseorang mempertahankan seseorang berdiri di sebuah komunitas, dan
harga diri adalah perkiraan seseorang tentang status seseorang.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa emosi adalah keadaan bergejolaknya perasaan (feeling)
sebagai akibat stimulus dari luar. Gejolak perasaan tersebut bisa bersifat
respon positif dan dapat pula bersifat negatif. Gejolak perasaan bersifat
positif tampak pada adanya respon berupa rasa empati, simpati, cinta,
rindu, kasihan, senang, bahagia, percaya diri, optimis, gembira, puas,
terkesima, tergiur, termotivasi dan terimprovisasi dari yang menerima
stimulus. Gejolak perasaan bersifat negatif seperti adanya respon cuek,
antipati, benci, dendam, jengkel, tidak enak, penderitaan, tidak percaya
diri, pesimis, tidak puas, tersontak, bosan, tidak termotivasi dan tidak
terimprovisasi dari yang menerima stimulus.
Akar awal kecerdasan emosional dapat ditelusuri dari karya
Charles Darwin tentang pentingnya ekspresi emosional untuk
kelangsungan hidup dan adaptasi. Penggunaan pertama istilah
“Kecerdasan Emosional” biasanya dihubungkan dengan disertasi Doktor
Wayne Payne, A Study Emotion. Mengembangkan kecerdasan emosional
dari tahun 1985. Namun, sebelum ini, istilah “Kecerdasan Emosional”
telah muncul di Leuner pada 1966.27
Pada 1983, pandangan Gardner dalam Frames Howard Gardner
of Mind. Beliau mengemukakan keragaman kecerdasan terus berkembang.
Gardner menyebut kecerdasan emosional sebagai kecerdasan pribadi yang
terdiri dari kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi.
Kecerdasan antar pribadi merupakan kemampuan untuk memahami orang
27 Ibid., h. 240-243.
11
lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana
bekerja bahu membahu dengan orang lain. Tenaga-tenaga penjualan,
politisi, guru, dokter, perawat dan pemimpin yang sukses merupakan
orang-orang yang mempunyai tingkat kecerdasan antar pribadi yang
sangat tinggi. Kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan korelatif, tetapi
terarah kedalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk
suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta
kemampuan untuk menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh
kehidupan secara efektif. Inti kecerdasan pribadi menurut Gardner
merupakan kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat
suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat orang lain.28
Kemudian, Stanley Greenspan (1989) juga mengajukan model
Emotional Inteligience (EI), diikuti oleh Peter Salovey dan John Mayer
(1989) yang menempatkan kecerdasan pribadi Gardner sebagai dasar
tentang kecerdasan emosional yang diteruskannya dengan memperluas
kemampuan ini menjadi lima faktor utama yaitu: 1. Mengenali emosi diri,
2. Mengelola emosi, 3. Motivasi diri, 4. Empati, 5. Hubungan Sosial29.
Selanjutnya, Daniel Goleman (1995) mengelompokkan kecerdasan
emosional menjadi lima domain yaitu; pemahaman terhadap emosi sendiri,
pengelolaan emosi sendiri, memotivasi diri sendiri, memahami peraan
orang lain, dan menata hubungan dengan orang lain yang dapat dilakukan
dengan jalan memahami perasaan orang lain atau empati.30
Martini Djamaris juga menjelaskan bahwa kecerdasan emosional
melibatkan sejumlah bentuk perilaku, bentuk emosi, dan berbagai bentuk
komunikasi. Selanjutnya, proses dan produk kecerdasan emosional juga
melibatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengurangi stress,
konflik, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengurangi
28 Daniel Goleman, Op.Cit., h. 50–52. 29 Ibid., h. 57-59. 30 Martini Djamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Yayasan
Penamas Murni, 2010), h. 142-143.
12
konflik, meningkatkan hubungan antara manusia, stabilitas, keberlanjutan
dan keharmonisan.31
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali
dengan baik emosi sendiri dan mampu mengelola atau mengendalikannya
dari yang sifatnya negatif atau rendah tingkatannya ketingkatan yang lebih
tinggi serta kemampuan mengenali dengan baik emosi orang lain dan
mampu menyesuaikan atau menjalin hubungan positif dengan orang lain.
2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional dikembangkan karena kecerdasan
intelektual merupakan konsep yang sangat terbatas dalam menjelaskan
kemampuan manusia. Menurut Martini Djamaris kecerdasan emosional
terdiri dari dua aspek, yaitu aspek yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap diri sendiri (seperti: tujuan hidup, arti hidup, respon terhadap
perilaku, dan lain-lain), dan aspek yang berkaitan dengan pemahaman
terhadap perasaan orang lain.32
Sedangkan menurut Daniel Goleman kecerdasan emosional
mencakup lima aspek, yaitu:
a. Kesadaran diri yaitu: kemampuan untuk mengetahui emosi
seseorang, kekuatan, kelemahan, pendorong, nilai-nilai dan tujuan
dan mengakui dampaknya pada orang lain saat menggunakan
insting untuk menuntun keputusan.
b. Self regulasi yaitu: melibatkan, mengontrol atau mengarahkan
emosi pengganggu seseorang dan dorongan dan menyesuaikan
dengan perubahan kondisi.
c. Keterampilan sosial yaitu: mengelola hubungan untuk
memindahkan orang ke arah yang diinginkan
d. Empati yaitu: mempertimbangkan perasaan orang lain terutama
ketika membuat keputusan.
e. Motivasi yaitu: dorongan untuk mencapai demi prestasi.33
31 Ibid., h. 143. 32 Ibid., h. 142. 33 Wowo Sunaryo Kuswana, Op.Cit., h. 245-246.
13
Konsep Goleman mencakup seperangkat kompetensi emosional
dalam setiap konstruk kecerdasan emosional. Kompetensi emosional
bukan bakat bawaan, tetapi kemampuan belajar lebih yang harus
dikerjakan dan dapat dikembangkan untuk mencapai kinerja yang luar
biasa. Tinggi rendahnya kapasitas pemilikan kecerdasan emosional ini
mempengaruhi peran kecerdasan emosional dalam hal pengenalan
perasaannya dan perasaan orang lain.
3. Faktor-faktor Kecerdasan Emosional
Seseorang akan memiliki kecerdasan emosi yang berbeda-beda.
Kecerdasan emosional mencakup penguasaan dalam menangani hubungan
sosial. Orang-orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin
hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi
dan perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisir, dan pintar
menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.
Kecerdasan emosi juga akan dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting penunjangnya hal tersebut diperkuat oleh Goleman dengan
menyatakan bahwa ada faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kecerdasan emosi antara lain:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang. Setiap
manusia akan memiliki otak emosional yang di dalamnya terdapat
sistem saraf pengatur emosi atau lebih dikenal dengan otak
emosional. Otak emosional meliputi keadaan amigdala,
meokorteks, sistem limbik, lobus preforontal dan keadaan lain
yang lebih kompleks dalam otak emosional.
b. Faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang berasal dari luar diri
seseorang. Faktor eksternal kecerdasan emosi adalah faktor yang
datang dari luar dan mempengaruhi perubahan sikap. Pengaruh
tersebut dapat berupa perorangan atau secara kelompok.
Perorangan mempengaruhi kelompok atau kelompok
mempengaruhi perorangan. Hal ini lebih memicu pada
lingkungan.34
34 Daniel Goleman, Op.Cit., h. 422-425, 166-167.
14
Lain Goleman lain Woro Priatini, Melly Latifah, dan Suprihatin
Guhardja. Mereka, dalam penelitiannya, mengatakan, ada tiga faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu tipe pengasuhan, lingkungan
sekolah, dan peran teman sebaya.35
Pertama, tipe pengasuhan pelatih emosi berpengaruh positif
nyata terhadap kecerdasan emosional remaja. Hal ini berarti, orangtua
yang menerapkan tipe pengasuhan pelatih emosi, akan mempunyai anak
remaja yang cerdas secara emosional. Kedua, kecerdasan emosional
dipengaruhi pula oleh disiplin di sekolah. Hal ini berarti semakin baik
disiplin di lingkungan sekolahnya, maka semakin baik pula tingkat
kecerdasan emosional peserta didiknya.
Ketiga, fungsi komparasi sosial dengan teman sebaya
berpengaruh positif sangat nyata terhadap kecerdasan emosional. Artinya
pengaruh teman sebaya sangat kuat pada masa remaja, maka teman sebaya
yang mempunyai kecerdasan emosional yang baik, menjadi model dan
sumber informasi yang baik pula bagi remaja.
4. Karakteristik Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman kecerdasan emosi seseorang dapat pula
dikategorikan seperti halnya kecerdasan intelegensi. Tetapi kategori
tersebut hanya dapat diketahui setelah seseorang melakukan tes
kecerdasan emosi.36
Adapun ciri-ciri seseorang dikatakan memiliki kecerdasan emosi
yang tinggi apabila ia secara sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka.
Tidak mudah takut atau gelisah, mampu menyesuaikan diri dengan beban
stres. Memiliki kemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-
orang atau permasalahan, untuk mengambil tanggung jawab dan memiliki
pegangan moral. Kehidupan emosional mereka kaya, tetapi wajar,
memiliki rasa nyaman terhadap diri sendiri, orang lain serta
lingkungannya. Menurut Goleman seseorang dikatakan memiliki
35 Woro Priatini, dkk, Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah, dan Peran
Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja, Vol. 1 No. 1, Januari 2008, h. 52-53. 36 Ibid., h. 60-61.
15
kecerdasan emosi rendah apabila seseorang tersebut tidak memiliki
keseimbangan emosi, bersifat egois, berorientasi pada kepentingan sendiri.
Tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban yang sedang dihadapi, selalu
gelisah. Keegoisan menyebabkan seseorang kurang mampu bergaul
dengan orang-orang disekitarnya. Tidak memiliki penguasaan diri,
cenderung menjadi budak nafsu dan amarah, mudah putus asa dan
tenggelam dalam kemurungan.37
Dari paparan mengenai perkembangan emosi di atas dapat
disimpulkan bahwa karakteristik kecerdasan emosional yang harus
dimiliki anak yaitu anak dapat mengembangkan rasa percaya dirinya
untuk memotivasi diri, bersemangat dan bekerja keras untuk
keberhasilannya dalam belajar guna meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Pendidikan Informal
1. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani “pedagogie”, yang
akar katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya
membimbing. Jadi, “pedagogie” berarti bimbingan yang diberikan kepada
anak.38
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Menurut Moh. Solikodin
Djaelani pengertian pendidikan adalah:
a. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinnya yang
mencakup rohani (piket, rasa, karsa cipta dan budi nurani) dan
jasmani (panca indra serta keterampilan-keterampilan).
b. Pendidikan juga berarti lembaga yang bertanggung jawab
menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi
pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat.
c. Pendidikan berarti pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh
perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut
37 Ibid., h. 11-15. 38 Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Prenadamedia
Group, 2017), h. 26.
16
dalam mencapai tujuannya.39
Definisi ilmu pendidikan yang dituliskan oleh beberapa ahli,
dalam Hasbullah, menjelaskan bahwa:
a. Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara, ilmu pendidikan adalah
pemikiran ilmiah tentang realitas yang kita sebut pendidikan
(mendidik dan dididik).
b. Menurut Prof. M. J Langeveld, ilmu pendidikan adalah suatu ilmu
yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa
keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa
hendaknya bertindak. Objek ilmu pendidikan ialah proses-proses
atau situasi pendidikan.
c. Dr. Sutari Imam Barnadib, ilmu pendidikan mempelajari suasana
dan proses-proses pendidikan.
d. Menurut Prof. Brodjonegoro, ilmu pendidikan adalah teori
pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti yang luas
ilmu pendidikan merupakan pengetahuan yang mempelajari soal-
soal yang timbul dalam praktik pendidikan40.
Menurut pendapat Syafril dan Zelhendri Zen mengemukakan
bahwa pendidikan adalah:
Upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
manusia dan melahirkan teori-teori pendidikan. Hakikat ilmu
pendidikan didasarkan kepada asumsi dasar pendidikan yang
mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses interaksi
yang bersifat manusiawi untuk menyiapkan peserta didik
menghadapi lingkungan yang senantiasa mengalami perubahan demi
meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat, yang
berlangsung seumur hidup, sehingga memperoleh kiat menerapkan
IPTEK. Hal ini hanya bisa dicapai kalau pendidik melaksanakan
peranannya yang dinamis berupa pengendalian (proses menjadikan
peserta didik menjadi dirinya sendiri sedini mungkin dan
berlangsung sepanjang hayat)41.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa ilmu pendidikan membahas masalah-masalah yang
bersifat ilmu secara teori maupun praktis. Ilmu pendidikan juga berisi
39 Moh. Solikodin Djaelani, dkk, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Pustaka
Mandiri, 2015), h. 7. 40 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada,
2017), h. 5-6. 41 Syafril dan Zelhendri Zen. Op.Cit., h. 44-46.
17
tentang masalah-masalah yang menyangkut teori-teori, pedoman-pedoman
maupun prinsip-prinsip tentang pelaksanaan pendidikan secara ilmiah, dan
bergerak dari praktik kepenyusunan sistem pendidikan.
2. Faktor-faktor Pendidikan
Dalam aktivitas pendidikan ada enam faktor pendidikan yang
dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi namun faktor
integratifnya terutama terletak pada pendidik dengan segala kemampuan
dan keterbatasannya yang mencakup: faktor tujuan, faktor pendidik, faktor
peserta didik, faktor isi atau materi pendidikan, faktor metode pendidikan
dan faktor situasi lingkungan.42 Menurut Sutari Imam Barnadib, dalam
Hasbullah, perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor tertentu
yang mempengaruhi pikiran dan menentukan, yaitu:
a. Adanya tujuan yang hendak dicapai
b. Adanya subjek manusia (pendidik dan anak didik) yang melakukan
pendidikan.
c. Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu (milieu).
d. Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujauan.43
Antara faktor yang satu dengan faktor lainnya, tidak bisa
dipisahkan, karena semuanya saling mempengaruhi. Telah merupakan
pengetahuan umum bahwa pendidikan berlangsung sepanjang hayat (life
long) dan dilaksanakan melalui tiga jalur atau tiga lingkungan: pendidikan
informal, pendidikan formal yang diperoleh dari lembaga pendidikan/
sekolah, dan nonformal atau yang didapatkan dari luar sekolah. Sejalan
dengan hasil-hasil pengkajian bahwa pendidikan informal memegang
peran penting dalam pembentukan kepribadian, dan pendidikan nonformal
juga semakin penting bagi pendidikan orang dewasa.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa, faktor-faktor
pendidikan bertujuan untuk membantu seseorang dalam menghadapi
pembelajaran sepanjang hayat. Maksudnya agar manusia tersebut mampu
42 Moh. Solikodin Djaelani, dkk, Op.Cit., h. 8-11. 43 Hasbullah, Op.Cit. h. 7-8.
18
meningkatkan kualitas hidup.
3. Pendidikan Informal
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan informal diatur dalam tiga pasal, yaitu
pasal 1, 13, dan 27. Dalam pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan; pasal 13 mengemukakan
bahwa pendidikan informal, nonformal dan formal, saling melengkapi dan
saling memperkaya; pasal 27 memuat dua hal yaitu bahwa pendidikan
informal dilakukan oleh keluarga dan berbentuk kegiatan belajar mandiri,
dan bahwa hasil pendidikan informal itu diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didiknya luas dalam ujian sesuai
dengan standar nasional pendidikan.44
Untuk kajian sosiologi pendidikan, pasal 27 ayat 1 yang
menerangkan bahwa pendidikan informal diselenggarakan oleh keluarga
memerlukan penjelasan karena dalam sosiologi ada dua konsep yang
berbeda dan sering terkacaukan dalam penggunaannya, yaitu keluarga
(family): satuan sosial yang terbentuk melalui pernikahan ,dan rumah
tangga (household): kesatuan sosial yang memiliki satu kehidupan-rumah
bersama.45
Pendidikan informal diperoleh dan berlangsung sepanjang hayat,
tetapi meskipun demikian yang terpenting adalah jalur pendidikan
informal dalam rumah tangga dan lingkungan, yang saling melengkapi
dengan pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan informal dalam
rumah tangga disebut juga pengasuhan, meliputi perawatan atau
pemeliharaan fisik dan pendidikan. Pendidikan informal juga memainkan
peran yang amat penting dalam pembentukan kepribadian, tetapi kurang
mendapat perhatian, baik dari masyarakat maupun pemerintah.
Pengasuhan dalam rumah tangga dimulai sejak hari kelahiran
(diyakini juga sejak anak dalam kandungan) dan berakhir pada saat anak
44 H. Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset, 2016), h. 150. 45 Ibid.
19
memasuki usia dewasa. Sementara itu, peran lingkungan berlangsung
terus sesudah individu memasuki usia dewasa bahkan sampai akhir hayat.
Komponen-komponen pendidikan informal berkembang sejalan
dengan usia anak. Mula-mula pendidikan informal sepenuhnya merupakan
pendidikan dalam rumah tangga, kemudian ditambah dengan lingkungan
sekitar, dan seterusnya ditambah lagi dengan melibatkan pendidikan
formal. Pada usia dewasa, secara mandiri individu menetapkan sendiri
sumber pendidikan informal itu. Di dalam perkembangannya,
ketergantungan berkurang bersamaan dengan meningkatnya kemandirian.
4. Pendidikan Keluarga
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar
seorang pelayan. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan
educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam
bahasa Inggris, pendidik berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di
dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang
berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.46 Dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.47
Jadi, pendidikan adalah segala usaha manusia untuk menciptakan
kualitas hidup yang baik. Selain itu, untuk bisa bergaul dan berbaur dalam
masyarakat.
46 Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h.
19. 47 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), h. 98.
20
Sedangkan pengertian keluarga menurut Helmawati adalah
kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai
pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing
anggotanya. Selain itu, keluarga merupakan tempat pertama dan utama di
mana anak-anak belajar.48 Dalam pengertian lain, keluarga merupakan
sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan dengan suatu
tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir
batin.49
Antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak
dapat dipisahkan. Sebab, dimana ada keluarga di situ ada pendidikan.
Ketika orang tua melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mendidik
anak, maka pada waktu yang sama anak mendapatkan dan mengilhami
pendidikan dari orangtua.
Dalam UU Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai
budaya, nilai moral dan keterampilan.50 Maksudnya, pendidikan keluarga
bersifat mandiri dan tidak terstruktur seperti di sekolah maupun lembaga
bimbingan belajar. Namun walau begitu, pendidikan keluarga memberikan
pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan keluarga adalah usaha
bersama anggota keluarga terutama orangtua dalam mewujudkan keluarga
yang terpenuhi kebutuhan spiritual dan materiilnya, melalui penanaman
nilai-nilai keagamaan, sosial budaya, cukup kasih sayang, terpenuhi
pendidikan, ekonomi, dan peduli terhadap lingkungan.
48 Helmawati, Pendidikan Keluarga: Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 42-43. 49 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orangtua dan Komunikasi dalam Keluarga,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 18. 50 Chabib Thoha, Op.Cit., h. 103.
21
5. Fungsi Keluarga
Menurut Ahmad Tafsir, dalam Helmawati, menyatakan bahwa
fungsi pendidik dalam keluarga harus dilakukan untuk menciptakan
keharmonisan baik di dalam maupun di luar keluraga itu. Oleh karena itu,
para orangtua harus menjalankan fungsi sebagai pendidik dalam keluarga
dengan baik, khususnya ayah sebagai pemimpin dalam keluaraga. fungsi
pendidikan dalam keluarga di antaranya fungsi biologis, fungsi ekonomi,
fungsi kasih sayang, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan, fungsi
sosialisasi anak, fungsi rekreasi, fungsi status keluarga, dan fungsi
agama.51
Berdasarkan fenomena di atas, terciptanya output pendidikan
yang gagal disebabkan tidak terpenuhinya fungsi keluraga yang sehat dan
bahagia. Mengutip Dadang Hawari, Nick De Frain, dalam “The National
Study On Family Strength”, mengemukakan lima hal tentang pegangan
atau kriteria menuju hubungan keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu: a)
terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga; b) tersedianya waktu
bersama keluarga; c) interaksi segitiga (ayah, ibu, dan anak); d) saling
menghargai dalam interaksi ayah, ibu, dan anak harus erat dan kuat; dan e)
jika keluarga mengalami krisis, prioritas utama adalah keluarga.52
Berdasarkan kriteria tersebut Sudjana mencatat ada enam fungsi
yang harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil, yaitu:
a) fungsi biologis; b) fungsi edukatif; c) fungsi religius; d) fungsi
protektif; e) fungsi sosialisasi anak; dan f) fungsi ekonomis.53 Dari
keenam fungsi tersebut, salah satu fungsi yng sangat penting untuk
difungsikan dalam keluarga adalah fungsi religius karena dalam era
globalisasi telah terjadi reduksi pada fungsi religius.
Sementara Samsul Nizar, dalam Helmawati menyatakan, dalam
memberdayakan pendidikan keluarga sangat relevan untuk dibahas
beberapa fungsi keluarga. selanjutnya ia membagikan fungsi keluarga
51 Helmawati, Op.Cit., h. 44. 52 Ibid. 53 Ibid.
22
menjadi delapan fungsi, yaitu:54
a. Fungsi Agama
Fungsi agama adalah penanaman keimanan dan takwa untuk
mengajarkan kepada anggota keluarga agar selalu menjalankan
perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi larangan-Nya.
Penerapan pembelajaran ini dapat dilaksanakan dengan metode
pembiasaan dan peneladanan.
Dari teori di atas, dapat mengungkapkan, apabila suatu
keluarga menjalankan fungsi keagamaan maka keluarga tersebut akan
memiliki suatu pandangan bahwa kedewasaan seseorang di antaranya
ditandai oleh suatu pengakuan pada suatu sistem dan ketentuan norma
beragama yang direalisasikan dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.
b. Fungsi Biologis
Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar
keberlangsungan hidupnya tetap terjaga secara fisik. Maksudnya,
pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani manusia.
Dari teori di atas, maka dapat disimpulkan, kebutuhan dasar manusia
untuk terpenuhinya kebutuhan biologis yaitu berupa kebutuhan seksual
yang berfungsi untuk menghasilkan keturunan (regenerasi).
c. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana pengaturan
penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah
tangga. Maksudnya adalah seorang istri harus mampu mengelola
keuangan yang diserahkan oleh suaminya dengan baik.
Dari teori di atas, fungsi ekonomi yaitu pemenuhan
kebutuhan yang bersifat prioritas dalam keluarga. Sehingga,
penghasilan yang diperoleh suami akan dapat mencukupi kebutuhan
hidup keluarga.
d. Fungsi Kasih Sayang
Fungsi ini menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga
54 Ibid., h. 44-49.
23
harus menyayangi satu sama lain. Di mana, orangtua hendaknya
menunjukkan dan mencurahkan kasih sayang kepada anaknya secara
tepat.
Dari teori di atas dapat disimpulkan, kasih sayang bukan
hanya berupa materi yang diberikan. Tetapi perhatian, kebersamaan
yang hangat sebagai keluarga, saling memotivasi dan mendukung
untuk kebaikan bersama anggota keluarga.
e. Fungsi Perlindungan
Fungsi ini menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga
harus menjaga atau melindungi setiap anggota keluarganya dengan
memberikan kenyamanan dan keamanan dalam keluarga. Sehingga
tidak ada anggota keluarga saling menyakiti keluarganya, baik secara
fisik maupun psikis, serta menjaga kenyamanan situasi dan kondisi
lingkungan sekitar agar terbentuk keluarga yang sehat dan bahagia.
f. Fungsi Pendidikan
Pada fungsi ini menekankan, pendidikan merupakan salah
satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan martabat dan
peradaban manusia. Dalam fungsi ini, ayah sebagai seorang pemimpin
dalam keluarga atau seorang kepala keluarga hendaknya memberikan
bimbingan dan pendiidkan bagi setiap anggota keluarga, baik itu istri
maupun anak-anaknya. Karena anak-anak melihat, mendengar, dan
melakukan apa yang diucapkan atau dikerjakan orangtuanya. oleh
karena itu, tutur kata dan perilaku orangtua hendaknya dapat menjadi
teladan bagi anak-anaknya. Sekolah yang dipilih hendaknya mampu
mewakili orangtua untuk mendidik anak dalam mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya.
g. Fungsi Sosialisasi Anak
Fungsi ini menjelaskan, dalam keluarga sejak dini ketika
berkomunikasi hendaknya anak mulai diajarkan untuk mampu
mendengarkan, menghargai, dan menghormati orang lain, serta peduli
dengan lingkungan sekitar dan diajarkan untuk bersikap jujur, saling
24
membantu, saling menyayangi, dan bertanggung jawab. Tidak hanya
kepada manusia, tetapi anak juga harus mempunyai etika yang baik
terhadap makhluk hidup lainnya.
h. Fungsi Rekreasi
Pada fungsi ini menyatakan, rekreasi merupakan salah satu
hiburan bagi jiwa dan pikiran. Orangtua memberi waktu untuk
menyegarkan pikiran, menenangkan jiwa, dan lebih mengakrabkan tali
kekeluargaan pada setiap anggota keluarganya.
6. Materi Pendidikan Keluarga
Seiring dengan tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan
anak-anaknya, maka materi atau kurikulum pendidikan yang akan
diajarkan dalam keluarga seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan dan
tujuan pendidikan itu sendiri. Orangtua sebagai pendidik yang pertama
dan utama kiranya perlu mengetahui materi pendidikan apa saja yang
harus diberikan kepada anak-anaknya. Apakah materi itu dapat memenuhi
harapan orangtuanya di kemudian hari atau dapatkah materi pendidikan itu
memenuhi kebutuhan kebahagiaan anaknya di dunia dan di akhirat.
Asas atau dasar materi pendidikan yang akan diberikan kepada
anak hendaknya berdasarkan pada asas agama, asas falsafah, asas
psikologi, dan asas sosial. Pendidikan yang diberikan dalam keluarga
islami tentunya harus berlandaskan nilai-nilai atau ajaran agama Islam.55
Pendidikan yang berasaskan pada agama akan membantu anak
dalam memiliki iman yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga
anak akan mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mampu
menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pendidikan agama
akan membentuk akhlak mulia serta menjadi manusia yang produktif.
Materi pendidikan yang berasaskan falsafah mengandung arti
materi pendidikan yang bermuatan nilai-nilai spiritual, nilai natural, nilai-
nilai kemanusiaan, nilai-nilai realistik, nilai-nilai perubahan, dan nilai-
nilai kemanfaatan. materi pendidikan yang berasaskan psikologi berarti
55 Ibid., h. 53.
25
pelajaran yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tahap
perkembangan, pertumbuhan, kematangan, bakat, minat, keinginan-
keinginan, kecakapan, dan perbedaan anak itu sendiri.56
Materi pendidikan yang berasas sosial mengandung makna
materi pendidikan berisikan pengetahuan (sains), kepercayaan, nilai-nilai
ideal, keterampilan, cara berpikir, cara hidup, adat kebiasaan, tradisi,
undang-undang, sistem pemerintahan, kesusateraan, seni, dan unsur sosial
kemasyarakatan lainnya sehingga anak akan tumbuh menjadi warga
negara yang baik dan berguna selain untuk dirinya juga untuk lingkungan
sosialnya.57
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini juga pernah diangkat sebagai topik penelitian oleh
beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk
mempelajari penelitian-penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat
dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penellitian ini. Antara
lain penelitian yang telah dilakukan oleh:
1. Eva Nauli Thaib pada 2013 dengan judul “Hubungan Antara Prestasi
Belajar dengan Kecerdasan Emosional” menyatakan dalam penelitiannya,
kecerdasan emosional dapat dinyatakan sebagai salah satu faktor yang
penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan
untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik di sekolah serta menyiapkan
mereka menghadapi dunia nyata. Untuk itu disarankan kepada pihak
sekolah terutama guru-guru pengajar agar memasukkan unsur-unsur
kecerdasan emosioal dalam menyampaikan materi serta melibatkan emosi
siswa dalam proses pembelajaran.
2. Yuli Setyowati pada 2005 dengan judul “Pola Komunikasi Keluarga dan
Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus Penerapan Pola Komunikasi
Keluarga dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan Emosi Anak pada
56 Ibid. 57 Ibid.
26
Kelurga Jawa)” menyatakan dalam penelitiannya, pemahaman dan
kesadaran keluarga mengenai pentingnya komunikasi keluarga dan
pengaruhnya terhadap perkembangan emosi anak masih tergolong rendah.
Selain itu, pengaruh penerapan pola komunikasi keluarga terhadap
perkembangan emosi anak akan bersifat positif apabila di dalam keluarga
terdapat budaya komunikasi yang demokratis.
3. Laela Maghfiroh pada 2017 dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orangtua
Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV SDN Grogol Selatan 01”
menyatakan dalam penelitiannya, pola asuh orangtua berpengaruh
terhadap kecerdasan emosional anak sebesar 8,8% serta sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain.
4. Woro Priatini, Melly Latifah, dan Suprihatin Guhardja pada 2008 dengan
judul “Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah, dan Peran Teman
Sebaya Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja” menyatakan dalam
penelitiannya, ada tiga faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional,
yaitu tipe pengasuhan, lingkungan sekolah, dan peran teman sebaya. Dan
35,5% kecerdasan emosional remaja dipengaruhi oleh faktor tersebut.
D. Kerangka Teoritik
Kecerdasan emosional merupakan sebuah hal yang sangat penting
karena meskipun intelektual dapat mengatakan banyak hal secara objektif,
namun tidak dapat memberitahu bagaimana perasaan kita menjadi bijaksana,
karena wewenang kecerdasan emosional adalah hubungan pribadi dengan
orang lain. Selain itu, kecerdasan emosional itu sendiri bertanggungjawab
untuk penghargaan diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan adaptasi sosial.
Kecerdasan emosional bukan hanya berguna untuk mengendalikan
diri. Lebih dari itu, kecerdasan emosional juga dapat mencerminkan
kemampuan dalam “mengelola” perasaan kepada seseorang atau sesuatu.
Banyak keuntungan bila seseorang memiliki kecerdasan emosional
yang baik atau memadai. Pertama, kecerdasan emosional jelas mampu
menjadi alat untuk pengendalian diri, sehingga seseorang tidak terjerumus ke
27
dalam tindakan–tindakan bodoh, yang merugikan dirinya sendiri maupun
orang lain.
Kedua, kecerdasan emosional biasa diimplementasikan sebagai cara
yang sangat baik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan
pemahaman tentang diri, kecerdasan emosional juga dapat memotivasi diri
agar tidak terpuruk dalam kegagalan.
Ketiga, kecerdasan emosional adalah modal penting bagi seseorang
untuk dapat mengembangkan bakat dalam dirinya. Pasalnya, jika siswa
tersebut memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka ia mampu
memahami dirinya sendiri dan dapat mengukur kemampuannya.
Untuk mewujudkan anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional
tersebut, tentu ada kiat-kiat khusus yang dapat dilakukan. Pendidikan Informal
sesungguhnya sangatlah penting dalam mengembangkan kemandirian dan
pematangan, baik emosi atau intelek anak-anak. Orangtua banyak
memberikan pengaruh dan warna kepribadian seorang anak. Apapun yang
terjadi pada pendidikan keluarga, akan membawa pengaruh terhadap
kehidupan anak. Tindakan dan sikap orangtua seperti menerima anak,
mencintai anak, mendorong, dan membantu anak aktif dalam kehidupan
bersama, agar anak memiliki nilai hidup jasmani, nilai estetis, nilai kebenaran,
nilai moral, dan nilai keagamaan, serta bertindak sesuai dengan nilai tersebut,
merupakan perwujudan dari peran mereka sebagai pendidik.
Berdasarkan telaah pustaka di atas, maka disususn suatu kerangka
berpikir teoritis yang menyatakan bahwa pengaruh antara variabel penelitian
ini, untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran teoritis digambarkan dalam
gambar 2.1:
28
Gambar 2.1
Kerangka Teoritik
Keterangan
Variabel Bebas (X) : Pendidikan Informal
Variabel Terikat (Y) : Kecerdasan Emosional
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan.58 Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang
telah disampaikan di atas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
“Terdapat pengaruh positif dan signifikan pendidikan informal terhadap
kecerdasan emosional siswa kelas V SD Al-Zahra Indonesia Pamulang.”
58 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2006), h. 71.
Pendidikan Informal
Keluarga
Kecerdasan Emosional
a. Mengenali Emosi Diri
b. Manajemen Emosi
c. Memotivasi Diri Sendiri
d. Mengenali Emosi Orang
Lain
e. Menjalin Hubungan / Relasi
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Al-Zahra Indonesia Pamulang yang
beralamat di Jl. Vila Dago Boulevard Blok G, Benda Baru, Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten 15415.
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai pada Agustus hingga
November 2018. Penelitian dilakukan secara bertahap dimulai dari mencari
pokok permasalahan, mencari data, proses pengumpulan data, pengolahan
data, hingga tahap laporan penelitian.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Jadwal Kegiatan Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengesahan Judul
2 Observasi
3 Bimbingan BAB I
4 Bimbingan BAB II
5 Bimbingan BAB III
6 Seminar Proposal
7 Penelitian
8 Bimbingan BAB IV
9 Bimbingan BAB V
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kuantitatif. Menurut Sugiyono, metode kuantitatif dapat diartikan
sebagai:
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
30
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan.59
Penelitian kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap
obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam
penelitiannya ada variabel independen dan dependen.60 Semisal, dalam
penelitian ini pendidikan informal sebagai variabel independen (sebab) dan
kecerdasan emosional sebagai variabel dependen (akibat).
Menurut Nazir, desain penelitian dalam pengertian yang lebih sempit
hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja.61 Penelitian ini
menggunakan desain penelitian survei dengan teknik pengumpulan data
berupa kuesioner guna mengetahui pengaruh variabel X (Pendidikan Informal)
terhadap variabel Y (Kecerdasan Emosional).
Seperti pendapat Gee, dalam Nazir, desain untuk survei mengikuti
pola percobaan dengan kontrol statistik ataupun dengan analisis korelasi atau
regresi dalam menentukan tingkat hubungan yang terjadi.62 Berikut bagan
desain penelitian ini:
Gambar 3.1
Bagan Desain Penelitian
Keterangan
X : Pendidikan Informal
Y : Kecerdasan Emosional
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
59 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, Cet. 19, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 14. 60 Ibid., h. 19. 61 Nazir, Metode Penelitian, Cet. 6, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 84. 62 Ibid., h. 90.
X Y
31
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya63. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa Kelas V SD Al-Zahra Indonesia Pamulang. Terdapat tiga
kelas, di mana masing-masing kelas terdiri dari 23 siswa. Jadi total
keseluruhan populasi yaitu berjumlah 69 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.64 Sampel sifatnya harus representatif dalam arti
segala karakteristik populasi hendaknya tercerminkan pula dalam sampel
yang diambil.65 Berikut tabel distribusi jumlah populasi dan sampel
penelitian:
Tabel 3.2
Distribusi Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
No. Kelas Populasi Sampel
1. V A 23 15
2. V B 23 15
3. V C 23 15
Jumlah 69 45
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah simple random sample (sampel acak sederhana). Dimana menurut
Nazir, cara untuk melakukan teknik ini adalah tiap unit populasi diberi
nomor. Kemudian sampel yang diinginkan ditarik secara random, baik
dengan menggunakan random numbers ataupun dengan undian biasa.66
Sampel penelitian ini sebanyak 45 siswa, di mana masing-masing kelas V
A, V B, dan V C diambil sebanyak 15 siswa.
63 Sugiyono, Op.Cit., h. 117. 64 Ibid., h. 118. 65 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 6. 66 Nazir, Op.Cit., h. 276.
32
D. Variabel Penelitian
Menurut Suwarno, dalam Riduwan dan Akdon, variabel adalah
karakteristik yang dapat diamati dari sesuatu (objek), dan mampu memberikan
bermacam-macam nilai atau beberapa kategori.67 Senada dengan Suwarno,
Kadir menjelaskan, variabel adalah konsep yang mempunyai nilai yang
berubah-ubah atau mempunyai variasi nilai, keadaan, kategori, atau kondisi.68
Berdasarkan fungsinya dalam konstelasi variabel penelitian, variabel
terdiri atas: variabel bebas, tak bebas, kontrol, moderator, dan intervening.69
Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan tak
bebas.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau biasa disebut variabel independen, stimulus,
prediktor, atau antecedent adalah variabel memengaruhi variabel lain.70
Variabel bebas atau variabel X dalam penelitian ini adalah pendidikan
informal.
2. Variabel Tak Bebas
Variabel tak bebas atau biasa disebut variabel dependen, respons, atau
kriteria adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.71 Variabel tak
bebas atau variabel Y dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono, instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.72 Instrumen
penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Sehingga,
jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada
jumlah variabel yang diteliti.
67 Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, Cet. 2, (Bandung:
Alfabeta, 2007), h. 6. 68 Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), h. 7. 69 Ibid., h. 8. 70 Ibid. 71 Ibid. 72 Sugiyono, Op.Cit., h. 148.
33
Penelitian ini menggunakan jenis instrumen kuesioner. Menurut
Sugiono, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.73
Alternatif jawaban yang ada dalam kuesioner bisa juga
ditranformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data
interval. Caranya ialah dengan jalan memberi skor terhadap setiap jawaban
berdasarkan kriteria tertentu.74
Selanjutnya, untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada
dalam alat ukur, peneliti harus membuat acuan agar alat ukur tersebut bila
digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, seperti selalu,
sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah. Selanjutnya untuk keperluan
analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor.75
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Skala Likert
No. Jenis Jawaban Skor
Positif Negatif
1 Selalu (SL) 5 1
2 Sering (SR) 4 2
3 Kadang-kadang (KK) 3 3
4 Jarang (JR) 2 4
5 Tidak Pernah (TP) 1 5
73 Ibid., h. 199. 74 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Cet. 14, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 71. 75 Sugiyono, Op.Cit., h. 135.
34
1. Instrumen Kecerdasan Emosional
a. Definisi Konseptual
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk
mengatur diri, memotivasi diri, berempati kepada orang lain, dan
mampu berhubungan baik dengan lingkungan sekitar.
b. Definisi Operasional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa kelas V SD
Al-Zahra Indonesia Pamulang dalam mengelola kemampuan
emosional yang dapat diukur melalui kesadaran emosi diri sendiri,
kemampuan memanajemen emosi, kemampuan memotivasi diri,
kemampuan mengenali emosi orang lain serta menjalin hubungan
dengan orang lain.
c. Kisi-kisi
Penulis membuat pernyataan sebagaimana definisi
operasional variabel Y (Kecerdasan Emosional) sebanyak 45 soal.
Berikut penjelasannya:
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
Variabel Dimensi Indikator Butir Soal
(+) (-)
Variabel
Kecerdasan
Emosional
Mengenali
Emosi Diri
1. Kesadaran Diri 1,2,3 4,5
Manajemen
Emosi
1. Menempatkan perasaan
dengan tepat
6,7
2. Kemampuan menghibur
diri sediri
8,9
3. Melepaskan kecemasan 10 4. Melepaskan kemurungan 11,12 5. Melepaskan
Ketersinggungan
13,14 15
Memotivasi
Diri Sendiri
1. Menata emosi sebagai alat
mencapai tujuan
16,17 18
2. Mengendalikan diri
terhadap kepuasan
19
3. Dorongan hati 20,21 4. Produktif dan efektif dalam
berkarya
22 23
35
Variabel Dimensi Indikator Butir Soal
(+) (-) Mengenali
Emosi Orang
Lain
1. Mampu menerima sudut
pandang orang lain
24
2. Keterampilan dalam
bergaul
25,26
3. Mampu mendengarkan
orang lain
27,28
4. Memiliki kepekaan
terhadap orang lain
29,30 31
Menjalin
Hubungan/
Relasi
1. Bersikap demokratis 32,33 2. Dapat hidup selaras dengan
kelompok
34,35
3. Memahami pentingnya
membina hubungan dengan
orang lain
36,37,
38 39
4. Mampu menyelesaikan
konflik dengan orang lain
40,41 42
5. Senang berbagi rasa dan
bekerja sama
43,44 45
Total: 45
2. Instrumen Pendidikan Informal
a. Definisi Konseptual
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan yang
berlangsung di dalam keluarga. Dimana di dalamnya keluarga
mendidik anak untuk membangun nilai-nilai keagamaan, budi pekerti
yang baik sehingga dapat diimplementasikan di lingkungan sekitar.
b. Definisi Operasional
Asas atau dasar materi pendidikan yang akan diberikan
kepada anak hendaknya berdasarkan pada asas agama, asas falsafah,
asas psikologi, dan asas sosial.76
1) Pendidikan yang diberikan dalam keluarga islami tentunya harus
berlandaskan nilai-nilai atau ajaran agama islam. Pendidikan yang
berasaskan pada agama akan membantu anak untuk memiliki iman
yang kuat kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga anak akan
mampu membedakan mana yang baik dan buruk serta mampu
menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pendidikan
76 Helmawati, Pendidikan Keluarga: Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 53.
36
agama akan membentuk akhlak mulia serta menjadi manusia yang
produktif.
2) Materi pendidikan yang berasaskan falsafah mengandung arti
materi pendidikan yang bermuatan nilai-nilai spiritual, nilai-nilai
natural, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai realistik, nilai-nilai
perubahan, dan nilai-nilai kemanfaatan.
3) Materi pendidikan yang berasaskan psikologi berarti pelajaran
yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tahap
perkembangan, pertumbuhan, kematangan, bakat, minat,
keinginan-keinginan, kecakapan, dan perbedaan anak itu sendiri.
4) Materi pendidikan yang berasaskan sosial mengandung makna
materi pendidikan berisikan pengetahuan (sains), kepercayaan,
nilai-nilai ideal, keterampilan, cara berpikir, cara hidup, adat-
kebiasaan, tradisi, undang-undang, sistema pemerintahan,
kesusastraan, seni, dan unsur sosial kemasyarakatan lainnya
sehingga anak akan tumbuh menjadi warga negara yang baik dan
berguna selain untuk dirinya juga untuk lingkungan sosialnya.
c. Kisi-kisi
Penulis membuat pernyataan sebagaimana definisi
operasional variabel X (Pendidikan Informal) sebanyak 25 soal.
Berikut penjelasannya:
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Variabel X (Pendidikan Informal)
Variabel Dimensi Indikator Butir Soal
(+) (-)
Pendidikan
Informal /
Pendidikan
Keluarga
Asas
Agama
Anak mampu
membedakan yang
baik dan buruk,
mampu menjalankan
perintah dan menjauhi
larangan Tuhan,
membentuk akhlak
mulia, serta menjadi
1,2,4,5
3,6
37
manusia yang
produktif.
Asas
Falsafah
Memahami nilai-nilai
spiritual, natural,
kemanusiaan,
realistik, perubahan,
dan kemanfaatan.
7,8,9,11 10,13
Asas
Psikologi
Dapat mengevaluasi
tahap perkembangan,
pertumbuhan,
kematangan, bakat,
minat, keinginan-
keinginan, kecakapan,
dan perbedaan anak.
12,14,15,16 17,20
Asas
Sosial
Mampu
mengaplikasikan
pengetahuan,
kepercayaan, nilai-
nilai ideal,
keterampilan, cara
berpikir, cara hidup,
adat-kebiasaan,
tradisi, undang-
undang, sistem
pemerintahan,
kesusastraan, seni, dan
unsur sosial.
18,19,21,23,24 22,25
F. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya
dinilai.77 Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Jenis validitas yang dipilih dalam
penelitian ini adalah validitas isi.
Menurut Nana, validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat
penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut
77 Nana Sudjana, Op.Cit. h. 12.
38
mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak
diukur.78
Penelitian ini menggunakan analisis validitas jenis korelasi
moment product atau metode Pearson yang diberi notasi “r”. Berikut
rumus Peason Product Moment:79
Keterangan
rhitung : koefisien korelasi
∑X : jumlah skor dalam sebaran X
∑Y : jumlah skor dalam sebaran Y
∑XY : jumlah hasil skor X dan skor Y
∑X2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
∑Y2 : jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
n : jumlah responden
Setelah dihitung koefisien korelasinya (rhitung) menggunakan
rumus Pearson Product Moment, bandingkan dengan rtabel dimana n = 45
dengan α = 5% (0,05) pada tabel r product moment. Adapun kriteria
keputusannya:80
Jika rhitung > rtabel, maka butir instrumen dinyatakan valid
Jika rhitung < rtabel, maka butir instrumen dinyatakan gugur
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi responden dalan menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-
kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun
dalam suatu bentuk kuesioner.81
78 Ibid., h. 13. 79 Ibid., h. 144. 80 V. Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2015), h. 192. 81 Ibid.
39
Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap
seluruh butir pertanyaan. Adapun kriteria keputusannya:82
Jika nilai Alpha > 0,60 maka instrumen dinyatakan reliabel
Jika nilai Alpha < 0,60 maka instrumen dinyatakan tidak reliabel
G. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data
dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan
layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov.83 Adapun kriteria keputusannya:84
Jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
2. Uji Homogenitas
Populasi-populasi dengan varians yang sama besar dinamakan
populasi dengan varians yang homogen.85 Ada beberapa metode yang
telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini, salah satu yang terkenal
yakni Uji Bartlett
Setelah melakukan uji normalitas, maka dilakukan uji
homogenitas yang berfungsi untuk mengetahui apakah populasi homogen
atau heterogen. Analisis ini menggunakan bantuan program SPSS versi
19.0 yaitu menggunakan teknik Levene Statistic. Adapun kriteria
keputusannya sebagai berikut: 86
Jika nilai probabilitas > 0,05, maka dinyatakan homogen
Jika nilai probabilitas < 0,05, maka dinyatakan tidak homogen
82 Ibid. 83 Ibid., h. 52 84 Ibid., h. 55 85 Sudjana, Op.Cit., h. 249. 86 Ibid., h. 109.
40
H. Uji Hipotesis
Hipotesis ini diuji dengan teknik analisis regresi. Analisis regresi
adalah teknik analisis yang khas untuk jenis penelitian asosiatif. Analisis
regresi bertujuan mempelajari “pengaruh” variabel bebas (predictor) terhadap
variabel tak bebas (criterion).87
Jika skala pengukuran data dari dua variabel yang akan dianalisis
merupakan skala interval atau rasio, maka untuk menjelaskan pengaruh antara
kedua variabel tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan regresi
sederhana.88
Jika sudah mendapatkan nilai rhitung, maka peneliti dapat memberi
interpretasi terhadap kuatnya hubungan atau pengaruh antara variabel X
dengan variabel Y. Berikut pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi:89
Tabel 3.6
Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Untuk menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang
ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang ada, maka perlu diuji
signifikansinya. Berikut rumus uji signifikansi korelasi product moment:90
Keterangan
thitung : Nilai t
r : Nilai koefisien korelasi
n : Jumlah sampel
87 Kadir, Statistika Terapan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), h. 175. 88 Ibid., h. 177. 89 Ibid., h. 257. 90 Ibid.
41
Harga thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel,
dimana untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan n = 45. Sebenarnya, uji
signifikansi korelasi product moment tidak perlu dihitung, tetapi langsung
dikonsultasikan pada tabel r product moment. (Lampiran 1)
Adapun kriteria keputusannya:91
Jika rhitung < rtabel, maka H0 diterima
Jika rhitung > rtabel, maka H0 ditolak
Selanjutnya, untuk menguji pengaruh antara variabel satu dengan
variabel lain yakni menggunakan analisis regresi sederhana. Kriteria
pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:92
1. Cara Pertama
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada
pengaruh antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel Y
(Kecerdasan Emosional) siswa kelas V.
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima, artinya
ada pengaruh antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel
Y (Kecerdasan Emosional) siswa kelas V.
2. Cara Kedua
Jika -ttabel < thitung < ttabel maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh
antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel Y
(Kecerdasan Emosional) siswa kelas V.
Jika thitung < -ttabel dan thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya ada
pengaruh antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel Y
(Kecerdasan Emosional) siswa kelas V.
Setelah mengetahui ada pengaruh antara variabel X terhadap variabel
Y, besar pengaruhnya nilai statistik terhadap variabel Y dapat dilihat dari
output B. Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung persamaan
regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi
seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen
91 Ibid., h. 258. 92 V. Wiratna Sujarweni, Op.Cit., h. 148.
42
dimanipulasi (dirubah-rubah). Maksudnya, jika skor variabel X naik satu
satuan, maka skor variabel Y akan naik senilai b.93 Nilai a dan b didapatkan
dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 19.0. Berikut persamaan
regresi sederhana:94
Y = a + bX + e
Keterangan
Y : Nilai yang diprediksi
a : Konstanta atau bila harga X = 0
b : Koefisien regresi
X : Nilai variabel independen
Setelah mendapatkan persamaan regresinya, selanjutnya mencari
atau menghitung koefisien determinasi. Koefisien yang dikuadratkan (r2)
dinamakan dengan koefisien determinasi atau koefisien penentu. Koefisien
determinasi merupakan proporsi untuk menentukan terjadinya presentase
variansi bersama antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel Y
(Kecerdasan Emosional) jika dikalikan dengan 100%. Oleh karena itu,
besarnya koefisien determinasi adalah 0 ≤ r2 ≤ 1.95
KD = x 100
Keterangan
KD : Nilai koefisien determinan
R : Nilai koefisien Korelasi
I. Hipotesis Statistik
H0 : = 0 (Tidak terdapat pengaruh antara pendidikan informal terhadap
kecerdasan emosional siswa kelas V SD Al-Zahra Indonesia
Pamulang)
Ha : ≠ 0 (Terdapat pengaruh positif antara pendidikan informal terhadap
kecerdasan emosional siswa kelas V SD Al-Zahra Indonesia
Pamulang)
93 Ibid. 94 Ibid., h. 144. 95 Ibid., h. 149.
43
BAB IV
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Responden dalam penelitian ini sebanyak 45 siswa kelas V SD Al-
Zahra Indonesia Pamulang. Adapun jumlah butir soal variabel X (Pendidikan
Informal) sebanyak 25 soal dan variabel Y (Kecerdasan Emosional) sebanyak
45 soal.
Data yang diperoleh dari sebaran kuesioner tersebut adalah masing-
masing jumlah skor tertinggi dari variabel X dan variabel Y sebesar 116 dan
193. Nilai mean sebesar 94,6 dan 173,91. Nilai median sebesar 96,0 dan
175,0. Nilai modus sebesar 95 dan 169. Untuk standar deviasi sebesar 13,148
dan 9,117. Sedangkan tingkat penyebarannya (variance) sebesar 172,882 dan
83,128. Berikut deskripsi data dari pengolahan melalui SPSS versi 19.0:
Tabel 4.1
Deskripsi Data
Statistics
X Y
N Valid 45 45
Missing 0 0 Mean 94,60 173,91 Median 96,00 175,00 Mode 95a 169a Std. Deviation 13,148 9,117 Variance 172,882 83,128 Range 47 41 Minimum 69 152 Maximum 116 193 Sum 4257 7826
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
1. Data Hasil Penelitian Variabel X (Pendidikan Informal)
a. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X (Pendidikan Informal)
Tabel distribusi frekuensi untuk variabel X (Pendidikan
Informal) yang dihitung menggunakan rumus Strurges sebagai berikut:
44
K = 1 + (3,3) Log n
K = 1 + (3,3) Log 45
K = 1 + (3,3) 1,65
K = 1 + 5,44
K = 6,44
Sehingga jumlah kelas interval dibulatkan menjadi 6 kelas.
Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi untuk variabel X
(Pendidikan Informal):
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Variabel X (Pendidikan Informal)
Kelas Interval Batas
Bawah
Batas
Atas Frek. Absolut Frek. Relatif
69 - 76 68,5 76,5 5 11%
77 - 84 76,5 84,5 6 13%
85 - 92 84,5 92,5 7 16%
93 - 100 92,5 100,5 10 22%
101 - 108 100,5 108,5 9 20%
109 - 116 108,5 116,5 8 18%
Jumlah
45 100%
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui distribusi
frekuensi variabel X (Pendidikan Informal) tertinggi berada pada kelas
interval nomor 4 yang mempunyai rentang 93-100 dengan jumlah
sebanyak 10 siswa.
b. Grafik Distribusi Frekuensi Variabel X (Pendidikan Informal)
Untuk visualisasi penyajian data tentang Variabel X
(Pendidikan Informal) digunakan grafik batang agar lebih
komunikatif. Grafik distribusi frekuensi untuk Variabel X (Pendidikan
Informal) dapat dilihat di bawah ini.
45
Gambar 4.1
Grafik Histogram Variabel X (Pendidikan Informal)
2. Data Hasil Penelitian Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
a. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X (Pendidikan Informal)
Tabel distribusi frekuensi untuk variabel Y (Kecerdasan
Emosional) yang dihitung menggunakan rumus Strurges sebagai
berikut:
K = 1 + (3,3) Log n
K = 1 + (3,3) Log 45
K = 1 + (3,3) 1,65
K = 1 + 5,44
K = 6,44
Sehingga jumlah kelas interval dibulatkan menjadi 6 kelas.
Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi untuk variabel Y
(Kecerdasan Emosional):
46
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
Kelas Interval Batas
Bawah
Batas
Atas Frek. Absolut Frek. Relatif
152 - 158 151,5 158,5 3 7%
159 - 165 158,5 165,5 5 11%
166 - 172 165,5 172,5 10 22%
173 - 179 172,5 179,5 14 31%
180 - 186 179,5 186,5 10 22%
187 - 193 186,5 193,5 3 7%
Jumlah
45 100%
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui distribusi
frekuensi variabel Y (Kecerdasan Emosional) tertinggi berada pada
kelas interval nomor 4 yang mempunyai rentang 173-179 dengan
jumlah sebanyak 14 siswa.
b. Grafik Distribusi Frekuensi Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
Untuk visualisasi penyajian data tentang Variabel Y
(Kecerdasan Emosional) digunakan grafik batang agar lebih
komunikatif. Grafik distribusi frekuensi untuk Variabel Y (Kecerdasan
Emosional) dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 4.2
Grafik Histogram Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
47
Data yang diuraikan di atas merupakan hasil dari pengambilan
beberapa penelitian yang terdiri dari dua variabel, yaitu variabel X
(Pendidikan Informal) dan variabel Y (Kecerdasan Emosional). Untuk
mengetahui seberapa jauh hubungan antara dua variabel tersebut maka
dilakukan beberapa perhitungan secara statistik.
B. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Uji validitas ini digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner atau angket. Dalam perhitungan penelitian ini
menggunakan SPSS versi 19.0.
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan uji teknik
Pearson Product Moment untuk menyatakan kuesioner valid atau gugur
didasarkan pada rhitung > rtabel, rtabel didapatkan dari tabel r product moment.
(lampiran 1)
Uji validitas atau kesahihan item instrumen dalam penelitian ini
menghasilkan item valid dan gugur dengan rtabel untuk n = 45 dan = 0,05
adalah 0,294. Dikatakan valid apabila nilai rhitung lebih besar dari rtabel dan
bernilai positif. Sebaliknya, jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka butir
pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.
a. Uji Validitas Variabel X (Pendidikan Informal)
Adapun uji validitas pada variabel X (Pendidikan Informal),
diujicobakan di kelas V dengan responden 45 siswa, total item 25 soal
dengan kriteria valid sebanyak 25 item dan tidak ada item yang gugur.
Berikut tabel hasil uji validitas variabel X (Pendidikan Informal):
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X (Pendidikan Informal)
Aspek Item
Valid Gugur
Pendidikan
Informal
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25
-
48
b. Uji Validitas Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
Adapun uji validitas pada variabel Y (Kecerdasan
Emosional), diujicobakan di kelas V dengan responden 45 siswa, total
item 45 soal dengan kriteria valid sebanyak 45 item dan tidak ada item
yang gugur. Berikut tabel hasil uji validitas variabel Y (Kecerdasan
Emosional):
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
Aspek Item
Valid Gugur
Kecerdasan
Emosional
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32,
33, 34, 35, 36, 37,
38, 29, 40, 41, 42,
43, 44, 45
-
2. Uji Reliabilitas
Setelah uji validitas selesai dilakukan, selanjutnya adalah hasil
pengujian reliabilitas instrumen. Suatu instrumen pengukurannya
dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi,
uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga suatu pengukuran
dapat dipercaya.
Uji reliabilitas yakni derajat kepercayaan yang diperoleh dari
hasil kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Jika nilai Cronbach’s
Alpha lebih besar dari 0,60 maka dinyatakan reliabel atau konsisten.
Berdasarkan rumus alpha cronbach dengan menggunakan SPSS versi
19.0.
49
a. Uji Reliabilitas Variabel X (Pendidikan Informal)
Adapun uji reliabilitas pada variabel X (Pendidikan
Informal), menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,918.
Dengan demikian nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60,
sehingga kuesioner variabel X (Pendidikan Informal) dinyatakan
variabel atau konsisten. Berikut tabel hasil pengujian reliabilitas
kuesioner variabel X (Pendidikan Informal):
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel X
(Pendidikan Informal)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.916 .918 25
b. Uji Reliabilitas Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
Adapun uji reliabilitas pada variabel Y (Kecerdasan
Emosional), menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,949.
Dengan demikian nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60,
sehingga kuesioner variabel Y (Kecerdasan Emosional) dinyatakan
variabel atau konsisten. Berikut tabel hasil pengujian reliabilitas
kuesioner variabel Y (Kecerdasan Emosional):
Tabel 4.7
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y
(Kecerdasan Emosional)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.943 .949 45
50
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan One-Sample
Kolmogrov-Smirnov Test. Kriteria yang digunakan yaitu data dinyatakan
berdistribusi normal apabila koefisien signifikan lebih besar dari 5%
(0,05). Hasil uji normalitas menggunakan SPSS versi 19.0 dapat dilihat di
bawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
X ,069 45 ,200* ,967 45 ,218 Y ,064 45 ,200* ,985 45 ,816
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan tabel 4.8, pada variabel X (Pendidikan Informal)
dan variabel Y (Kecerdasan Emosional) nilai signifikansi yang dihasilkan
sebesar 0,200. Hal ini menunjukkan, nilai koefisien signifikansinya lebih
besar dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan, kedua data variabel tersebut
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini, uji homogenitas data dilakukan untuk
menguji kesamaan nilai rata-rata yang berdistribusi normal dan
membuktikan kesamaan varians variabel yang membentuk sampel
tersebut. Dengan kata lain, setiap variabel yang diambil berasal dari
populasi yang sama. Syarat pengambilan sampel harus representatif,
artinya sampel harus dapat mewakili suatu populasi dengan baik.
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Levence
statistik dengan program SPSS versi 19.0 dengan taraf signifikansi 0,05.
Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho varians sama.
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka Ho dvarians tidak sama.
51
Adapun hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,155 3 23 ,121
Berdasarkan tabel 4.9, diketahui nilai signifikansi yang didapat
sebesar 0,121. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,121 >
0,05) maka antara kedua variabel tersebut mempunyai varians yang sama.
Dari tabel tersebut juga, diketahui nilai Levene Statistic sebesar 2,155,
maka dapat disimpulkan variasi data bersifat homogen.
3. Uji Linieritas
Uji korelasi product moment memerlukan tiga syarat yang
penting agar hasil kesimpulan perhitungan bersifat valid. Ketiga syarat
tersebut di antaranya: Pertama, data bersifat interval atau rasio. Kedua,
memiliki distribusi data normal atau melalui tahap uji normalitas data.
Ketiga, hubungan antar variabel yang hendak dikomparasikan bersifat
linier, atau melalui tahap uji linieritas data. Adapun kriteria pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut:
H0: Y = α + βX (regresi linier)
Ha: Y ≠ α + βX (regresi tak linier)
Berikut ini adalah hasil perhitungan uji linieritas data variabel X
(Pendidikan Informal) dan variabel Y (Kecerdasan Emosional) yang
menggunakan program SPSS versi 19.0:
Tabel 4.10
Hasil Uji Linieritas
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Y * X
Between Groups
(Combined) 3557,144 40 88,929 3,539 ,112
Linearity 1601,579 1 1601,579 63,744 ,001
Deviation from Linearity
1955,565 39 50,143 1,996 ,265
Within Groups 100,500 4 25,125 Total 3657,644 44
52
Maksud dari tabel 4.10 adalah hubungan linier pada variabel X
(Pendidikan Informal) dan variabel Y (Kecerdasan Emosional).
Berdasarkan uji linieritas yang telah dilakukan, variabel X (Pendidikan
Informal) menghasilkan nilai F sebesar 1,996 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,265. Dikatakan ada hubungan linier jika nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa 0,265 > 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut
adalah linier.
D. Uji Hipotesis
1. Uji Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana digunakan untuk melihat pengaruh
antara variabel Y (Kecerdasan Emosional) dengan variabel X (Pendidikan
Informal). Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a. Cara Pertama
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada
pengaruh antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel
Y (Kecerdasan Emosional) siswa kelas V.
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima,
artinya ada pengaruh antara variabel X (Pendidikan Informal)
dengan variabel Y (Kecerdasan Emosional) siswa kelas V.
b. Cara Kedua
Jika -ttabel < thitung < ttabel maka H0 diterima, artinya tidak ada
pengaruh antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel
Y (Kecerdasan Emosional) siswa kelas V.
Jika thitung < -ttabel dan thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya ada
pengaruh antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel
Y (Kecerdasan Emosional) siswa kelas V.
53
Tabel di bawah ini merupakan hasil dari persamaan regresi
sederhana yang didapat menggunakan program SPSS versi 19.0.
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Regresi Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 130,504 7,571 17,238 ,000
X ,459 ,079 ,662 5,787 ,000
a. Dependent Variable: Y
Dari tabel 4.11, diketahui nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05,
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, terdapat pengaruh pendidikan
informal terhadap kecerdasan emosional siswa.
Dari tabel 4.11, diketahui thitung sebesar 5,787 dan untuk ttabel lihat
di tabel t (lampiran 2) sehingga diperoleh ttabel (df = n - 1; dua sisi/0,025)
sebesar 2,015. Jika thitung < -ttabel dan thitung > ttabel maka H0 ditolak. Artinya
ada pengaruh pendidikan informal terhadap kecerdasan emosional siswa.
Setelah mengetahui ada pengaruh antara pendidikan informal
terhadap kecerdasan emosional, besar pengaruhnya nilai statistik terhadap
kecerdasan emosional dapat dilihat dari output B yaitu sebesar 0,459. Jadi
persamaan regresinya sebagai berikut:
Ŷ = a + bX + e
Ŷ = 130,50 + 0,459 X + e
Persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan bahwa jika skor
variabel X (Pendidikan Informal) naik satu satuan, maka skor variabel Y
(Kecerdasan Emosional) akan naik sebesar 0,459
54
2. Analisis Korelasi Sederhana
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel Y
(Kecerdasan Emosional). Analisis korelasi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment. Berikut ini adalah hasil
analisis korelasi sederhana yang didapat melalui program SPSS versi 19.0:
Tabel 4.12
Hasil Uji Analisis Korelasi
Correlations
X Y
X Pearson Correlation 1 ,662**
Sig. (2-tailed) ,000
N 45 45
Y Pearson Correlation ,662** 1
Sig. (2-tailed) ,000 N 45 45
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.12, didapat angka nilai koefisien antara nilai
kuesioner variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel Y
(Kecerdasan Emosional) diperoleh angka korelasi sebesar 0,662. Besarnya
rxy yang dihasilkan terletak di antara 0,60 – 0,799. Hal ini menunjukkan,
antara variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel Y (Kecerdasan
Emosional) terdapat korelasi yang kuat. Kriteria ini berdasarkan pada tabel
3.5.
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien yang dikuadratkan (r2) dinamakan dengan koefisien
determinasi atau koefisien penentu. Koefisien determinasi merupakan
proporsi untuk menentukan terjadinya presentase variansi bersama antara
variabel X (Pendidikan Informal) dengan variabel Y (Kecerdasan
Emosional) jika dikalikan dengan 100%. Oleh karena itu, besarnya
koefisien determinasi adalah 0 ≤ r2 ≤ 1.
Selanjutnya, untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X
(Pendidikan Informal) dengan variabel Y (Kecerdasan Emosional) dalam
55
bentuk presentase, terlebih dahulu harus diketahui koefisien yang disebut
dengan Coefficient of Determination (koefisien penentu) dengan
menggunakan program SPSS versi 19.0:
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 ,662a ,438 ,425 6,915
a. Predictors: (Constant), X
Pada tabel 4.13 menjelaskan, koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0,438 yang mengandung bahwa variabel X (Pendidikan Informal)
mempengaruhi variabel Y (Kecerdasan Emosional) sebesar 43,8%.
Sedangkan sisanya sebesar 56,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang ada
di luar penelitian atau disebut juga koefisien non determinasi.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rxy sebesar 0,662, angka
indeks korelasi yang diproleh tidak bertanda negatif. Ini berarti korelasi antara
variabel X (Pendidikan Informal) dan variabel Y (Kecerdasan Emosional)
terdapat hubungan yang searah, dengan istilah lain terdapat korelasi yang
positif antara kedua variabel tersebut. Apabila dilihat besarnya rxy yang
diperoleh yaitu 0,662 ternyata terletak di antara interval 0,40 – 0,70. Artinya,
korelasi antara variabel X (Pendidikan Informal) dan variabel Y (Kecerdasan
Emosional) tergolong cukup tinggi. Secara sederhana, peneliti dapat
menginterpretasikan rxy yaitu terdapat korelasi positif dan signifikan antara
variabel X (Pendidikan Informal) dan variabel Y (Kecerdasan Emosional).
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa variabel X
(Pendidikan Informal) mempengaruhi variabel Y (Kecerdasan Emosional)
siswa sebesar 43,79% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Dengan
demikian berdasarkan hasil penelitian tersebut maka, terbukti bahwa terdapat
pengaruh pendidikan informal terhadap kecerdasan emosional siswa kelas V
SD Al-Zahra Indonesia Pamulang.
56
F. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini kurang sepenuhnya
sampai pada tingkat kebenaran yang mutlak, mengingat masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahannya, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan waktu responden dalam menjawab tes yang diberikan,
karena penelitian diadakan di antara kesibukan atau di sela-sela kegiatan
responden, sebagai akibatnya timbul kecenderungan bahwa responden
menjawab kurang teliti.
2. Adanya saling memberitahukan antar responden dalam mengisi kuesioner
pada saat penelitian hingga dimungkinkan pengisisan jawaban masih ada
yang diragukan kebenarannya.
3. Kemungkinan dalam pembuatan kisi-kisi instrumen masih ada indikator-
indikator yang belum terungkap, mengingat penelitian ini hanya dibatasi
pada pengukuran kecerdasan emosional. Sedangkan pendidikan informal
masih sangat beragam cara pelaksanaan maupun ilmunya.
4. Beberapa responden membutuhkan bimbingan khusus untuk mengisi
kuisioner, sehingga dalam pengisian kuesioner peneliti harus menjelaskan
makna dari isi kuesioner yang disajikan dalam penelitian ini.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Pendidikan Informal
Terhadap Kecerdasan Emosional (Studi pada siswa kelas V SD Al-Zahra
Indonesia Pamulang) dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara kedua variabel. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan angka korelasi yang didapat sebesar 0,662 yang berada pada rentang
diantara 0,40 – 0,70. Artinya korelasi yang didapat termasuk kategori cukup
tinggi.
Dengan melihat tabel r product moment dengan n = 45 pada taraf
signifikansi 5%, ternyata diperoleh rxy 0,662 > rtabel 0,294, itu berarti Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X
(Pendidikan Informal) terhadap variabel Y (Kecerdasan Emosional).
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa variabel X (Pendidikan Informal)
mempengaruhi variabel Y (Kecerdasan Emosional) sebesar 43,79% ,
sedangkan sisanya sebesar 56,21% dipengaruhi oleh faktor lainnya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa: lebih meningkatkan kecerdasan emosional dan mengamalkan
segala ilmu yang diperoleh dari pendidikan di tengah keluarga (pendidikan
informal) agar menjadi siswa yang berprestasi dan bermanfaat bagi orang
lain.
2. Bagi pendidik: agar memasukkan unsur-unsur kecerdasan emosional
dalam menyampaikan materi serta melibatkan emosi siswa dalam proses
pembelajaran.
3. Bagi orangtua: hendaknya terus memperhatikan anak-anaknya di rumah,
sehingga kecerdasan emosional siswa semakin baik.
58
4. Bagi calon peneliti selanjutnya: hendaknya mengembangkan penelitian ini
agar lebih berkembang dan bervariasi, serta lebih kreatif lagi sehingga
dapat dijadikan sebagai masukan informasi penelitian yang lebih baik.
59
DAFTAR PUSTAKA
Tuloli, Jassin dan Dian Ekawaty Ismail. Pendidikan Karakter: Menjadikan
Manusia Berkarakter Unggul. Yogyakarta: UII Press. 2016.
Thaib, Eva Nauli. “Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Kecerdasan
Emosional”. Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol. 13 No. 2. 2013.
Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia. 2009.
Ginanjar, Ary Agustin. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual. Jakarta: Penerbit Arga. 2001.
Muallifah. Pshyco Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: Diva Press. 2009.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Bumi Restu.
1976.
Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim.
Sukoharjo: Insan Kamil.
Ginanjar, Ary Agustian. ESQ; Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi
dan Spiritual Berdasarkan Islam. Jakarta: Arga. 2006.
Helmawati. Pendidikan Keluarga: Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2016.
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2017.
Setyowati, Yuli. “Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi Anak
(Studi Kasus Penerapan Pola Komunikasi Keluarga dan Pengaruhnya
terhadap Perkembangan Emosi Anak pada Kelurga Jawa)”. Jurnal Ilmu
Komunikasi. Vol. 2 No. 1. 2005.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
ayat 13 dan pasal 27.
Adiwikarta, Sudardja. Sosiologi Pendidikan: Analisis Sosiologi Tentang Praksis
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2016.
Subri, Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. 1999.
Maghfiroh, Laela. “Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kecerdasan
Emosional Siswa Kelas IV SDN Grogol Selatan 01”. Kearsipan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
Kuswana, Wowo Sunaryo. Biopsikologi (Pembelajaran Perilaku). Bandung:
Alfabeta. 2014.
60
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/emosi pada 1 November
2018 pukul 12:00 WIB.
Djamaris, Martini. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan
Penamas Murni. 2010.
Priatini, Woro, Melly Latifah, dan Suprihatin Guhardja. “Pengaruh Tipe
Pengasuhan, Lingkungan Sekolah, dan Peran Teman Sebaya Terhadap
Kecerdasan Emosional Remaja”. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen.
Vol. 1 No. 1. 2008.
Syafril dan Zelhendri Zen. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Prenadamedia
Group. 2017.
Djaelani, Moh. Solikodin, Suriani, T. Zahara, dan Sartini. Dasar-Dasar
Kependidikan. Jakarta: Pustaka Mandiri. 2015.
Suwarno, Wiji. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2009.
Thoha, Chabib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
1996.
Djamarah, Syaiful Bahri. Pola Asuh Orangtua dan Komunikasi dalam Keluarga.
Jakarta: Rineka Cipta. 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Cet. 19. Bandung: Alfabeta. 2014.
Nazir. Metode Penelitian. Cet. 6. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. 2005.
Riduwan dan Akdon. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Cet. 2. Bandung:
Alfabeta. 2007.
Kadir. Statistika Terapan: Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2015.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cet. 14. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2009.
Sujarweni, V. Wiratna. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
2015.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 1
Tabel r Product Moment
Tabel r Product Moment
63
Lampiran 2
Tabel t
Tabel t
64
Lampiran 3
Angket Instrumen Penelitian Variabel X (Pendidikan Informal)
ANGKET INSTRUMEN PENELITIAN PENDIDIKAN INFORMAL (X)
Identitas Responden
Nama :
Kelas : V ...
Sekolah : SD Al-Zahra Indonesia
Petunjuk Pengisian angket:
Pilihlah salah satu jawaban diantara pilihan dibawah ini dengan
memberikan tanda centang (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat
adik - adik.
SL : Selalu
SR : Sering
KK : Kadang – Kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah
No PERNYATAAN JAWABAN
SL SR KK JR TP
1 Saya diwajibkan untuk sholat
lima waktu
2 Saya dimarahi orangtua jika
mencontek di sekolah
3 Orangtua tidak marah jika saya
tidak sholat
4 Orangtua mengajak saya sholat
berjamaah di rumah
5 Saya rajin belajar di rumah
tanpa diperintah orangtua
6 Saya tidak berpamitan jika
hendak pergi ke sekolah
7 Saya diajarkan untuk saling
tolong menolong dalam
65
mengerjakan pekerjaan rumah
8 Saya membantu atau mengajari
teman yang kesulitan dalam
belajar
9 Saya belajar lebih giat agar
mendapatkan prestasi di sekolah
10 Saya tidak membantu anggota
keluarga yang lain jika sedang
membersihkan rumah
11 Saya menghormati orangtua dan
guru, serta menyayangi saudara
dan teman
12 Orangtua memberikan motivasi
saat prestasi saya menurun
13 Saya tidak mendengarkan
nasihat yang diberikan orangtua
14 Orangtua memberikan apa yang
saya butuhkan
15 Orangtua mendukung saat saya
mengikuti perlombaan
16 Orangtua mendampingi saya
saat belajar
17 Saya dipaksa orangtua
mengikuti les (bimbingan
belajar)
18 Saya meminta maaf jika
melakukan kesalahan
19 Saya mematuhi peraturan di
sekolah dan di rumah
20 Orangtua tidak menanyakan
nilai saya di sekolah
21 Saya mengucapkan “tolong”
dan “terimakasih” bila
membutuhkan bantuan orang
lain
22 Saya tidak dimarahi orangtua
jika bolos sekolah
23 Saya merapihkan tempat tidur
setiap pagi
24 Orangtua memberikan solusi
saat saya ada masalah
25 Orangtua melarang saya
bermain dengan teman sebaya
66
Lampiran 4
Angket Instrumen Penelitian Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
ANGKET INSTRUMEN PENELITIAN KECERDASAN EMOSIONAL (Y)
Identitas Responden
Nama :
Kelas : V ...
Sekolah : SD Al-Zahra Indonesia
Petunjuk Pengisian angket:
Pilihlah salah satu jawaban diantara pilihan dibawah ini dengan
memberikan tanda centang (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pendapat
adik - adik.
SL : Selalu
SR : Sering
KK : Kadang – Kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah
No PERNYATAAN JAWABAN
SL SR KK JR TP
1 Saya sadar bahwa berbuat kasar
kepada teman merupakan perbuatan
tidak terpuji
2 Saya berusaha untuk tidak
melakukan sifat negatif
3 Saya memikirkan apa dampak dari
perbuatan saya sebelum bertindak
4 Saya tidak akan meminta maaf
walaupun perbuatan saya salah
5 Saya tidak akan mengucapkan
terimakasih untuk siapapun yang
telah membantu saya
6 Saya bisa menempatkan diri pada
posisi orang lain
7 Saya mampu mengetahui bagaimana
perasaan orang lain terhadap saya
67
8 Saya dapat menerima kritik dan
pendapat orang lain sebagai motivasi
saya menjadi orang sukses di masa
depan
9 Saya senang bermain game diakhir
pekan
10 Saya belajar dengan rajin agar tidak
mendapatkan nilai jelek
11 Saya memaafkan teman saya bila ia
berbuat tidak baik
12 Saya melakukan hal-hal yang saya
sukai agar perasaan sedih saya hilang
13 Saya berusaha berfikir positif
14 Saya berusaha sabar menahan emosi
15 Saya mudah tersinggung
16 Saya tidak mudah merasa putus asa
17 Saya senang belajar
18 Saya merasa sedih apabila nilai saya
jelek
19 Saya tidak mudah berbangga diri
dengan prestasi yang saya peroleh
20 Saya senang membantu teman ketika
ia kesulitan belajar
21 Saya merasa berbagi dengan teman
merupakan kebaikan
22 Saya senang mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler seni di sekolah
23 Saya merasa bahwa apapun yang
saya lakukan tidak ada harapan untuk
masa depan
24 Saya menerima kritik dan saran dari
siapapun untuk kebaikan saya
25 Saya mampu mencari teman di
lingkungan baru
26 Saya senang memiliki teman-teman
baru
27 Saya tidak merasa sedih bila
dinasihati
28 Saya merasa bahwa nasihat membuat
saya akan sukses dimasa depan
29 Saya mencoba mendengarkan
keluhan teman yang bersedih
30 Saya berbagi makanan kepada teman
saya yang tidak membawa bekal
31 Saya tidak mendengarkan guru saya
68
pada saat proses belajar mengajar di
sekolah
32 Saya mau mendengarkan pendapat
dari orang lain
33 Saya berani mengajukan pertanyaan
kepada guru bila saya tidak mengerti
pelajaran tersebut
34 Saya senang belajar kelompok
dengan teman-teman
35 Belajar kelompok membantu saya
menyelesaikan kesulitan belajar
36 Saya mendukung teman yang ikut
perlombaan
37 Saya ikut bersedih bila teman tidak
naik kelas
38 Saya membantu teman bila
mengalami musibah
39 Saya tidak mengucapkan turut
berdukacita bila ada keluarga teman
saya meninggal
40 Saya mengakui kesalahan saya
41 Saya berani meminta maaf
42 Saya bersikap tidak peduli bila ada
teman bertengkar di dalam kelas
43 Saya senang melakukan kegiatan
gotong-royong membersihkan kelas
44 Saya senang menyumbangkan
barang bekas yang layak pakai
(buku, baju, mainan) kepada teman-
teman yang kurang mampu
45 Saya tidak suka berbagi apapun
barang yang saya miliki kepada
teman
69
Lampiran 5
Data Mentah Variabel X (Pendidikan Informal)
Data Penelitian
Variabel X (Pendidikan Informal)
70
Lampiran 6
Data Mentah Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
Data Penelitian
Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
71
Lampiran 7
Hasil Uji Validitas Variabel X (Pendidikan Informal)
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X (Pendidikan Informal)
No. rhitung rtabel Ket.
Butir
1 0.458 0.294 Valid
2 0.528 0.294 Valid
3 0.454 0.294 Valid
4 0.710 0.294 Valid
5 0.539 0.294 Valid
6 0.580 0.294 Valid
7 0.609 0.294 Valid
8 0.470 0.294 Valid
9 0.524 0.294 Valid
10 0.500 0.294 Valid
11 0.612 0.294 Valid
12 0.516 0.294 Valid
13 0.704 0.294 Valid
14 0.692 0.294 Valid
15 0.473 0.294 Valid
16 0.650 0.294 Valid
17 0.650 0.294 Valid
18 0.747 0.294 Valid
19 0.566 0.294 Valid
20 0.646 0.294 Valid
21 0.629 0.294 Valid
22 0.538 0.294 Valid
23 0.643 0.294 Valid
24 0.489 0.294 Valid
25 0.578 0.294 Valid
72
Lampiran 8
Hasil Uji Validitas Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Kecerdasan Emosional)
No.
Butir rhitung rtabel Kesimp.
1 0.459 0.294 Valid
2 0.479 0.294 Valid
3 0.616 0.294 Valid
4 0.559 0.294 Valid
5 0.453 0.294 Valid
6 0.476 0.294 Valid
7 0.544 0.294 Valid
8 0.476 0.294 Valid
9 0.452 0.294 Valid
10 0.401 0.294 Valid
11 0.541 0.294 Valid
12 0.659 0.294 Valid
13 0.551 0.294 Valid
14 0.541 0.294 Valid
15 0.522 0.294 Valid
16 0.506 0.294 Valid
17 0.451 0.294 Valid
18 0.476 0.294 Valid
19 0.610 0.294 Valid
20 0.625 0.294 Valid
21 0.551 0.294 Valid
22 0.674 0.294 Valid
No.
Butir rhitung rtabel Kesimp.
23 0.590 0.294 Valid
24 0.648 0.294 Valid
25 0.684 0.294 Valid
26 0.574 0.294 Valid
27 0.541 0.294 Valid
28 0.613 0.294 Valid
29 0.485 0.294 Valid
30 0.580 0.294 Valid
31 0.586 0.294 Valid
32 0.642 0.294 Valid
33 0.579 0.294 Valid
34 0.654 0.294 Valid
35 0.646 0.294 Valid
36 0.659 0.294 Valid
37 0.563 0.294 Valid
38 0.612 0.294 Valid
39 0.545 0.294 Valid
40 0.452 0.294 Valid
41 0.421 0.294 Valid
42 0.421 0.294 Valid
43 0.409 0.294 Valid
44 0.453 0.294 Valid
45 0.479 0.294 Valid
73
Lampiran 9
Surat Permohonan Izin Penelitian
74
Lampiran 10
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
75
Lampiran 11
Surat Bimbingan Skripsi
76
Lampiran 12
Catatan Lapangan
CATATAN LAPANGAN
Kode : CL 01
Pengamat : Peneliti
Hari, tanggal : Rabu, 1 Agustus 2018
Waktu : 07.30 – 11.00 WIB
Tempat : SD Al-Zahra Indonesia Pamulang
Hasil pengamatan menemukan, terdapat beberapa siswa kelas V membutuhkan
bimbingan khusus. Para siswa tersebut tidak fokus saat proses belajar mengajar,
kesulitan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, tidak berbaur dengan
teman saat diskusi, mudah marah saat tugasnya tidak terselesaikan, serta mudah
mengganggu teman sekelas saat pembelajaran.
Jakarta, 1 Agustus 2018
Observer,
Aci Sutanti
77
Lampiran 13
Lembar Uji Referensi
UJI REFERENSI
Nama : Aci Sutanti
NIM : 1112018300042
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul : Pengaruh Pendidikan Informal Terhadap Kecerdasan Emosional
(Studi pada siswa kelas V SD AL-Zahra Indonesia Pamulang)
Pembimbing : Dr. Fidrayani, M.Pd.
NO. JUDUL REFERENSI PARAF
1.
Jassin Tuloli dan Dian Ekawaty Ismail, Pendidikan Karakter:
Menjadikan Manusia Berkarakter Unggul, (Yogyakarta: UII
Press, 2016), h. 122-124.
2.
Eva Nauli Thaib, Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan
Kecerdasan Emosional, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 13 No.
2, Februari 2013, h. 398.
3.
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia,
2009), h. 239, 21, 7, 50-52, 57-59, 422-425, 166-167, 60-61,
11-15.
4.
Ary Agustin Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan Spiritual, (Jakarta: Penerbit Arga,
2001), h. 44.
5. Muallifah, Pshyco Islamic Smart Parenting, (Yogyakarta:
Diva Press, 2009), h. 129.
6. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
(Jakarta: Bumi Restu, 1976), h. 537.
7. Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kumpulan Hadits Shahih
Bukhari Muslim, (Sukoharjo: Insan Kamil).
8. Ary Agustian Ginanjar, ESQ; Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan Spiritual Berdasarkan Islam, (Jakarta:
Arga, 2006), h. 208.
78
9. Helmawati, Pendidikan Keluarga: Teoretis dan Praktis,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), h. 49, 42-43, 44,
45-49, 53.
10. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2017), h. 23, 87, 5-6, 7-8.
11.
Yuli Setyowati, Pola Komunikasi Keluarga dan
Perkembangan Emosi Anak (Studi Kasus Penerapan Pola
Komunikasi Keluarga dan Pengaruhnya terhadap
Perkembangan Emosi Anak pada Kelurga Jawa), Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol. 2 No. 1, Juni 2005, h. 67-78.
12. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 13 dan pasal 27.
13. Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan: Analisis
Sosiologi Tentang Praksis Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2016), h. 153-154, 150.
14. Alisuf Subri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1999), h. 15.
15.
Laela Maghfiroh, Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap
Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV SDN Grogol Selatan
01, Kearsipan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, September 2017, h. 67.
16. Wowo Sunaryo Kuswana, Biopsikologi (Pembelajaran
Perilaku), (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 149, 214, 240-243,
245-246.
17.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, diakses dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/emosi pada 1 November
2018 pukul 12:00 WIB.
18. Martini Djamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2010), h. 142-
143.
19.
Woro Priatini, dkk, Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan
Sekolah, dan Peran Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan
Emosional Remaja, Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen,
Vol. 1 No. 1, Januari 2008, h. 52-53.
20. Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,
(Depok: Prenadamedia Group, 2017), h. 26, 44-46
79
21. Moh. Solikodin Djaelani, dkk, Dasar-Dasar Kependidikan,
(Jakarta: Pustaka Mandiri, 2015), h. 7, 8-11.
22. Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2009), h. 19.
23. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 98, 103.
24. Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orangtua dan
Komunikasi dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h.
18.
25. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cet. 19, (Bandung: Alfabeta,
2014), h. 14, 19, 117, 118, 148, 199, 135, 212, 254, 257, 258
26. Nazir, Metode Penelitian, Cet. 6, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2005), h. 84, 90, 276
27. Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 6,
249, 109
28. Riduwan dan Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis
Statistika, Cet. 2, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 6.
29. Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh, dan Analisis Data
dengan Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2015), h. 7, 8
30. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Cet.
14, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 71, 12, 13,
144
31. V. Wiratna Sujarweni, SPSS Untuk Penelitian, (Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2015), h. 192, 52, 55, 149, 144
Jakarta, 30 November 2018
Pembimbing
Dr. Fidrayani, M.Pd.
NIP. 19760207 201503 2 001
80
Lampiran 14
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ACI SUTANTI, lahir di Jakarta, 3 November 1994.
Putri Kedua dari empat bersaudara pasangan suami
istri Bapak Suparno dan Ibu Watik. Beragama
Islam. Peneliti bertempat tinggal di Komp. Inkopad
Blok P3 No. 19 RT/RW 07/07 Kel. Sasakpanjang,
Kec. Tajurhalang, Kab. Bogor 16320. Adapun
riwayat pendidikan peneliti yaitu peneliti
menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri
Kartika Sejahtera 01 tahun 2000 dan lulus pada
2006.
Lalu melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 14 Depok tahun
2006 dan lulus pada 2009, selanjutnya melanjutkan jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 1 Parung pada 2009 dan lulus pada 2012.
Kemudian melanjutkan jenjang program S1 sarjana pendidikan di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan melalui jalur mandiri
dan akhirnya dapat menyelesaikan jenjang S1 pada tahun 2019.
Demikian deskripsi singkat tentang penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Apabila ada pertanyaan dan kritikan yang membangun serta saran
untuk skripsi ini dapat menghubungi penulis. Email: aci.sutanti@gmail.com.
Terimakasih.
top related