pengaruh lama penyinaran terhadap pelepasan spora … · 2020. 2. 6. · sel. dalam pembelahan sel...
Post on 08-Sep-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH LAMA PENYINARAN TERHADAP PELEPASAN
SPORA RUMPUT LAUT Gracilaria sp.
DEWI ASTUTI SARI
10594095415
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
PENGARUH LAMA PENYINARAN TERHADAP PELEPASAN
SPORA RUMPUT LAUT Gracilaria sp.
Dewi Astuti Sari
10594095415
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Lama Penyinaran
Terhadap Pelepasan Spora Gracilaria sp. adalah benar hasil karya saya yang belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data
dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Agustus 2019
Dewi Astuti Sari
10594095415
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2019
Hak Cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tampa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan,
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tampa izin Unismuh Makassar.
ABSTRAK
Dewi Astuti Sari 10594095415, Pengaruh Lama Penyinaran Terhadap
Pelepasan Spora Gracilaria sp. Dibimbing oleh Darmawati dan Nur Insana
Salam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama penyinaran yang optimum
terhadap pelepasan spora Gracilaria sp. yang lebih baik. Penelitian ini terdiri dari
empat perlakuan dan tiga kali ulangan yaitu A ( 24 jam terang ), B ( 12 jam terang
12 jam gelap ), C ( 16 jam terang 8 jam gelap ), D ( 8 jam terang 16 jam elap ) dan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Pemeliharaan Gracilaria sp. uji
menggunakan wadah cawan petri berdiameter 9 cm yang diletakkan didalam
ruangan berAC dengan suhu ruangan 22°C dengan setiap wadah terdapat 4
eksplan dimana setiap ekplan terdapat 5 cystokarp serta volume air media 30
ml/wadah.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pelepasan spora yang
optimal terdapat pada perlakuan B yang menggunakan lama penyinaran 12 jam
terang 12 jam gelap yaitu 73.000 spora/cystocart.
Kata kunci : Gracilaria sp,pelepasan spora
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum, Wr.Wb.
Syukur Alhamdulillah selalu terucap kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan berbagai macam rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan sebuah Proposal Penelitian yang merupakan salah satu kewajiban
selaku tokoh akademik pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul skripsi Pengaruh Lama
Penyinaran Terhadap Pelepasan Spora Gracilaria sp. Shalawat serta salam,
yang selalu tercurahkan kepada beliau, Muhammad SAW, sebagai tokoh desainer
dunia yang mampu melululantahkan peradaban kebiadaban hingga menata
peradaban yang penuh dengan nilai-nilai kemanusian, serta mampu
menghantarkan ajaran-ajaran Tuhan yang sebaik mungkin.
Dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih
secara tulus dan ikhlas atas kerjasama dan dukungannya selama ini sehingga dapat
membuahkan hasil pada hari ini, kepada:
1. Ibunda Rosmawati dan Ayahanda Sudirman yang tak henti-hentinya
selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis serta
pengorbanannya dalam menyekolahkan penulis mulai dari sekolah
dasar hingga program strata satu semoga keduanya senantiasa
diberikan kekuatan lahir dan bathin.
2. Ibunda Dr. Ir. Darmawati, M.Si. dan Ibunda Nur Insana
Salam.S.Pi.,M.Si. masing masing selaku pembimbing I dan
Pembimbing II yang selalu memberikan bantuan & arahan kepada
penulis.
3. Ayahanda H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. sebagai Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibunda Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd. sebagai ketua Program Studi
Budidaya Perairan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Rekan - rekan mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan angkatan
2015 terkhusus kepada Nurhayati, Andi Sriwahyuni,S.Psi,Hartina Rauf
,Hardiyanti Bangsawang, Firmansyah,Herman, Nur hayati,S.Pi,
Muh.Amri Maulana,Idi Asrul,Ade Rahanzaz dan Nurul Magfirah
Hamid.
6. Terakhir kepada saudara dan sepupu Trisno Wahyudi, Bayu
Dermawan, Afqari Fahrul, Faika Nur Amalia, Nelpi Amria dan Wanti
Eka Putri.
Dan jika selama ini penulis pernah berbuat kesalahan kepada semuanya baik
disengaja maupun tidak disengaja, penulis menyampaikan permohonan maaf lahir
dan bathin.
Billahi Fi Sabilil’haq Fastabiqul Khaerat
Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Makassar, Agustus 2019
Dewi Astuti Sari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................... Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iii
HALAMAN HAK CIPTA .......................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2.Tujuan Penelitian & Manfaat Penelitan .............................................. 2
2. TINJAUN PUSTAKA
2.1. Gracilia sp .......................................................................................... 3
2.2. Lama Penyinaran Terhadap Pelepasan Sel Spora
Gracilaria sp………………………….…………………………………….14
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 16
3.2. Alat dan bahan .................................................................................. 16
3.3. Bahan dan Uji ................................................................................... 16
3.4.Tahapan Penelitian ............................................................................ 16
3.5. Rancangan Penelitian ....................................................................... 18
3.6. Peubah Yang di Amati……………………………………………..18
3.7. Analisis Data……………………………………………….………18
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil………………………………………………………………..19
4.2. Pembahasan……………………………………….……………….19
5. Penutup
5.1. Kesimpulan………………………………………………………..22
5.2. Saran……………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR RIWATAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Gambar Rumput Laut Gracilaria sp.
Gambar 2 : Diagram pertumbuhan lama penyinaran cahaya terhadap pelepasan
spora Gracilaria sp.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil perhitingan lama penyinaran terhadap pelepasan spora rumput
laut Gracilaria sp.
Lampiran 2 : Persiapan Wadah
Lampiran 3 : Persiapan rumput laut Gracilaria sp.
Lampiran 4 : Pengamatan
Lampiran 5 : Eksplan spora rumput laut Gracilaria sp.
Lampiran 6 : Alat penelitian
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gracilaria sp. merupakan salah satu rumput laut komoditas andalan
dalam program Departemen Perikanan dan Kelautan selain ikan kerapu, ikan nila
dan udang windu. Selain itu usaha budidaya teknologinya sangat sederhana,
namun daya serap pasarnya tinggi dan biaya relative rendah, sehingga
masyarakat petani nelayan dapat melakukan secara perorangan (Departemaen
Pertanian, 2001).
Budidaya Gracilaria sp. pada dasarnya sangat memerlukan adanya
pencahayaan untuk proses fotosintesis yang nantinya berpengaruh terhadap
pelepasan spora Gracilaria sp. Menurut Ayuningtiaz et al. (2010), lampu
fluorescent (FL) dapat digunakan sebagai pengganti cahaya sinar matahari, untuk
mengetahui lama penyinaran terbaik dari lama penyinaran yang berbeda-beda
yang dapat mempengaruhi pelepasan spora Gracilaria sp. Dengan menggunakan
lampu.
Seperti halnya rumput laut jenis Gracilaria sp. yang merupakan golongan
alga merah penghasil agar (agarofit) dan merupakan tumbuhan laut yang menjadi
prioritas untuk dikembangkan. Kandungan agarnya mencapai 47,34% yang
banyak digunakan sebagai bahan pengental dan pengemulsi dalam industri
makanan, obat-obatan, kosmetik, kertas, tekstil, minyak bumi, dan industri
bioteknologi (Nurrahmawan dan Jadid, 2017). Salah satu permasalahan yang
sering dihadapi pada budidaya alga laut adalah ketersediaan bibit yang kontinu
untuk mendukung kegiatan budidaya. Penyediaan bibit yang berkualitas baik
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pengembangan
rumput laut di masa mendatang. Salah satu teknologi harapan yang banyak di
bicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan dalam memproduksi bibit
rumpul laut Gracillaria sp. adalah produksi bibit yang berasal dari spora.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui Lama penyinaran terhadap pelepasan dan penempelan spora rumput
laut Gracilaria sp. dan mengetahui tingkat cahaya yang baik untuk pelepasan
spora sehingga menunjang untuk pertumbuhan spora selanjutnya.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui pengaruh lama penyinaran
terhadap pelepasan dan penempelan spora Gracilaria sp.
1.3 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah mengetahui penyediaan
bibit Gracilaria sp. yang berkualitas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Laut (Glacilaria sp.)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Gambar 1.Gambar rumput laut (Gracilaria sp.)
Gracilaria sp. merupakan rumput laut yang termasuk dalam kelas alga
merah (Rhodophyceae) (Winarno 1996). Gracilaria sp. menghasilkan metabolit
primer senyawa hidrokoloid yang disebut agar. Klasifikasi Gracilaria sp. menurut
Anggadiredja et al. (2006) yaitu:
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Glacilaria
Jenis : Glacilaria sp.
Ciri umum dari Gracilaria sp. adalah mempunyai bentuk thallus silindris
atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada yang
rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh
tanaman) agak mengecil, permukaannya halus atau berbintil-bintil,
diameter thallus berkisar antara 0,5 – 2 mm. Panjang dapat mencapai 30 cm atau
lebih dan Glacilaria tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus
cukup dengan salinitas ideal berkisar 20-28 per mil (Anggadiredja et al. 2006).
2.1.2 Habitat dan Penyebaran
Gracillaria sp. bersifat eurihalin, hidup dan tumbuh pada kisaran salinitas
yang sempit antara 20 sampai 30 permil dan tersebar luas pada wilayah tropis
(Risiani,2004). Pertumbuhan Gracilaria sp. umumnya lebih baik di daerah
dangkal daripada di tempat yang dalam. Tumbuh melekat pada subtrat karang di
terumbu karang berarus sedang, disamping juga dapat tumbuh di sekitar muara
sungai. Alga jenis ini sekarang merupakan tanaman budidaya di tambak yang
banyak dijumpai di daerah Takalar, Sulawesi selatan. Jenis rumput laut ini hidup
kosmopolit, karena tidak mempunyai akar sebenarnya, rumput laut menempel
pada subtratnya (fitobentes) dan seluruh bagian thallus mengambil makanan dari
air sekitarnya dengan cara osmosa. Di alam subtrat itu dapat merupakan lumpur,
pasir, karang, fragmen karang mati, kulit kerang, batu dan kayu. Tumbuhan yang
melekat pada tumbuhan lainnya disebut ephyphit (Mubarok,1990). Selanjutnya
Gracilaria sp dapat hidup pada perairan yang tenang atau di tempat tergenang
(kolam atau tambak), bersubtrat dasar lumpur dan mempunyai toleransi yang
tinggi terhadap kisaran salinitas yang cukup besar (Sulistijo, 1985).
Gracilaria sp. dapat tumbuh di berbagai kedalaman, namun pada
umumnya pertumbuhan jenis ini lebih baik di tempat dangkal dari pada di tempat
yang dalam. Di samping itu, sebagian besar Gracillaria sp. lebih menyukai
intensitas cahaya yang tinggi dan suhu merupakan faktor penting untuk
pertumbuhan serta perkembangbiakannya. Suhu optimum untuk pertumbuhan
adalah antara (20-28) °C.
2.1.3 Perkembangbiakan
Rumput laut dapat berkembangbiak secara aseksual degan pembelahan sel,
perkembangbiakan spora dan fragmentasi sedangkan secara seksual dengan
pembentukan gamet-gamet yang akan bersatu menjadi kasposporosit. Siklus
hidupnya mengalami pergantian generasi antar fase vegetatif (aseksual) dan fase
generatif (seksual). Seperti umumnya Rhodopeciae, daur hidup Gracilaria bersifat
„trifasik‟ (tiga bentuk pertumbuhan), yang mengalami pergantian generasi antara
aseksual dan seksual, yaitu pembentukan satu fase haploid (gametofit jantan dan
gametofit betina) dan fase diploid yaitu tetrasporofit dan kartosporofit (Sjafrie,
1990).]
Aslan (1998), menyatakan bahwa musim mempengaruhi produksi spora
rumput laut, misalnya produksi maksimal teraspora dan karpospora Gracilaria
umumnya terjadi pada musim panas. Pengaruh musim terhadap perkembangan
rumput laut berkaitan dengan pergerakan ombak dan angin. Pergerakan ombak
yang besar dan angin yang bertiup kencang menyebabkan rumput laut terlepas
dari subtratnya. Selain itu timbulnya arus akibat tiupan angin yang besar
mengakibatkan terjadinya pelepasan spora-spora rumput laut yang baru menempel
pada subtrat tertentu.
2.1.4 Pertumbuhan dan Pengaruh Faktor Lingkungan.
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran suatu organisme yang dapat berupa
berat atau panjang dalam waktu tertentu. Pertumbuhan rumput laut sangat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang berpengaruh antara lain jenis, galur, thallus (bibit) dan umur.
Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain lingkungan atau
oseanografi, bobot bibit, jarak tanam dan teknik penanaman (Kamlasi, 2008).
Pertumbuhan rumput laut menunjukkan adanya pertumbuhan besar, panjang serta
cabang. Hal ini dikarenakan adanya pertumbuhan dari sel-sel yangmenyusun
rumput laut tersebut. Perbanyakan sel-sel dapat terjadi karena pembelahan pada
sel-sel yang menyusun rumput laut. Proses pembelahan sel ini dimulai dengan
pembelahan intinya yang selanjutnya terjadi pembelahan plasma atau pembelahan
sel. Dalam pembelahan sel ada tiga cara yaitu amitosis, mitosis dan miosis.
Budidaya rumput laut yang dilakukan oleh para petani atau nelayan
kebanyakan menggunakan dengan cara stek, karena pemilihan metode ini bersifat
mudah dan lebih murah dari pada cara seksual. Thallus atau cabang yang diambil
untuk metode ini adalah cabang yang masih muda. Laju pertumbuhan rumput laut
yang dianggap cukup menguntungkan adalah 3% pertambahan berat per hari.
Pertumbuhan adalah suatu peningkatan secara kuantitatif tubuh mahluk hidup
yang dapat dikontrol oleh dua faktor yaitu genetika dan lingkungan. Menurut
Aslan (1998) pertumbuhan rumput laut Gracillaria sp. dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti cahaya, subtrat, pH, salinitas , suhu, gerakan air, zat hara
(nitrat dan fosfat), dan faktor biologis seperti hama pengganggu.
2.1.4.1 Faktor Lingkungan
a. Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis.
Gracilaria sp. sebagai tumbuhan berklorofil, maka fotosintesis merupakan proses
utama penentu laju pertumbuhannya. Hal ini dikarenakan fotosintesis merupakan
proses pengubahan zat organik dengan bantuan sinar matahari yang kemudian
digunakan oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang secara normal (Rifai,
2002). Selanjutnya Kadi dan Atmadja (1998) menyatakan bahwa mutu dan
banyaknya cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut. Kecerahan
perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari. Kecerahan perairan
yang ideal untuk makroalga dalam memperoleh cahaya matahari lebih dari 1 m.
Air yang keruh dapat menghalangi tembusnya cahaya matahari ke dalam air
sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu. Disamping itu kotoran dapat
menutupi permukaan thallus dan menyebabkan thallus tersebut membusuk dan
patah. Secara keseluruhan kondisi ini akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan rumput laut (DKP, 2004) . Menurut Lideman et all (2014). Cahaya
yang di gunakan untuk memproduksi bibit Gracilaria sp. yang berasal dari spora
yang di tempelkan pada tali polithylene.
b. Suhu dan Musim
Selain beradaptasi terhadap cahaya, Gracilaria sp. juga memiliki
kemampuan beradaptasi yang baik terhadap suhu. Kemampuan adaptasi
Gracilaria verrucosa sangatlah bervariasi tergantung pada lingkungan
dimana tumbuhan tersebut hidup. Suhu mempengaruhi daya larut gas-gas
yang diperlukan untuk fotosintesis seperti C dan , gas-gas ini mudah
terlarut pada suhu rendah dari pada suhu tinggi akibatnya kecepatan
fotosintesis ditingkatkan oleh suhu rendah. Panas yang diterima
permukaan laut dari sinar matahari menyebabkan suhu di permukaan
perairan bervariasi berdasarkan waktu.Rumput laut biasanya dapat tumbuh
dengan baik di daerah yang mempunyai suhu antara (26-30)°C (Afrianto
dan Liviawati, 2001). Kondisi ideal untuk pembudidayaan rumput laut
adalah dengan transparasi penglihatan 1,5 m (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, 2000). Dan lideman et all (2016)
c. Subtrat
Rumput laut memerlukan subtrat sebagai tempat menempel
biasanya pada karang mati, moluska, pasir dan lumpur. Menurut Dawson
(1956), pantai berkarang merupakan tempat hidup yang baik bagi sejumlah
besar spesies rumput laut dan hanya sedikit yang hidup di pantai berpasir.
Namun Gracilaria sp. dapat tumbuh dengan subtrat tanah berlumpur.
d. Kadar garam
Salinitas merupakan salah satu parameter kualitas air yang cukup
berpengaruh pada organisme dan tumbuhan yang hidup di perairan laut.
Salinitas akan menyebabkan adanya turgor antara bagian dalam dan luar
rumput laut (Luning, 1990). Budidaya Gracilaria di Indonesia, kisaran
salinitas adalah (18-32) ppt dengan optimum adalah 25 ppt. Menurut
Chen (1994), salinitas yang baik untuk pertumbuhan rumput laut
Gracilaria sp. berkisar antara (23 – 30) ppt dan yang optimum adalah
berkisar antara (27– 30) ppt, sedangkan salinitas pada saat pemeliharaan
rumput laut Gracilaria sp. pada kultur pemeliharaan sebesar 30 ppt.
lideman et all (2019)
e. Gerakan air
Gerakan air merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh pada kegiatan budidaya rumput laut. Kebanyakan spora
rumput laut bersifat plankonis sehingga gerakan dan sebarannya
dipengaruhi pola dan sifat gerakan air. Selain itu kekuatan gerakan air
berpengaruh terhadap perlekatan spora dan subtratnya. Spora alga yang
tumbuh diperairan tenang seperti Gracilaria erat kaitannya dengan
ukuran, bentuk, dan lapisan lendir pada spora. Gerakan air berperan
penting di dalam memperbaiki kondisi pertukaran zat hara dan
menghindarkan pengendapan untuk menunjang pertumbuhan (Aslan,
2003). Di samping itu, pergerakan air dianggap sebagia kunci diantara
faktor-faktor oseanografi lain karena massa air dapat menjadi homogen
dan pengangkutan zat-zat makanan berlangsung lebih baik dan lacar
(Indriani, 2004). Kecepatan arus yang ideal untuk pertumbuhan rumput
laut antara (20-40) m/menit atau (0,03-0,67 ) m/detik. Indikator arus yang
baik pada suatu lokasi yaitu ditandai dengan adanya terumbu karang
lunak dan padang lamun yang bersih dari kotoran dan memiliki
kemiringan yang searah (DKP, 2004). Menurut Deptan (1990) bahwa
ombak dapat terjadi karena angin. Ketinggian ombak yang cocok untuk
pertumbuhan rumput laut adalah (10-30) cm.
e. pH
Power of Hydrogen (pH) adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion
hidrogen dan menunjukkan sifat asam atau basa suatu perairan
(Summerfelt, 1997). Power of Hydrogen (pH) air selama penelitian
berkisar antara 6-8. Aslan (1998) menyatakan bahwa pH optimum bagi
budidaya rumput laut berkisar antara 6,8-8,2. Namun Kadji dan Atmadja
(1998) menyatakan kisaran nilai pH yang baik untuk budidaya Gracilaria
di Indonesia antara 8-8,5. Derajat keasaman (pH) optimal air selama
budidaya Gracilaria verrucosa berkisar antara 6-9 (Luning, 1999). Air laut
mempunyai kemampuan untuk mencegah perubahan pH, karena
mempunyai sistem penyangga terhadap perubahan yang drastis.
g. Disolved Oksigen (DO)
Dissolved osigen atau oksigen terlarut adalah besarnya kandungan
oksigen yang terlarut dalam air yang biasa dinyatakan dalam satuan mg/l.
Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada
di udara maupun di air, kadar garam dan unsur-unsur yang mudah
teroksidasi di dalam perairan, semakin meningkat suhu air, kadar garam,
tekanan gas-gas terlarut akan menyebabkan semakin berkurang kelarutan
oksigen dalam air (Wardoyo, 1981).
i. Nutrisi
Unsur hara fosfor dan nitrogen diperlukan oleh rumput laut untuk
pertumbuhannya. Umumnya unsur fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan akuatik adalah dalam bentuk ortho-fosfat (P-P ), sedangkan
nitrogen yang dapat diserap dalam bentuk nitrit (N ), nitrat (N ), dan
amonium (N ), namun yang paling banyak diserap oleh tumbuhan adalah
dalam bentuk ammonium (N ), karena dapat dimanfatkan secara langsung
oleh tumbuhan. Kadar nitrat (N ) di perairan yang tidak tercemar biasanya
lebih tinggi dari pada kadar ammonium (N ). Nitrat (N ) adalah bentuk
utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrisi utama bagi
pertumbuhan tanaman dan alga, karena nitrat sangat mudah larut dalam air
dan bersifat stabil. Menurut Aslan (1998), kadar nitrat (N ) dan fosfat (P )
mempengaruhi reproduksi alga bila zat hara tersebut melimpah di perairan.
Kisaran nitrat yang baik di lautan bagi kehidupan organisme adalah 0.01-5
mg/l (Luning, 1990). Untuk memenuhi Nutrisi dalam memproduksi bibit
Gracilaria sp. yang berasal dari spora, (Lideman et all 2016), mengunakan
media PES dan Grund.
2.1.4.2. Faktor Biologis
a. Penyakit Ice-ice pada Rumput Laut
Penyakit pada budidaya rumput laut yang sulit ditanggulangi dan
berakibat fatal adalah penyakit ice-ice, penyakit tersebut penularannya
sangat cepat dan dalam jangka 2 minggu, akan menyebabkan budidaya
rumput laut hancur, sehingga tidak dapat dipanen. Hal tersebut dapat
ditandai dengan memutih dan memudarnya warna batang yang berlendir
dan diselimuti oleh kotoran seperti tepung putih, serta kulit luar atau
epidermisnya terkelupas, sehingga terlihat jaringan dalam/mendula pada
batang (thalli). Terinfeksinya pada thalli tersebut dimulai dari bagian
tertentu, antara lain (Sulistijo, 1996; Yulaianto dan Hatta, 1998) Infeksi
berawal dari bagian luka pada pangkal stek akibat dari pemetikan atau
pemotongan. 2) Infeksi dimulai dari bagian yang luka pada bekas gigitan
predator ikan. 3) Infeksi dimulai dari bagian yang luka karena gesekan
atau terlalu erat mengikat rumput laut. 4) Infeksi akibat tertularnya bagian
batang yang sehat oleh bagian batang yang terinfeksi dari satu rumpun
atau berasal dari rumpun yang lain.
b. Hama Pengganggu
Binatang laut seperti moluska dan ikan dapat mempengaruhi
persporaan alga. Moluska dapat memakan spora dan dapat menghambat
pertumbuhan alga. Sedangkan ikan herbivora memakan alga sehingga
dapat merusak thalli dan akan mengurangi jumlah spora yang dihasilkan
oleh alga. Hama yang menyerang tanaman budidaya rumput laut
berdasarkan ukurannya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
hama mikro dan hama makro. Hama mikro yang sering dijumpai pada
tanaman budidaya rumput laut adalah larva bulu babi (Tripneustse) dan
larva teripang (Holothoria spp). Larva bulu babi bersifat plankonik
(melayang-layang di air) yang kemungkinan menempel pada rumput laut,
sehingga menutupi permukan thallus dan menyebabkan thallus bewarna
kuning. Begitu juga dengan larva teripang, baik sifat maupun
penempelannya terhadap rumput laut relatif sama dengan larva bulu babi.
Larva ini kemudian tumbuh dan menjadi besar, setelah membesar dapat
memakan thallus rumput laut dengan cara menyisipkan ujung-ujung
cabang rumput laut ke dalam mulutnya (DKP, 2004). Hama makro yang
sering menyerang rumput laut antara lain ikan beronang (Siganus spp),
bintang laut (Protoneuses nodosus), bulu babi (Diadema spp), bulu babi
duri pendek (Tripneustes spp) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Bulu
babi (Diadema spp) dan bulu babi duri pendek (Tripneustes spp)
merupakan hama perusak bgian tengah thallus, sehingga cabang-
cabangnya terpisah dari tanaman induk, selanjutnya penyu hijau,
merupakan hama yang paling ganas dalam merusak tanaman budidaya
rumput laut dan umumnya menyerang pada malam hari. Penyu ini dapat
memangsa habis tanaman budidaya yang berarea tidak telalu luas (DKP,
2004). Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut
diantaranya adalah tumbuhan penempel atau pengganggu. Tumbuhan
penempel ini bersifat kompetitor dalam menyerap nutrisi untuk
pertumbuhan. Disamping itu, alga filamen dapat juga menjadi pengganggu
karena menutupi permukaan rumput laut yang menghalangi proses
penyerapan dan fotosintesa. Tumbuhan penempel tersebut antara lain
adalah Hipnea, Dictyota, Achanthopora, Laurencia, Padina, Ampiroa dan
alga filamen seperti Chaetomorpa, Lingbya dan Slympoca (Atmaja dan
Sulistijo, 1977). Selain tumbuhan, binatang penempel yang berkoloni
cukup besar juga dapat mengganggu pertumbuhan rumput laut, misalnya
tunikata. Penempelan ini dapat menutupi batang rumput laut, sehingga
menyebabkan terganggunya proses fotosintesa. Gangguan ini dapat
mengakibatkan tanaman menjadi busuk pada bagian yang tertutup total
oleh tunikata (DKP, 2004).
2.2 Lama Penyinaran Terhadap pelepasan Sel Spora Gracilaria sp.
Intensitas cahaya (penyinaran) adalah jumlah energy yang diterima oleh
bumi pada waktu dan areal tertentu (Wetsel dan Litcken 1979). Jumlah energi
yang diterima oleh bumi bergantung pada kualitas dan lama penyinaran, yang
merupakan faktor abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas
perairan. Intensitas cahaya matahari sering menjadi pembatas karena cepat
memudar karena pengaruh kedalaman dan kekeruhan. Umumnya fotosintesis
meningkat sejalan dengan meningkatnya intensitas cahaya sampai pada satu nilai
optimum tertentu (cahaya saturasi). Di atas nilai optimum, cahaya merupakan
penghambat fotosintesis (cahaya inhibisi), sedangkan di bawahnya merupakan
cahaya pembatas (limitasi) sampai pada batas tertentu sehingga fotosintesis sama
dengan respirasi.
Intensitas cahaya mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan proses
fotosintesis, tetapi tidak selamanya penambahan intensitas diikuti oleh
peningkatan proses fotosintesis. Setiap cahaya mempunyai panjang gelombang
yang berbeda, daya serap oleh pigmen yang berbeda dan kemampuan penetrasi
yang berbeda pula. Untuk warna cahaya yang memiliki kemampuan penetrasi
kedalam air yang paling baik adalah warna cahaya biru (Grahame, 1987).
Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap laju fotosintesis. Rumput laut melakukan fotosintesis untuk mendapatkan
energi, sehingga cahaya merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan. Penyerapan
cahaya oleh tanaman bergantung pada intensitas dan lamanya penyinaran.
Lideman et al menjelaskan bahwa dalam memproduksi bibit Gracilaria sp.
mengunakan 12 jam terang dan 12 jam gelap.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019
bertempat di Labolatorium Kultur Jaringan Balai Perikanan Budidaya Air Payau
(BPBAP) Takalar, Desa Mappakalompo, Kecamatan Galesong Selatan,
Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri disk 9,,
tandon air laut, ember, timer, refraktometer, hemasitometer,microskop,pengatur
lampu otomatis,longger, termometer, pH indikator universal, tali, batu karang.
Bahan penelitian yang digunakan adalah gracilaria sp dan air laut.
3.3 Bahan Uji
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu thallus Gracillaria sp.
yang terdapat cystocarp (kantong spora) yang di tandai dengan adanya bintik-
bintik timbul di permukaan thalus yang di peroleh dari petani rumput laut di desa
Ujung Baji, Kecamatan Sandrobone, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi
Selatan. Thallus tersebut kemudian dipotong untuk mendapatkan eksplan yang
akan di tanam di media perlakuan. Setiap cawan petri berisi 4 eksplan perwadah.
3.4 Tahapan Penelitian
Tahapan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Wadah Dan Media Kultur:
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan wadah
cawan petri dengan diameter 9 cm. Wadah pemeliharaan disterilisasi
menggunakan autoclave selama 5-6 jam dengan tekanan 1 atmosfer kemudian
disterilisasi menggunakan oven selama 20 menit dengan suhu 120˚C. Selanjutnya
pembuatan kotak dan pemasangan lampu dengan intensitas cahaya 1000 lux.
2. Koleksi dan Aklimatisasi Gracilaria sp. Fertil
Sampel Gracilaria sp. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Gracillaria sp yang telah mengandung spora (fertil) tipe carpospores yang di
budidayakan di Desa Ujung Baji, Kecamatan Sandrobone, Kabupaten Takalar,
Sulawesi Selatan. Alga laut fertil yang diperoleh kemudian akan di masukan
kedalam coolbox, kemudian di bawah ke laboratorium basah kultur spora
Gracillaria sp BPBAP Takalar untuk di aklimatisasi dalam Bak fiber.
3. Setting Alga Laut Gracillaria sp Fertile
Gracillaria sp fertil yang akan digunakan di seleksi terlebih dahulu dengan
ciri-ciri thallus-nya bersih dari kotoran, warna agak kekuningan dan kantong
sporanya (cytocarp) berwarna coklat cerah dengan diameter yang relatif lebih
besar. Carposporophyte yang sudah diseleksi tadi kemudian dipotong dengan
panjang1 - 1,5 cm yang mengandung 5 cystocamp.
4. Sterilisasi
Sterilisasi eksplan di lakukan dengan merendam potongan-potongan
thallus kedalam larutan betadine dengan dosis (1% Betadin : 100 ml air laut
steril) dan diamkan selama 2-3 menit.
5. Pengamatan Spora Gracillaria sp.
Eksplan yang sudah mengalami proses sterilisasi kemudian dimasukkan ke
dalam media perlakuan yang sudah dipersiapkan. Eksplan diamati setiap hari
dibawah mikrosop untuk melihat jumlah spora yang lepas dan menempel pada
substrak. Suhu ruangan selama kultur eksplan adalah 25° - 27°C.
3.5 Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimental. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola
Faktorial dengan empat perlakuan dan tiga ulangan:
A : Lama penyinaran selama 24 jam terang.
B : Lama penyinaran selama 12 jam terang dan 12 jam gelap.
C : Lama penyinaran selama 16 jam terang dan 8 jam gelap.
D : Lama penyinaran selama 8 jam terang dan 16 jam gelap.
Proses sampling pada penelitian ini di lakukan setiap hari dan di hitung
percawang petri dengan menggunakan hemasitometer dibawah mikroskop.
3.6 Peubah Yang di Amati
Penghitungan spora dilakukan dengan cara menghitung jumlah spora yang
dikeluarkan dan yang menempel oleh Gracilaria sp. pada setiap perlakuan di
cawan petri dengan menggunakan mikroskop.
3.7 Analisis Data
Untuk mengetahui adanya pengaruh lama penyinaran terhadap
pertumbuhan spora Gracilaria sp. maka data dianalisis menggunakan analisis
deskriftif..
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil penelitian pengaruh lama penyinaran terhadap pelepasan spora
rumput laut Gracilaria sp. yang di hitung setiap hari di Balai Perikanan Budidaya
Air payau (BPBAP) Takalar. Dapat di lihat pada Grafik berikut :
Gambar 2. Diagram perhitungan lama penyinaran cahaya terhadap pelepasan
spora Gracilaria sp.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada diagram diatas bahwa dari
hasil analisis lama penyinaran terhadap pelepasan spora rumput laut Gracilaria
sp. dengan intensitas cahaya sebesar 1000 lux disetiap perlakuan dengan waktu
lama penyinaran yang berbeda didapatkan hasil tertinggi dari perlakuan lainya
pada perlakuan B (12 jam terang : 12 jam gelap) dengan jumlah spora yang lepas
sebanyak 73.000 spora/cystocart. Hal ini sesuai dengan pendapat, Lideman, et. al.
(2013) bahwa untuk proses fotosintesis dan respirasi, maka alga memerlukan
38000
73000
51000
43000
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
A B C D
Rata-rata perhitungan lama penyinaran terhadap pelepasan
spora Gracilaria sp.
kondisi terang dan gelap karena itu, kondisi terang dan gelap dibuat dengan
perbandingan 12 jam terang dan 12 jam gelap. Dan diperkuat oleh pernyataan
(Serodio 2001), bahwa intensitas cahaya sangat berpengaruh besar terhadap
pelepasan spora rumput laut berkisar antara 1000-4000 Lux.
Pada perlakuan A (24 jam terang) hasil yang didapatkan paling rendah dari
perlakuan C (16 jam terang : 8 jam gelap) dan perlakuan D (8 jam terang dan 16
jam gelap) dikarenakan ruangan gelap kurang baik dalam proses fotosintesis dan
akibatnya spora yang lepas jumlahnya hanya sedikit sebesar 38000
spora/cytocarp. Sedangkan pada perlakuan C (16 jam terang : 8 jam gelap)
didapatkan spora yang lepas sebanyak 51.000 spora/cystocarp jauh lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan A (24 jam terang) dan perlakuan D ( 8 jam
terang dan 16 jam gelap ) di dapatkan spora yang lepas sebanyak 43.000
spora/cytocarp.
Cahaya mempunyai factor yang sangat penting terhadap fotosintesis yang
mempengaruhi intensitas dan panjang gelombang (sudiaji, 2005). Sumber cahaya
pada penelitian ini mengunakan lampu LED yang berwarna putih. Karena sinar
lampu LED ini tidak meningkatkan suhu ruangan secara drastis ( suhu stabil ) dan
cahayanya sesuai untuk pelepasan spora.
Lama penyinaran pada Gracilaria sp. memang membutuhkan cahaya
untuk brtfotosintesis karena sangat berpengaruh pada pelepasan spora rumput laut
Gracilaria sp. Reaksi fotosintesis ada dua yaitu reaksi terang dan reaksi gelap.
Dalam reaksi terang terjadi pemindahan energy cahaya menjadi energy kimia
yang akan menghasilkan oksigen ( O2 ). Sedangkan reaksi gelap terjadi
pembentukan gula dari CO2 yang di peroleh dari udara bebas dan energy ( ATP
dan NADPH ) yang di dapatkan dari reaksi terang. Fungsi reaksi terang yaitu
untuk mengumpulkan energi kimia dari cahaya. Sedangkan reaksi gelap tidak
terjadi sama sekali di dalam proses fotosintesis karena tidak ada energi yang
bermanfaat untuk pelepasan spora.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelepasan rumput laur adalah
nutrient yang dapat di peroleh dari pupuk (Aslan,1998). Pupuk yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah pupuk grown. Dalam penelitian ini semua perlakuan di
beri pupuk yang sama sehingga pupuk mendukung pelepasan spora.
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting bagi pelepasan rumput
laut (Raikar et al., 2001). Hal ini disebabkan oleh suhu mempengaruhi aktivitas
metabolisme dan perkembangan suatu organisme (Sahabuddin dan Tangko,
2008). Suhu yang di pakai dalam penelitian ini berkisar antara 25-27ºC. hal ini
sejalan dengan pernyataan Aslan (1998) yang menyatakan bahwa suhu yang baik
untuk pelepasan rumput laut berkisar antara 26-33ºC. Raikar, et al. (2001)
menyatakan bahwa suhu dibawah 25ºC dapat menyebabkan penurunan pelepasan
pada Gracilaria sp.
V. KESIMPILAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa lama penyinaran
yang berbeda pada budidaya rumput laut Gracilaria sp. dengan intensitas cahaya
1000 lux di dapatkan hasil tertinggi pada perlakuan B (12 jam terang : 12 jam
gelap) dengan jumlah spora yang lepas sebanyak 73.000 spora/cystocarp.
5.2 Saran
Keberhasilan suatu penelitian adalah buah dari keseriusan dalam bekerja, jadi
kesuksesan dalam penelitian adalah mengikuti semua rangkaian kegiatan mulai
dari persiapan sampai selesainya penelitian dengan mengikuti standar operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja, J.T., A. Zatnika, H. Purwoto dan S. Istini. 2006. Rumput Laut.
Penebar Swadaya.
Aslan. 2003. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
Ayuningtiaz, O. N., Alamsjah, M. A., dan Subekti, S. 2010. Pengaruh Lama
Penyinaran Terhadap Pertumbuhan dan Klorofil a Gracilaria
verrucosa Pada Sistem Budidaya Indoor. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan. 2 (1).
Afrianto, E. dan E. Liviawati. 2001. Budidaya Laut dan Cara Pengolahannya.
Bharata: Jakarta
Aslan, L. M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Atmaja, W. S., dan Subagja. 1995. Potensi Rumput Laut di Pantai Gili Air, Gili
Meno dan Gili Trawangan Lombok Nusa Tenggara Barat. P03-LIPI.
Jakarta.
Chen, J. X.,dan Shang.1976. Gracilaria Culture in China.
http://www.fao.org. 12/6/2008.
Dawson, E. Y.1956. How Know The Seaweed. W.MC. Brown Company
publisher. Dubuque. Iowa
[Deptan] Departemen Pertanian. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut.
Pusat Penelitian dan Pegembangan perikanan. Bekerjasama dengan
internasional Indonesia Fisheries Information System (INFIS),
Direktorat Jendral Perikaan.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2010. Profil Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Takalar. Takalar.
[DKP] Departemen Perikanan dan Kelautan-Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya. 2004. Profil Rumput Laut Indonesia.
Grahame, J. 1987. Plankon and Fhisheries. University Of Leed. Edward Arnold.
London.
Indriani, H., dan E. Sumiarsih. 2004. Budidaya dan Pemasaran Rumput laut.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Kadi, A., dan Atmadja, W. S. 1988. Rumput Laut Jenis Algae. Reproduksi,
Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Proyek Studi Potensi
Sumberdaya Alam Indonesia. Jakarta: Pusat penelitian dan
Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Kamlasi, Y. 2008. Kajian Ekologi dan Biologi untuk Pengembangan
Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottoni) di Kecamatan
Kupang Barat Kabupaten.
Lideman et all.2014. Pengembangan bibit rumput laut (Gracilaria sp.) yang di
pelihara di laut melalui Penempelan Spora pada Tali Polyethylene
(PE) Prosiding seminar “Indonesia Aquaculture 2014” (Indonesia
2014). Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, KKP.
Lideman et all,2013. Effect of temperature and light on the Photosynthesis as
measured by chlorophyll fluorescence of cultured gucheuma
denticulatum and Kappaphycus sp ( Strain sumba ) from Indonesia.
Journal of Applied Phycology, Vol. 25 No.2 hal. 339-406. DOI:
10.1007/z 10811-012-9874-5
Luning, K. 1990. Seaweed:Their Enviromental, Biography, Ecophysiologi. C
Yarish and Krikman, editor. John Wiley and Son, Inc. Canada.
Terjemahan dari: Meeresbotanik: Verbreitung, Okophysiologie und
Nutzung der Marinen Makroalgen.
Mubarok, H. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Lut. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan. Jakarta
Rifai, M. A. 2002. Kamus Biologi. Cetakan ke-2. Jakarta: Balai Pustaka.
Risiani, Y. 2004. Potensi Sumber Daya Rumput Laut di Jawa Timur dan Jenis-
Jenis Ekonomi Penting. Universitas Brawijaya. Malang.
Serodio Joao, Jorge Marques da silva and Fernando Catarino. 2001. Use of in Vivi
Chlorophyll Fluorescence To Quantify Short-term Variaton In The
Productive Biomass of intertidal Micriphytobrntos. Marine Ecology
Progress Series. Vol. 218: 45 – 61. Published August 2001.
Sjafrie, N. D. M. 1990. Beberapa Catatan Mengenai Rumput Laut Gracilaria. Bul.
Pewarta Oceania. XV LON_LIPI, Jakarta.
Sujatmiko, W., dan W. I. Angkasa. 2006. Teknik Budidaya Rumput Laut dengan
Metode Tali Panjang. http://www.wordpress.com. 02/02/2006.
Sulistijo. 1985. Budidaya Rumput Laut
http://www.fao.org/docrep/field/003/AB882E11. htm. 20 Februari
2006
Summerfelt, R. C. 1997.Water Quality Considerations for Aquaculture.
http://www.aquanic.org. 12/12/2008
Sulistijo. 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Dalam:
(Atmadja, W.S.; A. Kadi, Sulistijo dan Rachmaniar eds.),
Pengenalan Jenisjenis Rumput laut di Indonesia. Puslitbang
Oseanologi -LIPI Jakarta.
Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut.Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Wetzel, R. G., dan Licken, G. E. 1979. Lymnology Analyses. W. B. Sounders
Company. Phyladelphia.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1 : Hasil perhitungan lama penyinaran terhadap pelepasan spora rumput
laut Gracilaria sp.
Perlakuan
Hari
Ulangan
Rata-Rata
1 2 3
A 1 12000 12000 12000 12000
2 12000 15000 9000 12000
3 6000 24000 12000 14000
B 1 18000 42000 9000 23000
2 24000 39000 15000 26000
3 15000 36000 21000 24000
C 1 12000 27000 12000 17000
2 15000 18000 12000 15000
3 15000 33000 9000 19000
D 1 18000 27000 3000 16000
2 24000 15000 12000 17000
3 12000 12000 6000 10000
Lampiran 2 : Persiapan wadah
Lampiran 3 : Persiapan rumput laut Gracilaria sp.
Lampiran 4 : Pengamatan
Lampiran 5 : Eksplan spora rumput laut Gracilaria sp.
Lampiran 6 : Alat penelitian
RIWAYAT HIDUP
DEWI ASTUTI SARI dilahirkan di Kabupaten Bulukumba
pada tanggal 10 November 1997, sebagai anak kedua dari ayah
yang bernama Sudirman,dan ibu bernama Rosmawati. Penulis
merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Penulis
menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 314 Marana dan tamat pada
tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 24
Bulukumba dan tamat pada tahun 2012 kemudian melanjutkan sekolah di SMA
Negeri 5 Bulukumba dan lulus pada tahun 2015. Dan pada tahun 2015 penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, Fakultas
Pertanian, program studi Budidaya Perairan.
Selama proses perkuliahan di Universitas Muhammadiyah makassar
penulis pernah melaksanakan magang di Benur kita kabupaten barru dan juga
melaksanakan KKP (Kuliah Kerja Profesi) di Kec. Tanete Rilau Kab. Barru.
Penulis akhirnya melakukan penelitian di BPBAP Takalar sebagai tugas akhir
dalam tahap penyelesaian study dengan judul ” Pengaruh Lama penyinaran
Terhadap Proses Pelepasan Spora Gracilaria sp.” dibawah bimbingan Dr. Ir.
Darmawati, M.Si dan Nur Insana Salam,S.Pi .,M.Si.
top related