pengaruh kualitas corporate governance terhadap manajemen...
Post on 07-Apr-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Pendahuluan
Kebangkrutan perusahaan besar di Amerika Serikat seperti Enron, Merck,
dan World Com telah menarik perhatian dari berbagai pihak. Kebangkrutan yang
diakibatkan dengan adanya tindakan skandal manajemen laba tersebut
memberikan pelajaran bagi industri-industri di seluruh dunia, termasuk pada
industri perbankan. Hal tersebut mendorong dikeluarkannya peraturan-peraturan
baru, salah satunya mengenai tata kelola perusahaan (corporate governance)
Menurut Adrian dan Restuti (2011), corporate governance merupakan
salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi
serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para
pemegang saham dan stakeholders lainnya. Sedangkan menurut Darmawati et al.
(2005), corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi
penentuan sasaran dari suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan
teknik monitoring kinerja.
Dalam penyelenggaraan perusahaan perbankan di Indonesia, suatu bank
harus memenuhi standar yang diperlukan, misalnya seperti tingkat CAR (Capital
Adequeacy Ratio) dan GWM (Giro Wajib Minimum). Bank Indonesia
menggunakan laporan keuangan tersebut sebagai dasar penentuan status suatu
bank apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau tidak. Oleh karena
itu, manajer mempunyai insentif untuk melakukan manajemen laba supaya
perusahaan mereka dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh Bank
Indonesia (Adrian dan Restuti, 2011). Jika manajemen melakukan manajemen
laba maka mengakibatkan adanya distorsi akuntansi dan hilangnya transparasi
2
dalam melakukan transaksi yang akan berdampak langsung pada hilangnya
kepercayaan masyarakat sebagai pemakai transaksi keuangan kepada pihak bank.
Menurut Adrian dan Restuti (2011), industri perbankan merupakan
industri kepercayaan, jika investor kurang percaya terhadap laporan keuangannya
yang bias karena tindakan manajemen laba maka mereka akan melakukan
penarikan uang secara besar-besaran (rush), akibatnya industri perbankan akan
collapse dan berdampak serius bagi struktur ekonomi suatu negara. Oleh karena
itu, diperlukan suatu mekanisme untuk meminimalkan manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan perbankan. Salah satu mekanisme yang dapat
digunakan adalah praktik corporate governance.
Penelitian Nasution dan Setiawan (2007) mengindikasikan praktik
corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba apabila dilihat dari
penerapan mekanisme corporate governance seperti komposisi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran perusahaan.
Penelitian lain yang mengindikasikan praktik corporate governance berpengaruh
terhadap manajemen laba adalah penelitian Wilopo (2004) yang menyatakan
bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap praktek
manajemen laba di perusahaan, penelitian Midiastuty dan Machfoedz (2003) yang
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
manajemen laba perusahaan secara signifikan, dan penelitian Veronica dan
Bachtiar (2004), serta Wilopo (2004), yang kesemuanya menyatakan bahwa
keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di
perusahaan. Namun, penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang
3
dilakukan oleh Adrian dan Restuti (2011) yang mengindikasikan bahwa
komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite
audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Oleh karena adanya
ketidakkonsistenan dari beberapa penelitian tersebut, maka penulis ingin
melakukan penelitian terkait pengaruh corporate governance dengan
menggunakan sudut pandang yang berbeda terhadap manajemen laba.
Penelitian Nasution dan Setiawan (2007), Adrian dan Restuti (2011)
menyarankan agar untuk penelitian selanjutnya, perlu menggunakan indeks
corporate governance karena dapat menangkap informasi yang lebih
komprehensif mengenai corporate governance. Maka dari itu, untuk penelitian ini
penulis mencoba menggunakan indeks corporate governance.
Indeks corporate governance merupakan skor hasil penilaian penerapan
Good Corporate Governance (GCG) dari suatu riset yang dilakukan oleh The
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Dapat dikatakan bahwa
indeks corporate governance menggambarkan baik atau buruknya kualitas
penerapan corporate governance di perusahaan. Indeks corporate governance
merupakan suatu ukuran dari kualitas corporate governance. Sehingga, tujuan
dari penelitian ini, dengan menggunakan indeks corporate governance adalah
untuk menguji apakah kualitas corporate governance berpengaruh terhadap
praktik manajemen laba.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dalam
melakukan evaluasi terkait corporate governance dan manajemen laba di
perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah
4
pengetahuan dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya terkait corporate
governance.
Tinjauan Literatur
Corporate Governence
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang
menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,
karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan
tanggung jawabnya (FCGI, 2003). Menurut Nasution dan Setiawan (2007),
corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja
perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin
akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada
kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya
pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan
keuangan.
Definisi lain mengenai corporate governance yang salah satunya
dikemukakan oleh Darmawati et al. (2005) bahwa corporate governance juga
memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari
suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring
kinerja.
5
Teori Keagenan
Menurut Jensen dan Meckling dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007)
terkait dengan teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika
satu orang (principal) atau lebih memperkerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang dalam pengambilan
keputusan kepada agent tersebut. Pihak agent (manajer) sebagai pengelola
perusahaan mempunyai banyak informasi internal mengenai perusahaan
dibandingkan pihak principal (pemilik). Sedangkan pihak pemilik sulit untuk
mengawasi perusahaannya karena sedikitnya informasi yang dimiliki. Inti Agency
Theory menurut Scott dalam Arifin (2005) adalah pendesainan kontrak yang tepat
untuk menyelaraskan kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan. Dari masalah theory tersebut, corporate governance diharapkan
dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan kepercayaan kepada para investor
agar tidak terjadi kecurangan yang merugikan pemegang saham, manajer,
kreditor, dan stakeholder.
Corporate Governance Index
Corporate Governance Index (CGI) adalah pemeringkatan penerapan
Good Corporate Governance (GCG) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia
oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) melalui riset yang
dirancang untuk mendorong perusahaan meningkatkan kualitas penerapan konsep
corporate governance melalui perbaikan yang berkesinambungan dengan
melaksanakan evaluasi dan melakukan patok banding. Pemeringkatan Corporate
6
Governance Index (CGI) tersebut mencakup 11 (sebelas) aspek penerapan Good
Corporate Governance (GCG) yang dinilai, diantaranya adalah aspek komitmen,
transparasi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan, kompetensi,
kepemimpinan, strategi, etika, dan manajemen pengetahuan. Kesebelas aspek
tersebut kemudian diwujudkan dalam satu kesatuan skor penilaian yang disebut
Corporate Governance Index (CGI).
Manajemen Laba
Manajemen laba menurut Sulistiyanto (2008) dalam Adrian dan Restuti
(2011) adalah campur tangan dalam proses penyusunan laporan keuangan
eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak
setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi
yang tidak memihak dari sebuah proses). Manajemen laba muncul ketika manajer
sebagai agen menggunakan wewenang untuk mengambil keputusan tertentu
terkait dengan pelaporan keuangan dan mengubah transaksi laporan keuangan
supaya terlihat kinerjanya baik dan untuk menguntungkan diri dari manajer itu
sendiri.
Antara pemilik dan manajer memiliki kepentingan yang berbeda, pemilik
menginginkan nilai perusahaan terus meningkat sehingga investasinya juga
meningkat, sedangkan pihak manajer berkepentingan untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh
kompensasi sesuai dengan kontrak.
7
Menurut Sulistiyanto (2008) dalam Adrian dan Restuti (2011) manajemen
laba dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan
keuangan. Komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas
secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak
harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan perusahaan. Upaya awal
untuk memahami manajemen laba adalah dengan memahami dasar akuntansi yang
selama ini digunakan dan diakui secara luas, yaitu akuntansi berbasis akrual. Untuk
mengidentifikasi manajemen laba adalah dengan mengeluarkan komponen kas dari
model akuntansi untuk menghitung dan menentukan besarnya komponen akrual yang
diperoleh perusahaan selama satu periode tertentu. Kemudian memisahkan komponen
akrual tersebut menjadi dua komponen utama, yaitu:
a. Discretionary accrual merupakan komponen akrual hasil rekayasa
manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam
estimasi dan pemakaian standar akuntansi.
b. Nondiscretionary accrual merupakan komponen akrual yang diperoleh
secara alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti standar
akuntansi yang berterima secara umum.
Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya tentang pengaruh corporate governance terhadap
manajemen laba hasilnya berbeda-beda, diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007) mengenai
pengaruh corporate governace terhadap manajemen laba di industri perbankan di
Indonesia. Penelitian tersebut melihat corporate governance melalui komposisi
8
dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran
perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut adalah dewan komisaris, ukuran dewan
komisaris, dan keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
Sedangkan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Adrian dan Restuti (2011) melakukan penelitian yang sama dengan
Nasution dan Setiawan (2007). Hasil penelitian yang dilakukan Adrian dan
Restuti (2011) mengindikasikan bahwa komposisi dewan komisaris, ukuran
dewan komisaris, dan keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Sedangkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba.
Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
Kualitas Corporate Governance dan Manajemen Laba
Corporate governance merupakan suatu mekanisme yang diajukan demi
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi dan monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan
mendasar pada peraturan-peraturan yang berlaku. Mekanisme tersebut berfokus
pada penerapan aturan-aturan yang harus ditaati sehingga suatu perusahaan
perbankan memiliki tata kelola perusahaan yang baik.
Manajemen laba merupakan suatu upaya manipulasi laporan keuangan
yang dilakukan oleh pihak manajer supaya kinerja perusahaan terlihat baik.
Berdasarkan teori agensi, kepentingan pihak manajer tidak sama terhadap
kepentingan pemilik. Pihak manajer berusaha untuk mengoptimalkan keuntungan
9
pemilik supaya pihak manajer menerima kompensasi yang optimal. Sedangkan
laporan keuangan dibuat dan dilaporkan oleh pihak manajer sebagai tanggung
jawabnya kepada pemilik. Kurangnya pengawasan dalam pencatatan dan
pelaporan keuangan akan berdampak pada transparasi pencatatan dan pelaporan
keuangan tersebut. Dengan demikian pihak manajer dapat secara leluasa
melakukan manajemen laba.
Kualitas corporate governance yang dimaksud adalah skor / indeks hasil
penilaian oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) terkait
penerapan mekanisme corporate governance berdasarkan aspek-aspek dan
kriteria tertentu. Kualitas corporate governance yang baik menggambarkan
penerapan corporate governance yang baik pula. Dengan melihat kualitas
corporate governance yang dicerminkan dari tinggi atau rendahnya skor / indeks
corporate governance, maka lebih mudah mengkategorikan baik atau kurang
baiknya penerapan corporate governance dibandingkan hanya dengan melihat
mekanisme corporate governance saja.
Penerapan corporate governance yang baik akan mendorong terwujudnya
transparasi dalam pencatatan dan pelaporan keuangan serta pengawasan secara
efektif dan efisien. Adanya transparasi dalam pencatatan dan pelaporan laporan
keuangan memungkinkan pemilik dapat melakukan pengawasan terhadap kinerja
dari manajernya sehingga dapat menekan praktik manajemen laba. Dengan
demikian semakin baik penerapan corporate governance diharapkan dapat
mengurangi praktik manajemen laba di perusahaan perbankan. Atau, semakin
10
tinggi atau baik kualitas corporate governance diharapkan semakin rendah praktik
manajemen laba yang terjadi.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penerapan corporate
governance dapat mempengaruhi manajemen laba dengan menggunakan sudut
pandang dari komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan
komite audit, dan ukuran perusahaan sebagai variabel corporate governance.
Hasil penelitian yang dilakukan Nasution dan Setiawan (2007) menunjukkan
bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif akan terjadinya
manajemen laba.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Xie et al. (2003), Yu (2006), Zhou dan
Chen (2004), dan Chtourou et al. (2001) dalam Nasution dan Setiawan (2007)
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba di perusahaan. Hasil penelitian Veronica dan Bachtiar (2004)
menyatakan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dirumuskan oleh penulis
adalah:
H1: Kualitas corporate governance berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Metode Penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang memiliki Corporate Governance Index
11
(CGI) selama periode 2005-2012. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan, yaitu:
1. Perusahaan perbankan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yang memiliki Corporate Governance Index (CGI) selama periode
2005-2012.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode
31 Desember 2005-2012, yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
3. Memiliki data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia
pada publikasi periode 31 Desember 2005-2012) baik data mengenai
corporate governance perusahaan dan data yang diperlukan untuk
mendeteksi manajemen laba.
Sesuai dengan kriteria di atas, maka didapat sebanyak 12 Bank yang
memiliki laporan keuangan dan indeks corporate governance pada tahun 2005-
2012, sehingga jumlah sampel yang didapat diobservasi sebanyak 37 sampel,
setelah dikurangi dengan sampel yang tidak mempunyai indeks corporate
governance dan data lengkap pada tahun-tahun tertentu dalam rentang tahun
2005-2012.
12
Tabel 1 Kriteria Pemilihan Sampel
Jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dan memiliki
indeks corporate governance
Tahun: 2005
4
2006
4
2007
3
2008
3
2009
4
2010
5
2011
9
2012
8
Jumlah sampel 40
Jumlah sampel yang tidak memiliki data lengkap (3)
Jumlah akhir sampel yang digunakan 37
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (Kualitas Corporate Governance)
Kualitas Corporate Governance diukur menggunakan Corporate
Governance Index (CGI). Corporate Governance Index (CGI) adalah hasil
penilaian dalam bentuk nominal angka terhadap praktik tata kelola
perusahaan. Index tersebut dapat dilihat dari ranking yang dikeluarkan
Corporate Governance Perception Index (CGPI).
2. Variabel Dependen (Manajemen Laba)
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer
untuk mencapai tujuan khusus atau sebagai intervensi dengan maksud tertentu
terhadap proses pelaporan keuangan dengan sengaja untuk memperoleh
keuntungan pribadi. Manajemen laba dalam industri perbankan diproksikan
oleh akrual kelolaan yang dideteksi dengan model akrual khusus Beaver dan
Engel dalam Nasution dan Setiawan (2007). Model tersebut dituliskan berikut:
NDAit = β0 + β1 COit + β2 LOANit + β3 NPAit + β4 ∆NPAit + 1 + ε it (1)
13
COit : loan charge offs (pinjaman yang dihapus bukukan)
LOANit : loans outstanding (pinjaman yang beredar)
NPAit : non performing assets (aktiva produktif yang bermasalah),
terdiri dari aktiva produktif yang berdasarkan tingkat
kolektibilitasnya, digolongkan menjadi (a) dalam perhatian
khusus, (b) kurang lancar, (c) diragukan, dan (d) macet.
∆NPAit + : selisih non performing assets t+1 dengan non performing
assets t
NDAit : akrual non kelolaan
Sesuai dengan definisinya bahwa:
TAit = NDAit + DAit (2)
DAit adalah akrual kelolaan, TAit adalah total akrual, dan NDAit adalah akrual
non kelolaan, maka
TAit = β0 + β1 COit + β2 LOANit + β3 NPAit + β4 ∆NPAit + 1 + z it (3)
z it = DAit + ε it (4)
Untuk menentukan akrual total dengan menggunakan model Beaver dan Engel
dalam Nasution dan Setiawan (2007) ini maka digunakan total saldo
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PAPP). Dalam penentuan koefisien
manajemen laba tersebut semua variabel dideflasi terlebih dahulu dengan nilai
buku ekuitas dan cadangan kerugian pinjaman.
14
Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam penilitian ini dilakukan setelah dilakukannya
perhitungan atas data-data terkait manajemen laba perusahaan perbankan.
Penelitian ini menggunakan metode regresi sederhana. Model persamaan berikut
adalah sebagai berikut:
DAit = α - β1 CGI + ε it (5)
Keterangan:
DAit : discretionary accruals
CGI : index corporate governance
ε : koefisien error
Analisis dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik data
didalam suatu penelitian. Dibawah ini merupakan statistik deskriptif variabel yang
digunakan:
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Variabel Jumlah
Data
Nilai Data
Terendah
Nilai Data
Tertinggi
Rata-Rata
Data
Discretionary accrual 37 -2,05 2,38 0,0000
Indeks Corporate Governance 37 77,50 91,91 85,77
15
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal
ataukah tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-
Smirnov.
Tabel 3 Uji Normalitas
Variabel Kolmogorov-
Smirnov Sig. (p value) Keterangan
Hasil regresi
(unstandardized residual) 0,525 0,945 Berdistribusi normal
Berdasarkan Tabel 3 diatas, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah
0,525 dan signifikan pada 0,945, hal ini berarti model regresi yang digunakan
mempunyai standar error yang normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi dapat diuji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan bahwa ada korelasi antara error dengan error
periode sebelumnya dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi. Uji
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin-Watson.
Tabel 4 Uji Autokorelasi
Jumlah
Sampel
Jumlah
Variabel Bebas
Tabel Durbin-Watson Hasil Uji
Durbin-Watson Batas Bawah
(dL)
Batas Atas
(dU)
37 1 1,4190 1,5297 1,611
16
Diketahui jumlah observasi sebesar 37 dengan jumlah variabel bebas
sebesar 1, maka nilai batas bawah (dL) yang diketahui dari tabel Durbin Watson d
Statistic dengan tingkat kepercayaan 5% adalah 1,4190, dan nilai batas atas (dU)
adalah 1,5297. Hasil Uji Durbin Watson untuk uji autokorelasi didapat DW
adalah sebesar 1,611, Durbin Watson sebesar 1,611 berada pada 1,5297 < 1,611 <
2,4703 (dU < dW < 4-dU), maka dapat disimpulkan bahwa pada persamaan
regresi tidak ada autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varians dari setiap error bersifat
heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensyaratkan bahwa
varians dari error harus bersifat homogen. Pengujian dilakukan dengan uji glejser.
Tabel 5 Uji Heteroskedastisitas
Variabel t Sig. Keterangan
Indeks corporate
governance -0,255 0,800 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Berdasarkan Tabel 5 diatas, diketahui bahwa nilai probabilitas dari
variabel independen adalah 0,800, lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima, yang
berarti dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak ada
heteroskedastisitas.
17
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Untuk menguji hipotesis dilakukan uji t untuk melihat signifikan dari
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan
mengasumsikan variabel lain adalah konstan.
Tabel 6 Uji t
Variabel Koefisien t Sig.
Indeks corporate governance 0,039 1,135 0,264
Hipotesis 1 menyatakan bahwa kualitas corporate governance
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari pengujian regresi sederhana
didapat bahwa Indeks Corporate Governance mempunyai koefisien sebesar 0,039
terhadap manajemen laba. Probabilitas sebesar 0,264 lebih besar dari 0,05, maka
H1 tidak didukung, yang berarti bahwa kualitas corporate governance tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Corporate governance merupakan mekanisme penerapan aturan-aturan
yang harus ditaati sehingga suatu perusahaan memiliki tata kelola perusahaan
yang baik. Salah satu fokus dari penerapan aturan-aturan tersebut adalah supervisi
dan monitoring terhadap kinerja manajemen. Seharusnya, dengan kualitas
supervisi dan monitoring kinerja manajemen yang baik, dapat mendorong
terwujudnya transparasi dalam pencatatan dan pelaporan keuangan yang
dilakukan oleh pihak manajer.
Tidak berpengaruhnya kualitas corporate governance terhadap manajemen
laba dapat dijelaskan dengan melihat data indeks corporate governance secara
18
acak (79,39; 89,86; dan 91,88). Dari data penelitian yang digunakan, indeks
corporate governance tersebut memiliki manajemen laba hasil regresi sebesar
0,06, 1,50, dan 1,13, dimana semakin mendekati 0 (nol), manajemen laba semakin
kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari urutan terendah sampai tertinggi
indeks corporate governance yang dipilih acak, menunjukkan nilai manajemen
laba yang tidak tentu dan tidak menunjukkan nilai manajemen laba yang semakin
rendah.
Ada kemungkinan juga bahwa penerapan corporate governance diajukan
hanya sekedar memenuhi ketentuan formal. Salah satunya adalah keberadaan
komite audit, yang merupakan salah satu indikator dalam penerapan mekanisme
corporate governance, prinsip yang dicerminkan dalam kualitas corporate
governance. Menurut Veronica dan Utama (2005) pengangkatan komisaris
independen dan komite audit oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk
pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good
Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Dengan demikian, supervisi
dan monitoring kinerja manajemen yang dilakukan komite audit dalam penerapan
corporate governance masih tidak efektif, sehingga masih kurang mampu
menelusuri dan menemukan indikasi yang mengarah ke praktik manajemen laba.
Dapat ditegaskan bahwa baik atau buruknya corporate governance
bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap
manajemen perusahaan. Akan tetapi, efektivitas mekanisme pengendalian
tergantung pada nilai, norma, dan kepercayaan yang diterima dalam suatu
19
organisasi (Jennings 2004a; 2004b; 2005a; Oliver, 2004) dalam Ujiyantho dan
Pramuka (2007).
Di dalam penelitian ini, kualitas corporate governance diukur dengan
indeks corporate governance. Indeks corporate governance menangkap informasi
yang lebih komprehensif mengenai corporate governance. Indeks corporate
governance mencakup 11 (sebelas) aspek penerapan Good Corporate Governance
(GCG) yang dinilai, diantaranya adalah aspek komitmen, transparasi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan, kompetensi, kepemimpinan,
strategi, etika, dan manajemen pengetahuan. Meskipun penelitian ini
menggunakan indeks corporate governance, yang pengukurannya lebih luas,
tetapi ternyata juga tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dibandingkan
dengan menggunakan mekanisme corporate governance yang dilihat dari sudut
pandang komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan
komite audit, dan ukuran perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Adrian dan Restuti (2011)
yang menunjukkan tidak berpengaruhnya corporate governance terhadap
manajemen laba apabila dilihat dari sudut pandang komposisi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran perusahaan.
Dengan demikian, corporate governance tidak dapat dijadikan suatu acuan untuk
melihat apakah suatu perusahan terbebas dari praktik manajemen laba atau tidak.
Penelitian ini tidak mendukung penelitian Nasution dan Setiawan (2007),
Midiastuty dan Machfoedz (2003), Wilopo (2004), dan Veronica dan Utama
(2005) yang menunjukkan corporate governance berpengaruh terhadap
20
manajemen laba apabila dilihat dari sudut pandang komposisi dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, dan ukuran perusahaan.
Penutup
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah kualitas corporate
governance berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Berdasarkan
pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas corporate
governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba di industri perbankan
Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Semakin baik atau buruk
kualitas corporate governance tidak menjamin perusahaaan terjauhkan dari
praktik manajemen laba.
Implikasi penelitian bagi perusahaan adalah agar tetap mengedepankan
dan lebih meningkatkan efektivitas pengawasan dan pengendalian manajemen
perusahaan sehingga dapat mencegah praktik manajemen laba. Implikasinya bagi
investor adalah agar lebih berhati-hati dalam menilai sisi keuangan dan non-
keuangan perusahaan yang digunakan untuk menanamkan dananya.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memperluas ukuran obyek
penelitian, sehingga tidak hanya terfokus pada perusahaan perbankan di
Indonesia.
21
Daftar Pustaka
Adrian, M Abrar dan M.I. Mitha Dwi Restuti. 2011. Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia.
Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Kewirausahaan Volume I No. 1 November:
16-30.
Arifin. 2005. Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate
Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori
Keagenan). Artikel yang disampaikan pada Sidang Senat Guru Besar
Universitas Diponegoro Dalam Rangka Pengusulan Jabatan Guru Besar,
Semarang 21 Desember 2005.
Darmawati, Deni, Khomsiyah dan Rika Gelar Rahayu. 2005. Hubungan Corporate
Governance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
Volume 8 No. 1 Januari: 65-81.
Fitriana, Erna Wati. 2009. Pengaruh Kualitas Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan Publik. Skripsi. Sekolah S-1
UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2003. Seri tata kelola
perusahaan (Corporate Governance) Jilid III.
Midiastuty, Pratana P., dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan
Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Artikel
yang dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya
16-17 Oktober 2003.
Nasution, Marihout dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Artikel yang
dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi X Makassar 26-28
Juli 2007.
Ujiyantho, Arif dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Artikel yang
dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi X Makassar 26-28
Juli 2007.
Veronica, Sylvia, dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap
Pengelolaan Laba (Earnings Management). Di dalam: Reaktualisasi
Pendidikan dan Penelitian Akuntansi dalam Meningkatkan Peran Profesi
Akuntansi di Era Global. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi VIII,
15-16 September 2005. Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo. Halaman
475-490.
Wilopo. 2004. The Analysis of Relationship of Independent Board of Directors,
Audit Committee, Corporate Performance, and Discretionary Accruals.
Ventura Volume 7 No. 1 April: 73-83.
22
Daftar Riwayat Hidup
A. Data Pribadi
Nama : Andaru Dwika Yanuar
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Salatiga, 2 Januari 1992
Kewarganegaraan : Indonesia
E-mail : dwikayanuar@gmail.com
B. Latar Belakang Pendidikan
1. Formal
Tahun 2010 – 2014 : Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW) Salatiga
Tahun 2007 – 2010 : SMA Negeri 3 Salatiga
Tahun 2004 – 2007 : SMP Negeri 1 Salatiga
Tahun 1998 – 2004 : SD Negeri Salatiga 02
Tahun 1996 – 1998 : Taman Kanak-kanak Trisula Perwari Salatiga
2. Non Formal
Oktober – Desember 2013 : TOEFL Preparation di Language Training
Center (LTC) UKSW
20 – 23 Maret 2013 : Leadership Development Beswan Djarum
2012/2013
13 Maret 2013 : Table Manner Course di Patra Jasa
Convention Hotel
20 – 24 Februari 2013 : Latihan Menengah Kepemimpinan
Mahasiswa UKSW
11 – 12 Januari 2013 : Character Building Beswan Djarum
2012/2013
19 – 20 November 2011 : Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa
UKSW
Tahun 2004 – 2007 : Kursus Komputer di Mitra Wijaya Salatiga
23
C. Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan
4 – 13 November 2013 : Panitia Nation Building Beswan Djarum 2013
(LO)
31 Mei – 2 Juni 2013 : Panitia Community Empowerment Beswan
Djarum 2013 (Sie. Acara)
Tahun 2012 – 2013 : Ketua Bidang III Senat Mahasiswa Fakultas
(SMF) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW
30 Maret 2012 : Panitia Economic Friendly Night 2012 (Ketua
Panitia)
Tahun 2011 – 2012 : Sekretaris Ascarya Journalistic Club Fakultas
Ekonomika dan Bisnis UKSW
Andaru Dwika Yanuar
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
Memiliki Indeks Corporate Governance
No. Nama
Bank
Kode
Bank
1 PT. Bank Mandiri Tbk. BMRI
2 PT. Bank BNI Tbk. BBNI
3 PT. Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA
4 PT. Bank ICB Bumiputera Tbk. BABP
5 PT. Bank BPD Jabar & Banten Tbk. BJBR
6 PT. Bank Tabungan Negara Tbk. BBTN
7 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. BBRI
8 PT. Bank Mutiara Tbk. BCIC
9 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP
10 PT. Bank OCBC NISP Tbk. NISP
11 PT. Bank Permata Tbk. BNLI
12 PT. Bank Central Asia Tbk. BBCA
Lampiran 2
Data Penelitian
BANK TAHUN CGI CO LOAN NPA SELISIH
NPA TA DA
BBNI 2005 79.39 873,162 58,331,161 13,075,384 -177,149 4,327,612 0.06
B NGA 2005 89.27 310,694 28,671,419 3,510,642 1,279,664 638,441 0.35
BMRI 2005 83.66 1,503,081 94,869,474 29,176,424 -5,997,872 11,823,614 0.22
BNLI 2005 77.5 97,554 31,423,021 2,662,582 -1,562,680 939,633 0.10
BBNI 2006 79.46 1,351,093 62,613,795 12,898,235 -2,164,876 3,846,152 -1.23
BNGA 2006 87.9 185,601 44,020,694 4,790,306 169,194 1,106,473 -0.03
BMRI 2006 88.66 4,492,871 103,282,247 23,178,552 -7,103,423 14,388,695 0.72
BNLI 2006 78.85 328,510 34,410,981 1,099,902 1,510,844 1,018,870 1.03
BNGA 2007 88.3 324,310 58,977,934 4,959,500 -392,818 1,383,316 -0.39
BMRI 2007 89.86 5,336,005 125,488,384 16,075,129 -1,095,196 13,041,696 1.50
NISP 2007 79.83 48,426 18,857,535 734,119 -101,189 256,387 0.60
BBNI 2008 81.63 4,245,924 106,342,351 10,733,359 -893,883 5,652,046 -2.05
BNGA 2008 88.37 557,651 72,790,651 4,566,682 -696,330 1,614,918 -0.66
BMRI 2008 90.65 5,609,911 162,637,788 14,979,933 -499,211 11,860,312 0.00
BBNI 2009 84.58 3,330,629 113,922,685 9,839,476 -3,561,617 6,920,455 -1.07
BNGA 2009 91.42 326,650 80,114,845 3,870,352 2,910,002 2,718,177 1.29
BMRI 2009 91.67 2,279,542 184,690,704 14,480,722 -1,032,874 12,435,525 2.38
BBNI 2010 85.35 4,449,090 129,399,567 6,277,859 1,991,852 6,957,392 -0.06
BJBR 2010 78.19 195,529 21,491,791 294,042 88,286 574,526 0.82
BBTN 2010 85.7 100,019 47,977,801 7,554,410 1,614,428 880,686 -0.36
BNGA 2010 91.45 852,923 100,350,214 6,780,354 1,574,576 3,271,710 0.05
BMRI 2010 91.81 3,164,224 232,545,259 13,447,848 -2,610,151 11,481,725 -0.17
BBNI 2011 85.75 3,024,858 156,504,508 8,269,711 -601,391 7,028,915 -0.55
BJBR 2011 77.8 396,353 26,490,566 382,328 540,450 507,900 0.62
BBRI 2011 84.16 4,394,952 269,454,726 22,628,425 -790,402 15,951,531 0.45
BBTN 2011 85.9 44,084 58,533,169 9,168,838 2,286,500 944,098 -0.61
BNGA 2011 89.88 743,564 119,577,189 8,354,930 844,241 3,383,653 -0.65
BMRI 2011 91.91 2,478,304 298,988,258 10,837,697 1,594,821 12,105,048 1.07
BCIC 2011 78.85 759,736 9,140,800 1,364,415 -351,900 256,294 0.09
NISP 2011 85.86 147,255 40,541,352 632,930 138,344 734,426 0.55
BBCA 2012 85.28 439,406 252,760,457 3,510,823 1,371,861 4,017,408 -1.54
Lampiran 2 (lanjutan)
Data Penelitian (lanjutan)
BANK TAHUN CGI CO LOAN NPA SELISIH
NPA TA DA
BBNI 2012 86.07 3,169,006 193,834,670 7,668,320 -672,537 6,907,635 -1.40
BBRI 2012 85.56 4,447,510 336,081,042 21,838,023 3,449,914 14,677,220 -0.67
BBTN 2012 85.42 170,764 74,621,792 11,455,338 2,203,930 980,714 -1.44
BNGA 2012 89.74 519,768 137,104,439 9,199,171 1,234,311 3,671,720 -0.67
BMRI 2012 91.88 2,633,454 370,570,356 12,432,518 3,172,648 14,011,350 1.13
NISP 2012 85.95 29,153 51,874,088 771,274 -122,347 1,022,627 0.54
Lampiran 3
Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 37 -2.05 2.38 .0000 .94281
CGI 37 77.50 91.91 85.7705 4.56218
Valid N (listwise) 37
Lampiran 4
Hasil Uji Asumsi Klasik:
a. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 37
Normal Parametersa Mean .0000
Std. Deviation .92592
Most Extreme Differences Absolute .086
Positive .057
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .525
Asymp. Sig. (2-tailed) .945
a. Test distribution is Normal.
b. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .188a .036 .008 .93905 1.611
a. Predictors: (Constant), CGI
b. Dependent Variable: DA
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.173 1.581 .742 .463
CGI -.005 .018 -.043 -.255 .800
a. Dependent Variable: ABS_RES
Lampiran 5
Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.340 2.946 -1.134 .265
CGI .039 .034 .188 1.135 .264
a. Dependent Variable: DA
top related