pengaruh gaya supervisi bidan senior …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... ·...
Post on 05-Feb-2018
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENGARUH GAYA SUPERVISI BIDAN SENIOR TERHADAP KINERJA
BIDAN DESA DI KECAMATAN PONDOK AREN TAHUN 2010
PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Dokter
Oleh
Nama : Muhammad Kartika Widianto
NIM : 107103000904
Program Studi : Pendidikan Dokter
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 8 Oktober 2010
Muhammad Kartika Widianto
iii
PENGARUH GAYA SUPERVISI BIDAN SENIOR TERHADAP KINERJA
BIDAN DESA DI KECAMATAN PONDOK AREN TAHUN 2010
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.ked)
Oleh
MUHAMMAD KARTIKA WIDIANTO
NIM: 107103000904
Pembimbing
Prof. DR. dr. H. Sardjana, SpOG(K),SH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul Pengaruh Gaya Supervisi Bidan Senior Terhadap
Kinerja Bidan Desa Di Kecamatan Pondok Aren Tahun 2010 yang diajukan
oleh Muhammad Kartika Widianto (NIM:107103000904), telah diujikan dalam
sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 8 Oktober 2010. Laporan
penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 8 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang Pembimbing Penguji
Prof. DR. dr. H. Sardjana, Prof. DR. dr. H. Sardjana, dr. Ahmad Husein,
SpOG(K), SH SpOG(K), SH SpOG
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr.MK. Tadjudin, SpAnd DR. Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM.
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Kartika Widianto
Tempat, Tgl Lahir : Bagan Batu, 9 Juni 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Paket G Harapan Makmur Kecamatan Bagan Sinembah
Kabupaten Rokan hilir RIAU
Telpon/Hp : 0812-8494-7909
Email : dr_theand@yahoo.com
Riwayat Pendidikan:
- SD : SD Negri 010 Harapan Makmur, Rokan hilir
- SMP : SMP Negeri 1 Bagan Sinembah, RIAU
- SMA : SMA Negeri 1 Bagan sinembah, RIAU
- Universitas : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah,
Jakarta Selatan
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb.
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan riset berjudul Pengaruh Gaya Supervisi Bidan
Senior Terhadap Kinerja Bidan Desa Di Kecamatan Pondok Aren dapat
diselesaikan dengan baik. Laporan riset ini disusun untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Dokter pada Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. DR. dr.
H. Sardjana, SpOG(K), SH selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,
tenaga, pikiran, untuk mengarahkan dan membimbing sejak proposal, pelaksanaan
penelitian, hingga penyusunan laporan ini.
Selanjutnya, ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada kedua orang tua
tercinta yaitu Ayahanda Warsono dan Ibunda Sumiyati semua saudara kandung
yang saya sayangi, seluruh staf pengajar atas bekal ilmu pengetahuan, bimbingan
selama masa kuliah, serta seluruh teman-teman pendidikan dokter angkatan 2007
yang telah memberikan dukungan selama ini, semoga segala bantuan tersebut
mendapat balasan dari Allah SWT.
Tak dapat dipungkiri bahwa penulis hanyalah makhluk ciptaan Allah SWT
yang tidak sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan hasil laporan penelitian ini.
Wabillahitaufiq wal hidayah Wassalamualaikum wr wb
Jakarta, 8 Oktober 2010
Penulis
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
RISET, 4 Oktober 2010
MUHAMMAD KARTIKA WIDIANTO, NIM: 107103000904
JUDUL : PENGARUH GAYA SUPERVISI BIDAN SENIOR
TERHADAP KINERJA BIDAN DESA DI KECAMATAN
PONDOK AREN TAHUN 2010
ABSTRAK
Gaya Kepemimpinan/Supervisi merupakan suatu cara yang dimiliki oleh
seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja
sama dan berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai
keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat
tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang
bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam
suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan
organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama
terlihat dalam kinerja para pegawainya. Pada pokoknya ada tiga gaya yang utama
dalam supervisi yakni : gaya supervisi autokrasi, gaya supervisi anarki, dan gaya
supervisi demokrasi. Gaya supervisi ini digunakan juga oleh bidan senior dalam
menjalankan tugasnya sebagai supervisor.
Penelitian ini dimaksud untuk melihat pengaruh gaya supervisi bidan
senior terhadap kinerja bidan desa did kecamatan Pondok Aren tahun 2010,
dengan desain penelitian kuantitatif.
viii
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai pv sebesar 0,0367
dimana pada α 5% menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi bidan yang
kinerjanya buruk antara yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya
supervisi anarki dengan yang yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan
gaya supervisi demokrasi. Atau ada pengaruh antara gaya supervise bidan senior
dengan kinerja bidan. Dan diperoleh nilai OR sebesar 4,750 artinya gaya
supervise anarki mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi kinerja bidan
menjadi buruk sebesar 4,750 kali dibandingkan gaya supervisi demokrasi.
Daftar bacaan : 14 ( 1978-2004)
ix
DAFTAR ISI
Lembar judul....................................................................................................i
Lembar Pernyataan Keasliaan Karya...............................................................ii
Lembar Persetujuan Pembimbing....................................................................iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................iv
Riwayat Hidup ................................................................................................v
Kata Pengantar.................................................................................................vi
Abstrak............................................................................................................vii
Daftar Isi..........................................................................................................ix
Daftar Gambar................................................................................................xii
Daftar Tabel…................................................................................................xiii
Daftar Grafik…..............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Pertanyaan penelitian..................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum.......................................................................................6
2.1.1 Pengertian Bidan di desa.................................................................6
2.1.2 Tujuan Penampilan Bidan di desa..................................................6
x
2.1.3 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Bidan Desa.........................6
2.1.4 Kegiatan Bidan Desa…...................................................................7
2.1.5 Pembinaan dan Pengawasan............................................................8
2.2 Landasan Teori........................................................................................9
2.2.1 Pengertian dan Definisi Supervisi..................................................9
2.2.2 Gaya Supervisi..............................................................................10
2.2.3 Kinerja Bidan................................................................................12
2.2.4 Pelayanan Masyarakat..................................................................12
2.2.5 Pengaruh Gaya Supervisi Terhadap Kinerja Bidan......................12
2.3 Kerangka Teori......................................................................................14
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep.................................................................................15
3.2 Definisi Operasional……………………….........................................16
3.3 Hipotesis Penelitian..............................................................................16
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian……...…...................................................................17
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………...17
4.3 Populasi dan Sampel……………………………................................17
4.3.1 Populasi…...................................................................................17
4.3.2 Besar sampel...............................................................................17
4.4 Instrumen Penelitian..............................................................................18
4.5 Prosedur Pengumpulan data..……………………................................18
xi
4.6 Pengolahan dan Analisis Data.…………………………………..........18
4.7 Analisis Data………..……………………………................................19
4.7.1 Analisis Univariat………………………………………………...19
4.7.2 Analisis Bivariat………………………………………………….19
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian.....................................................21
5.2 Analisis Univariat.....................................................................................22
5.2.1 Gaya supervisi..................................................................................22
5.2.2 Kinerja Bidan...................................................................................23
5.3 Analisis Bivariat.......................................................................................23
5.3.1 Pengaruh Gaya Supervisi Bidan Senior Terhadap Kinerja Bidan
Desa…………………………………………………………………......23
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian............................................................................25
6.2 Gambaran Gaya Supervisi………….......................................................25
6.3 Gambaran Kinerja Bidan Desa.…….......................................................26
6.4 Pengaruh Gaya Supervisi Bidan Senior Terhadap Kinerja Bidan Desa..26
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan..............................................................................................28
7.2 Saran…………………............................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Suatu proses bimbingan antara pembimbing dan pihak yang
dibimbing
Gambar 2.2 Kerangka konsep
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Angka Kematian Bayi di Kabupaten Tangerang Tahun 2004-2008
Tabel 4.1 Definisi operasional
Tabel 4.2 Kriteria gaya supervisi menurut skor
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Gaya Supervisi
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Kinerja Bidan
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Gaya Supervisi dan Kinerja Bidan
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Grafik Jumlah Kematian Ibu did Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun
2001-2007
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah mencapai kemampuan hidup sehat bagi semua
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2004). Untuk
itu pembangunan kesehatan ditujukan untuk mewujudkan manusia yang cerdas dan produktif.
Pembangunan manusia sebagai insan harus dilakukan dalam keseluruhan proses
kehidupannya, mulai dari dalam kandungan, bahkan jauh sebelumnya yaitu dengan
memperhatikan tingkat kesejahteraan para calon ibu, kemudian sebagai bayi, balita, usia
sekolah, remaja, pemuda, usia produktif, sampai pada usia lanjut.
Salah satu masalah yang dihadapi di Indonesia adalah tingginya angka kematian ibu,
yang menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005 Angka Kematian
Ibu (AKI) sebasar 362/100.000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dari AKI di negara-
negara Asean (Depkes RI, 2005.b)
Hasil Survei Demografi Kesehatan Ibu (SDKI) tahun 2001 menunjukan bahwa ibu
yang melahirkan dengan menggunakan dukun bayi sebagi penolong sebesar 63,7% sedangkan
menurut SKRT tahun 2002 sebesar 65%. Sumber lain dari SDKI tahun 2004 mengenai
pertolongan pasien juga menunjukan bahwa peranan dukun bayi di pedesaan masih sangat
besar, yang terlihat dari tingginya cakupan pertolongan persalinan oleh dukun di pedesaan
sebesar 75,7% di bandingkan dengan daerah perkotaan sebesar 34,2% (Depkes RI,2004.a).
Sementara itu, berikut ini adalah AKB dan AKI di kabupaten Tangerang.
Tabel 1. 1 Tabel Angka Kematian Bayi di Kab. Tangerang Th. 2004 - 2008
Tahun Angka Kematian Bayi
2006 43
2007 31,28
2008 31,28
2
Grafik 1.1 Grafik Jumlah Kematian Ibu di Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2001-
2007
Berdasarkan fakta tersebut menunjukkan bahwa bidan yang bertugas belum mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan maksimal. Berdasarkan laporan hasil pemantauan
di lapangan oleh Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes). Bidan di desa belum
mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik karena pengetahuan dan
keterampilannya belum memadai. Selain itu dipengaruhi oleh kemampuan juga dipengaruhi
oleh motivasi.
Motivasi ini menurut Sugiyono (2004) diperoleh oleh
1 Kondisi fisik tempat kerja seperti cahaya, temperatur, ventilasi, waktu istirahat,
keselamatan kerja, musik, tata ruang.
2 Kebutuhan individu, antara lain aktivitas individu. Tugas administrasi yang di tuntut oleh
puskesmas, sering tidak bisa diselesaikan dengan baik dengan berbagai faktor.
3 Kondisi Sosial
a. Lingkungan tempat kerja, Lingkungan tempat kerja selain geografi dan demografi juga
hal-hal yang terkait dengan sosialisasi pada masyarakat setempat, sehingga dapat
menumbuhkan iklim interaksi yang kondusif. Hal ini dapat dipahami mengingat
kebanyakan bidan yang tempatnya di desa tertentu tidak berasal dari daerah setempat,
sehingga bahasa sebagai sarana komunikasi, adab kebiasaan masyarakat yang berbeda
dalam kenyataannya banyak menghambat pelaksanaan tugas bidan (Istiarti T, 2006).
b. Kesiapan masyarakat menerima bidan desa. Hasil penelitian Istiarti T di Kabupaten
Semarang (2006), kesiapan masyarakat dalam menerima kehadiran bidan desa di
Kabupaten Semarang tergantung pada letak wilayah. Di desa-desa yang relatif dekat
dengan pusat kecamatan atau kota yang jenis pekerjaan penduduknya bervariasi, tidak
diketahui masalah yang bersangkutan dengan kehadiran bidan desa. Di sebagian desa
yang dekat dengan puskesmas, fungsi bidan desa kurang diminati oleh warga
3
setempat. Hal ini disebabkan masyarakat lebih senang memperoleh pelayanan di
puskesmas karena dokter dan bidanya senior. Di desa-desa yang jauh dan terisolir
yang lebih homogen dalam pekerjaan dan kulturnya, kehadiran bidan desa masih
merupakakn sesuatu yang “baru”. Pola panutan dan minta nasehat tentang kesehatan
dan kesejahteraan keluarga berubah. Peran para tokoh sedikit tergeser oleh bidan
desa. Bagi bidan desa yang tinggal di desa-desa terisolir, tugas mereka lebih berat
karena mereka harus berperan sebagai tokoh yang patut dianut untuk masalah-masalah
kesehatan. Untuk menghadapi kelancaran tugas pelayanan pada masyarakat terisolir,
bidan desa dituntut untuk dapat berperilaku atau menjadi panutan. Sebagian
masyarakat yang tinggal di desa-desa yang jauh dan terpencil ini kadang-kadang
mengeluh atas kehadiran bidan di desa. Di satu sisi masyarakat ”belum siap” di sisi
lain mereka merasa tidak sampai hati atas sambutan yang kurang pada tempatnya
terhadap kehadiran bidan desa. Kesulitan komunikasi sering ditemui, khususnya
apabila bidan desa berasal dari kultur yang berbeda dengan kemampuan berbahasa
setempat (Istiarti T, 2006).
c. Dukungan organisasi
Dukungan organisasi dipengaruhi oleh pembinaan oleh instansi vertikal, baik oleh
bidan koordinator maupun oleh puskesmas atau kandepkes Daerah tingkat II.
Berdasarkan informasi di lapangan, bidan koordinator sebagai Pembina teknis profesi
belum berfungsi sebagai mestinya, satu tahun hanya dilakukan dua kali supervisi,
diasumsikan proses superfiasi tidak berjalan secara efektif, kelancaran pekerjaan
terganggu, sehingga penampilan kerja bidan di desa sampai saat ini masih rendah
yang tercermin pada rendahnya persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini akan
menghambat program dan juga menghambat kelancaran pengembangan staf.
Penampilan kerja bidan di desa selama ini tidak di pantau, sehingga kontribusinya
terhadap pelayanan kebidanan tidak diketahui.
4 Jastifikasi
Manajemen kesehatan merupakan salah satu kunci keberhasilan pembagunan kesehatan,
meskipun sudah banyak dilakukan berbagai upaya peningkatan, masih dirasakan kurang
memadai hasilnya. Salah satu sebab adalah belum mantapnya pelaksanaan supervisi dari
tiap jenjang tingkat administrasi. Menurut informasi di lapangan, proses supervisi yang
ada tidak berjalan secara efektif, kelancaran pekerjaa terganggu, sehingga penampilan
kerja bidan di desa sampai saat ini masih rendah yang tercermin pada rendahnya
persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini akan menghambat program dan kelacaran
4
pengembangan staf. Untuk menghindarinya, supervisi oleh puskesmas dan Daerah
Tingkat II perlu ditingkatkan.
3.1 Masalah
Tugas dan fungsi seorang bidan dapat tergambar melalui kinerjanya. Seperti yang
dipaparkan diatas, bahwa motivasi dipengaruhi juga oleh kebutuhan individu, dukungan
organisasi dan jastifikasi yang mempengaruhi motivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik.
Dimana kinerja seorang bidan salah satunya dipengaruhi oleh Peranan seorang
pembimbing/supervisor sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan
termasuk IBI (Ikatan Bidan Indonesia) yang secara tidak langsung berkaitan dengan
peningkatan kinerja bidan dalam melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka perlu diteliti: “Pengaruh Gaya Supervisi Bidan Senior Terhadap Kinerja Bidan
di Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Tahun 2010”. Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tersebut karena sebelumnya belum dilakukan penelitian di lokasi
tersebut.
3.2 Pertanyaan penelitian
Bagaimana gambaran gaya supervisi bidan senior di kecamatan Pondok Aren
Bagaimana gambaran kinerja bidan desa di kecamatan Pondok Aren
Bagaimana pengaruh antara gaya supervisi terhadap penampilan kerja bidan desa di
kecamatan Pondok Aren
3.3 Tujuan
3.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengaruh antara gaya supervisi terhadap penampilan kerja bidan desa di
kecamatan Pondok Aren
3.3.2 Tujuan khusus
Mengetahui gambaran gaya supervisi bidan senior di kecamatan Pondok Aren
Mengetahui gambaran kinerja bidan desa di kecamatan Pondok Aren
Menganalisa pengaruh antara gaya supervisi terhadap penampilan kerja bidan desa di
kecamatan Pondok Aren
5
3.4 Manfaat
3.4.1 Bagi peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan.
3.4.2 Bagi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan akademis sebagai informasi
terhadap penelitian selanjutnya.
3.4.3 Bagi responden dan masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada responden pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya tentang pengaruh gaya supervisi terhadap kinerja bidan di Kecamatan
Pondok Aren. Sehingga diharapkan kepada responden/masyarakat untuk lebih
memperhatikan mutu pelayanan bidan terhadap kehamilan, proses melahirkan dan
pasca melahirkan agar dapat mengupayakan keturunan yang sehat.
3.4.4 Bagi instansi terkait
Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dan bahan masukan untuk instansi
terkait dalam peningkatan motivasi bidan dalam pelaksanaan tugas di wilayah
kerjanya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Bidan di desa
Yang di maksud bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan
yang berlaku (Permenkes RI no.572/ Menkes/PER/VI/1996). Lulusan pendidikan bidan
tersebut akan ditempatkan di desa-desa dengan kriteria tertentu dalam rangka melaksanakan
upaya kesehatan puskesmas dan pembina posyandu yang lazim disebut bidan di desa.
2.1.2 Tujuan Penampilan Bidan di desa
Penempatan bidan di desa betujuan untuk meningkatkan mutu dan pemeratan
pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan posyandu dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu, bayi, anak balita dan menurunkan angka kelahiran,serta meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Di samping itu untuk:
a. menigkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
b. meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan khususnya 5 program prioritas di desa,
c. meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan
perinatal, serta pelayanan kontrasepsi,
d. menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan,
persalinan dan perinatal,
e. menurunkan jumlah balita dengan gizi buruk dan diare,
f. meningkatkan kemampuam keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan
kesehatan kelompok Dasawisma ,
g. meningkatkan peran serta masyarakat melalui pemdekatan PKMD termasuk gerakan
dana sehat .
2.1.3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Bidan Desa
Kedudukan bidan di desa yaitu bidan yang ditetapkan dan bertugas di desa,
mempunyai wilayah kerja 1 sampai 2 desa, dan dalam melaksanakan tugas pelayanan medik
baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bidan harus tetap bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Puskesmas.
7
Sedangkan Tugas Pokok dari Bidan desa yaitu:
1) Melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan
prioritas masalah kerja yang dihadapi, sesuai dengan kewenangan yang dimiliki dan
diberikan.
2) Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh
kesadarannya untuk dapat berperilaku hidup sehat.
Selain itu, fungsi bidan di wilayah kerjanya yaitu:
1) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani
persalinan, pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis kontrasepsi,
2) Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan
melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan
setempat,
3) membina dan memberikan bimbingan teknik kepada kader serta dukun bayi,
4) membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan,
5) membina kerjasama lintas program,lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat.
6) melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke puskesmas kecuali dalam
keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainya,
7) mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi
serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan
kemampuan.
2.1.4 Kegiatan Bidan Desa
Sesuai dengan kewenangan bidan yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan
No.363/Menkes/Per/IX/1980, maka kegiatan bidan yang ditempatkan di desa adalah sebagai
berikut :
1) mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem
pemerintahan desa,
2) mengumpulkan dan menganalisa data serta mengidentifikasi masalah kesehatan
untuk merencanakan penanggulanganya,
3) menggerakkan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD dengan
melaksanakan pertemuan tingkat desa (PTD), survei mawas diri (SMD) dan
musyawarah masyarakat desa (MMD) yang diikuti dengan menghimpun dan melatih
kader sesuai dengan kebutuhan,
8
4) memberikan bimbingan teknis kepada kader dan memberikan pelayanan langsung
di meja 5 pada setiap kegiatan posyandu dalam wilayah kerjanya, terutama pelayanan
KIA dan KB serta membantu pelaksanaan imunisasi,
5) melaksanakan pembinaan anak pra sekolah di TK dan masyarakat,
6) memberikan pertolongan persalinan,
7) memberikan pertolongan pertama pada pasien (orang sakit), kecelakaan dan
kedaruratan,
8) melakukan kunjungan rumah untuk melakukan perawatan kesehatan keluarga,
9) melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanakan penyuluhan dan
membantu deteksi dini ibu hamil resiko tinggi,
10) melatih dan membina Ketua Kelompok Dasa Warsa (persepuluh) dalam bidang
kesehatan secara berkala sesuai dengan kebutuhan setempat,
11) menggerakkan masyarakat agar melaksanakan kegiatan dana sehat di wilayah
kerjanya,
12) mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan melaporkan serta berkala kepada
puskesmas sesuai dengan ketentuan,
13) bekerja sama dengan rekan staf puskesmas dan tenaga sektor lain yang ada didesa,
antara lain PLKB, dan pamong setempat dalam rangka pelayanan kesehatan dan
pembinaan peran serta masyarakat,
14) menghadiri rapat staf (Lokakarya Mini ) puskesmas setiap bulan,
15) melaksanakan Upaya Kesehatan Sekolah di desa wilayah kerjanya,
16) merujuk penderita dengan kelainan jiwa, dan melakukan perawatan (pengobatan)
tindak lanjut pasien dengan kelainan jiwa yang dirujuk oleh puskesmas (DepKes
RI,1989).
2.1.5 Pembinaan Dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan terhadap praktek bidan dilakukan secara berjenjang oleh
puskesmas, Dinas Kesehatan, Kantor Wilayah Departemen Kesehatan sampai Direktur
Jenderal. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan diikutsertakan organisasi profesi
terkait (Permenkes RI No.572/MenKes/PER/VI1996). Dalam hal ini organisasi terkait yaitu
IBI (Ikatan Bidan Indonesia).
9
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Dan Definisi Supervisi
Supervisi atau pembimbingan merupakan salah satu komponen fungsi manajemen
untuk mencapai hasil guna dan daya guna pelaksanaan suatu kegiatan.
Bimbingan itu sendiri dapat dianggap sebagai salah satu bentuk hubungan antar manusia.
Dapat pula diartikan bahwa bimbingan itu tentu menyangkut paling tidak dua pihak, yaitu
pihak yang dibimbing dan pihak yang membimbing. Hubungan timbal balik antara pihak yang
di bimbing dan pihak membimbing itu disebut suatu proses pembimbingan.
Gambar 2.1: Suatu Proses Bimbingan antara Pembimbing dan pihak yang dibimbing.
Sumber : Suwondo AP dalam Kepemimpinan Dalam Bimbingan Pengembangan.
Dengan gambaran tersebut, maka sebenarnya antar hubungan manusia itu dapat
menciptakan suatu situasi, dan situasi itu sendiri akan memungkinkan suatu proses. Bila
situasi yang memungkinkan situasi proses tersebut berlangsung dalam bentuk tertentu, maka
bentuk itu mungkin dapat disebut dengan bentuk hubungan yang bersifat bimbingan. Oleh
karena itu maka bimbingan itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu bantuan yang diberikan
oleh seseorang atau sekelompok orang, kepada seseorang atau kelompok orang lainnya, yang
dilaksanakan secara sadar dan segaja. Bantuan tersebut secara moral dapat dipertanggung
jawabkan dan tujuan agar yang dibimbing dapat mencapai tujuan yang diharapkan (Suwondo
.,2006).
Supervisi merupakan seni kerja sama dengan sekelompok orang, dimana terhadap
mereka dipergunakan wewenang sedemikian rupa, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaanya
dapat memperoleh hasil kerja gabungan yang sebesar-besarnya (Van Dersal W, 1978).
Lingkaran Proses
Pembimbing
Yang
Dibimbing
10
Supervisi adalah suatu kelompok kegiatan yang bersifat administrative dan edukatif.
Suatu pembinaan yang bertujuan untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban sehari-hari di
puskesmas dapat berjalan lancar.terlaksana sesuai dengan rencana, jadwal dan program yang
telah disusun. Di samping itu dapat ditumbuhkan kegairahan kerja petugas untuk selalu
meningkatkan daya guna dan hasil guna (Martodipuro,dkk, 2003).
Supervisi didefinisikan sebagai pengukuran secara keseluruhan untuk menjamin
bahwa personil dapat meningkatkan aktifitas secara efektif dan lebih kompeten terhadap
pekerjaannya (Flahault D,et al,1998).
Supervisi adalah salah satu upaya pengarahan dengan pemberian petunjuk dan saran,
setelah menemukan alasan dan keluhan pelaksana dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapi (DepKes RI, 2003).
2.2.2. Gaya Supervisi
Supervisi merupakan seni memberikan petunjuk, instruksi dan dorongan inisiatif pada
staf, supervisi harus dilihat sebagai sesuatu yang berharga dan karyawan yang diawasi harus
melihatnya sebagai suatu dorongan dan cara untuk meningkatkan kemampuan. Dalam
kepustakaan dijelaskan berbagai metode pengawasan atau supervisi, yakni metode langsung
yang menerapkan interaksi antara supervisi (pengawas) dan supervisi (yang diawasi) dan
metode tak langsung yang lebih didasarkan pada analisa dokumentasi dan didasarkan pada
jenis tingkatan administrasi. Pada prakteknya seorang supervisor yang baik pada tingkat
daerah, seperti pada tingkatan-tingkatan lainnya, akan selalu harus memilih jenis supervisi
yang paling sesuai pada setiap situasi (Flahault D,et al, 1998).
Pada pokoknya ada tiga gaya yang utama dalam supervisi yakni : gaya supervisi
autokrasi, gaya supervisi anarki, dan gaya supervisi demokrasi (Flahault D,et al, 1998).
a) Gaya supervisi autokrasi
Gaya supervisi ini, seorang supervisor seolah-olah hanya memberikan perintah. Pada
pokoknya, gaya supervisi ini berusaha untuk melihat, mengetahui, dan memahami segala
sesuatu dan berusaha untuk berada dimanapun, tidak melimpahkan tanggung jawab dan sering
mengacaukan atoritas dan dominasi; senang memberikan perintah dan melihat kalau tugas
telah dilaksanakan dengan disiplin (Flahault D,et al, 1998).
Gaya supervisi ini sering menjadi kurang efisien dan berhasil ketika supervisor berada
di tempat yang jauh dan berakibat pada sering terjadinya kesulitan-kesulitan yang bersifat
psikologis, seperti ketakutan, keengganan, kurangnya percaya diri, dan perasaan yang tidak
11
aman. Penggunaan gaya supervisi ini mungkin saja dapat dilakukan dengan pertimbangan
kontemporer dan hati-hati untuk tugas-tugas yang memerlukan tindakan yang cepat, seperti
suatu keadaan darurat, staf yang memiliki pengalaman atau skill yang terbatas dan tidak
dapat diandalkan.
b) Gaya Supervisi Anarki atau “Laissez-faire”
Gaya ini berkaitan dengan motto “lakukan yang kamu kehendaki”.
Seorang supervisor mempercayai para karyawannya dan bahkan dalam kasus-kasus yang
ekstrim membiarkan mereka melakukan apa saja yang mereka kehendaki, dengan
konsekuensi yang bisa dipredeksi sebelumnya seperti kurangnya koordinasi aktifitas,
melainkan tugas-tugas penting, duplikasi serta kurangnya minat dalam belajar (Flahault D,et
al, 1998).
c) Gaya Supervisi Demokrasi
Supervisi yang demokratis akan mengatakan “ kita setujui saja apa yang akan kita
lakukan “, dan akan mencari keseimbangan antara kebutuhan para pengguna, kebutuhan staf
serta persyaratan-persyaratan program (Flahault D.et al,1998).
Gaya supervisi demokrasi ini terutama sesuai untuk pekerjaan yang memerlukan
kreativitas, seperti riset (penelitian), orang-orang yang sangat berkompenten dan
berpengalaman, orang yang diketahui bisa diandalkan dan orang-orang yang bersedia untuk
bertanggungjawab dan mengambil keputusan. Gaya supervisi ini sebagian dipengaruhi oleh
kepribadian supervisor, dan sebagian besar dipengaruhi keadaan sekitar, keperluan kerja, dan
kemampuan karyawan. Kebanyakan orang lebih suka bekerja pada kondisi manajemen yang
demokratis. Bagaimanapun juga ini tidak berarti bahwa gaya supervisi demokrasi selalu
merupakan yang terbaik.
Pada keadaan tertentu, supervisi harus dilakukan secara otoriter sebagaimana instruksi
yang diberikan tanpa melakukan diskusi. Kadang-kadang gaya supervisi anarki dianjurkan,
karena perlu menempatkan rasa percaya diri para karyawan dan memberikan mereka minat
dan motivasi yang lebih besar dalam tugas-tugas mereka. Dari uraian teori tersebut dapat
disimpulkan bahwa supervisi perlu dilakukan, terutama untuk menigkatkan kemampuan dan
motivasi pada supervisi, serta terdapat berbagai gaya dalam melakukan supervisi (Flahault
D,et al, 1998).
12
2.3. Kinerja Bidan
Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi. Menurut Dessler (1997),
kinerja merupakan prosedur yang meliputi (1) penetapan standar kinerja; (2) penilaian kinerja
aktual pegawai dalam hubungan dengan standar-standar ini; (3) memberi umpan balik kepada
pegawai dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan kinerja
atau terus berkinerja lebih tinggi lagi.
Mengenai ukuran-ukuran kinerja pegawai, Ranupandojo dan Husnan (2000)
menjelaskan secara rinci sejumlah aspek yang meliputi:
1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan.
Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian, keterampilan dan
keberhasilan kerja. Kualitas kerja meliputi ketepatan, ketelitian, kerapihan dan
kebersihan hasil pekerjaan.
2. Kuantitas kerja yaitu banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang
perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat terselesaikan.
Kuantitas kerja meliputi output, serta perlu diperhatikan pula tidak hanya output yang
rutin saja, tetapi juga seberapa cepat dia dapat menyelesaikan pekerjaan yang ekstra.
3. Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam hal ini yaitu mengikuti instruksi, inisiatif,
rajin, serta sikap hati-hati.
4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta kerjasama.
Dimana dalam profesinya bidan memegang peranan penting dalam menolong
persalinan ibu hamil dan bayinya. Yang setiap proses perkembangan dan kelahirannya
merupakan hal penting untuk diperhatikan yang dapat menetukan generasi dimasa yang akan
datang.
2.4. Pelayanan Masyarakat
Hakikat berdirinya suatu pusat layanan masyarakat seperti Puskesmas adalah
bertujuan melayani kepentingan masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan yang diberikan
oleh Puskesmas termasuk dalam bentuk pelayanan umum. Menurut Keputusan Menteri
Negara Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003, pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan
13
badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dari definisi pelayanan umum tersebut, dapat dikatakan bahwa Puskesmas
merupakan suatu organisasi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dimana pembinaan dan bimbingan yang dilakukan tidak
terlepas dari Organisasi profesi IBI (Ikatan Bidan Indonesia)
Parasuraman dkk (dalam Zeithamil dan Bitner, 1996) mengemukakan indikator-
indikator pelayanan masyarakat sebagai berikut
1. Responsiveness atau responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta
mengembangkan program-program pelayanan sesuai kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.
2. Reliability atau reabilitas adalah kemampuan organisasi untuk menyelenggarakan
pelayanan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
3. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan
kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan kepada customers.
2.5. Pengaruh Gaya Supervisi Terhadap Kinerja Bidan
Gaya Kepemimpinan/Supervisi merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang
dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya
dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam
suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat
dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang
terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan
organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam
kinerja para pegawainya (Siagian, 1999).
Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihan-kelebihan
dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di organisasi yang
bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya untuk bergerak, bergiat,
berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi
hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan
14
agar para pegawainya mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaanya. Atas dasar inilah
selama perhatian pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya akan
tinggi.
Sesuai dengan konsep Schermerhorn bahwa kinerja/penampilan kerja merupakan hasil
dari ciri-ciri pribadi individu, upaya yang dilakukan dan dukungan organisasi. Ketiga faktor
ini harus ada untuk mencapai performance atau kinerja yang tinggi. Dukungan organisasi
dalam hal ini adalah supervisi. Menurut Flahault supervisi mempunyai beberapa gaya. Di sini
terdapat keterkaitan antara gaya supervisi dengan penampilan kerja, sehingga dapat
disimpulkan gaya supervisi ikut memberikan kontribusi dalam meningkatkan kinerja atau
penampilan kerja.
2.6 Kerangka Teori
Gaya Supervisi
Variabel bebas Variabel penghubung Variabel Tergantung
KINERJA BIDAN
DESA
AUTOKRASI
ANARKI
DEMOKRASI
MOTIVASI
SIKAP SITUASI
KEMAMPUAN
PENGETAHUAN
KETRAMPILAN Mempengaruhi
Pelayanan Masyarakat
15
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Berikut ini dikemukakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini untuk
memahami fenomena kepemimpinan pada organisasi IBI (Ikatan Bidan Indonesia), khususnya
tentang pengaruh gaya supervisi terhadap kinerja bidan. Terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi gaya supervisi yang diterapkan seorang pemimpin dalam suatu organisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya supervisi yang diterapkan digolongkan dalam tiga
kategori yaitu: faktor karakteristik pemimpin, faktor karakteristik pegawai dan faktor situasi.
Gaya supervisi yang digunakan seorang pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerja bidan.
Untuk kepentingan penelitian ini, kinerja bidan dipandang sebagai hasil kerja yang
dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan
tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi. Ukuran-ukuran kinerja bidan ini
meliputi kualitas kerja, dan kuantitas kerja.
Kinerja bidan selain dipengaruhi oleh gaya supervisi yang diterapkan oleh
pemimpinnya (Ketua IBI), juga dipengaruhi oleh karakteristik pegawai yang bersangkutan
serta situasi yang terdapat pada lingkup organisasi. Kinerja bidan akan berpengaruh terhadap
Kinerja dalam pelayanan di Puskesmas terhadap masyarakat. Untuk lebih jelasnya
diterangkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Gaya Supervisi Bidan
Senior
Kinerja Bidan desa
Variabel independen Variabel dependen
16
3.2. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi operasional
No Variabel Definisi Cara ukur Alat
ukur
Hasil ukur Skala
1. Gaya
Supervisi
Pola atau cara supervisor
melihat langsung kegiatan yang
berhubungan dengan tugas
pokok dan fungís bidan di
desa,seperti memberi perintah
langsung,membiarkan supervise
bekerja sendiri,bekerja bersama
dengan supervise.
Responden
Mengisi
kuesioner
kuesioner 1. Autokrasi
(skor 1-16)
2. Anarki
(skor 17-
26)
3. Demokrasi
(skor 27-32
)
Ordinal
2. Kinerja
bidan
hasil kerja yang telah dicapai
seseorang menurut aturan yang
berlaku bagi pekerjaan atau
tugas yang bersangkutan dalam
penelitian ini adalah hasil yang
di capai oleh bidan di desa
dalam melaksanakan 16
kegiatan pokok bidan di
desa,terutama yang berkaitan
dengan kemampuan dan
motivasi. Indikator :akumulasi
hasil penilaian kemampun dan
motivasi
Responden
Mengisi
kuesioner
kuesioner 1. Baik (skor
1-23)
2. Buruk
(skor 24-
30)
Ordinal
3.3 Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh gaya supervisi bidan senior terhadap kinerja bidan desa di kecamatan
Pondok Aren Kota tangerang Selatan tahun 2010
17
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif menggunakan desain potong
lintang atau rancangan penelitian cross sectional, dimana data variabel independen dan
variable dependen diambil secara bersamaan. Penelitian ini bersifat analitik untuk mengetahui
pengaruh gaya supervisi bidan senior terhadap kinerja bidan desa di Kecamatan Pondok Aren
tahun 2010.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Waktu
penelitian ini dilaksanakan selama bulan Agustus -September 2010.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasinya adalah bidan desa di Kecamatan Pondok Aren. Dimana terdapat 3
Puskesmas dimana tiap puskesmas mempunyai bidan desa yang dinaungi oleh suatu
organisasi IBI (Ikatan Bidan Indonesia) untuk jumlah bidan desa sendiri yaitu ada 25 orang
yang terdiri dari Puskesmas Pondok Aren 10 orang, Puskesmas Parigi 7 orang dan Puskesmas
Jurang Mangu 8 orang.
4.2.3 Besar Sampel
Kriteria sampel pada penelitian ini adalah bidan desa yang bekerja di Puskesmas yang
mendapatkan bimbingan organisasi IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Kecamatan Pondok Aren.
{Z1-α/2 + Z1-β }2
n =
(p1 - p2)2
(sumber : Ariawan, 1998)
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
Z1-β = kekuatan uji
18
= menggunakan 1-β= 80%= 0.84
Z1-α/2 = derajat kepercayaan = menggunakan CI= 95% = 1.96
p1 = proporsi bidan dengan kinerja buruk dan menyatakan bidan senior
menggunakan gaya supervisi anarki = 0,5
p2 = proporsi bidan dengan kinerja buruk dan menyatakan bidan senior
menggunakan gaya supervisi demkrasi = 0,5
P = rata-rata proporsi
p1 + p2 0,5 + 0,5
P = = = 0,5
2 2
n =
= ~ orang
Sehingga, Jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling yaitu seluruh
populasi yang ada yang memenuhi kriteria saat penelitian berlangsung dijadikan sebagai
sampel dalam penelitian ini.
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
disusun peneliti untuk memperoleh data mengenai gaya supervisi bidan senior di puskesmas,
dan kinerja bidan desa yang diisi oleh bidan koordinaor tiap Puskesmas.
4.5 Prosedur Pengumpulan Data
Semua data primer didapat dengan menggunakan kuesioner yang disusun. Responden
yang terdiri dari bidan desa di 3 Puskesmas (Pondok Aren, Parigi, dan Jurang Mangu) di
Kecamatan Pondok Aren, didatangi di puskesmas masing-masing, mengisi kuesioner yang
telah di siapkan dan di awasi langsung oleh peneliti.
4.6 Pengolahan Dan Analisis Data
Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan proses komputerisasi
melalui beberapa langkah:
1. Editing
{1,96 √2. 0,5 (1-0,5) + 0,84 √0,5 (1-0,5) + 0,5 (1-0,5)}2
(0,5 - 0,5)2
19
Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya terlebih dahulu
2. Coding
Sebelum dimasukkan komputer, dilakukan proses pemberian koding pada setiap
jawaban pertanyaan dimana urutan poin 1-4 menunjukkan bobot dari pertanyaan
variabel gaya supervisi dan jawaban pertanyaan dengan urutan poin 1-3 untuk
variabel kinerja bidan.
3. Entry
Memasukkan data dengan menggunakan komputer untuk analisa lebih lanjut.
4. Cleaning
Pengecekan kembali untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan dengan data
yang dimasukkan baik dalam pengkodean maupun kesalahan dalam membaca
kode. Dengan demikian data telah siap dianalisis menggunakan program SPSS for
windows.
4.7 Analisis Data
4.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan dan menggambarkan distribusi
frequensi dari setiap variable yang diteliti dalam bentuk persentase dan disajikan dalma
bentuk tabel. Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
variabel independennya yaitu gaya supervisi dan variabel dependen nya yaitu kinerja bidan.
4.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis yang ada antara variabel
dependen dengan variabel independen. Analisis bivariat yang dilakukan menggunakan uji chi-
square untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dengan
tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Uji chi-square dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
X2 = ∑
DF = (k-1)(b-1)
Ketersngsn :
X2 = chi-square
O = Nilai Observasi
E = Nilai Ekspetasi
(0 - E) 2
E
20
K = Jumlah kolom
B = Jumlah baris
Melalui uji stastistik chi square akan diperoleh nilai P, dimana dalam
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel
dikatakan berhubungan jika mempunyai nilai p<0,05 dan dikatakan tidak berhubungan
jika mempunyai nilai p>0,05.
21
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kota Tangerang Selatan (Tangsel)dibentuk dengan dasar hukum UU No. 32/2007,
tanggal 29 Oktober 2008, meliputi Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok
Aren, Serpong, Serpong Utara dan Setu. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Jakarta
Selatan (DKI Jaya) dan Kota Depok (Jawa Barat), sebelah selatan berbatasan dengan Kota
Depok dan Kabupaten Bogor (Jawa Barat), sebelah utara berbatasan dengan Kota Tangerang,
dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan meliputi
luas wilayah 210,49 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 966 ribu, dengan kepadatan
penduduk mencapai 4.589 jiwa per km².
Kecamatan Pondok Aren merupakan sentra pengembangan kawasan pemukiman dan
bisnis. Di Pondok Aren misalnya telah berkembang pemukiman Bintaro Jaya dengan berbagai
kelengkapan infrastruktur perkotaannya. Selain itu di beberapa kelurahan seperti Parigi,
Pondok Pucung dan Jurangmangu Barat saat ini berkembang industri rumah tangga untuk
komoditi sepatu, tas dan handuk. Tidak jauh berbeda dengan Kecamatan Serpong, Ciputat dan
Pondok Aren, meskipun tidak berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kecamatan
Pamulang pun mengalami pertumbuhan yang pesat, bahkan tingkat kepadatan penduduknya
melampaui kawasan lain, saat ini sudah melampaui 8.000 jiwa per km2. Khusus Kecamatan
Cisauk masih banyak memiliki ruang terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut, baik untuk
pemukiman, industri atau bisnis agro. Kepadatan penduduk Cisauk masih sekitar 2.000 jiwa
per km2.
a. Letak wilayah
Letak wilayah Puskesmas Pondok Aren terletak di Kecamatan Pondok Aren
Kabupaten Tangerang Selatan yang berbatasan dengan :
Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Ciledug,Tangerang Selatan
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Ciledug, DKI Jakarta
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan
b. Jarak Wilayah
Jarak Puskesmas Pondok Aren dengan pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang
Selatan lebih kurang 45 km, sedangkan luas wilayahnya lebih kurang 3037 ha, dengan
ketinggian 35 m dari permukaan laut dan dengan curah hujan rata-rata 35 m/bulan.
22
c. Jumlah Kelurahan
Jumlah kelurahan wilayah kerja Puskesmas Pondok Aren terdiri dari 11
Kelurahan, 115 RW dan 721 RT.
d. Sarana Kesehatan
o Puskesmas Kecamatan : 3 buah
o Pos Kesehatan Desa : 0 buah
o Balai Pengobatan Swasta : 19 buah
o Praktek Dokter Umum Swasta : 59 buah
o Praktek Dokter Gigi Swasta : 25 buah
o Praktek Dokter Spesialis : 6 buah
o Praktek Bidan Swasta : 19 buah
o Laboratorium Klinik Swasta : 5 buah
o Optik : 8 buah
o Apotik : 19 buah
o Rumah Sakit Swasta : 1 buah
o Rumah Bersalin Swasta : 4 buah
o Pengobatan Tradisional : 20 buah
o Puskesmas Keliling : 1 buah
5.2 Analisis Univariat
Jumlah sampel yang berhasil terkumpul, diolah dan dianalisis yaitu sebanyak sampel
yang terdiri dari bidan desa di kecamatan Pondok Aren.
5.2.1 Gaya Supervisi
Table 5.1 Distribusi responden menurut Gaya Supervisi
Gaya Supervisi Jumlah (orang) Persentase (%)
Autokrasi
Anarki
Demokrasi
0
2
23
0
8,0
92,0
Total 25 100,0
Hasil penelitian memperlihatkan hanya 8% atau 2 responden yang menyatakan bahwa
bidan senior menggunakan gaya supervisi anarki. Dan 92,0 % atau 23 responden yang
23
menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi demokrasi. Sedangkan tidak
ada responden yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi autokrasi.
5.2.2 Kinerja Bidan
Table 5.2 Distribusi responden menurut Kinerja Bidan
Kinerja Bidan Jumlah (orang) Persentase (%)
Buruk
Baik
5
20
20,0
80,0
Total 25 100,0
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 20% atau 5 responden memiliki kinerja buruk
sedangkan sebanyak 80% atau 20 responden memiliki kinerja baik.
5.3 Analisis Bivariat
5.3.1 Pengaruh Gaya Supervisi Bidan Senior Terhadap Kinerja Bidan Desa
Table 5.3 Distribusi responden menurut gaya supervisi dan kinerja bidan
Gaya
Supervisi
Kinerja Bidan Total
Buruk Baik N %
N % N %
Autokrasi
Anarki
Demokrasi
0
1
4
0
50
17,4
0
1
19
0
50
82,6
0
2
23
0
100
100
Total 5 20 20 80 25 100
Nilai p = 0,367
Pada bidan yang kinerjanya buruk dan menyatakan bahwa bidan senior menggunakan
gaya supervisi anarki yaitu sebanyak 1 responden atau 50%, sedangkan bidan yang kinerjanya
buruk dan menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi demokrasi yaitu
sebanyak 4 responden atau 17,4 %.
Selain itu, pada bidan yang kinerjanya baik dan menyatakan bahwa bidan senior
menggunakan gaya supervisi anarki yaitu sebanyak 1 responden atau 50%, sedangkan bidan
yang kinerjanya baik dan menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi
demokrasi yaitu sebanyak 19 responden atau 82,6 %.
24
Dari hasil uji statistik, didapatkan nilai pv sebesar 0,367 dimana pada α 5%
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan proporsi bidan yang kinerjanya buruk
antara yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi anarki dengan yang
yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi demokrasi. Atau ada
pengaruh antara gaya supervise bidan senior dengan kinerja bidan. Dan diperoleh nilai OR
sebesar 4,750 artinya gaya supervise anarki mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi
kinerja bidan menjadi buruk sebesar 4,750 kali dibandingkan gaya supervisi demokrasi.
25
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Oleh karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, penelitian ini menggunakan desain
cross sectional yang hanya dapat memperlihatkan hubungan dengan cara mengamati variable
independen dan dependen pada saat yang bersamaan. Sehingga tidak dapat ditentukan
hubungan sebab akibat antara keduanya.
Instrument penelitian ini berupa kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
dijawab oleh responden. Alat ukur ini memiliki kelemahan pada jawaban responden yang
subjektif dari sudut pandang responden saja. Dan ada responden yang tidak mencantumkan
namanya sehingga dihawatirkan timbulnya bias dalam pengolahan data.
6.2 Gambaran Gaya Supervisi
Analisis univariat memperlihatkan hanya 8% atau 2 responden yang menyatakan
bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi anarki. Dan 92,0 % atau 23 responden yang
menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi demokrasi. Sedangkan tidak
ada responden yang menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi autokrasi.
Persentase ini menunjukkan fakta bahwa Gaya supervisi demokrasi cukup
mendominasi karena sesuai untuk pekerjaan yang memerlukan kreativitas, seperti pekerjaan
seorang bidan dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkompenten dan berpengalaman,
orang yang diketahui bisa diandalkan dan orang-orang yang bersedia untuk bertanggungjawab
dan mengambil keputusan. Dan selain itu juga Gaya supervisi ini sebagian dipengaruhi oleh
kepribadian supervisor, dan sebagian besar dipengaruhi keadaan sekitar, keperluan kerja, dan
kemampuan karyawan.
Jika dibandingkan dengan gaya supervisi anarki yang membiarkan mereka melakukan
apa saja yang mereka kehendaki, dengan konsekuensi yang bisa dipredeksi sebelumnya
seperti kurangnya koordinasi aktifitas, melainkan tugas-tugas penting, duplikasi serta
kurangnya minat dalam belajar. Maka persentasenya pun hanya 8% dari total jumlah
responden. Karena hal tersebut kurang sesuai dengan iklim pekerjaan di puskesmas yang
menuntut banyak koordinasi sosial.
Sedangkan untuk gaya supervise autokrasi gaya supervisi ini, seorang supervisor
seolah-olah hanya memberikan perintah. Dan Gaya supervisi ini sering menjadi kurang
efisien dan berhasil ketika supervisor berada di tempat yang jauh dan berakibat pada sering
26
terjadinya kesulitan-kesulitan yang bersifat psikologis, seperti ketakutan, keengganan,
kurangnya percaya diri, dan perasaan yang tidak aman. Sehingga hal tersebut akan berdampak
buruk terhadap kinerja bidan desa. Dan pada penelitian ini tidak ada responden yang
menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervise autokrasi, karena sebagian
besar responden menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervise demokrasi
yang dijalankan dalam pembinaan para bidan desa.
6.3 Gambaran Kinerja Bidan Desa
Analisis univariat memperlihatkan bahwa 20% atau 5 responden memiliki kinerja buruk
sedangkan sebanyak 80% atau 20 responden memiliki kinerja baik. Persentase ini
menunjukkan bahwa kinerja bidan desa di kecamatan Pondok Aren sebagian besar baik yang
dapat dilihat dari segi kualitas kerja atau mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar –
standar seperti indikator ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan kerja.
Sedangkan kuantitas kerja dilihat dari banyaknya pekerjaan yang dihasilkan dengan tepat
waktu.
Selain itu untuk bidan desa yang memiliki kinerja yang buruk yaitu sebanyak 20% dari
jumlah responden karena pekerjaan bidan menuntut ketepatan dan kecepatan hasil, karena
selain tuntutan laporan dari pihak atasan, para bidan juga bekerja di puskesmas para bidan
juga ada yang harus membuka praktek di rumah sehingga semakin berat pekerjaan yang harus
dituntaskannya, maka tidak bisa dihindari jika hasilnya ada yang kurang memuaskan.
6.4 Pengaruh Gaya Supervisi Bidan Senior terhadap Kinerja Bidan Desa
Dari hasil analisis Bivariat menunjukkan pada bidan yang kinerjanya buruk dan
menyatakan bahwa bidan senior menggunakan gaya supervisi anarki yaitu sebanyak 1
responden atau 50%, sedangkan bidan yang kinerjanya buruk dan menyatakan bahwa bidan
senior menggunakan gaya supervisi demokrasi yaitu sebanyak 4 responden atau 17,4 %. Hal
ini menujukkan bahwa, dominasi bidan yang memiliki kinerja baik menyatakan bahwa gaya
supervisi bidan senior adalah gaya supervise demokrasi yang lebih banyak menuntut diskusi
dan kerjasama antar bidan senior dan bidan desa dan lebih menghargai sesama profesi bidan.
Hal ini juga mendukung peningkatan kinerja bidan jika gaya supervise
pembimbingnya adalah demokrasi dibanding dengan gaya supervise anarki atau autokrasi
yang kurang mengayomi dan membimbing bidan desa yang menjalankan pekerjaannya. Dan
dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara gaya supervisi bidan
27
senior dengan kinerja bidan dengan nilai OR sebesar 4,750 artinya gaya supervise anarki
mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi kinerja bidan menjadi buruk sebesar 4,750
kali dibandingkan gaya supervisi demokrasi. Sesuai dengan teori kepemimpinan bahwa mutu
kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat
dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai
kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya (Siagian, 1999).
28
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Hasil penelitian tentang pengaruh gaya supervise bidan senior terhadap kinerja bidan desa di
Kecamatan Pondok Aren dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Persentase bidan senior yang menerapkan gaya supervise anarki meningkatkan kinerja
bidan desa menjadi buruk sebesar 50%
2. Ada pengaruh yang signifikan antara gaya supervise bidan senior terhadap kinerja
bidan desa di Kecamatan Pondok Aren
3. Sebagian besar responden yang menyatakan bahwa bidan senior menerapkan gaya
supervisi demokrasi memiliki kinerja yang baik.
7.2 Saran
1. Perlunya dilakukan pembinaan secara intensif dan berkesinambungan oleh
pembimbing kepada bidan-bidan yang menjalankan pekerjaannya baik di puskesmas
maupun praktek swasta agar dapat meningkatkan motivasinya dalam perbaikan derajat
kesehatan masyarakat.
2. Bidan desa dan Pembimbing harus meningkatkan koordinasi dan kerjasama
dilapangan serta menjalin hubungan yang baik antar sesamanya agar tercipta suasana
kerja yang kondusif dan saling mendukung
3. Adanya sanksi yang tegas kepada petugas kesehatan khususnya bidan yang dengan
sengaja tidak melaksanakan pekerjaannya dengan baik, menunda-nunda pekerjaan dan
tidak memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.
4. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilihat pengaruh motivasi kerja bidan terhadap
angka Kematian Ibu dan Anak.
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan, Iwan, 1998. Besar dan Metode Pada Sampel Penelitian Kesehatan, Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia.
Departeman Kesehatan RI, 1984. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Departeman Kesehatan RI,1989. Paduan Bidan di Tingkat Desa
Bagian I. Jakarta: Ditjen Binkesmas.
Departemen Kesehatan RI,1989. Paduan Bidan di Tingkat Desa Bagian 11.
Jakarta:Ditjen Binkesmas.
Departemen Kesehatan RI, 1990. Pedoman Pembimbing/Supervisi. Upaya Kesehatan
Puskesmas. Jakarta. Ditjen Binkesmas.
Departemen Kesehatan RI, 1994. a. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1994.b. Rencana Pembangunan Lima Tahun keenam.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1996. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor. 572
/Menkes/PER/VI/1996 tentang registrasi dan Praktek Bidan.
Flahault D., Piot M., Franklin A., 1988. The Supervision of health personnel at
district level. WHO, Geneva.
Istiarti T., 1996. Pemanfaatan Tenaga Bidan Desa. Yogyakarta. Pusat penelitian
Kependudukan UGM.
Martodipoero S., soetedjo H., Suyono., Suiharti., Rahanto S., Prayoga., 1983.
Pelaksanaan Supervisi di Puskesmas. Surabaya : Puslitbang Kesehatan.
Siagian SP., 1989. Toeri Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta.Penerbit Bina Aksara.
Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung ; Alfabeta.
Suwondo A.P., 1980. Kepemimpinan Dalam Bimbingan Pengembangan, P4K,
Surabaya.
Van Dersal W., 1978. Prinsip dan tehnik Supervisi dalam pemerintahan. Terjemahan
Handoyo. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Lampiran 1
Nomor Responden :
KUESIONER PENELITIAN
”Pengaruh Gaya Supervisi Bidan Senior Terhadap Kinerja Bidan Desa Di
Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Tahun 2010”
Jawaban saudara tidak akan mempengaruhi prestasi dan nama saudara akan
dirahasiakan, jadi diharapkan saudara bisa mengisi jawaban yang betul-betul sesuai
dengan pendapat saudara. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.
Identitas Responden 1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*
4. Pendidikan :
5. Golongan / Jabatan :
Keterangan : * Coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian :
Berilah tanda silang (×) pada jawaban pertanyaan yang sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu.
A. Gaya Supervisi Diisi oleh
peneliti
1. Bagaimanakah cara pembimbing (Ketua IBI) dalam pemecahan masalah
berkaitan dengan kesejahteraan bidan?
1.Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan oleh
pembimbing.
2.Pembimbing mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah
kepada anggota IBI (bidan).
3.Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh
pembimbing
setelah mendengarkan masukan/saran dari anggota IBI (bidan).
4.Pembimbing dan anggota IBI (bidan) sama-sama terlibat dalam
pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah.
A1 [ ]
2. Bagaimanakah cara pembimbing (Ketua IBI) anda, ketika anda
memberikan saran/masukan?
1. Tidak menerima saran/masukan.
2. Menerima saran/masukan dan keputusan sepenuhnya ditentukan
anggota IBI (bidan).
3. Menerima tetapi keputusan sepenuhnya ditentukan pembimbing.
4. Menerima dan mendiskusikan saran/masukan dengan anggota IBI
(bidan).
3. Bagaimanakah cara pembimbing (Ketua IBI) ketika memperoleh tugas
dari tingkat yang lebih tinggi seperti dari organisasi IBI tingkat Kota
Tangsel ?
1. Pembimbing melaksanakan dan mengambil keputusan sendiri.
2. Pembimbing mendelegasikan tugas dan pengambilan keputusan
kepada anggota IBI (bidan).
3. Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan
dengan tugas tersebut dilakukan oleh pembimbing setelah
mendengarkan masukan/saran dari anggota IBI (bidan).
4. Pembimbing dan anggota IBI (bidan) sama-sama terlibat dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
4. Bagaimanakah perlakuaan yang anda terima ketika sedang melaksanakan
tugas pekerjaan?
1. Anggota memiliki kebebasan dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Pembimbing memberikan keleluasaan anggota dalam melaksanakan
pekerjaan.
3. Pembimbing melakukan pengawasan pekerjaan yang ketat.
4. Pembimbing memberikan tanggung jawab pekerjaan kepada anggota
tetapi dalam pengawasan pembimbing.
5. Ketika anda mengerjakan tugas yang diberikan pembimbing,
bagaimanakah tindakan pembimbing?
1. Anggota memiliki kebebasan dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Pembimbing memberikan keleluasaan anggota dalam melaksanakan
pekerjaan.
3. Pembimbing melakukan pengawasan pekerjaan yang ketat.
4. Pembimbing memberikan tanggung jawab pekerjaan kepada anggota
tetapi dalam pengawasan pembimbing.
A2 [ ]
A3 [ ]
A4 [ ]
A5 [ ]
6. Bagaimana cara pembimbing dalam pengambilan keputusan pelaksanaan
pekerjaan berkaitan dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat?
1. Pengambilan keputusan dilakukan oleh pembimbing.
2. Pembimbing mendelegasikan pengambilan keputusan kepada anggota
IBI (bidan).
3. Pengambilan keputusan dilakukan oleh pembimbing setelah
mendengarkan masukan/saran dan anggota IBI (bidan).
4. Pembimbing dan anggota IBI (bidan) sama-sama terlibat dalam
pengambilan keputusan.
7. Bagaimanakah cara pembimbing ketika terjadi konflik diantara sesama
bidan?
1. Pembimbing memberi hukuman kepada bidan yang terlibat konflik.
2. Pembimbing menyerahkan penyelesaiannya kepada bidan.
3.Pembimbing mendiskusikan penyelesaian konflik yang terjadi tetapi
tetap memberikan hukuman kepada bidan yang terlibat konflik.
4. Pembimbing bersama bidan menyelesaikan konflik dengan
musyawarah.
8. Bagaimanakah tindakan pembimbing ketika terdapat bidan yang
melakukan kesalahan kerja?
1. Pembimbing memberi hukuman kepada bidan.
2. Pembimbing menyerahkan penyelesaiannya kepada bidan.
3. Pembimbing mendiskusikan penyelesaian masalah yang terjadi tetapi
tetap memberikan hukuman kepada bidan.
4. Pembimbing bersama bidan menyelesaikan masalah dengan
musyawarah.
A6 [ ]
A7 [ ]
A8 [ ]
Lembar ini diisi oleh Koordinator bidan di masing-masing puskesmas di
Kecamatan Pondok Aren
Nama bidan yang dinilai :
Puskesmas :
B. Kinerja Bidan Diisi oleh
peneliti
a. Kualitas hasil kerja
1. Apakah hasil kerja Anda memiliki ketepatan dalam menjalankan tugas
sesuai dengan pekerjaan?
a. Tidak pernah tepat
b. Tepat.
c. Selalu tepat.
2. Apakah hasil kerja Anda memiliki ketelitian dalam menjalankan tugas
sesuai dengan pekerjaan?
a. Tidak pernah teliti
b. Teliti
c. Selalu teliti.
3. Apakah Anda teliti dalam memeriksa kembali pekerjaan yang telah
diselesaikan sebelum pekerjaan tersebut diperiksa pembimbing?
a. Tidak pernah teliti
b. Teliti
c. Selalu teliti.
4. Apakah hasil kerja Anda selalu menghasilkan pekerjaan yang rapi?
a. Tidak pernah rapi.
b. Rapi.
c. Selalu rapi.
5. Apakah hasil kerja Anda selalu mengahasilkan pekerjaan yang bersih?
a. Tidak pernah bersih
Ba1 [ ]
Ba2 [ ]
Ba3 [ ]
Ba4 [ ]
Ba5 [ ]
b. Bersih
c. Selalu bersih
b. Kuantitas hasil kerja
6. Apakah setiap bidan pernah dituntut untuk menyelesaikan tugas sehari-
hari dengan cepat dan baik?
a. Tidak dituntut
b. Kadang-kadang dituntut.
c. Selalu dituntut.
7. Seberapa besar persentase jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam
sehari?
a. < 75 %
b. 90 – 76 %
c. > 90 %
8. Seberapa besar persentase Anda dalam menunda pekerjaaan?
a. < 75 %
b. 90 – 76 %
c. > 90 %
9. Apakah Anda selalu melaksanakan tugas pekerjaan yang diberikan oleh
pembimbing dengan tepat waktu?
a. Tidak pernah tepat waktu.
b. Kadang-kadang tepat waktu.
c. Selalu tepat waktu.
10. Apakah Anda pernah mendapatkan teguran dari pembimbing karena
tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu?
a. Selalu mendapat teguran
b. Kadang-kadang.
c. Tidak pernah.
Bb6 [ ]
Bb7 [ ]
Bb8 [ ]
Bb9 [ ]
Bb10[ ]
Lampiran 2
Frequencies
Statistics
gayasprvisi
KINERJA_BIDA
N
N Valid 25 25
Missing 0 0
gayasprvisi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid anarki 2 8.0 8.0 8.0
demokrasi 23 92.0 92.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
KINERJA_BIDAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid buruk 5 20.0 20.0 20.0
baik 20 80.0 80.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
gayasprvisi *
KINERJA_BIDAN 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%
gayasprvisi * KINERJA_BIDAN Crosstabulation
KINERJA_BIDAN
Total buruk baik
gayasprvisi anarki Count 1 1 2
% within gayasprvisi 50.0% 50.0% 100.0%
demokrasi Count 4 19 23
% within gayasprvisi 17.4% 82.6% 100.0%
Total Count 5 20 25
% within gayasprvisi 20.0% 80.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.223a 1 .269
Continuity Correctionb .034 1 .854
Likelihood Ratio .994 1 .319
Fisher's Exact Test .0367 .0367
Linear-by-Linear Association 1.174 1 .279
N of Valid Casesb 25
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .40.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for gayasprvisi
(anarki / demokrasi) 4.750 .243 92.970
For cohort KINERJA_BIDAN
= buruk 2.875 .554 14.932
For cohort KINERJA_BIDAN
= baik .605 .149 2.451
N of Valid Cases 25
top related