pengaruh dosis pupuk bio-slurry padat dan …digilib.unila.ac.id/26289/3/3. skripsi tanpa bab...
Post on 20-May-2018
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH DOSIS PUPUK BIO-SLURRY PADAT DAN WAKTUPEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)
(Skripsi)
Oleh
SYAFRIZAL IRSYAD
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ii
ABSTRAK
PENGARUH DOSIS PUPUK BIO-SLURRY PADAT DAN UMURPEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)
Oleh
SYAFRIZAL IRSYAD
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman yang memiliki
permintaan pasar yang tinggi. Harga pupuk anorganik yang tinggi dengan
ketersediaan terbatas menjadi masalah dalam budidaya tanaman. Jenis pupuk
organik yang potensial dalam kegiatan budidaya tanaman adalah pupuk Bio-slurry
padat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dosis pupuk Bio-slurry padat
yang efektif meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis, (2)
mengetahui waktu pemupukan pupuk Bio-slurry padat yang efektif meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis, serta (3) mengetahui interaksi
dosis pupuk Bio-slurry padat dan waktu pemupukan terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung manis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan perlakuan
disusun secara faktorial 5 x 2 dengan 3 kali kelompok. Faktor pertama adalah
dosis pupuk Bio-slurry padat yaitu kontrol 0 ton/ha, 4 ton/ha, 8 ton/ha, 12 ton/ha,
ii
dan 16 ton/ha. Faktor kedua adalah waktu pemupukan pupuk Bio-slurry padat 1
kali (0 MST), dan 2 kali (0 dan 4 MST). Uji homogenitas ragam menggunakan
uji Barttlet, analisis ragam menggunakan uji F pada taraf kepercayaan 5%, dan uji
lanjut menggunakan BNT 5%.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) Dosis pupuk Bio-slurry padat 16 ton/ha
menghasilkan bobot tongkol per hektar dengan kelobot sebesar 9,04 ton/ha, dan
tingkat kemanisan buah sebesar 13,20 oBrix lebih tinggi dibandingkan dengan
kontrol 0 ton/ha. (2) Waktu pemupukan pupuk Bio-slurry padat 1 kali (0 MST)
sama dengan waktu pemupukan 2 kali (0 dan 4 MST). (3) Interaksi antara dosis
pupuk Bio-slurry padat dan waktu pemupukan terjadi pada variabel periode keluar
bunga jantan. Dosis pupuk Bio-slurry padat 16 ton/ha pada 0 MST menghasilkan
waktu pembungaan pada 48,43 HST atau lebih genjah dibandingkan kontrol 0
ton/ha.
Kata kunci: jagung manis, pupuk Bio-slurry padat, pupuk organik.
v
PENGARUH DOSIS PUPUK BIO-SLURRY PADAT DAN WAKTUPEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)
Oleh
Syafrizal Irsyad
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
vi
Judul Skripsi : PENGARUH DOSIS PUPUK BIO-SLURRYPADAT DAN WAKTU PEMUPUKANTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mayssaccharata Sturt)
Nama Mahasiswa : Syafrizal Irsyad
Nomor Pokok Mahasiswa : 1214121210
Jurusan : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Hidayat Pujisiswanto, S.P., M.P. Ir. Dad Resiworo J. Sembodo, M.S.NIP 19751217 200501 1 004 NIP 19620422 198603 1 001
2. Ketua Jurusan Agroteknologi
Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si.NIP 19630508 198811 2 001
vii
MENGESAHKAN
1. TIM Penguji
Ketua : Dr. Hidayat Pujisiswanto, S.P., M.P. .......................
Sekertaris : Ir. Dad Resiworo J. Sembodo, M.S. .......................
PengujiBukan Pembimbing : Akari Edy, S.P., M.Si. .......................
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.NIP 19611020 198603 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 27 Januari 2017
viii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi saya yang
berjudul “Pengaruh Dosis Pupuk Bio-slurry Padat dan Waktu Pemupukan
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt)” merupakan hasil karya saya dan bukan hasil karya orang lain.
Akan tetapi, beberapa bagian tertentu yang mendukung dalam penulisan skripsi
ini, saya kutip dari hasil karya orang lain, dan telah saya tuliskan dengan
sebenarnya secara jelas sesuai dengan kaidah, norma, dan etika penulisan karya
ilmiah Universitas Lampung. Jika dikemudian hari ditemukan adanya plagiat
pada bagian tertentu dalam sebagian atau seluruh bagian dari karya saya ini,
maka saya bersedia menerima sanksi dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Bandar Lampung, 11 April 2017Pembuat pernyataan
Syafrizal IrsyadNPM 1214121210
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putra pertama dari pasangan Bapak Pairin, Amd. dan Ibu
Muriyah yang dilahirkan pada 21 Juli 1994 di Bulusari, Kecamatan Bumiratu
Nuban, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di SD N 1 Bulusari dan lulus pada tahun 2006,
kemudian, melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 4
Gunung Sugih dan lulus pada tahun 2009, selanjutnya pendidikan Sekolah
Menengah Atas di tempuh oleh penulis di SMA N 1 Trimurjo dan lulus pada
tahun 2012.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri) pada tahun 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam
berbagai kegiatan pembelajaran, organisasi, dan pengajaran sebagai Asisten
Dosen. Penulis pernah menjabat asisten dosen mata kuliah Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan pada tahun 2014/2015, Dasar-Dasar Ilmu Tanah pada tahun
2015/2016, dan Aplikasi Komputer pada tahun 2016/1017. Riwayat organisasi
penulis meliputi Persatuan Mahasiswa Agroteknologi sebagai Anggota Muda,
Persatuan Mahasiswa Advokasi Indonesia sebagai Koordinator Wilayah Provinsi
viii
Lampung, dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Islam Fakultas Pertanian (FOSI FP)
sebagai anggota.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung
di Pekon Umbar, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi
Lampung pada tahun 2015. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Tengah, dengan judul
“Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stall) pada
Tanaman Padi (Oryza sativa L) di Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah”.
Dengan bangga saya dedikasikan karya kecil ini untuk orangtua tercinta
ayahanda Pairin, Amd dan ibunda Muriyahserta adik Reza Asmoro Bangun
“Misi tanpa aksi adalah mimpi, sedangkan aksi tanpa visi adalahmimpi buruk. Jika anda menginginkan sesuatu tanpa ada yang anda
lakukan, mungkin anda tidak benar-benar menginginkanya”
(Mayor Inf. Agus Harimurti Yudhoyono)
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang akan kamudustakan?”
(QS. Ar-Rahman: 55)
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamumenghinggakanya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah)”
(QS. Ibrahim : 34)
“Aku memang belum bisa mencintai mu dengan baik.Tapi kamu, tidak pernah sekalipun membuat aku merasa dicintai
dengan kurang.Terima kasih untuk kesekian kalinya.
Terima kasih telah bersedia ada dan menjadi apa-apa yang sering kusebut dalam doa.
Dan pada setiap doa, nama mu akan terus ku ulang.Tempat dimana peluk ku selalu ingin pulang”
(Syafrizal Irsyad)
xi
SANWACANA
Dengan menyebut nama Allah dan atas rahmat dan hidayahnya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Dosis Pupuk Bio-slurry Padat
dan Waktu Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt)” sebagai salah satu syarat menjadi Sarjana Pertanian.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Namun, berkat kerja keras, doa, bantuan, kritik, serta saran dari semua
pihak yang terlibat, penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, pada kesepatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Hidayat Pujisiswanto, S.P., M.P., selaku dosen pembimbing 1
yang senantiasa memberikan motivasi, arahan, saran, bantuan, dan
bimbingan kepada penulis selama kegiatan penelitian hingga penulis
menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Ir. Dad Resiworo J. Sembodo, M.S., selaku doses pembimbing 2
yang senantiasa memberikan saran, bantuan, masukan, motivasi, dan
bimbingan kepada penulis selama kegiatan penelitian hingga penulis
menyelesaikan skripsi skripsi.
3. Bapak Akari Edy, S.P., M.Si., selaku dosen penguji yang senantiasa
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam kegiatan penulisan
skripsi.
xii
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.,selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini. M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7. Ibu Ir. Ermawati, M.S., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak bimbingan dan dukungan kepada penulis selama
menempuh pembelajaran di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
8. Bapak Pairin, Amd. dan Ibu Muriyah selaku orang tua, dan adik Reza
Asmoro, yang telah memberikan bantuan materil dan imateril, motivasi,
dukungan, semangat yang hebat, dan doa yang tiada henti selama ini.
9. Sahabat hati Maria Salviana yang telah memberikan bantuan, dorongan,
semangat, dan mendengarkan keluh kesah penulis selama ini. Tetaplah
menjadi apa-apa yang sering disebut dalam doa.
10. Teman-teman Agroteknologi 2012 dan teman-teman seperjuangan lain yang
telah membantu penulis selama ini.
Semoga karya kecil dalam bentuk skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca. Penulis selalu menantikan kritik dan saran yang membangun.
Bandar Lampung, 10 April 2017
Penulis,
Syafrizal Irsyad
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xviii
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ....................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 4
1.3 Kerangka Pemikiran .................................................................... 4
1.4 Hipotesis ..................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7
2.1 Tanaman Jagung Manis .............................................................. 7
2.1.1 Morfologi Tanaman Jagung Manis ................................ 8
2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis ........................ 9
2.1.3 Fase Pertumbuhan Jagung Manis ................................... 10
2.2 Pupuk Anorganik ........................................................................ 11
2.3 Pupuk Bio-slurry Padat ............................................................... 12
III.BAHAN DAN METODE ................................................................ 15
3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................... 15
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................ 15
3.3 Metode Penelitian ....................................................................... 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 17
3.5 Variabel Pengamatan .................................................................. 23
xiv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 27
4.1 Analisis Tanah ............................................................................ 27
4.2 Pengaruh Dosis Pupuk Bio-slurry Padat dan Waktu Pemupukan
terhadap Variabel Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis .......... 30
4.2.1 Tinggi Tanaman ............................................................. 30
4.2.2 Jumlah Daun .................................................................. 32
4.2.3 Bobot Kering Brangkasan .............................................. 33
4.2.4 Bobot Kering Akar ......................................................... 34
4.3 Pengaruh Dosis Pupuk Bio-slurry Padat dan Waktu Pemupukan
terhadap Variabel Hasil Tanaman Jagung Manis ....................... 36
4.3.1 Periode Keluar Bunga Jantan ......................................... 36
4.3.2 Tingkat Kemanisan Buah ............................................... 38
4.3.3 Diameter Tongkol .......................................................... 40
4.3.4 Panjang Tongkol ............................................................ 41
4.3.5 Panjang Baris Per Tongkol ............................................ 42
4.3.6 Bobot Tongkol ............................................................... 43
4.4 Rekomendasi ............................................................................... 46
V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 47
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 47
5.2 Saran ........................................................................................... 48
PUSTAKA ACUAN ............................................................................... 49
LAMPIRAN ............................................................................................ 52
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kombinasi dosis pupuk Bio-slurry padat dan waktupemupukan. .................................................................................. 16
2. Konversi dosis pupuk Bio-slurry padat dari ton/ha menjadikg/petak pada setiap perlakuan. .................................................... 21
3. Hasil analisis tanah sebelum pemupukan pupuk Bio-slurry padatdan setelah pemupukan pupuk Bio-slurry padat. ......................... 28
4. Pengaruh dosis pupuk Bio-slurry padat dan waktu pemupukanterhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering brangkasan,dan bobot kering akar tanaman jagung manis. ............................. 31
5. Pengaruh dosis pupuk Bio-slurry padat dan waktu pemupukanterhadap periode keluar bunga jantan tanamanjagung manis (HST). .................................................................... 36
6. Pengaruh dosis pupuk Bio-slurry padat dan waktu pemupukanterhadap tingkat kemanisan buah (oBrix), diameter tongkol,panjang tongkol, dan jumlah baris per tongkol tanamanjagung manis. ................................................................................ 39
7. Pengaruh dosis pupuk Bio-slurry padat dan waktu pemupukanterhadap bobot tongkol dengan kelobot per petak panen danbobot tongkol dengan kelobot per hektartanaman jagung manis. ................................................................. 44
8. Data tinggi tanaman jagung manis pada 5 MST ......................... 53
9. Uji homogenitas (uji Bartlett) tinggi tanaman jagung manispada 5 MST. ................................................................................ 54
10. Analisis ragam tinggi tanaman jagung manis pada 5 MST ....... 55
11. Data jumlah daun tanaman jagung manis pada 5 MST ............. 56
xvi
12. Uji homogenitas (uji Bartlett) jumlah daun tanaman jagungmanis pada 5 MST. ..................................................................... 57
13. Analisis ragam jumlah daun tanaman jagung manispada 5 MST. ............................................................................... 58
14. Data periode keluar bunga jantan tanaman jagung manis. ......... 59
15. Uji homogenitas (uji Bartlett) periode keluar bunga jantantanaman jagung manis. .............................................................. 60
16. Analisis ragam periode keluar bunga jantan tanamanjagung manis. .............................................................................. 61
17. Data bobot kering brangkasan tanaman jagung manis. .............. 62
18. Uji homogenitas (uji Bartlett) bobot kering brangkasan tanamanjagung manis. .............................................................................. 63
19. Analisis ragam bobot kering brangkasan tanamanjagung manis .............................................................................. 64
20. Data bobot kering akar tanaman jagung manis. ......................... 65
21. Uji homogenitas (uji Bartlet) bobot kering akar tanamanjagung manis. ............................................................................. 66
22. Analisis ragam bobot kering akar tanaman jagung manis. ......... 67
23. Data tingkat kemanisan buah (oBrix) tanaman jagung manis. ... 68
24. Uji homogenitas (uji Bartlett) tingkat kemanisan buah (oBrix)tanaman jagung manis. .............................................................. 69
25. Analisis ragam pada tingkat kemanisan buah (oBrix)tanaman jagung manis. .............................................................. 70
26. Data diameter tongkol tanaman jagung manis. .......................... 71
27. Uji homogenitas (uji Bartlett) diameter tongkol tanamanjagung manis. ............................................................................. 72
28. Analisis ragam diameter tongkol tanaman jagung manis .......... 73
29. Data panjang tongkol tanaman jagung manis. ............................ 74
30. Uji homogenitas (uji Bartlett) panjang tongkol tanamanjagung manis. ............................................................................. 75
xvii
31. Analisis ragam pada panjang tongkol tanamanjagung manis .............................................................................. 76
32. Data bobot tongkol per petak panen tanaman jagung manis. ..... 77
33. Uji homogenitas (uji Bartlett) bobot tongkol per petak panenTanaman Jagung Manis. ............................................................ 78
34. Analisis ragam bobot tongkol per petak panen tanamanjagung manis. ............................................................................. 79
35. Data jumlah baris per tongkol tanaman jagung manis .............. 80
36. Uji homogenitas (uji Bartlett) jumlah baris per tongkoltanaman jagung manis. .............................................................. 81
37. Analisis ragam jumlah baris per tongkol tanamanjagung manis .............................................................................. 82
38. Data bobot tongkol per hektar tanaman jagung manis .............. 83
39. Uji homogenitas (uji Bartlett) bobot tongkol per hektartanaman jagung manis. .............................................................. 84
40. Analisis ragam bobot tongkol per hektar tanamanjagung manis. ............................................................................. 85
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak perlakuan di petak percobaan ..................................... 18
2. Kegiatan penanaman jagung manis di lahan penelitian .............. 87
3. Kegiatan penyiapan dan penimbangan pupukBio-slurry padat ........................................................................... 87
4. Aplikasi pupuk Bio-slurry padat pada tanaman jagung manisdi lahan penelitian ........................................................................ 88
5. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun tanamanjagung manis ................................................................................. 88
6. Keadaan tanaman jagung manis di lahan penelitian ..................... 89
7. Kegiatan panen dan pengamatan pada setiap variabelpengamatan tanaman jagung manis .............................................. 89
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) merupakan komoditas tanaman yang
memiliki permintaan pasar yang tinggi dan cukup digemari oleh masyarakat.
Permintaan pasar jagung manis yang tinggi disebabkan produk olahan jagung
manis sangat beragam. Permintaan pasar jagung manis di Indonesia pada tahun
2014, diperkirakan mencapai 22.000.000 ton. Kegiatan budidaya jagung manis
secara intensif telah dilakukan di Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Kabupaten gerobokan
menjadi daerah penghasil jagung tertinggi yaitu mencapai 699.000 ton per tahun.
Budidaya jagung manis terus berkembang seiring dengan meningkatnya
permintaan pasar jagung manis (Budiman, 2014).
Masalah utama dalam budidaya jagung manis adalah rendahnya produksi.
Produksi jagung manis yang rendah dapat diatasi dengan intensifikasi.
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan intensifikasi untuk menambah
kandungan unsur hara di dalam tanah, sehingga kebutuhan unsur hara dapat
tersedia dengan optimal untuk pertumbuhan dan hasil tanaman.
2
Pemupukan berperan penting terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.
Pemupukan dilakukan untuk mengatasi defisit hara dalam tanah karena proses
pencucian, penguapan, diserap tanaman, dan terangkut dalam proses pemanenan.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemupukan yaitu jenis tanaman, jenis tanah,
jenis pupuk, dosis pupuk, cara pemupukan, waktu pemupukan dan umur tanaman.
Ketersediaan hara pada setiap fase tanaman mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman (Sutedjo dan Mulyani, 2010).
Secara umum, pemupukan dilakukan menggunakan pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk anorganik umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hara tanaman dalam kegiatan budidaya. Penggunaan pupuk anorganik secara
menerus akan memungkinkan terjadi masalah terhadap kualitas fisik dan kimia
tanah (Lingga dan Marsono, 2011). Disamping itu, pupuk anorganik memiliki
harga yang tinggi dan ketersediaan yang terbatas. Oleh karena itu, sumber hara
alternatif diperlukan untuk mengatasi masalah karena penggunaan pupuk
anorganik secara menerus. Sumber hara alternatif yang dapat digunakan adalah
memanfaatkan pupuk organik
Pupuk organik berperan penting dalam meningkatkan ketersediaan air di dalam
tanah, meningkatkan kapasitas tukar ion, dan meningkatkan ketersediaan hara
tanah. Pupuk organik yang telah mengalami proses dekomposisi sempurna
mampu menambah kandungan hara nitrogen, fosfor, dan kalium (Glio, 2015).
Jenis pupuk organik yang potensial untuk budidaya tanaman adalah pupuk Bio-
slurry padat. Kandungan hara pupuk Bio-slurry padat secara umum meliputi
nitrogen, kalium, fosfor, asam amino, asam lemak, asam organik, asam humat,
3
antibiotik, hormon auksin dan sitokinin, serta nutrisi mikro antara lain Zn, Cu, Fe,
Mn, dan Mo (BIRU, 2012).
Pupuk Bio-slurry padat dengan dosis dan waktu pemupukan yang tepat, serta
dikombinasikan dengan pupuk anorganik diharapkan mampu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Selain itu, pemanfaatan pupuk
Bio-slurry padat sebagai sumber hara alternatif diharapkan dapat menekan biaya
dan meningkatkan efisiensi pemupukan.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab berbagai rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Berapa dosis pupuk Bio-slurry padat yang efektif meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman jagung manis?
2. Kapan waktu pemupukan pupuk Bio-slurry padat yang efektif meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis?
3. Berapa kombinasi dosis dan waktu pemupukan pupuk Bio-slurry padat yang
efektif meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis?
4
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui dosis pupuk Bio-slurry padat yang efektif meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
2. Mengetahui waktu pemupukan pupuk Bio-slurry padat yang efektif
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
3. Mengetahui interaksi dosis pupuk Bio-slurry padat dan waktu pemupukan
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
1.3 Kerangka Pemikiran
Jagung manis merupakan komoditas tanaman dengan permintaan pasar yang
tinggi. Produksi yang rendah menjadi masalah dalam memenuhi permintaan
pasar jagung manis. Defisit unsur hara menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya produksi. Hal ini dapat diatasi dengan kegiatan
pemupukan.
Jagung manis merupakan tanaman yang sangat respon terhadap pemupukan,
sehingga dampak pemupukan akan terlihat jelas pada pertumbuhan dan hasil
jagung manis. Pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis akan meningkat
seiring dengan peningkatan ketersediaan dan keberagaman unsur hara di dalam
tanah. Peningkatan ketersediaan dan keberagaman unsur hara di dalam tanah
akan dimanfaatkan oleh tanaman jagung manis pada setiap fase pertumbuhan.
5
Umumnya pemupukan menggunakan pupuk anorganik. Pupuk anorganik
merupakan pupuk yang terbuat dari bahan sintetis dengan reaksi kimia.
Penggunaan pupuk anorganik menyebabkan berbagai masalah dalam kegiatan
budidaya. Penggunaan pupuk anorganik secara menerus akan menurunkan
kualitas tanah meliputi sifat fisik, kimia, dan agroekosistem tanah. Harga pupuk
anorganik yang tinggi dan ketersediaan yang terbatas juga menjadi masalah dalam
penggunaan pupuk anorganik (Glio, 2015).
Pupuk organik akan memperbaiki kerusakan tanah karena penggunaan pupuk
anorganik secara menerus. Peningkatan kualitas tanah memberikan dampak
positif terhadap ketersediaan hara dan efisiensi biaya dalam budidaya tanaman
jagung manis. Pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik
diharapkan mampu meminimalkan dampak buruk dari penggunaan pupuk
anorganik, serta meningkatkan efisiensi biaya dalam pemupukan.
Pupuk Bio-slurry padat merupakan pupuk organik yang dapat dikombinasikan
dengan pupuk anorganik dalam budidaya tanaman jagung manis. Pupuk Bio-
slurry padat memiliki kandungan hara yang relatif tinggi dan beragam. Pupuk
Bio-slurry padat mampu meningkatkan unsur hara di dalam tanah, meningkatkan
mikroorganisme di dalam tanah, mempercepat ketersediaan hara, dan
mempercepat dekomposisi bahan organik di dalam tanah sehingga dapat
dimanfaatkan oleh tanaman (BIRU, 2012).
Penggunaan pupuk Bio-slurry padat diharapkan mampu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Peningkatan pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung manis akan meningkatkan keberhasilan budidaya tanaman
6
jagung manis. Keberhasilan budidaya tanaman jagung manis akan meningkatkan
kesejahteraan petani.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka disusun hipotesis
sebagai berikut:
1. Terdapat dosis pupuk Bio-slurry padat yang paling efektif meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
2. Terdapat waktu pemupukan pupuk Bio-slurry padat yang paling efektif
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.
3. Terdapat kombinasi dosis pemupukan pupuk Bio-slurry padat dan waktu
pemupukan yang paling efektif meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
jagung manis.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung Manis
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt ) merupakan komoditas tanaman yang
memiliki permintaan pasar yang tinggi di Indonesia. Jagung manis mengandung
karbohidrat, protein, vitamin, dan kadar gula yang tinggi, serta kandungan lemak
yang rendah. Rasa manis bersumber dari kandungan gula yang tinggi dalam
jagung manis yaitu berkisar antara 5-6 %. Rasa manis dan kandungan gizi yang
tinggi menjadikan jagung manis sebagai sumber bahan pangan dengan produk
olahan yang beranekaragam (Budiman, 2014).
Klasifikasi tanaman jagung manis sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Family : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays Saccharata Sturt (Syukur dan Rafianto, 2013).
8
2.1.1 Morfologi Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis termasuk tanaman semusim, memiliki batang tunggal
yang terdiri dari buku dan ruas. Jumlah ruas tanaman jagung manis bervariasi
antara 10 – 40 ruas. Daun jagung manis terdapat pada setiap buku dan letaknya
saling berhadapan. Tanaman jagung manis merupakan jenis tanaman menyerbuk
silang (cross polination), yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dengan
letak terpisah (Subekti dkk, 2008).
Secara rinci pembungaan tanaman jagung manis dijelaskan oleh Poehlman (1987)
dalam Dongoran (2009), yang menyatakan bahwa tanaman jagung termasuk jenis
tanaman monoceous dengan letak bunga jantan dan betina terpisah. Bunga jantan
yang berupa malai terletak diujung tanaman, sedangkan bunga betina terletak
ditengah batang tanaman. Bunga jantan memiliki tepung sari yang dihasilkan 1-3
hari sebelum rambut tongkol keluar. Tepung sari sangat mudah terbang terkena
angin, dan terdapat sekitar 250 juta tepung sari pada setiap malai. Bunga betina
jagung manis memiliki rambut tongkol berfungsi sebagai putik.
Tanaman jagung manis termasuk tanaman jagung yang memiliki umur relatif
genjah yaitu berkisar antara 70 – 80 hari, dan merupakan tanaman yang memiliki
respon yang tinggi terhadap pemupukan. Tanaman jagung manis termasuk
tanaman monokotil atau tanaman berkeping biji tunggal, memiliki batang beruas-
ruas yang tegak, dan setiap ruasnya ditutupi oleh pelepah daun. Tanaman jagung
manis membutuhkan banyak air dalam proses pertumbuhan, dan memiliki tiga
jenis perakaran yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal
berasal dari radikula dan emrio, akar adventif tumbuh dari ruas terbawah yaitu
9
berkisar 4 cm dibawah permukaan tanah, sedangkan akar udara tumbuh dari dua
atau lebih ruas terbawah diatas permukaan tanah. Akar udara atau akar
penyangga berfungsi sebagai penyangga tanaman agar tetap tegak, serta
membantu dalam penyerapan air dan unsur hara (Syukur dan Rafianto, 2013).
Jagung manis memiliki rasa manis yang bersumber dari gen su-1 (sugary), bt-2
(brittle), dan sh-2 (shrunken). Gen-gen tersebut berkemampuan untuk mencegah
zat gula berubah menjadi zat pati pada endosperm. Zat gula yang dicegah
menjadi pati tersebut menyebabkan kandungan gula didalam jagung manis dua
kali lebih besar, dibandingkan dengan kandungan gula dari jagung biasa (Syukur
dan Rafianto, 2013).
2.1.2 Syarat Tumbuh Jagung Manis
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2011) dalam Setiawan (2016), menyatakan
bahwa tanaman jagung manis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan
curah hujan 85 - 200 mm/bulan, atau daerah yang beriklim sedang hingga yang
beriklim subtropik basah dengan suhu 27oC – 32 oC. Tanaman jagung manis
dapat tumbuh di dataran rendah atau dataran tinggi, dengan ketinggian berkisar
antara 1000 – 1800 mdpl dengan pH tanah 5,5 – 6,8. Tanaman jagung manis
membutuhkan sinar matahari langsung, sehingga pertumbuhan dan produksi
jagung manis sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Kekurangan
cahaya matahari dapat menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung manis. Selain itu, pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
manis juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air.
10
2.1.3 Fase Pertumbuhan Jagung Manis
Tanaman jagung manis secara umum memiliki fase pertumbuhan yang sama
seperti tanaman jagung biasa. Perbedaan yang terjadi adalah umur dan jumlah
daun pada tanaman jagung manis. Fase-fase pertumbuhan tanaman jagung manis
secara umum meliputi:
A. Fase Perkecambahan.
Fase perkecambahan ditandai dengan pembengkakan biji yang disebabkan
imbibisi, hingga sebelum daun pertama muncul. Perkecambahan jagung manis
terjadi saat radikula muncul pada kulit biji.
B. Fase Pertumbuhan Vegetatif.
Fase pertumbuhan vegetatif ditandai dengan munculnya daun pertama secara
sempurna, hingga tanaman jagung membentuk bunga jantan (tasselling) dan
sebelum keluarnya bunga betina (silking).
C. Fase Reproduktif.
Fase reproduktif atau fase generatif terjadi setelah pembentukan bunga betina
(silking), hingga tongkol tanaman jagung manis telah masak secara fisiologis
(Subekti dkk, 2008).
Seacara lebih mendalam, Syukur dan Rafianto (2013), menjelaskan bahwa fase
pertumbuhan tanaman jagung manis terjadi pada usia yang berbeda. Usia
tanaman pada setiap fase meliputi fase pertumbuhan awal (15-25 hari), fase
vegetatif (25-40 hari), fase pembungaan (35-45 hari), fase pengisian biji (35-45
hari), serta fase pematangan atau pengerasan biji (10-25 hari).
11
2.2 Pupuk Anorganik
Pupuk merupakan sumber unsur hara yang berisi satu atau lebih unsur hara.
Pupuk berperan menggantikan unsur hara tanah yang hilang sehingga dapat
memenuhi kebutuhan tanaman. Pupuk sebagai media penambah unsur hara
sangat penting dalam kegiatan budidaya tanaman. Berdasarkan dari bahan
asalnya, pupuk dibagi menjadi dua jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik
(Sutedjo dan Mulyani, 2010).
Pupuk anorganik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan kimia sintetis dan
diramu sehingga memiliki kandungan hara yang tinggi. Berdasarkan jenis unsur
hara yang terkandung, pupuk anorganik dibagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk
anorganik tunggal dan pupuk anorganik majemuk. Pupuk anorganik tunggal
merupakan pupuk anorganik yang mengandung satu jenis unsur hara, sedangkan
pupuk anorganik majemuk merupakan pupuk anorganik yang mengandung lebih
dari satu jenis unsur hara (Lingga dan Marsono, 2011).
Ketersediaan hara merupakan faktor yang menentukan keberhasilan dalam
kegiatan budidaya jagung manis. Jumlah hara yang dibutuhkan oleh jagung manis
adalah 200 kg N, 150 kg P2O5 ha-1, dan 150 kg K2O ha-1 atau setara dengan 435
kg ha-1 urea, 335 kg ha-1 TSP, dan 250 kg ha-1 KCl. Besaran dosis yang
direkomendasikan dalam kegiatan budidaya jagung manis berbeda pada masing-
masing wilayah, serta bergantung keadaan hara tanah dan spesifik lokasi (Kuyik
dkk, 2013).
12
Nitrogen merupakan unsur hara makro yang sangat penting untuk pertumbuhan
bagian-bagian vegetatif tanaman. Nitrogen berperan dalam pertumbuhan akar,
batang, dan daun. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk nitrat dan amonium,
namun nitrat akan segera tereduksi menjadi amonium melalui enzim molidinum.
Fosfor merupakan unsur hara makro yang memiliki peran penting untuk
mempercepat pertumbuhan akar, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan
tanaman muda, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah dan biji, serta
meningkatkan produksi biji-bijian. Kalium merupakan elemen tidak langsung
dari pembentukan bahan organik. Kalium diserap dalam bentuk K+ terutama pada
tanaman muda. Kalium berperan sebagai aktivator berbagai enzim dalam proses
metabolisme, pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan
kayu pada tanaman, meningkatkan kualitas biji dan buah (Sutedjo dan Mulyani,
2010).
2.3 Pupuk Bio-slurry Padat
Pupuk organik merupakan pupuk yang bersumber dari bahan-bahan alami bukan
sintetis, dan mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk
organik berperan dalam memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan
tanah menyimpan air, meningkatkan mikroorganisme tanah, dan menjadi sumber
hara bagi tanaman. Jenis-jenis pupuk organik ditentukan dari sumber bahan dan
bentuk pupuk organik. Jenis pupuk organik berdasarkan sumber bahan
pembentuk meliputi pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau, humus, pupuk
burung atau guano (Soeryoko, 2011).
13
Pupuk organik mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah.
Pemilihan jenis pupuk organik dalam kegiatan budidaya ditentukan oleh
kandungan unsur hara dan ketersediaan bahan organik yang akan digunakan.
Ketersediaan pupuk kandang sapi yang melimpah dapat menjadi sumber pupuk
organik yang potensial dalam kegiatan budidaya (Pujisiswanto dan Pangaribuan,
2008).
Pupuk Bio-slurry merupakan pupuk organik yang bersumber dari kotoran hewan
ternak dan air yang telah difermentasi oleh mikroorganisme di dalam ruangan
tertutup. Pupuk Bio-slurry mengandung berbagai unsur hara untuk menunjang
pertumbuhan dan produksi tanaman. Kandungan unsur hara tersebut meliputi
nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, sulfur, besi, mangan, tembaga,
serta seng. Pupuk Bio-slurry mengandung mikroorganisme untuk mempercepat
proses dekomposisi bahan organik yang ada didalam tanah, sehingga unsur hara
dapat lebih cepat tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman (BIRU, 2012).
Pupuk Bio-slurry dikelompokan berdasarkan bentuknya yang meliputi pupuk Bio-
slurry padat dan cair. Pupuk Bio-slurry padat bersumber dari limbah hasil
fermentasi kotoran ternak dan air oleh mikroorganisme didalam ruangan tertutup.
Pupuk Bio-slurry padat yang berasal dari limbah kotoran sapi memiliki
kandungan bahan organik 68,69 %, C-Organik 17,87 %, N-Total 1,47 %, C/N
9,09 %, P2O5 0,52 %, K2O 0,38 %. Selain itu, pupuk Bio-slurry padat juga
mengandung Fe, Zn, Cu, Mn, Mg, Mo, serta kandungan asam amino, asam humat
8,61 - 21,81 %, asam organik, asam lemak, vitamin B-12, hormon auksin dan
sitokinin, serta antibiotik (International Training Workshop, 2014).
14
Pupuk Bio-slurry padat memiliki tekstur yang lengket, liat, tidak mengkilat, dan
berukuran tidak seragam. Pupuk Bio-slurry padat memiliki kemampuan mengikat
air yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang lain. Pupuk Bio-slurry
padat kering udara memiliki kandungan nitrogen sebesar 85%, sedangkan pupuk
Bio-slurry padat kering sinar matahari memiliki kadar nitrogen 65%. Jika
disimpan dan digunakan secara benar, pupuk Bio-slurry padat dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sebesar 10-30 % (BIRU,
2012).
Pupuk Bio-slurry padat yang telah matang dan berkualitas baik memiliki ciri-ciri
yaitu (1) tidak memiliki bau yang menyengat, (2) tidak mengandung banyak
kandungan gas, (3) memiliki warna yang lebih gelap dari kotoran segar. Manfaat
yang dimiliki pupuk Bio-slurry padat diantaranya (1) memperbaiki sifat fisik dan
struktur tanah, (2) meningkatkan kemampuan tanah mengikat air, (3)
meningkatkan kesuburan tanah, dan (4) meningkatkan aktivitas mikroorganisme
yang terdapat di dalam tanah (International Training Workshop, 2014).
Pupuk Bio-slurry padat dapat diaplikasikan pada tanaman dengan cara (1)
disebarkan langsung pada lahan dan tidak dibajak, (2) disebarkan di sekeliling
tanaman atau diantara tanaman dalam satu bedengan dan kemudian dibumbun.
Dosis pupuk Bio-slurry padat yang dianjurkan yaitu 500 gram per tanaman atau
10.000 kg/ha, atau disesuaikan dengan kondisi lahan, lokasi, dan jenis tanaman
budidaya (BIRU, 2012).
15
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2016 di Dusun Tanjung
Laut, Desa Fajar Baru, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan,
Provinsi Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan bahan-bahan diantaranya benih jagung manis hibrida
Bonazza F1, pupuk Urea, SP36, KCl, dan pupuk Bio-slurry padat. Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi hand refractometer, cangkul, koret,
meteran, penggaris, gembor, ember, alat tugal, tali rafia, jangka sorong, kantong
plastik, timbangan, serta timbangan analitik.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
yang disusun secara faktorial dengan dua faktor (5 x 2) dalam 3 kelompok.
Faktor pertama adalah dosis pupuk Bio-slurry padat yaitu 0 ton/ha (D1), 4 ton/ha
(D2), 8 ton/ha (D3), 12 ton/ha (D4), dan 16 ton/ha (D5). Faktor kedua adalah
16
waktu pemupukan pupuk Bio-slurry padat yaitu pada 0 MST (U1), serta 0 dan 4
MST (U2).
Pemupukan pupuk Bio-slurry padat pada 0 MST (U1) dilakukan dengan
mengaplikasikan dosis pupuk Bio-slurry padat secara penuh pada saat tanaman
berusia 0 MST. Pemupukan pupuk Bio-slurry padat pada 0 dan 4 MST (U2)
dilakukan dengan dua kali aplikasi, yaitu setengah dosis pada 0 MST, dan
setengah dosis pada 4 MST. Kombinasi dosis dan waktu pemupukan pupuk Bio-
slurry padat yang diterapkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi dosis pupuk Bio-slurry padat dan waktu pemupukan.
No
PerlakuanKode
PerlakuanWaktu pemupukan pupukBio-slurry padat (MST)
Dosis pupuk Bio-slurry padat (ton/ha)
1 Saat tanam (0 MST) 0 D1U1
2 Saat tanam (0 MST) 4 D2U1
3 Saat tanam (0 MST) 8 D3U1
4 Saat tanam (0 MST) 12 D4U1
5 Saat tanam (0 MST) 16 D5U1
6 Pada 0 dan 4 MST 0 D1U2
7 Pada 0 dan 4 MST 4 D2U2
8 Pada 0 dan 4 MST 8 D3U2
9 Pada 0 dan 4 MST 12 D4U2
10 Pada 0 dan 4 MST 16 D5U2
Homogenitas ragam akan diuji dengan uji Bartlett, kemudian dilanjutkan dengan
analisis sidik ragam dengan uji F pada taraf kepercayaan 5%. Jika asumsi
17
terpenuhi, maka nilai tengah antar perlakuan akan diuji dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) dengan taraf kepercayaan 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan pengolahan tanah sempurna menggunakan
cangkul. Pengolahan tanah pertama yaitu tanah dibalik dengan kedalaman 20 cm.
Pengolahan tanah kedua yaitu bongkahan tanah hasil olah tanah pertama
digemburkan dengan cangkul lalu diratakan. Setelah olah tanah kedua selesai,
dibuat petak kelompok dan petak percobaan.
Petak percobaan dibuat dengan ukuran 5 x 2 m sebanyak 30 petak, yang terbagi
dalam 3 kelompok sebagai ulangan. Setiap kelompok memiliki 10 petak
percobaan yang merupakan kombinasi perlakuan dari taraf dosis dan waktu
pemupukan. Letak kombinasi perlakuan pada setiap petak percobaan dari
masing-masing kelompok ditentukan dengan cara acak. Tata letak perlakuan di
petak percobaan dapat dilihat pada Gambar 1.
18
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Gambar 1. Tata letak perlakuan di petak percobaan
3.4.2 Penanaman
Penanaman dilakukan pada bulan Maret 2016, menggunakan sistem tugal dengan
kedalaman 3-6 cm. Jarak tanam yang digunakan 70 x 25 cm, sehingga setiap
petak percobaan seluas 10 m2 terdapat 56 lubang tanam. Penanaman dilakukan
dengan menanam dua butir benih jagung manis hibrida Bonanza F1 pada setiap
lubang tanam dan ditutup dengan tanah. Penanaman dua butir benih per lubang
berfungsi untuk menghindari benih tidak tumbuh atau mati.
D5U2 D3U2 D1U2
D3U1D4U1D1U1
D5U2D1U2D3U1
D3U1 D4U1D4U2
D5U2 D2U2D5U1
D4U2 D5U1D2U1
D1U1 D3U2D4U1
D5U1 D1U1D2U2
D2U1 D4U2D1U2
D2U2 D2U1D3U2
19
3.4.3 Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila benih jagung manis yang ditanam tidak tumbuh
atau mati. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berusia 1 MST dengan cara
yang sama seperti kegiatan penanaman. Penyulaman dilakukan dilubang yang
sama pada tanaman yang tidak tumbuh atau mati. Penyulaman bertujuan untuk
menjaga populasi tanaman yang tumbuh pada setiap petak percobaan.
3.4.4 Penjarangan
Penjarangan merupakan upaya mengatur jumlah tanaman yang tumbuh pada
setiap lubang tanam. Kegiatan ini dilakukan dengan mengurangi tanaman yang
tumbuh lebih dari satu tanaman pada setiap lubang tanam. Perjarangan dilakukan
dengan memotong batang tanaman yang akan dibuang dengan menggunakan
gunting. Penjarangan bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman
pada tanaman disetiap lubang tanam.
3.4.5 Penyiapan Pupuk Bio-slurry Padat
Pupuk Bio-slurry padat merupakan pupuk organik berbentuk padat yang
bersumber dari reaktor biogas. Gas yang dihasilkan dalam proses fermentasi
anaerobik dimanfaatkan sebagai sumber energi. Hasil akhir reaktor biogas adalah
ampas kaya nutrisi berbentuk padatan yang disebut dengan pupuk Bio-slurry
padat.
20
Sebelum aplikasi pupuk Bio-slurry padat dikeringkan secara alami (kering angin)
selama 30 – 40 hari. Proses pengeringan dilakukan di ruangan beratap agar
terhindar dari hujan dan sinar matahari secara langsung. Pupuk Bio-slurry padat
yang telah siap diaplikasikan kemudian ditimbang dengan timbangan sesuai dosis
pada setiap perlakuan. Penimbangan dilakukan dengan mengkonversi dosis
pupuk Bio-slurry padat per ha menjadi dosis per petak (10 m2). Pupuk Bio-slurry
padat yang telah ditimbang kemudian dimasukan kedalam kantong plastik.
3.4.6 Pemupukan
Pemupukan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk anorganik
dan pupuk Bio-slurry padat. Pupuk anorganik yang meliputi pupuk Urea, SP36,
dan KCl digunakan sebagai pupuk dasar, sedangkan pupuk Bio-slurry padat
digunakan sebagai perlakuan.
Pemupukan pupuk anorganik sebagai pupuk dasar dilakukan dengan waktu dan
dosis pemupukan yang sama pada setiap petak percobaan. Dosis pupuk dasar
yang digunakan yaitu urea 300 kg/ha, SP36 100 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha atau
setara dengan 300 g Urea, 100 g SP36, dan 100 g KCl. Pupuk dasar diberikan dua
kali, yaitu pada 2 MST dan 5 MST dengan cara ditugal. Setengah dosis pada
waktu pemupukan pertama (2 MST) dan setengah dosis selanjutnya pada waktu
pemupukan kedua (5 MST). Pupuk dasar diaplikasikan dengan alat penakar.
Pemupukan pupuk Bio-slurry padat dilakukan berdasarkan dosis dan waktu
pemupukan pada setiap perlakuan. Dosis pemupukan pupuk Bio-slurry padat
21
yang diterapkan meliputi 0 ton/ha, 4 ton/ha, 8 ton/ha, 12 ton/ha, dan 16 ton/ha.
Pemupukan pupuk Bio-slurry padat dilakukan dengan mengkonversi dosis per
hektare menjadi dosis per petak (10 m2). Konversi dosis pupuk Bio-slurry padat
pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konversi dosis pupuk Bio-slurry padat dari ton/ha menjadi kg/petakpada setiap perlakuan
NoDosis pupuk Bio-slurry padat
KodeperlakuanDosis Bio-slurry padat
(ton/ha)Dosis Bio-slurry padat
(kg/10 m2)1 0 0 D1
2 4 4 D2
3 8 8 D3
4 12 12 D4
5 16 16 D5
Pemupukan pupuk Bio-slurry padat dilakukan dalam dua taraf waktu pemupukan,
yaitu pada 0 MST (U1), serta 0 dan 4 MST (U2). Pemupukan pupuk Bio-slurry
padat pada 0 MST (U1) dilakukan dengan aplikasi dosis secara penuh.
Pemupukan pupuk Bio-slurry padat pada 0 dan 4 MST (U2) dilakukan dalam dua
kali pemupukan. Pemupukan pertama pada 0 MST dengan mengaplikasikan
setengah dosis, sedangkan pemupukan kedua pada 4 MST dengan
mengaplikasikan setengah dosis. Pemupukan pupuk Bio-slurry padat dilakukan
dengan cara dilarik mengikuti baris tanaman. Kedalaman larikan 3-5 cm dibuat
menggunakan cangkul. Pupuk Bio-slurry padat dimasukan kedalam larikan,
kemudian larikan ditutup dengan tanah.
22
3.4.7 Pembumbunan
Pembumbunan berfungsi untuk mencegah tanaman rebah dengan menutup akar
yang keluar dari buku diatas permukaan tanah. Pembumbunan dilakukan dengan
membuat gundukan tanah memanjang mengikuti baris tanaman. Pembumbunan
dilakukan pada saat tanaman berusia 2-3 MST (fase vegetatif) dan saat tanaman
berusia 5-6 MST (fase generatif). Tanah yang digunakan dalam pembumbunan
berasal dari sekitar tanaman.
3.4.8 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan sebagai upaya memelihara dan menjaga tanaman dari
gangguan organisme pengganggu tanaman. Organisme pengganggu tanaman
tersebut meliputi hama, penyakit, dan gulma. Pengendalian gulma dilakukan
dengan cara manual dan mekanis, yaitu dengan dicabut dan menggunakan koret
atau cangkul. Sedangkan, pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
cara manual menggunakan tangan, yaitu dengan memusnahkan hama dan
penyakit yang menyerang tanaman.
3.4.8 Panen
Panen dilakukan saat tanaman berusia 75 HST atau saat tanaman menunjukkan
ciri-ciri masak panen. Ciri-ciri tanaman jagung manis masak panen meliputi
sebagian besar daun telah menguning dan mengering, kelobot telah mengering,
rambut jagung berwarna kehitaman, dan biji jagung telah mulai mengeras.
23
Pemanenan dilakukan berdasarkan pada variabel pengamatan yang diamati pada
tanaman sampel dan petak panen.
3.5 Variabel Pengamatan
3.5.1 Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan variabel pertumbuhan pada fase vegetatif tanaman
jagung manis. Tinggi tanaman diukur setiap minggu selama fase vegetatif (2 – 6
MST) menggunakan mistar atau meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan
pada 10 tanaman sampel disetiap petak percobaan. Analisis data tinggi tanaman
hanya dilakukan pada data tinggi tanaman 6 MST.
3.5.2 Jumlah Daun
Jumlah daun merupakan variabel pertumbuhan pada fase vegetatif tanaman
jagung manis. Jumlah daun dihitung saat tanaman berusia 2 – 6 MST dengan cara
manual, yaitu menghitung jumlah daun pada 10 tanaman sampel disetiap petak
percobaan. Daun yang dihitung adalah daun yang telah keluar dengan sempurna
3.5.3 Periode Keluar Bunga Jantan
Periode keluar bunga jantan merupakan indikator tanaman jagung manis telah
masuk kedalam fase vegetatif. Periode keluar bunga jantan diukur dengan
mencatat tanggal atau hari setelah tanam saat malai bunga jantan telah keluar dan
24
mekar sempurna. Pengukuran periode keluar bunga jantan dilakukan pada 10
tanaman sampel disetiap petak percobaan.
3.5.4 Panjang Tongkol
Panjang tongkol merupakan variabel untuk mengukur hasil tanaman jagung manis
secara kuantitatif. Panjang tongkol tanpa kelobot diukur dari pangkal hingga
ujung tongkol. Pengukuran panjang tongkol dilakukan pada 10 tanaman sampel
disetiap petak percobaan. Panjang tongkol diukur menggunakan penggaris dalam
satuan sentimeter (cm).
3.5.5 Diameter Tongkol
Diameter tongkol merupakan variabel untuk mengukur hasil tanaman jagung
manis secara kuantitatif. Diameter tongkol tanpa kelobot diukur pada bagian
pangkal, tengah, dan ujung tongkol menggunakan jangka sorong dalam satuan
sentimeter persegi (cm2). Pengukuran diameter tongkol dilakukan pada 10
tongkol tanaman sampel disetiap petak percobaan.
3.5.6 Jumlah Baris Per Tongkol
Jumlah baris per tongkol merupakan variabel untuk mengukur hasil tanaman
jagung manis secara kuantitatif. Jumlah baris per tongkol dihitung dengan cara
manual pada masing-masing tongkol. Pengukuran jumlah baris tongkol dilakukan
pada 10 tongkol tanaman sampel disetiap petak percobaan.
25
3.5.7 Bobot Tongkol Per Petak Panen
Bobot tongkol per petak panen merupakan variabel untuk mengukur hasil
tanaman jagung manis secara kuantitatif. Bobot tongkol per petak panen diukur
dengan menimbang seluruh tongkol segar dengan kelobot yang terdapat di dalam
petak panen. Petak panen pada setiap petak percobaan berukuran 280 x 150 cm.
Petak panen terletak ditengah tanpa menyertakan tanaman pada baris pinggir.
Selanjutnya, bobot tongkol per petak panen akan dikonversikan kedalam bobot
tongkol per hektare.
3.5.8 Tingkat Kemanisan (o Brix)
Tingkat kemanisan (oBrix) merupakan variabel untuk mengukur kualitas hasil
tanaman jagung manis. Tingkat kemanisan (oBrix) diukur menggunakan hand
reflactometer. Pengukuran tingkat kemanisan (o Brix) dilakukan pada 3 tongkol
tanaman sampel disetiap petak percobaan. Setiap tongkol diukur sebanyak tiga
kali yaitu pada pangkal, tengah, dan ujung tongkol.
3.5.9 Bobot Kering Akar
Bobot kering akar merupakan variabel pertumbuhan tanaman jagung manis.
Sebelum penimbangan, akar dikeringkan menggunakan oven pada suhu 80oC
selama tiga hari. Pengeringan berfungsi untuk mendapatkan bobot kering akar
tanpa kandungan air. Bobot kering akar diukur dengan menimbang akar dari 3
tanaman sampel pada setiap petak percobaan.
26
3.5.10 Bobot Kering Brangkasan
Bobot kering brangkasan merupakan variabel pertumbuhan tanaman jagung
manis. Bobot kering brangkasan diukur dengan memotong brangkasan tanaman
sampel dan dimasukan kedalam amplop. Brangkasan yang telah dimasukan ke
dalam amplop dikeringkan menggunakan oven pada suhu 80oC selama tiga hari.
Indikator brangkasan telah kering yaitu memiliki bobot yang konstan.
Brangkasan yang telah kering ditimbang menggunakan timbangan analitik.
Pengukuran bobot kering brangkasan dilakukan pada tiga tanaman sampel di
setiap petak percobaan.
3.5.12 Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi kandungan hara
yang ada didalam tanah. Analisis tanah dilakukan dua kali analisis. Analisis
tanah pertama dilakukan sebelum olah tanah (sebelum aplikasi pupuk Bio-slurry
padat), sedangkan analisis tanah kedua dilakukan setelah panen (setelah aplikasi
pupuk Bio-slurry padat) . Analisis tanah dilakukan dengan mengambil sampel
tanah secara zig-zag sehingga dapat mewakili keadaan hara tanah. Analisis tanah
dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Politeknik Negeri Lampung.
47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dosis pupuk Bio-slurry padat 16 ton/ha menghasilkan bobot tongkol dengan
kelobot per hektar sebesar 9,04 ton/ha, dan tingkat kemanisan buah sebesar
13,20 oBrix lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol 0 ton/ha.
2. Waktu pemupukan pupuk Bio-slurry padat 1 kali (0 MST) sama dengan waktu
pemupukan 2 kali (0 dan 4 MST).
3. Interaksi antara dosis pupuk Bio-slurry padat dan waktu pemupukan terjadi
pada variabel periode keluar bunga jantan. Dosis pupuk Bio-slurry padat 16
ton/ha pada 0 MST menghasilkan waktu pembungaan pada 48,43 HST atau
lebih genjah dibandingkan kontrol 0 ton/ha.
48
5.2 Saran
Dosis pupuk Bio-slurry padat perlu ditingkatkan dengan dosis minimal 16 ton/ha,
untuk mengetahui dosis yang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis. Selain itu, pupuk Bio-slurry padat diaplikasikan lebih
awal (sebelum tanam), agar unsur hara dapat dimanfaatkan pada fase vegetatif dan
generatif secara lebih optimal.
49
PUSTAKA ACUAN
Antonius R. K., P. Tumewu., D.M.F. Sumampow., dan E.G. Tulungen. 2013.Respon Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata L) terhadapPemberian Pupuk Organik. J. Cocos 2 (4) : 9-11.
BIRU. 2012. Pedoman dan Penggunaan Pengawas Pengelolaan danPemanfaatan Bio-slurry. Jakarta. 40 hlm.
Budiman, H. 2014. Budidaya Jagung Organik : Varietas Baru Yang Kian Diburu.Pustaka Baru Putra. Yogyakarta. 87 hlm.
Dongoran, D. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis(Zea mays saccharata S) terhadap Pemberian Pupuk Cair TNF danPupuk Kandang Ayam. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan.73 hlm.
East Weast Seed. 2009. Deskripsi Jagung Manis Varietas Bonanza.(www.eastweastseedindonesia.com). Diakses tanggal 12 Agustus2016.
Eviati dan Sulaeman. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, dan Pupuk.Petunjuk Teknis (2). Balai Penelitian Tanah. Bogor. 246 hlm.
Glio, T. 2015. Pupuk Organik dan Pestisida Nabati. Agromedia Pustaka. Jakarta.105 hal.
International Training Workshop. 2014. Pelatihan Pemanfaatan Limbah Organikdan Bioslurry. Jawa Barat. 47 hlm.
Irdiana, I., Y. Sugito., dan A. Soegianto. 2002. Pengaruh Dosis Pupuk OrganikCair dan Dosis Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil TanamanJagung Manis (Zea mays saccharata) Varietas Bisi Sweet. J. Agrivita24 (1) : 9 – 17.
Lingga P. dan Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.Jakarta. 150 hlm.
50
Martajaya, M., L. Agustina., dan Syekhfani. 2010. Metode Budidaya OrganikTanaman Jagung Manis di Tlogomas, Malang. J. Pembangunan danAlam Lestari 1 (1) : 3 – 4.
Marvelia, A., S. Darmanti., dan S. Parman. 2006. Produksi Tanaman JagungManis (Zea mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan KomposKascing Dengan Dosis yang Berbeda. J. Buletin Anatomi danFisiologi 14 (2) : 7 – 18.
Novira, F., Husnayetti., S. Yoseva. 2015. Pemberian Pupuk Limbah Cair Biogas,dan Urea, TSP, KCl terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanJagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). J. Jom Faperta 2 (1) : 1 –18
Pujisiswanto. H. dan D. Pangaribuan. 2008. Pengaruh Dosis Kompos PupukKandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buah Tomat.Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi –II 2008.Universitas Lampung. Lampung. 17 hlm.
Rachman I. A., S. Djuniawati., dan K. Idris. 2008. Pengaruh Bahan Organik danPupuk NPK terhadap Serapan Hara dan Produksi Jagung diInterceptisol Ternate. J. Tanah dan Lingkungan 10 (1) : 7 – 13.
Rao, N.S., dan Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.Universitas Indonesia Press. Jakarta. 353 hlm.
Setiawan, D. 2015. Pengaruh Aplikasi Pupuk Bio-slurry Padat dan Kombinasinyadengan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan ProduksiTanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) di Tanah Ultisol.Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 85 hlm.
Silaban, T. E., E. Purba., dan J. Ginting. 2013. Pertumbuhan dan Produksi JagungManis (Zea mays saccharata Sturf. L) pada Berbagai Jarak Tanamdan Waktu Olah Tanah. J. Online Agroteknologi 1(3) : 806 – 818.
Soeryoko, H. 2011. Kiat Pintar Memproduksi Kompos dengan PenguraianBuatan Sendiri. Lily Publisher. Yogyakarta. 112 hlm.
Subekti, N.A., Syafruddin., R. Efendi., dan S. Sunarti. 2008. Morfologi Tanamandan Fase Pertumbuhan Jagung. J. Online Agroteknologi 1(2) : 17 – 28.
Surbakti, F. Muhammad., S. Ginting., dan J. Ginting. 2013. Pertumbuhan danProduksi Jagung (Zea mays L) Varietas Pioneer-12 denganPemangkasan Daun dan Pemberian Pupuk NPKmg. J. OnlineAgroteknologi 1(3) : 523 – 524.
51
Suharyono, G., dan Y. Menry. 2005. Analisis Karakteristik Unsur-Unsur dalamTanah di Berbagai Lokasi dengan Menggunakan XRF. Prosiding PPI- PDIPTN Puslitbang Teknologi Maju. BATAN. 197 – 206.
Sutedjo dan M. Mulyani. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rhineka Cipta.Jakarta. 90 hlm.
Syukur M., dan A. Rifianto. 2013. Jagung Manis. Penebar Swadaya. Jakarta. 206hlm.
Utami, W. Sri., K. Hairah., B. Lusiana., dan M.V. Noordwijk. 2014. PengaruhLimbah Biogas Sapi terhadap Ketersediaan Hara Makro – MikroInseptisol. J. Tanah dan Air 11 (1) : 12 – 21.
top related