pengaruh culture shock terhadap hasil … · culture shock merupakan respon yang mendalam dan...
Post on 12-Jul-2018
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH CULTURE SHOCK TERHADAP HASIL BELAJARMAHASISWA PPKN ANGKATAN 2007
FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI MALANG
SKRIPSI
ANA KHOLIVAH
NIM 105811479401
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KRGANEGARAAN
DESEMBER 2009
PENGARUH CULTURE SHOCK TERHADAP HASIL BELAJARMAHASISWA PPKN ANGKATAN 2007
FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan
Oleh
Ana Kholivah
105811479401
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KRGANEGARAAN
DESEMBER 2009
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi oleh Ana Kholivah initelah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Malang, 22 Desember 2009Pembimbing I
Drs. Suwarno WinarnoNIP. 19500403 197803 1001
Malang, 22 Desember 2009Pembimbing I
Drs. H. Edi Suhartono S.H, M.PdNIP. 19610405 198601 1001
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi oleh Anan Kholivayh ini telah dipertahankan di depan dewan penguji padatanggal 29 Desember 2009
Dewan Penguji
Drs. Suparlan Al-Hakim, M.Si. , KetuaNIP. 19550827 198102 1001
Drs. Suwarno Winarno , AnggotaNIP. 19500403 197803 1001
Drs. H. Edi Suhartono S.H, M.Pd , AnggotaNIP. 19610405 198601 1001
Mengetahui, MengesahkanKetua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Dejkan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Ketut Diara Astawa, SH.,M.Si Prof. Dr. Hariyono, M.Pd.NIP. 19540522 198203 1005 NIP.19631227 198802 1001
ABSTRAK
Kholivah, Ana.2009. Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil Belajar MahasiswaPPKN Angkatan 2007 FIP UM. Skripsi, jurusan Hukum danKewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang.Pembimbing: (1) Drs. Suwarno Winarno, (2) Drs.H.Edi Suhartono SH.,M.Pd
Kata kunci: adaptasi, culture shock, hasil belajar
Culture shock merupakan respon yang mendalam dan negatif dari depresi,frustasi dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatulingkungan budaya yang baru. Setiap mahasiswa diduga mengalami culture shocksebagai akibat perpindahannya dari lingkungan sekolah menengah (lama) kelingkungan universitas (baru). Kebiasaan-kebiasaan di lingkungan baru,dapatmenyebabkan tekanan dan berakibat pada kompetensi akademik mahasiswa dalamhal ini mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM..
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan mahasiswa PPKnangkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru, mendeskripsikanfaktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa PPKn angkatan2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru, mendeskripsikan bentukculture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM,pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007FIP UM dan mendeskripsikan upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadaphasil belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM.
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Populasipenelitian ini adalah 67 mahasiswa angkatan 2007 PPKn FIP UM. Sampelsebanyak 63 mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dan teknik pengumpulandata yang digunakan adalah angket dan dokumen. Instrumen yang digunakanyaitu skala adaptasi, skala culture shock dengan menggunakan skala Likert.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisisdeskriptif dan analisis korelasional.
Hasil penelitian ini menunjukkakn bahwa (1) mahasiswa PPKn angkatan2007 FIP UM memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkunganbaru yaitu dengan selalu menjadi diri sendiri selama berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan baru, (2) faktor yang mempengaruhi cepatnya mahasiswaPPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu aktifberinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang. Sedangkan faktor yangmempengaruhi lambatnya mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasidengan lingkungan baru yaitu keinginan untuk selalu mencari orang yang berasaldari daerah yang sama dengannya, (3) bentuk culture shock yang dialami olehmahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM adalah merasa tegang saat memasukiwilayah yang berbeda dengan budaya asal, (4) pengaruh culture shock terhadapperolehan hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dari semester Isampai semester II adalah tidak ada pengaruh, hal ini dapat dilihat dari kestabilanperbandingan antara yang mengalami kenaikan dan penurunan IP yaitu antara 31:36 orang, (5) upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM yaitu dengan aktif menjalin komunikasidan berelasi dengan teman-teman baik dari dalam maupun luar kampus.
Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa perolehan hasil ujihipotesisnya menunjukkan nilai probabilitas > 0,05 yakni 0,058 dan rhitung(0,233) < rtabel (0,240) sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Hal ini mengandungpengertian bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruhculture shock dengan hasil belajar (IP) pada mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIPUM.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan (1) jurusan PPKn hendaknyamemberikan program bimbingan konseling dalam membantu mahasiswaberadaptasi dengan lingkungan baru agar mahasiswa dengan mudahmemfokuskan diri pada upaya peningkatan prestasi akademiknya sehinggadiperoleh hasil belajar yang maksimal, (2) mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIPUM hendaknya selalu berpikir positif mengenai dirinya dan lingkungannya danterus mengasah kemampuan diri yang dimiliki (proaktif) agar menjadi mahasiswayang mandiri dan berprestasi, (3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yanglebih mendalam yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan observasiagar diperoleh hasil penelitian yang maksimal.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah dan senantiasa memanjatkan
puja dan puji kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, skripsi
yang berjudul “Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
PPKN FIP UM angkatan 2007 Universitas Negeri Malang” dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan persoalan secara rasional,
logis dan sistematis.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Hariyono, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang
telah memberikan pengesahan terhadap skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan izin terhadap penelitian skripsi ini.
3. Bapak Drs. Kt Diara Astawa, SH, M.Si, selaku Ketua Jurusan PPKn yang
telah berkenan memberi kesempatan penulis untuk menempuh skripsi.
4. Bapak Drs. Suwarno Winarno, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis.
5. Bapak Drs. H. Edi Suhartono, SH, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II
yang dengan penuh kecermatan memeriksa dan mengarahkan penulis.
6. Bapak Prof. Dr. Sukowiyono, SH, M.Hum, selaku Dosen Penasehat
Akedimik yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
mengambil program skripsi.
7. Bapak/ Ibu Dosen beserta karyawan yang ada di lingkungan PPKn
8. Ayahanda dan Ibunda, serta kakak-kakaku dan anggota keluarga besar
Bapak Sugito yang telah memberikan semangat untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman- teman kos Amblas (Riza, Ninja, Noza) yang telah banyak
memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Sahabat-sahabatku (Weganova, Nung, Yeyen, Sari, Roro, Devi Novianti,)
yang telah memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.
11. Teman-temanku PPKn angkatan 2005 tanpa terkecuali atas kerjasamanya
sampai terselesaikannya skripsi ini.
12. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang
telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan-kekurangan, untuk itu tegur sapa dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan.
Sungguhpun begitu, ada seberkas harapan dari penulis semoga skripsi
yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, 22 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUANABSTRAK ................................................................................................... iKATA PENGANTAR .................................................................................. iiiDAFTAR ISI ................................................................................................ vDAFTAR TABEL ........................................................................................ viiDAFTAR GAMBAR .................................................................................... viiiDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ixBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1B. Rumusan Masalah .................................................................... 6C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 7E. Asumsi Penelitian .................................................................... 8F. Hipotesis Penelitian .................................................................. 9G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ............................ 10H. Definisi Istilah ......................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Culture Shock .......................................................... 11
1. Konsep Budaya .................................................................. 11a. Definisi Budaya dalam kaitannya dengan komunikasi ..... 17b. Definisi budaya dalam konteks psikologi lintas budaya ... 18c. Kehilangan budaya ......................................................... 21
2. Konsep Culture Shock ........................................................ 22a. Tanda-Tanda Culture Shock............................................ 25b. Fase Culture Shock ......................................................... 25c. Upaya Mengatasi Culture Shock ..................................... 27d. Manfaat Culture Shock ................................................... 27
B. Tinjauan Adaptasi ................................................................... 28 C. Tinjauan Hasil Belajar ............................................................ 31
BAB III METODE PENELITIANA. Rancangan Penelitian .............................................................. 35B. Populasi dan Sampel ................................................................ 37C. Instrumen Penelitian ................................................................ 37D. Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................. 41E. Teknik Pengumpulan data ........................................................ 45F. Teknik Analisis Data ................................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIANA. Deskripsi Data ......................................................................... 49
1. Deskripsi Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM ............ 492. Data Hasil Penelitian............................................................ 53
B. Uji Hipotesisis ......................................................................... 59
BAB V PEMBAHASANA. Adaptasi Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dengan
lingkungan baru ....................................................................... 62B. Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa
PPKn FIP UM angkatan 2007 beradaptasi dengan lingkunganbaru ......................................................................................... 63
C. Bentuk culture shock yang dialami oleh MahasiswaPPKn angkatan 2007 FIP UM .................................................. 65
D. Pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar MahasiswaPPKn angkatan 2007 FIP UM .................................................. 68
E. Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadapprestasi belajar Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM ....... 69
BAB VI PENUTUPA. Kesimpulan ............................................................................. 72B. Saran ....................................................................................... 73
DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 75PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................... 78LAMPIRAN ................................................................................................. 79RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 98
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1.1 Jabaran variabel penelitian ..................................................................... 103.1 Blue print uji coba skala pengaruh culture shock .................................... 413.2 Hasil uji validitas instrumen uji coba skala culture shock ....................... 423.3 Blue print skala culture shock untuk penelitian ....................................... 443.4 Koefisien korelasi, arti korelasi, kesimpulan ........................................... 484.1 Kualifikasi kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM...................................................................................................... 534.2 Kemampuan adaptasi mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM............ 544.3 Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses adaptasi mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM .............................................. 544.4 Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM...................................................................................................... 554.5 IP mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM dari semester 1 sampai semester 2 .............................................................................................. 574.6 Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKN angkatan 2007 FIP UM .............................................. 594.5 Distribusi frekuensi culture shock .......................................................... 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman3.1 Hubungan Variabel X dan Variabel Y .................................................. 364.1 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................................. 494.2 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM Berdasarkan Agama ............................................................................ 504.3 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM Berdasarkan Etnis................................................................................ 504.4 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM Berdasarkan Penggunaan Bahasa Yang Dipakai Dalam Keluarga........ 514.5 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKn Angkatan 2007 FIP UM Berdasarkan Penguasaan Bahasa Jawa................................................. 524.6 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM Berdasarkan Daerah Asal .................................................................... 534.7 Diagram lingkaran Mahasiswa Jurusan PPKN Angkatan 2007 FIP UM Berdasarkan Tempat Tinggal di Malang .............................................. 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Instrumen Penelitian ................................................................................ 792. Datar indeks prestasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 .............. 853. Hasil perolehan angket culture shock ....................................................... 874. Analisis validitas butir soal ...................................................................... 895. Kerja uji korelasi ..................................................................................... 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di dunia ini tidak ada yang tetap, selalu terjadi perubahan. Demikian pula
apa yang terjadi pada suatu entitas yang namanya masyarakat. Pada dasarnya
tidak ada masyarakat dunia yang tidak berubah, baik masyarakat yang masih
terbelakang maupun yang modern selalu mengalami perubahan-perubahan. Hanya
saja perubahan-perubahan yang dialami masing-masing masyarakat tidak sama,
ada yang cepat dan mencolok dan ada pula yang lambat. Dengan kata lain, bahwa
perubahan sosial budaya pada hakikatnya merupakan fenomena manusiawi dan
fenomena alami. Sebagai fenomena manusiawi, perubahan merupakan grand
design yang dirancang oleh manusia sendiri selaku master mind-nya dengan
terlebih dahulu membuat suatu skala prioritas tentang agenda-agenda masa depan
yang perlu diproyeksikan. Sedangkan sebagai gejala alami, perubahan akan
merasuki dalam kehidupan manusia meskipun melalui proses waktu. Dalam
konteks ini perubahan suatu fenomena yang pasti terjadi walaupun durasi
kejadiannya berjalan lambat atau cepat (Tutik, 2008:10).
Menurut Hasan masyarakat yang dalam proses pembangunan atau
modernisasi, akan banyak mengalami perubahan, pembaharuan, bahkan
adakalanya mengalami pergeseran-pergeseran. Perubahan-perubahan tersebut ada
yang menyangkut struktur dan organisasi masyarakat berikut lembaga-
lembaganya yang disebut dengan transformasi struktural, dan adakalanya
perubahan-perubahan itu menyangkut norma-norma dan pandangan serta
perilakunya yang disebut dengan transformasi kultur (dalam Tutik, 2005:11).
Arah nilai sosial budaya dan fungsi sebuah orientasi terhadap nilai budaya
(cultural value orientation) pernah dikembangkan oleh Clyde Kluckhohn yang
beranggapan bahwa dalam kerangka sistem budaya dari tiap kebudayaan terdapat
pada serangkaian konsep-konsep yang abstrak dan luas ruang lingkupnya, yang
hidup dalam alam pikiran dari sebagian besar warga masyarakat, mengenai apa
yang harus dianggap penting dan bernilai dalam hidup (Noerhadi, 1982:8-16).
Dengan demikian sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman
orientasi bagi segala tindakan manusia dalam hidupnya. Suatu sistem nilai budaya
merupakan sistem tata tindakan yang lain, seperti sistem norma, hukum, hukum
adat, aturan etika, aturan moral, aturan sopan santun dan sebagainya. Sejak kecil
seorang individu telah meresapi nilai-nilai budaya masyarakatnya, sehingga
konsep-konsep itu telah berakar di dalam mentalitasnya dan kemudian sukar
diganti dengan yang lain dalam waktu yang singkat.
Dari uraian di atas dapat ditarik benang merah dimana manusia pasti
mengalami perubahan, di sini dimaksudkan perubahan dalam sosial budaya.
Namun perubahan tersebut tidak dapat berlangsung singkat karena nilai-nilai
budaya dalam diri seseorang tersebut telah berakar di dalam mentalitasnya dan
kemudian sukar diganti dengan yang lain dalam waktu yang singkat.
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah
sosial. Masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, karena masalah sosial telah terwujud sebagai
hasil dari kebudayaan manusia itu sendiri, sebagai akibat dari hubungan-
hubungannya dengan sesama manusia lainnya, dan sebagai akibat dari tingkah
laku manusia. Biasanya masalah sosial tersebut timbul sebagai dampak dari
perubahan. Walaupun ada masalah yang dianggap akan dapat menggoncangkan
masyarakat, dan ada pula yang dianggap sebagai masalah yang tidak perlu
mendapat perhatian. Suatu masalah sosial akan terjadi apabila kenyataan yang
dihadapi oleh warga masyarakat berbeda dengan harapannya. Perbedaan tersebut
mungkin sangat besar, akan tetapi juga dapat merupakan perbedaan yang kecil.
Terjadinya masalah sosial, tidak selalu disebabkan oleh faktor-faktor sosial akan
tetapi mungkin saja timbul karena faktor non-sosial.
Masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat manusia
tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan itu
disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya
dan keadaan lingkungan alamnya dimana masyarakat itu hidup. Masalah-masalah
tesebut dapat terwujud sebagai masalah sosial, masalah moral, masalah politik,
masalah ekonomi, masalah agama ataupun masalah-masalah lainnya. Hal yang
membedakan masalah-masalah sosial dengan masalah lainnya adalah bahwa
masalah sosial tersebut ada kaitannya dengan moral dan pranata-pranata sosial,
serta selalu ada kaitannya dengan hubungan-hubungan manusia dan dengan
konteks-konteks normatif dimana hubungan-hubungan manusia itu terwujud
(Nisbet, 1986:17 ).
Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam
berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat
istiadat dan sebagainya. Dilain pihak, perkembangan dunia yang sangat pesat saat
ini dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi telah menyebabkan dunia
menuju ke arah “desa dunia” (global village) yang hampir tidak memiliki batas-
batas lagi sebagai akibat dari perkembangan teknologi modern. Oleh karena itu,
masyarakat (dalam arti luas) harus sudah siap menghadapi situasi-situasi baru
dalam konteks keberagaman kebudayaan yaitu salah satunya dengan pendidikan.
Saat ini, pendidikan bukanlah barang konsumsi monopoli kaum perkotaan
saja. Lebih dari itu, masyarakat pedesaanpun memiliki keinginan untuk
mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Zaman telah membuat mereka (dan
kita) berangsur mengubah orientasi hidup dari orientasi “kini” menjadi “masa
depan”. Kita semakin tersadar akan pentingnya menanam benih investasi masa
depan dengan pendidikan.
Kondisi ini membuat banyak orang yang hidup di pelosok pergi merantau,
mencari sumber ilmu di perkotaan. Realitas geografis kerapkali menakdirkan
sarana pendidikan (terutama pendidikan tinggi) hanya berdiri megah di perkotaan.
Selain itu, distribusi kualitas sarana dan prasaran pendidikan pun seringkali tidak
memihak masyarakat pelosok. Akhirnya banyak orang di negeri ini harus rela
meninggalkan tanah leluhurnya untuk mendapatkan ilmu yang lebih tinggi.
Kota Malang dikenal sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia.
Dapat dilihat potensi jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta yang terdapat di
kota Malang. Harga makanan yang relatif murah dan fasilitas pendidikan yang
memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh pendidikan. Beberapa
universitas negeri yang berdiri di Malang di antaranya: Universitas Negeri
Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Islam Negeri Malang, Politeknik
Negeri Malang, Politeknik Negeri Kesehatan Malang serta beberapa Perguruan
Tinggi Swasta lainnya. Hal ini menyebabkan banyak penduduk dari berbagai
wilayah di Indonesia yang sengaja datang ke kota Malang untuk menuntut ilmu.
Proses mobilitas regional seperti ini seringkali menghantui pikiran dan jiwa
pelakunya. Disparitas sosio-ekonomi-kultural antara desa dan kota, membuat
perantau mengalami kegoncangan budaya (Culture Shock).
Salah satu fenomena sosial yakni Culture Shock merupakan unsur dalam
kehidupan masyarakat yang menarik untuk dikaji karena Culture Shock atau
ketidakbiasaan budaya setempat adalah masalah yang sering kali menimpa
seseorang yang berada di daerah asing. Memang masalah ini tidak secara
langsung mengancam nyawa, tetapi apabila tidak segera ditangani dengan baik
bisa mengakibatkan hal yang serius dikemudian hari. Culture Shock bisa menjadi
kondisi yang buruk jika melibatkan hal di antaranya sulit tidur, perasaan tidak
enak, dan atau depresi.
Penelitian ini bersifat menyeluruh dan tidak mempengaruhi apakah jurusan
yang satu dengan jurusan yang lain mengalami tingkat Culture Shock yang
berbeda. Selain itu, sebagai bentuk apresiasi peneliti terhadap jurusan PPKn untuk
menyumbang ide dalam rangka meningkatkan pelayanan pembelajaran di jurusan
PPKn, maka peneliti mengambil judul penelitian : “Pengaruh Culture Shock
Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Angkatan 2007 PPKN FIP UM”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di muka, maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan
lingkungan baru?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru?
3. Bagaimana bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM?
4. Bagaimana pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM?
5. Bagaimana upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi
dengan lingkungan baru.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan
baru.
3. Mendeskripsikan bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM.
4. Mendeskripsikan pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar mahasiswa
PPKn angkatan 2007 FIP UM.
5. Mendeskripsikan upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil
belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagi bidang kemahasiswaan
Untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan mahasiswa agar
mengurangi kecanggungan mahasiswa dalam berkonsultasi persoalan-
persoalan yang muncul pada tahun awal semester.
2. Bagi mahasiswa
Untuk mengidentifikasi gejala awal culture shock yang nantinya mampu
meminimalisir dampak negatif yang diakibatkan. Ketika masalah ini sudah
dipecahkan maka pengoptimalan potensi akademis dan non akademis
mahasiswa dapat tercapai
3. Bagi jurusan PPKn
Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan program bimbingan
konseling dalam membantu mahasiswa beradaptasi dengan lingkungan baru.
Setelah proses adaptasi berjalan, diharapkan mahasiswa dapat memfokuskan
diri pada upaya peningkatan prestasi akademiknya sehingga diperoleh hasil
belajar yang maksimal.
4. Bagi peneliti
Sebagai media belajar dalam mengaktualisasikan pengalaman belajar dan
berlatih berpikir kritis terhadap fenomena sosial.
5. Bagi pengembangan pelitian
Sebagai sumber informasi atau bahan acuan untuk dipergunakan dalam
penelitian berikutnya.
E. Asumsi
Menurut Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Negeri Malang
(2003:13) asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal
yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian.
Asumsi merupakan anggapan dasar yang diyakini kebenarannya atau
dianggap benar tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu. Asumsi diajukan agar
dapat mengembangkan rancangan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa asumsi sebagai
pijakan dalam melaksanakan penelitian. Adapun asumsi yang diajukan oleh
peneliti adalah:
1. Seks (jenis kelamin) dianggap tidak berpengaruh terhadap Culture Shock
2. Etnis dianggap tidak berpengaruh terhadap Culture Shock
3. Agama dianggap tidak berpengaruh terhadap Culture Shock
4. Latar belakang pendidikan dianggap tidak berpengaruh terhadap Culture
Shock
5. Mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 dianggap tahu persis konsep culture
shock
6. IQ dianggap sama (homogen) dan tidak mempengaruhi hasil belajar
mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
7. Sarana dan prasarana belajar dianggap sama dan tidak mempengaruhi hasil
belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
8. Fasilitas belajar dianggap sama dan tidak mempengaruhi hasil belajar
mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
9. Waktu belajar dianggap sama dan tidak mempengaruhi hasil belajar
mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
F. Hipotesis
Hipotesis (hypothesis) berasal dari dua kata yaitu, hypo yang artinya “di
bawah” dan thesa yang artinya “kebenaran”. Hipotesis adalah pernyataan
sementara (tentative explanation) tentang hubungan diantara dua variabel atau
lebih. Dalam konteks penelitian, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan atas teori yang relevan dan belum didasarkan atas data empiris.
(Arikunto, 2002:64). Jadi, hipotesis dalam konteks penelitian adalah jawaban
teoritis terhadap masalah penelitian, belum jawaban empiris.
Berdasarkan paparan di atas, adapun hipotesis yang diajukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
§ Jika tingkat culture shock tinggi maka hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan
2007 FIP UM rendah .
§ Jika tingkat culture shock rendah maka hasil belajar mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM tinggi.
G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Mengingat permasalahan dalam sutu penelitian dapat berkembang menjadi
masalah yang luas dan kompleks maka perlu diberi batasan pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Subyek penelitian adalah mahasiswa UM jurusan PPKn angkatan 2007.
2. Culture Shock difokuskan pada proses adaptasi mahasiswa terhadap
lingkungan baru di kota Malang.
3. Hasil belajar dilihat dari IPK yang tertera pada KHS (Kartu Hasil Studi).
Tabel 1.1 Jabaran Variabel PenelitianVariabel Indikator Instrumen Sumber data Analisis
dataVariabel bebas:§ Culture Shock(Sumber: Dayakisni,2008: 187)
§ Adaptasiterhadaplingkunganbaru
Kuesioner MahasiswaPPKn FIP UMangkatan 2007
Korelasi
Variabel terikat:§ Hasil Belajar(Sumber: Sudjana,2006:22)
§ Nilai KHS Dokumentasi MahasiswaPPKn FIP UMangkatan 2007
Korelasi
F. Definisi Istilah
Untuk menghindari pemaknaan yang kurang sesuai terhadap istilah-istilah
dalam penelitian ini, maka perlu ditegaskan beberapa definisi yaitu:
1. Culture Shock adalah gejala kejutan/ sindrom yang dialami oleh seseorang
pada saat memasuki budaya baru yang berbeda dengan budaya asalnya.
2. Hasil belajar mahasiswa adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
mengikuti didikan atau pembelajaran tertentu. Ini dapat ditentukan dengan
pemberian skor akhir yang diberikan dosen setelah proses pembelajaran
selesai. Hasil belajar mahasiswa dapat diketahui dari nilai IPK (Indeks Prestasi
Kelulusan) yang tertera pada KHS (Kartu Hasil Studi).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Culture Shock
1. Konsep Budaya
Istilah Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya
dengan kebudayaan, berasal dari bahasa Latin “colere” yang artinya adalah
“mengolah atau mengerjakan”, yaitu dimaksudkan kepada keahlian mengolah dan
mengerjakan tanah atau bertani. Kata “colere” yang kemudian berubah menjadi
“culture” diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah
dan mengubah alam” (Soekanto, 1996: 188). Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Koenjaraningrat (dalam Dayakisni, 2005: 4) mengartikan budaya sebagai
wujud yang mencakup keseluruhan dari gagasan, kelakuan dan hasil-hasil
kelakuan. Sehingga dapat dilihat bahwa segala sesuatu yang ada dalam pikiran
manusia yang dilakukan dan dihasilkan oleh kelakuan manusia adalah
kebudayaan.
Budaya (culture) didefinisikan sebagai tingkah laku, pola-pola, keyakinan
dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang diturunkan dari generasi
ke generasi (Santrock, 1998: 289). Produk dalam hal ini adalah hasil dari interaksi
antara kelompok manusia dan lingkungan mereka setelah sekian lama.
Kim (dalam Santrock 1998: 298) menyatakan bahwa kebudayaan
merupakan “kumpulan pola-pola kehidupan” yang dipelajari oleh sekelompok
manusia tertentu dari generasi-generasi sebelumnya dan akan diteruskan kepada
generasi yang akan datang. Kebudayaan tertanam dalam diri individu sebagai
pola-pola persepsi yang diakui dan diharapkan oleh orang-orang lainnya dalam
masyarakat. Ditegaskan lagi oleh Samovar et.al ( dalam Santrock 1998:298)
bahwa mengenai suatu teladan bagi kehidupan, kebudayaan mengkondisikan
manusia secara tidak sadar menuju cara-cara khusus bertingkah laku dan
berkomunikasi. Dan kalau mau dikaji lagi salah satu definisi yang telah
disebutkan diatas, maka Dodd (dalam Santrock 1998:299) melihat kebudayaan
sebagai konsep yang bergerak melalui suatu kontinum. Mulai dari kognisi dan
keyakinan mengenai orang-orang lain dan diri sendiri, termasuk nilai-nilai, sampai
pola-pola tingkah laku. Adat kebiasaan (norms) dan praktek-praktek kegiatan
(activieties) merupakan bagian dari norma-norma kebudayaan, yakni model-
model perilaku yang sudah diakui dan diharuskan.
Mempelajari suatu kebudayaan, baik kebudayaan kompleks dari unit
hubungan yang lebih kecil dan yang lebih akrab, seperti kelompok etnik,
organisasi pendidikan, akan ditemukan bahwa sejumlah segi yang komplek dan
saling berkaitan, berperan didalamnya khususnya pada tingkat masyarakat yang
luas, sedemikian banyaknya unsur-unsur yang berperan, sehingga sulit untuk
melakukan identifikasi dan kategorisasi. Beberapa dimensi yang paling mendasar
dari kebudayaan adalah bahasa. Adat istiadat, kehidupan keluarga, cara
berpakaian, cara makan, sruktur kelas, orientasi politik, agama, falsafah ekonomi,
keyakinan dan sistem lainnya. Unsur-unsur ini tidaklah terpisahkan dari yang lain,
tetapi sebaliknya saling berinteraksi sehingga menciptakan sistem budaya
tersendiri. Misalnya dalam asumsi masyarakat, kecenderungan untuk mempunyai
banyak anak tidak saja dapat dijelaskan dari adat kebiasaan tetapi juga dari segi
ekonomi, agama, kesehatan dan tingkat teknologi dari masyarakat yang
bersangkutan.
Ahli lintas budaya Richard Brislin (dalam Santrock, 1998: 289) baru-baru
ini menggambarkan sejumlah karakteristik budaya, yang mencakup:
a. Budaya terdiri dari gambaran mengenai bagaimana segala sesuatuseharusnya terjadi, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi mengenai hidupyang memberikan tuntutan dan tingkah laku manusia.
b. Budaya dibuat oleh manusiac. Budaya diturunkan dari generasi ke generasi dan tanggung jawab
untuk menurunkan budaya ditanggung oleh orang tua, guru danpemimpin masyarakat.
d. Pengaruh budaya seringkali terlihat nyata dalam pertentangan antaraorang-orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
e. Walaupun terjadi kompromi-kompromi, nilai budaya tetap bertahan.f. Ketika nilai-nilai budaya mereka dilanggar atau ketika harapan budaya
mereka diabaikan, orang bereaksi secara emosional.g. Adalah biasa apabila seseorang menerima sebuah nilai budaya disatu
saat kehidupannya dan menolaknya di saat lain. Contohnya seorangremaja dan dewasa muda pemberontak akan menerima nilai danharapan budaya setelah memiliki anak sendiri.
Sedangkan menurut Dedi Mulyana (2005:23) budaya memiliki ciri-ciri:
a. Budaya bukan bawaan, tetapi dipelajari.b. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang , dari kelompok ke
kelompok dan dari generasi ke generasi.c. Budaya berdasarkan simbol.d. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terusberubah sepanjang
waktu.e. Budaya bersifat selektif, mempresentasikan pola-pola perilaku
pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas.f. Berbagai unsur budaya saling berkaitan.g. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau
standar untuk menilai budaya lain).
Kesadaran akan eksistensi dan hakekat kebudayaan atau subbudaya baru
muncul apabila:
a) Seseorang anggota kebudayaan melakukan pelanggaran terhadap standar-
standar yang selama ini berlaku atau diharapkan masyarakat.
b) Bertemu secara kebetulan dengan seseorang yang berasal dari kebudayaan
lain, dan berdasarkan pengamatan ternyata tingkah lakunya sangat berbeda
dengan tingkah laku yang selama ini dikenal atau dilakukan.
Dalam kedua peristiwa di atas, dapat diketahui bahwa “ada sesuatu yang
salah” sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman, walaupun kadang-kadang
merasa tidak tahu pasti mengapa demikian. Karena sudah terbiasa dengan
kebudayaan sendiri, maka kebanyakan orang menjadi tidak sadar akan hakekat
subbudayanya. Sehingga orang mudah mengkonsumsi bahwa, apa yang ada atau
terjadi adalah memang seharusnya demikian.
Kebudayaan atau subbudaya dari unit sosial apapun selalu berubah dengan
berjalannya waktu. Eksistensinya tidak dalam suatu keadaan yang vakum.
Masing-masing orang terlibat dalam sejumlah hubungan, kelompok atau
organisasi. Setiap kali seseorang berhubungan dengan orang lain, maka ia
membawa serta kebudayaan atau subbudaya dari kelompoknya sebagai latar
belakang. Apabila sebagai individu ia berubah, maka perubahan itu sedikit banyak
akan berdampak pada kebudayaan kelompoknya. Dalam hal ini ia bertindak
sebagai pembaharu kebudayaan. Perubahan dapat berlangsung secara wajar,
alami, revolusioner, dan disengaja.
Model yang telah digunakan untuk memahami proses perubahan yang
terjadi waktu transisi, baik di dalam maupun antarbudaya menurut LaFromboise
& Gerton (dalam Santrock, 1998: 293) adalah:
a.) Asimilasi (assimilation)
Terjadi ketika individu melepaskan identitas kulturnya dan menuju pada
masyarakat yang lebih besar. Kelompok yang tidak dominan mungkin akan
terserap kedalam arus budaya yang lebih mantap, atau mungkin banyak kelompok
yang akan menyatu dan membentuk masyarakat baru (melting spot). Individu
seringkali menderita karena perasaan terasing dan terisolasi sampai mereka
diterima dan merasa benar-benar melebur di dalam budaya yang baru.
b.) Akulturasi (acculturations)
Perubahan budaya akibat dari hubungan langsung dan terus menerus antara dua
kelompok budaya. Berlawanan dengan asimilasi (yang menekankan bahwa orang
pada akhirnya akan menjadi anggota penuh kelompok budaya mayoritas dan
kehilangan identifikasi dengan budaya asalnya), model akulturasi menekankan
bahwa orang akan menjadi partisipan yang kompeten dalam budaya mayoritas dan
pada saat bersamaan tetap diidentifikasi sebagai anggota budaya minoritas.
c.) Alternasi (alternation)
Mengetahui dan memahami dua kultur berbeda. Disini individu dapat mengubah
tingkah laku mereka untuk menyesuaikan diri pada sebuah konteks sosial tertentu.
Berbeda dengan asimilasi dan akulturasi, alternasi lebih mempertahankan
hubungan positif dengan kedua budaya.
d.) Multikulturalisme (multicultural)
Mengajukan pendekatan pluralistik untuk memahami dua budaya atau lebih.
Orang dapat mempertahankan identitas mereka yang menonjol dan pada saat
bersamaan bekerjasama dengan orang lain dengan budaya yang berbeda untuk
mencapai kebutuhan nasional bersama. John Berry (1993) seorang psikolog lintas
budaya yakin bahwa sebuah masyarakat yang multikultural akan mendorong
semua kelompok untuk:
§ Mempertahankan dan/atau mengembangkan identitas kelompok mereka
§ Mengembangkan penerimaan dan toleransi terhadap kelompok lain
§ Terlibat dalam hubungan dan kegiatan berbagi antar kelompok
§ Mempelajari bahasa satu sama lain.
e.) Fusi (fusion)
Merefleksikan asumsi yang melatarbelakangi melting pot yang mengimplikasikan
bahwa budaya-budaya yang berbatasan, baik secara ekonomi, politik, atau
geografis akan melebur bersama sampai tidak bisa dibedakan dan membentuk
sebuah kultur baru dan tidak ada superioritas budaya.
Riset yang dilakukan oleh seorang psikolog sosial Amerika bernama Donald
Campbell dan koleganya (Brewer & Campbell,1976) menyatakan bahwa orang di
semua budaya memiliki kecenderungan untuk:
a) Mempercayai bahwa apa yang terjadi di budayanya adalah “natural” dan
“benar” dan bahwa apa yang terjadi di budaya lain adalah “tidak natural” dan
“tidak benar”
b) Mempersepsikan bahwa adat istiadat budayanya adalah valid secara universal;
yaitu bahwa apa yang baik untuk siapapun
c) Berperilaku memihak pada kelompok budaya mereka
d) Merasa bangga pada kelompok budaya mereka
e) Memusuhi kelompok budaya lainnya.
Pada kenyataannya, banyak budaya yang mendefinisikan kata manusia dengan
refrensi pada kelompok budayanya sendiri. Implikasinya adalah bahwa orang dari
budaya lain tidak dipersepsikan sebagai manusia seutuhnya.
a. Definisi budaya dalam kaitannya dengan komunikasi
Menurut Alferd G Smith (dalam Mulyana, 2005:14) budaya adalah kode
yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi. Komunikasi
membutuhkan pengkodean dan simbol-simbol yang harus dipelajari. Godwin C
Chu (dalam Mulyana, 2005:14) mengatakan bahwa setiap pola budaya dan setiap
tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dipahami keduanya harus dipelajari
bersama-sama. Budaya takkan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi dan
komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang
mendukungnya. Trenholm dan Jensen (dalam Mulyana, 2005:15) berpendapat
bahwa budaya sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, norma dan adat istiadat,
aturan dan kode yang secara sosial mendefinisikan kelompok-kelompok orang,
mengikat mereka satu sama lain dan memberi mereka kesadaran bersama.
Goodman (dalam Mulyana, 2005:16) menyatakan bahwa manusia telah
berkembang hingga ke titik yang memungkinkan budaya menggantikan naluri
dalam menentukan sikap pikiran dan tindakan kita. Apa yang kita pikirkan dan
pilihan tindakan kita termasuk cara kita berkomunikasi adalah hasil dari apa yang
diajarkan dalam budaya kita.
Sehingga dari uraian diatas dapat ditarik benang merah dimana
pemahaman budaya dari aspek komunikasi memandu kita berpikir tentang diri
kita sendiri dan hidup kita dengan orang lain dan bagaimana kita menetapkan dan
mencapai tujuan kita.
b. Definisi mengenai budaya dalam konteks psikologi lintas budaya
Menurut Matsumoto (dalam Dayakisni, 2005:5) budaya adalah:
Culture as a set of attitudes, values, beliefs, and behaviors shared by agroup of people, but different for each individual, comunicated from onegeneration to the next.
Definisi dari Matsumomo diatas memenuhi kriteria budaya dalam konteks
psikologi lintas budaya karena budaya sebagai gagasan, baik yang muncul sebagai
perilaku maupun ide seperti nilai dan keyakinan, sekaligus sebagai meterial,
budaya sebagai produk (masif) maupun sesuatu (things) yang hidup (aktif) dan
menjadi panduan bagi individu anggota kelompok.
Selain itu, definisi tersebut menggambarkan bahwa budaya adalah suatu
konstruk sosial sekaligus konstruk individu. Ada dua hal yang ditekankan, yaitu:
1. Adanya penyebaran kepemilikan (sharing) dari aspek-aspek kehidupan
dan perilaku. Adanya pembagian (sharing) menegaskan adanya derajat
kepemilikan bersama dari individu-individu yang menjadi anggota
kelompok dan meyakini dan memegang nilai, sikap, kepercayaan, norma
ataupun perilaku yag sama. Kepemilikan bersama atas hal-hal fisik dan
psikologi.
2. Adanya hal-hal yang dibagikan kepemilikannya (things are shared).
Mengenai apa yang dibagi (things are shared) adalah penekanan yang
khas dari definisi Matsumomo tersebut. Apa yang dibagi dalam definisi
diatas secara jelas menerangkan bukanlah sekedar atribut fisik atau
observable seperti objek material (arsitektur rumah), atribut fisik (warna
kulit, morfologi wajah), kebangsaan (area wilayah atau region tertentu).
Lebih dari itu, yang dibagi adalah ide, sikap, nilai, keyakinan isi kepala
dari tiap individu yang hidup di komunitas budaya tersebut serta kesadaran
bersama akan satu budaya.
Dapat disimpulkan bahwa definisi budaya dalam konteks psikologi lintas budaya
adalah penghayatan adanya kepemilikan bersama atas hal-hal yang dimiliki
bersama.
Terdapat beberapa kesepakatan dari ciri khas budaya yang dapat dijadikan
petunjuk untuk membangun sebuah definisi budaya yang tepat dan ringkas,
khususnya terkait psikologi lintas budaya (Dayakisni, 2005:4) yaitu:
1. Budaya sebagai sebuah konsep abstrak.
Beberapa aspek dari budaya bersifat teramati (observable), namun
demikian sesungguhnya yang teramati tersebut bukanlah budaya itu
sendiri melainkan perbedaan perilaku manusia dalam aktifitas dan tidakan,
pemikiran, ritual, tradisi ataupun material sebagai produk dari kelakuan
manusia. Yang terlihat sebenarnya adalah manifestasi dari budaya dan
bukan kebudayaan itu sendiri. Sebagai sebuah entitas teoritis dan
konseptual, budaya membantu memahami bagaimana kita berperilaku
tertentu dan menjelaskan perbedaan dari sekelompok orang. Sebagai
sebuah konsep abstrak, lebih dari sekedar label, budaya memiliki
kehidupan tersendiri. Akibat pertemuan-pertemuan dengan budaya lain,
perubahan kondisi lingkungan, sosiodemografis dan sebagainya
merupakan beberapa faktor yang menjadikan budaya hidup dinamis.
Perbedaan perilaku dan norma antara generasi tua dan generasi muda dari
satu budaya atau dikenal dengan “gap antar generasi” merupakan bukti
nyata terjadinya perubahan dalam budaya.
2. Budaya sebagai konseptual kelompok
Apa yang disebut budaya adalah ada ketika seorang manusia bertemu
dengan manusia lain. Dari pertemuan tersebut tercipta pola-pola adaptasi,
baik berupa tata perilaku, norma, keyakinan, maupun seni seiring
pertemuan yang terus terulang. Selanjutnya semua produk yang hidup
tersebut menjadi ciri khas dari kelompok-kelompok orang tersebut dan
dikenal sebagai sebuah budaya yang merupakan kekhasan milik sebuah
kelompok.
Budaya tidaklah ada ketika seorang manusia tidak pernah bertemu dengan
manusia lain. Meskipun individu tersebut memiliki pola perilaku yang
khas, gagasan unik, keyakinan dan norma yang diyakini, maupun
menghasilkan suatu produk material, tetap tidak dapat disebut budaya
karena disebut budaya ketika ia menjadi ciri suatu kelompok. Sifat-sifat
yang unik individual disebut kepribadian dan bukan budaya.
3. Budaya diinternalisasi anggota kelompok
Budaya adalah produk yang dipedomi oleh individu-individu yang
tersatukan dalam sebuah kelompok. Disini budaya sekaligus menjadi
pengikat dari individu-individu tersebut yang memberi ciri khas
keanggotaan suatu kelompok yang berbeda dengan individu-individu dari
kelompok budaya lain. Budaya diinternalisasi oleh seluruh individu
anggota kelompok sebagai tanda keanggotaan kelompok, baik secara sadar
maupun naluriah tidak disadari.
Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa budaya adalah sebuah konsep
yang sangat kompleks. Sebuah konsep yang menyentuh semua aspek kehidupan
sehingga mungkin menjadi kehidupan sendiri. Setiap budaya tampaknya juga
memahami apa arti budaya dengan cara pandang yang tidak selalu sama, sangat
tergantung dari aspek yang menjadi penekanan dalam budaya tersebut.
c. Kehilangan Budaya
Pada tingkat individual, kehilangan identitas budaya bisa terjadi karena
adanya kontak antar budaya. Seseorang dapat menolak tradisinya sendiri dan
menelan mentah-mentah tradisi dari kebudayaan lain, atau kemungkinan lain
seseorang yang pulang kembali ke daerah asal dari perantauan akan ditolak oleh
kelompok budayanya sendiri.
Tidak semua kontak akan menyebabkan kehilangan akar budaya. Suatu
kelompok mungkin memisahkan diri dari kelompok-kelompok lain dan anggota-
anggotanya memiliki sikap chauvinistik, etnocentrisme dan steorotipe terhadap
kelompok-kelompok lain. Akibatnya, justru identitas kultural mereka menjadi
lebih kokoh melalui kontak lintas budaya.
Menurut Rosenthal dan Feldman (dalam Dayakisni, 2005:192) identitas
etnis merupakan suatu konsep yang multidimensional, yang meliputi:
a. Evaluasi diri yang subjektif (sejauhmana seseorang menggambarkan
diri melalui label etnis)
b. Makna evaluatif terhadap keanggotaan seseorang pada suatu kelompok
etnis (positif atau negatif)
c. Praktek-praktek budaya dari kelompok yang dipunyai seseorang
(pilihan persahabatan, penggunaan bahasa, kesukaan makanan, dsb)
d. Pentingnya kelekatan pada praktek-praktek ini. Apabila aspek-aspek
identitas tersebut tidak berkolerasi tinggi, maka kontak budaya hanya
berpengaruh pada aspek-aspek tertentu dari identitas etnis tersebut.
Kemungkinan yang lebih diharapkan dalam kontak antar budaya pada tingkat
kelompok adalah adanya integrasi. Hal ini terjadi ketika kelompok-kelompok
mempertahankan identitas budaya mereka dalam beberapa hal, tetapi
memunculkan penghargaan yang lain pada aspek-aspek yang mengatasnamakan
kelompok. Boncher (dalam Dayakisni, 2005:193) integrasi dapat terjadi dalam
konteks pekerjaan dan politik yang disokong oleh “sikap-sikap akulturasi”, yaitu:
a. Memelihara hubungan dengan kelompok lain
b. Mempertahankan identitas dan karakteristik dari budaya yang
dimilikinya.
Sementara pada tingkat personal (pribadi), respon terhadap suatu konteks
sosial integratif merupakan seperangkat sikap terbuka yang memungkinkan
seeorang untuk menyeleksi, mengkombinasi dan mensintesiskan ciri-ciri yang
pantas atau layak dari sistem sosial yang berbeda tanpa kehilangan inti
budayanya. Tidak bersifat chauvinistik tentang kebudayaannya sendiri, tetapi
menyadari sepenuhnya budaya kelompok lain.
2. Konsep Culture Shock
Pada awalnya definisi culture shock cenderung pada kondisi gangguan
mental. Bowlby (dalam Dayakisni, 2008:187) menggambarkan bahwa kondisi ini
sama seperti dengan kesedihan, berduka cita dan kehilangan. Sehingga dapat
dikaitkan mirip dengan kondisi seseorang ketika kehilangan orang yang dicintai.
Bedanya dalam culture shock individu merasa kehilangan relasi, objek atau
pendeknya kehilangan kulturnya.
Ide culture shock tersebut telah mengarahkan para peneliti untuk
menyatakan dengan model “pseudo medical”, sehingga untuk menolong orang-
orang yang mengalami culture shock tersebut adalah dengan cara membantunya
untuk beradaptasi terhadap kultur baru. Ide-ide tentang teknik beradaptasi
terhadap kultur baru ini memunculkan tentang kurve U. Teori ini berpendapat
bahwa orang-orang yang menyeberang ke kultur lain akan mengalami tiga fase
penyesuaian, yakni pada awalnya timbul kegembiraan dan optimisme, kemudian
diikuti oleh frustasi, depresi dan kebingungan, dan pada akhirnya muncul keadaan
penyesuaian dan kembali normal. Ide dari pseudo medical ini menyarankan bahwa
untuk mencegah culture shock harus dilakukan transformasi mental dalam pikiran
individu. Sehingga model ini menganggap bahwa satu kultur adalah lebih unggul
dari kultur yang lain. Jika seseorang dapat dibujuk untuk membuang ide-ide
lamanya dan beradaptasi terhadap ide baru, maka semua masalah akan teratasi
(Dayakisni,2005:188). Pada perkembangan selanjutnya, para peneliti
mengembangkan ide baru tentang bagaimana menghadapi culture shock. Lalu
muncullah mode culture learning yang digagas Furnham dan Bochner (dalam
Dayakisni, 2008:188). Mereka mengemukakan bahwa individu hanya
memerlukan untuk belajar dan beradaptasi terhadap sifat-sifat pokok dari
masyarakat baru. Sehingga pada saat menyesuaikan terhadap kultur baru tersebut,
individu belajar bagaimana bertingkah laku dalam kultur baru itu dan setelahnya
akan ada perubahan yang berarti dalam pikirannya.
Oberg seperti yang dikutip oleh Dayakisni (2008:187) menggambarkan
konsep culture shock sebagai respon yang mendalam dan negatif dari depresi,
frustasi dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu
lingkungan budaya yang baru. Sementara Furnham dan Bochner (dalam
Dayakisni, 2008:187) mengatakan bahwa culture shock adalah ketika seseorang
tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan sosial dari kultur baru atau jika ia
mengenalnya maka ia tidak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang
sesuai dengan aturan-aturan itu. Definisi ini menolak penyebutan culture shock
sebagai gangguan yang sangat kuat dari rutinitas, ego dan self image individu.
Definisi Culture Shock menurut pendapat beberapa ahli dalam artikel S.
Bekti Istiyanto yaitu:
a) Futura : kejutan yang dialami pada waktu dua kebudayaan yang bertemu.
b) Nakane Chie : suatu reaksi negatif terhadap berbagai segi kehidupan suatu
masyarakat asing yang dianggap rumit.
Sedangkan menurut menurut Kalvero Oberg (dalam Mulyana, 2005:174)
culture shock adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau
jabatan yang diderita orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau
dipindahkan ke luar negeri.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
culture shock merupakan kejutan yang dialami oleh individu saat memasuki
budaya baru yang berbeda dengan budaya asalnya.
Terjadinya culture shock biasanya dipicu oleh:
a. Kehilangan cues atau tanda-tanda yang dikenalnya. Padahal cues adalah
bagian dari kehidupan sehari-hari seperti tanda-tanda, gerakan bagian-
bagian tubuh (gestures), ekspresi wajah ataupun kebiasaan-kebiasaan yang
dapat menceritakan kepada seseorang bagaimana sebaiknya bertindak
dalam situasi-situasi tertentu.
b. Putusnya komunikasi antar pribadi baik pada tingkat yang disadari
maupun tak disadari yang mengarahkan pada frustasi dan kecemasan.
Halangan bahasa adalah penyebab jelas dari gangguan-gangguan ini.
c. Krisis identitas, dengan pergi ke luar daerahnya seseorang akan kembali
mengevaluasi gambaran tentang dirinya.
a. Tanda- tanda Culture Shock
Beberapa tanda-tanda Culture Shock yang perlu diketahui diantaranya
adalah (a) merasa sedih dan sendiri/terasingkan, (b) temperamen cepat berubah,
merasa sering goyah dan tidak berdaya, (c) terkadang disertai masalah kesehatan,
seperti demam, flu, diare, (d) sering merasa marah, kesal, dan tidak mau
berinteraksi dengan masyarakat sekitar, (e) mengait-ngaitkan dengan kebudayaan
di negara asal dan bahkan menganggap negara asal lebih baik, (f) merasa
kehilangan identitas/ciri-ciri pribadi, (g) berusaha keras menyerap dan memahami
semua kebiasaan yang ada dinegara barunya, (h) menjadi kurang percaya diri, (i)
membentuk suatu stereotip (Pencitraan yang buruk) terhadap kebudayaan baru.
b. Fase Culture Shock
Fase atau tahap yang dilalui seorang dalam mengalami proses Culture
Shock telah diteliti Dodd (dalam Lusiana Andriani , 2002:30) sebagai berikut:
1.) Harapan Besar “eager expectation” :
dalam tahap ini, orang tersebut merencanakan untuk memasuki kebudayaan
kedua atau kebudayaan baru. Rencana tersebut dibuatnya dengan
bersemangat, walaupun ada perasaan was-was dalam menyongsong
kemungkinan yang bisa terjadi. Sekalipun demikian, ia dengan optimis
menghadapi masa depan dan perencanaan dilanjutkan.
2.) Semua Begitu Indah “everything is beautiful”:
Dalam tahap ini, segala sesuatu yang baru terasa menyenangkan. Walaupun
mungkin beberapa gejala seperti tidak bisa tidur atau perasaan gelisah dialami,
tetapi rasa keingintahuan dan antusiasme dengan cepat dapat mengatasi
perasaan tersebut. Beberapa ahli menyebut tahap ini sebagai tahap “bulan
madu”. Dari penelitian-penelitian diketahui bahwa tahap ini biasanya
berlangsung beberapa minggu sampai enam bulan.
3.) Semua Tidak Menyenangkan “everything is awful”:
Masa bulan madu telah selesai. Sekarang segala sesuatu telah terasa tidak
menyenangkan. Setelah beberapa lama, ketidakpuasan, ketidaksabaran,
kegelisahan mulai terasa. Nampaknya semakin sulit untuk berkomunikasi dan
segalanya terasa asing. Untuk mengatasi rasa ini ada beberapa cara yang
ditempuh. Seperti dengan cara melawan yaitu dengan mengejek, memandang
rendah dan bertindak secara etnosentrik. Tahap selanjutnya melarikan diri dan
mengadakan penyaringan serta pelenturan.
4.) Semua Berjalan Lancar “everything is ok”
Setelah beberapa bulan berselang, orang tersebut menemukan dirinya dalam
keadaan dapat menilai hal yang positif dan negative secara seimbang.
Akhirnya ia telah mempelajari banyak tentang kebudayaan baru di luar
kebudayaannya.
c. Upaya mengatasi Culture Shock
Menurut Nanath (dalam Dayakisni, 192:2005) seseorang dapat dikatakan
sukses mengatasi gegar budaya/ culture shock, apabila ia mempunyai kemampuan
untuk merefleksikan seberapa besar kesungguhannya dalam aspek di bawah ini :
(a) social competence : kemampuan untuk membuat jaringan sosial, pandai
bergaul dan banyak temannya, (b) openness to other ways of thinking :
keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda dari dirinya, (c) cultural
adaptation :kemampuan seseorang menerima budaya baru, (d) professional
excellence : mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang tertentu, (e)
language skill : kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat, (f) flexibility
: kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan keadaan, (g) ability
to work in team : kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama dalam satu tim,
(h) self reliance or independence : percaya diri dan mandiri, (i) mobility : lincah
dan wawasannya luas, (j) ability to deal with stress : mempunyai kemampuan
untuk mengatasi stress, (k) adaptability of the family : keluarganya pandai
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, (l) patience : Ulet dan sabar, (m)
sesivity : peka terhadap sesuatu yang baru
d. Manfaat Culture Shock
Manurut Nanath (gegar budaya culture shock : 2008) beberapa manfaat
yang diperoleh dari Culture Shock adalah a) Mendorong seseorang untuk
melakukan berbagai cara dan imajinasi dalam upaya membandingkan masyarakat
atau kebudayaan lingkungan asing, b) Menumbuhkan kesadaran bagi diri sendiri
untuk mengetahui betul-betul identitas diri sendiri dengan segala kelebihan dan
kekurangannya.
B. Tinjauan Adaptasi
Jean Piaget (dalam Mulyana, 2007:2) berpendapat bahwa manusia
tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan
kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif.
Khususnya perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa
jauh anak mampu memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau
beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara adaptasi ini berbeda antara
organisme yang satu dengan organisme yang lain. Adaptasi terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Dalam proses asimilasi, seseorang menggunakan struktur atau kemampuan
yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya.
Sedangkan dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur
mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya.
Jamaluddin (dalam Gerungan 2004:59) menggunakan istilah adaptasi
sebagai ganti kata penyesuaian. Adaptasi adalah proses dinamika yang terus
menerus dilakukan oleh seseorang untuk mengubah tingkah lakunya agar muncul
hubungan yang selaras antara dirinya dengan lingkungannya. Yang dimaksud
dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi seluruh
kemampuan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki seseorang sehingga seseorang
berhasil mencapai kehidupan rohani dan jasmani yang mantap.
Woodworth (dalam Gerungan, 2004:59) menyebutkan 4 dasar jenis
hubungan antara individu dengan lingkungannya, yaitu:
- Individu dapat bertentangan dengan lingkungan
- Individu dapat menggunakan lingkungannnya
- Individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan lingkungannya
- Individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.
Disini lebih ditekankan pada proses penyesuaian diri/ adaptasi karena
manusia senantiasa berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Gerungan
(2004:59) mengartikan adaptasi sebagai kemampuan mengubah diri sesuai dengan
keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
diri. Dalam hal ini terdapat dua cara yang dilakukan oleh seseorang untuk
menyesuaikan diri yaitu penyesuaian diri yang autoplastis (auto = sendiri, plastis
= dibentuk) dan yang kedua disebut penyesuaian diri alloplastis (allo = yang lain,
plastis = dibentuk). Jadi, penyesuaian diri ini ada yang “pasif” dimana kegiatan
kita ditentukan oleh lingkungan dan penyesuaian diri yang “aktif” dimana kita
mempengaruhi lingkungan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap perubahan dalam lingkungan
kehidupan orang dalam arti yang luas itu menyebabkan ia harus menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan tersebut baik dalam arti pasif maupun dalam arti aktif.
Tokoh komunikasi Gudykunst dan Kim (dalam Liliweri, 2004:19)
mengartikan adaptasi sebagai perubahan dari suatu masyarakat atau sub
masyarakat kepada masyarakat atau sub masyarakat yang lain. Perubahan tersebut
menyangkut perbedaan kebudayaan yang disebabkan oleh perpindahan seseorang
dari suatu sistem kebudayaan menuju kebudayaan lainnya.
Dalam artikel Farid (Adaptasi sebagai komunikasi antarbudaya: 2006)
adaptasi diartikan sebagai proses penyesuaian diri terhadap sesuatu hal, termasuk
kondisi lingkungan. Psikolog asal Amerika, Davidoff, memaknai adaptasi
(adjusment) sebagai suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri
sendiri dan tuntutan lingkungan.
Young Yun Kim mengidentikan akulturasi sama dengan adaptasi (dalam
Mulyana dan Rahmat, 2003:144), yaitu proses yang dilakukan imigran untuk
menyesuaikan diri dengan memperoleh budaya pribumi. Menurut Kim, motivasi
akulturasi mengacu kepada kemauan imigran untuk belajar berpartisipasi dan
diarahkan menuju sistem sosio-budaya pribumi. Orientasi positif yang dilakukan
imigran terhadap lingkungan biasanya meningkatkan partisipasi dalam jaringan-
jaringan komunikasi masyarakat pribumi (Mulyana dan Rahmat, 2003:142).
Ward dan Kennedy (Dakyakisni, 2005:190) melakukan dua pendekatan
melalui pembedaan dua bentuk adaptasi, yaitu:
a) Adaptasi sosiokultural, yang menunjukkan kemampuan untuk melakukan
negosiasi interaksi dengan anggota-anggota budaya tuan rumah yang baru.
b) Adaptasi psikologis dipengaruhi oleh pusat kendali internal, beberapa
perubahan kehidupan, kontak dengan teman sebangsa yang lebih banyak untuk
mendapatkan dukungan sosial, dan kesulitan lebih rendah dalam pengelolaan
kontak sosial sehari-hari.
Sedangkan adaptasi sosiokultural meningkat dengan adanya tingkat
perbedaan yang lebih rendah antara budaya tuan rumah dengan pendatang,
interaksi yang lebih banyak dengan tuan rumah, ekstroversi dan tingkat gangguan
mood yang lebih rendah.
Adaptasi merupakan proses pengembangan dari organisme manusia untuk
berusaha menurunkan keseimbangan internal dari stres yang berkepanjangan
dengan meningkatkan kemampuan komunikasi tuan rumah dan berpartisipasi
melalui komunikasi antar pribadi dan aktifitas komunikasi massa dengan
lingkungan masyarakat tuan rumah. Sebagaimana ditunjukan oleh para imigran
tetap dan tidak tetap yang secara sukses berhasil mengatasi situasi yang menekan
dan mentransformasikan diri mereka secara adaptif. Young Yun Kim
mengemukakan (dalam Mulyana dan Rahmat, 2003:138) bahwa pada saatnya
seorang imigran akan menggunakan cara-cara berperilaku masyarakat pribumi
untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola yang diterima masyarakat setempat.
Demikian juga dengan mahasiswa pendatang yang memasuki suatu situasi
baru, selain menjadi mahasiswa juga harus menyesuaikan dengan budaya
masyarakat setempat. Proses adaptasi akan dialami oleh setiap mahasiswa etnik
pendatang . Dengan memasuki suatu kebudayaan baru yang tidak familiar, mereka
berusaha untuk menyesuaikan bahkan mulai menerima sebagian budaya dari etnik
budaya setempat melalui proses adaptasi.
Adaptasi budaya akan berlangsung baik jika seseorang memiliki kepekaan
kultural. Kepekaan ini dapat diasah melalui kemauan untuk berpikir dalam pola
pikir mereka. Kepekaan budaya ini merupakan modal yang amat besar dalam
membangun saling pengertian dengan mereka.
C. Tinjauan Hasil Belajar
Setiap kegiatan atau aktivitas pasti akan mendapatkan hasil sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu yang melakukannya. Pada
hakekatnya belajar tidak hanya mempelajari tentang pengetahuan, tetapi juga
bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan sendiri. Begitu juga dengan
seorang mahasiswa yang belajar, tujuannya tidak hanya mendapatkan ilmu dan
nilai semata, tetapi juga belajar bagaimana cara mendapatkan ilmu baru tersebut
melalui proses belajar. Perolehan hasil belajar selain pengetahuan dan nilai adalah
suatu perubahan. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan ke
arah yang positif yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang kurang
baik menjadi baik dalam segala tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam
konteks ini adalah dalam hal pembelajaran.
Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2006:22) membagi tiga macam hasil
belajar yakni 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3)
sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan
dan kurikulum. Gagne (dalam Sudjana, 2006:22) membagi lima kategori hasil
belajar, yakni 1) informasi verbal, 2) keterampilan intelektual, 3) strategi kognitif,
4) sikap, 5) keterampilan motoris.
Pasaribu (1983:91) berpendapat hasil belajar adalah “hasil (achievement)
adalah isi dari kapasitas seseorang. Yang dimaksud disini adalah hasil yang
diperoleh seseorang setelah mengikuti didikan atau pembelajaran tertentu. Ini
dapat ditentukan dengan pemberian test mata kuliah pada akhir perkuliahan.
Soedijarto (dalam Baso Intang Sappile, 2006:49) menyatakan bahwa
“hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuian pendidikan yang
ditetapkan”.
Menurut Sudjana (dalam Baso Intang Sappile, 2006:22) hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar”.
Hamalik (2008:170) menyebutkan bahwa pengukuran hasil belajar
dilaksanakan dengan cara tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan pengukuran
tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi, yakni evaluasi sumatif,
evaluasi formatif, evaluasi reflektif, dan kombinasi ketiga model.
a). Evaluasi sumatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan pada
waktu berakhirnya suatu program pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Model atau bentuk evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang
dicapai oleh siswa, yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus
menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar. Evaluasi sumatif berfungsi
menyediakan informasi untuk membuat keputusan untuk menentukan kelulusan,
atau untuk menentukan suatu program dapat diteruskan dengan program baru atau
perlu dilakukan pengulangan program pembelajaran.
b). Evaluasi formatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
selama berlangsungnya program dan kegiatan pembelajaran. Tujuan pelaksanaan
evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar
mengajar. Bila terdapat kelemahan dalam dalam proses belajar mengajar, maka
dapat segera dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. Pelaksanaan evaluasi ini
berfungsi diagnostik, yakni untuk perbaikan, yang dilakukan dengan metode
pengajaran remedial.
c). Evaluasi reflektif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari pelaksanaan evaluasi ini
ialah untuk memperoleh informasi mengenai tingkat kesiapan dan tingkat
penguasaan bahan pelajaran oleh siswa, sehingga dapat disusun dan diramalkan
kemungkinan keberhasilannya setelah mengalami proses belajar mengajar kelak.
Fungsi pelaksanaan evaluasi ini bersifat prediktif (peramalan).
d). Kombinasi pelaksanaan evaluasi, misalnya antara bentuk reflektif dan bentuk
sumatif. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk mengetahui keefektifan
proses belajar mengajar, misalnya dalam bentuk desain pra post test. Dengan
demikian dapat diketahui kontribusi komponen-komponen sistem pembelajaran
itu terhadap keberhasilan belajar siswa.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah
seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar
yang diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
Pada penelitian ini, pengukuran hasil belajar dilihat dari hasil perolehan
IPK dari semester satu dan semester dua. Kemudian dibandingkan apakah
mengalami peningkatan atau penurunan IPK.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan atau desain penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitian agar dapat disimpulkan secara efisien dan efektif serta
dapat diolah dan dianalisis dengan tujuan yang ingin dicapai (Danardana,
2001:16). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengaruh
culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
Sesuai dengan tujuannya maka penelitian ini tergolong penelitian deskriptif
korelasional. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau
status fenomena. Sedangkan penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan
ada tidaknya hubungan antara dua fenomena atau lebih (Arikunto, 1998:245).
Rancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan
adaptasi dan culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM angkatan
2007. Sedangkan penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui adanya
hubungan antara pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn
FIP UM angkatan 2007.
Dengan demikian penelitian yang sifatnya korelasional ini bertujuan
untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya
hubungan tersebut serta berarti tidaknya hubungan itu (Arikunto, 2002:239) yang
dalam penelitian ini adalah hubungan antara variabel bebas (X) yaitu culture
shock dengan variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM
angkatan 2007. Besarnya hubungan antara variabel-variabel tersebut ditetapkan
dengan koefisien korelasi. Adapun rancangan antara variabel dapat digambarkan
sebagai berikut:
Keterangan:
X : culture shock
Y : hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007
: hubungan korelasional
Gambar 3.1 Hubungan Variabel X dan variabel Y
Adapun identifikasi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas : culture shock
Culture shock adalah gejala kejutan/ sindrom yang dialami oleh seseorang
pada saat memasuki lingkungan budaya baru yang berbeda dengan
lingkungan budaya asalnya. Tolak ukur dalam penelitian ini adalah daerah
asal responden.
b. Variabel terikat : hasil belajar (Indeks Prestasi)
Indeks prestasi (IP) adalah hasil yang diperoleh seseorang berupa skor/
nilai setelah mengikuti didikan atau pembelajaran tertentu. Penelitian ini
mengambil perolehan IP mahasiswa angkatan 2007 dari semester 1 sampai
2 untuk diketahui apakah mengalami kenaikan atau penurunan IP.
X Y
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:297) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Arikunto (2002:108) menjelaskan bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 yang
berjumlah 84 orang .
2. Sampel
Sampel menurut Arikunto (2006:131) adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, waktu, dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu sehingga sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representatif atau mewakili (Arikunto, 2006:140).
Lebih jauh, Arikunto menjelaskan (2006:134) bahwa apabila subjeknya
kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Dengan melihat jumlah populasi penelitian
sebesar 67 mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007, maka sampel
diambil dari keseluruhan jumlah populasi.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi dari suatu penelitian yang dikaji. Instrumen
memegang peranan penting dalam memperoleh informasi atau data yang tepat.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Skala Penyesuaian Diri
Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala
penyesuaian diri. Skala ini merupakan salah satu jenis instrumen pengumpulan
data dari metode pengumpulan data jenis angket/kuesioner. Skala menunjuk pada
sebuah instrumen pengumpulan data yang berbentuk seperti checklist (√).
Dasar digunakannya metode skala dalam penelitian ini yaitu:
a. Skala menggambarkan aspek kepribadian individu.
b. Pernyataan-pernyataan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna
memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang
biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.
c. Tidak berbeda dengan angket, pengumpulan data melalui skala juga dapat
menghemat biaya, tenaga dan waktu.
1) Penyusunan Skala
Untuk memperoleh data mengenai pengaruh culture shock dilakukan
penyusunan instrumen. Penyusunan instrumen dilakukan dengan tahapan-
tahapan:
a) Penyusunan kisi-kisi
Langkah yang ditempuh dalam penyusanan kisi-kisi instrumen ini
adalah penjabaran variabel menjadi beberapa indikator. Indikator
tersebut kemudian dikembangkan menjadi deskriptor dan ditetapkan
jumlah itemnya.
b) Penulisan item dan penyusunan urutan item
Langkah penulisan item/pernyataan adalah dengan mengembangkan
deskriptor yang ada pada jabaran variabel penelitian, setelah penulisan
pernyataan dilakukan, selanjutnya dilakukan penyusunan pernyataan.
Langkah ini dilakukan dengan maksud agar antara item yang satu
dengan yang lainnya berkesinambungan. Dalam penyusunan skala ini
digunakan item-item yang terdiri dari dua jenis item yaitu item
favourable dan item unfavourable.
2) Pembuatan Format Instrumen
a) Pengantar
Tujuan utama dari pengantar ini adalah untuk mengadakan pendekatan
kepada subjek penelitian agar bersedia memberikan keterangan yang
dibutuhkan sesuai dengan keadaan dirinya dan subjek penelitian
terdorong untuk memberikan jawaban dengan jujur. Isi dari pengantar
adalah harapan kerjasama dan jaminan kerahasiaan infrmasi yang
diberikan oleh subjek penelitian.
b) Petunjuk pengisian
Petunjuk ini berisi cara pengerjaan, yaitu dengan cara memberikan
tanda centang (√) pada pilihan jawaban yang tersedia.
c) Pernyataan
Skala terdiri dari 55 item dengan pilihan jawaban SS,S,TS,STS.
Skala ini berisi 55 item pernyataan yang terdiri dari 34 item favourable
yaitu pernyataan-pernyataan yang mendukung terwujudnya adanya
pengaruh culture shock dan 21 item unfavourable yaitu pernyataan-
pernyataan yang tidak mendukung adanya pengaruh culture shock.
Penyusunan skala pengaruh culture shock ini menggunakan skala
model Likert. Agar sesuai dengan data yang diperlukan dan untuk
menghindari kecenderungan subjek memilih netral, maka skala Likert
ini dimodifikasi yaitu hanya menggunakan gradasi skor antara 4
sampai 1. Tugas subjek penelitian adalah memilih salah satu jawaban
dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat
setuju. Makna skala Likert yang telah dimodifikasi ditetapkan sebagai
berikut:
§ Pernyataan favourable disusun berdasarkan empat alternative
jawaban dan penilaian dengan perincian sebagai berikut:
1. SS : Sangat Setuju mendapat skor 4
2. S : Setuju mendapat skor 3
3. TS : Tidak Setuju mendapat skor 2
4. STS: Sangat Tidak Setuju mendapat skor 1
§ Sedangkan untuk pernyataan unfavourable juga terdiri dari empat
alternatif jawaban dan penilaiannya sebagai berikut:
1. SS : Sangat Setuju mendapat skor 1
2. S : Setuju mendapat skor 2
3. TS : Tidak Setuju mendapat skor 3
4. STS: Sangat Tidak Setuju mendapat skor 4
Tabel 3.1 Blue Print Uji Coba Skala Pengaruh Culture ShockNO Aspek Pengamatan Item Jumlah
ItemFavourable Unfavourable1
2
3
4
Kemampuan dasar beradaptasimahasiswa dengan lingkunganbaru dan lingkungan kampusFaktor yang mempengaruhi cepatlambatnya mahasiswa PPKn FIPUM angkatan 2007 beradaptasidengan lingkungan baru.Bentuk culture shock yangdialami oleh mahasiswa PPKnFIP UM angkatan 2007
Upaya mengatasi culture shockterhadap hasil belajar mahasiswaPPKn FIP UM angkatan 2007
7
17,18,19,20,21,22,23,24,25,26
27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45,46,47,4849
1,2,3,4,5,6,8
9,10,11,12,13,14,15,16
50,51,52,53,5455,56,57,58,59,60
8
18
22
12
Jumlah 34 26 60
D. Uji coba instrumen penelitian
Untuk memperoleh instrumen penelitian yang memiliki tingkat validitas
dan realibilitas tinggi perlu diadakan uji coba (Azwar,2003). Alat ukur atau
instrumen yang dipakai hendaknya diujicobakan terlebih dahulu supaya
mendapatkan ketepatan pada apa yang diukur pada penelitian ini. Pengujian
instrumen dilakukan dengan tujuan untuk menyempurnakan instrumen penelitian,
sehingga saat dikenakan pada subjek penelitian instrumen tersebut telah benar-
benar memadai. Uji coba instrumen ini dilakukan kepada subjek yang memiliki
karakteristik yang sama dengan populasi penelitian yaitu mahasiswa angkatan
PPKn FIP UM angkatan 2008 itu sendiri pada tanggal 3 Juni 2009. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk menentukan item yang sahih dan sesuai dengan
apa yang akan diukur karena instrumen penelitian dibuat sendiri oleh penulis.
1) Validitas
Validitas memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003:5). Untuk mengetahui
tingkat validitas item dalam instrumen penyesuaian diri digunakan uji validitas
butir lapangan dengan menggunakan rumus teknik validitas Product Moment dari
Karl Pearson. Uji validitas item di lapangan untuk skala penyesuaian diri
ditujukan kepada subjek yang mewakili karakteristik yang sama atau hampir sama
dengan mahasiswa PPKn angkatan 2007. Selanjutnya untuk mengatahui hasil
analisis item digunakan komputer program SPSS 12.0 For Windows dengan
memakai rumus Karl Pearson. Uji variabel penyesuaian diri diketahui dengan
batas validitas 0,240 dan dengan tingkat signifikansi 0,05 maka dari 60 item soal
uji coba yang telah disebarkan pada 63 responden yang menjadi subjek untuk uji
coba terdapat 50 item soal yang dianggap valid dan 10 item soal yang dianggap
tidak valid.
Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa item instrumen yang
dinyatakan tidak valid untuk instrumen penyesuaian diri adalah item soal nomor
5, 6, 7, 27, 32, 37, 41, 42, 43 dan 59 adapun hasil perhitungan validitas item
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Uji Coba Skala Culture ShockNo.item Pearson Corelation (r hitung) r tabel (N:63 ;α =5%) Keterangan
1 0.492 0,240 valid2 0.307 0,240 valid3 0.33 0,240 valid4 0.303 0,240 valid5 0.215 0,240 tidak valid6 0.135 0,240 tidak valid7 0.191 0,240 tidak valid8 0.367 0,240 valid9 0.327 0,240 valid10 0.273 0,240 valid11 0.38 0,240 valid12 0.454 0,240 valid13 0.285 0,240 valid14 0.49 0,240 valid15 0.399 0,240 valid16 0.614 0,240 valid17 0.52 0,240 valid18 0.507 0,240 valid19 0.5 0,240 valid20 0.479 0,240 Valid21 0.558 0,240 valid
Lanjutan Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Uji Coba Skala Culture Shock22 0.645 0,240 valid23 0.472 0,240 valid24 0.623 0,240 valid25 0.526 0,240 valid26 0.454 0,240 valid27 0.133 0,240 tidak valid28 0.397 0,240 valid29 0.289 0,240 valid30 0.501 0,240 valid31 0.488 0,240 valid32 0.226 0,240 tidak valid33 0.445 0,240 valid34 0.286 0,240 valid35 0.487 0,240 valid36 0.518 0,240 valid37 0.24 0,240 tidak valid38 0.397 0,240 valid39 0.434 0,240 valid40 0.403 0,240 valid41 0.172 0,240 tidak valid42 0.108 0,240 tidak valid43 0.156 0,240 tidak valid44 0.454 0,240 valid45 0.572 0,240 valid46 0.406 0,240 valid47 0.476 0,240 valid48 0.393 0,240 valid49 0.31 0,240 valid50 0.365 0,240 valid51 0.546 0,240 valid52 0.257 0,240 valid53 0.331 0,240 valid54 0.397 0,240 valid55 0.454 0,240 valid56 0.441 0,240 valid57 0.553 0,240 valid58 0.508 0,240 valid59 0.205 0,240 tidak valid60 0.48 0,240 Valid
Berdasarkan hasil analisis validitas, item yang valid berjumlah 50 item.
Butir-butir ini intinya akan digunakan kembali dalam perhitungan penelitian yang
sesungguhnya. Untuk lebih jelasnya perhitungan dan perincian validitas item
terdapat pada lampiran 3.
Peneliti mengadakan perbaikan terhadap item yang tidak valid dengan
pertimbangan bahwa setiap aspek yang ada dalam matrik penjabaran dapat
mewakili item instrumen yang awalnya tidak valid, sehingga skala layak untuk
digunakan dalam menjaring data di lapangan. Selain itu peneliti mengurangi
jumlah item yang telalu banyak, karena dikhawatirkan subjek akan mengalami
kejenuhan dalam mengisi skala serta akhirnya akan dikerjakan semaunya sendiri,
sehingga dikhawatirkan data-data yang diperoleh dari jawaban-jawaban subjek
tidak mencerminkan kondisi subjek yang sebenarnya.
Tabel 3.3 Blue Print Skala Culture Shock Untuk PenelitianNO Aspek Pengamatan Item Jumlah
ItemFavourable Unfavourable1
2
3
4
Kemampuan dasarberadaptasi mahasiswadengan lingkungan baru danlingkungan kampusFaktor yang mempengaruhicepat lambatnya mahasiswaPPKn FIP UM angkatan2007 beradaptasi denganlingkungan baru.Bentuk culture shock yangdialami oleh mahasiswaPPKn FIP UM angkatan2007Upaya mengatasi cultureshock terhadap hasil belajarmahasiswa PPKn FIP UMangkatan 2007
7(7)
17,18,19,20,21,22,23,24,25,26
27(27),28,29,30,31,32(32),33,34,35,36,37,38,39,40,41(41),42(42),43(43),44,45,46,47,48
49
1,2,3,4,5,(5)6(6),8
9,10,11,12,13,14,15,16
50,51,52,53,5455
8
18
22
7
Jumlah 34 21 55Keterangan : (...) nomor item pada saat uji coba.
2) Reliabilitas
Hasil uji coba selanjutnya adalah reliabilitas instrumen dari variabel
culture shock. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut baik dan reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan
sesuatu (Arikunto, 1998:170). Menurut Azwar (2003:4), reliabilitas alat ukur
adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran
dapat dipercaya apabila beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
sekelompok subjek yang sama memperoleh hasil relatif yang tidak berbeda.
Untuk mencari reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan cara
penghitungan reliabilitas internal, yaitu penghitungan yang dilakukan berdasarkan
data dari instrumen tersebut yang dijuicobakan sebanyak satu kali pengetesan.
Dalam hal ini, uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha dari Crobach.
Penggunaan rumus alpha dilakukan dengan pertimbangan bahwa rumus Alpha
dapat diterapkan pada alat ukur yang skornya non dikotomi dan penyajian skala
hanya dilakukan sekali (single trial administration) (Azwar, 2003:78).
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner
Menurut Arikunto (2001: 28) angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuosioner ini orang
dapat diketahui tentang keadaan/ data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau
pendapatnya, dan lain-lain.
Kusioner dalam penelitian ini berisi tentang identitas responden, persepsi
tentang daerah baru (kampus UM), adaptasi terhadap lingkungan baru dan tingkat
culture shock yang dialami oleh mahasiswa.
2. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2002: 206) metode dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Teknik
dokumentasi dilakukan untuk menunjang dan melengkapi data primer.
Pengambilan teknik ini dimaksudkan untuk memudahkan peneliti memperoleh
data yang sifatnya penting dan tidak dapat diperoleh dari responden.
Dalam penelitian ini, data dokumentasinya berupa nilai IPK yang tertera
pada KHS dari mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 mulai dari semester satu
sampai semester tiga. Untuk kemudian diambil rata-ratanya apakah mengalami
penurunan hasil belajar atau tidak akibat pengaruh culture shock.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk
memperoleh gambaran mengenai tipe culture shock, penyesuaian diri serta
menguji hipotesis. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis yang diajukan
adalah dengan menggunakan korelasi product moment dari Karl Pearson. Dengan
analisis ini dapat diketahui hubungan antara penyesuaian diri dan culture shock
dengan hasil belajar.
Teknik korelasi product moment dari Karl Pearson ini digunakan untuk
menguji hipotesis yang diajukan yaitu untuk mengetahui hubungan antara masing-
masing variabel bebas dengan variabel tergantung. Hasil perhitungan dan
perincian serta tingkat signifikansi korelasi dan variabel penyesuaian diri dapat
dilihat dalam lampiran 3 korelasi dapat dikatakan sangat tinggi jika terdapat
korelasi antar variabel dengan taraf signifikansi sebesar 99% (0,01) dan korelasi
dapat dikatakan tinggi apabila pada perhitungan korelasi terdapat signifikansi
sebesar 95% (0,05).
Adapun daftar tinggi rendahnya hubungan korelasi (r) adalah sebagai
berikut:
0 - 0,20 = sangat rendah (dapat diabaikan)
0,21 - 0,40 = korelasi yang rendah
0,41 - 0,60 = korelasi sedang
0,61 - 0,80 = korelasi cukup tinggi
0,81 - 1 = korelasi tinggi
(Alhusin, 2003:157 )
Untuk menguji hubungan pengaruh culture shock dengan hasil belajar
mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan suatu skala yaitu dengan menggunakan alat pengukuran yang
berupa pernyataan-pernyataan.
Peneliti menggunakan analisa statistik untuk menguji kedua varibel dalam
penelitian ini. Analisa statistik data ini dapat menggunakan komputer program
SPSS 14 for windows dengan rumus korelasi Product Moment, yang
dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2003:146) yaitu sebagai berikut :
rxy
å å å åå å å
--
-=
})(}{)({
))((2222 yyNxxN
yxxyN
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
x = skor individual variabel x
y = skor individual variabel y
N = Jumlah subjek
Untuk memberikan kesimpulan dari hasil analisis korelasi ini digunakan
rambu-rambu atau pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.4 Koefisien korelasi, arti korelasi, kesimpulanKoefisien Korelasi Arti Korelasi Kesimpulan
Jika r hitung < r tabel untuktaraf kepercayaan 0,05
Jika r hitung > r tabel untuktaraf kepercayaan 0,05
Tidak signifikan
Signifikan
Tidak ada hubungan antaravariabel bebas denganvariabel terikatAda hubungan antaravariabel bebas denganvariabel terikat
Sumber: Murwani, 2001:48
Berikutnya adalah menentukan sifat korelasi, bisa positif atau negatif.
Korelasi positif jika subjek, soal atau kasus yang bernilai tinggi pada suatu
variabel juga bernilai tinggi pada variabel lain dan demikian pula bernilai rendah
dalam satu variabel akan memperoleh nilai rendah pada variabel lain (skor tinggi
pada X juga skor tinggi pada Y, atau skor rendah pada X juga skor rendah pada
Y). Korelasi negatif bila dalam pola hubungan terjadi sebaliknya, yaitu yang
memperoleh nilai tinggi dalam suatu faktor umumnya memperoleh nilai rendah
pada faktor lain, yang mendapat rendah di satu faktor mendapat tinggi di faktor
lain (skor tinggi pada X skor rendah pada Y ).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007
Responden penelitian diambil dari seluruh mahasiswa dan mahasiswi
jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 semester 3. Dari 84 mahasiswa PPKn FIP
UM angkatan 2007 yang mengembalikan kuesioner 67 responden. 17 responden
dianulir; 8 responden merupakan orang warga kelahiran dan berdomisili di
Malang sehingga tidak masuk kriteria penelitian, sisanya 9 responden tidak
mengembalikan kuesioner. Gambaran karakteristik responden bervariasi. Dari 67
responden diperoleh data jenis kelamin, agama, daerah asal, etnis, tempat tinggal
di Malang, penguasaan bahasa Jawa, kemampuan adaptasi, cepat lambatnya
beradaptasi dengan lingkungan baru, bentuk culture shock, dan indeks prestasi.
a. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007
berdasarkan jenis kelamin.
Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 dari 67 orang yang
menjadi responden kebanyakan berjenis kelamin perempuan yaitu, 72% (48
responden) dan yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 28% (19 responden).
Gambar 4.1 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan Jenis Kelamin
b. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007
berdasarkan agama.
Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 dari 67 responden,
terbanyak menganut agama islam yaitu 96% (64 orang) sedangkan 4% (3 orang)
lainnya beragama kristen.
Gambar 4.2 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan Agama.
c. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007
berdasarkan etnis.
Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 dari 67 responden
mayoritas berasal dari etnis Jawa yaitu sebanyak 86% (58 orang) sedangkan
sisanya berasal dari etnis Madura 8% (6 orang), Sasak 2% (1 orang), Anambrung
2% (1 orang) dan Osing 2% (1 orang)
Gambar 4.3 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan Etnis.
d. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 dalam
penggunaan bahasa yang dipakai dalam keluarga (bahasa asal).
Bahasa merupakan sarana yang yang digunakan saat seseorang
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil penelitian, bahasa yang digunakan mahasiswa jurusan PPKn FIP UM
angkatan 2007 dalam lingkungan keluarga adalah bahasa Jawa yaitu 82% (55
responden). Sedangkan sisanya memiliki kemampuan berbahasa sesuai dengan
suku asalnya yaitu bahasa Madura 12% (8 responden), Sasak 2% (1 responden),
Anambrung 1% (1 responden) dan 3% (2 responden) hanya dapat berbahasa
Indonesia karena dalam lingkungan keseharian mereka terbiasa menggunakan
bahasa Indonesia.
Gambar 4.4 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan Penggunaan Bahasa Yang Dipakai Dalam Keluarga.
e. Gambaran distribusi kemampuan mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan
2007 menggunakan bahasa Jawa
Bahasa merupakan salah satu hal yang membentuk identitas seseorang.
Identitas mayoritas mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 adalah suku
Jawa sehingga penggunaan bahasa Jawanya sangat lancar yaitu mencapai 78% (52
responden), sedangkan yang lancar berbahasa Jawa sebanyak 16% (11 responden)
dan yang tidak lancar berbahasa Jawa sebanyak 6 % (4 responden)
Gambar 4.5 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKn FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan Penguasaan Bahasa Jawa.
f. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007
berdasarkan daerah asal.
Daerah asal mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 mayoritas
berasal dari pulau Jawa, hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil penelitian yaitu
Blitar 13% (9 responden), Pasuruan 12% (8 responden), Probolinggo 7% (5
responden), Kediri 7% (5 responden), Jombang 7% (5 responden), Ngajuk 7% (5
responden), Pacitan 4% (3 responden), Situbondo 4% (3 responden), Tuban 4% (3
responden), Tulungagung 4% (3 responden), Mojokerto 3% (2 responden),
Sukoharjo 3% (2 responden), Bojonegoro 3% (2 responden), Sampang 3% (2
responden), Sumenep 1% (1 responden), Pamekasan 1% (1 responden),
Lamongan 1% (1 responden), Ngawi 1% (1 responden), Lumajang 1% (1
responden), Benyuwangi 1% (1 responden) dan Sidoarjo 1% (1 responden)
sedangkan sisanya berasal dari luar Jawa yaitu Palembang 1% (1 responden),
Lombok Utara 1% (1 responden), Kalimantan tengah 1% (1 responden). Dapat
disempitkan lagi bahwa 93 % daerah asal mahasiswa jurusan PPKn, FIP, UM
angkatan 2007 berasal dari Jawa Timur.
Gambar 4.6 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan Daerah Asal.
g. Gambaran distribusi mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007
berdasarkan tempat tinggal di Malang
Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 yang tinggal dirumah (keluarga/
kerabat) selama masa kuliah ada 1% (1 responden), 96% (64 responden) tinggal
di kos dan 3% (2 responden) tinggal di asrama UM.
Gambar 4.7 Distribusi Mahasiswa Jurusan PPKN FIP UM Angkatan 2007 Berdasarkan Tempat Tinggal di Malang.
B. Data Hasil Penelitian
a. Kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007
Tabel 4.1 Kualifikasi kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007No Kriteria Interval
1 Sangat tinggi 76% 100%2 Tinggi 51% 75%3 Sedang 26% 50%4 Rendah 0% 25%
Mahasiswa jurusan PPKn FIP UM angkatan 2007 memiliki kemampuan adaptasi
yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase jawaban responden
pada tiap item pernyataan antara 53% - 73% :
Tabel 4.2 Kemampuan Adaptasi Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007Pernyataan Persentase
Selalu menjadi diri sendiri selama berinteraksi dengan orang-orang di lingkunganbaru
69%
Mengerti bahasa yang dipakai oleh orang-orang di lingkungan baru 63%Mamiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi 54%Bersifat ekstrovert (terbuka) dengan orang-orang di lingkungan baru 65%Mengetahui yang akan diraih di lingkungan baru 73%Mengetahui bagaimana budaya di lingkungan baru sekarang (budaya Malang) 68%Selalu bergaul / ikut bergabung dengan himpunan organisasi daerah asal 53%Aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan (HMJ,BEM atau kegiatan UKMlainnya)
56%
b. Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses adaptasi mahasiswa
PPKn FIP UM angkatan 2007
Tabel 4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Cepat Lambatnya Proses Adaptasi Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007
Pernyataan PersentaseAktif berinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang. 76%Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yang mengutamakan tata krama 53%Memiliki kemampuan bersosialisasi yang tinggi. 58%Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalah di lingkungan baru. 56%Senang menghabiskan waktu bersama teman-teman baru di lingkunganresponden sekarang
65%
Responden berusaha keras memahami segala sesuatu di lingkungan baru. 61%Responden sudah mengenal bahasa Jawa Malangan sebelumnya. 71%Responden ingin mempelajari bahasa Jawa (ngoko,madya,krama) lebih dalam. 53%Kurang percaya diri (PD) memulai pembicaraan dengan orang baru. 47%Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama. 56%Tidak mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang lain. 49%Pasif bertukar informasi yang berkaitan dengan budaya (budaya asal denganbudaya baru).
49%
Responden merasa tidak nyaman ketika berinteraksi sosial. 50%Merasa cemas dan canggung ketika bertemu dengan orang-orang lokal (orangMalang).
49%
Merasa bingung dan takut ketika beradaptasi dengan lingkungan baru. 47%Merasa canggung berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa dalam keseharianresponden di lingkungan baru.
46%
Merasa kurang percaya diri dan kurang bebas mengekspresikan diri dilingkungan baru.
49%
Tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki) terhadap lingkungan baru. 50%
Dari data yang diperoleh di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi cepatnya proses adaptasi mahasiswa PPKn FIP UM angkatan
2007 diambil dari data yang memiliki kriteria persentase diatas 50% (kriteria
tinggi dan sangat tinggi), yaitu:
1) Aktif berinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang.
2) Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yang mengutamakan tata
krama
3) Memiliki kemampuan bersosialisasi yang tinggi.
4) Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalah di lingkungan baru.
5) Senang menghabiskan waktu bersama teman-teman baru di lingkungan
responden saat ini.
6) Responden berusaha keras memahami segala sesuatu di lingkungan baru.
7) Responden sudah mengenal bahasa Jawa Malangan sebelumnya.
8) Responden ingin mempelajari bahasa Jawa (ngoko,madya,krama) lebih
dalam.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi lambatnya proses adaptasi
mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 diambil dari data yang memiliki kriteria
persentase diatas 50% (kriteria tinggi dan sangat tinggi), yaitu:
1) Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama
dengan responden.
2) Responden merasa tidak nyaman ketika berinteraksi sosial.
3) Tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki) terhadap lingkungan
baru.
c. Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM
angkatan 2007
Tabel 4.4 Bentuk Culture Shock Yang Dialami Oleh Mahasiswa PPKn FIP UM Angkatan 2007
Pernyataan PersentaseMerasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal. 63%Merasa asing dan sendiri berada di lingkungan responden yang baru. 52%Merasa tidak dihargai oleh orang di lingkungan baru. 45%Merasa menjadi lebih sentimen/ tersinggung apabila ada yang menyinggungbudaya asal responden.
62%
Sering merasa sedih/ menangis karena jauh dari keluarga. 49%Responden sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga serta temannya dirumah (Homesicknes)Responden merasa tidak diterima oleh orang-orang lokal di budaya yang baru.
63%
42%Merasa kehilangan orang-orang yang telah responden kenal sebelumnya. 66%Ketika berbicara dengan orang setempat, responden dapat mengerti ekspresi,wajah dan sikap mereka.
57%
Merasa telah kehilangan jati diri selama berada di lingkungan baru. 47%Responden memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru yangdihadapinya sekarang.
62%
Orang-orang di lingkungan baru membentuk suatu sterotip (pandangan negatif)terhadap nilai-nilai budaya responden.
48%
Merasa takut akan keamanan diri karena perbedaan latar belakang budaya. 47%Responden sering membicarakan hal buruk tentang budaya di lingkuangan barubila bersama dengan orang-orang dalam kelompok budayanya.
49%
Merasa tertekan setelah responden pindah ke Malang. 43%Merasa sedih berada di lingkungan yang tidak familiar. 48%Sangat menyakitkan bagi responden karena orang-orang di lingkungan baru tidakmengerti nilai-nilai budayanya.
77%
Responden merasa minder karena latar belakang budayanya. 43%Pernah merasa sakit atau nyeri yang tidak diketahui sebabnya selama beradaptasidi tempat yang baru.
48%
Pernah mengalami alergi (flu tiap bangun pagi atau kembung/mual) selamaberada di lingkungan baru, yang sebelumnya tidak pernah dialami.
48%
Mempunyai masalah dengan pola tidur semenjak mamasuki daerah asing. 49%Mempunyai masalah dengan pola makan selama beradaptasi di lingkungan baru(nafsu makan berkurang/ bertambah karena stres).
49%
Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM
angkatan 2007 diambil dari data yang memiliki kriteria presentase diatas 50%
(kriteria tinggi dan sangat tinggi) adalah :
1) Merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal.
2) Merasa asing dan sendiri berada di lingkungan responden yang baru.
3) Merasa menjadi lebih sentimen/ tersinggung apabila ada yang
menyinggung budaya asal responden.
4) Responden sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga serta
temannya di rumah (Homesicknes)
5) Ketika berbicara dengan orang setempat, responden dapat mengerti
ekspresi, wajah dan sikap mereka.
6) Responden memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru
yang dihadapinya sekarang.
7) Sangat menyakitkan bagi responden karena orang-orang di lingkungan
baru tidak mengerti nilai-nilai budayanya.
d. Pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKN FIP UM
angkatan 2007
Indeks prestasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 dari semester 1 sampai 2 adalah:
Tabel 4.5 IP Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007 Dari Semester 1 Sampai Semester 2NO SEMESTER 1 SEMESTER 2 Kenaikan IP (naik/turun)
1 3,23 3,09 -0,14 TURUN2 3,57 3,69 0,12 NAIK3 1,69 3 1,31 NAIK4 3,22 3,13 -0,09 TURUN5 2,95 3,35 0,4 NAIK6 3,26 3 -0,26 TURUN7 3,37 3,14 -0,23 TURUN8 3,24 2,95 -0,29 TURUN9 2,96 3,1 0,14 NAIK
10 2,99 3,28 0,29 NAIK11 3,31 3,2 -0,11 TURUN12 3,46 3,72 0,26 NAIK13 3,4 3,48 0,08 NAIK14 2,93 3,13 0,2 NAIK15 3,47 3,5 0,03 NAIK16 3,2 3,31 0,11 NAIK17 3,16 2,79 -0,37 TURUN18 3,34 3,41 0,07 NAIK19 3,04 3,25 0,21 NAIK20 2,9 2,47 -0,43 TURUN21 3,2 3,17 -0,03 TURUN22 3,51 3,3 -0,21 TURUN23 2,79 2,99 0,2 NAIK24 2,95 3,48 0,53 NAIK25 2,42 2,9 0,48 NAIK26 3,31 2,71 -0,6 TURUN
Tabel 4.5 Lanjutan IP Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007 Dari Semester 1 Sampai Semester 2NO SEMESTER 1 SEMESTER 2 Kenaikan IP (naik/turun)
27 2,93 3 0,07 NAIK28 3,22 3,09 -0,13 TURUN29 3,17 3,33 0,16 NAIK30 3 2,97 -0,03 TURUN31 3,4 3,04 -0,36 TURUN32 3,11 2,08 -1,03 TURUN33 3,22 3,31 0,09 NAIK41 2,93 3,52 0,59 NAIK42 3,14 2,45 -0,69 TURUN43 3,42 3,06 -0,36 TURUN44 3,03 2,89 -0,14 TURUN45 2,78 3,33 0,55 NAIK46 3,12 3,11 -0,01 TURUN47 2,8 3,33 0,53 NAIK48 2,81 3,17 0,36 NAIK49 3,05 3,41 0,36 NAIK50 3,5 3,67 0,17 NAIK51 3,34 2,99 -0,35 TURUN52 2,75 3,4 0,65 NAIK53 3,49 3,64 0,15 NAIK54 3,52 3,28 -0,24 TURUN55 3,4 2,66 -0,74 TURUN56 3,55 3,13 -0,42 TURUN57 3,36 2,76 -0,6 TURUN58 3,19 3,45 0,26 NAIK59 3,49 3,55 0,06 NAIK60 2,83 2,78 -0,05 TURUN61 3,49 3,43 -0,06 TURUN62 3,14 2,45 -0,69 TURUN63 3,29 3,1 -0,19 TURUN64 3,36 3,08 -0,28 TURUN65 3,36 3,29 -0,07 TURUN66 3,48 2,8 -0,68 TURUN67 3,2 2,71 -0,49 TURUN
Dari perolehan data sebelumnya, mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007
tidak memiliki indikasi mengalami gejala culture shock yang berarti dan hasil
belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 dari semester 1 sampai semester
2 rata-rata stabil yaitu perbandingan antara yang mengalami kenaikan dan
penurunan antara 31: 36. Sehingga tidak ada pengaruh culture shock terhadap
hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
e. Upaya Mengatasi Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil Belajar
Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007
Tabel 4.6 Upaya Mengatasi Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa PPKN FIP UM Angkatan 2007
Pernyataan PersentaseAktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-teman baik dari dalammaupun luar kampus.
53%
Aktif dalam kelompok belajar di luar kampus. 56%Aktif dalam melibatkan diri di dalam kelas misalnya mengemukakan pertanyaandan pendapat.
47%
Rajin mengunjungi perpustakaan atau browsing internet untuk mencari referensi,modul atau buku yang relevan dengan mata kuliah yang responden tempuh.
48%
Responden selalu membiasakan diri untuk mempelajari dan membaca materiyang akan disampaikan oleh dosen.
51%
Responden terbuka dalam menerima pikiran yang berbeda dengan pikirannya . 77%Responden mampu mengatur waktu dengan baik. 51%
Dari data responden di atas, untuk mengatasi pengaruh culture shock
terhadap hasil belajar upaya yang dilakukan diambil dari data yang memiliki
kriteria presentase diatas 50% (kriteria tinggi dan sangat tinggi) adalah:
1) Aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-teman baik dari
dalam maupun luar kampus.
2) Aktif dalam kelompok belajar di luar kampus.
3) Responden selalu membiasakan diri untuk mempelajari dan membaca
materi yang akan disampaikan oleh dosen.
4) Responden terbuka dalam menerima pikiran yang berbeda dengan
pikirannya .
5) Responden mampu mengatur waktu dengan baik.
B. Uji Hipotesis
1. Deskripsi culture shock
Data tentang culture shock diukur berdasarkan adaptasi terhadap
lingkungan baru yang apabila mahasiswa gagal melewati masa adaptasi maka
akan mengalami culture shock, yang dijabarkan dalam 18 item pertanyaan untuk
responden yaitu soal nomer 25 - 42. Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh
nilai harapan terendah 18 dan nilai harapan tertinggi 72 dengan demikian
rentangan (range) antara nilai terendah dan nilai tertinggi adalah 54. Berdasarkan
nilai range tersebut dan jenjang (skor) penilaian pada instrumen yaitu 4, maka
dapat ditentukan nilai interval kelas sebesar 54: 4 = 13,5 berdasarkan nilai
harapan terendah dan tertinggi tersebut dapat disusun distribusi frekuensi
pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa PPKn FIP UM angkatan
2007 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Culture ShockNo. Kriteria Interval Frekuensi % Frekuensi1.2.3.4.
Sangat TinggiTinggiSedangRendah
58,6 – 7245,1 – 58,531,6 – 4518 – 31,5
016510
0%23,88%76,12%0%
Jumlah 0 67 100%Sumber: data primer diolah (lampiran ...)
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi di atas dapat dijabarkan bahwa dari
67 responden, sebanyak 16 reponden atau sebasar 23,88% menyatakan berada
pada pengaruh culture shock yang tinggi, dan sebanyak 51 responden atau sebesar
76,12% menyatakan berada pada pengaruh culture shock yang sedang. Dari
gambaran tabel diatas menunjukkan rata-rata pengaruh culture shock terhadap
mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 adalah sedang.
2. Deskripsi Indeks Prestasi
Perolehan data kenaikan dan penurunan indeks prestasi mahasiswa PPKn
FIP UM angkatan 2007 diambil dari semester 1 sampai smester 2 dengan
mengambil nilai IP semester 2 dikurangi semester 1, apabila hasilnya positif
maka mahasiswa dikategorikan mengalami kenaikan IP begitu pula sebaliknya,
apabila hasilnya negatif mahasiswa dikategorikan mengalami penurunan hasil IP .
Hasil perolehan data menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami kenaikan
IP sebanyak 31 orang dan yang mengalami penurunan IP sebanyak 36 orang.
Hasil uji hipotesis korelasi product moment dengan pengambilan
keputusan (berdasarkan probabilitas (sig.2-tailed))
· Jika probabilitas (sig.2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima
· Jika probabilitas (sig.2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak
Atau:
· Apabila rhitung < rtabel , maka Ho diterima
· Apabila rhitung > rtabel , maka Ho ditolak
Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu:
Probabilitas (Sig.) = 0,058
rhitung = 0,233
rtabel (0,05 : 67) = 0,240
Dengan demikian karena nilai probabilitas > 0,05 yakni 0,058 dan rhitung
(0,233) < rtabel (0,240) maka Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada
hubungan antara variabel culture shock dengan hasil belajar (IP).
BAB V
PEMBAHASAN
A. Adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dengan lingkungan
baru.
Proses adaptasi akan dialami oleh setiap mahasiswa etnik pendatang.
Dengan memasuki suatu kebudayaan baru yang tidak familiar, mereka berusaha
untuk menyesuaikan bahkan mulai menerima sebagian budaya setempat melalui
proses adaptasi seperti yang dikemukakan oleh Young Yun Kim (dalam Mulyana
dan Rahmat, 2003:146) yaitu setiap individu pendatang untuk jangka waktu
pendek ataupun panjang harus beradaptasi dengan budaya tuan rumah.
Gerungan (2004:59) mengartikan adaptasi sebagai kemampuan
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau sering disebut alloplastis
(allo = yang lain, plastis = dibentuk) dan kemampuan mengubah lingkungan
sesuai dengan keadaan diri atau sering disebut autoplastis (auto = sendiri, plastis =
dibentuk). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara umum, mahasiswa
jurusan PPKn angkatan 2007 FIP UM memiliki kemampuan adaptasi yang
tergolong tinggi terhadap lingkungan baru, hal ini dapat dilihat dari persentase
jawaban responden pada tiap item pernyataan yang dipaparkan pada bab
sebelumnya yaitu 53% - 73%. Hal ini mengandung pengertian bahwa mahasiswa
jurusan PPKn angkatan 2007 FIP UM sudah mampu beradaptasi dengan budaya
di lingkungan baru dengan baik. Dapat dijabarkan kembali kemampuan adaptasi
jenis alloplastis dan autoplatis mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM yaitu:
1) Kemampuan adaptasi jenis alloplastis
·· Mengerti bahasa yang dipakai oleh orang-orang di lingkungan baru.
·· Selalu bergaul/ ikut bergabung dengan himpunan organisasi daerah
asal.
·· Mengetahui bagaimana budaya di lingkungan baru sekarang (budaya
Malang).
·· Bersifat ekstrovert (terbuka) dengan orang-orang di lingkungan baru.
·· Aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan (HMJ, BEM atau kegiatan
UKM lainnya).
2) Kemampuan adaptasi jenis autoplastis
·· Selalu menjadi diri sendiri selama berinteraksi dengan orang di
lingkungan baru.
·· Memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi.
·· Mengetahui yang akan diraih di lingkungan baru.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM beradaptasi dengan lingkungan baru.
Jean Piaget (dalam Mulyana, 2007:2) berpendapat bahwa manusia
tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan
kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif.
Khususnya perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa
jauh anak mampu memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Semua organisme lahir dengan kecenderungan untuk menyesuaikan diri atau
beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara adaptasi ini berbeda antara
organisme yang satu dengan organisme yang lain, tergantung faktor yang
mempengaruhi cepat lambatnya proses adaptasi pada tiap organisme.
Proses cepat lambatnya adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP
UM dalam berinteraksi dengan lingkungan baru dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
cepatnya proses adaptasi mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM, yaitu:
a) Aktif berinteraksi dengan orang-orang lokal/ orang Malang.
b) Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yang mengutamakan tata krama
c) Memiliki kemampuan bersosialisasi yang tinggi.
d) Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalah di lingkungan baru.
e) Senang menghabiskan waktu bersama teman-teman baru di lingkungan
responden saat ini.
f) Responden berusaha keras memahami segala sesuatu di lingkungan baru.
g) Responden sudah mengenal bahasa Jawa Malangan sebelumnya.
h) Responden ingin mempelajari bahasa Jawa (ngoko,madya,krama) lebih
dalam.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi lambatnya proses adaptasi mahasiswa
PPKn angkatan 2007 FIP UM, yaitu:
a) Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama
dengan responden.
b) Responden merasa tidak nyaman ketika berinteraksi sosial.
c) Tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki) terhadap lingkungan baru.
C. Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn angkatan 2007
FIP UM.
Ketika kita masuk dan mengalami kontak dengan budaya lain, dan
merasakan ketidaknyamanan psikis dan fisik karena kontak tersebut, kita telah
mengalami gegar/ kejutan budaya/ culture shock (Mulyana, 2006;148). Konsep
culture shock diperkenalkan oleh Kalvero Oberg (dalam Dayakisni, 2008:187)
untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi, frustasi
dan disorientasi yang dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu
lingkungan budaya yang baru. Sementara Furnham dan Bochner (dalam
Dayakisni, 2008:187) mengatakan bahwa culture shock adalah ketika seseorang
tidak mengenal kebiasaan-kebiasaan sosial dari kultur baru atau jika ia
mengenalnya maka ia tidak dapat atau tidak bersedia menampilkan perilaku yang
sesuai dengan aturan-aturan itu. Definisi ini menolak penyebutan culture shock
sebagai gangguan yang sangat kuat dari rutinitas, ego dan self image individu.
Dengan demikian terjadinya culture shock biasanya dipicu oleh salah
satu atau lebih dari tiga penyebab berikut ini,yaitu :
a) Kehilangan cues atau tanda-tanda yang dikenalnya. Padahal cues adalah
bagian dari kehidupan sehari-hari seperti tanda-tanda, gerakan bagian-
bagian tubuh (gestures), ekspresi wajah ataupun kebiasaan-kebiasaan yang
dapat menceritakan kepada seseorang bagaimana sebaiknya bertindak
dalam situasi-situasi tertentu. Namun perolehan angket responden
sebanyak 57% menyatakan bahwa ketika berbicara dengan orang
setempat, responden dapat mengerti ekspresi, wajah dan sikap mereka. Hal
ini dapat diartikan bahwa responden tidak menjadikan kehilangan cues
atau tanda-tanda yang dikenalnya sebagai penyebab terjadinya culture
shock karena responden dapat memahami cues budaya baru.
b) Putusnya komunikasi antar pribadi baik pada tingkat yang disadari
maupun tak disadari yang mengarahkan pada frustasi dan kecemasan.
Halangan bahasa adalah penyebab jelas dari gangguan-gangguan ini.
Namun responden sebanyak 93% (62 responden) berasal dari Jawa Timur,
sehingga bahasa yang digunakan dalam keseharian responden adalah
bahasa Jawa Timuran dimana memiliki karakter yang hampir sama dengan
bahasa Jawa Malangan. Hal ini dapat diartikan bahwa responden tidak
mengalami halangan dan kecemasan bahasa dalam berkomunikasi di
lingkungan budaya baru.
c) Krisis identitas, dengan pergi ke luar daerahnya seseorang akan kembali
mengevaluasi gambaran tentang dirinya.
Dari perolehan data, hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa secara
umum mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 mengalami tingkat culture shock
pada tahap wajar yang sering dialami oleh seseorang saat memasuki lingkungan
dengan budaya baru. Hal ini dapat diketahui dari perolehan angket responden
yang menjawab bentuk culture shock yang mereka alami adalah:
a) Merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan budaya asal.
b) Merasa asing dan sendiri berada di lingkungan responden yang baru.
c) Merasa menjadi lebih sentimen/ tersinggung apabila ada yang
menyinggung budaya asal responden.
d) Responden sangat ingin pulang ke rumah dan bertemu keluarga serta
temannya di rumah (Homesicknes)
e) Responden memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru
yang dihadapinya sekarang.
f) Sangat menyakitkan bagi responden karena orang-orang di lingkungan
baru tidak mengerti nilai-nilai budayanya.
Fase atau tahap yang dilalui seorang dalam mengalami proses culture shock telah
diteliti oleh beberapa ahli (Dodd, 1982:98) sebagai berikut:
1. Harapan Besar “eager expectation” :
Dalam tahap ini, orang tersebut merencanakan untuk memasuki kebudayaan
kedua atau kebudayaan baru. Rencana tersebut dibuatnya dengan bersemangat,
walaupun ada perasaan was-was dalam menyongsong kemungkinan yang bisa
terjadi. Sekalipun demikian, ia dengan optimis menghadapi masa depan dan
perencanaan dilanjutkan.
2. Semua Begitu Indah “everything is beautiful”:
Dalam tahap ini, segala sesuatu yang baru terasa menyenangkan. Walaupun
mungkin beberapa gejala seperti tidak bisa tidur atau perasaan gelisah dialami,
tetapi rasa keingintahuan dan antusiasme dengan cepat dapat mengatasi perasaan
tersebut. Beberapa ahli menyebut tahap ini sebagai tahap “bulan madu”. Dari
penelitian-penelitian diketahui bahwa tahap ini biasanya berlangsung beberapa
minggu sampai enam bulan.
3. Semua Tidak Menyenangkan “everything is awful”:
Masa bulan madu telah selesai. Sekarang segala sesuatu telah terasa tidak
menyenangkan. Setelah beberapa lama, ketidakpuasan, ketidaksabaran,
kegelisahan mulai terasa. Nampaknya semakin sulit untuk berkomunikasi dan
segalanya terasa asing. Untuk mengatasi rasa ini ada beberapa cara yang
ditempuh. Seperti dengan cara melawan yaitu dengan mengejek, memandang
rendah dan bertindak secara etnosentrik. Tahap selanjutnya melarikan diri dan
mengadakan penyaringan serta pelenturan.
4. Semua Berjalan Lancar “everything is ok”
Setelah beberapa bulan berselang, orang tersebut menemukan dirinya dalam
keadaan dapat menilai hal yang positif dan negatif secara seimbang. Akhirnya ia
telah mempelajari banyak tentang kebudayaan baru di luar kebudayaannya.
Hasil analisis deskripif menunjukkan bahwa secara umum sebagian besar
responden mengaku mengalami fase harapan besar “eager expactation” baik yang
mengalami culture shock maupun yang tidak merasakan culture shock yang cukup
berarti. Dapat dilihat dari perolehan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
responden sebanyak 73% mengetahui apa yang akan diraih di lingkungan baru
sehingga terdapat harapan yang besar terhadap apa yang akan di raih di
lingkungan baru tersebut.
D. Pengaruh culture shock terhadap prestasi belajar mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM.
Setiap mahasiswa menjadi wajar jika mengalami culture shock sebagai
akibat perpindahannya dari lingkungan sekolah menengah (lama) ke lingkungan
universitas (baru). Seseorang yang mengalami culture shock berada dalam kondisi
tidak nyaman baik secara fisik maupun emosional. Kebiasaan-kebiasaan di
lingkungan baru, dapat menyebabkan tekanan dan berakibat pada kompetensi
akademik siswa tersebut. Akan menjadi negatif kalau culture shock tersebut tidak
teratasi, dalam hali ini orang gagal untuk meyesuaikan dirinya dengan lingkungan
barunya, dan menjadi depresi (Balmer, 2009). Dalam hal ini mahasiswa menjadi
depresi dan hasil belajar akan mengalami penurunan.
Soedijarto (dalam Baso Intang Sappile, 2006:49) menyatakan bahwa
“hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuian pendidikan yang
ditetapkan”. Sedangkan Pasaribu (1983:91) berpendapat hasil belajar adalah “hasil
(achievement) adalah isi dari kapasitas seseorang. Yang dimaksud disini adalah
hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti didikan atau pembelajaran
tertentu. Ini dapat ditentukan dengan pemberian test mata kuliah pada akhir
perkuliahan.
Dari data yang diperoleh melalui KHS, perolehan hasil belajar
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM dari semester 1 sampai semester 2 rata-
rata stabil yaitu perbandingan antara yang mengalami kenaikan dan penurunan
yaitu 31: 36 sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang
mengalami kenaikan dan penurunan IP. Hal ini mengandung pengertian bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara pegaruh culture shock dengan hasil
belajar .
E. Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM
Culture shock adalah fenomena yang alamiah. Intesitasnya dipengaruhi
oleh faktor-faktor, baik internal (ciri-ciri kepribadian orang yang bersangkutan)
maupun eksternal (kerumitas budaya baru atau lingkungan baru yang dimasuki).
Culture shock sebenarnya merupakan titik pangkal untuk mengembangkan
kepribadian dan wawasan budaya, sehingga dapat menjadi orang-orang yang
luwes dan terampil dalam bergaul dengan orang-orang dari berbagai budaya,
tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya sendiri.
Menurut Nanath (dalam Dayakisni, 192:2005) seseorang dapat dikatakan
sukses mengatasi culture shock, apabila ia mempunyai kemampuan untuk
merefleksikan seberapa besar kesungguhannya dalam aspek di bawah ini :
1. Social Competence : Kemampuan untuk membuat jaringan sosial, pandai
bergaul dan banyak temannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM memiliki social competence yang
tinggi, hal ini dapat dilihat dari persentase responden sebanyak 53% yang
aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-teman baik dari dalam
maupun luar kampus.
2. Openness to other ways of thinking : keterbukaan untuk menerima pikiran
yang
berbeda dari dirinya. Mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM sebanyak
77% yang memiliki sifat terbuka dalam menerima pikiran yang berbeda
dengan pikirannya, hal ini mengandung pengertian bahwa openness to other
ways of thinking mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM sangat tinggi.
3. Cultural Adaptation : Kemampuan seseorang menerima budaya baru. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan persentase tingkat adaptasi mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM yang tinggi yaitu sebanyak 53% - 73%.
4. Professional Excellence : Mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang
tertentu
5. Language Skill : Kemampuan mempelajari bahasa budaya baru dengan tepat.
Mayoritas responden tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa
Jawa Malangan karena responden sudah memiliki kemampuan berbahasa
Jawa yang memiliki karakter yang hampir sama dengan bahasa Jawa
Malangan.
6. Flexibility : Kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan
keadaan. Hal ini sama halnya dengan kemampuan adaptasi mahasiswa PPKn
angkatan 2007 FIP UM yang tinggi yaitu sebanyak 53% - 73%.
7. Ability to work in team : kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama
dalam satu tim. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan belajar kelompok di luar
kampus mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM yang tinggi yaitu 56% .
8. Self Reliance or independence : percaya diri dan mandiri. Dari perolehan
data, sebanyak 56% mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP UM memiliki self
reliance yang tinggi.
9. Mobility : Lincah dan wawasannya luas
10. Ability to deal with stress : mempunyai kemampuan untuk mengatasi stress
11. Adaptability of the family : keluarganya pandai menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru
12. Patience : Ulet dan sabar
13. Sesivity : Peka terhadap sesuatu yang baru
Dari data diatas dapat dilihat bahwa mahasiswa PPKn angkatan 2007 FIP
UM mampu mengatasi pengaruh culture shock dengan baik, sehingga culture
shock dianulir tidak mempengaruhi hasil belajar mahasiswa PPKn angkatan 2007
FIP UM.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis dapat menarik
suatu kesimpulan yaitu antara lain:
1) Mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007 memiliki kemampuan adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungan baru yaitu dengan (a) selalu menjadi diri
sendiri selama berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan baru (b)
mengerti bahasa yang dipakai oleh orang-orang di lingkungan baru (c)
bersifat ekstrovert/ terbuka dengan orang-orang di lingkungan baru (d)
mengetahui yang akan diraih di lingkungan baru (e) mengetahui budaya di
lingkungan baru.
2) Faktor yang mempengaruhi cepatnya mahasiswa PPKn FIP UM angkatan
2007 beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu (a) Aktif berinteraksi dengan
orang-orang lokal/ orang Malang (b) sudah mengenal bahasa Jawa Malangan
sebelumnya. Sedangkan faktor yang mempengaruhi lambatnya mahasiswa
PPKn FIP UM angkatan 2007 beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu (a)
keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal dari daerah yang sama
dengan responden (b) Tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki)
terhadap lingkungan baru.
3) Bentuk culture shock yang dialami oleh mahasiswa PPKn FIP UM angkatan
2007 adalah (a) merasa tegang saat memasuki wilayah yang berbeda dengan
budaya asal (b) merasa asing dan sendiri berada di lingkungan baru (c)
merasa menjadi lebih sentimen apabila ada yang menyinggung budaya asal
(d) memandang budayanya masih lebih baik daripada budaya baru yang
dihadapinya sekarang.
4) Pengaruh culture shock terhadap perolehan hasil belajar mahasiswa PPKn FIP
UM angkatan 2007 dari semester I sampai semester II adalah tidak ada
pengaruh, hal ini dapat dilihat dari kestabilan perbandingan antara yang
mengalami kenaikan dan penurunan IP yaitu antara 31: 36 orang.
5) Upaya mengatasi pengaruh culture shock terhadap hasil belajar mahasiswa
PPKn FIP UM angkatan 2007 yaitu dengan (a) aktif menjalin komunikasi dan
berelasi dengan teman-teman baik dari dalam maupun luar kampus (b) aktif
dalam kelompok belajar di luar kampus (c) responden terbuka dalam
menerima pikiran yang berbeda dengan pikirannya (d) responden mampu
mengatur waktu dengan baik.
Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa perolehan hasil uji hipotesisnya
menunjukkan nilai probabilitas > 0,05 yakni 0,058 dan rhitung (0,233) < rtabel
(0,240) sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Hal ini mengandung pengertian
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh culture shock
dengan hasil belajar (IP) pada mahasiswa PPKn FIP UM angkatan 2007.
B. Saran
1) Bagi jurusan PPKn
Memberikan program bimbingan konseling dalam membantu mahasiswa
beradaptasi dengan lingkungan baru. Setelah proses adaptasi berjalan, diharapkan
mahasiswa dapat memfokuskan diri pada upaya peningkatan prestasi
akademiknya sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal.
2) Bagi mahasiswa jurusan PPKn
Ditinjau dari hasil penelitian, penulis menyarankan kepada mahasiswa
PPKn FIP UM angkatan 2007 hendaknya selalu berpikir positif mengenai dirinya
dan lingkungannya. Terus mengasah kemampuan diri yang dimiliki (proaktif)
agar menjadi mahasiswa yang mandiri dan berusaha untuk selalu meningkatkan
prestasi belajar.
3) Bagi peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam yaitu dengan
menggunakan metode wawancara dan observasi agar diperoleh hasil penelitian
yang maksimal. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah
wawasan dasar bagi peneliti selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
Alhusin, S.2003 Aplikasi Statstik Praktis Dengan SPSS 12.0 for windows.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Posedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Balmer, Starr. 2009. Experiencing Culture Shock in College. Participation HelpsStudents Adapt to an Unfamiliar Lifestyle (Online),(http://campuslife.suite101.com/article.cfm/understanding_and_coping_with_culture_shock )
Danandjaja, James. 1994. Antropologi Psikologi. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Dayakisni, Tri. 2008. Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.
Dossuwanda. 2008. Gegar Budaya Sebagai Proses Komunikasi Antarbudaya(Online), (http://dossuwanda.wordpress.com, diakses tanggal 13November 2008).
Farid. 2006. Adaptasi Sebagai Komunikasi Antarbudaya...(Online), (http://me-saurus.blog.friendster.com", diakses tanggal 10 Mei 2009)
Gerungan, WA. 2004. Psikologi Sosial.Bandung : PT Refika Aditama.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Handayani, Lulus Dwi. 2006. Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam BeradaptasiDengan Lingkungan Baru Berdasarkan Tipe Kepribadian Introver
Ekstrovert Pada Mahasiswa Tingkat Awal. (Online)(http://library.gunadarma.ac.id/index.php, diakses tanggal 27 Juli 2009)
Lubis, Lusiana Andriani. 2002. Komunikasi Antar Budaya (Online),(http://www.adobe.com/rdrmessage CPDF04 ENU, diakses tanggal 5November 2009).
Mulyana, Deddy. 2005. Komunikasi Antarbudaya, Panduan Berkomunikasidengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Murwani, Danardana. 2001. Statistika Inferensial Terapan Untuk Ekonomi danBisnis. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.
Muslimah.2007. Cara Mengatasi Culture Shock (Online),(http://www.tipstrik.com", diakses tanggal 13 November 2009).
Nanath. 2008. Gegar Budaya Culture Shock (Online),(http://kuliahkomunikasi.com", diakses tanggal 13 November 2009).
Pasaribu. 1983. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Tarsito Bandung.
Ridwan. 2008. Kegiatan Belajar dan Prestasi (Online),(http://www.wordpress.com" , diakses tanggal 4 Mei 2009).
Santrock, John W. 1998. Adolesence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Elangga
Sapaille, Baso Intang. 2006. Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam TesTerhadap Hasil Belajar Matematika dengan Mengontrol Sikap Siswa .Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), (http://www. Depdiknas .go.id diaksespada tanggal 8 Mei 2009 )
Soekanto. 1996. Budaya (Online), (http://id.wikipedia.org/index.php, diaksestanggal 5 November 2009).
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Tutik, Titik Triwulan. 2008. Dimensi Transendental dan Transformasi SosialBudaya. Jakarta: Lintas Pustaka.
Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Universitas Negeri Malang. 2003. Pedoman Penulisan karya Ilmiah: Skripsi,Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Lapotan Penelitian. Malang :Universitas Negeri Malang
Walgito, B . 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Wikipedia. 2009. Kota Malang. (Online), (http://id.wikipedia.org /Jawa_Timur,diakses tanggal 5 November 2009)
WS, Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT Media Abadi.
LEMBAR KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEMESTER GANJIL 2009/2010
1. NAMA MAHASISWA/NIM : Ana Kholivah/1051714794012. JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa PPKn Angkatan 2007 FIP UM
3. DOSEN PEMBIMBING : 1. Drs. Suwarno Winarno2. Drs. H. Edi Suhartono SH., M.Pd.
NoAspek yang
Dikonsultasikan(BAB/SUB BAB)
Penilaian/KomentarPembimbing Tanggal Paraf
D.P.
1.2.3.4.5.
6.
7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.
JudulJudulOutlineOutlineProposal I, II dan III
Proposal
Instrumen PenelitianInstrumen PenelitianInstrumen PenelitianBab IV dan VBab IV dan VBab IV dan VBab VIBab VIAbstrakAbstrak
ACCACCACCACCRevisi (latar belakang,kajian pustaka,metodologi penelitiandan penulisan)ACC dan lanjut keInstrumen penelitianRevisi.Revisi.ACCRevisi.RevisiACCRevisiACCRevisiACC
11-05-200919-05-200926-05-200929-05-200904-06-2009
08-06-2009
15-06-200922-06-200929-07-200909-11-200914-11-200923-11-200901-12-200907-12-200909-12-200917-12-2009
Malang, 22 Desember 2009 Mengetahui, Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Drs. Ketut Diara Astawa, SH., M.Si. NIP. 19540522 198203 1005
LEMBAR KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEMESTER GANJIL 2009/2010
1. NAMA MAHASISWA/NIM : Ana Kholivah/1051714794012. JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Culture Shock Terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa PPKn Angkatan 2007 FIP UM
3. DOSEN PEMBIMBING : 1. Drs. Suwarno Winarno2. Drs. H. Edi Suhartono SH., M.Pd.
NoAspek yang
Dikonsultasikan(BAB/SUB BAB)
Penilaian/KomentarPembimbing Tanggal Paraf
D.P.
1.2.3.
45.
6.7.8.
JudulJudulOutline
Proposal I, II dan IIIProposal I, II dan IIIInstrumen PenelitianBab IV, V dan VIBab IV, V dan VBab IV, V, V danabstrak
Perbaikan RedaksionalRevisiACC, lanjut keproposal.ACCACC dan turunlapanganRevisiRevisiACC
15-05-200907-05-200917-06-2009
26-06-200931-07-2009
23-11-200907-12-200917-12-2009
Malang, 22 Desember 2009 Mengetahui, Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Drs. Ketut Diara Astawa, SH., M.Si. NIP. 19540522 198203 1005
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Ana Kholivah
Nim : 105811479401
Jurusan/Program Studi: Hukum dan Kewarganegaraan/ PPKn
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial/ S1
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 22 Desember 2009
Yang membuat pernyataan
Ana Kholivah
SKALA KEMAMPUAN ADAPTASI DAN PENGARUH CULTURE SHOCKTERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PPKN FIP UM ANGKATAN 2007
Teman-teman dan sahabat sekalian,Kami berusaha untuk mengatahui bagaimana sikap dan pandangan anda
tentang berbagai masalah. Untuk itulah anda diharapkan untuk mengisi beberapapernyataan yang telah disediakan.
Jawaban yang dikehendaki tidak ada yang benar maupun yang salah, olehkarena itu isilah sesuai dengan keyakinan anda masing-masing dan sesuai dengankeadaan sendiri.
Perlu juga disampaikan bahwa dalam mengisi pernyataan ini anda tidakperlu khawatir atau cemas karena tidak ada pengaruhnya terhadap prestasi belajaranda. Untuk itulah dalam mengisi skala ini diharapkan hanya anda sendiri yangmengerjakan.
Demikian pengantar ini, atas segala kesediaan dan kerjasamanya kamimengucapkan terimakasih.
Petunjuk Pengisian1. Pernyataan-pernyataan yang ada berikut berkenaan dengan apa yang dimiliki
seseorang (anda) terutama yang berkaitan dengan kemampuan adaptasi danpengaruh culture shock terhadap hasil belajar anda selama ini.
2. Berilah tanda check (√) pada kolom sesuai pilihan jawaban anda dan sesuaidengan dengan keadaan anda sendiri. Pada salah satu kolom alternatif jawabanmempunyai arti:
SS : sangat setujuS : setujuTS : tidak setujuSTS : sangat tidak setuju
Data Personal
1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Agama :
5. Tempat lahir :
6. Daerah asal (Kab dan Propinsi) :
7. Sudah berapa lama tinggal di Malang :
8. Bahasa yang di pakai dalam keluarga :
9. Suku/etnis :
10. Tempat tinggal di Malang :
a. Dirumah sendiri
b. Menumpang keluarga/kerabat
c. Asrama/kos
11. Status Pernikahan :
a. Sudah menikah
b. Belum menikah
12. Apakah sebelumnya pernah merantau ke daerah /propinsi lain?
a. Ya, sebelumnya ke :
b. Tidak
13. Bahasa yang dikuasai :
a. Jawa __ngoko__ madya __krama) (silahkan centang)
b. Lain-lain, sebutkan...........
14. Pertanyaan di bawah ini untuk menjabarkan kemampuan berbahasa Jawa
anda
a. Bagaimana tingkat kelancaran berbahasa Jawa anda saat ini? (1: tidak
lancar sama sekali; 2 : lancar; 3 : sangat lancar)
1 2 3
b. Seberapa nyaman anda berkomunikasi dengan bahasa Jawa? (1: tidak
nyaman; 2: nyaman; 3: nyaman sekali)
1 2 3
c. Seberapa sering anda berkomunikasi dengan bahasa Jawa? (1: tidak
pernah; 2 : pernah; 3: sering sekali)
1 2 3
Culture Shock Questionnaire
No. PernyataanSS S TS STS
4 3 2 1
1. Selalu menjadi diri sendiri selama berinteraksi denganorang-orang di lingkugan baru.
2. Saya mengerti bahasa yang dipakai oleh orang-orang dilingkungan baru saya
3. Memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi.
4. Saya bersifat ekstrovert (terbuka) dengan orang-orang disekitar lingkungan baru saya
5. Saya mengetahui yang akan saya raih di lingkunganbaru saya saat ini
6. Saya sudah mengetahui bagaimana budaya dilingkungan baru saya sekarang ini (Malang)
7. Saya selalu bergaul/ ikut bergabung dengan himpunanorganisasi daerah saya berasal.
8. Saya aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan (HMJ,BEM atau kegiatan UKM lainnya)
9. Aktif berinteraksi dengan orang orang lokal/ orangMalang
10. Nyaman dengan adat istiadat budaya Malang yangmengutamakan tata krama
11. Saya memiliki kemampuan kemampuan bersosialisasiyang tinggi.
12. Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalahdi lingkungan baru.
13. Saya senang menghabiskan waktu bersama teman-teman baru di lingkungan saya sekarang.
14.Saya berusaha keras memahami segala sesuatu dilingkungan baru saya .
15. Saya sudah mengenal bahasa Jawa Malangansebelumnya.
16.Saya ingin mempelajari bahasa Jawa(ngoko,madya,krama) lebih dalam
17. Kurang percaya diri (PD) memulai pembicaraandengan orang baru
18. Keinginan untuk selalu mencari orang yang berasal daridaerah yang sama.
19. Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalubanyak kepada orang lain.
20. Pasif bertukar informasi yang berkaitan dengan budaya(budaya asal dengan budaya baru)
21. Saya merasa tidak nyaman dengan hari-hari saya ketikaberinteraksi sosial
22. Saya merasa cemas dan canggung ketika bertemudengan orang-orang lokal (orang Malang)
23. Saya merasa bingung dan takut berinteraksi ketikaberadaptasi dengan lingkungan baru
24. Saya merasa canggung berkomunikasi menggunakanbahasa Jawa dalam keseharian saya di lingkungan baru
25. Saya merasa kurang percaya diri dan kurang bebasmengekspresikan diri di lingkungan baru ini
26. Saya tidak memiliki sense of belonging (rasa memiliki)terhadap lingkungan baru saya
27. Saya merasa tegang saat memasuki wilayah yangberbeda dengan budaya saya
28. Saya merasa asing dan sendiri berada di lingkungansaya yang baru ini
29. Sering merasa tidak dihargai oleh orang di lingkunganbaru.
30. Saya merasa menjadi lebih sentimen/tersinggungapabila ada yang menyinggung budaya saya
31. Saya selalu sedih / menangis karena jauh dari keluarga
32.Saya sangat ingin pulang ke rumah dan bertemukeluarga dan teman-teman saya di rumah(Homesickness)
33. Saya merasa tidak diterima oleh orang-orang lokal dibudaya yang baru ini
34. Saya merasa kehilangan orang-orang yang telah sayakenal sebelumnya
35. Saya marah, benci, dan enggan untuk berinteraksidengan orang-orang yang ada di lingkungan baru saya
36.Saya memandang budaya asli saya sebelumnya masihlebih baik daripada budaya baru yang saya hadapisekarang
37. Saya merasa telah kehilangan jati diri selama berada dilingkungan baru ini
38.Orang- orang di lingkungan baru membentuk suatustereotip (pandangan negatif) terhadap nilai-nilaibudaya saya
39. Saya merasa takut akan keamanan diri karena perbedaanlatar belakang budaya
40.Saya sering membicarakan hal buruk tentang budayabaru saya sekarang bila bersama dengan orang-orangdalam kelompok budaya saya
41. Saya merasa tertekan setelah saya pindah ke Malang
42. Saya merasa sedih berada di lingkungan yang tidakfamiliar
43. Sangat menyakitkan bagi saya karena orang-orang disinitidak mengerti nilai-nilai budaya saya
44. Saya merasa minder karena latar belakang budaya saya
45. Saya pernah merasa sakit atau nyeri yang tidak sayatahu sebabnya selama beradaptasi di tempat yang baru
46.Saya pernah mengalami alergi (flu tiap bangun pagi ataukembung/mual) selama berada di lingkungan baru ini,yang sebelumnya saya tidak pernah mengalaminya
47. Saya mempunyai masalah dengan pola tidur sayasemenjak saya memasuki daerah yang masih asing ini
48.Saya mempunyai masalah dengan pola makan selamaberadaptasi di lingkungan baru ini (nafsu makanberkurang/ bertambah karena stres)
49. Aktif menjalin komunikasi dan berelasi dengan teman-teman baik dari dalam maupun luar kampus.
50. Aktif dalam kelompok belajar di luar kampus.
51. Aktif dalam melibatkan diri di dalam kelas misalnyamengemukakan pertanyaan dan pendapat.
52.Rajin mengunjungi perpustakaan atau browsing internetuntuk mencari referensi, modul atau buku yang relevandengan mata kuliah yang responden tempuh.
53.Responden selalu membiasakan diri untuk mempelajaridan membaca materi yang akan disampaikan olehdosen.
54. Responden terbuka dalam menerima pikiran yangberbeda dengan pikirannya .
55. Saya mampu mengatur waktu dengan baik.
Daftar Indeks Prestasi Mahasiswa S1 PPKn FIPUniversitas Negeri MalangTahun Angkatan 2007/2008
Nama Mahasiswa NIM IP semestergasal (I)th 2007/2008
IP semester genap(II)th 2007/2008
Kenaikan IP(naik/turun)
DESSY ANGGRAENI P 107171402053 3.23 3.09 -0.14 (turun)PUJI SETYA UTAMI 107171402055 3.57 3.69 0.12 (naik)ROZAQ BUDI PARWITA 107171402056 1.69 3 1.31 (naik)MILA EKAWATI 107171402057 3.22 3.13 -0.09 (turun)DEWI ANGGRAENI 107171402059 2.95 3.35 0.4 (naik)DADDY ADI B 107171402060 3.26 3 -0.26 (turun)YELLA WIRATRANTI 107171402061 3.37 3.14 -0.23 (turun)LUKI SILVIA W 107171402062 3.24 2.95 -0.29 (turun)NOVI SRI UTAMI 107171402064 2.96 3.1 0.14 (naik)WIDYORIN P W 107171402065 2.99 3.28 0.29 (naik)CAHYA PURNAMA 107171402066 3.31 3.2 -0.11 (turun)NURUL RATNAWATI 107171402068 3.46 3.72 0.26 (naik)CHANDRA K 107171402069 3.4 3.48 0.08 (naik)MOH.IMAM 107171402071 2.93 3.13 0.2 (naik)DEVY TRI ANITA 107171402072 3.47 3.5 0.03 (naik)ROSE FITRIA L 107171402073 3.2 3.31 0.11 (naik)NURI PRABAWATI 107171402074 3.16 2.79 -0.37 (turun)ANIS SURAHMAN 107171402075 3.34 3.41 0.07 (naik)LENI KURNIAWATI 107171405220 3.04 3.25 0.21 (naik)HEFELI DONGA KORI 107171405221 2.9 2.47 -0.43 (turun)MUJIASIH 107171405222 3.2 3.17 -0.03 (turun)NURUL MEIYANA 107171407051 3.51 3.3 -0.21 (turun)ISMAWATI 107171407052 2.79 2.99 0.2 (naik)MEGA CLARA LULITA 107171407054 2.95 3.48 0.53 (naik)ARIF NUR PRASETYO 107171407056 2.42 2.9 0.48 (naik)RULI EKO SETYAWAN 107171407057 3.31 2.71 -0.6 (turun)MIFDA SUZRON A 107171407058 2.93 3 0.07 (naik)NYUPRIH AYU R 107171407060 3.22 3.09 -0.13 (turun)RAGIL TRI ASTIKA S 107171407061 3.17 3.33 0.16 (naik)IWAN TRI SUSANTO 107171407062 3 2.97 -0.03 (turun)INDRA ANDI W 107171407063 3.4 3.04 -0.36 (turun)FAIRUZ ADTYA A 107171407066 3.11 3.08 -1.03 (turun)UZLIFATUL M 107171407067 3.22 3.31 0.09 (naik)NURNA LISTYA A 107171407068 3.1 3.14 0.04 (naik)NAWANG LESTARI W 107171407069 3.01 2.66 -0.35 (turun)ERIKA NUR UBAY 107171407070 3.21 2.87 -0.34 (turun)LAILATUL JAMILA 107171407071 3.62 3.55 -0.07 (turun)LAILILATUL B 107171407072 3.33 3.46 0.13 (naik)ANY SETYO RAHAYU 107171407073 3.31 3.32 0.01 (naik)ENDAH RETNANING 107171407074 3.4 3.25 -0.15 (turun)
Daftar Indeks Prestasi Mahasiswa S1 PPKn FIPUniversitas Negeri MalangTahun Angkatan 2007/2008
MengetahuiKasubag Pendidikan dan Evaluasi
Dwi Waluyo, S.Sos NIP.19650206 198510 1001
Nama Mahasiswa NIM IP semestergasal (I)th 2007/2008
IP semester genap(II)th 2007/2008
Kenaikan IP(naik/turun)
NITA WAHYUNINGSIH 107171407075 2.93 3.52 0.59 (naik)DINTA FEBRI P 107171407077 3.14 2.45 -0.69 (turun)INDRI PUJI ASTUTI 107171410270 2.78 3.33 0.55 (naik)OTONG KURNIAWAN 107171410271 3.12 3.11 -0.01 (turun)EKO WAHYUDI 107171410272 2.8 3.33 0.53 (naik)KRISTYAN ARIE Y 107171410274 2.81 3.17 0.36 (naik)MURNI ASIH 107171410275 3.05 3.41 0.36 (naik)MOH. MUJTABAH H 107171410276 3.5 3.67 0.17 (naik)BAMBANG ARY W 107171410277 3.34 2.99 -0.35 (turun)TUTIK HIDAYATI 107171410280 2.75 3.4 0.65 (naik)LAILATUL FITRYAH 107171410281 3.49 3.64 0.15 (naik)TRI HARTATI 107171410282 3.52 3.28 -0.24 (turun)RESI LESTARI 107171410283 3.4 2.66 -0.74 (turun)A'A PAKAR JAGAT A 107171410284 3.55 3.13 -0.42 (turun)GALANG YUDHISTIRA 107171410285 3.36 2.76 -0.6 (turun)CHUSNUL KHOTIMAH 107171410287 3.19 3.45 0.26 (naik)DESINTA DWI RAPITA 107171410288 3.49 3.55 0.06 (naik)ANJAR PRIYO A 107171410289 2.83 2.78 -0.05 (turun)ENDANG SRI LESTARI 107171410290 3.49 3.43 -0.06 (turun)MOH. YUSRI 107171410291 3.14 2.45 -0.69 (turun)SUKRI 107171410292 3.29 3.1 -0.19 (turun)LIA RAHMAWATI 107171410293 3.36 3.08 -0.28 (turun)AJENG NILASARI 107171410294 3.36 3.29 -0.07 (turun)SANI WINANTI 107171410296 3.48 2.8 -0.68 (turun)AHMAD SANUSI 107171410297 3.2 2.71 -0.49 (turun)
Analisis Validitas Reliabilitas Culture Shock
Correlations
Total CultureTotal Culture Pearson Correlation 1
N 67butir_1 Pearson Correlation .492(**)
Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_2 Pearson Correlation .307(*)Sig. (2-tailed) .012N 66
butir_3 Pearson Correlation .330(**)Sig. (2-tailed) .006N 67
butir_4 Pearson Correlation .303(*)Sig. (2-tailed) .013N 67
butir_5 Pearson Correlation .215Sig. (2-tailed) .083N 66
butir_6 Pearson Correlation .135Sig. (2-tailed) .278N 67
butir_7 Pearson Correlation .191Sig. (2-tailed) .121N 67
butir_8 Pearson Correlation .367(**)Sig. (2-tailed) .002N 67
butir_9 Pearson Correlation .327(**)Sig. (2-tailed) .007N 67
butir_10 Pearson Correlation .273(*)Sig. (2-tailed) .025N 67
butir_11 Pearson Correlation .380(**)Sig. (2-tailed) .002N 67
butir_12 Pearson Correlation .454(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_13 Pearson Correlation .285(*)Sig. (2-tailed) .019N 67
butir_14 Pearson Correlation .490(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_15 Pearson Correlation .399(**)Sig. (2-tailed) .001N 67
butir_16 Pearson Correlation .614(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_17 Pearson Correlation .520(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_18 Pearson Correlation .507(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_19 Pearson Correlation .500(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_20 Pearson Correlation .479(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_21 Pearson Correlation .558(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_22 Pearson Correlation .645(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_23 Pearson Correlation .472(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_24 Pearson Correlation .623(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_25 Pearson Correlation .526(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_26 Pearson Correlation .454(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_27 Pearson Correlation .133Sig. (2-tailed) .284N 67
butir_28 Pearson Correlation .397(**)Sig. (2-tailed) .001N 67
butir_29 Pearson Correlation .289(*)Sig. (2-tailed) .018N 67
butir_30 Pearson Correlation .501(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_31 Pearson Correlation .488(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_32 Pearson Correlation .226Sig. (2-tailed) .065N 67
butir_33 Pearson Correlation .445(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_34 Pearson Correlation .286(*)Sig. (2-tailed) .019N 67
butir_35 Pearson Correlation .487(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_36 Pearson Correlation .518(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_37 Pearson Correlation .240Sig. (2-tailed) .051N 67
butir_38 Pearson Correlation .397(**)Sig. (2-tailed) .001N 67
butir_39 Pearson Correlation .434(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_40 Pearson Correlation .403(**)Sig. (2-tailed) .001N 67
butir_41 Pearson Correlation .172Sig. (2-tailed) .163N 67
butir_42 Pearson Correlation .108Sig. (2-tailed) .383N 67
butir_43 Pearson Correlation .156Sig. (2-tailed) .206
67N
butir_44 Pearson Correlation .454(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_45 Pearson Correlation .527(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_46 Pearson Correlation .406(**)Sig. (2-tailed) .001N 67
butir_47 Pearson Correlation .476(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_48 Pearson Correlation .393(**)Sig. (2-tailed) .001N 67
butir_49 Pearson Correlation .310(*)Sig. (2-tailed) .011N 67
butir_50 Pearson Correlation .365(**)Sig. (2-tailed) .002N 67
butir_51 Pearson Correlation .546(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_52 Pearson Correlation .257(*)Sig. (2-tailed) .036N 67
butir_53 Pearson Correlation .331(**)Sig. (2-tailed) .006N 67
butir_54 Pearson Correlation .397(**)Sig. (2-tailed) .001N 67
butir_55 Pearson Correlation .454(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_56 Pearson Correlation .441(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_57 Pearson Correlation .533(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_58 Pearson Correlation .508(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
butir_59 Pearson Correlation .205Sig. (2-tailed) .097N 67
butir_60 Pearson Correlation .480(**)Sig. (2-tailed) .000N 67
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Deskripsi Hasil Uji Validitas Reliabilitas
Culture
No.item Pearson Corelation (r hitung) r tabel (N:63 ;α =5%) Keterangan1 0.492 0,240 valid2 0.307 0,240 valid3 0.33 0,240 valid4 0.303 0,240 valid5 0.215 0,240 tidak valid6 0.135 0,240 tidak valid7 0.191 0,240 tidak valid8 0.367 0,240 valid9 0.327 0,240 valid10 0.273 0,240 valid11 0.38 0,240 valid12 0.454 0,240 valid13 0.285 0,240 valid14 0.49 0,240 valid15 0.399 0,240 valid16 0.614 0,240 valid17 0.52 0,240 valid18 0.507 0,240 valid19 0.5 0,240 valid20 0.479 0,240 Valid21 0.558 0,240 Valid22 0.645 0,240 valid23 0.472 0,240 valid24 0.623 0,240 valid25 0.526 0,240 valid26 0.454 0,240 valid27 0.133 0,240 tidak valid28 0.397 0,240 valid29 0.289 0,240 valid30 0.501 0,240 valid31 0.488 0,240 valid32 0.226 0,240 tidak valid33 0.445 0,240 valid34 0.286 0,240 valid35 0.487 0,240 valid36 0.518 0,240 valid37 0.24 0,240 tidak valid38 0.397 0,240 valid39 0.434 0,240 valid40 0.403 0,240 valid41 0.172 0,240 tidak valid42 0.108 0,240 tidak valid43 0.156 0,240 tidak valid44 0.454 0,240 valid45 0.572 0,240 valid46 0.406 0,240 valid47 0.476 0,240 valid48 0.393 0,240 valid49 0.31 0,240 valid50 0.365 0,240 valid
51 0.546 0,240 valid52 0.257 0,240 valid53 0.331 0,240 valid54 0.397 0,240 valid55 0.454 0,240 valid56 0.441 0,240 valid57 0.553 0,240 valid58 0.508 0,240 valid59 0.205 0,240 tidak valid60 0.48 0,240 Valid
Jumlah butir valid 50Jumlah butir tidak valid 10
ReliabilityAlpha= 0.903 reliabel
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
65 97.02 3.0
67 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.903 60
Cronbach'sAlpha N of Items
Item-Total Statistics
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deletedbutir_1 134.7385 237.790 .466 .900butir_2 134.8769 242.297 .273 .902butir_3 135.3077 241.435 .304 .901butir_4 134.8615 240.996 .352 .901butir_5 134.5231 244.597 .139 .903butir_6 134.6923 245.998 .083 .904butir_7 135.2923 244.898 .122 .904butir_8 135.2154 240.547 .348 .901butir_9 134.4923 241.660 .259 .902butir_10 135.3077 241.685 .304 .901butir_11 135.1538 241.226 .329 .901butir_12 135.2000 238.850 .442 .900butir_13 134.8769 242.922 .208 .903butir_14 135.0615 235.965 .440 .900butir_15 134.5846 237.528 .353 .901butir_16 135.4154 235.653 .562 .899butir_17 135.5846 240.403 .500 .900butir_18 135.6308 238.768 .539 .900butir_19 135.4769 240.285 .448 .900butir_20 135.4769 239.691 .458 .900butir_21 135.4615 236.846 .497 .899butir_22 135.4462 236.501 .638 .899butir_23 135.1385 237.621 .404 .900butir_24 135.1692 234.112 .587 .898butir_25 135.4462 238.345 .509 .900butir_26 135.4154 238.090 .482 .900butir_27 134.9538 247.170 .038 .904butir_28 135.3846 241.553 .339 .901butir_29 134.4462 244.376 .222 .902butir_30 135.0154 235.484 .456 .900
butir_31 135.0769 234.978 .469 .900butir_32 134.9692 242.562 .197 .903butir_33 134.9231 235.260 .474 .900butir_34 134.8154 241.903 .233 .902butir_35 135.5538 239.532 .464 .900butir_36 134.9846 234.765 .472 .900butir_37 135.1692 242.580 .264 .902butir_38 135.5385 243.096 .327 .901butir_39 135.5692 242.468 .374 .901butir_40 135.4615 240.221 .342 .901butir_41 134.5077 245.504 .137 .903butir_42 134.3077 247.435 .038 .904butir_43 134.4308 246.155 .082 .904butir_44 135.3846 241.490 .402 .901butir_45 135.1385 237.652 .525 .899butir_46 135.5385 243.034 .331 .901butir_47 135.3846 239.959 .425 .900butir_48 135.4923 240.285 .365 .901butir_49 135.3538 243.076 .248 .902butir_50 135.2154 241.640 .353 .901butir_51 135.6154 241.147 .497 .900butir_52 135.6154 244.709 .158 .903butir_53 135.4308 242.780 .310 .901butir_54 134.3846 239.522 .369 .901butir_55 135.4308 240.843 .384 .901butir_56 135.1692 238.112 .424 .900butir_57 135.2462 237.845 .489 .900butir_58 135.5692 240.093 .446 .900butir_59 134.9077 242.398 .162 .904butir_60 135.4923 237.598 .422 .900
Data
SummarizeCase Processing Summarya
67 100.0% 0 .0% 67 100.0%67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
Culture ShockKenaikan IP
N Percent N Percent N PercentIncluded Excluded Total
Cases
Limited to first 100 cases.a.
Case Summaries(a)
Culture Shock Kenaikan IP1 142.00 -.142 149.00 .123 105.00 1.314 133.00 -.095 144.00 .406 122.00 -.267 112.00 -.238 135.00 -.299 131.00 .1410 125.00 .2911 152.00 -.1112 129.00 .2613 117.00 .0814 159.00 .2015 135.00 .0316 134.00 .1117 104.00 -.3718 124.00 .0719 147.00 .2120 153.00 -.4321 130.00 -.0322 108.00 -.2123 122.00 .2024 131.00 .5325 111.00 .4826 120.00 -.6027 109.00 .0728 131.00 -.1329 142.00 .1630 115.00 -.0331 115.00 -.3632 146.00 -1.0333 130.00 .0934 119.00 .0435 147.00 -.3536 141.00 -.3437 99.00 -.0738 123.00 .1339 129.00 .0140 129.00 -.1541 117.00 .5942 150.00 -.6943 130.00 -.3644 153.00 -.1445 121.00 .5546 127.00 -.0147 110.00 .5348 133.00 .3649 124.00 .36
50 128.00 .1751 136.00 -.3552 126.00 .6553 92.00 .1554 108.00 -.2455 138.00 -.7456 111.00 -.4257 117.00 -.6058 106.00 .2659 122.00 .0660 130.00 -.0561 133.00 -.0662 139.00 -.6963 138.00 -.1964 131.00 -.2865 109.00 -.0766 130.00 -.6867 115.00 -.49Total N 67 67
a Limited to first 100 cases.
Correlations
Descriptive Statistics
127.2090 14.47834 67-.0399 .39016 67
Culture ShockKenaikan IP
Mean Std. Deviation N
Correlations
1 -.233.058
67 67-.233 1.058
67 67
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Culture Shock
Kenaikan IP
Culture Shock Kenaikan IP
RIWAYAT HIDUP
Ana Kholivah dilahirkan di Probolinggo tanggal 8 Februari
1987, anak bungsu dari lima bersaudara, pasangan Bapak
Sugito dan Ibu Kiswati. Pendidikan dasar dan menengah
telah ditempuh di kampung halamannya di Probolinggo.
Pendidikan dasar ditempuh di SDN Bulujaran Lor II dan
lulus pada tahun 1999. Sedangkan pendidikan menengah pertama ditempuh di
SMPN 2 Tegalsiwalan dan lulus tahun 2002 dan pendidikan menengah atas
ditempuh di SMAN 4 Probolinggo dan lulus tahun 2005. Semasa SMP dan SMA,
penulis aktif di kegiatan organisasi sekolah (OSIS) dan kegiatan ekstrakurikuler.
Pendidikan berikutnya ditempuh di Universitas Negeri Malang melalui jalur
PMDK dan diterima di jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada
tahun 2005.
top related