pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk npk …
Post on 08-Nov-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN DOSIS PUPUK NPK
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)
(SKRIPSI)
Oleh
BAYU MARDIANTO
NPM. 15110018
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
DHARMA WACANA METRO
2019
PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN DOSIS PUPUK NPK
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)
Oleh
BAYU MARDIANTO
NPM. 15110018
Skripsi
Sebagai Salah Syarat Untuk Mencapai Gelar (S1)
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
DHARMA WACANA METRO
2019
PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN DOSIS PUPUK NPK
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)
Oleh:
Bayu Mardianto
ABSTRAK
Ubi jalar memegang peranan penting di dalam posisi lumbung pangan dan
perekonomian nasional, karena merupakan salah satu makanan pokok bagi
sekelompok penduduk Indonesia. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
produksi ubi jalar, perbaikan cara budidaya yang dapat dilakukan dengan
menggunakan sumber setek dan perlunya pemupukan unsur hara N, P dan K
untuk mencapai produksi yang maksimal, sehingga pengujian kedua faktor
tersebut perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh
asal bahan setek terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar. (2) Pengaruh dosis
pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar. (3) Interaksi antara asal
bahan setek dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,
Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro. Penelitian ini
menggunakan metode percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
berpola faktorial. Sebagai faktor pertama adalah Bahan Setek yang terdiri atas 3
taraf yaitu : setek pucuk, setek batang tengah, setek pangkal, dan Pupuk NPK
dalam bentuk NPK Phonska sebagai faktor kedua yang terdiri atas 3 taraf yaitu :
100 kg/ha, 200 kg/ha, 300 kg/ha. Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan
membandingkan F hitung dengan F Tabel dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf 5%, sebelumnya dilakukan uji kehomogenan ragam
data dengan uji Bartlet dan ke tak-aditifan data dengan uji Tuckey.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan berbagai
asal bahan setek berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi
jalar. Setek pucuk menghasilkan hasil tertinggi yang didukung oleh peubah
panjang sulur, jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, bobot
berangkasan kering dan hasil per petak. (2) Perlakuan berbagai dosis pupuk NPK
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Penggunaan
dosis pupuk NPK 100 kg/ha menghasilkan hasil tertinggi yang didukung oleh
peubah indeks panen, namun dosis pupuk NPK 300 kg/ha menghasilkan hasil
tanaman ubi jalar tertinggi yang didukung oleh peubah bobot berangkasan kering.
(3) Tidak terdapat interaksi antara berbagai jarak tanam dan dosis pupuk kalium
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian : PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN DOSIS
PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)
Nama Mahasiswa : Bayu Mardianto
NPM : 15110018
Jurusan : Agroteknologi
MENYETUJUI,
1. KOMISI PEMBIMBING :
PEMBIMBING I,
Ir. Dr. Etik Puji Handayani, M.S.I.
NIP. 196803171994032003
PEMBIMBING II,
Ir. Yatmin, M.T.A
NIP.1963021619990031003
KETUA JURUSAN
AGROTEKNOLOLOGI,
Priyadi, SP, M.Si
NIK. 003027283A
HALAMAN PENGESAHAN
1. Tim Penguji
1. Tim Penguji
Ketua Penguji : Ir. Dr. Etik Puji Handayani, M.Si.
........................
Penguji Utama : Jamaludin, S.P, M.Si. ........................
Anggota Penguji : Ir. Yatmin, M.T.A. ........................
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A
NIP. 19630408 198903 2 001
Tanggal Lulus Ujian : 30 November 2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis tinggal di Desa Margosari dusun 1 Kecamatan Metro Kibang Kabupaten
Lampung Timur. Lahir di Desa Margototo pada 3 Maret 1997, anak ke Dua dari
Dua bersaudara dari pasang Bapak Kabul dan Ibu Pawit. Pendidikan Sekolah
Dasar di SD Negeri 5 margototo lulus tahun 2009, pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negri 5 Metro lulus tahun 2012, dan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 6 Metro lulus 2015.
Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan studi strata satu (S1) jurusan
Agroteknologi di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana
Metro Lampung.
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Saya persembahkan karya sederhana ini
Kepada :
Kedua orang tua saya
(Ibu Pawit dan Bapak Kabul)
Karena doa nya lah saya dapat menyelesaikan semuanya
yang telah membiayai semua kuliah saya
Sahabat-sahabat saya
yang menjadi keluarga ke-2 saya
yang selalu ada baik susah maupun senang.
MOTTO
Tidak ada hal yang sia-sia dalam belajar
karena ilmu akan bermanfaat pada waktunya
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Asal Bahan Setek Dan Dosis
Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar”. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih sedalam dalamnya kepada:
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. Sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metro.
2. Ibu Dr. Etik Puji Handayani, M.S.i. Sebagai dosen pembimbing I, yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh kesabaran dalam
membimbing penulisan Skripsi ini.
3. Bapak Ir. Yatmin, M.T.A. Sebagai dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dengan penuh kesabaran dalam
membimbing penulisan Skripsi ini.
4. Bapak Jamaludin, S.P. M.S.i. Sebagai penguji utama yang telah
memberikan arahan dan dukungannya dalam penulisan Skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen STIPER dan Staf Dharma Wacana Metro yang selalu
memberikan dukungan dan ilmu yang telah diberikan.
6. Bapak Priyadi, S.P. M.S.i. selaku ketua jurusan Agroteknologi yang telah
banyak membantu selama menyelesaikan Skripsi ini.
7. Kedua orang tua saya yaitu Ibu Pawit dan Bapak Kabul yang selalu
mendoakan demi keberhasilan dan kesuksesan saya.
8. Semua pihak yang telah memberi dorongan dan membantu menyelesaikan
Skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi masih ada kekurangan, kritik dan
saran yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan Skripsi ini.
Metro, November 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah .................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis ..................................................... 4
1.4 Hipotesis ................................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Ubi Jalar .................... 7
2.1.1 Taksonomi Tanaman Ubi Jalar ................................... 7
2.1.2 Morfologi Tanaman Ubi Jalar ................................... 8
2.2 Syarat Tumbuh Ubi Jalar........................................................ 9
2.2.1 Tanah .......................................................................... 9
2.2.2 Iklim ............................................................................ 10
2.3 Bahan Setek ............................................................................ 11
2.4 Pupuk NPK ............................................................................. 13
III. BAHAN DAN METODE .............................................................. 17
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 17
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ...................................................... 18
3.3 Metodologi Penelitian ........................................................... 18
3.4 Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 18
3.4.1 Pengolahan Tanah ....................................................... 18
3.4.2 Penanaman .................................................................. 19
3.4.3 Pemupukan ................................................................. 19
3.4.4 Pemeliharaan............................................................... 20
3.4.5 Panen........................................................................... 21
3.5 Peubah yang Diamati ............................................................. 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 24
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 24
4.1.1 Panjang Sulur ............................................................. 24
4.1.2 Jumlah Cabang per Tanaman ..................................... 26
4.1.3 JumlahUmbi per Tanaman ......................................... 26
4.1.4 Bobot Umbi per Tanaman .......................................... 27
4.1.5 Bobot per Umbi .......................................................... 28
4.1.6 Indeks Panen ............................................................... 29
4.1.7 Bobot Kering Brangkasan per Tanaman ................... 30
4.1.8 Hasil per Petak ............................................................ 31
4.2 Pembahasan ............................................................................ 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 36
5.1 Kesimpulan............................................................................. 36
5.2 Saran ....................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 37
LAMPIRAN ....................................................................................... 41
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Panjang Sulur Per Tanaman Akibat Pengaruh Asal
Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK Phonska 11 Minggu
Setelah Tanam.................................................................................. 24
2. Hasil Jumlah Cabang Per Tanaman Akibat Pengaruh Asal
Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK Phonska 11 Minggu
Setelah Tanam.................................................................................. 26
3. Hasil Jumlah Umbi Per Tanaman Akibat Pengaruh Asal
Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK Phonska................................. 26
4. Hasil Bobot Umbi Per Tanaman Akibat Pengaruh Asal
Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK Phonska................................. 27
5. Hasil Bobot Per Umbi Akibat Pengaruh Asal Bahan Setek
dan Dosis Pupuk NPK Phonska....................................................... 28
6. Hasil Indeks Panen Akibat Pengaruh Asal Bahan Setek
dan Dosis Pupuk NPK Phonska....................................................... 29
7. Hasil Bobot Kering Brangkasan Per Tanaman Akibat
Pengaruh Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK Phonska........... 30
8. Hasil Per Petak Akibat Pengaruh Asal Bahan Setek dan
Dosis Pupuk NPK Phonska.............................................................. 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pengaruh Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK Terhadap
Rata-Rata Tinggi Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar Pada
Umur 3 Sampai 11 Minggu Setelah Tanam................................ .. 25
2. Pengolahan Tanah ......................................................................... 56
3. Pembuatan Petakan ....................................................................... 56
4. Penimbangan Pupuk Kandang ...................................................... 57
5. Pemberian Pupuk Kandang Sapi ................................................... 57
6. Persiapan Bibit Ubi Jalar ............................................................... 58
7. Penanaman bibit ubi jalar .............................................................. 58
8. Penimbangan Pupuk NPK Phonska .............................................. 59
9. Pemupukan Tanaman Ubi Jalar 3 MSTt ....................................... 59
10. Pengukuran Panjang Sulur ........................................................... 60
11. Pengamatan Jumlah Cabang ......................................................... 61
12. Pembalikan Batang 9 MST ........................................................... 61
13. Pengambilan Brangkasan dan Sempel Pada Saat Panen ............... 62
14. Penimbangan Umbi Per Tanaman ................................................. 62
15. Penimbangan Hasil Umbi Per Petak ............................................. 63
16. Penjemuran Berangkasan .............................................................. 63
17. Penimbangan Berangkasan Kering ............................................... 64
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan ..................................................................... 42
2. Susunan Tanaman Per Petak ......................................................... 43
3. Deskripsi Ubi Jalar ........................................................................ 44
4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 45
5. Hasil Rekapitulasi Analisis Ragam dan Uji BNT ......................... 46
6. Data panjang Sulur Per Tanaman Ubi Jalar Umur 11Mst Akibat
Perlakuan Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK................... 47
7. Analisis Ragam Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar Umur 11Mst
Akibat Perlakuan Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK..... 47
8. Data Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar Umur 11Mst Akibat
Perlakuan Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK................ 48
9. Analisis Ragam Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar Umur 11Mst
Akibat Perlakuan Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK...... 48
10. Data Jumlah Umbi Per Tanaman Akibat Perlakuan Asal Bahan
Setek dan Dosis Pupuk NPK ..................................................... 49
11. Analisis Ragam Jumlah Umbi Per Tanaman Akibat Perlakuan
Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK................................... 49
12. Data Bobot Umbi Per Tanaman Akibat Perlakuan Asal Bahan
Setek dan Dosis Pupuk NPK ..................................................... 50
13. Analisis ragam Bobot Umbi Per Tanaman Akibat Perlakuan Asal
Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK ......................................... 50
14. Data Bobot Per Umbi Akibat Perlakuan Asal Bahan Setek dan
Dosis Pupuk NPK .................................................................... 51
0
15. Analisis Ragam Bobot Per Umbi Akibat Perlakuan Asal Bahan
Setek dan Dosis Pupuk ............................................................ 51
16. Data Indeks Panen Akibat Perlakuan Asal Bahan Setek dan
Dosis Pupuk NPK .................................................................... 52
17. Analisis Ragam Data Indeks Panen Akibat Perlakuan Asal Bahan
Setek dan Dosis Pupuk NPK ................................................... 52
18. Data Bobot Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar Akibat
Perlakuan Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK ................. 53
19. Analisis Ragam Bobot Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar
Akibat Perlakuan Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK ..... 53
20. Data Hasil Per petak Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Asal
Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK ......................................... 54
21. Analisis Ragam Hasil Per petak Tanaman Ubi Jalar Akibat
Perlakuan Asal Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK.................. 54
22. Asums Per Hektar Tanaman Ubi Jalar Akibat Perlakuan Asal
Bahan Setek dan Dosis Pupuk NPK.......................................... ... 55
0
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) atau ketela rambat berasal dari Hindia Barat atau
Amerika Selatan, merupakan bahan makanan tambahan dan dapat juga sebagai
pengganti beras yang telah mendapat perhatian masyarakat. Selain sebagai bahan
pangan, ubi jalar juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, misalnya untuk
tepung, gula cair, makanan ternak, dan alkohol (Sarwono, 2005).
Ubi jalar memegang peranan penting di dalam posisi lumbung pangan dan
perekonomian nasional, karena merupakan salah satu makanan pokok bagi
sekelompok penduduk Indonesia. Ubi jalar memiliki kandungan gizi yang cukup
tinggi, selain itu juga memiliki nilai jual yang cukup baik (Suparman, 2007).
Ubi jalar segar mentah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu 562 g
kalium, 107 mg kalsium, 2,8 protein, kalori 53,00 kal, 5,565 SI vitamin A dan 32
mg vitamin C dalam tiap 100 gram. Setelah dimasak kandungan gizi berkurang
yaitu menjadi 2,6 mg kalsium, 94 mg kalium, 3.345 SI vitamin A dan 5 mg
vitamin C dalam tiap 100 gram (Gardjito, 2013).
1
Menurut (Badan Pusat Statistik, 2014) produksi ubi jalar di Indonesia tahun 2013
mencapai 2.386.729 ton/tahun dengan luas lahan panen Perbaikan cara budidaya
merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan 161.850 Ha. Sedangkan
produksi ubi jalar di Indonesia tahun 2014 mengalami penurunan menjadi
2.360.063 ton/tahun dengan luas lahan panen 156.691. Di Sumatera Utara sendiri,
produksi ubi jalar pada tahun 2013 mencapai 116.671 ton/tahun dengan luas lahan
panen 9.101. Sedangkan di tahun 2014, produksi ubi jalar mengalami peningkatan
sebesar 132.687 ton/tahun dengan luas lahan panen 10.128 Ha.
Perbaikan cara budidaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
sumber setek pucuk, tengah dan pangkal. Bahan setek dapat diambil dari batang
primer. Pengambilan bahan setek dilakukan pada tanaman yang telah berumur 2
bulan atau lebih dan untuk setek pucuk bibit diambil dari tanaman berumur 1
bulan atau lebih. Setek ubi jalar dipilih dari tanaman yang sehat dan memiliki fisik
yang baik. Tanaman ubi jalar yang akan di setek dipotong sepanjang 20cm atau
25cm. Pemotongan setek ubi jalar karena menjaga kandungan air pada ubi jalar
dan mencegah laju respirasi yang tinggi dan daun disisakan 3-4 helai (Juandan
dan Cahyono, 2000).
Salah satu kendala yang dihadapi terkait dengan rendahnya produktivitas ubi jalar
tersebut adalah pemupukan yang belum tepat, baik dari jenis, dosis, waktu,
ataupun cara aplikasi yang spesifik lokasi. Ubi jalar sangat membutuhkan
tambahan unsur hara N, P dan K untuk mencapai produksi yang maksimal.
Kebutuhan unsur hara lain yang dapat disediakan oleh alam tidak perlu
ditambahkan untuk efisiensi biaya pemupukan, unsur tersebut umumnya S, Mg,
2
dan Fe yang dibutuhkan tanaman relatif sedikit (Sarwono, 2005). Pemupukan
bertujuan menggantikan unsur hara yang hilang saat panen, menambah kesuburan
tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Salah satu usaha yang dapat
ditempuh yaitu dengan penggunan dosis dan waktu pemupukan yang tepat baik
dalam komposisi maupun pelaksanaannya.
Keuntungan menggunakan pupuk majemuk NPK phonska adalah mengandung
unsur hara Nitrogen 15%, Phosfor 15%, Kalium 15% dan S 10%, memperlancar
proses pembentukan gula dan pati pada tanaman, memperbesar ukuran buah, umbi
dan biji-bijian, meningkatkan produksi dan kualitas panen (Petrokimia Gresik,
2012).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan
dan hasil ubi jalar.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh asal bahan setek terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
2. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
3. Interaksi antara asal bahan setek dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan
dan hasil ubi jalar.
3
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Tanaman ubi jalar umumnya ditanam dengan menggunakan stek pucuk dengan
berbagai posisi penanaman, seperti tegak (90o), miring dengan berbagai sudut
(30o, 45
o, 60
o) maupun posisi horizontal (180
o). Namun
demikian, informasi
tentang posisi penanaman stek yang tepat pada tanaman ubi jalar masih
banyak
diperdebatkan. Beberapa peneliti menyatakan bahwa penanaman stek dengan
posisi miring dapat menghasilkan pertumbuhan yang baik, dengan jumlah umbi
yang banyak (Legese dkk, 2011). Akan tetapi peneliti lain berpendapat bahwa
dengan penanaman stek secara horizontal, umbi yang dihasilkan mempunyai
ukuran besar, bentuknya lebih seragam dengan jumlah umbi yang banyak pula
(Hartemink, 2003).
Berdasarkan hasil uji-t terhadap persentase stek menjadi anakan, perlakuan bahan
stek menunjukkan bahwa bahan stek pucuk lebih baik dibandingkan dengan bahan
stek batang dan memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini disebabkan karena
bahan stek pucuk lebih juvenil atau lebih muda dibandingkan dengan bahan stek
batang, dan juga bahan stek batang sebagian pori-porinya kemungkinan
mengandung zat lilin yang menghambat tumbuhnya akar dalam pengakaran stek
sehingga menghasilkan persentase setek menjadi anakan lebih kecil (Rayan,
2009). Setek pangkal lebih banyak mengalami kebusukan dan disertai serangan
cendawan. Kebusukan ditunjukkan oleh pangkal stek berwarna coklat dan
membusuk kemudian mati yang disertai batang tidak berisi jaringan lagi (hampa).
Sedangkan setek pucuk dalam jumlah yang sehat dapat meningkatkan jumlah
4
produksi. Karena setek asal pucuk merupakan setek paling baik untuk digunakan
(Apriani, 2015).
Menurut hasil penelitian (Mardi, 2016) setek pucuk lebih baik dari pada setek
pangkal, setek pucuk memiliki rataan panjang tanaman, jumlah umbi persampel,
diameter umbi persampel, panjang umbi persampel, bobot umbi persampel, dan
bobot umbi per plot, sama halnya menurut Juanda dan Cahyono (2000). Setek
pucuk lebih baik dibandingkan dengan setek batang.
Hasil penelitian (Ajie dan Setiawan, 2017) asal stek yang berasal dari pucuk
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan
sumber stek yang berasal dari batang. Hal ini terlihat dari lebih tingginya
produktivitas umbi total yaitu sumber stek yang berasal dari pucuk menghasilkan
rataan bobot umbi total 7.87 ton ha sementara asal stek yang berasal dari batang
menghasilkan rataan bobot umbi total 4.17 ton ha.
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam budidaya untuk
meningkatkan produktifitas tanaman. Pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan
untuk menambah atau mempertahankan kesuburan tanah. Kesuburan tanah dinilai
berdasarkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik hara makro maupun
hara mikro secara berkecukupan dan berimbang. Pemberian pupuk ke dalam tanah
akan menambah satu atau lebih unsur hara tanah dan ini akan mengubah
keseimbangan hara lainnya (Silalahi dkk, 2006).
Pupuk majemuk (NPK) merupakan salah satu pupuk anorganik yang dapat
digunakan sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan unsur hara makro
5
(N,P, dan K), menggantikan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36, dan KCl yang
kadang-kadang susah diperoleh di pasaran dan sangat mahal. Keuntungan
menggunakan pupuk majemuk (NPK) adalah (1) Dapat dipergunakan dengan
memperhitungkan kandungan zat hara sama dengan pupuk tunggal, (2) apabila
tidak ada pupuk tunggal dapat diatasi dengan pupuk majemuk, (3) penggunaan
pupuk majemuk sangat sederhana, dan (4) pengangkutan dan penyimpanan pupuk
ini menghemat waktu, ruangan, dan biaya (Pirngadi dan Abdulrachman, 2005).
Hasil penelitian (Onunka dkk, 2012) dalam Paturohman dan Sumarno
menyatakan pada tanah ultisol dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang,
pemupukan anorganik dosis sedang (150-300 kg NPK Phonska) ditambah manura
2-3 t/ha, dapat dianjurkan untuk mendapatkan hasil umbi yang tinggi.
1.4 Hipotesis
1. Asal bahan Setek yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
2. Dosis pupuk NPK yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
3. Terdapat interaksi antara bahan setek dan dosis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil ubi jalar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Ubi Jalar
2.1.1 Taksonomi Tanaman Ubi Jalar
Sistematika Tanaman ubi jalar menurut (Rukmana, 2002) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Convovulales
Famili : Convovulaceae
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea batatas L.
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu; Akar penyerap hara di dalam tanah dan akar
lumbung atau ubi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur hara yang
ada di dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat untuk
menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk ubi, kedalaman akar
tidak lebih dari 45cm. Biasanya sekitar 15% dari seluruh akarnya yang terbentuk
akan menebal dan membentuk akar lumbung yang tumbuh agak dangkal, ukuran
ubi terus meningkat selama daun masih aktif (Sonhaji, 2007).
7
2.1.2 Morfologi Tanaman Ubi Jalar
Pada masing-masing daerah maupun Negara mempunyai sebutan kepada ubi jalar
yang berbeda-beda, sebutan itu anatara lain; Ketela rambat, huwi boled (Sunda),
Tela rambat (Jawa), Sweet Potato (Inggris) dan Shoyu (Jepang), Tanaman ubi
jalar merupakan tanaman semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh utama
terdiri dari batang, ubi, daun, bunga, buah dan biji, batang tanaman berbentuk
bulat, tidak berkayu, berbuku-buku dan tipe pertumbuhanya tegak atau merambat
(menjalar) antara 2-3 m sedangkan ukuran batang dibedakan atas tiga macam
yaitu besar, sedang dan kecil dan warna batang hijau sampai keungu-unguan
(Rukmana, 1997).
Tanaman ubi jalar yang sudah berumur ± 3 minggu setelah tanamn biasanya
sudah membentuk ubi, bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dan rata ampai
tidak rata bentuk ubi biasanya buat sampai lonjong agak panjang degan berat
antara 200-250 g per ubi, kulit ubi tergantung dengan varietasnya, struktur kulit
ubi bervariasi tipis sampai dengan tebal dan biasanya bergetah, kulit ubi yang
tebal dan bergetah lebih tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas Sp.), ubi yang
memilii kadar tepung tinggi memiliki rasa yang manis, pada bagian batang,
berbuku-buku tumbuh daun bertangkai sedikit panjang secara tunggal. Daun
berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk dangkal sampai
berlekuk dalam sedangkan bagian ujung daun meruncing, helaian daun berukuran
lebar menyatu mirip dengan bentuk jantung namun ada pula yang bersifat menjari
daun biasanya bewarna hiajau tua atau hijau kekuningan dan dari ketiak daun
8
tumbuh karangan bunga, mahkota bunga bewarna putih keungu-unguan dan akan
mekar pada pagi hari pada pukul 04.00 – 11.00 (Rukmana, 1997).
2.2 Syarat Tumbuh Ubi Jalar
Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik ubi jalar memiliki syarat tumbuh
sebagai berikut:
2.2.1 Tanah
Tanah sebagai salah satu faktor lingkungan perlu dipertimbangkan karena
merupakan faktor utama penyedia unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Tanah
yang cocok untuk tanaman ubi jalar adalah tanah yang mengandung pasir, kadar
lempungnya sedikit dan longgar serta kondisinya gembur, sehingga udara dan air
dalam tanah dapat saling berganti dengan lancar. Kondisi tanah yang berat juga
dapat ditanami ubi jalar namun harus diolah dan diberi campuran pasir, kompos,
dan pupuk organik supaya tanah menjadi longgar (Suparman, 2007).
Sampai saat ini, diketahui terdapat 8 unsur hara mikro yang esensial untuk
tanaman yaitu: besi (Fe), natrium (Na), klorin (Cl), boron (B), mangan (Mn), seng
(Zn), tembaga (Cu), dan molibdenum (Mo). Dalam sistem biologis, unsur hara
mikro dibutuhkan dalam konsentrasi yang relatif rendah dan berperan besar dalam
meningkatkan efisiensi peran unsur hara makro yang ada dalam membantu proses
fisiologis pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Shukla dkk, 2009).
9
Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek atau
berdrainase buruk akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun menguning
dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman tanah pH
4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7 (Sarwono,
2005).
2.2.2 Iklim
Ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian yang mudah ditemui di berbagai
wilayah di Indonesia tanpa mengenal musim (Balitbangtan, 2008). Tanaman ubi
jalar dapat tumbuh sepanjang tahun asalkan berada di lahan terbuka dan tidak
tergenang air sehingga iklim tropis sangat cocok untuk pertumbuhan ubi jalar.
Pertumbuhan ubi jalar saat musim hujan pun akan tetap baik dengan syarat tanah
tidak kelebihan air karena daerah yang banyak air tidak cocok bagi pertumbuhan
ubi jalar.
Juanda dan Cahyono (2002) menerangkan bahwa suhu optimum bagi ubi jalar
berkisar diantara 21-27 0c. Selanjutnya Suparman (2007), menambahkan bahwa
suhu yang dibutuhkan oleh ubi jalar berkisar antara 24-27 0c dengan lama
penyinaran matahari antara 10-12 jam sehari. Rubatzky dan Yamaguci (1998),
menambahkan kelembaban yang sesuai untuk tanaman ubi jalar adalah 50-60 %.
Curah hujan yang tinggi selama pertanaman dapat menyebabkan genangan air dan
tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman ubi jalar, dan menyebabkan
pembusukan umbi.Curah hujan yang cocok untuk budidaya tanaman ubi jalar
yaitu 750-1500 mm/tahun (Juanda dan Cahyono, 2002).
10
2.3 Bahan Setek
Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil ubi
jalar, diantaranya dengan melalui cara perbanyakannya. Keuntungan pembiakan
melaui stek adalah murah, dapat dilakukan dengan cepat, sederhana dan tidak
memerlukan tenaga terlatih. Selain itu pembiakan vegetatif melalui stek dapat
menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, daun dan batang dalam
waktu relatif singkat serta bersifat serupa dengan induknya (Sarwono, 2005).
Stek dapat dibedakan berdasarkan pada bagian dari tanaman yang dijadikan bahan
stek, yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk, stek daun, stek umbi dan
sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman seperti stek pucuk,
stek batang dan lain-lain, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem
perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman
seperti stek akar bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian
atas tanaman. Sementara stek daun bertujuan untuk pembentukan sistem
perakaran dan batang tanaman (Widodo, 1997).
Setek Pucuk dengan 25 cm (4 daun)
11
Gambar 1. Setek Berasal Dari Ubi, Terdapat Akar yang Tumbuh pada Bagian
Pangkal (Juanda dan Cahyono, 2000)
Pemahaman aspek fisiologis selama pembentukan akar dan tunas serta
penguasaan teknologi manipulasi lingkungan adalah kunci keberhasilan stek
(Subiakto, 2009).
Bahan setek yang mempengaruhi keberhasilan setek berakar dan tumbuh baik
adalah sumber bahan setek dan perlakuan terhadap bahan setek. Faktor bahan
setek meliputi nutrisi yang terkandung dalam bahan setek, ketersediaan air,
kandungan hormon endogen dalam jaringan setek, tipe bahan setek, kehadiran
hama dan penyakit serta umur pohon induk dan umur bahan setek itu sendiri
(Danu dan Nurhasybi, 2003). Menurut Hartmann dan Kester (1983), ketersediaan
makanan yang terdapat di dalam setek berupa karbohidrat dan senyawa-senyawa
nitrogen diperlukan bagi pembentukan akar dan pertumbuhan tunas. Setek yang
kandungan nitrogennya tinggi dan karbohidratnya rendah tidak menghasilkan akar
yang baik karena pertumbuhannya berlebihan, sukulen dan lunak. Setek tersebut
memiliki warna batang hijau, lunak dan lentur.
12
2.4 Pupuk NPK
Menurut petrokimia Gresik (2002), pupuk ponska adalah pupuk majemuk yang
mengandung 15% N (nitrogen), 15% P2O5 (fosfat), 15% k2O (kalium) dan S 10%
(belerang). Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi
yang tinggi, diperlukan unsur hara atau makanan yang cukup. Unsur hara utama
yang dibutuhkan tanaman adalah Nitrogen (N), fosfor (P) dan Kalium (K), apabila
salah satu unsur hara tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan menurunnya
pertanian. Unsur hara N, P dan K didalam tanah tidak cukup tersedia dan terus
berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu
panen, tercuci, menguap dan erosi. Untuk mencukupi kekurangan unsur hara N, P
dan K perlu dilakuan pemupukan. Pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara tersebut sekaligus adalah pupuk ponska.
1. Pupuk Nitrogen.
Kekuranganunsur hara Nitrogen pada ubi jalar terlihat dari gejala warna kuning
pucat pada permukaan daun dan warna ungu pada tulang daun. Senyawa N sangat
penting untuk pembentukan klorofil dan protein, sehingga pada tanah miskin N
memerlukan pemupukan N. Gejala tanaman yang membutuhkan unsur hara N
adalah pertumbuhan tanaman terhambat, mula-mula daun menguning lalu rontok,
daun menguning diawali daun bagian bawah lalu kedaun bagian atas (Agromedia,
2007).
13
Soemarno (1985), mengemukakan bahwa bagian atas tanaman ubi jalar (daun dan
batang) mempunyai kadar N lebih tinggi dibandingkan dengan bagian bawah
(akar dan umbi). Kadar N tersebut tinggi pada awal pertumbuhan. Kemudian
menurun hingga saat panen. Penelitian Guritono dkk, (1996) di Jawa Timur
menunjukan bahwa dengan adanya pemupukan 100 kg/ha Urea dan 100 kg/ha
KCl dapat meningkatkan hasil ubi jalar mencapai 40 %.
Selain itu N berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Menyebabkan
hijau daun (klorofil), meningkatkan kadar protein dalam tanaman. Meningkatkan
kualitas tanaman yang menghasilkan daun, meningkatkan berkembangnya mikro
organisme dalam tanah yang penting bagi kelangsungan pelapukan bahan organik
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4+
atau NO3, yang
dipengaruhi oleh sifat tanah, jenis tanaman dan tahapan dalam pertumbuhan
tanaman. Pada tanah dengan pengatusan yang baik N diserap tanaman dalam
bentuk ion nitrat, karena sudah terjadi perubahan bentuk NH4+
menjadi NO3,
sebaliknya pada tanah tergenang tanaman cenderung menyerap NH4+
(Havlin dan
Nelson, 2005).
2. Pupuk Phosfor.
Pemupukan phosfor sangat diperlukan oleh tanaman ubi jalar untuk pembentuk
akar, dimana akar tersebut akan menimbun sejumlah karbohidrat sehingga ukuran
umbi menjadi lebih besar. Hasil penelitian menunjukan P dalam tanah dapat
meningkatkan hasil tanaman maupun bahan keringnya (Putinella, 1997).
14
Bila tanaman kahat P, berpengaruh terhadap petumbuhan tanaman seperti
pertumbuhan kerdil, hal ini terjadi karena pembelahan sel terganggu. Warna daun
berubah menjadi ungu atau coklat mulai ujungnya. Hal ini jelas terlihat dalam
tanaman yang masih muda (Hasibuan, 2004).
Tanaman menyerah P dalam bentuk ortofosfat primer (H2PO4) dan sebagian kecil
dalam bentuk ortofosfet sekunder (HPO4) (Barker dan Pilbeam, 2007). Phosfor
diserap tanaman dalam ion anorganik, yang cepat berubah menjadi senyawa
organik. Kadar tanaman optimal Phosfor dalam tanaman pada saat pertumbuhan
vegetatif adalah 0,3 % - 0,5 % dan berat kering tanaman (Rosmarkan dan yuwono,
2002).
3 .Pupuk Kalium.
Kalium mempunyai fungsi antara lain: membentuk dan mengangkat karbohidrat,
sebagai katalisator dalam pembentukan protein, menetralkan reaksi dalm sel
terutama dari asam organik, menaikan pertumbuhan jaringan meristem,
memperkuat tegaknya batang sehinga tidak roboh. Selain itu kalium juga berperan
meningkatakn kualitas umbi, mengaktifkan enzim baik secara langsung maupun
tidak langsung dan membantu perkembangan akar (Rosmarkam dan Yuwono,
2002).
Unsur Kalium diperlukan daun, dan pembesaran daun. Tetapi pengaruhnya
terhadap pertumbuhan vegetatif tidak begitu nyata, selain itu unsur kalium
berpengaruh nyata terhadap peningkatan daya serap air pada tanaman,
memperbesar umbi dan meningkatkan daya simpan umbi (Ringkas, 2007).
15
Kalium adalah suatu satu unsur hara esensial yang di butuhkan oleh tanaman
dalam jumlah besar. Kalium di serap tanaman dalam bentuk ion K+ di dalam
tanah. Ion ini bersifat dinamis, sehingga mudah tercuci tanah berpasir dan tanah
dengan pH rendah (Novizan, 2002).
Menurut Putinela (1997), pengaruh Kalium terhadap produksi tanaman umbi-
umbian sangat nyata. Semakin tinggi kadar Kalium tanah semakin tinggi kadar
tepungnya, dan kualitas umbi semakin baik.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,
Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian tempat
60 m dpl dan jenis tanah Podzolik Merah Kuning. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Maret 2019 sampai bulan Juni 2019.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tugal, cangkul, golok, pisau,
ember, selang, gunting, meteran, tali rafia, bambu, paku, tangki spayer, timbangan
elektrik tipe Nagata LCS-3000, timbangan duduk, Oven, kantung plastik, gelas
ukur, kamera digital, pena, meteran, wangkil, cangkul,cutter, gunting, buku, dan
spidol.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bibit ubi jalar ungu
varietas Antin 1, Pupuk kandang sapi, Pupuk majemuk NPK (15-15-15),
Herbisida (Gramoxone) dan air.
18
3.3 Metodologi Penelitian
Penelitian berpola Faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)
dengan 3 ulangan. Sebagai faktor pertama adalah Bahan Setek (S) yang terdiri
atas 3 taraf yaitu : setek pucuk (s1), setek batang tengah (s2), setek pangkal (s3),
dan Pupuk NPK (N) dalam bentuk NPK Phonska sebagai faktor kedua yang
terdiri atas 3 taraf yaitu : 100 kg/ha (n1), 200 kg/ha (n2), 300 kg/ha (n3).
Kombinasi perlakuan yaitu s1n1, s1n2, s1n3, s2n1, s2n2, s2n3, s3n1, s3n2, s3n3 masing-
masing di ulang 3 kali sehingga diperoleh 27 petak penelitian.
Data yang diperoleh dianalisis ragam dengan membandingkan F hitung dengan
F Tabel dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%,
sebelumnya dilakukan uji kehomogenan ragam data dengan uji Bartlet dan ke tak-
aditifan data dengan uji Tuckey.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengolahan Tanah
Lahan dibersihkan dari gulma kemudian tanah diolah secara sempurna dengan
dibajak kedalaman 20 cm. Tanah dibiarkan kering angin selama 4 hari. Selan
jutnya dibuatkan petakan-petakan dengan ukuran petakan 2,8 m x 2 m. Masing-
masing petak dibuat guludan ukuran 40-60 cm dengan tinggi 25-30 cm, dan jarak
antar guludan 50 cm, sehingga dari ketentuan tersebut diketahui bahwa setiap
petak memiliki empat guludan dan menggunakan alat bantu cangkul.
19
Pengaplikasian pupuk kandang yaitu dengan cara memberikan pupuk kandang
sapi diatas permukaan plot percobaan kemudian diratakan, aplikasi pupuk
kandang sapi dilakukan 7 HST pupuk kandang sapi diaplikasikan yaitu dengan
dosis 7 ton/ha (4 kg/plot) sehingga dibutuhkan 108 kg pupuk kambing.
3.4.2 Penanaman
Bahan tanam ubi jalar berupa stek pucuk, batang tengah dan pangkal sebanyak 5
ruas dipotong menggunakan gunting. Stek ditanam sedikit miring 600 diatas
guludan dengan cara dua ruas di tanam dalam tanah dan tiga ruas berada di
permukaan tanah, bahan setek yang sudah dimasukan kedalam lubang tanam
tanah dipadatkan menggunakan tanah kemudian disiram menggunakan air sampai
jenuh supaya tidak ada pori-pori tanah yang terbuka. Dengan jarak tanam 20 cm x
70 cm. Penanaman dilakukan pada saat pagi atau sore hari.
3.4.3 Pemupukan
Dosis pupuk yang diberikan untuk setiap satuan percobaan sesuai perlakuan yaitu
NPK phonska 100 kg/ha (56 g/petak) untuk perlakuan n1, NPK phonska 200 kg/ha
(112 g/petak) untuk perlakuan n2, NPK phonska 300 kg/ha (168 g/petak) untuk
perlakuan n3.
Pemberian pupuk NPK Phonska diberikan pada saat tanaman berumur 14 HST.
Pemupukan dilakukan secara larikan pada jarak 7 cm dari tanaman dengan
kedalaman 5 cm.
20
3.4.4 Pemeliharaan
Adapun pemeliharaan yang dilakukan meliputi:
1. Penyulaman
Controlling yang kontinyu harus terus dilakukan untuk mengkondisikan tanaman,
jika ada bibit yang tidak tumbuh maka harus segera dilakukan penyulaman. Cara
penyulaman adalah dengan cara mencabut bibit yang tidak tumbuh dan diganti
dengan bibit yang baru, untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan di polybag.
Penyulaman dilakukan pada sore atau pagi hari saat berumur 2 MST.
2. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau menyesuaikan dengan curah hujan yang
turun pada saat penelitian. Penyiraman dilakukan pada saat pagi atau sore hari.
3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 14 HST dan 30 HST yang
bertujuan untuk membersihkan tanaman yang tidak dikehendaki yang
mengganggu pertumbuhan tanaman, dan disertai pembubunan secara manual
dengan koret.
4. Pemilihan batang
Pemilihan batang yang akan diamati pertumbuhannya dengan cara pemotongan
cabang, jika cabang yang tumbuh lebih dari satu dan disisakan 1 batang untuk
memudahkan pengamatan panjang sulur. Pemotongan cabang dilakukan pada
umur 3 MST.
21
5. Pembalikan Batang
Pembalikan batang dilakukan pada saat tanaman berumur 70 HST yang bertujuan
untuk membatasi menjalarnya batang kesegala arah dan terbentuknya umbi yang
kecil pada setiap ruas. Dilakukan pada saat sore hari dengan menggunakan tangan.
3.4.4 Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen apabila daun dan batang sudah menguning
(matang fisiologis). Umur panen ubi jalar 105 HST. Pemanenan dilakukan secara
serentak dengan cara menggali ubi pada setiap tanaman menggunakan cangkul.
3.5 Peubahan yang Diamati
Peubah yang diamati dilakukan dengan cara mengambil tanaman sampel tiap
petak secara acak, variabel yang diamati meliputi :
1. Panjang Sulur (cm)
Tanaman diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh terpanjang dalam
kondisi tanaman diluruskan. Pengukuran panjang sulur ini menggunakan meteran
dan dilakukan pada umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST dan 11 MST.
2. Jumlah Cabang per Tanaman (buah)
Dihitung sebagai cabang bila telah keluar sedikitnya dua helai daun membuka
sempurna. Jumlah cabang dihitung pada umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST
dan 11 MST.
22
3. Bobot Kering Berangkasan per Tanaman (gram)
Sebanyak 2 tanaman berangkasan dicabut dan dikeringkan manggunakan oven
hingga bobotnya konstan, selanjutnya tanaman di timbang. Pengambilan
berangkasan basah bersamaan saat panen ubi jalar.
4. Jumlah Umbi per Tanaman (buah)
Jumlah umbi diperoleh dengan cara menghitung seluruh umbi per tanaman pada
seluruh tanaman sampel.
5. Bobot per Umbi (gram)
Bobot per umbi dioeroleh dari hasil pembagian bobot umbi pertanaman dibagi
jumlah umbi per tanaman.
6. Bobot Umbi per Tanaman (gram)
Diperoleh dengan cara menimbang umbi segar pada saat panen setiap tanaman.
7. Hasil per Petak (gram)
Diperoleh dengan cara menimbang umbi segar pada saat panen setiap petak panen
dengan ukuran 1,6 m x 1,4 m.
8. Indeks Panen (%)
Indeks panen merupakan cara untuk mengetahui nilai ekonomis dari sebuah
tanaman. Indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Indeks panen= 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑈𝑏𝑖 𝑃𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 x 100%.
23
9. Asumsi hasil per hektar
Asumsi hasil per hektar merupakan cara untuk mengetahui hasil yang diperoleh
secara total per herktar. Asumsi hasil per hektar dihitung dengan rumus sebagai
berikut: 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑒𝑘𝑡𝑎𝑟
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 x Hasil per Petak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Panjang Sulur
Hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa penggunaan asal bahan
setek memberikan pengaruh nyata terhadap panjang sulur tanaman ubi jalar.
Namun pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata dan tidak terjadi interaksi
antara kedua perlakuan.
Tabel 1. Panjang Sulur Tanaman Ubi Jalar Akibat Asal Bahan Setek dan Dosis
Pupuk NPK Pada Umur 11 Mst
Asal Bahan
Setek (S)
Dosis Pupuk NPK (N) Rata-rata
100 kg/ha 200 kg/ha 300 kg/ha
…..……...…..cm……………..…
Pucuk 96,59 96,42 98,35 97,12 B
Tengah 87,06 86,40 90,14 87,87 A
Pangkal 87,13 87,96 87,84 87,64 A
Rata-rata 90,26 90,26 92,11
BNT S = 1,97
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar untuk asal bahan
setek) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
25
Berdasarkan uji BNT (Tabel 1) menunjukkan bahwa panjang sulur dipengaruhi
oleh asal bahan setek. Penggunaan stek pucuk menghasilkan panjang sulur
tertinggi yaitu sebesar 10,53 % dan 10,82% dibandingkan dengan setek tengah
dan setek pangkal. Sedangkan dosis pupuk NPK 100 kg/ha, 200 kg/ha dan 300
kg/ha menghasilkan panjang sulur yang sama pada umur 11 mst.
Gambar 1. Grafik Panjang Sulur Tanaman Umur 3 -11 Mst
Dari grafik diatas setek pucuk menghasilkan panjang sulur tertinggi pada umur 3-
11 mst, dan setek tengah menghasilkan panjang sulur ke dua, sedangkan setek
pangkal paling pendek.
0
20
40
60
80
100
120
3 5 7 9 11
Tin
ggi T
anam
an (
cm)
Umur (Mst)
Setek pucuk
Setek tengah
Setek pangkal
Umur Tanaman (Mst)
26
4.1.2 Jumlah Cabang
Hasil analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa penggunaan asal bahan
setek dan dosis pupuk NPK memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah
cabang tanaman ubi jalar dan tidak terjadi interaksi antara kedua perlakuan.
Tabel 2. Jumlah Cabang Tanaman Ubi Jalar Akibat Asal Bahan Setek dan Dosis
Pupuk NPK Pada Umur 11 Mst
Asal Bahan
Setek (S)
Dosis Pupuk NPK (N) Rata-rata
100 kg/ha 200 kg/ha 300 kg/ha
…..……...…..buah……………..…
Pucuk 2,67 3,09 2,38 2,71
Tengah 3,05 2,72 2,52 2,76
Pangkal 2,67 2,81 2,86 2,59
Rata-rata 2,79 2,87 2,59
Dari (Tabel 2) di atas menunjukkan bahwa jumlah cabang tanaman ubi jalar
akibat asal bahan setek dan dosis pupuk NPK mempunyai hasil yang relatif sama.
4.1.3 Jumlah Umbi Per Tanaman
Hasil analisis ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa penggunaan asal bahan
setek tanaman ubi jalar memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah umbi per
tanaman. Namun pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata dan tidak
terjadi interaksi antara kedua perlakuan .
27
Tabel 3. Jumlah Umbi Per Tanaman Ubi Jalar Akibat Asal Bahan Setek dan Dosis
Pupuk NPK
Asal Bahan
Setek (S)
Dosis Pupuk NPK (N) Rata-rata
100 kg/ha 200 kg/ha 300 kg/ha
…..……...…..buah……………..…
Pucuk 2,19 2,57 2,38 2,38 B
Tengah 2,09 2,14 1,95 2,06 A
Pangkal 2,28 2,05 2,05 2,13 AB
Rata-rata 2,19 2,25 2,13
BNT S = 0,25
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar untuk asal bahan
setek) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Berdasarkan uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa jumlah umbi per tanaman
dipengaruhi oleh asal bahan setek. Penggunaan stek pucuk menghasilkan jumlah
umbi per tanaman tertinggi yaitu sebesar 13,45% dibandingkan dengan setek
tengah. Sedangkan dosis pupuk NPK 100 kg/ha, 200 kg/ha dan 300 kg/ha
menghasilkan jumlah umbi per tanaman yang relatif sama.
4.1.4 Bobot Umbi Per Tanaman
Hasil analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa penggunaan asal bahan
setek tanaman ubi jalar memberikan pengaruh nyata terhadap bobot umbi per
tanaman. Namun pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata dan tidak
terjadi interaksi antara kedua perlakuan .
28
Tabel 4. Bobot Umbi Per Tanaman Ubi Jalar Akibat Asal Bahan Setek dan Dosis
Pupuk NPK
Asal Bahan
Setek (S)
Dosis Pupuk NPK (N) Rata-rata
100 kg/ha 200 kg/ha 300 kg/ha
…..……...…..gr……………..…
Pucuk 255,51 279,74 269,41 268,22 B
Tengah 216,17 224,18 211,42 217,26 A
Pangkal 238,31 233,56 218,95 230,28 A
Rata-rata 236,66 245,83 233,26
BNT S = 26,55
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar untuk asal bahan
setek) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Berdasarkan uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa bobot umbi per tanaman
dipengaruhi oleh asal bahan setek. Penggunaan stek pucuk menghasilkan bobot
umbi per tanaman tertinggi yaitu sebesar 18,99% dan 14,15% dibandingkan
dengan setek tengah dan setek pangkal. Sedangkan dosis pupuk NPK 100 kg/ha,
200 kg/ha dan 300 kg/ha menghasilkan bobot umbi per tanaman yang relatif
sama.
4.1.5 Bobot Per Umbi
Hasil analisis ragam (Lampiran 15) menunjukkan bahwa penggunaan asal bahan
setek dan dosis pupuk NPK memberikan pengaruh tidak nyata terhadap bobot per
umbi tanaman ubi jalar dan tidak terjadi interaksi antara kedua perlakuan.
29
Tabel 5. Bobot Per Umbi Tanaman Ubi Jalar Akibat Asal Bahan Setek dan Dosis
Pupuk NPK
Asal Bahan
Setek (S)
Dosis Pupuk NPK (N) Rata-rata
100 kg/ha 200 kg/ha 300 kg/ha
…..……...…..gr……………..…
Pucuk 108,31 104,23 108,48 107,01
Tengah 106,05 105,38 106,55 105,99
Pangkal 105,73 112,46 102,89 107,02
Rata-rata 106,69 107,35 105,97
Dari (Tabel 5) di atas menunjukkan bahwa bobot per umbi tanaman ubi jalar
akibat asal bahan setek dan dosis pupuk NPK mempunyai hasil yang relatif sama.
4.1.6 Indeks Panen
Hasil analisis ragam (Lampiran 17) menunjukkan bahwa penggunaan asal bahan
setek tanaman ubi jalar memberikan pengaruh tidak nyata terhadap indeks panen.
Namun pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata dan tidak terjadi interaksi
antara kedua perlakuan.
Tabel 6. Indeks Panen Tanaman Ubi Jalar Akibat Asal Bahan Setek dan Dosis
Pupuk NPK
Asal Bahan
Setek (S)
Dosis Pupuk NPK (N) Rata-rata
100 kg/ha 200 kg/ha 300 kg/ha
…..……...…..%……………..…
Pucuk 41,26 36,67 33,87 37,27
Tengah 42,95 41,99 37,47 41,51
Pangkal 46,10 41,73 36,71 41,51
Rata-rata 43,44 b 40,13 ab 36,02 a
BNT N = 5,81
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar untuk asal bahan
setek) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
30
Berdasarkan uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa bobot umbi per tanaman
dipengaruhi oleh pemberian dosis pupuk NPK. Pemberian dosis pupuk NPK 100
kg/ha menghasilkan indeks panen tertinggi yaitu sebesar 17,08% dibandingkan
dengan dosis pupuk NPK 300 kg/ha. Sedangkan penggunaan asal bahan setek
menghasilkan bobot umbi per tanaman yang relatif sama.
4.1.7 Bobot Berangkasan Kering
Hasil analisis ragam (Lampiran 19) menunjukkan bahwa penggunaan asal bahan
setek dan dosis pupuk NPK tanaman ubi jalar memberikan pengaruh nyata
terhadap bobot berangkasan kering dan tidak terjadi interaksi.
Tabel 7. Bobot Berangkasan Kering Tanaman Ubi Jalar Akibat Asal Bahan Setek
dan Dosis Pupuk NPK
Asal Bahan
Setek (S)
Dosis Pupuk NPK (N) Rata-rata
100 kg/ha 200 kg/ha 300 kg/ha
…..……...…..gr……………..…
Pucuk 127,30 144,73 160,10 144,04 B
Tengah 89,33 97,17 100,73 95, 74 A
Pangkal 95, 93 108,67 117,62 107,41 A
Rata-rata 104,19 a 116,86 b 126,15 b
BNT S = 12,30 BNT N= 12,30
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar untuk asal bahan
setek) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Berdasarkan uji BNT (Tabel 7) menunjukkan bahwa bobot berangkasan kering
dipengaruhi oleh asal bahan setek dan dosis pupuk NPK. Penggunaan stek pucuk
menghasilkan bobot berangkasan kering tertinggi yaitu sebesar 33,53% dan
25,43% dibandingkan dengan setek tengah dan setek pangkal. Sedangkan dosis
pupuk NPK 300 kg/ha menghasilkan bobot berangkasan kering lebih tinggi yaitu
31
sebesar 17,41% dibandingkan dosis pupuk NPK 100 kg/ha, namun dosis pupuk
NPK 300 kg/ha menghasilkan bobot berangkasan kering yang relatif sama dengan
dosis pupuk NPK 200 kg/ha.
4.1.8 Hasil Per Petak
Hasil analisis ragam (Lampiran 21) menunjukkan bahwa penggunaan asal bahan
setek tanaman ubi jalar memberikan pengaruh nyata terhadap hasil per petak.
Namun pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata dan tidak terjadi interaksi
antara kedua perlakuan.
Tabel 8. Hasil Per Petak Tanaman Ubi Jalar Akibat Asal Bahan Setek dan Dosis
Pupuk NPK
Asal Bahan
Setek (S)
Dosis Pupuk NPK (N) Rata-rata
100 kg/ha 200 kg/ha 300 kg/ha
…..……...…..kg……………..…
Pucuk 3,84 4,37 4,18 4,13 B
Tengah 3,16 3,33 3,14 3,21 A
Pangkal 3,45 3,36 3,25 3,36 A
Rata-rata 3,48 3,69 3,53
BNT S = 0,25
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar untuk asal bahan
setek) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%
Berdasarkan uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa hasil per petak dipengaruhi
oleh asal bahan setek. Penggunaan stek pucuk menghasilkan hasil per petak
tertinggi yaitu sebesar 22,27% dan 18,64% dibandingkan dengan setek tengah dan
setek pangkal. Sedangkan dosis pupuk NPK 100 kg/ha, 200 kg/ha dan 300 kg/ha
menghasilkan bobot umbi per tanaman yang relatif sama.
32
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menujukkan bahwa asal bahan setek berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Hal ini dapat terlihat pada peubah
panjang sulur, jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, bobot
berangkasan kering dan hasil per plot. Dari hasil uji BNT dapat diketahui bahwa
penggunaan setek pucuk menghasilkan pertumbuhan bibit lebih baik. Hal ini
diduga bahan setek yang berasal dari pucuk lebih banyak mengandung auksin,
sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman dan menghasilkan perakaran yang
baik. Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994), hormon auksin di dalam tubuh
tanaman lebih banyak dihasilkan bagian pucuk-pucuk batang dan pucuk-pucuk
cabang yang menyebar luas ke arah dalam seluruh tubuh tanaman.
Stek yang berasal dari pucuk tidak dapat menghasilkan auksin yang lebih tinggi
dibandingkan pada sumber stek yang berasal dari batang tengah dan pangkal.
Kondisi ini membuat akar lebih banyak terbentuk dan lebih cepat untuk
berkembang menjadi umbi dan pada akhirnya membuat jumlah umbi bertambah.
Semakin meningkat jumlah umbi maka semakin meningkat bobot umbi. Menurut
Suryaningsih (2004), bahwa kandungan auksin pada stek pucuk lebih tinggi
dibandingkan dengan bagian dibawahnya karena auksin endogen suatu tanaman
diproduksi dari jaringan meristem. Auksin merupakan senyawa yang mampu
merangsang pemanjangan sel pucuk di daerah sub apikal. Auksin biasanya
merupakan asam dengan inti tidak jenuh atau derivatnya. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena pada masa sebulan awal stek pucuk masih mengalami transisi
antara kondisi setelah pemotongan pucuk hingga setelah ditanam. Pada kondisi
33
tersebut stek pucuk berada pada kondisi rawan mengalami kematian akibat
kekeringan atau pembusukan (Cresswell, 2002).
Hasil penelitian menujukkan bahwa pemberian dosis pupuk NPK berpengaruh
nyata pada indeks panen. Pemberian dosis pupuk NPK 100 kg/ha memberikan
hasil lebih tinggi, hal ini diduga pemberian dosis pupuk yang lebih tinggi
cenderung meningkatkan pertumbuhan vegetatif terlihat semakin meningkat berat
berangkasan kering dengan meningkatkan dosis pupuk N, P, K. Fungsi N,P,K
digunakan dalam proses pembentukan umbi, sesuai dengan pernyataan (Rosman
dkk, 2013), bahwa peningkatan dosis pupuk dua kali lipat tidak memberikan
perbedaan yang lebih banyak. Serapan unsur N, P, K secara optimal oleh tanaman
dapat menambah ukuran panjang sulur tanaman, besar batang, jumlah daun dan
berat umbi sehingga berat berangkasan kering tanaman juga akan meningkat.
Buckam dan Brady (1982), pada tanaman nitrogen berfungsi untuk memperbesar
ukuran daun dan meningkatkan prosentase protein. Ukuran daun yang besar dan
protein yang banyak akan meningkatkan berat kering tanaman.
Nitrogen pada umumnya diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3
-. Nitrogen
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman, membentuk hijau
daun (klorofil), meningkatkan kadar protein dalam tanaman, meningkatkan
kualitas tanaman yang menghasilkan daun, meningkatkan berkembangnya mikro
organisme dalam tanah yang penting bagi kelangsungan pelapukan bahan organik
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
34
Peran P pada tanaman umbi-umbian sangat besar dalam pembentukan akar, yang
mana akar tersebut akan menimbun sejumlah karbohidrat sehingga ukuran umbi
menjadi lebih besar. Dari banyak penelitian bahwa penambahan P kedalam tanah
dapat meningkatkan hasil tanaman maupun bahan keringnya (Putinella, 1997).
Sedangkan unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer (H2PO4) dan
sebagian kecil dalam bentuk ortofosfet sekunder (HPO4) (Barker and
Pilbeam, 2007).
Menurut Novizan (2002), secara umum peranan K berhubungan dengan proses
metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi. Unsur kalium diserap tanaman
dalam bentuk ion K+. Kalium juga berperan meningkatakn kualitas umbi,
mengaktifkan enzim baik secara langsung maupun tidak langsung dan membantu
perkembangan akar (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Tersedianya hara P dan K
akan menyebabkan proses fotosintesis berjalanan lancar. Menurut (Purbayanti
dkk, 1995) menyatakan N bersama dengan P akan membentuk protein,
karbohidrat, asam nukleat dan ditranlokasikan oleh unsur K sehingga berat kering
meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK 100 kg/ha hingga
300 kg/ha tidak berpengaruh nyata pada peubah panjang sulur, jumlah cabang,
jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, bobot per umbi, dan hasil per
plot. Hal ini diduga pada dosis tersebut jumlah unsur hara dalam jumlah
berlebihan sehingga dapat menekan hasil tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Purwa (2007), bahwa suatu tanaman menghendaki jenis, dan konsentrasi, yang
35
dapat memicu produktivitas dan pertumbuhan yang maksimal. Apabila dosis dan
konsentrasi yang berlebihan maka hasil nya akan menurun.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi interaksi antara asal bahan setek
dengan pemberian dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi
jalar pada semua peubah yang diamati. Hal ini diindikasikan asal sumber setek
tanaman ubi jalar tidak dipengaruhi oleh pemberian dosis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan tanaman. Begitu juga sebaliknya pemberian dosis pupuk NPK tidak
dipengaruhi oleh asal sumber setek terhadap pertumbuhan tanaman.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Asal bahan Setek yang bebeda memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar yang didukung oleh peubah panjang
sulur, jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, bobot berangkasan
kering, hasil per petak dan setek pucuk menghasilkan yang terbaik.
2. Pemberian pupuk NPK dosis 100 kg berpengaruh nyata terhadap indeks
panen dan dosis 300 kg berpengaruh nyata pada berangkasan kering
3. Tidak terdapat interaksi antara asal setek dan dosis pupuk NPK terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar.
5.2 Saran
Saat melakukan budidaya tanaman ubi jalar sebaiknya menggunakan setek pucuk
yang baik untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil yang maksimum. Jika
produksi yang dihasilkan maksimal maka dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal.
37
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. R. 2007. Petunjuk pemupukan Agromedia Jakarta. Hal 22.
Ajie. D. dan Setiawan, A. 2017. Pengaruh Sumber dan Posisi Penanaman Stek
terhadap Produksi Ubi Cilembu. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Apriani. 2015. Peningkatan Mutu Bibit Torbangun dengan Pemilihan Asal Setek
dan Pemberian Auksin, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2014. Pertumbuhan dan Produksi ubi jalar Diakses melalui:
http: //Bps.go.id (20 Juli 2019).
Barker. AV. and DJ. Pilbeam. 2007. Hand Book of Plant Nutrition. CRC
Press. New York.
Buckman. H.O. and Brady. B.C. 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan: Soegiman &
Buana I D M). Jakarta (ID): Bhratara Karya Aksara.
Cresswell. G. 2002. Coir dust a proven alternative to peat. In Proceedings of the
Austral. Potting Mix Manufacturers Conf. Sydney.
Danu dan Nurhasybi. 2003. Potensi Benih Generatif dan Vegetatif dalam
Pembangunan Hutan Tanaman. Makalah Temu Lapang dan Ekspose
Hasil- Hasil Penelitian UPT Badan. Palembang (ID) : Litbang Kehutanan
Wilayah Sumatera.
Guritono. B. Nur B. Yudi W. 1996. Teknologi Produksi Pasca Panen Ubi kayu
dan Ubi Jalar : Hasil Penelitian di Beberapa Sentra produksi di Jawa
Timur. Hal 24.
Hartmann HT. DE Kester. 1983. Plant Propagation Principle and Practice.
Fourthedition. New Jersey (US): Prentice Hall, Inc. Englewood. Hal 3
38
Hartemink. A. E. 2003. Hasil ubi jalar dan dinamika nutrisi setelah jangka pendek
berikut di dataran rendah lembab Papua. Journal of Life Sciences, vol.
50, no. 3-4.
Hasibuan. B. E. 2004. Pupuk dan Pemupukan.Universitas Sumatera Utara,
Medan. 182 hal.
Havlin JL., JD Beaton., SL Tisdale dan WL Nelson. 2005. Kesuburan dan Pupuk
Tanah. Pengantar untuk manajemen nutrisi. Edisi Ketujuh. Pearson
Education Inc. Upper Saddle River, New Jersey.
Hendaryano. D.P.S, and Wijayani A. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta
(ID) : Kanisius.
Juanda. D. dan Cahyono. B. 2002. Budidaya dan Analisis Usahatani Ubi Jalar.
Kanisius, Yogyakarta.
Legese. H. Gobeze., I. Shegro. A. & Geleta. N. 2011. Dampak posisi penanaman
dan bahan perencanaan pada hasil akar singkong (Manihot esculenta
Crantz). J.of Agric.Sci. and Tech. 5 (4) : 448 – 454.
Mardi. 2016. Pengaruh Asal Setek dan Zat Pengatur Tumbuh Antonik Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi dua Varietas Ubi Jalar, Jurnal Agroteknologi,
Fakultas Pertanian USU, Medan.
Novizan. 2002. Buku Online Petunjuk Pemupukan yang efektif, Penerbit
Agromedia Pustaka. 114 Hlm.
Paturohman. E. Sumarsono. 2015. Pemupukan Sebagai Penentu Produktifitas Ubi
Jalar. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pangan. Bogor.
Petrokimia Gresik. 2012. Pusat Layanan Konsumen PT. Petrokimia Gresik.
Pirngadi. S. dan S. Abdulrachman. 2005. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK (15-15-
15) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Sawah. Jurnal Agrivigor
4:188-197.
Purbayanti., Lukiwati dan Trimulatsih. 1995. Dasar-dasar ilmu tanah. terjemahan
dari Fundamentals of Soil Science. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Purwa. 2007. Petunjuk pemupukan. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 99 hlm.
39
Putrinella. J. 1997. Nutrisi Tanaman. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian
Universitas Pattimura Ambon. Hal 22-24.
Rayan. 2009. Pembiakan Vegetatif Stek Jenis Koompassia excelsa (Becc.) Taub.
Sistem Koffco. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Samarinda.
Ringkas. S. 2007. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang
(Solanum Tuberesum .L.0).Terhadap Pupuk Kalium dan Paklobutracol.
Program Studi Agronomi. Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas
pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. 46 hal.
Rosman R., Trisilawati O., and Setiawan. 2013. Pemupukan nitrogen, fosfor, dan
kalium pada tanaman akar wangi. J Litri. 19(1): 33-40.
Rosmarkam. A. Dan N. W. Yuwono. 2001. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta. 224 Hal.
Rubatzky. V. E. Dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2. ITB-Press.
Bandung: Hal: 20.
Rukmana. R. 2002. Ubi Jalar: Budidaya dan Pascapanen. Kanesus, Yogyakarta.
Shukla. A.K., B. S. Dwivedi. V. K. Singh. and M. S. Gill. 2009. Macro role of
micro nutrients. Indian J Fert. 5 (5): 11–30.
Silalahi. F. Y. Saragih., A. Marpaung., R. Hutabarat., Karsina., & S. R. Purba.
2006. Laporan Akhir Uji Pemupukan NPK Pada Tanaman Buah. Balai
Penelitian Buah Kebun Percobaan Tanaman Buah (KPTB), Brastagi.
Medan.
Soemarno. 1985. Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk Urea pada Tanah
Aluvial dan Mediteran terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi Jalar
Varietas Lokal Grompol dan Unggul Daya. Universitas Brawijaya,
Malang.
Sonhaji. A. 2007. Mengenal dan Bertanam Ubi Jalar. Gaza Publishing, Bandung:
Hal 18.
Subiakto. A. 2009. Aplikasi Koffco untuk produksi stek jenis pohon indigenous.
Bogor: Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Suparman. 2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 16-
24.
40
Suryaningsih. 2004. Pengaruh Macam Zat Pengatur Tumbuh dan Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.). Skripsi S1. UNS
Press. Surakarta.
Sutedjo. M. Dan A. G Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rieneka Cipta.
Jakarta. Hal 21.
Widodo. J. 1997. Penampilan Agronomi Ubi Jalar Pada Cara Tanaman Yang
Berbeda. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang.
top related