penetapan alur-pelayaran, sistem rute, tata cara...
Post on 26-Nov-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KM 142 TAHUN 2020
T E N T A N G
PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU
LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI
ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMPIT
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan dalam Pasal 8 Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian,
Menteri Perhubungan wajib menetapkan alur-pelayaran,
sistem rute, tata cara berlalu lintas, dan daerah labuh
kapal sesuai dengan kepentingannya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah
Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-
Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4849);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
- 2 -
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5731);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5208);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 5109);
6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang
Mengesahkan "Convention On The International
Regulation For Preventing Collision At Sea, 1972"
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979
Nomor 53);
7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang
Mengesahkan ’’International Convention For The Safety
O f Life At Sea, 1974” sebagai Hasil Koferensi
Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut 1974,
yang telah Ditandatangani Oleh Delegasi Pemerintah
Republik Indonesia di London, Pada Tanggal 1
November 1974, yang merupakan Pengganti
’’International Convention For The Safety O f Life At Sea,
1960”, sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden
Ini (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980
Nomor 65);
- 3 -
8. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
9. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
10. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
173/AL.401/PHB-84 tentang berlakunya The IALA
Maritime Bouyage System fo r Region-A Dalam Tatanan
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di Indonesia;
11. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik
Navigasi;
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun
2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun
2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 76
Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1183);
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 146 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan
Laut (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1867);
- 4 -
Memperhatikan
Menetapkan
PERTAMA
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 tahun
2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun
2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan
dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 122 Tahun
2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 1756);
19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 125 Tahun
2018 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1740);
: Surat Direktur Jenderal Perhubungan Laut nomor
HK.203/2/7/DJPL/2020 tanggal 5 Maret 2020 perihal
Penyampaian Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan
tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara
Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur Pelayaran Masuk Pelabuhan
Sampit;
MEMUTUSKAN:
: KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PENETAPAN ALUR-PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA
CARA BERLALU LINTAS, DAN DAERAH LABUH KAPAL
SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-
PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMPIT.
: Menetapkan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit dan
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran dibatasi oleh titik
koordinat geografis sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.
- 5 -
KEDUA : Menetapkan Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Sampit sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini.
KETIGA : Menetapkan Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Sampit sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini.
KEEMPAT : Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Berlalu Lintas
di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit sebagaimana
dimaksud dalam Diktum KETIGA diatur dengan Standar
Operasional dan Prosedur (SOP) yang ditetapkan oleh
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
Kelas III Sampit.
KELIMA : Menetapkan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Sampit sebagaimana tercantum dalam lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
KEENAM : Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit serta Sarana
Bantu Navigasi-Pelayaran sebagaimana dimaksud dalam
Diktum PERTAMA serta Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KELIMA, wajib dimuat dalam Peta Laut Indonesia
Edisi Terbaru Nomor 156 dan 288 serta Buku Petunjuk
Pelayaran sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
- 6 -
KETUJUH : Pengawasan terhadap keselamatan dan keamanan
pelayaran di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit
dilaksanakan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan Kelas III Sampit dan melaporkan hasil
pengawasannya kepada Direktur Jenderal Perhubungan
Laut.
KEDELAPAN : Pengawasan terhadap penataan dan penyelenggaraan
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit dilaksanakan
oleh Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin dan melaporkan
hasil pengawasannya kepada Direktur Jenderal
Perhubungan Laut.
KESEMBILAN : Pemeliharaan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit
dilaksanakan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan Kelas III Sampit secara berkala atau sewaktu-
waktu apabila diperlukan.
KESEPULUH : Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KETUJUH dan Diktum KEDELAPAN digunakan
sebagai bahan evaluasi Direktur Jenderal Perhubungan
Laut untuk setiap perubahan terhadap Penetapan Alur-
Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan
Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan Kepentingannya di
Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit.
KESEBELAS : Perubahan terhadap Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem
Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal
Sesuai Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Sampit sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESEPULUH, diinformasikan melalui penerbitan
Maklumat Pelayaran (MAPEL) serta disiarkan melalui
Berita Pelaut Indonesia (Notice to Marines).
- 7 -
KEDUABELAS
KETIGABELAS
: Setiap perubahan Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute,
Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Sampit sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESEBELAS ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Perhubungan Laut dan dievaluasi paling sedikit 1 (satu)
kali dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun akan
dilakukan penyesuaian untuk mengetahui kesesuaian
terhadap Keputusan Menteri ini.
: Direktur Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan
pembinaan dan pengawasan teknis terhadap pelaksanaan
Keputusan Menteri ini.
KEEMPATBELAS: Keputusan Menteri
ditetapkan.
ini mulai berlaku pada tanggal
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Juni 2020
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:
1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi;
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Menteri Dalam Negeri;
4. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
5. Menteri Kelautan dan Perikanan;
6. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
7. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
8. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;
9. Gubernur Kalimantan Tengah;
10. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan;
11. Bupati Kotawaringin Timur;
12. Kepala Pusat Hidrografi-Oceanografi TNI Angkatan Laut;
13. Kepala Distrik Navigasi Kelas II Banjarmasin;
14. Kepala Kan tor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Sampit.
- 9 -
Lampiran IKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan SampitNomor : KM 142 Tahun 2020Tanggal : 8 Juni 2020
ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMPIT DAN SARANA BANTU NAVIGASI-PELAYARAN
1. Titik Koordinat Batas Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit:
KOORDINAT BATAS KIRI
NO LINTANG BUJUR
1A 03° 07' 26.368" LS 113° 06' 31.480" BT
2A 03° 05' 21.106" LS 113° 03' 25.153" BT
3A 03° 05' 03.822" LS 113° 03' 14.733" BT
4A 02° 59' 38.836" LS 113° 02' 55.514" BT
5A 02° 55' 55.864" LS 113° 01' 44.403" BT
6A 02° 53' 16.044" LS 113° 00' 26.139" BT
7A 02° 51' 49.640" LS 112° 59' 10.953" BT
8A 02° 50' 10.682" LS 112° 58’ 50.997" BT
9A 02° 49' 22.719" LS 112° 58' 21.285" BT
10A 02° 47' 52.129" LS 112° 56' 43.657" BT
11A 02° 47' 25.569" LS 112° 55' 45.042" BT
12A 02° 47' 02.301" LS 112° 55' 24.505" BT
13A 02° 45' 54.425" LS 112° 54' 56.025" BT
14A 02° 45' 08.765" LS 112° 54' 46.005" BT
15A 02° 44' 32.067" LS 112° 54' 51.476" BT
16A 02° 43' 31.765" LS 112° 55' 41.270" BT
17A 02° 42’ 38.994" LS 112° 56’ 20.061" BT
18A 02° 41' 58.377" LS 112° 57' 18.278" BT
19A 02° 41' 07.510" LS 112° 57’ 53.709" BT
20A 02° 40' 23.493" LS 112° 58' 14.676" BT
2 1A 02° 37' 55.348" LS 112° 58' 23.219" BT
22A 02° 36' 19.572" LS 112° 58' 54.980" BT
23A 02° 35' 27.076" LS 112° 59' 41.093" BT
- 10-
24A 02° 34’ 46.457" LS 112° 59' 45.978" BT
25A 02° 34' 26.065" LS 112° 59' 37.741" BT
26A 02° 34’ 09.135" LS 112° 59' 22.394" BT
27A 02° 33' 50.987" LS 112° 58' 28.151" BT
28A 02° 33' 30.405" LS 112° 58' 05.133" BT
29A 02° 33' 17.547" LS 112° 57' 58.290" BT
30A 02° 32' 03.469" LS 112° 57' 57.160" BT
KOORDINAT BATAS KANAN
NO LINTANG BUJUR
IB 03° 07' 23.663" LS 113° 06' 33.280" BT
2B 03° 05' 18.802" LS 113° 03' 27.550" BT
3B 03° 05' 02.817" LS 113° 03' 17.921" BT
4B 02° 59' 38.224" LS 113° 02' 58.721" BT
5B 02° 55' 54.652" LS 113° 01' 47.418" BT
6B 02° 53' 14.222" LS 113° 00’ 28.856" BT
7B 02° 51' 48.147" LS 112° 59' 13.955" BT
8B 02° 50’ 09.459" LS 112° 58' 54.053" BT
9B 02° 49' 20.625" LS 112° 58' 23.802" BT
10B 02° 47’ 49.378" LS 112° 56' 45.466" BT
1 IB 02° 47’ 22.888" LS 112° 55' 47.003" BT
12B 02° 47' 00.542" LS 112° 55' 27.280" BT
13B 02° 45' 53.433" LS 112° 54' 59.122" BT
14B 02° 45' 08.652" LS 112° 54' 49.295" BT
15B 02° 44' 33.448" LS 112° 54' 54.543" BT
16B 02° 43' 33.810" LS 112° 55' 43.790" BT
17B 02° 42' 41.362" LS 112° 56' 22.346" BT
18B 02° 42' 00.721" LS 112° 57' 20.598" BT
19B 02° 41' 09.158" LS 112° 57' 56.513" BT
20B 02° 40’ 24.321" LS 112° 58' 17.871" BT
2 IB 02° 37’ 55.968" LS 112° 58' 26.426" BT
22B 02° 36' 21.230" LS 112° 58' 57.842" BT
23B 02° 35' 28.472" LS 112° 59' 44.185" BT
24B 02° 34' 46.012" LS 112° 59' 49.291" BT
25B 02° 34' 24.301" LS 112° 59' 40.522" BT
26B 02° 34' 06.315" LS 112° 59' 24.217" BT
- 11-
27B 02° 33' 48.110" LS 112° 58' 29.804" BT
28B 02° 33' 28.365" LS 112° 58' 07.718" BT
29B 02° 33' 16.708" LS 112° 58’ 01.514" BT
30B 02° 32' 03.419" LS 112° 58' 00.396" BT
2. Titik Koordinat Garis Haluan Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit:
NO KODEKOORDINAT ARAH HALUAN
LINTANG BUJUR MASUK KELUAR
1 GHA.l 03° 07’ 25.015" LS 113° 06' 32.380" BT 303° 123°
2 GHA.2 03° 05' 19.954" LS 113° 03' 26.351" BT 328° 123°
3 GHA.3 03° 05’ 03.348" LS 113° 03' 16.316" BT 356° 148°
4 GHA.4 02° 59' 38.530" LS 113° 02’ 57.117" BT 342° 176°
5 GHA.5 02° 55’ 55.258" LS 113° 01' 45.911" BT 333° 162°
6 GHA.6 02° 53' 15.133" LS 113° 00' 27.498" BT 318° 153°
7 GHA.7 02° 51' 48.894" LS 112° 59' 12.454" BT 348° 138°
8 GHA.8 02° 50' 10.070" LS 112° 58’ 52.525" BT 328° 168°
9 GHA.9 02° 49’ 21.672" LS 112° 58’ 22.544" BT 312° 148°
10 GHA.10 02° 47' 50.754" LS 112° 56' 44.561” BT 294° 132°
11 GHA. 11 02° 47' 24.229" LS 112° 55' 46.023" BT 318° 114°
12 GHA.12 02° 47' 01.422" LS 112° 55' 25.892" BT 337° 138 v
13 GHA. 13 02° 45' 53.929" LS 112° 54' 57.574" BT 347° 157°
14 GHA. 14 02° 45' 08.708" LS 112° 54' 47.650" BT 008° 167°
15 GHA. 15 02° 44' 32.757" LS 112° 54' 53.009" BT 039° 188°
16 GHA. 16 02° 43' 32.766" LS 112° 55' 42.546" BT 036° 219°
17 GHA. 17 02° 42' 40.178" LS 112° 56' 21.204" BT 055° 216°
18 GHA. 18 02° 41' 59.549" LS 112° 57' 19.438" BT 035° 235°
19 GHA. 19 02° 41' 08.338" LS 112° 57' 55.109" BT 025° 215
20 GHA.20 02° 40' 23.907" LS 112° 58' 16.274" BT 003° 205°
21 GHA.21 02° 37’ 55.659" LS 112° 58' 24.821" BT 018° 183°
22 GHA.22 02° 36' 20.400" LS 112° 58’ 56.412" BT 041° 198°
- 12-
23 GHA.23 02° 35' 27.771" LS 112° 59' 42.641" BT 006° 221°
24 GHA.24 02° 34' 46.238" LS 112° 59' 47.633" BT 337° 186°
25 GHA.25 02° 34' 25.183" LS 112° 59' 39.131" BT 317° 157°
26 GJA.26 02° 34' 07.721" LS 112° 59' 23.303" BT 288° 137°
27 GHA.27 02° 33' 49.548" LS 112° 58' 28.978" BT 311° 108°
2 GHA.28 02° 33' 29.389" LS 112° 58' 06.428" BT 331° 131°
29 GHA.29 02° 33' 17.128" LS 112° 57’ 59.902" BT 359° 151°
30 GHA.30 02° 32’ 03.444" LS 112° 57' 58.778" BT 359° 179°
3. Titik Koordinat Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran:
NO DSI NAMA LINTANG BUJUR
1 4343,5Mensu
Tg.Pandaran03° 09' 38,800" LS 113° 00' 22,250" BT
24337
(K. 1411.85)
Ram tun
Belakang
Serambut
02° 58’ 44.210" LS 113° 02' 53.930" BT
34338
(K.1411.8)
Ramtun
Depan
Serambut
02° 58' 49.800" LS 113° 02' 54.260" BT
4 4338,6
Ramsu
Penuntun
depan
Samuda
02° 52' 39.940" LS 112° 59' 21.350" BT
5 4338,5
Ramtun
Depan
Babirah
02° 53' 47.300" LS 113° 00' 52.030" BT
64342
(K.1411.6)
Ramsu Tg.
Pandaran03° 07' 39.350” LS 113° 03' 16.850" BT
7 4339,4
Ramsu
Pelabuhan
Sampit
02° 32' 21.700" LS 112° 57’ 52.470" BT
8 4339,3
Ramtun
Belakang
Samuda
02° 52' 38.300" LS 112° 59' 19.200" BT
- 13-
9 4339,2
Ram tun
Belakang
Babirahan
02° 53’ 48.410" LS 113° 00' 53.520" BT
10 4340Pelsu Hijau
Teluk Sampit03° 05' 10.000" LS 113° 03' 30.000" BT
11 4341Pelsu Merah
(Gs.Malang)03° 06' 50.000" LS 113° 05' 00.000" BT
4. Titik Koordinat Rencana Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran:
NO DSI NAMA LINTANG BUJUR
1
Pelsu MPMT
Sampit03° 07' 25.015" LS 113° 06' 32.380" BT
2
Pelsu Gosong
Tempurung02° 41' 48.913" LS 112° 57' 15.190" BT
3
Ramsu Merah
Jaya Karet02° 47’ 19.940" LS 112° 55' 33.270" BT
4
Ramsu Hijau
Bapinang02° 49' 41.790" LS 112° 58' 44.930" BT
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
- 14-
Lampiran IIKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan SampitNomor : KM 142 Tahun 2020Tanggal : 8 Juni 2020
SISTEM RUTE DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMPIT
Sistem Rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit,
Kondisi Kedalaman, Lebar dan Panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Sampit yaitu:
1. Sistem Rute di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit
Sistem rute yang ditetapkan di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit
adalah rute dua arah (two way route) akan tetapi di spot-spot tertentu
diberlakukan rute satu arah (one way route) dengan batasan titik
koordinat:
a. 03° 05' 03.348" LS /113° 03' 16.316" BT sepanjang 5,4 NM (lima koma
empat Nautica Miles) ;
b. 02° 53' 15.133" LS /113° 00' 27.498" BT sepanjang 1,9 Nm (satu koma
sembilan Nautica Miles).
2. Kondisi Kedalaman, Lebar, dan Panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Sampit
Kedalaman Eksisting 1,3 m (satu koma tiga meter) LWS sampai dengan
22,3 m (dua puluh dua koma tiga meter) LWS, dan panjang Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Sampit 42,3 NM (empat puluh dua koma tiga Nautical
Miles) dan Lebar Alur-Pelayaran 100 m (seratus meter) akan tetapi lebar
Alur Pelayaran di bagian Muara hanya lebar 60 m (enam puluh meter) dan
kedalaman hanya 1,3 m (satu koma tiga meter) sehingga ukuran draf Kapal
3 m (tiga meter) masih mengandalkan kondisi pasang surut;
- 15-
3. Jumlah Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Sampit sebanyak 11 (sebelas) unit dan rencana penambahan
sebanyak 4 (empat) unit.
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
- 16-
Lampiran IIIKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan SampitNomor : KM 142 Tahun 2020Tanggal : 8 Juni 2020
TATA CARA BERLALU LINTAS DI
ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMPIT
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal
maka perlu di atur tata cara berlalu lintas di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan
Sampit sebagai berikut:
1. Pemanduan
a. kapal dengan ukuran tonase kotor GT 500 (lima ratus Gross Tonnage)
atau lebih yang berlayar di perairan wajib pandu wajib menggunakan
pelayanan jasa pemanduan kapal;
b. mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik dan
normal untuk olah gerak kapal;
c. mengibarkan bendera “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu petugas pandu;
d. mengibarkan bendera “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari apabila petugas pandu berada di atas kapal; dan
e. mengibarkan bendera “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu putih
merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar negeri,
petugas pandu hanya diperbolehkan naik ke kapal untuk membawa
kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari penyakit menular oleh
petugas karantina kesehatan (free practique) dan bendera kuning telah
diturunkan.
- 17-
2. Komunikasi
a. pemilik/operator kapal atau Nakhoda wajib memberitahukan rencana
kedatangan kapalnya kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan Kelas III Sampit dan Stasiun Radio Pantai (SROP) Sampit
dengan mengirimkan telegram radio Nakhoda (master cable) dengan
tembusan kepada perusahaan angkutan laut atau agen umum dalam
waktu paling lama 48 (empat puluh delapan) jam sebelum kapal tiba di
pelabuhan;
b. setiap kapal yang memasuki dan keluar alur-pelayaran wajib melapor
kepada stasiun Stasiun Radio Pantai (SROP) Sampit melalui channel 67
dan channel 68; dan
c. komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal
dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas
pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-lain
yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.
3. Proses Kapal Masuk
a. Dalam kondisi normal
1) setelah posisi berada di ambang luar arahkan haluan kapal
mengarah ke pelampung suar MPMT;
2) kecepatan kapal di sekitar pelampung suar pengenal disarankan
dengan maneuvering speed sampai kapal pandu dapat merapat di
kapal untuk menaikkan petugas pandu;
3) setelah kapal berada di Pelampung Suar MPMT dan kapal
memasuki Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit arahkan
haluan kapal 356° (tiga ratus lima puluh enam derajat) dan dengan
memperhatikan kecepatan arus Muara Sungai Mentaya yang
dominan ke arah Barat pada saat air pasang;
4) setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman
sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil guna
untuk menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan dalam suatu
jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada;
5) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan,
apabila keadaan mengizinkan harus tegas dilakukan dalam waktu
yang cukup lapang dan benar-benar memperhatikan persyaratan
kepelautan yang baik;
- 18-
6) apabila kondisi dermaga sedang penuh atau Nakhoda memutuskan
untuk berlabuh terlebih dahulu, maka kapal dapat berlabuh di
daerah labuh kapal yang sudah disediakan; dan
7) apabila proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan
sudah tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, maka petugas
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Sampit
akan menginformasikan ke kapal bahwa petugas pandu akan naik
dan memandu kapal hingga tambat di Pelabuhan.
b. Dalam Kondisi Angin di Atas Normal/Kabut/Hujan Deras/Gelombang
Tinggi:
1) kecepatan kapal disekitar pelampung suar pengenal disarankan
menggunakan maneuvering speed; dan
2) untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan lebat,
kapal menggunakan sarana navigasi visual, elektronik
(radar/GPS/AIS), dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan
tepat guna.
4. Proses Kapal Keluar
a. Nakhoda dan/atau petugas pandu melaporkan kepada Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas III Sampit dan/atau
Stasiun Radio Pantai (SROP) Kelas III Sampit;
b. meminta informasi ke Stasiun Radio Pantai (SROP) Kelas III Sampit
mengenai pergerakan kapal yang keluar/masuk Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Sampit;
c. arahkan haluan menuju bagian tengah alur berlayar menuju pelampung
suar terluar (Outer Buoy) MPMT; dan
d. sesampainya di titik naik turun petugas pandu (pilot boarding ground)
petugas pandu turun dan dijemput oleh kapal pandu.
5. Tindakan Menghindari Tubrukan
a. Pengaturan Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan Meliputi:
1) setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan, apabila
keadaan mengijinkan harus tegas dan jelas dilakukan dalam waktu
yang cukup dan benar-benar memperhatikan persyaratan kepelautan
yang baik;
- 19-
2) setiap perubahan haluan dan/atau kecepatan untuk menghindari
tubrukan, apabila keadaan mengijinkan harus cukup besar sehingga
menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang mengamad dengan
penglihatan atau dengan radar, serangkaian perubahan kecil dari
haluan dan/atau kecepatan hendaknya dihindari;
3) apabila ada ruang gerak yang cukup, maka perubahan haluan
merupakan tindakan yang paling berhasil untuk menghindari situasi
saling mendekati terlalu rapat dengan ketentuan bahwa perubahan
itu dilakukan dalam waktu yang cukup dini dan tidak mengakibatkan
terjadinya situasi saling mendekati terlalu rapat;
4) tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan kapal
lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan pelewatan dengan
jarak yang aman dan hasil tindakan tersebut harus dikaji dengan
seksama sampai kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali; dan
5) apabila diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan
waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, maka kapal harus
mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya sama
sekali dengan memberhentikan atau menjalankan mundur sarana
penggeraknya.
b. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Yang Menggunakan Layar
Meliputi:
1) Apabila 2 (dua) kapal sedang saling mendekat sehingga akan
mengakibatkan bahaya tubrukan, maka salah satu dari kedua kapal
itu harus menghindari kapal lain dengan ketentuan sebagai berikut:
a) apabila masing-masing mendapatkan angin di lambung yang
berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung kiri harus
menghindari kapal yang lain;
b) apabila kedua-duanya mendapat angin di lambung yang kanan,
maka kapal yang ada di atas angin harus menghindari kapal yang
ada di bawah angin; dan
c) apabila kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah
kapal di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan pasti
apakah kapal lain itu mendapat angin lambung kiri atau kanan,
maka kapal itu harus menghindari kapal lain itu.
- 20 -
2) Untuk memenuhi ketentuan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi
yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada, atau bagi
kapal dengan layar segi empat yaitu sisi yang berlawanan dengan sisi
tempat layar membujur itu berada.
c. Pengaturan Penyusulan Meliputi:
1) setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus menghindari
kapal lain yang sedang disusul;
2) kapal harus dianggap menyusul apabila sedang mendekati kapal lain
dari arah yang lebih besar dari 22,5° (dua puluh dua koma lima
derajat) dibelakang arah melintang yaitu dalam kedudukan
sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusul itu pada
malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan buritan tetapi
tidak satupun dari penerangan lambungnya;
3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah sedang menyusul
kapal lain atau tidak, maka kapal itu harus beranggapan bahwa
sedang menyusul kapal lain; dan
4) setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi kemudian
tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong dalam
pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban
untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai kapal
tersebut dilewati dan bebas sama sekali.
d. Pengaturan Tata Cara Berlalu Lintas Kapal Dalam Situasi Berhadap-
Hadapan Meliputi:
1) apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan
berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan
bahaya tubrukan, maka masing-masing kapal harus mengubah
haluannya ke kanan sehingga masing-masing kapal akan berpapasan
di lambung kirinya;
2) keadaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus dianggap ada
apabila kapal melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada
malam hari kapal itu dapat melihat penerangan tiang kapal lain
tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/atau kedua
penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra
(aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut; dan
- 21 -
3) apabila kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya keadaan
sebagaimana dimaksud dalam angka (1) maka, kapal itu harus
beranggapan bahwa keadaan tersebut ada dan bertindak sesuai
angka 1) dan angka 2).
e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi
memotong, apabila 2 (dua) kapal tenaga sedang berlayar dengan haluan
saling memotong sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, maka
kapal yang mendekati kapal lain di sisi kanannya harus menghindar,
dan apabila keadaan mengijinkan harus dengan cara memotong didepan
kapal lain tersebut. Dalam pengaturan tata cara tindakan kapal
menghindari, maka setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal
lain, dan sedapat mungkin melakukan.
Dalam pengaturan tanggung jawab antar kapal meliputi:
1) kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan;
b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;
c) kapal yang sedang menangkap ikan; dan
d) kapal layar.
2) kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan;
b) kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas; dan
c) kapal yang sedang menangkap ikan.
3) -kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus
menghindari:
a) kapal yang tidak terkendalikan; dan
b) kapal yang olah geraknya terbatas.
4) setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau kapal
yang kemampuan olah geraknya terbatas, apabila keadaan
mengizinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan aman
sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya; dan
- 22 -
5) kapal yang terkendala oleh saratnya sebagaimana dimaksud dalam
angka 4) harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dengan benar-
benar memperhatikan keadannya yang khusus tersebut.
6. Larangan
a. kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan under keel cleareance
(UKC) kurang dari 10 % (sepuluh persen) dari sarat (draft), kecuali atas
izin syahbandar;
b. kapal penangkap ikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran;
c. kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat pemanduan
dari petugas pandu;
d. petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam kondisi
dan situasi:
1) kapal kandas;
2) kapal tubrukan;
3) kerusakan mesin/kemudi; dan/atau
4) keadaan lain yang mengganggu lalu lintas kapal.
- 23-
e. larangan kapal untuk menyusul kapal lain pada ukuran LOA tertentu
sesuai dengan ketentuan sistem rute;
f. kapal yang sandar/tender dengan kapal lain yang sedang sandar di
dermaga umum/khusus hanya diijinkan 1 (satu) kapal saja yang
sandar/ tender di kapal yang sedang sandar di dermaga atas
pertimbangan keselamatan kapal yang akan berolah gerak
keluar/masuk;
g. kapal berlabuh jangkar di area yang tidak ditetapkan dalam keputusan
ini; dan
h. membuang sampah, limbah, dan bahan lain dari pengoperasian kapal.
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
- 24 -
Lampiran IVKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas, dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan SampitNomor : KM 142 Tahun 2020Tanggal : 8 Juni 2020
DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMPIT
1. Zona Area Alih Muat Kapal (Ship to Ship) Kapal Cargo
Titik Koordinat Luasan Kedalaman
1 03° 08' 13.994" LS/113° 05' 11.128" BT
2 03° 07' 53.223" LS/1130 06' 12.500" BT 800 Ha 13.0 - 21.0 Meter3 03° 09' 56.605" LS/113° 06’ 53.829" BT
4 03° 10' 17.378" LS/ 113° 05' 52.456" BT
2. Zona Area Tunggu Kapal (Ship Waiting Area)
Titik Koordinat Luasan Kedalaman
1 03° 05' 20.135" LS / 113° 03' 11.980" BT
2 03° 06' 23.664" LS/113° 04' 47.379" BT 608,2 Ha 6.0 -8.1 Meter3 03° 06' 54.142" LS/113° 03' 24.900" BT
4 03° 06' 19.370" LS/ 113° 02' 30.433" BT
3. Zona Area Labuh Kapal CPO dan Cargo
Titik Koordinat Luasan Kedalaman
1 02° 44' 29.394" LS/112° 54' 59.090" BT
2 02° 44' 09.215" LS/112° 55' 15.887" BT 13,5 Ha 5.0 - 6.4 Meter3 02° 44' 12.502" LS/112° 55' 20.019" BT
4 02° 44’ 32.852" LS/112° 55' 03.238" BT
- 25 -
4. Zona Area Labuh Kapal Cargo dan BBM
Titik Koordinat Luasan Kedalaman
1 02° 32' 15.052" LS/112° 58’ 03.598" BT
2 02° 32' 05.000" LS/ 112° 58' 03.500" BT1,9 Ha 4,9 -6.0 Meter
3 02° 32' 04.948" LS/ 112° 58' 08.702" BT
4 02° 32' 15.000" LS/ 112° 58' 08.800" BT
5. Zona Area Floating Repair
Titik Koordinat Luasan Kedalaman
1 02° 31' 35.397" LS/112° 58' 04.372" BT
1,9 Ha 9.0 - 10.0 Meter2 02° 31’ 30.128" LS/ 112° 58' 05.360" BT
3 02° 31' 30.761" LS/ 112° 58' 08.893" BT
4 02° 31' 36.051" LS/1120 58' 07.938" BT
6. Zona Area Emergency
Titik Koordinat Luasan Kedalaman
1 02° 31' 30.762" LS/1120 58' 08.897" BT
1,8 Ha 4.7 - 11.5 Meter2 02° 31' 25.477" LS/112° 58' 09.848" BT
3 02° 31' 26.065" LS/1120 58' 13.355" BT
4 02° 31' 31.384" LS/ 112° 58' 12.428" BT
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
26
Lampiran VKeputusan Menteri Perhubungan tentang Penetapan Alur-Pelayaran, Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas; dan Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan SampitNomor : KM 142 Tahun 2020Tanggal : 8 Juni 2020
PETA ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN SAMPIT
1. Peta Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Sampit
- 27 -
2. Peta Batas Alur Satu Arah (One Way) pada Spot Serambut di Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Sampit
- 28 -
3. Peta Batas Alur Satu Arah (One Way) pada Spot Babirah di Alur-Pelayaran
Masuk Pelabuhan Sampit
- 29 -
4. Peta Zona Area Alih Muat Kapal (Ship to Ship), Zona Area Tunggu Kapal
(Ship Waiting Area) dan Zona Area Labuh Kapal di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Sampit
MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
top related