penerapan model logan avenue problem solving- …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ghana...
Post on 13-Feb-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL LOGAN AVENUE PROBLEM SOLVING-
HEURISTIC DENGAN TEKNIK OPEN ENDED PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP MA’ARIF NU TUGUMULYO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
ARTIKEL JURNAL
OLEH:
GHANA MISBAHUL KHOIR
NPM 4013047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2017
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika
PENERAPAN MODEL LOGAN AVENUE PROBLEM SOLVING-
HEURISTIC DENGAN TEKNIK OPEN ENDED PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP MA’ARIF NU TUGUMULYO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
Ghana Misbahul Khoir, S.Pd.1
Idul Adha, M.Pd.2 dan Yufitri Yanto, M.Pd.Mat.3
Email: ghanamisbahul6@gmail.com
ABSTRACT
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Logan Avenue Problem Solving-Heuristic
dengan Teknik Open Ended pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Ma’arif NU Tugumulyo Tahun Pelajaran 2017/2018”. Masalah dalam
penelitian ini adalah apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
kelas VIII SMP Ma’arif NU Tugumulyo setelah diterapkan model pembelajaran
LAPS-Heuristik dengan teknik open ended dikategorikan baik. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa
adanya kelas pembanding. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Ma’arif NU Tugumulyo Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 54 siswa dan
sebagai sampel adalah kelas VIII.A dengan 26 siswa. Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik tes berupa soal essay yang memuat indikator-indikator
kemampuan pemecahan masalah matematika. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil hasil uji-t tes akhir diperoleh nilai thitung =
6,8939. Pada derajat kebebasan dk = n – 1 = 25 dan α = 0,05 diperoleh ttabel =
1,708. Maka thitung > ttabel (6,8939 > 1,708) artinya H0 ditolak dan Ha diterima.,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas VIII SMP Ma’arif NU Tugumulyo Tahun Pelajaran 2017/2018 setelah
penerapan model Logan Avenue Problem Solving-Heuristic dengan Teknik Open
Ended secara signifikan dalam kategori baik. Rata-rata nilai kemampuan
pemecahan masalah matematika setelah dilakukan penerapan model Logan
Avenue Problem Solving-Heuristik dengan Teknik Open Ended sebesar 79,1
dengan kategori baik.
Kata kunci: penerapan model LAPS-heuristic, open ended, kemampuan
pemecahan masalah matematika.
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan matematika. Pengetahuan matematika akan lebih
baik jika siswa mampu mengkonstruksi melalui pengalaman yang telah mereka
miliki sebelumnya dalam pembelajaran matematika. (NCTM, 2000: 29)
memaparkan lima standar kemampuan matematika yang harus dimiliki siswa,
3
meliputi kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan
penalaran (reasoning), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan
koneksi (connection), dan kemampuan representasi (respresentation).
Dari lima standar kemampuan matematika tersebut menurut Hudojo (dalam
Wahyuni, 2015:143) kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu hal yang
sangat esensial di dalam pembelajaran matematika, dengan alasan: (1) siswa
menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya
dan akhirnya meneliti hasilnya; (2) kepuasan intelektual akan timbul dari dalam;
(3) potensi intelektual siswa meningkat; dan (4) siswa belajar bagaimana
melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. Oleh karena
itu, kemampuan ini perlu ditumbuhkembangkan secara optimal pada diri siswa.
. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa kelas VIII SMP
Ma’arif NU Tugumulyo yang berjumlah 15 orang siswa yang diberikan soal
pemecahan masalah hanya ada satu orang yang dikategorikan baik yaitu dengan
mendapat nilai > 70,00.
Menurut Delyana (2015:26) ada beberapa permasalahan yang menjadi
penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah pada siswa. Pertama, siswa
belum mampu berpikir secara mandiri dalam memecahkan masalah, sehingga
mereka tidak percaya diri dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Kedua,
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah belum berkembang secara
optimal, siswa kurang mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan
materi yang mereka pelajari, meskipun guru telah berusaha menuntun siswa
menyelesaikannya.
Dari uraian di atas salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika, sehingga siswa memiliki rasa ketertarikan terhadap materi pelajaran
khususnya matematika adalah model LAPS (Logan Avenue Problem Solving)-
Heuristik dengan teknik open ended. Model pembelajaran ini diharapakan dapat
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. LAPS-Heuristik
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang berlandaskan paradigma
konstruktif. Kegiatan pembelajaran dalam model LAPS-Heuristik cenderung
perpusat pada siswa dimana siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, yaitu bermula dari mengetahui tentang apa masalahnya,
adakah alternatifnya, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana
sebaiknya mengerjakannya (Wahyuni, 2015:144).
Dari uraian di atas salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika, sehingga siswa memiliki rasa ketertarikan terhadap materi pelajaran
khususnya matematika adalah model LAPS (Logan Avenue Problem Solving)-
Heuristik dengan teknik open ended.
Berdasarkan kondisi di atas, penulis melakukan suatu penelitian berjudul
“Penerapan Model Logan Avenue Problem Solving-Heuristic dengan Teknik
Open Ended pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Ma’arif NU
Tugumulyo Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika
LANDASAN TEORI
Model Pembelajaran LAPS-Heuristik dengan Teknik Open Ended.
Menurut Nurdin (dalam Shoimin, 2016:96), menjelaskan bahwa Heuristic
adalah suatu penuntun berupa pertanyaan yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu masalah. Heuristik berfungsi mengarahkan pemecahan masalah (dalam hal
ini siswa) untuk menemukan solusi dari masalah yang diberikan. Menurut
Shoimin (2016:96), bahwa model Logan Avenue Problem Solving adalah
rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam solusi masalah. Dalam
(Wahyuni, 2015:144) LAPS-Heuristik merupakan model pembelajaran yang
menuntun siswa dalam pemecahan masalah dengan kata tanya apa masalahnya,
adakah alternatif pemecahannya, apakah bermanfaat apakah solusinya dan
bagaimana sebaiknya mengerjakan.
Sedangkan teknik open ended sendiri menurut pendapat Sudiarta dalam
(Lambertus, 2013:75), open ended dapat dirumuskan sebagai masalah atau soal-
soal matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa
atau bahkan banyak solusi yang benar, dan terdapat banyak cara untuk mencapai
solusi itu. Hal ini sejalan dengan pendapat Paduppai dan Nurdin dalam
(Lambertus, 2013:75) open ended merupakan pembelajaran yang membangun
kegiatan interaktif antara matematika dan siswa, sehingga mengundang mereka
untuk menjawab permasalahan melalui berbagai strategi.
Jadi, model pembelajaran LAPS-Heuristik dengan teknik open ended adalah
model pemecahan masalah matematika yang menekankan pada pencarian
alternatif-alternatif yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah terbuka yang sedang dihadapi, kemudian
menentukan banyak alternatif yang akan diambil sebagai solusi, dan memberikan
kesimpulan dari masalah tersebut.
Langkah-langkah Model Pembelajaran LAPS-Heuristik dengan Teknik
Open Ended
Langkah-langkah model pembelajaran LAPS-heuristik dengan teknik open
ended, yaitu: a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
membagi siswa dalam beberapa kelompok, b) Guru memberikan masalah terbuka
kepada siswa, dimana masalah tersebut memiliki lebih dari satu jawaban atau
metode penyelesaian, c) Siswa membuat perencanaan untuk menyelesaikan
masalah yang telah dipahami secara kelompok, d) Siswa menemukan pola untuk
mengontruksi permasalahan sendiri dan melakukan diskusi kelompok agar dapat
memunculkan ide pada tiap siswa sehingga nantinya kreatifitas siswa akan
meningkat, e) Siswa menemukan pola untuk mengontruksi permasalahan sendiri
dan melakukan diskusi kelompok agar dapat memunculkan ide pada tiap siswa
sehingga nantinya kreatifitas siswa akan meningkat, f) Siswa menyelesaikan
masalah dengan banyak cara penyelesaian melalui kegiatan eksplorasi, g)
Diharuskan siswa mengecek kembali bagaimana suatu rencana tadi bisa
menyelesaikan masalah agar dapat mengetahui kebenaran dari suatu jawaban
tersebut dan bisa mengambil kesimpulan.
5
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran LAPS-Heuristik dengan
Teknik Open Ended
Kelebihan model pembelajaran LAPS-heuristik dengan teknik open ended
adalah Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi menimbulkan
sikap kreatif, Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu
membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap hasil
pemecahannya. Kelemahan model pembelajaran LAPS-heuristik dengan teknik
open ended adalah Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka
akan merasa enggan untuk mencoba, Manakala siswa tidak memiliki minat atau
tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, Manakala siswa
tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
Kemampuan Pemecahan Masalah
Dalam pembelajaran matematika, Kemampuan pemecahan masalah
merupakan suatu tujuan yang hendak dicapai. Hal ini juga disampaikan
Suherman, dkk dalam (Fatimah, dkk 2015: 4) bahwa pemecahan bahwa
pemecahan masalah matematika merupakan bagian kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajarannya atau penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkannya pada pemecahan masalah
soal yang bersifat tidak rutin. Menurut Sumarno dalam (Sumartini, 2016: 13)
pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Sedangkan Kesumawati (dalam Mawaddah, 2015: 167) menyatakan
kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan megidentifikasi
unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan,
mampu membuat atau menyusun model matematika, dapat memilih dan
mengembangkan strategi pemecahan, mampu menjelaskan dan memeriksa
kebenaran jawaban yang diperoleh.
Berdasarkan uraian tersebut, kemampuan pemecahan masalah dalam
matematika dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi
aturan-aturan atau prinsip-prinsip matematika yang telah dipelajari sebelumnya
yang digunakan untuk memecakan masalah.
a. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Indikator pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Memahami masalah, 2) Merencanakan penyelesaian masalah, 3)
menyelesaikan masalah, 4) memeriksa kembali.
Pemberian skor pemecaha masalah dalam penelitian ini diadopsi dari
penskoran pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Sundawan (2014: 132),
seperti pada tabel 1
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika
Tabel 1
Rubrik Penskoran Indikator Pemecahan Masalah Matematika No Indikator Deskripsi Skor
1 Memahami
masalah
Salah menginterpretasikan / salah sama sekali 0
Salah menginterpretasikan sebagian soal/mengabaikan soal 1
Memahami massalah soal selengkapnya 2
2
Merencanakan
penyeleasian
masalah
Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan 0
Membuat rencana yang tidak dapat diselesaikan 1
Membuat rencana yang benar tetapi salh dalam hasil, tidak
ada hasil. 2
Membuat rencana yang benar tetapi belum lengkap 3
Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan mengarahkan
pada solusi yang benar 4
3 Menyelesaikan
masalah
Tidak melakukan perhitungan 0
Melakukan prosedur yang benar dan mungkin menghasilkan
jawaban yang benar 1
Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang
benar 2
4
Memeriksa
Kembali
Jawaban
Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan lain 0
Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas 1
Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses 2
Nilai kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan tabel 2 berikut:
Tabel 2
Klasifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Nilai Klasifikasi
85,00 – 100 Sangat baik
70,00 – 84,99 Baik
55,00 – 69,99 Cukup
40,00 – 54,99 Kurang
0 – 39,99 Sangat kurang
(Mawaddah, 2015:170)
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian (Trianto, 2011:310). Berdasarkan rumusan
masalah dan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa kelas VIII SMP Ma’arif NU
Tugumulyo setelah diterapkan model pembelajaran LAPS-Heuristik dengan
teknik open ended dikategorikan baik”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperimen).
Eksperimen semu atau Quasi Eksperimen, yaitu suatu desain eksperimen yang
memungkinkan variabel sebanyak mungkin dari situasi yang ada. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran LAPS-Heuristik
dengan teknik open ended dan variabel terikat Kemampuan Pemecahan Masalah
7
Matematik Siswa Kelas VIII SMP Ma’arif NU Tugumulyo. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test and post-test group, menurut
Arikunto (2010:124) dapat dituliskan dengan pola:
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Ma’arif
NU Tugumulyo tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari dua kelas dengan
jumlah populasi 54 siswa. Dalam penelitian ini sampel yang diambil dengan
menggunakan teknik sampel random. Dari dua kelas terpilih satu kelas yaitu kelas
VIII.A yang kemudian diberi perlakuan dengan model pembelajaran LAPS-
Heuristik dengan teknik open ended.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik
tes. Pada penelitian ini soal yang digunakan berbentuk tes berupa enam soal essay
yang mampu mengukur indikator kemampuan pemecahan masalah.
Teknik analisis data yang digunakn dalam penenlitian ini adalh dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (1) menentukan rata-rata skor dan simpangan
baku, (2) uji normalitas, (3) uji homogenitas. Kriteria pengujian jika thitung< ttabel
berarti terima Ho dan tolak Ha, untuk taraf kesalahan α = 0,05 dan derajat
kebebasan dk = n – 1 dan jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
dengan untuk taraf kesalahan α = 0,05 dan derajat kebebasan dk = n – 1
(Sugiyono, 2016 : 99-100).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti dan dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang berlaku di sekolah. Sebelum melaksanakan penelitian
dilakukan uji coba instrumen di kelas IX yang berjumlah 28 siswa pada tanggal
18 Juli 2017, uji coba instrumen dilakukan untuk melihat validitas soal yang akan
digunakan, dari hasil uji coba instrumen yang dilakukan peneliti ada enam soal
yang dapat digunakan untuk pre-test dan post-test. Penelitian ini dilakukan di
kelas VIII SMP Ma’arif NU Tugumulyo pada semester ganjil tahun pelajaran
2017/2018.
Data Hasil Pre-Test
Kemampuan awal diperoleh melalui tes berupa soal essay yang memuat
indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah. berdasarkan tabel hasil pre-
test sebagai berikut table 3
Tabel 3
Hasil Pre-Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Nilai Klasifikasi Jumlah Siswa
85,00 – 100 Sangat baik -
70,00 – 84,99 Baik -
55,00 – 69,99 Cukup -
40,00 – 54,99 Kurang -
0 – 39,99 Sangat kurang 26
O1 X O2
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika
Dari 26 siswa yang mengikuti pre-test, 100% siswa atau seluruh siswa
mendapatkan nilai yang masuk dalam katagori kemampuan pemecahan masalah
matematika sangat kurang.
Data Hasil Post-Test
Pelaksanan post-test berfungsi untuk mengetahui kemampuan pemecahan
masalah matematika akhir siswa terhadap materi operasi aljabar setelah diberi
perlakuan dengan menggunakan model LAPS-Heuristic dengan teknik open
ended. Dengan hasil post-test seperti tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4
Hasil Post-Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Nilai Klasifikasi Jumlah Siswa
85,00 – 100 Sangat baik 3
70,00 – 84,99 Baik 22
55,00 – 69,99 Cukup 1
40,00 – 54,99 Kurang -
0 – 39,99 Sangat kurang -
Berdasarkan data tes akhir dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah diberikan perlakuan
pembelajaran menggunakan model LAPS-Heuristik dengan teknik open ended.
Dari skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah tes awal sebesar 10,77 dengan
nilai 17,95 setelah diterapkan pembelajaran menggunakan model LAPS- Heuristik
dengan teknik open ended sebesar 47,46 dengan nilai 79,1. Sehingga terdapat
peningkatan skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa sebesar 36,69
atau jika dikonversikan dengan nilai sebesar 61,15.
Perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematika awal dan
kemampuan pemecahan masalah matematika akhir dapat dilihat pada grafik 1.
PEMBAHASAN
Pada pelaksanaan penelitian yang diawali dengan kegiataan pre-test yang
diikuti 26 siswa. Dari hasil analisis kemampuan data awal siswa diperoleh rata-
rata nilai pre-test sebesar 17,95. Pada tes awal ini terlihat kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang sangat kurang, yaitu dari 26 siswa yang
mengikuti tes awal, 100% siswa atau seluruh siswa tersebut memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematika sangat kurang. Setelah diberikan pre-test,
0
20
40
60
80
PRE-TEST POST-TEST
10.77
47.46
17.95
79.1
SKOR
NILAI
9
dilanjutkan dengan pembelajaran dengan menggunakan model LAPS-Heuristik
dengan teknik open ended.
Pada pertemuan pertama peneliti memiliki kendala untuk menuntun siswa
mendapatkan jawaban yang benar, karena siswa kurang menguasai materi aljabar
yang sudah dipelajari pada kelas VII. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa
menjawab pertanyaan peneliti mengenai membuat model matematika aljabar dari
suatu soal cerita, sehingga kondisi kelas menjadi tidak kondusif karena siswa
sibuk bertanya dan berdiskusi dengan siswa yang lain.
Beberapa siswa juga terlihat sibuk melakukan kegiatan yang tidak berkaitan
dengan pembelajaran. Untuk mengatasinya, peneliti berkeliling kelas untuk
mengawasi jalannya pembelajaran dan membantu siswa yang kesulitan. Setelah
pemberian materi penjumlahan dan pengurangan aljabar peneliti membagi siswa
dalam kelompok untuk melakukan diskusi. Peneliti membagi empat kelompok
dalam setiap kelompok terdiri dari 6-7 dalam setiap kelompok memiliki ketua
kelompok yang peneliti pilih sesuai dengan peringkat yang siswa dapat pada
kenaikan kelas. Setelah semua siswa berada dalam kelompoknya masing-masing
peneliti membagikan kartu soal berupa soal terbuka open ended yang memiliki
lebih dari satu cara dan jawaban yang benar yang memuat indikator pemecahan
masalah matematika. Kebanyakan siswa mengeluh dan tidak memiliki minat
untuk mengerjakan kartu soal tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat Shoimin
(2016: 97), oleh karena itu peneliti memotivasi siswa agar mereka bisa berdiskusi
dengan baik dan menanyakan hal yang mereka tidak mengerti kepada peneliti.
Peneliti membimbing siswa dalam membuat perencanaan untuk menyelesaiakan
masalah.
Siswa diberi kesempatan untuk memunculkan ide masing-masing dalam
menjawab soal tersebut selanjutnya diskusikan dengan teman kelompoknya.
Peneliti berkeliling untuk membantu siswa atau kelompok yang mengalami
kesulitan dalam memecahkan persoalan matematika. Banyak jawaban dari setiap
kelompok tidak memenuhi indikator keempat yaitu memeriksa kembali oleh
karena itu peneliti membimbing dan memastikan bahwa jawaban yang diperoleh
siswa di periksa kembali dengan cara menjelaskan dan memeriksa kebenaran hasil
yang diperoleh agar dapat mengetahui kebenaran dari suatu jawaban persoalan
yang diberikan peneliti. Hal ini terjadi karena masalah yang disajikan pada model
LAPS-Heuristik dengan teknik open ended dengan kemampuan pemecahan
masalah merupakan masalah yang membutuhkan kemampuan berpikir cukup
tinggi, sehingga umumnya yang dapat mengikuti model pembelajaran dan
kemampuan pemecahan masalah tersebut dengan baik adalah siswa yang
tergolong berkemampuan tingkat tinggi pula. Namun peneliti selalu berusaha
untuk meminimalisirkan kendala-kendala tersebut dengan mengevaluasi tiap
pertemuan, seperti mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
kepada siswa.
Pada pertemuan kedua tanggal 04 Agustus 2017, peneliti memberikan materi
tentang perkalian, perpangkatan dan pembagian dalam bentuk aljabar di kelas
VIII.A berjumlah 26 siswa. Dengan kelompok yang sama seperti pada pertemuan
pertama. Setelah itu memberi kartu soal berupa materi perkalian, perpangkatan
dan pembagian dalam bentuk aljabar siswa telah mampu mengikuti pembelajaran
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika
dengan baik. Kelompok satu dan kelompok dua sudah bisa dengan mandiri
membuat perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini
terbukti makin banyaknya siswa yang telah mampu menemukan pola dalam
memecahkan masalah matematika. Siswa mulai mengerti menyelesaikan contoh
soal yang memuat indikator kemampuan pemecahan masalah. Hal ini terlihat dari
jalannya diskusi langkah-langkah dan jawaban siswa menyelesaikan kartu soal
yang memuat indikator kemampuan pemecahan masalah sudah cukup baik, hal ini
sesuai dengan pendapat Shoimin (2016: 97) walaupun dalam penyelesaian soal-
soal latihan tersebut masih ada kekeliruan terutama untuk indikator memeriksa
kembali hasil jawaban dari permasalahan yang diberikan oleh peneliti, banyak
siswa langsung menuliskan kesimpulan, peneliti menjelaskan bahwa memeriksa
kembali adalah menjelaskan bagaimana suatu hasil tadi bisa diperoleh siswa
masih perlu dibimbing oleh peneliti.
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 2017, peneliti
memberikan materi tentang pemfaktoran dalam bentuk aljabar di kelas VIII.A
berjumlah 26 siswa pada pertemuan ketiga ini hambatan-hambatan yang terjadi
pada pertemuan pertama dan kedua perlahan-lahan mulai mengalami perubahan
yang baik. Siswa sudah dapat bekerjasama dengan baik dalam berdiskusi kecil
untuk merumuskan jawaban yang diajukan oleh peneliti, siswa juga sudah mampu
merencanakan dan memecahkan masalah dengan baik dengan cara berdiskusi. Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ada
peningkatan dari pertemuan pertama dan kedua.
Setelah diberikan perlakuan menggunakan model LAPS-Heuristik dengan
teknik open ended pada kelas VIII.A diberikan tes akhir berupa post-test untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah adanya
perlakuan dengan model LAPS-Heuristik dengan teknik open ended. Berdasarkan
hasil tes akhir rata-rata nilai yang diperoleh siswa yaitu 79,1. Jadi, terdapat
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika pada tes awal dari rata-
rata sangat kurang yaitu 17,95 dan pada tes akhir rata-rata kemampuan pemecahan
masalah matematika termasuk dalam katagori baik yaitu 47,46 sehingga
peningkatan rata-rata nilai tersebut adalah 61,15 Persentase indikator kemampuan
pemecahan masalah hasil post-test setelah diterapkan model LAPS-Heuristik
dengan teknik open ended dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4
Persentase Kemampuan Pemecahan masalah Matematika Nilai Post-Test No Indikator Rata-rata Persentase (%)
1 Memahami masalah 3,57 68,58%
2 Merencanakan penyelesaian
masalah 6,90 66,34%
3 Menyelesaiakan masalah 3,07 58,97%
4 Memeriksa kembali jawaban 2,77 53,2%
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII.A SMP Ma’arif NU
Tugumulyo tahun pelajaran 2017/2018 setelah diterapkan pembelajaran dengan
11
model LAPS-Heuristik dengan teknik open ended secara signifikan dalam
kategori baik. Setelah pembelajaran menggunakan model LAPS-Heuristik dengan
teknik open ended pada kelas eksperimen rata-rata nilai kemampuan pemecahan
masalah matematika sebesar 79,1 dengan katagori baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Teknik Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Delyana, H. 2015. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Kelas VII Melalui Penerapan Teknik Open Ended. Lemma. 2(1), 26-
34
Fatimah, H.N.,dkk. 2015. Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Pada Materi Perbandingan Dan Skala Dikelas VII di
MTS Negeri Model Limboto. Gorontalo: Tidak diterbitkan.
Lambertus. 2013. Penerapan Teknik Open Ended Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Matematika. 4(1), 73-82.
Mawaddah, S. 2015. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada
Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Generatif(Generatif Learning) Di SMP. EDU-MAT Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(2), 166-175.
NCTM. 2000. Principles and Standart For School Mathematics. ISBN 0-87353-
480-8
Shoimin, A. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. 2016. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sumartini, T.S. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal mushorafa. 8(3), 11-
21.
Sundawan, M.D. 2014. Pengaruh model pembelajaran kontruktivisme terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Jurnal Euclid. 1(2), 60-
136
Trianto. 2011. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau, 2 dan 3 Dosen Prodi Matematika
Wahyuni, S. 2015. Pengembangan Karakter Kedisiplinan dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Melalui Model LAPS Heuristik Materi Lingkaran
Kelas-VIII. Unnes Journal Of Mathemtics Education. 4(2), 143-148
top related