penerapan manajemen resiko kredit bermasalah ( …... · penerapan manajemen resiko kredit...
Post on 11-Mar-2019
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
KREDIT BERMASALAH ( NON PERFORMING LOAN/NPL )
PADA KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA
TAHUN 2009
Disusun Oleh :
MAYA FREDAWATI
D 0107076
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah di setujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi untuk dipertahankan di hadapan
Panitian Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Herwan Parwiyanto, S. Sos, M.Si
NIP. 197505052008011033
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah di uji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari : Selasa
Tanggal : 8 Maret 2011
Tim Penguji
1. KETUA :
Drs. H. Sakur,M.S (…………………………….)
NIP. 194902051980121001
2. SEKRETARIS :
Drs. Suryatmojo, M.Si (…………………………….)
NIP. 195308121986011001
3. PEMBIMBING :
Herwan Parwiyanto, S. Sos, M. Si (.............................................)
NIP. 197505052008011033
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Mengetahui,
Dekan
Drs. H. Supriyadi SN., S.U NIP. 19530128 198103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Dengan Menyebut Nama ALLAH Yang Maha Pengasih
Lagi Maha Penyayang
(QS. Al Fatihah :1)
Rasa takut adalah naluri, rasa berani adalah kemenangan :
Kemauan, membungkam rasa takut dan menyembunyikannya
dibawah rasa berani
(Contese Diane)
Semua ada di dalam dirimu. Mintalah melalui dirimu sendiri
(Jalaluddin Rumi)
My Imagination creates my reality
(Walt Disney)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada :
♥ Ayahanda & Ibunda tercinta
(Alm. IGN. Freddy Sediyarso, B.Sc & Ir. Sri Widati Anggraini)
Sebagai tanda baktiku kepada beliau sekalian...
♥ Kakak & Adikku tersayang
(Indika Fredamawati, Amd & Bagas Satria Pamungkas)
Atas dukungan, doa, semangat yang membuatku kuat...
♥ Teman – teman AN’07
Sebagai wujud terima kasih atas persahatan yang indah...
♥ Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, atas ridho dan petunjuk-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”PENERAPAN
MANAJEMEN RESIKO KREDIT BERMASALAH ( NON PERFORMING
LOAN / NPL ) PADA KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
(UMKM) DI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA TAHUN 2009.”
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
guna memperoleh gelar Sarjana Sosial di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak yang telah rela meluangkan waktu, tenaga, dan
pikiran demi tersusunnya skripi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi, yang telah
memberikan pengarahan dalam menyelesaikan tulisan ini.
2. Rino Ardian N, S.Sos, M.TI, selaku Pembimbing Akademik, yang telah
membimbing penulis selama menempuh studi.
3. Drs. Sudarto,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi FISIP, yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
4. Drs. H. Supriyadi SN., S.U ,selaku Dekan FISIP, yang telah memberikan
legalitas berbagai permohonan ijin guna menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
5. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Administrasi FISIP UNS, yang telah
mencurahkan ilmunya sehingga InsyaAllah penulis dapat menyelesaikan
studi dengan baik.
6. Ir. Agung Riawan, MM, selaku Direktur Utama di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta, yang telah memberikan ijin untuk penelitian di PD. BPR Bank
Pasar Surakarta.
7. Subito, SE, selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank
Pasar Surakarta, yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
memberikan keterangan dalam penulisan skripsi ini.
8. Purnadi, SE, selaku Kepala Sub Bagian Pemasaran Kredit UMKM di PD.
BPR Bank Pasar Surakarta, yang telah meluangkan banyak waktunya
untuk memberikan keterangan dalam penulisan skripsi ini.
9. Sariwarni Penta, BSc, selaku Kepala Bagian Umum dan Sumber Daya
Manusia di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yang telah membimbing
penulis selama melakukan penelitian di lapangan.
10. Seluruh staff dan pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yang telah
memberikan kemudahan bagi penulis dalam melakukan penelitian.
11. Seluruh Mahasiswa AN 2007, yang telah menjadi teman dan sahabat
penulis selama ini.
12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
walau tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
dikarenakan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan. Semoga bermanfaat bagi semuanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN MOTTO .............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
ABSTRAK ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ....................................................................... 12
1. Manajemen ....................................................................... 14
2. Resiko ............................................................................... 18
3. Resiko Kredit .................................................................... 23
4. Manajemen Resiko ........................................................... 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Manajemen Resiko Kredit pada PD. BPR Bank Pasar
Surakarta ........................................................................... 31
B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian .................................................................... 50
B. Jenis Penelitian ....................................................................... 51
C. Sumber Data ........................................................................... 51
D. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................... 51
E. Validitas Data ......................................................................... 53
F. Analisis Data ........................................................................... 53
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi ..................................................................... 56
1. Sejarah Umum PD. Bank Pasar Surakarta ....................... 56
2. Keadaan Fisik dan Operasional PD. BPR Bank Pasar
Surakarta .......................................................................... 60
3. Visi dan Misi, Tujuan Pokok & Fungsi, dan Susunan
Organisasi Beserta Tugas & Fungsi Masing – Masing
Bagian PD. BPR Bank Pasar Surakarta ........................... 61
4. Pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta ......................... 73
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 75
1. Penerapan Manajemen Resiko Kredit Ber masalah ( Non
Performing Loan / NPL ) pada Kredit Usaha Mikro Kecil
dan Menengah di PD. BPR Bank Pasar Surakarta ........... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Peneapan
Manajemen Resiko Kredit Bermasalah ( Non Performing
Loan/NPL ) pada Kredit Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di PD. BPR Bank Pasar Surakarta ................... 105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 113
B. Saran ........................................................................................ 117
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Jumlah Kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta
Tahun 2009........................................................................... 7
Tabel 1.2 Data Jumlah Kredit Bermasalah (NPL) Pada Kredit UMKM
di PD. BPR Bank Pasar Surakarta ........................................ 8
Tabel 2.1 Penggolongan Aset Jenis Usaha ............................................ 25
Tabel 4.1 Jumlah Pegawai PD.BPR Bank Pasar Surakarta Menurut
Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ........................................... 74
Tabel 4.2 Jumlah Pemohon Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta Tahun 2009 ........................................................... 89
Tabel 4.3 Jumlah Pemohon dan Realisasi Kredit UMKM di PD. BPR
Bank Pasar Surakarta Tahun 2009 ....................................... 91
Tabel 4.4 Penggolongan Kolektibilitas per 3Bulan pada Kredit UMKM
di PD. BPR Bank pasar Surakarta Tahun 2009 ..................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penerapan Manajemen Resiko Kredit
Bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada Kredit
UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta ....................... 49
Gambar 3.1 Model Analisis Data ......................................................... 55
Gambar 4.1 Susunan Organisasi pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta
Tahun 2009 ....................................................................... 65
Gambar 4.2 Alur Berkas Permohonan Kredit ...................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Maya Fredawati, D0107076, Penerapan Manajemen Resiko Kredit Bermasalah (Non Performing Loan/NPL) Pada Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009, Skripsi, Administrasi Negara, FISIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011, 117 halaman. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh salah satu kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan perekonomian daerah yang nantinya akan meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran bagi masyarakat Dalam mengembangkan perekonomian daerah maka Pemerintah Kota Surakarta memberikan penyuluhan akan usaha mikro kecil dan menengah untuk masyarakat ekonomi menengah kebawah dan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Fokus penelitian ini adalah pada Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Penelitian tentang penerapan manajemen resiko kredit UMKM dilaksanakan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta karena merupakan bank milik Pemerintah Kota Surakarta yang memberikan pelayanan kredit UMKM dimana PD. BPR Bank Pasar Surakarta mempunyai target marketing pada masyarakat tingkat menengah kebawah dan memiliki loyalitas tinggi. Pelayanan kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta memiliki resiko kredit bermasalah yang harus dihadapi dan menimbulkan kerugian apabila tidak dikelola dengan baik. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan secara lengkap Penerapan Manajemen Resiko Kredit Bermasalah pada Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009, terdiri dari identifikasi resiko, evaluasi & pengukuran resiko dan pengelolaan resiko kredit UMKM. Dari hal tersebut juga dapat dideskripsikan faktor penghambat dan pendukung yang ditemui PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam penerapan manajemen resiko NPL kredit UMKM. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang didukung data berupa pernyataan narasumber hasil wawancara dan tabel-tabel, buku pedoman, dan buku peraturan perundangan yang menunjang, kemudian ditambah data observasi langsung. Sedangkan tehnik analisa data menggunakan analisa interaktif dengan mendasarkan pada proses reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.
Penerapan manajemen resiko NPL pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta tahun 2009 secara garis besar berjalan lancar. PD. BPR Bank Pasar Surakarta dikatakan cukup sehat terkait kesehatan bank dalam manajemen resiko NPL. Dalam penerapan manajemen resiko NPL, PD. BPR Bank Pasar Surakarta menemui berbagai faktor penghambat dari intern dan ekstern bank, yakni kemampuan pegawai dalam menggali informasi dari calon debitur, sehingga proses analisa kredit menjadi kurang akurat. Selain itu PD. BPR Bank Pasar Surakarta juga mendapat berbagai faktor pendukung yang berasal dari intern dan ekstern bank yakni para nasabah dan instansi terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
Maya Fredawati, D0107076, THE IMPLEMENTATION OF RISK MANAGEMENT 0F NON PERFORMING LOAN/NPL OF MICRO-MIDDLE EXCERTION IN PD. BPR BANK PASAR OF SURAKARTA 2009, Thesis, Public Administration, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University Of Surakarta, 2011, 117 pages The background of this research is based on the municipality regulation in expanding the economic that will be increasing the prosperity and prosperous of the society. In expanding the economic, Surakarta municipality gave the illumination for small and the middle exertion for the middle society and low rate incomes peoples. The focus of the research is centered for low-middle rate incomes society. This research included the implementation of risk management for low- middle rate incomes society in PD. BPR Bank Pasar of Surakarta. The writer choice the Bank because the Bank give the loan for the society, and the Bank has a high loyal to take and fulfill the marketing target in Surakarta. The credit services of PD. BPR for UMKM has a more trouble risk that should be face to excuse suffer of the financial loss. The main purposed of this research is to describing the implementation of risk management of loan UMKM in PD. BPR Bank Pasar of Surakarta 2009. The purpose is Identification of risk, evaluating, risk evacuate, and risk management in UMKM. The result of the research will be describing of the obstruction and proponent factors finding in PD. BPR Bank Pasar of Surakarta in implementing the risk management (NPL) from the UMKM. This research used descriptive qualitative approach and supporting by the arguments from the borrower interview, the tables, guidelines book, regulation update book, and direct observation data. The technique of data analyze, the writer used the interactive based on the reduction data process, data analysis and result analysis. The implementation of risk management NPL for UMKM in PD. BPR Bank Pasar of Surakarta2009 walk in smoothly process, it is can be said well. the healthy bank for the society in risk management of NPL, PD, BPR Bank Pasar of Surakarta find the obstruction from the internal an d external factors, likely; the self intelligential of the employer to find the information of the customer should be accurate, when ever PD.BPR Bank Pasar of Surakarta also founding the proponent factors from the intern and extern of the bank, likely; the good customer and the other similar agency.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Globalisasi menjadikan berbagai informasi mudah di dapat guna
memenuhi kebutuhan dalam aspek - aspek kehidupan. Terutama pada
manajemen perbankan yang sangat membutuhkan berbagai informasi untuk
menjalankan aktivitasnya. Bank telah menempati posisi sentral dalam
perekonomian modern. Dengan demikian hampir keperluan setiap orang dan
seluruh lapisan masyarakat dalam kegiatan perekonomian terkait dengan
perbankan. Posisinya yang strategis dalam bidang ekonomi terkait dengan dua
peranan pokoknya yakni pertama, sebagai lembaga yang menghimpun dana –
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Kedua,
peranan bank sebagai lembaga penyedia dan penyelenggara layanan jasa –
jasa di bidang keuangan serta lalu lintas pembayaran. Dengan peranannya
yang strategis dan dominan tersebut, bank telah menjadi lembaga yang turut
mempengaruhi perkembangan perekonomian suatu negara.
Prestasi ataupun kinerja yang buruk dari perbankan akan dengan
sendirinya turut memberi andil bagi kinerja, maupun pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Tumbuh kembang dan sehatnya perekonomian suatu negara
sebagian besar bergantung pada kesehatan perbankan di negara tersebut.
Prioritas utama dalam setiap usaha dan bisnis terutama perbankan sebaiknya
adalah untuk mendapatkan dan mempertahankan konsumen. Perhatian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sungguh – sungguh terhadap konsumen merupakan faktor terpenting yang
menentukan dalam dunia usaha dan bisnis, termasuk di dalamnya bank.
Kegagalan dalam memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah akan
berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan bahkan yang lebih
buruk adalah kerugian bank. Pelayanan yang bermutu kepada nasabah atau
konsumen oleh suatu perusahaan akan membawa dampak tumbuhnya
kepercayaan nasabah kepada perusahaan atau bank tersebut.
Berhasil atau tidaknya suatu bank pada umumnya ditandai dengan
kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa
yang akan datang. Oleh karena itu, tugas manajemen adalah untuk
merencanakan segala aktivitas yang harus dilakukan dimasa yang akan datang
agar kelangsungan hidup perbankan dapat dipertahankan dan dapat
ditingkatkan. Dengan adanya perencanaan yang baik maka diharapkan semua
kegiatan perbankan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sehingga tujuan perbankan untuk mencapai laba yang optimal
dapat terealisasi. Kerugian atau kegagalan merupakan konsekuensi negatif
dalam bisnis yang diakibatkan karena ketidakmampuan perusahaan mengelola
resiko. Sedangkan resiko sendiri muncul karena ada kondisi ketidakpastian di
masa yang akan datang yang tentunya sulit untuk di prediksikan.
Peraturan Bank Indonesia No 5/8 Tahun 2003 ( dalam Imam Ghozali,
2007 : 11 ) mengidentifikasi ada 8 jenis resiko yang secara inherent melekat
pada industri perbankan yaitu resiko kredit, resiko pasar, resiko likuiditas,
resiko operasional, resiko hukum (legal), resiko reputasi, resiko strategik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
resiko kepatuhan (compliance ). Seperti yang diatur dalam PBI No 5/8 Bank
besar dan memiliki operasi yang komplek diwajibkan mengaplikasikan
manajemen resiko untuk keseluruhan 8 resiko tersebut. Bagi bank yang
menengah atau kecil hanya di wajibkan mengaplikasikan manajemen resiko
paling tidak 4 kategori resiko utama yaitu resiko kredit, resiko pasar, resiko
likuiditas dan resiko operasional.
Dalam rangka menghadapi situasi lingkungan eksternal dan internal
perbankan yang mengalami perkembangan pesat yang di ikuti dengan semakin
kompleksnya resiko kegiatan usaha perbankan sehingga pada akhirnya
meningkatkan kebutuhan adanya penerapan prinsip tata kelola perusahaan
yang sehat khususnya manajemen resiko ( Risk Management ). Manajemen
resiko sangat diperlukan dalam perbankan untuk meminimalisir resiko yang
mungkin akan di hadapi atau justru mampu menjadikan resiko tersebut
menjadi sebuah peluang untuk mencapai kesempatan. Manajemen resiko
sangat penting karena bank adalah perusahaan jasa yang pendapatannya
diperoleh dari interaksi dengan nasabah sehingga resiko tidak mungkin tidak
ada. Proses manajemen risiko merupakan suatu hal yang mutlak, jika kita
ingin menghindari kerugian dalam usaha atau bisnis. Struktur tata kelola
manajemen risiko bank yang kuat menjadi dasar evaluasi keseimbangan antara
risiko dan tingkat pengembalian untuk menghasilkan pendapatan yang
bekesinambungan, mengurangi potensi kredit macet (non performing loan),
mengurangi fluktuasi pendapatan dan meningkatkan nilai bagi pemegang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
saham (Team infobank.com, 2007, artikel dalam http://
www.infoperbankan.com ).
Penerapan manajemen resiko di perbankan Indonesia masih
merupakan tantangan tersendiri, untuk dapat menciptakan industri perbankan
yang sehat namun tetap dapat menjaga daya saingnya. Mulai tahun 2004 yang
lalu bank Indonesia dalam hubungannya dengan pengembangan pengelolaan
risiko telah mengeluarkan berbagai ketentuan yang harus diikuti oleh
perbankan nasional. Diantaranya adalah pembentukan komite manajemen
risiko dan satuan kerja manajemen risiko. Dimana satuan kerja manajemen
risiko berfungsi untuk memastikan pelaksanaan proses manajemen risiko
berjalan lancar dan memberi gambaran profil risiko kepada manajemen
(Palmirma, 2007, artikel dalam Http://www.vibizinews.com). Sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia tersebut, semua bank harus menerapkan manajemen
risiko sesuai dengan roadmap dan pedoman.
Penerapan manajemen risiko, apakah berupa resiko reputasi, resiko
kredit, resiko pasar, ataupun resiko operasional, sepantasnya mendapatkan
dukungan penuh bukan hanya dari industri perbankan, tetapi juga dari
komunitas pengguna jasa perbankan (nasabah) (Djajawinata,2008).
Karenanya, untuk meminimalisir resiko-resiko yang dihadapi, manajemen
bank harus memiliki keahlian dan kompetensi yang memadai, sehingga
berbagai resiko yang berpotensi muncul dapat diantisipasi dari awal, dan
dicari cara penanganannya secara lebih baik. Diharapkan resiko yang muncul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga potensi kerugian yang akan
diderita juga dapat ditekan seminimal mungkin.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19
Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank Umum. Penerapan
manajemen resiko dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Meningkatkan Stakeholder value.
2. Memberikan gambaran bagi pengelola bank mengenai
kemungkinan kerugian bank di masa yang akan datang.
3. Meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang
sistematis di dasarkan atas ketersediaan informasi.
4. Mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian bank
yang dapat mempengaruhi permodalan bank.
Keberadaan Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bank Pasar
Surakarta selanjutnya disebut dengan PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah
salah satu perusahaan daerah di Surakarta sejak tanggal 1 April 1981 berdasar
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1982 bertugas untuk memberikan kredit
yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan modal usaha
baik usaha mikro, kecil maupun menengah, yang selanjutnya disebut dengan
Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bagi masyarakat yang
berpenghasilan menengah kebawah.
Dikatakan Perusahaan Daerah (PD) karena Bank Pasar merupakan
perusahaan milik Pemerintah Kota Surakarta yang modal keseluruhannya
merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sedangkan Menurut Undang –
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang – Undang nomor 7 Thaun 1992 tentang perbankan, Bank Pasar
dikatakan sebagai Bank Perkreditan Rakyat karena Bank Pasar merupakan
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
Kredit UMKM berbeda dengan layanan kredit lain yang ditawarkan di
PD. BPR Bank Pasar Surakarta seperti kredit pegawai, kredit pasar, kredit
program dan kredit umum. Kredit UMKM lebih membidik masyarakat dengan
ekonomi lemah yang membutuhkan bantuan untuk modal usaha. Tujuan dari
pemberian kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah kepada masyarakat pada
hakekatnya adalah untuk membantu masyarakat yang kekurangan dana dalam
mendirikan suatu usaha dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat itu sendiri. Berbeda dengan kredit lain yang dilayani PD. BPR
Bank Pasar Surakarta seperti kredit pegawai, kredit pasar, kredit umum dan
kredit program, kredit UMKM merupakan salah satu bentuk fasilitas yang
lebih nyata untuk upaya implementasi kebijakan Pemerintah Kota Surakarta
yakni kebijakan dalam mengembangkan perekonomian dan menggerakkan
pembangunan daerah. Hal tersebut nantinya akan meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran bagi masyarakat Surakarta.
Manfaat yang diperoleh dengan adanya kredit UMKM oleh PD. BPR
Bank Pasar Surakarta adalah dari pihak debitur, warga masyarakat yang
mengambil kredit UMKM dapat membuka usahanya dengan lancar karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
adanya kemudahan mendapatkan modal usaha. Hal ini akhirnya akan
mempercepat usaha pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran terutama
dalam meningkatkan perekonomian atau pendapatan keluarga menengah
kebawah. Sedangkan manfaat yang di peroleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta
adalah peningkatan jumlah keuntungan yang akan di terima. Jumlah
masyarakat, selanjutnya disebut nasabah atau debitur yang menggunakan
fasilitas kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta, terlihat dari data
berikut ini :
Tabel 1.1 Data Jumlah Kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta
Per tanggal 31 Desember 2009
NO
KETERANGAN TOTAL
ORANG NOMINAL 1. Kredit Pegawai 1658 Rp 23.526.177.081,00 2. Kredit Pasar 326 Rp 926.753.000,00 3. Kredit UMKM 131 Rp 472.785.397,00 4. Kredit Umum 25 Rp 168.891.445,00 5. Kredit Program 5 Rp 4. 907.716,00
TOTAL 2145 Rp 25.099.514.639,00 Sumber : Rekap Nominatif Per Jenis Kredit & Kolektibilitas Per Tanggal 31 Desember 2009
Dari tabel diatas, terlihat bahwa peminat kredit UMKM cukup banyak
dengan menempati urutan ketiga dari lima jenis kredit yang di tawarkan oleh
PD. BPR Bank Pasar Surakarta yaitu 131 orang dengan nominal Rp
472.785.397,00 dari total 2145 orang dengan nominal Rp 25.099.514.639,00.
PD. BPR Bank Pasar telah menerapkan prinsip – prinsip Good
Corporate Governance ( GCG ) dan manajemen resiko dalam pengelolaan
kredit UMKM tersebut. Manajemen resiko berperan penting dalam mengelola
resiko yang mungkin di hadapi terutama dalam hal kredit seperti terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang
diberikan bank kepada debitur. Jumlah kredit bermasalah yang dimiliki PD.
BPR Bank Pasar Surakarta periode tahun 2009 dapat dilihat dari data sebagai
berikut :
Tabel 1.2 Data Jumlah Kredit Bermasalah ( NPL ) Pada Kredit UMKM
PD. BPR Bank Pasar Tahun 2009
NO PENGGOLONGAN KREDIT
( KUALITAS KREDIT )
KREDIT USAHA MIKRO KECIL MENENGAH
( UMKM ) ORANG NOMINAL
1. Kredit Lancar 100 Rp 331.080.220,00 2. Kredit Perhatian
Khusus 0 0
3. Kredit Kurang Lancar
3 Rp 8.707.900,00
4. Kredit Diragukan 7 Rp 12.475.500,00 5. Kredit Macet 21 Rp 120.521.777,00
TOTAL 131 Rp 472.785.397,00 Sumber : Rekap Nominatif Per Jenis Kredit & Kolektibilitas Per Tanggal 31 Desember 2009
Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa jumlah kredit
bermasalah tahun 2009 masih cukup tinggi terutama pada golongan kredit macet
yaitu 21 orang dengan nominal Rp 120.521.777,00 dari 131 orang dengan
nominal Rp 472.785.397,00. Dengan adanya jumlah kredit macet yang cukup
tinggi pada kredit UMKM Tahun 2009 di atas maka dapat di simpulkan cukup
tingginya resiko yang mampu menimbulkan masalah – masalah pada perusahaan
perbankan itu sendiri bahkan apabila tidak di kelola dengan baik, dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Dari uraian di atas yang menunjukkan bahwa PD. BPR Bank Pasar
Surakarta dalam memberikan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
bagi nasabahnya memiliki resiko kredit bermasalah yang harus dihadapi dan
jumlahnya dapat meningkat sehingga mampu menimbulkan kerugian bagi PD.
BPR Bank Pasar sendiri apabila tidak di kelola dengan baik. Berdasarkan alasan
di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Penerapan Manajemen Resiko
Kredit Bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada Kredit Usaha Mikro
Kecil dan Menengah ( UMKM ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk membatasi
pembahasan, perumusan masalah yang di angkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah penerapan manajemen resiko kredit bermasalah (
non performing loan / NPL ) pada kredit UMKM ( Usaha Mikro
Kecil dan Menengah ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta pada
tahun 2009?
2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung yang ditemui dalam
penerapan manajemen resiko kredit bermasalah ( non performing
loan / NPL ) pada kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan
Menengah ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta pada tahun 2009?
C. TUJUAN PENELITIAN
Pada dasarnya setiap penelitian ilmiah memiliki tujuan yang ingin di
capai. Tujuan suatu penelitian adalah pernyataan mengenai apa yang hendak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
di capai ( Susanto, 2006 : 30 ). Dalam penelitian ini tujuan dapat diperinci
menjadi 3 ( tiga ) bagian, yaitu :
1. Tujuan Operasional
Tujuan operasional penelitian adalah untuk mengetahui dan
memberikan penjelasan bagaimana penerapan manajemen resiko
kredit bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada kredit
UMKM ( Usaha Mikro Kecil Menengah ) di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta Tahun 2009.
2. Tujuan Fungsional
Hasil penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu dan bahan kajian bagi penulis maupun pihak –
pihak yang berkepentingan.
3. Tujuan Individual
Tujuan individual penelitian adalah untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini di harapkan memberikan manfaat :
1. Bagi perusahaan, di harapkan penelitian ini bermanfaat
memberikan informasi dan gambaran mengenai penerapan
manajemen resiko kredit bermasalah (Non Performing Loan / NPL)
pada kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil Menengah ) di PD. BPR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Bank Pasar Surakarta Tahun 2009. Serta sebagai bahan evaluasi
bagi pihak terkait ( instansi ) terhadap penerapan manajemen
resiko kredit bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada
kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil Menengah ) di PD. BPR Bank
Pasar Surakarta Tahun 2009.
2. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang
di peroleh ke dalam praktek nyata. Sehingga dapat berlatih cara
berfikir sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan
profesional.
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
tentang penerapan manajemen resiko kredit bermasalah ( Non
Performing Loan / NPL ) pada kredit UMKM ( Usaha Mikro Kecil
Menengah ) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
Pada penelitian ini, Fokus administrasi publik adalah ilmu manajemen.
Manajemen resiko merupakan anak dari mata kuliah manajemen korporasi.
Sedangkan Lokus administrasi publik adalah masalah dan kepentingan –
kepentingan publik, khususnya pelayanan publik dalam memberikan
memberikan kredit yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan modal usaha bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah
kebawah. Oleh karena itu, dalam pemberian kredit perlu adanya penerapan
manajemen resiko kredit bermasalah untuk meminimalkan resiko yang akan di
timbulkan.
Penerapan manajemen resiko mengacu pada paradigma ‘ governance’
dalam administrasi negara. Konsep ‘Governance‘ menunjuk pada pelibatan
lembaga lain non – negara (pasar dan masyarakat) dalam penyelenggaraan
urusan publik. Dengan memberikan peran dan ruang yang lebih luas pada
lembaga non-pemerintah, kegiatan pemerintah menjadi lebih partisipatif,
responsif dan akuntabel pada kepentingan publik.
Konsep ’good governance’ adalah suatu gagasan tentang adanya saling
ketergantungan dan interaksi dari berbagai macam aktor kelembagaan
disemua level didalam negara yaitu state, civil society, dan sektor swasta atau
market (perusahaan, lemabaga keuangan, dll).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pengertian administrasi publik sebagai ’governance’ tidak hanya
mencakup ruang lingkup yang terbatas pada negara, tapi semua aktor yang
terlibat dalam urusan publik. Administrasi negara sebagai ”governance”
adalah keseluruhan sarana yang menjalankan fungsi publik, sehingga fokus
studi administrasi negara beralih kepola-pola organisasi manusia seperti nilai
– nilai kelompok dan organisasi serta bagaimana nilai – nilai diekspresikan ;
bagaimana fungsi – fungsi yang dijalankan oleh organisasi sukarela,
organisasi non-profit, organisasi bisnis, dan organisasi pemerintah dalam
menjalankan pelayanan publik ; bagaimana interaksi antara pemerintah dan
organisasi bisnis.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta merupakan organisasi publik karena
perusahaan ini memberikan pelayanan untuk publik khususnya untuk
masyarakat Surakarta. Keberadaan PD. BPR Bank Pasar Surakarta sebagai
salah satu perusahaan daerah di Surakarta sejak tanggal 1 April 1981 berdasar
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1982 bertugas untuk memberikan kredit
yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan modal usaha
baik usaha mikro, kecil maupun menengah. , yang selanjutnya disebut dengan
Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) bagi masyarakat yang
berpenghasilan menengah kebawah.
Untuk lebih mempermudah memperoleh titik tolak yang jelas, maka
hal -hal penting yang membentuk topik utama penelitian akan dijelaskan
secara sistematis. Penjelasan – penjelasan yang diambil dari beberapa literatur
di harapkan dapat memberi penjelasan awal tentang topik penelitian ini. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
penting yang akan dijelaskan dalam penelitian ini terdiri dari 6 ( enam ) hal,
yaitu Manajemen, Resiko, Resiko Kredit, Manajemen Resiko, Manajemen
Resiko Kredit PD. BPR Bank Pasar Surakarta dan faktor – faktor yang
berpengaruh dalam proses penerapan manajemen resiko PD. BPR Bank Pasar
Surakarta pada yang dapat djelaskan sebagai berikut :
1. Manajemen
Secara etimologi, Kata manajemen berasal dari bahasa Italia
(1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya
"mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus yang berati
"tangan". Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang
berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti
seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari
bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris
menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan
mengatur.
Sebagai ilmu pengetahuan, manajemen bersifat universal namun
dari segi definisi manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Ilmu pengetahuan manajemen dapat diterapkan
dalam semua organisasi manusia, seperti perusahaan, pemerintah,
pendidikan, sosial, keagamaan, dan lain – lain.
Menurut Mary Parker Follett ( dalam T. Hani Handoko, 2003 :8 )
mendefinisikan manajemen sebagai ”seni dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain ”. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mencapai tujuan – tujuan organisasi melalui pengaturan orang – orang lain
untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin di perlukan atau berarti
dengan tidak melakukan tugas – tugas itu sendiri.
Menurut Stoner ( dalam T. Hani Handoko, 2003 : 8 ), Manajemen
adalah :
” Proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha – usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan. ”
Dari definisi di atas, Stoner telah menggunakan kata proses bukan
seni. Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti kemampuan
atau ketrampilan pribadi, sedangkan suatu proses adalah cara sistematis
untuk melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses
karena semua manajer, tanpa mempedulikan kecakapan atau ketrampilan
khusus mereka harus melakukan kegiatan – kegiatan tertentu yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan – tujuan yang mereka inginkan.
Definisi manajemen merupakan masalah yang sulit dan sampai
sekarang tidak ada persetujuan universal tentang definisi manajemen.
Bahkan telah terjadi banyak perdebatan bertahun – tahun hanya untuk
menjelaskan bagaimana manajemen dapat diklasifikan. Untuk lebih
memperjelas pengertian manajemen maka akan dibahas topik – topik
berikut ini :
1. Manajemen sebagai ilmu dan seni
Luther Gulick (dalam T.Hani Handoko, 2003:11) mendefinisikan
manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan ( science) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana
manusia bekerja sama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem
kerjasama lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Manajemen merupakan
ilmu pengetahuan juga dalam artian bahwa manajemen memerlukan
disiplin ilmu – ilmu pengetahuan lain dalam penerapannya, misal
ekonomi, statistik, akuntansi, dsb. Manajemen bukan hanya
merupakan ilmu atau seni, tetapi kombinasi dari keduanya. Kombinasi
ini tidak dalam proporsi yang tetap tetapi dalam proporsi yang
bermacam – macam.
2. Manajemen sebagai profesi
Banyak usaha telah dilakukan untuk mengklasifikasikan
manajemen sebagai suatu profesi. Edgar H. Schein (dalam T.Hani
Handoko, 2003:14) telah menguraikan karakteristik – karakteristik
atau kriteria – kriteria untuk menentukan suatu profesi yang dapat di
perinci sebagai berikut :
a. Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip –
prinsip umum. Adanya pendidikan, kursus – kursus dan
program – program latihan formal menunjukkan bahwa ada
prinsip – prinsip manajemen tertentu yang dapat diandalkan.
b. Para profesional mendapatkan status mereka karena
mencapai standart prestasi kerja tertentu.
c. Para profesional harus di tentukan oleh suatu kode etik yang
kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Istilah manajemen berhubungan dengan usaha untuk tujuan
tertentu dengan jalan menggunakan sumber daya – sumber daya yang
tersedia dalam organisasi dengan cara sebaik mungkin. Karena dalam
pengertian ”organisasi” selalu terkandung unsur kelompok (lebih dari 2
orang) manusia, maka manajemen pun biasanya digunakan dalam
hubungan usaha suatu kelompok manusia, walaupun manajemen itu dapat
pula ditetapkan terhadap usaha – usaha individu. Menurut Skinner (dalam
Pandji Anoraga, SE, M.M, 1997 : 114), fungsi manajemen meliputi ;
a. perencanaan ( planning )
b. pengorganisasian ( organizing )
c. pengerjaan ( staffing )
d. pengarahan ( controlling )
Sedangkan menurut Stephen P. Robbin ( dalam Pandji Anoraga,
SE, M.M, 1997 : 115 ), fungsi manajemen meliputi :
a. perencanaan ( planning )
b. pengorganisasian ( organizing )
c. memimpin ( leading )
d. pengendalian ( controlling )
Pada penelitian ini akan di bahas mengenai manajemen yang
berkaitan dengan pengelolaan resiko pada usaha sektor perbankan, yaitu
penerapan manajemen resiko sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Umum. Dalam penelitian ini ruang lingkup hanya di batasi pada
penerapan manajemen resiko di PD. BPR. Bank Pasar Surakarta.
2. Resiko
Aktivitas perusahaan sebenarnya tidak dapat di pisahkan dari
aktivitas mengelola resiko. Menurut Imam Ghozali (2007:3), Resiko
didefinisikan sebagai volatilitas outcome yang umumnya berupa nilai dari
suatu aktiva atau hutang.
Resiko usaha merupakan semua resiko yang berkaitan dengan
usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Resiko dapat timbul dari
berbagai sumber. Resiko yang di ciptakan oleh manusia seperti siklus
usaha, inflasi, perubahan kebijakan pemerintah dan perang. Resiko dapat
pula timbul dari pertumbuhan ekonomi jangka panjang, inovasi teknologi.
Menurut Suhardjono ( 2003 : 73 ), secara umum definisi resiko
adalah eksposur terhadap ketidakpastian, sehingga resiko dapat dipecah
menjadi dua komponen yaitu ketidakpastian dan eksposur terhadap
ketidakpastian. Dengan demikian besar-kecilnya resiko yang terjadi
tergantung pada tingkat eksposur dan tingkat ketidakpastian yang
dihadapi.
Kemudian menurut Peraturan Bank Indonesia No 5/8/PBI/2003
tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank
Umum, Resiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian
potensial, baik yang dapat diperkirakan ( anticipated ) maupun yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dapat diperkirakan ( unanticipated ) yang berdampak negatif terhadap
pendapatan dan permodalan bank.
Kemudian menurut Kamus Perbankan, pengertian resiko adalah
tingkat kemungkinan terjadinya kerugian yang harus ditanggung dalam
pemberian kredit, penanaman investasi, atau transaksi lain yang dapat
berbentuk harta, kehilangan keuntungan atau kemampuan ekonomis,
anatara lain karena adanya perubahan suku bunga kebijakan pemerintah
dan kegagalan usaha.
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa resiko selalu berhubungan dengan
kemungkinan terjadinya kerugian yang tak terduga atau tidak di inginkan.
Dengan kata lain, ”kemungkinan” itu sudah menunjukkan ketidakpastian.
Menurut Suhardjono ( 2003 : 73-74 ), ketidakpastian itu merupakan
kondisi yang menyebabkan tumbuhnya resiko, kondisi yang tidak pasti
tersebut timbul karena berbagai sebab, antara lain :
a. Jangka waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan
berakhir, semakin panjang jangka waktu akan semakin besar
ketidakpastiannya.
b. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
c. Keterbatasan pengetahuan / ketrampilan / tehnik mengambil
keputusan.
d. Faktor – faktor lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Resiko dapat dikelompokkan kedalam dua tipe resiko yakni (Mamduh M.
Hanafi, 2009:6-7) :
a. Resiko murni ( pure risk) adalah resiko dimana kemungkinan kerugian
ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Potensi kerugian
dibicarakan dalam jenis resiko ini. Beberapa contoh resiko tipe ini
antara lain (Mamduh M. Hanafi, 2009: 8-9):
1. Resiko aset fisik, yakni resiko yang terjadi karena kejadian
tertentu berakibat buruk ( kerugian ) pada aset fisik organisasi.
Misalnya, kebakaran atau banjir yang mengakibatkan
kerusakan pada bangunan dan peralatan perusahaan.
2. Resiko karyawan, yakni resiko karena karyawan organisasi
mengalami peristiwa yang merugikan. Misalnya, kecelakaan
kerja mengakibatkan karyawan cendera, kegiatan operasional
perusahaan terganggu.
3. Resiko legal, yakni resiko kontrak tidak sesuai yang
diharapkan, dokumentasi yang tidak benar. Misalnya, terjadi
perselisihan sehingga perusahaan lain menuntut ganti rugi yang
signifikan.
b. Resiko spekulatif adalah resiko dimana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan. Potensi keuntungan dan kerugian
dibicarakan dalam jenis resiko ini. Resiko spekulatif juga bisa disebut
sebagai resiko bisnis. Kerugian resiko spekulatif akan merugikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
individu tertentu, tetapi akan menguntungkan individu lainnya. Yang
termasuk jenis resiko spekulatif antara lain :
1. Resiko citra atau reputasi perusahaan ( reputation risk )
Yaitu resiko kerusakan potensial sebagai akibat opini negatif
publik terhadap kegiatan bank sehingga bank mengalami
penurunan jumlah nasabah atau menimbulkan biaya besar
karena gugatan pengadilan atau penurunan pendapatan bank.
Rumor di pasar atau persepsi publik merupakan penyebab
signifikan didalam menentukan tingkat resiko reputasi.
2. Resiko pasar ( market risk )
Yaitu resiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar.
Misalnya harga pasar saham yang mengalami penurunan
sehingga mengakibatkan kerugian perusahaan.
3. Resiko Kredit ( credit risk )
Yaitu resiko karena pihak lawan gagal memenuhi
kewajibannya kepada perusahaan. Misalnya debitur tidak bisa
membayar cicilan dan bunga hutang sehingga perusahaan
mengalami kerugian.
4. Resiko Likuiditas
Resiko likuiditas dapat dibedakan menjadi dua yaitu resiko
likuiditas asset dan resiko likuiditas pendanaan. Resiko
likuiditas asset timbul ketika suatu transaksi tidak dapat
dilaksanakan pada harga pasar yang terjadi karena besarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
nilai transaksi relatif terhadap besarnya pasar. Sedangkan
resiko likuiditas pendanaan yaitu ketidakmampuan memenuhi
kewajiban yang sudah jatuh tempo yang pada gilirannya akan
mengakibatkan likuidasi.
5. Resiko Operasional
Yaitu resiko kegiatan operasional tidak berjalan lancar dan
mengakibatkan kerugian : kegagalan sistem, human error,
pengendalian dan prosedur yang kurang. Misalnya komputer
perusahaan sering error sehingga operasi perusahaan
terganggu. Prosedur pengendalian tidak memadahi sehingga
terjadi pencurian barang – barang yang dimiliki perusahaan.
Dalam paper internasional yang berjudul Risk Management
Practices Followed by the Commercial Banks in Pakistan oleh Afsheen
Shafiq and Mohamed Nasr, (2009:1) “Risk is defined as anything that can
create hindrances in the way of achievement of certain objectives. It can
be because of either internal factors or external factors.” Artinya Risiko
didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membuat hambatan di jalan
pencapaian tujuan tertentu. Hal ini dapat disebabkan baik dari faktor
internal atau faktor eksternal. Di paper ini dikatakan bahwa risiko dapat
membuat situasi organisasi / perbankan menjadi kritis apabila tidak
dikelola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Resiko Kredit
Resiko kredit merupakan salah satu dari 4 kategori resiko utama
yang wajib diaplikasikan pada bank umum. Menurut Imam Ghozali,
(2007:12) :
”Resiko kredit di definisikan sebagai resiko kerugian yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau resiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya.”
Resiko kredit dapat timbul karena beberapa hal :
a. Adanya kemungkinan pinjaman yang di berikan oleh bank atau
obligasi ( surat hutang ) yang dibeli oleh bank tidak terbayar.
b. Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat di dalamnya bisa
melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada
kontrak derivatif.
c. Penyelesaian ( settlement ) dengan nilai tukar, suku bunga dan produk
derivatif.
Adapun sumber resiko kredit menurut Imam Ghozali (2007:121) antara
lain:
a. Lending risk
Yaitu resiko akibat debitur atau nasabah tidak mampu melunasi
fasilitas yang telah disediakan oleh bank, baik fasilitas kredit langsung
maupun tidak langsung ( cash loan maupun non cash loan )
b. Counterparty risk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Yaitu Resiko yang timbul karena pasangan usaha ( counterparty ) tidak
dapat melunasi kewajibannya kepada bank, baik sebelummaupun pada
tanggal kesepakatan.
c. Issuer risk
Issuer risk timbul karena penerbit suatu surat berharga tidak dapat
melunasi sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki bank.
Kemudian menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003
tentang Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank Umum, Resiko Kredit
adalah Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty
memenuhi kewajibannya.
Kemudian menurut Suhardjono ( 2003 : 74 ), Resiko Kredit
merupakan resiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan ( default )
debitur yang tidak dapat diperkirakan atau karena debitur tidak dapat
memenuhi kewajibannya sesuai perjanjian atau penurunan kualitas kredit
nasabah. Kerugian dari resiko kredit dapat timbul sebelum terjadinya
default sehingga secara umum resiko kredit harus didefinisikan sebagai
potensi kerugian nilai marked to market yang mungkin timbul karena
pemberian kredit oleh bank.
Sedangkan pengertian resiko kredit menurut Kamus Perbankan
adalah resiko yang timbul dalam hal debitur gagal memenuhi
kewajibannya untuk membayar angsuran pokok atau bunga sebagaimana
telah disepakati dalam perjanjian kredit, disamping resiko suku bunga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Resiko kredit merupakan salah satu resiko utama dalam pelaksanaan
pemberian kredit bank.
Dalam penelitian ini ruang lingkup akan dibatasi pada resiko kredit
yang timbul pada kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM )
PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Adapun penggolongan jenis usaha atau
criteria usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1
Penggolongan Aset Jenis Usaha
(SE. Bank Indonesia No. 12/15/DKBU, Tanggal 11 Juni 2010)
UU No. 20/2008
NO JENIS USAHA
MAKS. ASET YANG DIMILIKI
KETERANGAN
1. Usaha Mikro Sampai dengan Rp 50.000.000,00
Tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
2. Usaha Kecil Dari Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,00
Tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 30.000.000,00 sampai Rp 2,5 Miliar
3. Usaha Menengah
Dari Rp 500.000.000,00 sampai dengan Rp 10 miliar
Tidak termasuk tanah & bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai Rp 50 miliar
4. Selain Usaha Mikro, kecil dan menengah
Tidak dijelaskan dengan angka dalam rupiah
Tidak termasuk criteria No 1 s.d no 3
Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pengambilan ruang lingkup resiko kredit UMKM ini berdasarkan
latar belakang masalah yang menyebutkan bahwa PD. BPR Bank Pasar
Surakarta merupakan bank yang sebagian besar aktivitasnya berfokus
pada usaha masyarakat ekonomi menengah kebawah di Kota Surakarta
melalui penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Dimana dalam kegiatannya tersebut di mungkinkan timbul resiko apabila
dikemudian hari nasabah gagal atau bermasalah dalam pengembalian
kredit, sehingga dalam hal ini peneliti ingin meneliti tentang resiko kredit
UMKM pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
4. Manajemen Resiko
Resiko ada dimana – mana, bisa datang kapan saja dan sulit untuk
dihindari. Jika suatu resiko tersebut melanda suatu organisasi, maka
organisasi tersebut dapat mengalami kerugian yang signifikan. Organisasi
harus dibuat sadar akan resiko sehingga resiko dapat diantisipasi dan
dikelola dengan baik. Konsekuensi merugikan akan muncul jika suatu
organisasi gagal dalam mengelola resiko. Dalam beberapa situasi, resiko
dapat mengakibatkan kehancuran suatu organisasi, karena itu resiko perlu
dikelola. Untuk itulah perlu diterapkan suatu manajemen resiko pada
organisasi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
perbankan (dalam Suhardjono,2003:99), ditegaskan bahwa :
”Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha debitur.”
Pada penjelasan diatas berdasarkan Undang – undang Nomor 10
Tahun 1996, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan manajemen resiko
kredit bermasalah itu mulai diterapkan oleh bank sebelum memberikan
kredit kepada calon debitur. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan resiko kredit bermasalah sejak dini oleh bank, mengingat
resiko muncul dari ketidakpastian.
Mamduh M. Hanafi ( 2006 : 18 ) memberikan pengertian
manajemen resiko adalah suatu sistem pengelolaan resiko yang dihadapi
oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan meningkatkan nilai
perusahaan. Kemudian menurut Wiliam, Smith, & Young (dalam Mamduh
M. Hanafi, 2006 : 19 ), Manajemen resiko organisasi mempunyai elemen –
elemen berikut ini :
a) Identifikasi Misi : Menetapkan tujuan manajemen resiko.
b) Penilaian resiko dan ketidakpastian : Mengidentifikasi dan
mengukur resiko.
c) Pengendalian resiko : Mengendalikan resiko melalui diversifikasi,
asuransi, hedging, penghindaran dan lain – lain.
d) Pendanaan resiko : Bagaimana membiayai manajemen resiko
e) Administrasi program : Administrasi organisasi, seperti manual
dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Definisi manajemen resiko yang dijelaskan Wargbug ( dalam
Mamduh M. Hanafi, 2006 : 18 ) adalah seperangkat kebijakan, prosedur
yang lengkap yang dipunyai organisasi untuk mengelola, memonitor dan
mengendalikan eksposur organisasi terhadap resiko.
Manajemen resiko bertujuan untuk mengelola resiko sehingga
organisasi bisa bertahan atau barangkali justru mengoptimalkan resiko.
Selain itu manajemen resiko organisasi juga bertujuan menciptakan sistem
atau mekanisme dalam organisasi sehingga resiko yang bisa merugikan
organisasi bisa diantisipasi dan dikelola untuk tujuan meningkatkan nilai
perusahaan. Perusahaan seringkali secara sengaja mengambil resiko
tertentu, karena melihat potensi keuntungan dibalik resiko tersebut.
Manajemen resiko menurut Kamus Perbankan adalah pengelolaan
berbagai bentuk resiko yang berhubungan dengan operasional bank sesuai
dengan prinsip kehati – hatian, guna mengontrol resiko pembiayaan yang
terdiri atas resiko kredit, resiko suku bunga, dengan cara cegah resiko
(hedging), finansial futures, dan batas atas suku bunga (interest rate caps),
tujuannya untuk mengendalikan biaya dana, anggaran biaya bunga dan
membatasi tekanan terhadap perubahan tingkat suku bunga.
Sedangkan menurut PD. BPR Bank Pasar Surakarta, Manajemen
resiko adalah suatu pendekatan sistematis yang mengidentifikai,
mengukur, memprioritaskan dan mengurangi resiko – resiko operasional.
Kemudian, menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Resiko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
bagi Bank Umum. Penerapan manajemen resiko dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Meningkatkan Shareholder value.
2. Memberikan gambaran bagi pengelola bank mengenai
kemungkinan kerugian bank di masa yang akan datang.
3. Meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang
sistematis didasarkan atas ketersediaan informasi.
4. Mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian bank
yang dapat mempengaruhi permodalan bank.
Esensi dari penerapan manajemen resiko adalah kecukupan
prosedur dan metodologi pengelolaan manajemen resiko sehingga
kegiatan usaha bank tetap terkendali ( manageable ) pada batas / limit
yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Namun demikian
mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta
kompleksitas usaha bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen
resiko yang universal untuk seluruh bank sehingga setiap bank harus
membangun sistem manajemen resiko sesuai dengan fungsi dan organisasi
manajemen resiko pada bank.
Dalam paper Internasional yang berjudul Risk Management
Practices Followed by the Commercial Banks in Pakistan oleh Afsheen
Shafiq and Mohamed Nasr ( 2009: 1), menyebutkan “the practice of Risk
Management is a measure that is used for identifying, analyzing and then
responding to a particular risk”, Yang dapat diartikan bahwa praktek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Manajemen Risiko adalah suatu praktek yang digunakan untuk
mengidentifikasi, menganalisis dan menanggapi risiko tertentu. Suatu
kerugian besar yang diderita perbankan belum tentu disebabkan oleh
kegagalan dalam manajemen resiko. Hal ini berarti suatu organisasi atau
perusahaan yang telah menerapkan manajemen resiko dengan sempurna
bukan berarti sudah bebas dari kemungkinan kerugian.
Juga disebutkan dalam jurnal manajemen resiko adalah salah satu
praktek yang paling penting untuk digunakan dalam organisasi terutama di
bank, untuk mendapatkan kepastian tentang keandalan operasi dan
prosedur yang diikuti.
Dalam jurnal internasional yang berjudul Credit risk management:
a survey of practices oleh Ali Fatemi dan Iraj Fooladi (2006:227), yaitu
”Shareholder value maximization requires a firm to engage in risk management practices only if doing so enhances the value of the firm and, by implication, its value to shareholders. This value enhancement can arise from one of three sources: (1) minimization of the costs of financial distress, (2) minimization of taxes and (3) minimization of the possibility that the firm may be forced to forego positive NPV projects, because it lacks the internally generated funds to do so (i.e. minimizing the probability of the occurrence of the under-investment problem).”
Hal ini menerangkan akan pentingnya praktek manajemen resiko
pada perusahaan. Manajemen resiko mampu meningkatkan nilai
perusahaan dan meminimalisasi biaya / kerugian yang akan ditanggung
oleh perusahaan.
Kemudian dalam jurnal internasional yang kedua dengan judul
Risk Management Practices of Islamic Banks of Brunei Darussalam oleh
Abul Hassan (2009:24), yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
“Since understanding risk and application of contemporary risk management techniques is a very important aspect, Islamic bank should give priority in the area of risk management practices.”
Kalimat di atas menjelaskan bahwa pada bank islam di Brunei
Darussalam juga menerapkan manajemen resiko sejak awal dikenalinya
resiko. Memahami resiko dan penerapan manajemen resiko merupakan
aspek yang paling penting.
Dalam penelitian ini resiko hanya terfokus pada manajemen resiko
kredit yang diterapkan pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta dan
penerapannya hanya dibatasi pada Kredit Usaha Mikro Kecil dan
Menengah ( UMKM ). Penerapan Manajemen Resiko Kredit UMKM di
PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009 berpedoman pada Peraturan
Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 yang pada
dasarnya dilakukan melalui proses – proses berikut ini :
a. Identifikasi Resiko
b. Evaluasi dan Pengukuran Resiko
c. Pengelolaan Resiko
5. Manajemen Resiko Kredit pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam
penyelenggaraan aktivitas kredit pasti akan muncul adanya resiko yaitu
resiko kredit. Resiko kredit ini apabila tidak dikelola secara baik maka
bisa menimbulkan gangguan pada aktivitas bank dan juga mampu
menimbulkan berbagai kerugian pada bank tersebut. Oleh karena itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan adanya manajemen resiko
kredit.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam memberikan pelayanan
kredit kepada nasabah juga telah menerapkan manajemen resiko kredit,
hal tersebut dilakukan agar aktivitas operasional bank khususnya di
bidang perkreditan tidak menimbulkan kerugian yang melebihi
kemampuan bank untuk menyerap kerugian tersebut atau kelangsungan
usaha bank. Dalam menerapkan manajemen resiko PD. BPR Bank Pasar
Surakarta berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/8/PBI/2003 pada tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen
Resiko bagi Bank Umum ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4292 ) yang pada
dasarnya dilakukan melalui proses – proses berikut ini :
a. Identifikasi Resiko Kredit
Proses penerapan manajemen resiko diawali dengan identifikasi
resiko. Tujuan dilakukannya identifikasi resiko adalah untuk
mengidentifikasi seluruh jenis resiko yang melekat pada setiap
aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan bank. Organisasi
dibuat sadar akan resiko sehingga resiko dapat diantisipasi dan
dikelola dengan baik. Konsekuensi merugikan akan muncul apabila
resiko tersebut gagal untuk dikelola oleh organisasi. Identifikasi resiko
dilakukan untuk mengidentifikasi resiko – resiko apa saja yang
dihadapi oleh bank. Teknik untuk mengidentifikasi resiko dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dilaksanakan dengan menelusuri sumber resiko sampai terjadinya
peristiwa yang tidak diinginkan.
Sebagai usaha yang penuh resiko bank selalu menerapkan prinsip –
prinsip kehati-hatian, bank melakukan berbagai upaya pengamanan (
pembatasan ) terhadap timbulnya resiko kredit mulai dari permohonan
kredit sampai pada akhirnya kredit tersebut lunas. Sebelum
memberikan kredit, bank melakukan analisis kredit dengan seksama,
teliti dan cermat dengan didasarkan pada data yang aktual dan akurat
sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusannya.
Demikian pula pemberian kreditnya juga harus didasarkan pada
penilaian yang jujur, objektif dan terlepas dari pengaruh yang bersifat
negatif oleh pihak – pihak yang berkepentingan dengan permohonan
kredit. Bank harus meyakini bahwa kredit yang akan diberikan
tersebut dapat dilunasi kembali pada waktunya oleh nasabah atau
debitur dan tidak berkembang menjadi kredit bermasalah atau kredit
macet.
Dalam proses identifikasi resiko untuk menentukan permohonan
kredit dari nasabah akan ditolak atau diterima maka harus diperhatikan
hal – hal sebagai berikut :
a) Prinsip – Prinsip Kredit
Prinsip- prinsip analisis kredit atau sering disebut 5C atau the five
of credit meliputi :
1) Character ( watak )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan
jika ingin memberikan kredit. Apabila debitur tidak jujur,
curang, maka kredit tidak akan berhasil tanpa perlu
memperhatikan faktor-faktor lainnya. Orang yang tidak jujur
ataupun curang akan selalu mencari jalan untuk mengambil
keuntungan. Seseorang yang buruk menjalankan bisnis tidak
diragukan lagi akan menjalankan bisnisnya dengan buruk, dan
hasilnya kredit akan mengandung resiko tinggi. Jika seseorang
tidak ingin membayar kembali kreditnya, kemungkinan ia akan
mencari jalan untuk menghindari membayar kembali. Untuk
itu, penilaian karakter debitur harus ditentukan sejak ia
memulai langkah pertama untuk mendapatkan pinjaman.
2) Capital ( modal )
Capital ( modal ) sangat berhubungan dengan kekuatan
keuangan dari si peminjam. Seseorang atau badan usaha yang
akan menjalankan usaha / bisnis sangat memerlukan modal
untuk memperlancar bisnisnya.
3) Capacity ( kemampuan )
Seorang debitur yang mempunyai karakter / watak baik akan
selalu berusaha untuk membayar hutangnya sesuai dengan
kurun waktu yang di tentukan. Debitur di nilai apakah
mempunyai kemampuan dalam membayar kewajibannya
(hutang) dalam kurun waktu yang sudah ditetapkan bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Kemampuan berasal dari pendapatan pribadi atau pendapatan
perusahaan apabila debitur berbentuk badan usaha.
4) Collateral ( jaminan )
Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai
jaminan guna menjamin kepastian pelunasan hutang jika
dikemudian hari debitur tidak melunasi hutangnya dengan
jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari hasil
penjualan harta kekayaan yang menjadi jaminan itu.
5) Condition of economy ( kondisi ekonomi )
Adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu
dimana kredit itu diberikan oleh bank kepada pemohon apakah
kondisi ekonomi pada kurun waktu kredit dapat mempengaruhi
usaha dan pendapatan pemohon kredit untuk melunasi
hutangnya.
b) Jaminan Kredit Bank
Ketidakmampuan nasabah dalam melunasi kreditnya akan
menyebabkan timbulnya kredit – kredit macet. Dimana kemacetan
kredit tersebut akan berimbas pada menurunnya kesehatan bank sebab
melumpuhkan kemampuan bank, misalnya dalam memenuhi
kewajibannya pada penyimpan dana. Sebab kemampuan bank untuk
membayar kembali simpanan dana masyarakat sangat tergantung pada
kemampuan para nasabah membayar kredit – kreditnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Ketidakmampuan pelunasan tersebut dapat ditutupi dengan adanya
jaminan kredit. Fungsi jaminan kredit adalah untuk melindungi bank
dari kerugian yang diakibatkan oleh timbulnya resiko kredit macet.
Jaminan Pemberian Kredit juga berarti sebagai “Keyakinan bank
atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang
diperjanjikan.“
c) Pembatasan Pemberian Kredit
Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang
mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan
kelangsungan usaha bank. Namun mengingat sebagai lembaga
intermediasi, sebagian besar dana bank berasal dari dana masyarakat,
maka pemberian kredit perbankan banyak dibatasi oleh ketentuan
undang-undang dan ketentuan Bank Indonesia.
UU Perbankan telah mengamanatkan agar bank senantiasa
berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan
usahanya, termasuk dalam memberikan kredit. Selain itu, Bank
Indonesia sebagai otoritas perbankan juga menetapkan peraturan-
peraturan dalam pemberian kredit oleh perbankan.
Salah satu penyebab dari kegagalan usaha bank adalah penyediaan
dana yang tidak didukung dengan kemampuan bank mengelola
konsentrasi penyediaan dana secara efektif. Dalam rangka mengurangi
potensi kegagalan usaha bank maka bank wajib menerapkan prinsip
kehati-hatian dalam pemberian kredit, antara lain dengan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
penyebaran (diversifikasi) portofolio penyediaan dana melalui
pembatasan penyediaan dana, baik kepada pihak terkait maupun
kepada pihak bukan terkait. Pembatasan penyediaan dana adalah
persentase tertentu dari modal bank yang dikenal dengan batas
maksimum pemberian kredit (BMPK). BMPK mendapatkan dasar
pengaturan dalam UU Perbankan. Pengaturan tersebut selanjutnya
dijabarkan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia
(PBI) No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit
Bank Umum.
Tujuan ketentuan BMPK adalah untuk melindungi kepentingan
dan kepercayaan masyarakat serta memelihara kesehatan dan daya
tahan bank, dimana dalam penyaluran dananya, bank diwajibkan
mengurangi risiko dengan cara menyebarkan penyediaan dana sesuai
dengan ketentuan BMPK.
Suatu bank pada hakikatnya harus menganut asas “mengambil
resiko sekecil mungkin”. Resiko yang dimaksud adalah resiko
terhadap kemungkinan kredit itu tidak dapat dibayar kembali oleh
debiturnya. Resiko itu dibatasi antara lain bila suatu bank tidak terlalu
banyak memberikan kredit kepada debitur. Perlu adanya ketentuan
tentang penentuan batas maksimum pemberian kredit atau legal
lending limit yang harus dipatuhi oleh setiap bank.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 tentang
Batas Maksimum Pemberian Kredit pada Bank Umum, Batas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Maksimum Pemberian Kredit yang selanjutnya disebut dengan BMPK
adalah persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan
terhadap modal Bank. Penyediaan Dana adalah penanaman dana Bank
dalam bentuk:
a. kredit;
b. surat berharga;
c. penempatan;
d. surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali;
e. tagihan akseptasi;
f. derivatif kredit (credit derivative);
g. transaksi rekening administratif;
h. tagihan derivatif;
i. potential future credit exposure;
j. penyertaan modal;
k. penyertaan modal sementara;
l. bentuk penyediaan dana lainnya
b. Evaluasi dan Pengukuran Resiko Kredit
Langkah kedua setelah identifikasi resiko kredit yaitu evaluasi dan
pengukuran resiko kredit. Tujuan evaluasi resiko adalah untuk memahami
karakteristik resiko dengan lebih baik. Logikanya jika suatu resiko dapat
dipahami dengan lebih baik, maka resiko akan lebih mudah dikendalikan.
Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk mengukur resiko, hal ini
juga berkaitan dengan kualitas kredit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Untuk menentukan apakah suatu kredit dikatakan bermasalah atau
tidak didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas adalah
keadaan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur
serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut.
Kualitas kredit dapat digolongkan menjadi lima macam, sebagai
berikut :
a) Kredit Lancar
Digolongkan kredit lancar apabila suatu kredit memenuhi kriteria di
antaranya :
1. Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu, dan
2. Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai ( cash
collateral ).
b) Kredit Perhatian Khusus
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit dalam perhatian khusus
apabila memenuhi kriteria di antaranya :
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang
belum melampaui sembilan puluh hari, atau
2. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan, atau
3. Didukung oleh pinjaman baru
c) Kredit Kurang Lancar
Kredit yang digolongkan kedalam kredit kurang lancar apabila
memenuhi kriteria antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 90 hari, atau
2. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari 90 hari, atau
3. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah,
atau
4. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
d) Kredit Diragukan
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi
kriteria antara lain :
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 180 hari, atau
2. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari, atau
3. Terjadi kapitalisasi bunga, atau
4. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikatan jaminan.
e) Kredit Macet
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi
kriteria antara lain :
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 270 hari, atau
2. Dari segi huku maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Kegiatan perkreditan adalah proses pembentukan asset bank untuk
memaksimalkan pendapatan atau keuntungan dan kredit merupakan risk
asset bagi sebuah bank. Hal ini dikarenakan asset bank dikuasai oleh
pihak luar bank yaitu debitur. Namun kredit yang diberikan kepada pihak
debitur mengandung resiko, yaitu resiko kredit tidak dapat kembali sesuai
yang diharapkan dengan tepat waktu berdasarkan kesepakatan bersama
yang tertuang dalam perjanjian kredit. Apabila hal tersebut tidak
dilakukan pembinaan dan pengawasan terus menerus akan berdampak
kerugian pada pihak bank atau sering disebut dengan kredit bermasalah
atau Non Performing Loan ( NPL ).
Pengertian kredit bermasalah menurut Bank Indonesia adalah
semua kredit dengan kategori b.3 sampai dengan kategori b.5 yaitu kurang
lancar, diragukan, dan macet. Ketiga kredit tersebut harus di tangani
sebagai kredit bermasalah.
c. Pengelolaan Resiko Kredit
Setelah analisis dan evaluasi resiko, langkah berikutnya adalah
mengelola resiko. Jika organisasi gagal mengelola resiko, maka
konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar.
a) Cara – cara pengelolaan resiko, antara lain :
1. Penghindaran, merupakan cara yang paling mudah dan aman.
Namun cara semacam ini tidak optimal sebab mau tidak mau
organisasi harus menghadapi dan mengelola resiko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Di tahan ( Retention ), dalam beberapa resiko akan lebih baik
jika organisasi menghadapi sendiri resiko tersebut ( menahan
resiko atau risk retention )
3. Diversifikasi, berarti menyebar eksposur yang kita miliki
sehingga tidak terkonsentrasi hanya pada satu atau dua
eksposur saja. Sehingga jika terjadi kerugian pada satu aset,
kerugian tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh
keuntungan dari aset lainnya.
4. Transfer resiko,jika tidak ingin menanggung resiko tertentu,
kita bisa mentransfer resiko tersebut kepada pihak lain yang
lebih mampu menghadapi resiko tersebut.
Contoh : melalui perusahaan asuransi.
Perusahaan asuransi bersedia menanggung kredit yang
diakibatkan karena debitur meninggal dunia namun kredit yang
pernah dijalankan debitur semasa hidup termasuk kedalam
kategori kredit lancar.
5. Pengendalian resiko, dilakukan untuk mencegah atau
menurunkan probabilitas terjadinya resiko atau kejadian yang
tidak kita inginkan.
6. Pendanaan resiko, mempunyai arti bagaimana ”mendanai”
kerugian jika suatu resiko muncul.
b) Penyelamatan dan penyelesaian kredit oleh bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Aktivitas suatu bank tentunya dalam pemberian kredit pada
nasabah tidak pernah berkeinginan bahwa kredit yang telah diberikan
akan menjadi suatu kredit bermasalah atau paling parahnya yaitu
menjadi kredit macet. Oleh karena itu pihak bank selalu akan
melakukan segala upaya preventif yang mungkin dilakukan untuk
mencegah agar kredit yang diberikan tidak menjadi kredit bermasalah.
Namun, apabila hal itu tetap terjadi maka bank harus melakukan
upaya penyelamatan kredit.
Guna memperbaiki atau memperlancar kredit yang semula
tergolong bermasalah bahkan macet, bank melakukan tindakan
penyelamatan kredit agar kredit menjadi lancar. Bentuk dan
penyelamatan kredit dapat berupa :
1) Penjadwalan kembali ( rescheduling ), yaitu perubahan syarat
kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau
jangka waktu pembayarannya.
2) Pesyaratan kembali ( reconditioning ), yaitu perubahan
sebagian atau seluruh syarat kredit, yang tidak terbatas pada
perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau
persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan
maksimum saldo kredit – kredit.
3) Penataan kembali ( restructuring ), yaitu perubahan syarat –
syarat kredit yang menyangkut :
a. Penambahan dana bank dan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b. Konversi seluruh atau sebagian tunggukan bunga
menjadi kredit baru
c. Konversi seluruh atau sebagian kredit menjadi
penyertaan dalam perusahaan yang dapat disertai
dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan
kembali.
Apabila menurut pertimbangan bank, kredit yang bermasalah tidak
mungkin untuk diselamatkan dan menjadi lancar kembali melalui
upaya – upaya penyelamatan kredit sehingga pada akhirnya justru
menjadi macet maka bank akan melakukan tindakan – tindakan
penyelesaian kredit atau penagihan kredit. Penyelesaian atau
penagihan kredit bermasalah itu merupakan upaya bank untuk
memperoleh kembali pembayaran baik dari nasabah debitur dan atau
penjamin atas kredit bank yang telah menjadi bermasalah atau tanpa
melikuidasi agunannya.
Pelaksanaan perkreditan PD. BPR Bank Pasar Surakarta
berdasarkan Standart Operation Procedure yang ditetapkan. Hal ini
dijadikan pedoman untuk mengukur kinerja dan pelaksanaan kerja
terutama pelayanan perkreditan. Dalam melakukan aktivitas
penyaluran Kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta juga
menerapkan konsep manajemen resiko terutama manajemen resiko
kredit. Penerapan manajemen resiko kredit tersebut dilakukan
mengingat PD. BPR Bank Pasar dalam memberikan Kredit UMKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tentunya akan menghadapi resiko kredit yang jika tidak dikelola
dengan baik akan membahayakan kelangsungan dan eksistensi PD.
BPR Bank Pasar sendiri.
6. Faktor Intern dan Faktor Ekstern.
a. Faktor Intern Bank
Faktor Intern adalah faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses
penerapan manajemen resiko yang berasal dari intern (dari dalam)
perusahaan. Faktor intern mampu mendukung atau justru menghambat
jalannya penerapan manajemen resiko perusahaan. Adapun faktor
intern perbankan antara lain :
1. Penyelenggaraan analisis kredit kurang sempurna
2. Pimpinan bank terlalu agresif menyalurkan kredit
3. Lemahnya sistem pemantauan mutu kredit dan kredibilitas debitur
4. Campur tangan para pemegang saham berlebihan dalam proses
pengambilan keputusan kredit.
5. Pemberian kredit tambahan tanpa analisis kredit yang tajam dan
tanpa tambahan jaminan kredit.
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses
penerapan manajemen resiko yang berasal dari ekstern (dari luar)
perusahaan. Faktor ekstern juga mampu mendukung ataupun
menghambat jalannya proses penerapan manajemen resiko
perusahaan. Adapun faktor ekstern perbankan antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1. Sumber pembayaran bunga dan pelunasan kredit kebanyakan
debitur adalah penghasilan tetap mereka. Oleh karena itu apabila
penghasilan tetap mereka terganggu biasanya pembayaran kredit
ikut terganggu.
2. Penurunan kondisi ekonomi moneter suatu negara atau usaha.
3. Bagi banyak perusahaan, penurunan kondisi ekonomi moneter
suatu negara atau usaha berdampak langsung pada menurunnya
hasil penjualan barang atau jasa yang mereka hasilkan.
Selanjutnya profitabilitas dan likuiditas keuangan mereka turun,
sehingga berpengaruh pula terhadap kemampuan membayar
pinjaman.
4. Bencana alam ( kebakaran, banjir, gempa bumi dan sebagainya )
5. Bencana alam akan merusak atau bahkan memusnahkan fasilitas
produksi yang dimiliki, sehingga produktivitas pun ikut terganggu.
6. Melemahnya kurs mata uang nasional terhadap mata uang asing.
B. KERANGKA PEMIKIRAN
PD. BPR Bank Pasar Surakarta merupakan salah satu bank yang
memberikan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) khususnya
untuk wilayah Surakarta. Dalam aktivitasnya menyalurkan Kredit UMKM sudah
tentu PD. BPR Bank Pasar Surakarta akan menghadapi resiko yang dapat
menyebabkan kerugian pada bank. Salah satu resiko yang dihadapi adalah resiko
kredit dari aktivitas penyaluran Kredit UMKM. Untuk mencapai nilai perusahaan
sesuai dengan visi dan misi dan sebagai pendongkrak perekonomian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pembangunan Kota Surakarta, maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta menerapkan
Manajemen Resiko guna mengelola resiko kredit yang muncul.
Manajemen resiko Kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta
diterapkan mulai dari awal pengajuan permohonan kredit sampai dengan kredit
tersebut lunas. Langkah – langkah penerapan proses manajemen resiko adalah
sebagai berikut :
1. Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko dilakukan untuk mengidentifikasi resiko – resiko apa
saja yang dihadapi suatu aktifitas organisasi. Resiko yang akan dihadapi
oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam ruang lingkup penelitian ini
adalah resiko kredit UMKM.
2. Evaluasi dan Pengukuran Resiko
Tujuan evaluasi resiko adalah untuk memahami karakteristik resiko
dengan lebih baik ( mengetahui kualitas kredit ). Evaluasi yang lebih
sistematis dilakukan untuk “mengukur“ resiko.
3. Pengelolaan Resiko
Sebuah organisasi apabila gagal dalam mengelola resiko maka
konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar.
Apabila terdapat kredit bermasalah bahkan kredit macet maka harus
dilakukan langkah – langkah pembinaan, penyelamatan dan bahkan
penyelesaian kredit dengan peraturan yang telah ditetapkan di PD. BPR
Bank Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Penerapan manajemen resiko Kredit UMKM pada PD. BPR Bank Pasar
Surakarta dilaksanakan dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan, yaitu
a) Visi PD. BPR Bank Pasar Surakarta
a. Melakukan usahanya berazaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip
kehatian – hatian.
b. Membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan
daerah di segala bidang.
c. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat.
b) Salah satu Misi PD. BPR Bank Pasar Surakarta
Memberikan kredit dan melakukan pembinaan khususnya terhadap
pengusaha golongan ekonomi lemah.
Dalam menerapkan Manajemen Resiko Kredit, PD. BPR Bank Pasar
Surakarta menemui berbagai faktor peghambat dan faktor pendukung. Faktor
penghambat dan pendukung tersebut berasal dari dalam (intern) dan berasal dari
luar (ekstern) PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Faktor intern dan faktor ekstern
perlu juga diperhatikan dalam proses penerapan manajemen resiko kredit pada
PD. BPR Bank Pasar Surakarta karena faktor – faktor ini mempunyai peranan
dalam keberhasilan proses penerapan maanjemen resiko.
Untuk mempermudah penjelasan kerangka pikir tentang penerapan
manajemen resiko kredit bermasalah ( Non performing Loan / NPL ) pada Kredit
UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam penelitian ini, berikut gambar
kerangka pikir penelitian :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran Penerapan Manajemen Resiko
Kredit Bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada Kredit UMKM
di PD. BPR Bank Pasar Surakarta
RESIKO KREDIT
Identifikasi Resiko
Evaluasi dan Pengukuran Resiko
Kredit Bermasalah (NPL)
Pengelolaan Resiko
Faktor
Pendukung:
- intern
- ekstern
Faktor
Penghambat
- intern
- ekstern
KREDIT UMKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang
beralamat di Jl. Brigjend Slamet Riyadi No. 73 Surakarta, pemilihan lokasi ini
didasarkan dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta terdapat permasalahan –
permasalahan seperti yang akan penulis kaji dalam penelitian ini.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta memberikan layanan berupa Kredit
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ( UMKM ) yaitu memberikan
kredit yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang
membutuhkan modal usaha baik usaha mikro, kecil maupun
menengah. Pemberian kredit UMKM ini sesuai dengan salah satu
bentuk kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam
mengembangkan perekonomian dan menggerakkan pembangunan
daerah. Hal tersebut nantinya juga akan meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Surakarta.
b. Pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta memungkinkan penulis
mendapatkan data – data yang diperlukan sesuai dengan
permasalahan yang ada. Penulis dapat mencari atau mendapatkan
data – data serta informasi yang penulis butuhkan dalam kajian
penelitian tentang Penerapan Manajemen Resiko Kredit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Bermasalah ( Non Performing Loan / NPL ) pada Kredit Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang memaparkan,
menafsirkan, dan menganalisis data yang ada. Penelitian deskriptif berusaha
menggambarkan secara terperinci terhadap gejala social seperti yang
dimaksudkan dalam permasalahan yang di teliti, sehingga hanya merupakan
penyingkapan fakta. Penelitian deskriptif biasanya untuk menjawab pertanyaan
bagaimana peristiwa itu terjadi.(Susanto, 2006;16)
C. Sumber Data
Data merupakan fakta atau keterangan dari objek yang diteliti. Sumber data
dibedakan menjadi 2 ( dua ), yaitu :
a. Data Primer, merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung
dari sumbernya ( Susanto, 2006;125-126 ).
b. Data Sekunder, yaitu informasi yang telah dikumpulkan pihak lain (
Susanto, 2006;126 ). Data sekunder ini berfungsi untuk melengkapi dalam
menganalisa serta untuk memperkuat kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah :
1. Wawancara
Dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan percakapan yang
mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Penulis juga
membuat pedoman wawancara agar informasi yang dikumpulkan
memiliki kapasitas yang cukup. Dalam penelitian ini, penulis melakukan
wawancara dengan pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta, antara lain:
a. Bapak Subito, SE. Selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD.
BPR Bank Pasar Surakarta.
b. Bapak Sumariyono, SE. Selaku Kepala Sub Bagian Sumber Daya
Manusia di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
c. Bapak Purnadi, SE. Selaku Kepala Sub Bagian Pemasaran Kredit
UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
d. Ibu Sariwarni Penta, BSc. Selaku Kepala Bagian Umum dan
Sumber Daya Manusia di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
e. Ibu Dra. Estiningsih Pratiwi. Selaku Kepala Sub Bagian Umum
dan Kesekretariatan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
f. Nasabah Kredit UMKM PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Jumlah informan dapat bertambah sesuai dengan terpenuhinya data dan
informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
2. Studi Dokumentasi
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip
– arsip serta dokumen – dokumen yang ada pada berbagai instansi yang
terkait. Studi dokumentasi yang dipergunakan meliputi :
a. Arsip – arsip dan dokumen resmi yang terdapat di PD. BPR Bank
Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
b. Buku – buku dan peraturan perundangan yang menunjang.
3. Observasi
Teknik penelitian yang menggunakan pengamatan dan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala – gejala yang diteliti.
E. Validitas Data
Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian ini
diperlukan validitas data, yang merupakan jaminan bagi kemantapan
kesimpulan dan tafsir sebagai hasil penelitian, sehingga kesimpulan yang
diperoleh dapat di pertanggung jawabkan. Untuk menguji validitas data,
dalam penelitian menggunakan tehnik triangulasi. Triangulasi adalah
tehnik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu ( Lexy Moleong, 2002 : 178 ). Dalam hal ini, triangulasi
yang digunakan adalah triangulasi sumber, yaitu membandingkan data
yang satu dengan data lain sejenis yang diperoleh dari sumber yang
berlainan.
F. Analisis Data
Analisis data penelitian kualitatif dilakukan dari sejak awal turun ke lokasi
melakukan pengumpulan data, dengan cara ’mengangsur atau menabung ’
informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya samapi terakhir
memberi interpretasi ( Hamidi dalam Susanto, 2006;142 ). Analisa data
kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan
kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses – proses yang terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dalam lingkup setempat,sehingga dengan data kualitatif kita dapat
mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab
akibat lingkup pikiran orang setempat dan memperoleh penjelasan yang
banyak bermanfaat. Analisa data secara kualitatif diungkapkan dengan
model analisa data interaktif (H.B Sutopo, 2000:91), meliputi :
1. Reduksi data
Merupakan proses seleksi, membuat fokus, menyederhanakan dan
membuang hal – hal yang tidak penting dan mengatur data
sedemikian rupa. Proses ini berlangsung terus sepanjang
pelaksanaan riset, yang dimulai dari sebelum pengumpulan data
dilakukan.
2. Display data ( Penyajian data )
Merupakan suatu rangkaian informasi secara sistematis yang
memungkinkan penarikan suatu kesimpulan dapat diambil.
3. Penarikan simpulan
Merupakan muara dari seluruh kegiatan analisis data kualitatif
terletak pada penggambaran atau penuturan tentang apa yang
berhasil kita mengerti berkenaan dengan sesuatu masalah yang
diteliti. Ini merupakan tahap pengambilan simpulan dari data yang
didapat dari lapangan.
Ketiga proses analisa data diatas dapat disajikan dalam bagan
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 3.1
Model Analisis Data
Sumber : (H.B Sutopo 2002 : 96)
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI LOKASI.
1. SEJARAH UMUM PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA.
Bank Pasar Surakarta sebelum menjadi PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam
perjalanannya melalui beberapa proses atau tahapan terlebih dahulu.
Pada tanggal 16 Juni 1946 berdiri “ PEMERINTAH KOTA BESAR
SURAKARTA” yang mempunyai salah satu kantor antara lain bernama
“JAWATAN KEMAKMURAN”. Jawatan kemakmuran tersebut mempunyai
kantor bagian bernama “Penolong Modal Bakul Pasar” dengan jumlah 24 pasar
dan “Penolong Modal Bakul Kampung” yang saat itu ada 18 kelurahan. Pada
Tahun 1952 Jawatan Kemakmuran berganti nama menjadi KANTOR MODAL
RAKYAT oleh Dewan Pemerintah Daerah Sementara Kota Besar Surakarta.
Kemudian Tahun 1955 berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 1955 berubah nama
lagi menjadi KANTOR PERKREDITAN DAERAH.
Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan daerah, pada
tahun 1975 keluar SK WALIKOTA No 144/KEP.75 Tanggal 28 Januari 1975
Kantor Perkreditan Daerah menjadi UNIT PERKREDITAN DAERAH ( UPD ).
Selanjutnya berdasarkan UU No 14 Tahun 1967 tentang Pokok – Pokok
Perbankan, pada tahun 1980 berdasarkan SK WALIKOTA No 580/10/I/1980
tanggal 13 November 1980 tentang “Anggaran Dasar Sementara PD. Bank Pasar”.
Pada tahun 1981 berdasarkan Instruksi Walikota No. 580/4/3/1980 tanggal 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Februari 1981 muncul nama baru yaitu PERUSAHAAN DAERAH BANK
PASAR. Kemudian berdasarkan surat dari Direktur Jenderal Moneter dalam
Negeri No. S-5494/MD/1981 tanggal 7 Desember 1981 dikeluarkanlah IJIN
OPERASIONAL PD.BPR BANK PASAR dengan surat No. S-424/MK-11-1981
tanggal 7 Desember 1981.
Pada tahun 1982, diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1982
tanggal 26 April 1982 tentang Perusahaan Daerah Bank Pasar Kodya Dati II
Surakarta, yang artinya Perusahaan Daerah Bank Pasar berubah nama menjadi
PERUSAHAAN DAERAH BANK PASAR KODYA DATI II SURAKARTA.
Nama itu diundangkan dalam Lembaran Daerah Kodya Dati II Surakarta No. 30
tanggal 13 Oktober 1982 Seri D No.27 dan disahkan dengan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 188.3/290/1982 tanggal 6
September 1982.
Dengan berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, PP
Nomor 71 tahun 1992 tentang BPR, dan Permendagri Nomor 4 tahun 1993
tentang PD. BPR, ada proses perubahan nama dari PD. Bank Pasar Kodya Dati II
Surakarta menjadi PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA. Adapun tahapnya
yaitu pada tahun 1992 tepatnya tanggal 2 Oktober 1992 dengan surat Direktur
Utama Bank Pasar No. 188.3/289/92 tanggal 2 Oktober 1992 kepada
Walikotamadya tentang ” Permohonan Perubahan Perda No. 4 Tahun 1982”,
namun sampai dengan tanggal 31 Maret 1996 belum / tidak terealisir.
Kemudian pada tanggal 5 Juni 1996 Direktur Utama Bank Pasar
menghadap dan melaporkan baik kepada Bapak Walikotamadya maupun kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Bapak Sekretaris Wilayah Daerah bahwa ” Perda No. 4 Tahun 1982” perlu segera
diubah guna menyesuaikan dan merealisasikan adanya Undang – Undang No. 7
tahun 1992 tentang Perbankan. Tanggal 10 Juni 1996 terdapat ”Pembahasan
Rencana Perda PD. BPR Bank Pasar Surakarta” dengan badan pengawas dan
bagian organisasi yang dipimpin langsung oleh Bapak Sekwilda. Selanjutnya pada
tanggal 10 Juli 1996 dengan surat Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta kepada
Pemimpin DPRD Kodya Dati II Surakarta No. 188.3/931 tertanggal 10 Juli 1996
tentang ” Pembahasan Raperda tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta”.
Pada bulan Agustus 1996 diselenggarakan pembahasan Rencana Perda
tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta dengan Pansus DPRD Kodya Dati II
Surakarta dan penetapan persetujuan Dewan tentang Rencana Perda PD. BPR
Bank Pasar Surakarta. Kemudian pada bulan September 1996 terdapat penetapan
”Perda no. 12 Tahun 1996 tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta”. Dengan surat
Walikotamadya No. 188.3/2337 bulan September 1996 kepada Gubernur KDH
Tk. I Jawa Tengah perihal “Pengiriman Permohonan Pengesahan Perda No. 12
Tahun 1996 tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta”.
Tanggal 10 Mei 1997 ditetapkan pengesahan Perda No. 12 Tahun 1996
oleh Gubernur KDH Tk. I Jawa Tengah dengan Keputusan No. 188.3/107/97
tanggal 10 Mei 1997 dan tanggal 19 Mei 1997 terdapat pengiriman persetujuan
dengan surat Gubernur No. 188.3/3734 perihal “Persetujuan Perda No. 12 Tahun
1996 tentang PD. BPR Bank Pasar Surakarta” kepada Walikotamadya KDH Tk. II
Surakarta. Kemudian tanggal 27 Mei 1997 Perda No. 12 Tahun 1996
Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kodya Dati II Surakarta No. 6 Seri D dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Instruksi Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta No. 002/2/1997 tanggal 17 Juni
1997 perihal “Untuk Melaksanakan Perda No. 12 tahun 1996 tentang PD. BPR
Bank Pasar Surakarta tanggal 01 Juni 1997”. Permohonan perubahan nama
menjadi ” PD. BPR Bank Pasar Surakarta” kepada Menteri Keuangan RI oleh
Direktur Utama Bank Pasar Surakarta dengan surat No. 580/155/1997 tanggal 20
Juni 1997.
Pada bulan Juni 1997 tepatnya tanggal 15 Juli 1997 Direktur Utama Bank
Pasar Surakarta mengajukan surat No. 580/183 perihal Permohonan Persetujuan
Usulan Rancangan Logo dan Stempel/Cap Dinas. Persetujuan perubahan nama
dari Menteri Keuangan RI dengan surat No. 188.3/002/1997 pada tanggal 12
Agustus 1997 dari ” PD. BPR Bank Pasar Kodya Dati II Surakarta” menjadi ” PD.
BPR Bank Pasar Surakarta” terhitung mulai tanggal 12 Agustus 1997. Kemudian
Persetujuan Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta No. 580/1.189 tanggal 19
Agustus 1997 tentang ” Permohonan Usulan Rancangan Logo dan Stempel/Cap
Dinas PD. BPR Bank Pasar Surakarta”. Permohonan kepada Bapak
Walikotamadya KDH Tk. II Surakarta dengan surat No. 580/213 tanggal 30
Agustus 1997 untuk menetapkan dengan Keputusan Walikotamadya guna
melaksanakan Keputusan Menteri Dalam Negeri antara lain:
a) Kep. MENDAGRI NOMOR 60 TAHUN 1995 tentang DIREKSI DAN
DEWAN PENGAWAS.
b) Kep. MENDAGRI NOMOR 85 TAHUN 1995 tentang PEGAWAI PD.
BPR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c) Kep. MENDAGRI NOMOR 82 TAHUN 1997 tentang PEDOMAN
ORGANISASI DAN TATA KERJA PD. BPR.
Untuk selanjutnya selain Perda Nomor 12 tahun 1996 sebagai landasan
operasional PD. BPR Bank Pasar Surakarta, Keputusan MENDAGRI tersebut
diatas telah ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Walikotamadya KDH Tk. II
Surakarta antara lain :
a) NOMOR 004 TAHUN 1997 tentang SUSUNAN ORGANISASI DAN
TATA KERJA PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA.
b) NOMOR 005 TAHUN 1997 tentang DIREKSI DAN DEWAN
PENGAWAS PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA.
c) NOMOR 006 TAHUN 1997 tentang PEGAWAI PD. BPR BANK PASAR
SURAKARTA.
2. KEADAAN FISIK DAN OPERASIONAL PD. BPR BANK PASAR
SURAKARTA.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta beralamat di Jl. Brigjend Slamet Riyadi
No. 277 Surakarta 57141, telepon (0271) 714025 dan (0271) 714167 Surakarta.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang sampai saat ini ditempati mempunyai
luas tanah 870 m² dengan sertifikat No. 73. Gedung ini memiliki dua lantai yang
dipergunakan untuk aktivitas sehari – hari dengan dilengkapi fasilitas – fasilitas
kantor pada umumnya yaitu tempat parkir, mushola, ruang nunggu nasabah serta
ruang kerja yang terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Lantai I : Front office, Costumer service, Teller service, ruang direktur,
ruang Transaction Processing, ruang marketing, ruang pertemuan,
ruang administrasi kredit.
Lantai II : Ruang direktur utama, ruang dewan pengawas, ruang bagian
umum, ruang satuan pengawas intern ( SPI ),ruang kredit, ruang
komputer.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta ruang lingkup wilayah kerjanya adalah
Kota Surakarta. Dalam rangka untuk memasyarakatkan dan mendukung kegiatan
operasionalnya, maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta sampai saat ini telah
mempunyai 6 (enam) pos-pos pelayanan, yaitu:
1. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Gedhe.
2. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Legi.
3. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Nongko.
4. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Klewer.
5. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Jongke.
6. Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Kadipolo.
3. VISI DAN MISI, TUJUAN POKOK & FUNGSI, DAN SUSUNAN
ORGANISASI BESERTA TUGAS & FUNGSI MASING – MASING
BAGIAN PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA.
a) Visi dan Misi
a. Visi PD. BPR Bank Pasar Surakarta seperti yang tertuang dalam
PERDA NO. 12 TAHUN 1996 BAB III Pasal 4 dan Pasal 5, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1) Melakukan usahanya berazaskan demokrasi ekonomi dengan
prinsip kehati-hatian.
2) Membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
pembangunan daerah disegala bidang.
3) Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.
b. Misi PD. BPR Bank Pasar Surakarta seperti yang tertuang dalam
PERDA NO. 12 Tahun 1996 BAB IV Pasal 6 dan Pasal 7, yaitu :
1) Merupakan salah satu alat kelengkapan otonomi daerah dibidang
keuangan / perbankan.
2) Menjalankan usahanya sebagai bank perkreditan rakyat sesuai
ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
3) Menyelenggarakan usaha menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka atau bentuk lain
yang dipersamakan dengan itu.
4) Memberikan kredit dan melakukan pembinaan khususnya terhadap
pengusaha golongan ekonomi lemah.
5) Melakukan kerjasama dengan lembaga perbankan atau lembaga
keuangan lainnya.
6) Menjalankan usaha perbankan lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b) Tujuan Pokok dan Fungsi PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Sebagaimana telah diatur dalam PERDA No. 12 Tahun 1996 BAB III
Pasal 5, bahwa tujuan pokok dan fungsi didirikannya PD. BPR Bank Pasar
Surakarta adalah :
a. Membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
pembangunan daerah disegala bidang, dan
b. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat.
Yaitu dengan cara :
1) Menjalankan usaha penghimpun dana masyarakat dan
disalurkan kembali berupa pemberian kredit kepada
masyarakat khususnya para pedagang golongan ekonomi
lemah dengan cara mudah dan murah serta memberi bimbingan
/ pembinaan agar kredit yang diterima tersebut dapat
bermanfaat dan berhasil guna.
2) Dengan keberhasilan para pedagang golongan ekonomi lemah
tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
kepada Pemerintah Daerah dan pada gilirannya akan
meningkatkan taraf hidup mereka.
c) Susunan Organisasi.
Sesuai dengan Peraturan Direksi PD. BPR Bank Pasar Surakarta No. 02
Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja PD. BPR Bank
Pasar Surakarta, organisasi PD. BPR Bank Pasar berbentuk Perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Daerah yang mempunyai susunan organisasi dari yang paling tinggi yaitu
Dewan Pengawas. Adapun susunan organisasi PD. BPR Bank Pasar
Surakarta adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 4.1
Susunan Organisasi
pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta
DEWAN PENGAWAS
DIREKSI
S P I
BAGIAN KREDIT
SUB BAG. PEMASARAN KREDIT PASAR
SUB BAG. PEMASARAN KREDIT UMKM
SUB BAG. PEMASARAN KREDIT PEGAWAI
SUB BAG. ANALIS & ADMINISTRASI
KREDIT
SUB BAG PENYELESAIAN
KD. BERMASALAH
BAGIAN OPS DAN DANA
SUB BAG. KAS DAN LOKET
SUB BAG PENGHIMPUN
DANA
SUB BAG PELAYANAN DAN
HUMAS
BAG UMUM & SDM
SUB BAG UMUM & KESEKRETARIATAN
SUB BAG AKUNTANSI & PELAPORAN
SUB BAG PENGEMBANGAN
SDM
Sumber: PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
a. Tugas dan Fungsi masing –masing bagian.
Adapun tugas dan fungsi masing – masing bagian tertuang dalam
Peraturan Direksi PD. BPR Bank Pasar Surakarta No. 02 Tahun 2008
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja PD. BPR Bank Pasar
Surakarta, antara lain :
1. Dewan Pengawas.
Dewan pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijakan umum,
melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan pembinaan terhadap
PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana diatas, Dewan Pengawas
mempunyai fungsi :
a) Penyusunan tata cara pengawasan dan pengelolaan PD. BPR Bank
Pasar Surakarta.
b) Pengawasan atas pengurusan dan pengelolaan PD. BPR Bank
Pasar Surakarta.
c) Penetapan kebijakan umum anggaran dan keuangan PD. BPR
Bank Pasar Surakarta.
d) Pembinaan dan Pengembangan PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
2. Direksi.
Direksi mempunyai tugas menyusun perencanaan, melaksanakan
koordinasi dan pengawasan seluruh kegiatan operasional PD. BPR
Bank Pasar Surakarta. Direksi juga dapat mengadakan kerjasama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dengan pihak lain dalam upaya pengembangan PD. BPR Bank Pasar
Surakarta.
Direksi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas,
direksi mempunyai fungsi :
a) Pelaksanaan manajemen PD. BPR Bank Pasar Surakarta
berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan oleh Dewan
Pengawas.
b) Penetapan kebijakan untuk melaksanakan pengurusan dan
pengelolaan PD. BPR Bank Pasar Surakarta berdasarkan kebijakan
umum yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas.
c) Penyusunan dan penyampaian Rencana Kerja Tahunan dan
Anggaran PD. BPR Bank Pasar Surakarta kepada Walikota
melalui Dewan Pengawas yang meliputi kebijakan di bidang
organisasi, perencanaan, perkreditan, keuangan, kepegawaian
umum dan pengawasan untuk mendapatkan pengesahan.
d) Penyusunan dan penyampaian laporan bulanan PD. BPR Bank
Pasar Surakarta kepada Walikota melalui Dewan Pengawas.
e) Penyusunan dan penyampaian laporan tahunan yang terdiri
laporan lengkap kinerja bank dalam kurun waktu satu tahun yang
berisi Laporan Keuangan Tahunan dan Informasi umum serta
Laporan Keuangan Publikasi dalam rangka transparansi kondisi
keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
3. Satuan Pengawas Intern.
Satuan Pengawas Intern mempunyai tugas membantu Direksi
melaksanakan pengawasan dan pembinaan kegiatan operasional PD.
BPR Bank Pasar Surakarta.
Satuan Pengawas Intern (SPI) dalam melaksanakan tugas sebagaimana
yang dimaksud diatas juga mempunyai fungsi :
a) Pengawasan dan Pembinaan atas pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
b) Pengawasan dan Pembinaan atas pelaksanaan penyelenggaraan
tata kerja dan prosedur dari seluruh unit organisasi maupun unit
pelayanan serta pengawasan keamanan dan ketertiban PD. BPR
Bank Pasar Surakarta.
c) Pelaksanaan audit atas administrasi keuangan, penggunaan dana
dan seluruh kekayaan milik PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
d) Pemeriksanaan dan Pengawasan terhadap hal – hal yang bersifat
khusus sehubungan dengan kegiatan operasional PD. BPR Bank
Pasar Surakarta.
e) Pemberi saran dan pertimbangan kepada Direksi.
4. Bagian Kredit.
Bagian kredit mempunyai tugas membantu Direksi merencanakan,
melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran
kredit.
Bagian Kredit dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas, maka
juga mempunyai fungsi :
a) Pengkoordinasian, pengawasan, pengarahan serta pembinaan
terhadap kegiatan dan pelaksanaan tugas Sub Bagian di
bawahnya.
b) Perencanaan, pelaksanaan pemasaran kredit kepada masyarakat
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Pegawai dan Pensiuan.
c) Melaksanakan analisis kelayakan kredit dengan berpedoman pada
prinsip kehati-hatian sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
meneruskan permohonan persetujuan kepada Direksi sesuai
dengan batas kewenangannya.
d) Pengkoordinasian, penyimpanan, pengelolaan, dan pengawasan
serta bertanggung jawab atas barang – barang jaminan, asuransi
kredit, dokumen kredit.
e) Pemeriksaan secara berkala terhadap semua debitur baru, debitur
lama, dan perpanjangan dalam rangka pembinaan untuk
kelancaran pengembalian kredit.
f) Penyusunan laporan secara bulanan meliputi perkembangan
pemasaran kredit, Kualitas Aktiva Produktif, pembentukan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dan lain – lain yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
g) Pemberian pertimbangan kepada Direksi mengenai langkah –
langkah dan atau tindakan – tindakan yang perlu diambil dibidang
tugasnya.
5. Bagian Operasional dan Dana.
Bagian Operasioanl dan Dana mempunyai tugas membantu Direksi
merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengevaluasi
kegiatan yang berhubungan dengan pelayanan nasabah, penghimpun
dana.
Bagian Operasional dan Dana dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud diatas, juga mempunyai fungsi :
a) Pengkoordinasian, pengawasan, pengarahan serta pembinaan
terhadap kegiatan dan pelaksanaan tugas Sub Bagian dibawahnya.
b) Perencanaan, pelaksanaan pencatatan bukti akuntansi keuangan
dan pelaporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
berpedoman pada Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan
(PSAK), Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) dan
Sistem Informasi Debitur (SID).
c) Pelaksanaan, penyusunan dan pemantauan rencana kerja dan
anggaran.
d) Pelaksanaan dan pengaturan likuiditas untuk kelancaran
operasional PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
e) Perencanaan, pelaksanaan penghimpun dana dari pihak
ketiga/masyarakat dalam bentuk tabungan, deposito dan atau
dalam bentuk lainnya.
f) Perencanaan, pelaksanaan pelayanan nasabah meliputi informasi
produk jasa bank, pelayanan kas dan loket, penyelesaian keluhan/
komplain nasabah dan pengaturan likuiditas PD. BPR Bank Pasar
Surakarta.
g) Perencanaan, pelaksanaan penyimpanan dokumen / bukti
akuntansi dan dokumen tabungan / deposito dan dokumen lainnya
milik nasabah sesuai dengan ketentuan berlaku.
h) Penyusunan laporan secara bulanan tentang perkembangan
penghimpun dana dan lain-lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
i) Pemberian pertimbangan pada Direksi mengenai langkah-langkah
dan atau tindakan – tindakan yang perlu diambil dibidang
tugasnya.
6. Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia.
Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas
membantu Direksi merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan
dan mengevaluasi kegiatan yang berhubungan dengan bidang Umum
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia sebagaimana dimaksud
diatas, juga mempunyai fungsi :
a) Pengkoordinasian, pengawasan serta pembinaan terhadap kegiatan
dan pelaksanaan tugas staff Sub Bagian Umum dan Sumber Daya
Manusia yang menjadi bawahannya.
b) Penyeleggaraan surat menyurat dan kearsipan serta
mendistribusikan sesuai dengan disposisi dari Direksi.
c) Perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
dan atau inventaris kantor sesuai ketentuan yang berlaku.
d) Perencanaan pendistribusian perlengkapan/peralatan yang
dibutuhkan pegawai dalam rangka kelancaran tugas.
e) Perencanaan pengaturan jadwal rapat/pertemuan, upacara yang
diselenggarakan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta maupun oleh
Pemerintah Kota Surakarta dan atau lembaga/organisasi lain.
f) Perencanaan, pengaturan jadwal jaga keamanan kantor PD. BPR
Bank Pasar Surakarta.
g) Perencanaan, pengaturan penggunaan barang – barang inventaris
untuk kepentingan PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
h) Merencanakan dan mempersiapkan segala keperluan yang
berhubungan dengan perjalanan dinas Direksi, Dewan Pengawas
maupun pegawai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
i) Melakukan pencatatan dan pemeriksaan atas keberadaan dan
kelayakan barang-barang inventaris secara periodik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
j) Merencanakan mengusulkan penghapusan bukuan atas aktiva tetap
dan barang inventaris khususnya terhadap barang inventaris yang
sudah tidak layak pakai, rusak, dan atau hilang.
k) Perencanaan, pelaksanaan pengadaan kebutuhan pegawai dan lain
– lain yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan
pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta dan keluarganya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
l) Perencanaan dan pengaturan disiplin pegawai, pendidikan dan
pelatihan pegawai dalam rangka peningkatan profesionalisme dan
kinerja PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
m) Perencanaan dan pengkoordinasian penilaian prestasi pegawai
dalam rangka pemberian penghargaan kepada pegawai.
n) Pengurusan perpajakan, asuransi dan pensiun untuk kepentingan
pegawai dan perusahaan.
4. PEGAWAI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA.
Keberhasilan suatu organisasi dalam memberikan pelayanan kepada
pelanggan atau nasabah sangat ditentukan oleh kinerja para pegawainya.
Sedangkan kinerja sendiri sangat tergantung pada responsivitas para pegawai
terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan nasabah. Responsivitas pegawai yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menyangkut daya tanggap pegawai dalam mengetahui apa yang sebenarnya
dikehendaki oleh nasabah. Untuk mendukung kelancaran kegiatan organisasi
maka dibutuhkan pegawai yang handal dan berkompeten di bidangnya. Seperti
halnya di PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang dalam menjalankan kegiatannya
tidak terlepas dari latar belakang pendidikan maupun keahlian (skill) yang
dimiliki pegawainya. Adapun jumlah pegawai pada PD. BPR Bank Pasar
Surakarta adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jumlah Pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2009
NO Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1. S2 2 5, 13 %
2. S1 17 43, 59 %
3. D3 6 15, 38 %
4. SMA 12 30, 77 %
5. SMP 2 5, 13 %
JUMLAH 39 100 %
Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pegawai di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta dapat dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Latar
belakang pendidikan di PD. BPR Bank Pasar Surakarta didominasi oleh
pendidikan S1, yakni sebanyak 17 orang dengan persentase 43, 59 %. Walaupun
tingkat pendidikan dapat dikatakan tinggi, namun pada kenyataannya di PD BPR
Bank Pasar Surakarta tingkat pendidikan tidak terlalu mempengaruhi tingkat
jabatan. Tingkat jabatan justru dipengaruhi oleh skill dan kemampuan serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kemauan kerja pegawainya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa
pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang memiliki tingkat pendidikan tidak
terlalu tinggi namun justru mempunyai tingkat jabatan yang cukup tinggi. PD.
BPR Bank Pasar Surakarta selalu mengikutsertakan pegawainya dalam program
diklat atau training yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan skill para
pegawainya.
B. HASIL PENELITIAN.
Dalam pembahasan hasil penelitian ini akan difokuskan kepada
pembahasan mengenai penerapan manajemen resiko kredit bermasalah (Non
Performing Loan / NPL) pada Kredit Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di
PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta mempunyai tugas untuk membantu
masyarakat yang membutuhkan modal usaha, baik usaha mikro, usaha kecil
maupun usaha menengah melalui pemberian kredit yang di sebut Kredit
UMKM sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1982. Kredit
UMKM ini diberikan kepada masyarakat yang mempunyai tingkat
penghasilan yang rendah. Adapun tujuan pemberian kredit UMKM itu adalah
untuk membantu masyarakat yang kekurangan dana dalam mendirikan suatu
usaha dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat itu sendiri.
Pemberian kredit UMKM juga merupakan salah satu bentuk kebijakan
Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan perekonomian dan
menggerakkan pembangunan daerah. Hal tersebut nantinya akan
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Dalam aktivitasnya menyalurkan Kredit UMKM sudah tentu PD. BPR
Bank Pasar Surakarta akan dihadapkan pada dua hal yakni keuntungan dan
kerugian. Keuntungan diharapkan akan diperoleh dari laba atas bunga kredit
yang diperoleh dari nasabah Kredit UMKM apabila dalam pelaksanaan kredit
dapat berjalan dengan lancar. Namun apabila dalam pelaksanaan kredit tidak
dapat berjalan dengan lancar atau menjadi suatu kredit bermasalah bahkan
kredit macet maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta dapat mengalami kerugian
dan apabila tingkat kerugian tersebut tidak mampu diserap oleh bank
kemudian mempengaruhi kesehatan bank maka tidak menutup kemungkinan
bank akan mengalami kebangkrutan.
Guna membatasi atau mengurangi kerugian akibat resiko kredit
tersebut, mengingat resiko tidak bisa untuk dihilangkan atau dihindari maka
PD. BPR Bank Pasar Surakarta menerapkan manajemen resiko kredit
bermasalah pada kredit UMKM. Penerapan manajemen resiko ini dimulai saat
calon nasabah mengajukan permohonan kredit UMKM sampai dengan kredit
UMKM itu lunas. Proses manajemen resiko kredit bank memang cukup
panjang dan saling berkesinambungan disetiap tahapannya. Mulai dari tahap
identifikasi resiko, evaluasi dan pengukuran resiko, dan pengendalian resiko.
Penerapan manajemen resiko NPL akan dijelaskan lebih rinci pada penjelasan
selanjutnya.
1. PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KREDIT BERMASALAH
(NON PERFORMING LOAN / NPL) PADA KREDIT UMKM DI PD.
BPR BANK PASAR SURAKARTA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam pemberian pelayanan kredit
UMKM kepada nasabah telah menerapkan manajemen resiko NPL. Hal ini
dilakukan agar resiko yang ditimbulkan oleh pemberian kredit UMKM
tersebut tidak membahayakan kesehatan bank ( kelangsungan usaha bank ).
Faktor kesehatan bank yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia adalah
dibawah 5 %, artinya Bank Indonesia mensyaratkan bahwa NPL (Non
Performing Loan, salah satu bagian dari NPL adalah Kredit Macet) tidak
boleh lebih dari 5 %. Apabila persentase NPL lebih dari 5 % maka PD. BPR
Bank Pasar Surakarta dapat dinyatakan sebagai bank bermasalah yang
kaitannya dengan masyarakat maka dapat diambil alih oleh LPS ( Lembaga
Penjamin Simpanan ).
Di PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam penerapan manajemen resiko
NPL telah membentuk bagian kredit yang bertugas mengelola manajemen
resiko. Didalam Bagian kredit tersebut ada yang menangani manajemen resiko
khusus pada Kredit UMKM, yaitu terdiri dari Sub Bagian Pemasaran Kredit
UMKM, Sub Bagian Analisis & Administrasi Kredit, serta Sub Bagian
Penyelesaian Kredit bermasalah. Selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut
tentang proses manajemen resiko di PD. BPR Bank Pasar Surakarta sebagai
berikut :
a. Identifikasi Resiko Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Tahap pertama identifikasi resiko yang diterapkan oleh PD. BPR Bank
Pasar Surakarta adalah saat proses pengajuan permohonan kredit UMKM oleh
calon nasabah. Adapun kebijakan dan prosedur permohonan kredit UMKM yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
a) Persyaratan Ijin usaha
1. Khusus untuk jumlah kredit diatas Rp. 25.000.000,- diwajibkan
melampirkan surat keterangan usaha, namun lebih di utamakan pada
verifikasi kebenaran usaha pemohon.
2. Kredit di atas Rp. 50.000.000,- wajib melampirkan SIUP/NPWP/TDP.
b) Tata cara pengajuan permohonan kredit UMKM :
1. Disampaikan secara tertulis dalam bentuk surat permohonan (form
tersedia)
2. Kelengkapan sebagaimana di isyaratkan pada Check List Permohonan
(Lampiran)
c) Analisis Kredit
Dalam melakukan analisa kredit selalu berpedoman pada Prinsip 5C atau
melakukan penilaian yang seksama terhadap debitur.
1. Pengajuan permohonan
2. Pengumpulan data berdasarkan hasil wawancara dengan calon debitur
yang didukung verifikasi saat kunjungan. Pegawai analisis kredit
mendapatkan data – data calon debitur melalui wawancara dengan calon
debitur setelah mengajukan permohonan kredit terkait 5’C misal character
calon debitur tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pihak bank mendapatkan
debitur dengan iktikad baik. Pernyataan ini dapat didukung dengan
pernyataan yang diberikan oleh Bapak Subito, SE selaku Kepala Satuan
Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yakni :
” ... setelah formulir pengajuan sudah terisi lengkap maka akan diadakan wawancara untuk menilai debitur berdasarkan prinsip 5’C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
yaitu character, capital, capacity, collateral, dan condition of economy. Dari wawancara itu akan diketahui itikad dari debitur tersebut...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
3. Verifikasi data
Atas data yang telah diperoleh dari tahap analisis kredit maka wajib
dilakukan verifikasi atas kebenaran, kelengkapan, kewajaran, akurasinya
yang dapat diteliti dengan cara Cross Check dengan berbagai sumber
artinya pihak bank mencari kebenaran akan data yang diberikan calon
debitur, misalnya dengan survey langsung ke alamat calon debitur atau
dengan konfirmasi dengan tetangga pemohon (debitur) maksudnya pihak
bank akan bertanya – tanya mengenai calon debitur dengan tetangga
debitur. Hal ini dilakukan untuk menerapkan prinsip 5’C. Pernyataan ini
sesuai dengan pernyataan Bapak Subito, SE yaitu :
“ ....setelah surat – surat permohonan kredit dilengkapi langsung dilakukan analisis kredit yaitu pihak bank langsung terjun ke lapangan apakah data – data yang diberikan benar atau tidak...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
4. Perhitungan kelayakan permohonan kredit oleh analisis kredit.
Pemberian kredit lebih ditekankan pada kelayakan usaha / prospek usaha
yang akan dibiayai. Pihak bank akan menilai prospek jenis usaha yang
diajukan calon debitur, kalau usaha yang diajukan berprospek baik maka
akan disetujui, namun apabila jenis usaha yang diajukan kurang atau tidak
berprospek baik maka akan ditawarkan jenis –jenis usaha lain yang
mempunyai prospek baik atau permohonan akan ditolak. Kemudian
berdasar dari analisis kredit maka permohonan akan direalisasikan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
ditolak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Subito pada saat di
wawancarai, yakni :
”...pihak bank juga melihat prospek usaha yang diajukan atau yang akan BPR biayai ini bertujuan untuk melihat kira – kira jenis usaha yang diajukan apakah berprospek baik atau tidak. Kemudian dilakukan cross cek juga pada barang jaminan (agunan) yang disertakan. Intinya analisis kredit itu ada 3 inti pokok ya yaitu usaha ada, jaminan ada, trus kemampuan mengangsur juga ada...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
Untuk mengetahui tingkat kemampuan untuk melunasi kewajiban atau
pengembalian kredit dari calon nasabah Kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta berikut analisis resiko oleh analisis kredit yang dilakukan berdasarkan
analisis 5C’s yang tujuannya agar diperoleh informasi mengenai iktikad baik dan
kemampuan membayar calon nasabah. Prinsip 5’C merupakan prinsip minimal
untuk bank umum dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam perkreditan.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta cukup menerapkan prinsip 5’C tersebut sudah
mampu menjaga kestabilan kesehatan bank. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Bapak Subito selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta :
” BPR sudah menerapkan manajemen resiko mulai dari identifikasi yaitu dengan prinsip 5’C tadi, Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of Economy. Prinsip itu benar – benar dilakukan maksimal pada analisis kredit. Yang melakukan analisis kredit itu adalah bagian kredit. Jadi tidak semua pengajuan kredit itu direalisasi oleh BPR. Biar jumlah NPL nanti bisa ditekan seminimal mungkin agar tidak merugikan BPR sendiri kalau jumlah NPL-nya besar.” (Wawancara, 19 Januari 2011)
Adapun Penerapan prinsip 5’C adalah sebagai berikut :
a. Character
PD. BPR Bank Pasar Surakarta harus menggali informasi mengenai
karakter pemohon seperti watak, sifat, moral baik yang bersifat positif atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
negatif dimana hal ini bertujuan agar pihak bank mengetahui apakah
pemohon tersebut mampu untuk mengembalikan kredit atau memenuhi
kewajibannya (Willingnes to pay). Apabila mampu, bank juga harus
menilai apakah pemohon tersebut mau untuk memenuhi kewajibannya.
Seseorang pemohon yang memiliki kemampuan terkadang sulit atau
enggan mengembalikan kredit tidak akan mendukung penilaian Character.
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Bapak Subito, yakni :
” ...pada tahap identifikasi resiko BPR harus benar-benar meneliti karakter seseorang yang mengajukan kredit tersebut. Agar nantinya pada proses pengembalian kredit dapat berjalan lancar. BPR juga selalu mengecek informasi pemohon melalui SID yaitu sistem informasi yang diperoleh dari bank-bank lain terkait karakter debitur apabila pemohon itu pernah melakukan kredit di bank-bank lain tersebut. Namun hanya sebatas kredit dibank saja, BPR tidak bisa mengecek karakter pemohon apabila melakukan kredit dikoperasi...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
Aspek – aspek yang dinilai dalam Character, antara lain :
1) Tempat bekerja
2) Konsistensi
3) Kelengkapan dan validitas data
4) Pembayaran kolektif
5) Pengalaman dengan Bank biasanya di dapat pihak Bank dari SID
(Sistem Informasi Debitur)
6) Motivasi
7) Referensi
Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon
debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur character, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
a) Bagaimana aktivitas calon debitur di masyarakat?
b) Apakah pembayaran listrik dan air selalu tepat waktu?
c) Apakah calon debitur selalu rutin mengikuti kegiatan
dimasyarakat?
b. Capacity
Loan Service mengadakan penilaian mengenai kemampuan pemohon
melunasi hutang. Aspek – aspek yang dinilai dalam Capacity, antara lain :
1) Pekerjaan
2) Pengalaman kredit
3) Sumber penghasilan selama jangka waktu kredit
4) Jumlah tanggungan keluarga
5) Pengalaman kerja
6) Pendidikan
7) Usia
Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon
debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur Capacity, antara lain :
a) Apa usaha yang tengah ditekuni?
b) Sejak tahun berapa usaha didirikan?
c) Berapa omset usaha?
d) Dimana saja wilayah pemasaran usaha calon debitur? Apakah
wilayah pemasaran usaha debitur meningkat atau menurun?
c. Capital
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Capital ( modal ) sangat berhubungan dengan kekuatan keuangan dari si
peminjam. Seseorang atau badan usaha yang akan menjalankan usaha /
bisnis sangat memerlukan modal untuk memperlancar bisnisnya.
Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon
debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur Capital, antara lain:
a) Berapa modal awal usaha?
b) Bagaimana modal sekarang? Apakah mengalami peningkatan atau
penurunan?
c) Apabila modal usaha mengalami penurunan, apa penyebabnya?
d. Collateral
Barang – barang yang diserahkan pemohon kepada PD. BPR Bank Pasar
Surakarta sebagai Second Way Out ( Sumber pelunasan kedua ) bila
dikemudian hari terdapat kegagalan First Way Out. Artinya calon debitur
menyerahkan sumber pelunasan kedua (agunan) kepada pihak bank untuk
mengantisipasi apabila kredit yang telah diberikan menjadi kredit
bermasalah bahkan macet dikarenakan debitur tidak mampu
mengembalikan kredit yang mungkin karena kegagalan usaha atau
ketidakmampuan melunasi kewajiban. Di PD. BPR Bank Pasar Surakarta
yang dapat dijadikan agunan adalah
1) BPKB sepeda motor,
2) BPKB mobil,
3) sertifikat rumah, dan
4) hak guna bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan Bapak Subito, SE selaku
Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Pernyataannya adalah sebagai berikut :
” Dalam pengajuan kredit, pemohon memang dwajibkan menyertakan agunan. Agunan adalah salah satu syarat pengajuan kredit. Agunan nantinya akan menjadi sumber pelunasan kredit kedua apabila kredit yang telah BPR berikan tidak lancar dan benar – benar macet. Agunan akan dijual dan digunakan untuk melunasi kreditnya kemudian sisanya akan dikembalikan kepada pemohon.” (Wawancara, 25 Januari 2011)
Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon
debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur Collateral, antara lain :
a) Bagaimana legalitas barang agunan?
b) Bagaimana status barang agunan?
c) Apabila agunan berupa tanah atau bangunan, apakah mempunyai
hak milik bangunan dan hak guna bangunan?
e. Condition of Economy
Prospek usaha pemohon kredit dinilai apakah bila terjadi kondisi ekonomi
yang buruk, usaha tersebut masih mampu bertahan atau tidak. Aspek yang
dinilai dalam Condition of Economy yakni prospek atau potensi usaha.
Terkait kondisi ekonomi, prospek atau potensi usaha sangat
mempengaruhi debitur dalam mengembalikan kredit. Apabila prospek
usaha baik, maka dalam pengembalian kredit tidak ada masalah karena
debitur mempunyai kemampuan ekonomi, namun apabila prospek usaha
buru akibat kondisi ekonomi maka muncul kemungkinan debitur
mempunyai masalah dalam mengembalikan kredit. Pada kredit usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
mikro kecil dan menengah, kondisi ekonomi yang buruk justru bisa
ditangani dengan baik. Seperti pernyataan Bapak Subito, selaku Kepala
Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yaitu :
”...biasanya kalau UMKM itu condition of economy-nya baik ya. Itu karena kalau seandainya kondisi ekonominya buruk,contohnya harga-harga pada naik, UMKM itu dengan sendirinya akan menaikkan harganya. Jadi itu sudah benar. Beda kalau usaha yang relatif besar, kalau kondisi ekonomi buruk justru yang usaha – usaha besar itu yang akan terancam karena tidak bisa sewaktu – waktu langsung menaikkan harga atau menurunkan harga...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
Adapun beberapa contoh point pertanyaan yang diberikan kepada calon
debitur pada saat analisis kredit untuk mengukur Condition of economy,
antara lain :
a) Apabila terjadi lonjakan harga bagaimana upaya caoln debitur
untuk mengantisipasinya?
Berkaitan dengan cara penarikan angsuran kredit di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta khususnya Kredit UMKM dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Tabungan.
Adalah sistem penarikan angsuran kredit yang di ambil dari tabungan
nasabah PD. BPR Bank Pasar Surakarta terkait kredit yang diajukannya.
b. Sistem Jemput Bola.
Adalah cara penarikan angsuran kredit yang dilakukan dengan mendatangi
langsung ke alamat debitur.
Berbagai cara penarikan angsuran kredit yang dilakukan PD. BPR Bank
Pasar Surakarta selain berfungsi sebagai manajemen resiko atas kejelasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pembayaran angsuran kredit juga berfungsi mempermudah nasabah kredit atas
pembayaran kredit yang dimilikinya.
Dengan melaksanakan prinsip – prinsip perkreditan oleh PD. BPR Bank
Pasar Surakarta sebagai wujud untuk mengidentifikasi resiko dari kredit UMKM
oleh debitur. Dari identifikasi resiko terhadap pengajuan kredit UMKM tersebut
akan diperoleh dua hasil, yaitu :
a. Pengajuan Kredit Diterima, apabila dari hasil identifikasi resiko kredit
UMKM dianggap memenuhi kriteria yang ditetapkan PD. BPR Bank Pasar
Surakarta dan selanjutnya permohonan kredit akan di realisasikan.
b. Pengajuan Kredit di Tolak, apabila dari hasil identifikasi resiko kredit
UMKM dianggap tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan PD. BPR Bank
Pasar Surakarta.
Untuk dapat memperjelas gambaran mengenai kredit di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta, berikut alur berkas permohonan kredit di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Gambar 4.2.
Alur Berkas Permohonan Kredit
Form Aplikasi Permohonan Terima Form Aplikasi Permohonan. Cek Aplikasi Permohonan & Verifikasi Data
Proses Wawancara
Analisis Kredit TOLAK TERIMA
Surat Tolakan
Persetujuan Direksi
Realisasi Kredit
Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan gambar tersebut, alur permohonan kredit UMKM dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Calon pemohon Kredit UMKM akan menerima Form aplikasi permohonan Kredit
UMKM mengenai berbagai persyaratan permohonan Kredit UMKM dari petugas
layanan kredit. Selanjutnya petugas akan memberikan keterangan mengenai :
a. Produk kredit yang diminati
b. Cara pengisian formulir permohonan kredit
c. Data pendukung yang harus diserahkan
d. Biaya administrasi yang harus dilunasi
Setelah form aplikasi permohonan diisi calon pemohon secara lengkap disertai
dengan persyaratan – persyaratannya, form tersebut diserahkan kepada petugas
kredit selanjutnya akan dilakukan cek aplikasi permohonan dan verifikasi data
yang diantaranya meliputi :
a. Periksa kelengkapan isian formulir permohonan
b. Periksa kecukupan materai
c. Periksa letak tanda tangan diatas materai
d. Periksa kelengkapan dokumen inti permohonan sesuai cek list yaitu :
1) Kartu Tanda Penduduk Pemohon
2) Kartu Keluarga
3) Surat keterangan penghasilan
4) Surat keterangan bekerja
e. Kembalikan berkas apabila kekurangan data inti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
f. Periksa pendukung dokumen inti permohonan lainnya :
1) Surat nikah (bagi yang sudah/masih bersuami/istri)
2) NPWP pribadi ( untuk pemohon kredit di atas 50 juta)
Kemudian langkah selanjutnya adalah proses wawancara kepada pemohon yang
memenuhi syarat sesuai formulir. Setelah proses wawancara selesai, petugas
administrasi kredit melaksanakan kegiatan analisis kredit untuk menilai kelayakan
usahanya atau prospek usaha yang akan dibiayai. Dari hasil analisis data maka
akan disimpulkan apakah permohonan kredit akan direalisasikan atau akan
ditolak.
Berikut adalah jumlah pemohon kredit usaha mikro kecil dan menengah
beserta nominalnya pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Tabel 4. 2.
Jumlah Pemohon Kredit UMKM
PD. BPR Bank Pasar Surakarta
Tahun 2009
NO BULAN JUMLAH PEMOHON (orang)
JUMLAH NOMINAL
1 Januari 12 Rp 122. 000. 000,00 2 Februari 13 Rp 89. 000. 000,00 3 Maret 12 Rp 101. 000. 000,00 4 April 5 Rp 75. 000. 000,00 5 Mei 10 Rp 177. 000. 000,00 6 Juni 16 Rp 215. 000. 000,00 7 Juli 9 Rp 82. 000. 000,00 8 Agustus 17 Rp 145. 500. 000,00 9 September 15 Rp 121. 000. 000,00 10 Oktober 14 Rp 101. 000. 000,00 11 November 13 Rp 214. 900. 000,00 12 Desember 8 Rp 151. 000. 000,00
Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Jumlah pemohon diatas menunjukkan jumlah pemohon yang per bulannya
selalu berbeda – beda. Hal ini dikarenakan PD. BPR Bank Pasar Surakarta
memang tidak menargetkan jumlah pemohon per bulannya. Jumlah besar kecilnya
pemohon kredit tergantung dari banyak tidaknya pemohon yang tertarik atau
berkeinginan mencari kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Subito, Selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD.
BPR Bank Pasar Surakarta. Adapun pernyataannya sebagai berikut :
”Tiap bulannya memang jumlah pemohon kredit tidak sama karena memang di Bank Pasar sendiri tidak menargetkan berapa – berapa tiap bulannya. Jumlah pemohon ya di tentukan dari kemauan pemohon itu sendiri untuk mengajukan kredit.” (Wawancara, 19 Januari 2011)
Kemudian didukung dengan pernyataan dari Bapak Purnadi selaku
Kasubag Pemasaran Kredit UMKM memberikan pernyataan sebagai berikut :
” Jumlah per bulannya memang tidak sama karena pihak bank kan memang tidak bisa memaksakan pemohon untuk mengajukan kredit. Semua dari keinginan pemohon sendiri. Saat membutuhkan kredit baru mengajukan kredit.” (Wawancara, 19 Januari 2011)
Jumlah nominal juga tidak selalu sebanding dengan jumlah pemohon,
seperti pada bulan februari dan november. Walaupun jumlah pemohonnya sama
yakni 13 orang namun jumlah nominalnya tidak sama,yakni jumlah nominal 89.
000. 000 dibulan februari dan jumlah nominal 214. 900. 000 dibulan november.
Hal ini disebabkan jumlah kredit yang diajukan tidak selalu sama.
Sedangkan jumlah pemohon yang diterima dan ditolak pada PD. BPR
Bank Pasar Surakarta adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 4. 3.
Jumlah Pemohon dan Realisasi Kredit UMKM
PD. BPR Bank Pasar Surakarta
Tahun 2009
NO BULAN JML PEMOHON
JML NOMINAL
DEBITUR DI
TOLAK
DEBITUR DI
TERIMA
JML NOMINAL REALISASI
1 Januari 12 Rp122.000.000,00 4 8 Rp 44.000.000,00
2 Februari 13 Rp 89.000.000,00 5 8 Rp 56.500.000,00
3 Maret 12 Rp101.000.000,00 3 9 Rp 45.000.000,00
4 April 5 Rp 75.000.000,00 2 7 Rp 48.500.000,00
5 Mei 10 Rp177.000.000,00 2 8 Rp 63.500.000,00
6 Juni 16 Rp215.000.000,00 7 9 Rp 39.300.000,00
7 Juli 9 Rp 82.000.000,00 2 7 Rp 32.500.000,00
8 Agustus 17 Rp145.000.000,00 11 6 Rp 22.500.000,00
9 September 15 Rp121.000.000,00 4 11 Rp 77.000.000,00
10 Oktober 14 Rp101.000.000,00 9 5 Rp 24.500.000,00
11 November 13 Rp214.900.000,00 4 9 Rp 25.800.000,00
12 Desember 8 Rp151.000.000,00 7 1 Rp 1.000.000,00
Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa PD. BPR Bank Pasar Surakarta
sudah menerapkan prinsip 5’C dalam upaya penerapan manajemen resiko NPL
pada tahap identifikasi resiko kredit UMKM. Tidak semua pemohon yang
mengajukan kredit dapat disetujui atau terealisasi. Terlihat pada bulan Agustus,
pengajuan kredit berjumlah 17 orang dengan nominal Rp145.000.000,00 namun
hanya 6 orang yang terealisasi dengan jumlah nominal Rp22.500.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Sebaliknya, pada bulan September, pengajuan kredit yang masuk ke PD. BPR
Bank Pasar Surakarta mencapai 15 orang dengan nominal Rp121.000.000,00
namun yang ditolak hanya 4 orang dan yang diterima sebanyak 11 orang. Besar
kecilnya jumlah debitur yang diterima sangat berkaitan dengan lulus tidaknya
calon debitur terhadap penilaian prinsip 5’C di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Subito selaku Kepala Satuan Pengawas
Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta :
” BPR sudah menerapkan manajemen resiko mulai dari identifikasi yaitu dengan prinsip 5’C tadi, Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of Economy. Prinsip itu benar – benar dilakukan maksimal pada analisis kredit. Yang melakukan analisis kredit itu adalah bagian kredit. Jadi tidak semua pengajuan kredit itu direalisasi oleh BPR. Biar jumlah NPL nanti bisa ditekan seminimal mungkin agar tidak merugikan BPR sendiri kalau jumlah NPL-nya besar.” (Wawancara, 19 Januari 2011)
Keberhasilan atau kegagalan dari penerapan manajemen resiko itu sendiri
bisa dilihat dari tanggapan – tanggapan nasabah atau pemohon kredit. Bapak
Abdul Hamid, salah seorang pemohon kredit yang telah selesai melaksanakan
wawancara memberikan pernyataan sebagai berikut :
” Tadi waktu di wawancara saya ditanya – tanya banyak lah tentang diri saya dan pengalaman kredit saya. Saya jawab jujur saja apa adanya, salah – salah nanti permohonan saya tidak direalisasi. Padahal saya berharap nanti bisa diterima permohonan kredit saya. Petugas tadi juga tanyanya sangat detail. Habis wawancara ini tadi saya diminta menunggu hasilnya nanti diterima apa ditolak nanti diberi tahu oleh pihak bank.” (Wawancara,19 Januari 2011) Dari pernyataan nasabah di atas dapat disimpulkan bahwa pihak bank
berusaha meneliti dengan secermat mungkin akan calon debitur yang mengajukan
permohonan kredit melalui salah satu cara yakni wawancara mendetail dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
tahap analisis kredit oleh analis kredit kaitannya dengan penerapan identifikasi
resiko.
Penerapan manajemen resiko dalam tahap identifikasi resiko oleh PD.
BPR Bank Pasar Surakarta yang berjalan lancar dan sesuai prosedur dapat
mendukung dan mempermudah tahap selanjutnya, yakni Tahap Evaluasi dan
Pengukuran Resiko Kredit.
b. Evaluasi dan Pengukuran Resiko Kredit Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Setelah tahap identifikasi resiko dilakukan maka akan diketahui pengajuan
kredit UMKM tersebut diterima atau ditolak. Kredit yang ditolak tidak lagi
mengandung resiko sehingga penerapan manajemen resiko sudah berhenti.
Namun untuk kredit yang telah disetujui atau terealisasi maka kredit tersebut
selanjutnya akan mengandung resiko yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tahap evaluasi dan pengukuran resiko untuk kredit UMKM yang
terealisasi tersebut.
Tahap evaluasi dan pengukuran resiko kredit ini bertujuan untuk
mengetahui kualitas dari kredit itu sendiri apakah termasuk dalam kredit lancar
atau justru termasuk kredit bermasalah / NPL. Pada Bank Umum, kualitas kredit
awalnya dibedakan atas 2 kelompok yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah.
Kredit lancar dibagi menjadi dua yaitu kredit lancar dan kredit perhatian khusus,
kemudian kredit bermasalah terbagi menjadi tiga yaitu kredit kurang lancar, kredit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
diragukan dan kredit macet. Sehingga secara keseluruhan kualitas kredit
dibedakan atas 5 (lima) kelompok.
Namun dalam BPR, kualitas kredit hanya dibedakan menjadi 4 (empat)
kelompok saja, antara lain : kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan,
dan kredit macet. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak
Subito, selaku Kepala Satuan Pengawas Intern. Pernyataannya adalah sebagai
berikut :
”Kualitas kredit memang di bagi menjadi lima yaitu kredit lancar, kredit perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Namun itu kualitas kredit yang ada di bank umum, kalau di BPR sendiri cuma ada empat kualitas kredit, yaitu kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet.” (Wawancara, 19 Januari 2011)
Berdasarkan pernyataan Bapak Subito, SE peraturan dan kebijakan yang
ada di PD. BPR Bank Pasar Surakarta mengenai kualitas kredit masing – masing
mempunyai kriteria – kriteria yang berbeda. Kriteria dan penggolongan kualitas
kredit adalah sebagai berikut :
1. Kredit Lancar.
Dikategorikan sebagai kredit lancar apabila memenuhi kriteria yaitu
pembayaran tidak terdapat tunggakan baik pembayaran angsuran pokok
dan atau bunga yang tidak lebih dari 3 kali angsuran.
2. Kredit Kurang Lancar.
Dikategorikan sebagai kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
a. Pembayaran terdapat tunggakan baik pembayaran angsuran pokok
dan atau bunga yang lebih dari 3 kali angsuran namun tidak lebih
dari 6 kali angsuran, atau
b. Telah jatuh tempo yang tidak lebih dari 1 bulan.
3. Kredit Diragukan.
Dikategorikan sebagai kredit diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Pembayaran terdapat tunggakan baik pembayaran angsuran pokok
dan atau bunga yang lebih dari 6 kali angsuran dan tidak lebih dari
12 kali angsuran, atau
b. Kredit telah jatuh tempo yang lebih dari 1 bulan namun tidak lebih
dari 2 bulan.
4. Kredit Macet.
Dikategori sebagai kredit macet apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Pembayaran terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga
lebih dari 12 kali angsuran, atau
b. Telah jatuh tempo lebih dari 2 bulan.
Kualitas kredit sangat berkaitan dengan faktor kesehatan bank. Prosentase
kesehatan bank yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia adalah dibawah 5 %.
Dengan kata lain prosentase NPL tidak boleh melebihi 5 %. Yang artinya apabila
prosentase NPL melebihi 5 % maka PD. BPR Bank Pasar Surakarta dianggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
bank bermasalah yang kaitannya dengan masyarakat maka dapat diambil alih oleh
LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).
Secara tehnis proses kerja PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam
melaksanakan tahap evaluasi dan pengukuran resiko kredit UMKM berdasarkan
pernyataan yang telah disampaikan oleh Bapak Subito, SE yaitu :
”... kalau dana sudah dicairkan maka bulan berikutnya tentu debitur harus mengangsur seperti yang sudah di sepakati. BPR akan mendatangi langung ke alamat debitur untuk menagih. Dari angsuran – angsuran yang debitur lakukan akan dapat melihat kualitas dari kredit itu sendiri. Seperti contohnya kalau angsuran dilaksanakan terus dengan lancar maka disa dikategorikan kredit lancar. Kemudian apabila angsuran mogok lebih dari 3 kali angsuran dapat dikategorikan kurang lancar dan sebagainya...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
Melalui tahap evaluasi dan pengukuran resiko kredit inilah suatu kredit
dapat diketahui termasuk ke dalam kualitas kredit lancar, kredit kurang lancar,
kredit diragukan atau kredit macet. Serangkaian kegiatan diatas tadi mempunyai
peranan penting dalam pelaksanaan operasional bank dikarenakan keuntungan
yang utama yang didapat oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta diperoleh dari
kegiatan kredit, yakni bunga yang didapat dari pelayanan kredit tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari PD. BPR Bank Pasar Surakarta
tentang perkembangan kolektibilitas bank tahun 2009, dapat diketahui hasil dari
evaluasi dan pengukuran resiko kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta,
yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.4. Penggolongan Kolektibilitas per 3 bulan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah
PD. BPR Bank Pasar Surakarta Tahun 2009
NO. KOLEKTIBILAS BULAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
MARET (dalam ribuan)
JUNI (dalam ribuan)
SEPTEMBER (dalam ribuan)
DESEMBER (dalam ribuan)
1. Kredit Lancar 1. 241. 820 1. 364. 159 1. 333. 920 1. 196. 660 2. Kredit Kurang
Lancar 62. 030 34. 972 26. 106 17. 441
3. Kredit Diragukan 12. 330 15. 332 20. 126 16. 243
4. Kredit Macet 726. 914 452. 311 410. 716 342. 991 Total 2. 043. 094 1. 866. 774 1. 790. 868 1. 573. 335
Sumber : PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Berdasarkan data diatas sebagian besar debitur kredit Usaha Mikro Kecil
dan Menengah termasuk ke dalam kredit lancar, yakni bulan maret jumlah
nominal kredit lancar ada 1. 241. 820 dari total nominal 2. 043. 094 atau
persentase kredit lancarnya ada 60,8 %. Kemudian di bulan juni, jumlah nominal
kredit lancar yaitu 1. 364. 159 dari total jumlah nominal 1. 866. 774 atau
persentase kredit lancarnya 73 %. Bulan september, jumlah nominal kredit lancar
berjumlah 1. 333. 920 dari jumlah total nominal bulan september 1. 790. 868 atau
persentase kredit lancar 74 %. Pada bulan desember, jumlah nominal kredit lancar
ada 1. 196. 660 dari total nominal kolektibilitas bulan desember yakni 1. 573. 335
atau persentase kredit lancar 76 %.
Apabila di lihat dari data di atas pada tahun 2009, tiap per 3 bulannya
jumlah nominal pada kredit lancar mengalami kenaikan dan penurunan, yakni
pada bulan juni kredit lancar mengalami kenaikan 12 % dari bulan sebelumnya
yakni bulan maret. Bulan september juga mengalami kenaikan persentase kredit
lancar sebesar 1 %. Kemudian pada bulan desember juga mengalami kenaikan
persentase kredit lancar yakni 2 %.
Berdasarkan data di atas, tiap per 3 bulannya jumlah persentase kredit
lancar selalu mengalami kenaikan dan jumlah persentase kredit macet selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
mengalami penurunan. Yakni pada bulan maret persentase kredit macet sebesar
35,6 %. Pada bulan juni persentase kredit macet sebesar 24 %. Pada bulan
september persentase kredit macet sebesar 23 %. Dan pada bulan desember
persentase kredit macet terkecil dari per 3 bulan sebelumnya yakni hanya sebesar
21 %. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Subito, SE selaku Kepala Satuan
Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yakni :
” ...kredit macet di BPR Bank Pasar ini tiap bulannya mengalami penurunan. Ini bisa kita lihat dari jumlah nominal bulan desember yang merupakan bulan terakhir di tahun 2009, jumlahnya merupakan paling sedikit di antara bulan – bulan yang lain...”( Wawancara, 25 Januari 2011) Dari keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa menerapan manajemen
resiko kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta dapat dikatakan cukup
sehat. Hal ini seperti yang di sampaikan oleh Bapak Subito, SE, adalah
”...penerapan manajemen resiko itu kan ada 4 kategori ya yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Nah, pada BPR Bank Pasar penerapan manajemen resiko kreditnya dapat dikatakan cukup sehat ini bisa dilihat dari data – data yang ada...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
Menurut data dan fakta yang ada, proses evaluasi dan pengukuran resiko
kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta telah berjalan dengan lancar sehingga
mampu menjadi dasar dalam proses selanjutnya dan merupakan proses terakhir
pada penerapan manajemen resiko yaitu tahap pengelolaan resiko kredit
bermasalah atau NPL.
c. Pengelolaan Resiko Kredit UMKM oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
Setelah melalui tahap identifikasi resiko NPL dan tahap evaluasi &
pengukuran resiko NPL pada kredit UMKM, tahap selanjutnya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
pengelolaan resiko NPL. Jika suatu organisasi khususnya bank tidak mampu
mengelola resiko yang timbul dari pemberian kredit maka akan menimbulkan
suatu masalah yang besar dan sangat berdampak pada kelangsungan operasional
bank atau kesehatan bank itu sendiri. Oleh karena itu pada tahap pengelolaan
resiko ini harus dilaksanakan secara seksama agar mampu mengelola resiko yang
nantinya tidak akan membawa dampak negatif pada kesehatan bank.
Pada kredit bermasalah perlu diupayakan penanganan yang benar dan
tepat. Adapun upaya pengelolaan resiko kredit bermasalah atau NPL dapat
dilakukan dengan cara pembinaan kredit dan penyelamatan kredit.
1) Pembinaan Kredit Bermasalah /NPL Pada Kredit UMKM di PD. BPR
Bank Pasar Surakarta.
Pembinaan kredit dilakukan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta bertujuan
untuk mengingatkan debitur terhadap kewajiban membayar angsuran sekaligus
melakukan penagihan. Berdasarkan pernyataan dari Bapak Subito, SE, pembinaan
kredit yang dilakukan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Penagihan.
Dalam rangka untuk mengembalikan kredit dengan lancar, maka pihak
bank bersedia melakukan penagihan langsung ke alamat debitur (sistem
jemput bola) yang sudah diinformasikan pada saat pemberitahuan kredit
yang diterima. Penagihan ini bertujuan agar mempermudah debitur dalam
memenuhi kewajibannya. Sehingga hal ini juga mampu menjaga loyalitas
nasabah kepada PD. BPR Bank Pasar Surakarta yang senantiasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
mengedepankan sistem kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dari Bapak Subito, SE yaitu :
“...BPR Bank Pasar ada pegawai khusus yang melakukan penagihan langsung ke alamat debitur. Ini untuk memudahkan debitur untuk membayar angsuran pokok dan atau bunga. Jadi antara pihak bank dan debitur saling bekerja sama...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
2. Pengiriman Surat Tagihan ke Alamat Debitur.
Adalah upaya pembinaan kredit oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta
dengan cara pihak bank mengirimkan surat yang mengingatkan debitur
akan kewajibannya membayar angsuran sesuai dengan perjanjian di awal
kredit. Hal ini dimaksudkan agar debitur bisa membayar kewajibannya
tepat pada waktunya. Pernyataan diatas sesuai dengan pernyataan yang
diberikan Bapak Subito, yakni :
”...beberapa hari sebelum tanggal wajib membayar, pihak bank akan mengirimkan surat untuk mengingatkan agar debitur tidak terlambat membayar atau memenuhi kewajibannya...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
3. Memberikan Surat Peringatan.
Adalah upaya penyelesaian kredit oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta
dengan cara mengirimkan surat yang berisi peringatan yang bertujuan agar
debitur mau dengan segera untuk membayar angsuran kredit.
2) Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah / NPL pada Kredit
UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam kegiatannya pemberian kredit tidak
pernah mengharapkan kalau kredit yang diberikan pada debitur nantinya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
menjadi kredit bermasalah bahkan menjadi macet. Oleh karena itu, pihak PD.
BPR Bank Pasar Surakarta selalu melakukan upaya preventif untuk mencegah
agar kredit yang diberikan tidak menjadi kredit bermasalah atau macet. Namun,
apabila hal tersebut benar – benar terjadi maka bank harus melakukan upaya
penyelamatan kredit.
Guna memperbaiki atau memperlancar kredit yang semula tergolong
kredit kurang lancar atau bahkan macet, bank melakukan tindakan penyelamatan
kredit agar menjadi lancar. Penyelamatan kredit merupakan suatu langkah
penyelamatan kredit melalui perundingan kembali antara kreditur dengan debitur
dengan memperingan syarat – syarat kredit tersebut, penyelamatan kredit ini
dilakukan agar debitur memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan
kreditnya. Jadi tahap penyelamatan kredit kredit di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta belum memanfaatkan lembaga hukum karena debitur dianggap masih
kooperatif dan prospek usaha masih feasible. Penyelamatan kredit dengan cara ini
disebut Restrukturisasi Kredit.
Berdasarkan Keputusan Direksi Nomor : 580/003/Kpts/VI/2008 tentang
Pedoman Perkreditan dan Restrukturisasi Kredit tanggal 2 Juni 2008,
Restrukturisasi kredit adalah usaha bank untuk mencegah kemungkinan timbulnya
kerugian lebih lanjut atas suatu kredit yang tidak lancar melalui pengelolaan
hubungan dengan debitur. Restrukturisasi kredit dilakukan dengan :
1. Melakukan penilaian sampai sejauh mana potensi usaha debitur dapat
mendukung penyelesaian kewajibannya kepada bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
2. Menyusun beberapa alternatif strategi dan menetapkan sebagai
penyelamatan.
3. Melakukan pemantauan usaha penyelamatan kredit.
4. Mengevaluasi hasil.
Kemudian langkah restrukturisasi bertujuan untuk menentukan alternatif
strategi penyelamatan, yaitu strategi untuk meneruskan hubungan atau
memutuskan hubungan dengan debitur. Adapun langkah strateginya adalah
sebagai berikut :
1. Pemutusan Hubungan Dengan Debitur.
Pemutusan hubungan dilakukan antara lain mendesak debitur untuk segera
melunasi kreditnya, terutama bagi debitur – debitur dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Usaha masih ada namun prospek tidak baik dan atau usaha sudah
tutup / pailit.
b. Karakter debitur dinilai kurang baik.
2. Penerusan Hubungan Dengan Debitur.
Dilakukan terhadap debitur – debitur dengan kriteria sebagai berikut :
a. Usaha masih ada dan memiliki prospek baik.
b. Karakter debitur dinilai baik.
Sedangkan cara retrukturisasi kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta,
antara lain:
1. Penjadwalan kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
a. Penjadwalan kembali kredit adalah penjadwalan kembali kredit
dengan melakukan perubahan jangka waktu pelunasan, jumlah
setoran pelunasan dan atau pembayaran bunga kredit.
b. Dasar pertimbangan : kondisi usaha debitur masih berjalan dan
berprospek baik, namun tingkat kemampuan debitur membayar
angsuran pokok/bunga lebih kecil dibandingkan dengan skedul
angsuran yang telah ditetapkan.
2. Persyaratan kembali.
a. Persyaratan kembali kredit adalah perubahan persyaratan kredit
dengan persyaratan baru, seperti mengubah persyaratan kredit
menjadi lebih ringan, kapitalisasi bunga tunggakan, penundaan
pembayaran bunga, penurunan suku bunga kredit, pembebasan
bunga, dan lain –lain.
b. Dasar pertimbangan : kondisi usaha debitur masih berjalan dan
berprospek baik, namun debitur kesulitan likuiditas, karena modal
kerja yang banyak mengendap pada piutang, proyek yang dibiayai
belum menghasilkan, manajemen modal kerja kurang tepat, dan
lain – lain.
3. Penataan kembali.
a. Penataan kembali kredit adalah penataan kembali fasilitas kredit
dengan memberikan tambahan kredit, tambahan modal dari
pemilik, dan lain – lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
b. Dasar pertimbangan : kondisi usaha debitur masih berjalan dan
berprospek baik, namun debitur kesulitan modal kerja karena
hutang dagang terlalu besar, meningkatnya pembelian bahan baku /
barang dagangan untuk memenuhi permintaan dasar yang cukup
besar, dan sebagainya.
Kemudian berdasarkan Keputusan Direksi Nomor : 580/003/Kpts/VI/2008
tentang Pedoman Perkreditan dan Restrukturisasi Kredit tanggal 2 Juni 2008,
upaya – upaya penyelesaian kredit bermasalah anatara lain :
a. Melakukan pendekatan kepada debitur agar mencari sumber lain untuk
pelunasan kreditnya.
b. Mendesak debitur untuk menjual barang jaminan dan hasilnya
digunakan untuk menyelesaikan kreditnya.
c. Mendesak debitur untuk menjual aset lain yang dimiliki guna
pelunasan kreditnya.
d. Kerjasama dengan Lembaga Hukum.
Pihak PD. BPR Bank Pasar Surakarta juga menjalin kerjasama dengan
berbagai lembaga hukum untuk memperlancar kredit yang bermasalah
atau memperlancar pengembalian angsuran kredit baik angsuran
pokok maupun bunga. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak
Subito, SE selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR. Bank
Pasar Surakarta,
”...upaya penyelesaian kredit oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta dengan cara melibatkan dengan berbagai instansi dalam penagihan angsuran demi lancarnya pengembalian kredit, seperti bekerja sama dengan KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Lelang), kejaksaan, pengacara dan sebagainya...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
Apabila menurut pertimbangan bank kredit yang bermasalah tidak
mungkin untuk diselamatkan dan menjadi lancar kembali melalui upaya – upaya
penyelamatan kredit sehingga pada akhirnya justru menjadi macet maka bank
akan melakukan tindakan – tindakan penyelesaian atau penagihan kredit
bermasalah itu merupakan upaya bank untuk memperoleh kembali pembayaran
baik dari nasabah debitur dan atau penjamin atas kredit bank yang telah menjadi
bermasalah atau tanpa melikuidasi agunannya. Yakni langkah penyelesaian kredit
bermasalah melalui lembaga hukum seperti KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang) atau Pengadilan negeri dikarenakan langkah penyelamatan
kredit sudah tidak dimungkinkan lagi. Tujuan penyelesaian kredit melalui
lembaga hukum ini adalah untuk menjual atau mengeksekusi barang jaminan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Subito, Selaku Kepala Satuan
Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Pernyataannya adalah sebagai
berikut :
”Pihak BPR selalu berupaya untuk memberi jalan tengah agar debitur mampu membayar angsurannya baik angsuran pokok ataupun bunganya, namun apabila debitur sudah benar - benar tidak mampu untuk membayar maka BPR dengan terpaksa akan membawa masalah ini ke KPKNL. Namun hal ini sangat jarang terjadi di BPR sendiri.” (Wawancara, 25 Januari 2011) Penerapan manajemen resiko kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta
berjalan sesuai dengan program dan peraturan yang ada. Sehingga penerapan
manajemen resiko kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta sudah berjalan
maksimal, hal itu tentunya mampu menekan jumlah NPL yang ada di PD. BPR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Bank Pasar Surakarta. Apabila ditinjau dari segi kesehatan kredit, PD. BPR Bank
Pasar Surakarta dapat dikatakan bank yang cukup sehat.
2. FAKTOR PENGHAMBAT DAN FAKTOR PENDUKUNG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KREDIT BERMASALAH
PADA KREDIT UMKM DI PD. BPR BANK PASAR SURAKARTA.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta merupakan salah satu bank yang dipercaya
untuk memberikan kredit UMKM kepada masyarakat menengah kebawah dan
berpenghasilan rendah. Pemberian kredit UMKM juga merupakan salah satu
bentuk kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam mengembangkan
perekonomian dan menggerakkan pembangunan daerah. Hal tersebut nantinya
akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Surakarta.
Untuk memberikan gambaran dan mempermudah penilaian bagi pengelola
bank mengenai kemungkinan kerugian bank yang dapat mempengaruhi
permodalan bank dimasa yang akan datang, PD. BPR Bank Pasar Surakarta
menerapkan manajemen resiko kredit dalam menjalankan program kredit
UMKM-nya. Dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah pada kredit
UMKM ini, pihak PD. BPR Bank Pasar Surakarta juga menemui berbagai
hambatan yang nantinya akan menghambat proses penerapan manajemen resiko
kredit bermasalah tersebut baik pada tahap identifikasi resiko, tahap evaluasi dan
pengukuran resiko juga tahap pengelolaan resiko. Selain menemukan faktor
penghambat proses penerapan manajemen resiko kredit bermasalah, PD. BPR
Bank Pasar Surakarta juga menemukan faktor – faktor yang mendorong proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
penerapan manajemen resiko kredit bermasalah. Faktor pendukung ini nantinya
akan membantu memperlancar proses manajemen resiko, baik yang berasal dari
intern bank maupun ekstern bank.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat dijelaskan
faktor – faktor penghambat dan faktor – faktor pendukung yang diperoleh dalam
penerapan manajemen resiko kredit bermasalah pada kredit UMKM di PD. BPR
Bank Pasar Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Faktor Penghambat.
Dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah di PD BPR Bank
Pasar Surakarta menemui berbagai hambatan, baik hambatan yang berasal dari
dalam ( faktor intern ) maupun hambatan yang berasal dari luar (faktor ekstern).
Berikut ini adalah faktor penghambat penerapan manajemen resiko kredit
bermasalah pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta :
a) Faktor Intern
1. Pegawai bagian pemasaran kredit PD. BPR Bank Pasar Surakarta dinilai
masih kurang professional. Sehingga kurang mencapai apa yang
diharapkan atau belum bisa mencapai target yang sudah ditetapkan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan oleh Bapak Subito, SE selaku Kepala
Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank Pasar Surakarta, yakni :
” ...professionalitas dari pegawai – pegawai BPR masih harus perlu ditingkatkan lagi khususnya tentang pemasaran. Hal ini agar mampu maksimal dalam melakukan tugasnya. Perlu lagi ditingkatkan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman tentang pemasaran...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
2. Kurangnya budaya sadar resiko dikalangan pegawai PD. BPR Bank
Pasar Surakarta. Tujuan dari budaya sadar resiko adalah agar setiap
pegawai PD. BPR Bank Pasar Surakarta sadar resiko dan mengambil
keputusan tertentu dengan mempertimbangan aspek resikonya.
3. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang operasional. Dalam
penarikan angsuran pihak PD. BPR Bank Pasar Surakarta harus
mendatangi langsung ke alamat debitur. Oleh karena itu perlu adanaya
sarana dan prasarana penunjang yakni seperti sepeda motor.
4. Kurangnya kemampuan pegawai dalam mencari atau menggali
informasi dari calon debitur, sehingga proses analisa kredit menjadi
kurang akurat, seperti character calon debitur. Tahap identifikasi resiko
yang kurang akurat tentu nantinya akan membawa dampak yang kurang
baik pada tahap selanjutnya yakni tahap evaluasi dan pengukuran resiko
kredit. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Subito, SE,
yakni :
”...biasanya pegawai Bank Pasar dalam hal penerapan manajemen resiko itu kadang kurang akurat menganalisa calon debitur. Seperti terkait dengan sumber penghasilannya dan usaha yang nantinya akan dibiayai. Kemudian kurangnya konsekuen dari calon debitur sendiri. Awalnya mengajukan untuk usaha ini tapi setelah direalisasi ternyata malah untuk membayar sekolah anaknya dan lain sebagainya, namun hal ini tidak banyak cuma beberapa saja. Kan biasanya orang – orang yang mengajukan kredit UMKM itu kan orang kurang mampu dan tidak berpendidikan tinggi sehingga manajemen atau penggunaan uang dari kredit itu juga tidak bagus. Jadi analisa characternya itu terkadang kurang akurat begitu...” (Wawancara, 7 Februari 2011)
b) Faktor Ekstern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
1. Kurangnya sosialisasi produk kredit, sehingga kebanyakkan calon
pemohon kredit kurang mengerti tentang syarat-syarat pengajuan kredit
di PD. BPR Bank Pasar Surakarta. Kaitannya dengan penerapan
manajemen resiko di PD. BPR Bank Pasar Surakarta hal ini akan
mempersulit proses identifikasi resiko kredit. Bapak Darmono salah
seorang calon debitur di PD. BPR Bank Pasar Surakarta memberikan
pernyataan sebagai berikut :
” Sebelum saya datang langsung ke BPR saya sama sekali tidak tahu bagaimana cara mengajukan kredit dan apa saja syarat yang harus dibawa. Sehingga saat mengajukan permohonan kredit, saya harus bolak – balik ke BPR untuk melengkapi syarat-syarat pengajuan kredit disana. Hanya untuk melengkapi syarat-syarat awal permohonan kredit saja sudah menghabiskan waktu relatif lama.” (Wawancara, 25 Januari 2011)
2. Kurangnya kesadaran debitur bermasalah dalam menyelesaikan
tunggakan kreditnya, sehingga kredit bermasalah semakin meningkat
yang akan mempersulit tahap pengelolaan resiko kredit dalam proses
penerapan manajemen resiko kredit bermasalah / NPL di PD. BPR Bank
Pasar Surakarta.
b. Faktor Pendukung.
Faktor – faktor yang mendukung dan mempermudah proses penerapan
manajemen resiko kredit bermasalah pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta. Faktor – faktor pendukung terdiri dari faktor intern yaitu faktor
pendukung yang berasal dari dalam dan faktor ekstern yaitu faktor pendukung
yang berasal dari luar. Faktor – faktor tersebut antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
a) Faktor Intern.
1. Modal yang dimiliki oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta seluruhnya
berasal dari Pemerintah Kota Surakarta, sehingga PD. BPR Bank Pasar
Surakarta mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Surakarta
terutama dalam pelayanan kredit.
2. Adanya tenaga operasional yang terjun ke pasar – pasar atau ke alamat
debitur sudah memadai. Tenaga operasional ini juga mempunyai
peranan penting dalam penarikan angsuran pokok/bunga dari para
debitur. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Bapak
Subito, SE selaku Kepala Satuan Pengawas Intern di PD. BPR Bank
Pasar Surakarta. Pernyataannya adalah sebagai berikut :
”...tenaga operasional di BPR yang bertugas untuk menarik angsuran dari debitur sudah cukup memadai. Tenaga operasional ini juga mempunyai peranan penting dalam mendukung kelancaran suatu kredit, karena dalam menarik angsuran dari debitur juga diperlukan kesabaran dan ketelatenan serta selalu berupaya agar debitur tidak melalaikan kewajibannya untuk selalu membayar angsuran tepat waktu...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
3. Adanya pos – pos pelayanan yang ada di setiap pasar di Kota Surakarta.
Pos – Pos pelayanan yang didirikan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta
ini diharapkan mampu membantu dan mempermudah dalam
penyampaian atau pemasaran kredit, dan juga mempermudah debitur
dalam pengembalian kredit. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
diberikan oleh Ibu Sariwarni Penta, Selaku Kepala Bagian Umum dan
Sumber Daya Manusia di PD. BPR Bank Pasar Surakarta,yaitu :
”...BPR Bank Pasar mempunyai banyak pos – pos pelayanan di pasar – pasar di Surakarta, antara lain Pos Pelayanan Cabang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Pembantu Pasar Gedhe, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Legi, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Nongko, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Klewer, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Jongke, Pos Pelayanan Cabang Pembantu Pasar Kadipolo. Pos – pos ini nantinya akan membantu BPR dalam penyampaian kredit serta dapat digunakan sebagai tempat pembayaran angsuran. Pos – pos ini didirikan untuk membantu mempermudah masyarakat dalam kaitannya dengan kredit...”
Pernyataan di atas juga didukung oleh pernyataan yang disampaikan
oleh Bapak Subito, yaitu :
”...Bank Pasar punya sejumlah pos – pos yang ada di pasar – pasar di Kota Surakarta. Pos – pos itu bisa membantu masyarakat dalam memperoleh kredit di Bank Pasar...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
4. Adanya budaya kekeluargaan yang kuat di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta yang kemudian di terapkan oleh semua pegawai PD. BPR
Bank Pasar Surakarta sehingga pelaksanaan penerapan manajemen
kredit dapat lancar mulai dari identifikasi resiko, evaluasi & pengukuran
sampai dengan pengelolaan resiko. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang telah disampaikan Bapak Subito, yaitu :
”...di BPR Bank Pasar lebih mengutamakan pendekatan kekeluargaan dalam segala aspek penerapan manajemen resiko. Seperti sangat terlihat dari proses penagihan kredit, disitu petugas menagih dengan pendekatan kekeluargaan sehingga hasilnya pun bisa maksimal. Beda kalau tidak menggunakan pendekatan kekeluargaan seperti menagih melalui deep collector seperti itu misalnya,hasilnya malah justru kurang bagus...” (Wawancara, 7 Februari 2011)
b) Faktor Ekstern.
1. PD. BPR Bank Pasar Surakarta merupakan bank milik Pemerintah Kota
Surakarta, sehingga mempunyai cakupan usaha yang cukup luas, yaitu
di Surakarta ada lebih dari 38 pasar, 51 kelurahan. Dengan luasnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
cakupan usaha yang dimiliki BPR maka BPR mempunyai kesempatan
yang besar dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat menengah
kebawah.
2. Adanya keterbukaan dan kejujuran dari para calon debitur dalam
pengajuan kredit serta informasi – informasi yang diberikan kepada PD.
BPR Bank Pasar Surakarta, sehingga mempermudah penerapan
manajemen resiko NPL pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Bapak
Subito, SE yaitu :
”...kebanyakan yang mengajukan kredit di BPR adalah orang – orang yang berpenghasilan rendah atau dalam kategori ekonomi menengah ke bawah, dan biasanya orang – orang dari golongan menengah kebawah itu orangnya jujur – jujur, tidak pandai menipu, orang – orangnya bisa dikatakan lugu jadi dalam pemberian informasi itu benar adanya...” (Wawancara, 25 Januari 2011)
3. Adanya kerjasama yang baik antara PD. BPR Bank Pasar Surakarta
dengan Lembaga – Lembaga Hukum yang terkait dengan penyelesaian
kredit bermasalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Berdasarkan pembahasan pada bab VII (empat) yang membahas hasil
penelitian tentang penerapan manajemen resiko kredit bemasalah (Non
Performing Loan/NPL) pada kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di
PD. BPR Bank Pasar Surakarta pada tahun 2009, maka penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut.
PD. BPR Bank Pasar Surakarta dalam upaya penerapan manajemen resiko
kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) diterapkan ke dalam 3 tahap, yaitu
tahap identifikasi resiko, tahap evaluasi & pengukuran resiko, dan tahap
pengelolaan resiko. Ketiga tahap tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tahap Identifikasi Resiko.
Tahap identifikasi resiko di mulai saat calon debitur mengajukan
permohonan kredit yang di tertuang dalam formulir aplikasi beserta data –
data yang disertakan sampai dengan permohonan itu diterima atau ditolak.
Dari formulir aplikasi dan data – data pengajuan tersebut di lakukan
wawancara dengan calon debitur dalam analisis kredit yang berpedoman
dengan prinsip 5’C yaitu Character, Capacity, Collateral, Capital dan
Condition of economy. Setelah itu dilakukan cross check dengan berbagai
sumber terkait informasi yang berhubungan dengan calon debitur. Analisis
kredit juga menilai kelayakan usaha yang akan dibiayai atau jenis usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
yang akan diajukan kredit serta pengecekan agunan. Dari langkah –
langkah tersebut maka permohonan kredit calon debitur akan diterima atau
ditolak dengan persetujuan direksi.
2. Tahap Evaluasi dan Pengukuran Resiko.
Penerapan manajemen resiko NPL tahap kedua pada kredit UMKM adalah
tahap evaluasi dan pengukuran resiko. Pada tahap ini akan diukur kualitas
dari suatu kredit. Pada PD. BPR Bank Pasar Surakarta tahun 2009 tahap
evaluasi dan pengukuran resiko berjalan dengan lancar. Hal ni dibuktikan
pada tahun 2009, dari bulan ke bulan jumlah kredit yang termasuk
kedalam NPL dalam ditekan sehingga jumlahnya selalu menurun.
3. Tahap Pengelolaan Resiko.
Tahap pengelolaan kredit terdiri dari dua langkah yakni pembinaan kredit
dan penyelamatan & penyelesaian kredit. Pembinaan kredit dan
penyelamatan & penyelesaian kredit di PD. BPR Bank Pasar Surakarta
dapat berjalan dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang telah
ditentukan secara optimal. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pembinaan kredit yang dilaksanakan oleh PD. BPR Bank Pasar
Surakarta telah berjalan dengan baik sehingga mampu menekan
jumlah debitur bermasalah / NPL. Tujuan pembinaan kredit telah
tercapai, yaitu agar debitur segera memenuhi tanggung jawabnya
sehingga tidak terjadi tunggakan yang akan merugikan PD. BPR
Bank Pasar Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
2) Tindakan preventif dalam proses penyelesaian dan penyelamatan
kredit yang dilakukan oleh PD. BPR Bank Pasar Surakarta berjalan
efektif, sehingga debitur lancar dapat dicegah agar tidak menjadi
Kredit Bermasalah / NPL.
4. Faktor Penghambat.
Dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah / NPL pada kredit
UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta menemui beberapa faktor
penghambat baik yang berasal dari faktor intern maupun ekstern, yaitu
antara lain :
a. Faktor Intern.
Salah satu faktor intern yang menghambat adalah pegawai kredit
PD. BPR Bank Pasar Surakarta dinilai masih kurang professional
terutama tentang pemasaran kredit.
b. Faktor Ekstern.
Salah satu faktor ekstern yang menghambat adalah kurangnya
sosialisasi produk kredit, sehingga kebanyakkan calon pemohon
kredit kurang mengerti tentang syarat-syarat pengajuan kredit di
PD. BPR Bank Pasar Surakarta.
5. Faktor Pendukung.
Dalam penerapan manajemen resiko kredit bermasalah / NPL pada kredit
UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta menemui beberapa faktor
pendukung baik yang berasal dari faktor intern maupun ekstern, yaitu
antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
a. Faktor Intern.
Beberapa faktor intern yang mendukung adalah :
1) Adanya tenaga operasional yang terjun ke pasar – pasar atau ke
alamat debitur sudah memadai untuk penarikan / penagihan
angsuran.
2) Adanya pos – pos pelayanan yang ada di setiap pasar di Kota
Surakarta.
3) PD. BPR Bank Pasar Surakarta mengedepankan pendekatan
kekeluargaan sehingga mempermudah dan mendukung penerapan
manajemen resiko kredit bermasalah.
b. Faktor Ekstern.
Beberapa faktor ekstern yang mendukung adalah :
1) Adanya keterbukaan dan kejujuran dari para calon debitur dalam
pengajuan kredit serta informasi – informasi yang diberikan kepada
PD. BPR Bank Pasar Surakarta, sehingga mempermudah
penerapan manajemen resiko NPL pada kredit UMKM di PD. BPR
Bank Pasar Surakarta.
2) Adanya kerjasama yang baik antara PD. BPR Bank Pasar Surakarta
dengan Lembaga – Lembaga Hukum yang terkait dengan
penyelesaian kredit bermasalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
B. SARAN.
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, saran dari penulis
adalah sebagai berikut :
1. Untuk lebih meningkatkan kualitas penerapan manajemen resiko kredit
bermasalah / NPL pada kredit UMKM di PD. BPR Bank Pasar Surakarta
perlu adanya seminar, pendidikan dan latihan ( training ) khususnya
tentang pemasaran kredit bagi pegawai di PD. BPR Bank Pasar Surakarta
sehingga dalam pemasaran kredit dapat optimal.
2. Hendaknya perlu ditingkatkan tentang sosialisasi produk kredit sehingga
calon debitur tidak lagi menemui kesulitan untuk mengajukan
permohonan kredit, seperti adanya papan pengumuman yang menjelaskan
syarat- syarat dan cara mengajukan kredit di PD. BPR Bank Pasar
Surakarta baik dalam kantor PD. BPR Bank Pasar Surakarta atau diluar
bank sehingga calon debitur tidak lagi harus datang berkali – kali hanya
untuk melengkapi syarat – syarat pengajuan kredit.
3. PD. BPR Bank Pasar Surakarta hendaknya meningkatkan sarana dan
prasarana penunjang operasional yang memadai dalam upaya penerapan
manajemen resiko, seperti adanya sepeda motor yang dapat membantu
terkait dengan proses penarikan angsuran kredit kepada debitur.
top related