penegakkan peraturan perundang –undangan dalam analisis mengenai dampak lingkungan
Post on 28-Nov-2014
1.317 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Penegakkan Peraturan Perundang –undangan dalam Analisis
Mengenai Dampak lingkungan
Lingkungan hidup merupakan salah satu sektor yang
memerlukan perhatian penting disamping politik dan
ekonomi. Hal ini menjadi penting dikarenakan dampak jangka
pendek maupun dampak jangka panjang yang
mempengaruhi seluruh lapisan bumi. Permasalahan ini
merupakan suatu pertanggung jawaban bipartite yang
membutuhkan peran pemerintah sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi dalam mejalan suatu negara. Serta
berbagai lapisan masyarakat yang terdiri dari para
pengusaha, perkumpulan masyarakat serta peran setiap
pribadi insan manusia. Sehingga diperlukannya suatu
pemahaman apa itu lingkungan serta bagaimana langkah
konkrit yang perlukan untuk mengimplementasikan suatu
aturan dan norma yang ada dimasyarakat. Pemerintah
sebagai super power memiliki peran yang strategis dalam
menghadapi segala permasalahan terkait dengan lingkungan
hidup. Yang mana permasalahan lingkungan ini mempunyai
benang merah dengan pencapaian mutu kesehatan.
Sehingga pemerintah dapat memiliki suatu perencanaan
dalam hal pencegahan dan penanggulangan permasalahan
lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah sumber dari
segala sumber kehidupan manusia. Sehingga semua lapisan
mempunyai daya tarik kuat yang saling tarik menarik dalam
pembentukan suatu lingkungan hijau. Peran strategis
tersebut terlihat dengan adanya kekuatan memaksa yang
diberikan oleh pemerintah untuk seluruh lapisan dituangkan
dalam suatu bentuk perundang-undangan. Masyarakat yang
terdiri dari beberapa lapisan ini pun memiliki peran yang
krusial dimana kesadaran dari masyarakat dalam
pengembangan lingkungan hidup.
Permasalahan dalam lingkungan hidup begitu kompleks salah
satunya yaitu mengenai penerapan AMDAL ( analisis
mengenai dampak lingkungan)adalah kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan[1] yang mana analisis dampak
lingkungan ini merupakan suatu hal yang diciptakan untuk
memperhatikan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan. AMDAL ( analisis mengenai dampak lingkungan)
ini ditujukan sebagai suatu pembangunan berkelanjutan
sehingga diharapkan dengan adanya analisis mengenai
dampak lingkungan ini dapat berguna bagi pembangunan
berkelanjutan yang memperhatikan segala aspek lingkungan
untuk masa depan. Sehingga AMDAL ( analisis mengenai
dampak lingkungan) merupakan suatu bentuk kegiatan yang
strategis dalam hal pembangunan berwawasan lingkungan.
Namun dalam perkembangannya Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan ini tidak berjalan sesuai dengan tujuan awal
pembuatannya. Dimana banyak lubang permasalahan yang
menimbulkan tidak adanya perhatian terhadap lingkungan
hijau. Banyak pembangunan yang tidak memperhatikan
bahkan tidak memenuhi kualifikasi analisis mengenai
dampak lingkungan. Setelah adanya pembangunan itu
permasalahan yang kerap terjadi yaitu tidak adanya ruang
terbuka hijau dan resapan air. Apabila AMDAL ini dapat
berjalan seharusnya tidak ada permasalah yang timbul. ini
menandakan bahwa AMDAL hanya dijadikan sebagai suatu
pemenuhan yuridis formil.
Beberapa permasalah yang timbul salah satunya yaitu
pengurangan RTH ( Ruang Terbuka Hijau) di wilayah Aceh
yang seharusnya 68 % menjadi 52 % penurunan ini di ikut
sertakan dengan permasalahan pengurangan hutan di
wilayah aceh yang akan dijadikan sebagai perkebunan kelapa
sawit, pembangunan infrastruktur, serta pertambangan. [2]
Yang mana perkebunan sawit ini tidak lah tergolong baik
karena mengurangi heterogenitas dari 3,7 Juta Ha menjadi
1,8 Juta Ha. Dengan adanya permasalahan ini
memperlihatkan bentuk konkrit pemerintah namun apa daya
tidak adanya bentuk perlawanan dari pemerintah terhadap
hal ini . padahal ini sangat mempengaruhi ekosistem
setempat yang sebelumnya memberikan ekosistem itu
memberikan pelayanan air bersih. Selain itu bentuk masalah
lain yang terkait dengan ini yaitu adanya rencana
pembangunan pembangunan Mall, Kondominium, Restoran di
Hutan Babakan Siliwangi.Dimana memperlihatkan adanya
suatu ketidak konsistensi dari pemerintah kota akan hal
dalam menjaga hutan babakan yang pernah dideklarasian
tahun lalu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengakui
keberadaan hutan di tengah kota tersebut, sebagai satu-
satunya hutan yang ada saat ini. Keberadaannya saat ini
merupakan oksigen bagi kota Bandung.[3] Namun pada
kenyataannya PT EGI selaku developer telah mengadakan
konferensi pers bahwa mereka telah mendapat kan izin
mendirikan bangunan dan akan merealisasikan rencana
pembangunan restoran di Babakan Siliwangi.[4] Dengan
demikian menunjukkan tidak adanya konsistensi pemerintah
dalam hal menjaga lingkungan hidup daerah tersebut.
Masalah-masalah diatas menunjukkan masih kurang nya
tingkat kesadaran dan pemahaman pelaksanaan PP No. 27
Tahun 2012 ini karena kepentingan tertentu dapat
mengalahkan kepentingan umum.
Hal ini lah yang akan memperlihatkan kemampuan dari PP
No. 27 Tahun 2012 ini dalam menyikapi segala permasalahan
AMDAL yang menajadikannya sebagai suatu permasalahan
yang krusial yaitu dimana tidak adanya suatu law
enforcement yang dapat mengikat para pengusaha dalam
melakukan suatu pembangunan. Sehingga dalam
perkembangannya konkritisasi dalam AMDAL ini tidak
terpenuhi segala parameternya karena pengaruh
kepentingan yang sangat kuat didalamnya. Banyak ruang
yang dapat ditembus oleh para pengusaha untuk
mempermudah langkah mereka dalam melakukan
pembangunan. Mereka melakukan percepatan kebijakan
dengan para birokrat dalam hal pemenuhan kualifikasi
AMDAL. Maka terciptanya “ Jalan pintas” dalam penerbitan
perizinan yang mengutamakan kepentingan pribadi . pihak
pemerintah pun terkadang terpengaruh dengan adanya jalan
pintas yang disebut dengan “Percepatan Kebijakan”. [5]
AMDAL yang diatur secara teknis didalam Peraturan
Pemerintah No 27 Tahun 2012 ini tidak memeliki suatu
kekuatan pemidanaan yang mampu memberikan dorongan
pertanggung jawaban si pengusaha yang tidak memenuhi
syarat kualifikasinya. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun
2012 sebagai suatu peraturan yang sifatnya sekuder
seharusnya mampu membentuk suatu norma hukum yang
berisikan tata cara penanggulangan apabila norma primer
yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 1999 tidak ditaati. Maka
pihak yang dapat berperan aktif dalam penyelelarasan
perundang-undangan dengan konkritisasinya adalah peran
penegak hukum dalam hal ini yang mampu membuat suatu
peraturan perundang-undangan dalam hal ini peraturan
pemerintah sebagai suatu peraturan sekunder yang
mengatur secara teknis dan/atau dalam menjalankan
Undang-undang No. 32 Tahun 1999. Yang mana materi
muatannya sesuai dengan sifat dan hakikatnya dari suatu
Peraturan Pemerintahan yang merupakan peraturan delegasi
dari Undang-Undang atau peraturan yang melaksanakan
suatu Undang-Undang, maka materi muatan Peraturan
Pemerintah adalah seluruh materi mautan Undang-undang
dalam hal ini Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup tetapi
sebatas yang dilimpahkan artinya sebatas yang perlu
dijalankan atau yang diselenggarakan lebih lanjut oleh
Peraturan Pemerintah. Namun apa yang dilimpahkan ini tidak
boleh bertentangan dengan apa yang di atur dalam Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009.[6] Serta sebagai pengawas
dalam terlaksananya hal ini dapat dilakukan oleh masyarakat
dalam hal ini kelompok atau perkumpulan serta mahasiswa.
[1]Pasal 1 butir 11 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup[2] http://sains.kompas.com diakses pada 31 Mei 2013 pukul 9:52[3] http://www.merdeka.com diakses pada 1 Juni 2013 pukul 22:02[4] http://savebabakansiliwangi.wordpress.com/ diakses pada 1 Juni 2013 pukul 22:41[5] http://bapedalda.tabalongkab.go.id/index.php? option=com_content&view=article&id=315:amdal-.. Diakses pada 31 Mei 2013 pukul 9:55[6] Farida, Maria.Ilmu Perundang-Undangan Jenis, Fungsi,dan Materi Muatan. Yogyakarta.: Kanisius, 2007,hal 249
top related