penda hulu an
Post on 09-Feb-2016
62 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Beton merupakan bahan bangunan yang amat penting dilihat dari volume
pengerjaan yang cukup besar jumlahnya. Perencanaan campuran beton (mix
design) memegang peranan utama dalam penentuan proporsi bahan-bahan
pokok beton, yang menjamin mutu dan kelecakannya. Beberapa metode
perencanaan rancangan campuran beton menghasilkan proporsi campuran
dalam suatu perbandingan berat. Kenyataannya banyak dijumpai pembuatan
beton yang menggunakan proporsi campuran dalam perbandingan volume
yang sudah dilakukan secara turun-temurun.
Beton adalah batu buatan, suatu material yang sangat umum dijumpai
dalam aspek pekerjaan kita sehari-hari yang berkecimpung di bidang teknik
sipil.
Akan lebih sempurna bila kita mengetahui secara detail segala sesuatu
yang berhubungan dengan beton.
Pelajaran beton yang kita kenal dapat dibagi menjadi :
1. Teknologi Beton.
Lebih ditekankan pada trial mix design, pelaksanaan
pembuatan beton dan quality control.
2. Konstruksi Beton (hitungan).
Adalah cara menghitung konstruksi.
Jelas bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan, sebab masing-masing
mempunyai resiko yang sangat perlu diperhatikan dalam mewujudkan
bangunan konstruksi beton.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 1
Selanjutnya dalam laporan ini yang akan dibahas adalah Teknologi Beton
beserta pembuatan program komputer tentang mix design beton.
Komponen beton secara umum terdiri atas bahan perekat dan bahan
batuan. Yang dimaksud bahan perekat adalah air dan semen. Sedangkan
bahan batuan adalah agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil).
Untuk dapat menghasilkan beton yang berkualitas, kita harus mengerti
parameter yang dituju dari beton yang dihasilkan. Hal penting yang harus
diketahui adalah kondisi masing-masing komponen beton, komposisi
campuran adukan beton, dan situasi lingkungan pada proses pengerjaan.
Beberapa aspek kualitas beton yang menjadi tinjauan adalah :
1. Kuat desak (strength)
2. Durability (keawetan)
3. Sifat mudah dikerjakan (workability)
4. Ekonomis
Pada awalnya, rancangan campuran beton masih menggunakan cara coba-
coba. Cara ini adalah cara yang paling mudah, karena tidak diperlukan
keterampilan khusus. Namun cara ini adalah cara yang paling banyak
memakan waktu, karena itu cara ini tidaklah disarankan untuk diterapkan.
Setelah dirasa kurang memberikan hasil yang diharapkan, maka muncullah
cara lain, yaitu dengan perbandingan volume. Cara ini adalah cara yang
ternyata sampai saat ini paling sering digunakan karena kemudahan
penggunaannya. Namun cara ini mempunyai kelemahan, yaitu kurang cocok
apabila digunakan untuk rancangan beton mutu tertentu.
Cara yang paling mutakhir adalah dengan perbandingan berat. Cara ini
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dua cara diatas. Namun
apabila rancangan campuran beton dikerjakan dengan bantuan komputer,
maka diharapkan akan lebih menghemat waktu perencanaan dan memenuhi
kriteria rancangan campuran beton (tepat waktu dan tepat mutu).
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 2
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktek beton laboratorium
ini agar mahasiswa/i diharapkan dapat :
1. Menganalisa kebutuhan bahan yang akan digunakan dalam praktek-
praktek pembuatan rancangan campuran beton.
2. Mengetahui serta memahami manfaat dari pembuatan rancangan
campuran beton.
3. Mengetahui cara atau metode merencanakan, dan sekaligus
mempraktekkan cara pembuatan rancangan campuran beton di
lapangan.
4. Mempergunakan alat dalam pelaksanaan praktek sesuai dengan fungsi
dan kegunaannya masing-masing.
5. Menganalisis dan merencanakan bagaimana kualitas agregat yang
diperlukan untuk beton yang dirancang sesuai dengan mutunya.
1.3 MATERI PRATIKUM
Adapun materi yang dipraktekkan adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Kadar Air
2. Pengujian Berat Isi
3. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
4. Analisa Ayakan Agregat
5. Perencanaan dan Pembuatan Beton K250
6. Hammer Test
7. Uji Keausan/Abrasi Agregat Kasar
1.4 TEMPAT DAN WAKTU
Praktikum pengujian Beton Labolatorium ini dilaksanakan pada tanggal 13
Mei 2013 - 24 mei 2013, pada pukul 07.00 - 13.50 WIB di Laboratorium
Politeknik Negeri Pontianak.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 PENGERTIAN BETON
Beton merupakan suatu campuran material yang terdiri dari semen
(sebagai bahan pengikat), agregat (sebagai bahan pengisi; 75% - 90%), dan
air (sebagai bahan pereaksi). Pada saat sekarang ini komposisi dalam
pembuatan beton tidak hanya menggunakan bahan-bahan tersebut, namun
ditambahkan lagi dengan bahan penguat yaitu baja yang berfungsi untuk
memperkuat beton dalam menahan gaya tarik.
Namun terkadang kita sering dihadapkan pada kondisi yang sangat
sulit dalam pemeliharaan beton ini baik sebelum maupun sesudah
dipakainya beton ini. Seringkali pembuatan beton terjadi pada musim
penghujan sehingga harus diberikan bahan pembantu (admixture) untuk
mempercepat proses pengerasan.
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik, terlebih dahulu kita
harus melakukan pengujian terhadap beton tersebut dengan tes uji kuat
tekan. Berdasarkan mutu, beton dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Beton normal, adalah beton yang mempunyai nilai kuat tekan
kurang dari 41 Mpa.
2. Beton mutu tinggi, adalah beton yang mempunyai nilai kuat tekan
lebih dari 41 Mpa.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 4
2.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON
Beton dalam keadaan mengeras akan sangat keras bagaikan batu
dengan kekuatan tinggi. Tapi dalam keadaan segar beton seperti bubur
sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan. Beton juga sangat tahan
terhadap serangan api juga sangat tahan dengan serangan korosi. Sehingga
secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah :
Kelebihan Beton
Dapat dibentuk sesuai keinginan
Mampu memikul beban tekan yang berat
Tahan terhadap temperatur tinggi
Biaya pemeliharaan rendah/kecil
Kekurangan Beton
Bentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubah
Peaksanaan pekerjaan memerlukan ketelitian tinggi
Berat
Daya pantul suara besar
Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk
Tidak memiliki kekuatan tarik
Setelah dicampur beton segera mengeras
Beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di
daur ulang
2.3 PARAMETER YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN BETON
1. Kualitas semen (PC)
2. Proporsi semen dalam campuran beton
3. Kekuatan dan kebersihan agregat
4. Ikatan/adesi antara pasta, semen dan agregat
5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton
6. Pemadatan beton dan perawatan
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 5
2.4 BAHAN-BAHAN CAMPURAN BETON
1. Semen/PC (Portland Cement)
Semen merupakan bahan hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terisi dari silica-silica kalsium yang
bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan. Fungsi semen
adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar terjadi suatu massa
yang padat.
Semen Portland pada umumnya mempunyai angka rata-rata yang
dipakai 3,15. Berat jenis semen jauh lebih besar dari berat jenis batu alam
pada umumnya. Oleh karena itu, apabila suatu semen yang kita uji
kurang/lebih berat dari berat jenis semen pada umumnya, maka semen
tersebut sudah tidak murni lagi.
Jenis semen ada tiga, yaitu :
1) Semen Portland (PC)
2) Semen Putih
3) Semen Mumin
Semen Portland (PC) menurut standar Indonesia dibagi menjadi 5
jenis. Maksud pembagian bukan merupakan pembagian kelas tapi agar
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 6
konsumen tahu kapan harrus memakai type semen Portland yang masing-
masing sifatnya disesuaikan dengan sifat konstruksinya.
A. Type 1 ; PC standar
Digunakan untuk beton yang tidak mengalami perubahan
cuaca yang dahsyat atau dibangun dalam lingkungan korosif
(mengandung uap-uap) yang mengandung asam sehingga dapat
merusak tulangan (berkarat).
B. Type 2
Digunakan untuk bangunan tahan sulfat dan panas hydrasi
rendah (proses bereaksinya senyawa semen air membentuk hidrat
yang disertai pelepasan kalor).
C. Type 3
Cepat mengeras, cocok pada suhu rendah (pembetonan
dimusim dingin)
D. Type 4
Digunakan untuk beton dengan panas dan hidrasi rendah.
E. Type 5
Digunakan untuk bangunan tahan sulfat dan panas hidrasi
tinggi.
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang dalam campuran beton
berfungsi sebagai bahan pengisi. Agregat ini menempati 75% - 90%
volume beton. Walaupun sebagai bahan pengisi, agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton sehingga pemilihan agregat
merupakan bagian paling penting dalam pembuatan beton.
Cara membedakan jenis agregat dilakukan dengan berdasarkan
pada ukuran butirannya.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 7
1. Agregat halus (Pasir)
Memiliki ukuran diameter <0,15 mm s/d 5 mm
2. Agregat kasar (Kerikil)
Memiliki ukuran diameter >5 mm s/d 40 mm
Bagian- bagian agregat tersebut mempunyai fungsi-fungsi tersendiri
pada campuran beton.
Maksud dari penggunaan agregat dalam adukan beton adalah :
1. Menghemat penggunaan semen
2. Menghasilkan kekuatan besar pada beton
3. Mengurangi penyusutan dan pengerasan beton
4. Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton padat
5. Sifat dapat dikerjakan (workability) dapat diperiksa pada adukan
beton dengan gradasi yang baik.
3. Air
Air merupakan bahan dasar pembuatan beton (salah satu unsur
yang terpenting), namun harganya paling murah. Air diggunakan sebagai
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 8
bahan pereaksi semen. Air yang diperlukan hanya 25% untuk semen saja,
namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang digunakan sulit
kurang dari 35%. Kelebihan air ini digunakan sebagai pelumas.
Air yang memiliki/memenuhi syarat sebagai air minum memenuhi
syarat pula untuk campuran beton (tidak berarti pula air pencampur beton
harus memenuhi syarat standar dari air minum).
Dasar pemakaian air untuk campuran beton sebaiknya air yang
memenuhi syarat sebagai berikut :
A. Tidak mengandung kapur / benda yang melayang lainnya lebih dari
2 gram/liter.
B. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (zat
organic, asam, dsb.) lebih dari15 gram/liter.
C. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
D. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
4. Bahan Pembantu (Admixture)
Yaitu bahan yang digunakan sebagai bahan tambahan pada
campuran beton yaitu semen, agregat dan air. Seringkali juga dibutuhkan
bahan-bahan lainnya. Pada campuran beton atau pada permukaan beton
yang masih segar untuk mencapai hasil yang sesuai dengan yang
diinginkan. Adapun kegunaan dari bahan tambahan tersebut antara lain :
1. Mempercepat waktu pengikatan awal dari beton
2. Memperlambat waktu pengikatan awal
3. Menghindari terjadinya “bleeding”
4. Memperbaiki sifat pengerjaan adukan
5. Menambah kekerasan/kepadatan permukaan beton
6. Menjadikan beton lebih kedap terhadap air
7. Memperbaiki ikatan antara dua ikatan beton
8. Menghalangi terjadinya pasta semen
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 9
9. Memberikan warna pada permukaan beton
10. Membuat permukaan beton licin
11. Mencegah terjadinya penguapan air dan beton muda.
5. Baja Tulangan
Baja tulangan adalah tulangan yang diletakkan dalam struktur
beton untuk memperkuat beton dalam menahan gaya tarik. Beton bekerja
didaerah yang mengalami gaya tekan, sedangkan baja tulangan dipasang
pada daerah dimana tegangan tarik terjadi. Pada kenyataannya sisi balok
yang mengalami tegangan tekan juga dipasang tulangan yang berfungsi
untuk pembentuk penampang agar struktur balok tersebut stabil dan
kokoh.
Batang tulangan menurut bentuknya terbagi atas :
A. Tulangan polos
Adalah batang berpenampang bulat, persegi dan lain-lain
dengan permukaan licin. Untuk mengetahui diameter tulangan
polos digunakan jangkar sarang. Simboldiameternya adalah (Ø).
Mutu tulangan polos lebih rendah dari tulangan ulir.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 10
B. Tulangan ulir
Adalah batang prismatic atau punter yang permukaannya
diberi rusuk yang terpasang tegak lurus/miring terhadap sumbu
batang, dengan jarak antara rusuk kerusuk lainnya tidak lebih dari
0,7 x diameter pengenalnya. Tulangan polos memiliki daya ikat
lebih kuat pada beton dengan symbol diameternya adalah D
(deform).
Baja yang bermutu tinggi adalah baja yang mengandung banyak
karbon , karena semakin banyak karbon yang dimiliki oleh baja tersebut
maka semakin kuat pula mutu baja tersebut.
A. Langkah Kerja dalam Pembuatan Beton
Adapun langkah kerja dalam pembuatan beton adalah sebagai berikut :
1. Pengadukan (menggunakan dua cara) :
a. Manual ; alat sekop, cangkul.
b. Masinal ; alat molen/mixer.
2. Transportasi / Pengangkutan (menggunakan dua cara) :
a. Manual ; alat gerobak dorong, ember.
b. Masinal ; truk mixer.
3. Pengecoran (menggunakan dua cara) :
a. Manual ; langsung dituangkan.
b. Masinal ; diolah mesin (concrete pump).
4. Pemadatan (menggunakan dua cara) :
a. manual ; ditusuki dan diketok-ketok.
b. Masinal ; Vibrator(alat penggetar)internal maupun eksternal.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 11
5. Pemeliharaan / Perawatan.
Dengan cara manual, disiram / ditutupi.
6. Finishing.
B. Kelas-Kelas Beton
Kelas dan mutu beton terbagi atas :
1. Beton kelas 1
Adalah beton untuk peekerjaan non-struktural, dimana dalam
pengerjaannya tidak membutuhkan keahlian khusus, pengawasan hanya
dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan. Sedangkan pemeriksaan
kuat tekan tidak disyaratkan. Mutu beton kelas 1 dinyatakan B0.
2. Beton kelas 2
Adalah beton untuk pekerjaan structural. Secara umum
pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus yang cukup dan harus
dibawah pengawasan tenaga ahli. Beton kelasa 2 dibagi menjadi beton-
beton dengan mutu standar B1, K-125, K-175, K-225. Pada mutu B1
pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan. Sedangkan terhadap
kekuatan tekan tidak terlalu disyaratkan pemeriksaannya.
3. Beton kelas 3
Adalah beton untuk pekerjaan structural, dimana dipakai beton
dengan kekuatan tekan karakteristik yang lebih tinggi dari K-225
kg/cm². Pelaksanaan memerlukan keahlian khusus dan dibawah
pengawasan tenaga ahli (laboratorium).
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 12
C. Faktor Air Semen (FAS)
Pada banyaknya campuran air pada semen diusahakan seminimal
mungkin. Jika kebanyakan air pada pembuatan beton akan menghasilkan
beton dengan kualitas jelek, karena akan terbentuk ruang atau rongga
kosong pada beton.
Faktor air semen yaitu perbandingan antara berat air dengan berat
semen. Besar FAS yaitu antara 0,5-0,6.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 13
BAB III
PEMBAHASAN MATERI
3.1 JOB 1 : PENGUJIAN KADAR AIR
A. DASAR TEORI
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air
yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering,
dinyatakan dalam persen (%).
B. TUJUAN
Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka persentase
dari kadar air yangdikandung oleh agregat.
C. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan
• Nampan (talam)
• Sendok spesi
• Timbangan manual
• Oven dengan suhu 110°c.
2. Bahan
• Pasir, sebagai agregat halus
• Batu pecah, sebagai agregat kasar.
D. LANGKAH KERJA
1. Pertama, siapkan dahulu peralatan dan bahan yang akan kita
gunakan dalam pelaksanaan Pengujian Kadar Air.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 14
2. Setelah semua bahan dan peralatan terkumpul, maka pekerjaan
dilanjutkan dengan melakukan penimbangan nampan yang kosong
dengan menggunakan timbangan manual, lalu catat ke dalam foam.
3. Pada penimbangan nampan (cawan) ini dilakukan untuk dua buah
agregat kasar yaitu batu pecah, dan dua buah lagi untuk untuk
agregat halus yaitu pasir.
4. Setelah penimbangan berat kosong dari nampan (cawan) tersebut
telah selesai, selanjutnya masukkan agregat Kasar dan agregat
halus ke dalam nampan yang telah di timbang tadi. Kemudian
lakukan penimbangan kembali (berat nampan + agregat). Jangan
lupa untuk menandai masing-masing cawan dan agregat agar tidak
tertukar.
a. Penimbangan (agregat kasar berupa batu pecah +
nampan).
• Penimbangan agregat kasar 1 + nampan 1
Masukkan agregat batu pecah ke dalam nampan
tersebut sampai penuh lalu ratakan permukaannya hingga rata.
Setelah itu timbanglah nampan yang berisi batu pecah tersebut
dengan timbangan manual.
Setelah didapat berat pada timbangan tulislah dalam
foam. Hasil penimbangan batu pecah 1 + nampan 1 ini adalah
6172 gram, (w2 material : batu pecah no.1).
• Penimbangan agregat kasar 2 + nampan 2.
Lakukan prosedur yang sama seperti sebelumnya dalam
penimbangan ini. Hasil penimbangan agregat kasar 1 + nampan
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 15
1 di atas, sehingga diperoleh hasil penimbangan adalah 5643
gram, (w2 material : batu pecah no.2).
b. Penimbangan (agregat halus berupa pasir + nampan).
• Penimbangan agregat halus 1 + nampan 1.
Masukkan agregat pasir ke dalam nampan tersebut
sampai penuh lalu ratakan permukaannya hingga rata. Setelah
itu timbanglah nampan yang berisi batu pecah tersebut dengan
timbangan manual.
Setelah didapat berat pada timbangan tulislah dalam
foam. Hasil penimbangan pasir 1 + nampan 1 ini adalah 5403
gram, (w2 material : pasir no.1).
• Penimbangan agregat halus 2 + nampan 2.
Lakukan prosedur yang sama seperti pada penimbangan
sebelumnya di penimbangan ini. Hasil agregat halus (pasir) 1 +
nampan 1 di atas, sehingga diperoleh hasil penimbangan adalah
5503 gram, (w2 material : pasir no.2).
5. Kemudian, kita hitung berat benda uji masing-masing benda uji
tersebut, yaitu batu pecah sebagai agregat kasar dan pasir sebagai
agregat halusnya.
• Berat benda uji (batu pecah 1) = (w2 batu pecah 1 – berat kosong
nampan 1 (w1 nampan 1)
= 6172 gram – 545 gram
= 5627 gram.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 16
• Berat benda uji (batu pecah 2) = (w2 batu pecah 2 - berat
kosong nampan 2 (w1
nampan 2)
= 5643 gram – 520 gram
= 5123 gram.
• Berat benda uji (pasir 1) = ( w2 pasir 1 – berat kosong
nampan 1 (w1 nampan 1)
= 5403 gram – 547 gram
= 4856 gram.
• Berat benda uji (pasir 2) = (w2 pasir 2 – berat kosong
nampan 2 (w1 nampan 2)
= 5503 gram – 543 gram
= 4960 gram.
6. Setelah dilakukan perhitungan keempat nampan yang telah terisi
agregat dan telah ditandai tersebut dimasukan ke dalam oven
dengan suhu (110°c), selama ±24 jam.
7. Setelah dilakukan pengovenan ±24 jam keluarkan semua bahan uji
beserta nampan dari dalam oven tersebut, kemudian didinginkan
beberapa saat dahulu. Setelah benar-benar dingin, selanjutnya kita
timbang lagi keempat nampan yang berisi agregat tersebut dengan
menggunakan timbangan manual, untuk memperoleh (W4).
W4 material batu pecah 1 = 6155 gram.
W4 material batu pecah 2 = 5615 gram.
W4 material pasir 1 = 5255 gram.
W4 material pasir 2 = 5345 gram.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 17
8. Selanjutnya kita hitung berat benda uji kering oven (W5) dengan
rumus :
W 5=w 4−w 1
Setelah semua berat kering oven agregat tersebut dihitung
maka diperolehlah data :
W5 material batu pecah 1 = 5610 gram.
W5 material batu pecah 2 = 5095 gram.
W5 material pasir 1 = 4708 gram.
W5 material pasir 2 = 4802 gram.
9. Setelah semua data peroleh, maka hitunglah kadar air agregat
masing-masing jenis material dengan rumus:
Kadar Air = (W 3−W 5 )
W 5x 100 % .
Sehingga didapatlah kadar air agregat :
Kadar air agregat material batu pecah 1 = 0,030
Kadar air agregat material batu pecah 2 = 0,549
Rata-rata kadar air agregat material batu = 0,426
Kadar air agregat material pasir 1 = 3,143
Kadar air agregat material pasir 2 = 3,290
Rata-rata kadar air agregat material pasir = 3,2165
10. Setelah semua kegiatan selesai bersihkan semua peralatan yang
digunakan pada kegiatan praktek ini, dan simpan peralatan pada
tempatnya masing-masing.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 18
3.2 JOB 2 : PENGUJIAN BERAT ISI
A. DASAR TEORI
Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah
rasio antara berat agregat dan berat isi / volume. Berat isi aregat
diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah
bahan ditakar dengan ukuran volume.
B. TUJUAN
Setelah melaksanakan kagiatan Pengujian Berat isi diharapkan
mahasiswa mampu:
1. Menentukan Berat Isi / Bobot Isi dari agregat yang digunakan.
2. Menggunakan segala peralatan yang diperlukan dalam kegiatan
pengujian sesuai dengan kegunaannya masing-masing dengan baik
dan benar.
3. Bekerja sesuai prosedur yang ada dan selalu mengutamakan
keselamatan kerja.
C. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan
• Mould
• Timbangan manual dan digital
• Sendok spesi
• Tongkat penumbuk
• Nampan (talam)
• Gayung
• Peralatan tulis dan buku tulis.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 19
2. Bahan
• Batu pecah (agregat kasar)
• Pasir (agregat halus).
D. LANGKAH KERJA
1. Pengujian berat isi agregat kasar (batu).
● Berat isi lepas agregat kasar (batu).
Pertama ambil 2 buah mould untuk mould bobot isi
lepas no.1 dan mould bobot isi lepas no.2.
Setelah itu timbanglah kedua mould tersebut untuk
mendapatkan nilai (W1).
Setelah itu isilah kedua mould tersebut dengan batu
pecah lalu ratakan permukaan hingga rata sama dengan
bagian atas mould.
Timbanglah berat mould yang telah diisi agregat
sehingga diperoleh (W2).
Kemudian hitunglah berat benda uji dengan rumus :
W 3=w 2−w 1
Setelah itu keluarkan isi mould hingga benar-benar
bersih dan masukkan air ke dalam mould yang telah
bersih tadi sampai penuh.
Setelah terisi dengan baik, maka timbang kedua mould
yang terisi air tersebut sehingga diperolah nilai (W4)
(berat mould + air).
Jika nilai (W4) telah didapat, maka hitung nilai berat air
/ isi mould (volume), dengan rumus:
V=w 4−w 1
Setelah itu hitunglah berat isi, dengan rumus :
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 20
Berat isi =W 3V
x100 %
Setelah didapat nilai berat isi, maka selanjutnya hitung
rata-rata nilai berat isi nya, dengan rumus:
Berat isi rata-rata = berat isi1+berat isi 2
2
Jika nilai rata-rata dari berat isi tersebut telah diperoleh,
maka pekerjaan pengujian berat isi lepas agregat kasar
telah selesai laksanakan.
● Berat isi padat agregat kasar (batu).
Pertama ambil 2 buah mould untuk mould bobot isi
padat no.1 dan mould bobot isi padat no.2.
Setelah itu timbanglah 2 buah mould tersebut sehingga
didapatlah berat mould tersebut (W1).
Masukkan agregat kasar berupa batu pecah secara
bertahap sebanyak 3 lapisan. Lapisan pertama diisi
sepertiga dari mould tersebut dan lakukan penumbukan
sebanyak 25x, kemudian untuk lapisan ke-2 dan ke-3
lakukan prosedur yang sama dan ratakan bagian atas
sehingga rata dengan bagian atas mould.
Setelah itu timbanglah mould + benda sehingga
didapatlah (W2).
Setelah itu maka hitunglah berat benda uji, dengan
rumus :
W 3=w 2−w 1
Setelah itu keluarkan isi mould hingga benar-benar
bersih dan masukkan air ke dalam mould yang telah
bersih tadi sampai penuh.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 21
Setelah terisi dengan baik, maka timbang kedua mould
yang terisi air tersebut sehingga diperolah nilai (W4)
(berat mould + air).
Jika nilai (W4) telah didapat, maka hitung nilai berat air
/ isi mould (volume), dengan rumus:
V=w 4−w 1
Setelah itu hitunglah berat isi, dengan rumus :
Berat isi =W 3V
x100 %
Setelah didapat nilai berat isi, maka selanjutnya hitung
rata-rata nilai berat isi nya, dengan rumus:
Berat isi rata-rata = berat isi1+berat isi 2
2
Jika nilai rata-rata dari berat isi tersebut telah diperoleh,
maka pekerjaan pengujian berat isi padat agregat kasar
telah selesai laksanakan.
2. Pengujian berat isi agregat halus (pasir).
● Berat isi lepas agregat halus (pasir).
Pertama ambil 2 buah mould untuk mould bobot isi
lepas no.1 dan mould bobot isi lepas no.2.
Setelah itu timbanglah kedua mould tersebut untuk
mendapatkan nilai (W1).
Setelah itu isilah kedua mould tersebut dengan pasir
lalu ratakan permukaan hingga rata sama dengan bagian
atas mould.
Timbanglah berat mould yang telah diisi agregat
sehingga diperoleh (W2).
Kemudian hitunglah berat benda uji dengan rumus :
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 22
W 3=w 2−w 1
Setelah itu keluarkan isi mould hingga benar-benar
bersih dan masukkan air ke dalam mould yang telah
bersih tadi sampai penuh.
Setelah terisi dengan baik, maka timbang kedua mould
yang terisi air tersebut sehingga diperolah nilai (W4)
(berat mould + air).
Jika nilai (W4) telah didapat, maka hitung nilai berat air
/ isi mould (volume), dengan rumus:
V=w 4−w 1
Setelah itu hitunglah berat isi, dengan rumus :
Berat isi =W 3V
x100 %
Setelah didapat nilai berat isi, maka selanjutnya hitung
rata-rata nilai berat isi nya, dengan rumus:
Berat isi rata-rata = berat isi1+berat isi 2
2
Jika nilai rata-rata dari berat isi tersebut telah diperoleh,
maka pekerjaan pengujian berat isi lepas agregat halus
telah selesai laksanakan.
● Berat isi padat agregat halus (pasir).
Pertama ambil 2 buah mould untuk mould bobot isi
padat no.1 dan mould bobot isi padat no.2.
Setelah itu timbanglah 2 buah mould tersebut sehingga
didapatlah berat mould tersebut (W1).
Masukkan agregat halus berupa pasir secara bertahap
sebanyak 3 lapisan. Lapisan pertama diisi sepertiga dari
mould tersebut dan lakukan penumbukan sebanyak 25x,
kemudian untuk lapisan ke-2 dan ke-3 lakukan prosedur
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 23
yang sama dan ratakan bagian atas sehingga rata dengan
bagian atas mould.
Setelah itu timbanglah mould + benda sehingga
didapatlah (W2).
Setelah itu maka hitunglah berat benda uji, dengan
rumus :
W 3=w 2−w 1
Setelah itu keluarkan isi mould hingga benar-benar
bersih dan masukkan air ke dalam mould yang telah
bersih tadi sampai penuh.
Setelah terisi dengan baik, maka timbang kedua mould
yang terisi air tersebut sehingga diperolah nilai (W4)
(berat mould + air).
Jika nilai (W4) telah didapat, maka hitung nilai berat air
/ isi mould (volume), dengan rumus:
V=w 4−w 1
Setelah itu hitunglah berat isi, dengan rumus :
Berat isi =W 3V
x100 %
Setelah didapat nilai berat isi, maka selanjutnya hitung
rata-rata nilai berat isi nya, dengan rumus:
Berat isi rata-rata = berat isi1+berat isi 2
2
Jika nilai rata-rata dari berat isi tersebut telah diperoleh,
maka pekerjaan pengujian berat isi padat agregat halus
telah selesai laksanakan.
3. Rata-rata berat isi masing-masing material
Setelah didapat semua data, maka hitunglah rata-rata masing-masing material dengan rumus.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 24
Berat isi rata-rata = rata−rata padat +rata−rata lepas
2
3.3 JOB 3 : PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN
AGREGAT
A. DASAR TEORI
Berat isi agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air
dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah
kemampuan agregat menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan
kondisi jenuh permukaan kering (SSD : Saturated Surface Dry)
B. TUJUAN
Setelah melaksanakan Praktikum Pengujian Berat Jenis dan
Penyerapan Agregat ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Menentukan berat jenis bulk / padat pada agregat halus dan agregat
kasar.
2. Menentukan berat jenis SSD pada agregat halus dan agregat kasar.
3. Menentukan berat jenis apparent pada agregat halus dan agregat kasar.
4. Menentukan besar penyerapan pada agregat halus dan agregat kasar.
C. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan
• Gelas ukur 1000 ml.
• Timbangan digital dan manual.
• Nampan / talam.
• Sendok spesi.
• Oven dengan suhu 110±5°c.
• Kain pengelap.
• Gelas ukur 500 ml.
• Satu set kerucut terpancung.
• Tongkat penumbuk besi.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 25
• Gayung.
• Peralatan menulis dan lampiran form.
2. Bahan
• Batu pecah sebagai agregat kasar.
• Pasir sebagai agregat halus.
• Air secukupnya.
D. LANGKAH KERJA
1. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar (batu pecah).
a. Berat benda uji dalam keadaan SSD.
Pertama rendam agregat kasar (batu pecah) sebanyak ± 1500 gram
dengan air dalam sebuah talam selama 24 jam.
Setelah direndam 24 jam, keluarkan agregat tersebut dari talam dan
laplah permukaannya sampai kering dengan menggunakan kain.
Setelah itu timbang agregat sebanyak 2 bagian. Bagian 1 sebanyak
500 gram dan bagian 2 juga sebanyak 500 gram untuk
mendapatkan Bj (Berat benda uji jenuh permukaan kering),
timbanglah dengan menggunakan timbangan digital agar akurat.
Lalu masukkan masing-masing agregat ke dalam talam no.1 da
no.2
Setelah itu, simpan terlebih dahulu benda uji dalam keadaan SSD,
untuk mempersiapkan proses selanjutnya, yaitu : menentukan berat
jenis agregat kasar (batu pecah) lengkap dengan nilai
penyerapannya.
b. Berat jenis agregat kasar dan penyerapannya.
Pertama ambil 2 buah nampan yang di dalamnya terdapat batu
pecah dalam keadaan SSD, dengan berat masing-masing 500 gram.
Setelah itu siapkan 2 buah gelas ukur 1000 ml, yaitu gelas ukur
untuk batu pecah SSD pada nampan no.1 dan gelas ukur untuk batu
pecah SSD pada nampan no.2.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 26
Masukkan air sebanyak 1000 ml kedalam gelas ukur masing-
masing yang telah terdapat agregat dalam keadaan SSD.
Setelah itu, batu pecah yang telah terisi pada gelas ukur ditambah
dengan air 1000 ml tersebut ditimbang sehinggga diperoleh nilai
B1 (berat bejana + berat air + berat agregat kasar).
Keluarkan agregat dari dalam masing-masing gelas ukur dan
diletakkan dalam talam no.1 dan no.2
Setelah itu 2 buah talam itu dimasukkan kedalam oven, dan
dipanaskan selama 24 jam dengan suhu 110°c. Masukkan juga
pasir dengan nampan kedalam oven untuk pekerjaan praktek
selanjutnya.
Setelah dioven selama 24 jam, keluarkan agregat dari dalam oven
dan dinginkan beberapa saat.
Jika agregat sudah dingin, timbanglah agregat tersebut untuk
memperoleh B2, gunakan timbangan digital agar akurat.
Setelah itu kedua gelas ukur yang telah kosong tadi kita
dibersihkan dengan air dan setelah itu isi lagi dengan
menggunakan air sebanyak 1000 ml dan ditimbang untuk
mendapatkan B3.
Setelah nilai Bj, B1, B2, dan B3 telah diperoleh, lakukan
perhitungan untuk mendapatkan nilai berat jenis bulk/ov, berat
jenis SSD, berat jenis apparent dan besar penyerapan.
Perhitungan untuk mendapatkan nilai berat jenis dan penyerapan
dengan rumus :
Berat jenis bulk / ov = B 2
B 3+Bj−B1
Berat jenis SSD = Bj
B 3+Bj−B1
Berat jenis apparent = B 2
B 3+B 2−B 1
Penyerapan = Bj−B 2
B2x100 % .
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 27
Jika nilai dari berat jenis bulk, berat jenis SSD, berat jenis apparent
dan penyerapan telah didapatkan, maka pekerjaan telah selesai.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 28
2. Berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir).
a. Berat benda uji dalam keadaan SSD.
Pertama ambil agregat halus berupa pasir sekitar 1500 gram
yang telah dioven salama 24 jam pada job sebelumnya, dan
dimasukkan ke dalam nampan.
Kemudian, pasir yang telah dioven tersebut disiram dengan
air dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, kemudian
diratakan sehingga keadaan pasir tersebut menjadi lembab
namun jangan sampai terlalu basah.
Jika kelembapan pasir sudah dirasa cukup, maka siapkan
kerucut terpancung. Kemudian pasir yang dalam keadaan
lembab tadi dimasukkan kedalam kerucut terpancung
tersebut dalam 3 lapis. Di mana setiap lapisannya ditumbuk
sebanyak 8x, dan untuk lapisan paling atas ditumbuk
sebanyak 1x lalu diratakan.
Jika kerucut sudah terisi penuh dan diratakan, maka
selanjutnya adalah angkat kerucut terpancung tersebut secara
tegak lurus ke atas, kemudian lihat apakah keadaan pasir
tersebut runtuh dalam keadaan SSD ataupun dalam keadaan
terlalu kering (terhampar tanpa bentuk), ataupun dalam
keadaan terlalu basah (tidak runtuh dan mengikuti bentuk
kerucut terpancung).
Setelah itu, jika pasir yang dalam kondisi SSD telah
diperoleh, timbanglah pasir tersebut sebanyak 500 gram
dengan timbangan digital sehingga diperoleh nilai berat
benda uji dalam keadaan SSD, yaitu 500 gram. Masukkan
pasir yang 500 gram tersebut ke dalam 2 buah talam.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 29
b. Berat jenis agregat halus dan penyerapannya.
Pertama siapkan 2 buah nampan yang di dalamnya terdapat
pasir dalam keadaan SSD, dengan berat masing-masing
adalah 500 gram dan siapkan gelas ukur 500 ml sebanyak 2
buah.
Setelah itu masukkan pasir yang di dalam nampan tersebut
ke dalam gelas ukur. Pasir yang ada pada nampan no.1
dimasukkan ke dalam gelas ukur no.1, dan pasir yang ada
pada nampan no.2 dimasukkan ke dalam gelas ukur no.2.
Setelah itu, masukkan air kedalam gelas ukur kaca tersebut
sabanyak 500 ml.
Jika air sebanyak 500 ml tersebut telah terisi, maka kocok -
kocoklah gelas ukur tersebut sehingga antara air dan pasir
tercampur sampai tidak ada gelembung udara di dalamnya.
Setelah itu, gelas ukur yang telah terisi air dan pasir di
dalamnya tersebut ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital, sehingga diperoleh nilai B1 (berat gelas
ukur kaca + berat pasir + berat air).
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 30
Setelah ditimbang maka pasir yang ada di dalam gelas ukur
tersebut dimasukkan kedalam nampan masing-masing
nampan no.1 dan nampan no.2. Pastikan bahwa semua pasir
dari gelas ukur benar-benar masuk ke dalam nampan
tersebut.
Setelah itu kedua nampan tersebut dimasukkan ke dalam
oven, dan dipanaskan selama 24 jam dengan suhu 110°c.
Setelah dilakukan pengovenan selama 24 jam, angkat
nampan dan dinginkan terlebih dahulu. Setelah dingin, maka
selanjutnya pasir yang ada pada nampan tersebut ditimbang
dengan menggunakan timbangan digital sehingga diperoleh
nilai B2 (berat benda uji kering oven).
Setelah itu, gelas ukur tadi dibersihkan dengan air sehingga
tidak ada lagi pasir atau benda lainnya yang menempel dan
setelah bersih maka masukkan air sebanyak 500 ml dan
ditimbang sehingga diperoleh B3 (berat gelas ukur kaca berisi
air).
Setelah nilai Bj (berat benda uji SSD), B1, B2, dan B3 telah
diperoleh, maka lakukanlah perhitungan untuk mencari nilai
berat jenis bulk, berat jenis SSD, berat jenis apparent dan
besar penyerapan.
Untuk mencari nilai berat jenis dan penyerapan dengan
menggunakan rumus :
Berat jenis bulk / ov = B 2
B 3+Bj−B1
Berat jenis SSD = Bj
B 3+Bj−B1
Berat jenis apparent = B 2
B 3+B 2−B 1
Penyerapan = Bj−B 2
B2x100 % .
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 31
Jika nilai dari berat jenis bulk, berat jenis SSD, berat jenis
apparent dan nilai dari penyerapan telah didapatkan, maka
pekerjaan telah selesai.
3. Setelah nilai dari berat jenis dan penyerapan dari agregat kasar dan
halus telah didapatkan, maka pekerjaan untuk job ke 3 ini telah selesai.
4. Kemudian, bersihkan semua peralatan yang digunakan pada kegiatan
praktek ini, dan simpan pada tempatnya masing-masing dan bersihkan
ruangan praktikum sampai selesai.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 32
3.4 JOB 4 : ANALISA AYAKAN AGREGAT
A. DASAR TEORI
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan
untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat
kasar dengan menggunakan saringan.
B. TUJUAN
Setelah pelaksanaan kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Menentukan nilai dari persentase tertahan dan persentase lolos.
2. Menuangkannya ke dalam grafik hubungan antara persentase lolos
dengan diameter ayakan.
3. Menggunakan semua peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini
sesuai dengan fungsinya, dengan baik dan benar.
4. Bekerja sesuai dengan prosedur dan selalu memperhatikan
keselamatan kerja.
C. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan
● 1 set ayakan agregat
● Timbangan digital
● Nampan / talam
● Sendok spesi
● Masker
● Peralatan untuk menulis dan lembar form.
2 Bahan
● Agregat kasar yang telah dioven selama 24 jam.
● Agregat halus yang telah dioven selama 24 jam.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 33
D. LANGKAH KERJA
1. Analisa ayakan agregat kasar (batu pecah).
Pertama ambil batu pecah yang sudah dioven selam 24 jam
yang telah disediakan. Setelah itu, batu pecah tersebut
ditimbang sebanyak 500 gram.
Setelah itu siapkan 1 set ayakan untuk batu pecah tersebut.
Ayakan untuk batu pecah yang digunakan disini adalah
diameter 31,50 mm, 25,40 mm, 19,10 mm, 16,00 mm, 12,70
mm, 9,50 mm, dan 4,75 mm, serta 0 mm (sebagai pan paling
bawah).
Setelah itu, masukkan batu pecah yang 500 gram ke dalam
ayakan paling atas (31,50 mm), kemudian diayak (digoyang-
goyang) selama ±15 menit.
Setelah itu, timbang masing-masing agregat yang tertahan pada
setiap ayakan tersebut dengan menggunakan timbangan digital.
Setelah berat dari agregat yang tertahan pada masing-masing
ayakan tersebut telah didapatkan, maka hitunglah persentase
lolos komulatifnya.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 34
Setelah didapatkan nilai dari persentase komulatif lolos, maka
gambarkanlah ke dalam grafik hubungan antara persentase
komulatif lolos agregat kasar dengan diameter ayak.
Jika pembuatan grafik hubungan antara persentase komulatif
lolos agregat kasar dengan diameter ayak telah selesai kita
laksanakan, maka pekerjaan telah selesai kita laksanakan.
2. Analisa ayakan agregat halus (pasir).
Pertama ambil pasir yang sudah dioven selam 24 jam yang
telah disediakan. Setelah itu, pasir tersebut ditimbang
sebanyak 500 gram.
Setelah itu persiapkan 1 set ayakan untuk pasir tersebut.
Ayakan untuk pasir yang digunakan di sini memiliki diameter
4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm,
dan 0,075 mm, serta 0 mm (sebagai pan paling bawah).
Setelah itu, masukkan pasir yang 500 gram ke dalam ayakan
paling atas (4,75 mm), kemudian diayak (digoyang-goyang)
selama ±15 menit.
Setelah itu, timbang masing-masing agregat yang tertahan pada
setiap ayakan tersebut dengan menggunakan timbangan digital.
Setelah berat dari agregat yang tertahan pada masing-masing
ayakan tersebut telah didapatkan, maka hitunglah persentase
lolos komulatifnya.
Setelah didapatkan nilai dari persentase komulatif lolos, maka
gambarkanlah ke dalam grafik hubungan antara persentase
komulatif lolos agregat kasar dengan diameter ayak.
Jika pembuatan grafik hubungan antara persentase komulatif
lolos agregat halus dengan diameter ayak telah selesai kita
laksanakan, maka pekerjaan telah selesai kita laksanakan.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 35
3.5 JOB 5 : PERENCANAAN DAN PEMBUATAN BETON K250
A. TUJUAN
Setelah melaksanakan kegiatan pekerjaan perencanaan campuran beton
K 250 ini, diharapkan :
1. Mahasisawa mampu merencanakan campuran beton K 250 dengan
baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat mengoperasikan segala peralatan yang digunakan
dalam kegiatan praktek ini dengan baik dan benar.
3. Mahasiswa mampu melakukan pengolahan data dalam merencanakan
campuran beton K 250 ini, baik itu pengolahan daftar isian formula
perencanaan campuran beton K 250, pengolahan komposisi berat
unsur adukan per m3 beton, pengolahan koreksi penggunaan air,
sehingga pada pengolahan laporan hasil pengujian beton (uji kuat
tekan kubus).
4. Mahasiswa mampu melaksanakan pekerjaan dengan selalu
memperhatikan pentingnya keselamatan kerja.
B. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan
● Sekop.
● Sendok spesi.
● Bekesting beton berbentuk kubus,berbahan besi (15 cm x 15 cm 15
cm).
● Sepana hujung terbuka.
● Nampan / talam adukan beton.
● Ember.
● Palu penumbuk berbahan karet.
● Penyemprot oli / solar (oil sprayer).
● Besi penumbuk (tongkat penumbuk adukan beton).
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 36
● Pengggaris besi.
● Kerucut slump test.
● Kain pengelap.
● Kuas.
● Nampan / talam agregat.
● Timbangan manual.
● Mesin uji tekan beton.
● Kolkulator.
● Peralatan menulisa dan form.
● Penyedok adukan.
● Marker permanen (spidol).
● Gayung.
2. Bahan.
● Pasir.
● Semen.
● Batu pecah.
● Air.
● Solar / oli.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 37
C. LANGKAH KERJA
Perencanaan Campuran beton
1. Pertama siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pelaksaan
kegiatan job kali ini.
2. Tentukan perencanaan campuran beton yanng diinginkan. Pada
praktek ini, kelompok kami merencanakan campuran beton perkerasan
jalan dengan kekuatan K250.
3. Buatlah contoh soal perencanaan campuran beton untuk konstruksi
perkerasan jalan. Berikut contoh soal kami:
Direncanakan beton untuk konstruksi perkerasan jalan yang tidak
terlindungi dari cuaca dengan mutu beton K-250. Agregat halus berupa
pasir dan agregat kasar berupa batu pecah. Hitung perencanaan
campuran beton. Hasil pengujian labolatorium adalah:
Agregat Halus Agregat Kasar
Kadar Air (%) 3,22 0,43
Berat Isi 1,55 1,44
Berat Jenis Kondisi SSD 2,63 2,68
Penyerapan 1,31 1,24
Ukuran Maksimal Agregat - 40
Zona Zona 1 -
4. Setelah itu isi daftar formula perencanaan campuran beton yang ada
dengan foam sesuai dengan soal dan data yang telah di buat.
5. Hitung berapa banyak bahan yang akan di gunakan sesuai data yang
kita perhitungkan sebelumnya
6. Setelah perhitungan selesai, perencanaan campuran betonpun telah
selesai.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 38
Koreksi perhitungan air
Air 205 kgSemen 490,43 kgPasir 1010,628 kg
kerikil 673,828 kg
Volume 1 kubus : 0,15 * 0,15 * 0,15 = 0,003375 m3
Volume 5 kubus : 5 * 0,003375 = 0,016875 m3
Semen : 490,43 * 0,1 = 49,043 kg
490,43 + 49,043 = 539,473 kg
539,473 * 0,016875 = 9,183 kg
Pasir : 1010,682 * 0,1 = 101,0682 kg
1010,682 + 101,0682 = 1111,7052 kg
1111,7052 * 0,016875 = 18,760 kg
Kerikil : 673,828 * 0,1 = 67,3828 kg
673,828 + 67,3828 = 741,2108 kg
741,210 * 0,016875 = 12,507 kg
Air : 205 * 0,1 = 20,5 kg
205 + 20,5 = 225,5 kg
225,5 * 0,016875 = 3,805 kg
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 39
Slum Test
1. Pertama timbang semua bahan sesuai data yang telah didapat dari
perhitungan perencanaan campuran beton.
2. Setelah itu tuangkan semen dan pasir kedalam nampan lalu diaduk
sampai merata. Tambahkan air sedikit agar pasir dan semen dapat
saling mengikat.
3. Setelah itu masukkan kerikil kedalam adukan semen dan pasir. Lalu
tambahkan air sedikit demi sedikit sampai sesuai dengan perhitungan
yang telah direncanakan sampai menjadi seperti pasta.
4. Setelah itu masukkan campuran tersebut kedalam silinder kerucut.
Sebelum dimasukkan, sisi kiri dan kanan kerucut tersebut harus diinjak
agar campuran yang dimasukkan tidak bergerak dan rembes.
5. Sambil dimasukkan campuran tersebut didalam kerucut, tumbuklah
campuran yang sudah ada di dalam kerucut, isi sampai penuh.
6. Setelah pengisian selesai, angkat kerucut tersebut. Jika campuran
tersebut masih utuh atau tidak terjadi keruntuhan, maka pengujian
slump gagal dan jika campuran tersebut telah runtuh maka pengujian
slump telah berhasil.
7. Ukur tinggi cetakan dengan runtuhan yang masih bertahan.
8. Setelah selesai, maka pekerjaan uji slump telah selesai.
9. Bersihkan dan kembalikan alat yang telah selesai di gunakan.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 40
Uji Kuat Tekan Kubus
1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2. Kemudian, oleskan di setiap sisi-sisi pada cetakan kubus menggunakan
oli agar pada saat pembongkaran cetakan, beton tidak lengket pada sisi
cetakan.
3. Setelah itu masukkan campuran pada cetakan yang telah di oleskan
oli. Tumbuk campuran pada saat memasukkan pada cetakan agar tidak
terjadi rongga pada cetakan.
4. Isi cetakan tersebut hingga penuh lalu ratakan permukaan atasnya
menggunakan sendok spesi. Lakukan hal yang sama pada semua
cetakan.
5. Setelah semua cetakan terisi, diamkan selama 1 hari agar campuran
mengeras.
6. Setelah didiamkan selama 1 hari, buka cetakan dan keluarkan beton
dari cetakan, lalu rendam beton diair selama 1 hari, kemudian
keringkan beton tersebut.
7. Uji kekuatan beton dengan menggunakan mesin uji tekan beton
sehingga di dapat nilai beban (P) pada beton tersebut.
8. Hitung kuat tekan beton dengan cara beban (P) dibagi dengan luas
ukuran beton (A) tersebut.
9. Selanjutnya besihkan dan kembalikan peralatan yang telah selesai di
gunakan.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 41
LAPORAN HASIH PENGUJIAN BETON
Uji kuat tekan kubus/silinder
No.
Kode TanggalPembuatan/pengecoran
Hari(umur
)
Ukuran(Cm2)
Berat(Kg)
Beban P
(KN)
Kuat Tekan
(Kg/Cm2)1 A 20 mei 2013 3 225 7717 140 0,622 B 20 mei 2013 3 225 7791 140 0,623 C 20 mei 2013 3 225 7850 124 0,5514 D 20 mei 2013 3 225 7682 120 0,5335 E 20 mei 2013 3 225 7909 130 0,577
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 42
3.6 JOB 6 : HAMMER TEST
A. TUJUAN
Setelah melaksanakan kegiatan praktikum Test Hammer (pengujian
struktur beton) ini, diharapkan mahasiswa:
1. Mahasiswa mampu menggunakan segala peralatan yang digunakan
dalam pelaksanaan praktek hammer test ini dengan baik dan benar.
2. Mahasiswa dapat mengolah data yang telah diperoleh ke dalam sebuah
tabel, sehingga nilai koefisien kekuatan (coef. of Strength) beton bisa
ditentukan.
3. Mahasiswa dapat bekerja sesuai dengan prosedur yang ada, dan selalu
memperhatikan keselamatan kerja.
4. Mahasiswa dapat bekerja dengan baik dalam tim (kelompok).
B. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan.
● Alat Hammer test
● Kolkulator saintifik
● Peralatan menulis dan lembaran form
● Penggaris
2. Bahan.
● Kapur tulis / marker.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 43
C. LANGKAH KERJA
1. Pertama tentukan bagian gedung yang mana saja yang akan diuji
kekuatan betonnya. Pada praktek ini, kami menguji kekuatan struktur
beton pada kolom, lantai, bagian sisi samping tangga, dan pada balok.
2. Setelah itu mulailah pengujian kekuatan struktur beton pada kolom.
Pertama sekali kami buat sebuah persegi 15 x 15 (cm) pada salah satu
sisi kolom tersebut, seperti di bawah ini:
3. Setelah itu, pada area persegi (15 cm x 15 cm) tersebut kita buat 9
buah titik dan ditandai dengan kapur tulis/marker.
4. Setelah lakukan pengujian kekuatan struktur beton dengan cara
menekan alat hammer test tepat pada titik yang telah tandai tadi.
Setelah ditekan akan berbunyi suara pantulan dari alat tersebut, pada
posisi ini kita harus mempertahankan kadaan alat tersebut tetap pada
posisi ditekan terhadap titik tersebut, kemudian kita pencet tombol
kecil yang ada pada bagian sisi bawah alat hammer test tersebut secara
lembut. Setelah dipencet, maka alat hammer test tersebut sudah bisa
kita angkat, dan untuk selanjutnya kita baca berapa besar pantulan
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 44
yang disebabkan oleh struktur beton pada titik ini, besar nilainya bisa
kita lihat pada skala ukur yang ada pada alat hammer test tersebut.
Selanjutnya, kita masukkan segala data yang kita peroleh tersebut ke
dalam sebuah tabel hammer test yang ada pada lampiran form.
5. Gambar proses pengujian kekuatan struktur beton menggunakan alat
Setelah proses pengujiaan hammer test pada kolom telah selesai, maka
selanjutnya kita lakukan pada area lantai.
6. Lakukan prosedur yang sama pada pengujian kekuatan pada lantai,
kolom, dan tangga.
7. Bila kegiatan pengujian telah selesai maka selanjutnya semua data di
peroleh dapat olah dengan teliti sesuai prosedur yang telah diberikan
oleh dosen instruktur, sehingga diperolehlah nilai koefisien kekuatan
beton (F) dalam satuan kg / cm2.
8. Setelah nilai dari koefisien kekuatan beton dari masing-masing sampel
tersebut telah kita dapatkan, maka pekerjaan untuk job ke 6 ini telah
selesai.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 45
Foam Hammet Test
No titik
simpul
Rebund Berat
1 2 3
Kolom 34 36 37 33,78
34 36 34
32 31 35
Balok 35 32 28 33,11
34 34 35
34 34 32
Lantai 35 32 29 29,89
25 28 25
30,5 37 27,5
Tangga 32 30 36 36,22
36 32 42
44 36 36
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 46
3.7 JOB 7 : UJI KEAUSAN/ABRASI AGREGAT KASAR
A. TUJUAN
Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan
tersebut, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lolos saringan no.12 (1,7mm) terhadap berat semula dalam persen (%).
B. PERALATAN DAN BAHAN
1. Peralatan
Mesin Los Angeles
Sekop
1 set saringan diameter 25,4 - 9,50
Nampan
2. Bahan
Batu kerikil/batu pecah
C. LANGKAH KERJA
1. Pertama siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Ayak benda uji menggunakan 1 set ayakan berdiameter 25,4 ; 19,1 ;
12,7 ; 9,50.
3. Setelah itu timbang berat benda uji yang tertahan pada masing-
masing ayakan tersebut sebanyak 1250 gram.
4. Setelah itu siapkan alat uji keausan/abrasi yaitu mesin Los Angeles
dan masukkan benda uji kedalam mesin beserta bola baja sebanyak
12 buah lalu Setting putaran mesin sebanyak 500 putaran kemudian
jalankan mesin.
5. Setelah pemutaran sebanyak 500x selesai, keluarkan debu dan batu
yang terdapat di dalam mesin, buang debu dan ayaklah sisa batu
yang masih tertinggal dengan menggunakan ayakan no.12
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 47
6. Seterlah itu timbang berat benda uji yang tertahan di ayakan.
7. Untuk mengetahui nilai keausan/abrasi dapat menggunakan rumus:
nilai abrasi=berat material−berat material tertahanberat material
x100 %
8. Jika Perhitungan telah selesai maka pekerjaanpun telah selesai
dilaksanakan.
9. Bersihkan alat dan kembalikan peralatan yang telah digunakan
ketempat semula.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 48
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan praktek pengujian beton laboratorium mahasiswa
mengerti dan dapat melaksanakan pembuatan beton sesuai dengan kekuatan yang
diinginkan dengan baik dan benar dan tidak lupa dengan memerhatikan segala
aspek penelitian bahan yang digunakan dan penggunaan alat sehingga ilmu yang
dipelajari dalam praktek ini dapat berguna dalam dunia bekerja nantinya.
4.2 SARAN
Adapun saran yang dapat saya berikan adalah agar setiap kelompok lebih
kompak dalam bekerja dan dilakukan pembagian pekerjaan dan pergantian posisi
agar mahasiswa paham dan mengerti terhadap materi dan praktek yang diberikan.
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 49
LAMPIRAN
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 50
Agregat kasar yang di letakkan dalam gelas ukur untuk menentukan Berat jenis agregat kasar dan
penyerapannyaPenimbangan dengan menggunakan timbangan manual.
Proses pengayakan dalam job analisa ayakan agregat kasar dan halus
Proses pemasukan pasir kedalam mould dalam job berat isi lepas dan padat
Kubus beton yang telah jadi dari hasil perencanaan pembuatan beton K250
Timbangan digital yang digunakan agar berat yang di dapat akurat
Alat uji hammer test yang digunaka dalam pengujian hammer test
Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 51
Pengujian kuat tekan beton untuk mengetahui seberapa kuat beton yang direncanakan apakah
sesuai dengan K yang di inginkan Beton sedang mengalami penekanan dari mesin
Batu yang di masukkan kedalam mesin los angeles untuk mengetahui nilai abrasi dari agregat batu
Panel pengatur mesin abrasi los angeles
Pengimbangan kubus beton yang telah jadi dengan menggunakan timbangan manual.
Proses pengisian pasir ke dalam gelas ukur dalam job Berat jenis agregat halus dan penyerapannya
top related