penda hulu an

74
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Beton merupakan bahan bangunan yang amat penting dilihat dari volume pengerjaan yang cukup besar jumlahnya. Perencanaan campuran beton (mix design) memegang peranan utama dalam penentuan proporsi bahan-bahan pokok beton, yang menjamin mutu dan kelecakannya. Beberapa metode perencanaan rancangan campuran beton menghasilkan proporsi campuran dalam suatu perbandingan berat. Kenyataannya banyak dijumpai pembuatan beton yang menggunakan proporsi campuran dalam perbandingan volume yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Beton adalah batu buatan, suatu material yang sangat umum dijumpai dalam aspek pekerjaan kita sehari-hari yang berkecimpung di bidang teknik sipil. Akan lebih sempurna bila kita mengetahui secara detail segala sesuatu yang berhubungan dengan beton. Pelajaran beton yang kita kenal dapat dibagi menjadi : 1. Teknologi Beton. Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 1

Upload: surya-maheswara

Post on 09-Feb-2016

62 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Beton merupakan bahan bangunan yang amat penting dilihat dari volume

pengerjaan yang cukup besar jumlahnya. Perencanaan campuran beton (mix

design) memegang peranan utama dalam penentuan proporsi bahan-bahan

pokok beton, yang menjamin mutu dan kelecakannya. Beberapa metode

perencanaan rancangan campuran beton menghasilkan proporsi campuran

dalam suatu perbandingan berat. Kenyataannya banyak dijumpai pembuatan

beton yang menggunakan proporsi campuran dalam perbandingan volume

yang sudah dilakukan secara turun-temurun.

Beton adalah batu buatan, suatu material yang sangat umum dijumpai

dalam aspek pekerjaan kita sehari-hari yang berkecimpung di bidang teknik

sipil.

Akan lebih sempurna bila kita mengetahui secara detail segala sesuatu

yang berhubungan dengan beton.

Pelajaran beton yang kita kenal dapat dibagi menjadi :

1. Teknologi Beton.

Lebih ditekankan pada trial mix design, pelaksanaan

pembuatan beton dan quality control.

2. Konstruksi Beton (hitungan).

Adalah cara menghitung konstruksi.

Jelas bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan, sebab masing-masing

mempunyai resiko yang sangat perlu diperhatikan dalam mewujudkan

bangunan konstruksi beton.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 1

Selanjutnya dalam laporan ini yang akan dibahas adalah Teknologi Beton

beserta pembuatan program komputer tentang mix design beton.

Komponen beton secara umum terdiri atas bahan perekat dan bahan

batuan. Yang dimaksud bahan perekat adalah air dan semen. Sedangkan

bahan batuan adalah agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil).

Untuk dapat menghasilkan beton yang berkualitas, kita harus mengerti

parameter yang dituju dari beton yang dihasilkan. Hal penting yang harus

diketahui adalah kondisi masing-masing komponen beton, komposisi

campuran adukan beton, dan situasi lingkungan pada proses pengerjaan.

Beberapa aspek kualitas beton yang menjadi tinjauan adalah :

1. Kuat desak (strength)

2. Durability (keawetan)

3. Sifat mudah dikerjakan (workability)

4. Ekonomis

Pada awalnya, rancangan campuran beton masih menggunakan cara coba-

coba. Cara ini adalah cara yang paling mudah, karena tidak diperlukan

keterampilan khusus. Namun cara ini adalah cara yang paling banyak

memakan waktu, karena itu cara ini tidaklah disarankan untuk diterapkan.

Setelah dirasa kurang memberikan hasil yang diharapkan, maka muncullah

cara lain, yaitu dengan perbandingan volume. Cara ini adalah cara yang

ternyata sampai saat ini paling sering digunakan karena kemudahan

penggunaannya. Namun cara ini mempunyai kelemahan, yaitu kurang cocok

apabila digunakan untuk rancangan beton mutu tertentu.

Cara yang paling mutakhir adalah dengan perbandingan berat. Cara ini

membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dua cara diatas. Namun

apabila rancangan campuran beton dikerjakan dengan bantuan komputer,

maka diharapkan akan lebih menghemat waktu perencanaan dan memenuhi

kriteria rancangan campuran beton (tepat waktu dan tepat mutu).

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 2

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktek beton laboratorium

ini agar mahasiswa/i diharapkan dapat :

1. Menganalisa kebutuhan bahan yang akan digunakan dalam praktek-

praktek pembuatan rancangan campuran beton.

2. Mengetahui serta memahami manfaat dari pembuatan rancangan

campuran beton.

3. Mengetahui cara atau metode merencanakan, dan sekaligus

mempraktekkan cara pembuatan rancangan campuran beton di

lapangan.

4. Mempergunakan alat dalam pelaksanaan praktek sesuai dengan fungsi

dan kegunaannya masing-masing.

5. Menganalisis dan merencanakan bagaimana kualitas agregat yang

diperlukan untuk beton yang dirancang sesuai dengan mutunya.

1.3 MATERI PRATIKUM

Adapun materi yang dipraktekkan adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Kadar Air

2. Pengujian Berat Isi

3. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat

4. Analisa Ayakan Agregat

5. Perencanaan dan Pembuatan Beton K250

6. Hammer Test

7. Uji Keausan/Abrasi Agregat Kasar

1.4 TEMPAT DAN WAKTU

Praktikum pengujian Beton Labolatorium ini dilaksanakan pada tanggal 13

Mei 2013 - 24 mei 2013, pada pukul 07.00 - 13.50 WIB di Laboratorium

Politeknik Negeri Pontianak.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 3

BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN BETON

Beton merupakan suatu campuran material yang terdiri dari semen

(sebagai bahan pengikat), agregat (sebagai bahan pengisi; 75% - 90%), dan

air (sebagai bahan pereaksi). Pada saat sekarang ini komposisi dalam

pembuatan beton tidak hanya menggunakan bahan-bahan tersebut, namun

ditambahkan lagi dengan bahan penguat yaitu baja yang berfungsi untuk

memperkuat beton dalam menahan gaya tarik.

Namun terkadang kita sering dihadapkan pada kondisi yang sangat

sulit dalam pemeliharaan beton ini baik sebelum maupun sesudah

dipakainya beton ini. Seringkali pembuatan beton terjadi pada musim

penghujan sehingga harus diberikan bahan pembantu (admixture) untuk

mempercepat proses pengerasan.

Untuk mendapatkan mutu beton yang baik, terlebih dahulu kita

harus melakukan pengujian terhadap beton tersebut dengan tes uji kuat

tekan. Berdasarkan mutu, beton dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Beton normal, adalah beton yang mempunyai nilai kuat tekan

kurang dari 41 Mpa.

2. Beton mutu tinggi, adalah beton yang mempunyai nilai kuat tekan

lebih dari 41 Mpa.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 4

2.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON

Beton dalam keadaan mengeras akan sangat keras bagaikan batu

dengan kekuatan tinggi. Tapi dalam keadaan segar beton seperti bubur

sehingga mudah dibentuk sesuai keinginan. Beton juga sangat tahan

terhadap serangan api juga sangat tahan dengan serangan korosi. Sehingga

secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah :

Kelebihan Beton

Dapat dibentuk sesuai keinginan

Mampu memikul beban tekan yang berat

Tahan terhadap temperatur tinggi

Biaya pemeliharaan rendah/kecil

Kekurangan Beton

Bentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubah

Peaksanaan pekerjaan memerlukan ketelitian tinggi

Berat

Daya pantul suara besar

Membutuhkan cetakan sebagai alat pembentuk

Tidak memiliki kekuatan tarik

Setelah dicampur beton segera mengeras

Beton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di

daur ulang

2.3 PARAMETER YANG MEMPENGARUHI KEKUATAN BETON

1. Kualitas semen (PC)

2. Proporsi semen dalam campuran beton

3. Kekuatan dan kebersihan agregat

4. Ikatan/adesi antara pasta, semen dan agregat

5. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton

6. Pemadatan beton dan perawatan

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 5

2.4 BAHAN-BAHAN CAMPURAN BETON

1. Semen/PC (Portland Cement)

Semen merupakan bahan hidrolis yang dihasilkan dengan cara

menghaluskan klinker yang terutama terisi dari silica-silica kalsium yang

bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan. Fungsi semen

adalah untuk merekatkan butiran-butiran agregat agar terjadi suatu massa

yang padat.

Semen Portland pada umumnya mempunyai angka rata-rata yang

dipakai 3,15. Berat jenis semen jauh lebih besar dari berat jenis batu alam

pada umumnya. Oleh karena itu, apabila suatu semen yang kita uji

kurang/lebih berat dari berat jenis semen pada umumnya, maka semen

tersebut sudah tidak murni lagi.

Jenis semen ada tiga, yaitu :

1) Semen Portland (PC)

2) Semen Putih

3) Semen Mumin

Semen Portland (PC) menurut standar Indonesia dibagi menjadi 5

jenis. Maksud pembagian bukan merupakan pembagian kelas tapi agar

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 6

konsumen tahu kapan harrus memakai type semen Portland yang masing-

masing sifatnya disesuaikan dengan sifat konstruksinya.

A. Type 1 ; PC standar

Digunakan untuk beton yang tidak mengalami perubahan

cuaca yang dahsyat atau dibangun dalam lingkungan korosif

(mengandung uap-uap) yang mengandung asam sehingga dapat

merusak tulangan (berkarat).

B. Type 2

Digunakan untuk bangunan tahan sulfat dan panas hydrasi

rendah (proses bereaksinya senyawa semen air membentuk hidrat

yang disertai pelepasan kalor).

C. Type 3

Cepat mengeras, cocok pada suhu rendah (pembetonan

dimusim dingin)

D. Type 4

Digunakan untuk beton dengan panas dan hidrasi rendah.

E. Type 5

Digunakan untuk bangunan tahan sulfat dan panas hidrasi

tinggi.

2. Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang dalam campuran beton

berfungsi sebagai bahan pengisi. Agregat ini menempati 75% - 90%

volume beton. Walaupun sebagai bahan pengisi, agregat sangat

berpengaruh terhadap sifat-sifat beton sehingga pemilihan agregat

merupakan bagian paling penting dalam pembuatan beton.

Cara membedakan jenis agregat dilakukan dengan berdasarkan

pada ukuran butirannya.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 7

1. Agregat halus (Pasir)

Memiliki ukuran diameter <0,15 mm s/d 5 mm

2. Agregat kasar (Kerikil)

Memiliki ukuran diameter >5 mm s/d 40 mm

Bagian- bagian agregat tersebut mempunyai fungsi-fungsi tersendiri

pada campuran beton.

Maksud dari penggunaan agregat dalam adukan beton adalah :

1. Menghemat penggunaan semen

2. Menghasilkan kekuatan besar pada beton

3. Mengurangi penyusutan dan pengerasan beton

4. Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton padat

5. Sifat dapat dikerjakan (workability) dapat diperiksa pada adukan

beton dengan gradasi yang baik.

3. Air

Air merupakan bahan dasar pembuatan beton (salah satu unsur

yang terpenting), namun harganya paling murah. Air diggunakan sebagai

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 8

bahan pereaksi semen. Air yang diperlukan hanya 25% untuk semen saja,

namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang digunakan sulit

kurang dari 35%. Kelebihan air ini digunakan sebagai pelumas.

Air yang memiliki/memenuhi syarat sebagai air minum memenuhi

syarat pula untuk campuran beton (tidak berarti pula air pencampur beton

harus memenuhi syarat standar dari air minum).

Dasar pemakaian air untuk campuran beton sebaiknya air yang

memenuhi syarat sebagai berikut :

A. Tidak mengandung kapur / benda yang melayang lainnya lebih dari

2 gram/liter.

B. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (zat

organic, asam, dsb.) lebih dari15 gram/liter.

C. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.

D. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

4. Bahan Pembantu (Admixture)

Yaitu bahan yang digunakan sebagai bahan tambahan pada

campuran beton yaitu semen, agregat dan air. Seringkali juga dibutuhkan

bahan-bahan lainnya. Pada campuran beton atau pada permukaan beton

yang masih segar untuk mencapai hasil yang sesuai dengan yang

diinginkan. Adapun kegunaan dari bahan tambahan tersebut antara lain :

1. Mempercepat waktu pengikatan awal dari beton

2. Memperlambat waktu pengikatan awal

3. Menghindari terjadinya “bleeding”

4. Memperbaiki sifat pengerjaan adukan

5. Menambah kekerasan/kepadatan permukaan beton

6. Menjadikan beton lebih kedap terhadap air

7. Memperbaiki ikatan antara dua ikatan beton

8. Menghalangi terjadinya pasta semen

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 9

9. Memberikan warna pada permukaan beton

10. Membuat permukaan beton licin

11. Mencegah terjadinya penguapan air dan beton muda.

5. Baja Tulangan

Baja tulangan adalah tulangan yang diletakkan dalam struktur

beton untuk memperkuat beton dalam menahan gaya tarik. Beton bekerja

didaerah yang mengalami gaya tekan, sedangkan baja tulangan dipasang

pada daerah dimana tegangan tarik terjadi. Pada kenyataannya sisi balok

yang mengalami tegangan tekan juga dipasang tulangan yang berfungsi

untuk pembentuk penampang agar struktur balok tersebut stabil dan

kokoh.

Batang tulangan menurut bentuknya terbagi atas :

A. Tulangan polos

Adalah batang berpenampang bulat, persegi dan lain-lain

dengan permukaan licin. Untuk mengetahui diameter tulangan

polos digunakan jangkar sarang. Simboldiameternya adalah (Ø).

Mutu tulangan polos lebih rendah dari tulangan ulir.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 10

B. Tulangan ulir

Adalah batang prismatic atau punter yang permukaannya

diberi rusuk yang terpasang tegak lurus/miring terhadap sumbu

batang, dengan jarak antara rusuk kerusuk lainnya tidak lebih dari

0,7 x diameter pengenalnya. Tulangan polos memiliki daya ikat

lebih kuat pada beton dengan symbol diameternya adalah D

(deform).

Baja yang bermutu tinggi adalah baja yang mengandung banyak

karbon , karena semakin banyak karbon yang dimiliki oleh baja tersebut

maka semakin kuat pula mutu baja tersebut.

A. Langkah Kerja dalam Pembuatan Beton

Adapun langkah kerja dalam pembuatan beton adalah sebagai berikut :

1. Pengadukan (menggunakan dua cara) :

a. Manual ; alat sekop, cangkul.

b. Masinal ; alat molen/mixer.

2. Transportasi / Pengangkutan (menggunakan dua cara) :

a. Manual ; alat gerobak dorong, ember.

b. Masinal ; truk mixer.

3. Pengecoran (menggunakan dua cara) :

a. Manual ; langsung dituangkan.

b. Masinal ; diolah mesin (concrete pump).

4. Pemadatan (menggunakan dua cara) :

a. manual ; ditusuki dan diketok-ketok.

b. Masinal ; Vibrator(alat penggetar)internal maupun eksternal.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 11

5. Pemeliharaan / Perawatan.

Dengan cara manual, disiram / ditutupi.

6. Finishing.

B. Kelas-Kelas Beton

Kelas dan mutu beton terbagi atas :

1. Beton kelas 1

Adalah beton untuk peekerjaan non-struktural, dimana dalam

pengerjaannya tidak membutuhkan keahlian khusus, pengawasan hanya

dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan. Sedangkan pemeriksaan

kuat tekan tidak disyaratkan. Mutu beton kelas 1 dinyatakan B0.

2. Beton kelas 2

Adalah beton untuk pekerjaan structural. Secara umum

pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus yang cukup dan harus

dibawah pengawasan tenaga ahli. Beton kelasa 2 dibagi menjadi beton-

beton dengan mutu standar B1, K-125, K-175, K-225. Pada mutu B1

pengawasan mutu hanya dibatasi pada pengawasan. Sedangkan terhadap

kekuatan tekan tidak terlalu disyaratkan pemeriksaannya.

3. Beton kelas 3

Adalah beton untuk pekerjaan structural, dimana dipakai beton

dengan kekuatan tekan karakteristik yang lebih tinggi dari K-225

kg/cm². Pelaksanaan memerlukan keahlian khusus dan dibawah

pengawasan tenaga ahli (laboratorium).

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 12

C. Faktor Air Semen (FAS)

Pada banyaknya campuran air pada semen diusahakan seminimal

mungkin. Jika kebanyakan air pada pembuatan beton akan menghasilkan

beton dengan kualitas jelek, karena akan terbentuk ruang atau rongga

kosong pada beton.

Faktor air semen yaitu perbandingan antara berat air dengan berat

semen. Besar FAS yaitu antara 0,5-0,6.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 13

BAB III

PEMBAHASAN MATERI

3.1 JOB 1 : PENGUJIAN KADAR AIR

A. DASAR TEORI

Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air

yang dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering,

dinyatakan dalam persen (%).

B. TUJUAN

Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka persentase

dari kadar air yangdikandung oleh agregat.

C. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan

• Nampan (talam)

• Sendok spesi

• Timbangan manual

• Oven dengan suhu 110°c.

2. Bahan

• Pasir, sebagai agregat halus

• Batu pecah, sebagai agregat kasar.

D. LANGKAH KERJA

1. Pertama, siapkan dahulu peralatan dan bahan yang akan kita

gunakan dalam pelaksanaan Pengujian Kadar Air.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 14

2. Setelah semua bahan dan peralatan terkumpul, maka pekerjaan

dilanjutkan dengan melakukan penimbangan nampan yang kosong

dengan menggunakan timbangan manual, lalu catat ke dalam foam.

3. Pada penimbangan nampan (cawan) ini dilakukan untuk dua buah

agregat kasar yaitu batu pecah, dan dua buah lagi untuk untuk

agregat halus yaitu pasir.

4. Setelah penimbangan berat kosong dari nampan (cawan) tersebut

telah selesai, selanjutnya masukkan agregat Kasar dan agregat

halus ke dalam nampan yang telah di timbang tadi. Kemudian

lakukan penimbangan kembali (berat nampan + agregat). Jangan

lupa untuk menandai masing-masing cawan dan agregat agar tidak

tertukar.

a. Penimbangan (agregat kasar berupa batu pecah +

nampan).

• Penimbangan agregat kasar 1 + nampan 1

Masukkan agregat batu pecah ke dalam nampan

tersebut sampai penuh lalu ratakan permukaannya hingga rata.

Setelah itu timbanglah nampan yang berisi batu pecah tersebut

dengan timbangan manual.

Setelah didapat berat pada timbangan tulislah dalam

foam. Hasil penimbangan batu pecah 1 + nampan 1 ini adalah

6172 gram, (w2 material : batu pecah no.1).

• Penimbangan agregat kasar 2 + nampan 2.

Lakukan prosedur yang sama seperti sebelumnya dalam

penimbangan ini. Hasil penimbangan agregat kasar 1 + nampan

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 15

1 di atas, sehingga diperoleh hasil penimbangan adalah 5643

gram, (w2 material : batu pecah no.2).

b. Penimbangan (agregat halus berupa pasir + nampan).

• Penimbangan agregat halus 1 + nampan 1.

Masukkan agregat pasir ke dalam nampan tersebut

sampai penuh lalu ratakan permukaannya hingga rata. Setelah

itu timbanglah nampan yang berisi batu pecah tersebut dengan

timbangan manual.

Setelah didapat berat pada timbangan tulislah dalam

foam. Hasil penimbangan pasir 1 + nampan 1 ini adalah 5403

gram, (w2 material : pasir no.1).

• Penimbangan agregat halus 2 + nampan 2.

Lakukan prosedur yang sama seperti pada penimbangan

sebelumnya di penimbangan ini. Hasil agregat halus (pasir) 1 +

nampan 1 di atas, sehingga diperoleh hasil penimbangan adalah

5503 gram, (w2 material : pasir no.2).

5. Kemudian, kita hitung berat benda uji masing-masing benda uji

tersebut, yaitu batu pecah sebagai agregat kasar dan pasir sebagai

agregat halusnya.

• Berat benda uji (batu pecah 1) = (w2 batu pecah 1 – berat kosong

nampan 1 (w1 nampan 1)

= 6172 gram – 545 gram

= 5627 gram.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 16

• Berat benda uji (batu pecah 2) = (w2 batu pecah 2 - berat

kosong nampan 2 (w1

nampan 2)

= 5643 gram – 520 gram

= 5123 gram.

• Berat benda uji (pasir 1) = ( w2 pasir 1 – berat kosong

nampan 1 (w1 nampan 1)

= 5403 gram – 547 gram

= 4856 gram.

• Berat benda uji (pasir 2) = (w2 pasir 2 – berat kosong

nampan 2 (w1 nampan 2)

= 5503 gram – 543 gram

= 4960 gram.

6. Setelah dilakukan perhitungan keempat nampan yang telah terisi

agregat dan telah ditandai tersebut dimasukan ke dalam oven

dengan suhu (110°c), selama ±24 jam.

7. Setelah dilakukan pengovenan ±24 jam keluarkan semua bahan uji

beserta nampan dari dalam oven tersebut, kemudian didinginkan

beberapa saat dahulu. Setelah benar-benar dingin, selanjutnya kita

timbang lagi keempat nampan yang berisi agregat tersebut dengan

menggunakan timbangan manual, untuk memperoleh (W4).

W4 material batu pecah 1 = 6155 gram.

W4 material batu pecah 2 = 5615 gram.

W4 material pasir 1 = 5255 gram.

W4 material pasir 2 = 5345 gram.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 17

8. Selanjutnya kita hitung berat benda uji kering oven (W5) dengan

rumus :

W 5=w 4−w 1

Setelah semua berat kering oven agregat tersebut dihitung

maka diperolehlah data :

W5 material batu pecah 1 = 5610 gram.

W5 material batu pecah 2 = 5095 gram.

W5 material pasir 1 = 4708 gram.

W5 material pasir 2 = 4802 gram.

9. Setelah semua data peroleh, maka hitunglah kadar air agregat

masing-masing jenis material dengan rumus:

Kadar Air = (W 3−W 5 )

W 5x 100 % .

Sehingga didapatlah kadar air agregat :

Kadar air agregat material batu pecah 1 = 0,030

Kadar air agregat material batu pecah 2 = 0,549

Rata-rata kadar air agregat material batu = 0,426

Kadar air agregat material pasir 1 = 3,143

Kadar air agregat material pasir 2 = 3,290

Rata-rata kadar air agregat material pasir = 3,2165

10. Setelah semua kegiatan selesai bersihkan semua peralatan yang

digunakan pada kegiatan praktek ini, dan simpan peralatan pada

tempatnya masing-masing.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 18

3.2 JOB 2 : PENGUJIAN BERAT ISI

A. DASAR TEORI

Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat adalah

rasio antara berat agregat dan berat isi / volume. Berat isi aregat

diperlukan dalam perhitungan bahan campuran beton, apabila jumlah

bahan ditakar dengan ukuran volume.

B. TUJUAN

Setelah melaksanakan kagiatan Pengujian Berat isi diharapkan

mahasiswa mampu:

1. Menentukan Berat Isi / Bobot Isi dari agregat yang digunakan.

2. Menggunakan segala peralatan yang diperlukan dalam kegiatan

pengujian sesuai dengan kegunaannya masing-masing dengan baik

dan benar.

3. Bekerja sesuai prosedur yang ada dan selalu mengutamakan

keselamatan kerja.

C. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan

• Mould

• Timbangan manual dan digital

• Sendok spesi

• Tongkat penumbuk

• Nampan (talam)

• Gayung

• Peralatan tulis dan buku tulis.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 19

2. Bahan

• Batu pecah (agregat kasar)

• Pasir (agregat halus).

D. LANGKAH KERJA

1. Pengujian berat isi agregat kasar (batu).

● Berat isi lepas agregat kasar (batu).

Pertama ambil 2 buah mould untuk mould bobot isi

lepas no.1 dan mould bobot isi lepas no.2.

Setelah itu timbanglah kedua mould tersebut untuk

mendapatkan nilai (W1).

Setelah itu isilah kedua mould tersebut dengan batu

pecah lalu ratakan permukaan hingga rata sama dengan

bagian atas mould.

Timbanglah berat mould yang telah diisi agregat

sehingga diperoleh (W2).

Kemudian hitunglah berat benda uji dengan rumus :

W 3=w 2−w 1

Setelah itu keluarkan isi mould hingga benar-benar

bersih dan masukkan air ke dalam mould yang telah

bersih tadi sampai penuh.

Setelah terisi dengan baik, maka timbang kedua mould

yang terisi air tersebut sehingga diperolah nilai (W4)

(berat mould + air).

Jika nilai (W4) telah didapat, maka hitung nilai berat air

/ isi mould (volume), dengan rumus:

V=w 4−w 1

Setelah itu hitunglah berat isi, dengan rumus :

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 20

Berat isi =W 3V

x100 %

Setelah didapat nilai berat isi, maka selanjutnya hitung

rata-rata nilai berat isi nya, dengan rumus:

Berat isi rata-rata = berat isi1+berat isi 2

2

Jika nilai rata-rata dari berat isi tersebut telah diperoleh,

maka pekerjaan pengujian berat isi lepas agregat kasar

telah selesai laksanakan.

● Berat isi padat agregat kasar (batu).

Pertama ambil 2 buah mould untuk mould bobot isi

padat no.1 dan mould bobot isi padat no.2.

Setelah itu timbanglah 2 buah mould tersebut sehingga

didapatlah berat mould tersebut (W1).

Masukkan agregat kasar berupa batu pecah secara

bertahap sebanyak 3 lapisan. Lapisan pertama diisi

sepertiga dari mould tersebut dan lakukan penumbukan

sebanyak 25x, kemudian untuk lapisan ke-2 dan ke-3

lakukan prosedur yang sama dan ratakan bagian atas

sehingga rata dengan bagian atas mould.

Setelah itu timbanglah mould + benda sehingga

didapatlah (W2).

Setelah itu maka hitunglah berat benda uji, dengan

rumus :

W 3=w 2−w 1

Setelah itu keluarkan isi mould hingga benar-benar

bersih dan masukkan air ke dalam mould yang telah

bersih tadi sampai penuh.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 21

Setelah terisi dengan baik, maka timbang kedua mould

yang terisi air tersebut sehingga diperolah nilai (W4)

(berat mould + air).

Jika nilai (W4) telah didapat, maka hitung nilai berat air

/ isi mould (volume), dengan rumus:

V=w 4−w 1

Setelah itu hitunglah berat isi, dengan rumus :

Berat isi =W 3V

x100 %

Setelah didapat nilai berat isi, maka selanjutnya hitung

rata-rata nilai berat isi nya, dengan rumus:

Berat isi rata-rata = berat isi1+berat isi 2

2

Jika nilai rata-rata dari berat isi tersebut telah diperoleh,

maka pekerjaan pengujian berat isi padat agregat kasar

telah selesai laksanakan.

2. Pengujian berat isi agregat halus (pasir).

● Berat isi lepas agregat halus (pasir).

Pertama ambil 2 buah mould untuk mould bobot isi

lepas no.1 dan mould bobot isi lepas no.2.

Setelah itu timbanglah kedua mould tersebut untuk

mendapatkan nilai (W1).

Setelah itu isilah kedua mould tersebut dengan pasir

lalu ratakan permukaan hingga rata sama dengan bagian

atas mould.

Timbanglah berat mould yang telah diisi agregat

sehingga diperoleh (W2).

Kemudian hitunglah berat benda uji dengan rumus :

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 22

W 3=w 2−w 1

Setelah itu keluarkan isi mould hingga benar-benar

bersih dan masukkan air ke dalam mould yang telah

bersih tadi sampai penuh.

Setelah terisi dengan baik, maka timbang kedua mould

yang terisi air tersebut sehingga diperolah nilai (W4)

(berat mould + air).

Jika nilai (W4) telah didapat, maka hitung nilai berat air

/ isi mould (volume), dengan rumus:

V=w 4−w 1

Setelah itu hitunglah berat isi, dengan rumus :

Berat isi =W 3V

x100 %

Setelah didapat nilai berat isi, maka selanjutnya hitung

rata-rata nilai berat isi nya, dengan rumus:

Berat isi rata-rata = berat isi1+berat isi 2

2

Jika nilai rata-rata dari berat isi tersebut telah diperoleh,

maka pekerjaan pengujian berat isi lepas agregat halus

telah selesai laksanakan.

● Berat isi padat agregat halus (pasir).

Pertama ambil 2 buah mould untuk mould bobot isi

padat no.1 dan mould bobot isi padat no.2.

Setelah itu timbanglah 2 buah mould tersebut sehingga

didapatlah berat mould tersebut (W1).

Masukkan agregat halus berupa pasir secara bertahap

sebanyak 3 lapisan. Lapisan pertama diisi sepertiga dari

mould tersebut dan lakukan penumbukan sebanyak 25x,

kemudian untuk lapisan ke-2 dan ke-3 lakukan prosedur

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 23

yang sama dan ratakan bagian atas sehingga rata dengan

bagian atas mould.

Setelah itu timbanglah mould + benda sehingga

didapatlah (W2).

Setelah itu maka hitunglah berat benda uji, dengan

rumus :

W 3=w 2−w 1

Setelah itu keluarkan isi mould hingga benar-benar

bersih dan masukkan air ke dalam mould yang telah

bersih tadi sampai penuh.

Setelah terisi dengan baik, maka timbang kedua mould

yang terisi air tersebut sehingga diperolah nilai (W4)

(berat mould + air).

Jika nilai (W4) telah didapat, maka hitung nilai berat air

/ isi mould (volume), dengan rumus:

V=w 4−w 1

Setelah itu hitunglah berat isi, dengan rumus :

Berat isi =W 3V

x100 %

Setelah didapat nilai berat isi, maka selanjutnya hitung

rata-rata nilai berat isi nya, dengan rumus:

Berat isi rata-rata = berat isi1+berat isi 2

2

Jika nilai rata-rata dari berat isi tersebut telah diperoleh,

maka pekerjaan pengujian berat isi padat agregat halus

telah selesai laksanakan.

3. Rata-rata berat isi masing-masing material

Setelah didapat semua data, maka hitunglah rata-rata masing-masing material dengan rumus.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 24

Berat isi rata-rata = rata−rata padat +rata−rata lepas

2

3.3 JOB 3 : PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN

AGREGAT

A. DASAR TEORI

Berat isi agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air

dengan volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah

kemampuan agregat menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan

kondisi jenuh permukaan kering (SSD : Saturated Surface Dry)

B. TUJUAN

Setelah melaksanakan Praktikum Pengujian Berat Jenis dan

Penyerapan Agregat ini diharapkan mahasiswa mampu :

1. Menentukan berat jenis bulk / padat pada agregat halus dan agregat

kasar.

2. Menentukan berat jenis SSD pada agregat halus dan agregat kasar.

3. Menentukan berat jenis apparent pada agregat halus dan agregat kasar.

4. Menentukan besar penyerapan pada agregat halus dan agregat kasar.

C. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan

• Gelas ukur 1000 ml.

• Timbangan digital dan manual.

• Nampan / talam.

• Sendok spesi.

• Oven dengan suhu 110±5°c.

• Kain pengelap.

• Gelas ukur 500 ml.

• Satu set kerucut terpancung.

• Tongkat penumbuk besi.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 25

• Gayung.

• Peralatan menulis dan lampiran form.

2. Bahan

• Batu pecah sebagai agregat kasar.

• Pasir sebagai agregat halus.

• Air secukupnya.

D. LANGKAH KERJA

1. Berat jenis dan penyerapan agregat kasar (batu pecah).

a. Berat benda uji dalam keadaan SSD.

Pertama rendam agregat kasar (batu pecah) sebanyak ± 1500 gram

dengan air dalam sebuah talam selama 24 jam.

Setelah direndam 24 jam, keluarkan agregat tersebut dari talam dan

laplah permukaannya sampai kering dengan menggunakan kain.

Setelah itu timbang agregat sebanyak 2 bagian. Bagian 1 sebanyak

500 gram dan bagian 2 juga sebanyak 500 gram untuk

mendapatkan Bj (Berat benda uji jenuh permukaan kering),

timbanglah dengan menggunakan timbangan digital agar akurat.

Lalu masukkan masing-masing agregat ke dalam talam no.1 da

no.2

Setelah itu, simpan terlebih dahulu benda uji dalam keadaan SSD,

untuk mempersiapkan proses selanjutnya, yaitu : menentukan berat

jenis agregat kasar (batu pecah) lengkap dengan nilai

penyerapannya.

b. Berat jenis agregat kasar dan penyerapannya.

Pertama ambil 2 buah nampan yang di dalamnya terdapat batu

pecah dalam keadaan SSD, dengan berat masing-masing 500 gram.

Setelah itu siapkan 2 buah gelas ukur 1000 ml, yaitu gelas ukur

untuk batu pecah SSD pada nampan no.1 dan gelas ukur untuk batu

pecah SSD pada nampan no.2.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 26

Masukkan air sebanyak 1000 ml kedalam gelas ukur masing-

masing yang telah terdapat agregat dalam keadaan SSD.

Setelah itu, batu pecah yang telah terisi pada gelas ukur ditambah

dengan air 1000 ml tersebut ditimbang sehinggga diperoleh nilai

B1 (berat bejana + berat air + berat agregat kasar).

Keluarkan agregat dari dalam masing-masing gelas ukur dan

diletakkan dalam talam no.1 dan no.2

Setelah itu 2 buah talam itu dimasukkan kedalam oven, dan

dipanaskan selama 24 jam dengan suhu 110°c. Masukkan juga

pasir dengan nampan kedalam oven untuk pekerjaan praktek

selanjutnya.

Setelah dioven selama 24 jam, keluarkan agregat dari dalam oven

dan dinginkan beberapa saat.

Jika agregat sudah dingin, timbanglah agregat tersebut untuk

memperoleh B2, gunakan timbangan digital agar akurat.

Setelah itu kedua gelas ukur yang telah kosong tadi kita

dibersihkan dengan air dan setelah itu isi lagi dengan

menggunakan air sebanyak 1000 ml dan ditimbang untuk

mendapatkan B3.

Setelah nilai Bj, B1, B2, dan B3 telah diperoleh, lakukan

perhitungan untuk mendapatkan nilai berat jenis bulk/ov, berat

jenis SSD, berat jenis apparent dan besar penyerapan.

Perhitungan untuk mendapatkan nilai berat jenis dan penyerapan

dengan rumus :

Berat jenis bulk / ov = B 2

B 3+Bj−B1

Berat jenis SSD = Bj

B 3+Bj−B1

Berat jenis apparent = B 2

B 3+B 2−B 1

Penyerapan = Bj−B 2

B2x100 % .

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 27

Jika nilai dari berat jenis bulk, berat jenis SSD, berat jenis apparent

dan penyerapan telah didapatkan, maka pekerjaan telah selesai.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 28

2. Berat jenis dan penyerapan agregat halus (pasir).

a. Berat benda uji dalam keadaan SSD.

Pertama ambil agregat halus berupa pasir sekitar 1500 gram

yang telah dioven salama 24 jam pada job sebelumnya, dan

dimasukkan ke dalam nampan.

Kemudian, pasir yang telah dioven tersebut disiram dengan

air dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, kemudian

diratakan sehingga keadaan pasir tersebut menjadi lembab

namun jangan sampai terlalu basah.

Jika kelembapan pasir sudah dirasa cukup, maka siapkan

kerucut terpancung. Kemudian pasir yang dalam keadaan

lembab tadi dimasukkan kedalam kerucut terpancung

tersebut dalam 3 lapis. Di mana setiap lapisannya ditumbuk

sebanyak 8x, dan untuk lapisan paling atas ditumbuk

sebanyak 1x lalu diratakan.

Jika kerucut sudah terisi penuh dan diratakan, maka

selanjutnya adalah angkat kerucut terpancung tersebut secara

tegak lurus ke atas, kemudian lihat apakah keadaan pasir

tersebut runtuh dalam keadaan SSD ataupun dalam keadaan

terlalu kering (terhampar tanpa bentuk), ataupun dalam

keadaan terlalu basah (tidak runtuh dan mengikuti bentuk

kerucut terpancung).

Setelah itu, jika pasir yang dalam kondisi SSD telah

diperoleh, timbanglah pasir tersebut sebanyak 500 gram

dengan timbangan digital sehingga diperoleh nilai berat

benda uji dalam keadaan SSD, yaitu 500 gram. Masukkan

pasir yang 500 gram tersebut ke dalam 2 buah talam.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 29

b. Berat jenis agregat halus dan penyerapannya.

Pertama siapkan 2 buah nampan yang di dalamnya terdapat

pasir dalam keadaan SSD, dengan berat masing-masing

adalah 500 gram dan siapkan gelas ukur 500 ml sebanyak 2

buah.

Setelah itu masukkan pasir yang di dalam nampan tersebut

ke dalam gelas ukur. Pasir yang ada pada nampan no.1

dimasukkan ke dalam gelas ukur no.1, dan pasir yang ada

pada nampan no.2 dimasukkan ke dalam gelas ukur no.2.

Setelah itu, masukkan air kedalam gelas ukur kaca tersebut

sabanyak 500 ml.

Jika air sebanyak 500 ml tersebut telah terisi, maka kocok -

kocoklah gelas ukur tersebut sehingga antara air dan pasir

tercampur sampai tidak ada gelembung udara di dalamnya.

Setelah itu, gelas ukur yang telah terisi air dan pasir di

dalamnya tersebut ditimbang dengan menggunakan

timbangan digital, sehingga diperoleh nilai B1 (berat gelas

ukur kaca + berat pasir + berat air).

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 30

Setelah ditimbang maka pasir yang ada di dalam gelas ukur

tersebut dimasukkan kedalam nampan masing-masing

nampan no.1 dan nampan no.2. Pastikan bahwa semua pasir

dari gelas ukur benar-benar masuk ke dalam nampan

tersebut.

Setelah itu kedua nampan tersebut dimasukkan ke dalam

oven, dan dipanaskan selama 24 jam dengan suhu 110°c.

Setelah dilakukan pengovenan selama 24 jam, angkat

nampan dan dinginkan terlebih dahulu. Setelah dingin, maka

selanjutnya pasir yang ada pada nampan tersebut ditimbang

dengan menggunakan timbangan digital sehingga diperoleh

nilai B2 (berat benda uji kering oven).

Setelah itu, gelas ukur tadi dibersihkan dengan air sehingga

tidak ada lagi pasir atau benda lainnya yang menempel dan

setelah bersih maka masukkan air sebanyak 500 ml dan

ditimbang sehingga diperoleh B3 (berat gelas ukur kaca berisi

air).

Setelah nilai Bj (berat benda uji SSD), B1, B2, dan B3 telah

diperoleh, maka lakukanlah perhitungan untuk mencari nilai

berat jenis bulk, berat jenis SSD, berat jenis apparent dan

besar penyerapan.

Untuk mencari nilai berat jenis dan penyerapan dengan

menggunakan rumus :

Berat jenis bulk / ov = B 2

B 3+Bj−B1

Berat jenis SSD = Bj

B 3+Bj−B1

Berat jenis apparent = B 2

B 3+B 2−B 1

Penyerapan = Bj−B 2

B2x100 % .

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 31

Jika nilai dari berat jenis bulk, berat jenis SSD, berat jenis

apparent dan nilai dari penyerapan telah didapatkan, maka

pekerjaan telah selesai.

3. Setelah nilai dari berat jenis dan penyerapan dari agregat kasar dan

halus telah didapatkan, maka pekerjaan untuk job ke 3 ini telah selesai.

4. Kemudian, bersihkan semua peralatan yang digunakan pada kegiatan

praktek ini, dan simpan pada tempatnya masing-masing dan bersihkan

ruangan praktikum sampai selesai.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 32

3.4 JOB 4 : ANALISA AYAKAN AGREGAT

A. DASAR TEORI

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan

untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat

kasar dengan menggunakan saringan.

B. TUJUAN

Setelah pelaksanaan kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa

mampu :

1. Menentukan nilai dari persentase tertahan dan persentase lolos.

2. Menuangkannya ke dalam grafik hubungan antara persentase lolos

dengan diameter ayakan.

3. Menggunakan semua peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini

sesuai dengan fungsinya, dengan baik dan benar.

4. Bekerja sesuai dengan prosedur dan selalu memperhatikan

keselamatan kerja.

C. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan

● 1 set ayakan agregat

● Timbangan digital

● Nampan / talam

● Sendok spesi

● Masker

● Peralatan untuk menulis dan lembar form.

2 Bahan

● Agregat kasar yang telah dioven selama 24 jam.

● Agregat halus yang telah dioven selama 24 jam.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 33

D. LANGKAH KERJA

1. Analisa ayakan agregat kasar (batu pecah).

Pertama ambil batu pecah yang sudah dioven selam 24 jam

yang telah disediakan. Setelah itu, batu pecah tersebut

ditimbang sebanyak 500 gram.

Setelah itu siapkan 1 set ayakan untuk batu pecah tersebut.

Ayakan untuk batu pecah yang digunakan disini adalah

diameter 31,50 mm, 25,40 mm, 19,10 mm, 16,00 mm, 12,70

mm, 9,50 mm, dan 4,75 mm, serta 0 mm (sebagai pan paling

bawah).

Setelah itu, masukkan batu pecah yang 500 gram ke dalam

ayakan paling atas (31,50 mm), kemudian diayak (digoyang-

goyang) selama ±15 menit.

Setelah itu, timbang masing-masing agregat yang tertahan pada

setiap ayakan tersebut dengan menggunakan timbangan digital.

Setelah berat dari agregat yang tertahan pada masing-masing

ayakan tersebut telah didapatkan, maka hitunglah persentase

lolos komulatifnya.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 34

Setelah didapatkan nilai dari persentase komulatif lolos, maka

gambarkanlah ke dalam grafik hubungan antara persentase

komulatif lolos agregat kasar dengan diameter ayak.

Jika pembuatan grafik hubungan antara persentase komulatif

lolos agregat kasar dengan diameter ayak telah selesai kita

laksanakan, maka pekerjaan telah selesai kita laksanakan.

2. Analisa ayakan agregat halus (pasir).

Pertama ambil pasir yang sudah dioven selam 24 jam yang

telah disediakan. Setelah itu, pasir tersebut ditimbang

sebanyak 500 gram.

Setelah itu persiapkan 1 set ayakan untuk pasir tersebut.

Ayakan untuk pasir yang digunakan di sini memiliki diameter

4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm,

dan 0,075 mm, serta 0 mm (sebagai pan paling bawah).

Setelah itu, masukkan pasir yang 500 gram ke dalam ayakan

paling atas (4,75 mm), kemudian diayak (digoyang-goyang)

selama ±15 menit.

Setelah itu, timbang masing-masing agregat yang tertahan pada

setiap ayakan tersebut dengan menggunakan timbangan digital.

Setelah berat dari agregat yang tertahan pada masing-masing

ayakan tersebut telah didapatkan, maka hitunglah persentase

lolos komulatifnya.

Setelah didapatkan nilai dari persentase komulatif lolos, maka

gambarkanlah ke dalam grafik hubungan antara persentase

komulatif lolos agregat kasar dengan diameter ayak.

Jika pembuatan grafik hubungan antara persentase komulatif

lolos agregat halus dengan diameter ayak telah selesai kita

laksanakan, maka pekerjaan telah selesai kita laksanakan.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 35

3.5 JOB 5 : PERENCANAAN DAN PEMBUATAN BETON K250

A. TUJUAN

Setelah melaksanakan kegiatan pekerjaan perencanaan campuran beton

K 250 ini, diharapkan :

1. Mahasisawa mampu merencanakan campuran beton K 250 dengan

baik dan benar.

2. Mahasiswa dapat mengoperasikan segala peralatan yang digunakan

dalam kegiatan praktek ini dengan baik dan benar.

3. Mahasiswa mampu melakukan pengolahan data dalam merencanakan

campuran beton K 250 ini, baik itu pengolahan daftar isian formula

perencanaan campuran beton K 250, pengolahan komposisi berat

unsur adukan per m3 beton, pengolahan koreksi penggunaan air,

sehingga pada pengolahan laporan hasil pengujian beton (uji kuat

tekan kubus).

4. Mahasiswa mampu melaksanakan pekerjaan dengan selalu

memperhatikan pentingnya keselamatan kerja.

B. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan

● Sekop.

● Sendok spesi.

● Bekesting beton berbentuk kubus,berbahan besi (15 cm x 15 cm 15

cm).

● Sepana hujung terbuka.

● Nampan / talam adukan beton.

● Ember.

● Palu penumbuk berbahan karet.

● Penyemprot oli / solar (oil sprayer).

● Besi penumbuk (tongkat penumbuk adukan beton).

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 36

● Pengggaris besi.

● Kerucut slump test.

● Kain pengelap.

● Kuas.

● Nampan / talam agregat.

● Timbangan manual.

● Mesin uji tekan beton.

● Kolkulator.

● Peralatan menulisa dan form.

● Penyedok adukan.

● Marker permanen (spidol).

● Gayung.

2. Bahan.

● Pasir.

● Semen.

● Batu pecah.

● Air.

● Solar / oli.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 37

C. LANGKAH KERJA

Perencanaan Campuran beton

1. Pertama siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pelaksaan

kegiatan job kali ini.

2. Tentukan perencanaan campuran beton yanng diinginkan. Pada

praktek ini, kelompok kami merencanakan campuran beton perkerasan

jalan dengan kekuatan K250.

3. Buatlah contoh soal perencanaan campuran beton untuk konstruksi

perkerasan jalan. Berikut contoh soal kami:

Direncanakan beton untuk konstruksi perkerasan jalan yang tidak

terlindungi dari cuaca dengan mutu beton K-250. Agregat halus berupa

pasir dan agregat kasar berupa batu pecah. Hitung perencanaan

campuran beton. Hasil pengujian labolatorium adalah:

Agregat Halus Agregat Kasar

Kadar Air (%) 3,22 0,43

Berat Isi 1,55 1,44

Berat Jenis Kondisi SSD 2,63 2,68

Penyerapan 1,31 1,24

Ukuran Maksimal Agregat - 40

Zona Zona 1 -

4. Setelah itu isi daftar formula perencanaan campuran beton yang ada

dengan foam sesuai dengan soal dan data yang telah di buat.

5. Hitung berapa banyak bahan yang akan di gunakan sesuai data yang

kita perhitungkan sebelumnya

6. Setelah perhitungan selesai, perencanaan campuran betonpun telah

selesai.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 38

Koreksi perhitungan air

Air 205 kgSemen 490,43 kgPasir 1010,628 kg

kerikil 673,828 kg

Volume 1 kubus : 0,15 * 0,15 * 0,15 = 0,003375 m3

Volume 5 kubus : 5 * 0,003375 = 0,016875 m3

Semen : 490,43 * 0,1 = 49,043 kg

490,43 + 49,043 = 539,473 kg

539,473 * 0,016875 = 9,183 kg

Pasir : 1010,682 * 0,1 = 101,0682 kg

1010,682 + 101,0682 = 1111,7052 kg

1111,7052 * 0,016875 = 18,760 kg

Kerikil : 673,828 * 0,1 = 67,3828 kg

673,828 + 67,3828 = 741,2108 kg

741,210 * 0,016875 = 12,507 kg

Air : 205 * 0,1 = 20,5 kg

205 + 20,5 = 225,5 kg

225,5 * 0,016875 = 3,805 kg

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 39

Slum Test

1. Pertama timbang semua bahan sesuai data yang telah didapat dari

perhitungan perencanaan campuran beton.

2. Setelah itu tuangkan semen dan pasir kedalam nampan lalu diaduk

sampai merata. Tambahkan air sedikit agar pasir dan semen dapat

saling mengikat.

3. Setelah itu masukkan kerikil kedalam adukan semen dan pasir. Lalu

tambahkan air sedikit demi sedikit sampai sesuai dengan perhitungan

yang telah direncanakan sampai menjadi seperti pasta.

4. Setelah itu masukkan campuran tersebut kedalam silinder kerucut.

Sebelum dimasukkan, sisi kiri dan kanan kerucut tersebut harus diinjak

agar campuran yang dimasukkan tidak bergerak dan rembes.

5. Sambil dimasukkan campuran tersebut didalam kerucut, tumbuklah

campuran yang sudah ada di dalam kerucut, isi sampai penuh.

6. Setelah pengisian selesai, angkat kerucut tersebut. Jika campuran

tersebut masih utuh atau tidak terjadi keruntuhan, maka pengujian

slump gagal dan jika campuran tersebut telah runtuh maka pengujian

slump telah berhasil.

7. Ukur tinggi cetakan dengan runtuhan yang masih bertahan.

8. Setelah selesai, maka pekerjaan uji slump telah selesai.

9. Bersihkan dan kembalikan alat yang telah selesai di gunakan.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 40

Uji Kuat Tekan Kubus

1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan

2. Kemudian, oleskan di setiap sisi-sisi pada cetakan kubus menggunakan

oli agar pada saat pembongkaran cetakan, beton tidak lengket pada sisi

cetakan.

3. Setelah itu masukkan campuran pada cetakan yang telah di oleskan

oli. Tumbuk campuran pada saat memasukkan pada cetakan agar tidak

terjadi rongga pada cetakan.

4. Isi cetakan tersebut hingga penuh lalu ratakan permukaan atasnya

menggunakan sendok spesi. Lakukan hal yang sama pada semua

cetakan.

5. Setelah semua cetakan terisi, diamkan selama 1 hari agar campuran

mengeras.

6. Setelah didiamkan selama 1 hari, buka cetakan dan keluarkan beton

dari cetakan, lalu rendam beton diair selama 1 hari, kemudian

keringkan beton tersebut.

7. Uji kekuatan beton dengan menggunakan mesin uji tekan beton

sehingga di dapat nilai beban (P) pada beton tersebut.

8. Hitung kuat tekan beton dengan cara beban (P) dibagi dengan luas

ukuran beton (A) tersebut.

9. Selanjutnya besihkan dan kembalikan peralatan yang telah selesai di

gunakan.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 41

LAPORAN HASIH PENGUJIAN BETON

Uji kuat tekan kubus/silinder

No.

Kode TanggalPembuatan/pengecoran

Hari(umur

)

Ukuran(Cm2)

Berat(Kg)

Beban P

(KN)

Kuat Tekan

(Kg/Cm2)1 A 20 mei 2013 3 225 7717 140 0,622 B 20 mei 2013 3 225 7791 140 0,623 C 20 mei 2013 3 225 7850 124 0,5514 D 20 mei 2013 3 225 7682 120 0,5335 E 20 mei 2013 3 225 7909 130 0,577

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 42

3.6 JOB 6 : HAMMER TEST

A. TUJUAN

Setelah melaksanakan kegiatan praktikum Test Hammer (pengujian

struktur beton) ini, diharapkan mahasiswa:

1. Mahasiswa mampu menggunakan segala peralatan yang digunakan

dalam pelaksanaan praktek hammer test ini dengan baik dan benar.

2. Mahasiswa dapat mengolah data yang telah diperoleh ke dalam sebuah

tabel, sehingga nilai koefisien kekuatan (coef. of Strength) beton bisa

ditentukan.

3. Mahasiswa dapat bekerja sesuai dengan prosedur yang ada, dan selalu

memperhatikan keselamatan kerja.

4. Mahasiswa dapat bekerja dengan baik dalam tim (kelompok).

B. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan.

● Alat Hammer test

● Kolkulator saintifik

● Peralatan menulis dan lembaran form

● Penggaris

2. Bahan.

● Kapur tulis / marker.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 43

C. LANGKAH KERJA

1. Pertama tentukan bagian gedung yang mana saja yang akan diuji

kekuatan betonnya. Pada praktek ini, kami menguji kekuatan struktur

beton pada kolom, lantai, bagian sisi samping tangga, dan pada balok.

2. Setelah itu mulailah pengujian kekuatan struktur beton pada kolom.

Pertama sekali kami buat sebuah persegi 15 x 15 (cm) pada salah satu

sisi kolom tersebut, seperti di bawah ini:

3. Setelah itu, pada area persegi (15 cm x 15 cm) tersebut kita buat 9

buah titik dan ditandai dengan kapur tulis/marker.

4. Setelah lakukan pengujian kekuatan struktur beton dengan cara

menekan alat hammer test tepat pada titik yang telah tandai tadi.

Setelah ditekan akan berbunyi suara pantulan dari alat tersebut, pada

posisi ini kita harus mempertahankan kadaan alat tersebut tetap pada

posisi ditekan terhadap titik tersebut, kemudian kita pencet tombol

kecil yang ada pada bagian sisi bawah alat hammer test tersebut secara

lembut. Setelah dipencet, maka alat hammer test tersebut sudah bisa

kita angkat, dan untuk selanjutnya kita baca berapa besar pantulan

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 44

yang disebabkan oleh struktur beton pada titik ini, besar nilainya bisa

kita lihat pada skala ukur yang ada pada alat hammer test tersebut.

Selanjutnya, kita masukkan segala data yang kita peroleh tersebut ke

dalam sebuah tabel hammer test yang ada pada lampiran form.

5. Gambar proses pengujian kekuatan struktur beton menggunakan alat

Setelah proses pengujiaan hammer test pada kolom telah selesai, maka

selanjutnya kita lakukan pada area lantai.

6. Lakukan prosedur yang sama pada pengujian kekuatan pada lantai,

kolom, dan tangga.

7. Bila kegiatan pengujian telah selesai maka selanjutnya semua data di

peroleh dapat olah dengan teliti sesuai prosedur yang telah diberikan

oleh dosen instruktur, sehingga diperolehlah nilai koefisien kekuatan

beton (F) dalam satuan kg / cm2.

8. Setelah nilai dari koefisien kekuatan beton dari masing-masing sampel

tersebut telah kita dapatkan, maka pekerjaan untuk job ke 6 ini telah

selesai.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 45

Foam Hammet Test

No titik

simpul

Rebund Berat

1 2 3

Kolom 34 36 37 33,78

34 36 34

32 31 35

Balok 35 32 28 33,11

34 34 35

34 34 32

Lantai 35 32 29 29,89

25 28 25

30,5 37 27,5

Tangga 32 30 36 36,22

36 32 42

44 36 36

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 46

3.7 JOB 7 : UJI KEAUSAN/ABRASI AGREGAT KASAR

A. TUJUAN

Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan

tersebut, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus

lolos saringan no.12 (1,7mm) terhadap berat semula dalam persen (%).

B. PERALATAN DAN BAHAN

1. Peralatan

Mesin Los Angeles

Sekop

1 set saringan diameter 25,4 - 9,50

Nampan

2. Bahan

Batu kerikil/batu pecah

C. LANGKAH KERJA

1. Pertama siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.

2. Ayak benda uji menggunakan 1 set ayakan berdiameter 25,4 ; 19,1 ;

12,7 ; 9,50.

3. Setelah itu timbang berat benda uji yang tertahan pada masing-

masing ayakan tersebut sebanyak 1250 gram.

4. Setelah itu siapkan alat uji keausan/abrasi yaitu mesin Los Angeles

dan masukkan benda uji kedalam mesin beserta bola baja sebanyak

12 buah lalu Setting putaran mesin sebanyak 500 putaran kemudian

jalankan mesin.

5. Setelah pemutaran sebanyak 500x selesai, keluarkan debu dan batu

yang terdapat di dalam mesin, buang debu dan ayaklah sisa batu

yang masih tertinggal dengan menggunakan ayakan no.12

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 47

6. Seterlah itu timbang berat benda uji yang tertahan di ayakan.

7. Untuk mengetahui nilai keausan/abrasi dapat menggunakan rumus:

nilai abrasi=berat material−berat material tertahanberat material

x100 %

8. Jika Perhitungan telah selesai maka pekerjaanpun telah selesai

dilaksanakan.

9. Bersihkan alat dan kembalikan peralatan yang telah digunakan

ketempat semula.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 48

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan praktek pengujian beton laboratorium mahasiswa

mengerti dan dapat melaksanakan pembuatan beton sesuai dengan kekuatan yang

diinginkan dengan baik dan benar dan tidak lupa dengan memerhatikan segala

aspek penelitian bahan yang digunakan dan penggunaan alat sehingga ilmu yang

dipelajari dalam praktek ini dapat berguna dalam dunia bekerja nantinya.

4.2 SARAN

Adapun saran yang dapat saya berikan adalah agar setiap kelompok lebih

kompak dalam bekerja dan dilakukan pembagian pekerjaan dan pergantian posisi

agar mahasiswa paham dan mengerti terhadap materi dan praktek yang diberikan.

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 49

LAMPIRAN

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 50

Agregat kasar yang di letakkan dalam gelas ukur untuk menentukan Berat jenis agregat kasar dan

penyerapannyaPenimbangan dengan menggunakan timbangan manual.

Proses pengayakan dalam job analisa ayakan agregat kasar dan halus

Proses pemasukan pasir kedalam mould dalam job berat isi lepas dan padat

Kubus beton yang telah jadi dari hasil perencanaan pembuatan beton K250

Timbangan digital yang digunakan agar berat yang di dapat akurat

Alat uji hammer test yang digunaka dalam pengujian hammer test

Politeknik Negeri Pontianak | Laporan Pengujian Beton Laboratorium 51

Pengujian kuat tekan beton untuk mengetahui seberapa kuat beton yang direncanakan apakah

sesuai dengan K yang di inginkan Beton sedang mengalami penekanan dari mesin

Batu yang di masukkan kedalam mesin los angeles untuk mengetahui nilai abrasi dari agregat batu

Panel pengatur mesin abrasi los angeles

Pengimbangan kubus beton yang telah jadi dengan menggunakan timbangan manual.

Proses pengisian pasir ke dalam gelas ukur dalam job Berat jenis agregat halus dan penyerapannya