pembiayaan syariah ijarah
Post on 12-Jul-2016
21 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH TUGAS KELOMPOK
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembiayaan Syariah
Judul Tugas : Ijarah
Kelas : Agribisnis B
Dosen : Dr.Ir. Hj. Tuti Karyani M.SP.,
Disusun Oleh :
Agribisnis B
Elfadhanadya K. P. 150610120043
Carmelita Astrini 150610120119
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKUTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penulisan
makalah berjudul “IJARAH”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini. Penulis menyadari
bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu penulisharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak
dan mendapat ridhoAllah SWT bagi pengembangan pertanian di masa sekarang dan
masa yang akan datang.
Jatinangor, Mei 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5
2.1 Pengertian Ijarah ..........................................................................................5
2.2 Dasar hukum Ijarah......................................................................................5
2.3 Syarat dan rukun Ijarah .....................................................................5
2.5 Berakhirnya Ijarah .......................................................................................8
2.6 Macam-macam Ijarah...................................................................................8
2.7 Penerapan Ijarah .........…............................................................................10
BAB III KESIMPULAN...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Muamalah merupakan bagian dari rukun islam yang mengatur hubungan
antara seseorang dan orang lain. Contoh hukum islam yang termasuk muamalah
salah satunya adalah ijarah (sewa-menyewa).
Seiring dengan perkembangan zaman, transaksi muamalah tidak terdapat
miniatur dari ulama klasik, transaksi tersebut merupakan terobosan baru dalam dunia
modern. Dalam hal ini kita harus cermat, apakah transaksi modern ini memiliki
pertentangan tidak dengan kaidah fiqih? Jika tidak, maka transaksi dapat dikatakan
mubah.
Ijarah merupakan menjual manfaat yang dilakukan oleh seseorang dengan
orang lain dengan menggunakan ketentuan syari’at islam. Kegiatan ijarah ini tidak
dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun
masyarakat sekitar kita. Oleh sebab itu kita harus mengetahui apa pengertian dari
ijarah yang sebenarnya, rukun dan syarat ijarah, dasar hukum ijarah, manfaat ijarah
dan lain sebagainya mengenai ijarah. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara
sederhana tentang definisi ijarah, landasan hukum, rukun dan syarat sahnya, serta
penerapan ijarah.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Ijarah
2. Apa dasar hukum dari Ijarah
4. Sebutkan jenis - jenis Ijarah
5. Bagamana penerapan Ijarah
1.3 Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian Ijarah, jenis
Ijarah, serta penerapan Ijarah dalam sistem pembiayaan baik itu pembiayaan syariah
maupun pembiayaan konvensional.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Konsep al-Ijarah
Ijarah menurut bahasa adalah menjual manfaat. Al-Ijarah menurut pendapat
beberapa ulama fiki adalah menurut ulama hanafah: akad atas suatu kemanfaatan
dengan pengganti, menurut asy Syafi’iyah: Akad atas suatu kemanfaatan yang
mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan
dengan pengganti tertentu”. Menurut jumhur ulama fikih ijarah adalah: menjual
manfaat, dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya.
Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya
barang, pada ijarah objek transaksinya adalah barang maupun jasa. Menurut Fatwa
Dewan Syariah Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri
2.2. Dasar /Landasan Hukum Ijarah.
a. Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 223:
ر� ص�ي ب� ب� لو ب� ع ب� ب�ا ص� ب� � ب ال ب�� ب�ا ل�وا ب ع� ب�ا ب� � ب ال ل�وا �� ب ب�ا ص� � ل�� ع ب� عل ص�ا �ع �ل عي ب� آا ب�ا �ع �ل ع� � ب ب ب!ا ص"ا �ع ل# عي ب ب� ب$ ب%ا ل& ب)ا ب( �ع ل* ب+ ب-ا ع� ب�ا ل وا ص. ع� �ب ع/ ب� ع� ب�ا �ع ل� ع+ ب0 ب�ا ع� ص"ا ب�
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS
al-Baqarah,233)
5
Dalam surat al-Qashas ayat 26 & 27 “Salah seorang dari kedua wanita itu
berkata: Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)
ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS al-Qasas,26)
“Berkatalah dia (Syu’aib): ”Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku
delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu
kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. (QS al-Qasas, 27)
b. Hadis Riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
ل� ل1 ب� ب� ب�2 ص3 ب4 ع� ب�ا ب5 ع6 ب1 ل7 ب� ع& ب�ا ب� عي ص& ب�ا عا- ل8وا ع� ب�ا .
Artinya
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.
c. Hadis riwayat Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri,
Nabi s.a.w. bersabda:
ل7 ب� ع& ب�ا ل� ع� ص ع لي ع ب( ر�ا عي ص& ب�ا ب� ب& ع�ا �ب ع ا ص: ب� .
Artinya:
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukan-lah upahnya”.
2.3. Rukun Ijarah
Menurut ulama’ Hanafiyah rukun ijarah adalah ijab dan qabul, dengan
menggunakan kalimat: al-Ijarah, al-Isti’jar, al-Ikra’ dan al-Iktira’. Akan tetapi
menurut jumhur ulama’ rukun Ijarah ada empat:
‘Aqid (Orang yang berakad, yaitu penyewa dan yang menyewakan barang).
Shighat (ijab dan qabul)
Ujrah (upah/sewa)\
Manfa’ah (Manfaat)
6
2.4. Syarat Ijarah
Syarat Ijarah terdiri dari syarat al-inqad (terjadinya akaq),syarat an-nafadz
(syarat pelaksanaan akad), syarat sah, syarat lazim.
a. Syarat terjadinya akad.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam jual-beli, menurut ulama
hanafiyah,’aqid (orang yang melakukan akad) disyaratkan harus berakal dan
mumayyiz, serta tidak disyaratkan harus baligh. Akan tetapi,jika bukan barang
miliknya sendiri akad ijarah anak mumayyiz dipandang sah apabilah di izinkan
walinya. Ulama malikiyah berpendapat bahwa tamyiz adalah syarat ijarah dan jual-
beli. Sedangkan baligh adalah syarat penyerahan. Dengan demikian akad anak
mumayyiz adalh sah, tetapi bergantung atas keridhaan walinya. Ulama hanabilah
dan syafi’iyah mensyaratkan orang yang akad harus mukallaf, yaitu baligh dan
berakal, sedangkan anak mumayyiz belum dikategorikan ahli akad.
b. Syarat Pelaksanaan (an-nafadz)
Agar ijarah terlaksana, barang harus dimiliki oleh ‘aqid atau ia memiliki
kekuasaan penuh terhadap suatu akad. Dengan demikian ijarah al-fudhul (ijarah
yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kekuasaan atau izin dari
pemiliknya) tdak dapat menjadikan akad ijarahnya.
c. Syarah Sah Ijarah
1) Adanya keridhaan dari kedua pihak yang akad: Syarat ini didasarkan pada
firman Allah SWT. Artinya: “ hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakai harta sesamamu dengan jalan yang batal, kecuali dengan jalan
perniagaan suka sama suka.”
2) Ma’qud ‘Alaih bermanfaat dengan jelas
3) Syarat barang sewaan (Ma’qud alaih), diantara syarat barang sewaan adalah
dapat dipegang atau dikuasai. Hal itu didasarkan pada hadist rasulullah SAW.
Yang melarang menjual barang yang tidak dapat dipegang atau dikuasai,
sebagaimana dalam jual-beli. Syarah Ujrah (upah). Para ulama telah menetapakan
syarat upah, yaitu:
7
Berupa harta tetap yang dapat diketahui
Tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah, seperti upah menyewa
rumah untuk ditempati dengan menempati rumah tersebut.
Syarat yang Kembali pada Rukun Akad
Akad disyaratkan harus terhindar dari syarat-syarat yang tidak diperlukan
dalam akad atau syarat-syarat yang merusak akad, seperti menyewakan rumah
dengan syarat rumah tersebut akan ditempati oleh pemiliknya selama sebulan,
kemudian diberikan kepada penyewa. Adapun syarat manfaat sewa baik sewa
barang maupun orang adalah:
1. Manfaat dapat diketahui secara rinci
2. Manfaat dapat disediakan secara nyata
3. Manfaat yang disewa dibolehkan syariah
4. Manfaat yang disewa harus dapat dinilai harganya
5. Manfaat yang disewa bukan pekerjaan wajib/fardhu yang memang wajib
dilakukan penyewa
6. Barang disewa tidak cacat yang mencegah pemanfaatannya
Berkaitan dengan kelenturan dalam menentukan ujrah dapat dijelaskan
lebih jauh sebagai berikut:
1. Ujrah dapat ditentukan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak. Misalnya,
seorang mustakjir berkata kepada Muajjir, ”Jika seseorang menyewa mobil
bulan ini sewanya Rp 2.500.000 perbulan, jika bulan depan (masa lebaran),
sewanya Rp 3.000.000,-“.
2. Contoh lain, “Jika seseorang menggunakan gedung ini untuk bank syariah,
sewanya Rp 25 juta setahun, jika anda gunakan untuk Baitul Mal wat Tamwil
sewanya Rp 20 juta setahun”. Sedangkan syarat Ujrah (fee, bayaran sewa)
sebagai berikut:
Harus termasuk dari harta yang halal
Harus diketahui jenis, macam dan satuannya
Tidak boleh dari jenis yang sama dengan manfaat yang akan disewa untuk
menghindari kemiripan riba fadhl.
8
Kebanyakan ulama membolehkan fee ijarah bukan dengan uang tetapi
dalam bantuk jasa (manfaat lain). Misalnya membayar sewa mobil 1
minggu dengan mengajar anaknya matematika selama 1 bulan 8 kali
pertemuan.
Pemilik asset / manfaat dibolehkan meminta pembayaran di muka, baik
sebagian maupun seluruhnya. Hal ini dimaksudkan sebagai tanda
keseriusan penyewa dalam janjinya untuk menggunakan asset / manfaat
tersebut.
d. Syarat Kelaziman
Syarat kelaziman ijarah terdiri atas 2 hal :
a. Ma’qud Alaih (barang sewaan) terhindar dari cacat
b. Tidak ada uzur yang membatalkan akad
2.5. Akhir Ijarah
Menurut ulama hanafiayah, ijarah dipandang habis dengan meninggalnya
salah seorang yang akad, sedangkan ahli waris tidak memiliki hak untuk
meneruskannya. Adapun menurut jumhur ulama, ijarah tidak batal tetapi diwariskan.
Pembatalan akad, terjadi kerusakan pada barang yang disewa, akan tetapi menurut
ulama lainnya kerusakan pada barang sewaan tidak menyebabkan habisnya ijarah,
tetapi harus diganti selagi masih bisa diganti, dan habis waktu, kecuali ada uzur.
2.6. Jenis Ijarah
Berdasarkan obyeknya, Ijarah terdiri dari:
1. Ijarah dimana obyeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil, sewa rumah, dsb.
2. Ijarah dimana obyeknya adalah manfaat dari tenaga seorang seperti jasa konsultan,
pengacara, buruh, kru, jasa guru/dosen,dll. Pendapatan yang diterima dari transaksi
Ijarah disebut ujrah. Al-Ujrah ialah imbalan yang diperjanjikan dan dibayar oleh
pengguna manfaat sebagai imbalan atas manfaat yang diterimanya.
Penanggungan Risiko Dalam Akad Ijarah. Dalam akad Ijarah juga berlaku
hak khiyar, dimana penyewa berhak menolak ijarah karena cacat barang (khiyar
‘aib) dan Muajjir bertangung jawab untuk menjamin (mengganti) barang/orang
9
ijarah yang cacat. Hal ini dapat dicontohkan: (a) jika ternyata mobil sewaan atau
LCD sewaan rusak, maka muajjir harus menukar dengan barang lain yang bagus;
dan (b) Jika ternyata Yayasan X penyalur pembantu mengirim pembantu yang
ternyata tidak bisa mengerjakan tugas-tugas yang dijanjikan, maka muajjir harus
menggantinya dengan pembantu yang lain.
Konsekuensi Hukum dan Pemeliharaan Asset dalam Akad Ijarah Terdapat
beberapa konsekuensi hukum dan ketentuan tentang tanggungjawab pemeliharaan
asset dalam akad Ijarah:
a. Konsekuensi hukum dan keuangan yang timbul dari akad ijarah adalah
timbulnya hak atas manfaat dari asset yang disewa oleh penyewa (musta’jir)
dan penerimaan fee/ujrah bagi pemilik asset (muajjir).
b. Pemberi sewa (mu’jir) wajib menyediakan manfaat bagi penyewa dari asset
yang disewa dengan cara menjaga agar manfaat itu tersedia selama periode
penyewaan dalam batas yang normal. Apabila terjadi sesuatu yang membuat
manfaat itu terhenti, maka pemberi sewa wajib
memperbaikinya/menggantinya.
3. Pada prinsipnya dalam kontrak ijarah harus dinyatakan dengan jelas siapa
yang menanggung biaya pemeliharaan asset obyek sewa. Sebagian ulama
menyatakan jika kontrak sewa menyebutkan biaya perbaikan ditanggung
penyewa, maka kontrak sewa itu tidak sah, karena penyewa menangung biaya
yang tidak jelas. Hal ini sesuai dengan kaedah Al-Ajru wa adh Dhaman La
Yajtami’ani. Artinya: pembayaran fee (bayaran sewa) tidak boleh berhimpun
dengan biaya perbaikan kerusakaan.
c. Keterlambatan Pembayaran. Pada dasarnya ketentuan mengenai keterlambatan
pembayaran dalam akad Ijarah masih diperdebatkan dalam kalangan ulama.
Ada yang membolehkan pengenaan biaya ganti rugi bagi penyewa yang
melakukan keterlambatan pembayaran, dan ada pula yang mengharamkannya
karena alasan Riba dan Gharar.
2.7. Aplikasi Ijarah di Lembaga Keuangan Syariah Dalam ijarah muntahiya bi al-tamlik, terdapat pemindahan hak milik dengan salah
satu cara sebagai berikut:
Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut
pada akhir masa sewa. Hal ini biasanya diambil, jika kemampuan finansial penyewa
10
untuk membayar sewa relatif kecil, sehingga akumulasi nilai sewa yang telah
dibayarkan sampai akhir periode belum mencukupi harga barang tersebut dan
margin laba yang telah disepakati bank.
Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan
tersebut pada akhir masa sewa. Biasanya diambil, jika kemampuan membayar sewa
dari penyewa relatif lebih besar, sehingga akumulasi nilai sewa pada akhir periode
sudah mencukupi untuk menutupi harga beli barang dan margin laba yang telah
ditetapkan oleh bank.[6] Opsi di atas diberikan bank kepada nasabah pada akhir
masa sewa.
Aplikasi ijarah muntahiya bi al-tamlik dalam perbankkan dapat dilihat dalam contoh
kasus berikut:
Ilustrasi Kasus
Ibu mawar hendak menyewa sebuah ruko selama satu tahun mulai dari tanggal 1
Januari 2013 sampai 31 Desember 2013 dan bermaksud membelinya pada akhir masa sewa.
Pemilik ruko menginginkan pembayaran sewa secara tunai di muka sebesar Rp 2 milyar
(tanggal 1 Januari 2013) dan Rp 2 milyar di akhir masa sewa (31 Desamber 2013), untuk
membeli ruko tersebut. Atau apabila ruko tersebut dibeli secara langsung pada tanggal 1
Januari 2013, pemilik ruko bersedia menjualnya dengan harga Rp 3,5 milyar. Dengan pola
pembayaran tersebut, kemampuan keuangan bu Mawar tidak memungkinkan.
Bu Mawar hanya dapat membayar ruko secara cicilan sebesar Rp 300.000.000,00 per
bulan dan membeli ruko pada akhir sewa. Oleh karena itu, bu mawar meminta pembiayaan
dari Islamic Banking sebesar Rp 2 milyar pada awal masa sewa dan Rp 2 milyar pada akhir
masa sewa atau sekaligus Rp 3,5 milyar pada awal sewa. Islamic Banking menginginkan
presentasi keuntungan sebesar 20% dari pembiayaan yang diberikan dengan presentasi
keuntungan bank ketika menyewakan sebesar 2,875 dari harga barang.
Analisis Bank
Harga barangA. Harga beli tunaiB. Keuntungan bank ketika menyewa(2,875% * 3,5 milyar)C. Keuntungan bank ketika
Rp 3.500.000.000,00
Rp 100.000.000,00
11
menjual(17,143% * 3,5 milyar)Total harga barang
Rp 600.000.000Rp 4.200.000.000,00
Kemampuan membayar nasabahD. Pembayaran sewa cicilanRp 300.000.000,00 per bulanE. Pembelian ruko pada akhir masa sewaTotal kemampuan membayar
Rp 3.600.000.000,00
Rp 600.000.000,00
Rp 4.200.000.000,00
Struktur Akad
1. Bai’ wa ijarah muntahiya bi al-tamlik dengan janji akan menjual barang tersebut pada
akhir masa sewa.
2. Bank sebagai pembeli (1 Januari 2013), dengan demikian cash out Rp 3,5 milyar.
3. Barang diterima oleh bank (1 Januari 2013) , cash in bank dari nasabah (Ibu Mawar)
sebesar Rp 300.000.000,00 per bulan.
Akad I: Bai’
a. Pelaku : Bank sebagai pembeli ruko dan Pemilik ruko sebagai penjual ruko
b. Transaksi: Bank membeli ruko dari pemilik ruko dengan harga tunai. Dengan kondisi ini
maka,
1. Bank mengeluarkan uang (cash out) sebesar Rp 3.500.000.000,00 sebagai pembayaran
tunai atas ruko.
2. Bank telah dapat menyewakan ruko tersebut selama 12 bulan.
Akad II: Ijarah Muntahiya bi al-Tamlik
Pelaku:
1. Bank bertindak sebagai pemberi sewa dan penjual pada akhir masa sewa.
2. Nasabah sebagai penyewa dan pada akhir masa sewa sebagai pemilik.
Transaksi: Bank membeli ruko dari pemilik ruko, dengan kondisi ini maka,
1. Bank mengeluarkan uang (cash out) sebesar Rp 3.500.000.000,00 (1 Januari 2013)
sebagai pembayaran tunai atas ruko.
2. Bank telah dapat menyewakan ruko tersebut selama 12 bulan kepada nasabah (1
Januari 2013)
12
3. Bank menerima pembayaran sewa (cash in) sebesar Rp 300.000.000,00 per bulan
selama 12 bulan periode sesuai yang disepakati nasabah.
4. Pada akhir masa sewa, bank menerima uang pembelian ruko dari nasabah sebesar Rp
600.000.000,00 (31 Desember 2013). Sehingga terjadi pemindahan kepemilikan ruko
dan sejak saat itu nasabah sebagai pemilik ruko (31 Desember 2013).
BAB III
KESIMPULAN
13
Ijarah menurut bahasa adalah menjual manfaat. Al-Ijarah menurut pendapat
beberapa ulama fiki adalah menurut ulama hanafah: akad atas suatu kemanfaatan
dengan pengganti, menurut asy Syafi’iyah: Akad atas suatu kemanfaatan yang
mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan
dengan pengganti tertentu”.
Pada dasarnya, ijarah di defnisikan sebagai hak untuk memanfaatkan
barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. ada yang menerjemahkan, ijarah
sebagai jual beli jasa (upah-mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia,
ada pula yang menerjemahkan sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari barang.
Transaksi ijarah di landasi adanya pemindahan manfaat (hak guna), bukan
pemindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja
prinsip jual beli.
DAFTAR PUSTAKA
14
Andri Soemitra,MA. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta: Kencana 2009 Ed.1
Cet.1
Al Jawi, Shiddiq. Kerjasama Bisnis (Syirkah) Dalam Islam. Majalah Al Waie 572. An
Nabhani, Taqiyuddin. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif. Surabaya:
Risalah Gusti.3. Abu Bakr Jabr Al Jazairi, Ensiklopedia Muslim, Minhajul Muslim,
Penerbit Buku Islam Kaffah, Edisi Revisi, 2005.
15
top related