pemberian latihan intensitas sedang terhadap …digilib.unila.ac.id/30018/2/skripsi tanpa bab...
Post on 06-Aug-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMBERIAN LATIHAN INTENSITAS SEDANG TERHADAP
PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DAN PENINGKATAN KADAR
HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA MENCIT OBESITAS
(Skripsi)
Oleh
RAMA AGUNG PRAKASA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
PEMBERIAN LATIHAN INTENSITAS SEDANG TERHADAP
PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DAN PENINGKATAN KADAR
HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA MENCIT OBESITAS
Oleh
Rama Agung Prakasa
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
PROVISION OF MODERATE INTENSITY EXERCISE TO DECREASED
TRIGLYCERIDE LEVELS AND ELEVATED HIGH DENSITY
LIPOPROTEIN (HDL) LEVELS IN OBESITY MICE
By
RAMA AGUNG PRAKASA
Background: Obesity is an abnormal condition where there is an excess of lipid
accumulation in adipose tissue, causing the occurrence of health problems, which
is dyslipidemia. Physical exercise is an effort in dealing with obesity. Physical
exercise has a good effect on the body, especially in the prevention of
cardiovascular disease. This study investigated the provision of moderate intensity
exercise to decreased triglyceride levels and elevated levels of high density
lipoprotein (HDL) in obesity mice.
Methods: This study is an experimental laboratory study using posttest control
group design. The study was conducted for 35 days. Samples of 36 male mice
were divided into 3 groups: normal control group (K), obesity control group (K2),
treatment group (P1) obesity mice + medium intensity exercise.
Results: The results of the analysis showed significant differences in the
triglyceride examination group (p = 0.027) and the HDL examination group (p =
0.001). There were significant differences between K1 group and K2 group on
triglyceride examination (p = 0,042) and significant difference between group K2
and group P1 on HDL examination (p = 0,001).
Conclusion: Moderate intensity exercise can not lower triglyceride levels, but can
increase HDL levels in obesity mice.
Keywords : high density lipoprotein, moderate intensity exercise, obesity,
triglyceride
ABSTRAK
PEMBERIAN LATIHAN INTENSITAS SEDANG TERHADAP PENURUNAN
KADAR TRIGLISERIDA DAN PENINGKATAN KADAR HIGH DENSITY
LIPOPROTEIN (HDL) PADA MENCIT OBESITAS
Oleh
RAMA AGUNG PRAKASA
Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu kondisi abnormal tubuh dimana
terjadi penumpukan lemak berlebih pada jaringan adiposa tubuh, sehingga
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan salah satunya adalah dislipidemia.
Latihan fisik merupakan suatu upaya dalam menangani obesitas. Latihan fisik
memiliki pengaruh yang baik terhadap tubuh, terutama dalam pencegahan
penyakit kardiovaskuler. Penelitian ini meneliti tentang pemberian latihan
intensitas sedang terhadap penurunan kadar trigliserida dan peningkatan kadar
high density lipoprotein (HDL) pada mencit obesitas.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium
menggunakan posttest control group design. Penelitian dilakukan selama 35 hari.
Sampel berupa mencit jantan dengan jumlah 36 sampel dibagi dalam 3 kelompok
penelitian yaitu kelompok kontrol normal (K), kelompok kontrol obesitas (K2),
kelompok perlakuan (P1) mencit obesitas + latihan intensitas sedang.
Hasil : Hasil uji analisis menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada
kelompok pemeriksaan trigliserida (p=0,027) dan kelompok pemeriksaan HDL
(p=0,001). Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok K1 dengan kelompok
K2 pada pemeriksaan trigliserida (p=0,042) dan perbedaan bermakna antara
kelompok K2 dengan kelompok P1 pada pemeriksaan HDL (p=0,001). Simpulan: Latihan intensitas sedang tidak dapat menurunkan kadar trigliserida,
namun dapat meningkatkan kadar HDL pada mencit obesitas.
Kata kunci : high density lipoprotein, latihan intensitas sedang, obesitas,
trigliserida.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 10 Mei 1996, sebagai anak pertama dari
Bapak Taruna Bifi Koprawi dan Ibu Anita Ahyuni.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Pertiwi Teladan Metro pada tahun
2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Metro
pada tahun 2011, dan Sekolah Menengan Atas (SMA) diselesaikan di SMA
Negeri 1 Metro pada tahun 2014.
Tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti organisasi Perhimpunan
Mahasiswa Pecinta Alam dan Tanggap Darurat PAKIS Rescue Team pada tahun
2014-2015 sebagai Anggota Muda, lalu sebagai anggota tetap pada divisi
Pendidikan dan Latihan (Diklat) tahun 2015-2016 dan sebagai Wakil Ketua
Umum PMPATD PAKIS Rescue Team tahun 2016-2017. Selama mahasiswa
pula, penulis menjabat sebagai Ketua Angkatan 2014 dan anggota asisten dosen
bidang Anatomi tahun 2016-2017. Penulis pernah meraih juara 2 dalam ajang
Regional Medical Olimpiad (RMO) cabang Cardiorespi yang diselenggarakan di
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tahun 2016.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala kasih serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Latihan Intensitas Sedang
Terhadap Penurunan Kadar Trigliserida dan Peningkatan Kadar High Denisty
Lipoprotein (HDL) pada Mencit Obesitas”
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan,
dorongan, saran, bimbingan dan kritik dari berbagai pihak. Maka dengan
segenap kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada:
Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M. Kes., Sp. PA., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung ;
dr. Khairun Nisa, S.Ked., M.Kes., AIFO selaku pembimbing pertama yang
selalu bersedia untuk meluangkan waktunya, memberikan nasihat,
bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian
skripsi ini;
dr. Tri Umiana Soleha, S.Ked., M.Kes selaku pembimbing kedua atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat, bimbingan,
saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;
dr Agustyas Tjiptaningrum, S.Ked., Sp.PK selaku pembahas atas
kesediannya untuk senantiasa memberikan kritik, saran, dan masukan yang
membangun dimana sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan
menyempurnakan penulisan skripsi ini;
Terima kasih kepada seluruh staf dosen dan civitas akademika Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang
telah diberikan dalam proses perkuliahan;
Terimakasih teruntuk Papa dan Mama yang sangat saya cintai dan sayangi
atas doa, perhatian, semangat, kesabaran, kasih sayang, dan dukungannya
selama ini;
Terimakasih kepada adik-adik saya Tri Tarsita Aprilyano dan Faisal Ilham
Kurniawan, serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, dan
motivasinya sehingga saya dapat sampai ke tahap ini;
Terimakasih kepada Pertiwi Permata Putri yang selama ini selalu
memberikan dukungan, bantuan, dan waktunya sejak dari awal sampai
penyelesaian skripsi ini;
Terimakasih juga untuk Eva Aprilia atas dukungan dan bantuannya selama
dalam penyusunan skripsi ini, sejak dari pembuatan sampai penyelesaian
skripsi ini;
Terimakasih kepada teman-teman presidium inti PAKIS : Ramadirga
Thiosaba, Pertiwi Permata Putri, dan Lulu Wilda Nurani yang walaupun
berasal dari tempat berbeda namun memiliki satu visi dan misi;
Terimakasih juga kepada teman-teman presidium PAKIS : Natasya
Hayatillah, Nadiya Kusnadi, Ratu Faradhilla, Muhammad Fakih
Abdurrahman, Rosy Osiana, Riska Permata Sari, Fadlan Fadhillah Wahyu,
Fernadya Sylvia Nurindi, Luh Dina Yulita, Karen Kuniya, Anugerah Indah
Sari, Osy Lu’lu Alfarossi, Dinah Zhafira Qubro, dan Septilia Sugiarti yang
sudah bekerja keras bersama-sama selama 1,5 tahun;
Semua rekan-rekan di SC09, SC10, dan SC11 di PMPATD PAKIS Rescue
Team, selama 3 tahun dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu yang telah senantiasa memberikan bantuan dalam
penyelesaian skripsi ini;
Terimakasih kepada teman-teman sejawat angkatan 2014 atas kebersamaan,
keceriaan, kekompakan, kebahagiaan, dan dukungan bagi saya selama 3,5
tahun perkuliahan ini, semoga kelak kita bisa menjadi dokter yang amanah
dan sukses bagi masyarakat luas;
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima
kasih.
Bandar Lampung, 30 Desember 2017
Penulis
Rama Agung Prakasa
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.4.1 Bagi Peneliti .................................................................................... 5
1.4.2 Bagi Institusi Terkait ....................................................................... 5
1.4.3 Bagi Masyarakat .............................................................................. 6
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
2.1 Obesitas ..................................................................................................... 7
2.1.1 Etiologi Obesitas ............................................................................. 8
2.1.1.1 Genetik pada Obesitas ......................................................... 8
2.1.1.2 Faktor Gaya Hidup dan Diet ................................................ 9
2.1.2 Prevalensi Obesitas .......................................................................... 9
2.1.3 Patofisiologi Obesitas .................................................................... 10
2.1.3.1 Perubahan secara Anatomi ................................................ 10
2.1.3.2 Pengaturan Lipid dan Metabolisme Glukosa ..................... 11
2.1.3.3 Peran Adipokin .................................................................. 12
2.1.4 Komplikasi .................................................................................... 13
2.1.4.1 Diabetes Melitus tipe 2 dan Resistensi Insulin .................. 13
2.1.4.2 Dislipidemia ....................................................................... 14
2.1.4.3 Hipertensi ........................................................................... 15
xiii
2.1.4.4 Penyakit Kardiovaskuler .................................................... 17
2.1.4.5 Penyakit Jantung Koroner.................................................. 18
2.2 Jaringan Adiposa ..................................................................................... 19
2.2.1 Diferensiasi Sel Adiposit ............................................................... 19
2.2.2 Fungsi Penyimpanan pada Jaringan Adiposa ................................ 21
2.2.3 Fungsi Endokrin pada Jaringan Adiposa ....................................... 22
2.3 Lipid ........................................................................................................ 23
2.3.1 Metabolisme Lipoprotein .............................................................. 24
2.3.1.1 Jalur Metabolisme Eksogen ............................................... 25
2.3.1.2 Jalur Metabolisme Endogen .............................................. 26
2.3.1.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport ................................. 26
2.4 Aktivitas Fisik dan Latihan ..................................................................... 27
2.4.1 Tipe Gerakan Otot ......................................................................... 28
2.4.1.1 Gerakan Statis (isometric) ................................................. 28
2.4.1.2 Gerakan Dinamis (Isotonic) ............................................... 28
2.4.1.3 Gerakan Dinamis (Isokinetic) ............................................ 28
2.4.2 Kategori Latihan ............................................................................ 29
2.4.2.1 Light-Intensity Activity....................................................... 30
2.4.2.2 Moderate-Intensity Activity ............................................... 30
2.4.2.3 Vigorous-Intensity Activity ................................................ 30
2.4.2.4 High-Intensity Activity ....................................................... 31
2.4.3 Latihan Fisik dan Kardiovaskuler ................................................. 31
2.4.4 Latihan Fisik dan Komponen Lipid ............................................... 32
2.5 Hewan Percobaan dalam Penelitian ........................................................ 33
2.5.1 Mencit ............................................................................................ 34
2.5.1.1 Klasifikasi Mencit .............................................................. 35
2.5.2 Latihan pada Hewan Percobaan .................................................... 36
2.5.2.1 Treadmill pada Tikus ......................................................... 36
2.5.2.2 Latihan Roda Putar pada Tikus.......................................... 37
2.5.2.3 Renang pada Tikus ............................................................ 38
2.6 Kerangka Teori ....................................................................................... 39
2.7 Kerangka Konsep .................................................................................... 39
2.8 Hipotesis ................................................................................................. 40
2.8.1 Hipotesis Null (H0) ........................................................................ 40
2.8.2 Hipotesis Alternatif (H1)................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 41
3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 41
3.2 Tempat dan Waktu .................................................................................. 41
3.2.1 Tempat ........................................................................................... 41
3.2.2 Waktu ............................................................................................ 41
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 42
3.3.1 Populasi ......................................................................................... 42
xiv
3.3.2 Sampel ........................................................................................... 42
3.4 Alat dan Bahan ........................................................................................ 44
3.4.1 Alat ................................................................................................ 44
3.4.2 Bahan ............................................................................................. 45
3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ........................ 45
3.5.1 Identifikasi Variabel ...................................................................... 45
3.5.1 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 46
3.6 Prosedur Penelitian ................................................................................. 46
3.6.1 Alur Penelitian ............................................................................... 46
3.6.2 Prosedur Pemberian Latihan Intensitas Sedang ............................ 50
3.6.3 Prosedur Pengambilan Darah Mencit ............................................ 51
3.6.4 Prosedur Pemeriksaan Profil Lipid ................................................ 51
3.7 Rancangan Analisis Data ........................................................................ 52
3.7.1 Uji Normalitas Data (p>0,05) ........................................................ 53
3.7.2 Uji Homogenitas Data (p>0,05) .................................................... 53
3.7.3 Uji Parametrik (One-way Anova) .................................................. 53
3.8 Etika Penelitian ....................................................................................... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 55
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 55
4.1.1 Analisis Univariat .......................................................................... 55
4.1.1.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Trigliserida dan High Density
Lipoprotein (HDL) pada Hewan Coba ............................................ 55
4.1.2 Analisis Bivariat............................................................................. 56
4.1.2.1 Uji Normalitas ................................................................... 56
4.1.2.2 Uji Homogenitas ................................................................ 57
4.1.2.3 Uji One-Way ANOVA ...................................................... 57
4.1.2.4 Uji Posthoc Bonferroni...................................................... 58
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 59
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 68
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 68
5.2 Saran ........................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Kriteria Obesitas pada orang dewasa menurut BMI. ................................ 2
Tabel 2. Karakteristik Apolipoprotein .................................................................. 24
Tabel 3. Pertimbangan dalam pemilihan hewan untuk penelitian tentang latihan. 36
Tabel 4. Definisi Operasional ............................................................................... 46
Tabel 5. Rerata Kadar Trigliserida dan HDL Tiap Kelompok .............................. 56
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk ......................................................... 56
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Lavane ............................................................... 57
Tabel 8. Hasil Uji One-Way ANOVA .................................................................. 57
Tabel 9. Hasil Uji Posthoc Bonferroni dan Perbandingan Kadar Trigliserida dan
HDL antar Kelompok ............................................................................. 58
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Prevalensi status gizi kurus, BB lebih, obesitas penduduk dewasa (>18
tahun) menurut provinsi, Indonesia 2013 ............................................ 10
Gambar 2. Diferensiasi sel adiposit. Tanda panah balik pada gambar menunjukan
bahwa sel adiposit dapat kembali mengecil ketika suplai energi
menurun. ............................................................................................. 20
Gambar 3. Kategori intensitas latihan dan pengukuran subjektif dan objektif tiap
kategori. .............................................................................................. 29
Gambar 4. Kelebihan dari penggunaan hewan percobaan. ................................... 33
Gambar 5. Kekurangan pada penggunaan hewan percobaan................................ 34
Gambar 6. Kerangka Teori .................................................................................... 39
Gambar 7. Kerangka Konsep ................................................................................ 39
Gambar 8. Alur Penelitian..................................................................................... 49
Gambar 9. Grafik Pengaruh Latihan Intensitas Sedang Terhadap Penuruna Kadar
Trigliserida dan Penurunan Kadar HDL Mencit Obesitas. ................. 60
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obesitas adalah kondisi abnormal dimana terjadi penumpukan lemak berlebih
pada jaringan adiposa tubuh, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan (WHO, 2000). Prevalensi dari obesitas terus meningkat di
berbagai negara berkembang yang sedang menghadapi nutrition transition
(Rachmi, Li, Alison Baur, 2017), yaitu perubahan pola diet yang diakibatkan
urbanisasi dan modernisasi (Popkin, Adair, Ng, 2013). Pengukuran yang
dilakukan untuk mengetahui derajat obesitas penderita adalah dengan
menggunakan indeks massa tubuh (IMT). IMT adalah berat badan dalam
kilogram dibagi tinggi dalam meter kuadrat (Villareal, Apovian, Kushner, et
al., 2005).
Indonesia, secara nasional pada tahun 2013, prevalensi kejadian obesitas
sentral sebanyak 26,6 persen. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas
pada tahun 2013 adalah 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan
tahun 2010 (7,8%) sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18
tahun) adalah 32,9 persen, naik 18,1 persen dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5
2
persen dari tahun 2010 (15,5%). (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013).
Obesitas berhubungan dengan berbagai komorbiditas atau komplikasi,
diantaranya adalah penyakit kardiovaskuler, diabetes tipe 2, hipertensi,
kanker, dan sleep apnea. Obesitas atau overweight dapat mempengaruhi
fungsi jantung melalui faktor resiko yang disebabkan, seperti dislipidemia,
hipertensi, intoleransi glukosa, dan hipoventilasi. Secara garis besar, obesitas
dapat merupakan predisposisi untuk terjadinya gagal jantung, penyakit jantung
kongestif, dan kematian melalui dampaknya terhadap sistem kardiovaskuler
(Poirier, Giles, Bray, et al., 2006). Selain itu, obesitas juga merupakan faktor
risiko yang berperan besar dalam tingginya angka prevalensi penyakit jantung
koroner (Lavie, Milani, Blair, et al., 2014).
Obesitas berhubungan dengan peningkatan kejadian dislipidemia.
Dislipidemia yang diakibatkan oleh obesitas memiliki komposisi low-density
lipoprotein (LDL) yang tidak normal, penurunan kadar high-density
lipoprotein (HDL), peningkatan kadar trigliserida, dan kadar asam lemak
bebas plasma yang tinggi (Jung, Choi, 2014). Kadar trigliserida yang tinggi
dan rendahnya kadar HDL merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit
jantung koroner (Lee, Chang, Zhang, et al., 2017)
Salah satu upaya untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi pada obesitas
adalah dengan melakukan latihan fisik. Latihan fisik adalah suatu kegiatan
3
multifaktorial yang dapat memberi manfaat yang baik untuk seluruh organ dan
jaringan di tubuh. Selain memberi manfaat kesehatan bagi tubuh, bila kurang
melakukan aktifitas fisik dapat mengarah ke berbagai gangguan kronis
(American Psychological Association, 2006). Gangguan kronis tersebut dapat
berupa gangguan kardiovaskuler. Oleh karena itu, latihan fisik merupakan
salah satu upaya penting dalam pencegahan penyakit kardiovaskuler (Bostick,
Aroor, Habibi, et al., 2017).
Untuk mengetahui pengaruh latihan fisik terhadap perubahan kadar profil lipid
dapat di lakukan penelitian dengan hewan percobaan. Hewan percobaan
adalah hewan yang dipergunakan dalam penelitian secara biologis maupun
biomedis yang dipilih berdasarkan syarat tertentu (Ridwan, 2013). Penelitian
penyakit dengan menggunakan sistem hewan percobaan dapat memberikan
pemahaman tentang patofisiologi maupun patogenesis suatu penyakit dan
membuka wawasan terhadap pengobatan baru (Lieschke, Currie, 2007).
Tikus banyak digunakan sebagai hewan percobaan karena mudah untuk
didapatkan dan dikendalikan, selain itu tikus percobaan juga didapatkan
dengan harga murah dibandingkan dengan hewan percobaan yang lain. Tikus
secara luas digunakan sebagai model utama dalam penelitian terkait penyakit
pada manusia (Sharif, Irshad, 2012). Banyak penyakit yang bisa diteliti
melalui tikus diantaranya penyakit jantung, kanker, gangguan metabolik,
obesitas, dan diabetes. Hal ini merupakan alasan mengapa tikus dapat
digunakan sebagai model dalam pemeriksaan metabolik, fisiologis, dan stres
4
perilaku, yang hasilnya nanti dapat di bandingkan dengan klinis manusia
(Rosenthal, Brown, 2007).
Model latihan fisik pada tikus dapat berupa perlakuan treadmill, roda putar
dan renang. Setiap model latihan fisik tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Salah satu nya adalah perlakuan treadmill,
model ini memiliki kelebihan yaitu intensitas dan durasi latihannya dapat
diatur. Selain itu, total usaha yang dilakukan oleh hewan percobaan dapat
dihitung dan diamati (American Psychological Association, 2006).
Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa latihan berhubungan dengan
prognosis yang baik terkait perkembangan penyakit kardiovaskuler dan
mortalitasnya (Lind, Carlsson, Siegbahn, et al., 2016). Hal inilah yang
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian
latihan intensitas sedang terhadap perubahan kadar profil lipid pada mencit
obesitas sebagai pengembangan ilmu lanjut dalam modifikasi faktor risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat diuraikan masalah
penelitian yaitu “Apakah pemberian latihan intensitas sedang dapat
menurunkan kadar trigliserida pada mencit obesitas?” dan “Apakah pemberian
latihan intensitas sedang dapat menurunkan kadar HDL pada mencit
obesitas?”
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui pengaruh latihan intensitas sedang terhadap
penurunan kadar trigliserida pada mencit obesitas.
2. Untuk mengetahui pengaruh latihan intensitas sedang terhadap
peningkatan kadar HDL pada mencit obesitas.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui rerata kadar trigliserida mencit obesitas setelah
diberi latihan intensitas sedang.
2. Untuk mengetahui rerata kadar HDL mencit obesitas setelah diberi
latihan intensitas sedang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan referensi dalam bidang ilmiah
terutama terkait dengan latihan fisik dan pengaruhnya terhadap
penurunan kadar trigliserida dan peningkatan kadar HDL.
1.4.2 Bagi Institusi Terkait
Hasil dari skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bacaan
terutama untuk penelitian lebih lanjut di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
6
1.4.3 Bagi Masyarakat
Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan bagi masyarakat
akan pentingnya latihan fisik dalam menurunkan resiko terjadinya
komplikasi obesitas.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dan melengkapi
kekurangan yang ada pada penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai kondisi abnormal dimana terjadi penumpukan
lemak berlebih pada jaringan adiposa tubuh, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan (WHO, 2000). Obesitas dapat terjadi akibat
adanya kelainan pada kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme
energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik (Sugondo,
2014). Kriteria untuk derajat obesitas menurut WHO menggunakan kriteria
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Kriteria Obesitas pada orang dewasa menurut BMI. Classification BMI Risk of Comorbidities
Underweight <18.50 Low (but risk of other clinical
problems increased)
Normal Range 18.50-24.99 Average
Overweight ≥25.00
Preobese 25.00-29.99 Increased
Obese class I 30.00-34.99 Moderate
Obese Class II 35.00-39.99 Severe
Obese Class III ≥40.00 Very Severe
Sumber : (WHO, 2000)
8
2.1.1 Etiologi Obesitas
2.1.1.1 Genetik pada Obesitas
Tidak semua orang yang terpapar dengan gaya hidup perkotaan
dapat menderita obesitas. Meskipun perkiraannya beragam,
namun diperkirakan menurut penelitian tingkat IMT terwariskan
tinggi, berkisar antara 40 – 70% (Bray, Loos, McCaffery, et al.,
2016). Obesitas itu sendiri merupakan suatu penyakit
multifaktorial, melibatkan interaksi antara faktor genetik dengan
faktor lingkungan dan gaya hidup (Comuzzie, Allison, 1998).
Faktor genetik hanya menyumbangkan kurang dari 5% pada
kasus obesitas anak. Meskipun faktor genetik berperan penting
dalam perkembangan obesitas, namun faktor ini bukan
merupakan penyebab utama dari obesitas itu sendiri (Bhadoria,
Sahoo, Sahoo, et al., 2015). Berbagai bentuk monogenik langka
dari obesitas sekarang telah dikenali, termasuk diantaranya
adalah defisiensi leptin dan melanocortin-4 receptors, yang di
ekspresikan oleh hipotalamus dan berperan dalam regulasi
homeostasis energi (Pigeyre, Yazdi, Kaur, et al., 2016). Mutasi
dari gen melanocortin-4 receptor merupakan penyebab tersering
dari obesitas monogenik, tampak pada 2 sampai 5% anak-anak
dengan obesitas berat (Heymsfield, Wadden, 2017)
9
2.1.1.2 Faktor Gaya Hidup dan Diet
Gaya hidup dan diet sangat berperan penting dalam peningkatan
resiko terjadinya obesitas, terutama pada anak-anak. Pemasukan
kalori yang berlebih di dominasi oleh makanan yang
mengandung lemak tinggi. Pola makan yang buruk seperti
melewati jam makan yang seharusnya dan menghasilkan makan
yang banyak pada satu waktu sangat berhubungan dengan resiko
terjadinya obesitas, dan mungkin saat ini menjadi suatu
kebiasaan di masyarakat. Sebagai contohnya adalah kebiasaan
melewati sarapan pagi dan makan yang berlebihan ketikan makan
malam, termasuk kebiasaan minum soft drink serta makan
makanan fast food berlebih (Sinha, Kling, 2009).
2.1.2 Prevalensi Obesitas
Prevalensi status gizi masyarakat Indonesia pada tahun 2013
menunjukkan bahwa penduduk dewasa kurus 8,7%, berat badan lebih
13,5% dan obesitas 15,4%. Pada tahun 2013, penduduk dengan kejadian
obesitas terendah terdapat di provinsi Nusa tenggara Timur (6,2%) dan
tertinggi di Sulawesi Utara (24,0%). Sedangkan secara nasional,
prevalensi obesitas sentral pada tahun 2013 adalah 26.6 persen, lebih
tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%), dilihat berdasarkan
pengukuran lingkar perut (LP). Dikatakan obesitas sentral bila laki-laki
dengan LP >90 cm atau perempuan dengan LP >80 cm (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
10
Gambar 1. Prevalensi status gizi kurus, BB lebih, obesitas penduduk dewasa
(>18 tahun) menurut provinsi, Indonesia 2013 Sumber : (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013)
2.1.3 Patofisiologi Obesitas
2.1.3.1 Perubahan secara Anatomi
Jumlah dari lemak, terutama triglyceride dalam jaringan adiposa
sebanding dengan peningkatan volum massa pada otot skelet,
hati, dan organ lainnya (Heymsfield, Gonzalez, Shen, et al.,
2014). Seseorang obesitas dengan berat yang stabil di banding
dengan orang tanpa obesitas, memiliki lemak yang lebih besar,
bersamaan dengan pengeluaran energi istirahat, cardiac output,
tekanan darah dan massa sel-β pancreas yang lebih besar.
Sekresi insulin pada saat puasa dan setelah pemasukan glukosa
meningkat secara linear dengan IMT (Heymsfield, Wadden,
2017).
Lemak berlebihan didistribusikan ke banyak bagian pada tubuh.
Banyak adiposit pada jaringan adiposa subukutan terdiri atas
11
lemak putih, dengan fungsinya menyimpan triglyceride
(Tchkonia, Thomou, Zhu, et al., 2013). Obesitas juga disertai
dengan peningkatan dari sel imunitas di jaringan adiposit,
karena adanya remodeling jaringan sebagai respon dari
apoptosis sel adiposit. Sel-sel imun ini menyekresikan sitokin
yang dapat menyebabkan resistensi insulin pada pasien obesitas
(Heymsfield, Wadden, 2017).
2.1.3.2 Pengaturan Lipid dan Metabolisme Glukosa
Lemak yang tersimpan dalam jumlah banyak ditubuh sangat
dibutuhkan untuk bertahan hidup terutama ketika dalam keadaan
kelaparan. Namun, bila lemak yang disimpan terlalu banyak
akan menyebabkan obesitas. Penyimpanan asam lemak seperti
triacylglycerol dalam sel adiposit melindungi tubuh terhadap
toksik asam lemak, sebaliknya bila asam lemak bersirkulasi
bebas dalam tubuh, dapat meghasilkan stress oksidatif yang
tersebar luas di tubuh. Namun, pada obesitas, terjadi proses
lipolisis sehingga asam lemak dalam jumlah besar dilepaskan.
Pelepasan asam lemak bebas ini kemudian menyebabkan
terjadinya lipotoksisitas, dengan membentuk stress oksidan pada
reticulum endoplasma dan mitokondria (Redinger, 2007).
Asam lemak bebas yang dilepaskan berlebihan juga akan
menghambat lipogenesis, sehingga mencegah klirens dari serum
12
triacylglycerol yang menyebabkan terjadinya hypertri-
glyceridemia. Pelepasan asam lemak bebas oleh endothelial
lipoprotein lipase dapat menyebabkan terjadinya lipotoksisitas.
Hal ini menyebabkan terjadinya disfungsi reseptor insulin.
Selain itu asam lemak bebas juga mengurangi pemanfaatan
glukosa otot yang diperantarai insulin, sehingga menambah
kejadian hiperglikemia (Redinger, 2007).
2.1.3.3 Peran Adipokin
Adiposit memiliki peran endokrin selain dari perannya sebagai
tempat penyimpanan lemak. Adipokin yang di sekresikan
diantaranya adalah proteohormon leptin, adiponectin dan
visfatin. Bersama dengan insulin, hormone-hormon tersebut
berperan dalam pengaturan massa lemak dalam tubuh
(Niswender, Baskin, Schwartz, 2004). Selain itu, terdapat
adipokin lain yaitu sitokin, growth factors dan complement
proteins (Matsuzawa, Funahashi, Kihara, et al., 2004).
Termasuk didalamnya adalah tumor necrosis factor (TNF)-α,
interleukin (IL)-1 dan IL-6 yang menyebabkan terjadinya
steatonekrosis (Redinger, 2007).
Adipokin spesifik mempengaruhi fungsi endotel dengan
menyekresikan rennin, angiotensinogen, dan angiotensin II,
yang mirip dengan system renin-angotensin, tetapi ketika di
13
sekresikan dari adiposit, akan memicu terjadinya hipertensi pada
pasien obesitas (Chinetti, Fruchart, Staels, 2003). Sekresi TNF-α
juga meningkat setara dengan peningkatan dari massa tubuh dan
memicu terjadinya inflamasi dalam hati dantempat penyimpanan
lemak lainnya di tubuh, terutama di pancreas, mesenterium, dan
visceral usus (Redinger, 2007).
2.1.4 Komplikasi
2.1.4.1 Diabetes Melitus tipe 2 dan Resistensi Insulin
Obesitas sangat berkaitan dengan kejadian diabetes melitus tipe
2 pada orang dewasa. Hal ini diakibatkan karena adanya
mekanisme resistensi insulin yang terjadi pada tubuh penderita
obesitas (Segula, 2014). Namun, kebanyak individu penderita
obesitas dengan resistensi insulin tidak mengalami hiperglikemi
seperti pada penderitas diabete melitus lainnya. Pada kondisi
normal, sel-β pankreas akan melepaskan insulin lebih banyak
apabila efisiensi kerja insulin menurun, sehingga toleransi
glukosa normal dapat dijaga. Untuk penderita obesitas dan
resistensi insulin, sel-β tidak dapat mengompensasi penurunan
sensitifitas insulin tersebut (Kahn, Hull, Utzschneider, 2006).
Pada obesitas, resistensi insulin merupakan akibat tidak
langsung dari peningkatan oksidasi lipid akibat tingginya kadar
asam lemak bebas plasma. Pada otot, akibat dari penurunan
14
terus-menerus oksidasi glukosa, menyebabkan penggunaan lipid
sebagai sumber energi yang membatasi penggunaan glukosa
dari glikogen dan sebagai penghambat aktivitas glucose
synthase. Efek penghambatan ini dikompensasi dengan
peningkatan glukosa plasma dan respon insulin terhadap
pemasukan karbohidrat dalam tubuh (Golay, Ybarra, 2005).
2.1.4.2 Dislipidemia
Dislipidemia yang disebabkan oleh obesitas memiliki
karakteristik adanya peningkatan kadar trigliserida, penurunan
kadar high density lipoproteins (HDL), dan perubahan pada low
density lipoproteins (LDL) menjadi lebih aterogeik (small dense
LDL). Semua hal tersebut berhubungan dengan meningkatnya
risiko penyakit kardiovaskuler (Franssen, Monajemi, 2011).
Perubahan lipid pada obesitas juga disebabkan oleh perubahan
pada resistensi insulin. Keadaan resistensi insulin menyebabkan
penurunan efisiensi insulin dalam inhibisi lipolisis trigliserida
oleh hormone-sensitive lipase (HSL) pada tempat penyimpanan
lemak. Sebagai akibatnya, terjadi peningkatan asam lemak bebas
ke dalam hati dan berkontribusi dalam penimbunan emak di hati.
Resistensi insulin juga menyebabkan gangguan aktivasi
lipoprotein lipase (LPL) sehingga terjadi peningkatan kadar
trigliserida di sirkulasi darah (Franssen, Monajemi, 2011).
15
Penurunan kadar HDL pada penderita obesitas disebabkan oleh
menurunnya klirens dari very low density lipoprotein (VLDL)
yang menghasilkan hipertrigliseridemia. Hasil ini diakibatkan
oleh menurunnya aliran apolipoprotein dan fosfolipid dari
kilomikron dan partikel VLDL, yang secara normal digunakan
pada pematangan HDL. Selain itu, ditemukan adanya
peningkatan enzim cholesteryl ester transfer protein (CETP)
yang juga berkontribusi dalam rendahnya kada HDL pada
penderita obesitas melalui proses transfer cholesteryl ester dari
HDL ke trigliceride-rich lipoproteins (kilomikron, VLDL)
(Franssen, Monajemi, 2011).
2.1.4.3 Hipertensi
Aktivasi sistem saraf simpatis memiliki peran yang penting
dalam patogenesis dari penyakit hipertensi pada penderita
obesitas. Pemasukan kalori dalam jumlah yang tinggi
meningkatkan kerja norepinefrin pada jaringan perifer serta
meningkatkan konsentrasi norepinefrin plasma (Kotsis,
Stabouli, Papakatsika, et al., 2010). Diet makanan yang tinggi
lemak dan karbohidrat telah diperkirakan dapat menstimulasi
reseptor α1- dan β-adrenergic, memicu pe-ningkatan aktivitas
simpatis dan hipertensi (Rocchini, Yang, Gokee, 2004).
16
Distribusi abnormal asam lemak bebas pada penderita obesitas
dapat meningkatkan sensitifitas α-adrenergic. Lisofosfolipid dan
asam lemak bebas menghambat Na+,K+-ATPase dan pompa
sodium sehingga meningkatkan resistensi vaskuler. Lisofos-
folipid dan asam lemak bebas yang terikat dengan Na/K-ATPase
akan mengubah interaksi enzim dengan membran protein
sekitar, menyebabkan reseptor epidermal growth factor
teraktivasi dan terjadi peningkatan produksi reactive oxygen
spesies (Kotsis, Stabouli, Papakatsika, et al., 2010).
Selain itu, proses terjadinya hipertensi juga diperantarai oleh
terganggunya fungsi ginjal akibat obesitas. Pada kondisi normal,
sistem renin-angiotensin bekerja sebagai sistem pengaturan yang
mencegah untuk terjadinya perubahan tekanan darah yang
ekstrim yang diakibatkan oleh tingginya garam yang
dikonsumsi. Namun, pada obesitas, angiotensinogen dari
jaringan adiposa dapat masuk ke dalam sirkulasi. Produksi
hormon tersebut dapat sebagai pemicu terjadinya hipertrofi
adiposit dan peningkatan tekanan darah melalui aktifasi dari
angiotensin II, yang minginduksi terjadinya vasokonstriksi,
retensi air dan sodium, serta peningkatan produksi aldosteron
(Kotsis, Stabouli, Papakatsika, et al., 2010).
17
2.1.4.4 Penyakit Kardiovaskuler
Salah satu komplikasi dari obesitas adalah penyakit
kardiovaskuler, diantaranya yang paling sering selain dari
hipertensi adalah gagal jantung dan penyakit jantung koroner
(PJK). Peningkatan kadar leptin, suatu hormon yang di
sekresikan oleh adiposit yang mengendalikan pemasukan
makanan dan metabolisme energi berhubungan dengan penyakit
kardiovaskuler (Enriori, Evans, Sinnayah, et al., 2006).
Obesitas meningkatkan total blood volume, cardiac output, dan
kerja jantung. Hal ini diakibatkan oleh stroke volume, meskipun
karena peningkatan aktivasi simpatis, denyut jantung yang
biasanya normal juga ikut meningkat. Kurva Frank-Starling juga
bergeser ke kiri karena adanya peningkatan pada volume dan
filling pressure, sehingga meningkatkan kerja jantung. Dengan
bertambahnya filling pressure dan volum, pada penderita
obesitas sering terjadi dilatasi ruang ventrikel kiri (Lavie,
Milani, Ventura, 2009).
Penderita obesitas memiliki resiko yang besar untuk terjadi left
ventricular hypertrophy (LVH), termasuk gangguan struktural
jantung (Lavie, Milani, Ventura, et al., 2007). Selain terjadinya
gangguan pada ventrikel, obesitas juga dapat menyebabkan
kelainan pem-besaran pada atrium kiri, akibat dari
18
meningkatnya volum sirkulasi darah termasuk kelainan
pengisian diastol. Kelainan tersebut dapat meningkatkan resiko
terjadinya gagal jantung. Selain dari gagal jantung, dapat juga
terjadinya fibrilasi atrium. Obesitas juga menyebabkan
gangguan pada fungsi diastolik dan sistolik kerja jantung (Lavie,
Milani, Ventura, 2009).
2.1.4.5 Penyakit Jantung Koroner
Obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko dari penyakit
diabetes mellitus tipe 2, kelainan metabolic, hipertensi, dan
dislipidemia, dimana semuanya merupakan faktor risiko dari
penyakit jantung koroner. Perubahan sensitifitas insulin pada
penderita obesitas menyebabkan perubahan pada fungsi endotel
yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Selain itu, beberapa respon inflamasi ditemukan pada obesitas
seperti peningkatan faktor pembekuan fibrinogen, faktor von
Willebrand, dan faktor VII dan VIII, serta peningkatan
plasminogen activator inhibitor type I yang mengarah kepada
peningkatan kejadian penyakit jantung coroner (Jahangir,
Schutter, Lavie, 2014).
Obesitas meningkatan risiko dislipidemia, dimana IMT yang
tinggi berhubungan dengan peningkatan kadar kolesterol total,
rendahnya kadar HDL, kadar trigliserida yang tinggi, dan
19
tingginya kadar LDL aterogenik. Perubahan-perubahan tersebut
berpotensi meningkatkan risiko kejadian penyakit jantung
koroner (Jahangir, Schutter, Lavie, 2014).
2.2 Jaringan Adiposa
Jaringan adiposa merupakan tempat penyimpanan energi yang paling besar
bagi mamalia terutama manusia. Fungsi utama dari jaringan ini adalah untuk
menyimpan energi dalam bentuk trigliserida melalui proses lipogenesis yang
kemudian akan di mobilisasi melalui proses lipolisis ketika dibutuhkan energi
yang lebih oleh tubuh (Sugondo, 2014). Saat ini telah diketahui bahwa
jaringan adiposa memiliki fungsi lain yaitu fungsi endokrin sejak
ditemukannya leptin pada tahun 1994. Jaringan ini terdiri atas sel adiposit dan
bentuk sel lain, diantaranya sel stromavaskuler, matriks jaringan ikat, jaringan
saraf dan sel imun (Musi, Guardado-Mendoza, 2004).
2.2.1 Diferensiasi Sel Adiposit
Sel pre-adiposit yang terdapat di fraksi stromavaskuler jaringan adiposa
dapat berdiferensiasi menjadi sel adiposit dewasa. Proses diferensiasi ini
terjadi di stimulasi oleh insulin dan asam lemak (Frayn, Karpe, 2003).
Diferensiasi sel ini memungkinkan untuk terjadinya ekspansi
hiperplastik jaringan adiposa ketika kebutuhan tempat penyimpanan
lemak meningkat (Coelho, Oliveira, Fernandes, 2013).
20
Proses diferensiasi tersebut disebut sebagai adipogenesis. Proses ini
melibatkan enam stase yaitu : mesenchymal precursors, committed
preadipocytes, growth-arrested preadipocytes, mitotic clonal expansion,
and terminal differentiation, dan mature adipocyte. Adipogenesis dalam
tingkatan molecular masih belum diketahui, tetapi banyak faktor yang
terlibat dalam proses ini telah di teliti. Diantaranya adalah peroxisome
proliferator-activated receptor γ (PPAR γ), enhancer binding protein α,
β, dan δ (C/EBP α, C/EBP β, dan C/EBP δ), single transducers and
activators of transcription (STATs), transcriptional factor sterol-
regulatory-element-binding-protein-1 (SREBP1), insulin-like growth
factor 1 (IGF-1), macrophage colony stimulating factor, asam lemak,
prostaglandin, dan glukokortikoid (Lefterova, Lazar, 2009).
Gambar 2. Diferensiasi sel adiposit. Tanda panah balik pada gambar
menunjukan bahwa sel adiposit dapat kembali mengecil ketika suplai energi
menurun. Sumber : (Ali, Hochfeld, ., 2013)
Saat proses diferensiasi, terdapat berbagai interaksi molekul yang terjadi
diantara bagian dari CCAAT-enhancer-binding protein (C/EBPs) dan
famili peroxisome proliferator-activated receptor (PPAR). Kemudian
C/EBPb dan C/EBPm menginduksi PPAR γ yang merupakan
heterodimer dengan RXR dan meregulasi adipogenesis (Brey, Nelder,
Hailemariam, et al., 2009).
21
2.2.2 Fungsi Penyimpanan pada Jaringan Adiposa
Pada mamalia terdapat dua jenis jaringan adiposa yaitu white adipose
tissue sebagai tempat penyimpanan energi berlebih dan brown adipose
tissue sebagai jaringan thermogenesis. Kedua jaringan ini memiliki
morfologi dan fungsi sel adiposit yang berbeda (Coelho, Oliveira,
Fernandes, 2013).
White adipose tissue merupakan jaringan adiposa yang berperan sebagai
tempat utama penyimpanan energi dan menyimpan triacylglycerol saat
kelebihan energi (Gregoire, Smas, Sul, 1998). Sel adiposit pada white
adipose tissue berbentuk sferis yang ukurannya bergantung pada ukuran
droplet lipid yang disimpan di dalamnya. Droplet ini terdiri atas
trigliserida dan menempati 90% volum sel adiposit (Saely, Geiger,
Drexel, 2011).
Di sisi lain, Brown adipose tissue berlainan dengan white adipose tissue.
Fungsi dari jaringan ini adalah sebagai penghasil panas yang disebut
sebagai nonshivering thermogenesis. Jaringan lemak ini banyak terdapat
di hewan mamalia dan bayi yang baru lahir (Saely, Geiger, Drexel,
2011). Sel adiposit brown adipose tissue hanya mengandung trigliserida
dalam bentuk vakuola kecil yang berbentuk polygonal dengan diameter
yang bervariasi. Karakterisitik utama dari sel ini adalah mitokondrianya
22
yang banyak, berbentuk besar, sferis dan dilapisi oleh lamina cristae
(Cinti, 2009).
2.2.3 Fungsi Endokrin pada Jaringan Adiposa
Fungsi endokrin dari jaringan adiposa mulai di pahami sejak di
temukannya adipokin leptin pada tahun 1994. Pentingnya fungsi
endokrin dari jaringan adiposa ini terlihat pada saat terjadinya gangguan
metabolik pada kelebihan atau kekurangan jaringan adiposa. Kelebihan
jaringan adiposa atau obesitas, tertuama pada lapisan visceral, dapat
menyebabkan resistensi insulin, hiperglikemia, dislipidemia, dan
prothrombic dan proinflamasi (Musi, Guardado-Mendoza, 2004).
Salah satu adipokin yang di sekresikan oleh jaringan adiposa adalah
leptin. Leptin adalah suatu peptida kecil (16 kDa), termasuk dalam
sitokin IL-6 karena mirip secara structural dan fungsional (Coelho,
Oliveira, Fernandes, 2013). Kerja utama leptin adalah sebagai sinyal
metabolik dari kecukupan energi dibandingnkan kelebihan energi (Flier,
1998). Hal ini berhubungan dengan respon tubuh terhadap kelaparan
termasuk peningkatan nafsu makan dan penurunan pengeluaran energi
(Musi, Guardado-Mendoza, 2004). Reseptor leptin tidak hanya di
ekspresikan di system saraf pusat tetapi juga pada saraf tepi, sehingga
memungkinkan leptin memeiliki fungsi lain selain sebagai pengaturan
pemasukan makanan dan pengeluaran energi (Galic, Oakhill, Steinberg,
2010).
23
2.3 Lipid
Plasma lipid pada tubuh terdiri atas triasilgliserol, fosfolipid, kolesterol dan
ester kolesteril serta asam lemak bebas (FFA). Lipid memiliki sifat yang
sukar larut dalam air sehingga perlu dibuat dalam bentuk terlarut, untuk itu
dibutuhkan suatu protein yang disebut sebagai apolipoprotein atau apoprotein
sebagai zat pelarutnya. Terdapat sembilan jenis apoprotein yaitu, Apo A,
Apo B, Apo C, dan Apo E. Senyawa lipid dan apoprotein ini dikenal sebagai
lipoprotein (Adam, 2014). Karakteristik tiap apolipoprotein dapat dilihat
dalam tabel 2.
Komposisi satu lipoprotein terdiri atas kolesterol (bebas atau ester),
trigliserid, fosfolipid, dan apolipoprotein. Setiap lipoprotein berbeda dalam
densitas, ukuran, dan komposisi lemak serta apolipoprotein (Adam, 2014).
Terdapat empat kelompok utama lipoprotein yang penting secara fisiologis
yaitu kilomikron, very-low density lipoproteins (VLDL), LDL, dan HDL.
Triasil gliserol merupakan lipid utama pada kilomikron dan VLDL,
sedangkan kolesterol dan fosfolipid merupakan lipid utama pada HDL dan
LDL (Botham, Mayes, 2012). Selain itu terdapat juga dua jenis lipoprotein
lainnya yaitu intermediate-density lipoprotein (IDL), dan lipoprotein a kecil
(Lp(a)) (Adam, 2014).
24
Tabel 2. Karakteristik Apolipoprotein Apolipoprotein Massa
Molekul
Lipoprotein Fungsi Metabolik Sintesis
Apo AI 28,016 HDL,
kilomikron
Komponen struktural HDL;
aktivator LCAT
Usus dan
hati
Apo AII 17,414 HDL,
kilomikron
Belum diketahui Hati
Apo AIV 46,465 HDL,
kilomikron
Terlibat dalam pembentukan
dan sekresi kilomikron
Usus
Apo AV HDL, VLDL,
kilomikron
Memiliki efek dalam
konsentrasi plasma
trigliserida; aktivator
hidrolisis intravaskuler oleh
LPL; memodulasi
metabolisme hepatik
trigliserida
Utamanya
di hati
Apo B48 264,000 Kilomikron Dibutuhkan untuk
pembentukan dan sekresi
kilomikron dari usus halus
Usus
Apo B100 540,000 VLDL, IDL,
LDL
Dibutuhkan untuk
pembentukan dan sekresi
VLDL dari hati; struktur
protein dari VLDL, IDL,
LDL; sebagai ligand untuk
reseptor LDL
Liver
Apo CI 6630 Kilomikron,
VLDL, IDL,
HDL
Menghambat ambilan hati
terhadap LDL, IDL, LDL,
kilomikron, dan remnant
VLDL
Liver
Apo CII 8900 Kilomikron,
VLDL, IDL,
HDL
Aktivator enzim lipoprotein
lipase
Apo CIII 8800 Kilomikron,
VLDL, IDL,
HDL
Inhibitor enzim lipoprotein
lipase; dapat menghambat
ambilan kilomikron, VLDL,
IDL, HDL, dan VLDL di
hati
Disintesis
di hati
Apo E 34,145 Kilomikron,
VLDL, IDL,
HDL
Ligand untuk beberapa
lipoprotein dari reseptor
LDL, LRP, dan
kemungkinan terhadap apo
E reseptor hati lain.
Liver
Apo(a) 250,000-
800,000
Lp(a) Belum diketahui Liver
Sumber : (Ramasamy, 2014)
2.3.1 Metabolisme Lipoprotein
Metabolisme lipoprotein terdiri atas tiga jalur utama yaitu jalur
metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur reverse
25
cholesterol transport. Dua jalur pertama berhubungan dengan
metabolisme LDL dan trigliserida, sedangkan jalur reverse cholesterol
transport berhubungan dengan metabolisme HDL (Adam, 2014).
Apolipoprotein (apo) merupakan komponen penting dalam regulasi
transpor lipid dan berperan dalam pembentukan lipoprotein, transpor
lipid, dan metabolisme lipid sebagai mediator interaksi antara reseptor,
enzim, dan protein transport (Ramasamy, 2014).
2.3.1.1 Jalur Metabolisme Eksogen
Lemak eksogen, lemak yang berasal dari makanan dan hati yang
berada pada usus halus, akan diserap ke dalam enterosit mukosa
usus halus. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas,
sedangkan kolesterol diserap sebagai kolesterol. Dalam usus
halus, asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi
trigliserid, sedangkan kolesterol mengalami esterifikasi menjadi
kolesterol ester dan keduanya akan membentuk kilomikron
bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein (Adam, 2014).
Ketika kilomikron berada dalam aliran darah, trigliserid dalam
kilomikron mengalami hidrolisis menjadi asam lemak bebas oleh
enzim lipoprotein lipase. Asam lemak bebas dapat disimpan
sebagai trigliserid dalam jaringan adiposa. Kilomikron yang
kehilangan komponen trigliserid akan menjadi kilomikron
26
remnant yang hanya mengandung kolesterol ester dan akan
dibawa ke hati (Adam, 2014).
2.3.1.2 Jalur Metabolisme Endogen
Trigliserid dan kolesterol hasil dari sintesis di hati akan di
sekresikan ke sirkulasi darah sebagai lipoprotein VLDL. Dalam
sirkulasi, komponen trigliserid pada VLDL mengalami hidrolisis
oleh enzim LPL dan VLDL berubah menajdi IDL yang kemudian
juga terhidrolisis membentuk LDL. Sebagian VLDL, IDL, dan
LDL menangkut kolesterol ester kembali ke hati. Sebagian
kolesterol dari LDL akan dibawa ke hati dan sebagian lagi
mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A
(SR-A) makrofag dan membentuk sel busa (foam cell) (Adam,
2014).
2.3.1.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport
HDL dilepaskan sebagai HDL nascent. HDL nascent berasal dari
usus halus dan hati mengandung apolipoprotein A1. HDL
nascent ini kemudian mendekati makrofag untuk mengambil
komponen kolesterol di dalamnya. Setelah mengambil kolesterol,
kemudian HDL nascent berubah menjadi HDL dewasa. Sebelum
diambil oleh HDL nascent, kolesterol dalam makrofag terlebih
dahulu dibawa ke permukaan membran sel oleh adenosine
27
triphosphate-binding cassette transporter-1 (ABC-1) (Adam,
2014).
Kolesterol bebas yang telah diambil dari makrofag akan
mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim
lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Kemudian, sebagian
kolesterol ester dibawa ke hati lalu ditangkap oleh reseptor SR-
B1, sedangkan sebagian ditukarkan dengan tigliserid VLDL dan
IDL oleh bantuan enzim cholesterol ester transfer protein
(CETP) (Adam, 2014).
2.4 Aktivitas Fisik dan Latihan
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai suatu gerakan tubuh, di produksi oleh
otot skelet dan membutuhkan energi dari tubuh. Total kalori yang
dikeluarkan melalui aktivitas fisik di tentukan oleh banyaknya massa otot
menghasilkan gerakan tubuh berupa intensitas, durasi, dan frekuensi dari
kontraksi otot (Caspersen, Powell, Christenson, 1985). Latihan merupakan
salah satu upaya penting dalam penanganan dari obesitas. Bukan hanya
meningkatkan pelepasan energi dan penurunan lemak, aktivitas fisik juga
melindungi tubuh dari kehilangan massa tubuh berlebih, meningkatkan
fungsi kerja sistem kardiovaskuler dan respirasi, serta menurunkan resiko
gangguan jantung dan metabolik akibat obesitas (Okay, Jackson,
Marcinkiewicz, et al., 2009).
28
2.4.1 Tipe Gerakan Otot
2.4.1.1 Gerakan Statis (isometric)
Tipe ini terjadi ketika otot menghasilkan gaya tanpa mengubah
panjang dan tidak ada gerakan sendi apapun. Pada gerakan statis,
myosin dan aktin membentuk jembatan silang dan menghasilkan
gaya, tetapi tekanan eksternal lebih besar daripada gaya yang
diproduksi. meskipun membutuhkanenergi, tetapi pada gerakan
ini tidak ada kerja yang dilakukan karena tidak adanya
perpindahan (Rivera-Brown, Frontera, 2012).
2.4.1.2 Gerakan Dinamis (Isotonic)
Gerakan ini dibagi menjadi dua, yaitu konsentris dan eksentris.
Saat gerakan konsentris, otot menghasilkan cukup gaya untuk
melawan tahanan eksternal, myosin dan aktin membentuk
jembatan silang dan saling melewati satu sama lain, terjadi
pemendekan otot, dan sendi bergerak. Sedangkan, gerakan
eksentris otot memanjang saat menghasilkan gaya (Witvrouw,
Mahieu, Roosen, et al., 2007).
2.4.1.3 Gerakan Dinamis (Isokinetic)
Gerakan ini ditandai dengan ada kecepatan konstan. Gerakan
isokinetik dapat berupa konsentris maupun eksentris (Rivera-
Brown, Frontera, 2012).
29
2.4.2 Kategori Latihan
Kategori latihan dimulai dari tingkat terendah yaitu aktivitas sehari-hari
seperti duduk diam sampai ke tingkat ekstrim yaitu latihan intensitas
tinggi. Untuk lebih mudahnya, kategori tersebut di kategorikan menjadi
intensitas. Setiap kategorinya memiliki ukuran kebutuhan energi yang
beragam (Norton, Norton, Sadgrove, 2010). Setiap jenis kategorinya
dijelaskan pada gambar berikut :
Gambar 3. Kategori intensitas latihan dan pengukuran subjektif dan objektif
tiap kategori. Sumber : (Norton, Norton, Sadgrove, 2010)
Kategori tersebut diurutkan berdasarkan kebutuhan energi dan
menampilkan gradien pada respon metabolik dan neurohormonal saat
aktivitas. Respon terhadap stres tidak linear pada setiap peningkatan
intensitas. Sedikit saja perubahan pada intensitas latihan dapat
menyebabkan perubahan yang besar terhadap kebutuhan metabolik dan
30
fisiologis dari tubuh. Perubahan yang meningkat secara linear dengan
peningkatan intensitas latihan berupa kadar laktat, ventilasi paru dan laju
pernafasan (Norton, Norton, Sadgrove, 2010).
2.4.2.1 Light-Intensity Activity
Termasuk didalamnya adalah aktivitas sehari-hari seperti
mencuci, menjemur pakaian, setrika baju, memasak, makan,
bekerja didepan komputer dan sebagainya. Intensitas ringan ini
memiliki metabolic equivalent antara 1,6<3.0 METs atau
intensitas relatifnya 40<55% HRmax (Norton, Norton, Sadgrove,
2010).
2.4.2.2 Moderate-Intensity Activity
Aktivitas yang masuk kedalam kategori ini berkisar dari 3<6
METs atau intensitas relatifnya 55<70% HRmax. Aktivitas
intensitas sedang ini berupa jalan-jalan sekitar 10 menit atau
lebih atau aktivitas lain seperti berenang, tenis, dan golf (Norton,
Norton, Sadgrove, 2010).
2.4.2.3 Vigorous-Intensity Activity
Pada kategori ini, metabolic equivalent berkisar antara 6-9
METs. Aktivitas yang masuk di dalamnya adalah berupa joging,
bersepedah, dan aerobik dengan intensitas relatif nya 70<90%
HRmax (Norton, Norton, Sadgrove, 2010).
31
2.4.2.4 High-Intensity Activity
Aktivitas intensitas tinggi memiliki tingkat intensitas relatif
sedikitnya 90% HRmax, dan membutuhkan sedikitnya 9 METs
(Norton, Norton, Sadgrove, 2010).
2.4.3 Latihan Fisik dan Kardiovaskuler
Latihan aerobik merupakan latihan dengan intensitas ringan sampai
sedang. Manfaat dari latihan tersebut terhadap jantung antara lain adalah
jantung bertambah besar dan denyut nadi menjadi lebih kuat. Terjadi
berbagai respon seperti peningkatan kontraktilitas otot jantung,
peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan denyut jantung, dan
respon perifer termasuk vasokonstriksi pada otot-otot dalam keadaan
istirahat. Setelah latihan teratur, terjadi peningkatan efisiensi kerja
jantung, sehingga terjadi penurunan frekuensi denyut jantung yang
ditandai dengan penurunan denyut jantung yang ditandai dengan
penurunan denyut nadi saat istirahat (Palar Djon; Ticoalu, Shane H. R.,
2015).
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan penurunan massa ventrikel kiri
yang berhubungan dengan penurunan fungsi jantung (Perhonen, Franco,
Lane, et al., 2001). Efek latihan fisik terhadap jantung dengan fungsi
ventrikel kiri yang normal dapat membantu dalam pencegahan gangguan
patologis jantung terkait usia, adaptasi fisiologis jantung terhadap latihan
32
terus-menerus, dan pencegahan gangguan fungsi sistolik dan diastolik
jantung (Gielen, Schuler, Adams, 2010).
Latihan fisik menghambat akumulasi dari reactive oxygen species (ROS)
yang dapat menyebabkan kerusakan sel dengan meningkatkan proteksi
antioksidatif dalam myokardium. Selain itu, aktivitas fisik yang terus
menerus, dapat menyebabkan adaptasi jantung, yang menghasilkan
hipertrofi otot jantung. Adaptasi jantung ini dikenal sebagai Athlete’s
Heart (Gielen, Schuler, Adams, 2010).
2.4.4 Latihan Fisik dan Komponen Lipid
Latihan aerobik menunjuklam peningkatan prognosis yang baik pada
penyakit kardiovaskuler. Latihan aerobik sendiri di definisikan sebagai
segala bentuk aktivitas fisik yang menyebabkan peningkatan denyut
jantung dan volum respirasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen dari
otot. Latihan ini dapat mempengaruhi proses reverse cholesterol
transport (RCT) dengan meningkatkan kadar HDL (Wang, Xu, 2017).
Mekanisme pengaruh latihan terhadap kadar lipid melibatkan
peningkatan aktivitas lipoprotein lipase (LPL). LPL yang sering
terdeteksi adalah post-heparin LPL. Latihan berat atau episode latihan
aerobik yang panjang meningkatkan aktivitas dari post-heparin LPL,
yang kemudian melaksanakan perannya dalam hidrolisis tigliserida.
Selain itu ditemukan adanya peningkatan dari ekspresi ATP-binding
33
cassette transporter A-1 (ABCA1) dalam makrofag yang memiliki
pengaruh terhadap RCT, formasi HDL plasma, dan proteksi dari
aterosklerosis (Wang, Xu, 2017).
2.5 Hewan Percobaan dalam Penelitian
Hewan percobaan didefinisikan sebagai setiap hewan yang dipergunakan
pada sebuah penelitian yang dipilih dengan berdasar pada suatu standar yang
ditentukan dalam penelitan tersebut (Ridwan, 2013). Hewan percobaan dapat
digunakan sebagai pengganti manusia dalam penelitian tentang suatu peyakit.
Hewan ini dipilih karena kemiripannya dengan manusia dalam hal genetik,
anatomi maupun fisiologisnya. Selain itu, hewan percobaan juga dipilih
sebagai subjek penelitian karena mudah untuk didapatkan dan dikendalikan
(Sharif, Irshad, 2012).
Gambar 4. Kelebihan dari penggunaan hewan percobaan. Sumber : (Vandamme, 2015)
34
Gambar 5. Kekurangan pada penggunaan hewan percobaan.
Sumber : (Vandamme, 2015)
Penelitian biomedis saat ini, bergantung pada penggunaan hewan percobaan
untuk mempelajari baik dari patogenesis maupun patofisiologi serta uji suatu
obat terhadap suatu penyakit (Lieschke, Currie, 2007). Kelebihan dan
kekurangan dari penggunaan hewan percobaan dapat dilihat pada gambar 4
dan 5.
2.5.1 Mencit
Tikus dan mencit merupakan hewan paling sering digunakan pada
penelitian. Tikus maupun mencit dipilih karena ketersediaannya,
biayanya yang murah, ukuran, laju reproduksi yang tinggi, serta
kemudahannya dikendalikan untuk memenuhi berbagai kriteria
penelitian (Sharif, Irshad, 2012). Hasil dari penelitian dengan
menggunakan mencit dapat di bandingkan langsung dengan klinis
35
manusia sehingga penelitian stress metabolik, fisologis dan perilaku
dapat di lakukan untuk mengembangkan penelitian biomedis. Mencit
merupakan model hewan percobaan yang paling mudah dalam
kaitannya dengan prinsip-prinsip tubuh dan fungsi sel. (Rosenthal,
Brown, 2007).
Perkembangan terus menerus pada bidang manipulasi genetik tikus
maupun mencit telah memberikan kontribusi besar pada penelitian
medis. Pengembangan genom tikus menunjukkan berbagai jalur untuk
memahami patogenesis dan patofisiologi dari suatu penyakit manusia
(Rosenthal, Brown, 2007).
2.5.1.1 Klasifikasi Mencit
Klasifikasi untuk mencit Mus musculus L. (ITIS Report, 2017):
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Suku : Murinae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus L.
36
2.5.2 Latihan pada Hewan Percobaan
Pada beberapa penelitian tentang pemberian latihan, penggunaan
manusia sebagai subjek sulit untuk dipenuhi atau tidak diinginkan
karena selama penelitian, subjek manusia tidak dapat di lakukan suatu
prosedur yang invasif karena tidak etis. Kemudian, dikembangkan
berbagai protokol atau panduan penggunaan hewan percobaan untuk
penelitian dalam mengetahui dampak pemberian latihan. Namun, dalam
penggunaan hewan percobaan pada penelitian tentang latihan, perlu
juga dipilih hewan yang sesuai agar hasil nya valid (American
Psychological Association, 2006). Beberapa pertimbangan dalam
pemilihan hewan percobaan di cantumkan dalam tabel 3.
Tabel 3. Pertimbangan dalam pemilihan hewan untuk penelitian tentang latihan. Considerations in Selecting an Animal Model for Exercise Research
Scientific Practical
Appropriateness of the system for
testing the proposed hypothesis
Availability of the animal, including
appropriate age, sex, reproductive status,
genetic characteristics, and numbers
Responses of the animal to necessary
surgical and experimental procedures
Availability of facilities and husbandry
care necessary for appropriate housing
Number of animals needed, based on
sound statistical design
Availability of appropriate equipment and
expertise for exercise training, surgery,
and other necessary experimental
activities
Experimental requirements, such as
biological age or genetic background
Any special animal care requirements and
necessary housing or testing equipment
Sumber : (American Psychological Association, 2006)
2.5.2.1 Treadmill pada Tikus
Penggunaan treadmill memiliki kelebihan dibandingkan dengan
latihan bentuk lain, yaitu adalah jumlah kerja eksternal yang
dilakukan oleh tikus dapat dengan mudah dihitung (Brooks,
White, 1978). Kelebihan lainnya adalah peneliti dapat mengatur
37
intensitas dan durasi latihan (American Psychological
Association, 2006).
Meskipun dengan kelebihan-kelebihan tersebut, treadmill juga
memiliki kekurangan. Diantaranya adalah treadmill merupakan
bentuk dari latihan paksa, sehingga tikus tidak memiliki pilihan
untuk berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Sehingga perlu
adanya suatu stimulus lain untuk memotivasi tikus bergerak. Hal
tersebut menyebabkan hasil dari latihan tidak menunjukkan pola
aktivitas fisik normal. Selain itu, tikus yang lari di treadmil
memiliki resiko besar untuk mengalami cedera, sehingga
memerlukan perawatan lebih (American Psychological
Association, 2006).
2.5.2.2 Latihan Roda Putar pada Tikus
Latihan jenis ini melibatkan penggunaan roda putar sebagai alat
untuk penelitian. Satu kelebihan yang penting dari penggunaan
latihan jenis ini adalah adanya intervensi yang minimal dari
peneliti. Alasan lainnya adalah latihan ini menawarkan
mekanisme jangka panjang untuk peningkatan aktivitas fisik
pada tikus (American Psychological Association, 2006).
Satu kekurangan utama dari latihan jenis ini adalah, peneliti
tidak dapat mengatur intesitas maupun durasi dari latihan
38
kecuali intervensi diet. Hewan itu sendiri yang memiliki
kekuasaan penuh atas intensitas dan durasi latihannya
(American Psychological Association, 2006).
2.5.2.3 Renang pada Tikus
Renang tidak membutuhkan alat yang mahal seperti pada latihan
treadmill, tetapi peneliti harus hati-hati dalam memilih tempat
renang termasuk suhu dan kedalaman kolam. Tidak seperti pada
latihan treadmill, renang tidak menyebabkan cedera ada kaki
(American Psychological Association, 2006).
Satu kekurangan dari renang adalah beberapa hewan tidak
menunjukkan perilaku renang terus-menerus, tetapi menun-
jukkan perilaku menyelam. Perilaku tersebut mungkin sebagai
respon untuk melarikan diri atau bertahan hidup dari tenggelam
(American Psychological Association, 2006).
39
2.6 Kerangka Teori
Gambar 6. Kerangka Teori
2.7 Kerangka Konsep
Gambar 7. Kerangka Konsep
Variabel Dependen Variabel Independen
Latihan Intensitas
Sedang Trigliserida
HDL
Risiko
Penyakit
Kardiovaskuler ↑ Trigliserida ↓ HDL ↑ LDL ↓
HDL ↓
Trigliserida ↑
LDL ↑
Olah Raga
Risiko Penyakit
Kardiovaskuler ↓
Intensitas
Sedang
Intensitas
Ringan
Intensitas
Berat
Dislipidemia
Genetik
Obesitas
Gaya Hidup Pola Makan
Hipertensi
Peningkatan
jumlah jaringan
adiposa
Resistensi Insulin
DM Tipe 2
40
2.8 Hipotesis
2.8.1 Hipotesis Null (H0)
1. Tidak terdapat pengaruh pemberian latihan intensitas sedang
terhadap penurunan kadar trigliserida pada mencit obesitas.
2. Tidak terdapat pengaruh pemberian latihan intensitas sedang
terhadap peningkatan kadar HDL pada mencit obesitas.
2.8.2 Hipotesis Alternatif (H1)
1. Terdapat pengaruh pemberian latihan intensitas sedang terhadap
penurunan kadar trigliserida pada mencit obesitas.
2. Terdapat pengaruh pemberian latihan intensitas sedang terhadap
peningkatan kadar HDL pada mencit obesitas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium
menggunakan posttest control group design. Pada penelitian ini terdapat 3
kelompok penelitian, yaitu kelompok kontrol normal (K), kelompok kontrol
obesitas (K2), kelompok perlakuan (P1) mencit obesitas + latihan intensitas
sedang.
3.2 Tempat dan Waktu
3.2.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung dan Laboratorium Biokimia Molekuler Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai bulan Oktober
2017.
42
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah mencit jantan (Mus musculus L.)
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit. Penentuan
besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer. Rumus
penentuan besar sampel untuk uji eksperimental rancangan acak lengkap
(RAL) adalah :
Dimana t merupakan jumlah kelompok penelitian dan n merupakan
jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini terdapat 3 kelompok
penelitian sehingga didapat perhitungan sampel sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Frederer, didapatkan
jumlah sampel yang digunakan untuk tiap kelompok adalah sembilan
ekor mencit, lalu dikalikan dengan tiga kelompok perlakuan sehingga
didapatkan jumlah total sampel adalah 27 ekor mencit.
(t-1)(n-1) ≥ 15
(3-1)(n-1) ≥ 15
2n – 2 ≥ 15
2n ≥ 17
n ≥ 8,5
43
Untuk menghindari drop out sampel saat penelitian maka setiap
kelompok diberi tambahan sampel dengan rumusan sebagai berikut :
N =𝑛
1 − 𝑓
Keterangan :
N : Besar sampel koreksi
n : Besar sampel awal
f : Perkiraan proporsi dropout sebesar 10%
Dari rumusan tersebut didapatkan perhitungan :
N =9
1 − 10%
N =9
1 − 0,1
N =9
0,9
N = 10
Dari hasil perhitungan maka dapat ditentukan sampel yang digunakan
pada tiap kelompok adalah 10 dan jumlah kelompok 3, sehingga total
sampel yang digunakan adalah 30 ekor mencit jantan.
a. Kriteria Inklusi Mencit Kontrol
1. Berumur 6-16 minggu
2. Berat badan normal rata-rata 20-30 gram
3. Diperoleh dari tempat pembiakan yang sama
4. Dipelihara pada tempat dan waktu yang sama
44
b. Kriteria Inklusi Mencit Obesitas
1. Mencit Obesitas
2. Berumur 6-16 minggu
3. Berat badan rata-rata 30-60 gram
4. Diperoleh dari tempat pembiakan yang sama
5. Dipelihara pada tempat dan waktu yang sama
c. Kriteria Eksklusi
1. Terjadi penurunan berat badan selama proses pemeliharaan lebih
dari 10%
2. Tampak sakit selama proses pemeliharaan (gerak terbatas, bulu
terlihat kusam, terdapat luka gigitan, kotoran cair)
3. Mencit mati
3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Alat
a. Kandang mencit
b. Tempat makan dan minum mencit
c. Timbangan mencit, timbangan analitik
d. Alat treadmill mencit
e. Logbook dan alat tulis
f. Automatic Biochemistry Analyzer (Kenza 240 TX)
g. Micropipet
h. Spuit 1 cc
45
i. Flacon
j. Tip
k. Vacutainer
3.4.2 Bahan
a. Mencit berumur 6-16 minggu
b. Pakan standar
c. Pakan tinggi lemak danprotein (TLP)
d. Larutan anestesi ketaminexylazine
e. Reagen HDL-Cholesterol REF 90206 direct method
f. Reagen Trigliserida REF 80019 GPO method
3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
3.5.1 Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian adalah
pemberian latihan intensitas sedang dan diet tinggi lemak dan protein
pada mencit.
b. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah
kadar trigliserida dan HDL darah.
46
3.5.1 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4. Definisi Operasional Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil
Ukur
Skala
Ukur
Latihan
Intensitas
Sedang
Pemberian
aktivitas fisik
dengan
menggunakan
alat treadmill
yang
dilakukan
untuk
memberikan
perlakuan
terhadap
hewan
percobaan
dengan cara
berlari
diatasnya
dengan waktu
dan intensitas
yang telah
ditentukan
Treadmill Lari 0 = tidak
diberi
latihan
intensitas
sedang
1 = diberi
latihan
intensitas
sedang
Nominal
Kadar
trigliserida
Metode yang
diukur untuk
evaluasi lipid
berupa fraksi
trigliserida
Spektrofotometer Metode
GPO
Kadar
dalam
plasma
(mg/dL)
Numerik
Kadar
HDL
Metode yang
diukur untuk
evaluasi lipid
berupa fraksi
HDL
Spektrofotometer Metode
direct
Kadar
dalam
plasma
(mg/dL)
Numerik
Mencit
Obesitas
Mencit yang
dibuat
obesitas
(berat lebih
dari 30 gram)
dengan diberi
pakan tinggi
lemak dan
tinggi protein
Timbangan Ditimbang Gram Numerik
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Alur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan intensitas
sedang terhadap penurunan kadar trigliserida dan peningkatan kadar
47
HDL pada mencit obesitas. Mencit dibagi ke dalam 3 kelompok besar
yang terdiri dari 9 mencit di tiap kelompok dengan total mencit yang
digunakan adalah sebanyak 30 ekor. Kelompok perlakuan dalam
penelitian ini adalah kelompok kontrol normal (K1) yaitu mencit dengan
berat badan normal, kontrol positif (K2) yaitu mencit dengan berat badan
lebih dari 30 gram, dan kelompok perlakuan 1 (P1) yaitu kelompok
mencit obesitas yang diberi perlakuan latihan intensitas sedang dengan
treadmill. Perlakuan pemberian latihan intensitas sedang dilakukan
setiap 5 hari berturut-turut dengan waktu istirahat selama 2 hari dalam
seminggu selama 35 hari.
Sebelum dimulai penelitian, mencit diaklimatisasi di laboratorium
selama 7 hari. Suhu kandang dijaga sekitar 25˚C dan ada pertukaran
gelap dan terang setiap 12 jam.
Kelompok K1 diberi pakan standar BR-2 serta minum ad libitum
Kelompok K2 diberi pakan tinggi lemak dan protein serta minum
ad libitum
Kelompok P1 diberi pakan tinggi lemak dan protein serta minum
ad libitum dan diberi perlakuan latihan intensitas sedang
Pada hari ke-36 mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam,
kemudian dilakukan terminasi pada mencit lalu dilakukan cardiac
puncture untuk pemeriksaan kadar trigliserida dan HDL. Hasil penelitian
berupa data dan ditabulasi untuk mengetahui pengaruh latihan intensitas
48
sedang dengan treadmill terhadap kadar trigliserida dan HDL pada
mencit obesitas.
49
ALUR PENELITIAN
Gambar 8. Alur Penelitian
Mencit dibuat obesitas dengan diberi pakan tinggi lemak dan tinggi protein
selama 1 bulan
Mencit diadaptasi di laboratorium selama 7 hari
K1 K2 P1
Mencit diberi
pakan standar
dan minum ad
libitum
Mencit diberi
pakan TLTP dan
minum ad
libitum
Mencit diberi
pakan TLTP dan
minum ad
libitum + Latihan
intensitas sedang
setiap 5 hari
dalam seminggu
Pada hari ke-36 mencit dipuasakan selama 10
jam, kemudian diterminasi
Sampel darah mencit diambil dengan cardiac puncture
Sampel darah diperiksa kadar trigliserida dan HDL di
Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
Analisis data
Interpretasi hasil pengamatan
3.6.2 Prosedur Pemberian Latihan Intensitas Sedang
Penelitian ini menggunakan alat treadmill khusus yang disambungkan ke
listrik. Latihan fisik dilakukan dalam dua tahapan yaitu tahapan adaptasi
dan tahapan latihan inti. Tahapan adaptasi dilakukan selama 7 hari,
dengan durasi 10 menit setiap hari dengan kecepatan 5 meter/menit
(Satria, Yus, Rezeki, et al., 2013).
Latihan inti dilakukan pada minggu kedua dengan intensitas sedang
(50% sampai 70% kecepatan lari maksimal), dimulai dari tahapan
pemanasan selama 10 menit dengan kecepatan 5 meter/menit,
dilanjutkan dengan tahapan inti dengan kecepatan yang ditingkatkan
secara bertahap setiap minggunya mulai dari 5 meter/menit sampai 20
meter/menit, kemudian dilanjutkan dengan tahapan pendinginan selama
10 menit dengan kecepatan 5 meter/menit (Souza, Flues, Paulini, et al.,
2007).
Tahapan inti diberikan dengan kecepatan 5 meter/menit selama 30 menit
pada minggu pertama, ditingkatkan menjadi 11 meter/menit dengan
waktu 30 menit pada minggu kedua, lalu ditingkatkan kembali menjadi
14 meter/menit dengan waktu 45 menit pada minggu ketiga, dan terakhir
ditingkatkan kecepatannya sampai 20 meter/menit dengan durasi 1 jam
pada minggu keempat. Latihan inti dilakukan diatas alat treadmill
dengan interval antar latihan selama 1 hari, dilakukan sampai 5 hari
dalam seminggu (Souza, Flues, Paulini, et al., 2007).
51
3.6.3 Prosedur Pengambilan Darah Mencit
Pengambilan darah pada mencit diawali dengan proses terminasi.
Terminasi dimulai dengan pemberian obat anestesi Ketaminexylazine
75-100 mg/kg + 5-10 mg/kg secara intraperitoneal. Kemudian mencit di
euthanasia dengan metode cervical dislocation yaitu dimana ibu jari dan
jari telunjuk di tempatkan di kedua sisi leher mencit lalu ditekan ke dasar
tengkorak dan tangan lainnya pada pangkal ekor atau kaki belakang
dengan cepat ditarik sehingga terjadi pemisahan antara tengkorak dengan
tulang leher (Leary, Underwood, Anthony, et al., 2013). Setelah
diterminasi, dilakukan cardiac puncture untuk mengambil sampel darah.
Darah diambil dengan menggunakan spuit sebanyak 1cc menggunakan
metode cardiac puncture. Darah dimasukkan ke dalam vacutainer.
Komponen darah yang digunakan dalam pemeriksaan kadar trigliserida
dan HDL adalah komponen serum darah.
3.6.4 Prosedur Pemeriksaan Profil Lipid
Darah mencit yang telah diambil di sentrifugasi dengan kecepatan
12.000 rpm selama 2 menit. Setelah sentrifugasi selesai, serum akan
terbentuk berupa warna bening pada bagian atas. Serum digunakan
dalam analisis profil lipid trigliserida dan HDL. Akuades digunakan
sebagai larutan blanko pada pemeriksaan ini.
52
Analisis trigliserida dilakukan dengan metode GPO dengan pengambilan
10 µL serum darah ditambahkan 1 ml reagen. Larutan blanko
menggunakan akuades sebanyak 10 µL ditambahkan 1 ml reagen.
Larutan standar sebanyak 10 µL dan ditambah 1 ml reagen. Selanjutnya
serum, larutan blanko, dan larutan standar yang telah diberi reagen
dimasukkan ke dalam alat untuk dilakukan pemeriksaan fotometri pada
absorbansi 500 nm.
Analisis HDL dilakukan dengan metode direct melalui dua tahap
pemeriksaan fotometri. Pertama, serum sebanyak 3 µL ditambah dengan
300 µL reagen R1 (accelerator). Larutan kalibrator disiapkan
menggunakan reagen kalibrator CK-MB sebanyak 3 µL dan dicampur
300 µL reagen R1. Larutan blanko disiapkan dengan mengambil 300 µL
reagen R1. Ketiga larutan yang telah dicampur dengan reagen
dimasukkan ke dalam alat pemeriksaan dengan absorbansi 600 nm.
Setelah itu, masing-masing larutan blanko, kalibrator, dan serum
ditambahkan 100 µL reagen R2 (selective detergent) dan kembali
diperiksa pada absorbansi 600 nm.
3.7 Rancangan Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan program statistik dengan
prosedur sebagai berikut :
53
3.7.1 Uji Normalitas Data (p>0,05)
Uji normalitas data menggunakan Shapiro Wilk test karena jumlah
sampel pada penelitian ini kurang dari 50. Hasil uji normalitas ini untuk
menentukan analisis data berikutnya, yaitu analisis parametrik bila data
berdistribusi normal atau non parametrik bila data berdistribusi tidak
normal.
3.7.2 Uji Homogenitas Data (p>0,05)
Pengujian homogentias data dengan menggunakan Leven’s untuk
mengetahui data homogen atau tidak homogen.
3.7.3 Uji Parametrik (One-way Anova)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata pengaruh kelompok
kontrol 1 (K1), kelompok kontrol 2 (K2), dan kelompok perlakuan (P1)
terhadap profil lipid mencit obesitas dengan perlakuan latihan intensitas
sedang. Bila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji non
parametrik Kruskal-Wallis. Hipotesis dianggap bermakna bila p<0,05.
Jika pada uji One-way Anova atau Kruskal-Wallis meghasilkan nilai
p<0,05, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis Post-Hoc
Bonferroni bila varian data sama atau Post-Hoc Tamhane’s bila varian
data berbeda pada analisis parametrik atau Post-Hoc Mann-Whitney bila
analisis non parametrik untuk melihat perbedaan antar kelompok.
54
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini telah diajukan dan mendapatkan persetujuan etik dari Komite
Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor
registrasi No:4463/UN26.8/DL/2017.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Hasil pemeriksaan kadar trigliserida didapatkan rerata pada kelompok
kontrol normal (K1) sebesar 57,33 ± 22,057 mg/dl, pada kelompok kontrol
positif (K2) sebesar 86 ± 28,062 mg/dl, dan pada kelompok perlakuan 1
(P1) sebesar 60,44 ± 17,444 mg/dl.
2. Hasil pemeriksaan kadar HDL didapatkan rerata pada kelompok kontrol
normal (K1) sebesar 76,78 ± 11,519 mg/dl, pada kelompok kontrol positif
(K2) sebesar 63,22 ± 14,412 mg/dl, dan pada kelompok perlakuan 1 (P1)
sebesar 91,78 ± 15,442 mg/dl.
3. Pemberian latihan intensitas sedang pada mencit obesitas dapat
meningkatkan kadar HDL.
4. Pemberian latihan intensitas sedang pada mencit obesitas tidak dapat
menurunkan kadar trigliserida.
69
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat dilakukan penelitian terhadap variabel-variabel lain yang dapat
mendukung penelitian ini.
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kombinasi latihan intensitas
sedang dengan diet pada profil lipid mencit obesitas.
3. Dapat dilakukan penelitian tentang perbandingan pengaruh antar intensitas
latihan.
4. Lakukan penimbangan dan penyetaraan berat badan hewan coba terlebih
dahulu untuk menghindari hasil yang tidak sesuai.
5. Perlu diperhatikan pengambilan sampel dan transport darah mencit yang
akan diperiksa agar menghindari terjadinya hemolisis yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan sampel.
70
DAFTAR PUSTAKA
Adam JM. 2014. Dislipidemia. In S. Setiati et al., eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing, 2549–58.
Ali AT, Hochfeld WE, Myburgh R, Pepper MS. 2013. Adipocyte and
adipogenesis. European Journal of Cell Biology, 92(6–7):229–36.
American Psychological Association. 2006. Resource Book for the Design of
Animal Exercise Protocols. Resource Book for the Design of Animal
Exercise Protocols, (February):53–6.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013:1–384.
Bhadoria A, Sahoo K, Sahoo B, Choudhury A, Sufi N, Kumar R. 2015. Childhood
obesity: Causes and consequences. Journal of Family Medicine and Primary
Care, 4(2):187.
Blazek A, Rutsky J, Osei K, Maiseyeu A, Rajagopalan S. 2013. Exercise-
mediated changes in high-density lipoprotein : Impact on form and function.
American Heart Journal, 166(3):392–400.
Bostick B, Aroor AR, Habibi J, Durante W, Ma L, DeMarco VG, et al. 2017.
Daily exercise prevents diastolic dysfunction and oxidative stress in a female
mouse model of western diet induced obesity by maintaining cardiac heme
oxygenase-1 levels. Metabolism: Clinical and Experimental, 66:14–22.
Botham KM, Mayes PA. 2012. Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. In R. K.
Murray et al., eds. Biokimia Harper. Jakarta: EGC, 264–78.
71
Bray MS, Loos RJF, McCaffery JM, Ling C, Franks PW, Weinstock GM, et al.
2016. NIH working group report-using genomic information to guide weight
management: From universal to precision treatment. Obesity, 24(1):14–22.
Brey CW, Nelder MP, Hailemariam T, Gaugler R, Hashmi S. 2009. Krüppel-like
family of transcription factors: An emerging new frontier in fat biology.
International Journal of Biological Sciences, 5(6):622–36.
Brooks GA, White P. 1978. Determination of metabolic and heart rate response of
rats to treadmill exercise. Journal of Applied Physiology.
Caspersen CJ, Powell KE, Christenson GM. 1985. Physical activity, exercise, and
physical fitness: definitions and distinctions for health-related research.
Public health reports (Washington, D.C. : 1974), 100(2):126–31.
Chinetti G, Fruchart J-C, Staels B. 2003. Peroxisome proliferator-activated
receptors and inflammation: from basic science to clinical applications.
International journal of obesity and related metabolic disorders : journal of
the International Association for the Study of Obesity, 27 Suppl 3:41-5.
Cinti S. 2009. Reversible physiological transdifferentiation in the adipose organ.
The Proceedings of the Nutrition Society, 68(4):340–9.
Coelho M, Oliveira T, Fernandes R. 2013. Biochemistry of adipose tissue: An
endocrine organ. Archives of Medical Science, 9(2):191–200.
Comuzzie AG, Allison DB. 1998. The Search for Human Obesity Genes. Science,
280(5368):1374–7.
Cooper G. 2008. Basic Lessons in Laboratory Quality Control Basic Lessons in
Laboratory Quality Control, Bio-Rad Laboratories, Inc.
Enriori PJ, Evans AE, Sinnayah P, Cowley M a. 2006. Leptin resistance and
obesity. Obesity (Silver Spring, Md.), 14 Suppl 5:254–8.
Flier JS. 1998. CLINICAL REVIEW 94 What ’ s in a Name ? In Search of Leptin
’ s Physiologic Role *. Endocrinology And Metabolism, 83(5):1407–13.
72
Fox J, Barthold S, Davisson M, Newcomer C, Quimby F, Smith A. 2006. The
mouse in biomedical research: normative biology, husbandry, and models
Second Edi., Philadelphia:Academic Press.
Franssen R, Monajemi H. 2011. Obesity and Dyslipidemia. Medical Clinics of
NA, 95(5):893–902.
Frayn KN, Karpe F, Fielding B a, Macdonald I a, Coppack SW. 2003. Integrative
physiology of human adipose tissue. International journal of obesity and
related metabolic disorders : journal of the International Association for the
Study of Obesity, 27:875–88.
Galic S, Oakhill JS, Steinberg GR. 2010. Adipose tissue as an endocrine organ.
Molecular and Cellular Endocrinology, 316:129–39.
Gielen S, Schuler G, Adams V. 2010. Cardiovascular effects of exercise training:
Molecular mechanisms. Circulation, 122(12):1221–38.
Golay A, Ybarra J. 2005. Link between obesity and type 2 diabetes. Best Pract
Res Clin Endocrinol Metab, 19(4):649–63.
Gregoire FM, Smas CM, Sul HS. 1998. Understanding adipocyte differentiation.
Physiological reviews, 78(3):783–809.
Heymsfield SB, Gonzalez MCC, Shen W, Redman L, DianacThomas. 2014.
Weight Loss Composition is One-Fourth Fat-Free Mass: A Critical Review
and Critique of This Widely Cited Rule. Obesity, 15(4):310–21.
Heymsfield SB, Wadden TA. 2017. Mechanisms, Pathophysiology, and
Management of Obesity. New England Journal of Medicine, 376(3):254–66.
ITIS Report. 2017. Mus musculus taxonomy. Integrated Taxonomic Information
System on-line database.
Jahangir E, Schutter A De, Lavie CJ. 2014. The relationship between obesity and
coronary artery disease. Translational Research, 164(4):1–9.
73
Jung U, Choi M-S. 2014. Obesity and Its Metabolic Complications: The Role of
Adipokines and the Relationship between Obesity, Inflammation, Insulin
Resistance, Dyslipidemia and Nonalcoholic Fatty Liver Disease.
International Journal of Molecular Sciences, 15(4):6184–223.
Kahn SE, Hull RL, Utzschneider KM. 2006. Mechanisms linking obesity to
insulin resistance and type 2 diabetes. Nature, 444(7121):840–6.
Klop B, Elte JWF, Cabezas MC. 2013. Dyslipidemia in Obesity: Mechanisms and
Potential Targets. Nutrients, 5:1218–40.
Kotsis V, Antza C, Doundoulakis G, Stabouli S. 2017. Obesity , Hypertension ,
and Dyslipidemia. Obesity, Endocrinology, 4:1–15.
Kotsis V, Stabouli S, Papakatsika S, Rizos Z, Parati G. 2010. Mechanisms of
obesity-induced hypertension. Hypertension Research, 33(5):386–93.
Lavie CJ, Milani R V, Ventura HO. 2009. Obesity and Cardiovascular Disease.
Risk Factor, Paradox, and Impact of Weight Loss. Journal of the American
College of Cardiology, 53(21):1925–32.
Lavie CJ, Milani R V, Ventura HO, Cardenas GA, Mehra MR, Messerli FH.
2007. Disparate Effects of Left Ventricular Geometry and Obesity on
Mortality in Patients With Preserved Left Ventricular Ejection Fraction.
American Journal of Cardiology, 100(9):1460–4.
Lavie CJ, Milani R V, Blair SN, McAuley PA, Church TS. 2014. Obesity and
Cardiovascular Diseases Implications Regarding Fitness, Fatness, and
Severity in the Obesity Paradox. Journal of the American College of
Cardiology, 63(14).
Leary S, Underwood W, Anthony R, Cartner S. 2013. AVMA Guidelines for the
Euthanasia of Animals: 2013 Edition, Tersedia dari:
https://www.avma.org/kb/policies/documents/euthanasia.pdf.
Lee JS, Chang P, Zhang Y, Kizer JR, Best LG, Howard B V. 2017. Triglyceride
and HDL-C Dyslipidemia and Risks of Coronary Heart Disease and Ischemic
Stroke by Glycemic Dysregulation Status : The Strong Heart Study. :1–9.
74
Lefterova MI, Lazar MA. 2009. New developments in adipogenesis. Trends in
Endocrinology and Metabolism, 20(3):107–14.
Lieschke GJ, Currie PD. 2007. Animal models of human disease: zebrafish swim
into view. Nature reviews. Genetics, 8(5):353–67.
Lind L, Carlsson AC, Siegbahn A, Sundström J, Ärnlöv J. 2016. Impact of
Physical Activity on Cardiovascular Status in Obesity.
Mann S, Beedie C, Jimenez A. 2014. Differential Effects of Aerobic Exercise ,
Resistance Training and Combined Exercise Modalities on Cholesterol and
the Lipid Profile : Review , Synthesis and Recommendations. Sports Med,
44:211–21.
Matsuzawa Y, Funahashi T, Kihara S, Shimomura I. 2004. Adiponectin and
Metabolic Syndrome. Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology,
24(1):29–33.
Musi N, Guardado-Mendoza R. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ.
Cellular Endocrinology in Health and Disease, 89(6):p229–237.
Nikolac N. 2014. Lipemia : causes , interference mechanisms , detection and
management. Biochemia Medica, 24(1):57–67.
Niswender KD, Baskin DG, Schwartz MW. 2004. Insulin and its evolving
partnership with leptin in the hypothalamic control of energy homeostasis.
Trends in Endocrinology and Metabolism, 15(8):362–9.
Norton K, Norton L, Sadgrove D. 2010. Position statement on physical activity
and exercise intensity terminology. Journal of Science and Medicine in
Sport, 13(5):496–502.
Nybo L, Sundstrup E, Jakobsen MD, Mohr M, Hornstrup T, Simonsen L, et al.
2010. High-intensity training versus traditional exercise interventions for
promoting health. Medicine and Science in Sports and Exercise,
42(10):1951–8.
75
Okay DM, Jackson P V, Marcinkiewicz M, Papino MN. 2009. Exercise and
Obesity. Primary Care - Clinics in Office Practice, 36(2):379–93.
Pal S, Hospital P. 2005. Study of lipid profile from riqas quality control sample. ,
20(2):18–23.
Palar Djon; Ticoalu, Shane H R CM W. 2015. Manfaat Latihan Olahraga Aerobik
Terhadap Kebugaran Fisik Manusia. Jurnal e-Biomedik, 3(1):316–21.
Perhonen M a, Franco F, Lane LD, Buckey JC, Blomqvist CG, Zerwekh JE, et al.
2001. Cardiac atrophy after bed rest and spaceflight. Journal of applied
physiology (Bethesda, Md. : 1985), 91(2):645–53.
Pigeyre M, Yazdi FT, Kaur Y, Meyre D. 2016. Recent progress in genetics,
epigenetics and metagenomics unveils the pathophysiology of human
obesity. Clin Sci (Lond), 130(12):943–86.
Poirier P, Giles TD, Bray GA, Hong Y, Stern JS, Pi-Sunyer FX, et al. 2006.
Obesity and cardiovascular disease: Pathophysiology, evaluation, and effect
of weight loss. Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology,
26(5):968–76.
Popkin BM, Adair LS, Ng SW. 2013. NOW AND THEN: The Global Nutrition
Transition: The Pandemic of Obesity in Developing Countries. , 70(1):3–21.
Rachmi CN, Li M, Alison Baur L. 2017. Overweight and obesity in Indonesia:
prevalence and risk factors—a literature review. Public Health, 147:20–9.
Ramasamy I. 2014. Recent advances in physiological lipoprotein metabolism. ,
52(12):1695–1727.
Redinger RN. 2007. The pathophysiology of obesity and its clinical
manifestations. Gastroenterology and Hepatology, 3(11):856–63.
Ridwan E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian
Kesehatan. Journal Indonesian Medical Assosiation, 63(3):112–16.
76
Rivera-Brown AM, Frontera WR. 2012. Principles of exercise physiology:
Responses to acute exercise and long-term adaptations to training. PM and R,
4(11):797–804.
Rocchini AP, Yang JQ, Gokee A. 2004. Hypertension and Insulin Resistance Are
Not Directly Related in Obese Dogs. Hypertension, 43(5):1011–16.
Rosenthal N, Brown S. 2007. The mouse ascending: perspectives for human-
disease models. Nature cell biology, 9(9):993–9.
Saely CH, Geiger K, Drexel H. 2011. Brown versus white adipose tissue: A mini-
review. Gerontology, 58(1):15–23.
Samuel VT, Shulman GI. 2016. The pathogenesis of insulin resistance :
integrating signaling pathways and substrate flux, 126(1).
Satria D, Yus TM, Rezeki S, Fisiologi B, Kedokteran F, Syiah U, et al. 2013.
Pengaruh Latihan Fisik Teratur terhadap Kadar Glukosa Darah dan
Hubungannya dengan Kadar Testosteron Total pada Tikus Model Diabetes
Effects of Regular Physical Exercise on Blood Glucose Levels and Its
Relationship to Total Testosterone Levels in Diabetic, 47(1):16–21.
Segula D. 2014. Complications of obesity in adults: a short review of the
literature. Malawi medical journal, 26(1):20–4.
Shaodong C, Haihong Z, Manting L, Guohui L, Zhengxiao Z, Ym Z. 2013.
Research of influence and mechanism of combining exercise with diet
control on a model of lipid metabolism rat induced by high fat diet. Lipids in
Health and Disease, 12(1):1.
Sharif Y, Irshad S. 2012. Animal models for human genetic diseases. African
Journal of Biotechnology, 11(86):15200–5.
Sinha A, Kling S. 2009. A review of adolescent obesity: Prevalence, etiology, and
treatment. Obesity Surgery, 19(1):113–120.
77
Souza SBC, Flues K, Paulini J, Mostarda C, Rodrigues B, Souza LE, et al. 2007.
Role of exercise training in cardiovascular autonomic dysfunction and
mortality in diabetic ovariectomized rats. Hypertension, 50(4):786–91.
Sugondo S. 2014. Obesitas. In S. Setiati et al., eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing, 2559–69.
Tan A, Gagné S, Lévesque IA, Lachance S, Boudreau N, Lévesque A. 2012.
Impact of hemolysis during sample collection : How different is drug
concentration in hemolyzed plasma from that of normal plasma ? Journal of
Chromatography B, 901:79–84.
Tchkonia T, Thomou T, Zhu Y, Karagiannides I, Pothoulakis C, Jensen MD, et al.
2013. Mechanisms and Metabolic Implications of Regional Differences
among Fat Depots. , 17(5):644–56.
Trombold JR, Christmas KM, Machin DR, Kim I, Coyle EF. 2013. Acute high-
intensity endurance exercise is more effective than moderate-intensity
exercise for attenuation of postprandial triglyceride elevation. J Appl Physiol,
114:792–800.
Tuazon MA, Mcconnell TR, Wilson GJ, Anthony TG, Henderson GC. 2017.
Intensity-dependent and sex-specific alterations in hepatic triglyceride
metabolism in mice following acute exercise, (40):61–70.
Vandamme TF. 2015. Rodent models for human diseases. European Journal of
Pharmacology, 759:84–9
Villareal DT, Apovian CM, Kushner RF, Klein S. 2005. Obesity in older adults:
Technical review and position statement of the American Society for
Nutrition and NAASO, The Obesity Society. American Journal of Clinical
Nutrition, 82(5):923–34.
Wang Y, Xu D. 2017. Effects of aerobic exercise on lipids and lipoproteins. Lipid
in Health and Disease, 16(132):1–8.
WHO. 2000. Obesity : Preventing and Managing the Global Epidemic.
78
Witvrouw E, Mahieu N, Roosen P, Mcnair P. 2007. The role of stretching in
tendon injuries. Br J Sports Med, 41:224–6.
top related