pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air
Post on 02-Aug-2015
325 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Modul Pemberdayaan P3A
MODUL TENTANG
PEMBERDAYAAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A)
A. TUJUAN:
1. Terwujudnya pengertian bersama bagi peserta pelatihan tentang arti kata
pemberdayaan;
2. Peserta pelatihan dapat memahami, menyusun langkah-langkah program
pemberdayaan P3A serta melaksanakan program yang telah disusun.
B. SASARAN :
Sebagai kelompok sasaran Modul ini adalah :
1. Fasilitator pelatihan tingkat Kabupaten/Kota
2. Fasilitator pelatihan tingkat kecamatan/desa
C. WAKTU PEMBELAJARAN :
Didalam Kelas:
Oiajarkan dan didiskusikan dalam waktu 120 menit.
Diluarkelas:
Direnungkan peserta (waktu tidak mengikat) agar dapat memahami arti kata
pemberdayaan, sehingga dapat menyusun program-program yang sejalan dengan
pemberdayaan masyarakat
D. CARA:
Metode pembelajaran tentang pemberdayaan ini dilakukan dengan :
1. Berdiskusi antar peserta tentang arti pemberdayaan
2. Mendiskusikan tentang langkah-langkah yang harus dikerjakan untuk penyusunan
program tentang pemberdayaan P3A sebagai suatu organisasi mandiri secara
partisipatif.
1
Modul Pemberdayaan P3A
E. ISI:
1. Makna pemberdayaan
• Pemberdayaan secara harafiah bermakna menyebabkan lebih berdaya dari
sebelumnya dalam pengertian wewenang dan tanggung jawab temnasuk kemampuan
individual yang dimilikinya.
• Dari arti menurut kata-kata tersebut maka kata pemberdayaan dikembangkan lebih
lanjut sehingga banyak arti lain yang dipakai oleh beberapa orang ahli meskipun arti
yang sebenarnya tidak berubah dari arti dasar.
• Dari arti yang banyak tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan mempunyai
arti sebagai :
Proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan sesuatu untuk terus
dapat memberikan manfaat dalam proses yang dinamis secara bertanggung jawab
• Sesuatu yang dibendayakan tersebut dapat berbentuk sumberdaya dapat berbentuk
sumberdaya alam (air, tanah, angin) ataupun manusia, bahkan juga dana maupun
prosedur.
• Apabila pemberdayaan diberlakukan pada peningkatan potensi atau kemampuan
manusianya maka disebut pemberdayaan manusia. Demikian pula apabila dilakukan
pada pemberdayaan masyarakat.
• Sedangkan kata sumberdaya itu sendiri mengandung makna sebagai nilai
kemanfaatan sesuatu (manusia, lahan, air, angin) sesuai dengan keberadaanya
untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan oleh pemanfaat.
• Dari definisi tentang pemberdayaan di atas maka dapat ditandai bahwa :
Pemberdayaan selalu berhubungan dengan manusia baik sebagai pelaku maupun
pemanfaat dan sesuatu (misalnya air, atau lahan). Selain itu pemberdayaan selalu
menqacu pada perubahan
• Artinya ialah bahwa pemberdayaan selalu bersifat dinamis. Ini disebabkan oleh
karena hidup manusia selalu berkaitan dengan waktu, maka proses hidup dan
kehidupan manusia juga selalu berubah sesuai dengan waktu dan zamannya beserta
lingkungan strategisnya.
2
Modul Pemberdayaan P3A
2. Pemberdayaan Pengelolaan Irigasi
Mengapa perlu pemberdavaan pengelolaan irigasi ?
• Sewaktu pemerintahan Orde Baru, kebijakan pemerintah dalam pembangunan
sumberdaya air diarahkan untuk memotong garis kemiskinan dengan menaikkan
produksi pertanian melalui program pencapaian swa sembada beras. Maka untuk
itulah pemerintah (pusat) melakukan pembangunan in'gasi sebagai titik berat
pembangunan sumberdaya air. Kebijakan pemerintah tersebut selaras dengan
paradigma pembangunan atau konsep dasar berpikir yang dianut pada waktu itu yaitu
berupa pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar-besarnya.
• Oleh sebab itu dilakukanlah pembangunan sistem irigasi secara besar-besaran,
baik.berupa pembangunan fisik, dan setelah selesai kemudian diikuti dengan
pengembangan lunak berupa perangkat kelembagaan beserta perangkat hukumnya.
• Karena berkaitan dengan tujuan pembangunan nasional, maka pemerintah pusat
sangat berkepentingan dengan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan
termasuk pembangunan irigasi. Oleh sebab itu pembangunan dilaksanakan dengan
cara pelaksanaan pembangunan dengan paradigma lama.
Pembangunan dengan paradigm alama dilaksanakan dengan :
• Secara terpusat
• Berorientasi target
• Pendekatan atas bawah, dan
• Seragam baik program pembangunannya sendiri maupun cara
pelaksanaannya.
• Pembangunan secara terpusat dan seragam pada awalnya dapat dilaksanakan
dengan baik, sehingga tujuan pembangunan sektor pengembangan sumberdaya air
(irigasi) berupa swa sembada beras dapat tercapai. Tetapi pada akhirnya pencapaian
tujuan dan sasaran pembangunan yang dilakukan secara terpusat dan seragam
tersebut tidak dapat dipertahankan kembali. Hal in! disebabkan oleh karena metode
penyelenggaraan pembangunan yang dilaksanakan mengandung beberapa
kelemahan.
3
Modul Pemberdayaan P3A
Kelemahan-kelemahan pembangunan dengan paradigma lama tersebut adalah :
• Penyelanggaraan pembangunan secara seragam di seluruh Indonesia, akan
sangat bertentangan dengan keragaman social budaya dan lingkungan
strategis setempat.
• Pelaksanaan pembangauna dengan pendekatan atas bawah dan terpusat
menunjukkan adanya domiunasi pemerintah dalam pelaksanaan
pembangunan sehingga sangat memperkecil peran masyarakat setempat; dan
• Pelaksanaan pembangunan sangat berorientasi target yang terukur saecara
fisik, dan tidak berorientasi pada proses, akibatnya adalah bahwa
pembangunan fisik sangat terlepas dari konteks pembangunan masyarakat
sabagai pemanfaat hasil pembangunan.
• Adanya pelaksanaan pembangunan dengan memakai metode atas bawah, seragam,
dan sentralistik dengan beberapa kelemahan yang telah disebutkan mempunyai
akibat dan dampak yang luas pada masyarakat pemakai dan pemanfaat jaringan
irigasi.
• Akibat yang nyata adalah munculnya konflik antara masyarakat dengan pemerintah,
seperti ditunjukkan oleh kasus Kedungombo, Nipah, Proyek Lahan Gambut (PLG)
dan Iain-lain.
• Selain itu ketergantungan masyarakat terhadap peran pemerintah yang sangat besar
juga menyebabkan beban pemerintah untuk melaksanakan operasi dan
pemeliharaan (O&P) sistem irigasi yang sudah dibangun menjadi sangat besar
sehingga menyebabkan kondisi sistem jaringan yang sudah ada menjadi lebih buruk
dan mengancam keberlanjutan sistem irigasi tersebut. Dampak dari itu semua adalah
pertumbuhan ekonomi masyarakat yang semula dijadikan sasaran pembangunan
irigasi menjadi tidak terwujud.
• Selain ketergantungan yang bersifat ekonomi dan finansial, ketidak mandirian
masyarakat juga terjadi dalam aspek sosial dengan ditunjukkan oleh
ketidakmampuan masyarakat untuk menyelesaikan konflik serta masalah-masalah
sosialnya secara mandiri.
• Pada pemerintahan Orde Baru yang lalu upaya untuk mengatasi masalah tersebut
sebenamya sudah dilakukan, yaitu melalui Maklumat Kebijakan Pemerintah
4
Modul Pemberdayaan P3A
tahun 1987 tentang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi.
• Inti dan Maklumat Pemerintah tahun 1987 tersebut adalah adanya keinginan
pemerintah untuk melakukan Penyerahan irigasi Kecil (Daerah Irigasi < 500 ha)
kepada masyarakat dan pemungutan luran Pelayanan Irigasi (IPAIR) untuk DI >
500 ha.
• Meskipun kedua kebijakan tersebut dikeluarkan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan yang timbul tetapi karena pelaksanaannya masih tetap mengacu pada
paradigma lama maka kedua kebijakan tersebut setelah lebih dan 10 tahun
berjalan masih kurang dapat memenuhi tujuan dan sasaran yang diharapkan.
3. Pembangunan dan pengelolaan irigasi dengan paradigma baru
• Adanya kelemahan pelaksanaan pembangunan dengan paradigma lama telah
menyebabkan munculnya paradigma baru dalam pelaksanaan pembangunan.
• Paradigma baru pelaksanaan pembangunan tersebut lebih menitik beratkan pada
pembangunan manusia dan kemanusiaannya, secara tanggap lingkungan dan
berkelanjutan. Paradigma baru ini muncul karena menganggap bahwa
pembangunan itu dilakukan untuk tujuan pengembangan manusia dan
kemanusiaannya sehingga keberadaan manusia'dan kemanusiaan tersebut lebih
penting dari pembangunannya itu sendiri.
• Paradigma baru ini timbul sejalan dengan munculnya beberapa fenomena
perkembangan di masyarakat, berupa maraknya terhadap beberapa tuntutan
masyarakat.
Fenomena yang muncul berupa tuntutan masyarakat sebagai pemicu munculnya
paradigma baru pembangunan adalah :
• Penegakan hak azasi manusia
• Proses demokratisasi,
• Penegakan hokum,
• Desentralisasi,
• Partisipasi,
• Keseimbangan lingkungan, serta
• Pengembangan sumberdaya air secara menyeluruh dan berkelanjutan.
• Dalam konteks pembangunan dan pengelolaan sumberdaya air termasuk air, maka
5
Modul Pemberdayaan P3A
adanya aparadigma baru tersebut telah memunculkan adanya pengertianpengertian
sebagai berikut :
• Bahwa air keberadaannya tidak dapat terpisahkan dari hokum alam dalam
bentuk siklus hidrologi (keberadaan air sebagai, hujan, air permukaan, air
tanah, uap air, awan, es, salju merupakan seuatu siklus ) an hokum hidrolika
(air mengalir dari tempat yang mempunyai energi ntinggi ketrempat yang
energinya rendah, air masuk dan mengalir melalui suatu tempat selalu dalam
jmlah yang sama dengan yang kelauar);
• Bahwa air sebagai bentuyk karuynia Tuhan Yang Maha Esa selain
mempunyai nilai social juga bernilai ekonomi, sehingga adalam beberapa hal
air menjadi masukan dalam proses usaha ekonomi;
• Setiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sma auntuk memperoleh
air yang dibutuhkan secara sepadan dan menjaga keberlanjutannya baik
dalam skala jumlah, mutu dan waktu;
• Pembangujnan dan pengelaolaan irigasi menjadi bagian dariu
pengembangan sumberdaya nair yang dilakukan secara menyeluruh;
• Pentingnya partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan pembangaunan dan
pengelolaan sumberdaya aoir termasuk irigasi, dari mulai proses
perencanaan, pengambilan keputusan sampai poengawasan, monitoring dan
evaluasi.
• Pentingnya pelaksanaan desentralisasi dan otonpomi daerah sebagai salahj
satu upaya penghormatan terhadap kepentingan masyarakat setempat
dengan keragaman social-budaya masyarakat dan lingkungan strategis
setempat.
• Pelaksanaan pembangunan irigasi dengan paradigma baru yang berorientasi pada
pembangunan kemanusiaan dengan pengertian-pengertian di atas menenkankan
azas pemberdayaan masyarakat dalam arti dan definisi sebagai suatu proses yang
mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyaralat untuk terus dapat
memberikan manfaat dalam proses pembangunan irigasi yang dinamis secara
bertanggung jawab.
• Kecenderungan munculnya paradigma baru dalam pembangunan tersebut
6
Modul Pemberdayaan P3A
sebenarnya tidak hanya terjadi di dalam negeri saja tetapi sudah merupakan
fenomena global dan terjadi diseluruh dunia yang berlangsung sejak akhir dasa
warsa 80-an.
• Munculnya paradigma pembangunan yang baru juga telah memunculkan metode-
metode baru tentang bagaimana agar dapat melaksanakan pembangauan dengan
memakai paradigma baru, seperti misalnya penggunaan ,metode untuk menngukur
keberlanjutan lingkungan, dengan Metode Penaksiaran Dampak Lingkungan
(Environmental Impact Assessment, EIA), serta metode pengumpulan dan
penaksiran kebutuhan masyarakat melalui metode partisipasi seperti Penjajagan
Cepat Kondisi Pedesaan, PCKP (Rapid Rural Appraisal, RRA), dan Penjajagan
Kondisi Pedesaan Partisipatif, PPKP (Participatory Rural Appraisal, PRA)
• Karena paradigma pembangunan baru muncul secara global, maka pada awal dasa
warsa 90'an pun metode-metode tersebut masuk ke Indonesia dan sudah
dilaksanakan oleh beberapa Departemen. Dalam lingkup pembangunan irigasi
misalnya telah dilaksanakan oleh Departemen Pertanian dalam bentuk Sekolah
Lapangan Tata Guna Air (SLTGA), Departemen Pekerjaan Umum dengan memakai
metode Kunjungan Tindak Lanjut (KJL) yaitu suatu metode pelatihan yang
menggunakan prinsip-prinsip PRA dalam pelaksanaannya. Meskipun demikian hasil
pelaksanaannya belumlah dapat disebut sebagai pemberdayaan masyarakat dalam
arti yang sebenamya.
• Tuntutan temadap pelaksanaan pembangunan dengan poaradigma baru termasuk
pembangunan irigasi bertambah kuat seiring dengan maraknya tuntutan reformasi
dalam kehisupan sosial-politik di negara kita. Untuk itu Pemerintah melalui Instruksi
Presiden no. 3/1999 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Pengelolaan Irigasi, telah
mencanangkan lima kebijakan baru dalam pengelolaan irigasi.
Kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam INPRES 3/1999 tersebut secara singfkat
berupa :
• Redefinisi tugas dan peran pengelola irigasi
• Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A);
• Penyerahan Pengelolaan Irigasi (PPI);
• Penyediaan dana Operasi dan Pemeliharaan melalui iuran pengelolalan air;
• Keberlanjutan Irigasi.
7
Modul Pemberdayaan P3A
• Meskipun kebijakan-kebijakan tersebut terdiri atas lima kebijakan tetapi sebetulnya
merupakan satu kesatuan makna yaitu upaya pemberdayaan masyarakat tani dalam
arti sebenamya, baik pemberdayaan dalam arti harafiah yaitu sebagai upaya
pemberian peran/tanggung jawab lebih besar dari sebelumnya maupun
pemberdayaan dalam arti yang luas seperti telah didefinisikan di atas.
• Menurut Peraturan Pemerintah (PP) no 23/1982 tentang Irigasi disebutkan bahwa
petani hanya bertanggung jawa atas pengelolaan air 50 meter setelah pintu sadap
tersier. Hal ini menyebabkan terjadinya pemisahan pengelolaan irigasi di suatu DI.
Pemerintah hanya bertanggung jawab atas jaringan utama dan petani bertanggung
jawab atas pengelolaan di tingkat tersier.
• Dengan adanya pemisahan ini maka selama ini petani tidak pernah dilibatkan dalam
pengelolaan irigasi secara utuh. Upaya pembinaan yang selalu dilakukan adalah
upaya untuk mengatasi permasalahan yang timbul di tingkat tersier, tetapi kepada
PSA tidak pernah diberikan pengetahuan tentang pengelolaan irigasi di Tingkat
jaringan utama serta hubungan antara satu petak tersier dengan tersier lain tidak
pernah dibahas secara dialogis.
• Sebagai akibat dari upaya pembinaan yang kurang sepadan tersebut adalah masih
adanya konflik antar tersier di dalam suatu jaringan irigasi meskipun diakui konflik air
di tingkat jaringan tersier sudah jauh sangat berkurang. Kejadian ini sangat sering
terjadi di mana-mana. Dengan penetapan alokasi air di tetapkan oleh petugas, maka
tanpa adanya keterbukaan pengelolaan irigasi yang dilakukan petugas akan sangat
rawan untuk terjadinya penetapan alokasi dan pembagian air di luar otoritas. Selain
itu konflik yang tak terselesaikan akan memicu tindakan anarkis, misalnya
ditunjukkan oleh perusakan bangunan ukur, bagi sadap, ataupun pencurian kunci-
kunci pintu air.
• Dengan adanya program PPI yang tercakup dalam INPRES 3/1999 ini maka
pengelolaan irigasi di dalam suatu 01 akan diserahkan kepada petani melalui suatu
organisasi P3A Gabungan. Dengan demikian efisiensi manajemen akan dapat
meningkat Rendahnya efisiensi manajemen yang disebabkan oleh timbulnya konflik
di dalam suatu DI akan ditangani dan diselesaikan oleh petani sendiri. Pemerintah
hanya akan bertindak sebagai fasilitator.
• Dalam kebijakan yang baru tersebut pemberdayaan petani juga dilakukan dengan
mengakui dan memfasilitasi organisasi petani apapun bentuknya untuk dapat
melakukan upaya berorientasi bisnis sehingga dapat menyediakan dana untuk
8
Modul Pemberdayaan P3A
tetap terjaga keberlanjutannya. Apabila upaya bisnis tersebut masih berkaitan
dengan irigasi yang dijalaninya maka air tidak lagi hanya menjadi masukan produksi
saj'a tetapi sudah dapat diperhitungkan sebagai masukan modal usaha tani.
• Dengan adanya program PPI maka di satu pihak, petugas pemerintah juga tidak
berkurang tugasnya. Meskipun tidak lagi melakukan pengelolaan di tingkat jaringan
utama tetapi petugas pemerintah masih harus melakukan pengawasan dan audit
teknis untuk jaringan irigasi yang sudah diserahkan pengelolaannya. Selain itu
petugas pemerintah juga diringankan tugasnya karena tidak lagi dibebani pekerjaan
tambahan berupa upaya penyelesaian konflik yang selalu terjadi di jaringan utama.
• Pada masa pasca penyerahan dalam hal petani tidak mampu untuk dapat melakukan
perbaikan berat sistem jaringan yang telah diserahkan pengelolaannya baik secara
teknis maupun dana maka pemerintah masih dapat memberikan bantuan perbaikan
dalam bentuk subsidi dana ataupun bantuan teknis kepada petani. Meskipun
demikian setiap upaya pemberian bantuan baik berupa dana, bantuan teknis ataupun
upaya perbaikan dan rehabilitasi jaringan harus selalu didiskusikan teriebih dahulu
dengan petani.
• Meskipun Pemerintah Pusat telah menyusun suatu Pedoman Umum PPi tetapi setiap
Kabupaten/Kota dapat menyusun Pedoman pelaksanaan program PPI di wilayahnya
sendiri agar tebih dapat diimplementasikan. Penyusunan Pedoman kabupaten ini
hendaknya dilakukan secara demokratis dengan mengikutsertakan seluruh pihak
yang terlibat dalam manajemen irigasi (stakeholder).
• Upaya untuk untuk melaksanakan INPRES 3/1999 termasuk program PPI di suatu
wilayah dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang ditentukan secara demokratis
dengan berdialog di antara semua pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan
irigasi.
9
Modul Pemberdayaan P3A
Langkah-langkah yang disarankan untuk melaksanakan INPRES 3/1999 :
• Melakukan sosialisai tentang INPRES 3/199 beserta program PPI, sosialisasi
dilakukan kepada seluruh pihak yang terkait dalam pengelolaan irigasi di
semua tingkatan. Sosialisasi terutama menyangkut tentang manfaat yang
diperoleh baik petani maupun petugas pemerintah dengan adanya INPRES
3/1999 tersebutr;
• Penyamaan persepsi dari semua pihak yang terlibat dalam pegeloalan irigasi
di setiap kabupaten tentang pelaksanaan INPRES 3/1999.
• Menyusun rencana kerja pelaksanaan INPRRES 3/1999 termasuk pedoman
PPI yang dapat diberlakukan pada wilayah bersangkutan.
• Menyususn suatu pedoman pelaksanaan PPI di wilayah bersangkutan yang
berisikan criteria kesiapan teknis, kesiapan organisatoris, maupun kesiapan
finansial suatu organisasi petani untuk dpat menerima pengelolaan jaringan
irigasi, kesiapan pemerintah untuk menyerahkan serta prosedur penyerahan.
• Melaksanakan seluruh kebijakan yang tertuang dalam INPRES 3/199
termasuk PPI berdasarkan prosedur dan tatacara yang telah disepakati.
4. Pemberdayaan organisasi petani
• Sebagaimana halnya dalam pengelolaan irigasi, pelaksanaan terpusat,
pendekatan atas bawah dan seragam -tersebut juga dilakukan pada
pembangunan perangkat lunak yang berupa penyusunan perangkat hukum dan
pembentukan organisasi petani.
• Menurut teori tentang organisasi suatu organisasi akan dapat berjalan dengan
baik apabila unsur-unsur dalam organisasi tersebut dapat berkesetimbangan
dengan lingkungan strategisnya.
10
Modul Pemberdayaan P3A
Unsur-unsur dalam organisasi mealiputi :
• Tujuan organisasi dan juga tujuan setiap anggota untuk berorganisasi,
• Teknologi/prosedur cara kerja organisasi,
• Struktur Organisasi,
• Hubungan anatara anggota, dan
• Sistem manajerial yang dilakukan dalam kerja organisasi.
Sedangkan lingkungan strategis suatu organisasi adalah :
• Kebijakan,
• Aspek sosial/ekonomi masyarakat, dan.
• Lingkungan ekologisnya.
• Dalam pembinaan P3A dengan paradigma lama maka pelaksanaannya dititikberatkan
pada target, yaitu berapa jumlah organisasi yang terbentuk. Dalam pembentukan
organisasi tersebut langkah-langkah pelaksanaan dilakukan dengan hanya
memperhatikan pembentukan struktur organisasi serta penyusunan Anggaran Dasar
(AD) dan Aggaran Rumah Tangga (ART) organisasi.
• Selama ini pembentukan organisasi ataupun penyusunan AD/ART dilakukan tanpa
melalui suatu proses yang demokratis. Akibatnya adalah bahwa hampir sebagian
besar organisasi yang sudah terbentuk tidak dapat beroperasi secara optimal.
• Meskipun upaya pembinaan yang dilakukan secara seragam tetapi karena adanya
keragaman sosial-budaya masyarakat dan lingkungan strategis berbeda maka P3A
yang sudah dibentuk menampilkan kinerja yang berbeda-beda pula. Untuk itu upaya
pemberdayaan masyarakat beserta organisasi P3A juga dilakukan berbeda-beda.
11
Modul Pemberdayaan P3A
12
Secara umum langkah-langkah pemberdayaan dilakukan sebagai berikut :
• Dengan metode PPKP melakukan petugas pemerintah sebagai fasilitator
melakukan dialog untuk menentukan kelamahan, kekuatan, peluang, dan
ancaman yang sedang dihadapi P3A yang sudah terbentuk dan
kemungkian untuk pembentukan P3A gabungan sebagai persiapan untuk
pelaksanaan program PPI,
• Setelah secara dialogis pula menentukan renacana strategis langkah-
langkah yang akan diambil beserta cara-cara pelaksanaan program
• Melaksanakan program pemberdayaan secara dialogis dan partisipatif.
Sedangkan untuk melakukan pembentukan P3A dapat ditempuh sebagai berikut :
• Denga cara PCKP mempelajari ada atau tidaknya kelembagaan irigasi
yang ada di DI yang akan di bentuk, serta mengetahui potensinya yang
ada.
• Dengan cara PCKP untuk mengetahui kebutuhan yang ada di masyarakat
sehingga dalam pembuatan AD dan ART P3A dapat diselaraskan dengan
kebutuhan masyarakat.
top related