pembelajaran remidial teknik dasar
Post on 30-Jul-2015
99 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMBELAJARAN REMIDIAL TEKNIK DASAR
SERVIS ATAS BOLAVOLI SISWA PUTRA KELAS XI IPA
SMA LABORATORIUM UM MALANG
Dhydiet Setya Budhy
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar keterampilan teknik dasar servis atas bolavoli dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah dimodivikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan satu (1) siklus dua (2) kali pertemuan. Peneliti melakukan observasi terhadap subyek sebelum dilakukannya penelitian. Subyek diberikan pembelajaran remidial oleh guru dengan menggunakan rencana pembelajaran (RP) yang telah dibuat sesuai dengan kendala yang dialami pada pembelajaran terdahulu, lalu dilakukan evaluasi pembelajaran pada ahir siklus. Hasil penelitian ini siswa mampu meningkatkan ketrampilan melakukan teknik dasar servis atas bolavoli setelah mendapatkan proses pembelajaran remidial.
Kata-kata Kunci: pembelajaran remidial, teknik dasar servis atas bolavoli
Pada proses pembelajaran pendidikan jasmani ditekankan pada pengembangan individu secara menyeluruh, dalam artian pengembangan intelektual, keterampilan afektif, termasuk pengembangan mental spiritual, pengembangan fisik dan kesegaran jasmani. Di samping itu pendidikan jasmani tidak diarahkan untuk menguasai cabang olahraga. Namun lebih mengutamakan proses perkembangan moral siswa. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada apresiasi, kreativitas, kemauan dan kemampuan. Begitu juga aspek kognitif, afektif, psikomotorik sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani. Pembelajaran remidial sendiri merupakan tindak lanjut dari proses pembelajaran yang sudah berlangsung untuk menyempurnakan hasil yang dicapai atau membuat lebih baik dari yang sudah ada. Menurut Ischak (1982:1) salah satu bentuk kegiatan pemberian bantuan itu. Yaitu pemberian bantuan di dalam proses belajar mengajar yang berupa kegiatan perbaikan yang terprogram dan disusun secara sistematis.
Servis atas merupakan salah satu teknik untuk memulai jalannya permainan bolavoli dengan cara melambungkan bola menggunakan tangan kiri ke atas sehingga bola melambung mendekati kepala, dilanjutkan memukul bola dengan tangan kanan dengan titik pukulan satu raihan di depan atas kepala, ditopang dengan kuda-kuda kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang. Menurut Bonnie Robinson (1989:36) adalah berdirilah di tempat yang telah tersedia, lalu memukul bola
pada arah yang berlawanan menggunakan satu tangan, menuju daerah pertahanan lawan
METODE
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan cara observasi, pembuatan rencana pembelajaran (RP), pelaksanaan pelajaran, refleksi guru. penelitian ini menggunakan acuan menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Dr. M.E.Winarno, 2005:88) mengemukakan prosedur rancangan pengembangan penelitian tindakan kelas ke dalam gambar yang dapat mewakili dari proses pembelajaran remedial yang dilakukan.
Penelitian ini menggunakan satu siklus dengan dua kali pertemuan. Pada akhir pertemuan pertama dilakukan refleksi pada guru, dan selanjutnya dilakukan evaluasi pada pertemuan ke dua yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran remedial teknik dasar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas XI IPA SMA LABORATORIUM UM Malang yang berjumlah 24 , penelitian ini dilakukan satu siklus dua kali pertemuan dengan lama waktu pelajaran 2jam pelajaran atau 2 x 45 menit.
Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul maka langkah selanjutnya mendeskripsikan hasil evaluasi pembelajaran remedial teknik dasar servis atas bolavoli dengan menggunakan rumus persentase milik Sudijono. Adapun rumusan tersebut adalah sebagai berikut:
P = F/N x 100 %
Keterangan :
P : Persentase
F : Frekwensi
N : Jumlah Responden
HASIL
Dilihat dari data observasi sebelum pembelajaran remedial dan data evaluasi pada akhir pertemuan ke dua bagian gerakan teknik dasar servis atas bolavoli yang dilakukan siswa
menunjukkan bahwa posisi kaki terdapat 7 siswa (29,1%) dalam skala 2 (sedang) dan 17 siswa (70.9%) skala 3 (baik), setelah dilakukan remedial siswa sudah dapat mencapai skala 3 (baik) seluruhnya. Pada posisi tangan 10 (42,7%) siswa dalam skala 1 (kurang), 8 (33,3%) dalam skala 2 (sedang), 6 (25%) dalam skala 3 (baik), setelah dilakukan remedial 10 (41.7%) siswa dapat mencapai skala 2 (sedang) dan 14 (58,3%) mencapai skala 3 (baik). Pada posisi tubuh terdapat 6 (25%) dalam skala 2 (sedang) dan 18 (75%) siswa pada skala 3 (baik), setelah dilakukan remedial siswa sudah dapat mencapai skala 3 (baik) secara keseluruhan (100%). Pada impact bola terdapat 9 (37,5%) siswa dalam skala 1 (kurang),9 (37,5%) skala 2 (sedang) dan 6 (25%) pada skala 3 (baik), setelah dilakukan remedial 9 (37,5%) siswa sudah dapat mencapai skala 2 (sedang) dan 15 (62,5%) siswa dalam skala 3 (baik). Pada hasil pukulan yang dilakukan siswa terdapat 9 (37,5%) dalam skala 1 (kurang), 10 (41,7%) siswa pada skala 2 (sedang) dan 5 (20,8%) dalam skala 3 (baik), setelah dilakukan remedial 9 (37,5%) siswa sudah dapat mencapai skala 2 (sedang) dan 15 (62,5%) siswa dalam skala 3 (baik). Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan pada siklus I (satu) pertemuan ke II (dua), kesalahan teknik yang dilakukan pada kegiatan observasi sudah tidak terlihat lagi. Dengan begitu diketahui bahwa siswa kelas XI IPA SMA LABORATORIUM UM Malang sudah baik dan benar dalam melakukan keterampilan gerakan teknik dasar servis atas bolavoli.
Analisis Data
Setelah data jumlah siswa yang benar dan jumlah siswa yang salah dalam melakukan teknik servis atas Bolavoli diketahui, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Tujuan analisis data ini adalah untuk mengetahui jumlah siswa yang benar dan jumlah siswa yang salah dalam persen (%) sehingga peneliti lebih mudah dalam mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Dari data yang ada terdapat perbedaan antara hasil dari pengamat I dan pengamat II, oleh karena itu sebelumnya peneliti mencari rata-rata perbedaan tersebut. Setelah diketahui hasilnya di analisis dengan rumus persentase.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak I (satu) siklus dengan 2 (dua) kali pertemuan. Berdasarkan hasil validasi dengan ahli pembelajaran, dalam setiap pertemuan sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti menyiapkan rencana pembelajaran (RP) sebagai pedoman pembelajaran teknik dasar servis atas bolavoli. Guru dalam penelitian ini adalah sebagai penyampai materi ke siswa mulai dari pemanasan untuk menyiapkan siswa menuju materi inti hingga siswa merasa siap melakukan pelajaran inti dan diakhiri dengan pendinginan dengan berpasangan.
Siklus 1 pertemuan ke 1
Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa putra kelas XI IPA SMA LABORATORIUM UM Malang dalam melakukan teknik dasar servis atas bolavoli diketahui masih salah dalam melakukan gerakan. Kesalahan teknik tersebut disebabkan karena siswa enggan melakukan servis atas bolavoli dengan bola sesungguhnya yang dianggap terlalu berat dan keras, sehingga siswa takut tidak dapat menyeberangkan bola kelapangan lawan ketika melakukan servis atas.
Selanjutnya peneliti merencanakan untuk melakukan pembelajaran remedial teknik dasar servis atas bolavoli dengan menggunakan bola mainan sebanyak 12 (dua belas) buah dengan jumlah siswa sebanyak 24 sebagai sarana pembelajaran untuk memperbaiki teknik dasar servis atas bolavoli yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani.
Refleksi
Refleksi yang ditujukan pada guru pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan rencana pembelajaran (RP) materi teknik dasar servis atas bolavoli, tingkat kesulitan guru dalam menjalankan program pembelajaran remedial, serta penggunaan bola mainan sebagai alat bantu pembelajaran remedial.
Siklus 1 pertemuan ke 1
Pertemuan kedua ini berlangsung 2 x 45 menit dengan 10 (sepuluh ) menit untuk teknik servis atas tanpa bola, 30 (tiga puluh) menit latihan teknik servis atas dengan bola mainan, 20 (dua puluh) menit latihan servis atas dengan bola voli sesungguhnya untuk menyiapkan kondisi siswa dalam pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran, 10 (sepuluh) menit kegiatan remedial dan 20 (dua puluh) menit, sisanya untuk pelaksanaan observasi setelah pembelajaran remidial.
Evaluasi Pembelajaran.
Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan cara siswa melakukan servis atas sebanyak 10 (sepuluh) kali dengan 2 (dua) kali percobaan pada lapangan permainan bolavoli secara urut menurut nomor absen. Bersamaan dengan siswa melakukan tes para jadi mengamati teknik gerakan yang dilakukan siswa yang melakukan tes. Dari hasil pengamatan jadi didapatkan data yang berupa simbol-simbol angka yang nantinya dapat menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam melakukan servis atas bolavoli. Dari data yang berupa simbol-simbol angka tersebut nantinya dapat diketahui berapa jumlah siswa yang kurang bisa, siswa yang kemampuannya sedang, dan berapa siswa yang dapat melakukan servis atas dengan gerakan-gerakan teknik dasar yang baik.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian adalah untuk memperbaiki kemampuan guru terhadap pembuatan rencana pengajaran (RP) siswa putra kelas XI IPA SMA LABORATORIUM UM Malang dalam melakukan gerakan teknik dasar Servis atas bolavoli, yang nantinya akan berpengaruh pada hasil dari proses pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Setelah dilakukannya pembelajaran remedial teknik dasar servis atas bolavoli dengan 1 siklus 2 pertemuan, siswa putra kelas XI IPA SMA LABORATORIUM UM Malang sudah mengalami peningkatan yang sudah bisa menguasai keterampilan teknik dasar servis atas bolavoli. Di dalam pelaksanaan penelitian tersebut, peneliti yang bertindak sebagai rekan kerja guru pendidikan jasmani.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pembelajaran remedial untuk menemukan langkah-langkah yang lebih efektif, praktis dan ekonomis.
Sebaiknya guru pendidikan jasmani lebih kreatif dan inovatif sehingga pembelajaran yang dilakukan bisa menyenangkan siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan tentunya tujuan pembelajaran itu sendiri bisa tercapai
Sebaiknya guru pendidikan jasmani menggunakan cara atau metode pembelajaran yang berbeda, seperti penggunaan bola mainan.
KAJIAN PUSTAKA
Ischak. S.W. 1982. Program Remedial Dalam Proses Belajar-Mengajar.Yogya karta: Liberty.
Robinson. B. 1987. Bola Voli Bimbingan. Petunjuk Dan Teknik Bermain. Jakarta: Dahara Prize.
Sudijono, A. 1991. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Winarno. 2005. Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani.Malang: Labolatorium Jurusan Ilmu Olah Raga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangakan olahraga di Indonesia pada akhir-akhir ini Nampak makin
meningkat. Usaha pemerintah untuk menggalakan olahraga pada masyarakat
sudah dapat dilihat dari hasil kejuaraan-kejuaraan, dan mengingkatnya aktivitas
olahraga masyarakat yang dilakukan diberbagai tempat. Hal ini Nampak dengan
adanya kegiatan-kegiatan gerak jasmani yang semakin banyak dilakukan oleh
masyarakat. Olahraga adalah alat pemersatu dan perjuangan bangsa, oleh karena
itu pemerintah menganggap penting untuk memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat, sehingga akan berkembang menjadi gerakan
keolahragaan dengan motto “Tiada hari tanpa olahraga”(Engkos kosasih :1985:
345)pendidikan jasmani di sekolah merupakan dasar yang baik bagi
perkembangan olahraga di luar sekolah. Pendidikan jasmani serta olahraga dapat
dengan sengaja dan sadar kita arahkan pada suatu tujuan tertentu,yaitu kepada
pendidikan seluruh pribadi anak. Olahraga dan pendidikan jasmani tidak dapat di
pisah-pisahkan keduanya sangat erat hubungannya dan saling mempengaruhi.
Engkos kosasih berpendpat bahwa:
“Pendidikan jasmani adalah persamaan (simponi) dari pendidikan dan
struktur persekutuan hidup modern yang menyebabkan pendidikan jasmani
menjadi satu kebutuhan yang perlu dan harus ada. maka pendidikan jasmani
patut disesuaikan benar dengan kebutuhan-kebutuhan biologis dan sosiologis
anak”. (Enok Kosasih, 1985:6)
Dilihat dari keberhasilan olahraga di Indonesia nampaknya hamper
mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi
perlu adanya peningkatan prestasiinilah nantinya nama bangsa dan Negara akan
lebih dikenal dunia dalam bidang olahraga. Seperti kita ketahui cabang olahraga
tinju, panahan, dan bulu tangkis sudah pernah mengharumkan nama bangsa.
Sehingga timbul suatu pertanyaan apa penyebab atau hambatan pada paermainan
bola basket yang sudah memasyarakat ini belum dapat menunjukan prestasi yang
diharapkan oleh bangsa indonesiia. Dengan dasar pemikiran untuk memajukan
olahraga khususnya permainan bola basket maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dibidang keolahragaan khususnya pada cabang olahraga
bola basket.
Menurut sejarah perkenbangan olahraga bola basket di Indonesia pada tahun
1948 yaitu pada pesta olahraga PON yang peertama permainan bola basket
diikutkan pada peertandingan. Dibandingkan dengan Negara-negara lain tim kita
masih tertinggal jauh, hal ini dapat dibuktikan pada event-event internasional
yang diikuti oleh indonesa belum Nampak adanya prestasi yang membanggakan.
Untuk iyu perlu adanya pemikiran yang serius dalam mengenai pembinaan
olahraga agar apa yang diinginkan menjadi kenyataan yaitu kemajuan olahraga
bola basket.
Pemilihan pemain belum dapat menjamin sepenuhnya terhadap pencapaian
prestasi yang diharapkan , tetapi masih memerlukan perlakuan perlakuan khusus
terhadap karakteristik-karakteristik pemain yang dapat diubah dan ditingkatkan
kwalitasnya melalui status proses latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan
cabang olahraga yang diketahuinya.
Dalam permainan bola basket didukung oleh kecepatan reaksi yang tinggi
akan menguntungkan pula dengan ukuran panjang tungkai yang sama perlu
didukung oleh kecepatan reaksi yang lebih tinggi, hal tersebut diatas
digambarkan bahwa prestasi bola basket selain ditingkatkan juga harus didukung
pula dengan potensi-potensi tubuhnyang dapat diubah atau ditingkatkan
kwalitasnya. Selain itu factor yang lain dalam permainan basket harus dikuasai
oleh seorang pemain bola basket
Aip syariffuddin tahun (1985), menyatakan unsur-unsur yang harus dikuasai
seorang pemain bola basket adalah :
1. Lempar tangkap bola
2. Mendribbel
3. Shooting
4. Olah kaki
5. Lari zigzag
Pendapat diatas dapat dikatakan bahwa motif berprestasi yang tinggi yang
menguntungkan dari atau didukung oleh kualitas fisik tertentu dan beberapa
faktor. kalaupenulis paparkan disini ada beberapa fa ktor yang sangat menunjung
maju tidaknya olahraga basket antara lain program latihan, sarana, prasarana,
postur tubuh, kesehatan dan gizi yang terjamin.
Dalam upaya mengingkatkan prestasi cabang olahraga bola basket ini cukup
banyak faktor-faktor yang berkaitan misalnya, pemain itu sendiri, sarana dan
prasarana yang ada, pelatih, latihan teknik dan taktik selain itu tak lupa pula
kondisi fisik. Mengenai pemain atau bibit olahragawan atau olahragawati bias
didapatkan dari perkumpulan oilahraga atau di sekolah-sekolah tinggal
bagaimana cara memilih atlet yang baik. Telah kita ketahui bahwa di sekolah
merupakan gudang atlet yang tak ada habis-habisnya. Selain itu untuk
menciptakan pemain yang baik tidak cukup membutuhkan waktu satu ataau dua
hari saja melainkan dalam waktu yang lama.
Dalam memperoleh latihan baik itu latihan teknik atau taktik akan
memperkuat untuk memupuk disiplin, sportivitas, berani bekerjasama dan
tanggung jawab karena dalam permainan bola basket ada perturan-peraturannya.
Menurut Engkos Kosasih pengaruh physiologis dalam latihan olahraga yang
teratur adalah:
1. Terhadap perototan
2. Terhadap peredaran darah
3. Terhadap jalannya pernafasan
4. Terhadap pencernaan makanan
5. Terhadap persyarafan dan kelenjar Endokrin (Engkos Kosasih,1985:9)
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang
tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan mapun pemeliharaan
sedangkan komponen kondisi fisik tersebut adalah :
1. Kekuatan (strength)
2. Daya tahan (endurance)
3. Daya ledak (Muscular power)
4. Kecepatan (speed)
5. Daya lentur (Pleksibility)
6. Kelincahan (agility)
7. Koordinasi (coordination)
8. Keseimbangan (balance)
9. Ketepatan (accuracy)
10. Reaksi (Reaction) . (M. Sojoto, 1990:8)
Dalam usaha atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal, persiapan atlet
bukan hanya ditekankan pada penguasaan teknik dan taktik saja tetapi kondisi
fisik yang sempurna merupakan syrat yang penting bagi atlet bola basklet
kondisi fisik atlet perlu penjagaan dan peningkatan secara continue untuk
menghadapi latihan dan pertandingan diharapkan atlet selalu dalamkeadaan
kondisi yang sempurna dalam menghadapi pertandingan ,agar tidak merugi
prestasi individu dan ragunya seorang atlet apabila seorang atlet atau lebih
memiliki kondisi fisik yang jelek pada saat pertandingan maka prestasi regu ter
sebut akan menurun secara keseluruhan. Akibatnya dapat menurunkan mental
tinm, sehingga prestasi tim sangat mencolok menurunnya. Kondisi fisik yang
perlu penjagaan dan peningkatan atlet bola basket adalah sebagai berikut:
1. Power (daya ledak); berguna untuk melompat guna memasukan bola maupun
merebut bola
2. Speed off reaktion (kecepatan reaksi) berguna dalam kecepatan reaksi gerakan
baik untuk penyerangan dan pertahanan
3. Stamina, kemampuan daya tahan tinggi untuk melakukan permainan bola dalam
waktu yang tertentu untuk melakukan permainan bola basket dengan tempo
tinggi, prekwensi tinggi, tenaga tinggi dan produktif dalam waktu yang tertentu
dalam bola basket dalam permainan yang cepat
4. Agility (kelincahan) untuk merubah arah dalam pengambilan pisi pada saat
bermain
5. Fleksibility (kelenturan sendi-sendi) agar kelihatan lues gerakan-gerakannya
sehinga timbul seni gerak dalam permainan bola basket (Hadi Nugroho :5)
Dari pemikiran diatas maka perlu di kaji suatu hasil latihan yang telah
dihasilkan untuk dapat suatu evaluasi dalam menanganin peningkaatan prestasi
bola basket di Indonesia. Maka diadakan penelitian tentang hubungan antara
kecepatan dan kelenturan dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain
basket.
B. Rumusan Masalah
Dalam permainan bola basket untuk mencapai prestasi yang diharapkan
banyak hal yang mempengaruhinya. Bertititk tolak dengan hal diatas, ada berapa
permasalahan yang perlu dan sesuai dengan judul yang penulis ajukan sebagai
berikut:
1. Adakah hubungan antara kecepatan dengan keterampilan dribble bola basket pada
pemain bola basket?
2. Adakah hubungan antara kelenturan dengan keterampilan pada pemain bola
basket?
3. Adakah hubungan antara kecepatan dan kelenturan dengan keterampilan dribble
pada pemauin basket?
C. Hipotesis
Merupakan dugaan sementara sebelum melakukan suatu penelitian guna
melihat hubungan yang saling mrningkat antara keceptan dan kelenturan dengan
keterampilan dribble bola baskaet pada pemain basket maka dikemukakan
hipotesisi sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara kecepatan dengan keterampilan dribel bola basket pada
pemain bila basket.
2. Ada hubungan antara kelentukan dengan keterampilan dribble bola basket pada
pemain basket.
3. Ada hubungan antara kecepatan dan kelentukan dengan keterampilan dribble bola
basket pada pemain basket.
D. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel
Variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek
pengamatan penelitian, untuk menguji hipotesis diatas, maka penulis
menetapkan variable sebagai berikut:
a. Variable bebas
X1 yaitu kecepatan
X2 yaitu kelentukan
b. Variable terikat
Yaitu keterampilan mendribbel bola basket.
2. Difinisi Operasional Variable
Guna menghindari penafsiran yang berbeda-beda tentang pengertian yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan operasional dari
masing-maasing variable. Batasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan untukmelakukan gerakan-gerakan yang sejenis
yang berturut-turut dalam waktu yang singkat, atau kemampuan untuk menempuh
satu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya(Harsono, 1988:216)
b. Kelentukan
Fleksibility adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dalam
ruang gerak yang seluas-luasnya. Latihan senam dalam bentuka peregangan otot,
sendi-sendi sangat penting (Engkos kosasih, 1985:48)
c. Dribble
Dribble adalah cara membawa bola dalam permainan bola basket sambil
berjalan maupun berlari (H. Aip Syariffudin, 1977:102)
E. Tujuan Penelitian
Didalam melaksanakan segala sesuatu pekerjaan haruslah mempunyai suatu
tujuan, sehingga tidak ada suatu penyimpangan yang dapat mencapai sasarannya
begitu juga pad apelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan tertentu:
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran tentang hubungan antara kecepatan dan kelenturan
dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain basket.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara kecepatan dengan keterampilan dribble bola
basket pada pemain basket
b. Untuk mengetahui hubungan antara kelenturan dengan keterampilan dribble bola
basket pada pemain baske t.
F. Pentingnya Penelitian
Pentingnya penelitian inidapat dikembangkan sebagai berikut:
1. Dalam bidang teori diharapkan dalam penelitian ini menjelaskan informasi empiric
yang dapat memperkaya teori-teori
2. Para atlet yang ingin menekuni olahraga bola basket.
3. Para Pembina olahraga bola basket dalampemilihan atlet yang perlu dikembangkan
selanjutnya.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Pustaka
Permainan bola basket diciptakan oleh James A.Nasimith di Amerika Serikat
pada tahun 1891, atas anjuran dari Dr. Luther Halsey Gulick, seorang sekretaris
nasoional dari YCMA (Young Men’s Christian Association) jurusan pendidikan
jasmani.
James A. Naismith adalah seorang direktur dari Springfield College di
Massachusttes, Amreika Serikat. J.A. Naismith memikirkan suatu bentuk
permainan yang dianjurkan oleh Dr. Luther, yaitu bentuk permainan yang dapat
dilakukan dalam ruangan (gedung) yang mudah dipelajari, dimainkan, serta
menarik dan menyenangkan. Akhirnya James A. Naismith berhasil menciptakan
suatu bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam ruangan. Permainan ini
diberi nama Basket Ball (Bola Basket). Pada awalnya James A. Naismith
melakukan permainan itu dengan keranjang sebagai sasarannya, diletakan di
sudut ruangan.
Permainan bola basket pertama kali dimainkan oleh 9 pemain setiap regunya,
sedangkan keranjangnya diletakan di sudut ruangan. Cara memainkannya, bola
tidak boleh di bawa lari, tetapi harus dioper-operkan kepada temannya dan pihak
lawan boleh merebutnya. Setiap regu berusaha kepada temannya dan pihak lawan
boleh merebutnya. Setiap regu berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya
ke keranjang lawan dan mencegah pihak lawan memasukan bola sebanyak-
banyaknya ke keranjang lawan dan mencegah pihak lawan memasukan bola ke
keranjangnya. Pada waktu itu, permainan bola basket sangat digemari sehingga
cepat berkembang. Akhirnya, timbul perubahan dalam permainan itu, baik
jumlah maupun letak keranjangnya, perubahan itu sebagai berikut :
(1) Jumlah pemain yang semula 9 orang di ubah menjadi 7 orang untuk setiap
regunya.
(2) Awalnya keranjang diletakan ditengah-tengah garis lapangan belakang
Setelah diadakan perubahan, ternyata peman bola basket semakin ramai dan para
pemainnya semakin gesit sehingga jumlah pemain sebanyak 7 orang dianggap
terlalu banyak. Oleh karena itu, jumlah pemain diubah menjadi 5 pemain setiap
regunya, berlaku sampai sekarang. (H. Aip Syaiffudin, 1997:95)
1. Sejarah Olahraga Bola Basket
Cabang olahraga basket yang sekarang ini sudah berkembang dengan baik
hampir diseluruh dunia termasuk juga indonesia, walaupun sudah dikethui bahwa
olah raga ini sudah berkembang baik di negara indonesia namun belum menjadi
permainan yang favorit bagi masyarakat kita atau dengan kata lain belum
memasyarakat seperti cabang olahraga yang lain.
Untuk itu perlu pemikiran dan upaya kita agar suatu saat nanti olahraga basket
menjadi salah satu cabang olahraga yang di gemari oleh masyarakat kuas, baik
tua maupun mudah laki-laki maupun perempuan.
Pada tahun 1904 cabang olahraga basket yang pertama kali di uji cobakan pada
pesta olah raga Olympiade ke 111 di St.Louis A merika Serikat, kemudian tahun
1936 ditampilkan pada pesta olympiade x11 di Berlin.
Olahraga basket yang sudah banyak dikenal oleh kaum pria maupun wanita,
dalam perkembangannya tahun 1976 mulai dipertandingkan untuk wanita yaitu
pada pesta Olympiade di Monreal.
2. Perkembangan Bola Basket di Indonesia
Sebagaimana cabang olahraga yang lain olahraga basket juga mengalami
perkembangan cukup baik, akan tetapi bila dibandingkan dengan olahraga yang
lain tentunya dirasakan bahwa olahraga ini masih kalah memasyarakat. Tentunya
kita menyadari bahwa olahraga basket memerlukan sarana dan prasarana yang
cukup memadai sehingga dengan demikian merupakan kendala yang sulit diatasi.
Dengan adanya perkembangan jaman pada masa kini berkembang pesat.
Prestasi olahraga bola basket Indonesia sampai saat ini masih belum bisa
berbicara banyak di tingkat Internasional. Banyak kendala yang menyebabkan
hal tersebut, misalnya masalah pembibitan, kompetisi yang belum memenuhi
standar pembinaan, serta sarana dan prasarana. Selain itu masalah kondisi fisik,
teknik, dan pengamalan bertanding juga masih tertinggal dengan negara lain
yang sudah maju perbolabasketannya. Karena itu tim Indonesia yang diterjunkan
ke pertandingan Internasional meskipun sudah dipersiapkan dengan biaya yang
besar, bahkan dilatih diluar negeri atau mendatangkan pelatih dari luar negeri
hesilnya belum seperti yang diyharapkan. Kenyataan ini menunjukan bahwa
untuk mencapai suatu prestasi olahraga banyak pihak yang harus dilibatkan. Jadi
proses pencapaian prestasi olahraga memerlukan usaha dari berbagai pihak yang
akan mengelola pemain yang potensial dalam cabang olahraga bola basket dan
diperlukan waktu yang relatif lama atau disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Secara teoritis antara pelatih dan pemain memiliki ketergantungan yang saling
menguntungkan. Hal ini dapatlah dikatakan bahwa pemain yang berpotensi
tinggi tidak akan dapat mencetak pemain yang berprestasi di tingkat
internasional apabila pemain yang dibinanya mampu melakukan usaha-usaha
yang sesuai dengan kemampuan optimal, dan kemampuan optimal setiap pemain
berbeda-beda. Oleh karena itu dicari cara-cara yang tepat untuk memperoleh
pemain yang mempnyai kemampuan seperti yang diharapkan. Dalam hal ini H.
Anwar Pasau (1986) menyatakan :
Memimilih atlet yang akan dibina dalam suatu cabang olahraga merupakan
masalah utama dan pertama yang perlu diperhatikan. Apabila atlet yang
dipilihnya kurang ideal dan kurang sesuai dengan cabang olahraga yang
ditekuninya maka mustahil dapat diharapkan pencapaian prestasi yang prima,
walaupun pembina ditunjang dengan program yang baik, dana yang cukup,
pelatih yang kualitas, prasrana dan sarana yang mempunyai persyaratan teknis,
karena prestasi olahraga atlit i tu 70-80% ditentukan oleh atlet itu sendiri. Untuk
itulah maka pemilihan atlet yang akan datang dan dibina dalam suatu cabang
olahraga harus betul-betul sesuai dan ideal denga cabang olahraga tersebut, agar
prestasi maksimal dapat dicapai dan segera terwujud.
Selanjutnya pada bab ini dibahas tentang landasan berfikir terhadap masalah dan
proses penelitian ini secara keseluruhan. Pembahasan terutama dititik beratkan
pada berbagai aspek yang berkaitan dengan penelitian, yakni kecepatan,
kelenturan, menggiring bola basket (mendribble) dan hubungan antara kecepatan
dan keselenturan dengan keterampilan dribble bola basket.
B. Menggriring (mendribble)
Teknis dasar sangat penting sekali bahkan merupakan dasar dari permainan
untuk dapat maju mencapai prestasi maksmal. Kemahiran dalam menguasai
teknik dasar sering dijadikan indikator untuk menentukan tingkat kemampuan
pemain. Ini ditegaskan oleh Edy (1990) bahwa pemain yang mempunyai teknik
dasar tinggi akan berbeda penampilannya dilapangan dibandingkan dengan
pemain yang kurang menguasai teknik dasar. Dengan pengetahuan teknik dasar
yang baik, pemain akan lebih mudah dalam memperagakan teknik dasar yang
baik, pemain akan lebih mudah dalam mempergakan taktik permainan. Sebagai
anggota tim, setiap pemain mempunyai peranan rangkap, yaitu sebagai individu
dan sebagai anggota tim. Sebagai individu pemain harus memiliki dan mengusai
teknik dasar bermain, sedangkan sebagai tim bersama pemain lainnya
berkewajiban menggalang kerjasama yang kompak. Diantara teknik dasar yang
sering diperagakan dalam permainan bola basket merupakan suatu keterampilan
untuk mengecoh lawan untuk meloloskan diri dari kerumunan lawan pada situasi
yang tidak memungkinkan untuk melempar atau menembak bola (PERBASI),
1971:57).
Ketangkasan dalam menggiring bola basket diperlukan untuk menghindari lawan
dan juga mendekatkan bola ke ring basket. Bila dekat dengan basket akan
memudahkan untuk menembak, kemungkinan untuk masuk akan lebih banyak
dari pada menembak dari jarak jauh.
Menggiring bola basket pada dasarnya dapat dilakukan dua macam bentuk yaitu :
menggiring rendah dan menggiring tinggi. Adapun guna dari menggiring rendah
ialah untuk menyusun dan mengacaukan pertahanan lawan, dan guna menggiring
tinggi ialah untuk memperoleh posisi mendekati basket lawan. Dalam sebuah
buku menggiring antara lain : mulai dari tingkat rendahnya, berpindah tangan
(cross over dribble), lewat belakang maupun bawah kolong dan berputar (reverse
dribble), akan tetapi dalam permainan akan nampak jelas bahwa menggiring ini
akan terbagi dua. Satu untuk melakukan menggiring tepat yang biasanya
dilakukan menggiring tingggi dengan mendorong bila kedepan jauh. Yang kedua
menggiring untuk melewati orang atau penjaga yang biasanya dilakukan
menggiring untuk melewati orang atau penjaga yang biasanya dilakukan
menggiring lewat bawah kolong dan lewat belakang kemudian Woden (1976)
pada dasarnya bentuk dan teknik menggiring bola basket sebagai berikut :
1. Low or control dribble
2. High or speed dribble
3. High over dribble
Sedangkan kegunaan menggiring yang efektif menurut Woden (1976:134)
sebagai berikut :
1. Perjalanan yang pendek menuju ring disaat terbuka
2. Untuk memajukan bola disaat panjang berada di belakang dan saat rekan tim
dijaga ketat
3. Untuk serangan cepat dengan operan memotong
4. Mengkombinasikan dengan tipuan dan pivot untuk memperoleh kebebasan
5. Sebagai seorang penyerang mengancam untuk menjaga diri bermain terlalu rapat
6. Dalam serangan balik disaat tidak ada orang yang bebas di depan
7. Untuk melepaskan diri dari penjagaan dan keluar dari daerah
8. Untuk menjauhkan bola dari papan penjagaan dan keluar dari daerah yang ramai
9. Untuk membantu seorang guard pada situasi kerumunan lawan
10. Untuk menghabiskan waktu dan mengatur bola pada saat waktu permainan akan
habis.
Perlu ditegaskan, agar pemain memiliki keterampilan menggiring yang baik,
maka latihan keterampilan ini perlu diberikan sejak dini dibawah pengawasan
pelatih. Kesalahan yang terjadi harus sudah dibenarkan sejak dini, sebab bila
kesalahan itu sudah menjadi suatu gerak otomatis dari pemain, maka sulit untuk
diperbaiki
C. Kecepatan
Bertentangan dengan kenyataan yang populer, kecepatan tidaklah semudah suatu
sifat alam. Ditentukan bahwa kecepatan dibatasi oleh kapasitas genetik bagi aksi
saraf otot, sebaik struktur tubuhnya tetapi atlet-atlet jarang mencapai potensi
kecepatan yang berhubungan dengan kegesitan. Sebagaimana pendapat dari
iskandar dan Ekos Kosasih bahwa : Kecepatan dan kegesitan adalah benar-benar
keterampilan-keterampilan dari penggunaan tenaga cepat terhadap sistem
pengungkitan tubuh. (Iskandar dan Engkos Kosasih, 1986:70).
Karena sistem pengungkit majemuk dibentuk oleh kerangka dan otot-otot
kerangka dan juga keunggulan dari kelas pertama dan ketiga pengungkit dengan
lengan-lengan tenaga pendeknya, tubuh manusia dibentuk untuk kecepatan dan
kegesitan dari pada mengatasi perlawanan. Oleh karena itu kemampuan individu
pada pemain bola basket mengnai kecepatan dan kegesitan dapat dikembangkan
dengan memperbaiki keterampilannya dalam 4 cara penggunaan tenaga :
1. Jumlah tenaga yang digunakan
2. Arah dimana tenaga digunakan
3. Titik dimana tenaga diugnakan
4. Lama dari penggunaan tenaga
(Iskandar dan Engkos Kosasih, 1986:70).
Kemampuan individu bagi kecepatan dan kegesitan hanya dapat diciptakan
dengan pengembangan kekuatan melalui jangkauan penuh dari gerakan kemudian
menggunakan tenaga yang tepat bagi pemilikan keterampilan-keterampilan
tertentu. Individu yang tidak terlatih dan tidak terampil dapat berlari disuatu
perlombaan atau permainan tes kegesitan sekali dilakukan dengan cara
sembarangan dan tidak pernah menampakan kemampuan yang sebenarnya bagi
kecepatan atau kegesitan. Hal yang sama sering menjadi kenyataan bagi suatu
kondisi atlet untuk menampilkan kebolehannya dari olahraga dari olahraga yang
dikuasainya, jika ia memiliki teknik penggunaan seluk-beluk tenaga yang terdiri
dari keterampilan-keterampilan olahraga. Konsep dari respon otot merupakan
jalan yang terbaik untuk mulai pengembangan kecepatan dan kegesitan dengan
menggunakan kekuatan kepada jangkauan penuh gerakan. Untuk latihan atlet
dapat memilih untuk menambahkan sejumlah kecil dari penambahan berat untuk
beban lebih otot. Atlet harus berlatih pola-pola pergerakan alami, sedikit demi
sedikit menambah nomor dari penampilan yang sebenarnya dan dapat dilakukan
dalam periode waktu yang pendek. Jadi latihan kecepatan dan kegesitan menjadi
hasil pertumbuhan yang alami dari latihan kelenturan dan kekuatan. Kecepatan
dan kegesitan untuk setiap keahlian atlet dapat dikembangkan dengan merinci
keterampilan kedalam pola-pola pergerakan dasar dan bekerja pada pola-pola ini
dengan latihan-latihan kelenturan, kekuatan dan kecepatan.
(Iskandar Z.A, 1986:71)
Atlet-atlet umunya belajar suatu keterampilan dalam garis besarnya saja dan
hanya mau merinci jika terdapat suatu persoalan koordinasi. Respon otot datang
jika bagian-bagian dari suatu keterampilan menjadi pola-pola dasar pergerakan
yang digunakan dalam latihan kondisi, termasuk latihan-latihan kecepatan.
Pendekatan ini dapat membantu atlet belajar keterampilan lebih baik dengan
memberikan suatu wawasan kedalam keterampilan alamiah. Betapapun demikian
tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki responsif dari otot-otot termasuk
dalam pola-pola pergerakan dasar dimulai dengan analisa biomekanis melalui
disiplin kinematik dan kinetik. Kinetik adalah analisa dari struktur fisik individu
dan pendekatan biomekanik pribadinya tentang persoalan keterampilan. Analisa
kinetik menyatakan keadaan geomeris dan sistem pengungkitan individu
termasuk panjang dari tenaga dan berat lengan, posisi dari titik penumpu, suatu
cara yang paling efisien dari penggunaan tenaga dan titik dari penggunaan
tenaga diperlukan bagi pengangkatan yang termasuk dalam keterampilan khusus.
Analisa kinematik menyatakan teknik kelenturan khusus, kekuatan dan
penggunaan tenaga harus kita lakukan untuk memperbaiki penampilan kecepatan
dan kegesitan bagi keterampilan khusus.
Kinetik adalah analisa dari keterampilan khusus dan perlakuannya dengan
tenaga, massa, dan efek dari geraknya. Kinetik membantu individu mengerti
akan keterampilan yang akan ditampilkannya. Mengerti akan kinetik dimulai
dengan hukum kelembanan Newton, kecepatan dan reaksi.
Komentar dari analisa biomekanis telah termasuk disini karena kecepatan dan
kegesitan adalah dua sifat yang menonjol dari mutu penampilan atlet.
Penampilan tersebut adalah semata-mata indikator dari kemampuan atlit bagi
pandangan si pelatih.
Banyak atlet-atlet besar gagal dengan mudah dalam dunia olahraga, karena tidak
mengerti bagaimana untuk mencapai kemampuan dalam kecepatan dan kegesitan.
Untuk mengerjakannya harus mencapai kemampuan dalam kecepatan dan
kegesitan. Untuk mengerjakannya harus mengerti daerah keterampilan kita,
bagaimana tubuh kita dapat menghasilkan yang terbaik keterampilan-
keterampilan khusus ini. Bagaimana untuk merinci keterampilan ini kedalam
pola dasar pergerakan untuk latihan kondisi. Dengan menambahkan respon otot
dalam latihan kecepatan yang berhubungan dengan keterampilan, atlet dapat
memperbaiki latihannya dan teknik latihan untuk mencapai kemampuannya
dalam kecepatan dan kegesitan bagi keterampilan-keterampilan khusus (Iskandar
Z.A, 1986:72).
Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang
esensial. Kecepatan menjadi faktor penentu didalam cabang-cabang olahraga
seperti nomor-nomor sprint, t inju, anggar, beberapa cabang olahaga permainan,
dan sebagainya. Sebagaimana pendapat Harsono bahwa :
Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis
secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan
untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. (Harsono,
1988:216).
Kecepatan bukan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan cepat, akan
tetapi dapat pula terbatas pada menggerakan anggota-anggota tubuh dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan oleh
gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat. Kecepatan
melempar bola ditentukan oleh singkat tidaknya dalam menempuh jarak gerak
lempar.
D. Kelntukan
Dalam program latihan mutakhir saat ini, perhatian sering pada kekuatan,
kecepatan, ketahanan, tetapi kelenturan dipakai, seringkali diterapkan pada
program-program pemanasan pendek biasanya dalam waktu 5 sampai 10 menit
lamanya.
Pelatih-pelatih menyuruh atlet-atlet agar benar-benar seikit menggerakan untuk
mencegah otot hamstring dan otot kunci pada tertarik (quardricep).
Jika program pemanasan pendek diatur dengan baik dan atlet-atlet menunjukan
latihan-latihan sebagaimana mestinya maka manfaat dari pemanasan akan
berhasil. Betapapun efeknya hanya sementara dan hasilnya sedikit atau tidak
menguntungkan dalam jangkauan gerak, kelembutan, kekenyalan, pengendoran
atau satu dari manfaat latihan kelenturan. Sebagaimana pendapat dari Iskandar
Z.A dan Engkos Kosasih (1986:15) bahwa : Kurangnya latihan kelenturan
seringkali menghasilkan ketegangan
DAFTAR PUSTAKA
Aip Syariffudin, 1997, Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta PT . Gramedia
Widiasarna Indonesia
Engkos Kosasih, 1985, Olah Raga Teknik Program Latihan, Jakarta, Akademi Pres
Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching, Jakarta, Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Iskandar ZA. dan Engkos Kosasih 1986, Pelatihan Peregangan. Jakarta Akademika Pers
M Sajoto 1985, Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.
Semarang.
Nur Hasan, 1986, Tes Dan Pengukuran Jakarta, Karunia Universitas Terbuka.
Suharsimi arikunto, 1987, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta, Bina Aksara.
Suharsimi Arikunto, 1991, Prosedur Penelitian Sesuatu Pendekatan Praktis, Jakarta PT.
Rineka Cipta.
Sutrisnop Hadi, 1987, Statistic I I Yogyakarta Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM.
Sutrisno Hadi, 1990, Analisis Egresi Yog yakarta Andi Offset.
top related