pembelajaran remidial teknik dasar

37
PEMBELAJARAN REMIDIAL TEKNIK DASAR SERVIS ATAS BOLAVOLI SISWA PUTRA KELAS XI IPA SMA LABORATORIUM UM MALANG Dhydiet Setya Budhy Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar keterampilan teknik dasar servis atas bolavoli dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah dimodivikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan satu (1) siklus dua (2) kali pertemuan. Peneliti melakukan observasi terhadap subyek sebelum dilakukannya penelitian. Subyek diberikan pembelajaran remidial oleh guru dengan menggunakan rencana pembelajaran (RP) yang telah dibuat sesuai dengan kendala yang dialami pada pembelajaran terdahulu, lalu dilakukan evaluasi pembelajaran pada ahir siklus. Hasil penelitian ini siswa mampu meningkatkan ketrampilan melakukan teknik dasar servis atas bolavoli setelah mendapatkan proses pembelajaran remidial. Kata-kata Kunci: pembelajaran remidial, teknik dasar servis atas bolavoli Pada proses pembelajaran pendidikan jasmani ditekankan pada pengembangan individu secara menyeluruh, dalam artian pengembangan intelektual, keterampilan afektif, termasuk pengembangan mental spiritual, pengembangan fisik dan kesegaran jasmani. Di samping itu pendidikan jasmani tidak diarahkan untuk menguasai cabang olahraga. Namun lebih mengutamakan proses perkembangan moral siswa. Keberhasilan proses pembelajaran sangat

Upload: adhe-may-malia

Post on 30-Jul-2015

99 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

PEMBELAJARAN REMIDIAL TEKNIK DASAR

SERVIS ATAS BOLAVOLI SISWA PUTRA KELAS XI IPA

SMA LABORATORIUM UM MALANG

Dhydiet Setya Budhy

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar keterampilan teknik dasar servis atas bolavoli dengan menggunakan metode pembelajaran yang telah dimodivikasi. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan satu (1) siklus dua (2) kali pertemuan. Peneliti melakukan observasi terhadap subyek sebelum dilakukannya penelitian. Subyek diberikan pembelajaran remidial oleh guru dengan menggunakan rencana pembelajaran (RP) yang telah dibuat sesuai dengan kendala yang dialami pada pembelajaran terdahulu, lalu dilakukan evaluasi pembelajaran pada ahir siklus. Hasil penelitian ini siswa mampu meningkatkan ketrampilan melakukan teknik dasar servis atas bolavoli setelah mendapatkan proses pembelajaran remidial.

Kata-kata Kunci: pembelajaran remidial, teknik dasar servis atas bolavoli

Pada proses pembelajaran pendidikan jasmani ditekankan pada pengembangan individu secara menyeluruh, dalam artian pengembangan intelektual, keterampilan afektif, termasuk pengembangan mental spiritual, pengembangan fisik dan kesegaran jasmani. Di samping itu pendidikan jasmani tidak diarahkan untuk menguasai cabang olahraga. Namun lebih mengutamakan proses perkembangan moral siswa. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada apresiasi, kreativitas, kemauan dan kemampuan. Begitu juga aspek kognitif, afektif, psikomotorik sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani. Pembelajaran remidial sendiri merupakan tindak lanjut dari proses pembelajaran yang sudah berlangsung untuk menyempurnakan hasil yang dicapai atau membuat lebih baik dari yang sudah ada. Menurut Ischak (1982:1) salah satu bentuk kegiatan pemberian bantuan itu. Yaitu pemberian bantuan di dalam proses belajar mengajar yang berupa kegiatan perbaikan yang terprogram dan disusun secara sistematis.

  Servis atas merupakan salah satu teknik untuk memulai jalannya permainan bolavoli dengan cara melambungkan bola menggunakan tangan kiri ke atas sehingga bola melambung mendekati kepala, dilanjutkan memukul bola dengan tangan kanan dengan titik pukulan satu raihan di depan atas kepala, ditopang dengan kuda-kuda kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang. Menurut Bonnie Robinson (1989:36) adalah berdirilah di tempat yang telah tersedia, lalu memukul bola

Page 2: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

pada arah yang berlawanan menggunakan satu tangan, menuju daerah pertahanan lawan

METODE

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan cara observasi, pembuatan rencana pembelajaran (RP), pelaksanaan pelajaran, refleksi guru. penelitian ini menggunakan acuan menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Dr. M.E.Winarno, 2005:88) mengemukakan prosedur rancangan pengembangan penelitian tindakan kelas ke dalam gambar yang dapat mewakili dari proses pembelajaran remedial yang dilakukan.

Penelitian ini menggunakan satu siklus dengan dua kali pertemuan. Pada akhir pertemuan pertama dilakukan refleksi pada guru, dan selanjutnya dilakukan  evaluasi pada pertemuan ke dua yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran remedial teknik dasar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas XI IPA SMA LABORATORIUM UM Malang yang berjumlah 24 , penelitian ini dilakukan satu siklus dua kali pertemuan dengan lama waktu pelajaran 2jam pelajaran atau 2 x 45 menit.

Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul maka langkah selanjutnya mendeskripsikan hasil evaluasi pembelajaran remedial teknik dasar servis atas bolavoli dengan menggunakan rumus persentase milik Sudijono. Adapun rumusan tersebut adalah sebagai berikut:

P  = F/N x 100 %

Keterangan :

P :  Persentase

F :  Frekwensi

N :  Jumlah Responden

HASIL

Dilihat dari data observasi sebelum pembelajaran remedial dan data evaluasi pada akhir pertemuan ke dua bagian gerakan teknik dasar servis atas bolavoli yang dilakukan siswa

Page 3: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

menunjukkan bahwa posisi kaki  terdapat 7 siswa (29,1%) dalam skala 2 (sedang) dan 17 siswa (70.9%) skala 3 (baik), setelah dilakukan remedial siswa sudah dapat mencapai skala 3 (baik) seluruhnya. Pada posisi tangan 10 (42,7%) siswa dalam skala 1 (kurang), 8 (33,3%) dalam skala 2 (sedang), 6 (25%) dalam skala 3 (baik), setelah dilakukan remedial 10 (41.7%) siswa dapat mencapai skala 2 (sedang) dan 14 (58,3%) mencapai skala 3 (baik). Pada posisi tubuh terdapat 6 (25%) dalam skala 2 (sedang) dan 18 (75%) siswa pada skala 3 (baik), setelah dilakukan remedial siswa sudah dapat mencapai skala 3 (baik) secara keseluruhan (100%). Pada impact bola terdapat 9 (37,5%) siswa dalam skala 1 (kurang),9 (37,5%) skala 2 (sedang) dan 6 (25%) pada skala 3 (baik),  setelah dilakukan remedial 9 (37,5%) siswa sudah dapat mencapai skala 2 (sedang) dan 15 (62,5%) siswa dalam skala 3 (baik). Pada hasil pukulan yang dilakukan siswa terdapat 9 (37,5%) dalam skala 1 (kurang), 10 (41,7%) siswa pada skala 2 (sedang) dan 5 (20,8%) dalam skala 3 (baik), setelah dilakukan remedial 9 (37,5%) siswa sudah dapat mencapai skala 2 (sedang) dan 15 (62,5%) siswa dalam skala 3 (baik). Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan pada siklus I (satu) pertemuan ke II (dua), kesalahan teknik yang dilakukan pada kegiatan observasi sudah tidak terlihat lagi. Dengan begitu diketahui bahwa siswa kelas XI IPA  SMA LABORATORIUM UM Malang sudah baik dan benar dalam melakukan keterampilan gerakan teknik dasar servis atas bolavoli.

Analisis Data

Setelah data jumlah siswa yang benar dan jumlah siswa yang salah dalam melakukan teknik servis atas Bolavoli diketahui, selanjutnya peneliti melakukan analisis data. Tujuan analisis data ini adalah untuk mengetahui jumlah siswa yang benar dan jumlah siswa yang salah dalam persen (%) sehingga peneliti lebih mudah dalam mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Dari data yang ada terdapat perbedaan antara hasil dari pengamat I dan pengamat II, oleh karena itu sebelumnya peneliti mencari rata-rata perbedaan tersebut. Setelah diketahui hasilnya di analisis dengan rumus persentase.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak I (satu) siklus dengan 2 (dua) kali pertemuan. Berdasarkan hasil validasi dengan ahli pembelajaran, dalam setiap pertemuan sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti menyiapkan rencana pembelajaran (RP) sebagai pedoman pembelajaran teknik dasar servis atas bolavoli. Guru dalam penelitian ini adalah sebagai penyampai materi ke siswa mulai dari pemanasan untuk menyiapkan siswa menuju materi inti hingga siswa merasa siap melakukan pelajaran inti dan diakhiri dengan pendinginan dengan berpasangan.

Siklus 1 pertemuan ke 1

Page 4: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

 Mengidentifikasi  masalah yang dihadapi oleh siswa putra kelas XI IPA  SMA LABORATORIUM UM Malang dalam melakukan teknik dasar servis atas  bolavoli diketahui masih salah dalam melakukan gerakan. Kesalahan teknik tersebut   disebabkan karena siswa enggan melakukan servis atas bolavoli dengan bola sesungguhnya yang dianggap terlalu berat dan keras, sehingga siswa takut tidak dapat menyeberangkan bola kelapangan lawan ketika melakukan servis atas.

Selanjutnya peneliti merencanakan untuk melakukan pembelajaran remedial teknik dasar servis atas bolavoli dengan menggunakan bola mainan sebanyak 12 (dua belas) buah dengan jumlah siswa sebanyak 24 sebagai sarana pembelajaran untuk memperbaiki teknik dasar servis atas bolavoli yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani.

Refleksi

Refleksi yang ditujukan pada guru pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan rencana pembelajaran (RP) materi teknik dasar servis atas bolavoli, tingkat kesulitan guru dalam menjalankan program pembelajaran remedial, serta penggunaan bola mainan sebagai alat bantu pembelajaran remedial.

Siklus 1 pertemuan ke 1

Pertemuan kedua ini berlangsung 2 x 45 menit dengan 10 (sepuluh ) menit untuk teknik servis atas tanpa bola, 30 (tiga puluh) menit latihan teknik servis atas dengan bola mainan, 20 (dua puluh) menit latihan servis atas  dengan  bola voli sesungguhnya untuk menyiapkan kondisi siswa dalam pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran, 10 (sepuluh) menit kegiatan remedial dan 20 (dua puluh) menit, sisanya untuk pelaksanaan observasi setelah pembelajaran remidial.

Evaluasi Pembelajaran.

Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan cara siswa melakukan servis atas sebanyak 10 (sepuluh) kali dengan 2 (dua) kali percobaan pada lapangan permainan bolavoli secara urut menurut nomor absen. Bersamaan dengan siswa melakukan tes para jadi mengamati teknik gerakan yang dilakukan siswa yang melakukan tes. Dari hasil pengamatan jadi didapatkan data yang berupa simbol-simbol angka yang nantinya dapat menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam melakukan servis atas bolavoli. Dari data yang berupa simbol-simbol angka tersebut nantinya dapat diketahui berapa jumlah siswa yang kurang bisa, siswa yang kemampuannya sedang, dan berapa siswa yang dapat melakukan servis atas dengan gerakan-gerakan teknik dasar yang baik.

Page 5: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian adalah untuk memperbaiki kemampuan guru terhadap pembuatan rencana pengajaran (RP) siswa putra kelas XI IPA  SMA LABORATORIUM UM Malang dalam melakukan gerakan teknik dasar Servis atas bolavoli, yang nantinya akan berpengaruh pada hasil dari proses pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Setelah dilakukannya pembelajaran remedial teknik dasar servis atas bolavoli dengan 1 siklus 2 pertemuan, siswa putra kelas XI IPA SMA LABORATORIUM UM Malang sudah mengalami peningkatan yang sudah bisa menguasai keterampilan teknik dasar servis atas bolavoli. Di dalam pelaksanaan penelitian tersebut, peneliti yang bertindak sebagai rekan kerja guru pendidikan jasmani.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pembelajaran remedial untuk menemukan langkah-langkah yang lebih efektif, praktis dan ekonomis.

Sebaiknya guru pendidikan jasmani lebih kreatif dan inovatif sehingga pembelajaran yang dilakukan bisa menyenangkan siswa, menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan tentunya tujuan pembelajaran itu sendiri bisa tercapai

Sebaiknya guru pendidikan jasmani menggunakan cara atau metode pembelajaran yang berbeda, seperti penggunaan bola mainan.

KAJIAN PUSTAKA

Ischak. S.W. 1982. Program Remedial Dalam Proses Belajar-Mengajar.Yogya karta: Liberty.

Robinson. B. 1987. Bola Voli Bimbingan. Petunjuk Dan Teknik Bermain. Jakarta: Dahara Prize.

Sudijono, A. 1991. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Winarno. 2005. Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani.Malang: Labolatorium Jurusan Ilmu Olah Raga Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

 

Page 6: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangakan olahraga di Indonesia pada akhir-akhir ini Nampak makin

meningkat. Usaha pemerintah untuk menggalakan olahraga pada masyarakat

sudah dapat dilihat dari hasil kejuaraan-kejuaraan, dan mengingkatnya aktivitas

olahraga masyarakat yang dilakukan diberbagai tempat. Hal ini Nampak dengan

adanya kegiatan-kegiatan gerak jasmani yang semakin banyak dilakukan oleh

masyarakat. Olahraga adalah alat pemersatu dan perjuangan bangsa, oleh karena

itu pemerintah menganggap penting untuk memasyarakatkan olahraga dan

mengolahragakan masyarakat, sehingga akan berkembang menjadi gerakan

keolahragaan dengan motto “Tiada hari tanpa olahraga”(Engkos kosasih :1985:

345)pendidikan jasmani di sekolah merupakan dasar yang baik bagi

perkembangan olahraga di luar sekolah. Pendidikan jasmani serta olahraga dapat

dengan sengaja dan sadar kita arahkan pada suatu tujuan tertentu,yaitu kepada

pendidikan seluruh pribadi anak. Olahraga dan pendidikan jasmani tidak dapat di

pisah-pisahkan keduanya sangat erat hubungannya dan saling mempengaruhi.

Engkos kosasih berpendpat bahwa:

“Pendidikan jasmani adalah persamaan (simponi) dari pendidikan dan

struktur persekutuan hidup modern yang menyebabkan pendidikan jasmani

menjadi satu kebutuhan yang perlu dan harus ada. maka pendidikan jasmani

Page 7: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

patut disesuaikan benar dengan kebutuhan-kebutuhan biologis dan sosiologis

anak”. (Enok Kosasih, 1985:6)

Dilihat dari keberhasilan olahraga di Indonesia nampaknya hamper

mencapai sasaran yang diharapkan. Untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi

perlu adanya peningkatan prestasiinilah nantinya nama bangsa dan Negara akan

lebih dikenal dunia dalam bidang olahraga. Seperti kita ketahui cabang olahraga

tinju, panahan, dan bulu tangkis sudah pernah mengharumkan nama bangsa.

Sehingga timbul suatu pertanyaan apa penyebab atau hambatan pada paermainan

bola basket yang sudah memasyarakat ini belum dapat menunjukan prestasi yang

diharapkan oleh bangsa indonesiia. Dengan dasar pemikiran untuk memajukan

olahraga khususnya permainan bola basket maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dibidang keolahragaan khususnya pada cabang olahraga

bola basket.

Menurut sejarah perkenbangan olahraga bola basket di Indonesia pada tahun

1948 yaitu pada pesta olahraga PON yang peertama permainan bola basket

diikutkan pada peertandingan. Dibandingkan dengan Negara-negara lain tim kita

masih tertinggal jauh, hal ini dapat dibuktikan pada event-event internasional

yang diikuti oleh indonesa belum Nampak adanya prestasi yang membanggakan.

Untuk iyu perlu adanya pemikiran yang serius dalam mengenai pembinaan

olahraga agar apa yang diinginkan menjadi kenyataan yaitu kemajuan olahraga

bola basket.

Pemilihan pemain belum dapat menjamin sepenuhnya terhadap pencapaian

prestasi yang diharapkan , tetapi masih memerlukan perlakuan perlakuan khusus

Page 8: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

terhadap karakteristik-karakteristik pemain yang dapat diubah dan ditingkatkan

kwalitasnya melalui status proses latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan

cabang olahraga yang diketahuinya.

Dalam permainan bola basket didukung oleh kecepatan reaksi yang tinggi

akan menguntungkan pula dengan ukuran panjang tungkai yang sama perlu

didukung oleh kecepatan reaksi yang lebih tinggi, hal tersebut diatas

digambarkan bahwa prestasi bola basket selain ditingkatkan juga harus didukung

pula dengan potensi-potensi tubuhnyang dapat diubah atau ditingkatkan

kwalitasnya. Selain itu factor yang lain dalam permainan basket harus dikuasai

oleh seorang pemain bola basket

Aip syariffuddin tahun (1985), menyatakan unsur-unsur yang harus dikuasai

seorang pemain bola basket adalah :

1. Lempar tangkap bola

2. Mendribbel

3. Shooting

4. Olah kaki

5. Lari zigzag

Pendapat diatas dapat dikatakan bahwa motif berprestasi yang tinggi yang

menguntungkan dari atau didukung oleh kualitas fisik tertentu dan beberapa

faktor. kalaupenulis paparkan disini ada beberapa fa ktor yang sangat menunjung

maju tidaknya olahraga basket antara lain program latihan, sarana, prasarana,

postur tubuh, kesehatan dan gizi yang terjamin.

Page 9: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

Dalam upaya mengingkatkan prestasi cabang olahraga bola basket ini cukup

banyak faktor-faktor yang berkaitan misalnya, pemain itu sendiri, sarana dan

prasarana yang ada, pelatih, latihan teknik dan taktik selain itu tak lupa pula

kondisi fisik. Mengenai pemain atau bibit olahragawan atau olahragawati bias

didapatkan dari perkumpulan oilahraga atau di sekolah-sekolah tinggal

bagaimana cara memilih atlet yang baik. Telah kita ketahui bahwa di sekolah

merupakan gudang atlet yang tak ada habis-habisnya. Selain itu untuk

menciptakan pemain yang baik tidak cukup membutuhkan waktu satu ataau dua

hari saja melainkan dalam waktu yang lama.

Dalam memperoleh latihan baik itu latihan teknik atau taktik akan

memperkuat untuk memupuk disiplin, sportivitas, berani bekerjasama dan

tanggung jawab karena dalam permainan bola basket ada perturan-peraturannya.

Menurut Engkos Kosasih pengaruh physiologis dalam latihan olahraga yang

teratur adalah:

1. Terhadap perototan

2. Terhadap peredaran darah

3. Terhadap jalannya pernafasan

4. Terhadap pencernaan makanan

5. Terhadap persyarafan dan kelenjar Endokrin (Engkos Kosasih,1985:9)

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang

tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan mapun pemeliharaan

sedangkan komponen kondisi fisik tersebut adalah :

1. Kekuatan (strength)

Page 10: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

2. Daya tahan (endurance)

3. Daya ledak (Muscular power)

4. Kecepatan (speed)

5. Daya lentur (Pleksibility)

6. Kelincahan (agility)

7. Koordinasi (coordination)

8. Keseimbangan (balance)

9. Ketepatan (accuracy)

10. Reaksi (Reaction) . (M. Sojoto, 1990:8)

Dalam usaha atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal, persiapan atlet

bukan hanya ditekankan pada penguasaan teknik dan taktik saja tetapi kondisi

fisik yang sempurna merupakan syrat yang penting bagi atlet bola basklet

kondisi fisik atlet perlu penjagaan dan peningkatan secara continue untuk

menghadapi latihan dan pertandingan diharapkan atlet selalu dalamkeadaan

kondisi yang sempurna dalam menghadapi pertandingan ,agar tidak merugi

prestasi individu dan ragunya seorang atlet apabila seorang atlet atau lebih

memiliki kondisi fisik yang jelek pada saat pertandingan maka prestasi regu ter

sebut akan menurun secara keseluruhan. Akibatnya dapat menurunkan mental

tinm, sehingga prestasi tim sangat mencolok menurunnya. Kondisi fisik yang

perlu penjagaan dan peningkatan atlet bola basket adalah sebagai berikut:

1. Power (daya ledak); berguna untuk melompat guna memasukan bola maupun

merebut bola

Page 11: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

2. Speed off reaktion (kecepatan reaksi) berguna dalam kecepatan reaksi gerakan

baik untuk penyerangan dan pertahanan

3. Stamina, kemampuan daya tahan tinggi untuk melakukan permainan bola dalam

waktu yang tertentu untuk melakukan permainan bola basket dengan tempo

tinggi, prekwensi tinggi, tenaga tinggi dan produktif dalam waktu yang tertentu

dalam bola basket dalam permainan yang cepat

4. Agility (kelincahan) untuk merubah arah dalam pengambilan pisi pada saat

bermain

5. Fleksibility (kelenturan sendi-sendi) agar kelihatan lues gerakan-gerakannya

sehinga timbul seni gerak dalam permainan bola basket (Hadi Nugroho :5)

Dari pemikiran diatas maka perlu di kaji suatu hasil latihan yang telah

dihasilkan untuk dapat suatu evaluasi dalam menanganin peningkaatan prestasi

bola basket di Indonesia. Maka diadakan penelitian tentang hubungan antara

kecepatan dan kelenturan dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain

basket.

B. Rumusan Masalah

Dalam permainan bola basket untuk mencapai prestasi yang diharapkan

banyak hal yang mempengaruhinya. Bertititk tolak dengan hal diatas, ada berapa

permasalahan yang perlu dan sesuai dengan judul yang penulis ajukan sebagai

berikut:

1. Adakah hubungan antara kecepatan dengan keterampilan dribble bola basket pada

pemain bola basket?

Page 12: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

2. Adakah hubungan antara kelenturan dengan keterampilan pada pemain bola

basket?

3. Adakah hubungan antara kecepatan dan kelenturan dengan keterampilan dribble

pada pemauin basket?

C. Hipotesis

Merupakan dugaan sementara sebelum melakukan suatu penelitian guna

melihat hubungan yang saling mrningkat antara keceptan dan kelenturan dengan

keterampilan dribble bola baskaet pada pemain basket maka dikemukakan

hipotesisi sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara kecepatan dengan keterampilan dribel bola basket pada

pemain bila basket.

2. Ada hubungan antara kelentukan dengan keterampilan dribble bola basket pada

pemain basket.

3. Ada hubungan antara kecepatan dan kelentukan dengan keterampilan dribble bola

basket pada pemain basket.

D. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel

Variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek

pengamatan penelitian, untuk menguji hipotesis diatas, maka penulis

menetapkan variable sebagai berikut:

a. Variable bebas

X1 yaitu kecepatan

X2 yaitu kelentukan

Page 13: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

b. Variable terikat

Yaitu keterampilan mendribbel bola basket.

2. Difinisi Operasional Variable

Guna menghindari penafsiran yang berbeda-beda tentang pengertian yang

digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan operasional dari

masing-maasing variable. Batasan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untukmelakukan gerakan-gerakan yang sejenis

yang berturut-turut dalam waktu yang singkat, atau kemampuan untuk menempuh

satu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya(Harsono, 1988:216)

b. Kelentukan

Fleksibility adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan dalam

ruang gerak yang seluas-luasnya. Latihan senam dalam bentuka peregangan otot,

sendi-sendi sangat penting (Engkos kosasih, 1985:48)

c. Dribble

Dribble adalah cara membawa bola dalam permainan bola basket sambil

berjalan maupun berlari (H. Aip Syariffudin, 1977:102)

E. Tujuan Penelitian

Didalam melaksanakan segala sesuatu pekerjaan haruslah mempunyai suatu

tujuan, sehingga tidak ada suatu penyimpangan yang dapat mencapai sasarannya

begitu juga pad apelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan tertentu:

1. Tujuan umum

Page 14: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

Mendapatkan gambaran tentang hubungan antara kecepatan dan kelenturan

dengan keterampilan dribble bola basket pada pemain basket.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara kecepatan dengan keterampilan dribble bola

basket pada pemain basket

b. Untuk mengetahui hubungan antara kelenturan dengan keterampilan dribble bola

basket pada pemain baske t.

F. Pentingnya Penelitian

Pentingnya penelitian inidapat dikembangkan sebagai berikut:

1. Dalam bidang teori diharapkan dalam penelitian ini menjelaskan informasi empiric

yang dapat memperkaya teori-teori

2. Para atlet yang ingin menekuni olahraga bola basket.

3. Para Pembina olahraga bola basket dalampemilihan atlet yang perlu dikembangkan

selanjutnya.

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Pustaka

Permainan bola basket diciptakan oleh James A.Nasimith di Amerika Serikat

pada tahun 1891, atas anjuran dari Dr. Luther Halsey Gulick, seorang sekretaris

nasoional dari YCMA (Young Men’s Christian Association) jurusan pendidikan

jasmani.

James A. Naismith adalah seorang direktur dari Springfield College di

Massachusttes, Amreika Serikat. J.A. Naismith memikirkan suatu bentuk

Page 15: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

permainan yang dianjurkan oleh Dr. Luther, yaitu bentuk permainan yang dapat

dilakukan dalam ruangan (gedung) yang mudah dipelajari, dimainkan, serta

menarik dan menyenangkan. Akhirnya James A. Naismith berhasil menciptakan

suatu bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam ruangan. Permainan ini

diberi nama Basket Ball (Bola Basket). Pada awalnya James A. Naismith

melakukan permainan itu dengan keranjang sebagai sasarannya, diletakan di

sudut ruangan.

Permainan bola basket pertama kali dimainkan oleh 9 pemain setiap regunya,

sedangkan keranjangnya diletakan di sudut ruangan. Cara memainkannya, bola

tidak boleh di bawa lari, tetapi harus dioper-operkan kepada temannya dan pihak

lawan boleh merebutnya. Setiap regu berusaha kepada temannya dan pihak lawan

boleh merebutnya. Setiap regu berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya

ke keranjang lawan dan mencegah pihak lawan memasukan bola sebanyak-

banyaknya ke keranjang lawan dan mencegah pihak lawan memasukan bola ke

keranjangnya. Pada waktu itu, permainan bola basket sangat digemari sehingga

cepat berkembang. Akhirnya, timbul perubahan dalam permainan itu, baik

jumlah maupun letak keranjangnya, perubahan itu sebagai berikut :

(1) Jumlah pemain yang semula 9 orang di ubah menjadi 7 orang untuk setiap

regunya.

(2) Awalnya keranjang diletakan ditengah-tengah garis lapangan belakang

Setelah diadakan perubahan, ternyata peman bola basket semakin ramai dan para

pemainnya semakin gesit sehingga jumlah pemain sebanyak 7 orang dianggap

Page 16: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

terlalu banyak. Oleh karena itu, jumlah pemain diubah menjadi 5 pemain setiap

regunya, berlaku sampai sekarang. (H. Aip Syaiffudin, 1997:95)

1. Sejarah Olahraga Bola Basket

Cabang olahraga basket yang sekarang ini sudah berkembang dengan baik

hampir diseluruh dunia termasuk juga indonesia, walaupun sudah dikethui bahwa

olah raga ini sudah berkembang baik di negara indonesia namun belum menjadi

permainan yang favorit bagi masyarakat kita atau dengan kata lain belum

memasyarakat seperti cabang olahraga yang lain.

Untuk itu perlu pemikiran dan upaya kita agar suatu saat nanti olahraga basket

menjadi salah satu cabang olahraga yang di gemari oleh masyarakat kuas, baik

tua maupun mudah laki-laki maupun perempuan.

Pada tahun 1904 cabang olahraga basket yang pertama kali di uji cobakan pada

pesta olah raga Olympiade ke 111 di St.Louis A merika Serikat, kemudian tahun

1936 ditampilkan pada pesta olympiade x11 di Berlin.

Olahraga basket yang sudah banyak dikenal oleh kaum pria maupun wanita,

dalam perkembangannya tahun 1976 mulai dipertandingkan untuk wanita yaitu

pada pesta Olympiade di Monreal.

2. Perkembangan Bola Basket di Indonesia

Sebagaimana cabang olahraga yang lain olahraga basket juga mengalami

perkembangan cukup baik, akan tetapi bila dibandingkan dengan olahraga yang

lain tentunya dirasakan bahwa olahraga ini masih kalah memasyarakat. Tentunya

kita menyadari bahwa olahraga basket memerlukan sarana dan prasarana yang

Page 17: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

cukup memadai sehingga dengan demikian merupakan kendala yang sulit diatasi.

Dengan adanya perkembangan jaman pada masa kini berkembang pesat.

Prestasi olahraga bola basket Indonesia sampai saat ini masih belum bisa

berbicara banyak di tingkat Internasional. Banyak kendala yang menyebabkan

hal tersebut, misalnya masalah pembibitan, kompetisi yang belum memenuhi

standar pembinaan, serta sarana dan prasarana. Selain itu masalah kondisi fisik,

teknik, dan pengamalan bertanding juga masih tertinggal dengan negara lain

yang sudah maju perbolabasketannya. Karena itu tim Indonesia yang diterjunkan

ke pertandingan Internasional meskipun sudah dipersiapkan dengan biaya yang

besar, bahkan dilatih diluar negeri atau mendatangkan pelatih dari luar negeri

hesilnya belum seperti yang diyharapkan. Kenyataan ini menunjukan bahwa

untuk mencapai suatu prestasi olahraga banyak pihak yang harus dilibatkan. Jadi

proses pencapaian prestasi olahraga memerlukan usaha dari berbagai pihak yang

akan mengelola pemain yang potensial dalam cabang olahraga bola basket dan

diperlukan waktu yang relatif lama atau disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dicapai.

Secara teoritis antara pelatih dan pemain memiliki ketergantungan yang saling

menguntungkan. Hal ini dapatlah dikatakan bahwa pemain yang berpotensi

tinggi tidak akan dapat mencetak pemain yang berprestasi di tingkat

internasional apabila pemain yang dibinanya mampu melakukan usaha-usaha

yang sesuai dengan kemampuan optimal, dan kemampuan optimal setiap pemain

berbeda-beda. Oleh karena itu dicari cara-cara yang tepat untuk memperoleh

Page 18: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

pemain yang mempnyai kemampuan seperti yang diharapkan. Dalam hal ini H.

Anwar Pasau (1986) menyatakan :

Memimilih atlet yang akan dibina dalam suatu cabang olahraga merupakan

masalah utama dan pertama yang perlu diperhatikan. Apabila atlet yang

dipilihnya kurang ideal dan kurang sesuai dengan cabang olahraga yang

ditekuninya maka mustahil dapat diharapkan pencapaian prestasi yang prima,

walaupun pembina ditunjang dengan program yang baik, dana yang cukup,

pelatih yang kualitas, prasrana dan sarana yang mempunyai persyaratan teknis,

karena prestasi olahraga atlit i tu 70-80% ditentukan oleh atlet itu sendiri. Untuk

itulah maka pemilihan atlet yang akan datang dan dibina dalam suatu cabang

olahraga harus betul-betul sesuai dan ideal denga cabang olahraga tersebut, agar

prestasi maksimal dapat dicapai dan segera terwujud.

Selanjutnya pada bab ini dibahas tentang landasan berfikir terhadap masalah dan

proses penelitian ini secara keseluruhan. Pembahasan terutama dititik beratkan

pada berbagai aspek yang berkaitan dengan penelitian, yakni kecepatan,

kelenturan, menggiring bola basket (mendribble) dan hubungan antara kecepatan

dan keselenturan dengan keterampilan dribble bola basket.

B. Menggriring (mendribble)

Teknis dasar sangat penting sekali bahkan merupakan dasar dari permainan

untuk dapat maju mencapai prestasi maksmal. Kemahiran dalam menguasai

teknik dasar sering dijadikan indikator untuk menentukan tingkat kemampuan

pemain. Ini ditegaskan oleh Edy (1990) bahwa pemain yang mempunyai teknik

dasar tinggi akan berbeda penampilannya dilapangan dibandingkan dengan

Page 19: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

pemain yang kurang menguasai teknik dasar. Dengan pengetahuan teknik dasar

yang baik, pemain akan lebih mudah dalam memperagakan teknik dasar yang

baik, pemain akan lebih mudah dalam mempergakan taktik permainan. Sebagai

anggota tim, setiap pemain mempunyai peranan rangkap, yaitu sebagai individu

dan sebagai anggota tim. Sebagai individu pemain harus memiliki dan mengusai

teknik dasar bermain, sedangkan sebagai tim bersama pemain lainnya

berkewajiban menggalang kerjasama yang kompak. Diantara teknik dasar yang

sering diperagakan dalam permainan bola basket merupakan suatu keterampilan

untuk mengecoh lawan untuk meloloskan diri dari kerumunan lawan pada situasi

yang tidak memungkinkan untuk melempar atau menembak bola (PERBASI),

1971:57).

Ketangkasan dalam menggiring bola basket diperlukan untuk menghindari lawan

dan juga mendekatkan bola ke ring basket. Bila dekat dengan basket akan

memudahkan untuk menembak, kemungkinan untuk masuk akan lebih banyak

dari pada menembak dari jarak jauh.

Menggiring bola basket pada dasarnya dapat dilakukan dua macam bentuk yaitu :

menggiring rendah dan menggiring tinggi. Adapun guna dari menggiring rendah

ialah untuk menyusun dan mengacaukan pertahanan lawan, dan guna menggiring

tinggi ialah untuk memperoleh posisi mendekati basket lawan. Dalam sebuah

buku menggiring antara lain : mulai dari tingkat rendahnya, berpindah tangan

(cross over dribble), lewat belakang maupun bawah kolong dan berputar (reverse

dribble), akan tetapi dalam permainan akan nampak jelas bahwa menggiring ini

akan terbagi dua. Satu untuk melakukan menggiring tepat yang biasanya

Page 20: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

dilakukan menggiring tingggi dengan mendorong bila kedepan jauh. Yang kedua

menggiring untuk melewati orang atau penjaga yang biasanya dilakukan

menggiring untuk melewati orang atau penjaga yang biasanya dilakukan

menggiring lewat bawah kolong dan lewat belakang kemudian Woden (1976)

pada dasarnya bentuk dan teknik menggiring bola basket sebagai berikut :

1. Low or control dribble

2. High or speed dribble

3. High over dribble

Sedangkan kegunaan menggiring yang efektif menurut Woden (1976:134)

sebagai berikut :

1. Perjalanan yang pendek menuju ring disaat terbuka

2. Untuk memajukan bola disaat panjang berada di belakang dan saat rekan tim

dijaga ketat

3. Untuk serangan cepat dengan operan memotong

4. Mengkombinasikan dengan tipuan dan pivot untuk memperoleh kebebasan

5. Sebagai seorang penyerang mengancam untuk menjaga diri bermain terlalu rapat

6. Dalam serangan balik disaat tidak ada orang yang bebas di depan

7. Untuk melepaskan diri dari penjagaan dan keluar dari daerah

8. Untuk menjauhkan bola dari papan penjagaan dan keluar dari daerah yang ramai

9. Untuk membantu seorang guard pada situasi kerumunan lawan

10. Untuk menghabiskan waktu dan mengatur bola pada saat waktu permainan akan

habis.

Page 21: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

Perlu ditegaskan, agar pemain memiliki keterampilan menggiring yang baik,

maka latihan keterampilan ini perlu diberikan sejak dini dibawah pengawasan

pelatih. Kesalahan yang terjadi harus sudah dibenarkan sejak dini, sebab bila

kesalahan itu sudah menjadi suatu gerak otomatis dari pemain, maka sulit untuk

diperbaiki

C. Kecepatan

Bertentangan dengan kenyataan yang populer, kecepatan tidaklah semudah suatu

sifat alam. Ditentukan bahwa kecepatan dibatasi oleh kapasitas genetik bagi aksi

saraf otot, sebaik struktur tubuhnya tetapi atlet-atlet jarang mencapai potensi

kecepatan yang berhubungan dengan kegesitan. Sebagaimana pendapat dari

iskandar dan Ekos Kosasih bahwa : Kecepatan dan kegesitan adalah benar-benar

keterampilan-keterampilan dari penggunaan tenaga cepat terhadap sistem

pengungkitan tubuh. (Iskandar dan Engkos Kosasih, 1986:70).

Karena sistem pengungkit majemuk dibentuk oleh kerangka dan otot-otot

kerangka dan juga keunggulan dari kelas pertama dan ketiga pengungkit dengan

lengan-lengan tenaga pendeknya, tubuh manusia dibentuk untuk kecepatan dan

kegesitan dari pada mengatasi perlawanan. Oleh karena itu kemampuan individu

pada pemain bola basket mengnai kecepatan dan kegesitan dapat dikembangkan

dengan memperbaiki keterampilannya dalam 4 cara penggunaan tenaga :

1. Jumlah tenaga yang digunakan

2. Arah dimana tenaga digunakan

3. Titik dimana tenaga diugnakan

4. Lama dari penggunaan tenaga

Page 22: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

(Iskandar dan Engkos Kosasih, 1986:70).

Kemampuan individu bagi kecepatan dan kegesitan hanya dapat diciptakan

dengan pengembangan kekuatan melalui jangkauan penuh dari gerakan kemudian

menggunakan tenaga yang tepat bagi pemilikan keterampilan-keterampilan

tertentu. Individu yang tidak terlatih dan tidak terampil dapat berlari disuatu

perlombaan atau permainan tes kegesitan sekali dilakukan dengan cara

sembarangan dan tidak pernah menampakan kemampuan yang sebenarnya bagi

kecepatan atau kegesitan. Hal yang sama sering menjadi kenyataan bagi suatu

kondisi atlet untuk menampilkan kebolehannya dari olahraga dari olahraga yang

dikuasainya, jika ia memiliki teknik penggunaan seluk-beluk tenaga yang terdiri

dari keterampilan-keterampilan olahraga. Konsep dari respon otot merupakan

jalan yang terbaik untuk mulai pengembangan kecepatan dan kegesitan dengan

menggunakan kekuatan kepada jangkauan penuh gerakan. Untuk latihan atlet

dapat memilih untuk menambahkan sejumlah kecil dari penambahan berat untuk

beban lebih otot. Atlet harus berlatih pola-pola pergerakan alami, sedikit demi

sedikit menambah nomor dari penampilan yang sebenarnya dan dapat dilakukan

dalam periode waktu yang pendek. Jadi latihan kecepatan dan kegesitan menjadi

hasil pertumbuhan yang alami dari latihan kelenturan dan kekuatan. Kecepatan

dan kegesitan untuk setiap keahlian atlet dapat dikembangkan dengan merinci

keterampilan kedalam pola-pola pergerakan dasar dan bekerja pada pola-pola ini

dengan latihan-latihan kelenturan, kekuatan dan kecepatan.

(Iskandar Z.A, 1986:71)

Page 23: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

Atlet-atlet umunya belajar suatu keterampilan dalam garis besarnya saja dan

hanya mau merinci jika terdapat suatu persoalan koordinasi. Respon otot datang

jika bagian-bagian dari suatu keterampilan menjadi pola-pola dasar pergerakan

yang digunakan dalam latihan kondisi, termasuk latihan-latihan kecepatan.

Pendekatan ini dapat membantu atlet belajar keterampilan lebih baik dengan

memberikan suatu wawasan kedalam keterampilan alamiah. Betapapun demikian

tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki responsif dari otot-otot termasuk

dalam pola-pola pergerakan dasar dimulai dengan analisa biomekanis melalui

disiplin kinematik dan kinetik. Kinetik adalah analisa dari struktur fisik individu

dan pendekatan biomekanik pribadinya tentang persoalan keterampilan. Analisa

kinetik menyatakan keadaan geomeris dan sistem pengungkitan individu

termasuk panjang dari tenaga dan berat lengan, posisi dari titik penumpu, suatu

cara yang paling efisien dari penggunaan tenaga dan titik dari penggunaan

tenaga diperlukan bagi pengangkatan yang termasuk dalam keterampilan khusus.

Analisa kinematik menyatakan teknik kelenturan khusus, kekuatan dan

penggunaan tenaga harus kita lakukan untuk memperbaiki penampilan kecepatan

dan kegesitan bagi keterampilan khusus.

Kinetik adalah analisa dari keterampilan khusus dan perlakuannya dengan

tenaga, massa, dan efek dari geraknya. Kinetik membantu individu mengerti

akan keterampilan yang akan ditampilkannya. Mengerti akan kinetik dimulai

dengan hukum kelembanan Newton, kecepatan dan reaksi.

Komentar dari analisa biomekanis telah termasuk disini karena kecepatan dan

kegesitan adalah dua sifat yang menonjol dari mutu penampilan atlet.

Page 24: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

Penampilan tersebut adalah semata-mata indikator dari kemampuan atlit bagi

pandangan si pelatih.

Banyak atlet-atlet besar gagal dengan mudah dalam dunia olahraga, karena tidak

mengerti bagaimana untuk mencapai kemampuan dalam kecepatan dan kegesitan.

Untuk mengerjakannya harus mencapai kemampuan dalam kecepatan dan

kegesitan. Untuk mengerjakannya harus mengerti daerah keterampilan kita,

bagaimana tubuh kita dapat menghasilkan yang terbaik keterampilan-

keterampilan khusus ini. Bagaimana untuk merinci keterampilan ini kedalam

pola dasar pergerakan untuk latihan kondisi. Dengan menambahkan respon otot

dalam latihan kecepatan yang berhubungan dengan keterampilan, atlet dapat

memperbaiki latihannya dan teknik latihan untuk mencapai kemampuannya

dalam kecepatan dan kegesitan bagi keterampilan-keterampilan khusus (Iskandar

Z.A, 1986:72).

Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang

esensial. Kecepatan menjadi faktor penentu didalam cabang-cabang olahraga

seperti nomor-nomor sprint, t inju, anggar, beberapa cabang olahaga permainan,

dan sebagainya. Sebagaimana pendapat Harsono bahwa :

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis

secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan

untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. (Harsono,

1988:216).

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakan seluruh tubuh dengan cepat, akan

tetapi dapat pula terbatas pada menggerakan anggota-anggota tubuh dalam waktu

Page 25: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

yang sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan oleh

gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat. Kecepatan

melempar bola ditentukan oleh singkat tidaknya dalam menempuh jarak gerak

lempar.

D. Kelntukan

Dalam program latihan mutakhir saat ini, perhatian sering pada kekuatan,

kecepatan, ketahanan, tetapi kelenturan dipakai, seringkali diterapkan pada

program-program pemanasan pendek biasanya dalam waktu 5 sampai 10 menit

lamanya.

Pelatih-pelatih menyuruh atlet-atlet agar benar-benar seikit menggerakan untuk

mencegah otot hamstring dan otot kunci pada tertarik (quardricep).

Jika program pemanasan pendek diatur dengan baik dan atlet-atlet menunjukan

latihan-latihan sebagaimana mestinya maka manfaat dari pemanasan akan

berhasil. Betapapun efeknya hanya sementara dan hasilnya sedikit atau tidak

menguntungkan dalam jangkauan gerak, kelembutan, kekenyalan, pengendoran

atau satu dari manfaat latihan kelenturan. Sebagaimana pendapat dari Iskandar

Z.A dan Engkos Kosasih (1986:15) bahwa : Kurangnya latihan kelenturan

seringkali menghasilkan ketegangan

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syariffudin, 1997, Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta PT . Gramedia

Widiasarna Indonesia

Engkos Kosasih, 1985, Olah Raga Teknik Program Latihan, Jakarta, Akademi Pres

Harsono, 1988, Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching, Jakarta, Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Page 26: Pembelajaran Remidial Teknik Dasar

Iskandar ZA. dan Engkos Kosasih 1986, Pelatihan Peregangan. Jakarta Akademika Pers

M Sajoto 1985, Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga.

Semarang.

Nur Hasan, 1986, Tes Dan Pengukuran Jakarta, Karunia Universitas Terbuka.

Suharsimi arikunto, 1987, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta, Bina Aksara.

Suharsimi Arikunto, 1991, Prosedur Penelitian Sesuatu Pendekatan Praktis, Jakarta PT.

Rineka Cipta.

Sutrisnop Hadi, 1987, Statistic I I Yogyakarta Yayasan Penerbit Fakultas

Psikologi UGM.

Sutrisno Hadi, 1990, Analisis Egresi Yog yakarta Andi Offset.