pemanfaatan dana bantuan pemerintah upaya...
Post on 24-Mar-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMANFAATAN DANA BANTUAN PEMERINTAH
UPAYA KHUSUS SAPI INDUKAN WAJIB BUNTING (UPSUS SIWAB) Lombok, 7 November 2018
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWANKEMENTERIAN PERTANIAN
KEDAULATAN PANGAN DAN NAWACITA
Undang-Undang No. 18 Tahun
2012 Tentang Pangan:
Kedaulatan Pangan adalah hak
negara dan bangsa yang secara
mandiri menentukan kebijakan
Pangan yang menjamin hak atas
Pangan bagi rakyat dan yang
memberikan hak bagi
masyarakat untuk menentukan
sistem Pangan yang sesuai
dengan potensi sumber daya
lokal.
NAWACITA:
(7). Mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik:► Membangun Kedaulatan Pangan
► Mewujudkan Kedaulatan Energi
► Mewujudkan Kedaulatan Keuangan
► Mendirikan Bank Petani/ Nelayan dan UMKM
termasuk gudang dengan fasilitas pengolahan
pasca panen di tiap sentra produksi tani/
nelayan
► Mewujudkan Penguatan Teknologi Melalui
Kebijakan Penciptaan Sistem Inovasi Nasional
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
3
I Fokus Pangan
Strategis
Fokus sentra/
kawasan
II
III
IV
V
VI
VIIPERCEPATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN MODERN MENUJU
KEDAULATAN PANGAN & KESEJAHTERAAN PETANI
2016
Padi, Bawang Merah, Cabai
Jagung
Gula Konsumsi
Kedelai
Gula Industri
Daging Sapi
Bawang Putih2045
Lumbung Pangan Dunia
2017
2019
2019
2025
2026
2033
4
Target Waktu Swasembada
Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan http://ditjenpkh.pertanian.go.id
KERANGKA PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
PENYEDIAAN PROTEIN HEWANI
KEDAULATAN PANGAN ASAL TERNAK
PRODUKSI DAGING PRODUKSI SUSU
KOMODITAS UTAMA ;
Sapi Potong, Sapi Perah, Kerbau
Kambing, Domba, Unggas dan Babi
Road Map
PROGRAM KERJA1. Optimalisasi Produksi & Populasi2. Penguatan Kelembagaan3. Penguatan Infrastruktur4. Pengembangan Investasi5. Penguatan Sistem Logistik Ternak & Produk6. Regulasi dan Deregulasi
PETERNAK BESAR
PRODUKSI TELUR
KEMITRAAN AGRIBISNIS
PETERNAK MENENGAH
PETERNAK MIKRO-KECIL
PENGEMBANGAN KAWASAN
SWASTA BUMN
KONDISI SAAT INI
-2.000 4.000 6.000 8.000
10.000 12.000 14.000 16.000 18.000
2014 2015 2016 2017 2018 *)1 Sapi Potong/Beef Cattle 14.727 15.420 15.997 16.429 17.050
2 Sapi Perah/Dairy Cattle 503 519 534 540 550
3 Kerbau/Buffalo 1.335 1.347 1.355 1.322 1.356
4 Kuda/Horse 428 430 424 409 421
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
2014 2015 2016 2017 2018 *)
1 Kambing/Goat 18.640 19.013 17.862 18.208 18.721
2 Domba/Sheep 16.092 17.025 15.717 17.142 17.398
3 Babi/Pig 7.694 7.808 7.904 8.261 8.542
-200.000 400.000 600.000 800.000
1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000 1.800.000 2.000.000
2014 2015 2016 2017 2018 *)1 Ayam Buras/Native Chicken 275.116 285.304 294.333 299.701 310.960
2 Ayam Ras Petelur/Layer 146.660 155.007 161.364 176.937 181.752
3 Ayam Ras Pedaging/Broiler 1.443.349 1.528.329 1.632.801 1.848.731 1.891.435
4 Itik/Duck 45.268 45.322 47.423 49.056 51.239
5 Itik Manila/Muscovy Duck 7.414 7.975 8.170 8.502 8.772
CAPAIAN DAN SITUASI PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN 2018
PRODUKSI (ton)
KEBUTUHAN (ton)
STATUS KETERANGAN
354.770 604.966 Impor 32% dari kebutuhan (berdasarkan
realisasi impor sapi bakalan dan dagingsapi/kerbau sd Des 2017)
Belum swadaya
113.757 Cukup Konsumsi dalam negeri dan peluang ekspor Swasembada
339.609 Cukup Konsumsi dalam negeri dan peluang ekspor Swasembada
3,3 juta 3,2 juta
(Berlebih dan
cenderung over
supply)
Potensi ekspor sangat besar Swasembada tapi input
produksinya tergantung
impor (bibit, bahan
pakan, obat dan teknologi
110.282 Berlebih dan
cenderung over supply
Potensi ekspor sangat besar
284.988 Mencukupi untuk
konsumsi dalam negeri
Dipelihara oleh masyarakat pedesaan dan belum banyak berbentuk usaha
Swasembada
41.867 Mencukupi untuk
konsumsi dalam negeri
Dipelihara oleh masyarakat pedesaan dan belum banyak berbentuk usaha
Swasembada
0,86 juta 4,5 juta Impor 81% dari kebutuhan
(Produksi susu segar dalam negeri tidak
mencukupi dan konsumsi masyarakat lebih
menyukai susu bubuk dan kental manis)
Belum swasembada
Daging sapi/kerbau
Daging kambing/domba
Daging babi
Daging ayam ras
Telur ayam
ras
Daging ayam lokal
Daging bebek
lokal
Susu dan produk
susu
GRAND DISAIN PENGEMBANGAN SAPI DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA PROTEIN HEWANI
Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan http://ditjenpkh.pertanian.go.id
GRAND DESAIN PENGEMBANGAN SAPI 2045
2016
20222026
20352045
Ketersediaandaging sapi lokal
(68 % )
Swasembada danRintisan Ekspor:
1. Populasi: 23.230.645 ekor dan 2. Kebutuhan : 769.566 ton dan
Produksi lokal : 688.914 ton (90 %) 3. Ekspor daging sapi wagyu4. Peternak kecil: 75 %
Ekspor: 1. Populasi : 33.933.992 ekor2. Kebutuhan : 847.607 ribu ton dan
Produksi lokal : 792.175 Ton (93%) 3. Potensi Ekspor: 154,362 ribu ekor
(29.329 ton)4. Peternak kecil: 50 %; Peternak
menengah/besar : 50 %
Pemantapan Ekspor:1. Populasi : 38.802.239 ekor dan 2. Kebutuhan : 1.039.218 ton; produksi lokal
952.349 ton 3. Potensi ekspor : 89.752 ekor (17.053 ton)4. Peternak kecil: 30 %; Peternak
menengah/besar: 70 %
Lumbung Pangan ASIA:1. Populasi: 41.745.441 ekor; 2. Kebutuhan : 1.151.698 ton; produksi lokal
1.122 ribu ton3. Potensi ekspor : 450.049 ekor (85.509 ton)4. Peternak kecil: 20 % dan Peternak
menengah/besar : 80 %
Catt: Diperlukan importasi indukan sebanyak 3,2 juta ekor selama 10 tahun pertama
STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA & EKSPOR DAGING SAPI
a. Penyediaan lahan
b. Penambahan Indukan
c. Peningkatan kelahirand. Peningkatan produktifitas
e. Pembiayaan dan subsidi
f. Penguatan kelembagaan
g. Regulasi dan deregulasi
Swasembada dan Rintisan Ekspor
(TAHAPAN KUNCI)
2016-2022
2023-2026
2027-2035
2036-2045
a. Penguatan akses pasarb. Peningkatan keamanan dan
daya saing produk hewanc. Penguatan sistem logistik
Ekspor
a. Penciptaan iklim investasi yang kondusif
b. Pemantapan sistem produksi dan logistik
c. Teknologi dan informasi
Pemantapan Ekspor
Lumbung Pangan Dunia
a. Promosi b. Peningkatan nilai tambah
dan daya saingc. Diversifikasi horisontal dan
vertikal
DUKUNGAN KEBIJAKAN DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2018
PRIORITAS 1:
PENYEDIAAN
LAHAN
PETERNAKAN
DUKUNGAN
KEBIJAKAN DAN
KEGIATAN PRIORITAS
PRIORITAS 2 :
UPSUS SIWAB
PRIORITAS 3 :
PENAMBAHAN
INDUKAN IMPOR
PRIORITAS 4:
PENAMBAHAN
POPULASI
TERNAK
1. Tempat berusaha
(pemeliharaan)
2. Sumber Pakan
3. Kepastian Usaha
dan Ivestasi
SEMAKIN
BERKURANG
DUKUNGAN :
1. Pemanfaatan Lahan
HutanSilvo Pasture
2. Integrasi Sapi Sawit
3. Pentapan Tata Ruang
Untuk komoditas
ternak
1. Peningkatan
populasi
2. Peningkatan
Produktifitas
3. Lapangan Usaha
Baru (tenaga IB
Swadaya)PERLU
DIOPTIMALKAN
DUKUNGAN :
1. Kontribusi
Pembiayaan
Pemerintah Daerah
2. Penguatan Sistem
Informasi dan Data
Base
3. Pengawalan dan
Pendampingan
1. Penambahan
populasi
2. Peningkatan skala
usaha
DUKUNGAN:
1. Komitment Pemda
2. Komitment Penerima
Manfaat
3. Pengawalan dan
Pendampingan
KEBERLANJUTAN
TERNAK
1. Peningkatan skala
usaha
2. Korporasi
Peternakan
DUKUNGAN:
1. Komitment Pemda
2. Pemberdayaan
Kelompok
3. Jaminan Pasar dan
Harga
CULTURE DAN
KELEMBAGAAN
PENAMBAHAN INDUKAN IMPOR
BPTU-HPT SEMBAWA
(1.430)
Aceh 545
Sumut 45
Riau 45
Kepri 150
Babel 125
Jambi 50
Sumbar 110
Sumsel 170
Bengkulu 95
Lampung 95
BBPTU HPT BATURRADEN
(1.270)
Jawa Barat 395
Jawa Tengah 410
DIY 45
Jawa Timur 345
Kalbar 75
BBVET MAROS (3.300)
Sulteng 600
Sulsel 653
Kalsel 350
Kalteng 90
Kaltim 332
Gorontalo 75
Sulbar 345
Sultra 400
NTB 455
Untuk Swasembada Diperlukan Penambahan indukan impor sebanyak 3,2 juta ekor, saat ini baru teralisasi 10.397 ekor
DISTRIBUSI INDUKAN IMPOR TAHUN 2018
UPSUS SIWAB SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN POPULASI
SAPI POTONG TERPADU BERBASIS KAWASAN
PEMERIKSAAN
STATUS REPRODUKSI
DAN GANGGUAN
REPRODUKSI
PEMENUHAN SEMEN
BEKU DAN N2 CAIR
PELAYANAN IB DAN
KAWIN ALAM
PENGENDALIAN
PEMOTONGAN
BETINA
PRODUKTIF
PEMENUHAN HIJAUAN
PAKAN TERNAK DAN
KONSENTRAT
UPSUS SIWAB 2018
1. Pelaksanaan Kegiatan IB, target 3 juta ekor
akseptor.
2. Penyediaan dan Distribusi Semen Beku,
Nitrogen (N2) Cair Dan Kontainer; pada 34
propinsi
3. Pemenuhan Hijauan Pakan, target 1.138,5
Ha
4. Penanggulangan Gangguan Reproduksi;
dengan target 200.000 ekor
5. Pengendalian Pemotongan Betina Produktif ;
pada 41 lokasi
1. Terlayaninya perkawinan 3 juta ekor
akseptor; , kebuntingan 2,1 jt ekor,
kelahiran 1,68 jt ekor
2. Luas areal tanam HPT : 338,5 hektar;
terbangunnya PP 200 hektar; Terpeliharanya
PP 600 hektar;
3. Penurunan pemotongan betina produktif di
RPH di 41 lokasi
4. Tertanggulanginya kasus gangguan
reproduksi 200 ribu ekor;
1. Pelaksanaan Kegiatan IB, target 3 juta ekor
akseptor
2. Penyediaan dan Distribusi Semen Beku,
Nitrogen (N2) Cair Dan Kontainer; pada 34
propinsi
3. Pemenuhan Hijauan Pakan, target 1.138,5
Ha
4. Penanggulangan Gangguan Reproduksi;
dengan target 200.000 ekor
5. Pengendalian Pemotongan Betina Produktif ;
pada 41 lokasi
Performan Kinerja Output dan Outcome
ISIHKNAS
ISIHKNAS
Performan Kinerja Keuangan
Pendampingan dan pengawalan
Sapi/Kerbau
Betina Produktif
5.9 juta ekor
Akseptor
3 juta ekor
Bunting
2,1 juta ekor
TARGET 2018
Akseptor
3 juta ekor
IB Reguler
2,7 juta ekor
IB Introduksi
300 ribu ekor
Akseptor merupakan induk ternak yang sudah didaftarkan maupun yang
belum didaftarkan di iSIKHNAS. Ternak yang sudah didaftarkan tidak perlu
didaftarkan kembali dan tetap menggunakan identitas ternak/daftar hewan
yang sudah terdaftar di iSIKHNAS.
NO PROVINSI REGULER INTRODUKSI TOTAL
1 Jawa Timur 1.295.600 - 1.295.600
2 Jawa Tengah 600.000 - 600.000
3 Lampung 142.500 19.500 162.000
4 Bali 61.300 15.000 76.300
5 Jawa Barat 133.500 - 133.500
6 DIY 100.800 - 100.800
7 DKI 1.000 - 1.000
8 Sulawesi Selatan 30.000 45.000 75.000
9 Sumatera Utara 65.800 38.000 103.800
10 Sumatera Barat 70.500 10.000 80.500
11 Sumatera Selatan 23.000 14.500 37.500
12 Riau 18.500 8.000 26.500
13 Kalimantan Barat 16.500 1.000 17.500
14 Jambi 10.750 5.000 15.750
15 Kalimantan Selatan 15.000 12.000 27.000
16 Bengkulu 5.000 1.000 6.000
17 Kalimantan Timur 4.250 2.800 7.050
18 Kalimantan Tengah 3.500 2.500 6.000
19 Kepulauan Riau 1.175 700 1.875
20 Bangka Belitung 650 400 1.050
Lanjutan....
NO PROVINSI REGULER INTRODUKSI TOTAL
21 Nusa Tenggara Timur 5.000 20.500 25.500
22 Nusa Tenggara Barat 50.000 35.000 85.000
23 Aceh 15.900 20.000 35.900
24 Sulawesi Tengah 5.000 15.000 20.000
25 Sulawesi Tenggara 5.500 10.000 15.500
26 Gorontalo 2.750 10.000 12.750
27 Sulawesi Utara 4.000 2.000 6.000
28 Sulawesi Barat 4.000 4.700 8.700
29 Papua 1.450 1.900 3.350
30 Maluku 1.750 1.500 3.250
31 Maluku Utara 325 900 1.225
32 Papua Barat 1.000 800 1.800
33 Banten 2.000 1.800 3.800
34 Kalimantan Utara 2.000 500 2.500
Total 2.700.000 300.000 3.000.000
IB
IB Reguler
dilakukan pada ternak yang sistempemeliharaannya dilakukan secaraintensif atau semi intensif.
Ternak yang sudah 3 (tiga) kali di IB namun tidak menunjukkan adanyakebuntingan dilaporkan kepadapetugas ATR/Medik diwilayahtersebut.
IB Introduksi
dilakukan pada ternak yang sistempemeliharaannya dilakukan secara semi intensifdan/atau ekstensif serta adanya perlakuansinkronisasi (penyerentakan berahi)
Pelaksanaan Pelayanan IB
UPSUS SIWAB 2018
• IB introduksi dilakukan secara sinergi antara UPT Ditjen PKH dengan OPD provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan wilayah pendampingan UPT.
• Untuk kelancaran pelaksanaan IB introduksi dilengkapi dengan: kandang jepit, pengumpulan ternak, vitamin, obat-obatan dan pelayanan sinkronisasi.
IB Introduksi
Pemeriksaan Kebuntingan (PKb) PKb dilakukan melalui palpasi per rectal
dan/atau alat ultrasonografi (USG). PKb dilakukan pada akseptor IB dan KA. Untuk PKb pada akseptor IB, dilakukan
paling cepat 2 (dua) bulan setelahpelayanan IB. Untuk PKb pada KA, dapatdilakukan pada saat pengumpulan ternak.
PKb dilakukan oleh dokter hewan ataupetugas PKb yang sudah ditetapkan.
Pelaporan KelahiranPelaporan kelahiran merupakan laporankelahiran tahun 2018 maupun 2017 (yangbelum dilaporkan) baik hasil IB dan hasilkawin alam dilakukan oleh petugas reproduksiyang telah ditetapkan.
PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU, NITROGEN (N2) CAIR DAN KONTAINER
Penyedian Semen Beku
Semen beku yang digunakan dalam UPSUS SIWAB:
• Memenuhi persyaratan SNI, dan/atau lulus dari ujilaboratorium yang terakreditasi.
• Semen beku yang berasal dari luar negeri memenuhipersyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan.
• Dapat menggunakan stock semen tahun sebelumnya danproduksi tahun 2018
• Sebelum didistribusikan, produsen meregistrasi semen bekudi ISIKHNAS.
Pengadaan Semen
• Pengadaan semen beku dilaksanakan melalui e-katalogdan/atau pelelangan umum.
• Pengadaan semen beku dilakukan pada awal tahun untukmenjamin pelaksanaan IB berjalan lancar.
Distribusi Semen
• Penyedia semen beku mendistribusikan semen beku sampaike kabupaten/kota. Dalam hal permintaan distribusi semenbeku sampai ke provinsi, distribusi ke kabupaten/kotamenjadi tanggung jawab Provinsi.
• Memperhatikan pengaturan pola distribusi (untukmencegah inbreeding), wilayah sumber bibit dan handlingsemen yang baik.
Rencana Bimtek Petugas Teknis IB Tahun 2018
• Bimtek di UPT bidang Perbibitan
1. BPTU HPT Indrapuri : 25 Orang
2. BPTU HPT Padangmengatas : 76 Orang
3. BPTU HPT Sembawa : 76 Orang
4. BBIB Singosari : 30 Orang
5. BIB Lembang : 104 Orang
6. BET Cipelang : 123 Orang
Jumlah : 434 orang
KEGIATAN UTAMA PAKAN
PEMENUHAN HIJAUAN PAKAN TERNAK
1. Penanaman dan pengembangan hijauan pakan ternak berkualitas / gerbangpatas (338,5 ha)
2. Pengembangan padang penggembalaan (200 ha)
3. Pemeliharaan padang penggembalaan lama (600 ha)
4. Bantuan alsin pencacah HPT (40 unit)
Penanggulangan Gangguan Reproduksi
Pengendalian Pemotongan Betina Produktif
Mekanisme kegiatan pengendalian betina produktif:
1. Pembinaan
2. pengawasan dan penindakan dilaksanakan olehTim Terpadu yang terdiri dari berbagai unsur.
3. Lokasi: 17 provinsi target (41 kabupaten/kota) dan 16 provinsi non target.
Lokasi Target Pengendalian Betina ProduktifNo Provinsi Jumlah Lokasi Target Kab/Kota
1 Jawa Timur 6
2 Jawa Tengah 4
3 Jawa Barat 2
4 Bali 2
5 DI Yogyakarta 2
6 Jambi 3
7 Bengkulu 1
8 Kalimantan Timur 2
9 Nusa Tenggara Timur 1
10 Sulawesi Selatan 4
11 Sumatera Barat 3
12 Sumatera Selatan 1
13 Riau 3
14 Kalimantan Barat 1
15 Nusa Tenggara Barat 4
16 Sulawesi Tenggara 1
17 Sulawesi Utara 1
Jumlah Total 41
34
PENDANAAN KEGIATAN PENYEDIAAN SEMEN BEKU, SUMBER DAYA MANUSIA DAN PELAKSANAAN IB TAHUN 2018
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana
(plastic sheath, glove, kontainer lapangan, kontainer depo N2 cair dan kontainer semen beku)
2.Biaya Operasional
>> Operasional IB Reguler
>> Operasional IB Introduksi
>> Operasional Pemeriksaan Kebuntingan
>> Pelaporan Kelahiran
>> Honor pelaporan (data recorder)
35
1. Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan sebesar Rp. 50.000,- per pelayanan dan
maksimal 3 kali IB dengan memperhatikan ketersediaananggaran sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
BESARAN BIAYA OPERASIONAL
2. Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan Kebuntingan (PKb) sebesar Rp. 30.000,- perpelayanan dengan memperhatikan ketersediaan anggaran sesuaidengan peraturan yang berlaku.
3. Operasional Pelaporan Kelahiran
Pelaporan kelahiran sebesar Rp. 5.000,- per kelahiran dengan memperhatikanketersediaan anggaran sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Honor Rekorder
Honor data recorder adalah Rp. 400.000,- per bulan diberikan kepada petugas datareorder yang ditunjuk di Kabupaten/Kota dan Provinsi.
a BOP IB Print Out Lap IB Isiknas ttd petugas bersangkutan, Verifikator dan PJ Dinas Kab/Kota (format 17)
Rekap pelaksanaan di ttd BPP/petugas yang ditunjuk, PJ Dinas Kab/Kota dan PPK Provinsi
(format 18) Kuitansi Format 19
b BOP PKB Print Out Lap PKB Isiknas ttd petugas bersangkutan, Verifikator dan PJ Dinas Kab/Kota
Rekap pelaksanaan di ttd BPP/petugas yang ditunjuk, PJ Dinas Kab/Kota dan
PPK Provinsi (format 21) Kuitansi Format 22
(format 20)
c Kelahiran Ternak Print Out Lap Kelahiran Ternak Isiknas ttd petugas bersangkutan, Verifikator dan
Rekap pelaksanaan di ttd BPP/petugas yang ditunjuk, PJ Dinas
Kab/Kota dan PPK Provinsi (format 24) Kuitansi Format 25
PJ Dinas Kab/Kota (format 23)
d Ganguan Reproduksi Print Out Lap kegiatan pada Isiknas ttd petugas gangreb dinas kab/kota dan
Rekap pelaksanaan Kegiatan KuitansiDiketahui koordinator Gangrep
Ketentuan Pembayaran BOP
a. Biaya Operasional Pelayanan IB : Rp 50.000/pelayanan Maksimal 3 kalimemperhatikan
ketersediaan anggaran
b. Biaya Operasional Pelayanan PKB : Rp. 30.000/pelayananmemperhatikan ketersediaan anggaran
c. Biaya Operasional Pelaporan Kelahiran : Rp 5.000/Kelahiran memperhatikan ketersediaan
anggaran
d. Honor Data Recorder : Rp. 400.000 /bulan
e. Penanggulangan Gangreb dilakukan 2-3 kali memperhatikan ketersediaan anggaran
Syarat-syarat pertanggungjawaban
a. KPA Membentuk POKJA terkait dengan mekanisme pembayaran biaya operasional dan menunjuk
Bendahara Pengeluaran Pembantu
b. Proses Pemgajuan Pembayaran dilakukan mulai dari pengajuan laporan pelaksanaan kegiatan
UPSUS --> verifikasi data pengajuan SPM pembayaran
c. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Pokda Kab/Kota disediakan operasional yang
meliputi koordinasi, pembinaan, administrasi kegiatan, dan perjalanan dinas
a. Pengenaan PPh Biaya operasional IB, PKb, dan pelaporan kelahiran PPh sebesar : (i) Golongan IV :
15 %; (ii) Golongan III : 5%; (iii) Non PNS ber NPWP : 5%; dan (iv) Non PNS tanpa NPWP : 6%
b. Bendahara pengeluaran berkewajiban untuk memotong pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam rangka efektifitas dan ketertiban pelaksanaan UPSUS SIWAB dilakukan penandatanganan pakta
Integritas.
Prosedur pencairan dana untuk pembayaran honor dalam kegiatan operasional UPSUS SIWAB ini dapat
dilakukan melalui tiga cara yaitu pembayaran melalui uang persediaan (UP), tambahan uang persediaan
(TUP) dan Pembayaran Langsung (LS)
Pelaporan
Pelaporan semua kegiatan Upsus Siwabmelalui Isikhnas. Untuk lokasi yangmemiliki keterbatasan jaringan,pelaporan dapat dilakukan secaramanual dengan format excel(spreadsheet) selanjutnya diinput dalamiSIKHNAS oleh koordinator pelaporan(data recorder).
Data Recorder..???
Tugas Petugas Pelaporan (Data Recorder)
1. Data Recorder Provinsi
a. Menyiapkan dan menyusun laporan perkembangan kinerjakegiatan UPSUS SIWAB setiap bulan, serta membantu analisisdata dalam mengevaluasi perkembangan kinerja kegiatanUPSUS SIWAB bersamasama dengan Tim Pokja setempat.
b. Melakukan pemantauan dan supervisi kelancaran arus datapelaporan dari petugas teknis dan data recorderKabupaten/Kota.
c. Mengoptimalkan penggunaan situs web iSIKHNAS sebagaisarana sumber data informasi perkembangan kegiatan UPSUSSIWAB.
2. Data Recorder Kabupaten/Kotaa. Melakukan pemantauan kelancaran arus data pelaporan dari
petugas teknis dan menginput semua data perkembangan pelaksanaan kegiatan teknis ke sistem iSIKHNAS.
b. Melakukan pendampingan dan bimbingan tatacara pelaporan melalui sistem iSIKHNAS kepada para petugas di wilayah kerja.
c. Menghimpun dan memasukkan data yang tertunda ke dalam sistem iSIKHNAS.
d. Membantu penyiapan data administrasi dan keuangan.
Lanjutan…
1
2
3
4
5
Pemenuhan Hijauan Pakan Ternak dan Pakan Konsentrat
Penanganan Gangguan Reproduksi
Penyediaan semen beku, tenaga teknis, dan sarana IB serta pelaksanaan IB
Distribusi dan Ketersediaan Semen Beku, N2 Cair, dan Kontainer
Pengendalian Betina Produktif
CAPAIAN KINERJA
KEGIATAN
CAPAIAN KINERJA OUTPUT
IB
Bunting
Lahir
1
2
3
RUANG LINGKUP PELAPORAN UPSUS SIWAB
42
Laporan Harian Laporan Bulanan
Alur Pelaporan Program Upsus SIWAB
ISIKHNAS
KINERJA OUTPUT :a. Jumlah akseptor IBb. Jumlah Kebuntinganc. Jumlah Kelahiran
KINERJA KEGIATAN :a. Penyediaan semen beku, SDM IB,
Sapras IB, dan Pelaksanaan IB dan KA
b. Perkembangan Distribusi dan ketersediaan Semen Beku, N2 Cair dan Kontainer
c. Pemenuhan HPTd. Pengendalaian Pemotongan
Betina Produktif
PETUGAS TEKNIS
PETUGAS TEKNIS
PETUGAS TEKNIS
PETUGAS TEKNIS
Alur Pelaporan Kinerja Kegiatan UPSUS SIWAB
Lanjutan...
DIREKTUR JENDERAL PKH
PROVINSI
SEKRETARIAT POKJA UPSUS
SIWABPokja Upsus Propinsi
Laporan kinerja: (1) Pelaksanaan Kegiatan IB; (2)Penyediaan dan Distribusi Semen Beku, Nitrogen (N2) Cair Dan Kontainer; (3) Sumber Daya Manusia; (4) Pemenuhan Hijauan Pakan; (5) Penanggulangan Gangguan Reproduksi; dan (6)Pengendalian
Pemotongan Sapi/Kerbau Betina Produktif di RPH.
REALISASI UPSUS SIWAB 2018
CAPAIAN UPSUS SIWAB (1 JANUARI - 1 NOVEMBER 2018)
3.000.000
2.100.000
1.680.000
3.591.115
1.759.663 1.464.722
IB KEBUNTINGAN LAHIR
Target Realisasi
119,70%
83,79% 87,19%
REALISASI BOP UPSUS SIWAB
REALISASI BOP dan iSIKHNAS IB
Akseptor Anggaran Akseptor Anggaran %
a b c d h i (i/d)x10 j
1 DKI JAKARTA 1,000 50,000,000 384 19,200,000 38.40 10-Apr
2 JAWA BARAT 146,850 7,342,500,000 118,688 5,934,400,000 80.82 26-Oct
3 JAWA TENGAH TOTAL 702,100 32,861,250,000 559,986 27,059,550,000 82.34 26-Oct
Jateng APBN 640,600 31,768,750,000 528,661 26,433,050,000 83.20 26-Oct
Jateng Subsidi 61,500 1,092,500,000 31,325 626,500,000 57.35 26-Oct
4 D.I. YOGYAKARTA 100,800 5,040,000,000 100,810 5,040,500,000 100.01 26-Oct
5 JAWA TIMUR 1,748,000 84,950,000,000 1,344,753 67,237,650,000 79.15 26-Oct
6 ACEH 48,000 2,400,000,000 41,951 2,097,550,000 87.40 26-Oct
7 SUMATERA UTARA 103,800 5,190,000,000 97,137 4,856,850,000 93.58 26-Oct
8 SUMATERA BARAT 119,563 6,513,000,000 79,433 3,971,650,000 60.98 26-Oct
9 RIAU 32,000 1,600,000,000 18,570 928,500,000 58.03 26-Aug
10 JAMBI 23,625 1,181,250,000 16,055 802,750,000 67.96 26-Oct
11 SUMATERA SELATAN 48,000 2,400,000,000 30,448 1,522,400,000 63.43 26-Oct
12 LAMPUNG 194,400 9,720,000,000 188,708 9,435,400,000 97.07 26-Oct
13 KALIMANTAN BARAT 26,000 1,300,000,000 17,600 880,000,000 67.69 26-Oct
14 KALIMANTAN TENGAH 9,000 450,000,000 3,400 170,000,000 37.78 7-Aug
15 KALIMANTAN SELATAN 40,628 2,031,400,000 24,555 1,227,750,000 60.44 26-Oct
16 KALIMANTAN TIMUR 10,000 600,000,000 6,112 305,600,000 50.93 26-Oct
17 SULAWESI UTARA 10,000 500,000,000 6,397 319,850,000 63.97 14-Sep
18 SULAWESI TENGAH 20,480 1,024,000,000 17,703 885,150,000 86.44 15-Aug
19 SULAWESI SELATAN 91,320 4,566,000,000 64,226 3,211,300,000 70.33 26-Oct
20 SULAWESI TENGGARA 20,000 1,000,000,000 14,014 700,700,000 70.07 26-Oct
21 MALUKU 6,500 325,000,000 2,968 148,400,000 45.66 26-Oct
22 BALI 92,060 4,578,000,000 71,771 3,588,550,000 78.39 26-Oct
23 NUSA TENGGARA BARAT 93,598 4,260,000,000 66,162 3,308,100,000 77.65 26-Oct
24 NUSA TENGGARA TIMUR 32,800 1,640,000,000 26 1,300,000 0.08 10-Apr
25 PAPUA 3,350 167,500,000 770 38,500,000 22.99 8-Aug
26 BENGKULU 8,000 400,000,000 7,992 399,600,000 99.90 26-Oct
27 MALUKU UTARA 3,454 122,500,000 1,344 67,200,000 54.86 31-May
28 BANTEN 5,068 253,400,000 2,117 105,850,000 41.77 26-Oct
29 BANGKA BELITUNG 1,470 105,000,000 707 35,350,000 33.67 26-Oct
30 GORONTALO 15,000 750,000,000 12,745 637,250,000 84.97 26-Oct
31 KEPULAUAN RIAU 1,943 97,150,000 540 27,000,000 27.79 26-Oct
32 PAPUA BARAT 3,600 180,000,000 458 22,900,000 12.72 26-Aug
33 SULAWESI BARAT 10,580 529,000,000 8,588 429,400,000 81.17 26-Oct
34 KALIMANTAN UTARA 3,000 150,000,000 1,478 73,900,000 49.27 26-Oct
TOTAL 3,775,989 184,276,950,000 2,928,596 145,490,050,000 78.95
UPDATE
TANGGALNO PROV
PAGU IB REALISASI BOP IB
REALISASI BOP dan iSIKHNAS PKB
Akseptor Anggaran Akseptor Anggaran %
a b c d h i (i/d)x1 j
1 DKI JAKARTA 700 21,000,000 38 1,140,000 5.43 10-Apr
2 JAWA BARAT 110,000 4,005,000,000 73,070 2,192,100,000 54.73 26-Oct
3 JAWA TENGAH 326,500 4,500,000,000 203,630 6,108,900,000 135.75 26-Oct
4 D.I. YOGYAKARTA 39,120 1,050,000,000 38,495 1,154,850,000 109.99 26-Oct
5 JAWA TIMUR 945,682 16,800,000,000 541,129 16,233,870,000 96.63 26-Oct
6 ACEH 35,900 1,077,000,000 31,648 949,440,000 88.16 26-Oct
7 SUMATERA UTARA 53,930 1,617,900,000 50,713 1,521,390,000 94.03 26-Oct
8 SUMATERA BARAT 77,000 2,415,000,000 45,000 1,350,000,000 55.90 26-Oct
9 RIAU 26,500 795,000,000 20,308 609,240,000 76.63 26-Aug
10 JAMBI 11,985 359,550,000 9,154 274,620,000 76.38 26-Oct
11 SUMATERA SELATAN 20,000 600,000,000 - - 0.00 10-Apr
12 LAMPUNG 113,400 3,402,000,000 112,978 3,389,340,000 99.63 26-Oct
13 KALIMANTAN BARAT 15,000 450,000,000 10,250 307,500,000 68.33 26-Oct
14 KALIMANTAN TENGAH 6,000 180,000,000 1,700 51,000,000 28.33 7-Aug
15 KALIMANTAN SELATAN 27,000 810,000,000 17,047 511,410,000 63.14 26-Oct
16 KALIMANTAN TIMUR 7,050 211,500,000 3,376 101,280,000 47.89 26-Oct
17 SULAWESI UTARA 3,500 105,000,000 2843 85,290,000 81.23 14-Sep
18 SULAWESI TENGAH 14,000 420,000,000 9,378 281,340,000 66.99 7-Aug
19 SULAWESI SELATAN TOTAL 63,777 1,875,540,000 34,872 1,046,160,000 55.78 26-Oct
Sulsel APBN 60,000 1,800,000,000 0.00
Sulsel Subsidi 3,777 75,540,000 0.00
20 SULAWESI TENGGARA 12,500 375,000,000 11,742 352,260,000 93.94 26-Oct
21 MALUKU 3,250 97,500,000 1,672 50,160,000 51.45 26-Oct
22 BALI 76,300 2,289,000,000 47,398 1,421,940,000 62.12 26-Oct
23 NUSA TENGGARA BARAT 62,250 1,650,000,000 43,393 1,301,790,000 78.90 26-Oct
24 NUSA TENGGARA TIMUR 25,500 765,000,000 413 12,390,000 1.62 10-Apr
25 PAPUA 2,345 70,350,000 422 12,660,000 18.00 8-Aug
26 BENGKULU 6,000 180,000,000 6,000 180,000,000 100.00 26-Oct
27 MALUKU UTARA 7,987 149,740,000 1,869 56,070,000 37.44 31-May
28 BANTEN 3,800 114,000,000 1,802 54,060,000 47.42 26-Oct
29 BANGKA BELITUNG 1,050 31,500,000 607 18,210,000 57.81 26-Oct
30 GORONTALO 8,925 267,750,000 8,550 256,500,000 95.80 26-Oct
31 KEPULAUAN RIAU 1,500 45,000,000 236 7,080,000 15.73 26-Oct
32 PAPUA BARAT 1,800 54,000,000 1,800 54,000,000 100.00 26-Aug
33 SULAWESI BARAT 8,700 261,000,000 5,519 165,570,000 63.44 26-Oct
34 KALIMANTAN UTARA 1,800 54,000,000 1,331 39,930,000 73.94 26-Oct
TOTAL 2,120,751 47,098,330,000 1,338,383 40,151,490,000 85.25
NO PROVUPDATE
TANGGAL
PAGU PKB REALISASI BOP PKB
REALISASI BOP dan iSIKHNAS LAPORAN KELAHIRAN
Akseptor Anggaran Akseptor Anggaran %
a b c d h i (i/d)x100 j
1 DKI JAKARTA 700 3,500,000 60 300,000 8.57 10-Apr
2 JAWA BARAT 66,750 333,750,000 44,989 224,945,000 67.40 26-Oct
3 JAWA TENGAH 336,000 750,000,000 101,522 311,460,000 41.53 26-Oct
4 D.I. YOGYAKARTA 35,000 175,000,000 24,892 124,460,000 71.12 26-Oct
5 JAWA TIMUR 525,000 2,625,000,000 383,912 1,919,560,000 73.13 26-Oct
6 ACEH 56,000 - 19,202 96,010,000 26-Oct
7 SUMATERA UTARA 22,819 114,095,000 24,013 120,065,000 105.23 26-Oct
8 SUMATERA BARAT 50,500 402,500,000 28,069 140,345,000 34.87 26-Oct
9 RIAU 26,500 132,500,000 10,065 50,325,000 37.98 26-Aug
10 JAMBI 9,996 49,980,000 14,015 70,075,000 140.21 26-Oct
11 SUMATERA SELATAN 25,000 125,000,000 - - 0.00 10-Apr
12 LAMPUNG 116,044 580,220,000 56,141 280,705,000 48.38 26-Oct
13 KALIMANTAN BARAT 9,000 45,000,000 6,708 33,540,000 74.53 26-Oct
14 KALIMANTAN TENGAH 6,000 30,000,000 4,000 20,000,000 66.67 7-Aug
15 KALIMANTAN SELATAN 20,000 100,000,000 13,269 66,345,000 66.35 26-Oct
16 KALIMANTAN TIMUR 5,512 27,560,000 3,008 15,040,000 54.57 26-Oct
17 SULAWESI UTARA 2,000 10,000,000 2195 10,975,000 109.75 14-Sep
18 SULAWESI TENGAH 14,048 70,240,000 5,029 25,145,000 35.80 15-Aug
19 SULAWESI SELATAN 36,750 183,750,000 22,521 112,605,000 61.28 26-Oct
20 SULAWESI TENGGARA 11,363 56,815,000 7,323 36,615,000 64.45 26-Oct
21 MALUKU 6,500 - 1,665 8,325,000 26-Oct
22 BALI 69,075 345,375,000 27,707 138,535,000 40.11 26-Oct
23 NUSA TENGGARA BARAT 47,600 500,000,000 28,511 142,555,000 28.51 26-Oct
24 NUSA TENGGARA TIMUR 25,500 127,500,000 471 2,355,000 1.85 10-Apr
25 PAPUA 6,000 30,000,000 337 1,685,000 5.62 8-Aug
26 BENGKULU 6,000 30,000,000 3,129 15,645,000 52.15 26-Oct
27 MALUKU UTARA 3,450 12,250,000 807 4,035,000 32.94 31-May
28 BANTEN 2,660 13,300,000 1,470 7,350,000 55.26 26-Oct
29 BANGKA BELITUNG 1,050 5,250,000 579 2,895,000 55.14 26-Oct
30 GORONTALO 8,880 44,400,000 4,981 24,905,000 56.09 26-Oct
31 KEPULAUAN RIAU 1,327 6,635,000 205 1,025,000 15.45 26-Oct
32 PAPUA BARAT 1,800 9,000,000 654 3,270,000 36.33 26-Aug
33 SULAWESI BARAT 6,620 33,100,000 2,317 11,585,000 35.00 26-Oct
34 KALIMANTAN UTARA 1,500 7,500,000 738 3,690,000 49.20 26-Oct
TOTAL 1,562,944 6,979,220,000 844,504 4,026,370,000 57.69
NO PROVUPDATE
TANGGAL
PAGU LAPORAN KELAHIRAN REALISASI BOP LAPORAN KELAHIRAN
ANILSA RESIKO
ANALISA RESIKO PELAKSANAAN IB, PKB DAN PELAPORAN KELAHIRAN
N
oProses Bisnis Pernyataan Resiko Penyebab Resiko Aktivitas Pengendalian Pelaksanaan K/ SOP
I.1. Pelaksanaan
Pelayanan IB
Pelaksanaan IB tidak
mencapai target
Penetapan target akseptor
IB kurang cermat
Inventarisasi data akseptor IB Data Base
Populasi Sapi/
Kerbau
Masih adanya IB berulang Refreshing Petugas dan bimbingan
pengenalan birahi pada peternak
Bimbingan dan Pembinaan
SOP pelaksanaan IB
Pelaksanaan
Pemeriksaan
Kebuntingan
(PKb)
Target
Kebuntingan tidak
tercapai
Petugas tidak tertib
melakukan pemeriksaan
dan pelaporan
Refreshing Petugas dan penyediaan
operasional
Pembinaan dan Bimbingan
SOP Pelaksanaan
PKb
Masih terbatasnya Petugas
PKb
Pelatihan Petugas Baru dan
Detasering Petugas dari UPT
Iventarisasi Kebutuhan Petugas
Pemberntukan
Tim Terpadu
Pelaksanaan
Sinkronisasi
Pelaksanaan IB
Introduksi kurang
maksimal
Kurang terkoordinasi
dalam pelaksaan
Pembentukan Tim Terpadu dan Penjadwalan
Pelaksanaan
SOP Sinkronisasi
Peningkatan
Koordinasi
Pemahaman peternak
terhadap tahapan
kegiataan masih rendah
Peningkatan pemahaman SOP
Sinkronisasi pada peternak
SOP Sinkronisasi
Sosialisasi dan
Pembinaan
Pelaporan
IB, PKb dan
Kelahiran
Kinerja Upsus tidak
Optimal
Ketaatan Petugas dalam
melaporkan masih rendah
Evaluasi Pelaporan per petugas Pembinaan dan Bimbingan Teknis Pelaporan
SOP Pelaporan
Penyediaan BOP
Masih adanya gangguan
sistem Pelaporan
Pemantauan terus menerus
terhadap arus masuk data
Pemeliharaan sistem dan
jaringan iSIKHNAS
IDENTIFIKASI RISIKO KEGIATAN PENYEDIAAN DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU, N2 CAIR DAN KONTAINER
NoProses
Bisnis
Pernyataan
RisikoPenyebab Resiko Aktivitas Pengendalian
Pelaksanaan
K/SOP
1. Penyediaan
Semen
Beku,
N2 Cair dan
Kontainer
Tidak tersedianya
semen beku, N2
cair dan kontainer
sesuai dengan peta
kebutuhan
Data kebutuhan dari lokasi,
kabupaten dan provinsi yang
tidak akurat.
Pemasukan
data dari lokasi, kabupaten dan
provinsi secara konsisten dan
berjenjang.
SOP data kebutuhan
semen beku, N2 cair dan
kontainer
Pengiriman data terlambat Pengiriman data tempat waktu untuk
penentuan rencana anggaran dan
pengadaan barang
SOP data kebutuhan
semen beku, N2 cair dan
kontainer yang
dilengkapi batas waktu
Produsen N2 cair hanya
berada pada lokasi tertentu
Penyesuaian jadwal distribusi dengan lokasi
produsen N2
cair
Kelengkapan dokumen
perencanaan yang diperlukan
belum tersedia dengan lengkap
Penyesuaian jadwal distribusi anggaran dan
jumlah kebutuhan dengan ketersediaan
bahan produksi
Jadwal palang dan lokasi
pendistribusian smen beku belum
final
Persiapan pengadaan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku
2. Distribusi
Semen Beku,
N2 Cair dan
Kontainer
Tidak terdistribusinya
semen beku, N2 cair
dan kontainer dengan
tepat jumlah, waktu
dan kualitas
Perencanaan cara distribusi oleh
produsen barang yang tidak sesuai
dengan kondisi di lokasi.
Adanya dukungan dari pemerintah untuk membantu kelancaran
distribusi barang
Lanjutan……
No Proses BisnisPernyataan
RisikoPenyebab Resiko
Aktivitas
PengendalianPelaksanaan K/SOP
Pelaksanaan tidak sesuai
dengan prosedur
Penanganan kontainer yang
sesuai dengan
SOP
SOP penanganan
semen beku dan N2
cair
Penyampaian laporan
dan tindakan terhadap
laporan tersebut yang
tidak segera
dilaksanakan
Penggunaan kontainer yang berisi N2 cair sesuai dengan ketentuan dan distribusi
barang tepat waktu
SOP penanganan
semen beku dan N2
cair
Handling semen pada
saat memindahkan
semen beku ke container
lapangan yang tidak
efisien dan sesuai SOP
Penanganan semen beku sesuai dengan
ketentuan dan
SOP
SOP penanganan
semen beku dan N2
cair
IDENTIFIKASI RISIKO KEGIATAN GERBANG PATAS
No Proses Bisnis Risiko Penyebab RisikoAktivitas
Pengendalian
Kendali SOP/ Kebijakan
1. Seleksi,
Penetapan lokasi dan
kelompok
Keterlambatan seleksi
dan penetapan
kelompok
Tidak ada jadwal palangpelaksanaan kegiatantermasuk jadwalseleksi penetapan kelompok
Menyusun
jadwal palang pelaksanaan kegiatan
Pedlak
Juklak
Juknis
TOR/Juker
Tidak adanya kelompok yang memenuhi
kriteria
Ketidaksanggupan kelompokmenyediakan lahan untukpenanaman HPT
Kurangnya kompetensi tim
seleksi kelompok
Tim teknis memastikan kelompok yang ditetapkan
sesuai dengan kriteria
2. Pengadaan barang
dan jasa
Keterlambatan pengadaan barang dan Jasa
Kegagalan proses pengadaan
secara lelang
• Mempersiapkan proses lelang lebih awal (T-1)
• Mengawal proses pengadaan di ULP
setempat
Pedlak
Juklak
Juknis
TOR/Juker
3. Distribusi sarana kegiatan (benih/bibit HPT)
Distribusi dilakukan
pada musim kering dan
tidak tersedia sumber
air
Informasi kurang jelas
disampaikan kepada
pemenang pengadaan
barang jasa
• Tim Teknis membuat SOP• Meminta PPK menuliskan dalam kontrak
bahw distribusi HPT disesuaikan dengan kondisi ketersediaan air di lokasi penanaman
Pedlak
Juklak
Juknis
TOR/Juker
4. Pelaksanan
Penanaman
HPT dan / atau
pemeliharaan
Target penanaman HPT
tidak tercapai optimal
• Terbatasnya jumlahpenyedia yang mampumelaksanakan kegiatan
• Terbatasnya sumberpenyedia bibit HPTkomersial
• Waktu (jadwal) penanaman yang harusdisesuaikan dengan ketersediaan air.
• Mendorong Satker segera merealisasikankegiatan HPT
• Membuat surat edaran agar sumber bibitHPT lebih meningkatkan produktivitasnya
• Memanfaatkan data BMKG
Pedlak
Juklak
Juknis
TOR
IDENTIFIKASI RISIKO KEGIATAN PENGEMBANGAN PADANG PENGGEMBALAAN
No Proses Bisnis Risiko Penyebab RisikoAktivitas
Pengendalian
Kendali
SOP/
Kebijakan
1. Seleksi,
Penetapan
lokasi dan
kelompok
Keterlambatan seleksi dan
penetapan kelompok
Tidak ada jadwal pelaksanaan kegiatan termasuk
jadwal seleksi dan penetapan
klp
Menyusun
jadwal palang
pelaksanaan kegiatan
Pedlak
Juklak
Juknis
TOR/Juker
Tidak adanya kelompok yang memenuhi kriteria
Ketidaksanggupankelompok menyediakanlahan untuk penanamanHPT
Kurangnya kompetensi tim
seleksi kelompok
Tim teknis memastikan kelompok yang
ditetapkan sesuai
dengan kriteria
2. Pengadaan
Barang dan
Jasa
Keterlambatan pengadaan barang dan
Jasa
Kegagalan proses pengadaan
secara lelang
Mempersiapkan proses lelang lebih awal (T-1)
Mengawal proses pengadaan di
ULP setempat
Pedlak
Juklak
Juknis
TOR/Juker
3. Distribusi sarana
kegiatan
(benih/bibit
HPT)
Distribusi dilakukan pada musim kering dan tidak tersedia
sumber air
Informasi kurang jelas disampaikan kepada pemenang pengadaan barang
jasa
• Tim Teknis
membuat SOP
• Meminta PPK menuliskan dalam kontrak bahw distribusi HPT disesuaikan dengan kondisi ketersediaan
air di lokasi
penanaman
Pedlak
Juklak
Juknis
TOR/Juker
Lanjutan……
4. Pelaksanan
Penanaman
HPT dan
/ atau
pemeliharaan
Target penanaman
HPT tidak
tercapai optimal
• Terbatasnya jumlahpenyedia yangmampumelaksanakankegiatan
• Terbatasnya sumberpenyedia
bibit HPT komersial
• Waktu (jadwal) penanaman yang harus disesuaikan dengan ketersediaan air.
• Mendorong Satker segera merealisasikan kegiatan HPT
• Membuat surat edaran agar
sumber bibit HPT lebih meningkatkan produktivitasnya
• Memanfaatkan
data BMKG
Pedlak
Juklak
Juknis
TOR
IDENTIFIKASI RISIKO KEGIATAN PEMELIHARAAN PADANG PENGGEMBALAAN
No Proses Bisnis Risiko Penyebab RisikoAktivitas
Pengendalian
Kendali
SOP/
Kebijakan
1. Seleksi dan
Penetapan lokasi
dan kelompok
Tingkat kematian ternak tinggi
Padang tidak
terawat
Manajemen pengelolaan Padang tidak berjalan dengan baik.
Dinamika kelompok
tidak berjalan
dinamis.
Menyusun jadwal pembagian
tugas
Pedlak
Juklak
Juknis
TOR/
Juker
2. Pelaksanan
Penanaman
HPT dan / atau
pemeliharaan
Target penanaman
HPT tidak tercapai
optimal
Terbatasnya jumlah penyedia yang mampu
melaksanakan kegiatan
Terbatasnya sumber
penyedia bibit HPT
komersial
Waktu (jadwal) penanaman yang harus disesuaikan dengan ketersediaan air.
Mendorong Satker segera merealisasikan kegiatan HPT
Membuat surat edaran agar sumber bibit HPT
lebih meningkatkan produktivitasnya
Memanfaatkan
data BMKG
Pedlak
Juklak Juknis
TOR
IDENTIFIKASI RISIKO PENANGANAN GANGGUAN REPRODUKSI
Proses Bisnis Uraian RisikoAktivitas
PengendalianKEBIJAKAN SOP
Penanganan
Gangguan
Reproduksi
Pengadaan obat-obatan dan
hormon tidak sesuai dengan
jumlah dan kasus yang ada.
Invetarisasi jumlah dan jenis kasus
serta obat-obatan tahun
sebelumnya
Surat Edaran ke Dinas yang
membidangi Fungsi PKH
untuk melakukan
inventariasi jumlah dan jenis
kasus serta obat-obatan
tahun sebelumnya
Kurangnya kompetensi
petugas teknis dalam
penentuan status
reproduksi
Refresher (peningkatan
kompetensi) ATR dan dokter
hewan tentang pemeriksaan
status reproduksi
Pedoman Pelaksanaan dan
Petunjuk Pelaksanaan
SOP pemeriksaan
dan penanganan
gangguan
reproduksi
Keterbatasan jumlah petugas teknis (dokter hewan dan
ATR) atau tidak merata
Optimalisasi
Puskeswan dan
THL Medik dan
Paramedik Veteriner
Surat Edaran
Tidak ada laporan gangrep dari inseminator ke
dokter hewan/
ATR
Teguran/sanksi dari atasan langsung/ kepala dinas yang
membidangi fungsi
PKH
Surat teguran/ sanksi SOP Pelaporan
kasus gangrep
Kebiasaan peternak
terhadap sapi yang di IB 2
kali tidak bunting dianggap
majir dan dijual
Sosialisasi kepada peternak
tentang penanganan gangguan
reproduksi
Pedoman Pelaksanaan dan
Petunjuk Pelaksanaan
IDENTIFIKASI RISIKO PENGENDALIAN PEMOTONGAN BETINA PRODUKTIF
No Kegiatan Titik Kritis Pengendalian
1 Penyusunan Pedoman Pedoman terlambat disusun Finalisasi Pedoman pelaksanaan
paling lambat awal bulan Januari
2018
2 Sosialisasi dan Advokasi
Pengendalian Pemotongan
Betina Produktif
Kegiatan sosialisasi dan
advokasi tidak tepat Sasaran
Penentuan kriteria peserta di surat
undangan
3 Pengawasan Pemotongan
Betina Produktif
1. Keterbatasan petugas
2. Pengawasan tidak sesuai
dengan sasaran
Peningkatan jumlah dan kompetensipetugas
Identifikasi lokasi dan penjadwalan
kegiatan pengawasan
4 Penindakan Pelanggaran
Pemotongan Betina
Produktif
Kurangnya keberanian Tim
Terpadu dalam melakukan
penindakan
Penyusunan pedoman pelaksanakan
yang jelas
5 Monitoring, Evaluasi, dan
Pelaporan
Keterlambatan pelaporan Menyusun jadwal pelaporan dan
mengkomunikasikan setiap masuk
waktu pelaporan.
TERIMA KASIH
“Negeri yang kaya ternak tak akan pernah miskin, negeri yang miskin ternak tak akan pernah kaya”
(Pepatah Arab dalam Campbell dan Lasley, 1985)
top related