pelaksanaan kerja magang 3.1 kedudukan dan koordinasi
Post on 03-Nov-2021
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
13
BAB III
PELAKSANAAN KERJA MAGANG
3.1 Kedudukan dan Koordinasi Berdasarkan struktur kerja Divisi Marketing yang ada di agensi ini, maka
posisi Content Specialist berada di bawah Chief Marketing Officer dalam
menjalankan tugasnya. Pada praktik kerja di Davynci Creative, Content Specialist
berkesempatan untuk terjun langsung menangani beberapa klien yang telah dibagi
dan dipantau oleh Marinus Fernando selaku CMO Davynci Creative, khususnya
dalam penanganan pemasaran media daring.
Selama menjalani praktik kerja magang di Davynci Creative, Content
Specialist membantu untuk menangani beberapa klien (dengan total 12 klien di
September, 13 klien di Oktober, dan 5 klien di November) dalam mengelola
pemasaran digitalnya melalui beberapa platform digital seperti Instagram,
Facebook, serta Tiktok. Tugas yang perlu dilakukan oleh Content Specialist adalah
menyiapkan content brief untuk di eksekusi oleh tim produksi, sehingga konten
berdasarkan strategi dan rencana yang sudah disusun dapat di realisasikan hingga
ke platform-platform media sosial brand sang klien. Selain itu, Content Specialist
juga perlu untuk menangani follow up kepada klien, reporting, dan juga
memberikan progress kepada klien, hal ini biasa dilakukan untuk meminta
persetujuan terkait konten yang akan dieksekusi.
Dalam mengerjakan tugas ini, Content Specialist berkoordinasi langsung
dengan tim Creative Production seusai content brief sudah dibuat. Content
Specialist dibawah pantauan dan ajaran Marinus Fernando sebagai CMO, lalu
beliau akan menginformasikan kondisi serta perkembangan apa yang didapat oleh
Content Specialist Intern kepada Andre Kusuma, selaku Chief Operation Officer
(COO) dan juga supervisi Content Specialist Intern. Hal ini terkadang terjadi dan
terkadang tidak, karena COO beberapa kali akan turun langsung memantau Content
Specialist dalam menjalankan tugasnya.
14
Selain masalah pemantauan, Content Specialist juga berinteraksi dengan
CMO dan COO dalam membahas masalah projek baru yang akan ada. Koordinasi
yang dilakukan biasanya berupa brief mengenai projek dan pembuatan kick-off
meeting. Koordinasi ini biasanya dilakukan dengan berdiskusi langsung, dan juga
melakukan meeting via Zoom atau Whatsapp kepada klien.
Tidak hanya itu, Content Specialist juga menyiapkan wording dan caption
untuk konten yang akan diunggahnya, semua berdasarkan strategi yang sudah
disiapkan secara matang sehingga konten dan rangkaian kata-kata penyampaiannya
menjadi relevan. Di tiap bulannya, Content Specialist akan memberikan report
berupa hasil perkembangan aktivasi digital sejak pertama kali klien menggunakan
jasa Social media marketing Davynci Creative, hingga kontrak habis.
Proses pengerjaan tugas dilakukan tim internal secara luring. Walaupun
demikian, di tiap hari Kamisnya diadakan program Work From Home untuk
meminimalisir penyebaran virus dalam situasi pandemi Covid-19. Saat bekerja
seccara Work From Home, tim melakukan komunikasi secara jarak jauh
menggunakan Whatsapp sebagai sarana utamanya.
3.2 Tugas yang Dilakukan Dalam praktik kerja magang ini, Content Specialist Intern menangani total
12 klien di September, 13 klien di Oktober, dan 5 klien di November. Adapun
tugas-tugas yang dilakukan selama praktik kerja magang ini sebagai berikut.
Tabel 3.1 Tugas Praktik Kerja Magang
No Tugas yang
Dikerjakan
September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembahasan digital
campaign dan
proyek
15
2 Penulisan Graphic
Design Brief
3 Penulisan
Influencer Brief
4 Social Media
Advertising
5 Pengunggahan
Aset Visual dan
pembuatan caption
6 Brand
Development untuk
klien baru
7 Weekly meeting
Sumber: Data Olahan Laporan 2020
3.3 Uraian Pelaksanaan Kerja Magang
3.3.1 Social Media Marketing Praktik kerja magang sebagai Content Specialist memiliki fokus untuk
menangani porsi 20 brand dalam 3 bulan. Bobot pemasaran sebagai Content
Specialist Intern berupa pemasaran dalam platform Instagram saja. Content
Specialist di tiap harinya akan menganalisis brand terlebih dahulu sebelum
menerapkan perencanaan pengunggahan konten demi kepentingan pemasaran. Hal
ini dilakukan dengan cara pengecekan output Instagram seperti hasil like, comment,
dan peningkatan follower yang dapat dilihat dari fitur Instagram Insights.
Berdasarkan perbedaan sifat brand, dari sini Content Specialist dapat menentukan
pembawaan konten mana yang paling ideal bagi suatu kliennya.
16
Greenberg (2010, p. 16) mengungkapkan bahwa Social Customer
Relationship Management (SCRM) merupakan sebuah strategi bisnis yang
difasilitasi dengan platform teknologi, aturan bisnis, proses dan karakteristik sosial
yang dirancang untuk membangun ikatan atau engagement dengan pelanggan
dalam sebuah percakapan yang kolaboratif dengan tujuan untuk membangun
hubungan yang saling menguntungkan dengan nilai transparansi dan kejujuran.
Maka dari itu, Content Specialist membangun hubungan baik dengan cara
meningkatkan edukasi dan interaksi antar brand dengan konsumen.
Gambar 3.1 Contoh konten Engagement Instagram Muscletech Indonesia
Sumber: Instagram @muscletech.indonesia, 2020
Sebagai contoh, konten dalam @muscletech.indonesia tidak hanya
memiliki atensi tinggi saja berdasarkan likes, melainkan terlihat dari total comments
konten menunjukkan bahwa engagement pelanggan terhadap brand juga tinggi.
17
3.3.2 Content Marketing
Umumnya, klien kurang memahami kebutuhan dari perusahaan dalam
perkembangan pemasaran perusahaannya. Maka sebuah Client Brief dapat
berfungsi sebagai sarana utama untuk mengetahui kemauan klien dan membantu
memberikan solusi dalam permasalahan yang ada.
Dengan adanya Client brief, Content Specialist dapat menyusun strategi dan
juga content brief yang sesuai dengan tujuan utama perusahaan klien. Penyusunan
Client brief juga dapat berupa pemaparan strategi campaign sebagai alat untuk
menyesuaikan tujuan utama tersebut. Sebelum campaign akan di eksekusi, Content
Specialist akan melakukan follow up ide strategi serta konten kepada klien,
monitoring and control day-to-day task klien, dan report hasil dampak dari
penerapan strategi yang disusun di tiap bulannya
Gambar 3.2 Contoh Komunikasi Content Specialist dengan klien
Sumber: Data Olahan Laporan, 2020
18
Dalam mengeksekusi hasil dari perencanaan strategi yang ada, Content
Specialist akan melakukan perencanaan untuk membuat konten sebagai alat untuk
menyampaikan pesan-pesan secara optimal sesuai dengan apa yang ingin
disampaikan. Menurut Kotler (2016, p. 125), terdapat delapan langkah utama
dalam melakukan tahapan Content Marketers, yaitu Goal Setting, Audience
Mapping, Content Ideation and Planning, Content Creation, Content Distribution,
Content Amplification, Content Marketing Evaluation, dan Content Marketing
Improvement.
Goal Setting
Content Specialist Intern akan mengetahui tujuan apa yang dimiliki oleh
klien setelah melakukan kick-off meeting. Menurut Kotler (2016, p. 126) terdapat
dua kategori besar yang membedakan tujuan dari content marketing, yakni sales-
related goals dan brand-related goals. Yang dimaksud disini merupakan apakah
tujuan dari suatu brand ingin melakukan marketing untuk meningkatkan pemasaran
konversi sales atau meningkatkan nama dari suatu brand tersebut. Content
Specialist Intern akan menyesuaikan tujuan yang ada dalam melakukan proses
marketing dalam media sosial klien Sebagai contoh, pada awalnya salah satu klien
Davynci Creative, yakni Dapur Pangeran memiliki tujuan utama untuk
meningkatkan brand awareness terlebih dahulu pada awal tahun 2019 hingga akhir
2020. Setelah brand sudah memiliki nama yang cukup besar, tujuan dari brand
berubah menjadi fokus ke dalam konversi sales.
19
Gambar 3.3 Profil Dapur Pangeran
Sumber: Instagram @dapurpangeran.id, 2020
Gambar 3.4 Contoh konten brand-related Dapur Pangeran
Sumber: Instagram @dapurpangeran.id, 2020
20
Gambar 3.5 Contoh konten sales-related Dapur Pangeran
Sumber: Instagram @dapurpangeran.id, 2020
Klien memiliki perubahan objektif dalam waktu satu tahun, dari sini terlihat
bahwa penentuan Goal setting berperan penting dalam pemasaran konten. Bila
melakukan pemasaran dengan tujuan peningkatan nama brand secara terus menerus
tanpa penyesuaian kembali, klien dapat merasa terugikan karena tidak mendapatkan
hasil sesuai ekspektasinya.
Audience Mapping
Tahapan selanjutnya yaitu dalam menyesuaikan kembali target audiens dari
brand klien yang sudah di set dan di analisis terlebih dahulu. Biasa target sudah
ditentukan melalui tahapan brand development. Dari sini, Content Specialist dapat
melihat brand personality yang ada sehingga pembawaan pesan akan disesuaikan
target audiensnya sedemikian rupa dengan brand personality klien.
Tidak hanya sekadar pembawaan pesan yang tepat untuk audiens dari suatu
brand, Audience Mapping yang dilakukan bertujuan untuk menyesuaikan
bagaimana cara brand dapat menjalin suatu engagement kepada customer-nya.
Maka dari itu, untuk mengetahui dan menyesuaikannya tidak dapat dilakukan
21
secara sembarang. Benediktsson, Levenius, & Ramos (2018, p. 5) mendefinisikan
customer engagement adalah sebuah keterlihatan pelanggan melalui proses
psikologi yang di dalamnya terdapat aspek kognitif dan afektif serta sebuah proses
yang berulang, tujuan akhirnya merupakan kepuasan pelanggan.
Customer engagement merupakan intensitas dari partisipasi individu atau
seorang pelanggan dengan penawaran dan aktivitas perusahaan Benediktsson,
Levenius, & Ramos (2018, p. 5). Konsep dasar dari engagement merupakan
perhatian. Hal ini dipelajari dari beberapa cabang ilmu seperti psikologi, ilmu
pengetahuan, dan ilmu pemasaran. Dalam bentuk yang sederhana, engagement
adalah perhatian dan tindakan pelanggan yang berkelanjutan atau berhubungan
aktif dengan suatu penawaran pasar tertentu (Gardner, 2017, p. 23)
Gambar 3.6 Contoh konten berdasarkan Brand Personality
Sumber: Instagram @pandaboo.garment, 2020
22
Sebagai contoh dalam Audience mapping, Pandaboo memiliki ciri khas
anak muda milenial dan terkesan lebih santai dibandingkan brand klien lainnya
yang dikelola dalam praktik kerja magang. Berdasarkan data analisis yang dimiliki
oleh Content Specialist, maka brand ini diberikan kepemilikan panggilan khusus
kepada kliennya dengan sapaan 'Boo' dan pesannya berkarakteristik friendly serta
menggunakan maskot panda sebagai identitas dalam konten dengan tujuan untuk
branding identitas spesial bagi para audiensnya.
Content Ideation and Planning
Setelah melewati tahap Goal Setting dan Audience mapping, Content
Specialist akan mulai memproduksi ide terkait tujuan brand yang ada. Biasa
Content Specialist akan mencatat terlebih dahulu dalam catatan pribadinya sebelum
membuat brief untuk disampaikan ke tim produksi.
Gambar 3.1 Catatan pribadi Content Specialist
Sumber: Data Olahan Laporan, 2020
23
Pada saat brand membangun engagement, perusahaan perlu mengetahui
dan sadar bahwa pelanggan akan mencari informasi dan berinteraksi dengan brand
maupun pelanggan lainnya, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
perusahaan lebih lanjut. Sehingga, ketika pelanggan dan perusahaan memiliki
keterlibatan secara emosional, perusahaan tidak perlu khawatir dengan penilaian
yang diberikan oleh pelanggan kepada pelangaan lainnya.
Terdapat beberapa bentuk customer engagement yang perlu diperhatikan menurut
Sama (2018, p. 23), yaitu:
1. Media engagement didefinisikan sejauh mana seseorang terlibat dengan
media yang dikonsumsi.
2. Advertising engagement, didefinisikan sejauh mana seorang terlibat dengan
konten promosi atau komunikasi pemasaran tertentu.
3. Brand Engagement, didefinisikan sebagai sebuah hubungan antara
pelanggan dengan suatu merek tertentu yang nantinya akan mempengaruhi
keseluruhan perilaku konsumen.
Content Creation
Setelah ide dan rencana sudah dibuat, Content Specialist akan
menyempurnakannya ke dalam salah satu tools yaitu Google Sheets yang dapat
diakses dengan tim produksi untuk dieksekusi sehingga brief dapat dijadikan output
untuk di publikasikan sesuai dengan perencanaan yang ada.
24
Gambar 3.8 Contoh brief dan grid Instagram Dapur Pangeran
Sumber: Data Olahan Laporan, 2020
Content Distribution
Setelah aset visual sudah diproduksi, Content Specialist akan menyiapkan
kontennya untuk dipublikasi ke media sosial brand demi kepentingan pemasaran
klien. Terdapat beberapa channel yang dimiliki oleh suatu brand, yaitu Owned
25
Channel, Earned Channel, atau Paid Channel. Selain melakukan distribusi melalui
Owned Channel yang berarti akun media sosial sendiri,
Agensi dapat melakukan pemasaran melalui Earned channel, maupun Paid
channel. Hal ini dapat menguntungkan ketimbang hanya menggunakan satu
channel saja, karena Earned channel merupakan brand yang memiliki channelnya
sendiri tetapi sedang menjalinkan suatu kerja sama, jadi dari pendistribusian konten
melalui channel brand-brand ini, mereka dapat menggabungkan komposisi audiens
serta memberikan exposure terhadap satu sama lain. Sedangkan Paid channel
adalah channel berbayar yang biasa sudah memiliki audiens yang besar, sebagai
contoh bila brand menggunakan jasa influencers sebagai sarana pendistribusian
kontennya.
Gambar 3.2 Contoh Owned Channel Nasi Telur Mamak
Sumber: Instagram @nasitelurmamak, 2020
26
Gambar 3.3 Contoh Earned Channel kerjasama beberapa klien Davynci
Sumber: Instagram @pandaboo.garment, 2020
Gambar 3.4 Contoh Paid Channel influencer SAS Skincare
Sumber: Instagram @sukmaaugustine, 2020
27
Content Amplification
Dalam membangun pengaruh dalam konten yang disampaikan, Content
Specialist beberapa kali kerap membuat konten tidak hanya bersifat satu arah,
melainkan konten bersifat dua arah yang memiliki interaksi di dalamnya. Hal ini
biasa dilakukan dalam memanfaatkan fitur komentar di platform media sosial yang
ada.
Customer engagement terjadi melalui empat proses (Evans & Mckee, 2010, p. 15),
tahapan tersebut bertahap dari pertama hingga akhir:
1. Consumption
Sebuah proses paling dasar dalam membangun customer engagement.
Consumption diartikan sebagai proses mengunduh, membaca, melihat, dan
mendengar konten digital pada media sosial atau dengan kata lain sebuah
aktivitas daring yang paling utama. Seseorang tidak akan menyebarkan atau
merespon konten digital yang ada tanpa melakukan proses tersebut
sebelumnya. Telah menjadi hal yang biasa ketika kebanyakan orang hanya
berada pada tahap consumption pada media sosial. Mereka lebih memilih
menggunakan media sosial hanya untuk melihat, membaca, atau
mengunduh konten digital yang ada dibanding menjadi seseorang yang
menciptakan atau creating konten.
Suatu perusahaan dapat memanfaatkan media sosial agar pelanggannya
dapat melewati proses consumption konten yang perusahaan bagikan,
namun sebenarnya proses engagement tidak hanya sampai pada proses ini.
Apabila perusahaan ingin bergerak maju ke depan bersama pelanggannya
di media sosial, perusahaan harus mampu mendorong mereka untuk
menjadi seseorang yang menciptakan konten digital itu sendiri. Mendorong
pelanggan dari hanya sekedar mengonsumsi atau consumption konten yang
dibagikan perusahaan sangat penting bagi proses kemajuan perusahaan.
Proses ini adalah proses yang interaktif, namun tidak cukup sampai sini
28
apabila perusahaan ingin membangun kemajuan bisnis.
2. Curation
Merupakan sebuah proses menyortir, menilai, memberi komentar,
menandai, serta deskripsi. Proses ini dapat berguna bagi orang lain.
Contohnya, ketika seseorang sedang memberikan penilaian atau ulasan
tentang sebuah buku dan penilaia tersebut banyak disukai oleh orang lain
berarti penilaian tersebut cocok dan tepat bagi orang-orang yang telah
membaca buku tersebut dan dapat dipercaya. Harapan yang terjadi pada
proses ini adalah penilaian atau ulasan yang diberikan oleh pelanggan dapat
memengaruhi keputusan pembelian dari calon pelanggan. Calon pelanggan
jadi memiliki informasi yang cukup mengenai produk yang ditawarkan
melalui ulasan tersebut.
3. Creation
Proses ini berbeda dengan curation yang memiliki fokus dalam memberikan
respon terhadap suatu konten atau acara, namun proses ini memiliki bentuk
dukungan dari pelanggan untuk membuat konten yang menyangkut suatu
perusahaan tersebut. Pada praktiknya, proses ini dilakukan oleh pelanggan
untuk berbagi pengalaman dan mempublikasikan kepada pelanggan lainnya
mengenai penggunaan produk yang bersangkutan. Proses ini dilakukan
dengan harapan adanya pelanggan lain yang menanggapi konten tersebut
untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman mereka dalam menggunakan
produk atau jasa yang berkaitan.
4. Collaboration
Proses ini merupakan puncak dari proses consumption, curation, dan
creation. Collaboration adalah sebuahp proses dimana pelanggan dan
internal perusahaan yaitu karyawan memiliki interaksi untuk
mengembangkan produk, layanan, serta membentuk dan menjaga hubungan
dengan pelanggan. Proses juga disebut sebagai pemenuhan harapan
29
pelanggan dari interaksi dan respon balik yang diterima suatu perusahaan
tersebut.
Gambar 3.12 Contoh konten interaktif Muscletech Indonesia
Sumber: Instagram @muscletech.indonesia 2020
Content Marketing Evaluation
Setelah melakukan pemasaran konten, tahapan selanjutnya merupakan
evaluasi proses marketing yang sudah dilakukan. Hal ini dapat diukur melalui hasil
dari insights yang Content Specialist kumpulkan di tiap minggunya. Efektivitas
konten brand, perkembangan audiens, serta sikap audiens dapat terlihat, sehingga
Content Specialist bisa mendapatkan acuan baru untuk memproduksi konten di
bulan selanjutnya. Selain itu, Content Specialist juga melakukan reporting dengan
klien melalui hasil evaluasi sehingga klien dapat mengetahui perkembangannya
brandnya.
30
Gambar 3.13 Contoh hasil laporan perbulan Beefhaus
Sumber: Data Olahan Laporan, 2020
Content Marketing Improvement
Setelah melakukan pengukuran melalui tahap evaluasi, Content Specialist
akan mengetahui apa yang perlu diperbaiki sehingga pembuatan konten bisa lebih
optimal ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Hal yang dapat dikembangkan tidak
hanya konten saja, melainkan apakah strategi perlu diubah dan sudah sesuai dengan
Goal Setting dari brand atau tidak.
31
3.4 Kendala Beberapa kendala yang dialami selama melaksanakan kegiatan praktik kerja
magang sebagai Content Specialist Intern di Davynci Creative adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data untuk Audience mapping tidak dapat dilakukan secara
cepat. Hal ini terjadi karena content specialist memerlukan waktu terlebih
dahulu untuk melakukan analisis mendalam sebelum menyusun strategi
dalam pemasarannya. Dalam menganalisis, Content Specialist memiliki
kendala berupa penyesuaian yang tepat serta sumber yang kurang banyak
beredar. Maka dari itu Content Specialist memilki hambatan untuk
menyelesaikannya tanpa bantuan-bantuan tools seperti: Google trend,
Instagram insights, penyebaran kuisioner, serta wawancara.
2. Teori pembuatan konten tidak dapat di generalisir karena masing-masing
brand memiliki kebutuhan yang berbeda. Sebagai contoh, pembuatan
konten dengan konsep customer engagement masih belum efektif karena
beberapa kali kerap diluncurkan namun audiens tidak memberikan interaksi
sesuai dengan ekspektasi. Ketidaksesuaian yang terjadi dikarenakan salah
satu brand ini memiliki objektif sales-related goals sehingga lebih sesuai
bila menggunakan penyampaian pesan direct kepada produk atau jasa,
daripada memerhatikan customer engagementnya.
3.5 Solusi Solusi untuk menanggulangi kendala yang ada selama praktik kerja magang
berlangsung sebagai Content Specialist Intern di Davynci Creative adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan penggalian informasi lebih dalam lagi dan membiasakan analisa
sehingga dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat. Khususnya dalam
pengumpulan data dengan mencari sumber yang lebih luas serta penguasaan
dalam penggunaan tools-tools analisis audience mapping.
32
2. Menyesuaikan kembali konsep apa yang tepat untuk digunakan berdasarkan
hasil analisa objektif bagi brand dalam melakukan pemasaran digital.
Menyediakan beberapa konsep sehingga siap untuk menggunakannya
dalam kondisi pemasaran tertentu.
top related