partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan …
Post on 16-Oct-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN KOTA DI KABUPATEN BANTAENG
ENI WARNINGSIH
Nomor Stambuk : 10561 3436 09
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
ii
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN KOTA DI KABUPATEN BANTAENG
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
ENI WARNINGSIH
Nomor Stambuk : 10561 3436 09
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
iii
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota di
Kabupaten Bantaeng
Nama Mahasiswa : Eni Warningsih
Nomor Stambuk : 105 61 3436 09
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Alimuddin Said, M.Pd Adnan Ma’ruf, S.Sos., M.Si
Mengetahui:
Dekan Ketua Jurusan
Fisipol Unismuh Makassar Ilmu AdministrasiNegara
Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Burhanuddin, S.Sos, M.Si
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Eni Warningsih
Nomor Stambuk : 10561 3436 09
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan
dari pihak atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan
ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku,
sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 2014
Yang Menyatakan,
Eni Warningsih
vi
ABSTRAK
Eni Warningsih (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota di Kabupaten Bantaeng. ( dibimbing oleh Alimuddin Said dan Adnan Ma’ruf ).
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan di Kabupaten Bantaeng. (2) Mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini berlokasi di kantor Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah. Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara, dan kuesioner dengan populasinya adalah seluruh masyarakat kota yang berpartisipasi dalam kebersihan kota Kabupaten Bantaengberjumlah 1000 orang , dan pengambilan sampel sebanyak 75 orang dengan teknik random sampling. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder, yang sumber datanya diperoleh dari kantor Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan Menggabungkan dua metode kualitatif dan kuantitatif.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa: partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng sudah dilaksanakan secara efektif, walaupun masih ada sedikit dari mereka yang belum sadar akan kebersihan lingkungan mereka. Hal tersebut diperoleh dari hasil rata-rata tiga indikator partisipasi masyarakat yaitu perencanaan, implementasi, evalusi dan monitoring diatas 75%. Dan selain itu juga terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan dalam partisipasi masyarakat yaitu usia, pekerjaan dan penghasilan, dan lamanya seseorang tinggal.
Kata kunci: Partisipasi, Masyarakat, Kebersihan
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan
Kota di Kabupaten Bantaeng”
Skripsi ini merupakan tugas terakhir yang diajukan untuk memenuhi
syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaiakan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Drs. Alimuddin Said, M.Pd,
selaku pembimbing I dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos., M.Si, selaku pembimbing II
yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya dalam membimbing dan
memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan penelitian hingga
selesainya skripsi ini.
Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamya kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Suwardi, dan Ibunda
Sri Suwarni, yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta segenap doa
yang telah dipanjatkan dalam mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh
keiklasan,buat saudaraku Dedi Iswanto, Abit dan Arik, buat sahabatku Eka
viii
Pratiwi Laskar dan spesial buat orang tersayang yaitu Arman Mustari, yang selalu
membuat hari-hari penulis semakin berwarna dan selalu memberiku semangat.
Penulis juga tak lupa hanturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyyah
Makassar dan pembantu Rektor I, II, III, IV dan seluruh jajaran dan karyawan
atas jasa dan jerih payahnya dalam menyiapkan sarana dan prasarana belajar,
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universaitas Muhammadiyah Makassar, pembantu Dekan I, II,
III serta seluruh staf dan karyawannya.
3. Bapak Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Drs. Alimuddin Said, M.Pd selaku penasehat akademik yang telah banyak
membantu penulis selama masa perkuliahan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu
Administrasi Negara FISIPOL Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Seluruh staf dan pegawai Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP
Universitas Muhammadiyah Makassar (Pak Bakri, Bu Ani, Bu Rahma, Ka’
Ardi, Ka’ Adi dll) terima kasih atas segala bantuannya selama ini.
ix
7. Teman-teman “Pondok Puspita” serta teman-teman seperjuangan di Fakultas
SOSPOL Universitas Muhammadiyah Makassar “ Angkatan 09 “ terima
kasih atas bantuan dan motivasinya selama ini.
Dan kepada rekan, sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapakan banyak terimakasih atas setiap
bantuan dan doa yang diberikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan oleh
karena itu saran dan kritiknya sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan pengorbanan yang telah
diberikan yang memungkinkan terselesaikannya skripsi ini, bernilai ibadah dan
memperoleh imbalan yang berlipat ganda disisi Allah SWT, Amiin.
Makassar, 20 Januari 2014
Eni Warningsih
x
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan.………………………….…………………………........ii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah……………..………………....iii
Daftar Isi………………………………………...…………………………......iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………….…………………………...4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….....4
D. Kegunann Peneltian………………………………………….….......4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Partisipasi Masyarakat……………………………………………..6
B. Konsep Otonomi Daerah…………………………………………...16
C.Konsep Administrasi Pembangunan………………………………...24
D. Konsep Masyarakat…………..……………………………….……25
E. Kerangka Pikir……………………………………………….……..27
F. Definisi Operasional………………………………………………...29
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian………………………………………31
B. Tipe / Jenis Penelitian………….…………………..………………31
C. Populasi dan Sampel…………..………..…………………………..31
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………32
E. Jenis dan Sumber Data……………………………………………...32
F. Teknik Analisis Data……………………………………………......33
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................36
B. Karakteristik Responden...................................................................40
C. Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota...................43
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
menjaga kebersihan kota ..................................................................58
BAB V PENUTUP............................................................................................62
A. Kesimpulan.......................................................................................62
B. Saran .................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................65
xii
DAFTAR TABEL
Table 1 Klasifikasi Skor........................................................................................35
Table 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................40
Table 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur...........................................41
Table 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...................41
Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ....................................42
Table 6 Tanggapan Respinden Mengenai partisipasi masyarakat akan rasa
kesadaran kebersihan tempat tinggal sekitarnya.....................................44
Table 7 Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam
melakukan gotong royong demi kebersihan lingkungan.........................45
Tabel 8 Tanggapan Responden Terhadap keadaan kebersihan tempat tinggal
anda........................................................................ ................................46
Tabel 9 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat
pada tahap Implementasi kebersihan lingkungan....................................47
Table 10 Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam
penerapan kerja bakti dalam hal kegiatan kebersihan.............................49
Table 11 Tanggapan Responden Mengenai bentuk kerja bakti yang anda
lakukan....................................................................................................50
Table 12 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat
pada tahap implementasi kerja bakti dalam hal kebersihan .................51
Table 13 Tanggapan Responden Mengenai penerapan membuang sampah pada
tempatnya .............................................................................................52
xiii
Table 14 Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat sudah
memperhatikan dalam membedakan sampah kering dan sampah
basah......................................................................................................53
Table 15 Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam
membuang sampah rumah tangga. ...........................................................55
Table 16 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat
pada tahap Implementasi membuang sampah pada tempatnya ............56
Table 17 Rata- Rata Persentase Dari Ketiga partisipasi masyarakat kota dalam
kegiatan kebersihan ..............................................................................57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus
menerus sesuai dengan perkembangan zaman dan potensi yang dimilikinya.
Dalam perkembangannya, segala aspek akan ikut tumbuh dan berkembang
serta memunculkan permasalahan yang kompleks pula. Perkembangan dan
perubahan suatu kota terjadi pada kondisi fisik, ekonomi, sosial dan
politik.Dalam perubahan dan perkembangan kota, para perencana kota
diharapkan mempertahankan atau memelihara sesuatu yang baik tentang kota
dan berupaya merencanakan pertumbuhan dan perubahannya.
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia dan merupakan unsur yang penting dalam
kehidupan.Masyarakat yang selalu mengharapkan kenyamanan dalam
kehidupannya, terlepas dari segala permasalahan-permasalahan yang
mengganggu kenyamanan serta ketentraman lingkungan tempat tinggal
mereka. Salah satu persoalan masyarakat yang menonjol adalah pengelolaan
kebersihan lingkungan khususnya di daerah perkotaan. Pada daerah perkotaan
kebersihan sering menjadi hal yang relatif diabaikan, tingkat kepadatan dan
masyarakat kota disinyalir menjadi penyebab timbulnya permasalahan sosial
di masyarakat termasuk dalam hal kebersihan.
kesadaran masyarakat sangat perlu dalam menjaga lingkungan agar
tetap bersih dan asri, yang hidup nyaman. Tentunya harus secara sinergi
1
2
melakukan jalinan kerja sama yang baik. Partisipasi aktif guna menciptakan
Kota Bantaeng yang bersih, indah, dan nyaman menjadi tanggung jawab
bersama. Oleh karena itu semua pihak harus melakukan upaya menjaga
kebersihan secara bersama, termasuk aparatur pemerintah bersama masyarakat
harus bergandengan tangan, bekerjasama bahu-membahu mulai dari tahapan
perencanaan sampai dengan pengendalian segenap program yang telah
disepakatinya. Dukungan peran masyarakat terhadap program ketertiban,
kebersihan, dan keindahan (K-3).
Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan pengaturan
terhadap daerah masing-masing. Hal ini terlihat hampir setiap kota maupun
kabupaten mengeluarkan peraturan daerah dalam rangka mengatasi masalah
ketertiban, kebersihan dan keindahan.
Strategi yang di lakukan pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam
menangani kebersihan yaitu Pemberdayaan masyarakat sebagai mitra
pemerintah daerah dalam pengeloan kebersihan lingkungan berkelanjutan di
Kabupaten Bantaeng,serta menyusun perencanaan kegiatan,melaksanakan dan
memonitoring kegiatan,serta mengevaluasi kegiatan,.
Kepedulian Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam mewujudkan Kota
yang bersih dengan menyediakan fasilitas umum, sarana dan prasarana
Kebersihan yaitu, berupa tempat sampah yang di sediakan disepanjang
jalan,mobil pengangkut sampah yang sekaligus berfungsi untuk dapat mendaur
3
ulang sampah-sampah tersebut menjadi pupuk organic dan distribusi petugas
yang cukup memadai dan merata.
Bentuk partisipasi dari masyarakat yang mendukung kegiatan
pemerintah,dengan mengadakan kerja bakti dalam kegiatan kebersihan,
menjaga kebersihan bak penampungan sampah, tidak membuang sampah di
sembarang tempat, dan menjaga kebersihan lingkungan. Peran serta
masyarakat dapat di nyatakan sebagai salah satu kunci keberhasilan
pembangunan sampai tingkat bawah, karena partisipasi merupakan cara yang
efektif untuk membangun kemampuan masyarakat dalam pengelolaan
program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas.
Dalam hal ini yang menjadi persoalan dan tolak ukur bagi peneliti
disini adalah Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota di
Kabupaten Bantaeng sudah benar-benar efektif dalam menjalankan
kewajibannya sebagai masyarakat yang bertanggungjawab, serta disiplin dalam
menjaga lingkungan setempat, untuk mewujudkan kota yang bersih. Dengan
melihat kenyataan yang ada dilapangan bahwasanya partisipasi masyarakat
sudah menghampiri hasil yang optimal dalam menjaga kebersihan, dengan
tidak membuang sampah di sembarang tempat, membersihkan sampah-sampah
yang berserakan di depan rumah maupun diselokan. Dan itupun membantu
mengurangi tugas berat para petugas kebersihan.Berdasarkan uraian diatas
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Partisipasi
Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota di Kabupaten Bantaeng.
4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah dalam penelitian ini :
a. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota di
Kabupaten Bantaeng ?
b. Faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dengan Latar belakang permasalahan, maka secara spesifik penelitian
ini dilakukan dengan tujuan :
a. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam menjaga
kebersihan di Kabupaten Bantaeng.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam menjaga kebersihan kota Kabupaten Bantaeng.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang peningkatan kualitas
pengelolaan kebersihan kota.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah kabupaten, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
acuan dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan kebersihan kota,
5
sehingga dapat meningkatkan kinerja dan pengelolaan kebersihan yang
lebih efektif.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dalam
rangka ikut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan kota khususnya di
Kabupaten Bantaeng.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Partisipasi Masyarakat
1. Pengertian Partisipasi
Menurut Ach. Wasir Ws., et al. (1999:29) partisipasi biasa di artikan
sebagai keterlibatan seseorang secara sadar kedalam interaksi social dalam
situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bias berparetisipasi bila dia
menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses
berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan,
kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
Partisipasi anggota masayrakat menurut Rahardjo Adisasmita
(2006:34) adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan,
meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi)
program/proyek pembangunan yang di kerjakan di dalam masyarakat lokal.
Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan pedesaan
merupakan aktualisasi dari ksediaan dan kemanpuan anggota msyarakat
untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang
dilaksanakan, (Rahardjo Adisasmita 2006 : 34-35 )..
Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban seorang warga
negara untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok
sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan
dengan menyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya.
7
2. Jenis – jenis partisipasi
Berdasarkan sistem dan mekanisme partisipasi, Dr. Saifuddin, SH
MH (2009: 88), membedakan partisipasi atas 4 jenis yaitu :
a. Participation in decision making (Partisipasi masyarakat dalam proses
pembuatan keputusan)Yaitu berupa pemberian kesempatan kepada
masyarakat dalam mengemukakan pendapatnya untuk menilai suatu
rencana atau program yang akan ditetapkan. Masyarakat juga diberikan
kesempatan untuk menilai suatu keputusan atau kebijaksanaan yang
sedang berjalan.
b. Participation in implementation (Partisipasi atau
keikutsertaanmasyarakat dal kegiatan operasional pembangunan
berdasarkan program yang telah ditetapkan).
c. Participation in benefits( partisipasi masyarakat dalam menikmati atau
memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yang dicapai dalam
pelaksanaan pembangunan.
d. participation in evalution ( partisipasi masyarakat dalam bentuk ke
ikutsertaan menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta hasil-
hasilnya.
3. Faktor – faktor yang Menghambat Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan dapat dipengaruhi
berbagai faktor yang dapat mendorong maupun faktor yang menghambat
partisipasi masyarakat. Beberapa pedapat yang mengemukakan mengenai
beberapa faktor yang dapat menghambat partisipasi masyarakat antara
8
lain : Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh
dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari
kelompok usia menengah keatas dengan keterikatan moral kepada nilai
dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak
yang berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
b. Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai
bangsamengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di
dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan
perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi
semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan
adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin
baik.
c. Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk
berpartisipasi.pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup
seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi
peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
d. Pekerjaan dan penghasilan
9
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan
seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan
diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi
kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang
mapan perekonomian.
e. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan
berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam
lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan
cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap
kegiatan lingkungan tersebut.
Sedangkan menurut Watson dalam Adi (2002) berpendapat
kendala yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan antar lain :
a. Kendala yang berasal dari kepribadian invidu yaitu kestabilan,
kebiasaan, hal yang utama, seleksi ingatan dan persepsi,
ketergantungan, superego, rasa tidak percaya diri, rasa tidak aman.
b. Kendala yang berasal dari sistem sosial yaitu kesepakatan terhadap
norma tertentu, kesatuan dan keterpaduan sistem dan budaya, kelompok
kepentingan, hal-hal yang bersifat sakral, penolakan terhadap orang
luar.
10
4. Tujuan Partisipasi
Tujuan dari partisipasi masyarakat untuk menghasilkan ide dan
persepsi yang berguna untuk masyarakat yang berkepentingan (public
interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
(Prof, Dr. Erman Mawardi 2002:14). Sebab dengan melibatkan masyarakat
yang potensial terkena dampak suatu kegiatan dari cara mengambilan
keputusan, kebutuhan dari pengharapan kelompok masyarakat, dan
kelompok masyarakat itu menuangkannya kedalam suatu konsep.
Reaksi dari pandangan masyarakat itu akan membantu masyarakat
itu sendiri dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas,
arah dan kepentingan yang positif dari berbagai faktor. Partisipasi haruslah
terbuka untuk umum, partisipasi akan mempengaruhi kredibilitas suatu
badan yang bersangkutan. Dengan cara mendokumentasikan perbuatan
badan negara ini, sehingga mampu menyediakan sarana yang memuaskan
jika masyarakat dan bahkan pengadilan merasa perlu melakukan
pemeriksaan atas pertimbangan yang telah diambil ketika membuat
keputusan tersebut.
Ada tiga hal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu:
a) Keadaan sosial masyarakat
b) Kegiatan program pembangunan
c) Keadaan alam sekitar.
Keadaaan sosial masyarakat meliputi pendidikan, pendapatan,
kebiasaan, dan kedudukan sosial dalam sistem sosial. Kegiatan program
11
pembangunan merupakan kegiatan yang dirumuskan dan dikendalikan
oleh pemerintah, sedangkan keadaan alam sekitar mencakup faktor fisik
atau keadaan geofrafi daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup
masyarakat tersebut. Faktor-faktor pokok yang mempengaruhi anggota
masyarakat turut berpartisipasi adalah: (i) adanya kesempatan bagi
anggota untuk berpartisipasi, (ii) kemampuan anggota untuk berpartisipasi,
dan (iii) kemauan anggota untuk berpartisipasi (John Gaventa, 2001:34).
5. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Tingkat partisipasi untuk setiap anggota masyarakat berlainan satu
sama lain sesuai dengan kemampuan masing-masing, dan yang lebih
penting adalah dorongan untuk berpartisipasi, yaitu berdasarkan atas
motivasi, cita-cita, dan kebutuhan individu yang kemudian diwujudkan
secara bersama-sama. Menurut Wiswakharman dalam (Andriansyah, dkk,
2006:57) partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya terdapat tingkatan-
tingkatan sebagai berikut:
a) Partisipasi Inisiasi, merupakan tingkatan partisipasi tertinggi.
Masyarakat dalam tingkatan partisipasi ini dapat menentukan dan
mengusulkan segala sesuatu rencana yang akan dilaksanakan dan
benar-benar merupakan inisiatif murni mereka. Peran masyarakat di sini
adalah sebagai subjek kegiatan (pembangunan).
b) Partisipasi Legitimasi, yaitu partisipasi pada tingkat pembicaraan atau
perundingan kesepakatan pada suatu proses pembangunan. Peran
masyarakat pada tingkat ini cukup besar, yaitu masyarakat dapat
12
memberi usulan dan turut aktif dalam pembicaraan dan musyawarah
dalam pelaksanaan pembangunan.
c) Partisipasi Eksekusi, yaitu partisipasi dalam tingkat pelaksanaan
kegiatan dan mereka tidak mulai dari awal (pada tahap perencanaan)
dan tidak turut mengambil/menentukan keputusan.
Tipologi tingkat partisipasi masyarakat tersebut seringkali
digunakan sebagai rujukan dalam berbagai kajian yang berkaitan dengan
partisipasi masyarakat. Selain cukup mudah dalam penggunaannya, juga
karena kajian tentang masyarakat dalam pembangunan dirasakan semakin
penting. Partisipasi warga merupakan proses ketika warga, sebagai
individu maupun sebagai kelompok sosial dan organisasi, mengambil
peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan
mereka.
Syarat Tumbuh dan Berkembangnya Partisipasi Masyarakat
Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat. Sebab, kesempatan dan
kemampuan yang cukup, belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki
kemauan untuk (turut) membangun. Sebaliknya, adanya kemauan akan
mendorong seseorang untuk meningkatkan kemam-puan dan aktif
memburu serta memanfaatkan setiap kesempatan.(Mardikanto,2003).
6. Bentuk - Bentuk Partisipasi .
13
Menurut Effendi yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011:58),
partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi
horizontal.
a. Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam
masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam
suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada
sebagai posisi bawahan.
b. Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil
untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota / kelompok
masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang
lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka
melakukan kegiatan dengan pihak lain. menurut Effendi sendiri, tentu
saja partisipasi seperti ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya
masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.
Sementara bentuk-bentuk partisipasi menurut Daryono dalam
(Sastropoetro,1988:21) diantaranya adalah :
1. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan/atau proses
perencanaan
2. Partisipasi dalam pelaksanaan program
3. Partisipasi dalam proses monitoring dan evaluasi terhadap program.
7. Kelebihan dan Kekurangan Partisipasi Masyarakat
Dengan mengacu pada berbagai referensi (Anon, 2000;
Blumenthal, 2000, Dovers, 2000; Kapoor, 2001; serta UNDP, 2000),
14
Thomsen (2003) memaparkan kelbihan dan kekurangan dari partisipasi
masyarakat. Kelebihan dari partisipasi masyarakat adalah:
1. Partisipasi memperluas basis pengetahuan dan representasi. Dengan
mengajak masyarakat dengan spektrum yang lebih luas dalam proses
pembuatan keputusan, maka partisipasi dapat: (a) meningkatkan
representasi dari kelompok-kelompok komunitas, khususnya kelompok
yang selama ini termarjinalisasikan, (b) membangun perspektif yang
beragam yang berasal dari beragam stakeholders, (c) mengakomodir
pengetahuan lokal, pengalaman, dan kreatifitas, sehingga memperluas
kisaran ketersediaan pilihan alternatif.
2. Partisipasi membantu terbangunannya transparansi komunikasi dan
hubungan-hubungan kekuasaan di antara para stakeholders. Dengan
melibatkan stakeholders dan berdiskusi dengan pihak-pihak yang akan
menerima atau berpotensi menerima akibat dari suatu kegiatan / proyek,
hal itu dapat menghindari ketidakpastian dan kesalahan interpretasi
tentang suatu isu / masalah.
3. Partisipasi dapat meningkatkan pendekatan iteratif dan siklikal dan
menjamin bahwa solusi didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan
lokal. Dengan membuka kesempatan dalam proses pengambilan
keputusan, maka para pembuat keputusan dapat memperluas
pengalaman masyarakat dan akan memperoleh umpan balik dari
kalangan yang lebih luas. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan
15
akan lebih relevan dengan kepentingan masyarakat lokal dan akan lebih
efektif.
4. Partisipasi akan mendorong kepemilikan lokal, komitmen dan
akuntabilitas. Pelibatan masyarakat lokal dapat membantu terciptanya
hasil (outcomes) yang berkelanjutan dengan menfasilitasi kepemilikan
masyarakat terhadap proyek dan menjamin bahwa aktivitas-aktivitas
yang mengarah pada keberlanjutan akan terus berlangsung. Hasil yang
diperoleh dari usaha-usaha kolaboratif lebih mungkin untuk diterima
oleh seluruh stakeholders.
5. Partisipasi dapat membangun kapasitas masyarakat dan modal sosial.
Pendekatan partisipatif akan meningkatkan pengetahuan dari tiap
stakeholders tentang kegiatan / aksi yang dilakukan oleh stakholders
lain. Pengetahuan ini dan ditambah dengan peningkatan interaksi antar
sesama stakeholders akan meningkatkan kepercayaan diantara para
stakeholders dan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan
modal sosial.
Sedangkan kekurangan yang mungkin muncul dari pendekatan
partisipatif adalah:
1. Proses partisipasi dapat digunakan untuk memanipulasi sejumlah besar
warga masyarakat. Partisipasi secara sadar atau tidak sadar dapat
merugikan kepada mereka yang terlibat jika: (a) para ahli yang
melakukan proses ini memanipulasi partisipasi publik untuk
kepentingannya, (b) jika tidak direncanakan secara hati-hati, partisipasi
16
dapat menambah biaya dan waktu dari sebuah proyek tanpa ada
jaminan bahwa partisipasi itu akan memberikan hasil yang nyata.
2. Partisipasi dapat menyebabkan konflik. Proses partisipasi seringkali
menyebabkan ketidakstabilan hubungan sosial politik yang ada dan
menyebabkan konflik yang dapat mengancam terlaksananya proyek.
3. Partisipasi dapat menjadi mahal dalam pengertian bahwa waktu dan
biaya yang dikeluarkan dipersepsikan sebagai sesuatu yang mahal bagi
masyarakat lokal. Pada wilayah-wilayah dimana di dalamnya terdapat
ketidakadilan sosial, proses partisipasi akan dilihat sebagai sesuatu yang
mewah dan pengeluaran-pengeluaran untuk proses itu tidak dapat
dibenarkan ketika berhadapan dengan kemiskinan yang akut.
4. Partisipasi dapat memperlemah (disempower) masyarakat. Jika proses
partisipasi dimanipulasi, tidak dikembangkan dalam kerangka kerja
institusional yang mendukung atau terjadi kekurangan sumber daya
untuk penyelesaian atau keberlanjutan suatu proyek, maka partisipan
dapat meninggalkan proses tersebut, kecewa karena hanya sedikit hasil
yang diraih, padahal usaha yang dilakukan oleh masyarakat telah cukup
besar.
B. Konsep Otonomi Daerah
1. Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian otonomi daerah sesuai Undang-undang No. 32 tahun
2004 pasal 1 ayat 5, yaitu otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
17
pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan menurut Suparmoko (2002:61)
mendefenisikan otonomi daerah sebagai kewenangan daerah otonom
untuk mengatur dan juga mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004,
bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah dan Kabupaten/kota
didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata
dan bertanggung jawab.
Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 7, 8, 9 tentang
pemerintah daerah, ada 3 dasar sistem hubungan antara pusat dan daerah
yaitu :
a. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di
wilayah tertentu.
c. Tugas Perbantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan
atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
2. Hakekat Otonomi Daerah
18
Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya merupakan upaya
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara
melaksanakan pembangunan sesuai dengan kehendak dan kepentingan
masyarakat. Sehubungan dengan hakekat otonomi daerah tersebut yang
berkaitan dengan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan
kebijakan, pengelolaan dana publik dan pengaturan kegiatan dalam
penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat maka peranan data
pemerintahan daerah sangat diperlukan untuk mengidentifikasi sumber-
sumber pembiayaan daerah dan juga jenis dan besar belanja yang harus
dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien.
Data keuangan daerah yang menunjukan gambaran statistik
perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun
pengeluaran dan analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting
terutama untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah
untuk melihat kemampuan / kemandirian daerah (Dedi supriady
Bratasuma, 2001:22).
3. Tujuan Otonomi Daerah
Tujuan utama dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah adalah
membebaskan pemerintah pusat dari urusan yang tidak seharusnya
menjadi pikiran pemerintah pusat. Denagn demikian pusat berkesempatan
mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan
mengambil manfaat. Pada saat yang sama pemerintah pusat diharapkan
19
mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas atau yang
bersifat umum dan mendasar ) nasional yang bersifat trategis. Di lain
pihak, dengan desentralisasi daerah akan mengalami proses pemberdayaan
yang optimal. Kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah
akan terpacu, sehingga kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah
yang terjadi di daerah akan semakin kuat. Menurut Mardiasmo (otonomi
dan manajemen keuangan daerah) adalah untuk meningkatkan pelayanan
publik dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terdapat tiga
misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu :
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat.
b. Memperdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik)
untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
c. Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah
Kemudian tujuan otonomi daerah menurut penjelasan Undang-
undang No 32 Tahun 2004 pada intinya hampir sama yaitu otonomi daerah
diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasinya,
meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakan prakarsa dan peran serta
aktif masyarakatr secara nyata, dinamis, dan bertanggung jawab sehingga
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban
pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang akan memberikan
peluang untuk koordinasi tingkat lokal.
4. Prinsip Otonomi Daerah
20
Berdasarkan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004,
prinsip penyelenggaraan otonomi daerah adalah sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek
keadilan, demokrasi, pemerataan seta potensi dan keanekaragaman
daerah
b. Pelaksanaan otonomi daerah dilandasi pada otonomi luas, nyata &
bertanggung jawab.
c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas & utuh diletakkan pada daerah
& daerah kota, sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi yang
terbatas.
d. Pelaksanaan otonomi harus selaras konstitusi negara sehingga tetap
terjamin hubungan yang serasi antara pusat & daerah.
e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah kabupaten & derah kota tidak lagi wilayah administrasi. Begitu
juga di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah.
f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan &
fungsi badan legislatif daerah baik sebagai fungsi pengawasan, fungsi
legislatif, mempunyai fungsi anggaran atas penyelenggaraan otonomi
daerah
g. Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam
kedudukan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewenangan pemerintah tertentu dilimpahkan kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah.
21
h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di
pemerintah daerah dan daerah kepada desa yang disertai pembiayaan,
sarana dan pra sarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang
menugaskan.
5. Hak dan Kewajiban Daerah
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya yang berada di daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan
h. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam Peraturan perundang-
undangan.
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban:
a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan
nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;
22
e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. melestarikan lingkungan hidup;
l. mengelola administrasi kependudukan;
m. melestarikan nilai sosial budaya
n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai
dengan kewenangannya; dan
o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
6. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pengawasan yang dianut menurut undang-undang no 32 tahun
2004 meliputi dua bentuk pengawasan yakni pengawasan atas pelaksanaan
urusan pemerintah di daerah dan pengawasan terhadap peraturan daerah
dan peraturan kepala daerah. Pengawasan ini dilaksanakan oleh aparat
pengawas intern pemerintah. Hasil pembinaan dan pengawasan tersebut
digunakan sebagai bahan pembinaan selanjutnya oleh pemerintah dan
dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan. Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah
upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau gubernurselaku wakil
23
pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah.
Dalam rangka pembinaan oleh pemerintah, menteri dan pimpinan
lembega pemerintah non-departemen melakukan pembinaan sesuai dengan
fungsi dan kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh
Mmenteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi, serta
oleh gubernur untuk pembinaan dan pengawasan kabupaten / kota.
Dalam hal pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan
perataturan kepala daerah, pemerintah melakukan dua cara sebagai
berikut:
a. Pengawasan terhadap rancangan perda yang mengatur pajak daerah,
retribusi daerah, APBD, dan RUTR, sebelum disyahkan oleh kepala
daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk
Raperda Provinsi, dan oleh gubernur terhadap Raperda
Kabupaten/Kota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-
hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal.
b. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di luar yang termuat di
atas, peraturan daerah wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri
untuk provinsi dan gubernur untuk kabuapten/kota, untuk memperoleh
klarifikasi terhadap peraturan daerah yang bertentangan dengan
kepentingan umum dan/atau peraturan lain yang lebih tinggi dan sebab
itu dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.
24
Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan,
pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggara pemerintahan
daerah apabila ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran. Sanksi
yang dimaksud antara lain berupa penataan kembali suatu daerah otonom,
pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan
berlakunya suatu kebijakan yang ditetapkan daerah, sanksi pidana yang
diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(Widjaja,2011:38)
C. Konsep Administrasi Pembangunan
Administrasi pembangunan mencangkup dua pengertian, yaitu (1)
administrasi dan (2) pembangunan. Telah umum diketahui bahwa yang
dimaksud dengan administrasi ialah keseluruhan proses pelaksanaan
keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang
atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pembangunan biasanya didefenisikan sebagai “rangkaian usaha mewujudkan
pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh
suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation-building).” (Siagian,1970:4)
Apabila defenisi sederhana di atas disimak secara cermat, akan muncul
permukaan paling sedikit tujuh ide pokok yaitu :
a. Pembangunan merupakan suatu proses.
b. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sabagai
sesuatu untuk dilaksanakan.
25
c. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka
panjang, jangka sedang, dan jangka pendek.
d. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan
perubahan.
e. Pembangunan mengarah kepada modernitas.
f. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan
per definisi bersifat multidimensional.
g. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukankepada usaha
pembinaan bangsa sehingga negara bangsa yang bersangkutan semakin
kukuh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya.
Dari pembahasan di atas kita sampai pada batasan dan defenisi atau
pengertian kerja dari administrasi pembangunan, yaitu “seluruh usaha yang
dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang, dan
berubah secarasadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan
penghidupan negara bangsa yang bersangkutan dalam rangka pencapaian
tujuan akhirnya.
D. Konsep Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat sering dikenal dengan istilah society yang berarti,
sekumpulan orang yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi
didalam kelompok tersebut. Kata Masyarakat sendiri diambil dari bahasa
arab, Musyarak. Masyarakat juga bisa diartikan sekelompok orang yang
saling berhubungan dan kemudian membentuk kelompok yang lebih besar.
26
Biasanya masyarakat sering diartikan sekelompok orang yang hidupa dalam
satu wilayah dan hidup teratur oleh adat didalamnya.
Masyarakat Transisi adalah masyarakat yang dimana didalamnya
terdapat perubahan isi atau orang. perubahan ini bisa dicontohkan seperti
pekerjaan yang tidak pada masyarakat sebelumnya. Selain itu juga bisa
dicontohkan orang Jawa menikah dengan orang Madura kemudian hidup
dan tinggal di Madura.
Masyarakat awal mulanya terbentuk dari masyarakat kecil yang
artinya sekumpulan orang. Misalnya sebuah keluarga yang dipimpin oleh
kepala keluarga, kemudian dari kelompok keluarga akan membentuk sebuah
RT dan RW hingga akhirnya membentuk sebuah dusun. Dusun pun akan
membentuk Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, Hingga akhirnya
negara.
Masyarakat tidak akan pernah terbentuk tanpa adanya seorang
pemimpin. seorang pemimpin yang akan memimpin sebuah masyarakat bisa
dipilih dengan berbagai cara. Seperti Pemilu, Pemilihan secara tertutup
hingga keturunan pemimpin.Pemilihan pemimpin suatu daerah pasti sudah
memiliki aturan masing masing yang biasa disebut adat istiadat.(Elly
M.Setiadi,2006:79-84)
Adapun pengertian Masyarakat Menurut Ahli yaitu :Soerjono
Soekanto (2002: 64-67) mengemukakan bahwa dalam masyarakat terjadi
proses interaksi sosial, Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
27
apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder.
2. Ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya sebagai berikut.
1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas
duaorang.
2. Bergaul dalam waktu cukup lama. Sebagai akibat hidup bersama itu,
timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan anta rmanusia.
3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait
satu dengan yang lainnya.
3. Syarat-syarat terbentuknya Masyarakat
a. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif
lama
b. Merupakan satu kesatuan
c. Merupakan suatu sistem hidup bersama, yaitu hidup bersama yang
menimbulkankebudayaan dimana setiap anggota masyarakat
d. merasa dirinya masing-masing terikat dengan kelompoknya
E. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini, dikaji tentang partisipasi masyarakat dalam
menjaga kebersihan kota Kabupaten Bantaeng. Dimana telah dibentuk suatu
28
organisasi pemerintah yaituBadan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
Daerah (BAPEDALDA) dibawahi langsung oleh Dinas Pekerjaan Umum
(P.U) yang dalam pengelolaannya diberi kewenangan dan tanggung jawab
serta perumus kebijakan untuk menjaga kebersihan seluruh wilayah kota.
Sementara masyarakat sebagai objek kebijakan melaksanakan fungsi
pendukung yakni melakukan kegiatan dukungan dalam rangka menjaga
kebersihan di Kota Bantaeng yang juga terorganisir oleh satuan unit
pemerintahan setempat mulai dari pemerintah kecamatan, kelurahan hingga ke
tingkat RT/RW.
Sementara bentuk-bentuk partisipasi menurut Daryono dalam
(Sastropoetro. 1988:21) diantaranya adalah:Partisipasi dalam proses
pengembilan keputusan dan/atau proses perencanaan, Partisipasi dalam
pelaksanaan program, serta Partisipasi dalam proses monitoring dan evaluasi
terhadap program kebersihan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk
berpartisipasi yaitu : faktor usia, pendididkan, pekerjaan dan lamanya tinggal
menurut Angell (dalam Ross, 1967: 130).
29
Adapun kerangka pikir Partisipasi Masyarakat dalam Menjaga
Kebersihan Kota Kabupaten Bantaeng.
Defenisi Operasional
1. Partisipasi masyarakat sering diartikan keikutsertaan, keterlibatan dan
kesamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara
langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan
kebijakan, pelaksanaan program dan evaluasi.
2. Implementasi dinyatakan dalam keikut sertaan dalam pelaksanaan
kegiatan kebersihan
Tercipta Tata Kebersihan Kota Yang
Efektif
Factor –faktor yang Mempengaruhi partisipasi
- Usia
- Pekerjaan
- Lamanya tinngal
Bentuk Partisipasi Masyarakat
- Implementasi
Partisipasi Masyarakat Dalam
Menjaga Kebersihan Kota di
Kabupaten Bantaeng
30
3. Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari
kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai
dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang
berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
4. Pekerjaan dan penghasilan Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain
karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang
akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi
kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang
mapan perekonomian.
5. Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan
berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam
lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung
lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan
lingkungan tersebut.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai dari tanggal 10 Mei sampai 10
Juli 2014 di lingkungan kota Kabupaten Bantaeng. Alasan penentuan lokasi
adalah untuk lebih mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam
menangani kebersihan kota.
B. Jenis dan tipe penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian deskriptif kuantitatif yang dikombinasi dengan data
kualitatif.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah survey penelitian dengan mengumpulkan dan
menganalisis suatu peristiwa atau proses tertentu dengan memilih data atau
menemukan ruang lingkup tertentu sebagai sampel yang dianggap
representatif.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi 1000 orang masyarakat kota yang berpartisipasi dalam
kebersihan kota Kabupaten Bantaeng.
2. Sampel
Dalam penentuan sampel, peneliti menggunakan teknik penarikan
dengan metode purposive samplingyang merupakan penentuan sampel
32
32
dengan pertimbangan tertentu yaitu dengan memilih masyarakat sebagai
sampel yang benar-benar mengetahui tenang kondisi kebersihan yang ada
di kota Bantaeng dengan segala permasalahannya.
Dengan populasi sebanyak 1000 orang yang ikut berpartisipasi
dalam kebersihan. Maka penulis mengambil sampel sebanyak 75 orang.
Selain itu juga dilakukan wawancara dari perwakilan aparatur
BAPEDALDA sebanyak 2 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan Penulis mengamati daerah atau lokasi yang akan
menjadi objek penelitian yaitu dikalangan masyarakat kota dan di kantor
BAPEDALDA.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data secara langsung
dengan responden yaitu perwakilan dari aparatur BAPEDALDA yang
mengacu pada pedoman wawancara yang telah dipersiapkan.
3. Kuesioner
Teknik ini dilakukan dengan jalan membagikan daftar pertanyaan kepada
seluruh responden yang ditetapkan sebagai sampel yaitu masyarakat kota
di Kabupaten Bantaeng.
E. Jenis dan sumber data
1. Jenis Data
33
Jenis Data dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu data – data
yang tidak berbentuk angka, cukup digunakan untuk mengetahui
pandangan pihak terkait mengenai partisipasi masyarakat dalam menjaga
kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng. Dan data kuantitatif yaitu data
yang diperoleh dari jawaban responden dalam bentuk angka-angka.
2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari data
primer dan sekunder.
a. Data Primer yang dikumpulkan dan diolah, diperoleh melalui
wawancara secara insentif terhadap beberapa responden yang
ditetapkan sebagai sampel, serta hasil dari penyebaran kuesioner
terhadap responden yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Data Sekunder data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-
catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah Menggabungkan dua
metode kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan observasi yang
kemudian ditarik kesimpulan. Metode kuantitatif digunakan untuk
menganalisis data hasil olahan kuesioner tanggapan responden
terhadappartisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten
Bantaeng. Sedangkan metode kualitatif untuk menganalisis data hasil
wawancara mendalam terhadap informan yang diperkuat oleh hasil observasi
yang berhubungan dengan pandangan pihak terkait mengenai faktor yang
34
mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi. Terhadap data yang telah
diperoleh melalui kuesioner dan wawancara, selanjutnya jawaban responden
berdasarkan total skor masing-masing jawaban. Dari data tersebut, dilakukan
analisis deskriptif melalui perhitungan persentase dan sistem skor untuk
mengetahui komposisi jawaban responden.
= × 100% = ∑( . )
Keterangan :
P = Persentase F = Frekuensi
X = Rata-rata Σ (F.X) = Jumlah skor kategori jawaban
N = Jumlah responden
= − × 100%Selain tabel frekuensi, analisa data juga dilakukan dengan menggunakan
skala likert. Skala likert yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek Husaini Usman & Purnomo
Setiady (2004:69). Pemberian skor dimulai dari nilai tertinggi dengan 4 dan skor
terendah 1. Klasifikasi antara lain sebagai berikut:
35
Tabel 1: Klasifikasi skor
sangatsering/ menyampaikan gagasan/ide / sangat memiliki
rasa kesadaran/sangat sering/sangat bersih dan nyaman / sangat
berpartisipasi/ membersihkan sampah-sampah yang berserakan/
sangat melaksanakan/sangat memperhatikan/di tempat sampah/
dilakukan secara bersama-sama.
Skor 4
Cukup sering/ membantu dalam pengadaan tenaga /memiliki
rasa kesadaran/ sering / cukup bersih / berpartisipasi /
menyiapakan tempat penampungan sampah/ melaksanakan/
memperhatikan/di timbun /ada tim khusus yang melakukan
monitoring
Skor 3
sering / memberikan sumbangan peralatan kebersihan / kurang
memiliki rsa kesadaran/ jarang/ bersih / kurang berpartisipasi /
melakukan persiapan pengangklutan sampah atau limbah/
kurang melaksanakan/kurang memperhatikan/di got/dilakukan
sendiri
Skor 2
Tidak pernah / menjelaskan kondisi lokasi yang menjadi
sasaran / tidaksama sekali / tidak pernah / kotor dan
berantakan/tidak berpartisipasi / memperhatikan kebersihan bak
penampung/tidak melaksanakan/tidak memperhatikan/di
biarkan saja/ tidak ada yg mengawasi
Skor 1
Untuk mengetahui efektif atau tidaknya partisipasi masyarakat dalam
menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng, maka penulis membuat suatu
ukuran yaitu sebagai berikut :
1. Sangat Efektif: 76 % - 100 %
2. Efektif: 51 % - 75 %
3. Kurang efektif: 26 % - 50 %
4. Tidak efektif : 0 % - 25 %
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karesteristik Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis dan Topografi
Secara geografis, Kabupaten Bantaeng terletak ± 120 km arah
selatan Kota Makassar pada posisi 521’13” - 535’26” Lintang Selatan
dan 11951’42” - 12005’27” Bujur Timur dengan wilayah mulai dari tepi
Laut Flores sampai ke pegunungan sekitar Gunung Lompobattang,
memiliki luas daratan 395,83 km² (39.583 ha) dengan rincian penggunaan
lahan terdiri atas : Hutan Primer 3.357 ha (8,48 %), Kebun Campuran
26.917 ha (68 %), Tegalan/Ladang 2.900 ha (7,33 %), Semak Belukar
2.013 ha (5,08 %), Sawah 3.200 ha (8,08 %), Rawa 348 ha (0,88 %),
Pemukiman 373 ha (0,94%), Tambak/Empang 156 ha (0,39 %) serta Tubuh
Air 318 ha (0,8 %) dengan panjang garis pantai 21,5 km.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Bantaeng terhadap wilayah
sekitarnya adalah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bulukumba.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba
c. Sebelah selatan berbatasan dengan laut flores
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto
2. Visi, Misi Dan Tujuan Bapedalda
a. Visi Bapedalda Kabupaten Bantaeng
36
37
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Bapedalda Kabupaten
Bantaeng dan mempertimbangkan issu strategik yang ada, maka visi
Bapedalda Kabupaten Bantaeng adalah “Bantaeng sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan yang menekankan
ekonomi hijau”.
Agar visi yang telah dirumuskan dapat secara bertahap
diaplikasikan, maka perumusan misi adalah merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk mengarahkan operasionalisasi organisasi sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan visi yang telah
ditetapkan.
Oleh karena merupakan penentu arah tindakan operasional
organisasi maka perumusan misi perlu mempertimbangkan tugas pokok
dan fungsi organisasi.
b. Misi
Misi Bapedalda Kabupaten Bantaeng ditetapkan sebagai berikut :
1. Memprioritaskan wawasan dan pendekatan ekologis pelestarian,
pengendalian dan pengelolaan Sumber Daya Alam.
2. Mendorong peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
3. Meningkatnya upaya rehabilitasi dan konservasi lahan dan
lingkungan.
c. Tujuan Bapedalda
Tujuan pada dasarnya merupakan penjabaran atau implementasi
dari pernyataan misi organisasi yang memberikan gambaran tentang
38
sesuatu yang akan dicapai atau yang ingin dihasilkan dalam jangka
waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Dengan perumusan tujuan
strategis ini maka Bapedalda Kabupaten Bantaeng dapat secara tepat
mengetahui apa yang akan dilaksanakan dalam memenuhi visi dan
misinya dalam jangka waktu 1 sampai 5 tahun kedepan dengan
memperhatikan sumber daya yang dimilikinya.
Adapun tujuan strategik Bapedalda Kabupaten Bantaeng adalah
sebagai berikut :
1. Terciptanya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan terkendalinya
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
2. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan dan menempatkan pembangunan lingkungan hidup
sebagai bagian integral dari pembangunan daerah.
3. Meningkatnya upaya pemberdayaan masyarakat dan kekuatan
ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan
hidup bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
4. Terlaksananya upaya rehabilitasi dan konservasi lahan dengan pem-
berdayaan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan.
3. Struktur organisasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Bantaeng
39
40
B. Karakteristik Responden
Kuesioner yang disebarkan dalam penelitian ini berjumlah 75 kuesioner
dengan subjek penelitian adalah masyarakat. Kuesioner yang kembali juga
berjumlah 75. Jadi response rate pada penelitian ini adalah 100 %, semua
jawaban lengkap dan layak untuk dianalisa.
Berikut ini akan dipaparkan karakteristik responden secara umum
menurut jenis kelamin, umur dan pendidikan terakhir.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden yang menjadi subjek penelitian ini menurut
jenis kelamin ditunjukkan dalam tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2:Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin:
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase %
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
40
35
53,3 %
46,7%
Jumlah 75 100 %
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Data pada tabel 2, menunjukkan bahwa dari 75 orang yang merupakan
responden terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40 orang
sedangkan perempuan sebanyak 35 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dominan laki-laki yang terlibat dalam menjaga kebersihan, karena laki-laki
cenderung lebih berani kotor dibandingkan dengan perempuan.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
41
Karakteristik responden yang menjadi subjek penelitian ini menurut
umur ditunjukkan dalam tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3:Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur yang dapat dilihat melalui
klasifikasi umur mulai dari 17 tahun sampai umur 51 tahun ke atas yaitu :
No Klasifikasi Umur Jumlah Persentase %
1
2
3
4
17 - 30 Tahun
31 - 40 tahun
41 - 50 tahun
51 tahun ke atas
30
27
17
1
40,0
36,0
22,7
1,3
Jumlah 75 100
Sumber : Diolah dari data primer,Mei2014
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa paling banyak
responden berumur antara 17-30 tahun dan paling sedikit responden dengan usia
51 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan umur produktif berkisar atara 17-30 tahun
untuk ikut berpartisipasi menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat
pemukiman mereka.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden yang menjadi subjek penelitian ini menurut
pendidikan terakhir ditunjukkan dalam tabel 4 dibawah ini:
42
Tabel 4:Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase %
1
2
3
4
5
SD
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Sarjana (S1)
Magister ( S2)
8
18
22
24
3
10,7
24
29,3
32
4
Jumlah 75 100
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Dari tabel 4 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden
secara dominan responden memiliki latar belakang pendidikan terakhir SD
sebanyak 8 orang (10,7 %), SMP / sederajat sebanyak 18 orang (24%), dan
SMA/Sederajat sebanyak 22 orang (29,3 %), Sarjana (S1) sebanyak 24 orang
(52 %), dan S2 sebanyak 3 orang (6 %). Jika dilihat dari tabel di atas
sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
terpelajar dan nampak bahwa responden didominasi oleh lulusan S1 karena
daerah yang digunakan untuk penelitian berada di daerah sekitaran kota.
Namun masih ada sebagian masyarakat yang dijadikan responden hanya
berpendidikan SD, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat.
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik responden yang menjadi subjek penelitian ini
berdasarkan pekerjaan ditunjukkan dalam tabel 5 di bawah ini :
43
Tabel 5:Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase %
1
2
3
4
Pegawai Negeri (PNS/ABRI)
Wirasuwasta
Karyawan swasta
Lainnya
26
25
5
19
34,7%
33,3%
6,7%
25,3%
Jumlah 75 100%
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Pekerjaan responden paling banyak sebagai PNS sebesar 34.7% dan
paling sedikit bekerja sebagai karyawan swasta sebesar 6.7%. Hal ini
berkaitan dengan latar belakang pendidikan dan daerah tempat tinggal
responden yang dekat dengan kota.
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota Di Kabupaten
Bantaeng.
Partisipasi masyarakat sering diartikan keikutsertaan, keterlibatan dan
kesamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara
langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijakan,
pelaksanaan program dan evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam menjaga
kebersihan adalah keterlibatan masyarakat dalam ikut serta bertanggung jawab
baik secara langsung maupun tidak langsung secara individu, keluarga,
kelompok masyarakat sejak proses perencanaan penanganan masalah
kebersihan sampai akhirnya pada tahapan implementasi serta monitoring dan
evaluasi.
44
Bentuk partisipasi yang di lakukan masyarakat dalam menjaga
kebersihan yaitu implementasi.
1. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Implementasi
Mengukur dimensi atau indikator partisipasi masyarakat pada tahap
implementasi dalam upaya untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam
menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng, dapat diukur melalui
indikator berikut ini:
a. Partisipasi Masyarakat akan rasa kesadaran kebersihan tempat tinggal
Kesadaran akan Kebersihan tempat tinggal merupakan salah satu hal
yang dapat menunjang berjalannya suatu kegiatan dalam kebersihan
lingkungan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 6:Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat akan rasa kesadaran kebersihan tempat tinggal sekitarnya.
No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase
1 Sangat berpartisipasi 4 27 108 36
2 berpartisipasi 3 38 114 50,7
3 Kurang berpartisipasi 2 7 14 9,3
4 Tidak sama sekali 1 3 3 4Total 75 239 100 %
Rata-rata skor23975 = 3,19
Rata-rata persentse3,194 × 100% = 79.75%
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Berdasarkan Tabel 6 di atas diketahui tanggapan responden paling
banyak menyatakan bahwa dalam penerapan kebersihan lingkungan,
masyarakat sudah berpartisipasi dalam menjaga kebersihan tempat tinggal
45
sekitarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan kebersihan
lingkungan, masyarakat sudah memiliki rasa kesadaran kebersihan tempat
tinggal sekitarnya, Tetapi dari 7 responden menyatakan kurang memiliki
rasa kesadaran dan 1 responden tidak sama sekali.
b. Partisipasi masyarakat dalam melakukan gotong royong demi kebersihan lingkungan.
Partisipasi masyarakat dalam melakukan gotong royong demi
kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang dapat menciptakan
suasana kebersamaan dalam melakukan aksi kebersihan, untuk
menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.
Berdasarkan hasil kuesioner dari 75 reponden untuk pernyataan
kebiasaan masyarakat untuk melakukan gotong-royong demi kebersihan
lingkungan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7:Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam
melakukan gotong royong demi kebersihan lingkungan.
No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase
1 Sangat sering 4 24 96 32
2 Sering 3 27 81 36
3 Kurang sering 2 15 30 20
4 Tidak pernah 1 9 9 12Total 75 216 100 %
Rata-rata skor21675 = 2.88
Rata-rata persentse2.884 × 100% = 72%
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui tanggapan responden mengenai
partisipasi masyarakat dalam melakukan gotong royong demi kebersihan
46
lingkungan di dominasi dengan jawaban kategori sering dengan memperoleh
tanggapan sebanyak 27 orang, atau 36% dan kategori sangat sering memperoleh
tanggapan sebanyak 24 orang, atau 32%, sedangkan kurang sering memperoleh
tanggapan 15 orang, atau 20%, sedangkan kategori tidak pernah sebanyak 1 orang,
atau 12%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa partisipasi dalam kebersihan
lingkungan, masyarakat sering melakukan gotong royong. Dan hal ini sangat
membantu pemerintah dalam nenciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
c. Keadaan kebersihan tempat tinggal anda
Kebersihan tempat tinggal merupakan hal yang sangat penting
dimana kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran dan debu yang
menciptakan suasana yang nyaman. Berdasarkan hasil kuesioner dari 75
reponden untuk pernyataan keadaan kebersihan tempat tinggal dapat dilihat
pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8:Tanggapan Responden Mengenaikeadaan kebersihan tempat
tinggal anda
NoTanggapan Responden
Skor(x) FX.
FPersentase
1 Sangat bersih dan nyaman 4 25 100 33.3
2 Cukup bersih 3 38 114 50.7
3 Bersih 2 9 18 12
4 Kotor dan berantakan 1 3 3 4Total 75 235 100 %
Rata-rata skor23575 = 3,13
Rata-rata persentse3,134 × 100% = 78,25%
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
47
Berdasarkan dari data pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa keadaan
kebersihan tempat tinggal masyarakat dapat dikatakan cukup bersih. Hal
tersebut dapat dilihat dari tanggapan 75 responden 25(33,3 %) responden yang
mengatakan sangat bersih dan nyaman dan 38(50,7%) responden yang
mengatakan cukup bersih. Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan kebersihan
tempat tinggal masyarakat sangat berpengaruh dalam menjaga kebersihan
lingkungan di Kabupaten Bantaeng.
Tabel 9:Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenaipartisipasi masyarakatpada tahap Implementasi kebersihan lingkungan di Kabupaten Bantaeng.
No Tanggapan respondenRata-rata
skorRata-rata persentase
1.
Partisipasi Masyarakat akan rasa
kesadaran kebersihan tempat tinggal 3.19 79.75
2
Partisipasi masyarakat dalam
melakukan gotong royong demi
kebersihan lingkungan
2.88 72
3
.Keadaan kebersihan tempat tinggal
anda3.13 78.25
Rata-rata skor 9,23 = 3,06Rata-rata persentase
3,064 × 100% = 76.5%Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Berdasarkan dari Tabel 12, yang merupakan rekapitulasi dari ketiga
indikator yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat
48
dalam menjaga kebersihan kota di kabupaten Bantaeng dalam hal
“implementasi kebersihan lingkungan” dapat dikatakan sangat efektif. Hal
tersebut dapat dilihat dengan tiga indikator (tabel 9,10 dan tabel11) dengan
rata-rata persentase rekapitulasi dari ketiga indikator menunjukkan sekitar
76,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam menjaga
kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng, benar-benar berusaha semaksimal
mungkin untuk menjaga kebersihan, khususnya dalam pelaksanan kebersihan
lingkungan.
Guna mengetahui apakah benar-benar partisipasi masyarakat dalam
menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng sudah melaksanakan dengan
efektif, maka peneliti mengangkat satu informan. Hal ini diungkapkan oleh
B.S.R Masyarakat yang tinggal dkota Bantaeng selaku informan yang
menyatakan bahwa:
Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan menurut saya sudah sangat baik mereka sangat memiliki rasa kesadaran yang tinggi dalam menjaga kebersihan walaupun masih ada sebagian dari mereka yang masih acuh dengan kebersihan lingkungan setempat mereka. (hasil wawancara oleh B.S.R 27 Mei 2014 ).
Dari hasil wawancara diatas dengan informan yang menyatakan bahwa
dalam menjaga kebersihan lingkungan masyarakat sudah sangat burusaha
secara maksimal untuk memperhatikan kebersihan setempat dan karena adanya
rasa kesadaran yang mereka tanamkan pada dirinya.
d. Partisipasi masyarakat dalam penerapan kerja bakti dalam hal kegiatan
kebersihan
49
Partisipasi dari masyarakat akan sangat mendukung berjalannya setiap
kegiatan kerja bakti . Untuk mengukur seberapa pentingnya partisipasi
masyarakat dalam kegiatan kerja bakti dapat dilihat tanggapan responden
mengenai partisipasi nmasyarakat dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini :
Tabel 10:Tanggapan Responden Mengenaipartisipasi masyarakat dalam
penerapan kerja bakti dalam hal kegiatan kebersihan
No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase
1 Sangat berpartisipasi 4 18 72 24
2 Berpartisipasi 3 36 108 48
3 Kurang berpartisipasi 2 8 16 10.7
4 Tidak berpartisipasi 1 13 13 17.3
Total 75 209 100 %
Rata-rata skor20975 = 2,79
Rata-rata persentse2.794 × 100% = 69,75%
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Berdasarkan dari data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa
tanggapan responden mengenai partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerja
bakti dapat dikatakan berpartisipasi. Hal ini dapat dilihat dari 75 responden
yang penulis pilih, sebanyak 18 (24 %) responden yang mengatakan sangat
berpartisipasi dan 36 (48 %) responden yang mengatakan berpartisipasi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerja bakti
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menjaga kebersihan
kota yang efektif di Kabupaten Bantaeng.
50
e. Bentuk kerja bakti yang anda lakukan
Bentuk kerja bakti yang kita lakukan sangat menunjang
keberhasilnya suatu kegiatan kebersihan. Untuk melihat bentuk kerja bakti
yang masyarakat lakukan dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini :
Tabel 11:Tanggapan Responden Mengenaibentuk kerja bakti yang anda
lakukan
No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase
1Membersihkan sampah-sampah
yang berserakan4 37 148 49.3
2Menyiapkan tempat
penampungan sampah sementara
3 22 66 29.3
3Melakukan persiapan
pengangkutan sampah atau limbah
2 9 18 12
4Memperhatikan kebersihan bak penampungan sampah 1 7 7 9.3
Total 75 236 100 %
Rata-rata skor 23675 = 3,15Rata-rata persentse 3,154 × 100% = 78,75%
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Berdasarkan tabel 11, tanggapan responden mengenai bentuk kerja
bakti yangdilakukan masyarakat kota di kabupaten Bantaenghanya maksimal
dalamMembersihkan sampah-sampah yang berserakan, tetapi dalam
Melakukan persiapan pengangkutan sampah atau limbah, Memperhatikan
kebersihan bak penampungan sampahmasih kurang.
51
Tabel 12:Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenaipartisipasi masyarakat pada tahap implementasi kerja bakti dalam hal kebersihan di kabupaten Bantaeng
No Tanggapan respondenRata-rata
skorRata-rata persentase
1.
Partisipasi masyarakat dalam penerapan
kerja bakti dalam hal kegiatan
kebersihan2,79 69,75 %
2.Bentuk kerja bakti yang di lakukan
masyarakat3.15 78,75%
Rata-rata skor 5.942 = 2,97Rata-rata persentase
2,974 × 100% = 74,25%Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Berdasarkan dari tabel 12, yang merupakan rekapitulasi dari kedua
indikator yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat
dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten dalam hal implementasi kerja
bakti dapat dikatakan efektif. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase
rekapitulasi dari kedua indikator yang menunjukkan 74,25 %, jadi dapat
disimpulkan bahwapartisipasi masyarakat pada tahap implementasi kerja bakti
dalam hal kebersihan di kabupaten bantaeng tergolong efektif.
Guna mengetahui apakah partisipasi masyarakat dalam tahap
implementasi kerja bakti dalam menjaga kebersihan sudah efektif, maka peneliti
mengangkat satu informan untuk diwawancarai, maka berikut ini ungkapan oleh
S.P.R selaku PNS yaitu:
Bentuk kerja bakti yang dilakukan masyarakat sudah sangat berpartisipasi mereka saling bergotong-royong dan berbagi tugas dalam
52
melakukan pekerjaan tapi masih ada kekurangan dalam memperhatikan penampungan bak pembuangan sampah (Hasil wawancara oleh S.P.R 27 Mei 2014).
Dari hasil wawancara diatas dengan informan yang menyatakan bahwa
bentuk partisipasi masyarakat dalam kerja bakti sudah tergolong efektif.
f. Partisipasi masyarakat dalam penerapan membuang sampah pada
tempatnya
Penerapan membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu hal
yang dapat menunjang berjalannya suatu kegiatan dalam menjaga kebersihan di
Kabupaten Bantaeng. Hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 13:Tanggapan Responden Mengenai penerapan membuang sampah
pada tempatnya
No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase
1 Sangat menerapkan 4 21 84 28
2 Menerapkan 3 38 114 50.7
3 Kurang menerapkan 2 9 18 12
4 Tidak menerapkan 1 7 7 9.3
Total 75 223 100 %
Rata-rata skor22375 = 2,97
Rata-rata persentse2,974 × 100% = 74,25%
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Tanggapan responden paling banyak menyatakan dalam penerapan
membuang sampah pada tempatnya 38 (50.7) responden masyarakat sudah
menerapkannya, sedangkan respinden yang menyatakan sangat menerapkan
sebanyak 21 orang, atau 28%, responden yang menyatakan kurang menerapkan
53
sebanyak 9 orang, atau 12%, dan yang tidak menerapkan sebanyak 7 orang, atau
9.3%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat sudah melakukan
semaksimal mungkin dengan membiasakan diri dalam membuang sampah pada
tempatnya sehingga dapat mendukung kegiatan program kebersihan, dan
hasilnya Kabupaten Bantaeng sangat bersih dan sehat.
g. Partisipasi masyarakat dalam membedakan sampah kering dan sampah basah.
Partisipasi masyarakat dalam membedakan sampah basah dan sampah
kering ini sangat membantu pemerintah dalam memanfaatkan sampah yang
ada menjadi kompos dan sebagainya, dan ini juga dapat membantu
penghasilan masyarakat setempat dengan memanfaatkan sampah yang
sudah dipilah menurut jenisnya.
Tabel 14:Tanggapan Responden Mengenaipartisipasi masyarakat sudah memperhatikan dalam membedakan sampah kering dan sampah basah
No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase
1 Sangat memperhatikan 4 7 28 9.3
2 Memperhatikan 3 15 45 20
3 Kurang memperhatikan 2 28 56 37.3
4 Tidak memperhatikan 1 25 25 33.3
Total 75 154 100 %
Rata-rata skor15475 = 2,05
Rata-rata persentse2,054 × 100% = 51.25%
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
54
Berdasarkan dari data pada tabel 14 di atas menunjukkan bahwa
partisipasi masyarakat dalam membedakan sampah basah dan sampah kering di
Kabupaten Bantaeng dapat dikatakan kurang memperhatikan. Hal tersebut
dapat dilihat dari tanggapan 75 responden yang dipilih peneliti 28 (37.3%)
responden yang mengatakan kurang memperhatikan, dan 25 (33.3%) responden
yang mengatakan tidak memperhatikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
partisipasi masyarakat dalam memperhatikan sampah kering dan sampah basah
masyarakat masih kurang memperhatikan. Mungkin karena masyarakat kurang
terbiasa untuk memisahkan sampah basah dan sampah kering pada saat di
buang
h. Partisipasi masyarakat dalam membuang sampah rumah tangga
Partisipasi masyarakat dalam membuang sampah rumah tangga sangat
mempengaruhi untuk terciptanya kebersihan, karena apabila masyarakat
membuang sampah rumah tangganya dengan cara di buang di got atau di biarkan
begitu saja itu hanya bisa menimbulkan penyakit dan kelihatan kotor dan dapat
menghabat kegiatan pemerintah untuk menjadikan Kabupaten Bantaeng bersih,
oleh karena itu partisipasi masyarakat sangat diperlukan perannya disini, Untuk
mengetahui seberapa besar respon partisipasi masyarakat dalam membuang
sampah rumah tangga dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
55
Tabel 15:Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam membuang sampah rumah tangga.
No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase
1 Di tempat sampah 4 47 188 62.7
2 Di timbun 3 21 63 28
3 Di got 2 7 14 9.3
4 Dibiarkan saja 1 - - -
Total 75 265 100 %
Rata-rata skor26575 = 3.53
Rata-rata persentse3.534 × 100% = 88,25%
Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Berdasarkan data pada tabel 15 di atas menunjukkan bahwa tanggapan
responden terhadap partisipasi masyarakat dalam membuang sampah rumah
tangga di Kabupaten Bantaeng dapat dikatakan masyarakat membuannya di
tempat sampah. Hal tersebut dapat dilihat dari data di atas bahwa dari
75responden terdapat 47 (62.7 %) responden yang mengatakan membuang di
tempat sampah dan 21 (28 %) responden yang mengatakan di timbun. Jadi
dapat disimpukan bahwa partisipasi masyarakat dalam membuang sampah
rumah tangganya di tempat sampah merupakan salah satu factor yang dapat
menunjang dan mendukung berjalannya suatu programdalam menjaga
kebersihan kota yang bebas dari sampah-sampah yang dapat mencemari kota.
56
Tabel 16:Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat pada tahap Implementasi membuang sampah pada tempatnya di Kabupaten Bantaeng.
No Tanggapan respondenRata-rata
skorRata-rata persentase
1.Penerapan membuang sampah pada
tempatnya2,97 74,25
2
Memperhatikan dalam membedakan
sampah kering dan sampah basah pada
saat di buang
2.05 51.25
3
.Masyarakat dalam membuang sampah
rumah .
3.53 88.25
Rata-rata skor 8.553 = 2.85Rata-rata persentase
2.854 × 100% = 71.25%Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
Berdasarkan dari Tabel 16, yang merupakan rekapitulasi dari ketiga
indikator yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat
dalam menjaga kebersihan kota di kabupaten Bantaeng dalam hal
“implementasi membuang sampah pada tempatnya” dapat dikatakan efektif.
Hal tersebut dapat dilihat dengan tiga indikator (tabel 14,15 dan tabel16)
dengan rata-rata persentase rekapitulasi dari ketiga indikator menunjukkan
sekitar 71,25%. Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam
membuang sampah pada tempatnya di Kabupaten Bantaeng,masyarakatsudah
mempunyai rasa kesadaran akan pentingnya membuang sampah pada
57
tempatnya, meskipun masih ada sebagian dari masyarakat yang kurang akan
cintanya pada lingkungan yang bersih.
Guna mengetahui apakah partisipasi masyarakat dalam tahap
implementasi membuang sampah pada tempatnya dalam menjaga kebersihan
sudah efektif, maka peneliti mengangkat satu informan untuk diwawancarai,
maka berikut ini ungkapan oleh A.G.S selaku masyarakat yaitu
Menurut saya, partisipasi masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya sudah efektif tapi masih ada sebagian kecil yang masih saja membuang sampahnya tidak pada tempatnya seperti deselokan,di jalan, sungai padahal pemerintah sudah menyiapkan tempat sampah di sepanjang jalan untuk sampah kering maupun sampah basah, mungkin karena mereka belum memiliki rasa kesadaran pada dirinya (hasil wawancara oleh A.G.S, 27 Mei 2014).
Dari hasil wawancara diatas dengan informan yang menyatakan bahwa
partisipasi masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya sudah
dlaksanakan dengan baik, walaupun masih ada sebagian dari mereka yang
masih saja membuang sampahnya di sembarang tempat.
Rata- Rata Skor, Persentase dan Kategori Dari bentuk partisipasi masyarakat kota
di Kabupaten Bantaeng
No. Bentuk Partisipasi
masyarakat dalam
implementasi
Rata-
rata skor
Rata-rata
persentase
Kategori
1. Menjaga kebersihan
lingkungan
3.06 Sangat
sering
2. Melakukan kerja bakti 2.97 74.25 sering
3. Membuang sampah pada
tempatnya
2.85 71.25 sering
sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014
58
Berdasarkan tabel 17 yang merupakan rata-rata skor, rata- rata persentase
dan kategori dari ketiga bentuk partisipasi masyarakat dalam proses implementasi,
menunjukkan bahwa membersihkan lingkungan yang persentasenya 76,5 %,
melakukan kerja bakti yang persentasenya 74,25 %, membuang sampah pada
tempatnya yang persentasenya 71,25 %) Hal itu menunjukkan bahwa ketiga
bentuk partisipasi masyarakat sangat dibututuhkan dan dapat membantu
terwujudnya kebersihan kota.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat untuk berpartisipasi
Yang menyebabkan masyarakat melakukan partisipasi adalah karena
masyarakat Kabupaten Bantaeng mempunyai kesadaran akan pentingnya
kebersihan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat juga sering melakukan
komunikasi antara masyarakat lain dan pihak pemerintah untuk melakukan
pembersihan wilayah-wilayah yang dianggap rawan sampah.Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
Usia, Jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, dan lamanya
tinggal di daerah tersebut.
1. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok
usia menengah keatas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma
masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi
dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya. Berikut hasil wawancara
dengan kepalaBAPEDALDA kabupaten Bantaeng :
59
“Usia sangat berpengaruh pada tingkat partisipasi masyarakat untuk ambil bagian dalam kegiatan yang menyangkut kebersihan. Masyarakat usia remaja dan dewasa lebih banyak yang berpartisipasi karena mereka cenderung lebih sadar dan paham tentang kebersihan lingkungan. Jadi anak muda dan orang dewasa lebih gampang mengerti apa sebenarnya manfaat yang didapat jika lingkungan disekitar mereka bersih”(Hasil wawancara dengan AT Tanggal 27 Mei 2014)
Senada yang disampaikan oleh kepala Bidang kebersihan dan Pertamanan:
“Masyarakat yang berusia remaja dan dewasa lebih banyak terlibat pada program-program kebersihan dan perawatan lingkungan karena mereka cenderung lebih memiliki waktu dan tenaga yang lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak ataupun usia tua. Kalau masih anak-anak kita kan belum mengerti banyak tentang kebersihan sementara orang yang usianya sudah tua mungkin sudah sadar akan kebersihan tapi mereka mungkin tidak kuat lagi untuk membersihkan lingkungan disekitarnya” (Hasil wawancara dengan S Tanggal 29 Mei 2014)
Berdasarkan kutipan pernyataan dari kedua informan diatas, peneliti
dapat menarik kesimpulan bahwa usia menjadi faktor yang mempengaruhi
tingkat partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Masyarakat usia remaja sampai dewasa cenderung memiliki kesadaran dan
kekuatan fisik untuk berpartisipasi dalam kegiatan menjaga kebersihan
lingkungan dibandingkan dengan masyarakat usia tua. Dimana yang usia muda
lebih sering melakukan kegiatan dluar rumah, di banding yang usia tua lebih
kebanyakan di dalam rumah karena keadaan fisik mereka sudah berbeda.
2. Pekerjaan dan Penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan
seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya.
Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari
dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan,
60
harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.(Hasil wawancara
dengan S Tanggal 29 Mei 2014)
“Menurut pendapat saya yang sering saya lihat pekerjaan dan penghasilan yang besar itu cenderung kurang berpartisipasi karena mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya masing masing, sehingga dia kurang memiliki waktu yang banyak untuk ikut turut berpartisipasi di banding yang mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang kurang mereka mempunyai banyak waktu yang luang untuk bisa ikut berpartisipasi.
Berdasarkan kutipan pernyataan dari informan diatas, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa pekerjaan dan penghasilan seseorang dapat mempengaruhi
proses partisipasi masyarakat karena keaadan perekonomian yang mapan
biasanya memiliki waktu kurang di banding perekonomian yg sulit.
3. Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh
pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan
tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat
dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan
tersebut.Berikut hasil wawancara dengan kepala BAPEDALDA kabupaten
Bantaeng :
“ Iya ini sering skali terjadi di kalangan masyarakat, semakin lama iya tinggal dalam lingkungan itu semakin semangat pula ia terlibat dalam partisipasi, dibanding dengan penduduk atau masyarakat yang baru saja tinggal di lingkungan itu mungkin karena mereka belum mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya dan belum mempunyai pengalaman serta belum begitu saling kenal dengan masyarakat yang ada dilingkungan tersebut”(Hasil wawancara dengan AT Tanggal 27 Mei 2014)
Senada yang disampaikan oleh kepala Bidang kebersihan dan Pertamanan:
61
“Lamanya tinggal seseorang bisa mempengaruhi seseorang dalam berpartisispasi karena mereka sudah memiliki tingkat interaksi sosial yang baik tempat iya tinggal, dan lebih memahami keadaan lingkungan sekitarnya ” (Hasil wawancara dengan S Tanggal 29 Mei 2014)
Berdasarkan kutipan pernyataan dari kedua informan diatas, peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa lamanya tinggal seseorang dapat mempengaruhi
proses partisipasi masyarakat karena lamanya seseorang tinggal dilingkungan
tersebut maka dia memiliki banyak pengalaman, dan mengetahui betul tentang
keadaan lingkungan tersebut di bandingkan masyarakat yang baru tinggal di
tempat itu.
Hasil wawancara tersebut diketahui bahwa faktor penghambat yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten
Bantaeng. Dapat dilihat dari tiga indikator yang penulis gunakan
partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan yang pertama
yaituPerencanaan yang nilai rata-rata persentasenya 83 %, Implementasi(
pada bagian membersihkan lingkungan yang nilai rata-rata persentasenya
76,5 %, melakukan kerja bakti yang rata-rata persentasenya 74,25 %,
membuang sampah pada tempatnya yang rata-rata persentasenya 71,25 %)
serta Evaluasi dan monotoring yang rata-rata persentasenya 93 %.Hal ini
menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat di Kabupaten Bantaengsudah
sangat berpartisipasi dalam menjaga kebersihan, walaupun masih ada
sedikit dari mereka yg belum sadar akan kebersihan lingkungan mereka,
yang masih saja membuang sampah tidak pada tempatnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng pertama,usia karena usia
sangat mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi usia muda atau
dewasa mereka lebih banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan kebersihan
63
karena mereka cenderung lebih memiliki waktu dan tenaga yang lebih
banyak dibanding anak-anak yang belum mengerti tentang kebersihan,
sedangkan yang usia tua mereka memiliki tenaga yang kurang.
Kedua,pekerjaan dan penghasilan juga mempengaruhi masyarakat untuk
berpartisipasi sebab masyarakat yang memiliki penghasilan yang cukup
besar maka dia tidak mempunyai waktu untuk ikut berpartisipasi
dibanding yang memiliki penghasilan yang kurang mereka lebih
cenderung memiliki waktu yang banyak untuk ikut berpartisipasi. Dan
Ketiga, lamanya tinggal seseorang bisa mempengaruhi seseorang dalam
berpartisispasi karena mereka sudah memiliki tingkat interaksi sosial yang
baik tempat iya tinggal, dan lebih memahami keadaan lingkungan
sekitarnya,di banding masyarakat yang baru saja tinggal di lingkungan
tersebut.
B. Saran
Beberapa saran yang perlu dalam membentuk,mempertahankan dan
meningkatkan perilaku kebersihanpenghuni kota pada umumnya, adalah
sebagai berikut:
1. kepada pemerintah harusnya memberikan sedikit penghargaan bagi
masyarakat yang ikut berpartisipasi agar mereka lebih semangat lagi dan
berlomba- lomba dalam menjaga kebersihan kota.
2. Tindakan-tindakan yang menyokong kebersihan lingkungan perlu
diajarkan dan dilatih sejak dini dalam lingkungan keluarga. Pembelajaran
yang berlangsung terus-menerus dalam keluarga lebih mudah diterima dan
64
diinternalisasikan sehingga membentuk kebiasaan. Norma kebersihan
yang ditanamkan dalam lingkungan sosial terdekat akan berkembang
dalam diri individu menjadi norma personal, acuan dari
tindakan/perbuatan kebersihan dalam kehidupan keseharian mereka.
3. Menggiatkan gerakan menghargai sampah. Pada dasarnya perlu dilakukan
suatu kegiatan untukmerubah sikap dan perilaku warga terhadapsampah.
Pandangan tentang sampah sebagai barangtidak berguna dan kotor perlu
diubah menjadi sikappositif bahwa sampah adalah sumber materi
yangdapat dikelola dan mendatangkan manfaat bagikehidupan manusia.
Bila tidak dikelola dengan baikdalam jangka panjang dapat merugikan
kehidupanmanusia pada umumnya.
4. Untuk menciptakan lingkungan yang bersihdiperlukan kepemimpinan.
Perlu ada orang-orangyang dijadikan panutan ,mau
melaksanakan,mengajak, menggiatkan warga untuk bersama-
samamengelola sampah yang dihasilkan dari berbagaiaktivitas keseharian
mereka.
5. Wewenang untuk pengaturan dan pemeliharaankebersihan di ruang publik
sebaiknyadiberikan/didelegasikan kepada komunitas wargayang berada
tinggal dan menetap dalam batasanwilayah yang dimaksud. Orang-orang
yang beradadalam setting dituntut bertanggungjawab danberkewajiban
mengelola sampah dan memeliharakebersihan disekitar pemukiman
mereka masing-masing.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ach. Wazir Ws., et al., ed.(1999). Panduan Penguatan Manajemen Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: sekertariat Bina Desa dengan dukungan AusAID melalui Indonesia HIV/AIDS and STD prevention and care project.
Adisasmita Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Makassar.Graha Ilmu
Alexander Abe, 2001. Perencanaan Daerah Memperkuat Prakarsa Rakyat Dalam
Otonomi Daerah. Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta
Daud, Firdaus.2009. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengololaan Lingkungan di Pemukiman Sekitar Muara Sungai Tallo Kota Makassar.Jurnal Chemica ,Vol 10: hal 9-18
Dedy Supriady Bratakusuma, Ph.D. Dadang Solihin, MA. 2002, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Gaventa, John. 2001. Mewujudkan Partisipasi(Teknik Partisipas). British Council. Bandung.
Hadi, S.P. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Isbandi Rukminto Ad. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunikasi: dari pemikiran menuju penerapan. Depok : FISIP UI Press
Kodoatie, Robert, 2005. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mardikanto, 2003.
Mawardi, Erman, 2002. Partisipasi Masyarakat dan Pengololaan Sumber Daya Air. Alfabeta. Jogjakarta.
Parfi, 2007. Partisipasi Masyarakat pedesaan.
Ross, Murray G., and B.W. Lappin, 1967. Community Organizator: theory, principles and practice. Secon edition. New York: Harper dan Row publishers.
Saifuddin, 2009. Partisipasi Masyarakat dalam pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. FH UI Press. Yogyakarta.
66
Santoso, Agus. 2013. Menyingkap Tabir Otonomi Daerah di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sastroputro, S. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan. Bandung: Alumni
Sedarmayanti, Hj. 2004. Good Governance ( kepemerintahan yang Baik ). CV. Mandar Maju. Bandung.
Setiadi, Elly M., 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
Siagian, sondang P., 1970. Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Jakarta: PT Bumi Aksara
Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: UNS Press
Sugiyono , 2010, Metode Penelitian Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung
Sugiarto , 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia
Soerjono soekanto,2003. Sosiologi suatu pengantar, penerbit PT Raja grafindo persada : Jakarta
Somarto, Inovasi partisipasi dan good governance, penerbit Yayasan OborIndonesia.
Widjaja, H.A.W., 2011, Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persad
Tim Penyusunan, 2011, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Fisip Unismuh Makassar
Dokumen –Dokumen :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ENI WARNINGSIH, Lahir di Sragen Jawa Tengah pada tanggal
19 mei 1991 anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari
pasangan Ayahanda Suwardi dan Sri Suwarni
Penulis mulai menumpuh pendidikan formal pada tahun 1997 di SDN Inpres
Tappanjeng Kabupaten Bantaeng, tamat pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang
sama melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) Negri 1
Bantaeng dan tamat pada tahun 2006, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di
SMA Neg.2 Bantaeng, dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, melalui
seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB), penulis berhasil lolos seleksi dan
terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara dibawah naungan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
top related