partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan …

80
i PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN KOTA DI KABUPATEN BANTAENG ENI WARNINGSIH Nomor Stambuk : 10561 3436 09 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

i

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN KOTA DI KABUPATEN BANTAENG

ENI WARNINGSIH

Nomor Stambuk : 10561 3436 09

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 2: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

ii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN KOTA DI KABUPATEN BANTAENG

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh

ENI WARNINGSIH

Nomor Stambuk : 10561 3436 09

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 3: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

iii

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota di

Kabupaten Bantaeng

Nama Mahasiswa : Eni Warningsih

Nomor Stambuk : 105 61 3436 09

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Alimuddin Said, M.Pd Adnan Ma’ruf, S.Sos., M.Si

Mengetahui:

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Unismuh Makassar Ilmu AdministrasiNegara

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Burhanuddin, S.Sos, M.Si

Page 4: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

iv

Page 5: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Eni Warningsih

Nomor Stambuk : 10561 3436 09

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan

dari pihak atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan

ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku,

sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 2014

Yang Menyatakan,

Eni Warningsih

Page 6: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

vi

ABSTRAK

Eni Warningsih (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota di Kabupaten Bantaeng. ( dibimbing oleh Alimuddin Said dan Adnan Ma’ruf ).

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan di Kabupaten Bantaeng. (2) Mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini berlokasi di kantor Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah. Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara, dan kuesioner dengan populasinya adalah seluruh masyarakat kota yang berpartisipasi dalam kebersihan kota Kabupaten Bantaengberjumlah 1000 orang , dan pengambilan sampel sebanyak 75 orang dengan teknik random sampling. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder, yang sumber datanya diperoleh dari kantor Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan Menggabungkan dua metode kualitatif dan kuantitatif.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa: partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng sudah dilaksanakan secara efektif, walaupun masih ada sedikit dari mereka yang belum sadar akan kebersihan lingkungan mereka. Hal tersebut diperoleh dari hasil rata-rata tiga indikator partisipasi masyarakat yaitu perencanaan, implementasi, evalusi dan monitoring diatas 75%. Dan selain itu juga terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan dalam partisipasi masyarakat yaitu usia, pekerjaan dan penghasilan, dan lamanya seseorang tinggal.

Kata kunci: Partisipasi, Masyarakat, Kebersihan

Page 7: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan

Kota di Kabupaten Bantaeng”

Skripsi ini merupakan tugas terakhir yang diajukan untuk memenuhi

syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaiakan ucapan terima kasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Drs. Alimuddin Said, M.Pd,

selaku pembimbing I dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos., M.Si, selaku pembimbing II

yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya dalam membimbing dan

memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal persiapan penelitian hingga

selesainya skripsi ini.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamya kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Suwardi, dan Ibunda

Sri Suwarni, yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta segenap doa

yang telah dipanjatkan dalam mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh

keiklasan,buat saudaraku Dedi Iswanto, Abit dan Arik, buat sahabatku Eka

Page 8: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

viii

Pratiwi Laskar dan spesial buat orang tersayang yaitu Arman Mustari, yang selalu

membuat hari-hari penulis semakin berwarna dan selalu memberiku semangat.

Penulis juga tak lupa hanturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyyah

Makassar dan pembantu Rektor I, II, III, IV dan seluruh jajaran dan karyawan

atas jasa dan jerih payahnya dalam menyiapkan sarana dan prasarana belajar,

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universaitas Muhammadiyah Makassar, pembantu Dekan I, II,

III serta seluruh staf dan karyawannya.

3. Bapak Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Drs. Alimuddin Said, M.Pd selaku penasehat akademik yang telah banyak

membantu penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Administrasi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu

Administrasi Negara FISIPOL Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Seluruh staf dan pegawai Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP

Universitas Muhammadiyah Makassar (Pak Bakri, Bu Ani, Bu Rahma, Ka’

Ardi, Ka’ Adi dll) terima kasih atas segala bantuannya selama ini.

Page 9: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

ix

7. Teman-teman “Pondok Puspita” serta teman-teman seperjuangan di Fakultas

SOSPOL Universitas Muhammadiyah Makassar “ Angkatan 09 “ terima

kasih atas bantuan dan motivasinya selama ini.

Dan kepada rekan, sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapakan banyak terimakasih atas setiap

bantuan dan doa yang diberikan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan oleh

karena itu saran dan kritiknya sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan pengorbanan yang telah

diberikan yang memungkinkan terselesaikannya skripsi ini, bernilai ibadah dan

memperoleh imbalan yang berlipat ganda disisi Allah SWT, Amiin.

Makassar, 20 Januari 2014

Eni Warningsih

Page 10: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

x

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan.………………………….…………………………........ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah……………..………………....iii

Daftar Isi………………………………………...…………………………......iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..1

B. Rumusan Masalah……………………….…………………………...4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………….....4

D. Kegunann Peneltian………………………………………….….......4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Partisipasi Masyarakat……………………………………………..6

B. Konsep Otonomi Daerah…………………………………………...16

C.Konsep Administrasi Pembangunan………………………………...24

D. Konsep Masyarakat…………..……………………………….……25

E. Kerangka Pikir……………………………………………….……..27

F. Definisi Operasional………………………………………………...29

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian………………………………………31

B. Tipe / Jenis Penelitian………….…………………..………………31

C. Populasi dan Sampel…………..………..…………………………..31

D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………32

E. Jenis dan Sumber Data……………………………………………...32

F. Teknik Analisis Data……………………………………………......33

Page 11: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................36

B. Karakteristik Responden...................................................................40

C. Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota...................43

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam

menjaga kebersihan kota ..................................................................58

BAB V PENUTUP............................................................................................62

A. Kesimpulan.......................................................................................62

B. Saran .................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................65

Page 12: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

xii

DAFTAR TABEL

Table 1 Klasifikasi Skor........................................................................................35

Table 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................40

Table 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur...........................................41

Table 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...................41

Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ....................................42

Table 6 Tanggapan Respinden Mengenai partisipasi masyarakat akan rasa

kesadaran kebersihan tempat tinggal sekitarnya.....................................44

Table 7 Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam

melakukan gotong royong demi kebersihan lingkungan.........................45

Tabel 8 Tanggapan Responden Terhadap keadaan kebersihan tempat tinggal

anda........................................................................ ................................46

Tabel 9 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat

pada tahap Implementasi kebersihan lingkungan....................................47

Table 10 Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam

penerapan kerja bakti dalam hal kegiatan kebersihan.............................49

Table 11 Tanggapan Responden Mengenai bentuk kerja bakti yang anda

lakukan....................................................................................................50

Table 12 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat

pada tahap implementasi kerja bakti dalam hal kebersihan .................51

Table 13 Tanggapan Responden Mengenai penerapan membuang sampah pada

tempatnya .............................................................................................52

Page 13: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

xiii

Table 14 Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat sudah

memperhatikan dalam membedakan sampah kering dan sampah

basah......................................................................................................53

Table 15 Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam

membuang sampah rumah tangga. ...........................................................55

Table 16 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat

pada tahap Implementasi membuang sampah pada tempatnya ............56

Table 17 Rata- Rata Persentase Dari Ketiga partisipasi masyarakat kota dalam

kegiatan kebersihan ..............................................................................57

Page 14: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus

menerus sesuai dengan perkembangan zaman dan potensi yang dimilikinya.

Dalam perkembangannya, segala aspek akan ikut tumbuh dan berkembang

serta memunculkan permasalahan yang kompleks pula. Perkembangan dan

perubahan suatu kota terjadi pada kondisi fisik, ekonomi, sosial dan

politik.Dalam perubahan dan perkembangan kota, para perencana kota

diharapkan mempertahankan atau memelihara sesuatu yang baik tentang kota

dan berupaya merencanakan pertumbuhan dan perubahannya.

Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan dari

kehidupan manusia dan merupakan unsur yang penting dalam

kehidupan.Masyarakat yang selalu mengharapkan kenyamanan dalam

kehidupannya, terlepas dari segala permasalahan-permasalahan yang

mengganggu kenyamanan serta ketentraman lingkungan tempat tinggal

mereka. Salah satu persoalan masyarakat yang menonjol adalah pengelolaan

kebersihan lingkungan khususnya di daerah perkotaan. Pada daerah perkotaan

kebersihan sering menjadi hal yang relatif diabaikan, tingkat kepadatan dan

masyarakat kota disinyalir menjadi penyebab timbulnya permasalahan sosial

di masyarakat termasuk dalam hal kebersihan.

kesadaran masyarakat sangat perlu dalam menjaga lingkungan agar

tetap bersih dan asri, yang hidup nyaman. Tentunya harus secara sinergi

1

Page 15: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

2

melakukan jalinan kerja sama yang baik. Partisipasi aktif guna menciptakan

Kota Bantaeng yang bersih, indah, dan nyaman menjadi tanggung jawab

bersama. Oleh karena itu semua pihak harus melakukan upaya menjaga

kebersihan secara bersama, termasuk aparatur pemerintah bersama masyarakat

harus bergandengan tangan, bekerjasama bahu-membahu mulai dari tahapan

perencanaan sampai dengan pengendalian segenap program yang telah

disepakatinya. Dukungan peran masyarakat terhadap program ketertiban,

kebersihan, dan keindahan (K-3).

Berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan pengaturan

terhadap daerah masing-masing. Hal ini terlihat hampir setiap kota maupun

kabupaten mengeluarkan peraturan daerah dalam rangka mengatasi masalah

ketertiban, kebersihan dan keindahan.

Strategi yang di lakukan pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam

menangani kebersihan yaitu Pemberdayaan masyarakat sebagai mitra

pemerintah daerah dalam pengeloan kebersihan lingkungan berkelanjutan di

Kabupaten Bantaeng,serta menyusun perencanaan kegiatan,melaksanakan dan

memonitoring kegiatan,serta mengevaluasi kegiatan,.

Kepedulian Pemerintah Kabupaten Bantaeng dalam mewujudkan Kota

yang bersih dengan menyediakan fasilitas umum, sarana dan prasarana

Kebersihan yaitu, berupa tempat sampah yang di sediakan disepanjang

jalan,mobil pengangkut sampah yang sekaligus berfungsi untuk dapat mendaur

Page 16: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

3

ulang sampah-sampah tersebut menjadi pupuk organic dan distribusi petugas

yang cukup memadai dan merata.

Bentuk partisipasi dari masyarakat yang mendukung kegiatan

pemerintah,dengan mengadakan kerja bakti dalam kegiatan kebersihan,

menjaga kebersihan bak penampungan sampah, tidak membuang sampah di

sembarang tempat, dan menjaga kebersihan lingkungan. Peran serta

masyarakat dapat di nyatakan sebagai salah satu kunci keberhasilan

pembangunan sampai tingkat bawah, karena partisipasi merupakan cara yang

efektif untuk membangun kemampuan masyarakat dalam pengelolaan

program pembangunan guna memenuhi kebutuhan khas.

Dalam hal ini yang menjadi persoalan dan tolak ukur bagi peneliti

disini adalah Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota di

Kabupaten Bantaeng sudah benar-benar efektif dalam menjalankan

kewajibannya sebagai masyarakat yang bertanggungjawab, serta disiplin dalam

menjaga lingkungan setempat, untuk mewujudkan kota yang bersih. Dengan

melihat kenyataan yang ada dilapangan bahwasanya partisipasi masyarakat

sudah menghampiri hasil yang optimal dalam menjaga kebersihan, dengan

tidak membuang sampah di sembarang tempat, membersihkan sampah-sampah

yang berserakan di depan rumah maupun diselokan. Dan itupun membantu

mengurangi tugas berat para petugas kebersihan.Berdasarkan uraian diatas

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Partisipasi

Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota di Kabupaten Bantaeng.

Page 17: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

4

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dikemukakan rumusan

masalah dalam penelitian ini :

a. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota di

Kabupaten Bantaeng ?

b. Faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dengan Latar belakang permasalahan, maka secara spesifik penelitian

ini dilakukan dengan tujuan :

a. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam menjaga

kebersihan di Kabupaten Bantaeng.

b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam menjaga kebersihan kota Kabupaten Bantaeng.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang peningkatan kualitas

pengelolaan kebersihan kota.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah kabupaten, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

acuan dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan kebersihan kota,

Page 18: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

5

sehingga dapat meningkatkan kinerja dan pengelolaan kebersihan yang

lebih efektif.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dalam

rangka ikut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan kota khususnya di

Kabupaten Bantaeng.

Page 19: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Partisipasi Masyarakat

1. Pengertian Partisipasi

Menurut Ach. Wasir Ws., et al. (1999:29) partisipasi biasa di artikan

sebagai keterlibatan seseorang secara sadar kedalam interaksi social dalam

situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bias berparetisipasi bila dia

menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses

berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan,

kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

Partisipasi anggota masayrakat menurut Rahardjo Adisasmita

(2006:34) adalah keterlibatan anggota masyarakat dalam pembangunan,

meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi)

program/proyek pembangunan yang di kerjakan di dalam masyarakat lokal.

Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan pedesaan

merupakan aktualisasi dari ksediaan dan kemanpuan anggota msyarakat

untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang

dilaksanakan, (Rahardjo Adisasmita 2006 : 34-35 )..

Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban seorang warga

negara untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok

sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan

dengan menyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya.

Page 20: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

7

2. Jenis – jenis partisipasi

Berdasarkan sistem dan mekanisme partisipasi, Dr. Saifuddin, SH

MH (2009: 88), membedakan partisipasi atas 4 jenis yaitu :

a. Participation in decision making (Partisipasi masyarakat dalam proses

pembuatan keputusan)Yaitu berupa pemberian kesempatan kepada

masyarakat dalam mengemukakan pendapatnya untuk menilai suatu

rencana atau program yang akan ditetapkan. Masyarakat juga diberikan

kesempatan untuk menilai suatu keputusan atau kebijaksanaan yang

sedang berjalan.

b. Participation in implementation (Partisipasi atau

keikutsertaanmasyarakat dal kegiatan operasional pembangunan

berdasarkan program yang telah ditetapkan).

c. Participation in benefits( partisipasi masyarakat dalam menikmati atau

memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yang dicapai dalam

pelaksanaan pembangunan.

d. participation in evalution ( partisipasi masyarakat dalam bentuk ke

ikutsertaan menilai serta mengawasi kegiatan pembangunan serta hasil-

hasilnya.

3. Faktor – faktor yang Menghambat Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam pendidikan dapat dipengaruhi

berbagai faktor yang dapat mendorong maupun faktor yang menghambat

partisipasi masyarakat. Beberapa pedapat yang mengemukakan mengenai

beberapa faktor yang dapat menghambat partisipasi masyarakat antara

Page 21: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

8

lain : Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh

dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

a. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari

kelompok usia menengah keatas dengan keterikatan moral kepada nilai

dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak

yang berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

b. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai

bangsamengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di

dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan

perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi

semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan

adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin

baik.

c. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk

berpartisipasi.pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup

seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi

peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

d. Pekerjaan dan penghasilan

Page 22: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

9

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan

seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan

diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi

kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk

berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang

mapan perekonomian.

e. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan

berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam

lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan

cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap

kegiatan lingkungan tersebut.

Sedangkan menurut Watson dalam Adi (2002) berpendapat

kendala yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan antar lain :

a. Kendala yang berasal dari kepribadian invidu yaitu kestabilan,

kebiasaan, hal yang utama, seleksi ingatan dan persepsi,

ketergantungan, superego, rasa tidak percaya diri, rasa tidak aman.

b. Kendala yang berasal dari sistem sosial yaitu kesepakatan terhadap

norma tertentu, kesatuan dan keterpaduan sistem dan budaya, kelompok

kepentingan, hal-hal yang bersifat sakral, penolakan terhadap orang

luar.

Page 23: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

10

4. Tujuan Partisipasi

Tujuan dari partisipasi masyarakat untuk menghasilkan ide dan

persepsi yang berguna untuk masyarakat yang berkepentingan (public

interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan

(Prof, Dr. Erman Mawardi 2002:14). Sebab dengan melibatkan masyarakat

yang potensial terkena dampak suatu kegiatan dari cara mengambilan

keputusan, kebutuhan dari pengharapan kelompok masyarakat, dan

kelompok masyarakat itu menuangkannya kedalam suatu konsep.

Reaksi dari pandangan masyarakat itu akan membantu masyarakat

itu sendiri dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas,

arah dan kepentingan yang positif dari berbagai faktor. Partisipasi haruslah

terbuka untuk umum, partisipasi akan mempengaruhi kredibilitas suatu

badan yang bersangkutan. Dengan cara mendokumentasikan perbuatan

badan negara ini, sehingga mampu menyediakan sarana yang memuaskan

jika masyarakat dan bahkan pengadilan merasa perlu melakukan

pemeriksaan atas pertimbangan yang telah diambil ketika membuat

keputusan tersebut.

Ada tiga hal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu:

a) Keadaan sosial masyarakat

b) Kegiatan program pembangunan

c) Keadaan alam sekitar.

Keadaaan sosial masyarakat meliputi pendidikan, pendapatan,

kebiasaan, dan kedudukan sosial dalam sistem sosial. Kegiatan program

Page 24: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

11

pembangunan merupakan kegiatan yang dirumuskan dan dikendalikan

oleh pemerintah, sedangkan keadaan alam sekitar mencakup faktor fisik

atau keadaan geofrafi daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup

masyarakat tersebut. Faktor-faktor pokok yang mempengaruhi anggota

masyarakat turut berpartisipasi adalah: (i) adanya kesempatan bagi

anggota untuk berpartisipasi, (ii) kemampuan anggota untuk berpartisipasi,

dan (iii) kemauan anggota untuk berpartisipasi (John Gaventa, 2001:34).

5. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat partisipasi untuk setiap anggota masyarakat berlainan satu

sama lain sesuai dengan kemampuan masing-masing, dan yang lebih

penting adalah dorongan untuk berpartisipasi, yaitu berdasarkan atas

motivasi, cita-cita, dan kebutuhan individu yang kemudian diwujudkan

secara bersama-sama. Menurut Wiswakharman dalam (Andriansyah, dkk,

2006:57) partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya terdapat tingkatan-

tingkatan sebagai berikut:

a) Partisipasi Inisiasi, merupakan tingkatan partisipasi tertinggi.

Masyarakat dalam tingkatan partisipasi ini dapat menentukan dan

mengusulkan segala sesuatu rencana yang akan dilaksanakan dan

benar-benar merupakan inisiatif murni mereka. Peran masyarakat di sini

adalah sebagai subjek kegiatan (pembangunan).

b) Partisipasi Legitimasi, yaitu partisipasi pada tingkat pembicaraan atau

perundingan kesepakatan pada suatu proses pembangunan. Peran

masyarakat pada tingkat ini cukup besar, yaitu masyarakat dapat

Page 25: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

12

memberi usulan dan turut aktif dalam pembicaraan dan musyawarah

dalam pelaksanaan pembangunan.

c) Partisipasi Eksekusi, yaitu partisipasi dalam tingkat pelaksanaan

kegiatan dan mereka tidak mulai dari awal (pada tahap perencanaan)

dan tidak turut mengambil/menentukan keputusan.

Tipologi tingkat partisipasi masyarakat tersebut seringkali

digunakan sebagai rujukan dalam berbagai kajian yang berkaitan dengan

partisipasi masyarakat. Selain cukup mudah dalam penggunaannya, juga

karena kajian tentang masyarakat dalam pembangunan dirasakan semakin

penting. Partisipasi warga merupakan proses ketika warga, sebagai

individu maupun sebagai kelompok sosial dan organisasi, mengambil

peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan

pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan

mereka.

Syarat Tumbuh dan Berkembangnya Partisipasi Masyarakat

Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan

berkembangnya partisipasi masyarakat. Sebab, kesempatan dan

kemampuan yang cukup, belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan

berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki

kemauan untuk (turut) membangun. Sebaliknya, adanya kemauan akan

mendorong seseorang untuk meningkatkan kemam-puan dan aktif

memburu serta memanfaatkan setiap kesempatan.(Mardikanto,2003).

6. Bentuk - Bentuk Partisipasi .

Page 26: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

13

Menurut Effendi yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D (2011:58),

partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi

horizontal.

a. Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam

masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam

suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada

sebagai posisi bawahan.

b. Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil

untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota / kelompok

masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang

lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka

melakukan kegiatan dengan pihak lain. menurut Effendi sendiri, tentu

saja partisipasi seperti ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya

masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Sementara bentuk-bentuk partisipasi menurut Daryono dalam

(Sastropoetro,1988:21) diantaranya adalah :

1. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan/atau proses

perencanaan

2. Partisipasi dalam pelaksanaan program

3. Partisipasi dalam proses monitoring dan evaluasi terhadap program.

7. Kelebihan dan Kekurangan Partisipasi Masyarakat

Dengan mengacu pada berbagai referensi (Anon, 2000;

Blumenthal, 2000, Dovers, 2000; Kapoor, 2001; serta UNDP, 2000),

Page 27: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

14

Thomsen (2003) memaparkan kelbihan dan kekurangan dari partisipasi

masyarakat. Kelebihan dari partisipasi masyarakat adalah:

1. Partisipasi memperluas basis pengetahuan dan representasi. Dengan

mengajak masyarakat dengan spektrum yang lebih luas dalam proses

pembuatan keputusan, maka partisipasi dapat: (a) meningkatkan

representasi dari kelompok-kelompok komunitas, khususnya kelompok

yang selama ini termarjinalisasikan, (b) membangun perspektif yang

beragam yang berasal dari beragam stakeholders, (c) mengakomodir

pengetahuan lokal, pengalaman, dan kreatifitas, sehingga memperluas

kisaran ketersediaan pilihan alternatif.

2. Partisipasi membantu terbangunannya transparansi komunikasi dan

hubungan-hubungan kekuasaan di antara para stakeholders. Dengan

melibatkan stakeholders dan berdiskusi dengan pihak-pihak yang akan

menerima atau berpotensi menerima akibat dari suatu kegiatan / proyek,

hal itu dapat menghindari ketidakpastian dan kesalahan interpretasi

tentang suatu isu / masalah.

3. Partisipasi dapat meningkatkan pendekatan iteratif dan siklikal dan

menjamin bahwa solusi didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan

lokal. Dengan membuka kesempatan dalam proses pengambilan

keputusan, maka para pembuat keputusan dapat memperluas

pengalaman masyarakat dan akan memperoleh umpan balik dari

kalangan yang lebih luas. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan

Page 28: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

15

akan lebih relevan dengan kepentingan masyarakat lokal dan akan lebih

efektif.

4. Partisipasi akan mendorong kepemilikan lokal, komitmen dan

akuntabilitas. Pelibatan masyarakat lokal dapat membantu terciptanya

hasil (outcomes) yang berkelanjutan dengan menfasilitasi kepemilikan

masyarakat terhadap proyek dan menjamin bahwa aktivitas-aktivitas

yang mengarah pada keberlanjutan akan terus berlangsung. Hasil yang

diperoleh dari usaha-usaha kolaboratif lebih mungkin untuk diterima

oleh seluruh stakeholders.

5. Partisipasi dapat membangun kapasitas masyarakat dan modal sosial.

Pendekatan partisipatif akan meningkatkan pengetahuan dari tiap

stakeholders tentang kegiatan / aksi yang dilakukan oleh stakholders

lain. Pengetahuan ini dan ditambah dengan peningkatan interaksi antar

sesama stakeholders akan meningkatkan kepercayaan diantara para

stakeholders dan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan

modal sosial.

Sedangkan kekurangan yang mungkin muncul dari pendekatan

partisipatif adalah:

1. Proses partisipasi dapat digunakan untuk memanipulasi sejumlah besar

warga masyarakat. Partisipasi secara sadar atau tidak sadar dapat

merugikan kepada mereka yang terlibat jika: (a) para ahli yang

melakukan proses ini memanipulasi partisipasi publik untuk

kepentingannya, (b) jika tidak direncanakan secara hati-hati, partisipasi

Page 29: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

16

dapat menambah biaya dan waktu dari sebuah proyek tanpa ada

jaminan bahwa partisipasi itu akan memberikan hasil yang nyata.

2. Partisipasi dapat menyebabkan konflik. Proses partisipasi seringkali

menyebabkan ketidakstabilan hubungan sosial politik yang ada dan

menyebabkan konflik yang dapat mengancam terlaksananya proyek.

3. Partisipasi dapat menjadi mahal dalam pengertian bahwa waktu dan

biaya yang dikeluarkan dipersepsikan sebagai sesuatu yang mahal bagi

masyarakat lokal. Pada wilayah-wilayah dimana di dalamnya terdapat

ketidakadilan sosial, proses partisipasi akan dilihat sebagai sesuatu yang

mewah dan pengeluaran-pengeluaran untuk proses itu tidak dapat

dibenarkan ketika berhadapan dengan kemiskinan yang akut.

4. Partisipasi dapat memperlemah (disempower) masyarakat. Jika proses

partisipasi dimanipulasi, tidak dikembangkan dalam kerangka kerja

institusional yang mendukung atau terjadi kekurangan sumber daya

untuk penyelesaian atau keberlanjutan suatu proyek, maka partisipan

dapat meninggalkan proses tersebut, kecewa karena hanya sedikit hasil

yang diraih, padahal usaha yang dilakukan oleh masyarakat telah cukup

besar.

B. Konsep Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah

Pengertian otonomi daerah sesuai Undang-undang No. 32 tahun

2004 pasal 1 ayat 5, yaitu otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

Page 30: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

17

pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan menurut Suparmoko (2002:61)

mendefenisikan otonomi daerah sebagai kewenangan daerah otonom

untuk mengatur dan juga mengurus kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004,

bahwa pemberian kewenangan otonomi daerah dan Kabupaten/kota

didasarkan kepada desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata

dan bertanggung jawab.

Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 7, 8, 9 tentang

pemerintah daerah, ada 3 dasar sistem hubungan antara pusat dan daerah

yaitu :

a. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah pusat kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintah kepada

Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di

wilayah tertentu.

c. Tugas Perbantuan yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah dan

atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan

mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

2. Hakekat Otonomi Daerah

Page 31: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

18

Pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya merupakan upaya

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara

melaksanakan pembangunan sesuai dengan kehendak dan kepentingan

masyarakat. Sehubungan dengan hakekat otonomi daerah tersebut yang

berkaitan dengan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan

kebijakan, pengelolaan dana publik dan pengaturan kegiatan dalam

penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan masyarakat maka peranan data

pemerintahan daerah sangat diperlukan untuk mengidentifikasi sumber-

sumber pembiayaan daerah dan juga jenis dan besar belanja yang harus

dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif

dan efisien.

Data keuangan daerah yang menunjukan gambaran statistik

perkembangan anggaran dan realisasi, baik penerimaan maupun

pengeluaran dan analisa terhadapnya merupakan informasi yang penting

terutama untuk membuat kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah

untuk melihat kemampuan / kemandirian daerah (Dedi supriady

Bratasuma, 2001:22).

3. Tujuan Otonomi Daerah

Tujuan utama dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah adalah

membebaskan pemerintah pusat dari urusan yang tidak seharusnya

menjadi pikiran pemerintah pusat. Denagn demikian pusat berkesempatan

mempelajari, memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan

mengambil manfaat. Pada saat yang sama pemerintah pusat diharapkan

Page 32: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

19

mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas atau yang

bersifat umum dan mendasar ) nasional yang bersifat trategis. Di lain

pihak, dengan desentralisasi daerah akan mengalami proses pemberdayaan

yang optimal. Kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah

akan terpacu, sehingga kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah

yang terjadi di daerah akan semakin kuat. Menurut Mardiasmo (otonomi

dan manajemen keuangan daerah) adalah untuk meningkatkan pelayanan

publik dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terdapat tiga

misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu :

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan

kesejahteraan masyarakat.

b. Memperdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat (publik)

untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

c. Menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya daerah

Kemudian tujuan otonomi daerah menurut penjelasan Undang-

undang No 32 Tahun 2004 pada intinya hampir sama yaitu otonomi daerah

diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasinya,

meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakan prakarsa dan peran serta

aktif masyarakatr secara nyata, dinamis, dan bertanggung jawab sehingga

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban

pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang akan memberikan

peluang untuk koordinasi tingkat lokal.

4. Prinsip Otonomi Daerah

Page 33: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

20

Berdasarkan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004,

prinsip penyelenggaraan otonomi daerah adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek

keadilan, demokrasi, pemerataan seta potensi dan keanekaragaman

daerah

b. Pelaksanaan otonomi daerah dilandasi pada otonomi luas, nyata &

bertanggung jawab.

c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas & utuh diletakkan pada daerah

& daerah kota, sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi yang

terbatas.

d. Pelaksanaan otonomi harus selaras konstitusi negara sehingga tetap

terjamin hubungan yang serasi antara pusat & daerah.

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian

daerah kabupaten & derah kota tidak lagi wilayah administrasi. Begitu

juga di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah.

f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan &

fungsi badan legislatif daerah baik sebagai fungsi pengawasan, fungsi

legislatif, mempunyai fungsi anggaran atas penyelenggaraan otonomi

daerah

g. Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam

kedudukan sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan

kewenangan pemerintah tertentu dilimpahkan kepada gubernur

sebagai wakil pemerintah.

Page 34: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

21

h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di

pemerintah daerah dan daerah kepada desa yang disertai pembiayaan,

sarana dan pra sarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban

melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan kepada yang

menugaskan.

5. Hak dan Kewajiban Daerah

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:

a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya

b. memilih pimpinan daerah;

c. mengelola aparatur daerah;

d. mengelola kekayaan daerah;

e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber

daya lainnya yang berada di daerah;

g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan

h. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam Peraturan perundang-

undangan.

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban:

a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan

nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;

c. mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;

Page 35: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

22

e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;

h. mengembangkan sistem jaminan sosial;

i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

k. melestarikan lingkungan hidup;

l. mengelola administrasi kependudukan;

m. melestarikan nilai sosial budaya

n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan kewenangannya; dan

o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

6. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pengawasan yang dianut menurut undang-undang no 32 tahun

2004 meliputi dua bentuk pengawasan yakni pengawasan atas pelaksanaan

urusan pemerintah di daerah dan pengawasan terhadap peraturan daerah

dan peraturan kepala daerah. Pengawasan ini dilaksanakan oleh aparat

pengawas intern pemerintah. Hasil pembinaan dan pengawasan tersebut

digunakan sebagai bahan pembinaan selanjutnya oleh pemerintah dan

dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan. Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah

upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau gubernurselaku wakil

Page 36: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

23

pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan

penyelenggaraan otonomi daerah.

Dalam rangka pembinaan oleh pemerintah, menteri dan pimpinan

lembega pemerintah non-departemen melakukan pembinaan sesuai dengan

fungsi dan kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh

Mmenteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi, serta

oleh gubernur untuk pembinaan dan pengawasan kabupaten / kota.

Dalam hal pengawasan terhadap rancangan peraturan daerah dan

perataturan kepala daerah, pemerintah melakukan dua cara sebagai

berikut:

a. Pengawasan terhadap rancangan perda yang mengatur pajak daerah,

retribusi daerah, APBD, dan RUTR, sebelum disyahkan oleh kepala

daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk

Raperda Provinsi, dan oleh gubernur terhadap Raperda

Kabupaten/Kota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-

hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal.

b. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di luar yang termuat di

atas, peraturan daerah wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri

untuk provinsi dan gubernur untuk kabuapten/kota, untuk memperoleh

klarifikasi terhadap peraturan daerah yang bertentangan dengan

kepentingan umum dan/atau peraturan lain yang lebih tinggi dan sebab

itu dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.

Page 37: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

24

Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan,

pemerintah dapat menerapkan sanksi kepada penyelenggara pemerintahan

daerah apabila ditemukan adanya penyimpangan dan pelanggaran. Sanksi

yang dimaksud antara lain berupa penataan kembali suatu daerah otonom,

pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan

berlakunya suatu kebijakan yang ditetapkan daerah, sanksi pidana yang

diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan.(Widjaja,2011:38)

C. Konsep Administrasi Pembangunan

Administrasi pembangunan mencangkup dua pengertian, yaitu (1)

administrasi dan (2) pembangunan. Telah umum diketahui bahwa yang

dimaksud dengan administrasi ialah keseluruhan proses pelaksanaan

keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh dua orang

atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pembangunan biasanya didefenisikan sebagai “rangkaian usaha mewujudkan

pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh

suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa

(nation-building).” (Siagian,1970:4)

Apabila defenisi sederhana di atas disimak secara cermat, akan muncul

permukaan paling sedikit tujuh ide pokok yaitu :

a. Pembangunan merupakan suatu proses.

b. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sabagai

sesuatu untuk dilaksanakan.

Page 38: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

25

c. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka

panjang, jangka sedang, dan jangka pendek.

d. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan

perubahan.

e. Pembangunan mengarah kepada modernitas.

f. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan

per definisi bersifat multidimensional.

g. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukankepada usaha

pembinaan bangsa sehingga negara bangsa yang bersangkutan semakin

kukuh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya.

Dari pembahasan di atas kita sampai pada batasan dan defenisi atau

pengertian kerja dari administrasi pembangunan, yaitu “seluruh usaha yang

dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang, dan

berubah secarasadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan

penghidupan negara bangsa yang bersangkutan dalam rangka pencapaian

tujuan akhirnya.

D. Konsep Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

Masyarakat sering dikenal dengan istilah society yang berarti,

sekumpulan orang yang membentuk sistem, yang terjadi komunikasi

didalam kelompok tersebut. Kata Masyarakat sendiri diambil dari bahasa

arab, Musyarak. Masyarakat juga bisa diartikan sekelompok orang yang

saling berhubungan dan kemudian membentuk kelompok yang lebih besar.

Page 39: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

26

Biasanya masyarakat sering diartikan sekelompok orang yang hidupa dalam

satu wilayah dan hidup teratur oleh adat didalamnya.

Masyarakat Transisi adalah masyarakat yang dimana didalamnya

terdapat perubahan isi atau orang. perubahan ini bisa dicontohkan seperti

pekerjaan yang tidak pada masyarakat sebelumnya. Selain itu juga bisa

dicontohkan orang Jawa menikah dengan orang Madura kemudian hidup

dan tinggal di Madura.

Masyarakat awal mulanya terbentuk dari masyarakat kecil yang

artinya sekumpulan orang. Misalnya sebuah keluarga yang dipimpin oleh

kepala keluarga, kemudian dari kelompok keluarga akan membentuk sebuah

RT dan RW hingga akhirnya membentuk sebuah dusun. Dusun pun akan

membentuk Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, Hingga akhirnya

negara.

Masyarakat tidak akan pernah terbentuk tanpa adanya seorang

pemimpin. seorang pemimpin yang akan memimpin sebuah masyarakat bisa

dipilih dengan berbagai cara. Seperti Pemilu, Pemilihan secara tertutup

hingga keturunan pemimpin.Pemilihan pemimpin suatu daerah pasti sudah

memiliki aturan masing masing yang biasa disebut adat istiadat.(Elly

M.Setiadi,2006:79-84)

Adapun pengertian Masyarakat Menurut Ahli yaitu :Soerjono

Soekanto (2002: 64-67) mengemukakan bahwa dalam masyarakat terjadi

proses interaksi sosial, Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

Page 40: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

27

apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan

komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat primer dan sekunder.

2. Ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya sebagai berikut.

1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas

duaorang.

2. Bergaul dalam waktu cukup lama. Sebagai akibat hidup bersama itu,

timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur

hubungan anta rmanusia.

3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama

menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait

satu dengan yang lainnya.

3. Syarat-syarat terbentuknya Masyarakat

a. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif

lama

b. Merupakan satu kesatuan

c. Merupakan suatu sistem hidup bersama, yaitu hidup bersama yang

menimbulkankebudayaan dimana setiap anggota masyarakat

d. merasa dirinya masing-masing terikat dengan kelompoknya

E. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini, dikaji tentang partisipasi masyarakat dalam

menjaga kebersihan kota Kabupaten Bantaeng. Dimana telah dibentuk suatu

Page 41: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

28

organisasi pemerintah yaituBadan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup

Daerah (BAPEDALDA) dibawahi langsung oleh Dinas Pekerjaan Umum

(P.U) yang dalam pengelolaannya diberi kewenangan dan tanggung jawab

serta perumus kebijakan untuk menjaga kebersihan seluruh wilayah kota.

Sementara masyarakat sebagai objek kebijakan melaksanakan fungsi

pendukung yakni melakukan kegiatan dukungan dalam rangka menjaga

kebersihan di Kota Bantaeng yang juga terorganisir oleh satuan unit

pemerintahan setempat mulai dari pemerintah kecamatan, kelurahan hingga ke

tingkat RT/RW.

Sementara bentuk-bentuk partisipasi menurut Daryono dalam

(Sastropoetro. 1988:21) diantaranya adalah:Partisipasi dalam proses

pengembilan keputusan dan/atau proses perencanaan, Partisipasi dalam

pelaksanaan program, serta Partisipasi dalam proses monitoring dan evaluasi

terhadap program kebersihan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk

berpartisipasi yaitu : faktor usia, pendididkan, pekerjaan dan lamanya tinggal

menurut Angell (dalam Ross, 1967: 130).

Page 42: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

29

Adapun kerangka pikir Partisipasi Masyarakat dalam Menjaga

Kebersihan Kota Kabupaten Bantaeng.

Defenisi Operasional

1. Partisipasi masyarakat sering diartikan keikutsertaan, keterlibatan dan

kesamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara

langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan

kebijakan, pelaksanaan program dan evaluasi.

2. Implementasi dinyatakan dalam keikut sertaan dalam pelaksanaan

kegiatan kebersihan

Tercipta Tata Kebersihan Kota Yang

Efektif

Factor –faktor yang Mempengaruhi partisipasi

- Usia

- Pekerjaan

- Lamanya tinngal

Bentuk Partisipasi Masyarakat

- Implementasi

Partisipasi Masyarakat Dalam

Menjaga Kebersihan Kota di

Kabupaten Bantaeng

Page 43: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

30

3. Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari

kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai

dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang

berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

4. Pekerjaan dan penghasilan Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain

karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang

akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi

kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk

berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang

mapan perekonomian.

5. Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan

berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam

lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung

lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan

lingkungan tersebut.

Page 44: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai dari tanggal 10 Mei sampai 10

Juli 2014 di lingkungan kota Kabupaten Bantaeng. Alasan penentuan lokasi

adalah untuk lebih mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam

menangani kebersihan kota.

B. Jenis dan tipe penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian deskriptif kuantitatif yang dikombinasi dengan data

kualitatif.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah survey penelitian dengan mengumpulkan dan

menganalisis suatu peristiwa atau proses tertentu dengan memilih data atau

menemukan ruang lingkup tertentu sebagai sampel yang dianggap

representatif.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi 1000 orang masyarakat kota yang berpartisipasi dalam

kebersihan kota Kabupaten Bantaeng.

2. Sampel

Dalam penentuan sampel, peneliti menggunakan teknik penarikan

dengan metode purposive samplingyang merupakan penentuan sampel

32

Page 45: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

32

dengan pertimbangan tertentu yaitu dengan memilih masyarakat sebagai

sampel yang benar-benar mengetahui tenang kondisi kebersihan yang ada

di kota Bantaeng dengan segala permasalahannya.

Dengan populasi sebanyak 1000 orang yang ikut berpartisipasi

dalam kebersihan. Maka penulis mengambil sampel sebanyak 75 orang.

Selain itu juga dilakukan wawancara dari perwakilan aparatur

BAPEDALDA sebanyak 2 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan Penulis mengamati daerah atau lokasi yang akan

menjadi objek penelitian yaitu dikalangan masyarakat kota dan di kantor

BAPEDALDA.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data secara langsung

dengan responden yaitu perwakilan dari aparatur BAPEDALDA yang

mengacu pada pedoman wawancara yang telah dipersiapkan.

3. Kuesioner

Teknik ini dilakukan dengan jalan membagikan daftar pertanyaan kepada

seluruh responden yang ditetapkan sebagai sampel yaitu masyarakat kota

di Kabupaten Bantaeng.

E. Jenis dan sumber data

1. Jenis Data

Page 46: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

33

Jenis Data dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu data – data

yang tidak berbentuk angka, cukup digunakan untuk mengetahui

pandangan pihak terkait mengenai partisipasi masyarakat dalam menjaga

kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng. Dan data kuantitatif yaitu data

yang diperoleh dari jawaban responden dalam bentuk angka-angka.

2. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari data

primer dan sekunder.

a. Data Primer yang dikumpulkan dan diolah, diperoleh melalui

wawancara secara insentif terhadap beberapa responden yang

ditetapkan sebagai sampel, serta hasil dari penyebaran kuesioner

terhadap responden yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Data Sekunder data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan-

catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah Menggabungkan dua

metode kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan observasi yang

kemudian ditarik kesimpulan. Metode kuantitatif digunakan untuk

menganalisis data hasil olahan kuesioner tanggapan responden

terhadappartisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten

Bantaeng. Sedangkan metode kualitatif untuk menganalisis data hasil

wawancara mendalam terhadap informan yang diperkuat oleh hasil observasi

yang berhubungan dengan pandangan pihak terkait mengenai faktor yang

Page 47: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

34

mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi. Terhadap data yang telah

diperoleh melalui kuesioner dan wawancara, selanjutnya jawaban responden

berdasarkan total skor masing-masing jawaban. Dari data tersebut, dilakukan

analisis deskriptif melalui perhitungan persentase dan sistem skor untuk

mengetahui komposisi jawaban responden.

= × 100% = ∑( . )

Keterangan :

P = Persentase F = Frekuensi

X = Rata-rata Σ (F.X) = Jumlah skor kategori jawaban

N = Jumlah responden

= − × 100%Selain tabel frekuensi, analisa data juga dilakukan dengan menggunakan

skala likert. Skala likert yang paling sering digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, persepsi responden terhadap suatu objek Husaini Usman & Purnomo

Setiady (2004:69). Pemberian skor dimulai dari nilai tertinggi dengan 4 dan skor

terendah 1. Klasifikasi antara lain sebagai berikut:

Page 48: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

35

Tabel 1: Klasifikasi skor

sangatsering/ menyampaikan gagasan/ide / sangat memiliki

rasa kesadaran/sangat sering/sangat bersih dan nyaman / sangat

berpartisipasi/ membersihkan sampah-sampah yang berserakan/

sangat melaksanakan/sangat memperhatikan/di tempat sampah/

dilakukan secara bersama-sama.

Skor 4

Cukup sering/ membantu dalam pengadaan tenaga /memiliki

rasa kesadaran/ sering / cukup bersih / berpartisipasi /

menyiapakan tempat penampungan sampah/ melaksanakan/

memperhatikan/di timbun /ada tim khusus yang melakukan

monitoring

Skor 3

sering / memberikan sumbangan peralatan kebersihan / kurang

memiliki rsa kesadaran/ jarang/ bersih / kurang berpartisipasi /

melakukan persiapan pengangklutan sampah atau limbah/

kurang melaksanakan/kurang memperhatikan/di got/dilakukan

sendiri

Skor 2

Tidak pernah / menjelaskan kondisi lokasi yang menjadi

sasaran / tidaksama sekali / tidak pernah / kotor dan

berantakan/tidak berpartisipasi / memperhatikan kebersihan bak

penampung/tidak melaksanakan/tidak memperhatikan/di

biarkan saja/ tidak ada yg mengawasi

Skor 1

Untuk mengetahui efektif atau tidaknya partisipasi masyarakat dalam

menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng, maka penulis membuat suatu

ukuran yaitu sebagai berikut :

1. Sangat Efektif: 76 % - 100 %

2. Efektif: 51 % - 75 %

3. Kurang efektif: 26 % - 50 %

4. Tidak efektif : 0 % - 25 %

Page 49: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karesteristik Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis dan Topografi

Secara geografis, Kabupaten Bantaeng terletak ± 120 km arah

selatan Kota Makassar pada posisi 521’13” - 535’26” Lintang Selatan

dan 11951’42” - 12005’27” Bujur Timur dengan wilayah mulai dari tepi

Laut Flores sampai ke pegunungan sekitar Gunung Lompobattang,

memiliki luas daratan 395,83 km² (39.583 ha) dengan rincian penggunaan

lahan terdiri atas : Hutan Primer 3.357 ha (8,48 %), Kebun Campuran

26.917 ha (68 %), Tegalan/Ladang 2.900 ha (7,33 %), Semak Belukar

2.013 ha (5,08 %), Sawah 3.200 ha (8,08 %), Rawa 348 ha (0,88 %),

Pemukiman 373 ha (0,94%), Tambak/Empang 156 ha (0,39 %) serta Tubuh

Air 318 ha (0,8 %) dengan panjang garis pantai 21,5 km.

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Bantaeng terhadap wilayah

sekitarnya adalah :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bulukumba.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba

c. Sebelah selatan berbatasan dengan laut flores

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto

2. Visi, Misi Dan Tujuan Bapedalda

a. Visi Bapedalda Kabupaten Bantaeng

36

Page 50: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

37

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Bapedalda Kabupaten

Bantaeng dan mempertimbangkan issu strategik yang ada, maka visi

Bapedalda Kabupaten Bantaeng adalah “Bantaeng sebagai pusat

pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan yang menekankan

ekonomi hijau”.

Agar visi yang telah dirumuskan dapat secara bertahap

diaplikasikan, maka perumusan misi adalah merupakan suatu hal yang

sangat penting untuk mengarahkan operasionalisasi organisasi sehingga

tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan visi yang telah

ditetapkan.

Oleh karena merupakan penentu arah tindakan operasional

organisasi maka perumusan misi perlu mempertimbangkan tugas pokok

dan fungsi organisasi.

b. Misi

Misi Bapedalda Kabupaten Bantaeng ditetapkan sebagai berikut :

1. Memprioritaskan wawasan dan pendekatan ekologis pelestarian,

pengendalian dan pengelolaan Sumber Daya Alam.

2. Mendorong peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

3. Meningkatnya upaya rehabilitasi dan konservasi lahan dan

lingkungan.

c. Tujuan Bapedalda

Tujuan pada dasarnya merupakan penjabaran atau implementasi

dari pernyataan misi organisasi yang memberikan gambaran tentang

Page 51: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

38

sesuatu yang akan dicapai atau yang ingin dihasilkan dalam jangka

waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Dengan perumusan tujuan

strategis ini maka Bapedalda Kabupaten Bantaeng dapat secara tepat

mengetahui apa yang akan dilaksanakan dalam memenuhi visi dan

misinya dalam jangka waktu 1 sampai 5 tahun kedepan dengan

memperhatikan sumber daya yang dimilikinya.

Adapun tujuan strategik Bapedalda Kabupaten Bantaeng adalah

sebagai berikut :

1. Terciptanya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan terkendalinya

pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

2. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang

berkelanjutan dan menempatkan pembangunan lingkungan hidup

sebagai bagian integral dari pembangunan daerah.

3. Meningkatnya upaya pemberdayaan masyarakat dan kekuatan

ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

4. Terlaksananya upaya rehabilitasi dan konservasi lahan dengan pem-

berdayaan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan.

3. Struktur organisasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup

Daerah Kabupaten Bantaeng

Page 52: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

39

Page 53: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

40

B. Karakteristik Responden

Kuesioner yang disebarkan dalam penelitian ini berjumlah 75 kuesioner

dengan subjek penelitian adalah masyarakat. Kuesioner yang kembali juga

berjumlah 75. Jadi response rate pada penelitian ini adalah 100 %, semua

jawaban lengkap dan layak untuk dianalisa.

Berikut ini akan dipaparkan karakteristik responden secara umum

menurut jenis kelamin, umur dan pendidikan terakhir.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden yang menjadi subjek penelitian ini menurut

jenis kelamin ditunjukkan dalam tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2:Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin:

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase %

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

40

35

53,3 %

46,7%

Jumlah 75 100 %

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Data pada tabel 2, menunjukkan bahwa dari 75 orang yang merupakan

responden terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40 orang

sedangkan perempuan sebanyak 35 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa

dominan laki-laki yang terlibat dalam menjaga kebersihan, karena laki-laki

cenderung lebih berani kotor dibandingkan dengan perempuan.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Page 54: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

41

Karakteristik responden yang menjadi subjek penelitian ini menurut

umur ditunjukkan dalam tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3:Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur yang dapat dilihat melalui

klasifikasi umur mulai dari 17 tahun sampai umur 51 tahun ke atas yaitu :

No Klasifikasi Umur Jumlah Persentase %

1

2

3

4

17 - 30 Tahun

31 - 40 tahun

41 - 50 tahun

51 tahun ke atas

30

27

17

1

40,0

36,0

22,7

1,3

Jumlah 75 100

Sumber : Diolah dari data primer,Mei2014

Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa paling banyak

responden berumur antara 17-30 tahun dan paling sedikit responden dengan usia

51 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan umur produktif berkisar atara 17-30 tahun

untuk ikut berpartisipasi menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat

pemukiman mereka.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden yang menjadi subjek penelitian ini menurut

pendidikan terakhir ditunjukkan dalam tabel 4 dibawah ini:

Page 55: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

42

Tabel 4:Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir

No Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase %

1

2

3

4

5

SD

SMP/Sederajat

SMA/Sederajat

Sarjana (S1)

Magister ( S2)

8

18

22

24

3

10,7

24

29,3

32

4

Jumlah 75 100

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Dari tabel 4 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden

secara dominan responden memiliki latar belakang pendidikan terakhir SD

sebanyak 8 orang (10,7 %), SMP / sederajat sebanyak 18 orang (24%), dan

SMA/Sederajat sebanyak 22 orang (29,3 %), Sarjana (S1) sebanyak 24 orang

(52 %), dan S2 sebanyak 3 orang (6 %). Jika dilihat dari tabel di atas

sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan yang cukup

terpelajar dan nampak bahwa responden didominasi oleh lulusan S1 karena

daerah yang digunakan untuk penelitian berada di daerah sekitaran kota.

Namun masih ada sebagian masyarakat yang dijadikan responden hanya

berpendidikan SD, SMP/sederajat, dan SMA/sederajat.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik responden yang menjadi subjek penelitian ini

berdasarkan pekerjaan ditunjukkan dalam tabel 5 di bawah ini :

Page 56: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

43

Tabel 5:Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase %

1

2

3

4

Pegawai Negeri (PNS/ABRI)

Wirasuwasta

Karyawan swasta

Lainnya

26

25

5

19

34,7%

33,3%

6,7%

25,3%

Jumlah 75 100%

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Pekerjaan responden paling banyak sebagai PNS sebesar 34.7% dan

paling sedikit bekerja sebagai karyawan swasta sebesar 6.7%. Hal ini

berkaitan dengan latar belakang pendidikan dan daerah tempat tinggal

responden yang dekat dengan kota.

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Kota Di Kabupaten

Bantaeng.

Partisipasi masyarakat sering diartikan keikutsertaan, keterlibatan dan

kesamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara

langsung maupun tidak langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijakan,

pelaksanaan program dan evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam menjaga

kebersihan adalah keterlibatan masyarakat dalam ikut serta bertanggung jawab

baik secara langsung maupun tidak langsung secara individu, keluarga,

kelompok masyarakat sejak proses perencanaan penanganan masalah

kebersihan sampai akhirnya pada tahapan implementasi serta monitoring dan

evaluasi.

Page 57: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

44

Bentuk partisipasi yang di lakukan masyarakat dalam menjaga

kebersihan yaitu implementasi.

1. Partisipasi Masyarakat pada Tahap Implementasi

Mengukur dimensi atau indikator partisipasi masyarakat pada tahap

implementasi dalam upaya untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam

menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng, dapat diukur melalui

indikator berikut ini:

a. Partisipasi Masyarakat akan rasa kesadaran kebersihan tempat tinggal

Kesadaran akan Kebersihan tempat tinggal merupakan salah satu hal

yang dapat menunjang berjalannya suatu kegiatan dalam kebersihan

lingkungan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 6:Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat akan rasa kesadaran kebersihan tempat tinggal sekitarnya.

No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase

1 Sangat berpartisipasi 4 27 108 36

2 berpartisipasi 3 38 114 50,7

3 Kurang berpartisipasi 2 7 14 9,3

4 Tidak sama sekali 1 3 3 4Total 75 239 100 %

Rata-rata skor23975 = 3,19

Rata-rata persentse3,194 × 100% = 79.75%

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Berdasarkan Tabel 6 di atas diketahui tanggapan responden paling

banyak menyatakan bahwa dalam penerapan kebersihan lingkungan,

masyarakat sudah berpartisipasi dalam menjaga kebersihan tempat tinggal

Page 58: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

45

sekitarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan kebersihan

lingkungan, masyarakat sudah memiliki rasa kesadaran kebersihan tempat

tinggal sekitarnya, Tetapi dari 7 responden menyatakan kurang memiliki

rasa kesadaran dan 1 responden tidak sama sekali.

b. Partisipasi masyarakat dalam melakukan gotong royong demi kebersihan lingkungan.

Partisipasi masyarakat dalam melakukan gotong royong demi

kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang dapat menciptakan

suasana kebersamaan dalam melakukan aksi kebersihan, untuk

menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.

Berdasarkan hasil kuesioner dari 75 reponden untuk pernyataan

kebiasaan masyarakat untuk melakukan gotong-royong demi kebersihan

lingkungan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut :

Tabel 7:Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam

melakukan gotong royong demi kebersihan lingkungan.

No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase

1 Sangat sering 4 24 96 32

2 Sering 3 27 81 36

3 Kurang sering 2 15 30 20

4 Tidak pernah 1 9 9 12Total 75 216 100 %

Rata-rata skor21675 = 2.88

Rata-rata persentse2.884 × 100% = 72%

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui tanggapan responden mengenai

partisipasi masyarakat dalam melakukan gotong royong demi kebersihan

Page 59: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

46

lingkungan di dominasi dengan jawaban kategori sering dengan memperoleh

tanggapan sebanyak 27 orang, atau 36% dan kategori sangat sering memperoleh

tanggapan sebanyak 24 orang, atau 32%, sedangkan kurang sering memperoleh

tanggapan 15 orang, atau 20%, sedangkan kategori tidak pernah sebanyak 1 orang,

atau 12%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa partisipasi dalam kebersihan

lingkungan, masyarakat sering melakukan gotong royong. Dan hal ini sangat

membantu pemerintah dalam nenciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

c. Keadaan kebersihan tempat tinggal anda

Kebersihan tempat tinggal merupakan hal yang sangat penting

dimana kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran dan debu yang

menciptakan suasana yang nyaman. Berdasarkan hasil kuesioner dari 75

reponden untuk pernyataan keadaan kebersihan tempat tinggal dapat dilihat

pada Tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8:Tanggapan Responden Mengenaikeadaan kebersihan tempat

tinggal anda

NoTanggapan Responden

Skor(x) FX.

FPersentase

1 Sangat bersih dan nyaman 4 25 100 33.3

2 Cukup bersih 3 38 114 50.7

3 Bersih 2 9 18 12

4 Kotor dan berantakan 1 3 3 4Total 75 235 100 %

Rata-rata skor23575 = 3,13

Rata-rata persentse3,134 × 100% = 78,25%

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Page 60: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

47

Berdasarkan dari data pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa keadaan

kebersihan tempat tinggal masyarakat dapat dikatakan cukup bersih. Hal

tersebut dapat dilihat dari tanggapan 75 responden 25(33,3 %) responden yang

mengatakan sangat bersih dan nyaman dan 38(50,7%) responden yang

mengatakan cukup bersih. Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan kebersihan

tempat tinggal masyarakat sangat berpengaruh dalam menjaga kebersihan

lingkungan di Kabupaten Bantaeng.

Tabel 9:Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenaipartisipasi masyarakatpada tahap Implementasi kebersihan lingkungan di Kabupaten Bantaeng.

No Tanggapan respondenRata-rata

skorRata-rata persentase

1.

Partisipasi Masyarakat akan rasa

kesadaran kebersihan tempat tinggal 3.19 79.75

2

Partisipasi masyarakat dalam

melakukan gotong royong demi

kebersihan lingkungan

2.88 72

3

.Keadaan kebersihan tempat tinggal

anda3.13 78.25

Rata-rata skor 9,23 = 3,06Rata-rata persentase

3,064 × 100% = 76.5%Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Berdasarkan dari Tabel 12, yang merupakan rekapitulasi dari ketiga

indikator yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat

Page 61: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

48

dalam menjaga kebersihan kota di kabupaten Bantaeng dalam hal

“implementasi kebersihan lingkungan” dapat dikatakan sangat efektif. Hal

tersebut dapat dilihat dengan tiga indikator (tabel 9,10 dan tabel11) dengan

rata-rata persentase rekapitulasi dari ketiga indikator menunjukkan sekitar

76,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam menjaga

kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng, benar-benar berusaha semaksimal

mungkin untuk menjaga kebersihan, khususnya dalam pelaksanan kebersihan

lingkungan.

Guna mengetahui apakah benar-benar partisipasi masyarakat dalam

menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng sudah melaksanakan dengan

efektif, maka peneliti mengangkat satu informan. Hal ini diungkapkan oleh

B.S.R Masyarakat yang tinggal dkota Bantaeng selaku informan yang

menyatakan bahwa:

Partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan menurut saya sudah sangat baik mereka sangat memiliki rasa kesadaran yang tinggi dalam menjaga kebersihan walaupun masih ada sebagian dari mereka yang masih acuh dengan kebersihan lingkungan setempat mereka. (hasil wawancara oleh B.S.R 27 Mei 2014 ).

Dari hasil wawancara diatas dengan informan yang menyatakan bahwa

dalam menjaga kebersihan lingkungan masyarakat sudah sangat burusaha

secara maksimal untuk memperhatikan kebersihan setempat dan karena adanya

rasa kesadaran yang mereka tanamkan pada dirinya.

d. Partisipasi masyarakat dalam penerapan kerja bakti dalam hal kegiatan

kebersihan

Page 62: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

49

Partisipasi dari masyarakat akan sangat mendukung berjalannya setiap

kegiatan kerja bakti . Untuk mengukur seberapa pentingnya partisipasi

masyarakat dalam kegiatan kerja bakti dapat dilihat tanggapan responden

mengenai partisipasi nmasyarakat dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini :

Tabel 10:Tanggapan Responden Mengenaipartisipasi masyarakat dalam

penerapan kerja bakti dalam hal kegiatan kebersihan

No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase

1 Sangat berpartisipasi 4 18 72 24

2 Berpartisipasi 3 36 108 48

3 Kurang berpartisipasi 2 8 16 10.7

4 Tidak berpartisipasi 1 13 13 17.3

Total 75 209 100 %

Rata-rata skor20975 = 2,79

Rata-rata persentse2.794 × 100% = 69,75%

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Berdasarkan dari data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa

tanggapan responden mengenai partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerja

bakti dapat dikatakan berpartisipasi. Hal ini dapat dilihat dari 75 responden

yang penulis pilih, sebanyak 18 (24 %) responden yang mengatakan sangat

berpartisipasi dan 36 (48 %) responden yang mengatakan berpartisipasi. Jadi

dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerja bakti

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menjaga kebersihan

kota yang efektif di Kabupaten Bantaeng.

Page 63: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

50

e. Bentuk kerja bakti yang anda lakukan

Bentuk kerja bakti yang kita lakukan sangat menunjang

keberhasilnya suatu kegiatan kebersihan. Untuk melihat bentuk kerja bakti

yang masyarakat lakukan dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini :

Tabel 11:Tanggapan Responden Mengenaibentuk kerja bakti yang anda

lakukan

No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase

1Membersihkan sampah-sampah

yang berserakan4 37 148 49.3

2Menyiapkan tempat

penampungan sampah sementara

3 22 66 29.3

3Melakukan persiapan

pengangkutan sampah atau limbah

2 9 18 12

4Memperhatikan kebersihan bak penampungan sampah 1 7 7 9.3

Total 75 236 100 %

Rata-rata skor 23675 = 3,15Rata-rata persentse 3,154 × 100% = 78,75%

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Berdasarkan tabel 11, tanggapan responden mengenai bentuk kerja

bakti yangdilakukan masyarakat kota di kabupaten Bantaenghanya maksimal

dalamMembersihkan sampah-sampah yang berserakan, tetapi dalam

Melakukan persiapan pengangkutan sampah atau limbah, Memperhatikan

kebersihan bak penampungan sampahmasih kurang.

Page 64: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

51

Tabel 12:Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenaipartisipasi masyarakat pada tahap implementasi kerja bakti dalam hal kebersihan di kabupaten Bantaeng

No Tanggapan respondenRata-rata

skorRata-rata persentase

1.

Partisipasi masyarakat dalam penerapan

kerja bakti dalam hal kegiatan

kebersihan2,79 69,75 %

2.Bentuk kerja bakti yang di lakukan

masyarakat3.15 78,75%

Rata-rata skor 5.942 = 2,97Rata-rata persentase

2,974 × 100% = 74,25%Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Berdasarkan dari tabel 12, yang merupakan rekapitulasi dari kedua

indikator yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat

dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten dalam hal implementasi kerja

bakti dapat dikatakan efektif. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase

rekapitulasi dari kedua indikator yang menunjukkan 74,25 %, jadi dapat

disimpulkan bahwapartisipasi masyarakat pada tahap implementasi kerja bakti

dalam hal kebersihan di kabupaten bantaeng tergolong efektif.

Guna mengetahui apakah partisipasi masyarakat dalam tahap

implementasi kerja bakti dalam menjaga kebersihan sudah efektif, maka peneliti

mengangkat satu informan untuk diwawancarai, maka berikut ini ungkapan oleh

S.P.R selaku PNS yaitu:

Bentuk kerja bakti yang dilakukan masyarakat sudah sangat berpartisipasi mereka saling bergotong-royong dan berbagi tugas dalam

Page 65: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

52

melakukan pekerjaan tapi masih ada kekurangan dalam memperhatikan penampungan bak pembuangan sampah (Hasil wawancara oleh S.P.R 27 Mei 2014).

Dari hasil wawancara diatas dengan informan yang menyatakan bahwa

bentuk partisipasi masyarakat dalam kerja bakti sudah tergolong efektif.

f. Partisipasi masyarakat dalam penerapan membuang sampah pada

tempatnya

Penerapan membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu hal

yang dapat menunjang berjalannya suatu kegiatan dalam menjaga kebersihan di

Kabupaten Bantaeng. Hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 13:Tanggapan Responden Mengenai penerapan membuang sampah

pada tempatnya

No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase

1 Sangat menerapkan 4 21 84 28

2 Menerapkan 3 38 114 50.7

3 Kurang menerapkan 2 9 18 12

4 Tidak menerapkan 1 7 7 9.3

Total 75 223 100 %

Rata-rata skor22375 = 2,97

Rata-rata persentse2,974 × 100% = 74,25%

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Tanggapan responden paling banyak menyatakan dalam penerapan

membuang sampah pada tempatnya 38 (50.7) responden masyarakat sudah

menerapkannya, sedangkan respinden yang menyatakan sangat menerapkan

sebanyak 21 orang, atau 28%, responden yang menyatakan kurang menerapkan

Page 66: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

53

sebanyak 9 orang, atau 12%, dan yang tidak menerapkan sebanyak 7 orang, atau

9.3%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat sudah melakukan

semaksimal mungkin dengan membiasakan diri dalam membuang sampah pada

tempatnya sehingga dapat mendukung kegiatan program kebersihan, dan

hasilnya Kabupaten Bantaeng sangat bersih dan sehat.

g. Partisipasi masyarakat dalam membedakan sampah kering dan sampah basah.

Partisipasi masyarakat dalam membedakan sampah basah dan sampah

kering ini sangat membantu pemerintah dalam memanfaatkan sampah yang

ada menjadi kompos dan sebagainya, dan ini juga dapat membantu

penghasilan masyarakat setempat dengan memanfaatkan sampah yang

sudah dipilah menurut jenisnya.

Tabel 14:Tanggapan Responden Mengenaipartisipasi masyarakat sudah memperhatikan dalam membedakan sampah kering dan sampah basah

No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase

1 Sangat memperhatikan 4 7 28 9.3

2 Memperhatikan 3 15 45 20

3 Kurang memperhatikan 2 28 56 37.3

4 Tidak memperhatikan 1 25 25 33.3

Total 75 154 100 %

Rata-rata skor15475 = 2,05

Rata-rata persentse2,054 × 100% = 51.25%

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Page 67: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

54

Berdasarkan dari data pada tabel 14 di atas menunjukkan bahwa

partisipasi masyarakat dalam membedakan sampah basah dan sampah kering di

Kabupaten Bantaeng dapat dikatakan kurang memperhatikan. Hal tersebut

dapat dilihat dari tanggapan 75 responden yang dipilih peneliti 28 (37.3%)

responden yang mengatakan kurang memperhatikan, dan 25 (33.3%) responden

yang mengatakan tidak memperhatikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa

partisipasi masyarakat dalam memperhatikan sampah kering dan sampah basah

masyarakat masih kurang memperhatikan. Mungkin karena masyarakat kurang

terbiasa untuk memisahkan sampah basah dan sampah kering pada saat di

buang

h. Partisipasi masyarakat dalam membuang sampah rumah tangga

Partisipasi masyarakat dalam membuang sampah rumah tangga sangat

mempengaruhi untuk terciptanya kebersihan, karena apabila masyarakat

membuang sampah rumah tangganya dengan cara di buang di got atau di biarkan

begitu saja itu hanya bisa menimbulkan penyakit dan kelihatan kotor dan dapat

menghabat kegiatan pemerintah untuk menjadikan Kabupaten Bantaeng bersih,

oleh karena itu partisipasi masyarakat sangat diperlukan perannya disini, Untuk

mengetahui seberapa besar respon partisipasi masyarakat dalam membuang

sampah rumah tangga dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Page 68: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

55

Tabel 15:Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat dalam membuang sampah rumah tangga.

No Tanggapan Responden Skor(x) F X.F Persentase

1 Di tempat sampah 4 47 188 62.7

2 Di timbun 3 21 63 28

3 Di got 2 7 14 9.3

4 Dibiarkan saja 1 - - -

Total 75 265 100 %

Rata-rata skor26575 = 3.53

Rata-rata persentse3.534 × 100% = 88,25%

Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Berdasarkan data pada tabel 15 di atas menunjukkan bahwa tanggapan

responden terhadap partisipasi masyarakat dalam membuang sampah rumah

tangga di Kabupaten Bantaeng dapat dikatakan masyarakat membuannya di

tempat sampah. Hal tersebut dapat dilihat dari data di atas bahwa dari

75responden terdapat 47 (62.7 %) responden yang mengatakan membuang di

tempat sampah dan 21 (28 %) responden yang mengatakan di timbun. Jadi

dapat disimpukan bahwa partisipasi masyarakat dalam membuang sampah

rumah tangganya di tempat sampah merupakan salah satu factor yang dapat

menunjang dan mendukung berjalannya suatu programdalam menjaga

kebersihan kota yang bebas dari sampah-sampah yang dapat mencemari kota.

Page 69: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

56

Tabel 16:Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai partisipasi masyarakat pada tahap Implementasi membuang sampah pada tempatnya di Kabupaten Bantaeng.

No Tanggapan respondenRata-rata

skorRata-rata persentase

1.Penerapan membuang sampah pada

tempatnya2,97 74,25

2

Memperhatikan dalam membedakan

sampah kering dan sampah basah pada

saat di buang

2.05 51.25

3

.Masyarakat dalam membuang sampah

rumah .

3.53 88.25

Rata-rata skor 8.553 = 2.85Rata-rata persentase

2.854 × 100% = 71.25%Sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Berdasarkan dari Tabel 16, yang merupakan rekapitulasi dari ketiga

indikator yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa partisipasi masyarakat

dalam menjaga kebersihan kota di kabupaten Bantaeng dalam hal

“implementasi membuang sampah pada tempatnya” dapat dikatakan efektif.

Hal tersebut dapat dilihat dengan tiga indikator (tabel 14,15 dan tabel16)

dengan rata-rata persentase rekapitulasi dari ketiga indikator menunjukkan

sekitar 71,25%. Jadi dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam

membuang sampah pada tempatnya di Kabupaten Bantaeng,masyarakatsudah

mempunyai rasa kesadaran akan pentingnya membuang sampah pada

Page 70: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

57

tempatnya, meskipun masih ada sebagian dari masyarakat yang kurang akan

cintanya pada lingkungan yang bersih.

Guna mengetahui apakah partisipasi masyarakat dalam tahap

implementasi membuang sampah pada tempatnya dalam menjaga kebersihan

sudah efektif, maka peneliti mengangkat satu informan untuk diwawancarai,

maka berikut ini ungkapan oleh A.G.S selaku masyarakat yaitu

Menurut saya, partisipasi masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya sudah efektif tapi masih ada sebagian kecil yang masih saja membuang sampahnya tidak pada tempatnya seperti deselokan,di jalan, sungai padahal pemerintah sudah menyiapkan tempat sampah di sepanjang jalan untuk sampah kering maupun sampah basah, mungkin karena mereka belum memiliki rasa kesadaran pada dirinya (hasil wawancara oleh A.G.S, 27 Mei 2014).

Dari hasil wawancara diatas dengan informan yang menyatakan bahwa

partisipasi masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya sudah

dlaksanakan dengan baik, walaupun masih ada sebagian dari mereka yang

masih saja membuang sampahnya di sembarang tempat.

Rata- Rata Skor, Persentase dan Kategori Dari bentuk partisipasi masyarakat kota

di Kabupaten Bantaeng

No. Bentuk Partisipasi

masyarakat dalam

implementasi

Rata-

rata skor

Rata-rata

persentase

Kategori

1. Menjaga kebersihan

lingkungan

3.06 Sangat

sering

2. Melakukan kerja bakti 2.97 74.25 sering

3. Membuang sampah pada

tempatnya

2.85 71.25 sering

sumber : Diolah dari data primer, Mei 2014

Page 71: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

58

Berdasarkan tabel 17 yang merupakan rata-rata skor, rata- rata persentase

dan kategori dari ketiga bentuk partisipasi masyarakat dalam proses implementasi,

menunjukkan bahwa membersihkan lingkungan yang persentasenya 76,5 %,

melakukan kerja bakti yang persentasenya 74,25 %, membuang sampah pada

tempatnya yang persentasenya 71,25 %) Hal itu menunjukkan bahwa ketiga

bentuk partisipasi masyarakat sangat dibututuhkan dan dapat membantu

terwujudnya kebersihan kota.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat untuk berpartisipasi

Yang menyebabkan masyarakat melakukan partisipasi adalah karena

masyarakat Kabupaten Bantaeng mempunyai kesadaran akan pentingnya

kebersihan dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat juga sering melakukan

komunikasi antara masyarakat lain dan pihak pemerintah untuk melakukan

pembersihan wilayah-wilayah yang dianggap rawan sampah.Faktor-faktor

yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

Usia, Jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, dan lamanya

tinggal di daerah tersebut.

1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang

terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok

usia menengah keatas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma

masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi

dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya. Berikut hasil wawancara

dengan kepalaBAPEDALDA kabupaten Bantaeng :

Page 72: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

59

“Usia sangat berpengaruh pada tingkat partisipasi masyarakat untuk ambil bagian dalam kegiatan yang menyangkut kebersihan. Masyarakat usia remaja dan dewasa lebih banyak yang berpartisipasi karena mereka cenderung lebih sadar dan paham tentang kebersihan lingkungan. Jadi anak muda dan orang dewasa lebih gampang mengerti apa sebenarnya manfaat yang didapat jika lingkungan disekitar mereka bersih”(Hasil wawancara dengan AT Tanggal 27 Mei 2014)

Senada yang disampaikan oleh kepala Bidang kebersihan dan Pertamanan:

“Masyarakat yang berusia remaja dan dewasa lebih banyak terlibat pada program-program kebersihan dan perawatan lingkungan karena mereka cenderung lebih memiliki waktu dan tenaga yang lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak ataupun usia tua. Kalau masih anak-anak kita kan belum mengerti banyak tentang kebersihan sementara orang yang usianya sudah tua mungkin sudah sadar akan kebersihan tapi mereka mungkin tidak kuat lagi untuk membersihkan lingkungan disekitarnya” (Hasil wawancara dengan S Tanggal 29 Mei 2014)

Berdasarkan kutipan pernyataan dari kedua informan diatas, peneliti

dapat menarik kesimpulan bahwa usia menjadi faktor yang mempengaruhi

tingkat partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Masyarakat usia remaja sampai dewasa cenderung memiliki kesadaran dan

kekuatan fisik untuk berpartisipasi dalam kegiatan menjaga kebersihan

lingkungan dibandingkan dengan masyarakat usia tua. Dimana yang usia muda

lebih sering melakukan kegiatan dluar rumah, di banding yang usia tua lebih

kebanyakan di dalam rumah karena keadaan fisik mereka sudah berbeda.

2. Pekerjaan dan Penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan

seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya.

Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari

dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan,

Page 73: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

60

harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.(Hasil wawancara

dengan S Tanggal 29 Mei 2014)

“Menurut pendapat saya yang sering saya lihat pekerjaan dan penghasilan yang besar itu cenderung kurang berpartisipasi karena mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya masing masing, sehingga dia kurang memiliki waktu yang banyak untuk ikut turut berpartisipasi di banding yang mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang kurang mereka mempunyai banyak waktu yang luang untuk bisa ikut berpartisipasi.

Berdasarkan kutipan pernyataan dari informan diatas, peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa pekerjaan dan penghasilan seseorang dapat mempengaruhi

proses partisipasi masyarakat karena keaadan perekonomian yang mapan

biasanya memiliki waktu kurang di banding perekonomian yg sulit.

3. Lamanya tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan

pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh

pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan

tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat

dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan

tersebut.Berikut hasil wawancara dengan kepala BAPEDALDA kabupaten

Bantaeng :

“ Iya ini sering skali terjadi di kalangan masyarakat, semakin lama iya tinggal dalam lingkungan itu semakin semangat pula ia terlibat dalam partisipasi, dibanding dengan penduduk atau masyarakat yang baru saja tinggal di lingkungan itu mungkin karena mereka belum mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya dan belum mempunyai pengalaman serta belum begitu saling kenal dengan masyarakat yang ada dilingkungan tersebut”(Hasil wawancara dengan AT Tanggal 27 Mei 2014)

Senada yang disampaikan oleh kepala Bidang kebersihan dan Pertamanan:

Page 74: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

61

“Lamanya tinggal seseorang bisa mempengaruhi seseorang dalam berpartisispasi karena mereka sudah memiliki tingkat interaksi sosial yang baik tempat iya tinggal, dan lebih memahami keadaan lingkungan sekitarnya ” (Hasil wawancara dengan S Tanggal 29 Mei 2014)

Berdasarkan kutipan pernyataan dari kedua informan diatas, peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa lamanya tinggal seseorang dapat mempengaruhi

proses partisipasi masyarakat karena lamanya seseorang tinggal dilingkungan

tersebut maka dia memiliki banyak pengalaman, dan mengetahui betul tentang

keadaan lingkungan tersebut di bandingkan masyarakat yang baru tinggal di

tempat itu.

Hasil wawancara tersebut diketahui bahwa faktor penghambat yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah

Page 75: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan kota di Kabupaten

Bantaeng. Dapat dilihat dari tiga indikator yang penulis gunakan

partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan yang pertama

yaituPerencanaan yang nilai rata-rata persentasenya 83 %, Implementasi(

pada bagian membersihkan lingkungan yang nilai rata-rata persentasenya

76,5 %, melakukan kerja bakti yang rata-rata persentasenya 74,25 %,

membuang sampah pada tempatnya yang rata-rata persentasenya 71,25 %)

serta Evaluasi dan monotoring yang rata-rata persentasenya 93 %.Hal ini

menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat di Kabupaten Bantaengsudah

sangat berpartisipasi dalam menjaga kebersihan, walaupun masih ada

sedikit dari mereka yg belum sadar akan kebersihan lingkungan mereka,

yang masih saja membuang sampah tidak pada tempatnya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

menjaga kebersihan kota di Kabupaten Bantaeng pertama,usia karena usia

sangat mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi usia muda atau

dewasa mereka lebih banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan kebersihan

Page 76: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

63

karena mereka cenderung lebih memiliki waktu dan tenaga yang lebih

banyak dibanding anak-anak yang belum mengerti tentang kebersihan,

sedangkan yang usia tua mereka memiliki tenaga yang kurang.

Kedua,pekerjaan dan penghasilan juga mempengaruhi masyarakat untuk

berpartisipasi sebab masyarakat yang memiliki penghasilan yang cukup

besar maka dia tidak mempunyai waktu untuk ikut berpartisipasi

dibanding yang memiliki penghasilan yang kurang mereka lebih

cenderung memiliki waktu yang banyak untuk ikut berpartisipasi. Dan

Ketiga, lamanya tinggal seseorang bisa mempengaruhi seseorang dalam

berpartisispasi karena mereka sudah memiliki tingkat interaksi sosial yang

baik tempat iya tinggal, dan lebih memahami keadaan lingkungan

sekitarnya,di banding masyarakat yang baru saja tinggal di lingkungan

tersebut.

B. Saran

Beberapa saran yang perlu dalam membentuk,mempertahankan dan

meningkatkan perilaku kebersihanpenghuni kota pada umumnya, adalah

sebagai berikut:

1. kepada pemerintah harusnya memberikan sedikit penghargaan bagi

masyarakat yang ikut berpartisipasi agar mereka lebih semangat lagi dan

berlomba- lomba dalam menjaga kebersihan kota.

2. Tindakan-tindakan yang menyokong kebersihan lingkungan perlu

diajarkan dan dilatih sejak dini dalam lingkungan keluarga. Pembelajaran

yang berlangsung terus-menerus dalam keluarga lebih mudah diterima dan

Page 77: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

64

diinternalisasikan sehingga membentuk kebiasaan. Norma kebersihan

yang ditanamkan dalam lingkungan sosial terdekat akan berkembang

dalam diri individu menjadi norma personal, acuan dari

tindakan/perbuatan kebersihan dalam kehidupan keseharian mereka.

3. Menggiatkan gerakan menghargai sampah. Pada dasarnya perlu dilakukan

suatu kegiatan untukmerubah sikap dan perilaku warga terhadapsampah.

Pandangan tentang sampah sebagai barangtidak berguna dan kotor perlu

diubah menjadi sikappositif bahwa sampah adalah sumber materi

yangdapat dikelola dan mendatangkan manfaat bagikehidupan manusia.

Bila tidak dikelola dengan baikdalam jangka panjang dapat merugikan

kehidupanmanusia pada umumnya.

4. Untuk menciptakan lingkungan yang bersihdiperlukan kepemimpinan.

Perlu ada orang-orangyang dijadikan panutan ,mau

melaksanakan,mengajak, menggiatkan warga untuk bersama-

samamengelola sampah yang dihasilkan dari berbagaiaktivitas keseharian

mereka.

5. Wewenang untuk pengaturan dan pemeliharaankebersihan di ruang publik

sebaiknyadiberikan/didelegasikan kepada komunitas wargayang berada

tinggal dan menetap dalam batasanwilayah yang dimaksud. Orang-orang

yang beradadalam setting dituntut bertanggungjawab danberkewajiban

mengelola sampah dan memeliharakebersihan disekitar pemukiman

mereka masing-masing.

Page 78: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

65

DAFTAR PUSTAKA

Ach. Wazir Ws., et al., ed.(1999). Panduan Penguatan Manajemen Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: sekertariat Bina Desa dengan dukungan AusAID melalui Indonesia HIV/AIDS and STD prevention and care project.

Adisasmita Rahardjo. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Makassar.Graha Ilmu

Alexander Abe, 2001. Perencanaan Daerah Memperkuat Prakarsa Rakyat Dalam

Otonomi Daerah. Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta

Daud, Firdaus.2009. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengololaan Lingkungan di Pemukiman Sekitar Muara Sungai Tallo Kota Makassar.Jurnal Chemica ,Vol 10: hal 9-18

Dedy Supriady Bratakusuma, Ph.D. Dadang Solihin, MA. 2002, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gaventa, John. 2001. Mewujudkan Partisipasi(Teknik Partisipas). British Council. Bandung.

Hadi, S.P. 2005. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta

Isbandi Rukminto Ad. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunikasi: dari pemikiran menuju penerapan. Depok : FISIP UI Press

Kodoatie, Robert, 2005. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mardikanto, 2003.

Mawardi, Erman, 2002. Partisipasi Masyarakat dan Pengololaan Sumber Daya Air. Alfabeta. Jogjakarta.

Parfi, 2007. Partisipasi Masyarakat pedesaan.

Ross, Murray G., and B.W. Lappin, 1967. Community Organizator: theory, principles and practice. Secon edition. New York: Harper dan Row publishers.

Saifuddin, 2009. Partisipasi Masyarakat dalam pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. FH UI Press. Yogyakarta.

Page 79: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

66

Santoso, Agus. 2013. Menyingkap Tabir Otonomi Daerah di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sastroputro, S. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan. Bandung: Alumni

Sedarmayanti, Hj. 2004. Good Governance ( kepemerintahan yang Baik ). CV. Mandar Maju. Bandung.

Setiadi, Elly M., 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Siagian, sondang P., 1970. Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Jakarta: PT Bumi Aksara

Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: UNS Press

Sugiyono , 2010, Metode Penelitian Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung

Sugiarto , 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia

Soerjono soekanto,2003. Sosiologi suatu pengantar, penerbit PT Raja grafindo persada : Jakarta

Somarto, Inovasi partisipasi dan good governance, penerbit Yayasan OborIndonesia.

Widjaja, H.A.W., 2011, Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persad

Tim Penyusunan, 2011, Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Fisip Unismuh Makassar

Dokumen –Dokumen :

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Page 80: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KEBERSIHAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ENI WARNINGSIH, Lahir di Sragen Jawa Tengah pada tanggal

19 mei 1991 anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari

pasangan Ayahanda Suwardi dan Sri Suwarni

Penulis mulai menumpuh pendidikan formal pada tahun 1997 di SDN Inpres

Tappanjeng Kabupaten Bantaeng, tamat pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang

sama melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) Negri 1

Bantaeng dan tamat pada tahun 2006, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di

SMA Neg.2 Bantaeng, dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, melalui

seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB), penulis berhasil lolos seleksi dan

terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi Negara dibawah naungan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.