panduan dokter 1.doc
Post on 10-Dec-2015
254 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MEKANISME AKSI TERAPEUTIK OZON
Pertanyaan pertama yang muncul di benak para dokter berkaitan dengan mekanisme
tindakan medis. Pertanyaan ini lalu memunculkan perhatian pada ozon dari segi medis. Mengapa
terapi ozon sangat bermanfaat untuk pengobatan berbagai penyakit? Pencarian akan jawabannya
belum berakhir.
Saat ini mekanisme terapi ozon berikut telah dilakukan dan diteliti:
1. Khasiat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur.
2. Khasiat perbaikan homeostasis sistemik:
- Perbaikan fungsi sirkulasi oksigen darah.
- Optimalisasi sistem pro- dan antioksidan.
- Perbaikan sirkulasi darah mikro maupun peripheral
- Penurunan koagulasi darah.
- Stimulasi hemopoiesis.
- Optimalisasi zat-zat karbohidrat, protein, lipid ( pengaruh bioenergetic dan
biosintesis)
- Aktivasi produksi unsur-unsur yang aktif secara biologis.
- Khasiat immunomodulating- peningkatan kekebalan
(immunostimulation dengan dosis kecil, immunosuppression dengan dosis
besar.)
- Khasiat analgesik
- Khasiat detoksifikasi
Ozon memiliki kaitan yang erat dengan elektron (1,9 Ev) yang menjelaskan unsur
oksidatifnya yang kuat, yang hanya dapat dikalahkan oleh fluorine (Razumovskij S.D., 1990).
Ozon dapat mengoksidasi semua logam selain emas dan platina sama seperti unsur lainnya.
Meskipun mengandung kekuatan oksidatif tinggi, ozon bereaksi dengan selektif. Alasan
keselektifan ini adalah struktur kutub molekul ozon yang disebut atom oksigen berkutub positif,
yang membuat molekul bersifat elektrofil. Maka, molekul dengan elektron yang sangat padat
adalah unsur reaktif yang paling dibutuhkan. Senyawa dengan ikatan C=C langsung bereaksi,
fenol dan amina bebas sedang dioksidasi selama beberapa detik, sementara, misalnya alkohol
dioksidasi selama ber jam-jam.
Untuk memahami sifat biokimia interaksi antara ozon dan unsur-unsur biologi, maka
cukup menarik untuk mengetahui reaksi ozon dengan molekul organik yang terdiri dari dua atau
tiga ikatan. Interaksi dengan molekul-molekul tersebut menghasilkan berbagai pembentukan
senyawa rumit dan transisi yang sulit dilacak (zwitterion, malozonide, cycle ozonide), yang dapat
dihidrolisir, dioksidasi, dikurangi atau secara termal disusun ulang menjadi berbagai zat, sebagian
besar aldehid, keton, atau spirtus ( Washuttl J., Viebahn R., 1989).
Ozon bereaksi dengan hidrokarbon tak jenuh, amina, kelompok sulfhidril, dan senyawa
aromatik. Asam lemak tak jenuh, asam amino aromatik, dan peptida khususnya yang mengandung
kelompok SH cukup sensitif terhadap tindakan yang melibatkan ozon. Menurut Krige (1953), hasil
interaksi antara molekul ozon dan substrat bioorganik adalah molekul ozonida. Ozonisasi senyawa
aromatik tampak seperti ozonisasi olefin hasil dari pembentukan ozonida polimer.
Gambar bagan
Ozonisasi sulfur dan nitrogen yang mengandung senyawa organik, adalah sebagai
berikut:
Gambar bagan
Ozon adalah gas beracun untuk bernafas. Ozon mengiritasi mata dan saluran mukosa,
mempengaruhi permukaan paru-paru. Serangkaian gejala-gejala patologis akibat menghirup ozon
dijelaskan oleh Flugge. Diawali dengan rasa kantuk, lalu terjadi perubahan dalam bernafas-
menjadi dalam dan tidak teratur. Hingga akhirnya nafas terputus-putus. Kematian kemungkinan
disebabkan oleh kesulitan bernafas. Penelitian patologikoanatomi mengindikasikan gejala
keracunan ozon: gangguan kemampuan koagulasi darah, paru-paru terganggu oleh banyaknya
hematoma. Oleh karena itu, ditetapkan konsentrasi maksimum ozon dalam udara ruangan yang
diijinkan yaitu 0,1 mg/m³ merupakan 10 kali lebih tinggi dari ambang batas bau.
Ozon yang dipakai secara eksternal (di atas kulit atau permukaan luka), dimasukkan
(anus), dan aplikasi parenteral melalui serangkaian terapi konsentrasi ozon tidak menimbulkan
keracunan dalam tubuh manusia.
Khasiat anti bakteri, anti virus, dan anti jamur
Pemanfaatan eksternal gas ozon dan larutan ozon berkonsentrasi tinggi adalah
berdasarkan unsur-unsur oksidatifnya yang kuat untuk melawan mikroorganisme. Selain itu, ozon
lebih efektif di lingkungan yang mengandung uap air karena dekomposisi ozon dalam air
menghasilkan pembentukan radikal hidroksil (hydroxyl) yang sangat reaktif. Ozon efektif
melawan semua spesies bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Berlawanan dengan berbagai
antiseptik, ozon tidak menimbulkan efek merusak dan iritasi pada jaringan karena sel-sel
organisme multi sel memiliki defense system antioksidan.
Kemampuan anti bakteri dari ozon dipicu oleh perusakan integritas membran sel-sel
bakteri akibat dari oksidasi fosfolipid dan lipoproteida. Bakteri gram positif lebih sensitif pada
ozon daripada bakteri gram negatif, hal ini berkaitan dengan perbedaan struktur membrannya.
Selain itu ditemukan pula bukti interaksi ozon dengan protein. Telah diketahui bahwa ozon
mempenetrasi sel mikroba, bereaksi dengan zat sitoplasma dan mengubah plasmid DNA tertutup
menjadi DNA terbuka yang mengurangi proliferasi bakteri.
Khasiat vegetable oil yang diozonisasi melaluiozonida. Kemungkinannya adalah,
dipengaruhi oleh daya tarik menarik oksigen, ozonida dari asam lemak tak jenuh bergabung
dengan penerima mikroorganisme dan menahannya. Khasiat anti bakteri maksimal didapat dari
minyak dengan angka peroksida 2500-3000. Bahkan setelah pengenceran minyak 10, 20, 50, dan
100 kali pengaruh sterilisasi melawan mikroorganismenya masih ada.
Kemampuan anti virus ozon didapat dari perusakan rantai membran polipeptida yang
memicu ketidakmampuan virus melekat pada sel target dan menghancurkan satu galur RNA
menjadi dua bagian, dengan demikian menghancurkan basis reaksi reproduksinya. Capsulated
Virus lebih sensitif pada ozon dibandingkan yang tidak dimasukkan kapsul. Hal ini dapat
dijelaskan dengan fakta bahwa kapsul mengandung banyak lipid yang dengan mudah bereaksi
dengan ozon.
Salah satu penemuan penting adalah khasiat anti virus ozon pada kultur limposit
(lymphocyte) yang terinfeksi HIV -1 (Freiberg, Carpendale, 1988).
Mekanisme penon-aktivan human immunodeficiency virus dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. penghancuran sebagian membran virus dan hilangnya unsur-unsurnya
2. penon-aktivan fermentasi transkriptase pembalikan yang menghalangi proses
transkripsi dan pembentukan protein virus, demikian pula dengan reproduksinya.
3. ketidakmampuan virus bergabung dengan reseptor sel target.
Menurut Viebahn, molekul elektrofil ozon dapat bereaksi dengan beberapa radikal bebas
elektron nitrogen pada N-acetylglucosamine yang terdapat dalam akseptor virus dari sel induk; hal
ini mengurangi sensitivitas sel pada virus dan menghilangkan fenomena ketergantungannya.
Selain itu ditemukan pula bahwa ozon menon-aktifkan virus baik melalui jalur di luar tubuh
maupun di dalam sel. Yang memegang peranan penting adalah aktivasi sintesis interferon peptida
aktif yang melindungi sel utuh melawan penetrasi virus. Banyak infeksi yang berkaitan dengan
HIV telah terbukti tahan terhadap antibiotik, namun dapat di nonaktifkan oleh konsentrasi ozon,
yang tidak bersifat racun bagi sel-sel tubuh manusia.
Perbaikan fungsi sirkulasi oksigen darah
Telah diteliti bahwa beberapa unsur ozon seperti senyawa yang mengandung dua ikatan,
khususnya pada asam lemak tak jenuh ganda (PUFA). Seperti ozonida, hasil utama dari interaksi
antara ozon dan asam lemak tak jenuh adalah hidroperoksida karena banyaknya air dalam tubuh
manusia. Peroksida yang dihasilkan selama ozonolisis berbeda dari peroksida autogen dengan
rantai yang lebih pendek dan sifat hidrofilinya. Peroksida autogen adalah peroksida rantai pendek
dengan karakter lipofili. Beberapa peroksida ozon meningkatkan pemakaian oksigen oleh darah
secara berkali-kali. Stabilitas peroksida tersebut tidak signifikan, dalam waktu singkat hancur dan
tidak dapat ditemukan dengan metode analitis. Peningkatan penggunaan oksigen oleh organisme
dikuatkan dengan adanya pengukuran gas darah khusus. Hal ini dikuatkan pula dengan
peningkatan perbedaan oksigen arterivena. (Peretyagin S.P.). Selain itu, di dalam eritrosit, terjadi
aktivasi penggantian tambahan yang menghasilkan pembentukan senyawa yang cukup penting –
2,3 diphosphoglycerate ( 2,3-DPG) yang bertanggungjawab atas stabilitas daya tarik hemoglobin-
oksigen. Pembentukkannya mendukung pelepasan oksigen oleh oxyhemoglobin, menggeser jalur
disosiasi oxyhemoglobin ke kiri dan dengan demikian meningkatkan suplai oksigen jaringan.
HbO2 + 2,3-DPG = Hb2,3-DPG + O2
Hal tersebut juga berarti bahwa terapi ozon menjamin peningkatan pelepasan oksigen
pada jaringan-jaringan yang disuplai darah yang telah dibuktikan dengan analisis komposisi gas
darah: tekanan oksigen parsial dalam darah vena setelah serangkaian ozon terapi berkurang dari 40
hingga 20mm tabung air raksa (Rokitansky O. et al, 1981). Hal ini berarti bahwa jaringan-jaringan
yang menderita kekurangan suplai darah, maka lebih banyak oksigen yang dilepaskan – hasil yang
tidak dapat dicapai oleh pengobatan.
Peretyagin S.P dkk. (1992) melakukan ozonisasi pada darah para pasiennya yang sudah
meninggal dan menemukan perbaikan fungsi sirkulasi oksigen darah. Penelitian ini didukung pula
oleh Akulov M.S dkk. (1992) dalam penelitian tentang pengruh ozon pada para pasien paska mati
suri. Mereka melaporkan peningkatan oksigenasi darah dan perbaikan keseimbangan asam- alkali,
peningkatan sirkulasi mikro dan unsur-unsur rheologi darah. Selama proses prosthesis katup
jantung dengan kondisi sirkulasi extracorporeal (di luar tubuh) pada saat perfusi ozonasi diberikan
pada 150 pasien, Boyarinov G.A dkk (1995) menemukan adanya peningkatan penggunaan ATP
oleh jaringan, pada saat yang sama terjadi peningkatan 2,3 DPG pada eritrosit dan penurunan
laktat darah dan aktivasi defense system antioksidan.
Ozon tidak merusak jaringan dan sel; ozon memperbaiki atau meningkatkan oksidasi sel
normal, yang telah menurun akibat kondisi penyakit. Melalui ozon, darah dapat menyerap oksigen
2-10 kali lebih banyak dibandingkan pada kondisi normal karena dalam hal ini oksigen larut
dalam plasma (Wolff H.H., 1982). Penelitian ini membuktikan keunggulan ozon pada jaringan dan
fiksasinya oleh jaringan. Terapi ozon mendorong penjenuhan oksigen serum darah maupun
eritrosit. Selain itu, metabolisme pun dapat dijaga melalui cairan extracellular ( cairan tambahan
pada sel) meski terjadi vasodepression. Semua pasien yang menerima ozon dalam bentuk
autohemoterapi ozonasi menunjukkan secara statistik peningkatan secara signifikan tekanan
oksigen parsial dalam darah arteri, penurunan tekanan karbon dioksida parsial dan peningkatan
hemoglobin.
GRAFIK 1 ( page 8)
Dinamika waktu penurunan oxyhemoglobin dalam rangkaian terapi ozon dalam
bentuk insuflasi per rektum harian campuran gas ozon-oksigen
Auborgh menunjukkan bahwa peningkatan oksigenasi darah dapat dilakukan melalui
insuflasi per rektum campuran gas ozon-oksigen. Semakin bersih usus besar dibersihkan sebelum
treatment, maka campuran gas yang diserap darah akan semakin banyak. Waktu reduksi
oxyhemoglobin di bawah kondisi normal 130-150 detik. Setelah 40 menit insuflasi per rektum
campuran gas oksigen-ozon, maka waktu reduksi oxyhemoglobin akan naik hingga 200-220 detik.
Setelah 24 jam maka akan kembali normal, namun sedikit lebih tinggi. Bila prosedur ini dilakukan
setiap hari maka akan terjadi dinamika seperti pada grafik 1.
Setelah terapi berhenti, naiknya poin waktu reduksi oxyhemoglobin akan menurun
dengan sangat lambat, selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan (hingga 6 bulan).
Maka meningkatnya kadar oksigen dalam darah cukup bermanfaat secara terapi bahkan setelah
berhenti menggunakan ozon.
Optimalisasi sistem pro- dan antioksidan
Selama terapi ozon, unsur oksigen aktif diberikan pada tubuh manusia, sangatlah penting
untuk meneliti pengaruh ozon pada proses peroksidasi lipid (LPO). Sejumlah besar penelitian telah
membuktikan bahwa ozon dalam dosis terapi menstimulasi sistem antioksidan dan menurunkan
intensitas LPO.
Dalam rangkaian terapi ozon, terdapat peningkatan dari hasil sekunder proses peroksidasi
lipid (LPO)- malonic dialdehyde rata-rata 119,4 %. Sangat sulit untuk mendapat angka perubahan
hasil utama proses LPO – diene conjugates (DC) karena dengan pasien yang berbeda maka
angkanya pun akan berbeda pula. Berdasarkan fakta tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa
aktivasi awal oksidasi radikal bebas dengan terapi ozon, terjadi secara alami, karena dengan
penyuntikan intravenous larutan klorida sodium isotonik terozonisasi, maka ozon, oksigen, dan
radikal bebas diperkenalkan pada tubuh.
Pada saat yang sama, sistem pertahanan antioksidan dengan cepat dimulai melalui
stimulasi ozon. Pernyataan ini adalah berdasarkan fakta bahwa hasil akhir LPO – Schiff basa (SB)
menurun setelah terapi ozon 59,7% (p< 0,05), dan koefisien DC/SB meningkat dalam 77,8%
kasus. Dengan demikian sistem antioksidan bekerja pada saat rantai pertemuan LPO diindikasikan
dengan pembentukan malonic dialdehyde yaitu rantai reaksi hancur dan malonic dialdehyde
menjadi tidak aktif.
Reaksi oksidasi radikal bebas yang cepat ini juga dikuatkan dengan hasil dari induksi
biochemiluminescence (BChL) pada plasma pasien dan penelitian ini merupakan metode evaluasi
proses radikal bebas dalam biosubstrat yang paling akurat. Penurunan Imax dan light sum terjadi
segera sesudah prosedur ozon ke 4-5 dan setelah prosedur ke 8-10 light sum menurun 31,1 %
(p<0,05), I max 17,9% (p< 0,05). Hal ini menunjukkan penurunan potensi LPO dan aktivasi sistem
pertahanan antioksidan. Total aktivitas antioksidan (AOA) plasma berdasarkan data BChL
semakin meningkat, dan di akhir terapi ozon sistem antioksidan tidak berhenti. Sebaliknya,
aktivasi enzim antioksidan –superoxidedismutase dan katalase meningkat 45,4% dan 34,9%
(p<0,05), (Kuzmina E.I., Potechina Ju.P., 1998).
Alasan dari normalisasi pada sistem LPO-AOS kemungkinan adalah meningkatnya level
lipoprotein kepadatan tinggi (high density), yang termasuk antioksidan menurut Klimova A.N. dan
Nikulcheva N.G. (1995) atau gangguan pada pembentukan hasil LPO melalui peningkatan aktivasi
enzim antioksidan dengan terapi ozon intravena. Peningkatan aktivitas antioksidan darah terjadi
melalui mekanisme korelasi terbalik (Kontorschikova K N. dkk., 1992). Dalam eritrosit, aktivasi
proses-proses yang bergantung pada oksigen, terjadi khususnya dalam bentuk meningkatnya
NADPH2, yang mengurangi oxidized glutathione dan enzim antioksidan glutathioneperoxidase.
Hal ini kemudian menghasilkan normalisasi peroksodasi lipid, yang mengatur kondisi struktural-
fungsional membran (Kontorschikova K N.,1995). Pentingnya hasil yang didapat adalah tidak
hanya dari segi bukti keamanan konsentrasi ozon yang dipakai. Pengaturan proses-proses
peroksidasi lipid dan aktivitas antioksidan dalam tubuh manusia merupakan salah satu mekanisme
tindakan dalam terapi ozon. Pada saat yang sama beberapa penulis menganggap bahwa aktivasi
peroksidasi lipid merupakan salah satu faktor patogenik universal dalam berbagai penyakit,
khususnya dalam kekurangan oksigen (ischemia) (Bilenko M.V.,1989; Zavalishin I.A., Zacharova
M.N.,1996; Meerson F.Z., 1984). Pada saat yang sama, terapi ozon berdasarkan hasil yang
diperoleh dapat memperbaiki keseimbangan antara peroksidasi lipid dan sistem pertahanan
antioksidan.
Kenyataan bahwa ozon yang dipakai dalam dosis terapi dapat mengurangi intensitas
proses peroksidasi lipid sangat penting karena adanya konsep terbaru bahwa lipoproteida yang
mengalami peroksodasi memiliki unsur-unsur aterogenik (atherogenic) (Klimov A.N., Nikulcheva
N.G., 1995). Dalam lingkup teori peroksida atherosclerosis, aktivasi sistem pertahanan antioksidan
dan nilai normalisasi peroksidasi lipid termasuk sangat penting untuk menghilangkan sifat racun
lipoproteida kompleks, mengurangi kemampuannya untuk penetrasi dinding arteri dan untuk
aktivasi macrophage.
Selain itu, penting pula untuk dicatat bahwa sebagai hasil reaksi klasik antara ozon dan
olefin (ozonolisis) adalah pembentukan hidroperoksida > COH-O-O-COH< dari asam lemak tak
jenuh ganda yang terjadi dalam bentuk reaksi radikal rantai dan menghasilkan radikal bebas yang
lebih aktif atau kurang aktif yang berbeda-beda sebagai hasil langsung (Viebahn R., 1985).
Optimalisasi metabolisme substrat biologis
Ozon dapat mengaktivasi metabolisme lipid, khususnya oksidasi β asam lemak melalui
interaksi langsung dengan lipid dalam darah maupun melalui stimulasi sistem pertahanan
antioksidan dalam tubuh. Terdapat bukti bahwa ozon yang diberikan melalui parenteral sanggup
mengaktivasi aktivitas hepatosit termasuk memproses pecahan lipid. Degenerasi lemak hati tidak
terjadi karena terapi ozon memicu di dalam hepatosit, aktivasi mekanisme struktural-fungsional
pengubahan substrat energi lemak menjadi karbohidrat (Lebkova N.P.,1992).
Ozon mengoksidasi lipoic acid yang bereaksi dengan acetaldehyde. Maka hasilnya,
menurut banyak penulis, terjadi penurunan lipid plasma (khususnya cholesterin dan pecahan
atherogenic lipoproteida) maupun karbohidrat dan beberapa produk yang kurang teroksidasi
(Potechina Yu.P., Smirnov A.A.).
Mekanisme reaksi ozon menjadi sangat penting karena pengaruhnya pada perkembangan
penyakit vaskular atherosclerotic. Lebih lanjut, penurunan cholesterin membran membantu
normalisasi fluiditas membran, haemorheology, fungsi fermen ikatan membran dan dengan
demikian membantu peningkatan klinis yang luar biasa (Belousov S.S., Suslonova E.V., Trunova
E.M.,1988).
Penelitian spektrum protein plasma pada binatang percobaan tidak menunjukkan adanya
perubahan korelasi pecahan (fraction), hal ini menguatkan bahwa ozon dengan dosis terapi tidak
mempengaruhi struktur protein.
Terapi ozon yang memicu penurunan glukosa darah tampaknya dikaitkan dengan
peningkatan aktivitas glucose-6-phospate dehydrogenase dan intensifikasi pemanfaatannya dalam
dalam reaksi hexosemonophosphate (shunt). Terjadi pula penurunan laktat darah dan pyrovate
yang kemungkinan dapat dijelaskan dengan menggunakan produk-produk metabolisme
karbohidrat yang kurang teroksidasi tersebut dalam proses pembentukan 2,3 diphosphoglycerate
(Zelenov D.M, 1988).
Penurunan koagulasi darah
Telah dibahas pengaruh ozon pada platelet darah. Perubahan fungsi fungsionalnya
dibawah pengaruh terapi ozon diteliti berdasarkan nilai index agregasi platelet dengan ADP,
ristomicine, dan adrenalin. Penggunaan semua metode memberikan hasil dengan kecenderungan
yang sama- penurunan kemampuan agregasi platelet. Penelitian ini diteliti pada 60% pasien yang
dirawat dengan profil neurologikal (Potechina Yu. P., 1997). Cukup penting untuk dicatat bahwa
penurunan agregasi platelet setelah serangkaian penyuntikan tetes demi tetes intravenosa larutan
klorida sodium isotonik yang diozonisasi terjadi pada semua kasus dengan diawali peningkatan
agregabilitas platelet.
Di tingkat haemostasis, penurunan agregabilitas platelet dapat dicapai sebagai berikut.
Membrannya mengandung asam arachidonic, yang merupakan sumber produksi aktivator kuat
agregasi trombosit- thromboxane, di satu sisi, dan penghalang thromboxane kuatprostacyclin di
dinding arteri, di sisi lain. Ozon dapat mengaktivasi fermen trombosit phospholipase A2, dengan
melalui pembusukan membran-membran phospholipase mendorong pelepasan asam lemak,
khususnya asam arachidonic. Asam ini adalah substrat bagi banyak fermen, salah satunya adalah
cyclooxygenase, yang mengubah asam arachidonic menjadi endoperoksida. Selanjutnya
pengubahan endoperoksida bergantung pada lokasinya : di seluruh dinding arteri mengubah
menjadi prostacyclin, di bagian yang sakit-menjadi thromboxane yang memberikan pelepasan
beberapa agen yang sangat aktif yang memulai proses koagulasi darah (Gritsjuk A.I., Amosova
E.E., Gritsjuk I.A., 1994). Ozon yang dipakai dengan dosis terapi, dapat secara selektif bereaksi
pada ikatan ganda di asam arachidonic dengan membantu metabolismenya untuk menghasilkan
prostacyclin dengan demikian mencegah pembentukan agregasi trombosit (Bagan 2 )
> Oksidasi > Aktivasi LPO >Thromboxane > Sekresi > Agregasi
radikal bebas butir trombosit trombosit
irreversible
OZON
> Asam > Siklus > Pembuluh > Prostacyclin > Penghambatan
arachidonic endoperoxida agregasi
Cyclooxygenase trombosit
Bagan 2 Mekanisme reaksi terapi ozon pada aktivitas fungsional trombosit
(Aziziva O.V., Vlasova I.I., 1993).
Beberapa penulis menyatakan bahwa hasil peroksidasi lipid (LPO) (khususnya malonic
dialdehyde) dapat menghambat agregasi platelet (Aziziva O.V., Vlasova I.I., 1993, Muranov
K.O.,1990). Dan suntikan intravena physiological saline yang diozonisasi memicu proses LPO,
khususnya di awal terapi. Shatilina L.V mengajukan hipotesis tentang pengaturan radikal bebas
aktivitas agregasi platelet dan memberi informasi bahwa diene conjugate dapat secara langsung
mengaktivasi trombosit memicu peningkatan agregasinya.
Penelitian pada fase kedua haemostasis plasma (pembentukan thrombin) dilakukan
dengan metode yang agak sederhana – menentukan indeks protrombin. Ditemukan bahwa setelah
treatment maka tetap tidak ada perubahan, artinya tidak ada perubahan dalam sistem koagulasi
darah dengan penggunaan ozon secara medis. Berdasarkan angka yang menunjukkan fase ketiga
koagulasi darah ( pembentukan fibrin), tes etanol dan aktivitas XIII faktor plasma ( faktor yang
menstabilasi fibrin) tidak menunjukkan perubahan, dan konsentrasi kompleks fibrin-monomer
soluble meningkat sebelum treatment menurun baik pada pasien kelompok kontrol maupun
kelompok utama. Kompleks fibrin-monomer soluble adalah turunan fibrin molekuler tinggi yang
tidak berubah menjadi fibrin setelah penambahan thrombin. Peningkatan ini menunjukkan
kecenderungan trombosis intravaskuler dan penurunannya setelah terapi ozon dianggap sebagai
poin positif bagi pasien dengan penyakit pembuluh darah.
Pasien dengan tingkat fibrinogen tinggi sebelum treatment menunjukkan penurunan
(p<0,05) hingga angka normal setelah treatment. Fibrinogen adalah faktor plasma I dengan unsur
biologisnya adalah kemampuannya untuk berkoagulasi melalui fermen tertentu-thrombin. Hasil
reaksi ini, fibrin membentuk jaringan dasar thrombus yang menghalangi pembuluh yang
mengalami gangguan. Fibrinogen memiliki peranan penting pada platelet dan agregasi sel darah
merah (Kaganov D.V., Gratsianskij N.A., 1993). Peningkatan konsentrasi fibrinogen dapat
meningkatkan kekentalan darah (Johnson P., 1982;Tchernuch A.M., Aleksandrov P.N., Alekseev
O.V., 1975). Maka dengan mendorong penurunan konsentrasi fibrinogen, ozon menurunkan
agregasi sel darah merah dan meningkatkan unsur rheologi darah.
Penelitian antikoagulan natural primer menunjukkan bahwa setelah serangkaian terapi
ozon, aktivitas III-heparin antithrombin kompleks meningkat dari 93,9 menjadi 101,7% (p<0,05)
yang menetralisir aktivitas fermentasi thrombin, kallikreins, faktor-faktor aktivasi koagulasi darah-
XIIa, XIa,Xa, IXa dan termasuk penghambat paling kuat koagulasi darah (Baluda V.P., 1995).
Di bawah pengaruh terapi ozon, terjadi aktivasi fibrinolisis (aktivitas fibrinolitik berubah
dari 221,2 menjadi 203,9 min turun 7,8%). Tes protaminsulfate untuk menentukan hasil degradasi
fibrin tetap negatif. Dengan demikian physiological saline yang diozonisasi yang disuntikkan
secara intravena meningkatkan aktivitas fibrinolitik darah pasien tanpa memicu hiperfibrinolisis.
Aktivasi mata rantai fibrinolitik sistem haemostasis menghambat perkembangan thrombus dengan
memicu thrombolysis penuh atau parsial yang menyebabkan fibrinolisis, yang mengeliminasinya
dari pembuluh darah dan merupakan salah satu mekanisme utama revaskulerisasi dan perbaikan
aliran darah dalam organ dan jaringan (Baluda V.P, dkk., 1995).
Dengan pengaruh terapi ozon, secara praktis semua parameter coagulogram
menunjukkan satu kecenderungan perubahan yaitu hipokoagulasi meski perubahan tersebut cukup
ringan tanpa melebihi level normal. Dua pasien menerima konsentrasi ozon dengan campuran
gas1600 mcg/L menunjukkan hipokoagulasi yang tajam setelah terapi ozon tanpa gejala klinis.
Angka coagulogram akan kembali normal dengan sendirinya dalam satu minggu. Berdasarkan
fakta tersebut, konsentrasi ozon dengan campuran gas 1600 mcgL dan lebih tinggi harus diberikan
dengan hati-hati untuk menghindari komplikasi pendarahan (hemorrhagic).
Maka dalam semua fase reaksi fermentasi rantai kompleks, yang merupakan proses
koagulasi darah, ozon menunjukkan kecenderungan penurunan dalam skala sedang koagulasi
darah, dengan demikian mencegah trombosis intravaskuler, khususnya pada bagian yang
mengalami perlambatan aliran darah. Dengan menurunkan kekentalan darah dan koagulasi, larutan
klorida sodium isotonik yang terozonisasi, meningkatkan sirkulasi mikro yang melibatkan
sejumlah besar proses terkait, yang paling penting diantaranya adalah kekhasan sirkulasi darah dan
getah bening dalam pembuluh dengan diameter 2 hingga 200mcm, kekhasan aktivitas sel darah
( pembentukan ulang, agregasi, adhesi dll), kekhasan koagulasi darah ( koagulasi, fibrinolisis,
thrombosis, peranan trombosit), kekhasan metabolisme transkapiler dan kekhasan ultrastruktural
pembuluh mikro ( microvessel) (Tchernuch A.M., Aleksandrov P.N., Alekseev O.V., 1975).
Khasiat immunomodulating
Untuk pertama kalinya khasiat immunomodulating diungkapkan pada tahun 1989 oleh
Winkler.
Aktivasi fagositosis melalui terapi ozon dengan pembentukan peroksida cukup penting
pada penyakit infeksi kronis, bila tingkat peroksida hidrogen menurun. Ozon terapi memperbaiki
semua level perusakan fagositosis. Khususnya, adalah pengurangan waktu adhesi; aktivasi tahapan
letupan oksigen yang dipicu oleh pembentukan peroksida. Salah satu kemungkinan varian aktivasi
fagositosis adalah meningkatnya sintesis faktor stimulasi fagosit.
Dalam penelitian kami tentang pengaruh biologis ozon, dengan eksperimen oncogenesis,
kami menemukan pengaruh stimulasi fagositosis ozon. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa
secara independen dari tahap tumor stage dan metode pemberian larutan saline terozonisasi, terjadi
peningkatan aktivitas fagositik sel-sel imun dalam darah binatang percobaan. Jadi, sejak tahap
pertama setelah suntikan subkutan larutan saline terozonisasi, pada perimeter sarcoma terjadi
aktivasi metabolisme oksigen fagosit yang nampak pada naiknya indek Imaxphag dan Sphag.
Analisi parameter kinetik reaksi fagositikyang didapat segera setelah terbaca sinyal
chemiluminescence menunjukkan bahwa dinamika fagositosis dalam darah binatang-binatang
percobaan berbeda dari binatang kontrol sebagai berikut:
1. berkurangnya waktu pada tahap pertama fagositosis
2. transisi yang baik pada tahap-tahap fagositosis
3. berlangsungnya tahap ketiga fagositosis (T.G Scherbatyuk,1997)
Perbaikan semua tahap fagositosis yang terganggu melalui terapi ozon juga diamati pada
para wanita dengan keterlambatan gestosis kehamilan. Khususnya berkurangnya waktu adhesi ;
aktivasi yang baik dari tahap aliran oksigen yang disebabkan oleh pembentukan peroksida. Tahap
ketiga fagositosis, rangkuman respons sistem fagosit pasien tidak diamati sebelum terapi ozon.
Setelah treatment, tahapan ini menunjukkan level normal (K.N.Kontorschikova,T.G. Scherbatyuk,
1997).
Khasiat stimulasi fagositosis ozon dijelaskan oleh banyak penulis melalui reaksi lokal.
Sebagai respon atas berbagai faktor endogen dan eksogen, dikarenakan peningkatan yang tajam
dalam penggunaan oksigen, maka terjadi aktivasi neutrofil yang terkait dengan perubahan
metabolis, disebut respiratory explosion. Bentuk oksigen aktif membunuh agen-agen infeksi dalam
penyerapan lebih lanjut oleh fagosit. Namun demikian masih belum jelas bagaimana ozon
menstimulasi fagosit, dan penemuan yang real dalam hal ini adalah pernyataan bahwa ozon dalam
konsentrasi tertentu dapat mempengaruhi sel-sel mononuclear di sekitar darah manusia yang
bertindak sebagai stimulator ringan sitokin (cytokines) (Bocci,1997).
Di tahun 1990 V. Bocci menemukan formasi IFN- γ dengan pengaruh ozon (V. Bocci,
1990). Selanjutnya jumlah sitokin dengan terapi ozon meningkat: IFN-β, IL-2, IL-6, IL-8, TNF-α,
dll (V. Bocci dkk, 1994).
Penelitian terbaru dari para ilmuwan Italia, Kuba, dan Jerman telah mengkonfirmasi
hipotesis Bocci, bahwa ozon dalam tubuh manusia bereaksi tidak sebagai agen anti virus langsung
namun lebih pada menstimulasi pembentukan sitokin yang kemudian mengaktivasi sel-sel imun
(Larini dkk,2001; Zamora dkk, 2001).
Hasil sekresi macrophage termasuk faktor independen pertahanan-sitokin dan termasuk
produk-produk protein atau polipeptida sel-sel sistem imun yang teraktivasi. Produk-produk
tersebut berfungsi sebagai penghubung antara sistem kekebalan dan sistem lain dalam tubuh
manudsia (B.I Sofronov dkk,1995)
Secara tradisional sitokin terbagi kedalam beberapa kelompok: interleukine (faktor-faktor
interaksi antar leukosit), interferon (sitokin dengan aktivitas anti virus), NGF (sitokin dengan
aktivitas sitotoksik), faktor-faktor stimulasi koloni (homeopathy sitokin).
Tahun 1991 R. Viebahn mengkonfirmasi pembentukan interleukin yang paling penting
IL-2 yang diproduksi oleh T-helper yang menjadi mediator imunitas melalui peranannya dalam
realisasi pertahanan kekebalan dan daya tahan anti tumor. IL-2 menyebabkan pembentukan sel-sel
LAC dengan aktivitas sitotoksik dengan reaksi berspektrum luas (A.A Yarilin, N.A .Dobrotina,
1997).
IL-2 mengintensifkan pembentukan bentuk oksigen aktif dan peroksida dengan gabungan
peroksida yang diinduksi ozon mengaktifkan faktor inti transkripsi NF-æB.
Telah diketahui bahwa bentuk oksigen aktif dapat bereaksi sebagai mediator karena
aktivasi faktor inti transkripsi NF-æB dan dapat disimpulkan bahwa dengan pengaruh paparan
ozon pada darah, peningkatan mendadak level peroksida hodrogen pada sitoplasma adalah
aktivator utama sintesis sitokin.
NF-æB yang ada dalam sel adalah trimetrik termasuk sub unit p50, p65, dan læB;
eliminasi yang sub unit terakhir melalui phosphorylation menyebabkan aktivasi NF-æB dan
perpindahannya ke nukleus, reaksi berikutnya yaitu lokus gen berbagai sitokin, misalnya TNF
yang merupakan standar pengukuran aktivitas anti tumor biologis (V. Bocci, 1994).
Maka melalui reaksi ozon, terjadi aktivasi sel-sel mononuclear darah tepi, intensifikasi
respon imun spesifik dan non spesifik (V.Bocci dkk,1994; Larini dkk,2001). Secara khusus
mengurangi adhesi fagosit, mengaktifkan tahap aliran oksigen yang dipicu oleh pembentukan
peroksida ( S. Rilling, R.Viebahn,1997). Menurut Zamora dkk, (2001) unsur oksidatif paling
penting ozon yang melibatkan peroksidasi lipid adalah berdasarkan adanya sistem fungsi imun.
Karena spektrum reaksi biologis sitokin sangat luas dan simulasi sintesisnya oleh bentuk
oksigen aktif tidak diragukan lagi, maka cukup mudah untuk menjelaskan berbagai sisi pengaruh
modulasi metabolik melalui terapi ozon.
Misalnya salah satu sitokin palling penting-interleukin memicu berbagai pengaruh pada
kekuatan daya tahan makhluk hidup.maka suhu meningkat dan sintesis protein C-reaktif dalam
dalam liver diintensifkan 100 kali. Protein ini yang merupakan indikator proses inflamatori
bergabung bersama sel-sel anti bakteri mengintensifkan aktivitas protein-protein komplemen
dalam intensifikasi reaksi fagositosis. Interleukin yang dikirim ke darah mengatur homeostasis sel
maupun humoral. Melalui reaksi dengan T-helper, membantu pemmbentukan interleukin-2
berikutnya yang mengatur fungsi β limposit yang diarahkan pada sintesis imunoglobulin dan
mengubahnya menjadi sel plasmatik.
Mekanisme imunologis tubuh manusia bergantung pada oksigen; bereaksi pada infeksi
dan agen tumormaka terjadi induksi macrophage dan granulocyte yang menghasilkan oksigen
radikal bebas. Kemotaksis dan fagositosis mendorong intensifikasi metabolisme oksidatif.
Selanjutnya terjadi intensifikasi biosintesis, protein-protein thermoresistant dalam sel-sel darah
mononuclear. Protein-protein tersebut membantu pengaruh negatif TNF dan dapat berperan
penting dalam memproses dan memunculkan antigen-antigen asing melalui perkembangan reaksi
protektif struktur-struktur protein, dan stimulasi sistem imun (V.Bocci, 1997).
Berbagai penelitian para ilmuwan Kuba telah membuktikan bahwa penggunaan ozon
dapat mmenjadi terappi alternatif proses-proses inflamatori. Maka penelitian pengaruh oozon pada
subpopulasi limposit CD3,CD4+, CD8+, fungsi leukosit CD45, munculnya molekul HLA-DR
pada darah pasien sekitar area yang sakit yang mengalami penyakit inflamasi telah menunjukkan
penurunan tingginya level molekul HLA-DR dan noormalisasi parameter CD3,CD4+, CD8+,
CD45 setelah suntikan intravena ozon (Cocho dkk, 1997).
Demikianlah maka pengaruh biologis ozon dijelaskan melalui peranan bioregulator
radikal bebas yang pembentukannya berkaitan dengan potensi oksidatif ozon yang kuat. Bentuk
oksigen aktif bertindak ssenagai kurir aktivasi faktor inti NF-æB sehingga dapat disimpulkan
bahwa karena paparan ozon pada darah, peningkatan mendadak dan singkat H2O2 dalam
sitoplasma adalah aktivator utama faktor transkripsi. Setelah translokasi nukleus NF-æB menjamin
munculnya beberapa gen yang meningkatkan sintesis sitokin (termasuk interleukin-2), protein-
protein dalam fase akut, erythropoetines, molekul-molekul sel adhesif.
Ini berarti bahwa pembentukan peroksida adalah penentu aktivasi mekanisme imunologis
( melalui aktivasi fakktor NF-æB) dan mekanisme biokimia ( hexosemonophosphate shunt). Maka
ozon menentukan orientasi proses-proses metabolik, vegetatif hormonal dan status imunitas
makhluk hidup.
Pengaruh Ozon pada Kondisi Fungsional beberapa Organ dan Sistem
Sekarang kita memiliki materi penelitian tentang unsur modifikasi metabolisme ozon
pada liver in vitro dan in vivo mengindikasikan pengaruh terapi ozon pada metabolisme
intermediate lipid, karbohidrat, dan protein dalam liver pada berbagai proses patologis makhluk
hidup. Hasil in vitro menunjukkan pengaruh modifikasi yang dimiliki ozon pada struktur
fosfolipid membran. Telah ditunjukkan pada hepatosit terisolasi, sintesis lipid dan aktivitas
glucose-3- phosphatedehydrogenase cukup sensitif pada ozon. Pengaruh ozon pada kondisi proses
peroksidasi pada liver bergantung pada konsentrasi yang dipakai. Maka penelitian menunjukkan
bahwa tergantung pada dosis larutan saline ozonated mampu mengubah keseimbangan
oxidoreduction sistem-sistem metabolik dan mendorong pergerakan antioksidan-antioksidan
endogen dari tempat asalnya, mengaktivasi hubungan enzimatik pertahanan antiradikal pada liver
binatang dalam kondisi fisiologis dan pada berbagai proses patologis yang berbeda
(N.P.Lebkova,1992).
Mekanisme penting reaksi ozon pada metabolisme hepatosit adalah stimulasi
metabolisme energi. Setelah pemberian intra-abdominal larutan saline ozonated maka menuju
hepatosit lalu ke hipertrofi, dan hypervesiculation penampung cytoplasmic reticulum, hiperplasia
peroxisome dan mitokondrion, pertumbuhan baru glikogen pada penyerapan ulang masukan
lemak, tanda-tanda aktivitas inti fungsional.
Singkatnya waktu pengenalan larutan saline ozonated menormalkan metabolisme energi
dan menstimulasi regenerasi liver binatang percobaan yang terpengaruh secara patologis dengan
hepatitis kronis simulasi, menunjukkan pengaruh menguntungkan bagi liver yang mengalami
inflamasi peritoneal (selaput perut) dengan menjaga keelastisan dan energi homeostasis hepatosit.
Intensifikasi proses-proses pembentukan energi, peningkatan ATP dalam sel-sel liver dapat
dilakukan dengan pemakaian ozon di mesin jantung-paru-paru (V.V Novomlinskiy,1995).
Merangkum semua bahan yang ada mengenai pengaruh ozon pada proses-proses yang bergantung
pada oksigen pada berbagai organ, kita dapat menyimpulkan bahwa pada hepatosit, memicu
intensifikasi siklus Krebs, phosphorylation oksidatif pada mitokondrion dengan akumulasi ATP,
glikolisis yang menyebabkan berkurangnya produk-produk karbohidrat underoxidated (yang
kurang teroksidasi), lipid dan metabolisme protein.
Aktivasi mekanisme intersel fungsi elastisitas, glikolitik, dan antioksidan hepatosit
melalui ozon adalah dasar dari pengembangan berbagai sisi fungsi liver termasuk fungsi anti
racun. Dengan mempertimbangkan kemampuan ozon untuk meningkatkan potensi detoksifikais
darah, saat ini terapi ozon digunakan untuk memperbaiki gangguan patologis liver dengan
berbagai bentuk peritonitis, dalam treatment untuk hepatitis A dan C, gangguan krinis liver, pada
gastroenterologi. Oksidasi zat beracun langsung dalam darah, mengurangi beban hepatosit selama
proses disinfeksi racun dalam organisme.
Meski telah lebih dari 100 tahun pengalaman dalam pemakaian ozon dalam biologi dan
obat-obatan, hanya sedikit saja karya yang mendedikasikan pada mekanisme reaksinya pada
kondisi fungsional sistem syaraf. Beberapa penulis telah membahas pengaruh ozon berikut ini:
- Pengaruh analgesik berkaitan dengan reaksi modulasi pada korelasi kation-
anion dalam membran sel (Fahmy, 1988);
- Kemungkinan reaksi ozon dengan asam amino yang merupakan asal mula
neuromediator pada CNS (R. Viebahn, 1985);
- Karena ozon dapat meningkatkan sintesis ATP melalui stimulais glikolisis
aerob dalam sel dan aktivasi enzim, maka dapat disimpulkan bahwa ini dapat
menjadi basis perbaikan fungsional neuron-neuron dan neuroplasti yang
rusak. (Moraleda,1995).
Desertasi doktoral R.D Lapshin ‘Evaluasi Fungsional Kondisi Otak pada Tikus di bawah
Pengaruh Larutan Saline Ozonated’ untuk pertama kalinya mmenunjukkan bahwa:
- Pemberian larutan saline ozonated satu kali memicu reaksi narkosis
barbiturat.
- Pemberian dosis terapi larutan saline ozonated pada tikus diasosiasikan
dengan aktivasi insignifikan oksidasi radikal bebas pada jaringan otak;
- Reaksi neutropic larutan saline ozonated dijelaskan melalui pengaruhnya pada
sistem opioid otak karena penghalangan spesifik receptor opiate (candu) oleh
naloxone menghilangkan pengaruh pencegahan aktivitas bioelektrikal
berfrekuensi tinggi yang dipicu oleh larutan saline ozonated dan
mengembalikan pain reflex yang hilang.
- Pada periode postreperfusi awal, pemberian larutan saline ozonated dalam 60
menit meningkatkan perbaikan aktivitas bioelektrik otak tikus dibandingkan
dengan larutan teroksigenisasi. Fungsi CNS pada periode ini ditandai dengan
pencegahan perbaikan respirasi independen dan pain reflex karena aktivasi
sistem opiate (R.D.Lapshin, 2001).
I.V Muchina meneliti mekanisme reaksi sitoprotektif actovegin, cytochrome C, darah
terozonisasi, dan larutan saline pada perubahan morfologis dan fungsional pada otak dan jantung
selama periode perfusi, menunjukkan bahwa berdasarkan efisiensi pencegahan gangguan hypoxic,
persiapan penelitian dapat diurutkan sebagai berikut: actovegin, autoblood ozonated atau larutan
saline ozonated, cytochrome C. Pengaruh anti hypoxic terapi ozon dimanifestasikan sebagai
normalisasi PDG, peningkatan aktivitas LDG, glucose-6-phosphatdehydrogenase (G-6PDG) dan β
oxibutirateddehydrogenase (β- OBDG) pada cerebral cortex, pengurangan adenyl nucleotides pada
jaringan otak, penurunan kerusakan struktural neurosit (I.V Muchina, 2000).
Bagian morfologi di Central Research Laboratory Nizhny Novgorod Medical Academy
telah meneliti unsur-unsur morphohistochemical dari elemen fungsional myocardium anjing yang
mengalami pendarahan hebat dan perbaikannya dengan ozon dalam bentuk larutan saline ozonated
dan treatment darah extracorporeal. Treatment ozon darah dikaitkan dengan peningkatan sirkulasi
mikro melalui peningkatan jumlah kapiler fungsional, diameter dan volume lapisan kapiler; pada
cardiomyocyte terjadi pengaturan ulang ultrastruktural adaptif yang cukup baik: hypertrophy
mitochondrion, pelebaran sarcoplasmatic reticulum, ketersediaan dalam jumlah cukup
cytogranule, penyebaran yang seimbang chromanine nucleus, nucleolus yang baik (N.V
Zhemarina,1995).
Kepala bagian mikroskopi elektro E.I Yakovleve meneliti kondisi paru-paru dengan
pemberian ozon dengan simulasi eksperimental. Maka simulasi respiratory insuffiency akut atau
shock lung menunjukkan bahwa treatment darah extracorporeal dengan campuran gas –oksigen
meningkatkan oksigenasi darah dalam paru-paru melalui perbaikan sirkulasi paru-paru dalam
bentuk disagregasi elemen-elemen pembentuk darah, penurunan leukostasis maupun perubahan
parameter rheologi (E.I Yakovleva dkk, 1992; E.I Yakovleva,1995).
Simulasi kematian klinis pada tikus selama 20 menit pada periode reparative awal, (40
menit) menunjukkan bahwa pemberian intra abdominal larutan saline ozonated dengan konsentrasi
ozon 400 mcg/L membantu perbaikan sirkulasi paru-paru, memelihara ultrastruktur sel penghalang
darah-udara, meningkatkan aktivitas fungsionalnya, dan mencegah perkembangan alveolar edema
pada masa awal postischemic (E.I Yakovleva).
Reaksi Analgesik
Pada banyak penyakit yang gejala utamanya rasa sakit (migren, rematik, tanda-tanda
neurologis spinal osteochondrosis) maka pengaruh analgesik terapi ozon dapat dimanfaatkan.
Menurut Z.Fahmy (1988) hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa aspek:
1. reaksi anti inflamatori ozon ditimbulkan oleh reaksi pengaturan prostaglandin
yang mengatur reaksi-reaksi sel ( ozon menghambat kerja arachidonic acid
cascade);
2. karena meningkatnya oksigenasi jaringan, metabolisme dan eliminasi hasil
reaksi diintensifkan, dan memicu aktivasi pain receptors.
3. sebagai hasil dari pelepasan oksigen, korelasi kation-anion pada membran sel
yang diperbaiki terbentuk kembali, dan ozon bereaksi electrophysiologically
sebagai pelawan rasa sakit yang sejati;
4. berkurangnya rasa sakit disebabkan oleh penghambatan fermen cartilaginous
catabolic.
Perbaikan Sirkulasi Mikro dan Aliran Darah Tepi
Banyak penelitian menunjukkan bahwa salah satu manfaat terapi ozon adalah
peningkatan aliran darah tepi dan sirkulasi mikro. Ozon mendorong reaksi vasodilating dengan
mekanisme yang kurang jelas.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemberian ozonated autoblood atau
ozonated physiological saline menimbulkan peningkatan cGMP pada jaringan cerebral dan
aktivasi protein kinase yang bergantung pada cGMP yang dapat menstimulasi phosphorolysis
protein yang lancar dan mendorong relaksasinya. Selanjutnya ini akan menyebabkan cerebral
vasodilation (Kontorschikova K.N, 1998).
Khasiat Detoksifikasi
Khasiat detoksifikasi ozon berkembang melalui aktivasi sistem microsomale hepatosit
dan intensifikasi filtrasi liver.
PENGATURAN TREATMENT OZON
Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa terapi ozon mempengaruhi proses
koagulasi darah dan peroksidasi lipid (LPO). Berkaitan dengan hal ini, dalam melakukan terapi
ozon bersamaan dengan data klinis rutin, cukup penting untuk mmenganalis coagulogram dan
intensitas LPO.
Untuk evaluasi obyektif kondisi proses peroksidasi dianjurkan untuk memakai metode
yang diterima oleh sebagian besar penulis narasumber (Afanasyev I.B., 1984; Baraboy V.N., 1993;
Bilenko M.V., 1989): pemberian biochemiluminescence (IBChl), penentuan tingkat LPO hasil
reaksi molekuler- diene dan triene conjugate, malonic dialdehyde (MDA) dan Schiff basa,
konsentrasi jaringan enzim-enzim antioksidan – catalase, superoxidedismutase (SOD), glutathione
peroxidase dan glutathione reductase maupun antioksidan non enzimatik – α tocopherol,
ceruloplasmin, glutathione. Dengan mempertimbangkan fakta bahwa tak satu pun dari parameter
di atas yang secara terpisah mengevaluasi level peroksidasi lipid dan aktivitas antioksidan secara
lengkap, maka disarankan jika memungkinkan memakai metode yang kompleks.
Pemberian Biochemiluminescence
Analisis biochemiluminescence termasuk metode yang sangat sensitif, ekonomis, cepat
dan informative (Burlakova E.B., 1975). Analisis tersebut memungkinkan untuk menentukan
intensitas proses peroksidasi lipid dan aktivitas sistem antioksidan pada substrat biologis. Analisis
ini juga tergolong metode kilat. Sangat sederhana dan mudah untuk evaluasi peroksidasi lipid
dalam dinamika selama pemberian treatment.
Metode biochemiluminescence dengan peranan hidrogen peroksida dan ferric sulfate
(Kuzmina E.I., Nelubin A.S., Schennikova M.K.,1983) adalah berdasarkan bahwa pada sistem
tertentu, terjadi catalytic decomposition peroksida hidrogen oleh ion-ion logam valensi bolak
balik- dua valent iron:
ROOH + Fe²+ Ro° + OH¯ + Fe³+ (reaksi Fenton)
Radikal bebas yang dihasilkan Ro° dan OH¯ menghasilkan aktivasi oksidasi radikal
bebas substrat biologis yang mendorong pembentukan tetroxide yang tidak stabil yang
dekomposisinya dikaitkan dengan emisi light quantum yang terbaca pada biochemilumminometer.
Intensitas proses luminescence dipengaruhi oleh kompleks keseluruhan senyawa yang
menghasilkan reaksi oksidan dan prooksidan ( Vladimirov Yu.A., Scherstnev M.P.,1989).
Metode biochemiluminescence bukan merupakan metode langsung penentuan kuantitatif
konsentrasi radikal , namun menunjukkan light quanta yang dihasilkan pada reaksi dengan bentuk
aktif oksigen (Vladimirov Yu. A., 1996 ). Dalam proses pembentukan light quanta, terdapat
beberapa urutan tahap:
1. konversi kimia reagen awal menjadi molekul aktif – emiter
biochemiluminescence;
2. transformasi kondisi aktif
3. dekomposisi hasil reaksi aktif yang dikaitkan dengan light quantum (Bagan
1)
Reaksi Biokimia
Oksigen Aktif
Produk-produk yang diaktifkan elektron
Light Quanta
Bagan 1. Proses pembentukan light quanta bereaksi dengan oksigen aktif
Research Center Nizhny Novgorod ‘Bioautomatic’ mengembangkan
biochemilumminometer yang dihubungkan dengan komputer dengan dialogue mode. Alat ini
masih dalam proses pengembangan. Biochemilumminometer terdiri dari:
- bagian cuvett untuk sample yang akan diteliti, thermostabilization, dan
mixing, photoregister, amplifier analog, counting mode, dan power source.
- Blok pengukur sebagai mikro spesialis IBM yang memastikan terbacanya
sinyal intensitas dan light sum nya dalam waktu tertentu, peningkatan dan
penurunan konstan sinyal BChL (Ermolin S.V dkk., 1990).
Kami merekomendasikan pemakaian metode yang dikembangkan oleh E.I Kuzmina dkk.
(1983).
1. Evaluasi resistensi peroksida eritrosit dengan metode BChL.
Putar darah selama 15 menit dengan 2000 rotasi/ menit, setelah itu pisahkan plasma
dengan masa eritrosit. Untuk analisis, ambil 1 ml masa eritrosit. Cuci eritrosit dua
kali dengan physiological saline. Caranya, tuang ke dalam tabung putar 1 ml eritrosit
dan 9 ml physiological saline. Putar campuran itu dengan 2000 rotasi/menit selama
10 menit. Setelah itu buang physiological saline. Tambahkan pada eritrosit yang telah
dicuci, dengan physiological saline 5ml.
Reagen: 0,05 mM larutan ferric sulfate (berat 0,14g FeSO4 dilarutkan dalam 50 ml air
distilasi), 2% larutan pperoksida hidrogen (2 ml perhydrol standar dilarutkan dalam
28 ml air distilasi), buffer phosphate (berat KH2PO4 1,361 g dan KCl 3,9144g per 0,5
l air distilasi, sesuaikan kadar pH dengan larutan konsentrasi KHO (pH = 7,5)).
Tambahkan ke dalam cuvett pengukur, larutan ferric sulfate 0,4 ml, 0,1 ml masa
eritrosit, 0,4 ml buffer phosphate dan 0,2 ml larutan peroksida hidrogen baru. Segera
letakkan cuvett pada posisi pengukuran chemilumminometer dan ukurlah emisi light
dalam 30 detik.
2. Analisis BChL plasma darah
Reagennya sama.
Tambahkan pada cuvette pengukur larutan ferric sulfate 0,2 ml, plasma 0,2 ml, buffer
phosophate 0,4 ml, dan larutan peroksida hidrogen baru 0,2 ml. Segera letakkan cuvette
dengan campuran yang telah disiapkan pada posisi ukur chemilumminometer dan ukurlah light
emission dalam 30 detik.
Angka BChl ditunjukkan dalam bentuk kurva kinetik (Gambar 2). Untuk evaluasinya,
dipakai parameter yang paling informative:
1. I max (impulse/second) – maximum luminescence intensity menunjukkan
kapasitas potensial obyek biologis LPO nya; angkanya bergantung pada
konsentrasi total lipid (TL) pada plasma darah, oleh karena itu hitunglah
korelasi Imax/TL.
2. S- light sum (dalam 30 detik) pada plasma, khususnya mencerminkan
kandungan radikal Ro° yang berhubungan dengan patahnya rantai
oksidasi radikal bebas, berbanding terbalik secara proporsional dengan
aktivitas sistem antioksidan (Vladimirov Yu.A., Artchakov A.I., 1972);
untuk menentukan aktivitas antioksidan hitunglah korelasi S/TL;
3. Korelasi I max/S menunjukkan aktivitas antioksidan total plasma darah
(Kontorschikova K.N., 1995).
4. tg□ – parameter yang menunjukkan angka remisi proses-proses radikal
bebas dalam plasma dan berkorelasi dengan index Imax/S;
5. Parameter utama yang mencerminkan resistensi peroksida eritrosit adalah
sinyal light sum (S) BChl, yang menunjukkan stabilitas fisiologis dan
aktivitas fungsional membran eritrosit.
GAMBAR KURVA
Gambar 2. Kurva Kinetik Tipikal sinyal BChl.
Evaluasi Sistem Koagulasi Darah
Dalam pemberian terapi ozon khusunya dengan metode parenteral, penting untuk
meneliti sistem koagulasi darah karena ozon yang diberikan melalui jalur parenteral mengurangi
koagulasi darah. Untuk keperluan ini, metode penentuan waktu koagulasi darah sederhana dapat
digunakan. Jika klinik anda dapat menggunakan metode yang kompleks, maka perhatian khusus
harus diberikan pada parameter berikut:
- waktu thromboplastin teraktivasi parsial
- index prothrombin
- waktu thrombin
ketiganya adalah parameter yang dengan cepat berubah selama terapi ozon intravena.
OZON MEDIS DAN PRODUKSINYA
Ozon adalah bentuk oksigen (O3) teraktivasi, trivalent (tiga atom). Pada aplikasi medis,
ozon dipakai sebagai suatu campuran O2IO3 ( 5%O3 untuk pemakaian eksternal dan 0,05% O3
untuk pemakaian internal), apa yang disebut ozon medis, yang diproduksi ketika oksigen medis
paling murni diaktivkan secara elektrik (dengan memakai generator ozon medis) untuk
menghasilkan ozon.
Prinsip Utama Pengoperasian Generator Ozon Medis
- Produksi ozon medis membutuhkan penggunaan oksigen medis yang paling murni yang
disebut dengan gas oksigen dengan jaminan kemurnian 99,9% dan lebih
tinggi.
- Alat ini hanya dapat dioperasikan oleh teknisi terlatih
- Saat mengoperasikan alat ini, sangat penting untuk memenuhi semua persyaratan yang
tercantum pada: ‘Rules for safe use of presurred vessel’(Aturan pemakaian
aman saluran bertekanan) dan ‘Rules for safe use of electrically operated
plants’ (Aturan pemakaian aman peralatan bertenaga listrik).
- Untuk mengoperasikan alat ini, pertama-tama bukalah saluran oksigen lalu nyalakan alat,
setelah alat beroperasi, matikan alat lalu tutup saluran oksigen.
- Sangat penting untuk mencegah kebocoran ozon dari generator ozon, ke dalam ruangan
dan memastikan tidak ada ozon yang terhirup oleh pasien dan teknisi medis
karena ozon adalah gas beracun dan mengiritasi epithelium pernafasan. Untuk
kepentingan ini, maka alat harus digunakan dalam ruangan dengan sirkulasi
udara yang baik, (saat alat dipakai, ruangan di sebelahnya harus di lengkapi
dengan plenum-exhaust ventilation). Sisa ozon harus dibuang melalui
catalytic destructor atau saluran pembuangan gas.
- Konsentrasi ozon maksimal yang diijinkan (MAC) dalam ruangan yang digunakan tidak
boleh melebihi 0,1 mg/m³ (0,1 mcg/L). Ambang batas bau ozon tidak lebih
dari 0,02 mcg/L, maka adanya ozon dalam ruangan dengan konsentrasi
kurang dari MAC, dapat dengan mudah diketahui dengan adanya bau tengik
khusus dan pemakaian alat khusus untuk kontrol MAC tidak dibutuhkan.
- Ozon adalah oksidan kuat, karena itu semua item yang langsung terekspos ozon (selang
penghubung, wadah ozonisasi cairan, dll) harus terbuat dari material tahan
ozon (PVC, plastik fluoride, viton, quartz glass, stainless still) untuk
menjamin kerapatan dan mencegah kebocoran ozon ke ruangan.
- Alat harus diletakkan di atas batas cairan selama ozonisasi air dan larutan untuk mencegah
kebocorannya pada alat.
- Jika terjadi kebocoran cairan:
a. ke dalam destructor – keringkan isinya, dan periksa konsentrasi
output ozon, (dengan mencium atau MAC), atur konsentrasi ozon
maksimal;
b. ke dalam alat – hubungi perusahaan penyedia servis untuk servis
non reguler, periksa keakuratan konsentrasi ozon yang dikeluarkan
dan bila perlu untuk perbaikan
- Ozon adalah modifikasi oksigen yang tidak stabil, dan konsentrasinya dalam campuran gas
ozon-oksigen secara perlahan berkurang setelah pembuatannya, khususnya
dengan cahaya matahari dan naiknya suhu, maka waktu tretment dan
penyimpanan cairan yang diozonisasi harus dibatasi karena khasiat treatment
bergantung pada konsentrasi ozon yang digunakan.
METODE TERAPI OZON
Saat melakukan terapi ozon, penting untuk mengikuti dengan tepat prinsip-prinsip dasar
untuk memastikan tidak ada efek samping:
- bila melakukan treatment ozon lokal, jangan memakai pengobatan lain di
tempat yang diobati;
- jangan memasukkan bentuk pengobatan lain ke dalam botol yang berisi
larutan terozonisasi crystalloid atau darah terozonisasi;
- hanya mengozonisasi air distilasi, larutan sodium chloride, furacillin dan
furagin, vegetable oil yang dimurnikan (purified)
- pastikan tidak ada kebocoran ozon pada ruangan yang dipakai;
- di awal treatment, lakukan prosedur percobaan (tes) terapi ozon untuk
mengetahui reaksi pasien;
- semua alat bantu terapi ozon, botol, wadah, tabung harus terbuat dari material
yang tahan ozon: PVC, plastik kedokteran.
Untuk treatment ozon lokal, sangat penting untuk memperhatikan hal berikut:
- khasiat anti bakteri ozon hanya berlaku di area basah;
- ozon dosis tinggi membuat pendarahan berhenti, ozon dosis rendah
meningkatkan pendarahan
- ozon dosis tinggi menghambat pemisahan sel, ozon dosis rendah memicu
proses ini
- ozon konsentrasi tinggi dipakai sebagai desinfektan, konsentrasi ozon rendah
membantu ephitelisasi dan penyembuhan.
Terapi ozon dapat digunakan dengan obat-obatan lain kecuali anticoagulant dan dengan
terapi fisik lain. Ozon memungkinkan pengurangan dosis obat-obatan misalnya, analgesik,
sedative, antibakteri, persiapan hipotensi karena ozon mengintensifkan reaksi obat-obatan tersebut.
Dalam hal ini, pengaruh treatment kompleks sebagai kombinasi dengan terapi ozon dengan
metode terapi lain, lebih dari jumlah aritmetik pengaruh yang dihasilkan dari masing-masing
treatment.
Treatment ozon dapat menimbulkan efek samping sebagai berikut: peningkatan temporer
tekanan arteri, sakit seperti tekanan atau cengkraman di belakang dada, dyspnea, reaksi alergi.
Menurut Dr. M.T Jacobs (1986) korelasi komplikasi dengan seluruh jumlah prosedur adalah
0,006%. Angka komplikasi yang terpercaya di antara pasien yang dirawat dengan ozon, adalah 7
kasus per sejuta. Dibandingkan dengan metode perawatan lain, ini adalah angka yang sangat kecil.
Efek samping terapi ozon paling banyak disebabkan oleh pemberian secara intravena campuran
gas ozon-oksigen, sekarang metode ini telah dilarang. Alasannya kemungkinan efek samping
adalah teknik pemberiannya yang kurang tepat dan dosis ozon yang kurang tepat.
Metode utama terapi ozon:
1. Melalui jalur lokal – pada kulit yang sakit, luka, trophic ulcer, selaput lendir oral, organ
genital luar – dalam bentuk campuran gas ozon-oksigen, cairan yang diozonisasi: air,
larutan crystalloid, antiseptik, vegetable oil. Untuk kepentingan ini, konsentrasi ozon
tertinggi dalam campuran gas 10.000 mcg/L harus diberikan. Untuk perawatan, permukaan
kulit yang sakit harus ditutup dengan kain yang dibasahi dengan larutan sodium chloride
isotonik atau larutan antiseptik. Untuk memastikan tidak ada kebocoran gas ke dalam
ruangan, maka treatment harus dilakukan dengan sistem tertutup – dengan ‘suction cup’
(mangkuk penyedot) atau ‘frame chamber’ (wadah yang dipakai untuk treatment) yang
rapat atau pas dengan berbagai bagian tubuh.
Metode lokal terapi ozon meliputi beberapa bentuk aplikasi berikut:
Mengalirkan dengan aliran ozon-oksigen dengan memakai kantong plastik atau
frame chamber dengan tekanan rendah/ tinggi;
Treatment hydropress cleansing dengan larutan yang diozonisasi;
Mengalirkan dengan aliran ozon-oksigen pada permukaan tubuh yang kecil dengan
suction cap bertekanan rendah;
Suntikan subkutan campuran ozon-oksigen ( bisul subkutan)
Insufflation terus menerus aliran campuran ozon-oksigen melalui intravaginal;
Mengalirkan secara terus menerus melalui intravaginal air yang diozonisasi fine
dispersion (dengan penyebaran atau dispersi baik);
Suntikan intra-articular campuran gas-oksigen;
Insufflation aliran secara terus menerus melalui rectal
Pembasuhan intrapleural dan intraperitoneal dengan antiseptik yang diozonisasi;
Pemberian larutan antiseptik yang diozonisasi;
Pemberian salep yang diozonisasi, vegetable yang diozonisasi;
Perendaman ozon lokal dengan gelembung memakai frame chamber (wadah yang
disesuaikan dengan ukuran anggota tubuh);
Pijatan vakum-vibrator dengan minyak yang diozonisasi;
Balneotherapy ozon.
2. Melalui jalur enteral – per os et per rectum – dalam bentuk campuran gas ozon-oksigen,
cairan yang diozonisasi dan vegetable oil. Untuk keperluan tersebut, dibutuhkan
konsentrasi ozon tertinggi 10.000 mcg/L. Insufflation rectal campuran gas ozon-oksigen
menghasilkan pengaruh lokal maupun sistemik yang disebabkan oleh penyerapan ozon dan
oksigen dalam usus besar.
Metode enteral terapi ozon biasanya diindikasikan pada kondisi gastrointestinal dan
meliputi bentuk aplikasi sebagai berikut:
Air distilasi yang diozonisasi per os
Pemberian campuran gas ozon-oksigen ke perut melalui pemeriksaan dengan
tekanan.
Mengalirkan air distilasi yang diozonisasi secara rectal
Insufflation rectal campuran gas ozon-oksigen
3. Melalui jalur parenteral – secara intracutaneously, subcutaneously, intramusculary,
intraarticularly – dalam bentuk campuran gas ozon-oksigen; intramuscularly dan
intravenously – dalam bentuk darah yang diozonisasi, yang disebut autohaemotherapy
minor dan mayor dengan ozon, larutan terozonisasi crystalloid dapat dipakai dalam bentuk
infusi intravena tetes demi tetes (tetesan).
Metode parenteral terapi ozon meliputi beberapa aplikasi berikut:
Autohaemotherapy minor dan mayor dengan ozon
Treatment limpa dan extracorporal plasma dengan campuran ozon-oksigen
Tranfusi darah dan plasma terozonisasi;
Treatment pengaliran ozon extracorporeal darah autologous dalam jumlah besar;
Infusi intravena tetes demi tetes phhysiological saline terozonisasi;
Terapi infusi intraportal dengan ozon;
Infusi intraaosteal dengan larutan terozonisasi;
Insufflation rectal campuran ozon-oksigen;
Suntikan ozon intracutaneously, subcutaneously termasuk terapi ozon akupunktur;
Suntikan ozon intra-articular;
Suntikan ozon intramuscular paravertebral
METODE PRODUKSI DAN METODE TREATMENT DENGAN PRODUK
OZON
OZONIZED OLIVE OIL
Ini adalah metode terapi ozon yang paling banyak digunakan karena sederhana dan
mudah dilakukan.
Unsur-unsur regenerativ dan antiseptik minyak zaitun yang terozonisasi jauh lebih aktif
daripada yang terkandung dalam larutan terozonisasi, ini disebabkan oleh pembentukan ozonida,
yang memiliki pengaruh lebih lama pada substrat biologis. Minyak zaitun yang terozonisasi dapat
menembus jaringan, melepas oksigen aktif dan meningkatkan sirkulasi darah , mengaktifkan
proses metabolis, mempercepat granulasi dan epithelisasi area patologis.
Gambar
Untuk membuat minyak zaitun yang terozonisasi gunakan gelas atau wadah plastik
dengan tutup ulir (screw cap) yang dihubungkan dengan difusser untuk mengalirkan campuran gas
ozon-oksigen. Pada selang lain di bagian tutupnya bertujuan untuk membuang residu ozon ke
destructor. (lihat gambar hal 24). Konsentrasi ozon pada generator untuk ozonisasi minyak zaitun
bergantung pada aplikasi masing-masing penyakit.
Khasiat anti bakteri dan jamurnya, berkembang setelah melewati masa laten tertentu.
Untuk pembuatan minyak dengan alat di atas, pakailah konsentarsi ozon 10000 mcg/L, ozonisasi
50 ml minyak waktunya adalah 60 menit.
Untuk treatment neurodermatitis, trophic ulcer, permukaan luka, luka bakar, gigitan
serangga, untuk kepentingan kosmetik, gunakan minyak zaitun terozonisasi yang dibuat dengan
menggelembungkan minyak 50 ml dengan konsentrasi ozon 2500-3000 mcg/L selama 60 menit.
Aplikasi minyak zaitun terozonisasi pada masalah- masalah di atas, direkomendasikan setelah
mengalirkan gas ozon pada area patologis, dengan frame chamber.
Untuk penyakit-penyakit selaput lendir yang berbeda-beda ( pada stomatologi,
ginekologi, proktologi) pakailah minyak zaitun terozonisasi yang dibuat dengan
menggelembungkannya dengan konsentrasi ozon 2000 mcg/L selama satu jam. Metode-metode
aplikasi: tampon per vaginum, microenemas per rectum, aplikasi oral. Untuk treatment infeksi
genital, Chlamydeous dan mycoplasmas etiology, sakit karena ettiology berbeda gunakan vaginal
suppositories yang mengandung minyak zaitun terozonisasi dan cocoa oil. Untuk suppositories itu,
gunakan minyak zaitun terozonisasi dengan angka peroksida tinggi, (yang dibuat dengan
menggelembungkannya dengan konsentrasi ozon 10000 mcg/L) tapi hanya dalam jumlah kecil
untuk tiap suppository.
Minyak zaitun terozonisasi yang akan diberikan per oral, diindikasikan untuk patologi
esophagogastric: 1 sendok teh 30 menit sebelum makan 2-3 kali sehari (konsentrasi ozon 2000-
2500 mcg/L, waktu ozonisasi 60 menit, volume minyak 50 ml). Dengan kontrol fibrogastroscopy,
minyak tersebut dapat langsung diberikan pada fokus patologis (ulcer, erosion) pada perut atau
duodenum yang dapat memberikan khasiat klinis yang cepat dan stabil.
Untuk pasien yang berkulit sensitif, penggunaan minyak zaitun terozonisasi dapat
mengakibatkan rasa terbakar dan timbulnya hyperemia. Pada kasus ini, penting untuk menurunkan
konsentrasi ozon yang dipakai untuk mengozonisasi minyak zaitun atau dicampur dengan krim
netral dengan proporsi 1: 5 (1 bagian krim dan 5 bagian minyak).
Minyak zaitun terozonisasi memiliki bau tajam yang khas. Untuk pembuatannya pakailah
minyak zaitun obat ex tempore. Jika disimpan dalam botol gelap dalam ruangan sejuk, minyak
zaitun terozonisasi dapat bertahan khasiat terapinya hingga 6 bulan.
OZONIZED WATER
Untuk ozonisasi direkomendasikan untuk memakai air distilasi atau bidistilasi. Air
dengan kualitas buruk mengurangi konsentrasi ozon yang dibutuhkan, dan mempercepat
dekomposisi ozon.
Kecepatan dekomposisi ozon bergantung pada indeks hidrogen larutan misalnya dalam
media asam, campuran gas ozon-oksigen lebih stabil, tapi dalam media alkalin dekomposisi ozon
terjadi sangat cepat. Setengah waktu air distilasi terozonisasi dengan t= 20°C dan pH = 7 adalah
25-30 menit dan tergantung pada suhu air. Pada suhu yang lebih rendah, ozon yang terlarut
tersimpan dalam air untuk waktu yang lebih lama. Untuk ozonisasi air gunakan konsentrasi ozon
mulai dari 2500 hingga 10000 mcg/L. Waktu ozonisasi untuk 1 liter air adalah 20 menit. Flow rate
campuran gas ozon-oksigen adalah 1 L/menit. Waktu ozonisasi yang lebih lama tidak membuat
jumlah ozon yang larut meningkat. Untuk ozonisasi air, gunakan gelas atau wadah plastik dengan
screw cap bersegel yang dihubungkan dengan difusser khusus untuk mengalirkan campuran gas
ozon-oksigen. Bagian lain dari screw cap digunakan untuk pembuangan atau sisa ozon ke
destructor.
Air terozonisasi banyak dipakai dalam pengobatan. Dalam gastroenterologi,
diindikasikan per os untuk gastritis, esophagitis, penyakit ulcer, cholecystitis kronis. Untuk colitis,
proctitis, anal fistula dan khususnya setelah operasi pada anus direkomendasikan untuk memakai
enema dan mengalirkan air terozonisasi dari rectal.
Air segar (atau larutan phsiological saline ) dengan sejumlah besar oksugen aktif, adalah
desinfektan yang sangat efektif untuk membersihkan urethra, bladder, abdomen, maupun vaginal
spray. Untuk menangani penyakit ENT maka dipakai untuk berkumur, membersihkan paranasal
sinus dan untuk dihirup. Air terozonisasi banyak dipakai dalam stomatology: dalam stomatitis,
paradontosis, setelah cabut gigi, untuk perawatan luka infeksi jaringan lunak, untuk disinfeksi
umum rongga mulut sebelum prosedur operasi.
Karena setengah waktu pakai ozon dalam air distilasi pada suhu kamar kira-kira 30
menit, kami merekomendasikan untuk segera memakai ozon setelah pembuatannya. Air distilasi
yang terozonisasi dapat disimpan dalam lemari es kurang lebih 1 jam.
BENTUK APLIKASI DAN INDIKASI
INDIKASI KONSENTRASI
O3, mcg/L
BENTUK APLIKASI
Luka baru: Luka paska operasi;
luka bakar,
Pembersihan luka,
pengangkatan perban,
decubitis ulcer, luka
yang sulit sembuh,
trophic ulcer.
8000-10000
4000-6000
Air terozonisasi dikompres atau
dialirkan;
Treatment cleansing hydropress
ozon;
Irigasi dengan air terozonisasi fine
dispersion.
Pengobatan
internal:
Penyakit pernafasan 50
(oksigen yang
diencerkan)
Menghirup air terozonisasi fine
dispersion.
Dermatologi: Eksim jamur, herpes
simplex, dan zoster
4000-6000 Kompres dengan air terozonisasi;
Irigasi dengan air terozonisasi fine
dispersion.
Cosmetology: Jerawat, alopecia,
keriput, regenerasi
4000-6000 Kompres dengan air terozonisasi;
Irigasi dengan air terozonisasi fine
kulit wajah dispersion.
Stomatology: Luka ekstraksi,
guam(thrush), aptha,
paradontosis
6000-8000 Kompres dengan air terozonisasi;
Irigasi dengan air terozonisasi fine
dispersion.
Kumur dengan air terozonisasi.
Kompres dengan air terozonisasi;
Irigasi dengan air terozonisasi fine
dispersion.
THT Otitis media dan
externa
4000-6000 Air terozonisasi diteteskan ke
auditory canal
Ginekologi Penyakit genital
wanita inflammatory
6000-8000 Irigasi dengan air terozonisasi fine
dispersion.
APLIKASI BALNEOTHERAPHY OZON
MERENDAM DALAM AIR OZON
Air, khususnya air mineral hangat membantu meningkatkan difusi proses kulit, dan
jaringan maupun darah dan aliran limpa tidak hanya menerima ozon dan oksigen melainkan juga
zat-zat mineral. Khasiat ozon merangsang sirkulasi darah maupun khasiat vasodilating, anti-
inflammatory, dan anti bakterinya menggunakan rendaman mineral ozon bermanfaat khususnya
untuk gangguan tepi sirkulasi darah, kaki yang berat, eksim, ulcer dan luka yang terinfeksi parah.
GAMBAR
Balneotheraphy ozon tidak begitu populer di negara kita karena membutuhkan peralatan
mahal khusus untuk mencegah terhirupnya gas ozon yang menguap dari air yang terozonisasi.
Dalam proses patologis kulit di atas atau di bawah tungkai kaki (luka yang infeksi parah,
eksim mikroba, neurodermatitis, trohic ulcer), kita menggunakan apa yang disebut ‘mini bath’
(rendaman) dengan memakai frame-chamber plastik khusus (lihat gambar hal. 26). Frame chamber
diisi dengan 5-8 liter air distilasi atau mineral pada suhu t= 30°C. Kaki yang terluka, dimasukkan
ke dalam wadah dan ditutup dengan perban khusus. Campuran gas dengan konsentrasi ozon
10000mcg/L dialirkan ke wadah melalui difusser yang ada di bawah wadah (gelembung air
dengan ozon dengan flow-rate 1,0-0,5 L/menit). Selang lainnya pada frame chamber dihubungkan
dengan destructor untuk membuang residu ozon. Treatment berlangsung selama 20-30 menit.
Metode ini telah terbukti efektif dengan gabungan metode pengaliran ozon gas terus menerus
dalam wadah plastik.
SUNTIKAN OZON INTRAMUSCULAR
Suntikan intramuscular campuran gas ozon-oksigen, memberikan khasiat anti-
inflammatory, analgesik dan stimulasi. Metode ini biasanya digunakan pada pasien dengan
penyakit inflammatory kronis maupun dalam oncology dan gerontology.
Untuk suntikan intramuscular gunakan campuran gas ozon-oksigen dengan konsentrasi
ozon hingga 10000 mcg/L dan volume 10-20 ml. Campuran gas dimasukkan perlahan, tanpa
menimbulkan rasa sakit apapun pada pasien. Prosedur dilakukan tiap hari atau tiap dua hari
sekali( atau seminggu sekali dalam jjangka waktu lama tergantung indikasi penyakit). Durasi
suatu treatment bergantung ppada jenis patologis dan tingkat keparahan penyakit. Satu dosis ozon
yang disuntikkan dapat stabil atau meningkat secara bertahap untuk tiap suntikan berikutnya
karena peningkatan konsentrasi ozon (volumenya tetap sama). Lihat Gambar.
GAMBAR
Yang menjadi perhatian khusus adalah suntikan intramuscular campuran gas ozon-
oksigen pada titik proyeksi / pantulan titik sumber rasa sakit (trigger) melalui jalur paravertebral
untuk menangani spinal osteochondrosis. Ozon diberikan secara intramuscular dengan kedalaman
2-3 cm ( jarum tegak lurus dengan permukaan punggung). Dengan volume 5ml tiap suntikan
ke titik yang paling sakit. Konsentrasi ozon yang digunakan mulai dari 5000 hingga 10000 mcg/L.
Satu rangkaian terapi ozon-oksigen terdiri dari 6-8 prosedur untuk dilakukan tiap dua hari sekali.
Tiap prosedur dapat terdiri dari 2 hingga 6 suntikan atau lebih.
Keuntungan terapi ini bila dibandingkan dengan terapi tradisional adalah tidak adanya
efek samping dan efisiensi klinis yang tinggi.
SUNTIKAN OZON INTRA-ARTICULAR
Suntikan intra-articular dan para-articular campuran gas ozon-oksigen memberikan hasil
positif pada treatment berbagai kerusakan tulang sendi. Dosis dan volume medical ozon yang
disuntikkan ke sendi atau melalui jalur para-articular tergantung pada ukuran sendi dan gambaran
klinis proses patologis.
Untuk sendi besar (lutut, pinggang, bahu) suntikkan 40-60 ml campuran gas yang
mengandung 200-600 mg ozon ( campuran O3/O2 dengan konsentrasi ozon 5000-10000 mcg/L).
Untuk sendi ukuran sedang (sendi pergelangan kaki, siku, tangan) suntikan 10-20 ml campuran
gas oksigen-ozon sebanyak 100-200 mcg ( konsentrasi ozon 5000-10000 mcg/L). Untuk untuk
sendi jari (lebih sering melalui jalur para-articular) gunakan dosis ozon 50-100 mcg sebanyak 5-10
ml ( suntikan diisi dengan campuran gas dengan konsentrasi ozon 5000-10000 mcg/L).
Setelah prosedur dilakukan, titik suntikan ditekan dengan kain kasa dan diperban. Setelah
disuntik sendi dipijat pasif di area yang tidak sakit. Frekuensi prosedur adalah 2-3 kali perminggu.
Durasi satu rangkaian treatment biasanya 3-5 minggu.
Terapi ozon dapat sukses dilakukan di semua arthropathy dan digabung dengan metode
pengobatan dan fisioterapeutik. Yang secara signifikan meningkatkan efisiensi treatment.
CONTINUOUS FLOW OZONE GAS IRRIGATION
( PENGALIRAN OZON TERUS MENERUS)
DENGAN WADAH PLASTIK
( APLIKASI EKSTERNAL GAS OZON)
Secara historis, ini adalah metode pertama penggunaan ozon dalam pengobatan. Untuk
pertama kalinya ozon digunakan oleh A. Wolff tahun 1915 selama Perang Dunia I dalam bentuk
terapi ozon lokal pada luka dan luka bakar. Pada saat itu peralatan yang dipakai menyulitkan
penyebaran metode ini. Saat ini kita memiliki bahan plastik tahan ozon yang berbeda-beda yang
memungkinkan penggunaan luas irrigation gas ozon dalam pengobatan. (Lihat gambar).
Cepat dan tingginya khasiat campuran gas oksigen-ozon untuk penyembuhan luka
melalui aplikasi lokal, disebabkan adanya pembersihan luka, disinfection ( unsur-unsur anti
bakteri, anti virus, anti bakteri ozon), penghancuran jaringan nekrotik, menghilangkan bau. Karena
adanya peningkatan sirkulasi darah lokal, dan aliran lymphatic pada jaringan, maka terjadilah
insignificant hyperemia dan pendarahan permukaan yang luka, aktivasi granulasi dan epitelisasi.
Konsentrasi yang dipakai untuk irrigation ozon harus ditentukan berdasarkan khasiat
yang ingin didapat, toleransi prosedur ini, baik pada area yang sakit (luka) dan tubuh pasien secara
keseluruhan. Konsentrasi ozon tinggi dipakai untuk pembersihan luka dari nanah dan nekrotik
sebanyak 10000 mcg/L (misalnya untuk infeksi anaerob dan luka yang sangat terinfeksi). Dengan
luka yang dibersihkan dan munculnya granulation, konsentrasi ozon secara perlahan diturunkan
hingga 2000-1500-800 mcg/L. Gas irrigation dengan konsentrasi ozon rendah dilakukan sampai
benar-benar sembuh.
Untuk intact skin, untuk peningkatan sirkulasi mikro dan trophism jaringan di tingkat
lokal (misalnya patologi vaskular tungkai bawah) gas irrigation dengan wadah plastik harus
dilakukan dengan konsentrasi ozon 3000-5000 mcg/L. Flow rate campuran gas adalah 1 L/menit.
Lamanya prosedur bervariasi mulai dari 10-20 hingga 40 menit ditentukan secara terpisah.
Prosedur gas irrigation dilakukan harian (jika perlu dua kali sehari) atau tiap dua hari.
Metode gas irrigation dilakukan sebagai berikut: kulit yang sakit ditutup dengan kain
yang dibasahi dengan larutan physiological saline atau air distilasi (karena ozon tidak berpengaruh
apa-apa pada bakteri kering. Tungkai dimasukkan dalam plastic chamber dengan dua saluran: 1-
untuk mengalirkan campuran gas ozon-oksigen dari generator dan 2- untuk menghilangkan sisa
ozon ke destructor. Plastic chamber dipasangkan dengan rapat dengan selotip plastik. Plastic
chamber diisi campuran gas ozon-oksigen dengan konsentrasi ozon tertentu sampai overpreassure,
lalu hubungkan destructor dan mulailah rosedur continuous flow gas irrigation.
Pada bagian-bagian tubuh yang memungkinkan penggunaan plastic chamber, gunakan
penutup atau halfsphere (terbuat dari bahan plastik keras) yang dilengkapi 2 saluran luar: untuk
mengalirkan campuran gas ozon-oksigen dari generator dan untuk menghilangkan sisa ozon ke
destructor atau vacuum pump. Lihat gambar hal.28
GAMBAR
Metode ini sangat efektif untuk menangani eksim, luka bakar, decubitis, neurodermatitis,
ulkus tropik, luka yang sulit sembuh, gangguan sirkulasi darah tepi, mycosis, frostbite(luka karena
cuaca dingin).
SUBCUTANEOUS OZON INJECTION
(‘OZON BLISTER’)
Keefektifan yang tinggi dari subcutaneous ozon injection ditunjukkan oleh E. Payer di
tahun 1935-1936 dalam treatment pyoderma. Selain khasiat lokal, subcutaneous ozon injection
mendorong dinamika positif pada keseluruhan tubuh: meningkatkan daya kerja, meningkatkan
proses metabolik, dan rasa nyaman.
Subcutaneous ozon injection dilakukan dengan konsentrasi ozon 1000-5000 mcg/L dan
volume 5-50 ml per tiap area patologis. Untuk satu suntikan, gunakan 1-2 ml campuran gas.
Suntikan diberikan di sekitar area yang mengalami gangguan, dengan jarak 0,5-1 cm dari tepi
hyperemia. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan jarum hypodermic yang dihubungkan
dengan suntikan sekali pakai. Setelah dilakukan subcutaneous ozon injection maka akan terbentuk
‘air blister’(bisul udara). Frekuensi prosedur ini dapat dilakukan tiap hari atau tiap dua hari. Durasi
treatment tergantung pada gambaran klinis penyakit. Prosedur ini menimbulkan rasa sakit dan rasa
terbakar, namun segera menghilang digantikan dengan rasa panas yang lama.
Metode ini digunakan secara luas dalam dermatology (pyoderma, dermatitis, psoriasis),
pembedahan ( luka kulit ulkus tropik, permukaan luka bernanah, decubitis, furunculosis, luka
bakar), neurology (penyakit sistem syaraf tepi) dan bidang medikal lainnya.
Sebagai variasi terapi ozon subcutaneous adalah terapi akupunktur ozon yang
memberikan khasiat pereda rasa sakit ozon yang cepat dan stabil, peningkatan trophism sel, dan
regenerasi. Kombinasi akupunktur dan terapi ozon, mendorong efisiensi kedua metode tersebut
yang memicu tidak hanya tenaga baru sirkulasi energi namun juga pemeliharaannya melalui terapi
ozon menstimulasi pemakaian ozon oleh sel-sel. Keuntungan subcutaneous ozon injection di dekat
meridian line, adalah bahwa dalam hal ini tidak diperlukan suntikan dengan ketepatan akurat untuk
akupunktur karena ozon dapat menyebar dengan mudah dan titik yang dipilih dapat mudah
ditangani.
Campuran gas ozon-oksigen disuntikkan ke dalam titik yang aktif secara biologis, sesuai
dengan masing-masing penyakit. Satu prosedur terdiri dari 8-10 titik. Ke bagian proyeksi titik
yang aktif secara biologis, suntikkan 1 ml campuran gas, dengan konsentrasi ozon 5000 mcg/L
yang berarti 5 mcg ozon tiap satu suntikan. Treatment ini terdiri dari 10-12 prosedur harian.
Kombinasi akupunktur dan terapi ozon, dapat dipakai untuk beberapa penyakit kronis. Penerapan
terapi ini secara teratur dan lama menjamin kehidupan pasien yang lebih baik.
Subcutaneous ozon-oxygen gas mixture injection yang berbeda dengan dosis besar mulai
dari 100-250ml dilakukan dengan memakai alat infusion dosimeter. Flow rate campuran gas
adalah 3-5 ml per 1 menit. Metode ini diterapkan pada treatment area tubuh yang besar yang rusak
karena lipodystrophy lokal. (Lihat gambar hal 29).
GAMBAR
Flow rate ini tidak menimbulkan sensasi rasa sakit pada pasien dan membantu
mempercepat lipolysis jaringan sel subcutaneous karena adanya interaksi ozon dan asam lemak tak
jenuh.
MINOR AUTOHAEMOTHERAPY OZON
Penelitian menunjukkan bahwa ozon dosis rendah yang dipakai untuk minor
autohaemotherapy menstimulasi pembentukan ozonida dan peroksida dalam darah karena
exposure ozon dosis rendah. Lebih tepatnya proses tersebut memberikan manfaat terapeutik pada
sistem imun sebagai stimulator yang menginduksi sitokin, aktivasi kekebalan sel dan humoral.
Maka, metode terapi ozon-oksigen ini banyak digunakan pada sejumlah besar penyakit non
spesifik kronis yang berhubungan dengan immunodeficiency seperti alergi, bronchial asthma,
penyakit paru-paru non kronis, pyoderma, penyakit sluggish developing kronis gastroenteric tract.
Lihat gambar hal. 29
GAMBAR
Ada beberapa tipe dalam metode ini:
Tipe A:
1. Isilah suntikan sekali pakai 20 ml dengan campuran gas ozon-oksigen dengan
konsentrasi ozon dan volume yang dibutuhkan 20 ml.
2. Ambil 5-10 ml darah vena dari pembuluh tepi ke dalam suntikan sekali pakai
10ml.
3. Melalui satu jarum, pindahkan darah yang diambil dari pasien ke dalam
suntikan berisi campuran gas ozon-oksigen (tahanlah piston suntikan berisi
campuran gas).
4. Lalu suntikan yang mengandung campuran darah + O2/O3 harus dikocok
ringan selama10-20 detik.
5. Pasang kembali jarum suntikan 20 ml dan suntikan kembali darah yang telah
diperkaya ozon ke pasien melalui jalur intramuscular.
Tipe B.
Isilah suntikan sekali pakai 20 ml dengan campuran gas ozon-oksigen dengan konsentrasi
dan volume ozon yang dibutuhkan 10-15ml.
Gunakan suntikan yang sama yang telah diisi dengan ozon medis untuk mengambil 5ml
darah dari pembuluh tepi.
Kocok ringan campuran tersebut selama 10-20 detik, pasang kembali jarumnya dan
suntikkan pada pasien melalui jalur intramuscular.
Jika prosedur minor ozonated autohaemotherapy dilakukan selama 3-5 menit, biasanya
tidak terjadi penggumpalan darah dalam suntikan. Biasanya pasien yang menderita penyakit
kronis, cenderung mengalami thrombosis, dalam kasus ini sebelum mengambil darah pasien maka
suntikan harus di heparinized.
Konsentrasi ozon pada campuran gas untuk minor autohaemotherapy bervariasi mulai
dari 5000 sampai 10000 mcg/L hal ini berarti kita mencampur dengan darah dan memberikannya
pada pasien mulai dari 50-100mcg ozon medis (dosis ozon bergantung pada penyakit).
Jumlah ozon yang diberikan pada pasien dapat secara bertahap meningkat atau tetap
stabil selama rangkaian treatment. Mulailah minor ozonated autohaemotherapy dengan tingkat
jenuh 5ml darah, lalu ambil 10 ml darah. Prosedur ini dilakukan tiap dua hari, lalu dua kali atau
sekali seminggu; kurang lebih 6-8-10-12 prosedur tiap satu rangkaian treatment yang dapat
diulangi dalam 2-3 bulan tergantung indikasinya.
Untuk gangguan sirkulasi darah tepi tungkai bawah yang berkaitan dengan lesi kulit
tropik yang sulit sembuh, lakukan minor ozonated autohaemotherapy, tapi lokasi penyuntikan
darah ozonateed adalah di antara interval jari kaki (interdigital gap). Berikan 0,3- 0,5 ml darah
untuk tiap satu kali suntikan. Lakukan suntikan dengan perlahan. Untuk mengangkat jarum dari
jaringan setelah suntikan, tariklah piston suntikan untuk menghilangkan darah dari ujung jarum.
Sebelum mengambil darah dari tubuh pasien maka suntikan harus diheparinized. Prosedur ini
menyakitkan, namun khasiat terapeutiknya sangat tinggi. Pada titik suntikan, dapat terbentuk
resorbable hematomas. Frekuensi prosedur ini adalah dua kali seminggu.
INTRAVENOUS DROP-BY DROP INFUSION OZONATED PHYSIOLOGICAL
SALINE
Prioritas penelitian terapi ozon Rusia adalah penerapan secara luas intravenous drop to
drop infusions ozonated physiological saline (infus tetes demi tetes) – suatu metode terapi ozon
parenteral (systemic) sederhana dan memiliki efektifitas tinggi.
Metode parenteral infusi ozonated physiological saline adalah berdasarkan adanya kontak
ozon yang lebih lama dengan bagian internal pasien yang memungkinkan untuk mendapat manfaat
terapeutik positif pada situasi medis yang berbeda dengan memakai dosis dan konsentrasi ozon
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian terapi ozon di Barat. Pada saat yang sama,
metode ini memungkinkan penggunaan unsur oksidatif katalis kuat ozon secara maksimal.
Lihat gambar hal 30
GAMBAR
Ketepatan pendekatan baru ini yang memungkinkan luasnya pengaruh reaksi terapeutik
ozon telah diuji dan diverifikasi oleh penelitian fundamental biokimia, immunological,
morphological, fine-structural, physiological dan klinis. Penggunaan ozonated physiological saline
mendorong peningkatan akumulasi sel senyawa aktif biologis: phosphorylated nucleotides,
regulator peptides, vitamin, dan asam amino.
Ozon yang dipakai dengan konsentrasi rendah
Mengaktivasi proses-proses yang bergantung pada oksigen
Glycolysis β-oksidasi
Menghasilkan produksi ATP, NADH2,
NADPH2 (donor proton)
Donor proton mensupport
Sistem protektif antioksidan
Normalisasi proses-proses peroksidasi lipid
Ozon yang dipakai dengan konsentrasi rendah hingga sedang, mendorong peningkatan
produksi ATP, 2,3 – DPG diphospoglycerate dan NADPH2 dalam eritrosit yang khususnya
menyebabkan berkurangnya oxidized glutathione, enzim antioksidan glutathione-peroxidase;
secara klinis yang penting adalah normalisasi peroksidasi lipid, stabilisasi membran eritrosit pada
level structural-functional dan peningkatan deformability eritrosit.
Ozonated physiological saline dihasilkan dengan menyimpan campuran ozon-oksigen di
botol gelas standar (atau wadah plastik) dengan 200,250, atau 400 ml sterile physiological 0,9%
larutan sodium chloride (selanjutnya disebut physiological saline) hingga jenuh lalu diinfuskan
secara intravena tetes demi tetes pada pasien.
Lihat gambar 31
GAMBAR
Gambar 1: Ozonisasi physiological saline untuk infusi intravena, jika physiological
saline tersedia dalam botol gelas.
Infusi intravena ozonated physiological saline dilakukan dengan menggunakan 3 jarum
(disebut metode tiga jarum): yang pertama untuk mengalirkan campuran gas ozon-oksigen dari
generator ozon ke botol dengan physiological saline, yang kedua untuk pembuangan sisa ozon dari
botol ke destructor, yang di tengah adalah jarum set infusi atau tetes sekali pakai untuk infusi
intravena ozonated physiological saline pada pasien.
Gambar 2. Digunakan jika physiological saline tersedia dalam kantung plastik.
GAMBAR
1. Hydrophobic Filter mencegah kebocoran larutan ke dalam ozone generator
2. Roller Clamp dari Ozon Transfer Tubing
3. Ozone Transfer Tubing
4. Needle(d=1,2 mm)
5. Container (Kantung plastik) 250 ml dengan 0,9% NaCl infusion solution
6. Infusion set
7. Roller Clamp dari Infusion set
8. Venous Puncture Needle (G22-G24)
9. Needle (d=1,5mm)
10. Connection Tubing ke Destructor untuk pembuangan sisa ozon
11. Destructor
Penjenuhan larutan dengan ozon dapat dicapai dalam 10-15 menit dengan flow rate
1L/menit. Ozonisasi lanjutan dapat meningkatkan secara insignificant jumlah ozon yang larut
dalam physiological saline ( pembentukan spesies aktif tambahan oksigen) yang dapat diabaikan.
Prosedur ini terdiri dari dua cara:
1. Sebelum prosedur dilakukan, ozonisasi larutan saline selama 10 menit,
kemudian tanpa menghentikan ozonisasi mulailah intravenous drop by drop
infussion pada pasien dengan laju 70-90 tetes per menit (3-4,5 ml/menit)
(Gambar 4). Hentikan ozonisasi bila botol tersisa tidak lebih dari 40-60 ml
larutan infus (5-7 mm di atas jarum transfer ozon). CATATAN: jarum
transfer ozon harus diberi jarak dari jarum infus. Jarum transfer ozon harus
ditempatkan di atasnya.
2. Pertama-tama ozonisasi larutan saline lalu berikan secara intravenous drop by
drop pada pasien (Gambar 3). Ingatlah bahwa setengah waktu ozon dalam
larutan saline adalah sekitar 30 menit; oleh karena itu konsentrasi ozon yang
dipakai dalam ozonisasi harus ditingkatkan menjadi 50%. Ozonisasi larutan
physiological saline berlangsung selama 15-20 menit. Larutan ozonated harus
segera diinfuskan pada pasien segera sesudah ozonisasi. Rate infusi harus
ditingkatkan. Namun jika botol berisi 400 ml saline atau rate infusi tidak
cukup tinggi, konsentrasi ozon yang dibutuhkan mungkin tidak tersedia
dalam saline sampai akhir prosedur.
Cara ini dapat diterapkan pada para pasien yang karena berbagai alasan tidak dapat
dibawa ke tempat ozonisasi. Direkomendasikan untuk melakukan prosedur ini tiap hari atau tiap
dua hari. Jumlah prosedur tiap satu rangkaian treatment adalah 6 hingga 12. setelah prosedur
dilakukan pasien harus berbaring 3-5 menit. Rangkaian treatment dapat diulangi dalam 3-5 bulan.
Larutan physiological saline biasanya dibubble (digelembungkan) dengan campuran gas
dengan konsentrasi ozon rendah mulai dari 400 hingga 2500 mcg/L dengan flow rate 1 L/ menit.
Penelitian membuktikan bahwa larutan ozonated physiological saline tidak mengandung senyawa
asing. Larutan infusi harus diberikan pada suhu kamar yang meningkatkan stabilitas larutan
ozonated dan tingkat saturasi ozon.
( hal. 32) kiri
GAMBAR 3
Gambar 3. Perubahan jumlah ozon yang terlarut selama infusi ozonated
physiological saline setelah selesai bubbling dengan ozon.
GAMBAR 4
Gambar 4. Perubahan jumlah ozon yang terlarut selama infusi ozonated
physiological saline selama bubbling dengan ozon.
PERHITUNGAN DOSIS
Bila konsentrasi ozon yang terlarut dalam physiological saline kira-kira 20% dari
konsentrasi ozon pada campuran gas, dengan dissolution coefficient 0,2 berarti bahwa misalnya
pada konsentrasi ozon pada campuran gas 1000 mcg/L pada 1 L physiological saline maka jumlah
ozon yang terlarut adalah: 0,2 x 1000 = 200 mcg O3 ( calculation error tidak lebih dari 10 %).
Bila menginfus ozonated physiological saline dengan continuous bubling, maka saturasi
saline tetap konstan selama waktu prosedur (Gambar 4, area I I). Dosis ozon yang diinfuskan ke
pasien adalah sebagai berikut:
DOSIS (mcg)= 0,2 x konsentrasi O3 (mcg/L )x volume saline (L)
Misalnya pada konsentrasi ozon dalam campuran gas 1500 mcg/L dan volume saline
yang di bubble dengan ozon 400ml maka dosis ozon yang diinfuskan pada pasien selama prosedur
adalah =
0,2 x 1500 x 0,4 = 120 mcg O3.
Selama prosedur setelah bubbling dengan ozon selesai untuk lamanya waktu intravenous
infusion, penting untuk mengetahui bahwa dekomposisi ozon setelah menghentikan bubbling
digambarkan dengan fungsi eksponensial kompleks, setengah waktu hidup ozon kira-kira 30 menit
(Gambar 3 area II). Total dosis ozon yang diinfuskan ke pasien selama waqktu treatment 30 menit
adalah 67% dari dosis yang dihitung untuk prosedur dengan continuous bubbling (calculation error
tidak lebih dari 10 %):
DOSIS (mcg) = 0,67 x 0,2 x konsentrasi O3 (mcg/L) x volume saline (L)
Misalnya konsentrasi ozon pada campuran gas 1500 mcg/L dan volume saline yang di
bubble dengan ozon, dosis ozon yang diinfuskan ke pasien selama prosedur = 0,67 x 0,2 x 1500 x
0,4 = 80,4 mcg/O3.
ATURAN APLIKASI INTRAVENOUS DROP-BY DROP INFUSION
OZONATED PHYSIOLOGICAL SALINE DENGAN CONTINUOUS BUBBLING
DENGAN OZON (Gambar 2,4)
TAHAP 1. Persiapan Prosedur
1. Siapkan treatment set:
Wadah 250 ml dengan larutan infus NaCl 0,9% steril (physiological saline);
Kain steril, bola-bola kasa berspirtus, tweezer, plester berperekat, gunting;
Set infusi sekali pakai (dengan roller clamp), venous puncture needle G22-24;
Untuk mengalirkan campuran gas ozon-oksigen dari generator ozon ke container
dengan larutan infus : connection tubing sekali pakai (dengan roller clamp),
hydrophobic filter sekali pakai dan jarum (d=1,2 mm)
Untuk pembuangan sisa campuran gas ozon-oksigen dari container ke destructor:
connection tubing sekali pakai dan jarum (d= 1,5 mm);
Destructor campuran gas ozon-oksigen
2. Di atas meja: buka container (5) dengan larutan infus, sterilkan dengan spirtus bagian
lubang untuk memasukkan jarum.
3. Susunlah ozon transfer tubing (3): sambungkan filter (1) dan jarum (4) ke ujung connection
tubing lainnya ( roller clamp (2) ditutup), sambungkan salah satu ujung ozone transfer
tubing ke outlet O3 generator ozon (generator ozon dalam posisi off) dan jarum (4) di
ujung lainnya ke container berisi larutan infus.
4. Sambungkan infusion set sekali pakai (6) (roller clamp (7)ditutup) ke container berisi
larutan infus.
5. Angkat container berisi larutan infus (tanpa membaliknya) setinggi tiang infus, gantung
ozone transfer tubing (3) setinggi tiang untuk mencegah kebocoran larutan infus ke
generator ozon, balikkan container berisi larutan infus dan sambungkan ke tiang.
6. Sambungkan destructor (11) sisa ozon ke tiang.
7. Susunlah tubing (10) pembuangan sisa ozon: sambungkan jarum (9) ke connection tubing,
sambungkan ujung lain dari connection tubing ke destructor, sterilkan dengan spirtus (di
bagian atas spirtus) lubang untuk memasukkan jarum, buang penutup jarum, masukkan ke
sisi untuk pembuangan container, sambung jarum dengan plester berperekat.
8. Buka katup tangki oksigen (atau sistem suplai oksigen), dengan memakai oxygen pressure
reducer sesuaikan tekanan yang dibutuhkan antara 0,3 ... 1,5 bar, buka sirkuit listrik
dengan saklar power di panel belakang generator ozon, aturlah pada display parameter
treatment: konsentrasi ozon -400 ... 2500 mcg/L (sesuai indikasi), waktu – 60 menit, flow
rate campuran gas ozon-oksigen – 1 L/menit.
9. Tekan tombol ‘Start’ kira-kira 10 detik setelah menyalakan generator ozon akan berubah
ke mode operasi ‘Work’ (terdengar bunyi klik, indikator ‘Work’ dan ‘O3 Concentration’
mulai berkedip), pada saat bersamaan buka roller clamp (2) ozone transfer tubing (3),
mulailah ozonisasi awal (bubbling dengan ozon) larutan infus.
10. Bubbling awal larutan infus dengan ozon dilakukan selama 10 menit (untuk container 250
ml). Jika ozone transfer tubing atau tubing untuk pembuangan sisa ozon atau destructor
terhalang atau tidak dapat dimasuki cairan, generator ozon akan berubah ke mode alarm
dengan indikasi display ‘FF-5’. Dalam kasus ini anda harus mengangkat penyebab
gangguan fungsi alat dan lanjutkan ozonisasi awal tadi.
11. Anda dapat memulai prosedur intravenous infusion setelah 10 menit bubbling awal larutan
dengan ozon ( bila kadar ozon terlarut yang dibutuhkan telah tercapai). Larutan ozonated
siap diberikan dalam bentuk intravenous infusion.
12. Baringkan pasien ke tempat tidur, hubungkan venous puncture needle (8) ke infusion set
sekali pakai (6), buka roller clamp (7), penuhi infusion set dengan larutan ozonated hingga
di ujung jarum, tutuplah roller clamp, suntikan ke peripheral vein, tempel jarum dengan
memakai plester berperekat.
13. Semuanya siap untuk memulai prosedur.
TAHAP 2. Pelaksanaan Prosedur
14. Buka roller clamp (7) infusion set (6), sesuaikan infusion rate 70,....90 tetes per menit,
intravenous drop to drop infusions ozonated solution dilakukan selama kira-kira 60-40
menit.
15. Prosedur ini harus dilakukan dengan pengawasan secara terus menerus dari staf medis
pada kondisi pasien, berfungsinya generator ozon dengan baik termasuk alat-alatnya.
16. Bila tersisa tidak lebih dari 40-60 ml larutan ozonated dalam container, (banyaknya larutan
5-7 mm di atas jarum (4)ozon transfer tubing), hentikan aliran ozon ke container, dengan
menekan tombol’Stop’ pada keyboard generator ozon dan tutup roller clamp (2) ozone
transfer tubing.
17. Lanjutkan prosedur hingga 10 menit sampai larutan ozonated tersisa di ujung jarum infus,
maka segera selesaikan prosedur dengan menutup roller clamp (7) infusion set dan angkat
jarum (8) dari pembuluh. Keseluruhan waktu prosedur ini adalah 70-55 menit.
LARUTAN ANTISEPTIK OZONIZED UNTUK SANITASI LUKA DAN
RONGGA,
PERITONEAL LAVAGE, DIALYSIS DAN PERBAN
Larutan antiseptik dibuat dengan cara yang sama seperti ozonated physiological saline.
Konsentrasi ozon mulai dari 2000-4000 mcg/L. Larutan yang dibuat tetap memiliki efisiensi
selama 30-40 menit setelah ozonisasi. Satu jam kemudian jumlah ozon dalam larutan akan
berkurang 50 %.
MAJOR AUTOHAEMOTHERAPY OZON
Major atau massive autohaemotherapy ozon adalah metode yang memperkaya darah
pasien dalam jumlah tertentu dengan ozon dalam jumlah terukur di luar tubuh (extracorporeal) dan
dimasukkan ke tubuh pasien. Ozon yang dicampurkan pada darah dapat dikenali hanya dalam
benerapa detik, karena segera bereaksi dengan zat tertentu akibat dari pembentukan kelompok-
kelompok fungsional aktif yang dapat menyebabkan reaksi lanjutan dengan unsur-unsur plasma
dan sel yang berbeda. Senyawa tersebut adalah yang paling stabil dan aktif.
Ada beberapa teknik pelaksanaannya:
1. 100-150 ml darah pasien diambil dari cubital vein ( V1) dengan
menggunakan roller pump peristaltik ke dalam container sekali pakai –
disebut ‘oxygenator’, dimana darah diperkaya dengan campuran gas ozon-
oksigen (O2/O3), sisa campuran gas dialirkan ke destructor (D), darah yang
telah diproses, dimasukkan kembali ke pembuluh pasien lainnya (V2) secara
intravena dengan memakai drip unit normal (yang disebut vein-venous
shunting yang dapat terdiri dari beberapa siklus dan memproses hingga 1-1,5
Liter darah tiap satu prosedur, konsentrasi ozon 50-100 mcg/L). Lihat gambar
hal 34.
GAMBAR
2. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan selang tiga arah, satu
dihubungkan dengan plastik steril atau container kaca larutan NaCl, kedua –
dihubungkan dengan kateter vena sekali pakai ( dapat juga jarum suntik
Ø1,0- 1,2 mm ), dan ketiga dipakai untuk disambungkan dengan suntikan.
Tambahkan heparin 750 IU dilarutkan dengan 10 ml larutan isotonik NaCl ke
dalam container, tambahkan 100 ml campuran gas ozon-oksigen, sebelum
mengambil darah, suntikkan antikoagulan dalam jumlah sama ke dalam
aliran darah. Setelah itu ambillah 100 ml darah vena pasien dengan memakai
suntikan 20 ml (20 ml x5) ke dalam container yang berisi antikoagulan dan
campuran gas ozon-oksigen, dengan hati-hati kocok hingga darah berwarna
merah terang. Darah yang telah diproses dapat dimasukkan kembali ke tubuh
pasien secara intravenous, dapat melalui flow route memakai suntikan yang
sama dan menyesuaikan selang tiga arah yang ada atau dengan drip route
(tetesan) memakai drip unit normal. Konsentrasi ozon yang
direkomendasikan mulai dari 100 hingga 5000 mcg/L.
3. Prosedur yang dilakukan di atas dapat dilakukan dengan continuous flow
route dan terdiri dari beberapa siklus (sampai 10), 100 ml darah diproses tiap
siklusnya, dikenal dengan extracorporeal continuous flow blood treatment
dengan konsentrasi ozon rendah 50-100 mcg/L.
OZONE INSUFFLATION RECTAL DAN VAGINAL
Rectal ozone insufflation dipakai sebagai metode anti inflamasi lokal dan disinfeksi
untuk mengembalikan keseimbangan flora intestinal yang terganggu oleh mikroorganisme
patogen, di satu sisi dan sebagai alternatif dari major autohaemotherapy dan parenteral infusion
ozonated physiological saline, bila suntikan intravenous tidak mungkin dilakukan di sisi lain.
Campuran gas ozon-oksigen melalui penyerapan yang cepat oleh rectum meningkatkan kadar
oksigen darah dan karenanya menghasilkan efek metabolik sistemik.
Penelitian Dr. Knoch dan Klug menunjukkan bahwa partial pressure O2 dalam portal
vein 12 menit setelah rectal insufflation campuran gas ozon-oksigen mencapai nilai maksimal.
Dalam usus terdapat 70% limposit, yang bertanggung jawab atas sistem kekebalan kita, karena itu
ozon yang diberikan per rectum dapat digunakan sebagai immunocorrection.
Durasi prosedur yang direkomendasikan 10-20 detik harus diikuti dengan ketat karena
semakin lama ozone insufflation maka akan semakin kurang efektif karena tercampurnya
campuran gas ozon-oksigen dengan gas-gas usus yang mengurangi efisiensi khasiat ozon pada
mucosa rectum. Insuflasi ozon yang cepat membuat tekanan ampulla rektum meningkat dan
menjamin kontak campuran gas ozon-oksigen yang luas dengan mucosa dan difusi yang cepat.
Tekanan ampulla rektum yang meningkat mengakibatkan gerakan peristaltik sigmoid yang
mempersulit kemunculan naiknya gas lebih lanjut. Pasien merasakan intensifikasi intestinal
motility yang tidak berkaitan dengan sensasi yang tidak nyaman.
Untuk rectal enema ozon-oksigen gunakan volume gas mulai dari 150 sampai 500 ml,
pada beberapa kasus – hingga 900 ml. Untuk mengatasi internal pressure rectum penting untuk
memakai pressure bar 0,1 -0,2. lebih baik memulai treatment dengan dosis rendah yang secara
bertahap ditingkatkan dengan menambah volume campuran gas ozon-oksigen yang diberikan
dengan masing-masing prosedur berikutnya yang dilakukan tiap hari atau tiap dua hari.
Konsentrasi ozon yang digunakan untuk rectal insufflation campuran gas ozon-oksigen
mulai dari 5000 hingga 10000 mcg/L tergantung patologi dan gejala penyakit.
Penting diingat bahwa konsentrasi ozon rendah meningkatkan pendarahan dan
menjamin regenerasi dan penyembuhan, dan konsentrasi ozon tinggi bermanfaat untuk
menghentikan darah dan anti bakteri.
Tergantung pada patologis dan tingkat keparahan penyakit, skema rectal ozone
insufflation diberikan secara berbeda-beda.
SKEMA 1
Naikkan setiap hari volume campuran gas yang dimasukkan dari 150 ml ke 900 ml
(dengan satu Janet’s syringe), volume maksimal harus terus terus diberikan sampai akhir
rangkaian treatment ( pada infeksi parah purulent sistem urogenital, respiratory, infeksi usus,
osteomyelitis). Konsentrasi ozon dalam waktu singkat berkurang yaitu dosis yang diterima oleh
pasien tetap di tingkat stabil.
Misalnya: Pasien harus menerima campuran gas ozon-oksigen 1500 mcg
Treatment pertama – 150 ml campuran gas dengan konsentrasi ozon 10000 mcg/L.
Treatment kedua – 300 ml campuran gas dengan konsentrasi ozon 5000 mcg/L
Treatment ketiga – 450 ml campuran gas dengan konsentrasi ozon 3000 mcg/L
Selanjutnya treatment keenam – 900 ml campuran gas dengan konsentrasi ozon 1700
mcg/L
Jika campuran gas ozon-oksigen diberikan dalam volume besar maka direkomendasikan
untuk melakukan pijatan perut dengan tangan untuk memastikan distribusi merata campuran gas
dalam usus.
SKEMA 2
Pakailah volume stabil 300-500 ml dan konsentrasi ozon 3000 hingga 10000 mcg/L
selama rangkaian treatment (proctitis, colitis, hepatitis kronis, penyakit inflamasi kronik organ
kewanitaan, penyakit jantung ischemic, dermatitis, pyoderma, allergosis).
Insuflasi dilakukan dengan menggunakan Janet’s syringe atau kantung plastik khusus
yang dihubungkan melalui PVC tubing dengan kateter rectal. Sebelum prosedur dilakukan pasien
harus menerima cleansing enema. Setelah prosedur dilakukan pasien harus berbarik selama 3-5
menit.
Sangat jarang setelah rectal insufflation pertama pasien merasakan abdominal inflation,
sakit usus, mual, rasa tidak nyaman yang akan hilang pada treatment berikutnya.
Terapi ozon dalam bentuk rectal insufflation adalah metode treatment yang murah dan
sederhana tanpa menyebabkan efek samping.
Untuk vaginal insufflation gunakan ozonated physiological saline yang menjamin kontak
menyeluruh agen-agen terapeutik dengan vaginal epithelium struktur berlapis dan mencegah
keringnya mucosa. Ozonated physiological saline dimasukkan ke vagina dengan kateter vaginal
sekali pakai dengan tekanan mengeluarkan unsur patologi. Konsentrasi ozon pada campuran gas
untuk ozonisasi saline mulai dari 3000 sampai 5000 mcg/L, volume campuran gas tiap satu
prosedur adalah 200-400 ml. Treatment dilakukan setiap hari dalam siklus 6-8 prosedur. Vaginal
ozone insufflation diindikasikan untuk perubahan patologis dalam vaginal microbiocynosis.
Untuk vaginal insufflation dapat juga memakai campuran gas ozon-oksigen ( non
spesifik colpitis, bacterial vaginosis, dan penyakit inflamasi organ kewanitaan lainnya).
Campuran gas ozon-oksigen dengan konsentrasi ozon 1500-2500 mcg/L dimasukkan
dalam vagina melalui ujung intravaginal yang disambungkan dengan vaginal Kusko’speculum
dengan flow rate 0,5-1 L/menit dan secara bersamaan air distilasi ozonized dimasukkan dalam
vagina dalam bentuk fine dispersion. Prosedur ini dilakukan tiap hari selama 5-8 hari.
Gambar
Skema fungsional intravaginal continual flow tratment dengan campuran gas O2/03
1. Generator ozon medis
2. Vaginal speculum dihubungkan dengan intravaginal tip dan kateter vaginal sekali
pakai
3. Pumping unit tahan ozon
4. Destructor untuk pembuangan sisa ozon.
INTRA ARTERIAL DAN INTRAVENOUS OZONE INJECTION
Metode tersebut digunakan untuk gangguan arterial dan venous sirkulasi darah ketika
campuran gas ozon-oksigen dimasukkan langsung ke aliran vaskuler. Untuk melakukan prosedur
ini dibutuhkan skill yang ahli karena prosedur ini dapat menimbulkan sebagian besar kemungkinan
komplikasi. Untuk alasan tersebut kita tidak melakukan metode intra arterial dan intravenous
injection campuran gas ozon-oksigen.
PEMBERIAN LYMPHOTROPIC CAMPURAN GAS OZON OKSIGEN DAN
LARUTAN OZONATED 0,9% SODIUM CHLORIDE
Metode lymphotropic campuran gas ozon-oksigen dan larutan ozonated sodium chloride
0,9 % adalah pendekatan baru secara kualitatif dalam treatment berbagai penyakit. Kemampuan
ozon untuk meningkatkan aliran dan pelepasan oksigen ke jaringan dengan mengurangi tissue
hypoxia; detoksikasinya dan khasiat metabolik pada organisme; unsur-unsur anti bakteri, anti
jamur, immunomodulating dapat mempengaruhi faktor-faktor patologis melalui sistem lymphatic.
Pemberian secara intranodular (paranodular) atau regional lymphotropic ozon medis
memungkinkan mencapai secara optimal, konsentrasi terapeutik stabil agen-agen medis ( dalam
hal ini campuran gas ozon-oksigen) di area tertentu ( dengan memperhatikan fokus patologi)
lymphatic knot, pembuluh dan jaringan-jaringan kontrol.
Terapi ozon regional lymphotropic menjamin aliran ozon yang terkontrol ke jaringan-
jaringan organ target. Kita mempraktekkan pemberian campuran gas ozon-oksigen melalui jalur
regional lymphotropic pada proses mastoid di chephalalgia, ke interval antar jari kaki, dan ke
tulang kering pada gangguan atherosclerotic arterial tungkai bawah, ke proyeksi vaginal ligament
melingkar pada proses inflamasi genital atau commissural genital, pada proses xiphoid pada
gastritis kambuhan dan gastroduodenitis.
Pada semua kasus campuran gas ozon-oksigen diberikan dengan flow rate 0,1-0,3
ml/menit. Sebelum prosedur dilakukan, beri suntikan larutan Novocain 2-5 ml dari 0,5% ( jika
diberikan pada proses ziphoid atau proyeksi ligamen round vaginal) karena telah diketahui bahwa
zat ini dapat menekan fungsi pompa pembuluh lymphatic dan selanjutnya menjaga ozon tetap
berfokus di area patologis. 5 menit kemudian berikan lidasa sejumlah 16-32 unit (larutkan dengan
0,5% larutan Novocain) untuk mengubah status agregasi zat-zat utama jaringan-jaringan
penghubung. Dosis ozon lebih sedikit dari yang biasa ditentukan pada terapi ozon. Pada proses
mastoid, berikan 1-2 ml dengan konsentrasi ozon 2000 mcg/L (dengan sudut 45°). Pada proses
xiphoid, berikan 10 ml dengan konsentrasi ozon 1000-1500 mcg/L, pada proyeksi ligamen round
vaginal 40 ml dengan konsentrasi ozon 3000 mcg/L dll. Jarum untuk treatment ini dimasukkan
tegak lurus dengan permukaan tubuh. Jika perlu melakukan sanation pada beberapa lymphatic
segment atau fokus inflamasi jauh dari area masuknya ozon ke aliram lymphatic, pakailah
paranodular (ke area inguinal lymphatic knot) drop by drop infusion ozonated physiological saline.
Infusi dilakukan secara subkutan dengan flow rate 0,3- 0,5 ml/menit dan volume 20-50 ml tipa
hari atau tiap dua hari. Konsentrasi ozon dalam campuran gas adalah 3000-5000 mcg/L. Reaksi
yang merugikan berkaitan dengan metode lymphotropic ozon ini belum diteliti.
GAMBAR
Hal. 37
1. orbital area
2. nasal cavity
3. submaxillary glands
4. bagian atas paru-paru
5. bagian bawah paru-paru
6. perut, hati
7. groin glands
8. 9. analogi dari 7.
INDIKASI-INDIKASI TERAPI OZON
OPERASI
1. Luka bernanah (purulent) dan sulit sembuh dan ulkus tropik.
2. Osteomyelitis
3. Purulent peritonitis (radang selaput perut bernanah)
4. Thrombophlebitis akut
5. Diabetic foot
6. Purulent arthritis
7. Deformating arthrosis
8. Treatment pra operasi pasien sebelum operasi usus besar dan aplikasi paska operasi
9. Oncology
PENGOBATAN INTERNAL
1. Penyakit yang berhubungan dengan gangguan Arterosklerosis arteri (penyakit
jantung ischemic,discirculatory encephalopathy, gangguan Arterosklerosis arteri
(lower extremities).
2. Diabetes mellitus
3. Bronkitis kronis
4. Bronchial asthma
5. Pyelonephritis kronis
6. Gastritis kronis
7. Penyakit gastric dan duodenal ulcer
8. Non ulcerous colitis kronis
9. Hepatitis kronis
UROLOGY
1. Renal failure akut dan kronis (nephrism)
2. Cystitis dan cystopyelonephritis
3. Urogenital tuberculosis
4. Penyakit-penyakit seksual
5. Prostatitis kronis
OBSTETRICS DAN GYNECOLOGY
1. Aborsi spontan
2. Gestosis
3. Anemia kehamilan
4. Pencegahan intrauterine fetus infection
5. Toxicosis awal
6. Fetoplacental insufficiency
7. Penyakit inflamasi genital
8. Bacterial vaginosis
9. Vulval dystrophy
NEUROLOGY
1. Rehabilitasi pasien dengan ischemic apoplectic attack
2. Cerebrovascular insufficiency kronis
3. Migrain
4. Penyebaran sclerosis
5. Compressive ischemic neuropathies
6. Kemunculan neurologic spinal osteochondrosis
DERMATOLOGY
1. Ulcerous skin lesion dengan etiologi berbeda ( ulkus tropik tungkai bawah, bentuk
ulcerous skin angiitis, dll)
2. Pyoderma dan jerawat
3. Herpes
4. Eksim, atopic dermatitis, dermatitis gatal lainnya, furunculosis, scleroderma, lichen
planus, bullous dermatosis
5. Psoriasis
6. Collagenoses
COSMETOLOGY
1. Ruam jerawat
2. Selulit
3. Lipodystrophy lokal
4. Alopecia
5. Seborrheic dermatitis
KONTRA INDIKASI TERAPI OZON
1. Hipertiroid
2. Pendarahan internal yang aktif
3. Trombositopenia
4. Kejang perut atau kejang saat terapi (cramps anamnesis)
5. Hipokoagulasi darah
6. Pankreatitis kronis
7. Infark miokardium akut
8. Serangan perdarahan
9. Acute alcoholic psychosis
10. Intoleransi ozone individual
PRAKTEK TERAPI OZON
TERAPI OZON PADA KLINIK PENYAKIT DALAM
HEPATITIS
( A.P.Alyohina, T.G. Scherbatyuk “ Ozone Theraphy: Clinical and experimental
aspects”, Nizhny Novgorod, 2003)
Treatment hepatitis adalah salah satu aspek paling penting dalam penggunaan terapi
ozon. Dalam hal ini khasiat terapeutik ozon berkembang melalui reaksi langsung pada virus
maupun secara tidak langsung melalui reaksi immunomodulatingnya. Terapi ozon efektif dalam
mengobati semua jenis virus hepatitis – A, B, C khususnya yang kronis.
Ozon mempengaruhi rantai polipeptida membran virus, dan karenanya mengganggu
kemampuannya menempel pada sel target (hepatosit) maupun mengubah aktivitas enzim
transkriptase terbalik yang terlibat dalam sintesis protein virus dan karenanya menghalangi siklus
reproduktif virus (Freberg, Carpendale, 1988). Virus berkapsul lebih sensitif pada ozon, karena
kapsulnya mengandung lebih banyak lipid, yang mudah bereaksi dengan ozon. Suplai tambahan
peroksida yang dipicu oleh ozon mengintensifkan aktivitas fagositik sel selalu berkurang pada
hepatitis.
Campuran gas ozon-oksigen mengaktivasikan kekebalan sel dan humoral. Terapi ozon
mendorong peningkatan pembentukan sitokin (cytokine), khususnya interferon, salah satu faktor
terpenting pertahanan organisme endogen melawan infeksi virus. Hal ini kemudian meningkatkan
sintesis T-killer, yang bertanggung jawab atas kekebalan humoral, normalisasi pembentukan T-
helper yang mengatur fungsi B- lymphocytes, yang kemudian memproduksi immunoglobin.
Semua aktivitas diatas menahan dan menghilangkan proses inflamasi.
Ozon memberi pengaruh positif pada haemostasis dengan memicu penurunan
agregabilitas trombosit, peningkatan aktivitas fibrinolitik, dan hipokoagulasi darah yang mencegah
perkembangan inflamasi reaktif sekunder: micronecrosis dan microthrombosis.
Oksigen aktif meningkatkan elastisitas dan deformabiliti eritrosit dengan demikian
meningkatkan fungsi transportasi oksigennya dan juga sirkulasi mikro dan oksigenasi jaringan-
jaringan. Selanjutnya terjadi eliminasi ketidakseimbangan antara proses radikal bebas oksidatif
dan sintesis antioksidan endogen.
Metode yang dipilih dalam treatment hepatitis kronis ditentukan oleh tingginya level
aktivitas adalah autohaemotherapy dengan ozon. Untuk prosedur pertama MAHT gunakan dosis
ozon 1000 mcg- 100 ml darah dan volume yang sama campuran gas dengan konsentrasi ozon
10000 mcg/L (prosedur uji coba), untuk prosedur berikutnya, naikkan secara bertahap dosis ozon
sampai 3000-5000 mcg – 100 ml darah + 100 ml campuran gas dengan konsentrasi ozon 10000
mcg/L x 3-5 kali (sekitar total 6-8 prosedur tiap dua hari). Setelah terjadi penurunan transaminase,
kurangi dosis ozon sampai 500-300 mcg -100 ml darah dan volume yang sama campuran gas
dengan konsentrasi ozon 5000-3000 mcg/L (sekali seminggu) sampai tercapai stabilisasi
antioksidan di tingkat plasma. Keseluruhan jumlah prosedur tiap satu rangkaian treatment adalah
10-12. Rangkaian treatment ini dapat diulang dalam 2-3 bulan yaitu satu rangkaian treatment tiap
tiga bulan.
Untuk kasus hepatitis yang tidak terlalu parah, terapi ozon dapat dilakukan dengan
metode intravenous drop to drop infusion ozonated physiological saline dengan volume 400 ml,
dengan konsentrasi ozon 2000-2500 mcg/L dalam suatu siklus 10-12 prosedur harian (bila
diinfuskan dengan continuous bubbling).
Jenis treatment lainnya adalah rectal ozone insufflation yang dilakukan tiap dua hari, 10-
15 insufflation tiap satu rangkaian treatment. Konsentrasi ozon yang direkomendasikan adalah
5000-10000 mcg/L dengan volume 300-500 ml (dosis ozon 1500-3000-5000 mcg).
Akhir-akhir ini persentase hepatitis toxic genesis (yang dipicu oleh alkohol, obat-obatan
dll) telah meningkat di antara penyakit-penyakit difusi kronis liver. Khasiat terapeutik ozon dalam
hal ini berkaitan dengan pembentukan peroksida yang memulai mekanisme antioksidatif
detoksikasi sistem glutathione yang berperan protektif dalam hepatosit selama aktivasi proses-
proses peroksidasi lipid.
Untuk pengobatan toxic hepatitis harus menggunakan intravenous infusion tetes ozonated
physiological saline digabung dengan rectal insufflation (lihat di atas).
Setelah dua –tiga kali prosedur, pasien melaporkan peningkatan subjektif pada kondisi
umum mereka, normalisasi nafsu makan dan tidur, berkurangnya kulit gatal, rasa berat dan sakit di
area precostal kanan, meningkatnya dyspepsia dalam kebugaran mereka bekerja.
Setelah treatment dilakukan terjadi dinamika positif indeks-indeks biokimia dan
immunological darah ( meningkatnya hyperbilirubinemia, indeks AcAT, ALAT, alkaline
phosphotase, normalisasi fungsi stimulasi albumin), hilangnya viremia pada 60 % kasus (A.V
Zmyzglova,N.P Isaeva, 1998). Terjadi gangguan proses peroksidasi lipid dan pada saat yang sama
aktivasi sistem pertahanan antioksidan organisme.
Terjadi peningkatan yang memadai pada indeks mikro sirkulasi sistemik dan intrahepatik
berdasarkan data rheohepatography dan biomicroscopy (V.V Nedogoda, O.Yu. Sviridenko, 2000).
Penting untuk diingat bahwa treatment ini dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien; belum
nampak adanya komplikasi atau aggravation. Penggunaan ozon dapat diperpanjang hingga 1-2
bulan, dan prosedur dapat dilakukan 1-2 kali dalam seminggu.
Terapi ozon untuk pengobatan hepatitis dapat dipakai sebagai metode komplementer atau
monoterapi. Cukup penting juga untuk memakai antioksidan secara bersamaan.
COLITIS KRONIS (Radang usus besar)
Colitis non spesifik adalah penyakit polietiologi
Kadang sumber penyebab colitis tidak terlalu jelas bagi pasien maupun dokter, dan terapi
yang dilakukan saat ini menggambarkan upaya-upaya symptomatic pendekatan antiphlogistic.
Karena khasiat unsur-unsur anti bakteri, anti virus, dan anti jamur, maupun anti inflamasi
ozon, khasiat sirkulasi dan stimulasi kekebalan rectal ozon insufflation memberikan pengobatan
colitis komplementer. Pada proses penyerapn oksigen aktif melalui dinding usus,ozon bereaksi
dengan produk-produk inflamasi metabolisme, eliminasi zat-zat asam, hypoxytic medium,
regenerasi epitel usus. Ozon mengaktivasi fagositosis, menarik pemicu kekebalan humoral.
Kemudian ini menghasilkan perbaikan homeostasis, normalisasi keseimbangan mikrobia,
berkurangnya gejala inflamasi. Peningkatan pO2 dalam darah membantu normalisasi motility usus.
Pada akhirnya rectal ozone insufflation memberikan pengaruh stimulasi secara umum. Pengaruh
positif ozon ini cukup penting khususnya bagi kondisi fisik pasien colitis.
Pada proses akut aktif, disarankan untuk memulai rectal ozone insufflation dengan
volume campuran gas kecil (100-150 ml) dan konsentrasi ozon tinggi (10000 mcg/L), bila
toleransinya baik, naikkan secara bertahap volume campuran gas (maksimum hingga 900 ml) dan
secara bersamaan kurangi konsentrasi ozon sampai 1000-3000 mcg/L. Di awal treatment, insuflasi
dilakukan harian, lalu 2-3 kali per minggu, secara bertahap kurangi frekuensi hingga satu kali
semunggu. Jika pasien menunjukkan tanda penyembuhan, kurangi volume campuran gas dan
berikan konsentrasi ozon rendah.
Untuk pengobatan colitis, perlu diingat bahwa konsentrasi ozon tinggi mempengaruhi
penghentian darah, dan konsentrasi ozon rendah mengintensifkan sirkulasi darah (H.H.Wolff,
1998).
Untuk stimulasi sistem imun dan regenerasi epitel usus disarankan untuk melakukan
minor autohaemotherapy dengan 100 mcg ozon dua kali seminggu, 5-6 suntikan tiap satu
rangkaian treatment.
Terapi ozon dapat berhasil dilakukan pada pasien tua bila salah satu alasan colitis adalah
gangguan Arterosklerosis arteri mesentery, yang disebut ‘ischemic colitis’. Pada kasus ini
disarankan untuk memakai 300-500 ml campuran gas dengan konsentrasi ozon 3000-5000 mcg/L
tiap dua hari selama 3-4 minggu.
Pada colitis yang disertai kejang konsentrasi ozon yang dipakai untuk insuflasi harus
lebih tinggi sampai 10000 mcg/L dengan volume campuran gas 300 ml. Untuk meningkatkan
efisiensi treatment pasien ini disarankan sebelum insuflasi melakukan apparative cleansing usus
dengan ozonated water.
Pada pasien dengan colitis kronis terapi ozon tidak menimbulkan resistensi tubuh apapun
atas terapi ini, memperlama waktu remisi (H.Knoch, W.Klug, 1990). Untuk mendukung
tercapainya khasiat terapeutik pada patologi ini, penting untuk melakukan suatu rangkaian terapi
ozon 2-3 kali per tahun. Berlawanan dengan sebagian besar antiseptik, ozon tidak menimbulkan
efek merusak atau korosif.
GASTRITIS DAN GASTRODUODENITIS KRONIS
Ozon telah terbukti efektif dalam menangani gastritis dan gastroduodenitis kronis yang
berhubungan dengan Helicobacter pylori melalui pengaruhnya pada mekanisme patogen utama
penyakit tersebut: reaksi anti bakteri melawan berbagai bakteri dan helicobacter; khasiat anti-
inflammatory melalui oksidasi arachidonic acid yang merupakan asal dari prostaglandin E yang
mengawali proses inflamasi; khasiat immunomodulating dan anti agregating maupun analgesik.
Baru-baru ini beberapa varian telah dikembangkan dan diuji secara klinis untuk
pengobatan patologi ini dengan campuran gas ozon-oksigen termasuk kombinasi berbeda dari
metode-metode terapi ozon. Misalnya kombinasi rectal ozon insufflation, minor ozonated
autohaemotherapy, ozonated oil dan air per os (S.V.Andosov,V.I.Almaziv,2000); kombinasi
intravenous infusion ozonated saline dan ozone gas injection ke titik yang aktif secara biologis.
Skema treatment berikut direkomendasikan untuk dipakai:
Di awal rangkaian treatment, lakukan 4 prosedur minor autohaemotherapy dengan 100
mcg ozon untuk khasiat stimulasi. Lalu berilah pasien intravenous infussion drop to drop ozonated
physiological saline (larutan 200 ml, konsentrasi ozon 800-1000 mcg/L ). Satu rangkaian treatment
terdiri dari 8-10 prosedur tiap dua hari atau harian. Selama treatment pasien meminum 100 ml
ozonated water dua kali sehari 30 menit sebelum makan. Ozonated water dihasilkan dari bubbling
dengan campuran gas ozon-oksigen dengan konsentrasi ozon 2500-3000 mcg/L.
Hasil klinis yang didapat telah diverifikasikan melalui penelitian endoskopik, histologi,
biokimia, immunologi. Pada hari kedua atau ketiga treatment, terjadi eliminasi gejala-gejala
endotoksik, sindrom rasa sakit dan dyspeptic; peningkatan unsur-unsur pertahanan pertahanan
mucoepithelial yang meningkatkan tinggi permukaan epitelium dan stimulasi fungsi utama
mucocytes (S.D.Karataev, V.A.Maximov, 2000). Terjadi penurunan defisit secretory lgA yang
dihasilkan oleh limposit dan sel-sel plasmatik jaringan lymphoid membran gastric mucous. Salah
satu indikator paling penting keberhasilan terapi adalah lamanya waktu relapse –free period ( masa
tanpa kambuh).
Pada penyakit ini terapi ozon telah terbukti menjadi monoterapi ideal, namun bila
digabung dengan terapi fisik cukup mungkin untuk meningkatkan efisiensi treatment( I.P
Shmakov, 2001).
Bila penyakit ini sering kambuh maka treatment dapat melibatkan pemberian regional
lymphotropic campuran gas ozon-oksigen pada area proses xiphoid. Volume campuran gas tiap
satu tindakan -10 ml dengan konsentrasi ozon 1500 mcg/L, 10-12 prosedur harian tiap satu
rangkaian treatment.
GASTRIC ULCEROUS
Multi khasiat dari terapi ozon pada treatment penyakit ulcerous sebagian besar
berkembang melalui khasiat anti inflamasi, anti helicobacter, regenerasi dan stimulasi. Akibat dari
interaksi dengan mikroflora, ozon menghasilkan efek anti bakteri yang kuat dan mengurangi
resistensi mikroorganisme yang ada pada antibiotik. Oksigen aktif menjamin eliminasi hypoxia
jaringan dan menciptakan kondisi yang mendukung proses-proses regeneratif yang meningkatkan
gangguan mikro sirkulasi area patologis melalui reaksi spasmolytik dan normalisasi rheology
darah. Kemudian ini menyebabkan percepatan epitelisasi ulcer, hilangnya mucosal infiltrate lebih
cepat daripada setelah terapi tradisional.
Berkurangnya inflamasi membran mukosa gastric atau duonenal didapat dari reaksi
sistemik melalui pemberian campuran gas ozon-oksigen jalur parenteral dan reaksi lokal produk
ozonisasi. Peningkatan kekebalan melalui terapi ozon meningkatkan hasil jangka panjang
treatment dan mengurangi resiko kambuhnnya penyakit. Terapi ozon dapat dipakai sebagai
monoterapi atau digabung dengan metode terapi lainnya.
Ada beberapa skema treatment penyakit ulcer gastric dan ulcer duodenal dengan ozon
medis:
O.V Maslennikov dkk, (1995) merekomendasikan untuk memulai treatment dengan
minor autohaemotherapy, 8-10 prosedur tiap satu rangkaian treatment. Mulai minggu kedua
treatment, gabungkan minor autohaemotherapy dengan intravenous infussion ozonated
physiological saline-3-4 prosedur. Pada saat bersamaan pasien meminum ozonated water dan oil
per os. Setelah cicatrisation ulcerdirekomendasikan untuk meminum ozonated oil selama 1-1,5
bulan berikutnya.
S.N. Gorbunov, V.P Dmitriev (2000) menggunakan terapi ozon untuk pengobatan
penyakit ulcer sebagai monoterapi. Setiap hari pada pagi dan malam hari pasien menerima
intravenous infussion ozonated 0,9% physiological saline dengan volume 200 ml dan konsentrasi
ozon 2000 mcg/L.
Pada sore hari pasien menerima secara intragastric melalui hidung ozonated water
dengan konsentrasi ozon 5000 mcg/L. Tiap dua hari – rectal ozone insufflation.
Penggunaan ozon medis memungkinkan menghilangkan sinrom rasa sakit, mual,
heartburn, muntah pada rata-rata hari ketiga-kelima dari awal treatment. Telah diuji secara
endoskopik bahwa epitelisasi area ulcerous terjadi 5-8 hari lebih cepat dibandingkan dengan
pengobatan tradisional. Pada penyakit ulcer, terapi ozon menghasilkan reaksi antioksidan melalui
penghambatan proses peroksidasi lipid. Pasien dengan penyakit ulcer harus menjalani terapi ozon
dua kali setahun.
PENYAKIT ORGAN PERNAPASAN
(ASMA BRONKITIS, BRONKITIS KRONIS, PNEUMONIA)
Unsur-unsur immunomodulating ozon cukup bermanfaat pada pengobatan bronkitis
kronis. Terapi ozon membantu normalisasi respon imun anti-infective organisme terhadap infeksi
virus-bakteri. Ini mengakibatkan tensi imunitas lokal dan menyeluruh menurun pada bronkitis
kronis. Sebagai hasil treatment, pada konten bronchial dan sel-sel mukosa maupun darah tepi
terjadi peningkatan pada T-lymphocytes dan T-helper yang menstimulasi proliferasi sel-sel B dan
pembentukan antibodi. Terjadi peningkatan lgA dan lgM dalam serum darah, peningkatan
sirkulasi imunokompleks dan aktivasi neutrofili fagosit. Indeks secretory lgA pada konten
bronchial kembali normal.
Bersamaan dengan meredanya bronchial inflammation terjadi peningkatan aktivitas
supresif yang mengindikasikan respon imun yang memadai. Daya serap monosit dan neutrofili
darah tepi diaktifkan dan menghilangkan agen-agen penyebab kerusakan.
Terapi ozon dapat berhasil diterapkan dalam treatment bronkitis obstruktif yang ditandai
dengan respiratory insufficiency dalam berbagai bentuk. Bronkitis obstruktif menahun tidak hanya
menimbulkan respiratory insufficiency yang semakin parah, namun juga mendorong pulmonary
hypertension. Unsur-unsur vasodilating ozon sangat bermanfaat dalam hal ini. Peningkatan fungsi
transport oksigen darah melalui jalur parenteral campuran gas ozon-oksigen yaitu dengan
menggeser paru-paru, meningkatnya pelepasan oksigen pada jaringan mendorong eliminasi
hypoxemia dan hypoxia jaringan.
Prinsip utama terapi modern asma bronkial dapat diartikan sebagai pengaruh atas infeksi
virus dan bakteri, sistem imun, mekanisme bronchoconstriction dan reaksi alergi, hypoxia.
Manfaat terapi ozon berkembang melalui berbagai bentuk reaksinya pada proses
patologis. Pertama-tama, ini adalah kemampuan ozon untuk menghilangkan kejang bronkial yang
ditimbulkan oleh reaksi perluasan pada smooth musculature melalui tidak adanya radikal yang
diproduksi pada endoteliosit dibawah pengaruh ozon.
Namun reaksi yang paling penting dikaitkan dengan kemampuan ozon untuk
menghilangkan hypoxia jaringan yang selalu berkembang pada asma bronkial diakibatkan oleh
pulmonary insufficiency karena kejang bronkial. Perjalanan oksigen ke darah melewati paru-paru,
peningkatan release oksigen ke jaringan, peningkatan unsur-unsur aliran darah semuanya
mengakibatkan hilangnya hypoxia.
Peningkatan suplai oksigen mendorong normalisasi sistem imun. Mekanisme imunologi
organisme bergantung pada oksigen karena chemotaxis dan fagositosis yang memadai sama
seperti pembentukan radikal bebas -oksigen oleh macrophage dan granulocyte dalam merespon
infeksi membutuhkan suplai oksigen yang memadai.
Khasiat imunologi ozon berkembang melalui aktivasi produksi sitokin (cytokine)-
interferon, faktor tumor necrosis, interleukin. Interleukin mengaktivasi ikatan sel dan imunitas
humoral. Selanjutnya terjadi intensifikasi sintesis T-killer, yang bertanggung jawab atas ikatan sel,
normalisasi produksi T- helper yang mengatur aktivitas B-lymphocyte menuju sintesis
imunoglobulin.
Stimulasi sitem imun membantu menekan proses-proses inflamasi yang disebabkan oleh
berkurangnya aktivitas sel-sel yang berpengaruh dan berkurangnya produksi xat-zat yang aktif
secara biologis yang memberikan reaksi bronchospastic.
Mekanisme anti virus ozon berkembang menghancurkan rantai polipeptida membran
virus yang mengganggu kemampuan virus untuk menempel pada sel. Terjadi pula penghancuran
salah satu rantai RNA menjadi dua bagian yang menghentikan proses reproduksi virus. Aksi
protektif ozon terhadap sel utuh cukup penting. Perlawanan terhadap virus diberikan melalui
sintesis interferon yang teraktivasi dan pengintensifan eliminasi sel-sel yang terinfeksi virus.
Treatment kompleks pneumonia meliputi metode intravenous infusion ozonated
physiological saline dengan volume 200 ml dan konsentrasi ozon 1500 mcg/L, satu rangkaian
treatment terdiri dari 5 infusi tiap dua hari. Bila proses patologis berlangsung lama metode yang
disebut di atas dapat digabung dengan intramuscular injection ozon (dosis ozon 100 mcg, volume
gas 10 ml, konsentrasi ozon 10000 mcg/L).
Pada hari ketiga terjadi penurunan indeks endotoxicosis – suatu penurunan indeks
leukosit intoksikasi, jumlah molekul tengah pada plasma, normalisasi suhu tubuh, peningkatan
kondisi secara umum, pada hari keenam dan ketujuh- dinamika poositif auscultation, hilangnya
gangguan restriktif dan obstruktif berdasarkan penelitian fungsi respirasi eksternal. Terjadi reduksi
terapi antibiotik maupun durasi treatment.
Pada treatment bronkitis kronis, terapi ozon mendorong khasiat terapi dasar. Minor
autohaemotherapy ozon telah terbukti efektif (dosis ozon 100 mcg, volume gas 10 ml, konsentrasi
ozon 10000 mcg/L), 6-8 prosedur tiap rangkaian treatment 2-3 kali seminggu. Setelah kondisi
pasien terjadi peningkatan, sebagai tambahan berikan intravenous infusion –tetes ozonated
physiological saline dengan volume 200 ml dan konsentrasi ozon 1200 mcg/L digabung dengan
minor autohaemotherapy, 4-5 prosedur tiap treatment.
Untuk pasien-pasien asma bronkial dengan ketergantungan hormon, dinamika positif
hanya terpantau melalui major autohaemotherapy dengan 1500-2000 mcg ozon. Treatment
dilakukan tiap 2-3 hari dengan siklus 5-6 prosedur. Penggnaan ozon medis pada terapi asma
bronkial membantu menghilangkan serangan sesak nafas, dyspnea, badan lemah. Terjadi
penambahan masa interictal course dan penurunan intensifikasi serangan, pengurangan dosis
inhalative corticosteroid ( penurunan ganda pada 65% pasien), aktivasi dalam pembentukan
sitokin, intensifikasi sintesis T-Killer.
Terapi ozon secara khusus diindikasikan untuk pasien-pasien dengan pembatasan
penggunaan agen-agen medis –obat-obatan, atau bila berkaitan dengan penyakit jantung ischemic,
hipertensi, cerebrovascular kronis, intoxication jangka panjang, penurunan sistem kekebalan
tubuh, rendahnya efisiensi terapi antibiotik, penyakit frequent aggravation (P.V. Strouchkov, dkk,
2000).
top related