palatabilitas dombing
Post on 12-Dec-2014
112 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pakan merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan. Kekurangan pakan
akan memperlambat pertumbuhan dan bila kekurangan pakan sangat parah akan
menyebabkan ternak kehilangan bobot badan (Tillman et al., 1991). Peningkatan konsumsi
pakan akan mampu meningkatkan daya cerna pakan sehingga jumlah zat-zat gizi yang
digunakan untuk produksi akan meningkat (Siregar, 1994).
Pengukuran konsumsi pakan pada ternak biasanya berdasarkan bahan kering
(Tillman et al., 1991). Konsumsi bahan kering pada ternak dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu faktor pakan yang meliputi palatabilitas dan daya cerna, faktor ternak yang meliputi
bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan (Lubis, 1992). Konsumsi bahan kering
memegang peranan penting karena dalam bahan kering tersebut ternak memperoleh energi,
protein, vitamin dan mineral (Tillman et al., 1991).
Konsumsi bahan kering merupakan pembatas untuk dapat tidaknya dipenuhi
kebutuhan ternak akan zat-zat pakan yang diperlukan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan
produksi (Tillman et al., 1991). Kebutuhan bahan kering untuk domba adalah berkisar antara
2-4 % dari bobot badan per hari (Lubis, 1992). Konsumsi bahan kering menentukan tinggi
rendahnya konsumsi bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik terdiri dari
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin.
Ternak membutuhkan energi untuk mempertahankan hidupnya dan berproduksi
secara normal (Kartadisastra, 1997). Energi didapatkan dari hasil metabolisme zat-zat
makanan dalam tubuh ternak itu sendiri. Energi sangat penting untuk hidup pokok, produksi
dan reproduksi. Kekurangan energi akan menghambat pertumbuhan pada hewan muda dan
kehilangan bobot badan pada hewan dewasa (Tillman et al., 1991). Bila energi pakan tidak
memenuhi kebutuhan, maka kebutuhan tersebut akan dipenuhi dengan membongkar
timbunan lemak tubuh. Jika timbunan lemak tubuh sudah habis maka kebutuhan energi
tersebut dipenuhi dengan membongkar protein tubuh (Sutardi, 1981).
Kebutuhan energi dapat dinyatakan dalam “Metabolism Energy” (ME), “Digestible
Energy” (DE), “Gross Energy” (GE) dan “Total Digestible Nutrient” (TDN). TDN merupakan
satuan energi yang berdasarkan seluruh nutrisi pakan yang tercerna, sehingga nilai TDN
hampir sama dengan energi dapat dicerna (DE). Perbedaannya terletak pada cara
pengukurannya, dimana nilai DE bahan pakan ditetapkan dengan jalan membakar sampel
bahan pakan dan juga feses dalam bom kalorimeter (Sutardi, 1980). Kelemahan
penggunaan TDN sebagai satuan energi adalah tidak menghitung hilangnya zat-zat nutrisi
yang dibakar saat metabolisme dan energi panas yang timbul saat mengkonsumsi pakan
(Anggorodi, 1994).
Penyediaan zat pakan bagi ternak dapat berasal dari hijauan dan konsentrat. Pakan
hijauan biasanya mengandung serat kasar di atas 18 %, sedangkan konsentrat
mengandung serat kasar kurang dari 18 % (Crampton dan Harris, 1969). Hijauan yang
merupakan pakan utama ternak ruminansia tidak bisa diandalkan ketersediannya terutama
pada pada musim kemarau. Hijauan di daerah tropis dari segi kualitas umumnya rendah,
oleh karena itu peranan konsentrat sebagai pakan ruminansia amat diperlukan. Konsentrat
dapat berasal dari limbah pertanian, limbah industri pertanian dan limbah peternakan
(Widayati dan Widalestari, 1996)
Pustaka :
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan ke-2. PT. Pembangunan, Jakarta.
Sutardi,T. 1978. Ikhtisar Ruminologi. Departemen Ilmu dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor (Tidak diterbitkan)
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosukojo. 1991.
Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Palatabilitas merupakan sifat performans bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik
dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya
seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal
inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak
ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga
lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P)
lebih tinggi (Sentra informasi IPTEK, 2005). Rusa sambar mempunyai strategi pemanfaatan yang
cenderung memanfaatkan tanaman perdu (browse) sebagai salah satu sumber bahan pakannya
(Madhusudan, 2004). Di Kepulauan Manuwatu, rusa sambar umumnya mengkonsumsi rumput-
rumputan (65% dari total pakan), selanjutnya pada area konservasi di Moutoa hampir
seluruhnya bergantung pada tanaman rumput-rumputan (graminoid). Rusa sambar yang hidup
pada daerah hutan mempunyai perilaku yang berbeda yaitu mengkonsumsi rumput-rumputan
dan juga hijauan yang berasal dari tanaman perdu (Departemen of Conservation Wanganui,
2005). Laporan lain menyebutkan rusa sambar selektif dalam memilih pakan meskipun hijauan
utama yang dikonsumsi mempunyai kandungan nutrisi yang rendah (Kelton dan Skipworth,
1987).
top related