optimasi penempatan arrester terhadap...
Post on 23-Apr-2018
288 Views
Preview:
TRANSCRIPT
[1] Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Undip [2] Dosen Jurusan Teknik Elektro Undip
Makalah Seminar Tugas Akhir
OPTIMASI PENEMPATAN ARRESTER TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIEN
PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN PSO (PARTICLE SWARM
OPTIMIZATION)
Dwi Harjanto[1]
., Ir.Yuningtyastuti, MT[2]
., Susatyo Handoko, ST, MT[2]
,
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jalan Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Abstract Indirect lightning strike can induce transient overvoltage to electrical power system. In order to protect the
electrical power system and improve its lightning performance, arresters are installed. The distance between arrester and
the power transformer to be protected plays important role for the efficient protection of the equipment. If arrester is placed
too far from power transformer, the overvoltage can exceed BIL (Base Insulation level) of power transformer.
In this final project will be created a simulation program. This program is used to simulate optimum placement of
arrester. Program will be created using particle swarm optimization method with Matlab 7 programming. The particle
swarm optimization is optimization method inspired by social behavior and movement dynamics of birds, which is
representation of the parameter that is optimized, thus it will get the best particle among particles within a swarm.
The test is performed on laboratory using two types of configuration : conductor-conductor line and conductor-
cable line. The simulation result that the distance between arrester and power transformer in configuration of conductor-
cable line is bigger than configuration of conductor-conductor line.
Keywords : Indirect Lightning Strikes, Arrester, BIL of Power Transformer, Particle Swarm Optimization, and Line
Configuration.
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan tegangan lebih transien pada
sistem tenaga listrik dapat disebabkan karena
adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal
dapat terjadi karena adanya operasi pensaklaran
(switching) dari PMT, sedangkan faktor eksternal
terjadi karena adanya sambaran petir. Sambaran
petir dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sambaran
langsung yaitu sambaran yang langsung mengenai
saluran dan sambaran tidak langsung atau sambaran
induksi yaitu sambaran yang mengenai daerah di
sekitar saluran.
Sambaran petir tidak langsung dapat terjadi
jika petir menyambar obyek di dekat saluran. Pada
saluran tersebut akan terjadi fenomena transien
yang diakibatkan oleh koupling medan
elektromagnetik di kanal petir. Akibat dari kejadian
ini akan timbul tegangan lebih transien dan
gelombang berjalan yang merambat pada sisi kawat
saluran yang berada di dekat lokasi terjadinya
sambaran.
Arrester merupakan salah satu peralatan
proteksi untuk melindungi transformator daya dari
gangguan tegangan lebih transien. Akan tetapi
arrester memiliki zona proteksi yang terbatas.
Perlindungan transformator daya yang efektif
dipengaruhi oleh jarak antara arrester dengan
transformator daya. Jika arrester ditempatkan terlalu
jauh dengan transformator daya, maka tegangan
yang tiba pada transformator daya dapat melebihi
tegangan yang dapat dipikul oleh transformator
daya (BIL transformator daya). Transformator daya
masih dapat dilindungi dengan baik apabila jarak
arrester dengan transformator daya masih di dalam
batas yang diijinkan. Dalam tugas akhir ini dibuat
program simulasi optimasi penempatan arrester
menggunakan metode PSO (Particle Swarm
Optimization) dengan bantuan software Matlab 7.
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk
menentukan penempatan arrester yang optimal
terhadap tegangan lebih transien pada transformator
daya menggunakan PSO (Partcle Swarm
Optimization).
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan tugas akhir ini penulis
membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Tegangan yang digunakan untuk menentukan
penempatan arrester adalah tegangan 20 kV,
tegangan 66 kV, tegangan 150 kV, dan tegangan
500 kV.
2. Kawat yang digunakan adalah jenis konduktor
tunggal (single conductor).
2
3. Kabel yang digunakan adalah kabel berinti
tunggal (single core cable).
4. Jenis sambaran petir yang digunakan adalah
sambaran petir tidak langsung (sambaran
induksi) dengan arus puncak sambaran balik
adalah 650 kA.
5. Kecepatan arus sambaran balik adalah 280 m/μs
dan incidence angle = 2 rad.
6. Konduktivitas tanah = 0,001 S/m.
7. Simulasi menggunakan software Matlab versi
7.0.
II DASAR TEORI
2.1 Petir[2]
Petir merupakan peristiwa alam mengenai
muatan listrik dan pelepasan listrik elektrostatik
antara awan dengan awan dan antara awan dengan
bumi. Indonesia terletak di daerah tropis yang
sangat panas dan lembab yang dapat menyebabkan
terjadinya pembentukan awan badai penghasil petir.
Petir yang menyambar saluran dibedakan menjadi
dua macam, yaitu sambaran langsung yaitu
sambaran yang langsung mengenai saluran dan
sambaran tidak langsung atau sambaran induksi
yaitu sambaran yang mengenai daerah di sekitar
saluran.
2.2 Gelombang Berjalan[6,8,21]
2.2.1 Bentuk Umum
Bentuk umum gelombang berjalan dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Spesifikasi Gelombang Berjalan
Spesifikasi dari gelombang berjalan :
1. Puncak (crest) gelombang, E : amplitudo
maksimum dari gelombang.
2. Waktu muka gelombang (front time), t1 : waktu
dari permulaan sampai puncak (0% sampai
100% E atau 10% sampai 90% E).
3. Waktu ekor gelombang (tail time), t2 : waktu
dari permulaan sampai titik 50% E pada ekor
gelombang.
Gelombang berjalan akan menimbulkan surja pada
saluran yaitu surja tegangan dan surja arus.
Untuk mendapatkan besarnya tegangan
puncak dari tegangan induksi petir pada saluran
digunakan Persamaan (1) :
…………… (1)
Dimana :
h = tinggi saluran (m)
I = Arus puncak sambaran balik (kA)
v = kecepatan sambaran balik (m/μs)
α = incidence angle (rad)
σ = konduktivitas tanah (S/m)
R = Jarak antara titik sambaran dengan saluran (m)
tf = Waktu muka (front time) arus sambaran balik (μs)
2.2.2 Kecepatan Rambat (v)
Kecepatan rambat gelombang berjalan pada
kawat udara adalah 300 m/μs dan kecepatan rambat
gelombang berjalan pada kabel adalah 150 m/μs.
2.2.3 Impedansi Surja (Z)
Besarnya impedansi surja pada kawat udara
dipengaruhi oleh ketinggian kawat di atas tanah (h)
dan jari-jari konduktor (r), dimana :
ohmr
hz
2ln60
…………………………………... (2)
Sedangkan besarnya impedansi surja pada kabel
dipengaruhi oleh jari-jari isolasi pembungkus kabel
(R), jari-jari konduktor (r), dan permitivitas kabel
(ε), dimana :
…………….………………... (3)
2.2.4 Penyaluran Gelombang Berjalan
Besarnya tegangan dari suatu gelombang
berjalan ditentukan oleh impedansi surja dari
saluran. Gelombang berjalan yang sampai pada
sebuah sambungan antara dua saluran dengan
impedansi surja yang berbeda akan menimbulkan
gelombang berjalan yang baru sebagai gelombang
pantul (er1) dan gelombang terusan (e2) setelah
melintasi atau saat sampai pada sambungan
tersebut.
z1
z2
Saluran 2Saluran 1
e2e
r1
e1
Titik
sambungan
Gambar 2. Penyaluran Gelombang Berjalan
Dan besarnya gelombang terusan (e2) adalah
1
21
22
2e
zz
ze
…………………..…………… (4)
3
2.3 Arrester[6,12]
2.3.1 Prinsip Kerja
Arrester adalah alat pelindung bagi
peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan
lebih baik yang disebabkan oleh surja petir maupun
surja hubung. Alat ini membentuk jalan yang
mudah dilalui arus surja ke tanah, sehingga tidak
timbul tegangan lebih pada peralatan. Pada keadaan
normal arrester berlaku sebagai isolator, namun bila
ada surja arrester berlaku sebagai konduktor yang
dapat mengalirkan arus surja ke tanah. Setelah surja
hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi
isolator, sehingga pemutus tenaga (PMT) tidak
sempat membuka.
2.3.2 Jarak Maksimum Arrester dengan
Transformator Daya
Perlindungan yang baik diperoleh jika
arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan
transformator daya. Akan tetapi dalam
kenyataannya, arrester ditempatkan dengan jarak
tertentu.
Gambar 3. Jarak Arrester dengan Transformator Daya
Untuk menentukkan jarak maksimum
antara arrester dengan transformator daya
dinyatakan dengan persamaan
……………………….. (5)
dimana :
x = Jarak maksimum arrester dengan
transformator daya (m)
BIL = Kekuatan isolasi transformator daya (kV)
Ea = Tegangan pelepasan arrester (kV)
A = Kecuraman muka gelombang tegangan
(kV/μs)
v = Kecepatan rambat gelombang (m/μs)
2.4 PSO (Particle Swarm Optimization)[4,5]
2.4.1 Dasar PSO
Particle Swarm Optimization (PSO) adalah
salah satu dari teknik komputasi evolusioner.
Populasi pada PSO didasarkan pada penelusuran
algoritma dan diawali dengan suatu populasi yang
random yang disebut dengan particle.
Setiap particle di dalam PSO berhubungan
dengan suatu velocity (kecepatan). Particle-particle
tersebut bergerak melalui penelusuran ruang dengan
velocity yang dinamis. Oleh karena itu, particle-
particle mempunyai kecenderungan untuk bergerak
ke area penelusuran yang lebih baik setelah
melewati proses penelusuran.
Beberapa istilah umum yang digunakan
dalam PSO dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Swarm : populasi dari suatu algoritma.
2. Particle : anggota (individu) pada suatu swarm.
3. Pbest (Personal Best) : posisi Pbest suatu
particle yang menunjukkan posisi particle yang
dipersiapkan untuk mendapatkan suatu solusi
yang terbaik.
4. Gbest (Global Best) : posisi terbaik particle pada
swarm atau posisi terbaik diantara Pbest yang
ada.
5. Velocity (V) : kecepatan yang menggerakkan
proses optimasi yang menentukan arah dimana
particle diperlukan untuk berpindah dan
memperbaiki posisinya semula.
6. Learning Rates (C1 dan C2) : suatu konstanta
untuk menilai kemampuan particle (C1) dan
kemampuan sosial swarm (C2) yang
menunjukkan bobot dari particle terhadap
memorinya. Nilai C1 dan C2 antara 0-2.
7. Inertia Weight (θ) : parameter yang digunakan
untuk mengontrol dampak dari adanya velocity.
2.4.2 Algoritma PSO
Algoritma dari PSO yaitu :
1. Menentukan ukuran swarm dan menentukan
nilai awal masing-masing partikel secara random
2. Mengevaluasi nilai fungsi tujuan untuk setiap
partikel
3. Menentukan kecepatan / velocity mula-mula
4. Menghitung Pbest dan Gbest mula-mula
5. Menghitung kecepatan pada iterasi berikutnya
dengan Persamaan (6) Vj(i) = θ Vj (i - 1) + c1 r1 [ Pbest,j - Xj (i-1) ] + c2 r2
[ Gbest - Xj (i-1) ] ................................. (6)
dengan
.….………...……… (7)
i = iterasi ; j = 1,2,3,...,N ; r1 dan r2 adalah
bilangan random; θmax dan θmin adalah random
6. Menentukan posisi partikel pada iterasi
berikutnya menggunakan Persamaan (8)
Xj(i) = Xj(i – 1) + Vj(i) ……….....................….. (8)
7. Mengevaluasi nilai fungsi tujuan pada iterasi
selanjutnya
8. Mengupdate Pbest dan Gbest
9. Mengecek apakah solusi sudah optimal atau
belum. Kalau sudah optimal, maka proses
algoritma berhenti, namun bila belum optimal
maka kembali ke langkah 5.
4
III PERANCANGAN SISTEM
Secara umum tujuan dari perancangan sistem
adalah penempatan arrester yang optimal yang
mengacu pada jarak maksimum antara arrester
dengan transformator daya menggunakan metode
PSO. Sehingga tegangan surja yang tiba di
transformator daya tidak melebihi kekuatan isolasi
(BIL) transformator daya. Secara garis besar proses
penelitian dapat dilihat pada gambar 4.
Mulai
Simulasi Program dengan Metode PSO
Pengumpulan Data
Analisa dan Kesimpulan
Selesai
Gambar 4. Flowchart langkah penelitian
3.1 Pengumpulan Data
3.1.1 Data Tegangan Puncak Induksi Petir Tabel 1. Parameter tegangan puncak induksi petir
Parameter-Parameter Tegangan Induksi
Petir Nilai
Arus puncak sambaran balik (I) 650 kA
Waktu muka arus sambaran balik (tf) 0,5 μs; 1 μs; dan 2 μs
Incidence angle (α) 2 rad
Kecepatan arus sambaran balik (v) 280 m/μs
Konduktivitas tanah 0,001 S/m
Jarak antara titik sambaran dengan
saluran (R) 50 m, 100 m, dan 200 m
Tinggi saluran (h)
Tegangan 20 kV = 8,5 m
Tegangan 66 kV = 19 m
Tegangan 150 kV = 30 m
Tegangan 500 kV = 70 m
3.1.2 Data Tegangan Pelepasan Arrester Tabel 2. Data tegangan pelepasan arrester berdasarkan
SPLN 7 – 1978
Data Peralatan Tegangan yang Digunakan
20 kV 66 kV 150 kV 500 kV
Tegangan
Pelepasan Arrester 76 kV 270 kV 460 kV 927 kV
3.1.3 Data BIL Transformator Daya Tabel 3. Data BIL transformator daya berdasarkan SPLN
7 - 1978
Data Peralatan Tegangan yang Digunakan
20 kV 66 kV 150 kV 500 kV
BIL Transformator
Daya 125 kV 325 kV 650 kV 1550 kV
3.1.4 Data Impedansi Surja Kawat Tabel 4. Parameter-parameter impedansi surja kawat
Data Kawat Tegangan yang Digunakan
20 kV 66 kV 150 kV 500 kV
Luas Penampang
Konduktor (A) 95 mm2 240 mm2 305 mm2 374 mm2
Jari – Jari
Konduktor (r) 5,5 mm 8,74 mm 9,86 mm 10,9 mm
Ketinggian kawat
diatas tanah (h) 8,5 m 19 m 30 m 70 m
3.1.5 Data Impedansi Surja Kabel Tabel 5. Parameter-parameter impedansi surja kabel
Data Kabel Tegangan yang Digunakan
20 kV 66 kV 150 kV 500 kV
Diameter
Konduktor (dr) 20,6 mm 54,4 mm 62 mm 62 mm
Diameter
Pembungkus Isolasi
(dR)
33,2 mm 77,4 mm 101 mm 129 mm
Permitivitas (ε) 4 4 4 4
3.1.6 Konfigurasi Saluran Untuk
Penyambungan Arrester dan
Transforamtor Daya
3.1.6.1 Konfigurasi Saluran Kawat-Kawat (KK)
Gambar 5. Konfigurasi saluran kawat-kawat
3.1.6.2 Konfigurasi Saluran Kawat-Kabel (KKb)
Gambar 6. Konfigurasi saluran kawat-kabel
3.2 Pembuatan Program Simulasi
Pembuatan program simulasi ini
menggunakan software Matlab 7 dengan metode
optimasi PSO (Particle Swarm Optimization).
IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pengujian terhadap sistem ini dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan penempatan
arrester yang optimal terhadap tegangan lebih
transien pada transformator daya berdasarkan nilai
fungsi tujuan untuk setiap tegangan yang
digunakan. Ada dua hasil penempatan arrester yaitu
X1 untuk konfigurasi saluran kawat-kawat dan X2
untuk konfigurasi saluran kawat-kabel.
5
4.1 Tegangan 20 kV
4.1.1 Pengaruh Variasi Waktu Muka atau Front
Time Arus Sambaran Balik (tf) Terhadap
Jarak Maksimum Arrester dengan
Transformator Daya
Untuk optimasi program simulasi dibutuhkan
data dengan parameter sebagai berikut : arus puncak
sambaran balik = 650 kA, jarak antara titik
sambaran dengan saluran (R) = 200 m, tinggi
saluran (h) = 8,5 m, konduktivitas tanah (σ)= 0.001
S/m, incidence angle (α) = 2 radian, kecepatan arus
sambaran balik (v) = 280 m/μs. Selain itu juga
dibutuhkan data parameter PSO seperti ukuran
swarm, nilai C1 dan C2 yang berbeda-beda. Selain
itu dibutuhkan data parameter PSO yaitu ukuran
swarm = 15, maksimum iterasi = 200, θmax=0,9 dan
θmin = 0,4.
1. Waktu Muka (tf) = 0,5 μs Tabel 6. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 4x10-7 3,2225 34,5758
2 15 0,02 0,01 6,3x10-6 3,1228 25,3928
3 15 1 0,5 0,29519 3,145 27,2722
4 15 1 0,5 0,0142 3,1434 27,2379
5 15 0,5 1 1 3,1451 27,2648
6 15 0,5 1 1x10-3 3,1448 27,116
7 15 2 2 0,99999 3,1451 27,26483
8 15 2 2 1 3,1451 27,2648
Dari Tabel 6. terlihat bahwa belum tentu didapatkan
nilai fungsi tujuan yang sama meskipun dengan
nilai C1 dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO
menerapkan sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
2. Waktu Muka (tf) = 1 μs Tabel 7. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 8,5x10-8 3,9003 13,0634
2 15 0,02 0,01 1,7x10-7 3,5806 17,8575
3 15 1 0,5 7,2x10-8 3,6683 10,5025
4 15 1 0,5 1 3,563 30,8879
5 15 0,5 1 1 3,563 30,8879
6 15 0,5 1 1 3,563 30,8879
7 15 2 2 1 3,563 30,8879
8 15 2 2 1 3,563 30,8879
Dari Tabel 7. terlihat bahwa belum tentu didapatkan
nilai fungsi tujuan yang sama meskipun dengan
nilai C1 dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO
menerapkan sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
3. Waktu Muka (tf) = 2 μs Tabel 8. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 8,8x10-8 3,3309 13,004
2 15 0,02 0,01 3,2x10-9 9,406 17,7743
3 15 1 0,5 1 4,0365 34,9924
4 15 1 0,5 1 4,0365 34,9924
5 15 0,5 1 8,2x10-8 4,1578 13,5434
6 15 0,5 1 2x10-6 4,0985 29,0534
7 15 2 2 1 4,0365 34,9924
8 15 2 2 1 4,0365 34,9924
Dari Tabel 8. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
Pengaruh variasi waktu muka arus sambaran
balik terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengaruh variasi waktu muka arus sambaran
balik terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya pada tegangan 20 kV Waktu Muka Arus
Sambaran Balik
Jarak Maksimum Arrester dan Transformator Daya
X1 X2
0,5 μs 3,1451 m 27,2648 m
1 μs 3,563 m 30,8879 m
2 μs 4,0365 m 34,9924 m
Dari Tabel 9. Terlihat bahwa semakin besar waktu
muka arus sambaran balik maka jarak maksimum
arrester dengan transformator daya semakin besar
pula.
4.1.2 Pengaruh Variasi Jarak Antara Titik
Sambaran dengan Saluran (R) Terhadap
Jarak Maksimum Arrester dengan
Transformator Daya
Untuk optimasi program simulasi dibutuhkan
data dengan parameter sebagai berikut : arus puncak
sambaran balik = 650 kA, waktu muka arus
sambaran balik = 1 μs, tinggi saluran (h) = 8,5 m,
konduktivitas tanah (σ)= 0.001 S/m, incidence
angle (α) = 2 radian, kecepatan arus sambaran balik
(v) = 280 m/μs. Selain itu dibutuhkan data
parameter PSO yaitu ukuran swarm = 15,
maksimum iterasi = 200, θmax=0,9 dan θmin = 0,4.
1. R=50 m Tabel 10. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 3x10-10 5,9343 29,5096
2 15 0,02 0,01 5,4x10-9 2,2866 11,2278
3 15 1 0,5 1 1,0447 9,0566
4 15 1 0,5 1 1,0447 9,0566
5 15 0,5 1 1 1,0447 9,0566
6 15 0,5 1 4x10-6 1,0657 8,2871
7 15 2 2 1 1,0447 9,0566
8 15 2 2 1 1,0447 9,0566
Dari Tabel 10. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
6
2. R=100 m Tabel 11. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 5x10-10 9,2947 52,5131
2 15 0,02 0,01 3,9x10-10 11,0787 23,0687
3 15 1 0,5 1 1,9293 16,7254
4 15 1 0,5 3x10-7 1,8885 12,031
5 15 0,5 1 1 1,9293 16,7254
6 15 0,5 1 1 1,9293 16,7254
7 15 2 2 0,8892 1,9294 16,7256
8 15 2 2 1 1,9293 16,7254
Dari Tabel 11. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
3. R=200 m Tabel 12. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 6x10-8 3,9585 9,73
2 15 0,02 0,01 9x10-9 6,5745 14,2117
3 15 1 0,5 1,3x10-5 3,5639 30,7387
4 15 1 0,5 8,4x10-5 3,5597 32,2839
5 15 0,5 1 1 3,563 30,8879
6 15 0,5 1 9,4x10-4 3,56 31,0577
7 15 2 2 1 3,563 30,8879
8 15 2 2 1 3,563 30,8879
Dari Tabel 12. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
Pengaruh variasi jarak titik sambaran dengan
saluran terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pengaruh variasi jarak titik sambaran dengan
saluran terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya pada tegangan 20 kV Jarak Titik
Sambaran
dengan Saluran
Jarak Maksimum Arrester dan Transformator Daya
X1 X2
50 m 1,0447 m 9,0566 m
100 m 1,9293 m 16,7254 m
200 m 3,563 m 30,8879 m
Dari Tabel 13. Terlihat bahwa semakin besar jarak
titik sambaran dengan saluran maka jarak
maksimum arrester dengan transformator daya
semakin besar pula.
4.2 Tegangan 66 kV
4.2.1 Pengaruh Variasi Waktu Muka atau Front
Time Arus Sambaran Balik (tf) Terhadap
Jarak Maksimum Arrester dengan
Transformator Daya
Untuk optimasi program simulasi dibutuhkan
data dengan parameter sebagai berikut : arus puncak
sambaran balik = 650 kA, jarak antara titik
sambaran dengan saluran (R) = 200 m, tinggi
saluran (h) = 19 m, konduktivitas tanah (σ)= 0.001
S/m, incidence angle (α) = 2 radian, kecepatan arus
sambaran balik (v) = 280 m/μs. Selain itu
dibutuhkan data parameter PSO yaitu ukuran swarm
= 15, maksimum iterasi = 200, θmax=0,9 dan θmin =
0,4.
1. Waktu Muka (tf) = 0,5 μs Tabel 14. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 1,1x10-9 3,1742 54,6257
2 15 0,02 0,01 4,9x10-6 0,6921 5,2909
3 15 1 0,5 2,3x10-3 0,6615 8,0891
4 15 1 0,5 1 0,6607 8,0143
5 15 0,5 1 0,9979 0,66079 8,0143
6 15 0,5 1 1 0,6607 8,0143
7 15 2 2 1 0,6607 8,0143
8 15 2 2 1,6x10-9 0,7617 16,6183
Dari Tabel 14. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
2. Waktu Muka (tf) = 1 μs Tabel 15. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 1,1x10-8 2,3425 21,7875
2 15 0,02 0,01 3,2x10-7 0,7192 16,2756
3 15 1 0,5 1,1x10-6 0,7748 12,4256
4 15 1 0,5 1,62x10-8 0,7187 41,801
5 15 0,5 1 0,8547 0,7486 9,0777
6 15 0,5 1 1 0,7486 9,0792
7 15 2 2 1 0,7486 9,0792
8 15 2 2 1 0,7486 9,0792
Dari Tabel 15. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
3. Waktu Muka (tf) = 2 μs Tabel 16. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 5x10-10 8,8845 31,6088
2 15 0,02 0,01 2,7x10-9 3,7223 38,8478
3 15 1 0,5 1 0,84807 10,2857
4 15 1 0,5 3,8x10-8 0,8321 34,4485
5 15 0,5 1 1 0,84807 10,2857
6 15 0,5 1 2,6x10-8 0,8142 39,4334
7 15 2 2 1 0,84807 10,2857
8 15 2 2 1 0,84807 10,2857
Dari Tabel 16. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
7
Pengaruh variasi waktu muka arus sambaran
balik terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Pengaruh variasi waktu muka arus sambaran
balik terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya pada tegangan 66 kV Waktu Muka Arus
Sambaran Balik
Jarak Maksimum Arrester dan Transformator Daya
X1 X2
0,5 μs 0,6607 m 8,0143 m
1μs 0,7486 m 9,0792 m
2 μs 0,84807 m 10,2857 m
Dari Tabel 17. Terlihat bahwa semakin besar waktu
muka arus sambaran balik maka jarak maksimum
arrester dengan transformator daya semakin besar
pula.
4.2.2 Pengaruh Variasi Jarak Antara Titik
Sambaran dengan Saluran (R) Terhadap
Jarak Maksimum Arrester dengan
Transformator Daya
Untuk optimasi program simulasi dibutuhkan
data dengan parameter sebagai berikut : arus puncak
sambaran balik = 650 kA, waktu muka arus
sambaran balik = 1 μs, tinggi saluran (h) = 19 m,
konduktivitas tanah (σ)= 0.001 S/m, incidence
angle (α) = 2 radian, kecepatan arus sambaran balik
(v) = 280 m/μs. Selain itu dibutuhkan data
parameter PSO yaitu ukuran swarm = 15,
maksimum iterasi = 200, θmax=0,9 dan θmin = 0,4.
1. R=50 m Tabel 18. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 1,4x10-8 0,2012 12,7679
2 15 0,02 0,01 9x10-11 5,0438 12,4371
3 15 1 0,5 8,4x10-9 0,1615 15,924
4 15 1 0,5 1 0,2195 2,6621
5 15 0,5 1 1 0,2195 2,6621
6 15 0,5 1 1,4x10-6 0,2187 3,6622
7 15 2 2 3,4x10-8 0,1120 8,6756
8 15 2 2 1 0,2195 2,6621
Dari Tabel 18. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
2. R=100 m Tabel 19. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 3,5x10-11 16,1089 22,1812
2 15 0,02 0,01 2,4x10-9 2,3376 5,7086
3 15 1 0,5 6,7x10-9 0,42121 36,7927
4 15 1 0,5 8,6x10-8 0,4280 12,5719
5 15 0,5 1 1 0,40536 4,9163
6 15 0,5 1 6,5x10-9 0,4815 32,7746
7 15 2 2 1 0,40536 4,9163
8 15 2 2 1 0,40536 4,9163
Dari Tabel 19. terlihat bahwa belum tentu
didapatkan nilai fungsi tujuan yang sama meskipun
dengan nilai C1 dan C2 yang sama. Hal ini karena
PSO menerapkan sistem random / acak pada tiap
proses penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
3. R=200 m Tabel 20. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 2,8x10-8 0,80402 32,8302
2 15 0,02 0,01 1,17x10-9 5,6256 38,013
3 15 1 0,5 2,2x10-7 0,78842 20,6891
4 15 1 0,5 3,6x10-8 0,7952 30,934
5 15 0,5 1 4,3x10-8 0,80782 29,1354
6 15 0,5 1 1,9x10-8 0,67722 38,8957
7 15 2 2 1 0,7486 9,0792
8 15 2 2 1 0,7486 9,0792
Dari Tabel 20. terlihat bahwa dari dua kali
pengujian belum tentu didapatkan nilai fungsi
tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1 dan C2
yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan sistem
random / acak pada tiap proses penelusurannya.
Hasil pengujian yang menghasilkan nilai fungsi
tujuan tertinggi adalah 1.
Pengaruh variasi jarak titik sambaran dengan
saluran terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Pengaruh variasi jarak titik sambaran dengan
saluran terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya pada tegangan 66 kV Jarak Titik
Sambaran
dengan Saluran
Jarak Maksimum Arrester dan Transformator Daya
X1 X2
50 m 0,2195 m 2,6621 m
100 m 0,40536 m 4,9163 m
200 m 0,7486 m 9,0792 m
Dari Tabel 21. Terlihat bahwa semakin besar jarak
titik sambaran dengan saluran maka jarak
maksimum arrester dengan transformator daya
semakin besar pula.
4.3 Tegangan 150 kV
4.3.1 Pengaruh Variasi Waktu Muka atau Front
Time Arus Sambaran Balik (tf) Terhadap
Jarak Maksimum Arrester dengan
Transformator Daya
Untuk optimasi program simulasi dibutuhkan
data dengan parameter sebagai berikut : arus puncak
sambaran balik = 650 kA, jarak antara titik
sambaran dengan saluran (R) = 200 m, tinggi
saluran (h) = 30 m, konduktivitas tanah (σ)= 0.001
S/m, incidence angle (α) = 2 radian, kecepatan arus
sambaran balik (v) = 280 m/μs. Selain itu
dibutuhkan data parameter PSO yaitu ukuran swarm
= 15, maksimum iterasi = 200, θmax=0,9 dan θmin =
0,4.
8
1. Waktu Muka (tf) = 0,5 μs Tabel 22. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 2,8x10-8 3,8879 47,6463
2 15 0,02 0,01 2,6x10-9 5,8308 20,4356
3 15 1 0,5 1 3,9058 35,85
4 15 1 0,5 1 3,9058 35,85
5 15 0,5 1 1 3,9058 35,85
6 15 0,5 1 5,8x10-9 3,9358 10,0483
7 15 2 2 1 3,9058 35,85
8 15 2 2 1 3,9058 35,85
Dari Tabel 22. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
2. Waktu Muka (tf) = 1 μs Tabel 23. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 1,8x10-8 5,132 22,5774
2 15 0,02 0,01 2,8x10-8 4,3988 30,5052
3 15 1 0,5 1 4,4248 40,6139
4 15 1 0,5 1 4,4248 40,6139
5 15 0,5 1 1x10-7 4,3941 33,6351
6 15 0,5 1 2,1x10-6 4,429 39,0995
7 15 2 2 0,0569 4,4245 40,6072
8 15 2 2 1 4,4248 40,6139
Dari Tabel 23. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
3. Waktu Muka (tf) = 2 μs Tabel 24. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 8x10-7 5,0165 43,1879
2 15 0,02 0,01 1,4x10-8 5,2824 25,7036
3 15 1 0,5 1 5,0128 46,0108
4 15 1 0,5 1 5,0128 46,0108
5 15 0,5 1 1 5,0128 46,0108
6 15 0,5 1 1 5,0128 46,0108
7 15 2 2 1 5,0128 46,0108
8 15 2 2 1 5,0128 46,0108
Dari Tabel 24. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
Pengaruh variasi waktu muka arus
sambaran balik terhadap jarak maksimum arrester
dengan transformator daya dapat dilihat pada Tabel
25.
Tabel 25. Pengaruh variasi waktu muka arus sambaran
balik terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya pada tegangan 150 kV Waktu Muka Arus
Sambaran Balik
Jarak Maksimum Arrester dan Transformator Daya
X1 X2
0,5 μs 3,9058 m 35,85 m
1μs 4,4248 m 40,6139 m
2 μs 5,0128 m 46,0108 m
Dari Tabel 25. Terlihat bahwa semakin besar waktu
muka arus sambaran balik maka jarak maksimum
arrester dengan transformator daya semakin besar
pula.
4.3.2 Pengaruh Variasi Jarak Antara Titik
Sambaran dengan Saluran (R) Terhadap
Jarak Maksimum Arrester dengan
Transformator Daya
Untuk optimasi program simulasi dibutuhkan
data dengan parameter sebagai berikut : arus puncak
sambaran balik = 650 kA, waktu muka arus
sambaran balik = 1 μs, tinggi saluran (h) = 30 m,
konduktivitas tanah (σ)= 0.001 S/m, incidence
angle (α) = 2 radian, kecepatan arus sambaran balik
(v) = 280 m/μs. Selain itu dibutuhkan data
parameter PSO yaitu ukuran swarm = 15,
maksimum iterasi = 200, θmax=0,9 dan θmin = 0,4.
1. R=50 m Tabel 26. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 6,2x10-10 1,2643 38,2076
2 15 0,02 0,01 5,2x10-9 1,4926 20,0604
3 15 1 0,5 1 1,2974 11,9083
4 15 1 0,5 1,2x10-9 1,3043 30,4779
5 15 0,5 1 1,8x10-9 1,3258 26,9679
6 15 0,5 1 1 1,2974 11,9083
7 15 2 2 7,7x10-6 1,2972 12,1442
8 15 2 2 1 1,2974 11,9083
Dari Tabel 26. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
2. R=100 m Tabel 27. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 6,5x10-8 2,4184 17,2903
2 15 0,02 0,01 3,2x10-9 3,3933 24,1264
3 15 1 0,5 2,8x10-9 2,4419 44,675
4 15 1 0,5 1 2,396 21,9919
5 15 0,5 1 1 2,396 21,9919
6 15 0,5 1 4,7x10-6 2,3963 22,5202
7 15 2 2 1 2,396 21,9919
8 15 2 2 1,7x10-3 2,3958 21,9636
Dari Tabel 27. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
9
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
3. R=200 m Tabel 28. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 2,2x10-8 4,6411 26,0729
2 15 0,02 0,01 3,3x10-9 4,7125 36,7374
3 15 1 0,5 3,9x10-7 4,4121 37,0491
4 15 1 0,5 1 4,4248 40,6139
5 15 0,5 1 1 4,4248 40,6139
6 15 0,5 1 1 4,4248 40,6139
7 15 2 2 1 4,4248 40,6139
8 15 2 2 0,9043 4,4249 40,6143
Dari Tabel 28. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
Pengaruh variasi jarak titik sambaran dengan
saluran terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Pengaruh variasi jarak titik sambaran dengan
saluran terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya pada tegangan 150 kV Jarak Titik
Sambaran
dengan Saluran
Jarak Maksimum Arrester dan Transformator Daya
X1 X2
50 m 1,2974 m 11,9083 m
100 m 2,396 m 21,9919 m
200 m 4,4248 m 40,6139 m
Dari Tabel 29. Terlihat bahwa semakin besar jarak
titik sambaran dengan saluran maka jarak
maksimum arrester dengan transformator daya
semakin besar pula.
4.4 Tegangan 500 kV
4.4.1 Pengaruh Variasi Waktu Muka atau Front
Time Arus Sambaran Balik (tf) Terhadap
Jarak Maksium Arrester dengan
Transformator Daya
Untuk optimasi program simulasi dibutuhkan
data dengan parameter sebagai berikut : arus puncak
sambaran balik = 650 kA, jarak antara titik
sambaran dengan saluran (R) = 200 m, tinggi
saluran (h) = 70 m, konduktivitas tanah (σ)= 0.001
S/m, incidence angle (α) = 2 radian, kecepatan arus
sambaran balik (v) = 280 m/μs. Selain itu
dibutuhkan data parameter PSO yaitu ukuran swarm
= 15, maksimum iterasi = 200, θmax=0,9 dan θmin =
0,4.
1. Waktu Muka (tf) = 0,5 μs Tabel 30. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 9,7x10-10 8,5914 31,3149
2 15 0,02 0,01 4,6x10-9 8,2071 44,0612
3 15 1 0,5 3,7x10-5 8,2451 55,2493
4 15 1 0,5 1 8,2396 55,2493
5 15 0,5 1 1 8,2396 55,2493
6 15 0,5 1 1 8,2396 55,2493
7 15 2 2 1 8,2396 55,2493
8 15 2 2 1 8,2396 55,2493
Dari Tabel 30. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
2. Waktu Muka (tf) = 1 μs Tabel 31. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 4,2x10-9 9,4063 49,0266
2 15 0,02 0,01 6x10-10 8,9922 27,2881
3 15 1 0,5 1 9,3345 62,5911
4 15 1 0,5 1 9,3345 62,5911
5 15 0,5 1 1 9,3345 62,5911
6 15 0,5 1 1 9,3345 62,5911
7 15 2 2 1 9,3345 62,5911
8 15 2 2 1 9,3345 62,5911
Dari Tabel 31. terlihat tentu didapatkan nilai fungsi
tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1 dan C2
yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan sistem
random / acak pada tiap proses penelusurannya.
Hasil pengujian yang menghasilkan nilai fungsi
tujuan tertinggi adalah 1.
3. Waktu Muka (tf) = 2 μs Tabel 32. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 3,6x10-9 10,7956 54,9054
2 15 0,02 0,01 3x10-10 11,3451 18,4556
3 15 1 0,5 1 10,5749 70,9084
4 15 1 0,5 1 10,5749 70,9084
5 15 0,5 1 0,99999 10,5749 70,90821
6 15 0,5 1 1 10,5749 70,9084
7 15 2 2 1 10,5749 70,9084
8 15 2 2 1 10,5749 70,9084
Dari Tabel 32. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
Pengaruh variasi waktu muka arus
sambaran balik terhadap jarak maksimum arrester
dengan transformator daya dapat dilihat pada Tabel
33.
Tabel 33. Pengaruh variasi waktu muka arus sambaran
balik terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya pada tegangan 500 kV Waktu Muka Arus
Sambaran Balik
Jarak Maksimum Arrester dan Transformator Daya
X1 X2
0,5 μs 8,2396 m 55,2493 m
1μs 9,3345 m 62,5911 m
2 μs 10,5749 m 70,9084 m
Dari Tabel 33. Terlihat bahwa semakin besar waktu
muka arus sambaran balik maka jarak maksimum
10
arrester dengan transformator daya semakin besar
pula.
4.4.2 Pengaruh Variasi Jarak Antara Titik
Sambaran dengan Saluran (R) Terhadap
Jarak Maksimum Arrester dengan
Transformator Daya
Untuk optimasi program simulasi dibutuhkan
data dengan parameter sebagai berikut : arus puncak
sambaran balik = 650 kA, waktu muka arus
sambaran balik = 1 μs, tinggi saluran (h) = 70 m,
konduktivitas tanah (σ)= 0.001 S/m, incidence
angle (α) = 2 radian, kecepatan arus sambaran balik
(v) = 280 m/μs. Selain itu dibutuhkan data
parameter PSO yaitu ukuran swarm = 15,
maksimum iterasi = 200, θmax=0,9 dan θmin = 0,4.
1. R=50 m Tabel 34. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 1,3x10-9 2,7944 18,8086
2 15 0,02 0,01 1,4x10-9 2,4921 24,1501
3 15 1 0,5 1 2,737 18,3522
4 15 1 0,5 4x10-5 2,7384 18,4146
5 15 0,5 1 1 2,737 18,3522
6 15 0,5 1 3,9x10-5 2,7366 18,3921
7 15 2 2 1 2,737 18,3522
8 15 2 2 1 2,737 18,3522
Dari Tabel 34. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
2. R=100 m Tabel 35. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 1,2x10-8 4,9354 37,7112
2 15 0,02 0,01 3,09x10-7 4,9952 34,1616
3 15 1 0,5 1 5,0545 33,8923
4 15 1 0,5 2,9x10-7 5,0587 33,0343
5 15 0,5 1 8,2x10-9 5,0648 39,0199
6 15 0,5 1 1 5,0545 33,8923
7 15 2 2 1 5,0545 33,8923
8 15 2 2 1 5,0545 33,8923
Dari Tabel 35. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
3. R=200 m Tabel 36. Nilai fungsi tujuan antar pengujian
Peng-
ujian
Ukuran
Swarm C1 C2
Fungsi
Tujuan X1 (m) X2 (m)
1 15 0,02 0,01 9,3x10-9 9,418 53,744
2 15 0,02 0,01 6x10-10 9,4268 28,5946
3 15 1 0,5 3,2x10-3 9,3355 62,5658
4 15 1 0,5 1 9,3345 62,5911
5 15 0,5 1 6,4x10-10 9,5421 28,6969
6 15 0,5 1 1 9,3345 62,5911
7 15 2 2 1 9,3345 62,5911
8 15 2 2 1 9,3345 62,5911
Dari Tabel 36. terlihat belum tentu didapatkan nilai
fungsi tujuan yang sama meskipun dengan nilai C1
dan C2 yang sama. Hal ini karena PSO menerapkan
sistem random / acak pada tiap proses
penelusurannya. Hasil pengujian yang
menghasilkan nilai fungsi tujuan tertinggi adalah 1.
Pengaruh variasi jarak titik sambaran
dengan saluran terhadap jarak maksimum arrester
dengan transformator daya dapat dilihat pada Tabel
37.
Tabel 37. Pengaruh variasi jarak titik sambaran dengan
saluran terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya pada tegangan 500 kV Jarak Titik
Sambaran
dengan Saluran
Jarak Maksimum Arrester dan Transformator Daya
X1 X2
50 m 2,737 m 18,3522 m
100 m 5,0545 m 33,8923 m
200 m 9,3345 m 62,5911 m
Dari Tabel 37. Terlihat bahwa semakin besar jarak
titik sambaran dengan saluran maka jarak
maksimum arrester dengan transformator daya
semakin besar pula.
Berikut ini adalah grafik hubungan waktu
muka arus sambaran balik terhadap jarak
maksimum arrester dengan transformator daya pada
konfigurasi saluran kawat-kawat yang ditunjukkan
pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik hubungan waktu muka arus sambaran
balik terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya
Sedangkan grafik hubungan jarak titik
sambaran dengan saluran terhadap jarak maksimum
arrester dengan transformator daya pada konfigurasi
saluran kawat-kawat ditunjukkan pada Gambar 8.
0
2
4
6
8
10
12
0,5 1 2 Jara
k M
ak
sim
um
Arr
este
r d
engan
Tra
nsf
orm
ato
r
Daya (
m)
Waktu Muka Arus Sambaran Balik (μs)
Tegangan 20
kV
Tegangan 66
kV
Tegangan 150
kV
Tegangan 500
kV
11
Gambar 8. Grafik hubungan jarak titik sambaran dengan
saluran terhadap jarak maksimum arrester dengan
transformator daya
V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan analisis yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Dari Tabel 9, Tabel 17, Tabel 25, dan Tabel
33 didapatkan semakin besar waktu muka
arus sambaran balik maka jarak maksimum
arrester dengan transformator daya semakin
besar pula.
2. Dari Tabel 13, Tabel 21, Tabel 29, dan Tabel
37 didapatkan semakin besar jarak titik
sambaran dengan saluran maka jarak
maksimum arrester dengan transformator
daya semakin besar pula.
3. Dari Tabel 1 – Tabel 37 didapatkan
konfigurasi saluran kawat-kabel memiliki
jarak maksimum arrester dengan
transformator daya yang lebih besar
dibandingkan konfigurasi saluran kawat-
kawat.
4. Hasil pengujian optimasi penempatan arrester
menggunakan metode PSO menunjukkan
hasil :
a. Untuk beberapa kali pengujian, nilai
fungsi tujuan belum tentu sama meskipun
dengan nilai C1 dan C2 yang sama.
b. Nilai C1 dan C2 yang terlalu kecil sangat
sulit untuk mencapai titik optimal.
5.2 SARAN
1. Dapat dikembangkan untuk kawat jenis
konduktor berkas (bundled conductor) dan
kabel berinti banyak (multiple core cable).
2. Penentuan penempatan arrester yang optimal
dapat dikembangkan dengan menggunakan
metode Algoritma Genetika, Fuzzy, atau
metode optimasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdia, Gunaidi, The Shortcut of Matlab
Programming, Informatika Bandung, 2006.
[2] Affandi, M.Yusron, Studi Pengaruh Tegangan
Lebih Akibat Induksi Petir Pada Saluran
Transmisi Tegangan Tinggi Menggunakan
Coupling Model, Jurusan Teknik Elektro-FTI
ITS, 2011.
[3] Pratomo, Fariz Dwi, Studi Tegangan Lebih
Impuls Akibat Penggunaan Konfigurasi Mixed
Lines (High Voltage Overhead-Cable Lines)
150 kV, Jurusan Teknik Elektro-FTI ITS, 2011.
[4] Santoso, Budi, Tutorial Particle Swarm
Optimization, Teknik Industri ITS, Surabaya,
2010.
[5] Maickel Tuegeh, Soeprijanto, Mauridhi
Purnomo, Modified Improved Particle Swarm
Optimization for Optimal Generator
Scheduling, Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi, 2009.
[6] Hutahuruk, TS, Gelombang Berjalan dan
Proteksi Surja, Penerbit Erlangga, Jakarta,
1989.
[7] Tobing, Bonggas L, Peralatan Tegangan
Tinggi, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2003.
[8] Ernesto Perez, Javier Herrera, and Horacio
Torres, Sensitivity Analysis of Induced Voltages
on Distribution Lines, paper IEEE Bologna
Power Tech Conference, Italy, 2003.
[9] SPLN 7-1978, Pedoman Pemilihan Tingkat
Isolasi Transformator dan Penangkap Petir,
Jakarta, 1978.
[10] SPLN 121-1996, Konstruksi Saluran Udara
Tegangan Tinggi 70 kV dan 150 kV Dengan
Tiang Beton/Baja, Jakarta, 1996.
[11] SPLN 15-1978, Pedoman Pemilihan Jenis Dan
Ukuran Penghantar Alumunium Bagi Saluran
Udara 20 kV, 66 kV, dan 150 kV, Jakarta, 1978.
[12] C.A Christodoulou, V.Vita, A.Mitropoulou,
D.S.Oikonomou, L.Ekonomou, Interface
Construction for The Computation of The
Optimum Installation Position of Metal Oxide
Surge Arrester in Medium Voltage Subtations,
ISBN: 978-960-474-159-5, 2011.
[13] Soibelzon, Hector Leopoldo, Lightning
Arresters for Protection of Distribution
Transformer in City Bell, X International
Symposium on Lightning Protection, Brazil,
2009.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
50 100 200
Jara
k M
ak
sim
um
Arr
este
r d
engan
Tra
nsf
orm
ato
r
Daya (
m)
Jarak Titik Sambaran dengan Saluran (m)
Tegangan 20
kV
Tegangan 66
kV
Tegangan 150
kV
Tegangan 500
kV
12
[14] Mohd Z.A.Ab Kadir, Zawati Mohd Nawi and
Junainah Sardi, Numerical Modelling and
Simulation in Electromagnetic Transient
Program for Estimating Line Backflashover
Performance, Engineering Letters, 2010.
[15] Abdu, Syamsir dan Angga Septian, Analisis
Gangguan Petir Akibat Sambaran Langsung
Pada Saluran Transmisi Tegangan Ekstra
Tinggi 500 kV, JETri, Volume 8 Nomor 2, 2009.
[16] -----------, Tabel Medium Voltage XLPE
Insulated Cable, PT Kabelindo Murni Tbk.
[17] Prasetyono, Suprihadi, Kajian Mekanis
Penggunaan Penghantar Termal ACCR pada
SUTET 500 kV, MAKARA TEKNOLOGI, Vol
11 No 1 April, 2007.
[18] -----------, XLPE Land Cable Systems, ABB.
[19] U.S.Inan and N.G. Production of Terrestrial
Gamma-Ray Flashes By an Electromagnetic
Pulse From a Lightning Return Stroke,
Geophysical Research Letters, Vol 32
November, 2005.
[20] Mladen Zec and Mico Gacanovic, Overvoltages
Caused By Indirect Lightning Strokes, 4th
International PhD Seminar on Computational
Electromagnetics and Bioeffects of
Electromagnetics Fields, Serbia, 2009.
[21] ----------, Review of Traveling Waves, Taylor
and Francis Group, LCC, 1999.
BIOGRAFI PENULIS
Dwi Harjanto, lahir di
Semarang, 7 November
1988. Menempuh
pendidikan di SDN
Kalicari 04 Semarang,
SMPN 15 Semarang,
SMAN 11 Semarang dan
saat ini sedang
menyelesaikan studi
Strata-1 di Jurusan
Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang dengan
mengambil konsentrasi Power / Ketenagaan.
Menyetujui / Mengesahkan :
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Ir. Yuningtyastuti, M.T. Susatyo Handoko,S.T., M.T.
NIP. 195209261983032001 NIP. 197305262000121001
top related