oleh uswatun khasanah 0 6 2 3 1 1 0 1 4...
Post on 02-Mar-2019
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL (Studi Kasus Di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara)
SKRIPSI
Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1)
Ilmu Syari’ah Jurusan Muamalah
Oleh
USWATUN KHASANAH
0 6 2 3 1 1 0 1 4
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
H. Abdul Ghofur , S.Ag., M.Ag
Jl. Prof. Hamka km 2 Ngaliyan Semarang 50181
Dra. Hj. Noor Rosyidah, M.S.I
Jl. Kampong Kebon Arum no. 37 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp. : 4 (eksemplar)
Hal : Naskah skripsi
A.n. Uswatun Khasanah
Assalamu’alaikum wr.wb
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya
kirimkan naskah saudara:
Nama : Uswatun Khasanah
Nim : 062311014
Jurusan : Muamalah
Judul : PELAKSANAAN AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL (Studi Kasus Di
KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara)
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi tersebut dapat segera dimunaqasahkan.
Demikian harap maklum adanya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Semarang, Juni 2011
Pembimbing I Pembimbing II
iv
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” 1
1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mekar Surabaya, 2004,
hlm. 108
vi
DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran
dan rasa tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah
ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, Juni 2011
Deklarator
Uswatun Khasanah
vii
ABSTRAK
Uswatun khasanah (NIM: 062311014) “pelaksanaan bai’ bitsaman ajil
(studi kasus di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara)” skripsi. Semarang:
program sarjana Muamalah IAIN Walisongo Semarang, 2011.
Kata kunci: akad, bai’ bitsaman ajil (BBA), penelitian kualitatif.
KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara, sebagai lembaga keuangan
syariah tidak menutup kemungkinan di dalamnya terdapat ketidaksesuaian dalam
melakukan praktek pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA), sehingga perlu diteliti
bagaimana pelaksanaan akad Bai’ Bitsaman Ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera
Abadi Jepara? Dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad Bai’
Bitsaman Ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara?
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Adapun tehnik
pengumpulan data meliputi pengamatan, dan wawancara. Sedangkan teknik
analisisnya adalah analisis deskriptif yaitu metode yang dipakai untuk membantu
dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi
tertentu serta mengetahui bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan. Data yang
diperoleh akan dianalisis dan digambarkan secara menyeluruh yang terjadi pada
pelaksanaan akad Bai’ Bitsaman Ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara.
Hasil penelitian dalam praktek bai’ bitsaman ajil (BBA) yang terjadi di KSU
BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara adalah transaksi jual beli antara BMT (penjual)
dan calon anggota (pembeli), dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati
antara BMT dan calon anggota. Kemudian calon anggota membayar dengan cara
mencicil/mengangsur kepada BMT. Tetapi BMT menyerahkan semuanya kepada
calon anggota dalam hal penerimaan/pembelian barang. Apabila calon anggota
menghendaki pembiayaan dalam bentuk uang bukan barang maka BMT akan
memberikan pembiayaan dalam bentuk uang tersebut kepada calon anggota, dan
apabila calon anggota menghendaki barang maka BMT akan memberikan barang
kepada calon anggota. Hal ini dilakuakan oleh BMT karena calon anggota dianggap
lebih mengetahui mengenai barang yang dibutuhkan. Dalam praktek pelaksanaan
akad bai’ bitsaman ajil ini belum sesuai dengan konsep bai’bitsaman ajil secara baik
dan benar.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr,wb.
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.
Solawat diiringi salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa pencerahan dalam kehidupan seluruh ummat manusia.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana
strata satu (S-1) dalam ilmu Muamalah di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak akan
berhasil tanpa dukungan dari semua pihak dengan berbagai bentuk kontribusi yang
diberikan, baik secara moril ataupun materiil. Dengan kerendahan dan ketulusan hati.
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhibbin M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2. Dr. Imam Yahya, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Walisongo
Semarang.
3. Moh. Arifin, S.Ag. M.Hum. selaku Ketua Jurusan Muamalah, dan Afif Noor,
S.Ag. M.Hum. selaku Sekretaris Jurusan terima kasih atas kebijakan yang
dikeluarkan, khususnya yang berkaitan dengan kelancaran penulisan skripsi ini.
4. Bapak H. Abdul Ghofur, M.Ag selaku pembimbing I, serta Dra. Hj. Noor
Rosyidah, M.S.I selaku pembimbing II, yang telah banyak membantu dengan
meluangkan waktu dan tenaganya yang sangat berharga semata-mata demi
mengarahkan dan membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.
ix
5. Bapak dan Ibu Dosen pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang yang membekali berbagai ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Kepala dan staf karyawan Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang yang
telah memberi izin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Bapak M. Jauharuddin, S.Sos,I beserta pegawai KSU BMT Ummat Sejahtera
Abadi Jepara, yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
8. Ayah dan Ibu dan segenap keluarga tercinta yang tidak pernah lelah mendoakan
penulis, adik-adikku tercinta yang telah memberikan dorongan dan motivasi
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman MU kelas A dan B, anak-anak kost ceria 22, awak-awak rantau
IMB (Ikatan Mahasiswa Borneo), teman-teman KKN Posko 34 Kuripan, teman-
teman angkatan 2004 seperjuangan dan semua pihak, baik langsung maupun tidak
langsung yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini
terselesaikan.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang
telah membantu penulis hingga terselesainya skripsi ini.
Semoga amal baik kalian mendapat balasan dari Yang Maha Sempurna.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini dan masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis sangat mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritik demi
kelengkapan dan sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum wr,wb.
Semarang, Juni 2011
Uswatun Khasanah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
HALAMAN DEKLARASI .......................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................. vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................. viii
HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 9
D. Telaah pustaka ....................................................................... 9
E. Metode penelitian ………………………………………....... 11
F. Sistematika Penelitian ............................................................ 14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL
A. Akad ……………………………………………………....... 15
1. Pengertian akad ................................................................ 15
2. Rukun dan syarat akad …………………………………... 16
B. Bai’ bitsaman ajil ............................................................ ....... 23
1. Pengertian bai’ bitsaman ajil …………………………….. 23
2. Landasan bai’ bitsaman ajil ………………………………. 25
3. Rukun dan syarat bai’ bitsamna ajil ……………………… 26
4. Bagan proses bai’ bitsaman ajil ………………………….. 28
xi
5. Kaidah-kaidah khusus yang berkaitan dengan bai’
bitsaman ajil ...................................................................... 30
6. Bai’ bitsaman ajil dengan murabahah ……………………. 31
BAB III PROFIL KSU BMT UMMAT SEJAHTERA ABADI JEPARA
A. Sejarah berdirinya BMT ......................................................... 33
B. Tujuan, visi, dan misi ............................................................. 35
C. Struktur organisasi ................................................................. 36
D. Produk-produk (simpanan dan pembiayaan) .......................... 37
1. Produk simpanan …………………………………………. 37
2. Produk pembiayaan ………………………………………. 41
E. Aplikasi pelaksanaan pembiayaan bai’ bitsaman ajil ............ 43
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL DI
KSU BMT UMMAT SEJAHTERA ABADI JEPARA
A. Analisis pelaksanaan akad bai’ bitsaman ajil di KSU BMT
Ummat Sejahtera Abadi Jepara .............................................. 51
B. Tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad bai’
bitsaman ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara .. 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 70
B. Saran-Saran ............................................................................ 71
C. Penutup .................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan
dan pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksi berskala besar dengan
kebutuhan investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin
dipenuhi tanpa bantuan lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan
tumpuan bagi para pengusaha untuk mendapatkan tambahan modalnya
melalui mekanisme kredit dan menjadi tumpuan investasi melalui mekanisme
saving (menabung). Sehingga lembaga keuangan telah memainkan peranan
yang sangat besar dalam mendistribusikan sumber-sumber daya ekonomi di
kalangan masyarakat, meskipun tidak sepenuhnya dapat mewakili kepentingan
masyarakat yang luas.1
Transaksi jual beli merupakan hal yang lazim atau umum yang telah
berlangsung di masyarakat. Pada zaman dulu jual beli dilakukan dengan tukar
menukar barang. Namun perkembangan zaman, membuat sistem ini kurang
efektif, sehingga muncullah alat tukar yang berupa uang. Transaksi jual beli
ini dapat berpotensi timbulnya riba. Oleh karenanya, jual beli harus memenuhi
kaidah agama Islam.2
1 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII
press, 2004, hlm. 51 2 Ibid, hlm. 89
2
Institusi yang didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, seperti lembaga keuangan
syariah. Harus menggunakan prinsip-prinsip syariah yaitu :
a) Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi,
b) Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah,
c) Memberikan zakat.
Sepanjang praktek perbankan konvensional tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam, bank-bank Islam telah mengadopsi sistem
dan prosedur perbankan yang ada. Bila terjadi pertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah, maka bank-bank Islam merencanakan dan
menerapkan prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas
perbankan mereka dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Untuk itu Dewan
Syariah berfungsi memberikan advis kepada perbankan Islam guna
memastikan bahwa bank Islam tidak terlibat dalam unsur-unsur yang tidak
disetujui oleh Islam.3
Dalam sistem keuangan Islam, lembaga-lembaga keuangan non-
bank yang diperlukan memiliki peran yang hampir sama. Hanya saja
perbedaan terletak pada sistem dan mekanisme operasionalnya. Dengan
penghapusan prinsip bunga, baik dalam mekanisme investasi langsung
ataupun tak langsung dan pasar uang antar bank, praktek sistem bebas
bunga (bagi hasil) akan lebih mudah untuk diterapkan secara integral. Oleh
3Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006,
hlm. 2-3
3
karena itu untuk mewadahi kepentingan masyarakat yang belum
disalurkan oleh jasa perbankan Islam, maka telah dibentuk beberapa
institusi keuangan non-bank dengan prinsip yang dibenarkan oleh syariat
Islam, yaitu :
1. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan Koperasi Pondok Pesantren
2. Asuransi Syari’ah (Takafful)
3. Reksa Dana Syari’ah
4. Pasar Modal Syari’ah
5. Pegadaian Syari’ah (Rahn)
6. Lembaga Zakat, infaq, Shadaqah, dan Wakaf.4
Kehadiran BMT dapat menjadi antithesis dari ungkapan bahwa
bisnis dan sosial tidak dapat digabung. Mengelola bisnis dengan sistem
sosial memang akan berdampak negatif bagi lembaga bisnis. Sebaliknya
mengelola kegiatan sosial dengan pendekatan bisnis dapat mengurangi
makna sosialnya. Namun sistem BMT, dengan memadukan keduanya
tersebut, bukan berarti mencampuradukkan antara sosial dan bisnis, akan
tetapi BMT menyelesaikan kegiatan sosial kemudian baru menyelesaikan
kegiatan bisnis atau sebaliknya. Keselarasan antara sosial dan bisnis ini
dijalankan dengan sistem manajemen yang terpisah.5
Baitul maal wat Tamwil (BMT) atau usaha mandiri terpadu, adalah
lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,
menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat
4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Ekonesia, edisi 2,
2003, hlm. 8-9 5 Muhanmmad Ridwan, op.cit., hlm. 187
4
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin,
ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salam:
keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.6
BMT berasaskan pancasila dan UUD ’45 serta berlandaskan
prinsip syari’ah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah) kekeluargaan/
koperasi, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan
demikian kehadiran BMT menjadi organisasi yang syah dan legal. Sebagai
Lembaga Keuangan Syari’ah, yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip
syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh
dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk
mencapai sukses di dunia dan akhirat juga keterpaduan antara sisi mall dan
tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti untuk
mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama.7
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syari’ah
dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
a. Produk Penyaluran Dana (financing),
b. Produk Penghimpunan Dana (funding),
c. Produk Jasa (service).
Dalam penyaluran dananya pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang
dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu :
6 M. Nadratuzzaman Hosen, dkk, Materi dakwah Ekonomi SYARI’AH, Jakarta: PKES
(Pusat Komunikasi Ekonomi Syari’ah), 2008, hlm. 167 7. Muhammad Ridwan, op.cit., hlm. 129-130
5
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli,
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa,
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,
4. Pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap.
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk memiliki
barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan
mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama
yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.8
Produk pembiayaan merupakan penyediaan uang dan tagihan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam diantara
BMT dengan pihak lain beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu.
Yang didalamnya berupa pembiayaan al-murabahah (MBA), pembiayaan
al-Bai’ Bitsaman Ajil (BBA), pembiayaan al-Mudharabah (MDA),
pembiayaan al-Musyarakah (MSA).9
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.
Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga
barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal
dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran
kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam
bentuk lump sum (sekaligus).10
8 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, hlm. 87 9 Heri Sudarsono, op. cit., hlm.102
10Adiwarman Karim, op. cit. hlm. 105
6
Bai’ muajjal (pembayaran yang di tangguhkan), dengan teknik ini,
bank membeli dan menjual kembali aset, produk, atau properti
berdasarkan sistem pembayaran yang ditangguhkan. Kategori pendanaan
ini meliputi BBA dan mudharabah, karena kontrak ini membolehkan
menjual suatu barang berdasarkan sistem pembayaran yang ditangguhkan,
dengan dicicil atau dibayar sekaligus. Harga produknya disepakati oleh
pembeli dan penjual pada saat penjualan dan tidak boleh menambahkan
biaya apapun untuk pembayaran yang ditangguhkan. Ketentuan umum
syariah tentang penjualan harus diterapkan, yaitu bahwa objeknya harus
ada, dimiliki, dan dikuasai bank, penjualannya segera dan mutlak, dan
harganya pasti, tanpa ditambahi syarat apa pun.11
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati dan tidak terlalu memberatkan
pembeli. Dalam kontrak murabahah, penjual harus memberitahukan harga
pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
imbalannya. Kontrak murabahah dapat dilakukan untuk membeli secara
pesanan, yang bisa disebut murabahah kepada pemesan pembelian.12
Sedangkan pembiayaan bai’ bitsaman ajil, yaitu pembiayaan
berupa talangan dana yang dibutuhkan nasabah untuk membeli suatu
barang/jasa dengan kewajiban mengembangkan talangan dana tersebut
ditambah margin keuntungan bank secara mencicil sampai lunas dalam
11
Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah, Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2001, hlm. 79 12
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syari’ah, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hlm. 26
7
jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Bank memperoleh
margin keuntungan berupa selisih harga beli dari pemasok dengan harga
jual bank kepada nasabah.13
Bai’ bitsaman ajal adalah menjual dengan harga asal ditambah
dengan margin keuntungan yang telah disepakati dan dibayar secara
kredit.14
Pembiayaan atas dasar prinsip bai’ bitsaman ajil adalah akad jual
beli dengan harga yang sebesar harga pokok ditambah dengan tingkat
keuntungan tertentu dan pembayarannya dilakukan atas dasar angsuran.
Besarnya tingkat keuntungan, jangka waktu pembayaran, dan jumlah
angsuran tersebut didasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Pembiayaan ini ditujukan bagi nasabah yang akan membeli barang modal
atau barang untuk tujuan investasi lainnya.15
Bai’ bitsaman ajil dalam praktek di BMT yaitu transaksi jual beli
suatu barang yang mana BMT sebagai pihak penyedia barang (penjual)
dan nasabah sebagai pihak penerima barang (pembeli), dengan tambahan
keuntungan (margin) yang diambil oleh pihak BMT (penjual) yang telah
disepakati antara kedua belah pihak atau BMT (penjual) dan nasabah
(pembeli). Dan nasabah akan membayar dengan cara pencicilan kepada
BMT.
13
Widyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2005, hlm. 109 14 Muhammad, Sistem Dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press,
2000, hlm. 30-31 15
Toyok Budisantoso dan Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, edisi
kedua, Jakarta: Salemba Empat, 2006, hlm. 171
8
Di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi praktek bai’ bitsaman ajil
adalah transaksi jual beli antara BMT (penjual) dan calon anggota
(pembeli), dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati antara
BMT dan calon anggota. Kemudian calon anggota membayar dengan cara
mencicil/mengangsur kepada BMT. Tetapi BMT menyerahkan semuanya
kepada calon anggota dalam hal penerimaan/pembelian barang. Apabila
calon anggota menghendaki pembiayaan dalam bentuk uang bukan barang
maka BMT akan memberikan pembiayaan dalam bentuk uang tersebut
kepada calon anggota, dan apabila calon anggota menghendaki barang
maka BMT akan memberikan barang kepada calon anggota.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menyusun skripsi
mengenai “PELAKSANAAN AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL STUDI
KASUS DI KSU BMT UMMAT SEJAHTERA ABADI JEPARA.
B. Rumusan Masalah
Untuk mencapai tujuan dari pembahasan judul skripsi di atas, maka
penulis merumuskan dan membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan akad bai’ bitsaman ajil di KSU BMT Ummat
Sejahtera Abadi Jepara ?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad bai’
bitsaman ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara ?
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan akad bai’ bitsaman ajil di KSU BMT
Ummat Sejahtera Abadi Jepara ?
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan
akad bai’ bitsaman ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara ?
D. Telaah Pustaka
Untuk menghindari terjadinya duplikasi dan penelitian terhadap objek
yang sama serta menghindari anggapan plagiasi (menjiplak) terhadap karya
tertentu, maka perlu pengkajian terhadap karya-karya yang telah ada.
Penelitian yang berkaitan dengan bai’ bitsaman ajil memang bukan untuk
yang pertama kali, sebelumnya sudah ada penelitian yang berkaitan dengan
hal tersebut, diantara penelitian yang sudah pernah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. “Penerapan Prinsip Bai’ Bitsaman Ajil pada BPRS Arta Surya
Barokah Semarang”, oleh Joko Susilo, mahasiswa fakultas syari’ah/D3.
Hasil dari penelitian ini membahas tentang prosedur pembiayaan bai’
bitsaman ajil dan penanganan jika terjadi wan prestasi atau pembiayaan
macet pada bai’ bitsaman ajil. Maka penyelesaian pembiayaan dapat
ditutup dengan dana ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah), jika mudharib
(nasabah) benar-benar tidak mampu untuk membayar tunggakannya dan
10
termasuk dalam kategori orang yang wajib untuk diberi zakat yaitu
gharimin (orang yang berhutang).16
2. “Analisis Produk Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) Pada BMT-
MMU Sidogiri Pasuruan” oleh Dwi Riska Amalia, mahasiswa
Universitas Islam Negeri Malang. Hasil dari penelitian ini membahas
tentang pembiayaan bai’ bitsamanil ajil (BBA) yang memberikan
kontribusi sangat besar terhadap pendapatan BMT-MMU. Jumlah
penyaluran pembiayaan BBA menduduki posisi pertama. Dapat
dimaklumi apabila BBA juga memberikan kontribusi yang sangat besar
bagi BMT-MMU Pasuruan, hal ini disebabkan karena BBA memberikan
pembayaran yang cenderung lebih pasti diterima karena telah ditentukan
marginnya pada saat awal transaksinya. Upaya-upaya yang dilakukan oleh
BMT-MMU Pasuruan dalam meningkatkan profitnya antara lain:
Memperbanyak pembiayaan (ekspansi pembiayaan)
Karena dengan banyaknya pembiayaan yang masuk maka keuntungan
yang diperoleh BMT akan semakin meningkat.
Menekan biaya operasional
Menekan NPL (Pembiayaan bermasalah)
Membangun etos kerja yang tinggi.17
16
Joko Susilo, Penerapan Prinsip Bai’ Bitsaman Ajil pada BPRS Artha Surya Barokah,
Tugas Akhir Program D3 Perbankan Syari’ah Semarang, Tahun 2006. 17
Dwi Riska Amalia, Analisis Produk Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) Pada BMT-
MMU Sidogiri Pasuruan, Skripsi Jurusan Managemen, Fakultas Ekonomi, UIN Malang, 2008
11
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini berfokus pada “pelaksanaan akad bai’ bitsaman
ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara”. Dan dalam hal ini metode
yang digunakan adalah
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)
yaitu penelitian yang menggunakan data dan sumber informasi lapangan,
yang bertujuan memperoleh data-data yang diperlukan dari kancah atau
obyek penelitian yang sebenarnya, dan untuk mempelajari secara intensif
latar belakang, status terakhir dan interaksi yang terjadi pada suatu satuan
sosial seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas.18
Dalam penelitian ini penulis meneliti, mengkaji, dan melakukan
kunjungan langsung ke BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara.
2. Sumber Data
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data langsung
pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.
Sumber data primer yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh langsung dari pimpinan, petugas, dan
nasabah BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara.
18
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: pustaka pelajar offset, 1998, hlm. 7
12
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh penelitian dari subyek penelitian. Data sekunder
biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.19
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, surat
perjanjian, dan data-data yang berkaitan dengan pelaksanaan akad bai’
bitsaman ajil.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.20
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
a) Pengamatan (observasi)
Yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati
dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.21
19
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 85 20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2008, hlm. 224 21
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2009, hlm. 70
13
Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi dengan cara
berkunjung dan mengamati secara langsung praktek pelaksanaan akad
bai’ bitsaman ajil di BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara.
b) Wawancara (interview)
Yaitu suatu percakapan, proses tanya jawab secara lisan, yang
di dalamnya terdapat dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan
suaranya, ini merupakan alat pengumpul informasi yang langsung
untuk berbagai jenis data sosial.22 Dalam melaksanakan interview
(wawancara) peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah
disiapkan kepada pengurus dan orang-orang yang terlibat didalamnya
diminta untuk menjawab pertanyaan yang sudah diberikan tadi.
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara langsung
dengan pimpinan, karyawan/petugas, dan nasabah di BMT Ummat
Sejahtera Abadi Jepara.
4. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul maka penulis akan melakukan analisis data
dengan menggunakan metode deskriptif analitis dan menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif termasuk penelitian historis
dan penelitian deskriptif, adalah penelitian yang tidak menggunakan
model-model matematik, statistik atau komputer. Penelitian deskriptif
yaitu. suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau
22
Sutrisno Hadi, Metode Research, Yogyakarta: Andi Offset, jilid 2, 2004, hlm. 216.
14
gambaran mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki lalu menganalisis.23Dalam penelitian ini
penulisan akan menggambarkan bagaimana pelaksanaan akad bai’
bitsaman ajil.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis membagi atas lima bab, yang
mana antara bab satu dengan bab yang lain saling berkaitan.
Pada bab pertama berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
Pada bab dua membahas tentang gambaran umum mengenai
pengertian akad, syarat dan rukun akad, dan pengertian bai’ bitsaman ajil,
syarat dan rukun bai’ bitsaman ajil, serta bagan proses bai’ bitsaman ajil.
Pada bab tiga membahas tentang sejarah berdirinya, tujuan, visi dan
misi, struktur organisasi, produk-produk BMT (simpanan dan pinjaman), dan
aplikasi pembiayaan bai’ bitsaman ajil.
Pada bab empat membahas tentang analisis pelaksanaan akad bai’
bitsaman ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara, dan tinjauan
hukum Islam terhadap pelaksanaan akad bai’ bitsaman ajil di KSU BMT
Ummat Sejahtera Abadi Jepara.
Pada bab lima berupa Penutup yang meliputi kesimpulan, saran, dan
penutup.
23
Saifudin Azwar, op. cit. 128
15
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL
A. AKAD
1. Pengertian Akad
Secara lughawi, makna al-aqd adalah perikatan, perjanjian, pertalian,
permufakatan (al-ittifaq). Sedangkan secara istilahi, akad didefinisikan
dengan redaksi yang berbeda-beda. Berbagai definisi tersebut dapat
dimengerti bahwa, akad adalah pertalian ijab dan qabul dari pihak-pihak yang
menyatakan kehendak, sesuai dengan kehendak syari’at, yang akan memiliki
akibat hukum terhadap objeknya.24
Lafal akad adalah lafal Arab al-aqd yang berarti perikatan., perjanjian,
dan permufakatan al-ittifaq. Secara terminology fiqh, akad di definisikan
dengan :
Artinya : “pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qobul
(pernyataan penerima ikatan) sesuai dengan kehendak syari‟at
yang berpengaruh pada obyek perikatan”
Pencantuman kalimat “sesuai dengan kehendak syari’at” maksudnya
adalah bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
tidak dianggap sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara’, misalnya:
24
M. Yazid Afandi, Fiqih Muamalah, Yogyakarta : Logung Pustaka, 2009, hlm. 33
16
kesepakatan untuk melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau
merampok kekayaan orang lain. Sedangkan pencantuman kalimat
“berpengaruh pada objek perikatan” maksudnya adalah terjadinya
perpindahan pemilikan dari atau pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak
yang lain (yang menyatakan qabul).25
Definisi-definisi tersebut mengisyaratkan bahwa, pertama, akad
merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan qabul yang berpengaruh
terhadap munculnya akibat hukum baru. Kedua, akad merupakan tindakan
hukum dari kedua belah pihak. Ketiga, dilihat dari tujuan dilangsungkannya
akad, ia bertujuan untuk melahirkan akibat hukum baru.
Persoalan akad adalah persoalan antara pihak yang sedang menjalin
ikatan. Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam menjalankan akad adalah
terpenuhinya hak dan kewajiban masing-masing pihak tanpa ada pihak yang
terlanggar haknya. Di sinilah pentingnya membuat batasan-batasan yang
menjamin tidak terlanggarnya hak antar pihak yang sedang melaksanakan
akad.26
2. Rukun dan Syarat Akad
Rukun akad dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bisa
digunakan untuk mengungkapkan kesepakatan atas dua kehendak, atau
25
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta : Gaya Media Pratama, cet. Ke-2, 2007, hlm. 97 26
M. Yazid Afand i, op.cit. hlm. 33
17
sesuatu yang bisa disamakan dengan hal itu dari tindakan, isyarat atau
korespondensi.27
Menurut jumhur ulama fiqh menyatakan bahwa rukun akad terdiri atas :
1. Al-„Aqidain, para pihak yang terlibat langsung dengan berakad,
2. Mahallul „aqd, yakni obyek akad, yakni sesuatu yang hendak diakadkan,
3. Shighat al-„aqh, yakni pernyataan kalimat akad, yang lazimnya
dilaksanakan melalui pernyataan ijab dan pernyataan qabul.
Rukun menurut pengertian istilah fuqaha dan ahli ushul adalah :
“Sesuatu yang menjadikan tegaknya dan adanya sesuatu sedangkan ia
bersifat internal (dakhiliy) dari sesuatu yang ditegakkannya.”
Berdasarkan pengertian diatas maka rukun akad adalah kesepakatan
dua kehendak, yakni ijab dan qabul. Seorang pelaku tidak dapat dipandang
sebagai rukun dari perbuatannya, karena pelaku bukan merupakan bagian
internal dari perbuatannya. Sebagaimana yang berlaku pada ibadah, misalnya
shalat, di mana orang yang melakukan shalat tidak dapat dipandang sebagai
rukun shalat.28
Ijab adalah pernyataan yang keluar dari orang yang menyerahkan
benda, baik dikatakan oleh orang pertama atau kedua, sedangkan qabul adalah
27
Dimyauddin Djawaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cetakan
pertama, 2008, hlm. 50 28
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2002, hlm. 78-79
18
pernyataan dari orang yang menerima barang. Ini merupakan pengertian
umum dipahami orang bahwa ijab adalah ucapan dari orang yang
menyerahkan barang (penjual dalam jual-beli), sedangkan qabul adalah
pernyataan dari penerima barang.29
Ijab dan qabul dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk (shigat) yang
dapat menunjukkan kehendak dan kesempatan. Bisa dengan menggunakan
ucapan, tindakan, isyarat, atau korespondensi. Ucapan dapat diungkapkan
dalam berbagai macam bentuk, yang terpenting dapat merepresentasikan
maksud dan tujuannya.30
Unsur-unsur dalam akad adalah sesuatu yang merupakan pembentukan
akadnya , yaitu sebagai berikut :
a. Shighat akad
Shigat akad adalah sesuatu yang disandarkan dari dua pihak yang berakad
yang menunjukkan atas apa yang ada di hati keduanya tentang terjadinya
suatu akad. Hal ini dapat diketahui dengan ucapan, isyarat, dan tulisan.
Shighat tersebut biasa disebut ijab dan qabul. 31
Fiqih muamalah menetapkan sejumlah persyaratan umum yang harus
terpenuhi dalam setiap shighat akad, sebagai berikut :
- Jala‟ul ma‟na (dinyatakan dengan ungkapan yang jelas dan pasti
maknanya), sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki.
29
Rachmad Syafe’ i, Fiqih Muamalah, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2001, hlm. 46 30
Dimyauddin Djawaini, op. cit, hlm. 51 31
Rachmad Syafe’ i, op. cit, hlm. 46
19
- Tawafuq/tathabuq bainal ijab wal-qabul (persesuaian antara ijab dan
qabul).
- Jazmul iradataini (ijab dan kabul mencerminkan kehendak masing-
masing pihak secara pasti, mantap) tidak menunjukkan adanya unsur
keraguan dan paksaan.
- Ittishab al-qabul bil ijab, dimana kedua pihak dapat hadir dalam satu
majlis.32
b. Al-aqid (orang yang akad)
Al-aqid adalah orang yang melakukan akad. Keberadaannya sangat
penting sebab tidak dapat dikatakan akad jika tidak ada aqid. Begitu pula
tidak akan terjadi ijab dan qabul tanpa adanya aqid.33
Ijab dan kabul yang merupakan esensi akad tidak akan terpenuhi kecuali
ada aqidain (kedua pihak yang melakukan akad). Dalam hal ini seorang
aqid harus memenuhi prinsip kecakapan (ahliyah) melakukan akad untuk
dirinya sendiri, atau karena mendapatkan kewenangan (wilayah)
melakukan akad menggantikan orang lain atau berdasarkan perwakilan
(wakalah).34
c. Mahal aqd (Al-Ma‟qud Alaih), obyek akad
Mahal aqd (Al-ma‟qud Alaih) adalah obyek akad atau benda-benda yang
dijadikan akad yang bentuknya tampak dan membekas. Barang tersebut
32
Ghufron A. Mas’adi, op. cit, hlm. 91 33
Rachmad Syafe’ i, op. cit, hlm. 53 34
Ghufron A. Mas’adi, op. cit, hlm. 82
20
dapat berbentuk harta, seperti barang dagangan, benda bukan harta, seperti
dalam akad pernikahan, dan dapat pula berbentuk suatu kemanfaatan,
seperti dalam masalah upah-mengupah, dan lain-lain.35
Fuqaha menetapkan syarat yang harus terpenuhi pada obyek akad :
Obyek akad harus telah ada ketika berlangsung akad.
Tidak sah mengakadkan benda yang tidak ada, seperti menjual
tanaman sebelum tumbuh, dan menjual anak hewan di dalam perut
induknya.
Obyek akad harus mal mutaqawwin (karta orang yang takwa).
Fuqaha sepakat terhadap persyaratan ini. Akad yang mentransaksikan
mal ghairu mutaqawwin, seperti bangkai, darah adalah batal. Karena
pada prinsipnya mal ghairu mutaqawwin tidak dapat dimiliki.
Dapat diserah-terimakan ketika akad berlangsung.
Obyek akad harus dapat diserahkan secepat mungkin setelah akad
berlangsung. Jika pihak yang berakad tidak mampu menyerahkan,
mereka menganggap akad tersebut batal.
Obyek akad harus jelas dan dikehendaki oleh pihak aqid.
Obyek akad harus diketahui oleh masing-masing pihak dengan
pengetahuan sedemikian rupa dapat menghindarkan perselisihan.
Obyek akad harus suci, tidak najis dan tidak mutanajis. 36
35
Rachmad Syafe’ i, op. cit, hlm. 58 36
Ghufron A. Mas’adi, op. cit, hlm. 86-89
21
d. Maudhu (Tujuan) Akad.
Maudhu akad adalah maksud utama disyaratkannya akad. Dalam syariat
Islam, maudhu ini harus benar dan sesuai dengan ketentuan syara’.
Sebenarnya maudhu akad adalah sama meskipun berbeda-beda barang dan
jenisnya. Pada akad jual beli misalnya, maudhu akad adalah pemindahan
kepemilikan barang dari penjual kepada pembeli, sedangkan dalam sewa-
menyewa adalah pemindahan dalam mengambil manfaat disertai
pengganti, dan lain-lain.37
Ulama fiqih menetapkan beberapa syarat umum yang harus dipenuhi
oleh suatu akad. Syarat umum suatu akad adalah sebagai berikut :
1) Pihak-pihak yang melakukan akad telah cakap bertindak hukum
(mukallaf) atau jika obyek akad itu merupakan milik orang yang tidak atau
belum cakap bertindak hukum, maka harus dilakukan oleh walinya. Oleh
sebab itu, suatu akad yang dilakukan orang gila dan anak kecil yang
belum mumayyiz secara langsung, hukumnya tidak sah. Tetapi jika
dilakukan oleh wali mereka, dan sifat akad yang dilakukan wali ini
memberi manfaat bagi orang diam punya, maka akad itu hukumnya sah.
2) Obyek akad itu diakui oleh syara’. Untuk obyek akad ini disyaratkan:
berbentuk harta, dimiliki oleh seseorang, dan bernilai harta menurut
syara’. Oleh sebab itu, jika obyek akad itu sesuatu yang tidak bernilai
harta dalam Islam, maka akadnya tidak sah. Seperti khamar.
37
Rachmad Syafe’ i, op. cit, hlm. 61
22
3) Akad ini tidak dilarang oleh nas syara’. Atas dasar syarat ini, seorang wali
(pengelola anak kecil) tidak boleh menghibahkan harta anak kecil
tersebut. Alasannya adalah melakukan suatu akad yang sifatnya menolong
semata (tanpa imbalan) terhadap harta anak kecil tidak dibolehkan syara’.
Oleh sebab itu, apabila wali menghibahkan harta anak kecil yang berada
dibawah pengampunannya, maka akad itu batal menurut syara’.
4) Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus dengan akad
yang bersangkutan. Artinya, disamping memenuhi syarat-syarat umum
yang harus dipenuhi suatu akad, akad tersebut juga harus memenuhi
syarat-syarat khusus.
5) Akad itu bermanfaat. Oleh sebab itu, jika seseorang melakukan suatu akad
dan imbalan yang diambil merupakan kewajiban baginya, maka akad itu
batal. Misalnya, seseorang yang melakukan kejahatan melakukan akad
dengan orang lain, bahwa ia akan menghentikan kejahatannya jika ia
diberi sejumlah uang (ganti rugi).
6) Ijab tetap utuh dan sahih sampai terjadinya qabul. Apabila ijab tidak utuh
dan tidak sahih lagi ketika qabul diucapkan, maka akad itu tidak sah. Hal
ini banyak dijumpai dalam suatu akad yang dilangsungkan melalui tulisan.
7) Ijab dan qabul itu dilakukan dalam satu majlis, yaitu suatu keadaan yang
menggambarkan proses suatu transaksi.
8) Tujuan akad itu jelas dan diakui syara’. Tujuan akad ini terkait erat dengan
berbagai bentuk akad yang dilakukannya. Misalnya, dalam jual beli
23
tujuannya adalah untuk memindahkan hak milik penjual kepada pembeli
dengan imbalan.38
B. BAI’ BITSAMAN AJIL
1. Pengertian Bai’ Bitsaman Ajil
Pengertian al-bai‟ bitsaman ajil secara tata bahasa dapat diartikan
sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran. Prinsip
bai‟ bitsaman ajil merupakan pengembangan dari prinsip murabahah. Jadi
dalam hal ini pihak bank membiayai pembelian barang yang diperlukan
nasabah dengan sistem pembayaran angsuran. Dalam pelaksanaannya dengan
cara bank membeli atau memberi surat kuasa kepada nasabah untuk
membelikan barang yang diperlukannya atas nama bank. Selanjutnya pada
saat yang sama bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sebesar harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau mark-up, di mana
jangka waktu serta besarnya angsuran berdasarkan kesepakatan bersama
antara bank dengan nasabah.39
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang dijual belikan, termasuk harga
pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya
38
Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syari‟ah, Yogyakarta, UUI Press,
2009, hlm. 23-27 39
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta : EKONISIA, cet. Ketiga, 2004,
hlm. 101
24
laba/keuntungan dalam jumlah tertentu.40
Sedangkan bai‟ bitsaman ajil
merupakan akad jual beli dan bukan merupakan pemberian pinjaman. Jual beli
BBA adalah jual beli tangguh dan bukan jual beli spot (Bai‟ = jual beli,
Tsaman = harga, Ajil = penangguhan) sehingga BBA termasuk dalam kategori
perdagangan dan perniagaan yang dibolehkan Syari’ah. Oleh karena itu,
keuntungan dari jual beli BBA halal, sedangkan keuntungan dari pemberian
pinjaman adalah riba yang diharamkan oleh Syari’ah.41
Prinsip jual beli dengan mark-up (keuntungan) ini merupakan suatu
tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah
sebagai agen (yang diberi kuasa) melakukan pembelian barang atas nama
BMT, kemudian BMT bertindak sebagai penjual, menjual barang tersebut
kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan bagi
BMT atau sering disebut margin mark-up. Keuntungan yang diperoleh BMT
akan dibagi juga kepada penyedia/penyimpan dana. Bentuk produk prinsip ini
adalah Murabahah dan Bai‟ Bitsaman Ajil.42
Pembiayaan bai‟ bitsaman ajil: pembiayaan ini hampir sama dengan
pembiayaan murabahah, yang berbeda adalah pola pembayarannya yang
dilakukan dengan cicilan dalam waktu yang agak panjang. Pembiayaan ini
40
Muhammad, op. cit, hlm. 57 41
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2008,
hlm. 192 42
Jamal Lulail Yunus, Manajemen Bank Syari‟ah Mikro, Malang : UIN Malang Press, 2009,
hlm. 35
25
lebih cocok untuk pembiayaan investasi. BMT akan mendapatkan keuntungan
dari harga barang yang dinaikkan.43
2. Landasan Bai’ Bitsaman Ajil
a. Landasan syari’ah dari pembiayaan bai‟ bitsaman ajil44
adalah dalam
surat Al-Baqarah ayat : 282
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya”. 45
b. Landasan hukum yang diambil dari Al-Hadis46
Artinya : Dari Shalih bin Shuhayb dari ayahnya, ia berkata:
"Rasulullah SAW bersabda: “Tiga perkara di dalamnya
terdapat keberkatan (1) menjual dengan pembayaran secara
kredit. (2) muqaradhah (nama lain dari mudharabah). (3)
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah
dan bukan untuk dijual.“ ( HR. Ibnu Majah)48
43
Ibid. hlm. 38 44
Karnaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank
Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1992, hlm. 28 45
Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahnya, Surabaya: Mekar Surabaya, 2004,
hlm. 46
Karnaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, op. cit. hlm. 27 47
Al-Maktabah Asy-Syamilah V-II, Kutubul al-Mutun : Sunan Ibnu Majah, Bab as-Syirkah
wa al-Mudharabah, Juz VII, h. 68, Nomor hadis 2289 48
Karnaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, op. cit, hlm. 28
26
3. Rukun dan Syarat bai’ bitsaman ajil
Rukun dan syarat bai‟ bitsaman ajil tidak jauh beda dengan jual beli
secara umum karena transaksi ini merupakan pengembangan dari kontrak jual
beli.
Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama ada empat, yaitu :
a. Ada orang yang berakad atau al-mutu al-muta‟aqidain (pembeli dan
penjual).
b. Ada shighat (lafaz ijab dan qabul).
c. Adanya barang yang dibeli.
d. Ada nilai tukar pengganti barang.
Adapun syarat-syarat jual beli sesuai dengan rukun jual beli yang
diatas adalah sebagai berikut :
1) Syarat orang yang berakad (penjual dan pembeli)49
Syaratnya adalah :
Berakal, agar tidak terkecoh. Orang yang gila atau bodoh tidak sah
jual belinya.
Dengan kehendak sendiri (bukan dipaksa).
Tidak mubazir (pemboros), sebab harta orang yang mubazir itu di
tangan walinya.
49
Nasrun Haroen, op. cit. hlm. 115
27
Balig, anak kecil tidak sah jual belinya. Adapun anak-anak yang sudah
mengerti tetapi belum sampai umur dewasa, menurut sebagian ulama’
mereka diperbolehkan jual beli.50
2) Syarat yang terkait dengan ijab dan qabul
Syaratnya adalah :
- Orang yang mengucapkan telah balig dan berakal.
- Qabul sesuai dengan ijab. Apabila ijab dan qabul tidak sesuai maka,
jual beli tidak sah.
- Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis. Artinya, kedua belah
pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topik yang
sama.51
3) Syarat barang yang dijual belikan
Syaratnya adalah :
Suci, barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang
untuk dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai yang belum
disamak.
Ada manfaatnya, tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada
manfaatnya.
50
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung, Sinar Baru Algensindo, Cetakan ke-43, 2009, hlm.
279 51
Nasrun Haroen, op. cit, .hlm. 116
28
Barang itu dapat diserahkan, tidak sah menjual barang yang tidak
dapat diserahkan kepada pembeli, misalnya ikan dalam laut, dan
barang yang sedang dijaminkan.
Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual, kepunyaan yang
diwakilkannya, atau yang mengusahakannya.52
4) Syarat nilai tukar (harga barang)
Syaratnya adalah :
Harga yang disepakati kedua belah pihak, harus jelas jumlahnya.
Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum, seperti
pembayaran dengan cek atau kartu kredit. Apabila harga barang itu
dibayar kemudian (berutang), maka waktu pembayarannya harus jelas.
Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang
(al-muqa‟yadhah), maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan
barang yang diharamkan syara’, seperti babi dan khamar, karena dua
jenis benda ini tidak bernilai dalam syara’.53
4. Bagan Proses Bai’ Bitsaman Ajil
Jual beli BBA adalah jual beli tangguh dan bukan jual beli spot (Bai‟ =
jual beli, Tsaman = harga, Ajil = penangguhan) sehingga BBA termasuk
dalam kategori perdagangan dan perniagaan yang dibolehkan Syari’ah. Oleh
52
Sulaiman Rasjid, op. cit, hlm. 281 53
Nasrun Haroen, op. cit, hlm. 119
29
karena itu, keuntungan dari jual beli BBA halal, sedangkan keuntungan dari
pemberian pinjaman adalah riba yang diharamkan oleh Syari’ah.
Pada jual beli BBA, ada empat langkah proses yang dilakukan :
1. Nasabah mengidentifikasi asset, misalkan asset X yang ingin dimiliki atau
dibeli,
2. Bank membelikan aset yang diinginkan nasabah dari pemilik aset X,
misalnya dengan harga Rp.100 juta,
3. Bank menjual aset X tersebut kepada nasabah dengan harga jual beli sama
dengan harga perolehan ditambah margin keuntungan yang diinginkan
bank, misalnya Rp. 120 juta,
4. Nasabah membayar harga asset X yang Rp 120 juta dengan cicilan sesuai
kesepakatan.
Dalam prakteknya, nasabah dan bank melakukan kontrak jual dan beli
kembali (sale and buyback) yang tercermin pada perjanjian Property
Bank Nasabah
Pemilik Aset
(2) Bank membeli
aset dari pemilik (1) Nasabah menentukan
aset yang akan dibeli
(3) Bank menjual aset kepada nasabah dengan
harga jual = harga perolehan + margin
(4) Nasabah membayar ke bank dengan cicilan
30
Purchase Agreement (PPA) dan Property Sale Agreement (PSA). Dalam PPA
bank membeli aset dari nasabah disyaratkan untuk membeli aset yang telah
dijual sebelumnya ke bank. Uang pembayaran dari bank akan diteruskan dari
nasabah untuk dibayarkan ke pemilik awal aset. Setelah memiliki aset, bank
kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan PSA.54
5. Kaidah-Kaidah Khusus Yang Berkaitan dengan Bai’ Bitsaman Ajil
a. Harga barang dengan transaksi bai‟ bitsaman ajil dapat ditentukan lebih
tinggi dari pada transaksi tunai. Namun, ketika harga telah disepakati,
tidak dapat berubah lagi.
b. Jangka waktu pengembalian dan jumlah cicilan ditentukan berdasarkan
musyawarah dan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Manakala nasabah tidak dapat membayar tepat pada waktu yang telah
disepakati maka bank akan mencarikan jalan paling bijaksana.55
Bentuk dan sifat pembiayaan perdagangan al-bai‟ bitsaman ajil yang
dilakukan oleh bank Islam :
a) Bank mengangkat nasabah sebagai agen,
b) Nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen bank, melakukan pembelian
barang modal atas nama bank,
54
Ascarya, op. cit, hlm.193-194 55
Muhammad, Sistem dan Operasional Bank Syari‟ah, Yogyakarta, UII Press, 2000, hlm.
30-31
31
c) Bank menjual barang modal tersebut kepada nasabah dengan harga
sejumlah harga beli ditambah keuntungan bank (mark-up),
d) Nasabah membeli barang modal tersebut dan pembayarannya dilakukan
secara mencicil untuk jangka masa yang telah disetujui bersama.56
6. Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) dengan Murabahah
Murabahah sama dengan bai‟ bitsaman ajil. Sebenarnya produk
pembiayaan bai‟ bitsaman ajil secara fiqh adalah bai‟ bitsaman ajil yang
murabahah. Adapun murabahah, secara fiqh pembayarannya dapat dilakukan
lewat naqdan (tunai) atau bitsaman ajil (tangguh tempo). Dalam penerapannya
diperbankan, murabahah yang naqdan tidak ada, yang ada adalah murabahah
yang pembayarannya dicicil. Jadi, sebenarnya produk pembiayaan murabahah
secara fiqh adalah murabahah yang bai‟ bitsaman ajil". Untuk mengetahui
gambaran lengkap tentang hal ini, dapat dilihat tabel berikut; 57
No. Hal Murabahah Bai’ bitsaman ajil
1 Fiqh Dalam sebuah kitab,
murabahah adalah salah
satu bagian dari prinsip
jual beli
Sistem pembayaran boleh
secara angsur atau
sekaligus
Tidak tercantum dalam
kitab fiqh manapun dan
bukan bagian dari prinsip
jual beli melainkan istilah
baru sebagai bagian dari
murabahah
Bai‟ bitsaman ajil adalah
jual beli dengan cara
angsur, tidak terdapat
pembayaran secara kontan.
56
Karnaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, op. cit, hlm. 28 57
http://mas-roisku-muslimblogspotcom.blogspot.com/2010/09/akad-murabahah-dalam-
hukum-Islam-dan.html, 8 Juni 2011
32
2. Teknik
Perbankan
Digunakan di seluruh
perbankan syariah yang
berada di Timur Tengah,
Eropa, Asia, Australia,
dan Amerika
Pembiayaan untuk barang
yang tidak bersifat siklus
(modal kerja), kecuali
pembiayaan untuk satu
jenis barang dan bersifat
one shot deal
Produk ini hanya
digunakan di Malaysia
Sama
33
BAB III
PROFIL KSU BMT “UMMAT SEJAHTERA ABADI”
A. Sejarah Berdirinya
Berawal dari sebuah pelatihan Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa
Depan (MHMMD) pada tahun 2006 yang diselenggarakan oleh PP.LPNU
bekerjasama dengan ICMI, dengan peserta 5 orang per kabupaten. Lembaga NU
dan Badan Otonomnya serta pesantren se-Jawa Tengah mengadakan pelatihan
tersebut dengan diketuai oleh Abdul Ghofur Rozin (putra dari KH. Muhammad
Ahmad Sahal Mahmudz Kajen Pati Jawa Tengah). Dari pelatihan tersebut
terbentuklah alumni MHMMD yang kemudian pada tahun 2007 melakukan
serangkaian tindak lanjut, dimulai dari pelatihan kewirausahaan, pelatihan
pendirian BMT sampai pelatihan manajer BMT BUS Lasem, dan juga Bank
Syari’ah milik K.H M.A Sahal Mahfudz Pati yaitu BRR Syari’ah Arta Mas Abadi
dengan komisarisnya Mas Faruq yang juga teman satu angkatan MHMMD
(Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan) yang menjadi fasilitator
pelatihan lanjutnya sampai sekarang.
Seiring dengan seleksi alam, dari 5 orang per kabupaten alumni pelatihan
ini hanya 4 orang yang terlibat proses pendiriannya. Dan sampai pada tahap-tahap
akhir tinggal 2 orang yang intens mendampingi pendirian. Dari 2 personil inilah
yang akhirnya sebagai perintis dan pendiri BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara
yaitu Drs. Mustaqim Umar, MM yang kemudian didaulat menjadi Ketua dan M.
34
Jauharuddin, S.Sos.I sebagai Manajernya setelah melalui perekrutan anggota
pendiri. Akhirnya, BMT Ummat Sejahtera Abadi berhasil didirikan dengan
mendapat badan hukum tanggal 25 Oktober 2007 dengan beroperasi secara resmi
tanggal 12 Desember 2007. Yang berpusat di alamat Jl. Wakhid Hasyim No.133
Jepara.
BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan lembaga mikro yang bertujuan
untuk menyejahterakan rakyat, khususnya masyarakat menengah kebawah untuk
memenuhi kebutuhannya. Sehingga terbentuklah KSU BMT Ummat Sejahtera
Abadi dengan memanfaatkan peluang yang ada dari masyarakat yang cenderung
menyukai kredit.58
Modal awal berdirinya KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara dari
anggota pendiri yaitu masyarakat umum yang berjumlah 26 orang. Dari dana
yang berupa simpanan pokok sebesar Rp.1.000.000,- per orang dan dari simpanan
wajib sebesar Rp. 25.000,- per orang. Dan sampai sekarang jumlah modal sebesar
Rp. 42.985.000,- dari SHU (sisa hasil usaha) per Mei 2011. Jumlah anggota bai’
bitsaman ajil 240 orang pada tahun 2010. Dan keuntungan sampai tahun 2010
sebesar Rp. 1.716.265.000,-.
58
Hasil wawancara dengan bapak M. Jauharuddin, S.Sos.I, Manager KSU BMT Ummat
Sejahtera Abadi Jepara, pada tanggal 4 April 2011
35
B. Tujuan, Visi, dan Misi
Setiap organisasi atau perusahaan mana pun pasti memiliki tujuan serta
visi dan misi, sehingga dengan tujuan, visi dan misi yang dimiliki, maka
perkembangan dapat terarah. Begitu juga dengan KSU BMT ”Ummat Sejahtera
Abadi”, mempunyai tujuan dalam menentukan arah dan perkembangan KSU
BMT ”Ummat Sejahtera Abadi” itu sendiri. Ada pun yang menjadi tujuannya,
yaitu :
1. Meningkatkan kesejahteraan anggota dan calon anggota,
2. Membantu sektor perekonomian terutama usaha kecil mikro dan menyediakan
lapangan kerja serta pengembangan sumber daya manusia,
3. Meningkatkan semangat gotong royong sesuai yang diamanatkan UUD 1945
pasal 33.
Kemudian yang menjadi visi dan misi dari KSU BMT “Ummat Sejahtera
Abadi” ini adalah, visi “menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah sebagai
mitra terpercaya dan terdepan dalam bermuamalah yang mampu menghantarkan
kesejahteraan dan meningkatkan taraf hidup serta nilai kehidupan anggotanya
berdasarkan prinsip-prinsip Syari’ah”. Sedangkan misinya adalah :
1. Melakukan jasa layanan penguatan modal dan pembiayaan kebutuhan anggota
dan calon anggota,
2. Melakukan jasa perencanaan keuangan anggota dan calon anggota melalui
produk-produk simpanan yang berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah,
36
3. Melakukan gerakan dakwah dan keagamaan melalui kegiatan ekonomi
syari’ah,
4. Partisipasi aktif dalam membangun masyarakat menjadi produktif,
5. Partisipasi aktif dalam menyejahterakan dan meningkatkan sumber daya
masyarakat.
C. Struktur Organisasi
Susunan Pengurus
a) Ketua : Drs. H. Mustaqim Umar, MM
b) Sekretaris : H. Moh Ahris As
c) Bendahara : Dra. Siti Juhariyanti
Susunan Pengawas
a) Ketua : Sukardi, S.Pd
b) Anggota : M. Kholil, S.Ag
c) Anggota : Dosan Rif’i MA
Dewan Pengawas Syari’ah
a) Ketua : Ustad Ahmad Muzakky
b) Anggota : Usrad Ahmad Syahil
Manager : M. Jauharuddin, S.Sos.I
Administrasi : Khidmiyah, SE (Manager Cabang)
: Mariya Ulfa, SE
: Siti Fatmawati, SE
37
Marketing : Nur Rohmat, S.H.I (Manager Cabang)
: Ismail Isna Umar
: Luthfiyah
Jumlah Anggota Pendiri : 26 Orang
Jumlah Anggota Biasa : 1300 Orang
Jumlah Kantor Kas : 2 Kantor Kas
1. Jl. Ratu Kalinyamat No. 01 Mantingan Tahunan Jepara
2. Jl. Raya Ngabul-Batealit (Ds. Mindahan 3/1) Batealit Jepara59
D. Produk-produk (Simpanan dan Pembiayaan)
Ada beberapa produk atau pun layanan yang di miliki oleh BMT ”Ummat
Sejahtera Abadi Jepara” yaitu berupa simpanan dan pembiayaan.
1. Produk Simpanan
Adapun produk simpanan yang dimilikinya, adalah sebagai berikut :
a. Si SELA (Simpanan Sejahtera Lancar)
Persiapan sejak dini merupakan langkah bijaksana mewujudkan
kebahagiaan, jangan sampai kejadian yang tak terduga membuat rencana
anda jadi tertunda.
Si SELA (Simpanan Sejahtera Lancar) membantu mewujudkan
keinginan dan mengatasi masalah yang tidak terencana. Pembukaan
rekening awal Rp. 10.000,- setoran selanjutnya Rp. 5.000,- dan dapat
59
Dokumen KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara
38
diambil kapanpun. Kapan pun membutuhkan penarikan, BMT siap
melayani.
Dengan prinsip bagi hasil yang menggunakan akad wadi’ah
yadlomanah dan mudharabah dengan memberikan keuntungan bagi anda
dengan nisbah 30% : 70% atau setara dengan kisaran jasa ± 0,7% per
bulan. Tidak ada potongan biaya dari Si SELA dan bagi hasil yang
diberikan bebas riba.
b. Si RAKA (Simpanan Sejahtera Berjangka)
Dengan memberikan kepercayaan penuh kepada kami, investasi
jangka panjang anda kami jamin dengan sempurna. Si RAKA (Simpanan
Sejahtera Berjangka) merupakan pilihan tepat untuk mendapatkan manfaat
yang besar. Si RAKA dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan
minimal sebesar Rp. 1.000.000,-.
Dengan prinsip bagi hasil yang kompetitif menggunakan akad
wadi’ah yadlomanah dan mudharabah memberikan keuntungan bagi anda
dengan nisbah sebagai berikut :
Jangka Waktu Nisbah Kisaran Jasa
1 bulan 35% : 65% ± 0,8%
3 bulan 40% : 60% ± 0,9%
6 bulan 45% : 55% ± 0,1%
12 bulan 50% : 50% ± 1,2%
18 bulan 55% : 45% ± 1,3%
24 bulan 60% : 40% ± 1,4%
39
Tidak ada potongan biaya dari si RAKA dan bagi hasil yang
diberikan bebas riba.
c. Si RADIK (Simpanan Sejahtera Pendidikan)
Mari menggapai masa depan gemilang menjadi anggota Si
RADIK. Anda bisa merencanakan biaya pendidikan putra putri anda sejak
lahir sampai perguruan tinggi. Ketentuan setoran per bulan kelas A besar
setoran Rp. 100.000,- sedangkan kelas B besar setoran Rp. 50.000,- dan
kelas C besar setoran Rp. 25.000,-.
d. Si WAKA (Simpanan Siswa Sekolah)
Sekolah mengemban tanggung jawab yang mulia untuk
mempersiapkan generasi yang handal demi masa depan. Dengan simpanan
sekolah kami mengajak bapak/ibu Guru mewujudkan generasi yang
mampu menatap masa depan. Tidak ada batasan jumlah minimal simpanan
dari para siswa. Dengan prinsip bagi hasil yang menggunakan akad
mudharabah yang memberikan keuntungan bagi sekolah dengan nisbah
40% : 60% atau setara dengan ± 0,9% per bulan.
e. Si HARYA (Simpanan Hari Raya)
Si HARYA merupakan produk dari KSU BMT Ummat Sejahtera
Abadi dengan menggunakan akad mudharabah yang siap menampung
dana simpanan hari raya anda, yaitu simpanan yang setiap saat dapat anda
setorkan dan pengambilannya 1 (satu) tahun sekali yaitu minimal 1 (satu)
bulan menjelang hari raya Idul Fitri. Sehingga saat menjelang hari raya
40
anda tidak perlu bingung mencari dana. Setoran awal minimal Rp.
10.000,- dan seterusnya minimal Rp. 5.000,-. Dengan prinsip bagi hasil
35% : 65%.
Dengan keistimewaan yaitu anggota akan mendapatkan bonus
berupa bingkisan barang untuk setiap penarikan dana menjelang hari raya
idul fitri. Dihitung berdasarkan besar kecilnya saldo rata-rata harian.
f. Si SENA (Simpanan Sejahtera Rencana)
Si SENA merupakan salah satu produk simpanan di KSU BMT
Ummat Sejahtera Abadi yang menggunakan akad mudharabah, yaitu akad
bagi hasil dimana pihak yang memiliki dana (penyimpan) disebut shahibul
maal mempercayakan dananya untuk dikelola oleh BMT sebagai
mudharib, dan atas manfaat dana tersebut, keuntungan yang diperoleh
dibagi bersama dengan nisbah 50 : 50 per bulan.
Setoran dilakukan setiap bulan dan tidak dapat ditarik sewaktu-
waktu, si SENA hanya dapat ditarik sesuai dengan jangka waktu yang
disepakati.
Dengan keistimewaan dapat dijadikan jaminan pembiayaan sebesar
80% dana yang pernah disimpan. Table perkiraan si SENA : 60
No
Criteria
Setoran
perbulan
Saldo akhir / uang yang diterima
JW 5 thn JW 4 thn JW 3 thn
1 No 100.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000
2 Si Sena 2 200.000 16.000.000 12.000.000 8.000.000
60
Brosur KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara
41
3 Si Sena 3 300.000 24.000.000 18.000.000 12.000.000
4 Si Sena 4 400.000 32.000.000 24.000.000 16.000.000
5 Si Sena 5 500.000 40.000.000 30.000.000 20.000.000
6 Si Sena 10 1.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000
7 Si Sena 15 1.500.000 120.000.000 90.000.000 60.000.000
8 Si Sena 20 2.000.000 160.000.000 120.00.000 80.000.000
9 Si Sena 25 2.500.000 200.000.000 150.000.000 100.000.000
10 Si Sena 30 3.000.000 240.000.000 180.000.000 120.000.000
2. Produk Pembiayaan
Adapun produk pembiayaan yang dimilikinya adalah sebagai berikut :
a. Pembiayaan mudharabah (bagi hasil)
Adalah pembiayaan modal sepenuhnya sedangkan nasabah
menyediakan usaha dan manajemennya. Hasil keuntungan akan dibagikan
sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan ketentuan hasil. Pertama
kali mengajukan pembiayaan dan setelah dilaksanakan akad kemudian
adanya kesepakatan bersama mengenai bagi hasil. Sebagai contoh
kesepakatan 70% : 30%. Untuk calon anggota 70% dan untuk BMT 30%.
b. Pembiayaan musyarakah (penyertaan)
Adalah pembiayaan berupa sebagian modal keseluruhan. Masing-
masing pihak bekerja dan memiliki hak untuk turut serta mewakili atau
menggugurkan haknya dalam usaha manajemen usaha tersebut.
Keuntungan dari usaha ini akan di bagi menurut proses penyertaan modal
sesuai dengan kesepakatan bersama. Keuntungannya dibagi berdua sesuai
dengan kesepakatan bersama. Bisa berupa 60% : 40%. Untuk calon
anggota 60% dan BMT 30%.
42
c. Pembiayaan murabahah (jual beli dengan cara pembayaran jatuh tempo)
Adalah pembiayaan atas dasar jual beli dimana harga jual
didasarkan atas harga asal yang diketahui bersama ditambah keuntungan
bagi BMT. Keuntungan adalah selisih harga jual dengan harga asal yang
disepakati bersama. Jual beli dengan cara pembayarannya jatuh tempo.
Jangka atau jatuh temponya 3 bulan dan maksimal 4 bulan.
d. Pembiayaan bai’ bitsaman ajil (jual beli dengan cara
mengangsur/mencicil)
Adalah pembiayaan dengan sistem jual beli dengan cara angsuran
terhadap pembelian suatu barang. Jumlah kewajiban yang harus di bayar
oleh pengguna jasa sejumlah harga barang dan mark up yang telah
disepakati bersama. Jual beli dengan mengambil keuntungan. Contohnya
BMT membeli tv seharga Rp. 1.000.000 kemudian dijual kepada calon
anggota dengan harga Rp. 1.2000.000. Selisih harga itulah yang menjadi
keuntungan BMT setelah disepakati bersama oleh calon anggota. 61
61
Hasil wawancara dengan Ibu Titik selaku kasir KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara,
pada tanggal 18 Mei 2011
43
E. Pelaksanaan Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera
Abadi Jepara.
Bai’ bitsaman ajil merupakan produk pembiayaan yang dimiliki oleh
BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara. Syarat dan rukun bai’ bitsaman ajil adalah
sebagai berikut :
a) Adanya penjual dan pembeli
b) Adanya barang yang diperjual belikan
c) Adanya akad.
Prosedur pembiayaan bai’ bitsaman ajil yaitu :
1. Calon anggota yang ingin mengajukan pembiayaan langsung datang ke BMT
Ummat Sejahtera Abadi, untuk mendapatkan informasi mengenai pembiayaan,
2. BMT Ummat Sejahtera Abadi memberikan syarat-syarat dan ketentuan
bersama yang harus dipenuhi oleh calon anggota untuk memperoleh
pembiayaan adalah sebagai berikut :
a) Mengisi formulir permohonan pembiayaan,
b) Fotocopy KTP suami dan istri atau wali,
c) Fotocopy KSK/KK,
d) Fotocopy rekening listrik,
e) Fotocopy jaminan (berupa BPKB, sertifikat tanah, emas),
f) Fotocopy legalitas bagi badan usaha,
g) Menjadi anggota atau mitra usaha,
h) Membuka rekening tabungan,
44
i) Bersedia di survey.
3. Kemudian pihak marketing atau customer servis mengadakan survey kepada
calon anggota yang mengajukan pembiayaan,
4. Setelah di rekomendasi oleh marketing, kemudian dilanjutkan rapat komite
membahas mengenai pembiayaan yang telah diajukan oleh calon anggota,
5. Apabila permohonan pembiayaan diterima, kemudian calon anggota dan pihak
BMT melaksanakan akad dengan catatan calon anggota melaksanakan
administrasi diawal yaitu :
Biaya administrasi 2% dari total pembiayaan seluruhnya
Materai 1 lembar
Simpanan si Sela.
6. Setelah itu calon anggota menerima pembiayaan yang telah diajukan untuk
pembelian barang sesuai yang di inginkan.
Penerapan akad bai’ bitsaman ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera
Abadi Jepara adalah sebagai berikut :
a. Adanya akid.
Yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi akad bai’ bitsaman
ajil adalah pihak pertama selaku KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi, dan
pihak kedua selaku calon anggota.
45
b. Aqad
Pelaksanaan akad bai’ bitsaman ajil dimulai dengan membaca
Bismillah dan Syahadat. Kedua belah pihak memiliki kesadaran dan
memahami seluruh isi dari akad bai’ bitsaman ajil. Pihak pertama
memberikan pembiayaan kepada pihak kedua dan pihak kedua setuju
untuk membayar biaya yang timbul dari akad bai’ bitsaman ajil, yaitu
berupa biaya administrasi, penggantian materai, dan biaya simpanan.
Kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri akad bai’ bitsaman ajil
ketika pihak kedua mengembalikan seluruh sisa pembiayaan kepada pihak
pertama. Apabila pihak kedua berhenti mengangsur maka pihak pertama
berhak untuk melakukan penagihan dengan cara langsung mendatangi
tempat tinggal atau dengan cara tidak langsung yaitu memberikan surat
tembusan kepada camat atau atasan pihak kedua.
c. Barang (Ma’qud alaih).
Barang yang diperjual belikan dalam bai’ bitsaman ajil tidak
dijelaskan dalam perjanjian bai’ bitsaman ajil, karena dalam
pelaksanaannya setelah akad pihak BMT memberikan pembiayaan yang
berupa uang. Kebanyakan nasabah hanya mengatakan pembiayaan
tersebut untuk pembelian barang kebutuhan (misalnya pembelian laptop,
motor, ataupun barang elektronik). Dari pihak BMT tidak mengetahui
tentang wujud barang yang dibeli oleh calon anggota dan tidak diketahui
secara jelas terhadap barang yang akan dibeli oleh calon anggota. Selain
46
itu pihak BMT tidak melakukan pengawasan terhadap pembelian barang
yang dilakukan oleh calon anggota. Dan juga tidak adanya surat kuasa dari
BMT kepada calon anggota untuk pembelian suatu barang.
d. Jaminan.
Sebagai bagian dari akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil, pihak
kedua menyerahkan jaminan berupa BPKB kendaraan (mobil atau motor),
emas, dan bisa juga berupa sertifikat tanah atau barang yang mempunyai
nilai.
e. Adanya survey (pengawasan dan pemeriksaan) dalam hal pengajuan
pembiayaan.
Pihak pertama berhak atas pengawasan dan pemeriksaan yang
dilakukan sendiri ataupun pihak lain yang ditunjuk oleh pihak pertama
untuk setiap waktu meminta keterangan dan melakukan pemeriksaan yang
diperlukan oleh pihak pertama kepada pihak kedua. Pihak kedua dengan
tegas menyatakan bersedia memberikan setiap keterangan sebenar-
benarnya yang diperlukan oleh pihak pertama atau kuasanya dan tunduk
kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan atau yang kemudian
akan ditetapkan oleh pihak pertama terutama mengenai kebijakan
pemberian pembiayaan yang dimaksud. Dan mengenai surat-surat yang
dipakai oleh pihak kedua sebagai obyek penjamin, seperti kebenaran akan
keaslian surat-surat tersebut dan pihak kedua dengan alasan apapun tidak
47
akan berupaya, merekayasa untuk menerbitkan surat-surat tersebut
kembali.
f. Kemacetan angsuran atau kelalaian.
Apabila pihak kedua lalai atau melalaikan kewajibannya dan atau
menyimpang dari ketentuan dalam akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil,
maka pihak kedua wajib atas biayanya sendiri menyerahkan obyek akad
pembiayaan bai’ bitsaman ajil ini kepada pihak pertama segera setelah
diminta pihak pertama.
Pihak pertama dengan ini sepanjang perlu diberi kuasa yang tidak
dapat ditarik atau dicabut kembali oleh pihak kedua untuk mengambil alih
kepemilikan) atas obyek jaminan dari pihak kedua atau pihak lain yang
menguasainya jika perlu lewat prosedur hukum yang berlaku.62
Seperti hasil wawancara yang penulis lakukan, bahwa pembiayaan bai’
bitsaman ajil yang dilakukan di BMT Ummat Sejahtera Abadi adalah untuk
memenuhi kebutuhan konsumtif maupun kebutuhan produktif. Sehingga dalam
praktek pembiayaan bai’ bitsaman ajil di BMT Ummat Sejahtera Abadi
setelah melaksanakan akad dengan calon anggota, maka sudah sepenuhnya
menjadi urusan calon anggota. pembiayaan itu digunakan untuk memenuhi
kebutuhan calon anggota dengan cara membelikan suatu barang, hal ini sudah
bukan menjadi urusan dari pihak BMT lagi. Pihak BMT Ummat Sejahtera
62
Berkas perjanjian akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi
Jepara.
48
Abadi hanya berhak menerima angsuran pelunasan pembiayaan bai’ bitsaman
ajil ditambah dengan margin yang telah ditentukan dan disepakati bersama
antara BMT dan nasabah.
Penggunaan dana oleh calon anggota dilakukan setelah akad
pembiayaan bai’ bitsaman ajil dilakuan. Dan dalam hal ini, menggunakan
ucapan secara lisan dan tertulis dari pihak BMT Ummat Sejahtera Abadi
kepada calon anggota untuk menggunakan dana tersebut sesuai yang di
inginkan. Tidak ada penggunaan media wakalah yang tertulis dalam surat
pelimpahan kekuasaan dari pihak BMT kepada calon anggota dalam hal
pembelian barang.
Penentuan margin atau keuntungan di BMT Ummat Sejahtera Abadi
ditentukan dalam bentuk persentase, dimana margin yang ditentukan sesuai
kesepakatan antara kedua belah pihak dilihat berdasarkan kemampuan calon
anggota, tapi pada umumnya setara sdengan 2% - 2,5% per bulan untuk jangka
waktu pembiayaan 12, ataupun 24 bulan.63
Sebuah contoh tuan Mahmudi mengajukan pembiayaan bai’ bitsaman
ajil di BMT Ummat Sejahtera Abadi. Setelah pembiayaan disetujui kemudian
terjadilah akad diantara kedua belah pihak.
63
Hasil wawancara dengan bapak M. Jauharuddin, S.Sos.I, Manager KSU BMT Ummat
Sejahtera Abadi Jepara, pada tanggal 16 April 2011
49
Dengan pembiayaan Rp. 6.000.000, serta biaya administrasi di awal :
Biaya administrasi 2% dari total pembiayaan : Rp. 120.000
Materai 1 lembar : Rp. 7.000
Simpanan si Sela : Rp. 13.000
Rp. 140.000
Akad : bai’ bitsaman ajil
Harga pokok pembiayaan : Rp. 6.000.000
Jangka waktu pembayaran : 24 (dua puluh empat ) bulan
Margin : 2% per bulan
Angsuran pokok : Rp. 6.000.000 = Rp. 250.000
24 bulan
Margin : 2% X Rp. 6.000.000 = Rp. 120.000
: Rp. 120.000 X 24 = Rp. 2.880.000
- Rp. 120.000 (angsuran margin Rp.110.000 dan RP. 10.000 sebagai
cadangan resiko)
- Jadi total margin Rp. 110.000 X 24 = Rp.2.640.000.
Total semua pembiayaan Rp. 6.000.000
Rp. 2.880.000
RP. 8.880.000
Rincian angsuran pembiayaan bai’ bitsaman ajil yang dilakukan di
BMT Ummat Sejahtera Abadi adalah sebagaimana yang tertera dalam table
berikut ini :
50
Tabel angsuran akad bai’ bitsaman ajil
Periode
Angsuran
Sisa
Pembiayaan
Angsuran
Pokok
Angsuran
Margin Jumlah
1 8.510.000 250.000 120.000 370.000
2 8.140.000 250.000 120.000 370.000
3 7.770.000 250.000 120.000 370.000
4 7.400.000 250.000 120.000 370.000
5 7.030.000 250.000 120.000 370.000
6 6.660.000 250.000 120.000 370.000
7 6.290.000 250.000 120.000 370.000
8 5.920.000 250.000 120.000 370.000
9 5.550.000 250.000 120.000 370.000
10 5.180.000 250.000 120.000 370.000
11 4.810.000 250.000 120.000 370.000
12 4.440.000 250.000 120.000 370.000
13 4.070.000 250.000 120.000 370.000
14 3.700.000 250.000 120.000 370.000
15 3.330.000 250.000 120.000 370.000
16 2.960.000 250.000 120.000 370.000
17 2.590.000 250.000 120.000 370.000
18 2.220.000 250.000 120.000 370.000
19 1.850.000 250.000 120.000 370.000
20 1.480.000 250.000 120.000 370.000
21 1.111.000 250.000 120.000 370.000
22 740.000 250.000 120.000 370.000
23 370.000 250.000 120.000 370.000
24 0 250.000 120.000 370.000
Jumlah 6.000.000 2.880.000 8.880.000
Sumber : Data Sekunder yang diolah
51
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN AKAD BAI’ BITSAMAN AJIL
DI KSU BMT UMMAT SEJAHTERA ABADI JEPARA
A. Analisis Pelaksanaan Akad Bai’ Bitsaman Ajil di KSU BMT Ummat
Sejahtera Abadi Jepara
Hubungan antara sesama manusia atau dalam islam disebut sebagai
hubungan muamalah, merupakan kegiatan yang meliputi berbagai aspek yaitu
politik, sosial, dan ekonomi. Dalam bidang ekonomi, aspek muamalah meliputi
kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup, seperti jual beli,
utang piutang, sewa menyewa dan berbagai usaha bersama. Sesuai dengan kaidah
muamalah yaitu :
“Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya ”64
Maksudnya adalah bahwa dalam setiap muamalah dan transaksi pada
dasarnya boleh, seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai, kerjasama dan lain-lain
kecuali yang tegas-tegas diharamkan seperti mengakibatkan kemadharatan,
tipuan, judi, dan riba.
64
Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan
Masalah-Masalah Yang Praktis, Jakarta, Kencana Prenada Media Group,2006, hlm. 130
52
Hal inilah yang menyebabkan berkembangnya Lembaga Keuangan
Syariah (LKS), khususnya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang didalamnya
melakukan penghimpunan dana dengan prinsip wadiah dan mudharabah dan
penyaluran dana dengan prinsip bagi hasil dan jual beli kepada masyarakat.
Dari berbagai produk yang ditawarkan oleh bank syari’ah, salah satu
diantaranya adalah produk berprinsip jual beli. Jual beli adalah proses pengalihan
hak suatu barang dari seseorang penjual kepada seorang pembeli. Perpindahan
tersebut disertai dengan penerimaan harga (uang) oleh penjual sebagai pengganti
barang. Kontrak jual beli bisa dikatakan sah apabila antara penjual dan pembeli
tidak ada unsur paksaan, artinya diantara keduanya adanya saling kerelaan atau
suka sama suka.
Produk yang diberikan oleh KSU BMT Ummat sejahtera Abadi Jepara
adalah berupa simpanan dan penyaluran dana. Produk simpanan antara lain Si
Sela (Simpanan Sejahtera Lancar), Si Raka (Simpanan Sejahtera Berjangka), Si
Radik (Simpanan Sejahtera Pendidikan), Si Waka (Simpanan Siswa Sekolah), Si
Harya (Simpanan Hari Raya), Si Sena (Simpanan Sejahtera Lancar). Dan produk
penyaluran dana yang ada di adalah Mudharabah (bagi hasil), Musyarakah
(penyertaan), Murabahah (jual beli dengan cara pembayaran jatuh tempo), dan
Bai’ Bitsaman Ajil (jual beli dengan cara mengangsur/mencicil).
Bai’ bitsaman ajil yang ada di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi adalah
pembiayaan dengan sistem jual beli dengan cara angsuran terhadap pembelian
suatu barang. Jumlah kewajiban yang harus dibayar oleh pengguna jasa sejumlah
53
harga barang dan mark up yang telah disepakati bersama. Praktek yang terjadi di
KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi timbul permasalahan yaitu berupa
penyerahan barang, BMT memberikan kepercayaan kepada calon anggotanya
untuk memilih yang mana calon anggota menginginkan barang dari BMT atau
calon anggota membeli barang sendiri, apabila calon anggota menginginkan
membeli barang sendiri maka calon anggota menerima sejumlah uang dari BMT
dan membelikannya seakan-akan hal ini seperti utang piutang bukan jual beli.
Dalam KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi pihak BMT memberikan
pembiayaan dalam bentuk uang dan calon anggota yang nantinya akan
membelanjakan sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Seharusnya pihak BMT
menyerahkan dalam bentuk barang sesuai dengan akadnya yakni jual beli. Dalam
hal ini seharusnya pihak BMT membeli kepada supplier barang yang dibutuhkan
oleh calon anggota, selanjutnya calon anggota menerima barang yang dibutuhkan
dari pihak BMT. Maka dari itu sebaiknya pihak BMT memberikan kuasa yang
jelas, dan harus melakukan control terhadap calon anggota dalam pembelian
barang, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko penyalahgunaan pinjaman dan
untuk lebih menjaga transparansi, dalam transaksi ini seharusnya pihak BMT
meminta tanda bukti pembelian kepada calon anggota dengan mencantumkan
harga beli dari supplier. Sehingga dengan demikian akan diketahui berapa harga
dasar barang tersebut dan berapa selisih harga yang harus di bayar calon anggota
kepada pihak BMT. Disinilah akan diketahui keuntungan pihak BMT yakni
54
selisih harga beli dari supplier dengan harga yang harus dibayar oleh calon
anggota kepada KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi.
Penerapan akad bai’ bitsaman ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi
Jepara adalah sebagai berikut :
a. Akid
Akid (subyek perikatan) adalah para pihak yang melakukan akad
sebagai suatu perbuatan hukum yang mengembankan hak dan kewajiban. Ada
dua bentuk yaitu manusia (yaitu yang sudah dapat dibebani hukum disebut
mukallaf) dan badan hukum (badan hukum yang dianggap dapat bertindak
dalam hukum dan mempunyai hak, kewajiban, dan perhubungan hukum
terhadap orang lain).65
Dalam transaksi akad bai’ bitsaman ajil pihak-pihak yang terlibat
adalah pihak pertama selaku KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi, dan pihak
kedua selaku calon anggota. Contohnya pihak pertama atas nama M.
Jauharuddin, S.SOS,I bertindak sebagai manager KSU BMT Ummat
Sejahtera Abadi (badan hukum) dan pihak kedua selaku calon anggota, atas
nama Mahmudi (manusia).
b. Aqad
Pelaksanaan akad bai’ bitsaman ajil dimulai dengan membaca
Bismillah dan Syahadat. Dan kedua belah pihak memiliki kesadaran dan
65
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta, kencana Prenada Media,
2005, hlm.116-121
55
memahami seluruh isi dari akad bai’ bitsaman ajil. Pihak pertama memberikan
pembiayaan kepada pihak kedua dan pihak kedua setuju untuk membayar
kekurangan pembiayaan kepada BMT dengan cara cicilan.
Aqad ini biasanya berupa ijab dan qabul antara kedua belah pihak.
Dalam hal ini ijab (BMT memberikan pernyataan menyerahkan) dan qabul
(calon anggota memberikan pernyataan penerimaan). Dalam aqad harus
memenuhi tiga rukun yaitu:
1. Pelaku aqad (haruslah orang yang mampu melakukan akad untuk dirinya).
2. Obyek aqad (harus ada ketika terjadi akad, harus sesuatu yang
disyariatkan, harus diserahterimakan ketika terjadi aqad dan harus sesuatu
yang jelas antara dua pelaku aqad)
3. Shigat atau pernyataan pelaku aqad (berupa ijab qabul yang harus jelas
maksudnya, sesuai antara ijab dan qabul serta bersambung).66
c. Barang (Ma’qud alaih)
Barang yang diperjual belikan dalam bai’ bitsaman ajil tidak dijelaskan
dalam perjanjian bai’ bitsaman ajil, karena dalam pelaksanaannya setelah akad
pihak BMT memberikan pembiayaan yang berupa uang bukan penyerahan
barang. Yang terjadi di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi adalah pembelian
barang yang dilakukan oleh calon anggota hampir 80% dari jumlah pengajuan
pembiayaan bai’ bitsaman ajil. Hal ini dilakukan karena calon anggota lebih
mengetahui barang yang diperlukan.
66
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT. Raja garfindo persada, 2008, hlm. 35
56
Seharusnya barangnya dijelaskan dalam perjanjian bai’ bitsaman ajil
agar tidak terjadi kesalahan dan seharusnya BMT menyerahkan pembiayaan
berupa barang bukan pembiayaan berupa uang.
d. Jaminan
Sebagai bagian dari akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil, pihak kedua
menyerahkan jaminan berupa BPKB kendaraan (mobil atau motor), emas, dan
bisa juga berupa sertifikat tanah atau barang yang mempunyai nilai. Sebagai
contoh jaminan BPKB kendaraan (mobil) dengan data yang jelas sebagai
berikut :
No BPKB : 3160189
No. Pol : H 7734 EA
Merk / Type : MITSUBISHI COLT/ T120/ 1300CC
Tahun : 1979
No. Rangka : T120127876
No. Mesin : 265562
Warna : PUTIH
Atas nama : GEREJA JKI HOSANA
Alamat : Jl. Raya Nangka Raya Semarang
e. Adanya survey (pengawasan dan pemeriksaan) dalam hal pengajuan
pembiayaan.
Pihak pertama berhak atas pengawasan dan pemeriksaan yang
dilakukan sendiri ataupun pihak lain yang ditunjuk oleh pihak pertama untuk
57
setiap waktu meminta keterangan dan melakukan pemeriksaan yang diperlukan
oleh pihak pertama kepada pihak kedua.
Pada BMT Ummat Sejahtera Abadi telah mengadakan pengawasan
kepada pihak-pihak yang ingin mengajukan pembiayaan, agar tidak terjadi
penipuan/pemalsuan identitas oleh calon anggota. Hal ini juga dilakukan untuk
mengantisipasi apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh calon anggota,
jadi BMT tidak bersusah payah untuk mencari alamat calon anggota.
f. Kemacetan angsuran atau kelalaian.
Apabila pihak kedua lalai atau melalaikan kewajibannya atau
menyimpang dari ketentuan dalam akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil, maka
pihak kedua wajib atas biayanya sendiri menyerahkan obyek akad pembiayaan
bai’ bitsaman ajil ini kepada pihak pertama segera setelah diminta pihak
pertama.
Apabila kelalaian dalam angsuran disengaja dan calon anggota masih
dianggap mampu untuk melakukan angsuran maka akan dikenakan kafarat
yaitu berupa 0,01% dari angsuran per bulan. Dan apabila telah jatuh tempo
dikenakan 3% dari sisa pokok.
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad Bai’ Bitsaman Ajil di
KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara
Jual beli menurut pandangan hukum Islam diperbolehkan selama jual beli
itu tidak mengandung unsur riba. Seperti ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 275
58
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
67
Ayat ini menjelaskan menghalalkan kegiatan jual beli, tetapi
mengharamkannya jika kegiatan tersebut mengandung unsur riba. Bai’
bitsaman ajil adalah salah satu mekanisme dalam jual beli Islam yang
dilaksanakan menurut hukum Islam, memelihara rukun dan syarat jual beli
yang ada dalam muamalah Islam. Jadi dalam praktek bai’ bitsaman ajil
diperbolehkan selama didalamnya tidak ada yang melanggar hukum Islam.
a. Akid
Adalah para pihak yang bertransaksi yaitu pihak pertama KSU BMT
Ummat Sejahtera Abadi Jepara dan pihak kedua yaitu calon anggota.
Dalam pelaksanaan bai’ bitsaman ajil ini yang melakukan akad hendaknya
memenuhi persyaratan. Berakal (agar tidak terkecoh), dengan kehendak
sendiri atau tidak paksaan, balig (sudah dewasa), dan tidak mubazir
(pemboros) sebab harta orang yang mubazir itu di tangan walinya. Seperti
firman Allah Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 5 :
.
Artinya : “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)
67
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mekar Surabaya, 2004,
hlm. 58
59
yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik.”68
b. Aqad
Setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengikat diri pada suatu
akad dan wajib dipenuhi segala akibat hukum yang ditimbulkan akad itu.69
Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 1 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
itu”70
Aqad yang terjadi merupakan akad jual beli. Dimana pihak BMT
mempercayakan kepada calon anggota untuk membeli barangnya sendiri..
Hal ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan diantaranya adalah pihak
BMT menganggap calon anggota lebih tahu dan memahami barang yang
dibutuhkan baik itu dari segi jenis, harga, kualitas barang tersebut. Dalam
pembelian barang tidak ada kejelasan tentang prosedur pemberian kuasa.
Dan juga tidak adanya surat kuasa yang diberikan oleh BMT kepada calon
anggota, dengan demikian tidak adanya kejelasan tentang hal yang boleh
dilakukan maupun yang tidak boleh dilakukan oleh calon anggota dalam
pembelian barang tersebut. Namun, pada dasarnya calon anggota tidak
mengetahui tentang adanya akad wakalah ataupun pemberian kuasa (dalam
68
Departemen Agama RI, op. cit, hlm. 100 69
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, Jakarta, Gaya Media Pratama, Cetakan Ke-2, hlm. 105 70
Departemen Agama RI, op. cit, hlm. 141
60
hal pembelian barang), yang mereka tahu adalah bahwa pihak BMT
memberikan pembiayaan dalam bentuk uang selain itu calon anggota juga
kurang mengerti apa sebenarnya akad bai’ bitsaman ajil.
Seharusnya pihak BMT memberikan surat kuasa yang jelas, sehingga
dengan adanya ketidak jelasan dalam pelaksanaan akad wakalah ini akan
mengakibatkan penyalahgunaan (semena-mena) terhadap pembiayaan yang
diberikan oleh pihak BMT. Bagi calon anggota sendiri mereka tidak tahu
tentang akad wakalah, karena yang mereka tahu adalah pihak BMT telah
memberikan pembiayaan dalam bentuk uang dan calon anggota bebas untuk
menggunakan uang tersebut sesuai dengan kebutuhan yang calon anggota
inginkan. Sehingga hal ini mengakibatkan akan terjadi ketidaksesuaian
antara akad yang dilakukan pihak BMT dengan calon anggota, dengan
praktek di lapangan hal ini mengakibatkan jual beli yang dilakukan oleh
BMT tidak ada kesesuaian antara ijab dan qabul dalam pelaksanaan akad
bai’ bitsaman ajil.
Dalam pelaksanaan di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara
adalah kedua belah pihak melakukan ijab dan qabul dalam satu tempat
(majlis) setelah pembiayaan di setujui tanpa adanya penyerahan barang
secara langsung setelah akad. Calon anggota nanti yang akan membelikan
barangnya.
61
Akad wakalah yaitu penyerahan dari seseorang kepada orang lain
untuk mengerjakan sesuatu, perwakilan berlaku selama yang mewakilkan
masih hidup.71
Dasar hukumnya adalah Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 19 :
Artinya : “Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota
dengan membawa uang perakmu ini”72
c. Barang (Ma’qud alaih)
Barang yang diperjual belikan hendaknya sebagai berikut :
- Suci, barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk
dibelikan, seperti : kulit binatang atau bangkai yang belum disamak.
- Ada manfaatnya, tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya
dan dilarang mengambil tukarannya. Hal ini termasuk dalam arti menyia-
nyiakan (memboroskan) harta. Seperti firman Allah, Al-Qur’an surat Al-
Isra’ ayat 27
Artinya :”Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.”73
- Barang itu dapat diserahkan, tidak sah menjual suatu barang yang tidak
dapat diserahkan kepada yang membeli, misalnya ikan dalam laut,
71
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 233 72
Departemen Agama RI, op. cit, hlm. 404 73
Departemen Agama RI, op. cit, hlm. 388
62
barang yang sedang dijaminkan, sebab semua itu mengandung tipu daya
(penipuan).
“Dari Abu Hurairah Ia berkata, nabi Saw. Telah melarang
memperjualbelikan barang yang mengandung tipu daya.” (HR. muslim
dan lainnya) 74
Barang yang diperjual belikan dalam praktek bai’ bitsaman ajil ini
tidak ada spesifikasi yang jelas tentang keadaan barang tersebut hanya
disebutkan secara global atau umum, dalam akad awal barang yang diperjual
belikan sifatnya tidak jelas sehingga pihak BMT tidak tahu tentang barang
yang dibeli oleh calon anggota dengan menggunakan pembiayaan, karena
akadnya adalah jual beli dimana barang yang diperjual belikan harus jelas,
baik bentuk, jenis, serta harga barang tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
tidak adanya unsur penipuan dan penyalahgunaan pembiayaan.
Dalam KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi pihak BMT memberikan
pembiayaan dalam bentuk uang dan calon anggota yang akan membelikan
barang yang di inginkan sesuai dengan kebutuhan. Seharusnya pihak BMT
memberikan pembiayaan dalam bentuk barang sesuai dengan akadnya yaitu
jual beli. Dalam kaitannya dengan ini seharusnya pihak BMT membeli
barang kepada supplier sesuai barang yang dibutuhkan oleh calon anggota,
74
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung, Sinar Baru Algensindo, cet : ke- 43, 2009, hlm.
280-281
63
kemudian calon anggota menerima barang yang dibutuhkan dari pihak BMT.
Apabila pihak BMT ingin menggunakan akad wakalah maka hendaknya
benar-benar menggunakan akad wakalah, yaitu dengan pemberian surat
kuasa yang jelas. Selain itu pihak BMT juga harus melakukan pengawasan
terhadap calon anggota dalam pembelian barang, hal ini dilakukan agar
mengurangi penyalahgunaan pembiayaan, dan juga untuk menjaga
transparansi (kejelasan) dalam transaksi ini, dan pihak BMT meminta tanda
bukti pembelian kepada calon anggota dengan mencantumkan harga beli dari
supplier secara jelas.
d. Jaminan
Jaminan merupakan sesuatu yang tidak terlepaskan dari suatu
pembiayaan, hal ini dilakukan karena di khawatirkan akan terjadi kemacetan
ataupun kelalaian yang dilakukan oleh calon anggota kepada pihak BMT
dalam hal mengangsur.
Dalam Islam meminta jaminan atas suatu transaksi pada dasarnya
bukanlah sesuatu yang tercela, hal ini sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 283
64
Artinya : “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan
persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka
Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”75
Jaminan (الضمان) artinya tanggungan. Demikian dhamaan adalah
menjamin (menanggung) untuk membayar hutang, atau menghadirkan orang
pada tempat yang lebih ditentukan.76
Sedangkan pengertian agunan/jaminan adalah barang-barang atau surat-
surat yang diserahkan anggota kepada badan hukum (bank) dan menjadi syarat
utama dalam menentukan besarnya plafon (besar kecilnya nilai
pinjaman/kredit).77
Suatu barang yang dapat dijadikan jaminan harus memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Mempunyai nilai ekonomis dalam arti dapat dinilai dengan uang dan dapat
dijadikan uang,
2. Dapat di pindah tangankan kepemilikannya,
75
Departemen Agama RI, op. cit, hlm. 60 76
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, cet pertama, 2003, hlm. 259 77
Malayu S.P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara, cetakan ke-5,
2006, hlm. 110
65
3. Mempunyai nilai yuridis sehingga dapat di ikat secara legal sebagai
jaminan.78
Bai’ bitsaman ajil adalah prinsip jual beli bukan pinjam meminjam
sehingga apabila dibutuhkan jaminan, maka yang terjadi jaminan adalah barang
yang diperjual belikan tersebut. Selama calon anggota belum bisa melunasi
pembayaran maka jaminan masih berada di BMT dan barang tersebut belum
menjadi milik calon anggota hal ini hampir sama dengan Ijarah Muntahia
Bittamlik (IMBT).
Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) merupakan rangkaian dua akad,
yaitu al-bai’ merupakan akad jual beli dan Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
merupakan akad sewa menyewa (ijarah).79
Jadi Ijarah Muntahia Bittamlik
(IMBT) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dengan dan sewa atau
lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa. IMBT memiliki banyak bentuk, tergantung pada apa yang disepakati
kedua pihak yang berkontrak. Misalnya, al-ijarah dan janji menjual, nilai sewa
yang mereka tentukan dalam al-ijarah, harga barang dalam transaksi jual dan
kapan kepemilikan dipindahkan.80
Dalam praktek bai’ bitsaman ajil di BMT Ummat Sejahtera Abadi
jaminan yang bisa dipakai adalah :
78
Yusak Lasmana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan Di Bank Syari’ah,
Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2009, hlm. 88-89 79
Adi Warman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, III T Indonesia,
2003, hlm. 117 80
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta, Gema Insani,
2001, hlm. 118
66
- BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) bisa berupa BPKB motor
atau mobil. Jaminan berupa kendaraan bermotor karena memiliki nilai
yang cukup dan mudah dijual, namun kelemahannya adalah nilai
pasarnya yang cenderung mengalami penurunan bila umurnya bertambah
karena mengalami penyusutan.
- sertifikat tanah. Tanah dan bangunan merupakan jaminan yang umum
karena memiliki keunggulan jaminan berupa tanah dan bangunan adalah
harganya yang cenderung mengalami kenaikan seiring berjalannya
waktu.
- logam mulia emas, juga dapat dijadikan jaminan karena harga emas yang
dijaminkan akan ditaksir berdasarkan harga pasar menurut keadaan, berat
dan kadarnya.81
e. Adanya survey (pengawasan dan pemeriksaan) dalam hal pengajuan
pembiayaan.
Pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan pihak BMT kepada
calon anggota yang mengajukan pembiayaan bai’ bitsaman ajil hal ini
semata-mata agar terhindar dari pemalsuan tentang data diri calon anggota.
Apabila diadakan survey (pengawasan dan pemeriksaan) maka tidak ada
peluang bagi calon anggota tentang usaha yang fiktif atau palsu, dan tidak
ada peluang untuk penyalahgunaan pembiayaan karena adanya kontrol
(pengawasan) terhadap usaha yang dilakukan oleh calon anggota. Hal ini
81
Yusak Lasmana, op. cit, hlm. 92-96
67
dilakukan agar calon anggota bertanggung jawab atas pembiayaan yang telah
diajukan dan calon anggota tidak ingin barang jaminan miliknya pindah
tangan kepada BMT.
f. Kemacetan angsuran atau kelalaian.
Angsuran dalam bai’ bitsaman ajil adalah dengan cara cicilan sesuai
dengan kesepakatan kedua belah pihak dan jumlah cicilan (angsuran)
disesuaikan dengan kemampuan calon anggota, dengan total margin yang
telah disepakati antara kedua belah pihak dan dilihat berdasarkan
kemampuan calon anggota, tapi pada umumnya setara dengan 2-2,5%.
Angsuran pokok : harga pokok pembiayaan
Jumlah angsuran
Margin : 2% X harga pokok pembiayaan = margin/bulan
Margin/bulan X jumlah angsuran
Total pembiayaan : harga pokok pembiayaan + margin.
Dalam praktek bai’ bitsaman ajil di BMT Ummat Sejahtera Abadi
calon anggota yang tidak mampu melunasi pembiayaan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Pihak BMT melakukan silaturahmi kepada anggota dengan perihal
menanyakan tentang keadaan anggota, mengapa pembayarannya macet.
BMT memberikan surat kepada anggota yang berisi permohonan datang ke
BMT guna mengadakan musyawarah dengan pimpinan yang ada di BMT.
68
Apabila calon anggota benar-benar tidak bisa mengangsur (macet) dan
tidak menemukan kesepakatan dalam musyawarah, maka barang atau
jaminan akan diambil (di sita) oleh pihak BMT.
Wanprestasi (kelalaian) adalah tidak memenuhi atau lalai
melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang
dibuat antara pihak pertama dan kedua82
. Tetapi adakalanya perjanjian
tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang
dilakukan oleh salah satu pihak yaitu pihak pertama BMT dan pihak kedua
calon anggota. Waktu terjadinya kemacetan dan kelalaian (wanprestasi) sulit
ditentukan ketika di dalam perjanjian tidak disebutkan kapan suatu hak dan
kewajiban harus sudah dilaksanakan. Untuk mengatakan bahwa seseorang
melakukan wanprestasi dalam suatu perjanjian, kadang-kadang tidak mudah
karena sering sekali juga tidak dijanjikan dengan tepat kapan suatu pihak
diwajibkan melakukan prestasi yang diperjanjikan.
Untuk kelalaian itu ada resiko yang harus ditanggung oleh pihak yang
lalai. Resiko itu bisa berupa ganti rugi, maksud dari ganti rugi adalah apabila
calon anggota tidak bisa mengangsur (lalai) maka calon anggota akan
menggantikan angsurannya dengan jaminan yang ada di BMT atau barang
yang telah dibeli oleh calon anggota diserahkan kepada BMT.
82
Salim, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta, Sinar Grafika,
cetakan ke-5, 2008, hlm. 98
69
Ganti kerugian karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang
dibebankan kepada salah satu pihak yang tidak memenuhi isi perjanjian yang
telah dibuat antara pihak pertama dan kedua.83
Ganti kerugian dalam akad
muamalah dikenal dengan adh-dhaman, yang secara harfiah berarti jaminan
atau tanggungan. Ulama mengatakan adakalanya adh-dhaman berupa barang
atau uang.
Pentingnya adh-dhaman dalam perjanjian agar dalam akad yang telah
disetujui kedua belah pihak tidak terjadi perselisihan. Segala kerugian baik
terjadi sebelum maupun sesudah akad maka ditanggung resikonya oleh pihak
yang menimbulkan kerugian. Akan tetapi dalam keadaan memaksa fiqh Islam
tidak menghukumi orang yang berbuat tanpa disengaja dan tidak
menghendaki perbuatan lalai tersebut, asalkan orang tersebut telah berbuat
maximal untuk memenuhi prestasinya, dan Islam mengapresiasi orang yang
memberi kelapangan dalam pembayaran hutang.
83
Salim, op. cit, hlm. 100
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dan analisis yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan
akad bai’ bitsaman ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Bai’ bitsaman ajil yang ada di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi adalah
pembiayaan dengan sistem jual beli dengan cara angsuran terhadap pembelian
suatu barang. Jumlah kewajiban yang harus dibayar oleh pengguna jasa
sejumlah harga barang dan mark up yang telah disepakati bersama. Praktek
yang terjadi di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi timbul permasalahan yaitu
dalam hal penyerahan barang. BMT menyerahkan semuanya kepada calon
anggota dalam hal pembiayaan. Apabila calon anggota menghendaki
pinjaman atau pembiayaan dalam bentuk uang bukan barang maka BMT akan
memberikan pinjaman atau pembiayaan dalam bentuk uang tersebut kepada
calon anggota seakan-akan ini seperti utang piutang, dan apabila calon
anggota menghendaki barang maka BMT akan memberikan barang kepada
calon anggota. Dalam prakteknya hal ini belum sesuai dengan konsep bai’
bitsaman ajil secara baik dan benar.
2. Barang yang diperjual belikan belum jelas bentuk, sifat, dan jenis dari yang
akan dibeli oleh calon anggota. Hal ini terjadi karena pihak BMT memberikan
71
pinjaman dalam bentuk uang dan calon anggota yang nantinya akan
membelikan barang sendiri. Jual beli seperti ini di khawatirkan akan
mengandung unsur gharar, karena ketidak jelasan tentang barang yang akan
dibeli oleh calon anggota. Sedangkan jual beli gharar adalah jual beli yang
dilarang oleh Rasulullah SAW. Penentuan keuntungan (mark up) berdasarkan
jumlah pembiayaan atau pinjaman yang diberikan oleh BMT Ummat
Sejahtera Abadi kepada calon anggota. Seharusnya penentuan keuntungan
berdasarkan jumlah harga barang kemudian baru ditambah mark up
keuntungan dari barang tersebut. Dan pembayaran dapat diangsur berdasarkan
kemampuan calon anggota, bisa diangsur 12 atau 24 bulan dan sesuai
kesepakatan kedua belah pihak.
B. Saran-saran
1. Dalam sistem ekonomi Islam perbankan syari’ah adalah lembaga keuangan
yang berprinsip pada bagi hasil (profit and loss sharing), yang tidak
mengenal keuntungan di akad awal. Keuntungan yang diterima oleh calon
anggota dan BMT merupakan kesepakatan berdasarkan keuntungan yang
diperoleh dari keuntungan usaha yang dijalankan bersama oleh calon
anggota. BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara Merupakan lembaga
Keuangan Syariah Mikro yang dalam pengelolaan menggunakan aturan yang
bersumber dari Hukum Islam, untuk itu sudah seharusnya dalam praktek
benar-benar memperhatikan aspek hukum Islamnya, agar benar-benar
72
menjadi lembaga keuangan Islam yang tetap berpedoman pada Al-Qur’an
dan Hadist.
2. Hendaknya BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara memberikan penjelasan
secara jelas kepada calon anggota mengenai akad-akad pembiayaan yang
ditawarkan oleh pihak BMT, sehingga calon anggota mengetahui secara jelas
akad yang akan dilakukan agar tidak melenceng dari aturan-aturan hukum
Islam.
C. Penutup
Rasa syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan
pembahasan skripsi masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa sistematika
maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi
pembaca, Amin. Kurang lebihnya penulis minta maaf, sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, M. Yazid, Fiqih Muamalah, Yogyakarta : Logung Pustaka, 2009.
Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syari’ah, Jakarta, Sinar Grafika, 2008.
Al-Maktabah Asy-Syamilah V-II, Kutubul al-Mutun : Sunan Ibnu Majah, Bab as-
Syirkah wa al-Mudharabah, Juz VII, h. 68, Nomor hadis 2289
Amalia, Dwi Riska, Analisis Produk Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) Pada
BMT-MMU Sidogiri Pasuruan, Skripsi Jurusan Managemen, Fakultas
Ekonomi, UIN Malang, 2008.
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta,
Gema Insani, 2001.
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2008.
Azwar, Saifudin, Metode Penelitian, Yogyakarta: pustaka pelajar offset, 1998.
Berkas perjanjian akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil KSU BMT Ummat
Sejahtera Abadi Jepara.
Brosur KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara .
Budisantoso, Toyok, dan Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
edisi kedua, Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mekar Surabaya,
2004.
Djawaini, Dimyauddin, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
cetakan pertama, 2008.
Djazuli, kaidah-kaidah Fiqih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam
Menyelesaikan Masalah-Masalah Yang Praktis, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group,2006.
Dokumen KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara
Hadi, Sutrisno, Metode Research, Yogyakarta: Andi Offset, jilid 2, 2004.
Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta : Gaya Media Pratama, cet. Ke-2, 2007.
Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, cet pertama, 2003.
Hasibuan, Malayu S.P., Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, PT. Bumi Aksara,
cetakan ke-5, 2006.
Hasil wawancara dengan bapak M. Jauharuddin, S.Sos.I, Manager KSU BMT
Ummat Sejahtera Abadi Jepara, pada tanggal 4 April 2011.
Hasil wawancara dengan bapak M. Jauharuddin, S.Sos.I, Manager KSU BMT
Ummat Sejahtera Abadi Jepara, pada tanggal 16 April 2011.
Hasil wawancara dengan Ibu Titik selaku kasir KSU BMT Ummat Sejahtera
Abadi Jepara, pada tanggal 18 Mei 2011.
Hosen, M. Nadratuzzaman, dkk, Materi dakwah Ekonomi SYARI’AH, Jakarta:
PKES (Pusat Komunikasi Ekonomi Syari’ah), 2008.
http://mas-roisku-muslimblogspotcom.blogspot.com/2010/09/akad-murabahah-
dalam-hukum-Islam-dan.html, 8 Juni 2011
Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
Lasmana, Yusak, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan Di Bank
Syari’ah, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 2009.
Lewis, Mervyn K., dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah, Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2001.
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Yogyakarta : EKONISIA, cet.
Ketiga, 2004.
Mas’adi, Ghufron A., Fiqh Muamalah Kontekstual, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah, Yogyakarta, UUI
Press, 2009.
_______, Sistem dan Operasional Bank Syari’ah, Yogyakarta, UII Press, 2000.
Narbuko, Cholid, dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009.
Perwataatmadja, Karnaen A., dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan
Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf, 1992.
Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung, Sinar Baru Algensindo, Cetakan ke-43,
2009.
Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT), Yogyakarta:
UII press, 2004.
Salim, Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta, Sinar
Grafika, cetakan ke-5, 2008.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Ekonesia,
edisi 2, 2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2008.
Suhendi, Hendi, Fiqih Muamalah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Susilo, Joko, Penerapan Prinsip Bai’ Bitsaman Ajil pada BPRS Artha Surya
Barokah, Tugas Akhir Program D3 Perbankan Syari’ah Semarang, Tahun
2006.
Syafe’ i, Rachmad, Fiqih Muamlah, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2001.
Widyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2005.
Yunus, Jamal Lulail, Manajemen Bank Syari’ah Mikro, Malang : UIN Malang
Press, 2009.
DAFTAR PERTANYAAN
DI KSU BMT UMMAT SEJAHTERA ABADI JEPARA
1. Bagaimana Latar belakang berdirinya KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara?
2. Apa visi misi KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara?
3. Apa saja produk-produk yang ditawarkan oleh KSU BMT Ummat Sejahtera
Abadi Jepara?
4. Apa yang di maksud pembiayaan bai’ bitsaman ajil ?
5. Bagaimana pelaksanaan pembiayaan bai’ bitsaman ajil ?
6. Apa syarat-syarat dalam pembiayaan bai’ bitsaman ajil ?
7. Apa akad yang digunakan dalam pembiayaan bai’ bitsaman ajil ?
8. Apa dasar hukum pembiayaan bai’ bitsaman ajil ?
9. Berapa jangka waktu dalam pembiayaan bai’ bitsaman ajil ?
10. Bagaimana prosedur pembiayaan bai’ bitsaman ajil ?
11. Berapa besar taksiran dalam pembiayaan bai’ bitsaman ajil ?
12. Apa yang akan dilakukan oleh KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara
apabila ada nasabah yang tidak mampu melunasi pembiayaan bai’ bitrsaman ajil
?
13. Dari mana sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan bai’ bitsaman ajil?
14. Contoh pembiayaan bai’ bitsaman ajil ?
JAWABAN PERTANYAAN
DI KSU BMT UMMAT SEJAHTERA ABADI JEPARA
1. (lihat di brosur)
Berawal dari sebuah pelatihan Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa
Depan (MHMMD) pada tahun 2006 yang diselenggarakan oleh PP.LPNU
bekerjasama dengan ICMI, dengan peserta 5 orang per kabupaten Lembaga
NU dan Badan Otonomnya serta pesantren se-Jawa Tengah dengan Abdul
Ghofur Rozin putra KH. Muhammad Ahmad Sahal Mahmudz Kajen Pati
Jawa Tengah selaku ketua panitia. Dari pelatihan tersebut terbentuklah alumni
MHMMD yang kemudian pada tahum 2007 melakukan serangkaian tindak
lanjut, dimulai dari pelatihan kewirausahaan, pelatihan pendirian BMT sampai
pelatihan menejer BMT BUS Lasem, dan juga Bank Syari’ahnya K.H M.A
Sahal Mahfudz Pati yaitu BRR Syari’ah Arta Mas Abadi dengan komisarisnya
Mas Faruq juga teman satu angkatan MHMMD yang menjadi fasilitator
pelatihan lanjutnya sampai sekarang.
Seiring dengan seleksi alam, dari 5 orang alumni pelatihan ini hanya 4 orang
yang terlibat proses pendiriannya. Dan sampai pada tahap-tahap akhir tinggal
2 orang yang inten mendampingi pendirian. Dari 2 personil inilah yang
akhirnya sebagai perintis dan pendiri BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara
yaitu Drs. Mustaqim Umar, MM yang kemudian didaulat menjadi Ketua dan
M. Jauharuddin, S.Sos.I sebagai Menejernya setalah melalui perekrutan
anggota pendiri. Akhirnya, BMT Ummat Sejahtera Abadi berhasil didirikan
dengan mendapat badan hokum tabggal 25 Oktober 2007 dengan beroperasi
secara resmi tanggal 12 Desember 2007.
2. (lihat di brosur)
Tujuannya, yaitu :
Meningkatkan kesejahteraan anggota dan calon anggota,
Membantu sektor perekonomian terutama usaha kecil mikro dan
menyediakan lapangan kerja serta pengembangan sumber daya
manusia,
Meningkatkan semangat gotong royong sesuai yang diamanatkan
UUD 1945 pasal 33.
Visinya adalah menjadi Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah sebagai mitra
terpercaya dan terdepan dalam bermuamalah yang mampu menghantarkan
kesejahteraan dan meningkatkan taraf hidup serta nilai kehidupan anggotanya
berdasarkan prinsip-prinsip Syari’ah.
Misinya adalah :
Melakukan jasa layanan penguatan modal dan pembiayaan kebutuhan
anggota dan calon anggota,
Melakukan jasa perencanaan keuangan anggota dan calon anggota
melalui produk-produk simpanan yang berdasarkan prinsip-prinsip
syari’ah,
Melakukan gerakan dakwah dan keagamaan melalui kegiatan ekonomi
syari’ah,
Partisipasi aktif dalam membangun masyarakat menjadi produktif,
Partisipasi aktif dalam mensejahterakan dan meningatkan sumber daya
masyarakat.
3. (lihat di brosur)
Produk simpanan
a. Si Sela (simpanan sejahtera lancar)
b. Si Raka (simpanan sjahtera berjangka)
c. Si Radik (simpanan sejahtera pendidikan)
d. Si Waka (simpanan siswa sekolah)
e. Si Harya (simpanan hari raya)
f. Si Sena (simpanan sejahtera rencana)
Produk pembiayaan
Mudhorobah (bagi hasil)
Musyarakah (penyertaan)
Murabahah (jual beli)
Bai’ bitsaman ajil (jual beli)
4. (lihat di brosur)
Pembiayaan bai’ bitsaman ajil (jual beli) adalah pembiayaan dengan sistem
jual beli dengan cara angsuran terhadap pembelian suatu barang. Jumlah
kewajiban yang harus di bayar oleh pengguna jasa sejumlah harga barang dan
mark up yang telah disepakati bersama.
5. Pelaksanaannya adalah transaksi jual beli antara BMT (penjual) dan nasabah
(pembeli), dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati antara BMT
dan nasabah. Kemudian nasabah membayar dengan cara mencicil kepada
BMT. Tetapi BMT menyerahkan semuanya kepada nasabah dalam hal
penerimaan barang. Apabila nasabah menghendaki uang bukan barang maka
BMT akan memberikan uang tersebut kepada nasabah seakan-akan ini seperti
utang piutang, dan apabila nasabah menghendaki barang maka BMT akan
memberikan barang kepada nasabah.
6. Syaratnya :
- adanya penjual dan pembeli (calon anggota)
- adnaya barang yang diperjual belikan
- adanya akad
7. Akad bai’ bitsaman ajil
8. Dasar hukumnya QS. An-nisa 29
9. Jangka waktu pembiayaan sesuai dengan kemampuan calon anggota. Bisa
dalam jangka waktu 10, 12 atau 24 bulan.
10. Prosedurnya :
calon anggota mengajukan pembiayaan kepada BMT degan menunjukkan
syarat-syarat yang telah di tentukan,
Marketing atau costumer servis melakukan survei kepada calon anggota,
Mengadakan rapat kepada komite dan diadakan eksekusi terhadap
pengajuan pembiayaan,
Kontrak atau akad.
11. Besar taksiran dalam pembiayaan adalah 2-2,5 %.
12. Nasabah yang tidak mampu melunasi pembiayaan dilakukan dengan cara :
Pihak BMT melakukan sillaturrahmi kepada anggota dengan perihal
menanyakan tentang keadaan anggota, mengapa pembayarannya
macet.
BMT memberikan surat kepada anggota yang berisi permohonan
dating ke BMT guna mengadakan musyawarah,
Barang dikembalikan apabila keadaan tidak mampu.
13. Sumber dana :
Simpanan sukarela
Tabungan masyarakat
Modal sendiri
Dana pihak ke tiga.
14. Contohnya pak Mahmudi
Jepara, 16 April 2011
KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi
M. Jauharuddin, S.Sos
Manager
INTERVIEW
1. Jenis pembiayaan apa yang paling banyak diminati oleh calon anggota?
2. Berapa selisih antara semua pembiayaan?
3. Dari mana modal pertama BMT berasal?
4. Modal awal pertama berapa dan sampai sekarang keuntungannya mencapai
berapa?
5. Berapa jumlah anggota BBA?
6. Omset BBA pada tahun 2010?
7. Margin keuntungan 2-2,5%. Apakah ada margin bagi calon anggota selain
margin keuntungan tersebut?
8. Berapa jumlah anggota BBA (2009-2010) yang barangnya dibelikan dan yang
beli sendiri?
9. Tahun 2009-2010 siapa saja dan tindakannya apa bagi anggota yang
mengalami kemacetan dalam angsuran?
10. Apabila ada calon anggota yang pengangsurannya macet, apakah ada
tambahan pembayaran?
Jepara, 27 Juni 2011
Manajer KSU BMT
Ummat Sejahtera Abadi
M. Jauharuddin, S.Sos.I.
AKAD PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL
No. 00109/KSU BMT USA/2009
Bismillahirrohmanirrohim
Asyhadu Anlaa Ilaha Illa Allah, Wa Ashhadu Anna Muhammadar Rasulullah
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : M. JAUHARUDDIN, S.SOS.I
Jabatan : Manager
Alamat : Jl. Wakhid Hasyim 133 Jepara
Bertindak untuk dan atas nama Koperasi Serba Usaha Sejahtera Abadi selanjutnya
disebut pihak I (pertama).
Nama : Mahmudi
Tempat/tgl lahir : Jepara, 16 Juni 1961
Alamat : Mantingan Rt.04/1 Tahunan Jepara
No. KTP : 33.2011.160661.0002
Secara bersama-sama mengikatkan diri dalam akad pembiayaan ini selanjutnya
disebut pihak II (kedua/calon anggota).
PEMBIAYAAN BAI’ BITSAMAN AJIL
PASAL I
1. Kedua belah pihak penuh kesadaran dan sungguh-sungguh memahami seluruh isi
akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil ini.
2. Pihak I telah memberikan pembiayaan bai’ bitsaman ajil kepada pihak II, dengan
ketentuan, rincian dan syarat sebagai berikut :
a. Pembiayaan diberikan : Rp. 6.000.000,-
b. Total margin : Rp. 2.640.000,-
c. Cara pembayaran : Angsuran bulanan
d. Jangka waktu : 24 (dua puluh empat bulan)
e. Tanggal realisasi : 11 Februari 2009
f. Angsuran pertama : 11 Maret 2009
g. Jatuh tempo : 11 Februari 20011
h. Angsuran pokok : Rp. 250.000,-
i. Angsuran margin : Rp. 110.000,-
j. Cadangan resiko : Rp. 10.000,-
Total setoran : Rp. 370.000,-
PASAL 2
Pihak II setuju atau sepakat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dari akad
pembiayaan bai’ bitsaman ajil ini, meliputi :
a. Biaya administrasi 2% dari total pembiayaan : Rp. 120.000,-
b. Materai 1 lembar : Rp. 7.000,-
c. Simpanan si sela : Rp. 13.000,-
Jumlah total : Rp. 140.000,-
PASAL 3
Kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil ini,
bila pihak II telah mengembalikan seluruh sisa pembiayaan serta kewajiban lainnya
kepada pihak I.
PASAL 4
Apabila pihak II berhenti dalam mengangsur/melakuakn setoran maka pihak I berhak
untuk melakukan penagihan baik secara langsung dengan mendatangi tempat tinggal
atau domisili pihak II, maupun secara tidak langsung dengan pangilan atau teguran
lewat surat tembusan camat dan kepala desa atau atasan pihak II.
PELUNASAN SEBELUM JATUH TEMPO
PASAL 5
Pembayaran margin dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Apabila perluasan kurang dari setengah angsuran, pembayaran marginnya
diperhitungkan setengah dari margin yang belum terbayarkan.
2. Apabila perluasan lebih dari setengah angsuran, pembayaran marginnya
diperhitungkan setengah dari margin yang sudah terbayarkan.
JAMINAN
PASAL 6
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari akad pembiayaan ini, maka pihak II
menyerahkan jaminan berupa I buah sertifikat dengan data sebagai berikut :
No. BPKB : 3160189
No. Polisi : H 7734 EA
Merk/Type : Mitsubishi colt / T120 / 1300CC
Tahun : 1979
No. Rangka : T120127876
No. Mesin : 265562
Warna : Putih
Atas nama : Gereja JKI Hosada
Alamat : Jl. Raya Nangka Raya Semarang
Menurut keterangan pihak II (mudharib) barang jaminan tersebut adalah hak milik
orang tua yang dilampirkan dan merupakan bagian yang melekat dan tidak terpisah
dari akad pembiayaan BBA ini.
PASAL 7
Pihak II bertangguangjawab sepenuhnya atau segala apa yang terjadi dengan obyek
jaminan, baik secara materiil maupun immaterial.
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN
PASAL 8
Pihak I berhak baik dilakukan sendiri maupun atau dilakukan oleh pihak lain yang
ditunjuk oleh pihak I untuk setiap waktu meminta keterangan dan melakukan
pemeriksaan yang diperlukan oleh pihak I kepada pihak II.
PERNYATAAN
PASAL 9
Pihak II dengan tegas menyatakan :
a. Bersedia memberikan setiap keterangan sebenar-benarnya yang diperlukan
oleh pihak I atau kuasanya dan tunduk kepada peraturan- peraturan yang telah
ditetapkan oleh pihak I terutama mengenai kebijakan pemberian pembiayaan
yang dimaksud.
b. Bahwa pembiayaan yang diterima dari pihak I akan dipergunakan untuk
keperluan sebagaimana yang diuraikan dalam pasal I dan setiap waktu pihak I
berhak memeriksa penggunaan yang dimaksud.
c. Bilamana pembiayaan ternyata digunakan untuk keperluan lain atau pihak
lain, maka pihak I dengan seketika menaguh pembiayaannya pihak II
diwajibkan tanpa menunda-nunda lagi membayar seluruh pembiayaan beserta
biaya yang timbul karena pembiayaan tersebut seketika dan sekaligus lunas.
d. Mengenai surat-surat yang dipakai oleh pihak II sebagai obyek jaminan,
seperti yang tersebut dalam pasal 6 akad pembiayaan ini pihak II menyatakan:
- Kebenaran akan keaslian surat-surat tersebut.
- Pihak II dengan alasan apapun tidak akan berupaya, merekayasa untuk
menerbitkan surat-surat tersebut kembali.
WANPRESTASI
PASAL 10
Apabila pihak II lalai atau melalaikan kewajibannya dan atau menyimpang dari
ketentuan dalam akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil ini, maka pihak II wajib atas
biayanya sendiri menyerahkan obyek akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil ini, kepada
pihak I segera setelah diminta oleh pihak I.
PASAL 11
Pihak I dengan ini sepanjang perlu diberi kuasa yang tidak dapat ditarik atau dicabut
kembali oleh pihak II untuk mengambil alih kepemilikan (in bezit nemen) atas obyek
jaminan dari pihak II atau pihak lain yang menguasainya jika perlu lewat prosedur
hukum yang berlaku.
PENJUALAN ATAU PELELANGAN OBYEK JAMINAN
PASAL 12
Pihak I wajib melelang/menjual obyek jaminan atas akad pembiayaan bai’ bitsaman
ajil ini secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri melalui pelelangan umum
dihadapan pejabat yang berwenang atau dibawah tangan setelah diambilnya atas
kekuatan apa yang ditentukan dalam pasal 11 dalam akad pembiayaan bai’ bitsaman
ajil.
PASAL 13
Hasil pelelangan/penjualan baik dihadapan pejabat yang berwenang maupun dibawah
tangan tersebut, setelah dipotong dengan besarnya sisa angsuran pembiayaan bai’
bitsaman ajil ditambah margin yang harus dibayar dan biaya-biaya lain yang timbul
dari pelelangan/penjualan ini, maka bila masih ada sisa, sisa tersebut diberikan dan
diserahkan pada pihak II.
PASAL 14
Apabila hasil pelelangan masih belum mencukupi tanggungan sisa angsuran yang
belum terbayar pihak II maka pihak I berhak melakukan proses hukum seperti yang
tertuang dalam pasal 1131 KUH Perdata (segala kebendaan si berhutang, baik yang
bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada
dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan)
dengan kesepakatan kedua belah pihak.
DOMISILI
PASAL 15
Konsekwensi dan segala akibat hukum dari akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil ini
kedua belah pihak sepakat memilih damosili hukum dan berperkara dikantor
Kepaniteraan Pengadilan Negri Jepara.
Dengan tidak mengurangi hak wewenang pihak pertamauntuk menuntut
pelaksanaan/eksekusi atu pengajuan tuntutan hukum terhadap pihak kedua ini melalui
atau dihadapan pengadialn lainnya dimanapun juga di wilayah Republik Indonesia.
KETENTUAN-KETENTUAN
PASAL 16
- Kuasa-kuasa yang diberikan oleh pihak II kepada pihak I sehubungan
pemberian pembiayaan ini diberikan dengan hak subsitusi sehingga tidak
dapat ditarik kembali/diakhiri baik oleh ketentuan undang-undang yang
mengakhiri pemberi kuasa sebagaimana ditentukan dalam pasal 1831 KUH
Perdata maupun oleh sebab apapun juga, dan kuasa tersebut merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pemberian jaminan ini tanpa adanya
kuasa-kuasa tersebut akad pembiayaan ini tidak akan dibuat.
- Segala sesuatu yang belum diatur dalam akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil
ini akan diatur dalam surat-surat dan atau kertas-kertas lain yang merupakan
kajian yang melekat dan dilampirkan pada serta tidak dapat dipisahkan dari
akad bai’ bitsaman ajil ini. Akad pembiayaan bai’ bitsaman ajil ini mulai
berlaku sejak ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Ditandatangani di : Jepara
Hari : Rabu
Tanggal : 11 Februari 2009
Pihak II Pihak I(shohibul maal)
Nasabah/debitur Manager
MAHMUDI M. JAUHARUDDIN,S.Sos.I
Saksi/istri Kabag Pembiayaan
KHIDMIYAH, S.E ISMAIL ISNA UMAR
FORMULIR PERMOHONAN PEMBIAYAAN
Untuk Pemohon Anggota Perorangan
Kepada
KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. DATA PEMOHON
1. Nama Lengkap,
Nomor Anggota
5. No. KTP/SIM/Paspor
6. Warga Negara
2. Nama Isteri / Suami,
Nomor Anggota
7. Agama
8. Jumlah Tanggungan
3. Tempat/Tgl. Lahirl
4. Status
9. Alamat Sekarang No. Telepon
10.Alamat KTP/SIM/Paspor No. Telepon
11. Pekerjaan Jabatan
12. Alamat Kantor No. Telepon
13. Jenis Usaha
Dengan ini mengajukan permohonan fasilitas pinjaman dengan perincian :
2. RENCANA PENGGUNAAN DANA PINJAMAN
1. Untuk Investasi, sejumlah
Rp. Jangka Waktu
Guna Keperluan
2. Untuk Modal Kerja, sejumlah
Rp. Jangka Waktu
Guna Keperluan
3. Lainnya………………………
Rp. Jangka Waktu
Guna Keperluan
4. Jaminan BPKB/Sertifikat/……………………………………….. Atas Nama:
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir data keuangan / usaha dan dokumen sebagai berikut
3. DATA KEUANGAN – Untuk Karyawan / Pegawai
1. Gaji / perbulan Rp. 1. Biaya Rumah Tangga Rp.
Lampirkan :
- Copy KTP/SIM Suami/Istri dan KK ; - Data Keuangan (Neraca, Rugi/Laba, dsb) ;
- Copy Surat-surat Jaminan (Sertifikat/BPKB) dan STNK
Saya menyatakan bahwa semua informasi tersebut adalah benar, informasi ini diberikan untuk tujuan permohonan
pembiayaan. Dan saya mengijinkan pihak BMT Ummat Sejahtera Abadi untuk mendapatkan dan mencari informasi yang
diperlukan, serta saya mengijinkan Pihak BMT Ummat Sejahtera Abadi untuk memotong dari Rekening Tabungan Si Sela dan
Si Raka guna membayar angsuran pembiayaan atau kewajiban lain kepada BMT Ummat Sejahtera Abadi jika terjadi
penundaan pembayaran. Dan saya menyetujui bahwa BMT Ummat Sejahtera Abadi berhak menyetujui atau menolak
permohonan ini tanpa memberitahukan alasannya.
2. Pendapatan Lain Rp. 2. Biaya Pendidikan Rp.
3. Pendapatan Isteri / Suami Rp. 3. Biaya / Pengeluaran Lain Rp.
TOTAL PENDAPATAN Rp. TOTAL PENGELUARAN Rp.
TOTAL PENDAPATAN BERSIH Rp.
4. DATA USAHA – Silahkan gunakan kertas tambahan jika kurang
1. Omzet / Penjualan Rp. 1. Pembelian Rp.
2. Pendapatan Lain Rp. 2. Biaya Operasional Rp.
3. …………………………….. Rp. 3. Biaya Non Operasi Rp.
4. ……………………………. Rp. 4. ……………………………… Rp.
TOTAL PENDAPATAN Rp.
TOTAL PENGELUARAN Rp.
JUMLAH KEUNTUNGAN BERSIH Rp.
Jepara, ……………………………
Penjamin Menyetujui, Pemohon
Suami / Istri
(…………………….) (…………………………) (………………………)
LEMBAR PEMERIKSAAN
Nama nasabah
Alamat Nasabah
Data Rumah
Pekerjaaan
a. Pekerjaan Tetap
b. Pekerjaan Sampingan
Pendapatan
a. Gaji Tetap
b. Pendapatan Lain
1. ...................................
2.
c. Pendapatan Isteri
Data Kekayaan
a. Rumah
b. Sawah
c. Tegal / Karas
...................................
.
d. ..............................................
e. ..............................................
f. ..............................................
Barang Jaminan a. Sudah Masuk / Belum Masuk
b. Taksiran Nilai Jaminan
Analisa Usaha
Total Pendapatan Brutto
Biaya - Biaya
- Biaya Tenaga Kerja
- Biaya Transportasi
- Biaya Rumah Tangga
- Biaya Pendidikan
- Biaya Lain-Lain
Total Biaya
Sisa Hasil Usaha
Kemampuan Angsur 60 %
CATATAN SURVEYOR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
: Sesuai / Tidak Sesuai
: Sesuai / Tidak Sesuai
: Sesuai / Tidak Sesuai ( ......................................................... )
: ....................................................
: ....................................................
: Rp. .........................................................................................
:
: Rp. .........................................................................................
: Rp. .........................................................................................
: Rp. .........................................................................................
: ( Permanen / Semi Permanen ) Taksiran Nilai Rp. ................
: ...........................................Ha Taksiran Nilai Rp. ................
: ...........................................Ha Taksiran Nilai Rp. ................
: ............................................... Taksiran Nilai Rp. ................
: ............................................... Taksiran Nilai Rp. ................
: ............................................... Taksiran Nilai Rp. ................
: Rp. .............................................
: Rp. .............................................
: Rp. .............................................
: Rp. .............................................
: Rp. .............................................
: Rp. .............................................
: Rp. .............................................
: Rp. ....................... ......... / Bulan
: Rp. .............................................
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Petugas Survey
1. .................................... ( ........................................................................................................... )
2. .................................... ( ........................................................................................................... )
Hasil Survey ini telah disetujui oleh
Nama .......................................... ( .............................................................................................. )
( sesuai dengan kewenangan masing-masing )
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Uswatun Khasanah
NIM : 062311014
Fakultas : Syari’ah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 10 Juli 1988
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ali pandi sarjen, Gg. Kayu putih, No. 47 Rt/Rw 09,
Kelurahan Raja (Pangkalan Bun). Kec. Arut selatan,
Kab. Kotawaringin barat, Kalimantan Tengah, Kode
Pos 74114
Riwayat Pendidikan :
- Sekolah Dasar Negri (SDN) Raja 7 Pangkalan Bun, Lulus Tahun 2000
- Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Al-Hasyimiyyah Pangkalan
Bun,
Lulus Tahun 2003
- Madrasah Aliyah(MA) NU BANAT Kudus, Lulus Tahun 2006
- IAIN Walisongo Semarang Fakultas Syariah
Semarang, Juni 2011
Uswatun Khasanah
top related